09e00193

151
ANALISIS HUKUM TERHADAP PENATAAN TATA RUANG KOTA MEDAN DALAM PERSFEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TESIS Oleh RINSOFAT NAIBAHO 067005061 / HK S E K O L A H P A S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

Upload: golojoskali

Post on 19-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: 09E00193

ANALISIS HUKUM TERHADAP PENATAAN TATA RUANG

KOTA MEDAN DALAM PERSFEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

TESIS

Oleh

RINSOFAT NAIBAHO 067005061 / HK

S

EK O L A

H

PA

SC A S A R JANA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

Page 2: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM TERHADAP PENATAAN TATA RUANG KOTA MEDAN DALAM PERSFEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Nama Mahasiswa : Rinsofat Naibaho Nomor Pokok : 067005061 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof. Syamsul Arifin, SH.MH Ketua

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH,MH. Dr. Pendastaren Tarigan, SH,MS. Anggota Anggota

Ketua Program Studi Ilmu Hukum Direktur Prof. Dr. Bismar Nasution, SH,MH Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B.,MSc

Tanggal Lulus : 22 Nopember 2008

Page 3: 09E00193

Telah diuji pada Tanggal 22 Nopember 2008

PANITIA UJIAN TESIS KETUA : Prof. Syamsul Arifin, SH,MH ANGGOTA : 1. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH,MH

2. Dr. Pendastaren Tarigan, SH.MS 3. Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH,MS 4. Dr. Sunarmi, SH,M.Hum

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

Page 4: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

ABSTRAK Dalam rangka penataan tata ruang, pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan untuk itu. Perencanaan tata ruang yang efektif,efesien dan berkelanjutan merupakan salah satu cirri penataan ruang yang baik. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yang dilaksanakan dilingkungan Kantor Walikota Medan. Penelitian ini bersifat juridis normative dengan pendekatan juridis sosiologis. Alat pengumpulan data melalui bahan-bahan kepustakaan dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil analisis dan penelitian menunjukkan bahwa perencanaan penataan tata ruang merupakan tugas dan kewenangan pemerintah khususnya pemerintah daerah Kota Medan. Perencanaan penataan tata ruang Kota Medan telah diatur dalam peraturan daerah Kotamadya Medan Nomor 4 tahun 1995 belum berjalan dengan semestinya. Peraturan Kotamadya Medan belum bias melindungi perencanaan penataan tata ruang, perizinan dan lingkungan hidup dan banyaknya pelanggaran yang terjadi, misalnya membangun tanpa surat izin mendirikan bangunan, akibatnya merusak perencanaan tata ruang dan merusak lingkungan hidup. Analisis penataan tata ruang sesuai dengan peraturan daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal. Disarankan dalam perlindungan perencanaan penataan tata ruang di Kota Medan diperlukan peran serta seluruh masyarakat dan aparatur Negara dalam mengawasi setiap perkembangan penataan tata ruang , perizinan dan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat, untuk itu diharapkan kepada khususnya aparatur Negara untuk bekerjasama dalam melakukan penataan tata ruang. Karena menata tata ruang merupakan hasil kreatif yang sangat berguna untuk masa sekarang dan yang akan datang di Indonesia khususnya bagi pembangunan berkelanjutan di Kota Medan. Disamping itu pemerintah Kota Medan, memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang perlunya penataan tata ruang dan mensosialisasikan penataan tata ruang kepada masyarakat secara kontiniu dalam bentuk penyuluhan, media massa, media elektronik maupun media lainnya. Kata Kunci : Analisis hukum,penataan tata ruang dan pembangunan berkelanjutan.

i

Page 5: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

ABSTRACT In order to arrange the city space lay-out, since long the authority has issued variously regulations to have it orderly. The planning of lay-out space effectively, efficiently and continuously is recognized a properly arrangement to hold. The location of this study is Medan City, took place and completely done around office of Walikota medan. This study adopted a normative juridical research with a sociological approach. For collecting the data perhaps got material in library and with interview, and the data taken to analyze it later qualitatively. The result of analysis and research showed that the planning for arrange the city space lay-out perhaps the authority shall hold the duties and take the responsibility of Medan to handle it. The planning for laying out the city space of Medan order has been ruled within a city regulations of Medan under the regulation of number 4 in 1995 has not run properly yet. The city regulations of Medan may not protect the planning of lay-out the city space, city permits and the environmental yet and there are found many violation occurred, for instance to construct the buildings without having permit, and it may cause damage to the city planning for arrangement and damage too the environment. The analysis of city space lay-out accorder to the city rules may not run conducted optimal yet as required. It’s suggestible to cover the planning for the city space lay-out required perhaps mainly the public role with their take part maximally and with the authority as agents in controlling each the development lay-out in city space, permits and environment, and it should be done by public. In connecting with it, it is urged city authority encourage the city people and public authority hand in hand in conducting arrangement for space lay out. For arranging the city space is acknowledged a creative result and uses perhaps for today and future reasonable in Indonesian particularly of having a continuation development for medan city. In addition, the city authority of Medan is urged to guide those people of this city how importance to hold and keep the space lay out and then always socialize the arrangement for the city space lay-out for people continuation, it should be taken with a guidance, by mass media, with electronic media or other media. Keywords : Legal analysis, arrangement for space, continuation

development.

ii

Page 6: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunianya sehingga tesis ini

dapat diselesaikan yang berjudul : “ANALISIS HUKUM TERHADAP PENATAAN

TATA RUANG KOTA MEDAN DALAM PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN”.

Tesis ini diajukan guna memenuhi persyaratan yang harus dilengkapi dalam

rangkaian pembelajaran pada Program Studi Magister Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum

Administrasi Negara Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa tesis ini bisa diselesaikan karena banyaknya bantuan dari

berbagai pihak, baik yang sifatnya bantuan material maupun bantuan moril. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang tulus kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,

Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk

mengkuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister;

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. Ir. T.

Chairun Nisa B., M.Sc, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara, Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH,

atas segala pelayanan, pengarahan dan dorongan yang diberikan kepada kami

selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Ilmu Hukum

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

iii

Page 7: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

4. Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya

ucapkan kepada Bapak Prof. H. Syamsul Arifin, SH. MH. Selaku Pembimbing

Utama.

5. Bapak Prof. Dr.Bismar Nasution, SH. MH. Selaku anggota Komisi Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan,koreksi dan motivasi,

seingga Tesis ini dapat diselesaikan

6. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH. MS. Selaku anggota Komisi Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, koreksi dan motivasi

dengan penuh perhatian telah memberikan pikiran dan waktu yang tidak

mengenal lelah;

7. Bapak Kepala Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan beserta

bawahannya, serta bawahannya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang

telah membantu dalam penelitian ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan pada Program Magister Studi Ilmu Hukum

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

Akhirnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada Bapak

penulis U.E. Naibaho dan Ibu (Alm). M. Br. Sitanggang, yang melahirkan saya,

Abang R. Naibaho dan Keluarga, Kakak Adek saya yang saya cintai, juga tidak

terlepas dari Mertua saya yang sudah tiada Alm.V. Tampubolon dan Alm. F. Sitorus serta

Kakak M. Br. Tampubolon/ Ir. D. Sianipar, (Pak Petrus dan Anak-anak), Dra. E. Br.

Tampubolon/ Drs. F. Simanjuntak (Pak Valdo) dan Anak Ipar T.Tampubolon dan

Keluarga Ir. E. Tampubolon dan Keluarga Iptu. Pol. A. Tampubolon dan Keluarga M. Br.

Tampubolon dan Eduard Tampubolon.

iv

Page 8: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

Selanjutnya ucapan terima kasih dan rasa cinta yang mendalam penulis sampaikan

kepada istri tercinta St. M. Br. Tampubolon, SH yang penuh kesetiaan, kesabaran,

pengertian dan kasih sayang memberikan semangat, motivasi dan doa restu kepada

penulis.

Demikian juga anak-anak penulis Pdt. Lambok Naibaho STh, Harris Naibaho,

Elita Naibaho, dan Erwin Naibaho, yang memberikan inspirasi dan

dorongan bagi penulis. Khususnya juga tidak terlupakan teman saya seperjuangan

Kasman Siburian, SH.MH dan Pdt. M. Simanjuntak, STh. dan Keluarga.

Penulis telah berusaha untukmenyelesaikan Tesis ini dengan sebaik-baiknya,

namun demikian penulis menyadari adanya kekurangan-kekurangan dari Tesis ini. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat produktif dari semua

pihak.

Medan, Nopember 2008 Penulis Rinsofat Naibaho

v

Page 9: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

RIWAYAT HIDUP

Nama : RINSOFAT NAIBAHO

Tempat/ Tgl.lahir : BINJAI LANGKAT / 20 JANUARI 1957

Jenis Kelamin : LAKI-LAKI

Agama : KRISTEN PROTESTAN

Pendidikan : SD tahun 1962 s/d 1969 di Perdagangan

SMP tahun 1969 s/d 1972 di Perdagangan

SMA tahun 1972 s/d 1975 di Perdagangan

USU tahun 1975 s/d 1985 di Medan

Sekolah Pascasarjana USU tahun 2006 s/d 2008

Dosen Tetap di Universitas HKBP Nomensen

mulai tahun 1989 sampai sekarang.

vi

Page 10: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK……………………………………………………………….. i ABSTRACT……………………………………………………………… ii KATA PENGANTAR…………………………………………………… iii DAFTAR ISI…………………………………………………………….. vii DAFTAR TABEL……………………………………………………….. x DAFTAR ISTILAH……………………………………………………... xi BAB I : PENDAHULUAN……………………………………... 1 A. Latar Belakang…………………………………….. 1 B. Permasalahan……………………………………… 14 C. Tujuan Penilitian…………………………………... 14 D. Manfaat Penilitian………………………………… 14 E. Keaslian Penelitian………………………………... 15 F. Kerangka Teori dan Konsepsi…………………….. 16 1. Kerangka Teori……………………………… 16 2. Kerangka Konsepsi…………………………. 21 G. Metode Penilitian…………………………………. 30 1. Lokasi Penilitian……………………………. 30 2. Spesifikasi Penilitian……………………….. 30 3. Sumber Data………………………………... 32 4. Alat Pengumpulan Data……………………. 34 5. Analisis Data………………………………. 34

vii

Page 11: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

BAB II : PENGATURAN ANALISIS HUKUM TERHADAP PENATAAN TATA RUANG KOTA MEDAN DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN….. 36 A. Analisis Hukum……………………………………. 36 1. Pengertian Tentang Hukum…………………….. 36 2. Tujuan Hukum…………………………………. 44 3. Fungsi Hukum…………………………………. 45 B. Penataan Ruang…………………………………… 49 1. Pengertian Tata Ruang………………………… 49 2. Perencanaan Tata Ruang………………………. 60 3. Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan…….. 67 C. Pembangunan Berkelanjutan…………………….. 87 1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan……… 87 2. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Pembangunan Yang Berwawasan Lingkungan………………. 95 D. Hubungan Antara Hukum Administrasi Negara Dengan UU No.4 Tahun 1982/ UU No.23 Tahun 1997……………………………………… 101 1. Dari Segi Wewenang Kelembagaan………….. 101 2. Pelaksanaan dari Segi Penetapan Sarana Kebijakan Lingkungan……………………….. 107 3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan suatu Instrumen Dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan…….. 110

viii

Page 12: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

BAB III. : UPAYA- UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH KOTA MEDAN TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN………. 114

A. Gambaran Umum Kota Medan Keadaan Daearah………………………………………. 114 1. Kota Medan Secara Geografis…………….. 114 2. Kota Medan Secara Demografis…………... 115

viii

B. Upaya-Upaya yang Dilakukan Pemerintah Kota Medan Terhadap Tata Ruang Yang Berwawasan Lingkungan…………………………………… 121

BAB IV. : KESIMPULAN DAN SARAN………………… 130 A. Kesimpulan …………………………………… 130 B. Saran…………………………………………... 130 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………. 132

ix

Page 13: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Tahun

2001-2005……………………………………………………….115

Tabel 2. Persentase Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur Tahun

2001-2005……………………………………………………….117

Tabel 3. Indikator Utama Ekonomi Kota Medan ……………………………….120

x

Page 14: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

DAFTAR ISTILAH

UUD 1945 : Undang-Undang Dasar 1945

UU : Undang-Undang

UUPLH : Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup

UULH : Undang-undang Lingkungan Hidup

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

RUTRK : Rencana Umum Tata Ruang Kota

RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi

PKN : Pusat Kegiatan Nasional

PKW : Pusat Kegiatan Wilayah

IMB : Izin Mendirikan Bangunan

KSB : Keterangan Situasi Bangunan

KRP : Keterangan Rencana Peruntukan

KIM : Kawasan Industri Medan

KIB : Kawasan Industri Baru

KKN : Korupsi Kolusi Nepotisme

WPP : Wilayah Pengembangan Pembangunan

Ha : Hektar

KRP : Keterangan Rencana Peruntukan

KSB : Keterangan Situasi Bangunan

IMP : Izin Membangun Prasarana

ILH : Izin Layak Huni

IPRO : Izin Promosi

IMP : Izin Pemanfaatan Prasarana

RTBL : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

SIP : Surat Izin Perumahan

xi

Page 15: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

UUPA : Undang-undang Pokok Agraria

UUPTUN : Undang-undang Peradilan Tata Usaha Neara

UUPLH : Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Perda : Peraturan Daerah

xii

Page 16: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Pejelasan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang disebutkan Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia baik sebagai

kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang

di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya merupakan karunia Tuhan Yang Maha

Esa kepada Bangsa Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi dan dikelola secara

berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat yang

terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia

Tahun 1945, serta makna yang terkandung dalam falsafah dan Dasar Negara Pancasila.

Untuk mewujudkan amanat Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tersebut, Undang-undang tentang Penataan Ruang ini menyatakan bahwa

negara menyelenggarakan penataan ruang, yang melaksanakan wewenangnya

dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan tetap menghormati hak yang

dimiliki oleh setiap orang1

Lebih lanjut dikatakan ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal

batas wilayah. Namun untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,

produktif, dan berkelanjutan berlandasakan Wawasan Nusantara dan Kesatuan Nasional,

serta sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas

1 Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 Tentang penataan Ruang.

1

Page 17: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

2

dan bertanggungjawab, penataan ruang menuntut kejelasan pendekatan dalam

proses perencanaannya demi menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan

keterpaduan antar daerah, antara pusat dan daerah, antar sektor dan antar pemangku

kepentingan.

Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah tersebut, wewenang penyelenggaraan

penataan ruang oleh pemerintah dan pemerintahan daerah, yang mencakup kegiatan

pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang didasarkan pada

pendekatan wilayah dengan batasan wilayah administratif.

Pasal 1 ayat (2) UUPA No.5 Tahun 1960, yang menyatakan bahwa seluruh bumi,

air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dalam

wilayah Republik Indonesia merupakan sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, bagi

bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.

Selanjutnya pengertian tanah menurut UUPA No. 5 Tahun 1960, dijelaskan dalam

Pasal 4 ayat (1) yang berbunyi ; “Tanah adalah permukaan bumi atau kulit bumi”.

Selanjutnya Pasal 4 ayat (2) menjelaskan tentang pengertian hak atas tanah yang

berbunyi:

Hak atas tanah adalah hak untuk menggunakan tanah sampai batas-batas tertentu

meliputi tubuh bumi, air, dan ruang angkasa di atasnya sekedar diperlukan untuk

kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah.

Page 18: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

3

Dalam Pasal 16 UUPA mewajibkan pemerintah untuk menyusun rancangan

umum mengenai persediaan, peruntukan, dan pengawasan tanah untuk berbagai macam

keperluan pembangunan

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan

Pembangunan untuk kepentingan umum, maka dapat dirumuskan , yang dimaksud

dengan kepentingan umum adalah kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan

yang dimaksud dengan pengadaan tanah dalam kontek ini adalah setiap kegiatan untuk

mendapatkan tanah dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

Dalam kaitan antara pengadaan tanah bagi kepentingan umum dengan rencana

tata ruang disebutkan, bahwa pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah yang

diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum hanya dapat

dilakukan apabila penetapan rencana pembangunan untuk kepentingan umum hanya

dapat dilakukan apabila penetapan rencana pembangunan untuk kepentingan umum

tersebut sesuai dengan dan berdasarkan kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

yang telah ditetapkan terlebih dahulu

Peran serta masyarakat merupakan salah satu faktor terpenting dalam

melaksanakan pembangunan, karena melalui masyarakat inilah berbagai kegiatan

pembangunan dapat dilaksanakan serta terlaksana dengan baik. Salah satu wujud peran

serta masyarakat dalam pembangunan adalah dengan adanya hak-hak yang dimiliki oleh

masyarakat terambil, yang salah satu contohnya adalah penggunaan

Page 19: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

4

lahan atau tanah masyarakat yang terkena garis rencana kota untuk melaksanakan

pembangunan kota terhadap tata ruang.

Namun yang harus menjadi perhatian masyarakat adalah bahwa lahan-lahan yang

telah dikuasainya atau yang telah menjadi hak milik tidak serta merta dikuasai secara

mutlak, oleh karena menurut UUPA, khususnya Pasal 6 menerangkan bahwa semua hak

atas tanah mempunyai fungsi sosial, dan Pasal 14 UUPA yang menerangkan tentang

pemanfaatan lahan atau peruntukan tanah, sehingga memungkinkan apabila lahan

tersebut terkena garis rencana kota, yaitu untuk pembangunan, maka masyarakatpun

harus rela melepaskan kepemilikan tersebut, dapat melalui proses hibah atau ganti rugi

Konsolidasi tanah menurut Badan Pertanahan Nasional sesuai dengan Pasal 1 ayat

(1) Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1991 adalah

Kebijakan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan

tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, untuk

meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan

melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

Konsolidasi tanah merupakan suatu instrumen atau cara pembangunan di wilayah

perkotaan dan pedesaan yang secara konprehensif sekaligus menata kembali penguasaan

dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk pembangunan sehingga akan

dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya dengan

melibatkan peran serta masyarakat.

Page 20: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

5

Selanjutnya Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997, menegaskan

bahwa yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah :

Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia

Sedangkan menurut undang-undang yang sama , yang dimaksud dengan

ekosistem adalah Tatanan unsur lingkungan yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh

dan saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktifitas

lingkungan.

Hal tersebut sejalan dengan penegasan yang diuraikan dalam Pasal 1 ayat (6) UU

No. 23 Tahun 1997, yakni : Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan

hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya.

Kerusakan alam yang berakibat pada menurunnya daya dukung lingkungan , salah

satunya disebabkan oleh adanya pencemaran lingkungan hidup. Menurut Pasal 1 ayat

(12) UU No. 23 tahun 1997 yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan adalah:

“Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/ atau komponen

lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya

menurun sampai kepada tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup

tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya”

Page 21: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

6

Oleh karena itu, dengan mencermati uraian diatas , pengelolaan lingkungan hidup

secara terintegrasi yang melibatkan berbagai instrumen hukum, pemerintah, dan

masyarakat dimaksudkan untuk mencapai ketertiban dan keteraturan dalam

pemanfaatannya. Ketiga instrumen merupakan implementasi dari konsep pembangunan

yang berkelanjutan yang bermuara pada optimalisasi fungsi sumber daya alam,

kemampuan, kesejahteraan, demi kepentingan generasi kini dan generasi yang akan

datang, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UU No. 23 Tahun 1997, yaitu :

Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya

sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya

ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan , kesejahteraan, dan

mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Hal tersebut lebih lanjut ditegaskan dalam Pasal 3 UU No. 23 Tahun 1997, yaitu :

Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggungjawab

negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat, bertujuan untuk mewujudkan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka

pembangunan manusia Iandonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan hidup untuk berbagai keperluan, Pasal

9 UU No. 23 Tahun 1997 menegaskan :

Page 22: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

7

(1) Kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup dan penataan ruang mempunyai

hubungan erat dan merupakan kesatuan yang saling mempengaruhi.

(2) Pengelolaan lingkungan dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintah,

sesuai dengan bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing.

Maksud dari uraian pasal tersebut di atas adalah bahwa konsep pengelolaan

lingkungan hidup erat kaitannya dengan konsep penataan ruang, Artinya setiap penataan

ruang harus selalu memperhatikan konsep dan kebijakan lingkungan hidup, sehingga

melalui penataan ruang , konsep pembangunan akan tercapai dengan sebaik mungkin

tanpa merusak kondisi lingkungan sekitar.

Setelah Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus1945 adalah

mempunyai cita-cita dan tujuan nasional buat seluruh rakyat dan bangsa

Indonesia,sebagaimana tercantum dalam Alinea ke Empat Pembukaan UUD 1945 yang

berbunyi : “…Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia,dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa

dan untuk melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial…”. Dalam rangka mewujudkan tujuan Nasional tersebut maka

harus dilaksanakan serangkaian program pembangunan dalam berbagai sektor diseluruh

penjuru tanah air. Tujuan akhir dari rangkaian pembangunan itu adalah guna

mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, dalam artian sejahtera secara

lahiriah dan batiniah.

Didalam UUD 1945 pada pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa Negara Indonesia

adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik dengan sistem Demokrasi

Page 23: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

8

Pancasila,berarti bahwa Negara Indonesia berbentuk Negara kesatuan. Maka

segenap kekuasaan atau kewenangan serta tanggung jawab terhadap kesejahteraan dan

kelangsungan hidup bangsa Indonesia berada dibawah kendali atau pemegang kekuasaan

terpusat, yang terdapat pada Pemerintahan pusat. Dengan demikian,corak sistem

pemerintahan tersebut adalah bersifat Sentralisasi. Namun karena Wilayah Negara

Republik Indonesia sedemikian luasnya, dan didiami berbagai suku bangsa yang

beraneka ragam,maka corak pemerintahan sentralis bukanlah menunjukkan tipe ideal

sistem pemerintahan yang cocok untuk mengatur wilayah dan penduduk yang demikian

banyak dan beragam itu.

Untuk itu diaturlah corak pemerintahan di Indonesia berdasarkan sistem

pembagian kekuasaan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah berdasarkan

corak Desentralisasi sebagaimana tercermin dalam pasal 18 UUD.1945.Sesudah

Amandemen2

Berdasarkan ketentuan pasal 18 UUD 1945.yang membagi wilayah Indonesia

didalam daerah-daerah provinsi dan daerah daerah propinsi dibagi atas daerah kabupaten

dan daerah kota.Dengan adanya pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten,dan

daerah kota diharapkan dapat mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good

governance)3 yang berarti juga adanya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

2 Faisal Akbar, Dimensi Hukum Dalam Pemerintahan Daerah, Cetakan pertama (Medan: Pustaka

Bangsa Press 2003). hlm. 43 3 Good Governance yang dimaksudkan adalah merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan

negara dalam melaksanakan penyediaan publik goods and service.disebut Governance (pemerintahan atau Kepemerintahan yang baik) Agar Good Governance dapat menjadi kenyataan dan berjalan dengan baik, maka ditentukan komitmen dan ketertiban semua pihak yaitu pemerintah dan masyarakat Good Governance yang baik menuntut adanya” elignment” (koordinasi) yang baik dan integras, profesionalisme serta etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan demikian konsep Good Governence dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara merupakan tantangan tersendiri. Sedermayanti, Good Governence (kepemerintahan yang baik) dalam rangka otonomi daerah. Upaya membangun organisasi efektif dan efisien melalui rekomendasi dan pemberdayaan (Bandung Mandar Maju, 2003.h.2

Page 24: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

9

Dalam penjelasan umum UU RI No.26 tahun 2007 tentang penataan Tata Ruang

dalam angka (1) disebutkan “Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ,baik

sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat,ruang laut,dan ruang angkasa

termasuk ruang didalam bumi, maupun sebagai sumber daya adalah merupakan karunia

Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang perlu disukuri, dilindungi dan

dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai dengan

amanat yang terkandung dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945.Republik Indonesia, serta

makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar Negara Pancasila.

Untuk mewujudkan amanat pasal 33 ayat (3) UUD 1945 Negara Republik

Indonesia, pemerintah perlu mengambil dan menggunakan strategi yang tepat dengan

luasnya cakupan, kompleksitas masalah, serta keterbatasan sumber daya dan kapasitas

yang mengharuskan pemerintah mengambil pilihan atau tindakan yang strategis untuk

pengembangan terhadap penentuan penataan Tata Ruang kota.

Pemerintahan yang baik (good Governance) hanya akan tercapai didaerah jikalau

pemerintahan pusat membuat rambu-rambu ditingkat pusat yang bisa menekan

pemerintahan daerah untuk melakukan perubahan.Contohnya masyarakat boleh

berpatisipasi kalau ada aturan atau Peraturan Daerah memerintah daerah yang

Page 25: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

10

mengatur partisipasi.Tetapi Per-Da itu boleh berbentuk kalau pemerintah pusat

membuat aturan yang mewajibkan pemerintah daerah membuat Per-Da yang memberikan

akses kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Jadi harus ada Intervensi pemerintah pusat

itu melalui perundang-undangan yang mewajibkan pemerintah daerah melakukan

sejumlah hal dalam rangka menerapkan tata kelola tata ruang dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat.

Akhir tahun 2004 tepatnya tanggal 15 Oktober 2004, pemerintah memberlakukan

UU No. 32 tahun 2004 Amandemen UU No.12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah.

Dalam penjelasan umum pada point 1 Dasar pemikiran huruf (b) UU. No. 32 tahun 2004

memuat prinsip otonomi Daerah. Menggunakan prinsip Otonomi seluas-luasnya dalam

9

arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan

diluar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut.

Karena daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk

memberikan pelayanan, peningkatan, prakarsa,dan memberdayakan masyarakat yang

bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Dari penjelasan umum UU No. 32 tahun 2004 tersebut dapat terbaca dengan jelas

bahwa salah satu tujuan pemberian Otonomi Daerah adalah untuk meningkatkan

pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan mensejahterakan rakyat.

Berdasarkan ketentuan pasal 14 ayat (2) UU No.32 tahun 2004 Perubahan dengan

keluarnya undang-undang No.12 Tahun 2008 tentang pemerintahan daerah merupakan

urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk

Page 26: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

11

kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi

Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan ;

b. Perencanaan, pemamfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. Penanganan bidang Kesehatan;

f. Penyelenggaraan Pendidikan;

g. Penanggulangan Masalah Sosial;

h. Penyelenggaraan Bidang Ketenagakerjaan;

i. Fasilitas Pengembangan koperasi, Usaha Kecil dan Menengah;

j. Pengendalian lingkungan hidup;

k. Pelayanan Pertahanan;

l. Pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil;

m. Pelayanan Umum Administrasi Pemerintahan;

n. Pelayanan Administrasi Penanaman Modal;

o. Penyelenggaraan Pelayanan Dasar lainnya, dan ;

p. Urusan Wajib lainnya yang diamanatkan oleh Peraturan perundang Undangan.

Dari uraian diatas Urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

untuk Kabupaten/kota yang secara keseluruhan bertujuan untuk mencapai tujuan

pembangunan Nasional,yaitu masyarakat adil dan makmur.

Page 27: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

12

Dengan demikian dapat dikatakan pemerintah telah berupaya dalam

penyelenggaraan pemerintahan kearah pemerintahan terwujudnya Pembangunan yang

berkelanjutan.

Pemerintah Daerah kota Medan sebagai salah satu pemerintahan daerah kota

yang berada diprovinsi Sumatera Utara. Pemerintah Kota Medan telah berupaya dalam

penentuan Penataan Tata Ruang Kota Medan untuk mewujudkan pembangunan yang

Berkelanjutan. Ini menunjukkan upaya yang serius termasuk dalam peningkatan

Pembangunan Ekonomi, demi terwujudnya kesejahteraan rakyat, meskipun dalam

pelaksanaannya dilapangan masih banyak warga masyarakat masih termasuk peta

kemiskinan, keadaan seperi ini terjadi karena kurangnya pemahaman aparat pemerintah

daerah akan tujuan Otonomi Daerah serta ketidak tahuan masyarakat akan pentingnya

Penataan Tata Ruang.

Keberadaan kota Medan sebagai sentral Ibu kota Provinsi Sumatera Utara.

Kondisi ini membuat pembangunan fisik Kota Medan mengalami perkembangan yang

pesat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi (Sosial,Budaya,

Politik,dan Lingkungan).

Pembangunan pertokoan maupun perumahan penduduk juga berkembang dengan

pesat. Sehingga setiap pendirian bangunan, baik itu bangunan untuk dunia usaha maupun

pendirian Rumah penduduk adalah harus memiliki ijin yang dikeluarkan oleh pemerintah

kota Medan yang bertujuan untuk Penataan Tata Ruang kota medan dalam mewujudkan

ekonomi yang berkesinambungan. Yang tidak terlepas dari ketentuan sebagaimana pasal

22 ayat (2) dan (3) UUPP jo Keppres No.5 Tahun 1993

Page 28: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

13

ditegaskan bahwa pelepasan Hak atas tanh dikawasan siap bangun dilakukan

berdasarkan kesepakatan dengan pemilik hak atas tanah”4,Sehingga pengaturan mengenai

Penataan tata ruang di Kota Medan diatur dalam Peraturan Daerah Kota Medan No. 4

Tahun 1995. Tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota ( RUTRK ) Kota Madya

Daerah Tingka II. Medan tahun 2005”.Maka peningkatan dan pengembangan

pembangunan perumahan dan permukiman dengan berbagai aspek permasalahannya

perlu diupayakan sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang

fisik, kehidupan ekonomi,dan sosial budaya untuk mendukung ketahanan nasional,

mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan meningkatkan kualiatas kehidupan

manusia Indonesia dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”5

Dengan penelitian ini maka dapat diketahui bagaimana Analisis Hukum terhadap

Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan.

Bagaimana Faktor-faktor Penghambat terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan

dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh

pemeritah kota Medan dalam Analisis Hukum Penataan Tata Ruang kota Medan dalam

perspektif Pembangunan Berkelanjutan.Sehingga penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai bahan masukan dan pertimbanganan bagi pemerintah Kota Medan Dalam

Persfektif Pembangunan Berkelanjutan.

4 Syahrin Alvi, 2003, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan

permukiman Berkelanjutan, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2003). hlm. 42 5 Ibid, h.lm 43

Page 29: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

14

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas. Maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam

Persfektif Pembangunan Berkelanjutan.

2. Bagaimana Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan Terhadap

Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Pembangunan Berkelanjutan.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan

Dalam Persfektif Pembangunan Berkelanjutan di Kota Medan .

2. Untuk mengetahui Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan Dalam

Persfektif Pembangunan Berkelanjutan di Kota Medan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan terjawabnya permasalahan dalam penelitian Tesis ini, yang disertai

dengan tercapainya tujuan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik dalam

tataran akademis maupun dalam tataran praktis, sehingga diharapkan penelitian ini

nantinya bermanfaat untuk :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan cakrawala berfikir akademis sebagai bahan informasi tentang

data Empiris yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan

Page 30: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

15

bagi penelitian selanjutnya, terutama dibidang Analisis Hukum Penataan Tata Ruang

dalam Persfektif Pembangunan Berkelanjutan dan secara khusus berkaitan dibidang

Hukum Administrasi Negara.

b. Dapat dipergunakan untuk bahan perbandingan bagi penelitian lanjutan dan

menambah khasanah perpustakaan.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat,khususnya masyarakat yang bertempat

tinggal di kota Medan untuk lebih mengetahui pentingnya Penataan Tata Ruang

Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Yang dapat

dipergunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan SDM aparat Pemerintah

Daerah dalam penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Persfektif Pembangunan

Berkelanjutan. Sehingga terwujud” Good Governance” yang dicita-citakan.

b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah, khususnya

Pemerintah Daerah Kota Medan dalam hal mengambil kebijakan yang

berhubungan dalam upaya penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Persfektif

Pembangunan Berkelanjutan dan dalam hal penyelenggaraan pemerintahan

daerah untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran di perpustakaan terhadap hasil-hasil penelitian yang

telah dilakukan atau penelitian yang sedang dilakukan, berkaitan dengan Analisis Hukum

Page 31: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

16

Terhadap penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Persfektif Pembangunan

Berkelanjutan. Dan dalam hal belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu

penelitian ini masih asli baik dari segi materi maupun lokasi penelitian. Dengan demikian

keaslian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Menentukan suatu teori dalam penelitian adalah penting, sedemikian pentingnya

sehingga menurut David Madsen sebagaimana dikutip oleh Lintong O.Siahaan

mengatakan “The basic purposes of scientific research is theory he adds that a good

theory properly seen present a systematic view of phenomene by specifying realitions

among cariables, with the purpose of exploring and prediction the phenomena”6.

Kerangka teori untuk menganalisis tentang Analisis Hukum Terhadap Penataan

Tata Ruang Kota Medan Dalam Persfektif Pembangunan Berkelanjutan (studi dan

penelitian di kota Medan adalah menggunakan teori Penataan Tata Ruang dan teori

Pembangunan Berkelanjutan ).

Sebagai pelayanan yang baik dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah sarana

menuju masyarakat negara yang sejahtera ( Walfare State ). Pelayanan yang dimaksud

pada dasarnya merupakan cerminan dari perbuatan pemerintah( Overheidshandeling )

yang tidak saja berdasarkan Undang-undang dan peraturan

6 Lintong O. Siahaan, Prospek PTUN sebagai penyelesaian Sengketa Administrasi Indonesia

Cetakan Pertama (Jakarta : Perum Percetakan Negara RI. 2005) hlm.. 5

Page 32: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

17

yang berlaku (Wetmatigheid dan Rechmatigheid ) akan tetapi lebih itu bahwa

administrasi Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan harus juga berdasarkan

kepatutan (Billijkheid ) serta kesusilaan7.

Maka secara teoritis, dari tujuan penentuan dan penataan ruang pada dasarnya

adalah untuk menentukan Pembangunan Berkelanjutan dituntut dengan cara bagaimana

penyelenggaraan pemerintahan itu bisa menganalisis menata ruang agar Pembangunan

Berkelanjutan bisa terus berlanjut.

Kemudian konsep Negara kesejahteraan ini tercermin dalam pasal 22 ayat (3) dari

UUD. 1945. Menjelaskan “Bumi, Air, dan Kekayaan Alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat”.Konsep Walfare state tersebut didalam perundang-undangan kita untuk pertama

kali dikenal dengan istilah “Negara pengurus”8

Sebagaimana dikenal Negara Indonesia menganut paham Negara Kesejahteraan

yang berarti terdapatnya tanggung jawab Negara untuk menyelenggarakan dan

mengembangkan kebijakan Negara diberbagai sector bidang dari kesejahteraan dan serta

meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan yang baik melalui penentuan penataan

ruang yang diperlukan oleh masyarakat.

7 Muhammad Abduh , Propil Hukum Administrasi Negara Indonesia (HANI). Dikaitkan dengan Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) (Medan Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Mata Pelajaran Hukum Administrasi Negara Pada fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 1988) hlm. 9.

8 Jimly Asshiddiqie, Undang-undang Dasar 1945. Konstitusi Negara Kesejahteraan dan Realitas Masa Depan, sebagaimana dikutif Siahaan, Op.Cit, hlm. 18.Hal ini tercantum dalam perumusan UUD 1945 yaitu Bab XIV tentang perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial, Selain itu UUD 1945 disamping sebagai Konstitusi Politik, juga dapat dikatakan konstitusi ekonomi karena UUD 1945 mengandung ide negara kesejahteraan (Walfare State)

Page 33: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

18

Konsep Negara kesejahteraan disektor bidang pembangunan yang berkelanjutan

,landasan konstitusinya adalah pada pasal 33 ayat (3) dari UUD 1945. Penelitian ini juga

menggunakan “ Stufentheorie” Hans Kelsen sebagai to wer theory yang menyebutkan

bahwa norma yang ada dalam masyarakat suatu Negara telah merupakan susunan yang

bertingkat, seperti suatu piramide. Setiap tata kaidah hukum yang merupakan suatu

susunan daripada Kaidah-kaidah (stufenbau des rechts )9

Kemudian oleh Bagir Manan disebut dengan Asas “Peningkatan Peraturan

Perundang-undangan ( Lex Superior Derogate Lex Inferior ). Bahwa penetapan hukum

positip harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh sistem pertingkatan atau tata

urutan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan bertingkat lebih tinggi

mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang tingkatnya lebih rendah. Kecuali

apabila substansi peraturan perundang-undangan lebih tinggi mengatur hal-hal yang oleh

Undang-undang ditetapkan menjadi wewenang peraturan perundang-undangan tingkat

yang lebih rendah. Asas Pertingkatan hanya berlaku untuk hukum perundang-undangan

dan aturan kebijakan10.

Didalam pasal 2 Ketetapan MPR. No.III/MPR/2000 tentang sumber Hukum Tata

Urutan Peraturan Perundang-Undangan yang disebut bahwa Tata Urutan Perundang-

undangan yang berlaku secara hierarki di Indonesia adalah :

9 Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan Indonesia, Cetakan Pertama (Bandung : Mandar Maju, 1998) hlm. 26

10 Bagir Manan Hukum Positif di Indonesia (Suatu Kajian Teoritik). Cetakan Pertama (Yogyakarta, UII Press) hlm. 56-57.

Page 34: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

19

1. UUD. 1945

2. TAP. MPR

3. Undang-Undang

4. Per Pu

5. PP

6. KEPRES

7. PER-DA

Kemudian,UU No.10 Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan Perundang-

perundangan. Dalam pasal 7 ayat (1) disebutkan jenis-jenis dan hierarki peraturan

perundang-undangan sebagai berikut :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. Undang Undang /atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang

c. Peraturan Pemerintah

d. Peraturan Presiden

e. Peraturan Daerah.

Kemudian pasal 7 ayat (4) disebutkan jenis Peraturan Perundang Undangan selain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan

Hukum mengikat sepanjang dipertahankan oleh peraturan perudang-undangan yang lebih

tinggi. Kemudian pada ayat (5) disebutkan kekuatan Hukum peraturan perundang-

undangan adalah sesuai dengan hierarki sebagaimana yang dimaksud dari ayat (1).

Selanjutnya dalam Lampiran Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 2004 mengenai sistematika teknik penyusunan

Page 35: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

20

peraturan perundang-undangan angka 173 menyatakan :”Pendelegasian kewenangan

mengatur dari Undang-Undang kepada Menteri atau Pejabat yang setingkat dengan

Menteri dibatasi untuk peraturan yang bersifat teknis administratif. Maka dapat

disimpulkan bahwa peraturan yang mengatur teknis adminstratif dibidang pertanahan

merupakan jenis peraturan perundang-undangan Pemerintah Pusat.

Dalam kaitannya dengan Otonomi Daerah sebagaimana disebut dalam UU No.32

Tahun 2004. Tentang Pemerintah Daerah (UUPD). Mengenai pengertian Otonomi,

menurut Surundajang adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu Auto berarti sendiri dan

Nomous berarti Hukum dan Peraturan. Menurut Encyclopedia of social science, otonomi

dalam pengeritian orosinal adalah the legal self suffcienty of social body and in actual

independence, Joko Christanto, “ Otonomi Daerah dan Skenario Indonesia 2010 dalam

konteks Pembangunan Daerah dengan Pendekatan Kewilayahan11 Sedangkan menurut

pasal 1 angka (5) UUPD. No. 32 Tahun 2004 Bahwa Otonomi Daerah diartikan sebagai

Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Kemudian berdasarkan pasal 14 UUPD No.32 Tahun 2004 menjelaskan

pengertian Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan

administrasi penanaman modal. Dalam pasal 136 ayat (3) yang menyatakan : “Peraturan

Daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih

11 (Regional Development Approach) “, http/rudyct 25x Com/sem 1-012/Joko Cristanto Htm, juli

2004, h. 2 (Akses tanggal 10 April 2007 ) 22)

Page 36: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

21

tinggi”. Kemudian pasal 136 ayat (4) menyatakan “Peraturan Daerah…dilarang

bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi”. Oleh sebab itu Peraturan Daerah mengatur pelaksanaan kewenangan

dibidang penentuan penataan tata ruang kota Medan yang dilaksanakan oleh pemerintah

Kabupaten/kota tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan ng lebih

tinggi. Dalam penelitian ini peneliti mengacu kepada hierarki perundang-undangan

berdasarkan ketentuan UU. No, 10 Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan.

2. Kerangka Konsepsi

Didalam rangka konsepsi akan dijelaskan hal-hal yang berhubungan atau

berkaitan dengan konsepsi yang digunakan dalam penelitian tesis ini.Maka Konsep

adalah suatu bahagian yang terpenting dari perumusan suatu teori, kemudian peranan

konsep pada dasarnya dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan

observasi, antara abstraksi (generalisasi) dan realitas. Juga konsep itu diartikan sebagai

kata menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dalam hal-hal yang khusus yang

disebut dengan definisi operasional. Pentingnya definisi operasional adalah untuk

menghindarkan perbedaan pengertian antara penafsiran yang mendua (dubius) dari suatu

istilah yang dipakai, selain itu dipergunakan sebagai landasan pada proses penelitian

tesis.Adalah Penelitian dengan judul “Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang

Kota Medan Dalam Persfektif Pembangunan Berkelanjutan” yang memiliki 3 (tiga)

variable antara lain :

Page 37: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

22

1. Hukum

Pengertian Hukum adalah “ Suatu Tata Perbuatan manusia”. Tata Perbuatan

adalah mengandung arti suatu sistem aturan.Jadi Hukum bukan suatu peraturan

semata, seperti kadang-kadang dikatakan demikian. “Hukum adalah seperangkat

peraturan yang kita pahami dalam satu kesatuan yang sistematik, karena tidak

mungkin untuk memahami hakekat hukum hanya dengan memperhatikan satu

peraturan saja. Hubungan yang mampersatukan berbagai peraturan khusus dari

suatu tata hukum itu perlu dimaknai agar hakekat hukum dapat dipahami”. Hanya

atas dasar pemahaman yang jelas tentang hubungan-hubungan yang membentuk

tata hukum tersebut bahwa hakekat hukum dapat dipahami dengan sempurna.12

Kemudian disebutkan bahwa setiap usaha untuk mendefinisikan sebuah konsep

harus diawali dengan telah terhadap pemakaiannya yang umum. Dalam mendefinisikan

konsep Hukum, kita harus memulai dengan mengkaji pertanyaan “Apakah fenomena

sosial yang lazim disebut Hukum yang menampilkan suatu karakteristik umum yang

membedakannya dari fenomena sosial lain? Kemudian apakah karakteristik ini dikatakan

penting dalam kehidupan sosial manusia sehingga dapat menjadi landasan bagi

pembentukan suatu konsep yang berguna bagi pengetahuan tentang kehidupan social ?

Maka sebagai prinsip penghematan untuk

12 Hans Kelsen, Teori Umum Hukum Dan Negara, Alih Bahasa H. Somardi Diterbitkan Oleh (

Jakarta : BEE Media Indonesia, 2007), hlm. 3.

Page 38: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

23

berfikir, telah harus di mulai dengan kemungkinan pemakain istilah “Hukum”

yang paling luas13.14

Sebagai suatu teori, terutama dimaksudkan adalah untuk mengetahui dan

menjelaskan tujuannya; Teori ini berupaya untuk menjawab pertanyaan apa itu Hukum

dan bagaimana ia ada, dan bukan bagaimana ia semestinya ada. Ia merupakan Ilmu

Hukum (Yurisprudensi) jadi bukan politik Hukum.15

2. Penataan Ruang

Dalam Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR) No. 26 Tahun 2007

Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa :

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia

dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, mememihara kelangsungan

hidupnya.

Pasal 1 Ayat (2) menyebutkan yang dimaksud dengan Tata Ruang adalah wujud

struktur ruang dan pola ruang.

Pasal 1 Ayat (3) menyebutkan Penataan Ruang adalah suatu sistim proses

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan

ruang.

13 Ibid, hlm. 4 14 Ibid ,hlm.4. 15 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Penerjemah; Raisul Muttaqien, (Bandung : Nusamedia &

Nuansa, 2007), hlm..1

Page 39: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

24

Pasal 1 Ayat (32) Menyebutkan tentang izin pemanfaatan ruang adalah izin yang

dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.16

Kemudian menurut UUPA. No. 5 Tahun 1960

Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa :

Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang

terkandung didalamnya didalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia

Tuhan Yang Maha Esa asdalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia

dan merupakan kekayaan nasional.

Pasal 1 ayat (3) Bahwa hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air dan ruang

angkasa termaksud dalam ayat (2) pasal ini adalah hubungan yang bersifat

abadi.

Pasal 1Ayat (6) Yang dimaksud dengan ruang angkasa ialah ruang diatas bumi dan

air tersebut ayat (4) dan pasal 3 dari UUPA. No. 5 Tahun 1960.17

Juga menurut UUPA No. 5 Tahun 1960 penggunaan Ruang sebagaimana Pasal 33

ayat (3) UUD.1945. Maka menurut pasal 2 ayat (1) UUPA. No. 5 Tahun 1960 adalah

tentang pengertian…” pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi

kekuasaan seluruh rakyat”.

Pasal 33 ayat (2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini

memberi wewenang untuk :

16 Baca UUPR No. 26 Tahun 2007 ( Pasal 1 dan seterusnya) 17 Baca UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960

Page 40: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

25

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan , persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi, air dan ruang angkasa;

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah bertujuan untuk mewujudkan ruang

wilayah Nasional yang aman, nyaman, produktif, dan Pembangunan Berkelanjutan

berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional yang berlandaskan :

a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber

daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

c. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative

terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.18

Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

1. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan

ruang meliputi :

a. Pengaturan, pembinaan, pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang

wilayah kabupaten/kotan dan kawasan strategis kabupaten/kota;

18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentan Penataan Tata Ruang Pasal

3

Page 41: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

26

b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota

c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota;

d. Kerjasama penataan ruang kabupaten/kota.

2. Wewenang poemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penataan

ruang wilayah kabupaten sebaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b) meliputi :

a. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota;

b. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan

c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota

3. Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c. Pemerintah Daerah kabupaten/kota

melaksanakan :

a. Penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;

b. Perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;

c. Pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

d. Pengendalian dan pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

4. Dalam melaksanakan kewenangan sebaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

Pemerintah Daerah kabupaten/kota mengacu pada pedoman bidang penataan

ruang dan petunjuk pelaksanaannya.

5. Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

Ayat (3) dan serta ayat (4) Pemerintah Daerah kabupaten/kota adalah :

Page 42: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

27

a. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dan

rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah

kabupaten/kota; dan

b. Melaksanakan standard pelayanan minimal bidang penataan ruang.

6. Dalam hal Pemerintah Daerah kabupaten/kota tidak dapat memenuhi standard

pelayanan minimal bidang penataan ruang, Pemerintah Daerah Provinsi dapat

mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan19.

3. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan Berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya

sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya ke

dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan , kesejahteraan, dan mutu hidup

generasi masa kini dan generasi masa depan, dapat memiliki makna ganda.Tipe

Pembangunan yang pertama diprioritaskan pada orientasi Sosial dimana pada fokusnya

adalah pada masalah kehidupan masyarakat (manusia) terhadap sumber daya kualitatif.

Tipe Pembangunan yang kedua adalah lebih memperhatikan secara politik karena lebih

memperhatikan pada perubahan sistem pemerintahan terhadap kaitannya dengan

hubungan Sosial. Kemudian Tipe Pembangunan Ketiga adalah berfokus pada

Pembangunan Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan.

Sebagaimana disebutkan bahwa tipe-tipe pembangunan itu memiliki makna

ganda, yang dikenal seperti Tipe Pertama lebih berorientasi kepada pertumbuhan

19 Ibid hlm, 11

Page 43: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

28

ekonomi dimana fokusnya adalah pada masalah kuantitatief dari produksi dan

penggunaan sumber daya. Pada Tipe Kedua, bahwa pembangunan yang lebih

memperhatikan pada perubahan dan pendistribusian barang-barang dan peningkatan

hubungan sosial. Tipe ketiga lebih berorientasi pada Pembangunan sosial dimana

fokusnya pada kualitatif dan pendistribusian perubahan dalam struktur dari masyarakat

yang diukur dari berkurangnya diskriminasi dan eksploitasi dan meningkatnya

kesempatan yang sama dan distribusi yang seimbang dari keuntungan dari pembangunan

pada seluruh masyarakat.20

Tujuan Pembangunan Nasional Indonesia sebagai Berkelanjutan ditetapkan pada

Alinea keempat Pembukaan UUD. 1945, yang berbunyi : “Untuk melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Untuk mencapai tujuan itu,

dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasarkan

Pancasila. Karena Pancasila merupakan landasan idiil (ideology) hidup bernegara di

Indonesia, termasuk landasan idiil bagi Pembangunan Nasional”21 yang berwawasan dan

Berkelanjutan.

Dasar Hukum Pembangunan Berkelanjutan (Sosial,Politik,Budaya,dan

Lingkungan) dicantumkan didalam pasal 27 dan pasal 33 UUD 1945.

20 Sudharto P. Hadi, Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan, (Penerbit : Yogyakarta 2005 Gajah Mada University Press, 2005), hlm. 21

21 Janus Sidabalok, Pengantar Hukum Ekonomi, Medan : penerbit Bina Media Medan, 2000. hlm. 49

Page 44: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

29

Pasal 27 UUD. 1945 berbunyi :

Ayat (1). Segala warga Negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan

itu dengan tidak ada kecualinya;

Ayat (2). Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak dan penghidupan yang bagi kemanusiaan.

Pasal 33 UUD. 1945 berbunyi :

Ayat (1). Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas

kekeluargaan;

Ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai

hajad hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

Ayat (3) Bumi. Air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai

oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran

rakyat.

Bahwa Ketentuan diatas adalah mengandung makna bahwa Pembangunan,

termasuk pembangunan ekonomi yang harus dapat membentuk manusia sebagai manusia.

Berarti Pembangunan yang dilaksanakan adalah pembangunan yang berperi kemanusiaan

dan berkelanjutan. Rakyat dan pemerintah wajib melaksanakan pembangunan ekonomi

dengan baik, untuk menjamin terlaksananya pembangunan. Berkelanjutan.

Page 45: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

30

G.Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul tesis penelitian yaitu :” Analisis Hukum Terhadap Penataan

Tata Ruang Kota Medan Dalam Persfektif Pembangunan Berkelanjutan” maka lokasi

penelitian dilakukan di kota Medan. Penelitian lokasi ini didasarkan kepada keberadaan

Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara yang memiliki laju perkembangan

pembangunan yang pesat terutama terhadap pembangunan berkelanjutan.

2. Spesifikasi Penelitian

Yang dimaksud dengan spesifikasi dalam penelitian adalah untuk menjelaskan

jenis penelitian, sifat penelitian, dan pendekatan penelitian yang digunakan :

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum Normatif. Penelitian

hukum Normatif artinya melihat dan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan berhubungan dengan penelitian seperti Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 (UUD. RI. 1945), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Undang-Undang RI. No. 26 Tahun 2007. Tentang Penataan

Ruang. Peraturan Pemerintah RI. No. 47 Tahun 1997. Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional. Permendagri. No. 1 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang Terbuka

Hijau Kawasan Perkotaan. UU. RI.No. 28 Tahun 2002. Tentang Bangunan Gedung.

Keputusan Presiden RI. No. 63 Tahun 2003. Tentang Badan Kebijaksanaan dan

Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional.

Page 46: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

31

Peraturan Daerah Kota Madya Daerah Tingkat II Medan No. 4 Tahun 1995 Tentang

Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK). Kotamadya Daerah Tingkat II Medan

Tahun 2005. UULH. No. 4 Tahun 1982 Tentang Lingkungan Hidup. UUPLH. No. 23

Tahun 1997 Tentang Pegelolaan Lingkungan. Lingkungan Hidup dan UUPA. No. 5

Tahun 1960 dengan pejelasan Pokok Agraria.

Dengan harapan Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan

Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan. Kemudian pendapat dari Ronald Dworkin

menyatakan penelitian hukum Normatif disebut juga dengan Penelitian Doktrinal

(Doctrinal Research), yaitu:”Suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang

tertulis didalam buku (Law as it written in the book), maupun hukum yang diputuskan

oleh Hakim melalui proses Pengadilan (Law as it is decided by the judge trough judicial

proses)22.artinya bagaimana Hukum itu didayagunakan sebagai instrument untuk

meningkatkan kepercayaan.

b. Sifat Penelitian

Penelitian tentang Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan

Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, maka sifat penelitian adalah diskriptif

Analisis. Bersifat diskriptif karena akan menggambarkan dan menerangkan

22 Ronald Dworkin, dalam kutipan Bismar Nasution, Metode Penelitian Normatif dan Perbandingan Hukum, makalah disampaikan pada dialog Interaktif tentang Penelitian Hukum dan hasil penulisan penelitian hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU. Tanggal 18 Februari 2003, hlm. 1. Bandingkan dengan Bagir Manan, yang mengatakan penelitian hukum normatif adalah penelitian terhadap kaidah/hukumnya itu sendiri (peraturan perundang-undangan, Yurisprudensi, hukum adat dan hukum tidak tertulis lainnya) dan asas-asas hukum. Bagir Manan, “Penelitian dibidang Hukum” dalam jurnal hukum Puslitbangkum, diterbitkan oleh pusat Penelitian perkembangan Hukum Lembaga Penelitian Universitas Pejajaran, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( Bandung, Nomor Perdana : 1-1999), h. h. 4

Page 47: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

32

permasalahan Hukum yang berkaitan dengan : “Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata

Ruang Kota Medan Dalam Persfektip Pembangunan Berkelanjutan.

Pendekatan Hukum Normatif (yuridis Normatif). Menurut pendapat Soerjono

Soekanto terdiri dari 16). Penelitian terhadap asas hukum, penelitian terhadap

sistematik hukum dan,penelitian perbandingan hukum.. Sedang menurut Bambang

Sunggono membagi penelitian Yuridis Normatif yang terdiri dari : Inventarisasi Hukum

Positip, menemukan asas Hukum dan Doktrin Hukum, menemukan hukum untuk suatu

perkara inconcrito,penelitian terhadap sistimatika hukum , penelitian terhadap taraf

sinkronisi, penelitian terhadap taraf sinkronisasi, penelitian perbandingan hukum dan

penelitian sejarah hukum.

c. Pendekatan Penelitian.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat Sosiologis

Yuridis yaitu Hukum Normatif yang terdapat pada UU. RI. No. 26 Tahun 2007, PP. No.

47 Tahun 1997, Permendagri. No.1 Tahun 2007, UU. RI. No. 28 Tahun 2002, PERDA

Kotamadya Daerah Tingkat II Medan No.4 Tahun 1995, diharapkan Dalam Analisis

Hukum Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan

dan upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan

Pembangunan Berkelanjutan.

3. Sumber Data

Mengenai Sumber Data pada penelitian ini berupa Data Primer dan Data

Sekunder.

Page 48: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

33

a. Sumber Data Primer adalah bersumber dari penelitian lapangan, yang

diperoleh dari melalui Observasi, hasil jawaban kuesioner di Instansi

pemerintah kota Medan.

b. Sumber Data Sekunder adalah meliputi bahan-bahan yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti,seperti halnya ketentuan perundang-undangan

antara lain : UUD 1945, UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah,

UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Tata Ruang, PP No.47 Tahun 1997

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Permendagri No.1 Tahun

2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, UU RI.

No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, Keputusan Presiden RI.No.63

Tahun 2003 Tentang Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan

Perumahan dan Permukiman Nasional, Peraturan Daerah Kotamadya Daerah

Tingkat II Medan No.4 Tahun 1995 Tentang Rencana Umum Tata Ruang

Kota (RUTRK) Kotamadya Daerah Tingkat II Medan Tahun 2005, UULH

No.4 Tahun 1982 Tentang Lingkungan Hidup,UUPLH No.23 Tahun 1997

Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UUPA No.5 Tahun 1960 Tentang

Agraria atau Pertanahan dan serta Peraturan Perundang-undangan yang

berkaitan dengan bahan Tesis Penelitian.Disamping itu data sekunder berupa;

buku-buku referensi, hasil-hasil penelitian,Kamus Hukum, Majalah, Artikel,

Journal dan lain-lain yang berhubungan dengan Tesis ini.

Page 49: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

34

4. Alat Pengumpulan Data

Adapun alat pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan data

penelitian ini adalah dengan menggunakan daftar kuesioner (pertanyaan) dan wawancara.

Penggunaan teknik kuesioner untuk memperoleh data dari responden. Untuk memperoleh

data yang diinginkan dibuat daftar pertanyaan dan kemudian diserahkan dan/dikirim

kepada responden untuk mempelajari sekaligus dijawab oleh responden. Bentuk

kuesioner yang dibuat adalah dalam bentuk terbuka dan tertutup agar pembicaraan atau

pencakupannya tidak kaku dan dapat menampung keinginan dari responden yang tidak

tercantum dalam kuesoner.

Kegiatan wawancara dilakukan terhadap nara sumber atau informan untuk

mengetahui lebih mendalam dan rinci tentang hal-hal yang tidak mungkin dapat

dijelaskan responden dalam kuesioner, sehingga dengan adanya wawancara diharapkan

dapat diperoleh data yang lebih luas dan akurat tentang masalah yang diteliti.

5. Analisa Data

Setelah data primer diperoleh, maka dilakukan pengeditan data, sehingga

keakuratan data dapat diperiksa dan bila ada kesalahan dapat diperbaiki dengan jalan

menjajaki kembali kesumber datanya

Kemudian setelah dilakukan dan diproses pengeditan data selesai dilaksanakan,

maka proses selanjutnya pengolahan data yang dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

Page 50: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

35

A. Untuk data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, maka akan

dikelompokkan atau diklasifikasikan sesuai dengan kelompok atau unit

analisis yang telah ditentukan.

B. Untuk data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan penyederhanaan

yaitu dengan cara mengklasifikasikan hasil wawancara kedalam kelompok-

kelompok tertentu sesuai dengan unit analisis variable penelitian yang telah

ditetapkan, Cross Chek kebenaran data yang diperoleh dari responden.

C. Dalam melakukan penafsiran data dilakukan penyilangan-penyilangan antara

unit analisis yang satu dengan unit analisis yang lain, apakah data tersebut

saling mendukung atau saling bertentangan dan ditarik kesimpulan.

Kemudian keseluruhan data dilakukan,baik data primer maupun data sekunder

dianalisis dengan mempergunakan metode Induktif dan Deduktif melalui pendekatan

kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban yang ada dalam penelitian ini.

Bahasa cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik

kesimpulan yang bersifat umum terhadap permasalahan konkrit yang dihadapi.

Selanjutnya bahan hukum yang ada dianalisis terhadap penataan tata ruang yang lebih

efektif, sehingga dapat disusun secara terpadu untuk menyeluruh atau konprenshif

integral dalam rangka perencanaan tata ruang dimasa-masa yang akan datang demi

terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.

Page 51: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

BAB II

PENGATURAN ANALISIS HUKUM TERHADAP PENATAAN RUANG KOTA

MEDAN DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. Analisis Hukum

1. Pengertian Tentang Hukum

Beberapa sarjana telah memberikan batasan tentang hukum menurut pendapatnya

masing-masing dan kenyataannya batasan mereka yang kemukakan satu sama lain saling

berbeda. Batasan-batasan yang mereka kemukakan mengenai pengertian hukum adalah

sebagai berikut23 :

a. Menurut pendapat Prof. Mr.E.M. Meyers, hukum ialah semua aturan yang

mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia

dalam masyarakat yang menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam

melakukan tugasnya.

b. Menurut Leon Duguit, hukum ialah aturan tingkah laku anggota masyarakat,

aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu

masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama terhadap orang yang

melakukan pelanggaran itu.

c. Menurut Immanuel Kant, hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini

kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak

bebas dari orang yang lain menuruti asas tentang kemerdekaan

23 J.B. Dallyo, dkk, Pengantara Ilmu Hukum Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta : Bekerja sama

dengan APTIK Penerbit PT. Gramedia, 1989) hlm. 29

Page 52: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

37

Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hukum itu

meliputi beberapa unsur yaitu24:

a. Peraturan tingkah laku manusia.

b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.

c. Peraturan itu bersifat memaksa.

d. Sanksi bagi pelanggaran terhadap peraturan itu adalah tegas ( pasti dan dapat

dirasakan nyata bagi yang bersangkutan).

Setiap anggota masyarakat harus bertingkah laku sedemikian rupa sehingga tata

tertib masyarakat tetap terpelihara baik. Hukum merupakan peraturan-peraturan yang

beraneka ragam dan mengatur hubungan orang dalam masyarakat. Hukum mewajibkan

diri dalam peraturan hidup bermasyarakat dinamakan kaidah hukum. Setiap orang yang

melanggar suatu kaidah hukum akan mendapat sanksi berupa akibat hukum tertentu yang

nyata. Dengan dikenakannya sanksi bagi mereka yang melanggar kaidah hukum, maka

hukum itu bersifat mengatur dan memaksa. Sanksi di sini adalah berfungsi sebagai

pemaksa seseorang tidak mau patuh dan taat pada hukum. Jika dalam kehidupan

bermasyarakat sanksi benar-benar dikenakan secara adil kepada siapa saja yang

melanggar hukum, maka akan tercipta ketertiban dan keadilan dalam masyarakat.

Hukum tidak hanya dibelakang dan menunggu serta mengikuti perubahan, akan

tetapi secara aktif mendorong terjadinya perubahan. Meskipun terjadinya perubahan

sosial bukanlah hanya semata-mata ditimbulkan oleh hukum saja tetapi

24 Ibid, hlm. 30

36

Page 53: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

38

faktor-faktor lain juga turut berperan, namun paling tidak, hukum memiliki kemampuan

sebagai landasan, petunjuk arah serta sebagai bingkainya. Dikatakan oleh Satjipto

Rahardjo, bahwa penggunaan perundang-undangan dengan secara dasar oleh pemerintah

sebagai suatu sarana untuk melakukan suatu tindakan sosial yang terorganisasi telah

merupakan ciri khas negara modern25. Demikian pula Marc Galenter mengatakan,

bahwa dalam sistem hukum modern terdapat kecendurungan yang tetap dan kuat ke arah

penggantian perundang-undangan rakyat yang lokal sifatnya oleh perundang-undangan

resmi yang dibuat oleh Pemerintah.26 Melalui berbagai peraturan perundang-undangan

tersebut, maka hukum diberlakukan secara uniform dan bersifat nasional serta tidak lagi

bersifat lokal dan tradisional.

Penggunaan hukum sebagai sarana perubahan sosial dimaksudkan untuk

menggerakkan masyarakat agar bertingkah laku yang sesuai dengan irama dan tuntutan

pembangunan, seraya meninggalkan segala sesuatu yang sudah tak perlu lagi

dipertahankan. Bertalian dengan masalah tersebut menarik apa yang dikatakan oleh

Mochtar Kusumaatmaja, bahwa : Di Indonesia, fungsi hukum dalam pembangunan

adalah sebagai sarana pembaharuan masyarakat.27 Hal ini didasarkan pada anggapan,

bahwa adanya ketertiban (stabilitas) dalam pembangunan merupakan suatu yang

dipandang penting dan diperlukan. Suatu ketertiban hukum merupakan suatu ketertiban

yang dipaksa (dwangorde); apabila oleh hukum suatu tindakan-tindakan

25 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung; Angkasa, 1991), h. 113 26 Marc Galenter, Modernisasi Sistem Hukum, dalam Myron Weiner (ed), Modernisasi Dinamika

Pertumbuhan, Cet. III, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), h. 110 27 Mochtar Kusumaatmaja, Hubungan Antara Hukum Dengan Masyarakat, Landasan Pikiran

Pola dan Mekanisme pelaksana Pembaharuan Hukum, (Jakarta : BPHN-LIPI, 1996), hlm. l.9

Page 54: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

39

tertentu tak diperkenankan, maka jika tindakan itu dilakukan, yang melakukan tindakan

tersebut akan dikenakan sanksi. Menurut Kelsen prinsip dari aturan hukum adalah : jika

dilakukan tindakan yang berlawanan dengan hukum, maka akan dikenakan sanksi sebagai

akibat dari tindakan yang berlawanan dengan hukum tersebut.28 Hubungan antar akibat

dari tindakan yang berlawanan dengan hukum dengan tindakannya itu sendiri adalah

tidak sama dengan hubungan antara pemanasan sebatang besi dan akibatnya bahwa besi

tersebut menjadi lebih panjang, sehingga hal tersebut bukan merupakan hukum

casualitas, menurut Kelsen “het onrechsgevolg wordt het onrecht toegerekend”.

Seberapa jauh hukum pidana dan sanksi pidana masih diperlukan untuk menanggulangi

kejahatan ? Kiranya terdapat beberapa pendapat mengenai hal ini. Beberapa pakar hukum

pidana menolak penggunaan hukum pidana dan sanksi pidana untuk menanggulangi

kejahatan, sementara beberapa pakar yang lain justru berpendapat sebaliknya. Herbert L.

Packer termasuk pakar yang menolak penggunaan hukum pidana dan sanksi pidana

dengan alasan bahwa sanksi pidana merupakan peninggalan kebiadaban masa lampau 29.

Bahkan munculnya aliran positivisme dalam kriminologi yang menganggap pelaku adalah

golongan manusia yang abnormal menjadikan semakin kuatlah kehendak untuk

menghapuskan pidana ( punishmen ) dan menggantikannya dengan treatment.

28 Lihat, Lili Rasida, Op.cit,hal.38 29 Herbert L, The Limits of the Criminal sanction. (Stanford : Stanford University Press, 1968),

hlm. 17

Page 55: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

40

Pakar hukum pidana yang mempunyai pandangan sebaliknya adalah pakar hukum

pidana Indonesia, Roeslan Saleh dengan mengemukakan tiga alasan30 Alasan Pertama,

diperlukan tidaknya hukum pidana dengan sanksi hukum pidana tidak terletak pada

tujuan yang hendak dicapai, melainkan pada persoalan seberapa jauh untuk mencapai

tujuan itu hukum pidana dapat mempergunakan paksaan-paksaan. Alasan Kedua, bahwa

masih banyak pelaku kejahatan yang tidak memerlukan perawatan atau perbaikan, meski

demikian masih tetap diperlukan suatu reaksi atas pelanggaran-pelanggaran norma yang

telah dilakukannya itu dan tidaklah dapat dibiarkan begitu saja. Alasan Ketiga, ialah

bahwa pengaruh pidana bukan saja akan dirasakan oleh si penjahat, tetapi juga oleh orang

lain yang tidak melakukan kejahatan.

Disamping itu, hukum sebagai kaidah berfungsi sebagai sarana untuk

menyalurkan arah kegiatan-kegitan warga masyarakat ke tujuan yang dikehendaki oleh

perubahan terencana itu. Dari uraian tersebut tampak bahwa dalam kaitannya dalam

pembangunan, maka hukum dapat memainkan yang amat penting, yaitu sebagai sarana

perubahan sosial dalam perjalanannya, pembangunan menimbulkan perubahan-perubahan

besar yang tidak saja menyangkut nilai-nilai, sikap dan pola prilaku masyarakat. Dengan

perkataan yang berbeda, sasaran dan akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan

pembangunan benar-benar bersifat total dan simultan. Terjadinya perubahan dalam

masyarakat merupakan gejala yang wajar.

30 Roeslan Saleh, Suatu Roerientasi dalam Hukum Pidana. (Jakarta : Aksara Baru, 1973), hlm.48

Page 56: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

41

Pengaruh menjalar dengan cepat ke berbagai bagian dalam masyarakat. Lebih-lebih

pengaruh perilaku sosialnya, termasuk nilai-nilai sikap, pola prilaku secara hubungan

antar kelompoknya31.

Salah satu tujuan Negara Indonesia yang terkandung dalam Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah memajukan kesejahteraan

umum bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga salah satu tugas konstitusional pemerintah

Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia melalui

kegiatan pembangunan ekonomi yang secara rinci diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang

Dasar 1945 amandemen keempat. Sehubungan dengan pembangunan ekonomi, Sunaryati

Hartono32 menyebutkan bahwa pembangunan ekonomi sangat memerlukan sarana dan

prasarana hukum agar supaya benar-benar dapat mencapai tujuan yang sesuai dengan

yang direncanakan yakni ketertiban (stabilitas) dan kepastian disamping kemanfaatan

hukum. Sunaryati Hartono lebih lanjut menyebutkan bahwa hukum mempunyai peranan

yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan keserasian dan keselarasan antara

berbagai kepentingan dalam masyarakat.33 Dengan selalu menjaga keseimbangan dan

keserasian antara berbagai pihak tersebut, maka dinamika kegiatan ekonomi nasional

dapat diarahkan kepada kegiatan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dengan

31 Selo Sumardjan, Social Change in jogjakarta, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

1991), hal.3 32 Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Alumni,

1991), hal.30 33 Ibid.

Page 57: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

42

memperhatikan stabilitas sebagai salah satu tujuan hukum.34 Untuk mencapai hal-hal

tersebut, hukum diarahkan harus berubah lebih dahulu melalui pembangunan hukum

yang mencakup: (a) membuat sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, (b)

membuat sesuatu yang ada menjadi lebih baik dan lebih modern, atau (c) meniadakan

sistem yang lama karena tidak diperlukan lagi dan tidak sesuai lagi dengan sistem yang

baru.

Hukum sangat berperan di dalam pembangunan ekonomi, artinya hukum dapat

menjaga keseimbangan dan keselarasan serta mengakomodasikan antara para pihak yang

berkepentingan. Oleh karenanya rule of law merupakan hal penting bagi pertumbuhan

ekonomi dan membawa dampak yang luas bagi reformasi sistem ekonomi (rule of law in

economic development), hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh David M. trubek

bahwa jika masalah hukum sudah jelas maka Indonesia akan mudah menjawab

pertanyaan, karena hukum adalah suatu ilmu yang praktis. Tidak perlu menggali kepada

hal-hal yang fundamental dari fungsi-fungsi sosial, ekonomi dan politik dari tatanan

hukum.35

Selanjutnya, Pembangunan hukum yang mengarah pada pertumbuhan

pembangunan ekonomi melalui kegitan investasi ditujukan untuk menciptakan stabilitas

(ketertiban) disamping kepastian hukum. Hal ini sesuai dengan ajaran bahwa hukum

merupakan alat pembaharuan masyarakat yang berasal dari Roscue Pound (1954)

34 Gunarto Suhardi, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, (Yogyakarta: Universitas

Atmajaya, 2002), hlm.12 35 David M. Trubek, Toward a Social Theory of Law: An Essay on the Study of Law and

Development, dalam Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Op. cit, hal.9

Page 58: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

43

yang menyatakan: Law as a tool of social engineering36.Konsepsi tersebut yang asalnya

merupakan inti pemikiran dari Pragmatic Legal Realism kemudian dikembangkan oleh

Mochtar Kusumaatmadja setelah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia37. Mochtar

Kusumaatmadja lebih lanjut menyatakan bahwa pembaharuan masyarakat didasarkan

atas anggapan bahwa adanya keteraturan atau ketertiban dalam usaha pembangunan atau

pembahuruan itu merupakan sesuatu yang diinginkan dan bahkan dipandang perlu 38.

Menurut Konsep law as a tool of social engineering tersebut, hukum tidak berada

dibelakang proses pembagunan, tetapi selalu berjalan didepan proses pembangunan.

Selanjutnya Mochtar Kusumaatmadja menyebutkan bahwa konsepsi hukum sebagai

sarana pembahuruan masyarakat Indonesia lebih luas jangkauannya dan ruang

lingkupnya dari pada di Amerika Serikat tempat kelahiran teori tersebut, karena antara

lain lebih menonjolnya perundang-undangan dalam proses pembaharuan hukum di

Indonesia 39.

Sedangkan menurut Bismar Nasution, dalam pembangunan ekonomi, hukum

ekonomi harus berlandaskan hukum yang rasional. Karena dengan hukum modern atau

rasional tersebut akan dapat dilakukan pengorganisasian pembangunan ekonomi. Adapun

yang menjadi ciri dari hukum modern ini adalah penggunaan hukum secara aktif dan

sadar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dengan cara pendekatan ini,

36 Muchtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional ( Bandung:

Bina Cipta,1976), hal.9 37 Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat Hukum dan Teori Hukum, (Bandung: Citra

Aditya Bhakti, 2001), hal 78 38 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Op. Cit., hal

13 39 Ibid.

Page 59: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

44

diharapkan akan tercipta penerapan keadilan dan kewajaran, serta secara proporsional

dapat memberikan manfaat pada masyarakat. Aturan hukum tidak hanya untuk

kepentingan jangka pendek saja, akan tetapi harus berdasarkan kepentingan jangka

panjang40

2. Tujuan Hukum

Menurut pendapat L.J. Van Aveldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan

hidup secara damai. Jadi hukum menghendaki perdamaian dalam masyarakat. Keadaan

damai dalam masyarakat dapat terwujud apabila keseimbangan kepentingan masing-

masing anggota masyarakat benar-benar dijamin oleh hukum, sehingga terciptanya

masyarakat yang damai dan adil merupakan perwujudan terciptanya tujuan hukum.

Sedangkan menurut Soebekti berpendapat bahwa tujuan hukum adalah mengabdi kepada

tujuan negara.

Berangkat dari berbagai pendapat tentang tujuan hukum tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan

kepentingan, ketertiban, keadilan, ketenteraman, kebahagian setiap manusia. Dengan

demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah agar kepentingan setiap

orang baik secara individual maupun kelompok tidak diganggu oleh orang atau

kelompok lain yang selalu menonjolkan kepentingan pribadinya atau kepentingan

kelompoknya.

40 Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato

disampaikan pada Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum Ekonomi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 17 April 2004, hlm. 4-5.

Page 60: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

45

Supaya hukum dapat berlaku secara langgeng dan ditaati oleh anggota

masyarakat, hendaknya hukum itu berisi keadilan , tidak sekedar peraturan belaka. Setiap

anggota masyarakat harus dapat merasakan manfaat kalau menjalankan peraturan itu, dan

sebaliknya merasakan keganjilan manakala peraturan tidak dilaksanakan dengan baik.

Dengan demikian, hukum dapat mencapai tujuannya, yaitu untuk menciptakan tatanan

masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Melalui ketertiban

itu, warga masyarakat menemukan perlindungan atas kepentingan hukumnya. Hukum

harus dapat membagi hak dan kewajiban dari setiap anggota masyarakat secara adil dan

seimbang, mengatur cara-cara memecahkan permasalahan hukum serta memberikan

batasan kewenangan kepada penegak hukum untuk mempertahankan berlakunya hukum.

3. Fungsi Hukum

Tujuan hukum sebagaimana diketengahkan di muka adalah menghendaki adanya

keseimbangan kepentingan, ketertiban, keadilan, ketenteraman, dan kebahagiaan setiap

manusia, maka dapat diketahui apa sebenarnya fungsi hukum itu. Dengan mengingat

tujuan hukum maka dapat dirinci secara garis besar fungsi sebagai berikut :

a. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Fungsi ini

memungkinkan untuk diperankan oleh hakim karena hukum memberikan

petunjuk kepada masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku. Mana

yang diperbolehkan oleh hukum dan mana yang dilarang olehnya sehingga

masing-masing anggota masyarakat tahu apa yang menjadi hak dan

Page 61: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

46

kewajibannya. Kalau mereka menyadari dan melaksanakan baik perintah maupun

larangan yang tercantum dalam hukum, yakin bahwa fungsi hukum sebagai alat

ketertiban masyarakat dapat direalisir.

b. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin.

Hukum yang bersifat mengikat dan memaksa serta dapat dipaksakan oleh alat

negara yang berwenang, berpengaruh besar terhadap orang yang akan

melakukan pelanggaran sehingga mereka takut dan segan untuk melakukan hal

itu karena takut akan ancaman hukumannya. Hukum yang bersifat memaksa

dapat diterapkan kepada siapa saja yang bersalah. Mereka yang melakukan

kesalahan mungkin dihukum penjara, didenda,diminta membayar ganti

rugi,disuruh membayar ganti rugi,disuruh membayar hutangnya, maka dengan

demikian keadilan dicapai.

c. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai

daya mengikat dan memaksa dapat dimanfaatkan sebagai alat otoritas untuk

mengarahkan masyarakat ke arah yang lebih maju. Fungsi demikian adalah

fungsi hukum sebagai alat penggerak pembangunan.

d. Hukum berfungsi sebagai alat kritik (fungsi kritis). Fungsi ini berarti bahwa

hukum tidak hanya mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga

untuk mengawasi para pejabat pemerintah, para penegak hukum, para penegak

hukum maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan demikian semuanya harus

bertingkah laku menurut ketentuan yang berlaku.

Page 62: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

47

Jika demikian halnya maka, ketertiban, perdamaian, dan keadilan dalam

masyarakat dapat diwujudkan dan fungsi kritis hukum dapat berjalan baik.

e. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertikaian.

Hukum merupakan pencerminan kehendak manusia tentang bagaimana

seharusnya masyarakat itu dibina dan kemana harus diarahkan. Untuk itu hukum

menghendaki agar warga masyarakat bertingkah laku sesuai dengan kebijaksanaan

pemerintah, dilain pihak hukum berfungsi sebagai sarana memperlancar proses interaksi

sosial41

Dengan demikian, pada saat ini hukum digunakan tidak hanya sebagai instrumen

atau sarana untuk melakukan perubahan-perubahan, tetapi juga dipakai untuk

mewujudkan tujuan kebijaksanaan pemerintah. Penggunaan hukum secara demikian itu,

nampak dengan dikeluarkannya seperangkat peraturan perundang-undangan lingkungan

hidup yang hendak menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat

yang menyangkut berbagai sektor pembangunan. Setelah beberapa tahun berlakunya

ketentuan itu, ternyata pada tahap pelaksanaan dan penerapan serta penegakan hukumnya

masih dirasakan kurangnya keefektipan dan fungsi hukum untuk perubahan-perubahan

yang dikehendaki Pemerintah selaku pelopor pembangunan42

41 Syamsul Arifin, Upaya Penegakan Hukum Lingkungan dalam Mewujudkan Pembangunan yang

berwawasan Lingkunmgan di Sumatera Utara, (Penerbit ; Medan : Pustaka Bangsa Press, 2004), hlm. 12 42 Ibid. hlm. 12

Page 63: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

48

Menurut Robert B. Seidman (1978 : 311-339), suatu peraturan dapat berfungsi

dengan baik apabila diperhatikan adanya 4 faktor, yaitu43

(1) Peraturan itu sendiri, artinya perundang-undangan harus direncanakan dengan

baik yaitu kaidah-kaidah yang bekerja mematuhi tingkah laku harus ditulis

dengan jelas dan dapat dipahami dengan kepastian, sehingga suatu ketaatan

atau tidak taatnya warga negara kepada hukum itu dapat disidik dan dilihat

dengan mudah.

(2) Petugas yang menerapkan peraturan hukum harus menunaikan tugasnya

dengan baik dan mengumumkan sescara luas.

(3) Pasilitas yang ada diharapkan akan dapat mendukung pelaksanaan hukum.

(4) Warga masyarakat yang menjadi sasaran peraturan tersebut akan bertindak

sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi aktivitasnya tergantung kepada tiga

variabel, yaitu apakah normanya telah disampaikan , apakah normanya sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan bagi posisi itu dan apakah warga

masyarakat yang terkena peraturan digerakkan oleh motifasi yang

menyimpang.

Selanjutnya Lon Fuller mengemukakan 8 (delapan) prinsip tolak ukur hukum

utamanya adalah sosok sebagai peraturan perundang-undangan, yakni:44

(1) Undang-undang yang bersifat umum memerlukan peraturan pelaksanaan

(2) Undang-undang agar dapat memenuhi fungsi mengatur harus diumumkan.

43 Ibid. hlm. 12 44 Ibid. hlm. 12

Page 64: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

49

(3) Undang-undang tidak boleh berlaku surut apabila ia dilihat sebagai alat

pemandu tingkah laku (dimasa yang akan datang).

(4) Undang-undang harus jelas , tidak boleh mempunyai arti ganda , dalam

konteks hermenetika atau metode penafsiran undang-undang.

(5) Undang-undang tidak boleh bertentangan secara bathiniah, dalam arti undang-

undang tidak boleh melarang dan membolehkan suatu perbuatan pada waktu

yang bersamaan.

(6) Undang-undang tidak boleh menuntut hal yang tidak mungkin.

(7) Undang-undang harus menjaga konsistensi, dalam arti undang-undang tidak

boleh sering berubah, dan,

(8) Undang-undang tidak hanya berlaku untuk rakyat, tetapi juga mengikat

penguasa. (NR. Segra, et.al, 1983 : 122-128)

B. Penataan Ruang

1. Pengertian Tata Ruang

Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang ,

yang dimaksud dengan ruang adalah

“Wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang

di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia makhluk lain hidup,

melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya”

Selanjutnya, dalam Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No.

327/KPTS/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang, yang

dimaksud dengan ruang adalah :

Page 65: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

50

“Wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, ruang udara sebagai satu

kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dan melakukan

kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.”

Adapun yang dimaksud dengan wujud struktural pemanfaatan ruang adalah

susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan

buatan yang secara hirarkhis berhubungan satu dengan yang lainnya Sedang yang

dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang meliputi pola lokasi, sebaran permukiman,

tempat kerja, industri, pertanian, serta pola penggunaan tanah perkotaan dan pedesaan,

dimana tata ruang tersebut adalah tata ruang yang direncanakan, sedang tata ruang yang

tidak direncanakan adalah tata ruang yang terbentuk secara alami, seperti aliran sungai,

gua, gunung dan lain-lain45

Selanjunya Pasal 1 angka 5 menyebutkan yang dimaksud dengan penataan ruang

adalah “suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang”.

Tata ruang berarti susunan ruang yang teratur. Dalam kata teratur tercakup

pengertian serasi dan sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan. Karena itu

pada tata ruang, yang ditata adalah tempat berbagai kegiatan serta sarana dan prasaranya .

Suatu tata ruang yang baik dapat dihasilkan dari kegiatan menata ruang yang baik disebut

penataan ruang. Dalam pengertian ini , penataan ruang terdiri dari

45 Juniarso Ridwan & Ahmad Sodik Sudrajat, Hukum Tata Ruang dalam konsep kebijakan

otonomi daerah Cetakan I, (Bandung: Pewnerbit NUANSA 2007) hlm. 24

Page 66: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

51

tiga kegiatan utama yaitu perencanaan tata ruang, perwujudan tata ruang dan

pengendalian tata ruang46

Perencanaan tata ruang merupakan kegiatan merumuskan dan menetapkan

manfaat ruang dan kaitannya atau hubungan antara berbagai manfaat ruang, berdasarkan

kegiatan-kegiatan yang perlu dan dapat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan

manusia di masa yang akan datang. Tingkat manfaat ruang ini juga akan sangat

bergantung kepada pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia atau dapat disediakan

secara optimal. Dengan demikian perencanaan tata ruang akan menghasilkan rencana-

rencana tata ruang untuk memberikan gambaran tentang ruang mana, untuk kegiatan apa

dan kapan47

Perencanaan atau plenning merupakan suatu proses, sedangkan hasilnya berupa

rencana, dapat dipandang sebagai suatu bagian dari setiap kegiatan yang lebih sekedar

refleks yang berdasarkan perasaan semata. Tetapi yang penting perencanaan merupakan

suatu komponen yang penting dalam setiap keputusan sosial, setiap unit keluarga,

kelompok, masyarakat, maupun pemerintah terlibat dalam perencanaan pada saat

membuat keputusan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk mengubah sesuatu dalam

dirinya atau lingkungannya.

Pada negara hukum dewasa ini, suatu rencana tidak dapat dihilangkan dari hukum

administrasi. Rencana dapat dijumpai pada berbagai bidang kegiatan pemerintahan,

misalnya dalam pengaturan tata ruang. Rencana merupakan

46 M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia

(Bandung: Penerbit PT. Alumni, 2001), hlm.80. 47 Ibid. hlm. 81

Page 67: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

52

keseluruhan tindakan yang saling berkaitan dari tata usaha negara yang mengupayakan

terlaksananya keadaan tertentu yang tertib. Rencana yang demikian itu dapat

dihubungkan dengan stelsel perizinan, misalkan suatu perizinan pembangunan akan

ditolak oleh karena tidak sesuai dengan rencana peruntukan.

Selanjutnya dalam Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No.

327/KPTS/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang yang

dimaksud dengan Rencana Tata Ruang adalah “hasil perencanaan struktur dan pola

pemanfaatan ruang”

Maksud diadakannya perencanaan tata ruang adalah untuk menyerasikan lahan

dan ruang dapat dilakukan secara optimal, efisien, dan serasi. Sedangkan tujuan

diadakannya adanya suatu perencanaan tata ruang adalah untuk mengarahkan sturuktur

dan lokasi beserta hubungan fungsionalnya yang serasi dan seimbang dalam rangka

pemanfaatan sumber daya manusia, sehingga tercapainya hasil pembangunan yang

optimal dan efisien bagi peningkatan kualitas manusia dan kualitas lingkungan hidup

secara berkelanjutan.

Penataan ruang sebagai suatu proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,

dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan suatu kesatuan sistem yang tidak dapat

terpisahkan satu sama lainnya. Untuk menciptakan suatu penataan ruang yang serasi

harus memerlukan suatu peraturan perundang-undangan yang serasi pula diantara

peraturan pada tingkat tinggi sampai pada peraturan pada tingkat bawah, sehingga

terjadinya suatu koordinasi dalam penataan ruang.

Page 68: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

53

Dalam pejelasan umum nomor 4 dari UU No. 26 tahun 2007 menyebutkan Ruang

sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal batas wilayah. Namun untuk

mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman , nyaman, produktif, dan berkelanjutan

berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, serta sejalan dengan

kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertanggung jawab, penataan ruang

menuntut kejelasan pendekatan dalam proses perencanaanya demi menjaga keselarasan,

keserasian, keseimbangan, dan keterpaduan antar daerah, antar pusat dan daerah,

antarsektor dan antar pemangku kepentingan. Dalam undang-undang ini, penataan ruang

didasarkan pada pendekatan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif,

kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

Salah satu konsep dasar pemikiran tata ruang menurut UUPA No. 5 Tahun 1960

dapat kita temukan dalam Pasal 2, 14 dan 15. Sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD

1945, tentang pengertian hak menguasai dari negara terhadap konsep tata ruang, Pasal 2

UUPA memuat wewenang untuk48:

(1) mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.

(2) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi, air dan ruang angkasa

(3) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dan

perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.

48 Ibid. hlm. 79

Page 69: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

54

Konsep tata ruang dalam tiga dimensi tersebut di atas terkait dengan mekanisme

kelembagaan dan untuk perencanaannya diatur dalam Pasal 14 yang mengatakan:

(1) pemerintah dalam rangka membuat suatu rencana umum mengenai

persediaan, peruntukan, dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa; dan

(2) berdasarkan rencana umum tersebut Pemda mengatur persediaan, peruntukan

dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa.

Selanjutnya Pasal 15 mengatur tentang pemeliharaan tanah, termasuk menambah

kesuburannya serta mencegah kerusakannya yang merupakan kewajiban setiap orang,

badan hukum, atau instansi yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah itu dengan

memperhatikan pihak ekonomi lemah.

Tanah adalah ruang daratan yang merupakan bagian/subsistem dari ruang secara

keseluruhan49

Pasal 16 UUPA mewajibkan pemerintah untuk menyusun rancangan umum

mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunaan tanah untuk berbagai macam

keperluan pembangunan. Dalam UUPA sendiri tidak ada penegasan arti dari ketiga istilah

tersebut. Namun nampak tujuan dari setiap rencana ini tidak lain adalah untuk

mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam Pasal 33 UUD 1945 yakni untuk

kemakmuran rakyat

49 Mieke Komar Kantaatmadja, Hukum Angkasa dan Hukum Tata Ruang, (Bandung, Penerbit CV.

Mandar Maju, 1994), hlm.116

Page 70: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

55

Rencana umum persediaan tanah adalah suatu pemenuhan kebutuhan tanah untuk

berbagai pembangunan, yang dikaitkan dengan rencana umum peruntukan tanah.

Persediaan tanah untuk pembangunan yang baik adalah persediaan tanah yang didasarkan

pada kondisi obyektif fisik tanah. Rencana umum peruntukan tanah harus sepenuhnya

didasarkan kepada kondisi obyektif fisik tanah dan keadaan lingkungan, oleh karena itu

rencana umum peruntukan tanah di tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten/kota

seharusnya memiliki kesamaan. Rencana umum penggunaan tanah adalah usaha

pemenuhan tanah untuk rencana pembangunan atau program-program yang sudah ada.

Dengan demikian rencana umum penggunaan tanah baru dapat disusun setelah adanya

program pembangunan, sedangkan penyusunan rencana umum mengenai peruntukan

tanah maupun persediaan tanah tidak perlu menunggu program-program pembangunan.

Pada negara hukum kemasyarakatan hukum modern, rencana selaku figur hukum

dari hubungan hukum administrasi tidak dapat lagi dihilangkan dari pemikiran. Rencana-

rencana dijumpai pada pelbagai bidang kegiatan pemerintahan, misalnya pengaturan tata

ruang, pengurusan kesehatan, dan pendidikan50

50 Philipus M. Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to the

Indonesian Administrative Law) (Yogyakarta, 1995 dicetak oleh : Gajah Mada University Press). Hlm. 156.

Page 71: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

56

Suatu rencana peruntukan terdiri dari bagian-bagian berikut ini:51

a. Peta Perencanaan

Di sini terdapat peruntukan dari tanah dimaksud. Peta perencanaan itu dapat

dipandang sebagai suatu himpunan (bundel) keputusan yang saling berkaitan

b. Peraturan Berkenaan dengan Penggunaan (Pemanfaatan).

Peraturam berkenaan dengan penggunaan (pemanfaatan) ini dapat dipandang

sebagai peraturan perundang-undangan. Bagi wilayah dari rencana itu dapat

diberlakukan secara berulang kali.

Perencanaan kiranya juga berperan pada upaya pembebasan hak atas tanah. Pada

Pasal 4 ayat (3) dari Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor 5 Tahun 1975 tentang

ketentuan-ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah di kemukakan bahwa

permohonan pembebasan tanah untuk keperluan pemerintah harus disertai dengan

keterangan-keterangan tentang:

a. Status tanahnya (jenis/macam haknya, luas dan letaknya);

b. Gambar situasi tanah;

c. Maksud dan tujuan pembebasan tanah dan penggunaan selanjunya;

d. Kesediaan untuk memberikan ganti rugi atau fasilitas-fasilitas lain kepada yang

berhak atas tanah.

Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah tersebut, wewenang penyelenggaraan

penataan ruang oleh pemerintah dan pemerintah daerah,

51 Ibid. hlm. 157

Page 72: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

yang mencakup kegiatan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan

penataan ruang, didasarkan pada pendekatan wilayah dengan batasan wilayah

administratif tersebut, penataan ruang seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia terdiri atas wilayah nasional, wilayah provinsi, wilayah kabupaten, dan wilayah

kota, yang setiap wilayah tersebut merupakan subsistem ruang menurut batasan

administratif. Di dalam subsistem tersebut terdapat sumber daya manusia dengan

berbagai macam kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan, dan

dengan tingkat pemanfaatan ruang yang berbeda-beda, yang apabila tidak ditata dengan

baik dapat mendorong ke arah adanya ketidakseimbangan pembangunan antarwilayah

serta ketidak sinambungan pemanfaatan ruang. Berkaitan dengan penataan ruang wilayah

kota, undang-undang ini secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan

pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasnya ditetapkan paling sedikit 30%

dari luas wilayah kota, yang diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah

maupun yang sengaja ditanam.

Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang

Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan yang melimpahkan 9 kewenangan kepada

Pemerintah Daerah diatur dalam Pasal 2 ayat (2), yaitu:

1. pemberian izin lokasi;

2. penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan;

3. penyelesaian tanah garapan;

4. penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan;

Page 73: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

58

5. penetapan subjek dan objek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah

kelebihan maksimum serta tanah absentee;

6. penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat;

7. pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong;

8. pemberian izin membuka tanah;

9. perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten/kota.

Dengan adanya pelimpahan kewenangan tersebut, berarti kewenangan di bidang

pertanahan masih dipegang oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah hanya punya

kewenangan apabila ada pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat.

Dalam Pasal 13 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan, mengatur tentang urusan wajib yang

menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi dan kabupaten/kota, sebagai berikut:

Pasal 13 ayat (1) berbunyi :

Urusan wajib yang menjadi kewenangan kewenangan pemerintahan daerah

provinsi merupakan urusan skala provinsi yang meliputi:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;

c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

d. penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. penanganan bidang kesehatan

f. penyelenggaraanpendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;

Page 74: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

59

g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;

h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;

i. fasilitasipengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk termasuk

lintas kabupaten/kota;

j. pengendalian lingkungan hidup;

k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kabupaten;

l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. pelayanan administrasi penananaman modal termasuk lintas kabupaten/ kota

o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh

kabupaten/kota; dan

p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 14 ayat (1) huruf k juga menyebut salah satu urusan wajib

pemerintah daerah kabupaten/kota adalah pelayanan pertanahan. Bunyi selengkapnya

Pasal 14 ayat (1) adalah sebagai berikut:

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota

merupakan urusan dalam skala kabupaten/kota yang meliputi:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan ;

b. perencanaan dan pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;

c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

d. penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. penanganan bidang kesehatan;

Page 75: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

60

f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial

g. penanggulangan masalah sosial;

h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;

i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

j. pengendalian lingkungan hidup;

k. pelayanan pertanahan;

l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil

m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. pelayanan administrasi penanaman modal;

o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Menurut kedua pasal tersebut, salah satu urusan wajib pemerintahan daerah baik

provinsi maupun kabupaten/kota adalah pelayanan pertanahan.

2. Perencanaan Tata Ruang

Perencanaan tata ruang sering dipandang sebagai titik signifikansi bagi

pencapaian keberhasilan pembangunan. Dikatakan signifikan karena dengan adanya

suatu perencanaan akan membawa pada suatu perencanaan akan membawa pada suatu

pilihan berhasil atau tidaknya kegiatan dalam mencapai suatu tujuan pembangunan.

Rencana merupakan suatu keseluruhan tindakan yang saling berkaitan dari tata

usaha negara yang mengupayakan terlaksananya suatu keadaan tertentu yang tertib, dan

rencana semacam itu dapat dikaitkan dengan stelsel perizinan misalnya

Page 76: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

61

suatu permohonan izin bangunan harus ditolak manakala hal ini bertentangan dengan

rencana peruntukan.

Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, maka daerah provinsi, kabupaten/kota berhak melakukan suatu

perencanaan tata ruang sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh masing-

masing pemerintah daerah.

Berkaitan dengan hal tersebut, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

menjelaskan mengenai kewenangan-kewenangan yang dimiliki oleh setiap tingkatan

pemerintahan sebagai berikut:

a. Kewenangan Pemerintah dalam penataan ruang terdapat dalam ketentuan

Pasal 8 ayat (1) sampai dengan ayat (6) UU No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang.

1. Wewenang pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi :

a. pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan

ruang wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota, serta terhadap

pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi dan

kabupaten/kota.

b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional;

c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional dan,

d. Kerjasama penataan ruang antar negara dan pemfasilitasan kerjasama

penataan ruang antar provinsi

Page 77: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

62

2. Wewenang pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang nasional meliputi :

a. perencanaan tata ruang wilayah nasional;

b. pemanfaatan ruang wilayah nasional; dan

c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.

3. Wewenang pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis

nasional meliputi :

a. penataan kawasan strategis nasional;

b. perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional;

c. pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional; dan

d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strtegis nasional.

4. Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan kawasan

strategis nasional sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf c dan huruf d dapat

dilaksanakan pemerintah daerah melalui dekonsentrasi dan/atau tugas

pembantuan.

5. Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang pemerintah berwenang

menyusun dan menetapkan pedoman bidang penataan ruang.

6. Dalam rangka pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat

(2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) pemerintah:

a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan:

1. rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan

penataan ruang wilayah nasional;

Page 78: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

63

2. arahan peraturan zonasi untuk sistem nasional yang disusun dalam rangka

pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional;

3. menetapkan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.

b. Kewenangan pemerintah provinsi dalam penataan ruang terdapat dalam

ketentuan Pasal 10 ayat (1) sampai dengan ayat (7) UU No. 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang.

1. Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam penyelenggaraan penataan

ruang meliputi:

a. pengaturan , pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan

ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan

penataan ruang kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota;

b. pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi.

c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi; dan

d. kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan pemfasilitasan kerjasama

penataan ruang antarkabupaten/ kota.

2. Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam pelaksanaan penataan ruang

wilayah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. perencanaan tata ruang wilayah provinsi;

b. pemanfaatan ruang wilayah provinsi ; dan

c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.

Page 79: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

64

3. Dalam penataan ruang kawasan stategis provinsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c, pemerintah daerah provinsi melaksanakan :

a. penataan kawasan strategis provinsi ;

b. perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi;

c. pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi; dan

d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi.

4. Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang

kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan

huruf d dapat dilaksanakan pemerintah daerah kabupaten/kota melalui tugas

pembantuan.

5. dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang wilayah provinsi, pemerintah

daerah provinsi dapat menyusun petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang

pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

6. dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),

ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), pemerintah daerah provinsi :

a. menyebarluaskan rencana informasi yang berkaitan dengan :

1. rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan

penataan ruang wilayah provinsi;

2. arahan peraturan zonasi untuk sistem provinsi yang disusun dalam

rangka pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan

3. petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang.

b. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.

Page 80: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

65

7. Dalam hal pemerintah daerah provinsi tidak dapat memenuhui standar

pelayanan minimal bidang penataan ruang, pemerintah mengambil kerangka

penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam penataan ruang terdapat

dalam ketentuan pasal 11 ayat (1) sampai dengan ayat (6) Undang-undang

No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang:

1. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan

penataan ruang meliputi :

a. pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan

ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten / kota ;

b. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;

c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

d. kerja sama penataan ruang antar kabupaten/kota.

2. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanan penataan

ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

meliputi :

a. perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota;

b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota;

c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

Page 81: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

66

3. Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c pemerintah daerah

kabupaten/kota melaksanakan:

a. penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;

b. perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota;

c. pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

4. dalam melaksanakan kewenangan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2), pemerintah daerah kabupaten/kota mengacu kepada pedoman bidang

penataan ruang dan petunjuk pelaksanaannya.

5. dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),

ayat (3), dan ayat (4), pemerintah daerah kabupaten/kota;

a. menyebar luaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dengan

rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah

kabupaten/kota;

b. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.

6. Dalam hal pemerintahan daerah kabupaten/kota tidak dapat memenuhi standar

pelayanan minimal bidang penataan ruang pemerintahan daerah provinsi dapat

mengambil langkah menyelesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Ketentuan undang-undang penataan ruang diatas tesebut dijelaskan kembali

dalam Pasal 13 dan 14 Undang-undang No.32 Tahun 2004

Page 82: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

67

tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwasanya urusan yang

menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota

dalam skala provinsi dan kabupaten/kota meliputi perencanaan, pemanfaatan

dan pengawasan tata ruang.

Selanjutnya, pemerintah daerah dalam melaksanakan kewajibannya tersebut

haruslah melakukan suatu langkah yang konkret yang disesuaikan dengan kewenangan

yang dimilikinya. Kewenangan yang melekat pada pemerintah kabupaten/kota dalam

administrasi negara disebut dengan sikap dan tindak administrasi negara.

Sikap dan tindak yang menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota

dapat diwujudkan dalam suatu bentuk kebijakan. Bila dilihat dari sudut hukum

administrasi negara, kebijakan pemerintah daerah terdiri dari dua bentuk, yaitu:

1. Ketetapan atau keputusan (beschiking)

2. Peraturan daerah (beleid)

Ketetapan atau keputusan yang dibuat oleh pejabat tata usaha negara yang dalam

hal ini sering disebut sebagai keputusan bupati/walikota, biasanya sering dilihat dalam

bentuk izin. Sementara peraturan daerah merupakan suatu produk hukum yang

merupakan hasil penetapan dari DPRD. Peraturan daerah dibuat sebagai instrumen untuk

melaksanakan pengaturan atau pengurusan rumah tangga daerah.

Sehubungan dengan penataan ruang, maka perencanaan tata ruang yang dibuat

oleh daerah, baik itu kabupaten/kota, harus sesuai peraturan daerah yang telah

Page 83: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

68

dibuat sebelumnya, bahkan untuk lebih memberikan kekuatan hukum, perencanaan tata

ruang wilayah yang akan dibuat harus disahkan melalui peraturan daerah.

3. Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan

Bahwa menurut Pasal 8 Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun

2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2003 – 2018

menyebutkan Kebijakan pengembangan tata ruang yang ditetapkan pada tingkat nasional

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), dipertimbangkan dalam

RTRWP Sumatera Utara yang meliputi :

a. menetapkan Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN);

b. menetapkan Pematangsiantar, Rantau Prapat, Kisaran, dan Sibolga sebagai Pusat

Kegiatan Wilayah (PKW);

c. menetapkan kawasan andalan di sekitar PKW untuk pengembangan sektor unggulan;

d. menetapkan kawasan perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang (MEBIDANG) sebagai

kawasan tertentu yang mempunyai nilai strategis untuk diprioritaskan

pengembangannya dalam konstelasi Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle

(IMT-GT)

e. menetapkan Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan utama sekunder, pelabuhan

Sibolga dan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan pengumpan regional, serta pelabuhan

Gunung Sitoli dan Teluk Nibung sebagai pelabuhan pengumpan lokal;

f. bandar udara polonia di Medan diarahkan sebagai pusat penyebaran primer.

Page 84: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

69

Bahwa sesuai dengan tujuan dan sasaran Rencana Umum Tata Ruang Kota(

RUTRK) Kotamadya Daerah Tingkat II Medan maka wujud akhir Rencana Umum Tata

Ruang Kota yang ingin dicapai adalah usaha menata bentuk pemanfaatan dan fungsi

ruang kota sehingga mencapai struktur yang berdaya guna serta terjaga kelangsungan dan

kelestariannya.

Wujud Kota Medan yang di lihat sekarang ini merupakan hasil dari suatu proses

pengambilan keputusan yang telah diambil oleh banyak pihak dalam suatu kurun waktu.

Dalam proses pembentukannya, sejak dari lingkungan kecil hingga menjadi sebuah kota

saat ini, Kota Medan memiliki suatu rangkaian proses yang tumbuh berdasarkan

kecendurungan yang paling menguntungkan penduduk pada masa itu juga berdasarkan

antisipasi terhadap kebutuhannya di masa berikutnya.

Dari wujud fisik Kota Medan yang kita lihat, dapat diamati adanya pola dan

bentukan fisik yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang pernah dihadapi pada saat

pembentukannya, baik berupa intervensi teknologi, sosial politik, budaya dan ekonomi

maupun keadaan alam sekitarnya. Seiring dengan perkembangan waktu dan jaman,

wujud Kota Medan mengalami perubahan-perubahan. Dalam perubahan tersebut, selain

aspek fisik (berupa elemen-elemen pembentuk lingkungan), aspek non fisik juga ikut

mengalami perubahan secara timbal balik, yaitu yang menyangkut pola perilaku sosial,

politik, pandangan-pandangan hidup dan sebagainya.

Page 85: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

70

Pendekatan penyusunan RUTRK Kotamadya Medan adalah52

a. Kebijaksanaan (policies) dasar pengembangan seluruh Kota Medan berisi tentang

tujuan pengembangan tiap WPP dan arah kebijaksanaan pokok yang diambil.

Kebijaksanaan pokok tersebut menguraikan arahan-arahan pengembangan WPP pada

masa yang akan datang. Arahan tersebut berpedoman pada kebijaksanaan-

kebijaksanaan pokok, antara lain, seperti yang telah dan akan digariskan dalam pola

dasar pembangunan daerah, RIK Medan tahun 1974-2000, MUDP-II, dan Strategi

Mebidang (RUDS-MMA)

b. Rencana Tata Ruang hingga tahun 2005 dengan skala 1:20.000. rencana ini berisi

rencana umum tata ruang kota yang meliputi rencana struktur kawasan, rencana

pengembangan kawasan komersial, perdagangan, perkantoran, perumahan dan

kawasan terbuka, rencana integrasi (fokus kegiatan peruntukan), rencana ketinggian

bangunan, rencana kepadatan bangunan, pola tapak kota, pola transportasi dan

perpakiran.

c. Pedoman Pelaksanaan (implementasi) rencana pembangunan di setiap WPP.

Pedoman ini berisikan tentang cara penerapan rencana tersebut di lapangan.

d. Indikasi Program dan sumber daya pembangunan. Indikasi program meliputi

program jangka panjang, program berdasarkan tahapan pelita dan program tahunan.

Sumber dana pembangunan meliputi perkiraan besarnya investasi, dan sumber dana.

52 Baca RUTRK Kodya Medan, tanpa tahun penerbitan, hlm. I-5

Page 86: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

71

e. Institusi Pengawasan pelaksanaan rencana, meliputi pembahasan tentang lembaga

yang akan melaksanakan rencana, sistem dan struktur organisasi pengelolaan, serta

badan yang mengawasi pelaksanaan tersebut.

Lingkup materi perencanaan adalah aspek kependudukan, perekonomian, fisik

dasar, penggunaan lahan kota, aspek fasilitas pelayanan dan prasarana, serta aspek

administrasi/pengelolaan pembangunan kota yang dituangkan dalam suatu formulasi

umum tata ruang kota.

Pendekatan perencanaan RUTRK Kotamadya Medan adalah :

1. Menghimpun serta mengkaji informasi yang relevan dengan masalah wilayah

perencanaan, baik yang bersumber dari pemerintah (Pemda Kotamadya Medan),

swasta, masyarakat setempat serta literatur pada umumnya.

2. Melakukan survei berupa survei instansi, survei lapangan, survei objek khusus

maupun interview. Interview dilakukan untuk melengkapi ketiga survei tersebut bila

dianggap sangat diperlukan guna memperoleh keterangan yang lebih rinci. Bahkan

dibentuk kelompok kerja (Pokja) yang anggotanya terdiri dari aparat Pemda dan

Bappeda, Dinas otonom serta instansi vertikal.

3. Melakukan kompilasi data dan analisis berupa penilaian berbagai keadaan. Hal ini

dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip, pendekatan dan metode, serta teknik analisis

perencanaan kota yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun secara

praktis. Penyusunan RUTRK Kodya Medan Tahap I telah berlangsung hingga tahap

analisis. Tahap II merupakan penyusunan alternatif rancangan rencana dan rencana.

(kerangka pemikiran penyusunan RUTRK Kodya Medan).

Page 87: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

72

4. Menyusun alternatif rancangan rencana yang berisi tentang rumusan kebijaksanaan

dasar pengembangan tata ruang kota, tujuan pembangunan dan pengendalian tata

ruang kota, rancangan rencana fisik kota, serta pokok-pokok pelaksanaan

pembangunan.

5. Menyusun rencana yang merupakan penyempurnaan rancangan rencana. Materinya

sama dengan rancangan rencana, hanya disusun dengan uraian dan gambar-gambar

yang lebih lengkap.

Dalam Pasal 1 Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan No. 4

Tahun 1995 Tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kotamadya Daerah

Tingkat II Medan Tahun 2005 disebutkan:

Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) pada prinsipnya diarahkan untuk

memperoleh gambaran perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian serta fungsi ruang

atau lahan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan saat ini dan untuk masa mendatang,

guna menentukan aspek strategis dan struktur kota yang berdaya guna, tepat guna serta

mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan Kota sehingga dapat terjaga kelangsungan

dan kelestariannya.

Selanjutnya dalam Pasal 3 Keputusan Walikota Medan Nomor 66 Tahun 2002

Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan

disebutkan :

Page 88: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

73

Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan mempunyai tugas melaksanakan sebagian

urusan rumah tangga daerah dalam bidang tata kota dan tata bangunan, antara lain

menyusun, mengembangkan dan mengendalikan rencana tata ruang kota, pengurusan

perizinan dan pembinaan terhadap pembangunan fisik kota yang sehat dan terarah sesuai

dengan rencana tata ruang kota dan pola kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota

serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.

Selanjutnya disebutkan dalam Pasal 4 Surat Keputusan Walikota Medan No. 66

Tahun 2002 menyebutkan :

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 3, Dinas Tata Kota dan

Tata Bangunan mempunyai fungsi :

a. merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang tata kota dan tata

bangunan;

b. mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian dalam rangka perumusan,

pengembangan dan penerapan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan

penataan ruang kota dan penataan bangunan;

c. mengevaluasi dan merevisi rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan penataan

ruang kota dan penataan bangunan yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan

dan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma penataan kota dan

bangunan yang berlaku;

Page 89: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

74

d. menghimpun data dan informasi, mengadakan pengukuran dan pemetaan dalam

rangka penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan

penataan ruang kota dan penataan bangunan.

e. perumusan kebijaksanaan teknis, pemberian bimbingan, penyuluhan dan

pembinaan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Kepala Daerah dan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

f. melaksanakan pola dan pengembangan rencana tata ruang kota dan kebijaksanaan

penataan ruang dan penataan bangunan yang telah ditetapkan;

g. memberikan pelayanan terhadap permohonan Keterangan Rencana Peruntukan

(KRP), Keterangan Situasi Bangunan (KSB) dan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) serta memungut retribusi atas pemberian KRP, KSB dan IMB tersebut

sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku;

h. mengadakan pengawasan dan penindakan penertiban terhadap pelestarian dan

kebijaksanaan penataan ruang kota dan penataan bangunan serta teknis konstruksi

yang telah ditetapkan , bekerjasama dengan instansi terkait;

i. merumuskan kebijaksanaan dan pengawasan terhadap pelestarian dan konservasi;

j. mengarahkan partisifasi masyarakat dalam pembangunan kota;

k. melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya;

l. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

Dalam Pasal 4 Perda No. 4 Tahun 1995 disebutkan;

Struktur Pemanfaatan Ruang Kota

Page 90: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

75

(1) Konsep Struktur Tata Ruang Kotamadya Medan adalah :

a. Membatasi perkembangan secara linier yang mengikuti jalan-jalan Arteri Primer

yang ada sekarang (arah Utara-Selatan).

b. Mengembangkan kota ke arah Barat, Timur dan Utara

c. Pengembangan utama ke arah Utara dengan penekanan pada kegiatan komersial

industri berskala luas (kawasan Industri Medan/KIM, Kawasan Industri

Belawan/KIB, Kawasan Berikat dan Pelabuhan Laut).

(2) Rencana Pemanfaatan Ruang Kotamadya Daerah Tingkat II Medan pada Tahun 2005,

adalah :

a. Perumahan terletak menyebar di Kotamadya Medan, seluas 14.311,36 Ha.

b. Fasilitas lingkungan terletak menyebar di Kotamadya Medan seluas 2.247,48 Ha,

berupa :

i. Fasilitas Pendidikan, seluas 767,65 Ha

ii. Fasilitas kesehatan, seluas 71,66 Ha

iii. Fasilitas peribadatan, seluas 68,62 Ha

iv. Fasilitas sosial, seluas 4.757 Ha

v. Fasilitas olah raga dan rekreasi seluas 619,65 Ha

vi. Fasilitas pelayanan pemerintah, seluas 58,16 Ha

vii. Fasilitas perdagangan, seluas 588,31 Ha

viii. Fasilitas transportasi, seluas 68,86 Ha

c. Ruang terbuka hijau terletak menyebar di Kotamadya Medan, seluas 2651 Ha.

d. Lahan pemakaman terletak menyebar di Kotamadya Medan, seluas 59,16 Ha.

Page 91: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

76

e. Kawasan Industri terdiri dari :

i. Kawasan Industri Medan (KIM) terletak di Kecamatan Medan Deli, seluas 370

Ha.

ii. Kawasan Industri Baru (KIB) terletak di Kecamatan Medan Belawan dan Medan

Labuhan, seluas 1345 Ha.

f. Prasarana jalan terletak menyebar di Kotamadya Medan, seluas 3353,81 Ha.

g. Penggunaan lain-lain berupa Pelabuhan, Pusat Perdagangan dan Bisnis/Central

Bussines District (CBD) dan Gudang terletak di Kecamatan Medan Belawan,

Medan Polonia dan Medan Deli, seluas 2.172,19 Ha.

Pasal 5

Struktur Utama Tingkat Pelayanan Kota

Tingkat Pelayanan di Kotamadya Medan terdiri dari :

a. Pusat Kota yang melayani seluruh Kotamadya Medan dan Wilayah

Pengembangan Pembangunan (WPP) D mencakup 4 kecamatan yaitu Kecamatan

Medan Baru, Medan Maimoon, Medan Polonia, Medan Kota dan Medan Johor.

b. Sub Pusat Belawan yang melayani Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP)

A mencakup 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan

Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan.

c. Sub Pusat Tanjung Mulia yang melayani Wilayah Pengambangan Pembangunan

(WPP) B mencakup Kecamatan Medan Deli.

Page 92: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

77

d. Sub Pusat Aksara yang melayani Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP) C

mencakup 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Timur, Medan Perjuangan,

Medan Area, Medan Denai, Medan Tembung dan Medan Amplas.

e. Sub Pusat Sei Sikambing yang melayani Wilayah Pengembangan Pembangunan

(WPP) E mencakup 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Barat, Medan Petisah,

Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Tuntungan dan Medan Selayang.

Pasal 6

Sistem Utama Transportasi

(1) Konsep Pengembangan jaringan jalan di Kota Medan :

a. Pengembangan Jaringan Jalan Jalan lingkar Dalam yaitu Jalan Halat, Jalan Ir. H.

Juandal, Jalan Mongonsidi, Jalan Dr. Mansyur, Jalan Setia Budi, Jalan Sunggal,

Jalan Kapten Muslim, Jalan Pembangunan, Jalan Sukaramai, Jalan Bambu II,

Jalan Pelita II, Jalan Pancing, Jalan AR. Rahman Hakim.

b. Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Luar yaitu Jalan Karya Jasa, Jalan Ngubah

Surbakti, Jalan Industri, Jalan Pondok Kelapa, Jalan Asrama, Jalan Helvetia By

Pass, Jalan Pertempuran dan Jalan Cemara.

c. Pengembangan Jaringan Jalan Radial yaitu Jalan Sisingamangaraja, Jalan Brigjen

Katamso, Jalan Letjen Jamin Ginting, Jalan Jen. Gatot Subroto, Jalan Yos

Sudarso, Jalan Letda Sujono.

d. Pengembangan Jaringan Jalan dengan Pola “Grid” untuk jalan lokal.

Page 93: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

78

e. Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Paling luar yaitu Jalan Pinang Baris

(2). Kebijaksanaan pokok pengembangan jaringan kereta api di Kotamadya Medan adalah

mengaktifkan kembali angkutan umum kereta api yang melayani angkutan lokal

untuk mengurangi beban angkutan jalan raya yaitu jaringan Pusat Kota-Belawan,

Pusat Kota-Tembung, Pusat Kota-Delitua, Pusat Kota-Pancur Batu, dan Pusat Kota-

Binjai

Pasal 7

Sistem Utama Jaringan Utilitas

(1). Pelayanan sistem jaringan air bersih tahun 2005 akan melayani suluruh Kotamadya

Medan.

(2). Pelayanan air limbah di Kotamadya Medan dilayani dengan:

a. Sistem perpipaan air limbah yang melayani penduduk dengan kepadatan tinggi

yaitu di Kecamatan Medan Kota dan Medan Area.

b. Sistem individu ( Septik Tank ) pada daerah dengan kepadatan penduduk sedang

dan rendah

(3). Pelayanan listrik pada tahun 2005 akan melayani seluruh Kotamadya Medan dan

sistem penyaluran melalui transmisi untuk Kota Medan dan sekitarnya adalah:

a. Sistem Ring 150 KV : Paya Pasir-Sei Rotan-Titi Kuning-Paya Geli-Pasar Pasir.

b. Sistem Radial terhubung ke Gardu Induk (GI) : Mabar, Labuhan, Glugur dan

suplai dari pembangkit Belawan, penambahan Gardu Induk Lamhotma, Kim,

Pancing, Perbaungan dan Perluasan Gardu Induk yang telah ada.

Page 94: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

79

c. Penambahan alternatif penyaluran dari pembangkit Belawan ke Binjai dan Sei

Rotan.

d. Peningkatan Gardu hubung menjadi Gardu Induk di Selayang, Sunggal, Helvetia

dan Tanjung Morawa.

(4) Program pembangunan sarana telepon di Kotamadya Medan direncanakan berbentuk

Sentral Telepon Otomat (STO) yang terdiri dari beberapa sentral.

(5) Pelayanan persampahan tahun 2005 akan melayani seluruh Kotamadya Medan dan

direncanakan dapat dilayani oleh 2 (Dua) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yaitu di

Namo Bintang dan Kelurahan Terjun.

(6) Pelayanan gas di Kotamadya Medan akan Melayani rumah tangga di sekitar pusat

kota, daerah perdagangan (komersil) dan industri.

Pasal 8

Pengembangan Pemanfaatan Air Baku Sungai-sungai yang melalui Kota Medan

digunakan sebagai saluran drainase primer dan sumber air bersih seperti Sungai Deli dan

Sungai Belawan.

Pasal 9

Indikasi Unit Pelayanan Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan penduduk, maka

pembagian unit-unit pelayanan di Kotamadya Medan terdiri dari :

a. Pusat Kota

b. Sub Pusat Kota, terdiri dari :

1. Sub Pusat Belawan

2. Sub Pusat Tanjung Mulia

Page 95: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

80

3. Sub Pusat Aksara

4. Sub Pusat Sei Sikambing

Pasal 10

Rencana Pengelolaan Pembangunan Kota

(1) Arahan tahapan pelaksanaan pembangunan dalam Rencana Umum Tata Ruang

(RUTK) Kotamadya Medan Tahun 2005 ini dituangkan dalam indikasi menilai

Program Pembangunan yang meliputi komponen utama kota dan akan merupakan

kelengkapan dan mengisi Pola Dasar Pembangunan Daerah Kotamadya Medan dan

Repelitada VI dan VII Kotamadya Medan.

(2) Arahan Penangan I Lingkungan perumahan melalui :

a. Pengembangan sistem pengadaan perumahan dan tanah untuk perumahan,

terutama bagi lapisan masyarakat berpenghasilan rendah dengan kemudahan-

kemudahan yang terjangkau yaitu pembangunan Rumah Sederhana (RS), Rumah

Sangat Sederhana (RRS) dan pembangunan desa nelayan.

b. Meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman padat melalui perbaikan

lingkungan (kampung)/KIP secara terpadu.

c. Pembangunan perumahan baru terutama diarahkan ke Bagian Utara, Timur, dan

Barat Kota Medan dan disekitar kegiatan-kegiatan tertentu.

d. Terlaksananya usaha pemenuhan kebutuhan satu rumah untuk satu rumah tangga

sesuai dengan tingkat kemampuan dan aspirasi tiap golongan penghasilan

masyarakat.

Page 96: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

81

e. Terbentuknya lingkungan perumahan yang layak dan nyaman bagi hunian, serta

memiliki tingkat kemudahan yang memadai.

f. Terwujudnya fungsi pembangunan perumahan sebagai faktor penentu dalam

mewujudkan pola kepadatan penduduk, pola penyebaran lokasi lapangan kerja

dan faktor perangsang bagi terlaksananya perkembangan kota yang diharapkan.

g. Preservasi dan konservasi bangunan bersejarah di Kotamadya Medan.

(3) Sumber pembiayaan pembangunan Kota Medan diarahkan berasal dari APBN, APBD

Tingkat I Sumatera Utara, APBD Tingkat II Medan, Penanaman Modal Swasta Asing

(PMA) dan Dalam Negeri (PMDN), Swadaya Masyarakat, dan Bantuan Lembaga

atau Negara Asing (Bantuan Luar Negeri/BLN)

(4) Pengorganisasian aparatur pelaksana pembangunan kota di Kotamadya Medan secara

struktural :

a. Membentuk atau mengoptimalkan satuan-satuan organisasi dan memperluas

lingkup tugas pekerjaannya.

b. Menjalin hubungan menyeluruh dengan segenap tugas pekerjaan antara satu

instansi dengan instansi lain.

c. Mempertegas hubungan kerja antara petugas satu dengan lainnya.

(5) Peningkatan kuantitas dan kualitas penyelenggaraan Rapat Koordinasi Pembangunan

(RAKORBANG)

Pasal 11

Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Tata Ruang Kotamadya Medan adalah :

Page 97: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

82

a. Meningkatkan kemampuan lahan kawasan kota sesuai dengan potensi nilai

ekonomi yang dimiliki, dengan prinsip :

1. Mengupayakan pertumbuhan Kota Medan sesuai dengan kebutuhan.

2. Mengupayakan penyediaan sarana dan prasarana dan menjadikan kota

mandiri.

3. Mengupayakan perkembangan Kota Medan dengan Orientasi kecenderungan

kebutuhan dan perkembangan di masa depan.

b. Berlandaskan pada batasan-batasan fisik alami dan kelestarian lingkungan.

c. Mengembangkan sistem pengendalian tanah perkotaan.

d. Mengembangkan ketentuan-ketentuan lingkungan dan bangunan yang serasi dan

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat..

4. Kegiatan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Metropolitan Mebidang

Dalam pengendalian pemanfaatan ruang selain m,emperhatikan adanya pola

penggunaan lahan juga memperhatikan pola penggunaan lahan juga memperhatikan pola

kegiatan / aktifitas yang terjadi di dalam penggunaan lahan tersebut. Pemanfaatan ruang

ini mengacu pada sistem kegiatan yang berkembang dalam sebuah penggunaan lahan.

Kegiatan pemanfaatan ruang adalah semua aktifitas dan atau fungsi yang mungkin

terjadi dalam sebuah zona. Kegiatan pemanfaatan ini di dapatkan dari survey lapangan

semua penggunaan yang ada di kawasan perencanaan pada khususnya dan Kawasan

Metropolitan Mebidang pada umumnya.

Guna menunjukkan ketentuan pemanfaatan ruang untuk penggunaan setiap lahan

yang menunjukkan boleh tidaknya sebuah sistem kegiatan dikembangkan

Page 98: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

83

dalam sebuah klasifikasi penggunaan lahan maka boleh tidaknya pemanfaatan ruang

untuk sebuah hirarki peruntukan tanah ditunjukkan dengan 4 indicator yaitu;

1. Pemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang berarti tudak

akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah kabupaten.

2. Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat dengan standar

pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya

baik yang tercakup dalam ketentuan ini manapun ditentukan kemudian oleh

pemerintah kabupaten.

3. Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan untuk

penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting pembangunan di

sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan bersyarat ini berupa AMDAL, RKL,

dan RPL.

4. Pemanfaatan yang tidak diizinkan.

Peraturan tentang penggunaan-penggunaan ditetapkan dalam suatu matriks yang

dinamakan Matriks pemanfaatan ruang yang disusun kelompok dan sub-kelompok

penggunaan pada baris-barisnya dan zona teknis pada kolom-kolomnya.

Kegiatan perkotaan tidak dapat dikontrol hanya dengan pengaturan pemanfaatan lahan.

Untuk itu akan mengatur intensitas pembangunan di Kawasan Metropolitan Mebidang

sebagai pengendali pembangunan. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengaturan

kepadatan, termasuk mengatur rasio kepadatan pembangunan kegiatan pada setiap zona

di Kawasan Metropolitan Mebidang.

Page 99: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

84

Secara umum, aturan umum memuat ketentuan pengendalian untuk fisik lahan, kegiatan

yang berkembang, prasarana, dan sarana yang didalamnya masing-masing memuat

beberapa poin ketentuan. Fisik lahan, yang meliputi ketentuan pengaturan yang terkait

dengan fisik lahan, antara lain KWT, KPU, dan KDH.

a. KWT (Koefisien Wilayah Terbangun), merupakan prosentase yang menunjukkan

alokasi lahan minimum untuk dibangun pada suatu zona. KWT ini ditetapkan dengan

mempertimbangkan :

1. Tingkat pengisian/peresapan air (water recharge)

2. Jenis penggunaan lahan

3. Kebutuhan akan buffer zone

b. KPU (Koefisien Sarana dan Prasarana Umum), merupakan prosentase yang

menunjukkan alokasi lahan minimumuntuk penyediaan sarana dan prasarana umum.

Angka prosentase yang ditunjukkan oleh KPU ini merupakan bagian dari KWT. Jadi

dengan kata lain KPU menunjukkan prosentase alokasi lahan untuk penyediaan

sarana dan prasarana umum dari alokasi lahan untuk kawasan terbangun. Adapun

sarana dan prasarana umum yang dimaksud meliputi jalan, drainase, jaringan telepon

dan listrik, ruang publik seperti taman, dan sebagainya. Dalam penentuan angka KPU

mempertimbangkan :

1. hirarki jaringan sarana dan prasarana umum yang disediakan

2. jenis sarana dan prasarana umum yang disediakan

c. KDH, merupakan angka prosentase berdasarkan perbandingan antara luas lahan

terbuka untuk penanaman tanaman dan atau peresapan air terhadap luas persil

Page 100: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

85

yang dikuasai (Konsep Dasar Panduan Penyusunan Peraturan Zonasi Wilayah

Perkotaan, 2006). KDH ini ditetapkan dengan pertimbangan :

1. Tingkat pengisian/peresapan air

2. Besar pengaliran air

3. Rencana tata ruang

Dalam perencanaan kawasan lindung ditetapkan kawasan lindung prioritas dengan

kriteria sebagai ruang terbuka hijau regional, kawasan konservasi dan/atau daerah

resapan air.

a. Kawasan lindung prioritas meliputi;

1. kawasan pantai hutan bakau dan rawa di pantai utara;

2. situ-situ

3. waduk

4. kawasan rawa

5. kawasan hutan lindung

6. kawasan resapan air dan/atau retensi air.

b. Penetapan lokasi kawasan lindung prioritas yang mencakup 2 (dua) atau lebih daerah

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan keputusan bersama antar

daerah;

c. Proporsi ruang terbuka hijau public kota/perkotaan di kawasan MEBIDANG minimal

20% (dua puluh persen) dari luas wilayah masing-masing kota/perkotaan.

Pemanfaatan pada kawasan hutan lindung dilarang menyelenggarakan :

Page 101: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

86

a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam , menggangu kesuburan serta

keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi

lingkungan hidup

b. kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan perusakan terhadap kebutuhan

kawasan dan ekosistemnya sehingga mengurangi/menghilangkan fungsi dan luas

kawasan seperti perambahan hutan, pembukaan lahan, penebangan pohon dan

perburuan satwa yang dilindungi

c. kegiatan budi daya termasuk mendirikan bangunan kecuali bangunan yang diperlukan

untuk menunjang fungsi hutan lindung dan/atau bangunan yang merupakan bagian

dari suatu jaringan atau transmisi bagi kepentingan umum antara lain pos

pengamatan kebakaran, pos penjagaan, papan petunjuk/penerangan, patok triangulasi,

Tugu, menara kereta kabel, tiang listril, dan menara televise.

Pemanfaatan pada kawasan resapan air dilarang menyelenggarakan:

a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, menggangu kesuburan serta

keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarianflora dan fauna, serta kelestarian fungsi

lingkungan hidup.

b. kegiatan budi daya yang dapat menutup potensi resapan air sehingga mengurangi

persediaan air

c. melakukan penebangan hutan atau perusakan pemanfaatan resapan air.

Pemanfaatan pada kawasan sempadan sungai dilarang menyelenggarakan :

Page 102: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

87

a. Pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, mengganggu kesuburan serta

keawetan tanah, fungsi hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, serta

kelestarian fungsi lingkungan hidup;

b. pemanfaatan hasil tegakan;

c. kegiatan yang merusak kualitas air sungai, kondisi fisik tepi sungai dan dasar sungai

serta mengganggu aliran air.

C. Pembangunan Berkelanjutan

1. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan

Jika kita mengadopsi defenisi pembangunan berkelanjutan dari WCED (World

Comission on Environment and Development) yang menyebutkan bahwa pembangunan

berkelanjutan adalah pembangunan yang diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan

generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk

memenuhi kebutuhan mereka sendiri maka ada empat prinsip dalam mencapai

pembangunan yang harus dipenuhi yang meliputi:53

a. pemenuhan kebutuhan manusia (fulfillment of human needs)

b. memelihara integritas ekologi (maintenance of ecological integrity)

c. keadilan social (social equity)

d. kesempatan menentukan nasib sendiri (self determination)

Beberapa usaha awal untuk memberikan batasan terhadap pembangunan

berkelanjutan telah dibuat oleh Komisi Dunia untuk lingkungan hidup dan

53 Sudharto P. Hadi, Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan ; (Diterbitkan dan Oleh

Gajah Mada University Press, Juli 2005) h. 43-44.

Page 103: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

88

pembangunan (WCED) pada tahun 1987, yang dikenal dengan Brundtland Commission.

Menurut komisi ini pembangunan berkelanjutan merupakan suatu bentuk pembangunan

yang memperhatikan kepentingan generasi kini dan generasi yang akan datang54

Dalam proses pembentukan pemikiran pembangunan berkelanjutan , terdapat tiga

aspek yang perlu diperhatikan yaitu:55

1. Konsep pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan jaminan kepentingan generasi

yang akan datang

Generasi kini harus menerima paksaan tertentu dalam penggunaan sumber daya

alam untuk kepentingan/keuntungan generasi yang akan datang. Hal ini di kembangkan

sejak Proposal Maltase mengenai warisan manusia dilindungi oleh masyarakat

Internasional saat sidang umum PBB tahun 1967. Ide warisan ini berasal dari dugaan

bahwa sumber daya alam seperti kekayaan dasar laut bukan hasil kerja generasi saat ini

namun juga merupakan hak atas generasi yang akan datang. Dalil ini muncul lagi pada

prinsip kedua dan Deklasi Stockholm 1972 yang memuat tentang lingkungan hidup. Dan

memperluasnya pada semua jenis sumber daya alam. Kemudian, prinsip 3 dan 5

Deklarasi Stockholm yang memuat tipe khas manusia yang berwawasan lingkungan

dengan memperhatikan sumber-sumber ekonomi dalam hukum nasional (domestik),

kemampuan sumber daya alam untuk mendaur ulang harus dilindungi, diperbaiki atau

ditingkatkannya kemampuan lingkungan.

54 Alvi Syahri, Pengaturan Hukum Dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Berkelanjutan ; ( Cetakan Pertama : Pustaka Bangsa Press, 2003.) h. 77. 55 Ibid. hlm. 78

Page 104: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

89

Sumber daya alam yang tidak terbaharui harus dicegah dari penggunaannya secara

(pemakaian yang hati-hati).

2. Deklarasi Stockholm 1972 memuat beberapa hal yang berkaitan dengan pemanfaatan

sumber daya alam secara ekonomis dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang

dengan lingkungan hidup.

Hal ini berkaitan dengan hak atas pembangunan yang sedang giat-giatnya

dilaksanakan oleh negara-berkembang serta pertimbangan dalam konteks New Ekonomic

World Order. Berdasarkan hal tersebut dalam preambul ke empat Deklarasi Stockholm

dan prinsip 8-12 menekankan kepada hubungan yang erat antara perlindungan

lingkungan dan pembangunan, yang merujuk pada suatu kondisi bahwa kerusakan

lingkungan terjadi karena percepatan pembangunan. Pemindahan sarana finansial dan

teknologi, serta kebijaksanaan pembangunan yang memperhatikan lingkungan hidup.

4.Pengaruh yang dikemukakan oleh Laporan Komisi Bruntland pada tahun 1987

dalam pembentukan dan pengembangan gagasan dari pembangunan berkelanjutan

yang didasarkan pada persamaan hak antar generasi. Elemen-elemen yang

penting dari pembangunan berkelanjutan yang di dasarkan pada persamaan hak

antar generasi.Elemen-elemen yang penting dari pembangunan berkelanjutan

dapat di lihat pada Deklarasi Rio dan beberapa diantaranya dalam Agenda 21,

misalnya dalam pembangunan ekonomi dan pengajuan perubahan-perubahan

yang berkualitas dengan penggunaan energi yang kecil guna memenuhi kebutuhan

pokok manusia, pelestarian dan perlindungan sumber daya alam,

Page 105: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

90

penyesuaian dalam kebijaksanaan teknologi risiko keterkaitan anatara lingkungan

dan kebutuhan ekonomi dalam proses pemgambilan keputusan.Dalam proses

pembentukan pemikiran pembangunan berkelanjutan,

terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu:56

1. Konsep pembangunan berkelanjutan berkaitan dengan jaminan kepentingan generasi

yang akan datang.

Generasi kini harus menerima paksaan tertentu dalam penggunaan sumber daya alam

untuk kepentingan/keuntungan generasi yang akan datang. Hal ini dikembangkan

sejak Proposal Maltase mengfenai warisan manusia dilindungi oleh masyarakat

Internasional saat sidang umum PBB tahun 1967. Ide warisan ini berasal dari dugaan

bahwa sumber daya alam seperti kekayaan dasar laut bukan hasil kerja generasi saat

ini namun juga merupakan hak atas generasi yang akan datang. Dalil ini muncul lagi

pada prinsip kedua Deklarasi Stockholm 1972 yang memuat tentang lingkungan

hidup dan memperluasnya pada semua jenis sumber daya alam. Kemudian, prinsip 3

dan 5 Deklarasi Stockholm yang memuat tipe khas manusia yang berwawasan

lingkungan dengan memperhatikan sumber-sumber ekonomi dalam hukum nasional

(domestik), kemampuan sumber daya alam untuk mendaur ulang harus dilindungi,

diperbaiki atau ditingkatkannya kemampuan lingkungan, sumber daya alam yang

tidak terbaharui harus dicegah dari penggunaannya secara (pemakaian yang hati-

hati).

56 Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan kebijakan Pembangunan perumahan dan Permukiman

Berkelanjutan ( Medan : Pustaka Bangsa Press 2003), hlm. 78.

Page 106: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

91

2. Deklarasi Stockholm 1972 memuat beberapa hal yang berkaitan dengan pemanfaatan

sumber daya alam secara ekonomis dengan mempertim-bangkan aspek-aspek yang

dengan lingkungan hidup.

Hal ini berkaitan dengan Hak atas pembangunan yang sedang giat-giatnya

dilaksanakan oleh negara-berkembang serta pertimbangan dalam konteks New

Economic World Order. Berdasarkan hal tersebut dalam preambul ke empat Deklarasi

Stockholm dan prinsip 8 – 12 menekankan kepada hubungan yang erat antara

perlindungan lingkungan dan pembangunan yang merujuk pada suatu kondisi bahwa

kerusakan lingkungan terjadi karena percepatan pembangunan- pemindahan sarana

finansial dan teknologi, serta kebijaksanaan pembangunan yang memperhatikan

lingkungan hidup.

3. Pengaruh yang dikemukakan oleh Laporan Komisi Brundtland pada tahun 1987

dalam pembentukan dan pengembangan gagasan dari pembangunan berkelanjutan

yang didasarkan pada persamaan hak antar generasi. Elemen-elemen yang

penting dari pembangunan yang berkelanjutan dapat dilihat pada Deklarasi Rio

dan beberapa diantaranya dalam agenda 21, misalnya dalam pembangunan

ekonomi dan pengajuan perubahan-perubahan yang berkualitas dengan

penggunaan energi yang kecil guna memenuhi kebutuhan pokok manusia,

pelestarian dan perlindungan sumber daya alam, penyesuaian dalam

kebijaksanaan teknologi dan penanganan risiko keterkaitan antara lingkungan dan

kebutuhan ekonomi dalam proses pengambilan keputusan.

Page 107: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

92

Lingkungan hidup terdiri dari komponen- komponen yang saling membutuhkan

dan terkait satu sama lain. Salah satu dari komponen lingkungan hidup yaitu manusia.

Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup di mulai dari kapasitas manusia

untuk mempertanggung jawabkan tingkah lakunya terhadap alam. Keberadaan alam

dirangkul oleh keberadaan manusia. Orientasi ekonomi dan pembangunan sosial

membawa kapasitas untuk memanfaatkan lingkungan hidup. Untuk itu perlu

dipertimbangkan upaya perlindungan lingkungan hidup dengan berpusat pada etika

lingkungan.57

Selanjutnya di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup, arah kebijakan

GBHN 1999-2004, antara lain adalah58mengelola sumber daya alam dan memelihara

sesuai daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari

generasi ke generasi. Selain itu, dalam arah kebijakan pembangunan bidang ekonomi

yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup diarahkan

untuk mengembangkan Perekonomian yang beriorintasi global sesuai dengan kemajuan

teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan kompratif

sebagai negara maritim dan agraris sesuai dengan kompetensi dan produk unggulan di

setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan, pertambangan,

parawisata, serta industri kecil dan kerajinan rakyat

57 Ibid, hlm. 83 58 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan

Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004, ( Jakarta : Penerbit, CV. Eko Jaya, 2001), hlm. 37-38

Page 108: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

93

Dengan memperhatikan arahan tersebut, sasaran kebijakan di bidang sumber daya

alam dan lingkungan hidup adalah mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup yang berkelanjutan dan berkeadilan seiring dengan peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang lebih baik dan sehat.

Dalam prioritas pembangunan mempercepat pemulihan ekonomi yang bersumber

pada sistem ekonomi kerakyatan serta memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan

dan berkeadilan, dapat diidentifikasikan isu lintas bidang yang meliputi empat hal sebagai

berikut:59

a. Penanggulangan Kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional

yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dengan dalih apa pun. Dalam

menjawab isu tersebut, upaya-upaya lintas bidang yang diperlukan meliputi

peningkatan keamanan dan ketertiban yang dapat mendukung kegiatan pelaku

usaha kecil, pengendalian pertumbuhan penduduk, pembangunan ekonomi yang

dapat menjangkau mayoritas penduduk miskin (pro-poor growth), peningkatan

pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk meningkatkan produktivitas dan

martabat, pengembangan sistem jaminan sosial, peningkatan akses usaha kecil

dan koperasi terhadap sumber pembiayaan, serta pembangunan pertanian dan

perdesaan.

b. Pengembangan Sistem Ekonomi Kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan yang

akan dibangun adalah sistem yang memungkinkan seluruh potensi masyarakat,

baik sebagai konsumen, sebagai pengusaha, maupun sebagai

59 Ibid. hlm. 38-39

Page 109: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

94

tenaga kerja, secara indiskriminatif tanpa membedakan suku, agama dan Gender

mendapatkan kesempatan yang sama berpartisipasi aktif dan meningkatkan taraf

hidupnya dalam berbagai kegiatan ekonomi. Upaya lintas Bidang yang perlu dilakukan

meliputi penegakan hukum dan prinsip keadilan, penciptaan iklim usaha yang sehat,

pemihakan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan sumber daya manusia, dan

peningkatan akses atas sumber daya pembangunan.

c. Pembangunan Stabilitas Ekonomi Nasional. Dalam upaya mengatasi krisis dan

mempercepat pemulihan ekonomi serta untuk meletakkan landasan ekonomi bagi

pembangunan selanjutnya diperlukan upaya lintas bidang untuk mewujudkan

stabilitas ekonomi nasional yang meliputi, antara lain, upaya untuk menjaga

stabilitas politik agar stabilitas ekonomi dapat tercapai, meningkatkan dukungan

internasional dalam upaya meningkatkan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme (KKN), menyempurnakan dan memperbaharui peraturan perundangan,

menegakkan hukum dan memberdayakan peradilan, meningkatkan pengawasan

masyarakat, dan meningkatkan pembangunan daerah.

d. Pelestarian Lingkungan. Untuk dapat menjaga kelestarian lingkungan, upaya

lintas bidang yang perlu dilakukan meliputi pengembangan dan penerapan

teknologi yang ramah lingkungan, penumbuhan tanggung jawab sosial melalui

pendidikan, peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, penataan

Page 110: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

95

kelembagaan dan penegakan hukum lingkungan, peningkatan partisipasi masyarakat, dan

pembangunan budaya yang berwawasan lingkungan.

Agar suatu peraturan /hukum dapat menjadi alat pemacu pembangunan ekonomi,

perlu dipahami teori yang dikemukakan Burg’s. Menurut studi yang dilakukan Burg’s

mengenai hukum dan pembangunan terdapat lima unsur yang harus dikembangkan agar

tidak menghambat pertumbuhan ekonomi, yaitu : stability, predictability, fairnees,

education dan the special development obilities of the lawyer. Selanjutnya Burg’s

mengemukakan bahwa unsur pertama dan kedua tersebut merupakan persyaratan agar

sistem ekonomi berfungsi60

Penegakan hukum pembangunan yang berkelanjutan juga terkait erat dengan

peran penguasa, aparat hukum dan masyarakat. Hukum dan kekuasaan harus berjalan

seimbang. Kekuasaan harus menjadi penjamin agar hukum dapat ditegakkan dan

sebaliknya hukum harus bisa menjadi alat kontrol agar kekuasaan tidak disalahgunakan.

2. Pengertian dan Prinsip-Prinsip Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan

Sesuai dengan Pasal 1 butir 13 Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang

ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka yang dimaksud

dengan:

60 Leonard J. Theberge, Law and Economic development, dalam Makalah Bismar Nasution, “Reformasi Hukum dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi”: (disampaikan pada Diskusi Pembangunan Hukum dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan 25 September 1999, ) hlm. 4

Page 111: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

96

“Pembangunan yang berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan

adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya

alam secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk

meningkatkan mutu hidup”

Berdasarkan defenisi diatas, maka terdapatlah tiga unsur penting dalam

pembangunan berwawasan lingkungan yaitu :

1. Penggunaan sumber daya secara bijaksana;

2. Menunjang pembangunan yang berkesinambungan; dan

3. Meningkatkan mutu hidup.

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1988, prinsip-prinsip

pembangunan berwawasan lingkungan ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam rangka pembangunan, sumber-sumber alam harus digunakan secara

rasional;

2. Pemanfaatan sumber daya harus diusahakan untuk tidak merusak lingkungan

hidup;

3. Harus dilaksanakan dengan kebijaksanaan menyeluruh dengan

memperhitungkan generasi yang akan datang

4. Memperhitungkan hubungan kait-mengkait serta ketergantungan antara

berbagai masalah.

Selanjutnya dalam Pasal 12 Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II

Medan Nomor : 4 Tahun 1982 disebutkan : Strategi Pengembangan Perekonomian,

Struktur Ekonomi dan Sektor Strategis

Page 112: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

97

(3) Strategi pengembangan perekonomian Kotamadya Medan :

a. Mengintegrasikan semua sistem ekonomi dengan memberi akses seluas-

luasnya bagi pertumbuhan perekonomian Kodati II Medan.

b. Mendesentralisasikan dan mengkonsentrasikan investasi pada pusat-pusat

pelayanan /pertumbuhan

c. Meningkatkan pengadaan sarana dan parasarana pada kawasan pariwisata

dan promosi keparawisataan

d. Pengembangan sektor parawisata yang mempunyai potensi cukup besar

e. Peningkatan aksesbilitas antar pusat pengembangan.

(4) Struktur Ekonomi Kotamadya Medan :

Diarahkan pada industri yang mendukung pertanian daerah belakangnya di

Propinsi Sumatera Utara.

(5) Sektor Strategis Kotamadya Medan :

a. Sektor Industri

b. Sektor Bank, Asuransi dan Jasa Perusahaan

c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.

Titik temu antara Hukum Administrasi negara dengan Undang-undang No. 4

Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup terletak

pada kaidah hukum yang memungkinkan keduanya bertindak menjadaikan lingkungan

berguna bagi umat manusia pada umumnya maupun bangsa Indonesia khususnya.

Page 113: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

98

Pengelolaan lingkungan hidup yang berkesinambungan, terpelihara, dan bersih

merupakan kebutuhan para warga serta diusahakan terwujudnya oleh administrasi negara

dalam pengelolaan lingkungan hidup mutlak diperlukan.

Sejak negara turut serta secara aktif dalam pergaulan hidup masyarakat,maka

lapangan pekerjaan atau tugas pemerintah semakin luas. Ikut campurnya pemerintah

secara aktif dalam segala segi kehidupan masyarakat, membawa suatu pembentukan

peraturan undang-undang di bidang sosial (enorme uitbouw van dew sociale wetgeving)

dan menumbuh kembangkan Hukum Administrasi (enorme groei van het Administratieve

Recht).61

Dalam hubungan ini, Administrasi Negara, diserahi apa yang oleh Lemaire

disebut dengan Bestuurzorg atau Servic Public. Bestuurzorg itu menjadi tugas Pemerintah

dalam suatu negara hukum modern yang memeprhatikan kepentingan seluruh rakyat,

sehingga dapat dikatakan bahwa dengan adanya Bestuurzorg itu menjadi suatu tanda

yang menyatakan adanya suatu Walfare State.62

Agar Administrasi Negara dapat menyelenggarakan bestuurzorg, kepadanya

diberikan kekuasaan istimewa. Diperlukan kekuasaan istimewa itu oleh administrasi

negara, karena tidak semua penduduk wilayah negara akan tunduk pada perintahnya jika

diberlakukan atau dijalankannya hukum biasa. Hal ini karena adanya kecendurungan

tidak semua penduduk dengan sukarela mau tunduk pada peraturan-peraturan hukum

biasa.

61 Stellinga, Grondtrekken van het Nederlands Administratieffrecht, terpetik dalam Kuntjoro Purbopranoto, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, (Bandung, Alumni, 1981), hlm. 28.

62 Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, tanpa Penerbit, 1960, hlm. 23

Page 114: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

99

Karena itu pemberian kekuasaan istimewa itu bermaksud untuk :

Pertama, agar administrasi negara dapat menjalankan tugas bestuurzorg itu dengan

sebaik-baiknya, dan Kedua, agar semua penduduk wilayah negara mau tunduk pada

perintah-perintah administrasi negara dalam rangka menunaikan tugas bestuurzorg.

Hukum yang memberikan kekuasaan istimewa ini oleh Logemann (dan disetujui

oleh Utrecht) disebut dengan Hukum Administrasi Negara63. Dengan perkataan lain,

wewenang Administrasi Negara menjadi semakin luas, sejalan dengan semakin

intensifnya negara ikut campur dalam segala segi kehidupan masyarakat yang merupakan

akibat langsung dari dilaksanakanya bestuurzorg. Kenyataan ini menimbulkan gejala

makin besarnya lapangan Hukum Administrasi Negara dan makin kecilnya lapangan

hukum privat. Gejala makin besarnya lapangan Hukum Administrasi Negara ini

berkenaan dengan semakin banyaknya tindakan atau kebijaksanaan yang dilakukan oleh

Administrasi Negara dalam rangka bestuurzorg, termasuk masalah lingkungan hidup,

sebagaimana dinyatakan oleh Siti Sundari Rangkuti:64

“Semula hukum lingkungan dikenal sebagai hukum gangguan (hiderrecht) yang

bersifat sederhana dan mengandung aspek keperdataan. Lambat laun perkembangannya

bergeser ke arah bidang Hukum Administrasi Negara, sesuai dengan peningkatan peranan

penguasa dalam bentuk campur tangan terhadap

63 Utrecht, ibid, hlm. 48 64 Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Dalam Proses

Pembangunan Hukum Nasional Indonesia, Disertasi, Unair, 1987, hlm. 4

Page 115: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

100

berbagai segi kehidupan dalam masyarakat yang semakin kompleks. Segi hukum

lingkungan administrasi terutama muncul apabila keputusan penguasa yang bersifat

kebijaksanaan yang dituangkan dalam bentuk penetapan (beshikking) penguasa”.

Sehubungan dengan itu, masalah lingkungan hidup di Indonesia yang semula

kurang mendapat perhatian pemerintah, lambat laun sejalan dengan semakin

meningkatnya pelaksanaan pembangunan, maka masalah lingkungan pun menjadi bagian

dari kebijaksanaan pembangunan.65. Lebih-lebih dengan diintrodusir konsep

”Pembangunan Berwawasan Lingkungan”. Dengan masuknya masalah lingkungan

sebagai bagian dari kebijaksanaan pembangunan, maka pemerintah berwewenang untuk

mencampurinya. Artinya , Pemerintah mempunyai wewenang untuk mengatur, mengelola

dan menanggulangi lingkungan.

UUD 1945 menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat (Pasal 33 ayat (3) UUD 1945). Disini terkandung asas hak menguasai negara dan

wujudnya dalam tiga bentuk aktivitas yakni:

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan

bumi, air dan ruang angkasa.

65 Lihat Tap.MPR. No. IV/MPR/1978 Tentang GBHN, jo. Tap. MPR. No. II/MPR/1983 jo. Tap.

MPR No. II/MPR/1988.

Page 116: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

101

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan

perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Di bidang lingkungan, pemerintah telah menetapkan Undang-undang Nomor 4

tahun 1982 sebagai ketentuan payung (umbrella provision). Artinya undang-undang

tersebut hanya memuat ketentuan pokok di bidang pengelolaan lingkungan hidup, namun

pengaturan yang bersifat sektoral tetap mengacu pada ketentuan-ketentuan yang telah

dirumuskan dalam undang-undang tersebut.66

Implikasi pembangunan berwawasan lingkungan ini terkandung dalam ketentuan

Pasal 3, 4, 5, 6 ,7, 8 , 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, serta Pasal 23 Undang-undang No.

4 tahun 1982 . Dengan demikian berdasarkan kepada ketiga unsur dan empat prinsip di

atas. Untuk dapat mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan ini, maka Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah merupakan sarana yang ampuh yang

diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 29/1986.

D. Hubungan Antara Hukum Administrasi Negara dengan UU No. 4 Tahun

1982/UU No. 23 Tahun 1997

1. Dari Segi Wewenang Kelembagaan

Lembaga yang mempunyai wewenang menangani pengelolaan lingkungan hidup

secara keseluruhan, ada dua tingkatan yaitu:

a. Lembaga yang mengelola lingkungan hidup di tingkat nasional, dan

b. Lembaga yang mengelola lingkungan hidup ditingkat daerah.

66 Lihat St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku I, (Bandung : Binacipta, 1980), hlm.

180

Page 117: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

102

Wewenang kelembagaan ditingkat Nasional ini diatur dalam ketentuan Pasal 16

ayat (1) UULH yang berbunyi :

“Pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat nasional dilaksanakan secara terpadu

oleh perangkat kelembagaan yang dipimpin seorang Menteri dan yang diatur dengan

peraturan perundang-undangan”.

Ketentuan ini mengandung arti bahwa wewenang pengelolaan lingkungan hidup

ditingkat nasional, berada ditangan Menteri. Dalam hal ini, berdasarkan Keputusan

Presiden RI No. 25 Tahun 1983, adalah Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan

Hidup (MENKLH), yang menurut ketentuan Pasal 1 ayat (4) Kepres ini mempunyai tugas

pokok, menmgenai hal-hal yang berhubungan dengan kependudukan dan pengelolaan

lingkungan hidup. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 2 Kepres tersebut ditentukan,

bahwa dalam melaksanakan tugas-tugas pokok sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1

di atas, MENKLH mempunyai fungsi merumuskan kebijaksanaan, membuat perencanaan

dan mengkordinasikan segala kegiatan di bidang kependudukan dan lingkungan hidup67.

Dari tugas dan fungsi yang harus dijalankan oleh MENKLH itu nyata terlihat

demikian luas lingkup tugas koordinasi yang menjadi tanggungjawab MENKLH. Hal

mana memerlukan kerjasama yang serasi dan terpadu dengan berbagai Departemen dan

lembaga pemerinta Non Departemen, terutama dalam kaitan dengan kebijaksanaan

nasional pengelolaan lingkungan hidup secara sektoral sebagaimana di atur dalam Pasal

18 ayat (2) UULH.

67 Isi selengkapnya fungsi MENKLH, lihat Pasal 2 Kepres No. 25 Tahun 1983

Page 118: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

103

Adanya ketentuan ini jelas mengakui wewenang pengelolaan lingkungan hidup

tersebar pada berbagai Departeman dan lembaga pemerintah Non Departemen. Untuk

mewujudkan kerjasama tersebut di atas, jelas diperlukan keterpaduan (integration), yaitu

penyatuan dari wewenang (fusion of competences). Masing-masing Departemen dan

Lembaga Pemerintah Non Departemen yang terkait, yang dipimpin oleh MENKLH

seperti yang dikehendaki oleh ketentuan Pasal 18 ayat (1) UULH di atas. Sementara

fungsi MENKLH berdasarkan Kepres tersebut di atas, lebih bersifat koordinatif, yaitu

kerjasama dalam pelaksanaan wewenang yang bersifat mandiri (working together in the

ezertion of autonomous competences)68. Dengan demikian dari segi Hukum Administrasi

Negara, maka wewenang kelembagaan yang mengelola lingkungan hidup di Indonesia

dewasa ini, lebih bersifat koordinatif dari pada keterpaduan sebagaimana disyaratkan oleh

UULH.

Sebagai contoh koordinatifnya wewenang MENKLH dapat kita lihat Teknis

Kawasan Industri. Dalam Kepres itu ditegaskan kewajiban dari Perusahaan Kawasan

Industri, yang antara lain ditentukan keharusan membuat analisis dampak lingkungan

(AMDAL) dan membangun fasilitas pengolahan limbah industri.

Sehubungan dengan itu, meskipun izin pendirian perusahaan kawasan industri

berada ditangan Menteri Perindustrian, namun dengan adanya kewajiban seperti yang

disebutkan diatas, paling tidakMenteri Perindustrian mengadakan koordinasi dengan

MENKLH.

68 A.V. van den berg, Untregeted Licensing System and Procedures, terpetik dalam Siti Sundari

Rangkuti, Hukum…….., op. cit, hlm. 59

Page 119: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

104

Demikian pula dalam hal perusahaan kawasan industri yang berlakasi di daerah,

membutuhkan tanah/lahan yang luas maka penetapan letak kawasan industri, menjadi

wewenang Gubernur (setelah berkonsultasi dengan Bappeda) selaku pengelola di daerah

berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (3) UULH dan Instruksi Bersama Menteri Dalam

Negeri dan MENKLH.

23 tahun 1979

Nomor ----------------------------------------- seperti diuraikan dibawah ini

Kep.00/MNPPLH/2/1979

Wewenang Kelembagaan di Tingkat Daerah

Menurut ketentuan Pasal 18 ayat (3) UULH : “Pengelolaan lingkungan hidup,

dalam kaitan dengan keterpaduan pelaksanaan kebijaksanaan nasional tentang

pengolahan lingkungan hidup di Daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan perkataan lain pengelolaan

lingkungan hidup di daerah dilakukan oleh Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, sesuai dengan pengertian Pemerintah Daerah menurut ketentuan Pasal 13 ayat

(1) UU No. 5 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, yang berbunyi:

“Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah”

Ketentuan di atas bila dikaitkan dengan bunyi Penjelasan ketentuan Pasal 18 ayat

(2) UULH ternyata bahwa pengelolaan lingkungan hidup di daerah tidak

mengikutsertakan DPRD, karena dilakukan dibawah koordinasi Kepala Wilayah.

Page 120: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

105

“Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup sektoral di Daerah dilakukan di

bawah koordinasi Kepala Wilayah dalam kaitan dengan keterpaduan pelaksanaan

kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup”.

Maksud dari ketentuan itu tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan dianutnya

Asas Dekonsetrasi di Undangundang No. 5 tahun 1974, khususnya ketentuan Pasal 79

dan 80.

Pasal 79 ayat (1) :

“Kepala Daerah Tingkat I karena jabatannya adalah Penguasa Tunggal di bidang

pemerintahan dalam wilayahnya dalam arti memimpin pemerintahan, mengkoordinasikan

pembangunan dan membina kehidupan masyarakat di segala bidang”.

Dengan demikian, Gubernur sebagai Kepala Daerah Tingkat I merupakan pula

Kepala Wilayah Propinsi yang mempunyai wewenang di bidang pengelolaan lingkungan

hidup secara sektoral di daerah.

Dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup di daerah, (sebelum

ditetapkannya UU No. 4 Tahun 1982, telah dikeluarkan berturut-turut:

Pertama, Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan Lingkungan Hidup

22 tahun 1978

Nomor ________________________ Tentang Pemeliharaan

002/PPLH/1978

Page 121: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

106

Keserasian Dalam Penanggulangan Masalah Lingkungan Hidup di Daerah

dengan Kebijaksanaan di Tingkat Nasional;

Kedua Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pengawasan

Pembangunan Lingkungan Hidup

23 tahun 1979

Nomor ________________________ Tentang Instansi Pengelola

KEP-002/MNPPLH/2/1979

Sumber Alam dan Lingkungan Hidup di Daerah.

Berbeda dengan Instruksi Bersama yang pertama, Instruksi Bersama yang kedua

itu lebih memberikan penegasan wewenang pengelolaan lingkungan hidup di Daerah,

sebagaimana isinya antara lain sebagai berikut :

Pasal 1: Para Gubernur, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah bertanggungjawab atas

pengelolaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup di daerah masing-

masing;

Pasal 2 : Pengelolaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup yang dimaksudkan

dalam Pasal 1 meliputi tugas pengaturan, perencanaan dan pelaksanaan

pendayagunaan sumber-sumber alam bagi kemakmuran dan kesejahteraan

rakyat, dalam hubungan dengan pemeliharaan kelestarian, pengembangan dan

peningkatan mutu lingkungan di daerah yang bersangkutan.

Page 122: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

107

Pasal 4: Dalam pelaksanaan tugas pengelolaan yang dimaksud dalam Pasal 2 dan 3

Gubernur Kepala Daerah dibantu :

a. Dalam bidang staf oleh Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat I

Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat;

b. Dalam bidang perencanaan, oleh Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Tingkat I;

c. Dalam bidang operasional pelaksanaan oleh Dinas-dinas Daerah dan

Instansi-instansi vertikal yang bersangkutan;

d. Dalam bidang koordinasi dan pengawasan oleh Bupati/ Walikotamadya

Kepala Daerah untuk daerahnya masing-masing.

2. Pelaksanaan Dari Segi Penetapan Sarana Kebijaksanaan Lingkungan

Sebagaimana telah disinggung di muka, bahwa sejak pemerintah turut campur

secara aktif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat, masalah lingkungan hidup tidak

lagi merupakan urusan orang perorangan, melainkan sudah menjadi bagian dari

kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah. Karena sudah

merupakan bagian dari kebjaksanaan pembangunan, maka pemerintah mempunyai

wewenang untuk mengatur, menata, mengelola, memelihara dan mengendalikan dan

terutama mencegah terjadinya kerusakan atau pencemaran lingkungan. Untuk mencegah

atau mengendalikan tingkah laku seseorang, badan atau lembaga agar tetap berada dalam

batas-batas yang sesuai dengan daya dukung lingkungan yaitu kemampuan lingkungan

untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, maka Pemerintah

memerlukan sarana kebijaksanaan lingkungan.

Page 123: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

108

Dalam hal ini, Hukum Administrasi Negara telah menyediakan berbagai sarana untuk

maksud tersebut di atas. Sarana-sarana yang dimaksud dan yang terpenting adalah:

a. Perizinan, dan

b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

a. Perizinan

Pengelolaan lingkungan hidup hanya dapat berhasil menunjang pembangunan

yang berkesinmambungan, jika administrasi pemerintahan berfungsi secara efektif dan

terpadu. Salah satu sarana yuridis administratif untuk mencegah dan menanggulangi

pencemaran lingkungan adalah sistem perizinan. Jenis perizinan yang erat hubungannya

dengan pengelolaan lingkungan hidup dewasa ini adalah izin usaha yang diatur dalam

Ordonansi Gangguan (Hinder Ordonnantie) Stb. 1926 No. 226 yang kemudian

diubah/ditambah, terakhir dengan Stb. 1940 No. 450.

Mengingat begitu banyaknya hal-hal yang menyangkut perizinan itu diatur dalam

HO (yang tak mungkin seluruhnya dibahas disini), maka yang akan dikemukakan hanya

terbatas pada hal-hal sebagai berikut:

Dalam Pasal 1 ayat (1) H.O. ditetapkan larangan mendirikan tempat usaha tanpa

izin yang jenisnya secara enunsiatif disebutkan sebanyak 20 (dua puluh) macam.69.

Kemudian dalam hal wewenang memberi izin, menurut Pasal 1 ayat (3) H.O. berada

ditangan Gemeenten dan Burgemeester, yang berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun

1974 berarti wewenang Bupati dan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.

69 Lihat Irawan Soejito, Undang-undang Gangguan (H.O), (Jakarta : Noordhoff-Kolff NV, 1955),

hlm. 18-19.

Page 124: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

109

Dengan demikian peranan Kepala Daerah Tingkat II di bidang pengelolaan lingkungan

hidup dewasa ini terutama terletak pada pemberian izin H.O. yang didasarkan pada

pertimbangan lingkungan hidup, sesuai dengan Pasal 7 ayat (2) UULH..

Dalam Pasal 5 H.O. terdapat pengaturan sederhana mengenai peran serta

masyarakat dalam bentuk pernyataan pendapat atau keberatan (inspraak) sebelum

permohonan izin diputuskan..

Akhirnya sarana administratif yang cukup penting dalam rangka peran serta

masyarakat adalah Banding terhadap penetapan (beschikking) penguasa, seperti misalnya

pemberian izin untuk tempat usaha yang menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan hidup. Prosedur banding diatur dalam Pasal 10 ayat (2), (3), dan (4) H.O.

yang pada intinya menentukan bahwa banding kepada Gubernur KDH Tingkat I diajukan

dalam 14 (empat belas) hari setelah izin ditetapkan. Dengan ditetapkannya Undang-

Undang No. 4 Tahun 1982, maka H.O. perlu disesuaikan. Penyesuaian itu disebabkan

banyaknya kelemahan yang terdapat di dalamnya maupun dalam praktek pelaksanaanya

seperti :

a. H.O. sifatnya semacam hukum tetangga (Burenrecht), karena jangkauan

teritorialnya terbatas pada jarak 200 meter dari suatu tempat usaha serta dalam

batas DT II.

b. H.O. dilaksanakan terbatas pada Pemda Tingkat II Kotamadya atau Kabupaten,

sedangkan pencemaran lingkungan tidak mengenal batas daerah;

Page 125: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

110

c. H.O. hanya ditujukan kepada bahaya , kerusakan, dan gangguan yang timbul dari

tempat usaha dan tidak meliputi pencemaran yang diakibatkan oleh kenderaan

bermotor, pesawat terbang dan lain sebagainya,

d. H.O. merupakan ordonansi yang bersifat individual, artinya diajukan kepada

bahaya atau gangguan yang ditimbulkan oleh perusahaan secara mandiri dan tidak

terhadap beban derita yang dibuatoleh pencemar secara kolektif, sehingga pada

saat pertimbangan izin tidak diperhitungkan hubungan antara pencemaran yang

diakibatkan oleh perusahaan yang satu terhadap pencemaran dari perusahaan-

perusahaan yang lain.70

3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Merupakan Suatu

Instrumen Dalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Keterkaitan AMDAL dengan prinsip pembangunan berwawasan lingkungan

adalah merupakan suatu sistem analisis tentang sejauh mana dampak atau pengaruh yang

timbul terhadap suatu kegiatan yang akan direncanakan dan sistem itu didasarkan pada

Analisis

Dampak Lingkungan (AMDAL)71

Pasal 16 Undang-undang No. 4 Tahun 1982 menyatakan bahwa setiap rencana

yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi

dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan AMDAL adalah hasil

studi mengenai dampak suatu kegiatan terhdap lingkungan hidup yang dipergunakan

bagi proses pengambilan keputusan.

70 Siti Sundari Rangkuti, Hukum ….., op.cit, hlm. 96 71 Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1985)

hlm.175

Page 126: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

111

Jadi pejabat yang bertanggungjawab untuk memberi keputusan, boleh tidaknya suatu

kegiatan dilaksanakan berkaitan dengan pelestarian kemampuan lingkungan di dasarkan

atas hasil studi AMDAL. Oleh karena ini merupakan dokumen yang sangat strategis

dalam mencegah terjadinya perusakan atau pencemaran lingkungan hidup disebabkan

oleh perbuatan manusia.

AMDAL terdiri dari beberapa proses yang merupakan satu kesatuan yaitu:

Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) adalah telaahan secara garis besar tentang

rencana kegiatan, rona lingkungan, kemungkinan timbulnya dampak dan rencana

tindakan pengendalian dampak negatifnya.

Kerangka Acuan ANDAL (KA ANDAL) adalah pedoman kerja yang disepakati

bersama antara pemrakarsa, konsultan, dan pemerintah dalam penyusunan Analisis

Dampak Lingkungan.

Di dalam AMDAL ini terkandung beberapa prinsip yang harus mendapatkan

perhatian, yaitu72 :

a. Suatu rencana kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap

lingkungan, baru dapat dilaksanakan setelah dipertimbangkan dampaknya

terhadap lingkungan. Kegiatan ini baru diijinkan untuk dapat dilaksanakan setelah

adanya persetujuan atas RKL dan RPL oleh instansi-instansi bertanggungjawab.

72 Gunawan Susanto, Analisis Dampak Lingkungan, (Yogyakarta : Gadjahmada University, 1987),

hlm. 31-32

Page 127: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

112

b. Amdal merupakan bagian dari proses perencanaan dan adalah bagian dari studi

kelayakan yang meliputi analisis teknis, analisis ekonomi dan analisis lingkungan.

c. Kriteria dan prosedur untuk menentukan apakah suatu kegiatan menimbulkan

dampak penting terhadap lingkungan hidup harus secara jelas dirumuskan dalam

peraturan perundang-undangan.

d. Prosedur AMDAL harus mencakup tata cara penilaian yang tidak memihak

(tercermin dalam susunan Komisi AMDAL)

e. AMDAL bersifat terbuka kecuali yang menyangkut rahasia negara oleh karena itu

masyarakat secara luasd harus diberitahukan mengenai hasil AMDAL ini

f. Keputusan tentang AMDAL harus tertulis dengan mengemukakan dasar

pertimbangan pengambilan keputusan (Dokumen RKL dan RPL serta keputusan

mengenai hal ini merupakan hal yang penting dalam hal penegakan hukum).

g. Pelaksanaan AMDAL yang telah disetujuai harus dipantau secara terus menerus.

h. Penempatan AMDAL dilaksanakan dalam rangka kebijaksanaan nasional

lingkungan hidup yang telah digariskan dalam GBHN dan Repelita.

i. Untuk penerapan AMDAL dibutuhkan aparat yang memadai.

Page 128: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

113

Dokumen AMDAL disusunoleh pemrakarsa/konsultan berdasarkan peraturan

yang berlaku sesuai dengan Keputusan Nomor 50/MENKLH/6/1987 tersebut diatas dan

ketentuan lainnya, diajukan kepada instansi yang bertanggungjawab melalui Komisi.

Untuk kegiatan-kegiatan yang menjadi wewenang daerah diajukan kepada gubernur

melalui Komisi AMDAL Daerah.

Untuk kegiatan yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri yang bersangkutan

perlu membuat PIL, maka keputusan dari instansi yang bertanggungjawab melalui

Komisi AMDAL, mempunyai dua kemungkinan :

a. Tidak ada dampak penting sehingga tidak perlu membuat AMDAL maka proses

selanjutnya harus dilengkapi dengan pembuatan RKL dan RPL.

b. Apabila ada dampak penting , maka proses selanjutnya harus dilengkapi dengan

pembuatan KA-ANDAL- RKL dan RPL.

Kegiatan baru diijinkan apabila RKL dan RPL mendapat persetujuan dari instansi

yang bertanggungjawab. Dengan demikian, maka dalam merencanakan pembangunan

sudah seharusnya disadari bahwa penetapan instansi di masa yang akan datang .

Berdasarkan uraian diatas patut di sadari akan penting AMDAL dan ANDAL

sebagai proses pengambilan keputusan pemberian izin dalam pembangunan yang

berwawasan lingkungan termasuk industri dengan fasilitas PMA dan PMDN.

Page 129: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

BAB III

UPAYA UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH KOTA MEDAN

TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. Gambaran Umum Kota Medan, Keadaan Umum Daerah

1. Kota Medan Secara Geografis

Kota Medan memiliki 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3, 6% dari keseluruhan

wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten

lainnya, Kota Medan memiliki luas yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk

yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3o 30’ Lintang Utara dan

98o35 – 98o-44’ Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring ke

utara dan berada pada ketinggian 2,5-7,5 meter diatas permukaan laut.

Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan

dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang

wilayah utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan

salah satu jalur lalu lintas terdapat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah

satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), khusunya di bidang

perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis Kota Medan di dukung oleh

daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang, Langkat, Asahan,

Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tobasa, Samosir, Humbahas, Tapanuli

Tengah, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Dairi, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini

menjadikan Kota Medan secara ekonomi

114

Page 130: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

115

mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar. Disamping itu

sebagai daerah yang pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki

posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa,

baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota

Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 (dua) kutub pertumbuhan secara

fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini

2. Kota Medan Secara Demografis

Jumlah, laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk di Kota Medan tahun 2001 –

2005, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1 Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Tahun 2001-2005

Tahun Jumlah

Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk

Luas Wilayah (Km2)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

(!) 2001 2002 2003 2004 2005

(2) 1.926.052 1.963.086 1.993.060 2.006.014 2.06.018

(3) 1,17 1,94 1,51 0,6 1,50

(4) 265,10 265,10 265,10 265,10 265,10

(5) 7.267 7.408 7.520 7.567 7.681

Sumber data : BPS Kota Medan 2005

Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa selama tahun 2001-2005 jumlah

penduduk Kota Medan cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 1, 92 juta jiwa pada

tahun 2001 menjadi 2, 03 juta jiwa pada tahun 2005. demikian juga kepadatan penduduk

Kota Medan, meningkat dari 7.267/Km2 pada tahun 2001 menjadi 7.681 Km2 tahun

2005.

Page 131: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

116

Peningkatan laju pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi oleh meningkatnya

derajat kehidupan sosial masyarakat khususnya di bidang pendidikan , kesehatan dan

lain-lain.

Faktor lain yang juga sangat berarti mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan

penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja

Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama yang

menyebabkan komunitas ke Kota Medan adalah adanya pandangan bahwa : (1) bekerja

di kota lebih bergengsi, (2) di kota lebih gampang mencari pekerjaan, (3) tidak ada lagi

yang dapat diolah (dikerjakan) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari nafkah yang

lebih baik.

Walaupun selama periode 2001-2005, pertumbuhan penduduk Kota Medan

cenderung meningkat, tetapi pertambahannya relatif sedikit yaitu rata-rata 1,35%

pertahun. Pertambahan penduduk yang relatif kecil, tidak terlepas dari upaya dan

kebijakan pengendalian kelahiran, melalu program Keluarga Berencana (KB) sehingga

cenderung menjadikan angka kelahiran menurun.

Ciri lain kepedudukan Kota Medan adalah besarnya arus commuters di Kota

Medan. jumlah penduduk di Kota Medan pada siang hari diperkirakan mencapai 2, 5 juta

jiwa, sedangkan pada malam hari diperkirakan 2.036.180 jiwa. Hal ini berpengaruh

terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara

keseluruhan.

Bila arus commuters cendurung mendorong terjadinya peningkatan jumlah

penduduk, maka peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara umum menyebabkan

angka pertumbuhan penduduk selama periode 2001-2005 berada pada persentase yang

relatif kecil.

Page 132: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

117

Peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung meningkatkan rata-rata

pendidikan “calon orang tua” yang akan memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui

tingkat pendidikan semakin memadai, apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait

dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarga yang tidak terlalu besar akan

memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena beban ekonomi

yang harus dipikul menjadi lebih ringan, telah mendorong Pasangan Usia Subur (PUS)

cendurung mengikuti konsep untuk menjadi Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera (NKKBS). Sebagai PUS baru, bahkan memilih untuk menunda kelahiran dan

berbagai alasan ekonomi (bekerja) ataupun alasan sosial dan physikologis lainnya.

Tabel 2 Persentase Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur Tahun 2001-2005

T A H U N Kelompok

Umur 2001 2002 2003*) 2004*) 2005**) 0-19 20-39 40-59 60+ D.Jumlah

41,00 7,79 16,25 4,95 100

40,74 35,40 17,89 5,97 100

40,48 35,40 17,89 5,97 100

38,00 37,31 17,89 6,80 100

41,00 37,80 16,25 4,95 100

Sumber : BPS Kota Medan 2005

Keterangan : *) angka perbaikan

**) angka Sementara

Berdasarkan tabel diatas , diketahui komposisi kelompok umur anak (0-19 tahun)

pada tahun 2005 diperkirakan sebanyak 41.00%, proporsi penduduk usia 20-39 tahun

sebesar 37,80%, untuk kelompok dewasa sebesar 16,25%, dan penduduk lansia sebesar

4,95%.

Page 133: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

118

Proporsi anak-anak dalam kelompok penduduk Kota Medan cendurung

mengalami peningkatan yaitu 41,00% dari jumlah total penduduk, besarnya proporsi dan

jumlah penduduk anak-anak ini berimplikasi meningkatnya kebutuhan prasarana dan

sarana pendidikan yang harus disediakan, baik kwalitas maupun kuantitas.

3. Kota Medan Secara Kultural

Sebagai pusat perdagangan regional maupun internasional, sejak awal Kota

Medan telah memiliki beragam suku (Etnis), dan agama.Oleh karenanya, budaya

masyarakat yang telah ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai-nilai

budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun

kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (Modernisasi), dan sangat diyakini pula,

hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar

dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian,

makanan, bangunan fisik , tata ruang dan sebagainya justru memberikan kontribusi besar

bagi upaya pengembangan industri parawisata di Kota Medan.

Adanya Pluralisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu

primordillisme yang dapat menggangu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya

tujuan, sasaran, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai Visi, dan

Misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.

Page 134: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

119

4. Kota Medan Secara Ekonomis

Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai pusat

pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang mencakup bukan hanya Propinsi

Sumatera Utara tetapi juga wilayah propinsi (Sumbagut). Adanya fungsi regional yang

luas tersebut, ternyata telah menjadikan Kota Medan dapat menyelenggarakan aktifitas

ekonomi yang dicapai Kota medan, yang selalu berada diatas pertumbuhan ekonomi

daerah-daerah sekitarnya, termasuk dibandingkan dengan dicapai oleh Propinsi Sumatera

Utara maupun Nasional.

Walaupun Kota Medan sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif tahun

1998 (-20%) namun selama tahun 200-2004, ekonomi Kota Medan dapat tumbuh

kembali rata-rata sebesar 5,19%. Ini merupakan indikasi bahwa betapapun beratnya

(dalamnya) krisis ekonomi yang melanda ekonomi Indonesia dan Kota Medan

khususnya, namun secara bertahap pada dasarnya Indonesia dan Kota Medan memiliki

kemampuan untuk sembuh dan keluar dari krisis yang sangat berat tersebut.

Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan oleh nilai

(uang).PDRB Kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp. 24,5 triliun, dengan

pendapatan perkapita Rp.12,5 juta, sehingga terlihat merupakan sektor tertier (66,76%)

sektor sekunder (29,06%), dan sektor primer (4,18%). Jumlah volume kegiatan ekonomi

ini sekaligus memberikan kontribusi lebih kurang sebesar 21% bagi pembentukan PDRB

Propinsi Sumatera Utara. Dilihat dari capaian pertumbuhan ekonominya, pertumbuhan

ekonomi Kota Medan juga memperlihatkan elastisitas yang tinggi terhadap pertumbuhan

ekonomi Sumatera Utara,

Page 135: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

120

artinya, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selalu menunjukkan angka positif yang lebih

besar dari pertumbuhan ekonomi propinsinya. Ini menunjukkan bahwa di Kota Medan

masih merupakan mesin pembangunan bagi daerah-daerah lainnya di Sumatera Utara,

Indikator utama Kota Medan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Indikator Utama Ekonomi Kota Medan Tabel 3 No. Keterangan Tahun 2004

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Penduduk PDRB Pertumbuhan Ekonomi Income perkapita Tingkat Inflasi Jumlah tenaga kerja produktif Tingkat pengangguran Total of export (FOB,000 US$ Total of Import (CIF,000 US$ Mayor export : Mayor import : Partners :

2.006.142 Jiwa 24,5 trilyun 4,49 % Rp.12,500,000 6,64 % 682.826 Jiwa 13,01 % 2,229,125 679,000,000 Lemak dan minyak nabati/hewani, udang, kerang, kayu lapis, aluminium, barang kesenian, cokelat, kopi, mineral mentah dll. Impor barang modal (suku cadang/asesoris kenderaan bermotor, mesin/peralatan industri khusus, alat elektronik, dll) impor barang konsumsi, (makanan ternak, beras, aluminium, sayur segar, tembakau, dll) Malaysia, Jerman, Inggris, Singapura, RRC, Belanda, Taiwan, Hongkong, dll)

Sumber : BPS Kota Medan 2005

Page 136: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

121

B. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Kota Medan Terhadap Tata Ruang Yang Berwawasan Lingkungan

Pada hakekatnya perencanaan (Tata Ruang) kota adalah proses untuk menentukan

tindakan di masa depan yang sesuai melalui suatu urutan (tahapan) pilihan-pilihan.

Dengan demikian perencanaan (planning) mempunyai dua pengertian yang tidak

terpisahkan, yaitu sebagai produk (keadaan akhir yang dikehendaki) dan sebagai

manajemen (pola pengarahan dalam pencapaian pembangunan). Saat ini Kotamadya

Medan sedang dan akan berkembang dalam rangka mengimbangi percepatan

pembangunan industri di daerah Kotamadya Medan sebagai zona industri. Oleh sebab itu

, Pemda kotamadya Medan tengah mengupayakan peningkatan kemampuan lahan (land

capability) yang saat ini kurang produktif menjadi lebih produktif. Caranya adalah

dengan menata kembali kawasan tersebut agar didapatkan nilai tambah yang lebih

memadai dan sesuai dengan potensi serta nilai ekonomi yang dimilikinya. Dengan kata

lain, upaya peningkatan kemampuan lahan tersebut dimaksudkan agar lahan dapat

dimanfaatkan sesuai dengan The Highest Use dari potensi yang dimiliki.

Dengan demikian, cukup jelas bahwa upaya penataan kembali Kota Medan ini

memiliki konotasi ekonomi, yaitu pemanfaatan lahan dengan cara memberikan vitalitas

baru kepada kawasan yang hendak dikembangkan. Atas dasar pengertian diatas, maka

yang berkepentingan terhadap Kota Medan diharapkan turut memikirkan cara

meningkatkan potensi pengembangan Kota Medan. Untuk itu, RIK Kodya Medan

Page 137: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

122

yang hampir 20 tahun tidak pernah dievaluasi perlu ditinjau kembali dan mempersiapkan

RUTRK tahun 2005 sehingga dapat diajukan rekomendasi tentang :

a. Jenis kegunaan lahan yang diinginkan

b. Ambang intensitas pembangunan kota yang layak

c. Skala pembangunan baru yang diantisipasi.

Hal ini tentunya harus sesuai dengan tujuan pokok yang tercakup dalam upaya

pembangunan Kota Medan di lingkungan lama dan di lingkungan baru yaitu :

a. Kemampuan untuk merangsang kehidupan ekonomi.

b. Kemampuan menciptakan lapangan kerja baru.

c. Kemampuan untuk menciptakan lingkungan hunian yang layak sesuai dengan

kemampuan sumberdaya yang ada

d. Memberi sumbangan kepada kestabilan nasional.

Oleh karena itu, intervensi perencanaan yang dimaksud haruslah juga menjawab

semua tingkat perencanaan kota yang berlaku, mulai dari RTRW/RSTRP (Rencana

Struktur Tata Ruang Provinsi), (Rencana Umum Tata Ruang Kota), RDTRK (Rencana

Detil Tata Ruang Kota), RTRK (Rencana Teknik Ruang Kota) dan RUK (Rencana Unsur

Kota), sehingga wilayah-wilayah yang dinyatakan sebagai wilayah pengembangan, satu

dengan lainnya (dilihat dari fungsi dan peran yang dibawanya) saling menunjang dan

bukan saling bertentangan (bersaing atau saling mematikan). Dengan demikian, investasi

yang telah dan akan ditanamkan serta diadakan dari sumber daya yang terbatas tidak akan

menjadi sia-sia.

Page 138: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

123

Begitu juga dengan investasi pengembangan diwilayah kawasan pusat Kota Medan dan

area pengaruhnya di luar Kotamadya Medan

Menurut hasil wawancara dari Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan,

bulan Juni 2008, Penataan Kota Medan telah dilakukan sejak zaman Belanda yaitu

melalui Stablad Kota Medan, kemudian disusun Rencana Induk Kota Medan (RIK)

sebagai Masterplan pada tahun 1975 yang ditetapkan dalam Surat Keputusan DPRD

Kotamadya Medan No. 7/DPRD/1974 tanggal 24 Juli 1974, kemudian disusun

penjabaran RIK dalam Rencana Sub-Sub Wilayah (RSSW) yang dilegalisasi melalui

Surat Keputusan DPRD Kotamadya Dati II Medan No. 12/DPRD/1979 tanggal 27

Desember 1979. Pada tahun 1995 disusun Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota

Medan sebagai penyesuaian terhadap UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang .

RUTR ini ditetapkan berdasarkan Perda Kotamadya Dati II Medan No. 4 Tahun 1995.

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang untuk menjabarkan RUTR dan menyesuaikan

RSSW telah dilakukan 2 (dua) kali tetapi tidak selesai sampai tahap legalisasi Perda. Atas

hal tersebut Penataan Ruang Kota Medan saat ini mengacu pada :

a. RUTR Kota Medan skala peta 1 : 20.000

b. Rencana Sub-Sub Wilayah Kota Medan skala peta 1 : 5000

c. Peta-peta Blad perencanaan sebelum RIK skala peta 1 : 1000 yang meliputi pusat

kota

d. Ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan dalam SK Walikota Medan

Page 139: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

124

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan adalah:

1. Aspek Perencanaan Ruang:

a. Membangun sistem informasi yang diawali dengan pembuatan peta foto udara

pada tahun 2005 dan peta garis pada tahun 2006.

b. Menyusun Revisi RUTR menjadi RTRW tahun 2006 tetapi belum diperdakan

karena harus terlebih dahulu tahun ini dilakukan penyempurnaan/penyesuaian

dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang.

c. Menyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Medan yang

direncanakan dengan cara bertahap di 21 kecamatan mulai tahun 2008 (9

kecamatan)

d. Menyusun Rencana Teknis Ruang Kota dan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan serta Zoning Regulation yang dijadwalkan mulai tahun

2009/2010.

e. Memperbaharui berbagai Perda tentang Penataan Ruang dan Bangunan serta

berbagai standar.

2. Aspek Penataan Ruang :

a. PenyusunanRencana Pembangunan sesuai RUTR

b. Pembangunan kerangka utama transportasi dan komponen tata ruang untuk

mewujudkan RTR

c. Pembentukan/Badan koordinasi Penataan Ruang Daerah

Page 140: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

125

3. Aspek Pengendalian:

a. Pengendalian perizinan

b. Pengawasan

c. Koordinasi antar instansi

d. Penertiban.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 Keputusan

Walikota Medan Nomor 66 Tahun 2002 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata

Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, Pasal 14 menyebutkan; Sub Dinas Bina Program

mempunyai fungsi:

a. menyusun rencana kegiatan kerja;

b. mempersiapkan penyusunan rencana kerja dinas

c. melaksanakan kegiatan penelitian / survei dalam rangka perumusan

pengembangan dan tata ruang kota;

d. menyusun dan mengkordinasikan rencana tata ruang kota dan penataan bangunan

dengan instansi terkait;

e. mengarahkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota;

f. melaksanakan kegiatan penyuluhan yang berkenaan dengan kebijakan dibidang

rencana tata ruang kota;

g. melaksanakan kegiatan evaluasi atas kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan

rencana kerja yang ada;

Page 141: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

126

h. memberikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Dinas

tentang langkah-langkah atau tindakan-tindakan yang diambil dalam hal-hal yang

menyangkut tugasnya;

i. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.

Selanjutnya dalam Pasal 17 Surat Keputusan Walikota Medan No. 66 Tahun

2002 disebutkan :

(1) Seksi penelitian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penelitian dibidang

penataan ruang kota dan bangunan termasuk penelitian rencana tata ruang kota

dan penataan bangunan serta menyusun konsep revisi pengembangan rencana

tata ruang kota dan penataan bangunan

(2) Seksi Evaluasi/Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan evaluasi atas

kegiatan yang telah dilaksanakan dibidang rencana tata ruang kota dan penataan

bangunan;

(3) Seksi Penyuluhan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyuluhan dibidang

penerapan rencana tata ruang kota dan penataan bangunan serta meningkatkan

peran serta dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota.

Selanjutnya Pasal 20 Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 66 Tahun 2002

menyebutkan, untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 19, Sub

Dinas Data dan Pemetaan mempunyai fungsi :

a. menyusun rencana kegiatan kerja;

Page 142: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

127

b. menghimpun / mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan

tugas dibidang data dan pemetaan untuk penyusunan konsep dan evaluasi tata

ruang kota dan bangunan;

c. melaksanakan pengukuran pemetaan dan fotogrametri rencana kota.

d. melaksanakan pengukuran tanah dan ketinggian bangunan untuk rencana

pengembangan dan tata ruang kota;

e. melaksanakan pemeliharaan / perawatan dan pembaruan peta dasar, foto udara

dan dokumentasi lapangan serta penerapan GIS dalam pemetaan

f. memberikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Dinas

tentang langkah-langkah yang perlu diambil dalam hal-hal yang menyangkut,

bidang tugasnya;

g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.

Selanjutnya Pasal 23 dari Surat Walikota tersebut menyebutkan:

(1) Seksi Pengumpulan Data mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan /

penghimpunan data dan informasi untuk penyusunan dan evaluasi rencana tata

ruang kota serta kebijaksanaan teknis penataan ruang kota dan bangunan

(2) Seksi pengukuran mempunyai tugas melaksanakan pengukuran untuk bahan

penetapan rencana kota dan untuk menyerapkan ketinggian (feil), melaksanakan

pengukuran tanah untuk mendirikan letak tanah / lokasi secara tepat sesuai

permohonan untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Page 143: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

128

(3) Seksi Pemetaan dan Geographi Information System (GIS) mempunyai tugas

melaksanakan pemetaan fotografis, membuat peta-peta iktiar dan memetakan

hasil evaluasi yang telah terwujud dilapangan serta melaksanakan pemeliharaan /

perawatan dan pembaharuan peta dasar, foto udara dan dokumentasi lapangan

serta penerapan GIS dalam pemetaan.

Selanjutnya dalam Pasal 26 Keputusan Walikota Medan Nomor 66 Tahun 2002

mengatakan, untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 25, Sub Dinas

Tata Kota mempunyai fungsi :

a. menyusun rencana kegiatan kerja;

b. melaksanakan pengendalian rencana tata ruang kota dan bangunan melalui

mekanisme advis plan;

c. melaksanakan penelitian terhadap lokasi permohonan IMB agar sesuai dengan

rencana tata ruang kota;

d. merencanakan site plan (tata letak) permohonan IMB sesuai dengan penataan

ruang dan bangunan;

e. merencanakan kebutuhan fasilitas sosial dan umum pada suatu kawasan atau

lingkungan;

f. mempersiapkan advis dan plan yang akan diajukan kepada atasan;

g. menyusun rencana peremajaan kota dan mengkoordinasikannya dengan unit

terkait;

Page 144: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

129

h. memberikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Dinas

tentang langkah-langkah atau tindakan-tindakan yang perlu diambil dalam hal-hal

yang menyangkut bidang tugasnya;

i. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

bidang tugasnya.

Kemudian Pasal 29 dari Surat Keputusan Walikota medan Nomor 66 Tahun 2002

menyebutkan:

(1) Seksi Rencana Tata Ruang Kota mempunyai tugas melaksanakan penelitian

terhadap lokasi permohonan IMB yang meliputi peruntukan tanah, rencana jalan,

garus sempadan bangunan, ketinggian bangunan, koefisiensi dasar bangunan

(KDB) dan kebutuhan fasilitas parkir, memplotkan setiap advis plan dan IMB

yang telah diterbitkan pada peta kerja Rencana Tata Ruang Kota serta

memberikan saran evaluasi Rencana Tata Ruang Kota dengan pertimbangan

teknis perencanaan kota, antara lain menyangkut peremajaan kota;

(2) Seksi Perencanaan Tata Letak mempunyai tugas merencanakan site plan (tata

letak) permohonan IMB sesuai dengan hasil penelitian Seksi Rencana Tata Ruang

dan merencanakan kebutuhan fasilitas sosial dan umum serta mempersiapkan

advis plan;

(3) Seksi Perencanaan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum mempunyai tugas meneliti

dan merencanakan kebutuhan fasilitas sosial dan fasilitas umum pada suatu

kawasan atau lingkungan.

Page 145: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

BAB IV

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

1. Berdsarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Analisi Penataan Tata

Ruang terhadap Pembangunan Berkelanjutan di Kota Medan diketahui bahwa

Peraturan Daerah Kotamadya No. 4 tahun 1995 belum berjalan dengan

semestinya. Peraturan Daerah Kota Medan belum bisa melindungi perencanaan

Tata Ruang Kota Medan. Hal ini di dukung dengan masih kurangnya

pengharagaan masyarakat maupun pemerintah terhadap tata ruang , perizinan dan

lingkungan hidup dan masih banyaknya pelanggaran yang terjadi, misalnya

membangun tanpa Surat Izin Mendirikan Bangunan, akibatnya merusak

Perencanaan tata ruang dan merusak lingkungan.

2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk memulihkan keadaan tata ruang , perizinan

dan lingkungan agar tidak dirusak atau tidak tercemar belum berjalan dengan

baik, karena penyuluhan-penyuluhan tentang perlunya menjaga penataan tata

ruang dan lingkungan hidup belum tersosialisasi dengan benar.

B. Saran

1. Dalam perlindungan perencanaan tata ruang di Kota Medan diperlukan peran

serta seluruh masyarakat dan aparatur negara dalam mengawasi setiap

perkembangan tata ruang, perizinan dan lingkungan yang dilakukan masyarakat,

untuk itu diharapkan kepada pemerintah khususnya pemerintah Kota Medan

untuk menghimbau kepada seluruh masyarakat dan aparatur

130

Page 146: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

131

negara untk bekerja sama dalam melakukan pengawasan terhadap izin yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Medan

2. Penataan tata ruang merupakan hasil kreatif yang sangat berguna untuk masa

sekarang dan masa yang akan datang di Indonesia khususnya bagi perkembangan

Kota Medan. untuk itu kepada pemerintah diharapkan untuk menciptakan kondisi

yang kondusif bagi perkembangan tata ruang misalnya dengan membuat

peraturan perundang-undangan yang mengatur secara tegas setiap pelanggaran

tata ruang, perizinan dan lingkungan, selain itu mengatur aparatur negara untuk

berperan aktif dalam mengawasi setiap kegiatan mebangun fisik bangunan dan

melindungi setuap pemegang izin.

3. Kepada aparatur Penegak Hukum seperti Polisi, Jaksa, Hakim dan yang

berwewenang yang melakukan penyidikan terhadap orang-orang yang melakukan

pelanggaran untuk segera diproses sesuai dengan hukum yang berlaku dan kepada

Hakim yang menangani perkara tersebut agar menjatuhkan putusan yang berat

kepada pelanggar tata ruang , perizinan dan lingkungan, sehingga tidak

mengulangi perbuatannya lagi dan juga kepada orang-orang yang mencoba untuk

berbuat perusakan lingkungan dan tata ruang berpikir ulang untuk melakukannya.

Page 147: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku.

Abduh Muhammad, Profil Hukum Administrasi Negara Indonesia (HANI) Dikaitkan dengan Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara (Peratun) (Medan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru besar Tetap Dalam Mata Pelajaran Hukum Administrasi Negara Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun 1988)

Akbar Faisal, Dimensi Hukum Dalam Pemerintahan Daerah : Cetakan Pertama; Medan

Pustaka Bangsa Press 2003 Arifin, Syamsul. Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia, Medan : Universitas

Sumatera Utara Press, 1993 Arifin Syamsul, Upaya Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Mewujudkan

Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan di Sumatera Utara (Medan, Penerbit Pustaka Bangsa Press 2004)

Bakri Muhammad, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara (Paradigma Baru Untuk

Reformasi Agraria) Cet. 1, Yogyakarta : Citra Media, 2007 Danu Saputro Munadjad, st, Hukum Lingkungan, Bandung :Bina Cipta 1980 (Buku I)

Dellyo JB Dkk, Pengantar Ilmu Hukum , Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta : PT. Gramedia 1989.

Dwarkin Ronald, Dalam Kutipan Bismar Nasution Metode Penelitian Normatif dan

Perbandingan Hukum. Galenter Marc, Modernisasi Sistem Hukum Dalam Myron Weiner (ed) Modernisasi

Dinamika Pertumbuhan Cetakan I ; Yogyakarta Gajah Mada University, Press 1993, Cetakan III.

Hadi P. Sudharto; Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan, Yogyakarta : Oleh

Gajah Mada University, Press, 2005 Hadjon M. Philipus Dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to

Indonesia Administrative law, Yogyakarta ; Dicetak oleh : Gajah Mada University Press, 1995

132

Page 148: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

133 Hartono Sumaryati; Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Bandung:

Alumni 1991. Hardjasoemantri Koesnadi, Hukum Tata Lingkungan, Edisi kedelapan Cetakan

Kedelapan belas Gajah Mada University Press, 16 Juni 2005. Herbet L, The Limits of the criminal (Stanford : Stanford University, Press 1968)

Kantaatmadja Komar Mieke, Hukum Angkasa dan hukum Tata Ruang (Bandung, Penerbit Cv. Mandar Maju, 1994)

Kelsen Hans, Teori Umum Hukum dan Negara, Alih Bahasa H. Somardi. Diterbitkan

oleh : Jakarta BEE. Media Indonesia 2007 --------------- , Teori Hukum Murni, Penerjemah Raisal Muttaqien, Bandung : Nusamedia

& Nuansa, 2007. Kusumaat Maja Muchtar; Hubungan antara Hukum dengan Masyarakat, Landasan

Pikiran Pola dan Mekanisme Pelaksanaan Pembaharuan Hukum Jakarta : BPHN Lipi. 1996.

-------------------, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Bandung : Bina

Cipta. 1976 Manan Bagir, Hukum Positif di Indonesia Suatu Kajian Teoritik, cetakan ketiga ,

Yogjakarta : UII Press April 2004. Mayanti Seder; Good Governance (Kepemerintahaan yang baik) dalam rangka otonomi

daerah, upaya membangun organisasi efektif dan efisien melalui rekomendasi dan pemeberdayaan Bandung, Mandar Maju 2007.

Nasution Bismar, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi

Pidato Disampaikan pada Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Ekonomi Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 12 April 2004.

Saleh Ruslan, Suatu Reorientasi Dalam Hukum Pidana, Jakarta; Aksara Baru 1973

Salim Emil, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1985

Siahaan Lintong O, Prospek PTUN Sebagai Penyelesaian Sengketa Administrasi

Indonesia cetakan pertama ; Jakarta : Perum Percetakan Negara RI. 2005.

Page 149: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

134 Sidabalok Janus, Pengantar Hukum Ekonomi Medan, Penerbit Bina Media Medan, 2000 Silalahi Daud M. Hukum Lingkungan Dalam Sistim Penegakan Hukum Lingkungan

Indonesia, (Bandung : Penerbit PT. Alumni, 2001 Soegito Irawan, Undang-Undang Gangguan (HO) Jakarta : Noor Dhoff-Kolf NV. 1995 Soemardjan Selo, Social Change In Yogjakarta ( Yogjakarta Gajah Mada University

Press 1991) Stellinga, Grondtriekken van het Nederland Administratif Recht (Bandung Alumni 1981,

Terpetik Dalam Kuntjoro Purbopranoto, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara.

Sudrajad Sodik Ahmad & Ridwan Juniarso, Hukum Tata Ruang Dalam Konsep

Kebijakan Otonomi Daerah, (Bandung : Penerbit Nuansa, 2007) Cetakan I Suhardi Gunarto, Peranan Hakim Dalam Pembangunan Ekonomi; (Yogjakarta :

University Atmajaya, 2002) Susanto Gunawan, Analisis Dampak Lingkungan Yogjakarta : Gajah Mada University

1987 Rahardjo Satjipto, Hukum dan Masyarakat Bandung: Angkasa 1991

Rangkuti Sundari Siti; Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Dalam Proses Pembangunan Hukum Nasional Indonesia, Disertasi. Unair Pada 1987.

Rasyidi Ira dan Rasyidi Lili, Dasar-Dasar Filsafat Hukum dan Teori Hukum, Bandung,

Citra Aditya Bhakti 2001 Ridwan H. Juniarso dan Sodik Achmad, Hukum Tata Ruang dalam konsep kebijakan

otonomi daerah, Bandung ; Penerbit Nuansa 2007 Siahaan, Lintong O. Prospek PTUN sebagai Penyelesaian Sengketa Administrasi di

Indonesia, Cetakan Pertama, Perum Percetakan Negara RI, Jakarta, 2005 Silalahi M. Daud, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan

Indonesia, Bandung Penerbit ; Alumni 2001

Page 150: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

135 Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga ; Jakarta : Universitas

Indonesia (UI- Press), 1986. Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia sebuah Pengantar, Diterbitkan oleh Sinar

Grafika, Jakarta 2006. Syahrin, Alvi, Pengantar Hukum dan Kebijakan Pembangunan dan Permukiman

Berkelanjutan, Medan, Pustaka Bangsa, 2003. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Tanpa Penerbit, 1980. Widjaya Rangga Rosjidi, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia; Bandung :

Mandar Maju 1998. B. Perundang-Undangan

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok-Pokok Agraria

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan perundang-

undangan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No.12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah Pengganti Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004

Page 151: 09E00193

Rinsofat Naibaho : Analisis Hukum Terhadap Penataan Tata Ruang Kota Medan Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, 2008 USU Repository © 2008

136 Peraturan Pemerintah RI No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional Permendagri. No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan

Pertokoan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan Nomor 4 Tahun 1995 tentang

Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kotamadya Daerah Tingkat II Medan Tahun 2005

C. Jurnal Ilmiah, Majalah dan Makalah

Nasution, Bismar, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato disampaikan pada Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum Ekonomi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 17 April 2004

-----------------“Reformasi Hukum dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi”, disampaikan

pada Diskusi Pembangunan Hukum dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi, fakultas Hukum USU, Medan, 25 September 1999.