podium -...

2
~ibuJabar o Sabtu • Senin o Minggu o Selasa 0 Rabu o Kamis 0 Jumat 456 7 20 21 22 8 23 9 10 11 24 25 26 12 13 27 28 14 15 29 30 31 OPeb ONov ODes o Mar eApr OMei OJun OJul 0 Ags OSep OOkt Born,_ Marlir dan Ag ma podium Asep Salahudin Wakil Rektor IAILM Suryalaya Tasik, Kandidat Doktor Uripad SEBELUM terkuak para pelaku dan motif penge- boman yang mengguna- kan modus buku, kini . tiba-tiba kita digemparkan dengan born bunuh diri. Yang terakhir ini justru terjadi di kota dengan tradisi pesantren yang sangat kental: Cirebon. Kota wali dengan tradisi apresiasi terhadap keragaman yang sangat kental. Bukan hanya di Cirebon sebagai simpul penyebaran Islam di kawasan Jawa Barat bahkan lebih tragis lagi diledakkan di Rumah Tuhan saat sembahyang salat Jumat. Kalau dahulu para teroris menjadikan simbol Amerika sebagai target utama, kemudian beralih ke tempat-tempat yang, dianggap maksiat, berlanjut ke para tokoh yang dituduh liberal dan anti-Islam, kini justru yang menjadi sasaran adalah para pemburu teroris itu sendiri: polisi. Dan dengan tanpa rasa takut mereka langsung masuk ke markasnya. Namun satu hal yang menjadi benang merah kaum teroris yang mempersatukan mereka satu sama lain: semangat jihad dalam pemaknaan yang' keliru. Memburu sesuatu yang dianggap surga. Akar ideologi kaum teroris tidak lain adalah hasrat untuk memonopoli kebenaran dan mengang- gap Tuhan (kebenaran) seba ai milikn a. Adalah filsuf Jean Paul Sartre yang sampai pada sebuah kesimpulan bahwa akar dari munculnya beragam kekerasan adalah hasrat manusia untuk menjadi Tuhan. Tidak ada terorisme dan peperangan yang paling mengerikan kecuali atas nama Tuhan (agama). Atas nama manusia yang telah menjadi "tuhan" dan menafsirkan realitas sesuai dengan keinginannya sendiri. Tentu Tuhan di sini tidak harus bernama agama, namun dalam konteks mutakhir dapat berubah wujud menjadi kuasa, organisasi massa, sains, teknologi, politik, kebuda- yaan dan negara yang membuat manusia rela mati menjadi 'martir' tanpa mempertimbang- kan lagi nurani dan akal sehat. Bahkan acapkali martir ini menjadi energi yang dahsyat untuk membangun kuasa yang lebih luas dan atau menebar rasa takut yang luas. Cinta Kasih Kelahiran setiap agama modus utamanya sesung- guhnya adalah menebar- kan cinta kasih. Dalam konteks Islam mislanya, "Cintailah seluruh yang ada di bumi engkau akan meraih cinta dari langit". Ketika pemuka Ibn Arabi ditanya ihwal agama yang dianutnya, ia menjawab, "Cinta adalah agamaku; kemanapun binatang penunggangnya menuju, di sanalah agama ditam- batkan." Dalam riwayat lain tatkala al-Fadhil ibn Yasar bertanya kepada Imam Ja'far ash-Shadiq a.s. tentang dari mana iman itu berasal? Beliau dengan tegas menjawab, "Keimanan itu tak lain adalah cinta." Dalam redaksi Imam Baqir as, "Agama adalah cinta dan cinta ialah agama." Bahkan pergumulan pemikiran filsafat inti hakikatnya adalah interupsi bagaimana hasrat purba kekerasan itu dapat dikendalikan sehingga manusia dapat memposisikan dirinya di hadapan manusia lain secara wajar. Atas nama Ide (Plato), Energia (Aristoteles), Kesadaran (Descartes), Akal Budi Absolut (Hegel), Kehen- dak Kuasa (Nietzsche) manusia ditelisik agar mereka sampai kepada "Ada" yang hakiki, menyadari tentang hakikat kediriannya supaya tindakannya dapat mewariskan jejak keda- maian. Kalau Rene Descartes dahulu menye- rukan bahwa segala sesuatu harus disangsikan, maka bagi Hamlet ada pengecualian yaitu cinta saperti dalam seruannya kepada Ophelia dalam dramanya William Shakespeare: Ragukan bahwa bintang-bintang itu api Ragukan bahwa matahari itu bergerak Ragukan bahwa kebenaran itu dusta Tapi jangan ragukan cintaku Bahwa hasrat untuk IUlplDg Humaa ODpad 2011

Upload: lamhanh

Post on 11-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

~ibuJabaro Sabtu• Senin o Mingguo Selasa 0 Rabu o Kamis 0 Jumat

456 720 21 22

823

9 10 1124 25 26

12 1327 28

14 1529 30 31

OPeb ONov ODesoMar eApr OMei OJun OJul 0 Ags OSep OOkt

Born,_ Marlir dan Ag mapodiumAsep SalahudinWakil Rektor IAILM SuryalayaTasik, Kandidat Doktor Uripad

SEBELUM terkuak parapelaku dan motif penge-boman yang mengguna-kan modus buku, kini .tiba-tiba kita digemparkandengan born bunuh diri.Yang terakhir ini justruterjadi di kota dengantradisi pesantren yangsangat kental: Cirebon.Kota wali dengan tradisiapresiasi terhadapkeragaman yang sangatkental. Bukan hanya diCirebon sebagai simpulpenyebaran Islam dikawasan Jawa Baratbahkan lebih tragis lagidiledakkan di RumahTuhan saat sembahyangsalat Jumat.Kalau dahulu para

teroris menjadikan simbolAmerika sebagai targetutama, kemudian beralihke tempat-tempat yang,dianggap maksiat,berlanjut ke para tokohyang dituduh liberal dananti-Islam, kini justru yangmenjadi sasaran adalahpara pemburu teroris itusendiri: polisi. Dan dengantanpa rasa takut merekalangsung masuk kemarkasnya.Namun satu hal yang

menjadi benang merahkaum teroris yangmempersatukan merekasatu sama lain: semangatjihad dalam pemaknaanyang' keliru. Memburusesuatu yang dianggapsurga. Akar ideologi kaumteroris tidak lain adalahhasrat untuk memonopolikebenaran dan mengang-gap Tuhan (kebenaran)seba ai milikn a.

Adalah filsuf Jean PaulSartre yang sampai padasebuah kesimpulan bahwaakar dari munculnyaberagam kekerasanadalah hasrat manusiauntuk menjadi Tuhan.Tidak ada terorisme danpeperangan yang palingmengerikan kecuali atasnama Tuhan (agama).Atas nama manusia yangtelah menjadi "tuhan" danmenafsirkan realitas sesuaidengan keinginannyasendiri.Tentu Tuhan di sini tidak

harus bernama agama,namun dalam konteksmutakhir dapat berubahwujud menjadi kuasa,organisasi massa, sains,teknologi, politik, kebuda-yaan dan negara yangmembuat manusia relamati menjadi 'martir'tanpa mempertimbang-kan lagi nurani dan akalsehat. Bahkan acapkalimartir ini menjadi energiyang dahsyat untukmembangun kuasa yanglebih luas dan ataumenebar rasa takut yangluas.Cinta KasihKelahiran setiap agama

modus utamanya sesung-guhnya adalah menebar-kan cinta kasih. Dalamkonteks Islam mislanya,"Cintailah seluruh yangada di bumi engkau akanmeraih cinta dari langit".Ketika pemuka Ibn Arabiditanya ihwal agama yangdianutnya, ia menjawab,"Cinta adalah agamaku;kemanapun binatangpenunggangnya menuju,

di sanalah agama ditam-batkan." Dalam riwayatlain tatkala al-Fadhil ibnYasar bertanya kepadaImam Ja'far ash-Shadiqa.s. tentang dari manaiman itu berasal? Beliaudengan tegas menjawab,"Keimanan itu tak lainadalah cinta." Dalamredaksi Imam Baqir as,"Agama adalah cinta dancinta ialah agama."Bahkan pergumulan

pemikiran filsafat intihakikatnya adalahinterupsi bagaimanahasrat purba kekerasan itudapat dikendalikansehingga manusia dapatmemposisikan dirinya dihadapan manusia lainsecara wajar. Atas namaIde (Plato), Energia(Aristoteles), Kesadaran(Descartes), Akal BudiAbsolut (Hegel), Kehen-dak Kuasa (Nietzsche)manusia ditelisik agarmereka sampai kepada"Ada" yang hakiki,menyadari tentanghakikat kediriannyasupaya tindakannya dapatmewariskan jejak keda-maian. Kalau ReneDescartes dahulu menye-rukan bahwa segalasesuatu harus disangsikan,maka bagi Hamlet adapengecualian yaitu cintasaperti dalam seruannyakepada Ophelia dalamdramanya WilliamShakespeare:Ragukan bahwa

bintang-bintang itu apiRagukan bahwa

matahari itu bergerakRagukan bahwa

kebenaran itu dustaTapi jangan ragukan

cintakuBahwa hasrat untuk

IUlplDg Humaa ODpad 2011

menjadi "tuhan" dengansegala derivasi negatifnyaseperti memonopolikebenaran, merasa benarsendiri, ingin terusmendapatkan pujian,bukan hanya kelirunamun juga dapatmengancam keberadaandirinya, dapat membaha-yakan lingkungannya,bisa merontokkanmultikulturalisme yangjustru telah terumuskandengan elok oleh leluhurkita dalam bhinekatunggal ika.

Justru kenaifan manusiayang tidak mungkinsampai ke garis bataskebenaran objektif, harusmenyadarkan tentangpentingnya satu sama lainbekerjasama. Koeksisten-si. Meminjam tamsilFaucault, karena kita tetapberada di garis irnajineryaitu horizon maka yangdikembangkan bukanbagairnana membangunhorizon tunggal danmemaksa orang lainuntuk mengikutinyanamun yang lebih pentingadalah membiarkan orangdengan pilihan agama dankeyakinannya memba-ngun horizon masing-masing tanpa harus satusama lain saling menyu-dutkan.

Kesempurnaan manusiadan kemanusiaan itu.justru terletak darikeinsapan ini. Darikesediaan dirinya untukmenerirna secara ihklasbahwa keragaman adalahfakta sosial yang takterbantahkan, bahwa'orang lain' adalah kafilahyang sama-sama tengahmeretas jalan menujuTuhan seperti yangdengan bagus diilustrasi-.kan filsuf Sunda Haji

Hasan Mustapa.Jung nutur-nutur suhud/

/K£llangkang ti sanubari//Mapay talapakan sanubari//Di mana nya mukti sari//Dimana Alloh kaula//Bisi pahilipapanggih/ /K£ldungsang-dungsang kasandung//Manggih lain manggih lain//Rek nanya nanya ka saha//Keur pada ngalain-lain.

Bahwa irnan yang kitamilikibukan untukdibenturkan dengan irnanorang lain tapi justru untukdidialogkan agar terjadipengkayaan pengalamanruhani di satu sisi,dan di sisilain dapat menumbuhkanperasaan empatik. Imanseperti ini sesungguhnyayang akan menjadi modalsosial dalam membangunbumi yang berkeadaban,menciptakan kesantunansosial.

Iman yang bisa membe-rikan rasa aman bagisesama, dan ketika irnanseperti ini dirniliki olehpara penguasa makamereka akan mengelolakuasanya secara ainanah.Iman, aman dan amanahmenjadi etika moral-sosialyang seharusnya menjadipegangan, kesatuansekaligus ketenanganantarmanusia. Kalauseseorang agamanyaIslam, maka Islam itubukan hanya mengharus-kan kepasrahan totalkepada Tuhan namun jugaIslam mengharuskanpemeluknya menebarkankeselamatan kepadalingkungan.

Bagairnanapunluasdankompleksnya realitaskehidupan manusia,dalamnya lautan pengala-man irnan tidak bisadireduksi dalam sebuah"kotak yang seragam."Penyeragaman apalagi

kalau dipaksakan bukanhanya akan menjadi "apidalam sekam" namunjuga bisa memburamkansudut pandang, mengabu-rkan horizon dan bolehjadi menghinakan harkatkemanusiaan. KalauTuhan berkehendak tenturealitas itu akan tunggal,tapi kenyataannya tidakdemikian. Hasrat agarkehidupan menjadihomogen (satu agama,satu pandangan politik,satu aliran) sesungguhnyaadalah hasrat yangbertentangan dengantakdir Tuhan itu sendiri.

Sebuah PertanyaanKonon hidup yang tidak

dipertanyakan tidak sahihuntuk dirayakan apalagikalau hidup itu jauhpanggang dari api dengannilai-nilai dan etika yangsemestinya. Dalamkonteks ini kekerasanyang terus menerusmenirnpa kita sudahseharusnya menyadarkansetiap kita tentangpentingnya bagaimanakita melakukan refleksitotal terhadap realitasyang ada di hadapan danboleh jadi dialami kita,baik realitas keagamaan(tafsir agama yang keliru),ekonomi (tidak teresap-kannya rasa keadilan yangmerata), politik (hanyabermuara pada upacaraomong kosong dan tidakmemiliki sinergi dengankebijakan yang menular-kan kesejahteraan publik),sosial (hanya riuh rendahdengan hal-hal yangsemuanya berujung padakehidupan dangkalhedonisme pragmatis),negara (tata kelolakekuasaan yang dilakukandengan serampangan)hukum (hanya. berpihakkepada yang kuat dantumpul ketika berhadapandengan yang lamah).

Penyelesaian kekerasantidak bisa dilakukan secaraparsial tapi harus dilaku-kan secara komprehensifdan dari jantung akarpersoalannya. Kekerasanbukan hanya masalahtafsir agama yang kelirudan pemahaman yangekslusif, namun bisa jadibertautan dengan aspekhukurn, sosial, politik danseterusnya.

Selama ini, diakui atautidak, kita acapkalimenyelesaikan persoalankebangsaan dan keumat-an secara pragtnentaris.Sementara hasrat purbamenjadi Tuhan tetap kitapelihara, bahkan diam-diam kita pupuk baikmelalaui acara keagamaanyang fundamentalis, rituskenegaraan atau menyirn-pang ataupun gemuruhpolitik yang tidak ber-mutu. ***