12 13 14 15 16 20 21 22 23 27 28 29 30 31 omar distorsi malula...

2
~ibulahar o Selasa o Rabu o Kamis o Sabtu o Minggu 4 5 6 7 8 9 1 12 13 14 15 16 20 21 22 23 27 28 29 30 31 o Mar eApr OMei OJun OSep OOkt ONov ODes Distorsi MalUla Po tisi dan Birolrrasi podium SUWANDI SUMARTIAS Pengajar Komunikasi Politik dan Ketua Jurusan Humas di Fikom Unpad MENCERMATI perkem- bangan praktek politik yang ditampilkan para elite politisi dan birokrasi di lembaga tinggi negara (eksekutif,legislatifdan yudikatif), semakin hari benar-benar menguras perhatian dan enerji sosial luar biasa. Napas reformasi yang seyogianya diterje- mahkan dan dimaknai dalam wujud nyata malah kini menjadi antiklimak. Hadirnya para politisi dengan platform multipar- tai tidak sertamerta mampu menjawab dan memberi solusi terhadap "kebusukan" dari penyakit birokrasi yakni KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dalam wujud yang semakin sulit ditengarai dan dikupas tuntas melalui kepastian hukum. Banyaknya parpol yang bernaung di senayan dan atau di ranah birokrasi tak hanya menambah beban negara dengan rangkaian birokrasi dan perkeliruannya yang teramat panjang. Pertarungan, koalisidan atau kompetisi yang mengemuka tiada lain hanyalah perwujudan konflik dan kerjasarna atas nama kepentingan individu dan kelompok yang teramat pragmatis. Politik dalam tataran praktis kini tampillebih konyol dan vulgarisasi dari kebusukan laten yang terus menerus berakurnulasi dan menjadi "born waktu". Kepercayaan dan kedaulatan rakyat tak lagi menjadi penting untuk dipandang sebagai tanggung jawab elite terhadap rakyatnya. Berbagaiwacana yang kritis dari masyarakat di luar lembaga negara di atas sesungguhnya sebagai antitese atau kontrol terhadap arogansi kekuasa- an yang sudah menyim- . pang luar biasa dari batas- batas nalar dan nurani yang umum dalam masyarakat. Politiktaklagimemiliki daya pikat, kecuali di antara kornunitas tertentu yang telahmemiliki dan atau menikmati reIasikuasa dan jabatan. Masih Pentingkah Parpol? Pada awal terbentuknya ' partai politik dalam suatu negara tentunya sebagai perwujudan dari berbagai aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, khususnya bagi negara yang telanjur menganggap demokrasi menjadi salah satu pilihan terbaik, walaupun belum tentu menjadi jaminan tunggal untuk terbentuknya negara yang damai dan sejahtera. Kini, dengan dinamika multiparpol yang sedang booming, tampaknya perIu dikaji ulang segera. Hal ini penting, mengingat berbagai sepak terjang para insan politisi yang semakin hari semakin menuniukkan Qergantian~ ._-- IUlplng Huma. Onpad 2011 dan permainan "wajah" yang terus menerus berubah dan bisa menjadi "dasarnuka". Berbagai kebohongan politik ti ak hanya dalam bentuk wacana, namun juga dalam praktek keseharian. Politikmenjadi permainan dan sandiwara sosial yang telah kehilang- an wibawa dan • kepercayaan mayoritas rakyat. Gagalnya pendidikan politik bagi rakyat yang sengaja dicipta- kan oleh para elite teIah meIal1irkanpara politisi yang nihil komitrnen moral dan etika sosial. Sehingga ungkap- an seorang Marzuki Alie, bahwa "..Rakyat biasa, jangan diajak membahas pembangun- an gedung baru. Hanya orang-orang elite, orang- orang pintar yang bisa diajak membicarakan masalah itu. Kalau rakyat biasa, dibawa memikirkan bagaimana perbaikan sistern, perbaikan organi- sasi,infrastruktur, bisa pusing pikirannya ...Yang penting bagi mereka adalah perutnya berisi, keria, ada rumah, ada pendidikan, selesai." (1 April 2011), bukan hanya menyinggung perasaan banyak orang. Narnun menjadi prototipe dan indikasi dari sosok seperti itulah "para wakil" rakyat yang kini sedang berse- mayam di Senayan. Jika memaharni

Upload: dinhnhu

Post on 03-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

~ibulaharo Selasa o Rabu o Kamis o Sabtu o Minggu4 5 6 7 8 9 1 12 13 14 15 1620 21 22 23 27 28 29 30 31

oMar eApr OMei OJun OSep OOkt ONov ODes

Distorsi MalUla Po tisidan Birolrrasi

podiumSUWANDI SUMARTIAS

Pengajar Komunikasi Politik dan KetuaJurusan Humas di Fikom Unpad

MENCERMATI perkem-bangan praktek politikyang ditampilkan para elitepolitisi dan birokrasi dilembaga tinggi negara(eksekutif, legislatif danyudikatif), semakin haribenar-benar mengurasperhatian dan enerji sosialluar biasa. Napas reformasiyang seyogianya diterje-mahkan dan dimaknaidalam wujud nyata malahkini menjadi antiklimak.Hadirnya para politisidengan platform multipar-tai tidak sertamertamampu menjawab danmemberi solusi terhadap"kebusukan" dari penyakitbirokrasi yakni KKN(Korupsi, Kolusi danNepotisme) dalam wujudyang semakin sulitditengarai dan dikupastuntas melalui kepastianhukum. Banyaknya parpolyang bernaung di senayandan atau di ranah birokrasitak hanya menambahbeban negara denganrangkaian birokrasi danperkeliruannya yangteramat panjang.Pertarungan, koalisi dan

atau kompetisi yangmengemuka tiada lainhanyalah perwujudankonflik dan kerjasarna atasnama kepentingan individudan kelompok yangteramat pragmatis. Politikdalam tataran praktis kinitampillebih konyol danvulgarisasi dari kebusukanlaten yang terus menerusberakurnulasi dan menjadi"born waktu".

Kepercayaan dankedaulatan rakyat tak lagimenjadi penting untukdipandang sebagaitanggung jawab eliteterhadap rakyatnya.Berbagaiwacana yangkritis dari masyarakat diluar lembaga negara di atassesungguhnya sebagaiantitese atau kontrolterhadap arogansi kekuasa-an yang sudah menyim- .pang luar biasa dari batas-batas nalar dan nurani yangumum dalam masyarakat.Politik tak lagimemilikidaya pikat, kecuali di antarakornunitas tertentu yangtelahmemiliki dan ataumenikmati reIasi kuasa danjabatan.

Masih Pentingkah Parpol?Pada awal terbentuknya '

partai politik dalam suatunegara tentunya sebagaiperwujudan dari berbagaiaspirasi yang berkembangdalam masyarakat,khususnya bagi negarayang telanjur menganggap

demokrasi menjadi salahsatu pilihan terbaik,walaupun belum tentumenjadi jaminan tunggaluntuk terbentuknya negarayang damai dan sejahtera.Kini, dengan dinamika

multiparpol yang sedangbooming, tampaknyaperIu dikaji ulang segera.Hal ini penting, mengingatberbagai sepak terjangpara insan politisi yangsemakin hari semakinmenuniukkan Qergantian~._--

IUlplng Huma. Onpad 2011

dan permainan "wajah"yang terus menerusberubah dan bisa menjadi"dasarnuka". Berbagaikebohongan politik ti akhanya dalam bentukwacana, namun juga dalampraktek keseharian.Politikmenjadi

permainan dansandiwara sosialyang telah kehilang-an wibawa dan

• kepercayaanmayoritas rakyat.Gagalnyapendidikanpolitik bagirakyat yangsengaja dicipta-kan oleh paraelite teIahmeIal1irkanparapolitisi yang nihilkomitrnen moraldan etika sosial.Sehingga ungkap-an seorangMarzuki Alie,bahwa "..Rakyatbiasa, jangan diajakmembahas pembangun-an gedung baru. Hanyaorang-orang elite, orang-orang pin tar yang bisadiajak membicarakanmasalah itu. Kalau rakyatbiasa, dibawa memikirkanbagaimana perbaikansistern, perbaikan organi-sasi, infrastruktur, bisapusing pikirannya ...Yangpenting bagi merekaadalah perutnya berisi,keria, ada rumah, adapendidikan, selesai." (1April 2011), bukan hanyamenyinggung perasaanbanyak orang. Narnunmenjadi prototipe danindikasi dari sosok sepertiitulah "para wakil" rakyatyang kini sedang berse-mayam di Senayan.Jika memaharni

pemikiran Aristoteles(Dalam Adian, 2010)bahwa beliau memandangpolitik sebagai asosiasiatau komunitas manusiayang lebih besar dan luas,yang bertujuan untukmewujudkan kebaikanutama (highest good) dalamkehidupan yang lebih baikdan bermoral. Dominasidan hegemoni para politisiyang sedang berlangsungmasif dipraktekkanmerupakan wujudpenjajahan dan kejahatanluar biasa atas hakikatpolitik itu sendiri. Politikterbelah di antara rasiona-

litasdankejahatan,antara

harmonidandisharmoni,ruang publik versuspartisan. DPRmenjadilembaga terpisah yangberlawanan denganrakyatnya. Bahkan rakyattak lagi merasa pentinghadirnya parpol, termasuklembaga tinggi lainnya.Alienasi dan kehampaanpolitik (termasuk kejahat-annya) terjadi karenaparpol menjadi institusiyang mengejar kepen-tingan kelompok dan atauindividu yang partisan.

wujud pembelajarandernokratisasi, ternyatabelum membuat para eliteterpilih untuk merasa danmenyadari pentingnyakepekaan dan tanggungjawab sosial. Demokrasimenjadi rangkaian pestarakyat yang hanyamelahirkan para elite yangnihil keped ulian. Yangterjadi adalah politikperebutan kekuasaan danjabatan dengan berbagaimodus tak terpuji danmelanggar hukum.Sistem pemilu langsung

pada awalnya munculsebagai bentuk perlawan-an rakyat atas dominasipara birokrat yang selamaini identik dengan jiwa dantangan-tangan kotor. Erareformasi telah menempat-kan "kekuatan" rakyatmelalui parpol, denganrnisi melakukan perubah-an, khususnya reformasibirokrasi. Rakyat mulaimengenal kebebasanberdemokrasi danmempercayakan kedaulat-annya melalui pernilihan. presiden, DPR serta

kepala daerah secaralangsung. Namun,kenyataannya,mau apa dikata,

~ elite negerisebagai hasildemokrasi,tidak hanyaberwujudbong-kahanma-nusiarakus,

jugamenjadi

gelap mataterhadap

. penegakan dan

~

. ketaatan hukum.Praksis

y .""4" hukumoleh para

elite birokrasi daripusat sampai daerahbenar-benar mengalarnidistorsi luar biasa dansangat rapuh untukbersaing dengan pola-polakonsumsi dan produksi diera pasar bebas.Bahkan demokrasi di era

reformasi pun, tak lebihbaik dari era-era sebelum-nya, banyak otang takmenyadari, bahwa dalamrentang sejarah politikkekuasaan, sesungguhnyamerniliki kaitan erat dantak terputus, sehinggasituasi politik kenegaraanhari ini tak lepas darisejarah kelam para elitemasa sebelumnya. Politikkekuasaan menjadi tujuanuntuk mengeruk kekayaan

dan membagi-bagi jabatanyang teramat te!anjang.Lembaga politik negara

telah kehilangan keperca-yaan dan wibawa yang luarbiasa. Membiarkan kasus-kasus besar seperti.Gayus,Bank Century, BLBI,Lapindo, pembangunangedung DPR, dan penya-lahgunaan wewenang dilingkaran birokrasi yangsemakin menumpukmenjadi bukti bahwanegara tak serius dalamupaya penegakan hukumdan reformasi birokrasi.Krisismultidimensi

sungguh sedang menjelmamenjadi bencana nasional,karena para elite yangberada di level birokrasi,terkuras enerjinya untukmemikirkan dan menyele-matkan diri dan kelom-poknya. Mereka memba-ngun komunitas tersendiriyang mencoba memarji-nalkan rakyat yang telahmemberikan hak pilihnya.Dan yang lebih celakanya,adalah jika elite pada masareformasi dihuni dandikelola para pentolan danpenikrnat orde baru.Reformasi menjadi arena

pertarungan dan pertaruh-an kepentingan para elitepenguasa,politisidanpengusaha yang disaksikanjutaan rakyat melaluiberbagai media massa danjejaring sosial (on ine) sertarumor-rumor di jalanan.Praksis politik yangditampilkan para elitenegeri benar-benar menjaditontonan dan akumulasiumpatan kekecewaan yangluar biasa di ruang publik.Pendulum demokratisasibenar-benar didominasipara politisi dan dikons-truksi sesuai kepentinganpragmatis segelintir orangdan golongannya.Semoga labelnegatiF

para politisi dan birokrasisegera sirna denganmunculnya sosok elite danpernimpin yang benar-benar memiliki keberaniandan kornitmen untukperubahan sosial yanglebih signifikan. Sehingga,pembelajaran demokrasimembuahkan hasil bagiseluruh rakyat danmunculnya para elite yangsangat paham pentingnyaetika dan moral dalamrelasi rakyat-negara.Demokrasi akan menjadi

kontra produktif, jika hanyamenguntungkan para elitepolitisi dan atau birokrat,sementara rakyat masihsibuk dengan urusan perut,kerniskinan, kebodohandan lain sebagainya.(*)

Pseudo DemokrasiPemilu langsung pada

pilpres dan legislatif yangdianggap penting sebagai--~~~--~==--~----------~------~