09e01614
DESCRIPTION
asasasas xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxTRANSCRIPT
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
TERHADAP BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN
KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA
OLEH:
NAMA : ROLAN PAKPAHAN
NIM : 050503169
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
2009
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah
Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
level program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera
Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 17 Maret 2009
Yang Membuat Pernyataan
Rolan Pakpahan
NIM. 050503169
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kupanjatkan hanya bagiMu Yesus Kristus atas segala
berkat yang tiada terkira yang telah Engkau berikan kepadaku dalam
menyelesaikan skripsi ini. Kasih dan penyertaanMu sungguh luar biasa dalam
setiap langkah kehidupanku yang tanpa campur tanganMu tak mungkin aku dapat
sendiri melalui segala rintangan dan hambatan dalam kehidupan ini.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tercinta yang telah
memberikan doa dan dukungannya, teristimewa kepada Ibu saya S. br. Gultom,
yang telah memberikan kasih sayang yang tiada terkira serta dukungan penuh
kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini bisa diselesaikan, dan tak lupa
kepada abang saya, Roi Pakpahan, kakak saya, Bintang Pakpahan dan adik-adik
ku tersayang, Nani Pakpahan, Susi Pakpahan, Citra Pakpahan dan Rahul Sudianto
Pakpahan.
Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota di
Sumatera Utara, yang ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan
keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itulah penulis selalu berusaha
untuk memperbaiki diri lebih baik lagi di masa yang akan datang.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Dengan keterbatasan yang penulis miliki selama menyusun skripsi ini, maka
skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah
bersedia meluangkan waktu dan tenaga, pikiran serta dukungannya baik secara
moril dan materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak selaku pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam proses
penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak. selaku dosen penguji I dan Bapak
Sambas Ade Kesuma,, SE, M.Si, Ak. Selaku dosen penguji II yang telah
membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak. Selaku dosen wali yang telah banyak membantu
penulis dalam konsultasi akademik selama perkuliahan.
6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi, khususnya para Dosen
Akuntansi yang telah membimbing dan mengajar ilmu pengetahuan selama
penulis menimba ilmu di Fakultas Ekonomi.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
7. Seluruh mahasiswa-mahasiswi Departemen Akuntansi USU stambuk 2005,
terkhusus kepada, anak-anak Corp5 ospek 2005 dan sahabat-sahabat terdekat
saya (Maycha, Igun, Rhey Aldo,Citra Dragon, Chariadi, Johanes, Jecko,
Jefri Pasaribu, Jefri Panjaitan), yang telah banyak memberikan motivasi dan
dorongan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Ekonomi
dan dalam penyelesaian skripsi saya ini.
8. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karuniaNya. Amin.
Medan, 17 Maret 2009 Penulis,
Rolan Pakpahan 050503169
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Daerah di Pemerintahan kabupaten/ kota di Sumatera Utara. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 24 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2005-2007. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Sumatera Utara. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F pada level signifikansi 5% (=0,05). Hasil hipotesis ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pajak Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Daerah dan variabel Retribusi Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Daerah. Secara simultan, Pajak Derah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara signifkan terhadap Belanja Daerah. Dimana 70.2% variasi dari perubahan Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 29.8% dijelaskan oleh variasi atau faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Kata Kunci : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Belanja Daerah
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the significant impact of Local Tax and Local Retribution toward Local Expenditure in government of regency / city at North Sumatera. The method of this scientific paper is a causal research design with 24 regency/ city as a sample for every year from 33 regency / city at North Sumatera Province. This research is done for 2005-2007 period. This research utilizes secondary data. The data are taken from Central Bureau of Statistics(BPS) on North Sumatera province. The data which have already collected are processed with classic asumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use multiple linier regression, with t test and with F test on 5% level of significant (=0,05). The result of this research show that in partial, Local Tax significantly impact the Local Expenditure and Local Retribution unsignificantly impact the Local Expenditure, as simultan Local Tax and Local Retribution have a significant impact toward the Local Expenditure. 70.2% variation from the Local Expenditure change which can be explained by the two independent variable. Meanwhile, the remainder 29.8% explained by other variation or factor which not include in regression model.
Keywords : Local Tax, Local Retribution, Local Expenditure.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... vi
ABSTRAC .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan ........................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendapatan Asli Daerah ............................................................ 8
B. Pajak Daerah............................................................................. 9
1. Pengertian Pajak Daerah ....................................................... 9
2. Jenis-Jenis Pajak Daerah ....................................................... 10
3. Jenis-Jenis Pajak Kabupaten/Kota ......................................... 11
4. Pajak Kabupaten/Kota Lainnya ............................................. 13
5. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota .................... 14
6. Objek Pajak Kabupaten / Kota ............................................. 15
7. Tarif Pajak Kabupaten/Kota .................................................. 16
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
C. Retribusi Daerah ....................................................................... 17
1. Pengertian Retribusi Daerah .................................................. 17
2. Jenis-Jenis Retribusi Daerah.................................................. 18
3. Retribusi Lain-Lain ............................................................... 19
4. Subjek Retribusi Daerah dan Wajib Retribusi Daerah............ 20
5. Objek Retribusi Daerah ......................................................... 20
6. Tarif Retribusi Daerah .......................................................... 21
D. Belanja Daerah ......................................................................... 22
1. Pengertaian Belanja Daerah .................................................. 22
2. Klasifikasi Belanja Daerah .................................................... 23
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu .................................................. 28
F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ......................................... 31
1. Kerangka Konseptual Penelitian............................................ 31
2. Hipotesis penelitian ............................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................... 33
B. Populasi dan Sampel ................................................................. 33
C. Jenis Data dan Sumber Data ...................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variable......................... 36
F. Metode Analisis Data ................................................................ 37
G. Jadwal Penelitian ...................................................................... 45
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian.......................................................................... 46
B. Hasil Analisis Data Penelitian ................................................... 48
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................... 48
2. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................... 49
3. Pengujian Hipotesis .............................................................. 55
C. Pembahasan Hasil Analisis ....................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................... 61
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 61
C. Saran ........................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64
LAMPIRAN ................................................................................................. 67
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Pajak Provinsi dan Kabupaten/Kota .......................................... 11
Tabel 3.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera
Utara........ ...........................................
33
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian............................................................ 35
Tabel 3.3 Tabel Jadwal Penelitian . 45
Tabel 4.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota Sampel .......................... 47
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif .. 48
Tabel 4.3 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnov................... 49
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas... 52
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi dengan
Logaritma Natural ..
52
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser ...................... 54
Tabel 4.7 Uji Autokorelasi . 55
Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi 55
Tabel 4.9 Model Summary(b) 56
Tabel 4.10 Uji Statistik t... 57
Tabel 4.11 Uji Statistik F . 58
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Kerangka Konseptual ..
Grafik Histogram ...
31
50
Gambar 4.2 Grafik Normal Probability Plot ... 51
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot..................................................................
53
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Realisasi Pendapatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
pada Pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera
Utara ........................................................................................
67
Lampiran 2 Realisasi Beanja Daerah pada Pemerintahan Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Utara
69
Lampiran 3 Statistik Deskriptif ................................................................. 70
Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas .............................................................. 70
Lampiran 5 Hasil Uji Multikolinearitas 73
Lampiran 6 Hasil Uji Heterokedasitas .......... 74
Lampiran 7 Hasil Uji Autokorelasi ... 76
Lampiran 8 Regression ......... 77
Lampiran 9 Hasil Regresi .. 77
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan otonomi daerah yang ditandai dengan diberlakukannya UU No.
22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (dalam
perkembangannya kedua regulasi ini diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004
dan UU No 33 tahun 2004) menjadi babak baru terkait dengan hubungan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Daerah (kabupaten dan kota) diberikan
kewenangan yang lebih luas dalam mengelola berbagai sumber daya yang
dimiliki.
Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa pemberian otonomi daerah diharapkan
dapat memberikan keleluasaan kepada daerah dalam pembangunan daerah melalui
usaha-usaha yang sejauh mungkin mampu meningkatkan partisipasi aktif
masyarakat, pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi,
efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Karena dengan otonomi,
Daerah dituntut untuk mencari alternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpa
mengurangi harapan masih adanya bantuan dan bagian (sharing) dari Pemerintah
Pusat dan menggunakan dana publik sesuai dengan prioritas dan aspirasi
masyarakat.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Konsekuensi dari diberlakukannya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal
ini adalah Pemerintah Pusat akan menyerahkan wewenang dan tanggung jawab
yang lebih besar dalam hal pembiayaan, personalia, dan perlengkapan kepada
pemerintah daerah, dan Pemerintah Daerah harus dapat mengurus rumah
tangganya sendiri terutama dalam mengelola keuangan daerah sesuai dengan
tujuan otonomi daerah yaitu untuk mencapai kemandirian keuangan daerah.
Gambaran citra kemandirian daerah dalam berotonomi daerah dapat diketahui
dari seberapa besar kemampuan dari pemerintah daerah dalam membiayai sendiri
kegiatan pemerintahan, pembangunan daerah, dan pelayanan kepada masyarakat
daerah. Dalam penciptaan kemandirian daerah sebagai tujuan dari otonomi
daerah, pemerintah daerah harus beradaptasi dan berupaya meningkatkan mutu
pelayanan publik dan perbaikan dalam berbagai sektor yang berpotensi untuk di
kembangkan menjadi sumber PAD dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah.
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah disebutkan bahwa sumber
pendapatan asli daerah terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pengelolaan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah diatur dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun
2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta peraturan pelaksanaan
lainnya termasuk Peraturan Daerah. Dan dalam struktur APBD terlihat bahwa
kontribusi terbesar dalam PAD adalah bersumber dari pendapatan pajak daerah
dan retribusi daerah karena dari semua komponen PAD, pajak daerah dan retribusi
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
daerah memberikan sumbangan yang signifikan dalam perolehan penerimaan
daerah.
Pajak daerah dan retribusi daerah yang diterapkan oleh pemerintah daerah,
baik yang ditentukan oleh undang-undang daerah, maupun yang merupakan
perluasan objek pajak maupun retribusi sangat beragam. Jadi sangat diharapkan
sumber penerimaan ini bisa menjadi salah satu sumber pembiayaan dan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Namun, bila diteliti
keadaanya masing-masing daerah belum mampu menujukkan kinerjanya dalam
mengoptimalkan potensi daerahnya masing-masing.
Kemampuan pembiayaan merupakan salah satu kriteria penting untuk menilai
secara nyata kemampuan suatu daerah dalam mengurus dan mengatur rumah
tangganya sendiri, tanpa adanya biaya yang cukup, tidak mungkin suatu daerah
mampu menjalankan kewenangannya dalam mengurus dan menjalankan tugas
serta kewajibannya untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Sebaliknya jika
kemampuan keuangan suatu daerah kuat, maka kemampuan daerah tersebut untuk
menutupi semua kewajiban dan tanggung jawabnya juga akan semakin kuat.
Salah satu unsur terpenting dari pembiayaan pemerintah daerah adalah
besarnya kontribusi dari Pendapatan Asli Daerah. Karena PAD ini merupakan
bukti nyata dukungan masyarakat lokal kepada pemerintahannya untuk
menjalankan proses pemerintahan secara otonom, sejalan dengan pemberian
otonomi daerah melalui desentralisasi. Pajak daerah dan retribusi daerah
merupakan salah satu unsur terpenting dan merupakan kontributor utama dari
PAD. Untuk itulah peranan pajak daerah dan retribusi daerah ini perlu untuk
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
dioptimalkan sehingga pemerintah daerah mampu untuk menyelenggarakan
pemerintahannya dengan mengandalkan potensi daerah yang dimiliki.
Pajak daerah dan retribusi daerah sangat diharapkan bisa memenuhi semua
alokasi belanja daerah suatu pemerintahan daerah dalam satu tahun anggaran,
karena semakin besar kemampuan daerah dalam mengoptimalkan potensi
daerahnya sendiri sebagai sumber penerimaan, maka semakin kecil juga bantuan
pemerintahan pusat ataupun provinsi. Dan dengan semakin sedikitnya peranan
pemerintah pusat dan provinsi terhadap pemerintahan daerah dalam hal
pengelolaan keuangan daerah. Maka prinsip kemandirian dalam akuntansi sektor
publik yang dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan daerah otonomi
menjalankan otonomi daerah dapat dikatakan tercapai.
Namun, dalam kenyataanya, pajak daerah dan retribusi daerah ini belum
terlalu kuat untuk menutupi semua pengeluaran pemerintah daerah yang
digambarkan dalam belanja daerah, jika diperbandingkan, jumlah penerimaan
pemerintah daerah ini masih terlalu kecil dari total pengeluaran pemerintahan
daerah. Dan secara umum, belum ada kabupaten/kota di Indonesia yang mampu
menggali, mengoptimalkan dan menjadikan penerimaan dari pajak daerah dan
retribusi daerah sebagai sumber pemasukan utama dalam memenuhi semua
pengeluaran pemerintah daerah. Pemerintah daerah masih sangat bergantung dan
mengharapkan bantuan pemerintah pusat dan provinsi berupa dana perimbangan
untuk menutupi semua alokasi belanja daerah. Ini berarti daerah otonomi belum
sepenuhnya dikatakan berhasil dalam melakukan otonomi daerah.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Demikian juga dengan kondisi Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara,
peranan pajak daerah dan retribusi daerah dalam membiayai belanja daerahnya
masing-masing belum optimal. Bahkan bisa dikatakan bahwa kontribusi pajak
daerah dan retribusi daerah dalam menutupi semua belanja daerah pemerintah
kabupaten / kota masih sangat kecil. Sehingga bantuan pemerintah pusat dan
provinsi masih sangat diharapkan dalam menutupi sebagian besar pengeluaran
pemerintah daerah. Oleh karena itu Kabupaten/Kota di Sumatera Utara masih
harus bekerja keras dalam menggali dan mengembangkan potensi daerah yang
dimiliki, untuk mewujudkan tujuan dari otonomi daerah, yaitu mampu
meningkatkan kemandirian daerah dalam menjalankan pemerintahannya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk
membuat suatu karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul Pengaruh Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
B. Perumusan Masalah dan Batasan Permasalahan.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis membuat
perumusan masalah sebagai berikut:
a. apakah pajak daerah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah
Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara.
b. apakah retribusi daerah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah
Pemerintahan Kabupaten /Kota di Sumatera Utara.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
c. apakah pajak daerah dan retribusi daerah secara bersama-bersama
berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah Pemerintahan
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
2. Batasan Permasalahan
a. Batasan aspek penelitian ini adalah hanya terhadap akuntansi keuangan daerah
saja, berkaitan dengan nilai realisasi pajak daerah dan retribusi daerah
dibandingkan dengan realisasi belanja daerah.
b. Batasan waktu penelitian ini adalah hanya meliputi tahun 2005-2007.
c. Objek penelitian adalah kabupaten dan kota yang ada di Sumatera Utara.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah pajak daerah berpengaruh signifikan positif
terhadap belanja daerah Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara.
b. Untuk mengetahui apakah retribusi daerah berpengaruh signifikan positif
terhadap belanja daerah Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara.
c. Untuk mengetahui apakah pajak daerah dan retribusi daerah secara bersama-
sama berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah Pemerintahan
kabupaten/kota di Sumatera Utara
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis, penelitian ini menjadi bahan masukan jika dikemudian hari
penulis diminta pendapat yang berkaitan dengan pengaruh pajak daerah dan
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
retribusi daerah terhadap belanja daerah Pemerintahan kabupaten/kota di
Sumatera Utara.
b. Bagi Pemerintah Pusat, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan informasi dalam melakukan penilaian keberhasilan
implementasi otonomi daerah pada Pemerintah Kabupaten / Pemerintah Kota
di Propinsi Sumatera Utara dibandingkan dengan daerah lain.
c. Bagi Pemerintahan Kabupaten / Pemerintahan Kota di Sumatera Utara, hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan informasi berupa
bukti empirirs tentang pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
belanja daerah pada Pemerintahan Kabupaten / Pemerintahan Kota di
Sumatera Utara, dan juga sebagai bahan masukan dalam penyusunan APBD
Pemerintah Kabupaten / Pemerintah Kota pada Propinsi Sumatera Utara di
tahun-tahun yang akan datang.
d. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk
melakukan penelitian lainnya yang sejenis.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo (2002 : 132), Pendapatan Asli Daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil
perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Menurut Halim (2004 : 67) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang
bersumber dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut Undang-Undang No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Pemerintah Daerah Bab V,
Sumber Penerimaan Daerah, PAD bersumber dari :
1. pajak daerah,
2. retribusi daerah,
3. bagian laba usaha daerah,
4. lain-lain PAD yang sah.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah yang terbaru berdasarkan Permendagri
13/ 2006 adalah terdiri dari :
Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/ atau pengadaan barang dan/ atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran/ cicilan penjualan.
B. Pajak Daerah
1. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Kesit Bambang Prakoso (2003 : 1):
Pengertian Pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena Undang-Undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (misal: Provinsi, Kabupaten, Kotamadya) yang diatur berdasarkan masing-masing Peraturan Daerah dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 34
Tahun 2000, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah sebagai berikut:
Pajak daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dipaksakan berdasarkan perundangundangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa
pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam
undang-undang tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan hasilnya
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.
Ciri-ciri yang menyertai pajak daerah dapat diikhtisarkan seperti berikut:
a. pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai
pajak daerah.
b. penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang
c. pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang
dan/atau peraturan hukum lainnya.
d. hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan
urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah
sebagai badan hukum publik.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan, bahwa pajak daerah merupakan
pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
2. Jenis-Jenis Pajak Daerah
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, pajak daerah di
Indonesia dibagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak
Kabupaten/Kota. Pembagian ini dilakukan sesuai dengan kewenangan pengenaan
dan pemungutan masing-masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi
provinsi atau kabupaten/kota yang bersangkutan. Dan berdasarkan UU No. 34
Tahun 2000, ditetapkan sebelas jenis pajak daerah, yaitu empat jenis pajak
provinsi dan tujuh jenis pajak kabupaten /kota.
Tabel 2.1 Pajak Propinsi dan Kabupaten/Kota
Pajak Provinsi Pajak Kabupaten / Kota
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Dan Kendaraan Di Atas Air
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dan Air Permukaan.
1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C 7. Pajak Parkir
3. Jenis-Jenis Pajak Kabupaten / Kota.
a. Pajak Hotel, adalah pajak atas pelayanan hotel, yaitu bangunan yang khusus
disediakan bagi orang untuk dapat menginap atau istirahat, memperoleh
pelayanan, dan/atau yang fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk
bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama,
kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
b. Pajak Restoran adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di restoran ,yaitu adalah tempat yang disediakan untuk
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
menyantap makanan dan minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai
nasi, kedai mie, kedai kopi, warung tempat jual makanan / minuman, tempat
berdiscotiq dan berkaroke usaha jasa katering dan usaha jasa boga.
c. Pajak Hiburan, adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan, yaitu semua jenis
pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan
nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang
dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk
berolahraga.
d. Pajak Reklame, adalah pajak atas penyelenggaraan reklame, yaitu benda, alat,
perbuatan atau media yang menurut bentuk susuanan dan corak ragamnya
untuk tujuan komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan
atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, atuapun untuk menarik
perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau
yang dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali
yang dilakukan oleh Pemerintah.
e. Pajak Penerangan Jalan, adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan
ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, adalah pajak atas kegiatan
pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
g. Pajak Parkir, adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir
di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi
kendaraan bermotor yang memungut bayaran.
4. Pajak Kabupaten / Kota Lainnya
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 memberikan peluang kepada daerah
kabupaten/kota untuk memungut jenis pajak daerah lain yang dipandang
memenuhi syarat, selain ketujuh jenis pajak kabupaten/kota yang telah ditetapkan.
Penetapan jenis pajak lainnya ini harus benar-benar spesifik dan potensial di
daerah tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada
daerah kabupaten/kota dalam mengantisispasi situasi dan kondisi serta
perkembangan perekonomian daerah pada masa mendatang yang mengakibatkan
perkembangan potensi pajak dengan tetap memperhatikan kesederhanaan jenis
pajak dan aspirasi masyarakat serta memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Menurut Marihot P. Siahaan (2005 : 45),
Pemungutan pajak kabupaten/kota lainnya tersebut ditetapkan dengan peraturan daerah sepanjang memenuhi kriteria di bawah ini a. Bersifat pajak dan bukan retribusi. Maksudnya adalah pajak yang
ditetapkan harus sesuai dengan pengertian yang ditentukan dalam defenisi pajak daerah.
b. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum, maksudnya adalah bahwa pajak tersebut dimaksudkan untuk kepentingan bersama yang lebih luas antara pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek ketentraman, kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya , pertahanan, dan keamanan.
d. Objek pajak bukan merupakan objek pajak pajak provinsi dan atau objek pajak pusat.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
e. Potensinya memadai. Maksudnya adalah bahwa hasil pajak cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan laju pertumbuhannya, diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi.
f. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, maksudnya adalah bahwa pajak tersebut tidakmengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi efisien dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor impor.
g. Memerhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Kriteria aspek keadilan, antara lain objek pajak dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat diawasi pemungutannya, jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh wajib pajak yang bersangkutan, dan tarif pajak ditetapkan dengan memerhatikan keadaan wajib pajak. Selanjutnya, kriteria kemampuan masyarakat adalah kemampuan subjek pajak untuk memikul tambahan beban pajak.
h. Menjaga kelestarian lingkungan, maksudnya adalah bahwa pajak harus bersifat netral terhadap lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan pajak tidak memberikan peluang kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk merusak lingkungan yang akan menjadi beban bagi pemerintah daerah dan masyarakat.
5. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kabupaten/ Kota
a. Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran atas pelayanan hotel. Wajib pajaknya adalah pengusaha hotel.
b. Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran atas pelayanan restoran. Wajib pajaknya adalah pengusaha
restoran
c. Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan
atau menikmati hiburan . Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan
yang menyelenggarakan hiburan.
d. Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelengarakan
atau memesan reklame . Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan reklame
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
e. Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan tenaga listrik dari PLN atau tenaga listrik bukan PLN. Wajib
pajaknya adalah orang pribadi atua badan yang menjadi pelanggan listrik dan
atau pengguna tenaga listrik
f. Subjek Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah orang pribadi
atau badan yang mengambil bahan galian golongan C. Wajib pajakknya
adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan pengambilan bahan
galian gol C.
g. Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan melakukan pembayaran
atas tempat parkir Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan tempat parkir
6. Objek Pajak Kabupaten / Kota
Menurut Marihot P. Siahaan (2005 : 55). Untuk dapat mengenakan pajak,
satu syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah adanya objek pajak yang dimiliki
atau dinikmati oleh wajib pajak. Pada dasarnya objek pajak merupakan
manifestasi dari taatbestand (keadaan yang nyata).
Yang menjadi objek pajak dari pajak kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
a. objek pajak hotel adalah pembayaran yang disediakan hotel dengan
pembayaran termasuk:
1) fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.
2) pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal
jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
3) fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel,
bukan untuk umum, dan
4) jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di Hotel.
b. objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan
pembayaran.
c. objek pajak hiburan yakni penyelenggara hiburan yang dipungut bayaran.
d. objek pajak reklame yakni semua penyelenggara reklame.
e. objek pajak penerangan jalan yakni penggunaan tenaga listrik di ilayah yang
tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.
f. objek pajak pengambilan bahan galian golongan C yakni kegiatan
pengambilan bahan golongan C.
g. objek pajak parkir yakni penyelenggara tempat parkir diluar badan jalan, baik
yang disediakan berkaitan dengan okok usaha maupun yang disediakan
sebagai usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan
garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.
7. Tarif Pajak Kabupaten/ Kota
Menurut pasal 3 UU 34 tahun 2000, tarif untuk tiap jenis pajak daerah
ditetapkan paling tinggi sebesar :
a. Pajak Hotel 10%;
b. Pajak Restoran 10%;
c. Pajak Hiburan 35%;
d. Pajak Reklame 25%;
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
e. Pajak Penerangan Jalan 10%;
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20%;
g. Pajak Parkir 20%;
Tarif tersebut merupakan tarif tertinggi atau tarif maksimal yang dapat
ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota dalam melakukan
pemungutan pajak daerah untuk kabupaten / kota di wilayah masing-masing.
C. Retribusi Daerah
1. Pengertian Retribusi Daerah
Menurut Ahmad Yani (2002 : 55), Retribusi Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan oran pribadi atau
badan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997, tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, yaitu Retribusi daerah didefenisikan sebagai pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat.
Keunggulan retribusi daerah dibandingkan dengan pajak daerah adalah
pungutan retribusi daerah yang didasari oleh kontraprestasi yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah, dimana tidak ditentukan secara limitative seperti pada pajak
daerah. Hal utama yang membatasai pengenaan retribusi daerah oleh Pemerintah
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Daerah terletak pada tersedia atau tidaknya suatu jasa layanan oleh Pemerintah
Daerah.
2. Jenis-Jenis Retribusi Daerah.
Sesuai dengan Undang Undang No 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah pasal 18 ayat 2, retribusi daerah digolongkan menjadi tiga
bagian, yaitu:
a). Retribusi Jasa Umum yang merupakan pungutan yang dikenakan oleh daerah
kepada masyarakat atas pelayanan yang diberikan.Pelayanan yang
digolongkan sebagai jasa usaha tersebut tergolong quasy goods dan pelayanan
yang memerlukan pengendalian dalam konsumsinya dan biaya penyediaan
layanan tersebut cukup besar sehingga layak dibebankan pada masyarakat.
Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah sebagai berikut:Retribusi pelayanan
kesehatan, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi penggantian
biaya cetak kartu penduduk dan akte catatan sipil, retribusi pelayanan
pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi parkir di tepi jalan umum,
retribusi pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan
alat pemadam kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta dan retribusi
pengujian kapal perikanan.
b). Retribusi Jasa Usaha merupakan pungutan yang dikenakan oleh daerah
berkaitan dengan penyediaan layanan yang belum memadai disediakan oleh
swasta dan atau penyewaan aset/kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan.
Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah: retribusi pemakaian kekayaan daerah,
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
retribusi pasar grosir dan atau pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi
terminal, retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat
penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi penyedotan kakus, retribusi rumah
potong hewan, retribusi pelayanan pelabuhan kapal, retribusi tempat rekreasi
dan olahraga, retribusi penyebrangan diatas air, retribusi pengolahan limbah
cair, retribusi penjualan produksi usaha daerah.
c). Retribusi Perijinan Tertentu yang merupakan pungutan yang dikenakan
sebagai pembayaran atas pemberian ijin untuk melakukan kegiatan tertentu
yang perlu dikendalikan oleh daerah seperti: retribusi pembentukan
penggunaan tanah, retribusi ijin mendirikan bangunan, retribusi ijin
pengambilan hasil hutan ikutan, retribusi pengelolaan hutan, retribusi izin
gangguan, retribusi izin trayek dan retribusi izin tempat penjualan minuman
beralkohol.
3. Retribusi Lain-Lain
Selain jenis-jenis retribusi daerah yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan
retribusi perizinan tertentu, kepada daerah diberikan kewenangan untuk
menetapkan jenis retribusi daerah lainnya yang dipandang sesuai untuk
daerahnya. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 18 ayat 4 menentukan
bahwa dengan peraturan daerah dapat ditetapkan jenis retribusi daerah lainnya
sesuai dengan kewenangan otonominya dan memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
daerah dalam mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan
perekonomian daerah pada masa yang akan datang yang mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan masyarakat atas pelayanan pemerintah daerah, tetapi
tetap memerhatikan aspirasi dari masyarakat dan kesederhanaan jenis retribusi
daerah serta memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
4. Subjek Retribusi Daerah dan Wajib Retribusi Daerah
a. Subjek retribusi umum adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Subjek
Retribusi Jasa Umum ini dapat merupakan Wajib Retribusi Jasa Umum.
b. Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Subjek ini
dapat merupakan Wajib Retribusi Jasa Usaha.
c. Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Subjek ini dapat merupakan
wajib retribusi jasa perizinan tertentu.
5. Objek Retribusi Daerah.
Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 Pasal 18 ayat 1 menentukan bahwa
objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah
daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut
retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan
sosial- ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Adapun objek retribusi
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah adalah:
a. objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan
b. objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial.
c. objek retribusi perizinan tertentu yakni kegiatan tertentu yang dilakukan
pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
6. Tarif Retribusi Daerah
Menurut Panca Kurniawan (2005 : 177):
Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi yang terutang. Tarif dapat ditentukan seragam atau dapat diadakan pembedaan mengenai golongan tarif sesuai dengan prinsip dan sasaran tarif tertentu, misalnya: i. Pembedaan retribusi tempat rekreasi antara anak dan dewasa,
ii. Retribusi parkir antara sepeda motor dan mobil, iii. Retribusi pasar antara kios dan los, dan iv. Retribusi sampah antara rumah tangga dan industri.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum didasarkan
pada kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dengan ketentuan ini,
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
daerah mempunyai kewenangan untuk menetapkan prinsip dan sasaran yang
dicapai dalam menetapkan tarif retribusi jasa umum sebagai cara untuk menutupi
sebagian atau sama dengan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan dan
membantu golongan masyarakat kurang mampu sesuai dengan jasa pelayanan
yang diberikan.
Sebagai contoh, tarif retribusi persampahan untuk golongan masyarakat
mampu dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menutupi biaya
pengumpulan, transportasi, dan pembuangan sampah. Sedangkan, untuk golongan
masyarakat yang kurang mampu tarif ditetapkan lebih rendah.
Penetapan tarif retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada tujuan utama
untuk memperoleh keuntungan yang layak, seperti keuntungan yang layak
sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis
yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
Tarif retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasarkan pada tujuan untuk
menutupi sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izan yang
bersangkutan. Tarif retribusi perizinan tertentu ditetapkan sedemikian rupa
sehingga sebagian atau seluruh perkiraan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan dapat tertutupi.
D. Belanja Daerah
1. Pengertian Belanja Daerah
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Menurut Abdullah dan Halim (2003 : 1145), belanja daerah adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan wewenang dan
tanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah di atasnya.
Menurut Halim dan Nasir (2006 : 44), belanja daerah adalah semua
kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Klasifikasi Belanja Daerah
Belanja daerah menurut kelompok belanja berdasarkan Permendagri 13/
2006 terdiri atas :
Belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bentuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
Menurut Halim (2004 : 18), belanja daerah digolongkan menjadi 4, yakni :
Belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak tersangka. Belanja aparatur daerah diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/ pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokkan menjadi 3 yakni belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal.
Klasifikasi belanja daerah yang dikemukakan oleh Halim (2004 : 18) sesuai
dengan klasifikasi belanja daerah menurut Kepmendagri 29/ 2002.
a). Belanja Administrasi Umum
Menurut Halim (2004 : 70),
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Belanja administrasi umum adalah semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau pelayanan publik dan bersifat periodik. kelompok belanja administrasi umum terdiri atas 4 jenis belanja, yaitu 1) belanja pegawai/ personalia, 2) belanja barang dan jasa, 3) belanja perjalanan dinas, 4) belanja pemeliharaan.
1. Belanja Pegawai / Personalia
Menurut Halim (2004 : 70), jenis belanja pegawai/ personalia merupakan
belanja pemerintah daerah untuk orang/personel yang tidak berhubungan secara
langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai.
Jenis belanja pegawai/ personalia untuk belanja aparatur daerah meliputi objek belanja :
1) gaji dan tunjangan kepala daerah/ wakil kepala daerah 2) gaji dan tunjangan pegawai 3) biaya perawatan dan pengobatan 4) biaya pengembangan sumber daya manusia (Halim, 2004 : 70)
Jenis belanja pegawai/ personalia untuk bagian belanja pelayanan publik meliputi objek belanja :
1) belanja tetap dan tunjangan pimpinan dan anggota dprd 2) gaji dan tunjangan kepala daerah/ wakil kepala daerah 3) gaji dan tunjangan pegawai daerah 4) biaya perawatan dan pengobatan 5) biaya pengembangan sumber daya manusia (Halim, 2004 : 71)
2. Belanja Barang dan Jasa
Menurut Halim (2004 : 71), jenis belanja barang dan jasa merupakan belanja
pemerintah daerah untuk penyediaan barang dan jasa.
Jenis belanja barang dan jasa untuk bagian belanja aparatur daerah terdiri atas objek belanja berikut :
1) biaya bahan pakai habis kantor 2) biaya jasa kantor 3) biaya cetak dan penggandaan keperluan kantor 4) biaya sewa kantor 5) biaya makanan dan minuman kantor 6) biaya pakaian dinas 7) biaya bunga utang
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
8) biaya depresiasi gedung (operasional) 9) biaya depresiasi alat angkutan (operasional) 10) biaya depresiasi alat kantor dan rumah tangga 11) biaya depresiasi alat studio dan alat komunikasi (operasional) (Halim, 2004 : 71)
Jenis belanja ini untuk bagian belanja pelayanan publik terdiri atas objek belanja berikut ini :
1) biaya bahan pakai habis kantor 2) biaya jasa kantor 3) biaya cetak dan penggandaan keperluan kantor 4) biaya sewa kantor 5) biaya makanan dan minuman kantor 6) biaya pakaian dinas 7) biaya bunga utang 8) biaya depresiasi gedung (operasional) 9) biaya depresiasi alat-alat besar (operasional) 10) biaya depresiasi alat angkutan (operasional) 11) biaya depresiasi alat bengkel dan alat ukur (operasional) 12) biaya depresiasi alat pertanian (operasional) 13) biaya depresiasi alat kantor dan rumah tangga 14) biaya depresiasi alat studio dan alat komunikasi (operasional) 15) biaya depresiasi alat-alat kedokteran (operasional) 16) biaya depresiasi alat-alat laboratorium (operasional) (Halim, 2004 : 71)
3. Belanja Perjalanan Dinas
Menurut Halim (2004 : 71),
belanja perjalanan dinas merupakan jenis belanja pemerintah daerah untuk biaya perjalanan pegawai dan dewan, objek belanja dari jenis belanja ini untuk bagian belanja aparatur daerah meliputi biaya perjalanan dinas, sedangkan untuk bagian belanja pelayanan publik meliputi biaya perjalanan dinas, biaya perjalanan pindah, dan biaya pemulangan pegawai yang gugur dan dipensiunkan.
4. Belanja Pemeliharaan
Menurut Halim (2004, 71), belanja pemeliharaan merupakan belanja
pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah.
Objek belanja dari jenis belanja pemeliharaan untuk bagian belanja aparatur daerah terdiri atas :
1) biaya pemeliharaan bangunan gedung
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
2) biaya pemeliharaan alat-alat angkutan 3) biaya pemeliharaan alat-alat kantor dan rumah tangga 4) biaya pemeliharaan alat-alat studio dan alat komunikasi 5) biaya pemeliharaan buku perpustakaan 6) biaya pemeliharaan alat-alat persenjataan (Halim, 2004 : 71-72)
Objek Belanja untuk Jenis Belanja Pemeliharaan untuk Bagian Belanja Pelayanan Publik terdiri atas :
1) biaya pemeliharaan jalan dan jembatan 2) biaya pemeliharaan bangunan air (irigasi) 3) biaya pemeliharaan instalasi 4) biaya pemeliharaan jaringan 5) biaya pemeliharaan bangunan gedung 6) biaya pemeliharaan monumen 7) biaya pemeliharaan alat-alat besar 8) biaya pemeliharaan alat-alat angkutan 9) biaya pemeliharaan alat-alat bengkel 10) biaya pemeliharaan alat-alat pertanian 11) biaya pemeliharaan alat-alat kantor dan rumah tangga 12) biaya pemeliharaan alat-alat studio dan alat komunikasi 13) biaya pemeliharaan alat-alat kedokteran 14) biaya pemeliharaan alat-alat laboratorium 15) biaya pemeliharaan buku perpustakaan 16) biaya pemeliharaan barang bercorak kesenian, kebudayaan 17) biaya pemeliharaan hewan, ternak, serta tanaman 18) biaya pemeliharaan alat-alat persenjataan (Halim, 2004 : 72).
b). Belanja Operasi dan Pemeliharaan
Menurut Halim (2004 : 72), belanja operasi dan pemeliharaan merupakan
semua belanja pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktivitas atau
pelayanan publik. Kelompok belanja ini meliputi jenis belanja : 1) belanja
pegawai/ personalia, 2) belanja barang dan jasa, 3) belanja perjalanan dinas, 4)
belanja pemeliharaan.
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Menurut Halim (2004 : 72), jenis belanja pegawai/ personalia untuk bagian
belanja aparatur daerah maupun pelayanan publik meliputi objek belanja berikut
1) honorarium/ upah, 2) uang lembur, 3) insentif.
Jenis belanja barang dan jasa baik untuk bagian belanja aparatur daerah maupun pelayanan publik meliputi objek belanja :
1) biaya bahan/ material 2) biaya jasa pihak ketiga 3) biaya cetak dan penggandaan 4) biaya sewa 5) biaya makanan dan minuman 6) biaya bunga utang 7) biaya pakaian kerja. (Halim, 2004 : 72-73)
Jenis belanja perjalanan dinas dan jenis belanja pemeliharaan memiliki
klasifikasi yang sama dengan klasifikasi jenis belanja ini pada kelompok belanja
administrasi umum, baik untuk bagian belanja aparatur daerah maupun pelayanan
publik. (Halim, 2004 : 73)
c). Belanja Modal
Menurut Halim (2004 : 73), belanja modal merupakan belanja pemerintah
daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset
atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin
seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum.
Kelompok belanja ini mencakup jenis belanja berikut, baik untuk bagian aparatur daerah maupun pelayanan publik :
1) belanja modal tanah 2) belanja modal jalan dan jembatan 3) belanja modal bangunan air (irigasi) 4) belanja modal instalasi 5) belanja modal jaringan 6) belanja modal bangunan gedung 7) belanja modal monumen
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
8) belanja modal alat-alat besar 9) belanja modal alat-alat angkutan 10) belanja modal alat-alat bengkel 11) belanja modal alat-alat pertanian 12) belanja modal alat-alat kantor dan rumah tangga 13) belanja modal alat-alat studio dan alat-alat komunikasi 14) belanja modal alat-alat kedokteran 15) belanja modal alat-alat laboratorium 16) belanja modal buku/ perpustakaan 17) belanja modal barang bercorak kesenian, kebudayaan 18) belanja modal hewan, ternak, serta tanaman 19) belanja modal alat-alat persenjataan/ keamanan. (Halim, 2004 : 73)
d). Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
Menurut Halim (2004 : 73):
Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan berbentuk kegiatan pengalihan uang dan atau barang dari Pemerintah Daerah. Kelompok belanja bagi hasil dan bantuan keuangan terkhusus bagi kabupaten/kota terdiri atas jenis belanja berikut (hanya untuk bagian belanja pelayanan publik) : 1) belanja bagi hasil retribusi kepada Pemerintah Desa, 2) belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa/ Kelurahan, 3) belanja bantuan keuangan kepada organisasi kemasyarakatan, 4) belanja bantuan keuangan kepada organisasi profesi.
e). Belanja Tidak Tersangka
Menurut Halim (2004 : 73), kelompok belanja tidak tersangka adalah belanja
Pemerintah Daerah untuk pelayanan publik dalam rangka mengatasi bencana alam
dan atau bencana sosial. Kelompok belanja ini terdiri atas jenis belanja tidak
tersangka.
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Abdullah dan Halim (2003) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh
Pendapatan Daerah terhadap Belanja Daerah di Indonesia dengan menggunakan
sample sebanyak 70 Kabupaten dan 20 Kotamadya di Propinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta serta Propinsi Bali.
Pendapatan Daerah terdiri dari DAU, PAD dan Pajak Daerah. Sementara Belanja
Daerah adalah jumlah total pengeluaran daerah selama satu tahun anggaran yang
terdapat dalam APBD. Data yang dianalisis adalah data tahun 2001 dan 2002.
Statistik yang digunakan dalam penelitian Abdullah dan Halim (2003) ini adalah
regresi sederhana (simple regression) dan regresi berganda (multiple regression).
Regresi sederhana dipakai untuk melihat pengaruh jumlah DAU, pajak daerah dan
PAD secara terpisah terhadap jumlah belanja. Regresi berganda digunakan dengan
tujuan untuk memprediksi apakah komponen-komponen pendapatan daerah
tersebut secara serentak mempengaruhi belanja daerah Hasil penelitian Abdullah
dan Halim (2003) menunjukkan, bahwa secara terpisah dan atau bersama-sama
DAU, PAD berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah.
Astuti dan Haryanto (2006), dalam jurnalnya Kemandirian Daerah : Sebuah
Perspektif dengan Metode Path Analysis menyatakan bahwa esensi utama dari
pelaksaanaan otonomi daerah yang sudah berjalan selama 4 tahun adalah
mewujudka kemandirian daerah, dan selama ini kemandirian yang kuat diukur
dari struktur PAD yang antara lain terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan
BUMD. Tetapi dari hasil olah data dengan menggunakan metode path analysis
dari 4 variabel yang dipilih untuk mendukung terwujudnya Kapasitas Fiskal
Daerah yang kuat sebagai pencerminan kemandirian daerah yaitu Pajak Daerah,
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Retribusi Daerah, PDRB jasa serta Bagi Hasil Pajak, didapatkan bahwa variabel
Pajak Daerah (PD) dan Bagi Hasil Pajak (BHP) memiliki hubungan signifikan
terhadap Kapasitas Fiskal Daerah. Sementara itu variabel Retribusi Daerah dan
PDRB jasa tidak terbukti mempengaruhi Kapasitas Fiskal Daerah secara
signifikan.
Ester Afriani (2007) telah meneliti tentang Pengaruh Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Terhadap Penerimaan Daerah Kabupaten Langkat, penelitian
ini menyimpulkan bahwa hasil regresi berganda menunjukkan bahwa secara
bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara pajak daerah dan retribusi
daerah terhadap penerimaan daerah, tetapi dilihat dari rata-rata kontrusi PAD
terhadap penerimaan Daerah Kabupaten Langkat sebesar 3.59% maka dari aspek
kemampuan keuangan daerah, Kabupaten Langkat belum dapat menjalankan
otonomi secara konsekuen karena masih tergantung dari penerimaan lain diluar
penerimaan dari PAD.
Mohammad Riduansyah (2003) melakukan penelitian dengan mengangkat
judul kontribusi Pajak daerah dan Retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung
Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor). Dan
hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa kontribusi penerimaan pajak daerah
dan retribusi daerah terhadap perolehan PAD dan APBD Pemerintah Kota Bogor
cukup signifikan dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,78% per tahun. Kontribusi
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total perolehan penerimaan
Pemda Bogor tercermin dalam APBD-nya, dikaitkan dengan kemampuannya untuk
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
melaksanakan otonomi daerah terlihat cukup baik. Komponen pajak daerah rata-rata
pertahunnya memberikan kontribusi sebesar 7,81% per tahun dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 22,89% pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang berasal dari
komponen retribusi daerah, pada kurun waktu yang sama, memberikan kontribusi
rata-rata per tahunnya sebesar 15,61% dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya
sebesar 5,08% per tahun.
F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual Penelitian.
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan factor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Penelitian ini menggunakan dua variable bebas
yaitu pajak daerah dan retribusi daerah, serta satu variable terikat yaitu Belanja
Daerah. Adapun yang menjadi kerangka konseptual dari penelitian ini adalah:
H3
H1
Ha3 H2
Gambar 2.1: Kerangka Konseptual
PAJAK DAERAH
(X1)
RETRIBUSI DAERAH
(X2)
BELANJA DAERAH
(Y)
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
2. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 41) Hipotesis adalah proporsi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris.
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang
akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya
akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan
kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H1 : Pajak Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja
Daerah Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara
H2 : Retribusi Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap
Belanja Daerah Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera
Utara
H3 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara bersama-sama
berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Daerah
Pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal. Desain kausal berguna
untuk mengukur hubungan-hubungan antar variable riset atau berguna untuk
menganalisis bagaimana suatu variable mempengaruhi variable lain.Umar (2003
: 30)
B. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2004 : 72) Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan realisasi APBD Pemerintah
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
kabupaten/kota di Sumatera Utara tahun 2005-2007, dimana di Sumatera Utara
terdapat 33 pemerintah daerah.
Tabel 3.1 Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
No Pemerintah Kabupaten No Pemerintah Kota 1 Kabupaten Asahan 1 Kota Binjai 2 Kabupaten Batubara 2 Kota Gunung Sitoli 3 Kabupaten Dairi 3 Kota Medan 4 Kabupaten Deli Serdang 4 Kota Padang Sidempuan 5 Kabupaten Humbang Hasundutan 5 Kota Pematang Siantar 6 Kabupaten Karo 6 Kota Sibolga 7 Kabupaten Labuhan Batu 7 Kota Tanjung Balai
8 Kabupaten Labuhan Batu Selatan 8 Kota Tebing Tinggi 9 Kabupaten Labuhan Batu Utara 10 Kabupaten Langkat 11 Kabupaten Mandailing Natal 12 Kabupaten Nias 13 Kabupaten Nias Barat 14 Kabupaten Nias Selatan 15 Kabupaten Nias Utara 16 Kabupaten Padang Lawas 17 Kabupaten Padang Lawas Utara 18 Kabupaten Pakpak Barat 19 Kabupaten Samosir 20 Kabupaten Serdang Bedagai 21 Kabupaten Simalungun 22 Kabupaten Tapanuli Selatan 23 Kabupaten Tapanuli Tengah 24 Kabupaten Tapanuli Utara 25 Kabupaten Toba Samosir
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki, www.sumutprov.go.id, 2009
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. (Sugiyono, 2004 : 73). Dalam penelitian ini menggunakan Teknik
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
pengambilan sample non-probability sampling dengan cara purposive sampling
yaitu teknik penentuan sampling dengan pertimbangan tertentu.
Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan
sample adalah sebagai berikut:
1. pemerintahan Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara yang telah
menyerahkan laporan Realisasi APBDnya ke Badan Pusat Statistika (BPS)
Provinsi Sumatera Utara.
2. pemerintahan Kabupaten / Kota di Propinsi Sumatera Utara yang
menyerahkan laporan APBDnya selama periode 2005-2007.
Berdasarkan pertimbangan yang telah disebutkan diatas, maka peneliti
menggunakan 7(tujuh) Pemerintah Kota dan 17 (tujuh belas) Pemerintah
Kabupaten sebagai sample penelitian.
Tabel 3.2 Daftar sample Penelitian
No Pemerintahan Kabupaten No Pemerintahan Kota 1 Kabupaten Asahan 1 Kota Binjai 2 Kabupaten Dairi 2 Kota Medan 3 Kabupaten Deli Serdang 3 Kota Padang Sidempuan 4 Kabupaten Humbang Hasundutan 4 Kota Pematang Siantar 5 Kabupaten Karo 5 Kota Sibolga 6 Kabupaten Labuhan Batu 6 Kota Tanjung Balai 7 Kabupaten Langkat 7 Kota Tebing Tinggi 8 Kabupaten Mandailing Natal 9 Kabupaten Nias Selatan
10 Kabupaten Pakpak Barat 11 Kabupaten Samosir 12 Kabupaten Serdang Bedagai 13 Kabupaten Simalungun 14 Kabupaten Tapanuli Selatan 15 Kabupaten Tapanuli Tengah
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
16 Kabupaten Tapanuli Utara 17 Kabupaten Toba Samosir
C. Jenis Data dan Sumber Data
Data penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah berupa data
sekunder dan bersifat kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data
Time series, yaitu sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu. Data diperoleh dari
laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistika (BPS) Sumatera Utara. Data yang dibutuhkan adalah
informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu, total
realisasi pajak daerah, total realisasi retribusi daerah dan total realisasi belanja
daerah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian ini adalah,
Teknik Dokumentasi, yakni peneliti melakukan pengumpulan data sekunder atau
data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yaitu Badan
Pusat Statistika (BPS) Provinsi Sumatera Utara.
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Variabel bebas yaitu variable yang tidak tergantung pada variable lain.
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel bebas (indevenden) yaitu:
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
X1 = Pajak Daerah
X2 = Retribusi Daerah
Dimana Pajak Daerah merupakan Pajak yang dikenakan oleh pemerintah
daerah kepada penduduk yang mendiami suatu wilayah. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio. Dimana, skala rasio merupakan skala pengukuran
yang menunjukkan kategori usia aktual, penghasilan dan perbandingan konstruk
yang diukur. Skala ini menggunakan titik nol absolut sehingga mengatasi
kekurangan titik permulaan yang berubahubah pada skala interval (Uma
Sekaran, 2006 : 20).
Retribusi daerah merupakan penerimaan yang diterima oleh pemerintah
daerah setelah memberikan jasa pelayanan kepada penduduk yang mendiami
suatu wilayah. Skala pengukuran yang digunakan retribusi daerah dalam
penelitian ini adalah skala rasio.
2. Variabel Terikat yaitu variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variable bebas (Sugiyono, 2004:3).
Dalam penelitian ini variable terikat (devenden) adalah total Belanja Daerah
pemerintahan kabupaten/kota di Sumatera Utara.
Dimana Belanja Daerah adalah semua pengeluaran yang dilakukan
pemerintah daerah untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya dalam
satu tahun anggaran. Skala pengukuran yang diapakai dalam belanja daerah ini
adalah skala rasio.
F. Metode Analisis Data
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan SPSS 15. Dan sebelum melakukan
pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian regresi linear berganda dapat dilakukan setelah model dari
penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat
tersebut adalah data tersebut harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung
multikolinearitas, autokorelasi dan heterokedastisitas. Untuk itu sebelum
melakukan pengujian regresi linear berganda perlu dilakukan terlebih dahulu
pengujian asumsi klasik, yang terdiri dari
a. Uji Normalitas
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 103), uji ini berguna untuk tahap awal
dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik
parametrik dan jika data tidak normal gunakan statistik non parametrik atau
lakukan treatment agar data normal.
Menurut Ghozali (2005 : 110), uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak menurut Ghozali (2005 : 110), yaitu :
i) Analisis grafik
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
ii) Analisis statistik Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai
Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau
merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat
dari :
a) nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah
tidak normal.
b). nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah
normal.
b. Uji Multikolinearitas,
Menurut Gujarati (1995) dalam Hadi (2006 : 168), uji multikolinearitas
berhubungan dengan adanya korelasi antar variable independen. Sebuah
persamaan terjangkit penyakit ini bila dua atau lebih variabel independen
memiliki tingkat korelasi yang tinggi. Sebuah persamaan regresi dikatakan baik
bila persamaan tersebut memiliki variabel independen yang saling tidak
berkorelasi.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi
menurut Hadi (2006 : 168) dapat dilihat dari :
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
i) Salah satu ciri regresi yang terjangkit multikolinear adalah persamaan tersebut memiliki nilai R2 yang sangat tinggi, tetapi hanya memiliki sedikit variabel independen yang signifikan (memiliki nilai t hitung tinggi). Keadaan yang paling ekstrim adalah bila model memiliki nilai R2 dan F hitung yang tinggi dan secara otomatis akan memiliki nilai signifikansi F yang sangat bagus tetapi tidak satupun variabel independen yang memiliki nilai t cukup (signifikan). Bila hal ini terjadi maka bisa disimpulkan bahwa bagusnya F dan R2 karena adanya interaksi antar variabel independen yang cukup tinggi (multikolinear)
ii) Indikator lain yang bisa dipakai adalah CI (Condition Index) atau Eigenvalues. Bila CI berkisar antara10 sampai dengan 30 maka kita bisa mengatakan bahwa persamaan tersebut terjangkit multikolinear. Bila CI > 30 maka terjangkitnya semakin kecil.
iii) VIF (Variable Inflation Factor) juga bisa digunakan sebagai indicator. Bila VIF > 10 maka variable tersebut memiliki kolinearitas yang tinggi.
Bila ternyata model terindikasi penyakit multikolinear, maka baru dicari
korelasi diantara variabel independen. Gujarati (1995) dalam Hadi (2006 : 168)
menyatakan bahwa dua variabel yang memiliki tingkat korelasi 0,8 sudah terlalu
tinggi tetapi kalau 0,5 tidak ada masalah.
Menurut Ghozali (2005 : 91), untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut :
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya b) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerence). Nilai cutoff yang
-
Rolan Pakpahan : Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository 2009
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
Menurut Ghozali (2005 : 95), cara mengobati apabila terjadi multikolonieritas
dalam data penelitian adalah sebagai berikut:
a) Menggabungkan data crossection dan time series (pooling data) b) Keluarkan satu atau lebih variable indevenden yang mempunyai korelasi
tinggi dari model regresi dan identifikasikan variable indevenden l