09e02422 cek
DESCRIPTION
RplTRANSCRIPT
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
PENGARUH CO2 (KARBONDIOKSIDA) MURNI TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA PRODUK
MINUMAN FANTA DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN
KARYA ILMIAH
BAHARUDDIN AFANDI
062401022
PROGRAM STUDI DIPLOMA - 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
PENGARUH CO2 (KARBONDIOKSIDA) MURNI TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA PRODUK
MINUMAN FANTA DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
BAHARUDDIN AFANDI
062401022
PROGRAM STUDI DIPLOMA - 3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH CO2 (KARBONDIOKSIDA) MURNI TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA PRODUK MINUMAN FANTA DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN Kategori : KARYA ILMIAH Nama : BAHARUDDIN AFANDI Nomor Induk Mahasiswa : 062401022 Program Studi : ( D3 ) KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM ( FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui
Medan, Juni 2009
Diketahui / Disetujui Oleh Departemen Kimia FMIPA USU Ketua, Pembimbing, DR. Rumondang Bulan, MS. Drs. Nimpan Bangun, MSc Nip.131 459 466 Nip. 130 872 295
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
PERNYATAAN
PENGARUH CO2 (KARBONDIOKSIDA) MURNI TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA PRODUK MINUMAN FANTA DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, Mei 2009 BAHARUDDIN AFANDI 062401022
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Sebagai judul dari karya ilmiah ini penulis memilih judul ” PENGARUH CO2 (KARBONDIOKSIDA) MURNI TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PADA PRODUK MINUMAN FANTA DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN’’.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan akademik mahasiswa untuk
memperoleh gelar Ahli Madya untuk program studi Kimia Analis di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumater Utara. Serta tak lupa penulis ucapkan salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad S.A.W.
Dengan penuh rasa rendah hati dan syukur penulis mempersembahkan karya
ilmiah ini kepada Ayahanda H. MUKHTAR dan Ibunda tercinta Hj. JAMIATUL HASANAH yang kusayangi yang senantiasa memberikan dukungan moral maupun material, dan kasih sayang dengan tulus kepada penulis selama penulis menjalani pendidikan diploma tiga (D-3) Kimia Analis. Hanya Allah S.W.T yang dapat membalas semua kebaikan yang telah penulis terima selama ini.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak, maka dengan hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Nimpan Bangun, MSc. Selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, panduan dan penuh kepercayaan kepada penulis serta memberi masukan bagi penulis dalam penyelesaian penulisan karya ilmiah ini.
2. Ibu DR. Rumondang Bulan. MS selaku ketua Departemen kimia FMIPA-USU Medan.
3. Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc, selaku koordinator program studi D-3 Kimia Analis FMIPA-USU Medan.
4. Bapak/ Ibu dosen beserta pegawai program studi Kimia Analis FMIPA-USU Medan yang telah membimbing penulis sewaktu dibangku perkuliahan.
5. Seluruh staff dan Karyawan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan yang membantu penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan.
6. Rekan-rekan sesama PKL, Evan, Dian, Inggit serta rekan sesama kuliah yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan perbaikan atas kekurangan dan kesalahan dalam menulis karya ilmiah ini.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
ABSTRAK
Karbondioksida adalah sebuah gas yang tidak berwarna dan tidak beracun pada konsentrasi yang sesuai/biasa. Penggunaan karbondioksida yang dilarutkan ke dalam minuman sudah sejak lama dilakukan untuk membuat minuman bersoda yang biasa disebut dengan karbonasi. Namun manfaat karbonasi ternyata bukan hanya untuk membuat gelembung atau buih, bahkan dari sifat-sifat karbondioksida yang terlarut di dalam minuman juga berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam minuman bersoda. Analisa mikrobiologi dilakukan dengan cara metode membran filter dan metode hitung cawan. Sehingga didapatkan jumlah mikroorganisme seperti yeast & mold dapat dihambat sampai beberapa saja, jauh dari ambang batas yang diperbolehkan dalam minuman, dan bahkan untuk jumlah bakteri hasilnya adalah negatif.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
THE INFLUENCE OF CO2 (CARBON DIOXIDE) PURE TO MICROORGANISMS GROWTH OF THE PRODUCTS IN BEVERAGES
FANTA PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN UNIT
ABSTRACT
Carbon dioxide is a gas that is not colored and is not toxic at the concentration of the appropriate / normal. The use of carbon dioxide dissolved in the beverage to have long since made to make a drink soda water known as with carbonation. However, the benefits carbonation was not only to create a bubble or foam, and even from the nature of carbon dioxide in the dissolved beverage also functions as a resistor in the growth of microorganisms soda water beverage. Analysis carried out by microbiology method and membrane filter method of calculating cup. Established so that the number of microorganisms such as yeast & mold can blocked until just a few, far from the threshold that allowed in the drinks, and even for the number of bacteria is a negative result.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ii Pernyataan iii Penghargaan iv Abstrak v Abstrac vi Daftar Isi vii Daftar Tabel ix Bab 1 Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 3 1.3 Batasan Masalah 3 1.4 Tujuan 3 1.5 Manfaat 3 Bab 2 Tinjauan Pustaka 4 2.1 Karbondioksida 4 2.2 Karbondioksida Dalam Air 6 2.3 Minuman Berkarbonasi 9 2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Mikroba dalam Bahan Pangan 11 2.4.1 Faktor Intrinsik 12 2.4.2 Faktor Ekstrinsik 13 2.4.3 Faktor Implisit 14 2.4.4 Faktor Pengolahan 14
2.5 Zat Kimia yang Berfungsi Sebagai Antagonis Mikroba 2.5.1 Agensia Anorganik 15 2.5.2 Agensia Organik 16 2.6 Analisa Mikrobiologi 17 2.6.1 Metode Membran Filter 18 2.6.2 Metode Hitung Cawan 19 Bab 3 Metodologi 20 3.1 Metodologi 20 3.2 Alat dan Bahan 20 3.2.1 Alat 20 3.2.2 Bahan 21 3.3 Prosedur Kerja 21
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 26 4.1 Hasil 26 4.1.1 Hasil Pengamatan di Lapangan 26 4.1.2 Hasil Pengamatan di Laboratorium 27 4.2 Pembahasan 29 Bab 5 Kesimpulan Dan Saran 31 5.1 Kesimpulan 31 5.2 Saran 31 Daftar Pustaka
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Kelarutan Beberapa Jenis Gas dalam Air Murni pada Suhu 10oC dan Tekanan 1 Atm 6 Tabel 2.2 Kelarutan Karbondioksida di Perairan Alami Pada Berbagai Suhu 8 Tabel 2.3 Komposisi Minuman Fanta 11 Tabel 4.1 Kadar CO2 Dalam Botol 26 Tabel 4.2 Tabel Jumlah Mikroorganisme
dari Sampel E.coli, Yeast, & Mold Count 27 Tabel 4.3 Data Hasil dari Seluruh Pengamatan yang Dilakukan Di Lapangan dan Laboratorium 28
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sudah sejak lama manusia menyukai air yang dikarbonasi. Orang-orang Yunani dan
Roma kuno, selalu mandi dengan air mineral yang alami. Kemudian orang-orang
Eropa menggunakan air tersebut untuk diminum bagi kesehatan.
Pembuatan air karbonasi ini pertama kali dilakukan di Inggris ketika Joseph
Priestly menemukan cara untuk mengikat karbondioksida didalam air pada tahun
1772. Menjelang tahun 1830, pemakaian air karbonasi semakin luas dinegara-negara
seperti Amerika, kemudian Australia. Dengan penambahan pemanis, rasa sejuk dan
aroma, minuman ini tidak lagi di konsumsi sebagai minuman kesehatan, tetapi sebagai
minuman penyegar.
Sejak pertama kali minuman berbuih tersebut dibuat hingga sekarang, bahan
yang dipakai untuk membuatnya berbusa selalu sama yaitu karbondioksida. Bahan ini
berada dalam atmosfer bumi secara alami sebagai gas yang tidak bewarna dan tidak
berbau. Karbondioksida sangat penting dalam system pernafasan manusia,
karbondioksida juga berfungsi sebagai penjaga kadar pH atau keasamaan dalam darah,
yang merupakan elemen penting bagi manusia untuk terus hidup.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Gas itu pula yang kita keluarkan pada saat bernafas, kemudian dimanfaatkan
oleh tanaman. Di dalam minuman ringan, gas ini memberi warna jernih yang khas dan
berbuih jika dituang dari kemasannya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat air karbonasi ini, pertama-
tama dengan mengolah/memproses air minuman biasa. Hal ini untuk meningkatkan
kualitas fisik dan aroma, rasa, pencemaran serta mineral-mineral tertentu. Kemudian
karbondioksida dilarutkan didalam air yang diolah dengan alat bernama karbonator.
Hampir semua produksi minuman ringan selalu menggunakan bahan-bahan air, sirup
minuman dan karbondioksida.
Tidak beda dengan bahan-bahan makanan lain, penggunaan karbondioksida
ini juga telah melewati penelitian para ahli terkenal dunia. Selain itu, kini penggunaan
zat tersebut telah terjamin keamanannya.
Karbonasi terjadi karena proses mencairnya karbondioksida di dalam air,
sebuah proses yang umumnya dipergunakan untuk membuat minuman bersoda atau
air bersoda. Namun manfaat karbonasi ternyata bukan hanya untuk membuat
gelembung atau buih. Proses karbonasi juga memberi rasa unik pada minuman dan
bahkan juga berfungsi sebagai pembunuh bakteri dan mikroba dalam minuman
bersoda. Sehubungan dengan adanya fenomena penghambatan mikroorganisme yang
dapat dilakukan dengan penambahan karbondioksida dalam minuman berkarbonasi,
maka penulis tertarik untuk membahasnya, yang hasil pembahasan tersebut
dituangkan ke dalam karya ilmiah yang diberi judul:
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
“Pengaruh CO2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme
Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan”
1.2. Permasalahan
Salah satu metode pengawetan makanan adalah dengan penambahan zat kimia
berupa gas karbondioksida. Bagaimanakah pengaruh karbondioksida (CO2) murni
berdasarkan kadarnya yang terlarut di dalam minuman Fanta, terhadap penghambatan
pertumbuhan mikroorganisme pada produk minuman Fanta di PT. Coca-cola Bootling
Indonesia Unit Medan.
1.3. Batasan Masalah
Studi pengamatan ini dilakukan di PT. Coca-cola Bootling Indonesia Unit
Medan dan kemudian dipelajari hubungan antara kadar CO2 (Karbondioksida) yang
terlarut dalam minuman Fanta terhadap pertumbuhan mikroorgansime.
1.4. Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh CO2 (Karbondioksida) yang
terlarut dalam minuman Fanta terhadap pertumbuhan mikroorgansime di PT. Coca-
cola Bootling Indonesia Unit Medan.
1.5. Manfaat
Mengetahui pengaruh CO2 (Karbondioksida) yang terlarut dalam minuman
Fanta terhadap pertumbuhan mikroorgansime, sehingga dapat diterapkan dengan
kerja-kerja yang berhubungan dengan hal ini.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karbondioksida
Pada tahun 1772, dua tahun sebelum dia menemukan oksigen, Joseph
Priestley menemukan bahwa dapat menstimulasi air mineral tertentu oleh pemisahan
karbondioksida dalam air minuman biasa. Air minuman biasa itu tidak sama bahwa
dia telah memprediksikan keanehan jumlah dari minuman berkarbonasi yang harum
air mengandung karbondioksida dibawah tekanan dapat dengan aman dikonsumsi.
Hari ini di United States, konsumsi minuman berkarbonasi per kapita bersaing dengan
air minuman yang lain. Karbondioksida adalah sebuah gas yang tidak berwarna yang
tidak beracun pada konsentrasi biasa / sesuai. Gas karbondioksida berada dalam
atmosfir (sekitar 0,03 persen mol) dan dalam nafas kita, dimana gas karbondioksida
dihasilkan dari oksidasi biologi dari subtansi makanan. Karena dari densitas gas
karbondioksida (sekitar 1,5 lebih besar dari pada yang berada di udara), gas
karbondioksida cenderung berkumpul dalam wilayah rendah dan kurang akan udara
dan dapat menyebabkan aspiksiasi (oleh pengeluaran oksigen. Sifat dari pengeluaran
oksigen ini berguna dalam pemadaman api. (Gammon, 1985)
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Karbondioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika
dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbondioksida di
atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan.
Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk
larutan asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang
bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya Coca Cola). Konsentrasi
yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi
lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan.
Pada keadaan STP, rapatan karbondioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m³, kira
kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O) mengandung
dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol. Senyawa ini tidak
begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu pembakaran logam
seperti magnesium.
Pada suhu −78,51° C, karbondioksida langsung menyublim menjadi padat
melalui proses deposisi. Bentuk padat karbondioksida biasa disebut sebagai "es
kering". Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang kimiawan Perancis, Charles
Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai zat pendingin yang
relatif murah. Sifat-sifat yang menyebabkannya sangat praktis adalah karbondioksida
langsung menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan cairan. Penggunaan lain
dari es kering adalah untuk pembersihan sembur.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Cairan kabondioksida terbentuk hanya pada tekanan di atas 5,1 atm; titik tripel
karbondioksida kira-kira 518 kPa pada −56,6 °C (Silakan lihat diagram fase di atas).
Titik kritis karbon dioksida adalah 7,38 MPa pada 31,1 °C.
Terdapat pula bentuk amorf karbondioksida yang seperti kaca, namun ia tidak
terbentuk pada tekanan atmosfer. Bentuk kaca ini, disebut sebagai karbonia,
dihasilkan dari pelewat bekuan CO2 yang terlebih dahulu dipanaskan pada tekanan
ekstrem (40-48 GPa atau kira-kira 400.000 atm) di landasan intan. Penemuan ini
mengkonfirmasikan teori yang menyatakan bahwa karbon dioksida bisa berbentuk
kaca seperti senyawa lainnya yang sekelompok dengan karbon, misalnya silikon dan
germanium. Tidak seperti kaca silikon dan germanium, kaca karbonia tidak stabil
pada tekanan normal dan akan kembali menjadi gas ketika tekanannya dilepas.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksida.)
2.2. Karbondioksida Dalam Air
Meskipun persentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi
keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak, karena karbondioksida
memiliki sifat kelarutan yang tinggi. Sifat kelarutan beberapa jenis gas dalam air
murni ditunjukkan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.1 Kelarutan Beberapa Jenis Gas dalam Air Murni pada Suhu100C dan
tekanan 1 Atm
No Gas Kelarutan (ml/liter)
1 Nitrogen (N2) 18,61
2 Oksigen (O2) 37,78
3 Argon (Ar) 41,82
4 Karbondioksida (CO2) 1.194,00
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber, yaitu
sebagai berikut.
1. Difusi dari atmosfer. Karbondioksida yang terdapat diatmosfer mengalami
difusi secara langsung ke dalam air.
2. Air hujan, Air hujan yang jatuh kepermukaan bumi secara teoritis
memiliki kandungan karbondioksida sebesar 0,55-0,60 mg/liter, berasal
dari karbondioksida yang terdapat di atmosfer.
3. Air yang melewati tanah organik. Tanah organic yang mengalami
dekomposisi mengandung relative banyak karbondioksida sebagai hasil
proses dekomposisi. Karbondioksida hasil dekomposisi ini akan larut ke
dalam air.
4. Respirasi tumbuhan, hewan, dan bakteri aerob maupun anaerob. Respirasi
tumbuhan dan hewan mengluarkan karbondioksida. Dekomposisi bahan
organik pada kondisi aerob menghasilkan karbondioksida sebagai salah
satu produk akhir. Demikia juga, dekomposisi anaerob karbohidrat pada
bagian dasar perairan akan menghasilkan karbondioksida sebagai produk
akhir.
Sebagian kecil karbondioksida yang terdapat di atmosfer larut ke dalam uap
air membentuk asam karbonat, yang selanjutnya jatuh sebagai hujan. Sehingga air
hujan selalu bersifat asam dengan nilai pH sekitar 5,6, seperti yang ditunjukkan dalam
persamaan (6,18) dan (6,19). Hal serupa juga terjadi jika karbondioksida masuk ke
badan air; sekitar 1% karbondioksida bereaksi dengan air membentuk asam karbonat.
CO2 + H2O ↔ H2CO3 (6.18)
H2CO3 ↔ H+ + HCO3- (6.19)
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Jadi pada dasarnya keberadaan karbondioksida di perairan terdapat dalam
bentuk gas karbondioksida bebas (CO2), ion bikarbonat (HCO3-), ion karbonat (CO3
2-
), dan asam karbonat (H2CO3).
Perairan air tawar alami hampir tidak pernah mamiliki pH > 9 sehingga tidak
ditemukan karbon dalam bentuk karbonat. Pada air atanah, kadar karbonat biasanya
sekitar 10 mg/liter karena sifat air tanah yang cenderung alkalis. Perairan yang
memiliki kadar sodium tinggi mengandung karbonat sekitar 50 mg/liter.
Kelarutan karbondioksida dalam perairan alami dan keterkaitannya dengan
suhu air ditunjukkan dalam table 2.2.
Tabel 2.2 Kelarutan Karbondioksida di Perairan Alami pada Berbagai Suhu
Suhu (0C)
CO2 (mg/liter)
Suhu (0C)
CO2 (mg/liter)
Suhu (0C)
CO2 (mg/liter)
0 1,10 11 0,74 21 0,54
1 1,06 12 0,72 22 0,52
2 1,02 13 0,69 23 0,51
3 0,99 14 0,67 24 0,50
4 0,94 15 0,65 25 0,48
5 0,91 16 0,62 26 0,46
6 0,88 17 0,60 27 0,45
7 0,86 18 0,59 28 0,44
8 0,82 19 0,58 29 0,43
9 0,79 20 0,56 30 0,42
10 0,76
Istilah “karbondioksida bebas” (free CO2) digunakan untuk menjelaskan CO2
yang terlarut dalam air, selain yang berada dalam bentuk terikat. CO2 bebas
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
menggambarkan keberadaan gas CO2 diperairan yang membentuk kesetumbangan
dengan CO2 di atmosfer. (Effendi, 2003)
2.3. Minuman Berkarbonasi
Minuman ringan berkarbonasi atau di Indonesia dikenal dengan nama soft
drink sejak seabad yang lalu telah menjadi minuman ringan paling populer di Amerika
Serikat mengungguli minuman lainnya seperti kopi, teh dan jus. Demikian juga di
Indonesia, popularitas minuman yang notabene “made in America” ini terus
meningkat. Di setiap restoran, depot, warung bahkan pedagang kaki lima selalu
menyediakan minuman berkarbonasi ini. Banyak merek telah kita kenal salah satunya
karena promosinya yang gencar di media massa seperti Coca-Cola, Fanta, Sprite,
Pepsi, 7-up dan sebagainya.
Di Amerika Serikat istilah soft drink digunakan untuk membedakan minuman
tersebut dari liquor (minuman beralkohol), sehingga minuman yang tidak beralkohol
disebut soft drink. Dengan demikian soft drink dapat diperjual belikan dengan bebas.
Jika di wilayah utara Amerika Serikat yang beriklim subtropis dan dingin minuman
beralkohol menjadi minuman favorit, maka Amerika Serikat bagian selatan yang
tropis dan panas soft drink yang populer.
Kita bisa mengindonesiakan soft drink sebagai minuman ringan, dengan
asumsi bahwa benar minuman ini memang “ringan” status gizinya. Minuman ini,
selain kadar gulanya yang tinggi, tidak memiliki zat gizi lain yang berarti. Kini, kita
kenal berbagai jenis produk minuman ringan yang beredar di pasaran. Ada yang
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
beraroma buah cola, ada yang berflavor buah jeruk, ada pula jenis flavor lain seperti
rasa nanas, coffee cream, root beer sampai cream soda.
Komposisi dari soft drink adalah :
1. Air: komponen utama soft drink.
2. CO2 : sama dengan gas buang pernafasan kita. Berguna untuk memperbaiki flavor
minuman. Menghasilkan rasa masam yang enak dan rasa “krenyes-krenyes” dan
“menggelitik” di kerongkongan.
3. Gula / pemanis :
- Soft drink reguler : sukrosa (gula tebu), sirup fruktosa atau HFCS : high fructose
corn syrup.
- Soft drink diet : pemanis sintetis aspartam, sakarin atau siklamat. Di Amerika
Serikat menggunakan pemanis sintetis mutakhir : sucralose dan acesulfame-K.
4. Kafein (terutama pada jenis cola dan coffee cream) : kadarnya cukup tinggi,
membantu seseorang tetap terjaga atau tidak mengantuk, jantung dapat berdegub
kencang, sehingga tidak direkomendasikan bagi mereka yang hipertensi,
berpotensi serangan jantung koroner atau stroke.
5. Zat pengawet : Umumnya soft drink diawetkan dengan sodium benzoat atau
natrium benzoat, suatu bahan pengawet sintetis. Aman untuk bahan pangan namun
ada batas maksimal yang harus diperhatikan.
6. Zat pewarna : Ditemukan pada beberapa jenis soft drink, tidak terdapat pada
softdrink jernih. Ada zat pewarna alamiah seperti karamel (pada soft drink cola)
tetapi yang banyak digunakan adalah zat pewarna sintetis seperti : karmoisin dan
tartrazin.
7. Flavor buatan : seperti rasa jeruk, rasa strawberry, rasa nanas dan sebagainya,
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
merupakan flavor sintetik, bukan hasil ekstraksi buah-buahan, jadi jangan
harapkan mengandung vitamin dan mineral seperti yang ada pada buah-buahan.
(Widodo, 2008).
Salah satu produk minuman berkarbonasi adalah; Fanta. Produk ini merupakan
merek dari The Coca-Cola Company untuk minuman ringan dengan rasa buah-buahan
yang sangat menonjol. Dipasarkan di 188 negara di seluruh dunia dengan konsumen
terbesar remaja berusia antara 12-19 tahun. Di seluruh dunia ada lebih dari 70 jenis
rasa, dengan rasa jeruk (Orange) sebagai volume terbesar.
Di Indonesia, produk Fanta mulai dipasarkan pada tahun 1973 dan hingga kini
memiliki 3 rasa buah yaitu Strawberry, jeruk (Orange) dan Nanas. Konsumen di
berbagai belahan dunia, terutama remaja, mengasosiasikan Fanta dengan keceriaan
bersama teman dan keluarga. Asosiasi positif ini sebenarnya didorong oleh ciri khas
merek Fanta yang membawa sukacita, dengan warna yang cerah, rasa buah dan
karbonasi yang terasa sangat kuat. Berikut ini merupakan tabel komposisi dari
minuman Fanta.
Tabel 2.3 Komposisi Minuman Fanta
Takaran Saji 200 ml Jumlah Saji per kemasan 1 Botol
Jumlah per Saji
Energi 120 kkal Lemak Total 0 g (% AKG*) Karbohidrat Total 31 g (% AKG*) Gula 30 g Protein 0 g (% AKG*)
*% AKG = persen Angka Kecukupan Gizi berdasarkan pada diet 200 kalori (http://www.coca-colabottling.co.id)
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba Dalam Bahan
Pangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan dapat
bersifat fisik, kimia, biologis. faktor-faktor tersebut meliputi:
2.4.1. Faktor intrinsik, merupakan sifat-sifat fisik, kimia, dan struktur yang dimiliki
oleh bahan pangan itu sendiri; berupa
1. Kandungan Nutrisi
Fungsi utama nutrisi adalah sebagai sumber energi, bahan pembentuk sel, dan
aseptor elektron di dalam aksi yang menghasilkan energi. Nutrisi yang diperlukan oleh
mikroba meliputi air, sumber energi, sumber karbon, sumber nitrogen, sumber aseptor
elektron, sumber mineral, dan faktor tumbuh.
2. Nilai pH
Hampir semua mikroba tumbuh pada tingkat pH yang berbeda. Sebagian besar
bakteri tumbuh pada pH dibawah 5,0 dan diatas 8,0 bakteri tidak dapat tumbuh
dengan baik. Sebaliknya, khamir menyukai pH 4,0-5,0 dan dapat tumbuh pada
kisaran pH 2,5-8,5. Oleh karena itu khamir dapat tumbuh pada pH rendah dimana
pertumbuhan bakteri terhambat. Untuk pertumbuhan kapang memerlukan pH
optimum antara 5,0-7,0, tetapi seperti halnya khamir, kapang masih dapat hidup pada
kisaran pH yang luas, yaitu antara pH 3,0-8,5.
3. Aktivitas Air (aw)
Pertumbuhan dan metabolisme mikroba memerlukan air dalam bentuk yang
tersedia. Air yang dimaksudkan adalah air bebas atau air yang tidak terikat dalam
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
bentuk ikatan dengan komponen-komponen penyusun bahan pangan lain. Oleh karena
itu, besarnya kadar air suatu bhahan pangan bukan merupkan parameter yang tepat
untuk menggambarkan aktivitas mikroba pada bahan pangan. Aktivitas kimia air atau
sering diistilahkan aktivitas air (water activity = aw) merupakan parameter yang lebih
tepat untuk mengukur aktivitas mikroba pada bahan pangan.
2.4.2. Faktor Ekstrinsik, Faktor-faktor ekstrinsik yang berpengaruh terhadap
kehidupan mikroba, antara lain suhu, kelembaban, dan susunan gas diatmosfir.
1. Suhu
Suhu merupakan faktor fisika yang sangat penting pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan kegiatan mikroba. Suhu dapat mempengaruhi lamanya fase lag,
kecepatan pertumbuhan, konsentrasi sel, kebutuhan nutrisi, kegiatan enzimatis, dan
komposisi sel. Berdasarkan kisaran pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan
menjadi empat, yaitu thermofil, mesofil, psikhrofil, dan psikhotrof. Semua mkroba
pathogen dan sebagian besar mikroba penyebab kerusakan pangan tergolong dalam
kelompok mikroba mesofil.
2. Kelembaban Udara Relatif
Kelembaban udara relatif berhubungan dengan aktivitas air (aw). Pangan yang
mempunyai nilai aw rendah apabila ditempatkan pada lingkungan yang mempunyai
kelembaban udara relatif tinggi akan mudah menyerap air. Semakin banyak air yang
diserap akan meningkatkan nilai aw sehingga pangan tersebut mudah dirusak oleh
bakteri.
3. Susunan Gas di Atmosfir
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Berdasarkan kebutuhan oksigen sebagai aseptor elektron, mikroba dapat
dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu mikroba aerob dan mikroba anaerob. Mikroba
aerob adalah mikroba yang dapat menggunakan oksigen sebagaiu sumber aseptor
elektron terakhir dalam proses bioenerginya. Sebaliknya, mikroba anaerob adalah
mikroba yang tidak dapat menggunakan oksigen sebagai sumber aseptor electron
dalam proses bioenerginya.
2.4.3. Faktor Implisit, faktor-faktor implicit yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroba adalah sinergisme dan antagonisme.
1. Sinergisme
Sinergisme adalah kemampuan dua atau lebih organisme untuk melakukan
perubahan (biasanya perubahan kimia), dimana tanpa adanya kerja sama diantaranya,
masing-masing organisme itu tidak dapat melakukannya sendiri. Faktor-faktor yang
berkaitan dengan sinergisme adalah nutrisi, perubahan nilai pH, perubahan potensial
redoks, perubahan aktivitas air (aw), penghilangan zat anti mikroba, dan kerusakan
struktur biologis.
2. Antagonisme
Kematian atau terhambatnya pertumbuhan suatu organisme yang disebabkan
oleh organisme pertama disebut antagonisme, Faktor-faktor yang mempengaruhi
antagonisme antara lain, penggunaan nutrisi, perubahan nilai pH, perubahan potensial
redoks, pembentukkan zat-zat antimikroba, dan bakteriofag.
2.4.4. Faktor Pengolahan,
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Mikroba spesifik yang terdapat di dalam bahan-bahan pangan dapat dikurangi
jumlahnya oleh berbagai jenis metode pengolahan atau pengawetan pangan. Jenis-
jenis pengolaha/pengawetan pangan yang berpengaruh terhadap kehidupan mikroba,
antara lain suhu tinggi, suhu rendah, penambahan bahan pengawet, dan irradiasi.
(Nurwantoro, 1997)
2.5. Zat Kimia yang Berfungsi Sebagai Antagonis Mikroba
Zat kimia yang berfungsi sebagai antagonis mikroba, yang berguna dalam
pengawetan makanan, ialah yang bersifat anorganik dan sifatnya organik. Contoh
masing-masing akan dibicarakan dibawah ini.
2.5.1. Agensia Anorganik
a. Belerang dioksida,
Belerang dioksida telah digunakan dalam pengawetan pangan selama berabad-
abad dan sekarang masih dipergunakan secara luas di seluruh dunia, terutama dalam
perlakuan terhadap bahan pangan yang berasal dari tanaman. Oleh karena lebih
efektif terhadap jamur daripada khamir, maka belerang dioksida banyak digunakan
dalam industri fermentasi seperti halnya dalam pembuatan anggur. Belerang dioksida
lebih toksis terhadap jamur dan bakteri daripada terhadap khamir.
b. Hidrogen Peroksida,
Bakteri pembentuk spora anaerob dapat dimatikan dengan hidrogen peroksida.
Sterilisasi permukaan berbagai komoditi dapat dilaksanakan dengan senyawa ini.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Disamping itu hidrogen peroksida mempunyai kegunaan yang lebih luas dalam
mengendalikan infeksi permukaan (kulit) pada manusia.
c. Klor,
Klor adalah desinfektan kimia yang digunakan secara luas, terutama digunakan
dalam klorinasi air untuk air minum dan tujuan pengolahan. Paling efektif bekerja
pada pH yang rendah.
d. Karbondioksida,
Karbondioksida diketahui memiliki sifat-sifat mengawetkan pada tekanan
tinggi pada tekanan tinggi daripada yang dijumpai dalam udara atmosfer. Selain
digunakan dalam minuman yang berkarbondioksida, juga digunakan pada bahan
pangan olahan sebagian, seperti misalnya pada biskuit yang tidak dipanggang. Sebagai
zat pengawet utama adalah kenaikan gas karbondioksida yang berkembang dalam
kemasan selama penyimpanan. Karbondioksida sekarang digunakan dalam
pengendalian pemasakan dan kualitas penyimpanan buah-buahan segar.
2.5.2. Agensia Organik
a. Asam Benzoat,
Asam benzoat dan derivat-derivatnya adalah sutau kelompok zat pengawet
kimia yang sudah digunakan secara luas. Walaupun garam natrium dan amonium
benzoat bisa digunakan, akan tetapi molekul-molekul asam benzoat itu sendiri yang
mempunyai sifat yang mematikan. Molekul-molekul yang tidak mengalami disosiasi
diduga merupakan komponen yang aktif.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
b. Asam-asam Lemak,
Asam lemak yang mengandung 1 sampai 14 atom karbon adalah penghambat
jamur yang efektif. Dengan adanya ikatan rangkap meningkatkan pengaruh
mengawetkannya; dengan adanya rantai cabang menurunkan pengaruh
mengawetkannya.
c. Asam Sorbat,
Gooding telah menemukan bahwa golongan umum dari asam lemak rantai
panjang yang tidak jenuh efektif sebagai agensia fungistatis (menghambat
pertumbuhan jamur), terutama asam sorbatyang sangat bermanfaat dalam pengedalian
pertumbuhan jamur.
d. Asam Dehidroasetat,
Agensia mikrobia yang telah memberi banyak harapan adalah asam
dehisroasetat. Daya pengawetannya tidak banyak dipengaruhi oleh pH. Pengwet ini
telah digunakan pada banyak bahan pangan yang mudah rusak; pada kadar yang
rendah tidak menimbulkan cita rasa yang tidak dikehendaki dan juga
efektif(Desrosier;2001)
2.6. Analisa Mikrobiologi
Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi tidak baik terhadap air. Adanya bakteri
koliform didalam makanan atau minuman menunjukan kemungkinan adanya
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan/atau toksigenik yang berbahaya
bagi kesehatan.
Bakteri koliform dapat dibedakan atas dua grup yaitu (1) koliform fekal,
misalnya Eschericia coli (E.coli) dan (2) koliform non fekal, misalnya Enterobacter
aerogenes.
E.coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia,
sedangkan enterobactera erogenes biasanya ditemukan pada kotoran hewan maupun
tanam-tanaman yang telah mati.
Untuk mengetahui jumlah koliform didalam contoh biasanya digunakan
metode MPN (Most Probeble Number) dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode
ini lebih baik bila dibandingkan dengan hitungan cawan karena lebih sensitif dan
dapat mendeteksi koliform dan jumlah yang sangat rendah didalam contoh. Metode
lain yang dapat digunakan adalah metode Milipore Membrane Filter, filter yang dapat
mendeteksi dan menghitung koliform dalam jumlah kecil didalam contoh.
2.6.1 Metode membran filter
Sebanyak 25-100 ml contoh disaring melalui membran filter steril dengan pori-pori
0,22-0,45 mikron dan diameter sekitar 5 cm. Kemudian membran filter tersebut
diletakan diatas agar cawa, dan inkubasi pada suhu 350C atau 370C selama 18-24 jam.
Jumlah koliform tifikal baik fekal maupun non fekal dihitung dcan dinyatakan
dalam jumlah koliform per 100 ml contoh. Endo agar dapat digunakan untuk
membedakan koloni bakteri yang memfermentasi laktosa dengan yang tidak
memfermentasi laktosa, karena medium ini mengandung 1% laktosa, sebagai satu-
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
satunya sumber karbohidrat. Koloni yang memfermantasi laktosa, termasuk koliform,
membentuk bagian merah pada bagian atas koloni dan sekelilingnya. Bakteri yang
tidak memfermentasi laktosa, misalnya salmonela dan shigella, akan membentuk
koloni yang tidak berwarna baik pada Agar.
Metode membran filter ini mempunyai kebaikan, antara lain:
1. Dapat digunakan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme didalam sampel
yang sedikit.
2. Penyebaran bakteri dibatasi sesempit mungkin dan pada suatu waktu dapat
digunakan untuk campuran bakteri sampai 500 jenis.
3. Setiap waktu dapat dilakukan pemisahan organisme dari bahan media.
4. Memberikan perhitungan yang langsung dari penentuan jumlah.
5. Lebih cepat dan lebih baik didalam membedakan jenis-jenis bakteri.
6. Memberikan catatan hasil yang permanen didalam cawan petri yang diawetkan.
Kejelekan sistem ini antara lain ialah membran yang sudah dipakai tidak dapat
digunakan untuk menyaring air yang mengandung lumpur atau sedimen karena dapat
menyumbat penyaring.
2.6.2 Metode hitung cawan (Total Count)
Yang dimaksud dengan Total Count yaitu perhitungan jumlah tidak berdasarkan jenis,
tetapi secara kasar terhadap golongan atau kelompok besar mikroorganisme umum
seperti bakteri, fungi, mikro algae ataupun terhadap kelompok bakteri tertentu.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Jumlah koliform didalam contoh dapat dihitung dengan metode hitungan
cawan menggunakan agar VRB (Violet Red Bile) atau agar DL (Dexoycholate
Lactose). Inkubasi cawan yang mengandung agar VRB atau agar DL harus dilakukan
pada suhu 350C atau 370C selama 24 jam.(Fardiaz,1993)
BAB 3
METODOLOGI
3.1. Metodologi
Metodologi yang digunakan untuk mendapatkan data adalah dengan cara:
1. Pengambilan data dilapangan
Pembacaan data yang telah tersedia pada date code pada botol minuman Fanta,
dan pemeriksaan kelarutan gas CO2 yang terlarut dalam minuman Fanta oleh alat
injector pressure gauge.
2. Pengambilan data di laboratorium
Pemeriksaan jumlah mikroorganisme dengan analisa mikrobiologi.
3. Mempelajari teori ilmiah yang berkaitan dengan proses karbonasi dan mikrobiologi.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
- Injector pressure gauge Terris
- Termometer Coleparmer
- Petridish diameter 50 mm Pyrex
- Pingset
- Laminar air flow Best Tech
- Alat penyaring sampel Nurpro Company
- Sendok sampel (10 ml)
- Pompa vacum Refco
- Inkubator Memmert
- Autoclav TWG
- Lampu UV Tungsten F2OTB
3.2.2. Bahan
- Fanta Strawberry 295 ml
- Media E.coli Count mTGE Broth Base Dehydrated
- Media Yeast & Mold Broth BBLTM M-Green
- Spons Media diameter 50 mm Fioroni
- Kertas Filter (17 mm, D 0,45µm) Fioroni
- Alkohol 96 %
- Larutan Blanko (air biasa yang telah disterilkan)
3.3. Prosedur Kerja
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
3.3.1. Prosedur kerja pengambilan data pada pemeriksaan kelarutan kadar CO2
hasil, oleh alat Injector pressure gauge dari proses karbonasi Fanta pada unit
karbonator
Untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat, penulis melakukan pengambilan
sampel pada saat start-up produksi, atau permulaan dari produk yang akan baru saja
diproduksi.
Tahapan kerjanya adalah:
1) Botol sampel produk diambil dari lapangan 2 botol sampel pada jangka waktu 1
menit sekali, diambil botol sampel minuman Fanta sampai menit yeng ke 6 yang
sesuai dengan date code pada setiap botolnya dan dibersihkan bagian luarnya
dengan kertas tisue.
2) Kemudian botol sampel didiamkan selama + 24 jam, agar didapat kondisi
temperatur kamar pada isi botol sampel.
3) Setelah didiamkan selama + 24 jam lalu ambil 1 botol sampel produk, kemudian
tempelkan permukaan botol tepat ke alat injector pressure gauge lalu dikunci
dengan menekan handle pada alat injector pressure gauge lalu dikunci dengan
menekan handle pada alat injector pressure gauge ke bawah.
4) Tekan tombol On pada alat injector pressure gauge untuk menghidupkan alat
tersebut, secara otomatis selama 1 menit maka alat tersebut akan berhenti dengan
sendirinya.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
5) Baca jarum penunjuk pada alat injector pressure gauge dan catat sebagai tekanan
hasil karbonasi di dalam botol yang ditunjukkan oleh jarum tersebut.
6) Buang gas CO2 yang terperangkap di dalam alat injector pressure gauge dengan
cara membuka katup snip untuk mengeluarkan gas CO2 yang terperangkap, lalu
ditutup kembali.
7) Setelah pengeluaran gas CO2 selesai, buka tutup botol dan dengan segera
masukkan termometer ke dalam botol tersebut dan catat sebagai temperatur
minuman didalam botol.
8) Untuk mengetahui besarnya kelarutan gas karbondioksida yang terlarut, didalam
minuman Fanta digunakan tabel kelarutan gas karbondioksida yang bersumber
dari PT. CCBI.
9) Dengan cara membaca tekanan karbonasi di dalam botol versus temperatur
minuman di dalam botol maka dapat diketahui besarnya kelarutan gas
karbondioksida yang terlarut di dalam minuman Fanta.
10) Dengan cara yang sama lakukan pada botol menit berikutnya.
3.3.2. Prosedur kerja pengambilan data pada pemeriksaan jumlah
mikroorganisme dengan metode mikrobiologi.
a. Proses sterilisasi oven (inkubator)
1). Hidupkan oven dan set suhu pada temperatur 100oC.
2). Jika temperatur 100oC sudah tercapai, set kembali pada temperatur 30oC
(temperatur inkubasi E.coli count), 25oC (temperatur inkubasi yeast & mold)
b. Pembuatan bahan media
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
1). E.coli Count
Larutkan 1,8 gr media E.coli Countke dalam 100 ml aquadest dan aduk hingga
laruta dengan magnetik stirer
2). Yeast & Mold Count
Larutkan 7,3 gr media Yeast & Mold Count ke dalam 100 ml aquadest dan
aduk hingga larut dengan magnetik stirer
c. Proses penanaman untuk E.coli count
1). Matikan lampu UV pada alat laminar air flow, buka pintu lemari laminar air flow
tersebut serta hidupkan blower lalu hidupkan lampu lemari laminar air flow untuk
penerangan.
2). Sterilisasikan semua alat-alat yang akan digunakan dengan menyemprotkan
alkohol.
3). Rangkai alat penyaring sampel dan masukkan kertas filter ke dalam alat
penyaring sample.
4). Masukkan spons ke dalam petridish dengan menggunakan pingset dan larutan
media E.coli count secukupnya hingga spons basah dan tidak terlalu tergenang.
5). Masukkan sampel ke dalam alat penyaring dengan sendok sampel sebanyak 20 ml
6). Hidupkan pompa vacum hingga semua sampel terhisap habis dan bilas dinding
alat penyaring dengan air steril
7). Ambil kertas penyaring dari alat penyaring dan masukkan ke dalam petridish yang
sudah terisi media E.coli count.
8). Beri tanda pada setiap petridish dengan kertas label.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
9). Simpan petridish di oven pada temperatur 30oC untuk E.coli count selama proses
inkubasi
10).Lakukan pengamatan sesuai ketentuan form, yaitu selama 48, 72, 96, 120 jam.
d. Proses penanaman untuk yeast & mold count
1). Matikan lampu UV pada alat laminar air flow, buka pintu lemari laminar air flow
tersebut serta hidupkan blower lalu hidupkan lampu lemari laminar air flow untuk
penerangan.
2). Sterilisasikan semua alat-alat yang akan digunakan dengan menyemprotkan
alkohol.
3). Rangkai alat penyaring sampel dan masukkan kertas filter ke dalam alat
penyaring sample.
4). Masukkan spons ke dalam petridish dengan menggunakan pingset dan larutan
media yeast & mold count secukupnya hingga spons basah dan tidak terlalu
tergenang.
5). Masukkan sampel ke dalam alat penyaring dengan sendok sampel sebanyak 20 ml
6). Hidupkan pompa vacum hingga semua sampel terhisap habis dan bilas dinding
alat penyaring dengan air steril
7). Ambil kertas penyaring dari alat penyaring dan masukkan ke dalam petridish yang
sudah terisi media yeast & mold count.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
8). Beri tanda pada setiap petridish dengan kertas label.
9). Simpan petridish di oven pada temperatur 25oC untuk yeast & mold count selama
proses inkubasi
10).Lakukan pengamatan sesuai ketentuan form, yaitu selama 48, 72, 96, 120 jam.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
4.1.1. Hasil pengamatan di lapangan
Data hasil pengamatan di lapangan didapatkan dari sampel minuman Fanta
berdasarkan jam sampel pada saat di produksi pada date code botol yaitu: 13:45,
13:46, 13:47, 13:48, 13:49, 13:50 yang diperoleh selama melakukan praktek kerja
lapangan pada tanggal 06 Februari 2009, kemudian pada botol yang bertanda jam
pada sampel dimisalkan saja menjadi botol I, II, III, IV, V, dan VI.
Tabel 4.1: Kadar CO2 dalam botol
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
No Sampel Tekanan Dalam botol
(bar)
Temperatur Larutan
Dalam Botol (0C)
Kadar CO2 Dalam
Botol
(% Volume)
1 I 24 24,4 2,24
2 II 25 24,4 2,30
3 III 27 24,4 2,41
4 IV 28 24,4 2,47
5 V 31 24,4 2,65
6 VI 32 24,4 2,71
4.1.2. Hasil pengamatan di laboratorium
Hasil analisa mikrobiologi dilakukan terhadap sampel minuman Fanta berdasarkan
botol I, II, III, IV, V, dan VI yang diperoleh selama melakukan praktek kerja lapangan
pada tanggal 06 Februari 2009 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2: Tabel Jumlah Mikroorganisme dari Sampel E.coli, Yeast & Mold
Count
No Sampel
E.coli / Yeast / Mold Count
Masa Inkubasi Sampel
48 jam 72 jam 96 jam 120 jam
1 I 0 / 1 / 0 0 / 3 / 1 0 / 6 / 1 0 / 6 / 1
2 II 0 / 0 / 0 0 / 1 / 0 0 / 1 / 1 0 / 1 / 1
3 III 0 / 1 / 0 0 / 1 / 0 0 / 1 / 0 0 / 1 / 0
4 IV 0 / 0 / 0 0 / 0 / 0 0 / 0 / 0 0 / 0 / 0
5 V 0 / 0 / 0 0 / 0 / 0 0 / 0 / 0 0 / 0 / 0
6 VI 0 / 0 / 0 0 / 0 / 0 0 / 0 / 0 0 / 0 / 0
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Tabel 4.3: Data hasil dari seluruh pengamatan yang dilakukan di lapangan dan laboratorium adalah
No Sampel
Kadar CO2
dalam botol
(% Volume)
E.coli Count
Std
(cfu/20ml)
Yeast Count
Std
(cfu/20ml)
Mold Count
Std
(cfu/20ml)
Temperatur Inkubasi
300 C
Temperatur Inkubasi
250C
Temperatur Inkubasi
250C
48
jam
72
jam
96
jam
120
jam
48
jam
72
jam
96
jam
120
jam
48
jam
72
jam
96
jam
120
jam
1 I 2,24 0 0 0 0
0 cfu
/20 ml
1 3 6 6
< 10 cfu
/20 ml
0 1 1 1
< 1 cfu
/20 ml
2 II 2,30 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1
3 III 2,41 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0
4 IV 2,47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 V 2,65 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 VI 2,71 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
4.2. Pembahasan
Sifat- sifat kimia maupun fisika dari karbondioksida yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme adalah ;
1). Karbondioksida murni jika dilarutkan akan membuat suasana larutan menjadi asam
yaitu sekitar pH 4-5. Sebagian besar bakteri tumbuh pada pH dibawah 5,0 dan
diatas 8,0 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik.
2). Jika karbondioksida murni dilarutkan di dalam larutan, maka akan memeentuk
susunan gas yang anaerob, yaitu kadar oksigen menjadi sangat sedikit, bahkan
tidak ada sama sekali, sementara kebanyakan mikroba patogen atau mikroba yang
dapat menimbulkan penyakit merupakan mikroba yang aerob atau memebutuhkan
oksigen sebagaiu sumber aseptor elektron terakhir dalam proses bioenerginya
3). Karbondioksida merupakan zat kimia yang berfungsi sebagai antagonis mikroba
yang bersifat anorganik. Karbondioksida diketahui memiliki sifat-sifat
mengawetkan pada tekanan tinggi pada tekanan tinggi daripada yang dijumpai
dalam udara atmosfer. Selain digunakan dalam minuman yang berkarbondioksida,
juga digunakan pada bahan pangan olahan sebagian, seperti misalnya pada biskuit
yang tidak dipanggang.
Kemudian dari data analisa yang diperoleh dalam pemeriksaan hasil produk
untuk E.coli adalah negatif, untuk yeast & mold count hasil analisanya di dalam
produk masih ditemukan adanya mikroba. Dibandingkan dengan standar mutu PT.
CCBI yang dikandung dalam sampel minuman Fanta ini masih dibawah ambang batas
maksimum. Untuk yeast count misalnya tidak boleh terdapat lebih dari < 7 cfu/10 ml
setelah dibotolkan untuk Mold count tidak boleh terdapat lebih dari < 1 cfu/10 ml.
Begitu juga untuk E.coli tidak boleh ada di dalam minuman Fanta karena mikroba ini
dapat menyebabkan penyakit perut.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
Dari hasil pada data yang terdapat pada tabel 4.3 kandungan mikroba dapat
diperkecil bahkan dihambat melalui proses karbonasi pada pembuatan minuman Fanta
berdasarkan kadar karbondioksida yang terlarut dalam botol. Tetapi pada jumlah
kandungan Yeast dan Mold yang masih cukup signifikan ditemukan pada sampel, ini
mungkin disebabkan karena adanya kontaminasi dari bahan kemasan berupa tutup
botol, dari peralatan, personil yang terlibat dalam pembuatan produk dari minuman
yang diproduksi PT. CCBI tersebut.
Dalam hal ini untuk menanggulangi kandungan mikroba di dalam produk
minuman sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan dan mengawasi distribusi CO2
yang dibeli dari suplier CO2 yang bersangkutan dan juga proses pengolahan minuman
yang diproduksi dari awal produksi hingga proses distribusi dan pemasarannya.
Sebelum diproduksi dilakukan sanitasi tangki penyimpanan CO2. Begitu juga dengan
ruangan, dan peralatan, karena dengan adanya sanitasi kemungkinan kemungkinan
berkembangnya mikroorganisme dapat ditekan.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai
berikut:
Karbondioksida dalam jumlah dan tekanan yang optimal, dapat menghambat
dan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yang terkandung dalam minuman
Fanta setelah dibotolkan.
5.2. SARAN
- Disarankan untuk mengkaji lebih lanjut tentang pengaruh udara pada tangki
karbonator untuk mempertahankan tekanan sebelum dimulainya proses karbonasi.
- Untuk memperkecil kandungan mikroba di dalam minuman Fanta sebaiknya
perusahaan lebih mengawasi proses pengolahan produk minuman yang dihasilkan
mulai dari air sumber hingga pemasarannya dan pendistribusiannya hingga ke
masyarakat.
Baharuddin Afandi : Pengaruh Co2 (Karbondioksida) Murni Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme Pada Produk Minuman Fanta Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan, 2009.
DAFTAR PUSTAKA Desrosier, N.W. 2001. Teknologi Pengawetan Makanan. Edisi ke-3. Jakarta: UI Press.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fardiaz, S. 1993. Analisa Mikrobiologi Pangan. Edisi ke-1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Gammon, E. 1985. General Chemistry. 6th Edition. New York: Houghton Mifflin Company.
http://id. wikipedia.org/ wiki/. Karbon_dioksida. Diakses tanggal 11 Mei, 2009.
http://id. www.coca-colabottling.co.id. Diakses tanggal 20 Mei, 2009.
Nurwantoro. dan Djarijah, A.S. 1997. Mikrobilogi Pangan Hewani-Nabati. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Widodo. 2008. Mengenal Minutan Ringan Berkarbonasi (Soft drink). http://www.untag-sby.ac.id/index.php?mod=berita&id=92. Diakses tanggal 28 Mei 2009.