10 peny tht terbanyak

7

Click here to load reader

Upload: nunis-nur-azizah

Post on 04-Jul-2015

570 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: 10 peny THT terbanyak

10 PENYAKIT THT TERBANYAK di RSSA MALANG

1. Otitis Eksterna Difusaa. Batasan

- Radang pada kulit MAE, kumat-kumatan, ditandai rasa gatal dan otore. Dapat menyebar ke pinna dan epidermal membran timpani.

- Sering dijumpai di daerah panas, cuaca lembab dan perenang.

PatofisiologiKeringat berlebih merubah pH meatal skin dari asam menjadi basaPenyebab tersering : - Trauma pada meatal skin- Invasi organisme patogenikPredisposisi : DM, alergi

b. Diagnosa- Gatal pada MAE, otore, pendengaran

normal atau sedikit menurun- MAE oedem, hiperemi, kadang sampai

membran timpani- Sekret serus (alergi), purulen (infeksi

kuman), abu-abu kehitaman (infeksi jamur)- Bila infeksi hebat dapat disertai nyeri dan

febrisc. DD : otitis media akutd. Terapi

Non medis : edukasi hindari korek telingaFase akut

* pembersihan telinga* wicks, soaked in antibiotic-steroid

preparation* antibiotik*analgesik (prn)

Fase kronik* a gauze wick* pembersihan telinga* gatal dikontrol dengan krim antibiotic

steroid topikale. Prognosis : baik

2. Otitis media supuratif akuta. Batasan

- Infeksi akut mengenai mukosa telinga tengah oleh organisme pyogenik.

- Metode infeksi Via eustachian tube (paling sering) Via external ear (traumatic perforation) Blood-borne (uncommon)

- Bakteri (infant dan anak) Streptococcus pneumonia Haemophilus influenze Moraxella catarrhalis Lain :streptococcus pyogenes,

staphylococcus aureus, pseudomonas aeruginosa

b. DiagnosaUmumnya didahului batuk, pilekAda 4 stadium :a) Oklusi Tuba

- Telinga terasa penuh, grebeg-grebeg, gangguan pendengaran

- Retraksi membran- Ada efusi pada telinga tengah

b) Pre-suppuration - Nyeri - Tuli dan tinnitus (pada orang dewasa) - Anak-anak demam tinggi dan restless - Eksudat inflamasi pada telinga tengah - Membran timpani memerah

c) Suppuration- Nyeri menjadi sangat menyiksa - Ketulian meningkat - Anak bisa demam, dapat disertai

muntah dan kejang- Membran timpani merah dan bengkak - Nyeri dapat timbul pada mastoid antrum

d) Resolusi atau KomplikasiResolution - Tympanic membrane rupture with

release of pus and subsidence of symptoms

- If proper teratment is started early or if the infection was mild, resolution may

start even without rupture of tympanic membran

- Blood tinged discharge which later - Becomes mucopurulent- Small perforation, antero inferior

quadrant- Hyperemia subside with return to

normalKomplikasi - Disease spreads beyond the confines of

middle ear - If virulence of organism is high or

resistance of patient poorc. DD

Furunkel liang telinga, otitis eksternad. Terapi

a) Bersihkan telingab) Parasentesis (miringotomi)c) Antibiotik (dewasa, 7 hari):

Amoxicillin/Ampicillin 3-4x 500mg oralEritromicin 3 x 500 mg oral

d) Dekongestan—oral/tetes hidunge) Analgesik, antipiretik

e. Prognosis : baik

3. Otitis media supuratif kronika. Batasan

Radang kronik mukosa dan struktur tulang dalam kavum timpani dan tulang mastoid (sebagian atau seluruh bagian telinga tengah)

b. Diagnosa- Karakteristik : ear discharge dan perforasi

permanen- tipe: 1. Tubotimpani

2. Atticoantrala) Tubotympani (safe/tipe benign)

- Involves antero-inferior middle ear cleft- Associated with a central perforation- no risk of serious complications- X-foto mastoid : sklerotikPathology- Perforation of pars tensa- Middle ear mucosa

Page 2: 10 peny THT terbanyak

GM-CSF

IL-3, IL-5

Itch, sneezingWatery dischargeNasal Congestion

HistaminLeukotrienProstaglandinBradikinin, PAF

Mast cell

Alergen B Lymphocyte

T Lymphocyte (Mast Cell)

Nasal blockageLoss of smellNasal hyper-reactivity

Chronic

Immediate

VCAM-1

- active : oedematous and velvety

- inactive : normal- Polyp- Ossicular chain may so some degree of

necrosis- Tympanosclerosis- Fibrosis and adhesions

b) Atticoantral (unsafe/dangerous type)- Involves posterosuperior part of the

cleft (attic, antrum and mastoid)- Associated with an attic or a marginal

perforation- Associated with a bone eroding process

such as cholesteatoma, granulations or osteitis

- Risk of complications is high- X-foto mastoid : rongga

c. Pem. Tamb : x-foto mastoid; audiogramd. Terapi

a) Tubotimpanik* Cuci telinga larutan perhidrol 3%* ear drops kloramfenikol 1-2%* systemic antibiotics (dewasa 5-7 hari)

Ampicillin/Amoxicillin 3-4x500mg oral atauKlindamicin 3x150-300 mg oral/hari.

* precautions : keep water out of the ear avoid hard nose-blowing

* treatment of contributory causes* surgical treatment (sesuai indikasi;

timpanomastoidektomi, timpanoplasti, miringoplasti)

* reconstructive surgeryb) Atticoantral

* surgical- primary aim : to remove the disease

and render the ear safe - second in priority : to preserve or

reconstruct the hearing* conservative treatment

- when cholesteatoma is small ans easily accsessible

- in elderly patient above 65 and those who are unfit for general anasthesia or those refusing surgery

4. Rhinitis alergia. Batasan

Rinitis sebagai reaksi alergi tipe 1, ditandai gejala utama bersin-bersin hebat, pilek encer dan hidung buntu.PatofisiologiImmediate Rhinitis SymptomChronic Ongoing Rhinitis

b. Diagnosa: a) Anamnesa: riwayat alergi keluarga, alergi

bahan tertentu (dewasa inhalan, anak ingestan), bersin >5x, didahului gatal hidung, pilek encer, lakrimasi, buntu hidung

b) RA :mukosa cavum nasi pucat/livid, sekret encer

c. DDRinitis akut, rinitis vasomotor

d. Pem. Tamba) Tes alergib) Lab : eosinofil pada sekret hidung dan

darah

c) Tes kulit: prick tes (kulit tusuk), Iq E spesifik RAST (Radio Allergo Sorbent Test)

d) Tes provokasi hidunge) Radiologi lihat komplikasi

e. Terapi :a) Non medis

Edukasi cara menghindari alergen, meningkatkan kondisi tubuh

b) Medis- Β2 adrenergik, antihistamin,

kortikosteroid (prn), dekongestan (prn)- Operatif (Cauterisasi oncha inferior,

conchotomi concha inferior)- Imunoterapi (hiposensitasi/desentisasi)- Terhadap komplikasi (polip nasi,

sinusitis, paranasales, otitis media)

5. Rhinosinusitis maksilarisa. Batasan

Keradangan mukosa sinus disertai perubahan histologik pada mukosa, yaitu odem, fibrosis, atau metaplasi mukosa.Etiologirinogen, dentogen (PM2-M3)

b. Diagnosaa) Pilek berbau, kental, umumnya

unilateral, buntu hidung, tenggorok berlendir, batuk, sefalgi pada sisi yang sakit terutama siang-sore hari

b) Mukosa oedem, sekret pada meatus medius

c) Tranaluminasi gelap pada sisi yang sakit.c. DD

Benda asing rongga hidung, ozaenad. Pem. Tamb

x-foto sinus paranasalis posisi Watere. Terapi :

a) Sinusitis AkutMedis:- Antibiotik golongan penicilin 10-14

hari atau minimal s.d 7 hari setelah gejala klinis menghilang

Eosinofil

Page 3: 10 peny THT terbanyak

Amoxicillin 3-4x 500 mg/hr oral (10-15 hari) atauDoksisiklin 2x 100 mg (5 hari)

- Dekongestan (oral/topikal)- Analgesik/antipiretik- Antihistamin (hanya untuk penderita

alergi)- Mukolitik

Operatif:- Irigasi sinus maxilaris (jika medis gagal

atau jika ada nyeri hebat akibat obstruksi) (1x seminggu)- Terhadap komplikasi

(orbita/intracranial)b) Sinusitis Sub Akut

Medis (idem akut)Diathermi (Short Wave Diathermi) (u/ perbaikan vaskularisasi sinus)Operatif (idem akut)

c) Sinusitis KronisMedis (idem sub akut)Operatif- Irigasi sinus maxilaris 5-6x- Operasi Caldwell Luc atau F.E.S.S jika

tidak ada perbaikan*Functional Endoscopic Sinus Surgical

6. Ca Nasofaringa. Batasan:

Tumor ganas dari epitel mukosa /kelenjar pada nasofaring

b. Diagnosa:Gejala hanya tu : grebeg-grebeg, pilek menahun, ingus campur darah, buntu hidungGejala ekspansi : ke intracranial, tu leher.PA Tu. nasofaring dan leher sel ganas

c. DD : Limfoma maligna, Tu cavum nasi

d. Pem. Tamb : Biopsi nasofaring PA, FNA tumor leher (bila perlu)

e. Konsultasi : radioterapi

f. Terapi :

Rawat jalan , kecuali KU lemahRadiasi

g. Prognosa : stadium lanjut buruk

7. Epistaksisa. Etiologi:

a) Lokal : Idiopatik (dari plexus Kiesselbach/Little’s area)

b) Trauma : Mekanik, Kimia, Radang, Tu, kongenital

c) Umum : Penyakit kelainan darah, Peny. Kardiovaskuler, peny. Infeksi dg febris tinggi, perubahan tekanan udara, Tekanan vena tinggi (venous stasis), gangguan hormonal

Sumber darah:o Anterior cavum nasio Posterior cavum nasi

b. Terapi:a) Membersihkan bekuan darah (u/ m’cari

sumber perdarahan & menghilangkan salah satu penghambat vasokonstriksi)

b) Menekan Alae nasi/cuping hidung 5-15 menit (epistaxis lokal)

c) Cavum nasi diisi kapas yang dibasahi lidocain ephedrin 1%/Sol. Tetracain selama 10 menit

d) Jika sumber perdarahan anterior nampak, dilakukan kaustik dg:o Nitras Argenti 20-30%o Acidum Trichloor Aceticum 10% atauo ElectrocauterPerdarahan posterior Bellocque Tampon (Anterior-Posterior Nasal Pack)

8. Polip nasia. Batasan:

Penonjolan patologis pada mukosa kavum nasi, panjang, bertangkai tetapi bukan neoplasma. Massanya lunak, berwarna putih keabu-abuan.Etiologi:

Masih kontroversi. Diduga : Alergi, radang/infeksi kronis, sumbatan mekanik, (fenomena bernoulli), vasomotor tidak seimbang, gangguan saraf, perubahan polisakarida pada mukosa hidungPatofisiologi:1. Injuri pada sel epitel airway regenerasi

epitel (basal cell hiperplasia, squamous cell hiperplasia, goblet cell hiperplasia) migrasi defektif CFTR perubahan flux NA+ dan Cl- Edema

2. Peningkatan TNF, IL-1 pada sel epitel peningkatan VCAM-1 pada sel endotelial peningkatan migrasi eosinofil pelepasan protein granule eosinofil perubahan flux NA+ dan Cl- Edema

b. Diagnosa:a) Hidung buntu/tersumbat (uni/bilateral,

parsial/total), pilek, hiposmia/anosmia, Rhinolalia oclusa (sengau/bindeng), jika polip mendesak tulang hidung dorsum nasi melebar (Frog face deformity)

b) Rhinoscopy Anterior (RA) : benjolan warna putih keabu-abuan, multipel atau soliter

c) Rhinoscopy Posterior : kadang dapat terlihat polip koanal (polip solitair berasal dari sinus maxilaris meluas kebelakang sampai choane & nasopharynx) (tipe: seromucous, fibroedematous, fibroangiomatus)

d) Gejala tambahan : sefalgia, nyeri mata, post nasal drip

c. DD:a) Anigofibrom nasofaring Juvenilisb) “Inverted cell papilloma”, pada penderita

usia lanjutd. Pem. Tamb.

Biopsi (penderita usia lanjut) --- PA (polip eosinofilik / neutrofilik)

e. Terapia) MRS untuk operasib) Operasi polipektomi, etmoidektomi,

Caldwell Luc.c) Lama perawatan 1 minggu

Page 4: 10 peny THT terbanyak

f. Prognosis buruk. Sering resesif

Derajad Polip : 0 tidak ada polip, 1 hanya tampak dg endoskopi, 2 tampak di bawah concha media dg RA, 3 polip masif memenuhi cavum nasi

9. Faringitisa. Batasan :

Radang akut yang mengenai mukosa faring dan jaringan limfoid dinding faring

b. Diagnosa:a) Tenggorok terasa kering, panas, nyeri

telan tenggorok bagian tengah, sefalgi, malaise

b) Mukosa faring oedem, hiperemi terutama daerah “lateral band”

c) Pembesaran kelenjar regionalc. DD:

tonsilitis akutd. Terapi:

a) Antibiotik (diberikan pada orang tua dengan keadaan umum lemah)

b) Obat kumur (Garganisme Kan)c) Analgesik

e. Prognosis : baik

10. LaringitisTiga bentuk laringitis akut: 1. Laringitis supraglotis (dewasa >>>) 2. Subglotis (balita-laki >>>) 3. Laringotrakeo bronkitis akut (balita >>>)

SINDROMA CROUPa. Batasan

Kumpulan gejala klinik batuk, suara parau, stridor inspiratoir disebabkan obstruksi saluran napas atas/laring. Patofisiologia) infeksi (virus, bakteri, jamur), mekanis

dan/atau alergi inflamasi, eritema dan edema laring dan trakea gerakan plica vocalis terganggu.

b) Diameter trakea paling sempit, di bawah laring (subglottic trachea). Spasme dan edema obstruksi kecepatan dan turbulensi aliran udara ↑ stridor. Awal: stridor nada rendah (low pitched),

keras, terdengar saat inspirasi. Parah: stridor terdengar lebih lemah, bernada

tinggi (high pitched), terdengar juga saat ekspirasi.

c) Edema plica vocalis suara parau. dapat berlanjut mencapai brokus dan alveoli laringotrakeo bronkitis dan laringotrakeobronkopneumonitis.

d) Alergi antigen virus edema tanpa inflamasi spasmodic croup.

EtiologiINFEKSI

o BakteriHemofilus influenza tipe B, Corynebacterium difteri

o Virus (mayoritas)Para influenza 1,2,3; Infuenza; Adeno; Entero; RSV, morbilli

o JamurCandida albican

MEKANIK : o Benda asingo Pasca pembedahano Penekanan masa ekstrinsik

ALERGI : Sembab angioneurotik EPIGLOTITIS AKUTkeadaan gawat darurat diagnosa secara cepat dan tepat menurunkan kematian.a. Batasan

keradangan akut epiglotis, biasa disebabkan oleh bakteri (bacterial croup, supraglottic croup)Etiologiterbanyak Haemophylus Influenza tipe B

b. Diagnosaa) mendadak panas tinggib) stridor inspiratoir, retraksi cepat timbulc) nyeri epiglotis : suara kecil (pelan)

d) tampak sakit keras/toksis, air liur keluar berlebihan (drooling), gelisah & sianosis

e) epiglotis bengkak dan merah seperti buah cherry

f) dapat cepat : gagal napasc. Pem Tamb :

a) foto leher lateral: dapat terlihat obstruksi supraglotis karena pembengkakan epiglotis (thumb sign)

b) laboratorium : lekosit meningkat, hitung jenis pergeseran ke kiri.

c) Bila fasilitas (+): hapusan tenggorokan dan biakan darah H. Influenza tipe B.

d. Terapi : MRS di ICUa) O2b) Cairan intravena sesuai BB dan status hidrasi.c) Inhalasi salin normal.d) Antibiotik :- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena,

terbagi 4 dosis- Kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra

vena, terbagi dalam 4 dosis- Sefalosporin Generasi 3 (Cefotaksim atau

Ceftriakson)e) Antipiretik (prn)f) Trakeostomi (prn)

LARINGITIS AKUT A/LARINGOTRAKEO BRONKITIS AKUT Aa. Batasan

Radang pada laring/ laring-trakea-bronkusEtiologipenyebab terbanyak adalah virus (Para influenza, Influenza, Adeno, RSV, Morbili)

b. Gejala KlinisLaringitis akut :- Sering pada anak, biasanya ringan- Selalu didahului ISPA- Demam, pilek, batuk 2-3 hari, mendadak suara

parau, batuk menggonggong, stridor inspiratoir, faring hiperemi- Kesukaran napas tidak beratLaringotrakeobronkitis akut :- Penyakit menjalar ke bronkus

Page 5: 10 peny THT terbanyak

- Infeksi sekunder karena bakteri (+/-)- Kesukaran nafas lebih berat- Panas tinggi- Tanda-tanda bronkitis (+)Laringitis akut/Laringotrakeo bronkitis akut :- Dari gejala klinis, pemeriksaan fisik- Rontgen leher AP : pembengkakan jaringan

subglotis (Steeple sign) (50% kasus +)- Gambaran darah normal, bila infeksi sekunder

(+) leukosit meningkatc. Pem. Tamb- Rontgen leher AP- Darah

d. Terapi Laringitis Akut/Laringotrakeo bronkitis akuta) Umumnya tidak perlu MRS

Indikasi MRS :- < 1 tahun- tampak toksik, sianosis, dehidrasi

atau exhausted- tampak retraksi suprasternal / retraksi

subcostal- diagnosis tidak jelas- perawatan di rumah kurang memadai

b) Antibiotik (Ampisilin dan/atau Kloramfenikol)c) Inhalasi salin normal; bila tersedia

menggunakan racemic epinefrininhalasid) Antipiretika (prn)

Anak tampak sakit berat :a) MRSb) O2c) Inhalasi: salin normald) Cairan dan kalori i.v disesuaikan BB dan status

hidrasie) Antibiotik i.vf) Kortikosteroid i.v (+/-)

Deksametason 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, 1-2 hari

g) Trakeostomi (+/-) SPASMODIC LARYNGITIS (ALLERGIC CROUP, PSEUDO CROUP)a. Etiologi

Virus, alergi dan psikologisb. Diagnosa

a) Pilek/serak (+/-)b) Malam hari batuk menggonggong, stridor

inspirasi, anak gelisah, panas (-).c) Pagi hari gejala berkurang, malam menghebat

berulang-ulangd) Predisposisi dalam keluarga (+)e) Lab tidak ada kelainan

c. Penatalaksanaana) MRS (-), antibiotik (-)b) Nebuliser setelah anak muntah.