09e01614

92
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository ©2009 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN SKRIPSI PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA OLEH: NAMA : ROLAN PAKPAHAN NIM : 050503169 DEPARTEMEN : AKUNTANSI Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi 2009

Upload: recca-damayanti

Post on 10-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

asasasas xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

TRANSCRIPT

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    FAKULTAS EKONOMI

    MEDAN

    SKRIPSI

    PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

    TERHADAP BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN

    KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA

    OLEH:

    NAMA : ROLAN PAKPAHAN

    NIM : 050503169

    DEPARTEMEN : AKUNTANSI

    Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

    2009

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

    Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah

    Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara.

    Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,

    dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi

    level program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera

    Utara.

    Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,

    benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya

    bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

    Medan, 17 Maret 2009

    Yang Membuat Pernyataan

    Rolan Pakpahan

    NIM. 050503169

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur kupanjatkan hanya bagiMu Yesus Kristus atas segala

    berkat yang tiada terkira yang telah Engkau berikan kepadaku dalam

    menyelesaikan skripsi ini. Kasih dan penyertaanMu sungguh luar biasa dalam

    setiap langkah kehidupanku yang tanpa campur tanganMu tak mungkin aku dapat

    sendiri melalui segala rintangan dan hambatan dalam kehidupan ini.

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tercinta yang telah

    memberikan doa dan dukungannya, teristimewa kepada Ibu saya S. br. Gultom,

    yang telah memberikan kasih sayang yang tiada terkira serta dukungan penuh

    kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini bisa diselesaikan, dan tak lupa

    kepada abang saya, Roi Pakpahan, kakak saya, Bintang Pakpahan dan adik-adik

    ku tersayang, Nani Pakpahan, Susi Pakpahan, Citra Pakpahan dan Rahul Sudianto

    Pakpahan.

    Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi

    Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota di

    Sumatera Utara, yang ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

    menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh

    gelar Sarjana Ekonomi.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

    skripsi ini, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan

    keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itulah penulis selalu berusaha

    untuk memperbaiki diri lebih baik lagi di masa yang akan datang.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Dengan keterbatasan yang penulis miliki selama menyusun skripsi ini, maka

    skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah

    bersedia meluangkan waktu dan tenaga, pikiran serta dukungannya baik secara

    moril dan materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

    mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat :

    1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

    Universitas Sumatera Utara.

    2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi

    dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris

    Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

    3. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak selaku pembimbing yang telah banyak

    membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam proses

    penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

    4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak. selaku dosen penguji I dan Bapak

    Sambas Ade Kesuma,, SE, M.Si, Ak. Selaku dosen penguji II yang telah

    membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi

    kesempurnaan skripsi ini.

    5. Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak. Selaku dosen wali yang telah banyak membantu

    penulis dalam konsultasi akademik selama perkuliahan.

    6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi, khususnya para Dosen

    Akuntansi yang telah membimbing dan mengajar ilmu pengetahuan selama

    penulis menimba ilmu di Fakultas Ekonomi.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    7. Seluruh mahasiswa-mahasiswi Departemen Akuntansi USU stambuk 2005,

    terkhusus kepada, anak-anak Corp5 ospek 2005 dan sahabat-sahabat terdekat

    saya (Maycha, Igun, Rhey Aldo,Citra Dragon, Chariadi, Johanes, Jecko,

    Jefri Pasaribu, Jefri Panjaitan), yang telah banyak memberikan motivasi dan

    dorongan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Ekonomi

    dan dalam penyelesaian skripsi saya ini.

    8. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

    membantu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.

    Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

    Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karuniaNya. Amin.

    Medan, 17 Maret 2009 Penulis,

    Rolan Pakpahan 050503169

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Daerah di Pemerintahan kabupaten/ kota di Sumatera Utara. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 24 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2005-2007. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Sumatera Utara. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F pada level signifikansi 5% (=0,05). Hasil hipotesis ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pajak Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Daerah dan variabel Retribusi Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Daerah. Secara simultan, Pajak Derah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara signifkan terhadap Belanja Daerah. Dimana 70.2% variasi dari perubahan Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 29.8% dijelaskan oleh variasi atau faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Kata Kunci : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Belanja Daerah

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    ABSTRACT

    The purpose of this research is to examine the significant impact of Local Tax and Local Retribution toward Local Expenditure in government of regency / city at North Sumatera. The method of this scientific paper is a causal research design with 24 regency/ city as a sample for every year from 33 regency / city at North Sumatera Province. This research is done for 2005-2007 period. This research utilizes secondary data. The data are taken from Central Bureau of Statistics(BPS) on North Sumatera province. The data which have already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use multiple linier regression, with t test and with F test on 5% level of significant (=0,05). The result of this research show that in partial, Local Tax significantly impact the Local Expenditure and Local Retribution unsignificantly impact the Local Expenditure, as simultan Local Tax and Local Retribution have a significant impact toward the Local Expenditure. 70.2% variation from the Local Expenditure change which can be explained by the two independent variable. Meanwhile, the remainder 29.8% explained by other variation or factor which not include in regression model.

    Keywords : Local Tax, Local Retribution, Local Expenditure.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    DAFTAR ISI

    PERNYATAAN ........................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

    ABSTRAK .................................................................................................... vi

    ABSTRAC .................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan ........................ 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pendapatan Asli Daerah ............................................................ 8

    B. Pajak Daerah............................................................................. 9

    1. Pengertian Pajak Daerah ....................................................... 9

    2. Jenis-Jenis Pajak Daerah ....................................................... 10

    3. Jenis-Jenis Pajak Kabupaten/Kota ......................................... 11

    4. Pajak Kabupaten/Kota Lainnya ............................................. 13

    5. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota .................... 14

    6. Objek Pajak Kabupaten / Kota ............................................. 15

    7. Tarif Pajak Kabupaten/Kota .................................................. 16

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    C. Retribusi Daerah ....................................................................... 17

    1. Pengertian Retribusi Daerah .................................................. 17

    2. Jenis-Jenis Retribusi Daerah.................................................. 18

    3. Retribusi Lain-Lain ............................................................... 19

    4. Subjek Retribusi Daerah dan Wajib Retribusi Daerah............ 20

    5. Objek Retribusi Daerah ......................................................... 20

    6. Tarif Retribusi Daerah .......................................................... 21

    D. Belanja Daerah ......................................................................... 22

    1. Pengertaian Belanja Daerah .................................................. 22

    2. Klasifikasi Belanja Daerah .................................................... 23

    E. Tinjauan Penelitian Terdahulu .................................................. 28

    F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ......................................... 31

    1. Kerangka Konseptual Penelitian............................................ 31

    2. Hipotesis penelitian ............................................................... 31

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian ...................................................................... 33

    B. Populasi dan Sampel ................................................................. 33

    C. Jenis Data dan Sumber Data ...................................................... 35

    D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36

    E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variable......................... 36

    F. Metode Analisis Data ................................................................ 37

    G. Jadwal Penelitian ...................................................................... 45

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

    A. Data Penelitian.......................................................................... 46

    B. Hasil Analisis Data Penelitian ................................................... 48

    1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................... 48

    2. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................... 49

    3. Pengujian Hipotesis .............................................................. 55

    C. Pembahasan Hasil Analisis ....................................................... 59

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan............................................................................... 61

    B. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 61

    C. Saran ........................................................................................ 62

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64

    LAMPIRAN ................................................................................................. 67

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    DAFTAR TABEL

    Nomor Judul Halaman

    Tabel 2.1 Pajak Provinsi dan Kabupaten/Kota .......................................... 11

    Tabel 3.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera

    Utara........ ...........................................

    33

    Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian............................................................ 35

    Tabel 3.3 Tabel Jadwal Penelitian . 45

    Tabel 4.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota Sampel .......................... 47

    Tabel 4.2 Statistik Deskriptif .. 48

    Tabel 4.3 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov................... 49

    Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas... 52

    Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi dengan

    Logaritma Natural ..

    52

    Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ...................... 54

    Tabel 4.7 Uji Autokorelasi . 55

    Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi 55

    Tabel 4.9 Model Summary(b) 56

    Tabel 4.10 Uji Statistik t... 57

    Tabel 4.11 Uji Statistik F . 58

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Judul Halaman

    Gambar 2.1

    Gambar 4.1

    Kerangka Konseptual ..

    Grafik Histogram ...

    31

    50

    Gambar 4.2 Grafik Normal Probability Plot ... 51

    Gambar 4.3 Grafik Scatterplot..................................................................

    53

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Judul Halaman

    Lampiran 1 Realisasi Pendapatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

    pada Pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera

    Utara ........................................................................................

    67

    Lampiran 2 Realisasi Beanja Daerah pada Pemerintahan Kabupaten/Kota

    di Provinsi Sumatera Utara

    69

    Lampiran 3 Statistik Deskriptif ................................................................. 70

    Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas .............................................................. 70

    Lampiran 5 Hasil Uji Multikolinearitas 73

    Lampiran 6 Hasil Uji Heterokedasitas .......... 74

    Lampiran 7 Hasil Uji Autokorelasi ... 76

    Lampiran 8 Regression ......... 77

    Lampiran 9 Hasil Regresi .. 77

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pelaksanaan otonomi daerah yang ditandai dengan diberlakukannya UU No.

    22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang

    Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (dalam

    perkembangannya kedua regulasi ini diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004

    dan UU No 33 tahun 2004) menjadi babak baru terkait dengan hubungan antara

    pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Daerah (kabupaten dan kota) diberikan

    kewenangan yang lebih luas dalam mengelola berbagai sumber daya yang

    dimiliki.

    Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa pemberian otonomi daerah diharapkan

    dapat memberikan keleluasaan kepada daerah dalam pembangunan daerah melalui

    usaha-usaha yang sejauh mungkin mampu meningkatkan partisipasi aktif

    masyarakat, pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi,

    efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Karena dengan otonomi,

    Daerah dituntut untuk mencari alternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpa

    mengurangi harapan masih adanya bantuan dan bagian (sharing) dari Pemerintah

    Pusat dan menggunakan dana publik sesuai dengan prioritas dan aspirasi

    masyarakat.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Konsekuensi dari diberlakukannya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal

    ini adalah Pemerintah Pusat akan menyerahkan wewenang dan tanggung jawab

    yang lebih besar dalam hal pembiayaan, personalia, dan perlengkapan kepada

    pemerintah daerah, dan Pemerintah Daerah harus dapat mengurus rumah

    tangganya sendiri terutama dalam mengelola keuangan daerah sesuai dengan

    tujuan otonomi daerah yaitu untuk mencapai kemandirian keuangan daerah.

    Gambaran citra kemandirian daerah dalam berotonomi daerah dapat diketahui

    dari seberapa besar kemampuan dari pemerintah daerah dalam membiayai sendiri

    kegiatan pemerintahan, pembangunan daerah, dan pelayanan kepada masyarakat

    daerah. Dalam penciptaan kemandirian daerah sebagai tujuan dari otonomi

    daerah, pemerintah daerah harus beradaptasi dan berupaya meningkatkan mutu

    pelayanan publik dan perbaikan dalam berbagai sektor yang berpotensi untuk di

    kembangkan menjadi sumber PAD dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah.

    Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

    Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah disebutkan bahwa sumber

    pendapatan asli daerah terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

    perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang

    dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pengelolaan Pajak

    Daerah dan Retribusi Daerah diatur dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun

    2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta peraturan pelaksanaan

    lainnya termasuk Peraturan Daerah. Dan dalam struktur APBD terlihat bahwa

    kontribusi terbesar dalam PAD adalah bersumber dari pendapatan pajak daerah

    dan retribusi daerah karena dari semua komponen PAD, pajak daerah dan retribusi

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    daerah memberikan sumbangan yang signifikan dalam perolehan penerimaan

    daerah.

    Pajak daerah dan retribusi daerah yang diterapkan oleh pemerintah daerah,

    baik yang ditentukan oleh undang-undang daerah, maupun yang merupakan

    perluasan objek pajak maupun retribusi sangat beragam. Jadi sangat diharapkan

    sumber penerimaan ini bisa menjadi salah satu sumber pembiayaan dan

    penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Namun, bila diteliti

    keadaanya masing-masing daerah belum mampu menujukkan kinerjanya dalam

    mengoptimalkan potensi daerahnya masing-masing.

    Kemampuan pembiayaan merupakan salah satu kriteria penting untuk menilai

    secara nyata kemampuan suatu daerah dalam mengurus dan mengatur rumah

    tangganya sendiri, tanpa adanya biaya yang cukup, tidak mungkin suatu daerah

    mampu menjalankan kewenangannya dalam mengurus dan menjalankan tugas

    serta kewajibannya untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Sebaliknya jika

    kemampuan keuangan suatu daerah kuat, maka kemampuan daerah tersebut untuk

    menutupi semua kewajiban dan tanggung jawabnya juga akan semakin kuat.

    Salah satu unsur terpenting dari pembiayaan pemerintah daerah adalah

    besarnya kontribusi dari Pendapatan Asli Daerah. Karena PAD ini merupakan

    bukti nyata dukungan masyarakat lokal kepada pemerintahannya untuk

    menjalankan proses pemerintahan secara otonom, sejalan dengan pemberian

    otonomi daerah melalui desentralisasi. Pajak daerah dan retribusi daerah

    merupakan salah satu unsur terpenting dan merupakan kontributor utama dari

    PAD. Untuk itulah peranan pajak daerah dan retribusi daerah ini perlu untuk

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    dioptimalkan sehingga pemerintah daerah mampu untuk menyelenggarakan

    pemerintahannya dengan mengandalkan potensi daerah yang dimiliki.

    Pajak daerah dan retribusi daerah sangat diharapkan bisa memenuhi semua

    alokasi belanja daerah suatu pemerintahan daerah dalam satu tahun anggaran,

    karena semakin besar kemampuan daerah dalam mengoptimalkan potensi

    daerahnya sendiri sebagai sumber penerimaan, maka semakin kecil juga bantuan

    pemerintahan pusat ataupun provinsi. Dan dengan semakin sedikitnya peranan

    pemerintah pusat dan provinsi terhadap pemerintahan daerah dalam hal

    pengelolaan keuangan daerah. Maka prinsip kemandirian dalam akuntansi sektor

    publik yang dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan daerah otonomi

    menjalankan otonomi daerah dapat dikatakan tercapai.

    Namun, dalam kenyataanya, pajak daerah dan retribusi daerah ini belum

    terlalu kuat untuk menutupi semua pengeluaran pemerintah daerah yang

    digambarkan dalam belanja daerah, jika diperbandingkan, jumlah penerimaan

    pemerintah daerah ini masih terlalu kecil dari total pengeluaran pemerintahan

    daerah. Dan secara umum, belum ada kabupaten/kota di Indonesia yang mampu

    menggali, mengoptimalkan dan menjadikan penerimaan dari pajak daerah dan

    retribusi daerah sebagai sumber pemasukan utama dalam memenuhi semua

    pengeluaran pemerintah daerah. Pemerintah daerah masih sangat bergantung dan

    mengharapkan bantuan pemerintah pusat dan provinsi berupa dana perimbangan

    untuk menutupi semua alokasi belanja daerah. Ini berarti daerah otonomi belum

    sepenuhnya dikatakan berhasil dalam melakukan otonomi daerah.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Demikian juga dengan kondisi Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara,

    peranan pajak daerah dan retribusi daerah dalam membiayai belanja daerahnya

    masing-masing belum optimal. Bahkan bisa dikatakan bahwa kontribusi pajak

    daerah dan retribusi daerah dalam menutupi semua belanja daerah pemerintah

    kabupaten / kota masih sangat kecil. Sehingga bantuan pemerintah pusat dan

    provinsi masih sangat diharapkan dalam menutupi sebagian besar pengeluaran

    pemerintah daerah. Oleh karena itu Kabupaten/Kota di Sumatera Utara masih

    harus bekerja keras dalam menggali dan mengembangkan potensi daerah yang

    dimiliki, untuk mewujudkan tujuan dari otonomi daerah, yaitu mampu

    meningkatkan kemandirian daerah dalam menjalankan pemerintahannya.

    Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk

    membuat suatu karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul Pengaruh Pajak

    Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan

    Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

    B. Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan.

    1. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis membuat

    perumusan masalah sebagai berikut:

    a. apakah pajak daerah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah

    Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara.

    b. apakah retribusi daerah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah

    Pemerintahan Kabupaten /Kota di Sumatera Utara.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    c. apakah pajak daerah dan retribusi daerah secara bersama-bersama

    berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah Pemerintahan

    Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

    2. Batasan Permasalahan

    a. Batasan aspek penelitian ini adalah hanya terhadap akuntansi keuangan daerah

    saja, berkaitan dengan nilai realisasi pajak daerah dan retribusi daerah

    dibandingkan dengan realisasi belanja daerah.

    b. Batasan waktu penelitian ini adalah hanya meliputi tahun 2005-2007.

    c. Objek penelitian adalah kabupaten dan kota yang ada di Sumatera Utara.

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui apakah pajak daerah berpengaruh signifikan positif

    terhadap belanja daerah Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara.

    b. Untuk mengetahui apakah retribusi daerah berpengaruh signifikan positif

    terhadap belanja daerah Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara.

    c. Untuk mengetahui apakah pajak daerah dan retribusi daerah secara bersama-

    sama berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah Pemerintahan

    kabupaten/kota di Sumatera Utara

    2. Manfaat Penelitian

    a. Bagi Penulis, penelitian ini menjadi bahan masukan jika dikemudian hari

    penulis diminta pendapat yang berkaitan dengan pengaruh pajak daerah dan

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    retribusi daerah terhadap belanja daerah Pemerintahan kabupaten/kota di

    Sumatera Utara.

    b. Bagi Pemerintah Pusat, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

    sebagai bahan informasi dalam melakukan penilaian keberhasilan

    implementasi otonomi daerah pada Pemerintah Kabupaten / Pemerintah Kota

    di Propinsi Sumatera Utara dibandingkan dengan daerah lain.

    c. Bagi Pemerintahan Kabupaten / Pemerintahan Kota di Sumatera Utara, hasil

    penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan informasi berupa

    bukti empirirs tentang pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap

    belanja daerah pada Pemerintahan Kabupaten / Pemerintahan Kota di

    Sumatera Utara, dan juga sebagai bahan masukan dalam penyusunan APBD

    Pemerintah Kabupaten / Pemerintah Kota pada Propinsi Sumatera Utara di

    tahun-tahun yang akan datang.

    d. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk

    melakukan penelitian lainnya yang sejenis.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pendapatan Asli Daerah

    Menurut Mardiasmo (2002 : 132), Pendapatan Asli Daerah adalah

    penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil

    perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

    lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

    Menurut Halim (2004 : 67) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan

    semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.

    Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak

    daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

    kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang

    bersumber dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut Undang-Undang No. 33

    Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Pemerintah Daerah Bab V,

    Sumber Penerimaan Daerah, PAD bersumber dari :

    1. pajak daerah,

    2. retribusi daerah,

    3. bagian laba usaha daerah,

    4. lain-lain PAD yang sah.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah yang terbaru berdasarkan Permendagri

    13/ 2006 adalah terdiri dari :

    Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/ atau pengadaan barang dan/ atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran/ cicilan penjualan.

    B. Pajak Daerah

    1. Pengertian Pajak Daerah

    Menurut Kesit Bambang Prakoso (2003 : 1):

    Pengertian Pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena Undang-Undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (misal: Provinsi, Kabupaten, Kotamadya) yang diatur berdasarkan masing-masing Peraturan Daerah dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Sedangkan menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak

    Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 34

    Tahun 2000, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah sebagai berikut:

    Pajak daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dipaksakan berdasarkan perundangundangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

    Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa

    pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam

    undang-undang tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan hasilnya

    digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.

    Ciri-ciri yang menyertai pajak daerah dapat diikhtisarkan seperti berikut:

    a. pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai

    pajak daerah.

    b. penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang

    c. pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang

    dan/atau peraturan hukum lainnya.

    d. hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan

    urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah

    sebagai badan hukum publik.

    Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan, bahwa pajak daerah merupakan

    pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah yang

    pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.

    2. Jenis-Jenis Pajak Daerah

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, pajak daerah di

    Indonesia dibagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak

    Kabupaten/Kota. Pembagian ini dilakukan sesuai dengan kewenangan pengenaan

    dan pemungutan masing-masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi

    provinsi atau kabupaten/kota yang bersangkutan. Dan berdasarkan UU No. 34

    Tahun 2000, ditetapkan sebelas jenis pajak daerah, yaitu empat jenis pajak

    provinsi dan tujuh jenis pajak kabupaten /kota.

    Tabel 2.1 Pajak Propinsi dan Kabupaten/Kota

    Pajak Provinsi Pajak Kabupaten / Kota

    1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air.

    2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Di Atas Air

    3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

    4. Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dan Air Permukaan.

    1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian

    Golongan C 7. Pajak Parkir

    3. Jenis-Jenis Pajak Kabupaten / Kota.

    a. Pajak Hotel, adalah pajak atas pelayanan hotel, yaitu bangunan yang khusus

    disediakan bagi orang untuk dapat menginap atau istirahat, memperoleh

    pelayanan, dan/atau yang fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk

    bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama,

    kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

    b. Pajak Restoran adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan dengan

    pembayaran di restoran ,yaitu adalah tempat yang disediakan untuk

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    menyantap makanan dan minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai

    nasi, kedai mie, kedai kopi, warung tempat jual makanan / minuman, tempat

    berdiscotiq dan berkaroke usaha jasa katering dan usaha jasa boga.

    c. Pajak Hiburan, adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan, yaitu semua jenis

    pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan

    nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang

    dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk

    berolahraga.

    d. Pajak Reklame, adalah pajak atas penyelenggaraan reklame, yaitu benda, alat,

    perbuatan atau media yang menurut bentuk susuanan dan corak ragamnya

    untuk tujuan komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan

    atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, atuapun untuk menarik

    perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau

    yang dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali

    yang dilakukan oleh Pemerintah.

    e. Pajak Penerangan Jalan, adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan

    ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan

    f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, adalah pajak atas kegiatan

    pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    g. Pajak Parkir, adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir

    di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,

    termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi

    kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

    4. Pajak Kabupaten / Kota Lainnya

    Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 memberikan peluang kepada daerah

    kabupaten/kota untuk memungut jenis pajak daerah lain yang dipandang

    memenuhi syarat, selain ketujuh jenis pajak kabupaten/kota yang telah ditetapkan.

    Penetapan jenis pajak lainnya ini harus benar-benar spesifik dan potensial di

    daerah tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada

    daerah kabupaten/kota dalam mengantisispasi situasi dan kondisi serta

    perkembangan perekonomian daerah pada masa mendatang yang mengakibatkan

    perkembangan potensi pajak dengan tetap memperhatikan kesederhanaan jenis

    pajak dan aspirasi masyarakat serta memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

    Menurut Marihot P. Siahaan (2005 : 45),

    Pemungutan pajak kabupaten/kota lainnya tersebut ditetapkan dengan peraturan daerah sepanjang memenuhi kriteria di bawah ini a. Bersifat pajak dan bukan retribusi. Maksudnya adalah pajak yang

    ditetapkan harus sesuai dengan pengertian yang ditentukan dalam defenisi pajak daerah.

    b. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

    c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum, maksudnya adalah bahwa pajak tersebut dimaksudkan untuk kepentingan bersama yang lebih luas antara pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek ketentraman, kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya , pertahanan, dan keamanan.

    d. Objek pajak bukan merupakan objek pajak pajak provinsi dan atau objek pajak pusat.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    e. Potensinya memadai. Maksudnya adalah bahwa hasil pajak cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan laju pertumbuhannya, diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi.

    f. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, maksudnya adalah bahwa pajak tersebut tidakmengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi efisien dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor impor.

    g. Memerhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Kriteria aspek keadilan, antara lain objek pajak dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat diawasi pemungutannya, jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh wajib pajak yang bersangkutan, dan tarif pajak ditetapkan dengan memerhatikan keadaan wajib pajak. Selanjutnya, kriteria kemampuan masyarakat adalah kemampuan subjek pajak untuk memikul tambahan beban pajak.

    h. Menjaga kelestarian lingkungan, maksudnya adalah bahwa pajak harus bersifat netral terhadap lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan pajak tidak memberikan peluang kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk merusak lingkungan yang akan menjadi beban bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

    5. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota

    a. Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

    pembayaran atas pelayanan hotel. Wajib pajaknya adalah pengusaha hotel.

    b. Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan

    pembayaran atas pelayanan restoran. Wajib pajaknya adalah pengusaha

    restoran

    c. Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan

    atau menikmati hiburan . Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan

    yang menyelenggarakan hiburan.

    d. Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelengarakan

    atau memesan reklame . Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang

    menyelenggarakan reklame

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    e. Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang

    menggunakan tenaga listrik dari PLN atau tenaga listrik bukan PLN. Wajib

    pajaknya adalah orang pribadi atua badan yang menjadi pelanggan listrik dan

    atau pengguna tenaga listrik

    f. Subjek Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah orang pribadi

    atau badan yang mengambil bahan galian golongan C. Wajib pajakknya

    adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan pengambilan bahan

    galian gol C.

    g. Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan melakukan pembayaran

    atas tempat parkir Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang

    menyelenggarakan tempat parkir

    6. Objek Pajak Kabupaten / Kota

    Menurut Marihot P. Siahaan (2005 : 55). Untuk dapat mengenakan pajak,

    satu syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah adanya objek pajak yang dimiliki

    atau dinikmati oleh wajib pajak. Pada dasarnya objek pajak merupakan

    manifestasi dari taatbestand (keadaan yang nyata).

    Yang menjadi objek pajak dari pajak kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

    a. objek pajak hotel adalah pembayaran yang disediakan hotel dengan

    pembayaran termasuk:

    1) fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.

    2) pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal

    jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    3) fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel,

    bukan untuk umum, dan

    4) jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di Hotel.

    b. objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan

    pembayaran.

    c. objek pajak hiburan yakni penyelenggara hiburan yang dipungut bayaran.

    d. objek pajak reklame yakni semua penyelenggara reklame.

    e. objek pajak penerangan jalan yakni penggunaan tenaga listrik di ilayah yang

    tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

    f. objek pajak pengambilan bahan galian golongan C yakni kegiatan

    pengambilan bahan golongan C.

    g. objek pajak parkir yakni penyelenggara tempat parkir diluar badan jalan, baik

    yang disediakan berkaitan dengan okok usaha maupun yang disediakan

    sebagai usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan

    garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

    7. Tarif Pajak Kabupaten/ Kota

    Menurut pasal 3 UU 34 tahun 2000, tarif untuk tiap jenis pajak daerah

    ditetapkan paling tinggi sebesar :

    a. Pajak Hotel 10%;

    b. Pajak Restoran 10%;

    c. Pajak Hiburan 35%;

    d. Pajak Reklame 25%;

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    e. Pajak Penerangan Jalan 10%;

    f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20%;

    g. Pajak Parkir 20%;

    Tarif tersebut merupakan tarif tertinggi atau tarif maksimal yang dapat

    ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota dalam melakukan

    pemungutan pajak daerah untuk kabupaten / kota di wilayah masing-masing.

    C. Retribusi Daerah

    1. Pengertian Retribusi Daerah

    Menurut Ahmad Yani (2002 : 55), Retribusi Daerah adalah pungutan daerah

    sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

    dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan oran pribadi atau

    badan.

    Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, tentang Perubahan Atas

    Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997, tentang Pajak Daerah dan Retribusi

    Daerah, yaitu Retribusi daerah didefenisikan sebagai pungutan daerah sebagai

    pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

    dan/atau diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat.

    Keunggulan retribusi daerah dibandingkan dengan pajak daerah adalah

    pungutan retribusi daerah yang didasari oleh kontraprestasi yang diberikan oleh

    Pemerintah Daerah, dimana tidak ditentukan secara limitative seperti pada pajak

    daerah. Hal utama yang membatasai pengenaan retribusi daerah oleh Pemerintah

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Daerah terletak pada tersedia atau tidaknya suatu jasa layanan oleh Pemerintah

    Daerah.

    2. Jenis-Jenis Retribusi Daerah.

    Sesuai dengan Undang Undang No 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan

    Retribusi Daerah pasal 18 ayat 2, retribusi daerah digolongkan menjadi tiga

    bagian, yaitu:

    a). Retribusi Jasa Umum yang merupakan pungutan yang dikenakan oleh daerah

    kepada masyarakat atas pelayanan yang diberikan.Pelayanan yang

    digolongkan sebagai jasa usaha tersebut tergolong quasy goods dan pelayanan

    yang memerlukan pengendalian dalam konsumsinya dan biaya penyediaan

    layanan tersebut cukup besar sehingga layak dibebankan pada masyarakat.

    Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah sebagai berikut:Retribusi pelayanan

    kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi penggantian

    biaya cetak kartu penduduk dan akte catatan sipil, retribusi pelayanan

    pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi parkir di tepi jalan umum,

    retribusi pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan

    alat pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta dan retribusi

    pengujian kapal perikanan.

    b). Retribusi Jasa Usaha merupakan pungutan yang dikenakan oleh daerah

    berkaitan dengan penyediaan layanan yang belum memadai disediakan oleh

    swasta dan atau penyewaan aset/kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan.

    Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah: retribusi pemakaian kekayaan daerah,

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    retribusi pasar grosir dan atau pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi

    terminal, retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat

    penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi penyedotan kakus, retribusi rumah

    potong hewan, retribusi pelayanan pelabuhan kapal, retribusi tempat rekreasi

    dan olahraga, retribusi penyebrangan diatas air, retribusi pengolahan limbah

    cair, retribusi penjualan produksi usaha daerah.

    c). Retribusi Perijinan Tertentu yang merupakan pungutan yang dikenakan

    sebagai pembayaran atas pemberian ijin untuk melakukan kegiatan tertentu

    yang perlu dikendalikan oleh daerah seperti: retribusi pembentukan

    penggunaan tanah, retribusi ijin mendirikan bangunan, retribusi ijin

    pengambilan hasil hutan ikutan, retribusi pengelolaan hutan, retribusi izin

    gangguan, retribusi izin trayek dan retribusi izin tempat penjualan minuman

    beralkohol.

    3. Retribusi Lain-Lain

    Selain jenis-jenis retribusi daerah yang ditetapkan dalam Undang-Undang

    Nomor 34 Tahun 2000, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan

    retribusi perizinan tertentu, kepada daerah diberikan kewenangan untuk

    menetapkan jenis retribusi daerah lainnya yang dipandang sesuai untuk

    daerahnya. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 18 ayat 4 menentukan

    bahwa dengan peraturan daerah dapat ditetapkan jenis retribusi daerah lainnya

    sesuai dengan kewenangan otonominya dan memenuhi kriteria yang telah

    ditetapkan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    daerah dalam mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan

    perekonomian daerah pada masa yang akan datang yang mengakibatkan

    meningkatnya kebutuhan masyarakat atas pelayanan pemerintah daerah, tetapi

    tetap memerhatikan aspirasi dari masyarakat dan kesederhanaan jenis retribusi

    daerah serta memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

    4. Subjek Retribusi Daerah dan Wajib Retribusi Daerah

    a. Subjek retribusi umum adalah orang pribadi atau badan yang

    menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Subjek

    Retribusi Jasa Umum ini dapat merupakan Wajib Retribusi Jasa Umum.

    b. Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang

    menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Subjek ini

    dapat merupakan Wajib Retribusi Jasa Usaha.

    c. Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang

    memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Subjek ini dapat merupakan

    wajib retribusi jasa perizinan tertentu.

    5. Objek Retribusi Daerah.

    Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 Pasal 18 ayat 1 menentukan bahwa

    objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah

    daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut

    retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan

    sosial- ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Adapun objek retribusi

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

    Daerah adalah:

    a. objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan

    oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum

    serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan

    b. objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah

    daerah dengan menganut prinsip komersial.

    c. objek retribusi perizinan tertentu yakni kegiatan tertentu yang dilakukan

    pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau

    badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan

    pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,

    barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan

    umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

    6. Tarif Retribusi Daerah

    Menurut Panca Kurniawan (2005 : 177):

    Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi yang terutang. Tarif dapat ditentukan seragam atau dapat diadakan pembedaan mengenai golongan tarif sesuai dengan prinsip dan sasaran tarif tertentu, misalnya: i. Pembedaan retribusi tempat rekreasi antara anak dan dewasa,

    ii. Retribusi parkir antara sepeda motor dan mobil, iii. Retribusi pasar antara kios dan los, dan iv. Retribusi sampah antara rumah tangga dan industri.

    Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum didasarkan

    pada kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang

    bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dengan ketentuan ini,

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    daerah mempunyai kewenangan untuk menetapkan prinsip dan sasaran yang

    dicapai dalam menetapkan tarif retribusi jasa umum sebagai cara untuk menutupi

    sebagian atau sama dengan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan dan

    membantu golongan masyarakat kurang mampu sesuai dengan jasa pelayanan

    yang diberikan.

    Sebagai contoh, tarif retribusi persampahan untuk golongan masyarakat

    mampu dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menutupi biaya

    pengumpulan, transportasi, dan pembuangan sampah. Sedangkan, untuk golongan

    masyarakat yang kurang mampu tarif ditetapkan lebih rendah.

    Penetapan tarif retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada tujuan utama

    untuk memperoleh keuntungan yang layak, seperti keuntungan yang layak

    sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis

    yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

    Tarif retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasarkan pada tujuan untuk

    menutupi sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izan yang

    bersangkutan. Tarif retribusi perizinan tertentu ditetapkan sedemikian rupa

    sehingga sebagian atau seluruh perkiraan biaya penyediaan jasa yang

    bersangkutan dapat tertutupi.

    D. Belanja Daerah

    1. Pengertian Belanja Daerah

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Menurut Abdullah dan Halim (2003 : 1145), belanja daerah adalah

    pengeluaran yang dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan wewenang dan

    tanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah di atasnya.

    Menurut Halim dan Nasir (2006 : 44), belanja daerah adalah semua

    kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam

    periode tahun anggaran yang bersangkutan.

    2. Klasifikasi Belanja Daerah

    Belanja daerah menurut kelompok belanja berdasarkan Permendagri 13/

    2006 terdiri atas :

    Belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bentuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

    Menurut Halim (2004 : 18), belanja daerah digolongkan menjadi 4, yakni :

    Belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak tersangka. Belanja aparatur daerah diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/ pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokkan menjadi 3 yakni belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal.

    Klasifikasi belanja daerah yang dikemukakan oleh Halim (2004 : 18) sesuai

    dengan klasifikasi belanja daerah menurut Kepmendagri 29/ 2002.

    a). Belanja Administrasi Umum

    Menurut Halim (2004 : 70),

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Belanja administrasi umum adalah semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau pelayanan publik dan bersifat periodik. kelompok belanja administrasi umum terdiri atas 4 jenis belanja, yaitu 1) belanja pegawai/ personalia, 2) belanja barang dan jasa, 3) belanja perjalanan dinas, 4) belanja pemeliharaan.

    1. Belanja Pegawai / Personalia

    Menurut Halim (2004 : 70), jenis belanja pegawai/ personalia merupakan

    belanja pemerintah daerah untuk orang/personel yang tidak berhubungan secara

    langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai.

    Jenis belanja pegawai/ personalia untuk belanja aparatur daerah meliputi objek belanja :

    1) gaji dan tunjangan kepala daerah/ wakil kepala daerah 2) gaji dan tunjangan pegawai 3) biaya perawatan dan pengobatan 4) biaya pengembangan sumber daya manusia (Halim, 2004 : 70)

    Jenis belanja pegawai/ personalia untuk bagian belanja pelayanan publik meliputi objek belanja :

    1) belanja tetap dan tunjangan pimpinan dan anggota dprd 2) gaji dan tunjangan kepala daerah/ wakil kepala daerah 3) gaji dan tunjangan pegawai daerah 4) biaya perawatan dan pengobatan 5) biaya pengembangan sumber daya manusia (Halim, 2004 : 71)

    2. Belanja Barang dan Jasa

    Menurut Halim (2004 : 71), jenis belanja barang dan jasa merupakan belanja

    pemerintah daerah untuk penyediaan barang dan jasa.

    Jenis belanja barang dan jasa untuk bagian belanja aparatur daerah terdiri atas objek belanja berikut :

    1) biaya bahan pakai habis kantor 2) biaya jasa kantor 3) biaya cetak dan penggandaan keperluan kantor 4) biaya sewa kantor 5) biaya makanan dan minuman kantor 6) biaya pakaian dinas 7) biaya bunga utang

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    8) biaya depresiasi gedung (operasional) 9) biaya depresiasi alat angkutan (operasional) 10) biaya depresiasi alat kantor dan rumah tangga 11) biaya depresiasi alat studio dan alat komunikasi (operasional) (Halim, 2004 : 71)

    Jenis belanja ini untuk bagian belanja pelayanan publik terdiri atas objek belanja berikut ini :

    1) biaya bahan pakai habis kantor 2) biaya jasa kantor 3) biaya cetak dan penggandaan keperluan kantor 4) biaya sewa kantor 5) biaya makanan dan minuman kantor 6) biaya pakaian dinas 7) biaya bunga utang 8) biaya depresiasi gedung (operasional) 9) biaya depresiasi alat-alat besar (operasional) 10) biaya depresiasi alat angkutan (operasional) 11) biaya depresiasi alat bengkel dan alat ukur (operasional) 12) biaya depresiasi alat pertanian (operasional) 13) biaya depresiasi alat kantor dan rumah tangga 14) biaya depresiasi alat studio dan alat komunikasi (operasional) 15) biaya depresiasi alat-alat kedokteran (operasional) 16) biaya depresiasi alat-alat laboratorium (operasional) (Halim, 2004 : 71)

    3. Belanja Perjalanan Dinas

    Menurut Halim (2004 : 71),

    belanja perjalanan dinas merupakan jenis belanja pemerintah daerah untuk biaya perjalanan pegawai dan dewan, objek belanja dari jenis belanja ini untuk bagian belanja aparatur daerah meliputi biaya perjalanan dinas, sedangkan untuk bagian belanja pelayanan publik meliputi biaya perjalanan dinas, biaya perjalanan pindah, dan biaya pemulangan pegawai yang gugur dan dipensiunkan.

    4. Belanja Pemeliharaan

    Menurut Halim (2004, 71), belanja pemeliharaan merupakan belanja

    pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah.

    Objek belanja dari jenis belanja pemeliharaan untuk bagian belanja aparatur daerah terdiri atas :

    1) biaya pemeliharaan bangunan gedung

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    2) biaya pemeliharaan alat-alat angkutan 3) biaya pemeliharaan alat-alat kantor dan rumah tangga 4) biaya pemeliharaan alat-alat studio dan alat komunikasi 5) biaya pemeliharaan buku perpustakaan 6) biaya pemeliharaan alat-alat persenjataan (Halim, 2004 : 71-72)

    Objek Belanja untuk Jenis Belanja Pemeliharaan untuk Bagian Belanja Pelayanan Publik terdiri atas :

    1) biaya pemeliharaan jalan dan jembatan 2) biaya pemeliharaan bangunan air (irigasi) 3) biaya pemeliharaan instalasi 4) biaya pemeliharaan jaringan 5) biaya pemeliharaan bangunan gedung 6) biaya pemeliharaan monumen 7) biaya pemeliharaan alat-alat besar 8) biaya pemeliharaan alat-alat angkutan 9) biaya pemeliharaan alat-alat bengkel 10) biaya pemeliharaan alat-alat pertanian 11) biaya pemeliharaan alat-alat kantor dan rumah tangga 12) biaya pemeliharaan alat-alat studio dan alat komunikasi 13) biaya pemeliharaan alat-alat kedokteran 14) biaya pemeliharaan alat-alat laboratorium 15) biaya pemeliharaan buku perpustakaan 16) biaya pemeliharaan barang bercorak kesenian, kebudayaan 17) biaya pemeliharaan hewan, ternak, serta tanaman 18) biaya pemeliharaan alat-alat persenjataan (Halim, 2004 : 72).

    b). Belanja Operasi dan Pemeliharaan

    Menurut Halim (2004 : 72), belanja operasi dan pemeliharaan merupakan

    semua belanja pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktivitas atau

    pelayanan publik. Kelompok belanja ini meliputi jenis belanja : 1) belanja

    pegawai/ personalia, 2) belanja barang dan jasa, 3) belanja perjalanan dinas, 4)

    belanja pemeliharaan.

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Menurut Halim (2004 : 72), jenis belanja pegawai/ personalia untuk bagian

    belanja aparatur daerah maupun pelayanan publik meliputi objek belanja berikut

    1) honorarium/ upah, 2) uang lembur, 3) insentif.

    Jenis belanja barang dan jasa baik untuk bagian belanja aparatur daerah maupun pelayanan publik meliputi objek belanja :

    1) biaya bahan/ material 2) biaya jasa pihak ketiga 3) biaya cetak dan penggandaan 4) biaya sewa 5) biaya makanan dan minuman 6) biaya bunga utang 7) biaya pakaian kerja. (Halim, 2004 : 72-73)

    Jenis belanja perjalanan dinas dan jenis belanja pemeliharaan memiliki

    klasifikasi yang sama dengan klasifikasi jenis belanja ini pada kelompok belanja

    administrasi umum, baik untuk bagian belanja aparatur daerah maupun pelayanan

    publik. (Halim, 2004 : 73)

    c). Belanja Modal

    Menurut Halim (2004 : 73), belanja modal merupakan belanja pemerintah

    daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset

    atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin

    seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.

    Kelompok belanja ini mencakup jenis belanja berikut, baik untuk bagian aparatur daerah maupun pelayanan publik :

    1) belanja modal tanah 2) belanja modal jalan dan jembatan 3) belanja modal bangunan air (irigasi) 4) belanja modal instalasi 5) belanja modal jaringan 6) belanja modal bangunan gedung 7) belanja modal monumen

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    8) belanja modal alat-alat besar 9) belanja modal alat-alat angkutan 10) belanja modal alat-alat bengkel 11) belanja modal alat-alat pertanian 12) belanja modal alat-alat kantor dan rumah tangga 13) belanja modal alat-alat studio dan alat-alat komunikasi 14) belanja modal alat-alat kedokteran 15) belanja modal alat-alat laboratorium 16) belanja modal buku/ perpustakaan 17) belanja modal barang bercorak kesenian, kebudayaan 18) belanja modal hewan, ternak, serta tanaman 19) belanja modal alat-alat persenjataan/ keamanan. (Halim, 2004 : 73)

    d). Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

    Menurut Halim (2004 : 73):

    Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan berbentuk kegiatan pengalihan uang dan atau barang dari Pemerintah Daerah. Kelompok belanja bagi hasil dan bantuan keuangan terkhusus bagi kabupaten/kota terdiri atas jenis belanja berikut (hanya untuk bagian belanja pelayanan publik) : 1) belanja bagi hasil retribusi kepada Pemerintah Desa, 2) belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa/ Kelurahan, 3) belanja bantuan keuangan kepada organisasi kemasyarakatan, 4) belanja bantuan keuangan kepada organisasi profesi.

    e). Belanja Tidak Tersangka

    Menurut Halim (2004 : 73), kelompok belanja tidak tersangka adalah belanja

    Pemerintah Daerah untuk pelayanan publik dalam rangka mengatasi bencana alam

    dan atau bencana sosial. Kelompok belanja ini terdiri atas jenis belanja tidak

    tersangka.

    E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Abdullah dan Halim (2003) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh

    Pendapatan Daerah terhadap Belanja Daerah di Indonesia dengan menggunakan

    sample sebanyak 70 Kabupaten dan 20 Kotamadya di Propinsi Jawa Barat, Jawa

    Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta serta Propinsi Bali.

    Pendapatan Daerah terdiri dari DAU, PAD dan Pajak Daerah. Sementara Belanja

    Daerah adalah jumlah total pengeluaran daerah selama satu tahun anggaran yang

    terdapat dalam APBD. Data yang dianalisis adalah data tahun 2001 dan 2002.

    Statistik yang digunakan dalam penelitian Abdullah dan Halim (2003) ini adalah

    regresi sederhana (simple regression) dan regresi berganda (multiple regression).

    Regresi sederhana dipakai untuk melihat pengaruh jumlah DAU, pajak daerah dan

    PAD secara terpisah terhadap jumlah belanja. Regresi berganda digunakan dengan

    tujuan untuk memprediksi apakah komponen-komponen pendapatan daerah

    tersebut secara serentak mempengaruhi belanja daerah Hasil penelitian Abdullah

    dan Halim (2003) menunjukkan, bahwa secara terpisah dan atau bersama-sama

    DAU, PAD berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah.

    Astuti dan Haryanto (2006), dalam jurnalnya Kemandirian Daerah : Sebuah

    Perspektif dengan Metode Path Analysis menyatakan bahwa esensi utama dari

    pelaksaanaan otonomi daerah yang sudah berjalan selama 4 tahun adalah

    mewujudka kemandirian daerah, dan selama ini kemandirian yang kuat diukur

    dari struktur PAD yang antara lain terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan

    BUMD. Tetapi dari hasil olah data dengan menggunakan metode path analysis

    dari 4 variabel yang dipilih untuk mendukung terwujudnya Kapasitas Fiskal

    Daerah yang kuat sebagai pencerminan kemandirian daerah yaitu Pajak Daerah,

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Retribusi Daerah, PDRB jasa serta Bagi Hasil Pajak, didapatkan bahwa variabel

    Pajak Daerah (PD) dan Bagi Hasil Pajak (BHP) memiliki hubungan signifikan

    terhadap Kapasitas Fiskal Daerah. Sementara itu variabel Retribusi Daerah dan

    PDRB jasa tidak terbukti mempengaruhi Kapasitas Fiskal Daerah secara

    signifikan.

    Ester Afriani (2007) telah meneliti tentang Pengaruh Pajak Daerah dan

    Retribusi Daerah Terhadap Penerimaan Daerah Kabupaten Langkat, penelitian

    ini menyimpulkan bahwa hasil regresi berganda menunjukkan bahwa secara

    bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara pajak daerah dan retribusi

    daerah terhadap penerimaan daerah, tetapi dilihat dari rata-rata kontrusi PAD

    terhadap penerimaan Daerah Kabupaten Langkat sebesar 3.59% maka dari aspek

    kemampuan keuangan daerah, Kabupaten Langkat belum dapat menjalankan

    otonomi secara konsekuen karena masih tergantung dari penerimaan lain diluar

    penerimaan dari PAD.

    Mohammad Riduansyah (2003) melakukan penelitian dengan mengangkat

    judul kontribusi Pajak daerah dan Retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli

    Daerah dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung

    Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor). Dan

    hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa kontribusi penerimaan pajak daerah

    dan retribusi daerah terhadap perolehan PAD dan APBD Pemerintah Kota Bogor

    cukup signifikan dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,78% per tahun. Kontribusi

    penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total perolehan penerimaan

    Pemda Bogor tercermin dalam APBD-nya, dikaitkan dengan kemampuannya untuk

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    melaksanakan otonomi daerah terlihat cukup baik. Komponen pajak daerah rata-rata

    pertahunnya memberikan kontribusi sebesar 7,81% per tahun dengan rata-rata

    pertumbuhan sebesar 22,89% pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang berasal dari

    komponen retribusi daerah, pada kurun waktu yang sama, memberikan kontribusi

    rata-rata per tahunnya sebesar 15,61% dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya

    sebesar 5,08% per tahun.

    F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

    1. Kerangka Konseptual Penelitian.

    Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

    hubungan suatu teori dengan factor-faktor yang penting yang telah diketahui

    dalam suatu masalah tertentu. Penelitian ini menggunakan dua variable bebas

    yaitu pajak daerah dan retribusi daerah, serta satu variable terikat yaitu Belanja

    Daerah. Adapun yang menjadi kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:

    H3

    H1

    Ha3 H2

    Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

    PAJAK DAERAH

    (X1)

    RETRIBUSI DAERAH

    (X2)

    BELANJA DAERAH

    (Y)

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    2. Hipotesis Penelitian

    Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 41) Hipotesis adalah proporsi yang

    dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.

    Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang

    akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya

    akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan

    kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis

    penelitian sebagai berikut:

    H1 : Pajak Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja

    Daerah Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara

    H2 : Retribusi Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap

    Belanja Daerah Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera

    Utara

    H3 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara bersama-sama

    berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Daerah

    Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. Desain kausal berguna

    untuk mengukur hubungan-hubungan antar variable riset atau berguna untuk

    menganalisis bagaimana suatu variable mempengaruhi variable lain.Umar (2003

    : 30)

    B. Populasi dan Sampel

    Menurut Sugiyono (2004 : 72) Populasi adalah wilayah generalisasi yang

    terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

    yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.

    Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan realisasi APBD Pemerintah

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    kabupaten/kota di Sumatera Utara tahun 2005-2007, dimana di Sumatera Utara

    terdapat 33 pemerintah daerah.

    Tabel 3.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

    No Pemerintah Kabupaten No Pemerintah Kota 1 Kabupaten Asahan 1 Kota Binjai 2 Kabupaten Batubara 2 Kota Gunung Sitoli 3 Kabupaten Dairi 3 Kota Medan 4 Kabupaten Deli Serdang 4 Kota Padang Sidempuan 5 Kabupaten Humbang Hasundutan 5 Kota Pematang Siantar 6 Kabupaten Karo 6 Kota Sibolga 7 Kabupaten Labuhan Batu 7 Kota Tanjung Balai

    8 Kabupaten Labuhan Batu Selatan 8 Kota Tebing Tinggi 9 Kabupaten Labuhan Batu Utara 10 Kabupaten Langkat 11 Kabupaten Mandailing Natal 12 Kabupaten Nias 13 Kabupaten Nias Barat 14 Kabupaten Nias Selatan 15 Kabupaten Nias Utara 16 Kabupaten Padang Lawas 17 Kabupaten Padang Lawas Utara 18 Kabupaten Pakpak Barat 19 Kabupaten Samosir 20 Kabupaten Serdang Bedagai 21 Kabupaten Simalungun 22 Kabupaten Tapanuli Selatan 23 Kabupaten Tapanuli Tengah 24 Kabupaten Tapanuli Utara 25 Kabupaten Toba Samosir

    Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki, www.sumutprov.go.id, 2009

    Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

    tersebut. (Sugiyono, 2004 : 73). Dalam penelitian ini menggunakan Teknik

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    pengambilan sample non-probability sampling dengan cara purposive sampling

    yaitu teknik penentuan sampling dengan pertimbangan tertentu.

    Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan

    sample adalah sebagai berikut:

    1. pemerintahan Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara yang telah

    menyerahkan laporan Realisasi APBDnya ke Badan Pusat Statistika (BPS)

    Provinsi Sumatera Utara.

    2. pemerintahan Kabupaten / Kota di Propinsi Sumatera Utara yang

    menyerahkan laporan APBDnya selama periode 2005-2007.

    Berdasarkan pertimbangan yang telah disebutkan diatas, maka peneliti

    menggunakan 7(tujuh) Pemerintah Kota dan 17 (tujuh belas) Pemerintah

    Kabupaten sebagai sample penelitian.

    Tabel 3.2 Daftar sample Penelitian

    No Pemerintahan Kabupaten No Pemerintahan Kota 1 Kabupaten Asahan 1 Kota Binjai 2 Kabupaten Dairi 2 Kota Medan 3 Kabupaten Deli Serdang 3 Kota Padang Sidempuan 4 Kabupaten Humbang Hasundutan 4 Kota Pematang Siantar 5 Kabupaten Karo 5 Kota Sibolga 6 Kabupaten Labuhan Batu 6 Kota Tanjung Balai 7 Kabupaten Langkat 7 Kota Tebing Tinggi 8 Kabupaten Mandailing Natal 9 Kabupaten Nias Selatan

    10 Kabupaten Pakpak Barat 11 Kabupaten Samosir 12 Kabupaten Serdang Bedagai 13 Kabupaten Simalungun 14 Kabupaten Tapanuli Selatan 15 Kabupaten Tapanuli Tengah

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    16 Kabupaten Tapanuli Utara 17 Kabupaten Toba Samosir

    C. Jenis Data dan Sumber Data

    Data penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah berupa data

    sekunder dan bersifat kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data

    Time series, yaitu sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu yang

    dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu. Data diperoleh dari

    laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang diperoleh dari

    Badan Pusat Statistika (BPS) Sumatera Utara. Data yang dibutuhkan adalah

    informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu, total

    realisasi pajak daerah, total realisasi retribusi daerah dan total realisasi belanja

    daerah.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian ini adalah,

    Teknik Dokumentasi, yakni peneliti melakukan pengumpulan data sekunder atau

    data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yaitu Badan

    Pusat Statistika (BPS) Provinsi Sumatera Utara.

    E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

    Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

    1. Variabel bebas yaitu variable yang tidak tergantung pada variable lain.

    Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel bebas (indevenden) yaitu:

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    X1 = Pajak Daerah

    X2 = Retribusi Daerah

    Dimana Pajak Daerah merupakan Pajak yang dikenakan oleh pemerintah

    daerah kepada penduduk yang mendiami suatu wilayah. Skala pengukuran yang

    digunakan adalah skala rasio. Dimana, skala rasio merupakan skala pengukuran

    yang menunjukkan kategori usia aktual, penghasilan dan perbandingan konstruk

    yang diukur. Skala ini menggunakan titik nol absolut sehingga mengatasi

    kekurangan titik permulaan yang berubahubah pada skala interval (Uma

    Sekaran, 2006 : 20).

    Retribusi daerah merupakan penerimaan yang diterima oleh pemerintah

    daerah setelah memberikan jasa pelayanan kepada penduduk yang mendiami

    suatu wilayah. Skala pengukuran yang digunakan retribusi daerah dalam

    penelitian ini adalah skala rasio.

    2. Variabel Terikat yaitu variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena

    adanya variable bebas (Sugiyono, 2004:3).

    Dalam penelitian ini variable terikat (devenden) adalah total Belanja Daerah

    pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara.

    Dimana Belanja Daerah adalah semua pengeluaran yang dilakukan

    pemerintah daerah untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya dalam

    satu tahun anggaran. Skala pengukuran yang diapakai dalam belanja daerah ini

    adalah skala rasio.

    F. Metode Analisis Data

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    analisis statistik dengan menggunakan SPSS 15. Dan sebelum melakukan

    pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik.

    1. Pengujian Asumsi Klasik

    Pengujian regresi linear berganda dapat dilakukan setelah model dari

    penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat

    tersebut adalah data tersebut harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung

    multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas. Untuk itu sebelum

    melakukan pengujian regresi linear berganda perlu dilakukan terlebih dahulu

    pengujian asumsi klasik, yang terdiri dari

    a. Uji Normalitas

    Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 103), uji ini berguna untuk tahap awal

    dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik

    parametrik dan jika data tidak normal gunakan statistik non parametrik atau

    lakukan treatment agar data normal.

    Menurut Ghozali (2005 : 110), uji normalitas bertujuan untuk menguji

    apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

    distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai

    residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik

    menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

    Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau

    tidak menurut Ghozali (2005 : 110), yaitu :

    i) Analisis grafik

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

    ii) Analisis statistik Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai

    Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

    Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau

    merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat

    dari :

    a) nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah

    tidak normal.

    b). nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah

    normal.

    b. Uji Multikolinearitas,

    Menurut Gujarati (1995) dalam Hadi (2006 : 168), uji multikolinearitas

    berhubungan dengan adanya korelasi antar variable independen. Sebuah

    persamaan terjangkit penyakit ini bila dua atau lebih variabel independen

    memiliki tingkat korelasi yang tinggi. Sebuah persamaan regresi dikatakan baik

    bila persamaan tersebut memiliki variabel independen yang saling tidak

    berkorelasi.

    Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi

    menurut Hadi (2006 : 168) dapat dilihat dari :

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    i) Salah satu ciri regresi yang terjangkit multikolinear adalah persamaan tersebut memiliki nilai R2 yang sangat tinggi, tetapi hanya memiliki sedikit variabel independen yang signifikan (memiliki nilai t hitung tinggi). Keadaan yang paling ekstrim adalah bila model memiliki nilai R2 dan F hitung yang tinggi dan secara otomatis akan memiliki nilai signifikansi F yang sangat bagus tetapi tidak satupun variabel independen yang memiliki nilai t cukup (signifikan). Bila hal ini terjadi maka bisa disimpulkan bahwa bagusnya F dan R2 karena adanya interaksi antar variabel independen yang cukup tinggi (multikolinear)

    ii) Indikator lain yang bisa dipakai adalah CI (Condition Index) atau Eigenvalues. Bila CI berkisar antara10 sampai dengan 30 maka kita bisa mengatakan bahwa persamaan tersebut terjangkit multikolinear. Bila CI > 30 maka terjangkitnya semakin kecil.

    iii) VIF (Variable Inflation Factor) juga bisa digunakan sebagai indicator. Bila VIF > 10 maka variable tersebut memiliki kolinearitas yang tinggi.

    Bila ternyata model terindikasi penyakit multikolinear, maka baru dicari

    korelasi diantara variabel independen. Gujarati (1995) dalam Hadi (2006 : 168)

    menyatakan bahwa dua variabel yang memiliki tingkat korelasi 0,8 sudah terlalu

    tinggi tetapi kalau 0,5 tidak ada masalah.

    Menurut Ghozali (2005 : 91), untuk mendeteksi ada atau tidaknya

    multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut :

    1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

    2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

    3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya b) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerence). Nilai cutoff yang

  • Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009

    umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

    Menurut Ghozali (2005 : 95), cara mengobati apabila terjadi multikolonieritas

    dalam data penelitian adalah sebagai berikut:

    a) Menggabungkan data crossection dan time series (pooling data) b) Keluarkan satu atau lebih variable indevenden yang mempunyai korelasi

    tinggi dari model regresi dan identifikasikan variable indevenden l