1.1. latar belakang -...

89
1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan utama dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Provinsi Lampung adalah masih rendahnya tingkat produktivitas dan kurang berfungsinya kelembagaan sistem dan usaha agribisnis, sehingga bermuara pada rendahnya tingkat pendapatan petani. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh BPTP Lampung dalam rangka percepatan pembangunan pertanian di Lampung yaitu: (1) Perbaikan teknologi budidaya, (2) Diversifikasi komoditas, (3) Usahatani konservasi, (4) Pengembangan komoditas spesifik lokasi, (5) Penanganan pasca panen, (6) Penguatan kelembagaan, dan (7) Transfer teknologi. Langkah-langkah tersebut dijadikan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan litkaji di BPTP Lampung, yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) BPTP Lampung. Sebagai implementasi dari Renstra tersebut dilakukan kegiatan tahunan berupa kegiatan litkaji dan desiminasi. Pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana diuraikan di atas perlu dilaporkan agar diketahui sejauh mana perkembangan kinerjanya. LAKIN BPTP Lampung Tahun 2015 ini secara garis besar berisikan informasi mengenai Rencana Strategis (RS), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015. Tujuannya adalah sebagai laporan pertanggungjawaban akuntabilitas BPTP Lampung dalam pelaksanaan kegiatan Tahun 2015. Terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebagai perwujudan per- tanggung jawaban keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) yang tercermin dari hasil pencapaian kinerja berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Upload: hoangkhuong

Post on 07-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permasalahan utama dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di

Provinsi Lampung adalah masih rendahnya tingkat produktivitas dan kurang

berfungsinya kelembagaan sistem dan usaha agribisnis, sehingga bermuara pada

rendahnya tingkat pendapatan petani. Ada beberapa langkah yang dilakukan

oleh BPTP Lampung dalam rangka percepatan pembangunan pertanian di

Lampung yaitu: (1) Perbaikan teknologi budidaya, (2) Diversifikasi komoditas, (3)

Usahatani konservasi, (4) Pengembangan komoditas spesifik lokasi, (5)

Penanganan pasca panen, (6) Penguatan kelembagaan, dan (7) Transfer

teknologi. Langkah-langkah tersebut dijadikan sebagai salah satu acuan dalam

perencanaan litkaji di BPTP Lampung, yang dituangkan dalam Rencana Strategis

(Renstra) BPTP Lampung. Sebagai implementasi dari Renstra tersebut dilakukan

kegiatan tahunan berupa kegiatan litkaji dan desiminasi.

Pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana diuraikan di atas perlu

dilaporkan agar diketahui sejauh mana perkembangan kinerjanya. LAKIN BPTP

Lampung Tahun 2015 ini secara garis besar berisikan informasi mengenai

Rencana Strategis (RS), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Perjanjian Kinerja

(PK) Tahun 2015. Tujuannya adalah sebagai laporan pertanggungjawaban

akuntabilitas BPTP Lampung dalam pelaksanaan kegiatan Tahun 2015.

Terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance)

merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi

masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa. Dalam rangka itu

diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang

tepat, jelas, terukur dan legitimate, sehingga penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, bersih

dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebagai perwujudan per-

tanggung jawaban keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka disusunlah Laporan

Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) yang tercermin dari hasil pencapaian kinerja

berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

1.2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/

3/2006 tanggal 1 Maret 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata

kerja BPTP Lampung adalah sebagai berikut:

a. Kedudukan

Institusi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah unit pelaksana

teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang

Pertanian) di daerah. BPTP bertanggung jawab kepada Kepala Badan Litbang

Pertanian dan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh

Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

(BBP2TP).

b. Tugas Pokok

BPTP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan

pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPTP menyelenggarakan fungsi:

1. Melaksanakan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian

tepat guna spesifik lokasi.

2. Melaksanakan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian

tepat guna spesifik lokasi.

3. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian

serta perakitan materi penyuluhan.

4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi

pertanian tepat guna spesifik lokasi.

5. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan

pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

6. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai.

3 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

1.3. Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan tugas pokok, fungsi, susunan organisasi dan tata

kerja tersebut BPTP terdiri dari :

a. Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,

keuangan, perlengkapan, surat menyurat, dan kearsipan, serta rumah

tangga.

b. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian

Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan,

dan evaluasi serta laporan, dan penyiapan bahan kerjasama, informasi,

dokumentasi, dan penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta

pelayanan sarana pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi

pertanian tepat guna spesifik lokasi.

c. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti,

Penyuluh Pertanian dan sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi

dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang masing-

masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan potensi dan kekuatan yang tidak

bisa diabaikan dalam suatu lembaga/instansi, termasuk bagi BPTP Lampung.

Ketersediaan SDM yang memadai dengan tingkat keahlian dan kompetensi yang

berimbang akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pencapaian misi

dan visi lembaga. Untuk tahun 2015, PNS di BPTP Lampung berjumlah 104 orang

terdiri 101 pegawai negeri sipil (PNS), 3 calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan

tenaga kontrak sebanyak 14 orang, yang tersebar pada 4 unit kerja.

Jumlah PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan kepangkatan dan unit kerja

No Unit kerja Golongan (orang)

Jumlah IV III II I

1.

2. 3.

4.

BPTP Lampung-Hajimena

KP Natar KP Tegineneng

Lab Diseminasi Masgar

23

- -

-

39

2 -

2

19

10 3

3

3

- -

-

84

12 3

5

Jumlah 23 42 33 3 104

4 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

PNS BPTP Lampung yang berpendidikan S3 berjumlah 4 orang, S2

berjumlah 18 orang, dan S1 berjumlah 28 orang (Tabel 5). Proporsi jumlah

tenaga berdasarkan kriteria pendidikan tersebut belum mencukupi persyaratan

critical mass. Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga SDM perlu

dilakukan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang ilmu yang dibutuhkan.

Sebaran PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan dan pendidikan 2014

No Gol/ruang Tingkat Pendidikan

JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD

1. IV/e - 1 - - - - - - - - - 1

1. IV/d 1 1 - - - - - - - - 2

2. IV/c 2 2 1 - - - - - - - - 5

3. IV/b 1 5 1 - - - - - - - - 7

4. IV/a - 6 - - - - - - - - 6

5. III/d - 1 2 - - - - - - - - 3

6. III/c - 2 3 - - 2 - - - - - 7

7. III/b - 2 12 1 - 1 - - 6 - - 22

8. III/a - - 8 - - 3 1 - 1 - - 13

9. II/d - - - - - 1 - - 5 - - 6

10. II/c - - - - - 1 - - 12 - - 13

11. II/b - - - - - - - - 5 1 - 6

No Gol/ruang Tingkat Pendidikan

JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD

12. II/a - - - - - - - - 3 2 6 11

13. I/d - - - - - - - - - 1

- 1

14. I/c - - - - - - - - - - 1 1

JUMLAH 4 19 28 1 - 8 1 - 32 4 7 104

Sampai dengan tahun 2015 BPTP Lampung memiliki 47 orang tenaga

fungsional, terdiri dari 35 orang peneliti, 10 orang penyuluh, 4 orang litkayasa,

dan 2 orang arsiparis.

Sebaran tenaga fungsional berdsarkan jabatan fungsional 2014

No. Jabatan Fungsional Jumlah

1. Peneliti:

Peneliti Utama 4

Peneliti Madya 10

Peneliti Muda 6

Peneliti Pertama 15

Jumlah 35

2. Penyuluh:

Penyuluh Pertanian Madya 3

Penyuluh Pertanian Muda 1

Penyuluh Pertanian Pertama 6

Jumlah 10

No. Jabatan Fungsional Jumlah

3. Litkayasa:

Teknisi Litkayasa Penyelia 1

Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 2

5 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Teknisi Litkayasa Pelaksana 1

Jumlah 4

4. Arsiparis:

Arsiparis Ahli Pertama 1

Arsiparis Terampil Pelaksana 1

Jumlah 2

TOTAL 51

1.5. Sistematika Penyajian

Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja ini memberikan penjelasan

mengenai pencapaian kinerja BPTP Lampung selama Tahun 2015. Capaian

kinerja (performance results) Tahun 201 diperbandingkan dengan Penetapan

Kinerja (performance agreement) Tahun 2014 sebagai tolok ukur keberhasilan

tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini

akan memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance

gap) bagi perbaikan kinerja di masa datang. Sistematika penyajian Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPTP Lampung Tahun 2014

berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan

Penetapan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sebagai

berikut:

Bab I – Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang, tugas fungsi

dan organisasi, serta tujuan;

Bab II – Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan secara ringkas

dokumen perencanaan yang menjadi dasar pelaksanan program, kegiatan dan

anggaran BPTP Lampung Tahun 2015 meliputi Rencana Strategis BPTP Lampung

Tahun 2015 - 2019 dan Perjanjian Kinerja Tahun 2015.

Bab III – Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015, menjelaskan analisis

pencapaian kinerja BPTP Lampung dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik

terhadap pencapaian sasaran strategis untuk Tahun 2015.

Bab IV – Akuntabilitas Keuangan, menjelaskan realisasi keuangan atas

pencapaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2015.

Bab V – Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan

Akuntabilitas Kinerja BPTP Lampung Tahun 2014 dan menguraikan rekomendasi

yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.

6 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif,

efisien dan akuntabel, BPTP Lampung berpedoman pada dokumen perencanaan

yang terdapat pada :

1. Renstra BPTP Lampung 2015-2019;

2. Perjanjian Kinerja Tahun 2015

2.1. Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung merupakan salah satu unit

pelaksana teknis Eseon 3 Badan Litbang Pertanian, yang secara hirarkis

merupakan Bussines Unit Balitbangtan. Berdasarkan hierachical strattegic plan,

maka BPTP Lampung menyusun Rencana Operasional dari Rencana Aksi BBP2TP

yang pada dasarnya merupakan jabaran dari Visi, Misi, Kebijakan, dan Program

Badan Litbang Pertanian. Oleh karena itu, visi, misi, kebijakan, stretegi, dan

program Badan Litbang Misi Balitbangtan 2015 – 2019 mengacu pada Visi dan

Misi Kementerian Pertanian, yang selanjutnya akan menjadi visi, misi, kebijakan,

strategi, dan program seluruh satuan kerja Badan Litbang Pertanian, termasuk

BPTP Lampung. Memperhatikan hierarchical strategic plan, maka visi dan misi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung adalah:

1. Visi

Setiap organisasi perlu memiliki visi agar mampu eksis dan unggul dalam

persaingan yang semakin ketat dan perubahan linhkungan yang cepat. Visi BPTP

Lampung adalah “Menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian

terkemuka di dunia dalam mewujudkan sistem pertanian bio-industri tropika

berkelanjutan.”

2. Misi

Dalam rangka mewujudkan visinya, BPTP Lampung menetapkan misinya

yakni merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul

berdaya saing mendukung pertanian bio-industri dan mendiseminasikan inovasi

pertanian tropika unggul dalam rangka peningkatan scientific recognition dan

impact recognition.

7 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

3. Tujuan

Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor kunci

keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan akan

mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam

rangka merealisasikan misi, yang menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai

dimasa mendatang. Sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui

tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sasaran akan mem-

berikan fokus pada penyusunan kegiatan, bersifat spesifik, terinci, dapat diukur,

dan dapat dicapai.

Dalam jangka menengah (2015-2019) visi dan misi BPTP Lampung

dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran perakitan, pengujian dan

pengembangan serta diseminasi teknologi pertanian tropika unggul berdaya

saing mendukung pertanian bio-industri. Untuk mencapai tujuan dan sasaran

tersebut, maka disusun strategi yang disusun atas dasar evaluasi mendalam

terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada

perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BPTP Lampung

ke depan.

Tujuan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi di BPTP

Lampung dalam lima tahun ke depan (2015-2019) terdiri atas :

1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya

saing mendukung pertanian bio-industri berbasis advanced technology dan

bioscience, aplikasi IT, dan adaptif terhadap dinamika iklim.

2. Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian tropika unggul untuk

mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional.

4. Sasaran

Berdasarkan atas tujuan, selanjutnya BPTP Lampung menjabarkan dalam

sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai secara tahunan selama periode

Renstra. Sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai alat ukur keberhasilan

sasaran strategis selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :

8 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Sasaran strategis dan indikator kinerja utama BPTP Lampung Tahun 2015

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi spesifik lokasi

2. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi yang diseminasi ke pengguna

3. Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional

Jumlah laporan pelaksanakan kegiatan pendampingan

4. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

5. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP)

Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah

6. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan

Jumlah Produksi Benih Sumber

7. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian

Sasaran 1: Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui

penyempurnaan sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang

didasarkan pada kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis

lainnya) dan potensi sumberdaya wilayah. Penyempurnaan sistem

pengkajian mencakup metode pelaksanaan pengkajian serta monitoring

dan evaluasi. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu:

Pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi.

Sasaran 2: Terdesiminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

9 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui

peningkatan kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga

diseminasi inovasi pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub

kegiatan yaitu: Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian.

Sasaran 3: Tersedianya model-model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui

peningkatan efektivitas kegiatan tematik di BPTP yang disinergikan

dengan UK/UPT lingkup Balitbangtan, terutama dalam menerapkan hasil-

hasil litbang pertanian dalam super impose model pertanian bio-industri

berbasis sumberdaya lokal.

Sasaran 4: Rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui

peningkatan kajian-kajian tematik terhadap berbagai isu dan

permasalahan pembangunan pertanian baik bersifat responsif terhadap

dinamika kebijakan dan lingkungan strategis maupun antisipatif terhadap

pandangan futuristik kondisi pertanian pada masa mendatang. Strategi ini

diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: analisis kebijakan

mendukung empat sukses Kementerian Pertanian.

Sasaran 5: Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui

peningkatan efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke

dalam delapan sub kegiatan yaitu:

1. Penguatan kegiatan pendampingan model diseminasi dan program

strategis kementan serta program strategis Badan Litbang Pertanian

10 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

2. Penguatanmanajemen mencakup perencanaan dan evaluasi

kegiatanserta administrasi institusi

3. Pengembangan kompetensi SDM

4. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui penerapan ISO 9001:2008

5. Peningkatan pengelolaan laboratorium

6. Peningkatan pengelolaan kebun percobaan

7. Peningkatan kapasitas instalasi UPBS

8. Jumlah publikasi nasional dan internasional

9. Peningkatan pengelolaan data base dan website.

2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2015

Perjanjian Kinerja merupakan amanat Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dan

Surat Edaran Menteri Negara PAN Nomor: SE/31/M.PAN/12/2004 tentang

Perjanjian Kinerja. Perjanjian kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen

yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan

terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan

sumberdaya yang dikelolanya. Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain

adalah untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;

sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi

amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja

aparatur; serta sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.

Perjanjian Kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 adalah sebagai berikut :

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi spesifik lokasi

11 Teknologi

2. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi yang diseminasi ke pengguna

5 Materi Diseminasi

3. Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional

Jumlah laporan pelaksanakan kegiatan pendampingan

6 Laporan

4. Tersedianya Model Jumlah Model 2 Model

11 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

5. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP)

Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah

2 Rekomendasi Kebijakan Spesifik Lokasi

6. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan

Jumlah Produksi Benih Sumber

147,4 Ton

7. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian

12 Bulan

12 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

III. AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015

3.1. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2015

Pengukuran tingkat capaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 dilakukan

dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang

telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 dengan

realisasinya. Tingkat capaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 berdasarkan

hasil pengukurannya dapat diilustrasikan dalam tabel sebagai berikut :

Sasaran Strategis I

Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Jumlah teknologi spesifik lokasi

11 teknologi 11 teknologi 100

Sasaran Strategis II

Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi

Jumlah teknologi yang di-diseminasikan ke pengguna.

5 Teknologi 5 Teknologi 100

Sasaran Strategis III

Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional

Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan

6 laporan 9 laporan 150

Sasaran Strategis IV

Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

Jumlah model pengembangan inovasi pertanian bioindustri

2 model 2 model 100

Sasaran Strategis V

Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP)

Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan Pertanian wilayah

2 rekomendasi 2 rekomendasi 100

Sasaran Strategis VI

Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan

Jumlah Produksi Benih Sumber

147,4 ton 98,38 ton 66,74

Sasaran Strategis VII

Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen

13 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian

12 bulan 12 bulan 100

Rata-rata capaian kinerja 102,39

3.2. Analisis Capaian Kinerja tahun 2015

Upaya pengukuran kinerja diakui tidak selalu mudah karena hasil capaian

suatu indikator tidak semata-mata merupakan output dari suatu program atau

sumber dana, akan tetapi merupakan akumulasi, korelasi, dan sinergi antara

berbagai program dan berbagai pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan

kegiatan. Dengan demikian, keberhasilan mengenai terlaksana atau terwujudnya

suatu kegiatan tidak dapat diklaim sebagai hasil dari satu sumber dana atau oleh

satu pihak saja. Mengingat kinerja tugas umum pemerintahan dan pembangunan

pada tahun anggaran tertentu bukanlah kinerja yang berdiri sendiri tetapi terkait

dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya, maka sangat sulit dan hampir mustahil

untuk mengukur atau memberikan penilaian terhadap kinerja lembaga pada satu

tahun anggaran sampai pada tingkat atau indikator dampak, karena dari suatu

program atau kegiatan ada yang baru dapat dinilai dalam jangka waktu lebih dari

satu tahun sesuai dengan tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka

panjang dari program itu.

Analisis dan evaluasi capaian kinerja Tahun 2015 Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Lampung dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sasaran 1 : Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja sasaran tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015

TARGET CAPAIAN %

Jumlah teknologi spesifik lokasi 11 11 100

14 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan pada sasaran ini dalam

Tahun 2015 telah mencapai hasil yang ditargetkan dengan nilai capaian 100%.

Untuk tahun 2015, sasaran ini dicapai melalui 8 (delapan) kegiatan pengkajian

yaitu :

(1) Kajian Pemanfaatan Pakan Berbasis Bahan Lokal yang Berwawasan

Lingkungan untuk Sapi Potong di Lampung,

(2) Budidaya Lada Spesifik Lokasi,

(3) Inovasi Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi Lahan Suboptimal Mendukung

Swasembada Padi dan Kedelai di Lampung,

(4) Optimalisasi Pasca Panen Kedelai,

(5) Pengelolaan Sumber Day Genetik (SDG),

(6) Agro Ekologi Zone (AEZ) II,

(7) Budidaya Bawang Merah Spesifik Lokasi,

(8) Kajian Ternak Unggas Spesifik Lokasi

Teknologi yang telah dihasilkan dari kegiatan-kegiatan ini adalah:

Teknologi pakan lokal berwawasan lingkungan

Komposisi ransum berimbang untuk penggemukan sapi potong

diformulasikan dengan pembatas kandungan protein kasar ± 14 %, TDN ≥ 72 %

dan harga ≤ Rp. 2.250,- per Kg (harga konsentrat komersial). Komposisi ransum

murah untuk penggemukan sapi potong disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi ransum murah untuk penggemukan sapi potong1

B a h a n Jumlah (%)

- Dedak padi - Jagung giling - Onggok kering - Gaplek cikalan - Bungkil kelapa sawit - Tetes tebu/molases - Kulit buah kopi - Urea - Garam - Mineral-vitamin premix2

23,35 15,00 15,00 15,00 15,00 10,00 5,00 1,00 0,50 0,15

1Mengandung 89,3 % bahan kering (BK), 13,9 % protein kasar dan 73,2 % TDN. 2Dalam setiap kg bahan mengandung 6.800 mg Mg-sulfate, 5.000 mg Fe-sulfate, 10.000 mg Mn-sulfate, 1.000 mg Cu-sulfate, 2.000 mg Zn-sulfate dan 20 mg Na-iodine; dan 2.000.000 IU vit. A, 400.000 IU vit. D dan 600 mg vit. E.

15 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Untuk pembiakan sapi potong, formula ransum berimbang disusun

dengan pembatas kandungan protein kasar ± 12 %, TDN ≥ 68 % dan harga ≤

Rp. 2.000,- per Kg. Komposisi ransum murah untuk pembiakan sapi potong

(betina) disajikan pada Tabel di bawah ini.

Komposisi ransum murah untuk pembiakan sapi potong (betina)1

B a h a n Jumlah (%)

- Bungkil kopra - Ampas tahu - Dedak padi - Onggok kering - Gaplek cikalan - Tetes tebu/molases - Kulit buah kopi - Urea - Garam - Mineral-vitamin premix2

19,74 15,64 15,63 14,89 14,41 10,82 7,38 0,90 0,45 0,13

1Mengandung 89,3 % bahan kering (BK), 11,8 % protein kasar dan 70,4 % TDN.

2Dalam setiap kg bahan mengandung 6.800 mg Mg-sulfate, 5.000 mg Fe-sulfate, 10.000 mg Mn-

sulfate, 1.000 mg Cu-sulfate, 2.000 mg Zn-sulfate dan 20 mg Na-iodine; dan 2.000.000 IU vit. A, 400.000 IU vit. D dan 600 mg vit. E.

Hasil uji pemberian ransum formulasi pada sapi PO-silangan selama 112

hari disajikan pada berikut.

Penampilan sapi PO-silangan yang diberi ransum komersial dan ransum hasil formulasi selama 112 hari

Parameter Ransum Komersial

(Kontrol) Ransum Formulasi

Berat Badan Awal (kg) 384,7a 389,5a

Konsumsi BK - kg/ekor/hari

15,42a

15,62a

- g/kg BB0.75/hari 62,6a 64,8a

PBBH (kg) - Rata-rata - Sebaran

0,85a

0,66 - 1,03

0,83a

0,57 - 1,06

Feed Conversion Ratio (FCR) 6,40a 5,63a

Kecernaan (%) - Bahan Organik 72,6

a

73,2a

aSuperskrip yang sama pada satu baris menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,10).

16 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Hasil pengamatan Rasio S/C dan PKb-3 di Kelompok tani-ternak Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur.

No. Kelompok Tani-

Ternak Perlakuan Pakan

(n)* Rasio S/C

Positif Bunting (ekor)

1. Dewi Ratih - I Kontrol (12) 1,6 4 (66,7 %)

+ Konsentrat (12) 1,2 6 (100,0 %)

2. Dewi Ratih - II Kontrol (12) 1,8 3 (50,0 %)

+ Konsentrat (12) 1,4 5 (83,3 %)

*n = Jumlah ternak (ekor).

Hasil pengamatan rasio S/C dan PKB-3 di dua kelompok tani-ternak, Desa

Braja Harjosari (Tabel 5), menunjukkan bahwa pemberian konsentrat hasil

formulasi memberikan pengaruh nyata terhadap rasio S/C yang menurun dan

peningkatan angka kebuntingan pada pemeriksaan pada bulan ketiga

kebuntingan (PKB-3). Rasio S/C < 1,5 dikategorikan baik dibanding rataan rasio

S/C pada ternak rakyat yang dilaporkan pada Hadi (2005). Demikian juga,

tingkat kebuntingan pada PKB-3 sebesar > 80 % adalah lebih tinggi

dibandingkan rataan tingkat kebuntingan di Lampung.

Paket teknologi budidaya lada spesifik lokasi

Lokasi pengkajian berdasarkan koordinasi ke Dinas Tanaman Perkebunan

Kabupaten Lampung Timur yaitu di Desa Putra Aji Dua, Kecamatan Sukadana.

Pengkajian ada tiga yaitu penanaman baru dan tanaman muda yang belum

berbuah, dan pada tanaman lada yang sudah berproduksi yang berumur lebih

dua tahun.

Teknologi yang di perbaiki.

Pengkajian I.

Pengkajian penanaman baru dilakukan dengan memulai dari menanam

lada dengan penerapan paket teknologi dengan pemanfaatan bahan tanaman

sulur panjat, sulur cacing, dan sulur gantung dimulai dengan pembersihan lahan

seluas 0,5 ha, penanaman gliricidia sebagai tiang panjat lada, melakukan

pembibitan tanaman. Penanaman baru dilakukan bertahap semenjak mulai hujan

pada awal Desember 2015.

Pengkajian II.

Pengkajian dimulai pada tanaman lada sudah berumur 9 bulan. Kegiatan

lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket teknologi usahatani lada

17 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

yang berbasis pada teknologi budidaya ramah lingkungan. Penerapan PTT lada

yaitu paket teknologi budidaya ramah lingkungan mencakup: aplikasi mikroba

hayati, aplikasi kompos/ pupuk organik, pemberian zeolit, pembuatan rorak dan

penggunaan asap cair sebagai pestisida. Setelah satu bulan aplikasi penerapan

teknologi PTT lada, terlihat pertumbuhan jumlah cabang lebih banyak dibanding

teknologi cara petani (Gambar 1).

Pengkajian III.

Pengkajian dimulai pada tanaman lada yang sudah berumur lebih 2

tahun. Kegiatan lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket teknologi

usahatani lada yang berbasis pada teknologi budidaya ramah lingkungan.

Penerapan paket teknologi budidaya ramah lingkungan mencakup: aplikasi

mikroba hayati, aplikasi kompos/ pupuk organik, pemberian zeolit, pembuatan

rorak dan penggunaan asap cair sebagai pestisida. Hasil pengamatan sebelum

aplikasi, tanaman lada terserang penggerek batang (Lophobaris piperis)

mencapai 17,65 – 38,93%. Setelah dua bulan kemudian, terlihat intensitas

serangan penggerek batang lada rata-rata 13,48% pada tanaman yang

menerapkan teknologi PTT, sedangkan pada tanaman lada dengan teknologi cara

petani terserang penggerek batang lada dengan intensitas 23,78% (Gambar 2).

Teknologi pengelolaan hara spesifik lokasi lahan suboptimal

mendukung swasembada padi dan kedelai

1. Kajian Efisiensi Pengelolaan Hara dan Penggunaan VUB Terhadap Hasil Padi di Lahan Rawa Pasang Surut

Kegiatan menguji 2 (dua) paket teknologi, yaitu : (1) Introduksi Varietas

Unggul ( Inpara 2, Inpara 7, Inpari 10, dan varietas pembanding yaitu varietas

yang sudah berkembang di lokasi kegiatan (Ciherang); dan (2) Perlakuan

pembenah tanah.

Aplikasi pembenah tanah terlihat meningkatkan pH tanah, dimana

pemberian dolomit meningkatkan pH tanah lebih tinggi dibandingkan biochar.

Misalnya pada lahan yang ditanami varietas Inpara 4, pemberian dolomit

meningkatkan pH tanah 0,5 point (9,4 %) dibandingkan kontrol. Kadar C-Organik

tanah termasuk rendah, dimana pada tanah tanpa perlakuan berkisar 1,09 –

1,12. Dengan perlakuan pembenah tanah terutama biochar meningkatkan kadar

C-Organik tanah tetapi hanya sedikit (5,6 % pada Inpara 2 dan 11,9 % pada

18 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Inpari 10). Kapasitas tukar kation juga meningkat dengan aplikasi pembenah

tanah, misalnya pada lnpara 2 dengan aplikasi dolomit meningkat dari 13,11

menjadi 16,09 (22,7 %) . Demikian juga kadar kation-kation yang dapat ditukar

(K-dd, Na-dd, Ca-dd, dan Mg-dd) juga meningkat dengan perlakuan pembenah

tanah tersebut. Pengaruh aplikasi pembenah tanah (dolomit dan biochar) pada

beberapa varietas unggul padi dapat dilihat dalam Tabel berikut ini :

Hasil analisis tanah setelah aplikasi pembenah tanah dolomit dan biochar pada beberapa varietas unggul padi

No Jenis Analisis

Perlakuan/Hasil analisis

Inpara 2 Non

Inpara 2 Dolomit

Inpara 2 Biochar

Inpara 7 non

Inpari 10 Non

Inpari 10 Dolomit

Inpari 10 Biochar

1 pH H2O 5,34 5,84 5,71 5,24 5,45 5,82 5,68

KCl 4,52 4,75 4,59 4,46 4,41 4,53 4,53

2 % C-Organik 1,12 1,10 1,18 1,12 1,09 1,19 1,22

3 % Nitrogen 0,09 0,09 0,11 0,11 0,08 0,12 0,13

4 C/N 12,44 12,22 10,72 13,62 9,92 9,38

5

Kemasaman

Dapat

Ditukar (cmol/K

g)

Al –dd 0,11 0,05 0,06 0,11 0,17 0,12 0,14

H-dd 0,09 0,06

0,11 0,08 0,06 0,11 0,08

6 KTK (cmol/Kg) 13,11 16,09 14,31 16,34 9,54 13,71 14,76

7 K -dd (cmol/Kg) 0,32 0,42 0,40 0,33 0,37 0,36 0,40

8 Na -dd

(cmol/Kg) 0,40 0,56

0,59 0,43 0,42 0,50 0,47

9 Ca -dd

(cmol/Kg) 5,13 8,46

6,93 5,76 5,80 8,12 6,23

10 Mg -dd (cmol/Kg)

0,94 2,10 1,12 1,04 0,86 1,86 1,38

Pemberian pembenah tanah baik dolomit maupun biochar berpengaruh

terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif pada ketiga varietas

unggul yang diuji (Tabel 6). Pada varietas Inpara 2, pemberian dolomit

meningkatkan jumlah anakan produktif 26 % dibandingkan kontrol.

Pengaruh pemberian dolomit dan biochar terhadap hasil (produktivitas)

beberapa varietas padi dapat dilihat dalam Tabel 7. Perlakuan dolomit dan

biochar terlihat meningkatkan produktivitas padi dibandingkan kontrol, dimana

hasil tertinggi diperoleh pada varietas Inpara 2 dengan perlakuan dolomit 1 t ha-

1 yaitu 6.83 t ha-1, bila dibandingkan hasil pada kontrol meningkat sekitar 20 %.

19 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Rata-rata produksi padi (ton/ha) pada perlakuan aplikasi pembenah tanah dolomit dan biochar pada beberapa varietas unggul padi

Perlakuan

I II III Rata-rata

Inpara 2 Non 6,0 5,8 5,4 5,73

Dolomit 7,2 6,9 6,4 6,83

Biochar 7,0 6,6 6,3 6,63

Inpara 7 Non 5,1 5,3 5,6 5,20

Dolomit 5,5 5,6 5,7 5,60

Biochar 6,5 6 6,1 6,20

Inpari 10 Non 6,4 5,3 6,2 5,96

Dolomit 6,8 5,7 6,8 6,43

Biochar 7,0 6,3 6,4 6,56

Ciherang Non 5,9 5,3 5,4 5,53

2. Peningkatan Produktivitas Kedelai pada Lahan Rawa melalui Pengelolaan Hara spesifik lokasi

Kadar N tanah petak perlakuan rata-rata rendah, status hara P sedang dan

status hara K tinggi di semua petak perlakuan. Tingginya K, menunjukkan bahwa

tanah memang berstatus K tinggi, karena pada petak dengan perlakuan tanpa

pemberian pupuk K, status hara K juga tinggi. Rendahnya kadar hara N tanah

menunjukkan bahwa untuk tumbuh dan menghasilkan dengan baik tanaman

kedelai perlu tambahan pupuk N yang tinggi, apabila bakteri penambat N tidak

berperan aktif.

Kadar Hara N, P dan K pada setiap petak perlakuan.

Perlakuan Jenis Analisis I II III IV Rata-rata

PK Nitrogen (%) 0.09 0.08 0.11 0.11 0.10

P Tersedia (ppm) 27.51 26.90 28.52 28.32 27.81

P Potensial (mg P2OO5/100g) 28.66 26.22 30.48 30.69 29.01

K Potensial (mg K2O/100g) 47.25 47.72 49.94 43.04 46.99

NK Nitrogen (%) 0.11 0.12 0.10 0.11 0.11

P Tersedia (ppm) 22.44 23.25 19.19 21.42 21.58

P Potensial (mg P2OO5/100g) 28.05 24.19 26.42 26.63 26.32

K Potensial (mg K2O/100g) 48.03 43.95 50.93 48.90 47.95

NP Nitrogen (%) 0.09 0.10 0.10 0.10 0.10

P Tersedia (ppm) 29.13 29.74 30.55 30.35 29.94

P Potensial (mg P2OO5/100g) 26.83 28.05 33.32 34.74 30.74

K Potensial (mg K2O/100g) 45.60 43.88 44.44 44.84 44.69

NPK Nitrogen (%) 0.11 0.12 0.13 0.10 0.12

P Tersedia (ppm) 32.17 29.74 32.17 31.37 31.36

P Potensial (mg P2OO5/100g) 34.74 29.87 30.07 36.37 32.76

K Potensial (mg K2O/100g) 52.26 47.87 53.74 46.05 49.98

20 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Konv Nitrogen (%) 0.08 0.10 0.09 0.10 0.09

P Tersedia (ppm) 19.80 19.39 20.81 18.18 19.55

P Potensial (mg P2OO5/100g) 27.84 26.83 26.63 25.81 26.78

K Potensial (mg K2O/100g) 45.38 46.65 47.98 44.31 46.08

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dengan

metode petak omisi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.

Tanpa pemberian pupuk N pertumbuhan dan hasil kedelai menurun drastis.

Semua parameter yang diamat nyata lebih rendah dibanding perlakuan tanpa P,

K dan perlakuan pupuk lengkap NPK. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian N

sangat penting untuk tanaman kedelai pada lahan rawa pasang surut di Rawa

Sragi. Selain itu peran bakteri penambat N di dalam pupuk hayati yang

diaplikasikan tidak efektif menambat N. Perlakuan tanpa pemberian pupuk P,

jumlah polong per tanaman, bobot 100 biji dan hasil pipilan kering kedelai tidak

berbeda dengan perlakuan yang dipupuk lengkap dengan NPK. Pemupukan NPK

dengan dosis konvensional atau rekomendasi umum, hasilnya lebih rendah

dibanding dengan dosis NPK. Hal ini menunjukkan bahwa dosis pupuk khususnya

N masih perlu ditingkatkan dari rekomendasi umum.Tampaknya bakteri

penambat N di dalam pupuk hayati yang digunakan tidak efektif untuk

menambat N, mungkin disebabkan salinitas tanah yang tinggi seperti yang

ditunjukkan oleh tingginya status Na tanah (Tabel 7).

Perlakuan tanpa pemberian pupuk K, pertumbuhan dan hasil kedelai tidak

berbeda nyata dengan yang dipupuk lengkap NPK. Hal ini disebabkan K dalam

tanah sudah tinggi (K). dengan demikian penambahan pupuk K menjadi

pertimbangan pada lahan rawa pasang surut Rawa Sragi.

Pengaruh Petak Omisi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan sub optimal Rawa Sragi, Lampung Selatan.

Varietas Populasi Tinggi

Tan (cm)

Jum

Cabang

Jum Polong

dipanen

Bobot 100 biji (g) ka.

12%

Hasil (t/ha)

k.a. 12%

PK 130,3 a 29,7 a 2,2 a 14,9 a 16,3 a 0,45 a

NK 141,1 a 36,4 b 2,4 b 20,2 b 17,8 b 0,70bc

NP 132,8 a 39,1 b 2,3 ab 20,5 b 17,6 ab 0,70 bc

NPK 138,9 a 42,7 c 2,7 c 21,8 b 18,1 b 0,80 c

Dosis Konv 130,2 a 37,3 b 2,3 ab 19,4 b 17,5 ab 0,54ab

21 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Respons hasil terhadap suatu pupuk (hara) adalah selisih hasil antara

perlakuan yang dipupuk lengkap NPK dengan yang tidak dipupuk salah satu dari

pupuk NPK tersebut. Misalnya respons hasil pupuk kedelai terhadap pupuk N

adalah selisih hasil dari yang dipupuk NPK dengan yang hanya dipupuk PK (tanpa

N). Demikian juga untuk respons hasil terhadap P dan K. Efisiensi Agronomi (EA)

adalah besarnya peningkatan hasil per satu unit pupuk yang diaplikasikan

(Casmann, et al. 1989; Dobermann, et al. 2002 dan Witt et al 2002).

Berdasarkan data hasil petak omisi, diperoleh respons hasil kedelai dan

efisiensi agronomi pupuk seperti pada table dibawah ini.

Respons hasil dan Efisiensi Agronomi hara berdasarkan varietas kedelai

Varietas Respons Hasil (kg) Efisiensi Agronomi (kg/kg)

N P K N P K

Argomulyo 0.35 0.18 0.18 7.85 3.32 1.48

Anjasmoro 0.18 0.08 0.09 4.11 1.43 0.77

Grobogan 0.26 0.09 0.09 5.75 1.61 0.72

Hasil petak omisi menunjukkan bahwa respons hasil varietas kedelai

terhadap pupuk tertinggi ditunjukkan oleh varietas Argomulyo, disusul Grobogan

dan Anjasmoro. Sementara itu respons varietas terhadap pupuk N lebih tinggi

dibanding pupuk P dan K pada semua varietas. Efisiensi agronomi pupuk mulai

dari tertinggi adalah pupuk N disusul P dan K.

Secara rata-rata dari tiga varietas, respons hasil kedelai terhadap pupuk

mulai dari tertinggi adalah N, K dan P, sedangkan efisiensi agronomi adalah N, P

dan K. Berdasarkan respons hasil dan efisiensi agronomi pupuk, dosis

rekomendasi masing-masing pupuk ditentukan berdasarkan formula Casmann, et

al (1989). Hasil perhitungan diperoleh rekomendasi pupuk PHSL seperti pada

Tabel berikut ini.

Rekomendasi Pupuk berdasarkan pengelolaan hara spesifik lokasi lahan sub optimal pasang surut Rawa Sragi, Lampung.

Pupuk (Hara) Respons hasil

(ΔY) kg Efisiensi Agronomi

(kg/kg) Dosis Pupuk

kg/ha*)

N 0.27 7 42.86

P 0.11 2 50.00

K 0.12 1 100.00

22 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

3. Kajian Efisiensi Pemupukan untuk Tanaman Kedelai pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Rawa Lampung.

Hasil analisis sifat kimia tanah sawah sebelum diperlakukan di lahan rawa pasang

surut Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan

No Jenis Analisis

Hasil Analisis Rata-rata

Mungawin 0 – 20 cm

Suratno 0 – 20 cm

1 pH H2O 5,20 5.23 5,23

KCl 4,70 4.775 4,77

2 % C-Organik 1,22 1,01 1.11

3 % Nitrogen 0,09 0,14 0.11

4 P Potensial (mg

P2O5/100gr) 29,48 18,17 23.82

5 K Potensial (mg K2O/100gr) 10,46 13,78 12.12

6 Kemasaman Dapat

ditukar (cmol/Kg)

Al-dd 0,36 0.305 0,30

H-dd 0,78 0.61 0,61

7 K-dd (cmol/Kg) 0,52 0,42 0.47

8 Na-dd (cmol/Kg) 0,86 0,70 0.78

9 Ca-dd (cmol/Kg) 6,89 5,82 6.35

10 Mg-dd (cmol/Kg) 2,81 2,98 2.89

11 KTK (cmol/Kg) 18,48 14,90 16.69

12 % Kejenuhan Basa 59,96 66,58 63.27

Hasil analisis kimia tanah menunjukan reaksi tanah kategori masam

dengan kandungan kejenuhan basa (55-66%) relative tinggi, dan kation K-dd,

Na-dd, dan Ca-dd juga relative tinggi. Sayangnya kandungan Al-dd juga

menunjukan kadar yang cukup tinggi. Sepertinya kondisi ini dapat

membahayakan kedelai kalau tanah tidak diberi bahan pembenah seperti kapur.

Karenanya salah satu perlakuan yang diaplikasikan untuk tanah sawah ini adalah

penggunaan pembenah tanah yaitu kapur (dolomite).

Tiga VUB kedelai yang ditanam yaitu Anjasmoro, Argomulyo dan

Grobogan dipanen pada waktu yang berbeda. Varietas Grobogan dipanen lebih

awal yaitu saat umur 76 HST. Varietas Argomulyo umur 86 hari dan Varietas

Anjasmoro umur 90 HST. Hasil biji kedelai secara rata-rata terlihat lebih

tinggi di dalam kelompok 2. Khusus Anjasmoro dan Argomulyo pada kelompok II

di dalam petak utama budidaya jenuh air (B2), hasil biji bisa mencapai masing-

masing 2684 kg/ha dan 2251 kg/ha. Kondisi jenuh air yang lebih terkontrol (hasil

pemantauan lapang) karena kecepatan rembesan dan kehilangan air ke lapisan

tanah bawah di dalam kelompok ini lebih rendah (petak berada dibagian tengah

areal percobaan), membuat ketersediaan air untuk kedelai di petak utama ini

23 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

lebih terjamin yang berdampak terhadap hasil biji yang lebih tinggi, khususnya

Anjasmoro dan Argomulyo (bold texs) masing-masing 2684 kg/ha dan 2251

kg/ha. Hasil ini mengindikasikan bahwa ketersediaan air sangat penting artinya

dalam budidaya kedelai.

Hasil biji kedelai (kg/ha) sebagai pengaruh dari varietas dan teknis budidaya dari masing-masing kelompok/ulangan penelitian

Managemen Varietas

Biji kedelai (kg/ha) pada

Kelompok

Rata-rata

I II III

Varietas Teknis

Bududaya

Cara petani (B1) Anjasmoro

799.5 897.25 1002.75 899.83 850.56

Argomulyo 549.25 1312.75 883.75 915.25

Grobogan 502.25 1075.5 632 736.58

Jenuh Air (B2) Anjasmoro

803.5 2684.5 1222.75 1570.25 1155.5

Argomulyo 557.5 2251.5 924.75 1244.58

Grobogan 558 479 918 651.67

Rata-rata 628.33 1,450.08 930.67

Interaksi antara teknis budidaya dan varietas kedelai yang ditanam juga

berpengaruh nyata terhadap hasil biji kering kedelai. Hasil biji kedelai khususnya

varietas Anjasmoro dan Argomulyo yang ditanam pada budidaya jenuh air (B2)

didapatkan lebih tinggi dibanding yang ditanam dengan cara petani (B1).

Hasil biji kedelai sebagai pengaruh dari interaksi factor perlakuan teknis budiaya dan varietas di lahan rawa pasang surut Lampung Selatan

Varietas Kedelai

Biji kedelai (kg/ha) pada Teknis Budidaya

Cara Petani (B1) Budidaya Jenuh Air (B2)

Anjasmoro 899.83 a 1,570.25 a

Argomulyo 915.25 a 1,244.58 b

Grobogan 736.58 b 607.58

Pengaruh faktor perlakuan efisiensi pemupukan (P) terindikasi tidak

berbeda nyata terjadap hasil biji kedelai. Demikian juga interaksinya dengan

faktor varietas dan teknis budaya, juga tidak berbeda nyata. Hasil ini

mengindikasikan bahwa dosis pupuk NPK yang biasa diaplikasikan petani dalam

menanam kedelai di lahan rawa sesudah padi, masih dapat dikurangi sehingga

lebih efisien. Seperti disajikan di dalam Tabel 16, dengan aplikasi pupuk 50%

(P4) dari rekomendasi umum (100 kg Urea, 150 kg SP-36 dan 50 Kg KCl) dan

24 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

diberi tambahan pupuk hayati (Rhiphosant), hasil biji kedelai yang didapat secara

rata-rata tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran pupuk sesuai

rekomendasi umum.

Pengaruh perlakuan efisiensi pemupukan terhadap hasil biji kedelai (kg/ha) di lahan rawa Lampung Selatan

Cara Petani (B1) Budidaya Jenuh Air (B2)

V1 V2 V3 V1 V2 V3

Rata-

rata

P1 1,080.33 1,002.33 661.33 1,668.67 1,090.33 574.67 1,012.94

P2 1,001.33 885.33 934.33 1,429.67 1,235.00 590.67 1,012.72

P3 745.67 982.67 713.33 1,517.67 1,185.67 613.33 959.72

P4 772.00 790.67 637.33 1,665.00 1,467.33 651.67 997.33

Keterangan: V1 = Anjasmoro, V2 = Argomulyo, V3 = Grobogan

P1 = Pemupukan cara petani P2 = NPK 100% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant)

P3 = NPK 75% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant)

P4 = NPK 50% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant)

Tinggi tanaman, jumlah polong dan bobot 100 butir (3) dari tiga (3)

varietas kedelai yang diperlakukan dengan teknis budidaya berbeda (cara petani

dan jenuh air) dan diberi 4 takaran pupuk berbeda, dapat diperhatikan Gambar

2. Secara rata-rata tinggi tanaman (cm) sebagai pengaruh dari factor perlakuan

efisiensi pemupukan, untuk ketiga varietas cenderung menurun dengan adanya

pengurangan takaran pupuk 25% (P3) dan 50% (P4) baik dibawah cara

pengelolaan petani maupun jenuh air. Untuk jumlah polong, efek dari takaran

pemupukan terlihat tidak begitu berpengaruh demikian juga dengan bobot 100

butir biji. Namun Jumlah polong pertanaman dan bobot 100 butir biji terlihat

lebih tinggi untuk varietas Anjasmoro dan diikuti Argomulyo. Bobot 100 butir biji

juga terindikasi lebih tinggi di bawah perlakuan budidaya jenuh air.

Teknologi pasca panen kedelai

Lingkup kegiatan mencakup 3 sub kegiatan yaitu 1). Kajian Teknologi

Penyimpanan Benih Kedelai di Provinsi Lampung, 2). Kajian Optimalisasi

Diversifikasi Olahan Kedelai menjadi Beberapa Produk Olahan di Provinsi Lampung

dan 3). Kajian Pemanfaatan Limbah Pengolahan Biji Kedelai Terhadap

Performans Kambing di Provinsi Lampung.

25 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

1. Kajian Teknologi Penyimpanan Benih Kedelai yang Sesuai untuk Provinsi Lampung

Hasil pengamatan kadar air menunjukkan bahwa, kadar air benih kedelai

selama penyimpanan mengalami kenaikan dan penurunan yang dipengaruhi

suhu dan kelembaban di ruang penyimpanan. Hasil pengukuran rata-rata suhu

dan kelembaban ruang penyimpanan selama kegiatan pengkajian dilaksanakan

(6 bulan) menunjukkan kisaran suhu 25,5oC- 32,4oC dan kisaran kelembaban

relatif 52-84.

Interval perubahan kadar air kedelai selama penyimpanan (%)

Jenis Kemasan Varietas Kedelai

Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo

Jerigen Hitam (A) 5,88 4,12 23,73 20,62

Jerigen Putih (B) 4,17 4,06 24,32 22,13

Plastik (C) 3,83 3,83 21,42 17,12

Karung (D) 20 21,95 25,98 24,20

Plastik + karung (E)

4,89 5,34 20,59 13,33

Dari data kadar air benih yang tertera dalam Tabel 2, menunjukkan

bahwa benih kedelai yang dikemas dengan karung plastik (D) mempunyai

interval perubahan kadar air yang paling tinggi, dan benih kedelai yang dikemas

dengan plastic (C) dan plastik +karung (E) mempunyai interval perubahan kadar

air yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, untuk semua

varietas kedelai yang digunakan. Interval perubahan kadar air kedelai varietas

Anjasmoro dan Argomulyo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan varietas

Grobogan dan Burangrang. Diduga hal ini disebabkan karena kedelai varietas

Anjasmoro dan Argomulyo mempunyai biji yang lebih kecil dibandingkan dengan

kedelai varietas Grobogan dan Burangrang; biji yang kecil menyebabkan luas

permukaan yang lebih lebar, sehingga penyerapan air dari lingkungan sekitarnya

juga menjadi lebih tinggi.

Kadar air benih sangat dipengaruhi oleh jenis kemasan, kondisi suhu dan

kelembaban relatif ruang tempat penyimpanan benih, karena sifat benih yang

higroskopis dan selalu ingin mencapai keseimbangan dengan kondisi lingkungan.

Semakin tinggi kadar air benih semakin tinggi pula laju deteriorasi benih

(Kuswanto, 2003). Hal ini juga dilaporkan oleh Justice dan Bass (2002), kadar air

26 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran

benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air.

Hasil pengamatan berat 100 butir kedelai selama penyimpanan

menunjukkan bahwa, berat 100 butir kedelai mengalami kenaikan dan

penurunan sesuai dengan perubahan kadar air benih dan suhu ruang

penyimpanan.

Interval perubahan berat 100 butir kedelai selama penyimpanan (g)

Jenis Kemasan Varietas Kedelai

Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo

Jerigen Hitam (A) 11,80 10,28 6,18 5,65

Jerigen Putih (B) 7,48 9,82 5,28 5,47

Plastik (C) 6,42 5,76 4,98 5,59

Karung (D) 13,97 12,00 6,93 9,20

Plastik + karung (E)

5,13 5,59 4,18 5,39

Hasil pengamatan terhadap interval perubahan berat 100 butir kedelai

menunjukkan bahwa jenis kemasan karung (D), menghasilkan interval

perubahan berat 100 butir kedelai tertinggi dan jenis kemasan plastik +karung

(E), menghasilkan interval perubahan berat 100 butir kedelai terendah untuk 4

varietas kedelai yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan plastik

+karung dapat mempertahankan mutu benih kedelai lebih baik dibandingkan

dengan jenis kemasan lainnya.

Hasil pengamatan daya hantar listri (DHL) menunjukkan bahwa, nilai DHL

benih kedelai cenderung meningkat selama penyimpanan. Hal ini menunjukkan

bahwa kebocoran benih kedelai semakin meningkat selama penyimpanan,

akibatnya vigor dan daya kecambah benih menurun.

Interval perubahan daya hantar listrik (DHL) kedelai selama penyimpanan (µs)

Jenis Kemasan Varietas Kedelai

Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo

Jerigen Hitam (A) 22,93 22,63 20,97 23,67

Jerigen Putih (B) 23,28 18,12 17,83 19,57

Plastik (C) 20,53 17,01 15,21 11,81

Karung (D) 25,53 25,00 35,09 25,62

Plastik + karung (E)

23,99 22,44 25,64 27,05

27 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Hasil pengamatan terhadap interval daya hantar listrik (DHL)

menunjukkan bahwa jenis kemasan plastik (C), menghasilkan interval perubahan

berat 100 butir kedelai terendah dan jenis kemasan karung (D), menghasilkan

interval perubahan DHL tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan plastik

dapat menekan tingkat kebocoran benih kedelai yang lebih baik dibandingkan

dengan jenis kemasan lainnya.

Hasil pengamatan daya kecambah (Tabel 4a) menunjukkan bahwa, daya

kecambah benih kedelai cenderung menurun selama penyimpanan.

Interval perubahan daya kecambah kedelai selama penyimpanan (%)

Jenis Kemasan Varietas Kedelai

Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo

Jerigen Hitam (A) 29,56 23,37 20,28 6,49

Jerigen Putih (B) 24,05 16,20 21,10 16,15

Plastik (C) 8,23 15,52 15,19 10,07

Karung (D) 50,53 27,25 25,25 43,10

Plastik + karung (E)

16,16 15,41 24,82 10,21

Hasil pengamatan terhadap interval daya kecambah menunjukkan bahwa

jenis kemasan plastik (C), menghasilkan interval perubahan daya kecambah

kedelai terendah dan jenis kemasan karung (D), menghasilkan interval

perubahan daya kecambah tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan

plastik dapat menekan laju penurunan daya kecambah benih kedelai yang lebih

baik dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya.

Hasil pengamatan berat kecambah kering menunjukkan bahwa,

kecambah kering cenderung menurun selama penyimpanan. Berat kering

kecambah mencerminkan vigor kecambah dan vigor benih. Dalam hal ini

dihubungkan dengan kekuatan kecambah, yakni kemampuan benih

menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak

menguntungkan. Sewaktu benih ditanam, bila vigor benih menurun maka

kecepatan berkecambah menjadi rendah dan berat kering benih saat

dikecambahkan menjadi rendah, yang nantinya akan menghasilkan biji yang

rendah (Justice dan Bass,2002).

28 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Interval perubahan berat kecambah kering selama penyimpanan (g)

Jenis Kemasan Varietas Kedelai

Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo

Jerigen Hitam (A) 39,08 28,88 33,12 27,99

Jerigen Putih (B) 29,89 30,33 37,70 32,52

Plastik (C) 25,66 23,61 32,65 30,97

Karung (D) 28,53 24,63 38,93 31,43

Plastik + karung (E)

27,11 26,57 37,74 28,11

Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum dan sesudah penyimpanan

disajikan dalam Tabel berikut.

Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum penyimpanan (0 bulan)

No. Varietas Air Abu Protein Lemak Serat

kasar Karbohidrat

(%)

1. Argomulyo 6,4476 5,3492 19,2130 6,7297 11,2272 51,0333

2. Anjasmoro 8,2931 4,7858 25,0297 8,6388 10,0124 43,2401

3. Burangrang 7,5706 5,1347 26,7729 7,4778 9,1955 43,8486

4. Grobogan 6,7844 5,0376 19,9692 8,2502 10,7234 49,2351

Hasil analisis proksimat kedelai setelah penyimpanan (6 bulan)

No. Varietas

Air Abu Protein Lemak Serat kasar

Karbohidrat

(%)

1. Argomulyo 8,2768 5,0192 28,3550 6,8108 17,7596 33,7787

2. Anjasmoro 8,8280 4,6749 26,6787 7,2433 17,4710 35,1040

3. Burangrang 8,2541 5,0939 29,3407 7,5998 15,6098 34,1016

4. Grobogan 7,7289 5,0095 28,6111 9,1812 16,0053 33,4640

Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum dan sesudah penyimpanan

menunjukkan terjadi peningkatan kadar air, peningkatan kadar protein,

peningkatan kadar serat kasar, dan penurunan kadar karbohidrat. Sementara

kadar abu dan kadar lemak tidak mengalami perubahan yang berarti.

2. Kajian Optimalisasi Diversifikasi Olahan Kedelai di Provinsi Lampung

Protein biji kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan susu dari

kelima varietas yang diuji berkisar antara 29,815 - 35,730 % tertinggi pada

29 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

varietas Gepak Kuning. Kandungan lemak berkisar antara 9,753 - 12,949 % dan

tertinggi yaitu varietas Argomulyo. Sedangkan kandungan karbohidrat berkisar

antara 30,882 - 34,917%, tertinggi varietas Grobogan.

a. Pembuatan Tahu

Pembuatan tahu dilakukan oleh pengrajin tahu sebanyak 4 orang. Hal

yang 2 pengrajin melakukan pemasakan secara steam sedangkan 2 pengrajin

lainnya dengan cara perebusan biasa.

Hasil analisis fisikokimia diketahui bahwa bagi pengrajin varietas bukan

masalah kunci dalam memproses kedelai menjadi tahu, tapi cara mengolah yang

membuat pengrajin mendapatkan karakter tertentu dari tahu tersebut. Tekstur

tahu yang dihasilkan pengrajin 1 dan 2 lebih baik dibandingkan dengan pengrajin

3 dan 4. Dan elastisitas tahu yang dihasilkan oleh pengrajin 1 dan 2 lebih elastis

dan berbeda nyata dengan yang dihasilkan pengrajin 3 dan 4. Dari hasil

analisis rendemen, pengrajin 2 menghasilkan rendemen tertinggi dibanding

dengan yang lain.

Dari hasil analisis sidik ragam, varietas yang digunakan sebagai bahan

baku pembuatan tahu tidak menunjukkan perbedaan sifat fisikokimia antar

varietas, sedangkan antara pengrajin memperlihatkan perbedaan sifat

fisikokimianya. Dari hasil uji lanjut DMRT 5% , diketahui bahwa kadar protein

yang dihasilkan oleh pengrajin 1 dan 2 berbeda nyata dengan kadar protein yang

dihasilkan oleh pengrajin 3 dan 4 yaitu lebih tinggi.

Uji penentuan warna dilakukan dengan menggunakan alat Chromameter

Minolta. Hal yang diamati pada pengamatan warna adalah tingkat kecerahan

(L*), kecenderungan warna merah-hijau (a*), dan kecenderungan warna kuning-

biru (b*). Nilai L* yang semakin besar menunjukkan tingkat yang semakin cerah

atau menuju putih ,nilai a* (-) semakin hijau, nilai a* (+) semakin merah, nilai

b*(-) semakin biru, nilai b* (+) semakin kuning.

Analisis Warna Tahu berbahan Baku Beberapa Varietas Kedelai Pengrajin Varietas L* a* b*

1 Gepak Kuning 90,644 2,69 12,176

Import 89,748 2,351 11,39

Anjasmoro 91,707 0,98 13,808

Argomulyo 90,986 2,222 10,523

Grobogan 91,658 0,812 16,472

2 Gepak Kuning 92,922 -0,169 12,43

30 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Import 90,439 1,444 13,621

Anjasmoro 91,74 0,273 14,113

Argomulyo 91,168 1,434 12,497

Grobogan 91,718 -0,17 17,531

3 Gepak Kuning 91,842 0,076 11,911

Import 90,26 1,419 12,506

Anjasmoro 89,87 0,674 13,509

Argomulyo 91,017 0,458 13,68

Grobogan 90,792 0,106 17,324

4 Gepak Kuning 87,77 1,378 14,972

Import 87,037 3,454 12,533

Anjasmoro 89,138 0,957 14,782

Argomulyo 89,556 1,06 14,464

Grobogan 90,074 1,101 16,422

Hasil analisis warna tahu ditampilkan pada Tabel 11. Pada Pengrajin 1

nilai L* tertinggi adalah tahu dari varietas Anjasmoro, Pengrajin 2 dan 3 tahu

dari varietas Gepak Kuning dan Pengrajin 4 adalah tahu dari varietas Grobogan.

Hal ini menunjukkan tingkat kecerahan tahu dari beberapa varietas tersebut.

Nilai L* semakin besar maka tingkat kecerahan semakin tinggi. Sedangkan nilai

a* berkisar antara - 0, 169 (tahu dari varietas Gepak Kuning pada P2) sampai

3,454 (tahu dari varietas Import pada P4). Nilai b* yang dihasilkan berkisar

antara 10, 523 (tahu dari varietas Argomulyo pada P2) sampai 16, 472 (tahu dari

varietas Grobogan pada P1).

Analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT 5%, untuk tahu mentah terdapat

interaksi perbedaan kesukaan antara warna,aroma dan penampilan. Kesukaan

panelis terhadap warna aroma dan penampilan disebabkan oleh interaksi antara

pengrajin dan varietas.

Dari hasil uji lanjut DMRT 5%, nilai organoleptik terhadap warna terbaik

ditunjukkan oleh P1V1, P1V3, P2V4 dan P4V4, terhadap aroma dan penampilan

adalah P1V3. P1V3 merupakan kombinasi antara Pengrajin 1 dengan Varietas

Anjasmoro. Secara keseluruhan Varietas Anjasmoro memberikan nilai terbaik

terhadap rasa, warna dan penampilan tahu mentah. Dan dari aspek organoleptik

ditemukan bahwa Pengrajin 1 dan Pengrajin 2 menghasilkan tahu mentah

dengan tingkat kesukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT 5%, untuk tahu matang

terdapat interaksi perbedaan kesukaan antara warna. Dari hasil analisis uji lanjut

31 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

DMRT 5%, dari aspek varietas, Anjasmoro menunjukkan nilai terbaik terhadap

warna, aroma, rasa, tekstur dan penampilan tahu matang diikuti oleh varietas

Gepak Kuning.

b. Susu Kedelai

Kadar air susu kedelai tertinggi adalah dengan varietas Gepak Kuning dan

Anjasmoro, sedangkan terendah Argomulyo. Cara pengolahan berpengaruh

karena adanya proses perendaman pada proses pembuatan tahu yang

mengakibatkan meningkatnya kadar air susu kedelai. Kadar air susu kedelai

diperoleh berkisar anatara 94,303 - 94,314 %. Rata-rata kadar air susu kedelai

yang diolah dengan cara basah berkisar antara 91,1-94,0%, sedangkan yang

diolah dengan cara kering berkisar antara 88,7-91,2% (Ginting dan Antarlina,

2002).

Nilai viskositas tertinggi ditunjukkan oleh susu kedelai dari varietas Gepak

Kuning, diikuti dengan susu kedelai dari varietas Grobogan, Argomulyo,

Anjasmoro dan Import yang diolah dengan cara yang sama, namun Perbedaan

nilai viskositas disebabkan oleh perbedaan TPT susu kedelai yang dipengaruhi

oleh kadar karbohidrat dan proteinnya yang bervariasi antar varietas

(Kusbiantoro 1993). Selain itu, hilangnya sebagian padatan terlarut pada cara

pengolahan basah menghasilkan susu kedelai yang nilai viskositasnya lebih

rendah dibandingkan dengan cara kering. Nilai viskositas susu kedelai dari semua

perlakuan relatif dapat diterima karena kadar proteinnya hanya berkisar antara

2,788 - 3,259%. Nilai protein susu kedelai yang dihasilkan dari varietas

Anjasmoro tertinggi dibandingkan dari varietas lainnya, disusul oleh Argomulyo,

Grobogan, Gepak Kuning dan Import. Kadar lemak berkisar antara 2,010 -

2,375%, karbohidrat 0,156 - 1,034 %dan abu 0,276 - 0,329%.

Terlihat bahwa nilai L* dari susu kedelai dari lima varietas berkisar antara

73,283 – 74,943, nilai a* -2,447 sampai -2,820 dan nilai b* antara 6,723 –

10,210. Dari nilai L* disimpulkan bahwa semua varietas mempunyai warna yang

tidak berbeda sedangkan nilai b* tertinggi adalah susu kedelai dari varietas

Grobogan dan terendah varietas Gepak Kuning.

32 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Analisis Warna Susu Kedelai Varietas L* a* b*

Gepak Kuning 74,537 -2,820 6,723

Import 74,78 -2,447 8,557

Anjasmoro 74,773 -2,777 7,917

Argomulyo 73,283 -2,713 8,427

Grobogan 74,943 -2,720 10,210

Berdasarkan analisis lanjut dengan DMRT 5%, maka ternyata varietas

tidak memperlihatkan perbedaan terhadap kriteria aroma, rasa dan penampilan,

sedangkan untuk warna terdapat perbedaan dari susu yang dihasilkan. Hal ini

ditunjukkan pada nilai F pada tabel analisis sidik ragam. Ini lebih menunjukkan

bahwa susu kedelai berbahan baku beberapa varietas tersebut dapat diterima

oleh panelis, sedangkan kriteria warna memperlihatkan berbedaan antara

varietas, dan warna yang paling disukai adalah susu kedelai dari varietas

Anjasmoro.

3. Kajian Pemanfaatan Limbah Pengolahan Biji Kedelai Terhadap Performans Kambing di Provinsi Lampung Kebiasaan Peternak di Kelompok Tani memberikan pakan berupa hijauan,

limbah kulit singkong, ditambah konsentrat. Pembuatan tempe menghasilkan

banyak limbah baik yang berupa llimbah cair ataupun limbah padat.

Limbah padat berupa kulit ari kedelai dan kedelai busuk, yang dapat

dijadikan pakan sumber energi dan protein. Limbah cair berasal dari air bekas

cucian, perendaman dan perebusan masih dapat digunakan sebagai campuran

pakan ternak. Pembuatan kulit ari kedelai fermentasi akan dilakukan di Kelompok

Tani Tunas Jaya, Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera Kecamatan Kemiling, Bandar

Lampung. Kulit ari kacang kedelai diperoleh dari industri pembuatan tempe dan

tahu di Gunung Sulah, Kecamatan Way Halim, Bandar Lampung (dan

sekitarnya). Limbah kulit ari biji kedelai yang dikumpulkan berasal dari 10

pengrajin industri tempe.Terlihat bahwa protein dari limbah kulit ari biji kedelai

yang di fermentasi lebih besar (8,40 %) dibandingkan dengan hasil analisa

protein dari limbah kulit ari non fermentasi (7,59 %).

33 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Kandungan nutrien pakan limbah kulit ari biji kedelaii non fermentasi, fermentasi, konsentrat dan rumput lapang*

No Jenis

bahan

pakan

Air Abu Protein Lemak Serat

Kasar

Karbohidrat

(%)

1 FK 24.99 1.79 8.40 1.01 36.34 27.44

2. NF 21.06 1.78 7.59 0.81 38.60 30.13

3. Kt 8.60 10.00 9.39 5.17 28.00 38.81

4. RL 11.64 14.30 9.56 2.09 26.11 36.25

Analisa proksimat masing-masing perlakuan sudah dianalisa di

Laboratorium Politeknik Negeri Lampung. Data hasil penimbangan ternak

kambing dengan perlakuan pemberian limbah kulit ari biji kedelai non

fermentasi , dan pemberian limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi terlihat

pada Tabel berikut :

Data pertambahan berat badan ternak ternak kambing yang diberi perlakuan Limbah kulit ari biji kedelai

Parameter Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4

Berat badan awal

(kg)

13,73 16,6 11,15 8,9 11,9

Berat badan akhir

(kg)

16,73 17,45 14,00 10,75 14,55

Pertambahan berat

badan (kg)

3,00 0,85 2,85 1,85 2,65

Pakan yang diberikan pada ternak kambing untuk masing2 perlakuan

adalah sama yaitu 6 kg/ekor/hari. Untuk Perlakuan (P0) pemberian pakan pada

pagi hari sebanyak 3 kg/ekor/hari, dan pada siang hari sebanyak 3 kg/ekor/hari

sisa pakan 0,5 kg/ekor/hari, Perlakuan (P1) pakan yang diberikan pagi 2

kg/ekor/hari, sedangkan siang hari pakan yang diberikan 4 kg/ekor/hari dengan

sisa pakan o,5 kg, perlakuan (P2) pakan yang diberikan pagi sebanyak 2

kg/ekor/hari dan siang hari 4 kg/ekor/hari, Perlakuan (P3) untuk pag pakan

yang diberikan sebanyak 2 kg dan siang hari 4 kg/ekor/hari, dan perlakuan (P4)

34 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

pakan yang diberikan pagi hari 2 kg/ekor/hari dan siang 4 kg/ekor/hari dengan

sisa pakan terlihat pada Tabel berikut ini.

Jumlah pakan dan sisa pakan limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi, fermentasi, dan rumput/hijauan yang diberikan pada ternak kambing.

Jenis Pakan Jumlah Pakan (kg)

Pagi Siang Sisa

P0 = 100% rumput/hijauan (ransum

basal/kontrol) 3 3 0,5

P1 = 70% rumput/hijauan + 30% kulit ari

kedelai non fermentasi 2 4 0,5

P2 = 70% rumput/hijauan + 10%

konsentrat + 20% kulit ari kedelai non

fermentasi

2 4 1,5

P3 = 70% rumput/hijauan + 30% kulit ari

kedelai fermentasi 2 4 0

P4 = 70% rumput/hijauan + 10%

konsentrat + 20% kulit ari kedelai

fermentasi

2 4 1,3

Dari perlakuan pemberian pakan limbah kulit ari biji kedelai non fermetasi

dan fermentasi terlihat bahwa perlakuan P0 = 100% rumput/hijauan (ransum

basal/kontrol) dengan berat awal 13,73 kg meningkat menjadi 16,73 kg, dengan

pertambahan berat badan 3,00 kg lebih besar bila dibandingkan dengan

perlakuan (P2 dan P4).

Hasil analisa proksimat yang dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri

Lampung terlihat limbah kulit ari biji kedelai yang di fermentasi protein nya lebih

tinggi yaitu : 8,40 dari limbah kulit ari biji kedelai yang non fermentasi 7,59.

Sedangkan hasil analisa terlihat karbohidrat limbah kulit ari biji kedelai yang

difermentasi lebih rendah (27,44 %) dibandingkan dengan limbah kulit ari biji

kedelai non fermentasi ( 30,13 %), sedangkan serat kasar kulit ari yang

difermentasi lebih rendah (36,34) dibandingkan dengan serat kasar limbah kulit

ari non fermentasi (38,60). Hasil analisa proksimat masing-masing perlakuan

sudah dianalisa.

35 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Pelaksanaan kegiatan selama tahun 2015 lebih kepada pemeliharaan

tanaman koleksi yang secara rutin dilakukan di KP Percobaan BPTP di Natar.

Beberapa kegiatan secara kronologis diuraikan seperti di bawah ini.

1. Pertemuan Konsolidasi dan Sosialisasi Kegiatan SDG serta Rapat Kerja Sinergi

Program Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan SDG Lingkup

Balitbangtan TA 2015. di Blitkabi Malang (Kegiatan SDG), kegiatan

dilaksanakan di Malang 15-18 Februari 2015.

Secara keseluruhan hasil pertemuan seperti hasil rumusan berikut:

Poin-poin penting dari sidang kelompok Konsorsium SDG Lokal dan

Dokumentasi SDG adalah sebagai berikut:

a. Pembagian tugas pengelolaan SDG lokal harus dipertegas sesuai tusi

masing-masing unit kerja. .

b. Pada tahun 2015, kegiatan pengelolaan SDG oleh BPTP/LPTP akan

difokuskan pada kegiatan karakterisasi, evaluasi, koleksi, dan

dokumentasi SDG serta penguatan kelembagaan pengelolaan SDG.

c. Untuk dapat melaksanakan kegiatan karakterisasi tanaman tahunan hasil

eksplorasi, setiap BPTP pada tahun 2015 diwajibkan mengklon SDG lokal

sebanyak 10 klon per aksesi untuk ditanaman di Kebun Percobaan lingkup

Puslitbanghorti sebanyak 5 klon, disimpan di kebun koleksi BPTP 2 klon

dan di petani pemilik pohon induk 3 klon, sehingga diharapkan tahun

2020, kegiatan karakterisasi SDG lokal bisa dilakukan.

d. Terkait peta inventori SDG lokal yang bersifat interaktif, Balitbangtan

perlu membuat rambu-rambu yang jelas untuk memastikan data-data

yang hanya bisa diakses terbatas dan yang bersifat umum bagi

melindungi SDG lokal dari kegiatan-kegiatan biopiracy.

e. Pada tahun 2016 BPTP/LPTP menargetkan pembuatan buku SDG lokal

komoditas durian, mangga, manggis, pisang, dan jeruk. Penulisan buku

ini diharapkan dapat melibatkan komunitas pengelola SDG yang sudah

ada.

f. Untuk SDG lokal biji-bijian, setiap BPTP harus menyediakan benih SDG

yang sebagian dapat disimpan sebagai stock collection di bank gen

Balitbangtan dan sebagai working collection di BPTP untuk kegiatan

36 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

karakterisasi dan evaluasi pada tahun 2016. Benih juga dapat digunakan

mendukung program KRPL sehingga ke depannya dapat terbentuk KRPL

dengan muatan SDG lokal spesifik masing-masing wilayah.

2. Melaksanakan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan SDG BPTP

Lampung TA 2015 di KP. Natar.

Dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Pengelolaan SDG TA

2015 yang dalam operasionalnya lebih diarahkan kepada karakterisasi dan

pengelolaan tanaman koleksi. Maka perlu penataan lebih lanjut semua koleksi

yang suda ada di KP. Natar terutama tanaman pangan lokal dalam hal ini umbi-

umbi serta tanaman buah. Diharapkan dalam perlaksaanaan TA 2015 ini koleksi

yang sudah ada dapat terpelihara dengan baik serta tertata sesuai dengan

estetika kebun koleksi SDG.

3. Melaksanakan Survei dan Karakterisasi Padi spesifik Lokasi, Kegiatan

Pengelolaan SDG

Salah satu hasil yang daat dilaporkan pada kesempatan ini adalah hasi

ltinjauan lapang keberadaan padi lokal padi Ampai di Kabupaten Mesuji.

Peninjauan dilakukan di Desa Sungai Dadap, Kecamatan Mesuji, Kabupaten

Mesuji dengan komoditas tanaman Padi Ampai. Tanaman ini sudah ditanam

sejak Tahun 1920-an, dan masih dikembangkan sampai sekarang secara turun

temurun. Keunggulan padi Ampai adalah produksi tinggi, tahan terhadap hama

dan penyakit. Hanya saja umurnya panjang 5-6 bulan dan ditanam dirawa air

dalam. Dalam peninjauan lapang untuk musim ini akan dipanen dalam minggu

kedua atau ketiga bulan April.

4. Evaluasi pelaksanaan kebun koleksi SDG pangan dan buah, Kegiatan

Pengelolaan SDG.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan SDG adalah membuat

kebun koleksi sebagai plasma nutfah. Beberapa tanaman koleksi yang sudah

ditanam adalah tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian seperti ganyong,

beberapa jenis ubi jalar, singkong dan talas. Sehubungan dengan adanya

kegiatan Agro Since Park dilakukan pemindahan lokasi penanaman menjadi sati

blok dengan tanaman buah-buahan.

5. Evaluasi pelaksanaan kebun koleksi SDG pangan dan buah, Kegiatan

Pengelolaan SDG.

37 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan SDG adalah membuat

kebun koleksi sebagai plasma nutfah. Beberapa tanaman koleksi yang sudah

ditanam adalah tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian seperti ganyong,

beberapa jenis ubi jalar, singkong dan talas. Sehubungan dengan adanya

kegiatan Agro Since Park dilakukan pemindahan lokasi penanaman menjadi sati

blok dengan tanaman buah-buahan.

AEZ-II

Agroekologi wilayah Kabupaten Tanggamus didominasi oleh lahan

bergelombang, berbukit sampai bergunung. Dari luasan 282.830 ha lahan yang

dapat direkomendasikan untuk pengembangan komoditas pangan hanya sekitar

18%. Hamparan yang direkomendasikan untuk pertanian system wanatani

sekitar 12% dan yang lebih luas yaitu sekitar 34% direkoemdasikan untuk

pengembangan tanaman tahunan (industry).

Tanaman industry yang sesuai dengan agroekologi daerah Kabupaten

Tanggamus adalah kopi. Namun dari hasil identifikasi sifat agroekologi,

pengembangan tanaman pala sebagai sumber minyak atsiri perlu

dipertimbangkan. Hasil biji dan analisis mutu minyak atsiri dari pala produksi

wilayah Tanggamus memperlihat produksi dan mutu biji yang cukup, karena

berpotensi dikembangkan.

Sifat agroekologi sebagai faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang

perlu dicarikan teknologi solusinya untuk optimasi produksi tanaman adalah

reaksi tanah masam, kelembaban tinggi dan potensi bahaya erosi besar.

Wilayah Lampung Utara mempunyai landform yang relative seragam.

Sekitarsekitar 56% dari luasan lahan 337.900 ha direkomendasikan untuk

pengembangan tanaman pangan, sekitar 22% direkomendasikan untuk system

wanatani dan untuk tanaman tahunan hanya sekitar 7%.

Lahan relative datar yang lebih luas, sangat berpotensi untuk

pengembangan tanaman pangan terutama lahan kering. Namun lahan kering di

daerah ini sifat tanah sangat eksesif masam, C organic rendah, KTK rendah dan

kejenuhan Al tinggi. Untuk optimasi produksi tanaman pangan perlu pembenah

tanah yang dapat memperbaiki factor pembatas pertumbuhan tanaman tersebut.

Luasan penanaman ubikayu yang terus bertambah tidak hanya

membahayakan eksistensi Kabupaten Lampung Utara sebagai sentra produksi

38 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

lada hitam tetapi juga mengancam terjadinya degradasi lahan yang semakin

luas. Dari hasil survey terindikasi cara budidaya ubikayu di daerah tersebut

kategori rendah input. Sementara ubikayu cenderung ke serapan hara tinggi.

Keberlanjutan usahatani lada hitam di Lampung juga semakin

memprihatinkan. Perbaikan produktivitas melalui penggunaan pupuk baik

anorganik maupun organic telah dicoba oleh sebagian petani lada. Namun

respon/efektivitas penggunaan pupuk tanaman lada masih rendah. pH tanah

zona perakaran yang eksesif masam (pH < 4,5) dan KTK sangat rendah sangat

mengurangi efektivitas pemupukan P dan juga K, Ca dan Mg. Apalagi cara

pemberian pupuk hanya disebar dipermukaan tanah. Untuk hal itu perlu inovasi

cara penggunaan bahan pembenah tanah seperti kapur dan bahan organik yang

lebih baik sehingga menyentuh area zona perakaran (0-20 cm). Dampaknya

diharapkan tidak hanya untuk perbaikan sifat kimia tetapi juga sifat fisika tanah

seperti porositas/aerasi tanah, struktur tanah, dan daya jerap air tanah.

Teknologi budidaya bawang merah spesifik lokasi

Rakitan Teknologi Budidaya Bawang Merah di Lampung

Komponen Teknologi

Teknologi

Cara Petani Perbaikan Rekomendasi

Varietas Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa

Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa

Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa

Jarak Tanam Jarak tanam di petani

20 x 15 cm 20 x 15 cm

Pemupukan: Pemupukan cara petani

100 kg/ha Urea+100 kg/ha SP-36 +100 kg/ha KCl+100 kg/ha NPK, 150 kg/ha ZA, 5 ton/ha pukan sapi/2 ton/ha pukan ayam

150 kg/ha Urea+150 kg/ha SP-36 +100 kg/ha NPK, 400 kg/ha ZA, 150 kg KCl/ha, 15 ton/ha pukan sapi/6 ton/ha pukan ayam, dolomit 500 kg/ha, pupuk hayati melalui bibit

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian cara petani

Pengendalian OPT dengan sistem PHT, perangkap kuning berperekat

Pengendalian OPT dengan sistem PHT, perlakuan pd benih, perangkap kuning berperekat, feromon-exi

Parameter yang diamati adalah, komponen pertumbuhan (tinggi tanaman

jumlah daun dan jumlah anakan). Komponen hasil (Jumlah umbi/tanaman, bobot

umbi basah, bobot umbi kering dan produksi total), serangan hama penyakit.

39 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Sampel tanaman setiap perlakuan diambil 5 ulangan dan 15 tanaman setiap

ulangan untuk pengamatan pertumbuhan dan serangan hama dan penyakit.

Analisa data menggunakan sidik ragam dengan uji lanjut Duncan pada taraf 5 %.

beririgasi.

Pada pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah umur 43 hari

didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini.

Data Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Anakan/rumpun dan Jumlah daun/rumpun Bawang Merah di Kabupaten tanggamus

Tinggi Jumlah

Anakan/rumpun Jumlah Daun/rumpun

Cm

AV1 38,36 c 8,56 a 40,07 a

BV1 41,21 b c 10,42 a 42,32 a

CV1 46,28 a 11,98 a 41,03 a

AV2 42,73 a b c 10,62 a 34,28 a

BV2 43,86 a b 7,71 a 35,90 a

CV2 44,79 a b 8,65 a 36,79 a

Rerata 42,89 9,66 37,73

KK (%) 5,89 20,88 10,58

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom

menunjukkan itdak berbeda nyata pada taraf 5%

AV1 : Teknologi Petani Varietas Pikatan BV1 : Teknologi Perbaikan Varietas Pikatan CV1 : Teknologi Rekomendasi Varietas Pikatan AV2 : Teknologi Petani Varietas Super Philipine BV2 : Teknologi Perbaikan Varietas Super Philiphine CV2 : Teknologi Rekomendasi Varietas Super Philipine Panen bawang merah di lokasi kegiatan dilakukan dengan cara panen

ubinan (5 m2) pada umur 57 hari setelah tanam untuk semua perlakuan. Data

hasil pengamatan produksi 2 varietas pada 3 paket teknologi budidaya bawang

merah di Kabupaten Tanggamus, tersaji pada tabel berikut ini.

40 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Data Berat Panen (ton/ha), Berat Eskip (ton/ha) dan Susut Berat (%) Di Kabupaten Tanggamus

Berat Panen Berat Eskip Susut Berat

Ton/ha Ton/ha %

AV1 18,47 c 14,41 22,00

BV1 28,57 a b 22,86 19,90

CV1 31,67 a 24,86 21,51

AV2 18,87 c 14,42 23,58

BV2 25,27 b 19,38 23,30

CV2 27,93 a b 21,12 24,40

Rerata 25,13 19,51 22,45

KK (%) 14,51

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah di lokasi

kegiatan relatif rendah. Data serangan hama penyakit utama pada tanaman

bawang merah di lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Data Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah di Kabupaten Tanggamus

Ulat Grayak Fusarium Busuk Akar

% % %

AV1 22,01 a 10,67 a 30,43 a

BV1 14,99 b 4,17 c 6,50 b

CV1 10,39 b 4,33 c 0,43 b

AV2 21,59 a 9.83 a b c 32,33 a

BV2 15,12 b 6,83 b c 28,33 a

CV2 12,71 b 4,43 c 2,31 b

Rerata 16,14 6,71 16,72

KK (%) 16,61 29,58 35,25

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan itdak berbeda nyata pada taraf 5%

Penerapan ketiga paket teknologi pada budidaya bawang merah di

Tanggamus relatif tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan

tanaman. Berat panen tertinggi didapat pada perlakuan teknologi rekomendasi

Varietas Pikatan (31,67 ton/ha) dan terendah pada perlakuan teknologi petani

Varietas Pikatan (18,47 ton/ha). Teknologi rekomendasi dan teknologi perbaikan

untuk masing-masing varietas (Pikatan dan Super Philipin) tidak memberikan

pengaruh yang nyata pada produksi bawang merah di Tanggamus.

41 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Teknologi budidaya ayam KUB

Pertambahan Bobot Badan Ayam KUB

Perkembangan bobot badan ayam KUB di kedua lokasi pengkajian

ditampilkan pada tabel 1. Untuk menentukan keberhasilan usaha ternak ayam

dapat dilihat dari perkembangan bobot badan selama masa pemeliharaan. Bobot

badan merupakan indikator penilaian produktivitas dan keberhasilan manajemen

dari suatu usaha peternakan. Untuk mengetahui apakah ternak ayam KUB

tumbuh dengan baik salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan

penimbangan. Penimbangan dilakukan terhadap 10% populasi ayam.

Perkembangan Rataan Bobot Badan umur 0-18 Minggu

Umur Bobot Badan (gr)

Lampung Timur Lampung Selatan Bandar Lampung

Minggu ke-0 27,00 27,00 27,00

Minggu ke-2 112,74 112,41 121,23

Minggu ke-4 303,29 296,35 312,54

Minggu ke-8 754,80 680,85 798,21

Minggu ke-12 1126,20 1011,40 1.257,00

Minggu ke-16 1450,20 1.346,50 1.490,50

Minggu ke-18 1488,00 1.500,12 1.553,00

Perkembangan DOC umur 0 hingga 18 minggu yang terbaik itu

ditampilkan ayam KUB yang dipelihara peternak Bandar Lampung diikuti oleh

peternak Lampung Timur dan yang terendah oleh peternak Lampung Selatan.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini.

Peningkatan bobot badan dari minggu ke-4 hingga minggu-12 masing-

masing perlakuan cukup besar karena masa ini adalah masa pertumbuhan

sehingga apabila kuantitas dan kualitas pakan tidak tercukupi akan mengganggu

pertumbuhan ayam KUB. Pertumbuhan bobot badan ayam KUB dari minggu ke

12 hingga ke minggu 18 tidak secepat minggu ke 4 hingga minggu ke 12, hal ini

disebabkan ayam KUB sudah mulai belajar bertelur. Berbeda halnya dengan

Lampung Selatan pertumbuhan ayam KUB hingga minggu ke 18 masih

memperlihatkan tren pertambahan bobot badan yang baik.

Aktivitas penimbangan bobot badan dilakukan setiap bulan kecuali pada

umur 1 minggu hingga umur 4 minggu dilakuan setiap 2 minggu, selain

melakukan penimbangan juga dilakukan penyuluhan/penjelasan mengenai

42 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

teknologi terkait dengan ayam KUB seperti bagaimana cara menyusun ransum

ayam berdasarkan sumber pakan yang tersedia di lokasi, standar nutrisi yang

dibutuhkan oleh ternak ayam KUB, vaksinasi, cara pembibitan ayam KUB dan

pentingnya sanitasi kandang.

Konsumsi Pakan selama Pengkajian

Konumsi pakan ayam KUB hingga umur 18 minggu pengkajian

ditampilkan pada tabel 2. Konsumsi Pakan yang terbesar ditampilkam ayam

KUB yang dipelihara di Bandar Lampung diikuti ayam KUB yang dipelihara

peternak Lampung Timur dan terendah ditampilkan ayam KUB yang dipelihara di

Lampung Selatan.

Konsumsi pakan harian selama Pengkajian.

Umur

Konsumsi pakan (gram)

Lampung Timur Lampung Selatan

Bandar Lampung

Minggu ke-0 6 7 8

Minggu ke-2 15 14 19

Minggu ke-4 30 26 38

Minggu ke-8 55 50 63

Minggu ke-12 70 69 82

Minggu ke -16 90 89 97

> Minggu ke-16 100 95 112

Tingginya konsumsi ransum ini dikuti dengan pertambahan bobot badan

harian yang ditampilkan ayam KUB di Bandar Lampung dan penyediaan pakan

yang ad-libitum sedangkan untuk Lampung Timur dan Lampung Selatan

pemberian pakan dibatasi dan tidak konsistennya peternak terhadap komposisi

ransum yang dianjurkan hal ini disebabkan terbatasnya dana yang dimiliki

peternak seperti terlihat pada grafik 2. Pada grafik ini terlihat bahwa ayam KUB

yang dipelihara di Bandar Lampung mengkonsumsi pakan yang tertinggi dari

minggu pertama hingga minggu ke 16.

Pada minggu ke 4 hingga minggu ke 7 membutuhkan kualitas dan

kwantitas pakan yang besar karena pada masa inilah masa pertumbuhan dan

apabila ini tdk tercukupi maka akan terjadi kanibal seperti yang terjadi di

Lampung Timur dan Lampung Selatan. Bahkan satu diantara dua peternak di

Lampung Selatan terpaksa harus mengalami kerugian yang besar karena tidak

sanggup menyediakan dana untuk membeli pakan dan kebutuhan keluarga

43 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

sehingga sang suami sebagai kepala keluarga sering meninggalkan keluarga

bekerja di kebun kopi keluarga yang letaknya jauh dari kediaman peternak.

Sebanyak 150 ekor ayam yang telah diserahkan untuk tanggung jawabnya sesuai

dengan kesepakatan tidak berhasil dan dianggap gagal.

Umur Pertama bertelur

Untuk memaksimalkan jumlah produksi telur dan efisiensi penggunaan

pakan dilakukan seleksi terhadap ayam betina dan jantan yang tidak produktif.

Rataan umur pertama bertelur ayam KUB di ketiga wilayah pengkajian

ditampilkan pada Tabel berikut ini.

Rataan Umur Pertama Bertelur

Lokasi Jumlah ayam

bertelur (ekor)

Jumlah Betina

dewasa (ekor)

Umur pertama

bertelur (minggu)

Lampung Timur 226 245 20

Lampung Selatan 216 238 28

Bandar Lampung 40 50 18

Terlihat bahwa ayam KUB yang dipelihara di Bandar Lampung bertelur

pada umur 18 minggu dengan bobot telur 36 gr dan lebih cepat dibandingkan

dengan Rekomendasi Balitnak yang mulai bertelur umur 20-22 minggu, Lampung

Timur ayam KUB bertelur pertama pada umur 20 minggu sesuai dengan

rekomendasi Balitnak sedangkan Lampung selatan baru bertelur sesudah umur

28 minggu. Cepatnya bertelur Ayam KUB yang dipeiihara ini diduga karena

sebelumnya sudah tersedianya ayam KUB yang sedang bertelur dan adanya

ayam pejantan yang sudah siap kawin.

Keterlambatan bertelur pada ayam KUB di Lampung Selatan tidak

terlepas akibat rendahnya kualitas dan kwantitas pakan yang diberikan. Adanya

perbedaan umur pertama bertelur ini mencerminkan pengaruh faktor genetik dan

status gizi pakan.

Mortalitas Ayam KUB

Angka kematian ayam KUB senama 16 minggu pengkajian terjadi 16.95

% kematian anak ayam dari seluruh populasi ayam KUB di ketiga wilayah

pengkajian. Akan tetapi persentase angka kematian dari populasi yang

dipelihara, persentase kematian tertinggi terjadi di Lampung Timur (14.32 %),

44 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Lampung Selatan (9.68 %) dan angka terendah adalah Bandar Lampung (1.82

%).

Tingkat Mortalitas Ayam KUB Selama Pengkajian.

Umur

Tingkat Kematian (ekor)

Lampung Timur

Lampung Selatan

Bandar Lampung

Minggu ke-0 3 12 4

Minggu ke-2 - 8 2

Minggu ke-4 60 29 -

Mingggu ke-8 - 40 -

Minggu ke-12 - 3 -

Mingggu ke-16 - - -

>Minggu ke-16 - - -

Jumlah 63 92 6

Penyebab kematian yang tinggi pada minggu ke 4 pada Lampung Timur

dan Lampung Selatan antara lain disebabkan terjadinya kanibal. Kanibal ini

diduga dipicu oleh rendahnya kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan,

sebagai solusi tim peneliti menyarankan pemberian hijauan berupa bayan dan

kangkung dan hasinya mulai membaik dengan pemberian hijauan dan

diberikannya bantuan pakan.

Total pagu anggaran yang diterima kegiatan-kegiatan pada indikator

kinerja ini sebesar Rp. 1.059.400.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp.

1.054.567.737,- atau 99,55% dari pagu anggaran.

Sasaran 2 : Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifk lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari

implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015

TARGET CAPAIAN %

Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna

5 5 100

45 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Indikator kinerja sasaran pada sasaran ini pada Tahun 2015 telah

mencapai hasil yang ditargetkan dengan nilai capaian 100%. Sasaran ini dicapai

melalui kegiatan Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi/Penyuluh. Judul

teknologi yang didiseminasikan pada kegiatan ini adalah:

Teknologi PTT Padi sawah Irigasi

Teknologi Katam

Teknologi Indojarwo Transplanter

Teknologi PTT Kedelai

Teknologi PTT Padi Rawa

Teknologi Budidaya Ayam KUB

Teknologi Budidaya Itik PMP

Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi/Penyuluh dicapai melalui

kegiatan sebagai berikut:

a. Adopsi Teknologi Hasil Litkaji.

b. Diseminasi Melalui Media TV dan Koran (Teknologi Katam)

Kegiatan yang dilakukan adalah : (1) pengambilan dokumentasi atau

gambar kegiatan sosialisasi di 3 kabupaten yaitu Lampung Selatan, Way

Kanan dan pringsewu dan (2) Diskusi interaktif melalui media TV pada

tanggal 12 November 2015 dengan tema “Perkiraan Musim Hujan (MH)

2015/2016 Dan Pemanfaatan Kalender Tanam Terpadu” yang dilaksanakan

di Stasiun TVRI Tanjung Karang Provinsi Lampung

c. Gelar Teknologi dan Temu lapang (teknologi Indojarwo Transplanter)

Gelar teknologi Jarwo transplanster dilakukan di 2 (dua) lokasi, yaitu di

Kabupaten Lampung Timur dan kabupaten Pringsewu. Teknologi yang

digelar adalah sistim tanam Jejer Legowo 2:1 dengan menggunakan jarwo

transplanter. Temu lapang dilaksanakan baik di Kabupaten Lampung Timur

maupun Prinsewu. Di Kabupaten Lampung dilaksanakan pada tanggal 15

Agustus 2015, sedangkan di Kabupaten Pringsewu pada tanggal 21

September 2015

d. Pameran

- Pameran Dalam Rangka Harteknas (Hari Teknologi Nasional) ke-20 Pameran dalam rangka Harteknas ke-20 dilaksanakan di Lapangan

KORPRI Bandar Lampung pada tanggal 10 Agustus 2015. Pameran ini

46 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

merupakan rangkaian dari peringatan Hari Kebangkitan Teknologi

Nasioanal Provinsi Lampung.

- Pameran Lampung Fair Tahun 2015.

Pameran dilaksanakan selama 16 (enam belas) hari sejak tanggal 5

Sepotember s.d. 20 Septemberi 2015 di Lapangan PKOR Way Halaim

Bandar Lampung. Pameran diikuti oleh Dinas/Instansi dari masing-

masing kabupaten dan kota se Provinsi Lampung. Selain itu juga

diikuti oleh BUMN dan Swasta yang ada di Provinsi Lampung.

e. Visitor Plot

Kegiatan visitor plot berlokasi di KP. Natar Kabupaten Lampung Selatan,

KP. Tegineneng, Kabupaten Lampung Selatan, dan Laboratorium

Diseminasi Kabupaten Pesawaran.

Sasarannya adalah petani, penyuluh/petugas lapang/pengguna lainnya.

Media yang digunakan berupa : (1) media cetak (berupa leaflet, brosur), (2)

siaran TV, dan (3) Pameran, (4) visitor plot, (5) sosialisasi.

Total pagu anggaran yang diterima kegiatan pada indikator kinerja ini

sebesar Rp. 893.063.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp. 883.827.205,-

atau 98,97% dari pagu anggaran.

Sasaran 3 : Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan 6 (enam) indikator

kinerja. Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat

digambarkan sebagai berikut:

INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015

TARGET CAPAIAN %

Jumlah laporan kegiat-an pendampingan

model diseminasi SDMC dan program strategis

6 laporan 6 laporan 100

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2015 telah

tercapai (100%). Sasaran ini dicapai melalui 9 (sembilan) kegiatan yaitu:

(1) Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman

Pangan,

47 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

(2) Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman

Hortikultura,

(3) Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman

Perkebunan,

(4) Pendampingan Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian

Nasional Peternakan Sapi,

(5) Pendampingan KRPL di Provinsi Lampunf,

(6) Kalender Tanam (KATAM)

(7) Identifikasi CL, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS,

PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan

(8) Pendampingan PUAP

(9) Agro Sains Park KP Natar

Rinciannya adalah sebagai berikut:

Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan

a. Pendampingan Kawasan Padi Pendampingan pengembangan kawasan padi dilaksanakan di 2 kabupaten

lokasi pengembangan GP-PTT Padi, yaitu di Kabupaten Lampung Timur

(Kecamatan Jabung, Pasir Sakti, Gunung Pelindung, Melinting) dan Tanggamus

(Kecamatan Kota Agung Timur, Kota Agung, Kota Agung Barat, Wonosobo,

Bandar Negeri Semong). Adapun luas pengembangan GP-PTT padi sebagaimana

disajikan pada tabel di bawah ini :

Lokasi, Luas dan Jumlah Kelompok Tani Pelaksana GP-PTT Kawasan Padi di Lampung, Tahun 2015

No. Lokasi

Luas (Ha) Jumlah Kelompok Kabupaten Kecamatan

1. Lampung Timur Pasir Sakti 850 34

Jabung 850 34

Gunung Pelindung 450 18

Melinting 350 14

Jumlah I 2.500 100

2. Tanggamus Kota Agung Timur 650 32

Kota Agung 350 18

Kota Agung Barat 690 32

Wonosobo 464 25

Bandar Negeri

Semong

346 21

Jumlah II 2.500 128

Total 5.000 228

48 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Komponen PTT Padi terdiri dari komponen teknologi dasar dan komponen

teknologi pilihan. Sementara ini dari hasil pengamatan, penerapan komponen

teknologi PTT, sebagaimana disajikan pada Tabel berikut :

Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi MT II – MT III di Lampung, 2015

No Komponen Teknologi

Jumlah poktan

yang didampingi

(unit)

Jumlah poktan

yang menerapkan

teknologi (unit)

Persentasi yang

menerapkan

teknologi (%)

Komponen Dasar

1 Varietas unggul baru 228 46 20,18

2 Benih bermutu dan berlabel 228 228 100,00

3 Pemberian bahan organic 228 228 100,00

4 Pengaturan populasi tanaman

Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya)

228 228 100,00

5 Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status

hara tanah

228 34 14,91

6 Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT

228 125 54,82

Rata-rata 64.985

Komponen Pilihan

7 Pengolahan lahan yang baik 228

228 100,00

8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 228 171 75,00

9 Tanam bibit 1 – 3 batang per

rumpun

228 228 100,00

10 Pengairan secara efektif dan efisien (intermitten)

228 100 43,86

11 Penyiangan mekanis (bisa dgn

bantuan alat gasrok, landak, dll)

228

103 45,18

12 Panen tepat waktu dan segera

dirontok dan dikeringkan

228 228 100,00

Rata-rata 77.34

Keterangan:

Tingkat adopsi rendah (0 % – 33,33 %)

Tingkat Adopsi sedang ( 33,34 % – 66,67 %)

Tingkat adopsi tinggi (66,68 – 100 %)

Uji adaptasi VUB padi yang dilaksanakan Kabupaten Lampung Timur ada

4 unit (titik) dan Tanggamus 5 unit, lebih jelasnya sebagaimana disajikan pada

table 3. Uji adaptasi VUB dilaksanakan dalam hamparan kelompok tani GP-PTT

atau di luar namun berhimpitan dengan hamparan GP-PTT. VUB yang digunakan

dalam uji adaptasi adalah Inpari 26, Inpari 29, Inpari 30 dan Inpari 31 secara

keseluruhan seluas 1 – 1,5 ha. Sedangkan varietas pembandingnya sebagian

49 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

besar adalah Ciherang dan Mekongga. Adapaun produktivitas padi dalam uji

adaptasi VUB, sebagaimana disajikan dalam Tabel berikut.

Produktivitas Padi Uji Adaptasi VUB pada MT II–MT III di Lampung,Tahun 2015

No. Kelompok Tani/Desa/

Kecamatan/Kabupaten.

Produktivitas VUB (kg/ha) Ciherang*) Inpari

26 Inpari

29 Inpari

30 Inpari

31 Rata-rata

1 Sido Rukun, Desa Mulyosari,

Kec. Pasir Sakti, Kab. Lampung Timur

55.14 64.19 77.89 81.43 65.74 52.71

2 Harapan II, Desa Adi Luhur,

Kec. Jabung, Kab. Lampung Timur

92.40

92.40 69.30

3 Marga Melinting Selatan, Desa Negeri Agung, Kec.

Gunung Pelindung, Kab.

Lampung Timur

84.00 48.00 66.00 68.00

4 Bunga Tanjung, Desa

Tanjung Aji, Kec. Melinting,

Kab. Lampung Timur

68.33 80.83 70.00 85.00 76.04 74.24

5 Khanggom Jejama II, Desa,

kec. Kota Agung Barat, Kab. Tanggamus

48.50 51.50 42.50 37.50 45.00 46.00

6 Mak Ku Nyana, Desa Kota

Agung, kec. Kota Agung, Kab. Tanggamus

83.33 76.10 88.40 94.00 85.46 64.96

7 Tunas Harapan, Desa Gn.

Doh, Kec. Bandar Negeri Semong, Kab. Tanggamus

83.52 79.20 90.72 95.04 87.12

8 Panca Usaha, Desa Lakaran,

Kec. Wonosobo, Kab. Tanggamus

89.00 79.00 68.00 84.00 80.00 67.00

9 Kec. Kota Agung Timur, Kab.

Tanggamus

52.00 52.00 68.00 52.00 56.00 54.00

Rata-rata 68.55 70.85 74.74 72.12 72.64 62.03

Keterangan: Adaptabilitas tinggi, jika produktivitas > 4,36

Adaptabilitas sedang, jika produktivitas 2,19 – 4,36

Adaptabilitas rendah, jika produktivitas < 2,19

*). Varietas pembanding

Lokasi display diletakkan di dalam hamparan GP-PTT atau di di luar tetapi

berhimpitan dengan hamparan GP-PTT. Display dilaksanakan di hamparan

kelompok tani masing-masing kabupaten 4 – 5 unit (titik) seluas 1 - 1,5 ha

varietas yang diperkanalkan adalah Inpari 26 dan Inpari 30. Adapun teknologi

yang diintroduksikan dalam display adalah komponen PTT secara lengkap

spesifik lokasi seperti penggunaan VUB, pupuk organik 2 ton/ha, bibit muda,

jumlah bibit 1-3 batang per lubang, sistem tanam jejer legowo 2:1, dan 4:1

50 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

secara manual dan atau dengan menggunakan mesin tanam Rice Transplanter,

pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan BWD, PUTS/PUTR, pengendalian

OPT secara terpadu, penyiangan dengan gasrok dan kombinasi dengan

herbisida, panen tepat waktu dan gabah segera dirontok dengan power tresher

atau combine havester.

Display PTT dalam pendampingan pengembangan kawasan padi

dilaksanakan pada MT II bulan Juni 2015, yaitu kegiatan semai dilaksanakan

minggu II Juni – Minggu IV Juni 2015, penanaman minggu I Juli – minggu III

Juli 2015. Sedangkan panen minggu IV September - minggu III November 2015.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cukup sehat dan subur, akan tetapi

permasalahan yang dihadapi petani diantaranya serangan hama kepinding tanah,

penggerek batang dan penyakit hawar daun bakteri dan blas atau kekeringan,

dapat diatasi dengan baik dan tidak bepengaruh terhadap penurunan

produktivitas yang signifikan. Adapun produktivitas padi dengan penerapan PTT

lebih tinggi dibandingkan di luar PTT, sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.

Pelaksanaan Display/Demplot PTT Padi MT II di Lampung, Tahun 2015

No. Poktan pelaksana

Demplot

Paket teknologi yang

diterapkan1)

Produktivitas di dalam

Demplot PTT

Produktivitas di luar

Demplot (petani

sekitar demplot)

Varietas (ku/ha) Varietas (ku/ha)

1 Tri Tunggal 3, Desa

Adirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten

Lampung Timur

1, 3, 4, 5, 6,

7, 8

Inpari 26,

Inpari 30

66,00

71,44

Ciherang 61,00

2 Karya Sari, Desa Dadi Sari, Kecamatan

Wonosobo, Kabupaten Tanggamus

1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Inpari 26

Inpari 30

78,0

75,8

Ciherang 76,0

Rata-rata 72,81 68,50

b. Pendampingan kawasan ubi kayu

Pendampingan kawasan ubikayu ini dilakukan dengan 2 (dua) metoda,

yaitu pelatihan dan temu lapang. Pelatihan petani dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi

yaitu di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung tengah , dan Lampung Timur.

Secara rinci tempat, tanggal pelaksanaan , materi pelatihan yang disampaikan

dan jumlah peserta dapat dilihat pada table berikut.

51 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Tempat, waktu, materi dan jumlah peserta pelatihan PTT ubi kayu

No Tempat Waktu Materi Jumlah Peserta (orang)

1. Kabupaten Tulang Bawang (Desa Lingai)

20 Novenber 2015

Program

pengembangan

ubi kayu di

Tulang Bawang

PTT Ubikayu

Dinamika

Kelompok

40

2. Kabupaten Lampung Tengah (Desa Bandar Sakti)

25 Novemver 2015

Program

pengembangan

ubi kayu di

Lampung

Tengah

PTT Ubikayu

Dinamika

Kelompok

40

3. Kabupaten Lampung Timur (Kedaton II)

03 Desember 2015

PTT Ubikayu

Pengendalian

OPT

Dinamika

Kelompok

40

Temu lapang hanya dilaksanakan di Desa Lingai, Kecamatan Menggala

Timur, Kabupaten Tulang Bawang. Temu lapngan ini dilaksanakan pada tanggal

19 Desember 2015. Jumlah peserta sebanyak 120 orang, antara lain dihadiri oleh

Koordinator penyuluh dar BP4K yang mewakili BP4K, Dinas Pertanian, BP3K,

Camat Kepala Wilayah Menggala Timur, Kepala Desa dan para petani koperator

dan petani di sekitar Desa Lingai.

c. Pendampingan kawasan kedelai

Sosialisasi dan pelatihan petani telah dilakukan di Desa Kekatung,

Kecamatan DenteTeladas, Kabupaten Tulang Bawang. Penanaman kedelai pada

lokasi Display 1,5 ha, dan VUB 1,5 ha. Selanjutnya dilakukan penambahan

penanaman baru seluas 3 ha.

Pelaksanaan temu lapang dilakukan pada tanggal 28 September 2015.

Temu lapang dihadiri sekitar 200 petani, BP4K, Kodim, Polsek, dan penyuluh

swadaya setempat dengan pelaksanaan di areal milik petani. Nara sumber

52 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

disampaikan oleh Kepala BP4K, BPTP, dinas pertanian setempat. Acara meliputi

sambutan, pengarahan dan diakhiri dengan panen raya. Hasil ubinan yang

didapatkan di lahan milik Pak Aeb 4 kg, Pak warto 2,7 kg, Pak ayat 3,4kg untuk

varietas Anjasmoro dan 1,5 kg untuk varietas Grobogan.

Pada MK I/2015 rata-rata lahan sawah petani mengalami kekeringan.

Hal ini menyebabkan masalah baik pada lahan sawah yang telah ditanamani

(Pertumbuhan tidak optimal) maupun berdampak pada penundaan waktu tanam

pada lahan yang belum diolah karena tidak mendapatkan jatah air. Namun kalau

hujan lahan akan terendam air. Kondisi areal juga dengan air laut, sehingga

salinitas tinggi. Jika kemarau air parit/got asin, sehingga sulit untuk dilakukan

pompanisasi. Pertanaman kedlai juga ada yang mengalami serangan hama

penyakit. Selain itu petani juga mengalami kendala kelangkaan pupuk NPK

Phonska.

Masalah kekeringan yang dihadapi petani diatasi dengan melakukan

pompanisasi selama konsidi air tidak tercampur dengan air laut. Sedangkan

umumnya lahan demplot hanya mengandalkan hujan karena air di selokan tidak

dapat digunakan. Pengendalian hama sudah dilakukan dengan pengendalian

PHT. Kondisi kelangkaan pupuk NPK Phonska telah diatasi dengan menggunakan

pupuk alternatif yang tersedia atau menggunakan pupuk SP-36 dan KCl tetapi

tidak sesuai dengan dosis rekomendasi.

Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura

Dari hasil koordinasi didapatkan lokasi-lokasi kawasan yang akan di

dampingi sebagai berikut :

Lokasi kawasan pengembangan cabi merah, bawang merah dan jeruk yang akan didampingi No Komoditi Tempat Kel. tani Luas (ha)

1. Cabai merah

a. Kabupaten Lampung

Tengah. Kecamatan Kalirejo, Desa Watu

Agung

Agung Makmur III

10

b. Kabupaten Tanggamus.

Kecamatan

Sumberejo, Desa Simpang kanan

Tani Maju 1

c. Kabupaten Lampung Karya Bakti II 1

53 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Selatan. Kecamatan

Ketapang, Desa Tri Dharmayoga

d. Kabupaten Mesuji. Kecamatan Tanjung

Raya, Desa Tanjung

Sari

Karya Sari 10

e. Kabupaten

Pesawaran.

Kecamatan Padang Cermin, Desa Gayau

Mulya Tani 5

f. Kabupaten Pringsewu. Kecamatan

Pardasuka, Desa

Sukorejo

Mangga 8

2 Bawang Merah

g. Kabupaten Lampung

Tengah. Kecamatan

Kalirejo, Desa Sri Purnomo

Barokah 1

h. Kabupaten Tanggamus.

Kecamatan

Sumberejo, Desa Margodadi

Kuntum Mekar 5

i. Kabupaten Lampung

Selatan. Kecamatan Ketapang, Desa

Pematang Pasir

Tri Karya Makmur

2

j. Kodya Metro,

Kecamatan Metro

Utara, Desa Purwo Asri

Sri Mentani 1

3. Jeruk k. Kabupaten Way

kanan. Kecamatan Negeri Agung, Desa

Tanjung Rejo

Harapan Mulya/ Sinar Makmur

25

l. Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan

Tanjung Sari, Desa Mulyo Sari

Suka Rukun 5

Demplot kegiatan cabai merah ditujukan untuk penanaman cabai merah

pada lahan kering. Kegiatan ini untuk mendampingi kegiatan Dinas Tanaman

Pangan dan Hortikultura yaitu gerakan tanam cabai di lahan kering (GTCK)

Luasan demplot 0,25 ha. Penanaman cabai merah dimulai pada tanggal 21

November 2015. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai

berikut :

54 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan

1. Varietas yang digunakan adalah varietas hibrida seperti Lado, Taro, TM, yang dibeli pada kios saprodi.

2. Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian pembuatan bedengan

3. Persemaian dilakukan dengan menyebar langsung bibit pada plastik kantong plastik kecil.

Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C) atau larutan Previcur N (1 cc/l) selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5 minggu.

4. Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang digunakan 50x50 cm, tanaman cabai ditanam secara tumpang sari dengan tanaman sayuran lain seperti sawi. Budidaya dilakukan di lahan kering dengan pola tanam cabai, jagung.

5. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 5 ton/ha, urea 400 kg/ha pada umur 3 MST, SP36 400 kg umur 3 MST, dan NPK diberikan dua kali umur 6 MST sebanyak 60 kg dan umur 9 MST sebanyak 60 kg/ha.

Pupuk kandang ayam 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak 700 kg/ha diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata dengan tanah. Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK 15:15:15

55 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

yang dicairkan (1,5-2 g/l air), dengan volume semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut diberikan mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap 10-15 hari sekali.

6. Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan Herbisida sebanyak 3 kali yaitu umur 20, 40, dan 70 MST dengan herbisida Roundap. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan penyemprotan dengan pestisida antara lain Pastak, regen, dimolis, deger, pegasus, dithan, victori. Belum menggunkan pestisida nabati.

Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan mikroba tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan mengurangi serangan hama. Mulsa dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau, yang diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik hitam perak untuk musim kemarau dan musim hujan. Penyulaman dilakukan paling lambat 1–2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi) atau dengan disiram perlubang. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian ajir dilakukan untuk menopang berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama sebaiknya dipangkas. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT.

Penanaman bawang merah dimulai pada tanggal akhir Nopember 2015.

Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai berikut:

Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonolgi yang perlu diperbaiki pada demplot bawang merah.

No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan

1. Varietas yang digunakan adalah varietas Bima brebes dibeli pada petani di brebes, tidak bersertifikat.

Selain Bima juga di tanam varietas Pikatan dan mentes. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang sudah sukup tua umurnya, yaitu sekitar 60-90 hari setelah tanam (tergantung varietas).

56 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Umbi sebaiknya berukuran sedang (5-10 g). Penampilan umbi bibit harus segar dan sehat, bernas (padat, tidak keriput), dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit sudah siap ditanam apabila telah disimpan selama 2–4 bulan sejak panen, dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Cara penyimpanan umbi bibit yang baik adalah menyimpannya dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan pengasapan.

2. Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian pembuatan bedengan

3. Cara dan sistem tanam dengan menanam langsung bibit di bedengan. Jarak tanam yang digunakan 15x15 cm. Budidaya dilakukan di lahan sawah dengan pola tanam bawang, padi.

Bibit yang siap tanam dirompes, pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah belum siap benar ditanam (pertumbuhan tunas dalam umbi 80%). Tujuan pemotongan umbi bibit adalah untuk memecahkan masa dormansi dan mempercepat pertumbuhan tunas tanaman.

4. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 5 ton/ha, SP36 100 kg/ha, dan NPK diberikan sebanyak 100 kg/ha.

Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar berupa pupuk buatan TSP (90 kg P

2O

5/ha) disebar serta

diaduk rata dengan tanah satu sampai tiga hari sebelum tanam. Pupuk susulan berupa 180 kg N/ha (½ N Urea + ½ N ZA) dan K

2O (50-100 kg/ha). Pemupukan

susulan I dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing ½ dosis

5. Pemeliharaan penyiangan gulma dilekukan dengan menggunakan herbisida, penyiraman dilakukan dua kali sehari pagi dan sore, serta waktu setelah turun hujan.

Pertanaman di lahan bekas sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam keadaan terik matahari. Di musim kemarau, biasanya disiram satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak

57 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

tanam sampai umur menjelang panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujanhanya ditujukan untuk membilas daun tanaman, dari tanah yang menempel pada daun bawang merah. Pada bawang merah periode kritis karena kekurangan air terjadi saat pembentukan umbi, sehingga dapat menurunkan produksi. Untuk mengatasi masalah ini perlu pengaturan ketinggian muka air tanah (khusus pada lahan bekas sawah) dan frekuensi pemberian air pada tanaman bawang merah. Pertumbuhan gulma pada pertanaman bawang merah yang masih muda sampai umur 2 minggu sangat cepat. Oleh karena itu penyiangan merupakan suatu keharusan dan sangat efektif untuk mengurangi kompetisi dengan gulma. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT.

Untuk kegiatan pendampingn jeruk dilakukan super impose di lahan

petani dengan melakukan perbaikan khususnya dalam mengendalian penyakit

busuk diplodia.

Pelatihan petani pada lokasi pengembangan kawasan hortikulktura

disajikan pada tabel berikut ini :

58 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Waktu Tempat Peserta Bentuk Kegiatan

(Nara sumber)

11Agustus 2015

Kantor BP3K, Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan petani Cabai Merah

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “

3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)

13 Agustus 2015

Balai Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan petani Cabai Merah

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “

3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)

27Agustus 2015

Kantor BP3K, Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan cabai, sertapetani Calon penangkar bawang merah

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “

3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah).

59 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

17September 2015

Rumah ketua kelompok tani Mulya Tani (Bapak Slamet). Desa Gayau, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah.

Pelatihan petaniCabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Danarsi Diptaningsari, SP, MSi dengan judul “Budidaya Cabai Merah”.

3. Jaelani dengan judul “PHT Cabai Merah”

28 September 2015

Rumah ketua kelompok tani Mangga 2, (Bapak Soitun). Desa Sukorejo, Kec. Pardasuka, Kab. Pringsewu.

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah

Pelatihan petaniCabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Danarsi Diptaningsari, SP, MSi dengan judul “Budidaya Cabai Merah”.

3. Ir. Jamhari HP, MP, dengan judul “Agribisnis Cabai Merah”

01 Oktober 2015

Kantor BP3K, Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “

3. Daliman SP “Praktek lapang Budidaya Bawang Merah).

60 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

08 Oktober 2015

Rumah ketua kelompok tani Suka Rukun, (Bapak Suwarto). Desa Mulyosari, Kec. Tanjung Sari, Kab. Lampung Selatan.

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan jeruk.

Pelatihan petaniJeruk. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT tanaman jeruk dan pengendaliannya “

2. Ir. Firdausil AB, MS “ Budiya Jeruk Sehat “

3. Ir. Jamhari HP, MS “Agribisnis Jeruk”.

22 Oktober 2015

Rumah ketua kelompok tani Harapan Mulya, (Bapak Mahpuddin). Desa Tanjung Rejo, Kec. Negeri Agung, Kab. Way Kanan

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan jeruk.

Pelatihan petaniJeruk. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT tanaman jeruk dan pengendaliannya “

2. Ir. Firdausil AB, MS “ Budiya Jeruk Sehat “

11 November 2015

Kantor BP3K, Kecamatan Metro Utara Kodya Metro

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan Bawang Merah

Pelatihan petani Bawang Merah Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Bawang Merah “

2. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah).

Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional

Tanaman Perkebunan

Pendampingan kawasan tanaman perkebunan tebu dilaksanakan dengan

mengadakan pelatihan teknologi tebu terpadu dan pembuatan demplot tebu

rawat ratoon dengan budidaya intensif.

61 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

1. Pelatihan

Pelatihan petani dilaksanakan di laksanakan di 3 (tiga) lokasi yaitu: desa

Candi Rejo, desa Purnama Tunggal dan desa Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way

Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah yang merupakan kawasan

pengembangan tanaman tebu. Secara rinci kegiatan pelatihan tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut.

No. Tempat Waktu Materi Jumlah

Peserta

1. Desa Candi

Rejo

4 September

2015

Praktek pembuatan KBI (Kebun

Bibit Induk) tanaman tebu G2

15

orang

2. Desa

Purnama

Tunggal

19, 20, 23, 26

Nopember

2015

Persiapan/pengolahan tanah,

pemilihan bibit tebu, penanaman

tebu, pemupukan, pengairan,

pemeliharaan taanaman

pengendalian organisme

pengganggu tanaman, panen,

tebang muat angkut (TMA),

kelembagaan petani dan praktek

pembuatan kompos

35

orang

3. Tanjung

Ratu Ilir

30 Nopember,

4, 7 dan 10

Desember

2015

Persiapan/pengolahan tanah,

pemilihan bibit tebu, penanaman

tebu, pemupukan, pengairan,

pemeliharaan taanaman

pengendalian organisme

pengganggu tanaman, panen,

tebang muat angkut (TMA),

kelembagaan petani dan praktek

pembuatan kompos

35

orang

2. Demplot tebu

Pendampingan teknologi melalui demplot PTT tebu dilakukan pada areal

seluas 1 ha di tengah hamparan perkebunan tebu rakyat. Demplot dibuat untuk

mempraktekkan teknologi tebu rawat ratoon dengan budidaya tebu secara

62 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

intensif. Lokasi demplot di desa Candi Rejo Kecamatan Way Pengubuan,

Lampung Tengah.

Pendampingan KRPL di Provinsi Lampung

Pelaksanaan Pendampingan dalam bentuk pelatihan teknologi telah

dilakukan di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus serta

Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran.

Peserta pelatihan berjumlah masing-masing 125 orang untuk Desa

Campang, Kecamatan Gisting dengan melibatkan anggota KWT KRPL P2KP

sebanyak 80 orang yang berasal dari Desa Sidorejo, Campang 2, Gunung Alif,

Tekad Pulpa, Sumber rejo, Gisting, Pulau panggung, Kalibening, Margodadi.

Sedangkan peserta pelatihan di Desa Sidodadi, Kecamatan Way lima berjumlah

125 orang dengan melibatkan anggota KWT KRPL P2 KP yang berada di Desa

Tanjung Rejo , Kutoarjo, Karang Rejo, Kedondong, Way Khilau, Kota Jawa,

Kuripan, Sediyamaju, Bagelen, Purworwjo, Gerning dan Desa Purworejo serta

petugas /penyuluh pendamping masing-masing Desa.

Materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan/permintaan

Kabupaten/Kota setempat meliputi: Penumbuhan koperasi, teknologi budidaya

ayam dan bebek; Teknologi pembuatan kompos dan Pembuatan pestisida nabati,

Motivasi kelompok, Pengendalian hama dan penyakit sayuran, Mengenal manfaat

buah manggis dan Teknologi pembuatan keripik pisang dan ubijalar aneka rasa.

Untuk meningkatkan pengetahuan anggota KWT KRPL dan anggota KWT

binaan P2KP, saat pertemuan kelompok diberikan beberapa materi yang

dibutuhkan oleh anggota antara lain: Manajemen kelembagaan, Budidaya ayam

KUB, Teknologi pengolahan pangan berbahan dasar ubikayu dan ubi jalar,

Perbenihan bawang merah dan cabai, Teknik Pengemasan dan pelabelan hasil

pangan serta pembuatan mol.

Penyebaran teknologi juga dilakukan melalui media cetak leaflet, brosur

dan buku-buku ke BP3K, penyuluh pendamping dan anggota KWT.

Pelatihan teknologi mendapat respon positif dari BKP setempat dan

anggota KWT KRPL P2KP dan diharapkan pendampingan oleh BPTP tetap

berkelanjutan.

63 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Kalender Tanam (KATAM)

Sosialisasi Katam dilakukan di Kabupaten Way Kanan, Pesisir Barat,

Pringsewu, Lampung Timur, Tanggamus, Lampung Selatan dan Bandar

Lampung. Peserta adalah penyuluh pertanian (BP4K dan BP3K), KUPT Dinas

Pertanian yang berasal dari setiap Kecamatan dan juga perwakilan petani yang

tergabung di dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Hasil sosialisasi Katam

di Kabupaten Way Kanan, Pesisir Barat, Pringsewu, Lampung Timur, Tanggamus,

Lampung Selatan dan Bandar Lampung. Materi yang disampaikan dalam

sosialisasi adalah teknologi yang terintegrasi dalam Katam, yang meliputi waktu

tanam potensial, rekomendasi varietas, rekomendasi pemupukan, informasi

kekeringan dan kebanjiran, Informasi Organisasi Pengganggu Tanaman (OPT),

informasi ketersediaan alsintan dan informasi Standing crop. Sosialisasi

dilakukan melalui presentasi, leaflet, dan CD yang memuat informasi sistem

kalender tanam terpadu. Sosialisasi juga dilakukan melalui media televisi, yaitu

TVRI Lampung.

Kegiatan Sosialisasi Katam Terpadu Tahun 2015 di Lampung.

No.

Lokasi Pelaksanaan Sosialisasi Kehadiran (Jumlah Orang) Jumlah

BP3K Yang Hadir Kabupaten

Jumlah Kecamatan

Penyuluh* Dinas Petani Lembaga Lain

1. Way Kanan 14 14 15 - Kodim (1) 14

2. Pesisir Barat 11 40 14 - BPTPH (1) 11

3. Pringsewu 9 33 2 - BPTPH (1) 9

4. Lampung Timur 24 12 2 60 BPTPH (1) 2

5 Tanggamus 3 30 6 60 BPTPH (1) 3

6 Lampung Selatan 17 17 19 - - 17

7 Bandar Lampung 20 83 - 37 - 20

Verifikasi dilakukan di 8 (delapan) kecamatan di Kabupaten Pringsewu

yaiu : kecamatan Pagelaran, Pringsewu, Gading Rejo, Pardasuka, Ambarawa,

Adiluwih, Banyumas dan Sukoharjo. Verifikasi dilakukan terhadap rekomendasi

pupuk N, P dan K dalam sistem informasi Katam dengan cara mengamati status

hara N, P dan K menggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS). Hasil

pengamatan status hara N, P dan K tersebut, digunakan untuk menentukan dosis

pupuk padi sawah di masing-masing kecamatan yang diverifikasi. Dosis pupuk

berdasarkan status hara digunakan untuk merevisi atau melakukan perbaikan

rekomendasi pupuk yang ada di Sistem Informasi Katam. Data hasil pengamatan

64 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

status hara menggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS), serta rekomendasi

pupuk sesuai status hara disajikan pada Tabel berikut.

Hasil Pengamatan Status Hara N, P dan K menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah dan Rekomendasi Dosis Pupuk per Kecamatan di Pringsewu.

Nama Lokasi

Status Hara dan Dosis pupuk (kg/ha)

Status N Dosis Urea (kg/ha)

Status P Dosis SP36 (kg/ha)

Status K Dosis KCl (kg/ha)

Kec. Pagelaran Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75

Kec. Pardasuka Rendah 300 Rendah 100 Sedang 75

Kec. Sukoharjo Rendah 300 Tinggi 50 Tinggi 50

Kec. Banyumas Rendah 300 Tinggi 50 Tinggi 50

Kec. Adiluwih Rendah 300 Tinggi 50 Rendah 100

Kec. Pringsewu Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75

Kec. Gading Rejo

Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75

Kec. Ambarawa Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75

Data status hara pada Tabel 2 tersebut di atas dijadikan dasar untuk

melakukan perbaikan rekomendasi dosis pupuk pada sistem informasi Katam

terpadu. Perbaikan rekomendasi dosis pupuk dalam sistem informasi Katam

disajikan pada Tabel Berikut.

Perbaikan rekomendasi pupuk pada sistem informasi Katam berdasarkan hasil verifikasi status hara.

Kecamatan

Pupuk Urea (kg/ha)

Pupuk SP36 (kg/ha)

Pupuk KCl (kg/ha)

Lama Baru Lama Baru Lama Baru

Pagelaran 250 300 50 50 50 75

Pardasuka 250 300 50 100 50 75

Sukoharjo 250 300 100 50 50 50

Banyumas 250 300 100 50 50 50

Adiluwih 250 300 100 50 50 100

Pringsewu 250 300 50 50 50 75

Gading Rejo 250 300 50 50 50 75

Ambarawa 250 300 50 50 100 75

Keterangan : a. ”Lama” adalah rekomendasi dosis pupuk yang sudah tersedia dalam

Sistem Informasi Katam. b. ”Baru” adalah perbaikan rekomendasi dosis pupuk berdasarkan status

hara tanah.

65 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan

Koordinasi tim pembina dan pendamping Upsus PJK dilaksanakan terutama

di 5 kabupaten yang menjadi tanggung jawab BPTP Lampung yaitu di Way

kanan, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Lampung Utara dan Pringsewu.

Tim pembina antara lain Dinas Pertanian kabupaten, BP4K, Komandan Kodim,

Kepala BP3K, Ka UPTD Pertanian, Dinas PU dan instansi terkait lannya. Dalam

koordinasi tersebut antara lain dibahas tentang target luas tanam di masing-

masing kabupaten, permasalahan dalam pelaksanaan Upsus PJK dan

pemecahannya. Selain dilakukan di tingkat kabupaten, koordinasi juga dilakukan

di tingkat provinsi.

Realiasi tanam padi di Provinsi lampung bulan April s.d. Minggu I

September 2015 mencapai luas 248.607 ha (75,01% dari target MT 2015 seluas

331.440 ha). Luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Provinsi Lampung

tahun 2015 menurut ARAM II 2015 BPS berturut-turut 680.217 ha, 52,57 ku/ha

dan 3.641.767 ton. Pengembangan jaringan irigasi dengan volume kegiatan

seluas 22.900 ha secara fisik telah selesai 100%.

Total keringan tanaman padi di Provinsi Lampung berdasarkan laporan

BPTPH Provinsi lampungt tanggal 1 September 2015, terkena kekeringan seluas

30.705 ha (puso 6.517 ha). Pertanaman yang mengalami kekeringan terluas

terjadi di Kabupaten : Mesuji (7.437 ha), lampung Selatan (5.505 ha), Lampung

Tengah (3.720 ha), Tualnag Bawang (2.832 ha), Pesawaran (2.232 ha), Tulang

Bawang barat (1.855 ha), Pesisir barat (1.300 ha), Pringsewu (1.288 ha, Way

kanan (1.101 ha), dan lampung Barat (1.015 ha)

Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan dalam menanggulangi

dampakm kekeringan antara lain: Pemanfaatan sumber air melalui optimalisasi

pompa air yang ada, mobiliasasi pompa air khususnya pada derah-daerah yang

masih memiliki sumber air, mengajukan usulan pengadaan pompa air untuk

mengoptimalkan sumber air yang ada, dan diusulkan agar memanfaatkan dana

corporate social responsibility (CSR) dan dan APBD Provinsi Lampung.

66 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Koordinasi Pendampingan PUAP

Hasil rekapitulasi RUB Gapoktan PUAP 2015 menunjukkan bahwa 86,09 %

digunakan untuk mendukung usaha agribisnis budidaya tanaman dan ternak,

serta 13,91 % untuk mendukung usaha agribisnis non budidaya. Dari total BLM-

PUAP Provinsi Lampung 2015, alokasi dana untuk mendukung usaha agribisnis

budidaya tanaman pangan mencapai 57,80 %, budidaya perkebunan 17,68 %,

budidaya peternakan 6,66 %, dan budidaya hortikultura 3,95 %. Alokasi dana

BLM-PUAP untuk mendukung kegiatan agribisnis non budidaya meliputi kegiatan

usaha pemasaran hasil pertanian skala rumah tangga sebesar 11,86 %, usaha

industri rumah tangga skala kecil 1,82 %, dan mendukung usaha lain berbasis

pertanian sebesar 0,23 % dari total dana BLM-PUAP 2014.

Agro Sains Park Kebun Percobaan Natar

Sasaran output utama TSP Natar ada 3 yaitu (a) Tersedianya

teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat di lokasi TSP, (b) Tersedianya

pelatihan/ magang bagi penyuluh/TOT, (c) Terpenuhinya biaya operasional

TSP secara mandiri.

Dari hasil diskusi (FGD) dan kajian-kajian inovasi teknologi terdahulu

berkaitan usahatani komoditas yang akan diusahakan maka berbagai jenis

komoditas yang direncanakan untuk diusahakan di TSP Natar berupa komoditas

tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan dan industri, serta

komoditas hasil peternakan. Komoditas potensial tersebut dipilih yang

memberikan prospek keuntungan dalam berbisnis. Komoditas tersebut secara

kajian harus sesuai dan berbasis pada lahan kering masam di Lampung. Adapun

komoditas yang potensial dan jenis produknya yang akan diusahakan di TSP

Natar, Lampung seperti disajikan pada Tabel berikut.

Komoditas Terpilih dan Potensial Untuk Diusahakan di TSP Natar, Lampung berbasis Lahan Kering Masam.

No Komoditi Output Komersial Sistem Pengelolaan

A. Tanaman Pangan

1. Padi Benih unggul Produksi/UPBS/Bisnis Display: varietas, amelioran, pupuk , pola tanam

2. Jagung Benih dan pipilan Produksi/UPBS/Bisnis

67 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

varietas, amelioran, pupuk , pola tanam

3. Kedele Benih unggul Produksi/UPBS/Bisnis varietas

4. Ubikayu Bibit unggul Display: varietas, pola tanam

B. Tanaman Hortikultura

1. Cabai merah Benih dan buah segar

Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

2. Bawang merah Benih dan umbi Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

3. Sayuran hijau Daun segar Produksi/Display inovasi teknologi

4. Jeruk Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

5. Buah Naga Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

6. Pepaya dan Nanas Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi tumpangsari

C. Tanaman Perkebunan

1. Kopi Bibit (entres), biji kering

Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi, varietas

2. Kakao Bibit (entres), biji kering

Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

3. Lada Bibit, biji kering Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

4. Panili Bibit, produk buah Display inovasi teknologi

D. Peternakan

1. Sapi Bibit,penggemukan, kompos

Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

2. Kambing Unggul Daerah

Susu Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

3. Ayam KUB Telur, daging Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

4. Pakan Teknologi Produksi/Display inovasi teknologi

Kawasan Taman Sains Pertanian Natar dibangun dengan potensi lahan

kering masam pada areal seluas ±60 ha. Pada tahun 2015 dilaksanakan

perencanaan dan pembangunan fisik bangunan sarana prasarana TSP, serta

implementasi teknologi melalui penanaman berbagai komoditas. Bangunan

sarana dan prasarana yang dibangun pada areal depan kawasan TSP yaitu

bangunan kantor, gedung sarana diseminasi/display dan gedung Pusat Pelatihan

68 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Teknologi Pertanian. Kandang ternak sapi dan ayam dibangun di areal tengah

TSP. Pada areal belakang dibuat pencetakan embung. Komoditas yang

dikembangkan di TSP Natar di antaranya komoditas tanaman pangan (padi,

jagung, kedelai), tanaman hortikultura (cabai, bawang merah, buah naga, jeruk,

salak, nanas, papaya, dan sayuran lainnya), komoditas tanaman perkebunan

(lada, kakao, kopi, vanili, tebu), tanaman biofarmaka (jahe), tanaman SDG

(durian, manggis, alpukat), dan peternakan (sapi, ayam).

Pembangunan sarana dan prasarana kegiatan TSP Natar saat ini telah

dilaksanakan 100% dengan kontrak yang berakhir per 31 Desember 2015.

Bangunan sarana prasarana dan renovasi yang dilaksanakan pada tahun 2015

yaitu:

- Pembangunan gedung diseminasi dan display

- Pembangunan gedung Pusat Pelatihan Teknologi Pertanian

- Pembangunan kandang ternak dan rumah pakan

- Pembangunan rumah kasa (screen house)

- Pembuatan instalasi biogas

- Pembangunan rumah kompos

- Pembangunan rumah jaga

- Pembangunan pintu gerbang, gardu pandang

- Pembangunan kandang ayam, pagar kandang, ruang pakan jaga dan

pengolahan

- Pembangunan bak penampungan air

- Pembuatan saung tani

- Renovasi gedung sarana ibadah

- Renovasi ruang kantor manager dan pegawai

- Renovasi bangunan pascapanen

- Renovasi gudang penyimpanan

- Renovasi lantai jemur

- Renovasi green house

- Pencetakan embung

- Pembuatan jaringan system irigasi dan drainase

- Rehabilitasi jalan lokasi TSP

69 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Sosialisasi dan diseminasi TSP yang telah dilakukan sampai saat ini antara

lain:

- Acara FGD mengundang dinas dan seluruh karyawan BPTP Lampung. Acara

ini merupakan acara sosialisasi kegiatan TSP.

- Acara FGD Progres TSP dilaksanakan dengan mengundang dinas/instansi

terkait antara lain Dinas Pertanian Provinsi Lampung, Balitbangnovda Provinsi

Lampung, Bakorluh, Perguruan Tinggi dari Universitas Lampung dan

Politeknik Negeri Lampung. Respon dinas/instansi terkait sangat positif

menyambut dibangunnya TSP di Lampung. Beberapa masukan terkait

perkembangan TSP dan kerjasama antar instansi disampaikan dalam

pertemuan ini.

- Diseminasi melalui media elektronik yaitu liputan dari TVRI mengenai seluk

beluk dan progress TSP Natar, bangunan dan kegiatan teknis TS. Dalam

acara ini turut diwawancarai beberapa penanggung jawab/koordinator

lapangan kegiatan TSP, termasuk kegiatan hortikutura dan peternakan. Acara

ini telah ditayangkan selama 4 hari berturut-turut di TVRI Lampung.

Kunjungan ke lokasi TSP Natar sampai saat ini adalah dari tamu pusat

dan daerah, berupa kunjungan dalam rangka sosialisasi TSP dan monitoring

kemajuan/perkembangan TSP. Kegiatan pelatihan sampai saat ini belum

dilaksanakan karena bangunan dan sarana diseminasi baru selesai

pembangunannya pada Desember 2015. Rencana untuk kegiatan pelatihan dan

diseminasi akan diintensifkan pada tahun 2016.

Total Pagu anggaran yang diterima kegiatan pada indikator kinerja ini

adalah sebesar Rp. 3.699.830.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp.

3.676.164.345,- atau 99,36% dari pagu anggaran.

Sasaran 4 :

Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan dua indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai

berikut :

70 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015

TARGET CAPAIAN %

Jumlah Model Pengembangan Inovasi

Teknologi Pertanian Bioindustri

2 model 2 model 100

Untuk mencapai sasaran dari indikator ini dilakukan kegiatan :

1. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan

Ternak Kambing

2. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Padi dan Ternak Sapi di

Lampung

Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi

Kayu dan Ternak Kambing

1. Peningkatan produktivitas ubikayu

Peningkatan produktivitas ubikayu dilakukan melalui pembuatan demplot

ubikayu yang telah dilakukan di lahan milik petani dengan dengan luasan 0,5 ha.

Inovasi teknologi yang diaplikasikan adalah sistem tanam double row,

penggunaan varietas unggul UJ-5, dan pemupukan per hektar (200 kg Urea +

250 kg NPK Phonska + 5 ton pupuk kandang).

Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi demplot ubikayu

Perlakuan Tinggi Tanaman

(cm)

Berat Brangkasan

(kg)

Jumlah Umbi (bh)

Panjang Umbi (cm)

Diemeter Umbi (cm)

Berat Umbi/

Pohon (kg)

Produkti-vitas

(kg/ha)

Pening-katan (%)

Cara

Petani

180,0 b 710,0 a 8,0 a 21,9 a 4,3 b 1.100 a 20.408 a -

Teknologi

Anjuran

212,0 a 2150 b 22,5 b 26,78 b 3,1 b 2.672 b 29.926 b 46,64

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan T-test.

Perbedaan nilai rata-rata terhadap komponen hasil ubikayu tersebut

diduga karena penerapan jarak tanam yang sangat rapat oleh petani, sehingga

tanaman kekurangan cahaya matahari dan menyebabkan tanaman berkompetisi

dalam mendapatkan cahaya, dan menyebabkan kurangnya kemampuan tanaman

untuk menyerap pupuk yang diberikan. Akibatnya tanaman lebih banyak

menghasilkan pertumbuhan vegetatif (daun dan batang) dibandingkan dengan

pertumbuhan generatif untuk menghasilkan umbi.

71 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

2. Instalasi Biogas

Pembangunan instalasi biogas telah dilaksanakan dengan

memanfaatkan 3 kolam pembuangan limbah cair Ittara yang ada di lokasi

kegiatan dengan total luas ± 2.000 m2. Pembuatan mengunakan alat

berat (buldozer/bego), dan bahan terpal plastik tambak, paralon, semen,

dan lain-lain. Kondisi saat ini gas sudah bisa dimanfaatkan tetapi oven

yang digunakan untuk pengering tapioka akan dibuat oleh pemilik Ittara

pada awal Agustus 2015.

Manfaat utama biogas adalah sebagai bahan bakar oven pengering

tapioka terutama saat musim hujan. Sebelumnya, pada saat musim hujan (lebih

kurang 3 bulan) pabrik Ittara tidak operasional karena tidak ada alat pengering

selain matahari. Jika ada matahari dan diselingi hujan maka akan menghasilkan

tapioka dengan mutu yang rendah (KW 3 atau KW 4). Jika dalam sehari pabrik

Ittara mengolah 50 ton ubikayu basah, maka dalam 3 bulan (90 hari) dapat

mengolah ubikayu 4.500 ton yang berasal dari petani.

Sebelum adanya kegiatan bioindustri, pada saat musim hujan pabrik

Ittara hanya berproduksi maksimal 15 kali/bulan dengan kualitas hasil tapioka

KW-3 (harga Rp.5.800/kg), sedangkan setelah menggunakan oven biogas

dihasilkan tapioka dengan kualitas KW-1 (harga Rp.6.200/kg), sehingga diperoleh

nilai efisiensi ekonomi sebesar Rp. 36.000.000/bulan. Tenaga kerja yang

digunakan sbelumnya adaalah 20 orang, dan setelah digunakan oven biogas

menjadi lebih efisien yakni 8 orang, sehingga diperoleh nilai efisiensi ekonomi

sebesar Rp. 9.000.000. Sebelum adanya kegiatan bioindustri, pada saat musim

hujan yang ekstrim (diperhitungkan 5 hari/sebulan), pabrik Ittara tidak

beroperasi karena tidak ada matahari, tetapi setelah digunakan oven biogas

mampu menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp. 186.000.000. Sehingga, total

nilai ekonomi yang dihasilkan dari penggunaan oven berbahan baku biogas

limbah cair tapioka sebesar Rp. 231.000.000. Nilai Ekonomi pemanfaatan biogas

disajikan pada tabel berikut :

72 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Uraian Frekwensi Produksi (hari/bln)

Sebelum Bioindustri Setelah Bioindustri Efisiensi Biaya (Rp)

Spesifi-kasi

Satuan (Rp/kg)

Nilai (Rp/kg)

Spesifi- kasi

Satuan (Rp/kg)

Nilai (Rp/kg)

Produksi saat hari hujan (6000 kg/ hari)

15 KW-3 5.800 522.000.000 KW-1 6,200 558,000,000 36.000.000

Tenaga Kerja (OH)

15 20 OH 50.000 15.000.000 8 OH 50.000 6.000.000 9.000.000

Produksi full hari hujan (6000 kg/ hari)

5 0 0 0 KW-1 6.200 36,000,000 186.000.000

Total (Rp) 231.000.000

Sumber : Hasil wawancara dengan pemilik Ittara, 2015.

3. Pemanfaatan biomassa ubikayu untuk pakan ternak silase

Pembuatan pakan silase menggunakan biomassa ubikayu dengan

memanfaatkan limbah daun ubikayu yang diberikan beberapa zat aditif seperti

limbah padat Ittara seperti onggok dan pecahan ubikayu dan dedak, dan diberi

garam, dan pembuatan kompos. Kegiatan diikuti oleh anggota kelompoktani (3

keltan) yang langsung melakukan kegiatan tersebut. Pada kegiatan ini juga

dilakukan kegiatan super impose (penelitian) penambahan beberapa zat additif

pada daun ubikayu untuk pakan silase. Kegiatan pembuatan kompos dilakukan

untuk memanfaatkan limbah pertanian yang banyak di desa Muara Jaya yang

selama ini dibiarkan sehingga menimbulkan polusi sampah dan bahaya

kebakaran pada musim kering. Limbah daun tanaman tersebut dibuat kompos

dengan menambah dekomposer EM4 untuk membantu proses penguaraian

limbah daun menjadi kompos. Kegiatan ini dapat membantu petani dalam

efisiensi pemupukan dan kesulitan mendapatkan pupuk kimia untuk

pertumbuhan ubikayu dan tanaman lainnya.

Pemanfaatan biomassa daun ubikayu untuk pakan ternak silase pada ternak kambing.

No. Uraian Jumlah

1 Berat pucuk ubikayu (kg/pohon) 0,116

2. Jarak tanam ubikayu (cm x cm) 70 x 60

3. Luas kepemilikan ubikayu (ha/KK) 0,5

4. Kepemilikan ternak kambing (ekor/KK) 5

5. Jumlah kebutuhan pakan silase (kg/ekor/hari) 3

6. Frekwensi pemberian pakan (hari/5 ekor) 92,06

Sumber : Data olahan, 2015

73 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak Sapi di Lampung

1. Potensi Petanian Bioindustri Padi Dari Segi Teknis, Lingkungan,

Ekonomi dan Sosial

Poncokresna adalah salah satu desa di Kecamatan Negerikaton. Jumlah

penduduk usia kerja (18-56 tahun) 2.682 orang. Dari jumlah tersebut 1.239

bermata pencaharian pokok sebagai petani dan 729 orang sebagai buruh tani,

sedangkan sisanya bekerja sebagai pedagang, pegawai swasta dan pegawai

negeri (PNS). Jumlah Kepala keluarga (KK) yang ada di Desa Poncokresna 1610

KK. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Desa

Poncokresna bekerja dibidang pertanian.

Data profil Desa Poncokresna menunjukkan bahwa penguasaan lahan

sawah oleh petani di Desa Poncokresna rata-rata seluas 0,24 ha, sedangkan

rata-rata penguasaan lahan kering seluas 0,44 ha (Tabel 4). Berdasarkan hasil

survey, 96,67% petani responden memiliki lahan sawah tadah hujan dengan

rata-rata luas sawah 0,45 ha, sedang petani yang memiliki lahan sawah dan

lahan kering sebanyak 60% dengan rata-rata luas penguasaan lahan kering

adalah 0,66 ha. Petani yang tidak memiliki lahan, baik lahan sawah maupun

lahan kering sebanyak 3,33%. Petani ini menggarap lahan sawah milik orang

lain dengan sistem sakap (bagi hasil). Bila dibandingkan data statistik dan data

hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar lahan sawah adalah milik

petani.

Potensi Desa Poncokresna, Kecamatan Negerikaton

Penguasaan lahan (ha)

Luas lahan (ha)

petani (orang)

Sawah Lahan kering

0,24 0,44

379 708

Jumlah 0,68 10640 1239

Sebagian besar petani responden di Desa Poncokresna memelihara

ternak, dengan jenis ternak yang dipelihara meliputi ternak ruminansia (ternak

sapi, dan kambing), dan unggas (itik dan ayam). Populasi ternak di Desa

Poncokresna 1.034 ekor sapi, 1.656 ekor kambing, 5.216 ekor ayam dan 120

ekor bebek.

74 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Populasi ternak di Desa Poncokresna

Jenis Ternak Populasi ternak (ekor)

Sapi Kambing Ayam Bebek

1.034 1.656 5.216 120

Kelompok tani dan ternak yang terlibat pada kegiatan Bioindustri padi di

Desa Poncokresna Kecamatan Negerikaton, Kabupaten Pesawaran pada tahun

2015 adalah Kelompok Harapan Jaya, Kelompok Tunas Harapan, Kelompok Sedia

Rukun dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati.

Pemanfaatan limbah tanaman dan ternak

Jerami padi belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani, dari 17

responden yang memiliki sapi, hanya 17,65% yang memanfaatkan jerami kering

untuk pakan. Selebihnya membiarkan jerami dilahan dan jerami tersebut

sebagian dimanfaatkan oleh petani lain untuk pakan atau mulsa tanaman

semangka. Hasil pengamatan lapang masih ada petani di desa Poncokreno yang

melakukan pembakaran jerami. Belum ada petani yang memanfaatkan jerami

untuk kompos.

Limbah ternak juga belum dimanfaatkan secara optimal. Kotoran ternak

bercampur sisa pakan banyak berserakan dekat kandang. Hanya sebagian kecil

saja yang sudah melakukan pembuatan pupuk organik.

Selain limbah jerami, ada limbah bekatul dan sekam yang belum optimal

pemanfaatannya. Untuk limbah bekatul sudah dimanfaatkan untuk pakan

ternak, tapi belum optimal dalam arti nilai gizi dari bekatul tersebut masih dapat

ditingkatkan dengan mencampur bahan-bahan lain sehingga memenuhi nilai gizi

yang dibutuhkan ternak. Sekam sebagian sudah dimanfaatkan untuk alas

kandang ternak, atau untuk bahan bakar dalam industri genteng/bata, sehingga

masih ada sekam yang belum termaanfaatkan.

2. Peningkatan produksi padi dan pemanfaatan limbah tanaman dan ternak untuk kompos dan pakan ternak Peningkatan produksi padi. Peningkatan produksi padi dilakukan dengan menerapkan pendekatan

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu), dan teknologi yang diterapkan diantaranya

teknologi pupuk organik (pupuk kandang 2 ton/ha), pemupukan berimbang

75 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

(dosis berdasarkan PUTS, 175 kg urea/ha, 250 kg phonska/ha dan 15 KCl/ha)

dan penggunaan varietas unggul baru (Inpari 10 dan Inpari 30). Kegiatan ini

melibatkan 40 orang petani pada lahan seluas 15 ha, dengan perlakuan pupuk

organik dan pupuk berimbang diterapkan oleh seluruh petani dan yang berbeda

hanya penggunaan varietas yaitu 26 petani menanam varietas Inpari 10 dengan

luas 7,5 ha dan 24 petani menanam varietas Inpari 30 dengan luas 7,5 ha.

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas jerami dan gabah

26,42 kg per ubinan seluas 12,5 m2 atau setara dengan 21.133 kg/ha untuk

varietas Inpari 30 dan 24,68 kg/ubinan yang setara dengan 19.744 kg/ha untuk

varietas Inpari 10. Bila dibandingkan dengan varietas Ciherang (varietas yang

banyak ditanam petani) produktivitas kedua varietas Inpari yang dikaji lebih

tinggi. Produktivitas jerami dan gabah varietas Ciherang hanya sebesar 19,15

kg/ubinan atau setara dengan 15.320 kg/ha. Produksi gabah varietas Inpari 30

adalah 5.943,7 kg/ha, Inpari 10 sebesar 5.856,5 kg/ha dan varietas Ciherang

4.200 kg/ha. Produksi gabah dan jerami pada musim kemarau disajikan pada

Tabel berikut :

No. Varietas Produktivitas (kg/ha)

Gabah dan jerami gabah jerami

1. Inpari 30 21.133,3 5.943,7 15.189,6

2. Inpari 10 19.740,9 5.856,5 13.884,4

3. Ciherang 15.320,0 4.200,0 11.120,0

3. Pemanfaatan limbah tanaman dan ternak untuk kompos dan pakan ternak. Limbah tanaman dan ternak sapi dimanfaatkan untuk kompos dan pakan

ternak. Kompos dibuat dari jerami yang didekomposisasikan dengan bioaktivator

Promi. Kompos dibuat dari bahan jerami, jerami + kotoran sapi dengan

perbandingan 1 : 1 dan kotoran sapi. Kompos jerami yang dibuat petani kurang

baik, karena kondisi bahan selama proses dekomposisi kurang air dan tidak

tersedia air (kekeringan) sehingga kompos jerami yang jadi hanya di bagian

tengah ke bawah saja sedangkan di bagian tengah ke atas jerami kering dan

tidak terjadi proses perombakan. Hasil analisis hara menunjukan bahwa jerami

mengandung C-organik yan tinggi dibandingkan kotoran sapi dan jerami +

kotoran sapi, demikian pula dengan N total. P-total tertinggi ditunjukkan

76 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

perlakuan jerami + kotoran sapi dan K-total tertinggi terlihat pada perlakuan

jerami. Kandungan hara pada kompos disajikan pada tabel berikut :

No. Hara

Nilai

Jerami Kotoran sapi Jerami + kotoran sapi

1. C-Organik (%) 29,80 25,50 20,77

2. Nitrogen (%) 1,06 0,82 0,89

3. C/N 28,11 31,10 23,34

4. P2O5 total (%) 0,52 0,55 0,62

5. K2O total (%) 1,45 1,43 1,40

Keterangan: Dianalisis di Laboratorium Tanah BPTP Lampung

Selain untuk kompos jerami padi dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Jerami padi terlebih dahulu difermentasikan dengan menggunakan probiotik

starbio. Hasil pengamatan ternak sapi rata-rata berat awal : Perlakuan (A)

195,75 kg, (Perlakuan B) 184,88 kg, (Perlakuan C) 259,5 kg, (Perlakuan D)

222,75 kg , (Perlakuan E) 185,83 kg, (Perlakuan F) 246,12 kg), dan (Perlakuan

G) 231,33 kg. Data pertambahan berat badan ternak ternak sapi yang diberi

perlakuan Pakan Jerami, hijauan pakan ternak, dan konsentrat (selama 70 hari)

disajikan pada table di bawah ini :

Parameter Perlakuan

A B C D E F G

Berat badan awal (kg)

Berat badan Akhir (kg)

PBBH/kg/ekor/hari

195,75

207

0,16

184,88

221,83

0,52

259,5

277

0,25

222,75

235

0,17

185,83

231

0,64

246,12

274,5

0,40

231,33

240,5

0,13

Pemeliharaan ternak sapi pada kegiatan Bioindustri mengalami kendala

kekurangan air karena musim kemarau dan lokasi tersebut termasuk lokasi yang

susah air, sehingga ternak yang dipelihara mengalami kesulitan air sehingga

berpengaruh terhadap pertambahan berat badan sapi.

Hasil analisa ekonomi dari pemeliharaan ternak sapi terlihat bahwa

perlakuan E yaitu : pemberian jerami/rumput dengan penambahan konsentrat

sebanyak 2 kg dapat memberikan keuntungan sebanyak Rp. 21.647/ekor/hari

(perlakuan E) dengan RC/ratio 2,78, dan perlakuan pemberian jerami fermentasi

dengan penambahan 2 kg konsentrat (perlakuan B) dengan keuntungan sebesar

Rp. 16.322/ekor/hari dengan RC/ratio 2,70 , dibandingkan dengan perlakuan

pemberian hijauan (kontrol) cara petani.

77 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Analisis ekonomi usaha ternak sapi – padi, Keg. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Berbasis Integrasi Tanaman Padi – Ternak Sapi di Lampung.

No Uraian A B C D E F G

1. Pakan Hijauan

(Rp/ekor/hari)

2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500

2. Konsentrat (Rp/ekor/hari) 2584 5.168 7.752 2.584 5.168 7.752 -

3. Upah kerja(Rp/ekor/hari) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000

Total Biaya

(Rp/ekor/hari)

10.084 12.668 15.252 10.084 12.668 15.252 7.500

4. Hasil kenaikan BB

(kg/ekor/hari)

8.000 26.000 12.500 8.750 32.000 20.000 6500

5. Penjualan kompos/kg 2.910 2.990 3.285 2.420 2.315 2.550 2.115

6. Keuntungan/(Rp/ekor) 826 16.322 3.285 1.086 21.647 2.550 1.115

7. R/C ratio 1,08 2,28 1,03 1,10 2,70 1,47 1,14

4. Pembuatan produk dari bahan baku limbah penggilingan padi

Bahan baku limbah penggilingan padi yang digunakan adalah sekam

dengan produknya “Briket arang sekam”. Kadar energi arang briket yang

dihasilkan sudah cukup baik, namun karena kadar air yang masih tinggi dan

kekerasan yang masih rendah, menyebabkan arang briket yang dihasilkan masih

agak sulit untuk dibakar. Sehingga ketika dilakukan aplikasi masih menggunakan

pengumpan tongkol jagung dan daun kelapa kering untuk membakar arangnya.

Selain itu pemanfaatan arang briket yang dihasilkan juga belum efektif, karena

arang mudah hancur menjadi abu, sehingga panas yang dihasilkan tidak optimal.

Kadar energi arang briket yang dihasilkan (kal/g) disajikan pada table berikut :

Perlakuan Energi

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

Ma 3.653,77 2.945,56 3.096,84

Mb 3.882,43 3.228,11 3.343,20

Mc 3.995,32 3.175,86 3.107,36

Aa 3.303,70 1.735,84 3.005,79

Ab 4.012,83 3.479,29 2.908,77

Ac 3.320,29 3.432,47 3.308,34

Keterangan: M = Press secara manual A = Press menggunakan alat a = Penambahan tapioka 5% b = Penambahan tapioka 10% c = Penambahan tapioka 15%

78 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Aplikasi penggunaan arang briket dilakukan dengan merebus 1 liter air.

Dari hasil pengematan diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata

untuk waktu perebusan dari arang briket yang dipress secara manual dan

menggunakan alat. Namun karena kekerasan arang yang rendah, menyebabkan

arang mudah hancur dan banyak yang terbuang menjadi abu.

Cara Manual

Perlakuan Berat Briket (kg)

Masuk (pk) Mendidih (pk)

Sisa arang (kg)

Abu (kg)

5% 0,500 10.12 10.23 0,170 0,075

10% 0,500 10.32 10.51 0,365 0,050

15% 0,500 11.06 11.25 0,320 0,050

Cara Alat

Perlakuan Berat Briket (g)

Masuk (pk) Mendidih (pk)

Sisa arang (kg)

Abu (kg)

5% 0,500 11.37 11.57 0,250 0,090

10% 0,500 12.46 12.56 0,280 0,040

15% 0,500 13.12 13.45 0,280 0,040

Total Pagu anggaran yang diterima kegiatan pada indikator kinerja ini

sebesar Rp. 766.000.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp. 762.191.450,-

atau 99,50% dari pagu anggaran.

Sasaran 5 :

Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi

(Decentralized Action Plan/DAP)

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015

TARGET CAPAIAN %

Jumlah rekomendasi kebijakan

pembangunan pertanian wilayah.

2 rekomendasi 2 rekomendasi 100

Dihasilkan rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan

pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi

dengan indicator kerja dengan jumlah rekomendasi kebijakan mendukung 7

sukses kementerian pertanian dengan 2 rekomendasi :

79 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

1. Kebijakan peningkatan daya saing melalui peningkatan kualitas dan

diversifikasi produk olahan dapat dilakukan dengan dukungan inovasi

teknologi alat dan mesin pengolahan lada seperti alat pengupas, alat

perontok, alat pengering dan alat penyuling minyak yang didistribusikan

di daerah sentra produksi mulai dari skala usaha kecil dan menengah

dengan penerapan usaha agribisnis lada.

2. kebijakan penyediaan modal secara kredit yang mudah, jangka panjang

dan bunga yang rendah. Selain itu, peningkatan peran kelompok sangat

diperlukan sebagai kelembagaan penyedia input, pemasaran hasil,

penyedia kredit dan media penyuluhan.

Pagu anggaran kegiatan ini sebesar Rp. 65.250.000,- telah terealisasi

sebesar Rp. 65.236.929,- atau 99,98% dari pagu anggaran.

Sasaran 6 :

Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai

berikut:

INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015

TARGET CAPAIAN %

Jumlah Produksi Benih Sumber

147,4 ton 98,38 ton 66.74

Produksi benih sumber pada tahun 2015 ditargetkan 147,4 ton yang

dihasilkan dari 2 komoditas yaitu : padi 76 ton dan kedelai 71,4 ton.

1. Kedelai

Semua produksi benih sumber kedelai lulus sertifikasi Benih Pokok (Stock

Seed) dari BPSB Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. Varietas

Panderman tidak lulus sertifikasi lapang karena pertumbuhan tanaman rentan

hama dan penyakit kedelai.

Dari luas tanam kedelai seluas 22,75 hektar pada musim tanam April -

September, setelah dipanen menghasilkan produksi benih sumber kelas Benih

Pokok sebanyak 22.375 kg. Rincian produksi benih sumber menurut varietas dan

lokasi seperti Tabel dibawah ini.

80 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Sumber: Data Primer, 2015.

Dari luas tanam 22,75 hektar dihasilkan produksi benih sumber sebesar

22.375 kg. Hal ini berarti tingkat produktivitas lahan untuk menghasilkan benih

sumber kedelai musim tanam kemarau I (April-Juni) sebesar 983,52 kg/ha atau

98,35 % dari target produksi benih sumber kedelai sebesar 1.000 kg/ha. Tidak

tercapainya target produksi per satuan luas ini karena selama masa

pertumbuhan tanaman kedelai mengalami cekaman kekeringan. Selain itu ada

ada masih ada penanaman kedelai di Bulan November-Desember 2015.

Keterlambatan tanaman disebabkan kondisi kekeringan yang panjang.

2. Padi

Lokasi dan luas penangkaran varietas padi, kegiatan UPBS 2015 disajikan

pada table berikut ini :

Varietas/Kelas Benih Padi Bermutu

Lokasi dan Luas Penangkaran (ha)

Lampung Tengah

Lampung Timur

Tanggamus KP Natar Lpg-Sel.

Kelas FS : Inpari 26 Inpari 29 Inpari 30 Inpari 31 Inpari 32 Inpari 33 Inpara 2

2 1 1 1 1 1 1

Kelas SS:Inpari 10

Inpari 22 Inpari 23 Inpago 8 Situ Bagendit

10

5 1 0

11

5 5 11

19 1

2* 0,5 1,5

Jumlah (ha) 24 32 20 4

3. *) Kebanjiran: Fuso Gagal panen

Rata-rata hasil prosesing calon benih yang dihasilkan di Lampung Timur

dan Lampung Tengah, menghasilkan benih sebanyak 70% yang siap disertifikasi,

kecuali yang dihasilkan dari KP Natar-Lampung Selatan masih dibawah 60%.

Berdasarkan produksi benih yang ditargetkan pada tahap I (36 ton), hasil ini

(36804kg atau 36,804 ton) sebenarnya sudah memenuhi target, terutama untuk

Ha % Ha % Ha % Ha %

1 Grobogan 5,250.00 67.74 2,000.00 25.81 500.00 6.45 7,750.00 100.00

2 Anjasmoro 14,625.00 100.00 - - - - 14,625.00 100.00

19,875.00 88.83 2,000.00 8.94 500.00 2.23 22,375.00 100.00

88.83 8.94 2.23 100.00 %

TotalNo. Varietas

KP. Natar KP. Tegineneng Masgar

Jumlah

81 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

benih kelas FS sebesar 7403 kg dari 6000 kg yang ditargetkan, namun sesudah

prosesing dan hasil uji laboratorium oleh BPSB menjadi 23,347ton.

Hasil benih padi dari prosesing calon benih yang dihasilkan kegiatan UPBS untuk pencapaian target 36 ton benih per Juni 2015.

Penangkaran

VUB Padi

Hasil Prosesing Benih

Calon Benih(kg)

benih yang

disertifikasi(kg)

Persentase hasil benih yang disertifikasi(%)

Di Lampung Tengah Inpari 26 (2 ha)

Inpari 29 (1 ha)

Inpari 30 (1 ha) Inpari 31 (1 ha)

Inpari 32 (1 ha) Inpari 33 (1 ha)

Inpari 10 (10 ha)

Inpari 22 (5 ha)

Inpari 23 (1 ha) Inpara 2

2436

300

1791 518

1381 977

10 843

4437

558 677

1601

223

1001 353

955 769

9513

(yg lulus 5599) 2191(TL)

237 542

65,72

74,33

55,89 68,15

69,15 78,71

87,73

49,38

42,47 80,06

kDi Lampung Timur

Inpari 10 (1ha) Inpari 23 (1ha)

Inpago 8 (10 ha)

1004 1034

10375

720 710

7520

71,71 68,66

72,48 Rata-rata: 70,95%

Di KP Natar-

Lampung Selatan Inpago (0,5ha)

SituBagendit(1,5ha)

473

1012

231

700

48,83

69,17 Rata-rata: 59%

Total 36804 23.347 63,44

Penambahan target produksi 40 ton benih kelas SS dilakukan penangkaran

seluas 40 ha pada dua lokasi, yaitu 20 ha di Lampung Timur(Desa Tanjung Intan

Kecamatan Purbolinggo) dan 20 ha di Tanggamus (Desa Penantian Kecamatan Pulo

Panggung). Berdasarkan tambahan target produksi benih yang ditargetkan (40

ton), hasil yang dicapai dan menjadi bagian untuk UPBS BPTP sekitar 37 ton,

sejumlah 3 ton tidak tercapai karena hampir tiga ha tanaman varietas Inpari 10

fuso diserang hama tikus tidak lulus uji lapang ketiga.

82 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Hasil benih padi dari prosesing calon benih yang dihasilkan kegiatan UPBS untuk pencapaian penambahan target produksi sebesar 40 ton benih per November 2015.

Penangkaran

VUB Padi

Hasil Prosesing Benih

Calon Benih(kg)

benih yang disertifikasi(kg)

Persentase hasil benih yang disertifikasi(%)

Di Lampung Timur

(Tanjung Inten-Pur) Inpari 10 (10 ha)

Inpari 22 (5 ha)

Inpari 23 (4 ha)

Inpago 8 (1 ha)

6.677

5.333

4.016

1.015

5.221

4.000

Di petani 2.000 3.450

Di petani 2.000 787

78,19

75,00

80,00

77,54

Rata-rata: 77,68%

17.041 13.231+4.000

Di Tanggamus

Inpari 22 (19 ha)

Inpari 23 (1ha)

19.030

1.010

16.175

Di petani 2.000 860

Di petani 1.000

85,00

85,15

Rata-rata: 85,08%

20.040 17.035+3.000

Total 37.081* 30.266* 7.000 di petani

*). Benih Bagian UPBS BPTP Lampung, masih ada 7 ton ada dan dikelola petani (peserta kerjasama penangkaran benih padi)

Pagu anggaran kegiatan ini sebesar Rp. 2.337.944.000,- telah terealisasi

sebesar Rp. 2.337.703.162,- atau 99,99% dari pagu anggaran.

Sasaran 7 :

Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi

pertanian unggul spesifik lokasi

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.

Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai

berikut:

INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015

TARGET CAPAIAN %

Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian

12 bulan 12 bulan 100

83 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan pada sasaran ini dalam

Tahun 2015 telah mencapai hasil sesuai target (100%). Kegiatan pada indikator

ini terdiri dari :

(1) Gaji Pegawai

(2) Operasional Perkantoran

(3) Modal

(4) Pengelolaan Manajemen Kantor

(5) Penyusunan Program dan Anggaran

(6) Dokumen Monitoring Evaluasi dan Pelaporan

(7) SPI dan WBK

(8) Peningkatan Kapasitas SDM

(9) Pembinaan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Implementasi ISO

9001;2008

(10) UAPPA/B-W

(11) Pengelolaan Website

(12) Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian

(13) Koordinasi dan Sinkronisasi

Pagu anggaran kegiatan ini sebesar Rp. 24.107.322.000,- telah terealisasi

sebesar Rp. 23.412.852.981,- atau 97,12% dari pagu anggaran.

3.3 Capaian Outcome Tahun 2014 Tingkat capaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2014 berdasarkan hasil

pengukurannya dapat diilustrasikan dalam tabel sebagai berikut :

Kegiatan Indikator kinerja Target Realisasi Outcome

Model AP2RL Teknologi yang spesifik lokasi 1 paket

teknologi PTT Padi

1 paket teknologi PTT padi

Teradopsinya teknologi PTT mulai dari VUB, pemupukan, jumlah benih dan system tanam jajar legowo di musim gadu oleh Kelompom Tani Kooerator

UPBS Jumlah benih

sumber Padi SS

54.78 ton Padi SS

17.93 ton

Tersebarnya VUB Inpari 10, 13, 18,19,22,23,dan 30, inpago 8 seluas 570 ha di Provinsi Lampung

Kedelai SS dan FS

67.8 ton

Kedelai SS 12.8 ton

Tersebarnya VUB gepak kuning dan Kaba seluas 136 ha di Provinsi Lampung

Pendampingan Katam Terpadu

Tersosialiasinya kalender tanam 1 Provinsi 1 Provinsi

Akses model katam berbasis Web dan Android meningkat 10%

Pendampingan program Produktivitas 6 ton/ha 6.7 ton/ha Tersebarnya teknologi PTT padi

84 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Strategis Kemtan PTT

padi di Wilayah Lampung

padi irigasi meningkat

ke pengguna

Pendampingan program

Strategis Kemtan PTT jagung di Wilayah

Lampung

Produktivitas jagung meningkat 5 ton/ha 7/ha

Tersebarnya teknologi PTT jagung ke pengguna

Pendampingan program Strategis Kemtan PTT

Kedelai di Wilayah

Lampung

Produktivitas kedelai meningkat 1,9 ton/ha 1,9 ton/ha

Tersebarnya teknologi PTT kedelai ke pengguna

85 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

IV. AKUNTABILITAS KEUANGAN TAHUN 2015

Realisasi anggaran dan kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lampung Tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1. Pagu Tahun 2015 sebelum revisi anggaran adalah sebesar Rp.

16.473.967.000,- (enam belas milyar empat ratus tujuh puluh tiga juta

sembilan ratus enam puluh tujuh ribu rupiah) setelah revisi I tertanggal 5

Januari 2015 pagu anggaran berubah menjadi Rp. 17.394.817.000,- (Tujuh

belas milyar tiga ratus Sembilan puluh empat juta delapan ratus tujuh belas

ribu rupiah), kemudian setelah revisi II tertanggal 6 Maret 2015 dan revisi

III tertanggal 29 Mei 2015 pagu anggaran berubah menjadi Rp.

34.277.161.000,- (Tiga puluh empat milyar dua ratus tujuh puluh tujuh juta

seratus enam puluh satu ribu rupiah). dan terakhir revisi POK pagu anggaran

tidak berubah, rincian pagu anggaran setelah revisi III sebagai berikut:

- Belanja pegawai Rp. 7.697.172.000,-

- Belanja barang operasional Rp. 1.543.000.000,-

- Belanja barang non operasional Rp. 9.880.319.000,-

- Belanja modal Rp. 15.156.670.000,-

2. Realisasi anggaran per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp.

33.323.212.509,- (Tiga puluh tiga milyar tiga ratus dua puluh tiga juta dua

ratus dua belas ribu lima ratus sembilan rupiah) atau 97,22% dari pagu

anggaran, dengan rincian :

- Belanja pegawai Rp. 7.402.413.926,- (96,17%)

- Belanja barang operasional Rp. 1.415.704.426,- (91,75%)

- Belanja barang non operasional Rp. 9.836.657.316,- (99,56%)

- Belanja modal Rp. 14.668.436.805,- (96,78%)

86 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Realisasi anggaran per 31 Desember 2015

Uraian Anggaran

(Rp)

Realisasi

(Rp) %

1. Realisasi Pendapatan Negara

- Penerimaan Pajak - - -

- Penerimaan Negara Bukan Pajak

- 293.936.438 -

- Penerimaan hibah - - -

2. Realisasi Belanja Negara 34.277.161.000 33.323.212.509 97,22

A. Rupiah Murni

- Belanja Pegawai 7.697.172.000 7.402.413.926 96,17

- Belanja Barang Operasional 1.543.000.000 1.415.704.462 91,75

- Belanja Barang Non Operasional 9.880.319.000 9.836.657.316 99,56

- Belanja Modal 15.156.670.000 14.668.436.805 96,78

Adapun penjelasan per pos dari realisasi anggaran adalah sebagai berikut:

1. Realisasi Pendapatan Negara

Realisasi Pendapatan Negara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung per

31 Desember 2015 adalah sebesar Rp. 293.936.438,- atau mencapai 403% dari

perkiraan target penerimaan yang ditetapkan untuk tahun 2015 yaitu sebesar

Rp.73.000.000. Realisasi ini berasal dari Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya

yang berasal dari penjualan hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan;

pendapatan, gedung dan bangunan berupa sewa mess; sewa rumah

dinas/rumah negara; penerimaan kembali ganti rugi atas kerugian negara;

penerimaan jasa giro dan penerimaan kembali belanja lainnya TAYL. BPTP

Lampung tidak memiliki pendapatan hibah. Rincian perkiraan target penerimaan

dan realisasi PNBP lainnya tahun 2015 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Perkiraan target penerimaan dan Realisasi PNBP Tahun 2015

URAIAN Perkiraan

Target

Penerimaan

Realisasi %

Penerimaan Fungsional

Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan

53.000.000 246.138.000 464

Pendapatan Laboratorium 10.000.000 37.445.000 374

Pendapatan Sewa Mess 10.000.000 3.140.000 31

87 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Jumlah Penerimaan

70.000.000 286.723.000 393

Penerimaan Umum

Sewa rumah dinas 0 3.311.000

Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/

Jasa Giro

0 2.018

Penerimaan Kembali ganti rugi atas

kerugian negara

0 3.900.000

Penerimaan Kembali Belanja lainnya

TAYL

0 1.035.000

Jumlah Penerimaan

0 7.213.438

Total Pendapatan dan Hibah 70.000.000 293.936.438 403

2. Realisasi Belanja Negara

Realisasi belanja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung per 31

Desember 201 adalah sebesar Rp. 15.174.333.774,- atau sebesar 98,09% dari

pagu anggaran setelah dikurangi pengembalian belanja sebesar Rp.32.306.909,-.

Realisasi belanja Tahun 2014 mengalami penurunan sebesar Rp. -293.228.878,-

atau mencapai -1,93% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

disebabkan antara lain oleh adanya penurunan belanja modal. Realisasi belanja

Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Uraian Jenis Belanja Realisasi Belanja (Rp)

Pegawai 7.402.413.926

Barang 11.252.361.778

Modal 14.668.436.805

Jumlah 33.323.212.509

Belanja Pegawai

Pagu anggaran belanja pegawai BPTP Lampung Tahun 2015 adalah

sebesar Rp. 7.697.172.000,- dengan nilai realisasi belanja pegawai sebesar

Rp. 7.402.413.926,- atau sebesar 96,17% dari pagu anggaran belanja

pegawai BPTP Lampung.

88 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

Belanja Barang

Pagu anggaran belanja barang (barang operasional dan barang non

operasional) BPTP Lampung Tahun 2015 adalah sebesar Rp.

11.423.319.000,- dengan nilai realisasi belanja barang sebesar Rp.

11.252.361.778,- atau sebesar 98,50%.

Belanja Modal

Pagu anggaran belanja modal BPTP Lampung Tahun 2015 adalah sebesar

Rp. 15.156.670.000,- dengan nilai realisasi belanja modal sebesar Rp.

14.668.436.805,- atau sebesar 96,78%.

89 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015

IV. PENUTUP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) BPTP Lampung

ini menyajikan berbagai keberhasilan maupun kegagalan capaian strategis yang

ditunjukkan oleh BPTP Lampung pada Tahun Anggaran 2015. Berbagai capaian

strategis tersebut tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU),

maupun analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran.

Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan capaian kinerja

menunjukkan bahwa kinerja kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lampung Tahun 2015 telah dicapai dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh capaian

indikator kinerja kegiatan penelitian dan pengkajian BPTP Lampung Tahun 2015,

terutama indikator masukan (input) hingga hasil yang diharapkan (outcome),

umumnya telah terealisasi sesuai dengan target atau tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, kegiatan yang direncanakan telah

dapat dilaksanakan dengan cukup baik. Demikian pula dengan capaian sasaran

Tahun 2015, baik yang mencakup keluaran kegiatan pengkajian maupun

kegiatan diseminasi teknologi, juga menunjukkan kinerja yang baik. Meskipun

demikian, ke depan masih diperlukan upaya peningkatan kinerja. Perbaikan

kinerja ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui peningkatan

kualitas sumber daya manusia serta kerja sama yang baik dengan dinas/instansi

terkait, sehingga kualitas kegiatan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan

kebutuhan pengguna, baik bagi pengambil kebijakan maupun bagi petani

sebagai pengguna akhir paket teknologi yang dihasilkan oleh BPTP Lampung

selama ini.

Dalam pelaksanaan kegiatannya, BPTP Lampung juga menghadapi

berbagai hambatan dan kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Hambatan internal yang dihadapi oleh BPTP Lampung terutama berkaitan

dengan terbatasnya jumlah dan kualitas SDM yang dimiliki, baik dari sisi

kualifikasi maupun bidang keahlian. Sedangkan hambatan/kendala eksternal

yang dihadapi BPTP Lampung berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan

dan pengelolaannya.