113875528-kedokteran-keluarga

Upload: erryz-jogjuzz

Post on 04-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    1/33

    LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

    KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

    Nama kepala keluarga: Tn.C

    Alamat : Lowokwaru, Malang

    Daftar Anggota Keluarga

    No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien

    klinik

    Ket

    1 Tn. C KK L 37

    tahun

    D-3 Swasta Tidak

    2 Ny.N Istri P 32tahun

    SMK IRT Tidak -

    3 An.A Anak P 6

    tahun

    TK - Tidak -

    4 An. D Anak P 11

    bulan

    - - Ya Bronkhitis

    Kesimpulan:

    Keluarga Tn.C adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Terdapat satu

    orang sakit, yaitu An.D, umur 11 bulan, beralamat di Lowokwaru, Malang.

    Diagnosa klinis penderita adalah bronkhitis.

    1

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    2/33

    BAB I

    STATUS PENDERITA

    Pendahuluan

    Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak penderita

    bronkhitis, berjenis kelamin perempuan dan berusia 11 bulan. Penderita memiliki

    permasalahan dari segi biomedis.

    Identitas Penderita

    Nama : An.D

    Umur : 11 bulan

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Lowokwaru, Malang

    Tanggal Periksa : 14 Oktober 2011

    Nama Ayah : Tn.C

    Umur Ayah : 37 th

    Pekerjaan Ayah : Swasta

    Nama Ibu : Ny.N

    Umur Ibu : 32 th

    Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

    Suku : Jawa

    Agama : Islam

    Alamat : Lowokwaru, Malang

    Anamnesa (Alloanamnesa)

    1. Keluhan Utama : panas

    2. Riwayat Penyakit Sekarang :

    An.D dibawa ke IGD RSI oleh ayah dan ibunya dengan keluhan panas sejak

    3 hari yang lalu. Panasnya seluruh tubuh sepanjang hari. Awalnya tidak

    begitu panas, tetapi setelah beberapa hari panasnya semakin tinggi. Ada pilek

    dan juga batuk sejak 2 hari ini. Pasien rewel, tidak mau makan dan minum.

    2

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    3/33

    Tidak ada diare, mual dan muntah. Pada hari ke-3, keluarga langsung

    membawa pasien ke rumah sakit untuk diperiksa.

    3. Riwayat Penyakit Dahulu :

    Riwayat Mondok : disangkal

    Riwayat Hipertensi : disangkal

    Riwayat DM : disangkal

    Riwayat Asma : disangkal

    Riwayat Gout : disangkal

    Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

    Riwayat Sakit Kejang : disangkal

    Riwayat Alergi Obat dan Makanan : disangkal

    4. Riwayat Penyakit Keluarga :

    Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

    Riwayat Hipertensi : disangkal

    Riwayat DM : disangkal

    Riwayat Jantung : disangkal

    Riwayat Ginjal : disangkal

    5. Riwayat Kehamilan Ibu

    Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit waktu hamil An.D. Hanya mual dan

    muntah saat awal-awal kehamilan. Tetapi setelah usia 4 bulan ke atas tidak

    ada keluhan. Kontrol rutin selama kehamilan juga dilakukan ke bidan.

    6. Riwayat Kelahiran

    Persalinan normal ditolong oleh bidan. Kelahiran cukup bulan. Berat anak

    pertama waktu lahir 2,9 kg, sekarang berumur 5 tahun. Sedangkan berat anak

    ke-2 (An.D) waktu lahir adalah 3 kg, sekarang berumur 11 bulan. Tidak

    pernah mengalami abortus.

    7. Riwayat Imunisasi

    Ibu pasien mengatakan bahwa An.D sudah diberikan imunisasi BCG,

    hepatitits B, polio, DPT dan campak.

    8. Riwayat Gizi

    3

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    4/33

    Pasien makan sehari-hari biasanya 2-3 kali sehari dengan nasi tim, sayur dan

    lauk yang lembek. An.D juga diberi susu formula.

    9. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Normal

    10.Riwayat Kebiasaan :

    Riwayat Merokok : -

    Riwayat Minum Alkohol : -

    Riwayat Olahraga : -

    Riwayat Pengisisan Waktu Luang : -

    11.Riwayat Sosial Ekonomi :

    An.D adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara dengan ayah (Tn.C) sebagai

    karyawan swasta dan ibu (Ny.N) sebagai ibu rumah tangga. Kakak

    perempuannya, An.A saat ini berusia 6 tahun dan duduk di TK. Biaya sekolah,

    biaya hidup sehari-hari dan biaya rumah sakit ditanggung oleh orang tua dan

    penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hubungan Tn.C

    dengan istri dan anaknya nampak harmonis dan perhatian.

    Anamnesis Sistem

    1. Kulit : kulit gatal(-), keriput (-)

    2. Kepala : sakit kepala(-),pusing(-), rambut rontok(-),

    luka(-), benjolan(-), demam(+)

    3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang(-), penglihatan

    kabur(-), ketajaman penglihatan berkurang(-),

    penglihatan ganda(-)

    4.Hidung : tersumbat(+), mimisan(-)

    5. Telinga : pendengaran berkurang(-), berdengung(-), cairan(-),

    nyeri(-)

    6. Mulut : sariawan(-), mulut kering(-),lidah terasa pahit(-)

    7. Tenggorokan : nyeri menelan(-), suara serak(-)

    8. Pernafasan : sesak nafas(+), batuk(+), mengi(+)

    9. Kardiovaskuler : nyeri dada(-), berdebar-debar(-), ampeg(-).

    4

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    5/33

    10. Gastrointestinal : mual(-), muntah(-), diare(-), nafsu makan menurun(+),

    nyeri perut(-), BAB normal

    11. Genitourinaria : BAK normal

    12. Neurologik : lumpuh(-), kaki kesemutan(-), kejang (-)

    13. Psikiatrik : emosi stabil(+), mudah marah(-)

    14. Muskolokeletal : kaku sendi(-), nyeri sendi pinggul(-), nyeri tangan dan

    kaki(-), nyeri otot(-)

    15. Ekstremitas atas : bengkak(-), sakit(-), telapak tangan pucat(-),

    kebiruan(-), luka(-)

    16. Ekstremitas bawah : bengkak (-), sakit(-), telapak kaki pucat(-),

    kebiruan(-), luka(-)

    Pemeriksaan Fisik

    1. Keadaan umum : pasien tampak rewel dan badannya panas

    2. Kesadaran : GCS 456 compos mentis

    3. Tanda vital :

    BB : 7,4 kg

    TB : 58 cm

    BMI : BB/TB2 =>21,9 kg/m2=> kesan normoweight

    Tensi : - mmHg

    Suhu : 39oC

    N : 112x/menit, regular

    RR : 34x/menit

    4. Kulit : sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-),

    pucat (-), spider nevi (-), petechie (-), eritem (-),

    venektasi (-)

    5. Kepala : bentuk mesocephal, luka (-), rambut mudah dicabut

    (-), keriput (-), atrofi m.temporalis (-), kelainan mimik

    wajah/bells palsy (-), papul (-), nodul (-), makula (-)

    6. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil

    isokor (+/+), reflek kornea (+/+), warna kelopak

    coklat, radang (-/-), eksoftalmus (-), strabismus (-)

    5

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    6/33

    7. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), rhinorrhea (+/+), epistaksis

    (-/-), deformitas hidung (-/-), hiperpigmentasi (-/-),

    saddle nose(-/-)

    8. Mulut : mukosa bibir pucat (-/-), sianosis bibir (-/-), bibir

    kering (-/-), gusi berdarah (-) lidah kotor (-),tepi lidah

    hiperemis (-), papil lidah atrofi (-)

    9. Telinga : otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-), nyeri tekan

    mastoid (-/-), cuping teling dbn, serumen (-/-)

    10. Tenggorokan : tonsil membesar (+/+), pharing hiperemis (+)

    11. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),

    pembesaran KGB (+), deviasi trakea (-), tortikolis (-)

    12. Thorax : normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal,

    retraksi (+), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-),

    nyeri (-)

    Cor:

    Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

    Perkusi : Batas kiri atas : ICS II Linea para sternalis sinistra

    Batas kanan atas : ICS II Linea para sternalis dekstra

    Batas kiri bawah : ICS V medial linea medio

    clavicularis sinistra

    Batas kanan bawah : ICS IV linea para sternalis

    dekstra

    Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-),

    bunyi jantung tambahan (-), HR : 112x/menitPulmo :

    Statis (depan dan belakang)

    Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada kanan sama dengan

    dada kiri

    Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

    6

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    7/33

    Perkusi : sonor/sonor

    Auskultasi : + + + + - -

    suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -

    + + - - - -

    Dinamis (depan dan belakang)

    Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri, irama

    regular, otot bantu nafas (+), pola nafas abnormal (-)

    Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

    Perkusi : sonor/sonor

    Auskultasi : + + + + - -

    suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -

    + + - - - -

    13. Abdomen :

    Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas

    jahitan (-)

    Palpasi : supel, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor

    baik, massa (-), asites (-)

    Perkusi : timpani seluruh lapangan perut

    Auskultasi : bising usus normal

    14.Sistem Collumna Vertebralis :

    Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis

    (-)

    Palpasi : nyeri tekan (-)

    15. Ekstremitas : palmar eritem (-)

    Akral dingin Oedem

    L : deformitas (-), luka (-)

    F : nyeri tekan (-), krepitasi (-)

    M: normal

    16.Sistem genitalia : normal

    7

    - -

    - -

    - -

    - -

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    8/33

    17.Pemeriksaan neurologik :

    Kesadaran : GCS 456 composmentis

    Fungsi luhur : dalam batas normal

    Fungsi vegetatif : dalam batas normal

    Fungsi sensorik

    Fungsi motorik

    Ke

    k uat

    a n

    Tonus Ref.Fisiologis Ref.Patologis

    18.Pemeriksaan psikiatri :

    Penampilan : baik

    Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif composmentis

    Afek : appropriate

    Psikomotor : normoaktif

    Proses pikir : Bentuk : realistik

    Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

    Arus : koheren

    Insight : baik

    Pemeriksaan Penunjang

    - Foto thoraks PA dengan hasil gambaran bronkovaskular pattern yangmeningkat pada lapang paru atas kanan dan kiri

    -Lab Darah Lengkap dengan peningkatan leukosi 11.300/mm3

    -CRP (-)

    Resume

    a) Anamnesis : An.D dibawa ke IGD RSI oleh ayah dan ibunya dengan

    keluhan panas sejak 3 hari yang lalu. Panasnya seluruh tubuh sepanjang hari.

    Awalnya tidak begitu panas, tetapi setelah beberapa hari panasnya semakin

    8

    N N

    N N

    - -

    - -

    N N

    N N

    N N

    N N

    5 5

    5 5

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    9/33

    tinggi. Ada pilek dan juga batuk sejak 2 hari ini. Pasien rewel, tidak mau

    makan dan minum. Tidak ada diare, mual dan muntah.

    b) Pemeriksaan Fisik : Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum

    pasien tampak rewel dan badannya panas, kesadaran GCS 456 compos

    mentis, BB=7,4 kg, TB = 56 cm, BMI kesan normoweight, suhu 39oC, nadi

    112x/menit, regular, RR 34x/menit. Review of system menunjukkan adanya

    nafas cuping hidung, rinorrhea, pembesaran tonsil, pharing hiperemis,

    pembesaran kelenjar getah bening di leher, retraksi otot-otot pernafasan dan

    wheezing pada lapang atas paru.

    c) Pemeriksaan Penunjang : Foto thoraks PA dengan hasil gambaran

    bronkovaskular pattern meningkat pada paru lapang atas kanan dan kiri, lab

    darah lengkap ditemukan leukosit 11.300 L dan CRP (-).

    Diagnosis Holistik

    An.D adalah putri dari Tn.C dan Ny.N, usia 11 bulan, adalah penderita bronkhitis

    yang tinggal dalam nuclear family. An.D adalah anak kedua dari 2 bersaudara.

    1. Diagnosis dari segi biologis :

    An.D adalah penderita bronkhitis.

    2. Diagnosis dari segi psikologis :

    Hubungan An.D dengan keluarga baik.

    3. Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya :

    An.D adalah anak kedua dan keluarganya hanya sebagai anggota

    masyarakat biasa di lingkungannya.

    PenatalaksanaanNon Medikamentosa:

    a. Edukasi dan KIE kepada orang tua pasien tentang penyakit dan kondisi

    An.D

    b. Istirahat/tirah baring

    c. Asupan gizi cukup

    9

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    10/33

    Medikamentosa: 14/10/2011

    - Infus KAEN-3B 700cc/24jam

    - Progesic 3x1/2 cth

    - Mucohexin 3x1 puyer

    - Inj. celocef 2x175mg

    Follow up

    Tanggal 14/10/2011

    S : panas, batuk, pilek, tidak mau makan minum

    O : KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukup

    Tanda vital: T: - mmHg RR: 34 x/menit

    N: 112 x/menit S: 37,6oC

    A : OF et causa ISPA

    P : - Foto thorax PA dan Lab. DL

    - Diet makanan lunak

    Tanggal 15/10/2011

    S : batuk dan panas, diare 2x

    O : KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukup

    Tanda vital: T: - mmHg RR: 34 x/menit

    N: 110 x/menit S: 36,4oC

    Lab : Hb = 11,3 mg/dL

    Leukosit = 11.300/mm3

    Erirosit = 4,77 juta/mm3

    Trombosit = 347.000/mm3

    PCV = 36,4%CRP (-)

    Hitung jenis : -/2/-/17/72/9

    A : OF et causa ISPA

    P : - Infus KAEN-3B

    - Progesic syr

    - Mucohexin syr

    - Inj. celocef

    10

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    11/33

    - Diet makanan lunak

    Tanggal 16/10/2011

    S : batuk, pilek dan demam berkurang, tetapi tidak mau makan

    O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup

    Tanda vital: T: - mmHg RR: 28 x/menit

    N: 100 x/menit S: 36,2oC

    Hasil Foto thorax PA :

    Cor : tidak ada kelainan

    Pulmo : bronchovascular pattern meningkat pada lap.atas

    kanan dan kiri . Kesimpulan : bronkitis

    A : bronkitis

    P : terapi tetap, mucohexin (bila perlu)

    Tanggal 17/10/2011

    S : membaik

    O : keluhan tidak ada

    Tanda vital: T: - mmHg RR: 26 x/menit, kusmaul

    N: 100 x/menit S: 36oC

    DL : Hb 11,1 mg/dl

    leukosit = 6.200

    Eritrosit = 4,77 juta

    Trombosit = 234.000

    Hitung jenis : -/4/-/6/81/9

    A : bronkhitis

    P : terapi diteruskan, (bila perlu)

    Pukul 17.00 keluarga pasien minta dipulangkanACC pulang, KU membaik

    Obat yang diminum di rumah : cefixime syr 2x1

    puyer mucohexin 3x1

    Kesimpulan

    - Diagnose akhir dari An.D adalah bronchitis

    - Kondisi An.D sewaktu dipulangkan membaik

    11

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    12/33

    Flow Sheet

    Nama : An. D

    Diagnosis : Bronkitis

    No Tanggal S O A P1. 14/10/2011 panas, batuk,

    pilek, tidak mau

    makan minum

    KU cukup, compos mentisGCS 456, gizi kesan cukup

    Tanda vital:

    T: - mmHgRR: 34 x/menit

    N: 112 x/menit

    S: 37,6oC

    OF et causaISPA

    - Foto thorax PA danLab. DL

    - Diet makanan lunak

    2. 15/10/2011 batuk dan

    panas, diare 2x

    KU cukup, compos mentis

    GCS 456, gizi kesan cukup

    Tanda vital:

    T: - mmHgRR: 34 x/menitN: 110 x/menit

    S: 36,4oCLab :

    Hb = 11,3 mg/dLLeukosit = 11.300/mm3

    Erirosit = 4,77 juta/mm3Trombosit = 347.000/mm3

    PCV = 36,4%CRP (-)

    Hitung jenis : -/2/-/17/72/9

    OF et causa

    ISPA

    - Infus KAEN-3B

    - Progesic syr

    - Mucohexin syr

    - Inj. celocef- Diet makanan lunak

    3. 16/10/2011 batuk, pilek dan

    demam

    berkurang,

    tetapi tidak mau

    makan

    KU cukup, compos mentis,

    gizi kesan cukupTanda vital:

    T: - mmHgRR: 28 x/menit

    N: 100 x/menitS: 36,2oC

    Hasil Foto thorax PA :Cor : tidak ada kelainan

    Pulmo : bronchovascular

    pattern meningkat padalap.atas kanan dan kiri

    bronchitis terapi tetap, mucohexin

    (bila perlu)

    4. 17/10/2011 membaik keluhan tidak ada

    Tanda vital:T: - mmHgRR: 26 x/menit, kusmaul

    N: 100 x/menit

    S: 36oCDarah Lengkap :

    Hb 11,1 mg/dlLeukosit = 6.200

    Eritrosit = 4,77 jutaTrombosit = 234.000

    Hitung jenis : -/4/-/6/81/9

    Bronkitis terapi diteruskan, (bila

    perlu)

    12

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    13/33

    BAB II

    IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

    A. FUNGSI HOLISTIK

    1. Fungsi Biologis

    An. D dengan usia 11 bulan menderita bronkitis

    2. Fungsi Psikologis

    Penderita tinggal bersama dengan kedua orang tua dan saudara

    perempuannya. Jika ada anggota keluarga yang memiliki masalah,

    mereka saling membantu dan memberi perhatian. Saat An.D sakit, ayah

    dan ibunya sangat perhatian, bersedia mengantar dan bergantian

    menjaga An.D di rumah sakit. Hubungan keluarga ini tampak sangat

    harmonis.

    3. Fungsi Sosial

    Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga ini hanya sebagai anggota

    masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam

    masyarakat. Dalam kehidupan sosial orangtua An.D cukup aktif dalam

    kegiatan kemasyarakatan.

    4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

    An.D adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara dengan ayah (Tn.C) sebagai

    karyawan swasta dan ibu (Ny.N) sebagai ibu rumah tangga. Kakak

    perempuannya, An.A saat ini berusia 6 tahun dan duduk di TK. Biaya

    sekolah, biaya hidup sehari-hari dan biaya rumah sakit ditanggung oleh

    orang tua dan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

    B. Fungsi Fisiologis dengan APGAR Score

    Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR

    score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari

    sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan

    anggota keluarga yang lain. APGARscore meliputi :

    13

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    14/33

    1. Adaptasi

    Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota

    keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota

    keluarga yang lain.

    2. Partnership

    Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara

    anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga

    tersebut.

    3. Growth

    Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan

    anggota keluarga tersebut.

    4. Affection

    Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota

    keluarga.

    5. Resolve

    Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan

    waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

    Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup

    dan 8-10 adalah baik.

    APGAR score Tn.C = 9

    APGAR Tn. C Sering/

    selalu

    Kadang-

    kadang

    Jarang/

    Tidak

    A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluargasaya bila saya menghadapi masalah

    P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

    dan membagi masalah dengan saya

    G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

    dan mendukung keinginan saya untuk melakukan

    kegiatan baru atau arah hidup yang baru

    A Saya puas dengan cara keluarga saya

    mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon

    emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

    14

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    15/33

    R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

    membagi waktu bersama-sama

    Untuk Tn.S APGARscore dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Tn. C sering

    memecahkannya bersama anggota keluarganya .

    Score : 2

    Partnership : Komunikasi antara penderita dengan anak dan istrinya

    terjalin baik. Mereka saling memberi perhatian, masukan, dan bantuan jika

    ada yang terkena masalah.

    Score : 2

    Growth : Tn.C sering berdiskusi bersama anggota keluarganya untuk

    menentukan keputusan

    Score : 2

    Affection : Kasih sayang yang terjalin antara anggota keluarga terjalin

    dengan baik

    Score : 2

    Resolve : Tn. C bekerja, istri hanya sebagai IRT, anak bersekolah, oleh

    sebab itu tidak terlalu sering untuk dapat berkumpul bersama, namun hal ini

    tidak mengurangi kedekatan dalam keluarga.

    Score : 1

    APGAR score Ny. N = 9

    APGAR Ny. N Sering/

    selalu

    Kadang-

    kadang

    Jarang/

    Tidak

    A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

    saya bila saya menghadapi masalah

    P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

    dan membagi masalah dengan saya

    15

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    16/33

    G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima

    dan mendukung keinginan saya untuk melakukan

    kegiatan baru atau arah hidup yang baru

    A Saya puas dengan cara keluarga saya

    mengekspresikan kasih sayangnya dan meresponemosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

    R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

    membagi waktu bersama-sama

    Untuk Sdr. A APGARscore dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Ny. N sering

    memecahkannya bersama keluarganya .

    Score : 2

    Partnership : Komunikasi antara penderita dengan anak dan suaminya

    terjalin baik. Mereka saling memberi perhatian, masukan, dan bantuan jika

    ada yang terkena masalah.

    Score : 2

    Growth : Ny.N sering berdiskusi bersama anggota keluarganya untuk

    menentukan keputusan

    Score : 2

    Affection : Kasih sayang yang terjalin antara anggota keluarga terjalin

    dengan baik

    Score : 2

    Resolve : Ny.N hanya sebagi IRT, Tn.C bekerja, anak bersekolah, oleh

    sebab itu tidak terlalu sering untuk dapat berkumpul bersama, namun hal ini

    tidak mengurangi kedekatan dalam keluarga.

    Score : 1

    APGARscore keluarga Tn.C= (9+9) : 2 = 9

    Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga ini sangat baik.

    16

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    17/33

    C. Fungsi Patologis dengan SCREEM Score

    Tabel SCREEM keluarga Tn.C

    Sumber Patologis

    Social Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -

    Culture Menggunakan adat istiadat daerah asal -

    ReligiousPemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam

    ketaatannya dalam beribadah.

    -

    EconomicPenghasilan keluarga relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan

    sehari-hari

    -

    Educational

    Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini relatif kurang,

    Tn. C lulusan Diploma dan Ny.N lulusan SMA, An.A masih

    duduk dibangku TK. Pengetahuan tentang kesehatan kurang.

    +

    Medical

    Tn.C dan keluarga jarang memeriksakan diri ke dokter, pergi

    berobat bila ada keluhan yang memberat. Jarak rumah dekatdengan bidan, dan jika ada keluhan sakit hanya dating sesekali.

    +

    Kesimpulan

    Keluarga Tn.N mempunyai masalah dalam hal pendidikan dan kesehatan.

    D. Genogram Keluarga

    Diagram Genogram Keluarga

    Bentuk keluarga : nuclear famili

    E. Pola Interaksi Keluarga

    Diagram Pola Interaksi Keluarga

    Keterangan :

    Hubungan baik

    17

    Ny.N

    Tn.

    C

    An

    .D

    A

    n.

    A

    Tn.C

    Ny.N

    An.

    DAn.

    A

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    18/33

    BAB III

    IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    KESEHATAN

    1. Identifikasi Faktor Perilaku

    a. Pengetahuan

    Keluarga ini memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan.

    Menurut pendapat mereka semua kesehatan itu tidak hanya secara jasmani

    saja tetapi dalam hal pikiran. Namun keluarga ini kurang mengetahui

    tentang penyakit An.D dan komplikasi yang dapat terjadi.

    b. Sikap

    Keluarga Tn.C kurang peduli tentang penyakit yang diderita An.D,

    karena hanya menganggap penyakit biasa.

    c. Tindakan

    Keluarga Tn.C baru mengantarkan An.D untuk periksa ke dokter jika

    kondisi An.D sudah mulai parah, karena kurangnya pengetahuan.

    2. Faktor Non Perilaku

    a. Lingkungan

    Rumah keluarga Tn.C terletak di gang kecil di sebuah perumahan dan

    berdempetan dengan tetangganya. Kondisi ini membuat pencahayaan,

    dan ventilasi rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.

    b. Pelayanan Kesehatan

    Rumah Tn.C tidak terlalu jauh dengan pelayanan kesehatan seperti

    bidan. Namun karena kurangnya pengetahuan dan menganggap

    penyakitnya adalah penyakit biasa, keluarga Tn.C jarang periksa kedokter.

    c. Keturunan

    Menurut keluarga Tn.C, tidak ada anggota keluarga lainnya yang

    menderita penyakit seperti ini.

    18

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    19/33

    Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku

    Keterangan:

    : Faktor Perilaku

    : Faktor Non-perilaku

    3. Identifikasi Lingkungan Rumah Lingkungan Luar Rumah (Fungsi Outdoor) :

    o Rumah ukuran 6m x 6m

    o Memiliki pagar

    o Jarak dengan tetangga berdempetan

    o Sumber air dari pompa

    Lingkungan Dalam Rumah (Fungsi Indoor) :

    o Terdapat 5 ruangan :

    2 kamar tidur

    1 ruang tamu + ruang keluarga

    1 dapur

    1 kamar mandi

    o Ventilasi dan pencahayaan kurang, kesan pengap

    o Lantai keramik

    o Dinding dari tembok, atap dari genteng

    19

    PengetahuanKeluarga Tn.C kurang

    memahami tentang

    penyakit penderita(An.D)

    SikapKeluarga kurang

    peduli terhadap

    penyakit penderita,karena hanya

    menganggapnyapenyakit biasa

    TindakanKeluarga jarang

    memeriksakan diri kedokter

    KeturunanTidak ada riwayat

    penyakit seperti ini

    LingkunganRumah kurang

    memenuhi syaratkesehatan, ventilasi

    dan pencahayaannya

    kurang

    An.D

    Pelayanan Kesehatan

    Tidak terlalu jauhdengan pelayanan

    kesehatan, tetapijarang periksa karena

    kurang memahamipenyakitnya

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    20/33

    Denah Rumah

    Daftar Masalah

    Masalah medis :

    Bronkhitis

    Masalah non medis :

    1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan

    2. Kurang memahami penyakit dan komplikasinya

    3. Tingkat kepedulian terhadap penyakit kurang

    4. Lingkungan rumah yang kurang memenuhi syarat

    kesehatan

    5. Diagram Permasalahan Pasien

    BAB IV

    20

    2. Kurang memahami

    penyakit dan komplikasinya

    4. Lingkungan rumah

    yang kurang memenuhi

    syarat kesehatan

    An.D, 11 bulan

    Diagnosa :

    Bronchitis1. Kurangnya pengetahuan

    tentang kesehatan

    3. Tingkat kepedulian

    terhadap penyakit

    kurang

    Dapur

    Ruang tamu/

    Ruang Keluarga

    Kamar Tidur I

    Kamar Tidur II

    Kamar

    Mandi

    6m

    6m

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    21/33

    TINJAUAN PUSTAKA

    Bronkitis

    Pengertian

    Bronkitis merupakan proses keradangan pada bronkus dengan manifestasi

    utama berupa batuk, yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis.

    Proses ini dapat disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang

    terjadi dari saluran napas maupun bawah.

    Etiologi

    Infeksi :

    Virus : RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno, morbilli

    Bakteri : H.influenza B, Stafilokokus, Streptokokus, pertusis,

    tuberkulosis, mikoplasma

    Fungi : monilia

    2. Alergi : asma

    3. Kimiawi :

    aspirasi susu, aspirasi isi lambung

    asap rokok

    uap/gas yang merangsang

    Gejala Klinik Bronkitis Akut

    didahului infeksi saluran nafas atas (terutama virus)

    batuk pilek 3-4 hari

    Sifat batuk : batuk kering disertai nyeri/ panas substernal; beberapa hari :

    riak jernih purulen setelah 10 hari riak menjadi encer kemudian hilang,

    batuk dapat disertai muntah-muntah

    Pemeriksaan Fisik Bronkitis Akut

    Keadaan umum baik, anak tidak tampak sakit

    21

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    22/33

    Panas sub febris seringkali terjadi

    Tidak didapatkan adanya sesak, pada pemeriksaan paru didaptkan ronki

    basah kasar, dapat terdengar ronki kering (coarse moist rales) yang tidak

    tetap

    Dapat ditemukan nasofaringitis, kadang conjunctivitis

    Pemeriksaan penunjang : foto toraks dapat normal atau peningkatan corak

    bronkovaskuler, pada pemeriksaan laboratorium lekosit dapat normal atau

    meningkat

    Penatalaksanaan Bronkitis Akut

    Mengontrol batuk agar sekret menjadi lebih encer/lebih mudah

    dikeluarkan :

    - Anak dianjurkan untuk minum lebih banyak

    - Pemberian uap atau mukolitik, bila perlu diikuti fisioterapi dada.

    - Hati-hati dalam pemberian antitusif dan antihistamin karena akan

    mengakibatkan sekret menjadi lebih kental sehingga dapat menimbulkan

    atelektasis atau pneumonia

    Antibiotika diberikan apabila didapatkan adanya kecurigaan infeksi

    sekunder, dengan pilihan antibiotika : ampisilin, kloksasilin,

    kloramfenikol, eritromisin

    Komplikasi Bronkitis Akut

    Komplikasi bronkitis akut jarang didapatkan. Pada anak dengan status gisi

    kurang dapat terjadi komplikasi berupa otitis media, pneumonia, sinusitis.

    Pada bronkitis berulang, harus dipikirkan kemungkinan :

    Tuberkulosis

    Alergi

    22

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    23/33

    Sinusitis

    Tonsilitis adenoid

    Bronkiektasis

    Benda asing/corpus alienum

    Kelainan kongenital

    Defisiensi imun

    Fibrosis kistik

    2. Pneumonia

    Pneumonia dalah penyakit peradangan parenkim paru yang

    disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus,

    mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi

    dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi

    (ventilation perfusion mismatch).

    Patofisiologi

    Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme : filtrasi

    partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis,

    ekspulsi benda asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah

    kranial oleh mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag alveolar,

    netralisasi kuman oleh substansi imun lokal dan drainase melalui

    sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia : aspirasi, gangguan

    imun, septisemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung

    bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan

    gangguan klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik , benda

    asing atau disfungsi silier.

    Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah,

    aspirasi benda asing, transplasental atau selama persalinan pada

    neonatus. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi

    mikroorganisme, sebagian kecil terjadi melalui aliran darah

    23

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    24/33

    (hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakteri dan

    virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada

    bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan

    dengan meningkatnya umur. Pada pneumonia yang berat bisa terjadi

    hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan

    gagal nafas.

    b. Diagnosis

    Anamnesis

    - Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului

    dengan infeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain

    batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan disekitar mulut,

    menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya

    anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering

    menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunanan

    kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan dengan

    meningitis, sepsis atau ileus.

    Pemeriksaan fisis

    - Tanda yang mungkin ada adalah suhu 390 C, dispnea :

    inspiratory effortditandai dengan takipnea, retraksi (chest indrawing),

    nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan dinding toraks dapat

    berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup. Pada

    pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama

    melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronki basah

    halus di lapangan paru yang terkena.

    Pemeriksaan penunjang

    - Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan

    hitung jenis bergeser ke kiri.

    24

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    25/33

    - Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah

    menunjukkan keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion

    mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat

    tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis

    metabolik, dan gagal nafas.

    - Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif

    tetapi dapat membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon

    terhadap penanganan awal.

    - Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di

    seluruh lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis

    biasanya sebanding dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada

    infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada

    keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :

    o Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris

    o

    Penebalan pleura pada pleuritis

    o Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura,

    pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel

    Diagnosis banding pneumonia

    Bronkiolitis

    Payah jantung

    Aspirasi benda asing

    Abses paru

    Khusus pada bayi :

    Meningitis

    Ileus

    25

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    26/33

    e. Komplikasi

    Pleuritis

    Efusi pleura/ empiema

    Pneumotoraks

    Piopneumotoraks

    Abses paru

    Gagal nafas

    f. Tatalaksana

    1. Indikasi MRS :

    a. Ada kesukaran nafas, toksis

    b. Sianosis

    c. Umur kurang 6 bulan

    d. Ada penyulit, misalnya :muntah-muntah, dehidrasi, empiema

    e. Diduga infeksi oleh Stafilokokus

    f. Imunokompromais

    g. Perawatan di rumah kurang baik

    h. Tidak respon dengan pemberian antibiotika oral

    2. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau

    masker, monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas

    diberikan bantuan ventilasi mekanik.

    3. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan

    parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan

    status hidrasi.

    26

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    27/33

    4. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap

    melalui selang nasogastrik.

    5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan

    salin normal

    6. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi.

    7. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita

    dan dugaan penyebab Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72

    jam. Bila tidak ada perbaikan klinis dilakukan perubahan pemberian

    antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh. Lama pemberian

    antibiotik tergantung : kemajuan klinis penderita, hasil laboratoris,

    foto toraks dan jenis kuman penyebab :

    Stafilokokus : perlu 6 minggu parenteral

    Haemophylus influenzae/Streptokokus pneumonia : cukup 10-14

    hari

    Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung

    bawaan, gangguan neuromuskular, keganasan, pengobatan

    kortikosteroid jangka panjang, fibrosis kistik, infeksi HIV),

    pemberian antibiotik harus segera dimulai saat tanda awal pneumonia

    didapatkan dengan pilihan antibiotik : sefalosporin generasi 3.

    Dapat dipertimbangkan juga pemberian : Kotrimoksasol pada

    Pneumonia Pneumokistik Karinii

    27

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    28/33

    3. ASMA

    a. Definisi

    Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan/atau mengi

    berulang, terutama pada malam hari (nocturnal), reversible (dapat sembuh

    spontan atau dengan pengobatan) dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau

    keluarganya.Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang

    progresif akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan,

    atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut.

    Penggolongan asma tergantung pada derajat penyakitnya (aspek kronik) dan

    derajat serangannya (aspek akut). Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi

    menjadi (1) asma episodik jarang, (2) asma episodik sering dan (3) asma

    persisten. Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokkan menjadi (1)

    serangan asma ringan, (2) sedang dan (3) berat.

    Patofisiologi

    Proses patologi pada serangan asma termasuk adanya konstriksi bronkus,

    udema mukosa dan infiltrasi dengan sel-sel inflamasi (eosinofil, netrofil, basofil,

    makrofag) dan deskuamasi sel-sel epitel. Dilepaskannya berbagai mediator

    inflamasi seperti histamin, lekotriene C4, D4 dan E4, P.A.F yang mengakibatkan

    adanya konstriksi bronkus, edema mukosa dan penumpukan mukus yang kental

    dalam lumen saluran nafas. Sumbatan yang terjadi tidak seragam/merata di

    seluruh paru. Atelektasis segmental atau subsegmental dapat terjadi. Sumbatan

    jalan nafas menyebabkan peningkatan tahanan jalan nafas yang tidak merata di

    seluruh jaringan bronkus, menyebabkan tidak padu padannya ventilasi dengan

    perfusi (ventilation-perfusion mismatch). Hiperinflasi paru menyebabkan

    penurunan compliance paru, sehingga terjadi peningkatan kerja nafas.

    Peningkatan tekanan intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui

    saluran nafas yang menyempit, dapat makin mempersempit atau menyebabkan

    penutupan dini saluran nafas, sehingga meningkatkan resiko terjadinya

    pneumotoraks. Peningkatan tekanan intratorakal mungkin mempengaruhi arus

    28

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    29/33

    balik vena dan mengurangi curah jantung yang bermanisfestasi sebagai pulsus

    paradoksus.

    Ventilasi perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi alveolar, dan

    peningkatan kerja nafas menyebabkan perubahan dalam gas darah. Pada awal

    serangan, untuk mengkompensasi hipoksia terjadi hiperventilasi sehingga kadar

    PaCO2 yang akan turun dan dijumpai alkalosis respiratorik. Selanjutnya pada

    obstruksi jalan nafas yang berat, akan terjadi kelelahan otot nafas dan

    hipoventilasi alveolar yang berakibat terjadinya hiperkapnia dan asidosis

    respiratorik. Karena itu jika dijumpai kadar PaCO2 yang cenderung naik walau

    nilainya masih dalam rentang normal, harus diwaspadai sebagai tanda kelelahan

    dan ancaman gagal nafas. Selain itu dapat terjadi pula asidosis metabolik akibat

    hipoksia jaringan dan produksi laktat oleh otot nafas. Hipoksia dan asidosis dapat

    menyebabkan vasokontriksi pulmonal, namun jarang terjadi komplikasi cor

    pulmonale. Hipoksia dan vasokontriksi dapat merusak sel alveoli sehingga

    produksi surfaktan berkurang atau tidak ada, dan meningkatkan resiko terjadinya

    atelektasis.

    Diagnosis

    UKK Pulmonologi PP IDAI telah membuat pedoman nasional asma

    dengan gejala awal berupa batuk dan/atau mengi. Pada alur diagnosis selain

    anamnesis yang cermat beberapa pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan

    tergantung pada fasilitas yang tersedia.

    d. Pemeriksaan penunjang

    - Uji fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter. Diagnosis asma

    dapat ditegakkan bila didapatkan :

    o Variasi pada PFR (peak flow meter= arus puncak ekspirasi) atau FEV1

    (forced expiratory volume 1 second= volume ekspirasi paksa pada detik

    pertama) 15%

    29

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    30/33

    o Kenaikan 15% pada PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi

    bronkodilator

    o Penurunan 20% pada PFR atau FEV1 setelah provokasi bronkus.

    - Pemeriksaan Ig E dan eosinofil total. Bila terjadi peningkatan dari nilai

    normal akan menunjang diagnosis

    - Foto toraks untuk melihat adanya gambaran emfisematous atau adanya

    komplikasi pada saat serangan. Foto sinus para nasal perlu dipertimbangkan

    pada anak > 5 tahun dengan asma persisten atau sulit diatasi

    e. Tatalaksana

    Tatalaksana asma mencakup edukasi terhadap pasien dan atau keluarganya

    tentang penyakit asma dan penghindaran terhadap faktor pencetus serta

    medikamentosa. Medikamentosa yang digunakan dibagi menjadi 2 kelompok

    besar yaitu pereda (reliever) dan pengendali (controller). Tata laksana asma

    dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pada saat serangan (asma akut) dan di

    luar serangan (asma kronik).

    Di luar serangan, pemberian obat controller tergantung pada derajat asma. Pada

    asma episodik jarang, tidak diperlukan controller, sedangkan pada asma episodik

    sering dan asma persisten memerlukan obat controller. Pada saat serangan

    lakukan prediksi derajat serangan (Lampiran 2), kemudian di tata laksana sesuai

    dengan derajatnya (lampiran 5).

    Pada serangan asma akut yang berat :

    - Berikan oksigen

    - Nebulasi dengan b-agonis antikolinergik dengan oksigen dengan 4-6 kali

    pemberian.

    - Koreksi asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit bila ada

    30

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    31/33

    - Berikan steroid intra vena secara bolus, tiap 6-8 jam

    - Berikan aminofilin intra vena :

    o Bila pasien belum mendapatkan amonifilin sebelumnya, berikan

    aminofilin dosis awal 6 mg/kgBB dalam dekstrosa atau NaCl sebanyak

    20 ml dalam 20-30 menit

    o Bila pasien telah mendapatkan aminofilin (kurang dari 4 jam), dosis

    diberikan separuhnya.

    o Bila mungkin kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml

    o Selanjutnya berikan aminofilin dosis rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jam

    - Bila terjadi perbaikan klinis, nebulasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam,

    dan pemberian steroid dan aminofilin dapat per oral

    - Bila dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan

    dibekali obat b-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama

    24-48 jam. Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik

    rawat jalan dalam 24-48 jam untuk reevaluasi tatalaksana.

    31

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    32/33

    BAB V

    PENUTUP

    1. Kesimpulan

    Diagnosis Holistik An. D adalah :

    a. Diagnosa Biologis : Bronkitis

    b. Diagnosis Psikologis : Hubungan An.D dengan anggota

    keluarganya cukup baik.

    c. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi mengah, cukup untuk

    kebutuhan sehari-hari

    d. Diagnosis Sosial : Hubungan keluarga An.D dengan

    masyarakat sekitar baik.

    2. Saran untuk pencegahan

    Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar

    batuk tidak bertambah parah.

    Membatasi aktivitas anak

    Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin,

    bila ada yang tertutup lehernya

    Hindari makanan yang merangsang

    Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan

    mandikan anak dengan air hangat

    Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum

    makan

    Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

    32

  • 7/29/2019 113875528-kedokteran-keluarga

    33/33

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Loughlin GM. Bronchitis. Dalam : Kendig EL, Chernick V, penyunting.

    Kendigs Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-5.

    Philadelphia : WB Saunders 1990 : 349-59.2. Goodman D. Bronchitis. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson

    HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia :

    WB Saunders, 2003 : 1414-5.

    3. Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma Anak.

    UKK Pulmonologi : PP IDAI, 2004.

    4. Michael Sly. Asthma Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM,

    penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-16. Philadelphia : WB

    Saunders, 2000 : 664-80.