10e01031

166
Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010. PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BBM UNTUK MENENTUKAN JALUR YANG OPTIMAL DAN BIAYA YANG OPTIMUM DENGAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELING DI PT. BURUNG LAUT Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari TUGAS SARJANA Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh DORKAS TARULI MANURUNG NIM : 060423016 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 No. Dok.: FM-TS-01-06C; Tgl. Efektif : 1 Februari 2007; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1

Upload: achmad-zaenuri-rajasa

Post on 16-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

gps tracker

TRANSCRIPT

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BBM UNTUK MENENTUKAN JALUR YANG OPTIMAL DAN BIAYA YANG OPTIMUM

    DENGAN METODE STRUCTURAL EQUATION MODELING DI PT. BURUNG LAUT

    Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari TUGAS SARJANA

    Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

    Oleh

    DORKAS TARULI MANURUNG NIM : 060423016

    P R O G R A M P E N D I D I K A N S A R J A N A E K S T E N S I

    D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

    F A K U L T A S T E K N I K

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2009

    No. Dok.: FM-TS-01-06C; Tgl. Efektif : 1 Februari 2007; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Baik atas segala

    rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

    ini. Tugas Akhir merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh

    mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

    Penulis melaksanakan Tugas Akhir di PT. Burung Laut yang bergerak di bidang

    jasa transportasi air, yaitu jasa pengangkutan BBM untuk memenuhi kebutuhan

    distribusi PT.Pertamina, Ambon. Tugas Akhir ini berjudul Penentuan Rute Distribusi

    BBM untuk menentukan jalur yang optimal dan biaya yang optimum dengan metode

    Structural Equation Modeling di PT. Burung Laut, karena dalam hal ini penulis

    menganggap ini sebagai sudut pandang keilmuan Teknik Industri dalam menyelesaikan

    permasalahan transportasi oleh perusahaan transportir PT. Burung Laut, Medan.

    Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan

    bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun

    administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih

    kepada:

    1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas

    Sumatera Utara.

    2. Kepada Dosen Pembimbing I Bapak Ir.Nazaruddin, MT, yang telah meluangkan

    waktu dan memberikan bimbingan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis

    tentang keilmuan Teknik Industri dan tentang penelitian yang penulis lakukan.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    3. Kepada Dosen Pembimbing II Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, yang juga telah

    meluangkan waktu dan memberikan bimbingan ilmu yang sangat bermanfaat bagi

    penulis tentang keilmuan Teknik Industri dan tentang penelitian yang penulis

    lakukan.

    4. Kepada seluruh staf dan karyawan jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,

    Universitas Sumatera Utara, B.Bowo, K.Dina, B.Tumijo, B.Ani, B.Nurman yang

    telah membantu penulis dalam pengurusan kegiatan akademis yang diperlukan

    dalam penyusunan Tugas Sarjana ini.

    5. Bapak Suriadin Noernikmat, S.T. selaku Direktur Utama PT. Burung Laut yang

    telah bersedia mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian ulang di Perusahaan

    yang Bapak pimpin.

    6. Kedua orang tua penulis (R. Manurung dan B. br. Siallagan) dan saudara-saudara

    penulis yang telah mendukung penulis dalam doa, dana dan semangat. Semoga

    harapan dan cita-cita kita semua terwujud dengan doa, kerja keras dan kerjasama.

    7. Teman-teman di Teknik Industri yang memberi semangat, Inspirasi, dan penguatan,

    terkhusus untuk Aini, K.martha, Aulia, B.Hendrik, Raja, Rizki, Charles, B.Darma ,

    Yanti, Desri dan yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,

    semoga kita menjadi orang yang sukses dalam mencapai semua impian.

    8. Saudara dan teman dekat penulis, terkhusus untuk Retno, Riska, Loren, dan Patar,

    Deni, B.sahala, Yeyen, Anwar, Desi, Pukka, Ronal, Indra, Ayu, Unggul, B.Feri,

    Vero., untuk kebersamaan, sukacita, kasih dan doa yang menyertai, .

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,

    penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua

    pihak untuk kesempurnaan tulisan ini kedepan.

    Medan, November 2009

    Penulis.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    ABSTRAK PT. Burung Laut adalah badan usaha swasta yang bergerak dibidang jasa transportasi pengangkut minyak. Sistem operasi yang dipakai di perusahaan ini adalah tramper, dan untuk metode keuangannya adalah uang sewa kapal. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk penentuan faktor-faktor yang menentukan kapasitas operasi kapal dalam mendistribusikan BBM dan pemanfaatan kapasitas operasi kapal menjadi optimal. Penentuan rute distribusi melalui pendekatan SEM dan penentuan biaya optimum, dan penjadwalan rute kapal dengan sistem liner. Setiap tujuan pelayaran kapal sudah dijadwalkan dan dikonfirmasi ke pihak pelabuhan, sehingga ketika kapal sampai di tempat tujuan, langsung mendapatkan pelayanan dari pihak pelabuhan. Untuk metode keuangan diterapkan dengan sistem uang tambang, yaitu ongkos dikenakan pada muatan diangkut oleh kapal.Untuk nilai pengaruh yang dihasilkan setiap indikator yang tertinggi adalah variabel waktu untuk bongkar muat yaitu sebesar 0,77, dan terendah pada variabel waktu manuver yaitu sebesar 0,12. Untuk perbandingan sistem operasi yang dibandingkan adalah sebesar Rp.64.540.342, yang merupakan selisih keuntungan yang diperoleh untuk metode time charter dengan freight

    Keyword: SEM, liner, biaya sewa berdasarkan time charter, metode uang tambang.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i

    KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

    ABSTRAK .................................................................................................. iv

    DAFTAR ISI ............................................................................................... v

    DAFTAR TABEL........................................................................................ xi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ I-1

    1.1. Latar Belakang Permasalahan ................................................ I-1

    1.2. Rumusan Permasalahan ......................................................... I-4

    1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... I-4

    1.3.1. Tujuan Umum .............................................................. I-4

    1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................. I-5

    1.4. Batasan Masalah dan Asumsi-Asumsi .................................... I-5

    1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ........................................ I-6

    BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...................................... II-1

    2.1. Sejarah Perusahaan ................................................................ II-1

    2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha................................................ II-3

    2.3. Lokasi Perusahaan ................................................................. II-4

    2.4. Daerah Operasional................................................................ II-5

    2.5. Organisasi dan Manajemen .................................................... II-6

    2.5.1. Struktur Organisasi........................................................ II-6

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    DAFTAR ISI (Lanjutan)

    Halaman

    2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ........................ II-7

    2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ............................. II-9

    2.5.3.1. Tenaga Kerja .................................................... II-9

    2.5.3.2. Jam Kerja ......................................................... II-10

    2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnnya.................... II-11

    2.5.4.1. Sistem Pengupahan ........................................... II-11

    2.5.4.2. Fasilitas Tenaga Kerja ...................................... II-11

    BAB III LANDASAN TEORI ................................................................... III-1

    3.1. Transportasi ........................................................................... III-1

    3.1.1. Pengertian Transportasi ................................................ III-1

    3.1.2. Kapal ........................................................................... III-4

    3.1.3. Menetapkan Jadwal Pelayaran (Scheduling) ................. III-6

    3.1.4. Konsep Biaya ............................................................... III-7

    3.1.4. Sistem Operasi Kapal .................................................... III-12

    3.2. Structural Equation Modeling (SEM) .................................... III-20

    3.2.1. Sejarah SEM dan Pengertian ........................................ III-20

    3.2.2. Prinsip-prinsip Dasar ..................................................... III-21

    3.2.3. Konsep dan Istilah ........................................................ III-23

    3.2.4. Model Analisis Jalur..................................................... III-25

    3.2.4.1. Model Regresi Berganda .................................. III-26

    3.2.4.2. Model Mediasi ................................................. III-26

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    DAFTAR ISI (Lanjutan)

    Halaman

    3.2.4.3. Model Kombinasi Regresi dengan Mediasi ....... III-26

    3.2.4.4. Model Kompleks ............................................. III-27

    3.2.4..5. Model Rekursif dan Non Rekursif .................... III-28

    3.3.5. Persamaan Jalur SEM ................................................... III-29

    2.3.5.1. Persamaan Satu Jalur ....................................... III-29

    2.3.5.2. Persamaan Dua Jalur ........................................ III-29

    2.3.5.3. Persamaan Tiga Jalur ....................................... III-30

    3.3.6. Langkah-Langkah SEM................................................ III-31

    3.3.8. Skala Guttman ............................................................... III-38

    BAB IV METODOLOGI ......................................................................... IV-1

    4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. IV-1

    4.2. Lokasi Penelitian ................................................................. IV-1

    4.3. Objek Penelitian................................................................... IV-1

    4.4. Subjek Penelitian ................................................................. IV-1

    4.5. Studi Pendahuluan ............................................................... IV-3

    4.6. Studi Pustaka ....................................................................... IV-3

    4.7. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................ IV-4

    4.8. Pengumpulan Data ............................................................... IV-4

    4.9. Pengolahan Data .................................................................. IV-6

    4.10. Analisa Pemecahan Masalah .............................................. IV-8

    4.11. Kesimpulan dan Saran........................................................ IV-9

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    DAFTAR ISI (Lanjutan)

    Halaman

    BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ...................... V-1

    5.1. Pengumpulan Data .............................................................. V-1

    5.1.1. Data Voyage Kapal Tanker ........................................ V-1

    5.1.2. Data Jarak Antar Pelabuhan dan Kapasitas

    Pelabuhan .................................................................. V-3

    5.1.3. Spesifikasi Kapal Tanker MT. Citra Bintang ............. V-10

    5.1.4. Daftar Harga Untuk Pelabuhan .................................. V-10

    5.1.5. Hari Kerja Efektif Tahun 2010 .................................. V-11

    5.1.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker

    MT. Citra Bintang ..................................................... V-11

    5.2. Pengolahan Data ................................................................. V-13

    5.2.1. Penentuan Variabel-Variabel yang Berpengaruh

    Kepada Operasional Kapal ........................................ V-13

    5.2.2. Analisis Dengan SEM ............................................... V-23

    5.2.2.1. Pengembangan Model Berbasis Teori ........... V-25

    5.2.2.2. Mengkontruksi Diagram Jalur untuk

    Menunjukkan Hubungan Kausalitas ............. V-23

    5.2.2.3. Konversi Diagram Jalur kedalam

    Serangkaian Persamaan Struktural dan

    Spesifikasi Model Pengukuran ..................... V-24

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    DAFTAR ISI (Lanjutan)

    Halaman

    5.2.2.4. Memilih Input Matriks dan

    Mendapatkan Model Estimate ...................... V-25

    5.2.2.5. Menilai Problem Identifikasi ......................... V-29

    5.2.2.6. Mengevaluasi model dengan kriteria

    Goodness of Fit ............................................ V-39

    5.2.2.7. Interpretasi dan Memodifikasi Model ............ V-47

    5.2.3. Penentuan Jalur/ Rute ............................................... V-49

    5.2.4. Metode Operasi ......................................................... V-55

    5.2.4.1. Metode Time Charter ................................... V-55

    5.2.4.2. Metode Freight .......................................... V-56

    5.2.4. Membandingkan Metode Time Charter dengan

    Metode Freight ......................................................... V-58

    BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ....................................... VI-1

    6.1. Analisa Pemecahan Masalah Penentuan Variabel-

    Variabel yang Berpengaruh Kepada Operasional Kapal ........ VI-1

    6.2. Analisis Dengan SEM ............................................................ VI-2

    6.3. Penentuan Jalur/Rute ............................................................ VI-7

    6.4. Sistem Operasi Kapal ............................................................. VI-8

    6.5. Membandingkan Metode Time Charter dengan

    Metode Freight ....................................................................... V-9

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    DAFTAR ISI (Lanjutan)

    Halaman

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... VII-1

    7.1. Kesimpulan ............................................................................ VII-1

    7.2. Saran ..................................................................................... VII-3

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN PENELITIAN

    LAMPIRAN BERKAS

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Burung Laut ............................................ II-9

    2.2. Jam Kerja Darat............................................................................... II-10

    2.3. Jam Kerja Laut ................................................................................ II-10

    3.1. Pembagian Biaya Pada Sistem Time Charter ................................... III-17

    3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ............................................. III-39

    4.1. Beberapa Bentuk Matrik Dalam Analisa SEM ................................. IV-8

    5.1. Data Vovage Kapal Tanker MT. Citra Bintang................................. V-1

    5.2. Data Jarak Tempuh dan Banyak Bongkar/Muat BBM Kapal

    Tanker MT. Citra Bintang ................................................................ V-4

    5.3. Data Jarak Antar Pelabuhan ............................................................. V-7

    5.4. Permintaan BBM Setiap Depot Tujuan ............................................ V-10

    5.5. Informasi Tarif Kapal Dalam Negeri ............................................... V-11

    5.6. Laporan Proyeksi Laba Rugi Kapal Tanker MT. Citra Bintang ........ V-12

    5.7. Data Tampilan Untuk Pengolahan AMOS ....................................... V-26

    5.8. Assesment of normality................................................................... V-30

    5.9. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)

    (Group number 1) ............................................................................ V-32

    5.10. Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)

    (Group number 1) ............................................................................ V-35

    5.11. Sample Covariances (Group number 1) ......................................... V-40

    5.12. Implied Covariances (Group number 1)) ....................................... V-40

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    DAFTAR TABEL (Lanjutan)

    Tabel Halaman

    5.13. Residual Covariances (Group number 1 - Default model) .............. V-41

    5.14. Hasil CMIN ................................................................................... V-42

    5.15. Hasil GFI....................................................................................... V-43

    5.16. Hasil GFI, AGFI ............................................................................ V-43

    5.17. Hasil Baseline Comparisons .......................................................... V-44

    5.18. Parsimony-Adjusted Measures ...................................................... V-45

    5.19. Standardized Regression Weights: (Group number 1

    Default model) ............................................................................. V-45

    5.20. Hubungan antar Variabel Model Awal ......................................... V-47

    5.21. Hubungan antar Variabel Model Modifikasi ................................ V-48

    5.22. Jadwal Keseluruhan ..................................................................... V-54

    5.23. Laporan Proyeksi Laba Rugi PerbulanDengan Metode

    Time Charter .............................................................................. V-56

    5.24. Laporan Proyeksi Laba Rugi Perbulan Dengan Metode Freight ... V-58

    5.25. Laporan Perbandingan Metode Time Charter Dengan

    Metode Freight ........................................................................... V-59

    5.26. Laporan Proyeksi Laba Rugi Perbulan Dengan Metode

    Time Charter .............................................................................. V-5

    6.1. Parameter Model ........................................ VI-4

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    DAFTAR TABEL (Lanjutan)

    Tabel Halaman

    6.2. Jadwal Keseluruhan ........................................................................ VI-7

    6.3. Laporan Perbandingan Metode Time Charter Dengan

    Metode Freight............................................................................... V-10

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    3.1. Model Analisis Jalur SEM ............................................................... III-23

    3.2. Bentuk Model Regresi Berganda ..................................................... III-26

    3.3. Bentuk Model Mediasi .................................................................... III-26

    3.4. Model Kombinasi Pertama dan Kedua ............................................. III-27

    3.5. Bentuk Model Kompleks ................................................................ III-27

    3.6. Bentuk Model Rekursif dan non Rekursif ........................................ III-28

    3.7. Bentuk Model Persamaan Satu Jalur Dalam SEM ............................ III-29

    3.8. Bentuk Model Persamaan Dua Jalur Dalam SEM ............................ III-30

    3.9. Bentuk Model Persamaan Tiga Jalur Dalam SEM ........................... III-31

    3.10. Flowchart Tahapan Analisa SEM .................................................. III-36

    4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ................................................. IV-2

    4.2. Block Diagram Pengolahan Data ..................................................... IV-6

    5.1. Bentuk Struktur Dasar Sistem Kegiatan Perusahaan

    PT. Burung Laut .............................................................................. V-13

    5.2. Level-0 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

    MT.Citra Bintang ............................................................................. V-15

    5.3. Level-1 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

    MT.Citra Bintang ............................................................................. V-16

    5.4. Level-2 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

    MT.Citra Bintang ............................................................................. V-17

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

    Tabel Halaman

    5.5. Level-3 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

    MT.Citra Bintang ............................................................................. V-18

    5.6. Level-4 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

    MT.Citra Bintang ............................................................................. V-18

    5.7. Level-5 Aliran Kegiatan untuk Pelayaran Kapal Tanker

    MT.Citra Bintang ............................................................................. V-20

    5.8. Variabel Penentu Rute Kapal ........................................................... V-21

    5.9. Diagram Jalur Variabel Kapal ......................................................... V-24

    5.10. Diagram Jalur Model Awal ........................................................... V-46

    5.11. Diagram Jalur Model Modifikasi ................................................... V-47

    5.12. Diagram Jalur Model Modifikasi ................................................... V-47

    5.13 Peta Rute Berdasarkan Cluster Arah ............................................... V-51

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Permasalahan

    Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau yang terhubung oleh

    perairan laut, oleh karena itu sebagai penghubung antara salah satu pulau dengan yang

    lain hanya ada dua alternatif untuk sarana transportasi yaitu dengan angkutan laut dan

    udara. Angkutan udara membutuhkan biaya yang sangat besar serta jumlah muatan yang

    dapat diangkut lebih sedikit dibandingkan dengan angkutan laut. Oleh karena itu potensi

    angkutan laut sangat besar mengingat semakin majunya laju pertumbuhan ekonomi dan

    industri belakangan ini.

    PT. Burung Laut merupakan salah satu perusahaan pelayaran yang memanfaatkan

    angkutan laut ini, dengan salah satu armadanya yaitu kapal tanker MT.Citra Bintang,

    PT. Burung Laut memberdayakan kapal ini sebagai sarana pengangkut BBM dari

    beberapa pulau yang terletak di provinsi Maluku dengan menyewakannya kepada pihak

    PT. Pertamina Cabang Ambon dengan kontrak $1400 perhari.

    Dalam pengoperasian kapal tanker ini, ketika pengantaran muatan ke masing-

    masing depot tujuan sering terjadi waktu menunggu di pelabuhan untuk menunggu

    dibongkar muat, karena sebelumnya tidak ada penjadwalan pelayaran kapal terlebih

    dahulu, sehingga pada pihak pelabuhan tidak menyediakan tempat tersendiri untuk

    pelabuhan kapal dan langsung dibongkar muat. Masalah yang lain adalah ketika dalam

    perjalanan pulang, kapal yang sudah dicarter ini tidak membawa muatan, kecuali air

    ballast untuk menjaga keseimbangan kapal, ini juga menunjukkan indikasi kalau

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    penggunaan ruang muat kapal kurang efektif, karena sebelumnya pihak pertamina sudah

    melakukan perjanjian time charter dengan pihak kapal, sehingga pihak kapal tidak dapat

    mengelola sendiri muatan lain yang dapat dibawa oleh kapal tanker ketika perjalanan

    pulang ke depot asal. Pihak PT. Pertamina sendiri dalam mendistribusikan BBM yaitu

    depot asal berasal dari Ambon, sementara depot tujuan ada sebanyak 13 tujuan yaitu

    Dobo, Tual, Wayame, Masohi, Merauke, Saumlaki, Fakfak, Kaimana, Sanana, Tobelo,

    Namlea, Ternate, Labuha. Kapal ini dioperasikan dengan sistem tramper dimana kapal

    ini bergerak tanpa penjadwalan terlebih dahulu yaitu dengan melayani tujuan pelayaran

    adalah depot yang membutuhkan BBM yang paling dominan, hal ini juga

    mengakibatkan seringnya kekosongan stock BBM di beberapa depot tujuan.

    Sebagai contoh pada kasus lain yang berkaitan dengan rute ini adalah masalah pada

    perusahaan pelayaran yang lain yaitu diberikan sejumlah permintaan untuk diangkut dan

    sejumlah pelabuhan, pengangkut menginginkan untuk merancang rute pelayanan untuk

    kapal-kapal seefesien mungkin, dengan menggunakan fasilitas yang tersedia, sehingga

    memikirkan keuntungan dari rute pelayanan yang terjadwal tergantung kepada jalur

    yang dipilih untuk mengoperasikan kapal. Pada kasus ini dilakukan dengan beberapa

    metode yaitu dengan model yang terintegrasi, program integer linier programing

    campuran, untuk menyelesaikan masalah penjadwalan pelayaran dan rute kargo secara

    bersamaan. Ditujukan kepada konstrain yang relevan dengan model yang berkaitan,

    seperti konstrain jadwal pelayaran dengan frekuensi mingguan dan kecenderungan yang

    penting, seperti pelayaran kargo antar dua atau lebih rute pelayanan. Untuk

    menyelesaikan program integer campuran, ditujukan algoritma yang mengekspoitasi

    permasalahan. Untuk lebih spesifik, heuristik gredy, yaitu sebuah algoritma dan phase

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    kedua yaitu dekomposisi bender yang didasarkan pada algoritma yang dikembangkan

    dan dihitung keefesiennanya dalam skala kualitas solusi dan perhitungan waktu telah

    dirundingkan sebelumnya. Iterasi yang efesien ditujukan untuk membangkitkan

    penjadwalan yang baik untuk pelayaran. Perhitungan komputasi dibuat dengan simulasi

    bilangan secara random untuk 20 pelabuhan dan 100 kapal. Hasilnya adalah

    mengindikasikan utilisasi persentase yang tinggi dari kapasitas kapal dan jumlah yang

    signifikan dari solusi akhir.1

    - Pengaturan jalur atau trayek pelayaran kapal sehingga pengoperasian kapal baik dari

    segi waktu dan penggunaan muatan kapal menjadi lebih baik.

    1.2. Rumusan Permasalahan

    Pokok permasalahan yang terjadi di PT. Burung Laut adalah:

    - Sistem operasi kapal, apakah pengelolaan dengan metode time charter yaitu yang

    pendapatannya hanya berupa uang sewa dari pihak Pertamina, atau uang tambang

    yang pendapatannya berasal dari pengenaan ongkos ke per satuan muatan yang

    diangkut oleh kapal yang lebih menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan

    khusus, yaitu:

    1 Agarwal Richa, Ergun Ozlem, Ship Scheduling and Network Design for Cargo Routing in Liner Shipping, Schoo, [email protected], [email protected]

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    1.3.1. Tujuan Umum

    Tujuan umum penelitian ini adalah untuk penentuan faktor-faktor yang

    menentukan kapasitas operasi kapal dalam mendistribusikan BBM dan pemanfaatan

    kapasitas operasi kapal menjadi optimal.

    1.3.2. Tujuan Khusus

    Tujuan khusus penelitian ini adalah :

    1. Mendapatkan variabel yang berpengaruh terhadap jalur operasional kapal

    2. Mendapatkan jalur yang optimal dari distribusi BBM

    3. Mendapatkan biaya optimal dari metode pengenaan ongkos ke setiap muatan

    4. Mendapatkan biaya kapal MT. Citra Bintang perjarak tempuh

    5. Mendapatkan pilihan yang terbaik dari perbandingan metode uang tambang dengan

    metode time charter

    1.4. Batasan Masalah dan Asumsi-Asumsi

    1. Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modeling

    2. Penelitian hanya dilakukan pada armada Tanker MT. Citra Bintang yang melayani

    pengangkutan BBM dari PT. Pertamina ke 13 tujuan distribusi minyak Ambon

    sekitarnya

    3. Pemetaan jalur yang dimodelkan hanya antara port Ambon dan 13 tujuan yang

    diinginkan, tanpa melihat kemungkinan daerah distribusi yang lain

    4. Data biaya yang terkumpul dianggap mewakili setiap biaya operasional kapal

    tanker

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    5. Data yang dikumpulkan untuk data distribusi kapal MT. Citra Bintang pada Maret

    2008Maret 2009

    6. Faktor cuaca tidak mempengaruhi lama perjalanan kapal

    7. Gangguan-gangguan pada saat pelayaran dan bongkar muat diabaikan

    Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

    1. Kondisi pelayaran armada Tanker dianggap tidak terganggu oleh kondisi cuaca

    pelayaran

    2. Keadaan perlengkapan serta mesin kapal dalam keadaan baik .

    3. Data sekunder yang didapatkan dari perusahaan dianggap mewakili setiap

    kebutuhan data waktu dan data biaya yang dibutuhkan dalam penelitian.

    1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

    Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai

    berikut :

    JUDUL

    LEMBAR PENGESAHAN

    KATA PENGANTAR

    UCAPAN TERIMA KASIH

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL

    DAFTAR GAMBAR

    DAFTAR LAMPIRAN

    RINGKASAN

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    BAB I PENDAHULUAN

    Merupakan pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang,

    rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah

    dan asumsi-asumsi yang dibutuhkan serta sistematika penulisan laporan

    BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    Bab ini menguraikan sejarah perusahaan tempat meneliti, ruang lingkup

    usaha, lokasi perusahaan, daerah operasional, struktur organisasi dan

    manajemen yang merincikan fungsi-fungsi di dalam perusahaan.

    BAB III LANDASAN TEORI

    Merupakan landasan teori yang membahas mengenai transportasi,

    perkapalan khususnya kapal tanker dan manajemennya, serta metode

    pendekatan yang dipakai yaitu mengenai analisa jalur sehingga dapat

    digunakan sebagai acuan pemecahan masalah.

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

    Merupakan langkah-langkah penelitian sebagai rangka berpikir pemecahan

    masalah yang digunakan sehingga didapatkan tahapan yang teratur dan

    berkesinambungan

    BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    Berisikan data-data yang diperlukan untuk penelitian dan kemudian data

    tersebut diolah sehingga didapatkan penyelesaian masalah berdasarkan

    pendekatan metode yang dilakukan

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

    Berisikan analisis terhadap pengolahan data yang dilakukan sehingga

    didapat uraian-uraian analisis terhadap permasalahan

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    Merupakan poin-poin penting yang didapat dari setiap analisis yang

    dilakukan dengan menyimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian, dan

    saran-saran yang dapat diusulkan kepada pihak perusahaan berkenaan

    dengan topik yang dibahas dalam penelitian

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    BAB II

    GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    2.1. Sejarah Perusahaan

    PT. Burung Laut diberi kepercayaan oleh pabrik semen PT. SAI (Semen

    Andalas Indonesia) yang merupakan salah satu PMA (Penanaman Modal Asing) di

    Banda Aceh untuk menjadi agen umum pelayaran (shipping general agent) yang

    bertugas untuk mengurus izin kedatangan dan keberangkatan (inward & outward

    clearance) kapal-kapal asing yang disewa oleh PT. SAI untuk mengangkut dan

    mendistribusikan semen curah ke beberapa pelabuhan di Indonesia. Disamping itu, PT.

    Burung Laut juga ditunjuk oleh PT. SAI sebagai transportir laut untuk mengangkut

    BBM HSD (High Speed Diesel) keperluan operasional pabrik dengan menggunakan

    kapal tanker MT. Bumeugah (Kapasitas 5.000 KL) milik perusahaan lain mitra PT.

    Burung Laut.

    Perusahaan pelayaran PT. Burung Laut disingkat PT. Burung Laut dibeli dan

    diambil alih kepemilikannya dari pemilik lama oleh pemilik baru H.M. Noernikmat dan

    keluarga berdasarkan Akte Jual Beli No. 21 Tahun 1989 dan Berita Acara Perubahan

    Anggaran Dasar Perseroan Terbatas No. 25 Tahun 1989, yang keduanya dibuat

    dihadapan Notaris Aniswar Yanis, S.H di Medan. Hingga saat ini akte perusahaan telah

    mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir mengalami penyesuaian sesuai

    Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang dibuat dihadapan Notaris

    Ekoevidolo, S.H. berkedudukan di Medan dengan Berita Acara No. 126 Tahun 2008.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Dalam perkembangannya, pada bulan Mei 2001 atas pembiayaan dari PT. Bank

    Negara Indonesia (Persero) Tbk. - Cabang Belawan, kapal MT. Bumeugah dibeli oleh

    PT. Burung Laut dan diganti namanya menjadi MT. Pelita Laut dan didaftarkan pada

    kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Sabang.

    Pada tahun 2002, PT. Burung Laut menjalin kemitraan dengan PT. Citra Bintang

    Familindo dan mendapatkan kontrak untuk angkutan BBM IFO (Industrial Fuel Oil)

    milik PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Pembangkit & Penyaluran Sumatera Bagian Utara

    (sekarang menjadi PT. PLN (Persero) Kitsu Sektor Pembangkitan Belawan) dari

    Instalasi/Depot Pertamina Pulau Sambu ke dermaga PLTG/U Sicanang, Belawan

    dengan volume angkutan sebesar 390.000 KL/tahun. Angkutan ini dilayani oleh kapal

    tanker MT. Pelita Laut ditambah dengan kapal tanker MT. Mercury II (Kapasitas 6.000

    KL) berbendera Singapura yang dicharter dari perusahaan asing. Untuk menunjang

    pengangkutan BBM IFO tersebut, pada bulan Mei 2003 Kapal MT. Mercury II dibeli

    oleh PT. Burung Laut dan diganti namanya menjadi MT. Pelita Energi serta didaftarkan

    di kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Batam.

    Pada awal tahun 2005, terjadi perubahan kontrak angkutan PT. Burung Laut,

    dari yang tadinya mengangkut BBM IFO berubah menjadi mengangkut BBM HSD

    dengan volume angkutan sebesar 720.000 KL/tahun. Untuk mengantisipasi terjadinya

    lonjakan pemakaian BBM (terutama HSD), yang setiap tahunnya cenderung meningkat,

    maka pada awal April 2008 PT. Burung Laut menambah 1 (satu) unit lagi armada

    tankernya yang diberi nama MT. Pelita Samudera (Kapasitas 7.000 KL) dan didaftarkan

    di kantor pendaftaran dan balik nama kapal di Belawan. Sementara itu kapal tanker MT.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Pan Oil 9 dibeli oleh PT. Burung Laut pada bulan Maret 2008 dan kemudian diganti

    namanya menjadi MT. Citra Bintang yang mempunyai kapasitas sebesar 2600 KL

    2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

    PT. Burung Laut adalah merupakan suatu perusahaan pelayaran nasional yang

    bergerak di dalam bidang jasa angkutan laut (dalam dan luar negeri) dan keagenan

    pelayaran. Bisnis utama perusahaan adalah melayani jasa pengangkutan muatan cair,

    seperti: BBM (Bahan Bakar Minyak), Gula Cair (Molasses) dan CPO (Crude Palm Oil).

    Disamping itu, perusahaan juga melayani jasa keagenan pelayaran yang bertugas untuk

    mengurus izin kedatangan dan keberangkatan kapal (inward & outward clearance) di

    suatu pelabuhan.

    Beberapa konsumen yang pernah menggunakan jasa angkutan laut PT. Burung

    Laut adalah:

    1. PT. Semen Andalas Indonesia, Banda Aceh

    2. Mobil Oil, Singapore

    3. PT. Karya Prajona Nelayan, Medan

    4. PT. Rafina Segara Sejahtera, Jakarta

    5. PT. Kiani Kertas, Jakarta

    6. PT. Citra Bintang Familindo, Lhokseumawe

    7. PT. Pertamina Cabang Ambon

    Adapun konsumen yang pernah menggunakan jasa keagenan pelayaran PT.

    Burung Laut adalah:

    1. PT. Semen Andalas Indonesia, Banda Aceh

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    2. PT. Bahtera Adhiguna, Lhokseumawe

    3. PT. Arpeni Pratama Ocean Line, Jakarta

    4. PT. Dutaryo, Jakarta

    5. PT. Trust, Jakarta

    2.3. Lokasi Perusahaan

    Sejak diambil alih pada tahun 1989, kedudukan perusahaan adalah di Banda

    Aceh dengan alamat kantor:

    Jl. Jend. A. Yani No. 38 (d/h. 14)

    Kode Pos : 23122

    Telephone : +62 651 21451 - 22040

    Facsimile : +62 651 33637

    E-mail : [email protected]

    Website : www.burunglaut.co.id

    Untuk mendukung pengoperasiannya, PT. Burung Laut memiliki beberapa

    kantor cabang di beberapa daerah, yakni:

    1. MEDAN

    Jl. Bantam No. 3 - 3 A,

    Kode Pos : 20153

    Telephone : + 62 61 4561166 (Hunting)

    Facsimile : + 62 61 4152233

    E-mail : [email protected]

    2. BELAWAN

    Jl. Sumatera No. 49,

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Kode Pos : 20412

    Telephone : +62 61 6941129

    Facsimile : +62 61 6943789

    E-mail : [email protected]

    3. LHOKSEUMAWE

    Jl. Merdeka Timur No. 57

    Kode Pos : 24352

    Telephone : +62 645 46983

    Facsimile : +62 645 46983

    E-mail : [email protected]

    Untuk menjalankan kegiatan perusahaan sehari-hari, maka komando

    pengopeasian perusahaan dipusatkan di kantor wilayah Medan. Disamping karena

    Direksi dan Direktur Utama PT. Burung Laut beserta staf-stafnya, pusat informasi,

    administrasi dan penyediaan kontrak mayoritas dilakukan di kantor Wilayah Medan.

    2.4. Daerah Operasional

    Pada tahun 2009 pada bulan Maret PT. Burung Laut membeli kapal MT. Citra

    Bintang yang pada awalnya bernama kapal tanker MT. Pan Oil 9 dengan

    pengoperasiannya disewakan kepada pihak PT. Pertamina Cabang Ambon dengan

    sistem time charter yang melayani 13 depot tujuan yaitu Dobo, Tual, Wayame, Masohi,

    Merauke, Saumlaki, Fakfak, Kaimana, Sanana, Tobelo, Namlea, Ternate, Labuha

    dengan depot asal adalah daerah Ambon. Dengan metode ini pihak PT. Burung Laut

    menerima uang sewa sebesar $1400 perhari. Muatan yang diangkut MT. Citra Bintang

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    ada 3 jenis yaitu premium, solar atau HSD dan kerosin untuk keperluan pihak PT.

    Pertamina di depot tujuan.

    2.5. Organisasi dan Manajemen

    Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu

    tujuan yang sama dan di antara mereka diberikan pembagian tugas sesuai fungsi dan

    tugasnya masing-masing. Sedangkan manajemen adalah tata cara yang diterapkan suatu

    organisasi untuk mengelola dan menjalankan aktifitas organisasinya untuk mencapai

    target atau tujuan yang telah direncanakan.

    Struktur organisasi adalah gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan

    kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk

    mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi

    yang saling berhubungan dan menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu

    sasaran secara baik. Struktur organisasi dapat dinyatakan dalam gambar grafik (bagan

    yang memperlihatkan hubungan antara unit-unit organisasi dan garis-garis wewenang

    yang ada).

    Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, PT. Burung Laut menerapkan struktur

    organisasi dan sistem manajemen seperti yang diuraikan pada bagian struktur organisasi

    2.5.1. Struktur Organisasi

    Struktur Organisasi PT. Burung Laut dikelompokkan pada 3 tingkatan

    kepengurusan, yang berbeda yaitu: Dewan Komisaris, Direksi, Manajer dan Kepala

    Cabang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Berdasarkan struktur. maka hubungan kerja dalam organisasi perusahaan PT.

    Burung Laut adalah hubungan campuran lini-fungsional. Hal ini ditunjukkan dengan

    adanya hubungan lini pada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab Direksi ke

    Manejer sehingga terbentuk Departemen Keuangan, Departemen Operasi dan

    Departemen Umum & Personalia. Hubungan fungsional dijumpai pada hubungan

    setingkat, baik antara sesama Manejer maupun antara sesama Kepala Cabang.

    DIREKTUR UTAMA

    DIREKTUR

    MANAGER KEUANGAN MANAGER UMUM & PERSONALIAMANAGER OPERASI

    Cabang/ Keagenan Lhoknga Cabang/ Keagenan Belawan Cabang/ Keagenan Lhoseumawe

    Nahkoda Kapal

    Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Burung Laut (Sumber PT. Burung Laut)

    2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

    Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan di

    perusahaan PT. Burung Laut adalah sebagai berikut :

    1. Direktur Utama

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam menjalankan fungsi dan

    tugasnya untuk menggerakan roda bisnis perusahaan dan mencari peluang-

    peluang bisnis baru (bersifat eksternal).

    2. Direktur

    Bersama-sama dengan Direktur Utama bertanggung jawab kepada Dewan

    Komisaris dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk menjalankan dan

    mengelola aktifitas perusahaan (bersifat internal). Dalam hal Direktur Utama

    berhalangan, Direktur diberikan wewenang untuk melaksanakan fungsi dan

    tugas Direktur Utama.

    3. Manajer Keuangan

    Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya

    untuk mengelola keuangan perusahaan.

    4. Manajer Operasi

    Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya

    untuk mengoperasikan armada tanker perusahaan dan memberdayakan potensi-

    potensi kantor cabang perusahaan dalam pelayanan keagenan kapal.

    5. Manajer Umum & Personalia

    Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya

    untuk memastikan tersedianya perlengkapan ATK bagi aktifitas perusahaan,

    memonitor legalitas dan validitas perizinan perusahaan, memberdayakan SDM

    yang dimiliki perusahaan serta perawatan aset perusahaan.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    6. Kepala Cabang

    Bertanggung jawab kepada Manajer Operasi dalam melaksanakan fungsi dan

    tugasnya untuk melaksanakan pelayanan keagenan kapal di daerahnya masing-

    masing.

    7. Nakhoda Kapal

    Bertanggung jawab kepada Manajer Operasi dalam melaksanakan fungsi dan

    tugasnya untuk membawa dan merawat kapal sesuai dengan jadwal yang telah

    direncanakan perusahaan.

    2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

    2.5.3.1. Tenaga Kerja

    PT. Burung Laut memiliki 99 orang tenaga kerja dengan sistem kerja tetap,

    honor maupun kontrak yang perinciannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Burung Laut

    Jabatan/Bagian Pria Wanita Total Keterangan Dewan Komisaris 2 1 3 Tetap Direksi 2 - 2 Tetap Departemen Keuangan 4 1 5 Tetap Departemen Operasi 2 1 3 Tetap Departemen Umum & SDM 3 2 5 Tetap Konsultan Pajak 1 - 1 Honor Pesuruh Kantor 1 - 1 Honor Pengelola Parkir 1 - 1 Honor Cabang Lhoknga 5 1 6 Tetap Cabang Belawan 6 1 7 Tetap Cabang Lhokseumawe 4 1 5 Tetap MT. Pelita Laut 19 - 19 Kontrak MT. Pelita Energi 21 - 21 Kontrak

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja.............(Lanjutan)

    Jabatan/Bagian Pria Wanita Total Keterangan MT. Pelita Samudera 20 - 20 Kontrak MT. Citra Bintang 20 - 20 Kontrak

    T o t a l 111 8 119 (Sumber: PT. Burung Laut)

    2.5.3.2. Jam Kerja

    Jam kerja yang berlaku di PT. Burung Laut dibedakan menjadi:

    1. Jam kerja darat

    2. Jam kerja laut

    Jam kerja darat adalah jam kerja yang berlaku bagi tenaga kerja yang bekerja di

    kantor dengan ketentuan seperti yang dilihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Jam Kerja Darat

    No Hari Kerja Jam Kerja

    1 Senin s/d Kamis

    08.00 - 12.00 : Jam Kerja I 12.00 - 13.00 : Istirahat 13.00 - 17.00 : Jam Kerja II

    2 Jumat 08.00 - 12.00 : Jam Kerja I 12.00 - 14.00 : Istirahat 14.00 - 16.00 : Jam Kerja II

    3 Sabtu 08:00 - 12:30 : Jam Kerja

    (Sumber: PT. Burung Laut)

    Sedangkan jam kerja laut adalah jam kerja yang berlaku bagi crew kapal yang

    bekerja di laut dengan ketentuan seperti yang dilihat pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3. Jam Kerja Laut

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    No Hari Kerja Jam Kerja

    1 Senin s/d Minggu

    08.00 - 12.00 : Jam Jaga I 12.00 - 16.00 : Jam Jaga II 16.00 - 20.00 : Jam Jaga III 20.00 - 24.00 : Jam Jaga I

    (Sumber: PT. Burung Laut)

    2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya.

    2.5.4.1. Sistem Pengupahan

    Sistem pengupahan di PT. Burung Laut dikelompokkan menjadi 3 golongan,

    yaitu:

    1. Upah Tetap, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja tetap di kantor.

    2. Upah Kontrak, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja kontrak (crew

    kapal).

    3. Upah Honor, yaitu upah yang diberikan kepada tenaga kerja honor.

    2.5.4.2. Fasilitas Tenaga Kerja

    Fasilitas yang diberikan oleh PT. Burung Laut kepada seluruh tenaga kerja

    adalah sebagai berikut:

    1. Tunjangan Hari Raya (THR).

    2. Bonus akhir tahun.

    3. Asuransi Jiwa, Kecelakaan Kerja dan Kesehatan (Rawat Inap).

    4. Uniform dan Alat Keselamatan Kerja (khusus untuk Crew Kapal).

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1. Transportasi

    3.1.1. Pengertian Transportasi

    Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari

    suatu tempat ke tempat lain2

    a. Pemindahan/pergerakan (movement)

    .Dalam Transportasi terlihat ada dua unsur yang terpenting

    yaitu:

    b. Secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain

    Transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat

    pembangunan ekonomi negara yang bisa mendorong lajunya pertumbuhan ekonomi

    (Rate of Growth)3

    1. Angkutan Kereta Api

    . Transportasi merupakan faktor yang penting diperhatikan, karena

    aktivitas pengangkutan meliputi mengangkut memindahkan sampai ke tempat tujuan

    yang membutuhkan biaya pula.

    Untuk melaksanakan kegiatan pengangkutan ada 4 jenis fasilitas transportasi

    yang dapat digunakan yaitu:

    2. Angkutan Jalan raya/truk

    3. Angkutan melalui air yaitu laut dan sungai

    4. Angkutan Udara

    2 Abbas Salim,. Manajemen transportasi.Edisi I (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006)h.6 3 Ibid.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Mengingat keadaan geografis Indonesia maka peranan angkutan melalui air (laut dan

    sungai) juga penting artinya. Pengangkutan melalui air relatif murah meskipun gerakan

    pengangkutan melalui air relatif lambat. Dalam tulisan ini, hal yang khusus yang

    dibahas adalah angkutan melalui air, dan dikhususkan kepada kapal tanker yang

    mengangkut bahan bakar minyak.

    3.1.2. Kapal

    Adapun berdasarkan jenisnya, kapal dagang dapat dibagi menjadi4

    a. Conventional Liner Vessel (Kapal Barang Biasa)

    :

    Kapal jenis ini melakukan pelayaran dengan jadwal tetap dan biasanya

    membawa muatan umum (general cargo) atau barang dalam partai yang tidak begitu

    besar.

    b. Semi Container/Pallet Vessel

    Jenis kapal ini dapat mengangkut muatan secara breakbulk, pre-slung, atau unit-

    unit pre-pallet. Kapal ini juga dapat mengangkut petikemas dalam palkanya yang

    terbuka dan di atas

    c. Full Container Vessel (Kapal Petikemas)

    Kapal ini khusus dibuat untuk mengangkut petikemas (container). Oleh karena

    itu, kapal ini bisa mempunyai alat bongkar/muat sendiri dan dapat juga memakai shore

    crane dan gantry crane dari darat untuk memuat dan membongkar petikemas

    4 R.P Suyono, Shipping Pengakutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, (Cet, Jakarta 2003). h.76-85

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    d. General Cargo Breakbulk Vessel

    Menurut sejarahnya, kapal jenis ini yang mula-mula beroperasi sebagai kapal

    angkut serba guna, sebelum ada kapal petikemas dan kapal-kapal lain yang memang

    dibuat demi efesiensi. Kapal general cargo tidak memerlukan terminal khusus untuk

    bongkar/muat. Oleh karena itu, jenis kapal ini masih sering dipakai. Kapal ini banyak

    berfungsi sebagai tramper karena harganya murah dan dapat mengangkut muatan ke

    seluruh penjuru dunia

    e. Freedom Vessel

    Kapal freedom vessel adalah kapal general cargo yang dibuat setelah perang

    dunia II untuk pengangkutan seba guna. Amerika telah membuat kapal jenis Liberty

    dalam Perang Dunia II dan diproduksi massal.

    f. RoRo

    Roro (Roll-on, Roll-off) adalah kapal yang didesain untuk muat bongkar barang

    ke kapal di atas kendaraan roda. Kapal yang termasuk jenis RoRo antara lain kapal

    ferry, kapal pengangkut mobil (car ferries), kapal general cargo yang beroperasi

    sebagai kapal RoRo.

    g. Lighter Carrier (pengangkut Tongkang)

    Kapal pengangkut tongkang adalah variasi dari kapal pengangkut petikemas,

    dimana sebagai pengganti petikemas, kapal ini mengangkut tongkang bermuatan

    h. Bulk Carrier (Pengangkut Muatan Curah)

    Kapal bulk carrier adalah kapal besar dengan hanya satu dek yang mengangkut

    muatan yang tidak dibungkus atau curah (bulk), muatan dicurah, dipompa ke dalam

    kapal dengan bantuan mesin curah dan bilamana tidak dengan mesin, maka karung-

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    karung berisi muatan yang diangkat ke kapal dengan bantuan derek kapal diletakkan

    diatas palka dahulu.

    i. Combination Carrier

    Kendala ekonomi yang ada pada kapal tanker dan kapal dry-bulk adalah bahwa

    dalam separuh pelayaran yang dilakukan terpaksa dalam keadaan kosong atau in

    ballast karena tidak ada muatan saat balik (return cargo) dan oleh karena itu tidak

    menghasilkan uang tambang

    j. Panamax Class

    Kapal panamax class adalah kapal dengan ukuran terbesar yang dapat melewati

    terusan panama. Ukuran kapal jenis ini lebih kurang 60.000 DWT dengan lebar kapal

    tidak melebihi 32 meter, sesuai dengan lebar pintu masuk terusan

    k. Passenger Ship (Kapal Penumpang)

    Diperairan Indonesia, dengan banyaknya pulau maka kapal penumpang untuk

    angkutan antar pulau sangat dibutuhkan.

    l. Tug Boat (Kapal Tunda)

    Kapal tunda dibuat agar dapat menarik atau mendorong kapal atau segala

    sesuatu yang mengapung, Tugas lain yang dilakukan adalah menolong kapal dalam

    bahaya, memadamkan kebakaran di laut, memerangi polusi/pencemaran, dan lain

    sebagainya.

    m. Offshore Supply Ship (Kapal Pemasok Lepas Lantai)

    Kapal yang dibangun dengan geladak yang luas di belakang untuk mengangkut

    pasokan bahan dan peralatan serta makan untuk anjungan lepas pantai bagi pengeboran

    minyak dan gas bumi.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    n. Research Ship (Kapal penelitian)

    Kapal yang dibuat untuk fungsi penelitian dan pemetaan/survei, seperti

    hidrografi, oseanografi, geofisika, dan seismografi.

    o. Fishing Vessel (Kapal Penangkap Ikan)

    Kapal yang dibuat untuk menangkap ikan dengan berbagai cara, seperti purse-

    seining, long lining, beam trawling dan stern-trawling. Kapal ini seringkali

    diperlengkapi peralatan pendingin (refrigator) dan peralatan untuk memproses lebih

    jauh.

    p. Tanker

    Kategori kapal dengan sebuah geladak dimana terdapat tangki-tangki yang

    tersusun secara integral maupun terpisah yang digunakan untuk mengangkut minyak

    curah (minyak mentah atau minyak yang sudah didestilasi), cairan kimia, gas cair, dan

    sebagainya.

    Kapasitas angkutan merupakan suatu alat angkutan untuk memindahkan muatan

    atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam waktu tertentu. Unsur-unsur

    kapasitas angkutan terdiri atas berat muatan, jarak yang ditempuh, dan waktu yang

    dibutuhkan untuk angkutan tersebut. Kapal merupakan unit operasi yang mempunyai

    kapasitas angkut yang besar yang sebagian besar biaya operasinya merupakan biaya

    variabel. Kapal yang besar dapat melayari jarak yang jauh, lebih ekonomis daripada

    kapal berukuran kecil yang beroperasi dalam jarak yang terbatas. Jenis kapal

    mempengaruhi biaya operasi. Kapal barang dan kapal penumpang memerlukan waktu

    yang lama di dermaga untuk melakukan bongkar muat sehingga biaya operasinya tinggi,

    dibandngkan dengan kapal tanker atau kontainer.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Jenis kapal yang efesien penggunaannya adalah sebagai berikut.

    1. Kapal yang mengangkut barang terurai (bulk cargo), yaitu barang angkutan yang

    besar dan volumenya besar, tetapi mudah bongkar muatnya.

    2. Kapal yang mengangkut barang-barang yang tidak begitu tinggi nilainya dengan

    jarak yang jauh

    Tujuan utama perancangan kapal-kapal modern adalah terutama untuk menekan

    biaya penyediaan jasa angkutan yang lazimnya dinyatakan untuk tiap ton muatan yang

    diangkut. Biaya penyediaan jasa angkutan laut, sampai tingkatan tertentu, tergantung

    pada faktor trayek.

    Kapal yang diatur pelayarannya (reguler) pada umumnya memiliki penggunaan

    kapasitas berlayar relatif tinggi dengan faktor muat (load factor) yang relatif rendah.

    Transpor laut yang tidak teratur trayeknya disebut tramper. Penggunaan kapasitasnya

    relatif tinggi. Akan tetapi, karena ketidakteraturan, maka kapal yang menunggu muatan

    memerlukan waktu lama di pelabuhan. Akibatnya, penggunaan kapasitas kapal rendah,

    tetapi faktor muatannya tinggi.5

    5 M.Nur Nasution, Manajemen Transportasi, Edisi II (Cet I;Jakarta:Ghalia Indonesia,2004),h.210

    3.1.3. Menetapkan Jadwal Pelayaran (Scheduling)

    Jadwal pelayaran umumnya dibuat untk liner service atau feeder liner service

    1) Istilah-istilah dalam Jadwal Pelayaran

    a) Untuk pelayaran yang menyinggahi banyak pelabuhan dan memakan waktu lama

    biasanya hanya dibuat untuk single voyage

    b. Untuk pelayaran yang waktunya singkat dengan sedikit pelabuhan yang disinggahi,

    biasanya dibuat jadwal pelayaran untk satu round voyage

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    c. Estimated Time of Arrival (ETA) adalah perkiraan tanggal/jam kapal tiba. Estimated

    Time of Department (ETD) adalah perkiraan tanggal/jam kapal berangkat dari

    pelabuhan

    d. Pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi disebut port of call, pelabuhan-pelabuhan

    tempat muat disebut loading ports

    f. Pelabuhan-pelabuhan tempat bongkar disebut discharging port atau destination ports.

    g. Ratio date adalah tanggal muatan suatu batas waktu yang ditetapkan untuk liner

    sampai di sebuah pelabuhan

    2. Cara membuat/menyajikan jadwal pelayaran

    Jadwal yang dibuat untuk kepentingan eksternal hanya menyajikan port of call dan

    tanggal lamanya di pelabuhan di laut

    Untuk waktu dipelabuhan ditentukan dengan rumus:

    BABJK/harix x TGHmuatan Jumlah ton

    =pelabuhandiHari

    TGH : Ton Gang Hour (kapasitas bongkar/muat) dalam ton per gang per jam kerja

    JK/hari : Jumlah jam kerja bongkar muat per hari

    BAB : Banyaknya alat bongkar/muat atau gang yang digunakan dalam kegiatan/muat

    selama di pelabuhan

    knots dalam kapal (speed)kecepatan x 24 Milis Seauh Jarak temp

    =LautdiHari

    3.1.4. Konsep Biaya

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Biaya adalah faktor yang menentukan dalam transportasi untuk penetapan tarif, alat

    kontrol agar dalam pengoperasian mencapai tingkat efektifitas dan efesien6

    1. Biaya adalah sebagai dasar penentuan tarif jasa transportasi

    .

    2. Tingkat tarif transportasi didasarkan pada biaya pelayanan yang terdiri dari:

    a. biaya langsung

    b. biaya tidak langsung oleh karena itu, biaya pelayanan (cost of service) sebagai

    basis/dasar dan fundamental untuk struktur pentarifan.

    3. Biaya modal dan biaya operasional

    a. biaya modal (capital costs) adalah biaya, yang digunakan untuki investasi inisial

    (initial investment) serta peralatan lainnya termasuki di dalamnya bunga uang

    (interest rate).

    b. Biaya operasional (operational cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk

    pengelolaan transportasi. Termasuk dalam kelompok biaya operasional adalah:

    Biaya pemeliharaan jalan raya, bantalan kereta api, alur pelayaran, pelabuhan,

    dermaga, penahan gelombang, dam, menara, rambu &jalan, udara dan laut.

    1. Biaya pemeliharaan kendaraan, bis, truk, lokomotif, gerbong, pesawat udara,

    kapal-kapal penyebrangan (ferry boat), dan kapal-kapal barang/kapal-kapal

    penumpang

    2. Biaya transportasi yaitu biaya bahan bakar, oli, tenaga penggerak (genset)

    upah/gaji, kerja crew/awak kapal & pesawat serta biaya terminal (stasiun

    pelabuhan udara, pelabuhan laut dan terminal (stasiun pelabuhan udara,

    pelabuhan laut dan terminal bis)

    6 Abbas Salim, Ibid. h.43

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    3. Biaya-biaya traffic terdiri dari biaya advertensi, promosi, penertbitan buku tarif,

    administrasi dan sebagainya

    4. Biaya umum dan lain-lain biaya

    Termasuk biaya umum antara lain, biaya kantor, gaji/biaya RT, biaya humas,

    biaya akuntansi lainnya

    5. Biaya tetap dan biaya variabel

    Biaya tetap ialah biaya yang dikeluarkan tetap setiap bulannya, sedangkan biaya

    variabel ialah biaya yang besarnya berubah tergantung pada pengoperasian alat-

    alat pengangkutan.

    4. Biaya Kendaraan

    Ialah jumlah biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan bakar, oli, ban

    kendaraan, suku cadang antar perbaikan (reparasi). Biaya ini disebut automobile cost

    5. Biaya Gabungan (Joint Cost)

    Dalam pengoperasian alat-alat transportasi kita temui joint cost atau dinamakan pula

    common cost contoh biaya angkutanan barang (cargo) dan biaya penumpang yang

    menghasilkan biaya gabungan (joint cost)

    1. Direct Cost/Biaya Tidak langsung (Indirect cost)

    a. Biaya langsung ialah jumlah biaya yang diperhitungkan dalam produksi jasa-

    jasa angkutan misal utuk penerbangan biaya langsung terdiri dari bahan bakar,

    gaji awak pesawat, biaya pendaratan

    b. Biaya tidak langsung bagi penerbangan terdiri dari biaya harga, peralatan

    reparasi, workshop, akuntansi dan biaya umum/kantor

    2. Biaya unit dan biaya rata-rata

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    a. Biaya unit (unit cost) ialah jumlah total biaya dibagi unit jasa produk yang

    dihasilkan

    b. Biaya rata-rata (average cost) adalah biaya total dibagi dengan jumlah

    produk/jasa yang dihasilkan

    Tujuan utama perancangan kapal-kapal modern adalah terutama untuk menekan

    biaya penyediaan jasa angkutan yang lazimnya dinyatakan untuk tiap ton muatan yan

    diangkut. Biaya penyediaan jasa angkutan laut, sampai tingkatan tertentu, tergantung

    dari faktor trayek (pengaturan) kapal yang diatur pelayarannya pada umumnya memiliki

    pengunaan kapasitas berlayar relatif tinggi dengan faktor muat(load factor) yang relatif

    tinggi dengan faktor muat yang relatif rendah7

    Transport laut yang tidak teratur trayeknya kurang lebih memiliki sifat-sifat

    yang berlawanan, dengan lain perkataan penggunaan kapasitas muat acapkali relatif

    tinggi, tetapi karena ketidakteraturannya kapal-kapal bisa mengalami waktu tunggu

    yang lama di pelabuhan sambil menanti muatan yang cukup

    .

    8

    7 Abbas Salim, Ibid.hal 43 8 Ibid

    .

    Kapal yang diatur pelayarannya pada umumnya memiliki penggunaan kapasitas

    berlayar relatif tinggi dengan faktor muat (load factor) yang relatif rendah. Operasi

    kapal memiliki tiga fase yang khas masing-masing dengan biaya khusus. Fase-fase ini

    adalah waktu kapal berada di pelabuhan untuk melakukan bongkar/muat, waktu

    manuver untuk bersandar pada atau melepas dari dermaga dan di pelabuhan, dan waktu

    berlayar antar pelabuhan. Tujuan dari pengusaha pelayaran adalah untuk menetukan

    alokasi yang paling ekonomis dari waktu-kapal (ship time) antara ketiga fase ini.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Faktor utama yang menentukan struktur harga (cost-structure) dari usaha

    pelayaran (shipping), dapat dijelaskan oleh model dibawah ini, yang berlaku bagi harga

    jasa angkutan sebanyak 1-ton muatan antara dua pelabuhan (2-port system) yang jarak

    J-mil sama diumpamakan bahwa kapal beroperasi antara dua pelabuhan

    J = Jarak antara kedua pelabuhan (mil)

    F = Biaya tetap (fixed cost) per tahun

    V= Kecepatan berlayar (knot-mil/jam0)

    C = Kapasitas angkut dari kapal (ton)

    Q = Persentase muat rata-rata (average load factor)

    B= Kecepatan bongkar/muat (ton/jam)

    U = Waktu deviasi dan saktu manuver (jam per perjalanan)

    T = Waktu kerja efektif keseluruhan (jam per tahun)

    R = Biaya berlayar (distance cost) dari kapal per mil

    S = Biaya bongkar/muat per jam

    T = Biaya pelabuhan tiap kali singgah (percall)

    Selain variabel-variabel tersebut di atas, terdapat pula variabel-variabel lain yang

    berhubungan variabel-variabel di atas, yang perlu diperhitungkan, yaitu:

    N = Jumlah perjalanan (voyages) per tahun

    M = Jumlah muatan yang diangkut (ton pertahun)

    K = Harga jasa angkutan per muatan

    Dengan menggunakan simbol-simbol di atas, disusun rumus untuk biaya angkutan per

    ton kapal antar pelabuhan yang berjarak J mil sebagai berikut:

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    M

    NtBMPNrJF

    K..2.. +++

    = (1)

    Jumlah perjalanan pertahun dapat dinyatakan dengan rumus:

    U

    B

    qCVJ

    TN++

    =2

    100

    (2)

    dan muatan (dalam ton) yang diangkut per tahun menjadi:

    NqcM .100

    = atau (3)

    U

    B

    qCVj

    TqCM

    ++=

    2100

    100 (4)

    3.1.5. Operasi Kapal

    Dalam pengoperasian kapal, kita mengenal istilah uang tambang (freight),

    sistem tarif penyewaan kapal (chartering), pengangkutan, dan pengiriman barang atau

    muatan. Hal-hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut9

    a. Uang tambang (freight)

    :

    Uang tambang (freight) adalah uang yang diminta oleh perusahaan pelayaran

    untuk kompensasi biaya atas jasa mengangkut barang. Uang tambang dapat dipungut

    berdasarkan jenis barang (commidity based), dimana uang tambang akan disesuaikan

    dengan jenis barangnya. Dengan banyaknya jenis barang, tentunya uang tambang

    berbeda-beda pula. Untuk memudahkan pemungutan uang tambang maka diberikan 8 R.P Suyono.co. Ibid. h.89

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    alternatif lain, yaitu mengenakan uang tambang berdasarkan satuan (per unit). Untuk

    pungutan seperti itu biasanya banyak dilakukan terhadap peti kemas,

    Uang tambang berdasarkan jenis barang dapat dibagi lagi menjadi10

    1. Revenue based (berdasarkan pendapatan), dimana uang tambang yang dihitung

    sebagai x persen dari harga barang (ad valorem). Misalnya 2 % dari ad valorem.

    :

    2. Cost based (berdasarkan biaya), dimana biaya yang dikeluarkan sudah

    diperhitungkan. Misalnya biaya harian kapal (ships daily cost), biaya operasional,

    biaya tak langsung dan asuransi, serta biaya lain untuk mengoperasikan kapal.

    Uang tambang berdasarkan revenue biasanya untuk muatan yang mahal, tapi

    dapat juga dipergunakan untuk muatan murah yang tidak akan diangkut bila hanya

    didasarkan biaya (cost based). Hasilnya adalah muatan yang mahal memberikan subsidi

    pada muatan yang murah11

    9 Ibid 11 Ibid.h.90

    .

    Besarnya ton untuk menghitung uang tambang dapat didasarkan ton berat atau

    ton volume/ruangan. Bila 1 long ton mengambil ruangan lebih kecil dari 40 cft atau bila

    1.000 Kg lebih kecil dari 1 M3 maka perhitungannya berdasarkan berat. Sebaliknya, bila

    1 long ton mengambil ruangan lebih besar dari 40 cft atau 1.000 Kg lebih besar dari 1

    M3 maka perhitungannya berdasarkan ton volume.

    Disamping uang tambang, ada surchage atau biaya tambahan lain, tergantung

    dari bentuk, besar, berat dan lain sebagainya dimana diperlukan peralatan khusus untuk

    mengerjakan muatan itu.

    Berikut adalah beberapa istilah uang tambang yang perlu diketahui:

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    1. Advance freight adalah uang tambang yang diminta di muka. Banyak kapal liner

    untuk muatan umum (general cargo) akan meminta agar uang tambang dapat

    dibayar di muka (advance freight). Biasanya uang tambang tidak akan diganti bila

    muatan atau kapal hilang dalam perjalanan

    2. Freight Collect, payable at destination, freight forward, atau destination freight

    adalah uang tambang yang dibayar bilaman muatan akan diserahkan. Carrier dapat

    menahan barang sebelum uang tambang dilunasi seluruhnya.

    3. Dead Freight adalah uang tambang yang dapat diminta oleh pemilik kapal kepada

    charterer kapalnya bila charterer tidak dapat mengangkut seluruh muatan atau

    charterer sudah memesan ruangan muatan dan telah disediakan pemilik kapal, akan

    tetapi kemudian charterer tidak jadi menggunakannya. Oleh karena itu, charterer

    harus membayar uang ganti rugi (dead freight).

    4. Back freight adalah uang tambang untuk muatan berlebih (overcarried cargo) yang

    tidak dapat dibongkar di tempat tujuan, tetapi terpaksa dibawa kapal untuk

    dibongkar di tempat lain.

    5. Freight all kinds (FAK) adalah uang tambang, yang tarif atau besarnya sama, yang

    dikenakan untuk setiap petikemas yang diangkut, dan biasanya untuk jarak yang

    dekat.

    Bagi suatu perusahaan pelayaran, agar kapal-kapalnya dapat terus berlayar

    dengan menguntungkan maka pendapatannnya (revenue) harus lebih besar dari biaya

    (cost) yang dikeluarkan, karena laba (profit) diperoleh dari selisih revenue dan cost12

    11 Ibid.h.90

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Agar revenue besar, maka kapal harus dijalankan seefesien dan seekonomis

    mungkin. Oleh karena itu, koordinasi antar bagian dari suatu perusahaan pelayaran

    harus baik. Pemakaian bunker harus hemat, karena makin cepat laju kapal, makin

    banyak pemakaian bahan bakarnya. Dalam mencari muatan untuk kapal diperlukan

    keahlian khusus mendekati shipper (pengirim barang) maupun consignee (pemilik

    barang) yang potensial

    Adapun cara menghitung uang tambang adalah sebagai berikut.

    Keuntungan untuk suatu usaha pelayaran didapat dengan rumus:

    F- [(Cs Ts + Cp Tp + Pc + Cs Tnc) + (Ac + D) (Ts + Tp + Tnc)] (5)

    F= freight

    Cs = biaya satu hari di laut

    Ts = lama waktu di laut

    Cp = biaya satu hari dipelabuhan

    Tp = lama waktu di pelabuhan

    Pc = biaya pelabuhan

    Tnc = lama waktu untuk muatan berikut

    Ac = biaya administrasi per hari

    D = depresiasi per hari

    Biaya keseluruhan dalam menjalankan pelayaran adalah13

    1. Fixed Cost:

    :

    a. Biaya untuk perwira dan ABK

    b. Asuransi

    12Ibid.h.91

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    c. Reparasi dan perawatan (maintanance)

    d. Perbekalan (stores) dan perlengkapan

    e. Biaya administrasi

    f. Bunga dan depresiasi

    2. Beban Variabel

    a. Beban bahan bakar/minyak /air dsb.

    b. Beban muat/bongkar barang

    c. Beban pelabuhan

    Untuk menetapkan besarnya uang tambang yang akan ditawarkan, pihak pengangkut

    (carrier) harus melihat juga faktor yang akan mempengaruhi operasi kapal, yaitu:

    1. Faktor muat (stowage factor)

    2. Jarak yang ditempuh

    3. Bagian pasar (market share) dan lalu lintas pelayaran

    Beban untuk liner dipengaruhi juga oleh berbagai beban tambahan dan penyesuaian

    yang disebut surchages dan adjusment factors. Disebabkan oleh keadaan yang berubah

    dengan cepat, misalnya kurs mata uang, kenaikan harga BBM, peperangan, dan keadaan

    politik yang buruk menyebabkan perusahaan pelayaran harus menanggung variasi

    beban yang harus ditutup, seperti currency adjustment factor ( CAF), bunker adjustment

    factor (BAF), dan port congestion surchages agar tidak rugi.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    b. Penyewaan kapal (Chartering)

    Dalam pengangkutan barang atau muatan, kita dapat melakkukannya dengan cara

    menggunakan kapal sendiri atau menyewanya (chartering). Ada beberapa cara

    menyewa kapal, yakni14

    1. Bareboat/Demise Charter

    Kapal disewa sebagai badan kapal saja. Penyewa (charterer) menyediakan

    nahkoda serta ABK dan mengoperasikan kapal seolah miliknya.

    2. Time Charter

    Kapal dapat disewa, seolah oleh suatau badan yang beroperasi dan dipakai untuk

    suatu waktu tertentu. Si penyewa (charterer) membayar uang sewa dan bunker

    serta kapal dioperasikan sesuai kemauan penyewa. Uang sewa dapat dinyatakan

    sebagai biaya perhari atau biaya perton DWT. Dalam time charter, pembagian

    biayanya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1. Pembagian Biaya Pada Sistem Time Charter

    Pemilik Kapal (Owner) Penyewa Kapal (Charterer) Depresiasi Asuransi Survei Overhead Gaji nahkoda/ABK Beberapa klaim muatan Brokerage

    Uang sewa Bunker Uang Pelabuhan Stevedoring Ballast Beberapa klaim muatan Air

    (Sumber :R.P Suyono, Shipping Pengakutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut)

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak time charter adalah:

    a. Tanggal, nama, dan alamat dari pemilik kapal dan penyewa (charterer)

    b. Perincian dari kapal, draft, horse power, kekuatan mesin, kecepatan, pemakaian

    bahan bakar, peralatan bongkar/muat, pompa, heating coil, dsb. 14 Ibid. h.95

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    c. Keadaan kapal dan kelasnya

    d. Batas Pelayaran

    e. Uang sewa, cara pembayarannya, dan mata uang yang digunakan

    f. Kerusakan/kelambatan yang dapat digunakan off-hire

    g. Waktu penyewaan (chartering) dimulai

    h. Hak penyewa (charterer) untuk menyatakan keberatan, dan kemungkinan untuk

    dapat mengganti nahkoda atau chief engineer

    i. Tindakan yang akan dilakukan pada waktu kerusuhan

    j. Pelaksanaan arbitrase bila tidak ada kesesuaian pengertian

    k. Cara kapal mengadakan dok tahunan (annual drydocking) pada waktu kontrak

    masih berjalan

    l. Penyelesaian general average

    3. Voyage Charter

    Kapal disewa untuk memuat barang antara tempat A dan B. Boleh dikatakan

    bahwa pemilik kpal membayar sebuah biaya, kecuali biaya bongkar/muat dan

    stevedoring (FIOS terms). Penyewa membayar uang tambang yang besarnya tergantung

    barang diangkut yang dinyatakan dalam jumlah ton atau jumlah tertentu untuk satu

    pelayaran.

    Penyewa juga harus membayar biaya tambahan atas kelambatan bongkar/muat

    dari kapal. Hal ini dinamakan demurrage. Namun bila lebih cepat dalam bongkar/muat

    maka si penyewa mendapat uang despatch, yakni uang insentif yang diberikan pemilik

    kapal kepada penyewa karena melakukan bongkar muat kurang dari waktu yang

    ditetapkan dalam kontrak. Uang despatch biasanya setengah dari demurrage.

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak voyage charter adalah15

    a. Tanggal, nama, dan alamat dari pemilik kapal dan penyewa (charterer)

    :

    b. Perincian dari kapal, yakni nama, tempat registrasi, tonnage, kapasitas, draft, dan

    peralatan bongkar/muat sesuai dengan muatan yang akan dimuat

    c. Jenis muatan yang akan dimuat dan cara pemuatan

    d. Nama tempat memuat dan membongkar barang

    e. Tanggal kapal harus tiba di tempat pemuatan dan tanggal bila terlambat, charter

    party dapat dibatalkan

    f. Waktu labuh (lay time) yang diperbolehkan, waktu dimulainya, dan hari besar yang

    dapat dimasukkan dalam charter party

    g. Biaya angkut (freight rate) dan mata uang yang digunakan

    h. Besarnya demurrage dan despatch, yang dihitung dengan membuat time sheet di

    pelabuhan muat dan di pelabuhan bongkar

    i. Agen atau perwakilan yang akan dipakai

    j. Cara menangani dan menyelesaikan persoalan pemogokan, kongesti pelabuhan,

    kekurangan muatan dsb.

    k. Klausul untuk arbitrase dan general average seperti dalam time charter, juga

    rincian pelayaran dan kemungkinan kapal dapat mengadakan deviasi dalam keadaan

    tertentu

    Nahkoda juga harus membuat notice of readiness yang menyatakan kepada charterer

    bahwa kapal telah siap untuk muat/bongkar

    14 Ibid.h.97

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    4. Consecutive Voyage Charter

    Consecutive voyage charter atau disebut juga contract of affreigtment (COA)

    adalah penyewaan kapal untuk beberapa pelayaran (voyage) secara berturut-turut.

    Secara operasional, masing-masing voyage berdiri sendiri dan sewa-menyewanya juga

    diselesaikan per voyage. Persyaratannya sama dengan voyage charter.

    3.2.Structral Equation Modelling (SEM)

    3.2.1. Sejarah SEM dan Pengertian

    Sewal Wright mengembangkan konsep ini pada tahun 1934, pada awalnya

    teknik ini dikenal dengan analisa jalur dan kemudian dipersempit dalam bentuk analisis

    structural equation modelling. Dari defenisi beberapa ahli menyebutkan diantaranya,

    analisa jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi

    pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel bergantung tidak

    hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung (Robert D. Rutherford 1993).

    Sementara itu, definisi lain mengatakan Analisis jalur merupakan pengembangan

    langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat

    kepentingan (magnitude) dan signifikasi (significance) hubungan sebab akibat

    hipotetikal dalam seperangkat variabel. (Paul Webley,1997). David Garson dari north

    Carolina State University mendefenisikan analisis jalur sebagai model perluasan

    regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau

    lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya

    digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah di mana anak panah tunggal

    menujukkan sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    suatu model sebagai variabel tergantung (pemberi respons) sedang yang lain sebagai

    penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang dibandingkan

    dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan juga

    penghitungan uji keselarasan statistik (David Garson, 2003)16

    Perlu disebutkan disini bahwa teknik SEM dibedakan oleh dua karakteristik, yaitu

    .

    Model persamaan struktural (SEM) meliputi seluruh model yang terkenal

    dengan banyak nama seperti: covariance structure analysis, latent variabel analysis,

    confirmatory factor analysis dan sering disebut lisrel analysis merupakan salah satu

    nama program komputer.

    17

    1. Estimasi atau perkiraan hubungan depensi berganda dan saling terkait (estimation of

    multiple and interrelated depence relationship)

    :

    2. Kemampuan untuk mempresentasikan konsep yang tidak terlihat (unobserved

    consepts) dalam hubungan hubungan ini dan memperhitungkan pengukuran

    kesalahan di dalam proses estimasi.

    3.2.2. Prinsip-Prinsip Dasar

    Prinsip-prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam analisis jalur diantaranya ialah18

    a. Adanya linieritas (Linierity). Hubungan antarvariabel bersifat linier,

    :

    b. Adanya aditivitas (Additivity). Tidak ada efek-efek intraksi

    16 Jonathan Sarwono,Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, (Cet I;Yogyakarta:Andi,2007)h.1 16 Johanes Supranto, Analisis Multivariat arti & Interpretasi (Cet I;Jakarta: Rhineka Cipta) h.221 17 Jonathan, co.Ibid.h.2

  • Dorkas Taruli Manurung : Penentuan Rute Distribusi Bbm Untuk Menentukan Jalur Yang Optimal Dan Biaya Yang Optimum Dengan Metode Structural Equation Modeling DI PT. Burung Laut, 2010.

    c. Data berskala interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data

    berskala interval (scaled values). Jika data belum dalam bentuk skala interval,

    sebaiknya data diubah dengan menggunakan metode suksesive interval (MSI)

    terlebih dahulu

    d. Semua variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah satu

    variabel dalam model

    e. Istilah gangguan (disturbance terms) atau variabel residual tidak boleh

    berkorelasi dengan semua variabel endogeneus dalam model. Jika dilanggar

    maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk mengestimasikan

    parameter-parameter jalur.

    f. Sebaiknya hanya terdapat multikolinieritas yang rendah. Maksud

    multikolieniritas adalah dua atau lebih variabel bebas (penyebab) mempunyai

    hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita akan

    mendapatkan standar error yang besar dari koefisien beta (b) yang digunakan

    untuk menghilangkan varian biasa dalam melakukan analisis korelasi secara

    parsial

    g. Adanya rekursivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh

    terjadi pemutaran kembali (looping)

    h. Spesifikasi model sangat diperlukan untuk menginterprestasikan koefisien-

    koefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjdi ketika variabel penyebab yang

    signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefisien jalur akan merefle