107 ya.pdf

18
Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi atas Pelaksanaan Self Assessment System terhadap Tindakan Tax Evasion di Kota Padang AUDIA CITRA PERMITA 1 POPI FAUZIATI 2 RESTI YULISTIA M 3 ARIE FRINOLA MINOVIA 4 Universitas Bung Hatta Padang Abstract This study examines the effect of individual taxpayer perception for the implementation of self assessment system on tax evasion. Population of this research was individual taxpayer with non-fixed income in Padang. Sample selected by convenience sampling and collected 70 questionnaires from responden. By using simple linear regression, the result of this study shows that the individual taxpayer perception for the implementation of self assessment system has positive significant effect on the tax evasion. The results of this study differ from Suwandhi (2010) who found a negative effect of individual taxpayer perception on the implementation of self assessment system to tax evasion in Bandung. This study found the better the perception of an individual taxpayer for the implementation of self assessment system (especially those with non-fixed income in Padang), the higher the tax evasion. Self assessment system that gives credence to the taxpayer to calculate, pay and tax report itself raises an opportunity to the taxpayer for tax evasion. Keywords: Individual Tax Perception, Non-Fixed Income, Self Assessment System, Tax Evasion Abstrak Penelitian ini menguji pengaruh persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan sistem self assessment terhadap tindakan penggelapan pajak. Populasi penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang berpenghasilan tidak tetap di kota Padang. Sampel dipilih dengan cara convenience sampling dan dikumpulkan 70 kuesioner dari responden. Dengan menggunakan regresi linier sederhana, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan sistem self assessment berpengaruh positif terhadap tindakan penggelapan pajak. Hasil penelitian ini berbeda dari Suwandhi (2010) yang menemukan pengaruh negatif dari persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan sistem self assessment terhadap penggelapan pajak di Bandung. Studi ini menemukan semakin baik persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan sistem self assessment (terutama bagi mereka yang memiliki 1 [email protected] 2 [email protected] 3 [email protected] 4 [email protected]

Upload: lightningclosed

Post on 21-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 107 ya.pdf

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi atas Pelaksanaan Self Assessment System

terhadap Tindakan Tax Evasion di Kota Padang

AUDIA CITRA PERMITA1 POPI FAUZIATI2

RESTI YULISTIA M3 ARIE FRINOLA MINOVIA4

Universitas Bung Hatta Padang

Abstract This study examines the effect of individual taxpayer perception for the implementation of self assessment system on tax evasion. Population of this research was individual taxpayer with non-fixed income in Padang. Sample selected by convenience sampling and collected 70 questionnaires from responden. By using simple linear regression, the result of this study shows that the individual taxpayer perception for the implementation of self assessment system has positive significant effect on the tax evasion. The results of this study differ from Suwandhi (2010) who found a negative effect of individual taxpayer perception on the implementation of self assessment system to tax evasion in Bandung. This study found the better the perception of an individual taxpayer for the implementation of self assessment system (especially those with non-fixed income in Padang), the higher the tax evasion. Self assessment system that gives credence to the taxpayer to calculate, pay and tax report itself raises an opportunity to the taxpayer for tax evasion. Keywords: Individual Tax Perception, Non-Fixed Income, Self Assessment

System, Tax Evasion

Abstrak

Penelitian ini menguji pengaruh persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan sistem self assessment terhadap tindakan penggelapan pajak. Populasi penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang berpenghasilan tidak tetap di kota Padang. Sampel dipilih dengan cara convenience sampling dan dikumpulkan 70 kuesioner dari responden. Dengan menggunakan regresi linier sederhana, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan sistem self assessment berpengaruh positif terhadap tindakan penggelapan pajak. Hasil penelitian ini berbeda dari Suwandhi (2010) yang menemukan pengaruh negatif dari persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan sistem self assessment terhadap penggelapan pajak di Bandung. Studi ini menemukan semakin baik persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan sistem self assessment (terutama bagi mereka yang memiliki

1 [email protected] 2 [email protected] 3 [email protected] 4 [email protected]

Page 2: 107 ya.pdf

penghasilan tidak tetap di Padang), semakin tinggi penggelapan pajak. Sistem self assessment yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajak itu sendiri memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk melakukan penggelapan pajak. Kata kunci: Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi, Penghasilan tidak tetap, Sistem Self Assessment, Penggelapan Pajak

Page 3: 107 ya.pdf

1. Pendahuluan

Pajak merupakan salah satu sumber dana negara yang memberikan kontribusi

terbesar dalam membangun negara. Dari tahun ke tahun telah banyak dilakukan

berbagai kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan

negara. Kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui penyempurnaan undang-undang,

penerbitan peraturan perundang-undangan baru di bidang perpajakan guna

meningkatkan kepatuhan wajib pajak maupun menggali sumber pajak lainnya.

Kebijakan ini memberikan hasil yang positif dengan meningkatnya realisasi penerimaan

pajak penghasilan (PPh) tahun 2012 sebesar Rp. 464,66 triliun atau mencapai 90,46%

dari target Rp. 513,65 triliun atau mengalami pertumbuhan 7,79% dibandingkan dengan

realisasi tahun 2011 (Direktorat Jenderal Pajak, 2014).

Meskipun terjadi peningkatan penerimaan pajak, tetapi penerimaan pajak tahun

2012 ini hanya mencapai 90,46% dari target pajak. Kondisi ini menimbulkan

kecurigaan adanya indikasi penggelapan pajak. Kecurigaan ini semakin beralasan

dengan tertangkapnya Gayus Tambunan, seorang petugas pajak yang berkerjasama

dengan wajib pajak untuk melakukan penggelapan pajak. Menurut Suminarsasi dan

Supriyadi (2014), salah satu indikasi adanya penggelapan pajak dapat dilihat dari tidak

tercapainya target penerimaan pajak, dan faktanya dari tiap tahun realisasi penerimaan

pajak terutama PPh, tidak mencapai jumlah yang ditargetkan. Penggelapan pajak (tax

evasion) mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk

mengurangi atau sama sekali menghapus hutang pajak yang berdasarkan ketentuan

yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan perpajakan (Rahayu,

2010).

Adanya penggelapan pajak dapat diakibatkan oleh sistem perpajakan (McGee et

al., 2008). Sunarsip (Ipotnews, 2012) mengungkapkan, adanya perbedaan penafsiran

antara wajib pajak (WP) yang menerapkan self assessment system dengan Direktorat

Jenderal Pajak mengenai besaran nilai pajak yang harus dibayar menjadi pemicu utama

terjadinya kejahatan perpajakan.

Keberhasilan Self Assessment System tidak akan tercapai tanpa adanya

kerjasama antara petugas pajak dengan wajib pajak. Sistem ini akan berjalan baik bila

masyarakat memiliki tingkat kesadaran perpajakan secara sukarela (voluntary tax

compliance) yang tinggi. Apabila tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah, dapat

menimbulkan berbagai macam masalah perpajakan, salah satunya yaitu penggelapan

pajak (tax evasion) (Suminarsasi dan Supriyadi, 2014).

Page 4: 107 ya.pdf

Menurut Rahayu (2010), hal utama yang melatarbelakangi adanya tindakan

penyeludupan pajak adalah kebutuhan dasar manusia dalam upaya memenuhi

kebutuhan pokok hidupnya. Wajib pajak merasa telah bersusah payah untuk

memperoleh pendapatan tetapi dengan begitu saja dipungut oleh pajak negara. Selain

itu, yang membuat wajib pajak berusaha menyelundupkan pajak antara lain kondisi

lingkungan yang tidak patuh pajak, pelayanan fiskus yang mengecewakan, tarif pajak

yang dianggap terlalu tinggi, dan sistem administrasi perpajakan yang buruk.

Fenomena yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang umumnya

tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di beberapa wilayah lain di Indonesia.

Masih ada wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri padahal wajib pajak tersebut sudah

harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, adanya penunggakan pajak yang dilakukan

oleh wajib pajak, wajib pajak yang tidak melaporkan kewajiban pajaknya dan ada yang

menyampaikan pajaknya dengan tidak benar. Salah satu kasus di Padang yaitu adanya

perusahaan di Padang yang menerbitkan faktur dan memungut pajak dari wajib pajak

dan tidak menyetorkan hasilnya ke kas negara sehingga negara dirugikan sekitar Rp. 1,3

Milyar. Kasus ini sudah dilimpahkan di pengadilan negeri (Padang Ekspres, 2013).

Sunarsip (Ipotnews, 2012) mengungkapkan, terdapat pemahaman yang berbeda

antara wajib pajak dengan Ditjen Pajak dalam penghitungan pajak yang menerapkan

sistem Self Assessment, selisih perhitungan tersebut memunculkan peluang terjadinya

fraud. Tetapi, perbedaan tafsir ini tidak ada pengaruhnya terhadap pelanggaran pidana.

Ilyas dkk (2013) membuktikan bahwa terdapat perbedaan pemahaman antara

wajib pajak dengan fiskus mengenai penggelapan pajak di Padang. Hasil yang sama

juga ditemukan dalam penelitian Sari (2007) di Pekanbaru. Hal ini mengindikasikan

bahwa perbedaan pemahaman dapat menyebabkan wajib pajak dapat ‘terpeleset’ dalam

perbuatan ilegal dalam pajak (Ilyas dkk, 2013).

Penelitian ini menarik untuk diteliti mengingat adanya temuan penggelapan

pajak di kota Padang. Peneliti terdahulu membuktikan terdapat perbedaan pemahaman

antara wajib pajak badan dengan fiskus mengenai penggelapan pajak di kota Padang

(Ilyas, dkk. 2013) dan di kota Pekanbaru (Sari, 2007). Hal ini menimbulkan pertanyaan

apakah tindakan penggelapan pajak (Tax Evasion) dipengaruhi oleh persepsi wajib

pajak atas pelaksanaan Self Assessment System? Suwandhi (2010) menemukan bahwa

persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system berpengaruh

terhadap tindakan tax evasion. Penelitian ini dilakukan pada wajib pajak pribadi

meskipun selama ini indikasi dilakukannya penggelapan pajak lebih banyak terjadi pada

Page 5: 107 ya.pdf

wajib pajak badan, tetapi tidak tertutup kemungkinan wajib pajak orang pribadi juga

melakukan hal yang sama. Lebih spesifik, wajib pajak pribadi yang diteliti dalam

penelitian ini adalah wajib pajak pribadi yang berpenghasilan tidak tetap seperti

pedagang, penerima upah, dll. Wajib pajak berpenghasilan tidak tetap akan lebih tinggi

melakukan penggelapan pajak dibandingkan berpenghasilan tetap karena biasanya

perusahaan tempat mereka bekerja membantu dalam pengurusan pajak karyawan

tetapnya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terutama pada wajib pajak

pribadi untuk dapat meningkatkan kesadaran dan kejujuran dalam membayar pajaknya

dan agar berhati-hati dalam menghitung, mengisi dan melaporkan pajak. Selain itu agar

wajib pajak lebih sering menambah pengetahuan tentang pajak terutama tentang pajak

penghasilan pribadi, mengikuti pelatihan gratis yang diadakan kantor pelayanan pajak

dan aktif bertanya agar tidak ‘terpeleset’ dalam tindakan tax evasion.

2. Rerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

2.1. Pelaksanaan Self Assessment System

Self Assessment System dikenal setelah terjadinya reformasi perpajakan pada

tahun 1983 dimana sistem yang dipakai sebelumnya adalah official assessment system.

Menurut Ilyas dan Burton (2012) self assessment system berarti kepada wajib pajak

diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk melaksanakan pemenuhan kewajiban

perpajakannya dengan cara menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan

sendiri jumlah pajak yang harus dibayar ke negara.

Rahayu (2010) menyatakan bahwa tata cara pemungutan pajak dengan

menggunakan self assessment system berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai

pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi, dimana ciri-ciri self assessment system

adalah adanya kepastian hukum, sederhana perhitungannya, mudah pelaksanaannya,

lebih adil dan merata, dan perhitungan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak.

Menurut Ilyas dan Burton (2012), Prinsip self assessment secara jelas tampak

dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan yang telah diubah dengan Undang-undang No 16 Tahun 2009

(Undang-undang KUP) pada dasarnya memiliki makna, yaitu:

1. Agar semua Wajib Pajak bersifak aktif di dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya tanpa perlu menunggu adanya surat ketetapan pajak yang akan

dikeluarkan oleh petugas pajak (fiskus),

Page 6: 107 ya.pdf

2. Penghitungan jumlah pajak yang dibayar untuk sementara dianggap sebagai

perhitungan menurut ketentuan yang berlaku,

3. Fiskus memiliki kewenangan untuk melakukan penghitungan jumlah pajak yang

telah dilaporkan Wajib Pajak sepanjang fiskus memiliki data bahwa Wajib Pajak

belum melaksanakan penghitungan dengan benar. Surat ketetapan pajak akan

diterbitkan setelah melalui proses pemeriksaan dengan cara-cara yang diatur

dalam undang-undang pajak.

2.2. Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

Menurut Rahayu (2010),

Penggelapan pajak atau penyelundupan pajak merupakan usaha aktif Wajib

Pajak dalam hal mengurangi, menghapuskan, manipulasi illegal terhadap utang

pajak atau meloloskan diri untuk tidak membayar pajak sebagaimana yang telah

terutang menurut aturan perundang-undangan.

Penggelapan pajak biasa dilakukan perusahaan dengan cara membuat faktur

palsu, tidak mencatat penjualan atau laporan keuangan palsu. Tetapi praktek

penggelapan pajak seperti ini sering ketahuan sehingga modus penggelapan pajak

menjadi berubah. Perusahaan berusaha menyuap pegawai pajak dalam kaitannya

memperkecil jumlah pajak yang masih harus dibayar atau dalam penyelesaian keberatan

pajak. Motif ini belum bisa diungkap oleh pemerintah (Hutami, 2012).

Menurut Zain (2008), indikator dari penggelapan Pajak yaitu:

a. Tidak menyampaikan SPT

b. Menyampaikan SPT dengan tidak benar

c. Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan NPWP atau pengukuhan PKP

d. Berusaha menyuap fiskus.

Penyebab terjadinya tax evasion atau penggelapan pajak adalah (Rahayu, 2010):

1. Kondisi Lingkungan

Lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yanag terpisahkan dari manusia

sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu saling bergantung satu sama lain,

begitu juga dalam dunia perpajakan. Jika lingkungan kondisinya baik, masing-

masing individu akan termotivasi untuk memenuhi peraturan perpajakan dengan

membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebaliknya jila

Page 7: 107 ya.pdf

lingkungan sekitar kerap melakukan pelanggaran, maka masyarakat saling

meniru untuk tidak mematuhi peraturan dan melakukan perlawanan pajak.

2. Pelayanan Fiskus yang Mengecewakan

Pelayanan aparat pemungut pajak terhadap masyarakat cukup menentukan

dalam pengambilan keputusan wajib pajak dalam membayar pajaknya. Jika

pelayanan yang diberikan oleh aparat pemungut pajak telah memuaskan wajib

pajak, maka wajib pajak menganggap bahwa kontribusinya telah dihargai

meskipun hanya sekedar dengan pelayanan yang ramah, tetapi jika dilakukan

tidak menunjukkan penghormatan atas usaha wajib pajak, masyarakat merasa

malas untuk membayar pajak kembali

3. Tingginya Tarif Pajak.

Pemberlakuan tarif pajak mempengaruhi wajib pajak dalam membayarkan

pajaknya. Pembebanan pajak yang rendah membuat masyarakat tidak terlalu

keberatan untuk memenuhi kewajibannya. Meskipun masih ingin menghindar

dari pajak, mereka tidak akan terlalu membangkang terhadap aturan-aturan

perpajakan. Dengan pembebanan tarif yang tinggi, masyarakat semakin serius

berusaha agar terlepas dari jeratan pajak yang menghantuinya. Wajib pajak ingin

mengamankan hartanya sebanyak mungkin dengan berbagai cara, karena mereka

tengah berusaha untuk mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya.

4. Sistem Administrasi Perpajakan yang buruk.

Penetapan sistem administrasi pajak mempunyai peranan penting dalam proses

pemungutan pajak suatu negara. Dengan sistem administrasi yang bagus,

pengelolaan perpajakan akan berjalan lancar dan tidak akan terlalu banyak

menemui hambatan yang berarti.

Menurut Gunadi (2007), beberapa akibat dari perbuatan penggelapan pajak, yaitu:

1. Dalam bidang keuangan.

Penggelapan pajak merupakan pusat kerugian bagi kas negara karena dapat

menyebabkan ketidakseimbangan antara anggaran dan konsekuensi-konsekuensi

lain yang berhubungan dengan itu, seperti kenaikan tarif pajak, keadaan

inflasi.dll.

2. Dalam bidang ekonomi

Penggelapan pajak sangat mempengaruhi persaingan sehat antara para

pengusaha. Maksudnya pengusaha yang melakukan penggelapan pajak dengan

Page 8: 107 ya.pdf

cara menekan biayanya secara tidak wajar. Sehingga perusahaan yang

menggelapkan pajak memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan

pengusaha yang jujur.

3. Dalam bidang psikologi

Jika wajib pajak terbiasa melakukan penggelapan pajak, itu sama saja

membiasakan untuk selalu melanggar undang-undang. Karena tujuan wajib

pajak dalam menggelapkan pajak pasti untuk mencari keuntungan yang lebih

besar.

2.3 Pengaruh Self Assessment System dengan Tax Evasion

Prinsip utama pemungutan pajak sebagai wujud dari kewajiban warga negara

untuk ikut membantu pembiayaan negara dan pembangunan nasional adalah dengan

diberikannya kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, melaporkan,

mencatat dan membayarkan jumlah pajak terhutang. Akan tetapi banyak wajib pajak

memanfaatkan kepercayaan yang diberikan dan berfikir untuk melarikan diri dari

kewajiban atau mengurangi jumlah pajak terhutang mereka, bahkan cenderung tidak

membayar pajak. Tindakan tersebut merupakan tindakan penyelundupan pajak (tax

evasion) dimana tindakan ini merupakan tindakan ilegal.

Menurut Sunarsip (Ipotnews, 2012), terjadi penghindaran pajak atau

penggelapan pajak akibat ketidakpastian aturan pengutipan pajak yang menerapkan self

assessment system. Sistem ini memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dalam

menghitung, membayar, melaporkan sendiri pajak terutangnya sesuai dengan ketentuan

perpajakan, sehingga memicu terjadinya penafsiran yang berbeda antara wajib pajak

dengan Ditjen Pajak, sehingga ada selisih besaran pajak yang mesti dibayar wajib pajak.

Hasil penelitian Sari (2007) di Pekanbaru dan Ilyas, dkk (2013) di Padang membuktikan

bahwa terdapat perbedaan pemahaman antara wajib pajak dengan fiskus mengenai

penggelapan pajak.

Menurut Ilyas dan Burton (2012), pemberian kepercayaan penuh melalui

pelaksanaan sistem self assessment kepada wajib pajak seakan memberi ruang amat

besar dan sangat memungkinkan kalau data dan pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak

ke kantor pajak tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kalaupun itu terjadi

harus diakui bahwa hal itu merupakan konsekuensi logis dari sistem yang diberlakukan.

Slemrod (2007) menemukan bahwa tindakan penggelapan pajak di Amerika

Serikat dan beberapa negara Eropa lainnya terjadi karena adanya ketidakpatuhan wajib

pajak pribadi maupun badan dan rasa kecewa wajib pajak terhadap pelaksanaan sistem

Page 9: 107 ya.pdf

perpajakan di negara mereka masing-masing. McGee et al., (2008) meneliti etika dalam

penggelapan pajak di Hongkong dan Amerika Serikat. Dengan sampel mahasiswa bisnis

di Hongkong dan Amerika, penelitian ini menemukan bahwa responden di Hongkong

dan Amerika Serikat menentang pandangan bahwa penggelapan pajak selalu etis.

Penggelapan pajak terjadi pada negara yang korup dan sistem pajak yang tidak adil.

McGee (2006) menyatakan bahwa penggelapan pajak dianggap suatu hal yang

etis dikarenakan oleh minimnya keadilan dalam penggunaan uang yang bersumber dari

pajak, korupsi pemerintah, dan tidak mendapat imbalan/pengaruh atas pajak yang telah

dibayarkan, yang berakibat kurangnya tingkat pendapatan penerimaan pajak Negara dan

menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat kepada institusi terkait dalam

membayarkan pajaknya. Nickerson, et al (2009) meneliti dimensi skala etis dalam

penggelapan pajak, salah satunya adalah dimensi sistem perpajakan. Peneliti

berargumen bahwa pengelolaan uang pajak yang dapat dipertanggungjawabkan, petugas

pajak yang kompeten dan tidak korup, dan prosedur perpajakan yang tidak berbelit-belit

akan membuat wajib pajak enggan untuk menggelapkan pajak. Akan tetapi, apabila

pengelolaan uang pajak tidak jelas, ditambah lagi petugas pajaknya justru mengorupsi

uang pajak, maka para wajib pajak enggan untuk melaporkan kewajibannya dengan

jujur, mereka akan cenderung untuk menggelapkan pajak.

Penelitian Tarjo dan Kusumawati (2006) di Bangkalan Madura, menemukan

bahwa pelaksanaan self assessment system di Bangkalan belum terlaksana dengan baik,

karena wajib pajak masih banyak yang tidak menghitung sendiri pajak terutangnya

meskipun dalam fungsi membayar sudah baik yaitu menyetorkan pajak terutangnya

sebelum jatuh tempo, tetapi ada wajib pajak yang membayar pajak terutang tidak sesuai

dengan perhitungannya. Dilihat dari fungsi fiskus, ternyata self assessment system di

Bangkalan juga belum terlaksana dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan informasi

yang tidak merata dan fungsi pengawasannya sulit diukur dari persepsi wajib pajak.

Sedangkan pada fungsi pelayanan, ternyata mereka yang sering datang ke KPP adalah

wajib pajak yang fungsi perhitungannya dilakukan oleh Fiskus.

Sementara dalam penelitian Suwandhi (2010) pada KPP Pratama Bandung

Cibeunying, menemukan pelaksanaan Self Assessment System berkaitan signifikan

dengan tindakan tax evasion pada KPP Pratama Bandung Cibeunying. Keterkaitan

pelaksanaan Self Assessment system dengan tindakan tax evasion juga dipengaruhi oleh

faktor lain yaitu kesadaran yang kurang tentang kewajiban membayar pajak, kondisi

lingkungan, tarif pajak yang semakin tinggi, pelayanan fiskus yang mengecewakan.

Page 10: 107 ya.pdf

Artinya, semakin baik pelaksanaan self assessment system maka tindakan tax evasion

yang terjadi akan semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin buruk pelaksanaan

self assessment system maka tindakan tax evasion akan menjadi tinggi. Sementara

dalam persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system

masih cukup. Artinya pelaksanaan sistem yang dimulai dari pendaftaran NPWP,

perhitungan pajak, penyetoran dan pelaporan SPT oleh wajib pajak sendiri masih belum

berjalan baik. Akan tetapi ada beberapa pelaksanaan yang sudah dianggap baik seperti

proses pendaftaran dan pelayanan yang diberikan fiskus.

Dianutnya Self Asessment system diharapkan dapat menciptakan kesadaran diri

wajib pajak dalam membayar pajak secara sukarela melalui misi dan konsekuensi yang

dibawa oleh self assessment system, karena semakin tinggi kepatuhan sukarela maka

semakin kecil pula kebutuhan mengawasi wajib pajak sehingga penggelapan pajak

dapat diminimalisir. Dengan demikian maka diturunkan sebuah hipotesis bahwa :

Ha : Persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system

berpengaruh terhadap tindakan tax evasion

3. Metoda Penelitian

3.1. Sumber Data, Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari

responden dengan menyebarkan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

wajib pajak orang pribadi yang sudah memiliki NPWP dan berpenghasilan tidak tetap di

kota Padang. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib

pajak orang pribadi yang dipilih dengan menggunakan metode Convenience Sampling

yaitu pemilihan sampel berdasarkan kemudahan.

3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel dependen penelitian ini adalah Tax Evasion yaitu suatu tindakan yang

dilakukan oleh wajib pajak dalam menggelapkan atau menghindarkan pajak

terhutangnya secara ilegal. Pengukuran tax evasion menggunakan 5 skala likert, sebagai

berikut: 1 = sangat negatif, 2 = negatif, 3 = ragu-ragu, 4 = positif, 5 = sangat positif.

Terdapat 11 pertanyaan dengan rincian: Tidak menyampaikan pengisian SPT dengan 2

pertanyaan; menyampaikan SPT dengan tidak benar dengan 2 pertanyaan; tidak

mendaftar/ menyalahgunakan NPWP atau pengukuhan PKP dengan 3 pertanyaan; tidak

menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong dengan 2 pertanyaan; berusaha

menyuap fiskus dengan 2 pertanyaan.

Page 11: 107 ya.pdf

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Persepsi Wajib

Pajak orang pribadi atas pelaksanaan Self Assessment System, yaitu pemungutan pajak

yang memberikan wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib pajak

untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya

pajak yang harus dibayar (Waluyo, 2011).

Untuk Persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan Self Assessment

System menggunakan 5 skala likert sebagai berikut: 1 = sangat negatif, 2 = negatif, 3 =

ragu-ragu, 4 = positif, 5= sangat positif. Terdapat 17 pertanyaan dengan rincian untuk

indikator mendaftar dengan 3 pertanyaan; untuk indikator Menghitung dengan 4

pertanyaan; untuk indikator Membayar dengan 2 pertanyaan; untuk indikator Melapor

dengan 4 pertanyaan; untuk indikator Pelayanan fiskus dengan 2 pertanyaan; untuk

indikator Pengawasan dengan 2 pertanyaan.

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1. Pengujian Kualitas Data

Uji Validitas dilakukan dengan menggunakan analisis faktor dengan kriteria

suatu item dikatakan valid apabila memiliki Kaiser Meyer Olkin > 0,5 dan faktor

loading > 0,4. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Cronbach Alpha

(α), dimana suatu instrumen dapat dikatakan handal (reliabel), bila memiliki Cronbach

alpha > 0,6.

3.3.2. Uji Normalitas

Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan uji normalitas data. Normal atau

tidaknya sebuah data dapat diketahui dengan melihat penyebaran data (titik) pada suatu

sumbu diagonal dari grafik normal Probability Plot. Jika data menyebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

3.3.3. Uji Hipotesis

Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan maka digunakan analisis regresi

liner sederhana dengan persamaan sebagai berikut:

Y = a + bX + e

Keterangan:

Y = Tax Evasion

a = Konstanta

Page 12: 107 ya.pdf

b = Koefisien Regresi

X = Persepsi Wajib Pajak Orang pribadi atas Pelaksanaan Self Assessment System

e = Error

4. Hasil Penelitian

4.1. Demografi Responden

Berdasarkan tabel 1, dari 80 kuisioner yang disebar, yang kembali 70 buah

(87,5%) , sedangkan kuisioner yang tidak kembali sebanyak 10 buah (12,5%), maka

jumlah kuesioner yang dapat dianalisis adalah sebanyak 70 buah.

Tabel 1. Gambaran Umum Proses Penyebaran Kuesioner

Keterangan Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah Kuesioner yang disebarkan Jumlah Kuesioner yang tidak kembali Jumlah Kuesioner yang kembali

Total kuesioner yang diolah

80 10 70 70

100 12,5 87,5

Sumber: hasil pengolahan data

Tabel 2. Profil Responden Berdasarkan Gender

Keterangan Jumlah (orang) Jumlah (%) Laki Laki 39 55,7 Perempuan 31 44,3

Total 70 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 3. Profil Responden Berdasarkan Usia

Keterangan Jumlah (orang)

Jumlah (%)

18 - 25 Tahun 19 27,15 26 - 35 Tahun 19 27,15 36 - 46 Tahun 22 31,4 > 46 Tahun 10 14,3

Total 70 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data

Page 13: 107 ya.pdf

Tabel 4. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan

Keterangan Jumlah (orang) Jumlah (%) SMP 1 1,4 SLTA 32 45,7 Sarjana (S1) 37 52,9

Total 70 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 5. Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan

Keterangan Jumlah (orang) Jumlah (%) Wiraswasta 47 67,2 Pedagang 22 31,4 Lainnya 1 1,4

Total 70 100 Sumber : Hasil Pengolahan data

Selanjutnya karakteristik responden yang menjadi sampel pada penelitian ini,

berdasarkan jenis kelamin; laki-laki 55,7%, perempuan 44,3% (tabel 2), berdasarkan

umur; antara 18-25 tahun 27,15%, antara 26-35 tahun 27,15%, antara 36-46 tahun 31,4

tahun, diatas 46 tahun 14,3%, (tabel 3) berdasarkan pendidikan; SMP sebanyak 1,4%,

SLTA sebanyak 45,7%, sarjana sebanyak 52,9%, (tabel 4) berdasarkan pekerjaan;

wiraswasta 67,2%, pedagang 31,4%,lainnya 1,4% (tabel 5).

4.2. Statistik Deskriptif

Hasil statistik deskriptif dapat dilihat dari tabel 6 berikut:

Tabel 6. Statistik Deskriptif Data Variabel

N Kisaran teoritis

Kisaran Aktual Mean Std. Deviation

X 70 17-85 23-83 56.9714 9.06014 Y 70 11-55 17-52 35.1429 6.93298

Valid N (listwise) 70

Sumber : hasil pengolahan data

4.3 Uji Instrumen Data dan Uji Normalitas Data

Pengujian validitas menunjukkan nilai KMO dan faktor loading berada diatas

0,5 dan Cronbach Alpha berada diatas 0,6 yang menunjukkan data lolos uji validitas dan

reabilitas (tabel 7).

Page 14: 107 ya.pdf

Tabel 7. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Variabel KMO Faktor Loading

Cronbach Alpha

Persepsi WP orang Pribadi atas Pelaksanaan Self Assessement System (X) 0,706 0,455-0,769 0,774

Tindakan Tax Evasion (Y) 0,690 0,422-0,742 0,740 Sumber: Hasil pengolahan data

Pengujian normalitas dapat dilihat pada gambar 1 .

Gambar 1 Hasil Uji Normalitas

Dari gambar 1 menunjukkan bahwa data yang ditemukan telah memenuhi

asumsi kenormalan suatu data, karena data yang disebar di sekeliling garis lurus atau

tidak berpencar jauh dari garis lurus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

persyaratan normalitas terpenuhi.

4.4 Uji Hipotesis

Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai R2 adalah sebesar 0,277, ini berarti

27,7% persepsi Wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system

memberikan kontribusi dalam mempengaruhi tindakan tax evasion sedangkan sisanya

72,3% di jelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam model penelitian ini.

Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh bahwa persepsi wajib pajak orang

pribadi atas pelaksanaan self assessment system memiliki nilai signifikansi sebesar

0,000 pada alpha 0,05, koefisien persepsi wajib pajak 0,402. Hal ini berarti semakin

baik persepsi wajib pajak atas pelaksanaan self assessment system maka tindakan tax

evasion semakin meningkat di kota Padang (tabel 8).

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expec

ted Cu

m Prob

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: EVA

Page 15: 107 ya.pdf

Tabel 8. Hasil Pengujian Hipotesis

Keterangan Koefisien Sig

Konstan 12,216 0,009

Persepsi Wajib Pajak

Pribadi

0,402 0,000

R2 0,277

F sig 0,000

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Penelitian ini menemukan hal yang menarik yang terjadi pada wajib pajak orang

pribadi di kota Padang. Semakin baiknya persepsi wajib pajak atas pelaksanaan self

assessment system justru semakin meningkatkan penggelapan pajak (tax evasion).

Penelitian ini justru berbeda dengan hasil yang ditemukan oleh Suwandhi (2010) yang

menemukan terdapat pengaruh negatif antara persepsi wajib pajak orang pribadi atas

pelaksanaan self assessment system terhadap tindakan tax evasion di Bandung.

Penerapan self assessment system yang memberikan kepercayaan penuh kepada

wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajak terhutangnya sendiri

memberikan peluang yang sangat besar kepada wajib pajak untuk menggelapkan pajak

terhutangnya. Hal inilah yang mengakibatkan peningkatan tindakan tax evasion di kota

Padang. Adanya penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan kepada wajib pajak dalam

pelaksanaan self assessment system juga menjadi pemicu tindakan tax evasion tersebut.

Dengan kepercayaan yang telah diberikan, membuat wajib pajak berpikir bahwa data

laporan pajak yang akan dibayarnya tidak akan dihitung ulang lebih terinci oleh petugas

pajak. Selain itu kurangnya pengawasan yang dilakukan fiskus kepada wajib pajak

dalam pelaksanaan self assessment system juga bisa menjadi alasan wajib pajak untuk

melakukan tindakan tax evasion.

5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis dapat

disimpulkan bahwa persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment

system berpengaruh positif terhadap tindakan tax evasion di kota Padang. Hasil

pengujian justru menimbulkan hal yang menarik karena semakin baik persepsi wajib

Page 16: 107 ya.pdf

pajak atas pelaksanaan sistem self assessment justru semakin meningkatkan tindakan

tax evasion di kota Padang. Hasil ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan self

assessment system yang memberikan sepenuhnya kepercayaan kepada wajib pajak

untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajak terhutangnya sendiri justru lebih

memberikan peluang kepada wajib pajak untuk menggelapkan pajaknya.

Wajib Pajak hendaknya menyadari kewajiban dalam membayar pajak dengan

kejujuran dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar atas kepercayaan yang

diberikan kepada wajib pajak dan juga lebih aktif dalam bertanya atau mengikuti

pelatihan karena penggelapan pajak yang dilakukan wajib pajak juga dapat disebabkan

oleh adanya perbedaan tingkat pemahaman antara wajib pajak dengan fiskus mengenai

konsep dasar penggelapan pajak seperti temuan yang diperoleh oleh Ilyas, dkk (2013).

Sedangkan bagi fiskus, kecenderungan terjadinya tax evasion masih cukup

tinggi. Oleh karena itu seharusnya fiskus mulai memperhatikan sistem dan data wajib

pajak yang lebih terintegrasi dengan menjaring atau mendeteksi kemungkinan

penyelewengan atau penggelapan pajak serta menerapkan dan mengawasi aturan sebaik

mungkin.

5.2. Keterbatasan Penelitian dan Saran

Keterbatasan penelitian yang dilakukan antara lain:

1. Ketidakterbukaan dan ketakutan wajib pajak orang pribadi saat ditanyai/diminta

mengisi kuesioner mengenai pajak.

2. Penelitian ini hanya menguji persepsi wajib pajak atas pelaksanaan self

assessment system, masih ada sejumlah variabel yang juga mempengaruhi

tindakan tax evasion atau penggelapan pajak yang belum dimasukkan kedalam

penelitian

Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menambah variabel lain yang

diduga mempengaruhi tax evasion, seperti keadilan atau menguji mengenai etika

penggelapan pajak (Suminarsasi dan Supriyadi, 2014).

Page 17: 107 ya.pdf

Daftar Pustaka

Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan. 2014. Siaran Pers – Strategi Pengamanan Penerimaan Pajak tahun 2013. www.pajak.go.id diakses Juni 2014.

Gunadi. 2007. Pajak Internasional Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Hutami, Sri. 2012. Tax Planning (Tax Avoidance dan tax Evasion) Dilihat dari Teori

Etika. www.ejournal politama.ac.id. Ilyas, Bobby, Popi Fauziati dan Resti Yulistia M. 2013. Analisis Perbedaaan Tingkat

Pemahaman Wajib Pajak dan Fiskus terhadap Pengetahuan Umum, Perencanaan, Strategi Perencanaan dan Penggelapan Pajak di Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Padang. Simposium Nasional Akuntansi XVI, Manado.

Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton. 2012. Manajemen Sengketa Dalam Pungutan

Pajak: Analisis Yuridis Terhadap Teori dan Kasus. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Ipotnews, 2012. Kejahatan Perpajakan Dipicu Sistem Self Assessment.

www.ipotnews.com, diakses Oktober 2013. McGee, Robert W. 2006. Three Views on the Ethics of Tax Evasion, Journal of

Business Ethics 2006, pp. 15-35. McGee, Robert W, Simon S. M. Ho, Annie Y. S. Li. 2008. A Comparative Study on

Perceived Ethics of Tax Evasion: Hong Kong vs the United States. Journal of Business Ethics 77.

Nickerson, Inge, Pleshko dan McGee. 2009. Presenting the Dimensionality of An Ethics

Scale pertaining To Tax Evasion, Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues, Volume 12, Number 1.

Padang Ekspres. 2013. Pengeplang Pajak Tersudut. www.padangekspres.co.id, diakses

Juni 2014. Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Sari, Yulia. 2007. Analisa Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Badan dan Fiskus

terhadap Perencanaan Pajak dan Penggelapan Pajak di Wilayah kantor Pelayanan Pajak Kota Pekanbaru. Skripsi S-1. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang.

Slemrod, Joel. 2007. Cheating Ourselves: The Economics of Tax Evasion. Journal of

Economic Perspectives Volume 21 No. 1: 25-48.

Page 18: 107 ya.pdf

Suminarsasi, Wahyu dan Supriyadi. 2014. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan dan Diskriminasi terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion). www.asp.trunojoyo,ac.id, diakses tanggal 9 Juni 2014.

Suwandhi, Rezki Suhairi. 2010. Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Atas Pelaksanaan

Self Assessment System Dalam Keterkaitannya Dengan Tindakan Tax Evasion (Studi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying). Bandung: Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNIKOM.

Tarjo dan Kusumawati. 2006. Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap

Pelaksanaan Self Assessment System: Studi Bangkalan. Jurnal JAAI Volume 10 No.1: 101-102.

Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2012. Jakarta: Mitra Wacana Media. Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Zain. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.