i. pendahuluan -...

125
LAPORAN TAHUNAN 2016 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 1 I. PENDAHULUAN BPTP Lampung dalam era desentralisasi dituntut harus selalu pro- aktif, responsif dan antisipatif dalam mendukung pembangunan pertanian, khususnya pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah. Hal ini berarti BPTP Lampung harus dapat menjadi institusi yang mampu memberi- kan masukan dalam membantu mengarahkan pembangunan pertanian di daerah. BPTP juga harus dapat dengan segera merespon permasalahan- permasalahan di sektor pertanian yang muncul di daerah. Selama keberadaannya, BPTP Lampung tetap aktif melaksanakan peng- kajian, perakitan, pengembangan dan pendampingan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di Provinsi Lampung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain Pendampingan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan, Tanaman Hortikultura, Kawasan Peternakan, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Katam, Analisis Kebijakan, Sinkronisasi dan Koordinasi dalam Pendampingan Teknologi Program Utama Kementerian Pertanian, Pengkajian Inhouse, Diseminasi dan Advokasi Inovasi Pertanian, KBI dan KBD mendukung Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yang berdampak langsung maupun tidak langsung bagi kesejahteraan masyarakat petani di Lampung. Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan BPTP Lampung selama Tahun 2016 dalam mengisi dan mencapai misinya. Dokumentasi capaian kinerja BPTP Lampung yang dituangkan dalam bentuk laporan tahun- an ini, menggambarkan secara menyeluruh dari dua sudut pandang yaitu ke- berhasilan dan kegagalan. Hal ini dilakukan sebagai wahana evaluasi dan bahan pembelajaran ke depan, mulai dari perencanaan dan perumusan program sampai dengan implementasi kegiatan. Materi pokok yang disajikan dalam Laporan Tahunan ini meliputi sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, program, anggaran serta sinopsis kegiatan litkaji yang dilakukan BPTP Lampung pada TA. 2016.

Upload: dinhnhan

Post on 07-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 1

I. PENDAHULUAN

BPTP Lampung dalam era desentralisasi dituntut harus selalu pro-

aktif, responsif dan antisipatif dalam mendukung pembangunan pertanian,

khususnya pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah. Hal ini

berarti BPTP Lampung harus dapat menjadi institusi yang mampu memberi-

kan masukan dalam membantu mengarahkan pembangunan pertanian di

daerah. BPTP juga harus dapat dengan segera merespon permasalahan-

permasalahan di sektor pertanian yang muncul di daerah.

Selama keberadaannya, BPTP Lampung tetap aktif melaksanakan peng-

kajian, perakitan, pengembangan dan pendampingan teknologi pertanian

tepat guna spesifik lokasi di Provinsi Lampung. Kegiatan-kegiatan tersebut

antara lain Pendampingan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan,

Tanaman Perkebunan, Tanaman Hortikultura, Kawasan Peternakan,

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Katam, Analisis

Kebijakan, Sinkronisasi dan Koordinasi dalam Pendampingan Teknologi

Program Utama Kementerian Pertanian, Pengkajian Inhouse, Diseminasi dan

Advokasi Inovasi Pertanian, KBI dan KBD mendukung Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL), yang berdampak langsung maupun tidak langsung

bagi kesejahteraan masyarakat petani di Lampung.

Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan BPTP Lampung

selama Tahun 2016 dalam mengisi dan mencapai misinya. Dokumentasi

capaian kinerja BPTP Lampung yang dituangkan dalam bentuk laporan tahun-

an ini, menggambarkan secara menyeluruh dari dua sudut pandang yaitu ke-

berhasilan dan kegagalan. Hal ini dilakukan sebagai wahana evaluasi dan

bahan pembelajaran ke depan, mulai dari perencanaan dan perumusan

program sampai dengan implementasi kegiatan. Materi pokok yang disajikan

dalam Laporan Tahunan ini meliputi sumberdaya manusia, sarana dan

prasarana, program, anggaran serta sinopsis kegiatan litkaji yang dilakukan

BPTP Lampung pada TA. 2016.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 2

II. ORGANISASI

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung adalah Unit

Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan

Litbang Pertanian) yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung

kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/3/

2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Lampung mempunyai tugas melaksanakan

pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Dalam melaksanakan tugas tersebut BPTP Lampung menyelenggarakan

fungsi :

(1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi.

(2) Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi.

(3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian

serta perakitan materi penyuluhan.

(4) Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan

teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

(5) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan

teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

(6) Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Kepala Badan Litbang

Pertanian melalui keputusan No: OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003,

BPTP Lampung dilengkapi 4 kelompok pengkaji (Kelji) yaitu: Kelji Sumber-

daya, Kelji Budidaya, Kelji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP),

dan Kelji Sosial Ekonomi.

Susunan organisasi dan tata kerja BPTP Lampung terdiri dari :

a. Subbagian Tata Usaha

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 3

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, per-

lengkapan, surat menyurat, dan kearsipan, serta rumah tangga.

b. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)

Seksi KSPP mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

rencana, program, anggaran, pemantauan, dan evaluasi serta laporan,

dan penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penye-

barluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian,

perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik

lokasi.

c. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti,

Penyuluh Pertanian dan sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi

dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang

masing-masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Gambar 1. Struktur organisasi BPTP Lampung

KEPALA BPTP

Kasubbag Tata Usaha Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)

Koordinator Kepegawaian

Koordinator Rumah Tangga Pelaporan

dan Sarana Pengkajian

Kerjasama dan

Pelayanan Pengkajian

Pendaya-gunaan

Hasil Pengkajian

Kepala KP. Natar

Kepala KP. Tegineneng

Kepala Lab Diseminasi

Masgar

Kelji Budidaya

Kelji Sumberdaya Kelji Sosial Ekonomi

Kelji MTHP

Koordinator Program dan Evaluasi

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 4

III. KELEMBAGAAN

A. PROGRAM PENELITIAN DAN EVALUASI

Visi

Setiap organisasi perlu memiliki visi agar mampu eksis dan unggul

dalam persaingan yang semakin ketat dan perubahan lingkungan yang cepat.

Visi BPTP Lampung adalah “Pada Tahun 2015 Menjadi lembaga penelitian

dan pengembangan pertanian terkemuka di dunia dalam mewujudkan sistem

pertanian bio-industri tropika berkelanjutanl.”

Misi

Dalam rangka untuk mewujudkan visinya, BPTP Lampung menetapkan

misinya yakni merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian

tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri dan

mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka

peningkatan scientific recognition dan impact recognition.

Tujuan

Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor

kunci keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan

akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan

dalam rangka merealisasikan misi, yang menunjukkan suatu kondisi yang

ingin dicapai dimasa mendatang. Sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin

dicapai melalui tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.

Sasaran akan mem-berikan fokus pada penyusunan kegiatan, bersifat

spesifik, terinci, dapat diukur, dan dapat dicapai.

Dalam jangka menengah (2015-2019) visi dan misi BPTP Lampung

dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran perakitan, pengujian dan

pengembangan serta diseminasi teknologi pertanian tropika unggul berdaya

saing mendukung pertanian bio-industri. Untuk mencapai tujuan dan sasaran

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 5

tersebut, maka disusun strategi yang disusun atas dasar evaluasi mendalam

terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada

perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BPTP

Lampung ke depan.

Tujuan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi di BPTP

Lampung dalam lima tahun ke depan (2015-2019) terdiri atas :

1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul

berdaya saing mendukung pertanian bio-industri berbasis advanced

technology dan bioscience, aplikasi IT, dan adaptif terhadap dinamika

iklim.

2. Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian tropika unggul untuk

mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional.

Sasaran

Sasaran 1: Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui

penyempurnaan sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang

didasarkan pada kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis

lainnya) dan potensi sumberdaya wilayah. Penyempurnaan sistem pengkajian

mencakup metode pelaksanaan pengkajian serta monitoring dan evaluasi.

Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: Pengkajian inovasi

pertanian spesifik lokasi.

Sasaran 2: Terdesiminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan

kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi inovasi

pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu:

Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 6

Sasaran 3: Tersedianya model-model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan

efektivitas kegiatan tematik di BPTP yang disinergikan dengan UK/UPT

lingkup Balitbangtan, terutama dalam menerapkan hasil-hasil litbang

pertanian dalam super impose model pertanian bio-industri berbasis

sumberdaya lokal.

Sasaran 4: Rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan

kajian-kajian tematik terhadap berbagai isu dan permasalahan pembangunan

pertanian baik bersifat responsif terhadap dinamika kebijakan dan lingkungan

strategis maupun antisipatif terhadap pandangan futuristik kondisi pertanian

pada masa mendatang. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan

yaitu: analisis kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian.

Sasaran 5: Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan

efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke dalam delapan

sub kegiatan yaitu:

1. Penguatan kegiatan pendampingan model diseminasi dan program

strategis kementan serta program strategis Badan Litbang Pertanian

2. Penguatanmanajemen mencakup perencanaan dan evaluasi

kegiatanserta administrasi institusi

3. Pengembangan kompetensi SDM

4. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui penerapan ISO 9001:2008

5. Peningkatan pengelolaan laboratorium

6. Peningkatan pengelolaan kebun percobaan

7. Peningkatan kapasitas instalasi UPBS

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 7

8. Jumlah publikasi nasional dan internasional

9. Peningkatan pengelolaan data base dan website.

Kegiatan Manajemen dan Pengkajian BPTP Lampung

Kegiatan BPTP Lampung tahun anggaran 2016 mencakup kegiatan

manajemen BPTP Lampung dan kegiatan pengkajian serta diseminasi hasil

pengkajian.

Kegiatan manajemen BPTP Lampung tahun 2016 terdiri atas:

1) Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program,

2) Dokumen Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan,

3) SPI dan WBK

4) Peningkatan Layanan Perkantoran,

5) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran,

6) Pengelolaan Administrasi Satuan Kerja,

7) Pengelolaan Sekretariat UAPPA/B-W,

8) Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia dan Mutu Manajemen

Satuan Kerja BPTP Lampung,

9) Kerjasama Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang

(Pendampingan),

10) Pengelolaan Instalasi Pengkajian,

11) Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Kegiatan,

12) Pengelolaan website/database/kepustakaan.

Kegiatan penelitian, diseminasi hasil litkaji dan Model Bioindustri BPTP

Lampung tahun 2016 tercakup dalam 11 RPTP dan 20 RDHP sebagai berikut:

(1) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Provinsi Lampung,

(2) Kajian Teknologi Penangkaran Padi Lokal Spesifik Lampung,

(3) Kajian Teknologi Perbaikan Kualitas Lahan dan Pengelolaan Air Pada

Laan Sub Optimal untuk Mendukung Swasembada Kedelai di Lampung,

(4) Kajian Sistem Usaha Tani Berbasis Mekanisasi Mendukung Pencapaian

Swasembada Padi,

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 8

(5) Peningkatan Intensitas Panen Melalui Pengembangan Teknologi Padi

Sistem Ratun pada Lahan Pasang Surut Kabupaten Mesuji,

(6) Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG),

(7) Tingkat Akurasi Teknologi Kalender Tanam Terpadu di Lampung,

(8) Pemetaan P dan K untuk Penetapan Rekomendasi Pemupukan Spesifik

pada Komoditas Unggul di Provinsi Lampung,

(9) Kajian Adaptasi Tiga Varietas Kedelai di Lahan Masam Lampung Selatan

yang di Phosfat,

(10) Kajian Pengembangan Lada dan Pengendalian HPT pada Lahan Kering

Masam di Lampung,

(11) Kajian Teknologi Adaptif Pengolahan Sirup Glukosa dari Pati Beberapa

Varietas Ubikayu

(12) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman

Pangan,

(13) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman

Perkebunan,

(14) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman

Hortikultura,

(15) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan

Sapi,

(16) Kalender Tanam,

(17) Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi

UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan

(18) Pendampingan PUAP,

(19) Kebun Bibit Inti dan Kebun Bibit Desa

(20) Taman Agro Inovasi

(21) Taman Sain Pertanian

(22) Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi dan Penyuluh,

(23) Visitor Plot,

(24) Perpustakaan, Majalah dan Pencetakan Buku,

(25) Taman Agro Inovasi,

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 9

(26) Pengembangan Model Kawasan Mandiri Benih di Lampung

(27) Produksi Benih Padi

(28) Produksi Benih Kedelai,

(29) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan

Ternak Kambing,

(30) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak

Sapi

(31) Model Pertanian Bio Industri Berbasis Integrasi Tanaman Lada dan

Ternak Terpadu LASA di Lampung

B. PENATAKELOLAAN PENELITIAN DAN PENGKAJIAN DI BPTP

LAMPUNG

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung telah menerapkan

Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam rangka mengendalikan pelaksanaan

kegiatan penelitian dan pengkajian serta pelaksanaan kepemerintahan yang

baik (good governance) serta memberikan keyakinan atas tercapainya tujuan

organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan

keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan. Selain SPI ada juga Monitoring dan Evaluasi (Monev)

yang dilaksanakan secara bertahap mulai dari Monev Ex ante, On going dan

Ex post.

Selain telah menerapkan sistem pengendalian intern, BPTP Lampung

juga menerapkan sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2008 dalam

rangka penerapan pelayanan prima kepada masyarakat. Sertifikat KAN telah

diperoleh pada tahun 2010 berdasarkan hasil penilaian lembaga sertifikasi

terhadap kepatuhan institusi dalam mengimplementasikan dokumen panduan

mutu yang telah disusun.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 10

C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA

C.1. Anggaran Tahun 2016

Dalam melaksanakan tupoksinya, BPTP Lampung pada Tahun 2016 di-

dukung oleh sumber dana yang berasal dari dana APBN dalam bentuk Rupiah

Murni (RM) sebelum revisi anggaran adalah sebesar Rp. Rp. 22.931.274.000,-

(Dua puluh dua milyar sembilan ratus tiga puluh satu juta dua ratus tujuh

puluh empat ribu rupiah) setelah revisi selama 6 (enam) kali pagu anggaran

berubah menjadi Rp. 22.292.973.000,- (Dua puluh dua milyar dua ratus

sembilan puluh dua juta sembilan ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah), karena

ada anggaran yang diblokir Rp. 877.201.000,- (Delapan ratus tujuh puluh

tujuh juta dua ratus satu ribu rupiah) sehingga pagu anggaran yang bisa

digunakan hanya Rp 21.415.772.000,- (Dua puluh satu milyar empat ratus

lima belas juta tujuh ratus tujuh puluh dua ribu rupiah) dengan rincian

sebagai berikut :

- Belanja pegawai Rp. 7.994.813.000,-

- Belanja barang operasional Rp. 1.577.800.000,-

- Belanja barang non operasional Rp. 8.619.169.000,-

- Belanja modal Rp. 3.223.990.000,-

Realisasi anggaran per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp.

20.630.222.426,- (Dua puluh milyar enam ratus tiga puluh juta dua ratus dua

puluh dua ribu empat ratus dua puluh enam rupiah) atau 96,33% dari pagu

anggaran, dengan rincian :

- Belanja pegawai Rp. 7.322.748.199,- (91,59%)

- Belanja barang operasional Rp. 1.546.341.152,- (98,01%)

- Belanja barang non operasional Rp. 8.577.295.475,- (99,51%)

- Belanja modal Rp. 3.183.837.600,- (98,75%)

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 11

Tabel 1. Realisasi anggaran per 31 Desember 2016

Uraian Anggaran

(Rp)

Realisasi

(Rp) %

1. Realisasi Pendapatan Negara

- Penerimaan Pajak - - -

- Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

68.635.000,- 327.104.688 476,58

- Penerimaan hibah - - -

2. Realisasi Belanja Negara 21.415.772.000 20.630.222.426 96,33

A. Rupiah Murni

- Belanja Pegawai 7.994.813.000 7.322.748.199 91,59

- Belanja Barang Operasional 1.577.800.000 1.546.341.152 98,01

- Belanja Barang Non Operasional

8.619.169.000 8.577.295.475 99,51

- Belanja Modal 3.100.090.000 3.087.061.600 99,58

B. Pinjaman Luar Negeri (PLN)

- Belanja Modal 123.900.000 96.776.000 78,11

C.2. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2016

Realisasi Pendapatan Negara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lampung per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp. 327.104.688,- atau

mencapai 394% dari perkiraan target penerimaan yang ditetapkan untuk

tahun 2016 yaitu sebesar Rp.83.000.000. Realisasi ini berasal dari

Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya yang berasal dari penjualan hasil

Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan; pendapatan, gedung dan bangunan

berupa sewa mess; sewa rumah dinas/rumah negara; penerimaan kembali

ganti rugi atas kerugian negara; penerimaan jasa giro dan penerimaan

kembali belanja lainnya TAYL. BPTP Lampung tidak memiliki pendapatan

hibah. Rincian perkiraan target penerimaan dan realisasi PNBP lainnya tahun

2016 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 12

Tabel 2. Perkiraan target penerimaan dan Realisasi PNBP Tahun 2016

URAIAN

Perkiraan

Target

Penerimaan

Realisasi %

Penerimaan Fungsional

Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan

53.000.000 256.050.000 483

Pendapatan Laboratorium 10.000.000 60.756.000 608

Pendapatan Sewa Mess 10.000.000 3.990.000 40

Jumlah Penerimaan 73.000.000 320.796.000 439

Penerimaan Umum

Sewa rumah dinas 8.000.000 4.884.688 61,06

Lelang 2.000.000 0 0,00

Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/ Jasa Giro

0 0 0,00

Penerimaan Kembali ganti rugi atas

kerugian Negara

0 0 0,00

Penerimaan Kembali Belanja lainnya

TAYL

0 1.424.000 100

Jumlah Penerimaan 10.000.000 6.308.688 63,09

Total Pendapatan dan Hibah 83.000.000 327.104.688 394

C.3. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan potensi dan kekuatan yang

tidak bisa diabaikan dalam suatu lembaga/instansi, termasuk bagi BPTP

Lampung. Ketersediaan SDM yang memadai dengan tingkat keahlian dan

kompetensi yang berimbang akan memberikan dampak yang cukup signifikan

bagi pencapaian misi dan visi lembaga. Untuk tahun 2016, PNS di BPTP

Lampung berjumlah 94 orang tidak termasuk tenaga kontrak sebanyak 14

orang, yang tersebar pada 4 unit kerja (Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan kepangkatan dan unit kerja

No Unit kerja Golongan (orang)

Jumlah IV III II I

1. 2.

3. 4.

BPTP Lampung-Hajimena KP Natar

KP Tegineneng Lab Diseminasi Masgar

19 -

- -

37 3

- 3

17 10

3 1

1 -

- -

74 13

3 4

Jumlah 19 43 31 1 94

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 13

PNS BPTP Lampung yang berpendidikan S3 berjumlah 5 orang, S2

berjumlah 19 orang, dan S1 berjumlah 24 orang (Tabel 4). Proporsi jumlah

tenaga berdasarkan kriteria pendidikan tersebut belum mencukupi

persyaratan critical mass. Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi

tenaga SDM perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang ilmu

yang dibutuhkan.

Tabel 4. Sebaran PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan dan pendidikan per Desember 2016

No Gol/ruang Tingkat Pendidikan

JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD

1. IV/e - 1 - - - - - - - - - 1

1. IV/d 1 1 1 - - - - - - - - 3

2. IV/c 1 1 1 - - - - - - - - 3

3. IV/b - 6 1 - - - - - - - - 7

4. IV/a 3 2 - - - - - - - - - 5

5. III/d - 1 2 - - - - - - - - 3

6. III/c - 2 2 - - 2 - - - - - 6

7. III/b - 5 9 1 - 1 - - 4 - - 20

8. III/a - - 8 - - 1 1 - 4 - - 14

9. II/d - - - - - 1 - - 2 - - 3

10. II/c - - - 1 - 1 - - 9 - - 11

11. II/b - - - 1 - - - - 6 - - 7

12. II/a - - - - - - - - 4 2 3 9

13. I/d - - - - - - - - - 1 - 1

14. I/c - - - - - - - - - - 1 1

JUMLAH 5 19 24 3 - 6 1 - 29 3 4 94

Sampai dengan tahun 2015 BPTP Lampung memiliki 52 orang tenaga

fungsional, terdiri dari 33 orang peneliti, 12 orang penyuluh, 5 orang

litkayasa, dan 2 orang arsiparis (Tabel 5).

Tabel 5. Sebaran tenaga fungsional berdsarkan jabatan fungsional per Desember 2016

No. Jabatan Fungsional Jumlah

1. Peneliti:

Peneliti Utama 3

Peneliti Madya 10

Peneliti Muda 5

Peneliti Pertama 13

Jumlah 33

2. Penyuluh:

Penyuluh Pertanian Madya 3

Penyuluh Pertanian Muda 6

Penyuluh Pertanian Pertama 2

Calon Penyuluh Pertanian Pertama 1

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 14

Jumlah 12

3. Litkayasa:

Teknisi Litkayasa Penyelia 0

Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 2

Teknisi Litkayasa Pelaksana 1

Calon Litkayasa Pemula 2

Jumlah 5

4. Arsiparis:

Arsiparis Pertama 1

Arsiparis Terampil Pelaksana 1

Jumlah 2

TOTAL 52

C.4. Fasilitas

Seperti halnya dengan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana

merupakan salah satu sumber energi utama untuk menjalankan roda

organisasi. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai akan sangat

menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung. Barang-

barang tidak bergerak yang dimiliki oleh BPTP Lampung meliputi tanah dan

bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh BPTP Lampung adalah seluas

738.217 m2, yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan III,

tanah bangunan kantor pemerintah, dan tanah kebun percobaan. Sedangkan

gedung dan bangunan yang dimiliki BPTP Lampung sebanyak 62 unit terdiri

atas 4 unit bangunan gedung kantor permanen, 7 unit bangunan gedung

tertutup permanen, 2 unit bangunan gedung laboratorium permanen, 2 unit

gedung garasi/pool, 1 unit bangunan lantai jemur permanen, 4 unit

bangunan gedung tempat kerja lainnya, 2 unit screen house, 1 unit gedung

display, 1unit gedung pelatihan, 1 unit gedung pasca panen, 40 unit rumah

negara golongan II, dan 3 unit mess permanen.

C.4.1. Kebun Percobaan (KP)

BPTP Lampung memiliki dua buah Kebun Percobaan dan satu buah lab

diseminasi yang masing-masing berlokasi di Kecamatan Natar, Tegineneng,

dan Masgar. Kebun Percobaan Natar yang sekarang berganti nama Taman

Sains Pertanian (TSP) merupakan salah satu dari 3 kebun milik BPTP

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 15

Lampung yang mempunyai areal paling luas yaitu 60 ha. KP. Natar berada di

Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, berjarak

sekitar 10 km dari kantor induk BPTP Lampung, di Bandar Lampung. Kebun

berada pada ketinggian 135 m dpl laut, mempunyai jenis tanah latosol dan

sebagian posolik merah kuning, bahan induk dari tuf vulkan, mempunyai

tingkat kesuburan sedang. Komoditas yang dikembangkan pada jenis tanah

ini antara lain untuk tanaman perkebunan (karet, kakao, kopi robusta, lada,

panili, lada perdu dan jarak pagar), tanaman pangan lahan kering (jagung,

ubikayu, kedelai dan kacang tanah), tanaman hortikultura (nanas, pepaya

dan cabai, buah naga), serta tanaman obat-obatan (temu-temuan,

solanaceae dan jahe). Implasement dan penggunaan lahan di KP. Natar

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Implasement dan Penggunaan Lahan KP Natar.

No. Penggunaan Luas 1. Implasement kantor/perumahan 75.000 m2 2. Lahan rumput pakan 10.000 m2 3. Lahan kandang ternak sapi 5.000 m2 4. Lahan kandang ternak ayam 2.500 m2 5. Tanaman Perkebunan 211.100 m2 6. Tanaman koleksi 19.250 m2 7. Tanaman Pangan Hortikultura 184.000 m2 8. Lahan kerjasama penelitian 17.500 m2 9. Lahan embung 20.000 m2 10. Lahan timbunan embung 30.000 m2 11. Jalan kebun dan parit 15.000 m2

KP. Tegineneng berada di Kampung Banyuwangi, Desa Mandah,

Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas ± 15

ha terdiri dari 7 ha digunakan untuk kegiatan penelitian dan pengkajian, 5 ha

untuk tanaman kedelai, 1 ha untuk kegiatan visitor plot, 0,32 ha untuk

tanaman karet, 0,14 ha koleksi tanaman jambu mete, 0,50 ha embung, 0,50

ha tanaman kacang hijau, 0,59 ha lahann kerjasama klon ubi kayu, o,66 jalan

kebun, 0,05 ha rumah dinas dan 0,20 ha implasement kantor dan gudang.

Kebun berada pada ketinggian 69 m dpl, jenis tanah pod solik merah kuning,

dan pH 4,5-5,5.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 16

Lab Diseminasi Masgar berlokasi di Desa Masgar, Kecamatan

Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas 18.056 m2 yang

digunakan untuk tanah dan bangunan, bangunan kantor seluas 7.881 m2,

dan kebun visitor plot seluas 5.690 m2.

C.4.2. Laboratorium Teknis

Laboratorium teknis BPTP Lampung bertugas untuk melayani

permintaan analisis dari peneliti lingkup BPTP Lampung, instansi pemerintah

lainnya, perusahaan swasta, para peneliti, mahasiswa, masyarakat umum dan

petani. Analisa yang dilayani adalah analisis tanah, analisis pupuk organik,

analisis pupuk anorganik, analisis jaringan tanaman, dan analisis air.

Tahun 2016 ini telah dilakukan penyusunan Dokumen Sistem Mutu

untuk Percepatan Akreditasi Laboratorium berdasarkan ISO/IEC 17025 :

2008, Dokumen Sistem Mutu Laboratorium yang telah disusun adalah

Panduan Mutu (Level I), Dokumen Prosedur (Level II), Instruksi Kerja (Level

III) dan Formulir Kerja (Level IV).

C.4.3. Perpustakaan

Perpustakaan BPTP Lampung merupakan salah satu unit pendukung

kegiatan Balai dalam mem-berikan layanan informasi hasil-hasil

penelitian/pengkajian yang dilakukan BPTP Lampung kepada masyarakat

pengguna. Layanan perpustakaan di-berikan kepada semua pengguna baik

karyawan di lingkup Balai mau-pun masyarakat luas.

Peningkatan kapasitas institusi BPTP melalui peningkatan pelayanan

jasa perpustakaan terhadap pengguna akhir, pengguna antara, dan penentu

kebijakan serta mendukung peningkatan adopsi dan difusi teknologi hasil

penelitian dan pengkajian secara digital melalui perpustakaan digital.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 17

C.4.4. Website

Peroses update dan Upload data paling banyak pada data Berita

sebanayak 69 berita. Pada data SDM professional telah diinput data

sebanyak 51 data SDM Profesional BPTP Lampung. Untuk info teknologi

telah diinput sebanyak 14 data info teknologi sepanjang 2016. Website BPTP

Lampung telah dimigrasi dari joomla versi 1.5 ke versi 3.4.1 dengan berbagai

module tambahan. Website BPTP Lampung telah responsive dan mobile

friendly. Berbagai media social BPTP Lampung berupa facebook, youtube,

tweeter, instagram telah dihubungkan dengan website BPTP lampung.

Gambar 2. Tampilan Facebook dan Tweeter BPTP Lampung

Gambar 3. Tampilan Youtube dan Instagram BPTP Lampung

C.4.5. Kendaraan dinas

Pada tahun 2016, kendaraan dinas yang dimiliki BPTP Lampung

sebanyak 9 unit kendaraan roda empat (minibus), 2 unit kendaraan bermotor

angkutan barang lainnya, dan 17 unit kendaraan roda dua, dengan kondisi

kendaraan masih berfungsi baik. Kendaraan roda dua dan roda empat ini di-

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 18

gunakan untuk mendukung aktivitas kegiatan penelitian maupun administrasi

di BPTP Lampung. Inventaris kendaraan dinas dan kondisinya disajikan pada

Tabel 7.

Tabel 7. Daftar kendaraan roda empat BPTP Lampung, Desember 2016

No. Nama Kendaraan Tahun Perolehan Kondisi (Baik/Rusak)

1. Pick UP Grandmax 2013 Baik

2. Toyota Hilux Pick Up 2013 Baik

3. Nissan X-Trail 2013 Baik

4. Toyota Kijang Inova 2011 Baik

5. Toyota Hilux Double Cabin 2010 Baik

6. Daihatsu Espass 2005 Baik

7. Toyota Kapsul LGX 1999 Baik

8. Toyota Kapsul LSX 1998 Baik

9. Toyota Kapsul LX 1997 Baik

10. Toyota Kijang Super 1993 Baik

11. Suzuki Carry Pick Up Baik

12. Suzuki APV 2015 Baik

C.5. Pengadaan Peralatan C.5.1. Pengadaan peralatan dari APBN

Pada Tahun 2016 BPTP Lampung mengadakan 1 unit PC, 3 unit laptop,

3 unit printer, dan lain-lain. Pengadaan peralatan selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8. Daftar pengadaan peralatan BPTP Lampung Tahun 2015

No. Nama Peralatan Volume

1. Komputer PC 1 unit

2. Laptop 3 unit

3. Printer 3 unit

4. AC 3 unit

5. Portable water pump 1 unit

6. Scanner 1 unit

7. Lemari Penyimpan 7 unit

8. Lemari kayu 15 unit

9. Filling cabinet besi 1 unit

10. Meja kerja kayu 13 unit

11. Kursi besi 16 unit

12. Kursi kayu 7 unit

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 19

13. Sice 1 unit

14. Kasur/Springbed 7 buah

15. Lemari Es 1 buah

16. Sound system 1 buah

17. Dispenser 1 buah

18. Karpet 1 buah

19. Gordyn 1 buah

20. Meja gambar 7 buah

21. Kamera udara 1 unit

22. Microscope 1 unit

23. Water Distilling Apparatus 1 buah

24. Stabilizer/UPS 3 buah

25. Layar proyektor 2 buah

26. Jalan khusus lain 1 unit

27. Instalasi air sumber 1 unit

28. Instalasi lain-lain 1 unit

29. Jaringan listrik lainnya 1 unit

30. Hewan ternak (kambing) 30 ekor

31. Bangunan fasilitas umum lainnya 1 unit

32. Pagar permanen 2 unit

33. Bangunan gudang terttutup permanen 1 unit

34. Bangunan gedung instalasi lainnya 1 unit

35. Bangunan kandang 1 unit

36. Rumah negara golongan II Tipe permanen 1 unit

D. KERJASAMA HASIL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMANFAATAN HASIL LITBANG Pada tahun 2016 telah dilakukan kerjasama penelitian antara BPTP

Lampung dengan instansi lain. Judul kegiatan kerjasama penelitian tahun

2016 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kerjasama penelitian dengan instansi lain, tahun 2016

No Judul Kerjasama Mitra Kerjasama

1. Uji Efektivitas Penggunaan Pupuk Kayabio terhadap pertumbuhan dan produksi pada tanaman padi di lahan sawah

PT Petrokimia Gresik

2. Pembinaan Pertanian dan Peternakan kepada peserta didik dan Guru

PT. ASTRA dan YP-Michael D Ruslim

3. Uji Efektivitas pupuk hayati Bioripah pada tiga varietas kedelai dalam memperbaiki pertumbuhan dan produksi kedelai di lahan sub-optima

PT. PUSRI

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 20

IV. HASIL PENGKAJIAN

A. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG

1. Issue terhadap serangan hama wereng pada tanaman padi di

Lampung dan Rekomendasi Kebijakan Serangan hama wereng di Propinsi Lampung menjadi issue sangat

sensitif pada saat ini tahun 2016 dalam upaya mengejar peningkatan

produksi padi sawah di Lampung. Pada saat itu dirasakan serangan hama

tersebut menunjukkan tingkat serangan yang cukup mengkhawatirkan bagi

masyarakat petani padi. Serangan wereng pada tanaman padi di Lampung

meningkat dibanding masa tanam sebelumnya yaitu tahun 2014/2015.

Peningkatan serangan tersebut diidentifikasi karena (a) dampak pola

pemanfaatan lahan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa jeda

(istirahat) sehingga penanaman padi di semua sentra produksi terus menerus

dilakukan, (b) penggunaan pestisida yang berlebihan atau berlangsung lama

pada lahan yang sama, (c) kondisi lingkungan yang mendukung berupa

kondisi lembab dan panas mendukung reproduksi hama.

Upaya-upaya yang dilakukan antara lain: (a) melakukan pengolahan

tanah lewat penggunaan bahan-bahan organik agar bisa menetralkan

kandungan pH (keasaman) tanah yang rata-rata sudah dalam ambang batas

tidak wajar sehingga memberikan lingkungan yang optimal untuk

perkembangan tanaman, (b) melakukan jeda tanam padi atau melakukan

pemutusan pola tanam yang sama secar terus menerus untuk memutus

perkembangan hama atau memperkecil ruang perkembangan hama, (c)

penggunaan musuh alami ataupun pestisida ramah lingkungan, (d)

melakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, (e) pada daerah

endemik hama wereng dilakukan pemberantasan secara masal dengan

tingkat penaggulangan secara ekstreem yaitu mengisolasi kemuadia

dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida yang tepat dosis, tepat

sasaran, tepat waktu sehingga hama wereng langsung mati.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 21

Pihak-pihak yang dapat dilibatkan antara lain dengan memberdayakan

petugas lapangan yang ada, seperti penyuluh, KCD, POPT, dan staf

laboratorium hama penyakit secara maksimal serta peran aktif para petani.

Selain itu diperlukan rumusan kebijakan dari Pemerintah Daerah maupun

instansi yang berwenang di bidang pertanian seperti antara lain Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Badan Penyuluhan Pertanian

Perkebunan Perikanan dan Kehutanan di wilayah Propinsi Lampung, badan

penelitian dan pengembangan Pertanian bersama dengan instansi yang

bergerak di bidang pertanian untuk merumuskan kebijakan yang mendukung

upaya tersebut.

Kedepan untuk mengendalikan hama tersebut perlu upaya kebijakan

antara lain: (a) Segera melakukan indentifikasi dan memetakan daerah-

daerah endemik hama wereng yang menyerang padi sawah, (b) Mengisolasi

daerah yang terkena serangan hama wereng untuk selanjutnya dilakukan

tindakan pemberantasan secara intensif dengan berbagai cara antara lain

penggunaan pestisida tepat sasaran agar kedepan tidak terjadi resurjensi

hama wereng, (c) Untuk daerah-daerah yang belum terkena serangan hama

wereng diupayakan untuk dilakukan antisipasi berupa penggunaan pestidia

nabati yang aman bagi lingkungan, (d) Perlu dibangkitkan dan diprogramkan

kembali sekolah lapangan pengendalian hama terpadu di wilayah Propinsi

Lampung, (e) Perlu keterpaduan koordinasi antar instansi pemerintah yang

bergerak pada bidang pertanian dalam upaya mengatasi hama wereng, (f)

Perlu digalakkan kembali kinerja satuan tugas pengamat hama dan penyakit

tanaman (POPT) secara intensif di seluruh wilayah Propinsi Lampung.

2. Issue tentang kondisi irigasi dan sumberdaya air di Lampung dan Rekomendasi Kebijakan. Saran Rekomendasi kebijakan dalam mengantisipasi permasalahan

kebutuhan pemenuhan air irigasi mendukung produksi padi di Provinsi

Lampung :

a. Identifikasi sumber air baru yang berpotensi lestari memberikan tambahan

sumber irigasi bagi pembukaan lahan pertanian.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 22

b. Revitalisasi saluran tersier, pembuatan talud, dan pembuatan saluran

drainasi oleh Pemerintah daerah khususnya Dinas Pengairan PU Propinsi

Lampung.

c. Pembuatan bangunan bendungan baru, embung dan atau sumber air

irigasi baru mampu mengairi minimal 500 ha oleh Kementerian Pekerjaan

Umum.

d. Pembuatan sumur dalam maupun sumur bor skala sedang untuk mengairi

sawah apabila kekurangan air dimusim gadu dengan biaya darin

pemerintah daerah dengan melibatkan tenaga swadaya masyarakat.

e. Penciptaan inovasi teknologi budidaya padi hemat air spesifik wilayah.

B. Kajian Teknologi Penangkaran Padi Lokal Spesifik Lampung

a. Penangkaran dengan media tanah sawah dalam pot besar.

Tabel 10. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Jumlah anakan Pada pertanaman umur 2 bulan dalam pot.

Pertumbuhan tinggi tanaman yang ditanam dalam pot dengan media

tanah sawah (tersedia banyak air/terendam), dengan umur 2 bulan,

tanamannya tumbuh tinggi rata-rata di atas 100 cm baik pada tanaman yang

biasa ditanam di tegalan/lahan kering maupun yang biasa di sawah dan juga di

rawa.

b. Penangkaran dengan media lahan kering (langsung tanam di lahan kering)

Nama Padi Lokal Rataan Pertumbuhan

Tinggi Tanaman(cm)

Jumlah Anakan

Padi SiRenik-Tanggamus 124,50 15,50

Padi Hitam Lampung-Pringsewu 112,42 21,75

Padi Rawa -Mesuji 123,83 19,33

Padi Umbul-Umbul80 106,34 19,42

Padi Pandan Wangi-T.Bawang 140,58 18,10

Padi SiCantik-Pardasuka(P.sewu)

124,17 18,34

Padi Sumber Baru-L.Tengah 121,92 19,0

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 23

Ada perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman di tegalan/lahan kering.

Bagii pertanaman (materi padi lokal) yang biasa ditanam di sawah rata-rata

pertumbuhan tinggi tanaman lebih rendah seperti padi umbul-umbul (kurang

dari 60 cm) dibandingkan dengan tanaman padi lokal yang biasa ditanam di

tegalan /lahan kering seperti pandan wangi dan Sicantik,Si Renik,padi Sumber

Baru yang tumbuh lebih dari 80 cm.

Tabel 11. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Jumlah anakan Pada

pertanaman umur 2 bulan di lahan kering

C. Kajian Teknologi Perbaikan Kualitas Lahan dan Pengelolaan Air

Pada Lahan Sub Optimal untuk mendukung Swasembada Kedelai di Lampung

a. Kajian Peningkatan produktivitas padi pada lahan rawa pasang surut dengan kombinasi pupuk anorganik dan pemanfaatan pembenah tanah (pupuk organik)

Rata-rata tanaman tertinggi diperoleh Varietas Inpara 2 dengan

perlakuan dekomposer 4 l t/ha + pupuk anorganik rekomendasi 75 %(130,2

cm), bila dibandingkan dengan tinggi tanaman Varietas pembanding

(Ciherang) lebih tinggi sekitar 21 %. Perlakuan dekomposer juga memberikan

jumlah malai dan jumlah gabah/malai terbanyak baik pada Varietas Inpara 2

maupun Inpari 30. Pengaruh pupuk anorganik (rekomendasi) dan pembenah

tanah (biochar) serta dekomposer terhadap pertumbuhan dan komponen hasi

padi varietas Inpari 30 dan Inpara 2 disajikan pada tabel berikut :

Nama Padi Lokal Rataan Pertumbuhan Tinggi

Tanaman(cm) Jumlah Anakan

Padi SiRenik-Tanggamus 89,10 18,80 Padi Hitam Lampung-Pringsewu 63,50 24,70 Padi Umbul2 Terbanggi Besar 57,80 26,20 Padi Umbul-Umbul80 56,20 26,10 Padi Pandan Wangi-T.Bawang 109,60 13,00 Padi SiCantik-Pardasuka(P.sewu)

107,60 15,90

Padi Sumber Baru-L.Tengah 84,60 19,30 Inpago 9 (Pembanding) 63,7 16,6

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 24

Tabel 12. Pengaruh pupuk dan pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan

komponen hasil padi varietas Inpari 30 dan Inpara 2

Varietas Pupuk Tinggi

(cm)

Jumlah

malai

Panjang

malai

Jumlah

gabah

Jumlah

Hampa

Inpari 30

Rekomendasi 109,5 21,3 25,2 157,8 15,3

Biochar 114,1 20,5 24,3 156,9 22,2

Dekomposer 115,3 21,3 25,2 176,2 15,3

Inpara 2

Rekomendasi 128,5 24,8 24,5 188,7 24,9

Biochar 129,1 20,6 25,2 190,5 22,8

Dekomposer 130,2 27,8 24,8 203,3 23,8

Ciherang Kontrol 102,9 13,6 22,8 150,5 28.7

Hasil analisis statistik pada petak utama (varietas) menunjukkan

Inpara 2 nyata lebih tinggi tanamannya dibandingkan dengan Inpari 30,

sementara terhadap komponen hasil jumlah malai dan panjang malai tidak

berbeda nyata. Rata-rata jumlah gabah/malai Inpara 2 nyata lebih banyak

(18,7 %) dibanding Inpari 30. Pengaruh varietas (Inpari 30 dan Inpara 2)

terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi disajikan pada tabel berikut

:

Tabel 13. Pengaruh varietas (Inpari 30 dan Inpara 2) terhadap pertumbuhan dan,

komponen hasil padi

Varietas Tinggi

(cm)

Jumlah

malai

Panjang

malai

Jumlah

gabah

Jumlah

Hampa

Inpari 30 112,96 b 21,03 a 24,9 a 163,63 b 17,6 b

Inpara 2 129,27 a 24,4 a 22,8 a 194,17 a 23,8 a

Perlakuan pupuk organik (dekomposer) nyata terhadap jumlah malai

dan jumlah gabah/malai, tetapi untuk parameter tinggi tanaman dan panjang

malai tidak nyata. Perlakuan dekomposer 4 l t/ha +

pupukanorganikrekomendasi 75 % nyata meningkatkan jumlah malai sekitar

20 % dibandingkan perlakuan biochar + pupukanorganikrekomendasi 75

%,dan nyata meningkatkan jumlah gabah/malai tanaman sekitar 10 %

dibandingkan perlakuan pupuk anorganik 100 %. Pengaruh pupuk dan

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 25

pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi disajikan

dalam tabel berikut.

Tabel 14. Pengaruh pupuk dan pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan,

komponen hasil padi.

Perlakuan

Pupuk

Tinggi

(cm)

Jumlah

malai

Panjang

malai

Jumlah

gabah

Jumlah

Hampa

Rekomendasi 119,05 a 23,09 ab 24,85 a 173,25 b 20,1 a

Biochar 121,61 a 20,55b 24,75 a 173,71 b 22,5 a

Dekomposer 122,75 a 24,55 a 25,05 a 189,75 a 19,6 a

Perlakuan dekomposer 4 l t/ha + pupukanorganikrekomendasi 75 %

pada Varietas Inpara 2 memberikan hasil tertinggi(8,29 t/ha), dimana lebih

tinggi 9,4 % dibandingkan dengan hanya pupuk anorganik atau 29,1 %

dibandingkan produktivitas Ciherang.

b. Pengelolaan Hara Tanaman Kedelai Spesifik Lahan Rawa Pasang Surut. Pengaruh pengelolaan hara tanaman kedelai terhadap pertumbuhan

dan bobot brangkasan tanaman kedelai menunjukkan jumlah cabang dan

bobot brangkasan basah (BB) dan bobot brangkasan kering (BK) tanaman

berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. Namun tinggi tanaman, dan

panjang akar tidak berbeda. Perlakuan NPK (45 kg N; 72 kg P2O5; 120 kg

K2O)/ha memberikan pertumbuhan vegetatif dan bobot brangkasan tertinggi,

disusul PHSL-1 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O) tidak berbeda dengan

perlakuan PHSL-2 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg K2O)/ha dan PHSL-3 (22 kg

N; 28 kg P2O5; 60 kg K2O)/ha dan dosis pupuk rekomendasi umum (45 kg

N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O)/ha.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 26

Tabel 15. Pengaruh Pengelolaan Hara Tanaman Kedelai terhadap Pertumbuhan

Vegetatif dan Bobot Brangkasan Kedelai

Perlakuan Tinggi

tanaman (cm)

Jumlah Cabang

Panjang Akar (cm)

BB (kg)

BK (g)

PK (72 kg P2O5; 72 kg K2O) 30,8 a 0,7 ab 18,7 a 44,0 a 9,4 a

NK (45 kg N; 120 kg K2O) 29,8 a 0,7ab 17,2 a 33,3 a 7,8 a

NP (45 kg N; 72 kg P2O5) 34,3 a 0,1 a 17,7 a 46,0 ab 10,0 ab

NPK (45 kg N; 72 kg P2O5; 120 kg K2O)

39,8 a 1,1 b 21,8 a 62,0 b 13,3 b

PHSL-1 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O)

31,7 a 1,0 ab 17,6 a 50,7 ab 11,1 ab

PHSL-2 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg K2O)

31,8 a 0,6 ab 16,7 a 34,0 a 7,1 a

PHSL-3 (22 kg N; 28 kg P2O5; 60 kg K2O)

32,9 a 0,4 ab 17,1 a 42,7 a 9,8 a

Rekomendasi Umum (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O)

32,8 a 0,4 ab 19,9 a 40,7 a 9,7 a

c. Kajian Efisiensi Pemupukan Tanaman Kedelai pada Budidaya

Jenuh Air di Lahan Rawa pasang surut. Analisis statistik menunjukkan bahwa taraf pupuk pada kondisi jenuh air

hanya berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, tapi tidak

berpengaruh terhadap parameter jumlah cabang, panjang akar dan bobot

brangkasan (Tabel 8). Perlakuan P1 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) dan

P4 (75% P1 + Kapur + Pupuk Hayati) menghasilkan pertumbuhan tanaman

tertinggi namun hanya berbeda dengan perlakuan P5 (50% P1 + Kapur +

Pupuk Hayati). Secara umum perlakuan P1; P4; dan P6 (43 kg N; 50 kg

P2O5; 100 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati) menghasilkan pertumbuhan

vegetatif dan bobot brangkasan basah dan kering terbaik.

Tabel 16. Pengaruh Pemupukan pada kondisi Jenuh air terhadap pertumbuhan

vegetatif dan brangkasan tanaman Kedelai.

Perlakuan Tinggi

tanaman (cm)

Jumlah Cabang

Panjang Akar (cm)

BB (g) BK (g)

P1 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O)

38,2 a 0,9 a 18,1 a 61,3 a 12,3 a

P2 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) + Kapur

34,2 ab 0,8 a 17,7 a 70,7 a 12,9 a

P3 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) + kapur + pupuk hayati

34,3 ab 0,8 a 18,0 a 46,7 a 9,4 a

P4 (75% P1 + Kapur + Pupuk Hayati)

38,2 a 0,6 a 22,8 a 62,7 a 12,2 a

P5 (50% P1 + Kapur + Pupuk 30,5 b 0,6 a 19,2 a 43,3 a 8,6 a

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 27

Hayati)

P6 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati)

36,4 ab 1,0 a 24,7 a 62,0 a 13,3 a

P7 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati

33,1 ab 0,9 a 19,1 a 64,7 a 11,1 a

P8 (22 kg N; 28 kg P2O5; 60 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati).

32,5 bc 0,8 a 24,0 a 56,0 a 9,7 a

Keterangan : BB = bobot bahan basah; BK= Bobot bahan kering

D. Peningkatan Intensitas Panen Melalui Pengembangan Teknologi Padi Sistem Ratun pada Lahan Pasang Surut Kabupaten Mesuji,

Pertumbuhan tanaman padi utama yang dikaji untuk selanjutnya akan

dilakukan ratunisasi yaitu varietas Banyuasin, Dendang, Inpara-2, dan

Cilamaya muncul pada musim Januari- April 2016 tidak optimal, dikarenakan

fluktuasinya musim yang cenderung berada pada kondisi air curah hujan

rendah dan kering (anomali iklim dan tidak normal) sehingga pertumbuhan

dan produksi tanaman tidak sesuai harapan atau tidak optimal. Pada saat

yang sama saat dilakukan ratunisasi terjadi ledakan serangan hama dan

penyakit yang mengakibatkan ratun tidak tumbuh atau mati dan kering

sehingga pada musim tersebut terjadi kegagalan (daya tumbuh ratun kurang

dari 60%). Untuk itu dilakukan penanaman padi utama pada musim

berikutnya yaitu periode Juni-September 2016 dengan varietas yang sama

yaitu Banyuasin, Dendang, Inpara-2, dan Cilamaya Muncul.

Titik kritis implementasi teknologi ratun di lahan rawa pasang surut

Kabupaten Mesuji adalah pada umur panen tanaman padi utama. Bahwa

pemotongan ratun harus segera dilakukan tepat disaat kondisi pertanaman

padi telah dalam kondisi masak fisiologis, batang masih hijau, 80% padi telah

berisi. Pemupukan dilakukan sebelum pemotongan ratun dengan dosis ½ dari

dosis tanaman utama. Pemotongan ratun dilakukan 3-7 hari setelah panen

padi utama. Panjang pemotongan ratun terbaik di lahan rawa pasang surut

Kabupaten Mesuji adalah 5-10 cm, karena adanya kondisi terjadinya

genangan di lahan rawa pasang surut.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 28

Varietas yang potensial digunakan untuk ratun di lahan rawa pasang

surut Kabupaten Mesuji adalah Inpara 2 dan Cilamaya Muncul. Preferensi dan

tanggapan petani terhadap kedua varietas padi tersebut juga sangat baik.

Teknologi ratun memberikan peningkatan indeks panen tambahan dan

produksi padi dalam kurun waktu 1,5 – 2 bulan setelah tanam padi utama

dilakukan. Teknologi tersebut sangat mungkin dan sesuai dicoba-terapkan di

lahan berpengairan terbatas pada musim tanam kedua. Di lahan rawa pasang

surut Kabupaten Mesuji, teknologi ratun memberikan rata-rata tambahan

produksi pada padi varietas Dendang sebesar 29,86% dan varietas Banyuasin

sebesar 37,78 %, sedangkan varietas Inpara-2 sebesar 75,53%.

Dimasa mendatang apabila para petani akan menerapkan teknologi

ratun disarankan untuk menghitung dengan tepat umur panen padi karena

ratun akan mempunyai daya tumbuh dengan baik apabila tidak terlambat

dalam melakukan panen. Pemotongan ratun yang baik adalah pada saat padi

telah dalam kondisi masak fisiologis, batang masih hijau, dan padi telah

berisi. Selain itu perlu memperhatikan kondisi lahan sawah harus tetap

lembab tetapi tidak tergenang.

E. Kajian Optimasi Pupuk Fosfat Pada Tiga Varietas Kedelai Di Lahan Masam Lampung Selatan, Secara umum kebutuhan tanaman akan pupuk ditentukan oleh jenis

bagian tanaman yang akan dipanen. Tanaman yang diambil bunga,buah,

atau bijinya disamping membutuhkan unsur N untuk pertumbuhan

vegetatifnya juga memerlukan banyak unsur P untuk pertumbuhan generatif

(pembentukan bunga, buah dan biji). Batas antara kecukupan dan defisiensi

unsur hara N untuk tanaman kedelai sebesar 4.2% dan untuk unsur hara P

sebanyak 0.26% (Sanchez, 1976). Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa untuk

kandungan hara N berdasarkan hasil analisis daun emnujukkan rata-rata

kandungan hara N adalah 3.41%, sedangkan untuk unsur P rata-rata 0.29%.

Berdasarkan hasil analisis kandungan hara N dan P pada tiga varietas

kedelai yang diuji (Grobogan, Anjasmoro dan Gepak Kuning) tidak terdapat

pengaruh tunggal varietas terhadap kandungan hara N dan P, akan tetapi

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 29

pengaruh perlakuan dosis pupuk P dalam bentuk SP-36 dan Rock Phosfat

memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan hara N dan P pada

analisis jaringan daun tamanan kedelai pada fase vegetatif maksimum

dibandingkan tanpa pemberian pupuk P. Pemberian 264 kg Rock Phosphate

menunjukkan kandungan hara N dan P pada daun kedelai lebih tinggi dan

berbeda nyata dibandingkan pemberian 222 kg SP-36, hal ini

mengindikasikan bahwa penyerapan unsur N dan P oleh tanaman dalam

bentuk batuan fosfat lebih banyak diserap oleh tanaman dibandingkan

penyerapan unsur P dalam bentuk SP-36. Batuan fosfat (Rock Phosphate)

dengan kadungan P205total sebesar 30,28% dengan ukuran partikel yang

lebih halus makin mudah digunakan oleh tanaman.

F. Kajian Teknologi Adaptif Pengolahan Sirup Glukosa dari Pati beberapa Varietas Ubi Kayu Sirup glukosa dapat dibuat dengan melalui dua tahap utama yaitu

likuifikasi dan sakarifikasi. Proses likuifikasi dan sakarifikasi untuk

mendapatkan glukosa dilakukan secara enzimatis, selanjutnya dilakukan

pemucatan dan penyaringan. Tahap pembuatan sirup glukosa disajikan pada

Gambar berikut

Gambar 4. Tahapan Pembuatan Sirup

Tapioka Air (perbandingan 1:3) Bubur pati

α amylase (1,5 ml/kg)

)pati)

Likuifikasi (90ºC, 60 menit)

Amiloglukosidase (1,5 ml/kg)

)pati)

Pendinginan

Sakarifikasi (60oC, 60 menit)

Arang aktif (1%) Pemanasan

Pendinginan dan penyaringan

Penguapan

Sirup glukosa

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 30

Pembuatan sirup glukosa dari pati 4 varietas ubikayu yaitu; pati

ubikayu varietas kasetsart, pati ubikayu varietas Barokah, pati ubikayu

varietas Manado, dan pati ubikayu varietas campuran. Hasil pengkajian

menunjukkan bahwa penggunaan pati dari varietas ubikayu yang berbeda,

ternyata menghasilkan sirup glukosa yang berbeda, baik dari kuantitas

maupun kualitasnya. Secara visual sirup glukosa yang dihasilkan dari pati

ubikayu varietas barokah lebih jernih dan endapannya sedikit, sehingga

rendemennya lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya.

Gambar 5. Penampilan sirup glukosa dari pati 4 varietas ubikayu

Untuk mengetahui kualitas sirup glukosa yang dihasilkan telah dilakukan uji

mutu dan nilai gizi di laboratorium.

Tabel 17. Data rata-rata rendemen sirup glukosa dari pati beberapa varietas ubikayu

Varietas Berat tapioka (g) Rendemen glukosa

ml (%)

Kasetsart/UJ 5 (A) 2.000 1.415 70,77 (b) Barokah (B) 2.000 1.272 63,59 (c) Manado (C) 2.000 1.668 83,38 (a) Campuran (D) 2.000 1.231 61,54 (c)

Pembuatan sirup glukosa dilakukan secara enzimatis dengan 2 tahap

yaitu tahap likuifikasi dengan penambahan enzim alfa amylase, dan tahap

sakarifikasi dengan penambahan enzim amiloglukosidase. Pati ubikayu

varietas Manado menghasilkan rendemen sirup glukosa yang tertinggi

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 31

(83,38%), dibandingkan dengan varietas ubikayu lainnya. Hal ini disebabkan

karena sirup glukosa yang dihasilkan dari pati ubikayu varietas Manado

memiliki endapan yang paling sedikit sehingga sirup glukosa yang dihasilkan

lebih banyak. Sementara sirup glukosa yang dihasilkan dari pati ubikayu

varietas campuran memiliki endapan yang sangat banyak, sehingga setelah

proses penyaringan sirup glukosa yang dihasilkan lebih sedikit.

Tabel 18. Data rata-rata kadar amilosa dari pati 4 varietas ubikayu

No. Perlakuan Kadar Amilosa (%)

1. Varietas Kasetsart/UJ5 28,08 (a) 2. Varietas Barokah 25,49 (b) 3. Varietas Manado 24,05 (c) 4. Varietas Campuran 27,27 (a)

Kadar amilosa pati ubikayu varietas kasetsart/UJ 5 lebih tinggi

dibandingkan dengan kadar pati ubikayu varietas lainnya. Kadar amilosa yang

tinggi biasanya diikuti dengan kandungan pati tinggi dan diduga pati tersebut

memiliki rantai α 1,4 Dglikosida yang lebih panjang dibandingkan dengan ubi

kayu lainnya, karena semakin panjang rantai α 1,4 D-glikosida yang

terkandungdidalam pati, maka semakin tinggi kadar amilosa yang terkandung

didalamnya.

Data rata-rata kadar air, total padatan terlarut, gula reduksi, pH, dan

total mikroba, dari sirup glukosa 4 varietas ubikayu dengan pembanding sirup

sukrosa (gula tebu) disajikan pada tabel berikut.

Tabel 19. Data kadar air, Total padatan terlarut, gula reduksi, pH, dan total Mikroba

Varietas Kadar air Gula

Reduksi

TPT pH Total Mikroba

(%) (%) o Brix CFU/ml

Kasetsart/UJ5 52,79 (c) 15,66 (b) 46,10 (b) 5,12 (c) 4,3 x 103 (d)

Barokah 43,75 (d) 22,55 (a) 54,10 (a) 5,77 (b) 2,7 x 104 (b)

Manado 43,75 (d) 22,55 (a) 54,10 (a) 5,77 (b) 3,3 x 103 (d)

Campuran 60,10 (b) 23,36 (a) 40,13 (c) 5,33 (bc) 6,4 x 103 (c)

Larutan sukrosa/

gula tebu (1:5)

68,35 (a) 0,72 (c) 30,80 (d) 6,74 (a) 5,2 x 104 (a)

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 32

Sirup glukosa yang dibuat dari bahan baku pati ubikayu varietas

Manado mempunyai mutu yang lebih baik dibandingkan dengan varietas

lainnya, karena memiliki kadar air terendah (43,75%), total mikroba yang

terendah (3,3x103 CFU/ml), gula pereduksi yang tertinggi (22,55%) dan total

padatan terlarut yang tertinggi (54,10o Brix). Kadar air yang rendah ini

menyebabkan sirup glukosa lebih awet dan tidak cepat rusak, hal ini terlihat

juga dari kandungan mikroba sirup glukosa dari varietas Manado lebih rendah

dibandingkan dengan varietas lainnya. Sedangkan total padatan terlarut yang

lebih tinggi menunjukkan bahwa sirup glukosa yang dihasilkan lebih manis,

sehingga lebih potensial untuk dijadikan sebagai substitusi gula tebu

(sukrosa). Gula pereduksi yang lebih tinggi menunjukkan bahwa sirup

glukosa tersebut mempunyai sifat mereduksi yang lebih, sementara untuk

sukrosa (gula tebu) bukan merupakan gula pereduksi sehingga hasil analisa

gula reduksi sukrosa sangat rendah yaitu hanya 0,72%.

Tabel 20. Data rata-rata analisa Indeks Glikemik (IG) sirup glukosa dari pati 4

varietas ubikayu dengan pembanding gula sukrosa (gula tebu)

No. Varietas Nilai Indek Glikemik (IG)

1. Glukosa standar 100 2. Varietas Kasetsart/UJ5 90,64 (a) 3. Varietas Barokah 79,01 (d) 4. Varietas Manado 80,05 (d) 5. Varietas Campuran 87,98 (b) 6. Larutan Sukrosa/gula tebu (1:5) 81,79 (c)

Nilai Indeks Glikemik (IG) sirup glukosa dengan bahan baku ubikayu

varietas Barokah (79,01) dan Manado (80,05) lebih rendah dibandingkan

dengan nilai IG sukrosa/gula tebu (81,79) yang digunakan sebagai

pembanding, sementara untuk varietas Kasetsart dan varietas campuran nilai

IG nya lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa. Hal ini menunjukkan bahwa

ubikayu varietas Barokah dan Manado memiliki peluang yang baik untuk

digunakan sebagai pemanis alternatif karena memiliki nilai IG yang lebih

rendah dibandingkan dengan sukrosa, sehingga tidak terlalu cepat menaikkan

kadar gula darah di dalam tubuh manusia.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 33

Tabel 21. Data rata-rata kadar energi sirup glukosa dari pati 4 varietas Ubikayu dengan pembanding gula sukrosa (gula tebu)

No. Varietas Kadar energi (kal/g)

1. Kasetsart/UJ5 97,71 (a) 2. Barokah 61,32 (b) 3. Manado 44,55 (c) 4. Campuran 44,26 (c) 5. Larutan Sukrosa/ gula tebu

(1:5) 41,41 (d)

Kadar energi yang terendah justru terdapat pada sukrosa gula tebu

(41,41 kal/g) yang diencerkan dengan perbandingan 20 g gula tebu +80 ml

air, tapi angka ini tidak terlalu berbeda dengan sirup glukosa yang dibuat dari

pati ubikayu varietas Manado dan varietas campuran. Sementara sirup

glukosa dengan bahan baku pati ubikayu varietas kasetsart memiliki

kandungan energi yang sangat tinggi yaitu 97,71 kal/g.

G. Kajian Pengembangan Lada dan Pengendalian HPT Pada Lahan Kering Masam di Lampung Dengan penerapan komponen PTT lada ada penambahan jumlah

cabang 234% dibanding tanpa penerapan komponen PTT pada tanaman lada

umur 9 bulan. Penerapan komponen PTT lada dapat menurunkan serangan

hama penggerek batang lada sebesar 43,31% dibanding tanpa penerapan

komponen PTT pada tanaman lada yang berumur lebih dari 2 (dua) tahun.

Pengendalian HPT mampu menurunkan serangan hama penggerek batang

sebesar 78% dan busuk pangkal batang 82%, hama dan penyakit lainnya

berkisar 52-80%. Perkembangan dan pertumbuhan tinggi tanaman

meningkat 87% dari komponen petani dan proses pembungaan serta jumlah

bunga per malai meningkat 65%. Kendala yang dihadapai yaitu kondisi iklim

dan cuaca (mendung dan hujan) menghalangi pelaksanaan kegiatan di

lapangan.

H. Kajian Sistem Usahatani Berbasis Mekanisasi Mendukung Pencapaian Swasembada Padi Keberadaa alat dan mesin pertanian yang ada di daerah

survei/pengkajian telah sesuai dengan kemauan petani baik dari segi jenis

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 34

dan macam alat, maupoun segi kegunaan atau manfaatnya. Penggunaan alat

dan mesin pertanian seperti traktor bajak, mesin tanam transplanter, mesin

pemanen power threser dan combine harvester nyata mudah dipelajari,

diamati, dipraktekkan dan diaplikasikan di lapangan oleh para petani.

Penggunaan alat dan mesin seperti traktor untuk pengolahan tanah,

mesin threser dan combine harvester untuk membantu panen, penggunaan

mesin tanam (transplanter) memberikan nilai kemudahan, efisien dan

efektifnya membantu usahatani yang dilakukan sehingga sebagain besar

petani memberikan penilaian bahwa penggunaan alat dan mesin tersebut

relatif menguntungkan petani. Penggunaan combine harvester dalam proses

panen padi dapat mengurangi susut sampai 50% dibandingkan manual (non

mekanisasi). Penggunaan full mekanisasi lebih menguntungkan dan layak

diaplikasikan pada usahatani padi.

I. Pemetaan P dan K untuk Penetapan Rekomendasi

Pemupukan Spesifik Pada Komoditas Unggul di provinsi Lampung

Hasil analisis tanah menunjukkan variasi perbedaan kandungan unsur

hara P dan K yang ada di lahan sawah di Kabupaten Pringsewu. Pada tiap-

tiap kecamatan memiliki perbedaan kelas status hara sehingga

mempengaruhi dosis rekomendasi pemupukan yang disarankan.

Tabel 22. Hasil analisis P potensial, kelas status hara dan dosis rekomendasi pemupukan P di Kabupaten Pringsewu

Kecamatan Desa Kadar P Potensial

(mg P2O5/100 g)

Kelas Status Hara

Dosis Rekomendasi Pemupukan P

(SP36/ha)

Pagelaran Lugusari 1 18.90 Rendah 100 kg Lugusari 2 19.44 Rendah 100 kg Pamenang 1 42.56 Tinggi 50 kg Pamenang 2 40.51 Tinggi 50 kg Gumukrejo 19.86 Rendah 100 kg Tanjung Dalam 55.22 Tinggi 50 kg

Ambarawa Kresno Mulyo 59.49 Tinggi 50 kg Sumber Agung 33.26 Sedang 75 kg Kresno Mulyo 34.79 Sedang 75 kg Ambarawa Barat

1

62.15 Tinggi 50 kg

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 35

Ambarawa Barat

2

54.99 Tinggi 50 kg

Ambarawa Timur

1

17.73 Rendah 100 kg

Ambarawa Timur 2

26.22 Sedang 75 kg

Sukoharjo Sukoharjo 3 15.62 Rendah 100 kg Sukoharjo 3 barat 30.91 Sedang 75 kg Panggungrejo 8.66 Rendah 100 kg Sukoyoso 8.44 Rendah 100 kg Sukoharjo 1 11.72 Rendah 100 kg Sukoharjo 2 24.32 Sedang 75 kg

Banyumas Banyumas 1 21.16 Sedang 75 kg

Banyumas 2 15.03 Rendah 100 kg

Adi Luwih Sri Katon 37.61 Sedang 75 kg

Adi Luwih 37.82 Sedang 75 kg

Pringsewu Fajar Agung 29.79 Sedang 75 kg

Fajar Esuk 11.80 Rendah 100 kg

Bumi Ayu 14.54 Rendah 100 kg

Bumi Arum 49.45 Tinggi 50 kg

Pardasuka Pujodadi 36.64 Sedang 75 kg

Sukorejo 58.35 Tinggi 50 kg

Pardasuka Timur 24.79 Sedang 75 kg

Pardasuka Selatan 29.73 Sedang 75 kg

Pardasuka Induk 39.85 Sedang 75 kg

Gadingrejo Wonodadi 59.43 Tinggi 100 kg

Wonosari 61.91 Tinggi 100 kg

Tegalsari 66.93 Tinggi 100 kg

Blitarejo 90.65 Tinggi 100 kg

Bulukarto 29.31 Sedang 75 kg

Mataram 12.52 Rendah 50 kg

Tabel 23. Hasil analisis K potensial, kelas status hara dan dosis rekomendasi

pemupukan K di Kabupaten Pringsewu Kecamatan Desa Kadar P

Potensial (mg

P2O5/100 g)

Kelas Status Hara

Dosis Rekomendasi Pemupukan P

(SP36/ha)

Pagelaran Lugusari 1 8.20 Rendah 100 kg Lugusari 2 5.75 Rendah 100 kg Pamenang 1 4.11 Rendah 100 kg Pamenang 2 13.23 Sedang 50 kg Gumukrejo 7.68 Rendah 100 kg Tanjung Dalam 14.32 Sedang 50 kg

Ambarawa Kresno Mulyo 20.00 Sedang 50 kg Sumber Agung 19.99 Sedang 50 kg Kresno Mulyo 22.26 Tinggi 50 kg Ambarawa Barat 1 6.39 Rendah 100 kg Ambarawa Barat 2 17.40 Sedang 50 kg

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 36

Ambarawa Timur 1 24.66 Tinggi 50 kg Ambarawa Timur 2 17.83 Sedang 50 kg

Sukoharjo Sukoharjo 3 7.88 Rendah 100 kg Sukoharjo 3 barat 19.90 Sedang 50 kg Panggungrejo 14.90 Sedang 50 kg Sukoyoso 10.18 Sedang 50 kg Sukoharjo 1 9.94 Rendah 100 kg Sukoharjo 2 17.86 Sedang 50 kg

Banyumas Banyumas 1 21.88 Tinggi 50 kg

Banyumas 2 12.72 Rendah 100 kg

Adi Luwih Sri Katon 6.08 Rendah 100 kg

Adi Luwih 15.53 Sedang 50 kg

Pringsewu Fajar Agung 11.40 Sedang 50 kg

Fajar Esuk 28.94 Tinggi 50 kg

Bumi Ayu 12.31 Sedang 50 kg

Bumi Arum 35.05 Tinggi 50 kg

Pardasuka Pujodadi 35.48 Tinggi 50 kg

Sukorejo 19.79 Sedang 50 kg

Pardasuka Timur 39.27 Tinggi 50 kg

Pardasuka Selatan 35.10 Tinggi 50 kg

Pardasuka Induk 38.89 Tinggi 50 kg

Gadingrejo Wonodadi 13.18 Sedang 50 kg

Wonosari 21.88 Tinggi 50 kg

Tegalsari 12.92 Sedang 50 kg

Blitarejo 38.13 Tinggi 50 kg

Bulukarto 23.39 Tinggi 50 kg

Mataram 11.67 Sedang 50 kg

J. Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Hasil inventarisasi/pelaksanaan kegiatan diperoleh kurang lebih 130-

an jenis tanaman yang menyebar hampir di seluruh pekarangan petani

kooperator berupa tanaman pangan local (jenis umbi-umbian), jenis sayuran,

tanaman buah-buahan dan tanaman obat-obatan serta tanaman perkebunan.

Hasil ini menyebar di hampir seluruh Kabupaten terutama di dataran rendah.

Sedangkan di dataran tinggi lebih didominasi dengan tanaman sayuran dan

perkebunan terutama di luar pekarangan. Seperti di Lampung Barat yang

merupakan daerah dataran tinggi di Provinsi Lampung, lahan pekarangannya

lebih banyak ditanamani dengan tanaman hias atau malah dibiarkan kosong.

Di lokasi kebun koleksi sudah diidentifikasi dan karakterisasi beberapa

jenis tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian (aneka jenis ubi jalar seperti

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 37

Ubi Cilembu, Ubi Sablah Manohara, Ubi Toyota, Ubi Malang Hijau, Ubi Malang

Ungu, Ubi Tanggamus putih, Ubi Tanggamus ungu, Ubi Sekincau, Ubi local

Natar dan Ubi Papua, ganyong, garut, suwek, uwi biru, gadung, gembili dan

talas). Sementara tanaman buah berupa Alpokad, Durian, Manggis, Sirsak

juga sudah dilakukan karakterisasi sesuai dengan umur tanaman yang ada

(data informasi pertumbuhan vegetative). Tanaman perkebunan seperti Lada,

Kopi, Vanili masih dalam proses karakterisasi ulang. Juga sudah dilakukan

penelusuran keberadaan tanaman buah unggul lokal Manggis dan Durian di

Kabupaten Tanggamus.

Salah satu kegiatan yang agak sulit dilakukan adalah pemeliharaan

untuk evaluasi padi Ampai yang merupakan padi rawa, komoditas yang akan

didaftarkan sebagai salah satu tanaman yang spresifik loksi karena

diinformasikan kalau berasnya dapat atau bagus dikonsumsi oleh penderita

Penyakit kencing manis atau Diabetes dan mempunyai karakeristik khusus

karena ditanam hanya di rawa Kabupaten Mesuji. Hasil karakterisasi Padi

Ampai seperti pada Tabel berikut ini.

Tabel 24. Hasil Karakterisasi Padi Ampai Nama komoditas

Nama aksesi

Nama kolektor

Asal Status aksesi

Umur panen

Tipe budi daya

Tipe beras

Catatan

Padi

Lokal

Padi

ampai

Mulyadi Desa

Sungai

Badak

Kec.

Mesuji

Kab.

Mesuji

Lampu

ng

Kultifar

Lokal

6 bulan Padi

Rawa

Beras

Merah

Jumlah anakan 10-24

Panjang malai 29,3 cm

Jumlah gabah/malai 269,3 butir

Jumlah gabah hampa/ malai 16,3 butir

Persentase gabah isi/malai 94%

Tinggi tan. 110-190 cm

Umur panen 5-6 bulan

Potensi Hasil 10 ton/ha

Jenis beras pera

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 38

V. DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN

Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian di BPTP ditentukan

oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang digunakan

oleh masyarakat tani di wilayahnya. Agar hasil-hasil penelitian dan pengkajian

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tani dan pelaku agribisnis lainnya, maka

dilakukan upaya diseminasi inovasi teknologi hasil pengkajian. Dalam

pelaksanaannya di lapangan, kegiatan diseminasi tidak terpisah atau berdiri

sendiri, melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pelaksanaan penelitian dan pengkajian. Kegiatan ini mencakup berbagai

kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas institusi dari aspek

informasi dan komunikasi yang akan berdampak pada peningkatan adopsi

teknologi hasil litkaji dan dukungan dari pengguna terhadap institusi.

A. Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi Penyuluhan

Dalam Rangka Percepatan Inovasi Pertanian Di Provinsi Lampung

1. Bimbingan Lanjut Petani, Penyuluh Dan Sosialisasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementan Dan Balitbangtan Bimbingan penerapan teknologi budidaya bawang merah dengan

tujuan untuk perluasan adopsi teknologi dilakukan dengan tahapan kegiatan

diantaranya pelatihan petani dan penyuluh pendamping lapangan, sekolah

lapang/praktek lapangan, Demontrasi plot/percontohan,

anjangsana/kunjungan ke petani secara individu atau kelompok,

a. Pelatihan

Peserta pelatihan meliputi petani dan penyuluh pendamping kelompok

tani penerima bantuan benih bawang merah sejumlah 50 orang berasal dari

Kecamatan Gisting, Gunung Alip, Pugung, Pulau Panggung, Sumber Rejo.

Materi yang disampaikan yaitu teknologi budidaya bawang merah, teknik

perbenihan, pengendalian hama penyakit, pembinaan kelembagaan, dan

dinamika kelompok, dengan narasumber berasal dari peneliti/penyuluh BPTP

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 39

Lampung dan praktisi usahatani bawang merah. Metode yang digunakan

adalah ceramah dan diskusi serta tukar pengalaman diantara peserta tentang

budidaya bawang merah. Peserta pelatihan sangat merespon materi yang

disampaikan dari narasumber, yang ditunjukkan dengan berbagai pertanyaan

dan saran dari peserta terkait dengan rencana penerapannya di lapangan

dengan harapan dapat mencapai keberhasilan usahatani bawang merah.

b. Sekolah Lapang

Sekolah lapang (SL) dilaksanakan pada beberapa tahap budidaya

yaitu persiapan bibit, pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman (penyiangan,

penyiraman, pengendalian hama penyakit), panen dan pacsa panen. SL

dilaksanakan 2 - 3 kali pertemuan dengan jumlah peserta 30 – 40

orang/pertemuan berasal dari petani pelaksana demplot, petani dan petugas,

penyuluh pertanian lapangan di beberapa sentra produksi bawang merah di

Kabupaten Tanggamus meliputi Kecamatan Gisting, Gunung Alip, Sumber

Rejo, Pulau Panggung, Pugung. Lokasi SL di hamparan demplot/percontohan

di Kelompok Tani “Tani Makmur” Pekon Campang, Kecamatan Gisting,

Kabupaten Tanggamus. Selain itu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan keterampilan petani dalam membudidayakan bawang merah, maka

setiap saat atau disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang

dihadapi petani, maka setiap 2 – 3 minggu sekali dilakukan

anjangsana/kunjungan untuk pembinaan teknis dan non teknis kepada

pelaksana demplot terkait dengan usahatani bawang merah.

c. Demonstrasi Plot

Luas demplot/percontohan budidaya bawang merah 2 ha dengan

melibatkan 5-8 petani kooperator masing-masing seluas 0,25 – 0,5 ha.

Teknologi yang diterapkan adalah penggunaan varietas unggul yang diminati

petani/pasar yaitu “Bima Brebes”, pemupukan berimbang dengan dosis:

Urea 150 kg/ha + SP-36 150 kg/ha +NPK Phonska 100 kgh/ha + ZA 400

kg/ha + KCl 150 kg/ha + Pupuk kandang sapi 15 ton/ha atau Ayam 6 ton/ha

+ Dolomit 500 kg/ha + Pupuk hayati melalui bibit, pengendalian organisme

pengganggu tanaman secara terpadu dikombinasikan dengan pestisida yang

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 40

disesuai dengan tingkat serangan, pemeliharaan/penyiraman sesuai

kebutuhan tanaman. Adapun Teknologi budidaya bawang merah yang

dilaksanakan di lokasi demplot berdasarkan petunjuk teknis budidaya bawang

merah Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit terpadu sedikit

terkendala karena pengetahuan dan sikap petani mengenai pengendalian

HPT yang masih tergantung pada pestisida. Walaupun demikian, perangkap

kuning untuk mengendalikan trips tetap digunakan dalam demplot. Selain itu

komponen teknologi yang tidak dapat dilaksanakan secara optimal lainnya

adalah sortasi/selekasi bibit dan pengeringan setelah panen. Bibit yang

digunakan dalam demplot adalah bibit bantuan dari Dinas Pertanian

Kabupaten Tanggamus yang bersumber dari Kabupaten Brebes dengan

Varietas “Bima Brebes”

Adapun produktivitas bawang merah di lokasi demplot dengan

penerapan teknologi introduksi dan di luar demplot sebagai pembandingnya

dengan penerapan teknologi yang umumnya diterapkan oleh petani,

sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 25. Produktivitas Bawang Merah dalam dan luar Demplot di Kabupaten Tanggamus, 2016

No.

Produktivitas di Dalam Demplot Produktivitas di Luar

Demplot

Peningkatan Nama Petani Sampel

Varietas

Produktivitas Umbi Kering

(Kg/ha)

Varietas

Produktivitas Umbi Kering

(Kg/ha)

1 Sunarno Bima Brebes

7,850 Bima Brebes

7,400

2 Riyanto Bima Brebes

9,958

3 Suherman Bima Brebes

10,288

4 Ngatiman Bima Brebes

10,750

Jumlah 9,712 7,400 2,312 kg/ha (31.24 %)

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 41

d. Pengetahuan dan Sikap Petani

Salah satu tujuan pelaksanaan bimbingan lanjut budidaya bawang

merah adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani

terhadap teknologi budidaya bawang merah, sehingga mereka mau dan

mampu menerapkan teknologi tersebut sesuai dengan kondisi agroekosistem

pada lahan usahatani yang mereka miliki. Adapun tingkat pengetahuan, sikap

dan keterampilan petani terhadap teknologi budidaya bawang, sebagaimana

disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 26. Tingkat Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Petani terhadap Teknologi Budidaya Bawang Merah di Kabupaten Tanggamus, 2016

Uraian Tingkat

Pengetahuan Keterampilan Sikap

Mean 3,67 3,67 4,02

Min 1 2 1

Max 5 5 5

Median 4 4 4 Keterangan: Kategori rendah (1,00-2,33), sedang (2,34-3,67), tinggi (3,68- 5,00

e. Tingkat Penerapan Teknologi

Untuk mengetahui tingkat penerapan petani terhadap teknologi

budidaya bawang merah di wilayah pengembangan kawasan bawang merah

Kabupaten Tanggamus dilakukan survei petani di Wilayah Kecamatan Gisting,

Sumber Rejo, Gunung Alip dan Pulau Panggung sebanyak 40 responden.

Adapun tingkat penerapan petani terhadap teknologi budidaya bawang merah

secara keseluruhan dalam kategori sedang dengan skor 3,67 (Tabel 6).

Tabel 27. Tingkat Penerapan Petani terhadap Teknologi Budidaya Bawang Merah di Kabupaten Tanggamus, 2016

No Komponen Teknologi PTT Tingkat

Penerapan

1 Pemilihan bibit 3,2

2 Perlakuan bibit sebelum tanam 4,0

3 Persiapan lahan 4,1

4 Penanaman 4,0

5 Waktu pemupukan 4,1

6 Dosis dan cara pemupukan 3,7

7 Pengendalian Gulma 3,7

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 42

No Komponen Teknologi PTT Tingkat

Penerapan

8 Pengairan/penyiraman 4,0

9 Pengendalian hama penyakit terpadu 3,2

10 Panen 3,9

11 Pengeringan 3,4

Rata-rata 3,67 Keterangan:

Tingkat penerapan rendah (1,00 – 2,33), sedang (2,34 – 3,67), tinggi (3,68 – 5,00)

2. Temu Teknis Penyuluh, Peneliti Dengan Stakeholder a. Kabupaten Tanggamus

Pelaksanaan Temu Teknis Tingkat Kabupaten dalam bentuk sosialisasi

Teknologi dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2016, di Gedung Pertemuan

Serumpun Padi, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, dengan jumlah

peserta 60 orang terdiri dari kordinator penyuluh dan PPL yang berasal dari

beberapa Kecamatan antara lain: Semaka 2 orang, Pugung 7 orang, Gisting

7 orang, Gunung Alif 6 orang, SumberRejo 6 orang, Talang Padang 7 orang,

Kota Agung Timur 4 orang, Kota Agung 4 orang, Pulau Panggung 4 orang,

Wonosobo 1 orang, P. Sawa 3 orang, Semoung 2 orang dan penyuluh

BP4K 7 orang. Selain itu acara ini juga di hadiri Ka. Bidang Ketenagaan (Ir.

Santoso) dan Ka. Bidang Penyelenggaraan BP4K Tanggamus (Ir. Ediyanto)

dan penyuluh/peneliti BPTP. Materi yang disampaikan berdasarkan kebutuhan

yang telah disepakati bersama antara tim BPTP dengan BP4K Kabupaten

Tanggamus.

Tabel 28. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi acara temu Teknis di Kabupaten Tanggamus

No. Materi Narasumber

1 Alih fungsi lahan tanaman perkebunan yang dijadikan lahan tanaman pangan/hortikultura

Dr.Ir. Arivin Rivaie, M.Sc

2. Teknologi Budidaya Padi dengan Jarwo Super

Ir. Bambang Wijayanto, MP.

3. Teknologi Budidaya Jambu Kristal dan Pepaya

Dr. Ir. Nila Wardani, M.Si.

4. Teknologi Budidaya Ayam KUB Reli Hevrizon, SPt

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 43

Penyampaian materi menggunakan metode ceramah yang diikuti

dengan diskusi. Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengembangan sistem tanam jajar legowo sampai saat ini masih

terbatas, diperkirakan barui 25 persen petani yang menerapkannya,

hal ini disebabkan keterampilan penanam yang masih terbatas dan

memerlukan biaya lebih tinggi dibandingkan sistem tanam biasa

/tegel.

2. Penggunaan alsintan transplanter belum banyak digunakan petani,

hal ini terkendala pada (1) ketersediaan alat yang terbatas, (2)

kurangnya keterampilan dalam mengoperasionalkan alat tersebut.

3. Sebagian besar tanaman pepaya mengalami serangan hama dan

penyakit dengan terdapat bercak-bercak cokelat sampai hitam pada

buah yang disebut penyakit Antraknosa. Beberapa tindakan yang

harus dilakukan yaitu: menjaga kondisi lingkungan agar tidak lembab

dan lakukan penyemprotan dengan fungisida.

4. Dalam budidaya ternak ayam yang menjadi permasalahan sebagian

besar peternak adalah masalah pakan terutama dalam hal

perhitungan komposisi pakan. Kandungan pakan ideal untuk ternak

ayam meliputi protein kasar, energi, serat kasar, metionin dan lisin

yang dapat diperoleh dari dedak, menir jagung, tepung ubikayu dll.

Hasil evaluasi terhadap peserta terhadap penyelenggaraan temu

teknis, materi dan narasumber dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar Peserta (60 %) belum pernah mengikuti sosialisasi

teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP.

2. Teknologi yang pernah disosialisasikan oleh BPTP meliputi:

a. Budidaya bawang merah

b. Pengolahan hasil tanaman hortikultura

c. Budidaya padi sawah dengan sistem jajar legowo dan PTT padi

sawah

d. Kalender tanam terpadu (Katam)

e. Salibu

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 44

f. Pembuatan pupuk kompos

g. Teknologi budidaya jagung

h. Penangkaran benih padi

3. 100 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang disosialisasikan

oleh BPTP telah dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di

lapang.

4. 83,76 % peserta menyatakan bahwa materi yang diberikan oleh BPTP

sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan.

5. 73,3 % peserta menyatakan teknologi yang disampaikan oleh

narasumber mudah dipahami.

6. 79,17 persen peserta menyatakan penyelenggaraan temu teknis

memuaskan.

7. 75 persen peserta menyatakan penguasaan materi narasumber dalam

kategori baik.

8. 91,67 persen peserta menyatakan cara penyampaian materi oleh

narasumber berada dalam kategori baik.

9. 75 persen peserta menyatakan dalam hal Interaksi dengan peserta,

narasumber berada dalam kategori baik.

10. Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain: budidaya buah

manggis, pemupukan berimbang.

11. Beberapa saran peserta antara lain: acara temu teknis bagi penyuluh

secara kontinyu dilakukan, materi yang disampaikan sebaiknya

teknologi hasil penelitian yang telah dilakukan oleh BPTP, Adanya

tindak lanyut dari acara temu teknis berupa demplot di wilayah

binaan.

b. Kabupaten Pesawaran

Pelaksanaan Temu Teknis Tingkat Kabupaten dalam bentuk sosialisasi

Teknologi di Kabupaten Pesawaran berlangsung pada hari Kamis, tanggal 16

Juni 2016. Lokasi pertemuan di Balai Desa Kutoarjo Kecamatan Gedung

Tataan, Kabupaten Pesawaran, dengan jumlah peserta 60 orang terdiri dari

kordinator penyuluh, PPL, THL dan penyuluh swadaya yang berasal dari

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 45

beberapa Kecamatan antara lain: Gedong Tataan 8 orang, , Kedondong 4

orang, Padang Cermin 5 orang, Tegineneng 5 orang, Negeri Katon 6 orang,

Way Ratai 8 orang, Waylima 5 orang, Way Khilau 3 orang, Teluk Pandan 4

orang, Punduh Pidada 5 orang, Kutoarjo 2 orang serta 5 penyuluh BP4K

Kabupaten Pesawaran. Hadir pula Ka. Bidang Penyelenggaraan, KJF BP4K

Pesawaran serta tim peneliti dan penyuluh dari BPTP Lampung. Materi yang

disampaikan berdasarkan kebutuhan yang telah disepakati bersama antara

tim BPTP dengan BP4K Kabupaten Pesawaran.

Tabel 29. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi acara temu Teknis di

Kabupaten Pesawaran

No. Materi Narasumber

1 Pengelolaan lahan pekarangan Dr. Ir. Arivin Rivaie, M.Sc

2 Teknologi Budidaya Padi dengan Jarwo Super

Ir. Kiswanto, MP.

3 Teknologi Budidaya Kakao, fokus pengendalian HPT dan sambung samping

Ir. Firdausil AB, M.S

4 Teknologi pembuatan pakan ternak sapi dari kulit kakao dan perkandangan

Ir. Elma Basri

5 Budidaya sayuran di pekarangan Ir. Nasriati, MP

Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Peremajaan tanaman kakao dapat melalui sistem sambung samping dan

sambung pucuk. Teknologi sambung samping dan sambung pucuk, dua-

duanya baik, yang harus diperhatikan adalah ketika embuat irisan pada

batang, semakin panjang irisan maka semakin lengket, semakin bagus

dan pilihlah batang utama yang lurus.

2. Kecamatan Way Khilau tahun 2015 mendapatkan bantuan alat tanam

padi transplanter, tetapi sampai saat ini alat belum digunakan karena

belum ada pelatihan, bagaimana solusinya? Penggunaan Alsin terutama

transplanter harus sudah mulai digunakan mengingat tenaga kerja yang

semakin berkurang. Solusi agar alat dapat digunakan, petani diminta

menyiapkan lahan dan benih yang akan ditanam, nanti akan

mengundang operator yang sudah terampil dari Seputih Raman untuk

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 46

melatih petani yang akan menjadi operator, dengan persy aratan petani

yang akan menjadi operator harus bisa mengoperasikan alat tersebut.

3. Bagaimana mengatasi serangan hama wereng dan Varietas inpari apa

saja yang tahan hama wereng? Untuk mengatasi serangan hama wereng

adalah melakukan penanaman serempak untuk satu hamparan yang

sama, jika terjadi keterlambatan perbedaan waktu tanam maksimal 14

hari. Varietas Inpari yang tahan hama wereng adalah inpari 13, inpari 30

dan inpari 33.

4. Temu teknis ini diharapkan dapat dilaksanakan setiap tahun mengingat

pentingnya informasi teknologi bagi para penyuluh selaku inisiator dan

fasilitator bagi petani.

Hasil evaluasi terhadap peserta terhadap penyelenggaraan temu teknis,

materi dan narasumber dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar Peserta (54 %) belum pernah mengikuti sosialisasi

teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP.

2. Teknologi yang pernah diterima penyuluh meliputi:

a. Teknologi budidaya padi

b. Teknologi budidaya pala

c. Kalender tanam (Katam) terpadu

d. PTT padi sawah

e. Budidaya jagung

f. Pengendalian hama/penyakit tanaman kakao

3. 91,67 % peserta menyatakan teknologi yang diberikan oleh BPTP

dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di lapang.

4. 58,34 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang diberikan oleh BPTP

sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan, sementara sisanya 41,67

persen menyatakan teknologi yang diberikan hanya sebagian saja yang

sesuai dengan permasalahan/kebutuhan pengguna.

5. 73,3 % peserta menyatakan teknologi yang disampaikan oleh

narasumber mudah dipahami

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 47

6. 61,67 persen peserta menyatakan penyelenggaraan temu teknis

memuaskan

7. 66,12 persen peserta menyatakan penguasaan materi narasumber

berada dalam kategori baik

8. 50,92 persen peserta menyatakan cara penyampaian materi oleh

narasumber berada dalam kategori baik

9. 55,56 persen peserta menyatakan narasumber dalam Interaksi dengan

peserta, berada dalam kategori cukup baik

10. 71, 3 persen peserta menyatakan narasumber dalam penggunaan alat

bantu berada dalam kategori baik

11. Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain: budidaya buah manggis,

pemupukan berimbang spesifik lokasi pada tanaman padi sawah

12. Beberapa saran peserta antara lain: Acara temu teknis bagi penyuluh

dalam bentuk sosialisasi teknologi hendaknya dilakukan juga dengan

metode praktek.

c. Kota Bandar Lampung

Pelaksanaan Temu Teknis Tingkat Provinsi berlangsung di Taman

Sains Pertanian (TSP) Kebun Percobaab Natar dalam bentuk sosialisasi

Teknologi, sebanyak 2 kali. (1) berlangsung pada hari selasa, tanggal 20

September, dengan jumlah peserta 80 orang terdiri dari penyuluh Lampung

Timur 15 orang, Lampung Barat 10 orang, Lampung Utara 15 orang,

Tanggamus 10 orang, Way Kanan 10 orang, Sekretariat Bakorluh 2

orang,Penyuluh dan Litkayasa BPTP 15 orang dan Sekolah Pembangunan

Pertanian (SPP) 3 orang. Materi yang disampaikan fokus pada komoditas

perkebunan yang merupakan unggulan daerah Lampung.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 48

Tabel 30. Materi dan Narasumber Pelatihan teknologi acara Temu Teknis di Taman Sains Pertanian (TSP) KP Natar.

No. Materi Narasumber

1 Status Teknologi Tanaman Lada pada

Lahan Kering Masam

Dr. Jekvy Hendra, M.Si

2 Pengelolaan Tanaman dan

Sumberdaya Terpadu Kopi

Ir. Firdausil AB, M.S

3 Teknologi Pasca Panen Kopi Dra. Alvi Yani, M.Si

4 Teknologi Pasca Panen Lada Ir. Ratna Wylis Arief, M.TA

Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Permasalahan di Lampung Utara banyak kopi yang dipetik hijau sehingga

menyebabkan mutu kurang baik, pemetikan muda dilakukan karena

banyaknya pencurian. Peran Untuk itu kerjasama kelompok perlu

ditingkatkan dalam hal keamanan, dengan sistim piket jaga.

2. Untuk memutus rantai tataniaga kopi dari mapia, diperlukan lembaga

yang memayungi tataniaga komoditas perkebunan yang dapat

membantu meningkatkan pendapatan petani kopi.

3. BPTP Lampung dapat menjalin kerjasama dengan Balitkopi di Jember

untuk mendapatkan informasi yang terbaru mengenai varietas-varietas

kopi. Saat ini sudah ada varietas Kopi Super dengan hasil 2 ton/ha.

4. Kesulitan lantai jemur saat panen yang dialami petani perlu dukungan

pemerintah berupa bantuan terpal/lantai jemur. Untuk itu perlu

koordinasi dengan Dinas terkait.

5. Akibat penyakit busuk pangkal batang lada, setiap panen buah tidak

berisi. Untuk itu petani perlu membedakan penyakit busuk pangkal

batang dan penyakit kuning pada lada karena gejala yang ditimbulkan

sama. Ada 3 penyakit utama lada yaitu: busuk Pangkal Batang

(Phytophthora capsici), penuakit kuning dan Penyakit kerdil

penyebabnya adalah virus (Cucumber mosaic virus (CMV)) dan Piper

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 49

yellow mottle virus (PYMoV). Saat ini BPTP telah mengembangkan

tanaman lada perdu .

Hasil evaluasi terhadap peserta sebagai berikut:

1. Sebagian besar Peserta (76 %) belum pernah mengikuti sosialisasi

teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP dan sisa nya 24 persen yang

pernah mengikuti.

2. Teknologi yang pernah diterima penyuluh meliputi: budidaya padi jajar

legowo dan teknologi budiaya bawang merah.

3. 100 % peserta menyatakan teknologi yang diberikan oleh BPTP

dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di lapang.

4. 40 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang diberikan oleh BPTP

sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan, sementara sisanya 60

persen menyatakan teknologi yang diberikan hanya sebagian saja yang

sesuai dengan permasalahan/kebutuhan pengguna.

5. Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain: Pengendalian hama

penyakit lada dan kopi, praktek sambung samping kopi /kakao,

pengolahan hasil kopi dan kakao.

6. 100 % peserta menyatakan kegiatan sosialisasi/pelatihan ini sangat

diperlukan penyuluh.

7. Beberapa saran peserta antara lain: Acara temu teknis bagi penyuluh

dalam bentuk sosialisasi/pelatihan teknologi hendaknya dilakukan juga

dengan metode praktek dan dilakukan tidak hanya satu hari.

Temu Teknis yang ke-2 berlangsung pada hari selasa, tanggal 27

September, dengan jumlah peserta 80 orang terdiri dari penyuluh Lampung

Timur 10 orang, Lampung Selatan 10 orang, Lampung Tengah 10 orang,

Pringsewu 5 orang, Pesawaran 5 orang, Bandar Lampung 5 orang,

Tanggamus 10 orang, Way Kanan 5 orang, Bakorluh 2 orang, penyuluh dan

Litkayasa BPTP 15 orang dan staf pengajar Sekolah Pembangunan Pertanian

(SPP) 3 orang. Materi yang disampaikan fokus pada komoditas padi yang

merupakan unggulan daerah Lampung.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 50

Tabel 31. Materi dan Narasumber Pelatihan teknologi acara Temu Teknis di Taman Sains Pertanian (TSP), Kebun Percobaan Natar.

No. Materi Narasumber

1 Teknologi Budidaya Padi Jajar

Legowo Super

Ir. Bambang Wijayanto, MP

2 Pengembangan Varietas Unggul

Baru (VUB) Padi

Ir. Rr. Ernawati, M.TA

3 Hama Utama pada Tanaman Padi

dan Pengendaliannya

Dra. Dewi Rumbaina

Mustikawati

Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Teknologi hemat air yang BPTP introduksikan ke petani adalah teknologi

pengairan secara intermiten yaitu pengairan basah kering / pemberian

air dilakukan sesuai kebutuhan tanaman

2. Dalam penggunaan jarwo transplanter jarak tanam sering tidak

konsisten, biasanya terjadi pada tanah bergelombang atau karena

operator kurang menguasai cara menggunakan alat jarwo transplanter

tersebur. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan bagi operator dalam

mengoperasionalkan alat tersebut, dan untuk mengatasi tanah

bergelombang, setelah digaru tanahnya perlu diratakan.

3. Pengendalian hama tikus dan wereng bisa dengan musuh alami, cara nya

dengan mengembangkan burung hantu, menanam tanaman/bunga

sehingga dapat mengundang musuh alami, tetapi jika sudah endemi mau

tidak mau harus menggunakan karbofuran. Untuk mengatasi serangan

hama dan penyakit, beberapa upaya dapat dilakukan antara lain:

sanitasi, melakukan penanaman tepat waktu dan serentak untuk satu

hamparan yang sama jika terjadi keterlambatan perbedaan waktu tanam

maksimal 14 hari, gunakan varietas tahan hama penyakit, pemantauan

secara rutin dan penyemprotan dengan insektisida nabati secara tepat.

4. Upaya peningkatan produktivitas padi terkendala hama wereng coklat

dan penggerek batang. BPTP diharapkan dapat membuat percontohan

berupa demplot pengendalian HPT dengan musuh alami. Sementara

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 51

saat ini demplot yang dilakukan dan menjadi tugas BPTP adalah

mendesiminasikan VUB, sampai dengan tahun 2014 Inpari yang telah

dilepas Inpari 1 – Inpari 37 dan varietas yang tahan hama wereng

adalah inpari 12,13, 31,33,34 dan 35. Jadi memang tidak ada demplot

yang khusus untuk pengendalian hama penyakit dengan menggunakan

musuh alami.

Hasil evaluasi terhadap peserta sebagai berikut :

1. Sebagian besar Peserta (57,57 %) pernah mengikuti sosialisasi teknologi

yang dilaksanakan oleh BPTP dan sisa nya 42,42 persen belum pernah

mengikuti

2. Teknologi yang pernah diterima penyuluh meliputi:

budidaya padi jajar legowo

Budidaya ayam KUB

Budidaya jagung

Budidaya kedelai

Katam

3. 87,87 % peserta menyatakan teknologi yang diberikan oleh BPTP

dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di lapang.

4. 75 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang diberikan oleh BPTP

sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan, sementara sisanya 25

persen menyatakan teknologi yang diberikan hanya sebagian saja yang

sesuai dengan permasalahan/kebutuhan pengguna.

5. Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain:

Pengendalian OPT padi

Katam

Alsintan

Pestisida nabati

Pemupukan berimbang

Pengenalan varietas padi

6. 100 % peserta menyatakan kegiatan sosialisasi/pelatihan ini sangat

diperlukan.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 52

7. Beberapa saran peserta antara lain:

Acara temu teknis bagi penyuluh dalam bentuk sosialisasi teknologi

hendaknya dilakukan di lapang dan langsung praktek

Dilakukan secara kontinyu dan materi sesuai kebutuhan

3. Penyebaran Informasi melalui media

Media Cetak yang dilakukan berupa leaflet, buku serta melalui

penyebaran informasi melalui media Koran.

a. Leaflet

Leaflet yang dibuat dalam beberapa judul yaitu :

• Mengenal Hama Wereng Batang Coklat (WBC) dan cara penanggulangan

sebanyak 1000 eks

• Pembibitan Lada Perdu 1000 eks.

• Budidaya Ayam KUB sbnyak 1250 eks.

• Agroinovasi spesifik lokasi untuk memantapkan ketahanan pangan pada

era masyarakat ekonomi asean sebanyak 1000 eks,

• Teknologi Jajar Legowo (jarwo) Super Tanaman Padi sebanyak 1000 eks.

b. Buku

• Teknologi Produksi Benih Sumber Kedelai sebanyak 200 ekslempar.

• Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi sawah Irigasi

sebayak 300 eks

c. Koran

• Pelayanan Informasi Pertanian di Taman Sains Pertanian (TSP) Natar (11

agustus 2016)

• Berita Diseminasi : BPTP Kenalkan Teknologi Baru padi Jarwo Super (31

Agustus 2016)

• Berita BPTP Gelar Tanama Perdana Jarwo Super (8 September 2016)

• Berita Seminar Agroinovasi tampilkan aneka produk hasil pertanian (19

Oktober 2016)

• Berita Pemprov Lampung Akan buat harga dasar singkong dalam

ekspose dan workshop agroinovasi 2016 (20 oktober 2016)

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 53

Penyebaran informasi melalui media elektronik antara lain kaset CD

dan siarab radio. Penyebaran informasi melalui kaset CD yaitu :

• Temu Lapang Jarwo Super Menuju Pertanian Modren, di kec. Sekampung

lamtim

• Pelatihan Teknologi Bagi PPL Lada dan Kopi di TSP Natar

• Teknologi Jarwo Super untuk memperkuat ketahanan pangan

• Agroinovasi Spesifik lokasi untuk memantapkan ketahanan pangan

Penyebaran informasi melalui radio antara lain :

• Inseminasi Bautan pada Ternak Sapi

• Cara pembuatan amonia tongkol jagung untuk pakan ternak

• Penanganan penyakit Scabies (penyakit kulit; kudis menular) pada

kambing

• Pembuatan silase kulit pisang

• Pembuatan silase kulit pisang

• Pengendalian hama wereng batang coklat

• Asap casir tempurung kelapa sebagai pestisida nabati yang ramah

lingkungan

• Perawatan pada ternak domba

• Pembuatan Pupuk Kompos

• Mengenal pepaya carvita agrihorti

4. Percontohan Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung

Program Strategis Kementan dan Balitbangtan Percontohan penggunaan Jarwo transplanster dilakukan di 2 (dua)

lokasi, yaitu di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah.

a. Percontohan di Kabupaten Lampung Timur

Percontohan tekonologi dilaksanakan di lahan petani di Rama Endra,

Kecamatan Raman Utara. Percontohan yang diperkenalkan adalah sistim

tanam Jejer Legowo 2:1 dengan menggunakan jarwo transplanter. Sebagai

pembanding adalah sistim tanam yang biasa dilakukan petani, yaitu jejer

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 54

tegel. Adapun varietas yang digunakan adalah varietas Inpari-30. Keragaan

hasil Percontohan teknologi penggunaan Jarwo transplanter disajikan pada

tabel 1. di bawah ini.

Tabel 32. Pertumbuhan Dan Komponen Hasil Tanaman Padi Dengan Jarwo Transplanter Dan Tegel

No Sistim Tanam

Tinggi Tanam

an (cm)

Jumlah anakan

Produktif

Panjang malai (cm)

Jumlah bulir/malai

Hasil (ton/ha)

Isi Hampa

1 Legowo 2:1 dengan

Transplanter

110,5 15,2 28,5 180 50,2 6,225

2 Tegel manual 105 12,5 26 150 46,5 5,400

Untuk mengetahui atau mengukur kelayakan teknologi introduksi

dalam member nilai tambah terhadap teknologi petani digunakan Marginal

Benefit Cost Ratio (MBCR), yaitu perbandingan antara keuntungan dan biaya

marginal. Perhitungan MBCR menjelaskan kalau nilainya lebih kecil dari 1,

berarti teknologi inntroduksi tidak berpotensi secara ekonomis untuk

dikembangkan. Sebaliknya kalau lebih besar 1, artinya teknologi tersebut

berpotensi secara ekonomis untuk dikembangkan. Analisis usahatani disajikan

pada Tabel 33.

Tabel 33. Analisis Usahatani Sistim Tanam Padi dengan jarwo transplanter dan Tegel

Uraian Sistim Tanam

Legowo Dengan Transplanter

Tegel Manual

Benih (Rp) 210.000 280.000

Pengolahan tanah (Rp) 1.200.000 1.200.000

Penyemaian (Rp) 200.000 150.000

Perawatan semai (Rp) 150.000 150.000

Cabut benih (Rp) 50.000

Menggaris (Rp) 150.000

Menggulung benih (Rp) 100.000

Tanam (Rp) 600.000 800.000

Pemupukan (Rp) 300.000 300.000

Penyiangan (Rp) 300.000 300.000

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 55

Penyemprotan (Rp) 400.000 400.000

Panen (Rp) 2.000.000 2.540.500

Penyusutan dapog/musim (Rp) 250.000

Pupuk Organik (Rp) 1.125.000 1.125.000

Pupuk Urea (Rp) 725.000 725.000

Pupuk Phonska (Rp) 1.080.000 1.080.000

Furadan (Rp) 200.000 200.000

Kensida (Rp) 525.000 525.000

Fertera (Rp) 575.000 575.000

Reng (Rp) 750.000

Waring (Rp) 545.000

Jumlah (Rp) 11.235.000 10.550.500

Produksi (kg) 6.225 5.400

Harga (Rp) 4.200 4.200

Nilai (Rp) 26.145.000 22.680.000

R/C Rasio 2,33 2,15

MBCR 5,06

Dari tabel 2 dapat terlihat ahwa nilai MBCR sistim tanam jejer legowo

dengan menggunakan jarwo transplanter di Lampung Timur 5,06. Hal ini

berarti bahwa teknologi baru tersebut dapat dikembangkan di Kabupaten

Lampung Timur, khususnya di Desa Rama Endra, Kecamatan Raman Utara.

b. Percontohan di Kabupaten Lampung Tengah

Percontohan dilaksanakan di lahan petani di Mataram Ilir, Kecamatan

Seputih Surabaya. Teknologi yang digelar adalah sistim tanam Jejer Legowo

2:1 dengan menggunakan jarwo transplanter. Adapun varietas yang

digunakan adalah varietas Inpara-2 dan Inpari-20. Keragaan hasil

Percontohan penggunaan Jarwo transplanter disajikan pada tabel 3. di bawah

ini.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 56

Tabel 34. Komponen Pertumbuhan dan hasil Padi Varietas Inpari-30 dan Inpara-2

No Varietas Tinggi

Tanaman

(cm)

Jumlah

anakan

Produktif

Panjang

malai

(cm)

Jumlah

bulir/malai

Hasil

(ton/ha)

Isi Hampa

1 Inpara-2 100,50 16,2 27,5 174 45,2 6,20

2 Inpari-30 104,00 18,5 28,0 185 50,5 6.80

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa varietas Inpari-30 memberikan

nilai R/C ratio 2,27, sedangkan Inpara-2 hanya 2,21. Hal ini berarti Varietas

Inpari-30 yang ditanam dengan menggunakan Jarwo transplanter lebih

menguntungkan dibandingkan dengan varietas Inpara-2.

Tabel 35. Analsisis Usahatani Padi Varietas Inpari-30 dan Inpara-2

Uraian Varietas

Inpara-2 Inpari-30

Benih (Rp) 280.000 280.000

Pengolahan tanah (Rp) 1.000.000 1.000.000

Penyemaian (Rp) 200.000 200.000

Perawatan semai (Rp) 150.000 150.000

Menggulung benih (Rp) 100.000 100.000

Tanam (Rp) 600.000 600.000

Pemupukan (Rp) 300.000 300.000

Penyiangan (Rp) 300.000 300.000

Penyemprotan (Rp) 350.000 500.000

Panen (Rp) 2.000.000 2.000.000

Penyusutan dapog/musim (Rp) 150.000 150.000

Pupuk Organik (Rp) 1.300.000 1.300.000

Pupuk Urea (Rp) 725.000 725.000

Pupuk Phonska (Rp) 1.110.000 1.110.000

Kaptan (Rp) 1.500.000 1.500.000

Provide (Rp) 580.000 580.000

Beka (Rp) 340.000 340.000

Reng (Rp) 300.000 300.000

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 57

Waring (Rp) 545.000 545000

Jumlah (Rp) 11.830.000 11.980.000

Produksi (kg) 6.200 6.800

Harga (Rp) 4.000 4.000

Nilai (Rp) 24.800.000 27.200.000

R/C Rasio 2,1 2,27

Untuk mengetahui respon petani terhadap penggunaan alat tanam

jarwo transplanter telah dilakukan FGD. FGD dilakukan terhadap petani

kooperator dan anggota kelompok tani pelaksana percontohan. Dari hasil

FGD diketahui bahwa:

Penggunaan dapat mempercepat waktu tanam dan mengurangi biaya

tanam. Sebagai contoh untuk menanam padi secara manual memerlukan

tenaga tanam sebanyak 15-20 orang dengan waktu 8 jam. Sedangkan

dengan menggunakan jarwo transplanter cukup 3 orang dan

memerlukan waktu 5-6 jam tergantung ketrampilan operator.

Jumlah bibit yang keluar tidak teratur, kadang-kadang kosong kadang-

kadang lebih 3 bibit per lubang

Barisan tanam kurang teratur (tidak lurus)

Harga tranplanter dirasakan masih mahal oleh petani

5. Pameran Inovasi Pertanian

Pada tahun 2016, BPTP Lampung mengikuti 3 (tiga) event pameran di

Provinsi Lampung yaitu dalam rangka pelaksanaan PEDA KTNA (Pekan

Daerah Kelompok Tani dan Nelayan Andalan) XV Provinsi Lampung pada

tanggal 25-28 Juli 2016 di Tulang Bawang, Pameran Ekspose dan Workshop

Agroinovasi sebagai pengganti Pameran Pembangunan dalam rangka

memperingati hari kemerdekaan RI yang ditiadakan, dan Pameran dalam

rangka HUT Kabupaten Lampung Selatan, serta 1 (satu) event pameran di

luar provinsi yaitu pameran dalam rangka HPS XXXVI di Boyolali Jawa

Tengah.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 58

Tabel 36. Materi dan Media yang digunakan dalam Pameran PEDA KTNA dan

Pameran Ekspose dan Workshop Agroinovasi.

No. Materi Inovasi Media

1. Komoditas Tanaman Pangan

Padi Leaflet, display/miniatur jajar legowo, poster, bahan tanaman beberapa VUB, display benih beberapa VUB, benih dalam kemasan UPBS

Jagung Leaflet, display tongkol jagung VUB

Kedelai Leaflet, display benih beberapa VUB, benih dalam kemasan UPBS

Ubikayu Leaflet, pasca panen (sirup glukosa, pangan lokal oyek, beras)

2. Tanaman Perkebunan

Kopi Leaflet, kompos dari kulit kopi, pasca panen (kopi lada)

Lada Leaflet, bibit lada perdu dan lada panjat, bahan tanam lada perdu

Kakao Buah beberapa varietas/klon kakao

3. Tanaman Hortikultura

Cabai Leaflet, bahan tanaman

Bawang Merah Bibit/umbi, bahan tanaman

Lainnya Display vertikultur

4. Peternakan

Kambing Poster, leaflet, kompos

Sapi Kompos

Ayam Leaflet, poster

5. Alat Mesin Transplanter, Alat caplak jajar legowo bongkar pasang

B. Taman Agro Inovasi

Kegiatan Taman Agro Inovasiuntuk tahun Anggaran 2016 ini

lokasinya dilaksanakan di Kantor BPTP Lampung yang berada di Rajabasa,

sedangkan pada tahun anggaran 2015 dilaksanakan di Laboratorium

Diseminasi Masgar Kabupaten Pesawaran. Dari letak posisi Taman Agro

Inovasi ini sangat strategis sekali, karena terletak di Kota Madya dan posisi di

pinggir jalan utama sehingga dapat dilihat oleh pengunjung yang melintas di

seputaran kantor.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 59

Taman ini dibentuksebagai media pembelajaran budidaya hortukultura

dan tanaman hias dengan berbagai macam teknologi inovasi pertanian

mendukung pertanian perkotaan antara lain hidroponik, vertiminaponik, wall

gardening dengan sistem paralon, pot plant, dan modul atau partisi dalam

wahana diseminasi taman agroinovasi BPTP Lampung.

Konsep Taman Agro Inovasi ini dibangun dengan memanfaatkan

lahan pekarangan sempit yang ada di halaman kantor BPTP Hajimena dengan

harapan dapat menghadapi polemik di bidang pertanian akan keindahan

pandangan dari kepenatan dalam menghadapi suasana kerja dan tuntutan

tugas yang semakin banyak dan menuntut kinerja yang tinggi. Selain itu

jugadengan dibangunnya Taman Agro Inovasi ini diharapkan dapat dijadikan

keindahan dan suasana alam yang alami sebagai salah satu kebutuhan di era

modernisasi saat ini, mengingat keindahan dan kesejukan pandangan akan

mempengaruhi perkembangan daya fikir dan imajinasi para pekerja yang

juga membutuhkan refresh otak dalam kepenatan bekerja terutama untuk

lahan disekitar perkantoran yang kebanyakan di penuhi oleh gedung-gedung

dengan sedikit areal tanam atau hijauan.

Respon masyarakat yang berkunjung ke Taman Agro Inovasi ini

sangat antusias sekali, karena cocok untuk daerah perkotaan. Mereka akan

mencoba membuat dan menerapkannya di rumah masing-masing. Selain itu

juga khusus untuk karyawan yang ada di kantor BPTP Lampung, mereka juga

akan mencontoh membuat di pekarang rumah masing-masing. Letak posisi

kantor BPTP Lampung sangat strategis sekali karena terletak di komplek

perkantoran Dinas Pertanian tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi

Lampung dan Dinas Kehutanan BKSDA Lampung, sehingga karyawan yang

melewati mampir untuk melihat-lihat Taman Agro Inovasi, sehingga mereka

sangat antusis sekali dengan tanaman yang di displaykan, dan mereka sangat

mendukung sekali untuk menerapkan konsep pertanian perkotaan dibidang

hortikultura untuk lahan sempit atau tidak mempunyai sekali lahan

pekarangan.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 60

C. Pengembangan Model Kawasan Sekolah Lapang Mandiri Benih Padi Di Lampung

Berdasarkan hasil koordinasi dengan dinas instansi terkait lingkup

pertanian Provinsi Lampung dan Kabupaten Lampung Tengah dan Tulang

Bawang, maka telah ditetapkan lokasi kegiatan SL Mandiri Benih Terintegrasi

dengan Desa Mandiri Benih Padi di Lampung, sebagaimana disajikan dalam

Tabel 37.

Tabel 37. Lokasi Sekolah Lapang Mandiri Benih Terintegrasi dengan Desa Mandiri Benih Padi di Lampung, 2016

No Lokasi (Kab, Kec, Desa, Klp Tani)

Luas Sawah (Ha)

Luas LL

(Ha)

Varietas (Ha)

Luas SL

(Ha) Varietas

1. Lampung Tengah, Seputih Surabaya, Sumber Baru, Sopo Jadi 2

474 2 Inpari 30 (1)

Mekongga (1)

13 Mekongga (3)

Ciliwung (10 )

2. Tulang Bawang, Banjar Baru, Panca Mulya, Sumber Pangan

225 2 Inpari 30 (1) Inpara

2 (1)

- -

Total 4 13

Pelatihan

Tahapan pelaksanaan pelatihan dilakukan secara periodik yaitu diawali

dengan pelatihan pendahulun tingkat kelompok tani, dilaksanakan paling

lambat 2 minggu sebelum SL. Pelatihan pendahuluan ini dilaksanakan dalam

kelas, pesertanya adalah kelompok tani calon penangkar internal desa dan

eksternal desa atau kecamatan, dengan jumlah peserta masing-masing

kabupaten 40 - 50 orang berasal dari petani dan penyuluh pendamping

program Desa Mandiri Benih. Adapun materi yang disampaikan dalam

pelatihan pendahuluan ini, sebagaimana disajikan pada Tabel 38.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 61

Tabel 38. Materi Pelatihan Pendahuluan Kegiatan SL Model Desa Mandiri

Benih di Lampung, 2016

No Lokasi Pelatihan/Waktu

Materi Narasumber

1. Kab. Lampung Tengah, Kec. Seputih Surabaya, Desa Sumber Baru, Klp Tani “Sopo Jadi 2”, tanggal 28 April 2016

Program Perbenihan Padi di Kab. Lampung Tengah

Ir. Edi Daryanto (Dinas TPH Kab. Lampung Tengah).

Proses Sertifikasi dalam Penangkaran Benih Padi

Ir. Suroso (BPSB Wilayah Kerja Pengawas Benih Kab. Lampung Tengah)

Teknik Penangkaran Benih Bermutu

Ir. Rr. Ernawati, MTA (BPTP Lampung)

Budidaya Padi dengan Penerapan Teknologi Jarjar Legowo Super

Ir. Kiswanto, MP (BPTP Lampung)

2. Ka. Tulang Bawang, Kec. Banjar Baru, Desa Klp Tani “Panca Mulya, Sumber Pangan”, tanggal 29 – 30 April 2016

Program Perbenihan Padi di Kab. Tulang Bawang

Siswanto, SP (Dinas TPH Kab. Tulang Bawang)

Proses Sertifikasi dalam Penangkaran Benih Padi

Teguh Marsapto (BPSB Wilayah Kerja Pengawas Benih Kab.Tulang Bawang dan Mesuji)

Teknik Penangkaran Benih Bermutu

Ir. Rr. Ernawati, MTA (BPTP lampung)

Budidaya Padi dengan Penerapan Teknologi Jarjar Legowo Super

Ir. Kiswanto, MP (BPTP Lampung)

Tahap pelaksanaan pelatihan berikutnya adalah kegiatan Sekolah

Lapang (SL). Peserta SL terdiri dari petani pelaksana (kooperator dan non

kooperator) dalam wilayah program Desa Mandiri Benih dan penyuluh

pendamping lingkup kecamatan Kec. Seputih Banyak Kabupaten Lampung

Tengah dan Kecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang dengan

jumlah peserta masing-masing 25 – 35 orang setiap SL. Adapun materi

pelatian yang disampaikan dalam kegiatan SL, sebagaimana disajikan dalam

Tabel 39.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 62

Tabel 39. Materi Sekolah Lapang Desa Mandiri Benih Padi di Lampung, 2016

No Lokasi Pelatihan/Waktu

SL ke Materi Asal Narasumber

1. Kab. Lampung Tengah, Kec. Seputih Surabaya, Desa Sumber Baru, Klp Tani “Sopo Jadi 2”.

I (20-30 HST)

1. Pemupukan N dengan indikator bagan warna daun (BWD) ke I

2. Rouging/seleksi tanaman I

3. Pengamatan hama penyakit secara umum

1. BPTP Lampung 2. BPSB Wilayah Kab.

Lampung Tengah 3. BPTP Lampung dan

Petugas POPT POPT Kec. Seputih Banyak

II (35-45 HST)

1. Pemupukan N dengan indikator bagan warna daun (BWD) ke II

2. Rouging/seleksi tanaman ke II

3. Pengendalian hama penggerek batang dan kepinding tanah

1. BPTP Lampung

2. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah

3. BPTP Lampung dan Petugas POPT POPT Kec. Seputih Banyak

III (60-75 HST)

1. Rouging/seleksi tanaman ke III

2. Pengendalian hama WBC dan penyakit blas

1. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah

2. BPTP Lampung dan Petugas POPT POPT Kec. Seputih Banyak

IV (90-105

HST)

1. Rouging/seleksi tanaman ke IV

2. Teknik prosesing produksi benih

3. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah

4. BPTP Lampung

2. Kab. Tulang Bawang, Kec. Banjar Baru, Desa Klp Tani “Panca Mulya, Sumber Pangan”.

I (20-30 HST)

1. Pemupukan N dengan indikator bagan warna daun (BWD) ke I

2. Rouging/seleksi tanaman I

3. Pengamatan hama penyakit secara umum

1. BPTP Lampung

2. BPSB Wilayah Kab. Tulang Bawang

3. BPTP Lampung dan Petugas POPT Kec. Banjar Baru

II (35-45

1. Pemupukan N dengan indikator

1. BPTP Lampung

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 63

HST) bagan warna daun (BWD) ke II

2. Rouging/seleksi tanaman ke II

3. Pengendalian hama WBC, penggerek batang dan kepinding tanah

2. BPSB Wilayah Kab. Tulang Bawang

3. BPTP Lampung dan Petugas POPT Kec. Banjar Baru

III (60-75 HST)

1. Rouging/seleksi tanaman ke III

2. Pengendalian hama WBC, kepinding tanah dan penyakit blas

1. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah

2. BPTP Lampung dan Petugas POPT

IV (90-105

HST)

1. Rouging/seleksi tanaman ke IV

2. Teknik prosesing produksi benih

1. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah

2. BPTP Lampung dan

Setelah kegiatan pelatihan pendahuluan dan sekolah lapang,

dilanjutkan kegiatan pertemuan terkait dengan prosesing benih yaitu

penjemuran, sortasi, pengukuran kadar air, pengemasaan, strategi

penyaluran/penyaluran benih dan penguatan kelembagaan kelompok tani

penangkar benih dll, dengan jumlah peserta 20 – 30 orang berasan dari

petani kooperator penangkaran benih, penyuluh pendamping, koordinator

penyuluh pertanian dan petugas POPT kecamatan, pengurus kelompok tani

internal dan eksternal desa/kecamatan dll.

Penyediaan Benih

Adapun produksi benih yang dihasilkan model desa mandiri benih di

Kabupaten Lampung Tengah dan Tulang Bawang diperoleh dari lokasi LL

dan LL, sebagaimana disajikan dalam Tabel 40.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 64

Tabel 40. Penyediaan Benih Bersertifikat Model Desa Mandiri Benih di Lampung MT II, 2016

Desa, Kecamatan, Kabupaten

Kebutuhan benih sebar (kg)

Penyediaan Benih Bersertifikat klas ES (kg)

LL SL

Jumlah Kemandirian

Inpari 30 Mekongga Mekongga Ciliwung

Sumber Baru, Kec. Seputih

Banyak, Kab. Lampung

Tengah

23,700 3.,00 3,000 4,150 7,800 17,950 Kurang (5,750)

Panca Mulya,

Kec. Banjar Baru Kab.

Tulang Bawang

8,437.5

Gagal

panen

2,000

(Jabal)

2,000 Kurang

(6,437.5)

Sumber: Tabulasi data primer, 2016

Selanjutnya salah satu tujuan kegiatan SL desa mandiri benih padi

adalah adalah untuk mempercepat adopsi varietas unggul spesifik lokasi

sesuai dengan preferensi petani. Untuk mengetuhi sejauhmana adaposi

verietas tersebut dapat dilihat dari penyaluran benih yang telah diproduksi

oleh SL desa mandiri benih, sebagaimana disajikan dalam Tabel 41.

Tabel 41. Penyaluran Produksi Benih Model Desa mandiri Benih di Lampung

MT II, 2016

No Desa,

Kecamatan, Kabupaten

Pemanfaatan Pemasaran/ Penyaluran

Varietas (Kg)

Jumlah (Kg)

1 Desa Sumber

Baru, Kec. Seputih

Banyak, Kab. Lampung

Tengah

Internal desa

sendiri

Kelompok Tani Inpari 30 800

Mekongga 1.800

Ciliwung 1.200

Jumlah 1 3.800

Eksternal desa Kelompok Tani Inpari 30 1.000

Mekongga 950

Jumlah 2 1.950

Penangkar Inpari 30 1.200

Ciliwung 6.000

Jumlah 3 7.200

Jumlah

1,2,3

12,950

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 65

Belum tersalur Dimanfaatkan MH (Jan 2016)

Mekongga 5.000

Gabah konsumsi

0

Total 17.950

2. Panca Mulya, Kec. Banjar

Baru Banyak, Kab. Tulang

Bawang

Internal desa sendiri

Kelompok Tani

Inpara 2

1.000

Eksternal desa

Kelompok Tani

Penangkar

0

Gabah konsumsi

Inpara 2

1.000

Total 2.000

Sumber: Tabulasi data primer, 2016

Dalam pelaksanaan pendampingan kegiatan SL model desa mandiri

benih padi, telah ditemukan beberapa permasalahan baik teknis dan non

teknis, sebagaimana disajikan dalam Tabel 42 .

Tabel 42. Permasalahan yang Dihadapi dalam Kegiatan SL Mandiri Benih Padi

di Lampung, 2016

No Masalah Pemecahan masalah

1. Serangan hama (Kepinding tanah, Wereng Batang Coklat, Penggerek Batang)

Pengedalian dengan prinsip PHT, jika tingkat serangan di atas ambang kendali, menggunakan kimia/insektisida

2. Serangan penyakit (Blas, kerdil rumput, hawar pelepah)

Pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan dibantu dengan penggunaan fungisida kimia

3. Kapasitas alat prosesing terbatas terutama lantai jemur

Prosesing benih secara bertahap atau pinjam kelain pihak

4. Benih belum tersalurkan secara keseluruhan, dikarenakan adanya bantuan benih bersubsidi melalui Pihak Ketiga dan tidak melibatkan penangkar lokal

Sisa benih akan disalurkan di internal desa pada musim MH (bulan Januari 2017)

5. Modal kelompok tani terbatas

Menggunakan dana talangan yang bersumber dari pengurus kelompok tani dan Bank/BRI (KUR)

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 66

D. Pengembangan Model Kawasan Sekolah Lapang Mandiri Benih Kedelai Di Lampung Jumlah anggota kelompok yang ikut serta dalam kegiatan Sekolah

Lapang Mandiri Benih Kedelai pada musim tanam Pertama bulan Mei dan

Juni seluas 2 dengan jumlah peserta 6 orang, pada musim tanam kedua

dilakukan bulan Agustus dan september seluas 2,5 ha dengan jumlah peserta

7 orang (termasuk lokasi Laboratorium Lapang 1 ha)

Tabel 43. Nama petani dan luas lahan kegiatan SLMBK

No Nama Petani

Luas Lahan (ha)

Varietas Tanggal Tanam

1. Roni 0,5 Anjasmoro 15 Mei 2016

2. Supono 0,25 (LL) Anjasmoro 20 Mei 2016

3. Muryani 0,5 Anjasmoro 20 Mei 2016

4. Sukadi 0,25 Anjasmoro 22 Mei 2016

5. Setioko 0,25 Anjasmoro 4 Juni 2016

6. Masruddin 0,25 (LL) Lokon dan Gepak ijo

9 Juni 2016

7. Wardi 0,25 Lokal 25 Agust 2016

8. Supono 0,5 (LL) Gepak Ijo 1 Sep 2106

9. Wasiman 0,25 Lokom 1 Sep 2016

10. Sukatman 0,25 Lokon 3 Sep 2016

11. Roni 0,5 Anjasmoro 4 Sep 2016

12. Samingan 0,25 Anjasmoro 5 Sep 2016

13.

Muryani 0,25 Anjasmoro 7 Sep 2016

4,5 ha

Penyediaan Benih Sumber

Benih sumber klas BP (Benih Pokok) label ungu varietas Anjasmoro

berasal dari UPBS BPTP Lampung. Sedangkan benih varietas Lokon dan

Gepak Ijo merupakan benih yang berasal dari petani setempat.

Pendampingan dan Bimbingan Teknis Produksi Benih Kedelai

Keberhasilan produksi benih ditentukan oleh kesiapan benih sumber,

ketepatan penerapan teknologi budidaya, ketepatan pemeliharaan mutu

genetik, mutufisik, dan mutu fisiologis benih, serta distribusi benih. Di lapang,

tidak ada perbedaan antara teknologi budidaya kedelai untuk keperluan

produksi benih dengan tujuan untuk konsumsi. Perbedaannya adalah terletak

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 67

pada proses penjagaan kebenaran mutugenetik dan mutu fisiologis dari benih

yang dihasilkan. Benih yang diproduksi secara benar akan menjadi agen

pembawa teknologi dan sekaligus akan bernilai ekonomi lebih tinggi

dibandingkan dengan biji kedelai untuk konsumsi. Beberapa hal yang perlu

mendapat perhatian dalam produksi benih kedelai adalah:

1. Produksi benih diusahakan pada lahan subur di sentral produksi

2. Kedelai ditanam pada musim yang tepat, karena terlalu awal atau

terlambat tanam dapat menyebabkan tanaman terserang OPT yang

cukup berat

3. Benih yang diproduksi diupayakan berasal dari varietas unggul yang

jenisnya sesuai dengan permintaan masyarakat di wilayah

pengembangan

4. Penanaman tepat waktu dan serempak dapat mengurangi resiko

kegagalan

5. Pengendalian gulma dan OPT harus dilakukan secara benar dan tepat

waktu

6. Penanganan pasca panen diposisikan sama pentingnya dengan

penanganan prapanen, karena mutu benih juga sangat ditentukan oleh

penanganan pasca panen. Cepat menurunnya daya tumbuh benih

kedelai ditentukan oleh proses pasca panennya.

Pelatihan dan pendampingan dilaksanakan minimal sebanyak 8 kali

pertemuan. Materi pendampingan dan bimbingan yang telah dilakukan antara

lain:

1. Pengenalan varietas unggul kedelai (BPTP Lampung dan Balitkabi)

2. Budidaya kedelai spesifik agroekologi (BPTP Lampung, Balitkabi, PPL)

3. Pemupukan spesifik lokasi (BPTP Lampung, Balitkabi, PPL)

4. Pengendalian OPT (BPTP Lampung, Balitkabi, POPT Kecamatan

Ambarawa, PPL)

5. Pengendalian gulma (BPTP Lampung, Balitkabi, POPT Kecamatan

Ambarawa, PPL)

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 68

6. Teknik produksi benih sumber kedelai (BPTP Lampung, BPSB Provinsi

Lampung, PPL)

7. Jabalsim, kelembagaan dan pemasaran benih kedelai (BPTP Lampung,

KUPT Kecamatan Ambarawa, PPL)

Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Agroekologi

Lokasi penangkaran kedelai di kedua lokasi merupakan lahan sawah.

Pada lahan sawah, kedelai umumnya ditanam pada musim kemarau pertama

(MK I) setelah panen padi pertama atau pada musim kemarau kedua (MK II)

setelah panen padi kedua. Kedelai MK I masa tanamnya antara Februari –

Juni, kedelai MK II antara Juni – September. Paket teknologi produksi

kedelai pada lahan sawah MK I dan MK II sebagai berikut:

1. Setelah panen padi, jerami dipotong dekat permukaan tanah, tanah tidak

perlu diolah, jerami dapat digunakan untuk pakan ternak, untuk mulsa

kedelai, atau dibakar sebagai tambahan hara bagi tanaman.

2. Saluran drainase dibuat dengan jarak antar saluran 1,5-5 m, bergantung

pada kemiringan lahan dan tekstur tanah, jarak antar saluran drainase

makin sempit dengan makin datar atau makin halusnya tekstur tanah.

Saluran drainase berukuran lebar sekitar 30 cm dan dalam sekitar 25 cm.

3. Kedelai ditanam 2-4 hari setelah padi dipanen, hal ini ditujukan untuk

memanfaatkan lengas tanah dan mengurangi gangguan gulma, hama dan

penyakit.

4. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan

preferensi pasar.

5. Benih yang baik mempunyai daya tumbuh >85%, murni, sehat dan

bersih. Kebutuhan benih kedelai per hektar berkisar antara 40-60 kg/ha,

bergantung pada ukuran biji, makin besar ukuran biji makin banyak benih

yang digunakan.

6. Gangguan lalat bibit dapat ditekan dengan perlakuan benih menggunakan

carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg

benih).

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 69

7. Perlakuan benih dengan pupuk hayati penambat benih (Rhizobium) hanya

dilakukan pada lahan yang belum pernah ditanami atau sangat jarang

ditanami kedelai dengan dosis 40 gram inokulan Rhizobium untuk 8 kg

benih.

8. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan bergantung pada kondisi tingkat

kesuburan tanah. Jika tersedia pupuk organik atau pupuk kandang

dianjurkan menggunakannya dengan dosis sekitar 2 t/ha, diberikan

secara dicicir sebagai penutup lubang tanam atau diisi lubang tanam.

9. Irigasi diberikan jika kelembaban tanah tidak mencukupi terutama pada

periode awal pertumbuhan, berbunga dan pengisian polong.

10. Gulma dikendalikan secara intensif. Di daerah sulit tenaga kerja dapat

digunakan herbisida pra tumbuh yang dikombinasikan dengan herbisida

pasca tumbuh.

11. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan petunjuk teknis

PHT (pengendalian hama dan penyakit terpadu).

12. Panen dilakukan apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah

berwarna kuning-kecoklatan atau coklat-kehitaman bergantung varietas

yang ditanam.

13. Pembijian kedelai dilakukan secara manual (sistem geblok) ataupun

secara mekanis dengan menggunakan mesin perontok.

Tabel 44. Data Hasil Panen SLMBK di Desa Margodadi – Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu tahun 2016

No Nama Petani

Luas Lahan (ha)

Varietas Hasil

1. Roni 0,5 Anjasmoro gagal

2. Supono 0,25 (LL) Anjasmoro 489

3. Muryani 0,5 Anjasmoro gagal

4. Sukadi 0,25 Anjasmoro 225

5. Setioko 0,25 Anjasmoro 121

6. Masruddin 0,25 (LL) Lokon dan Gepak Ijo

375

7. Wardi 0,25 Lokal 323

8. Supono 0,5 (LL) Gepak Ijo 788

9. Wasiman 0,25 Lokom 215

10. Sukatman 0,25 Lokon Gagal (Terendam)

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 70

11. Roni 0,5 Anjasmoro 625

12. Samingan 0,25 Anjasmoro 263

13. Muryani 0,25 Anjasmoro 217

4,5 Ha

Permasalahan yang dihadapi

- Kendala faktor cuaca/curah hujan yang tinggi pada di lokasi Desa

Margodadi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu. Curah hujan

yang tinggi menyebabkan sebagian besar petani yang semula akan ikut

serta dalam kegiatan SLMBK dengan menanam kedelai, beralih

menanam padi. Hal ini menyebabkan target luas tanam semula pada

MT I seluas 5 ha tidak terpenuhi dan hanya terealisasi seluas 2 ha.

Solusi (pemecahan masalah) yang dilakukan

- Kondisi lahan masing-masing petani berbeda- beda. Pada areal lahan

yang masih memungkinkan untuk ditanam, setelah terjadi genangan,

segera dilakukan pengeringan menggunakan pompa. Monitoring intensif

harus dilakukan untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan.

E. Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional

Tanaman Pangan

1. Pendampingan Kawasan Padi

Pendampingan pengembangan kawasan padi dilaksanakan di 2

kabupaten bersinergi dengan lokasi gerakan intensifikasi padi dengan

penerapan sistem tanam jajar legowo, yaitu di Kabupaten Lampung Tengah

meliputi Kecamatan Bandar Surabaya, Seputih Surabaya, Bumi Nabung,

Rumbia, Putra Rumbia dan Kabupaten Lampung Timur meliputi Kecamatan

Sekampung, Sukadana, Batanghari Nubang, Way Bungur, Raman Utara.

sebaran pendampingan pengembangan kawasan padi oleh BPTP Lampung

tahun 2016 berada di Kabupaten Lampung Tengah 5 kecamatan seluas 4.200

ha dengan melibatkan 181 kelompok tani agroekosistem rawa lebak dengan

pola tanam padi-padi dan bera-padi. Sedangkan di Kabupaten Lampung

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 71

Timur meliputi 5 kecamatan seluas 3,825 ha melibatkan 153 kelompok tani,

agroekosistem sawah irigasi denagn pola tanam pasi-padi.

Pelatihan Petani dan Penyuluh Pendamping

Materi yang disampaikan dalam pelatihan meliputi kebijakan program

peningkatan produksi padi, budidaya padi melalui penerapan teknologi jajar

legowo super, kelender tanam terpadu (Katam). Metode pelatihan yang

digunakan adalah ceramah dan diskusi kemudian dilanjutkan dengan praktek

pembuatan persemaian sistem dapog/nampan

Penerapan Teknologi

Hasil pengamatan/survei menunjukkan bahwa, penerapan komponen

teknologi PTT, sebagaimana disajikan pada Tabel 45.

Tabel 45. Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi di Lampung MT II, 2016

No Komponen Teknologi

Jumlah poktan yang

didampingi (poktan)

Jumlah total anggota poktan yang di

dampingi (orang)

Jumlah anggota

poktan yang menerapkan

teknologi (orang)

Persentasi yang

menerapkan teknologi

(%)

Komponen Dasar

1 Varietas unggul baru

334 8,350 1,670 20.00

2 Benih bermutu dan berlabel

334 8,350 8,350 100.00

3 Pengaturan cara tanam Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya)

334 8,350 2,875 34.43

4 Pemupukan berimbang dan efisien menggunakan BWD/PUTS/PUTR

334 8,350 1,250 14.97

5 Pengendalian OPT prinsip PHT

334 8,350 5,000 59.88

6 Pemberian Bahan Organik/pupuk 334 8,350 8,350 100.00

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 72

kandang

Rata-rata

54.88

Komponen Pilihan

7 Pengolahan lahan yang baik

334 8,350 8,350 100.00

8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari)

334 8,350 6,263 75.01

9 Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun

334 8,350 6,250 74.85

10 Pengairan secara efektif dan efisien (intermitten)

334 8,350 3,125 37.43

11 Penyiangan mekanis (bisa dgn bantuan alat gasrok, landak, dll)

334 8,350 2,500 29.94

12 Panen tepat waktu dan segera dirontok dan dikeringkan

334 8,350 8,350 100.00

Rata-rata

69.54

Keterangan:

Tingkat adopsi rendah (0 % – 33,33 %)

Tingkat Adopsi sedang ( 33,34 % – 66,67 %)

Tingkat adopsi tinggi (66,68 – 100 %)

Demfarm PTT

Lokasi demfarm diletakkan di dalam hamparan intensifikasi padi atau

di luar tetapi berhimpitan dengan hamparan intensifikasi padi. Demfarm

dilaksanakan di hamparan kelompok tani “Harapan Makmur I” Desa Sumber

Agung, Kecamatan Bandar Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah seluas 3

ha dengan menggunakan VUB Inpari 22 dan Inpara 2 dan Kelompok Tani

“Ngudi Makmur” I, Desa Girikarto, Kecamatan Sekampung, Kabupaten

Lampung Tengah seluas 3 ha dengan memperkenalkan Inpari 22, Inpari 30,

Inpari 31 dan Inpari 33. Adapun teknologi yang diintroduksikan dalam

demfarm adalah komponen PTT secara lengkap spesifik lokasi seperti

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 73

penggunaan VUB, dekomposer, pupuk organik 2 ton/ha, pupuk hayati, bibit

muda, jumlah bibit 1-3 batang per lubang, sistem tanam jejer legowo 2:1,

dan 4:1 secara manual dan atau dengan menggunakan mesin tanam Rice

Transplanter, pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan BWD,

PUTS/PUTR, pengendalian OPT secara terpadu, penyiangan dengan gasrok

dan kombinasi dengan herbisida, panen tepat waktu dan gabah segera

dirontok dengan power tresher atau combine havester.

Produktivitas padi dalam demfarm dengan penerapan PTT lebih tinggi

dibandingkan di luar demfarm dengan teknologi yang biasa diterapkan oleh

petani, sebagaimana disajikan dalam Tabel 46.

Tabel 46. Produktivitas Padi di Dalam dan di Luar Demfarm PTT di Lampung MT II, 2016

No. Lokasi Demfarm Luas (Ha)

Paket teknologi

yang diterapkan1)

Produktivitas di dalam Demplot PTT

Produktivitas di luar Demplot (petani sekitar demplot)

Varietas (ku/ha) Varietas (ku/ha)

1 Klp Tani ” Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab. Lampung Tengah

3

1, 3, 4, 5, 6, 7,

8,9,10,11

Inpari 22 Inpara 2

64.0 82.0

Ciherang 57,0

2 Klp Tani “Ngudi Makmur I” Desa Girikarto Kec. Sekampung, Kab. Lampung Timur

3

1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10,11

Inpari 22 Inpari 30 Inpari 31 Inpari 33

70.3 80.7 80.2 69.2

Mekongga IR 64

52.0 60.0

Rata-rata 74.40 56.33

Sumber: Tabulasi data primer, 2016

Materi teknologi yang diterapkan: 1. Benih/varietas VUB 2. Penyiapan lahan 3. Dekomposer 4. Tanam bibit muda dan 1-3 bibit 5. Pupuk hayati

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 74

6. Pemupukan sesuai kebutuhan 7. Pemeliharaan tanaman/Penyiangan 8. Menerapkan PHT dalam pengendalian OPT 9. Pengairan yang efisien/intermiten 10. Panen dan pascapanen yang seuai 11. Katam

Temu Lapang

Temu Lapang penerapan PTT padi hanya dilaksanakan di Kabupaten

Lampung Timur pada tanggal 30 Agustus 2016. Temu Lapang dilaksanakan di

hamparan sawah Kelompok Tani ” Ngudi Makmur I” Desa Giri Karto

Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur yang merupakan lokasi

demfarm/ percontohan penerapan PTT padi dengan teknologi jajar legowo

super. Jumlah peserta yang hadir kurang lebih 125 orang, berasal dari petani

internal dan eksternal Desa Giri Karto Kecamatan Sekampung dan petani dari

desa di luar Kecamatan Sekampung. Selain itu perangkat Desa Giri Karto,

Penyuluh Pertanian BP3K Sekampung dan BP3K tetangga, petugas

Kecamatan, Koramil/TNI, Polsek Kecamatan Sekampung, Media Masa

(Lampung Post) TVRI Bandar Lampung, Dinas Instansi lingkup pertanian

Kabupaten Lampung dan Provinsi Lampung.

Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru

Pelaksanaan uji adaptasi varietas unggul baru (VUB) dalam

pendampingan pengembangan kawasan padi di Lampung diprioritaskan pada

komoditas padi Inbrida. Uji adaptasi VUB padi yang dilaksanakan di

Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur masing-masing 5 unit

(titik) @ 1 -1.5 ha. Lokasi uji adaptasi VUB dilaksanakan di dalam atau

berhimpitan dengan hamparan kelompok pelaksana gerakan intensifikasi

padi. VUB yang digunakan adalah Inpari 22, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 33

dan Inpara 2 dengan luas setiap varietas 0.25 – 0.50 ha. Sedangkan varietas

pembandingnya adalah Ciherang dan Ciliwung. Teknologi yang diterapkan

dalam uji adaptasi pada umumnya dengan pendekatan komponen PTT.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 75

Adapaun produktivitas padi dalam uji adaptasi VUB, sebagaimana disajikan

dalam Tabel 47.

Tabel 47. Produktivitas Padi Uji Adaptasi VUB di Lampung MT II, 2016

No Lokasi Display

Varietas (Klp Tani Desa/Kec/Kab)

Produktivitas Varietas Pembanding (kg/ha) Ketera ngan Inpari

22 Inpari

30 Inpari

31 Inapri

33 Inpara 2

Ciherang

Ciliwung

1

Kel. Tani Sumber Rejeki I, Cempaka Putih, Bandar Surabaya, Lampung Tengah

2,400 2,380

Kurang air,

serangan WBC, Tikus,

Kepinding tanah

Kel. Tani Arum Dalu, Sidodadi, Bandar Surabaya, Lampung Tengah

2,080

2,340

Kel Tani Harapan Makmur, Sumber Agung, Bandar Surabaya, Lampung Tengah

2,880 2,520

Kel. Tani Sri Karya, Bandar Surabaya, Sumber Agung Lampung Tengah

3,200 4,000

2 Kel. Tani Sidodadi, Seputih Surabaya, Lampung Tengah

6,200 5,700 5,600 6,500 4,000 Kurang air

3

Kel.Tani Tambah Maju, Bumi Nabung Ilir, Bumi Nabung, Lampung Tengah

6,016

6,064 5,920 6,000 6,240 5,936 Kurang air

4

Kel. Tani Sumber Jaya, Bina Karya Buana, Rumbia, Lampung Tengah

5,840 5,920 5,760 6,080 4,960 5,120 Kurang air

5

Kel. Tani Tunas Jaya dan Subur Jaya, Putra Rumbia, Lampung Tengah

4,900 4,100 Kurang air

6

Kel. Tani Ngudi Makmur I, Girikarto, Sekampung, Lampung Timur

6,080 8,070 8,020 6,920

6,000 5,200

7

Kel. Tani Makmur I dan Makmur II, Sukadana, Lampung Timur

4,800 4,300 4,100 4,025

Serangan WBC

Kel. Tani Sidomulyo, Sukadana,

4,700 4,175 3,930

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 76

Lampung Timur

8

Kel. Tani Makmur, Toto Projo, Way Bungur, Lampung Timur

Gagal panen karena serangan hama WBC

Kel. Tani Harapan, Toto Projo, Way Bungur, Lampung Timur

9

Kel. Tani Desa Rejo Katon I, Raman Utara, Lampung Timur

10 Batanghari Nuban, Lampung Timur

Belum panen

Rata-rata 4,773 5,405 5,985 5,060 5,384 4,217 4,123

Keterangan:

Adaptabilitas tinggi, jika produktivitas > 4,36 Adaptabilitas sedang, jika produktivitas 2,19 – 4,36 Adaptabilitas rendah, jika produktivitas < 2,19

*). Varietas pembanding

Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas VUB

Inpari 22, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 33 dan Inpara 2 cukup beragam secara

berurutan yakni 4,773 kg/ha, 5,405 kg/ha, 5,985 kg/ha, 5,060 kg/ha, dan

5,384 kg/ha. Adapun rata-rata produktivitas tertinggi dari beberapa VUB

tersebut adalah Inpari 31, kemudian diikuti Inpari 30 dan Inpara 2.

Sistem Tanam Jajar Legowo

Perkembangan tingkat adopsi teknologi jajar legowo di Lampung

berjalan lambat, dikarenakan menurut pendapat tenaga kerja tanam merasa

lebih sulit, rumit dan memerlukan waktu tanam lebih lama sehingga biaya

tanam lebih mahal 20 – 30 % dibandingkan cara tanam tegel. Hal ini tidak

beda dengan kondisi di lokasi gerakan intensifikasi padi pada lokasi

pendampingan pengembangan kawasan padi di Kabupaten Lampung Tengah

dan Lampung Timur yang tergolong masih rendah yaitu 2.885 ha (35.95 %)

dari luas total 8.025 ha. Adapun sistem tanam jajar legowo yang diterapkan

oleh petani belum semuanya sesuai anjuran (jarwo 2:1), melainkan cukup

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 77

beragam yaitu jajar legowo 2:1, 4:1 dan 6:1, akan tetapi sebagian besar

yang terapkan adalah legowo 6:1. Hal ini penyebab utamanya adalah

keterbatasan tenaga kerja tanam, tingkat pemahaman petani terhadap sistem

tanam legowo jajar masih rendah/negatif dan biaya yang diperlukan relatif

tinggi dibandingkan dengan tanam jajar tegel.

Tabel 48. Luas Tanam Jajar Legowo dan Produktivitas Padi di Lampung MT II, 2016

Kabupaten Kecamatan Luas Jarwo (Ha)

Produktivitas (kg/ha GKP)

Jarwo Tegel Lainnya

Lampung Tengah

Rumbia 75 5,900 5,140

Bandar Surabaya 125 6,400 5,700

Bumi Nabung 150 6,150 5,900

Putra Rumbia 140 4,700 4,100

Seputih Surabaya 100 5,000 4,250

Lampung Timur

Sekampung 480 6,390 5,600

Sukadana 375 4,625 4,050

Batanghari Nuban 450 5,450 5,125

Way Bungur 540 5,725 5,200

Raman Utara 450 5,500 5,150

Jumlah / Rata-rata

2.885 5,584 5,022

Distribusi Materi Diseminasi

Materi diseminasi yang disebarluaskan untuk mendukung gerakan

intensifikasi padi dengan penerapan sistem tanam jajar legowo berupa media

informasi dalam bentuk media cetak dan elektronik. Peyebarluasan media

informasi dalam bentuk media cetak berupa leaflet, brosure, booklet dan

buku teknologi, dan media elektronik berupa CD teknologi, kalender tanam

terpadu. Perkembangan distribusi media informasi, sebagaimana disajikan

dalam Tabel 49.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 78

Tabel 49. Distribusi Media Informasi Mendukung Gerakan Intensifikasi Padi di Lampung, 2016

No Judul Publikasi Tiras (Expl)

Jenis publikasi

yang disebarkan

Penerima

1. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Irigasi

80 Brusure Kab. Lampung Tengah (BP3K Seputih Surabaya, Bandar surabaya, Rumbia, Putra Rumbia, Bumi Nabung) dan Kab. Lampung Timur (BP3K Sekampung, Sukadana, way Bungur, Raman Utara dan Batanghari Nuban)

2. Petunjuk Teknis Menanam Padi Sawah Menggunakan Indo Jarwo Transplanter

20 Buku

3. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Irigasi

100 Leaflet

4. Teknologi Kalender Tanam Terpadu

100 Leaflet

5. Persemaian Padi dengan Dapok untuk Indo Jarwo Transplanter

50 Leaflet

6. Mesin Tanam Padi Indo Jarwo Transplanter

50 Leflet

7. Mengenal Penyakit Blas dan Strategi Pengendaliannya

50 Leaflet

8. Meningkatkan Produksi Padi dengan Cara Tanam Jejer Legowo

50 Leaflet

9. Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat Tanaman Padi

50 Leaflet

Produksi Benih

Dalam rangka memenuhi kebutuhan benih sesuai dengan yang

diminati oleh petani dengan tepat jumlah, tepat jenis, tepat waktu dan harga

lebih murah, maka kelompok tani pelaksana demfarm PTT padi dibina dan

difasilitasi menjadi calon penangkar sampai penangkar formal untuk

memproduksi benih padi yang berkualitas. Hal ini bertujuan untuk

mempercepat adopsi VUB spesifik lokasi dan meningkatkan kemampuan

kelompok tani untuk memproduksi benih varietas unggul baru yang diminati

secara mandiri. Adapun dampak dari pendampingan ini, Kelompok Tani

“Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab.

Lampung Tengah dan Kelompok Tani “Ngudi Makmur I” Desa Giri Karto,

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 79

Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur resmi menjadi Penangkar

Formal benih padi untuk memenuhi kebutuhan benih di desanya bahkan di

kawasan pengembangan padi wilayahnya. Adapun produksi benih padi

bersertifikat yang dihasilkan, sebagaimana disajikan pada Tabel 50.

Tabel 50. Produksi Benih Berserttifikat Kelompok Tani Pelaksana Demfarm PTT Padi di Lampung MT II, 2016

No Lokasi

Produksi Benih Tersalur

(kg)

Sisa /stok

(kg) Varieatas Jumlah

(kg)

Kelas

Benih

1. Klp Tani ” Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab. Lampung Tengah

Inpari 22 Inpara 2

2,000 6,000

ES ES

850 1,000

1,150 5,000

Jumlah 8,000 1,850 6,150

2 Klp Tani “Ngudi Makmur I” Desa Girikarto Kec. Sekampung, Kab. Lampung Timur

Inpari 30 Inpari 31

Inpari 22

2,335 1,400

650

ES ES

ES

1,335 100

250

1,000 1,300

400

Jumlah 4,385 1,685 2,700

Permasalahan

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan

pendamping pengembangan kawasan padi mendukung program gerakan

intensifikasi padi padi antara lain:

Pada MT II 2016 sebagian sawah petani mengalami kekurangan air,

sehingga menimbulkan masalah pertumbuhan tanaman tidak optimal.

Pertanaman padi juga ada yang mengalami serangan hama penyakit seperti

wereng batang coklat, penggerek batang padi, kepinding tanah, penyakit blas

dan hawar daun bakteri. Selain itu petani juga terjadi kelangkaan pupuk pada

waktu diperlukan terutama NPK Phonska. Untuk mengatasi masalah

kekeringan yang dihadapi petani jika tersedia sumber air dengan melakukan

pompanisasi baik untuk mengairi lahan sehingga bisa diolah dan ditanam

maupun untuk mengairi pertanaman padi. Untuk mengatasi serangan hama

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 80

wereng batang coklat, penggerek batang dan kepinding tanah sudah

dilakukan dengan pengendalian dengan prinsip pengendalian hama terpadu

(PHT) kombinasi dengan kimiawi. Kondisi kelangkaan pupuk NPK Phonska

telah diatasi dengan menggunakan pupuk alternatif yang tersedia atau pupuk

seadanya dengan dosis dan waktu pemupukan kurang/tidak sesuai anjuran

Benih yang diproduksi penangkar di lokasi pendampingan tersebut,

belum tersalurkan secara keseluruhan (sisa) yang disebabkan adanya

program bantuan benih oleh pemerintah yang tidak melibatkan penangkar

lokal sehingga bisa menjadi Kompetitor. Untuk mengatasi hal tersebut, sisa

benih yang ada untuk penyediaan kebutuhan benih pada MT II dan akan

disalurkan internal dan eksternal desa, dan selanjutnya untuk keberlanjutan

produksi benih oleh penangkar lokal, maka benih yang diproduksi dapat

digunakan untuk penyediaan program pengembangan kawasan padi seperti

UPSUS, benih berbantuan. Selanjutnya agar penangkar benih lokal dapat

berkelanjutan, maka perlu adanya mitra kerja dengan BUMN Perusahaan

benih yang difasilitasi oleh pemerintah.

2. Pendampingan kawasan ubi kayu

Pendampingan kawasan ubikayu ini dilakukan dengan 2 (dua)

metoda, yaitu pelatihan dan display atau demonstrasi plot. Pelatihan petani

dilaksanakan sebelum penanaman. Secara rinci tempat, tanggal pelaksanaan

,materi pelatihan yang disampaikan dan jumlah peserta dapat dilihat pada

tabel 51.

Tabel 51. Tempat, waktu, materi dan jumlah peserta pelatihan PTT ubi kayu

No Tempat Waktu Materi Jumlah

Peserta

(orang)

1. Desa Bandaragung 24 November

2016

PTT Ubikayu

Dinamika

Kelompok

30

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 81

Pada tabel 51 dapat dilihat bahwa kegiatan pelatihan baru

dilaksanakan pada 24 November 2016, hal ini dikarenakan menunggu daftar

calon kelompok tani atau petani yang dibina oleh Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Kabupaten Lampung Tengah yang sedang diproses. Disamping itu,

turunnya harga ubikayu yang sebelumnya mencapai Rp 1.450,- /kg menjadi

Rp 550,-/kg menyebabkan petani menunda waktu panen dan tanamnya.

Adapun materi pelatihan yang diberikan antara lain PTT Ubikayu dan

dinamika Kelompok. Nara sumber berasal dari BPTP Lampung, BP3K Terusan

Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah.

Percontohan

Percontohan dilaksanakan dengan menerapkan budidaya ubikayu

dengan pendekatan PTT pada lahan seluas 1 (satu) hektar. Adapun

komponen teknologi yang dilakukan meliputi komponen dasar dan komponen

pilihan. Komponen dasar meliputi varietas unggul baru, bibit berkualitas,

penyiapan lahan, pengaturan populasi tanaman, dan pemupukan. Sementara

komponen pilihan meliputi waktu tanam, pengendalian opt, pengairan dan

pembuatan saluran drainase serta panen.

3. Pendampingan kawasan kedelai

Hasil koordinasi dan sinkronisasi meliputi penetapan lokasi

pendampingan kawasan tanaman kedele di Lampung Timur yaitu kecamatan

Labuhan Ratu dengan luas 3 ha, mencakup 3 desa yaitu Desa Raja basa

Lama, Labuhan Ratu dan labuhan Ratu 2 dengan melibatkan 3 kelompok

tani.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 82

Tabel 52. Lokasi kawasan kedele di kabupaten Lampung Timur yang didampingi

Kabupaten

Luas (ha)

Desa

Lua

s (ha

)

Jumlah

poktan

terlibat per desa

(poktan)

Jumlah

anggota per Poktan

(orang/poktan)

1.

Lampung Timur

Sekampung

Udik 211

Banjar Agung 65

2 25

Pugung

Raharjo 35

4 25

Sidorejo 30 2 25

Bumi Mulyo 55 3 25

Purwokencono 26 2 25

Labuhan

Maringai 28 Bumi Nabung

Udik 12

2 25

Sukadana 7 3 25

Bumi Ayu 4 2 25

Pakuan Aji 5 1 25

Bandar

sribawono 306

Bandar

Aagung 10

1 25

Sri Pendowo 25 2 25

Mekar Jaya 0 4 25

Waringin Jaya 0 2 25

Way Jepara 101 Braja Asri 45 2 25

Braja dewa 34 2 25

Jepara 10 2 25

Sri rejosari 12 2 25

Braja

Selebah 12

Gemilang 2

2 25

Mulya 4 2 25

Kencana 6 2 25

Labuhan Ratu

94 labuhan ratu

27 2 25

Labuhan Ratu

2 43

2 25

Raja basa

Lama 24

2 25

Sukadana 105 Bumi Ayu 25 2 25

Terbanggi

marga 60

2 25

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 83

Penerapan Komponen Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Agroekologi a. Penerapan Teknologi

Komponen dasar penerapannya hampir sama di semua lokasi,

sedangkan komponen teknologi pilihan penerapannya spesifik lokasi sesuai

dengan kondisi agroekosistem setempat. Adapun Penerapan Teknologi yang

diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Setelah panen padi, jerami dipotong dekat permukaan tanah, tanah tidak

perlu diolah, jerami dapat digunakan untuk pakan ternak, untuk mulsa

kedelai, atau dibakar sebagai tambahan hara bagi tanaman.

2. Saluran drainase dibuat dengan jarak antar saluran 1,5-5 m, bergantung

pada kemiringan lahan dan tekstur tanah, jarak antar saluran drainase

makin sempit dengan makin datar atau makin halusnya tekstur tanah.

Saluran drainase berukuran lebar sekitar 30 cm dan dalam sekitar 25 cm.

3. Kedelai ditanam 2-4 hari setelah padi dipanen, hal ini ditujukan untuk

memanfaatkan lengas tanah dan mengurangi gangguan gulma, hama dan

penyakit.

4. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan

preferensi pasar.

Muara jaya 20 2 25

batang Hari

nuban 306

Bumi Jawa 20

2 25

Tulung Balak 0 0 25

Trisno Mulya 0 0 25

Suka Cari 0 0 25

Raman

Utara 315

Rahayu 20

2 25

Raman Aji 0 0 25

Rejo Binangun 0 0 25

Rantau Fajar 0 0 25

Waybungur 36 Tanjung kecono

12 1 25

Toto projo 9 2 25

Tambah Subur 15 3 25

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 84

5. Benih yang baik mempunyai daya tumbuh >85%, murni, sehat dan

bersih. Kebutuhan benih kedelai per hektar berkisar antara 40-60 kg/ha,

bergantung pada ukuran biji, makin besar ukuran biji makin banyak benih

yang digunakan.

6. Gangguan lalat bibit dapat ditekan dengan perlakuan benih menggunakan

carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg

benih).

7. Perlakuan benih dengan pupuk hayati penambat benih (Rhizobium) hanya

dilakukan pada lahan yang belum pernah ditanami atau sangat jarang

ditanami kedelai dengan dosis 40 gram inokulan Rhizobium untuk 8 kg

benih.

8. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan bergantung pada kondisi tingkat

kesuburan tanah. Jika tersedia pupuk organik atau pupuk kandang

dianjurkan menggunakannya dengan dosis sekitar 2 t/ha, diberikan

secara dicicir sebagai penutup lubang tanam atau diisi lubang tanam.

9. Irigasi diberikan jika kelembaban tanah tidak mencukupi terutama pada

periode awal pertumbuhan, berbunga dan pengisian polong.

10. Gulma dikendalikan secara intensif. Di daerah sulit tenaga kerja dapat

digunakan herbisida pra tumbuh yang dikombinasikan dengan herbisida

pasca tumbuh.

11. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan petunjuk teknis

PHT (pengendalian hama dan penyakit terpadu).

12. Panen dilakukan apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah

berwarna kuning-kecoklatan atau coklat-kehitaman bergantung varietas

yang ditanam.

13. Pembijian kedelai dilakukan secara manual (sistem geblok) ataupun

secara mekanis dengan menggunakan mesin perontok.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 85

Tabel 53. Penyelenggaraan Uji Adaptasi VUB Kedele di Lampung Timur MT II 2016

No Desa Nama

Kelompo Tani

Luas Lahan (ha)

Varietas Produksi/ton/ha

1 Labuhan Ratu 2

Harapan Jaya

1,2 Anjasmoro 1.8

2 Raja Basa Lama

Tani Makmur

0.8 Anjasmoro Gagal Panen Terendam air

3 Labuhan Ratu Sri Rejeki 1 Anjasmoro Gagal Panen Terendam air

Jumlah 3

b. Distribusi Materi Diseminasi

Materi diseminasi yang disebarluaskan untuk mendukung gerakan

intensifikasi kedele berupa media informasi dalam bentuk media cetak dan

elektronik. Peyebarluasan media informasi dalam bentuk media cetak berupa

leaflet, brosure, booklet dan buku teknologi, dan media elektronik berupa CD

teknologi, kalender tanam terpadu. Sasaran pengguna media informasi

tersebut adalah petani dan penyuluh pendamping di lapangan, dengan

harapan dapat meningkatkan penegtahuan, sikap dan keterampilan,

khususnya komponen PTT kedele untuk digunakan sebagai bahan

penyuluhan dan praktek usahatani. Perkembangan distribusi media informasi,

sebagaimana disajikan dalam Tabel 54.

Tabel 54. Distribusi Media Informasi Mendukung Gerakan Intensifikasi Kedele

di Lampung, Tahun 2016

No. Judul Publikasi Tiras

(Expl)

Jenis

publikasi

yang

disebarkan

Penerima

1. Petunjuk Teknis

Pengelolaan Tanaman

Terpadu Kedele

80 Brusure Kab. Lampung

Timur

(BP3K Labuhan

Ratu ) 2. Petunjuk Teknis Menanam 20 Buku

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 86

Kedele

3. Teknologi Kalender Tanam

Terpadu

100 Leaflet

4. Pengendalian Hama

Penyakit Pada Tanaman

Kedele

50 Leaflet

Permasalahan

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan

pendamping pengembangan kawasan kedele mendukung program gerakan

intensifikasi kedele antara lain: Faktor cuaca/curah hujan yang tinggi di lokasi

tiga Desa Labuhan Ratu,Raja Basa Lama dan Labuhan Ratu 2 Kecamatan

Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur menyebabkan sebagian besar

lahan petani terendam air sehingga petani kedele yang semula akan tanam,

beralih menanam padi. Hal ini menyebabkan uji adaptasi varietas unggul Baru

varietas anjasmoro pada MT II tidak terpenuhi dan hanya terealisasi seluas

1,2 ha. Selain itu petani juga kesulitan untuk mendapatkan pupuk pada

waktu diperlukan terutama NPK Phonska.

Untuk mengatasi masalah banjir yang dihadapi petani juga

melakukan pengairan drainase akan tetapi tidak mampu membuang air

karena aliran sungai permukaan dengan areal tanam lebih tinggi hampir

sama. Untuk mengatasi serangan hama penyakit pada tanaman kedele

sudah dilakukan dengan pengendalian dengan prinsip pengendalian hama

terpadu (PHT) kombinasi dengan kimiawi. Kondisi kelangkaan pupuk NPK

Phonska telah diatasi dengan menggunakan pupuk alternatif yang tersedia

atau pupuk seadanya dengan dosis dan waktu pemupukan kurang/tidak

sesuai anjuran.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 87

F. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura Demplot kegiatan cabai merah ditujukan untuk penanaman cabai

merah pada lahan kering. Kegiatan ini untuk mendampingi kegiatan Dinas

Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu gerakan tanam cabai di lahan kering

(GTCK) Luasan demplot 0,25 ha. Penanaman cabai merah dimulai pada

tanggal 23Oktober 2016. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah

sebagai berikut:

Tabel 55. Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonologi yang perlu diperbaiki pada demplot cabai merah.

No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan 1. Varietas yang digunakan adalah

varietas hibrida seperti Kitaro pada kios saprodi.

Introduksi varietas Balitbangtan

Varietas Kencana

2. Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian

pembuatan bedengan

3. Persemaian dilakukan dengan menyebar langsung bibit pada plastik

kantong plastik kecil.

Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C)

atau larutan Previcur N (1 cc/l)

selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan

persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk

kandang/kompos (1:1), kemudian

ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan

persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan

kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari

serangan OPT. Setelah berumur 7-

8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik

dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang steril).

Penyiraman dilakukan setiap hari.

Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5 minggu.

4. Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang digunakan 50x50 cm, tanaman

cabai ditanam secara tumpang sari

dengan tanaman sayuran lain seperti sawi. Budidaya dilakukan di lahan

kering dengan pola tanam cabai,

Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang digunakan 70 x 60 cm,

tanaman cabai ditanam secara

tumpang sari dengan tanaman sayuran lain seperti sawi.

Budidaya dilakukan di lahan kering.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 88

jagung.

5. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 7 ton/ha, urea

300 kg/ha pada umur 3 MST, SP36 400

kg umur 3 MST, dan NPK diberikan dua kali umur 6 MST sebanyak 70 kg dan

umur 9 MST sebanyak 50 kg/ha.

Pupuk kandang ayam 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak

700 kg/ha diberikan seminggu

sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata

dengan tanah. Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK

15:15:15 yang dicairkan (1,5-2 g/l

air), dengan volume semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut

diberikan mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap

10-15 hari sekali.

6. Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan Herbisida sebanyak 3 kali

yaitu umur 20, 40, dan 70 MST dengan herbisida Roundap. Pengendalian

hama penyakit dilakukan dengan

penyemprotan dengan pestisida antara lain Pastak, regen, dimolis, deger,

pegasus, dithan, victori. Belum menggunkan pestisida nabati.

Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan mikroba

tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan

mengurangi serangan hama. Mulsa

dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau,

yang diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik

hitam perak untuk musim kemarau

dan musim hujan. Penyulaman dilakukan paling

lambat 1–2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati

atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi) atau

dengan disiram perlubang.

Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan

dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian

ajir dilakukan untuk menopang

berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama

sebaiknya dipangkas. Pengendalian hama dan penyakit

sesuai dengan kaidah PHT.

Penanaman bawang merah dimulai pada tanggal akhir Nopember

2016. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai berikut:

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 89

Tabel 56. Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonolgi yang perlu diperbaiki pada demplot bawang merah.

No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan

1. Belum ada Varietas yang di tanaman adalah

Bima Brebes yang bersertifikat.Umbi

yang baik untuk bibit harus berasal

dari tanaman yang sudah sukup tua

umurnya, yaitu sekitar 60-90 hari

setelah tanam (tergantung varietas).

Umbi sebaiknya berukuran sedang

(5-10 g). Penampilan umbi bibit

harus segar dan sehat, bernas

(padat, tidak keriput), dan warnanya

cerah (tidak kusam). Umbi bibit

sudah siap ditanam apabila telah

disimpan selama 2–4 bulan sejak

panen, dan tunasnya sudah sampai

ke ujung umbi. Cara penyimpanan

umbi bibit yang baik adalah

menyimpannya dalam bentuk ikatan

di atas para-para dapur atau

disimpan di gudang khusus dengan

pengasapan.

2. Belum ada

3. Belum ada Bibit yang siap tanam dirompes,

pemotongan ujung bibit hanya

dilakukan apabila bibit bawang

merah belum siap benar ditanam

(pertumbuhan tunas dalam umbi

80%). Tujuan pemotongan umbi

bibit adalah untuk memecahkan

masa dormansi dan mempercepat

pertumbuhan tunas tanaman.

4. Belum ada Pemupukan terdiri dari pupuk dasar

dan pupuk susulan. Pupuk dasar

berupa pupuk buatan TSP (90 kg

P2O

5/ha) disebar serta diaduk rata

dengan tanah satu sampai tiga hari

sebelum tanam. Pupuk susulan

berupa 180 kg N/ha (½ N Urea + ½

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 90

N ZA) dan K2O (50-100 kg/ha).

Pemupukan susulan I dilakukan pada

umur 10-15 hari setelah tanam dan

susulan II pada umur 1 bulan

setelah tanam, masing-masing ½

dosis

5. Belum ada Pertanaman di lahan bekas sawah

memerlukan penyiraman yang cukup

dalam keadaan terik matahari. Di

musim kemarau, biasanya disiram

satu kali sehari pada pagi atau sore

hari sejak tanam sampai umur

menjelang panen. Penyiraman yang

dilakukan pada musim hujanhanya

ditujukan untuk membilas daun

tanaman, dari tanah yang menempel

pada daun bawang merah. Pada

bawang merah periode kritis karena

kekurangan air terjadi saat

pembentukan umbi, sehingga dapat

menurunkan produksi. Untuk

mengatasi masalah ini perlu

pengaturan ketinggian muka air

tanah (khusus pada lahan bekas

sawah) dan frekuensi pemberian air

pada tanaman bawang merah.

Pertumbuhan gulma pada

pertanaman bawang merah yang

masih muda sampai umur 2 minggu

sangat cepat. Oleh karena itu

penyiangan merupakan suatu

keharusan dan sangat efektif untuk

mengurangi kompetisi dengan

gulma.

Pengendalian hama dan penyakit

sesuai dengan kaidah PHT.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 91

Tabel 57. Pelatihan petani pada lokasi pengembangan kawasan hortikulktura

Waktu Tempat Peserta Bentuk Kegiatan (Nara sumber)

29 September 2016

Rumah ketua kelompok tani Karya Bakti, Desa Caringin Asri, Kecamatan Way Ratai, Kabupaten Pesawaran

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Cabai Merah

Pelatihan petani Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “

27 September 2016

Rumah ketua kelompok tani Karya Remaja, Desa Gisting Permai, Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Cabai Merah

Pelatihan petani Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “

14 Nopember 2016

Rumah ketua kelompok tani Desa Campang, Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah

Pelatihan petani Bawang Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Bawang Merah “

2. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 92

G. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Perkebunan Pendampingan pengembangan kawasan pertanian tanaman

perkebunan di Lampung Tengah dilaksanakan dengan mengadakan

pelatihan tentang teknologi budidaya tebu secara terpadu dan pembuatan

demplot tebu rawat ratoon dengan budidaya intensif.

a. Pelatihan

Pelatihan petani dilaksanakan di desa Bandar Sakti Kecamatan Terusan

Nunyai Kabupaten Lampung Tengah yang merupakan kawasan

pengembangan tanaman tebu. Secara rinci kegiatan pelatihan tersebut dapat

dilihat pada tabel 58.

Tabel 58. Kegiatan pelatihan petani tebu di Kecamatan Terusan Nunyai Lampung Tengah

No. Tempat Waktu Materi Jumlah Peserta

1. Desa Bandar Sakti Terusan Nunyai, Lampung Tengah

15, 16, 29, 30 Nopember 2016

Persiapan/pengolahan tanah, pemilihan bibit tebu, penanaman tebu, pemupukan, pengairan, pemeliharaan tanaman pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, tebang muat angkut (TMA), penanaman tebu juring ganda, kelembagaan petani.

35 orang

Dari tabel 58. Dapat dilihat bahwa pelatihan petani dilaksanakan di

desa Bandar Sakti Kecamatan Terusan Nunyai diikuti oleh 35 peserta.

Sebagai narasumber pelatihan adalah penyuluh dari BP3K Terusan Nunyai,

UPTD Dishutbun dan dari BPTP Lampung. Setelah pelatihan selesai,

pelaksanaan pelatihan dievaluasi, hasilnya dapat dilihat pada table tabel 59.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 93

Tabel 59. Hasil evaluasi pelatihan budidaya tebu di Kecamatan Terusan Nunyai Lampung Tengah.

No. Komponen Teknologi

Pemahaman Petani terhadap Budidaya Tebu secara Terpadu

Sebelum Pelatihan (%)

Sesudah Pelatihan (%)

1. Persiapan/pengol. tanah Pemilihan bibit tebu Penanaman tebu Pemupukan Pengairan Pemeliharaan tanaman Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Panen Tebang muat angkut (TMA) Penanaman tebu juring ganda Kelembagaan petani

60 60 62 55 60 55 60

62 60 20

37

94 85 85 88 85 94 85

82 88 85

85

Dari tabel 59. dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pemahaman

petani terhadap materi yang diberikan setelah mengikuti pelatihan antara 82-

94 %. Pemahaman petani sebelum pelatihan terhadap budidaya tebu secara

umum rata-rata diatas 60 %, persentase tersebut sangat jauh jika

dibandingkan pemahaman petani terhadap tanam tebu juring ganda yang

hanya 20 % dan kelembagaan 37 %. Hal ini disebabkan karena petani belum

banyak yang mengetahui sistim tanam juring ganda serta kelembagaan.

Dengan adanya pelatihan ini pemahaman tentang hal tersebut dapat

meningkat.

b. Demplot tebu

Pendampingan teknologi melalui demplot PTT tebu dilakukan pada

areal seluas 1 ha di tengah hamparan perkebunan tebu rakyat. Demplot

dibuat untuk mempraktekkan teknologi tebu rawat ratoon dengan budidaya

tebu secara intensif. Lokasi demplot di desa Candi Rejo Kecamatan Way

Pengubuan, Lampung Tengah. Varietas yang diganakan untuk demplot

adalah varietas PS 862. Pengeprasan pada akhir bulan September 2016.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 94

Tabel 60. Rata-rata pertumbuhan vegetatif demplot tanaman tebu varietas PS 862 umur 2 bulan

No. Jumlah rumpun (10 m)

Jumlah tanaman (10 m)

Tinggi tanaman

(cm)

Jumlah ruas (cm)

Diameter (cm)

1.

18,02

236,06

168,56

6

1,94

H. Kebun Bibit Desa (KBD) dan Kebun Bibit Inti (KBI)

Penguatan Kebun benih Inti (KBI)

KBI, Laboratorium Masgar dibangun tahun 2015. Kondisi KBI

sampai saat ini masih terawat dengan baik yang dikelola oleh Ka. KP . Lab.

Masgar dkk. Berdasarkan informasi dari pengelola KBI, beberapa bulan ini

tanaman yang dikembangkan adalah tanaman yang dianggap dapat bertahan

di musim penghujan yaitu: daun selederi, bawang daun, cabai caplak, dan

terong. Namun demikian pengelola mencoba kembali membibitkan kembang

kol, tomat, pakchoy, selada, sawi dll. Permasalahan yang dihadapi secara

teknis dalam penanaman yaitu: banyaknya serangan ulat dan adanya

serangan penyakit bercak daun coklat pada tanaman selederi, akibatnya

tanaman tidak tumbuh normal. Selain itu tempat pembibitan /bedengan

kondisinya sudah mulai rusak, atap bolong, kerangka bangunan yang terbuat

dari bambu mulai rapuh. Rencana perbaikan dan yang dibutuhkan untuk

penguatan KBI yaitu: (1) perbaikan bangunan tempat

persemaian/pembibitan, pupuk organik, polibag, pot gantung , pot biasa,

benih sayuran ( kembang kol, kol, sawi, kangkung, bayam) . Rencana khusus

tahun 2016, KBI akan menambah ragam tanaman dengan membibitkan

tanaman rempah dan obat-obatan seperti: kunyit, laos, jahe, kumis kucing

dll.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 95

Gambar 6. Kondisi tanaman di KBI, Lab. Masgar Tegineneng setelah

penataan

Jenis sayuran yang ditanam di dalam bangunan KBI terdiri dari:

pakchoy,daun seledri, daun bawang , kembang kol, cabai, terong dan

sayuran kol, yang siap dipanen untuk konsumsi segar. Saat ini KBI belum

menghasilkan dan memproduksi benih, baru mampu memasarkan sayuran

segar dan bibit (sewaktu-waktu ). Selain tanaman sayuran, KBI juga akan

mengoleksi beberapa jenis tanaman toga (sereh, jahe, kunyit) dan tanaman

pangan lokal seperti suweg, gembili, ganyong, mantang ungu dan umbi-

umbian lainnya.

Gambar 7. Kondisi tanaman disekitar bangunan KBI

Untuk meningkatkan pengelolaan KBI, dan menambah wawasan

pengelola, telah dilakukan pembinaan dan perbaikan terutama dalam hal :

(a) Pembagian tugas yang jelas bagi pengelola di lapangan,

(b) Tahap awal KBI siap memproduksi benih sayuran yang non hibrida :

tomat, terong ungu, cabe, bayam, bawang daun, kangkung dan

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 96

terong bulat,

(c) Meningkatkan wawasan pengelola dengan memberika materi : proses

pembenihan tanaman sayuran, pengemasan produk sayuran, dengan

label organik.

Penguatan Kebun Bibit Desa (KBD)

KWT Bunga Lestari dibentuk pada tahun 2013, dengan jumlah

anggota awal 20 peserta KRPL saat ini berjumlah 26 anggota. Hasil

koordinasi pertama di tahun 2016, aktifitas yang dilakukan kelompok secara

rutin adalah : (1) pertemuan kelompok dilakukan 1 bulan sekali, (2)

pembinaan oleh PPL cukup intensif, (3) dana kas bertambah terutama dari

hasil penjualan bibit yang dihasilkan KBD dan dari tanaman dalam polibag

yang dijual saat diperlukan pada acara di Kabupaten/Kecamatan.

Secara fisik Kondisi KBD terawat dan tertata rapih, ada beberapa bibit

sayuran yang dibibitkan antara lain: kembang kol, sawi, seledri. selain itu

rumah kompos yang berada dekat KBD juga berfungsi dengan baik

(termanfaatkan/ada aktifitas pembuatan kompos). Beberapa sarana dan

prasarana yang dibutuhkan untuk penguatan KBD adalah: gentong air,

polibag, benih-benih seperti: kangkung, kembang kol, sawi, selada, terong

panjang, selada merah, kol dataran rendah.

Komoditas yang ditanam / dibibitkan di KBD antara lain: cabai caplak,

kembang kol, pakcoy, daun seledri dan daun bawang, sementara tanaman

yang banyak ditanam di rumah-rumah anggota antara lain: cabai caplak,

kembang kol, bayam potong, pakchoy, daun selederi, daun bawang dan

terong. Benih yang dihasilkan oleh KBD sebagian dibagikan kepada petani

kooperator dan sebagian lagi dijual pada anggota dan masyarakat pengguna

atau menjadi stock di KBD yang dijual dalam bentuk tanaman dalam

pot/polybag.

KBD dikelola oleh masyarakat setempat dengan membentuk suatu

kelembagaan KBD sehingga bisa terkelola dengan baik. KBD di Desa Sisodadi,

Way Lima dibangun secara permanen tahun 2014 yang saat ini berlokasi di

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 97

halaman rumah Bapak Sarnen (ketua KBD). Secara kelembagaan struktur

organisasi yang telah terbentuk terdiri dari: ketua, sekretaris ( bendahara dan

seksi-seksi pada bagian pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran

hasil/humas). Disamping itu dalam pengelolaan KBD juga telah dibuat

jadwal piket dari mulai proses pembibitan, penanaman dan pemeliharaan

yang melibatkan semua anggota KWT.

Tiga Prinsip Pengelolaan KBD yang meliputi prinsip sosial, teknis dan

ekonomi, sudah berjalan dengan baik, dimana KBD telah berfungsi

memberikan bibit ke anggota juga sudah mulai menjual ke masyarakat sekitar

yang berkeinginan memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman

sayuran. Selain itu KBD juga sering menjual tanaman sayuran dalam pot

seperti selederi, bawang daun, terong, kembang kol dan tanaman lainnya saat

pemda atau masyarakat membutuhkannya. Pada akhir bulan Juni terjadi

permasalahan dalam pengelolaan KBD, dimana muncul ketidakpercayaan

anggota pada ketua KBD, yang disebabkan administrasi dalam pengelolaan hasil

penjualan dari KBD tidak tercatat. Dengan adanya persoalan ini perlu ada

musyawarah dan mufakat yang diatur pengurus KWT, yang secara

kelembagaan lebih kuat dan berpengalaman.

Untuk meningkatkan pengelolaan KBD, dan menambah wawasan

anggota KWT, telah dilakukan pembinaan dan pertemuan kelompok. Pada

pertemuan kelompok yang dibahas adalah : (1) Permasalahan yang muncul

dalam pengelolaan KBD dan kawasan, (2) menambah wawasan KWT dengan

memberikan teknologi yang diperlukan baik teknologi budidaya tanaman

maupun teknologi olahan hasil.

I. Kalender Tanam (KATAM)

Sosialisasi KATAM yang telah dilaksanakan adalah di Kabupaten

Lampung Selatan, Mesuji, Tulang Bawang dan Kota Metro. Peserta yang

terlibat adalah penyuluh pertanian yang berasal dari Balai Penyuluhan

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) maupun BP4K pada masing-

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 98

masing kecamatan yang ada pada kabupaten tersebut, perwakilan Dinas

Pertanian dan juga perwakilan petani (Gapoktan/Poktan) padi pada lahan

rawa (Tabel 1). Materi yang disampaikan pada saat pelaksanaan sosialisasi

teknologi KATAM adalah teknologi yang terintegrasi dalam KATAM, yang

meliputi waktu tanam potensial, rekomendasi varietas, rekomendasi

pemupukan, informasi kekeringan dan kebanjiran, Informasi Organisasi

Pengganggu Tanaman (OPT), informasi ketersediaan alsintan dan informasi

Standing Crop. Selain materi mengenai teknologi KATAM juga disampaikan

materi mengenai cara penggunaan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR).

Gambar 8. Sosialisasi KATAM Terpadu MT II (MK) Tahun 2016 di Kab. Mesuji

Kegiatan verifikasi teknologi KATAM dilaksanakan dalam rangka

perbaikan data-data yang terdapat pada SI KATAM yang pada saat

dilaksanakan sosialisasi sering menjadi permasalahan peserta sosialisasi

KATAM, seperti luas baku lahan sawah, rekomendasi pemupukan dan juga

ketersediaan alat mesin pertanian (alsintan). Data-data yang dikumpulkan

merupakan data sampai dengan tingkat kecamatan seluruh kabupaten yang

ada di Provinsi Lampung. Sumber memperoleh data adalah melului Badan

Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung dan Kabupaten, serta dari Dinas

Tanaman Pangan masing-masing kabupaten (yang sudah dilaksanakan

Kabupaten Tanggamus, Pesisir Barat dan Lampung Barat). Selain itu juga

dilakukan verifikasi terhadap waktu tanam untuk MT I 2015/2016 di

Kabupaten Way Kanan, Tulang Bawang, Tulangbawang Barat dan Pesawaran,

serta MT I 2016/2017 di Kabupaten Pringsewu.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 99

Tabel 61. Hasil Verifikasi MT I 2015/2016 dan MT I 2016/2017

No Kecamatan Penyimpangan

Kab. Way Kanan (14 Kecamatan) 1 Bahuga -

2 Banjit 1-2 dasarian

3 Baradatu 1-2 dasarian

4 Balambangan Umpu 1-3 dasarian

5 Buay Bahuga -

6 Bumi Agung -

7 Gunung Labuhan 1-2 dasarian

8 Negara Batin -

9 Negeri Besar Tidak tanam

10 Pakuan Ratu -

11 Rebang Tangkas 1-2 dasarian

Kab. Tulang Bawang (15 Kecamatan) 1 Banjar Agung -

2 Banjar Baru Tidak ada sawah

3 Banjar Margo 1 dasarian

4 Gedung Aji Baru Tidak ada sawah

5 Menggala Timur Tidak ada sawah

6 Menggala -

7 Meraksa Aji -

8 Penawar Tama -

9 Rawajitu Selatan -

Kab. Tulangbawang Barat (8 Kecamatan) 1 Gunung Agung -

2 Gunung Terang -

3 Lambu Kibang -

4 Pagar Dewa -

5 Tulang Bawang Udik 1-3 dasarian

6 Way Kenanga Tidak ada sawah

Kab. Pesawaran (9 Kecamatan) 1 Gedung Tataan -

2 Kedondong 1 dasarian

3 Padang Cermin 3 dasarian

4 Punduh Pidada 3 dasarian

5 Tegineneng -

6 Way Khilau -

7 Way Lima 1 dasarian

Kab. Pringsewu (9 Kecamatan) 1 Pardasuka -

2 Pringsewu 2 dasarian

3 Gading Rejo 1 dasarian

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 100

Berdasarkan pengamatan singkat, media yang paling efektif untuk

mengakses SI KATAM oleh peserta sosilisasi KATAM adalah sms center. Hal

ini dikarenakan masih terkendalanya akses internet yang kurang baik pada

daerah-daerah tertentu, terutama daerah yang masih pedalaman dimana

signal telpon seluler pun masih kurang baik.

J. Taman Sains Pertanian (TSP) Natar

Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang dilaksanakan

pada tahun 2016 TSP Natar yaitu:

- Renovasi pagar kantor

- Renovasi bangunan mess

- Renovasi bangunan kantin, exs. SIR

- Pembangunan jaringan listrik penerangan

- Pembangunan jaringan irigasi Bak penampungan air

- Pembangunan rumahjaga kandang sapi

- Pembangunan 3 unit sumur bor dan tower

- Pembangunan gedung prosesing

- Pembangunan kandangkambing

Kunjungan ke lokasi TSP Natar antara lain tamu pusat dan daerah,

Perguruan Tinggi, berupa kunjungan dalam rangka sosialisasi TSP,

monitoring kemajuan/perkembangan TSP dan penelitian. Kegiatan pelatihan

dan magang pada saat ini telah telah dilakukan di TSP Natar, bekerjasama

dengan BPP dan sekolah kejuruan (SMK Pertanian) disetiap kabupaten di

Provinsi Lampung.

Gambar 9. Kunjungan Tamu Pusat dan Perguruan Tinggi

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 101

K. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan Ternak Kambing

1. Peningkatan produktivitas ubikayu

Pembuatan demplot ubikayu yang telah dilakukan di lahan milik petani

dengan dengan luasan 0,5 ha. Inovasi teknologi yang di aplikasikan adalah

sistem tanam double row, penggunaan varietas unggul UJ-5, dan pemupukan

per hektar (200 kg Urea + 250 kg NPK Phonska + 5 ton pupuk kandang).

Hasil pengamatan produktivitas ubikayu menggunakan teknologi

anjuran (double row + pemupukan) menghasilkan produktivitas 52.050 kg/ha

sedangkan cara petani menghasilkan produktivitas 23.260 kg/ha atau terjadi

penurunan produksi sebesar 28.790 kg/ha atau 124%.

Tabel 62. Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi demplot ubikayu. Perlakuan Tinggi

Tanaman (cm)

Berat Brangka-san (kg)

Jumlah Umbi/phn

(bh)

Panjang Umbi (cm)

Diame-ter Umbi

(cm)

Produkti-vitas

(kg/ha)

Penuru-nan Hasil

(kg)

Delta Hasil (%)

Double row + 2 Cabang

317,70 2,79 16,30 29,23 5,08 52.050 - -

Double row + 1 Cabang

315,60 1,70 15,40 25,33 4,35 31.080 20.970 39,18

Cara Petani - - - - - 23.260 28.790 124

Perbedaan nilai rata-rata terhadap komponen hasil ubikayu tersebut

diduga karena penerapan jarak tanam yang sangat rapat oleh petani,

sehingga tanaman kekurangan cahaya matahari dan menyebabkan tanaman

berkompetisi dalam mendapatkan cahaya, dan menyebabkan kurangnya

kemampuan tanaman untuk menyerap pupuk yang diberikan. Akibatnya

tanaman lebih banyak menghasilkan pertumbuhan vegetatif (daun dan

batang) dibandingkan dengan pertumbuhan generatif untuk menghasilkan

umbi.

Tabel 63. Nilai ekonomi efisiensi penerapan teknologi anjuran (sistem tanam double row).

Perlakuan Produktivitas (ton/ha)

Luas Ubikayu/ Desa (ha)

Total Produksi

(ton/Desa)

Satuan (Rp.000/kg)

Jumlah (Rp.000)

Pening-katan (%)

Cara Petani 23,26 14.000 322.000 550 177.100 126,3

Teknologi Anjuran (Double row)

52,05 14.000 728.700 550 400.785 -

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 102

2. Pemanfaatan biomassa ubikayu untuk pakan ternak silase

Pemanfaatan limbah cair industri tapioka (Ittara) sebagai pupuk

organik/pupuk hayati telah dilakukan pada tanaman sayuran di perkarangan.

Kegiatan ini dilakukan dalam mendukung kegiatan MKRPL (Model Kawasan

Rumah Pangan Lastari). Setiap KK di jalan utama Desa Muara Jaya diberikan

polybag dan bibit tanaman (sayuran dan hortikultura). Tanaman yang telah

tumbuh diberikan pupuk cair/pupuk hayati dari limbah Ittara.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di Balai Penelitian Tanah

Bogor tersebut, limbah cair tapioka tersebut belum memenuhi persyaratan

sebagai pupuk organik cair, karena kandungan C-organik dan NPK yang

rendah (di bawah baku mutu Permentan 70/2011), namun memiliki prospek

digunakan sebagai bahan untuk pupuk hayati.

Pengkayaan limbah cair tapioka dengan bakteri Lactobacillus sp. dan

atau Saccaharomyces sp. memperlihatkan peningkatan jumlah populasi

mikroba penambat nitrogen dan mikroba pelarut P yang berpengaruh baik

bagi peningkatan serapan hara tanaman.Bila mengacu pada baku mutu yang

ditetapkan oleh KLHK, maka limbah cair yang tidak berbahaya bagi

lingkungan adalah limbah kolam 7 (kandungan Pb dan Fe total di bawah

ambang yang ditetapkan oleh KLHK). Sehingga untuk pengembangan ke

depan, limbah cair Ittara tersebut dapat digunakan sebagai sumber pupuk

hayati yang mampu meningkatkan kesuburan tanah dan sumber unsur hara.

Tabel 64. Hasil analisis kimia dan biologi limbah cair Ittara.

No. Parameter Satuan Hasil Analisis Standar Mutu (Permentan

70/2011)

Baku Mutu KLHK Kolam 1 Kolam 7

1. C-organik % 0,02 0,02 min. 6 - 2. Bahan Ikutan:(plastik dll.) % 0,00 0,00 maks 2 maks 0,4 3. Logam Berat:

• As • Hg • Pb • Cd

ppm ppm ppm ppm

td td 1,3 td

td td td td

maks 2,5

maks 0,25 maks 12,5 maks 0,5

0,5

0,005 0,8 0,1

4. pH

7,4 6,5 4,0 - 9,0 6,0 - 9,0

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 103

5. Hara Makro: • N • P2O5 • K2O

%

ppm %

0,07 31

0,01

0,21 16

0,50

3 - 6

30.000 – 60.000 3 - 6

- - -

6. Mikroba Kontaminan: • E. coli • Salmonella sp.

MPN/ml MPN/ml

< 30 36

36

> 30

maks 103 maks 103

maks 103

- 7. Hara Mikro:

• Fe total • Mn • Cu • Zn • B • Co • Mo

ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm

21 0,2 0,2 td 2 td 5,1

3

0,0 0,5 0,1 0,2 td 6,8

90 - 900

250 – 5.000 250 – 5.000 250 – 5.000 125 – 2.500

5 - 20 2 – 10

10 5 3 8 -

0,6 -

8. Unsur Lain: • La • Ce

ppm ppm

0,0 0,0

0,0 0,0

0 0

- -

3. Produksi dan pengolahan susu kambing

Dari 5 ekor kambing perah betina dan 1 ekor pejantan sampai saat ini

menghasilkan ± 1,5 sampai 2 liter susu kambing per hari. Harga susu

kambing tergolong mahal jika dibandingkan dengan susu sapi, karena selain

produksinya lebih sedikit juga mengandung probiotik yakni bakteri yang

membantu proses pencernaan sehingga susu kambing ini sangat baik untuk

kesehatan pada manusia.

Beberapa jenis olahan susu kambing yang telah diintroduksikan ke

KWT binaan adalah: pembuatan susu kambing segar dengan aroma rempah,

es krim susu kambing rasa strawberry, es krim susu kambing rasa mangga

kweni, dan permen karamel susu kambing.

4. Diversifikasi produk olahan tepung kasava.

Kegiatan diversifikasi produk olahan tepung kasava yang sudah

dilakukan antara lain persiapan alat-alat kegiatan dan pelatihan cara

pembuatan tepung kacasa. Kegiatan yang dilaksanakan berikutnya adalah

pelatihan pembuatan tepung kasava dan produk olahan berbahan baku

tepung kasava, seperti pembuatan kue, jajanan pasar, dan jenis makanan

lainnya. Untuk meningkatkan nilai tambah petanu ubikayu terutama pada

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 104

saat ketika harga ubikayu turun drastis dari Rp. 1.300 menjadi Rp.450 sampai

Rp. 550 per kg, maka salah satu solusi yang dapat dilakukan petani adalah

pembuatan tepung kasava beserta produk olahannya.

Tabel 65. Analisis nilai tambah ubikayu menjadi tepung kasava

Uraian Tepung Kasava

(Rendemen 36 %)

Jumlah (Rp)

Vol Sat Harga (Rp)

A. Biaya Produksi (Bahan + Upah)

• Bahan baku singkong segar 100 kg 500 50.000

• Kantong packing 1 bh 500 500

• Bahan tambahan ragi 100 gr 60 6.000

• Upah sawut 100 kg 250 25.000

• Upah rendam dan press 100 kg 250 25.000

• Upah jemur 36 kg 150 5.400

• Penepung 36 kg 500 18.000

• Sewa tampah 36 kg 30 1.080

• Lain-lain 100 kg 30 3.000

Total Biaya Produksi 133.980

B. Hasil

•Tepung kasava 36 kg 5.500 198.000

•Total Hasil /100 kg ubikayu 198.000

•Total Pendapatan/100 kg ubikayu 64.020

•Nilai Tambah/kg ubikayu 640

5. Pelatihan kelembagaan agribisnis.

Pelatihan yang sudah dilakukan beberapa kali dengan diikuti oelh

petani pengurus/anggota poktan kooperator dan luar kooperator, KWT,

penyuluh, dan aparat desa. Materi pelatihan yang diberikan antara lain

peningkatan fungsi kelembagaan poktan/Gapoktan, antara lain: evaluasi

kegiatan tahun 2005 dan sosialisasi kegiatan yang dilakukan pada tahun

2016, peningkatan fungsi kelembagaan Gapoktan/Poktan, teknologi

pembuatan tepung kasava dan produk olahannya, teknologi produksi dan

pengolahan susu kambing, dan agribisnis.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 105

Gambar 10. Produk limbah cair Ittara dan tepung kasava

L. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi

dan Ternak Sapi di Lampung 1. Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal untuk Pembuatan Pakan

Jerami dan Kompos/Pupuk Organik Cair Bioaktivator dari mikroorganisme lokal dibuat dari campuran buah

tomat dan papaya yang sudah mulai membusuk, gula merah dan air cucian

beras. Selanjutnya MOL digunakan sebagai bioaktivator pada pembuatan

pakan fermentasi dengan cara pembuatan sama dengan cara pembuatan

pakan fermentasi dari bioaktivator pabrikan. Setelah difermentasikan selama

21 hari, diambil sampel untuk dianalisis kandungan nutrisi pakan. Selain mol

dari buah digunakan pula bioaktivator dari mol rumen sapi (rumensa). Hasil

analisis menunjukkan bahwa kandungan lemak jerami yang difermentasi

dengan MOL buah kandungan lemaknya lebih tinggi (2,87%) dibandingkan

jerami yang difermentasikan dengan bioaktivator pabrikan/starbio (2,56%)

sedangkan protein yang tinggi terlihat pada perlakuan bioaktivator pabrikan,

serat kasar dan karbohidrat pada jerami yang difermentasi dengan

bioaktivator MOL rumen sapi lebih tinggi dibanding yang difermentasi dengan

bioaktivator MOL buah dan bioaktivator pabrikan (Tabel 66).

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 106

Tabel 66. Kandungan rata-rata nutrien jerami fermentasi

No Jenis Bioaktivator Air Abu Protein Lemak Serat Kasar

Karbohidrat

(%)

1.

2.

3.

Mol buah

Mol Rumen sapi

Bioaktivator pabrikan

23,45

16,24

18,06

16,70

18,72

17,06

6,38

5,34

7,15

1,74

0,93

1,55

24,11

31,14

26,06

27,62

30,63

30,12

Selanjutnya jerami fermentasi tersebut diberikan pada sapi jenis PO

untuk melihat pertambahan berat badan sapi. Hasil pengkajian menunjukkan

bahwa pada umur 36 hari setelah pemberian pakan pertambahan berat

badan harian (PBBH) sapi tertinggi ditunjukkan oleh pakan jerami fermentasi

dengan bioaktivator MOL rumensa, sedangkan sapi yang diberi pakan jerami

fermentasi dengan bioaktivator MOL buah berat badan sapi menurun. Sapi

yang diberi pakan jerami yang difermentasi dengan MOL rumensa

memberikan pertambahan berat badan tertinggi dibandingkan perlakuan

lainnya termasuk pakan rumput segar.

Tabel 67. Data pertambahan berat badan ternak sapi yang diberi perlakuan Pakan Jerami dengan bioaktivator yang berbeda (selama 36 hari)

Parameter Perlakuan

Mol Buah Mol Rumensa Pabrikan Hijauan segar

Berat badan awal (kg)

Berat badan Akhir (kg) PBBH/kg/ekor/hari

274,5

261,9 - 0,35

315,9

328,75 0,36

261,83

266,75 0,14

318,3

329,9 0,32

Untuk pupuk organik padat, bioaktivator dari mikroorganisme lokal

dibuat dari bongkol pisang, gula merah dan air cucian beras. Selanjutnya

MOL digunakan sebagai bioaktivator pada pembuatan kompos jerami dengan

cara pembuatan sama dengan cara pembuatan kompos dari bioaktivator

pabrikan (Promi). Untuk pengujian lapang, pembuatan kompos dari bahan

jerami, jerami padi+kotoran sapi dan kotoran sapi menggunakan bioaktivator

pabrikan (Promi) karena mengejar waktu tanam. Pengujian lapang dilakukan

pada lahan seluas 4,75 ha. Pada pengkajian ini perlakuan yang dikaji adalah

pupuk organik yang dikombinasikan dengan pengendalian hama penyakit

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 107

secara terpadu (PHT), menggunakan urin yang sudah dibiarkan selama

seminggu dan disemprotkan seminggu sekali mulai umur 7 HST (hari setelah

tanam) sampai umur tanaman 8 minggu, PGPR diberikan dua kali yaitu

direndam selama 10 menit sebelum semai dan pada umur 5 minggu, dan

corine diaplikasikan pada umur 15 HST, 30 HST, 45 HST dan 60 HST. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang diberikan perlakuan kompos

jerami dan PHT intensitas serangan penyakit (kresek, bercak coklat dan blas)

lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kompos jerami tanpa

pengendalian hayati.

Ditinjau dari pertumbuhan vegetatif tanaman padi, kombinasi

perlakuan kompos jerami dengan pengendalian hayati (PHT1), memberikan

tanaman tertinggi dan tanaman terendah terlihat pada perlakuan kompos

kotoran sapi tanpa pengendalian hayati. Sementara jumlah anakan

terbanyak terlihat pada kombinasi perlakuan kompos kotoran sapi dengan

pengendalian hayati dan jumlah anakan tersedikit ditunjukkan oleh perlakuan

kompos kotoran sapi tanpa pengendalian hayati (PHT0)., seperti pada Tabel

68.

Tabel 68. Pertumbuhan vegetatif tanaman padi

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah anakan

Kompos Jerami PHT 87,77 17,17

Non PHT 84,84 17,94

Kompos kotoran sapi PHT 81,96 18,27

Non PHT 72,61 16,75

Kompos jerami + k. sapi PHT 74,02 17,54

Non PHT 73,94 16,87

Terhadap produksi, pengendalian secara terpadu memberikan produksi

(5,421 ton/ha) yang lebih tinggi 0,6% dibandingkan dengan tanpa

pengendalian secara terpadu (konvensional) yaitu 5,395 ton/ha. Demikian

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 108

juga produksi jerami segar untuk perlakuan pengendalian secara terpadu

memberikan hasil yang lebih tinggi (20,48 ton/ha) dibandingkan perlakuan

tanpa pengendalian secara terpadu (19,981 ton/ha).

Pada perlakuan kompos, produksi gabah tertinggi terlihat pada

perlakuan kompos kotoran sapi yaitu 6,356 ton/ha GKP (Gabah kering

panen), diikuti dengan kompos jerami + kotoran sapi sebesar 6,262 ton/ha

dan terendah pada perlakuan kompos jerami padi 2,848 ton/ha (Tabel 69).

Produksi pakan ternak (jerami segar) tertinggi ditunjukkan perlakuan kompos

jerami + kotoran sapi (20,231 ton/ha), diikuti dengan perlakuan kompos

kotoran sapi sebanyak 14,020 ton/ha dan terendah oleh kompos jerami yaitu

10,245 ton/ha.

Tabel 69. Produksi gabah dan jerami padi pada musim kemarau 2016

Perlakuan Produksi (ton/ha)

Gabah Jerami

Kompos Jerami PHT 3,120 10,500

Non PHT 2,575 9,990

Kompos kotoran sapi PHT 5,952 13,496

Non PHT 6,760 14,544

Kompos jerami + k. sapi PHT 6,443 20,480

Non PHT 6,080 19,981

Bila dibandingkan produksi padi pada musim gadu/kemarau 2015

(4067 kg/ha), pada musim yang sama pengendalian hayati ini meningkatkan

hasil 33,45% dan non hayati 32,65% dengan peningkatan pendapatan

sebesar 96,82% dan 85,17% atau Rp. 4.955.055,- dan Rp. 4.358.730.

Dengan perlakuan yang sama dan pada musim yang sama terjadi

peningkatan pendapatan sebesar Rp. 4,417,950,- atau 86%, yang disebabkan

oleh penggunaa varietas unggul Inpari 30 sedangkan musim gadu tahun

yang lalu varietas yang digunakan varietas hibrida (sembada dan Bisi serang)

seperti terlihat pada Tabel 70.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 109

Tabel 70. Analisis usahatani setelah kegiatan bio industri padi sapi tahun 2016

No. Uraian

Nilai

Gadu 2015 Gadu 2016 PHT1 PHT0

1 Saprodi (Rp/ha) 3.073.000 3.274.100 2.776.605 3.274.100

2 Tenaga Kerja (Rp/ha) 9.000.000 12.039.000 11.054.390 11.025.320

3 Biaya lain-lain (Rp/ha) 500.500 500.500 500.500 500.500

4 Jumlah Biaya Produksi 12.573.500 14.813.600 14.321.495 14.799.920

5 Produksi (kg/ha) 4.067 5.411 5421 5395

6 Harga padi (Rp/kg) 4.350 4.500 4.500 4.500

7 Penerimaan (Rp/ha) 17.691.450 24.349.500 24.394.500 24.276.600

8 Pendapatan (Rp/ha) 5.117.950 9.535.900 10.073.005 9.476.680

9 R/C ratio 1,41 1,64 1,70 1,64

2. Pembuatan gas bio untuk industri dan rumah tangga tani serta sosialisasi dan peningkatan kualitas briket arang sekam

Instalasi gas bio sebanyak 1 unit dengan ukuran tinggi 1,8 m dan

diameter 4 m, sudah dialirkan ke rumah tangga sebanyak 5 KK (kepala

keluarga) dan untuk bahan bakar mesin pencacah material kompos 1 unit.

Pemakaian biogas ini sudah dimulai sejak minggu I bulan Agustus 2016.

Biogas yang dihasilkan dapat digunakan untuk memasak selama 2,2 jam

sehingga belum mencukupi dan masih menggunakan tambahan bahan bakar

kayu atau LPG. Sebelum menggunakan biogas, bahan bakar yang digunakan

adalah LPG dan kayu bakar dengan rata-rata pengeluaran bahan bakar/bulan

Rp. 87.200,- dan setelah menggunakan biogas pengeluaran bahan bakar

menjadi Rp. 15.957,- atau menghemat pengeluaran bahan bakar 81,70%.

Tahun 2016 dilakukan perbaikan kualitas briket. Perbaikan kualitas

briket arang sekam dilakukan dengan merubah/memodifikasi alat dengan

tujuan agar alat tersebut dapat menghasilkan briket arang sekam dengan

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 110

kualitas yang lebih baik dan dapat dikerjakan dengan tenaga kerja wanita

(kwt). Hasil kajian menunjukka bahwa briket arang sekam yang dihasilkan

sudah menghasilkan bara api yang lebih baik dari kualitas briket arang sekam

sebelumnya, namun briket tersebut masih memiliki kelemahan yaitu cepat

menjadi abu (Gambar 11). Dengan demikian perlu dilakukan perbaikan lagi

agar briket arang sekam dapat dipasarkan, yaitu dengan menambahkan

bahan baku dari janggel jagung dan batok kelapa yang banyak tersedia di

lokasi.

Gambar 11. Daya bakar briket arang sekam Hasil perkajian menunjukkan bahwa briket yang terbuat dari 75%

arang sekam + 25% arang janggel jagung sudah memberikan bara api yang

lebih baik dibandingkan 100% arang sekam. Tingkat kepadatan briket arang

sekam + arang batok kelapa lebih tiggi dibandingkan dengan tingkat

kepadatan briket arang sekam + arang tongkol jagung. Hal ini terlihat dari

berat arang per buahnya yang menunjukkan bahwa berat briket arang sekam

+ arang batok kelapa 100 g/buah, sementara berat briket arang sekam +

arang tongkol jagung hanya 50 g/buah. Dari hasil uji coba pembakaran arang

briket menunjukkan bahwa briket arang sekam + arang tongkol jagung

membutuhkan waktu 12 menit untuk terbakar dan membara, sementara

briket arang sekam + arang tongkol jagung hanya membutuhkan waktu 4

menit untuk terbakar dan membara. Hasil kajian ini memberikan peluang

yang besar untuk pemanfaatan tongkol jagung sebagai bahan baku pembuat

briket, karena selama tongkol jagung merupakan limbah yang tidak

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 111

dimanfaatkan sama sekali di desa tersebut. Sementara untuk uji coba

mendidihkan 1 liter air, dibutuhkan waktu 4 menit.

Tabel 71. Uji arang sekam Perlakuan Berat arang (g/buah) Daya bakar (1 l air)

Arang sekam - 10

Arang sekam + arang batok 100 4

Arang sekam + arang janggel

50 4

Untuk mensosialisasikan kegiatan bioindustri berbasis integrasi padi –

sapi dilakukan temu lapang dengan mengundang instansi terkait. Acara temu

lapang ini dihadiri oleh Dinas Pertanian Provinsi Lampung, Dinas Peternakan

Provinsi Lampung, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pesawaran,

BP4K Kabupatan Pesawaran, BP3K Kecamatan Negerikaton, UPTD Dinas

Pertanian dan Peternakan Kecamatan Negerikaton, Camat Kecamatan

Negerikaton, Kepala Desa Poncokresna, PPL Kec. Negerikaton dan petani

serta wanita tani Desa Poncokresna. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 6

oktober 2016 dan dihadiri lebih dari 100 orang. Pada acara tersebut

dipamerkan produk-produk yang dihasilkan oleh kelompok tani dan kelomok

wanita tani (kwt) yang dibina oleh BPTP lampung. Produk-produk yang

dipamerkan antara lain mol bonpis, mol tomya, mol rumsa, pupuk organik

urisa, briket arang sekam, gembang goyang, peyek kacang tanah dan lain-

lain. Pada kesempatan ini para undangan meninjau langsung instalasi pupuk

organik bio urisa dan instalasi bio gas.

M. VISITOR PLOT

1. Visitor Plot Lada Perdu

Kegiatan visitor plot lada perdu dilaksanakan di Kebun Percobaan

Natar (TSP Natar), Kecamatan Natar Lampung Selatan. Pembentukan visitor

plot diawali dengan penentuan titik lokasi di Taman Sains Pertanian dengan

mempertimbangkan kesesuaian lahan, sumber air, akses lahan, dan

estetika.Kegiatan visitor plot lada perdu dilaksanakan di lahan seluas 0,125

Ha, pada koordinat -5018’48”,105011’18”,610. Sumber air utama yang

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 112

digunakan untuk pengairan berasal dari bak penampung air yang berjarak

100 M dari lahan visitor plot

Kegiatan utama visitor plot lada perdu sesuai namanya adalah

menerima dan merespon setiap kunjungan ke lokasi visitor plot. Visitor Plot

Plot lada perdu telah dikunjungi berbagai stakeholder baik instansi maupun

individu antara lain Siswa sekolah, Penyuluh, Petani, dan Masyarakat umum.

Tabel 72. Data Pengunjung Visitor Plot Lada Perdu

Tanggal Kunjungan Jumlah (orang)

Asal Keterangan

2 November 2016 21 SMKN 1 Gedong Tataan

Pelajar 18 (orang) dan guru (3 orang)

16 Desember 2016 14 Kecamatan Air Naningan

Petani (11 orang), Wiraswasta (2 orang), dan guru (1 orang)

19 Desember 2016 96 Stiper Kota Metro

Mahasiswa (90 orang), Dosen (1 orang), dan penyuluh (5 orang)

Peserta kunjungan visitor plot memberikan respon terhadap hasil kunjungan

dan pengamatan yang dilakukan oleh setiap pengunjung.

Tabel 73. Respon Pengunjung Visitor Plot Lada Perdu

Indikator STS TS S SS Rata-rata

Menambah pengetahuan dan wawasan terhadap teknologi budidaya lada perdu

0 0 10 37 Sangat Setuju (79%)

Penerapan teknologi budidaya menarik untuk dikembangkan

0 0 8 31 Sangat Setuju (66%)

Sistem irigasi yang diterapkan sudah memadai

0 1 37 9 Setuju (79%)

Pola tanam memudahkan pengunjung melakukan pengamatan pada setiap lokasi tanaman

0 0 18 29 Sangat Setuju (62%)

Selain unsur teknologi budidaya, terdapat unsur estetik yang menambah daya tarik

0 1 35 11 Setuju (74%)

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 113

Petugas dapat memberikan keterangan yang jelas terhadap teknologi yang diterapkan

0 1 19 27 Sangat Setuju (57%)

Petugas telah memberikan pelayanan yang baik terhadap pengunjung

0 0 20 27 Sangat Setuju (57%)

Mengunjungi visitor plot lada perdu di Kebun Percobaan Natar memberikan kepuasan

0 1 30 16 Setuju (64%)

Keterangan : STS (Sangat Tidak Setuju) TS (Tidak Setuju) S (Setuju) SS (Sangat Setuju)

2. Visitor Plot Pisang Ambon

Kegiatan visitor plot pisang ambon dilaksanakan di Kebun Percobaan

Tegineneng, Kecamatan Natar Lampung Selatan.Kegiatan visitor plot pisang

ambon dilaksanakan di lahan seluas 0,5 Ha, pada koordinat -

5012’43”.105010’55”.96,2m0. Sumber air utama yang digunakan untuk

pengairan berasal dari embung yang berjarak 100 M dari lahan visitor plot.

Komponen teknologi yang diterapkan pada pisang ambon mulai dari

pembuatan lubang tanaman untuk tanaman sulam, pemupukan, pengairan,

dan pencegahan serta pengendalian hama penyakit.

Gambar 12. Penanaman dan sistem pengairan visitor plot Pisang Ambon

3. Visitor Plot Ubikayu

Kegiatan visitor plot ubikayu dilaksanakan di Lahan Laboratorium

Masgar, Kecamatan Natar Lampung Selatan. Kegiatan visitor plot ubikayu

dilaksanakan di lahan seluas 0,5 Ha, pada koordinat -5,15354,105,182.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 114

Sumber air utama yang digunakan untuk pengairan berasal dari bak

penampung air yang berjarak 100 M dari lahan visitor plot.

Komponen teknologi yang diterapkan pada lada perdu mulai dari

pengolahan tanah, pembuatan bibit sehat, pola tanam, pemupukan,

pengairan, dan pencegahan serta pengendalian hama penyakit.

Data keragaan tanaman yang di amati meliputi tinggi tanaman, dan jumlah

daun.

Tabel 74. Keragaan Tanaman dan pengamatan produksi 2 varietas ubikayu

Jenis Ubikayu

Umur (Bulan)

Jumlah tangkai Jumlah daun Rata berat

umbi/batang (kg)

Cabang 1

Cabang 2

Cabang 1

Cabang 2

Cabang 1

Cabang 2

Barokah 8 - 66 - 330 4 5,5

Manggu 10 21 66 310 - 3,5 4

Gambar 13. Pembibitan, pengolahan tanah dan pemupukan

N. Perpustaakan, Majalah dan Pencetakan Buku

1. Perpustakaan

Kegiatan pengimputan data koleksi buku, majalah dan yang lainnya

yang dimiliki perpustakaan BPTP Lampung sudah terimput sebanyak 2058

judul buku, ke Simpetan dengan menggunakan aplikasi website Perpustakaan

digital dan repository perpustakaan Badan Litbang Pertanian selama 12

bulan, Jumlah pengunjung 583 repository Badan litbang Pertanian.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 115

Gambar 14. Proses mengimput data koleksi buku ke Simpetan

2. Majalah dan Distribusi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung berlangganan majalah

Sains Indonesia, majalah disediakan setiap bulannya sebanyak 100

ekslempar. Jumlah majalah yang dibeli BPTP Lampung sebanyak 12 bulan x

100 eksemplar sejumlah 1200 ekslempar samapai bulan Desember 2016.

Majalah disebarkan ke dinas pertanian, perkebunan, peternakan,

BP4K se- Provinsi Lampung, perpustakaan BPTP Lampung, dan stakeholder.

Gambar 15. Majalah Sains dari Edisi Bulan Januari s/d Desember 2016.

3. Pencetakaan Buku

Pencetakaan buku pada kegiatan ini adalah mencetak sebuah buku

prosiding hasil-hasil penelitian dan pengkajian dari narasumber berbagai

daerah yang dilakukan pada kegiatan Ekspose dan Seminar dan folder/leaflet.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 116

Gambar 16. Folde/Leflet dan prosiding

O. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional - Peternakan Sapi Di Lampung Pelaksanaan (Bintek) kegiatan pendampingan kawasan peternakan

Nasional telah dilaksanakan di tiap lokasi melibatkan 50-69 peserta yang

terdiri dari 1 s/d 3 Kelompok tani ternak serta 5 PPL dan 3 Petugas Dinas

Peternakan dan Inseminator. Materi Pelatihan terdiri dari Budidaya Ternak

sapi Potong, Kesehatan Hewan, Insiminasi Buatan, Hijauan Pakan Ternak,

dan Praktek Pembuatan Mikro Organisme Lokal di dua lokasi yaitu Lampung

Selatan dan Lampung Timur sedangkan untuk Kabupaten Tulang Bawang

Barat di tambah 2 materi karena di lokasi ini tidak dilakukan demplot. Materi

tersebut dibuat berupa buku panduan dan berbagai informasi peternakan

dalam bentuk leaflet, brosur dan CD teknologi sebagai pedoman dan

petunjuk teknis.

1. Kabupaten Lampung Selatan

Salah satu program yang bersinergi dengan BPTP Lampung adalah

kegiatan Sentra Peternakan Rakyat (SPR) di dua lokasi yaitu Kecamatan

Tanjung Sari dan Kecamatan Natar. Setelah dilakukan pengelompokan

terhadap 20 peternak yang menjadi peternak kooperator dengan 10 ekor induk

yang diberi pakan konsentrat dan 10 ekor induk tidak diberi perlakuan (kontrol)

dengan penyesuaian pakan selama 14 hari. Konsentrat yang digunakan

merupakan Produksi kelompok Tani Ternak Karya Manunggal dengan komposisi

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 117

: Bungkil Sawit 30%; Bungkil Kelapa 20%; Tumpi Jagung 20 %; dedak 20%;

kulit kopi 7%; Garam 1 %; Urea 1 %; Premix 1 % dengan Protein Kasar 13.72.

Setelah dua bulan dilakukan perlakuan konsentrat anak lahir dengan

bobot kisaran antara 31 – 58 kg dengan rataan bobot lahir 37.3 kg. Anak yang

lahir dari 10 induk PO yang diberi perlakuan konsentrat lahir 4 ekor sapi

persilangan POxSimental yang bobot lahir rataan diatas 40 kg. Sedangkan yang

non perlakuan lahir sebanyak tiga ekor. Hasil pengkajian selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 1 dan 2 dan Hasil Uji Statistiknya pada Tabel 3.

Tabel 75. Uji Statistik Bobot lahir, Bobot Sapih dan Pertambahan Bobot Badan Harian dempot Perlakuan Flushing di Lampung Selatan

Parameter Lampung Selatan

Flushing Non Flushing

Bobot lahir, kg 37.3 a 35.3 b

Bobot Sapih, kg 63.6 a 59.0 b

Pertambahan bobot badan harian, gr/ek/hr 280 a 219 b

Pelatihan budidaya ternak sapi yang dilaksanakan pada tanggal 13

Oktober 2016. Materi Pelatihan yang disampaikan : 1. Pola Pemeliharaan Sapi

Potong Rakyat meliputi deteksi birahi ternak betina, penyiapan kondisi ternak

betina untuk dikawinkan, bunting dan menyusui, dan tata-laksana kesehatan

reproduksi yang disajikan oleh ibu Dr. Nandari Diah Suretno dari BPTP

Lampung, 2. Pengenalan jenis Pakan Lokal dan Hijauan Pakan Ternak serta

potensi nya sebagai pakan ternak dan Pengawetan Pakan Ternak dan

fermentasi, di sajikan Oleh Narasumber dari Polinela yaitu Ibu Ir. Imelda

Panjaitan M.Si dan 3. Teknologi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)

untuk pakan sapi disajikan oleh Ibu Ir. Elma Basri dari BPTP Lampung.

Materi tersebut dibuat berupa buku panduan. Peserta pelatihan yang hadir

sebanyak 57 orang yang terdiri dari Kepala Dinas Peternakan Lampung

Selatan Pak Asep beserta staff sebanyak 5 Orang , PPL 3 Orang, Kelompok

peternak 40 orang, dan Narasumber Politeknik Negeri Lampung 1 Orang dan

TIM dari BPTP Lampung 7 orang.

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 118

2. Kabupaten Lampung Timur

Lokasi yang direkomendasikan untuk lokasi demplot yaitu dilokasi SPR

(Sentra Peternakan Rakyat) di Desa Labuhan Ratu VII, Dususn 2 dan Dusun

3 untuk dijadikan lokasi pendampingan Kawasan Ternak Sapi yang berada di

Kabupaten Lampung Timur. Lokasi ini juga merupakan salah satu lokasi

pelaksanaan kegiatan Gertak Birahi Induk Bunting (GBIB) dan Gangguan

Reproduksi (Gangrep) yang dilaksanakan Balai Pembibitan Ternak Unggul

(BPTU) dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa Palembang.

Penimbangan Induk Sapi dan penentuan peternak koperator dari 35

anggota kelompok ternak terpilih 16 ekor sapi PO dan 4 ekor peranakan

Simental dengan PO yang dibagi menjadi dua perlakuan yaitu : 8 ekor Induk

PO dan 2 ekor induk Persingan PO degan Simental yang diberi perlakuan

flushing dan 8 ekor Induk PO dan 2 ekor sapi persilangan yang tidak diberi

perlakuan Flushing (kontrol). Penyesuaian pakan dilakukan selama 2 minggu.

Penimbangan bobot awal induk dilakukan pada tertengahan Mei 2016

dan pra - perlakuan dimulai bulan Juni 2016 dan setelah dilakukan perlakuan

selama 2 bulan sapi mulai melahirkan.

Tabel 76. Uji Statistik Bobot lahir, Bobot Sapih dan Pertambahan Bobot Badan Harian Dempot Perlakuan Flushing di Lampung Timur.

Parameter Lampung Timur

Flushing Non Flushing

Bobot lahir, kg 30 c 29.5 c

Bobot Sapih, kg 53.3 c 49.1 d

Pertambahan bobot badan harian, gr/ek/hr

324.8 c 288.4 a

Pelatihan budidaya ternak sapi yang dilaksanakan pada tanggal 17

Oktober 2016. Materi Pelatihan yang disampaikan : 1. Pola Pemeliharaan Sapi

Potong Rakyat meliputi deteksi birahi ternak betina, penyiapan kondisi ternak

betina untuk dikawinkan, bunting dan menyusui, dan tata-laksana kesehatan

reproduksi yang disajikan oleh ibu Dr. Nandari Diah Suretno dari BPTP

Lampung, 2. Pengenalan jenis Pakan Lokal dan Hijauan Pakan Ternak serta

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 119

potensi nya senagai pakan ternak dan Pengawetan Pakan Ternak dan

fermentasi, di sajikan Oleh Narasumber dari Polinela yaitu Ibu Ir. Imelda

Panjaitan M.Si 3. Teknologi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) untuk

pakan sapi disajikan oleh Ibu Ir. Elma Basri dari BPTP Lampung. Materi

tersebut dibuat berupa buku panduan. Peserta pelatihan yang hadir sebanyak

50 orang yang terdiri dari Kepala Dinas Peternakan Lampung Timur beserta

staff sebanyak 2 , PPL, Kelompok peternak, dan Politeknik Negeri Lampung

dan TIM dari BPTP Lampung.

3. Kabupaten Tulang Bawang Barat

Di Kabupaten Tulang Bawang Barat Pelatihan dilakukan 2 hari yaitu

pada tanggal 9 – 10 Oktober 2016 telah dilakukan pelatihan Teknologi tepat

guna terhadap 3 Kelompok Tani Ternak yaitu : Kelompok Tani Ternak Budi

Lestari dari Desa Wono Kerto Kecamatan Tulang Bawang Barat, Kelompok

Tani Ternak Karya Makmur dan Kelompok Tani Ternak Subur Makmur yang

pelaksanaannya dilakukan di Desa Wono Kerto Kecamatan Tulang Bawang

Tengah di Kelompok Budi Lestari. Ada 5 materi yang dilatih oleh Narasumber

sesuai bidang ke pakarannya yaitu : 1. Pola Pemeliharaan Sapi Potong Rakyat

meliputi deteksi birahi ternak betina, penyiapan kondisi ternak betina untuk

dikawinkan, bunting dan menyusui, dan tata-laksana kesehatan reproduksi

yang disajikan oleh ibu Dr. Nandari Diah Suretno dari BPTP Lampung, 2.

Pengenalan jenis Pakan Lokal dan Hijauan Pakan Ternak serta potensi nya

senagai pakan ternak dan Pengawetan Pakan Ternak dan fermentasi, di

sajikan Oleh Narasumber dari Polinela yaitu Ibu Ir. Imelda Panjaitan M.Si 3.

Teknologi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) untuk pakan sapi

disajikan oleh Ibu Ir. Elma Basri dari BPTP Lampung 4. Pemanfaatan Kotoran

sapi sebagai kompos dan biogas disajikan oleh Ibu Suryani dan 5. Pemberian

pakan sistem flushing yang disajikan oleh Bapak Ir. Marsudin Silalahi, M.Si

dari BPTP Lampung. Materi tersebut dibuat berupa buku panduan. Peserta

pelatihan yang hadir sebanyak 69 orang yang terdiri dari 25 Peternak dari

Kelompok Tani Budi Lestari, 15 orang dari Kelompok Tani TernakKarya

Makmur dan 15 orang dari kelompok Tani Ternak Subur Makmur

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 120

didampingi Kepala Bidang Produksi Ternak Bapak Supardono, SP dan Bapak

Waras dari Kepala Bidang Pembibitan beserta staff sebanyak 3 Orang , PPL 3

Orang, dan Narasumber Politeknik Negeri Lampung 1 Orang dan TIM dari

BPTP Lampung 5 orang.

P. UPBS Padi

Pelaksanaan produksi benih UPBS padi 2016 dilakukan dalam 4 tahap

dengan varietas dan kelas benih sebagaimana pada Tabel 2. Dari tahap satu

sampai ke empat semuanya memproduksi Inpari 30, hal ini dikarenakan

varietas Inpari 30 ini sudah mulai banyak yang menyukaii sehingga perlu

menyiapkan benih Inpari 30 lebih banyak lagi. Pelaksanaan tahap pertama

memproduksi empat

Tabel 77. Pelaksanaan produksi benih padi UPBS 2016 di Lampung

Tahap

Pelaksanaan

Luas

(ha)

Varietas Kelas

Benih

Keterangan

I(Februari-Mei’2016) 6 Inpari 23,29,30,

Inpara 2

BSFS Pulo Panggung-

Tanggamus

II(Mei-Sept’2016) 1 Inpari10,22,23,30 FSSS Pesawaran

III(Juni-Sept’2016) 8 Inpari 30,31,33.

Inpara2

FSSS Pulo Panggung-

Tanggamus

IV(Sept’-Desember

2016)

26 Inpari 22,24,25,

30,31,32, 33

BSFS,

FSSS

Wonosobo-

Tanggamus

Varietas untuk benih kelas FS yang terdiri atas varietas Inpari 23, 29,

30 dan Inpara 2 , namun yang panen hanya varietas Inpari 30 dan Inpara 2,

sedangkan Inpari 23 dan 29 tidak lulus uji lapang karena spot-spot kena blas,

sehingga kedua varietas ini tidak dilakukan prosesing hasil menjadi benih

bersertifikat, dan pelaksanaan penangkaran tahap pertama hanya

menghasikan benih varietas Inpari 30 dan Inpara 2 dengan kelas benih FS.

Pelaksanaan produksi benih tahap pertama dilaksanakan dengan sistem

kerjasama bagi hasil bersama petani bernama Ojen Taryana ( Ketua Kelompok

Tani Mekar Mukti) di Pekon Penantian Kecamatan Pulo Panggung Kabupaten

Tanggamus. UPBS BPTP Lampung mendapatkan bagi hasil panenan sebesar:

6.575 kg GKP Inpari 30, dan 1,918 kg GKP Inpara 2. Setelah dilakukan

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 121

prosesing hingga lulus uji laboratorium BPSB, menghasilkan benih yang siap

diberi label/sertifikasi yaitu varietas Inpari 30: 5.200 kg, dan Inpara 2: 1.600 kg

benih kelas FS (Tabel 3). Kegiatan Penangkaran Padi di Kabupaten Pesawaran

seluas 1 (satu) ha dengan varietas Inpari 10, Inpari 22, Inpari 23, dan Inpari

30, hasilnya tidak memuaskan karena Inpari 10 terserang wereng ,dan yang

menghasilkan adalah varietas Inpari 30, Inpari 22, dan Inpari 23, itupun

hasilnya kurang memuaskan. Kegiatan penangkaran ini dilakukan secara

kerjasama bagi hasil dengan petani bernama Ipin di Kecamatan Way Rate-

Pesawaran.

Tabel 78. Hasil panen bagian UPBS BPTP Lampung dan kondisi sampai dengan akhir Desember 2016

Hasil Penangkaran di

Varietas dan Kelas Benih

Hasil UPBS BPTP Lampung (Kg)

Distribusi (Kg)

Stok (Kg)

Calon Benih

Benih Ber-sertifikat

I.Pulo Panggung Tanggamus

Inpari 30/FS Inpara 2/FS

6.575 1.918

5.200 1.600

2.640 575

2.560 1.025

2.Pesawaran Inpari 30/SS Inpari 22/SS Inpari 23/SS

300 360 120

TL TL TL

- -

3.Pulo Panggung Tanggamus

Inpari 30/SS Inpari 31/SS Inpari 33/SS Inpara 2/SS

0 4.550 5.950 700

0 5475* 3637* 525*

0 *)menunggu hasil uji lab.BPSB

0

4.Wonosobo Tanggamus

Inpari 22/FS Inpari 24/FS Inpari 25/FS Inpari 30/SS Inpari 31/FS Inpari 31/SS Inpari 32/FS Inpari 32/SS Inpari 33/FS Inpago 8/FS Inpago 8/SS

2.785 1.913 850 4.661 2.503 5.914 2.093 1.922 3.529 1.896 2.846

Masih tahap prsessing

Hasil bagian UPBS BPTP yang dari Pesawaran hanya 820 kg namun

tidak lulus uji laboratorium BPSB Provinsi Lampung karena banyak yang hitam-

hitam. Pelaksanaan tahap ketiga belum menghasilkan benih bersertifikat

karena sekitar 9,6 ton untuk benih kelas SS masih menunggu uji laboratorium

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 122

Ha % Kg % Kg %

1 Grobogan 1,25 35,71 1.625 40,88 - -

2 Anjasmoro 1,25 35,71 1.750 44,03 1.750 100,00

3 Gepak Kuning 1,00 28,57 600 15,09 - -

Jumlah 3,50 100,00 3.975 100,00 1.750,00 44,03

No. VarietasLuas Tanam Produksi Calon Benih Benih Bersertifikat

BPSB Provinsi Lampung, dan kegiatan penangkaran tahap empat di Wonosobo-

Tanggamus masih berupa hasil panen sekitar 30.912 kg sehingga masih tahap

prosesing dan selanjutnya menunggu satu bulan masa dormansi untuk sampai

uji laboratorium dalam rangka menghasilkan benih padi bermutu.

Q. UPBS Kedelai

Sasaran produksi benih sumber kelas Benih Dasar (Foundation Seed)

sebanyak 4.000 kg,yang akan diperoleh dari luas tanam kedelai 4,0 hektar.

Realisasi tanam tercapai 3,50 hektar dengan produksi calon benih h sumber

kedelai kelas Benih Dasar sebanyak3.975 kg atau 99,38 %. Dari calon benih

tersebut setelah dilakukan proses sertifikasi diperoleh benih sumber

bersertifikat sebanyak 1.750 kg atau 43,75 % dari target benih sumber

bersertifikat.Tidak tercapainya sasaran produksi benih sumber kelas Benih

Dasar (FS) ini karena terjadi kegagalan penanganan pascapanen pada calon

benih sumber varietas Grobogan sebanyak 1.625 kg yang tidak lulus

sertifikasi. Faktor utama yang menyebabkan gagalnya penanganan

pascapanen calon benih sumber kedelai ini adalah adanya anomali iklim yang

terjadi sepanjang musim tanam tahun 2016 yaitu perubahan cuaca yang tiba-

tiba khususnya hujan lebat yang diikutidengan angin kencang sehingga

menyebabkan tanaman kedelai yang sudah umur panen roboh. Akibatnya

hasil panen calon benih kurang maksimal. Anomali iklim juga menyebabkan

kesulitan untuk penerapan teknologi pascapanen saat penjemuran dan

pengeringan polong sehingga menurunkan kualitas daya tumbuh benih.

Rincian luas tanam,produksi calon benih dan benih bersertifikat menurut

varietas kedelai tahun 2016 seperti tabel berikut ini :

Tabel 79. Luas Tanam dan Produksi Benih Sumber Kedelai Kelas Benih Dasar (FS) UPBS BPTP Lampung Tahun 2016

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 123

Sasaran produksi benih sumber kedelai kelas Benih Pokok (SS)

sebanyak 17.000 kg, yang akan diperoleh meallui penanaman kedelai

menggunakan benih sumber kelas benih dasar (FS) seluas 17,00 hektar.

Realisasi tanam mencapai 17,50 hektar atau 102,94 % dengan produksi calon

benih sebanyak 12.705 kg atau 74,74% dari target benih bersertifikat.

Setelah dilakukan pengujian laboratorium di BPSB, diperoleh hasil benih

sumber kelas benih Pokok (SS) yang lulus sertifikasi sebanyak 2,850 kg atau

22,43% dari produksi calon benih atau 16,76 % dari asaran benih

bersertifikat kelas Benih pokok (SS). Penyebab tidak lulus sertifikasi calon

benih ini karena kurangnya daya tumbuh calon benih yaitu sebesar 71%,

sedangkan persyaratan yang ditetapkan BPSB untuk daya tumbuh calon

benih adalah lebih dari 80%. Hal ini disebabkan anomali iklim khususnya

hujan lebat yang diikuti angin kencang sehingga menyebabkan tanaman

kedelai yang sudah umur panen roboh sehingga mutu calon benih menjadi

kurang berkualitas. Anomali iklim juga menyebabkan kesulitan penanganan

pascapanen kedelai khususnya pengeringan polong sehingga mutu benih

menjadi kurang optimal. Rincian luas tanam dan produksi calon benih sumber

kelas Benih pokok (Stock Seed) seperti table berikut.

Tabel 80. Luas Areal Tanam Kedelai Untuk Produksi Benih Pokok (Stock Seed) Menurut Varietas dan Lokasi Tahun 2016 (MT Januri – April)

VI. MONITORING

Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) atau pengendalian

merupa-kan salah satu fungsi manajemen dalam bentuk kontrol yang pada

dasarnya dapat dilakukan melalui pendekatan secara langsung dan tidak

Ha % Kg % Kg %

1 Anjasmoro 10,00 57,14 8.067 63,49 2.850 35,33

2 Grobogan 6,00 34,29 3.188 25,09 - -

3 Dena 1 1,50 8,57 1.450 11,41 - -

Jumlah 17,50 100,00 12.705 100,00 2.850 22,43

No. VarietasLuas Tanam Produksi Calon Benih Benih Bersertifikat

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 124

langsung. Pendekatan secara langsung dilakukan melalui pemeriksaan

kegiatan ke lokasi tempat kegiatan dilaksanakan dengan melakukan

perbandingan antara rencana yang tertulis dalam dokumen (proposal)

dengan realita (seharusnya) berdasarkan norma dan ketentuan yang berlaku.

Pendekatan secara tidak langsung dilakukan melalui evaluasi/verifikasi atas

laporan yang disampaikan oleh pelaksana baik secara reguler maupun

temporer.

Dasar hukum pelaksanaan monitoring dan evaluasi BPTP Lampung

adalah Peraturan Menteri Pertanian No. 31 Tahun 2010 tentang Pedoman

Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian;

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Intern, Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/TU.200/3/2008

tentang Pedoman Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

Secara garis besar tujuan kegiatan monev adalah untuk melakukan

perbaikan-perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan litkaji

dan diseminasi hasil litkaji BPTP Lampung. Dengan demikian, kegiatan

evaluasi diperlukan dan dilaksanakan untuk mempertajam dan meningkatkan

kinerja BPTP. Hasil monev akan memfasilitasi keterbukaan dan penyediaan

informasi penting yang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan

untuk perbaikan program litkaji di BPTP Lampung.

VII. KENDALA

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian dan

diseminasi tahun 2016 mencakup berbagai aspek sebagai berikut:

(1) Belum optimalnya fasilitas serta belum memadainya sarana dan

prasarana sehingga kualitas hasil beberapa pengkajian dan diseminasi

belum sesuai dengan yang diharapkan,

LAPORAN TAHUNAN 2016

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 125

(2) Sebagian peneliti dan tenaga pendukung teknis belum memenuhi

persyaratan kompetensi. Oleh karenanya diperlukan pelatihan bidang

yang spesifik, khususnya bagi tenaga peneliti pemula,

(3) Iklim (terutama kekeringan/kemarau) dan serangan hama/penyakit

menyebabkan beberapa kegiatan tidak memberikan hasil yang optimal

seperti yang diharapkan.

VIII. PENUTUP

BPTP Lampung sebagai salah satu lembaga penelitian, telah

melakukan berbagai upaya dan kegiatan sebagaimana tugas dan fungsi

yang diemban berdasarkan aturan dan mekanisme kegiatan pada suatu

lembaga penelitian lingkup Kementerian Pertanian. Landasan pelaksanaan

kegiatan dan manajemen institusi dengan berbasis kinerja, senantiasa

menjadi dasar pengambilan keputusan dalam pelaksanaan tupoksi.

Dalam rangka meningkatkan kinerja BPTP Lampung, telah dilakukan

peningkatan kompetensi pegawai sesuai bidang tugas, penataan ke-

lembagaan internal, serta peningkatan sarana dan prasarana. Kerjasama

yang baik dengan berbagai institusi dan lembaga juga telah membuahkan

hasil berupa produk-produk nyata kegiatan pengkajian dan diseminasi yang

bermanfaat bagi pengguna. Penyelenggaraan program-program pertanian

strategis juga cukup mampu menyentuh aspek pemberdayaan petani dan

penumbuhan usaha-usaha produktif yang harapannya dapat meningkatkan

kemandirian dan kesejahteraan petani. Namun demikian, pencapaian keber-

hasilan di berbagai aspek ke depan akan menghadapi tantangan yang lebih

besar. Kondisi ini seharusnya bermanfaat untuk memacu upaya lebih keras ke

depannya, dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada. Oleh

karenanya pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung di masa mendatang di-

harapkan dapat lebih kondusif dan memacu peningkatan kinerjanya.

Bandar Lampung, Maret 2017