09e00833

127
PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROFESI GEISHA DALAM FILM MEMOIRS OF A GEISHA (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha) Disusun oleh JUITA E J PURBA 050904037 DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSTAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Upload: ferry-prawira

Post on 28-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

FPG Data

TRANSCRIPT

Page 1: 09E00833

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROFESI GEISHA DALAM FILM

MEMOIRS OF A GEISHA

(Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha)

Disusun oleh

JUITA E J PURBA

050904037

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSTAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 2: 09E00833

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Juita E J Purba

NIM : 050904037

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film

Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi

Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha)

Medan, Maret 2009

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

(Dra. Fatma Wardy Lubis,M.A) (Drs.Amir Purba, M.A)

NIP. 131654103 NIP. 131654104

Dekan FISIP USU,

Prof.Dr.M.Arif Nasution,M.A

NIP. 1315757010

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 3: 09E00833

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of a Geisha. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara umum tentang profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha serta untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha yang mencakup status, tugas, tanggung jawab, peranan, ritual geisha dalam film Memoirs Of a Geisha.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Perancangan alat ukur adalah kuesioner, yaitu setiap responden diberikan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa USU uang berjumlah 8500 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10%sehingga diperoleh sampel sebanyak 99 orang. Dan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah stratified proportional random sampling dan purposive sampling.

Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari buku-buku serta sumber yang relevan dan mendukung. Serta penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui kuesioner dan tanya jawab secara mendalam dengan beberapa responden untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam tentang persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa table tunggal dan kemudian diinterpretasikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa film memoirs of a geisha adalah film yang memberikan manfaat kepada mahasiswa, selain memberi hiburan juga memberi informasi tentang budaya Jepang yang unik yaitu profesi geisha. Mayoritas mahasiswa memberikan tanggapan yang negatif terhadap profesi tersebut. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa ada sebuah proses dari peranan media dalam pembentukan persepsi mahasiswa terhadap budaya Jepang.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 4: 09E00833

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI………………………………………………………………...i KATA PENGANTAR………………………………………………………ii DAFTAR ISI…………………………………...............................................iv DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi DAFTAR TABEL………………………………….......................................vii BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah...............................................................1 I. 2. Perumusan Masalah......................................................................10 I. 3. Pembatasan Masalah.....................................................................11 I. 4. Tujuan Penelitian.......................................................................... 11 I. 5. Manfaat Penelitian .......................................................................12 I. 6. Kerangka Teori.............................................................................12 I. 7. Kerangka Konsep.........................................................................22 I.8 Model Teoritis...............................................................................24 I.9 Operasional Variabel....................................................................24

1.10 Defenisi Variabel Operasional......................................................25 BAB II URAIAN TEORITIS II. 1 Komunikasi Massa......................................................................28 II. 1 1. Karakteristik Komunikasi Massa...................................29 II. 1. 2. Komponen Komunikasi Massa......................................33 II. 1. 3. Fungsi Komunikasi Massa.............................................34 II. 2. Media Massa...............................................................................36 II. 2. 1. Pengertian Media Massa................................................36 II. 2. 2. Fungsi Media Massa......................................................38 II 3. Film.............................................................................................39 II. 3. 1. Sejarah Film...................................................................39 II. 3 2. Jenis-Jenis Film..............................................................42 II. 4. Komunikasi Antar Budaya.........................................................43 II. 5. S-O-R........................................................................................49 II. 6 Persepsi.......................................................................................51 II. 5. 1. Pengertian Persepsi.......................................................51 II. 5. 2. Proses Pembentukan Persepsi.......................................53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Deskripsi Film.........................57 III. 1. 1. Universitas Sumatera Utara..........................................57 III. 1. 2. Deskripsi Film Memoirs Of A Geisha..........................73 III. 2. Metode Penelitian.......................................................................78 III. 3. Populasi dan Sampel...................................................................78 III. 4. Teknik Penarikan Sampel............................................................81 III. 5. Teknik Pengumpulan Data...........................................................83

III.6. Teknik Analisa Data......................................................................83

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 5: 09E00833

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1. Analisa Tabel Tunggal....................................................................85 IV. 2. Pembahasan.....................................................................................107 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V. 1. Kesimpulan.....................................................................................117 V. 1. Saran...............................................................................................118 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 6: 09E00833

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Film sebagai salah satu bentuk media massa, merupaka salah satu

representasi realitas yang ada dalam masyarakat. Film merupakan media

komunikasi yang memiliki kekuatan tersendiri dalam menyampaikan makna.

Melalui film, berbagai pesan dapat disampaikan kepada audiens yang diinginkan.

Kebudayaan, nilai-nilai sosial, adat-istiadat, teknologi, dan bahasa, dapat

disampaikan secara holistik. Proses penyampaian pesan yang dilakukanpun efektif

dan efesien kerena melibatkan semua panca indra baik audio maupun visual

layaknya medium televisi dan memerlukan waktu yang lebih singkat

dibandingkan membaca buku

Pesan yang disampaikan melalui film pun melibatkan banyak faktor dan

unsur yang saling melengkapi. Mulai dari proses pra sampai pasca produksi.

Proses kreatif dan riset yang panjang sudah barang tentu menjadi suatu kewajiban.

Hal ini untuk menunjang kevalidan dan kesesuaian dengan realitas yang ada

didalam masyarakat. Proses kerja keras dan riset yang panjang itu tidak lain untuk

mendukung terciptanya sebuah mahakarya yang sempurna, dan akhirnya

memenuhi tuntutan pasar.

Film merupakan sebuah gambar bergerak yang bisa memberikan kita

banyak sekali gambaran masa lalu, budaya dan peraturan yang tidak pernah

terpikirkan oleh kita sebelumnya. Memoirs of Geisha, merupakan salah satu film

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 7: 09E00833

yang memberikan semua gambaran tersebut. Sebuah film yang membawa kita

melihat perkembangan yang terjadi di suatu negara yaitu Jepang.

Banyak hal menarik yang bisa menjadi bahan kajian dari masyarakat

Jepang. Kecuali perkembangan ilmu dan teknologinya yang semakin

sophisticated, juga hal-hal yang menyangkut budaya dan tradisi. Berbeda dengan

negara-negara lain yang melakukan modernisasi dengan menyingkirkan tradisi,

Jepang adalah sedikit negara yang bisa melakukan keduanya secara bersama-

sama, salah satunya adalah tentang Geisha. Nama ini amat identik dengan Jepang,

bahkan dalam beberapa segi telah menjadi ikon yang sangat populer. Geisha

sangat menarik untuk dikaji karena memiliki kandungan yang kompleks

menyangkut perspektif gender, potret kelas sosial masyarakat, tradisi dan seni

budaya, serta sisi gelap lainnya berupa prostitusi, bahkan belakangan berkaitan

dengan fenomena trafficking atau perdagangan manusia.

Tradisi dan status sosial geisha sangat menarik tatkala ditarik kedalam

sebuah media film dengan plot yang romantis. Apalagi mengingat adanya distorsi

pemahaman dan kerancuan antara geisha dan pelacur di kalangan masyarakat

umum. Pilikan artistik dan bahasa visul menjadi penting tatkala hendak

menggambarkan sebuah status sosial dan peran sosail dalam masyarakat. Apalagi

posisi tersebut sulit untuk dieksploitasi secara umum. Geisha merupakan salah

satu bentuk filosofi dari jutaan kebudayaan jepang yang unik dan berkarakter.

Sebenarnya menurut pengertian dari karakter huruf kanjinya, geisha

berarti seniman, dimana huruf Gei berarti seni dan huruf Sha berarti pelaku atau

orang. Geisha adalah seniwati profesional yang bertugas menghibur tamu yang

berkunjung ke tempat dimana ia bekerja. Geisha biasanya bekerja di Ochaya atau

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 8: 09E00833

kedai teh. Menghibur bukan berarti memberikan “hiburan” tapi menunjukkan

berbagai kesenian tradisional Jepang dan bercengkerama dengan tamu tersebut.

Geisha muncul untuk pertama kalinya pada sekitar tahun 1600an. Pada masa

tersebut yang bekerja sebagai geisha adalah pria, mereka lebih dikenal sebagai

Hokan atau pelawak, tugas mereka adalah membuat tamu terhibur dengan

lawakan atau tabuhan gendangnya. Lalu pada tahun 1751 muncul geisha wanita

untuk pertama kalinya, dia disebut Geiko. Pada tahun 1780 jumlah geisha pria

menurun dan sebaliknya jumlah geisha wanita bertambah dan akhirnya pada

tanun 1800an, semua geisha adalah wanita.

Ada beberapa analisis tentang sebab-sebab munculnya geisha. Salah

satunya adalah karena masyarakat Jepang tidak menerima kehidupan poligami.

Sebagai kompensasinya, para laki-laki Jepang memiliki wanita simpanan. Geisha

inilah yang dijadikan sebagai wanita simpanan karena memiliki sejumlah

kelebihan seperti usianya yang lebih muda daripada isteri di rumah, berparas

cantik karena secara otomatis telah melalui seleksi di antara para calon geisha,

serta memiliki kemampuan aneka seni yang tidak dimiliki oleh isteri di rumah.

Geisha mengeksklusifkan diri dengan tinggal di lingkungan yang berbeda

dengan lingkungan masyarakat umum. Selain menghibur, geisha juga memiliki

banyak andil dalam pegolakan-pergolakan politik di Jepang, hal itu karena

sebagian besar perundingan-perundingan politik mengambil tempat di kedai teh

dimana geisha bekerja. Mereka banyak mengetahui rahasia-rahasia politik dan ada

juga yang turut andil dalam mempengaruhi keputusan seorang politikus pada

masa itu. Dikatakan bahwa geisha adalah satu-satunya profesi di Jepang yang

menempatkan wanita pada posisi teratas. Profesi ini juga menjadikan wanita

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 9: 09E00833

sebagai sosok yang dihargai dalam masyarakat Jepang yang konon menempatkan

wanita selalu di bawah pria.

Film Memoirs Of a Geisha menampilkan sebuah cerita tentang dunia

geisha yang penuh rahasia, dunia dimana penampilan sangatlah penting, dimana

keperawanan seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi,

dimana perempuan-perempuan dilatih untuk memikat laki-laki yang paling

berkuasa, dan dimana cinta dicemooh sebagai ilusi belaka. Kisah Sayuri bermula

di desa nelayan miskin pada tahun 1929, ketika ia berusia sembilan tahun ia dijual

ke sebuah rumah geisha yang terkenal. Tidak tahan dengan kehidupan dirumah

itu, dia mencoba melarikan diri, tindakan itu membuat dia terancam menjadi

pelayan seumur hidup. Saat meratapi nasibnya di tepi sungai dia bertemu

Mr.Chairman, diluar kebiasaan pria terhormat ini mendekati dan menghiburnya

dan saat itu Sayuri bertekad akan menjadi geisha, hanya demi mendapat

kesempatan bisa bertemu lagi dengan pri itu suatu hari nanti.

Melalui sayuri kita menyaksikan suka duka wanita yang mempelajari seni

geisha yang berat bahkan bersaing denga sesama geisha memperebutkan pria-pria

dan kekayaan mereka. Namun ketika Perang Dunia II meletus, rumah-rumah

geisha terpaksa ditutup. Sayuri denga sedikit uang dan dengan sedikit lagi

makanan harus mulai lagi dari awal untuk menemukan kebebasan yang langka

dengan cara-caranya sendiri. Film ini diperankan oleh bintang-bintang terkenal

seperi Zhang Ziyi, Ken Watanabe, Michelle Yeoh, dan Gong Li.

Dalam film tersebut dapat dilihat bagaimana kehidupan geisha

dipresentasikan melalui sebuah film, dan bagaimana film dapat memperkenalkan

salah satu budaya Jepang yang unik dan berkarakter kepada orang banyak,

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 10: 09E00833

mengingat peneliti sendiri pertama sekali mengetahui geisha dari film Memoirss

of geisha. Dalam film tersebut digambarkan potret kehidupan geisha sebagai

produk budaya Jepang yang memiliki banyak keahlian dalam bidang seni

diantaranya seperti menari, menyanyi, memainkan musik, bermain teater,

memakai kimono, merias wajah dengan makeup tebal dan dandanan rambut yang

rumit, menuang sake dengan cara yang anggun dan sesensual bercerita tentang

banyak hal dari sastera hingga sejarah, memakaikan jas dan sepatu tamu, dan

banyak lagi. Dan sebagai agen seni geisha bukan hanya wanita Jepang yang

berkemampuan lebih dalam bidang seni tetapi juga memiliki intelektual dengan

aktivitas yang terpola dan terkonsep, hal itulah yang membuat geisha menjadi

menarik untuk di jadikan teman berbicara oleh klien-kliennya yang pada

umumnya adalah pria yang berpengaruh dan memiliki kekuasaan, mereka bukan

saja wanita yang cantik, lembut, memiliki ketrampilan seni atau skill tetapi juga

merupakan wanita yang cerdas yang memiliki daya tarik, memiliki etika bergaul,

berjalan dan berbicara halus., wanita yang glamour, anggun dan menawan.

Seorang geisha sejati juga tidak akan mengotori reputasinya dengan membuat diri

bisa disewa laki-laki dengan tarif per malam.

Film itu juga bercerita bahwa menjadi geisha bukanlah hal yang mudah

karena harus melalui sekolah khusus atau kejuruan, mendapat pelatihan dari dini

dan tinggal diruma geisha selama bertahun-tahun, dan yang menjadi geisha

bukanlah orang yang sembarangan tetapi hanya wanita-wanita yang memiliki

kecerdasan, paras mempesona dan keterampilan seni. Wanita yang pandai

berbicara, menjaga rahasia bahkan menciptakan suasana dramatis hanya dengan

menggerakkan kipas atau menggoda seseorang dengan hanya menampilkan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 11: 09E00833

sedikit belakang lehernya atau sekilas pergelangan tangannya. Dalam film

dikatakan bahwa geisha adalah artis dan menjadi geisha adalah menjadi sebuah

karya seni yang bergerak dan menciptakan sebuah dunia rahasia tempat dimana

yang ada hanyalah keindahan.

Sebenarnya dunia geisha adalah sebuah wilayah yang kompleks dan penuh

teka-teki terutama bagi masyarakat luar. Sebagian orang melihat geisha

merupakan sisi gelap masyarakat modern Jepang, tetapi masyarakat, negara dan

pemerintah Jepang sendiri tidak pernah mempersoalkannya. Geisha yang sulit

dilacak secara pasti tahun-tahun kemunculannya, sampai sekarang tetap eksis

dengan perlindungan hukum penuh. Dalam banyak hal negara bahkan

memanfaatkannya.

Salah satu contoh yaitu yang dialami oleh salah seorang geisha yang

bernama Mineko ketika dia diundang menghadiri jamuan makan resmi bersama

Ratu Elizabeth di Jepang. Ketika itu ia adalah penari Mai terbaik di Kyoto dan

untuk menghormati Ratu Elizabeth, pemerintah Jepang mendudukan ia disebela

ratu tetapi kenyataannya Ratu Elizabeth tidak ingin berbicara dengannya bahkan

melihatnyapun tidak. Tampaknya Ratu Elizabeth mengiranya adalah pelacur

tingkat tinggi (http://wrm-indonesia.org/content/view/228/66/)

Hal itu bisa dipahami karena dalam perilaku dan kejadian tertentu, banyak

hal yang menghubungkan geisha dengan dunia pelacuran, melalui film Memoirs

Of a Geisha kita dapat melihat bagaimana rekruitmen geisha tidak terbuka, calon

Geisha di peroleh melalui proses perdagangan manusia. Kita dapat melihatnya

saat tokoh utama Sayuri dan kakaknya dijual oleh orangtuanya kepada makelar

yang nantinya akan dijual lagi kepada pemilik rumah geisha. Selain itu geisha

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 12: 09E00833

selama masa persiapan, masa sekolah, hingga menjadi seorang geisha tinggal di

sebuah gion atau semacam rumah penampungan . di dalam gion itu, ada induk

semang yang disebut ibu, yang berkuasa penuh atas gion seisinya, termasuk para

geisha, geisha magang, dan para pembantunya. Ibu inilah yang mengurus segala

keperluan geisha termasuk mengatur pemasukan dan pengeluaran . Semua biaya

hidup dan pendidikan geisha, bahkan mungkin pelanggaran-pelanggaran yang

bisa dinilai dengan uang ditanggung oleh ibu, tetapi itu semua dihitung sebagai

hutang. Bila nanti geisha sudah mengahsilkan uang, mula-mula digunakan untuk

mengembalikan hutang yang dimiliki oleh seorang geisha kepada ibu tersebut

(http://id.wikipedia.org/wiki/geisha).

Kemudian dalam dunia geisha dikenal sebuah peristiwa yang disebut

sebagai mizuage, yaitu peristiwa “memerawani”. Ini dilakukan oleh seorang

geisha magang yang dianggap sudah layak menjadi geisha sesungguhnya. Orang

yang berhak melakukan mizuage adalah siapa yang berani membayar harga paling

tinggi. Dalam film ini kita dapat melihat bagaimana keperawanan Sayuri dilelang

seharga 15.000 yen, harga mizuage termahal yang pernah ada saat itu. Tetapi

setelah mizuage antara geisha dan pembayar tertinggi tidak ada ikatan apapun,

dan sebelum peristiwa mizuage diadakan upacara terlebih dahulu. Kemudian

seorang geisha dalam menekuni pekerjaan sehari-hari memang sebatas

memberikan pelayanan jasa hiburan melalui keterampilan yang ia miliki.

Sedangkan dalam konteks sex seorang geisha akan dianggap sukses jika memiliki

seorang danna, yaitu lelaki yang memberi perlindungan baik secara mental

maupun materil. Seorang geisha akan dianggap gagal bila ia tidak memiliki

seorang pria yang bertindak sebagai pelindungnya dan membiayai

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 13: 09E00833

pengeluarannya. Pria ini akan menjamin hidupnya tetap elegan, dan sebagai

gantinya si geisha akan memberi pelayanan seksual. Dan pelayanan itu hanya

untuk satu pria yaitu dannanya.

Keunikan budaya Jepang yang dilihat dari profesi geisha ternyata

memperoleh tanggapan yang berbeda-beda bagi orang Indonesia yang

diperepsikan dalam bentuk persepsi. Ada persepsi negative yang mengatakan

bahwa profesi geisha berhubungan dengan praktek prostitusi, suatu profesi yang

hina, dan memandang geisha sebagai pelacur kelas atas, esensinya sama halnya

dengan beberapa artis Indonesia yang menjual dirinya kepada orang-orang kaya

dan berpengaruh, dunia yang penuh dengan persaingan diantara sesama geisha

yang penuh dengan intrik-intrik untuk mengambil hati kliennya dan beberapa

menganggapnya sebagai seorang pelacur politik. Tetapi ada juga persepsi positif

yang mengatakan geisha adalah seniman, wanita yang elegan, cerdas, pintar,

berwawasan, lembut, ramah, tahu cara menyenangkan hati pria, bukanlah pelacur

tetaapi artis yang memiliki banyak keahlian dalam bidang seni, yang mampu

menghibur banyak pria, wanita yang menjaga kelestarian budaya dalam bidang

fashion maupun seni (http://www.indoforum.org/archive/indexphp). Dan

memandang geisha adalah korban yang dieksploitasi oleh okiya (pihak rumah

geisha) hal itu dilihat dari adanya hak okiya untuk melelang kegadisan geishanya.

Hal yang ironis adalah geisha bukan untuk merasakan, bukan untuk mencintai dan

memilih, karena geisha adalah seni maha agung yang hidup dalam dunia yang

terapung, yang selamanya akan menjadi setengah isteri dan tidak dapat memiliki

cinta seutuhnya, dan pada akhirnya geisha menjadi bagian penting dalam

kehidupan borjuis Jepang kala itu, dan perannya tidak dapat dianggap sebelah

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 14: 09E00833

mata. Aura sensualitas menjadikannya pemikat, menjadikannya sebagai bagian

dari kultur dan khasanah serta tradisi Jepang, dan menjadi sumber pesona di

negara asalnya.

Oleh sebab itu disinilah pentingnya komunikasi antar budaya mengingat

saat ini dunia sedang menyusut, proses ini sering disebut globalisasi sehingga

kapasitas untuk memehami keanekaragaman budaya sangat diperlukan, dimana

esensinya semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota

budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda dan setiap individu atau budaya

berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri. Seperti halnya profesi geisha yang

berasal dari Jepang jika dikaitkan dengan budaya Indonesia jelas sangat

bertentangan. Dari segi agama, semua agama di Indonesia sangat menentang jika

seorang wanita “berhubungan” dengan pria yang bukan suaminya walaupun ia

hanya berhubungan dengan satu pria saja, di samping itu kita juga akan menilai

sangat tidak bermoral jika wanita dijadikan komoditi untuk melakukan lobi politik

walaupun di Indonesia sendiri dalam praktiknya banyak menggunakan wanita

sebagai lobi politik. Masalah sosial lainnya yang dapat kita lihat dalam film

tersebut yaitu traffickking atau penjualan manusia, undang-undang di Indonesia

sangat jelas menghukum tindak pidana orang-orang yang melakukan penjualan

manusia dan ironisnya dalam film tersebut yang melakukan penjualan adalah

orangtuanya sendiri dengan alasan ekonomi.

Berdasarkan pemaparan diatas tidak heran jika oleh peneliti budaya jepang

khususnya profesi geisha yang dapat kita lihat dalam film memoirs of a geisha

dianggap fenomenal dan unik serta menarik untuk diteliti, disamping adanya

kontroversi di luar Negara Jepang seperti di Indonesia yang melahirkan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 15: 09E00833

perbedaan persepsi dalam memandang profesi tersebut. Kontroversi lain yang

timbul yaitu munculnya keberatan tentang diangkatnya kisah para artis-penghibur

tradisional Jepang dalam layar lebar oleh para mantan pelakunya, hal lain yang

membuat profesi geisha dalam film memoirs of geisha menarik untuk di teliti

yaitu film ini disatu sisi hendak mengetengahkan bahwa sesungguhnya geisha

sangat berbeda dengan prostitusi tetapi disisi lain ditampilkan sisi sesungguhnya

dunia prostitusi itu. Film memoirs of a geisha adalah film yang meraih enam

nominasi academy award yang diadaptasi dari novel yang sangat sukses hasil

karya Arthur Golden, yang telah menjual lebih dari empat juta kopi di Inggris dan

telah diterjemahkan ke dalam 32 bahasa (http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of

_a_ Geisha).

Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui mengetahui bagaimana persepsi

yang terbentuk di kalangan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)

terhadap profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap

profesi Geisha dalam film Memoirs Of a Geisha?”

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 16: 09E00833

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga

dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan

diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang hanya berisi uraian situasi

atau peristiwa penelitian dan tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesa

atau membuat prediksi.

2. Responden adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara Program S1 di

enam fakultas yang ditentukan dengan cara random sampling yaitu Fakultas

Kedokteran Gigi, Kesehatan Masyarakat, Ekonomi, Teknik, Sastra dan

Hukum yang telah menonton film Memoirs Of a Geisha

3. Penelitian ini hanya ditujukan untuk mengumpulkan informasi tentang

bagaimana persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film Memoirs

Of a Geisha.

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang profesi geisha

dalam film Memoirs Of a Geisha

2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha yang

mencakup status, tugas, tanggung jawab, peranan, ritual geisha dalam

film Memoirs Of a Geisha.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 17: 09E00833

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah

penelitian, dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta

mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU

2. Secara akademis, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU,

Khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya

khasanah penelitian dan sumber bacaan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan

penelitian ini.

I.6 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun

kerangka teori sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana

peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1997: 40).

Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi

yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan

relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut

(Kriyantono, 2006 : 45).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 18: 09E00833

I.6.1 Komunikasi Massa

Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dilemukaka oleh

Bittner (dalam Ardianto,2004:3), yakni “komunikasi massa adalah pesan uang

dikomunikasikan melaui media massa pada sejumlah besar orang”. Defenisi

komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu

Gerbner (dalam Ardianto,2004:4),”komunikasi massa ialah produksi dan

distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu

serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.

Ahli komunikasi massa lainnya, Joseph A Devito merumuskan defenisi

komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian

massa serta tentang media yang digunakannya. Komunkasi massa ditujukan

kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti

bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton,

tetapi ini berarti khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar diidefinisikan

(Ardianto,2004:6)

Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa menjadi,

“komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi massa yang ditujukan

kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media

cetak atau elektronik sebagai pesan yang sama yang dapat diterima secara

serentak dan sesaat (Ardianto,2004:7)

Menurut Dominick (Ardianto 2004:15) fungsi komunikasi massa bagi

masyarakat terdiri dari surveillance(pengawasan), interpretation (penafsiran),

linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment

(hiburan).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 19: 09E00833

Berikut ini adalah perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi

massa yaitu (Rakhmat, 1993:219).

1. Efek kognitif, yaitu terjadi bila ada perubahan pada apa yang dketahui, dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi.

2. Efek afektif, yaitu timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai.

3. Efek konatif (behavioral), yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku.

I.6.2 Media Massa

Media massa adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun

1920an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk

mencapai masyarakat yang sangat luas (http://id.wikipedia.org/wiki/Media massa)

Untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang

memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran

tersebut adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan

terlaksananya proses komunikasi massa tertentu. Media massa menurut bentuknya

dapat dikelompokkan atas:

1. Media cetak (printed media) yang mencakup surat kabar, majalah, buku,

pamflet, brosur dan sebagainya

2. Media Elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain.

Media massa mempunyai karakter tertentu, yang tidak bisa disamai oleh

media massa yang lain. Media cetak, mampu memuat peristiwa secara lengkap

sampai kepada detil-detilnya, dan bisa disimpan dan dibaca ulang. Namun sifat

komunikasinya masih tertunda (delay). Radio bisa menyiarkan berita secara cepat

dan langsung, namun sifat beritanya hanya sekilas, dan seringkali tidak mampu

diingat secara baik oleh audiens. Radio juga hanya bersifat audio. Namun radio

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 20: 09E00833

mampu menghadirkan efek ‘theatre of mind’, yaitu audiens mampu berimajinasi

lebih jauh tentang apa yang mereka dengarkan. Foto mampu menghadirkan

gambar peristiwa secara komprehensif, tanpa ditambah dan dikurangi. Foto

mampu melengkapi berita, dan menambah legitimasinya. Televisi mampu

menjawab kekurangan radio, kesan audio visual mampu dihadirkan, namun

informasi yang dihasilkan juga masih bersifat sekilas, tidak mendalam. Film tidak

bisa menjawab kebutuhan berita, namun film mampu merekam kejadian secara

audio visual dan bisa diputar berulang-ulang. Film juga bisa dipakai sebagai

sarana penyampaian pesan secara fiktif, melalui pengaturan skenario dan

penyutradaraan.

I. 6. 3 Film

Film adalah gambar yang bergerak (moving picture). Menurut Effendy

film diartikan sebagai hasil budaya dan sebagai alat ekspresi kesenian. Film

sebagai media komunikasi massa yang merupakan hasil dari berbagai teknologi

rekaman suara, kesenian, baik seni rupa, teater, sasra dan arsitektur serta musik.

Dalam kaitannya dengan kemampuan film untuk tumbuh dan berkembang

sangat bergantung kepada kondisi bagaimana unsur-unsur cangkokan teknologi

dan unsur seni dapat dipadukan sehingga pada akhirnya menghasilkan film yang

berkualitas.

Dalam perspektif komunikasi Massa, film dimaknai sebagai pesan-pesan

yang disampaikan dalam komunikasi, yang memahami hakikat, fungsi dan

efeknya. Perspektif ini memerlukan pendekatan yang terfokus pada film sebagai

proses komunikasi, disamping itu dengan dengan meletakkan film dalam konteks

sosial, politik, dan budaya dimana proses komunikasi itu berlangsung, sama

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 21: 09E00833

artinya dengan memahami preferensi penonton yang pada gilirannya menciptakan

citra penonton film (Irawanto 1999:11). Film atau motion pictures ditemukan dari

hail pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. (Ardianto 2004: 135).

Menurut Effendi (2003:210) jenis-jenis film berdasarkan sifatnya adalah:

1. film cerita (story film)

2. film berita (newsreel)

3. film documenter (documentary film)

4. film kartun (cartoon film)

Film yang dipertunjukkan di gedung bioskop adalah film teatrikal yang

mempunyai persamaan dengan televisi dalam hal sifatnya yang audio visual,

hanya saja dibedakan pada mekanik dan non elektronik dalam proses

komunikasinya dan dalam fungsinya rekreatif, edukatif, persuasif (non

informatif).

I.6.4 Komunikasi Antar Budaya

Pembicaraan tentang komunikasi antarbudaya tidak apat dielakkan dari

pengetian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua

kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi antarbudaya

dapat diartikan melalui beberapa pernyataan sebagai berikut (Liliweri,2004:9):

1. komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang

paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang

budaya

2. komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang

disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua

orang yang berbeda latar belakang budaya

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 22: 09E00833

3. komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang

berbentuk informasi atau hiburan yang disampaika secara lisan atau

tertulis atau metode lainnya yang dilakuka oleh dua orang yang

berbeda latar balakang budayanya.

4. komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seseorang

yang berkebudayaan tertentu kepada seseorang yang berkebudayaan

lain.

5. komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk

simbol yang dilakukan oleh orang yang berbeda latar belakang

budayanya.

6. komunikasi atarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang

dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepad orang lain yang

keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan

mengahasilkan efek tertentu.

7. komunikasi antarbudaya adalah setiap proses pembagian informasi,

gagasan atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang

budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan

dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau penampilan

pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.

Komunikasi antar budaya memiliki dua saluran yaitu antar pribadi dan

media massa (Radio, surat kabar, TV, Film, Majalah), saluranan komunikasi

mempengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari komunikasi antarbudaya (Lubis,

2002:5).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 23: 09E00833

I.6.5 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Respon, ini semua

berasal dari psikologi. Objek material dari psikologidan komunikasi adalahsama

yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku,

kognisi, afeksi, konasi. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya

perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang

berkomunikasi dengan organisme.

Elemen-elemen dari model ini adalah pesan (stimulus), komunikan

(organisme), efek (respon). Model S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Model S-O-R

Organism : - perhatian -pengertian -penerimaan

stimulus

Response : Perubahan sikap

Sumber: Effendy,2003:255

Proses diatas mengambarkan perubahan sikap dan bergantung kepada

proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang diberikan kepada organisme

dapat diterima atau dapat ditolak, maka pada proses selanjutnay terhenti. Ini

berarti stimulus tersbut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme, maka tidak

ada perhatian (attention) dari organisme, jika stimulus diterima oleh organisme

berarti adanya komunikasi dan perhatian dari organisme, dalam hal ini stimulus

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 24: 09E00833

efektif dan ada reaksi. Langkah selanjutnya adalah jika stimulus telah mendapat

perhatian dari organisme, kemampuan dari organisme inilah yang dapat

melanjutkan proses berikutnya. Pada langkah berikutnya adalah organisme dapat

menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan

dalam mengubah sikap. Dalam perubahan sikap ini dapat dilihat bahwa sikap

dapat berubah hanya jika rangsangan yang diberikan melebihi rangsanga semula.

Perubahan berarti bahwa stimulus yang diberikan dapat meyakinkan organisme,

dan akhirnya secara efektif dapat merubah sikap.

Hovland (dalam Effendy,2003:255) beranggapan bahwa perubahan sikap

adalah serupa dengan proses belajar. Dalam mempelajari sikap yang baru ada tiga

variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut yaitu perhatian,

pengertian, dan penerimaan.

I.6.6 Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal

dari bahasa latin perception dari percipere yang artinya menerima atau

mengambil. Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara

seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau

pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu

(Sobur, 2003:445).

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli).

Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari

persepsi. Walaupun begitu , menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 25: 09E00833

melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi dan memori. (Rakhmat

2005:51).

Sementara menurut Brian Fellows persepsi adalah proses yang

memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisa informasi. Persepsi

meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (yakni indra peraba,

indra penglihat, indra pencium, indra pengecap, atau indra pendengar), atensi, dan

interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang di kirimkan ke otak lewat

penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan. Persepsi

manusia sebenarnya terbagi dua yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik)

dan persepsi terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia lebih sulit dan

kompleks karena manusia bersifat dianmis. Persepsi sosial adalah proses

menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam

lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka

mengandung resiko(Mulyana 2005:168).

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terjadi dalam

pengamatan seseorang terhadap orang lain. Persepsi juga bisa diartikan sebagai

proses. Pemahaman terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh orang lain

yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerjasama, jadi setiap

orang tidak terlepas dari proses persepsi. Kita biasanya menganggap bahwa kita

bisa melihat hal-hal yang benar-benar faktual atau nyata didunia sekitar kita. Kita

mengira bahwa benda-benda yang kita lihat atau persepsi adlah hal-hal yang

nyata, sedangkan hal-hal lain seperti ide dan etori merupakan sesuatu yang kurang

nyata, bagi setiap orang apa yang dipersepsikan adalah kenyataan (Matsumono,

2004:59)

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 26: 09E00833

Persepsi itu bersifat kompleks dengan pesan yang akhirnya memasuki otak

kita dan apa yang terjadi diluar dapat sangat berbeda denga apa yang mencapai

otak kita. Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat

penting dalam memahami komunikasi. Kita dapat mengilustrasikan bagaimana

persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga langkah yang terlibat dala proses ini.

Tahapan-tahapan ini tidak saling terpisah, dalam kenyataan ketiganya bersifat

kontiniu, bercampur baur, dan bertumpang tindih satu sama lain (lihat gambar),

Gambar 2 Proses persepsi

Terjadinya Stimulasi alat indra

Stimulus alat indra diatur

Stimulus alat indra dievaluasi-ditafsirkan

Sumber: Sobur,2003:449

1. Terjadinya stimulasi alat indra

Pada tahap pertama, alat-alat indra distimulasi (dirangsang), kita mendengar suara

musik, kita melihat orang yang telah lama tidak kita jumpai, kita mencium parfum

orang yang berdekatan dengan kita. Meskipun memiliki kemampuan pengindraan

untuk merasaka stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya.sebagai

contoh bila kita melamun di kelas, anda tidak mendengar apa yang dikatakan

dosen sampai dia memanggil nama anda, barulah. anda sadar. Anda tahu bahwa

anda mendengar nama anda disebut-sebut tetapi anda tidak tahu apa penyebabnya.

2. Stimulasi terhadap alat indar diatur

Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagi prinsip.

Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas atau

kemiripan. Orang atau pesan yang secara fisik mirip satu sama lain dipersepsikan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 27: 09E00833

bersama-sama atau sebagai satu kesatuan (unity). Kita mempersepsikan orang

yang sering bersama-sama sebagai satu unity (sebagai satu pasangan). Prinsip lain

adalah kelengkapan (closure), kita memandang atau mempersepsikan suatu

gambar atau pesan yang dalam kenyataan lengkap sebagai gambar atau pesan

yang lengkap, sebagai contoh kita mempersepsikan gambar potongan lingkaran

sebagai lingkaran penuh meskipun sebagian dari lingkaran itu tidak ada. Atau kita

akan mempersepsikan serangkaian titik atau garis putus yang ditata dalam pola

melingkar sebagai lingkaran.

3. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi

Langkah ketiga dari proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kedua istilah

penafsiran-evaluasi digabungkan untuk menegaskan bahwa keduanya tidak dapat

dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subjektifyang melibatkan

evaluasi di pihak pertama. Penafsiran masa lalu tidak semata-mata didasarkan

pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa

lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan, tentang yang seharusnya,

keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita

(Sobur,2003:449).

I.7 Kerangka Konsep

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang

dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang

diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasia dari

sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan

berbagai fenomena yang sama. Sedangkan Kerlinger menyebut konsep sebagai

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 28: 09E00833

abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi konsep

merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek (Kriyantono,2006:17).

Agar konsep tersebut dapat diteliti, maka harus dioperasionalkan dengan

mengubahnya menjadi variabel. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian, variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha

Profesi geisha merupaka sebuah produk budaya bangsa Jepang yaitu

seniman yang memiliki banyak keahlian, keperawanan seorang gadis

dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, perempuan-perempuan

dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa.

2. Persepsi mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Mahasiswa adalah kaum intelektual dan merupakan

unsur yang paling sadar dalam masyarakat.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 29: 09E00833

I.8 Model Teoritis

Adapun model teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3 Model Teoritis

komponen

profesi geisha dalam film

Memoirs Of A Ghesia

komponen

Persepsi Mahasiswa

Karakteristik Responden

I.9 Operasional variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat

dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam

penelitian, indikator-indikator yang akan diteliti yaitu:

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 30: 09E00833

Tabel 1

Variabel Operasional

Komponen Indikator

Profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha

1. Status geisha 2. Tugas geisha 3. Tanggung jawab geisha 4. Peranan geisha 5. Ritual geisha

Persepsi Mahasiswa 1. Pengenalan 2. Penalaran 3. Perasaan 4. Tanggapan

Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin 2. Fakultas 3. Angkatan 4. Suku 5. Agama

I.10 Defenisi Operasional

Defenisi variabel operasional adalah unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata

lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu

penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun 1995 :

46).

Defenisi variabel operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :

1. Profesi geisha dalam film Memoirs Of a Geisha

Indikatornya:

a. Status geisha yaitu keadaan atau kedudukan geisha dalam

hubungannya dengan masyarakat di sekelilingnya, jenis status di

sini adalah status sosial dan status ekonomi.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 31: 09E00833

b. Tugas geisha yaitu kewajiban yang harus diselesaikan oleh geisha

atau hal-hal apa saja yang menjadi pekerjaan seorang geisha.

c. Tanggung jawab geisha yaitu tanggung jawab dalam menjalankan

tugasnya, tanggungjawab kepada dannanya, kliennya, dan rumah

geisha

d. Peranan geisha yaitu tingkat yang diharapkan dimiliki oleh geisha

dalam kedudukannya di masyarakat.

e. Ritual geisha yaitu ritual yang dilakukan dalam kehidupan seorang

geisha antara lain mizuage (keperawanan geisha magang dilelang),

san san kudo (ritual saat seorang geisha memperoleh dannanya).

2. Persepsi mahasiswa

Indikatornya :

a. Pengenalan yaitu adanya pengenalan terhadap rangsangan yaitu

profesi geisha dalam film memoirs of a geisha, yang diawali

dengan perhatian

b. Penalaran yaitu proses sewaktu rangsangan dihubungkan yang

rangsangan lainnya, sehingga menimbulkan pemahaman responden

terhadap isi film yang menjabarkan kehidupan seorang geisha

c. Perasaan, yaitu kondisi emosional yang dihasilkan oleh

rangsangan, baik sendiri maupun bersama-sama, dengan

rangsangan lain berupa suka atau tidak suka

d. Tanggapan yaitu tindakan tersembunyi berupa persepsi mahasiswa

terhadap profesi geisha

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 32: 09E00833

3. Karakteristik Responden

Indikatornya:

a. Jenis Kelamin yaitu jenis kelamin dari responden laki-laki atau

perempuan

b Fakultas yaitu dari fakultas mana responden berasal

c. Stambuk yaitu tahun responden menjadi mahasiswa

d. Suku yaitu suku dari responden

e. Agama yaitu agama yang dianut oleh responden

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 33: 09E00833

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Komunikasi Massa

Defenisi komunikasi yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner

(Rakhmat, seperti yang disitir komala, dalam Karlinah,dkk.1999), yakni

komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada

sejumlah besar orang (mass communication is maessage comminicated through a

mass medium to a large number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui

bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa (Ardianto, 2004:3)

Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya Communicology : An

Introduction to the Study of Communication, mengatakan bahwa defenisi

komunikasi massa adalah sebagai berikut : Pertama, komunikasi massa adalah

komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa

banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua

orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini

berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk

didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh

pemancar-pemencar yang audio dan visual. Komunikai massa barangkali akan

lebih mudah dan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya, televisi, radio,

surat kabar, majalah, film, buku, dan pita (Effendy,1993 : 21).

Selanjutnya, Maletzke (1963, dalam Rakhmat,1993:188) mengartikan

komunikasi massa sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 34: 09E00833

pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung

dan satu arah pada publik yang tersebar.

II.1.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Defenisi-defenisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu

makna yang sama, bahkan antara satu defenisi dengan defenisi lainnya dapat

dianggap saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita kita dapat mengetahui

karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004: 7-13)

1. Komunikator Terlembaga

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Menurut

Wright komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Secara

kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima

oleh komunikan. Apabila pesan itu disampaikan melalui surat kabar, maka

prosesnya adalah sebagai berikut : komunikator menyusun pesan dalam bentuk

artikel, apakah atas keinginannya atau atas permintaan media massa yang

bersangkutan. Selanjutnya pesan tersebut diperiksa oleh penanggungjawab rubrik.

Dari penanggung jawab rubrik diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa layak

tidaknya pesan itu untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi

kebijakan dari lembaga media massa itu. Ketika sudah layak pesan dibuat

settingnya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun oleh layout man agar

komposisinya bagus, dibuat plate, kemudian masuk ke mesin cetak. Tahap

terakhir setelah dicetak merupakan tugas bagian distribusi untuk mendistribusikan

surat kabar yang berisi pesan itu kepada pembacanya.

Apabila media komunikasi yang digunakan adalah media televisi, tentu

akan banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera, juru lampu, pengarah

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 35: 09E00833

acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain. Selain itu, peralatan yang

digunakan lebih banyak serta dana yang diperlukan lebih besar.

2. Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan

untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok tertentu. Oleh

karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa

dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa

yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi

massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau

menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. Dengan

demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran

tersendiri, yakni bagi sebagian besar komunikan. Misalnya, berita pemilihan

Lurah di Kelurahan Sukapada Kotamadya Bandung, dapat dianggap memenuhi

kriteria penting bagi masyarakat setempat, tetapi tidak penting bagi masyarakat

kotamadya Bandung, apalagi jawa Barat.

3. Komunikan Anonim dan Heterogen

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada

komunikasi antarpersonal. Komunikator akan mengenal komunikannya,

mengetahui identitasnya seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal,

bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya.

Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikatornya tidak mengenal

komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak

tuatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen,

karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 36: 09E00833

dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

latarbelakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.

4. Pesan Serempak

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainya adalah,

jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relativ banyak dan

tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara

serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

Keserempakan media massa itu ialah keserampakan kontak dengan

sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk

tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah, contohnya acara

televisi yang ditayangkan oleh station tv setiap harinya, ditonton oleh jutaan

pemirsa. Mereka secara serempak pada waktu yang sama menonton acara-acara di

televisi.

5. Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus.

Pada komunikasi antarpersonal, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya pada

komunikasi massa yang penting adalah isi.

Pada komunikasi antarpersonal, pesan yang disampaikan atau topik yang

dibicarakan tidak perlu menggunakan sistematika tertentu. Dalam komunukasi

massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan

ditentukan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

6. Bersifat Satu Arah

Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan

menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 37: 09E00833

komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung.

Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan,

namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya

terjadi dalam komunikasi antarpesonal. Dengan demikian, komunikasi massa itu

bersifat satu arah.

Apabila kita sedang menonton berita di televisi kemudian ada beberapa

bagian yang tidak dapat kita pahami, kita tidak dapat meminta penyiar untuk

mengulang membacakan bagian yang tidak kita pahami itu, pesan harus diterima.

7. Stimulasi Alat Indra yang Terbatas

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis

media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran

radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media

televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

Sedangkan komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat

indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara

maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan

mungkin merasa.

8. Umpa Balik Tertunda (Delayed)

Umpan balik atau feedback merupakan factor penting dalam bentuk

komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback

yang disampaikan oleh komunikan.

Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada

komunikasi antarpersonal, contohnya kernyitan mata, gerak bibir, posisi tubuh,

intonasi suara dan gerakan lainnya yang dapat diartikan. Umpan balik ini bersifat

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 38: 09E00833

langsung (direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera

(immediatefeedback).

II.2.2 Komponen Komunikasi Massa

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah,

artinya komunikasi berlangsung dari komunikator (sumber) melalui media kepada

komunikan (khalayak). Walaupun kaomunikasi massa dalam prosesnya bersifat

satu arah, namun dalam operasionalnya memerlukan komponen lain yang turut

menentukan lancarnya proses komunikasi. Komponen dalam komunikasi massa

ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi yang lainnya. Proses

komunikasi massa lebih kompleks, karena setiap komponennya mempunyai

karakteristik tertentu adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004 : 36-42):

a. Komunikator

Dalam komunikasi massa produknya bukan merupakan karya langsung

seseorang, tetapi dibuat melalui usaha-usaha yang terorganisasikan dari

beberapa partisipan, diproduksi secara massal dan didistribusikan kepada

massa.

b. Pesan

Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat umum,

maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung

pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya.

c. Media

Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa

yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian

khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instananeous).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 39: 09E00833

d. Khalayak

Khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah

besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang

anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan

khalayak.

e. Filter dan Regulator Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan media pada umumnya

ditujukan kepada massa (khalayak) yang heterogen. Khalayak yang heterogen

ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial,

ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya. Oleh karena itu, pesan tersebut

akan di filter (disaring) oleh khalayak yang menerimanya.

f. Gatekeeper (Penjaga Gawang)

Dalam proses perjalanannya sebuah pesan dari sumber media massa kepada

penerimanya, gatekeeper ikut terlibat di dalamnya. Gatekeeper dapat berupa

seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya

dari sumber kepada penerima.

II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Dominick menyebutkan bahwa “fungsi komunikasi massa meliputi fungsi

survellance, interpretation, linkage, transmission of values, dan entertainment”.

(Ardianto, 2004:15).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 40: 09E00833

1. Surveillance (pengawasan)

Fungsi pengawasan dikategorikan menjadi dua yaitu:

a. Fungsi warning of beware surveillance (pengawasan peringatan) yaitu terjadi

ketika media menginformasikan tentang ancaman bencana alam, kondisi yang

memprihatinkan, tayangan inflasi, ancaman militer, dan lain-lain.

b. Fungsi instrumental surveillance (pengawsan instrumental) yaitu

penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat

membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, berita acara film

bioskop, berita mengenai harga produk, mode, dan lain-lain.

2. Interpretation (penafsiran)

Dalam menyelenggarakan fungsi ini, media massa mengumpulkan data danfakta

dan selanjutnya memberikan penafsiran atas peristiwa-peristiwa penting.Tujuan

penafsiran adalah mengajak pembaca dan pendengar maupun penonton untuk

memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut pada komunikasi antar

personal dan kelompok.

3. Linkage (pertalian)

Fungsi ini dapat dilihat dari peranan media massa dalam menyatukan Masyarakat

yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian)berdasarkan kepentingan

dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmission of values (penyebaran nilai-nilai)

Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi sosialisasi, di mana mengacu pada cara di

mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Dalam hal ini media

mewakili gambaran masyarakat yang ditonton, didengar, dan dibaca sehingga

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 41: 09E00833

media massa akan memperlihatkan bagaimana masyarakat tersebut bertindak,

berperilaku, dan berharapan.

5. Entertainment (hiburan)

Melalui berbagai macam sajian dari media massa, khalayak akan mendapatkan

Hiburan yang dikehendakinya dan berita-berita yang mengandung human interest

(sentuhan manusiawi).

II.2 Media Massa

II.2.1 Pengertian Media Massa

Media massa berasal dari istilah bahasa inggris. Media massa merupakan

Singkatan dari mass media of communication atau media of mass communication.

Media massa adalah “komunikasi dengan menggunakan sarana atau peralatan

yang dapat menjangkau massa sebanyak-banyaknya dan area yang seluas-

luasnya”. “Komunikasi massa tak akan lepas dari massa, karena dalam

komunikasi massa, penyampaian pesannya adalah melalui media”(McQuail

2005:3) menyatakan bahwa media massa merupakan sumber kekuatan alat

kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan

sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Bukan hanya itu, media

juga dapat menjadi sumber dominan yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk

memperoleh gambaran dan citra realitas sosial baik secara individu maupun

kolektif, dimana media menyajikan nilai-nilai dan penilaian normatif yang

dibaurkan dengan berita dan hiburan. Selanjutnya, media massa memiliki

beberapa karakteristik sebagaimana diungkapkan oleh Cangara sebagai berikut

(Cangara, 2003:134):

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 42: 09E00833

1. Bersifat melembaga: pihak yang mengelola media terdiri atas banyak orang,

yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah: komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan

terjadinya dialog antara pengirim dengan penerima. Kalau misalnya terjadi

reaksi atau umpan balik maka biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3. Meluas dan serempak: dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena

memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi

yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis: seperti radio, televisi, surat kabar, dan

semacamnya.

5. Bersifat terbuka: pesan dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa

mengenal usia, jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. Beberapa bentuk

media massa meliputi alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar,

film,radio, dan televisi.

Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah, dan lain-lain)

dan media non cetak atau elektronik (radio, TV, internet, film). Media elektronik

(film, radio, dan televisi ) sendiri memiliki sejarah yang sangat berbeda dari media

cetak. Sebagai produk revolusi industri dan teknologi, media elektronik muncul

ketika alam demokrasi di AS sudah berkembang secara penuh an urbanisasisudah

berlangsung lama, lengkap dengan berbagai persoalan yang dibawanya. Karena

itu media elektronik sejak awal sudah bersifat demokratis, dan sejak awal juga

khalayaknya adalah masyarakat luas secara keseluruhan, bukan kalangan tertentu

saja. Dahulu tidak seperti media cetak, media elektronik menuntut khalayaknya

memberikan perhatian secara penuh karena apa yang disiarkannya tidak akan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 43: 09E00833

diulang. Kita bisa membaca tentang plato sekarang, lalu meneruskannya sepuluh

tahun kemudian. Kita tidak apat menikmati siaran radio dan televisi seperti itu,

namun teknologi audio dan vidio kemudian mengubahnya, karena kita bia

merekam secara tertentu untuk kita nikmati pada saat kapan saja diluar pada saat

acara itu disiarkan.

Teknologi sifat dasar elektronik, dan kebutuhan akan dukungan yang besar

mengharuskan film, radio dan televisi memiliki khalayak luas atau massal.

Program acara radio atau film pendekpun memerlukan biaya yang besar dan

menuntut bermacam keahlian mulai dari penulis naskah,produser, sutradara,

pemain, insinyur dan teknisi yang menangani berbagai peralatan. Untuk menutup

semua biaya itu diperlukan khalayak yang besar (Rivers dkk, 2003:59).

II.3.2 Fugsi Media Massa

Fungsi dari media massa adalah (Mc.Quail. 1994:70):

1. Informasi

Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan

dunia Menunjukkan, hubungan kekuasaan, Memudahkan inovasi adaptasi dan

kemajuan.

2. Korelasi

Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi,

menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan, melakukan sosialisasi,

mengkoordinasikan ngbeberapa kegiatan, membentuk kesepakatan, menentukan

urutan prioritas dan memberikan status relaif.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 44: 09E00833

3. Kesinambungan

Mengekspresikan budaya dominant dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus

(subculture) serta perkembangan budaya baru, meningkatkan dan melestarikan

nilai-nilai.

4. Hiburan

Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi, meredakan

ketegangan sosial.

5. Mobilisasi

Mengkampenyakan tujuan masyarakat dalam bidang politik, pembangunan,

ekonomi, pekerjaan dan agama.

II.3 Film

II.3.1 Sejarah Film

Film art adalah seni rupa media paling lengkap, aliran seni yang selama

berpuluh-puluh tahun diacuhkan oleh ilmu kesenian dan bahkan sulit bagi para

pakar untuk membuat batasannya ini mampu mengkonseptualisasikan berbagai

macam bentuk seni; tari, teather, drama, musik, gerak, menjadi satu bentuk paling

maju. Dalam menyampaikan pesan, film adalah media paling komunikatif, walau

karena teknologinya masih dikuasi oleh segelintir tuan-tuan modal maka tentu

saja mahal.

Perkembangan video art adalah solusi logis yang lahir dari pensiasatan

mahalnya teknologi film yang mendesak film art, sekaligus menunjukkan

bagaimana inovasi teknologi bisa mendorong munculnya aliran seni baru, atau,

betapa besarnya andil pekerja seni terhadap perkembangan teknologi. Pekerja seni

tertarik pada media baru sebagai alat yang kapasitas dan batasannya ingin mereka

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 45: 09E00833

coba sendiri. Keuntungan video terletak pada faktor ketersediaan dan

reproduksinya yang irit. Format film termahal, yakni format 35-mm, tidak bisa

dibeli oleh pembuat film eksperimental dari kalangan klas miskin (underground)

dan karena itu hanya dikuasai perusahaan-perusahaan produksi film besar. Setelah

perang dunia ke-II pembuat film eksperimental terutama kali membuat film

dengan format 16mm.

Pada tahun 1965 Kodak mengembangkan format amatir super-8.

Meskipun di tahun 70-an dan 80-an terjadi booming gerakan super-8, film video

yang secara kualitatif termasuk media kelas rendahan masih tetap bertahan. Aspek

yang menarik menyangkut berbagai jenis seni rupa media ini adalah, bahwa

sebagian besar teknologi yang digunakan awalnya berasal dari perkembangan

militer. Video misalnya, dikembangkan untuk pengawasan penerbangan,

komputer untuk membaca sandi/kode pihak musuh dan untuk mengevaluasi

secara lebih cepat data-data radar, dan internet untuk memperbaiki kemungkinan-

kemungkinan komunikasi militer.

Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinip-

prinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada

public Amerika Serikat adalah The Life of an American fireman dan film The

Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S Porter pada tahun 1903. tetapi

film The Great Train Robbery yang masa putarnya hanya sebelas menit dianggap

film cerita pertama, karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif, serta

peletak dasar teknik editing yang baik.

Tahun 1906 sampai 1916 merupakan periode paling penting dalam sejarah

perfilman di Amerik Serikat, karena pada decade ini lahir film Feature, lahir pula

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 46: 09E00833

bintang film dan pusat perfilman yang kita kenal dengan Holllywood. Periode ini

juga disbut dengan The age of Griffith karena David Wark Griffith-lah yang telah

membuat film sebagai media yang dinamis. Diawali dengan film The Adventures

of Dolly (1908) dan puncaknya film The Birth of a Nation (1915) serta film

Intolarance (1916). Griffith mempelopori gaya beraktig yang lebih alamiah,

organisasi cerit yang makin baik, dan yang paling utama mengangkat film

menjadi media yang memiliki karakteristik unik, dengan gerakan-gerakan kamera

yang dinamis, sudut pengambilan gambar yang baik, dan teknik editing yag baik.

Pada periode ini pula perlu di catat nama Mack Sennett dan Keystone Company-

nya yang telah membuat film komedi bisu dengan bintang legendaris Charlie

Chaplin.

Apabila film permulaannya adalah film bisu, maka pada tahun 1927 di

Broadway Amerika Serikat muncul film bicara pertama meskipun belum

sempurna (Ardianto, 2004:134).

Industri film adalah industri binis. Predikat ini telah menggeser anggapan

orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang di produksi secara

kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika

(keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya

seni, industri film adalah bisnis yang memberi keuntungan, kadang-kadang

menjadi mesin uang yang sering kali, demi uang keluar dari kaidah artistik film

itu sendiri(Ardianto, 2004:134 ) .

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 47: 09E00833

II.3.2 Jenis-jenis Film

Film dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter

dan film kartun (Effendy, 2003:210)

1. Film Cerita

Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita

yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar

dan didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik

film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi,

sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi artistinya.

2. Film berita

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang

benar-beanr terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada

publik harus mengandung nilai berita. Kriteria berita itu adalah penting dan

menarik

3. Film dokumenter

Film dokumenter didefenisikan oleh Robert Flaherty sebagai ”karya

ciptaan mengenai kenyataan(creative treatment of actuality) berbeda dengan film

berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film dokumenter adalah hasil

interpretasi pribadi (pembuatnya mengenai kenyataan tersebut).

4. Film kartun

Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak, dan dapat

dipastikan kita semua mengenal tokoh Donald bebek (Donald duck), Putri Salju

(Snow White), Miki Tikus (Mickey Mouse) yang diciptakan oleh seniman Amerika

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 48: 09E00833

Serikat Walt Disney. Sebagian film kartun, sepanjag film in diputarkan akan

membuat kita tertawa karena kelucuan dari tokoh-tokohnya.

II.4.3 Fungsi film

Khalayak menonton film terutama untuk hiburan. Akan tetapi dalam film

terkandung fungsi informatif, maupun edukatif bahkan persuasif. Film nasional

dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam

rangka nation and character building. Fungsi edukasi dapat dicapai apabila film

nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film dokumenter atau

film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang

(http://kuliahkomunikasi.com/?p=23)

II.5 Komunikasi Antar Budaya

Pada dasarnya kebudayaan yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat

itu sangat unik. Bahasa, cara makan, cara berpakaian, cara bersopan santun,

standar moral dari satu komunitas berbeda dengan standar moral dari komunitas

lain. Perbedaan itu memang tampak kontradiksi, namun kenyataan sejarah

menunjukkan adanya sharing of culture yang dapat saling menerima dan mengerti

perbedaan itu (Purwasito, 2003:224)

Budaya setiap budaya mempunyai ciri khas tertentu, unik dan lokal. Setiap

budaya mempunyai simbol yang berbeda-beda. Pandangan dunia memuat nilai-

nilai dan norma dasar yang berkembang diantara komunitas masyarakat. Orang-

orang asing selalu dianggap sebagai out-group, dipandang sebagai komunitas

yang akan mengancam eksistensi in-group, ditandai dengan berbagai betuk

superioritas budaya yang ditampilkan. Mereka memproduksi stereotipe dengan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 49: 09E00833

mengembangkan suatu penilaian umum terhadap budaya lain secara sepihak, yaitu

berdasarkan pandangan umum yang biasanya negatif. Stereotipe yang diproduksi

itu biasanya sulit berubah meskipun perubahan nilai dan norma berubah. Dalam

kenyataan streotipe sebagai cap negatif menempel terus sebagai refrensi individu.

Meskipun realitas sesungguhnya cap negatif tersebut hanay sebagai upaya

perlindungan terhadap budaya sendiri sehingga stereotipe tidak benar-benar ada

atau sungguh-sungguh terjadi demikian nyata dalam masyarakat.

Nilai dan norma dasar dari suatu budaya juga melahirkan sikap egoisme

dan superioritas kultural yang disebut etnosentrisme, yakni suatu penilaian budaya

orang lain berdasarkan ukuran budaya sendiri. Penilaian tersebut dilakukan

dengan cara memberi nilai yang baik pada budaya sendiri dan menilai budaya

orang lain selalu lebih rendah sedangkan budayanya sendiri dianggap lebih tinggi,

lebih baik dan lebih unggul. Hal ini membawa konsekuensi dan pengaruh yang

luas dalam tindak komunikasi.

Komunikasi antar budaya lebih cenderung dikenal sebagai perbedaan

budaya dalam mempersepsi obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian, di mana

masalah-masalah kecil dalam Komunikasi sering diperumit oleh adanya

perbedaan-perbedaan persepsi dalam memandang masalah itu sendiri. Dalam hal

ini Komunikasi antar budaya diharapkan berperan memperbanyak dan

memperdalam persamaan dalam persepsi dan pengalaman seseorang. Namun

demikian karakter budaya cenderung memperkenalkan kita kepada pengalaman –

pengalaman yang berbeda sehingga membawa kita kepada persepsi yang berbeda-

beda atas dunia eksternal kita. komunikasi dan budaya yang mempunyai

hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 50: 09E00833

perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan,

memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya, seperti yang dikatakan

Edward T.Hall(dalam Lubis,2006:2),bahwa ‘komunikasi adalah budaya’ dan

‘budaya adalah komunikasi’. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu

mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik

secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun

secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain budaya

menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk kelompok

tertentu. Dari tema pokok demikian, maka perlu pengertian–pengertian

operasional dari kebudayaan dan kaitannya dengan komunikasi antar budaya.

Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi

tentang kebudayaan komunikasi antar budaya, ada 3 dimensi yang perlu

diperhatikan:

1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari partisipan-partisipan komunikasi

Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam

tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah

kebudayaan mencakup Kawasan – kawasan di dunia (budaya timur/barat), Sub

kawasan-kawasan di dunia (budaya Amerika Utara/Asia), Nasional/Negara

(budaya Indonesia/Perancis/Jepang) , Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara

(budaya orang Amerika Hutam, budayaAmerika Asia, budya Cina Indonesia),

Macam-macam sub kelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin

kelas sosial. Countercultures (budaya Happie, budaya orang dipenjara, budaya

gelandangan, budaya kemiskinan).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 51: 09E00833

2. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antar budaya,

Komunikasi dalam semua konteks merupakan persamaan dalam hal unsur-

unsur dasar dan proses komunikasi manusia (transmitting, receiving,processing).

Tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang

pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi pemikiran.Penggunaan

pesan-pesan verbal/nonverbalserta hubungan-hubungan antarnya. Maka variasi

kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi prose-proses

komunikasi antar budaya misalnya komunikasi antar orang Indonesia dan Jepang

dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengankomunikasi antarkeduanya

dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas.Jadi konteks sosial

khusus tempat terjadinya komunikasi antar budaya memberikan pada para

partisipan hubungna-hubungan antar peran. ekpektasi, norma-norma dan aturan-

aturan tingkah laku yang khusus.

3 Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antar budaya (baik yang

bersifat verbal maupun nonverbal

II.4.1 Tujuan Komunikasi Antarbudaya

Secara umum sebenarnya tujuan komunikasi antarbudaya antara lain untuk

menyatakan identitas sosial dan menjembati perbedaan antarbudaya melalui

perolehan informasi baru, mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada

dalam kebudayaan, serta sekedar menapatkan hiburan atau melepaskan diri.

Komunikasi antarbudaya yang intensif dapat mengubah persepsi dan sikap orang

lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia. Berbagai pengalaman atas

kekeliruan dalam komunikasi antarbudaya sering membuat manusia makin

berusaha mengubah kebiasaan berkomunikasi, paling tidak melalui pemahaman

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 52: 09E00833

terhadap latar belakang budaya orang lain. Banyak masalah komunikasi

antarbudaya sering kali timbul hanya karena orang kurang menyadari dan tidak

mampu mengusahakan cara efektif dalam berkomunikasi antarbudaya (Liliweri,

2004:254).

Menurut William Howel (1982, dalam Liliweri,2004:225), setiap individu

mempunyai tingkat kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam

berkomunikasi antarbudaya. Tingkat kesadaran dan kemampuan itu terdiri atas

empat kemungkinan, yaitu:

1. Seorang sadar bahwa dia tidak mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini terjadi karena dia tahu diri bahwa dia tidak mampu memahami perbedaan-perbedaan budaya yang dihadapi. Kesadaran ini dapat mendorong orang untuk melakukan eksperimen bagi komunikaksi antarbudaya yang efektif

2. Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini merupakan yang ideal artinya kesadaran akan kemampuan itu dapat mendorong untuk memahami, melaksanakan, memelihara dan mengatasi komunikasi antarbudaya,

3. Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini dihadapi manakala orang tidak sadar bahwa dia sebenarnya mampu berbuat untuk memahami perilaku orang lain, mungkin orang lain menyadari perilaku komunikasi dia.

4. Dia tidak sadar bahwa dia tidak mampu mengahadapi perbedaan anatarbudaya, keadaan ini terjadi manakala seseorang sama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya dia tidak mampu menghadapi perilaku budaya orang lain.

Komunikasi antarbudaya sangat penting karena juga memiliki tujuan

antara lain yang pertama membangun saling percaya dan saling menghormati

sebagai bangsa berbudaya dalam upaya memperkokoh hidup berdampingan

secara damai dengan jalan mempersempit misunderstandimg dengan cara

mencairkan prasangka-prasangka rasial, etnik, primordial dari satu bangsa atas

bangsa lain.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 53: 09E00833

Litvin (dalam Purwasito, 2003:47) mengatakan bahwa dengan adanya

komunikasi multikultural akan mempengaruhi secara langsung baik pengaruh

yang bersifat kognitif maupun yang bersifat afektif yaitu:

1. Memberi kepekaan terhadap diri seseorang tentang budaya asing

sehingga dapat merangsang pemahaman yang lebih baik tentang

budaya sendiri dan mengerti bias-biasnya,

2. Memperoleh kemampuan untuk benar-benar terlibat dalam tindak

komunikasi dengan orang lain yang berbeda-beda latar belakang

budayanya sehingga tercipta interaksi yang harmonis dan langgeng,

3. Memperluas cakrawala budaya asing atau budaya orang lain,

sehingga lebih menumbuhkan empati dan pengalaman seseorang,

yang mampu menumbuhkan dan memelihara wacana dan makna

kebersamaan

4. Membantu penyadaran diri bahwa sistem nilai dan budaya yang

berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dapat dibandingkan an

dipahami.

Kedua kritis terhadap cultural domination dan cultural homogenization,

menerima perbedaan budaya sebagai sebuah berkah bukan bencana

(Purwasito,2003:44)

II.4.2 Budaya dan Persepsi

Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu

aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan,

terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat ekonomi,

pekerjaan dan citra rasa sebagai faktor-faktor internal jelas mempengaruhi

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 54: 09E00833

persepsi seseorang terhadap realitas. Dengan demikian persepsi tersebut terkait

oleh budaya (culture-bond). Kelompok-kelompok budaya boleh jadi berbeda

dalam mempersepsikan sesuatu. Orang Jepang berpandangan bahwa kegemaran

berbicara adalah kedangkalan, sedangkan orang Amerika berpandangan bahwa

mengutarakan pendapat secara terbuka adalah hal yang baik.

Larry A Samovar dan Richard E Porter, mengemukakan enam unsur

budaya yang secara langsung mempengaruhi perepsi kita ketika berkomunikasi

dengan orang dari budaya lain, yakni (http://kuliahkomunikasi.com):

1. Kepercayaan (belirfs), nilai (values), dan sikap (attitudes) 2. pandangan dunia (worldview) 3. organisasi sosial (social organization) 4. tabiat manusia (human nature) 5. orientasi kegiatan (activity orientation) 6. persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others).

II. 5 Teori S-O-R

Dimulai pada tahun 1030-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang

banyak mendapat pengaruh teori psikologi, teori S-O-R singkatan dari Stimulus-

Organism-Respon. Asumsi dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan

efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Model ini

menunjukkan bahwa komunikasi adalah proses aksi-reaksi. Artinya model ini

mengatakan kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan

merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-

R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif.

Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

terhadap stimulus, sehingga seseorang dapat mengaharapkan dan memperkirakan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 55: 09E00833

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dari model ini

adalah:

1. Pesan (stimulus,S)

2. Komunikan (Organism, O): perhatian, pengertian, penerimaan

3. Efek (respon, R):perubahan sikap

Proses dari perubahan sikap adalah serupa dengan proses belajar. Dalam

mempelajari sikap ada tiga variabel yang penting menunjang proses belajar

tersebut yaitu: perhatian, pengertian, penerimaan.

Sikap yang dimaksud disini adalah kecendrungan bertindakan, berpikir,

berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap

bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan

cara tertentu terhadap objek sikap, dengan demikian pada kenyataan tidak ada

istilah sikap yang berdiri sendiri. Sikap juga bukanlah sekedar rekaman masa lalu,

tetapi juga menentukan apakah seseorang harus setuju atau tidak setuju terhadap

sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan.

Sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai

menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang, situasi, dan

mungkin aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dan kebijaksanaan sosial.

Dengan demikian ahli psikologi sosial biasanya memandang sikap sebagai

gabungan dari komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen perilaku.

Mann (1969, dalam Azwar,1995) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi

persepsi, kepercayaan, dan stereotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

Adapun komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan

menyangkut masalah emosi, aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 56: 09E00833

dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.

Komponen perilaku berisi tendensi atau kecendrungan untuk bertindak atau

bereaksi dengan cara-cara tertentu (Sobur, 2003:358-362).

II.6 Persepsi

II.6.1 Pengertian Persepsi

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti

komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik

dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak

jelas pada defenisi John R Wenburg dan William W Wilmot: ”Persepsi

didefenisikan sebagai cara organisme memberikan makna”, atau defenisi Rudolf

F.Verderber: ”Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi”

(Mulyana,2005:167).

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat,

kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Perepsilah yang menentukan

kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi drajat

kesamaan persepsi antar individu, semakin sering dan semakin mudah mereka

berkomunikasi (Mulyana, 2005:167-268).

Persepsi sering dimaknakan dengan pendapat, sikap, penilaian, perasaan

dan lain-lain. Yang pasti tindakan persepsi, penilaian, perasaan, bahkan sikap

selalu berhadapan dengan suatu objek atau peristiwa tertentu. Berhubung persepsi

melibatkan aktivitas manusia terhadap objek tertentu, maka persepsi selalu

menggambarkan pengalaman manusia tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 57: 09E00833

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

tentang objek terebut.

Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua yaitu persepsi terhadap objek

(lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (lingkungan sosial). Lebih sulit

dan kompleks, karena manusia bersifat dinamis.

Persepsi terhadap lingkungan fisik sangat berbeda dengan persepsi

terhadap lingkungan sosial, perbedaan tersebut mencakup hal-hal berikut:

1. Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambang-lambang verbal maupun non verbal. Orang lebih aktif daripada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan.

2. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan, dan sebagainya).

3. Objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi. Dengan kata lain objek bersifat statis, sedangkan manusia bersifat dinamis. Oleh karena itu persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, lebih cepat daripada persepsi terhadap objek.

Persepsi juga ditentukan oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa

faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara lain kebutuhan

individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain

yang bersifat subjektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain

lingkungan keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam

masyarakat. Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi perepsi terdiri dari faktor

personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, proses

belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap objek psikologis. Faktor-

faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilai-

nilai dalam masyarakat (Rakhmat, 2005:58).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 58: 09E00833

II.6.2 Proses Persepsi

Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa

psikologi sebagai telaah ilmiah berhubungan dengan unsur dan proses yang

merupakan perantara rangsangan di luar organisme dengan tanggapan fisik

organisme yang dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumus ini, yang

dikenal dengan teori rangsangan-tanggapan (stimulus-responden/S-R), persepsi

merupakan bagian dari keseluruhan proses yang mengahasilkan tanggapan setelah

rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah

pengenalan, penalaran, perasaan, tanggapan.

Seperti dinyatakan dalam bagan berikut, persepsi dan kognisi diperlukan

dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling

sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan menerima dan dengan

suatu cara menahan dampak dari rangsangan.

Gambar 4 Variabel psikologis di antaran rangsangan dan tangapan

Penalaran

Rangsangan Persepsi Pengenalan Tanggapan

Perasaan

Sumber: Sobur,2003:447

Rasa dan nalar merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsanga-

tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan indivdu yang sadar dan bebas

terhadap satu rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat

tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi, atau kedua-duanya.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 59: 09E00833

Secara singkat persepsi dapat didefenisikan sebagai cara manusia

menangkap rangsangan. Kognisi adalah cara manusia memberi arti terhadap

rangsangan. Penalaranadalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan

rangsangan lainnya pada tingkat pembentukan psikologi. Perasaan adalah konotasi

emosional yang dihasilkan oleh rangsangan baik sendiri atau bersama-sama

dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual.

Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan

fungsi ari cara di amemandang. Oleh sebab itu untuk mengubah tingkah laku

seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Dalam persepsi terdapat

tiga komponen utama berikut (Sobur, 2003:446):

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari

luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisikan informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa

faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut,

motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung

pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian

informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang

kompleks menjadi sederhana.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk

tingkah laku sebagai reaksi.

Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia, kita ingin

mengenali dunia dan lingkungan yang mengenalinya. Pengetahuan adalah

kekuasaan. Tanpa pengetahuan kita tidak apat bertindak secara efektif. Persepsi

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 60: 09E00833

adalah sumber utama dari pengetahuan itu. Dari defenisi yang dikemukakan oleh

Pareek (dalam Sobur, 2003:451) yaitu ” proses menerima, menyeleksi,

mengorganisir, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan

panca indra dan data”, tercakup beberapa segi atau proses yang selanjutnya

dijelaskan sebagai berikut:

1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari

berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra. Kita melihat

sesuatu, mendengar, mencium, merasakan atau menyentuhnya, sehingga kita

mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.

2. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah rangsangan diterima atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk

memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat

perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsanga itu disaring dan diseleksi untuk

proses yang lebih lanjut.

3. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada

tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni pengelompokan

(berbagai rangsanga yang diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk), bentuk

timbul dan latar (dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecendrungan untuk

memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol,

sedangkan gejala atau rangsangan yang lain berada di latar belakang), kemantapan

persepsi (ada suatu kecendrunan untuk menstabilkan perepsi, dan perubahan-

perubahan konteks tidak mempengaruhinya).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 61: 09E00833

4. Proses penafsiran

Setelah rangsanga atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data

itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu

ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan

informasi yang diterima.

5. Proses pengecekan

Sesudah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil tindakan untuk

mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Proses pengecekan ini terlalu

cepat dan orang mungkin tidak menyadarinya.

6. Proses reaksi

Tahap terakhir dari proses perseptual adalah bertindak sehubungan dengan apa

yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakuka jika seseorang bertindak sehubungan

denga persepsinya. Misalnya seseorang bertindak sehubungan dengan persepsi

yang baik atau buruk sesuai dengan yang dibentuknya. Lingkaran persepsi

tersebut sebenarnya belum sempurna sebelum menimbulkan suatu tindakan .

tindakan ini bisa tersembunyi dan bisa pula terbuka. Tindakan tersembunyi berupa

pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindakan yang terbuka berupa

tindakan nyata sehubungan dengan persepsi tersebut. Satu gejala yang telah

menarik perhatian sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah ”pembentukan

kesan”(Sobur, 2003:463).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 62: 09E00833

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian dan Deskripsi Film

III.1. 1 Universitas Sumatera Utara (USU)

III.1.1.1 Sejarah Universitas Sumatera Utara

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya

Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan

ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan

masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung oleh

Gubernur Sumatera Utara.

Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah

mulai sejak sebelum Perang Dunia-II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah

Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang

terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat

rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia,

pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia.

Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul

Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera

Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian

perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono. Selain Dewan Pimpinan

Yayasan, Organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari: Dewan Kurator,

Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Asesor, Senat Universitas, dan Dewan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 63: 09E00833

Fakultet. Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari seluruh

masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa

Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di

Jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang

wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan

Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956) dan Fakultas

Pertanian (1956).

Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik

Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia.

Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di

Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I.

Kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960)

di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan

dan dua fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas

Kedokteran Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (1965), Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982),

Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), dan

Fakultas Farmasi (2007).

Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu perguruan tinggi negeri

(PTN) menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Perubahan status USU dari PTN menjadi BMHN merupakan yang kelima di

Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun

2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).

Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 64: 09E00833

embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala

di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas

Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian disusul

berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan (1964),

yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang

embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu,

berdiri Politeknik Negeri Medan (1999), yang semula adalah Politeknik USU

(www.usu.ac.id).

III.1.1.2. Visi, Misi, dan Tujuan

a. Visi:

University of Industry

b. Misi:

1. Mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat akademik

dan profesional dalam menerapkan, mengembangkan pengetahuan

ilmiah, teknologi dan seni, serta berdaya saing tinggi.

2. Memperluas dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan

nasional dalam pembelajaran dan modernisasi cara pembelajaran.

3. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan ilmiah,

teknologi, seni, dan rancangan penerapannya untuk mendukung

produktivitas dan daya saing masyarakat (www.usu.ac.id)

c. Tujuan:

1. Memperluas partisipasi dalam pelayanan pendidikan bagi

masyarakat dalam mendukung pemenuhan pendidikan nasional

serta memodernisasi cara pembelajaran

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 65: 09E00833

2. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pengembangan ilmiah,

teknologi dan seni/budaya serta kemanusiaan.

3. Mengembangkan pusat informasi serta sistem teknologi

komunikasi dan sisem penjaminan mutu yang handal.

4. Membangun sistem tata pamong universitas yang efektif, efisien

dan demokratis

5. Mewujudkan lingkungan pengajaran dan pelajaran yang kondusif

6. Memperkuat departemen dalam pengelolaan disiplin silang antar

departemen/program studi

7. Membangun kemampuan pendanaan sendiri melalui

kerjasama/kemitraan dalam usaha-usaha ventura.

8. Mengembangkan kemampuan dalam memasarkan produk-produk

pengetahuan ilmiah, konsep-konsep, pemecahan masalah

industrial, jasa, tenaga ahli dan lain-lain

9. Membangun pendekatan baru dalam pembelajaran yang berfokus

kepada pembelajaran sesuai kebutuhan (www.usu.ac.id).

III.1.1.3 Struktur Organisasi USU

Struktur organisasi USU sebagai PT-BHMN terdiri dari Majelis Wali

Amanat (MWA), Dewan Audit, Unit Usaha Komersial, Senat Akademik,

Pimpinan Universitas (Rektor dan Pembantu Rektor), Dewan Guru Besar (DGB),

Sekretaris Eksekutif, Satuan Audit Internal, dan Satuan Penjaminan Mutu

(organisasi sentral); Fakultas, Sekolah Pasacasarjana, dan Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat (unsur pelaksana akademik); Biro Akademik,

Biro Sumber Daya Manusia, Biro Keuangan, Biro Kemahasiswaan dan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 66: 09E00833

Kealumnian, Biro Perencanaan dan Kerjasama, dan Biro Pengembangan dan

Pemeliharaan Aset (unsur pelaksana administratif); dan Perpustakaan dan Sistem

Informasi, Pelayanan dan Pengembangan Pendidikan, Unit Usaha non komersial

dan unit pengadaan (unsur penunjang).

Gambar 3.1

Struktur organisasi USU

Sumber: www.usu.ac.id

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 67: 09E00833

1. Majelis Wali Amanat (MWA)

Majelis Wali Amanat (MWA) adalah organisasi tertinggi Universitas. MWA

merupakan suatu badan independen dengan anggota sebanyak 21 orang yang

terdiri dari satu orang mewakili Pemerintah Pusat (Menteri Pendidikan

Nasional), Rektor, delapan orang mewakili Senat Akademik, dan sebelas

orang mewakili masyarakat. MWA bertugas untuk menetapkan kebijakan

umum dalam bidang non akademik, mengangkat pimpinan Universitas dan

memberhentikannya, mensahkan rencana strategis, rencana kegiatan dan

anggaran tahunan, mengevaluasi kinerja pimpinan Universitas, menyampaikan

laporan tahunan, dan rekomendasi/pendapat kepada Menteri Pendidikan

Nasional. MWA berfungsi untuk mewakili kepentingan pemerintah dan

kepentingan masyarakat dalam pengelolaan universitas.

2. Senat Akademik (SA)

Senat Akademik (SA) adalah badan normatif tertinggi dalam bidang

akademik. Keanggotaan SA terdiri dari Rektor dan para Pembantu Rektor,

para Dekan, perwakilan dosen guru besar dan dosen non guru besar, Kepala

Perpustakaan dan Sistem Informasi dan Direktur Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat.

3. Dewan Guru Besar

Dewan Guru Besar (DGB) berfungsi sebagai dewan penasehat dalam hal

pengembangan keilmuan dan kualitas pendidikan di Universitas.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 68: 09E00833

4. Dewan Audit

Dewan Audit (DA) dibentuk oleh Majelis Wali Amanat (MWA) yang

bertanggung jawab untuk mengevaluasi hasil audit internal dan eksternal atas

nama MWA.

5. Pimpinan

Pimpinan universitas berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di Universitas yang

dipimpinnya.

Adapun pimpinan universitas periode 2005-2010 yakni:

1) Rektor : Prof. Chairuddin P. Lubis, D.T.M.&H., Sp.A.(K)

2) Pembantu Rektor I bidang akademik : Prof. Dr. Sumono, M.S

3) Pembantu Rektor II bidang kepegawaian dan keuangan : Prof. Dr. Drs.

Subhilhar, M.A.

4) Pembantu Rektor III bidang Kemahasiswaandan Alumni: Dr. Linda Maas,

M.P.H.

5) Pembantu Rektor IV bidang Perencanaan dan Kerjasama : Prof. Dr. Ir. Sukaria

Sinulingga, M.Eng.

6) Pembantu Rektor V bidang Aset dan Perlengkapan : Ir. Isman Nuriadi

7) Sekretaris Eksekutif : Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec., Ak.

Pimpinan Fakultas:

1) Direktur Sekolah Pascasarjana :Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa, M.Sc.

2) Dekan Fakultas Kedokteran :Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH

3) Dekan Fakultas Hukum :Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum.

4) Dekan Fakultas Pertanian :Prof. Dr. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 69: 09E00833

5) Dekan Fakultas Teknik :Prof. Dr. Ir. Armansyah Ginting, M.Sc.

6) Dekan Fakultas Ekonomi :Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec.

7) Dekan Fakultas Kedokteran Gigi :Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D.

8) Dekan Fakultas Sastra :Drs. Wan Syaifuddin, M.A., Ph.D.

9) Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam :Prof. Dr. Eddy

Marlianto, M.Sc.

10) Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik:Prof. Dr. M. Arief

Nasution, M.A.

11) Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat :Dr. Ria Masniari Lubis, M.Si.

12) Dekan Fakultas Farmasi :Prof. Dr. Sumadio, Apt.

13) Dekan Fakultas Psikologi : Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp.A.(K)

Pimpinan Lembaga :

Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat:

Prof. Dr. Darwin Dalimunthe, Ph.D.

Kepala Perpustakaan dan Sistem Informasi:

Drs. A. Ridwan Siregar, S.H., M.Lib.

6. Audit Internal

Audit internal diangkat dan bertanggung jawab kepada Rektor. Tujuan unit ini

adalah mengevaluasi dan memberikan rekomendasi berkaitan dengan kinerja

seluruh unit Universitas. Dalam organisasi terdahulu fungsi dari Auditor

Internal terfokus hanya pada evaluasi keuangan. Dalam organisasi yang baru

Auditor Internal mengevaluasi baik kinerja non akademik maupun akademik.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 70: 09E00833

III.1.1.4 Program Studi

1. Keunggulan Kompetitif

Diawali dengan membuka sekolah kedokteran, USU memposisikan diri

sebagai universitas unggulan. Proses pendidikan dan penelitian melibatkan 1.680

orang dosen, 78% di antaranya memiliki latar belakang pendidikan pascasarjana.

Hingga saat ini USU memiliki lebih dari 103.000 alumni yang tersebar di seluruh

pelosok tanah air. Sejumlah alumni menempati posisi penting di berbagai sektor

kerja, baik pemerintahan maupun swasta.

Program studi bidang kesehatan seperti Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan

Farmasi saat ini menjadi primadona bagi mahasiswa asing terutama yang berasal

dari Malaysia. Program studi pada Fakultas MIPA dan Pertanian menjadi ujung

tombak berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat. Program Studi

Etnomusikologi memiliki kekhasan tentang musik-musik etnik di Sumatera.

Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik banyak terlibat

dalam pengembangan hukum dan penataan administrasi pemerintahan. Sebuah

produk penjernihan air - Ferro Filter - hasil penemuan dosen Fakultas Teknik

sedang dalam proses pengurusan hak paten, telah banyak digunakan di berbagai

wilayah Sumatera.

USU memiliki 12 fakultas yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik,

Kedokteran Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi. Jumlah

program studi yang ditawarkan sebanyak 127, terdiri dari 8 tingkat doktoral, 28

magistar, 15 spesialis, 5 profesi, 50 sarjana, 6 sarjana sains terapan, 15 ahli

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 71: 09E00833

madya. Jumlah mahasiswa terdaftar saat ini 30.600 orang dimana 503 diantaranya

adalah mahasiwa asing.

2. Kategori Pilihan Program Studi

a. Diploma III (D-III)

Terdiri dari program studi Keperawatan, Akuntansi, Keuangan,

Kesekretariatan, Sastra Inggris, Sastra Jepang, Perpustakaan, Pariwisata,

Kimia Industri, Kimia Analis, Statistika, Analis Farmasi, Fisika Instrumentasi,

Komputer, Perpajakan

b. Diploma IV (D-IV)

Terdiri dari Teknologi Kimia Industri, Teknologi Mekanik Industri, Teknik

dan Manajemen Pabrik, Teknologi Instrumentasi Pabrik, Kebidanan.

c. Strata 1 (S-1)

Ilmu Kedokteran, Ilmu Hukum, Ilmu Tanah,Teknik Pertanian, Teknologi

Hasil Pertanian Agronomi Pemuliaan Tanaman, Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis, Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Produksi

Ternak, Manajemen Hutan, Budidaya Hutan, Teknologi Hasil Hutan, Ilmu

Hama dan Penyakit Tumbuhan, Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Kimia,

Teknik Industri, Teknik Elektro, Arsitektur, Ekonomi Pembangunan,

Akuntansi, Manajemen, Ilmu Kedokteran Gigi, SastraInggris, Sastra

Indonesia, Sastra Arab, Sastra Batak, Sastra Melayu, Sastra Jepang, Ilmu

Sejarah, Etnomusikologi, Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Sastra Cina,

Biologi, Kimia, Matematika, Fisika, Ilmu Komputer, Teknik Perangkat Lunak,

Ilmu Komunikasi, Ilmu Adminitrasi Negara, Kesejahteraan Sosial, Politik,

Sosiologi, Antropologi.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 72: 09E00833

d. S-1 Ekstension

Terdiri dari program studi Manajemen, Akuntansi, Ekonomi

Pembangunan/Perbankan, Teknik sipil, teknik mesin, Teknik Elektro, Teknik

Industri, Teknik Kimia, agronomi, Sosial Ekonomi Pertanian, Ilmu Hukum,

Sastra Ingris, bahasa Jepang, Ilmu Perpustakaan, Kesehatan masyarakat,

Kimia, Matematika, Biologi, Fisika, Ilmu Keperawatan, Farmasi, Ilmu

Adminitrasi Negara, Ilmu Komunikasi.

e. Program Pasca Sarjana (S-2)

Terdiri dari Agronomi, Ilmu Tanah, Perencanaan Wilayah dan Perdesaan,

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Ilmu Hukum, Ilmu Kimia,

Biomedik Linguistik Magister Manajemen Kesehatan Kerja Administrasi

Kebijakan Kesehatan Kesehatan Lingkungan Industri Farmasi Ilmu

Manajemen Akuntansi Ekonomi Pembangunan Matematika Studi

Pembangunan Fisika Kenotariatan Teknik Mesin Teknik Sipil Arsitektur

Teknik Industri Teknik Kimia Psikologi Biologi Ilmu Kedokteran Tropis.

III.1.1.5 Infrastruktur USU

a. Infrastruktur USU terdiri dari dua kategori, yaitu:

1. Tanah

2. Bangunan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 73: 09E00833

Tabel 2

Infrastruktur USU

No Kategori Luas (m2)

1 Tanah

1) Kampus Padang Bulan 2) Pusdiklat 3) Kebun Percobaan Tumbuhan A 4) Lahan Simalingkar 5) Bungalow Berastagi 6) Area Keperawatan 7) Lahan Kampus Kuala Bekala 8) Lahan Perkebunan

1.160.030 28.301 6.040.000

12.360 2.855

38.242 3.000.000

60.000.000

Jumlah 70.281.788

2 Bangunan

1) Fakultas 2) Lembaga 3) Perpustakaan 4) Kantor Pusat Administrasi 5) Unit Penunjang 6) Gedung Pertemuan 7) Asrama 8) UKM 9) Wisma 10) Pusdiklat 11) Gedung Olah Raga 12) Lain-lain

133.141 1.605 7.634 6.414 4.239 8.993 2.258 2.189

638 861

1.744 15.806

Jumlah 184.422

Sumber: www.usu.ac.id

b. Unsur Penunjang

sejumlah unsur penunjang (Unit Pelaksana Teknis) ikut berperan aktif

mendukung proses belajar mengajar di lingkungan USU antara lain:

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 74: 09E00833

1. Perpustakaan; perpustakaan menyediakan bebagai jenis sumber belajar

baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan USU

merupakan yang terbaik saat ini.

2. UPT. Penerbitan dan Percetakan USU (USU Pers)

3. UPT. Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat USU

4. UPT. Pusat Komputer

5. Unit Pengembangan Pendidikan (UPP)

6. Unit Audio Visual dan Elektronik (Avel) Badan Konsultasi dan

Bimbingan Mahasiswa (BKBM)

7. Laboratium Ilmu Dasar (LIDA/MKDU)

8. Badan Konsultasi dan Bimbingan Mahasiswa (BKBM)

9. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengabdian Pada Masyarakat

(Pusdiklat/PPM)

10. Pusat bahasa

11. Workshop/Bengkel

12. Badan Koordinator Olahraga (Bakor)

c. Fasilitas Lainnya

Adapun fasilitas lain yang membentuk terbentuknya kehidupan sosial di

lingkungan kampus antar lain:

1. Asrama Mahasiswa

2. Koperasi Keluarga Besar USU

3. Poliklinik USU

4. Pusat Jasa Ketenagakerjaan (PJK USU)

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 75: 09E00833

5. Wisma USU

6. Rumah Ibadah

7. Warung Pos dan Telekomunikasi – KKB USU

8. Kantor Pos

9. Bank

10. Auditorium

11. Gelanggang Mahasiswa

12. Organisasi Kemahasiswaan

III 1.1.6 Organisasi Kemahasiswaan

Organisasi Kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri

ke arah penemuan wawasan, meningkatkan kecendikiawanan serta integritas

kepribadian. Organisasi kemahasiswaan di tingkat universitas disebut Senat

Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) USU yang merupakan wadah perwakilan

tertinggi mahaiswa. Untuk menjabarkan dan melaksanakan garis-garis besar

program kerja SMPT USU serta membina dan mengembangkan bakat,

kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam bidang kegiatan tertentu maka

dibentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Adapun UKM yang terdapat di USU

yakni:

1. Menwa (Resimen Mahasiswa)

2. Pramuka

3. Kompas (Korps Mahasiswa Pecinta Alam)

4. Suara USU

5. Ad-Dakwah

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 76: 09E00833

6. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

7. KMK USU (Kebaktian Mahasiswa Kristen) USU

8. UKM olahraga dan kesenian: basket, bulu tngkis, lembaga kesenian,

pencak silat

9. Radio USU Kom

10. Badan Konsultasi dan Bimbingan Mahasiswa USU (BKBM)USU

III.1.1.7 Lokasi Kampus

Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di

Keluarahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini mulai digunakan

sejak tahun 1957, sebelumnya beberapa Fakultas di lingkungan USU

menggunakan sejumlah gedung yang tersebar di kota Medan termasuk di

antaranya berlokasi di Jalan Seram, Jalan Cik Ditiro, Jalan Sempali, dan Jalan

Gandhi. Kampus Padang Bulan yang pada awalnya terdapat di pinggiran kota

Medan, kemudiaan dengan perkembangan kota Medan sehingga sekarang berada

di tengah-tengah kota. Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona

akademik seluas sekitar 100 ha yang berada ditengahnya. Kampus Padang Bulan

dapat dicapai dengan mudah baik dari pusat kota maupun dari bandar udara. Jarak

kampus dengan pusat kota (Lapangan Merdeka) sekitar 15 km yang dapat

ditempuh dengan menggunakan taksi selama sekitar 20 menit atau dengan bus

mini angkutan kota selama sekitar 30 menit. Jarak kampus dengan bandar udara

Polonia Internasional Airport sekitar 6 km yang dapat ditempuh dengan

menggunakan taksi selama sekitar 15 menit. Perkembangan jumlah mahasiswa

USU dalam satu dekade terakhir, lebih dari 30.000 orang pada tahun 2007, dan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 77: 09E00833

diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2020, telah mendorong

USU untuk mengupayakan pengembangan lahan kampus sebagai perluasan dari

lahan kampus Padang Bulan. Oleh karena itu, sebuah kampus baru sebagai

kampus kedua sedang dipersiapkan yang berlokasi di Kwala Bekala, sekitar 15

km dari kampus Padang Bulan, dengan luas 300 ha atau hampir tiga kali luas

kampus Padang Bulan. Lahan kampus Kwala Bekala yang telah dipagar keliling

dengan tembok saat ini digunakan sebagian sebagai arboretum - hutan pendidikan,

pembenihan kelapa sawit, kebun bunga dan holtikultura, peternakan dan

pembuatan waduk.

Kampus Kwala Bekala direncanakan akan menampung aktifitas akademik,

sosial dan industri dalam: (1) Zona Akademik dan Laboratorium Terpadu; (2)

Zona Pendukung (club house, komersial, fasilitas umum dan fasilitas sosial); (3)

Zona Arboretum - Hutan Pendidikan; (4) Zona Pembenihan Sawit; dan (5) Zona

Peternakan. Kampus Kwala Bekala memiliki rencana tata bangunan dan

lingkungan (RTBL) yang dituangkan dalam rencana induk yang berfungsi sebagai

pedoman dan pengendali pembangunan dan pemanfaatan ruang yang khusus

berlaku pada kawasan kampus Kwala Bekala. Dengan demikian, diharapkan

proses pertumbuhan fisik pada kampus ini dapat terkendali dan selaras, sehingga

tidak memperburuk kualitas lingkungan (www.usu.ac.id)

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 78: 09E00833

III.1.2 Deskripsi Film Memoirs of A Geisha

Memories of Geisha adalah film yang diadaptasi dari novel yang berjudul

sama karya Arthur Golden. Film yang telah memenangkan 6 nominasi dalam

Academy Awards ini diproduksi oleh Amblin Entertainment milik Steven

Spielberg dan disutradarai oleh Rob Marshall. Memoirs of Geisha dirilis di

Amerika Serikat pada tanggal 9 Desember 2005 oleh Columbia Pictures,

DreamWorks, dan Spyglass Entertainment. Film ini dibintangi oleh beberapa

aktor dan aktris terkenal, seperti Zhang Ziyi, Ken Watanabe, Gong Li, Michael

Yeoh, Youki Kudoh dan Shizuka Ohgo (http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of

_a_ Geisha)

Film ini menampilkan sebuah cerita tentang dunia geisha yang penuh

rahasia, dunia dimana penampilan sangatlah penting, dimana keperawanan

seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, dimana perempuan-

perempuan dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa, dan dimana

cinta dicemooh sebagai ilusi belaka.

Kisah Sayuri bermula di suatu perkampungan nelayan miskin tahun 1929,

Satsu dan Chiyo (kakak beradik) dijual oleh orangtuanya yang miskin kepada

pemilik Okiya (geisha house). Malangnya Chiyo harus terpisah dengan Satsu,

karena Satsu (kakaknya) dijual ke sebuah rumah bordil. Mulailah Chiyo kecil

hidup di Okiya di tengah Gion perkampungan geisha Kyoto yang berada di balik

lembah sempit.

Selama bekerja di Okiya, Chiyo diperlakukan dengan kasar, bahkan kerap

dipukuli dan disiksa. Karena tak tahan lagi, ia dan sang kakak pun berencana

untuk kabur. Rencana kabur Chiyo dan kakaknya hanya satu kesempatan, jika

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 79: 09E00833

mereka tidak bisa bertemu pada tempat yang telah disepakati, maka kakak beradik

itu tidak bisa bertemu untuk selamanya. Namun sayang, mereka gagal bertemu

kembali di tempat tujuan yang sudah ditentukan, karena Chiyo berhasil tertangkap

dan segera dikembalikan ke rumah geisha itu.

Chiyo kecil (Zhang Ziyi) hidup prihatin di Okiya. Chiyo melakukan

pekerjaan rumah dan harus bersekolah untuk belajar seni geisha berupa tari,

musik, cara memakai kimono, cara berhias dan manata rambut bersama teman

kecilnya Pumpkins. Chiyo pun sedikit demi sedikit mulai mengenal dunia geisha

dari Hatsumomo (Gong Li) seorang geisha cantik bertempramen buruk. Di sebuah

jembatan, Chiyo kecil duduk merenungi nasib hidupnya yang telah ditinggal pergi

kedua orangtuanya dan hidup sebatang kara.Tiba-tiba seorang pria mendekatinya

yang didampingi dua orang geisha. Pria ini adalah Chairman (Ken Watanabe).

Chairman dengan senang hati menghiburnya dan membelikan es krim serta

menghadiahkan saputangan miliknya. Dengan sikap Ken yang ramah, Chiyo

mulai jatuh hati dan berharap suatu hari nanti bisa menjadi geisha-nya.

Dengan berjalannya waktu, impian Chiyo menjadi kenyataan saat saingan

Hatsumomo, yaitu geisha terkenal bernama Mameha (Michelle Yeoh) datang dan

meminta Chiyo kepada Nitta (pemilik Okiya) untuk dijadikannya murid. Mameha

bertaruh dalam waktu enam bulan ia sanggup menjadikan Chiyo sebagai geisha

terkenal. Mameha pun mengajari semua teknik yang ia miliki dan yang diperlukan

untuk menjadi seorang geisha sejati. Mulai dari menari tarian tradisional

(tachikata), bernyanyii (jikata), memainkan shamisen (kecapi khas jepang),

merangkai bunga, mengenakan kimono, mengerti tata cara seremonial minum teh

secara formal, serta melayani tamu dengan cara-cara yang sangat sopan dan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 80: 09E00833

beretiket. Tak hanya itu, Mameha pun mengganti nama Chiyo yang sudah cukup

dewasa (diperankan oleh Zhang Ziyi) menjadi Sayuri.

Sayuri pun tumbuh menjadi seorang geisha yang sangat sukses hingga

membuat geisha lain, termasuk Hatsumomo, dengki dan iri hati. Meski segala

cara dilakukan oleh Hatsumomo, namun tetap tak berhasil menjatuhkan Sayuri.

Sampai suatu saat, Sayuri berjumpa kembali dengan Iwamura Ken, dan ia pun

ditaksir oleh para kolega dekatnya. Mameha mengajarkan Chiyo trik melukai

dirinya sendiri dengan menggores pisau sepanjang kira-kira 5 cm pada paha kanan

nya. Luka ini dimaksudkan Mameha untuk menarik perhatian Dr. Crab yang akan

dimintai merawat luka Chiyo.Dr. Crab adalah pria yang paling dikenal sebagai

penawaran tertinggi mizuage (keperawanan) seorang geisha.

Setelah perawatan luka itu, Chiyo (Sayuri) tampil tunggal dalam

pementasan tari disaksikan banyak pembesar yang di antaranya Chairman, Nobu,

dan Dr. Crab. Sayuri pun menjadi bintang dalam sebuah pesta taman yang

diadakan Nobu direktur perusahaan Iwamura Electric. Di pesta ini Sayuri

disambut oleh Chairman (rekan Nobu) yang mengajaknya berjalan di taman.

Percakapan sejenak Sayuri dan Chairman dibawah mekarnya bunga Sakura

seakan-akan merupakan salah satu detil menarik yang merayakan pertemuan

Sayuri dengan Chairman yang diam-diam dikaguminya. Dan bergugurannya

bunga Sakura seakan menandakan kesukacitaan ini tampaknya. Sebagai tanda

perhatiannya Chairman mengambill bunga Sakura yang tersangkut di rambut

Sayuri.

Sebagai geisha terkenal, Sayuri ternyata berhasil menarik minat Dr. Crab

yang berani membayar sejumlah 15.000 yen untuk keperawanannya (mizuage),

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 81: 09E00833

suatu harga tertinggi yang diterima seorang geisha saat itu. Berkat kesuksesannya

itu, ia tidak hanya dapat melunasi utangnya selama menjadi pembantu namun

ditunjuk sebagai pewaris Ibu Nitta, sang pemilik rumah geisha itu. Hal ini

membuat Hatsumomo menjadi cemburu dan iri hati. Oleh karena itu Hatsumomo

sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Sayuri.Hatsumomo memasuki

kamar Sayuri dan menemukan sebuah sapu tangan berinisial nama seorang pria.

Sapu tangan ini sangat berarti bagi Sayuri karena mengingatkannya kepada

seorang pria yang pernah dijumpainya pertama kali di sebuah jembatan saat kecil.

Ia sedang duduk merenungi nasib dirinya yang telah ditinggal pergi oleh kedua

orangtuanya, merenungi nasib hidupnya yang tinggal sebatang kara. Pertemuan

Chiyo dengan Chairman inilah yang menumbuhkan kepercayaan dirinya sehingga

lebih menguatkan tekadnya untuk menjadi geisha. Chiyo ingin menjadi geisha

sebagai batu loncatan dalam hidupnya. Mengetahui Hatsumomo memasuki

kamarnya, Sayuri meminta Hatsumomo keluar, namun Hatsumomo menemukan

sapu tangan kenangannya dan mengambilnya serta akan membawanya. Ini

membuat Sayuri tampak marah, dengan berusaha merebut kembali sapu

tangannya.

Konflik pun tak bisa di cegah lagi. Sayuri menyerang Hatsumomo hingga

menjatuhkan sebuah lampu tempel yang berada di atas meja dan menyebabkan

lantai terbakar. Bukannya mencoba memadamkan api, sebaliknya Hatsumomo

menjadi bertambah kemarahannya dan mengambil dua buah lampu tempel dan

memecahkannya ke lantai sehingga okiya pun terbakar. Puncak konflik ini,

Hatsumomo di usir dari okiya. Sayuri menatap kepergian Hatsumomo dari balik

pecahan jendela okiya di lantai dua dengan tidak menampakkan dendam.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 82: 09E00833

Hatsumomo terusir dan untuk terakhir kalinya Hatsumomo memandangi lagi

okiya yang telah sekian lama menjadi rumah tinggalnya dan kini harus

ditinggalkannya untuk selamanya.

Sayuri semakin terkenal sebagai geisha di Kyoto. Sayang puncak

prestasinya ini harus terhenti sejenak karena pecahnya Perang Dunia II dan okiya

terpaksa harus ditutup. Namun Sayuri mengungsi dengan selamat karena bantuan

Nobu yang adalah pelanggannya. Chairman (rekan Nobu) yang mengatur

perjalanannya dan memastikannya selamat sampai ke tujuan.

Setelah Perang Dunia kedua berakhir, Nobu kembali menemui Sayuri dan

meminta bantuannya untuk menarik perhatian Derrick, tentara AS calon

investornya. Namun Nobu sempat kecewa setelah mengetahui Sayuri ternyata

menolak memberikan perhatian lebih kepada Derrick. Oleh karena itu, untuk

membayar kecewaan Nobu ini, Sayuri secara diam-diam meminta bantuan

Pumpkins agar Derrick menemui dirinya di kamar pukul 9 malam. Sayuri

berharap Mameha, Chairman dan Nobu yang sedang bercengkrama di taman tidak

mengetahui peristiwa ini. Tetapi Pumpkins yang mengetahui betapa dalamnya

perasaan Sayuri kepada Chairman membocorkan kejutan Sayuri yang berniat

menyerahkan segalanya kepada Derrick karena Nobu. Perbuatan Sayuri pun

diketahui Chairman dan membuatnya kecewa.

Akhir cerita film ini, Sayuri mendapat undangan menemui seseorang di

sebuah taman. Sayuri pun menunggu dengan dandanan dan kimono cantikTanpa

diduga, ternyata tamu yang di temuinya adalah pria pujaan hati Sayuri yaitu

Chairman. Sayuri menjadi terkejut dengan setengah tak percaya. Pria idamannya

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 83: 09E00833

berada di depan matanya. Chairman yang berharap dirinya belum terlambat untuk

bisa diterima hatinya oleh Sayuri.

III.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Metode ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada

saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak

mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat

prediksi. Selain itu penelitian ini menitik beratkan pada observasi dan suasana

alamiah. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, hanya membuat kategori

perilaku, mengamati gejala dan mencatat dalam buku observasinya

(Rakhmat,2004:4).

III.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari

manusia, benda, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau

peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di

dalam suatu penelitian (Nawawi, 1997:141)

Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa USU program S-1

yang masih aktif sebagai mahasiswa yang telah menonton film Memoirs Of A

Geisha. Adapun alasan peneliti memilih mahasiswa USU adalah karena

mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang mengecap pendidikan di

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 84: 09E00833

tingkat teratas. Mahasiswa adalah kaum intelektual dan merupakan unsur yang

paling sadar dalam masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi/universitas. Universitas

sebagai lembaga yang banyak hubungannya keluar, merupakan lembaga yang

mampu menyaring informasi dan lambang-lambang budaya dari luar negeri

(Sunario, 1993:18).

Dari sekian banyak universitas di Sumatera Utara peneliti memilih USU

dengan alasan bahwa USU adalah salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di

Sumatera Utara dan termasuk sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia. USU

berada pada urutan kesepuluh universitas terbaik di Indonesia. Peringkat itu

didasarkan pada survei majalah Globe Asia. USU bersama Universita

sHassaniddin merupakan perguruan tinggi milik pemerintah di luar Pulau Jawa

yang masuk dalam daftar ranking (Seputar Indonesia, Edisi 27 Febuari 2008).

Dari 12 fakultas di USU diambil enam fakultas dengan cara Random

Sampling yaitu Fakultas Kedokteran Gigi, Kesehatan Masyarakat, Ekonomi,

Teknik, Sastra, dan Hukum. Adapun alasan peneliti memilih enam fakultas yaitu

karena duabelas fakultas dianggap terlalu banyak maka populasi diperkecil

menjadi enam fakultas dan hal itu juga terkait dengan keefesienan waktu

penelitian.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 85: 09E00833

Tabel 3 Jumlah Mahasiswa S-1 Reguler Aktif USU Angkatan 2006

Fakultas Jumlah Mahasiswa Kedokteran Gigi Kesehatan Masyarakat Ekonomi Teknik Sastra Hukum

587 1100 1960 2438 1151 1264

Total Populasi 8500 Sumber : BAA USU Per 31 Juli 2008

b. Sampel

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang

menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Nawawi (1997: 144)

mendefenisikan sampel sebagai bagian dari populasi yang diambil dengan cara-

cara tertentu. Karena jumlah populasi yang culup besar dan heterogen maka

digunakan rumus Taro Yamane dengan presesi 10% dengan tingkat kepercayaan

90% (Kriyantono 2007:160), sebagai berikut:

1)( 2 +=

dNNn

1)1,0(85008500

2 +=n

868500

=n

n= 99 orang

Keterangan :

N = Populasi

n = Sampel

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 86: 09E00833

d = Presis (digunakan 10%)

III.4 Teknik Penarikan Sampel

Teknik Penarikan Sampel (teknik sempling) diperlukan untuk

memastikan setiap unsur dalam populasi berpeluang untuk dijadikan sampel.

Adapun langkah-langkah teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Stratified Proportional Sampling

Dalam teknik ini populasi dikelompokkan dalam kategori yang disebut

strata. Penggunaan teknik ini dengan pertimbangan bahwa adakalanya banyaknya

subyek dari setiap strata tidak sama, oleh karena itu untuk memperoleh sampel

yang representatif, pengambilan subyek dari setiap strata ditentukan sebanding

dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata. Adapun rumus yang

digunakan (Suparmoko, 1999:):

SampelTotal

PopulasiTotalPopulasiSampel ×=

11

Berdasarkan rumus diatas maka dapat dihitung sampel yang terpilih di

setiap fakultas adalah:

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 87: 09E00833

Tabel 4 Stratifed Proportional Random Sampling

850099587×

8500991100×

8500991960×

8500992438×

8500991151×

8500991264×

Fakultas Populasi Penarikan Sampel Sampel Kedokteran Gigi

587

7

Kesehatan Masyarakat

1100

13

Ekonomi

1960

23

Teknik

2438

28

Sastra

1151

13

Hukum 1264 15

Total Sampel 99

2. Purposive Sampling

Purpossive sampling adalah pengambilan sampel yang disesuaikan dengan

tujuan penelitian, dimana sampel yang terpilih sesuai dengan kriteria-kriteria yang

ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2006:154).

Adapun kriteria sampelnya adalah:

a. Mahasiswa USU yang terdaftar dan masih aktif mengikuti

perkuliahan, pada Fakultas Kedokteran Gigi, Kesehatan

Masyarakat, Ekonomi, Teknik, Sastra, dan Hukum

b. Telah menonton film Memoirs Of A Geisha.

c. Untuk memperkuat memori responden, peneliti melakukan dua

cara yaitu dengan membagi-bagikan DVD film dan mengajak

“nonton bareng”

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 88: 09E00833

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data,

yaitu:

1. Penelitian Kepustakaan (Library research)

Yaitu mengumpulkan data melalui literatur yang mendukung, seperti buku

bacaan dan data dari internet.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data yang meliputi kegiatan survey di lokasi

penelitian, pengumpulan data melalui:

a. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan

terhadap film tersebut. Untuk itu peneliti menonton film

Memoirs Of A Geisha sebanyak enam kali

b. Kuesioner, yaitu berbentuk rangkaian atau kumpulan

pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar

pertanyaan (Bungin 201:130). Dalam hal ini peneliti

menyebarkan kuesioner kepada responden yang menjadi

sampel.

c. Wawancara, yaitu tanya jawab secara mendalam yang

dilakukan oleh peneliti dengan beberapa responden yang

dianggap mampu menjelaskan dan memberikan pandangannya

terhadap film tersebut. Ini dilakukan sebagai pelengkap data

yang diperoleh dari kuesioner dan untuk memperkuat analisis

peneliti.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 89: 09E00833

III.6 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan

menggunakan Analisa Tabel Tunggal yang dilakukan dengan membagi-bagikan

variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar

frekuensi. Tabel Tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang

terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori

(Singarimbun, 1995 : 237).

Teknik analisis data yang akan peneliti lakukan adalah dengan cara

menyusun, mengurutkan data yang akan diperoleh dengan membagi variabel

penelitian ke dalam sejumlah frekuensi dan presentase untuk kemudian dianalisis

dan diinterpretasikan dengan cara memaparkan data-data yang telah diperoleh

tersebut dengan kata-kata dalam kalimat secara jelas dan terperinci untuk

mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan secara

jelas dan terperinci.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 90: 09E00833

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data di lapangan

Di dalam melaksanakan penelitian, peneliti menempuh beberapa tahapan

dalam proses pengumpulan data. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai

berikut:

A. Tahap Awal

Pada tahap awal peneliti meminta izin kepada pihak Rektorat USU untuk

mengadakan kegiatan penelitian di USU. Setelah memperoleh izin, kemudian

peneliti meminta data-data mahasiswa USU yang masih aktif dari bagian

pendidikan di Rektorat USU.

B. Pengumpulan Data

Peneliti terjun ke lapangan untuk mencari mahasiswa USU yang terdaftar

dan masih aktif mengikuti perkuliahan, serta yang telah menonton film memoirs

of a geisha untuk dijadikan responden. Kemudian untuk memperkuat memori

responden, peneliti melakukan dua cara yaitu membagi-bagikan DVD film serta

mengajak ”nonton bareng”. Hal ini dilakukan sejak tanggal 15 Desember 2008 .

Kemudian peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang telah terpilih

dari tanggal 7-21 Maret 2009. Jumlah kuesioner yang dibagikan adalah sebanyak

99 buah sesuai dengan jumlah responden. Selain itu peneliti juga melakukan

wawancara yaitu tanya jawab dengan beberapa responden, hal ini dilakukan

sebagai pelengkap data yang diperoleh dari kuesioner dan untuk memperkuat

analisa peneliti.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 91: 09E00833

IV.2 Teknik Pengolahan Data

Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dari 99 orang mahasiswa

USU yang menjadi responden, maka peneliti melakukan proses pengolahan data

dari kuesioner yang telah diisi oleh para responden. Adapun tahapan-tahapan

pengolahan data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

a. Penomoran kuesioner, yaitu kuesioner-kuesioner yang telah diisi oleh

para responden dikumpulkan, lalu diberi tanda urut sebagai tanda

pengenal (01-99)

b. Editing, yaitu proses pengeditan jawaban para responden dengan

tujuan untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan, dan

menghindari terjadinya kesilapan pengisian data dalam kotak kode

yang telah disediakan

c. Coding, yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban dari para

responden ke kotak-kotak kode yang telah tersedia dalam bentuk

angka.

d. Inventarisasi variabel, yaitu data mentah yang telah diperoleh di

masukkan kedalam Foltron Cobol (FC) dan diproses dengan bantuan

program komputer statistik yaitu SPSS (Statistic Package For Social

Science). Data yang telah diproses selanjutnya disajikan dalam bentuk

tabel-tabel. Tabel-tabel tersebut berisi sejumlah frekuensi dan

persentasi untuk setiap kategori. Selanjutnya keseluruhan hasil analisis

data akan disajikan dalam bentuk uraian analisa tabel tunggal dan

pembahasan.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 92: 09E00833

IV.3 Analisis Tabel Tunggal

Pada analisis tabel tunggal akan terlihat sejumlah data yang ditampilkan

dalam bentuk tabel untuk setiap kategori. Tabel-tabel ini memperlihatkan tentang

seberapa besar gambaran umum beberapa kategori yang ada dalam karakteristik

responden, persepsi mahasiswa terhadap profesi geisha dalam film memoirs of a

geisha

Berikut ini adalah pembahasan mengenai data-data tersebut dalam bentuk

analisis tabel tunggal:

1. Karakteristik Responden

Tabel 5 Jenis Kelamin Responden

No Jenis kelamin f % 1 Pria 38 38,42 Wanita 61 61,6

Total 99 100 Sumber: P.1/FC 3

Dari tabel 5 di atas terlihat bahwa dari 99 responden, terdapat

responden wanita sebanyak 61 orang (61,6%) dan responden pria sebanyak 38

orang (38,4%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa film memoirs of a

geisha lebih banyak di tonton oleh wanita dari pada pria, hal ini disebabkan oleh

karena film memoirs of a geisha adalah film yang bercerita tentang kehidupan

wanita sehingga lebih banyak menarik perhatian wanita untuk menonton film

tersebut

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 93: 09E00833

Tabel 6

Fakultas Responden

No Fakultas

f %

1 Kedokteran Gigi 7 7,1 2 Kesehatan Masyarakat 13 13,1 3 Ekonomi 23 23,2 4 Teknik 28 28,3 5 Sastra 13 13,1 6 Hukum 15 15,2

Total 99 100,0Sumber: P.2/FC 4

Tabel di atas menunjukkan jumlah responden di setiap fakultas. Jumlah

responden per fakultas sesuai dengan jumlah yang telah didapat dari teknik

startified proportional sampling. Terlihat bahwa jumlah responden di Fakultas

Teknik lebih banyak yaitu 28 responen (28,3%) hal ini disebabkan karena jumlah

populasi mahasiswa di Fakultas Teknik lebih banyak dari pada jumlah mahasiswa

di fakultas lain. Dan jumlah responden di Fakultas kedokteran gigi lebih sedikit

debandingkan dengan responden di fakultas lain yaitu sebanyak 7 responden

(7,1%), hal ini juga disebabkan karena jumlah populasi di fakultas ini lebih

sedikit.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 94: 09E00833

Tabel 7 Stambuk Responden

No Stambuk

f %

1 2008 13 13,1 2 2007 23 23,2 3 2006 35 35,4 4 2005 28 28,3

Total 99 100,0Sumber: P.3/FC 5

Tabel 7 menunjukkan bahwa responden mayoritas berasal dari

stambuk 2006 sebanyak 35 responden (35,4%) dan minoritas berasal dari stambuk

2008 yaitu sebanyak 13 responden (13,1%).

Tabel 8 Etnis/Suku Responden

No

Etnis/Suku

f %

1 Jawa 21 21,3 2 Batak 43 43,4 3 Melayu 8 8,1 4 Mandailing 12 12,1 5 Minang 12 12,1 6 lain-lain 3 3,0

Total 99 100,0Sumber: P.4/FC 6

Tabel 8 menunjukkan sebagian besar responden berasal dari suku batak

sebanyakk 43 responden (43,4%). Dalam hal ini suku batak meliputi suku Batak

Toba, Karo, simalungun.Responden yang paling sedikit barasal dari suku lainnya

sebanyak 3 orang (3%)yang berasal dari etnis Tionghoa dan Tamil.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 95: 09E00833

Tabel 9 Agama Responden

No Agama

f %

1 Islam 43 43,4 2 Kristen Protestan 45 45,5 3 Kristen Katolik 8 8,1 4 Buddha 2 2,0 5 Hindu 1 1,0

Total 99 100,0Sumber: P.5/FC 7

Tabel 9 menunjukkan frekuensi responden berdasarkan agama,

responden beragama Islam sebanyak 43 orang (43,4% ), Kristen protestan

sebanyak 45 orang (45,5%), Kristen Katolik sebanyak 8 orang (8,1%), Buddha

sebanyak 2 orang (2,0%) dan Hindu sebanyak 1 orang (1,0%).

II. Persepsi Mahasiswa terhadap profei geisha dalam film memoirs of a

geisha

Tabel 10 Suka film tentang kebudayaan

No suka film tentang kebudayaan

f %

1 Sangat Menyukai 12 12,1 2 Menyukai 79 79,8 3 Tidak Menyukai 7 7,1 4 Sangat Tidak Menyukai 1 1,0

Total 99 100 Sumber: P.6/FC 8

Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat 91 responden yang memiliki

rasa suka terhadap film yang bercerita tentang kebudayaan, yaitu 12 orang

(12,1%) masuk dalam kategori sangat menyukai dan 79 orang (79,8%) masuk

dalam kategori menyukai. Dari hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa

kebanyakan orang-orang yang menonton film memoirs of a geisha adalah orang-

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 96: 09E00833

orang yang memiliki kesukaan terhadap film-film yang bercerita tentang

kebudayaan. Karena budaya adalah pola hidup yang dianut oleh suatu komunitas

dan tumbuh serta berkembang secara unik. Keunikan dari budaya itulah yang

menyebabkan mereka suka mempelajari kebudayan. Menurut mereka film dapat

dijadikan sebagai media untuk memperkenalkan suatu budaya, melalui film

memoirs of a geisha mereka menyatakan bahwa mereka dapat melihat bagaimana

kebudayaan Jepang dan sejarah Jepang di rekontruksikan melalui media audio

visual. Sementara minoritas reponden sebanyak 8 orang tidak memiliki rasa suka

terhadap film-film tentang kebudayaan dengan kategori 7 orang tidak suka dan 1

orang sangat tidak suka. Hal ini disebabkan adanya anggapan dari responden

bahwa film yang bertemakan kebudayaan adalah film yang berat untuk ditonton

karena hanya mampu memberikan informasi tetapi sangat jarang menghibur,

mereka lebih menyukai film yang bergenre komedi karena dianggap lebih dapat

menghibur.

Tabel 11 Suka menonton film memoirs of a geisha

No Suka menonton film memoirs of a geisha

f %

1 Sangat Menyukai 11 11,1 2 Menyukai 80 80,8 3 Tidak Menyukai 8 8,1 4 Sangat Tidak Menyukai 0 0

Total 99 100,0 Sumber: P.7/FC 9

Tabel 11 diatas memperlihatkan bahwa terdapat 91 orang yang suka

menonton film memoirs of geisha, dengan kategori 11 orang sangat menyukai

dan 80 orang menyukai. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa suka dengan

film memoirs of geisha karena selain merupakan film yang bercerita tentang

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 97: 09E00833

kebudayaan, film tersebut juga sangat bagus jika dilihat dari segi artistiknya dan

cinematografinya. Hal lain yang membuat mereka suka dengan film ini adalah

jalan ceritanya yang berisi kisah drama romantis, dan melalui film ini mereka jadi

mengetahui kehidupan seorang geisha.

Sebagian kecil responden yaitu 8 orang menyatakan tidak suka

menonton film memoirs of a geisha dengan alasan kerena jalan ceritanya yang

datar dan tidak berisi ketegangan, dan beberapa dari mereka memang tidak

menyukai film tentang kebudayaan.

Tabel 12 Mengetahui informasi tentang profesi geisha sebelum menonton film

memoirs of a geisha

No mengetahui informasi tentang profesi geisha sebelum menonton

film memoirs of a geisha

f %

1 Sangat Mengetahui 3 3,0 2 Mengetahui 46 46,5 3 Tidak Mengetahui 44 44,4 4 Sangat Tidak Mengetahui 6 6,1

Total 99 100 Sumber: P.8/FC 10

Tabel 12 diatas memperlihatkan bahwa terdapat 49 orang yang tahu

informasi tentang geisha sebelum menonton film memoirs of a geisha, dengan

kategori 3 orang (3,0%) sangat mengetahui dan 46 (46,5%) orang dengan kategori

mengetahui Informasi seputar geisha. Mereka kebanyakan mengetahui informasi

seputar geisha dari buku memoirs of a geisha, dan dari diskusi dengan teman-

temannya seputar budaya Jepang dan geisha. Sebagian lagi yaitu sebanyak 50

orang menyatakan tidak tahu informasi seputar profesi geisha sebelum menonton

film memoirs of a geisha dengan kategori 44 (44,4%)orang tidak tahu dan 6

(6,1%) orang sangat tidak tahu.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 98: 09E00833

Tabel 13 Memahami isi film memoirs of a geisha

No Memahami isi film memoirs of a geisha

f %

1 Sangat Memahami 8 8, 2 Memahami 86 86,9 3 Tidak Memahami 5 5,1 4 Sangat Tidak Memahami 0 0

Total 99 100 Sumber: P.9/FC 11

Tabel 13 memperlihatkan bahwa 94 orang dari responden paham

terhadap isi film, dengan kategori 8 orang (8,1%) orang sangat memahami dan

86 orang (86,9%)memahami. Menurut beberapa responden Isi film memoirs of a

geisha dirasa dapat dipahami, karena memang jalan ceritanya yang sederhana

yaitu cerita drama romantis seorang tokoh utama (Sayuri) yang mencari cintanya

dengan menjadi geisha tetapi ironisnya justru mengorbankan kebebasannya. Dan

5 orang (5,1%) responden menyatakan tidak memahami isi film memoirs of a

geisha.

Tabel 14 Isi film menarik perhatian anda

No Isi film menarik perhatian anda

f %

1 Sangat Menarik 8 8,1 2 Menarik 78 78,8 3 Tidak Menarik 12 12,1 4 Sangat Tidak Menarik 1 1,0

Total 99 100,0 Sumber: P.10/FC 12

Tabel 14 memperlihatkan bahwa terdapat 86 orang yang tertarik terhadap

film memoirs of a geisha dengan kategori 8 orang(8,1%) menyatakan bahwa isi

film memoirs of a geisha sangat menarik, dan 78 orang (78,8%) menyatakan

bahwa isi film menarik. Beberapa responden menyatakan bahwa yang menarik

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 99: 09E00833

dari film yaitu adanya eksotisme, keindahan visual, dan erotisisme dunia geisha

yang ditampilkan. Hal lain yang menarik yaitu penggambaran dunia geisha yang

paradoksikal, yang penuh dengan kemewahan dan glamor namun hampir tanpa

pilihan hidup. Selain itu isi film yang membuat responden tertarik yaitu dapat

mengetahui berbagai rahasia di balik sosok berkimono itu, karena menurut

beberapa responden sebelumnya sosok geisha masih misterius, sementara

samurai (dunia Jepang yang jantan) telah dieksplorasi habis-habisan oleh

Hollywood, tetapi dunia kelembutan geisha masih tersembunyi.

Terdapat 13 orang yang tidak tertarik terhadap isi film memoirs of a

geisha, dengan kategori 12 (12,1%) orang menyatakan bahwa isi film memoirs of

a geisha tidak menarik dan 1(1,0%) orang menyatakan bahwa isi film sangat

tidak menarik. Dengan alasan jalan cerita yang datar saja dan tidak penuh

ketegangan .

Tabel 15 Profesi geisha yang ditampilkan menarik perhatian anda

No Profesi geisha yang

ditampilkan menarik perhatian anda

f %

1 Sangat Menarik 17 17,2 2 Menarik 62 62,6 3 Tidak Menarik 19 19,2 4 Sangat Tidak Menarik 1 1,0

Total 99 100,0 Sumber: P.11/FC 13

Tabel 15 memperlihatkan bahwa terdapat 79 orang yang tertarik

terhadap profesi geisha yang ditampilkan dalam film. Dengan kategori 17 orang

(17,2%) menyatakan bahwa profesi geisha yang ditampilkan sangat menarik

perhatian dan 62 orang (62,6%) menyatakan bahwa profesi geisha menarik

perhatian. Beberapa hal yang menyebabkan adanya ketertarikan responden

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 100: 09E00833

terhadap profesi geisha yang ditampilkan dalam film karena mereka melihat

profesi geisha adalah profesi yang dijalankan oleh wanita yang bukan saja

memiliki kecantikan dan keindahan tetapi juga memiliki kecerdasan, kepintaran

dan wawasan yang luas serta memiliki banyak keahlian dalam bidang seni. Profesi

geisha yang kelihatan mewah, eksotis, elegan ternyata memiliki duka di baliknya

dimana geisha tidak memiliki kuasa atas dirinya, bahkan tidak berhak atas cinta.

Dan terdapat 20 orang yang tidak tertarik terhadap profesi geisha

dengan kategori 19 orang (19,2%) menyatakan bahwa profesi geisha dalam film

tersebut tidak menarik dan terdapat 1 orang (1,0%) yang menyatakan bahwa

profesi geisha sangat tidak menarik. Beberapa dari mereka menyatakan bahwa

profesi terebut sama sekali tidak menarik walaupun geisha adalah sosok wanita

yang memiliki keahlian dalam bidang seni tetapi tetap saja hal yang namanya

menjual keperawanan adalah suatu hal yang hina dan tidak ada bedanya seperti

wanita tuna susila yang ada di Indonesia.

Tabel 16 Manfaat film memoirs of a geisha

No Memahami isi film memoirs of

a geisha

f %

1 Sangat Bermanfaat 7 7,1 2 Bermanfaat 72 72,7 3 Tidak Bermanfaat 20 20,2 4 Sangat Tidak Bermanfaat - -

Total 99 100,0 Sumber: P.12/FC 14

Tabel 16 memperlihatkan bahwa terdapat 79 responden yang

menyatakan bahwa film memoirs of a geisha memiliki manfaat, dengan kategori

7 responden menyatakan bahwa film tersebut sangat bermanfaat dan 72 responden

menyatakan bahwa film tersebut bermanfaat. Responden tersebut menyatakan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 101: 09E00833

bahwa film tersebut bermanfaat karena selain memberi hiburan, film memoirs of

geisha juga memberi pengetahuan seputar budaya dan sejarah negeri Jepang.

Dengan menonton film memoirs of a geisha beberapa responden yang awalnya

tidak mengetahui adanya profesi geisha menjadi tahu.

Dan beberapa responden yang awalnya memiliki persepsi bahwa geisha

sama dengan pelacur seperti di Indonesian, berubah persepsinya dan menyatakan

bahwa geisha tidak sama dengan pelacur, geisha adalah wanita seniman yang

memiliki banyak keahlian bukan wanita yang mau “tidur” dengan sembarang

orang, ia hanya melayani pria yang menjadi danna-nya dan pria yang telah

membeli mizuage-nya berbeda dengan pelacur yang mau “tidur” dengan setiap

orang asalkan dibayar dan hanya mengandalkan tubuh, tetapi tetap saja profesi

geisha tidak jauh berbeda dengan pelacur, hal ini karena adanya tradisi lelang

keperawanan yaitu memberikan keperawanan demi mendapatkan uang.

Manfaat lain yang dinyatakan oleh responden yaitu wanita dapat belajar

dari sikap geisha bila kelak berumah tangga karena seorang geisha, apa pun

kondisinya, bagaimana pun perasaannya "haram" hukumnya manampakan mimik

sedih atau cemberut. Mereka harus selalu tersenyum, bagaimanapun

membosankannya teman laki-laki mereka. Geisha adalah seorang pendengar yang

baik dan sabar. Seorang geisha harus tahu kapan saatnya berbicara, dan kapan

saatnya diam, harus selalu nampak cantik, harus cerdas, berwawasan dan supel.

Dan seorang geisha harus bisa membahagiakan teman laki-lakinya,

bagaimanapun kondisi mereka. Perkataanya harus menyenangkan setiap teman

laki-laki mereka. Mereka ada untuk melayani, mendengarkan, menghormati dan

menghargai teman laki-laki mereka. Mereka selalu berusaha untuk melakukan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 102: 09E00833

yang terbaik. Begitu juga dengan seorang suami, kalau istrinya melakukan segala

sesuatunya dengan baik dan melakukan yang terbaik bagi suami, rasanya sulit

sekali seorang suami akan berkhianat. Baginya, istrinya adalah semestanya,

segala-galanya. Dan kalau sudah begitu, seorang wanita akan mendapatkan apa

pun yang dia inginkan, bahkan tanpa diminta.

Namun ada 20 responden (20,2%) yang menyatakan bahwa film tersebut

tidak bermanfaat karena menurut mereka sesuatu yang bermanfaat adalah sesuatu

yang memiliki keuntungan langsung, suatu hal yang dapat mempengaruhi hidup

mereka, dan penting bagi diri sendiri artinya mereka merasa tidak ada bedanya

saat mereka menonton film tersebut dan sebelum menontonnya.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 103: 09E00833

Tabel 17 Persepsi Responden terhadap status geisha di Jepang

Persepsi Mahasiswa

Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Total No Pernyataan Status geisha di Jepang

f % f % f % f % f % 1 geisha adalah profesi yang

terhormat, dan disegani 5 5,1 39 39,4 43 43,4 12 12,1 99 100

2 geisha memiliki status yang membanggakan dan martabat yang tinggi

5 5,1 32 32,3 46 46,5 16 16,2 99 100

3 geisha memiliki posisi teras dalam masyarakat karena berhubungan dengan pria-pria yang kaya dan berpengaruh

5 5,1 47 47,5 36 36,4 11 11,1 99 100

4 geisha adalah seorang seniman 12 12,1 54 54,5 19 19,2 14 14,1 99 100 5 geisha bukanlah pelacur tetapi

seorang artis yang menjual keahlian dalam menghibur bukan menjual tubuh

12 12,1 45 45,5 40 40,4 2 2,0 99 100

6 geisha adalah wanita yang eksotis, cantik dan gambaran keindahan 27 27,3 60 60,6 8 8,1 4 4,0 99 100

7 geisha adalah simbol dari feminisme 21 21,2 51 51,5 18 18,2 9 9,1 99 100 8 geisha dipandang sebagai profesi

yang rendah 12 12,1 36 36,4 46 46,5 5 5,1 99 100

9 geisha adalah profesi yang menyimpang dan sarat dengan eksploitasi wanita

15 15,2 62 62,6 20 20,2 2 2,0 99 100

10 geisha tidak jauh berbeda dengan pelacur yang tidak hanya memiliki satu pria dalam hidupnya

19 19,2 39 39,4 37 37,4 4 4,0 99 100

11 geisha tidak memiliki kuasa atas hidupnya 26 26,3 52 52,5 20 20,2 1 1,0 99 100

12 geisha adalah gambaran negatif wanita Jepang pada masa itu 7 7,1 43 43,4 40 40,4 9 9,1 99 100

13 geisha bukanlah pelacur dan bukanlah istri tetapi lebih mirip seperti wanita simpanan

19 19,2 48 48,5 32 32,3 0 0 99 100

14 Profesi geisha adalah profesi yang hanya ingin enaknya saja karena menawarkan kemungkinan hidup jauh lebih baik tanpa harus bekerja keras

10 10,1 36 36,4 48 48,5 5 5,1 99 100

15 geisha adalah profesi yang sarat dengan praktek trafficking 18 18,2 60 60,6 19 19,2 2 2,0 99 100

16 geisha adalah wanita penuh misteri dengan gambaran kesendirian, duka, kehilangan, tidak memiliki hak atas cinta dan kehidupan yang buram

25 25,3 64 64,6 10 10,1 0 0 99 100

Sumber: P.13/FC 15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30

Tabel 17 menunjukkan frekuensi persepsi mahasiswa terhadap status

geisha di Jepang dalam film memoirs of a geisha. Pertanyaan yang sering

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 104: 09E00833

diajukan adalah apakah geisha itu pelacur, mengingat adanya distorsi pemahaman

dan kerancuan antara geisha dan pelacur di kalangan masyarakat umum. Arthur

Golden (Golden,2006:489) menyatakan bahwa pertanyaan itu tidaklah

sesederhana ya atau tidak. geisha yang disebut ”hot springs geisha” atau geisha

sumber air panas, yang menghibur di tempat-tempat peristirahatan jelas pelacur.

Tetapi kita harus melihat betapa mahirnya mereka memainkan shamisen, dan

betapa banyak pengetahuan mereka tentang upacara minum teh, sebelum kita

menentukan apakah mereka layak menyebutkan diri mereka sendiri geisha.

Namun di distrik geisha di Kyoto dan Tokyo dan kota-kota besar lainnya jelas

terdapat sejumlah pelacur.

Hal lain yang perlu diperhatikan, semua geisha magang harus melewati

sesuatu yang disebut mizuage, keperawanan mereka dijual ke penawaran tertinggi,

dan hal itu terjadi pada usia tiga belas atau empat belas tahun, tidak boleh lebih

dari delapan belas tahun. Salah bila tidak menyebut hal ini pelacur atau pelacuran

anak-anak. Jadi kita tidak bisa mengatakan bahwa geisha bukan pelacur. Di sisi

lain, setelah melalui tahap mizuage, geisha kelas atas tidak akan menyediakan

diri mereka bagi pria-pria setiap malam. Ia akan dianggap geisha gagal bila ia

tidak memiliki seorang pria yang bertindak sebagai pelindungnya dan membiayai

pengeluarannya. Pria ini akan menjamin hidupnya tetap elegan, dan sebagai

gantinya si geisha akan memberi layana seksual, hanya untuk si pria. Apakah ini

pelacuran? Tidak jika pemahaman kita terhdap pelacur adalah wanita yang

melayani berbagai pria setiap malam. Bagi Golden dalam budaya barat geisha

kelas atas dapat disamakan dengan istri simpanan dan bukan pelacur

(Golden,2006:490)

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 105: 09E00833

Mahasiswa memiliki persepsi yang beragam terhadap status geisha

tersebut. Terdapat 58 responden (58,6%) yang menyatakan bahwa geisha tidak

jauh berbeda dengan pelacur yang tidak hanya memiliki satu pria dalam hidupnya.

Mereka menyatakan bahwa bagaimanapun hebatnya keahlian yang dimiliki oleh

seorang geisha dalam film tersebut tetap saja profesi geisha tersebut tidak ada

bedanya dengan pelacur karena tujuan akhir dari belajar seni, bertata kerama,

berbicara adalah untuk menciptakan lelang yang tinggi terhadap keperawanan

geisha magang tersebut.

Rata-rata mahasiswa (43,4%) menyatakan tidak setuju bahkan (12,1%)

sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa geisha adalah profesi yang

terhormat, disegani, serta memiliki status yang membanggakan dan martabat yang

tinggi.

Geisha juga dipandang sebagai profesi yang menyimpang dan sarat

dengan eksploitasi wanita (77,8%), dan praktek trafficking (78,8%) hal tersebut

dapat dilihat pada saat ibu pemilik okiya mengambil keuntungan dari geisha-

geishanya dan bagaimana Sayuri dijual kerumah geisha . Geisha juga dianggap

memiliki posisi teras dalam masyarakat karena berhubungan dengan pria-pria

kaya dan berpengaruh (52,6%), hal ini dikarenakan pria-pria kaya dan

berpengaruh tersebut sering membicarakan masalah politik di kedai-kedai teh dan

tidak jarang melibatkan geisha.

Geisha juga dianggap sebagai wanita yang eksotis, cantik dan gambaran

keindahan (87,9%), dalam film kita dapat melihat betapa anggunnya seorang

geisha berjalan, betapa lembutnya dia berbicara, bagaimana seorang geisha

menggoda hanya dengan memperlihatkan sedikit pergelangan tangannya saat

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 106: 09E00833

menuangkan teh, dan betapa mempesonanya mereka pada saat menari dan

mengibaskan kipasnya bahkan dapat membuat pria tidak berpaling hanya dengan

sekali tatapan. Tetapi dibalik gemerlapnya dan melimpahnya hidup mereka,

mereka tidak lebih hanya seorang wanita yang tidak memiliki kuasa atas dirinya

(78,8%), itu dapat dilihat saat Mameha mengatur hidup Sayuri tanpa dia tahu apa

yang akan dilakukan Mameha kepadanya dan seorang geisha sangat dilarang

untuk jatuh cinta. Sehingga geisha hanyalah wanita yang penuh misteri dengan

gambaran kesedihan,duka, kehilangan, tidak memiliki hak atas cinta dan

kehidupan yang buram (89,9%).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 107: 09E00833

Tabel 18 Persepsi Responden Terhadap Tugas geisha di Jepang

Persepsi Mahasiswa

Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Total No Pernyataan Tugas geisha di Jepang

f % f % f % f % f % 1 Geisha memiliki tugas yang berat dan

hebat 4 4,0 55 55,6 29 29,3 11 11,1 99 100

2 Tugas geisha adalah menghibur dalam bidang seni seperti tarian , bernyani, memainkan alat musik, drama, menuangkan sake, berbincang-bincang dengan klien, tata krama

20 20,2 65 65,7 11 11,1 3 3,0 99 100

3 Seorang geisha harus menguasai banyak kemampuan dalam bidang seni termasuk seni menghias diri seperti memakai kimono, make up, dan menarik perhatian pria

34 34,3 61 61,6 4 4,0 0 0 99 100

4 Seorang geisha harus memiliki wawasan yang luas karena dalam, tugasnya ia berhadapan dengan pria-pria kaya dan berpengaruh

25 25,3 61 61,6 13 13,1 0 0 99 100

5 geisha memiliki tugas yang menyenangkan 2 2,0 14 14,1 73 73,7 10 10,1 99 100 6 Tugas geisha dianggap sebagai pekerjaan

yang biasa saja 3 3,0 20 20,2 69 69,7 7 7,1 99 100

7 geisha memiliki tugas yang membosankan/ monoton, tidak bisa menikmati dunia luar, hanya menghibur pria di kedai teh sampai ajal menjelang

11 11,1 56 56,6 24 24,2 8 8,1 99 100

8 Tugas utama geisha sebenarnya adalah “melayani” pria yang berperan sebagai dannanya/ pelindungnya dan pria yang membeli mizuagenya sedangkan menghibur dalam bidang seni hanyalah kamuflase

11 11,1 52 52,5 29 29,3 7 7,1 99 100

9 Menurut saya tugas geisah itu masih misterius 13 13,1 52 52,5 30 30,3 4 4,0 99 100

10 geisha memiliki tugas yang tidak bermoral 10 10,1 48 48,5 31 31,3 10 10,1 99 100 Sumber: P.14/FC 31,32,33,34,35,36,37,38,39,40

Tabel 18 menunjukkan bagaimana persepsi mahasiswa terhadap tugas

seorang geisha yang ada dalam film memoirs of a geisha. Rata-rata mahasiswa

menyatakan bahwa tugas seorang geisha adalah berat (59,6%) Beberapa

responden menyatakan tugas geisha dapat kita lihat pada tokoh Sayuri pada film

ini, Ia menghibur dalam bidang seni seperti tarian , bernyanyi, memainkan alat

musik, drama, menuangkan sake, berbincang-bincang dengan klien, tata karma

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 108: 09E00833

(85,9%), disamping itu ia juga harus menguasai banyak kemampuan dalam bidang

seni termasuk seni menghias diri seperti memakai kimono, make up, dan menarik

perhatian pria (85,9%) sejak kecil dia telah menjadi pembantu dalam mengerjakan

pekerjaan rumah, disamping itu sejak dini dia harus belajar banyak seni untuk

menjadi seorang geisha, membuat tamu merasa nyaman dengan perbincangannya,

dan yang paling berat ialah saat dia harus melakukan ritual mizuage. dan itu

bukanlah tugas yang menyenangkan (83,8%) dan bukan suatu tugas yang biasa

(76,8%).

Mahasiswa memiliki persepsi bahwa Tugas utama geisha sebenarnya

adalah “melayani” pria yang berperan sebagai danna-nya/ pelindungnya dan pria

yang membeli mizuagenya sedangkan menghibur dalam bidang seni hanyalah

kamuflase (63,6%). Hal ini dilihat dari pemahaman mereka bahwa inti dari tugas

mereka sebagai penghibur dalam bidang seni, upaya mereka belajar seni, tata

kerama, berbicara, adalah agar mereka memperoleh penawaran tertinggi dalam

ritual mizuage, dan agar mereka mendapatkan danna sehingga mereka tidak

dianggap sebagai geisha yang gagal. Dan tugas geisha itu dianggap tidak

bermoral (58,5%).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 109: 09E00833

Tabel 19 Persepsi Responden Terhadap Tanggung Jawab geisha di Jepang

Persepsi Mahasiswa Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Total No Pernyataan Tanggung Jawab geisha di Jepang

f % f % f % f % f % 1 Profesi geisha memiliki tanggung jawab yang

besar dalam hal pengabdian dalam dunia seni tradisional Jepang

8 8,1 64 64,6 21 21,2 6 6,1 99 100

2 geisha memiliki tanggung jawab dalam memelihara jaringan yang kuat dengan semua kliennya

7 7,1 76 76,8 13 13,1 3 3,0 99 100

3 geisha memiliki kecintaan pada musik dan tari tradisional 8 8,1 86 86,8 5 5,1 0 0 99 100

4 geisha adalah sosok yang setia dan bertanggung jawab dalam hal menjaga dirinya tetap perawan sampai ritual mizuage dilakukan

7 7,1 68 68,7 21 21,2 3 3,0 99 100

5 Tanggung jawab geisha tidak berat 1 1,0 21 21,2 68 68,7 9 9,1 99 100 Sumber: P.15/FC 41,42,43,44,45,46

Tabel 19 memberikan gambaran bagaimana tanggung jawab geisha di

Jepang dalam film memoirs of a geisha. Jika dilihat dari sudut kemampuan

mereka melestarikan budaya Jepang dalam bidang seni, keahlian mereka

memainkan alat musik tradisional, menari, memakai kimono maka dapat

dikatakan bahwa profesi geisha memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal

pengabdian dalam dunia seni tradisional Jepang (72,7%) dan mereka juga

memiliki kecintaan pada musik dan tari tradisional (94,9%). Geisha memiliki

tanggung jawab yang berat (77,8%), hal ini dapat dilihat bagaimana tokoh Sayuri

benar-benar setia dan bertanggungjawab dalam hal menjaga diirnya tetap perawan

sampai ritual mizuage dilakukan (75,8%) ditengah godaan-godaan pria-pria kaya

dan berpengaruh. Dan bagaimanapun kliennya baik atau buruk, seorang geisha

memiliki tanggung jawab dalam memelihara jaringan yang kuat dengan semua

kliennya (83,9%) hal itu dilakukan untuk menjaga kelangsungan profesi geisha

itu sendiri

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 110: 09E00833

Tabel 20 Persepsi Responden Terhadap Peranan geisha di Jepang

Persepsi Mahasiswa

Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Total No Pernyataan Peranan geisha di Jepang

f % f % f % f % f % 1 Peran geisha sebagai pelobi bisnis dan

politik antar perusahaan/negara sangat penting

3 3,0 55 55,6 31 31,3 10 10,1 99 100

2 geisha berperan bukan hanya sekedar hostes biasa tetapi ia adalah hostes profesional

9 9,1 75 75,8 13 13,1 2 2,0 99 100

3 geisha berperan sebagai penjaga kebudayaan dan tradisional Jepang 7 7,1 52 52,5 36 36,4 4 4,0 99 100

4 geisha memiliki peran sebagai inovator fashion 3 3,0 56 56,6 36 36,4 4 4,0 99 100

5 geisha memiliki peran sebagai selebritis 1 1,0 59 59,6 36 36,4 3 3,0 99 100 6 Profesi geisha adalah profesi yang

memiliki semangat revolusi yang heroik karena keberadaannya dalam lingkungan yang berpengaruh

5 5,1 48 48,5 43 43,4 3 3,0 99 100

7 geisha adalah profesi yang berperan sebagai lambang tradisional Jepang 7 7,1 55 55,6 31 31,3 6 6,1 99 100

Sumber: P.16/FC 47,48,49,50,51,52,53

Tabel 20 menggambarkan bagaiman persepsi mahasiswa terhadap peranan

geisha di Jepang dalam film memoirs of a geisha. Peran geisha sebagai pelobi

bisnis dan politik antar perusahaan/negara sangat penting (58,6%) hal ini dapat

dilihat saat Nobu meminta Sayuri untuk melayani Jendral dari Amerika untuk

kepentingan bisnis agar Jendral Amerika tersebut mau membantu perusahaannya,

disini geisha berpepran sebagi pelobi bisnis. Dengan banyaknya keahlian yang

dimiliki oleh seorang geisha dia bukan saja berperan sebagai hostes jepang biasa

tetapi hostes yang professional (84,9%). Geisha juga berhasil menjalankan

perannya sebagai penjaga kebudayaan dan tradisional Jepang (57,6%) dalam hal

pelestarian kebudayaan tradisional dalam bidang seni dengan profesinya secara

langsung ia menjaga agar seni tradisional tetap ada dan tidak punah. Dengan

kimono yang dikenakan ia juga berperan sebagai innovator fashion (59,6%).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 111: 09E00833

Tabel 21 Persepsi Responden Terhadap Ritual geisha di Jepang

Persepsi Mahasiswa Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Total No Pernyataan Ritual geisha di Jepang

f % f % f % f % f % 1 geisha dikatakan sukses apabila ia memiliki

seorang danna yaitu lelaki yang menjadi pelindungnya dan membiayai seluruh hidupnya

17 17,2 76 76,8 6 6,1 0 0 99 100

2 Upacara sebelum penyerahan mizuage (keperawanan) sama halnya dengan upacara penikahan

2 2,0 39 39,4 47 47,5 11 11,1 99 100

3 Lelang keperawanan dilakukan untuk menunjukkan tingkat popularitas seorang geisha

16 16,2 60 60,6 14 14,1 9 9,1 99 100

4 Adanya peristiwa mizuage menandakan gambaran suram profesi geisha 21 21,2 59 59,6 15 15,2 4 4,0 99 100

5 Seorang geisha bagi dannanya sama halnya seperti istri simpanan 16 16,2 66 66,7 17 17,2 0 0 99 100

6 Puncak karir seorang geisha ditentukan pada saat peristwa lelang mizuage 19 19,2 70 70,7 9 9,1 1 1,0 99 100

7 Peristiwa mizuage menandakan bahwa geisha tidak memiliki kuasa atas dirinya sendiri

31 31,3 54 54,5 11 11,1 3 3,0 99 100

Sumber: P.17/FC 54,55,56,57,58,59,60,61

Tabel 21 menggambarkan bagaimana persepsi mahasiswa terhadap ritual

yang harus dilakukan oleh geisha dalam hidupnya. Geisha dikatakan sukses

apabila ia memiliki seorang danna yaitu lelaki yang menjadi pelindungnya dan

membiayai seluruh hidupnya (94%) hal ini senada dengan apa yang dikatakan

oleh Mameha dalam film Memoirs of a geisha, seorang geisha akan dianggap

gagal jika ia tidak memiliki danna. Adanya peristiwa mizuage menandakan

gambaran suram profesi geisha (80,8%), beberapa responden mengatakan bahwa

peristiwa mizuage inilah yang membuat profesi geisha berkonotasi prostitusi,

Jika ritual ini tidak ada maka profesi geisha secara keseluruhan dianggap bagus

karena menjaga kelestarian budaya bangsa Jepang. Tetapi ironisnya justru Puncak

karir seorang geisha ditentukan pada saat peristwa lelang mizuage (89,9%) dan

peristiwa mizuage menandakan bahwa geisha tidak memiliki kuasa atas dirinya

sendiri (85,8%).

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 112: 09E00833

IV. 4 Pembahasan

Pembahasan diperlukan untuk melihat penemuan yang dianggap menarik

dan digunakan untuk menarik kesimpulan tentang persepsi mahasiswa terhadap

profesi geisha dalam film memoirs of a geisha. Media massa termasuk film

mempunyai peran yang besar dalam kehidupan manusia, karena mampu

menyebarluaskan pesan kepada khalayak. Dalam hal ini media bertugas sebagai

jendela yang membuat kita mengetahui apa yang sedang terjadi di tempat lain dan

bertugas sebagai pembawa yang memberikan informasi.

Film merupakan salah satu media komunikasi yang memiliki kekuatan

tersendiri dalam menyampaikan makna. Film memang tidak mampu menjawab

kebutuhan berita tetapi film dapat di putar berulang-ulang dan merupakan

penyampaian pesan yang efektif karena melibatkan semua panca indra baik audio

maupun visual. Film sebagai media mempunyai keunggulan dalam menampilkan

suara, gambar yang bergerak, garis dan symbol sehingga dapat memberikan

penggambaran yang paling mendekati pengalaman secara menarik, dapat

menimbulkan kesan ruang dan waktu, dan suara yang dihasilkan dapat

menimbulkan realita pada gambar. Selain itu film juga menampilkan fakta secara

abstrak, dimana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi dalam

masyarakat. Film sebagai media audio visual memiliki kekuatan dalam

mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang terhadap citra objek

Film dapat menyampaikan berbagai pesan kepada audiens yang

diinginkan. Kebudayaan, nilai-nilai sosial, adat-istiadat, teknologi, dan bahasa,

dapat disampaikan secara holistic. Memoirs of a geisha merupakan salah satu

film cerita yang berlatar belakang sejarah dan budaya. Meskipun tokoh Sayuri dan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 113: 09E00833

kisahnya adalah rekaan semata, tetapi fakta-fakta historis kehidupan sehari-hari

seorang geisha tidaklah demikian, artinya filosofi filmnya sangat mewakili sejarah

dan budaya Jepang. Khalayak dalam penelitian ini yaitu mahasiswa yang

menonton film tersebut terutama untuk hiburan, tetapi ternyata dalam film

tersebut juga terkandung fungsi informatif dan edukatif (Tabel 16).

Hal yang menarik, bahwa geisha merupakan salah satu “produk”

kebudayaan tradisional Jepang yang penuh dengan kemisteriusan tersendiri.

Kehidupannya yang penuh rahasia dan tertutup memberikan kesan istimewa yang

dilekatkan padanya. Dan budaya Jepang yang memiliki keunikan tersebut telah

direpresentasikan melalui film Memoirs of geisha. Memang pada dasarnya

kebudayaan yang dianut oleh suatu kelompok masyarkat itu sangat unik, sama

halnya seperti tradisi dan kebudayaan Jepang yang masih dipelihara hingga

sampai saat ini yaitu geisha.

Standar moral dari satu komunitas berbeda dengan standar moral dari

komunitas lain. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa standar moral yang ada di

Indonesia sangat berbeda dengan standar moral yang ada di Jepang. Jika

dipandang dari sudut ketika perempuan dijadikan komoditi, adanya ritual, seks,

dan relasi kuasa, Hampir semua responden menyatakan bahwa sebagai orang

Indonesia sangat tidak setuju dengan adanya profesi geisha, karena hal diatas

dianggap sangat tidak bermoral.Cerita dimulai dengan adegan Chiyo (sayuri

muda) dijual bersama kakaknya (satsu). Hal ini menandakan bahwa wanita

seringkali hanya dianggap “barang” yang bisa dipertukarkan dengan uang. Era

dimana orang-orang yang berpengaruh dan pedagang kaya berkuasa, dan

kemiskinan seakan menjadi takdir. Tertutupnya peluang untuk bekerja dan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 114: 09E00833

merintis karir membuat mereka menjual bagian dari keluarganya guna

mendapatkan uang untuk pengobatan ibunya yang sakit keras. Komoditi selain

memiliki sifat kegunaan (used value) juga mengandung sifat ‘exchange value’

yaitu sifat untuk diperjualbeli fisiknya. Tawar-menawar antara ”pemilik” dan

”pelatih” dalam film Memoirs of geisha juga menggambarkan bahwa geisha

adalah ”industri” yang menguntungkan bagaimana pemilik rumah geisha (Nitta)

menghasilkan kekayaan dengan memperkerjakan geisha. Lihat adegan

selanjutnya ketika Chiyo dididik menjadi geisha dengan biaya dari inangnya.

Biaya itu diperhitungkan sebagai “hutang”. Hutang yang harus dibayarnya setelah

resmi menjadi geisha. Tuntutan dan kebutuhan hidup membuat seorang geisha

harus berusaha tampil sebaik mungkin menjadi entertainer. geisha berusaha

mendapatkan “danna”. geisha mempunyai ritual melepas keperawanan pada

penawar tertinggi.Adegan dimulai dari Sayuri magang (maiko), dan terus

diperkenalkan oleh Mameha ke setiap kunjungan rumah-rumah peristirahatan

Dilatih sebagai seorang “calon” geisha dan tidak sembarang bergaul atau bercinta

dengan sembarang orang. Hal ini untuk menjaga agar popularitas dan harga tawar

tidak turun. Mizuage dirancang oleh Mameha pada momentum waktu dan pilihan

orang yang tepat. Sehingga saat itu harga penawaran Sayuri mencapai 15.000 yen,

sebuah penawaran tertinggi sepanjang penawaran geisha. Ritual yang

menghalalkan prostitusi dimana relasi kuasa ikut berlangsung. Memang seorang

geisha tidak akan ”berhubungan ” dengan sembarang orang, dia hanya dapat

”berhubungan” dengan pria yang membeli mizuagenya (ini pun dilakukan hanya

sekali), dan pria yang menjadi dannanya. Sangat berbeda dengan pelacur yang

kita kenal yang dapat ”berhubungan” dengan semua orang yang dia mau, dan

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 115: 09E00833

hanya mengandalkan fisik, sedangkan seorang geisha memiliki banyak keahlian

yang dipelajari sejak masih kecil. Tetapi tetap saja menurut agama, hukum, dan

budaya bangsa Indonesia hal diatas sangatlah bertentangan, karena bagaimanapun

seorang wanita hanya dapat ”berhubungan” dengan pria yang sah secara hukum

dan agama sebagai suaminya. Dan ketika perempuan dijadikan komoditi maka

berarti telah terjadi pelanggaran hak azasi manusia.

Sementara bagi orang Jepang hal tersebut dianggap wajar bahkan profesi

geisha adalah profesi yang mendapat tempat dalam masyarakat Jepang. geisha

pada saat itu dianggap sebagai wanita yang berkelas. Budaya sex di Jepang hingga

saat ini dikenal sangat ekstrem, kehilangan keperawanan sebelum menikah

dianggap sebagai hal yang biasa, bahkan bagi penduduk Jepang jika seorang

wanita yang menikah di usia lebih dari 20 tahun ternyata masih perawan dianggap

sangat memalukan karena itu berarti dia benar-benar berada di tipe level bawah

dalam pergaulan mereka. Hal ini bukan hanya terjadi belakangan ini tetapi juga

sudah terjadi sejak jaman-jaman kerajaan Jepang di masa lampau. Dahulu semua

perempuan Jepang diberikan kepada tentara-tentara Jepang untuk dijadikan budak

nafsu dan tidak heran ketika jaman penjajahan Jepang dahulu banyak perempuan

Indonesia kehilangan keperawan oleh tentara Jepang. Meskipun mereka termasuk

dalam ras kuning tetapi tetap aja keanehan-keanehan tersebut dianggap wajar

(http://gugling.com/mengenal-budaya-sex-di-jepang). Menurut KAMMI

(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) masyarakat jepang kurang

mengenal norma agama, sehingga permasalahan yang tidak mengganggu oran lain

tidak akan dipermasalahkan,tidak mengenal sangsi berupa dosa jika ketahuan

berbuat jinah, mabuk juga tidak dilarang, ekplorasi anak dibawah umur juga tidak

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 116: 09E00833

dilarang secara hukum, melakukan apa saja boleh asal tidak mengganggu orang

lain (www. Kammi-jepang.net)

Adanya perbedaan budaya inilah yang membuat komunikasi antar budaya

sangat penting. Diantaranya kita dapat mengambil hikmah dari penyimpangan

budaya Jepang sehingga membuat kita menjadi mawas diri terhadap keanehan

yang terjadi di dunia. Hal ini meningat bahwa dunia sedang menyusut, proses ini

sering disebut globalisasi sehingga kapasitas untuk memahami budaya sangat

diperlukan, dimana esensinya semua budaya berfungsi dan penting bagi

pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda

dan setiap individu atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri.

Demikian juga dengan bangsa Jepang, seorang geisha berhak

menggunakan nilai-nilainya sendiri dan kita jangan menganggap perbedaan itu

sebagai suatu musibah karena itulah nilai yang berlaku bagi mereka.

Jika dilihat dari segi pelestarian budaya oleh geisha alat musik

tradisional seperti Shamisen, Shakuhachi (bambooflute), dan drum, sebaik

mungkin. Mereka juga dituntut untuk bisa menyanyi lagu tradisional, menari

tarian Jepang kalsik (tari kipas), upacara teh, keterampilan ikebana (keterampilan

merangkai bunga), mengenakan kimono, puisi, bahkan pengetahuan umum dan

ilmiah, maka mayoritas responden (72,7%) setuju jika profesi geisha dikatakan

sebagai penjaga kebudayaan tradisional Jepang. Adanya komunikasi antarbudaya

melalui media film yang memberi efek kognitif berupa pengetahuan tentang

budaya tradisional Jepang yang masih tetap utuh di tengah arus globalisasi patut

mendapat perhatian dari bangsa Indonesia. Kita dapat belajar bagaimana tetap

mempertahankan kekayaan budaya tradisional bangsa Indonesia yang beraneka

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 117: 09E00833

ragam ditengah arus globalisasi, sehingga bangsa Indonesia tidak kehilangan

identitasnya

Persepsi adalah pemahaman kita terhadap apa yang kita alami, penafsiran

kita terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar yang dipengaruhi oleh kombinasi

antar pengalaman masa lalu, keadaan serta psikologi yang benar-benar sama. Bagi

setiap orang apa yang dipersepsikannya itulah kenyataan, (Effendy,1992:48).

Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa

psikologis, sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang

merupakan perantara rangsangan diluar organisme dengan tanggapan fisik

organisme yang dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumus ini yang

dikenal dengan teori rangsangan-tanggapan (Stimulus-Respon), persepsi

merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah

rangsangan diterapkan kepada manusia. Sub proses psikologi lainnya yang

mungkin adalah pengenalan, penalaran, perasaan dan tanggapan.

Yang menjadi rangsangan adalah profesi geisha dalam film memoirs of a

geisha yang diterima melalui panca indra dilanjutkan dengan pengenalan terhadap

profesi tersebut yang diawali dengan rasa suka terhadap film tentang kebudayaan

dan mayoritas responden menyatakan suka (91,9%) terhadap film tentang

kebudayaan. Kesukaan responden terhadap film tentang kebudayaan membuat

mayoritas responden (91,9%) juga menyatakan suka menonton film memoirs of a

geisha, karena film memoirs of a geisha merupakan salah satu film yang bercerita

tentang kebudayaan Jepang, yang mana Jepang adalah negara yang dapat

mempertahankan kebudayaannya ditengah arus globalisasi, film ini menceritakan

tentang kehidupan seorang artis, sebuah karya seni yang bergerak, yaitu geisha.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 118: 09E00833

Suatu profesi yang menurut persepsi orang luar memiliki konotasi sebagai

prostitusi. Sementara bagi bangsa Jepang, geisha (seniman) dalam bahasa jepang

adalah seniman atau penghibur tradisional (entertainer). Geisha sangat umum

pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun

jumlahnya tidak banyak. Sejarah geisha dimulai dari awal pemerintahan

Tokugawa, di mana Jepang memasuki masa damai dan tidak begitu disibukkan

lagi dengan masalah-masalah perang. Seorang calon geisha harus menjalani

pelatihan seni yang berat selagi usia dini. Berlatih alat musik petik shamizen yang

membuat calon geisha harus merendam jarinya di air es.

Berlatih alat musik lainnya juga seperti tetabuhan kecil hingga taiko.

Berlatih seni tari yang menjadi kunci kesuksesan seorang geisha, karena geisha

papan atas umumnya adalah penari, tari Topeng Noh yang sering dimainkan oleh

geisha dihadirkan bagi masyarakat kelas atas berbeda segmennya dengan

pertunjukkan Kabuki yang lebih disukai rakyat jelata, geisha juga harus berlatih

seni upacara minum teh, yang pada masa medieval dianggap sama pentingnya

dengan seni perang. Dan berbagai latihan berat lain yang harus dijalani. Dan

latihan itu masih terus dijalani setiap geisha hingga akhir karirnya.(

Frederic,2002). Selanjutnya dalam hal penalaran dalam bentuk pemahaman

mayoritas responden (84,9%) paham terhadap isi film memoirs of a geisha dan

menimbulkan perasaan tertarik (86,9%) terhadap isi film yang menonjolkan

profesi geisha dan responden (79,8%) merasa tertarik terhadap profesi geisha

yang ditampilkan dalam film. Perasaan tersebut kemudian menghasilkan

tanggapan (respon) dalam bentuk persepsi yaitu persepsi terhadap profesi geisha

yang mencakup status, tugas, tanggung jawab, peranan, ritual seorang geisha.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 119: 09E00833

Bebarapa adegan yang dilihat oleh responden yang dapat memberi

makna terhadap apa sebenarnya profesi geisha yaitu seperti pada adegan ketika

Mameha memberikan nasehat kepada Chiyo remaja “being a geisha is to be a

living object of art” yang dilanjutkan dengan adegan-adegan Chiyo belajar

menari, main musik, menuang sake dengan hanya membiarkan pergelangan

tangannya yang bergerak dan terlihat oleh tamu. “paint and beauty live side by

side” lanjut Mameha sambil menata taburan garam di bawah bantal kayu, seorang

geisha haru bisa tidur dengan anggun tidak boleh bergerak sedikitpun, sehingga

taburan garam itu utuh hingga pagi. Seorang geisha harus mampu berjalan dengan

anggun, dengan langkah bagaikan aliran air, pendeknya seorang geisha harus

memiliki keseimbangan badan yang baik dan keseimbangan badan yang baik itu

dipengaruhi oleh pikiran yang tenang.

“You are succesfull geisha, if the men cannot take their eyes of you”,

kata Mameha sambil mencontohkan bagaimana ketika mereka berjalan di pasar,

pria-pria melihat sampai jatuh atau nabrak. “touch their thigh a little when you

pour the sake” lanjutnya “always by coincidence of course” menjadi geisha

adalah belajar bagaimana menggoda pria tanpa melahapnya mentah-mentah, jadi

bukan untuk menjual diri kepada siapapun yang punya uang untuk

membayaremang benar bahwa ujian untuk naik kelas dari geisha magang menjadi

geisha penuh adalah dengan melelang keperawanannya. Tetapi justru karena

adanya lelang keperawanan tersebut mereka harus ekstra hati-hati menjaganya.

Memang geisha itu tidak ubahnya seperti gadis-gadis lain juga, mereka buka

penjaja cinta. Mereka juga punya cinta dan pria idaman, tetapi cita dan cinta itu

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 120: 09E00833

harus disimpan di sudut tersembunyi, karena mereka harus menjadi “profesional

wife”.

“We are the wife of the night, we cannot expect to be wife of the day”

demikian kata sayuri yang tentunya tidak berarti harafiah, lebih sebagai bentuk

dan kepasrahan dan penyerahan diri. Menjadi geisha memang bukan menjadi

pilihan sesaat, bukan jalan pintas atau mengejar sesuatu yang lain. Menjadi geisha

adalah suatu “takdir” yang harus dijalani, takdir disini berarti bukan takdir Tuhan

tetapi “pencari bakat” seperti pemilik rumah geisha yang berperan disini. Nilai-

nilai yang ditawarkan film memoirs of a geisha sebenarnya dari sudut pandang

ketimuran memang tidak dapat sepenuhnya dapat diterima sebab nilai yang ada

adalah nilai orang Jepang. Film ini di satu sisi hendak mengetengahkan bahwa

sesungguhnya geisha berbeda dengan prostitusi. Tapi disisi lain ditampilkan sisi

sesungguhnya dunia prostitusi itu. Bahwa pada dasarnya yang terjadi apabila

seorang geisha telah meninggalkan nilai-nilai yang harus diterapkan oleh seorang

geisha, dia memang akan terjerumus kedalam dunia gelap yang mirip dengan

dunia prostitusi seperti yang dialami oleh Hatsumono.

Sangat sulit membedakan antara geisha dengan prostitusi, sebab adegan

film tidak memberikan batasan yang jelas. Pada bagian-bagian tertentu dalam film

ini memang menampilkan aktifitas geisha sebagai pekerja seni atau penghibur,

namun pada bagian lainnya juga ikut ditonjolkan bagaimana seorang geisha

terjerumus kedalam praktik prostitusi itu sendiri

Seperti telah diungkapkan pada analisa tabel tunggal bahwa pada

dasarnya mahasiswa USU memiliki persepsi bahwa jika dilihat dari nilai-nilai

moral bangsa Indonesia mayoritas mahasiswa USU menganggap geisha adalah

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 121: 09E00833

profesi yang tidak baik karena tidak jauh berbeda dengan praktek prostitusi seperti

pekerja seks komersial (PSK) yang ada di Indonesia. Semua ajaran agama yang

ada di Indonesia memandang negatif terhadap praktek prostitusi. Dan PSK sering

kali dibenturkan dengan argumen moral, norma mayarakat dan nilai-nilai agama

untuk melabelkan bahwa profesi pelacur adalah perempuan nakal, tak bermoral,

melanggar nilai-nilai agama dan norma masyarakat. Indikasinya sangat jelas

ketika sebagian kalangan yang kontra PSK menganggap tindakan mereka sebagai

tindakan kejahatan atau kriminal yang perlu dihukum seberat-beratnya, kalau

perlu dilenyapkan dari muka bumi. Profesi tersebut juga dianggap melanggar hak

azasi manusia karena adanya pengeksploitasian wanita yang dilakukan oleh

pemilik okiya terhadap geisha-nya dan seorang geisha tidak memiliki kuasa atas

dirinya. Tetapi jika dilihat dari sisi geisha sebagai seniman tradisional Jepang,

mayoritas mahasiswa USU menilai bahwa profesi ini masih memiliki sisi positif

karena mampu menjaga kelestarian budaya tradisional. Tetapi tetap saja apapun

kelebihan dari profesi geisha, sebagai bangsa Indonesia yang berintelektual

mayoritas mahasiswa USU tidak setuju dengan profesi tersebut.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 122: 09E00833

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

VI. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Gambaran profesi geisha dalam film memoirs of a geisha yakni suatu

profesi yang menganggap penampilan sangatlah penting, keperawanan

seorang gadis dilelang kepada penawaran yang paling tinggi, perempuan

dilatih untuk memikat laki-laki yang paling berkuasa dan cinta dicemooh

sebagai ilusi belaka. Seorang wanita yang mempelajari seni geisha yang

berat, menari dan menyanyi, memakai kimono, makeup tebal, dan

dandanan rambut yang rumit, menuang sake dengan cara yang sensual,

bersaing dengan sesama geisha memperebutkan pria-pria dan

kekayaannya.

2. Persepsi terikat oleh budaya. Bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek

atau lingkungan bergantung pada sistem nilai yang kita anut. Mayoritas

mahasiswa memiliki persepsi yang sama terhadap profesi geisha hal

tersebut disebabkan nilai yang dianut oleh tiap-tiap mahasiswa sama yaitu

nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Mahasiswa memandang status geisha

dari dua sisi, yang pertama jika dilihat dari tugas dan perannya dalam

pertunjukkan seni dan penjaga kelestarian budaya Jepang maka geisha

dinilai memiliki status sebagai profesi yang dihargai. Tetapi jika dilihat

dari tugasnya ”melayani” dannanya tanpa ada hubungan pernikahan serta

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 123: 09E00833

ritual mizuage yang dilakukan maka geisha dinilai memiliki status yang

rendah, wanita yang tidak ada bedanya dengan pelacur. Tetapi secara

keseluruhan sebagai bangsa Indonesia mahasiswa memiliki persepi negatif

dengan tidak setuju adanya profesi tersebut walaupun geisha memiliki

keahlian sebagai seniman, karena tidak jauh berbeda dengan pelacur

layaknya seperti wanita tuna susila yang ada di Indonesia.

V.2 Saran

1. Adanya komunikasi antarbudaya dalam film memoirs of a geisha

diharapkan dapat menjembatani perbedaan antarbudaya melalui perolehan

informasi baru, mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada

dalam kebudayaan , serta sekedar mendapatkan hiburan dan melepaskan

diri dan tidak menjadikan perbedaan itu sebagai bencana. Karena pada

dasarnya semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-

anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda dan setiap

individu berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri.

2. Mahasiswa sebagai kaum intelektual diharapkan dapat mengambil hikmah

dari penyimpangan budaya Jepang sehingga membuat kita menjadi mawas

diri terhadap keanehan yang terjadi di dunia terutama pada era globalisasi

saat ini

3. Ada beberapa nilai positif yang dapat kita contoh dari profesi geisha

tersebut antara lain kemampuan mereka untuk tetap menjaga nilai-nilai

budaya tradisional dalam bidang seni, kegigihan mereka untuk mencapai

cita-citanya.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 124: 09E00833

4. Film dapat berfungsi untuk memperkenalkan kebudayaan suatu bangsa

kepada bangsa lain. Indonesia adalah salah satu bangsa yang memiliki

kekayaan budaya yang unik, dan tidak ada salahnya jika para scene

Indonesia membuat film yang mengangkat kebudayaan Indonesia sehingga

budaya yang ada di Indonesia dapat dikenal di masyarakat luas.

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 125: 09E00833

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. komunikasi Massa Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Airlangga University Pers, Surabaya

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung .2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT.Citra

Aditya Bakti, Bandung .2004. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung Frederic, Louis. 2002. Japan Encyclopedia. Belknap Press Of harvad

University,London Golden,Arthur.2002. Memoirs Of A Geisha. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Hendry, Joy.1995. Understanding Japanese Society. Biddles Ltd, Great britanian

Irawanto, Budi.1999. Film, Ideologi, dan Militer. Media Pressindo,Yogyakarta

Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana, Jakarta.

Liliweri, Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

.2001.Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Pustaka

Pelajar,Yogyakarta Lubis, Lusiana Andriani. 2002. Pengantar Komunikasi Lintas Budaya. Seri

Diktat, Medan Matsumoto, David. 2004.Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Pustaka

Pelajar,Yogyakarta

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 126: 09E00833

Mulyana, Deddy dan Jallaluddin rakhmat. 2003. Komunikasi Antarbudaya

Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. PT.Remaja Rosdakarya, Bandung

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mc.Quail, Dennis. 2005. Teori Komunikasi Massa. Erlangga, Jakarta

Nawawi, Hadari. 1997. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Purwasito, Andrik.2003. Komunikasi Multikultural.Muhammadiyah Universitas

Pers, Surakarta

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Dengan Contoh Analistik Statistik. PT Remaja Rosdakarya, Bandung

.2005.Psikologi Komunikasi. PT.Remaja Rosdakarya,

Bandung

Singarimbun, Masridan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. PT Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta

Sobur, Alex. 2003. Psikologi umum. Pustaka Setia, Bandung.

Sunarwinadi, Ilya. 1993. Komunikasi Antar Budaya.UI Pers,Jakarta

Suparmoko.1999. Metode Penelitian Praktis Untuk Ilmu Sosial ,Ekonomi dan Bisnis. BPFE,Yogyakarta

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

Page 127: 09E00833

Juita E J Purba : Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Geisha Dalam Film Memoirs Of A Geisha (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Terhadap Profesi Geisha dalam Film Memoirs Of A Geisha), 2009 USU Repository © 2008

NON BUKU

http://id.wikipedia.org/wiki/Memoirs_of _a_ Geisha diakses tanggal 19 desember

2008

http://wrm-indonesia.org/content/view/228/66 diaksese tanggal 2 desember 2008

http://id.wikipedia.org/wiki/geisha).diakses tanggal 28 november 2008

http://id.wikipedia.org/wiki/Media massa diakses tanggal 28 november 2008

http://www.indoforum.org/archive/indexphp diakses tanggal 2 febuari 2009

www.usu.ac.id diakses tanggal 5 januari 2009

Seputar Indonesia, Edisi 27 Februari 2008