1103506056

133
KONTRIBUSI PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN BREBES TESIS Untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang Oleh : DARMANSYAH NIM 1103506056 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2008

Upload: maz-latif

Post on 28-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

p[[i[i

TRANSCRIPT

Page 1: 1103506056

KONTRIBUSI PROFESIONALISME GURU DAN

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP

KINERJA GURU SMP NEGERI

DI KABUPATEN BREBES

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh :

DARMANSYAH

NIM 1103506056

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2008

Page 2: 1103506056

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS

Tesis dengan judul “ KONTRIBUSI PROFESIONALISME GURU DAN

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU

SMP NEGERI DI KABUPATEN BREBES “ ini telah disetujui oleh dosen

pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.

Semarang, April 2008

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M,Pd., Kons Dr. Yayat Hidayat Amir, M.Pd

NIP. 131570049

Page 3: 1103506056

iii

PENGESAHAN

Tesis ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program

Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 21 Mei 2008

Ketua Sekretaris

Dr. Ahmad Sopyan, M.Pd. Prof. Soelistia, M.L, Ph.D.

NIP. 131404300 NIP. 130154821

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd. Dr. Yayat Hidayat Amir, M.Pd

NIP. 131485011

Penguji III

Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M,Pd., Kons NIP. 131570049

Page 4: 1103506056

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini beserta seluruh isinya benar-

benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian

atau keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 21 Mei 2008

Darmansyah

Page 5: 1103506056

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim, dan bahwasannya segala

sesuatu hingga ikan-ikan yang ada di dalam laut senantiasa memohonkan

ampunan (kepada Allah) untuk orang yang mencari ilmu.”

(HR Ibnu Abdil Barr)

“Kelestarian suatu bangsa tergantung pada akhlaknya, jika akhlaknya runtuh,

runtuh pula bangsa itu ” (M.K. Chisbullah)

Dengan memanjatkan puji dan

syukur Kepada Tuhan Yang Maha

Esa, Kupersembahkan karya ini

untuk :

- Istriku tercinta S. Khofifah

- Ananda tersayang; Fida Mellisa

Amarlina, Ivada Zahra Saputri,

Devada Ayu Permatasai, Firdha

Fadilla Salsabila,

,

Page 6: 1103506056

vi

PRAKATA

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat- NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Tesis dengan judul “ Kontribusi Profesionalisme Guru dan Kepemimpinan

Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Di Kabupaten Brebes”.

Tujuan penulisan tesis ini disamping sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang, juga

untuk membuktikan ada atau tidak adanya kontribusi profesionalisme guru dan

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes

Dengan selesainya tesis ini juga berkat bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis ucapkan banyak

terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri

Semarang

2. Prof. AT. Soegito, SH, MM. Direktur Program Pascasarjana UNNES

beserta staf atas segala fasilitas pelayanan yang diberikan selama penulis

menjadi mahasiswa Program Pascasarjana.

3. Prof. Soelistia, M.L. Ph.D, Ketua Program Studi beserta para dosen

Pascasarjana, atas ilmu yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.

4. Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M,Pd., Kons. pembimbing I yang penuh

keikhlasan dalam memberikan waktu, saran, petunjuk dan bimbingan

hingga terselesainya tesis ini.

5. Dr. Yayat Hidayat Amir, M,Pd. Pembimbing II yang dengan sabar

mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun tesis ini hingga

akhir.

6. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Brebes, yang telah

memberikan ijin sehingga penelitian dapat terlaksana dengan lancar.

Page 7: 1103506056

vii

7. Kepala SMP Negeri se-Kabupaten Brebes yang telah berkenan

memberikan ijin dan kesempatan kepada bapak ibu guru mengisi kuisioner

di tempat tugasnya masing-masing.

8. Rekan-rekan mahasisma Program Pascasarjana angkatan 2006-2007.

9. Rekan-rekan guru, TU dan karyawan SMP Negeri 1 Wanasari.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan tesis ini, semoga Allah SWT memberikan

balasan atas kebaikan yang diberikan pada penulis.

Senada dengan akhir kata pengantar ini, penulis mengharapkan semoga

tesis ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan ilmu pada umumnya dan

kemajuan bidang pendidikan pada khususnya.

Semarang, Maret 2008

Penulis,

Page 8: 1103506056

viii

SARI

Darmansyah, 2008. Kontribusi Kepemimpinan Kepala sekolah dan Profesionalisme guru terhadap Kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes. Tesis, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : (1) Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M,Pd., Kons (2) Dr. Yayat Hidayat Amir, M.Pd

Kata Kunci : kepemimpinan kepala sekolah, profesionalisme guru, kinerja guru

Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kinerja guru sebagai pendidik. Untuk itu kinerja guru memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pengajaran secara optimal. Meningkatkan kinerja guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam hal ini terdapat sejumlah aspek yang terkait baik yang melekat pada diri guru seperti: moral, kemampuan, pengalaman, dan motivasi maupun yang berada di luar guru seperti profesionalisme guru, kesejahteraan, iklim kerja, kepemimpinan kepala sekolah, gaji, kurikulum, sarana dan prasarana. Tanpa mengurangi peranan masing-masing aspek tersebut, kiranya aspek profesionalisme guru yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu dan kepemimpinan kepala sekolah sebagai pendidik, pemimpin, pendidik, supervisor, inovator dan motivator.merupakan aspek penting dalam meningkatkan kinerja mengajar guru Populasi dalam penelitian ini adalah guru SMP Negeri se- Kabupaten Brebes dengan jumlah sampel 289 orang guru.

Data yang ada kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan bantuan komputer program SPSS 15.00 for Windows, yang meliputi analisis deskripsi, uji analisis, korelasi dan analisis regresi sederhana serta regresi berganda. Secara deskriptif maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase profesionalisme guru (17,6%) dan kepemimpinan kepala sekolah (25,0%) . Melalui analisis regresi sederhana diketahui : (1) kontribusi kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap kinerja guru (Y) adalah signifikan karena karena p=0,000 lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikani 0,05 (5%), (2) pengaruh kepemipinan kepala sekolah (X2) terhadap kinerj guru (Y) adalah signifikan karena karena p=0,000 lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikani 0,05 (5%). Hasil analisis regresi berganda menunjukkan ada pengaruh yang signifikan profesionalisme guru dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru pada SMP Negeri di kabupaten brebes dengan koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,413 atau 41,3%. Nilai F regresi sebesar 100,622 dengan signifikansi sebesar 0,000. Adapun persamaan bergandanya adalah: regresi Y’ = 5,180 + 0,393 X1 + 0,571 X2. Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan sebagai edudator, manajer, supervisor, leader, inovator, motivator dan profesionalisme guru yang meliputi komitmen, tanggung jawab, keterbukaan, orientasi terhadap reward, kemampuan guru dalam melaksanakan tugas selaku pendidik agar menjadi lebih baik untuk meningkatkan

Page 9: 1103506056

ix

kinerja guru dalam menyusun, melaksanakan dan menilai pembelajaran di sekolah.

ABSTRAC

Darmansyah, 2008. Contribution of Leadership of Headmaster and Professionalism learn to Performance learn SMP of Country [in] Sub-Province Brebes. Thesis, Program of Study of Education Management, Program Pascasarjana, University of Country Semarang. Counsellor : ( 1) Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M,Pd., Kons ( 2) Dr. Yayat Hidayat Amir, M.Pd

Keyword : headmaster leadership, teacher professionalism, teacher performance

Page 10: 1103506056

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... iHALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iiiPERNYATAAN................................................................................................... MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................

ivv

PRAKATA .......................................................................................................... vi SARI .................................................................................................................... viiiABSTRACT......................................................................................................... ixDAFTAR ISI . ..................................................................................................... xDAFTAR TABEL ............................................................................................... xiiDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiiiLAMPIRAN ........................................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1 1.2 Identifikasi Masalah …………………………………………. 10

1.3 1.4

Perumusan Masalah …………………………………………. Tujuan Penelitian …………………………………………….

1111

1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………... 12 BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja Guru …………………………………………………. 10 2.2 Konsep Dasar Kinerja Guru ………………………………..... 12 2.3 Profesionalisme Guru ….. …………………………………… 15

2.3.1 Karakteristik Guru yang Profesional ..............................

2.3.2 Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Menengah . 1923

2.4 Konsep Dasar Kepemimpinan Pendidikan …………………... 26 2.5 Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan di Sekolah..... 32 2.6 Kerangka Berfikir Penelitian ……………………………….... 45 2.7 Hipotesis Penelitian ………………………………………….. 49

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian …………………………………………….. 50

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………... 51 3.3 Variabel Penelitian …………………………………………... 52 3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………... 58 3.5 Validitas dan Relaibilitas Instrumen Penelitian …………….. 62 3.6 Teknik Analisis Data ………………………………………… 64

Page 11: 1103506056

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data 65

4.1.1 Profesionalisme Guru ……. …………………………… 65 4.1.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah………………………... 66 4.1.3 Kinerja Guru …………………...…………………….... 68

4.2

Uji Persyaratan Analisis 4.2.1 Uji Normalitas Data ...…………………………………. 4.2.2 Uji Linieritas………...…………………………………. 4.2.3 Uji Homogenitas……………………………………….. 4.2.4 Uji Multikolinieritas…………………………………….

69707072

4.3 Hasil Analisis Regresi

4.3.1 Hasil Analisis Regresi Sederhana …...………………… 72

4.3.2 Hasil Analisis Regresi Berganda ..…………………..… 75

4.4 Pengujian Hipotesis

1. Kontribusi Profesionalisme Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupeten Brebes secara Simultan ……………………… 77

2. Pengujian Hipotesis secara Partial a. Kontribusi Profesionalisme Guru terhadap Kinerja

Guru SMP Negeri di Kabupeten Brebes....................... b. Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap

Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupeten Brebes..........

78

78

4.5 Pembahasan

4.5.1 Kontribusi Profesionalisme Guru terhadap Kinerja

Guru SMP Negeri di Kabupeten Brebes.......................... 79

4.5.2 Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap

Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupeten Brebes ……… 80

4.5.3 Kontribusi secara simultan Profesionalisme guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupeten Brebes................................... 81

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ………………………………………………….. 82

5.2 Saran…..……………………………………………………... 83

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 85

Page 12: 1103506056

xii

DAFTAR TABEL

1.1 Hasil Rata-rata Ujian Akhir Nasional SMP Tahun Pelajaran

2006-2007 Kabupaten Brebes…………………………………. 4

2.1 Dimensi dan Indikator Profesional Guru..................................... 22

3.1 Karakteristik Populasi Penelitian……….……………………… 51

3.2 Kisi-kisi Instrumen Profesionalisme Guru.................................. 59

3.3 Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Kepala sekolah................... 60

3.4 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Guru................................................ 61

4.1 Rata-rata persentase jawaban pada setiap indikator

profesionalisme guru.................................................................... 66

4.2 Rata-rata persentase jawaban pada setiap indikator

kepemimpinan kepala sekolah..................................................... 67

4.3 Rata-rata persentase jawaban pada setiap indikator kinerja guru 68

4.4 Hasil Uji Normalitas Data........................................................... 69

4.5

4.6

4.7

4.8

Ringkasan hasil Uji Linieritas………………………………….

Hasil Pengujian Multikolinieritas...............................................

Koefisien-koefisien hasil perhitungan analisis regresi

berganda......................................................................................

Anova regresi ganda....................................................................

70

72

75

77

Page 13: 1103506056

xiii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gaya Kepemimpinan........................................................................... 30

2.2 Kerangka Berfikir Penelitian……………………………………….. 48

3.1 Hubungan antar Variabel Penelitian..................................................... 51

4.1 Grafik Uji Heteroskedastisitas……………………………………… 71

4.2 Grafik hubungan profesionalisme guru terhadap kinerja guru……... 73

4.3

Grafik hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

guru…………………………………………………………………. 74

4.4 Model pengaruh antar variabel hasil penelitian.................................. 76

Page 14: 1103506056

xiv

LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ............................................................ 87

Lampiran 2 Sebaran Sampel Penelitian ……………………………….. 98

Lampiran 3 Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas ……………...…. 99

Lampiran 4 Hasil Analisis dan Perhitungan SPSS ……………………. 102

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian ……………………………………... 114

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dinas P&K kabupaten Brebes …….... 119

Lampiran 7 Surat Keterangan Selesai Penelitian Dinas P&K

Kabupaten Brebes ……………………………………..….. 120

Lampiran 8 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari SMP Negeri

di Kabupaten Brebes .......................................................... 121

Page 15: 1103506056

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa banyak

perubahan bagi kehidupan manusia. Perubahan juga telah mengakibatkan bangsa

Indonesia memasuki persaingan global. Agar mampu bersaing, bangsa Indonesia

perlu mempersiapkan diri mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber

daya manusianya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dipersiapkan

secara matang, terencana, terarah, berkelanjutan, efektif dan efisien sejalan

dengan proses pembangunan di berbagai bidang.

Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional

yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikan juga

merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu

urgensi peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia secara

berkelanjutan dijadikan salah satu kebijakan peningkatan mutu pendidikan.

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan proses yang integral dengan proses

peningkatan sumber daya manusia (Umaedi, 1999).

Pendidikan harus mampu menyiapkan sumber daya manusia berdaya saing

global. Konsekuensinya, semua komponen pendidikan yang meliputi siswa, guru,

sekolah, birokrat, orang tua dan segenap lapisan masyarakat harus bahu membahu

bekerja keras untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia. Melalui

pendidikan akan dapat dikembangkan sumber daya manusia yang terampil,

Page 16: 1103506056

2

berbudi pekerti, sehat jasmani rokhani, kreatif dan movatif serta proaktif

(Indradjati Sidi, 1999: 30).

Menyadari pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka

pemerintah bersama-sama kalangan swasta telah dan terus berupaya mewujudkan

amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan bidang pendidikan, seperti

pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. pengembangan dan pengadaan

materi ajar, serta berbagai pelatihan dan penataran bagi guru dan tenaga

kependidikan lainnya.

Dalam kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti

dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Umaedi (1999: 2) ada dua

faktor yang dapat menjelaskan hal itu. Pertama, karena strategi pembangunan

pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Kedua, pengelolaan

pendidikan selama ini bersifat macro oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di

tingkat pusat. Akibatnya banyak faktor yang diproyeksikan tingkat makro tidak

terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro dalam hal ini di

tingkat sekolah.

Komponen yang sangat menentukan dalam meningkatkan sumber daya

manusia melalui proses pendidikan adalah guru. Guru memegang peranan yang

strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan

kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut peranan guru

sulit digantikan dengan yang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan

guru di sekolah tetap dominan sckalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan

dalam proses pembelajaran berkembang sangat cepat. Hal ini menurut

Page 17: 1103506056

3

Mohammad Fakry Gaffar (Dedi Supriyadi, 1998: xv) disebabkan karena ada

dimensi-dimensi pendidikan khususnya proses pembelajaran yang diperankan

oleh guru tidak dapat digantikan oleh teknologi.

Sementara itu Soeyadi (1990: 31) dalam penelitiannya mengemukakan

bahwa kehadiran guru di hadapan murid tidak dapat digantikan semuanya oleh

berbagai media pendidikan. Dengan demikian guru di hadapan murid sangat

dinantikan kehadiran dan keberadaannya, karena kehadiran guru di kelas sangat

menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

Demikian juga keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat

ditentukan oleh kesiapan guru dalam melaksanakan melalui kegiatan

pembelajaran. Dengan kata lain, gurulah yang bertanggung jawab terhadap proses

pembelajaran di kelas. Peran tersebut menempatkan guru sebagai pemegang

kendali dalam menciptakan dan mengembangkan proses pembelajaran yang

efektif dan efisien.

Memperhatikan peran strategis dalam proses pembelajaran, dapat

dikatakan bahwa kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas kemampuan

dan kinerja guru, meskipun ada faktor-faktor lain yang terkait. Konsekuensinya,

apabila kualitas pendidikan ditingkatkan maka kualitas kemampuan guru pun

perlu ditingkatkan. Demikian juga sebaliknya, apabila kualitas pendidikan itu

diduga kurang sesuai dengan harapan masyarakat, tentu yang lebih dulu mendapat

tudingan adalah guru.

Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh

kinerja guru sebagai pendidik. Mengingat pentingnya peranan kinerja guru, maka

Page 18: 1103506056

4

sekolah perlu meningkatkan kinerja guru agar tercapai tujuan pengajaran, visi dan

misi sekolah. Dalam kenyataannya kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes

menurut laporan Dinas P&K Kabupaten Brebes masih harus ditingkatkan.

Aspek-aspek yang memerlukan peningkatkan itu antara lain kemampuan

membuat perencanaan pengajaran yang baik, keterampilan menggunakan media

pengajaran, keterampilan mengkombinasi beragam model dan metode

pembelajaran, kemampuan mengaktifkan siswa dalam belajar. Kondisi

kemampuan guru tersebut ditunjukkan pula oleh hasil belajar siswa yang berupa

nilai rata-rata Ujian Akhir Nasional SMP/MTs tahun pelajaran 2006-2007.

Tabel 1.1. Hasil Rata-rata Ujian Akhir Nasional SMP Tahun Pelajaran 2006-2007

Kabupaten Brebes

No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata

1. Bahasa Inggris 6,34

2. Bahasa Indonesia 5,92

3. Matematika 6,18

Sumber : Dinas P&K Kab. Brebes

Nilai rata-rata Ujian Akhir Nasional SMP/MTs tersebut menunjukkan

bahwa Kabupaten Brebes belum mencapai hasil yang memuaskan, baik di tingkat

provinsi mapun nasional.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kinerja guru sudah banyak

dilakukan, misalnya dengan mengadakan lokakarya, seminar, penataran,

peningkatan kesejahteraan (kenaikan tunjangan fungsional guru) dan peningkatan

kualifikasi pendidikan melalui program penyetaraan dan sebagainya.

Page 19: 1103506056

5

Sejalan dengan itu, di Kabupaten Brebes masih terdapat sekitar 45% guru

TK sampai dengan SMA yang belum menempuh jenjang pendidikan S1. Untuk

itu, Pemerintah Kabupaten Brebes memberi kesempatan kepada mereka untuk

menempuh jenjang pendidikan Sl. Kebijakan tersebut ditempuh dengan sharing

dana dari APBD dan biaya pribadi.

Meningkatkan kinerja guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam hal

ini terdapat sejumlah aspek yang terkait baik yang melekat pada diri guru seperti

moral, kemampuan, pengalaman, dan motivasi; maupun yang berada di luar guru

seperti profesionalisme guru, kesejahteraan, iklim kerja, kepemimpinan kepala

sekolah, gaji, kurikulum, sarana dan prasarana.

Tanpa memperkecil arti keseluruhan aspek tersebut, profesionalisme guru

dan kepemimpinan kepala sekolah merupakan aspek penting dalam meningkatkan

kinerja mengajar guru. Aspek tersebut perlu mendapat perhatian dalam

peningkatan kinerja guru.

Profesionalisme guru atau guru profesional adalah pekerjaan yang

dilakukan oleh seseorang yang menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu

atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Undang-Undang Guru

dan Dosen, 2006: 41). Untuk menjadikan guru profesional diperlukan pendidikan

formal dari setiap jenjang pendidikan.

Dalam konteks sumber daya manusia Indonesia, sekolah mempunyai

peran yang sangat strategis sebagai lembaga yang menyiapkan sumber daya

manusia berkualitas. Menyadari hal itu, pemerintah telah mencanangkan

Page 20: 1103506056

6

penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management) pada

jenjang pendidikan dasar sejak tahun 1999.

Kebijakan tersebut merupakan bentuk penguatan atas komitmen

sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahan 2003 pasal 51, bahwa: "Pengelolaan satuan pendidikan

anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan

berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis

sekolah/madrasah."

Pelaksanakan proses peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah

memerlukan guru yang secara individual maupun secara kolaboratif

berkemampuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan dan

pembelajaran. Guru yang berkinerja seperti itu memerlukan suasana kerja yang

harmonis dan kondusif yang dicipta dan dikembangkan oleh kepala sekolah.

Penciptaan iklim kerja sekolah merupakan salah satu bagian dari tanggung

jawab kepala sekolah di samping peranannya sebagai pendidik, pemimpin,

supervisor, inovator dan motivator. Kepala sekolah diharapkan dapat

mengembangkan nilai-nilai dasar filosofi, keyakinan, sikap, norma, tradisi,

prosedur, dan harapan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan

kinerja guru dalam berbagai aspek.

Page 21: 1103506056

7

1.2 Identifikasi Masalah

Latar belakang masalah di atas menunjukkan bahwa peningkatan kinerja

mengajar guru tidak terlepas dari profesionalisme guru dan kepemimpinan kepala

sekolah. Untuk memahami arti keterkaitan itulah penelitian ini dilakukan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasikan

permasalahah sebagai berikut:

1. Perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang berhasil.

2. Kinerja guru, khususnya kinerja mengajar guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes masih rendah sehingga perlu ditingkatkan.

3. Banyak faktor internal dan eksternal yang berkaitdan dengan upaya

peningkatan kinerja guru. Di antara faktor-faktor tersebut adalah

profesionalisme guru dan kepemimpinan kepala sekolah.

4. Profesionalisme guru secara umum belum memadai dibanding dengan

tuntutan profesinya. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari kualitas dan intensitas

program-program peningkatan profesionalisme yang telah mereka tempuh.

5. Belum semua guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes berijasah S-l. Dengan

demikian akan mempengaruhi kinerja guru pada umumnya dan khususnya

kinerja guru SMP di Kabupaten Brebes.

6. Prestasi siswa SMP Negeri di Kabupaten Brebes belum seperti yang

diharapkan.

Page 22: 1103506056

8

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, selanjutnya dapat penulis

rumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kontribusi profesionalisme guru terhadap kinerja guru SMP Negeri

di Kabupaten Brebes?

2. Bagaimana kontribusi kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

SMP Negeri di Kabupaten Brebes?

3. Bagaimana kontribusi profesionalisme guru dan kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang

komperehensif mengenai kontribusi profesionalisme guru dan kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes. Adapun

tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi profesionalisme guru terhadap

kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes.

3. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi profesionalisme guru dan

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di

Kabupaten Brebes.

Page 23: 1103506056

9

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dan manfaat

utama yaitu:

1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

terhadap pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya, dan yang

menyangkut kinerja guru pada khususnya.

2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

beberapa pihak, antara lain bagi guru, sekolah, dan Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Brebes.

a. Bagi Guru

Para guru diharapkan dapat memperoleh umpan balik bagi upaya

meningkatkan kemampuan profesionalisme dan kualitas kinerjanya.

b. Bagi sekolah khususnya kepala sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada kepala

sekolah sehingga dapat dijadikan salah satu rujukan bagi upaya pembinaan

profesio guru dan peningkatan kinerja guru sejalan dengan peningkatan

kualitas kepemimpinannya.

c. Bagi pemerintah

Bagi pemerintah khususnya pengelola pendidikan dari tingkat kecamatan

sampai tingkat pusat, dapat memperoleh manfaat berupa informasi

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan profesionalisme guru, kinerja

guru, dan kepemimpinan kepala sekolah.

Page 24: 1103506056

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori ini penulis sajikan seperangkat konsep dan teori

untuk menjelaskan variabel-varibael kinerja guru, profesionalisme guru, dan

kepemimpinan kepala sekolah. Selanjutnya, disusun kerangka pikir penelitian dan

rumusan hipotesis mengenai keterkaitan antarvariabel tersebut.

2.1.Kinerja Guru

Kinerja atau prestasi/unjuk kerja adalah kualitas dan kuantitas hasil kerja

dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2002:67). Dalam

hubungannya dengan kinerja tenaga kependidikan, Mulyasa (2003:136-137)

memperinci sejumlah model pengertian operasional kinerja sebagaimana

diringkaskan berikut ini.

Pertama, model Vroomian: Performance=f(AbilityxMotivation). Menurut

model ini, kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antara kemampuan dan

motivasi. Hubungan perkalian tersebut mengandung arti apabila seseorang rendah

pada salah satu komponen maka prestasi kerjanya pun akan rendah. Kinerja

seseorang yang rendah merupakan hasil dari motivasi yang rendah dengan

kemampuan yang rendah.

Kedua, model Lawler dan Porter: Performance = effort x ability x role

perception. Effort adalah banyaknya energi yang dikeluarkan seseorang dalam

situasi tertentu, ability adalah karakteristik individu seperti intelegensi,

Page 25: 1103506056

11

ketrampilan sifat sebagai kekuatan potensial untuk berbuat dan melakukan

sesuatu. Role perception adalah kesesuaian antara usaha yang dilakukan seseorang

dengan pandangan atasan langsung tentang tugas yang seharusnya dikerjakan. Hal

baru pada konsep ini adalah “role perception” sebagai jenis perilaku yang paling

cocok dilakukan individu.

Ketiga, model Ander dan Butzin: Future Performance = Past

Performance + (ability x motivation). Kinerja mempunyai hubungan erat dengan

produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk

mencapai produktivitas organisasi yang tinggi.

Kinerja guru erat kaitannya dengan cara mengadakan penilaian pekerjaan

seseorang sehingga perlu ditetapkan standar kinerja atau standar performance.

Sayle dan Starur di dalam Mulyasa (2003:137) mengemukakan bahwa:

“Management expected to be held to standard of accountability and most managers prefer to have their established unambiguously, so they know where to carry out their charges. In effect the standard established a targer and at the end of the target period (week, month or year) both manager and boss can compare the expected standard or performance with the actual level or echievement.” Kutipan pendapat tersebut menunjukkan bahwa standar kinerja perlu

dirumuskan sebagai tolok ukur dalam mengadakan perbandingan antara apa yang

telah dilakukan dengan yang diharapkan dari pekerjaan atau jabatan yang telah

dipercayakan kepada seseorang. Standar kinerja dapat pula dijadikan ukuran

dalam mengadakan pertanggungjawaban terhadap sesuatu yang telah dilakukan.

Sejalan dengan itu, Swasto (1996) berpendapat bahwa ”kinerja merupakan

tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan dalam kurun

waktu tertentu”. Kinerja dapat diukur melalui : (1) penyelesaian pekerjaan pada

Page 26: 1103506056

12

waktunya, (2) penunjukan keahlian dan kemmapuan yang diperlukan dalam

pekerjaan, (3) pertunjukan kreativitas dan inisiatif, (4) pemenuhan target (Bacal,

1999).

2.2.Konsep Dasar Kinerja Guru

Konsep dasar kinerja guru adalah tampilan dasar perilaku guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik. Menurut Mulyasa (2004) guru

yang memiliki kinerja tinggi akan bernafsu dan berusaha meningkatkan

kompetensinya baik dalam kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan maupun

penilaian pembelajaran sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal.

Proses pembelajaran, khususnya yang berlangsung di kelas sebagian besar

ditentukan oleh peranan guru. Menurut Mulyasa peranan guru adalah sebagai: (1)

administrator; (2) pengelola kelas; (3) fasilitator; (4) mediator; dan (4) evaluator.

Sedangkan kinerja mengajar guru, menurut Fakry Gaffar (1987) terbagi ke dalam

tiga bidang besar yaitu content knowledge, behavioral skills, dan human relation

skill.

Berdasarkan teori di atas maka dapat dipahami bahwa kinerja guru adalah

proses dan hasil kerja guru dalam mengelola dan melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Proses

tersebut dapat dirinci menjadi sepuluh kemampuan dasar guru (Depdikbud, 1990)

yaitu : (1) menguasai bahan pengajaran, (2) pengelolaan program belajar, (3)

mengelola kelas, (4) menggunakan media dan sumber belajar, (5) penguasaan

landasan-landasan kependidikan, (6) pengelolam interaksi belajar mengajar, (7)

penilaian prestasi belajar, (8) pengenalan fungsi dan program bimbingan

Page 27: 1103506056

13

penyuluhan, (9) pengenalan dan penyelenggaraan adminitrasi sekolah, dan (10)

pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk

kepentingan peningkatan mutu pengajaran.

Dari beberapa uraian di atas yang akan dibahas dalam penelitian ini

menurut Usman (1995:16-17) bahwa kinerja mengajar meliputi :

1. Ketrampilan menyusun rencana pelajaran

a. Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar meliputi : (1)

Merumuskan TPK, (2) Menentukan metode, (3) Menentukan langkah-

langkah mengajar, dan (4) Menentukan cara-cara memotivasi murid.

b. Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran meliputi : (1)

Berpedoman pada bahan pengajaran yang tercantum dalam kurikulum, (2)

Memilih dengan tepat bahan sesuai dengan karakteristik murid, dan (3)

Menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf kemampuan berpikir

murid

c. Merencanakan pengelolaan kelas meliputi : (1) Menentukan dengan tepat

macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran., (2)

Menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar, dan (3)

Menentukan cara pengorganisasian murid agar terlibat secara efektif

dalam KBM

d. Merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran meliputi : (1)

Menentukan pengembangan alat pengajaran, (2) Menentukan media

pengajaran, dan (3) Menentukan sumber pengajaran

Page 28: 1103506056

14

e. Merencanakan penilaian prestasi murid untuk kepentingan pengajaran

meliputi dalam :

- Menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian

- Membuat alat penilain hasil belajar

2. Ketrampilan melaksanakan pelajaran (proses belajar mengajar)

a. Memulai Pelajaran meliputi : (1) Menyampaikan bahan pengait/ apersepsi,

(2) Memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar

mengajar

b. Mengelola kegiatan belajar mengajar meliputi : (1) Menyampaikan bahan,

(2) Memberi contoh, (3) Menggunakan alat/ media pengajaran, (4)

Memberi kesempatan kepada murid untuk aktif, (4) Memberi penguatan

c. Mengorganisasikan waktu, siswa dan fasilitas belajar meliputi : (1)

Mengatur penggunaan waktu, (2) Mengorganisasikan murid, (3) Mengatur

dan memanfaatkan fasilitas belajar

d. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar meliputi : (1)

Melaksanakan penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung, (2)

Melaksanakan penilaian pada akhir pelajaran

e. Ketrampilan mengevaluasi pelajaran meliputi : (1) Menyimpulkan

pelajaran, (2) Memberikan tindak lanjut

3. Ketrampilan mengevaluasi pelajaran meliputi :

(a) melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar,

(b) melaksanakan penilaian selama berlangsung proses belajar menagajar,

(c) melaksanakan penilaian pada akhir pelajaran.

Page 29: 1103506056

15

2.3.Profesionalisme Guru

Dalam Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Menengah ditegaskan

bahwa salah satu yang merupakan komponen pendukung bagi keberhasilan

manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah adalah profesionalisme guru.

Maksudnya, implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah

mempersyaratkan adanya guru yang professional.

Menurut Shapero (1985) dalam Ibrahim (2003: 5) dalam bukunya

Managing Professional People: Understanding Creative Performance,

menegaskan "... the professional worker is the critical resources in any

professional activities. All other resources, without exception, are far down the

list in terms of importance in the achievement of professional outputs. "

Berdasarkan pernyataan di atas, maka sekolah menengah merupakan

sebuah sistem, yang terdiri dari program kegiatan belajar mengajar, siswa, sarana

prasarana pendidikan, uang atau dana, lingkungan masyarakat an personel atau

pegawai. Factor-faktor dalam pendidikan sekolah menengah tesbut sangat penting

dan menenukan keberhasilan pndapaian tujua institusional. Dengan mrujuk

kepada pendapat Shapero, maka semua factor tersebut tidak akan bermanfaat

secara maksimal dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah menengah tanpa

adanya pegawai, yaitu pegawai atau guru yang professional. Maka dari itu,

diantara keseluruhan factor dalam system pendidikan yang paling penting dan

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan institusional sekolah yaitu

pegawainya (guru).

Page 30: 1103506056

16

Guru merupakan sumber daya manusia yang intensitasnya sangat

menentukan keberhasilan program pendidikan di sekolah dasar. Peningkatan mutu

pendidikan di sekolah menengah mempersyaratkan adanya guru yang profeional.

Factor-faktor yang mendukung dalam proses pembelajaran di sekolah menengah

terdiri dari : materi, media, sarana dan prasarana da dana pendidikan. Semua

factor tersebut tidak akan memberikan dukungan yang maksimal atau tidak

dimanfaatkan secara optimal untuk mengembangkan proses pembelajaran tanpa

didukung oleh guru yang didayagunakan secara professional.

Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan profesionalisme di antaranya :

(a) profesi suatu pekerjaan yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa

sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukan, (b)

profesional adalah memadai persyaratan sebagai profesi, (c) profesionalisasi

adalah proses atau usaha menuju ke arah terpenuhinya persyaratan suatu jenis atau

model pekerjaan yang ideal, (d) keprofesionalan adalah ukuran kadar

keprofesiannya, (e) profesionalisme konsepsi keprofesian yang telah menjadi

budaya, pandangan, faham, dan pedoman hidup seseorang atau sekelompok orang

atau masyarakat tertentu (Angkatno: November 2006).

Perihal profesionalisme guru selanjutnya dalam pembahasan ini akan

disebut dengan guru profesional. Menurut Rice & Bishoprick (1971) dalam

Ibrahim (2003:5) guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya

sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru

menurut kedua pakar di atas dipandang sebagai suatu proses yang bergerak dari

tidak tahu (ignorance) menjadi tahu, dari ketidakmatangan (immaturity) menjadi

Page 31: 1103506056

17

matang, dari diarahkan oleh orang lain (other-directedness) menjadi mengarahkan

diri sendiri. Peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (MPMBS)

mempersyaratkan adanya guru-guru yang memiliki pengetahuan yang lulus,

kematangan, dan mampu menggerakkan dirinya sendiri dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Sedangkan menurut Glickman (1981) dalam Ibrahim (2003:5) menegaskan

bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut

memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Ini berarti bahwa

seseorang akan bekerja secara profesional bilamana memiliki kemampuan kerja

yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan pekerjaan atau profesinya

dengan sebaik-baiknya. Tetapi seseorang tidak akan bekerja secara profesional

jika hanya memenuhi salah satu persyaratan di atas.

Oleh karena itu, setinggi apapun kemampuan seseorang tidak akan bekerja

secara profesional apabila tidak memiliki motivasi yang tinggi. Demikian juga

sebaliknya, betapa pun tingginya motivasi kerja seseorang tidak akan sempurna

melaksanakan tugas-tugasnya tanpa didukung dengan kemampuan. Selanjutnya

Glickman dalam Ibrahim (2003: 5) mengatakan : " seorang guru dapat dikatakan

profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan

motivasi kerja tinggi (high level of commitment) ."

Tingkat komitmen guru terbentang dalam satu garis kontinum, bergerak

dari yang paling rendah ke yang paling tinggi. Guru yang memiliki komitmen

yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada peserta didiknya,

Page 32: 1103506056

18

demikian juga waktu dan tenaga yang digunakan untuk meningkatkan mutu

pembelajaran sangat sedikit.

Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen tinggi biasanya tinggi

sekali perhatiannya kepada peserta didiknya, demikian juga waktu yang

disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat banyak. Oleh karena, itu,

guru diharapkan mempunyai komitmen yang tinngi dalam menjalankan tugasnya

untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen, profesional adalah pekerjaan

yang dilakukan oleh seseorang yang menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu

atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan guru profesional

adalah guru yang melakukan pekerjaan sebagai sumber penghasilan atau mata

pencaharian yang berdasarkan keahlian, kemahiran, dan kecakapan, untuk

memperoleh semua itu harus melalui pendidikan formal atau khusus.

Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan profesionalisme guru dan

dosen menurut Undang-Undang Guru dan Dosen adalah:

(1) Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen, untuk meningkatkan mutu pendidikan,keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi

Page 33: 1103506056

19

profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

(2) Pemberdayaan profesi guru dan pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjujung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi (UUGD, 2006:45).

2.3.1. Karakteristik Guru Profesional

Guru adalah salah satu pekerjaan profesional. Pekerjaan profesional

pada dasarnya merupakan panggilan jiwa, tanggung jawab moral, tanggung

jawab sosial, dan tanggung jawab keilmuan. Oleh karena itu, terkadang guru

lebih mengutamakan panggilan dan tanggung jawab dari pada gaji/ upah yang

diterima. Maka dari itu, guru berhak mendapat penghargaan yang layak sesuai

dengan keprofesionalan yang ditunjukannya dalam bekerja mendermakan

pengabdiannya terhadap lingkungan atau pengguna pendidikan.

Roslender dalam Mukhtar (2003: 22) memperinci lima karakteristik

profesi, yaitu:

(a) mempunyai basis sistematik teori; (b) terwujud dan dapat menjadi jaminan untuk praktik dan bekerja di lapangan, di mana dilengkapi dengan fakta-fakta lapangan yang dapat dilihat dan ditunjukan kepada publik sebagai suatu jaminan pengaturan serta dapat digambarkan sebagai profesi; (c) karakteristik diidentifikasikan sebagai adanya suatu sanksi komunitas dan institusi atas pelanggaran profesi yang dilakukan; (d) kode etik; dan (e) budaya dari berbagai profesi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik

pekerjaan profesional adalah: (a) suatu pekerjaan yang dilakukan setiap hari

yang merupakan mata pencaharian pokok seseorang yang merupakan sumber

penghasilan dalam hidupnya; (b) pekerjaan profesional memerlukan

Page 34: 1103506056

20

pendididikan khusus atau formal yang ditempuh dalam kurun waktu tertentu

sesuai dengan jenjang pendidikannya; (c) pekerjaan profesional merupakan

suatu pekerjaan rutin dengan materi atau masalah yang berbeda dengan

menggunakan pola dan siklus maupun kewajiban dan tanggung jawab khusus;

(d) pekerjaan profesional memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan

untuk memenuhi standar mutu dan norma yang diperoleh dengan jalur atau

pendidikan khusus.

Pekerjaan guru disebut profesional karena memiliki ciri-ciri sebagai

berikut: (1) mempersyaratkan suatu keahlian berdasarkan pengetahuan dan

bersifat teori; (2) keahlian yang diperoleh memerlukan pelatihan dan

pendidikan khusus; (3) pekerjaan diperoleh melalui persaingan yang ketat

dengan suatu tes khusus; (4) harus mampu menjaga integritas dengan baik; (5)

melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya; (6) pekerjaannya diatur oleh

peraturan khusus.

Guru yang berjiwa profesional menurut Mukhtar (2003: 25) memiliki

seperangkat keahlian khusus melalui jalur pendidikan/training yang disyahkan

dengan sertifikat oleh sebuah lembaga atau institusi. Pekerjaan profesional

merupakan pekerjaan sosial kemasyarakatan, lembaga, dan tenaga ahli di

mana seseorang memperoleh imbalan yang pasti berupa gaji dan diikat oleh

suatu kode etik tertentu. Keprofesionalan guru merupakan suatu panggilan

jiwa, tanggung jawab sosial, dan tanggung jawab keilmuan.

Menurut Mukhtar (2003: 25) ada beberapa karakteristik guru yang

profesional, yaitu:

Page 35: 1103506056

21

(a) komitmen yang kuat terhadap profesi/ karier; (b) bertangung jawab: (c) terbuka menerima ide-ide baru; (d) komitmen terhadap pekerjaan; (e) konsisten terhadap setiap orang; (f) berperilaku pamong; (g) berorientasi terhadap pelayanan pelanggan; (h) oreintasi terhadap reward; dan (i) memiliki kode etik. Di samping itu mereka adalah pribadi yang memiliki sejumlah kemampuan dan kreativitas untuk; (a) mengembangkan norma kolaborasi; (b) mampu beker a sama dalam masyarakat; (c) mampu berdiskusi tentang strategi baru; (d) mampu menyelesaikan masalah; (e) mampu mcngajar; (f) mampu mengumpulkan dan menganalisis data; (g) mampu mencari dan melihat masalah sekaligus meningkatkan kemampuan pribadi untuk menanganinya; (h) mampu meningkatkan strategi pengendalian resiko di antara teman seprofesi; (i) mampu menghadapi setiap manusia yang berbeda; j) mampu melihat problem; (k) mampu saling mendorong dan sekaligus memberikan bantuan pada setiap penyelesaian masalah; (1) memilik tanggung jawab moral; (m) memiliki tanggung jawab keilmuan.

Page 36: 1103506056

22

Berdasarkan sintesis berbagai teori dan konsep yang telah

dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa dimensi keprofesionalan guru

meliputi: komitmen/konsistensi, tanggung jawab, keterbukaan, orientasi

reward/ punishment, dan kemampuan/ kreativitas. Masing-masing dimensi dan

indikator profesionalisme guru dapat dilihat pada tabel 2.1. (Mukhtar, 2003 :

26)

Tabel 2.1. Dimensi dan Indikator Professional Guru

DIMENSI INDIKATOR Komitmen/konsistensi

a komitmen terhadap, karier b komitmen pada pekerjaan c komiten pada setiap orang

Tanggung.jawah

a tanggung jawad terhadap pekerjaan b tanggung jawab terhadap karier c berorientasi terhadap pelayanan pelanggan d bekerja sesuai prioritas e tanggung jawab social f tanggung jawab moral g tanggung jawab keilmuan

Keterbukaan a orientaasi terhadap dunia luar b terbuka terhadap ide-ide baru

Orientasi

a memiliki kepastian upah/gaji b memiliki status yang jelas c orientasi prestice d menghargai/memiliki kode etik

Kemampuaa/kreativitas

a mampu berperilaku pamong b mengembangkan norma kolaborasi c mampu bekerja sama dalam masyarakat d mampu diskusi tentang strategi baru e mampu menyelesaikan masalah f mampu mengajar g mampu menganalisis data h mampu menyelesaikan masalah i mampu meningkatkan strategi j pengendalian resiko k mampu menhadapi setiap manusia yang berbeda l mampu saling mendorong m memiliki keahlian khusus

Page 37: 1103506056

23

n memiliki kompetensi

Page 38: 1103506056

24

2.3.2. Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Menengah

Pengertian peningkatan kemampuan profesional guru secara sederhana

dapat diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum matang menjadi

matang, yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu thengelola

sendiri, yang belum memenuhi kualifikasi menjadi memenuhi kualifikasi,

yang belum terakreditasi menjadi terakreditasi. Kematangan kemampuan

mengelola sendiri, pemenuhan kualifikasi, merupakan ciri-ciri

profesionalisme. Oleh karena itu, peningkatan kemempuan profesional guru

dapat juga diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum profesional

menjadi profesional.

Pentingnya peningkatan kemampuan profesional guru sekolah

menengah dapat ditinjau, dari beberapa sudut pandang. Pertama, ditinjau dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan yang sangat pesat,

dan bebagai metode, serta media baru dalam pembalajaran telah berhasil

dikembangkan. Kedua, ditinjau dari kepuasan dan moral ker a di mana

kemampuan peningkatan profesional guru merupakan hak setiap guru. Ketiga,

ditinjau dari keselamatan kerja, karena aktivitas pembelajaran di sekolah

menengah sangat banyak jika tidak dirancang dan dilaksanakan secara hati-

hati oleh guru, akan memnberikan resiko yang tidak kecil. Keempat,

peningkatan kemampuan profesional guru sangat dipentingkan dalam rangka

manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah di sekolah menengah.

Page 39: 1103506056

25

Untuk melaksanakan peningkatan kemampuan profesionalisme guru di

sekolah menengah sebaiknya menggunakan langkah-langkah yang sistematis

seperti di bawah ini:

1. mencari dan menentukan kekurangan, kelemahan, dan kesulitan, yang

sering dialami guru kelas, maupun guru mata pelajaran; mencari solusi

untuk mengatasi kekurangan, kelemahan, dan kesulitan guru kelas maupun

guru mata pelajaran dalam program peningkatan kemampuan profesional

guru;

2. merumuskan tujuan secara operasional untuk mengukur pencapaian pada

akhir pelaksanaan program dalam peningkatan kemampuan profesional

guru;

3. sebelum melaksanakan proses pembelajaran guru harus menentukan serta

mendesain metode dan media yang akan dipergunakan dalam peningkatan

kemampuan profesional guru; baik oleh guru kelas maupun guru mata

pelajaran;

4. menentukan serta mendesain materi dan media yang sesuai dengan bahan

ajar untuk digunakan dalam peningkatan kemampuan profesional guru

kelas maupun guru mata pelajaran;

5. menentukan instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur

keberhasilan program peningkatan kemampuan profesional guru kelas

maupun guru mata pelajaran;

6. menentukan dan menganggarkan anggaran untuk program peningkatan

kemampuan profesional guru kelas dan guru mata maupun pelajaran;

Page 40: 1103506056

26

materi, metode, dan media yang telah ditentukan dan didesain

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk program peningkatan

kemampuan profesional guru;

7. mengevaluasi keberhasilan program peningkatan kemampuan profesional

guru;

8. menentukan program tindak lanjut untuk peningkatan kemampuan

profesional guru kelas maupun guru mata pelajaran.

Ada beberapa macam teknik yang dapat dipergunakan untuk

mengembangkan kemampuan guru, di antaranya bimbingan, latihan, kursus,

pendidikan formal, promosi, rotasi jabatan, rapat kerja, penataran, lokakarya,

seminar dan sebagainya. Meskipun banyak teknik yang digunakan dalam

mengembangkan kemampuan guru sekolah menengah, penggunaannya harus

dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya.

Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru

adalah seseorang yang pekerjaannya merupakan sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang

memenuhi standar mutu, dan mempunyai kemampuan yang tinggi serta

motivasi kerja tinggi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Dengan

indikator sebagai berikut: (1) komitmen/ konsisten terhadap karier, pekerjaan

dan pada setiap orang, (2) tanggung jawab terhadap pekerjaan, karier,

berorientasi terhadap pelayanan pelanggan, bekerja sesuai prioritas, tanggung

jawab social, moral dan keilmuan (3) keterbukaan meliputi orientasi terhadap

dunia luar dan terbuka terhadap ide-ide baru, (4) orientasi terhadap reward/

Page 41: 1103506056

27

punishment, memiliki kepastian upah/gaji, memiliki status yang jelas, orientasi

prestice, menghargai/memiliki kode etik, (5) kemampuan / kreativitas, mampu

berperilaku pamong, mengembangkan norma kolaborasi, mampu bekerja sama

dalam masyarakat, mampu diskusi tentang strategi baru, mampu

menyelesaikan masalah, mampu mengajar, memiliki kompetensi, mampu

menyelesaikan masalah, mampu meningkatkan strategi, pengendalian resiko,

mampu menhadapi setiap manusia yang berbeda, mampu saling mendorong,

memiliki keahlian khusus, mampu menganalisis data.

2.4. Konsep Dasar Kepemimpinan Pendidikan

Faktor penting dalam menggerakkan orang lain untuk melaksanakan

tugasnya adalah kepemimpinan, sebab kepemimpinanlah yang akan menentukan

arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan ikl im kerja yang

mendukung proses pelaksanaan organisasi secara keseluruhan. Menurut Burns (Yukl,

1996:3), kepemimpinan adalah latihan ketika orang-orang mengerahkan

kelembagaan, politik, psikologi, dan sumber daya-sumber daya yang lain seperti

juga untuk menggerakkan/mengikutsertakan dan memberikan kepuasan

sebagaidorongan bagi para pengikutnya.

Menurut Terry (Hersey & Blanchard, 1998: 86) kepemimpinan merupakan

aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang untuk berjuang demi kepentingan

bersama. Selain itu kepemimpinan didefinisikan pula sebagai pengaruh antar-

individu yang dilaksanakan melalui komunikasi, untuk rnencapai tujuan tertentu.

Hersey & Blanchard (1998:86) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses

mempengaruhi aktivitas-aktivitas secara individu atau kelompok dalam usaha

Page 42: 1103506056

28

mencapai tujuan prestasi dalam segala situasi. Lebih lanjut Hersey & Blanchard (1998:

5) mengatakan bahwa kepemimpinan dapat terjadi kapanpun ketika seseorang berusaha

untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau perilaku kelompok tanpa

mempertimbangkan alasannya. Upaya mempengaruhi perilaku ini untuk mencapai

tujuan dirinya atau tujuan orang lain, tujuan tersehut mungkin sama atau mungkin

berbeda dengan tujuan organisasi.

Dengan demikian pemimpin adalah orang yang memiliki kelebihan sehingga

dia memiliki kekuasan dan kewibawaan untuk menggerakkan, mengarahkan dan

membimbing bawahan juga mendapat pengakuan serta dukungan dari bawahan,

sehingga dapat menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan tertentu.

Mengenai pentingnya kepemimpinan dalam suatu organisasi, Keith Davis

(dalam Effendy, 1999: 166) menyatakan bahwa manusia adalah bagian yang paling

berharga dalam peradaban. Tanggung jawab apakah yang yang penting dan pada

kepemimpinan dan pengembangan manusia? Tanpa kepemimpinan, sebuah organisasi

hanyalah merupakan kemelut dari manusia dan mesin. Kepemimpinan adalah

kemampuan membujuk orang lain agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dengan gairah.

Adalah faktor manusia yang mempersatukan suatu kelompok dan

memotivasikannya ke arah tujuan. Kepemimpinan mentransformasikan kesanggupan

menjadi kenyataan. Kepemimpinan merupakan kegiatan utama bagi berhasilnya

semua kesanggupan yang terdapal pada organisasi dan pada manusianya.

Selanjutnya dikemukakan oleh Mulyasa (2002: 107) kepemimpinan adalah

kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing dan

Page 43: 1103506056

29

mengarahkan atau mengelola orang lain agar tercapainya tujuan bersama secara efektif

dan efisien .

Dari beberapa kutipan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur

yang terkandung dalam kepemimpinan meliputi: ( 1 ) kepengikutan; (2) kegiatan yang

mempengaruhi; dan (3) tujuan. Sejalan dengan itu, Rumtini Ikhsan

(http//www.depdiknas.go.id/Jurnal/38/editorial/38/htm) mengatakan: hal yang tidak

dapat dihindari adalah bahwa kepemimpinan selalu melibatkan unsur pemimpin,

pengikut dan konteks. Ketiadaan salah satu dari ketiga unsur tersebut akan

menghilangkan esensi wacana kepemimpinan, yang pada akhirnya ketiadaan esensi

pemimpin itu sendiri.

Kepemimpinan pada hakekatnya adalah proses mempengaruhi orang lain,

dan kepemimpinan seseorang sangat dipengaruhi oleh tipe atau perilaku

pemimpin-pemimpin masing-masing. Adapun yang dimaksud dengan tipe

kepemimpinan, tidak lain adalah pola perilaku yang ditampilkan oleh seseorang

pemimpin, pada saat pemimpin itu mencoba untuk mempengaruhi orang lain

sepanjang diamati oleh orang lain.

Dengan kata lain seorang pemimpin persepsinya terhadap perilaku

kepemimpinan baik dan bermanfaat, tidak berarti baik dan berfaedah pula

menurut persepsi orang lain. Dengan demikian tinjauan terhadap pola perilaku

kepemimpinan harus datang dari dua arah, yaitu dari pemimpin itu sendiri dan

dari pihak orang lain.

Teori klasik membagi tipe-tipe kepemimpinan otokratis, kepemimpinan

laissez-faire dan tipe kepemimpinan demokratis. Tipe otokratis mendasarkan diri

Page 44: 1103506056

30

pada penggunaan kekuatan-kekuatan atau kekuasaan dan wewenang. Tipe

leissez-faire diartikan sebagai membiarkan orang berbuat sekehendaknya tanpa

memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan-pekerjaan anggotanya. Tipe

demokratis biasanya dikaitkan dengan partisipasi bawahan dalam pemecahan dan

pengambilan keputusan.

Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan cenderung

berbeda-beda dari situasi ke situasi lain. Oleh sebab itu, dalam kepemimpinan

berdasarkan pendekatan situasional penting bagi setiap pemimpin untuk

mengadakan diagnosa dengan baik tentang situasi, sehingga pemimpin yang baik

menurut teori ini harus mampu : (a) mengubah-ubah perilakunya sesuai dengan

situasinya, (b) mampu memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan dan

motif yang berbeda-beda.

Jadi berdasarkan teori kepemimpinan situasional semua variabel situasi

(waktu, tuntutan tugas, iklim organisasi, harapan dan kemampuan atasan, teman

sejawat, bawahan) sangatlah penting yaitu tingkah laku pemimpin dalam

hubungannya dengan para bawahan.

Dengan demikian gaya kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari situasi

ke situasi lain, ada pemimpin yang cenderung mengarahkan (directing), selalu

memberi petunjuk kepada bawahan dan ada pula pemimpin yang cenderung

memberikan dukungan (suportif). Dalam situasi lain mungkin ini merupakan

kombinasi antara kecenderungan memberikan pengarahan dan memberi

dukungan. berbagai kecenderungan itu antara lain : (1) tinggi dukungan dan

rendah pengarahan, (2) tinggi pengarahan dan tinggi dukungan, (3) rendah

Page 45: 1103506056

31

dukungan dan rendah pengarahan, dan (4) tinggi pengarahan dan rendah

dukungan

Berbagai kecenderungan tersebut, model pendekatan siatuasional menurut

Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Adam Ibrahim dkk (2001:40) dapat

dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Gaya Kepemimpinan

Partisipatif tinggi dukungan dan rendah

pengarahan P-3

Konsultif tinggi pengarahan dan tinggi

dukungan P-2

Delegatif rendah dukungan dan

rendah pengarahan P-4

Direktif tinggi pengarahan dan

rendah dukungan P-1

Perilaku menggarahkan (direktif)

Untuk itu, empat gaya dasar kepemimpinan di atas memberikan

kesimpulan bahwa tipe kepemimpinan seseorang tidak hanya ditentukan dari

pihak pemimpin itu sendiri, melainkan juga harus ditetapkan dari pihak bawahan

atau yang dipimpin dalam mengambil suatu keputusan.

Perilaku pemimpin dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan

masalah dapat diidentifikasi ke dalam tipe-tipe berikut ini. Tipe direktif, ditandai

dengan adanya komunikasi satu arah. Pimpinan membatasi peranan bawahan dan

menunjukan kepada bawahan: apa, kapan, di mana dan bagaimana suatu tugas

harus dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata

menjadi tanggung jawab pemimpin yang kemudian disampaikan kepada bawahan.

Peril

aku

men

duku

ng

Page 46: 1103506056

32

Pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat. Tipe ini dapat disamakan pula

dengan tipe telling

Kedua, tipe konsultatif, yang memberikan direktif cukup besar serta

menetapkan keputusan-keputusan, namun tipe ini mau mendengarkan keluhan dan

perasaan terhadap bawahan mengenai keputusan yang diambil. Sementara bantuan

dari bawahan juga ditingkatkan, pelaksanaan keputusan tetap ada pada pemimpin.

Tipe ini dapat disebut tipe selling.

Ketiga, tipe partisipatif yang memberikan kontrol atas pemecahan

masalah dan pengambilan keputusan antara pemimpin dan bawahan dalam

keadaan seimbang. Komunikasi dua arah makin meningkat dan pemimpin

makin mendengarkan secara insentif terhadap bawahannya sebab pemimpin

berpendapat bahwa bawahan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang

cukup untuk penyelesaian tugas.

Keempat, tipe delegatif, di mana pemimpin selalu mendiskusikan

masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya

mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada bawahan.

Kemudian bawahan berhak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana

keputusan dilaksanakan.

Bawahan juga diberikan wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas

sesuai dengan keputusannya sendiri. Sebab mereka dianggap telah memiliki

kecakapan dan dipercaya untuk memikul tanggung jawab untuk mengerahkan

dan mengelola dirinya sendiri. Dari beberapa macam situasi, gaya dan tipe

kepemimpinan diatas seorang pemimpin harus memperhatikan semuanya akan

Page 47: 1103506056

33

sangat tergantung dengan apa yang disebut tingkat kedewasaan yang

ditunjukan bawahan dalam tugas-tugas tertentu, fungsi dan tujuan pemimpin

yang ingin dicapai.

2.5.Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan di Sekolah

Dalam sistem pendidikan kepala sekolah adalah pengelola satuan

pendidikan yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan kegiatan

pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan melalui kegiatan pengelolaan

pendidikan.

Dilihat dari tugas kepala sekolah, mempunyai tugas intern dan tugas

ekstern. Sedangkan dilihat dari proses administrasi, kepala sekolah mempunyai

fungsi administrasi yaitu sebagai : Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakkan

dan Pengawasan.

Disamping sebagai pengelola satuan pendidikan, kepala sekolah sekaligus

sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peranan melaksanakan peranan

kepemimpinannya baik peranan yang berhubungan dengan pencapaian tujuan

maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi tercipta dan terlaksananya

proses belajar mengajar dengan baik sehingga guru-guru dan murid dapat

mengajar dan belajar dengan baik. Berikut ini dapat dijabarkan menjadi beberapa

peranan kepala sekolah yaitu :

a. Kepala Sekolah sebagai Educator

Page 48: 1103506056

34

Dalam melaksanakan tugas fungsinya sebagai educator, kepala sekolah

harus memiliki strategis yang tepat untuk meningkatkan kinerja mengajar guru di

sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat

kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga

kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik seperti team

teaching, moving class dan mengadakan program akselarasi (acceleration) bagi

peserta didik yang cerdas diatas normal.

Sumidjo (1999:122) mengemukakan bahwa memahami arti pendidik tidak

cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik,

melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana

pendidikan dan bagaiman strategi pendidikan itu dilaksanakan. Untuk kepentingan

tersebut kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan

meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni

a. Pembinaan mental, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal

yang berkaitan dengan sikap batin dan watak.

b. Pembinaan moral, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal

yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan sikap

dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan.

c. Pembinaan fisik, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan

penampilan mereka secara lahiriah.

d. Pembinaan artistic, yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan.

Page 49: 1103506056

35

Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan

kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini, faktor

pengalaman akan sangat mempenagruhi profesonalisme kepala sekolah terutama

dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap

pelaksanaan tugasnya.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerjanya sebagai educator khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga

kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai

berikut :

Pertama, mengikut sertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk

menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan

kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kedua, kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil

belajar peserta didik untuk lebih giat belajar, kemudian hasilnya diumumkan

secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk

memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan

prestasinya.

Ketiga, menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara

mendorong para guru untuk memulai danmengakhiri pembelajaran sesuai waktu

yang telah ditentukan serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk

kepentingan pembelajaran.

Page 50: 1103506056

36

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

nomor 0298/U/1996, merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah.

Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki kemampuan untuk membimbing

guru, membimbing tenaga kependidikan non guru, membimbing peserta didik,

mengembangkan tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek dan

memberi contoh mengajar.

b. Kepala sekolah sebagai Manajer

Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para

anggota organisai serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber budaya

organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai

tujuan.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer kepala

sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga

kependidikan melalui kerja sama atau koopertif , memberikan kesempatan pada

para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dna mendorong

keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang

menunjang kegiatan sekolah.

Asas tujuan, bertolak dari anggapan bahwa kebutuhan tenaga

kependidikan akan harga dirinya mungkin dicapai dengan turut menyumbang

pada suatu tujuan yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan kesempatan bagi

kepala sekolah selaku pemimpin untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Page 51: 1103506056

37

Asas keunggulan, bertolak dari anggapan bahwa setiap tenaga kependidikn

membutuhkan kenyamanan serta harus memperoleh kepuasan dan memperoleh

penghargaan pribadi.

Asas Mufakat, dalam hal ini kepala sekolah harus mampu menghimpun

gagasan bersama serta membangkitkan tenaga kependidikan untuk berfikir kreatif

dalam melaksanakan tugasnya.

Asas Kesatuan, dalam hal ini kepala sekolah harus menyadari bahwa

tenaga kependidikan tidak ingin dipisahkan dari tanggung jawabnya.

Asas Persatuan, kepala sekolah harus mendorong para tenaga

kependidikan untuk meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

Asas Empirisme, kepala sekolah harus mampu bertindak berdasarkan atas

nilai dan angka-angka yang menunjukkan prestasi para tenaga kependidikan

karena data yang memuat semua komponen sekolah memegang peranan yang

sangat penting.

Asas Keakraban, kepala sekolah harus berupaya menjaga keakraban

dengan para tenaga kependidikan agar tugas-tugas dapat dilaksanakan dengan

lancar.

Asas Integritas, kepala sekolah harus memandang bahwa peran

kepemimpinannya merupakan suatu komponan kekuasaan untuk menciptakan dan

memobolisasi energi seluruh tenaga kependidikan untuk melaksanakan dan

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

Page 52: 1103506056

38

Sesuai dengan yang ditetapkan dalam penilaian kinerja kepala sekolah,

kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-tuga

kepemimpinannya dengan baik yang diwujudkan dalam kemampuan menyusun

program sekolah, organisasi personalia, memberdayakan tenaga kependidikan dan

mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal.

c. Kepala Sekolah sebagai Administrator

kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat

dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,

penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala

sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola

administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola

administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan dan

mengelola administrasi keuangan, kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif

dan efisien agar dapat menunjang produktifitas sekoalh.

d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan

tujuannya adalah kegiatan pembelajaran sehingga seluruh aktivitas sekolah

bermuara pada pencapian efesiensi dan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu,

salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi

pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor,

tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern diperlukan supervisor khusus

Page 53: 1103506056

39

yang lebih independent dan dapat meningkatkan objektivitas dalam pembinaan

dan pelaksanaan tugasnya.

Jika dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan

berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga

kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan

pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan

pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar tenaga

kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam

melaksanakan pekerjaannya.

Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap

tenaga kependidikan khususnya guru, disebut supervisi klinis yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dna meningkatkan

pembelajaran yang efektif. Salah satu supervisi akademik yang populer adalah

supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif

tetap berada di tangan tenaga kependidikan,

2. Aspek yang disupervisi beradasrkan usul guru yang dikaji bersama kepalas

ekolah sebagai supervisor untuk dijadiakn kesepakatan.

3. Instrumen dan metode observasi diekmbangkan bersama oleh guru dan

kepala sekolah.

4. Mendiskusiakn dan menafsirkan hasil penagamtan dengan mendahuluka

interprestasi guru.

Page 54: 1103506056

40

5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka dan

supervisi lebih banyak mendengarkan serta menjwab pertanyaan guru

daripada memberi saran dan pengarahan.

6. Supervisi klinis sdeikitnya memiliki tiga tahap yaitu pertemuan awal,

pengamatan dan umpan balik.

7. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisi

terhadap perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.

8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu

keadaan dan memecahkan suatu masalah.

Kepala sekolah sebagai supervisi harus di wujudkan dalam kemampuan,

menuyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan

hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan

dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi

untuk kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan,

laboratorium dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan

harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi

non klinis dan program supervisi kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan

kemampuan memaanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam

pemanfaatan hasil supervisi utnuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan

pemanfaatan hasil supervisi untuk pengembangan sekolah.

Dalam pelaksanaaanya kepala sekolah sebagai supervisor harus

memperhatikan prinsip-prinsip : (1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan

hirarkis, (2) dilaksanakan secara demokratis, (3) berpusat pada tenaga

Page 55: 1103506056

41

kependidikan (guru), (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan

(guru), (5) merupakan bntuan profesional.

Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara

lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual dan

simulasi pembelajaran.

Pada prisipnya setaip tenaga kependidikan (guru) harus disupervisi secara

periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka

kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru senior untuk

membentu melaksnakan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai

supervisor antara lain dapat ditunjukan oleh (1) meningkatkan kesadaran tenaga

kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya, dan (2) meningkatnya

ketrampilan tenaga kependidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya.

e. Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dna

pengawasan, meningkatknya kemmapuan tenaga kependidikan membuka

komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999:110)

mengemukakan bahwa ”kepala sekolah sebgai leader harus memiliki karakter

khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dna pengetahuan

profesional secara pengetahuan administrasi dna pengawasan”.

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat

dianalis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan visi dan misi

sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi.

Page 56: 1103506056

42

Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat

(1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan

keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, (7) teladan.

Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin

dalam kemampuan (1) memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan non

guru) (2) memahami kondisi dan karaktersitik peserta didik, (3) menyusun

program tenaga kependidikan, (4) menerima masukan, saran dan kritikan bari

berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.

Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin untuk : (1)

mengembangkan visi sekolah, (2) mengembangkan misi sekolah, dan (3)

melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan.

Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari kemampuan dalam

: (1) mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di sekolah, (2)

menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, (3) berkomunikasi secara lisan dengan

peserta didik, (4) berkomunikasi secar lisan dengan orang tua dan masyarakat

sekitar lingkungan sekolah.

Dalam implementasinya, kepala skeolah sebagai leader dapat dianalisis

dari tiga sifat kepemimpinan, yakni demokratis, otoriter, laissez-faire. Ketiga sifat

tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh seorang leader, sehingga dalam

melaksanakan kepemimpinannya, sifat-sifat tersebut muncul secara situasiopnal.

Oleh karen itu kepala sekolah sebagai leader mungkin bersifat demokratis, otoriter

dan mungkin bersifat laissez-faire.

Page 57: 1103506056

43

Meskipun kepala sekolah bersifat demokratis, namun seringkali situasi dan

kondisi menuntut untuk bersifat lain : misalnya harus otoriter. Dalam hal tertentu

sifat kepemimpinan otoriter lebih cepat digfunakan dalam pengambilan suatu

keputusan.

Dengan dimiliknya ketiga sifat tersebut oleh seorang kepala sekolah

sebagai leader, maka dalam melaksanakan roda kepemimpinannya di sekolah,

kepala sekolah dapat menggunakan strategi yang tepat, sesuai dengan tingkat

kematangan para tenaga kependidikan dan kombinasi yang tepat antara perilaku

tugas dan perilaku hubungan. Strategi tersebut dapat dilaksanakan dalam

mendiket, menjual, melibatkan dan mendelegasikan.

f. Kepala Sekolah sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala

sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang

harmonis dengan lingkung, mencari gagasan baru, mengitegrasikan setiap

kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dna

mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatof.

Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari car-cara ia melakukan

pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif,

pragmatis, keteladanan, disiplin serta adaptebel dan fleksibel.

Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan

melaksanakan berbagai pembaharuan di skeolah. Gagasan baru tersebut misalnya

moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pole

kelas tetap menjadi kelas bidang sudi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas

Page 58: 1103506056

44

tersendiri yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class

ini dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorioum

bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator) yang bertugas

memberikan kemudahan kepa peserta didik dalam belajar.

g. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator kepala sekolah harus emmiliki strategi yang tepat

memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan

berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan

lingkungan fisik, pengaturan sauasan kerja, disiplin, dorongan, penghargaan

secara efektif, penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat

sumber belajar (PSB).

Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus yang berbeda

satu sama lain, sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari

kepemimpinannya. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat memanfaatkan waktu

untuk meningkatkan profesionalismenya. Perbedaan tenaga kependidikan tidak

hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam kondisi psikisnya misalnya motivasi.

Oleh karena itu untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan,

kepala sekolah harus memperhatikan motivasi para tenaga kependidikan dan

faktor-faktor lain yang berpengaruh.

Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin

dalam kemampuan (1) memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan non

guru) (2) memahami kondisi dan karaktersitik peserta didik, (3) menyusun

Page 59: 1103506056

45

program tenaga kependidikan, (4) menerima masukan, saran dan kritikan dari

berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.

Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan kepala sekolah untuk

mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan

profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut adalah : (1) Para tenaga kependidikan

akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan

menyenangkan, (2) Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan

diinformasikan kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui

tujuan dia bekerja. Para tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam

penyusunan tersebut, (3) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang

hasil dari setiap pekerjaannya, (4) Pemberian hadiah lebih baik daripada

hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) Usahakan untuk

memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan jalan memperhatikan kondisi

fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah

memperhatikan mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga pegawai

pernah memperoleh kepuasaan dan penghargaan.

Sedangkan terdapat beberapa profil yang dapat diterapkan kepala sekolah

yang afektif agar dapat mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu

meningkatkan kinerjanya menurut Aas Syaefuddin (2003) yaitu : (1) mampu

memberikan contoh yang baik, (2) sangat concern terhadap kualitas, (3) selalu

bekerja dengan landasan hubungan kemanusian yang baik, (4) memahami

masyarakat sekitarnya, (4) memiliki sikap mental yang baik dan stamina fisik

yang prima, (5) berkepentingan dengan seluruh staf sekolah, (6) dapat melakukan

Page 60: 1103506056

46

kompromi untuk mencapai kesepakatan, (7) mempertahankan stabilita, (8) mampu

mengatasi stress, (9) menciptakan struktur agar sesuatu bisa terjadi (kreatif), (10)

mentolelir adanya kesalahan, (11) tidak menciptakan konflik pribadi, (12)

memimpin melalui pendekatan yang positif, (13) tidak menjauhi atau mendahului

orang-orang yang dipimpinnya, (14) mudah dihubungi oleh orang staf, (15)

memiliki keluarga yang serasi

2.6.Kerangka Berfikir

2.6.1. Kontribusi Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru.

Profesionalisme guru adalah variabel yang diduga berkontribusi dengan

kinerja guru. Guru yang mempunyai profesionalisme tinggi akan melaksanakan

tugasnya dengan kemampuan tinggi dan motivasi kerja tinggi. Dengan

profesionalisme yang tinggi diharapkan mampu dan terampil dalam memperbaiki

prestasi akademis siswa dan memberi dorongan semangat belajar bagi peserta

didiknya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai visi yang tepat dengan aksi

inovatif dan mandiri.

Guru dengan visi yang tepat berarti guru yang memiliki pandangan,

maksudnya pandangan dalam pembelajaran yaitu : (a) pembelajaran merupakan

jantung dalam proses pendidikan; (b) pembelajaran tidak akan menjadi baik

dengan sendirinya, melainkan melalui proses inovasi tertentu; dan (c) harus

dilaksanakan atas dasar pengabdian. Di samping itu guru dengan visi yang tepat

dapat diartikan sebagai sesuatu yang dinamis yaitu harapan yang akan dicapai

pada masa mendatang.

Page 61: 1103506056

47

Guru dengan aksi inovatif dan mandiri visi tanpa aksi bagaikan sebuah

impian. Visi yang tepat pada guru baik sebagaisebuah pandangan pembelajaran

maupun sebuah harapan tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya kerja

pembaharuan menuju pembelajaran yang berkualitas. Seperti yang dikatakan

Mogatroyd dan Morgan (1994) dalam Ibrahim, ”vision without action is merely a

dream, vision with action can change the world”. Perlu digarisbawahi yang

dimaksud Barker adalah aksi pembaharuan dan pembaharuan pembelajaran.

Inovasi pembelajaran dapat berupa ide, program, layanan, metode, teknologi dan

proses pembelajaran. Denga keprofesionalan guru yang tinggi diharapkan akan

menghasilkan kinerja yang baik.

2.6.2. Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

Kepemimpinan kepala sekolah sangat besar artinya dalam meningkatkan

kinerja guru di sekolah. Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah

kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan

pendidikan dapat direalisasikan. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan

tercermin dalam peranan yang diterapkannya dan berhasil mewujudkan tujuan sekolah

sehingga menjadi alat control untuk mengetahui kekurangan dan kekuatan dalam

meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

Peran penting kepala sekolah sebagai pemimpin adalah sebagai educator,

manajemen, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator dan membuat

orang-orang seperti guru dan karyawan yang berasal dari berbagai latar belakang yang

berbeda, karakter yang berbeda dapat bersatu untuk mencapai tujuan sekolah, maka

kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana yang kondusif dan kompetitif,

Page 62: 1103506056

48

serta mengembangkan wawasan mutu dalam semua aktivitas pendidikan yang dilakukan

guru, sehingga dapat meningkatkan kinerja guru yang mencakup kualitas kerja,

kecepatan dan ketepatan kerja, inisiatif dalam kerja, kemampuan dalam kerja dan

kemampuan mengkomunikasikan pekerjaan. Peranan kepala sekolah ini

direfleksikan dalam gaya kepemimpinan kepala sekolah dan tercermin pada

perilaku atau sikap keterbukaan, perhatian terhadap bawahan, interaksi, dan dalam

pengambilan keputusan.

2.6.3. Kontribusi Profesionalisme Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap Kinerja Guru

Guru yang mempunyai keprofesionalan tinggi akan melaksanakan tugasnya

dengan kemampuan tinggi dan motivasi kerja tinggi. Dengan keprofesionalan

yang tinggi diharapkan mampu dan terampil dalam memperbaiki prestasi

akademis siswa dan memberi dorongan semangat belajar bagi peserta didiknya.

Oleh karena itu, guru harus mempunyai visi yang tepat dengan aksi inovatif dan

mandiri..

Peran penting kepala sekolah sebagai pemimpin adalah membuat orang-

orang seperti guru dan karyawan yang berasal dari berbagai latar belakang yang

berbeda, karakter yang berbeda dapat bersatu untuk mencapai tujuan sekolah,

maka kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana yang kondusif dan

kompetitif, serta mengembangkan wawasan mutu dalam semua aktivitas

pendidikan yang dilakukan guru, sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

Kinerja guru akan dapat meningkat jika kepala sekolah dalam kepemimpinannya

selalu mengkomunikasikan visi, misi, rencananya dengan guru secara bersama-

Page 63: 1103506056

49

sama sehingga mereka terlibat dalam komitmennya, membenkan kepercayaan

yang tinggi kepada guru dalam melaksanakan tugasnya, bersedia memberikan

bimbingan, pengarahan atau contoh kepada guru dan kreatif menciptakan iklim

kerja yang baik. Kepala sekolah juga harus menunjukkan keteladanan, terbuka

dalam manajemennya, sabar dan penuh perhatian agar dalam kinerja guru yang

mencakup (1) Ketrampilan menyusun rencana pelajaran, (2) Ketrampilan

melaksanakan pelajaran (proses belajar mengajar), dan (3) Ketrampilan

mengevaluasi pelajaran dapat meningkat.

Dari kerangka pikir tersebut di atas dapat digambarkan dalam bentuk

paradigma penelitian seperti pada gambar 2.5.

Gambar 2.5. Kerangka Berfikir Penelitian

2.7. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pikir di atas dapat dirumuskan beberapa

hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat kontribusi positif profesionalisme guru terhadap kinerja guru

SMP Negeri di Kabupaten Brebes

Profesionalisme Guru • Komitmen/ konsisten • Tanggung jawab • Keterbukaan • Orientasi terhadap reward/

Kepemimpinan Kepala Sekolah • sebagai educator, • sebagai manajemen, • sebagai administrator • sebagai supervisor • sebagai leader • sebagai inovator

Kinerja Guru • Ketrampilan menyusun rencana

pelajaran, • Ketrampilan melaksanakan

pelajaran (proses belajar mengajar)

Page 64: 1103506056

50

2. Terdapat kontribusi positif kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes..

3. Terdapat kontribusi positif profesionalisme guru dan kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes.

Page 65: 1103506056

51

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sesuai dengan masalah dan

tujuannya, penelitian ini bersifat ex-post facto, yaitu mengungkap data dari peristiwa-

peristiwa yang telah lalu dan kemudian meruntut ke belakang untuk menemukan

faktor-faktor yang mendahului atau menentukan sebab-sebab yang mungkin atas

peristiwa yang diteliti (Sugiyono: 2001).

Menurut Wiersma (1986:172) “Expost facto research is systematic and empirical

inquiry in which the independent variabees have already accurred and are inherely not

manipulable by the researcher”. Dalam penelitian ini variabel- variabel yang diteliti tidak

dikendalikan atau dimanipulasi, tetapi dari fakta diungkap apa adanya tanpa

pengurangan gejala yang telah terjadi dari kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes

Melalui pendekatan penelitian ini diharapkan diperoleh informasi yang

tepat dan gambaran yang lengkap mengenai masalah yang akan diteliti dan

hubungan antar variabel baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama,

sebagaimana diringkaskan dalam rancangan penelitian pada gambar 3.1.

Page 66: 1103506056

52

Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel Penelitian

Keterangan:

Xi = Profesionalisme Guru

X2 = Kepemimpinan Kepala Sekolah.

Y = Kinerja Guru .

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1. Populasi Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan

masalah dan mencapai tujuan, maka peneliti membutuhkan sumber data yang

disebut populasi. Hal ini sejalan dengan Maman (1999:63), bahwa : populasi

adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda,

hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa

sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu

penelitian.

Populasi penelitian ini adalah guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes.

Sedangkan karakteristik populasi penelitian dapat dilhat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Karakteristik Populasi Penelitian

POPULASI

JENIS KELAMIN PENDIDIKAN STATUS

KEPEGAWAIAN GOL

L P D3 S1 S2 PNS Non PNS III IV

1636 873 763 1 1628 7 963 673 423 540

X1

X2

Y

Page 67: 1103506056

53

3.2.2. Sampel Penelitian

Setelah populasi ditetapkan, selanjutnya ditentukan sampel agar segera

dapat dilakukan pengumpulan data. Arikunto (1998:109) menyatakan bahwa

sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dinamakan penelitian

sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian.

Mengingat besarnya populasi maka penelitian ini menggunakan sampel.

Jumlah sampel ditetapkan dengan menggunakan tabel Krejce (Sugiyono, 2005:

99). Merujuk kepada tabel tersebut, untuk penelitian ini (populasi sebesar 1636

mendekati 1700) dengan tingkat kesalahan 5 % dapat diperoleh sampel sejumlah

289 orang guru.

Pengambilan sampel juga dilakukan melalui prosedur proportional dan

random sampling. Teknik proporsional digunakan untuk menentukan jumlah

sampel dari masing-masing sekolah, sedangkan teknik random sampling yang

digunakan adalah simple random sampling yakni sampel yang diambil dengan

menggunakan undian terhadap semua populasi pada suatu sekolah.

3.3.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.3.1. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2002:94) variabel adalah obyek penelitian atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sedangkan menurut Nazir

(1999:149), variabel adalah konsep yang mempunyai banyak nilai. Dari kedua

pengertian tersebut yang dimaksud variable dalam penelitian ini adalah segala

sesuatu yang akan menjadi obyek penelitian yang didalamnya menunjukkan

beberapa perbedaan-perbedaan (variasi).

Page 68: 1103506056

54

Menurut fungsinya variabel dibedakan atas variabel bebas dan variabel

tergantung. Variabel bebas adalah variabel yang tidak terikat dengan variasi lain

dan merupakan sebab timbulnya gejala, sedangkan variabel tergantung adalah

variabel yang terikat dengan variabel lain dan merupakan akibat dari timbulnya

gejala pada variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian adalah

profesionalisme guru dan kepemimpinan kepala sekolah, sedangkan variabel

terikatnya adalah kinerja guru.

3.3.2. Definisi Operasional

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi

adanya faktor atau unsur lain. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari

profesionalisme guru ( 1X ) dan kepemimpinan kepala sekolah ( 2X ).

Profesionalisme Guru ( 1X )

Secara operasional, profesionalisme guru diartikan suatu pekerjaan yang

dilakukan oleh seseorang yang menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar

mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Profesionalisme guru dalam penelitian ini diamati dari aspek-aspek sebagai

berikut:

(1) Komitmen/ konsisten, diukur dari: (a) komitmen terhadap karier, (b)

komitmen pada pekerjaan, dan (c) komitmen pada setiap orang.

(2) Tanggung jawab, diukur dari: tanggung jawad terhadap pekerjaan, (b)

tanggung jawab keilmuan, (c) berorientasi terhadap pelayanan pelanggan,

Page 69: 1103506056

55

(d) bekerja sesuai prioritas, (e) tanggung jawab social, (f) tanggung jawab

moral, (g) tanggung jawab terhadap karier

(3) Keterbukaan, diukur dari: terbuka terhadap ide-ide baru, (b) orientaasi

terhadap dunia luar.

(4) Orientasi terhadap reward/ punishment, diukur dari: memiliki kepastian

upah/gaji, (b) memiliki status yang jelas, (c) menghargai/memiliki kode

etik, (d) orientasi prestice

(5) Kemampuan/ kreativitas, diukur dari: mampu berperilaku pamong,

(b)mengembangkan norma kolaborasi, (c) mampu bekerja sama dalam

masyarakat, (d) mampu diskusi tentang strategi baru, (e) memiliki

kompetensi, (f) mampu mengajar, (g) mampu menganalisis data, (h)

mampu menyelesaikan masalah, (i)mampu meningkatkan strategi, (j)

pengendalian resiko, (k) mampu menghadapi setiap manusia yang

berbeda, (l) mampu saling mendorong, (m) memiliki keahlian khusus, (n)

mampu menyelesaikan masalah.

Kepemimpinan Kepala Sekolah ( 2X ).

Secara operasional kepemimpinan kepala sekolah diartikan derajat

kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan peranan kepemimpinan

sebagai pemimpin pendidikan di sekolah, yaitu sebagai Educator,

Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator

(EMASLIM). Kepemimpinan kepala sekolah dapat diukur dari hal-hal

sebagai berikut:

Page 70: 1103506056

56

(1) Kemampuan kepala sekolah sebagai educator. diukur dari: (a)

Menciptakan iklim yang kondusif, (b) Memberikan nasehat kepada

warga sekolah, (c) Mengembangkan dan merespon gagasan/ ide-ide

dari guru maupun murid, (d) Membimbing dalam menyelesaikan

permasalahan pembelajaran, (e) Menerapkan disiplin sekolah

(2) Kemampuan kepala sekolah sebagai manager, diukur dari:

Menggerakkan para para guru siswa, (b) Memberi kesempatan kepada

para siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya, (c) Mendorong

keterlibatan seluruh tenaga kependidikan untuk meningkatkan pretasi

belajar siswa

(3) Kemampuan kepala sekolah sebagai admnistrator, diukur dari:

Mengelola KBM dan bimbingan konseling, (b) Mengelola administrasi

siswa, (c) Mengetahui kehadiran siswa.

(4) Kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor, diukur dari:

Mengadakan diskusi kelompok, (b) Mengadakan kunjungan kelas, (c)

Mengadakan pembicaraan individual.

(5) Kemampuan kepala sekolah sebagai leader, diukur dari: Memberikan

petunjuk dan pengawasan terhadap para siswa, (b) Mengambil

tindakan untuk mengatasi masalah siswa di sekolah, (c) Membuka

komunikasi dua arah antara kepala sekolah dan siswa.

(6) Kemampuan kepala sekolah sebagai inovator, diukur dari:

Mengadakan hubungan dengan lingkungan peserta didik, (b) Mencari

gagasan baru dari peserta didik, (c) Mengintegrasikan setiap kegiatan

Page 71: 1103506056

57

siswa, (d) Memberikan teladan kepada seluruh peserta didik, (e)

Mengembangkan moving class.

(7) Kemampuan kepala sekolah dibidang motivator, diukur dari;

Menanamkan disiplin kepada paserta didik, (b) Memberikan dorongan/

motivasi belajar pada peserta didik, (c) Memberikan penghargaan

kepada siswa yang berprestasi.

2. Variabel Terikat (Y)

Adapun variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kinerja guru yang

diartikan sebagai proses dan hasil kerja guru dalam mengelola dan

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan

pendidikan dan pengajaran. Kinerja Guru meliputi aspek-aspek berikut ini

(1) Ketrampilan menyusun rencana pelajaran, dikur dari:

f. Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar meliputi: (1)

Merumuskan TPK, (2) Menentukan metode, (3) Menentukan langkah-

langkah mengajar, dan (4) Menentukan cara-cara memotivasi murid.

g. Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran meliputi: (1)

Berpedoman pada bahan pengajaran yang tercantum dalam kurikulum,

(2) Memilih dengan tepat bahan sesuai dengan karakteristik murid, dan

(3) Menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf kemampuan

berpikir murid

h. Merencanakan pengelolaan kelas meliputi: (1) Menentukan dengan

tepat macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan

pembelajaran., (2) Menentukan alokasi penggunaan waktu belajar

Page 72: 1103506056

58

mengajar, dan (3) Menentukan cara pengorganisasian murid agar

terlibat secara efektif dalam KBM

i. Merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran meliputi: (1)

Menentukan pengembangan alat pengajaran, (2) Menentukan media

pengajaran, dan (3) Menentukan sumber pengajaran

j. Merencanakan penilaian prestasi murid untuk kepentingan pengajaran

meliputi dalam: menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur

penilaian; dan membuat alat penilain hasil belajar

(2) Ketrampilan melaksanakan pelajaran (proses belajar mengajar), diukur

dari :

a. Memulai Pelajaran meliputi: (1) Menyampaikan bahan pengait/

apersepsi, (2) Memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan

belajar mengajar

b. Mengelola kegiatan belajar mengajar meliputi: (1) Menyampaikan

bahan, (2) Memberi contoh, (3) Menggunakan alat/ media pengajaran,

(4) Memberi kesempatan kepada murid untuk aktif, (4) Memberi

penguatan

c. Mengorganisasikan waktu, siswa dan fasilitas belajar meliputi: (1)

Mengatur penggunaan waktu, (2) Mengorganisasikan murid, (3)

Mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar

d. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar meliputi: (1)

Melaksanakan penilaian selama proses belajar mengajar berlangsung,

(2) Melaksanakan penilaian pada akhir pelajaran

Page 73: 1103506056

59

e. Ketrampilan mengevaluasi pelajaran meliputi: (1) Menyimpulkan

pelajaran, (2) Memberikan tindak lanjut

(3) Ketrampilan mengevaluasi pelajaran. Diukur dari :

(a) melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, (b) melaksanakan

penilaian selama berlangsung proses belajar menagajar, (c) melaksanakan

penilaian pada akhir pelajaran

3.4.Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Angket

Angket berarti sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan

kepada responden untuk menyatakan, mengecek dan meminta pendapat tentang

sesuatu hal yang akan diteliti. Alasan menggunakan angket adalah untuk

mengungkap pendapat tentang kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja

mengajar guru dalam menyusun rencana pelajaran, melaksanakan pelajaran

(proses belajar mengajar) dan mengevaluasi pelajaran

Sebelum membuat angket peneliti menjabarkan kisi-kisi penelitian

variabel dan terdapat indikator penelitian, maksudnya adalah untuk menjadikan

pedoman dalam pembuatan angket penelitian. Menurut para ahli agar responden

dapat memberikan respon terhadap pertanyaan dengan menggunakan model Skala

Likert.

”Penggunaan skala Liker agar responden dapat memberikan respon terhadap statement dengan memebrikan salah satu jawaban dari lima alternatif jawaban pada masing-masing statement pertanyaaan. Tiap-tiap respon diasosiasikan dengan suatu nilai dan nilai individual ditentukan dengan sejumlah nilai masing-masing statement. Untuk nilai positif dimulai dari, selalu = 5, sering = 4, kadang-kadang = 3, jarang = 2, tidak pernah = 1”.

Page 74: 1103506056

60

Untuk memproleh data dari penelitian diperlukan instrumen yang

dijadikan alat untuk mengumpulkan data sesuai dengan karakteristik dan substansi

permasalahan yang diteliti yaitu yang berkaitan dengan kontribusi kepemimpinan

kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap mutu proses pendidikan SMP

Negeri di Kabupaten Brebes. Instrumen yang digunakan adalah dengan jenis

angket tertutup. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi (!998:140) yang

mengemukakan ”kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya”.

Instrumen penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi variabel penelitian,

yakni variabel profesionalisme guru, kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja

guru. Untuk mengetahui ruang lingkup variabel penelitian dan indikator yang

diukur dapat dilihat pada kisi-kisi tabel berikut ini.

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Profesionalisme Guru

No INDIKATOR DESKRIPTOR 1 Komitmen/konsistensi a komitmen terhadap, karier b komitmen pada pekedaan c komiten pada setiap orang

2 Tanggung.jawah a tanggung jawad terhadap pekerjaan b tanggung jawab terhadap karier

c berorientasi terhadap pelayanan pelanggan d bekerja sesuai prioritas e tanggung jawab social f tanggung jawab moral g tanggung jawab keilmuan 3 Keterbukaan a orientaasi terhadap dunia luar

Page 75: 1103506056

61

b terbuka terhadap ide-ide baru 4 Orientasi tehadap a memiliki kepastian upah/gaji b memiliki status yang jelas c orientasi prestice d menghargai/memiliki kode etik 5 Kemampuaa/kreativitas a mampu berperilaku pamong b mengembangkan norma kolaborasi

c mampu bekerja sama dalam masyarakat d mampu diskusi tentang strategi baru e mampu menyelesaikan masalah f mampu mengajar g mampu menganalisis data h mampu menyelesaikan masalah i mampu meningkatkan strategi j pengendalian resiko

k mampu menhadapi setiap manusia yang berbeda

l mampu saling mendorong m memiliki keahlian khusus n memiliki kompetensi

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Kepala sekolah

INDIKATOR DESKRIPTOR 1. Kepala sekolah sebagai

educator

- Menciptakan iklim yang kondusif - Memberikan nasehat kepada warga sekolah - Mengembangkan dan merespon gagasan/ ide-ide dari guru maupun

murid - Membimbing dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran - Menerapkan disiplin sekolah

2. Kepala sekolah sebagai manajer

- Menggerakkan para para guru dan siswa dalam tugas-tugas pembelajaran.

- Memberi kesempatan kepada para siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

- Mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan untuk meningkatkan pretasi belajar siswa.

- Menggerakkan guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. - Menberikan dorongan untuk selalu aktif dalam lingkungan sekolah.

3. Kepala sekolah sebagai administrator

- Mengelola KBM dan bimbingan konseling - Mengelola administrasi siswa - Mengetahui kehadiran siswa

Page 76: 1103506056

62

4. Kepala sekolah sebagai supervisor

- Mengadakan diskusi kelompok - Mengadakan kunjungan kelas - Mengadakan pembicaraan individual

5. Kepala sekolah sebagai leader

- Memberikan petunjuk dan pengawasan terhadap para siswa - Mengambil tindakan untuk mengatasi masalah siswa di sekolah - Membuka komunikasi dua arah antara kepala sekolah dan siswa

6. Kepala sekolah sebagai inovator

- Mengadakan hubungan dengan lingkungan peserta didik. - Mencari gagasan baru dari peserta didik. - Mengintegrasikan setiap kegiatan siswa - Memberikan teladan kepada seluruh peserta didik - Mengembangkan moving class

7. Kepala sekolah sebagai motivator

- Menanamkan disiplin kepada paserta didik. - Memberikan dorongan/ motivasi belajar pada peserta didik. - Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Kinerja Guru

Indikator Deskriptor 1. Kemampuan

Menyusun Program Pengajaran

a. Merencanakan pengelolaan KBM f. Merumuskan TPK g. Menentukan metode h. Menentukan langkah-langkah mengajar i. Menentukan cara-cara memotivasi siswa

b. Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran a. Berpedoman pada bahan pengajaran yang tercantum dalam

kurikulum b. Memilih dengan tepat bahan sesuai dengan karakteristik

murid c. Menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraff

kemampuan berfikir murid c. Merencanakan pengelolaan kelas

a. Menentukan dengan tepat macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan Tujuan Pembelajaran

b. Menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar c. Menentukan cara pengorganisasian murid agar terlibat

secara efektif dalam KBM d. Merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran

a. Menentukan pengembangan alat pengajaran b. Menentukan media pengajaran c. Menentukan sumber pengajaran

e. Merencanakan penilaian prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran a. Menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur

penilaian b. Membuat alat penilaian hasil belajar

2. Kemampuan Melaksanakan

1. Berpedoman pada bahan pengajaran yang tercantum dalam kurikulum

2. Memilih dengan tepat bahan sesuai dengan karakteristik murid

Page 77: 1103506056

63

Program Pengajaran

3. Menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraff kemampuan berfikir murid

3. Kemampuan Menilai Hasil Proses Belajar Mengajar yang telah dilaksanakan

1. melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar 2. melaksanakan penilaian selama PBM berlangsung 3. melaksanakan penilaian pada akhir pelajaran

3.5.Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang disusun berdasarkan kisi-kisi yang dibuat sebelum

digunakan dalam rangka pengambilan data terhadap kedua instrumen tersebut,

dilakukan uji coba untuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Uji coba

dilaksanakan terhadap 30 orang guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes yang

bukan termasuk sampel penelitian, tetapi termasuk dalam populasi. Ujicoba ini

dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas butir-butir instrumen dan

mengetahui kelayakan butir-butir soal yang akan digunakan.

3.5.1. Validitas Instrumen Penelitian

Validitas (kesahihan) tes dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat ukur

tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur dan mampu mengungkapkan

apa yang hendak diungkapkan. Validitas didefinisikan sebagai penunjukan

kesesuaian, keberatian, kegunaan dari kesimpulan spesifik yang telah dibuat

penelitian berdasarkan pada data yang telah mereka kumpulkan.

Validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity) yang

menggunakan metode internal konsistensi yaitu mengukur besarnya korelasi

antara tiap butir pernyataan menggunakan rumus korelasi product moment dan uji

signifikan dengan uji-t. suatu butir soal ditentukan oleh besarnya harga rhitung pada

Page 78: 1103506056

64

taraf signifikan 0,05 (5%). Jika r hitung > r table maka butir soal dinyatakan valid atau

sahih.

Koofisien korelasi (t) ditafsirkan dengan nilai terdapat dalam tabel harga

kriteria pengujian hitungt lebih besar dari tabelt maka item tersebut dinyatakan valid.

Untuk perhitungannya peneliti menggunakan bantuan komputer program SPSS

versi 15 for windows.

3.5.2. Reliabilitas Instrumen Penelitian

Didalam mengukur reliabilitas, perhatian kepada kemantapan, ketepatan

dan homogenitas instrumen. Menurut Maman Rachman menggemukakan bahwa

”Suatu instrumen dikatakan mantap apabila didalam mengukur berulang kali

dengan syarat bahwa kondisi saat mengukur tidak berubah. Instrumen tersebut

memberikan hasil yang sama. Didalam pengertian mantap reliabilitas

mengandung makna “dapat diandalkan” ketepatan, menunjuk kepada instrumen

yang tepat benar dalam mengukur dari suatu yang diukur. Instrumen yang tepat

adalah instrumen dimana pertanyaan jelas, mudah dimengerti dan rinci.

pertanyaan yang tepat juga menjamin interprestasi tetap sama dari responden yang

lain. Homogenitas menunjuk kepada instrumen, yang mempunyai kaitan erat satu

sama lain dalam unsur-unsur dasarnya”

Teknik untuk menentukan reliabilitas suatu alat ukur ada bermacam-

macam antara lain metode ulang (test-retst), metode paralel dan metode belah dua

(split half method). Pekerjaan menghitung reliabilitas dari alat pengukur ini,

dilakukan pada waktu mengujicobakan instrumen angka yang telah disusun.

Kemudian untuk mencari koefesien korelasinya, digunakan rumus Alpha.

Page 79: 1103506056

65

3.6. Teknik Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian melakukan analisis data.

Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah

metode statistik yang dapat meringkas hasil penelitian dalam bentuk angka-angka,

sehingga memungkinkan untuk diuji kembali oleh orang lain. Karena data yang

dihadapi adalah data kuantitatif yang meliputi Statistik Deskriptif, Analisis

Regresi Sederhana, Analisis Regresi Berganda, Koefisien korelasi partial. Untuk

perhitungannya peneliti menggunakan program bantuan komputer program SPSS

versi 15 for windows.

Page 80: 1103506056

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan terhadap 38 SMP Negeri di Kabupaten Brebes.

Data yang diungkap meliputi profesioanlisme guru, kepemimpinan kepala sekolah

dan kinerja guru. Data profesioanalisme guru, kepemimpinan kepala sekolah dan

kinerja guru diperoleh menggunakan angket yang telah teruji validitas dan

reliabilitasnya. Data hasil penelitian tersebut dapat dideskripsikan berikut ini.

4.1.1 Profesionalisme Guru

Variabel profesionalisme guru terdiri atas indikator komitmen/konsistensi,

tanggung jawab, keterbukaan, orientasi reward dan punishment, dan

kemampuan/kreativitas. Variabel itu dirangkum dalam 30 butir item pernyataan

dengan 5 alternatif jawaban sehingga nilai maksimumnya idealnya adalah 150 dan

nilai ideal minimumnya adalah 30.

Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah skor rata-rata 119,22 dengan

standar deviasi 14,27, jumlah skor maksimum 150 dan jumlah skor minimumnya

adalah 75. Hasil di atas menunjukkan bahwa profesionalisme guru SMP Negeri di

Kabupaten Brebes adalah tinggi karena skor rata-rata yang diperoleh lebih tinggi

dari nilai tengah idealnya yaitu 80. Adapun persentase jawaban responden pada

setiap alternatif jawaban seperti disajikan pada tabel berikut.

Page 81: 1103506056

67

Tabel 4.1 Rata-rata Persentase Jawaban Responden tentang Profesionalisme Guru

Indikator % Jawaban Responden

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah

Konsistensi 16,60% 34,60% 36,70% 13,80% 2,20%

Tanggung jawab 12,50% 39,20% 35,60% 11,00% 1,70%

Keterbukaan 15,10% 43,40% 31,70% 9,20% 0,70%

Orientasi R/P 14,40% 41,20% 29,80% 13,50% 1,00%

Kreativitas 13,60% 37,30% 32,90% 14,50% 1,70%

Keseluruhan 13,7% 39,1% 33,3% 12,4% 1,5%

Dari tabel di atas nampak bahwa persentase guru yang menjawab selalu

dan sering pada setiap indikator 52,8% (13,7% + 39,1%), yang kadang-kadang

33,3% dan yang jarang dan tidak pernah relatif kecil persentasenya hanya 13,9%.

Persentase selalu dan sering terbaik pada indikator keterbukaan mencapai 58,5%,

yang tidak pernah hampir tidak ada hanya 0,7%.

4.1.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Variabel kepemimpinan kepala sekolah terdiri dari 30 butir item dengan 5

alternatif jawaban sehingga nilai maksimumnya idealnya adalah 150 dan nilai

ideal minimumnya adalah 30, dari hasil perhitungan didapatkan jumlah skor rata-

rata 108,84 dengan standar deviasinya 12,23, jumlah skor maksimum 150 dan

jumlah skor minimumnya adalah 75. Variabel tersebut terdiri atas indikator

kepemimpinan kepala sekolah sebagai educator, manager, administrator,

supervisor, leader, inovator, dan motivator. Hasil rata-rata jumlah skor tersebut

Page 82: 1103506056

68

menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah SMP Negeri di Kabupaten

Brebes adalah cukup tinggi karena skor rata-rata yang diperoleh lebih tinggi dari

nilai tengah idealnya yaitu 80. Adapun persentase jawaban responden pada setiap

alternatif jawaban seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Rata-rata Persentase Jawaban Responden tentang

Kepemimpinan Kepala Sekolah

Indikator % Jawaban Responden

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah Kepala Sekolah sebagai educator 14,5 41,7 33,4 9,4 1,0

Kepala Sekolah sebagai Manager 17,8 40,6 32,0 8,2 1,4

Kepala Sekolah sebagai Administrator 20,3 47,7 26,6 5,1 0,3

Kepala Sekolah sebagai supervisor 16,7 49,6 26,9 6,6 0,3

Kepala Sekolah sebagai Leader 20,6 47,4 24,7 6,8 0,5

Kepala Sekolah sebagai Inovator 6,9 44,3 34,4 12,6 1,8

Kepala Sekolah sebagai Motivator 5,4 34,4 44,1 13,1 2,7

Keseluruhan 14,6 43,7 31,7 8,8 1,1

Dari tabel di atas nampak bahwa persentase kepemimpinan kepala sekolah

adalah baik hal ini dibuktikan dengan jawaban responden selalu dan sering pada

setiap indikator 58,3% (14,6% + 43,7%), yang kadang-kadang 31,7% dan yang

jarang dan tidak pernah relatif kecil persentasenya hanya 9,9%. Persentase selalu

dan sering terbaik pada indikator kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)

mencapai 68,0%, yang tidak pernah hampir tidak ada hanya 0,5%, sedangkan

Page 83: 1103506056

69

yang relatif rendah adalah pada indikator kepala sekolah sebagai motivator yang

jawaban responden yang menyatakan sering dan selalu sebanyak 39,8%.

4.1.3 Kinerja Guru

Variabel kinerja guru terdiri dari 30 butir item dengan 5 alternatif jawaban

sehingga nilai maksimumnya idealnya adalah 150 dan nilai ideal minimumnya

adalah 30, dari hasil perhitungan didapatkan jumlah skor rata-rata 114,13 dengan

standar deviasinya 15,39, jumlah skor maksimum 150 dan jumlah skor

minimumnya adalah 75. Variabel tersebut terdiri atas indikator kemampuan guru

menyusun program prngajaran, melaksanakan program pengajaran, dan dapat

mengevaluasi hasil proses belajar mengajar. Hasil rata-rata jumlah skor tersebut

menunjukkan bahwa kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes adalah tinggi

karena skor rata-rata yang diperoleh lebih tinggi dari nilai tengah idealnya yaitu

80. Adapun persentase jawaban responden pada setiap alternatif jawaban seperti

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.3

Rata-rata persentase jawaban pada setiap indikator kinerja guru

Indikator % Jawaban Responden

Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak

Pernah Kemampuan menyusun Program Pengajaran 18,6 47,7 31,3 2,4 0,1

Melaksanakan Program Pengajaran 19,0 44,5 26,3 9,1 1,0

Mengevaluasi hasil proses belajar mengajar 23,3 50,0 23,9 2,5 0,3

Keseluruhan 20,3 47,4 27,2 4,7 0,4

Page 84: 1103506056

70

Dari tabel di atas nampak bahwa persentase kemampuan guru dalam

mengevaluasi hasil proses belajar mengajar adalah baik hal ini dibuktikan dengan

jawaban responden selalu dan sering pada setiap indikator 77,7% (20,3% +

47,4%), yang kadang-kadang hanya 27,2% dan yang jarang dan tidak pernah

relatif kecil persentasenya hanya 5,1%. Persentase selalu dan sering terbaik pada

indikator mengevaluasi hasil proses belajar menghajar mencapai 73,3%, yang

tidak pernah hampir tidak ada hanya 0,3%.

4.2 Uji Persyaratan Analisis

Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi

berganda, terlebih dahulu diuji normalitas sebaran datanya, uji linieritas pengaruh,

uji heterokedastisitas (uji homogenitas), dan uji multikolinieritas.

4.2.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan

Ringkasan hasil analisis sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data

Variabel K_S Z p Keterangan

Residual Y atas X1 1,149 0,237 Normal

Residual Y atas X2 1,335 0,094 Normal

Residual Y atas X1 dan X2 1,182 0,122 Normal

Hasil uji normalitas di atas didapatkan nilai signifikansi masing-masing

adalah 0,237, 0,094, dan 0,122. Angka tersebut menunjukkan angka yang tidak

signifikan karena lebih tinggi dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% (0,05).

Hal tersebut memberikan gambaran bahwa penyimpangan sebaran data dari kurva

Page 85: 1103506056

71

normalnya tidak signifikan, yang berarti bahwa sebaran data telah memenuhi

asumsi normalitas.

4.2.2 Uji Linieritas

Ringkasan hasil uji linieritas pada setiap hubungan variabel independent

terhadap variabel dependentnya seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5 Ringkasan hasil Uji Linieritas

Pengaruh Model Persamaan Regresi Linier Freg

Fdeviasi from

linierity

Sig. Fdeviasi from

linierity Keterangan

X1-Y Y’ = 54,116 + 0,503 X1

79,893 1,059 0,373 Linier

X2-Y Y’ = 40,674 + 0,674 X2

115,669 1,333 0,073 Linier

Dari tabel di atas telihat bahwa kedua model pengaruh telah memenuhi

asumsi linieritas, karena signifkansi deviasi from linierity (penyimpangan sebaran

data dari garis liniernya) tidak signifikan 0,373 dan 0,073 lebih besar

dibandingkan dengan taraf signifikansi 0,05 hasil tersebut menunjukkan bahwa

model regresi linier dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi linieritas.

4.2.3 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varian

masing-masing variabel bebas X1 dan X2 terhadap variabel terikat (Y). Pengujian

homogenitas terhadap variabel penelitian digunakan uji heterokedastisitas.

Deteksi terhadap masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik

sebaran nilai residual. Uji heterokedastisitas menggunakan metode grafik plot

Page 86: 1103506056

72

Regression Standarized Predicted Value dengan Regression Stutentised Residual

sesuai dengan pendapat Imam Ghozali (2002). Hasil pengujian dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar 4.1 Grafik Uji Heteroskedastisitas

Regression Standardized Predicted Value20-2-4

Reg

ress

ion

Stud

entiz

ed R

esid

ual

3

2

1

0

-1

-2

-3

Scatterplot

Dependent Variable: Kinerja Guru

Berdasarkan grafik scatterplot di atas tampak bahwa sebaran data tidak

membentuk pola yang jelas, titik-titik data menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada model regresi

tidak terjadi heteroskedastisitas, dengan kata lain pada model regresi terjadi

kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dengan

demikian dapat disimpulkan model regresi ini telah memenuhi asumsi

heterokedastisitas, hal ini menunjukkan bahwa variasi data homogen.

Page 87: 1103506056

73

4.2.4 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas penelitian. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Ada tidaknya

korelasi antar variabel tersebut dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance

Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF<10 maka dinyatakan tidak ada korelasi

sempurna antar variabel bebas dan sebaliknya. Hasil uji multikolinieritas dapat

dilihat tabel berikut:

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Multikolinieritas

Coefficientsa

,949 1,054

,949 1,054

Profesionalitas GuruKepempimpinanKepala Sekolah

Model1

Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Kinerja Gurua.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa angka tolerance dari variabel

bebas mempunyai nilai tolerance lebih dari 10% (0,1) dan nilai Variance

Inflantion Factor (VIF) kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan

dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebasnya.

4.3 Hasil Analisis Regresi

4.3.1 Hasil Analisis Regresi Sederhana

a. Kontribusi Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru

Dari hasil analisis korelasi dan regresi sederhana kontribusi

profesionalisme guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes

Page 88: 1103506056

74

didapatkan koefisien korelasi sebesar rx1y = 0,467 dan koefisien determinasinya

(rx1y)2 x 100% = (0,467)2 x 100% = 21,8%.

Sedangkan persamaan garis regresi liniernya adalah:

Y’ = 54,116 + 0,503 X1

Nilai F regresinya adalah 79,893 dengan signifikansi (p) sebesar 0,000. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa dari model regresi sederhana profesionalisme guru

(X1) terhadap kinerja guru (Y) SMp Negeri di Kabupaten Brebes adalah signifikan

karena p=0,000 lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikani 0,05 (5%). Hal

ini berarti bahwa ada konstribusi yang signifikan profesionalisme guru terhadap

kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes. Untuk memberikan gambaran

lebih jelas grafik hubungan variabel profesionalisme dan kinerja kuru seperti pada

gambar berikut.

Gambar 4.2 Grafik hubungan profesionalisme guru terhadap kinerja guru

Profesionalitas Guru1601401201008060

Kin

erja

Gur

u

140

120

100

80

LinearObserved

Dari gambar tersebut terlihat bahwa garis lurus yang semakin ke kanan

semakin naik, hal ini berarti bahwa jika skor profesionalisme guru meningkat,

Page 89: 1103506056

75

maka skor kinerja guru juga akan meningkat pula dan sebaliknya jika skor

profesionalisme guru berkurang maka kinerja guru juga akan menurun.

b. Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

Dari hasil analisis korelasi dan regresi sederhana kontribusi kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kinerja guru didapatkan koefisien korelasi sebesar rx1y =

0,536 dan koefisien determinasinya (rx1y)2 x 100% = (0,536)2 x 100% = 28,7%.

Sedangkan persamaan garis regresi liniernya adalah:

Y’ = 40,726 + 0,674 X1

Nilai F regresinya adalah 115,669 dengan signifikansi (p) sebesar 0,000. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa dari model regresi sederhana kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kinerja guru adalah signifikan karena p=0,000 lebih kecil

dibandingkan dengan taraf signifikani 0,05 (5%). Hal ini berarti bahwa ada

konstribusisi yang signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru,

untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.3 Grafik hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru

Kepempimpinan Kepala Sekolah1601401201008060

Kin

erja

Gur

u

140

120

100

80

LinearObserved

Page 90: 1103506056

76

Dari gambar tersebut terlihat bahwa garis lurus yang semakin ke kanan semakin

naik, hal ini berarti bahwa jika skor kepemimpinan kepala sekolah meningkat,

maka skor kinerja guru juga akan meningkat pula dan sebaliknya jika skor

kepemimpinan kepala sekolah kurang maka kinerja guru juga akan rendah pula.

4.3.2 Hasil Analisis Regresi Berganda

Hasil analisis regresi berganda didapatkan koefisien korelasi berganda (R)

sebesar 0,643 dengan koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,413 atau 41,3%.

Nilai F regresi sebesar 100,622 dengan signifikansi sebesar 0,000. Adapun

persamaan bergandanya adalah: regresi Y’ = 5,180 + 0,393 X1 + 0,571 X2,

adapun koefisien-kofisien regresinya secara partial seperti ditunjukkan pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.7. Koefisien-koefisien hasil perhitungan analisis regresi berganda Coefficientsa

5,180 7,720 ,671 ,503,393 ,050 ,364 7,828 ,000 ,467 ,420 ,355

,571 ,059 ,454 9,754 ,000 ,536 ,500 ,442

(Constant)Profesionalitas GuruKepempimpinanKepala Sekolah

Model1

BStd.Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.Zero-order Partial Part

Correlations

Dependent Variable: Kinerja Gurua.

Dari tabel di atas terlihat bahwa koefisien korelasi product moment (Zero-

order correlation) profesionalisme guru, dan kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes masing-masing 0,467 dan

0,536, sementara itu koefisien korelasi parsialnya (partial correlation) adalah

masing-masing 0,420 dan 0,500. Nampak bahwa koefisien korelasi parsial

kepemimpinan kepala sekolah lebih tinggi dibandingkan dengan variabel

Page 91: 1103506056

77

profesionalisme guru. Secara simpel hasil analisis regresi berganda dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4.4. Model pengaruh antar variabel hasil penelitian

4.4 Pengujian Hipotesis

4.4.1 Kontribusi Profesionalisme Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes secara Simultan Dari hasil penelitian di atas didapatkan model persamaan regresi ganda:

Y’ = 5,180 + 0,393 X1 + 0,571 X2 ; dengan Freg sebesar 100,622 dan

signifinasinya (probability) =0,000. Tabel Anova regresi sebagai berikut.

Profesionalisme guru (X1)

Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

Kinerja Guru (Y)

ry2.1 = 0,500

ry1..2 = 0,420

Ry.12 = 0,643

Persamaan regresi: Y’ = 5,180 + 0,393 X1 + 0,571 X2 Freg = 100,622 Sig.(p) = 0,000

Page 92: 1103506056

78

Tabel 4.8. Anova regresi ganda

ANOVAb

28177,478 2 14088,739 100,622 ,000a

40044,785 286 140,01768222,263 288

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Kepempimpinan Kepala Sekolah, Profesionalitas Gurua.

Dependent Variable: Kinerja Gurub.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho secara simultan ditolak karena (sig

F / p) sebesar 0,000 kurang dari taraf signifikansi α=0,05 (5%). Dengan

ditolaknya Ho berarti hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini diterima, yaitu

ada konstribusi yang signifikan secara simultan profesionalisme guru dan

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes dengan koefisien determinasinya sebesar 41,3%. Tinggi rendahnya

profesionalisme guru dan kepemimpinan kepala sekolah dapat menentukan baik

tidaknya kinerja guru SMP negeri di Kabupaten Brebes.

4.4.2 Pengujian Hipotesis Secara Partial

a. Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di

Kabupaten Brebes

Dari hasil penelitian di atas didapatkan bahwa koefisien korelasi partial

profesionalisme guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes

sebesar 0,420 dengan koefisien regresi sebesar 0,393, nilai t sebesar 7,828 dan

signifikansinya (probability ‘p’) sebesar 0,000 yang berarti hipotesis nol ditolak

Page 93: 1103506056

79

karena signifikansi t (p) kurang dari taraf signifikansi α=0,05 yang menunjukkan

bahwa t hasil perhitungan berada di daerah penolakan Ho, dengan demikian

bahwa hipotesis kerja diterima yang berarti ada kontribusi yang signifikan

profesionalisme guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes

dengan koefisien korelasi partial sebesar 0,420 atau koefisien determinasi

parsialnya sebesar (r2x100%) = 0,4202x100% = 17,6%. Hal ini berarti bahwa

salah satu penentu tinggi rendahnya kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes adalah profesionalisme guru. Jika profesioinalisme guru tinggi tinggi maka

jelas bahwa kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes akan tinggi, dan

sebaliknya jika profesionalisme rendah maka kinerja guru SMP Negeri di

Kabupaten Brebes juga akan rendah pula.

b. Konstribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP

Negeri di Kabupaten Brebes

Dari hasil penelitian di atas didapatkan bahwa koefisien korelasi partial

Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes sebesar 0,500 dengan koefisien regresi sebesar 0,571, nilai t sebesar 9,754

dan signifikansinya (probability ‘p’) sebesar 0,000 yang berarti hipotesis nol

ditolak karena signifikansi t (p) kurang dari taraf signifikansi α=0,05 yang

menunjukkan bahwa t hasil perhitungan berada di daerah penolakan Ho, dengan

demikian bahwa hipotesis alternatif diterima yang berarti ada kontribusi yang

signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di

Kabupaten Brebes dengan koefisien korelasi partial sebesar 0,500 atau koefisien

determinasi parsialnya sebesar (r2x100%) = 0,5002x100% = 25,0%. Hal ini berarti

Page 94: 1103506056

80

bahwa salah satu penentu baik tidaknya kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes adalah kepemimpinan kepala sekolah. Jika kepemimpinan kepala sekolah

tinggi maka kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes akan tinggi, dan

sebaliknya jika kepemimpinan kepala sekolah rendah maka kinerja guru SMP

Negeri di Kabupaten Brebes juga akan rendah pula.

4.5. Pembahasan

4.5.1 Kontribusi Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Guru SMP Negeri

di Kabupaten Brebes

Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa ada kontribusi yang

signifikan profesinalisme guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes (p=0,000) dan koefisien determinasi partial sebesar 17,6%, yang berarti

bahwa tinggi rendahnya profesionalisme guru memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap tinggi rendahnya kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes, semakin tinggi profesionalisme guru akan meningkatkan kinerja guru

SMP Negeri di Kabupaten Brebes dan sebaliknya jika profesionalisme rendah,

maka kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes juga akan rendah pula.

Hasil tersebut dapat dipahami karena profesionalisme guru adalah

merupakan cerminan dari kinerja guru, komitmen, konsistensi, tanggung jawab,

keterbukaan, dan kreativitas adalah merupakan modal dasar seorang guru untuk

dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru. Guru yang

profesional juga akan tercermin dari kinerjanya yang baik, semakin profesional

guru maka kinerjanya akan semakin baik.

Page 95: 1103506056

81

4.5.2 Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolahdan Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes (p=0,000) dan koefisien determinasi partial sebesar 25,0%, yang berarti

bahwa tinggi rendahnya kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi

yang signifikan terhadap tinggi rendahnya kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes, semakin tinggi kepemimpinan kepala sekolah, maka akan dapat

meningkatkan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes dan sebaliknya jika

kepemimpinan kepala sekolah rendah, maka kinerja guru SMP Negeri di

Kabupaten Brebes juga akan rendah pula.

Hasil tersebut dapat dipahami karena Kepala sekolah merupakan pengelola

(manager), pemimpin(leader) dan motivator, penentu arah kebijakan sekolah,

yang akan menentukan bagaimana tujuan sekolah dan pendidikan dapat

direalisasikan. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan tercermin dalam

kemampuannya melaksanakan tugas sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai

educator, manager, leader, adminsitrator yang baik, supervisor terhadap guru

sebagai bawahannya, pemimpin yang baik, dan sekaligus pemberi motivasi

terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab guru. Kepala sekolah yang baik

memiliki kemampuan memberdayakan guru, menyelesaikan tugas dan

pekerjaannya, melakukan hubungan yang harmonis dalam intern sekolah maupun

di luar sekolah, mampu menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang sesuai

dengan tingkat kedawasaan guru, dan berhasil mewujudkan tujuan sekolah. Peran

Page 96: 1103506056

82

penting kepala sekolah sebagai pemimpin adalah membuat orang-orang seperti

guru dan karyawan yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda,

karakter yang berbeda dapat bersatu untuk mencapai tujuan sekolah, maka kepala

sekolah harus dapat menciptakan suasana yang kondusif dan kompetitif serta

mengembangkan wawasan mutu dalam semua aktifitas pendidikan yang

dilakukan guru, sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru akan dapat

meningkat jika kepala sekolah dalam kepemimpinannya selalu

mengkomunikasikan visi, misi, rencananya dengan guru secara bersama-sama

sehingga mereka terlibat dalam komitmennya memberikan kepercayaan yang

tinggi kepada guru dalam melaksanakan tugasnya bersedia memberikan

bimbingan, pengarahan atau contoh kepada guru dan bisa menunjukan

keteladanan terbuka dalam manajemennya sabar dan penuh perhatian.

4.5.3 Konstribusi Secara Simultan Profesionalisme Guru dan Kepemimpinan

Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes

Hasil penelitian dan pengujian hipotesisi secara simultan di atas membuktikan

bahwa ada kontribusi yang signifikan secara simultan profesionalisme guru dan

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes (p=0,000) dan koefisien determinasinya sebesar 41,3% yang berarti bahwa

kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes dapat ditentukan oleh profesionalisme

guru dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama (simultan) sebesar

41,3% sedangkan sisanya kinerja guru yaitu sebesar 58% ditentukan oleh faktor lain

di luar variabel dalam model penelitian ini.

Page 97: 1103506056

65

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Ada kontribusi yang signifikan profesionalisme guru terhadap kinerja guru

SMP Negeri di Kabupaten Brebes (p=0,000) dan koefisien determinasi partial

sebesar 17,6%, yang berarti bahwa tinggi rendahnya profesionalisme guru

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tinggi rendahnya kinerja guru

SMP Negeri di Kabupaten Brebes, semakin tinggi profesionalisme guru akan

meningkatkan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes dan sebaliknya

jika profesionalisme rendah, maka kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten

Brebes juga akan rendah pula.

2. Ada kontribusi yang signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes (p=0,000) dan koefisien determinasi

partial sebesar 25,0%, yang berarti bahwa tinggi rendahnya kepemimpinan

kepala sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tinggi

rendahnya kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes, semakin tinggi

kepemimpinan kepala sekolah, maka akan dapat meningkatkan kinerja guru

SMP Negeri di Kabupaten Brebes dan sebaliknya jika kepemimpinan kepala

sekolah rendah, maka kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes juga

akan rendah pula.

Page 98: 1103506056

84

3. Ada kontribusi yang signifikan secara simultan profesionalisme guru dan

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di

Kabupaten Brebes (p=0,000) dan koefisien determinasinya sebesar 41,3%

yang berarti bahwa kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes dapat

ditentukan oleh profesionalisme guru dan kepemimpinan kepala sekolah

secara bersama-sama (simultan) sebesar 41,3% sedangkan sisanya kinerja

guru yaitu sebesar 58% ditentukan oleh faktor lain di luar variabel dalam

model penelitian ini.

5.2 Saran

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes dapat

dilakukan oleh peranan kepemimpinan yang baik khususnya sebagai

Supervisor sehingga lingkungan sekolah (guru, siswa, orang tua siswa) dapat

membantu program pembelajaran termasuk kinerja guru.

2. Untuk peningkatan kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes dapat pula

dilakukan melalui peningkatan komitmen, tanggung jawab, keterbukaan,

orientasi terhadap reward dan kemampuan guru sehingga kinerja guru dalam

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya selaku pendidik menjadi lebih

profesional.

3. Selain faktor kepemimpinan kepala sekolah dan pofesionalisme guru yang

mempunyai kontribusi terhadap kinerja guru, masih banyak faktor lain yang

mempunyai kontribusi terhadap kinerja guru sehingga diharapkan pada

Page 99: 1103506056

85

penelitian-penelitian selanjutnya dapat melakukan dan mengembangkan

penelitian terhadap faktor-faktor lain yang mempunyai kontribusi terhadap

kinerja guru.

Page 100: 1103506056

65

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Bumi Aksara.

Dedi Supriyadi. (1998). Mengangkat Citra Dan Martabat Guru. Yogyakarta : Adicitra Karyanusa.

Depdiknas. (2001), Pedoman Penyediaan Fasilitas Guru. Jakarta : Oleh Kependidikan Ditjen Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional. 2002 ---

——.(2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta

Effendy. (1999). Psikologi Manajemen dan Administrasi. Bandung : I MandarMaju.

Indradjati Sidi. (1999). Reformasi pendidikan menyongsong millennium ketiga.

Jakarta : Buletin Pusat Perbukuan Depdiknas edisi November no 05

Gaffar Fakry.1987. Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta : Depdikbud

Kabul (2002). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru SL'T'P Di Kota : Banjarmasin. Tesis PPs UNY.

Jason, R.D. Lind, D.A & Marchal, W.G.(1988). Statistics: An introduction. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishier.

Mulyasa.(2002). Manajemen berbasis sekolah : konsep, strategi dan implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakary

-------(2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesionalisme, dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Owen Robert, G. (1995). Organizational Behavior In Education. Florida : Simon

and Shuster Company

Siagian.Sondang .P. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Remaja Rosdakarya

Page 101: 1103506056

87

Simamora. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : STIE YKPN

Yogyakarta Sudjana. (1996 ) Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono .(2001). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sumidjo. 1999. Kepemimpinan dan motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia

Sutrisno.Hadi.(1997) .Statistik Jilid II. Yogyakarta : Fakultas Psikhologi UGM.

Umaedi, (1999). Manajemen Peningkalan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Umar.Husein ( 1999). Riset Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta : Gramedia.

UNNES. 2000. Pedoman Penyusunan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Semarang: CV. IKIP Semarang Press.

Uzer, Usman, M. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Yukl.Gary. (2002). Leadership in Organizations. Englewood Cliffs: Prentice-Hall. Inc.

Ihsan Rumtini (2001) Kepemimpinan transformasional kepala sekolah SLTP dan korelasinya dengan manajemen isntruksional di beberapa kota di Yogyakarta. www.depdiknas.go.id/Jurnal/38/editorial/38/htm 22 agustus 2007

Page 102: 1103506056

65

INSTRUMEN PENELITIAN

KONTRIBUSI PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI

KABUPATEN BREBES

Kepada Yth.

Bapak/ Ibu Guru SMP Negeri Kabupaten Brebes

Di Tempat

Guna memenuhi dan melengkapi tugas akhir dalamstudi di Universtias Negeri semarang (UNNES) Program Pascasarjana Program studi Manajamen Pendidikan, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi/menjawab angket yang maksudkan guna memperoleh data dan informasi tentang: ”Kontribusi Profesionalisme Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes”.

Data dan informasi yang Bapak/Ibu berikan, semata-mata hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak berkaitan dengan pribadi/karir Bapak/Ibu sekarang maupun di masa yang akan datang juga akan dijamin kerahasiaannya. Besar harapan saya, Bapak/Ibu dapat memberikan data dan informasi sebagaimana adanya/dengan kenyataan sebenarnya.

Atas bantuan dan kerja samanya,saya ucapkan banyak terima kasih.

Pemohon

Darmansyah

Identitas responden

Nama Sekolah : ...............................................................

Alamat sekolah :...............................................................

Page 103: 1103506056

89

PETUNJUK :

Berikut ini di sajikan beberapa pernyataan mengenai Profesonalisme guru dan

Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di kabupaten

Brebes. Bapak/ Ibu diharapkan menyatakan sikap terhadap pernyataan-pernyataan

tersebut,dengan cara memilh :

SL : Bila Bapak/Ibu menjawab ”Selalu”

SR : Bila Bapak/Ibu menjawab ”Sering”

KD : Bila Bapak/Ibu menjawab ”Kadang-kadang”

JR : Bila Bapak/Ibu menjawab ”Jarang”

TP : Bila Bapak/Ibu menjawab ”Tidak Pernah”

Silanglah hanya satu kotak sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu untuk setiap semua

pernyataan,karena jawaban di harapkan sesuai dengan pendapat sendiri.

Page 104: 1103506056

90

INSTRUMEN PENELITIAN

PROFESIONALISME GURU

1. Komitmen/ Konsitensi

No Pertanyaan Jawaban

SL SR KD JR TP 1. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk memiliki

komitmen yang tinggi terhadap karier. 2. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk memiliki

komitmen terhadap pekerjaan. 3. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk memiliki

komitmen terhadap setiap orang

2. Tanggung Jawab

4. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk memiliki bertanggung jawab terhadap pekerjaan

5. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk memiliki bertanggung jawab terhadap karier

6. Bapak/ Ibu guru berpendapat dalam bekerja harus berorientasi terhadap pelayanan pelanggan

7. Bapak/ Ibu guru dalam bekerja selalu sesuai dengan prioritas

8. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi dalam bertugas

9. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk memiliki rasa tanggung jawab moral tinggi

10. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk memiliki bertanggung jawab terhadap keilmuan yang di emban.

Page 105: 1103506056

91

3. Keterbukaan

11. Bapak/ Ibu guru selalu berorientasi terhadap dunia luar

12. Bapak/ Ibu guru selalu terbuka terhadap ide-ide baru yang berkaitan dengan proses belajar mengajar

4. Orientasi terhadap Reward/ Punishment

13. Bapak/ Ibu guru selalu menerima gaji/ upah setiap bulan

14. Bapak/ Ibu guru memiliki status yang jelas sebagai guru

15. Bapak/ Ibu guru berorientasi pada prestise 16. Bapak/ Ibu guru selalu menghargai dan memiliki

kode etik guru

5. Kemampuan/ kreativitas

17. Bapak/ Ibu guru selalu berperilaku pamong terhadap para siswanya

18. Bapak/ Ibu guru dapat berkolaborasi dengan teman atau rekan sejawat

19. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk dapat bekerja sama dengan masyarakat

20. Bapak/ Ibu guru selalu mendiskusikan tentang strategi baru dalam proses belajar mengajar

21. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk mampu mnyelesaikan masalah yang di hadapi

22. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk memiliki kemampuan mengajar dengan baik

23. Bapak/ Ibu guru selalu menganalisis data pada siswanya

24. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk mampu menyelesaikan masalah siswa atau masalah sendiri

25. Bapak/ Ibu guru selalu meningkatkan strategi baru

Page 106: 1103506056

92

dalam proses belajar mengajar 26. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk mampu

mengedalikan resiko 27. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk mampu

menghadapi setiap orang yang berbeda-beda 28. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk mampu saling

mendorong atau memotivasi siswanya 29. Bapak/ Ibu guru memiliki keahlian khusus mata

pelajaran tertentu 30. Bapak/ Ibu guru berpendapat untuk memiliki

kompetensi terhadap pendidikan khususnya pembelajarn.

Page 107: 1103506056

93

INSTRUMEN PENELITIAN

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai Educator

No Pertanyaan Jawaban SL SR KD JR TP

31 Bapak/ Ibu kepala sekolah memberikan nasehat kepada siswa pada waktu upacara bendera.

32 Bapak/ Ibu kepala sekolah menciptakan situasi yang harmonis di sekolah sehingga dapat meningkatkan siakp dan perilaku yang baik untuk siswa.

33 Bapak/ Ibu kepala sekolah merespon gagasan atau ide-ide dari para siswanya secara produktif.

34 Bapak/ Ibu kepala sekolah membimbing siswa yang mempunyai masalah dalam pembelajaran supaya selesai permasalahannya.

35 Bapak/ Ibu kepala sekolah menerapkan disiplin datang dan pulang pada waktunya.

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai Manager

No Pertanyaan Jawaban SL SR KD JR TP

36 Bapak/ Ibu kepala sekolah menjalankan atau meneruskan tugas untuk siswa apabila guru berhalangan datang.

37 Bapak/ Ibu kepala sekolah dapat bekerja sama dengan guru dan orang tua siswa dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

38 Bapak/ Ibu kepala sekolah mengelola sumber daya di sekolah dalam upaya peningkatan pendidikan.

39 Bapak/ Ibu kepala sekolah mengikuti pelatihan dalam rangka peningkatan mutu sekolah.

40 Bapak/ Ibu kepala sekolah pro aktif terhadap keseluruhan lingkungan sekolah.

Page 108: 1103506056

94

3. Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai Adminitrator

No Pertanyaan Jawaban SL SR KD JR TP

41 Bapak/ Ibu kepala sekolah mengetahui nama-nama anak didiknya.

42 Bapak/ Ibu kepala sekolah mengetahui jumlah anak didiknya.

43 Bapak/ Ibu kepala sekolah mengetahui identitas anak didiknya.

44 Bapak/ Ibu kepala sekolah secara umum mengetahui kehadiran siswa setiap harinya.

4. Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai Supervisor

No Pertanyaan Jawaban SL SR KD JR TP

45 Bapak/ Ibu kepala sekolah sebagai supervisor mampu melaksnakan pengawasan dan pengendalian secara preventif untuk mencegah penyimpangan terhadap siswa.

46 Bapak/ Ibu kepala sekolah melaksanakan program supervisi kelas pada waktu proses belajar mengajar dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa.

47 Bapak/ Ibu kepala sekolah menindaklanjuti hasil supervisi kelas dalam rangka meningkatkan proses belajar mengajar.

48 Bapak/ Ibu kepala sekolah melaksanakan diskusi kelompok dengan guru untuk memecahkan masalah pendidikan dalam rangka meningkatkan kinerja guru.

49 Bapak/ Ibu kepala sekolah secara terprogram melakukan kunjungan kelas terhadap para siswa yang sedang belajar.

50 Bapak/ Ibu kepala sekolah dapat memanggil siswa beserta orang tuanya apabila siswa tersebut melanggar disiplin sekolah.

Page 109: 1103506056

95

5. Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai Leader

No Pertanyaan Jawaban SL SR KD JR TP

51 Bapak/ Ibu kepala sekolah sebagai leader mampu membawa suasana kekeluargaan dikelas masing-maing.

52 Bapak/ Ibu kepala sekolah mengambil tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa.

53 Bapak/ Ibu kepala sekolah menerima dengan lapang dada, apabila ada kritik dari bawahan/ guru dan peserta didik.

6. Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai Inovator

No Pertanyaan Jawaban SL SR KD JR TP

54 Bapak/ Ibu kepala sekolah sebagai inovator berusaha mencarai gagasan dan cara-cara baru yang ada kaitannya dengan pembelajaran.

55 Bapak/ Ibu kepala sekolah memberi kepercayaan kepada siswa untuk pembagian tugas di kelas masing-masing sesuai dengan kemampuan.

56 Dalam meningkatkan kinerja guru Bapak/Ibu kepala sekolah mengadakan cerdas cermat baik di dalam kegiatan sekolah atau di luar sekolah.

7. Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai Motivator

No Pertanyaan Jawaban SL SR KD JR TP

57 Bapak/ Ibu kepala sekolah sebagai motivator menanamkan disiplin terhadap peserta didik.

58 Bapak/ Ibu kepala sekolah menciptakan situasi sekolah yang dapat membangkitkan peserta didik untuk belajar.

59 Bapak/ Ibu kepala sekolah menyediakan alat bantu yang diperlukn untuk memotivasi belajar di sekolah.

60 Bapak/ Ibu kepala sekolah memberikan penghargaan bagi siswa yang berprestasi.

Page 110: 1103506056

96

INSTRUMEN PENELITIAN

KINERJA GURU

1. Kemampuan Menyusun Program Pengajaran

No Pernyataaan Pilihan SL SR KD JR TP

61 Mengkaji ciri-ciri tujuan pengajaran 62 Menyusun rumusan tujuan pengajaran 63 Menetapkan tujuan pengajaran untuk satu satuan

pengajaran

64 Memilih bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pengajaran yang dicapai

65 Mengembangkan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai

66 Menetapkan berbagai metode pengajaran yang tepat 67 Menentukan sumber pengajaran yang tepat 68 Merancang prosedur belajar mengajar yang tepat 69 Menetapkan berbagai mendia pengajaran yang tepat 70 Menentukan alokasi waktu dalam perencanaan

kegaiatan belajara mengajar

71 Menentukan bentuk dan prosedur penilaian 72 Membuat alat penilaian

2. Kemampuan Melaksanakan Program Pengajaran

No Pernyataaan Pilihan SL SR KD JR TP

73 Melaksanakan pengait/ apersepsi dalam kegiatan belajar menagajar

74 Memotivasi siswa untuk keterlibatan dalam kegiatan belajar mengajar

75 Mengembangkan bahan-bahan dan sumber pembelajaran siswa dengan alokasi waktu

76 Berupaya menciptakan suasana belajar mengajar yang baik

77 Menggunakan media/ metode pembelajaran dengan tepat waktu dalam kegiatan belajar mengajar

Page 111: 1103506056

97

78 Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif

79 Berupaya mengatur ruang belajar yang tepat 80 Melaksanakan pengamatan kepasa siswa selama

kegiatan belajar mengajar

81 Melaksanakan penilaian proses terhadap siswa dalam kegiatan belajar mengajar

82 Merespon pendapat siswa dengan bijaksana 83 Berupaya menangani masalah yang dihadapi siswa

dalam keterkaitannya dengan pembelajaran

84 Menyimpulkan materi pembelajaran

3. Kemampuan Menilai Hasil Proses Belajar Mengajar yang telah

dilaksanakan

No Pernyataaan Pilihan SL SR KD JR TP

85 Mengkaji berbagai teknik penilaian 86 Membuat alat penilaian 87 Mengkaji cara mengolah dan menafsirkan data untuk

menetapkan taraf-taraf pencapaian murid

88 Menyelenggarakan penilaian pencapaian hasil belajar murid

89 Menyelenggarakan penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar

90 Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar

Page 112: 1103506056

65

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

No Variabel Indikator Teknik

Pengumpulan Data

Responden No.

Pertanyaan

1 Profesionalisme Guru 1. Komitmen • komitmen terhadap, karier • komitmen pada pekerjaan • komiten pada setiap orang

Angket

Guru SMP Negeri di

Kabupaten Brebes

1-3

2. Tanggung jawab • tanggung jawad terhadap pekerjaan • tanggung jawab keilmuan • berorientasi terhadap pelayanan

pelanggan • bekerja sesuai prioritas • tanggung jawab social • tanggung jawab moral • tanggung jawab terhadap karier

Angket

Guru SMP Negeri di

Kabupaten Brebes

4-10

3. Keterbukaan • terbuka terhadap ide-ide baru • orientaasi terhadap dunia luar

Angket

Guru SMP Negeri di

Kabupaten Brebes

11-12

4. Orientasi terhadap Reward/ Punishment Angket Guru SMP 13-16

Page 113: 1103506056

99

• memiliki kepastian upah/gaji • memiliki status yang jelas • menghargai/memiliki kode etik • orientasi prestice

Negeri di Kabupaten

Brebes

5. Kemampuan/ Kreativitas • mampu berperilaku pamong • mengembangkan norma kolaborasi • mampu bekerja sama dalam masyarakat • mampu diskusi tentang strategi baru • memiliki kompetensi • mampu mengajar • mampu menganalisis data • mampu menyelesaikan masalah • mampu meningkatkan strategi • pengendalian resiko • mampu menhadapi setiap manusia yang

berbeda • mampu saling mendorong • memiliki keahlian khusus • mampu menyelesaikan masalah

Angket

Guru SMP Negeri di

Kabupaten Brebes

17-30

2 Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Sebagai Educator, • Menciptakan iklim yang kondusif

Angket Kepala

sekolah SMP 31 - 35

Page 114: 1103506056

100

• Memberikan nasehat kepada warga sekolah

• Mengembangkan dan merespon gagasan/ ide-ide dari guru maupun murid

• Membimbing dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran

• Menerapkan disiplin sekolah

Negeri di Kabupaten

Brebes

2. Sebagai Manajemen, • Menggerakkan para para guru siswa. • Memberi kesempatan kepada para siswa

untuk meningkatkan prestasi belajarnya. • Mendorong keterlibatan seluruh tenaga

kependidikan untuk meningkatkan pretasi belajar siswa

Angket

Kepala sekolah SMP

Negeri di Kabupaten

Brebes

36-40

3. Sebagai Administrator • Mengelola KBM dan bimbingan

konseling • Mengelola administrasi siswa • Mengetahui kehadiran siswa

Angket

Kepala sekolah SMP

Negeri di Kabupaten

Brebes

11-44

4. Sebagai Supervisor • Mengadakan diskusi kelompok • Mengadakan kunjungan kelas

Angket Kepala

sekolah SMP Negeri di 45-50

Page 115: 1103506056

101

• Mengadakan pembicaraan individual

Kabupaten Brebes

5. Sebagai Leader • Memberikan petunjuk dan pengawasan

terhadap para siswa • Mengambil tindakan untuk mengatasi

masalah siswa di sekolah • Membuka komunikasi dua arah antara

kepala sekolah dan siswa

Angket

Kepala sekolah SMP

Negeri di Kabupaten

Brebes

51-53

6. Sebagai Inovator • Mengadakan hubungan dengan

lingkungan peserta didik. • Mencari gagasan baru dari peserta didik. • Mengintegrasikan setiap kegiatan siswa • Memberikan teladan kepada seluruh

peserta didik • Mengembangkan moving class

Angket

Kepala sekolah SMP

Negeri di Kabupaten

Brebes

54-56

7. Sebagai Motivator • Menanamkan disiplin kepada paserta

didik. • Memberikan dorongan/ motivasi belajar

pada peserta didik. • Memberikan penghargaan kepada siswa

yang berprestasi.

Angket Kepala

sekolah SMP Negeri di

Kabupaten Brebes

57-60

Page 116: 1103506056

102

3 Kinerja Guru 1. Kemampuan Menyusun Program Pengajaran

a. Merencanakan pengelolaan KBM

• Merumuskan TPK

• Menentukan metode

• Menentukan langkah-langkah mengajar

• Menentukan cara-cara memotivasi siswa

b. Merencanakan pengorganisasian bahan

pengajaran

• Berpedoman pada bahan pengajaran

yang tercantum dalam kurikulum

• Memilih dengan tepat bahan sesuai

dengan karakteristik murid

• Menyusun bahan pengajaran sesuai

dengan taraf kemampuan berfikir murid

c. Merencanakan pengelolaan kelas

• Menentukan dengan tepat macam

Angket

Guru SMP

Negeri di

Kabupaten

Brebes

61-72

Page 117: 1103506056

103

pengaturan ruangan kelas sesuai dengan

Tujuan Pembelajaran

• Menentukan alokasi penggunaan waktu

belajar mengajar

• Menentukan cara pengorganisasian

murid agar terlibat secara efektif dalam

KBM

d. Merencanakan penggunaan alat dan metode

pengajaran

• Menentukan pengembangan alat

pengajaran

• Menentukan media pengajaran

• Menentukan sumber pengajaran

e. Merencanakan penilaian prestasi belajar

siswa untuk kepentingan pengajaran

• Menentukan bermacam-macam bentuk

dan prosedur penilaian

• Membuat alat penilaian hasil belajar

Page 118: 1103506056

104

2. Kemampuan Melaksanakan Program

Pengajaran

• Berpedoman pada bahan pengajaran yang

tercantum dalam kurikulum

• Memilih dengan tepat bahan sesuai dengan

karakteristik murid

• Menyusun bahan pengajaran sesuai dengan

taraff kemampuan berfikir murid

Angket

Guru SMP

Negeri di

Kabupaten

Brebes

73-84

3. Kemampuan Menilai Hasil Proses Belajar

Mengajar yang telah dilaksanakan

• melaksanakan penilaian proses dan hasil

belajar

• melaksanakan penilaian selama PBM

berlangsung

• melaksanakan penilaian pada akhir pelajaran

Angket

Guru SMP

Negeri di

Kabupaten

Brebes

85-90

Page 119: 1103506056

65

HASIL ANALISIS VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Reliability Scale: Profesionalisme Guru

Reliability Statistics

.958 30

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

129.87 198.120 .368 .959129.63 195.413 .725 .957129.67 196.161 .554 .958129.63 187.689 .843 .955130.10 195.679 .424 .959129.97 193.826 .620 .957129.80 193.821 .591 .957129.67 188.368 .808 .956129.90 188.783 .761 .956129.47 190.809 .922 .955129.57 191.771 .816 .956129.43 191.909 .879 .955129.97 191.757 .725 .956129.67 191.816 .791 .956129.83 194.351 .568 .958129.70 202.631 .295 .959130.07 190.823 .644 .957129.67 191.057 .833 .956130.13 197.499 .457 .958129.67 193.609 .692 .957129.53 188.740 .866 .955130.03 194.033 .633 .957129.80 190.166 .686 .957129.60 196.386 .671 .957130.30 198.355 .312 .960129.40 195.421 .893 .956129.83 195.247 .526 .958129.47 196.326 .748 .957129.50 196.121 .738 .957129.90 198.783 .523 .958

kg1kg2kg3kg4kg5kg6kg7kg8kg9kg10kg11kg12kg13kg14kg15kg16kg17kg18kg19kg20kg21kg22kg23kg24kg25kg26kg27kg28kg29kg30

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Page 120: 1103506056

106

Reliability Scale: Kepemimpinan Kepala Sekolah

Reliability Statistics

.962 30

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

128.00 225.862 .558 .962128.03 220.585 .932 .960128.23 219.289 .762 .960128.57 220.599 .733 .960128.97 224.723 .497 .962128.60 214.317 .765 .960128.13 223.361 .698 .961128.27 223.030 .624 .961128.10 229.128 .500 .962128.10 227.128 .650 .961129.63 221.068 .542 .962128.00 230.207 .504 .962129.07 212.961 .681 .961128.80 214.441 .767 .960128.17 224.213 .637 .961128.10 228.162 .573 .962128.13 220.257 .878 .960128.33 214.368 .730 .961128.23 223.357 .611 .961128.47 226.464 .424 .963128.07 216.685 .828 .960128.23 224.461 .607 .961128.27 214.133 .892 .959128.20 212.097 .897 .959128.40 216.524 .504 .964129.93 219.582 .633 .961128.07 221.306 .858 .960128.30 214.838 .859 .959128.87 215.913 .824 .960127.90 229.472 .860 .962

ks1ks2ks3ks4ks5ks6ks7ks8ks9ks10ks11ks12ks13ks14ks15ks16ks17ks18ks19ks20ks21ks22ks23ks24ks25ks26ks27ks28ks29ks30

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Page 121: 1103506056

107

Reliability Scale: Kinerja Guru

Reliability Statistics

.958 30

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

129.87 198.120 .368 .959129.63 195.413 .725 .957129.67 196.161 .554 .958129.63 187.689 .843 .955130.10 195.679 .424 .959129.97 193.826 .620 .957129.80 193.821 .591 .957129.67 188.368 .808 .956129.90 188.783 .761 .956129.47 190.809 .922 .955129.57 191.771 .816 .956129.43 191.909 .879 .955129.97 191.757 .725 .956129.67 191.816 .791 .956129.83 194.351 .568 .958129.70 202.631 .295 .959130.07 190.823 .644 .957129.67 191.057 .833 .956130.13 197.499 .457 .958129.67 193.609 .692 .957129.53 188.740 .866 .955130.03 194.033 .633 .957129.80 190.166 .686 .957129.60 196.386 .671 .957130.30 198.355 .312 .960129.40 195.421 .893 .956129.83 195.247 .526 .958129.47 196.326 .748 .957129.50 196.121 .738 .957129.90 198.783 .523 .958

kg1kg2kg3kg4kg5kg6kg7kg8kg9kg10kg11kg12kg13kg14kg15kg16kg17kg18kg19kg20kg21kg22kg23kg24kg25kg26kg27kg28kg29kg30

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Page 122: 1103506056

108

HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISI SPSS KONTRIBUSI PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN BREBES

A. Hasil Analisis Regresi Sederhana dan Uji Linieritas

1. Kontribusi Profesionalisme guru terhadap Kinerja Guru

Model Summary

,467 ,218 ,215 13,636R R Square

AdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

The independent variable is Profesionalitas Guru.

ANOVA

14855,741 1 14855,741 79,893 ,00053366,521 287 185,94668222,263 288

RegressionResidualTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

The independent variable is Profesionalitas Guru.

Coefficients

,503 ,056 ,467 8,938 ,00054,116 6,762 8,003 ,000

Profesionalitas Guru(Constant)

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Profesionalitas Guru1601401201008060

Kin

erja

Gur

u

140

120

100

80

LinearObserved

UJI LINIERITAS

Page 123: 1103506056

109

Means

Report

Kinerja Guru

87,00 1 . .90,00 1 . .80,00 1 . .86,00 1 . .85,00 1 . .87,00 2 1,414 2,00093,00 1 . .

122,00 1 . .94,00 1 . .95,00 1 . .89,33 3 2,082 4,333

122,00 1 . .90,00 1 . .99,50 2 13,435 180,50091,33 3 ,577 ,33391,00 1 . .

115,00 3 17,578 309,00098,00 1 . .

106,00 2 22,627 512,00091,00 2 1,414 2,00097,50 2 9,192 84,50093,00 1 . .

117,00 3 17,578 309,000109,33 6 13,441 180,667106,00 1 . .124,00 4 17,205 296,000107,50 2 3,536 12,500119,00 1 . .115,00 4 9,274 86,000115,50 6 16,944 287,100104,86 7 7,244 52,476107,33 3 1,528 2,333119,00 8 14,511 210,571118,00 10 16,069 258,222114,18 11 15,165 229,964108,20 5 18,458 340,700112,27 15 16,033 257,067101,56 9 6,747 45,528110,22 9 13,321 177,444122,29 7 16,286 265,238

98,00 1 . .114,50 8 13,266 176,000117,38 8 10,474 109,696117,00 11 14,581 212,600113,86 7 7,010 49,143120,00 14 12,291 151,077118,00 13 12,138 147,333117,00 9 14,186 201,250128,40 5 19,256 370,800123,50 6 13,996 195,900119,57 7 14,081 198,286114,70 10 13,242 175,344117,43 7 13,770 189,619115,67 9 9,772 95,500121,50 6 18,447 340,300118,67 6 12,832 164,667114,67 3 9,238 85,333125,33 3 18,583 345,333147,00 2 1,414 2,000124,00 2 ,000 ,000133,50 2 12,021 144,500135,50 2 14,849 220,500128,00 1 . .127,00 1 . .139,00 1 . .112,00 1 . .114,13 289 15,391 236,883

Profesionalitas Guru7376778081828485868788899092939496979899100102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132133134135136138139140142143144146147148150Total

Mean N Std. Deviation Variance

Page 124: 1103506056

110

ANOVA Table

27296,369 65 419,944 2,288 ,00014855,741 1 14856 80,947 ,000

12440,628 64 194,385 1,059 ,373

40925,894 223 183,52468222,263 288

(Combined)LinearityDeviation fromLinearity

BetweenGroups

Within GroupsTotal

Kinerja Guru *ProfesionalitasGuru

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Measures of Association

,467 ,218 ,633 ,400Kinerja Guru *Profesionalitas Guru

R R Squared Eta Eta Squared

Page 125: 1103506056

111

2. Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

Model Summary

,536 ,287 ,285 13,016R R Square

AdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

The independent variable is Kepempimpinan Kepala Sekolah.

ANOVA

19597,237 1 19597,237 115,669 ,00048625,026 287 169,42568222,263 288

RegressionResidualTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

The independent variable is Kepempimpinan Kepala Sekolah.

Coefficients

,674 ,063 ,536 10,755 ,000

40,726 6,868 5,930 ,000

KepempimpinanKepala Sekolah(Constant)

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Kepempimpinan Kepala Sekolah1601401201008060

Kin

erja

Gur

u

140

120

100

80

LinearObserved

Page 126: 1103506056

112

UJI LINIERITAS Report

Kinerja Guru

85,00 1 . .91,00 1 . .

109,00 1 . .86,00 1 . .94,00 2 9,899 98,00090,00 1 . .90,00 1 . .87,00 3 6,083 37,00090,00 1 . .92,33 3 5,508 30,333

111,50 2 23,335 544,50095,00 3 7,000 49,000

105,25 4 9,535 90,917103,50 4 13,626 185,667102,00 3 9,849 97,000

98,50 2 6,364 40,50098,25 4 6,397 40,917

103,57 7 12,081 145,952109,33 6 10,746 115,467

97,25 8 9,331 87,071110,00 4 8,602 74,000106,00 3 3,606 13,000118,00 10 11,728 137,556112,31 13 15,516 240,731111,63 8 12,351 152,554112,80 5 18,620 346,700125,67 3 20,257 410,333113,38 8 11,109 123,411119,11 9 14,084 198,361114,33 12 8,856 78,424116,38 8 14,050 197,411126,00 11 16,149 260,800114,25 16 12,871 165,667118,69 13 12,446 154,897119,63 8 13,979 195,411116,17 6 8,704 75,767112,69 13 8,577 73,564116,75 16 11,947 142,733124,00 5 14,509 210,500105,57 7 13,100 171,619118,29 7 11,161 124,571124,00 3 6,928 48,000121,75 4 15,586 242,917117,33 3 9,292 86,333113,00 3 25,515 651,000112,00 5 12,329 152,000135,50 2 14,849 220,500130,80 5 11,432 130,700119,33 3 14,154 200,333139,00 2 9,899 98,000125,75 4 17,443 304,250118,75 4 14,997 224,917142,00 1 . .142,00 1 . .107,00 1 . .142,00 1 . .147,00 2 1,414 2,000148,00 1 . .149,00 1 . .114,13 289 15,391 236,883

Kepempimpinan757678808183848586878890919293949596979899100101102103104105106107108109110111112113114115116117118119120121122123124125126127128129130131132134135140145148Total

Mean N Std. Deviation Variance

Page 127: 1103506056

113

ANOVA Table

31671,859 58 546,067 3,436 ,00019597,237 1 19597,237 123,319 ,000

12074,622 57 211,835 1,333 ,073

36550,404 230 158,91568222,263 288

(Combined)LinearityDeviation fromLinearity

BetweenGroups

Within GroupsTotal

Kinerja Guru *KepempimpinanKepala Sekolah

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Measures of Association

,536 ,287 ,681 ,464Kinerja Guru *KepempimpinanKepala Sekolah

R R Squared Eta Eta Squared

Page 128: 1103506056

114

ANALISIS REGRESI Regression

Descriptive Statistics

114,13 15,391 289119,22 14,269 289

108,84 12,232 289

Kinerja GuruProfesionalitas GuruKepempimpinanKepala Sekolah

Mean Std. Deviation N

Correlations

1,000 ,467 ,536,467 1,000 ,226

,536 ,226 1,000

. ,000 ,000,000 . ,000

,000 ,000 .

289 289 289289 289 289

289 289 289

Kinerja GuruProfesionalitas GuruKepempimpinanKepala SekolahKinerja GuruProfesionalitas GuruKepempimpinanKepala SekolahKinerja GuruProfesionalitas GuruKepempimpinanKepala Sekolah

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Kinerja GuruProfesionali

tas Guru

Kepempimpinan Kepala

Sekolah

Variables Entered/Removedb

KepempimpinanKepalaSekolah,Profesionalitas Guru

a

. Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Kinerja Gurub.

Page 129: 1103506056

115

Model Summaryb

,643a ,413 ,409 11,833Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Kepempimpinan KepalaSekolah, Profesionalitas Guru

a.

Dependent Variable: Kinerja Gurub.

ANOVAb

28177,478 2 14088,739 100,622 ,000a

40044,785 286 140,01768222,263 288

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Kepempimpinan Kepala Sekolah, Profesionalitas Gurua.

Dependent Variable: Kinerja Gurub.

Coefficientsa

5,180 7,720 ,671 ,503,393 ,050 ,364 7,828 ,000 ,467 ,420 ,355

,571 ,059 ,454 9,754 ,000 ,536 ,500 ,442

(Constant)Profesionalitas GuruKepempimpinanKepala Sekolah

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations

Dependent Variable: Kinerja Gurua.

Residuals Statisticsa

79,80 142,93 114,13 9,891 289-3,471 2,912 ,000 1,000 289

,697 2,609 1,135 ,407 289

79,55 142,74 114,12 9,901 289-28,081 34,889 ,000 11,792 289

-2,373 2,948 ,000 ,997 289-2,390 2,977 ,000 1,001 289

-28,471 35,571 ,012 11,909 289-2,410 3,019 ,001 1,005 289

,003 13,006 1,993 2,397 289,000 ,058 ,003 ,006 289,000 ,045 ,007 ,008 289

Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Kinerja Gurua.

Page 130: 1103506056

116

Charts

Regression Standardized Residual3210-1-2-3

Freq

uenc

y

40

30

20

10

0

Histogram

Dependent Variable: Kinerja Guru

Mean =5.02E-16�Std. Dev. =0.997�

N =289

Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0

Expe

cted

Cum

Pro

b

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Kinerja Guru

Page 131: 1103506056

117

Regression Standardized Predicted Value20-2-4

Reg

ress

ion

Stud

entiz

ed R

esid

ual

3

2

1

0

-1

-2

-3

Scatterplot

Dependent Variable: Kinerja Guru

Page 132: 1103506056

118

B. UJI MULTIKOLINIERITAS Regression

Coefficientsa

,949 1,054

,949 1,054

Profesionalitas GuruKepempimpinanKepala Sekolah

Model1

Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Kinerja Gurua.

Coefficient Correlationsa

1,000 -,226

-,226 1,000

,003 -,001

-,001 ,003

KepempimpinanKepala SekolahProfesionalitas GuruKepempimpinanKepala SekolahProfesionalitas Guru

Correlations

Covariances

Model1

Kepempimpinan Kepala

SekolahProfesionali

tas Guru

Dependent Variable: Kinerja Gurua.

Collinearity Diagnosticsa

2,984 1,000 ,00 ,00 ,00,010 17,015 ,00 ,72 ,50,005 23,518 ,99 ,28 ,49

Dimension123

Model1

EigenvalueCondition

Index (Constant)Profesionali

tas Guru

Kepempimpinan Kepala

Sekolah

Variance Proportions

Dependent Variable: Kinerja Gurua.

Page 133: 1103506056

119

C. UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

289 289 289,0000000 ,0000000 ,0000000

11,79170867 13,61250975 12,99372522,088 ,137 ,070,088 ,137 ,070

-,049 -,072 -,0381,149 1,335 1,182

,237 ,094 ,122

NMeanStd. Deviation

Normal Parametersa,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

Residual Ywith X1 & X2

Residual forY with X1

Residual forY with X2

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Histogram

Residual Y with X1 & X240.0000020.000000.00000-20.00000

Freq

uenc

y

50

40

30

20

10

0

Residual Y with X1 & X2

Mean =1.07E-14�Std. Dev. =11.79171�

N =289

Residual for Y with X240.0000020.000000.00000-20.00000

Freq

uenc

y

40

30

20

10

0

Residual for Y with X2

Mean =6.36E-15�Std. Dev. =12.99373�

N =289

Residual for Y with X140.0000020.000000.00000-20.00000

Freq

uenc

y

50

40

30

20

10

0

Residual for Y with X1

Mean =4.88E-15�Std. Dev. =13.61251�

N =289