1.1. latar belakang -...
TRANSCRIPT
1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permasalahan utama dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di
Provinsi Lampung adalah masih rendahnya tingkat produktivitas dan kurang
berfungsinya kelembagaan sistem dan usaha agribisnis, sehingga bermuara pada
rendahnya tingkat pendapatan petani. Ada beberapa langkah yang dilakukan
oleh BPTP Lampung dalam rangka percepatan pembangunan pertanian di
Lampung yaitu: (1) Perbaikan teknologi budidaya, (2) Diversifikasi komoditas, (3)
Usahatani konservasi, (4) Pengembangan komoditas spesifik lokasi, (5)
Penanganan pasca panen, (6) Penguatan kelembagaan, dan (7) Transfer
teknologi. Langkah-langkah tersebut dijadikan sebagai salah satu acuan dalam
perencanaan litkaji di BPTP Lampung, yang dituangkan dalam Rencana Strategis
(Renstra) BPTP Lampung. Sebagai implementasi dari Renstra tersebut dilakukan
kegiatan tahunan berupa kegiatan litkaji dan desiminasi.
Pelaksanaan program dan kegiatan sebagaimana diuraikan di atas perlu
dilaporkan agar diketahui sejauh mana perkembangan kinerjanya. LAKIN BPTP
Lampung Tahun 2015 ini secara garis besar berisikan informasi mengenai
Rencana Strategis (RS), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Perjanjian Kinerja
(PK) Tahun 2015. Tujuannya adalah sebagai laporan pertanggungjawaban
akuntabilitas BPTP Lampung dalam pelaksanaan kegiatan Tahun 2015.
Terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance)
merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa. Dalam rangka itu
diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang
tepat, jelas, terukur dan legitimate, sehingga penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, bersih
dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, sebagai perwujudan per-
tanggung jawaban keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka disusunlah Laporan
Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) yang tercermin dari hasil pencapaian kinerja
berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
1.2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/
3/2006 tanggal 1 Maret 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata
kerja BPTP Lampung adalah sebagai berikut:
a. Kedudukan
Institusi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah unit pelaksana
teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang
Pertanian) di daerah. BPTP bertanggung jawab kepada Kepala Badan Litbang
Pertanian dan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP).
b. Tugas Pokok
BPTP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPTP menyelenggarakan fungsi:
1. Melaksanakan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi.
2. Melaksanakan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi.
3. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian
serta perakitan materi penyuluhan.
4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi.
5. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
6. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai.
3 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
1.3. Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan tugas pokok, fungsi, susunan organisasi dan tata
kerja tersebut BPTP terdiri dari :
a. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, surat menyurat, dan kearsipan, serta rumah
tangga.
b. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan penyusunan rencana, program, anggaran, pemantauan,
dan evaluasi serta laporan, dan penyiapan bahan kerjasama, informasi,
dokumentasi, dan penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta
pelayanan sarana pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi.
c. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti,
Penyuluh Pertanian dan sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi
dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang masing-
masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.4. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan potensi dan kekuatan yang tidak
bisa diabaikan dalam suatu lembaga/instansi, termasuk bagi BPTP Lampung.
Ketersediaan SDM yang memadai dengan tingkat keahlian dan kompetensi yang
berimbang akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pencapaian misi
dan visi lembaga. Untuk tahun 2015, PNS di BPTP Lampung berjumlah 104 orang
terdiri 101 pegawai negeri sipil (PNS), 3 calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan
tenaga kontrak sebanyak 14 orang, yang tersebar pada 4 unit kerja.
Jumlah PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan kepangkatan dan unit kerja
No Unit kerja Golongan (orang)
Jumlah IV III II I
1.
2. 3.
4.
BPTP Lampung-Hajimena
KP Natar KP Tegineneng
Lab Diseminasi Masgar
23
- -
-
39
2 -
2
19
10 3
3
3
- -
-
84
12 3
5
Jumlah 23 42 33 3 104
4 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
PNS BPTP Lampung yang berpendidikan S3 berjumlah 4 orang, S2
berjumlah 18 orang, dan S1 berjumlah 28 orang (Tabel 5). Proporsi jumlah
tenaga berdasarkan kriteria pendidikan tersebut belum mencukupi persyaratan
critical mass. Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga SDM perlu
dilakukan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang ilmu yang dibutuhkan.
Sebaran PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan dan pendidikan 2014
No Gol/ruang Tingkat Pendidikan
JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD
1. IV/e - 1 - - - - - - - - - 1
1. IV/d 1 1 - - - - - - - - 2
2. IV/c 2 2 1 - - - - - - - - 5
3. IV/b 1 5 1 - - - - - - - - 7
4. IV/a - 6 - - - - - - - - 6
5. III/d - 1 2 - - - - - - - - 3
6. III/c - 2 3 - - 2 - - - - - 7
7. III/b - 2 12 1 - 1 - - 6 - - 22
8. III/a - - 8 - - 3 1 - 1 - - 13
9. II/d - - - - - 1 - - 5 - - 6
10. II/c - - - - - 1 - - 12 - - 13
11. II/b - - - - - - - - 5 1 - 6
No Gol/ruang Tingkat Pendidikan
JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD
12. II/a - - - - - - - - 3 2 6 11
13. I/d - - - - - - - - - 1
- 1
14. I/c - - - - - - - - - - 1 1
JUMLAH 4 19 28 1 - 8 1 - 32 4 7 104
Sampai dengan tahun 2015 BPTP Lampung memiliki 47 orang tenaga
fungsional, terdiri dari 35 orang peneliti, 10 orang penyuluh, 4 orang litkayasa,
dan 2 orang arsiparis.
Sebaran tenaga fungsional berdsarkan jabatan fungsional 2014
No. Jabatan Fungsional Jumlah
1. Peneliti:
Peneliti Utama 4
Peneliti Madya 10
Peneliti Muda 6
Peneliti Pertama 15
Jumlah 35
2. Penyuluh:
Penyuluh Pertanian Madya 3
Penyuluh Pertanian Muda 1
Penyuluh Pertanian Pertama 6
Jumlah 10
No. Jabatan Fungsional Jumlah
3. Litkayasa:
Teknisi Litkayasa Penyelia 1
Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 2
5 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Teknisi Litkayasa Pelaksana 1
Jumlah 4
4. Arsiparis:
Arsiparis Ahli Pertama 1
Arsiparis Terampil Pelaksana 1
Jumlah 2
TOTAL 51
1.5. Sistematika Penyajian
Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja ini memberikan penjelasan
mengenai pencapaian kinerja BPTP Lampung selama Tahun 2015. Capaian
kinerja (performance results) Tahun 201 diperbandingkan dengan Penetapan
Kinerja (performance agreement) Tahun 2014 sebagai tolok ukur keberhasilan
tahunan organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja ini
akan memungkinkan diidentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance
gap) bagi perbaikan kinerja di masa datang. Sistematika penyajian Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPTP Lampung Tahun 2014
berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sebagai
berikut:
Bab I – Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang, tugas fungsi
dan organisasi, serta tujuan;
Bab II – Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan secara ringkas
dokumen perencanaan yang menjadi dasar pelaksanan program, kegiatan dan
anggaran BPTP Lampung Tahun 2015 meliputi Rencana Strategis BPTP Lampung
Tahun 2015 - 2019 dan Perjanjian Kinerja Tahun 2015.
Bab III – Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015, menjelaskan analisis
pencapaian kinerja BPTP Lampung dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik
terhadap pencapaian sasaran strategis untuk Tahun 2015.
Bab IV – Akuntabilitas Keuangan, menjelaskan realisasi keuangan atas
pencapaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2015.
Bab V – Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan
Akuntabilitas Kinerja BPTP Lampung Tahun 2014 dan menguraikan rekomendasi
yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.
6 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif,
efisien dan akuntabel, BPTP Lampung berpedoman pada dokumen perencanaan
yang terdapat pada :
1. Renstra BPTP Lampung 2015-2019;
2. Perjanjian Kinerja Tahun 2015
2.1. Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung merupakan salah satu unit
pelaksana teknis Eseon 3 Badan Litbang Pertanian, yang secara hirarkis
merupakan Bussines Unit Balitbangtan. Berdasarkan hierachical strattegic plan,
maka BPTP Lampung menyusun Rencana Operasional dari Rencana Aksi BBP2TP
yang pada dasarnya merupakan jabaran dari Visi, Misi, Kebijakan, dan Program
Badan Litbang Pertanian. Oleh karena itu, visi, misi, kebijakan, stretegi, dan
program Badan Litbang Misi Balitbangtan 2015 – 2019 mengacu pada Visi dan
Misi Kementerian Pertanian, yang selanjutnya akan menjadi visi, misi, kebijakan,
strategi, dan program seluruh satuan kerja Badan Litbang Pertanian, termasuk
BPTP Lampung. Memperhatikan hierarchical strategic plan, maka visi dan misi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung adalah:
1. Visi
Setiap organisasi perlu memiliki visi agar mampu eksis dan unggul dalam
persaingan yang semakin ketat dan perubahan linhkungan yang cepat. Visi BPTP
Lampung adalah “Menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian
terkemuka di dunia dalam mewujudkan sistem pertanian bio-industri tropika
berkelanjutan.”
2. Misi
Dalam rangka mewujudkan visinya, BPTP Lampung menetapkan misinya
yakni merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul
berdaya saing mendukung pertanian bio-industri dan mendiseminasikan inovasi
pertanian tropika unggul dalam rangka peningkatan scientific recognition dan
impact recognition.
7 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
3. Tujuan
Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor kunci
keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan akan
mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam
rangka merealisasikan misi, yang menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai
dimasa mendatang. Sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui
tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sasaran akan mem-
berikan fokus pada penyusunan kegiatan, bersifat spesifik, terinci, dapat diukur,
dan dapat dicapai.
Dalam jangka menengah (2015-2019) visi dan misi BPTP Lampung
dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran perakitan, pengujian dan
pengembangan serta diseminasi teknologi pertanian tropika unggul berdaya
saing mendukung pertanian bio-industri. Untuk mencapai tujuan dan sasaran
tersebut, maka disusun strategi yang disusun atas dasar evaluasi mendalam
terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada
perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BPTP Lampung
ke depan.
Tujuan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi di BPTP
Lampung dalam lima tahun ke depan (2015-2019) terdiri atas :
1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul berdaya
saing mendukung pertanian bio-industri berbasis advanced technology dan
bioscience, aplikasi IT, dan adaptif terhadap dinamika iklim.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian tropika unggul untuk
mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional.
4. Sasaran
Berdasarkan atas tujuan, selanjutnya BPTP Lampung menjabarkan dalam
sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai secara tahunan selama periode
Renstra. Sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai alat ukur keberhasilan
sasaran strategis selama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :
8 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Sasaran strategis dan indikator kinerja utama BPTP Lampung Tahun 2015
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja
1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi
2. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi yang diseminasi ke pengguna
3. Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional
Jumlah laporan pelaksanakan kegiatan pendampingan
4. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri
Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri
5. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP)
Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah
6. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan
Jumlah Produksi Benih Sumber
7. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian
Sasaran 1: Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui
penyempurnaan sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang
didasarkan pada kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis
lainnya) dan potensi sumberdaya wilayah. Penyempurnaan sistem
pengkajian mencakup metode pelaksanaan pengkajian serta monitoring
dan evaluasi. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu:
Pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi.
Sasaran 2: Terdesiminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
9 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui
peningkatan kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga
diseminasi inovasi pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub
kegiatan yaitu: Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian.
Sasaran 3: Tersedianya model-model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui
peningkatan efektivitas kegiatan tematik di BPTP yang disinergikan
dengan UK/UPT lingkup Balitbangtan, terutama dalam menerapkan hasil-
hasil litbang pertanian dalam super impose model pertanian bio-industri
berbasis sumberdaya lokal.
Sasaran 4: Rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui
peningkatan kajian-kajian tematik terhadap berbagai isu dan
permasalahan pembangunan pertanian baik bersifat responsif terhadap
dinamika kebijakan dan lingkungan strategis maupun antisipatif terhadap
pandangan futuristik kondisi pertanian pada masa mendatang. Strategi ini
diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: analisis kebijakan
mendukung empat sukses Kementerian Pertanian.
Sasaran 5: Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui
peningkatan efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke
dalam delapan sub kegiatan yaitu:
1. Penguatan kegiatan pendampingan model diseminasi dan program
strategis kementan serta program strategis Badan Litbang Pertanian
10 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
2. Penguatanmanajemen mencakup perencanaan dan evaluasi
kegiatanserta administrasi institusi
3. Pengembangan kompetensi SDM
4. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui penerapan ISO 9001:2008
5. Peningkatan pengelolaan laboratorium
6. Peningkatan pengelolaan kebun percobaan
7. Peningkatan kapasitas instalasi UPBS
8. Jumlah publikasi nasional dan internasional
9. Peningkatan pengelolaan data base dan website.
2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2015
Perjanjian Kinerja merupakan amanat Inpres Nomor 5 Tahun 2004 dan
Surat Edaran Menteri Negara PAN Nomor: SE/31/M.PAN/12/2004 tentang
Perjanjian Kinerja. Perjanjian kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen
yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan
terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan
sumberdaya yang dikelolanya. Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain
adalah untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;
sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi
amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja
aparatur; serta sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.
Perjanjian Kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 adalah sebagai berikut :
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi
11 Teknologi
2. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi yang diseminasi ke pengguna
5 Materi Diseminasi
3. Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional
Jumlah laporan pelaksanakan kegiatan pendampingan
6 Laporan
4. Tersedianya Model Jumlah Model 2 Model
11 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri
Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri
5. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP)
Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah
2 Rekomendasi Kebijakan Spesifik Lokasi
6. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan
Jumlah Produksi Benih Sumber
147,4 Ton
7. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian
12 Bulan
12 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
III. AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015
3.1. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2015
Pengukuran tingkat capaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 dilakukan
dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang
telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 dengan
realisasinya. Tingkat capaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2015 berdasarkan
hasil pengukurannya dapat diilustrasikan dalam tabel sebagai berikut :
Sasaran Strategis I
Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah teknologi spesifik lokasi
11 teknologi 11 teknologi 100
Sasaran Strategis II
Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi yang di-diseminasikan ke pengguna.
5 Teknologi 5 Teknologi 100
Sasaran Strategis III
Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional
Jumlah laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan
6 laporan 9 laporan 150
Sasaran Strategis IV
Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri
Jumlah model pengembangan inovasi pertanian bioindustri
2 model 2 model 100
Sasaran Strategis V
Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi (Decentralized Action Plan/DAP)
Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan Pertanian wilayah
2 rekomendasi 2 rekomendasi 100
Sasaran Strategis VI
Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan
Jumlah Produksi Benih Sumber
147,4 ton 98,38 ton 66,74
Sasaran Strategis VII
Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen
13 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian
12 bulan 12 bulan 100
Rata-rata capaian kinerja 102,39
3.2. Analisis Capaian Kinerja tahun 2015
Upaya pengukuran kinerja diakui tidak selalu mudah karena hasil capaian
suatu indikator tidak semata-mata merupakan output dari suatu program atau
sumber dana, akan tetapi merupakan akumulasi, korelasi, dan sinergi antara
berbagai program dan berbagai pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan
kegiatan. Dengan demikian, keberhasilan mengenai terlaksana atau terwujudnya
suatu kegiatan tidak dapat diklaim sebagai hasil dari satu sumber dana atau oleh
satu pihak saja. Mengingat kinerja tugas umum pemerintahan dan pembangunan
pada tahun anggaran tertentu bukanlah kinerja yang berdiri sendiri tetapi terkait
dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya, maka sangat sulit dan hampir mustahil
untuk mengukur atau memberikan penilaian terhadap kinerja lembaga pada satu
tahun anggaran sampai pada tingkat atau indikator dampak, karena dari suatu
program atau kegiatan ada yang baru dapat dinilai dalam jangka waktu lebih dari
satu tahun sesuai dengan tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang dari program itu.
Analisis dan evaluasi capaian kinerja Tahun 2015 Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Lampung dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sasaran 1 : Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja sasaran tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015
TARGET CAPAIAN %
Jumlah teknologi spesifik lokasi 11 11 100
14 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan pada sasaran ini dalam
Tahun 2015 telah mencapai hasil yang ditargetkan dengan nilai capaian 100%.
Untuk tahun 2015, sasaran ini dicapai melalui 8 (delapan) kegiatan pengkajian
yaitu :
(1) Kajian Pemanfaatan Pakan Berbasis Bahan Lokal yang Berwawasan
Lingkungan untuk Sapi Potong di Lampung,
(2) Budidaya Lada Spesifik Lokasi,
(3) Inovasi Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi Lahan Suboptimal Mendukung
Swasembada Padi dan Kedelai di Lampung,
(4) Optimalisasi Pasca Panen Kedelai,
(5) Pengelolaan Sumber Day Genetik (SDG),
(6) Agro Ekologi Zone (AEZ) II,
(7) Budidaya Bawang Merah Spesifik Lokasi,
(8) Kajian Ternak Unggas Spesifik Lokasi
Teknologi yang telah dihasilkan dari kegiatan-kegiatan ini adalah:
Teknologi pakan lokal berwawasan lingkungan
Komposisi ransum berimbang untuk penggemukan sapi potong
diformulasikan dengan pembatas kandungan protein kasar ± 14 %, TDN ≥ 72 %
dan harga ≤ Rp. 2.250,- per Kg (harga konsentrat komersial). Komposisi ransum
murah untuk penggemukan sapi potong disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi ransum murah untuk penggemukan sapi potong1
B a h a n Jumlah (%)
- Dedak padi - Jagung giling - Onggok kering - Gaplek cikalan - Bungkil kelapa sawit - Tetes tebu/molases - Kulit buah kopi - Urea - Garam - Mineral-vitamin premix2
23,35 15,00 15,00 15,00 15,00 10,00 5,00 1,00 0,50 0,15
1Mengandung 89,3 % bahan kering (BK), 13,9 % protein kasar dan 73,2 % TDN. 2Dalam setiap kg bahan mengandung 6.800 mg Mg-sulfate, 5.000 mg Fe-sulfate, 10.000 mg Mn-sulfate, 1.000 mg Cu-sulfate, 2.000 mg Zn-sulfate dan 20 mg Na-iodine; dan 2.000.000 IU vit. A, 400.000 IU vit. D dan 600 mg vit. E.
15 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Untuk pembiakan sapi potong, formula ransum berimbang disusun
dengan pembatas kandungan protein kasar ± 12 %, TDN ≥ 68 % dan harga ≤
Rp. 2.000,- per Kg. Komposisi ransum murah untuk pembiakan sapi potong
(betina) disajikan pada Tabel di bawah ini.
Komposisi ransum murah untuk pembiakan sapi potong (betina)1
B a h a n Jumlah (%)
- Bungkil kopra - Ampas tahu - Dedak padi - Onggok kering - Gaplek cikalan - Tetes tebu/molases - Kulit buah kopi - Urea - Garam - Mineral-vitamin premix2
19,74 15,64 15,63 14,89 14,41 10,82 7,38 0,90 0,45 0,13
1Mengandung 89,3 % bahan kering (BK), 11,8 % protein kasar dan 70,4 % TDN.
2Dalam setiap kg bahan mengandung 6.800 mg Mg-sulfate, 5.000 mg Fe-sulfate, 10.000 mg Mn-
sulfate, 1.000 mg Cu-sulfate, 2.000 mg Zn-sulfate dan 20 mg Na-iodine; dan 2.000.000 IU vit. A, 400.000 IU vit. D dan 600 mg vit. E.
Hasil uji pemberian ransum formulasi pada sapi PO-silangan selama 112
hari disajikan pada berikut.
Penampilan sapi PO-silangan yang diberi ransum komersial dan ransum hasil formulasi selama 112 hari
Parameter Ransum Komersial
(Kontrol) Ransum Formulasi
Berat Badan Awal (kg) 384,7a 389,5a
Konsumsi BK - kg/ekor/hari
15,42a
15,62a
- g/kg BB0.75/hari 62,6a 64,8a
PBBH (kg) - Rata-rata - Sebaran
0,85a
0,66 - 1,03
0,83a
0,57 - 1,06
Feed Conversion Ratio (FCR) 6,40a 5,63a
Kecernaan (%) - Bahan Organik 72,6
a
73,2a
aSuperskrip yang sama pada satu baris menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,10).
16 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Hasil pengamatan Rasio S/C dan PKb-3 di Kelompok tani-ternak Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur.
No. Kelompok Tani-
Ternak Perlakuan Pakan
(n)* Rasio S/C
Positif Bunting (ekor)
1. Dewi Ratih - I Kontrol (12) 1,6 4 (66,7 %)
+ Konsentrat (12) 1,2 6 (100,0 %)
2. Dewi Ratih - II Kontrol (12) 1,8 3 (50,0 %)
+ Konsentrat (12) 1,4 5 (83,3 %)
*n = Jumlah ternak (ekor).
Hasil pengamatan rasio S/C dan PKB-3 di dua kelompok tani-ternak, Desa
Braja Harjosari (Tabel 5), menunjukkan bahwa pemberian konsentrat hasil
formulasi memberikan pengaruh nyata terhadap rasio S/C yang menurun dan
peningkatan angka kebuntingan pada pemeriksaan pada bulan ketiga
kebuntingan (PKB-3). Rasio S/C < 1,5 dikategorikan baik dibanding rataan rasio
S/C pada ternak rakyat yang dilaporkan pada Hadi (2005). Demikian juga,
tingkat kebuntingan pada PKB-3 sebesar > 80 % adalah lebih tinggi
dibandingkan rataan tingkat kebuntingan di Lampung.
Paket teknologi budidaya lada spesifik lokasi
Lokasi pengkajian berdasarkan koordinasi ke Dinas Tanaman Perkebunan
Kabupaten Lampung Timur yaitu di Desa Putra Aji Dua, Kecamatan Sukadana.
Pengkajian ada tiga yaitu penanaman baru dan tanaman muda yang belum
berbuah, dan pada tanaman lada yang sudah berproduksi yang berumur lebih
dua tahun.
Teknologi yang di perbaiki.
Pengkajian I.
Pengkajian penanaman baru dilakukan dengan memulai dari menanam
lada dengan penerapan paket teknologi dengan pemanfaatan bahan tanaman
sulur panjat, sulur cacing, dan sulur gantung dimulai dengan pembersihan lahan
seluas 0,5 ha, penanaman gliricidia sebagai tiang panjat lada, melakukan
pembibitan tanaman. Penanaman baru dilakukan bertahap semenjak mulai hujan
pada awal Desember 2015.
Pengkajian II.
Pengkajian dimulai pada tanaman lada sudah berumur 9 bulan. Kegiatan
lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket teknologi usahatani lada
17 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
yang berbasis pada teknologi budidaya ramah lingkungan. Penerapan PTT lada
yaitu paket teknologi budidaya ramah lingkungan mencakup: aplikasi mikroba
hayati, aplikasi kompos/ pupuk organik, pemberian zeolit, pembuatan rorak dan
penggunaan asap cair sebagai pestisida. Setelah satu bulan aplikasi penerapan
teknologi PTT lada, terlihat pertumbuhan jumlah cabang lebih banyak dibanding
teknologi cara petani (Gambar 1).
Pengkajian III.
Pengkajian dimulai pada tanaman lada yang sudah berumur lebih 2
tahun. Kegiatan lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket teknologi
usahatani lada yang berbasis pada teknologi budidaya ramah lingkungan.
Penerapan paket teknologi budidaya ramah lingkungan mencakup: aplikasi
mikroba hayati, aplikasi kompos/ pupuk organik, pemberian zeolit, pembuatan
rorak dan penggunaan asap cair sebagai pestisida. Hasil pengamatan sebelum
aplikasi, tanaman lada terserang penggerek batang (Lophobaris piperis)
mencapai 17,65 – 38,93%. Setelah dua bulan kemudian, terlihat intensitas
serangan penggerek batang lada rata-rata 13,48% pada tanaman yang
menerapkan teknologi PTT, sedangkan pada tanaman lada dengan teknologi cara
petani terserang penggerek batang lada dengan intensitas 23,78% (Gambar 2).
Teknologi pengelolaan hara spesifik lokasi lahan suboptimal
mendukung swasembada padi dan kedelai
1. Kajian Efisiensi Pengelolaan Hara dan Penggunaan VUB Terhadap Hasil Padi di Lahan Rawa Pasang Surut
Kegiatan menguji 2 (dua) paket teknologi, yaitu : (1) Introduksi Varietas
Unggul ( Inpara 2, Inpara 7, Inpari 10, dan varietas pembanding yaitu varietas
yang sudah berkembang di lokasi kegiatan (Ciherang); dan (2) Perlakuan
pembenah tanah.
Aplikasi pembenah tanah terlihat meningkatkan pH tanah, dimana
pemberian dolomit meningkatkan pH tanah lebih tinggi dibandingkan biochar.
Misalnya pada lahan yang ditanami varietas Inpara 4, pemberian dolomit
meningkatkan pH tanah 0,5 point (9,4 %) dibandingkan kontrol. Kadar C-Organik
tanah termasuk rendah, dimana pada tanah tanpa perlakuan berkisar 1,09 –
1,12. Dengan perlakuan pembenah tanah terutama biochar meningkatkan kadar
C-Organik tanah tetapi hanya sedikit (5,6 % pada Inpara 2 dan 11,9 % pada
18 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Inpari 10). Kapasitas tukar kation juga meningkat dengan aplikasi pembenah
tanah, misalnya pada lnpara 2 dengan aplikasi dolomit meningkat dari 13,11
menjadi 16,09 (22,7 %) . Demikian juga kadar kation-kation yang dapat ditukar
(K-dd, Na-dd, Ca-dd, dan Mg-dd) juga meningkat dengan perlakuan pembenah
tanah tersebut. Pengaruh aplikasi pembenah tanah (dolomit dan biochar) pada
beberapa varietas unggul padi dapat dilihat dalam Tabel berikut ini :
Hasil analisis tanah setelah aplikasi pembenah tanah dolomit dan biochar pada beberapa varietas unggul padi
No Jenis Analisis
Perlakuan/Hasil analisis
Inpara 2 Non
Inpara 2 Dolomit
Inpara 2 Biochar
Inpara 7 non
Inpari 10 Non
Inpari 10 Dolomit
Inpari 10 Biochar
1 pH H2O 5,34 5,84 5,71 5,24 5,45 5,82 5,68
KCl 4,52 4,75 4,59 4,46 4,41 4,53 4,53
2 % C-Organik 1,12 1,10 1,18 1,12 1,09 1,19 1,22
3 % Nitrogen 0,09 0,09 0,11 0,11 0,08 0,12 0,13
4 C/N 12,44 12,22 10,72 13,62 9,92 9,38
5
Kemasaman
Dapat
Ditukar (cmol/K
g)
Al –dd 0,11 0,05 0,06 0,11 0,17 0,12 0,14
H-dd 0,09 0,06
0,11 0,08 0,06 0,11 0,08
6 KTK (cmol/Kg) 13,11 16,09 14,31 16,34 9,54 13,71 14,76
7 K -dd (cmol/Kg) 0,32 0,42 0,40 0,33 0,37 0,36 0,40
8 Na -dd
(cmol/Kg) 0,40 0,56
0,59 0,43 0,42 0,50 0,47
9 Ca -dd
(cmol/Kg) 5,13 8,46
6,93 5,76 5,80 8,12 6,23
10 Mg -dd (cmol/Kg)
0,94 2,10 1,12 1,04 0,86 1,86 1,38
Pemberian pembenah tanah baik dolomit maupun biochar berpengaruh
terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif pada ketiga varietas
unggul yang diuji (Tabel 6). Pada varietas Inpara 2, pemberian dolomit
meningkatkan jumlah anakan produktif 26 % dibandingkan kontrol.
Pengaruh pemberian dolomit dan biochar terhadap hasil (produktivitas)
beberapa varietas padi dapat dilihat dalam Tabel 7. Perlakuan dolomit dan
biochar terlihat meningkatkan produktivitas padi dibandingkan kontrol, dimana
hasil tertinggi diperoleh pada varietas Inpara 2 dengan perlakuan dolomit 1 t ha-
1 yaitu 6.83 t ha-1, bila dibandingkan hasil pada kontrol meningkat sekitar 20 %.
19 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Rata-rata produksi padi (ton/ha) pada perlakuan aplikasi pembenah tanah dolomit dan biochar pada beberapa varietas unggul padi
Perlakuan
I II III Rata-rata
Inpara 2 Non 6,0 5,8 5,4 5,73
Dolomit 7,2 6,9 6,4 6,83
Biochar 7,0 6,6 6,3 6,63
Inpara 7 Non 5,1 5,3 5,6 5,20
Dolomit 5,5 5,6 5,7 5,60
Biochar 6,5 6 6,1 6,20
Inpari 10 Non 6,4 5,3 6,2 5,96
Dolomit 6,8 5,7 6,8 6,43
Biochar 7,0 6,3 6,4 6,56
Ciherang Non 5,9 5,3 5,4 5,53
2. Peningkatan Produktivitas Kedelai pada Lahan Rawa melalui Pengelolaan Hara spesifik lokasi
Kadar N tanah petak perlakuan rata-rata rendah, status hara P sedang dan
status hara K tinggi di semua petak perlakuan. Tingginya K, menunjukkan bahwa
tanah memang berstatus K tinggi, karena pada petak dengan perlakuan tanpa
pemberian pupuk K, status hara K juga tinggi. Rendahnya kadar hara N tanah
menunjukkan bahwa untuk tumbuh dan menghasilkan dengan baik tanaman
kedelai perlu tambahan pupuk N yang tinggi, apabila bakteri penambat N tidak
berperan aktif.
Kadar Hara N, P dan K pada setiap petak perlakuan.
Perlakuan Jenis Analisis I II III IV Rata-rata
PK Nitrogen (%) 0.09 0.08 0.11 0.11 0.10
P Tersedia (ppm) 27.51 26.90 28.52 28.32 27.81
P Potensial (mg P2OO5/100g) 28.66 26.22 30.48 30.69 29.01
K Potensial (mg K2O/100g) 47.25 47.72 49.94 43.04 46.99
NK Nitrogen (%) 0.11 0.12 0.10 0.11 0.11
P Tersedia (ppm) 22.44 23.25 19.19 21.42 21.58
P Potensial (mg P2OO5/100g) 28.05 24.19 26.42 26.63 26.32
K Potensial (mg K2O/100g) 48.03 43.95 50.93 48.90 47.95
NP Nitrogen (%) 0.09 0.10 0.10 0.10 0.10
P Tersedia (ppm) 29.13 29.74 30.55 30.35 29.94
P Potensial (mg P2OO5/100g) 26.83 28.05 33.32 34.74 30.74
K Potensial (mg K2O/100g) 45.60 43.88 44.44 44.84 44.69
NPK Nitrogen (%) 0.11 0.12 0.13 0.10 0.12
P Tersedia (ppm) 32.17 29.74 32.17 31.37 31.36
P Potensial (mg P2OO5/100g) 34.74 29.87 30.07 36.37 32.76
K Potensial (mg K2O/100g) 52.26 47.87 53.74 46.05 49.98
20 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Konv Nitrogen (%) 0.08 0.10 0.09 0.10 0.09
P Tersedia (ppm) 19.80 19.39 20.81 18.18 19.55
P Potensial (mg P2OO5/100g) 27.84 26.83 26.63 25.81 26.78
K Potensial (mg K2O/100g) 45.38 46.65 47.98 44.31 46.08
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan dengan
metode petak omisi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.
Tanpa pemberian pupuk N pertumbuhan dan hasil kedelai menurun drastis.
Semua parameter yang diamat nyata lebih rendah dibanding perlakuan tanpa P,
K dan perlakuan pupuk lengkap NPK. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian N
sangat penting untuk tanaman kedelai pada lahan rawa pasang surut di Rawa
Sragi. Selain itu peran bakteri penambat N di dalam pupuk hayati yang
diaplikasikan tidak efektif menambat N. Perlakuan tanpa pemberian pupuk P,
jumlah polong per tanaman, bobot 100 biji dan hasil pipilan kering kedelai tidak
berbeda dengan perlakuan yang dipupuk lengkap dengan NPK. Pemupukan NPK
dengan dosis konvensional atau rekomendasi umum, hasilnya lebih rendah
dibanding dengan dosis NPK. Hal ini menunjukkan bahwa dosis pupuk khususnya
N masih perlu ditingkatkan dari rekomendasi umum.Tampaknya bakteri
penambat N di dalam pupuk hayati yang digunakan tidak efektif untuk
menambat N, mungkin disebabkan salinitas tanah yang tinggi seperti yang
ditunjukkan oleh tingginya status Na tanah (Tabel 7).
Perlakuan tanpa pemberian pupuk K, pertumbuhan dan hasil kedelai tidak
berbeda nyata dengan yang dipupuk lengkap NPK. Hal ini disebabkan K dalam
tanah sudah tinggi (K). dengan demikian penambahan pupuk K menjadi
pertimbangan pada lahan rawa pasang surut Rawa Sragi.
Pengaruh Petak Omisi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan sub optimal Rawa Sragi, Lampung Selatan.
Varietas Populasi Tinggi
Tan (cm)
Jum
Cabang
Jum Polong
dipanen
Bobot 100 biji (g) ka.
12%
Hasil (t/ha)
k.a. 12%
PK 130,3 a 29,7 a 2,2 a 14,9 a 16,3 a 0,45 a
NK 141,1 a 36,4 b 2,4 b 20,2 b 17,8 b 0,70bc
NP 132,8 a 39,1 b 2,3 ab 20,5 b 17,6 ab 0,70 bc
NPK 138,9 a 42,7 c 2,7 c 21,8 b 18,1 b 0,80 c
Dosis Konv 130,2 a 37,3 b 2,3 ab 19,4 b 17,5 ab 0,54ab
21 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Respons hasil terhadap suatu pupuk (hara) adalah selisih hasil antara
perlakuan yang dipupuk lengkap NPK dengan yang tidak dipupuk salah satu dari
pupuk NPK tersebut. Misalnya respons hasil pupuk kedelai terhadap pupuk N
adalah selisih hasil dari yang dipupuk NPK dengan yang hanya dipupuk PK (tanpa
N). Demikian juga untuk respons hasil terhadap P dan K. Efisiensi Agronomi (EA)
adalah besarnya peningkatan hasil per satu unit pupuk yang diaplikasikan
(Casmann, et al. 1989; Dobermann, et al. 2002 dan Witt et al 2002).
Berdasarkan data hasil petak omisi, diperoleh respons hasil kedelai dan
efisiensi agronomi pupuk seperti pada table dibawah ini.
Respons hasil dan Efisiensi Agronomi hara berdasarkan varietas kedelai
Varietas Respons Hasil (kg) Efisiensi Agronomi (kg/kg)
N P K N P K
Argomulyo 0.35 0.18 0.18 7.85 3.32 1.48
Anjasmoro 0.18 0.08 0.09 4.11 1.43 0.77
Grobogan 0.26 0.09 0.09 5.75 1.61 0.72
Hasil petak omisi menunjukkan bahwa respons hasil varietas kedelai
terhadap pupuk tertinggi ditunjukkan oleh varietas Argomulyo, disusul Grobogan
dan Anjasmoro. Sementara itu respons varietas terhadap pupuk N lebih tinggi
dibanding pupuk P dan K pada semua varietas. Efisiensi agronomi pupuk mulai
dari tertinggi adalah pupuk N disusul P dan K.
Secara rata-rata dari tiga varietas, respons hasil kedelai terhadap pupuk
mulai dari tertinggi adalah N, K dan P, sedangkan efisiensi agronomi adalah N, P
dan K. Berdasarkan respons hasil dan efisiensi agronomi pupuk, dosis
rekomendasi masing-masing pupuk ditentukan berdasarkan formula Casmann, et
al (1989). Hasil perhitungan diperoleh rekomendasi pupuk PHSL seperti pada
Tabel berikut ini.
Rekomendasi Pupuk berdasarkan pengelolaan hara spesifik lokasi lahan sub optimal pasang surut Rawa Sragi, Lampung.
Pupuk (Hara) Respons hasil
(ΔY) kg Efisiensi Agronomi
(kg/kg) Dosis Pupuk
kg/ha*)
N 0.27 7 42.86
P 0.11 2 50.00
K 0.12 1 100.00
22 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
3. Kajian Efisiensi Pemupukan untuk Tanaman Kedelai pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Rawa Lampung.
Hasil analisis sifat kimia tanah sawah sebelum diperlakukan di lahan rawa pasang
surut Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan
No Jenis Analisis
Hasil Analisis Rata-rata
Mungawin 0 – 20 cm
Suratno 0 – 20 cm
1 pH H2O 5,20 5.23 5,23
KCl 4,70 4.775 4,77
2 % C-Organik 1,22 1,01 1.11
3 % Nitrogen 0,09 0,14 0.11
4 P Potensial (mg
P2O5/100gr) 29,48 18,17 23.82
5 K Potensial (mg K2O/100gr) 10,46 13,78 12.12
6 Kemasaman Dapat
ditukar (cmol/Kg)
Al-dd 0,36 0.305 0,30
H-dd 0,78 0.61 0,61
7 K-dd (cmol/Kg) 0,52 0,42 0.47
8 Na-dd (cmol/Kg) 0,86 0,70 0.78
9 Ca-dd (cmol/Kg) 6,89 5,82 6.35
10 Mg-dd (cmol/Kg) 2,81 2,98 2.89
11 KTK (cmol/Kg) 18,48 14,90 16.69
12 % Kejenuhan Basa 59,96 66,58 63.27
Hasil analisis kimia tanah menunjukan reaksi tanah kategori masam
dengan kandungan kejenuhan basa (55-66%) relative tinggi, dan kation K-dd,
Na-dd, dan Ca-dd juga relative tinggi. Sayangnya kandungan Al-dd juga
menunjukan kadar yang cukup tinggi. Sepertinya kondisi ini dapat
membahayakan kedelai kalau tanah tidak diberi bahan pembenah seperti kapur.
Karenanya salah satu perlakuan yang diaplikasikan untuk tanah sawah ini adalah
penggunaan pembenah tanah yaitu kapur (dolomite).
Tiga VUB kedelai yang ditanam yaitu Anjasmoro, Argomulyo dan
Grobogan dipanen pada waktu yang berbeda. Varietas Grobogan dipanen lebih
awal yaitu saat umur 76 HST. Varietas Argomulyo umur 86 hari dan Varietas
Anjasmoro umur 90 HST. Hasil biji kedelai secara rata-rata terlihat lebih
tinggi di dalam kelompok 2. Khusus Anjasmoro dan Argomulyo pada kelompok II
di dalam petak utama budidaya jenuh air (B2), hasil biji bisa mencapai masing-
masing 2684 kg/ha dan 2251 kg/ha. Kondisi jenuh air yang lebih terkontrol (hasil
pemantauan lapang) karena kecepatan rembesan dan kehilangan air ke lapisan
tanah bawah di dalam kelompok ini lebih rendah (petak berada dibagian tengah
areal percobaan), membuat ketersediaan air untuk kedelai di petak utama ini
23 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
lebih terjamin yang berdampak terhadap hasil biji yang lebih tinggi, khususnya
Anjasmoro dan Argomulyo (bold texs) masing-masing 2684 kg/ha dan 2251
kg/ha. Hasil ini mengindikasikan bahwa ketersediaan air sangat penting artinya
dalam budidaya kedelai.
Hasil biji kedelai (kg/ha) sebagai pengaruh dari varietas dan teknis budidaya dari masing-masing kelompok/ulangan penelitian
Managemen Varietas
Biji kedelai (kg/ha) pada
Kelompok
Rata-rata
I II III
Varietas Teknis
Bududaya
Cara petani (B1) Anjasmoro
799.5 897.25 1002.75 899.83 850.56
Argomulyo 549.25 1312.75 883.75 915.25
Grobogan 502.25 1075.5 632 736.58
Jenuh Air (B2) Anjasmoro
803.5 2684.5 1222.75 1570.25 1155.5
Argomulyo 557.5 2251.5 924.75 1244.58
Grobogan 558 479 918 651.67
Rata-rata 628.33 1,450.08 930.67
Interaksi antara teknis budidaya dan varietas kedelai yang ditanam juga
berpengaruh nyata terhadap hasil biji kering kedelai. Hasil biji kedelai khususnya
varietas Anjasmoro dan Argomulyo yang ditanam pada budidaya jenuh air (B2)
didapatkan lebih tinggi dibanding yang ditanam dengan cara petani (B1).
Hasil biji kedelai sebagai pengaruh dari interaksi factor perlakuan teknis budiaya dan varietas di lahan rawa pasang surut Lampung Selatan
Varietas Kedelai
Biji kedelai (kg/ha) pada Teknis Budidaya
Cara Petani (B1) Budidaya Jenuh Air (B2)
Anjasmoro 899.83 a 1,570.25 a
Argomulyo 915.25 a 1,244.58 b
Grobogan 736.58 b 607.58
Pengaruh faktor perlakuan efisiensi pemupukan (P) terindikasi tidak
berbeda nyata terjadap hasil biji kedelai. Demikian juga interaksinya dengan
faktor varietas dan teknis budaya, juga tidak berbeda nyata. Hasil ini
mengindikasikan bahwa dosis pupuk NPK yang biasa diaplikasikan petani dalam
menanam kedelai di lahan rawa sesudah padi, masih dapat dikurangi sehingga
lebih efisien. Seperti disajikan di dalam Tabel 16, dengan aplikasi pupuk 50%
(P4) dari rekomendasi umum (100 kg Urea, 150 kg SP-36 dan 50 Kg KCl) dan
24 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
diberi tambahan pupuk hayati (Rhiphosant), hasil biji kedelai yang didapat secara
rata-rata tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran pupuk sesuai
rekomendasi umum.
Pengaruh perlakuan efisiensi pemupukan terhadap hasil biji kedelai (kg/ha) di lahan rawa Lampung Selatan
Cara Petani (B1) Budidaya Jenuh Air (B2)
V1 V2 V3 V1 V2 V3
Rata-
rata
P1 1,080.33 1,002.33 661.33 1,668.67 1,090.33 574.67 1,012.94
P2 1,001.33 885.33 934.33 1,429.67 1,235.00 590.67 1,012.72
P3 745.67 982.67 713.33 1,517.67 1,185.67 613.33 959.72
P4 772.00 790.67 637.33 1,665.00 1,467.33 651.67 997.33
Keterangan: V1 = Anjasmoro, V2 = Argomulyo, V3 = Grobogan
P1 = Pemupukan cara petani P2 = NPK 100% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant)
P3 = NPK 75% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant)
P4 = NPK 50% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant)
Tinggi tanaman, jumlah polong dan bobot 100 butir (3) dari tiga (3)
varietas kedelai yang diperlakukan dengan teknis budidaya berbeda (cara petani
dan jenuh air) dan diberi 4 takaran pupuk berbeda, dapat diperhatikan Gambar
2. Secara rata-rata tinggi tanaman (cm) sebagai pengaruh dari factor perlakuan
efisiensi pemupukan, untuk ketiga varietas cenderung menurun dengan adanya
pengurangan takaran pupuk 25% (P3) dan 50% (P4) baik dibawah cara
pengelolaan petani maupun jenuh air. Untuk jumlah polong, efek dari takaran
pemupukan terlihat tidak begitu berpengaruh demikian juga dengan bobot 100
butir biji. Namun Jumlah polong pertanaman dan bobot 100 butir biji terlihat
lebih tinggi untuk varietas Anjasmoro dan diikuti Argomulyo. Bobot 100 butir biji
juga terindikasi lebih tinggi di bawah perlakuan budidaya jenuh air.
Teknologi pasca panen kedelai
Lingkup kegiatan mencakup 3 sub kegiatan yaitu 1). Kajian Teknologi
Penyimpanan Benih Kedelai di Provinsi Lampung, 2). Kajian Optimalisasi
Diversifikasi Olahan Kedelai menjadi Beberapa Produk Olahan di Provinsi Lampung
dan 3). Kajian Pemanfaatan Limbah Pengolahan Biji Kedelai Terhadap
Performans Kambing di Provinsi Lampung.
25 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
1. Kajian Teknologi Penyimpanan Benih Kedelai yang Sesuai untuk Provinsi Lampung
Hasil pengamatan kadar air menunjukkan bahwa, kadar air benih kedelai
selama penyimpanan mengalami kenaikan dan penurunan yang dipengaruhi
suhu dan kelembaban di ruang penyimpanan. Hasil pengukuran rata-rata suhu
dan kelembaban ruang penyimpanan selama kegiatan pengkajian dilaksanakan
(6 bulan) menunjukkan kisaran suhu 25,5oC- 32,4oC dan kisaran kelembaban
relatif 52-84.
Interval perubahan kadar air kedelai selama penyimpanan (%)
Jenis Kemasan Varietas Kedelai
Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo
Jerigen Hitam (A) 5,88 4,12 23,73 20,62
Jerigen Putih (B) 4,17 4,06 24,32 22,13
Plastik (C) 3,83 3,83 21,42 17,12
Karung (D) 20 21,95 25,98 24,20
Plastik + karung (E)
4,89 5,34 20,59 13,33
Dari data kadar air benih yang tertera dalam Tabel 2, menunjukkan
bahwa benih kedelai yang dikemas dengan karung plastik (D) mempunyai
interval perubahan kadar air yang paling tinggi, dan benih kedelai yang dikemas
dengan plastic (C) dan plastik +karung (E) mempunyai interval perubahan kadar
air yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, untuk semua
varietas kedelai yang digunakan. Interval perubahan kadar air kedelai varietas
Anjasmoro dan Argomulyo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan varietas
Grobogan dan Burangrang. Diduga hal ini disebabkan karena kedelai varietas
Anjasmoro dan Argomulyo mempunyai biji yang lebih kecil dibandingkan dengan
kedelai varietas Grobogan dan Burangrang; biji yang kecil menyebabkan luas
permukaan yang lebih lebar, sehingga penyerapan air dari lingkungan sekitarnya
juga menjadi lebih tinggi.
Kadar air benih sangat dipengaruhi oleh jenis kemasan, kondisi suhu dan
kelembaban relatif ruang tempat penyimpanan benih, karena sifat benih yang
higroskopis dan selalu ingin mencapai keseimbangan dengan kondisi lingkungan.
Semakin tinggi kadar air benih semakin tinggi pula laju deteriorasi benih
(Kuswanto, 2003). Hal ini juga dilaporkan oleh Justice dan Bass (2002), kadar air
26 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran
benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air.
Hasil pengamatan berat 100 butir kedelai selama penyimpanan
menunjukkan bahwa, berat 100 butir kedelai mengalami kenaikan dan
penurunan sesuai dengan perubahan kadar air benih dan suhu ruang
penyimpanan.
Interval perubahan berat 100 butir kedelai selama penyimpanan (g)
Jenis Kemasan Varietas Kedelai
Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo
Jerigen Hitam (A) 11,80 10,28 6,18 5,65
Jerigen Putih (B) 7,48 9,82 5,28 5,47
Plastik (C) 6,42 5,76 4,98 5,59
Karung (D) 13,97 12,00 6,93 9,20
Plastik + karung (E)
5,13 5,59 4,18 5,39
Hasil pengamatan terhadap interval perubahan berat 100 butir kedelai
menunjukkan bahwa jenis kemasan karung (D), menghasilkan interval
perubahan berat 100 butir kedelai tertinggi dan jenis kemasan plastik +karung
(E), menghasilkan interval perubahan berat 100 butir kedelai terendah untuk 4
varietas kedelai yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan plastik
+karung dapat mempertahankan mutu benih kedelai lebih baik dibandingkan
dengan jenis kemasan lainnya.
Hasil pengamatan daya hantar listri (DHL) menunjukkan bahwa, nilai DHL
benih kedelai cenderung meningkat selama penyimpanan. Hal ini menunjukkan
bahwa kebocoran benih kedelai semakin meningkat selama penyimpanan,
akibatnya vigor dan daya kecambah benih menurun.
Interval perubahan daya hantar listrik (DHL) kedelai selama penyimpanan (µs)
Jenis Kemasan Varietas Kedelai
Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo
Jerigen Hitam (A) 22,93 22,63 20,97 23,67
Jerigen Putih (B) 23,28 18,12 17,83 19,57
Plastik (C) 20,53 17,01 15,21 11,81
Karung (D) 25,53 25,00 35,09 25,62
Plastik + karung (E)
23,99 22,44 25,64 27,05
27 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Hasil pengamatan terhadap interval daya hantar listrik (DHL)
menunjukkan bahwa jenis kemasan plastik (C), menghasilkan interval perubahan
berat 100 butir kedelai terendah dan jenis kemasan karung (D), menghasilkan
interval perubahan DHL tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan plastik
dapat menekan tingkat kebocoran benih kedelai yang lebih baik dibandingkan
dengan jenis kemasan lainnya.
Hasil pengamatan daya kecambah (Tabel 4a) menunjukkan bahwa, daya
kecambah benih kedelai cenderung menurun selama penyimpanan.
Interval perubahan daya kecambah kedelai selama penyimpanan (%)
Jenis Kemasan Varietas Kedelai
Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo
Jerigen Hitam (A) 29,56 23,37 20,28 6,49
Jerigen Putih (B) 24,05 16,20 21,10 16,15
Plastik (C) 8,23 15,52 15,19 10,07
Karung (D) 50,53 27,25 25,25 43,10
Plastik + karung (E)
16,16 15,41 24,82 10,21
Hasil pengamatan terhadap interval daya kecambah menunjukkan bahwa
jenis kemasan plastik (C), menghasilkan interval perubahan daya kecambah
kedelai terendah dan jenis kemasan karung (D), menghasilkan interval
perubahan daya kecambah tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemasan
plastik dapat menekan laju penurunan daya kecambah benih kedelai yang lebih
baik dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya.
Hasil pengamatan berat kecambah kering menunjukkan bahwa,
kecambah kering cenderung menurun selama penyimpanan. Berat kering
kecambah mencerminkan vigor kecambah dan vigor benih. Dalam hal ini
dihubungkan dengan kekuatan kecambah, yakni kemampuan benih
menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak
menguntungkan. Sewaktu benih ditanam, bila vigor benih menurun maka
kecepatan berkecambah menjadi rendah dan berat kering benih saat
dikecambahkan menjadi rendah, yang nantinya akan menghasilkan biji yang
rendah (Justice dan Bass,2002).
28 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Interval perubahan berat kecambah kering selama penyimpanan (g)
Jenis Kemasan Varietas Kedelai
Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo
Jerigen Hitam (A) 39,08 28,88 33,12 27,99
Jerigen Putih (B) 29,89 30,33 37,70 32,52
Plastik (C) 25,66 23,61 32,65 30,97
Karung (D) 28,53 24,63 38,93 31,43
Plastik + karung (E)
27,11 26,57 37,74 28,11
Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum dan sesudah penyimpanan
disajikan dalam Tabel berikut.
Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum penyimpanan (0 bulan)
No. Varietas Air Abu Protein Lemak Serat
kasar Karbohidrat
(%)
1. Argomulyo 6,4476 5,3492 19,2130 6,7297 11,2272 51,0333
2. Anjasmoro 8,2931 4,7858 25,0297 8,6388 10,0124 43,2401
3. Burangrang 7,5706 5,1347 26,7729 7,4778 9,1955 43,8486
4. Grobogan 6,7844 5,0376 19,9692 8,2502 10,7234 49,2351
Hasil analisis proksimat kedelai setelah penyimpanan (6 bulan)
No. Varietas
Air Abu Protein Lemak Serat kasar
Karbohidrat
(%)
1. Argomulyo 8,2768 5,0192 28,3550 6,8108 17,7596 33,7787
2. Anjasmoro 8,8280 4,6749 26,6787 7,2433 17,4710 35,1040
3. Burangrang 8,2541 5,0939 29,3407 7,5998 15,6098 34,1016
4. Grobogan 7,7289 5,0095 28,6111 9,1812 16,0053 33,4640
Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum dan sesudah penyimpanan
menunjukkan terjadi peningkatan kadar air, peningkatan kadar protein,
peningkatan kadar serat kasar, dan penurunan kadar karbohidrat. Sementara
kadar abu dan kadar lemak tidak mengalami perubahan yang berarti.
2. Kajian Optimalisasi Diversifikasi Olahan Kedelai di Provinsi Lampung
Protein biji kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan susu dari
kelima varietas yang diuji berkisar antara 29,815 - 35,730 % tertinggi pada
29 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
varietas Gepak Kuning. Kandungan lemak berkisar antara 9,753 - 12,949 % dan
tertinggi yaitu varietas Argomulyo. Sedangkan kandungan karbohidrat berkisar
antara 30,882 - 34,917%, tertinggi varietas Grobogan.
a. Pembuatan Tahu
Pembuatan tahu dilakukan oleh pengrajin tahu sebanyak 4 orang. Hal
yang 2 pengrajin melakukan pemasakan secara steam sedangkan 2 pengrajin
lainnya dengan cara perebusan biasa.
Hasil analisis fisikokimia diketahui bahwa bagi pengrajin varietas bukan
masalah kunci dalam memproses kedelai menjadi tahu, tapi cara mengolah yang
membuat pengrajin mendapatkan karakter tertentu dari tahu tersebut. Tekstur
tahu yang dihasilkan pengrajin 1 dan 2 lebih baik dibandingkan dengan pengrajin
3 dan 4. Dan elastisitas tahu yang dihasilkan oleh pengrajin 1 dan 2 lebih elastis
dan berbeda nyata dengan yang dihasilkan pengrajin 3 dan 4. Dari hasil
analisis rendemen, pengrajin 2 menghasilkan rendemen tertinggi dibanding
dengan yang lain.
Dari hasil analisis sidik ragam, varietas yang digunakan sebagai bahan
baku pembuatan tahu tidak menunjukkan perbedaan sifat fisikokimia antar
varietas, sedangkan antara pengrajin memperlihatkan perbedaan sifat
fisikokimianya. Dari hasil uji lanjut DMRT 5% , diketahui bahwa kadar protein
yang dihasilkan oleh pengrajin 1 dan 2 berbeda nyata dengan kadar protein yang
dihasilkan oleh pengrajin 3 dan 4 yaitu lebih tinggi.
Uji penentuan warna dilakukan dengan menggunakan alat Chromameter
Minolta. Hal yang diamati pada pengamatan warna adalah tingkat kecerahan
(L*), kecenderungan warna merah-hijau (a*), dan kecenderungan warna kuning-
biru (b*). Nilai L* yang semakin besar menunjukkan tingkat yang semakin cerah
atau menuju putih ,nilai a* (-) semakin hijau, nilai a* (+) semakin merah, nilai
b*(-) semakin biru, nilai b* (+) semakin kuning.
Analisis Warna Tahu berbahan Baku Beberapa Varietas Kedelai Pengrajin Varietas L* a* b*
1 Gepak Kuning 90,644 2,69 12,176
Import 89,748 2,351 11,39
Anjasmoro 91,707 0,98 13,808
Argomulyo 90,986 2,222 10,523
Grobogan 91,658 0,812 16,472
2 Gepak Kuning 92,922 -0,169 12,43
30 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Import 90,439 1,444 13,621
Anjasmoro 91,74 0,273 14,113
Argomulyo 91,168 1,434 12,497
Grobogan 91,718 -0,17 17,531
3 Gepak Kuning 91,842 0,076 11,911
Import 90,26 1,419 12,506
Anjasmoro 89,87 0,674 13,509
Argomulyo 91,017 0,458 13,68
Grobogan 90,792 0,106 17,324
4 Gepak Kuning 87,77 1,378 14,972
Import 87,037 3,454 12,533
Anjasmoro 89,138 0,957 14,782
Argomulyo 89,556 1,06 14,464
Grobogan 90,074 1,101 16,422
Hasil analisis warna tahu ditampilkan pada Tabel 11. Pada Pengrajin 1
nilai L* tertinggi adalah tahu dari varietas Anjasmoro, Pengrajin 2 dan 3 tahu
dari varietas Gepak Kuning dan Pengrajin 4 adalah tahu dari varietas Grobogan.
Hal ini menunjukkan tingkat kecerahan tahu dari beberapa varietas tersebut.
Nilai L* semakin besar maka tingkat kecerahan semakin tinggi. Sedangkan nilai
a* berkisar antara - 0, 169 (tahu dari varietas Gepak Kuning pada P2) sampai
3,454 (tahu dari varietas Import pada P4). Nilai b* yang dihasilkan berkisar
antara 10, 523 (tahu dari varietas Argomulyo pada P2) sampai 16, 472 (tahu dari
varietas Grobogan pada P1).
Analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT 5%, untuk tahu mentah terdapat
interaksi perbedaan kesukaan antara warna,aroma dan penampilan. Kesukaan
panelis terhadap warna aroma dan penampilan disebabkan oleh interaksi antara
pengrajin dan varietas.
Dari hasil uji lanjut DMRT 5%, nilai organoleptik terhadap warna terbaik
ditunjukkan oleh P1V1, P1V3, P2V4 dan P4V4, terhadap aroma dan penampilan
adalah P1V3. P1V3 merupakan kombinasi antara Pengrajin 1 dengan Varietas
Anjasmoro. Secara keseluruhan Varietas Anjasmoro memberikan nilai terbaik
terhadap rasa, warna dan penampilan tahu mentah. Dan dari aspek organoleptik
ditemukan bahwa Pengrajin 1 dan Pengrajin 2 menghasilkan tahu mentah
dengan tingkat kesukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain.
Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT 5%, untuk tahu matang
terdapat interaksi perbedaan kesukaan antara warna. Dari hasil analisis uji lanjut
31 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
DMRT 5%, dari aspek varietas, Anjasmoro menunjukkan nilai terbaik terhadap
warna, aroma, rasa, tekstur dan penampilan tahu matang diikuti oleh varietas
Gepak Kuning.
b. Susu Kedelai
Kadar air susu kedelai tertinggi adalah dengan varietas Gepak Kuning dan
Anjasmoro, sedangkan terendah Argomulyo. Cara pengolahan berpengaruh
karena adanya proses perendaman pada proses pembuatan tahu yang
mengakibatkan meningkatnya kadar air susu kedelai. Kadar air susu kedelai
diperoleh berkisar anatara 94,303 - 94,314 %. Rata-rata kadar air susu kedelai
yang diolah dengan cara basah berkisar antara 91,1-94,0%, sedangkan yang
diolah dengan cara kering berkisar antara 88,7-91,2% (Ginting dan Antarlina,
2002).
Nilai viskositas tertinggi ditunjukkan oleh susu kedelai dari varietas Gepak
Kuning, diikuti dengan susu kedelai dari varietas Grobogan, Argomulyo,
Anjasmoro dan Import yang diolah dengan cara yang sama, namun Perbedaan
nilai viskositas disebabkan oleh perbedaan TPT susu kedelai yang dipengaruhi
oleh kadar karbohidrat dan proteinnya yang bervariasi antar varietas
(Kusbiantoro 1993). Selain itu, hilangnya sebagian padatan terlarut pada cara
pengolahan basah menghasilkan susu kedelai yang nilai viskositasnya lebih
rendah dibandingkan dengan cara kering. Nilai viskositas susu kedelai dari semua
perlakuan relatif dapat diterima karena kadar proteinnya hanya berkisar antara
2,788 - 3,259%. Nilai protein susu kedelai yang dihasilkan dari varietas
Anjasmoro tertinggi dibandingkan dari varietas lainnya, disusul oleh Argomulyo,
Grobogan, Gepak Kuning dan Import. Kadar lemak berkisar antara 2,010 -
2,375%, karbohidrat 0,156 - 1,034 %dan abu 0,276 - 0,329%.
Terlihat bahwa nilai L* dari susu kedelai dari lima varietas berkisar antara
73,283 – 74,943, nilai a* -2,447 sampai -2,820 dan nilai b* antara 6,723 –
10,210. Dari nilai L* disimpulkan bahwa semua varietas mempunyai warna yang
tidak berbeda sedangkan nilai b* tertinggi adalah susu kedelai dari varietas
Grobogan dan terendah varietas Gepak Kuning.
32 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Analisis Warna Susu Kedelai Varietas L* a* b*
Gepak Kuning 74,537 -2,820 6,723
Import 74,78 -2,447 8,557
Anjasmoro 74,773 -2,777 7,917
Argomulyo 73,283 -2,713 8,427
Grobogan 74,943 -2,720 10,210
Berdasarkan analisis lanjut dengan DMRT 5%, maka ternyata varietas
tidak memperlihatkan perbedaan terhadap kriteria aroma, rasa dan penampilan,
sedangkan untuk warna terdapat perbedaan dari susu yang dihasilkan. Hal ini
ditunjukkan pada nilai F pada tabel analisis sidik ragam. Ini lebih menunjukkan
bahwa susu kedelai berbahan baku beberapa varietas tersebut dapat diterima
oleh panelis, sedangkan kriteria warna memperlihatkan berbedaan antara
varietas, dan warna yang paling disukai adalah susu kedelai dari varietas
Anjasmoro.
3. Kajian Pemanfaatan Limbah Pengolahan Biji Kedelai Terhadap Performans Kambing di Provinsi Lampung Kebiasaan Peternak di Kelompok Tani memberikan pakan berupa hijauan,
limbah kulit singkong, ditambah konsentrat. Pembuatan tempe menghasilkan
banyak limbah baik yang berupa llimbah cair ataupun limbah padat.
Limbah padat berupa kulit ari kedelai dan kedelai busuk, yang dapat
dijadikan pakan sumber energi dan protein. Limbah cair berasal dari air bekas
cucian, perendaman dan perebusan masih dapat digunakan sebagai campuran
pakan ternak. Pembuatan kulit ari kedelai fermentasi akan dilakukan di Kelompok
Tani Tunas Jaya, Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera Kecamatan Kemiling, Bandar
Lampung. Kulit ari kacang kedelai diperoleh dari industri pembuatan tempe dan
tahu di Gunung Sulah, Kecamatan Way Halim, Bandar Lampung (dan
sekitarnya). Limbah kulit ari biji kedelai yang dikumpulkan berasal dari 10
pengrajin industri tempe.Terlihat bahwa protein dari limbah kulit ari biji kedelai
yang di fermentasi lebih besar (8,40 %) dibandingkan dengan hasil analisa
protein dari limbah kulit ari non fermentasi (7,59 %).
33 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Kandungan nutrien pakan limbah kulit ari biji kedelaii non fermentasi, fermentasi, konsentrat dan rumput lapang*
No Jenis
bahan
pakan
Air Abu Protein Lemak Serat
Kasar
Karbohidrat
(%)
1 FK 24.99 1.79 8.40 1.01 36.34 27.44
2. NF 21.06 1.78 7.59 0.81 38.60 30.13
3. Kt 8.60 10.00 9.39 5.17 28.00 38.81
4. RL 11.64 14.30 9.56 2.09 26.11 36.25
Analisa proksimat masing-masing perlakuan sudah dianalisa di
Laboratorium Politeknik Negeri Lampung. Data hasil penimbangan ternak
kambing dengan perlakuan pemberian limbah kulit ari biji kedelai non
fermentasi , dan pemberian limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi terlihat
pada Tabel berikut :
Data pertambahan berat badan ternak ternak kambing yang diberi perlakuan Limbah kulit ari biji kedelai
Parameter Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
Berat badan awal
(kg)
13,73 16,6 11,15 8,9 11,9
Berat badan akhir
(kg)
16,73 17,45 14,00 10,75 14,55
Pertambahan berat
badan (kg)
3,00 0,85 2,85 1,85 2,65
Pakan yang diberikan pada ternak kambing untuk masing2 perlakuan
adalah sama yaitu 6 kg/ekor/hari. Untuk Perlakuan (P0) pemberian pakan pada
pagi hari sebanyak 3 kg/ekor/hari, dan pada siang hari sebanyak 3 kg/ekor/hari
sisa pakan 0,5 kg/ekor/hari, Perlakuan (P1) pakan yang diberikan pagi 2
kg/ekor/hari, sedangkan siang hari pakan yang diberikan 4 kg/ekor/hari dengan
sisa pakan o,5 kg, perlakuan (P2) pakan yang diberikan pagi sebanyak 2
kg/ekor/hari dan siang hari 4 kg/ekor/hari, Perlakuan (P3) untuk pag pakan
yang diberikan sebanyak 2 kg dan siang hari 4 kg/ekor/hari, dan perlakuan (P4)
34 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
pakan yang diberikan pagi hari 2 kg/ekor/hari dan siang 4 kg/ekor/hari dengan
sisa pakan terlihat pada Tabel berikut ini.
Jumlah pakan dan sisa pakan limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi, fermentasi, dan rumput/hijauan yang diberikan pada ternak kambing.
Jenis Pakan Jumlah Pakan (kg)
Pagi Siang Sisa
P0 = 100% rumput/hijauan (ransum
basal/kontrol) 3 3 0,5
P1 = 70% rumput/hijauan + 30% kulit ari
kedelai non fermentasi 2 4 0,5
P2 = 70% rumput/hijauan + 10%
konsentrat + 20% kulit ari kedelai non
fermentasi
2 4 1,5
P3 = 70% rumput/hijauan + 30% kulit ari
kedelai fermentasi 2 4 0
P4 = 70% rumput/hijauan + 10%
konsentrat + 20% kulit ari kedelai
fermentasi
2 4 1,3
Dari perlakuan pemberian pakan limbah kulit ari biji kedelai non fermetasi
dan fermentasi terlihat bahwa perlakuan P0 = 100% rumput/hijauan (ransum
basal/kontrol) dengan berat awal 13,73 kg meningkat menjadi 16,73 kg, dengan
pertambahan berat badan 3,00 kg lebih besar bila dibandingkan dengan
perlakuan (P2 dan P4).
Hasil analisa proksimat yang dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri
Lampung terlihat limbah kulit ari biji kedelai yang di fermentasi protein nya lebih
tinggi yaitu : 8,40 dari limbah kulit ari biji kedelai yang non fermentasi 7,59.
Sedangkan hasil analisa terlihat karbohidrat limbah kulit ari biji kedelai yang
difermentasi lebih rendah (27,44 %) dibandingkan dengan limbah kulit ari biji
kedelai non fermentasi ( 30,13 %), sedangkan serat kasar kulit ari yang
difermentasi lebih rendah (36,34) dibandingkan dengan serat kasar limbah kulit
ari non fermentasi (38,60). Hasil analisa proksimat masing-masing perlakuan
sudah dianalisa.
35 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Pelaksanaan kegiatan selama tahun 2015 lebih kepada pemeliharaan
tanaman koleksi yang secara rutin dilakukan di KP Percobaan BPTP di Natar.
Beberapa kegiatan secara kronologis diuraikan seperti di bawah ini.
1. Pertemuan Konsolidasi dan Sosialisasi Kegiatan SDG serta Rapat Kerja Sinergi
Program Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan SDG Lingkup
Balitbangtan TA 2015. di Blitkabi Malang (Kegiatan SDG), kegiatan
dilaksanakan di Malang 15-18 Februari 2015.
Secara keseluruhan hasil pertemuan seperti hasil rumusan berikut:
Poin-poin penting dari sidang kelompok Konsorsium SDG Lokal dan
Dokumentasi SDG adalah sebagai berikut:
a. Pembagian tugas pengelolaan SDG lokal harus dipertegas sesuai tusi
masing-masing unit kerja. .
b. Pada tahun 2015, kegiatan pengelolaan SDG oleh BPTP/LPTP akan
difokuskan pada kegiatan karakterisasi, evaluasi, koleksi, dan
dokumentasi SDG serta penguatan kelembagaan pengelolaan SDG.
c. Untuk dapat melaksanakan kegiatan karakterisasi tanaman tahunan hasil
eksplorasi, setiap BPTP pada tahun 2015 diwajibkan mengklon SDG lokal
sebanyak 10 klon per aksesi untuk ditanaman di Kebun Percobaan lingkup
Puslitbanghorti sebanyak 5 klon, disimpan di kebun koleksi BPTP 2 klon
dan di petani pemilik pohon induk 3 klon, sehingga diharapkan tahun
2020, kegiatan karakterisasi SDG lokal bisa dilakukan.
d. Terkait peta inventori SDG lokal yang bersifat interaktif, Balitbangtan
perlu membuat rambu-rambu yang jelas untuk memastikan data-data
yang hanya bisa diakses terbatas dan yang bersifat umum bagi
melindungi SDG lokal dari kegiatan-kegiatan biopiracy.
e. Pada tahun 2016 BPTP/LPTP menargetkan pembuatan buku SDG lokal
komoditas durian, mangga, manggis, pisang, dan jeruk. Penulisan buku
ini diharapkan dapat melibatkan komunitas pengelola SDG yang sudah
ada.
f. Untuk SDG lokal biji-bijian, setiap BPTP harus menyediakan benih SDG
yang sebagian dapat disimpan sebagai stock collection di bank gen
Balitbangtan dan sebagai working collection di BPTP untuk kegiatan
36 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
karakterisasi dan evaluasi pada tahun 2016. Benih juga dapat digunakan
mendukung program KRPL sehingga ke depannya dapat terbentuk KRPL
dengan muatan SDG lokal spesifik masing-masing wilayah.
2. Melaksanakan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan SDG BPTP
Lampung TA 2015 di KP. Natar.
Dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Pengelolaan SDG TA
2015 yang dalam operasionalnya lebih diarahkan kepada karakterisasi dan
pengelolaan tanaman koleksi. Maka perlu penataan lebih lanjut semua koleksi
yang suda ada di KP. Natar terutama tanaman pangan lokal dalam hal ini umbi-
umbi serta tanaman buah. Diharapkan dalam perlaksaanaan TA 2015 ini koleksi
yang sudah ada dapat terpelihara dengan baik serta tertata sesuai dengan
estetika kebun koleksi SDG.
3. Melaksanakan Survei dan Karakterisasi Padi spesifik Lokasi, Kegiatan
Pengelolaan SDG
Salah satu hasil yang daat dilaporkan pada kesempatan ini adalah hasi
ltinjauan lapang keberadaan padi lokal padi Ampai di Kabupaten Mesuji.
Peninjauan dilakukan di Desa Sungai Dadap, Kecamatan Mesuji, Kabupaten
Mesuji dengan komoditas tanaman Padi Ampai. Tanaman ini sudah ditanam
sejak Tahun 1920-an, dan masih dikembangkan sampai sekarang secara turun
temurun. Keunggulan padi Ampai adalah produksi tinggi, tahan terhadap hama
dan penyakit. Hanya saja umurnya panjang 5-6 bulan dan ditanam dirawa air
dalam. Dalam peninjauan lapang untuk musim ini akan dipanen dalam minggu
kedua atau ketiga bulan April.
4. Evaluasi pelaksanaan kebun koleksi SDG pangan dan buah, Kegiatan
Pengelolaan SDG.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan SDG adalah membuat
kebun koleksi sebagai plasma nutfah. Beberapa tanaman koleksi yang sudah
ditanam adalah tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian seperti ganyong,
beberapa jenis ubi jalar, singkong dan talas. Sehubungan dengan adanya
kegiatan Agro Since Park dilakukan pemindahan lokasi penanaman menjadi sati
blok dengan tanaman buah-buahan.
5. Evaluasi pelaksanaan kebun koleksi SDG pangan dan buah, Kegiatan
Pengelolaan SDG.
37 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan SDG adalah membuat
kebun koleksi sebagai plasma nutfah. Beberapa tanaman koleksi yang sudah
ditanam adalah tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian seperti ganyong,
beberapa jenis ubi jalar, singkong dan talas. Sehubungan dengan adanya
kegiatan Agro Since Park dilakukan pemindahan lokasi penanaman menjadi sati
blok dengan tanaman buah-buahan.
AEZ-II
Agroekologi wilayah Kabupaten Tanggamus didominasi oleh lahan
bergelombang, berbukit sampai bergunung. Dari luasan 282.830 ha lahan yang
dapat direkomendasikan untuk pengembangan komoditas pangan hanya sekitar
18%. Hamparan yang direkomendasikan untuk pertanian system wanatani
sekitar 12% dan yang lebih luas yaitu sekitar 34% direkoemdasikan untuk
pengembangan tanaman tahunan (industry).
Tanaman industry yang sesuai dengan agroekologi daerah Kabupaten
Tanggamus adalah kopi. Namun dari hasil identifikasi sifat agroekologi,
pengembangan tanaman pala sebagai sumber minyak atsiri perlu
dipertimbangkan. Hasil biji dan analisis mutu minyak atsiri dari pala produksi
wilayah Tanggamus memperlihat produksi dan mutu biji yang cukup, karena
berpotensi dikembangkan.
Sifat agroekologi sebagai faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang
perlu dicarikan teknologi solusinya untuk optimasi produksi tanaman adalah
reaksi tanah masam, kelembaban tinggi dan potensi bahaya erosi besar.
Wilayah Lampung Utara mempunyai landform yang relative seragam.
Sekitarsekitar 56% dari luasan lahan 337.900 ha direkomendasikan untuk
pengembangan tanaman pangan, sekitar 22% direkomendasikan untuk system
wanatani dan untuk tanaman tahunan hanya sekitar 7%.
Lahan relative datar yang lebih luas, sangat berpotensi untuk
pengembangan tanaman pangan terutama lahan kering. Namun lahan kering di
daerah ini sifat tanah sangat eksesif masam, C organic rendah, KTK rendah dan
kejenuhan Al tinggi. Untuk optimasi produksi tanaman pangan perlu pembenah
tanah yang dapat memperbaiki factor pembatas pertumbuhan tanaman tersebut.
Luasan penanaman ubikayu yang terus bertambah tidak hanya
membahayakan eksistensi Kabupaten Lampung Utara sebagai sentra produksi
38 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
lada hitam tetapi juga mengancam terjadinya degradasi lahan yang semakin
luas. Dari hasil survey terindikasi cara budidaya ubikayu di daerah tersebut
kategori rendah input. Sementara ubikayu cenderung ke serapan hara tinggi.
Keberlanjutan usahatani lada hitam di Lampung juga semakin
memprihatinkan. Perbaikan produktivitas melalui penggunaan pupuk baik
anorganik maupun organic telah dicoba oleh sebagian petani lada. Namun
respon/efektivitas penggunaan pupuk tanaman lada masih rendah. pH tanah
zona perakaran yang eksesif masam (pH < 4,5) dan KTK sangat rendah sangat
mengurangi efektivitas pemupukan P dan juga K, Ca dan Mg. Apalagi cara
pemberian pupuk hanya disebar dipermukaan tanah. Untuk hal itu perlu inovasi
cara penggunaan bahan pembenah tanah seperti kapur dan bahan organik yang
lebih baik sehingga menyentuh area zona perakaran (0-20 cm). Dampaknya
diharapkan tidak hanya untuk perbaikan sifat kimia tetapi juga sifat fisika tanah
seperti porositas/aerasi tanah, struktur tanah, dan daya jerap air tanah.
Teknologi budidaya bawang merah spesifik lokasi
Rakitan Teknologi Budidaya Bawang Merah di Lampung
Komponen Teknologi
Teknologi
Cara Petani Perbaikan Rekomendasi
Varietas Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa
Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa
Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa
Jarak Tanam Jarak tanam di petani
20 x 15 cm 20 x 15 cm
Pemupukan: Pemupukan cara petani
100 kg/ha Urea+100 kg/ha SP-36 +100 kg/ha KCl+100 kg/ha NPK, 150 kg/ha ZA, 5 ton/ha pukan sapi/2 ton/ha pukan ayam
150 kg/ha Urea+150 kg/ha SP-36 +100 kg/ha NPK, 400 kg/ha ZA, 150 kg KCl/ha, 15 ton/ha pukan sapi/6 ton/ha pukan ayam, dolomit 500 kg/ha, pupuk hayati melalui bibit
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian cara petani
Pengendalian OPT dengan sistem PHT, perangkap kuning berperekat
Pengendalian OPT dengan sistem PHT, perlakuan pd benih, perangkap kuning berperekat, feromon-exi
Parameter yang diamati adalah, komponen pertumbuhan (tinggi tanaman
jumlah daun dan jumlah anakan). Komponen hasil (Jumlah umbi/tanaman, bobot
umbi basah, bobot umbi kering dan produksi total), serangan hama penyakit.
39 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Sampel tanaman setiap perlakuan diambil 5 ulangan dan 15 tanaman setiap
ulangan untuk pengamatan pertumbuhan dan serangan hama dan penyakit.
Analisa data menggunakan sidik ragam dengan uji lanjut Duncan pada taraf 5 %.
beririgasi.
Pada pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah umur 43 hari
didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Data Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Anakan/rumpun dan Jumlah daun/rumpun Bawang Merah di Kabupaten tanggamus
Tinggi Jumlah
Anakan/rumpun Jumlah Daun/rumpun
Cm
AV1 38,36 c 8,56 a 40,07 a
BV1 41,21 b c 10,42 a 42,32 a
CV1 46,28 a 11,98 a 41,03 a
AV2 42,73 a b c 10,62 a 34,28 a
BV2 43,86 a b 7,71 a 35,90 a
CV2 44,79 a b 8,65 a 36,79 a
Rerata 42,89 9,66 37,73
KK (%) 5,89 20,88 10,58
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom
menunjukkan itdak berbeda nyata pada taraf 5%
AV1 : Teknologi Petani Varietas Pikatan BV1 : Teknologi Perbaikan Varietas Pikatan CV1 : Teknologi Rekomendasi Varietas Pikatan AV2 : Teknologi Petani Varietas Super Philipine BV2 : Teknologi Perbaikan Varietas Super Philiphine CV2 : Teknologi Rekomendasi Varietas Super Philipine Panen bawang merah di lokasi kegiatan dilakukan dengan cara panen
ubinan (5 m2) pada umur 57 hari setelah tanam untuk semua perlakuan. Data
hasil pengamatan produksi 2 varietas pada 3 paket teknologi budidaya bawang
merah di Kabupaten Tanggamus, tersaji pada tabel berikut ini.
40 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Data Berat Panen (ton/ha), Berat Eskip (ton/ha) dan Susut Berat (%) Di Kabupaten Tanggamus
Berat Panen Berat Eskip Susut Berat
Ton/ha Ton/ha %
AV1 18,47 c 14,41 22,00
BV1 28,57 a b 22,86 19,90
CV1 31,67 a 24,86 21,51
AV2 18,87 c 14,42 23,58
BV2 25,27 b 19,38 23,30
CV2 27,93 a b 21,12 24,40
Rerata 25,13 19,51 22,45
KK (%) 14,51
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah di lokasi
kegiatan relatif rendah. Data serangan hama penyakit utama pada tanaman
bawang merah di lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Data Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah di Kabupaten Tanggamus
Ulat Grayak Fusarium Busuk Akar
% % %
AV1 22,01 a 10,67 a 30,43 a
BV1 14,99 b 4,17 c 6,50 b
CV1 10,39 b 4,33 c 0,43 b
AV2 21,59 a 9.83 a b c 32,33 a
BV2 15,12 b 6,83 b c 28,33 a
CV2 12,71 b 4,43 c 2,31 b
Rerata 16,14 6,71 16,72
KK (%) 16,61 29,58 35,25
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan itdak berbeda nyata pada taraf 5%
Penerapan ketiga paket teknologi pada budidaya bawang merah di
Tanggamus relatif tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan
tanaman. Berat panen tertinggi didapat pada perlakuan teknologi rekomendasi
Varietas Pikatan (31,67 ton/ha) dan terendah pada perlakuan teknologi petani
Varietas Pikatan (18,47 ton/ha). Teknologi rekomendasi dan teknologi perbaikan
untuk masing-masing varietas (Pikatan dan Super Philipin) tidak memberikan
pengaruh yang nyata pada produksi bawang merah di Tanggamus.
41 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Teknologi budidaya ayam KUB
Pertambahan Bobot Badan Ayam KUB
Perkembangan bobot badan ayam KUB di kedua lokasi pengkajian
ditampilkan pada tabel 1. Untuk menentukan keberhasilan usaha ternak ayam
dapat dilihat dari perkembangan bobot badan selama masa pemeliharaan. Bobot
badan merupakan indikator penilaian produktivitas dan keberhasilan manajemen
dari suatu usaha peternakan. Untuk mengetahui apakah ternak ayam KUB
tumbuh dengan baik salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan
penimbangan. Penimbangan dilakukan terhadap 10% populasi ayam.
Perkembangan Rataan Bobot Badan umur 0-18 Minggu
Umur Bobot Badan (gr)
Lampung Timur Lampung Selatan Bandar Lampung
Minggu ke-0 27,00 27,00 27,00
Minggu ke-2 112,74 112,41 121,23
Minggu ke-4 303,29 296,35 312,54
Minggu ke-8 754,80 680,85 798,21
Minggu ke-12 1126,20 1011,40 1.257,00
Minggu ke-16 1450,20 1.346,50 1.490,50
Minggu ke-18 1488,00 1.500,12 1.553,00
Perkembangan DOC umur 0 hingga 18 minggu yang terbaik itu
ditampilkan ayam KUB yang dipelihara peternak Bandar Lampung diikuti oleh
peternak Lampung Timur dan yang terendah oleh peternak Lampung Selatan.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini.
Peningkatan bobot badan dari minggu ke-4 hingga minggu-12 masing-
masing perlakuan cukup besar karena masa ini adalah masa pertumbuhan
sehingga apabila kuantitas dan kualitas pakan tidak tercukupi akan mengganggu
pertumbuhan ayam KUB. Pertumbuhan bobot badan ayam KUB dari minggu ke
12 hingga ke minggu 18 tidak secepat minggu ke 4 hingga minggu ke 12, hal ini
disebabkan ayam KUB sudah mulai belajar bertelur. Berbeda halnya dengan
Lampung Selatan pertumbuhan ayam KUB hingga minggu ke 18 masih
memperlihatkan tren pertambahan bobot badan yang baik.
Aktivitas penimbangan bobot badan dilakukan setiap bulan kecuali pada
umur 1 minggu hingga umur 4 minggu dilakuan setiap 2 minggu, selain
melakukan penimbangan juga dilakukan penyuluhan/penjelasan mengenai
42 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
teknologi terkait dengan ayam KUB seperti bagaimana cara menyusun ransum
ayam berdasarkan sumber pakan yang tersedia di lokasi, standar nutrisi yang
dibutuhkan oleh ternak ayam KUB, vaksinasi, cara pembibitan ayam KUB dan
pentingnya sanitasi kandang.
Konsumsi Pakan selama Pengkajian
Konumsi pakan ayam KUB hingga umur 18 minggu pengkajian
ditampilkan pada tabel 2. Konsumsi Pakan yang terbesar ditampilkam ayam
KUB yang dipelihara di Bandar Lampung diikuti ayam KUB yang dipelihara
peternak Lampung Timur dan terendah ditampilkan ayam KUB yang dipelihara di
Lampung Selatan.
Konsumsi pakan harian selama Pengkajian.
Umur
Konsumsi pakan (gram)
Lampung Timur Lampung Selatan
Bandar Lampung
Minggu ke-0 6 7 8
Minggu ke-2 15 14 19
Minggu ke-4 30 26 38
Minggu ke-8 55 50 63
Minggu ke-12 70 69 82
Minggu ke -16 90 89 97
> Minggu ke-16 100 95 112
Tingginya konsumsi ransum ini dikuti dengan pertambahan bobot badan
harian yang ditampilkan ayam KUB di Bandar Lampung dan penyediaan pakan
yang ad-libitum sedangkan untuk Lampung Timur dan Lampung Selatan
pemberian pakan dibatasi dan tidak konsistennya peternak terhadap komposisi
ransum yang dianjurkan hal ini disebabkan terbatasnya dana yang dimiliki
peternak seperti terlihat pada grafik 2. Pada grafik ini terlihat bahwa ayam KUB
yang dipelihara di Bandar Lampung mengkonsumsi pakan yang tertinggi dari
minggu pertama hingga minggu ke 16.
Pada minggu ke 4 hingga minggu ke 7 membutuhkan kualitas dan
kwantitas pakan yang besar karena pada masa inilah masa pertumbuhan dan
apabila ini tdk tercukupi maka akan terjadi kanibal seperti yang terjadi di
Lampung Timur dan Lampung Selatan. Bahkan satu diantara dua peternak di
Lampung Selatan terpaksa harus mengalami kerugian yang besar karena tidak
sanggup menyediakan dana untuk membeli pakan dan kebutuhan keluarga
43 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
sehingga sang suami sebagai kepala keluarga sering meninggalkan keluarga
bekerja di kebun kopi keluarga yang letaknya jauh dari kediaman peternak.
Sebanyak 150 ekor ayam yang telah diserahkan untuk tanggung jawabnya sesuai
dengan kesepakatan tidak berhasil dan dianggap gagal.
Umur Pertama bertelur
Untuk memaksimalkan jumlah produksi telur dan efisiensi penggunaan
pakan dilakukan seleksi terhadap ayam betina dan jantan yang tidak produktif.
Rataan umur pertama bertelur ayam KUB di ketiga wilayah pengkajian
ditampilkan pada Tabel berikut ini.
Rataan Umur Pertama Bertelur
Lokasi Jumlah ayam
bertelur (ekor)
Jumlah Betina
dewasa (ekor)
Umur pertama
bertelur (minggu)
Lampung Timur 226 245 20
Lampung Selatan 216 238 28
Bandar Lampung 40 50 18
Terlihat bahwa ayam KUB yang dipelihara di Bandar Lampung bertelur
pada umur 18 minggu dengan bobot telur 36 gr dan lebih cepat dibandingkan
dengan Rekomendasi Balitnak yang mulai bertelur umur 20-22 minggu, Lampung
Timur ayam KUB bertelur pertama pada umur 20 minggu sesuai dengan
rekomendasi Balitnak sedangkan Lampung selatan baru bertelur sesudah umur
28 minggu. Cepatnya bertelur Ayam KUB yang dipeiihara ini diduga karena
sebelumnya sudah tersedianya ayam KUB yang sedang bertelur dan adanya
ayam pejantan yang sudah siap kawin.
Keterlambatan bertelur pada ayam KUB di Lampung Selatan tidak
terlepas akibat rendahnya kualitas dan kwantitas pakan yang diberikan. Adanya
perbedaan umur pertama bertelur ini mencerminkan pengaruh faktor genetik dan
status gizi pakan.
Mortalitas Ayam KUB
Angka kematian ayam KUB senama 16 minggu pengkajian terjadi 16.95
% kematian anak ayam dari seluruh populasi ayam KUB di ketiga wilayah
pengkajian. Akan tetapi persentase angka kematian dari populasi yang
dipelihara, persentase kematian tertinggi terjadi di Lampung Timur (14.32 %),
44 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Lampung Selatan (9.68 %) dan angka terendah adalah Bandar Lampung (1.82
%).
Tingkat Mortalitas Ayam KUB Selama Pengkajian.
Umur
Tingkat Kematian (ekor)
Lampung Timur
Lampung Selatan
Bandar Lampung
Minggu ke-0 3 12 4
Minggu ke-2 - 8 2
Minggu ke-4 60 29 -
Mingggu ke-8 - 40 -
Minggu ke-12 - 3 -
Mingggu ke-16 - - -
>Minggu ke-16 - - -
Jumlah 63 92 6
Penyebab kematian yang tinggi pada minggu ke 4 pada Lampung Timur
dan Lampung Selatan antara lain disebabkan terjadinya kanibal. Kanibal ini
diduga dipicu oleh rendahnya kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan,
sebagai solusi tim peneliti menyarankan pemberian hijauan berupa bayan dan
kangkung dan hasinya mulai membaik dengan pemberian hijauan dan
diberikannya bantuan pakan.
Total pagu anggaran yang diterima kegiatan-kegiatan pada indikator
kinerja ini sebesar Rp. 1.059.400.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp.
1.054.567.737,- atau 99,55% dari pagu anggaran.
Sasaran 2 : Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifk lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari
implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015
TARGET CAPAIAN %
Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna
5 5 100
45 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Indikator kinerja sasaran pada sasaran ini pada Tahun 2015 telah
mencapai hasil yang ditargetkan dengan nilai capaian 100%. Sasaran ini dicapai
melalui kegiatan Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi/Penyuluh. Judul
teknologi yang didiseminasikan pada kegiatan ini adalah:
Teknologi PTT Padi sawah Irigasi
Teknologi Katam
Teknologi Indojarwo Transplanter
Teknologi PTT Kedelai
Teknologi PTT Padi Rawa
Teknologi Budidaya Ayam KUB
Teknologi Budidaya Itik PMP
Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi/Penyuluh dicapai melalui
kegiatan sebagai berikut:
a. Adopsi Teknologi Hasil Litkaji.
b. Diseminasi Melalui Media TV dan Koran (Teknologi Katam)
Kegiatan yang dilakukan adalah : (1) pengambilan dokumentasi atau
gambar kegiatan sosialisasi di 3 kabupaten yaitu Lampung Selatan, Way
Kanan dan pringsewu dan (2) Diskusi interaktif melalui media TV pada
tanggal 12 November 2015 dengan tema “Perkiraan Musim Hujan (MH)
2015/2016 Dan Pemanfaatan Kalender Tanam Terpadu” yang dilaksanakan
di Stasiun TVRI Tanjung Karang Provinsi Lampung
c. Gelar Teknologi dan Temu lapang (teknologi Indojarwo Transplanter)
Gelar teknologi Jarwo transplanster dilakukan di 2 (dua) lokasi, yaitu di
Kabupaten Lampung Timur dan kabupaten Pringsewu. Teknologi yang
digelar adalah sistim tanam Jejer Legowo 2:1 dengan menggunakan jarwo
transplanter. Temu lapang dilaksanakan baik di Kabupaten Lampung Timur
maupun Prinsewu. Di Kabupaten Lampung dilaksanakan pada tanggal 15
Agustus 2015, sedangkan di Kabupaten Pringsewu pada tanggal 21
September 2015
d. Pameran
- Pameran Dalam Rangka Harteknas (Hari Teknologi Nasional) ke-20 Pameran dalam rangka Harteknas ke-20 dilaksanakan di Lapangan
KORPRI Bandar Lampung pada tanggal 10 Agustus 2015. Pameran ini
46 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
merupakan rangkaian dari peringatan Hari Kebangkitan Teknologi
Nasioanal Provinsi Lampung.
- Pameran Lampung Fair Tahun 2015.
Pameran dilaksanakan selama 16 (enam belas) hari sejak tanggal 5
Sepotember s.d. 20 Septemberi 2015 di Lapangan PKOR Way Halaim
Bandar Lampung. Pameran diikuti oleh Dinas/Instansi dari masing-
masing kabupaten dan kota se Provinsi Lampung. Selain itu juga
diikuti oleh BUMN dan Swasta yang ada di Provinsi Lampung.
e. Visitor Plot
Kegiatan visitor plot berlokasi di KP. Natar Kabupaten Lampung Selatan,
KP. Tegineneng, Kabupaten Lampung Selatan, dan Laboratorium
Diseminasi Kabupaten Pesawaran.
Sasarannya adalah petani, penyuluh/petugas lapang/pengguna lainnya.
Media yang digunakan berupa : (1) media cetak (berupa leaflet, brosur), (2)
siaran TV, dan (3) Pameran, (4) visitor plot, (5) sosialisasi.
Total pagu anggaran yang diterima kegiatan pada indikator kinerja ini
sebesar Rp. 893.063.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp. 883.827.205,-
atau 98,97% dari pagu anggaran.
Sasaran 3 : Terlaksananya kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan 6 (enam) indikator
kinerja. Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat
digambarkan sebagai berikut:
INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015
TARGET CAPAIAN %
Jumlah laporan kegiat-an pendampingan
model diseminasi SDMC dan program strategis
6 laporan 6 laporan 100
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2015 telah
tercapai (100%). Sasaran ini dicapai melalui 9 (sembilan) kegiatan yaitu:
(1) Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Pangan,
47 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
(2) Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Hortikultura,
(3) Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Perkebunan,
(4) Pendampingan Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian
Nasional Peternakan Sapi,
(5) Pendampingan KRPL di Provinsi Lampunf,
(6) Kalender Tanam (KATAM)
(7) Identifikasi CL, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS,
PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan
(8) Pendampingan PUAP
(9) Agro Sains Park KP Natar
Rinciannya adalah sebagai berikut:
Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan
a. Pendampingan Kawasan Padi Pendampingan pengembangan kawasan padi dilaksanakan di 2 kabupaten
lokasi pengembangan GP-PTT Padi, yaitu di Kabupaten Lampung Timur
(Kecamatan Jabung, Pasir Sakti, Gunung Pelindung, Melinting) dan Tanggamus
(Kecamatan Kota Agung Timur, Kota Agung, Kota Agung Barat, Wonosobo,
Bandar Negeri Semong). Adapun luas pengembangan GP-PTT padi sebagaimana
disajikan pada tabel di bawah ini :
Lokasi, Luas dan Jumlah Kelompok Tani Pelaksana GP-PTT Kawasan Padi di Lampung, Tahun 2015
No. Lokasi
Luas (Ha) Jumlah Kelompok Kabupaten Kecamatan
1. Lampung Timur Pasir Sakti 850 34
Jabung 850 34
Gunung Pelindung 450 18
Melinting 350 14
Jumlah I 2.500 100
2. Tanggamus Kota Agung Timur 650 32
Kota Agung 350 18
Kota Agung Barat 690 32
Wonosobo 464 25
Bandar Negeri
Semong
346 21
Jumlah II 2.500 128
Total 5.000 228
48 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Komponen PTT Padi terdiri dari komponen teknologi dasar dan komponen
teknologi pilihan. Sementara ini dari hasil pengamatan, penerapan komponen
teknologi PTT, sebagaimana disajikan pada Tabel berikut :
Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi MT II – MT III di Lampung, 2015
No Komponen Teknologi
Jumlah poktan
yang didampingi
(unit)
Jumlah poktan
yang menerapkan
teknologi (unit)
Persentasi yang
menerapkan
teknologi (%)
Komponen Dasar
1 Varietas unggul baru 228 46 20,18
2 Benih bermutu dan berlabel 228 228 100,00
3 Pemberian bahan organic 228 228 100,00
4 Pengaturan populasi tanaman
Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya)
228 228 100,00
5 Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status
hara tanah
228 34 14,91
6 Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT
228 125 54,82
Rata-rata 64.985
Komponen Pilihan
7 Pengolahan lahan yang baik 228
228 100,00
8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 228 171 75,00
9 Tanam bibit 1 – 3 batang per
rumpun
228 228 100,00
10 Pengairan secara efektif dan efisien (intermitten)
228 100 43,86
11 Penyiangan mekanis (bisa dgn
bantuan alat gasrok, landak, dll)
228
103 45,18
12 Panen tepat waktu dan segera
dirontok dan dikeringkan
228 228 100,00
Rata-rata 77.34
Keterangan:
Tingkat adopsi rendah (0 % – 33,33 %)
Tingkat Adopsi sedang ( 33,34 % – 66,67 %)
Tingkat adopsi tinggi (66,68 – 100 %)
Uji adaptasi VUB padi yang dilaksanakan Kabupaten Lampung Timur ada
4 unit (titik) dan Tanggamus 5 unit, lebih jelasnya sebagaimana disajikan pada
table 3. Uji adaptasi VUB dilaksanakan dalam hamparan kelompok tani GP-PTT
atau di luar namun berhimpitan dengan hamparan GP-PTT. VUB yang digunakan
dalam uji adaptasi adalah Inpari 26, Inpari 29, Inpari 30 dan Inpari 31 secara
keseluruhan seluas 1 – 1,5 ha. Sedangkan varietas pembandingnya sebagian
49 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
besar adalah Ciherang dan Mekongga. Adapaun produktivitas padi dalam uji
adaptasi VUB, sebagaimana disajikan dalam Tabel berikut.
Produktivitas Padi Uji Adaptasi VUB pada MT II–MT III di Lampung,Tahun 2015
No. Kelompok Tani/Desa/
Kecamatan/Kabupaten.
Produktivitas VUB (kg/ha) Ciherang*) Inpari
26 Inpari
29 Inpari
30 Inpari
31 Rata-rata
1 Sido Rukun, Desa Mulyosari,
Kec. Pasir Sakti, Kab. Lampung Timur
55.14 64.19 77.89 81.43 65.74 52.71
2 Harapan II, Desa Adi Luhur,
Kec. Jabung, Kab. Lampung Timur
92.40
92.40 69.30
3 Marga Melinting Selatan, Desa Negeri Agung, Kec.
Gunung Pelindung, Kab.
Lampung Timur
84.00 48.00 66.00 68.00
4 Bunga Tanjung, Desa
Tanjung Aji, Kec. Melinting,
Kab. Lampung Timur
68.33 80.83 70.00 85.00 76.04 74.24
5 Khanggom Jejama II, Desa,
kec. Kota Agung Barat, Kab. Tanggamus
48.50 51.50 42.50 37.50 45.00 46.00
6 Mak Ku Nyana, Desa Kota
Agung, kec. Kota Agung, Kab. Tanggamus
83.33 76.10 88.40 94.00 85.46 64.96
7 Tunas Harapan, Desa Gn.
Doh, Kec. Bandar Negeri Semong, Kab. Tanggamus
83.52 79.20 90.72 95.04 87.12
8 Panca Usaha, Desa Lakaran,
Kec. Wonosobo, Kab. Tanggamus
89.00 79.00 68.00 84.00 80.00 67.00
9 Kec. Kota Agung Timur, Kab.
Tanggamus
52.00 52.00 68.00 52.00 56.00 54.00
Rata-rata 68.55 70.85 74.74 72.12 72.64 62.03
Keterangan: Adaptabilitas tinggi, jika produktivitas > 4,36
Adaptabilitas sedang, jika produktivitas 2,19 – 4,36
Adaptabilitas rendah, jika produktivitas < 2,19
*). Varietas pembanding
Lokasi display diletakkan di dalam hamparan GP-PTT atau di di luar tetapi
berhimpitan dengan hamparan GP-PTT. Display dilaksanakan di hamparan
kelompok tani masing-masing kabupaten 4 – 5 unit (titik) seluas 1 - 1,5 ha
varietas yang diperkanalkan adalah Inpari 26 dan Inpari 30. Adapun teknologi
yang diintroduksikan dalam display adalah komponen PTT secara lengkap
spesifik lokasi seperti penggunaan VUB, pupuk organik 2 ton/ha, bibit muda,
jumlah bibit 1-3 batang per lubang, sistem tanam jejer legowo 2:1, dan 4:1
50 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
secara manual dan atau dengan menggunakan mesin tanam Rice Transplanter,
pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan BWD, PUTS/PUTR, pengendalian
OPT secara terpadu, penyiangan dengan gasrok dan kombinasi dengan
herbisida, panen tepat waktu dan gabah segera dirontok dengan power tresher
atau combine havester.
Display PTT dalam pendampingan pengembangan kawasan padi
dilaksanakan pada MT II bulan Juni 2015, yaitu kegiatan semai dilaksanakan
minggu II Juni – Minggu IV Juni 2015, penanaman minggu I Juli – minggu III
Juli 2015. Sedangkan panen minggu IV September - minggu III November 2015.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cukup sehat dan subur, akan tetapi
permasalahan yang dihadapi petani diantaranya serangan hama kepinding tanah,
penggerek batang dan penyakit hawar daun bakteri dan blas atau kekeringan,
dapat diatasi dengan baik dan tidak bepengaruh terhadap penurunan
produktivitas yang signifikan. Adapun produktivitas padi dengan penerapan PTT
lebih tinggi dibandingkan di luar PTT, sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.
Pelaksanaan Display/Demplot PTT Padi MT II di Lampung, Tahun 2015
No. Poktan pelaksana
Demplot
Paket teknologi yang
diterapkan1)
Produktivitas di dalam
Demplot PTT
Produktivitas di luar
Demplot (petani
sekitar demplot)
Varietas (ku/ha) Varietas (ku/ha)
1 Tri Tunggal 3, Desa
Adirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten
Lampung Timur
1, 3, 4, 5, 6,
7, 8
Inpari 26,
Inpari 30
66,00
71,44
Ciherang 61,00
2 Karya Sari, Desa Dadi Sari, Kecamatan
Wonosobo, Kabupaten Tanggamus
1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Inpari 26
Inpari 30
78,0
75,8
Ciherang 76,0
Rata-rata 72,81 68,50
b. Pendampingan kawasan ubi kayu
Pendampingan kawasan ubikayu ini dilakukan dengan 2 (dua) metoda,
yaitu pelatihan dan temu lapang. Pelatihan petani dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi
yaitu di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung tengah , dan Lampung Timur.
Secara rinci tempat, tanggal pelaksanaan , materi pelatihan yang disampaikan
dan jumlah peserta dapat dilihat pada table berikut.
51 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Tempat, waktu, materi dan jumlah peserta pelatihan PTT ubi kayu
No Tempat Waktu Materi Jumlah Peserta (orang)
1. Kabupaten Tulang Bawang (Desa Lingai)
20 Novenber 2015
Program
pengembangan
ubi kayu di
Tulang Bawang
PTT Ubikayu
Dinamika
Kelompok
40
2. Kabupaten Lampung Tengah (Desa Bandar Sakti)
25 Novemver 2015
Program
pengembangan
ubi kayu di
Lampung
Tengah
PTT Ubikayu
Dinamika
Kelompok
40
3. Kabupaten Lampung Timur (Kedaton II)
03 Desember 2015
PTT Ubikayu
Pengendalian
OPT
Dinamika
Kelompok
40
Temu lapang hanya dilaksanakan di Desa Lingai, Kecamatan Menggala
Timur, Kabupaten Tulang Bawang. Temu lapngan ini dilaksanakan pada tanggal
19 Desember 2015. Jumlah peserta sebanyak 120 orang, antara lain dihadiri oleh
Koordinator penyuluh dar BP4K yang mewakili BP4K, Dinas Pertanian, BP3K,
Camat Kepala Wilayah Menggala Timur, Kepala Desa dan para petani koperator
dan petani di sekitar Desa Lingai.
c. Pendampingan kawasan kedelai
Sosialisasi dan pelatihan petani telah dilakukan di Desa Kekatung,
Kecamatan DenteTeladas, Kabupaten Tulang Bawang. Penanaman kedelai pada
lokasi Display 1,5 ha, dan VUB 1,5 ha. Selanjutnya dilakukan penambahan
penanaman baru seluas 3 ha.
Pelaksanaan temu lapang dilakukan pada tanggal 28 September 2015.
Temu lapang dihadiri sekitar 200 petani, BP4K, Kodim, Polsek, dan penyuluh
swadaya setempat dengan pelaksanaan di areal milik petani. Nara sumber
52 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
disampaikan oleh Kepala BP4K, BPTP, dinas pertanian setempat. Acara meliputi
sambutan, pengarahan dan diakhiri dengan panen raya. Hasil ubinan yang
didapatkan di lahan milik Pak Aeb 4 kg, Pak warto 2,7 kg, Pak ayat 3,4kg untuk
varietas Anjasmoro dan 1,5 kg untuk varietas Grobogan.
Pada MK I/2015 rata-rata lahan sawah petani mengalami kekeringan.
Hal ini menyebabkan masalah baik pada lahan sawah yang telah ditanamani
(Pertumbuhan tidak optimal) maupun berdampak pada penundaan waktu tanam
pada lahan yang belum diolah karena tidak mendapatkan jatah air. Namun kalau
hujan lahan akan terendam air. Kondisi areal juga dengan air laut, sehingga
salinitas tinggi. Jika kemarau air parit/got asin, sehingga sulit untuk dilakukan
pompanisasi. Pertanaman kedlai juga ada yang mengalami serangan hama
penyakit. Selain itu petani juga mengalami kendala kelangkaan pupuk NPK
Phonska.
Masalah kekeringan yang dihadapi petani diatasi dengan melakukan
pompanisasi selama konsidi air tidak tercampur dengan air laut. Sedangkan
umumnya lahan demplot hanya mengandalkan hujan karena air di selokan tidak
dapat digunakan. Pengendalian hama sudah dilakukan dengan pengendalian
PHT. Kondisi kelangkaan pupuk NPK Phonska telah diatasi dengan menggunakan
pupuk alternatif yang tersedia atau menggunakan pupuk SP-36 dan KCl tetapi
tidak sesuai dengan dosis rekomendasi.
Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura
Dari hasil koordinasi didapatkan lokasi-lokasi kawasan yang akan di
dampingi sebagai berikut :
Lokasi kawasan pengembangan cabi merah, bawang merah dan jeruk yang akan didampingi No Komoditi Tempat Kel. tani Luas (ha)
1. Cabai merah
a. Kabupaten Lampung
Tengah. Kecamatan Kalirejo, Desa Watu
Agung
Agung Makmur III
10
b. Kabupaten Tanggamus.
Kecamatan
Sumberejo, Desa Simpang kanan
Tani Maju 1
c. Kabupaten Lampung Karya Bakti II 1
53 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Selatan. Kecamatan
Ketapang, Desa Tri Dharmayoga
d. Kabupaten Mesuji. Kecamatan Tanjung
Raya, Desa Tanjung
Sari
Karya Sari 10
e. Kabupaten
Pesawaran.
Kecamatan Padang Cermin, Desa Gayau
Mulya Tani 5
f. Kabupaten Pringsewu. Kecamatan
Pardasuka, Desa
Sukorejo
Mangga 8
2 Bawang Merah
g. Kabupaten Lampung
Tengah. Kecamatan
Kalirejo, Desa Sri Purnomo
Barokah 1
h. Kabupaten Tanggamus.
Kecamatan
Sumberejo, Desa Margodadi
Kuntum Mekar 5
i. Kabupaten Lampung
Selatan. Kecamatan Ketapang, Desa
Pematang Pasir
Tri Karya Makmur
2
j. Kodya Metro,
Kecamatan Metro
Utara, Desa Purwo Asri
Sri Mentani 1
3. Jeruk k. Kabupaten Way
kanan. Kecamatan Negeri Agung, Desa
Tanjung Rejo
Harapan Mulya/ Sinar Makmur
25
l. Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan
Tanjung Sari, Desa Mulyo Sari
Suka Rukun 5
Demplot kegiatan cabai merah ditujukan untuk penanaman cabai merah
pada lahan kering. Kegiatan ini untuk mendampingi kegiatan Dinas Tanaman
Pangan dan Hortikultura yaitu gerakan tanam cabai di lahan kering (GTCK)
Luasan demplot 0,25 ha. Penanaman cabai merah dimulai pada tanggal 21
November 2015. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai
berikut :
54 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan
1. Varietas yang digunakan adalah varietas hibrida seperti Lado, Taro, TM, yang dibeli pada kios saprodi.
2. Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian pembuatan bedengan
3. Persemaian dilakukan dengan menyebar langsung bibit pada plastik kantong plastik kecil.
Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C) atau larutan Previcur N (1 cc/l) selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5 minggu.
4. Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang digunakan 50x50 cm, tanaman cabai ditanam secara tumpang sari dengan tanaman sayuran lain seperti sawi. Budidaya dilakukan di lahan kering dengan pola tanam cabai, jagung.
5. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 5 ton/ha, urea 400 kg/ha pada umur 3 MST, SP36 400 kg umur 3 MST, dan NPK diberikan dua kali umur 6 MST sebanyak 60 kg dan umur 9 MST sebanyak 60 kg/ha.
Pupuk kandang ayam 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak 700 kg/ha diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata dengan tanah. Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK 15:15:15
55 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
yang dicairkan (1,5-2 g/l air), dengan volume semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut diberikan mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap 10-15 hari sekali.
6. Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan Herbisida sebanyak 3 kali yaitu umur 20, 40, dan 70 MST dengan herbisida Roundap. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan penyemprotan dengan pestisida antara lain Pastak, regen, dimolis, deger, pegasus, dithan, victori. Belum menggunkan pestisida nabati.
Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan mikroba tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan mengurangi serangan hama. Mulsa dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau, yang diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik hitam perak untuk musim kemarau dan musim hujan. Penyulaman dilakukan paling lambat 1–2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi) atau dengan disiram perlubang. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian ajir dilakukan untuk menopang berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama sebaiknya dipangkas. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT.
Penanaman bawang merah dimulai pada tanggal akhir Nopember 2015.
Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai berikut:
Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonolgi yang perlu diperbaiki pada demplot bawang merah.
No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan
1. Varietas yang digunakan adalah varietas Bima brebes dibeli pada petani di brebes, tidak bersertifikat.
Selain Bima juga di tanam varietas Pikatan dan mentes. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang sudah sukup tua umurnya, yaitu sekitar 60-90 hari setelah tanam (tergantung varietas).
56 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Umbi sebaiknya berukuran sedang (5-10 g). Penampilan umbi bibit harus segar dan sehat, bernas (padat, tidak keriput), dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit sudah siap ditanam apabila telah disimpan selama 2–4 bulan sejak panen, dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Cara penyimpanan umbi bibit yang baik adalah menyimpannya dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan pengasapan.
2. Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian pembuatan bedengan
3. Cara dan sistem tanam dengan menanam langsung bibit di bedengan. Jarak tanam yang digunakan 15x15 cm. Budidaya dilakukan di lahan sawah dengan pola tanam bawang, padi.
Bibit yang siap tanam dirompes, pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah belum siap benar ditanam (pertumbuhan tunas dalam umbi 80%). Tujuan pemotongan umbi bibit adalah untuk memecahkan masa dormansi dan mempercepat pertumbuhan tunas tanaman.
4. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 5 ton/ha, SP36 100 kg/ha, dan NPK diberikan sebanyak 100 kg/ha.
Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar berupa pupuk buatan TSP (90 kg P
2O
5/ha) disebar serta
diaduk rata dengan tanah satu sampai tiga hari sebelum tanam. Pupuk susulan berupa 180 kg N/ha (½ N Urea + ½ N ZA) dan K
2O (50-100 kg/ha). Pemupukan
susulan I dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing ½ dosis
5. Pemeliharaan penyiangan gulma dilekukan dengan menggunakan herbisida, penyiraman dilakukan dua kali sehari pagi dan sore, serta waktu setelah turun hujan.
Pertanaman di lahan bekas sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam keadaan terik matahari. Di musim kemarau, biasanya disiram satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak
57 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
tanam sampai umur menjelang panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujanhanya ditujukan untuk membilas daun tanaman, dari tanah yang menempel pada daun bawang merah. Pada bawang merah periode kritis karena kekurangan air terjadi saat pembentukan umbi, sehingga dapat menurunkan produksi. Untuk mengatasi masalah ini perlu pengaturan ketinggian muka air tanah (khusus pada lahan bekas sawah) dan frekuensi pemberian air pada tanaman bawang merah. Pertumbuhan gulma pada pertanaman bawang merah yang masih muda sampai umur 2 minggu sangat cepat. Oleh karena itu penyiangan merupakan suatu keharusan dan sangat efektif untuk mengurangi kompetisi dengan gulma. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT.
Untuk kegiatan pendampingn jeruk dilakukan super impose di lahan
petani dengan melakukan perbaikan khususnya dalam mengendalian penyakit
busuk diplodia.
Pelatihan petani pada lokasi pengembangan kawasan hortikulktura
disajikan pada tabel berikut ini :
58 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Waktu Tempat Peserta Bentuk Kegiatan
(Nara sumber)
11Agustus 2015
Kantor BP3K, Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan petani Cabai Merah
Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)
13 Agustus 2015
Balai Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan petani Cabai Merah
Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)
27Agustus 2015
Kantor BP3K, Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan cabai, sertapetani Calon penangkar bawang merah
Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah).
59 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
17September 2015
Rumah ketua kelompok tani Mulya Tani (Bapak Slamet). Desa Gayau, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah.
Pelatihan petaniCabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Danarsi Diptaningsari, SP, MSi dengan judul “Budidaya Cabai Merah”.
3. Jaelani dengan judul “PHT Cabai Merah”
28 September 2015
Rumah ketua kelompok tani Mangga 2, (Bapak Soitun). Desa Sukorejo, Kec. Pardasuka, Kab. Pringsewu.
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah
Pelatihan petaniCabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Danarsi Diptaningsari, SP, MSi dengan judul “Budidaya Cabai Merah”.
3. Ir. Jamhari HP, MP, dengan judul “Agribisnis Cabai Merah”
01 Oktober 2015
Kantor BP3K, Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah
Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
3. Daliman SP “Praktek lapang Budidaya Bawang Merah).
60 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
08 Oktober 2015
Rumah ketua kelompok tani Suka Rukun, (Bapak Suwarto). Desa Mulyosari, Kec. Tanjung Sari, Kab. Lampung Selatan.
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan jeruk.
Pelatihan petaniJeruk. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT tanaman jeruk dan pengendaliannya “
2. Ir. Firdausil AB, MS “ Budiya Jeruk Sehat “
3. Ir. Jamhari HP, MS “Agribisnis Jeruk”.
22 Oktober 2015
Rumah ketua kelompok tani Harapan Mulya, (Bapak Mahpuddin). Desa Tanjung Rejo, Kec. Negeri Agung, Kab. Way Kanan
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan jeruk.
Pelatihan petaniJeruk. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT tanaman jeruk dan pengendaliannya “
2. Ir. Firdausil AB, MS “ Budiya Jeruk Sehat “
11 November 2015
Kantor BP3K, Kecamatan Metro Utara Kodya Metro
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan Bawang Merah
Pelatihan petani Bawang Merah Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Bawang Merah “
2. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah).
Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional
Tanaman Perkebunan
Pendampingan kawasan tanaman perkebunan tebu dilaksanakan dengan
mengadakan pelatihan teknologi tebu terpadu dan pembuatan demplot tebu
rawat ratoon dengan budidaya intensif.
61 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
1. Pelatihan
Pelatihan petani dilaksanakan di laksanakan di 3 (tiga) lokasi yaitu: desa
Candi Rejo, desa Purnama Tunggal dan desa Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way
Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah yang merupakan kawasan
pengembangan tanaman tebu. Secara rinci kegiatan pelatihan tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut.
No. Tempat Waktu Materi Jumlah
Peserta
1. Desa Candi
Rejo
4 September
2015
Praktek pembuatan KBI (Kebun
Bibit Induk) tanaman tebu G2
15
orang
2. Desa
Purnama
Tunggal
19, 20, 23, 26
Nopember
2015
Persiapan/pengolahan tanah,
pemilihan bibit tebu, penanaman
tebu, pemupukan, pengairan,
pemeliharaan taanaman
pengendalian organisme
pengganggu tanaman, panen,
tebang muat angkut (TMA),
kelembagaan petani dan praktek
pembuatan kompos
35
orang
3. Tanjung
Ratu Ilir
30 Nopember,
4, 7 dan 10
Desember
2015
Persiapan/pengolahan tanah,
pemilihan bibit tebu, penanaman
tebu, pemupukan, pengairan,
pemeliharaan taanaman
pengendalian organisme
pengganggu tanaman, panen,
tebang muat angkut (TMA),
kelembagaan petani dan praktek
pembuatan kompos
35
orang
2. Demplot tebu
Pendampingan teknologi melalui demplot PTT tebu dilakukan pada areal
seluas 1 ha di tengah hamparan perkebunan tebu rakyat. Demplot dibuat untuk
mempraktekkan teknologi tebu rawat ratoon dengan budidaya tebu secara
62 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
intensif. Lokasi demplot di desa Candi Rejo Kecamatan Way Pengubuan,
Lampung Tengah.
Pendampingan KRPL di Provinsi Lampung
Pelaksanaan Pendampingan dalam bentuk pelatihan teknologi telah
dilakukan di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus serta
Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran.
Peserta pelatihan berjumlah masing-masing 125 orang untuk Desa
Campang, Kecamatan Gisting dengan melibatkan anggota KWT KRPL P2KP
sebanyak 80 orang yang berasal dari Desa Sidorejo, Campang 2, Gunung Alif,
Tekad Pulpa, Sumber rejo, Gisting, Pulau panggung, Kalibening, Margodadi.
Sedangkan peserta pelatihan di Desa Sidodadi, Kecamatan Way lima berjumlah
125 orang dengan melibatkan anggota KWT KRPL P2 KP yang berada di Desa
Tanjung Rejo , Kutoarjo, Karang Rejo, Kedondong, Way Khilau, Kota Jawa,
Kuripan, Sediyamaju, Bagelen, Purworwjo, Gerning dan Desa Purworejo serta
petugas /penyuluh pendamping masing-masing Desa.
Materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan/permintaan
Kabupaten/Kota setempat meliputi: Penumbuhan koperasi, teknologi budidaya
ayam dan bebek; Teknologi pembuatan kompos dan Pembuatan pestisida nabati,
Motivasi kelompok, Pengendalian hama dan penyakit sayuran, Mengenal manfaat
buah manggis dan Teknologi pembuatan keripik pisang dan ubijalar aneka rasa.
Untuk meningkatkan pengetahuan anggota KWT KRPL dan anggota KWT
binaan P2KP, saat pertemuan kelompok diberikan beberapa materi yang
dibutuhkan oleh anggota antara lain: Manajemen kelembagaan, Budidaya ayam
KUB, Teknologi pengolahan pangan berbahan dasar ubikayu dan ubi jalar,
Perbenihan bawang merah dan cabai, Teknik Pengemasan dan pelabelan hasil
pangan serta pembuatan mol.
Penyebaran teknologi juga dilakukan melalui media cetak leaflet, brosur
dan buku-buku ke BP3K, penyuluh pendamping dan anggota KWT.
Pelatihan teknologi mendapat respon positif dari BKP setempat dan
anggota KWT KRPL P2KP dan diharapkan pendampingan oleh BPTP tetap
berkelanjutan.
63 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Kalender Tanam (KATAM)
Sosialisasi Katam dilakukan di Kabupaten Way Kanan, Pesisir Barat,
Pringsewu, Lampung Timur, Tanggamus, Lampung Selatan dan Bandar
Lampung. Peserta adalah penyuluh pertanian (BP4K dan BP3K), KUPT Dinas
Pertanian yang berasal dari setiap Kecamatan dan juga perwakilan petani yang
tergabung di dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Hasil sosialisasi Katam
di Kabupaten Way Kanan, Pesisir Barat, Pringsewu, Lampung Timur, Tanggamus,
Lampung Selatan dan Bandar Lampung. Materi yang disampaikan dalam
sosialisasi adalah teknologi yang terintegrasi dalam Katam, yang meliputi waktu
tanam potensial, rekomendasi varietas, rekomendasi pemupukan, informasi
kekeringan dan kebanjiran, Informasi Organisasi Pengganggu Tanaman (OPT),
informasi ketersediaan alsintan dan informasi Standing crop. Sosialisasi
dilakukan melalui presentasi, leaflet, dan CD yang memuat informasi sistem
kalender tanam terpadu. Sosialisasi juga dilakukan melalui media televisi, yaitu
TVRI Lampung.
Kegiatan Sosialisasi Katam Terpadu Tahun 2015 di Lampung.
No.
Lokasi Pelaksanaan Sosialisasi Kehadiran (Jumlah Orang) Jumlah
BP3K Yang Hadir Kabupaten
Jumlah Kecamatan
Penyuluh* Dinas Petani Lembaga Lain
1. Way Kanan 14 14 15 - Kodim (1) 14
2. Pesisir Barat 11 40 14 - BPTPH (1) 11
3. Pringsewu 9 33 2 - BPTPH (1) 9
4. Lampung Timur 24 12 2 60 BPTPH (1) 2
5 Tanggamus 3 30 6 60 BPTPH (1) 3
6 Lampung Selatan 17 17 19 - - 17
7 Bandar Lampung 20 83 - 37 - 20
Verifikasi dilakukan di 8 (delapan) kecamatan di Kabupaten Pringsewu
yaiu : kecamatan Pagelaran, Pringsewu, Gading Rejo, Pardasuka, Ambarawa,
Adiluwih, Banyumas dan Sukoharjo. Verifikasi dilakukan terhadap rekomendasi
pupuk N, P dan K dalam sistem informasi Katam dengan cara mengamati status
hara N, P dan K menggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS). Hasil
pengamatan status hara N, P dan K tersebut, digunakan untuk menentukan dosis
pupuk padi sawah di masing-masing kecamatan yang diverifikasi. Dosis pupuk
berdasarkan status hara digunakan untuk merevisi atau melakukan perbaikan
rekomendasi pupuk yang ada di Sistem Informasi Katam. Data hasil pengamatan
64 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
status hara menggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS), serta rekomendasi
pupuk sesuai status hara disajikan pada Tabel berikut.
Hasil Pengamatan Status Hara N, P dan K menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah dan Rekomendasi Dosis Pupuk per Kecamatan di Pringsewu.
Nama Lokasi
Status Hara dan Dosis pupuk (kg/ha)
Status N Dosis Urea (kg/ha)
Status P Dosis SP36 (kg/ha)
Status K Dosis KCl (kg/ha)
Kec. Pagelaran Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75
Kec. Pardasuka Rendah 300 Rendah 100 Sedang 75
Kec. Sukoharjo Rendah 300 Tinggi 50 Tinggi 50
Kec. Banyumas Rendah 300 Tinggi 50 Tinggi 50
Kec. Adiluwih Rendah 300 Tinggi 50 Rendah 100
Kec. Pringsewu Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75
Kec. Gading Rejo
Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75
Kec. Ambarawa Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75
Data status hara pada Tabel 2 tersebut di atas dijadikan dasar untuk
melakukan perbaikan rekomendasi dosis pupuk pada sistem informasi Katam
terpadu. Perbaikan rekomendasi dosis pupuk dalam sistem informasi Katam
disajikan pada Tabel Berikut.
Perbaikan rekomendasi pupuk pada sistem informasi Katam berdasarkan hasil verifikasi status hara.
Kecamatan
Pupuk Urea (kg/ha)
Pupuk SP36 (kg/ha)
Pupuk KCl (kg/ha)
Lama Baru Lama Baru Lama Baru
Pagelaran 250 300 50 50 50 75
Pardasuka 250 300 50 100 50 75
Sukoharjo 250 300 100 50 50 50
Banyumas 250 300 100 50 50 50
Adiluwih 250 300 100 50 50 100
Pringsewu 250 300 50 50 50 75
Gading Rejo 250 300 50 50 50 75
Ambarawa 250 300 50 50 100 75
Keterangan : a. ”Lama” adalah rekomendasi dosis pupuk yang sudah tersedia dalam
Sistem Informasi Katam. b. ”Baru” adalah perbaikan rekomendasi dosis pupuk berdasarkan status
hara tanah.
65 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan
Koordinasi tim pembina dan pendamping Upsus PJK dilaksanakan terutama
di 5 kabupaten yang menjadi tanggung jawab BPTP Lampung yaitu di Way
kanan, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Lampung Utara dan Pringsewu.
Tim pembina antara lain Dinas Pertanian kabupaten, BP4K, Komandan Kodim,
Kepala BP3K, Ka UPTD Pertanian, Dinas PU dan instansi terkait lannya. Dalam
koordinasi tersebut antara lain dibahas tentang target luas tanam di masing-
masing kabupaten, permasalahan dalam pelaksanaan Upsus PJK dan
pemecahannya. Selain dilakukan di tingkat kabupaten, koordinasi juga dilakukan
di tingkat provinsi.
Realiasi tanam padi di Provinsi lampung bulan April s.d. Minggu I
September 2015 mencapai luas 248.607 ha (75,01% dari target MT 2015 seluas
331.440 ha). Luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Provinsi Lampung
tahun 2015 menurut ARAM II 2015 BPS berturut-turut 680.217 ha, 52,57 ku/ha
dan 3.641.767 ton. Pengembangan jaringan irigasi dengan volume kegiatan
seluas 22.900 ha secara fisik telah selesai 100%.
Total keringan tanaman padi di Provinsi Lampung berdasarkan laporan
BPTPH Provinsi lampungt tanggal 1 September 2015, terkena kekeringan seluas
30.705 ha (puso 6.517 ha). Pertanaman yang mengalami kekeringan terluas
terjadi di Kabupaten : Mesuji (7.437 ha), lampung Selatan (5.505 ha), Lampung
Tengah (3.720 ha), Tualnag Bawang (2.832 ha), Pesawaran (2.232 ha), Tulang
Bawang barat (1.855 ha), Pesisir barat (1.300 ha), Pringsewu (1.288 ha, Way
kanan (1.101 ha), dan lampung Barat (1.015 ha)
Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan dalam menanggulangi
dampakm kekeringan antara lain: Pemanfaatan sumber air melalui optimalisasi
pompa air yang ada, mobiliasasi pompa air khususnya pada derah-daerah yang
masih memiliki sumber air, mengajukan usulan pengadaan pompa air untuk
mengoptimalkan sumber air yang ada, dan diusulkan agar memanfaatkan dana
corporate social responsibility (CSR) dan dan APBD Provinsi Lampung.
66 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Koordinasi Pendampingan PUAP
Hasil rekapitulasi RUB Gapoktan PUAP 2015 menunjukkan bahwa 86,09 %
digunakan untuk mendukung usaha agribisnis budidaya tanaman dan ternak,
serta 13,91 % untuk mendukung usaha agribisnis non budidaya. Dari total BLM-
PUAP Provinsi Lampung 2015, alokasi dana untuk mendukung usaha agribisnis
budidaya tanaman pangan mencapai 57,80 %, budidaya perkebunan 17,68 %,
budidaya peternakan 6,66 %, dan budidaya hortikultura 3,95 %. Alokasi dana
BLM-PUAP untuk mendukung kegiatan agribisnis non budidaya meliputi kegiatan
usaha pemasaran hasil pertanian skala rumah tangga sebesar 11,86 %, usaha
industri rumah tangga skala kecil 1,82 %, dan mendukung usaha lain berbasis
pertanian sebesar 0,23 % dari total dana BLM-PUAP 2014.
Agro Sains Park Kebun Percobaan Natar
Sasaran output utama TSP Natar ada 3 yaitu (a) Tersedianya
teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat di lokasi TSP, (b) Tersedianya
pelatihan/ magang bagi penyuluh/TOT, (c) Terpenuhinya biaya operasional
TSP secara mandiri.
Dari hasil diskusi (FGD) dan kajian-kajian inovasi teknologi terdahulu
berkaitan usahatani komoditas yang akan diusahakan maka berbagai jenis
komoditas yang direncanakan untuk diusahakan di TSP Natar berupa komoditas
tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan dan industri, serta
komoditas hasil peternakan. Komoditas potensial tersebut dipilih yang
memberikan prospek keuntungan dalam berbisnis. Komoditas tersebut secara
kajian harus sesuai dan berbasis pada lahan kering masam di Lampung. Adapun
komoditas yang potensial dan jenis produknya yang akan diusahakan di TSP
Natar, Lampung seperti disajikan pada Tabel berikut.
Komoditas Terpilih dan Potensial Untuk Diusahakan di TSP Natar, Lampung berbasis Lahan Kering Masam.
No Komoditi Output Komersial Sistem Pengelolaan
A. Tanaman Pangan
1. Padi Benih unggul Produksi/UPBS/Bisnis Display: varietas, amelioran, pupuk , pola tanam
2. Jagung Benih dan pipilan Produksi/UPBS/Bisnis
67 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
varietas, amelioran, pupuk , pola tanam
3. Kedele Benih unggul Produksi/UPBS/Bisnis varietas
4. Ubikayu Bibit unggul Display: varietas, pola tanam
B. Tanaman Hortikultura
1. Cabai merah Benih dan buah segar
Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
2. Bawang merah Benih dan umbi Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
3. Sayuran hijau Daun segar Produksi/Display inovasi teknologi
4. Jeruk Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
5. Buah Naga Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
6. Pepaya dan Nanas Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi tumpangsari
C. Tanaman Perkebunan
1. Kopi Bibit (entres), biji kering
Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi, varietas
2. Kakao Bibit (entres), biji kering
Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
3. Lada Bibit, biji kering Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
4. Panili Bibit, produk buah Display inovasi teknologi
D. Peternakan
1. Sapi Bibit,penggemukan, kompos
Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
2. Kambing Unggul Daerah
Susu Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
3. Ayam KUB Telur, daging Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
4. Pakan Teknologi Produksi/Display inovasi teknologi
Kawasan Taman Sains Pertanian Natar dibangun dengan potensi lahan
kering masam pada areal seluas ±60 ha. Pada tahun 2015 dilaksanakan
perencanaan dan pembangunan fisik bangunan sarana prasarana TSP, serta
implementasi teknologi melalui penanaman berbagai komoditas. Bangunan
sarana dan prasarana yang dibangun pada areal depan kawasan TSP yaitu
bangunan kantor, gedung sarana diseminasi/display dan gedung Pusat Pelatihan
68 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Teknologi Pertanian. Kandang ternak sapi dan ayam dibangun di areal tengah
TSP. Pada areal belakang dibuat pencetakan embung. Komoditas yang
dikembangkan di TSP Natar di antaranya komoditas tanaman pangan (padi,
jagung, kedelai), tanaman hortikultura (cabai, bawang merah, buah naga, jeruk,
salak, nanas, papaya, dan sayuran lainnya), komoditas tanaman perkebunan
(lada, kakao, kopi, vanili, tebu), tanaman biofarmaka (jahe), tanaman SDG
(durian, manggis, alpukat), dan peternakan (sapi, ayam).
Pembangunan sarana dan prasarana kegiatan TSP Natar saat ini telah
dilaksanakan 100% dengan kontrak yang berakhir per 31 Desember 2015.
Bangunan sarana prasarana dan renovasi yang dilaksanakan pada tahun 2015
yaitu:
- Pembangunan gedung diseminasi dan display
- Pembangunan gedung Pusat Pelatihan Teknologi Pertanian
- Pembangunan kandang ternak dan rumah pakan
- Pembangunan rumah kasa (screen house)
- Pembuatan instalasi biogas
- Pembangunan rumah kompos
- Pembangunan rumah jaga
- Pembangunan pintu gerbang, gardu pandang
- Pembangunan kandang ayam, pagar kandang, ruang pakan jaga dan
pengolahan
- Pembangunan bak penampungan air
- Pembuatan saung tani
- Renovasi gedung sarana ibadah
- Renovasi ruang kantor manager dan pegawai
- Renovasi bangunan pascapanen
- Renovasi gudang penyimpanan
- Renovasi lantai jemur
- Renovasi green house
- Pencetakan embung
- Pembuatan jaringan system irigasi dan drainase
- Rehabilitasi jalan lokasi TSP
69 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Sosialisasi dan diseminasi TSP yang telah dilakukan sampai saat ini antara
lain:
- Acara FGD mengundang dinas dan seluruh karyawan BPTP Lampung. Acara
ini merupakan acara sosialisasi kegiatan TSP.
- Acara FGD Progres TSP dilaksanakan dengan mengundang dinas/instansi
terkait antara lain Dinas Pertanian Provinsi Lampung, Balitbangnovda Provinsi
Lampung, Bakorluh, Perguruan Tinggi dari Universitas Lampung dan
Politeknik Negeri Lampung. Respon dinas/instansi terkait sangat positif
menyambut dibangunnya TSP di Lampung. Beberapa masukan terkait
perkembangan TSP dan kerjasama antar instansi disampaikan dalam
pertemuan ini.
- Diseminasi melalui media elektronik yaitu liputan dari TVRI mengenai seluk
beluk dan progress TSP Natar, bangunan dan kegiatan teknis TS. Dalam
acara ini turut diwawancarai beberapa penanggung jawab/koordinator
lapangan kegiatan TSP, termasuk kegiatan hortikutura dan peternakan. Acara
ini telah ditayangkan selama 4 hari berturut-turut di TVRI Lampung.
Kunjungan ke lokasi TSP Natar sampai saat ini adalah dari tamu pusat
dan daerah, berupa kunjungan dalam rangka sosialisasi TSP dan monitoring
kemajuan/perkembangan TSP. Kegiatan pelatihan sampai saat ini belum
dilaksanakan karena bangunan dan sarana diseminasi baru selesai
pembangunannya pada Desember 2015. Rencana untuk kegiatan pelatihan dan
diseminasi akan diintensifkan pada tahun 2016.
Total Pagu anggaran yang diterima kegiatan pada indikator kinerja ini
adalah sebesar Rp. 3.699.830.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp.
3.676.164.345,- atau 99,36% dari pagu anggaran.
Sasaran 4 :
Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan dua indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai
berikut :
70 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015
TARGET CAPAIAN %
Jumlah Model Pengembangan Inovasi
Teknologi Pertanian Bioindustri
2 model 2 model 100
Untuk mencapai sasaran dari indikator ini dilakukan kegiatan :
1. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan
Ternak Kambing
2. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Padi dan Ternak Sapi di
Lampung
Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi
Kayu dan Ternak Kambing
1. Peningkatan produktivitas ubikayu
Peningkatan produktivitas ubikayu dilakukan melalui pembuatan demplot
ubikayu yang telah dilakukan di lahan milik petani dengan dengan luasan 0,5 ha.
Inovasi teknologi yang diaplikasikan adalah sistem tanam double row,
penggunaan varietas unggul UJ-5, dan pemupukan per hektar (200 kg Urea +
250 kg NPK Phonska + 5 ton pupuk kandang).
Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi demplot ubikayu
Perlakuan Tinggi Tanaman
(cm)
Berat Brangkasan
(kg)
Jumlah Umbi (bh)
Panjang Umbi (cm)
Diemeter Umbi (cm)
Berat Umbi/
Pohon (kg)
Produkti-vitas
(kg/ha)
Pening-katan (%)
Cara
Petani
180,0 b 710,0 a 8,0 a 21,9 a 4,3 b 1.100 a 20.408 a -
Teknologi
Anjuran
212,0 a 2150 b 22,5 b 26,78 b 3,1 b 2.672 b 29.926 b 46,64
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan T-test.
Perbedaan nilai rata-rata terhadap komponen hasil ubikayu tersebut
diduga karena penerapan jarak tanam yang sangat rapat oleh petani, sehingga
tanaman kekurangan cahaya matahari dan menyebabkan tanaman berkompetisi
dalam mendapatkan cahaya, dan menyebabkan kurangnya kemampuan tanaman
untuk menyerap pupuk yang diberikan. Akibatnya tanaman lebih banyak
menghasilkan pertumbuhan vegetatif (daun dan batang) dibandingkan dengan
pertumbuhan generatif untuk menghasilkan umbi.
71 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
2. Instalasi Biogas
Pembangunan instalasi biogas telah dilaksanakan dengan
memanfaatkan 3 kolam pembuangan limbah cair Ittara yang ada di lokasi
kegiatan dengan total luas ± 2.000 m2. Pembuatan mengunakan alat
berat (buldozer/bego), dan bahan terpal plastik tambak, paralon, semen,
dan lain-lain. Kondisi saat ini gas sudah bisa dimanfaatkan tetapi oven
yang digunakan untuk pengering tapioka akan dibuat oleh pemilik Ittara
pada awal Agustus 2015.
Manfaat utama biogas adalah sebagai bahan bakar oven pengering
tapioka terutama saat musim hujan. Sebelumnya, pada saat musim hujan (lebih
kurang 3 bulan) pabrik Ittara tidak operasional karena tidak ada alat pengering
selain matahari. Jika ada matahari dan diselingi hujan maka akan menghasilkan
tapioka dengan mutu yang rendah (KW 3 atau KW 4). Jika dalam sehari pabrik
Ittara mengolah 50 ton ubikayu basah, maka dalam 3 bulan (90 hari) dapat
mengolah ubikayu 4.500 ton yang berasal dari petani.
Sebelum adanya kegiatan bioindustri, pada saat musim hujan pabrik
Ittara hanya berproduksi maksimal 15 kali/bulan dengan kualitas hasil tapioka
KW-3 (harga Rp.5.800/kg), sedangkan setelah menggunakan oven biogas
dihasilkan tapioka dengan kualitas KW-1 (harga Rp.6.200/kg), sehingga diperoleh
nilai efisiensi ekonomi sebesar Rp. 36.000.000/bulan. Tenaga kerja yang
digunakan sbelumnya adaalah 20 orang, dan setelah digunakan oven biogas
menjadi lebih efisien yakni 8 orang, sehingga diperoleh nilai efisiensi ekonomi
sebesar Rp. 9.000.000. Sebelum adanya kegiatan bioindustri, pada saat musim
hujan yang ekstrim (diperhitungkan 5 hari/sebulan), pabrik Ittara tidak
beroperasi karena tidak ada matahari, tetapi setelah digunakan oven biogas
mampu menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp. 186.000.000. Sehingga, total
nilai ekonomi yang dihasilkan dari penggunaan oven berbahan baku biogas
limbah cair tapioka sebesar Rp. 231.000.000. Nilai Ekonomi pemanfaatan biogas
disajikan pada tabel berikut :
72 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Uraian Frekwensi Produksi (hari/bln)
Sebelum Bioindustri Setelah Bioindustri Efisiensi Biaya (Rp)
Spesifi-kasi
Satuan (Rp/kg)
Nilai (Rp/kg)
Spesifi- kasi
Satuan (Rp/kg)
Nilai (Rp/kg)
Produksi saat hari hujan (6000 kg/ hari)
15 KW-3 5.800 522.000.000 KW-1 6,200 558,000,000 36.000.000
Tenaga Kerja (OH)
15 20 OH 50.000 15.000.000 8 OH 50.000 6.000.000 9.000.000
Produksi full hari hujan (6000 kg/ hari)
5 0 0 0 KW-1 6.200 36,000,000 186.000.000
Total (Rp) 231.000.000
Sumber : Hasil wawancara dengan pemilik Ittara, 2015.
3. Pemanfaatan biomassa ubikayu untuk pakan ternak silase
Pembuatan pakan silase menggunakan biomassa ubikayu dengan
memanfaatkan limbah daun ubikayu yang diberikan beberapa zat aditif seperti
limbah padat Ittara seperti onggok dan pecahan ubikayu dan dedak, dan diberi
garam, dan pembuatan kompos. Kegiatan diikuti oleh anggota kelompoktani (3
keltan) yang langsung melakukan kegiatan tersebut. Pada kegiatan ini juga
dilakukan kegiatan super impose (penelitian) penambahan beberapa zat additif
pada daun ubikayu untuk pakan silase. Kegiatan pembuatan kompos dilakukan
untuk memanfaatkan limbah pertanian yang banyak di desa Muara Jaya yang
selama ini dibiarkan sehingga menimbulkan polusi sampah dan bahaya
kebakaran pada musim kering. Limbah daun tanaman tersebut dibuat kompos
dengan menambah dekomposer EM4 untuk membantu proses penguaraian
limbah daun menjadi kompos. Kegiatan ini dapat membantu petani dalam
efisiensi pemupukan dan kesulitan mendapatkan pupuk kimia untuk
pertumbuhan ubikayu dan tanaman lainnya.
Pemanfaatan biomassa daun ubikayu untuk pakan ternak silase pada ternak kambing.
No. Uraian Jumlah
1 Berat pucuk ubikayu (kg/pohon) 0,116
2. Jarak tanam ubikayu (cm x cm) 70 x 60
3. Luas kepemilikan ubikayu (ha/KK) 0,5
4. Kepemilikan ternak kambing (ekor/KK) 5
5. Jumlah kebutuhan pakan silase (kg/ekor/hari) 3
6. Frekwensi pemberian pakan (hari/5 ekor) 92,06
Sumber : Data olahan, 2015
73 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak Sapi di Lampung
1. Potensi Petanian Bioindustri Padi Dari Segi Teknis, Lingkungan,
Ekonomi dan Sosial
Poncokresna adalah salah satu desa di Kecamatan Negerikaton. Jumlah
penduduk usia kerja (18-56 tahun) 2.682 orang. Dari jumlah tersebut 1.239
bermata pencaharian pokok sebagai petani dan 729 orang sebagai buruh tani,
sedangkan sisanya bekerja sebagai pedagang, pegawai swasta dan pegawai
negeri (PNS). Jumlah Kepala keluarga (KK) yang ada di Desa Poncokresna 1610
KK. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Desa
Poncokresna bekerja dibidang pertanian.
Data profil Desa Poncokresna menunjukkan bahwa penguasaan lahan
sawah oleh petani di Desa Poncokresna rata-rata seluas 0,24 ha, sedangkan
rata-rata penguasaan lahan kering seluas 0,44 ha (Tabel 4). Berdasarkan hasil
survey, 96,67% petani responden memiliki lahan sawah tadah hujan dengan
rata-rata luas sawah 0,45 ha, sedang petani yang memiliki lahan sawah dan
lahan kering sebanyak 60% dengan rata-rata luas penguasaan lahan kering
adalah 0,66 ha. Petani yang tidak memiliki lahan, baik lahan sawah maupun
lahan kering sebanyak 3,33%. Petani ini menggarap lahan sawah milik orang
lain dengan sistem sakap (bagi hasil). Bila dibandingkan data statistik dan data
hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar lahan sawah adalah milik
petani.
Potensi Desa Poncokresna, Kecamatan Negerikaton
Penguasaan lahan (ha)
Luas lahan (ha)
petani (orang)
Sawah Lahan kering
0,24 0,44
379 708
Jumlah 0,68 10640 1239
Sebagian besar petani responden di Desa Poncokresna memelihara
ternak, dengan jenis ternak yang dipelihara meliputi ternak ruminansia (ternak
sapi, dan kambing), dan unggas (itik dan ayam). Populasi ternak di Desa
Poncokresna 1.034 ekor sapi, 1.656 ekor kambing, 5.216 ekor ayam dan 120
ekor bebek.
74 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Populasi ternak di Desa Poncokresna
Jenis Ternak Populasi ternak (ekor)
Sapi Kambing Ayam Bebek
1.034 1.656 5.216 120
Kelompok tani dan ternak yang terlibat pada kegiatan Bioindustri padi di
Desa Poncokresna Kecamatan Negerikaton, Kabupaten Pesawaran pada tahun
2015 adalah Kelompok Harapan Jaya, Kelompok Tunas Harapan, Kelompok Sedia
Rukun dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati.
Pemanfaatan limbah tanaman dan ternak
Jerami padi belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani, dari 17
responden yang memiliki sapi, hanya 17,65% yang memanfaatkan jerami kering
untuk pakan. Selebihnya membiarkan jerami dilahan dan jerami tersebut
sebagian dimanfaatkan oleh petani lain untuk pakan atau mulsa tanaman
semangka. Hasil pengamatan lapang masih ada petani di desa Poncokreno yang
melakukan pembakaran jerami. Belum ada petani yang memanfaatkan jerami
untuk kompos.
Limbah ternak juga belum dimanfaatkan secara optimal. Kotoran ternak
bercampur sisa pakan banyak berserakan dekat kandang. Hanya sebagian kecil
saja yang sudah melakukan pembuatan pupuk organik.
Selain limbah jerami, ada limbah bekatul dan sekam yang belum optimal
pemanfaatannya. Untuk limbah bekatul sudah dimanfaatkan untuk pakan
ternak, tapi belum optimal dalam arti nilai gizi dari bekatul tersebut masih dapat
ditingkatkan dengan mencampur bahan-bahan lain sehingga memenuhi nilai gizi
yang dibutuhkan ternak. Sekam sebagian sudah dimanfaatkan untuk alas
kandang ternak, atau untuk bahan bakar dalam industri genteng/bata, sehingga
masih ada sekam yang belum termaanfaatkan.
2. Peningkatan produksi padi dan pemanfaatan limbah tanaman dan ternak untuk kompos dan pakan ternak Peningkatan produksi padi. Peningkatan produksi padi dilakukan dengan menerapkan pendekatan
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu), dan teknologi yang diterapkan diantaranya
teknologi pupuk organik (pupuk kandang 2 ton/ha), pemupukan berimbang
75 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
(dosis berdasarkan PUTS, 175 kg urea/ha, 250 kg phonska/ha dan 15 KCl/ha)
dan penggunaan varietas unggul baru (Inpari 10 dan Inpari 30). Kegiatan ini
melibatkan 40 orang petani pada lahan seluas 15 ha, dengan perlakuan pupuk
organik dan pupuk berimbang diterapkan oleh seluruh petani dan yang berbeda
hanya penggunaan varietas yaitu 26 petani menanam varietas Inpari 10 dengan
luas 7,5 ha dan 24 petani menanam varietas Inpari 30 dengan luas 7,5 ha.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas jerami dan gabah
26,42 kg per ubinan seluas 12,5 m2 atau setara dengan 21.133 kg/ha untuk
varietas Inpari 30 dan 24,68 kg/ubinan yang setara dengan 19.744 kg/ha untuk
varietas Inpari 10. Bila dibandingkan dengan varietas Ciherang (varietas yang
banyak ditanam petani) produktivitas kedua varietas Inpari yang dikaji lebih
tinggi. Produktivitas jerami dan gabah varietas Ciherang hanya sebesar 19,15
kg/ubinan atau setara dengan 15.320 kg/ha. Produksi gabah varietas Inpari 30
adalah 5.943,7 kg/ha, Inpari 10 sebesar 5.856,5 kg/ha dan varietas Ciherang
4.200 kg/ha. Produksi gabah dan jerami pada musim kemarau disajikan pada
Tabel berikut :
No. Varietas Produktivitas (kg/ha)
Gabah dan jerami gabah jerami
1. Inpari 30 21.133,3 5.943,7 15.189,6
2. Inpari 10 19.740,9 5.856,5 13.884,4
3. Ciherang 15.320,0 4.200,0 11.120,0
3. Pemanfaatan limbah tanaman dan ternak untuk kompos dan pakan ternak. Limbah tanaman dan ternak sapi dimanfaatkan untuk kompos dan pakan
ternak. Kompos dibuat dari jerami yang didekomposisasikan dengan bioaktivator
Promi. Kompos dibuat dari bahan jerami, jerami + kotoran sapi dengan
perbandingan 1 : 1 dan kotoran sapi. Kompos jerami yang dibuat petani kurang
baik, karena kondisi bahan selama proses dekomposisi kurang air dan tidak
tersedia air (kekeringan) sehingga kompos jerami yang jadi hanya di bagian
tengah ke bawah saja sedangkan di bagian tengah ke atas jerami kering dan
tidak terjadi proses perombakan. Hasil analisis hara menunjukan bahwa jerami
mengandung C-organik yan tinggi dibandingkan kotoran sapi dan jerami +
kotoran sapi, demikian pula dengan N total. P-total tertinggi ditunjukkan
76 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
perlakuan jerami + kotoran sapi dan K-total tertinggi terlihat pada perlakuan
jerami. Kandungan hara pada kompos disajikan pada tabel berikut :
No. Hara
Nilai
Jerami Kotoran sapi Jerami + kotoran sapi
1. C-Organik (%) 29,80 25,50 20,77
2. Nitrogen (%) 1,06 0,82 0,89
3. C/N 28,11 31,10 23,34
4. P2O5 total (%) 0,52 0,55 0,62
5. K2O total (%) 1,45 1,43 1,40
Keterangan: Dianalisis di Laboratorium Tanah BPTP Lampung
Selain untuk kompos jerami padi dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Jerami padi terlebih dahulu difermentasikan dengan menggunakan probiotik
starbio. Hasil pengamatan ternak sapi rata-rata berat awal : Perlakuan (A)
195,75 kg, (Perlakuan B) 184,88 kg, (Perlakuan C) 259,5 kg, (Perlakuan D)
222,75 kg , (Perlakuan E) 185,83 kg, (Perlakuan F) 246,12 kg), dan (Perlakuan
G) 231,33 kg. Data pertambahan berat badan ternak ternak sapi yang diberi
perlakuan Pakan Jerami, hijauan pakan ternak, dan konsentrat (selama 70 hari)
disajikan pada table di bawah ini :
Parameter Perlakuan
A B C D E F G
Berat badan awal (kg)
Berat badan Akhir (kg)
PBBH/kg/ekor/hari
195,75
207
0,16
184,88
221,83
0,52
259,5
277
0,25
222,75
235
0,17
185,83
231
0,64
246,12
274,5
0,40
231,33
240,5
0,13
Pemeliharaan ternak sapi pada kegiatan Bioindustri mengalami kendala
kekurangan air karena musim kemarau dan lokasi tersebut termasuk lokasi yang
susah air, sehingga ternak yang dipelihara mengalami kesulitan air sehingga
berpengaruh terhadap pertambahan berat badan sapi.
Hasil analisa ekonomi dari pemeliharaan ternak sapi terlihat bahwa
perlakuan E yaitu : pemberian jerami/rumput dengan penambahan konsentrat
sebanyak 2 kg dapat memberikan keuntungan sebanyak Rp. 21.647/ekor/hari
(perlakuan E) dengan RC/ratio 2,78, dan perlakuan pemberian jerami fermentasi
dengan penambahan 2 kg konsentrat (perlakuan B) dengan keuntungan sebesar
Rp. 16.322/ekor/hari dengan RC/ratio 2,70 , dibandingkan dengan perlakuan
pemberian hijauan (kontrol) cara petani.
77 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Analisis ekonomi usaha ternak sapi – padi, Keg. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Berbasis Integrasi Tanaman Padi – Ternak Sapi di Lampung.
No Uraian A B C D E F G
1. Pakan Hijauan
(Rp/ekor/hari)
2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
2. Konsentrat (Rp/ekor/hari) 2584 5.168 7.752 2.584 5.168 7.752 -
3. Upah kerja(Rp/ekor/hari) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Total Biaya
(Rp/ekor/hari)
10.084 12.668 15.252 10.084 12.668 15.252 7.500
4. Hasil kenaikan BB
(kg/ekor/hari)
8.000 26.000 12.500 8.750 32.000 20.000 6500
5. Penjualan kompos/kg 2.910 2.990 3.285 2.420 2.315 2.550 2.115
6. Keuntungan/(Rp/ekor) 826 16.322 3.285 1.086 21.647 2.550 1.115
7. R/C ratio 1,08 2,28 1,03 1,10 2,70 1,47 1,14
4. Pembuatan produk dari bahan baku limbah penggilingan padi
Bahan baku limbah penggilingan padi yang digunakan adalah sekam
dengan produknya “Briket arang sekam”. Kadar energi arang briket yang
dihasilkan sudah cukup baik, namun karena kadar air yang masih tinggi dan
kekerasan yang masih rendah, menyebabkan arang briket yang dihasilkan masih
agak sulit untuk dibakar. Sehingga ketika dilakukan aplikasi masih menggunakan
pengumpan tongkol jagung dan daun kelapa kering untuk membakar arangnya.
Selain itu pemanfaatan arang briket yang dihasilkan juga belum efektif, karena
arang mudah hancur menjadi abu, sehingga panas yang dihasilkan tidak optimal.
Kadar energi arang briket yang dihasilkan (kal/g) disajikan pada table berikut :
Perlakuan Energi
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Ma 3.653,77 2.945,56 3.096,84
Mb 3.882,43 3.228,11 3.343,20
Mc 3.995,32 3.175,86 3.107,36
Aa 3.303,70 1.735,84 3.005,79
Ab 4.012,83 3.479,29 2.908,77
Ac 3.320,29 3.432,47 3.308,34
Keterangan: M = Press secara manual A = Press menggunakan alat a = Penambahan tapioka 5% b = Penambahan tapioka 10% c = Penambahan tapioka 15%
78 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Aplikasi penggunaan arang briket dilakukan dengan merebus 1 liter air.
Dari hasil pengematan diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata
untuk waktu perebusan dari arang briket yang dipress secara manual dan
menggunakan alat. Namun karena kekerasan arang yang rendah, menyebabkan
arang mudah hancur dan banyak yang terbuang menjadi abu.
Cara Manual
Perlakuan Berat Briket (kg)
Masuk (pk) Mendidih (pk)
Sisa arang (kg)
Abu (kg)
5% 0,500 10.12 10.23 0,170 0,075
10% 0,500 10.32 10.51 0,365 0,050
15% 0,500 11.06 11.25 0,320 0,050
Cara Alat
Perlakuan Berat Briket (g)
Masuk (pk) Mendidih (pk)
Sisa arang (kg)
Abu (kg)
5% 0,500 11.37 11.57 0,250 0,090
10% 0,500 12.46 12.56 0,280 0,040
15% 0,500 13.12 13.45 0,280 0,040
Total Pagu anggaran yang diterima kegiatan pada indikator kinerja ini
sebesar Rp. 766.000.000,-. Realisasi anggarannya sebesar Rp. 762.191.450,-
atau 99,50% dari pagu anggaran.
Sasaran 5 :
Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi
(Decentralized Action Plan/DAP)
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015
TARGET CAPAIAN %
Jumlah rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian wilayah.
2 rekomendasi 2 rekomendasi 100
Dihasilkan rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan
pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi
dengan indicator kerja dengan jumlah rekomendasi kebijakan mendukung 7
sukses kementerian pertanian dengan 2 rekomendasi :
79 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
1. Kebijakan peningkatan daya saing melalui peningkatan kualitas dan
diversifikasi produk olahan dapat dilakukan dengan dukungan inovasi
teknologi alat dan mesin pengolahan lada seperti alat pengupas, alat
perontok, alat pengering dan alat penyuling minyak yang didistribusikan
di daerah sentra produksi mulai dari skala usaha kecil dan menengah
dengan penerapan usaha agribisnis lada.
2. kebijakan penyediaan modal secara kredit yang mudah, jangka panjang
dan bunga yang rendah. Selain itu, peningkatan peran kelompok sangat
diperlukan sebagai kelembagaan penyedia input, pemasaran hasil,
penyedia kredit dan media penyuluhan.
Pagu anggaran kegiatan ini sebesar Rp. 65.250.000,- telah terealisasi
sebesar Rp. 65.236.929,- atau 99,98% dari pagu anggaran.
Sasaran 6 :
Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai
berikut:
INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015
TARGET CAPAIAN %
Jumlah Produksi Benih Sumber
147,4 ton 98,38 ton 66.74
Produksi benih sumber pada tahun 2015 ditargetkan 147,4 ton yang
dihasilkan dari 2 komoditas yaitu : padi 76 ton dan kedelai 71,4 ton.
1. Kedelai
Semua produksi benih sumber kedelai lulus sertifikasi Benih Pokok (Stock
Seed) dari BPSB Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. Varietas
Panderman tidak lulus sertifikasi lapang karena pertumbuhan tanaman rentan
hama dan penyakit kedelai.
Dari luas tanam kedelai seluas 22,75 hektar pada musim tanam April -
September, setelah dipanen menghasilkan produksi benih sumber kelas Benih
Pokok sebanyak 22.375 kg. Rincian produksi benih sumber menurut varietas dan
lokasi seperti Tabel dibawah ini.
80 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Sumber: Data Primer, 2015.
Dari luas tanam 22,75 hektar dihasilkan produksi benih sumber sebesar
22.375 kg. Hal ini berarti tingkat produktivitas lahan untuk menghasilkan benih
sumber kedelai musim tanam kemarau I (April-Juni) sebesar 983,52 kg/ha atau
98,35 % dari target produksi benih sumber kedelai sebesar 1.000 kg/ha. Tidak
tercapainya target produksi per satuan luas ini karena selama masa
pertumbuhan tanaman kedelai mengalami cekaman kekeringan. Selain itu ada
ada masih ada penanaman kedelai di Bulan November-Desember 2015.
Keterlambatan tanaman disebabkan kondisi kekeringan yang panjang.
2. Padi
Lokasi dan luas penangkaran varietas padi, kegiatan UPBS 2015 disajikan
pada table berikut ini :
Varietas/Kelas Benih Padi Bermutu
Lokasi dan Luas Penangkaran (ha)
Lampung Tengah
Lampung Timur
Tanggamus KP Natar Lpg-Sel.
Kelas FS : Inpari 26 Inpari 29 Inpari 30 Inpari 31 Inpari 32 Inpari 33 Inpara 2
2 1 1 1 1 1 1
Kelas SS:Inpari 10
Inpari 22 Inpari 23 Inpago 8 Situ Bagendit
10
5 1 0
11
5 5 11
19 1
2* 0,5 1,5
Jumlah (ha) 24 32 20 4
3. *) Kebanjiran: Fuso Gagal panen
Rata-rata hasil prosesing calon benih yang dihasilkan di Lampung Timur
dan Lampung Tengah, menghasilkan benih sebanyak 70% yang siap disertifikasi,
kecuali yang dihasilkan dari KP Natar-Lampung Selatan masih dibawah 60%.
Berdasarkan produksi benih yang ditargetkan pada tahap I (36 ton), hasil ini
(36804kg atau 36,804 ton) sebenarnya sudah memenuhi target, terutama untuk
Ha % Ha % Ha % Ha %
1 Grobogan 5,250.00 67.74 2,000.00 25.81 500.00 6.45 7,750.00 100.00
2 Anjasmoro 14,625.00 100.00 - - - - 14,625.00 100.00
19,875.00 88.83 2,000.00 8.94 500.00 2.23 22,375.00 100.00
88.83 8.94 2.23 100.00 %
TotalNo. Varietas
KP. Natar KP. Tegineneng Masgar
Jumlah
81 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
benih kelas FS sebesar 7403 kg dari 6000 kg yang ditargetkan, namun sesudah
prosesing dan hasil uji laboratorium oleh BPSB menjadi 23,347ton.
Hasil benih padi dari prosesing calon benih yang dihasilkan kegiatan UPBS untuk pencapaian target 36 ton benih per Juni 2015.
Penangkaran
VUB Padi
Hasil Prosesing Benih
Calon Benih(kg)
benih yang
disertifikasi(kg)
Persentase hasil benih yang disertifikasi(%)
Di Lampung Tengah Inpari 26 (2 ha)
Inpari 29 (1 ha)
Inpari 30 (1 ha) Inpari 31 (1 ha)
Inpari 32 (1 ha) Inpari 33 (1 ha)
Inpari 10 (10 ha)
Inpari 22 (5 ha)
Inpari 23 (1 ha) Inpara 2
2436
300
1791 518
1381 977
10 843
4437
558 677
1601
223
1001 353
955 769
9513
(yg lulus 5599) 2191(TL)
237 542
65,72
74,33
55,89 68,15
69,15 78,71
87,73
49,38
42,47 80,06
kDi Lampung Timur
Inpari 10 (1ha) Inpari 23 (1ha)
Inpago 8 (10 ha)
1004 1034
10375
720 710
7520
71,71 68,66
72,48 Rata-rata: 70,95%
Di KP Natar-
Lampung Selatan Inpago (0,5ha)
SituBagendit(1,5ha)
473
1012
231
700
48,83
69,17 Rata-rata: 59%
Total 36804 23.347 63,44
Penambahan target produksi 40 ton benih kelas SS dilakukan penangkaran
seluas 40 ha pada dua lokasi, yaitu 20 ha di Lampung Timur(Desa Tanjung Intan
Kecamatan Purbolinggo) dan 20 ha di Tanggamus (Desa Penantian Kecamatan Pulo
Panggung). Berdasarkan tambahan target produksi benih yang ditargetkan (40
ton), hasil yang dicapai dan menjadi bagian untuk UPBS BPTP sekitar 37 ton,
sejumlah 3 ton tidak tercapai karena hampir tiga ha tanaman varietas Inpari 10
fuso diserang hama tikus tidak lulus uji lapang ketiga.
82 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Hasil benih padi dari prosesing calon benih yang dihasilkan kegiatan UPBS untuk pencapaian penambahan target produksi sebesar 40 ton benih per November 2015.
Penangkaran
VUB Padi
Hasil Prosesing Benih
Calon Benih(kg)
benih yang disertifikasi(kg)
Persentase hasil benih yang disertifikasi(%)
Di Lampung Timur
(Tanjung Inten-Pur) Inpari 10 (10 ha)
Inpari 22 (5 ha)
Inpari 23 (4 ha)
Inpago 8 (1 ha)
6.677
5.333
4.016
1.015
5.221
4.000
Di petani 2.000 3.450
Di petani 2.000 787
78,19
75,00
80,00
77,54
Rata-rata: 77,68%
17.041 13.231+4.000
Di Tanggamus
Inpari 22 (19 ha)
Inpari 23 (1ha)
19.030
1.010
16.175
Di petani 2.000 860
Di petani 1.000
85,00
85,15
Rata-rata: 85,08%
20.040 17.035+3.000
Total 37.081* 30.266* 7.000 di petani
*). Benih Bagian UPBS BPTP Lampung, masih ada 7 ton ada dan dikelola petani (peserta kerjasama penangkaran benih padi)
Pagu anggaran kegiatan ini sebesar Rp. 2.337.944.000,- telah terealisasi
sebesar Rp. 2.337.703.162,- atau 99,99% dari pagu anggaran.
Sasaran 7 :
Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian unggul spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai
berikut:
INDIKATOR KINERJA TAHUN 2015
TARGET CAPAIAN %
Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian
12 bulan 12 bulan 100
83 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan pada sasaran ini dalam
Tahun 2015 telah mencapai hasil sesuai target (100%). Kegiatan pada indikator
ini terdiri dari :
(1) Gaji Pegawai
(2) Operasional Perkantoran
(3) Modal
(4) Pengelolaan Manajemen Kantor
(5) Penyusunan Program dan Anggaran
(6) Dokumen Monitoring Evaluasi dan Pelaporan
(7) SPI dan WBK
(8) Peningkatan Kapasitas SDM
(9) Pembinaan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Implementasi ISO
9001;2008
(10) UAPPA/B-W
(11) Pengelolaan Website
(12) Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
(13) Koordinasi dan Sinkronisasi
Pagu anggaran kegiatan ini sebesar Rp. 24.107.322.000,- telah terealisasi
sebesar Rp. 23.412.852.981,- atau 97,12% dari pagu anggaran.
3.3 Capaian Outcome Tahun 2014 Tingkat capaian kinerja BPTP Lampung Tahun 2014 berdasarkan hasil
pengukurannya dapat diilustrasikan dalam tabel sebagai berikut :
Kegiatan Indikator kinerja Target Realisasi Outcome
Model AP2RL Teknologi yang spesifik lokasi 1 paket
teknologi PTT Padi
1 paket teknologi PTT padi
Teradopsinya teknologi PTT mulai dari VUB, pemupukan, jumlah benih dan system tanam jajar legowo di musim gadu oleh Kelompom Tani Kooerator
UPBS Jumlah benih
sumber Padi SS
54.78 ton Padi SS
17.93 ton
Tersebarnya VUB Inpari 10, 13, 18,19,22,23,dan 30, inpago 8 seluas 570 ha di Provinsi Lampung
Kedelai SS dan FS
67.8 ton
Kedelai SS 12.8 ton
Tersebarnya VUB gepak kuning dan Kaba seluas 136 ha di Provinsi Lampung
Pendampingan Katam Terpadu
Tersosialiasinya kalender tanam 1 Provinsi 1 Provinsi
Akses model katam berbasis Web dan Android meningkat 10%
Pendampingan program Produktivitas 6 ton/ha 6.7 ton/ha Tersebarnya teknologi PTT padi
84 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Strategis Kemtan PTT
padi di Wilayah Lampung
padi irigasi meningkat
ke pengguna
Pendampingan program
Strategis Kemtan PTT jagung di Wilayah
Lampung
Produktivitas jagung meningkat 5 ton/ha 7/ha
Tersebarnya teknologi PTT jagung ke pengguna
Pendampingan program Strategis Kemtan PTT
Kedelai di Wilayah
Lampung
Produktivitas kedelai meningkat 1,9 ton/ha 1,9 ton/ha
Tersebarnya teknologi PTT kedelai ke pengguna
85 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
IV. AKUNTABILITAS KEUANGAN TAHUN 2015
Realisasi anggaran dan kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lampung Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. Pagu Tahun 2015 sebelum revisi anggaran adalah sebesar Rp.
16.473.967.000,- (enam belas milyar empat ratus tujuh puluh tiga juta
sembilan ratus enam puluh tujuh ribu rupiah) setelah revisi I tertanggal 5
Januari 2015 pagu anggaran berubah menjadi Rp. 17.394.817.000,- (Tujuh
belas milyar tiga ratus Sembilan puluh empat juta delapan ratus tujuh belas
ribu rupiah), kemudian setelah revisi II tertanggal 6 Maret 2015 dan revisi
III tertanggal 29 Mei 2015 pagu anggaran berubah menjadi Rp.
34.277.161.000,- (Tiga puluh empat milyar dua ratus tujuh puluh tujuh juta
seratus enam puluh satu ribu rupiah). dan terakhir revisi POK pagu anggaran
tidak berubah, rincian pagu anggaran setelah revisi III sebagai berikut:
- Belanja pegawai Rp. 7.697.172.000,-
- Belanja barang operasional Rp. 1.543.000.000,-
- Belanja barang non operasional Rp. 9.880.319.000,-
- Belanja modal Rp. 15.156.670.000,-
2. Realisasi anggaran per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp.
33.323.212.509,- (Tiga puluh tiga milyar tiga ratus dua puluh tiga juta dua
ratus dua belas ribu lima ratus sembilan rupiah) atau 97,22% dari pagu
anggaran, dengan rincian :
- Belanja pegawai Rp. 7.402.413.926,- (96,17%)
- Belanja barang operasional Rp. 1.415.704.426,- (91,75%)
- Belanja barang non operasional Rp. 9.836.657.316,- (99,56%)
- Belanja modal Rp. 14.668.436.805,- (96,78%)
86 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Realisasi anggaran per 31 Desember 2015
Uraian Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp) %
1. Realisasi Pendapatan Negara
- Penerimaan Pajak - - -
- Penerimaan Negara Bukan Pajak
- 293.936.438 -
- Penerimaan hibah - - -
2. Realisasi Belanja Negara 34.277.161.000 33.323.212.509 97,22
A. Rupiah Murni
- Belanja Pegawai 7.697.172.000 7.402.413.926 96,17
- Belanja Barang Operasional 1.543.000.000 1.415.704.462 91,75
- Belanja Barang Non Operasional 9.880.319.000 9.836.657.316 99,56
- Belanja Modal 15.156.670.000 14.668.436.805 96,78
Adapun penjelasan per pos dari realisasi anggaran adalah sebagai berikut:
1. Realisasi Pendapatan Negara
Realisasi Pendapatan Negara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung per
31 Desember 2015 adalah sebesar Rp. 293.936.438,- atau mencapai 403% dari
perkiraan target penerimaan yang ditetapkan untuk tahun 2015 yaitu sebesar
Rp.73.000.000. Realisasi ini berasal dari Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya
yang berasal dari penjualan hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan;
pendapatan, gedung dan bangunan berupa sewa mess; sewa rumah
dinas/rumah negara; penerimaan kembali ganti rugi atas kerugian negara;
penerimaan jasa giro dan penerimaan kembali belanja lainnya TAYL. BPTP
Lampung tidak memiliki pendapatan hibah. Rincian perkiraan target penerimaan
dan realisasi PNBP lainnya tahun 2015 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Perkiraan target penerimaan dan Realisasi PNBP Tahun 2015
URAIAN Perkiraan
Target
Penerimaan
Realisasi %
Penerimaan Fungsional
Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan
53.000.000 246.138.000 464
Pendapatan Laboratorium 10.000.000 37.445.000 374
Pendapatan Sewa Mess 10.000.000 3.140.000 31
87 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Jumlah Penerimaan
70.000.000 286.723.000 393
Penerimaan Umum
Sewa rumah dinas 0 3.311.000
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/
Jasa Giro
0 2.018
Penerimaan Kembali ganti rugi atas
kerugian negara
0 3.900.000
Penerimaan Kembali Belanja lainnya
TAYL
0 1.035.000
Jumlah Penerimaan
0 7.213.438
Total Pendapatan dan Hibah 70.000.000 293.936.438 403
2. Realisasi Belanja Negara
Realisasi belanja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung per 31
Desember 201 adalah sebesar Rp. 15.174.333.774,- atau sebesar 98,09% dari
pagu anggaran setelah dikurangi pengembalian belanja sebesar Rp.32.306.909,-.
Realisasi belanja Tahun 2014 mengalami penurunan sebesar Rp. -293.228.878,-
atau mencapai -1,93% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
disebabkan antara lain oleh adanya penurunan belanja modal. Realisasi belanja
Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Uraian Jenis Belanja Realisasi Belanja (Rp)
Pegawai 7.402.413.926
Barang 11.252.361.778
Modal 14.668.436.805
Jumlah 33.323.212.509
Belanja Pegawai
Pagu anggaran belanja pegawai BPTP Lampung Tahun 2015 adalah
sebesar Rp. 7.697.172.000,- dengan nilai realisasi belanja pegawai sebesar
Rp. 7.402.413.926,- atau sebesar 96,17% dari pagu anggaran belanja
pegawai BPTP Lampung.
88 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
Belanja Barang
Pagu anggaran belanja barang (barang operasional dan barang non
operasional) BPTP Lampung Tahun 2015 adalah sebesar Rp.
11.423.319.000,- dengan nilai realisasi belanja barang sebesar Rp.
11.252.361.778,- atau sebesar 98,50%.
Belanja Modal
Pagu anggaran belanja modal BPTP Lampung Tahun 2015 adalah sebesar
Rp. 15.156.670.000,- dengan nilai realisasi belanja modal sebesar Rp.
14.668.436.805,- atau sebesar 96,78%.
89 Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Tahun 2015
IV. PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) BPTP Lampung
ini menyajikan berbagai keberhasilan maupun kegagalan capaian strategis yang
ditunjukkan oleh BPTP Lampung pada Tahun Anggaran 2015. Berbagai capaian
strategis tersebut tercermin dalam capaian Indikator Kinerja Utama (IKU),
maupun analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran.
Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan capaian kinerja
menunjukkan bahwa kinerja kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lampung Tahun 2015 telah dicapai dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh capaian
indikator kinerja kegiatan penelitian dan pengkajian BPTP Lampung Tahun 2015,
terutama indikator masukan (input) hingga hasil yang diharapkan (outcome),
umumnya telah terealisasi sesuai dengan target atau tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, kegiatan yang direncanakan telah
dapat dilaksanakan dengan cukup baik. Demikian pula dengan capaian sasaran
Tahun 2015, baik yang mencakup keluaran kegiatan pengkajian maupun
kegiatan diseminasi teknologi, juga menunjukkan kinerja yang baik. Meskipun
demikian, ke depan masih diperlukan upaya peningkatan kinerja. Perbaikan
kinerja ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui peningkatan
kualitas sumber daya manusia serta kerja sama yang baik dengan dinas/instansi
terkait, sehingga kualitas kegiatan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan
kebutuhan pengguna, baik bagi pengambil kebijakan maupun bagi petani
sebagai pengguna akhir paket teknologi yang dihasilkan oleh BPTP Lampung
selama ini.
Dalam pelaksanaan kegiatannya, BPTP Lampung juga menghadapi
berbagai hambatan dan kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Hambatan internal yang dihadapi oleh BPTP Lampung terutama berkaitan
dengan terbatasnya jumlah dan kualitas SDM yang dimiliki, baik dari sisi
kualifikasi maupun bidang keahlian. Sedangkan hambatan/kendala eksternal
yang dihadapi BPTP Lampung berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan
dan pengelolaannya.