i. pendahuluan -...
TRANSCRIPT
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 1
I. PENDAHULUAN
BPTP Lampung dalam era desentralisasi dituntut harus selalu pro-
aktif, responsif dan antisipatif dalam mendukung pembangunan pertanian,
khususnya pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah. Hal ini
berarti BPTP Lampung harus dapat menjadi institusi yang mampu memberi-
kan masukan dalam membantu mengarahkan pembangunan pertanian di
daerah. BPTP juga harus dapat dengan segera merespon permasalahan-
permasalahan di sektor pertanian yang muncul di daerah.
Selama keberadaannya, BPTP Lampung tetap aktif melaksanakan peng-
kajian, perakitan, pengembangan dan pendampingan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi di Provinsi Lampung. Kegiatan-kegiatan tersebut
antara lain Pendampingan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan,
Tanaman Perkebunan, Tanaman Hortikultura, Kawasan Peternakan,
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Katam, Analisis
Kebijakan, Sinkronisasi dan Koordinasi dalam Pendampingan Teknologi
Program Utama Kementerian Pertanian, Pengkajian Inhouse, Diseminasi dan
Advokasi Inovasi Pertanian, KBI dan KBD mendukung Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL), yang berdampak langsung maupun tidak langsung
bagi kesejahteraan masyarakat petani di Lampung.
Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan BPTP Lampung
selama Tahun 2016 dalam mengisi dan mencapai misinya. Dokumentasi
capaian kinerja BPTP Lampung yang dituangkan dalam bentuk laporan tahun-
an ini, menggambarkan secara menyeluruh dari dua sudut pandang yaitu ke-
berhasilan dan kegagalan. Hal ini dilakukan sebagai wahana evaluasi dan
bahan pembelajaran ke depan, mulai dari perencanaan dan perumusan
program sampai dengan implementasi kegiatan. Materi pokok yang disajikan
dalam Laporan Tahunan ini meliputi sumberdaya manusia, sarana dan
prasarana, program, anggaran serta sinopsis kegiatan litkaji yang dilakukan
BPTP Lampung pada TA. 2016.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 2
II. ORGANISASI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung adalah Unit
Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan
Litbang Pertanian) yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/3/
2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Lampung mempunyai tugas melaksanakan
pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
Dalam melaksanakan tugas tersebut BPTP Lampung menyelenggarakan
fungsi :
(1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi.
(2) Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi.
(3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian
serta perakitan materi penyuluhan.
(4) Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
(5) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
(6) Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Kepala Badan Litbang
Pertanian melalui keputusan No: OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003,
BPTP Lampung dilengkapi 4 kelompok pengkaji (Kelji) yaitu: Kelji Sumber-
daya, Kelji Budidaya, Kelji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP),
dan Kelji Sosial Ekonomi.
Susunan organisasi dan tata kerja BPTP Lampung terdiri dari :
a. Subbagian Tata Usaha
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 3
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, per-
lengkapan, surat menyurat, dan kearsipan, serta rumah tangga.
b. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)
Seksi KSPP mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
rencana, program, anggaran, pemantauan, dan evaluasi serta laporan,
dan penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penye-
barluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian,
perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi.
c. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti,
Penyuluh Pertanian dan sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi
dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang
masing-masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Gambar 1. Struktur organisasi BPTP Lampung
KEPALA BPTP
Kasubbag Tata Usaha Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)
Koordinator Kepegawaian
Koordinator Rumah Tangga Pelaporan
dan Sarana Pengkajian
Kerjasama dan
Pelayanan Pengkajian
Pendaya-gunaan
Hasil Pengkajian
Kepala KP. Natar
Kepala KP. Tegineneng
Kepala Lab Diseminasi
Masgar
Kelji Budidaya
Kelji Sumberdaya Kelji Sosial Ekonomi
Kelji MTHP
Koordinator Program dan Evaluasi
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 4
III. KELEMBAGAAN
A. PROGRAM PENELITIAN DAN EVALUASI
Visi
Setiap organisasi perlu memiliki visi agar mampu eksis dan unggul
dalam persaingan yang semakin ketat dan perubahan lingkungan yang cepat.
Visi BPTP Lampung adalah “Pada Tahun 2015 Menjadi lembaga penelitian
dan pengembangan pertanian terkemuka di dunia dalam mewujudkan sistem
pertanian bio-industri tropika berkelanjutanl.”
Misi
Dalam rangka untuk mewujudkan visinya, BPTP Lampung menetapkan
misinya yakni merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian
tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri dan
mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka
peningkatan scientific recognition dan impact recognition.
Tujuan
Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor
kunci keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan
akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan
dalam rangka merealisasikan misi, yang menunjukkan suatu kondisi yang
ingin dicapai dimasa mendatang. Sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin
dicapai melalui tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Sasaran akan mem-berikan fokus pada penyusunan kegiatan, bersifat
spesifik, terinci, dapat diukur, dan dapat dicapai.
Dalam jangka menengah (2015-2019) visi dan misi BPTP Lampung
dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran perakitan, pengujian dan
pengembangan serta diseminasi teknologi pertanian tropika unggul berdaya
saing mendukung pertanian bio-industri. Untuk mencapai tujuan dan sasaran
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 5
tersebut, maka disusun strategi yang disusun atas dasar evaluasi mendalam
terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada
perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BPTP
Lampung ke depan.
Tujuan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi di BPTP
Lampung dalam lima tahun ke depan (2015-2019) terdiri atas :
1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul
berdaya saing mendukung pertanian bio-industri berbasis advanced
technology dan bioscience, aplikasi IT, dan adaptif terhadap dinamika
iklim.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian tropika unggul untuk
mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional.
Sasaran
Sasaran 1: Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui
penyempurnaan sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang
didasarkan pada kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis
lainnya) dan potensi sumberdaya wilayah. Penyempurnaan sistem pengkajian
mencakup metode pelaksanaan pengkajian serta monitoring dan evaluasi.
Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: Pengkajian inovasi
pertanian spesifik lokasi.
Sasaran 2: Terdesiminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi inovasi
pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu:
Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 6
Sasaran 3: Tersedianya model-model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
efektivitas kegiatan tematik di BPTP yang disinergikan dengan UK/UPT
lingkup Balitbangtan, terutama dalam menerapkan hasil-hasil litbang
pertanian dalam super impose model pertanian bio-industri berbasis
sumberdaya lokal.
Sasaran 4: Rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
kajian-kajian tematik terhadap berbagai isu dan permasalahan pembangunan
pertanian baik bersifat responsif terhadap dinamika kebijakan dan lingkungan
strategis maupun antisipatif terhadap pandangan futuristik kondisi pertanian
pada masa mendatang. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan
yaitu: analisis kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian.
Sasaran 5: Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke dalam delapan
sub kegiatan yaitu:
1. Penguatan kegiatan pendampingan model diseminasi dan program
strategis kementan serta program strategis Badan Litbang Pertanian
2. Penguatanmanajemen mencakup perencanaan dan evaluasi
kegiatanserta administrasi institusi
3. Pengembangan kompetensi SDM
4. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui penerapan ISO 9001:2008
5. Peningkatan pengelolaan laboratorium
6. Peningkatan pengelolaan kebun percobaan
7. Peningkatan kapasitas instalasi UPBS
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 7
8. Jumlah publikasi nasional dan internasional
9. Peningkatan pengelolaan data base dan website.
Kegiatan Manajemen dan Pengkajian BPTP Lampung
Kegiatan BPTP Lampung tahun anggaran 2016 mencakup kegiatan
manajemen BPTP Lampung dan kegiatan pengkajian serta diseminasi hasil
pengkajian.
Kegiatan manajemen BPTP Lampung tahun 2016 terdiri atas:
1) Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program,
2) Dokumen Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan,
3) SPI dan WBK
4) Peningkatan Layanan Perkantoran,
5) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran,
6) Pengelolaan Administrasi Satuan Kerja,
7) Pengelolaan Sekretariat UAPPA/B-W,
8) Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia dan Mutu Manajemen
Satuan Kerja BPTP Lampung,
9) Kerjasama Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang
(Pendampingan),
10) Pengelolaan Instalasi Pengkajian,
11) Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Kegiatan,
12) Pengelolaan website/database/kepustakaan.
Kegiatan penelitian, diseminasi hasil litkaji dan Model Bioindustri BPTP
Lampung tahun 2016 tercakup dalam 11 RPTP dan 20 RDHP sebagai berikut:
(1) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Provinsi Lampung,
(2) Kajian Teknologi Penangkaran Padi Lokal Spesifik Lampung,
(3) Kajian Teknologi Perbaikan Kualitas Lahan dan Pengelolaan Air Pada
Laan Sub Optimal untuk Mendukung Swasembada Kedelai di Lampung,
(4) Kajian Sistem Usaha Tani Berbasis Mekanisasi Mendukung Pencapaian
Swasembada Padi,
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 8
(5) Peningkatan Intensitas Panen Melalui Pengembangan Teknologi Padi
Sistem Ratun pada Lahan Pasang Surut Kabupaten Mesuji,
(6) Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG),
(7) Tingkat Akurasi Teknologi Kalender Tanam Terpadu di Lampung,
(8) Pemetaan P dan K untuk Penetapan Rekomendasi Pemupukan Spesifik
pada Komoditas Unggul di Provinsi Lampung,
(9) Kajian Adaptasi Tiga Varietas Kedelai di Lahan Masam Lampung Selatan
yang di Phosfat,
(10) Kajian Pengembangan Lada dan Pengendalian HPT pada Lahan Kering
Masam di Lampung,
(11) Kajian Teknologi Adaptif Pengolahan Sirup Glukosa dari Pati Beberapa
Varietas Ubikayu
(12) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Pangan,
(13) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Perkebunan,
(14) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Hortikultura,
(15) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan
Sapi,
(16) Kalender Tanam,
(17) Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi
UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan
(18) Pendampingan PUAP,
(19) Kebun Bibit Inti dan Kebun Bibit Desa
(20) Taman Agro Inovasi
(21) Taman Sain Pertanian
(22) Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi dan Penyuluh,
(23) Visitor Plot,
(24) Perpustakaan, Majalah dan Pencetakan Buku,
(25) Taman Agro Inovasi,
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 9
(26) Pengembangan Model Kawasan Mandiri Benih di Lampung
(27) Produksi Benih Padi
(28) Produksi Benih Kedelai,
(29) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan
Ternak Kambing,
(30) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak
Sapi
(31) Model Pertanian Bio Industri Berbasis Integrasi Tanaman Lada dan
Ternak Terpadu LASA di Lampung
B. PENATAKELOLAAN PENELITIAN DAN PENGKAJIAN DI BPTP
LAMPUNG
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung telah menerapkan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam rangka mengendalikan pelaksanaan
kegiatan penelitian dan pengkajian serta pelaksanaan kepemerintahan yang
baik (good governance) serta memberikan keyakinan atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Selain SPI ada juga Monitoring dan Evaluasi (Monev)
yang dilaksanakan secara bertahap mulai dari Monev Ex ante, On going dan
Ex post.
Selain telah menerapkan sistem pengendalian intern, BPTP Lampung
juga menerapkan sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2008 dalam
rangka penerapan pelayanan prima kepada masyarakat. Sertifikat KAN telah
diperoleh pada tahun 2010 berdasarkan hasil penilaian lembaga sertifikasi
terhadap kepatuhan institusi dalam mengimplementasikan dokumen panduan
mutu yang telah disusun.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 10
C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA
C.1. Anggaran Tahun 2016
Dalam melaksanakan tupoksinya, BPTP Lampung pada Tahun 2016 di-
dukung oleh sumber dana yang berasal dari dana APBN dalam bentuk Rupiah
Murni (RM) sebelum revisi anggaran adalah sebesar Rp. Rp. 22.931.274.000,-
(Dua puluh dua milyar sembilan ratus tiga puluh satu juta dua ratus tujuh
puluh empat ribu rupiah) setelah revisi selama 6 (enam) kali pagu anggaran
berubah menjadi Rp. 22.292.973.000,- (Dua puluh dua milyar dua ratus
sembilan puluh dua juta sembilan ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah), karena
ada anggaran yang diblokir Rp. 877.201.000,- (Delapan ratus tujuh puluh
tujuh juta dua ratus satu ribu rupiah) sehingga pagu anggaran yang bisa
digunakan hanya Rp 21.415.772.000,- (Dua puluh satu milyar empat ratus
lima belas juta tujuh ratus tujuh puluh dua ribu rupiah) dengan rincian
sebagai berikut :
- Belanja pegawai Rp. 7.994.813.000,-
- Belanja barang operasional Rp. 1.577.800.000,-
- Belanja barang non operasional Rp. 8.619.169.000,-
- Belanja modal Rp. 3.223.990.000,-
Realisasi anggaran per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp.
20.630.222.426,- (Dua puluh milyar enam ratus tiga puluh juta dua ratus dua
puluh dua ribu empat ratus dua puluh enam rupiah) atau 96,33% dari pagu
anggaran, dengan rincian :
- Belanja pegawai Rp. 7.322.748.199,- (91,59%)
- Belanja barang operasional Rp. 1.546.341.152,- (98,01%)
- Belanja barang non operasional Rp. 8.577.295.475,- (99,51%)
- Belanja modal Rp. 3.183.837.600,- (98,75%)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 11
Tabel 1. Realisasi anggaran per 31 Desember 2016
Uraian Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp) %
1. Realisasi Pendapatan Negara
- Penerimaan Pajak - - -
- Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
68.635.000,- 327.104.688 476,58
- Penerimaan hibah - - -
2. Realisasi Belanja Negara 21.415.772.000 20.630.222.426 96,33
A. Rupiah Murni
- Belanja Pegawai 7.994.813.000 7.322.748.199 91,59
- Belanja Barang Operasional 1.577.800.000 1.546.341.152 98,01
- Belanja Barang Non Operasional
8.619.169.000 8.577.295.475 99,51
- Belanja Modal 3.100.090.000 3.087.061.600 99,58
B. Pinjaman Luar Negeri (PLN)
- Belanja Modal 123.900.000 96.776.000 78,11
C.2. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2016
Realisasi Pendapatan Negara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lampung per 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp. 327.104.688,- atau
mencapai 394% dari perkiraan target penerimaan yang ditetapkan untuk
tahun 2016 yaitu sebesar Rp.83.000.000. Realisasi ini berasal dari
Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya yang berasal dari penjualan hasil
Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan; pendapatan, gedung dan bangunan
berupa sewa mess; sewa rumah dinas/rumah negara; penerimaan kembali
ganti rugi atas kerugian negara; penerimaan jasa giro dan penerimaan
kembali belanja lainnya TAYL. BPTP Lampung tidak memiliki pendapatan
hibah. Rincian perkiraan target penerimaan dan realisasi PNBP lainnya tahun
2016 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 12
Tabel 2. Perkiraan target penerimaan dan Realisasi PNBP Tahun 2016
URAIAN
Perkiraan
Target
Penerimaan
Realisasi %
Penerimaan Fungsional
Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan
53.000.000 256.050.000 483
Pendapatan Laboratorium 10.000.000 60.756.000 608
Pendapatan Sewa Mess 10.000.000 3.990.000 40
Jumlah Penerimaan 73.000.000 320.796.000 439
Penerimaan Umum
Sewa rumah dinas 8.000.000 4.884.688 61,06
Lelang 2.000.000 0 0,00
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/ Jasa Giro
0 0 0,00
Penerimaan Kembali ganti rugi atas
kerugian Negara
0 0 0,00
Penerimaan Kembali Belanja lainnya
TAYL
0 1.424.000 100
Jumlah Penerimaan 10.000.000 6.308.688 63,09
Total Pendapatan dan Hibah 83.000.000 327.104.688 394
C.3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan potensi dan kekuatan yang
tidak bisa diabaikan dalam suatu lembaga/instansi, termasuk bagi BPTP
Lampung. Ketersediaan SDM yang memadai dengan tingkat keahlian dan
kompetensi yang berimbang akan memberikan dampak yang cukup signifikan
bagi pencapaian misi dan visi lembaga. Untuk tahun 2016, PNS di BPTP
Lampung berjumlah 94 orang tidak termasuk tenaga kontrak sebanyak 14
orang, yang tersebar pada 4 unit kerja (Tabel 3).
Tabel 3. Jumlah PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan kepangkatan dan unit kerja
No Unit kerja Golongan (orang)
Jumlah IV III II I
1. 2.
3. 4.
BPTP Lampung-Hajimena KP Natar
KP Tegineneng Lab Diseminasi Masgar
19 -
- -
37 3
- 3
17 10
3 1
1 -
- -
74 13
3 4
Jumlah 19 43 31 1 94
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 13
PNS BPTP Lampung yang berpendidikan S3 berjumlah 5 orang, S2
berjumlah 19 orang, dan S1 berjumlah 24 orang (Tabel 4). Proporsi jumlah
tenaga berdasarkan kriteria pendidikan tersebut belum mencukupi
persyaratan critical mass. Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi
tenaga SDM perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang ilmu
yang dibutuhkan.
Tabel 4. Sebaran PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan dan pendidikan per Desember 2016
No Gol/ruang Tingkat Pendidikan
JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD
1. IV/e - 1 - - - - - - - - - 1
1. IV/d 1 1 1 - - - - - - - - 3
2. IV/c 1 1 1 - - - - - - - - 3
3. IV/b - 6 1 - - - - - - - - 7
4. IV/a 3 2 - - - - - - - - - 5
5. III/d - 1 2 - - - - - - - - 3
6. III/c - 2 2 - - 2 - - - - - 6
7. III/b - 5 9 1 - 1 - - 4 - - 20
8. III/a - - 8 - - 1 1 - 4 - - 14
9. II/d - - - - - 1 - - 2 - - 3
10. II/c - - - 1 - 1 - - 9 - - 11
11. II/b - - - 1 - - - - 6 - - 7
12. II/a - - - - - - - - 4 2 3 9
13. I/d - - - - - - - - - 1 - 1
14. I/c - - - - - - - - - - 1 1
JUMLAH 5 19 24 3 - 6 1 - 29 3 4 94
Sampai dengan tahun 2015 BPTP Lampung memiliki 52 orang tenaga
fungsional, terdiri dari 33 orang peneliti, 12 orang penyuluh, 5 orang
litkayasa, dan 2 orang arsiparis (Tabel 5).
Tabel 5. Sebaran tenaga fungsional berdsarkan jabatan fungsional per Desember 2016
No. Jabatan Fungsional Jumlah
1. Peneliti:
Peneliti Utama 3
Peneliti Madya 10
Peneliti Muda 5
Peneliti Pertama 13
Jumlah 33
2. Penyuluh:
Penyuluh Pertanian Madya 3
Penyuluh Pertanian Muda 6
Penyuluh Pertanian Pertama 2
Calon Penyuluh Pertanian Pertama 1
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 14
Jumlah 12
3. Litkayasa:
Teknisi Litkayasa Penyelia 0
Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 2
Teknisi Litkayasa Pelaksana 1
Calon Litkayasa Pemula 2
Jumlah 5
4. Arsiparis:
Arsiparis Pertama 1
Arsiparis Terampil Pelaksana 1
Jumlah 2
TOTAL 52
C.4. Fasilitas
Seperti halnya dengan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana
merupakan salah satu sumber energi utama untuk menjalankan roda
organisasi. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai akan sangat
menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung. Barang-
barang tidak bergerak yang dimiliki oleh BPTP Lampung meliputi tanah dan
bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh BPTP Lampung adalah seluas
738.217 m2, yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan III,
tanah bangunan kantor pemerintah, dan tanah kebun percobaan. Sedangkan
gedung dan bangunan yang dimiliki BPTP Lampung sebanyak 62 unit terdiri
atas 4 unit bangunan gedung kantor permanen, 7 unit bangunan gedung
tertutup permanen, 2 unit bangunan gedung laboratorium permanen, 2 unit
gedung garasi/pool, 1 unit bangunan lantai jemur permanen, 4 unit
bangunan gedung tempat kerja lainnya, 2 unit screen house, 1 unit gedung
display, 1unit gedung pelatihan, 1 unit gedung pasca panen, 40 unit rumah
negara golongan II, dan 3 unit mess permanen.
C.4.1. Kebun Percobaan (KP)
BPTP Lampung memiliki dua buah Kebun Percobaan dan satu buah lab
diseminasi yang masing-masing berlokasi di Kecamatan Natar, Tegineneng,
dan Masgar. Kebun Percobaan Natar yang sekarang berganti nama Taman
Sains Pertanian (TSP) merupakan salah satu dari 3 kebun milik BPTP
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 15
Lampung yang mempunyai areal paling luas yaitu 60 ha. KP. Natar berada di
Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, berjarak
sekitar 10 km dari kantor induk BPTP Lampung, di Bandar Lampung. Kebun
berada pada ketinggian 135 m dpl laut, mempunyai jenis tanah latosol dan
sebagian posolik merah kuning, bahan induk dari tuf vulkan, mempunyai
tingkat kesuburan sedang. Komoditas yang dikembangkan pada jenis tanah
ini antara lain untuk tanaman perkebunan (karet, kakao, kopi robusta, lada,
panili, lada perdu dan jarak pagar), tanaman pangan lahan kering (jagung,
ubikayu, kedelai dan kacang tanah), tanaman hortikultura (nanas, pepaya
dan cabai, buah naga), serta tanaman obat-obatan (temu-temuan,
solanaceae dan jahe). Implasement dan penggunaan lahan di KP. Natar
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas Implasement dan Penggunaan Lahan KP Natar.
No. Penggunaan Luas 1. Implasement kantor/perumahan 75.000 m2 2. Lahan rumput pakan 10.000 m2 3. Lahan kandang ternak sapi 5.000 m2 4. Lahan kandang ternak ayam 2.500 m2 5. Tanaman Perkebunan 211.100 m2 6. Tanaman koleksi 19.250 m2 7. Tanaman Pangan Hortikultura 184.000 m2 8. Lahan kerjasama penelitian 17.500 m2 9. Lahan embung 20.000 m2 10. Lahan timbunan embung 30.000 m2 11. Jalan kebun dan parit 15.000 m2
KP. Tegineneng berada di Kampung Banyuwangi, Desa Mandah,
Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas ± 15
ha terdiri dari 7 ha digunakan untuk kegiatan penelitian dan pengkajian, 5 ha
untuk tanaman kedelai, 1 ha untuk kegiatan visitor plot, 0,32 ha untuk
tanaman karet, 0,14 ha koleksi tanaman jambu mete, 0,50 ha embung, 0,50
ha tanaman kacang hijau, 0,59 ha lahann kerjasama klon ubi kayu, o,66 jalan
kebun, 0,05 ha rumah dinas dan 0,20 ha implasement kantor dan gudang.
Kebun berada pada ketinggian 69 m dpl, jenis tanah pod solik merah kuning,
dan pH 4,5-5,5.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 16
Lab Diseminasi Masgar berlokasi di Desa Masgar, Kecamatan
Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas 18.056 m2 yang
digunakan untuk tanah dan bangunan, bangunan kantor seluas 7.881 m2,
dan kebun visitor plot seluas 5.690 m2.
C.4.2. Laboratorium Teknis
Laboratorium teknis BPTP Lampung bertugas untuk melayani
permintaan analisis dari peneliti lingkup BPTP Lampung, instansi pemerintah
lainnya, perusahaan swasta, para peneliti, mahasiswa, masyarakat umum dan
petani. Analisa yang dilayani adalah analisis tanah, analisis pupuk organik,
analisis pupuk anorganik, analisis jaringan tanaman, dan analisis air.
Tahun 2016 ini telah dilakukan penyusunan Dokumen Sistem Mutu
untuk Percepatan Akreditasi Laboratorium berdasarkan ISO/IEC 17025 :
2008, Dokumen Sistem Mutu Laboratorium yang telah disusun adalah
Panduan Mutu (Level I), Dokumen Prosedur (Level II), Instruksi Kerja (Level
III) dan Formulir Kerja (Level IV).
C.4.3. Perpustakaan
Perpustakaan BPTP Lampung merupakan salah satu unit pendukung
kegiatan Balai dalam mem-berikan layanan informasi hasil-hasil
penelitian/pengkajian yang dilakukan BPTP Lampung kepada masyarakat
pengguna. Layanan perpustakaan di-berikan kepada semua pengguna baik
karyawan di lingkup Balai mau-pun masyarakat luas.
Peningkatan kapasitas institusi BPTP melalui peningkatan pelayanan
jasa perpustakaan terhadap pengguna akhir, pengguna antara, dan penentu
kebijakan serta mendukung peningkatan adopsi dan difusi teknologi hasil
penelitian dan pengkajian secara digital melalui perpustakaan digital.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 17
C.4.4. Website
Peroses update dan Upload data paling banyak pada data Berita
sebanayak 69 berita. Pada data SDM professional telah diinput data
sebanyak 51 data SDM Profesional BPTP Lampung. Untuk info teknologi
telah diinput sebanyak 14 data info teknologi sepanjang 2016. Website BPTP
Lampung telah dimigrasi dari joomla versi 1.5 ke versi 3.4.1 dengan berbagai
module tambahan. Website BPTP Lampung telah responsive dan mobile
friendly. Berbagai media social BPTP Lampung berupa facebook, youtube,
tweeter, instagram telah dihubungkan dengan website BPTP lampung.
Gambar 2. Tampilan Facebook dan Tweeter BPTP Lampung
Gambar 3. Tampilan Youtube dan Instagram BPTP Lampung
C.4.5. Kendaraan dinas
Pada tahun 2016, kendaraan dinas yang dimiliki BPTP Lampung
sebanyak 9 unit kendaraan roda empat (minibus), 2 unit kendaraan bermotor
angkutan barang lainnya, dan 17 unit kendaraan roda dua, dengan kondisi
kendaraan masih berfungsi baik. Kendaraan roda dua dan roda empat ini di-
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 18
gunakan untuk mendukung aktivitas kegiatan penelitian maupun administrasi
di BPTP Lampung. Inventaris kendaraan dinas dan kondisinya disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7. Daftar kendaraan roda empat BPTP Lampung, Desember 2016
No. Nama Kendaraan Tahun Perolehan Kondisi (Baik/Rusak)
1. Pick UP Grandmax 2013 Baik
2. Toyota Hilux Pick Up 2013 Baik
3. Nissan X-Trail 2013 Baik
4. Toyota Kijang Inova 2011 Baik
5. Toyota Hilux Double Cabin 2010 Baik
6. Daihatsu Espass 2005 Baik
7. Toyota Kapsul LGX 1999 Baik
8. Toyota Kapsul LSX 1998 Baik
9. Toyota Kapsul LX 1997 Baik
10. Toyota Kijang Super 1993 Baik
11. Suzuki Carry Pick Up Baik
12. Suzuki APV 2015 Baik
C.5. Pengadaan Peralatan C.5.1. Pengadaan peralatan dari APBN
Pada Tahun 2016 BPTP Lampung mengadakan 1 unit PC, 3 unit laptop,
3 unit printer, dan lain-lain. Pengadaan peralatan selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Daftar pengadaan peralatan BPTP Lampung Tahun 2015
No. Nama Peralatan Volume
1. Komputer PC 1 unit
2. Laptop 3 unit
3. Printer 3 unit
4. AC 3 unit
5. Portable water pump 1 unit
6. Scanner 1 unit
7. Lemari Penyimpan 7 unit
8. Lemari kayu 15 unit
9. Filling cabinet besi 1 unit
10. Meja kerja kayu 13 unit
11. Kursi besi 16 unit
12. Kursi kayu 7 unit
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 19
13. Sice 1 unit
14. Kasur/Springbed 7 buah
15. Lemari Es 1 buah
16. Sound system 1 buah
17. Dispenser 1 buah
18. Karpet 1 buah
19. Gordyn 1 buah
20. Meja gambar 7 buah
21. Kamera udara 1 unit
22. Microscope 1 unit
23. Water Distilling Apparatus 1 buah
24. Stabilizer/UPS 3 buah
25. Layar proyektor 2 buah
26. Jalan khusus lain 1 unit
27. Instalasi air sumber 1 unit
28. Instalasi lain-lain 1 unit
29. Jaringan listrik lainnya 1 unit
30. Hewan ternak (kambing) 30 ekor
31. Bangunan fasilitas umum lainnya 1 unit
32. Pagar permanen 2 unit
33. Bangunan gudang terttutup permanen 1 unit
34. Bangunan gedung instalasi lainnya 1 unit
35. Bangunan kandang 1 unit
36. Rumah negara golongan II Tipe permanen 1 unit
D. KERJASAMA HASIL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMANFAATAN HASIL LITBANG Pada tahun 2016 telah dilakukan kerjasama penelitian antara BPTP
Lampung dengan instansi lain. Judul kegiatan kerjasama penelitian tahun
2016 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kerjasama penelitian dengan instansi lain, tahun 2016
No Judul Kerjasama Mitra Kerjasama
1. Uji Efektivitas Penggunaan Pupuk Kayabio terhadap pertumbuhan dan produksi pada tanaman padi di lahan sawah
PT Petrokimia Gresik
2. Pembinaan Pertanian dan Peternakan kepada peserta didik dan Guru
PT. ASTRA dan YP-Michael D Ruslim
3. Uji Efektivitas pupuk hayati Bioripah pada tiga varietas kedelai dalam memperbaiki pertumbuhan dan produksi kedelai di lahan sub-optima
PT. PUSRI
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 20
IV. HASIL PENGKAJIAN
A. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG
1. Issue terhadap serangan hama wereng pada tanaman padi di
Lampung dan Rekomendasi Kebijakan Serangan hama wereng di Propinsi Lampung menjadi issue sangat
sensitif pada saat ini tahun 2016 dalam upaya mengejar peningkatan
produksi padi sawah di Lampung. Pada saat itu dirasakan serangan hama
tersebut menunjukkan tingkat serangan yang cukup mengkhawatirkan bagi
masyarakat petani padi. Serangan wereng pada tanaman padi di Lampung
meningkat dibanding masa tanam sebelumnya yaitu tahun 2014/2015.
Peningkatan serangan tersebut diidentifikasi karena (a) dampak pola
pemanfaatan lahan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa jeda
(istirahat) sehingga penanaman padi di semua sentra produksi terus menerus
dilakukan, (b) penggunaan pestisida yang berlebihan atau berlangsung lama
pada lahan yang sama, (c) kondisi lingkungan yang mendukung berupa
kondisi lembab dan panas mendukung reproduksi hama.
Upaya-upaya yang dilakukan antara lain: (a) melakukan pengolahan
tanah lewat penggunaan bahan-bahan organik agar bisa menetralkan
kandungan pH (keasaman) tanah yang rata-rata sudah dalam ambang batas
tidak wajar sehingga memberikan lingkungan yang optimal untuk
perkembangan tanaman, (b) melakukan jeda tanam padi atau melakukan
pemutusan pola tanam yang sama secar terus menerus untuk memutus
perkembangan hama atau memperkecil ruang perkembangan hama, (c)
penggunaan musuh alami ataupun pestisida ramah lingkungan, (d)
melakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, (e) pada daerah
endemik hama wereng dilakukan pemberantasan secara masal dengan
tingkat penaggulangan secara ekstreem yaitu mengisolasi kemuadia
dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida yang tepat dosis, tepat
sasaran, tepat waktu sehingga hama wereng langsung mati.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 21
Pihak-pihak yang dapat dilibatkan antara lain dengan memberdayakan
petugas lapangan yang ada, seperti penyuluh, KCD, POPT, dan staf
laboratorium hama penyakit secara maksimal serta peran aktif para petani.
Selain itu diperlukan rumusan kebijakan dari Pemerintah Daerah maupun
instansi yang berwenang di bidang pertanian seperti antara lain Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Badan Penyuluhan Pertanian
Perkebunan Perikanan dan Kehutanan di wilayah Propinsi Lampung, badan
penelitian dan pengembangan Pertanian bersama dengan instansi yang
bergerak di bidang pertanian untuk merumuskan kebijakan yang mendukung
upaya tersebut.
Kedepan untuk mengendalikan hama tersebut perlu upaya kebijakan
antara lain: (a) Segera melakukan indentifikasi dan memetakan daerah-
daerah endemik hama wereng yang menyerang padi sawah, (b) Mengisolasi
daerah yang terkena serangan hama wereng untuk selanjutnya dilakukan
tindakan pemberantasan secara intensif dengan berbagai cara antara lain
penggunaan pestisida tepat sasaran agar kedepan tidak terjadi resurjensi
hama wereng, (c) Untuk daerah-daerah yang belum terkena serangan hama
wereng diupayakan untuk dilakukan antisipasi berupa penggunaan pestidia
nabati yang aman bagi lingkungan, (d) Perlu dibangkitkan dan diprogramkan
kembali sekolah lapangan pengendalian hama terpadu di wilayah Propinsi
Lampung, (e) Perlu keterpaduan koordinasi antar instansi pemerintah yang
bergerak pada bidang pertanian dalam upaya mengatasi hama wereng, (f)
Perlu digalakkan kembali kinerja satuan tugas pengamat hama dan penyakit
tanaman (POPT) secara intensif di seluruh wilayah Propinsi Lampung.
2. Issue tentang kondisi irigasi dan sumberdaya air di Lampung dan Rekomendasi Kebijakan. Saran Rekomendasi kebijakan dalam mengantisipasi permasalahan
kebutuhan pemenuhan air irigasi mendukung produksi padi di Provinsi
Lampung :
a. Identifikasi sumber air baru yang berpotensi lestari memberikan tambahan
sumber irigasi bagi pembukaan lahan pertanian.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 22
b. Revitalisasi saluran tersier, pembuatan talud, dan pembuatan saluran
drainasi oleh Pemerintah daerah khususnya Dinas Pengairan PU Propinsi
Lampung.
c. Pembuatan bangunan bendungan baru, embung dan atau sumber air
irigasi baru mampu mengairi minimal 500 ha oleh Kementerian Pekerjaan
Umum.
d. Pembuatan sumur dalam maupun sumur bor skala sedang untuk mengairi
sawah apabila kekurangan air dimusim gadu dengan biaya darin
pemerintah daerah dengan melibatkan tenaga swadaya masyarakat.
e. Penciptaan inovasi teknologi budidaya padi hemat air spesifik wilayah.
B. Kajian Teknologi Penangkaran Padi Lokal Spesifik Lampung
a. Penangkaran dengan media tanah sawah dalam pot besar.
Tabel 10. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Jumlah anakan Pada pertanaman umur 2 bulan dalam pot.
Pertumbuhan tinggi tanaman yang ditanam dalam pot dengan media
tanah sawah (tersedia banyak air/terendam), dengan umur 2 bulan,
tanamannya tumbuh tinggi rata-rata di atas 100 cm baik pada tanaman yang
biasa ditanam di tegalan/lahan kering maupun yang biasa di sawah dan juga di
rawa.
b. Penangkaran dengan media lahan kering (langsung tanam di lahan kering)
Nama Padi Lokal Rataan Pertumbuhan
Tinggi Tanaman(cm)
Jumlah Anakan
Padi SiRenik-Tanggamus 124,50 15,50
Padi Hitam Lampung-Pringsewu 112,42 21,75
Padi Rawa -Mesuji 123,83 19,33
Padi Umbul-Umbul80 106,34 19,42
Padi Pandan Wangi-T.Bawang 140,58 18,10
Padi SiCantik-Pardasuka(P.sewu)
124,17 18,34
Padi Sumber Baru-L.Tengah 121,92 19,0
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 23
Ada perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman di tegalan/lahan kering.
Bagii pertanaman (materi padi lokal) yang biasa ditanam di sawah rata-rata
pertumbuhan tinggi tanaman lebih rendah seperti padi umbul-umbul (kurang
dari 60 cm) dibandingkan dengan tanaman padi lokal yang biasa ditanam di
tegalan /lahan kering seperti pandan wangi dan Sicantik,Si Renik,padi Sumber
Baru yang tumbuh lebih dari 80 cm.
Tabel 11. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Jumlah anakan Pada
pertanaman umur 2 bulan di lahan kering
C. Kajian Teknologi Perbaikan Kualitas Lahan dan Pengelolaan Air
Pada Lahan Sub Optimal untuk mendukung Swasembada Kedelai di Lampung
a. Kajian Peningkatan produktivitas padi pada lahan rawa pasang surut dengan kombinasi pupuk anorganik dan pemanfaatan pembenah tanah (pupuk organik)
Rata-rata tanaman tertinggi diperoleh Varietas Inpara 2 dengan
perlakuan dekomposer 4 l t/ha + pupuk anorganik rekomendasi 75 %(130,2
cm), bila dibandingkan dengan tinggi tanaman Varietas pembanding
(Ciherang) lebih tinggi sekitar 21 %. Perlakuan dekomposer juga memberikan
jumlah malai dan jumlah gabah/malai terbanyak baik pada Varietas Inpara 2
maupun Inpari 30. Pengaruh pupuk anorganik (rekomendasi) dan pembenah
tanah (biochar) serta dekomposer terhadap pertumbuhan dan komponen hasi
padi varietas Inpari 30 dan Inpara 2 disajikan pada tabel berikut :
Nama Padi Lokal Rataan Pertumbuhan Tinggi
Tanaman(cm) Jumlah Anakan
Padi SiRenik-Tanggamus 89,10 18,80 Padi Hitam Lampung-Pringsewu 63,50 24,70 Padi Umbul2 Terbanggi Besar 57,80 26,20 Padi Umbul-Umbul80 56,20 26,10 Padi Pandan Wangi-T.Bawang 109,60 13,00 Padi SiCantik-Pardasuka(P.sewu)
107,60 15,90
Padi Sumber Baru-L.Tengah 84,60 19,30 Inpago 9 (Pembanding) 63,7 16,6
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 24
Tabel 12. Pengaruh pupuk dan pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan
komponen hasil padi varietas Inpari 30 dan Inpara 2
Varietas Pupuk Tinggi
(cm)
Jumlah
malai
Panjang
malai
Jumlah
gabah
Jumlah
Hampa
Inpari 30
Rekomendasi 109,5 21,3 25,2 157,8 15,3
Biochar 114,1 20,5 24,3 156,9 22,2
Dekomposer 115,3 21,3 25,2 176,2 15,3
Inpara 2
Rekomendasi 128,5 24,8 24,5 188,7 24,9
Biochar 129,1 20,6 25,2 190,5 22,8
Dekomposer 130,2 27,8 24,8 203,3 23,8
Ciherang Kontrol 102,9 13,6 22,8 150,5 28.7
Hasil analisis statistik pada petak utama (varietas) menunjukkan
Inpara 2 nyata lebih tinggi tanamannya dibandingkan dengan Inpari 30,
sementara terhadap komponen hasil jumlah malai dan panjang malai tidak
berbeda nyata. Rata-rata jumlah gabah/malai Inpara 2 nyata lebih banyak
(18,7 %) dibanding Inpari 30. Pengaruh varietas (Inpari 30 dan Inpara 2)
terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi disajikan pada tabel berikut
:
Tabel 13. Pengaruh varietas (Inpari 30 dan Inpara 2) terhadap pertumbuhan dan,
komponen hasil padi
Varietas Tinggi
(cm)
Jumlah
malai
Panjang
malai
Jumlah
gabah
Jumlah
Hampa
Inpari 30 112,96 b 21,03 a 24,9 a 163,63 b 17,6 b
Inpara 2 129,27 a 24,4 a 22,8 a 194,17 a 23,8 a
Perlakuan pupuk organik (dekomposer) nyata terhadap jumlah malai
dan jumlah gabah/malai, tetapi untuk parameter tinggi tanaman dan panjang
malai tidak nyata. Perlakuan dekomposer 4 l t/ha +
pupukanorganikrekomendasi 75 % nyata meningkatkan jumlah malai sekitar
20 % dibandingkan perlakuan biochar + pupukanorganikrekomendasi 75
%,dan nyata meningkatkan jumlah gabah/malai tanaman sekitar 10 %
dibandingkan perlakuan pupuk anorganik 100 %. Pengaruh pupuk dan
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 25
pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 14. Pengaruh pupuk dan pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan,
komponen hasil padi.
Perlakuan
Pupuk
Tinggi
(cm)
Jumlah
malai
Panjang
malai
Jumlah
gabah
Jumlah
Hampa
Rekomendasi 119,05 a 23,09 ab 24,85 a 173,25 b 20,1 a
Biochar 121,61 a 20,55b 24,75 a 173,71 b 22,5 a
Dekomposer 122,75 a 24,55 a 25,05 a 189,75 a 19,6 a
Perlakuan dekomposer 4 l t/ha + pupukanorganikrekomendasi 75 %
pada Varietas Inpara 2 memberikan hasil tertinggi(8,29 t/ha), dimana lebih
tinggi 9,4 % dibandingkan dengan hanya pupuk anorganik atau 29,1 %
dibandingkan produktivitas Ciherang.
b. Pengelolaan Hara Tanaman Kedelai Spesifik Lahan Rawa Pasang Surut. Pengaruh pengelolaan hara tanaman kedelai terhadap pertumbuhan
dan bobot brangkasan tanaman kedelai menunjukkan jumlah cabang dan
bobot brangkasan basah (BB) dan bobot brangkasan kering (BK) tanaman
berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan. Namun tinggi tanaman, dan
panjang akar tidak berbeda. Perlakuan NPK (45 kg N; 72 kg P2O5; 120 kg
K2O)/ha memberikan pertumbuhan vegetatif dan bobot brangkasan tertinggi,
disusul PHSL-1 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O) tidak berbeda dengan
perlakuan PHSL-2 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg K2O)/ha dan PHSL-3 (22 kg
N; 28 kg P2O5; 60 kg K2O)/ha dan dosis pupuk rekomendasi umum (45 kg
N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O)/ha.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 26
Tabel 15. Pengaruh Pengelolaan Hara Tanaman Kedelai terhadap Pertumbuhan
Vegetatif dan Bobot Brangkasan Kedelai
Perlakuan Tinggi
tanaman (cm)
Jumlah Cabang
Panjang Akar (cm)
BB (kg)
BK (g)
PK (72 kg P2O5; 72 kg K2O) 30,8 a 0,7 ab 18,7 a 44,0 a 9,4 a
NK (45 kg N; 120 kg K2O) 29,8 a 0,7ab 17,2 a 33,3 a 7,8 a
NP (45 kg N; 72 kg P2O5) 34,3 a 0,1 a 17,7 a 46,0 ab 10,0 ab
NPK (45 kg N; 72 kg P2O5; 120 kg K2O)
39,8 a 1,1 b 21,8 a 62,0 b 13,3 b
PHSL-1 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O)
31,7 a 1,0 ab 17,6 a 50,7 ab 11,1 ab
PHSL-2 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg K2O)
31,8 a 0,6 ab 16,7 a 34,0 a 7,1 a
PHSL-3 (22 kg N; 28 kg P2O5; 60 kg K2O)
32,9 a 0,4 ab 17,1 a 42,7 a 9,8 a
Rekomendasi Umum (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O)
32,8 a 0,4 ab 19,9 a 40,7 a 9,7 a
c. Kajian Efisiensi Pemupukan Tanaman Kedelai pada Budidaya
Jenuh Air di Lahan Rawa pasang surut. Analisis statistik menunjukkan bahwa taraf pupuk pada kondisi jenuh air
hanya berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, tapi tidak
berpengaruh terhadap parameter jumlah cabang, panjang akar dan bobot
brangkasan (Tabel 8). Perlakuan P1 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) dan
P4 (75% P1 + Kapur + Pupuk Hayati) menghasilkan pertumbuhan tanaman
tertinggi namun hanya berbeda dengan perlakuan P5 (50% P1 + Kapur +
Pupuk Hayati). Secara umum perlakuan P1; P4; dan P6 (43 kg N; 50 kg
P2O5; 100 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati) menghasilkan pertumbuhan
vegetatif dan bobot brangkasan basah dan kering terbaik.
Tabel 16. Pengaruh Pemupukan pada kondisi Jenuh air terhadap pertumbuhan
vegetatif dan brangkasan tanaman Kedelai.
Perlakuan Tinggi
tanaman (cm)
Jumlah Cabang
Panjang Akar (cm)
BB (g) BK (g)
P1 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O)
38,2 a 0,9 a 18,1 a 61,3 a 12,3 a
P2 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) + Kapur
34,2 ab 0,8 a 17,7 a 70,7 a 12,9 a
P3 (45 kg N; 36 kg P2O5; 60 kg K2O) + kapur + pupuk hayati
34,3 ab 0,8 a 18,0 a 46,7 a 9,4 a
P4 (75% P1 + Kapur + Pupuk Hayati)
38,2 a 0,6 a 22,8 a 62,7 a 12,2 a
P5 (50% P1 + Kapur + Pupuk 30,5 b 0,6 a 19,2 a 43,3 a 8,6 a
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 27
Hayati)
P6 (43 kg N; 50 kg P2O5; 100 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati)
36,4 ab 1,0 a 24,7 a 62,0 a 13,3 a
P7 (30 kg N; 37 kg P2O5; 80 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati
33,1 ab 0,9 a 19,1 a 64,7 a 11,1 a
P8 (22 kg N; 28 kg P2O5; 60 kg K2O) + Kapur + Pupuk Hayati).
32,5 bc 0,8 a 24,0 a 56,0 a 9,7 a
Keterangan : BB = bobot bahan basah; BK= Bobot bahan kering
D. Peningkatan Intensitas Panen Melalui Pengembangan Teknologi Padi Sistem Ratun pada Lahan Pasang Surut Kabupaten Mesuji,
Pertumbuhan tanaman padi utama yang dikaji untuk selanjutnya akan
dilakukan ratunisasi yaitu varietas Banyuasin, Dendang, Inpara-2, dan
Cilamaya muncul pada musim Januari- April 2016 tidak optimal, dikarenakan
fluktuasinya musim yang cenderung berada pada kondisi air curah hujan
rendah dan kering (anomali iklim dan tidak normal) sehingga pertumbuhan
dan produksi tanaman tidak sesuai harapan atau tidak optimal. Pada saat
yang sama saat dilakukan ratunisasi terjadi ledakan serangan hama dan
penyakit yang mengakibatkan ratun tidak tumbuh atau mati dan kering
sehingga pada musim tersebut terjadi kegagalan (daya tumbuh ratun kurang
dari 60%). Untuk itu dilakukan penanaman padi utama pada musim
berikutnya yaitu periode Juni-September 2016 dengan varietas yang sama
yaitu Banyuasin, Dendang, Inpara-2, dan Cilamaya Muncul.
Titik kritis implementasi teknologi ratun di lahan rawa pasang surut
Kabupaten Mesuji adalah pada umur panen tanaman padi utama. Bahwa
pemotongan ratun harus segera dilakukan tepat disaat kondisi pertanaman
padi telah dalam kondisi masak fisiologis, batang masih hijau, 80% padi telah
berisi. Pemupukan dilakukan sebelum pemotongan ratun dengan dosis ½ dari
dosis tanaman utama. Pemotongan ratun dilakukan 3-7 hari setelah panen
padi utama. Panjang pemotongan ratun terbaik di lahan rawa pasang surut
Kabupaten Mesuji adalah 5-10 cm, karena adanya kondisi terjadinya
genangan di lahan rawa pasang surut.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 28
Varietas yang potensial digunakan untuk ratun di lahan rawa pasang
surut Kabupaten Mesuji adalah Inpara 2 dan Cilamaya Muncul. Preferensi dan
tanggapan petani terhadap kedua varietas padi tersebut juga sangat baik.
Teknologi ratun memberikan peningkatan indeks panen tambahan dan
produksi padi dalam kurun waktu 1,5 – 2 bulan setelah tanam padi utama
dilakukan. Teknologi tersebut sangat mungkin dan sesuai dicoba-terapkan di
lahan berpengairan terbatas pada musim tanam kedua. Di lahan rawa pasang
surut Kabupaten Mesuji, teknologi ratun memberikan rata-rata tambahan
produksi pada padi varietas Dendang sebesar 29,86% dan varietas Banyuasin
sebesar 37,78 %, sedangkan varietas Inpara-2 sebesar 75,53%.
Dimasa mendatang apabila para petani akan menerapkan teknologi
ratun disarankan untuk menghitung dengan tepat umur panen padi karena
ratun akan mempunyai daya tumbuh dengan baik apabila tidak terlambat
dalam melakukan panen. Pemotongan ratun yang baik adalah pada saat padi
telah dalam kondisi masak fisiologis, batang masih hijau, dan padi telah
berisi. Selain itu perlu memperhatikan kondisi lahan sawah harus tetap
lembab tetapi tidak tergenang.
E. Kajian Optimasi Pupuk Fosfat Pada Tiga Varietas Kedelai Di Lahan Masam Lampung Selatan, Secara umum kebutuhan tanaman akan pupuk ditentukan oleh jenis
bagian tanaman yang akan dipanen. Tanaman yang diambil bunga,buah,
atau bijinya disamping membutuhkan unsur N untuk pertumbuhan
vegetatifnya juga memerlukan banyak unsur P untuk pertumbuhan generatif
(pembentukan bunga, buah dan biji). Batas antara kecukupan dan defisiensi
unsur hara N untuk tanaman kedelai sebesar 4.2% dan untuk unsur hara P
sebanyak 0.26% (Sanchez, 1976). Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa untuk
kandungan hara N berdasarkan hasil analisis daun emnujukkan rata-rata
kandungan hara N adalah 3.41%, sedangkan untuk unsur P rata-rata 0.29%.
Berdasarkan hasil analisis kandungan hara N dan P pada tiga varietas
kedelai yang diuji (Grobogan, Anjasmoro dan Gepak Kuning) tidak terdapat
pengaruh tunggal varietas terhadap kandungan hara N dan P, akan tetapi
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 29
pengaruh perlakuan dosis pupuk P dalam bentuk SP-36 dan Rock Phosfat
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan hara N dan P pada
analisis jaringan daun tamanan kedelai pada fase vegetatif maksimum
dibandingkan tanpa pemberian pupuk P. Pemberian 264 kg Rock Phosphate
menunjukkan kandungan hara N dan P pada daun kedelai lebih tinggi dan
berbeda nyata dibandingkan pemberian 222 kg SP-36, hal ini
mengindikasikan bahwa penyerapan unsur N dan P oleh tanaman dalam
bentuk batuan fosfat lebih banyak diserap oleh tanaman dibandingkan
penyerapan unsur P dalam bentuk SP-36. Batuan fosfat (Rock Phosphate)
dengan kadungan P205total sebesar 30,28% dengan ukuran partikel yang
lebih halus makin mudah digunakan oleh tanaman.
F. Kajian Teknologi Adaptif Pengolahan Sirup Glukosa dari Pati beberapa Varietas Ubi Kayu Sirup glukosa dapat dibuat dengan melalui dua tahap utama yaitu
likuifikasi dan sakarifikasi. Proses likuifikasi dan sakarifikasi untuk
mendapatkan glukosa dilakukan secara enzimatis, selanjutnya dilakukan
pemucatan dan penyaringan. Tahap pembuatan sirup glukosa disajikan pada
Gambar berikut
Gambar 4. Tahapan Pembuatan Sirup
Tapioka Air (perbandingan 1:3) Bubur pati
α amylase (1,5 ml/kg)
)pati)
Likuifikasi (90ºC, 60 menit)
Amiloglukosidase (1,5 ml/kg)
)pati)
Pendinginan
Sakarifikasi (60oC, 60 menit)
Arang aktif (1%) Pemanasan
Pendinginan dan penyaringan
Penguapan
Sirup glukosa
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 30
Pembuatan sirup glukosa dari pati 4 varietas ubikayu yaitu; pati
ubikayu varietas kasetsart, pati ubikayu varietas Barokah, pati ubikayu
varietas Manado, dan pati ubikayu varietas campuran. Hasil pengkajian
menunjukkan bahwa penggunaan pati dari varietas ubikayu yang berbeda,
ternyata menghasilkan sirup glukosa yang berbeda, baik dari kuantitas
maupun kualitasnya. Secara visual sirup glukosa yang dihasilkan dari pati
ubikayu varietas barokah lebih jernih dan endapannya sedikit, sehingga
rendemennya lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya.
Gambar 5. Penampilan sirup glukosa dari pati 4 varietas ubikayu
Untuk mengetahui kualitas sirup glukosa yang dihasilkan telah dilakukan uji
mutu dan nilai gizi di laboratorium.
Tabel 17. Data rata-rata rendemen sirup glukosa dari pati beberapa varietas ubikayu
Varietas Berat tapioka (g) Rendemen glukosa
ml (%)
Kasetsart/UJ 5 (A) 2.000 1.415 70,77 (b) Barokah (B) 2.000 1.272 63,59 (c) Manado (C) 2.000 1.668 83,38 (a) Campuran (D) 2.000 1.231 61,54 (c)
Pembuatan sirup glukosa dilakukan secara enzimatis dengan 2 tahap
yaitu tahap likuifikasi dengan penambahan enzim alfa amylase, dan tahap
sakarifikasi dengan penambahan enzim amiloglukosidase. Pati ubikayu
varietas Manado menghasilkan rendemen sirup glukosa yang tertinggi
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 31
(83,38%), dibandingkan dengan varietas ubikayu lainnya. Hal ini disebabkan
karena sirup glukosa yang dihasilkan dari pati ubikayu varietas Manado
memiliki endapan yang paling sedikit sehingga sirup glukosa yang dihasilkan
lebih banyak. Sementara sirup glukosa yang dihasilkan dari pati ubikayu
varietas campuran memiliki endapan yang sangat banyak, sehingga setelah
proses penyaringan sirup glukosa yang dihasilkan lebih sedikit.
Tabel 18. Data rata-rata kadar amilosa dari pati 4 varietas ubikayu
No. Perlakuan Kadar Amilosa (%)
1. Varietas Kasetsart/UJ5 28,08 (a) 2. Varietas Barokah 25,49 (b) 3. Varietas Manado 24,05 (c) 4. Varietas Campuran 27,27 (a)
Kadar amilosa pati ubikayu varietas kasetsart/UJ 5 lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar pati ubikayu varietas lainnya. Kadar amilosa yang
tinggi biasanya diikuti dengan kandungan pati tinggi dan diduga pati tersebut
memiliki rantai α 1,4 Dglikosida yang lebih panjang dibandingkan dengan ubi
kayu lainnya, karena semakin panjang rantai α 1,4 D-glikosida yang
terkandungdidalam pati, maka semakin tinggi kadar amilosa yang terkandung
didalamnya.
Data rata-rata kadar air, total padatan terlarut, gula reduksi, pH, dan
total mikroba, dari sirup glukosa 4 varietas ubikayu dengan pembanding sirup
sukrosa (gula tebu) disajikan pada tabel berikut.
Tabel 19. Data kadar air, Total padatan terlarut, gula reduksi, pH, dan total Mikroba
Varietas Kadar air Gula
Reduksi
TPT pH Total Mikroba
(%) (%) o Brix CFU/ml
Kasetsart/UJ5 52,79 (c) 15,66 (b) 46,10 (b) 5,12 (c) 4,3 x 103 (d)
Barokah 43,75 (d) 22,55 (a) 54,10 (a) 5,77 (b) 2,7 x 104 (b)
Manado 43,75 (d) 22,55 (a) 54,10 (a) 5,77 (b) 3,3 x 103 (d)
Campuran 60,10 (b) 23,36 (a) 40,13 (c) 5,33 (bc) 6,4 x 103 (c)
Larutan sukrosa/
gula tebu (1:5)
68,35 (a) 0,72 (c) 30,80 (d) 6,74 (a) 5,2 x 104 (a)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 32
Sirup glukosa yang dibuat dari bahan baku pati ubikayu varietas
Manado mempunyai mutu yang lebih baik dibandingkan dengan varietas
lainnya, karena memiliki kadar air terendah (43,75%), total mikroba yang
terendah (3,3x103 CFU/ml), gula pereduksi yang tertinggi (22,55%) dan total
padatan terlarut yang tertinggi (54,10o Brix). Kadar air yang rendah ini
menyebabkan sirup glukosa lebih awet dan tidak cepat rusak, hal ini terlihat
juga dari kandungan mikroba sirup glukosa dari varietas Manado lebih rendah
dibandingkan dengan varietas lainnya. Sedangkan total padatan terlarut yang
lebih tinggi menunjukkan bahwa sirup glukosa yang dihasilkan lebih manis,
sehingga lebih potensial untuk dijadikan sebagai substitusi gula tebu
(sukrosa). Gula pereduksi yang lebih tinggi menunjukkan bahwa sirup
glukosa tersebut mempunyai sifat mereduksi yang lebih, sementara untuk
sukrosa (gula tebu) bukan merupakan gula pereduksi sehingga hasil analisa
gula reduksi sukrosa sangat rendah yaitu hanya 0,72%.
Tabel 20. Data rata-rata analisa Indeks Glikemik (IG) sirup glukosa dari pati 4
varietas ubikayu dengan pembanding gula sukrosa (gula tebu)
No. Varietas Nilai Indek Glikemik (IG)
1. Glukosa standar 100 2. Varietas Kasetsart/UJ5 90,64 (a) 3. Varietas Barokah 79,01 (d) 4. Varietas Manado 80,05 (d) 5. Varietas Campuran 87,98 (b) 6. Larutan Sukrosa/gula tebu (1:5) 81,79 (c)
Nilai Indeks Glikemik (IG) sirup glukosa dengan bahan baku ubikayu
varietas Barokah (79,01) dan Manado (80,05) lebih rendah dibandingkan
dengan nilai IG sukrosa/gula tebu (81,79) yang digunakan sebagai
pembanding, sementara untuk varietas Kasetsart dan varietas campuran nilai
IG nya lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa. Hal ini menunjukkan bahwa
ubikayu varietas Barokah dan Manado memiliki peluang yang baik untuk
digunakan sebagai pemanis alternatif karena memiliki nilai IG yang lebih
rendah dibandingkan dengan sukrosa, sehingga tidak terlalu cepat menaikkan
kadar gula darah di dalam tubuh manusia.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 33
Tabel 21. Data rata-rata kadar energi sirup glukosa dari pati 4 varietas Ubikayu dengan pembanding gula sukrosa (gula tebu)
No. Varietas Kadar energi (kal/g)
1. Kasetsart/UJ5 97,71 (a) 2. Barokah 61,32 (b) 3. Manado 44,55 (c) 4. Campuran 44,26 (c) 5. Larutan Sukrosa/ gula tebu
(1:5) 41,41 (d)
Kadar energi yang terendah justru terdapat pada sukrosa gula tebu
(41,41 kal/g) yang diencerkan dengan perbandingan 20 g gula tebu +80 ml
air, tapi angka ini tidak terlalu berbeda dengan sirup glukosa yang dibuat dari
pati ubikayu varietas Manado dan varietas campuran. Sementara sirup
glukosa dengan bahan baku pati ubikayu varietas kasetsart memiliki
kandungan energi yang sangat tinggi yaitu 97,71 kal/g.
G. Kajian Pengembangan Lada dan Pengendalian HPT Pada Lahan Kering Masam di Lampung Dengan penerapan komponen PTT lada ada penambahan jumlah
cabang 234% dibanding tanpa penerapan komponen PTT pada tanaman lada
umur 9 bulan. Penerapan komponen PTT lada dapat menurunkan serangan
hama penggerek batang lada sebesar 43,31% dibanding tanpa penerapan
komponen PTT pada tanaman lada yang berumur lebih dari 2 (dua) tahun.
Pengendalian HPT mampu menurunkan serangan hama penggerek batang
sebesar 78% dan busuk pangkal batang 82%, hama dan penyakit lainnya
berkisar 52-80%. Perkembangan dan pertumbuhan tinggi tanaman
meningkat 87% dari komponen petani dan proses pembungaan serta jumlah
bunga per malai meningkat 65%. Kendala yang dihadapai yaitu kondisi iklim
dan cuaca (mendung dan hujan) menghalangi pelaksanaan kegiatan di
lapangan.
H. Kajian Sistem Usahatani Berbasis Mekanisasi Mendukung Pencapaian Swasembada Padi Keberadaa alat dan mesin pertanian yang ada di daerah
survei/pengkajian telah sesuai dengan kemauan petani baik dari segi jenis
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 34
dan macam alat, maupoun segi kegunaan atau manfaatnya. Penggunaan alat
dan mesin pertanian seperti traktor bajak, mesin tanam transplanter, mesin
pemanen power threser dan combine harvester nyata mudah dipelajari,
diamati, dipraktekkan dan diaplikasikan di lapangan oleh para petani.
Penggunaan alat dan mesin seperti traktor untuk pengolahan tanah,
mesin threser dan combine harvester untuk membantu panen, penggunaan
mesin tanam (transplanter) memberikan nilai kemudahan, efisien dan
efektifnya membantu usahatani yang dilakukan sehingga sebagain besar
petani memberikan penilaian bahwa penggunaan alat dan mesin tersebut
relatif menguntungkan petani. Penggunaan combine harvester dalam proses
panen padi dapat mengurangi susut sampai 50% dibandingkan manual (non
mekanisasi). Penggunaan full mekanisasi lebih menguntungkan dan layak
diaplikasikan pada usahatani padi.
I. Pemetaan P dan K untuk Penetapan Rekomendasi
Pemupukan Spesifik Pada Komoditas Unggul di provinsi Lampung
Hasil analisis tanah menunjukkan variasi perbedaan kandungan unsur
hara P dan K yang ada di lahan sawah di Kabupaten Pringsewu. Pada tiap-
tiap kecamatan memiliki perbedaan kelas status hara sehingga
mempengaruhi dosis rekomendasi pemupukan yang disarankan.
Tabel 22. Hasil analisis P potensial, kelas status hara dan dosis rekomendasi pemupukan P di Kabupaten Pringsewu
Kecamatan Desa Kadar P Potensial
(mg P2O5/100 g)
Kelas Status Hara
Dosis Rekomendasi Pemupukan P
(SP36/ha)
Pagelaran Lugusari 1 18.90 Rendah 100 kg Lugusari 2 19.44 Rendah 100 kg Pamenang 1 42.56 Tinggi 50 kg Pamenang 2 40.51 Tinggi 50 kg Gumukrejo 19.86 Rendah 100 kg Tanjung Dalam 55.22 Tinggi 50 kg
Ambarawa Kresno Mulyo 59.49 Tinggi 50 kg Sumber Agung 33.26 Sedang 75 kg Kresno Mulyo 34.79 Sedang 75 kg Ambarawa Barat
1
62.15 Tinggi 50 kg
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 35
Ambarawa Barat
2
54.99 Tinggi 50 kg
Ambarawa Timur
1
17.73 Rendah 100 kg
Ambarawa Timur 2
26.22 Sedang 75 kg
Sukoharjo Sukoharjo 3 15.62 Rendah 100 kg Sukoharjo 3 barat 30.91 Sedang 75 kg Panggungrejo 8.66 Rendah 100 kg Sukoyoso 8.44 Rendah 100 kg Sukoharjo 1 11.72 Rendah 100 kg Sukoharjo 2 24.32 Sedang 75 kg
Banyumas Banyumas 1 21.16 Sedang 75 kg
Banyumas 2 15.03 Rendah 100 kg
Adi Luwih Sri Katon 37.61 Sedang 75 kg
Adi Luwih 37.82 Sedang 75 kg
Pringsewu Fajar Agung 29.79 Sedang 75 kg
Fajar Esuk 11.80 Rendah 100 kg
Bumi Ayu 14.54 Rendah 100 kg
Bumi Arum 49.45 Tinggi 50 kg
Pardasuka Pujodadi 36.64 Sedang 75 kg
Sukorejo 58.35 Tinggi 50 kg
Pardasuka Timur 24.79 Sedang 75 kg
Pardasuka Selatan 29.73 Sedang 75 kg
Pardasuka Induk 39.85 Sedang 75 kg
Gadingrejo Wonodadi 59.43 Tinggi 100 kg
Wonosari 61.91 Tinggi 100 kg
Tegalsari 66.93 Tinggi 100 kg
Blitarejo 90.65 Tinggi 100 kg
Bulukarto 29.31 Sedang 75 kg
Mataram 12.52 Rendah 50 kg
Tabel 23. Hasil analisis K potensial, kelas status hara dan dosis rekomendasi
pemupukan K di Kabupaten Pringsewu Kecamatan Desa Kadar P
Potensial (mg
P2O5/100 g)
Kelas Status Hara
Dosis Rekomendasi Pemupukan P
(SP36/ha)
Pagelaran Lugusari 1 8.20 Rendah 100 kg Lugusari 2 5.75 Rendah 100 kg Pamenang 1 4.11 Rendah 100 kg Pamenang 2 13.23 Sedang 50 kg Gumukrejo 7.68 Rendah 100 kg Tanjung Dalam 14.32 Sedang 50 kg
Ambarawa Kresno Mulyo 20.00 Sedang 50 kg Sumber Agung 19.99 Sedang 50 kg Kresno Mulyo 22.26 Tinggi 50 kg Ambarawa Barat 1 6.39 Rendah 100 kg Ambarawa Barat 2 17.40 Sedang 50 kg
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 36
Ambarawa Timur 1 24.66 Tinggi 50 kg Ambarawa Timur 2 17.83 Sedang 50 kg
Sukoharjo Sukoharjo 3 7.88 Rendah 100 kg Sukoharjo 3 barat 19.90 Sedang 50 kg Panggungrejo 14.90 Sedang 50 kg Sukoyoso 10.18 Sedang 50 kg Sukoharjo 1 9.94 Rendah 100 kg Sukoharjo 2 17.86 Sedang 50 kg
Banyumas Banyumas 1 21.88 Tinggi 50 kg
Banyumas 2 12.72 Rendah 100 kg
Adi Luwih Sri Katon 6.08 Rendah 100 kg
Adi Luwih 15.53 Sedang 50 kg
Pringsewu Fajar Agung 11.40 Sedang 50 kg
Fajar Esuk 28.94 Tinggi 50 kg
Bumi Ayu 12.31 Sedang 50 kg
Bumi Arum 35.05 Tinggi 50 kg
Pardasuka Pujodadi 35.48 Tinggi 50 kg
Sukorejo 19.79 Sedang 50 kg
Pardasuka Timur 39.27 Tinggi 50 kg
Pardasuka Selatan 35.10 Tinggi 50 kg
Pardasuka Induk 38.89 Tinggi 50 kg
Gadingrejo Wonodadi 13.18 Sedang 50 kg
Wonosari 21.88 Tinggi 50 kg
Tegalsari 12.92 Sedang 50 kg
Blitarejo 38.13 Tinggi 50 kg
Bulukarto 23.39 Tinggi 50 kg
Mataram 11.67 Sedang 50 kg
J. Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Hasil inventarisasi/pelaksanaan kegiatan diperoleh kurang lebih 130-
an jenis tanaman yang menyebar hampir di seluruh pekarangan petani
kooperator berupa tanaman pangan local (jenis umbi-umbian), jenis sayuran,
tanaman buah-buahan dan tanaman obat-obatan serta tanaman perkebunan.
Hasil ini menyebar di hampir seluruh Kabupaten terutama di dataran rendah.
Sedangkan di dataran tinggi lebih didominasi dengan tanaman sayuran dan
perkebunan terutama di luar pekarangan. Seperti di Lampung Barat yang
merupakan daerah dataran tinggi di Provinsi Lampung, lahan pekarangannya
lebih banyak ditanamani dengan tanaman hias atau malah dibiarkan kosong.
Di lokasi kebun koleksi sudah diidentifikasi dan karakterisasi beberapa
jenis tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian (aneka jenis ubi jalar seperti
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 37
Ubi Cilembu, Ubi Sablah Manohara, Ubi Toyota, Ubi Malang Hijau, Ubi Malang
Ungu, Ubi Tanggamus putih, Ubi Tanggamus ungu, Ubi Sekincau, Ubi local
Natar dan Ubi Papua, ganyong, garut, suwek, uwi biru, gadung, gembili dan
talas). Sementara tanaman buah berupa Alpokad, Durian, Manggis, Sirsak
juga sudah dilakukan karakterisasi sesuai dengan umur tanaman yang ada
(data informasi pertumbuhan vegetative). Tanaman perkebunan seperti Lada,
Kopi, Vanili masih dalam proses karakterisasi ulang. Juga sudah dilakukan
penelusuran keberadaan tanaman buah unggul lokal Manggis dan Durian di
Kabupaten Tanggamus.
Salah satu kegiatan yang agak sulit dilakukan adalah pemeliharaan
untuk evaluasi padi Ampai yang merupakan padi rawa, komoditas yang akan
didaftarkan sebagai salah satu tanaman yang spresifik loksi karena
diinformasikan kalau berasnya dapat atau bagus dikonsumsi oleh penderita
Penyakit kencing manis atau Diabetes dan mempunyai karakeristik khusus
karena ditanam hanya di rawa Kabupaten Mesuji. Hasil karakterisasi Padi
Ampai seperti pada Tabel berikut ini.
Tabel 24. Hasil Karakterisasi Padi Ampai Nama komoditas
Nama aksesi
Nama kolektor
Asal Status aksesi
Umur panen
Tipe budi daya
Tipe beras
Catatan
Padi
Lokal
Padi
ampai
Mulyadi Desa
Sungai
Badak
Kec.
Mesuji
Kab.
Mesuji
Lampu
ng
Kultifar
Lokal
6 bulan Padi
Rawa
Beras
Merah
Jumlah anakan 10-24
Panjang malai 29,3 cm
Jumlah gabah/malai 269,3 butir
Jumlah gabah hampa/ malai 16,3 butir
Persentase gabah isi/malai 94%
Tinggi tan. 110-190 cm
Umur panen 5-6 bulan
Potensi Hasil 10 ton/ha
Jenis beras pera
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 38
V. DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN
Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian di BPTP ditentukan
oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang digunakan
oleh masyarakat tani di wilayahnya. Agar hasil-hasil penelitian dan pengkajian
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tani dan pelaku agribisnis lainnya, maka
dilakukan upaya diseminasi inovasi teknologi hasil pengkajian. Dalam
pelaksanaannya di lapangan, kegiatan diseminasi tidak terpisah atau berdiri
sendiri, melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan penelitian dan pengkajian. Kegiatan ini mencakup berbagai
kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas institusi dari aspek
informasi dan komunikasi yang akan berdampak pada peningkatan adopsi
teknologi hasil litkaji dan dukungan dari pengguna terhadap institusi.
A. Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi Penyuluhan
Dalam Rangka Percepatan Inovasi Pertanian Di Provinsi Lampung
1. Bimbingan Lanjut Petani, Penyuluh Dan Sosialisasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementan Dan Balitbangtan Bimbingan penerapan teknologi budidaya bawang merah dengan
tujuan untuk perluasan adopsi teknologi dilakukan dengan tahapan kegiatan
diantaranya pelatihan petani dan penyuluh pendamping lapangan, sekolah
lapang/praktek lapangan, Demontrasi plot/percontohan,
anjangsana/kunjungan ke petani secara individu atau kelompok,
a. Pelatihan
Peserta pelatihan meliputi petani dan penyuluh pendamping kelompok
tani penerima bantuan benih bawang merah sejumlah 50 orang berasal dari
Kecamatan Gisting, Gunung Alip, Pugung, Pulau Panggung, Sumber Rejo.
Materi yang disampaikan yaitu teknologi budidaya bawang merah, teknik
perbenihan, pengendalian hama penyakit, pembinaan kelembagaan, dan
dinamika kelompok, dengan narasumber berasal dari peneliti/penyuluh BPTP
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 39
Lampung dan praktisi usahatani bawang merah. Metode yang digunakan
adalah ceramah dan diskusi serta tukar pengalaman diantara peserta tentang
budidaya bawang merah. Peserta pelatihan sangat merespon materi yang
disampaikan dari narasumber, yang ditunjukkan dengan berbagai pertanyaan
dan saran dari peserta terkait dengan rencana penerapannya di lapangan
dengan harapan dapat mencapai keberhasilan usahatani bawang merah.
b. Sekolah Lapang
Sekolah lapang (SL) dilaksanakan pada beberapa tahap budidaya
yaitu persiapan bibit, pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman (penyiangan,
penyiraman, pengendalian hama penyakit), panen dan pacsa panen. SL
dilaksanakan 2 - 3 kali pertemuan dengan jumlah peserta 30 – 40
orang/pertemuan berasal dari petani pelaksana demplot, petani dan petugas,
penyuluh pertanian lapangan di beberapa sentra produksi bawang merah di
Kabupaten Tanggamus meliputi Kecamatan Gisting, Gunung Alip, Sumber
Rejo, Pulau Panggung, Pugung. Lokasi SL di hamparan demplot/percontohan
di Kelompok Tani “Tani Makmur” Pekon Campang, Kecamatan Gisting,
Kabupaten Tanggamus. Selain itu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan keterampilan petani dalam membudidayakan bawang merah, maka
setiap saat atau disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang
dihadapi petani, maka setiap 2 – 3 minggu sekali dilakukan
anjangsana/kunjungan untuk pembinaan teknis dan non teknis kepada
pelaksana demplot terkait dengan usahatani bawang merah.
c. Demonstrasi Plot
Luas demplot/percontohan budidaya bawang merah 2 ha dengan
melibatkan 5-8 petani kooperator masing-masing seluas 0,25 – 0,5 ha.
Teknologi yang diterapkan adalah penggunaan varietas unggul yang diminati
petani/pasar yaitu “Bima Brebes”, pemupukan berimbang dengan dosis:
Urea 150 kg/ha + SP-36 150 kg/ha +NPK Phonska 100 kgh/ha + ZA 400
kg/ha + KCl 150 kg/ha + Pupuk kandang sapi 15 ton/ha atau Ayam 6 ton/ha
+ Dolomit 500 kg/ha + Pupuk hayati melalui bibit, pengendalian organisme
pengganggu tanaman secara terpadu dikombinasikan dengan pestisida yang
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 40
disesuai dengan tingkat serangan, pemeliharaan/penyiraman sesuai
kebutuhan tanaman. Adapun Teknologi budidaya bawang merah yang
dilaksanakan di lokasi demplot berdasarkan petunjuk teknis budidaya bawang
merah Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit terpadu sedikit
terkendala karena pengetahuan dan sikap petani mengenai pengendalian
HPT yang masih tergantung pada pestisida. Walaupun demikian, perangkap
kuning untuk mengendalikan trips tetap digunakan dalam demplot. Selain itu
komponen teknologi yang tidak dapat dilaksanakan secara optimal lainnya
adalah sortasi/selekasi bibit dan pengeringan setelah panen. Bibit yang
digunakan dalam demplot adalah bibit bantuan dari Dinas Pertanian
Kabupaten Tanggamus yang bersumber dari Kabupaten Brebes dengan
Varietas “Bima Brebes”
Adapun produktivitas bawang merah di lokasi demplot dengan
penerapan teknologi introduksi dan di luar demplot sebagai pembandingnya
dengan penerapan teknologi yang umumnya diterapkan oleh petani,
sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 25. Produktivitas Bawang Merah dalam dan luar Demplot di Kabupaten Tanggamus, 2016
No.
Produktivitas di Dalam Demplot Produktivitas di Luar
Demplot
Peningkatan Nama Petani Sampel
Varietas
Produktivitas Umbi Kering
(Kg/ha)
Varietas
Produktivitas Umbi Kering
(Kg/ha)
1 Sunarno Bima Brebes
7,850 Bima Brebes
7,400
2 Riyanto Bima Brebes
9,958
3 Suherman Bima Brebes
10,288
4 Ngatiman Bima Brebes
10,750
Jumlah 9,712 7,400 2,312 kg/ha (31.24 %)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 41
d. Pengetahuan dan Sikap Petani
Salah satu tujuan pelaksanaan bimbingan lanjut budidaya bawang
merah adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani
terhadap teknologi budidaya bawang merah, sehingga mereka mau dan
mampu menerapkan teknologi tersebut sesuai dengan kondisi agroekosistem
pada lahan usahatani yang mereka miliki. Adapun tingkat pengetahuan, sikap
dan keterampilan petani terhadap teknologi budidaya bawang, sebagaimana
disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 26. Tingkat Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Petani terhadap Teknologi Budidaya Bawang Merah di Kabupaten Tanggamus, 2016
Uraian Tingkat
Pengetahuan Keterampilan Sikap
Mean 3,67 3,67 4,02
Min 1 2 1
Max 5 5 5
Median 4 4 4 Keterangan: Kategori rendah (1,00-2,33), sedang (2,34-3,67), tinggi (3,68- 5,00
e. Tingkat Penerapan Teknologi
Untuk mengetahui tingkat penerapan petani terhadap teknologi
budidaya bawang merah di wilayah pengembangan kawasan bawang merah
Kabupaten Tanggamus dilakukan survei petani di Wilayah Kecamatan Gisting,
Sumber Rejo, Gunung Alip dan Pulau Panggung sebanyak 40 responden.
Adapun tingkat penerapan petani terhadap teknologi budidaya bawang merah
secara keseluruhan dalam kategori sedang dengan skor 3,67 (Tabel 6).
Tabel 27. Tingkat Penerapan Petani terhadap Teknologi Budidaya Bawang Merah di Kabupaten Tanggamus, 2016
No Komponen Teknologi PTT Tingkat
Penerapan
1 Pemilihan bibit 3,2
2 Perlakuan bibit sebelum tanam 4,0
3 Persiapan lahan 4,1
4 Penanaman 4,0
5 Waktu pemupukan 4,1
6 Dosis dan cara pemupukan 3,7
7 Pengendalian Gulma 3,7
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 42
No Komponen Teknologi PTT Tingkat
Penerapan
8 Pengairan/penyiraman 4,0
9 Pengendalian hama penyakit terpadu 3,2
10 Panen 3,9
11 Pengeringan 3,4
Rata-rata 3,67 Keterangan:
Tingkat penerapan rendah (1,00 – 2,33), sedang (2,34 – 3,67), tinggi (3,68 – 5,00)
2. Temu Teknis Penyuluh, Peneliti Dengan Stakeholder a. Kabupaten Tanggamus
Pelaksanaan Temu Teknis Tingkat Kabupaten dalam bentuk sosialisasi
Teknologi dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2016, di Gedung Pertemuan
Serumpun Padi, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, dengan jumlah
peserta 60 orang terdiri dari kordinator penyuluh dan PPL yang berasal dari
beberapa Kecamatan antara lain: Semaka 2 orang, Pugung 7 orang, Gisting
7 orang, Gunung Alif 6 orang, SumberRejo 6 orang, Talang Padang 7 orang,
Kota Agung Timur 4 orang, Kota Agung 4 orang, Pulau Panggung 4 orang,
Wonosobo 1 orang, P. Sawa 3 orang, Semoung 2 orang dan penyuluh
BP4K 7 orang. Selain itu acara ini juga di hadiri Ka. Bidang Ketenagaan (Ir.
Santoso) dan Ka. Bidang Penyelenggaraan BP4K Tanggamus (Ir. Ediyanto)
dan penyuluh/peneliti BPTP. Materi yang disampaikan berdasarkan kebutuhan
yang telah disepakati bersama antara tim BPTP dengan BP4K Kabupaten
Tanggamus.
Tabel 28. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi acara temu Teknis di Kabupaten Tanggamus
No. Materi Narasumber
1 Alih fungsi lahan tanaman perkebunan yang dijadikan lahan tanaman pangan/hortikultura
Dr.Ir. Arivin Rivaie, M.Sc
2. Teknologi Budidaya Padi dengan Jarwo Super
Ir. Bambang Wijayanto, MP.
3. Teknologi Budidaya Jambu Kristal dan Pepaya
Dr. Ir. Nila Wardani, M.Si.
4. Teknologi Budidaya Ayam KUB Reli Hevrizon, SPt
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 43
Penyampaian materi menggunakan metode ceramah yang diikuti
dengan diskusi. Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengembangan sistem tanam jajar legowo sampai saat ini masih
terbatas, diperkirakan barui 25 persen petani yang menerapkannya,
hal ini disebabkan keterampilan penanam yang masih terbatas dan
memerlukan biaya lebih tinggi dibandingkan sistem tanam biasa
/tegel.
2. Penggunaan alsintan transplanter belum banyak digunakan petani,
hal ini terkendala pada (1) ketersediaan alat yang terbatas, (2)
kurangnya keterampilan dalam mengoperasionalkan alat tersebut.
3. Sebagian besar tanaman pepaya mengalami serangan hama dan
penyakit dengan terdapat bercak-bercak cokelat sampai hitam pada
buah yang disebut penyakit Antraknosa. Beberapa tindakan yang
harus dilakukan yaitu: menjaga kondisi lingkungan agar tidak lembab
dan lakukan penyemprotan dengan fungisida.
4. Dalam budidaya ternak ayam yang menjadi permasalahan sebagian
besar peternak adalah masalah pakan terutama dalam hal
perhitungan komposisi pakan. Kandungan pakan ideal untuk ternak
ayam meliputi protein kasar, energi, serat kasar, metionin dan lisin
yang dapat diperoleh dari dedak, menir jagung, tepung ubikayu dll.
Hasil evaluasi terhadap peserta terhadap penyelenggaraan temu
teknis, materi dan narasumber dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagian besar Peserta (60 %) belum pernah mengikuti sosialisasi
teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP.
2. Teknologi yang pernah disosialisasikan oleh BPTP meliputi:
a. Budidaya bawang merah
b. Pengolahan hasil tanaman hortikultura
c. Budidaya padi sawah dengan sistem jajar legowo dan PTT padi
sawah
d. Kalender tanam terpadu (Katam)
e. Salibu
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 44
f. Pembuatan pupuk kompos
g. Teknologi budidaya jagung
h. Penangkaran benih padi
3. 100 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang disosialisasikan
oleh BPTP telah dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di
lapang.
4. 83,76 % peserta menyatakan bahwa materi yang diberikan oleh BPTP
sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan.
5. 73,3 % peserta menyatakan teknologi yang disampaikan oleh
narasumber mudah dipahami.
6. 79,17 persen peserta menyatakan penyelenggaraan temu teknis
memuaskan.
7. 75 persen peserta menyatakan penguasaan materi narasumber dalam
kategori baik.
8. 91,67 persen peserta menyatakan cara penyampaian materi oleh
narasumber berada dalam kategori baik.
9. 75 persen peserta menyatakan dalam hal Interaksi dengan peserta,
narasumber berada dalam kategori baik.
10. Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain: budidaya buah
manggis, pemupukan berimbang.
11. Beberapa saran peserta antara lain: acara temu teknis bagi penyuluh
secara kontinyu dilakukan, materi yang disampaikan sebaiknya
teknologi hasil penelitian yang telah dilakukan oleh BPTP, Adanya
tindak lanyut dari acara temu teknis berupa demplot di wilayah
binaan.
b. Kabupaten Pesawaran
Pelaksanaan Temu Teknis Tingkat Kabupaten dalam bentuk sosialisasi
Teknologi di Kabupaten Pesawaran berlangsung pada hari Kamis, tanggal 16
Juni 2016. Lokasi pertemuan di Balai Desa Kutoarjo Kecamatan Gedung
Tataan, Kabupaten Pesawaran, dengan jumlah peserta 60 orang terdiri dari
kordinator penyuluh, PPL, THL dan penyuluh swadaya yang berasal dari
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 45
beberapa Kecamatan antara lain: Gedong Tataan 8 orang, , Kedondong 4
orang, Padang Cermin 5 orang, Tegineneng 5 orang, Negeri Katon 6 orang,
Way Ratai 8 orang, Waylima 5 orang, Way Khilau 3 orang, Teluk Pandan 4
orang, Punduh Pidada 5 orang, Kutoarjo 2 orang serta 5 penyuluh BP4K
Kabupaten Pesawaran. Hadir pula Ka. Bidang Penyelenggaraan, KJF BP4K
Pesawaran serta tim peneliti dan penyuluh dari BPTP Lampung. Materi yang
disampaikan berdasarkan kebutuhan yang telah disepakati bersama antara
tim BPTP dengan BP4K Kabupaten Pesawaran.
Tabel 29. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi acara temu Teknis di
Kabupaten Pesawaran
No. Materi Narasumber
1 Pengelolaan lahan pekarangan Dr. Ir. Arivin Rivaie, M.Sc
2 Teknologi Budidaya Padi dengan Jarwo Super
Ir. Kiswanto, MP.
3 Teknologi Budidaya Kakao, fokus pengendalian HPT dan sambung samping
Ir. Firdausil AB, M.S
4 Teknologi pembuatan pakan ternak sapi dari kulit kakao dan perkandangan
Ir. Elma Basri
5 Budidaya sayuran di pekarangan Ir. Nasriati, MP
Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Peremajaan tanaman kakao dapat melalui sistem sambung samping dan
sambung pucuk. Teknologi sambung samping dan sambung pucuk, dua-
duanya baik, yang harus diperhatikan adalah ketika embuat irisan pada
batang, semakin panjang irisan maka semakin lengket, semakin bagus
dan pilihlah batang utama yang lurus.
2. Kecamatan Way Khilau tahun 2015 mendapatkan bantuan alat tanam
padi transplanter, tetapi sampai saat ini alat belum digunakan karena
belum ada pelatihan, bagaimana solusinya? Penggunaan Alsin terutama
transplanter harus sudah mulai digunakan mengingat tenaga kerja yang
semakin berkurang. Solusi agar alat dapat digunakan, petani diminta
menyiapkan lahan dan benih yang akan ditanam, nanti akan
mengundang operator yang sudah terampil dari Seputih Raman untuk
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 46
melatih petani yang akan menjadi operator, dengan persy aratan petani
yang akan menjadi operator harus bisa mengoperasikan alat tersebut.
3. Bagaimana mengatasi serangan hama wereng dan Varietas inpari apa
saja yang tahan hama wereng? Untuk mengatasi serangan hama wereng
adalah melakukan penanaman serempak untuk satu hamparan yang
sama, jika terjadi keterlambatan perbedaan waktu tanam maksimal 14
hari. Varietas Inpari yang tahan hama wereng adalah inpari 13, inpari 30
dan inpari 33.
4. Temu teknis ini diharapkan dapat dilaksanakan setiap tahun mengingat
pentingnya informasi teknologi bagi para penyuluh selaku inisiator dan
fasilitator bagi petani.
Hasil evaluasi terhadap peserta terhadap penyelenggaraan temu teknis,
materi dan narasumber dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagian besar Peserta (54 %) belum pernah mengikuti sosialisasi
teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP.
2. Teknologi yang pernah diterima penyuluh meliputi:
a. Teknologi budidaya padi
b. Teknologi budidaya pala
c. Kalender tanam (Katam) terpadu
d. PTT padi sawah
e. Budidaya jagung
f. Pengendalian hama/penyakit tanaman kakao
3. 91,67 % peserta menyatakan teknologi yang diberikan oleh BPTP
dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di lapang.
4. 58,34 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang diberikan oleh BPTP
sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan, sementara sisanya 41,67
persen menyatakan teknologi yang diberikan hanya sebagian saja yang
sesuai dengan permasalahan/kebutuhan pengguna.
5. 73,3 % peserta menyatakan teknologi yang disampaikan oleh
narasumber mudah dipahami
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 47
6. 61,67 persen peserta menyatakan penyelenggaraan temu teknis
memuaskan
7. 66,12 persen peserta menyatakan penguasaan materi narasumber
berada dalam kategori baik
8. 50,92 persen peserta menyatakan cara penyampaian materi oleh
narasumber berada dalam kategori baik
9. 55,56 persen peserta menyatakan narasumber dalam Interaksi dengan
peserta, berada dalam kategori cukup baik
10. 71, 3 persen peserta menyatakan narasumber dalam penggunaan alat
bantu berada dalam kategori baik
11. Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain: budidaya buah manggis,
pemupukan berimbang spesifik lokasi pada tanaman padi sawah
12. Beberapa saran peserta antara lain: Acara temu teknis bagi penyuluh
dalam bentuk sosialisasi teknologi hendaknya dilakukan juga dengan
metode praktek.
c. Kota Bandar Lampung
Pelaksanaan Temu Teknis Tingkat Provinsi berlangsung di Taman
Sains Pertanian (TSP) Kebun Percobaab Natar dalam bentuk sosialisasi
Teknologi, sebanyak 2 kali. (1) berlangsung pada hari selasa, tanggal 20
September, dengan jumlah peserta 80 orang terdiri dari penyuluh Lampung
Timur 15 orang, Lampung Barat 10 orang, Lampung Utara 15 orang,
Tanggamus 10 orang, Way Kanan 10 orang, Sekretariat Bakorluh 2
orang,Penyuluh dan Litkayasa BPTP 15 orang dan Sekolah Pembangunan
Pertanian (SPP) 3 orang. Materi yang disampaikan fokus pada komoditas
perkebunan yang merupakan unggulan daerah Lampung.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 48
Tabel 30. Materi dan Narasumber Pelatihan teknologi acara Temu Teknis di Taman Sains Pertanian (TSP) KP Natar.
No. Materi Narasumber
1 Status Teknologi Tanaman Lada pada
Lahan Kering Masam
Dr. Jekvy Hendra, M.Si
2 Pengelolaan Tanaman dan
Sumberdaya Terpadu Kopi
Ir. Firdausil AB, M.S
3 Teknologi Pasca Panen Kopi Dra. Alvi Yani, M.Si
4 Teknologi Pasca Panen Lada Ir. Ratna Wylis Arief, M.TA
Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Permasalahan di Lampung Utara banyak kopi yang dipetik hijau sehingga
menyebabkan mutu kurang baik, pemetikan muda dilakukan karena
banyaknya pencurian. Peran Untuk itu kerjasama kelompok perlu
ditingkatkan dalam hal keamanan, dengan sistim piket jaga.
2. Untuk memutus rantai tataniaga kopi dari mapia, diperlukan lembaga
yang memayungi tataniaga komoditas perkebunan yang dapat
membantu meningkatkan pendapatan petani kopi.
3. BPTP Lampung dapat menjalin kerjasama dengan Balitkopi di Jember
untuk mendapatkan informasi yang terbaru mengenai varietas-varietas
kopi. Saat ini sudah ada varietas Kopi Super dengan hasil 2 ton/ha.
4. Kesulitan lantai jemur saat panen yang dialami petani perlu dukungan
pemerintah berupa bantuan terpal/lantai jemur. Untuk itu perlu
koordinasi dengan Dinas terkait.
5. Akibat penyakit busuk pangkal batang lada, setiap panen buah tidak
berisi. Untuk itu petani perlu membedakan penyakit busuk pangkal
batang dan penyakit kuning pada lada karena gejala yang ditimbulkan
sama. Ada 3 penyakit utama lada yaitu: busuk Pangkal Batang
(Phytophthora capsici), penuakit kuning dan Penyakit kerdil
penyebabnya adalah virus (Cucumber mosaic virus (CMV)) dan Piper
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 49
yellow mottle virus (PYMoV). Saat ini BPTP telah mengembangkan
tanaman lada perdu .
Hasil evaluasi terhadap peserta sebagai berikut:
1. Sebagian besar Peserta (76 %) belum pernah mengikuti sosialisasi
teknologi yang dilaksanakan oleh BPTP dan sisa nya 24 persen yang
pernah mengikuti.
2. Teknologi yang pernah diterima penyuluh meliputi: budidaya padi jajar
legowo dan teknologi budiaya bawang merah.
3. 100 % peserta menyatakan teknologi yang diberikan oleh BPTP
dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di lapang.
4. 40 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang diberikan oleh BPTP
sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan, sementara sisanya 60
persen menyatakan teknologi yang diberikan hanya sebagian saja yang
sesuai dengan permasalahan/kebutuhan pengguna.
5. Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain: Pengendalian hama
penyakit lada dan kopi, praktek sambung samping kopi /kakao,
pengolahan hasil kopi dan kakao.
6. 100 % peserta menyatakan kegiatan sosialisasi/pelatihan ini sangat
diperlukan penyuluh.
7. Beberapa saran peserta antara lain: Acara temu teknis bagi penyuluh
dalam bentuk sosialisasi/pelatihan teknologi hendaknya dilakukan juga
dengan metode praktek dan dilakukan tidak hanya satu hari.
Temu Teknis yang ke-2 berlangsung pada hari selasa, tanggal 27
September, dengan jumlah peserta 80 orang terdiri dari penyuluh Lampung
Timur 10 orang, Lampung Selatan 10 orang, Lampung Tengah 10 orang,
Pringsewu 5 orang, Pesawaran 5 orang, Bandar Lampung 5 orang,
Tanggamus 10 orang, Way Kanan 5 orang, Bakorluh 2 orang, penyuluh dan
Litkayasa BPTP 15 orang dan staf pengajar Sekolah Pembangunan Pertanian
(SPP) 3 orang. Materi yang disampaikan fokus pada komoditas padi yang
merupakan unggulan daerah Lampung.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 50
Tabel 31. Materi dan Narasumber Pelatihan teknologi acara Temu Teknis di Taman Sains Pertanian (TSP), Kebun Percobaan Natar.
No. Materi Narasumber
1 Teknologi Budidaya Padi Jajar
Legowo Super
Ir. Bambang Wijayanto, MP
2 Pengembangan Varietas Unggul
Baru (VUB) Padi
Ir. Rr. Ernawati, M.TA
3 Hama Utama pada Tanaman Padi
dan Pengendaliannya
Dra. Dewi Rumbaina
Mustikawati
Hasil diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Teknologi hemat air yang BPTP introduksikan ke petani adalah teknologi
pengairan secara intermiten yaitu pengairan basah kering / pemberian
air dilakukan sesuai kebutuhan tanaman
2. Dalam penggunaan jarwo transplanter jarak tanam sering tidak
konsisten, biasanya terjadi pada tanah bergelombang atau karena
operator kurang menguasai cara menggunakan alat jarwo transplanter
tersebur. Untuk itu perlu dilakukan pelatihan bagi operator dalam
mengoperasionalkan alat tersebut, dan untuk mengatasi tanah
bergelombang, setelah digaru tanahnya perlu diratakan.
3. Pengendalian hama tikus dan wereng bisa dengan musuh alami, cara nya
dengan mengembangkan burung hantu, menanam tanaman/bunga
sehingga dapat mengundang musuh alami, tetapi jika sudah endemi mau
tidak mau harus menggunakan karbofuran. Untuk mengatasi serangan
hama dan penyakit, beberapa upaya dapat dilakukan antara lain:
sanitasi, melakukan penanaman tepat waktu dan serentak untuk satu
hamparan yang sama jika terjadi keterlambatan perbedaan waktu tanam
maksimal 14 hari, gunakan varietas tahan hama penyakit, pemantauan
secara rutin dan penyemprotan dengan insektisida nabati secara tepat.
4. Upaya peningkatan produktivitas padi terkendala hama wereng coklat
dan penggerek batang. BPTP diharapkan dapat membuat percontohan
berupa demplot pengendalian HPT dengan musuh alami. Sementara
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 51
saat ini demplot yang dilakukan dan menjadi tugas BPTP adalah
mendesiminasikan VUB, sampai dengan tahun 2014 Inpari yang telah
dilepas Inpari 1 – Inpari 37 dan varietas yang tahan hama wereng
adalah inpari 12,13, 31,33,34 dan 35. Jadi memang tidak ada demplot
yang khusus untuk pengendalian hama penyakit dengan menggunakan
musuh alami.
Hasil evaluasi terhadap peserta sebagai berikut :
1. Sebagian besar Peserta (57,57 %) pernah mengikuti sosialisasi teknologi
yang dilaksanakan oleh BPTP dan sisa nya 42,42 persen belum pernah
mengikuti
2. Teknologi yang pernah diterima penyuluh meliputi:
budidaya padi jajar legowo
Budidaya ayam KUB
Budidaya jagung
Budidaya kedelai
Katam
3. 87,87 % peserta menyatakan teknologi yang diberikan oleh BPTP
dimanfaatkan oleh penyuluh dalam pembinaan di lapang.
4. 75 % peserta menyatakan bahwa teknologi yang diberikan oleh BPTP
sudah sesuai dengan permasalahan/kebutuhan, sementara sisanya 25
persen menyatakan teknologi yang diberikan hanya sebagian saja yang
sesuai dengan permasalahan/kebutuhan pengguna.
5. Teknologi lainnya yang dibutuhkan antara lain:
Pengendalian OPT padi
Katam
Alsintan
Pestisida nabati
Pemupukan berimbang
Pengenalan varietas padi
6. 100 % peserta menyatakan kegiatan sosialisasi/pelatihan ini sangat
diperlukan.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 52
7. Beberapa saran peserta antara lain:
Acara temu teknis bagi penyuluh dalam bentuk sosialisasi teknologi
hendaknya dilakukan di lapang dan langsung praktek
Dilakukan secara kontinyu dan materi sesuai kebutuhan
3. Penyebaran Informasi melalui media
Media Cetak yang dilakukan berupa leaflet, buku serta melalui
penyebaran informasi melalui media Koran.
a. Leaflet
Leaflet yang dibuat dalam beberapa judul yaitu :
• Mengenal Hama Wereng Batang Coklat (WBC) dan cara penanggulangan
sebanyak 1000 eks
• Pembibitan Lada Perdu 1000 eks.
• Budidaya Ayam KUB sbnyak 1250 eks.
• Agroinovasi spesifik lokasi untuk memantapkan ketahanan pangan pada
era masyarakat ekonomi asean sebanyak 1000 eks,
• Teknologi Jajar Legowo (jarwo) Super Tanaman Padi sebanyak 1000 eks.
b. Buku
• Teknologi Produksi Benih Sumber Kedelai sebanyak 200 ekslempar.
• Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi sawah Irigasi
sebayak 300 eks
c. Koran
• Pelayanan Informasi Pertanian di Taman Sains Pertanian (TSP) Natar (11
agustus 2016)
• Berita Diseminasi : BPTP Kenalkan Teknologi Baru padi Jarwo Super (31
Agustus 2016)
• Berita BPTP Gelar Tanama Perdana Jarwo Super (8 September 2016)
• Berita Seminar Agroinovasi tampilkan aneka produk hasil pertanian (19
Oktober 2016)
• Berita Pemprov Lampung Akan buat harga dasar singkong dalam
ekspose dan workshop agroinovasi 2016 (20 oktober 2016)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 53
Penyebaran informasi melalui media elektronik antara lain kaset CD
dan siarab radio. Penyebaran informasi melalui kaset CD yaitu :
• Temu Lapang Jarwo Super Menuju Pertanian Modren, di kec. Sekampung
lamtim
• Pelatihan Teknologi Bagi PPL Lada dan Kopi di TSP Natar
• Teknologi Jarwo Super untuk memperkuat ketahanan pangan
• Agroinovasi Spesifik lokasi untuk memantapkan ketahanan pangan
Penyebaran informasi melalui radio antara lain :
• Inseminasi Bautan pada Ternak Sapi
• Cara pembuatan amonia tongkol jagung untuk pakan ternak
• Penanganan penyakit Scabies (penyakit kulit; kudis menular) pada
kambing
• Pembuatan silase kulit pisang
• Pembuatan silase kulit pisang
• Pengendalian hama wereng batang coklat
• Asap casir tempurung kelapa sebagai pestisida nabati yang ramah
lingkungan
• Perawatan pada ternak domba
• Pembuatan Pupuk Kompos
• Mengenal pepaya carvita agrihorti
4. Percontohan Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung
Program Strategis Kementan dan Balitbangtan Percontohan penggunaan Jarwo transplanster dilakukan di 2 (dua)
lokasi, yaitu di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah.
a. Percontohan di Kabupaten Lampung Timur
Percontohan tekonologi dilaksanakan di lahan petani di Rama Endra,
Kecamatan Raman Utara. Percontohan yang diperkenalkan adalah sistim
tanam Jejer Legowo 2:1 dengan menggunakan jarwo transplanter. Sebagai
pembanding adalah sistim tanam yang biasa dilakukan petani, yaitu jejer
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 54
tegel. Adapun varietas yang digunakan adalah varietas Inpari-30. Keragaan
hasil Percontohan teknologi penggunaan Jarwo transplanter disajikan pada
tabel 1. di bawah ini.
Tabel 32. Pertumbuhan Dan Komponen Hasil Tanaman Padi Dengan Jarwo Transplanter Dan Tegel
No Sistim Tanam
Tinggi Tanam
an (cm)
Jumlah anakan
Produktif
Panjang malai (cm)
Jumlah bulir/malai
Hasil (ton/ha)
Isi Hampa
1 Legowo 2:1 dengan
Transplanter
110,5 15,2 28,5 180 50,2 6,225
2 Tegel manual 105 12,5 26 150 46,5 5,400
Untuk mengetahui atau mengukur kelayakan teknologi introduksi
dalam member nilai tambah terhadap teknologi petani digunakan Marginal
Benefit Cost Ratio (MBCR), yaitu perbandingan antara keuntungan dan biaya
marginal. Perhitungan MBCR menjelaskan kalau nilainya lebih kecil dari 1,
berarti teknologi inntroduksi tidak berpotensi secara ekonomis untuk
dikembangkan. Sebaliknya kalau lebih besar 1, artinya teknologi tersebut
berpotensi secara ekonomis untuk dikembangkan. Analisis usahatani disajikan
pada Tabel 33.
Tabel 33. Analisis Usahatani Sistim Tanam Padi dengan jarwo transplanter dan Tegel
Uraian Sistim Tanam
Legowo Dengan Transplanter
Tegel Manual
Benih (Rp) 210.000 280.000
Pengolahan tanah (Rp) 1.200.000 1.200.000
Penyemaian (Rp) 200.000 150.000
Perawatan semai (Rp) 150.000 150.000
Cabut benih (Rp) 50.000
Menggaris (Rp) 150.000
Menggulung benih (Rp) 100.000
Tanam (Rp) 600.000 800.000
Pemupukan (Rp) 300.000 300.000
Penyiangan (Rp) 300.000 300.000
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 55
Penyemprotan (Rp) 400.000 400.000
Panen (Rp) 2.000.000 2.540.500
Penyusutan dapog/musim (Rp) 250.000
Pupuk Organik (Rp) 1.125.000 1.125.000
Pupuk Urea (Rp) 725.000 725.000
Pupuk Phonska (Rp) 1.080.000 1.080.000
Furadan (Rp) 200.000 200.000
Kensida (Rp) 525.000 525.000
Fertera (Rp) 575.000 575.000
Reng (Rp) 750.000
Waring (Rp) 545.000
Jumlah (Rp) 11.235.000 10.550.500
Produksi (kg) 6.225 5.400
Harga (Rp) 4.200 4.200
Nilai (Rp) 26.145.000 22.680.000
R/C Rasio 2,33 2,15
MBCR 5,06
Dari tabel 2 dapat terlihat ahwa nilai MBCR sistim tanam jejer legowo
dengan menggunakan jarwo transplanter di Lampung Timur 5,06. Hal ini
berarti bahwa teknologi baru tersebut dapat dikembangkan di Kabupaten
Lampung Timur, khususnya di Desa Rama Endra, Kecamatan Raman Utara.
b. Percontohan di Kabupaten Lampung Tengah
Percontohan dilaksanakan di lahan petani di Mataram Ilir, Kecamatan
Seputih Surabaya. Teknologi yang digelar adalah sistim tanam Jejer Legowo
2:1 dengan menggunakan jarwo transplanter. Adapun varietas yang
digunakan adalah varietas Inpara-2 dan Inpari-20. Keragaan hasil
Percontohan penggunaan Jarwo transplanter disajikan pada tabel 3. di bawah
ini.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 56
Tabel 34. Komponen Pertumbuhan dan hasil Padi Varietas Inpari-30 dan Inpara-2
No Varietas Tinggi
Tanaman
(cm)
Jumlah
anakan
Produktif
Panjang
malai
(cm)
Jumlah
bulir/malai
Hasil
(ton/ha)
Isi Hampa
1 Inpara-2 100,50 16,2 27,5 174 45,2 6,20
2 Inpari-30 104,00 18,5 28,0 185 50,5 6.80
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa varietas Inpari-30 memberikan
nilai R/C ratio 2,27, sedangkan Inpara-2 hanya 2,21. Hal ini berarti Varietas
Inpari-30 yang ditanam dengan menggunakan Jarwo transplanter lebih
menguntungkan dibandingkan dengan varietas Inpara-2.
Tabel 35. Analsisis Usahatani Padi Varietas Inpari-30 dan Inpara-2
Uraian Varietas
Inpara-2 Inpari-30
Benih (Rp) 280.000 280.000
Pengolahan tanah (Rp) 1.000.000 1.000.000
Penyemaian (Rp) 200.000 200.000
Perawatan semai (Rp) 150.000 150.000
Menggulung benih (Rp) 100.000 100.000
Tanam (Rp) 600.000 600.000
Pemupukan (Rp) 300.000 300.000
Penyiangan (Rp) 300.000 300.000
Penyemprotan (Rp) 350.000 500.000
Panen (Rp) 2.000.000 2.000.000
Penyusutan dapog/musim (Rp) 150.000 150.000
Pupuk Organik (Rp) 1.300.000 1.300.000
Pupuk Urea (Rp) 725.000 725.000
Pupuk Phonska (Rp) 1.110.000 1.110.000
Kaptan (Rp) 1.500.000 1.500.000
Provide (Rp) 580.000 580.000
Beka (Rp) 340.000 340.000
Reng (Rp) 300.000 300.000
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 57
Waring (Rp) 545.000 545000
Jumlah (Rp) 11.830.000 11.980.000
Produksi (kg) 6.200 6.800
Harga (Rp) 4.000 4.000
Nilai (Rp) 24.800.000 27.200.000
R/C Rasio 2,1 2,27
Untuk mengetahui respon petani terhadap penggunaan alat tanam
jarwo transplanter telah dilakukan FGD. FGD dilakukan terhadap petani
kooperator dan anggota kelompok tani pelaksana percontohan. Dari hasil
FGD diketahui bahwa:
Penggunaan dapat mempercepat waktu tanam dan mengurangi biaya
tanam. Sebagai contoh untuk menanam padi secara manual memerlukan
tenaga tanam sebanyak 15-20 orang dengan waktu 8 jam. Sedangkan
dengan menggunakan jarwo transplanter cukup 3 orang dan
memerlukan waktu 5-6 jam tergantung ketrampilan operator.
Jumlah bibit yang keluar tidak teratur, kadang-kadang kosong kadang-
kadang lebih 3 bibit per lubang
Barisan tanam kurang teratur (tidak lurus)
Harga tranplanter dirasakan masih mahal oleh petani
5. Pameran Inovasi Pertanian
Pada tahun 2016, BPTP Lampung mengikuti 3 (tiga) event pameran di
Provinsi Lampung yaitu dalam rangka pelaksanaan PEDA KTNA (Pekan
Daerah Kelompok Tani dan Nelayan Andalan) XV Provinsi Lampung pada
tanggal 25-28 Juli 2016 di Tulang Bawang, Pameran Ekspose dan Workshop
Agroinovasi sebagai pengganti Pameran Pembangunan dalam rangka
memperingati hari kemerdekaan RI yang ditiadakan, dan Pameran dalam
rangka HUT Kabupaten Lampung Selatan, serta 1 (satu) event pameran di
luar provinsi yaitu pameran dalam rangka HPS XXXVI di Boyolali Jawa
Tengah.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 58
Tabel 36. Materi dan Media yang digunakan dalam Pameran PEDA KTNA dan
Pameran Ekspose dan Workshop Agroinovasi.
No. Materi Inovasi Media
1. Komoditas Tanaman Pangan
Padi Leaflet, display/miniatur jajar legowo, poster, bahan tanaman beberapa VUB, display benih beberapa VUB, benih dalam kemasan UPBS
Jagung Leaflet, display tongkol jagung VUB
Kedelai Leaflet, display benih beberapa VUB, benih dalam kemasan UPBS
Ubikayu Leaflet, pasca panen (sirup glukosa, pangan lokal oyek, beras)
2. Tanaman Perkebunan
Kopi Leaflet, kompos dari kulit kopi, pasca panen (kopi lada)
Lada Leaflet, bibit lada perdu dan lada panjat, bahan tanam lada perdu
Kakao Buah beberapa varietas/klon kakao
3. Tanaman Hortikultura
Cabai Leaflet, bahan tanaman
Bawang Merah Bibit/umbi, bahan tanaman
Lainnya Display vertikultur
4. Peternakan
Kambing Poster, leaflet, kompos
Sapi Kompos
Ayam Leaflet, poster
5. Alat Mesin Transplanter, Alat caplak jajar legowo bongkar pasang
B. Taman Agro Inovasi
Kegiatan Taman Agro Inovasiuntuk tahun Anggaran 2016 ini
lokasinya dilaksanakan di Kantor BPTP Lampung yang berada di Rajabasa,
sedangkan pada tahun anggaran 2015 dilaksanakan di Laboratorium
Diseminasi Masgar Kabupaten Pesawaran. Dari letak posisi Taman Agro
Inovasi ini sangat strategis sekali, karena terletak di Kota Madya dan posisi di
pinggir jalan utama sehingga dapat dilihat oleh pengunjung yang melintas di
seputaran kantor.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 59
Taman ini dibentuksebagai media pembelajaran budidaya hortukultura
dan tanaman hias dengan berbagai macam teknologi inovasi pertanian
mendukung pertanian perkotaan antara lain hidroponik, vertiminaponik, wall
gardening dengan sistem paralon, pot plant, dan modul atau partisi dalam
wahana diseminasi taman agroinovasi BPTP Lampung.
Konsep Taman Agro Inovasi ini dibangun dengan memanfaatkan
lahan pekarangan sempit yang ada di halaman kantor BPTP Hajimena dengan
harapan dapat menghadapi polemik di bidang pertanian akan keindahan
pandangan dari kepenatan dalam menghadapi suasana kerja dan tuntutan
tugas yang semakin banyak dan menuntut kinerja yang tinggi. Selain itu
jugadengan dibangunnya Taman Agro Inovasi ini diharapkan dapat dijadikan
keindahan dan suasana alam yang alami sebagai salah satu kebutuhan di era
modernisasi saat ini, mengingat keindahan dan kesejukan pandangan akan
mempengaruhi perkembangan daya fikir dan imajinasi para pekerja yang
juga membutuhkan refresh otak dalam kepenatan bekerja terutama untuk
lahan disekitar perkantoran yang kebanyakan di penuhi oleh gedung-gedung
dengan sedikit areal tanam atau hijauan.
Respon masyarakat yang berkunjung ke Taman Agro Inovasi ini
sangat antusias sekali, karena cocok untuk daerah perkotaan. Mereka akan
mencoba membuat dan menerapkannya di rumah masing-masing. Selain itu
juga khusus untuk karyawan yang ada di kantor BPTP Lampung, mereka juga
akan mencontoh membuat di pekarang rumah masing-masing. Letak posisi
kantor BPTP Lampung sangat strategis sekali karena terletak di komplek
perkantoran Dinas Pertanian tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Lampung dan Dinas Kehutanan BKSDA Lampung, sehingga karyawan yang
melewati mampir untuk melihat-lihat Taman Agro Inovasi, sehingga mereka
sangat antusis sekali dengan tanaman yang di displaykan, dan mereka sangat
mendukung sekali untuk menerapkan konsep pertanian perkotaan dibidang
hortikultura untuk lahan sempit atau tidak mempunyai sekali lahan
pekarangan.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 60
C. Pengembangan Model Kawasan Sekolah Lapang Mandiri Benih Padi Di Lampung
Berdasarkan hasil koordinasi dengan dinas instansi terkait lingkup
pertanian Provinsi Lampung dan Kabupaten Lampung Tengah dan Tulang
Bawang, maka telah ditetapkan lokasi kegiatan SL Mandiri Benih Terintegrasi
dengan Desa Mandiri Benih Padi di Lampung, sebagaimana disajikan dalam
Tabel 37.
Tabel 37. Lokasi Sekolah Lapang Mandiri Benih Terintegrasi dengan Desa Mandiri Benih Padi di Lampung, 2016
No Lokasi (Kab, Kec, Desa, Klp Tani)
Luas Sawah (Ha)
Luas LL
(Ha)
Varietas (Ha)
Luas SL
(Ha) Varietas
1. Lampung Tengah, Seputih Surabaya, Sumber Baru, Sopo Jadi 2
474 2 Inpari 30 (1)
Mekongga (1)
13 Mekongga (3)
Ciliwung (10 )
2. Tulang Bawang, Banjar Baru, Panca Mulya, Sumber Pangan
225 2 Inpari 30 (1) Inpara
2 (1)
- -
Total 4 13
Pelatihan
Tahapan pelaksanaan pelatihan dilakukan secara periodik yaitu diawali
dengan pelatihan pendahulun tingkat kelompok tani, dilaksanakan paling
lambat 2 minggu sebelum SL. Pelatihan pendahuluan ini dilaksanakan dalam
kelas, pesertanya adalah kelompok tani calon penangkar internal desa dan
eksternal desa atau kecamatan, dengan jumlah peserta masing-masing
kabupaten 40 - 50 orang berasal dari petani dan penyuluh pendamping
program Desa Mandiri Benih. Adapun materi yang disampaikan dalam
pelatihan pendahuluan ini, sebagaimana disajikan pada Tabel 38.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 61
Tabel 38. Materi Pelatihan Pendahuluan Kegiatan SL Model Desa Mandiri
Benih di Lampung, 2016
No Lokasi Pelatihan/Waktu
Materi Narasumber
1. Kab. Lampung Tengah, Kec. Seputih Surabaya, Desa Sumber Baru, Klp Tani “Sopo Jadi 2”, tanggal 28 April 2016
Program Perbenihan Padi di Kab. Lampung Tengah
Ir. Edi Daryanto (Dinas TPH Kab. Lampung Tengah).
Proses Sertifikasi dalam Penangkaran Benih Padi
Ir. Suroso (BPSB Wilayah Kerja Pengawas Benih Kab. Lampung Tengah)
Teknik Penangkaran Benih Bermutu
Ir. Rr. Ernawati, MTA (BPTP Lampung)
Budidaya Padi dengan Penerapan Teknologi Jarjar Legowo Super
Ir. Kiswanto, MP (BPTP Lampung)
2. Ka. Tulang Bawang, Kec. Banjar Baru, Desa Klp Tani “Panca Mulya, Sumber Pangan”, tanggal 29 – 30 April 2016
Program Perbenihan Padi di Kab. Tulang Bawang
Siswanto, SP (Dinas TPH Kab. Tulang Bawang)
Proses Sertifikasi dalam Penangkaran Benih Padi
Teguh Marsapto (BPSB Wilayah Kerja Pengawas Benih Kab.Tulang Bawang dan Mesuji)
Teknik Penangkaran Benih Bermutu
Ir. Rr. Ernawati, MTA (BPTP lampung)
Budidaya Padi dengan Penerapan Teknologi Jarjar Legowo Super
Ir. Kiswanto, MP (BPTP Lampung)
Tahap pelaksanaan pelatihan berikutnya adalah kegiatan Sekolah
Lapang (SL). Peserta SL terdiri dari petani pelaksana (kooperator dan non
kooperator) dalam wilayah program Desa Mandiri Benih dan penyuluh
pendamping lingkup kecamatan Kec. Seputih Banyak Kabupaten Lampung
Tengah dan Kecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang dengan
jumlah peserta masing-masing 25 – 35 orang setiap SL. Adapun materi
pelatian yang disampaikan dalam kegiatan SL, sebagaimana disajikan dalam
Tabel 39.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 62
Tabel 39. Materi Sekolah Lapang Desa Mandiri Benih Padi di Lampung, 2016
No Lokasi Pelatihan/Waktu
SL ke Materi Asal Narasumber
1. Kab. Lampung Tengah, Kec. Seputih Surabaya, Desa Sumber Baru, Klp Tani “Sopo Jadi 2”.
I (20-30 HST)
1. Pemupukan N dengan indikator bagan warna daun (BWD) ke I
2. Rouging/seleksi tanaman I
3. Pengamatan hama penyakit secara umum
1. BPTP Lampung 2. BPSB Wilayah Kab.
Lampung Tengah 3. BPTP Lampung dan
Petugas POPT POPT Kec. Seputih Banyak
II (35-45 HST)
1. Pemupukan N dengan indikator bagan warna daun (BWD) ke II
2. Rouging/seleksi tanaman ke II
3. Pengendalian hama penggerek batang dan kepinding tanah
1. BPTP Lampung
2. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah
3. BPTP Lampung dan Petugas POPT POPT Kec. Seputih Banyak
III (60-75 HST)
1. Rouging/seleksi tanaman ke III
2. Pengendalian hama WBC dan penyakit blas
1. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah
2. BPTP Lampung dan Petugas POPT POPT Kec. Seputih Banyak
IV (90-105
HST)
1. Rouging/seleksi tanaman ke IV
2. Teknik prosesing produksi benih
3. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah
4. BPTP Lampung
2. Kab. Tulang Bawang, Kec. Banjar Baru, Desa Klp Tani “Panca Mulya, Sumber Pangan”.
I (20-30 HST)
1. Pemupukan N dengan indikator bagan warna daun (BWD) ke I
2. Rouging/seleksi tanaman I
3. Pengamatan hama penyakit secara umum
1. BPTP Lampung
2. BPSB Wilayah Kab. Tulang Bawang
3. BPTP Lampung dan Petugas POPT Kec. Banjar Baru
II (35-45
1. Pemupukan N dengan indikator
1. BPTP Lampung
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 63
HST) bagan warna daun (BWD) ke II
2. Rouging/seleksi tanaman ke II
3. Pengendalian hama WBC, penggerek batang dan kepinding tanah
2. BPSB Wilayah Kab. Tulang Bawang
3. BPTP Lampung dan Petugas POPT Kec. Banjar Baru
III (60-75 HST)
1. Rouging/seleksi tanaman ke III
2. Pengendalian hama WBC, kepinding tanah dan penyakit blas
1. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah
2. BPTP Lampung dan Petugas POPT
IV (90-105
HST)
1. Rouging/seleksi tanaman ke IV
2. Teknik prosesing produksi benih
1. BPSB Wilayah Kab. Lampung Tengah
2. BPTP Lampung dan
Setelah kegiatan pelatihan pendahuluan dan sekolah lapang,
dilanjutkan kegiatan pertemuan terkait dengan prosesing benih yaitu
penjemuran, sortasi, pengukuran kadar air, pengemasaan, strategi
penyaluran/penyaluran benih dan penguatan kelembagaan kelompok tani
penangkar benih dll, dengan jumlah peserta 20 – 30 orang berasan dari
petani kooperator penangkaran benih, penyuluh pendamping, koordinator
penyuluh pertanian dan petugas POPT kecamatan, pengurus kelompok tani
internal dan eksternal desa/kecamatan dll.
Penyediaan Benih
Adapun produksi benih yang dihasilkan model desa mandiri benih di
Kabupaten Lampung Tengah dan Tulang Bawang diperoleh dari lokasi LL
dan LL, sebagaimana disajikan dalam Tabel 40.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 64
Tabel 40. Penyediaan Benih Bersertifikat Model Desa Mandiri Benih di Lampung MT II, 2016
Desa, Kecamatan, Kabupaten
Kebutuhan benih sebar (kg)
Penyediaan Benih Bersertifikat klas ES (kg)
LL SL
Jumlah Kemandirian
Inpari 30 Mekongga Mekongga Ciliwung
Sumber Baru, Kec. Seputih
Banyak, Kab. Lampung
Tengah
23,700 3.,00 3,000 4,150 7,800 17,950 Kurang (5,750)
Panca Mulya,
Kec. Banjar Baru Kab.
Tulang Bawang
8,437.5
Gagal
panen
2,000
(Jabal)
2,000 Kurang
(6,437.5)
Sumber: Tabulasi data primer, 2016
Selanjutnya salah satu tujuan kegiatan SL desa mandiri benih padi
adalah adalah untuk mempercepat adopsi varietas unggul spesifik lokasi
sesuai dengan preferensi petani. Untuk mengetuhi sejauhmana adaposi
verietas tersebut dapat dilihat dari penyaluran benih yang telah diproduksi
oleh SL desa mandiri benih, sebagaimana disajikan dalam Tabel 41.
Tabel 41. Penyaluran Produksi Benih Model Desa mandiri Benih di Lampung
MT II, 2016
No Desa,
Kecamatan, Kabupaten
Pemanfaatan Pemasaran/ Penyaluran
Varietas (Kg)
Jumlah (Kg)
1 Desa Sumber
Baru, Kec. Seputih
Banyak, Kab. Lampung
Tengah
Internal desa
sendiri
Kelompok Tani Inpari 30 800
Mekongga 1.800
Ciliwung 1.200
Jumlah 1 3.800
Eksternal desa Kelompok Tani Inpari 30 1.000
Mekongga 950
Jumlah 2 1.950
Penangkar Inpari 30 1.200
Ciliwung 6.000
Jumlah 3 7.200
Jumlah
1,2,3
12,950
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 65
Belum tersalur Dimanfaatkan MH (Jan 2016)
Mekongga 5.000
Gabah konsumsi
0
Total 17.950
2. Panca Mulya, Kec. Banjar
Baru Banyak, Kab. Tulang
Bawang
Internal desa sendiri
Kelompok Tani
Inpara 2
1.000
Eksternal desa
Kelompok Tani
Penangkar
0
Gabah konsumsi
Inpara 2
1.000
Total 2.000
Sumber: Tabulasi data primer, 2016
Dalam pelaksanaan pendampingan kegiatan SL model desa mandiri
benih padi, telah ditemukan beberapa permasalahan baik teknis dan non
teknis, sebagaimana disajikan dalam Tabel 42 .
Tabel 42. Permasalahan yang Dihadapi dalam Kegiatan SL Mandiri Benih Padi
di Lampung, 2016
No Masalah Pemecahan masalah
1. Serangan hama (Kepinding tanah, Wereng Batang Coklat, Penggerek Batang)
Pengedalian dengan prinsip PHT, jika tingkat serangan di atas ambang kendali, menggunakan kimia/insektisida
2. Serangan penyakit (Blas, kerdil rumput, hawar pelepah)
Pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan dibantu dengan penggunaan fungisida kimia
3. Kapasitas alat prosesing terbatas terutama lantai jemur
Prosesing benih secara bertahap atau pinjam kelain pihak
4. Benih belum tersalurkan secara keseluruhan, dikarenakan adanya bantuan benih bersubsidi melalui Pihak Ketiga dan tidak melibatkan penangkar lokal
Sisa benih akan disalurkan di internal desa pada musim MH (bulan Januari 2017)
5. Modal kelompok tani terbatas
Menggunakan dana talangan yang bersumber dari pengurus kelompok tani dan Bank/BRI (KUR)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 66
D. Pengembangan Model Kawasan Sekolah Lapang Mandiri Benih Kedelai Di Lampung Jumlah anggota kelompok yang ikut serta dalam kegiatan Sekolah
Lapang Mandiri Benih Kedelai pada musim tanam Pertama bulan Mei dan
Juni seluas 2 dengan jumlah peserta 6 orang, pada musim tanam kedua
dilakukan bulan Agustus dan september seluas 2,5 ha dengan jumlah peserta
7 orang (termasuk lokasi Laboratorium Lapang 1 ha)
Tabel 43. Nama petani dan luas lahan kegiatan SLMBK
No Nama Petani
Luas Lahan (ha)
Varietas Tanggal Tanam
1. Roni 0,5 Anjasmoro 15 Mei 2016
2. Supono 0,25 (LL) Anjasmoro 20 Mei 2016
3. Muryani 0,5 Anjasmoro 20 Mei 2016
4. Sukadi 0,25 Anjasmoro 22 Mei 2016
5. Setioko 0,25 Anjasmoro 4 Juni 2016
6. Masruddin 0,25 (LL) Lokon dan Gepak ijo
9 Juni 2016
7. Wardi 0,25 Lokal 25 Agust 2016
8. Supono 0,5 (LL) Gepak Ijo 1 Sep 2106
9. Wasiman 0,25 Lokom 1 Sep 2016
10. Sukatman 0,25 Lokon 3 Sep 2016
11. Roni 0,5 Anjasmoro 4 Sep 2016
12. Samingan 0,25 Anjasmoro 5 Sep 2016
13.
Muryani 0,25 Anjasmoro 7 Sep 2016
4,5 ha
Penyediaan Benih Sumber
Benih sumber klas BP (Benih Pokok) label ungu varietas Anjasmoro
berasal dari UPBS BPTP Lampung. Sedangkan benih varietas Lokon dan
Gepak Ijo merupakan benih yang berasal dari petani setempat.
Pendampingan dan Bimbingan Teknis Produksi Benih Kedelai
Keberhasilan produksi benih ditentukan oleh kesiapan benih sumber,
ketepatan penerapan teknologi budidaya, ketepatan pemeliharaan mutu
genetik, mutufisik, dan mutu fisiologis benih, serta distribusi benih. Di lapang,
tidak ada perbedaan antara teknologi budidaya kedelai untuk keperluan
produksi benih dengan tujuan untuk konsumsi. Perbedaannya adalah terletak
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 67
pada proses penjagaan kebenaran mutugenetik dan mutu fisiologis dari benih
yang dihasilkan. Benih yang diproduksi secara benar akan menjadi agen
pembawa teknologi dan sekaligus akan bernilai ekonomi lebih tinggi
dibandingkan dengan biji kedelai untuk konsumsi. Beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian dalam produksi benih kedelai adalah:
1. Produksi benih diusahakan pada lahan subur di sentral produksi
2. Kedelai ditanam pada musim yang tepat, karena terlalu awal atau
terlambat tanam dapat menyebabkan tanaman terserang OPT yang
cukup berat
3. Benih yang diproduksi diupayakan berasal dari varietas unggul yang
jenisnya sesuai dengan permintaan masyarakat di wilayah
pengembangan
4. Penanaman tepat waktu dan serempak dapat mengurangi resiko
kegagalan
5. Pengendalian gulma dan OPT harus dilakukan secara benar dan tepat
waktu
6. Penanganan pasca panen diposisikan sama pentingnya dengan
penanganan prapanen, karena mutu benih juga sangat ditentukan oleh
penanganan pasca panen. Cepat menurunnya daya tumbuh benih
kedelai ditentukan oleh proses pasca panennya.
Pelatihan dan pendampingan dilaksanakan minimal sebanyak 8 kali
pertemuan. Materi pendampingan dan bimbingan yang telah dilakukan antara
lain:
1. Pengenalan varietas unggul kedelai (BPTP Lampung dan Balitkabi)
2. Budidaya kedelai spesifik agroekologi (BPTP Lampung, Balitkabi, PPL)
3. Pemupukan spesifik lokasi (BPTP Lampung, Balitkabi, PPL)
4. Pengendalian OPT (BPTP Lampung, Balitkabi, POPT Kecamatan
Ambarawa, PPL)
5. Pengendalian gulma (BPTP Lampung, Balitkabi, POPT Kecamatan
Ambarawa, PPL)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 68
6. Teknik produksi benih sumber kedelai (BPTP Lampung, BPSB Provinsi
Lampung, PPL)
7. Jabalsim, kelembagaan dan pemasaran benih kedelai (BPTP Lampung,
KUPT Kecamatan Ambarawa, PPL)
Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Agroekologi
Lokasi penangkaran kedelai di kedua lokasi merupakan lahan sawah.
Pada lahan sawah, kedelai umumnya ditanam pada musim kemarau pertama
(MK I) setelah panen padi pertama atau pada musim kemarau kedua (MK II)
setelah panen padi kedua. Kedelai MK I masa tanamnya antara Februari –
Juni, kedelai MK II antara Juni – September. Paket teknologi produksi
kedelai pada lahan sawah MK I dan MK II sebagai berikut:
1. Setelah panen padi, jerami dipotong dekat permukaan tanah, tanah tidak
perlu diolah, jerami dapat digunakan untuk pakan ternak, untuk mulsa
kedelai, atau dibakar sebagai tambahan hara bagi tanaman.
2. Saluran drainase dibuat dengan jarak antar saluran 1,5-5 m, bergantung
pada kemiringan lahan dan tekstur tanah, jarak antar saluran drainase
makin sempit dengan makin datar atau makin halusnya tekstur tanah.
Saluran drainase berukuran lebar sekitar 30 cm dan dalam sekitar 25 cm.
3. Kedelai ditanam 2-4 hari setelah padi dipanen, hal ini ditujukan untuk
memanfaatkan lengas tanah dan mengurangi gangguan gulma, hama dan
penyakit.
4. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan
preferensi pasar.
5. Benih yang baik mempunyai daya tumbuh >85%, murni, sehat dan
bersih. Kebutuhan benih kedelai per hektar berkisar antara 40-60 kg/ha,
bergantung pada ukuran biji, makin besar ukuran biji makin banyak benih
yang digunakan.
6. Gangguan lalat bibit dapat ditekan dengan perlakuan benih menggunakan
carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg
benih).
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 69
7. Perlakuan benih dengan pupuk hayati penambat benih (Rhizobium) hanya
dilakukan pada lahan yang belum pernah ditanami atau sangat jarang
ditanami kedelai dengan dosis 40 gram inokulan Rhizobium untuk 8 kg
benih.
8. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan bergantung pada kondisi tingkat
kesuburan tanah. Jika tersedia pupuk organik atau pupuk kandang
dianjurkan menggunakannya dengan dosis sekitar 2 t/ha, diberikan
secara dicicir sebagai penutup lubang tanam atau diisi lubang tanam.
9. Irigasi diberikan jika kelembaban tanah tidak mencukupi terutama pada
periode awal pertumbuhan, berbunga dan pengisian polong.
10. Gulma dikendalikan secara intensif. Di daerah sulit tenaga kerja dapat
digunakan herbisida pra tumbuh yang dikombinasikan dengan herbisida
pasca tumbuh.
11. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan petunjuk teknis
PHT (pengendalian hama dan penyakit terpadu).
12. Panen dilakukan apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah
berwarna kuning-kecoklatan atau coklat-kehitaman bergantung varietas
yang ditanam.
13. Pembijian kedelai dilakukan secara manual (sistem geblok) ataupun
secara mekanis dengan menggunakan mesin perontok.
Tabel 44. Data Hasil Panen SLMBK di Desa Margodadi – Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu tahun 2016
No Nama Petani
Luas Lahan (ha)
Varietas Hasil
1. Roni 0,5 Anjasmoro gagal
2. Supono 0,25 (LL) Anjasmoro 489
3. Muryani 0,5 Anjasmoro gagal
4. Sukadi 0,25 Anjasmoro 225
5. Setioko 0,25 Anjasmoro 121
6. Masruddin 0,25 (LL) Lokon dan Gepak Ijo
375
7. Wardi 0,25 Lokal 323
8. Supono 0,5 (LL) Gepak Ijo 788
9. Wasiman 0,25 Lokom 215
10. Sukatman 0,25 Lokon Gagal (Terendam)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 70
11. Roni 0,5 Anjasmoro 625
12. Samingan 0,25 Anjasmoro 263
13. Muryani 0,25 Anjasmoro 217
4,5 Ha
Permasalahan yang dihadapi
- Kendala faktor cuaca/curah hujan yang tinggi pada di lokasi Desa
Margodadi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu. Curah hujan
yang tinggi menyebabkan sebagian besar petani yang semula akan ikut
serta dalam kegiatan SLMBK dengan menanam kedelai, beralih
menanam padi. Hal ini menyebabkan target luas tanam semula pada
MT I seluas 5 ha tidak terpenuhi dan hanya terealisasi seluas 2 ha.
Solusi (pemecahan masalah) yang dilakukan
- Kondisi lahan masing-masing petani berbeda- beda. Pada areal lahan
yang masih memungkinkan untuk ditanam, setelah terjadi genangan,
segera dilakukan pengeringan menggunakan pompa. Monitoring intensif
harus dilakukan untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan.
E. Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional
Tanaman Pangan
1. Pendampingan Kawasan Padi
Pendampingan pengembangan kawasan padi dilaksanakan di 2
kabupaten bersinergi dengan lokasi gerakan intensifikasi padi dengan
penerapan sistem tanam jajar legowo, yaitu di Kabupaten Lampung Tengah
meliputi Kecamatan Bandar Surabaya, Seputih Surabaya, Bumi Nabung,
Rumbia, Putra Rumbia dan Kabupaten Lampung Timur meliputi Kecamatan
Sekampung, Sukadana, Batanghari Nubang, Way Bungur, Raman Utara.
sebaran pendampingan pengembangan kawasan padi oleh BPTP Lampung
tahun 2016 berada di Kabupaten Lampung Tengah 5 kecamatan seluas 4.200
ha dengan melibatkan 181 kelompok tani agroekosistem rawa lebak dengan
pola tanam padi-padi dan bera-padi. Sedangkan di Kabupaten Lampung
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 71
Timur meliputi 5 kecamatan seluas 3,825 ha melibatkan 153 kelompok tani,
agroekosistem sawah irigasi denagn pola tanam pasi-padi.
Pelatihan Petani dan Penyuluh Pendamping
Materi yang disampaikan dalam pelatihan meliputi kebijakan program
peningkatan produksi padi, budidaya padi melalui penerapan teknologi jajar
legowo super, kelender tanam terpadu (Katam). Metode pelatihan yang
digunakan adalah ceramah dan diskusi kemudian dilanjutkan dengan praktek
pembuatan persemaian sistem dapog/nampan
Penerapan Teknologi
Hasil pengamatan/survei menunjukkan bahwa, penerapan komponen
teknologi PTT, sebagaimana disajikan pada Tabel 45.
Tabel 45. Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi di Lampung MT II, 2016
No Komponen Teknologi
Jumlah poktan yang
didampingi (poktan)
Jumlah total anggota poktan yang di
dampingi (orang)
Jumlah anggota
poktan yang menerapkan
teknologi (orang)
Persentasi yang
menerapkan teknologi
(%)
Komponen Dasar
1 Varietas unggul baru
334 8,350 1,670 20.00
2 Benih bermutu dan berlabel
334 8,350 8,350 100.00
3 Pengaturan cara tanam Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya)
334 8,350 2,875 34.43
4 Pemupukan berimbang dan efisien menggunakan BWD/PUTS/PUTR
334 8,350 1,250 14.97
5 Pengendalian OPT prinsip PHT
334 8,350 5,000 59.88
6 Pemberian Bahan Organik/pupuk 334 8,350 8,350 100.00
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 72
kandang
Rata-rata
54.88
Komponen Pilihan
7 Pengolahan lahan yang baik
334 8,350 8,350 100.00
8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
334 8,350 6,263 75.01
9 Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun
334 8,350 6,250 74.85
10 Pengairan secara efektif dan efisien (intermitten)
334 8,350 3,125 37.43
11 Penyiangan mekanis (bisa dgn bantuan alat gasrok, landak, dll)
334 8,350 2,500 29.94
12 Panen tepat waktu dan segera dirontok dan dikeringkan
334 8,350 8,350 100.00
Rata-rata
69.54
Keterangan:
Tingkat adopsi rendah (0 % – 33,33 %)
Tingkat Adopsi sedang ( 33,34 % – 66,67 %)
Tingkat adopsi tinggi (66,68 – 100 %)
Demfarm PTT
Lokasi demfarm diletakkan di dalam hamparan intensifikasi padi atau
di luar tetapi berhimpitan dengan hamparan intensifikasi padi. Demfarm
dilaksanakan di hamparan kelompok tani “Harapan Makmur I” Desa Sumber
Agung, Kecamatan Bandar Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah seluas 3
ha dengan menggunakan VUB Inpari 22 dan Inpara 2 dan Kelompok Tani
“Ngudi Makmur” I, Desa Girikarto, Kecamatan Sekampung, Kabupaten
Lampung Tengah seluas 3 ha dengan memperkenalkan Inpari 22, Inpari 30,
Inpari 31 dan Inpari 33. Adapun teknologi yang diintroduksikan dalam
demfarm adalah komponen PTT secara lengkap spesifik lokasi seperti
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 73
penggunaan VUB, dekomposer, pupuk organik 2 ton/ha, pupuk hayati, bibit
muda, jumlah bibit 1-3 batang per lubang, sistem tanam jejer legowo 2:1,
dan 4:1 secara manual dan atau dengan menggunakan mesin tanam Rice
Transplanter, pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan BWD,
PUTS/PUTR, pengendalian OPT secara terpadu, penyiangan dengan gasrok
dan kombinasi dengan herbisida, panen tepat waktu dan gabah segera
dirontok dengan power tresher atau combine havester.
Produktivitas padi dalam demfarm dengan penerapan PTT lebih tinggi
dibandingkan di luar demfarm dengan teknologi yang biasa diterapkan oleh
petani, sebagaimana disajikan dalam Tabel 46.
Tabel 46. Produktivitas Padi di Dalam dan di Luar Demfarm PTT di Lampung MT II, 2016
No. Lokasi Demfarm Luas (Ha)
Paket teknologi
yang diterapkan1)
Produktivitas di dalam Demplot PTT
Produktivitas di luar Demplot (petani sekitar demplot)
Varietas (ku/ha) Varietas (ku/ha)
1 Klp Tani ” Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab. Lampung Tengah
3
1, 3, 4, 5, 6, 7,
8,9,10,11
Inpari 22 Inpara 2
64.0 82.0
Ciherang 57,0
2 Klp Tani “Ngudi Makmur I” Desa Girikarto Kec. Sekampung, Kab. Lampung Timur
3
1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10,11
Inpari 22 Inpari 30 Inpari 31 Inpari 33
70.3 80.7 80.2 69.2
Mekongga IR 64
52.0 60.0
Rata-rata 74.40 56.33
Sumber: Tabulasi data primer, 2016
Materi teknologi yang diterapkan: 1. Benih/varietas VUB 2. Penyiapan lahan 3. Dekomposer 4. Tanam bibit muda dan 1-3 bibit 5. Pupuk hayati
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 74
6. Pemupukan sesuai kebutuhan 7. Pemeliharaan tanaman/Penyiangan 8. Menerapkan PHT dalam pengendalian OPT 9. Pengairan yang efisien/intermiten 10. Panen dan pascapanen yang seuai 11. Katam
Temu Lapang
Temu Lapang penerapan PTT padi hanya dilaksanakan di Kabupaten
Lampung Timur pada tanggal 30 Agustus 2016. Temu Lapang dilaksanakan di
hamparan sawah Kelompok Tani ” Ngudi Makmur I” Desa Giri Karto
Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur yang merupakan lokasi
demfarm/ percontohan penerapan PTT padi dengan teknologi jajar legowo
super. Jumlah peserta yang hadir kurang lebih 125 orang, berasal dari petani
internal dan eksternal Desa Giri Karto Kecamatan Sekampung dan petani dari
desa di luar Kecamatan Sekampung. Selain itu perangkat Desa Giri Karto,
Penyuluh Pertanian BP3K Sekampung dan BP3K tetangga, petugas
Kecamatan, Koramil/TNI, Polsek Kecamatan Sekampung, Media Masa
(Lampung Post) TVRI Bandar Lampung, Dinas Instansi lingkup pertanian
Kabupaten Lampung dan Provinsi Lampung.
Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru
Pelaksanaan uji adaptasi varietas unggul baru (VUB) dalam
pendampingan pengembangan kawasan padi di Lampung diprioritaskan pada
komoditas padi Inbrida. Uji adaptasi VUB padi yang dilaksanakan di
Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur masing-masing 5 unit
(titik) @ 1 -1.5 ha. Lokasi uji adaptasi VUB dilaksanakan di dalam atau
berhimpitan dengan hamparan kelompok pelaksana gerakan intensifikasi
padi. VUB yang digunakan adalah Inpari 22, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 33
dan Inpara 2 dengan luas setiap varietas 0.25 – 0.50 ha. Sedangkan varietas
pembandingnya adalah Ciherang dan Ciliwung. Teknologi yang diterapkan
dalam uji adaptasi pada umumnya dengan pendekatan komponen PTT.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 75
Adapaun produktivitas padi dalam uji adaptasi VUB, sebagaimana disajikan
dalam Tabel 47.
Tabel 47. Produktivitas Padi Uji Adaptasi VUB di Lampung MT II, 2016
No Lokasi Display
Varietas (Klp Tani Desa/Kec/Kab)
Produktivitas Varietas Pembanding (kg/ha) Ketera ngan Inpari
22 Inpari
30 Inpari
31 Inapri
33 Inpara 2
Ciherang
Ciliwung
1
Kel. Tani Sumber Rejeki I, Cempaka Putih, Bandar Surabaya, Lampung Tengah
2,400 2,380
Kurang air,
serangan WBC, Tikus,
Kepinding tanah
Kel. Tani Arum Dalu, Sidodadi, Bandar Surabaya, Lampung Tengah
2,080
2,340
Kel Tani Harapan Makmur, Sumber Agung, Bandar Surabaya, Lampung Tengah
2,880 2,520
Kel. Tani Sri Karya, Bandar Surabaya, Sumber Agung Lampung Tengah
3,200 4,000
2 Kel. Tani Sidodadi, Seputih Surabaya, Lampung Tengah
6,200 5,700 5,600 6,500 4,000 Kurang air
3
Kel.Tani Tambah Maju, Bumi Nabung Ilir, Bumi Nabung, Lampung Tengah
6,016
6,064 5,920 6,000 6,240 5,936 Kurang air
4
Kel. Tani Sumber Jaya, Bina Karya Buana, Rumbia, Lampung Tengah
5,840 5,920 5,760 6,080 4,960 5,120 Kurang air
5
Kel. Tani Tunas Jaya dan Subur Jaya, Putra Rumbia, Lampung Tengah
4,900 4,100 Kurang air
6
Kel. Tani Ngudi Makmur I, Girikarto, Sekampung, Lampung Timur
6,080 8,070 8,020 6,920
6,000 5,200
7
Kel. Tani Makmur I dan Makmur II, Sukadana, Lampung Timur
4,800 4,300 4,100 4,025
Serangan WBC
Kel. Tani Sidomulyo, Sukadana,
4,700 4,175 3,930
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 76
Lampung Timur
8
Kel. Tani Makmur, Toto Projo, Way Bungur, Lampung Timur
Gagal panen karena serangan hama WBC
Kel. Tani Harapan, Toto Projo, Way Bungur, Lampung Timur
9
Kel. Tani Desa Rejo Katon I, Raman Utara, Lampung Timur
10 Batanghari Nuban, Lampung Timur
Belum panen
Rata-rata 4,773 5,405 5,985 5,060 5,384 4,217 4,123
Keterangan:
Adaptabilitas tinggi, jika produktivitas > 4,36 Adaptabilitas sedang, jika produktivitas 2,19 – 4,36 Adaptabilitas rendah, jika produktivitas < 2,19
*). Varietas pembanding
Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas VUB
Inpari 22, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 33 dan Inpara 2 cukup beragam secara
berurutan yakni 4,773 kg/ha, 5,405 kg/ha, 5,985 kg/ha, 5,060 kg/ha, dan
5,384 kg/ha. Adapun rata-rata produktivitas tertinggi dari beberapa VUB
tersebut adalah Inpari 31, kemudian diikuti Inpari 30 dan Inpara 2.
Sistem Tanam Jajar Legowo
Perkembangan tingkat adopsi teknologi jajar legowo di Lampung
berjalan lambat, dikarenakan menurut pendapat tenaga kerja tanam merasa
lebih sulit, rumit dan memerlukan waktu tanam lebih lama sehingga biaya
tanam lebih mahal 20 – 30 % dibandingkan cara tanam tegel. Hal ini tidak
beda dengan kondisi di lokasi gerakan intensifikasi padi pada lokasi
pendampingan pengembangan kawasan padi di Kabupaten Lampung Tengah
dan Lampung Timur yang tergolong masih rendah yaitu 2.885 ha (35.95 %)
dari luas total 8.025 ha. Adapun sistem tanam jajar legowo yang diterapkan
oleh petani belum semuanya sesuai anjuran (jarwo 2:1), melainkan cukup
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 77
beragam yaitu jajar legowo 2:1, 4:1 dan 6:1, akan tetapi sebagian besar
yang terapkan adalah legowo 6:1. Hal ini penyebab utamanya adalah
keterbatasan tenaga kerja tanam, tingkat pemahaman petani terhadap sistem
tanam legowo jajar masih rendah/negatif dan biaya yang diperlukan relatif
tinggi dibandingkan dengan tanam jajar tegel.
Tabel 48. Luas Tanam Jajar Legowo dan Produktivitas Padi di Lampung MT II, 2016
Kabupaten Kecamatan Luas Jarwo (Ha)
Produktivitas (kg/ha GKP)
Jarwo Tegel Lainnya
Lampung Tengah
Rumbia 75 5,900 5,140
Bandar Surabaya 125 6,400 5,700
Bumi Nabung 150 6,150 5,900
Putra Rumbia 140 4,700 4,100
Seputih Surabaya 100 5,000 4,250
Lampung Timur
Sekampung 480 6,390 5,600
Sukadana 375 4,625 4,050
Batanghari Nuban 450 5,450 5,125
Way Bungur 540 5,725 5,200
Raman Utara 450 5,500 5,150
Jumlah / Rata-rata
2.885 5,584 5,022
Distribusi Materi Diseminasi
Materi diseminasi yang disebarluaskan untuk mendukung gerakan
intensifikasi padi dengan penerapan sistem tanam jajar legowo berupa media
informasi dalam bentuk media cetak dan elektronik. Peyebarluasan media
informasi dalam bentuk media cetak berupa leaflet, brosure, booklet dan
buku teknologi, dan media elektronik berupa CD teknologi, kalender tanam
terpadu. Perkembangan distribusi media informasi, sebagaimana disajikan
dalam Tabel 49.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 78
Tabel 49. Distribusi Media Informasi Mendukung Gerakan Intensifikasi Padi di Lampung, 2016
No Judul Publikasi Tiras (Expl)
Jenis publikasi
yang disebarkan
Penerima
1. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Irigasi
80 Brusure Kab. Lampung Tengah (BP3K Seputih Surabaya, Bandar surabaya, Rumbia, Putra Rumbia, Bumi Nabung) dan Kab. Lampung Timur (BP3K Sekampung, Sukadana, way Bungur, Raman Utara dan Batanghari Nuban)
2. Petunjuk Teknis Menanam Padi Sawah Menggunakan Indo Jarwo Transplanter
20 Buku
3. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Irigasi
100 Leaflet
4. Teknologi Kalender Tanam Terpadu
100 Leaflet
5. Persemaian Padi dengan Dapok untuk Indo Jarwo Transplanter
50 Leaflet
6. Mesin Tanam Padi Indo Jarwo Transplanter
50 Leflet
7. Mengenal Penyakit Blas dan Strategi Pengendaliannya
50 Leaflet
8. Meningkatkan Produksi Padi dengan Cara Tanam Jejer Legowo
50 Leaflet
9. Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat Tanaman Padi
50 Leaflet
Produksi Benih
Dalam rangka memenuhi kebutuhan benih sesuai dengan yang
diminati oleh petani dengan tepat jumlah, tepat jenis, tepat waktu dan harga
lebih murah, maka kelompok tani pelaksana demfarm PTT padi dibina dan
difasilitasi menjadi calon penangkar sampai penangkar formal untuk
memproduksi benih padi yang berkualitas. Hal ini bertujuan untuk
mempercepat adopsi VUB spesifik lokasi dan meningkatkan kemampuan
kelompok tani untuk memproduksi benih varietas unggul baru yang diminati
secara mandiri. Adapun dampak dari pendampingan ini, Kelompok Tani
“Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab.
Lampung Tengah dan Kelompok Tani “Ngudi Makmur I” Desa Giri Karto,
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 79
Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur resmi menjadi Penangkar
Formal benih padi untuk memenuhi kebutuhan benih di desanya bahkan di
kawasan pengembangan padi wilayahnya. Adapun produksi benih padi
bersertifikat yang dihasilkan, sebagaimana disajikan pada Tabel 50.
Tabel 50. Produksi Benih Berserttifikat Kelompok Tani Pelaksana Demfarm PTT Padi di Lampung MT II, 2016
No Lokasi
Produksi Benih Tersalur
(kg)
Sisa /stok
(kg) Varieatas Jumlah
(kg)
Kelas
Benih
1. Klp Tani ” Harapan Makmur I” Desa Sumber Agung Kec. Bandar Surabaya, Kab. Lampung Tengah
Inpari 22 Inpara 2
2,000 6,000
ES ES
850 1,000
1,150 5,000
Jumlah 8,000 1,850 6,150
2 Klp Tani “Ngudi Makmur I” Desa Girikarto Kec. Sekampung, Kab. Lampung Timur
Inpari 30 Inpari 31
Inpari 22
2,335 1,400
650
ES ES
ES
1,335 100
250
1,000 1,300
400
Jumlah 4,385 1,685 2,700
Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pendamping pengembangan kawasan padi mendukung program gerakan
intensifikasi padi padi antara lain:
Pada MT II 2016 sebagian sawah petani mengalami kekurangan air,
sehingga menimbulkan masalah pertumbuhan tanaman tidak optimal.
Pertanaman padi juga ada yang mengalami serangan hama penyakit seperti
wereng batang coklat, penggerek batang padi, kepinding tanah, penyakit blas
dan hawar daun bakteri. Selain itu petani juga terjadi kelangkaan pupuk pada
waktu diperlukan terutama NPK Phonska. Untuk mengatasi masalah
kekeringan yang dihadapi petani jika tersedia sumber air dengan melakukan
pompanisasi baik untuk mengairi lahan sehingga bisa diolah dan ditanam
maupun untuk mengairi pertanaman padi. Untuk mengatasi serangan hama
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 80
wereng batang coklat, penggerek batang dan kepinding tanah sudah
dilakukan dengan pengendalian dengan prinsip pengendalian hama terpadu
(PHT) kombinasi dengan kimiawi. Kondisi kelangkaan pupuk NPK Phonska
telah diatasi dengan menggunakan pupuk alternatif yang tersedia atau pupuk
seadanya dengan dosis dan waktu pemupukan kurang/tidak sesuai anjuran
Benih yang diproduksi penangkar di lokasi pendampingan tersebut,
belum tersalurkan secara keseluruhan (sisa) yang disebabkan adanya
program bantuan benih oleh pemerintah yang tidak melibatkan penangkar
lokal sehingga bisa menjadi Kompetitor. Untuk mengatasi hal tersebut, sisa
benih yang ada untuk penyediaan kebutuhan benih pada MT II dan akan
disalurkan internal dan eksternal desa, dan selanjutnya untuk keberlanjutan
produksi benih oleh penangkar lokal, maka benih yang diproduksi dapat
digunakan untuk penyediaan program pengembangan kawasan padi seperti
UPSUS, benih berbantuan. Selanjutnya agar penangkar benih lokal dapat
berkelanjutan, maka perlu adanya mitra kerja dengan BUMN Perusahaan
benih yang difasilitasi oleh pemerintah.
2. Pendampingan kawasan ubi kayu
Pendampingan kawasan ubikayu ini dilakukan dengan 2 (dua)
metoda, yaitu pelatihan dan display atau demonstrasi plot. Pelatihan petani
dilaksanakan sebelum penanaman. Secara rinci tempat, tanggal pelaksanaan
,materi pelatihan yang disampaikan dan jumlah peserta dapat dilihat pada
tabel 51.
Tabel 51. Tempat, waktu, materi dan jumlah peserta pelatihan PTT ubi kayu
No Tempat Waktu Materi Jumlah
Peserta
(orang)
1. Desa Bandaragung 24 November
2016
PTT Ubikayu
Dinamika
Kelompok
30
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 81
Pada tabel 51 dapat dilihat bahwa kegiatan pelatihan baru
dilaksanakan pada 24 November 2016, hal ini dikarenakan menunggu daftar
calon kelompok tani atau petani yang dibina oleh Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Kabupaten Lampung Tengah yang sedang diproses. Disamping itu,
turunnya harga ubikayu yang sebelumnya mencapai Rp 1.450,- /kg menjadi
Rp 550,-/kg menyebabkan petani menunda waktu panen dan tanamnya.
Adapun materi pelatihan yang diberikan antara lain PTT Ubikayu dan
dinamika Kelompok. Nara sumber berasal dari BPTP Lampung, BP3K Terusan
Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah.
Percontohan
Percontohan dilaksanakan dengan menerapkan budidaya ubikayu
dengan pendekatan PTT pada lahan seluas 1 (satu) hektar. Adapun
komponen teknologi yang dilakukan meliputi komponen dasar dan komponen
pilihan. Komponen dasar meliputi varietas unggul baru, bibit berkualitas,
penyiapan lahan, pengaturan populasi tanaman, dan pemupukan. Sementara
komponen pilihan meliputi waktu tanam, pengendalian opt, pengairan dan
pembuatan saluran drainase serta panen.
3. Pendampingan kawasan kedelai
Hasil koordinasi dan sinkronisasi meliputi penetapan lokasi
pendampingan kawasan tanaman kedele di Lampung Timur yaitu kecamatan
Labuhan Ratu dengan luas 3 ha, mencakup 3 desa yaitu Desa Raja basa
Lama, Labuhan Ratu dan labuhan Ratu 2 dengan melibatkan 3 kelompok
tani.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 82
Tabel 52. Lokasi kawasan kedele di kabupaten Lampung Timur yang didampingi
Kabupaten
Luas (ha)
Desa
Lua
s (ha
)
Jumlah
poktan
terlibat per desa
(poktan)
Jumlah
anggota per Poktan
(orang/poktan)
1.
Lampung Timur
Sekampung
Udik 211
Banjar Agung 65
2 25
Pugung
Raharjo 35
4 25
Sidorejo 30 2 25
Bumi Mulyo 55 3 25
Purwokencono 26 2 25
Labuhan
Maringai 28 Bumi Nabung
Udik 12
2 25
Sukadana 7 3 25
Bumi Ayu 4 2 25
Pakuan Aji 5 1 25
Bandar
sribawono 306
Bandar
Aagung 10
1 25
Sri Pendowo 25 2 25
Mekar Jaya 0 4 25
Waringin Jaya 0 2 25
Way Jepara 101 Braja Asri 45 2 25
Braja dewa 34 2 25
Jepara 10 2 25
Sri rejosari 12 2 25
Braja
Selebah 12
Gemilang 2
2 25
Mulya 4 2 25
Kencana 6 2 25
Labuhan Ratu
94 labuhan ratu
27 2 25
Labuhan Ratu
2 43
2 25
Raja basa
Lama 24
2 25
Sukadana 105 Bumi Ayu 25 2 25
Terbanggi
marga 60
2 25
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 83
Penerapan Komponen Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Agroekologi a. Penerapan Teknologi
Komponen dasar penerapannya hampir sama di semua lokasi,
sedangkan komponen teknologi pilihan penerapannya spesifik lokasi sesuai
dengan kondisi agroekosistem setempat. Adapun Penerapan Teknologi yang
diterapkan adalah sebagai berikut :
1. Setelah panen padi, jerami dipotong dekat permukaan tanah, tanah tidak
perlu diolah, jerami dapat digunakan untuk pakan ternak, untuk mulsa
kedelai, atau dibakar sebagai tambahan hara bagi tanaman.
2. Saluran drainase dibuat dengan jarak antar saluran 1,5-5 m, bergantung
pada kemiringan lahan dan tekstur tanah, jarak antar saluran drainase
makin sempit dengan makin datar atau makin halusnya tekstur tanah.
Saluran drainase berukuran lebar sekitar 30 cm dan dalam sekitar 25 cm.
3. Kedelai ditanam 2-4 hari setelah padi dipanen, hal ini ditujukan untuk
memanfaatkan lengas tanah dan mengurangi gangguan gulma, hama dan
penyakit.
4. Varietas yang digunakan disesuaikan dengan kondisi agroekologi dan
preferensi pasar.
Muara jaya 20 2 25
batang Hari
nuban 306
Bumi Jawa 20
2 25
Tulung Balak 0 0 25
Trisno Mulya 0 0 25
Suka Cari 0 0 25
Raman
Utara 315
Rahayu 20
2 25
Raman Aji 0 0 25
Rejo Binangun 0 0 25
Rantau Fajar 0 0 25
Waybungur 36 Tanjung kecono
12 1 25
Toto projo 9 2 25
Tambah Subur 15 3 25
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 84
5. Benih yang baik mempunyai daya tumbuh >85%, murni, sehat dan
bersih. Kebutuhan benih kedelai per hektar berkisar antara 40-60 kg/ha,
bergantung pada ukuran biji, makin besar ukuran biji makin banyak benih
yang digunakan.
6. Gangguan lalat bibit dapat ditekan dengan perlakuan benih menggunakan
carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau fipronil (10 ml Regent/kg
benih).
7. Perlakuan benih dengan pupuk hayati penambat benih (Rhizobium) hanya
dilakukan pada lahan yang belum pernah ditanami atau sangat jarang
ditanami kedelai dengan dosis 40 gram inokulan Rhizobium untuk 8 kg
benih.
8. Jenis dan takaran pupuk yang diberikan bergantung pada kondisi tingkat
kesuburan tanah. Jika tersedia pupuk organik atau pupuk kandang
dianjurkan menggunakannya dengan dosis sekitar 2 t/ha, diberikan
secara dicicir sebagai penutup lubang tanam atau diisi lubang tanam.
9. Irigasi diberikan jika kelembaban tanah tidak mencukupi terutama pada
periode awal pertumbuhan, berbunga dan pengisian polong.
10. Gulma dikendalikan secara intensif. Di daerah sulit tenaga kerja dapat
digunakan herbisida pra tumbuh yang dikombinasikan dengan herbisida
pasca tumbuh.
11. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan petunjuk teknis
PHT (pengendalian hama dan penyakit terpadu).
12. Panen dilakukan apabila daun sudah luruh dan 95% polong sudah
berwarna kuning-kecoklatan atau coklat-kehitaman bergantung varietas
yang ditanam.
13. Pembijian kedelai dilakukan secara manual (sistem geblok) ataupun
secara mekanis dengan menggunakan mesin perontok.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 85
Tabel 53. Penyelenggaraan Uji Adaptasi VUB Kedele di Lampung Timur MT II 2016
No Desa Nama
Kelompo Tani
Luas Lahan (ha)
Varietas Produksi/ton/ha
1 Labuhan Ratu 2
Harapan Jaya
1,2 Anjasmoro 1.8
2 Raja Basa Lama
Tani Makmur
0.8 Anjasmoro Gagal Panen Terendam air
3 Labuhan Ratu Sri Rejeki 1 Anjasmoro Gagal Panen Terendam air
Jumlah 3
b. Distribusi Materi Diseminasi
Materi diseminasi yang disebarluaskan untuk mendukung gerakan
intensifikasi kedele berupa media informasi dalam bentuk media cetak dan
elektronik. Peyebarluasan media informasi dalam bentuk media cetak berupa
leaflet, brosure, booklet dan buku teknologi, dan media elektronik berupa CD
teknologi, kalender tanam terpadu. Sasaran pengguna media informasi
tersebut adalah petani dan penyuluh pendamping di lapangan, dengan
harapan dapat meningkatkan penegtahuan, sikap dan keterampilan,
khususnya komponen PTT kedele untuk digunakan sebagai bahan
penyuluhan dan praktek usahatani. Perkembangan distribusi media informasi,
sebagaimana disajikan dalam Tabel 54.
Tabel 54. Distribusi Media Informasi Mendukung Gerakan Intensifikasi Kedele
di Lampung, Tahun 2016
No. Judul Publikasi Tiras
(Expl)
Jenis
publikasi
yang
disebarkan
Penerima
1. Petunjuk Teknis
Pengelolaan Tanaman
Terpadu Kedele
80 Brusure Kab. Lampung
Timur
(BP3K Labuhan
Ratu ) 2. Petunjuk Teknis Menanam 20 Buku
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 86
Kedele
3. Teknologi Kalender Tanam
Terpadu
100 Leaflet
4. Pengendalian Hama
Penyakit Pada Tanaman
Kedele
50 Leaflet
Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pendamping pengembangan kawasan kedele mendukung program gerakan
intensifikasi kedele antara lain: Faktor cuaca/curah hujan yang tinggi di lokasi
tiga Desa Labuhan Ratu,Raja Basa Lama dan Labuhan Ratu 2 Kecamatan
Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur menyebabkan sebagian besar
lahan petani terendam air sehingga petani kedele yang semula akan tanam,
beralih menanam padi. Hal ini menyebabkan uji adaptasi varietas unggul Baru
varietas anjasmoro pada MT II tidak terpenuhi dan hanya terealisasi seluas
1,2 ha. Selain itu petani juga kesulitan untuk mendapatkan pupuk pada
waktu diperlukan terutama NPK Phonska.
Untuk mengatasi masalah banjir yang dihadapi petani juga
melakukan pengairan drainase akan tetapi tidak mampu membuang air
karena aliran sungai permukaan dengan areal tanam lebih tinggi hampir
sama. Untuk mengatasi serangan hama penyakit pada tanaman kedele
sudah dilakukan dengan pengendalian dengan prinsip pengendalian hama
terpadu (PHT) kombinasi dengan kimiawi. Kondisi kelangkaan pupuk NPK
Phonska telah diatasi dengan menggunakan pupuk alternatif yang tersedia
atau pupuk seadanya dengan dosis dan waktu pemupukan kurang/tidak
sesuai anjuran.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 87
F. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura Demplot kegiatan cabai merah ditujukan untuk penanaman cabai
merah pada lahan kering. Kegiatan ini untuk mendampingi kegiatan Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu gerakan tanam cabai di lahan kering
(GTCK) Luasan demplot 0,25 ha. Penanaman cabai merah dimulai pada
tanggal 23Oktober 2016. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah
sebagai berikut:
Tabel 55. Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonologi yang perlu diperbaiki pada demplot cabai merah.
No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan 1. Varietas yang digunakan adalah
varietas hibrida seperti Kitaro pada kios saprodi.
Introduksi varietas Balitbangtan
Varietas Kencana
2. Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian
pembuatan bedengan
3. Persemaian dilakukan dengan menyebar langsung bibit pada plastik
kantong plastik kecil.
Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C)
atau larutan Previcur N (1 cc/l)
selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan
persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk
kandang/kompos (1:1), kemudian
ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan
persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan
kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari
serangan OPT. Setelah berumur 7-
8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik
dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang steril).
Penyiraman dilakukan setiap hari.
Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5 minggu.
4. Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang digunakan 50x50 cm, tanaman
cabai ditanam secara tumpang sari
dengan tanaman sayuran lain seperti sawi. Budidaya dilakukan di lahan
kering dengan pola tanam cabai,
Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang digunakan 70 x 60 cm,
tanaman cabai ditanam secara
tumpang sari dengan tanaman sayuran lain seperti sawi.
Budidaya dilakukan di lahan kering.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 88
jagung.
5. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 7 ton/ha, urea
300 kg/ha pada umur 3 MST, SP36 400
kg umur 3 MST, dan NPK diberikan dua kali umur 6 MST sebanyak 70 kg dan
umur 9 MST sebanyak 50 kg/ha.
Pupuk kandang ayam 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak
700 kg/ha diberikan seminggu
sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata
dengan tanah. Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK
15:15:15 yang dicairkan (1,5-2 g/l
air), dengan volume semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut
diberikan mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap
10-15 hari sekali.
6. Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan Herbisida sebanyak 3 kali
yaitu umur 20, 40, dan 70 MST dengan herbisida Roundap. Pengendalian
hama penyakit dilakukan dengan
penyemprotan dengan pestisida antara lain Pastak, regen, dimolis, deger,
pegasus, dithan, victori. Belum menggunkan pestisida nabati.
Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan mikroba
tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan
mengurangi serangan hama. Mulsa
dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau,
yang diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik
hitam perak untuk musim kemarau
dan musim hujan. Penyulaman dilakukan paling
lambat 1–2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati
atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi) atau
dengan disiram perlubang.
Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan
dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian
ajir dilakukan untuk menopang
berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama
sebaiknya dipangkas. Pengendalian hama dan penyakit
sesuai dengan kaidah PHT.
Penanaman bawang merah dimulai pada tanggal akhir Nopember
2016. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai berikut:
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 89
Tabel 56. Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonolgi yang perlu diperbaiki pada demplot bawang merah.
No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan
1. Belum ada Varietas yang di tanaman adalah
Bima Brebes yang bersertifikat.Umbi
yang baik untuk bibit harus berasal
dari tanaman yang sudah sukup tua
umurnya, yaitu sekitar 60-90 hari
setelah tanam (tergantung varietas).
Umbi sebaiknya berukuran sedang
(5-10 g). Penampilan umbi bibit
harus segar dan sehat, bernas
(padat, tidak keriput), dan warnanya
cerah (tidak kusam). Umbi bibit
sudah siap ditanam apabila telah
disimpan selama 2–4 bulan sejak
panen, dan tunasnya sudah sampai
ke ujung umbi. Cara penyimpanan
umbi bibit yang baik adalah
menyimpannya dalam bentuk ikatan
di atas para-para dapur atau
disimpan di gudang khusus dengan
pengasapan.
2. Belum ada
3. Belum ada Bibit yang siap tanam dirompes,
pemotongan ujung bibit hanya
dilakukan apabila bibit bawang
merah belum siap benar ditanam
(pertumbuhan tunas dalam umbi
80%). Tujuan pemotongan umbi
bibit adalah untuk memecahkan
masa dormansi dan mempercepat
pertumbuhan tunas tanaman.
4. Belum ada Pemupukan terdiri dari pupuk dasar
dan pupuk susulan. Pupuk dasar
berupa pupuk buatan TSP (90 kg
P2O
5/ha) disebar serta diaduk rata
dengan tanah satu sampai tiga hari
sebelum tanam. Pupuk susulan
berupa 180 kg N/ha (½ N Urea + ½
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 90
N ZA) dan K2O (50-100 kg/ha).
Pemupukan susulan I dilakukan pada
umur 10-15 hari setelah tanam dan
susulan II pada umur 1 bulan
setelah tanam, masing-masing ½
dosis
5. Belum ada Pertanaman di lahan bekas sawah
memerlukan penyiraman yang cukup
dalam keadaan terik matahari. Di
musim kemarau, biasanya disiram
satu kali sehari pada pagi atau sore
hari sejak tanam sampai umur
menjelang panen. Penyiraman yang
dilakukan pada musim hujanhanya
ditujukan untuk membilas daun
tanaman, dari tanah yang menempel
pada daun bawang merah. Pada
bawang merah periode kritis karena
kekurangan air terjadi saat
pembentukan umbi, sehingga dapat
menurunkan produksi. Untuk
mengatasi masalah ini perlu
pengaturan ketinggian muka air
tanah (khusus pada lahan bekas
sawah) dan frekuensi pemberian air
pada tanaman bawang merah.
Pertumbuhan gulma pada
pertanaman bawang merah yang
masih muda sampai umur 2 minggu
sangat cepat. Oleh karena itu
penyiangan merupakan suatu
keharusan dan sangat efektif untuk
mengurangi kompetisi dengan
gulma.
Pengendalian hama dan penyakit
sesuai dengan kaidah PHT.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 91
Tabel 57. Pelatihan petani pada lokasi pengembangan kawasan hortikulktura
Waktu Tempat Peserta Bentuk Kegiatan (Nara sumber)
29 September 2016
Rumah ketua kelompok tani Karya Bakti, Desa Caringin Asri, Kecamatan Way Ratai, Kabupaten Pesawaran
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Cabai Merah
Pelatihan petani Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
27 September 2016
Rumah ketua kelompok tani Karya Remaja, Desa Gisting Permai, Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Cabai Merah
Pelatihan petani Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
14 Nopember 2016
Rumah ketua kelompok tani Desa Campang, Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah
Pelatihan petani Bawang Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Bawang Merah “
2. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 92
G. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Perkebunan Pendampingan pengembangan kawasan pertanian tanaman
perkebunan di Lampung Tengah dilaksanakan dengan mengadakan
pelatihan tentang teknologi budidaya tebu secara terpadu dan pembuatan
demplot tebu rawat ratoon dengan budidaya intensif.
a. Pelatihan
Pelatihan petani dilaksanakan di desa Bandar Sakti Kecamatan Terusan
Nunyai Kabupaten Lampung Tengah yang merupakan kawasan
pengembangan tanaman tebu. Secara rinci kegiatan pelatihan tersebut dapat
dilihat pada tabel 58.
Tabel 58. Kegiatan pelatihan petani tebu di Kecamatan Terusan Nunyai Lampung Tengah
No. Tempat Waktu Materi Jumlah Peserta
1. Desa Bandar Sakti Terusan Nunyai, Lampung Tengah
15, 16, 29, 30 Nopember 2016
Persiapan/pengolahan tanah, pemilihan bibit tebu, penanaman tebu, pemupukan, pengairan, pemeliharaan tanaman pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, tebang muat angkut (TMA), penanaman tebu juring ganda, kelembagaan petani.
35 orang
Dari tabel 58. Dapat dilihat bahwa pelatihan petani dilaksanakan di
desa Bandar Sakti Kecamatan Terusan Nunyai diikuti oleh 35 peserta.
Sebagai narasumber pelatihan adalah penyuluh dari BP3K Terusan Nunyai,
UPTD Dishutbun dan dari BPTP Lampung. Setelah pelatihan selesai,
pelaksanaan pelatihan dievaluasi, hasilnya dapat dilihat pada table tabel 59.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 93
Tabel 59. Hasil evaluasi pelatihan budidaya tebu di Kecamatan Terusan Nunyai Lampung Tengah.
No. Komponen Teknologi
Pemahaman Petani terhadap Budidaya Tebu secara Terpadu
Sebelum Pelatihan (%)
Sesudah Pelatihan (%)
1. Persiapan/pengol. tanah Pemilihan bibit tebu Penanaman tebu Pemupukan Pengairan Pemeliharaan tanaman Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Panen Tebang muat angkut (TMA) Penanaman tebu juring ganda Kelembagaan petani
60 60 62 55 60 55 60
62 60 20
37
94 85 85 88 85 94 85
82 88 85
85
Dari tabel 59. dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pemahaman
petani terhadap materi yang diberikan setelah mengikuti pelatihan antara 82-
94 %. Pemahaman petani sebelum pelatihan terhadap budidaya tebu secara
umum rata-rata diatas 60 %, persentase tersebut sangat jauh jika
dibandingkan pemahaman petani terhadap tanam tebu juring ganda yang
hanya 20 % dan kelembagaan 37 %. Hal ini disebabkan karena petani belum
banyak yang mengetahui sistim tanam juring ganda serta kelembagaan.
Dengan adanya pelatihan ini pemahaman tentang hal tersebut dapat
meningkat.
b. Demplot tebu
Pendampingan teknologi melalui demplot PTT tebu dilakukan pada
areal seluas 1 ha di tengah hamparan perkebunan tebu rakyat. Demplot
dibuat untuk mempraktekkan teknologi tebu rawat ratoon dengan budidaya
tebu secara intensif. Lokasi demplot di desa Candi Rejo Kecamatan Way
Pengubuan, Lampung Tengah. Varietas yang diganakan untuk demplot
adalah varietas PS 862. Pengeprasan pada akhir bulan September 2016.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 94
Tabel 60. Rata-rata pertumbuhan vegetatif demplot tanaman tebu varietas PS 862 umur 2 bulan
No. Jumlah rumpun (10 m)
Jumlah tanaman (10 m)
Tinggi tanaman
(cm)
Jumlah ruas (cm)
Diameter (cm)
1.
18,02
236,06
168,56
6
1,94
H. Kebun Bibit Desa (KBD) dan Kebun Bibit Inti (KBI)
Penguatan Kebun benih Inti (KBI)
KBI, Laboratorium Masgar dibangun tahun 2015. Kondisi KBI
sampai saat ini masih terawat dengan baik yang dikelola oleh Ka. KP . Lab.
Masgar dkk. Berdasarkan informasi dari pengelola KBI, beberapa bulan ini
tanaman yang dikembangkan adalah tanaman yang dianggap dapat bertahan
di musim penghujan yaitu: daun selederi, bawang daun, cabai caplak, dan
terong. Namun demikian pengelola mencoba kembali membibitkan kembang
kol, tomat, pakchoy, selada, sawi dll. Permasalahan yang dihadapi secara
teknis dalam penanaman yaitu: banyaknya serangan ulat dan adanya
serangan penyakit bercak daun coklat pada tanaman selederi, akibatnya
tanaman tidak tumbuh normal. Selain itu tempat pembibitan /bedengan
kondisinya sudah mulai rusak, atap bolong, kerangka bangunan yang terbuat
dari bambu mulai rapuh. Rencana perbaikan dan yang dibutuhkan untuk
penguatan KBI yaitu: (1) perbaikan bangunan tempat
persemaian/pembibitan, pupuk organik, polibag, pot gantung , pot biasa,
benih sayuran ( kembang kol, kol, sawi, kangkung, bayam) . Rencana khusus
tahun 2016, KBI akan menambah ragam tanaman dengan membibitkan
tanaman rempah dan obat-obatan seperti: kunyit, laos, jahe, kumis kucing
dll.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 95
Gambar 6. Kondisi tanaman di KBI, Lab. Masgar Tegineneng setelah
penataan
Jenis sayuran yang ditanam di dalam bangunan KBI terdiri dari:
pakchoy,daun seledri, daun bawang , kembang kol, cabai, terong dan
sayuran kol, yang siap dipanen untuk konsumsi segar. Saat ini KBI belum
menghasilkan dan memproduksi benih, baru mampu memasarkan sayuran
segar dan bibit (sewaktu-waktu ). Selain tanaman sayuran, KBI juga akan
mengoleksi beberapa jenis tanaman toga (sereh, jahe, kunyit) dan tanaman
pangan lokal seperti suweg, gembili, ganyong, mantang ungu dan umbi-
umbian lainnya.
Gambar 7. Kondisi tanaman disekitar bangunan KBI
Untuk meningkatkan pengelolaan KBI, dan menambah wawasan
pengelola, telah dilakukan pembinaan dan perbaikan terutama dalam hal :
(a) Pembagian tugas yang jelas bagi pengelola di lapangan,
(b) Tahap awal KBI siap memproduksi benih sayuran yang non hibrida :
tomat, terong ungu, cabe, bayam, bawang daun, kangkung dan
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 96
terong bulat,
(c) Meningkatkan wawasan pengelola dengan memberika materi : proses
pembenihan tanaman sayuran, pengemasan produk sayuran, dengan
label organik.
Penguatan Kebun Bibit Desa (KBD)
KWT Bunga Lestari dibentuk pada tahun 2013, dengan jumlah
anggota awal 20 peserta KRPL saat ini berjumlah 26 anggota. Hasil
koordinasi pertama di tahun 2016, aktifitas yang dilakukan kelompok secara
rutin adalah : (1) pertemuan kelompok dilakukan 1 bulan sekali, (2)
pembinaan oleh PPL cukup intensif, (3) dana kas bertambah terutama dari
hasil penjualan bibit yang dihasilkan KBD dan dari tanaman dalam polibag
yang dijual saat diperlukan pada acara di Kabupaten/Kecamatan.
Secara fisik Kondisi KBD terawat dan tertata rapih, ada beberapa bibit
sayuran yang dibibitkan antara lain: kembang kol, sawi, seledri. selain itu
rumah kompos yang berada dekat KBD juga berfungsi dengan baik
(termanfaatkan/ada aktifitas pembuatan kompos). Beberapa sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk penguatan KBD adalah: gentong air,
polibag, benih-benih seperti: kangkung, kembang kol, sawi, selada, terong
panjang, selada merah, kol dataran rendah.
Komoditas yang ditanam / dibibitkan di KBD antara lain: cabai caplak,
kembang kol, pakcoy, daun seledri dan daun bawang, sementara tanaman
yang banyak ditanam di rumah-rumah anggota antara lain: cabai caplak,
kembang kol, bayam potong, pakchoy, daun selederi, daun bawang dan
terong. Benih yang dihasilkan oleh KBD sebagian dibagikan kepada petani
kooperator dan sebagian lagi dijual pada anggota dan masyarakat pengguna
atau menjadi stock di KBD yang dijual dalam bentuk tanaman dalam
pot/polybag.
KBD dikelola oleh masyarakat setempat dengan membentuk suatu
kelembagaan KBD sehingga bisa terkelola dengan baik. KBD di Desa Sisodadi,
Way Lima dibangun secara permanen tahun 2014 yang saat ini berlokasi di
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 97
halaman rumah Bapak Sarnen (ketua KBD). Secara kelembagaan struktur
organisasi yang telah terbentuk terdiri dari: ketua, sekretaris ( bendahara dan
seksi-seksi pada bagian pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran
hasil/humas). Disamping itu dalam pengelolaan KBD juga telah dibuat
jadwal piket dari mulai proses pembibitan, penanaman dan pemeliharaan
yang melibatkan semua anggota KWT.
Tiga Prinsip Pengelolaan KBD yang meliputi prinsip sosial, teknis dan
ekonomi, sudah berjalan dengan baik, dimana KBD telah berfungsi
memberikan bibit ke anggota juga sudah mulai menjual ke masyarakat sekitar
yang berkeinginan memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman
sayuran. Selain itu KBD juga sering menjual tanaman sayuran dalam pot
seperti selederi, bawang daun, terong, kembang kol dan tanaman lainnya saat
pemda atau masyarakat membutuhkannya. Pada akhir bulan Juni terjadi
permasalahan dalam pengelolaan KBD, dimana muncul ketidakpercayaan
anggota pada ketua KBD, yang disebabkan administrasi dalam pengelolaan hasil
penjualan dari KBD tidak tercatat. Dengan adanya persoalan ini perlu ada
musyawarah dan mufakat yang diatur pengurus KWT, yang secara
kelembagaan lebih kuat dan berpengalaman.
Untuk meningkatkan pengelolaan KBD, dan menambah wawasan
anggota KWT, telah dilakukan pembinaan dan pertemuan kelompok. Pada
pertemuan kelompok yang dibahas adalah : (1) Permasalahan yang muncul
dalam pengelolaan KBD dan kawasan, (2) menambah wawasan KWT dengan
memberikan teknologi yang diperlukan baik teknologi budidaya tanaman
maupun teknologi olahan hasil.
I. Kalender Tanam (KATAM)
Sosialisasi KATAM yang telah dilaksanakan adalah di Kabupaten
Lampung Selatan, Mesuji, Tulang Bawang dan Kota Metro. Peserta yang
terlibat adalah penyuluh pertanian yang berasal dari Balai Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) maupun BP4K pada masing-
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 98
masing kecamatan yang ada pada kabupaten tersebut, perwakilan Dinas
Pertanian dan juga perwakilan petani (Gapoktan/Poktan) padi pada lahan
rawa (Tabel 1). Materi yang disampaikan pada saat pelaksanaan sosialisasi
teknologi KATAM adalah teknologi yang terintegrasi dalam KATAM, yang
meliputi waktu tanam potensial, rekomendasi varietas, rekomendasi
pemupukan, informasi kekeringan dan kebanjiran, Informasi Organisasi
Pengganggu Tanaman (OPT), informasi ketersediaan alsintan dan informasi
Standing Crop. Selain materi mengenai teknologi KATAM juga disampaikan
materi mengenai cara penggunaan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR).
Gambar 8. Sosialisasi KATAM Terpadu MT II (MK) Tahun 2016 di Kab. Mesuji
Kegiatan verifikasi teknologi KATAM dilaksanakan dalam rangka
perbaikan data-data yang terdapat pada SI KATAM yang pada saat
dilaksanakan sosialisasi sering menjadi permasalahan peserta sosialisasi
KATAM, seperti luas baku lahan sawah, rekomendasi pemupukan dan juga
ketersediaan alat mesin pertanian (alsintan). Data-data yang dikumpulkan
merupakan data sampai dengan tingkat kecamatan seluruh kabupaten yang
ada di Provinsi Lampung. Sumber memperoleh data adalah melului Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung dan Kabupaten, serta dari Dinas
Tanaman Pangan masing-masing kabupaten (yang sudah dilaksanakan
Kabupaten Tanggamus, Pesisir Barat dan Lampung Barat). Selain itu juga
dilakukan verifikasi terhadap waktu tanam untuk MT I 2015/2016 di
Kabupaten Way Kanan, Tulang Bawang, Tulangbawang Barat dan Pesawaran,
serta MT I 2016/2017 di Kabupaten Pringsewu.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 99
Tabel 61. Hasil Verifikasi MT I 2015/2016 dan MT I 2016/2017
No Kecamatan Penyimpangan
Kab. Way Kanan (14 Kecamatan) 1 Bahuga -
2 Banjit 1-2 dasarian
3 Baradatu 1-2 dasarian
4 Balambangan Umpu 1-3 dasarian
5 Buay Bahuga -
6 Bumi Agung -
7 Gunung Labuhan 1-2 dasarian
8 Negara Batin -
9 Negeri Besar Tidak tanam
10 Pakuan Ratu -
11 Rebang Tangkas 1-2 dasarian
Kab. Tulang Bawang (15 Kecamatan) 1 Banjar Agung -
2 Banjar Baru Tidak ada sawah
3 Banjar Margo 1 dasarian
4 Gedung Aji Baru Tidak ada sawah
5 Menggala Timur Tidak ada sawah
6 Menggala -
7 Meraksa Aji -
8 Penawar Tama -
9 Rawajitu Selatan -
Kab. Tulangbawang Barat (8 Kecamatan) 1 Gunung Agung -
2 Gunung Terang -
3 Lambu Kibang -
4 Pagar Dewa -
5 Tulang Bawang Udik 1-3 dasarian
6 Way Kenanga Tidak ada sawah
Kab. Pesawaran (9 Kecamatan) 1 Gedung Tataan -
2 Kedondong 1 dasarian
3 Padang Cermin 3 dasarian
4 Punduh Pidada 3 dasarian
5 Tegineneng -
6 Way Khilau -
7 Way Lima 1 dasarian
Kab. Pringsewu (9 Kecamatan) 1 Pardasuka -
2 Pringsewu 2 dasarian
3 Gading Rejo 1 dasarian
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 100
Berdasarkan pengamatan singkat, media yang paling efektif untuk
mengakses SI KATAM oleh peserta sosilisasi KATAM adalah sms center. Hal
ini dikarenakan masih terkendalanya akses internet yang kurang baik pada
daerah-daerah tertentu, terutama daerah yang masih pedalaman dimana
signal telpon seluler pun masih kurang baik.
J. Taman Sains Pertanian (TSP) Natar
Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang dilaksanakan
pada tahun 2016 TSP Natar yaitu:
- Renovasi pagar kantor
- Renovasi bangunan mess
- Renovasi bangunan kantin, exs. SIR
- Pembangunan jaringan listrik penerangan
- Pembangunan jaringan irigasi Bak penampungan air
- Pembangunan rumahjaga kandang sapi
- Pembangunan 3 unit sumur bor dan tower
- Pembangunan gedung prosesing
- Pembangunan kandangkambing
Kunjungan ke lokasi TSP Natar antara lain tamu pusat dan daerah,
Perguruan Tinggi, berupa kunjungan dalam rangka sosialisasi TSP,
monitoring kemajuan/perkembangan TSP dan penelitian. Kegiatan pelatihan
dan magang pada saat ini telah telah dilakukan di TSP Natar, bekerjasama
dengan BPP dan sekolah kejuruan (SMK Pertanian) disetiap kabupaten di
Provinsi Lampung.
Gambar 9. Kunjungan Tamu Pusat dan Perguruan Tinggi
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 101
K. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan Ternak Kambing
1. Peningkatan produktivitas ubikayu
Pembuatan demplot ubikayu yang telah dilakukan di lahan milik petani
dengan dengan luasan 0,5 ha. Inovasi teknologi yang di aplikasikan adalah
sistem tanam double row, penggunaan varietas unggul UJ-5, dan pemupukan
per hektar (200 kg Urea + 250 kg NPK Phonska + 5 ton pupuk kandang).
Hasil pengamatan produktivitas ubikayu menggunakan teknologi
anjuran (double row + pemupukan) menghasilkan produktivitas 52.050 kg/ha
sedangkan cara petani menghasilkan produktivitas 23.260 kg/ha atau terjadi
penurunan produksi sebesar 28.790 kg/ha atau 124%.
Tabel 62. Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi demplot ubikayu. Perlakuan Tinggi
Tanaman (cm)
Berat Brangka-san (kg)
Jumlah Umbi/phn
(bh)
Panjang Umbi (cm)
Diame-ter Umbi
(cm)
Produkti-vitas
(kg/ha)
Penuru-nan Hasil
(kg)
Delta Hasil (%)
Double row + 2 Cabang
317,70 2,79 16,30 29,23 5,08 52.050 - -
Double row + 1 Cabang
315,60 1,70 15,40 25,33 4,35 31.080 20.970 39,18
Cara Petani - - - - - 23.260 28.790 124
Perbedaan nilai rata-rata terhadap komponen hasil ubikayu tersebut
diduga karena penerapan jarak tanam yang sangat rapat oleh petani,
sehingga tanaman kekurangan cahaya matahari dan menyebabkan tanaman
berkompetisi dalam mendapatkan cahaya, dan menyebabkan kurangnya
kemampuan tanaman untuk menyerap pupuk yang diberikan. Akibatnya
tanaman lebih banyak menghasilkan pertumbuhan vegetatif (daun dan
batang) dibandingkan dengan pertumbuhan generatif untuk menghasilkan
umbi.
Tabel 63. Nilai ekonomi efisiensi penerapan teknologi anjuran (sistem tanam double row).
Perlakuan Produktivitas (ton/ha)
Luas Ubikayu/ Desa (ha)
Total Produksi
(ton/Desa)
Satuan (Rp.000/kg)
Jumlah (Rp.000)
Pening-katan (%)
Cara Petani 23,26 14.000 322.000 550 177.100 126,3
Teknologi Anjuran (Double row)
52,05 14.000 728.700 550 400.785 -
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 102
2. Pemanfaatan biomassa ubikayu untuk pakan ternak silase
Pemanfaatan limbah cair industri tapioka (Ittara) sebagai pupuk
organik/pupuk hayati telah dilakukan pada tanaman sayuran di perkarangan.
Kegiatan ini dilakukan dalam mendukung kegiatan MKRPL (Model Kawasan
Rumah Pangan Lastari). Setiap KK di jalan utama Desa Muara Jaya diberikan
polybag dan bibit tanaman (sayuran dan hortikultura). Tanaman yang telah
tumbuh diberikan pupuk cair/pupuk hayati dari limbah Ittara.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di Balai Penelitian Tanah
Bogor tersebut, limbah cair tapioka tersebut belum memenuhi persyaratan
sebagai pupuk organik cair, karena kandungan C-organik dan NPK yang
rendah (di bawah baku mutu Permentan 70/2011), namun memiliki prospek
digunakan sebagai bahan untuk pupuk hayati.
Pengkayaan limbah cair tapioka dengan bakteri Lactobacillus sp. dan
atau Saccaharomyces sp. memperlihatkan peningkatan jumlah populasi
mikroba penambat nitrogen dan mikroba pelarut P yang berpengaruh baik
bagi peningkatan serapan hara tanaman.Bila mengacu pada baku mutu yang
ditetapkan oleh KLHK, maka limbah cair yang tidak berbahaya bagi
lingkungan adalah limbah kolam 7 (kandungan Pb dan Fe total di bawah
ambang yang ditetapkan oleh KLHK). Sehingga untuk pengembangan ke
depan, limbah cair Ittara tersebut dapat digunakan sebagai sumber pupuk
hayati yang mampu meningkatkan kesuburan tanah dan sumber unsur hara.
Tabel 64. Hasil analisis kimia dan biologi limbah cair Ittara.
No. Parameter Satuan Hasil Analisis Standar Mutu (Permentan
70/2011)
Baku Mutu KLHK Kolam 1 Kolam 7
1. C-organik % 0,02 0,02 min. 6 - 2. Bahan Ikutan:(plastik dll.) % 0,00 0,00 maks 2 maks 0,4 3. Logam Berat:
• As • Hg • Pb • Cd
ppm ppm ppm ppm
td td 1,3 td
td td td td
maks 2,5
maks 0,25 maks 12,5 maks 0,5
0,5
0,005 0,8 0,1
4. pH
7,4 6,5 4,0 - 9,0 6,0 - 9,0
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 103
5. Hara Makro: • N • P2O5 • K2O
%
ppm %
0,07 31
0,01
0,21 16
0,50
3 - 6
30.000 – 60.000 3 - 6
- - -
6. Mikroba Kontaminan: • E. coli • Salmonella sp.
MPN/ml MPN/ml
< 30 36
36
> 30
maks 103 maks 103
maks 103
- 7. Hara Mikro:
• Fe total • Mn • Cu • Zn • B • Co • Mo
ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
21 0,2 0,2 td 2 td 5,1
3
0,0 0,5 0,1 0,2 td 6,8
90 - 900
250 – 5.000 250 – 5.000 250 – 5.000 125 – 2.500
5 - 20 2 – 10
10 5 3 8 -
0,6 -
8. Unsur Lain: • La • Ce
ppm ppm
0,0 0,0
0,0 0,0
0 0
- -
3. Produksi dan pengolahan susu kambing
Dari 5 ekor kambing perah betina dan 1 ekor pejantan sampai saat ini
menghasilkan ± 1,5 sampai 2 liter susu kambing per hari. Harga susu
kambing tergolong mahal jika dibandingkan dengan susu sapi, karena selain
produksinya lebih sedikit juga mengandung probiotik yakni bakteri yang
membantu proses pencernaan sehingga susu kambing ini sangat baik untuk
kesehatan pada manusia.
Beberapa jenis olahan susu kambing yang telah diintroduksikan ke
KWT binaan adalah: pembuatan susu kambing segar dengan aroma rempah,
es krim susu kambing rasa strawberry, es krim susu kambing rasa mangga
kweni, dan permen karamel susu kambing.
4. Diversifikasi produk olahan tepung kasava.
Kegiatan diversifikasi produk olahan tepung kasava yang sudah
dilakukan antara lain persiapan alat-alat kegiatan dan pelatihan cara
pembuatan tepung kacasa. Kegiatan yang dilaksanakan berikutnya adalah
pelatihan pembuatan tepung kasava dan produk olahan berbahan baku
tepung kasava, seperti pembuatan kue, jajanan pasar, dan jenis makanan
lainnya. Untuk meningkatkan nilai tambah petanu ubikayu terutama pada
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 104
saat ketika harga ubikayu turun drastis dari Rp. 1.300 menjadi Rp.450 sampai
Rp. 550 per kg, maka salah satu solusi yang dapat dilakukan petani adalah
pembuatan tepung kasava beserta produk olahannya.
Tabel 65. Analisis nilai tambah ubikayu menjadi tepung kasava
Uraian Tepung Kasava
(Rendemen 36 %)
Jumlah (Rp)
Vol Sat Harga (Rp)
A. Biaya Produksi (Bahan + Upah)
• Bahan baku singkong segar 100 kg 500 50.000
• Kantong packing 1 bh 500 500
• Bahan tambahan ragi 100 gr 60 6.000
• Upah sawut 100 kg 250 25.000
• Upah rendam dan press 100 kg 250 25.000
• Upah jemur 36 kg 150 5.400
• Penepung 36 kg 500 18.000
• Sewa tampah 36 kg 30 1.080
• Lain-lain 100 kg 30 3.000
Total Biaya Produksi 133.980
B. Hasil
•Tepung kasava 36 kg 5.500 198.000
•Total Hasil /100 kg ubikayu 198.000
•Total Pendapatan/100 kg ubikayu 64.020
•Nilai Tambah/kg ubikayu 640
5. Pelatihan kelembagaan agribisnis.
Pelatihan yang sudah dilakukan beberapa kali dengan diikuti oelh
petani pengurus/anggota poktan kooperator dan luar kooperator, KWT,
penyuluh, dan aparat desa. Materi pelatihan yang diberikan antara lain
peningkatan fungsi kelembagaan poktan/Gapoktan, antara lain: evaluasi
kegiatan tahun 2005 dan sosialisasi kegiatan yang dilakukan pada tahun
2016, peningkatan fungsi kelembagaan Gapoktan/Poktan, teknologi
pembuatan tepung kasava dan produk olahannya, teknologi produksi dan
pengolahan susu kambing, dan agribisnis.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 105
Gambar 10. Produk limbah cair Ittara dan tepung kasava
L. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi
dan Ternak Sapi di Lampung 1. Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal untuk Pembuatan Pakan
Jerami dan Kompos/Pupuk Organik Cair Bioaktivator dari mikroorganisme lokal dibuat dari campuran buah
tomat dan papaya yang sudah mulai membusuk, gula merah dan air cucian
beras. Selanjutnya MOL digunakan sebagai bioaktivator pada pembuatan
pakan fermentasi dengan cara pembuatan sama dengan cara pembuatan
pakan fermentasi dari bioaktivator pabrikan. Setelah difermentasikan selama
21 hari, diambil sampel untuk dianalisis kandungan nutrisi pakan. Selain mol
dari buah digunakan pula bioaktivator dari mol rumen sapi (rumensa). Hasil
analisis menunjukkan bahwa kandungan lemak jerami yang difermentasi
dengan MOL buah kandungan lemaknya lebih tinggi (2,87%) dibandingkan
jerami yang difermentasikan dengan bioaktivator pabrikan/starbio (2,56%)
sedangkan protein yang tinggi terlihat pada perlakuan bioaktivator pabrikan,
serat kasar dan karbohidrat pada jerami yang difermentasi dengan
bioaktivator MOL rumen sapi lebih tinggi dibanding yang difermentasi dengan
bioaktivator MOL buah dan bioaktivator pabrikan (Tabel 66).
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 106
Tabel 66. Kandungan rata-rata nutrien jerami fermentasi
No Jenis Bioaktivator Air Abu Protein Lemak Serat Kasar
Karbohidrat
(%)
1.
2.
3.
Mol buah
Mol Rumen sapi
Bioaktivator pabrikan
23,45
16,24
18,06
16,70
18,72
17,06
6,38
5,34
7,15
1,74
0,93
1,55
24,11
31,14
26,06
27,62
30,63
30,12
Selanjutnya jerami fermentasi tersebut diberikan pada sapi jenis PO
untuk melihat pertambahan berat badan sapi. Hasil pengkajian menunjukkan
bahwa pada umur 36 hari setelah pemberian pakan pertambahan berat
badan harian (PBBH) sapi tertinggi ditunjukkan oleh pakan jerami fermentasi
dengan bioaktivator MOL rumensa, sedangkan sapi yang diberi pakan jerami
fermentasi dengan bioaktivator MOL buah berat badan sapi menurun. Sapi
yang diberi pakan jerami yang difermentasi dengan MOL rumensa
memberikan pertambahan berat badan tertinggi dibandingkan perlakuan
lainnya termasuk pakan rumput segar.
Tabel 67. Data pertambahan berat badan ternak sapi yang diberi perlakuan Pakan Jerami dengan bioaktivator yang berbeda (selama 36 hari)
Parameter Perlakuan
Mol Buah Mol Rumensa Pabrikan Hijauan segar
Berat badan awal (kg)
Berat badan Akhir (kg) PBBH/kg/ekor/hari
274,5
261,9 - 0,35
315,9
328,75 0,36
261,83
266,75 0,14
318,3
329,9 0,32
Untuk pupuk organik padat, bioaktivator dari mikroorganisme lokal
dibuat dari bongkol pisang, gula merah dan air cucian beras. Selanjutnya
MOL digunakan sebagai bioaktivator pada pembuatan kompos jerami dengan
cara pembuatan sama dengan cara pembuatan kompos dari bioaktivator
pabrikan (Promi). Untuk pengujian lapang, pembuatan kompos dari bahan
jerami, jerami padi+kotoran sapi dan kotoran sapi menggunakan bioaktivator
pabrikan (Promi) karena mengejar waktu tanam. Pengujian lapang dilakukan
pada lahan seluas 4,75 ha. Pada pengkajian ini perlakuan yang dikaji adalah
pupuk organik yang dikombinasikan dengan pengendalian hama penyakit
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 107
secara terpadu (PHT), menggunakan urin yang sudah dibiarkan selama
seminggu dan disemprotkan seminggu sekali mulai umur 7 HST (hari setelah
tanam) sampai umur tanaman 8 minggu, PGPR diberikan dua kali yaitu
direndam selama 10 menit sebelum semai dan pada umur 5 minggu, dan
corine diaplikasikan pada umur 15 HST, 30 HST, 45 HST dan 60 HST. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang diberikan perlakuan kompos
jerami dan PHT intensitas serangan penyakit (kresek, bercak coklat dan blas)
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kompos jerami tanpa
pengendalian hayati.
Ditinjau dari pertumbuhan vegetatif tanaman padi, kombinasi
perlakuan kompos jerami dengan pengendalian hayati (PHT1), memberikan
tanaman tertinggi dan tanaman terendah terlihat pada perlakuan kompos
kotoran sapi tanpa pengendalian hayati. Sementara jumlah anakan
terbanyak terlihat pada kombinasi perlakuan kompos kotoran sapi dengan
pengendalian hayati dan jumlah anakan tersedikit ditunjukkan oleh perlakuan
kompos kotoran sapi tanpa pengendalian hayati (PHT0)., seperti pada Tabel
68.
Tabel 68. Pertumbuhan vegetatif tanaman padi
Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah anakan
Kompos Jerami PHT 87,77 17,17
Non PHT 84,84 17,94
Kompos kotoran sapi PHT 81,96 18,27
Non PHT 72,61 16,75
Kompos jerami + k. sapi PHT 74,02 17,54
Non PHT 73,94 16,87
Terhadap produksi, pengendalian secara terpadu memberikan produksi
(5,421 ton/ha) yang lebih tinggi 0,6% dibandingkan dengan tanpa
pengendalian secara terpadu (konvensional) yaitu 5,395 ton/ha. Demikian
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 108
juga produksi jerami segar untuk perlakuan pengendalian secara terpadu
memberikan hasil yang lebih tinggi (20,48 ton/ha) dibandingkan perlakuan
tanpa pengendalian secara terpadu (19,981 ton/ha).
Pada perlakuan kompos, produksi gabah tertinggi terlihat pada
perlakuan kompos kotoran sapi yaitu 6,356 ton/ha GKP (Gabah kering
panen), diikuti dengan kompos jerami + kotoran sapi sebesar 6,262 ton/ha
dan terendah pada perlakuan kompos jerami padi 2,848 ton/ha (Tabel 69).
Produksi pakan ternak (jerami segar) tertinggi ditunjukkan perlakuan kompos
jerami + kotoran sapi (20,231 ton/ha), diikuti dengan perlakuan kompos
kotoran sapi sebanyak 14,020 ton/ha dan terendah oleh kompos jerami yaitu
10,245 ton/ha.
Tabel 69. Produksi gabah dan jerami padi pada musim kemarau 2016
Perlakuan Produksi (ton/ha)
Gabah Jerami
Kompos Jerami PHT 3,120 10,500
Non PHT 2,575 9,990
Kompos kotoran sapi PHT 5,952 13,496
Non PHT 6,760 14,544
Kompos jerami + k. sapi PHT 6,443 20,480
Non PHT 6,080 19,981
Bila dibandingkan produksi padi pada musim gadu/kemarau 2015
(4067 kg/ha), pada musim yang sama pengendalian hayati ini meningkatkan
hasil 33,45% dan non hayati 32,65% dengan peningkatan pendapatan
sebesar 96,82% dan 85,17% atau Rp. 4.955.055,- dan Rp. 4.358.730.
Dengan perlakuan yang sama dan pada musim yang sama terjadi
peningkatan pendapatan sebesar Rp. 4,417,950,- atau 86%, yang disebabkan
oleh penggunaa varietas unggul Inpari 30 sedangkan musim gadu tahun
yang lalu varietas yang digunakan varietas hibrida (sembada dan Bisi serang)
seperti terlihat pada Tabel 70.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 109
Tabel 70. Analisis usahatani setelah kegiatan bio industri padi sapi tahun 2016
No. Uraian
Nilai
Gadu 2015 Gadu 2016 PHT1 PHT0
1 Saprodi (Rp/ha) 3.073.000 3.274.100 2.776.605 3.274.100
2 Tenaga Kerja (Rp/ha) 9.000.000 12.039.000 11.054.390 11.025.320
3 Biaya lain-lain (Rp/ha) 500.500 500.500 500.500 500.500
4 Jumlah Biaya Produksi 12.573.500 14.813.600 14.321.495 14.799.920
5 Produksi (kg/ha) 4.067 5.411 5421 5395
6 Harga padi (Rp/kg) 4.350 4.500 4.500 4.500
7 Penerimaan (Rp/ha) 17.691.450 24.349.500 24.394.500 24.276.600
8 Pendapatan (Rp/ha) 5.117.950 9.535.900 10.073.005 9.476.680
9 R/C ratio 1,41 1,64 1,70 1,64
2. Pembuatan gas bio untuk industri dan rumah tangga tani serta sosialisasi dan peningkatan kualitas briket arang sekam
Instalasi gas bio sebanyak 1 unit dengan ukuran tinggi 1,8 m dan
diameter 4 m, sudah dialirkan ke rumah tangga sebanyak 5 KK (kepala
keluarga) dan untuk bahan bakar mesin pencacah material kompos 1 unit.
Pemakaian biogas ini sudah dimulai sejak minggu I bulan Agustus 2016.
Biogas yang dihasilkan dapat digunakan untuk memasak selama 2,2 jam
sehingga belum mencukupi dan masih menggunakan tambahan bahan bakar
kayu atau LPG. Sebelum menggunakan biogas, bahan bakar yang digunakan
adalah LPG dan kayu bakar dengan rata-rata pengeluaran bahan bakar/bulan
Rp. 87.200,- dan setelah menggunakan biogas pengeluaran bahan bakar
menjadi Rp. 15.957,- atau menghemat pengeluaran bahan bakar 81,70%.
Tahun 2016 dilakukan perbaikan kualitas briket. Perbaikan kualitas
briket arang sekam dilakukan dengan merubah/memodifikasi alat dengan
tujuan agar alat tersebut dapat menghasilkan briket arang sekam dengan
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 110
kualitas yang lebih baik dan dapat dikerjakan dengan tenaga kerja wanita
(kwt). Hasil kajian menunjukka bahwa briket arang sekam yang dihasilkan
sudah menghasilkan bara api yang lebih baik dari kualitas briket arang sekam
sebelumnya, namun briket tersebut masih memiliki kelemahan yaitu cepat
menjadi abu (Gambar 11). Dengan demikian perlu dilakukan perbaikan lagi
agar briket arang sekam dapat dipasarkan, yaitu dengan menambahkan
bahan baku dari janggel jagung dan batok kelapa yang banyak tersedia di
lokasi.
Gambar 11. Daya bakar briket arang sekam Hasil perkajian menunjukkan bahwa briket yang terbuat dari 75%
arang sekam + 25% arang janggel jagung sudah memberikan bara api yang
lebih baik dibandingkan 100% arang sekam. Tingkat kepadatan briket arang
sekam + arang batok kelapa lebih tiggi dibandingkan dengan tingkat
kepadatan briket arang sekam + arang tongkol jagung. Hal ini terlihat dari
berat arang per buahnya yang menunjukkan bahwa berat briket arang sekam
+ arang batok kelapa 100 g/buah, sementara berat briket arang sekam +
arang tongkol jagung hanya 50 g/buah. Dari hasil uji coba pembakaran arang
briket menunjukkan bahwa briket arang sekam + arang tongkol jagung
membutuhkan waktu 12 menit untuk terbakar dan membara, sementara
briket arang sekam + arang tongkol jagung hanya membutuhkan waktu 4
menit untuk terbakar dan membara. Hasil kajian ini memberikan peluang
yang besar untuk pemanfaatan tongkol jagung sebagai bahan baku pembuat
briket, karena selama tongkol jagung merupakan limbah yang tidak
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 111
dimanfaatkan sama sekali di desa tersebut. Sementara untuk uji coba
mendidihkan 1 liter air, dibutuhkan waktu 4 menit.
Tabel 71. Uji arang sekam Perlakuan Berat arang (g/buah) Daya bakar (1 l air)
Arang sekam - 10
Arang sekam + arang batok 100 4
Arang sekam + arang janggel
50 4
Untuk mensosialisasikan kegiatan bioindustri berbasis integrasi padi –
sapi dilakukan temu lapang dengan mengundang instansi terkait. Acara temu
lapang ini dihadiri oleh Dinas Pertanian Provinsi Lampung, Dinas Peternakan
Provinsi Lampung, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pesawaran,
BP4K Kabupatan Pesawaran, BP3K Kecamatan Negerikaton, UPTD Dinas
Pertanian dan Peternakan Kecamatan Negerikaton, Camat Kecamatan
Negerikaton, Kepala Desa Poncokresna, PPL Kec. Negerikaton dan petani
serta wanita tani Desa Poncokresna. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 6
oktober 2016 dan dihadiri lebih dari 100 orang. Pada acara tersebut
dipamerkan produk-produk yang dihasilkan oleh kelompok tani dan kelomok
wanita tani (kwt) yang dibina oleh BPTP lampung. Produk-produk yang
dipamerkan antara lain mol bonpis, mol tomya, mol rumsa, pupuk organik
urisa, briket arang sekam, gembang goyang, peyek kacang tanah dan lain-
lain. Pada kesempatan ini para undangan meninjau langsung instalasi pupuk
organik bio urisa dan instalasi bio gas.
M. VISITOR PLOT
1. Visitor Plot Lada Perdu
Kegiatan visitor plot lada perdu dilaksanakan di Kebun Percobaan
Natar (TSP Natar), Kecamatan Natar Lampung Selatan. Pembentukan visitor
plot diawali dengan penentuan titik lokasi di Taman Sains Pertanian dengan
mempertimbangkan kesesuaian lahan, sumber air, akses lahan, dan
estetika.Kegiatan visitor plot lada perdu dilaksanakan di lahan seluas 0,125
Ha, pada koordinat -5018’48”,105011’18”,610. Sumber air utama yang
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 112
digunakan untuk pengairan berasal dari bak penampung air yang berjarak
100 M dari lahan visitor plot
Kegiatan utama visitor plot lada perdu sesuai namanya adalah
menerima dan merespon setiap kunjungan ke lokasi visitor plot. Visitor Plot
Plot lada perdu telah dikunjungi berbagai stakeholder baik instansi maupun
individu antara lain Siswa sekolah, Penyuluh, Petani, dan Masyarakat umum.
Tabel 72. Data Pengunjung Visitor Plot Lada Perdu
Tanggal Kunjungan Jumlah (orang)
Asal Keterangan
2 November 2016 21 SMKN 1 Gedong Tataan
Pelajar 18 (orang) dan guru (3 orang)
16 Desember 2016 14 Kecamatan Air Naningan
Petani (11 orang), Wiraswasta (2 orang), dan guru (1 orang)
19 Desember 2016 96 Stiper Kota Metro
Mahasiswa (90 orang), Dosen (1 orang), dan penyuluh (5 orang)
Peserta kunjungan visitor plot memberikan respon terhadap hasil kunjungan
dan pengamatan yang dilakukan oleh setiap pengunjung.
Tabel 73. Respon Pengunjung Visitor Plot Lada Perdu
Indikator STS TS S SS Rata-rata
Menambah pengetahuan dan wawasan terhadap teknologi budidaya lada perdu
0 0 10 37 Sangat Setuju (79%)
Penerapan teknologi budidaya menarik untuk dikembangkan
0 0 8 31 Sangat Setuju (66%)
Sistem irigasi yang diterapkan sudah memadai
0 1 37 9 Setuju (79%)
Pola tanam memudahkan pengunjung melakukan pengamatan pada setiap lokasi tanaman
0 0 18 29 Sangat Setuju (62%)
Selain unsur teknologi budidaya, terdapat unsur estetik yang menambah daya tarik
0 1 35 11 Setuju (74%)
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 113
Petugas dapat memberikan keterangan yang jelas terhadap teknologi yang diterapkan
0 1 19 27 Sangat Setuju (57%)
Petugas telah memberikan pelayanan yang baik terhadap pengunjung
0 0 20 27 Sangat Setuju (57%)
Mengunjungi visitor plot lada perdu di Kebun Percobaan Natar memberikan kepuasan
0 1 30 16 Setuju (64%)
Keterangan : STS (Sangat Tidak Setuju) TS (Tidak Setuju) S (Setuju) SS (Sangat Setuju)
2. Visitor Plot Pisang Ambon
Kegiatan visitor plot pisang ambon dilaksanakan di Kebun Percobaan
Tegineneng, Kecamatan Natar Lampung Selatan.Kegiatan visitor plot pisang
ambon dilaksanakan di lahan seluas 0,5 Ha, pada koordinat -
5012’43”.105010’55”.96,2m0. Sumber air utama yang digunakan untuk
pengairan berasal dari embung yang berjarak 100 M dari lahan visitor plot.
Komponen teknologi yang diterapkan pada pisang ambon mulai dari
pembuatan lubang tanaman untuk tanaman sulam, pemupukan, pengairan,
dan pencegahan serta pengendalian hama penyakit.
Gambar 12. Penanaman dan sistem pengairan visitor plot Pisang Ambon
3. Visitor Plot Ubikayu
Kegiatan visitor plot ubikayu dilaksanakan di Lahan Laboratorium
Masgar, Kecamatan Natar Lampung Selatan. Kegiatan visitor plot ubikayu
dilaksanakan di lahan seluas 0,5 Ha, pada koordinat -5,15354,105,182.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 114
Sumber air utama yang digunakan untuk pengairan berasal dari bak
penampung air yang berjarak 100 M dari lahan visitor plot.
Komponen teknologi yang diterapkan pada lada perdu mulai dari
pengolahan tanah, pembuatan bibit sehat, pola tanam, pemupukan,
pengairan, dan pencegahan serta pengendalian hama penyakit.
Data keragaan tanaman yang di amati meliputi tinggi tanaman, dan jumlah
daun.
Tabel 74. Keragaan Tanaman dan pengamatan produksi 2 varietas ubikayu
Jenis Ubikayu
Umur (Bulan)
Jumlah tangkai Jumlah daun Rata berat
umbi/batang (kg)
Cabang 1
Cabang 2
Cabang 1
Cabang 2
Cabang 1
Cabang 2
Barokah 8 - 66 - 330 4 5,5
Manggu 10 21 66 310 - 3,5 4
Gambar 13. Pembibitan, pengolahan tanah dan pemupukan
N. Perpustaakan, Majalah dan Pencetakan Buku
1. Perpustakaan
Kegiatan pengimputan data koleksi buku, majalah dan yang lainnya
yang dimiliki perpustakaan BPTP Lampung sudah terimput sebanyak 2058
judul buku, ke Simpetan dengan menggunakan aplikasi website Perpustakaan
digital dan repository perpustakaan Badan Litbang Pertanian selama 12
bulan, Jumlah pengunjung 583 repository Badan litbang Pertanian.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 115
Gambar 14. Proses mengimput data koleksi buku ke Simpetan
2. Majalah dan Distribusi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung berlangganan majalah
Sains Indonesia, majalah disediakan setiap bulannya sebanyak 100
ekslempar. Jumlah majalah yang dibeli BPTP Lampung sebanyak 12 bulan x
100 eksemplar sejumlah 1200 ekslempar samapai bulan Desember 2016.
Majalah disebarkan ke dinas pertanian, perkebunan, peternakan,
BP4K se- Provinsi Lampung, perpustakaan BPTP Lampung, dan stakeholder.
Gambar 15. Majalah Sains dari Edisi Bulan Januari s/d Desember 2016.
3. Pencetakaan Buku
Pencetakaan buku pada kegiatan ini adalah mencetak sebuah buku
prosiding hasil-hasil penelitian dan pengkajian dari narasumber berbagai
daerah yang dilakukan pada kegiatan Ekspose dan Seminar dan folder/leaflet.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 116
Gambar 16. Folde/Leflet dan prosiding
O. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional - Peternakan Sapi Di Lampung Pelaksanaan (Bintek) kegiatan pendampingan kawasan peternakan
Nasional telah dilaksanakan di tiap lokasi melibatkan 50-69 peserta yang
terdiri dari 1 s/d 3 Kelompok tani ternak serta 5 PPL dan 3 Petugas Dinas
Peternakan dan Inseminator. Materi Pelatihan terdiri dari Budidaya Ternak
sapi Potong, Kesehatan Hewan, Insiminasi Buatan, Hijauan Pakan Ternak,
dan Praktek Pembuatan Mikro Organisme Lokal di dua lokasi yaitu Lampung
Selatan dan Lampung Timur sedangkan untuk Kabupaten Tulang Bawang
Barat di tambah 2 materi karena di lokasi ini tidak dilakukan demplot. Materi
tersebut dibuat berupa buku panduan dan berbagai informasi peternakan
dalam bentuk leaflet, brosur dan CD teknologi sebagai pedoman dan
petunjuk teknis.
1. Kabupaten Lampung Selatan
Salah satu program yang bersinergi dengan BPTP Lampung adalah
kegiatan Sentra Peternakan Rakyat (SPR) di dua lokasi yaitu Kecamatan
Tanjung Sari dan Kecamatan Natar. Setelah dilakukan pengelompokan
terhadap 20 peternak yang menjadi peternak kooperator dengan 10 ekor induk
yang diberi pakan konsentrat dan 10 ekor induk tidak diberi perlakuan (kontrol)
dengan penyesuaian pakan selama 14 hari. Konsentrat yang digunakan
merupakan Produksi kelompok Tani Ternak Karya Manunggal dengan komposisi
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 117
: Bungkil Sawit 30%; Bungkil Kelapa 20%; Tumpi Jagung 20 %; dedak 20%;
kulit kopi 7%; Garam 1 %; Urea 1 %; Premix 1 % dengan Protein Kasar 13.72.
Setelah dua bulan dilakukan perlakuan konsentrat anak lahir dengan
bobot kisaran antara 31 – 58 kg dengan rataan bobot lahir 37.3 kg. Anak yang
lahir dari 10 induk PO yang diberi perlakuan konsentrat lahir 4 ekor sapi
persilangan POxSimental yang bobot lahir rataan diatas 40 kg. Sedangkan yang
non perlakuan lahir sebanyak tiga ekor. Hasil pengkajian selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 1 dan 2 dan Hasil Uji Statistiknya pada Tabel 3.
Tabel 75. Uji Statistik Bobot lahir, Bobot Sapih dan Pertambahan Bobot Badan Harian dempot Perlakuan Flushing di Lampung Selatan
Parameter Lampung Selatan
Flushing Non Flushing
Bobot lahir, kg 37.3 a 35.3 b
Bobot Sapih, kg 63.6 a 59.0 b
Pertambahan bobot badan harian, gr/ek/hr 280 a 219 b
Pelatihan budidaya ternak sapi yang dilaksanakan pada tanggal 13
Oktober 2016. Materi Pelatihan yang disampaikan : 1. Pola Pemeliharaan Sapi
Potong Rakyat meliputi deteksi birahi ternak betina, penyiapan kondisi ternak
betina untuk dikawinkan, bunting dan menyusui, dan tata-laksana kesehatan
reproduksi yang disajikan oleh ibu Dr. Nandari Diah Suretno dari BPTP
Lampung, 2. Pengenalan jenis Pakan Lokal dan Hijauan Pakan Ternak serta
potensi nya sebagai pakan ternak dan Pengawetan Pakan Ternak dan
fermentasi, di sajikan Oleh Narasumber dari Polinela yaitu Ibu Ir. Imelda
Panjaitan M.Si dan 3. Teknologi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL)
untuk pakan sapi disajikan oleh Ibu Ir. Elma Basri dari BPTP Lampung.
Materi tersebut dibuat berupa buku panduan. Peserta pelatihan yang hadir
sebanyak 57 orang yang terdiri dari Kepala Dinas Peternakan Lampung
Selatan Pak Asep beserta staff sebanyak 5 Orang , PPL 3 Orang, Kelompok
peternak 40 orang, dan Narasumber Politeknik Negeri Lampung 1 Orang dan
TIM dari BPTP Lampung 7 orang.
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 118
2. Kabupaten Lampung Timur
Lokasi yang direkomendasikan untuk lokasi demplot yaitu dilokasi SPR
(Sentra Peternakan Rakyat) di Desa Labuhan Ratu VII, Dususn 2 dan Dusun
3 untuk dijadikan lokasi pendampingan Kawasan Ternak Sapi yang berada di
Kabupaten Lampung Timur. Lokasi ini juga merupakan salah satu lokasi
pelaksanaan kegiatan Gertak Birahi Induk Bunting (GBIB) dan Gangguan
Reproduksi (Gangrep) yang dilaksanakan Balai Pembibitan Ternak Unggul
(BPTU) dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa Palembang.
Penimbangan Induk Sapi dan penentuan peternak koperator dari 35
anggota kelompok ternak terpilih 16 ekor sapi PO dan 4 ekor peranakan
Simental dengan PO yang dibagi menjadi dua perlakuan yaitu : 8 ekor Induk
PO dan 2 ekor induk Persingan PO degan Simental yang diberi perlakuan
flushing dan 8 ekor Induk PO dan 2 ekor sapi persilangan yang tidak diberi
perlakuan Flushing (kontrol). Penyesuaian pakan dilakukan selama 2 minggu.
Penimbangan bobot awal induk dilakukan pada tertengahan Mei 2016
dan pra - perlakuan dimulai bulan Juni 2016 dan setelah dilakukan perlakuan
selama 2 bulan sapi mulai melahirkan.
Tabel 76. Uji Statistik Bobot lahir, Bobot Sapih dan Pertambahan Bobot Badan Harian Dempot Perlakuan Flushing di Lampung Timur.
Parameter Lampung Timur
Flushing Non Flushing
Bobot lahir, kg 30 c 29.5 c
Bobot Sapih, kg 53.3 c 49.1 d
Pertambahan bobot badan harian, gr/ek/hr
324.8 c 288.4 a
Pelatihan budidaya ternak sapi yang dilaksanakan pada tanggal 17
Oktober 2016. Materi Pelatihan yang disampaikan : 1. Pola Pemeliharaan Sapi
Potong Rakyat meliputi deteksi birahi ternak betina, penyiapan kondisi ternak
betina untuk dikawinkan, bunting dan menyusui, dan tata-laksana kesehatan
reproduksi yang disajikan oleh ibu Dr. Nandari Diah Suretno dari BPTP
Lampung, 2. Pengenalan jenis Pakan Lokal dan Hijauan Pakan Ternak serta
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 119
potensi nya senagai pakan ternak dan Pengawetan Pakan Ternak dan
fermentasi, di sajikan Oleh Narasumber dari Polinela yaitu Ibu Ir. Imelda
Panjaitan M.Si 3. Teknologi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) untuk
pakan sapi disajikan oleh Ibu Ir. Elma Basri dari BPTP Lampung. Materi
tersebut dibuat berupa buku panduan. Peserta pelatihan yang hadir sebanyak
50 orang yang terdiri dari Kepala Dinas Peternakan Lampung Timur beserta
staff sebanyak 2 , PPL, Kelompok peternak, dan Politeknik Negeri Lampung
dan TIM dari BPTP Lampung.
3. Kabupaten Tulang Bawang Barat
Di Kabupaten Tulang Bawang Barat Pelatihan dilakukan 2 hari yaitu
pada tanggal 9 – 10 Oktober 2016 telah dilakukan pelatihan Teknologi tepat
guna terhadap 3 Kelompok Tani Ternak yaitu : Kelompok Tani Ternak Budi
Lestari dari Desa Wono Kerto Kecamatan Tulang Bawang Barat, Kelompok
Tani Ternak Karya Makmur dan Kelompok Tani Ternak Subur Makmur yang
pelaksanaannya dilakukan di Desa Wono Kerto Kecamatan Tulang Bawang
Tengah di Kelompok Budi Lestari. Ada 5 materi yang dilatih oleh Narasumber
sesuai bidang ke pakarannya yaitu : 1. Pola Pemeliharaan Sapi Potong Rakyat
meliputi deteksi birahi ternak betina, penyiapan kondisi ternak betina untuk
dikawinkan, bunting dan menyusui, dan tata-laksana kesehatan reproduksi
yang disajikan oleh ibu Dr. Nandari Diah Suretno dari BPTP Lampung, 2.
Pengenalan jenis Pakan Lokal dan Hijauan Pakan Ternak serta potensi nya
senagai pakan ternak dan Pengawetan Pakan Ternak dan fermentasi, di
sajikan Oleh Narasumber dari Polinela yaitu Ibu Ir. Imelda Panjaitan M.Si 3.
Teknologi pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) untuk pakan sapi
disajikan oleh Ibu Ir. Elma Basri dari BPTP Lampung 4. Pemanfaatan Kotoran
sapi sebagai kompos dan biogas disajikan oleh Ibu Suryani dan 5. Pemberian
pakan sistem flushing yang disajikan oleh Bapak Ir. Marsudin Silalahi, M.Si
dari BPTP Lampung. Materi tersebut dibuat berupa buku panduan. Peserta
pelatihan yang hadir sebanyak 69 orang yang terdiri dari 25 Peternak dari
Kelompok Tani Budi Lestari, 15 orang dari Kelompok Tani TernakKarya
Makmur dan 15 orang dari kelompok Tani Ternak Subur Makmur
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 120
didampingi Kepala Bidang Produksi Ternak Bapak Supardono, SP dan Bapak
Waras dari Kepala Bidang Pembibitan beserta staff sebanyak 3 Orang , PPL 3
Orang, dan Narasumber Politeknik Negeri Lampung 1 Orang dan TIM dari
BPTP Lampung 5 orang.
P. UPBS Padi
Pelaksanaan produksi benih UPBS padi 2016 dilakukan dalam 4 tahap
dengan varietas dan kelas benih sebagaimana pada Tabel 2. Dari tahap satu
sampai ke empat semuanya memproduksi Inpari 30, hal ini dikarenakan
varietas Inpari 30 ini sudah mulai banyak yang menyukaii sehingga perlu
menyiapkan benih Inpari 30 lebih banyak lagi. Pelaksanaan tahap pertama
memproduksi empat
Tabel 77. Pelaksanaan produksi benih padi UPBS 2016 di Lampung
Tahap
Pelaksanaan
Luas
(ha)
Varietas Kelas
Benih
Keterangan
I(Februari-Mei’2016) 6 Inpari 23,29,30,
Inpara 2
BSFS Pulo Panggung-
Tanggamus
II(Mei-Sept’2016) 1 Inpari10,22,23,30 FSSS Pesawaran
III(Juni-Sept’2016) 8 Inpari 30,31,33.
Inpara2
FSSS Pulo Panggung-
Tanggamus
IV(Sept’-Desember
2016)
26 Inpari 22,24,25,
30,31,32, 33
BSFS,
FSSS
Wonosobo-
Tanggamus
Varietas untuk benih kelas FS yang terdiri atas varietas Inpari 23, 29,
30 dan Inpara 2 , namun yang panen hanya varietas Inpari 30 dan Inpara 2,
sedangkan Inpari 23 dan 29 tidak lulus uji lapang karena spot-spot kena blas,
sehingga kedua varietas ini tidak dilakukan prosesing hasil menjadi benih
bersertifikat, dan pelaksanaan penangkaran tahap pertama hanya
menghasikan benih varietas Inpari 30 dan Inpara 2 dengan kelas benih FS.
Pelaksanaan produksi benih tahap pertama dilaksanakan dengan sistem
kerjasama bagi hasil bersama petani bernama Ojen Taryana ( Ketua Kelompok
Tani Mekar Mukti) di Pekon Penantian Kecamatan Pulo Panggung Kabupaten
Tanggamus. UPBS BPTP Lampung mendapatkan bagi hasil panenan sebesar:
6.575 kg GKP Inpari 30, dan 1,918 kg GKP Inpara 2. Setelah dilakukan
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 121
prosesing hingga lulus uji laboratorium BPSB, menghasilkan benih yang siap
diberi label/sertifikasi yaitu varietas Inpari 30: 5.200 kg, dan Inpara 2: 1.600 kg
benih kelas FS (Tabel 3). Kegiatan Penangkaran Padi di Kabupaten Pesawaran
seluas 1 (satu) ha dengan varietas Inpari 10, Inpari 22, Inpari 23, dan Inpari
30, hasilnya tidak memuaskan karena Inpari 10 terserang wereng ,dan yang
menghasilkan adalah varietas Inpari 30, Inpari 22, dan Inpari 23, itupun
hasilnya kurang memuaskan. Kegiatan penangkaran ini dilakukan secara
kerjasama bagi hasil dengan petani bernama Ipin di Kecamatan Way Rate-
Pesawaran.
Tabel 78. Hasil panen bagian UPBS BPTP Lampung dan kondisi sampai dengan akhir Desember 2016
Hasil Penangkaran di
Varietas dan Kelas Benih
Hasil UPBS BPTP Lampung (Kg)
Distribusi (Kg)
Stok (Kg)
Calon Benih
Benih Ber-sertifikat
I.Pulo Panggung Tanggamus
Inpari 30/FS Inpara 2/FS
6.575 1.918
5.200 1.600
2.640 575
2.560 1.025
2.Pesawaran Inpari 30/SS Inpari 22/SS Inpari 23/SS
300 360 120
TL TL TL
- -
3.Pulo Panggung Tanggamus
Inpari 30/SS Inpari 31/SS Inpari 33/SS Inpara 2/SS
0 4.550 5.950 700
0 5475* 3637* 525*
0 *)menunggu hasil uji lab.BPSB
0
4.Wonosobo Tanggamus
Inpari 22/FS Inpari 24/FS Inpari 25/FS Inpari 30/SS Inpari 31/FS Inpari 31/SS Inpari 32/FS Inpari 32/SS Inpari 33/FS Inpago 8/FS Inpago 8/SS
2.785 1.913 850 4.661 2.503 5.914 2.093 1.922 3.529 1.896 2.846
Masih tahap prsessing
Hasil bagian UPBS BPTP yang dari Pesawaran hanya 820 kg namun
tidak lulus uji laboratorium BPSB Provinsi Lampung karena banyak yang hitam-
hitam. Pelaksanaan tahap ketiga belum menghasilkan benih bersertifikat
karena sekitar 9,6 ton untuk benih kelas SS masih menunggu uji laboratorium
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 122
Ha % Kg % Kg %
1 Grobogan 1,25 35,71 1.625 40,88 - -
2 Anjasmoro 1,25 35,71 1.750 44,03 1.750 100,00
3 Gepak Kuning 1,00 28,57 600 15,09 - -
Jumlah 3,50 100,00 3.975 100,00 1.750,00 44,03
No. VarietasLuas Tanam Produksi Calon Benih Benih Bersertifikat
BPSB Provinsi Lampung, dan kegiatan penangkaran tahap empat di Wonosobo-
Tanggamus masih berupa hasil panen sekitar 30.912 kg sehingga masih tahap
prosesing dan selanjutnya menunggu satu bulan masa dormansi untuk sampai
uji laboratorium dalam rangka menghasilkan benih padi bermutu.
Q. UPBS Kedelai
Sasaran produksi benih sumber kelas Benih Dasar (Foundation Seed)
sebanyak 4.000 kg,yang akan diperoleh dari luas tanam kedelai 4,0 hektar.
Realisasi tanam tercapai 3,50 hektar dengan produksi calon benih h sumber
kedelai kelas Benih Dasar sebanyak3.975 kg atau 99,38 %. Dari calon benih
tersebut setelah dilakukan proses sertifikasi diperoleh benih sumber
bersertifikat sebanyak 1.750 kg atau 43,75 % dari target benih sumber
bersertifikat.Tidak tercapainya sasaran produksi benih sumber kelas Benih
Dasar (FS) ini karena terjadi kegagalan penanganan pascapanen pada calon
benih sumber varietas Grobogan sebanyak 1.625 kg yang tidak lulus
sertifikasi. Faktor utama yang menyebabkan gagalnya penanganan
pascapanen calon benih sumber kedelai ini adalah adanya anomali iklim yang
terjadi sepanjang musim tanam tahun 2016 yaitu perubahan cuaca yang tiba-
tiba khususnya hujan lebat yang diikutidengan angin kencang sehingga
menyebabkan tanaman kedelai yang sudah umur panen roboh. Akibatnya
hasil panen calon benih kurang maksimal. Anomali iklim juga menyebabkan
kesulitan untuk penerapan teknologi pascapanen saat penjemuran dan
pengeringan polong sehingga menurunkan kualitas daya tumbuh benih.
Rincian luas tanam,produksi calon benih dan benih bersertifikat menurut
varietas kedelai tahun 2016 seperti tabel berikut ini :
Tabel 79. Luas Tanam dan Produksi Benih Sumber Kedelai Kelas Benih Dasar (FS) UPBS BPTP Lampung Tahun 2016
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 123
Sasaran produksi benih sumber kedelai kelas Benih Pokok (SS)
sebanyak 17.000 kg, yang akan diperoleh meallui penanaman kedelai
menggunakan benih sumber kelas benih dasar (FS) seluas 17,00 hektar.
Realisasi tanam mencapai 17,50 hektar atau 102,94 % dengan produksi calon
benih sebanyak 12.705 kg atau 74,74% dari target benih bersertifikat.
Setelah dilakukan pengujian laboratorium di BPSB, diperoleh hasil benih
sumber kelas benih Pokok (SS) yang lulus sertifikasi sebanyak 2,850 kg atau
22,43% dari produksi calon benih atau 16,76 % dari asaran benih
bersertifikat kelas Benih pokok (SS). Penyebab tidak lulus sertifikasi calon
benih ini karena kurangnya daya tumbuh calon benih yaitu sebesar 71%,
sedangkan persyaratan yang ditetapkan BPSB untuk daya tumbuh calon
benih adalah lebih dari 80%. Hal ini disebabkan anomali iklim khususnya
hujan lebat yang diikuti angin kencang sehingga menyebabkan tanaman
kedelai yang sudah umur panen roboh sehingga mutu calon benih menjadi
kurang berkualitas. Anomali iklim juga menyebabkan kesulitan penanganan
pascapanen kedelai khususnya pengeringan polong sehingga mutu benih
menjadi kurang optimal. Rincian luas tanam dan produksi calon benih sumber
kelas Benih pokok (Stock Seed) seperti table berikut.
Tabel 80. Luas Areal Tanam Kedelai Untuk Produksi Benih Pokok (Stock Seed) Menurut Varietas dan Lokasi Tahun 2016 (MT Januri – April)
VI. MONITORING
Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) atau pengendalian
merupa-kan salah satu fungsi manajemen dalam bentuk kontrol yang pada
dasarnya dapat dilakukan melalui pendekatan secara langsung dan tidak
Ha % Kg % Kg %
1 Anjasmoro 10,00 57,14 8.067 63,49 2.850 35,33
2 Grobogan 6,00 34,29 3.188 25,09 - -
3 Dena 1 1,50 8,57 1.450 11,41 - -
Jumlah 17,50 100,00 12.705 100,00 2.850 22,43
No. VarietasLuas Tanam Produksi Calon Benih Benih Bersertifikat
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 124
langsung. Pendekatan secara langsung dilakukan melalui pemeriksaan
kegiatan ke lokasi tempat kegiatan dilaksanakan dengan melakukan
perbandingan antara rencana yang tertulis dalam dokumen (proposal)
dengan realita (seharusnya) berdasarkan norma dan ketentuan yang berlaku.
Pendekatan secara tidak langsung dilakukan melalui evaluasi/verifikasi atas
laporan yang disampaikan oleh pelaksana baik secara reguler maupun
temporer.
Dasar hukum pelaksanaan monitoring dan evaluasi BPTP Lampung
adalah Peraturan Menteri Pertanian No. 31 Tahun 2010 tentang Pedoman
Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian;
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern, Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/TU.200/3/2008
tentang Pedoman Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Secara garis besar tujuan kegiatan monev adalah untuk melakukan
perbaikan-perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan litkaji
dan diseminasi hasil litkaji BPTP Lampung. Dengan demikian, kegiatan
evaluasi diperlukan dan dilaksanakan untuk mempertajam dan meningkatkan
kinerja BPTP. Hasil monev akan memfasilitasi keterbukaan dan penyediaan
informasi penting yang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan
untuk perbaikan program litkaji di BPTP Lampung.
VII. KENDALA
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian dan
diseminasi tahun 2016 mencakup berbagai aspek sebagai berikut:
(1) Belum optimalnya fasilitas serta belum memadainya sarana dan
prasarana sehingga kualitas hasil beberapa pengkajian dan diseminasi
belum sesuai dengan yang diharapkan,
LAPORAN TAHUNAN 2016
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 125
(2) Sebagian peneliti dan tenaga pendukung teknis belum memenuhi
persyaratan kompetensi. Oleh karenanya diperlukan pelatihan bidang
yang spesifik, khususnya bagi tenaga peneliti pemula,
(3) Iklim (terutama kekeringan/kemarau) dan serangan hama/penyakit
menyebabkan beberapa kegiatan tidak memberikan hasil yang optimal
seperti yang diharapkan.
VIII. PENUTUP
BPTP Lampung sebagai salah satu lembaga penelitian, telah
melakukan berbagai upaya dan kegiatan sebagaimana tugas dan fungsi
yang diemban berdasarkan aturan dan mekanisme kegiatan pada suatu
lembaga penelitian lingkup Kementerian Pertanian. Landasan pelaksanaan
kegiatan dan manajemen institusi dengan berbasis kinerja, senantiasa
menjadi dasar pengambilan keputusan dalam pelaksanaan tupoksi.
Dalam rangka meningkatkan kinerja BPTP Lampung, telah dilakukan
peningkatan kompetensi pegawai sesuai bidang tugas, penataan ke-
lembagaan internal, serta peningkatan sarana dan prasarana. Kerjasama
yang baik dengan berbagai institusi dan lembaga juga telah membuahkan
hasil berupa produk-produk nyata kegiatan pengkajian dan diseminasi yang
bermanfaat bagi pengguna. Penyelenggaraan program-program pertanian
strategis juga cukup mampu menyentuh aspek pemberdayaan petani dan
penumbuhan usaha-usaha produktif yang harapannya dapat meningkatkan
kemandirian dan kesejahteraan petani. Namun demikian, pencapaian keber-
hasilan di berbagai aspek ke depan akan menghadapi tantangan yang lebih
besar. Kondisi ini seharusnya bermanfaat untuk memacu upaya lebih keras ke
depannya, dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada. Oleh
karenanya pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung di masa mendatang di-
harapkan dapat lebih kondusif dan memacu peningkatan kinerjanya.
Bandar Lampung, Maret 2017