10741291_1557483561130882_705799108_n
DESCRIPTION
kiaTRANSCRIPT
LAPORANISU TERKINI KESEHATAN IBU DAN ANAK
Kasus 3“Kehamilan Keduaku”
DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
Disusun OlehMahasiswa FKM Undip Semester V Kelas A 2012
Kelompok 3Nadhya Rizki Pradipta 25010112120036Ardiana Nur Aini 25010112120037Savitri Rachmawati 25010112120038Firsa Olivia Susan 25010112120039Sarmaulina Sitompul 25010112120040Putri Ade Chandra 25010112120041Yusli Harini 25010112120042Clara Sylvia P 25010112120043Puji Kurniasih 25010112120044Puspa Run Canti 25010112120045Rani Novianis R.S 25010112120046Umaya 25010112120047Haifa Nurdiennah 25010112120048Wiwin Tipuk Dwi 25010112120049Ria Nur Madyasari 25010112120050Wiwi Wulan Ndari 25010112120051Aip Saripudin 25010112120052Viona Milana Deasy 25010114140319Bambang Susatyo 25010114140322
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Kasus
Seorang perempuan gemuk berumur 31 tahun sedang hamil anak
kedua. Beliau adalah istri seorang pelayar dengan kondisi suami yang pulang
setiap 6 bulan sekali. Awal menikah beliau berumur 27 tahun dan suaminya
berumur 28 tahun. Anak pertamanya berumur 2 tahun dan beliau pernah 1
kali mengalami keguguran. Berat lahir anak pertamanya 4100 gram dan
panjang badan 50 cm. Saat ini usia kehamilannya 28 minggu. Selama
kehamilannya ini, beliau sering mengkonsumsi makanan manis. Rumahnya
yang dekat dengan jalan raya menyebabkan beliau sulit tidur dan stress akibat
kendaraan yang lalu lalang di depan rumahnya.
B. Klarifikasi Istilah dalam Masalah
Tabel 1.1 Klarifikasi istilah dalam kasus/masalah
No. Kategori Pengertian
1 PerempuanSalah satu jenis kelamin manusia yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak
2 Gemuk Berat badan lebih dari ukuran ideal
3 IstriStatus yang diperoleh oleh seorang wania setelah menikah
4 PelayarMenunjukkan profesi bagi sesorang yang bekerja dengan berlayar diatas laut menggunakan kapal laut.
5 Di atas kapal laut Posisi sedang berada di atas sebuah kapal laut
6 Jarang pulangFrekuensi pulang atau kembali ke rumah sangat sedikit
7 MenikahAkad antara laki- laki dan perempuan yang dengannya dihalalkan hubungan seksual
8 Istri berusia 27 tahunUsia subur wanita dimana organ reproduksinya berfungsi dengan baik
9 Suami berusia 28 tahunUsia dimana seorang laki-laki berada dalam usia produktif untuk bekerja dan bereproduksi
10 Anak pertama Anak tertua dari sepasang orang tua
11 BB 4100 gBayi yang baru lahir memiliki bert badan sebesar 4100gr atau 4,1 kg, termasuk dalam kategori bayi berat lahir besar (normal 2,5-4kg)
12 PB 50 cmBayi yang baru lahir memiliki panjang badan sebesar 50 cm, sesuai dengan panjang normal 48-52 cm
13 KeguguranKeluarnya janin atau persalinan prematur sebelum mampu untuk hidup
14Usia kandungan 2 minggu
Ukuran lama waktu seorang janin berada dalam rahim mencapai usia 2 minggu
15 Keturunan DMMemiliki riwayat keluarga yang pernah menderita DM
16 Hamil anak kedua Kehamilan yang ke dua
17 Usia 31 tahunUkuran lamanya usia kehidupan seseorang dihitung dari ia dilahirkan sampai saat ini yaitu selama 31 tahun
18Usia kehamilan 28 minggu
Ukuran lamanya janin dalam kandungan dihitung sejak terjadinya pembuahan (bertemunya sel telur dengan sperma) sampai saat ini yaitu selama 28 minggu
19 Rutin Prosedur yang teratur dan tidak berubah-ubah
20Memeriksakan kehamilan
Melakukan pemeriksaan kepada petugas kesehatan untuk mengetahui kondisi kehamilan
21 BidanPekerjaan tenaga kesehatan yang membatu persalinan dan konsultasi kehamilan
22Jarak menuju yankes 5 m
Jarak yang dekat sepanjang 5 mdengan penyedia layanan kesehatan
23 Pelayanan ramahMemberikan layanan dengan hati yg gembira dan penuh perhatia.
24Mengkonsumsi makanan manis
Makan makanan yang berasa manis.
25Tinggal dekat jalan raya utama
Lokasi tempat tinggal yang cukup dekat dengan jalan raya. Bagi perempuan yang tinggal dadalm radius paling jauh 109 meter dari keramaian lalu lintas jalan raya memiliki 22% risiko terkena hipertensi (Gregory Wellenius).
26 Bising
Bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menimbulkan gangguan pendengaran
27 Kendaran bermotorSalah satu jenis sarana transportasi darat bertenaga mesin.
28 Sulit tidurGangguan tidur yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan fungsional saat bangun
29 Stres
Suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian anatara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut
30 Lalu lalang Berkali-kali lalu (berjalan, keluar masuk)
C. Daftar Masalah Berdasarkan Fakta dan Fenomena yang Ada dalam Kasus
Pada kasus “Kehamilan keduaku” ditemukan beberapa masalah
diantaranya sebagai berikut:.
Tabel 1.2 Klasifikasimasalah dalam kasus
No. Masalah
1Kegemukan meningkatkan risiko tokoh terkena Diabetes Mellitus Gestasional
2Riwayat keluarga menderita diabetes melitus meningkatkan risiko tokoh terkena Diabetes Mellitus Gestasional
3Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis meningkatkan risiko tokoh terkena Diabetes Mellitus Gestasional
4 Stress meningkatkan risiko tokoh terkena Diabetes Mellitus Gestasional
5Diabetes Mellitus Gestasional dapat menyebabkan abortus dan makrosomia (berat badan lahir besar)
Berdasarkan klasifikasi masalah di atas, maka kasus tersebut
menunjukkan kecenderungan pada kejadian Diabetes Mellitus Gestasional
yang dialami oleh ibu hamil dan berdampak pada janin yang dikandungnya
serta bayi yang dilahirkannya.
D. Analisis Masalah dengan Menggunakan Hipotesis
Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam kasus “Kehamilan
Keduaku”, dapat disusun beberapa hipotesa antara lain:
1. Ada hubungan antara kegemukan ibu dengan kejadian Diabetes Mellitus
Gestasional
2. Ada hubungan antara riwayat keluarga menderita diabetes melitus
dengan kejadian Diabetes Mellitus Gestasional
3. Ada hubungan antara Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis dengan
kejadian Diabetes Mellitus Gestasional
4. Ada hubungan antara Stress dengan kejadian Diabetes Mellitus
Gestasional
5. Ada hubungan antara Diabetes Mellitus Gestasional dengan kejadian
abortus dan makrosomia (berat badan lahir besar)
E. Kerangka Teori
Sumber:Association of serum interleukin-6 and high-sensitivity C-reactive protein levels with insulin resistance in gestational diabetes mellitus". Department of Endocrinology, Nangfang Hospital, Southern Medical University
Diagnosis
Diabetes Mellitus Gestasional (Diabetes yang terjadi hanya
selama Kehamilan)
Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis
Memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes
Berusia di atas 25 tahun saat hamil
Memiliki tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Memiliki berat badan lebih sebelum hamil
Stress
GejalaPandangan kaburKelelahanSering mengalami infeksi pada daerah
luka, kulit, dan vaginaSering buang air kecilMual hingga muntahMerasa kehausanBerat badan menurun, walau nafsu
makan meningkat
Kerusakan sel darah merah
hyperbilirubinemia
MakrosomiaPenyakit jantung bawaanKelainan sistem saraf pusatCacat otot rangka
Peningkatan hormon insulin janin
Produksi surfaktan janin
Sindrom gangguan pernapasan
Kerusakan vaskular Perfusi plasenta yang buruk
Kematian sebelum kelahiran (abortus)
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen
1. Kegemukan
2. Riwayat keluarga menderita DM
3. Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis
4. Stress
Variabel Dependen
Diabetes Mellitus Gestasional
1. Makrosomia
2. Abortus
E. Tujuan Pembelajaran
1. Menganalisis hubungan antara kegemukan ibu dengan kejadian Diabetes
Mellitus Gestasional
2. Menganalisis hubungan antara riwayat keluarga menderita diabetes
melitus dengan kejadian Diabetes Mellitus Gestasional
3. Menganalisis hubungan antara Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis
dengan kejadian Diabetes Mellitus Gestasional
4. Menganalisis hubungan antara Stress dengan kejadian Diabetes Mellitus
Gestasional
5. Menganalisis hubungan antara Diabetes Mellitus Gestasional dengan
kejadian abortus dan makrosomia (berat badan lahir besar)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes gestasional atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama
kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-
6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya (Yu F, et al. 2010).
GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50%
dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua
kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang
setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan
pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik
dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Risiko yang dapat
dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas
normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat
otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat
produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan.
Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada
kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum
terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan
vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi
plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin
dalam bahaya atau peningkatan risiko luka yang berhubungan dengan
makrosomia, seperti distosia bahu.
1. Definisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai
gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali
saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin
atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun
antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa
dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis
ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60%
wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca
persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi
glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum
dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi
glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu
melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan
DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM. Pada wanita
hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar
glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1
jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2% dari
semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan,
tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi
glokusa, 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM.
DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan
professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/bayi dimasa
yang akan dating, juga saat persalinan.
2. Etiologi
Penyebab Diabetes Mellitus Gestasional dianggap
berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dankadar estrogen dan
hormone pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama
kehamilan.Hormon pertumbuhan dan estrogen merangsang pengeluaran
insulin dan dapat menyebabkangambaran sekresi berlebihan insulin seperti
diabetes tipe II yang akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel.
Hormon pertumbuhan memiliki beberapa efek anti-insulin,misalnya
perangsangan glikogenolisis (penguraian glikogen) dan penguraian
jaringan lemak. Semua faktor ini mungkin berperan menimbulkan
hiperglikemia pada Diabetes Mellitus Gestasional. Wanita yang mengidap
Diabetes Mellitus Gestasional mungkin sudah memiliki gangguan
subklinis pengontrolan glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul.
3. Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta
persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui
plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin,
sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.
Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping
beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen.
Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan
normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan.
Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah
dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi,
bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative
hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
B. Faktor-Faktor Risiko Diabetes Mellitus Gestasional
1. Riwayat diabetes mellitus gestasional sebelumnya
Perempuan yang pernah mengalami diabetes mellitus gestasional
memiliki risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Bertambahnya risiko
bervariasi tergantung pada perbedaan ras, yaitu sekitar 9% pada ras
Kaukasia, 11,9% pada ras Latin, dan 25% pada perempuan Mediterania
atau Asia Timur. Studi-studi kohort secara keseluruhan menunjukkan
bahwa insiden diabetes mellitus tipe 2 setelah kehamilan mencapa 40%,
dimana kejadian tertinggi mencapai 70% pada wanita Aborigin. Penelitian
juga menunjukkan bahwa intervensi terhadap diabetes mellitus gestasional
tidak akan menurunkan risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2. Namun,
hal ini dapat memiliki beberapa keuntungan dalam mengidentifikasi
diabetes mellitus gestasional yang dilakukan dengan peningkatan
surveilans dan diagnosis pada kelompok ini (Berger, 2002).
2. Glukosuria
Glukosuria adalah dimana terdapatnya glukosa/gula dalam jumlah
yang berlebih dalam urine. Glukosuria sebenarnya bukan merupakan suatu
jenis penyakit, melainkan merupakan suatu gejala yang disebabkan karena
adanya peningkatan glukosa dalam darah, seperti pada pasien diabetes
melitus. Glukosuria ini biasanya terjadi pada penderita yang disebabkan
oleh penyakit diabetes melitus. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah
pada penderita diabetes melitus, disebabkan oleh adanya gangguan pada
sel-sel beta pankreas yang mensekresikan hormon insulin.
3. Abortus berulang
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu
didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin
kurang dari 500 gram (Obstetri Williams, 2006). Istilah abortus dipakai
untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan. Menurut Himpunan Fertilisasi Endokrin dan Fertilitas
Indonesia (HIFERI) mengatakan bahwa keguguran berulang paling tidak
terjadi dua kali atau lebih berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu.
4. Riwayat melahirkan dengan cacat bawaan atau bayi >4000 gram
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60%
wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca
persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi
glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum
dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi
glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu
melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan
DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik
adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram
glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar
glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM
terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan
umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan
gangguan toleransi glokusa,25%kemungkinan akan berkembang menjadi
DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan
professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa
yang akan dating, juga saat persalinan.
Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling
umum terjadi selama kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah
tidak hamil lagi. Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting
selama kehamilan. Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang
mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap
diabetes mellitus setelah persalinan. Disarankan agar setelah persalinan
pemeriksaan gula darah diulang secara berkala misalnya setiap enam bulan
sekali.
Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian
hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang
dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi
komplikasi-komplikasi diabetik. Akhir dari kehamilan penderita DM dapat
dibuat lebih aman apabila ditangani dengan penatalaksanaan yang tepat,
perawatan yang optimum meliputi inisiasi terapi intensif sebelum
konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan
prenatal yang khusus.
Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat
keguguran berulang, pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan
atau melebihi 4000 g, pernah mengalami preeklamsia (keracunan
kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas atau
bayi dengan cacat bawaan.
Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil
yang melebihi 30 tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta
pernah mengalami diabetes mellitus pada kehamilan sebelumnya.
5. Riwayat preeklamsia
Preeklampsia /eklampsia merupakan salah satu komplikasi
persalinan yang berdampak pada ibu dan bayi. Sekalipun diobati prognosis
preeklamsia umumnya kurang baik. Mereka yang selamat atau bertahan
hidup kemungkinan mengalami gangguan kronis dan menetap seperti
kelumpuhan, kebutaan, tekanan darah tinggi atau kerusakan ginjal. Bayi
yang dilahirkan akan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. 40% bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami
preeklampsia/eklampsia berakibat kelahiran prematur dan iatrogenic.
Hasil penelitian Helda dari UI ( Tesis S-2 ) menunjukkan bahwa
faktor yang berhubungan dengan preeklampsia/eklampsia adalah riwayat
abortus dan pendidikan. Faktor umur,pekerjaan,paritas,usia gestasi,layanan
antenatal dan jenis kelamin bayi tidak berhubungan dengan
preeklampsia/eklampsia. (Perpustakaan UI ,tesis S-2 )
Menurut American Associatio of Clinical Endocrinologist (2007),
faktor resiko diabetes mellitus gestasional ialah:
1. Usia >25 tahun
Faktor usia tua menyebabkan resiko timbulnya penyakit-penyakit
yang menyertai umur jadi semakin meningkat. Terjadinya penyakit
jantung dan kanker menjadi lebih besar. Kombinasi antara penyakit usia
tua dan kehamilan tersebut yang menyebabkan resiko meninggal atau
cacat pada bayi atau ibu hamil menjadi bertambah tinggi.
Bagi seorang perempuan, usia tua juga dapat menyebabkan
kemampuan untuk melahirkan (fertilitas) menurun. Kemungkinan bayi
lahir kembar juga sangat tinggi terjadi pada kehamilan pertama yang
terlambat, khususnya pada usia 35-39 tahun. Selanjutnya, setelah usia 39
tahun, frekuensi bayi lahir kembar menjadi menurun. Hamil terlambat juga
menyebabkan resiko terhadap diabetes, tumbuhnya jaringan ikat di dalam
rahim (fibroid) dan berisiko tinggi untuk mendapatkan kelainan
kromosom, seperti Down Syndrome.
2. Obesitas-dengan BMI 30 atau lebih
Kelebihan berat badan atau obesitas, umum dialami wanita hamil
diusia berapapun. Namun, obesitas akan meningkat setelah usia 35 tahun.
Kenaikan berat badan normal pada saat kehamilan berkisar antara 12-16
kg, jika kenaikan yangterjadi lebih dari itu berarti ibu beresiko mengalami
kegemukan atau obesitas. Obesitas akan membawa resiko penyakit yang
lain seperti preeklamsia, Diabetes Mellitus Gestasional, hipertensi, dan
lain-lain. Ibu hamil yang obes juga lebih banyak disarankan untuk
menjalani persalinan dengan operasi Caesar. Alasannya adalah kegemukan
akan membuat ibu sulit bersalin secara alami dan beresiko komplikasi jika
tetap melahirkan secara alami. Tak hanya itu, bayi pun akan ikut
terpengaruh oleh berat ibu yang berlebihan.
Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah mereka
yang mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan
tubuh danotot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila
lemak tubuhatau kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau
perut. Lemakini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak
dapat diangkut kedalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.
Kebanyakan ibu hamil mengalami obesitas karena kelebihan
makan. Mitos yang mengatakan bahwa ibu hamil makan untuk dua orang
menjadikan para ibu hamil makan dengan porsi berlebih. Akhirnya,
terjadilah penumpukan kalori dan sisa asupan energi yang berujung pada
diabetes. Mitos tersebut keliru, sebenarnya kebutuhan makan ibu hamil
hanya naik rata-rata 10-15 persen. Saat ini, kasus diabetes pada masa
kehamilan (gestational diabetic) semakin meningkat. Penyebab utamanya
adalah obesitas. Akibat peningkatan risiko tersebut, setiap ibu hamil
diwajibkan melakukan screening kadar gula darah terutama saat usia
kehamilan menginjak minggu ke 24-28. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian oleh Hosler et al (2011) dimana didapatkan hasil
bahwa, ibu yang memiliki riwayat overweight berisiko 1,53 kali untuk
menderita diabetes mellitus gestasional sedangkan ibu yang memiliki
risiko obesitas berisiko 2,59 kali untuk menderita diabetes mellitus
gestasional dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat
overweight. Penelitian lain yang berhubungan yaitu, Chu et al (2007),
didapatkan hasil bahwa ibu yang memiliki riwayat obesitas memiliki
risiko 3,56 kali untuk menderita diabetes melitus gestasional dibandingkan
dengan ibu yang tidak memiliki riwayat obesitas. Ibu hamil disarankan
untuk mengatur berat badan agar tetap berada pada kondisi ideal.
Peningkatan berat badan di trimester pertama memang relatif sedikit, tidak
naik atau bahkan berkurang karena muntah-muntah. Peningkatan berat
badan yang cukup pesat terjadi di trimester 2 dan 3, pada periode inilah
perlu dilakukan pemantaun ekstra terhadap berat badan. Seusai persalinan,
ragam komplikasi masih menunggu. Infeksi seusai bersalin akibat
banyaknya pembuluh darah si ibu hamil yang tersumbat sering terjadi.
Selain itu, lemak yang berlipat-lipat pada lapisan kulit merupakan media
yang kondusif untuk tumbuhnya kuman sehingga infeksi pun sangat
mungkin terjadi. Risiko lainnya, plasenta yang berfungsi menyuplai
oksigen menyempit karena lemak. Padahal, terhambatnya suplai oksigen
dapat merusak sel-sel otak janin. Sehingga kecerdasan si kecil pun bisa
jadi berkurang. Kemungkinan buruk lain, janin bisa mengalami gangguan
paru-paru maupun terlahir obesitas.
3. Ibu tua dengan kehamilan >35 tahun
Umur ibu merupakan salah satu faktor yang dapat berkontribusi
secara tidak langsung pada kejadian prediabetes/diabetes mellitus
gestasional. Hasil peneltian yang didapatkan oleh Hosler et al (2011),
didapatkan hasil bahwa umur ibu hamil ≥35 tahun berisiko 4,05 kali untuk
menderita diabetes melitus gestasional dibandingkan dengan umur ibu
hamil <35 tahun. Menurut Park et al (2002) dalam Zahtamal dkk (2007),
diabetes melitus merupakan penyakit yang terjadi akibat penurunan fungsi
organ tubuh (degeneratif) terutama gangguan organ pangkreas dalam
menghasilkan hormon insulin, sehingga DM akan meningkat kasusnya
sejalan dengan pertambahan usia. Zahtamal dkk (2007) menambahkan,
pada usia lanjut terjadi perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis
makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini
terjadi terutama pada kelompok usia dewasa ke atas pada seluruh status
sosial ekonomi. Semakin tinggi usia maka semakin berisiko untuk
menderita prediabetes/diabetes mellitus gestasional oleh karena itu, ibu
perlu menghindari kehamilan pada usia risiko tinggi (Chu et al, 2007).
4. Riwayat keluarga dengan diabetes tipe II
Sekitar 50% pasien diabetes tipe 2 mempunyai orangtua yang
menderitadiabetes, dan lebih sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara
yangmengidap diabetes. Sedangkan untuk diabetes tipe 1, sekitar 20%
terjadipada penderita dengan riwayat keluarga terkena diabetes dan 80%
terjadipada penderita yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan
diabetes (WHO, 2002).
5. Riwayat metabolisme glukosa yang abnormal
6. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg.
Diabetes pada ibu hamil dapat terjadi pada 2-5% kehamilan.
Biasanyadiabetes akan hilang setelah anak lahir. Ibu hamil dengan
diabetes dapatmelahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4 kg.
Apabila initerjadi, sangat besar kemungkinan si ibu akan mengidap
diabetes tipe 2 kelak.
Penyakit diabetes saat kehamilan berpotensi menyebabkan
kelainan bayi besar atau raksasa (dalam istilah kedokteran biasa disebut
sebagai macrosomia) selama kehamilan dan atau masa persalinan.
Berbagai riset yang telah dilaksanakan oleh para pakar membuktikan
adanya kaitan erat antara tingkat atau kadar glukosa dalam darah dan
pertumbuhan janin. Seperti umum diketahui, penyakit diabetes ini
dikarenakan sel-sel penghasil insulin dalam tubuh gagal berproduksi
normal untuk mencapai kadar insulin yang dibutuhkan dalam mengubah
gula (karbohidrat) menjadi energi. Sebab itu, bagi penderita diabetes
ancaman yang biasa diperoleh dari timbunan gula ini (bergantung kadar
tentu saja, semakin tinggi akan semakin berbahaya) adalah penyakit
jantung, kebutaan, letih dan lesu, dan sebagainya.
Pada masa-masa kehamilan, kelebihan gula dalam darah dengan
sendirinya akan turut dipompakan melalui uterus ke janin. Hal ini
menyebabkan janin memperolah asupan makanan yang berlebihan dan,
seperti laiknya kita sendiri, terancam mengalami obesitas, bahkan ketika
masih dalam rahim. Dampak negative baik ibu maupun bayi, keduanya
ternyata sama-sama beresiko selama masa kehamilan, dan utamanya, masa
persalinan. Kemungkinan paling jelas adalah sang ibu terpaksa (atau
dipaksa) melahirkan melalui operasi caesar. Keduanya sama-sama
mungkin beresiko tinggi menderita diabetes tipe 2 (mellitus) seumur
hidup. Juga bagi sang ibu, kemungkinan mengalami diabetes gestational
pada kehamilan berikutnya juga sangat tinggi. Hal ini berarti setiap bayi
dan atau keturunan yang lahir dari ibu penderita diabetes gestational akan
mengalami resiko yang sama besarnya pada kehamilan pertama, kedua dan
atau selanjutnya.
7. Riwayat intoleransi glukosa dan glikosuria.
8. Overweight
Menurut Doshani dan Konje (2009), overweight merupakan faktor
risiko pada gangguan toleransi glukosa (prediabetes) baik sebelum atau
dalam kehamilan. Overweight merupakan manivestasi dari obesitas
dengan kata lain overweight merupakan suatu tahap sebelum terjadi
obesitas. Hal ini dapat dijelaskan dengan mekanisme dimana saat terjadi
obesitas maka sel-sel lemak yang menggemuk akan menghasilkan
beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya lebih
banyak daripada keadaaan tidak gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan
resistensi insulin. Akibat resistensi insulin inilah glukosa sulit masuk ke
dalam sel keadaan ini membuat glukosa darah tetap tinggi (hiperglikemi)
dan terjadilah diabetes. Selain itu, saat hamil biasanya terjadi penambahan
berat badan dan peningkatan konsumsi makanan sehingga keadaan ini
dapat berdampak pada meningkatnya gula darah di atas normal
(Maryunani, 2008). Oleh Karena itu, sebelum hamil ibu perlu menjaga
pola makan sebelum terjadi peningkatan berat badan berlebih saat
kehamilan.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan kemungkinan adanya Diabetes
Melitus Gestasional, adalah:
1. Riwayat obstetric mencurigakan
a. Riwayat abortus spotan berulang
b. Riwayat melahirkan bayi mati yang tidak diketahui penyebab yang
jelas
c. Riwayat melahirkan bayi besar (besar lahir diatas 400gr)
d. Riwayat preklamsia/ekslampsia
e. Polihidramnion (cairan ketuban berlebihan)
2. Riwayat medis mencurigakan/hati-hati
a. Usia ibu saat hamil diatas 30tahun
b. Riwayat diabetes mellitus ibu hamil, atau riwayat diabetes mellitus di
dalam keluarganya untuk diabetes tipe 2 (terkait factor genetik)
c. Ibu yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas yang pada
umumnya terjadi pada wanita dari etnis tertentu seperti India, Asia,
Kepulauan Pasifik dan Timur Tengah
d. Riwayat infeksi saluran kemih berulang selama hamil
e. Riwayat hipertensi
f. Riwayat berat badan lahir ibu diatas 4000-4500 gr
C. Gejala Klinis Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes mellitus gestasional adalah diabetes dimana tubuh tidak
memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup untuk menangani gula selama
kehamilan. Hal ini juga bisa disebut intoleransi glukosa atau intoleransi
karbohidrat. Tanda dan gejala dapat termasuk:
1. Gula dalam urin
2. Sentiasa rasa haus
3. Sering buang air kecil
4. Kelelahan
5. Mual
6. Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit
7. Penglihatan kabur
D. Pemeriksaan Diabetes Mellitus Gestasional
Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO) adalah rutin untuk semua wanita
hamil. Tes ini juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan
(Diabetes Mellitus Gestasional). Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum
hamil tidak menunjukkan gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme
glukosa pada waktu hamil.
Prosedur pemeriksaan bagi Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO) ialah
selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar
150 gram karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil
laboratorium harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis obat
yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah insulin, kortikosteroid
(kortison), kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat,
asam askorbat. Selain itu penderita juga tidak boleh minum alcohol. Protokol
urutan pengambilan darah berbeda-beda; kebanyakan pengambilan darah
setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa yang mengambil darah
jam ke-3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada ½ jam dan 1½
jam setelah pemberian glukosa. Yang akan diuraikan di sini adalah
pengambilan darah pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam.
Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam.
Pengambilan sampel darah dilakukan sebagai berikut :
1. Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji
glukosa darah puasa. Penderita mengosongkan kandung kemihnya dan
mengumpulkan sampel urinenya.
2. Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam
segelas air (250ml). Lebih baik jika dibumbui dengan perasa,
misalnyadengan limun.
3. Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam, penderita diambil darah
untuk pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2 jam penderita
mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel urinenya
secara terpisah. Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum
kopi, teh, makan permen, merokok, berjalan-jalan, atau melakukan
aktifitas fisik yang berat. Minum air putih yang tidak mengandung gula
masih diperkenankan.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium:
1. Penggunaan obat-obatan tertentu
2. Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah baring, obesitas
dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
3. Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.
4. Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi.
Sekresi insulin menurun karena proses penuaan.
Intepretasi hasil Lab TTGO bagi GDM
1. Puasa: 95 mg/dL atau lebih tinggi
2. Jam Pertma: 180 mg/dL atau lebih tinggi
3. Jam Kedua: 155 mg/dL atau lebih tinggi
4. Jam Ketiga: 140 mg/dL atau lebih tinggi
E. Diagnosa Diabetes Mellitus Gestasional
Tes Toleransi glukosa oral (TTGO) yang paling umum digunakan
untuk mendiagnosis GDM di Amerika Serikat adalah TTGO, 3-jam-g 100.
Menurut kriteria diagnostik yang direkomendasikan oleh American Diabetes
Association (ADA), GDM didiagnosa jika kadar plasma dua atau lebih
glukosa memenuhi atau melebihi ambang batas berikut: konsentrasi glukosa
puasa 95 mg/dl, kadar glukosa 1-jam 180 mg/dl, 2-jam glukosa konsentrasi
155 mg/dl, atau 3 jam konsentrasi glukosa 140 mg/dl. Tetapi nilai-nilai ini
lebih rendah daripada batas yang direkomendasikan oleh National Diabetes
Data Group dan didasarkan pada Carpenter dan modifikasi Coustan.
Rekomendasi ADA juga mencakup penggunaan-g OGTT-jam 75 2 dengan
batas glukosa yang sama terdaftar untuk berpuasa, 1-jam, dan jam nilai 2.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kriteria diagnostik, yang
digunakan hanya di negara di luar Amerika Utara, didasarkan pada TTGO 75-
g 2-jam. GDM didiagnosa oleh WHO kriteria jika baik glukosa puasa> 126
mg/dl atau glukosa 2 jam adalah> 140 mg/dl.
Penilaian risiko untuk GDM harus dilakukan pada kunjungan prenatal
pertama. Wanita dengan karakteristik klinis yang konsisten dengan risiko
tinggi GDM (obesitas ditandai, sejarah pribadi GDM, glikosuria, atau riwayat
keluarga yang kuat diabetes) harus menjalani pengujian secepat mungkin.
Jika mereka ternyata tidak memiliki GDM pada skrining awal, mereka harus
diuji ulang antara minggu kehamilan ke 24 hingga ke 28. Perempuan risiko
sedang harus memiliki pengujian dilakukan pada minggu kehamilan ke 24
hingga ke 28.
Status pasien yang mempunyai risiko rendah tidak memerlukan
pengujian glukosa, tapi kategori ini terbatas pada wanita-wanita yang
memenuhi seluruh karakteristik berikut:
1. Usia <25 tahun.
2. Berat badan normal sebelum hamil.
3. Anggota kelompok etnis dengan prevalensi rendah GDM.
4. Tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai diabetes.
5. Tidak ada riwayat toleransi glukosa abnormal.
6. Tidak ada riwayat hasil obstetri buruk.
Jika tingkat glukosa plasma puasa >126 mg/dl (7,0 mmol/l) atau
glukosa plasma santai >200 mg/dl (11,1 mmol/l) memenuhi ambang batas
normal untuk diagnosis diabetes, dan dapat dikonfirmasi pada hari seterusnya,
maka tidak perlu untuk lakukan test menentukan kadar glukosa yang lain.
Maka bagi pasien tidak menunjukan sebarang tanda hiperglikemia, evaluasi
untuk GDM pada wanita dengan karakteristik risiko sedang atau risiko tinggi
harus mengikuti salah satu dari dua pendekatan:
1. Lakukan tes diagnostik toleransi glukosa oral (TTGO) tanpa plasma
sebelumnya atau skrining serum glukosa. Pendekatan langkah pertama
ini adalah paling efektif pada pasien berisiko tinggi atau populasi
(misalnya, beberapa kelompok asli-Amerika).
2. Melakukan pemeriksaan awal dengan mengukur plasma atau serum
glukosa 1 jam setelah beban glukosa 50-g oral (glucose challenge test
[GCT]) dan melakukan TTGO diagnostik pada subset dari perempuan
yang mempunyai nilai ambang glukosa yang lebih tinggi dari di GCT
tersebut. Ketika dua langkah pendekatan yang digunakan, nilai ambang
glukosa >140 mg/dl (7,8 mmol/l) mengidentifikasi sekitar 80% wanita
dengan GDM, dan hasil yang meningkat menjadi 90% dengan
menggunakan cutoff dari >130 mg/dl (7,2 mmol/l).
Dengan pendekatan baik, diagnosis GDM didasarkan pada sebuah
TTGO. Kriteria Diagnostik untuk-g TTGO 100 berasal dari karya asli
O'Sullivan dan Mahan, dimodifikasi oleh Carpenter dan Coustan, dan
ditampilkan dalam Jadual 2.1. Atau, diagnosis dapat dibuat dengan
menggunakan beban glukosa g-75 dan daftar nilai ambang glukosa puasa, jam
1, dan jam 2, namun tes ini tidak serta divalidasi untuk deteksi-risiko bayi di
atau ibu sebagai TTGO100-g.
Tabel 2.1 Kriteria Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)
Kriteria1964
O’Sullivan & Mahan1979
NDDG1999
WHO2000 ADA
2001 ADA
Medium Darah Plasma Plasma Plasma Plasma Plasma
dan Waktu
lengkap100g-3j(mmol/l,
(mg.dL))†
100g-3j(mmol/L
(mg/dL))†
100g-3j(mmol/L
(mg/dL))†
75g-2j(mmol/L
(mg/dL))‡
100g-3j(mmol/L
(mg/dL))†
72g-2j(mmol/L
(mg/dL))†
Puasa ≥5.0 (90)≥5.8 (105)
≥5.8 (105)
<7.0 (126)
≥5.3 (95) ≥5.3 (95)
JamPertama
≥9.2 (165)
≥10.6 (190)
≥10.6 (190)
≥10.0 (180 )
≥10.0 (180)
JamKedua
≥8.1 (145)
≥9.2 (165)
≥9.2 (165)
>7.8 (140),≤11.1 (200)
≥8.6 (155)
≥8.6 (155)
JamKetiga
≥6.9 (125)
≥8.1 (145)
≥8.1 (145)
≥7.8 (140)
ADA, American Diabetic Association; WHO, World Health Organization; NDDG,
National Diabetes Data Group
† : Perlukan dua nilai elevasi untuk diagnosis
‡ : Perlukan satu nilai elevasi untuk diagnosis
F. Akibat Diabetes Mellitus Gestasional
1. Komplikasi
Komplikasi akibat GDM bisa berlaku pada janin dan juga pada
ibu. Komplikasi janin termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal,
kematian perinatal, kelainan bawaan, hiperbilirubinemia, polisitemia,
hypocalcemia, dan sindrom gangguan pernapasan. Makrosomia, yang
didefinisikan sebagai berat lahir >4.000 g, terjadi pada 20-30% bayi yang
ibunya menderita GDM.
Faktor-faktor lain yang dapat diperlihat pada ibu yang memicukan
peningkatan insiden kelahiran janin makrosomia termasuk hiperglikemia,
Body Mass Index (BMI) tinggi, usia yang lebih tua, multiparitas. Dengan
ini, kasus makrosomia dapat menyebabkan untuk morbiditas janin
meningkat sewaktu dilahirkan, seperti distosia bahu, dan meningkatkan
risiko kelahiran secara sactio caesaria. Hipoglikemia neonatal dapat
terjadi dalam beberapa jam setelah dilahirkan. Hal ini adalah karena ibu
yang hiperglikemia dapat menyebabkan janin hiperinsulinemia
Komplikasi jangka panjang pada janin dengan ibu GDM termasuk
peningkatan risiko intoleransi glukosa, diabetes, dan obesitas.
Komplikasi pada ibu GDM meliputi hipertensi, preeklampsia, dan
peningkatan risiko kelahiran secara sactio caesaria. Hipertensi ini
mungkin terkait dengan resistensi insulin. Oleh karena itu, intervensi yang
menunjukkan peningkatkan sensitivitas insulin dapat membantu
mencegah komplikasi ini. Selain itu, wanita dengan riwayat GDM
memiliki peningkatan risiko diabetes setelah kehamilan dibandingkan
dengan populasi umum, dengan tingkat konversi hingga 3% per tahun.
2. Prognosis
Kehamilan kedua dalam waktu 1 tahun dari kehamilan
sebelumnya yang mempunyai GDM memiliki tingkat kekambuhan tinggi.
Wanita didiagnosa dengan GDM memiliki peningkatan risiko terkena
diabetes melitus di masa depan.
Wanita yang membutuhkan insulin pengobatan sewaktu
kehamilan kerana didiagnosa dengan GDM mempunyai risiko tinggi
untuk mendapat diabetes kerana telah mempunyai antibodi yang terkait
dengan diabetes (seperti antibody terhadap dekarboksilase glutamat, islet
sel antibodi dan/atau antigen insulinoma-2), berbanding wanita dengan
dua kehamilan sebelumnya dan pada wanita yang gemuk.
Wanita membutuhkan insulin untuk mengelola gestational
diabetes memiliki resiko 50% terkena diabetes dalam lima tahun ke
depan. Tergantung pada populasi yang diteliti, kriteria diagnostik dan
panjang tindak lanjut, risiko dapat bervariasi sangat besar. Risiko
tampaknya tertinggi dalam 5 tahun pertama, mencapai dataran tinggi
setelahnya. Penelitian lain menemukan risiko diabetes setelah GDM lebih
dari 25% setelah 15 tahun.
Ada data statistik terhadap risiko kondisi lain pada wanita dengan
GDM, dalam studi Perinatal Yerusalem, 410 dari 37.962 pasien
dilaporkan telah GDM, dan ada kecenderungan lebih mendapat kanker
payudara dan kanker pankreas, tetapi lebih banyak penelitian diperlukan
untuk mengkonfirmasi temuan ini.
G. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Gestasional
Pada penatalaksanaan diabetes mellitus, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan
olahraga. Apabila dalam langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum
tercapai,dapat dikombinasi dengan langkah farmakologis berupa terapi
insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya (Ditjen
Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
1. Manajemen Non-Farmakologi
a. Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan
pengobatan diet pada diabetes adalah:
1) Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal.
2) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang
optimal.
3) Mencegah komplikasi akut dan kronik.
4) Meningkatkan kualitas hidup.
Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua pasien diabetes
mellitus, yang terpenting dari semua terapi nutrisi adalah pencapian
hasil metabolis yang optimal dan pencegahan serta perawatan
komplikasi. Untuk pasien DM tipe 1, perhatian utamanya pada
regulasi administrasi insulin dengan diet seimbang untuk mencapai
dan memelihara berat badan yang sehat. Penurunan berat badan telah
dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki
respon sel-sel β terhadap stimulus glukosa.
b. Olah raga
Berolah secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar
gula darah tetap normal. Prinsipya, tidak perlu olah raga berat, olah
raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus
pengaruhnya bagi kesehatan. Beberapa contoh olah raga yang
disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan
lain sebagainya. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan juga
meningkatkan penggunaan glukosa (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes,
2005).
2. Manajemen Farmakologi
a. Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel β pankreas
dalam merespon glukosa. Insulin merupakan polipeptida yang terdiri
dari 51 asam amino tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21
asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin
mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian
metabolisme, efek kerja insulin adalah membantu transport glukosa
dari darah ke dalam sel.
Macam-macam sediaan insulin:
1) Insulin kerja singkat
Sediaan ini terdiri dari insulin tunggal biasa, mulai
kerjanya baru sesudah setengah jam (injeksi subkutan), contoh:
Actrapid, Velosulin, Humulin Regular.
2) Insulin kerja panjang (long-acting)
Sediaan insulin ini bekerja dengan cara mempersulit daya
larutnya di cairan jaringan dan menghambat resorpsinya dari
tempat injeksi ke dalam darah. Metoda yang digunakan adalah
mencampurkan insulin dengan protein atau seng atau mengubah
bentuk fisiknya, contoh: Monotard Human.
3) Insulin kerja sedang (medium-acting)
Sediaan insulin ini jangka waktu efeknya dapat
divariasikan dengan mencampurkan beberapa bentuk insulin
dengan lama kerja berlainan, contoh: Mixtard 30 HM (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2 kemudian
akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa
darahnya. Untuk pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan
kadar glukosa darahnya dengan kombinasi metformin dan
sulfonilurea, langkah selanjutnya yang mungkin diberikan adalah
insulin (Waspadji, 2010).
b. Obat Antidiabetik Oral
Obat-obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu
penanganan pasien diabetes mellitus tipe 2. Farmakoterapi
antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat
atau kombinasi dari dua jenis obat (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes,
2005).
1) Golongan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin
dikelenjar pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β
Langerhans pankreas masih dapat berproduksi Penurunan kadar
glukosa darah yang terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa
sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh
kelenjar pankreas. Obat golongan ini merupakan pilihan untuk
diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta
tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya (Ditjen Bina
Farmasi dan Alkes, 2005).
2) Golongan Biguanida
Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin
menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja
insulin pada tingkat selular dan menurunkan produksi gula hati.
Metformin juga menekan nafsu makan hingga berat badan tidak
meningkat, sehingga layak diberikan pada penderita yang
overweight (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
3) Golongan Tiazolidindion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis
yang luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan
jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan
lemak dan hati, sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam
jaringan lemak dan otot meningkat. Tiazolidindion diharapkan
dapat lebih tepat bekerja pada sasaran kelainan yaitu resistensi
insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak
menyebabkan kelelahan sel β pankreas. Contoh: Pioglitazone,
Troglitazon.
4) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja
enzim glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat
menurunkan hiperglikemia postprandrial. Obat ini bekerja di
lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak
berpengaruh pada kadar insulin. Contoh: Acarbose
(Arjatmo,Tjokronegoro. (2002).
3. Monitoring / surveilens antenatal care.
a. Surveilans metabolik ibu harus diarahkan dalam mendeteksi
hiperglikemia parah cukup untuk menentukan kadar risiko efek pada
janin. Pemantauan diri glukosa darah harian (SMBG) tampaknya lebih
unggul mengetahui kadar gula darah yang benar. Bagi wanita yang
diobati dengan insulin, bukti-bukti terbatas menunjukkan bahwa
pemantauan postpr andial lebih unggul dari pemantaun preprandial.
b. Pemantauan keton urin berguna dalam mendeteksi kalori yang tidak
memadai atau asupan karbohidrat pada wanita diperlakukan dengan
pembatasan kalori.
c. Surveilans ibu harus mencakup tekanan darah dan protein urin
pemantauan untuk mendeteksi gangguan hipertensi.
d. Surveilans harus dipertingkatkan bagi kehamilan berisiko tinggi
kerana dapat menyebabakan kematian pada janin , terutama ketika
kadar glukosa puasa melebihi 105 mg/dl (5,8 mmol/l) atau jangka
masa kehamilan berlanjut. Inisiasi, frekuensi, dan teknik khusus yang
digunakan untuk menilai kesejahteraan janin akan tergantung pada
risiko kumulatif janin bergantung dari GDM dan kondisi medis
lain/kondisi obstetri yang hadir.
e. Penilaian pertumbuhan janin asimetris dengan ultrasonografi,
terutama di awal trimester ketiga, dapat membantu dalam
mengidentifikasi janin yang dapat manfaat dari terapi insulin ibu
f. Ada merekomendasikan semua wanita dengan GDM harus diskrining
untuk intoleransi glukosa dari pada minggu ke enam sampai ke dua
belas setelah melahirkan. Pada wanita yang mendapat kelainan pada
kadar glukosa darah selama kehamilan memiliki risiko terbesar untuk
mendapat intoleransi glukosa postpartum. Semua wanita dengan
riwayatgestational diabetes harus dididik tentang modifikasi gaya
hidup dan risiko akibat resistensi insulin
Jika hasil pada minggu ke enam setelah melahirkan janin
menunjukkan gangguan glukosa puasa atau toleransi, pasien harus diuji
ulang setiap tahun. Semua wanita dengan GDM harus menerima intensif
terapi dan latihan program individu ditentukan karena mereka mempunyai
risiko tinggi terkena diabetes. Mereka perlu dirujukan pada para medis
dengan keahlian dalam pendidikan dan perawatan diabetes dewasa untuk
wanita dengan kelainan kadar glukosa pada postpartum.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara kegemukan ibu dengan kejadian Diabetes Mellitus
Gestasional
Dalam kasusu ditunjukan oleh kutipan berikut :
“Nyonya sinta adalah seorang perempuan gemuk..... Nyonya sinta
memiliki keturunan dibetes miletus dari keluarga ayahnya.... selama
kehamilannnya ini nyonya sinta suka makan makanan yang manis.”
Menurut Doshani dan Konje (2009), overweight merupakan
faktor risiko pada gangguan toleransi glukosa (prediabetes) baik sebelum
atau dalam kehamilan. Overweight merupakan manivestasi dari obesitas
dengan kata lain overweight merupakan suatu tahap sebelum terjadi
obesitas. Hal ini dapat dijelaskan dengan mekanisme dimana saat terjadi
obesitas maka sel-sel lemak yang menggemuk akan menghasilkan
beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya
lebih banyak daripada keadaaan tidak gemuk. Zat-zat itulah yang
menyebabkan resistensi insulin. Akibat resistensi insulin inilah glukosa
sulit masuk ke dalam sel keadaan ini membuat glukosa darah tetap tinggi
(hiperglikemi) dan terjadilah diabetes. Selain itu, saat hamil biasanya
terjadi penambahan berat badan dan peningkatan konsumsi makanan
sehingga keadaan ini dapat berdampak pada meningkatnya gula darah di
atas normal (Maryunani, 2008). Oleh Karena itu, sebelum hamil ibu perlu
menjaga pola makan sebelum terjadi peningkatan berat badan berlebih
saat kehamilan.
Riwayat overweight juga merupakan salah satu faktor yang dapat
berkontribusi secara tidak langsung pada kejadian prediabetes/diabetes
mellitus gestasional. Hasil uji statistik pada penelitian Irfan Pratama
Saldah (2012) menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki riwayat
overweight berisiko 6,952 kali menderita prediabetes/diabetes mellitus
gestasional diabandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat
overweight dimana nilai besar risiko tersebut bermakna secara statistik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Hosler et
al (2011) dimana didapatkan hasil bahwa, ibu yang memiliki riwayat
overweight berisiko 1,53 kali untuk menderita diabetes mellitus
gestasional sedangkan ibu yang memiliki risiko obesitas berisiko 2,59
kali untuk menderita diabetes mellitus gestasional dibandingkan dengan
ibu yang tidak memiliki riwayat overweight. Penelitian lain yang
berhubungan yaitu, Chu et al (2007), didapatkan hasil bahwa ibu yang
memiliki riwayat obesitas memiliki risiko 3,56 kali untuk menderita
diabetes melitus gestasional dibandingkan dengan ibu yang tidak
memiliki riwayat obesitas.
B. Hubungan antara riwayat keluarga menderita diabetes melitus dengan
kejadian Diabetes Mellitus Gestasional
Pada kasus diceritakan bahwa tokoh memiliki riwayat keturunan
diabetes mellitus. Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan kalimat berikut ini.
“... memiliki keturunan DM dari keluarga ayahnya”. Selain itu pada paragraf
lainnya diceritakan bahwa anak pertama dari tokoh terlahir dengan bobot
sebesar 4.100 gr, dengan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh
dalam kasus erisiko tinggi untuk menderita diabetes mellitus gestasional.
DiabetesMellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil
tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak
(WHO, 2012). Sebagian besar DMG bersifat asimtomastis sehingga diagnosis
ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Faktor genetik bukan merupakan penyebab langsung dari kejadian
diabetes mellitus, namun faktor genetik merupakan salah satu faktor resiko
yang dapat meningkatkan resiko seseorang untuk mengidap penyakit diabetes
mellitus, khususnya diabetes mellitus gestasional. Faktor resiko dari diabetes
mellitus gestasional diantaranya adalah usia> 25 tahun, obesitas, riwayat
keluarga dengan diabetes mellitus tipe 2, pernah melahirkan bayi dengan
bobot> 4000 gr, riwayat metabolisme glukosa yang abnormal, riwayat
intoleransi glukosa dan glukosuria. Orang yang memiliki salah satu atau lebih
anggota keluarga baik orang tua, saudara, atau anak yang menderita diabetes,
memiliki kemungkinan 2 sampai 6 kali lebih besar untuk menderita diabetes
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki anggota keluarga
yang menderita diabetes (CDC, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh G. Wuwungan pada tahun 2013
menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan
kejadian diabetes mellitus, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan
riwayat diabetes mellitus memiliki risiko lima kali lebih besar untuk
menderita diabetes mellitus.
C. Hubungan antara Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis dengan
kejadian Diabetes Mellitus Gestasional
Kehamilan berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan energi,
termasuk energi yang dihasilkan dari metabolisme basal (BMR) (Prentice
(1996), WHO (1985)). Respon tubuh terhadap meningkatnya BMR yaitu
meningkatnya nafsu makan pada ibu hamil. Meningkatnya rata-rata
kebutuhan energi ini dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin. Pola makan
ibu hamil yang tinggi kalori seperti makan makanan manis yang berlebihan
dapat mengakibatkan lonjakan berat badan yang terlalu ekstrim.
Pada kasus dapat diketahui bahwa ibu X memiliki kebiasaan diet
tinggi gula. Seperti pernyataan kasus di bawah ini:
“Selama kehamilannya ini, Nyonya Sinta sering makan makanan yang
manis.”
Peningkatan BMR dianggap sebagai hasil dari meningkatnya
konsumsi oksigen karena peningkatan kerja sehubungan dengan sirkulasi
pada ibu, respirasi, dan fungsi ginjal dan massa jaringan yang meningkat
(Hytten, 1980). Besarnya peningkatan BMR selama kehamilan secara
signifikan berhubungan dengan penambahan berat badan selama masa gestasi
dan rata-rata lemak tubuh sebelum kehamilan (Prentice, 1996).
Kebiasaan makan makanan tinggi gula dapat menyebabkan ibu hamil
mengalami overweight. Kondisi ini merupakan faktor risiko terjadinya
gangguan toleransi glukosa (prediabetes) baik sebelum atau dalam kehamilan.
Overweight dapat bermanifestasi menjadi obesitas. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa saat terjadi obesitas, maka sel-sel lemak yang menggemuk akan
menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin dengan
jumlah lebih banyak dibandingkan orang yang tidak gemuk. Zat-zat itulah
yang menyebabkan resistensi insulin. Akibat resistensi insulin inilah glukosa
sulit masuk ke dalam sel, yang menyebabkan glukosa darah tetap tinggi
(hiperglikemi) dan terjadilah diabetes (Saldah, 2013). Selain itu, saat hamil
biasanya terjadi penambahan berat badan dan peningkatan konsumsi makanan
sehingga keadaan ini dapat berdampak pada meningkatnya gula darah di atas
normal (Maryunani, 2008).
Resistensi insulin dapat disebabkan karena hormon-hormon plasenta
dan/ atau protein, seperti placental growth hormone, kortisol, human
placental lactogen atau TNF-α (Gilmartin, 2008). Selama kehamilan,
resistensi insulin di seluruh tubuh meningkat sekitar 3 kali lebih besar dari
resistensi pada kondisi tidak hamil. Secara umum, resistensi insulin dapat
dikategorikan sebagai pre-reseptor bagi penyakit-penyakit autoimun, reseptor
obesitas, atau post-reseptor. Pada kehamilan, penurunan sensitivitas insulin
dikategorikan sebagai penurunan kemampuan insulin untuk membawa
SLC2A4 (GLUT4) dari interior sel menuju permukaan sel. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan gula plasma (Catalano, 2010).
Dampak kehamilan terhadap fungsi sistem endokrin salah satunya
adalah dampak terhadap insulin pankreas. Ukuran pulau-pulau pankreas
bertambah dan sel-sel β penghasil insulin mengalami hiperplasia. Hiperplasia
sel β pankreas terjadi karena peningkatan estrogen dan progesteron selama
kehamilan. Kadar insulin secara cepat akan meningkat pada awal kehamilan,
sebagai respon dari resistensi insulin. Pada trimester kedua dan ketiga, insulin
terus mengalami peningkatan di plasenta yang akan menurunkan sensitivitas
insulin maternal, dan ini akan menstimulasi sel-sel ibu untuk menggunakan
energi selain glukosa seperti asam lemak bebas, dan ini akan meningkatkan
stok glukosa ke bayi (NICHD, 2012).
Berikut ini adalah patofisiologi terjadinya diabetes mellitus
gestasional:
1. Terjadinya resistensi insulin
Resistensi insulin dan berkurangnya sensitivitas insulin selama
kehamilan terjadi karena pengaruh hormon seperti estrogen, progesteron,
kortisol, dan laktogen plasenta di dalam sirkulasi maternal. Normalnya,
resistensi insulin di seluruh tubuh meningkat sekitar 3 kali pada saat hamil
dibandingkan kondisi sebelum hamil. Seiring bertambahnya usia
kehamilan dan semakin besarnya ukuran plasenta, produksi hormon juga
meningkat, begitu juga dengan peningkatan resistensi insulin. Proses ini
biasanya dimulai diantara 20-24 minggu kehamilan (Mohammed and
Mohammed, 2011).
2. Unit plasenta
Plasenta mensintesis pregnenolone dan progesteron dari kolesterol.
Beberapa progesteron masuk ke dalam sirkulasi janin dan menyediakan
substrat untuk pembentukan kortisol dan corticosteron di kelenjar adrenal
janin. Beberapa pregnenolone memasuki janin dan mensintesis
pregnenolone di dalam hati janin, substrat untuk pembentukan
dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS) dan 16-
hydroxydehydroepiandrosterone sulfate (16-OHDHEAS) di kelenjar
adrenal janin. DHEAS dan 16-OHDHEAS dialirkan kembali menuju
plasenta, yang mana DHEAS membentuk estradiol dan 16-OHDHEAS
membentuk estriol.
Kehamilan akan menyebabkan meningkatnya beberapa hormon
seperti kortisol, estrogen, dan progesteron. Hormon-hormon ini dikenal
sebagai hormon anti-insulin (Mohammed and Mohammed, 2011). Janin dan
plasenta berinteraksi untuk membentuk hormon steroid ini. Ini ditunjukkan
bahwa peningkatan kortisol selama kehamilan dianggap sebagai hormon
utama yang menyebabkan penurunan toleransi glukosa pada kehamilan
normal. Selain itu, estrogen dan progesteron dianggap sebagai hormon utama
yang mempengaruhi fungsi sel β pankreas pada awal kehamilan dan resistensi
insulin khususnya pada kehamilan trimester akhir.
D. Hubungan antara Stress dengan kejadian Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah diabetes yang timbul
selama kehamilan, artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa yang
didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.
(Katzung, 2002). Diabetes mellitus gestasional berhubungan dengan
meningkatnya komplikasi perinatal di sekitarwaktu melahirkan), sang ibu
memiliki resiko untuk dapat menderita penyakit diabetes mellitus yang lebih
besar dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun setelah melahirkan (Woodley
dan Wheland, 1995).
Diabetes pada ibu hamil dapat terjadi pada 2-5% kehamilan. Biasanya
diabetes akan hilang setelah anak lahir. Ibu hamil dengan diabetes dapat
melahirkan bayi besar dengan berat badan lebih dari 4 kg. Apabila ini terjadi,
sangat besar kemungkinan si ibu akan mengidap diabetes tipe 2 kelak.
Penilaian adanya risiko diabetes melitus gestasional perlu dilakukan sejak
kunjungan pertama untuk pemeriksaan kehamilannya.
Dalam kasus terdapat kalimat:
“... tinggal di dekat jalan raya utama seehingga sering terdengar
bunyi kendaraan. Hal ini menyebabkan Nyonya Sinta sulit tidur dan kadang
stress.”
Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa Nyonya Sinta mengalami
stress. Jenis stress yang dialami yaitu distress. Disstress psikologis dapat
menimbulkan perubahan menjadi distress biologis yang pada proses lanjut
dapat mengganggu kesehatan dan merupakan faktor risko terjadinya.
Lazarus dan Folkman, 1984 menyatakan bahwa stres psikologis
adalah sebuah hubungan antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh
individu tersebut sebagai hal yang membebani atau melampaui kemampuan
seseorang dan membahayakan kesejahteraannya. Menurut Hans Selye dalam
bukunya Hawari (2001) stress adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik
terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang telah mengalami stres
mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang
bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik.
Kondisi seperti ini disebut dengan distres.
Kepribadian seseorang berperan penting dalam merespon suatu
stressor. Ini akan berdampak pada respon biologik yaitu pada sistem
endokrin dan imunitas (Cohen, 2005).
Perubahan biomolekuler terhadap stressor akut berbeda dengan yang
kronis. Pada stressor akut (menit-jam), sistim simpatis (terutama
noradrenergik) akan mengalami aktivasi. Kondisi demikian terjadi pada stress
psikologis ringan atau selama latihan fisik tertentu. Sebaliknya pada stress
psikologis berat dan terpapar stressor fisik berat maka akan mengaktivasi
aksis HPA yang selanjutnya mengakibatkan gangguan pada system
imunologis dan proses plastisitas. (Dhabhar et al.,1995).
Suatu rangsangan atau stressor akan mengaktifkan aksis HPA, yang
dicerminkan oleh pelepasan corticotrophin-releasing hormone (CRH) dan
Vasopresin (AVP) oleh nucleus paraventrikuler dari hipotalamus, kemudian
akan merangsang produksi dari adrenocortikotropic hormone (ACTH) oleh
kelenjar pituitary anterior. ACTH akan memicu pelepasan kortisol yang akan
mempengaruhi fungsi insulin terkait dalam hal sensitivitas, produksi dan
reseptor, sehingga glukosa darah tidak bisa diseimbangkan. (Avgerinos et al.,
1998).
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa stress merupakan
salah satu faktor risiko dari Diabetes Mellitus Gestasional (DMG). Stress
dapat mengganggu metabolisme tubuh merangsang produksi
adrenocortikotropic hormone (ACTH) oleh kelenjar pituitary anterior. ACTH
akan mempengaruhi fungsi insulin terkait dalam hal sensitivitas, produksi
dan reseptor, sehingga glukosa darah tidak bisa diseimbangkan.
E. Hubungan antara Diabetes Mellitus Gestasional dengan kejadian
abortus dan makrosomia (berat badan lahir besar)
1. Diabetes Mellitus Gestasional dapat Menyebabkan Abortus
Menurut American Associatio of Clinical Endocrinologist (2007),
faktor resiko diabetes mellitus gestasional ialah
a. Usia > 25 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga dengan diabetes tipe II
d. Riwayat metabolisme glukosa yang abnormal
e. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg.
f. Riwayat intoleransi glukosa dan glikosuria.
Di dalam kasus terdapat beberapa pernyataan yang menunjukkan
bahwa Nyonya Sinta mengalami Diabetes Mellitus Gestasional. Beberapa
faktor risiko yang dimiliki Nyonya Sinta seperti:
a. “Nyonya Sinta adalah seorang perempuan gemuk ...”
b. “Anak pertama Nyonya Sinta dulu lahir dengan berat badan 4100
gram ...”
c. “Nyonya Sinta memiliki keturunan DM dari keluarga ayahnya.”
d. “Tahun ini Nyonya Sinta berumur 31 tahun dan sedang hamil anak
kedua mereka.”
e. “Selama kehamilannya ini, Nyonya Sinta suka makan makanan yang
manis.”
f. “Nyonya Sinta tinggal di dekat jalan raya utama sehingga sering
terdengar suara kendaraan di rumahnya. Hal ini menyebabkan
Nyonya Sinta sulit tidur dan sering mengalami stress dikarenakan
bunyi kendaraan yang lalu lalang di sekitar rumahnya.”
Beberapa akibat diabetes ketika hamil adalah mengalami
keguguran, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal)
karena bayi yang dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan
pada alat tubuh bayi (Setianingrum, 2005). Akibat yang dialami tokoh
adalah abortus. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan berikut.
“Nyonya Sinta pernah keguguran satu kali ketika usia
kandungannya baru dua minggu.”
Diabetes Mellitus Gestasional ditandai dengan hiperglikemia
(peningkatan glukosa darah) yang diakibatkan karena produksi insulin
yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada
tingkat seluler. Insulin-insulin yang diproduksi sel-sel beta pulau
langerhans di prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam
sel. apabila insulin tidak cukup/tidak efektif, glukosa berakumulasi dalam
aliran darah dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas dalam darah yang menarik cairan intarsel ke dalam
sisitem vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah.
Akibatnya ginjal menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai
upaya untuk mengatur kelebihan volume darah dan menyekresi glukosa
yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan rasa
haus berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan akibat pemecahan
lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar
yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia).
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta
persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui
plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin,
sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.
Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping
beberapa hormon lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen.
Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan
normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan.
Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah
dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi,
bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative
hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Hiperglikemia ibu menyebabkan pH janin menurun, PCO2 meningkat,
laktat meningkat, dan eritropoentin meningkat yang menyebabkan
gangguan kronik pada transformasi O2 dan metabolit ke janin sehingga
dapat menyebabkan abortus. Aburtus sakibat Diabetes Mellitus
Gestasional terjadi pada trimester satu.
2. Diabetes Mellitus Gestasional dapat Menyebabkan Makrosomia
Makrosomia atau bayi berat lahir lebih adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat lahir lebih >4000 gram (Kosim dkk, 2009). Bayi dengan
berat lahir lebih bisa disebabkan karena adanya pengaruh dari kehamilan
posterm, bila terjadi perubahan anatomik pada plasenta maka terjadi
penurunan janin, dari penelitian Vorher tampak bahwa sesudah umur
kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan
tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun seringkali pula
plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin
bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerdling
menyatakan bahwa rata-rata berat janin >3600 gram sebesar 44,5% pada
kehamilan posterm, sedangkan pada kehamilan term sebesar 30,6%.
Risiko persalinan bayi dengan berat >4000 gram pada kehamilan posterm
meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan term (Prawirohardjo, 2008).
Selain itu faktor risiko bayi berat lahir lebih adalah ibu hamil dengan
penyakit diabetes. Ibu dengan Diabetes Mellitus Gestasional 40% akan
melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan
(Prawirohardjo, 2007). Dalam kasus disebutkan bahwa:
“Anak pertama Nyonya Sinta dulu lahir dengan berat badan (BB)
4100 gram dan panjang badan (PB) 50 cm.”
Diabetes Mellitus Gestasional berkaitan dengan makrosomia
karena adanya masalah dengan produksi insulin. Insulin dikatakan
merupakan hormon pertumbuhan primer untuk perkembangan intra uterin.
Diabetes maternal mengakibatkan peningkatan kadar asam-asam amino
bus plasenta lalu pankreas janin berespon dengan memproduksi insulin
untuk disesuaikan dengan sediaan bahan bakar akselerasi sintesis protein
yang diakibatkan bersama dengan penyimpanan glikogen dan lemak
berlebih bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia yang khas
pada kehamilan diabetik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hubungan antara kegemukan ibu dengan kejadian Diabetes Mellitus
Gestasional
Mekanisme saat terjadi obesitas akan menghasilkan zat
adipositokin yang menyebabkan resistensi insulin. Akibat resistensi
insulin inilah glukosa sulit masuk ke dalam sel keadaan ini membuat
glukosa darah tetap tinggi (hiperglikemi). Penambahan berat badan dan
peningkatan konsumsi makanan sehingga keadaan ini dapat berdampak
pada meningkatnya gula darah di atas normal sehingga terjadi Diabetes
Mellitus Gestasional.
2. Hubungan antara riwayat keluarga menderita diabetes melitus
dengan kejadian Diabetes Mellitus Gestasional
Riwayat anggota keluarga dengan diabetes mellitus bukan
merupakan penyebab langsung dari kejadian diabetes mellitus gestasional.
Faktor keturunan merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk terkena diabetes mellitus. Berdasarkan penelitian
sebelumnya dinyatakan bahwa seseorang yang memiliki keluarga dengan
riwayat diabetes mellitus akan memiliki risiko 2-6 kali lebih besar untuk
menderita diabetes mellitus. Selain itu disebutkan pula bahwa seseorang
yang memiliki riwayat keluarga diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah
satu faktor resiko yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diabetes
mellitus gestasional.
3. Hubungan antara Kebiasaan mengkonsumsi makanan manis dengan
kejadian Diabetes Mellitus Gestasional
Tingginya nafsu makan pada ibu hamil disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan energi (BMR) saat kehamilan. Ibu hamil yang
memiliki kebiasaan makan-makanan manis dapat menyebabkan tingginya
kadar gula darah. Selain itu, kehamilan juga mempengaruhi perubahan sel
β pankreas untuk memproduksi hormon insulin, yang menyebabkan
terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin ini yang akan
menyebabkan naiknya kadar gula dalam darah.
4. Hubungan antara Stress dengan kejadian Diabetes Mellitus
Gestasional
Stress merupakan salah satu faktor risiko dari Diabetes Mellitus
Gestasional (DMG). Stress dapat mengganggu metabolisme tubuh
merangsang produksi adrenocortikotropic hormone (ACTH) oleh kelenjar
pituitary anterior. ACTH akan mempengaruhi fungsi insulin terkait
dalam hal sensitivitas, produksi dan reseptor, sehingga glukosa darah
tidak bisa diseimbangkan.
5. Hubungan antara Diabetes Mellitus Gestasional dengan kejadian
abortus dan makrosomia (berat badan lahir besar)
Diabetes gestasional menyebabkan abortus karena hiperglikrmia.
Hiperglikemia ibu menyebabkan pH janin menurun, PCO2 meningkat,
laktat meningkat, dan eritropoentin meningkat yang menyebabkan
gangguan kronik pada transformasi O2 dan metabolit ke janin sehingga
dapat menyebabkan abortus. Diabetes gestasional juga menyebabkan
makrosomia atau bayi lahir besar karena menyebabkan gangguan insulin
yang menjadi pemicu adanya asam amino dan lemak berlebih pada janin.
B. Saran
1. Kepada Ibu hamil :
a. Melakukan cek gula darah secara berkala (secara pribadi/ke layanan
kesehatan terdekat) sebagai salah satu upaya deteksi dini diabetes
mellitus gestasional
b. Mengatur porsi makan dan asupan kalori untuk menjaga kadar gula
darah dalam tubuh terutama ketika trisemester ketiga kehamilan agar
berat badan tidak bertambah
c. Melakukan berolahraga secara teratur serta melakukan aktivitas fisik
dari mulai yang ringan hingga sedang untuk membakar kalori dalam
tubuh
2. Kepada Petugas Kesehatan :
a. Menyediakan layanan tes gula darah bagi ibu hamil secara rutin
terutama dengan usia kandungan 24-28 minggu
b. Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai faktor risiko
diabetes mellitus gestasional, pencegahan diabetes mellitus
gestasional, diet gizi seimbang bagi ibu hamil serta pentingnya
melakukan cek gula darah secara berkala dalam bentuk penyuluhan
dan konsultasi gratis
c. Memberikan informasi mengenai diet gizi seimbang bagi ibu hamil
dalam bentuk poster
3. Kepada pihak keluarga/suami ibu hamil :
a. Berperan aktif dalam mengawasi pola makan atau asupan kalori ibu
hamil
b. Berperan aktif untuk mengajak ibu hamil melakukan olahraga atau
aktivitas fisik secara rutin
c. Berperan aktif dalam mengingatkan ibu hamil untuk melakukan cek
gula darah secara berkala di layanan kesehatan terdekat
LAMPIRAN
Plan of Action (POA)
“Bang Tegas” (Bangkit Tanggap Diabetes Meliitus Gestasional)
(Kegiatan Non Fisik)
No
Bentuk
Kegiatan
Tujuan Sasaran Biaya Tujuan
Pencapaian
Waktu
Pelaksanaan
Penanggung
jawab
Indikator
Keberhasilan
Evaluasi
Jumlah Sumber
TAHAP PERSIAPAN1 Perizinan
dan
Sosialisasi
Program X
Memberi
kan
informasi
awal
tentang
program
X
Kepala
Dinas
Kesehatan
setempat,
Kepala
Kelurahan
setempat,
Kepala
Puskesmas
--------- ----------- 100%
informasi
mengenai
program X
tersampaikan
5 Januari
2014
Puji
Kurniasih
100%
program
kegiatan x
disetujui
Kepala
Dinas
Kesehatan
setempat,
Kepala
-----
setempat,
Bidan
setempat
Kelurahan
setempat,
Kepala
Puskesmas
setempat,
Bidan
setempat
TAHAP PELAKSANAAN1 Penyuluhan
mengenai
faktor risiko,
pencegahan
diabetes
mellitus
gestasional
serta
pentingnya
Meningkat
kan
pengetahu
an ibu
hamil di
wilayah
kelurahan
setempat
mengenai
Ibu hamil
di wilayah
kelurahan
setempat
Rp
475.000,
00
BOK
Dinas
Kesehata
n
70% Ibu
hamil di
wilayah
kelurahan
setempat
mengalami
peningkatan
pengetahuan
dan
11 Januari
2015 di Balai
Desa pukul
08.00-11.00
WIB
Yusli Harini 70% Ibu
hamil yang
mengikuti
penyuluhan
mengalami
peningkatan
nilai saat
dilakukan
post test
Pemberian pre
test dan post
test
melakukan
cek gula
darah secara
berkala
faktor
risiko,
pencegaha
n diabetes
mellitus
gestasional
serta
pentingnya
melakukan
cek gula
darah
secara
berkala
pemahaman
mengenai
faktor risiko,
pencegahan
diabetes
mellitus
gestasional
serta
pentingnya
melakukan
cek gula
darah secara
berkala
(memenuhi
standar
minimal
nilai post
test)
2 Tes gula
darah gratis
Mendeteks
i secara
dini risiko
diabetes
mellitus
Ibu hamil
khususnya
dengan
usia
kandungan
Rp
390.000,
00
BOK
Dinas
Kesehata
n
25 ibu hamil
mengikuti tes
gula darah
yang
diselenggarak
17 Januari
2015 di Balai
Desa pukul
08.00-11.00
Ria Nur
Madyasari
15 ibu hamil
mengikuti tes
gula darah
yang
diselenggarak
------
gestasional
pada ibu
hamil
24-28
minggu
an WIB an
3 Paguyuban
Ibu hamil
Mengajak
Ibu hamil
bersenam
bersama
sebagai
salah satu
aktivitas
fisik
dalam
upaya
pengurang
an risiko
diabetes
mellitus
gestasional
Ibu hamil
di wilayah
kelurahan
setempat
Rp
900.000,
00
BOK
Dinas
Kesehata
n
25 ibu hamil
mengikuti
paguyuban
ibu hamil
yang di
dirikan
18, 25
Januari dan
1,8 Februari
2015 di
Balai Desa
pukul 06.00-
08.00 WIB
(setiap hari
minggu)
Viona
Millani
Deasy
15 ibu hamil
mengikuti
paguyuban
ibu hamil
yang didirikan
-----
serta
upaya
penurunan
kadar gula
darah
dalam
tubuh
Plan of Action Program “Bang Tegas” (Bangkit Tanggap Diabetes Meliitus Gestasional)
(Kegiatan Fisik)
No Bentuk
Kegiatan
Tujuan Sasaran Jumlah
Biaya
Sumber
Biaya
Waktu
Pelaksanaan
Penanggung
Jawab
Indikator keberhasilan Evaluasi
1 Penempel
an Poster
“Diet
seimbang
bagi ibu
hamil”
Meningkatka
n
pengetahuan
ibu hamil di
wilayah
kelurahan
setempat
mengenai
pentingnya
mengatur
pola makan
dan asupan
kalori dalam
upaya
mengurangi
peningkatan
risiko
diabetes
Masyaraka
t (terutama
ibu hamil
di wilayah
kelurahan
setempat)
Rp
110.000,
00
BOK
Dinas
Kesehata
n
Menyesuaika
n (poster di
tempel di
puskesmas
dan bidan
wilayah
setempat)
Sarmaulina 90% ibu hamil memahami
pesan poster dan 70% ibu
hamil mempraktikkan diet
seimbang di rumah setelah
memahami pesan poster
Melalui
penyebaran
angket kepada
beberapa
responden terkait
penilaiannya
mengenai
efektivitas poster
mellitus
gestasional
dengan diet
seimbang
Justifikasi Anggaran Dana Program “Bang Tegas” (Bangkit Tanggap Diabetes meliitus Gestasional)
No Budget Item per
Activity
Person Day Time Unit Cost Amount
Penyuluhan
1 Transportasi
pembicara
2 Org x 1 hr x 2 Kali Rp 25.000,00 Rp 100.000,00
2 Konsumsi peserta
dan pembicara
50 Org x 1 hr x 1 Kali Rp 7.000,00 Rp 350.000,00
3 Cetak angket Pre-
Post Test
25 Org x 1 hr x 1 Kali Rp 1.000,00 Rp 25.000,00
Penyelengaraan Tes Gula Darah
1 Konsumsi peserta 25 Org x 1 hr x 1 Kali Rp 5.000,00 Rp 125.000,00
2 Konsumsi panitia
dan dokter
25 Org x 1 hr x 1 Kali Rp 7.000,00 Rp 175.000,00
3 Merchandise
(gantungan kunci)
30 Lembar x 1 hr x 1 Kali Rp 3.000,00 Rp 90.000,00
Pembuatan poster
1 Cetak Poster 50 Lembar x 1 Kali Rp 2.000,00 Rp 100.000,00
2 Cetak angket poster 20 Lembar x 1 Kali Rp 500,00 Rp 10.000,00
Paguyuban Ibu hamil
1 Konsumsi peserta 25 Org x 4 hr x 1 Kali Rp 5.000,00 Rp 500.000,00
2 Konsumsi panitia 20 Org x 4 hr x 1 Kali Rp 5.000,00 Rp 400.000,00
Total Rp 1.875.000,00
No Materi 1 Diabetes Mellitus Gestasional
Tujuan Meningkatkan pengetahuan ibu hamil di wilayah
kelurahan setempat mengenai faktor risiko,
pencegahan diabetes mellitus gestasional serta
pentingnya melakukan cek gula darah secara berkala
Pokok
Bahasan
- Definisi Diabetes Mellitus Gestasional- Faktor risiko Diabetes Mellitus Gestasional- Pencegahan Diabetes Mellitus Gestasional- Pengobatan Diabetes Mellitus Gestasional
Metode Ceramah dan Tanya jawab
Media Slide
Alat bantu LCD, laptop, papan tulis, spidol, penghapus, microphone dan laser
No Materi 2 Pentingnya melakukan tes gula darah secara
berkala
Tujuan Memberikan pemahaman kepada ibu hamil
mengenai pentingnya melakukan tes gula darah
secara berkala
Pokok
Bahasan
1. Definisi tes gula darah2. Manfaat tes gula darah3. Cara melakukan tes gula darah
Metode Ceramah dan Tanya jawab
Media Slide dan simulasi
Alat bantu LCD, laptop, papan tulis, spidol, penghapus, microphone, alat yang diperlukan untuk tes gula darah dan laser
Lampiran
Poster Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
_______. Diagnosis And Clasification of Diabetes Melitus. Journal of Diabetes
Care 2006; Volume 29 (Suppl. 1): 43-48.
_______. Gestational Diabetes Mellitus. Journal of Diabetes Care 2004; Volume
27, Suppl1: S88-S90.
American Associatio of Clinical Endocrinologist 2007,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32451/4/Chapter
%20II.pdf
American Diabetes Association. Gestational Diabetes Mellitus (Position
Statement). 2000. Journal of Diabetes Care; Volume 23 (Suppl. 1): S77-
S79.
Arias F, Daftary SN. Bhide AG. 2008. Practical Guide to High-Risk pregnancy &
Delivery. 3rd ed. New Delhi : Elsevier
Arjatmo,Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Association of serum interleukin-6 and high-sensitivity C-reactive protein levels
with insulin resistance in gestational diabetes mellitus". Department of
Endocrinology, Nangfang Hospital, Southern Medical University; Yu F,
Xue YM, Li CZ, Shen J, Gao F, Yu YH, Fu XJ. Diakses 19 Desember
2014.
Avgerinos, et al.. 1998. Determination of Lansoprazole in Biological Fluids and
Pharmaceutical Dosage by HPLC. European Journal of Drug Metabolism
and Pharmacokinetics, Vol. 23, No. 2, 1998, pp. 329-332.
Berger, et al. 2002. Screening for Festational Diabetes Mellitus.SOGC Clinical
Practice Guidelines. No.121.
Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC
Buckley, et al. Gestational Diabetes Mellitus in Europe: Prevalence, Current
Screening
Catalano PM. 2010. Obesity, Insulin Resistance, and Pregnancy Outcome. Focus
Review on Obesity. Reproduction, 140: 365-371.
CDC. 2011. Family History as a Tool for Detecting Children at Risk for Diabetes
and Cardiovascular Disease.
http://www.cdc.gov/ncbddd/pediatricgenetics/genetics_workshop/detecti
ng.html. diakses pada tanggal 15 desember 2014
Chu, Y Susan et al, Maternal Obesity and Risk of Gestasional Diabetes Mellitus.
Journal of
Chu, Y Susan et al. 2007. Maternal Obesity and Risk of Gestasional Diabetes
Mellitus. Journal of Diabetes Care; Volume 30 (8): 2070-2076.
Cohen, Ronald Jay and Mark E. Swerdlik. 2005. Psychological Testing and
Assessment: An Introduction to Test and Measurement. Sixth edition.
New York: McGraw-Hill Company,
Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC
Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
David R. McCance, Micheal Maresh, David A. Sacks, 2010. A Practical Manual
of Diabetes in Pregnancy
Dhabhar, F.S., Miller, A.H., Mc Ewen, B. S., and Spencer, R.L. 2007. Effects of
Diabetes Care; Volume 30 (8): 2070-2076.
Doshani, Anjum dan Konje, C Justin. 2009. Diabetes in Pregnancy: Insulin
Resistance, Obesity and Placental Dysfunction. British Journal of
Diabetes & Vascular, Volume 9, 208-212.
Gilmartin AB, et al. 2008. Gestasional Diabetes Mellitus. Rev Obstet Gynecol 1,
129-134.
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC
Hans Selye. 2001. Guide to Stres Research. New York : Van Nas Trans Reinhold
Company inc.
Hosler et al. 2011. Stressful events, smoking exposure and other maternal risk
factors associated with gestational diabetes mellitus. Journal of Paediatric
and Perinatal Epidemiology; 25, 566–574.
Hytten F. 1980. Nutrition. In: Hytten F, Chamberlain G, eds. Clinical Physiology
in Obstetrics. Oxford, United Kingdom: Blackwell Scientific Publication:
163-92.
Ifan. 2012. Faktor risiko kejadian prediabetes/ diabetes melitus gestasional di
RSIA sitti khadijah i kota Makassar. Universitas Hasanudin.Makasar.
Iis Sinsin. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta: Alex Media.
Iis Sinsin. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta: Alex Media.
Ikram, Ainal. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Ibu
Hamil jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung
Journal Clinical Diabetes January.2005. Gestational diabetes mellitus. Vol 23
Jurnal. Stress on Immune Cell Distribution: Dynamic and Hormonal Mechanism.
JImmunol, 154(10). Pp 5511–27.
Kekenusa, John S; B. T. Ratag; G. Wuwungan. 2013. Jurnal : Analisis Hubungan
Antara Umur Dan Riwayat Keluarga Menderita Dm Dengan Kejadian
Penyakit Dm Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Penyakit
Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Universitas Sam
Ratulangi. Manado
Kosim MS, Indarso F, Sarosa GI, Hendarto TW. 2007. Komponen neonatal.
Dalam: Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri neonatal emergensi
dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, bekerjasama dengan
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jaringan Nasional
Kesehatan Reproduksi. Ikatan Dokter Anak Indonesia; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Maternal and Neonatal Health
JHPIEGO; h. 92-7.
Lazarus RS, Folkman S. 1984. Stress Appraisal and Coping. New York. :
Springer PublishingCompany.
Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1, Jakarta ,
Media Aesculapius
Maryunani, Ns Anik. 2008. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta: Trans
Info Media.
Maryunani, Ns Anik. 2008. Buku Saku Diabetes Pada kehamilan. Jakarta: Trans
Info Media.
Maryunani, Ns Anik. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta: Trans Info
Media; 2008.
Mohammed and Mohammed. 2011. Pathophysiology of Gestational Diabetes
Mellitus: The Past, the Present, and the Future. Sudan: National College
for Medical and Technical Studies.
NICHD. 2012. Am I ar Risk for Gestational Diabetes?. United States:
Departments of Health and Human Services, National Institute of Health.
Osgood et al. The Inter-and Intragenerational Impact of Gestasional Diabetes on
the Epidemic of Type 2 Diabetes. Journal of American Journal of Publick
Health 2011; Volume 101, (1).173-179.
Practice and Barriers to Screening. Journal of Diabetec Medicine 201; 844-854.
Prawirohardjo. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Prentice A Spaaij C, Goldberg G, et al. 1996. Energy Requirements of Pregnant
and Lactating Women. Eur J Clin Nutr; 50:S82-111.
Retno, A. Murti suryaningsih. Ery Fatmawati. 2011. Asuhan Kebidanan
Pathologi. Yogyakarat. Pustaka Pelajar
Saldah IP, dkk. 2013. Faktor Risiko Kejadian Prediabetes/Diabetes Mellitus
Gestasional di RSIA Sitti Khadijah I Kota Makassar. Artikel Publikasi.
Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Setianingrum, S.I.W. 2005. Hubungan Antara kenaikan Berat Badan, Lingkar
Lengan Atas, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan
Berat Bayi Lahir di Puskesmas Ampel I Boyolali tahun 2005 . Semarang,
Universitas Negeri Semarang.
WHO. 1985. Energy and Protein Requirements. Report of a Joint
FAO/WHO/UNU Expert Consultation; 724:84-5.
WHO. 2012. Diabetes. World Health Organization. (online)
http://www.who.int/factsheets/fs312/en/index.html Diakses pada tanggal
15 desember 2014