10741291_1557483561130882_705799108_n

89
LAPORAN ISU TERKINI KESEHATAN IBU DAN ANAK Kasus 3 “Kehamilan Keduaku” DIABETES MELLITUS GESTASIONAL Disusun Oleh Mahasiswa FKM Undip Semester V Kelas A 2012 Kelompok 3 Nadhya Rizki Pradipta 25010112120036 Ardiana Nur Aini 25010112120037 Savitri Rachmawati 25010112120038 Firsa Olivia Susan 25010112120039 Sarmaulina Sitompul 25010112120040 Putri Ade Chandra 25010112120041 Yusli Harini 25010112120042 Clara Sylvia P 25010112120043 Puji Kurniasih 25010112120044 Puspa Run Canti 25010112120045 Rani Novianis R.S 25010112120046 Umaya 25010112120047 Haifa Nurdiennah 25010112120048 Wiwin Tipuk Dwi 25010112120049 Ria Nur Madyasari 25010112120050 Wiwi Wulan Ndari 25010112120051 Aip Saripudin 25010112120052 Viona Milana Deasy 25010114140319 Bambang Susatyo 25010114140322

Upload: wiwin-tipuk-dwi-a

Post on 20-Dec-2015

226 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

kia

TRANSCRIPT

Page 1: 10741291_1557483561130882_705799108_n

LAPORANISU TERKINI KESEHATAN IBU DAN ANAK

Kasus 3“Kehamilan Keduaku”

DIABETES MELLITUS GESTASIONAL

Disusun OlehMahasiswa FKM Undip Semester V Kelas A 2012

Kelompok 3Nadhya Rizki Pradipta 25010112120036Ardiana Nur Aini 25010112120037Savitri Rachmawati 25010112120038Firsa Olivia Susan 25010112120039Sarmaulina Sitompul 25010112120040Putri Ade Chandra 25010112120041Yusli Harini 25010112120042Clara Sylvia P 25010112120043Puji Kurniasih 25010112120044Puspa Run Canti 25010112120045Rani Novianis R.S 25010112120046Umaya 25010112120047Haifa Nurdiennah 25010112120048Wiwin Tipuk Dwi 25010112120049Ria Nur Madyasari 25010112120050Wiwi Wulan Ndari 25010112120051Aip Saripudin 25010112120052Viona Milana Deasy 25010114140319Bambang Susatyo 25010114140322

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2014

Page 2: 10741291_1557483561130882_705799108_n

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Kasus

Seorang perempuan gemuk berumur 31 tahun sedang hamil anak

kedua. Beliau adalah istri seorang pelayar dengan kondisi suami yang pulang

setiap 6 bulan sekali. Awal menikah beliau berumur 27 tahun dan suaminya

berumur 28 tahun. Anak pertamanya berumur 2 tahun dan beliau pernah 1

kali mengalami keguguran. Berat lahir anak pertamanya 4100 gram dan

panjang badan 50 cm. Saat ini usia kehamilannya 28 minggu. Selama

kehamilannya ini, beliau sering mengkonsumsi makanan manis. Rumahnya

yang dekat dengan jalan raya menyebabkan beliau sulit tidur dan stress akibat

kendaraan yang lalu lalang di depan rumahnya.

B. Klarifikasi Istilah dalam Masalah

Tabel 1.1 Klarifikasi istilah dalam kasus/masalah

No. Kategori Pengertian

1 PerempuanSalah satu jenis kelamin manusia yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak

2 Gemuk Berat badan lebih dari ukuran ideal

3 IstriStatus yang diperoleh oleh seorang wania setelah menikah

4 PelayarMenunjukkan profesi bagi sesorang yang bekerja dengan berlayar diatas laut menggunakan kapal laut.

5 Di atas kapal laut Posisi sedang berada di atas sebuah kapal laut

6 Jarang pulangFrekuensi pulang atau kembali ke rumah sangat sedikit

7 MenikahAkad antara laki- laki dan perempuan yang dengannya dihalalkan hubungan seksual

8 Istri berusia 27 tahunUsia subur wanita dimana organ reproduksinya berfungsi dengan baik

9 Suami berusia 28 tahunUsia dimana seorang laki-laki berada dalam usia produktif untuk bekerja dan bereproduksi

10 Anak pertama Anak tertua dari sepasang orang tua

11 BB 4100 gBayi yang baru lahir memiliki bert badan sebesar 4100gr atau 4,1 kg, termasuk dalam kategori bayi berat lahir besar (normal 2,5-4kg)

12 PB 50 cmBayi yang baru lahir memiliki panjang badan sebesar 50 cm, sesuai dengan panjang normal 48-52 cm

Page 3: 10741291_1557483561130882_705799108_n

13 KeguguranKeluarnya janin atau persalinan prematur sebelum mampu untuk hidup

14Usia kandungan 2 minggu

Ukuran lama waktu seorang janin berada dalam rahim mencapai usia 2 minggu

15 Keturunan DMMemiliki riwayat keluarga yang pernah menderita DM

16 Hamil anak kedua Kehamilan yang ke dua

17 Usia 31 tahunUkuran lamanya usia kehidupan seseorang dihitung dari ia dilahirkan sampai saat ini yaitu selama 31 tahun

18Usia kehamilan 28 minggu

Ukuran lamanya janin dalam kandungan dihitung sejak terjadinya pembuahan (bertemunya sel telur dengan sperma) sampai saat ini yaitu selama 28 minggu

19 Rutin Prosedur yang teratur dan tidak berubah-ubah

20Memeriksakan kehamilan

Melakukan pemeriksaan kepada petugas kesehatan untuk mengetahui kondisi kehamilan

21 BidanPekerjaan tenaga kesehatan yang membatu persalinan dan konsultasi kehamilan

22Jarak menuju yankes 5 m

Jarak yang dekat sepanjang 5 mdengan penyedia layanan kesehatan

23 Pelayanan ramahMemberikan layanan dengan hati yg gembira dan penuh perhatia.

24Mengkonsumsi makanan manis

Makan makanan yang berasa manis.

25Tinggal dekat jalan raya utama

Lokasi tempat tinggal yang cukup dekat dengan jalan raya. Bagi perempuan yang tinggal dadalm radius paling jauh 109 meter dari keramaian lalu lintas jalan raya memiliki 22% risiko terkena hipertensi (Gregory Wellenius).

26 Bising

Bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menimbulkan gangguan pendengaran

27 Kendaran bermotorSalah satu jenis sarana transportasi darat bertenaga mesin.

28 Sulit tidurGangguan tidur yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan fungsional saat bangun

29 Stres

Suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian anatara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut

30 Lalu lalang Berkali-kali lalu (berjalan, keluar masuk)

Page 4: 10741291_1557483561130882_705799108_n

C. Daftar Masalah Berdasarkan Fakta dan Fenomena yang Ada dalam Kasus

Pada kasus “Kehamilan keduaku” ditemukan beberapa masalah

diantaranya sebagai berikut:.

Tabel 1.2 Klasifikasimasalah dalam kasus

No. Masalah

1Kegemukan meningkatkan risiko tokoh terkena Diabetes Mellitus Gestasional

2Riwayat keluarga menderita diabetes melitus meningkatkan risiko tokoh terkena Diabetes Mellitus Gestasional

3Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis meningkatkan risiko tokoh terkena Diabetes Mellitus Gestasional

4 Stress meningkatkan risiko tokoh terkena Diabetes Mellitus Gestasional

5Diabetes Mellitus Gestasional dapat menyebabkan abortus dan makrosomia (berat badan lahir besar)

Berdasarkan klasifikasi masalah di atas, maka kasus tersebut

menunjukkan kecenderungan pada kejadian Diabetes Mellitus Gestasional

yang dialami oleh ibu hamil dan berdampak pada janin yang dikandungnya

serta bayi yang dilahirkannya.

D. Analisis Masalah dengan Menggunakan Hipotesis

Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam kasus “Kehamilan

Keduaku”, dapat disusun beberapa hipotesa antara lain:

1. Ada hubungan antara kegemukan ibu dengan kejadian Diabetes Mellitus

Gestasional

2. Ada hubungan antara riwayat keluarga menderita diabetes melitus

dengan kejadian Diabetes Mellitus Gestasional

3. Ada hubungan antara Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis dengan

kejadian Diabetes Mellitus Gestasional

4. Ada hubungan antara Stress dengan kejadian Diabetes Mellitus

Gestasional

5. Ada hubungan antara Diabetes Mellitus Gestasional dengan kejadian

abortus dan makrosomia (berat badan lahir besar)

Page 5: 10741291_1557483561130882_705799108_n

E. Kerangka Teori

Sumber:Association of serum interleukin-6 and high-sensitivity C-reactive protein levels with insulin resistance in gestational diabetes mellitus". Department of Endocrinology, Nangfang Hospital, Southern Medical University

Diagnosis

Diabetes Mellitus Gestasional (Diabetes yang terjadi hanya

selama Kehamilan)

Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis

Memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes

Berusia di atas 25 tahun saat hamil

Memiliki tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Memiliki berat badan lebih sebelum hamil

Stress

GejalaPandangan kaburKelelahanSering mengalami infeksi pada daerah

luka, kulit, dan vaginaSering buang air kecilMual hingga muntahMerasa kehausanBerat badan menurun, walau nafsu

makan meningkat

Kerusakan sel darah merah

hyperbilirubinemia

MakrosomiaPenyakit jantung bawaanKelainan sistem saraf pusatCacat otot rangka

Peningkatan hormon insulin janin

Produksi surfaktan janin

Sindrom gangguan pernapasan

Kerusakan vaskular Perfusi plasenta yang buruk

Kematian sebelum kelahiran (abortus)

Page 6: 10741291_1557483561130882_705799108_n

F. Kerangka Konsep

Variabel Independen

1. Kegemukan

2. Riwayat keluarga menderita DM

3. Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis

4. Stress

Variabel Dependen

Diabetes Mellitus Gestasional

1. Makrosomia

2. Abortus

Page 7: 10741291_1557483561130882_705799108_n

E. Tujuan Pembelajaran

1. Menganalisis hubungan antara kegemukan ibu dengan kejadian Diabetes

Mellitus Gestasional

2. Menganalisis hubungan antara riwayat keluarga menderita diabetes

melitus dengan kejadian Diabetes Mellitus Gestasional

3. Menganalisis hubungan antara Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis

dengan kejadian Diabetes Mellitus Gestasional

4. Menganalisis hubungan antara Stress dengan kejadian Diabetes Mellitus

Gestasional

5. Menganalisis hubungan antara Diabetes Mellitus Gestasional dengan

kejadian abortus dan makrosomia (berat badan lahir besar)

Page 8: 10741291_1557483561130882_705799108_n

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes gestasional atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama

kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-

6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya (Yu F, et al. 2010).

GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50%

dari wanita penderita GDM bertahan hidup.

Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua

kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang

setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan

pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.

Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik

dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Risiko yang dapat

dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas

normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat

otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat

produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan.

Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada

kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum

terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan

vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi

plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin

dalam bahaya atau peningkatan risiko luka yang berhubungan dengan

makrosomia, seperti distosia bahu.

1. Definisi

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai

gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali

saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin

atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun

Page 9: 10741291_1557483561130882_705799108_n

antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa

dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis

ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60%

wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca

persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi

glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan

glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum

dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi

glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu

melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan

DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM. Pada wanita

hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test

tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar

glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1

jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan

pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2% dari

semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan,

tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi

glokusa, 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM.

DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan

professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/bayi dimasa

yang akan dating, juga saat persalinan.

2. Etiologi

Penyebab Diabetes Mellitus Gestasional dianggap

berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dankadar estrogen dan

hormone pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama

kehamilan.Hormon pertumbuhan dan estrogen merangsang pengeluaran

insulin dan dapat menyebabkangambaran sekresi berlebihan insulin seperti

diabetes tipe II yang akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel.

Hormon pertumbuhan memiliki beberapa efek anti-insulin,misalnya

Page 10: 10741291_1557483561130882_705799108_n

perangsangan glikogenolisis (penguraian glikogen) dan penguraian

jaringan lemak. Semua faktor ini mungkin berperan menimbulkan

hiperglikemia pada Diabetes Mellitus Gestasional. Wanita yang mengidap

Diabetes Mellitus Gestasional mungkin sudah memiliki gangguan

subklinis pengontrolan glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul.

3. Patofisiologi

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan

karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta

persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui

plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir

menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin,

sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.

Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping

beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen.

Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang

relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm

kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan

normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan.

Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah

dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi,

bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative

hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.

B. Faktor-Faktor Risiko Diabetes Mellitus Gestasional

1. Riwayat diabetes mellitus gestasional sebelumnya

Perempuan yang pernah mengalami diabetes mellitus gestasional

memiliki risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Bertambahnya risiko

bervariasi tergantung pada perbedaan ras, yaitu sekitar 9% pada ras

Kaukasia, 11,9% pada ras Latin, dan 25% pada perempuan Mediterania

atau Asia Timur. Studi-studi kohort secara keseluruhan menunjukkan

bahwa insiden diabetes mellitus tipe 2 setelah kehamilan mencapa 40%,

Page 11: 10741291_1557483561130882_705799108_n

dimana kejadian tertinggi mencapai 70% pada wanita Aborigin. Penelitian

juga menunjukkan bahwa intervensi terhadap diabetes mellitus gestasional

tidak akan menurunkan risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Namun,

hal ini dapat memiliki beberapa keuntungan dalam mengidentifikasi

diabetes mellitus gestasional yang dilakukan dengan peningkatan

surveilans dan diagnosis pada kelompok ini (Berger, 2002).

2. Glukosuria

Glukosuria adalah dimana terdapatnya glukosa/gula dalam jumlah

yang berlebih dalam urine. Glukosuria sebenarnya bukan merupakan suatu

jenis penyakit, melainkan merupakan suatu gejala yang disebabkan karena

adanya peningkatan glukosa dalam darah, seperti pada pasien diabetes

melitus. Glukosuria ini biasanya terjadi pada penderita yang disebabkan

oleh penyakit diabetes melitus. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah

pada penderita diabetes melitus, disebabkan oleh adanya gangguan pada

sel-sel beta pankreas yang mensekresikan hormon insulin.

3. Abortus berulang

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin

mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu

didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin

kurang dari 500 gram (Obstetri Williams, 2006). Istilah abortus dipakai

untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup

di luar kandungan. Menurut Himpunan Fertilisasi Endokrin dan Fertilitas

Indonesia (HIFERI) mengatakan bahwa keguguran berulang paling tidak

terjadi dua kali atau lebih berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari

20 minggu.

4. Riwayat melahirkan dengan cacat bawaan atau bayi >4000 gram

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60%

wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca

persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi

glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan

glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum

Page 12: 10741291_1557483561130882_705799108_n

dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi

glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu

melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan

DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.

Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik

adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram

glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar

glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka

dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM

terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan

umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan

gangguan toleransi glokusa,25%kemungkinan akan berkembang menjadi

DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan

professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa

yang akan dating, juga saat persalinan.

Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling

umum terjadi selama kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah

tidak hamil lagi. Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting

selama kehamilan. Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang

mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap

diabetes mellitus setelah persalinan. Disarankan agar setelah persalinan

pemeriksaan gula darah diulang secara berkala misalnya setiap enam bulan

sekali.

Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian

hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang

dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi

komplikasi-komplikasi diabetik. Akhir dari kehamilan penderita DM dapat

dibuat lebih aman apabila ditangani dengan penatalaksanaan yang tepat,

perawatan yang optimum meliputi inisiasi terapi intensif sebelum

konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan

prenatal yang khusus.

Page 13: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat

keguguran berulang, pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan

atau melebihi 4000 g, pernah mengalami preeklamsia (keracunan

kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas atau

bayi dengan cacat bawaan.

Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil

yang melebihi 30 tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta

pernah mengalami diabetes mellitus pada kehamilan sebelumnya.

5. Riwayat preeklamsia

Preeklampsia /eklampsia merupakan salah satu komplikasi

persalinan yang berdampak pada ibu dan bayi. Sekalipun diobati prognosis

preeklamsia umumnya kurang baik. Mereka yang selamat atau bertahan

hidup kemungkinan mengalami gangguan kronis dan menetap seperti

kelumpuhan, kebutaan, tekanan darah tinggi atau kerusakan ginjal. Bayi

yang dilahirkan akan mengalami gangguan pertumbuhan dan

perkembangan. 40% bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami

preeklampsia/eklampsia berakibat kelahiran prematur dan iatrogenic.

Hasil penelitian Helda dari UI ( Tesis S-2 ) menunjukkan bahwa

faktor yang berhubungan dengan preeklampsia/eklampsia adalah riwayat

abortus dan pendidikan. Faktor umur,pekerjaan,paritas,usia gestasi,layanan

antenatal dan jenis kelamin bayi tidak berhubungan dengan

preeklampsia/eklampsia. (Perpustakaan UI ,tesis S-2 )

Menurut American Associatio of Clinical Endocrinologist (2007),

faktor resiko diabetes mellitus gestasional ialah:

1. Usia >25 tahun

Faktor usia tua menyebabkan resiko timbulnya penyakit-penyakit

yang menyertai umur jadi semakin meningkat. Terjadinya penyakit

jantung dan kanker menjadi lebih besar. Kombinasi antara penyakit usia

tua dan kehamilan tersebut yang menyebabkan resiko meninggal atau

cacat pada bayi atau ibu hamil menjadi bertambah tinggi.

Page 14: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Bagi seorang perempuan, usia tua juga dapat menyebabkan

kemampuan untuk melahirkan (fertilitas) menurun. Kemungkinan bayi

lahir kembar juga sangat tinggi terjadi pada kehamilan pertama yang

terlambat, khususnya pada usia 35-39 tahun. Selanjutnya, setelah usia 39

tahun, frekuensi bayi lahir kembar menjadi menurun. Hamil terlambat juga

menyebabkan resiko terhadap diabetes, tumbuhnya jaringan ikat di dalam

rahim (fibroid) dan berisiko tinggi untuk mendapatkan kelainan

kromosom, seperti Down Syndrome.

2. Obesitas-dengan BMI 30 atau lebih

Kelebihan berat badan atau obesitas, umum dialami wanita hamil

diusia berapapun. Namun, obesitas akan meningkat setelah usia 35 tahun.

Kenaikan berat badan normal pada saat kehamilan berkisar antara 12-16

kg, jika kenaikan yangterjadi lebih dari itu berarti ibu beresiko mengalami

kegemukan atau obesitas. Obesitas akan membawa resiko penyakit yang

lain seperti preeklamsia, Diabetes Mellitus Gestasional, hipertensi, dan

lain-lain. Ibu hamil yang obes juga lebih banyak disarankan untuk

menjalani persalinan dengan operasi Caesar. Alasannya adalah kegemukan

akan membuat ibu sulit bersalin secara alami dan beresiko komplikasi jika

tetap melahirkan secara alami. Tak hanya itu, bayi pun akan ikut

terpengaruh oleh berat ibu yang berlebihan.

Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah mereka

yang mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan

tubuh danotot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila

lemak tubuhatau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau

perut. Lemakini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak

dapat diangkut kedalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.

Kebanyakan ibu hamil mengalami obesitas karena kelebihan

makan. Mitos yang mengatakan bahwa ibu hamil makan untuk dua orang

menjadikan para ibu hamil makan dengan porsi berlebih. Akhirnya,

terjadilah penumpukan kalori dan sisa asupan energi yang berujung pada

diabetes. Mitos tersebut keliru, sebenarnya kebutuhan makan ibu hamil

Page 15: 10741291_1557483561130882_705799108_n

hanya naik rata-rata 10-15 persen.  Saat ini, kasus diabetes pada masa

kehamilan (gestational diabetic) semakin meningkat. Penyebab utamanya

adalah obesitas. Akibat peningkatan risiko tersebut, setiap ibu hamil

diwajibkan melakukan screening kadar gula darah terutama saat usia

kehamilan menginjak minggu ke 24-28.  Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian oleh Hosler et al (2011) dimana didapatkan hasil

bahwa, ibu yang memiliki riwayat overweight berisiko 1,53 kali untuk

menderita diabetes mellitus gestasional sedangkan ibu yang memiliki

risiko obesitas berisiko 2,59 kali untuk menderita diabetes mellitus

gestasional dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat

overweight. Penelitian lain yang berhubungan yaitu, Chu et al (2007),

didapatkan hasil bahwa ibu yang memiliki riwayat obesitas memiliki

risiko 3,56 kali untuk menderita diabetes melitus gestasional dibandingkan

dengan ibu yang tidak memiliki riwayat obesitas. Ibu hamil disarankan

untuk mengatur berat badan agar tetap berada pada kondisi ideal.

Peningkatan berat badan di trimester pertama memang relatif sedikit, tidak

naik atau bahkan berkurang karena muntah-muntah. Peningkatan berat

badan yang cukup pesat terjadi di trimester 2 dan 3, pada periode inilah

perlu dilakukan pemantaun ekstra terhadap berat badan. Seusai persalinan,

ragam komplikasi masih menunggu. Infeksi seusai bersalin akibat

banyaknya pembuluh darah si ibu hamil yang tersumbat sering terjadi.

Selain itu, lemak yang berlipat-lipat pada lapisan kulit merupakan media

yang kondusif untuk tumbuhnya kuman sehingga infeksi pun sangat

mungkin terjadi. Risiko lainnya, plasenta yang berfungsi menyuplai

oksigen menyempit karena lemak. Padahal, terhambatnya suplai oksigen

dapat merusak sel-sel otak janin. Sehingga kecerdasan si kecil pun bisa

jadi berkurang. Kemungkinan buruk lain, janin bisa mengalami gangguan

paru-paru maupun terlahir obesitas.

3. Ibu tua dengan kehamilan >35 tahun

Umur ibu merupakan salah satu faktor yang dapat berkontribusi

secara tidak langsung pada kejadian prediabetes/diabetes mellitus

Page 16: 10741291_1557483561130882_705799108_n

gestasional. Hasil peneltian yang didapatkan oleh Hosler et al (2011),

didapatkan hasil bahwa umur ibu hamil ≥35 tahun berisiko 4,05 kali untuk

menderita diabetes melitus gestasional dibandingkan dengan umur ibu

hamil <35 tahun. Menurut Park et al (2002) dalam Zahtamal dkk (2007),

diabetes melitus merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi

organ tubuh (degeneratif) terutama gangguan organ pangkreas dalam

menghasilkan hormon insulin, sehingga DM akan meningkat kasusnya

sejalan dengan pertambahan usia. Zahtamal dkk (2007) menambahkan,

pada usia lanjut terjadi perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis

makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini

terjadi terutama pada kelompok usia dewasa ke atas pada seluruh status

sosial ekonomi. Semakin tinggi usia maka semakin berisiko untuk

menderita prediabetes/diabetes mellitus gestasional oleh karena itu, ibu

perlu menghindari kehamilan pada usia risiko tinggi (Chu et al, 2007).

4. Riwayat keluarga dengan diabetes tipe II

Sekitar 50% pasien diabetes tipe 2 mempunyai orangtua yang

menderitadiabetes, dan lebih sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara

yangmengidap diabetes. Sedangkan untuk diabetes tipe 1, sekitar 20%

terjadipada penderita dengan riwayat keluarga terkena diabetes dan 80%

terjadipada penderita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan

diabetes (WHO, 2002).

5. Riwayat metabolisme glukosa yang abnormal

6. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg.

Diabetes pada ibu hamil dapat terjadi pada 2-5% kehamilan.

Biasanyadiabetes akan hilang setelah anak lahir. Ibu hamil dengan

diabetes dapatmelahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4 kg.

Apabila initerjadi, sangat besar kemungkinan si ibu akan mengidap

diabetes tipe 2 kelak.

Penyakit diabetes saat kehamilan berpotensi menyebabkan

kelainan bayi besar atau raksasa (dalam istilah kedokteran biasa disebut

sebagai macrosomia) selama kehamilan dan atau masa persalinan.

acer, 12/17/14,
putri
Page 17: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Berbagai riset yang telah dilaksanakan oleh para pakar membuktikan

adanya kaitan erat antara tingkat atau kadar glukosa dalam darah dan

pertumbuhan janin. Seperti umum diketahui, penyakit diabetes ini

dikarenakan sel-sel penghasil insulin dalam tubuh gagal berproduksi

normal untuk mencapai kadar insulin yang dibutuhkan dalam mengubah

gula (karbohidrat) menjadi energi. Sebab itu, bagi penderita diabetes

ancaman yang biasa diperoleh dari timbunan gula ini (bergantung kadar

tentu saja, semakin tinggi akan semakin berbahaya) adalah penyakit

jantung, kebutaan, letih dan lesu, dan sebagainya.

Pada masa-masa kehamilan, kelebihan gula dalam darah dengan

sendirinya akan turut dipompakan melalui uterus ke janin. Hal ini

menyebabkan janin memperolah asupan makanan yang berlebihan dan,

seperti laiknya kita sendiri, terancam mengalami obesitas, bahkan ketika

masih dalam rahim. Dampak negative baik ibu maupun bayi, keduanya

ternyata sama-sama beresiko selama masa kehamilan, dan utamanya, masa

persalinan. Kemungkinan paling jelas adalah sang ibu terpaksa (atau

dipaksa) melahirkan melalui operasi caesar. Keduanya sama-sama

mungkin beresiko tinggi menderita diabetes tipe 2 (mellitus) seumur

hidup. Juga bagi sang ibu, kemungkinan mengalami diabetes gestational

pada kehamilan berikutnya juga sangat tinggi. Hal ini berarti setiap bayi

dan atau keturunan yang lahir dari ibu penderita diabetes gestational akan

mengalami resiko yang sama besarnya pada kehamilan pertama, kedua dan

atau selanjutnya.

7. Riwayat intoleransi glukosa dan glikosuria.

8. Overweight

Menurut Doshani dan Konje (2009), overweight merupakan faktor

risiko pada gangguan toleransi glukosa (prediabetes) baik sebelum atau

dalam kehamilan. Overweight merupakan manivestasi dari obesitas

dengan kata lain overweight merupakan suatu tahap sebelum terjadi

obesitas. Hal ini dapat dijelaskan dengan mekanisme dimana saat terjadi

obesitas maka sel-sel lemak yang menggemuk akan menghasilkan

acer, 12/17/14,
putri
Page 18: 10741291_1557483561130882_705799108_n

beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih

banyak daripada keadaaan tidak gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan

resistensi insulin. Akibat resistensi insulin inilah glukosa sulit masuk ke

dalam sel keadaan ini membuat glukosa darah tetap tinggi (hiperglikemi)

dan terjadilah diabetes. Selain itu, saat hamil biasanya terjadi penambahan

berat badan dan peningkatan konsumsi makanan sehingga keadaan ini

dapat berdampak pada meningkatnya gula darah di atas normal

(Maryunani, 2008). Oleh Karena itu, sebelum hamil ibu perlu menjaga

pola makan sebelum terjadi peningkatan berat badan berlebih saat

kehamilan.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan kemungkinan adanya Diabetes

Melitus Gestasional, adalah:

1. Riwayat obstetric mencurigakan

a. Riwayat abortus spotan berulang

b. Riwayat melahirkan bayi mati yang tidak diketahui penyebab yang

jelas

c. Riwayat melahirkan bayi besar (besar lahir diatas 400gr)

d. Riwayat preklamsia/ekslampsia

e. Polihidramnion (cairan ketuban berlebihan)

2. Riwayat medis mencurigakan/hati-hati

a. Usia ibu saat hamil diatas 30tahun

b. Riwayat diabetes mellitus ibu hamil, atau riwayat diabetes mellitus di

dalam keluarganya untuk diabetes tipe 2 (terkait factor genetik)

c. Ibu yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas yang pada

umumnya terjadi pada wanita dari etnis tertentu seperti India, Asia,

Kepulauan Pasifik dan Timur Tengah

d. Riwayat infeksi saluran kemih berulang selama hamil

e. Riwayat hipertensi

f. Riwayat berat badan lahir ibu diatas 4000-4500 gr

C. Gejala Klinis Diabetes Mellitus Gestasional

Page 19: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Diabetes mellitus gestasional adalah diabetes dimana tubuh tidak

memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup untuk menangani gula selama

kehamilan. Hal ini juga bisa disebut intoleransi glukosa atau intoleransi

karbohidrat. Tanda dan gejala dapat termasuk:

1. Gula dalam urin

2. Sentiasa rasa haus

3. Sering buang air kecil

4. Kelelahan

5. Mual

6. Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit

7. Penglihatan kabur

D. Pemeriksaan Diabetes Mellitus Gestasional

Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO) adalah rutin untuk semua wanita

hamil. Tes ini juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan

(Diabetes Mellitus Gestasional). Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum

hamil tidak menunjukkan gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme

glukosa pada waktu hamil.

Prosedur pemeriksaan bagi Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO) ialah

selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar

150 gram karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil

laboratorium harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis obat

yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah insulin, kortikosteroid

(kortison), kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat,

asam askorbat. Selain itu penderita juga tidak boleh minum alcohol. Protokol

urutan pengambilan darah berbeda-beda; kebanyakan pengambilan darah

setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa yang mengambil darah

jam ke-3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada ½ jam dan 1½

jam setelah pemberian glukosa. Yang akan diuraikan di sini adalah

pengambilan darah pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam.

Page 20: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam.

Pengambilan sampel darah dilakukan sebagai berikut :

1. Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji

glukosa darah puasa. Penderita mengosongkan kandung kemihnya dan

mengumpulkan sampel urinenya.

2. Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam

segelas air (250ml). Lebih baik jika dibumbui dengan perasa,

misalnyadengan limun.

3. Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam, penderita diambil darah

untuk pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2 jam penderita

mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel urinenya

secara terpisah. Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum

kopi, teh, makan permen, merokok, berjalan-jalan, atau melakukan

aktifitas fisik yang berat. Minum air putih yang tidak mengandung gula

masih diperkenankan.

Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium:

1. Penggunaan obat-obatan tertentu

2. Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah baring, obesitas

dapat meningkatkan kadar glukosa darah.

3. Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.

4. Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi.

Sekresi insulin menurun karena proses penuaan.

Intepretasi hasil Lab TTGO bagi GDM

1. Puasa: 95 mg/dL atau lebih tinggi

2. Jam Pertma: 180 mg/dL atau lebih tinggi

3. Jam Kedua: 155 mg/dL atau lebih tinggi

4. Jam Ketiga: 140 mg/dL atau lebih tinggi

E. Diagnosa Diabetes Mellitus Gestasional

Page 21: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Tes Toleransi glukosa oral (TTGO) yang paling umum digunakan

untuk mendiagnosis GDM di Amerika Serikat adalah TTGO, 3-jam-g 100.

Menurut kriteria diagnostik yang direkomendasikan oleh American Diabetes

Association (ADA), GDM didiagnosa jika kadar plasma dua atau lebih

glukosa memenuhi atau melebihi ambang batas berikut: konsentrasi glukosa

puasa 95 mg/dl, kadar glukosa 1-jam 180 mg/dl, 2-jam glukosa konsentrasi

155 mg/dl, atau 3 jam konsentrasi glukosa 140 mg/dl. Tetapi nilai-nilai ini

lebih rendah daripada batas yang direkomendasikan oleh National Diabetes

Data Group dan didasarkan pada Carpenter dan modifikasi Coustan.

Rekomendasi ADA juga mencakup penggunaan-g OGTT-jam 75 2 dengan

batas glukosa yang sama terdaftar untuk berpuasa, 1-jam, dan jam nilai 2.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kriteria diagnostik, yang

digunakan hanya di negara di luar Amerika Utara, didasarkan pada TTGO 75-

g 2-jam. GDM didiagnosa oleh WHO kriteria jika baik glukosa puasa> 126

mg/dl atau glukosa 2 jam adalah> 140 mg/dl.

Penilaian risiko untuk GDM harus dilakukan pada kunjungan prenatal

pertama. Wanita dengan karakteristik klinis yang konsisten dengan risiko

tinggi GDM (obesitas ditandai, sejarah pribadi GDM, glikosuria, atau riwayat

keluarga yang kuat diabetes) harus menjalani pengujian secepat mungkin.

Jika mereka ternyata tidak memiliki GDM pada skrining awal, mereka harus

diuji ulang antara minggu kehamilan ke 24 hingga ke 28. Perempuan risiko

sedang harus memiliki pengujian dilakukan pada minggu kehamilan ke 24

hingga ke 28.

Status pasien yang mempunyai risiko rendah tidak memerlukan

pengujian glukosa, tapi kategori ini terbatas pada wanita-wanita yang

memenuhi seluruh karakteristik berikut:

1. Usia <25 tahun.

2. Berat badan normal sebelum hamil.

3. Anggota kelompok etnis dengan prevalensi rendah GDM.

4. Tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai diabetes.

5. Tidak ada riwayat toleransi glukosa abnormal.

Page 22: 10741291_1557483561130882_705799108_n

6. Tidak ada riwayat hasil obstetri buruk.

Jika tingkat glukosa plasma puasa >126 mg/dl (7,0 mmol/l) atau

glukosa plasma santai >200 mg/dl (11,1 mmol/l) memenuhi ambang batas

normal untuk diagnosis diabetes, dan dapat dikonfirmasi pada hari seterusnya,

maka tidak perlu untuk lakukan test menentukan kadar glukosa yang lain.

Maka bagi pasien tidak menunjukan sebarang tanda hiperglikemia, evaluasi

untuk GDM pada wanita dengan karakteristik risiko sedang atau risiko tinggi

harus mengikuti salah satu dari dua pendekatan:

1. Lakukan tes diagnostik toleransi glukosa oral (TTGO) tanpa plasma

sebelumnya atau skrining serum glukosa. Pendekatan langkah pertama

ini adalah paling efektif pada pasien berisiko tinggi atau populasi

(misalnya, beberapa kelompok asli-Amerika).

2. Melakukan pemeriksaan awal dengan mengukur plasma atau serum

glukosa 1 jam setelah beban glukosa 50-g oral (glucose challenge test

[GCT]) dan melakukan TTGO diagnostik pada subset dari perempuan

yang mempunyai nilai ambang glukosa yang lebih tinggi dari di GCT

tersebut. Ketika dua langkah pendekatan yang digunakan, nilai ambang

glukosa >140 mg/dl (7,8 mmol/l) mengidentifikasi sekitar 80% wanita

dengan GDM, dan hasil yang meningkat menjadi 90% dengan

menggunakan cutoff dari >130 mg/dl (7,2 mmol/l).

Dengan pendekatan baik, diagnosis GDM didasarkan pada sebuah

TTGO. Kriteria Diagnostik untuk-g TTGO 100 berasal dari karya asli

O'Sullivan dan Mahan, dimodifikasi oleh Carpenter dan Coustan, dan

ditampilkan dalam Jadual 2.1. Atau, diagnosis dapat dibuat dengan

menggunakan beban glukosa g-75 dan daftar nilai ambang glukosa puasa, jam

1, dan jam 2, namun tes ini tidak serta divalidasi untuk deteksi-risiko bayi di

atau ibu sebagai TTGO100-g.

Tabel 2.1 Kriteria Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)

Kriteria1964

O’Sullivan & Mahan1979

NDDG1999

WHO2000 ADA

2001 ADA

Medium Darah Plasma Plasma Plasma Plasma Plasma

Page 23: 10741291_1557483561130882_705799108_n

dan Waktu

lengkap100g-3j(mmol/l,

(mg.dL))†

100g-3j(mmol/L

(mg/dL))†

100g-3j(mmol/L

(mg/dL))†

75g-2j(mmol/L

(mg/dL))‡

100g-3j(mmol/L

(mg/dL))†

72g-2j(mmol/L

(mg/dL))†

Puasa ≥5.0 (90)≥5.8 (105)

≥5.8 (105)

<7.0 (126)

≥5.3 (95) ≥5.3 (95)

JamPertama

≥9.2 (165)

≥10.6 (190)

≥10.6 (190)

≥10.0 (180 )

≥10.0 (180)

JamKedua

≥8.1 (145)

≥9.2 (165)

≥9.2 (165)

>7.8 (140),≤11.1 (200)

≥8.6 (155)

≥8.6 (155)

JamKetiga

≥6.9 (125)

≥8.1 (145)

≥8.1 (145)

≥7.8 (140)

ADA, American Diabetic Association; WHO, World Health Organization; NDDG,

National Diabetes Data Group

† : Perlukan dua nilai elevasi untuk diagnosis

‡ : Perlukan satu nilai elevasi untuk diagnosis

F. Akibat Diabetes Mellitus Gestasional

1. Komplikasi

Komplikasi akibat GDM bisa berlaku pada janin dan juga pada

ibu. Komplikasi janin termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal,

kematian perinatal, kelainan bawaan, hiperbilirubinemia, polisitemia,

hypocalcemia, dan sindrom gangguan pernapasan. Makrosomia, yang

didefinisikan sebagai berat lahir >4.000 g, terjadi pada 20-30% bayi yang

ibunya menderita GDM.

Faktor-faktor lain yang dapat diperlihat pada ibu yang memicukan

peningkatan insiden kelahiran janin makrosomia termasuk hiperglikemia,

Body Mass Index (BMI) tinggi, usia yang lebih tua, multiparitas. Dengan

ini, kasus makrosomia dapat menyebabkan untuk morbiditas janin

meningkat sewaktu dilahirkan, seperti distosia bahu, dan meningkatkan

risiko kelahiran secara sactio caesaria. Hipoglikemia neonatal dapat

terjadi dalam beberapa jam setelah dilahirkan. Hal ini adalah karena ibu

yang hiperglikemia dapat menyebabkan janin hiperinsulinemia

Page 24: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Komplikasi jangka panjang pada janin dengan ibu GDM termasuk

peningkatan risiko intoleransi glukosa, diabetes, dan obesitas.

Komplikasi pada ibu GDM meliputi hipertensi, preeklampsia, dan

peningkatan risiko kelahiran secara sactio caesaria. Hipertensi ini

mungkin terkait dengan resistensi insulin. Oleh karena itu, intervensi yang

menunjukkan peningkatkan sensitivitas insulin dapat membantu

mencegah komplikasi ini. Selain itu, wanita dengan riwayat GDM

memiliki peningkatan risiko diabetes setelah kehamilan dibandingkan

dengan populasi umum, dengan tingkat konversi hingga 3% per tahun.

2. Prognosis

Kehamilan kedua dalam waktu 1 tahun dari kehamilan

sebelumnya yang mempunyai GDM memiliki tingkat kekambuhan tinggi.

Wanita didiagnosa dengan GDM memiliki peningkatan risiko terkena

diabetes melitus di masa depan.

Wanita yang membutuhkan insulin pengobatan sewaktu

kehamilan kerana didiagnosa dengan GDM mempunyai risiko tinggi

untuk mendapat diabetes kerana telah mempunyai antibodi yang terkait

dengan diabetes (seperti antibody terhadap dekarboksilase glutamat, islet

sel antibodi dan/atau antigen insulinoma-2), berbanding wanita dengan

dua kehamilan sebelumnya dan pada wanita yang gemuk.

Wanita membutuhkan insulin untuk mengelola gestational

diabetes memiliki resiko 50% terkena diabetes dalam lima tahun ke

depan. Tergantung pada populasi yang diteliti, kriteria diagnostik dan

panjang tindak lanjut, risiko dapat bervariasi sangat besar. Risiko

tampaknya tertinggi dalam 5 tahun pertama, mencapai dataran tinggi

setelahnya. Penelitian lain menemukan risiko diabetes setelah GDM lebih

dari 25% setelah 15 tahun.

Ada data statistik terhadap risiko kondisi lain pada wanita dengan

GDM, dalam studi Perinatal Yerusalem, 410 dari 37.962 pasien

dilaporkan telah GDM, dan ada kecenderungan lebih mendapat kanker

Page 25: 10741291_1557483561130882_705799108_n

payudara dan kanker pankreas, tetapi lebih banyak penelitian diperlukan

untuk mengkonfirmasi temuan ini.

G. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Gestasional

Pada penatalaksanaan diabetes mellitus, langkah pertama yang harus

dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan

olahraga. Apabila dalam langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum

tercapai,dapat dikombinasi dengan langkah farmakologis berupa terapi

insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya (Ditjen

Bina Farmasi dan Alkes, 2005).

1. Manajemen Non-Farmakologi

a. Pengaturan diet

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan

diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi

yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan

pengobatan diet pada diabetes adalah:

1) Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah

mendekati kadar normal.

2) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang

optimal.

3) Mencegah komplikasi akut dan kronik.

4) Meningkatkan kualitas hidup.

Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua pasien diabetes

mellitus, yang terpenting dari semua terapi nutrisi adalah pencapian

hasil metabolis yang optimal dan pencegahan serta perawatan

komplikasi. Untuk pasien DM tipe 1, perhatian utamanya pada

regulasi administrasi insulin dengan diet seimbang untuk mencapai

dan memelihara berat badan yang sehat. Penurunan berat badan telah

dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki

respon sel-sel β terhadap stimulus glukosa.

b. Olah raga

Page 26: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Berolah secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar

gula darah tetap normal. Prinsipya, tidak perlu olah raga berat, olah

raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus

pengaruhnya bagi kesehatan. Beberapa contoh olah raga yang

disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan

lain sebagainya. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan juga

meningkatkan penggunaan glukosa (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes,

2005).

2. Manajemen Farmakologi

a. Insulin

Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel β pankreas

dalam merespon glukosa. Insulin merupakan polipeptida yang terdiri

dari 51 asam amino tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21

asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin

mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian

metabolisme, efek kerja insulin adalah membantu transport glukosa

dari darah ke dalam sel.

Macam-macam sediaan insulin:

1) Insulin kerja singkat

Sediaan ini terdiri dari insulin tunggal biasa, mulai

kerjanya baru sesudah setengah jam (injeksi subkutan), contoh:

Actrapid, Velosulin, Humulin Regular.

2) Insulin kerja panjang (long-acting)

Sediaan insulin ini bekerja dengan cara mempersulit daya

larutnya di cairan jaringan dan menghambat resorpsinya dari

tempat injeksi ke dalam darah. Metoda yang digunakan adalah

mencampurkan insulin dengan protein atau seng atau mengubah

bentuk fisiknya, contoh: Monotard Human.

3) Insulin kerja sedang (medium-acting)

Page 27: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Sediaan insulin ini jangka waktu efeknya dapat

divariasikan dengan mencampurkan beberapa bentuk insulin

dengan lama kerja berlainan, contoh: Mixtard 30 HM (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2 kemudian

akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa

darahnya. Untuk pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan

kadar glukosa darahnya dengan kombinasi metformin dan

sulfonilurea, langkah selanjutnya yang mungkin diberikan adalah

insulin (Waspadji, 2010).

b. Obat Antidiabetik Oral

Obat-obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu

penanganan pasien diabetes mellitus tipe 2. Farmakoterapi

antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat

atau kombinasi dari dua jenis obat (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes,

2005).

1) Golongan Sulfonilurea

Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin

dikelenjar pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β

Langerhans pankreas masih dapat berproduksi Penurunan kadar

glukosa darah yang terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa

sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh

kelenjar pankreas. Obat golongan ini merupakan pilihan untuk

diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta

tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya (Ditjen Bina

Farmasi dan Alkes, 2005).

2) Golongan Biguanida

Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin

menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja

insulin pada tingkat selular dan menurunkan produksi gula hati.

Metformin juga menekan nafsu makan hingga berat badan tidak

Page 28: 10741291_1557483561130882_705799108_n

meningkat, sehingga layak diberikan pada penderita yang

overweight (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).

3) Golongan Tiazolidindion

Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis

yang luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan

jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan

lemak dan hati, sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam

jaringan lemak dan otot meningkat. Tiazolidindion diharapkan

dapat lebih tepat bekerja pada sasaran kelainan yaitu resistensi

insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak

menyebabkan kelelahan sel β pankreas. Contoh: Pioglitazone,

Troglitazon.

4) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja

enzim glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat

menurunkan hiperglikemia postprandrial. Obat ini bekerja di

lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak

berpengaruh pada kadar insulin. Contoh: Acarbose

(Arjatmo,Tjokronegoro. (2002). 

3. Monitoring / surveilens antenatal care.

a. Surveilans metabolik ibu harus diarahkan dalam mendeteksi

hiperglikemia parah cukup untuk menentukan kadar risiko efek pada

janin. Pemantauan diri glukosa darah harian (SMBG) tampaknya lebih

unggul mengetahui kadar gula darah yang benar. Bagi wanita yang

diobati dengan insulin, bukti-bukti terbatas menunjukkan bahwa

pemantauan postpr andial lebih unggul dari pemantaun preprandial.

b. Pemantauan keton urin berguna dalam mendeteksi kalori yang tidak

memadai atau asupan karbohidrat pada wanita diperlakukan dengan

pembatasan kalori.

c. Surveilans ibu harus mencakup tekanan darah dan protein urin

pemantauan untuk mendeteksi gangguan hipertensi.

Page 29: 10741291_1557483561130882_705799108_n

d. Surveilans harus dipertingkatkan bagi kehamilan berisiko tinggi

kerana dapat menyebabakan kematian pada janin , terutama ketika

kadar glukosa puasa melebihi 105 mg/dl (5,8 mmol/l) atau jangka

masa kehamilan berlanjut. Inisiasi, frekuensi, dan teknik khusus yang

digunakan untuk menilai kesejahteraan janin akan tergantung pada

risiko kumulatif janin bergantung dari GDM dan kondisi medis

lain/kondisi obstetri yang hadir.

e. Penilaian pertumbuhan janin asimetris dengan ultrasonografi,

terutama di awal trimester ketiga, dapat membantu dalam

mengidentifikasi janin yang dapat manfaat dari terapi insulin ibu

f. Ada merekomendasikan semua wanita dengan GDM harus diskrining

untuk intoleransi glukosa dari pada minggu ke enam sampai ke dua

belas setelah melahirkan. Pada wanita yang mendapat kelainan pada

kadar glukosa darah selama kehamilan memiliki risiko terbesar untuk

mendapat intoleransi glukosa postpartum. Semua wanita dengan

riwayatgestational diabetes harus dididik tentang modifikasi gaya

hidup dan risiko akibat resistensi insulin

Jika hasil pada minggu ke enam setelah melahirkan janin

menunjukkan gangguan glukosa puasa atau toleransi, pasien harus diuji

ulang setiap tahun. Semua wanita dengan GDM harus menerima intensif

terapi dan latihan program individu ditentukan karena mereka mempunyai

risiko tinggi terkena diabetes. Mereka perlu dirujukan pada para medis

dengan keahlian dalam pendidikan dan perawatan diabetes dewasa untuk

wanita dengan kelainan kadar glukosa pada postpartum.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Hubungan antara kegemukan ibu dengan kejadian Diabetes Mellitus

Gestasional

Dalam kasusu ditunjukan oleh kutipan berikut :

Page 30: 10741291_1557483561130882_705799108_n

“Nyonya sinta adalah seorang perempuan gemuk..... Nyonya sinta

memiliki keturunan dibetes miletus dari keluarga ayahnya.... selama

kehamilannnya ini nyonya sinta suka makan makanan yang manis.”

Menurut Doshani dan Konje (2009), overweight merupakan

faktor risiko pada gangguan toleransi glukosa (prediabetes) baik sebelum

atau dalam kehamilan. Overweight merupakan manivestasi dari obesitas

dengan kata lain overweight merupakan suatu tahap sebelum terjadi

obesitas. Hal ini dapat dijelaskan dengan mekanisme dimana saat terjadi

obesitas maka sel-sel lemak yang menggemuk akan menghasilkan

beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya

lebih banyak daripada keadaaan tidak gemuk. Zat-zat itulah yang

menyebabkan resistensi insulin. Akibat resistensi insulin inilah glukosa

sulit masuk ke dalam sel keadaan ini membuat glukosa darah tetap tinggi

(hiperglikemi) dan terjadilah diabetes. Selain itu, saat hamil biasanya

terjadi penambahan berat badan dan peningkatan konsumsi makanan

sehingga keadaan ini dapat berdampak pada meningkatnya gula darah di

atas normal (Maryunani, 2008). Oleh Karena itu, sebelum hamil ibu perlu

menjaga pola makan sebelum terjadi peningkatan berat badan berlebih

saat kehamilan.

Riwayat overweight juga merupakan salah satu faktor yang dapat

berkontribusi secara tidak langsung pada kejadian prediabetes/diabetes

mellitus gestasional. Hasil uji statistik pada penelitian Irfan Pratama

Saldah (2012) menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki riwayat

overweight berisiko 6,952 kali menderita prediabetes/diabetes mellitus

gestasional diabandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat

overweight dimana nilai besar risiko tersebut bermakna secara statistik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Hosler et

al (2011) dimana didapatkan hasil bahwa, ibu yang memiliki riwayat

overweight berisiko 1,53 kali untuk menderita diabetes mellitus

gestasional sedangkan ibu yang memiliki risiko obesitas berisiko 2,59

kali untuk menderita diabetes mellitus gestasional dibandingkan dengan

Page 31: 10741291_1557483561130882_705799108_n

ibu yang tidak memiliki riwayat overweight. Penelitian lain yang

berhubungan yaitu, Chu et al (2007), didapatkan hasil bahwa ibu yang

memiliki riwayat obesitas memiliki risiko 3,56 kali untuk menderita

diabetes melitus gestasional dibandingkan dengan ibu yang tidak

memiliki riwayat obesitas.

B. Hubungan antara riwayat keluarga menderita diabetes melitus dengan

kejadian Diabetes Mellitus Gestasional

Pada kasus diceritakan bahwa tokoh memiliki riwayat keturunan

diabetes mellitus. Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan kalimat berikut ini.

“... memiliki keturunan DM dari keluarga ayahnya”. Selain itu pada paragraf

lainnya diceritakan bahwa anak pertama dari tokoh terlahir dengan bobot

sebesar 4.100 gr, dengan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh

dalam kasus erisiko tinggi untuk menderita diabetes mellitus gestasional.

DiabetesMellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan

toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil

tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak

(WHO, 2012). Sebagian besar DMG bersifat asimtomastis sehingga diagnosis

ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.

Faktor genetik bukan merupakan penyebab langsung dari kejadian

diabetes mellitus, namun faktor genetik merupakan salah satu faktor resiko

yang dapat meningkatkan resiko seseorang untuk mengidap penyakit diabetes

mellitus, khususnya diabetes mellitus gestasional. Faktor resiko dari diabetes

mellitus gestasional diantaranya adalah usia> 25 tahun, obesitas, riwayat

keluarga dengan diabetes mellitus tipe 2, pernah melahirkan bayi dengan

bobot> 4000 gr, riwayat metabolisme glukosa yang abnormal, riwayat

intoleransi glukosa dan glukosuria. Orang yang memiliki salah satu atau lebih

anggota keluarga baik orang tua, saudara, atau anak yang menderita diabetes,

memiliki kemungkinan 2 sampai 6 kali lebih besar untuk menderita diabetes

dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki anggota keluarga

yang menderita diabetes (CDC, 2011).

Page 32: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Penelitian yang dilakukan oleh G. Wuwungan pada tahun 2013

menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan

kejadian diabetes mellitus, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan

riwayat diabetes mellitus memiliki risiko lima kali lebih besar untuk

menderita diabetes mellitus.

C. Hubungan antara Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis dengan

kejadian Diabetes Mellitus Gestasional

Kehamilan berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan energi,

termasuk energi yang dihasilkan dari metabolisme basal (BMR) (Prentice

(1996), WHO (1985)). Respon tubuh terhadap meningkatnya BMR yaitu

meningkatnya nafsu makan pada ibu hamil. Meningkatnya rata-rata

kebutuhan energi ini dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin. Pola makan

ibu hamil yang tinggi kalori seperti makan makanan manis yang berlebihan

dapat mengakibatkan lonjakan berat badan yang terlalu ekstrim.

Pada kasus dapat diketahui bahwa ibu X memiliki kebiasaan diet

tinggi gula. Seperti pernyataan kasus di bawah ini:

“Selama kehamilannya ini, Nyonya Sinta sering makan makanan yang

manis.”

Peningkatan BMR dianggap sebagai hasil dari meningkatnya

konsumsi oksigen karena peningkatan kerja sehubungan dengan sirkulasi

pada ibu, respirasi, dan fungsi ginjal dan massa jaringan yang meningkat

(Hytten, 1980). Besarnya peningkatan BMR selama kehamilan secara

signifikan berhubungan dengan penambahan berat badan selama masa gestasi

dan rata-rata lemak tubuh sebelum kehamilan (Prentice, 1996).

Kebiasaan makan makanan tinggi gula dapat menyebabkan ibu hamil

mengalami overweight. Kondisi ini merupakan faktor risiko terjadinya

gangguan toleransi glukosa (prediabetes) baik sebelum atau dalam kehamilan.

Overweight dapat bermanifestasi menjadi obesitas. Hal ini dapat dijelaskan

bahwa saat terjadi obesitas, maka sel-sel lemak yang menggemuk akan

menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin dengan

Page 33: 10741291_1557483561130882_705799108_n

jumlah lebih banyak dibandingkan orang yang tidak gemuk. Zat-zat itulah

yang menyebabkan resistensi insulin. Akibat resistensi insulin inilah glukosa

sulit masuk ke dalam sel, yang menyebabkan glukosa darah tetap tinggi

(hiperglikemi) dan terjadilah diabetes (Saldah, 2013). Selain itu, saat hamil

biasanya terjadi penambahan berat badan dan peningkatan konsumsi makanan

sehingga keadaan ini dapat berdampak pada meningkatnya gula darah di atas

normal (Maryunani, 2008).

Resistensi insulin dapat disebabkan karena hormon-hormon plasenta

dan/ atau protein, seperti placental growth hormone, kortisol, human

placental lactogen atau TNF-α (Gilmartin, 2008). Selama kehamilan,

resistensi insulin di seluruh tubuh meningkat sekitar 3 kali lebih besar dari

resistensi pada kondisi tidak hamil. Secara umum, resistensi insulin dapat

dikategorikan sebagai pre-reseptor bagi penyakit-penyakit autoimun, reseptor

obesitas, atau post-reseptor. Pada kehamilan, penurunan sensitivitas insulin

dikategorikan sebagai penurunan kemampuan insulin untuk membawa

SLC2A4 (GLUT4) dari interior sel menuju permukaan sel. Hal ini dapat

menyebabkan peningkatan gula plasma (Catalano, 2010).

Dampak kehamilan terhadap fungsi sistem endokrin salah satunya

adalah dampak terhadap insulin pankreas. Ukuran pulau-pulau pankreas

bertambah dan sel-sel β penghasil insulin mengalami hiperplasia. Hiperplasia

sel β pankreas terjadi karena peningkatan estrogen dan progesteron selama

kehamilan. Kadar insulin secara cepat akan meningkat pada awal kehamilan,

sebagai respon dari resistensi insulin. Pada trimester kedua dan ketiga, insulin

terus mengalami peningkatan di plasenta yang akan menurunkan sensitivitas

insulin maternal, dan ini akan menstimulasi sel-sel ibu untuk menggunakan

energi selain glukosa seperti asam lemak bebas, dan ini akan meningkatkan

stok glukosa ke bayi (NICHD, 2012).

Berikut ini adalah patofisiologi terjadinya diabetes mellitus

gestasional:

1. Terjadinya resistensi insulin

Page 34: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Resistensi insulin dan berkurangnya sensitivitas insulin selama

kehamilan terjadi karena pengaruh hormon seperti estrogen, progesteron,

kortisol, dan laktogen plasenta di dalam sirkulasi maternal. Normalnya,

resistensi insulin di seluruh tubuh meningkat sekitar 3 kali pada saat hamil

dibandingkan kondisi sebelum hamil. Seiring bertambahnya usia

kehamilan dan semakin besarnya ukuran plasenta, produksi hormon juga

meningkat, begitu juga dengan peningkatan resistensi insulin. Proses ini

biasanya dimulai diantara 20-24 minggu kehamilan (Mohammed and

Mohammed, 2011).

2. Unit plasenta

Plasenta mensintesis pregnenolone dan progesteron dari kolesterol.

Beberapa progesteron masuk ke dalam sirkulasi janin dan menyediakan

substrat untuk pembentukan kortisol dan corticosteron di kelenjar adrenal

janin. Beberapa pregnenolone memasuki janin dan mensintesis

pregnenolone di dalam hati janin, substrat untuk pembentukan

dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS) dan 16-

hydroxydehydroepiandrosterone sulfate (16-OHDHEAS) di kelenjar

adrenal janin. DHEAS dan 16-OHDHEAS dialirkan kembali menuju

plasenta, yang mana DHEAS membentuk estradiol dan 16-OHDHEAS

membentuk estriol.

Kehamilan akan menyebabkan meningkatnya beberapa hormon

seperti kortisol, estrogen, dan progesteron. Hormon-hormon ini dikenal

sebagai hormon anti-insulin (Mohammed and Mohammed, 2011). Janin dan

plasenta berinteraksi untuk membentuk hormon steroid ini. Ini ditunjukkan

bahwa peningkatan kortisol selama kehamilan dianggap sebagai hormon

utama yang menyebabkan penurunan toleransi glukosa pada kehamilan

normal. Selain itu, estrogen dan progesteron dianggap sebagai hormon utama

yang mempengaruhi fungsi sel β pankreas pada awal kehamilan dan resistensi

insulin khususnya pada kehamilan trimester akhir.

Page 35: 10741291_1557483561130882_705799108_n

D. Hubungan antara Stress dengan kejadian Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah diabetes yang timbul

selama kehamilan, artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa yang

didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.

(Katzung, 2002). Diabetes mellitus gestasional berhubungan dengan

meningkatnya komplikasi perinatal di sekitarwaktu melahirkan), sang ibu

memiliki resiko untuk dapat menderita penyakit diabetes mellitus yang lebih

besar dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun setelah melahirkan (Woodley

dan Wheland, 1995).

Diabetes pada ibu hamil dapat terjadi pada 2-5% kehamilan. Biasanya

diabetes akan hilang setelah anak lahir. Ibu hamil dengan diabetes dapat

melahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4 kg. Apabila ini terjadi,

sangat besar kemungkinan si ibu akan mengidap diabetes tipe 2 kelak.

Penilaian adanya risiko diabetes melitus gestasional perlu dilakukan sejak

kunjungan pertama untuk pemeriksaan kehamilannya.

Dalam kasus terdapat kalimat:

“... tinggal di dekat jalan raya utama seehingga sering terdengar

bunyi kendaraan. Hal ini menyebabkan Nyonya Sinta sulit tidur dan kadang

stress.”

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa Nyonya Sinta mengalami

stress. Jenis stress yang dialami yaitu distress. Disstress psikologis dapat

menimbulkan perubahan menjadi distress biologis yang pada proses lanjut

dapat mengganggu kesehatan dan merupakan faktor risko terjadinya.

Lazarus dan Folkman, 1984 menyatakan bahwa stres psikologis

adalah sebuah hubungan antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh

individu tersebut sebagai hal yang membebani atau melampaui kemampuan

seseorang dan membahayakan kesejahteraannya. Menurut Hans Selye dalam

bukunya Hawari (2001) stress adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik

terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang telah mengalami stres

mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang

Page 36: 10741291_1557483561130882_705799108_n

bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik.

Kondisi seperti ini disebut dengan distres.

Kepribadian seseorang berperan penting dalam merespon suatu

stressor. Ini akan berdampak pada respon biologik  yaitu pada sistem

endokrin dan imunitas (Cohen, 2005).

Perubahan biomolekuler terhadap stressor akut berbeda dengan yang

kronis. Pada stressor akut (menit-jam), sistim simpatis (terutama

noradrenergik) akan mengalami aktivasi. Kondisi demikian terjadi pada stress

psikologis ringan atau selama  latihan fisik tertentu. Sebaliknya  pada stress

psikologis berat dan terpapar stressor fisik berat maka akan mengaktivasi

aksis HPA yang selanjutnya mengakibatkan gangguan pada system

imunologis dan proses plastisitas. (Dhabhar et al.,1995).

Suatu rangsangan atau stressor akan mengaktifkan aksis HPA, yang

dicerminkan oleh pelepasan corticotrophin-releasing hormone (CRH) dan

Vasopresin  (AVP) oleh nucleus paraventrikuler dari hipotalamus, kemudian

akan merangsang produksi dari adrenocortikotropic hormone (ACTH) oleh

kelenjar pituitary anterior. ACTH akan memicu pelepasan kortisol yang akan 

mempengaruhi fungsi insulin terkait dalam hal sensitivitas, produksi dan

reseptor, sehingga glukosa darah tidak bisa diseimbangkan. (Avgerinos et al.,

1998).

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa stress merupakan

salah satu faktor risiko dari Diabetes Mellitus Gestasional (DMG). Stress

dapat mengganggu metabolisme tubuh merangsang produksi

adrenocortikotropic hormone (ACTH) oleh kelenjar pituitary anterior. ACTH

akan  mempengaruhi fungsi insulin terkait dalam hal sensitivitas, produksi

dan reseptor, sehingga glukosa darah tidak bisa diseimbangkan.

E. Hubungan antara Diabetes Mellitus Gestasional dengan kejadian

abortus dan makrosomia (berat badan lahir besar)

1. Diabetes Mellitus Gestasional dapat Menyebabkan Abortus

Menurut American Associatio of Clinical Endocrinologist (2007),

faktor resiko diabetes mellitus gestasional ialah

Page 37: 10741291_1557483561130882_705799108_n

a. Usia > 25 tahun

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga dengan diabetes tipe II

d. Riwayat metabolisme glukosa yang abnormal

e. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg.

f. Riwayat intoleransi glukosa dan glikosuria.

Di dalam kasus terdapat beberapa pernyataan yang menunjukkan

bahwa Nyonya Sinta mengalami Diabetes Mellitus Gestasional. Beberapa

faktor risiko yang dimiliki Nyonya Sinta seperti:

a. “Nyonya Sinta adalah seorang perempuan gemuk ...”

b. “Anak pertama Nyonya Sinta dulu lahir dengan berat badan 4100

gram ...”

c. “Nyonya Sinta memiliki keturunan DM dari keluarga ayahnya.”

d. “Tahun ini Nyonya Sinta berumur 31 tahun dan sedang hamil anak

kedua mereka.”

e. “Selama kehamilannya ini, Nyonya Sinta suka makan makanan yang

manis.”

f. “Nyonya Sinta tinggal di dekat jalan raya utama sehingga sering

terdengar suara kendaraan di rumahnya. Hal ini menyebabkan

Nyonya Sinta sulit tidur dan sering mengalami stress dikarenakan

bunyi kendaraan yang lalu lalang di sekitar rumahnya.”

Beberapa akibat diabetes ketika hamil adalah mengalami

keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal)

karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan

pada alat tubuh bayi (Setianingrum, 2005). Akibat yang dialami tokoh

adalah abortus. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan berikut.

“Nyonya Sinta pernah keguguran satu kali ketika usia

kandungannya baru dua minggu.”

Diabetes Mellitus Gestasional ditandai dengan hiperglikemia

(peningkatan glukosa darah) yang diakibatkan karena produksi  insulin

yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada

Page 38: 10741291_1557483561130882_705799108_n

tingkat seluler.  Insulin-insulin yang diproduksi sel-sel beta pulau

langerhans di prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam

sel. apabila insulin tidak cukup/tidak efektif, glukosa berakumulasi dalam

aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia  menyebabkan

hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intarsel ke dalam

sisitem vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah.

Akibatnya ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai

upaya untuk mengatur kelebihan volume darah  dan menyekresi glukosa

yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa

haus berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan

lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar

yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia).

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan

karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta

persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui

plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir

menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin,

sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.

Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping

beberapa hormon lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen.

Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang

relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm

kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan

normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan.

Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah

dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi,

bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative

hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.

Hiperglikemia ibu menyebabkan pH janin menurun, PCO2 meningkat,

laktat meningkat, dan eritropoentin meningkat yang menyebabkan 

gangguan kronik pada transformasi O2 dan metabolit ke janin sehingga

Page 39: 10741291_1557483561130882_705799108_n

dapat menyebabkan abortus. Aburtus sakibat Diabetes Mellitus

Gestasional terjadi pada trimester satu.

2. Diabetes Mellitus Gestasional dapat Menyebabkan Makrosomia

Makrosomia atau bayi berat lahir lebih adalah bayi yang dilahirkan

dengan berat lahir lebih >4000 gram (Kosim dkk, 2009). Bayi dengan

berat lahir lebih bisa disebabkan karena adanya pengaruh dari kehamilan

posterm, bila terjadi perubahan anatomik pada plasenta maka terjadi

penurunan janin, dari penelitian Vorher tampak bahwa sesudah umur

kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan

tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun seringkali pula

plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin

bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling

menyatakan bahwa rata-rata berat janin >3600 gram sebesar 44,5% pada

kehamilan posterm, sedangkan pada kehamilan term sebesar 30,6%.

Risiko persalinan bayi dengan berat >4000 gram pada kehamilan posterm

meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term (Prawirohardjo, 2008).

Selain itu faktor risiko bayi berat lahir lebih adalah ibu hamil dengan

penyakit diabetes. Ibu dengan Diabetes Mellitus Gestasional 40% akan

melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan

(Prawirohardjo, 2007). Dalam kasus disebutkan bahwa:

“Anak pertama Nyonya Sinta dulu lahir dengan berat badan (BB)

4100 gram dan panjang badan (PB) 50 cm.”

Diabetes Mellitus Gestasional berkaitan dengan makrosomia

karena adanya masalah dengan produksi insulin. Insulin dikatakan

merupakan hormon pertumbuhan primer untuk perkembangan intra uterin.

Diabetes maternal mengakibatkan peningkatan kadar asam-asam amino

bus plasenta lalu pankreas janin berespon dengan memproduksi insulin

untuk disesuaikan dengan sediaan bahan bakar akselerasi sintesis protein

yang diakibatkan bersama dengan penyimpanan glikogen dan lemak

berlebih bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia yang khas

pada kehamilan diabetik.

Page 40: 10741291_1557483561130882_705799108_n

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hubungan antara kegemukan ibu dengan kejadian Diabetes Mellitus

Gestasional

Mekanisme saat terjadi obesitas akan menghasilkan zat

adipositokin yang menyebabkan resistensi insulin. Akibat resistensi

insulin inilah glukosa sulit masuk ke dalam sel keadaan ini membuat

glukosa darah tetap tinggi (hiperglikemi). Penambahan berat badan dan

peningkatan konsumsi makanan sehingga keadaan ini dapat berdampak

pada meningkatnya gula darah di atas normal sehingga terjadi Diabetes

Mellitus Gestasional.

2. Hubungan antara riwayat keluarga menderita diabetes melitus

dengan kejadian Diabetes Mellitus Gestasional

Riwayat anggota keluarga dengan diabetes mellitus bukan

merupakan penyebab langsung dari kejadian diabetes mellitus gestasional.

Faktor keturunan merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko

seseorang untuk terkena diabetes mellitus. Berdasarkan penelitian

sebelumnya dinyatakan bahwa seseorang yang memiliki keluarga dengan

riwayat diabetes mellitus akan memiliki risiko 2-6 kali lebih besar untuk

menderita diabetes mellitus. Selain itu disebutkan pula bahwa seseorang

yang memiliki riwayat keluarga diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah

satu faktor resiko yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diabetes

mellitus gestasional.

3. Hubungan antara Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis dengan

kejadian Diabetes Mellitus Gestasional

Tingginya nafsu makan pada ibu hamil disebabkan oleh

meningkatnya kebutuhan energi (BMR) saat kehamilan. Ibu hamil yang

memiliki kebiasaan makan-makanan manis dapat menyebabkan tingginya

kadar gula darah. Selain itu, kehamilan juga mempengaruhi perubahan sel

Page 41: 10741291_1557483561130882_705799108_n

β pankreas untuk memproduksi hormon insulin, yang menyebabkan

terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin ini yang akan

menyebabkan naiknya kadar gula dalam darah.

4. Hubungan antara Stress dengan kejadian Diabetes Mellitus

Gestasional

Stress merupakan salah satu faktor risiko dari Diabetes Mellitus

Gestasional (DMG). Stress dapat mengganggu metabolisme tubuh

merangsang produksi adrenocortikotropic hormone (ACTH) oleh kelenjar

pituitary anterior. ACTH akan  mempengaruhi fungsi insulin terkait

dalam hal sensitivitas, produksi dan reseptor, sehingga glukosa darah

tidak bisa diseimbangkan.

5. Hubungan antara Diabetes Mellitus Gestasional dengan kejadian

abortus dan makrosomia (berat badan lahir besar)

Diabetes gestasional menyebabkan abortus karena hiperglikrmia.

Hiperglikemia ibu menyebabkan pH janin menurun, PCO2 meningkat,

laktat meningkat, dan eritropoentin meningkat yang menyebabkan 

gangguan kronik pada transformasi O2 dan metabolit ke janin sehingga

dapat menyebabkan abortus. Diabetes gestasional juga menyebabkan

makrosomia atau bayi lahir besar karena menyebabkan gangguan insulin

yang menjadi pemicu adanya asam amino dan lemak berlebih pada janin.

B. Saran

1. Kepada Ibu hamil :

a. Melakukan cek gula darah secara berkala (secara pribadi/ke layanan

kesehatan terdekat) sebagai salah satu upaya deteksi dini diabetes

mellitus gestasional

b. Mengatur porsi makan dan asupan kalori untuk menjaga kadar gula

darah dalam tubuh terutama ketika trisemester ketiga kehamilan agar

berat badan tidak bertambah

c. Melakukan berolahraga secara teratur serta melakukan aktivitas fisik

dari mulai yang ringan hingga sedang untuk membakar kalori dalam

tubuh

Page 42: 10741291_1557483561130882_705799108_n

2. Kepada Petugas Kesehatan :

a. Menyediakan layanan tes gula darah bagi ibu hamil secara rutin

terutama dengan usia kandungan 24-28 minggu

b. Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai faktor risiko

diabetes mellitus gestasional, pencegahan diabetes mellitus

gestasional, diet gizi seimbang bagi ibu hamil serta pentingnya

melakukan cek gula darah secara berkala dalam bentuk penyuluhan

dan konsultasi gratis

c. Memberikan informasi mengenai diet gizi seimbang bagi ibu hamil

dalam bentuk poster

3. Kepada pihak keluarga/suami ibu hamil :

a. Berperan aktif dalam mengawasi pola makan atau asupan kalori ibu

hamil

b. Berperan aktif untuk mengajak ibu hamil melakukan olahraga atau

aktivitas fisik secara rutin

c. Berperan aktif dalam mengingatkan ibu hamil untuk melakukan cek

gula darah secara berkala di layanan kesehatan terdekat

Page 43: 10741291_1557483561130882_705799108_n

LAMPIRAN

Plan of Action (POA)

“Bang Tegas” (Bangkit Tanggap Diabetes Meliitus Gestasional)

(Kegiatan Non Fisik)

No

Bentuk

Kegiatan

Tujuan Sasaran Biaya Tujuan

Pencapaian

Waktu

Pelaksanaan

Penanggung

jawab

Indikator

Keberhasilan

Evaluasi

Jumlah Sumber

TAHAP PERSIAPAN1 Perizinan

dan

Sosialisasi

Program X

Memberi

kan

informasi

awal

tentang

program

X

Kepala

Dinas

Kesehatan

setempat,

Kepala

Kelurahan

setempat,

Kepala

Puskesmas

--------- ----------- 100%

informasi

mengenai

program X

tersampaikan

5 Januari

2014

Puji

Kurniasih

100%

program

kegiatan x

disetujui

Kepala

Dinas

Kesehatan

setempat,

Kepala

-----

Page 44: 10741291_1557483561130882_705799108_n

setempat,

Bidan

setempat

Kelurahan

setempat,

Kepala

Puskesmas

setempat,

Bidan

setempat

TAHAP PELAKSANAAN1 Penyuluhan

mengenai

faktor risiko,

pencegahan

diabetes

mellitus

gestasional

serta

pentingnya

Meningkat

kan

pengetahu

an ibu

hamil di

wilayah

kelurahan

setempat

mengenai

Ibu hamil

di wilayah

kelurahan

setempat

Rp

475.000,

00

BOK

Dinas

Kesehata

n

70% Ibu

hamil di

wilayah

kelurahan

setempat

mengalami

peningkatan

pengetahuan

dan

11 Januari

2015 di Balai

Desa pukul

08.00-11.00

WIB

Yusli Harini 70% Ibu

hamil yang

mengikuti

penyuluhan

mengalami

peningkatan

nilai saat

dilakukan

post test

Pemberian pre

test dan post

test

Page 45: 10741291_1557483561130882_705799108_n

melakukan

cek gula

darah secara

berkala

faktor

risiko,

pencegaha

n diabetes

mellitus

gestasional

serta

pentingnya

melakukan

cek gula

darah

secara

berkala

pemahaman

mengenai

faktor risiko,

pencegahan

diabetes

mellitus

gestasional

serta

pentingnya

melakukan

cek gula

darah secara

berkala

(memenuhi

standar

minimal

nilai post

test)

2 Tes gula

darah gratis

Mendeteks

i secara

dini risiko

diabetes

mellitus

Ibu hamil

khususnya

dengan

usia

kandungan

Rp

390.000,

00

BOK

Dinas

Kesehata

n

25 ibu hamil

mengikuti tes

gula darah

yang

diselenggarak

17 Januari

2015 di Balai

Desa pukul

08.00-11.00

Ria Nur

Madyasari

15 ibu hamil

mengikuti tes

gula darah

yang

diselenggarak

------

Page 46: 10741291_1557483561130882_705799108_n

gestasional

pada ibu

hamil

24-28

minggu

an WIB an

3 Paguyuban

Ibu hamil

Mengajak

Ibu hamil

bersenam

bersama

sebagai

salah satu

aktivitas

fisik

dalam

upaya

pengurang

an risiko

diabetes

mellitus

gestasional

Ibu hamil

di wilayah

kelurahan

setempat

Rp

900.000,

00

BOK

Dinas

Kesehata

n

25 ibu hamil

mengikuti

paguyuban

ibu hamil

yang di

dirikan

18, 25

Januari dan

1,8 Februari

2015 di

Balai Desa

pukul 06.00-

08.00 WIB

(setiap hari

minggu)

Viona

Millani

Deasy

15 ibu hamil

mengikuti

paguyuban

ibu hamil

yang didirikan

-----

Page 47: 10741291_1557483561130882_705799108_n

serta

upaya

penurunan

kadar gula

darah

dalam

tubuh

Plan of Action Program “Bang Tegas” (Bangkit Tanggap Diabetes Meliitus Gestasional)

(Kegiatan Fisik)

No Bentuk

Kegiatan

Tujuan Sasaran Jumlah

Biaya

Sumber

Biaya

Waktu

Pelaksanaan

Penanggung

Jawab

Indikator keberhasilan Evaluasi

Page 48: 10741291_1557483561130882_705799108_n

1 Penempel

an Poster

“Diet

seimbang

bagi ibu

hamil”

Meningkatka

n

pengetahuan

ibu hamil di

wilayah

kelurahan

setempat

mengenai

pentingnya

mengatur

pola makan

dan asupan

kalori dalam

upaya

mengurangi

peningkatan

risiko

diabetes

Masyaraka

t (terutama

ibu hamil

di wilayah

kelurahan

setempat)

Rp

110.000,

00

BOK

Dinas

Kesehata

n

Menyesuaika

n (poster di

tempel di

puskesmas

dan bidan

wilayah

setempat)

Sarmaulina 90% ibu hamil memahami

pesan poster dan 70% ibu

hamil mempraktikkan diet

seimbang di rumah setelah

memahami pesan poster

Melalui

penyebaran

angket kepada

beberapa

responden terkait

penilaiannya

mengenai

efektivitas poster

Page 49: 10741291_1557483561130882_705799108_n

mellitus

gestasional

dengan diet

seimbang

Justifikasi Anggaran Dana Program “Bang Tegas” (Bangkit Tanggap Diabetes meliitus Gestasional)

No Budget Item per

Activity

Person Day Time Unit Cost Amount

Penyuluhan

1 Transportasi

pembicara

2 Org x 1 hr x 2 Kali Rp 25.000,00 Rp 100.000,00

Page 50: 10741291_1557483561130882_705799108_n

2 Konsumsi peserta

dan pembicara

50 Org x 1 hr x 1 Kali Rp 7.000,00 Rp 350.000,00

3 Cetak angket Pre-

Post Test

25 Org x 1 hr x 1 Kali Rp 1.000,00 Rp 25.000,00

Penyelengaraan Tes Gula Darah

1 Konsumsi peserta 25 Org x 1 hr x 1 Kali Rp 5.000,00 Rp 125.000,00

2 Konsumsi panitia

dan dokter

25 Org x 1 hr x 1 Kali Rp 7.000,00 Rp 175.000,00

3 Merchandise

(gantungan kunci)

30 Lembar x 1 hr x 1 Kali Rp 3.000,00 Rp 90.000,00

Pembuatan poster

1 Cetak Poster 50 Lembar x 1 Kali Rp 2.000,00 Rp 100.000,00

2 Cetak angket poster 20 Lembar x 1 Kali Rp 500,00 Rp 10.000,00

Paguyuban Ibu hamil

1 Konsumsi peserta 25 Org x 4 hr x 1 Kali Rp 5.000,00 Rp 500.000,00

2 Konsumsi panitia 20 Org x 4 hr x 1 Kali Rp 5.000,00 Rp 400.000,00

Total Rp 1.875.000,00

Page 51: 10741291_1557483561130882_705799108_n

No Materi 1 Diabetes Mellitus Gestasional

Tujuan Meningkatkan pengetahuan ibu hamil di wilayah

kelurahan setempat mengenai faktor risiko,

pencegahan diabetes mellitus gestasional serta

pentingnya melakukan cek gula darah secara berkala

Pokok

Bahasan

- Definisi Diabetes Mellitus Gestasional- Faktor risiko Diabetes Mellitus Gestasional- Pencegahan Diabetes Mellitus Gestasional- Pengobatan Diabetes Mellitus Gestasional

Metode Ceramah dan Tanya jawab

Media Slide

Alat bantu LCD, laptop, papan tulis, spidol, penghapus, microphone dan laser

No Materi 2 Pentingnya melakukan tes gula darah secara

berkala

Tujuan Memberikan pemahaman kepada ibu hamil

mengenai pentingnya melakukan tes gula darah

secara berkala

Pokok

Bahasan

1. Definisi tes gula darah2. Manfaat tes gula darah3. Cara melakukan tes gula darah

Metode Ceramah dan Tanya jawab

Media Slide dan simulasi

Alat bantu LCD, laptop, papan tulis, spidol, penghapus, microphone, alat yang diperlukan untuk tes gula darah dan laser

Page 52: 10741291_1557483561130882_705799108_n
Page 53: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Lampiran

Poster Kegiatan

DAFTAR PUSTAKA

_______. Diagnosis And Clasification of Diabetes Melitus. Journal of Diabetes

Care 2006; Volume 29 (Suppl. 1): 43-48.

_______. Gestational Diabetes Mellitus. Journal of Diabetes Care 2004; Volume

27, Suppl1: S88-S90.

American Associatio of Clinical Endocrinologist 2007,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32451/4/Chapter

%20II.pdf

American Diabetes Association. Gestational Diabetes Mellitus (Position

Statement). 2000. Journal of Diabetes Care; Volume 23 (Suppl. 1): S77-

S79.

Arias F, Daftary SN. Bhide AG. 2008. Practical Guide to High-Risk pregnancy &

Delivery. 3rd ed. New Delhi : Elsevier

Arjatmo,Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Association of serum interleukin-6 and high-sensitivity C-reactive protein levels

with insulin resistance in gestational diabetes mellitus". Department of

Endocrinology, Nangfang Hospital, Southern Medical University; Yu F,

Xue YM, Li CZ, Shen J, Gao F, Yu YH, Fu XJ. Diakses 19 Desember

2014.

Avgerinos, et al.. 1998. Determination of Lansoprazole in Biological Fluids and

Pharmaceutical Dosage by HPLC. European Journal of Drug Metabolism

and Pharmacokinetics, Vol. 23, No. 2, 1998, pp. 329-332.

Berger, et al. 2002. Screening for Festational Diabetes Mellitus.SOGC Clinical

Practice Guidelines. No.121.

Page 54: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC

Buckley, et al. Gestational Diabetes Mellitus in Europe: Prevalence, Current

Screening

Catalano PM. 2010. Obesity, Insulin Resistance, and Pregnancy Outcome. Focus

Review on Obesity. Reproduction, 140: 365-371.

CDC. 2011. Family History as a Tool for Detecting Children at Risk for Diabetes

and Cardiovascular Disease.

http://www.cdc.gov/ncbddd/pediatricgenetics/genetics_workshop/detecti

ng.html. diakses pada tanggal 15 desember 2014

Chu, Y Susan et al, Maternal Obesity and Risk of Gestasional Diabetes Mellitus.

Journal of

Chu, Y Susan et al. 2007. Maternal Obesity and Risk of Gestasional Diabetes

Mellitus. Journal of Diabetes Care; Volume 30 (8): 2070-2076.

Cohen, Ronald Jay and Mark E. Swerdlik. 2005. Psychological Testing and

Assessment: An Introduction to Test and Measurement. Sixth edition.

New York: McGraw-Hill Company,

Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC

Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

David R. McCance, Micheal Maresh, David A. Sacks, 2010. A Practical Manual

of Diabetes in Pregnancy

Dhabhar, F.S., Miller, A.H., Mc Ewen, B. S., and Spencer, R.L. 2007. Effects of

Diabetes Care; Volume 30 (8): 2070-2076.

Doshani, Anjum dan Konje, C Justin. 2009. Diabetes in Pregnancy: Insulin

Resistance, Obesity and Placental Dysfunction. British Journal of

Diabetes & Vascular, Volume 9, 208-212.

Gilmartin AB, et al. 2008. Gestasional Diabetes Mellitus. Rev Obstet Gynecol 1,

129-134.

Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Hans Selye. 2001. Guide to Stres Research. New York : Van Nas Trans Reinhold

Company inc.

Page 55: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Hosler et al. 2011. Stressful events, smoking exposure and other maternal risk

factors associated with gestational diabetes mellitus. Journal of Paediatric

and Perinatal Epidemiology; 25, 566–574.

Hytten F. 1980. Nutrition. In: Hytten F, Chamberlain G, eds. Clinical Physiology

in Obstetrics. Oxford, United Kingdom: Blackwell Scientific Publication:

163-92.

Ifan. 2012. Faktor risiko kejadian prediabetes/ diabetes melitus gestasional di

RSIA sitti khadijah i kota Makassar. Universitas Hasanudin.Makasar.

Iis Sinsin. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan.

Jakarta: Alex Media.

Iis Sinsin. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan.

Jakarta: Alex Media.

Ikram, Ainal. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Ibu

Hamil jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996

Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.

Bandung

Journal Clinical Diabetes January.2005. Gestational diabetes mellitus. Vol 23

Jurnal. Stress on Immune Cell Distribution: Dynamic and Hormonal Mechanism.

JImmunol, 154(10). Pp 5511–27.

Kekenusa, John S; B. T. Ratag; G. Wuwungan. 2013. Jurnal : Analisis Hubungan

Antara Umur Dan Riwayat Keluarga Menderita Dm Dengan Kejadian

Penyakit Dm Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Penyakit

Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Universitas Sam

Ratulangi. Manado

Kosim MS, Indarso F, Sarosa GI, Hendarto TW. 2007. Komponen neonatal.

Dalam: Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri neonatal emergensi

dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, bekerjasama dengan

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jaringan Nasional

Kesehatan Reproduksi. Ikatan Dokter Anak Indonesia; Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Maternal and Neonatal Health

JHPIEGO; h. 92-7.

Page 56: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Lazarus RS, Folkman S. 1984. Stress Appraisal and Coping. New York. :

Springer PublishingCompany.

Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta ,

Media Aesculapius

Maryunani, Ns Anik. 2008. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta: Trans

Info Media.

Maryunani, Ns Anik. 2008. Buku Saku Diabetes Pada kehamilan. Jakarta: Trans

Info Media.

Maryunani, Ns Anik. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta: Trans Info

Media; 2008.

Mohammed and Mohammed. 2011. Pathophysiology of Gestational Diabetes

Mellitus: The Past, the Present, and the Future. Sudan: National College

for Medical and Technical Studies.

NICHD. 2012. Am I ar Risk for Gestational Diabetes?. United States:

Departments of Health and Human Services, National Institute of Health.

Osgood et al. The Inter-and Intragenerational Impact of Gestasional Diabetes on

the Epidemic of Type 2 Diabetes. Journal of American Journal of Publick

Health 2011; Volume 101, (1).173-179.

Practice and Barriers to Screening. Journal of Diabetec Medicine 201; 844-854.

Prawirohardjo. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Prentice A Spaaij C, Goldberg G, et al. 1996. Energy Requirements of Pregnant

and Lactating Women. Eur J Clin Nutr; 50:S82-111.

Retno, A. Murti suryaningsih. Ery Fatmawati. 2011. Asuhan Kebidanan

Pathologi. Yogyakarat. Pustaka Pelajar

Saldah IP, dkk. 2013. Faktor Risiko Kejadian Prediabetes/Diabetes Mellitus

Gestasional di RSIA Sitti Khadijah I Kota Makassar. Artikel Publikasi.

Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Setianingrum, S.I.W. 2005. Hubungan Antara kenaikan Berat Badan, Lingkar

Lengan Atas, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan

Page 57: 10741291_1557483561130882_705799108_n

Berat Bayi Lahir di Puskesmas Ampel I Boyolali tahun 2005 . Semarang,

Universitas Negeri Semarang.

WHO. 1985. Energy and Protein Requirements. Report of a Joint

FAO/WHO/UNU Expert Consultation; 724:84-5.

WHO. 2012. Diabetes. World Health Organization. (online)

http://www.who.int/factsheets/fs312/en/index.html Diakses pada tanggal

15 desember 2014