11 bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 audit

22
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit Internal Audit merupakan pengendalian manajemen serta pendukung utama untuk tercapainya pengendalian internal dalam suatu organisasi. Selama melaksanakan kegiatannya, audit harus bersikap objektif dan kedudukannya dalam organisasi harus bersifat independen. 2.1.1.1 Pengertian Audit Internal Menurut Sawyer’s yang dialih bahasakan oleh Andhariani (2005:10) menjelaskan bahwa pengertian dari audit internal adalah: “Sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1)informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (2)risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, (3)peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedut internal yang bias diterima telah diikuti, (4)kriteria operasi yang memuaskan telah terpenuhi, (5)sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan (6)tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.” Sedangkan menurut Sukirno (2004:221), pengertian dari Audit Internal adalah “Suatu penilaian yang dilakukan oleh pegawai perusahaan yang terlatih, mengenai ketelitian, dapat dipercayai, efisiensi dan kegunaan dari catatan- catatan (akuntansi) perusahaan dan pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan.”

Upload: ngonguyet

Post on 12-Jan-2017

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Audit Internal

Audit merupakan pengendalian manajemen serta pendukung utama untuk

tercapainya pengendalian internal dalam suatu organisasi. Selama melaksanakan

kegiatannya, audit harus bersikap objektif dan kedudukannya dalam organisasi

harus bersifat independen.

2.1.1.1 Pengertian Audit Internal

Menurut Sawyer’s yang dialih bahasakan oleh Andhariani (2005:10)

menjelaskan bahwa pengertian dari audit internal adalah:

“Sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditorinternal terhadap operasi kontrol yang berbeda-beda dalam organisasiuntuk menentukan apakah (1)informasi keuangan dan operasi telah akuratdan dapat diandalkan, (2)risiko yang dihadapi perusahaan telahdiidentifikasi dan diminimalisasi, (3)peraturan eksternal serta kebijakandan prosedut internal yang bias diterima telah diikuti, (4)kriteria operasiyang memuaskan telah terpenuhi, (5)sumber daya telah digunakan secaraefisien dan ekonomis, dan (6)tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemendan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnyasecara efektif.”

Sedangkan menurut Sukirno (2004:221), pengertian dari Audit Internal adalah

“Suatu penilaian yang dilakukan oleh pegawai perusahaan yang terlatih,mengenai ketelitian, dapat dipercayai, efisiensi dan kegunaan dari catatan-catatan (akuntansi) perusahaan dan pengendalian intern yang terdapatdalam perusahaan.”

Page 2: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

12

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa audit internal

merupakan fungsi penilaian independen yang memberikan jasanya bagi organisasi

dengan cara mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi tersebut.

2.1.1.2 Tujuan Audit Internal

Tujuan audit internal adalah membantu manajemen agar tujuan suatu

organisasi dapat tercapai, seperti apa yang dikemukakan oleh The Chief of

Internal Auditors (Sawyer, 2005: 28) yaitu:

“The objective of internal audit to provide guidance and related matters tothe organizations so as to assist management in the dischange of itsresponsibilities for installing and maintaining controls that to ensureorganizational objective are achieved. To this end it furnishes them withanalysis appraisals, recommendation, consultation and informationconcerning the activities reviewed.”

Tujuan Audit internal menurut CIA adalah menjadi pedoman bagi pihak

manajemen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam

pengendalian internal organisasi agar dapat mencapai tujuan organisasi yang telah

dijadikan target sebelumnya. Fungsi audit internal dalam membantu manajemen

adalah dengan memberikan analisis penilaian, rekomendasi, konsultasi dan juga

membentuk informasi mengenai aktivitas yang diperiksa.

Pernyataan tujuan audit internal pun dikemukakan oleh Tugiman (2006: 2)

sebagai berikut:

”Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasiagar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itupemeriksa internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukansaran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembanganpengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.”

Tujuan dari audit internal harus dimuat dalam suatu Charter Audit Internal, hal ini

sesuai dengan pernyataan Standar Profesi Audit Internal (SPAI, 2004: 15) yaitu:

Page 3: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

13

“Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harusdinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal konsisten denganStandar Profesi Audit Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan daripimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.”

Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi harus memahami dengan jelas

tujuan dari pelaksanaan audit internal. Diharapkan dengan adanya pemahaman

mengenai tujuan, tugas, dan tanggung jawab dari audit internal, maka akan

mendorong mereka (pihak-pihak yang memiliki otoritas tinggi) untuk

memberikan dukungan sepenuhnya terhadap pelaksanaan fungsi audit internal.

2.1.1.3 Ruang Lingkup Audit Internal

Menurut Arens (2008:123) Audit internal meliputi lima kategori yaitu

lingkungan kendali, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan

komunikasi, serta pengawasan. Lima kategori ini merupakan komponen

pengendalian yang dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk

memberikan jaminan bahwa sasaran hasil pengendalian manajemen akan

terpenuhi. Terdapat ruang lingkup dalam internal audit seperti yang dinyatakan

oleh IIA (Sawyer, 2005:23):

“The scope of internal auditing work encompasses a systematic,disciplined approach to evaluating and improving teh adequacy andeffectiveness of risk management, control and governance processes andthe quality of performance in carrying out assigned responsibilities.”

Lingkup pengendalian audit internal yang dimuat dalam SPAI (2004: 13) adalah

sebagai berikut:

“Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusiterhadap peningkatan proses pengelolaan resiko, pengendalian, dangovernance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur danmenyeluruh.”

Page 4: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

14

Ruang lingkup audit internal menurut IIA mencakup pendekatan sistematis yang

dirancang untuk mengevaluasi dan meningkatan kecukupan atau kememadaian

dan keefektifan manajemen resiko, pengendalian, pengelolaan organisasi serta

kualitas dari kinerja organisasi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

dalam organisasi.

2.1.1.4 Wewenang dan Tanggung jawab Audit Internal

Wewenang dan tanggung jawab audit internal harus dinyatakan secara

tegas dalam dokumen tertulis yang formal. Wewenang dan tanggung jawab dari

fungsi audit internal ini dimuat dalam suatu Internal Audit Charter. Charter

tersebut harus mendapat persetujuan dari Direktur Utama dan Dewan Komisaris.

Berikut ini merupakan salah satu kewenangan yang dimiliki auditor

internal yang dinyatakan oleh IIA (Sawyer, 2005:33).

“Authorized acces to records, personnel and resources needed to conduct the

audit”

Pernyataan IIA diatas megemukakan bahwa salah satu wewenang auditor internal

adalah memiliki akses atas catatan-catatan, personil-personil dan sumber daya

yang dibutuhkan untuk keperluan dalam menjalankan tugas audit.

Tanggung jawab dari auditor internal yang dikemukakan oleh (Tunggal,

2005: 21) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Direktur audit internal memiliki tanggung jawab dalam menetapkan

program audit internal organisasi. Direktur audit internal bertugas untuk

mengarahkan personil atau karyawan dan aktivitas-aktivitas departemen

audit internal yang menyiapkan rencana tahunan, untuk memeriksa semua

Page 5: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

15

unit organisasi beserta aktivitas yang telah dilakukan organisasi. Direktur

audit internal menyajikan program yang telah dibuat untuk persetujuan.

2. Auditing supervisor memiliki tanggung jawab dalam membantu direktur

auditor internal dalam mengembangkan program audit tahunan yang telah

dibuat dan membantu dalam mengkoordinasi kinerja pihak auditing

dengan auditor independen agar memberikan cakupan audit yang sesuai.

3. Tanggung jawab senior auditor adalah menerima program audit dan

instruksi untuk area audit yang telah ditugaskan oleh auditing supervisor.

Senior auditor memimpin staf auditor dalam pekerjaan lapangan audit,

dengan memantau dan memberikan instruksi yang telah ia terima, agar

pelaksanaan audit dapat berjalan sesuai.

4. Tanggung jawab staf auditor adalah melaksanakan tugas audit pada suatu

lokasi audit sesuai dengan aturan dan intruksi yang diterimanya.

Dari pernyataan di atas auditor internal tidak mempunyai wewenang untuk

memberi perintah langsung pada pegawai-pegawai bidang operasi. Dengan

demikian terlihat jelas bahwa audit internal hanya bertanggung jawab sebatas

penilaian yang dilakukannya, sedangkan tindakan koreksinya merupakan tugas

dari manajemen.

Peran auditor internal menurut Tunggal (2002:49), adalah sebagai

Compliance Auditor dalam hal ini auditor internal bertanggung jawab kepada

direktur utama dan mempunyai akses kepada komite, memonitor pelaksanaan

kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi, mengevaluasi sistem

pengendalian internal, memelihara dan mengamankan aktiva perusahaan dengan

Page 6: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

16

meminimalisir resiko yang terjadi, serta menelaah kinerja korporat melalui

mekanisme audit keuangan dan audit operasional. Selain itu, audit internal juga

berperan sebagai Internal Business Consultant dalam hal ini audit internal

membantu komite audit dalam menilai resiko dengan memberi nasihat pada pihak

manajemen, melaksanakan fungsi konsultan dan memastikan pelaksanaan

corporate governance, serta menelaah peraturan corporate governance minimal

dalam setahun sekali.

2.1.2 Pengertian Profesionalisme

Menurut pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika

memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas

sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan

menetapkan standar baku dibidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan

tugas profesinya dengan mematuhi Etika Profesi yang telah ditetapkan. Profesi

dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis

pekerjan yang memenuhi kriteria, sedangkan profesionalisme adalah suatu atribut

individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi

atau tidak (Lekatompessy, 2003 dalam Herawati dan Susanto, 2009:3).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:

“Profesi adalah pekerjaan dimana dari pekerjaan tersebut diperoleh nafkahuntuk hidup, sedangkan profesionalisme dapat diartikan bersifat profesiatau memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan”.(Badudu dan Sutan, 2002:848)

Secara sederhana, profesionalisme berarti bahwa auditor wajib

melaksanakan tugas-tugasnya dengan kesungguhan dan kecermatan. Sebagai

seorang professional, auditor harus menghindari kelalaian dan ketidakjujuran.

Page 7: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

17

Arens et al. (2003) dalam Noveria (2006:3) mendefinisikan profesionalisme

sebagai tanggung jawab individu untuk berperilaku yang lebih baik dari sekedar

mematuhi undang-undang dan peraturan masyarakat yang ada. Profesionalisme

juga merupakan elemen dari motivasi yang memberikan sumbangan pada

seseorang agar mempunyai kriteria tugas yang tinggi (Guntur et.al, 2002 dalam

Ifada dan . Ja’far 2005:3).

Sebagai professional, auditor mengakui tanggung jawabnya terhadap

masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk

berprilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi. Seorang

auditor dapat dikatakan profesional apabila telah ditetapkan oleh IAI (Ikatan

Akuntan Indonesia), antara lain (Wahyudi dan Aida, 2006:28).

2.1.2.1 Profesionalisme Auditor Internal

Profesionalisme menurut Tugiman dalam jurnal bisnis manajemen dan

ekonomi yang ditulis oleh Asikin (2006:791) yaitu mengartikan profesionalisme

sebagai suatu sikap dan perilaku seseorang dalam melakukan profesi tertentu.

Definisi-definisi audit internal yang telah dikemukakan sebelumnya membawa

kepada konsekuensi tuntutan profesionalitas sebagai bentuk peran profesi dalam

memberikan nilai tambah pada perusahaan. Profesi merupakan jenis pekerjaan

yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu

atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan

suatu profesi atau tidak.

Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan

mematuhi Standards Professional Practice Internal Auditing yang telah

Page 8: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

18

ditetapkan oleh The Institute of Internal Auditors dalam Effendi (2006), antara

lain:

a. Standar atribut, yang meliputi otoritas, tanggung jawab, independensi,

objektivitas, kemahiran profesional dan perhatian profesional yang harus

diberikan, dan program perbaikan dan penjaminan kualitas.

b. Standar kinerja, yang meliputi pengaturan aktivitas internal auditor, sifat

pekerjaan, keterlibatan perencanaan, melakukan keterlibatan, pemantauan

kemajuan dan penerimaan manajemen risiko.

Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong

dirinya untuk mewujudkan kerja yang profesional. Kualitas profesionalisme

didukung oleh ciri-ciri sebagai berikut (Asikin, 2006):

1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai

ideal.

2. Meningkatkan dan memelihara profesionalnya.

3. Keinginan untuk sentiasa mengejar kesempatan pengembangan

profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas

pengetahuan dan keterampilannya.

4. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesionalnya.

Agar terciptanya auditor internal yang efektif, maka dibutuhkan auditor

internal yang profesional, untuk mencapai kedua hal tersebut diperlukan adanya

kriteria atau standar. Tugiman (2006:13) mengemukakan beberapa kriteria

tersebut sebagai berikut:

Page 9: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

19

1. Independensi

Audit internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang

diperiksa oleh objektivitas para pemeriksa internal (internal auditor).

Status organisasi dari unit audit internal haruslah memberi keleluasan dan

kebebasan yang bertanggung jawab dalam rangka memenuhi dan

menyelesaikan tugas pemeriksaan yang diberikan kepada unit audit

internal tersebut.

2. Kemampuan profesional

Audit internal harus dilaksanakan dengan keahlian dan ketelitian

profesional. Menurut Tugiman (2006:27) kemampuan profesional

merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor

internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah

menugaskan orang-orang yang secara bersama atau keseluruhan memiliki

pengetahuan, kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan

untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.

3. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan auditor internal harus meliputi pengujian dan evaluasi

terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang

dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang

diberikan.

Page 10: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

20

4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

Kegiatan audit (pemeriksaan) harus meliputi perencanaan audit (audit

program), pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil

(reporting), dan menindak lanjuti (follow up).

a. Perencanaan audit: pemeriksa internal atau audit internal haruslah

merencanakan setiap pemeriksaan

b. Pengujian dan pengevaluasian informasi: pemeriksa internal harus

mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan

kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan

c. Penyampaian hasil pemeriksaan: pemeriksa internal harus melaporkan

hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya.

d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan: pemeriksa internal harus terus

memantau tindak lanjut hasil pemeriksaan untuk memastikan bahwa

hasil pemeriksaan yang dilaporkan kepada manajemen perusahaan telah

dilakukan tindak lanjut yang tepat oleh manajemen perusahaan tersebut.

5. Manajemen bagian audit internal

Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal dengan

tepat.

a. Kebijaksanaan dan prosedur: pimpinan audit internal harus membuat

berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis yang akan

dipergunakan sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan fungsi audit

internal.

Page 11: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

21

b. Koordinasi: pimpinan audit internal harus mengkoordinasi usaha-usaha

atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal perusahaan untuk

memastikan bahwa seluruh lingkup penugasan sudah memadai dan

meminimalkan duplikasi pemeriksaan.

Adanya profesionalisme internal audit yang handal diharapkan dalam

upaya mengambil langkah untuk mengantisipasi setiap tindakan penyimpangan

yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang Asikin (2006:2). Saran dan sikap

korektif dari internal auditor akan sangat membantu untuk mencegah kejadian

penyimpangan terulang lagi dalam perusahaan dan menjadi bahan penindakan

bagi karyawan yang melakukan tindakan penyimpangan.

2.1.3 Pengertian Kinerja

Trisaningsih (2007:8) mengemukakan bahwa secara etimologi, kinerja

berasal dari kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana dikemukakan oleh

Mangkunegara (2005:67) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performace

atau actual performace (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai

seseorang) yaitu :

“Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorangpegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawabyang diberikan kepadanya.”

Larkin (1990) dalam Trisaningsih (2007:8) juga mengemukakan definisi kinerja

sebagai berikut :

“Suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang di bebankan kepada seseorang atau sekelompok orang yangdilaksanakan berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan yangdiukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketetapanwaktu.”

Page 12: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

22

Sedangkan pengertian kinerja audior menurut Mulyadi dan Puradiredja (1998:9)

adalah:

“Akuntan publik yang melaksanakan penugasan pemeriksaan(examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaanatau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporankeuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsipakuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisikeuangan dan hasil usaha perusahaan.”

Dengan demikian kinerja auditor internal (performance) adalah suatu

kondisi atau hasil yang dicapai oleh seorang auditor internal dalam

memeriksa/mengontrol dan mengevaluasi aktivitas-aktivitas didalam perusahaan

berdasarkan kecakapan pengalaman, dan kesungguhan yang dikur dengan

mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan ketetapan waktu dengan

membandingkan antara target atau tujuan dengan hasil yang dicapai.

2.1.3.1 Pengukuran Kinerja

Larkin (1990) dalam Trisaningsih (2007:4-5) menyatakan bahwa terdapat

empat dimensi personalitas dalam mengukur kinerja auditor, antara lain :

1. Kemampuan (ability)

Seorang auditor yang mempunyai kemampuan dalam hal auditing, maka

akan cakap dalam menyelesaikan pekerjannya.

2. Komitmen Professional

Auditor yang memiliki komitmen terhadap profesinya, maka akan loyal

terhadap profesinya seperti yang dipresepsikan oleh auditor tersebut.

3. Motivasi

Page 13: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

23

Motivasi yang dimiliki seorang auditor akan mendorong keinginan

individu auditor tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

untuk mencapai suatu tujuan.

4. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja auditor adalah tingkat kepuasan individu auditor dengan

posisinya dalam organisasi secara relative dibandingkan dengan teman

sekerja atau teman seprofesi lainnya.

2.1.3.2 Tujuan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses yang dipakai oleh

organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu (Simamora,2004:338).

Tujuan penilaian kinerja menurut Simamora (2004:343) dibagi dalam dua bagian

besar, yaitu:

1. Tujuan evaluasi

Hasil penilaian kinerja sering berfungsi sebagai basis evaluasi regular

terhadap kinerja anggota organisasi. Dalam pendekatan evaluasi seorang

manajer menilai kinerja masa lalu seorang karyawan. Evaluator

menggunakan ratings deskriptif untuk menilai kinerja dan kemudian

memakai data tersebut dalam keputusan-keputusan promosi, demosi,

terminasi, dan kompensasi.

2. Tujuan Pengembangan

Informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian dapat pula dimanfaatkan

untuk memudahkan pengembangan pribadi anggota organisasi. Dalam

Page 14: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

24

pendekatan pengembangan, seorang manajer mencoba untuk

meningkatkan kinerja seorang individu di masa depan. Manajer

memberikan saran kepada karyawan mengenai pengembangan karirnya

dan membantu bawahan menentukan sasaran kinerja. Manajer menentukan

kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan. Karena karyawan

memiliki masukan dalam penilaian, proses pengembangan menjadi lebih

memakan waktu dalam penilaian dibandingkan ketika penyedia hanya

sekedar mengisi formulir penilaian.

Dengan demikian penilaian kinerja dapat memotivasi seseorang untuk

meningkatkan kualitas dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Karena jika

tugas yang dikerjakan bisa dijalankan dengan baik dan mampu mencapai prestasi,

maka akan dapat memberikan kesempatan/peluang untuk memperoleh reward

(penghargaan).

2.1.3.3 Standar Kinerja Auditor Internal

Menurut Messier et.al yang dialih bahasakan oleh Hinduan (2005 : 516-

517) bahwa standar kinerja internal auditor dapat dilihat dari : 1) Pengelolaan

aktivitas audit internal, 2) Sifat pekerjaan, 3) Perencanaan Penugasan, 4)

Pelaksanaan Penugasan, dan 5) Komunikasi hasil penugasan. Berikut adalah

penjelasannya :

a) Pengelolaan Aktivitas Audit Internal

Dilakukan secara efektif dan efisien agar memberi nilai tambah bagi

organisasi, dengan melakukan perencanaan dan komunikasi dan

persetujuan, pengelolaan sumber daya, penetapan kebijakan dan prosedur,

Page 15: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

25

koordinasi yang memadai dan menyampaikan laporan berkala pada

pimpinan dan dewan pengawas.

b) Sifat Pekerjaan

Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi

terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian dan

governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan

menyeluruh.

c) Perancanaan Penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana

untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan

alokasi sumberdaya. Disini auditor internal harus melakukan pertimbangan

perencanaan, menentukan sasaran penugasan, menetapkan ruang lingkup

penugasan, menentukan sumberdaya dan menyusun program kerja yang

menetapkan prosedur untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi

dan mendokumentasi informasi selama penugasan.

d) Pelaksanaan Penugasan

Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang handal dan

relevan, mendasar kesimpulan dan hasil penugasan pada analisis dan

evaluasi yang tepat, mendokumentasikan informasi yang relevan, dan

supervise penugasan dengan tepat untuk memastikan tercapainya sasaran,

terjaminnya kualitas serta meningkatnya kemampuan staf.

Page 16: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

26

e) Komunikasi Hasil Penugasan

Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasan secara tepat

waktu yang memenuhi kriteria komunikasi yang tepat, kualitas

komunikasi yang akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap dan

tepat waktu, pengungkapan atas ketidakpatuhan terhadap standar yang

dapat mempengaruhi penugasan tertentu dan menyampaikan hasil

penugasan pada pihak yang berhak.

2.1.3.4 Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal Terhadap Kinerja

Auditor Internal

Profesionalisme menurut Tugiman dalam jurnal bisnis manajemen dan

ekonomi yang ditulis oleh Asikin (2006:791) yaitu mengartikan profesionalisme

sebagai suatu sikap dan perilaku seseorang dalam melakukan profesi tertentu.

Elemen – elemen profesionalisme yang digunakan dalam penelitian menurut

Tugiman (2006:13) yaitu profesionalisme pada auditor internal yang terdiri dari

independensi, kemampuan profesionalisme, lingkup pekerjaan pelaksanaan

kegiatan pemeriksaan, dan manajemen bagian audit internal.

Menurut Messier et.al yang dialih bahasakan oleh Hinduan (2005: 516-

517) bahwa standar kinerja internal auditor dapat dilihat dari : Pengelolaan

aktivitas audit internal, Sifat pekerjaan, Perencanaan Penugasan, Pelaksanaan

Penugasan, dan Komunikasi hasil penugasan.

Dengan demikian, dari dua pengertian diatas terdapat teori penghubung

antara profesionalisme auditor internal terhadap kinerja auditor internal, yaitu

teori yang dikemukakan oleh Hall (1968). Konsep profesionalisme yang

Page 17: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

27

dikembangkan oleh Hall (1968) banyak digunakan oleh para peneliti untuk

mengukur profesionalisme dari profesi auditor internal yang tercermin dari sikap

dan perilaku. Hall (1968) menjelaskan bahwa ada hubungan timbal balik antara

sikap dan perilaku, yaitu perilaku profesionalisme adalah refleksi dari sikap

profesionalisme dan demikian sebaliknya. Hall (1968) menjelaskan bahwa

profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor internal dalam afiliasi

komunitas (community affiliation) dan kebutuhan untuk mandiri (autonomy

demand), berikut penjelasannya :

1. Afiliasi Komunitas (community affiliation) yaitu menggunakan ikatan

profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan

kelompok-kelompok kolega informal sumber ide utama pekerjaan. Melalui

ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesi.

2. Kebutuhan untuk mandiri (Autonomy demand) merupakan suatu

pandangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat

keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (Pemerintah, klien, mereka

yang bukan anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi)

yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian

secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang

memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan bekerja

tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan

melakukan apa yang terbaik menurut karyawan yang bersangkutan dalam

situasi khusus. Dalam pekerjaan yang terstruktur dan dikendalikan oleh

Page 18: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

28

manajemen secara ketat, akan sulit menciptakan tugas yang menimbulkan

rasa kemandirian dalam tugas.

Adanya profesionalisme internal audit yang handal diharapkan dalam

upaya mengambil langkah untuk mengantisipasi setiap tindakan penyimpangan

yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang Asikin (2006:2). Saran dan sikap

korektif dari internal auditor akan sangat membantu untuk mencegah kejadian

penyimpangan terulang lagi dalam perusahaan dan menjadi bahan penindakan

bagi karyawan yang melakukan tindakan penyimpangan.

Seorang auditor internal jika telah melaksanakan tugasnya secara

professional, maka diharapkan akan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang

efektif sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal (Nasution, 2011:34). Laporan

hasil pemeriksaan tersebut sangat penting bagi auditor internal karena laporan

tersebut mencerminkan kinerja auditor internal terhadap pekerjaanya, maka

semakin baik profesionalisme auditor internal akan menghasilkan laporan hasil

pemeriksaan yang semakin efektif sehingga mencerminkan kinerja auditor

internal yang baik.

Dari pemaparan diatas, apabila auditor memiliki profesionalisme yang

tinggi, maka dia akan melakukan seluruh tugas dan tanggung jawabnya sesuai

dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya.Tugas dan tanggungjawab tersebut

merupakan hal-hal yang harus dilaksanakan seperti batasan serta kewajiban yang

harus dipatuhi serta dijalankan oleh auditor. Apabila seseorang mengikuti batasan-

batasan yang ada, maka auditor itu tidak akan melanggar peraturan dan dapat

Page 19: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

29

menyelesaikan semua tanggung jawabnya, dengan begitu akan berdampak pada

penilaian yang baik pada kinerjanya.

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor

harus menjalani pelatihan yang cukup dan kegiatan penunjang keterampilan

lainnya. Selain itu profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi seseorang yang

ingin menjadi seorang auditor sebab dengan profesionalisme yang tinggi

kebebasan auditor akan semakin terjamin. Untuk menjalankan perannya yang

menuntut tanggung jawab yang semakin luas, seorang auditor harus memiliki

wawasan yang luas tentang kompleksitas organisasi modern (Mulyadi 2009:158)

sedangkan pengertian kinerja audior menurut Mulyadi dan Puradiredja (1998:9)

adalah:

“Akuntan publik yang melaksanakan penugasan pemeriksaan(examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaanatau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporankeuangan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsipakuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material, posisikeuangan dan hasil usaha perusahaan.”

Dengan demikian kinerja auditor internal (performance) adalah suatu kondisi atau

hasil yang dicapai oleh seorang auditor internal dalam memeriksa/mengontrol dan

mengevaluasi aktivitas-aktivitas didalam perusahaan berdasarkan kecakapan

pengalaman, dan kesungguhan yang dikur dengan mempertimbangkan kuantitas,

kualitas, dan ketetapan waktu dengan membandingkan antara target atau tujuan

dengan hasil yang dicapai.

Page 20: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

30

Ketika auditor memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi maka dia

akan mematuhi peraturan yang berlaku. Auditor yang dapat melakukan

pekerjaannya dengan baik sesuai dengan peraturan dan norma yang ditetapkan

akan berdampak pada kinerja yang baik (Siahaan, 2010).

Hal ini didukung oleh temuan hasil penemuan Lisnawati (2013)

melakukan penelitian yang berjudul pengaruh tingkat pendidikan, profesionalisme

auditor dan sistem reward terhadap kinerja auditor inspektorat provinsi sumatera

utara, penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa profesionalisme

auditor internal berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor internal. Dengan

adanya profesionalisme seorang auditor internal maka diharapkan agar dapat

mengendalikan operasi perusahaan dengan lebih baik dan dapat

dipertanggungjawabkan. Dengan adanya kinerja auditor internal yang baik maka

akan terwujudnya tujuan perusahaan.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, model kerangka pemikiran teoritis

yang dibangun dapat dilihat pada gambar 2.2 yang menggambarkan kerangka

pemikiran teoritis mengenai pengaruh profesionalisme auditor internal terhadap

kinerja auditor internal.

Hall (1968)

(X)

ProfesionalismeAuditor Internal

1. Independensi2. Kemampuan

Profesionalisme3. Lingkup Pekerjaan4. Pelaksanaan

KegiatanPemeriksaan

5. Manajemen BagianAudit Internal.

Hiro Tugiman,2006

(Y)

Kinerja AuditorInternal

1. PengelolaanAktivitas AuditInternal

2. Sifat Pekerjaan3. Perencanaan

Penugasan4. Pelaksanaan

Penugasan5. Komunikasi Hasil

penugasan

Nuri Hinduan,2005

Page 21: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

31

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan (Sugiyono 20012:96). Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah

diuraikan maka dapat ditarik sebuah sebuah hipotesa bahwa :

Ha : Profesionalisme auditor internal berpengaruh terhadap kinerja auditor

IIIII iinternal.

2.4 Penelitian Terdahulu

Zulkifli (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat

Pendidikan, Pendidikan Berkelanjutan, Komitmen Organisasi, Sistem Reward,

Pengalaman dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor” mengambil penelitian pada

inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Penelitian tersebut menghasilkan

kesimpulan bahwa secara simultan dan parsial tingkat pendidikan, pendidikan

berkelanjutan, komitmen organisasi, sistem reward, pengalaman dan motivasi

berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja audit internal.

Page 22: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Audit

32

Lisnawati (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat

Pendidikan, Profesionalisme Auditor dan Sistem Reward Terhadap Kinerja

Auditor” mengambil sampel penelitian pada inspektorat provinsi Sumatera Utara.

Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa tingkat pendidikan,

profesionalisme auditor dan system reward berpengaruh secara simultan terhadap

kinerja auditor inspektorat.

Rosindah et.al (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Dampak Motivasi Dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Aparat

Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah” mengambil penelitian pada

Pemerintah Kabupaten Cirebon. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan

bahwa terdapat dampak motivasi dan profesionalisme secara parsial dan simultan

terhadap kualitas audit.

Yusar (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Profesionalisme

Internal Auditor dan Intensi Melakukan Whistleblowing”. Penelitian tersebut

menghasilkan kesimpulan bahwa profesionalisme internal auditor dengan dimensi

afiliasi komunitas, kewajiban social, dedikasi terhadap pekerjaan, dan keyakinan

terhadap peraturan sendiri atau komunitas berpengaruh negative terhadap intensi

melakukan whistleblowing, sedangkan profesionalisme internal auditor dengan

dimensi tuntutan untuk mandiri berpengaruh positif terhadap intensi melakukan

whitstleblowing.