09.70.0083_oei_adryan_putra_wijaya_bab_i.pdf

8
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi buah dan sayuran segar untuk memenuhi kebutuhan gizi mulai meningkat. Hal itu dapat dilihat, berdasarkan survei tingkat konsumsi buah dan sayuran masyarakat Indonesia dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB pada tahun 2005 sampai 2008 terjadi peningkatan konsumsi sayuran dan buah buahan. Untuk tingkat konsumsi sayur sebanyak 35,33 kg/kapita/tahun menjadi 39,45 kg/kapita/tahun dan untuk tingkat konsumsi buah sebanyak 25,17 kg/kapita/tahun menjadi 31,93 kg/kapita/tahun. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengkonsumsi buah dan sayur segar, tren untuk mengkonsumsi produk buah dan sayuran yang aman dan bermutu baik juga mulai diminati masyarakat. Hal tersebut dikarenakan masyarakat mulai menyadari bahwa pemberian pupuk kimia ataupun pestisida yang berlebihan dalam produksi pertanian mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (Manuhutu, 2005). Untuk memberi jaminan atas mutu dan keamanan tersebut, pemerintah mulai berinisiatif membuat Sertifikasi Prima pada beberapa produk buah dan sayur segar. Sertifikasi Prima merupakan proses pemberian sertifikat sistem budidaya tanaman buah dan produk yang dihasilkan setelah melalui pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan serta memenuhi semua persyaratan untuk mendapatkan label produk Prima Satu (P-1), Prima Dua (P-2), dan Prima Tiga (P-3). Untuk pengertian dari produk Sertifikasi Prima 3 (P-3) adalah penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi. Sekarang ini, khususnya di Jawa Tengah sudah ada 17 komoditi kelompok buah dan sayur yang mendapatkan Sertifikasi Prima 3. Salah satu komoditi tersebut adalah tomat kelompok tani “Aspakusa Makmur” Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Dalam tomat tersebut sudah diinformasikan aman dengan kandungan residu pestisida dan cemaran logam berat dibawah batas maksimum yang sudah ditentukan. Namun hanya pemberian informasi aman dalam standar Sertifikasi Prima 3 buah Tomat masih

Upload: nur-hasan

Post on 10-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sekarang ini kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi buah dan sayuran

    segar untuk memenuhi kebutuhan gizi mulai meningkat. Hal itu dapat dilihat,

    berdasarkan survei tingkat konsumsi buah dan sayuran masyarakat Indonesia dari Pusat

    Kajian Hortikultura Tropika IPB pada tahun 2005 sampai 2008 terjadi peningkatan

    konsumsi sayuran dan buah buahan. Untuk tingkat konsumsi sayur sebanyak 35,33

    kg/kapita/tahun menjadi 39,45 kg/kapita/tahun dan untuk tingkat konsumsi buah

    sebanyak 25,17 kg/kapita/tahun menjadi 31,93 kg/kapita/tahun. Seiring dengan

    meningkatnya kesadaran masyarakat mengkonsumsi buah dan sayur segar, tren untuk

    mengkonsumsi produk buah dan sayuran yang aman dan bermutu baik juga mulai

    diminati masyarakat. Hal tersebut dikarenakan masyarakat mulai menyadari bahwa

    pemberian pupuk kimia ataupun pestisida yang berlebihan dalam produksi pertanian

    mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (Manuhutu,

    2005).

    Untuk memberi jaminan atas mutu dan keamanan tersebut, pemerintah mulai berinisiatif

    membuat Sertifikasi Prima pada beberapa produk buah dan sayur segar. Sertifikasi

    Prima merupakan proses pemberian sertifikat sistem budidaya tanaman buah dan

    produk yang dihasilkan setelah melalui pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan serta

    memenuhi semua persyaratan untuk mendapatkan label produk Prima Satu (P-1), Prima

    Dua (P-2), dan Prima Tiga (P-3). Untuk pengertian dari produk Sertifikasi Prima 3 (P-3)

    adalah penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang

    dihasilkan aman dikonsumsi.

    Sekarang ini, khususnya di Jawa Tengah sudah ada 17 komoditi kelompok buah dan

    sayur yang mendapatkan Sertifikasi Prima 3. Salah satu komoditi tersebut adalah tomat

    kelompok tani Aspakusa Makmur Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.

    Dalam tomat tersebut sudah diinformasikan aman dengan kandungan residu pestisida

    dan cemaran logam berat dibawah batas maksimum yang sudah ditentukan. Namun

    hanya pemberian informasi aman dalam standar Sertifikasi Prima 3 buah Tomat masih

  • 2

    dirasa kurang lengkap dalam pembuatan suatu standar. Maka untuk melengkapi standar

    Sertifikasi Prima 3 buah Tomat, dilakukan penambahan beberapa variabel mutu agar

    diperoleh deskripsi produk tomat spesifik dari perkebunan kelompok tani Aspakusa

    Makmur sebagai penunjang standar keamanan yang sudah ada. Sehingga diharapkan

    dengan nilai tambah yang diberikan dapat meningkatkan kepuasan konsumen dalam

    mengkonsumsi tomat tersebut, karena konsumen mendapat info mutu yang lengkap

    disertai jaminan keamanan.

    1.2. Tinjauan Pustaka

    Tomat merupakan salah satu produk pertanian yang populer di Indonesia. Berdasarkan

    laporan dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2012, produksi tomat di Indonesia

    mencapai 893,504 ton (Badan Pusat Statistik, 2012). Di Indonesia ini terdapat berbagai

    macam varietas tomat, seperti Intan, Ratna, Berlian, Mutiara, Moneymaker, Precious F1

    hybrid (TW-375), varietas Farmers 209 F1 hybrid (TW-369), dan varietas Sugar Pearl

    F1 hybrid (TW- 373). Pemberian nama tersebut merupakan penamaan yang resmi

    dikeluarkan pemerintah, sedangkan nama-nama lain yang sering digunakan dalam

    perdagangan adalah tomat biasa, tomat apel, tomat kentang, dan tomat keriting

    (Setiawan, 1994).

    Tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di dataran tinggi maupun rendah,

    tergantung varietas yang dibudidayakan. Syarat pertumbuhan tanaman tomat yang baik,

    dibutuhkan tanah yang gembur dengan pH sekitar 5 6 dan curah hujan 750 1250

    mm/ tahun. Buah tomat termasuk tanaman semusim, dimana umur tanaman hanya satu

    kali periode panen dan mati. Buah tomat dapat dipanen pada umur dua sampai tiga

    bulan setelah penanaman (Tugiyono, 2005). Suhu yang baik untuk pertumbuhan

    tanaman tomat adalah 18 290C pada siang hari dan 10 200C pada malam hari. Untuk

    kelembaban relatif tinggi sekitar 25 % akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman

    tomat yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang

    membuka lebih lebar (Fitriani, 2012)

    Tomat dengan nama botani Lycopersicum esculentum merupakan sayuran buah yang

    berasal dari Peru-Ekuador yang menyebar ke beberapa Benua Amerika dan selanjutnya

  • 3

    berkembang di Meksiko. Tomat merupakan tanaman yang banyak dijumpai di

    Indonesia terutama pada dataran tinggi. Secara lengkap ahli botani mengklasifikasikan

    tanaman tomat secara sistematik sebagai berikut:

    Kelas (classis) : Dicotyledonneae (berkeping dua)

    Bangsa (ordo) : Tubiflorae

    Suku (famili) : Solanaceae (berbunga seperti terompet)

    Marga (genus) : Lycopersicum

    Jenis (spesies) : Lycopersicum esculentum Mill

    (Tugiyono, 2005).

    Tomat termasuk dalam buah klimaterik, yaitu buah yang masih bisa mengalami proses

    respirasi selama penyimpanan (Tugiyono, 2005). Selain itu tomat tergolong komoditas

    yang sangat mudah rusak. Hal ini disebabkan karena memiliki kadar air yang tinggi

    yaitu lebih dari 93%, yang mengakibatkan umur simpan pendek. Kerusakan buah tomat

    mengakibatkan penurunan nilai gizi dan mutu fisik (Chairunnisa, 2012). Buah tomat

    mengandung zat gizi yang berguna bagi tubuh manusia, seperti vitamin A, vitamin C,

    dan mineral. Kandungan gizi paling menonjol adalah vitamin A, yaitu mencapai 1500

    S.I (Haryoto, 1998). Kandungan Gizi dalam 100 gram tomat masak dapat dilihat pada

    Tabel 1.

    Tabel 1. Kandungan Gizi dalam 100 gram Buah Tomat

    Kandungan Gizi Nilai

    Energi (kal) 20

    Protein (g) 1

    Lemak (g) 0,3

    Karbohidrat (g) 4,2

    Kalsium (mg) 5

    Fosfor (mg) 27

    Zat besi (mg) 0,5

    Vitamin A (S.I.) 1500

    Vitamin B1 (mg) 0,06

    Vitamin C (mg) 40

    Air (g) 94

    B.d.d. (%) 95

    Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI (1979)

  • 4

    Tomat segar dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan berat. Penggolongannya

    adalah besar dengan berat lebih dari 150 gr/buah, sedang dengan berat antara 100 150

    gr/buah, dan kecil dengan berat kurang dari 100 gr/buah. Berdasarkan SNI 01-3162-

    1992, mutu buah tomat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu mutu I dan mutu II seperti

    yang terlihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Standar Mutu Tomat Segar Menurut SNI

    Karakteristik Syarat Mutu I Syarat Mutu II

    Keseragaman varietas Seragam Seragam

    Tingkat ketuaan Tua tapi tidak matang Tua tapi tidak matang

    Keseragaman ukuran Seragam Seragam

    Kadar kotoran Bebas Bebas

    Kerusakan (jumlah/jumlah) Maks 5 % Maks 10 %

    Kebusukan (jumlah/jumlah) Maks 1 % Maks 1 %

    Sumber: SNI 01-3162-1992

    Menurut USDA National Nutrient Database for Standard Reference kandungan gizi

    dalam 100 gram buah tomat segar dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Kandungan Gizi dalam 100 gram Buah Tomat Segar

    Kandungan Gizi Nilai

    Energi (kkal) 18

    Protein (g) 0,88

    Lemak (g) 0,20

    Karbohidrat (g) 3,89

    Kalsium (mg) 10

    Fosfor (mg) 24

    Zat besi (mg) 0,27

    Vitamin A (IU) 833

    Vitamin B1 (mg) 0,037

    Vitamin C (mg) 13,7

    Air (g) 94,52

    Sumber: USDA National Nutrient Database for Standard Reference (2011)

    Berdasarkan standar USDA Tomat tahun 1991, diameter tomat dibedakan menjadi

    empat bagian dan untuk berat dikelompokan menjadi tiga bagian yang dapat dilihat

    pada Tabel 4

  • 5

    Tabel 4. Diameter dan Berat Tomat Segar

    Ukuran Diameter Minimal (cm) Diameter Maksimal (cm) Berat (gram)

    Kecil 5,40 5,79 256

    Sangat besar 7,00

    Sumber: USDA Grades of Fresh Tomatoes (1991)

    Sertifikasi Prima adalah proses pemberian sertifikat sistem budidaya tanaman buah dan

    produk yang dihasilkan setelah melalui pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan serta

    memenuhi semua persyaratan untuk mendapatkan label produk Prima Satu (P-1), Prima

    Dua (P-2), dan Prima Tiga (P-3). Label produk Prima 1, Prima 2, dan Prima 3 dapat

    dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Label Produk Prima

    Pengertian untuk Sertifikasi Prima:

    Prima Satu (P-1)

    Penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang

    dihasilkan aman dikonsumsi, bermutu baik, dan cara produksinya ramah terhadap

    lingkungan.

    Prima Dua (P-2)

    Penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang

    dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu baik.

    Prima Tiga (P-3)

    Penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang

    dihasilkan aman dikonsumsi.

  • 6

    Pemberian sertifikasi ini dilakukan oleh suatu lembaga pemerintah bernama OKKP-D

    (Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah) dan OKKP-P (Otoritas Kompetensi

    Keamanan Pangan Pusat). Dalam pemberian sertifikasi kepada pelaku usaha pertanian

    sebagai bukti pengakuan bahwa pelaku usaha pertanian tersebut telah memenuhi

    persyaratan dalam menerapkan sistem jaminan mutu pangan hasil pertanian, Sertifikasi

    Prima Satu dikeluarkan oleh OKKP-P dan Sertifikasi Prima Dua atau Tiga dikeluarkan

    oleh OKKP-D.

    OKKP-D atau OKKP-P selalu melakukan audit pada pelaku usaha tani yang sudah

    mendapat sertifikasi terhadap hasil pertaniannya untuk memastikan produk pertanian

    yang dihasilkan masih memenuhi standar yang ditetapkan. Ada dua macam audit yang

    dilakukan yaitu audit survailen dan audit investigasi. Audit survailen untuk memeriksa

    konsistensi pelaku usaha pertanian yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan

    dan dilakukan setiap enam bulan. Sedangkan audit investigasi dilaksanakan sewaktu

    waktu, untuk memastikan pelaku usaha pertanian tersebut memenuhi syarat yang

    ditentukan. Apabila ada indikasi pelaku usaha tani tersebut tidak memenuhi aturan yang

    sudah ditetapkan, maka pihak OKKP-D akan memberi kesempatan untuk perbaikan

    dengan waktu yang disepakati, jika tidak melakukan perbaikan maka akan dilakukan

    pembekuan, hingga akhirnya dilakukan pencabutan sertifikasi.

    Untuk mendapat Sertifikasi Prima para pelaku usaha tani harus melalui beberapa tahap,

    yaitu:

    1. pelaku usaha tani sudah menerapkan GAP, SOP, dan registrasi kebun

    2. pelaku usaha tani mengajukan permohonan sertifikasi

    3. persiapan penilaian

    4. penilaian

    5. laporan penilaian

    6. keputusan sertifikasi

    7. penyerahan sertifikat

    Dalam penerapan GAP (Good Agriculture Practices) oleh para pelaku usaha tani untuk

    mendapat Sertifikasi Prima, para petani harus mengikuti pedoman standar kegiatan yang

  • 7

    ditetapkan. Dalam pedoman standar kegiatan tersebut, terdapat tiga kelompok kegiatan

    yang ditetapkan yaitu dianjurkan (A), sangat dianjurkan (SA), dan wajib (W). Untuk

    Sertifikasi Prima Satu terdapat 12 kegiatan wajib, 103 kegiatan sangat diajurkan, dan 64

    kegiatan anjuran. Untuk Sertifikasi Prima Dua terdapat 12 kegiatan wajib, 63 kegiatan

    sangat diajurkan, dan 39 kegiatan anjuran. Untuk Sertifikasi Prima 3 terdapat 12

    kegiatan wajib, 29 kegiatan sangat diajurkan, dan 15 kegiatan anjuran.

    Untuk persiapan penilaian, OKKP-D melakukan penilaian awal meliputi kelengkapan

    dokumen persyaratan sertifikasi dan legalitas kelompok tani pemohon. Setelah itu

    dalam penilaian, OKKP-D harus menyediakan tenaga inspektor yang kompeten dan

    sudah mendapat sertifikat untuk menilai sesuai dengan prosedur penilaian yang sudah

    ditetapkan. Kemudian OKKP-D memeriksa kesesuaian hasil inspeksi dengan

    persyaratan yang digunakan. Bila hasil inspeksi belum memenuhi persyaratan maka

    pemohon akan diberi kesempatan untuk memperbaiki, apabila sudah memenuhi

    persyaratan pelaku usaha tani tersebut akan diberikan Sertifikasi Prima dan sertifikat

    yang sudah ditandatangani pejabat yang berwenang. Informasi pada sertifikat meliputi

    level sertifikasi, no registrasi, nama unit usaha, tanggal terbit dan masa berlaku

    sertifikat.

    Sertifikasi Prima 3 (P-3), merupakan penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan

    usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi. Dalam produk Sertifikasi

    Prima 3, diberikan penilaian aman untuk dikonsumsi meliputi cemaran logam berat

    dibawah standar sudah ditentukan dan kandungan residu pestisida yang dibawah Batas

    Maksimum Residu (BMR) yang sudah ditetapkan. Nilai standar cemaran logam berat

    dan residu pestisida dapat dilihat dalam Tabel 5.

  • 8

    Tabel 5. Standar Cemaran Logam Berat dan Residu Pestisida

    Logam berat Pestisida

    Hg 0,03 mg/kg Ditiokarbamat 2 mg/kg

    Cd 0,2 mg/kg Diazinon 0,5 mg/kg

    As 1 mg/kg Profenofos 2 mg/kg

    Pb 0,5 mg/kg Etion 2 mg/kg

    Malation 3 mg/kg

    Paration 0,7 mg/kg

    Klorpirifos 0,5 mg/kg

    Deltametrin 0,3 mg/kg

    Sipermetrin 0,5 mg/kg

    Sumber : SNI 7313:2008 dan SNI 7387:2009

    Kendala yang dihadapi produk pertanian yang sudah memiliki Sertifikasi Prima 3 saat

    ini yaitu, belum adanya pencakupan komponen mutu yang spesifik sehingga kepuasan

    konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut masih terasa kurang terpenuhi.

    Dengan adanya inkorporasi variabel mutu diharapkan dapat meningkatkan minat dan

    kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi produk yang sudah bersertifikasi. Selain itu

    inkorporasi juga bermanfaat untuk memudahkan petani dalam menentukan kelayakan

    suatu produk pertanian tersebut apakah sudah memenuhi kriteria yang ditentukan.

    1.3. Tujuan Penelitian

    Inkorporasi standar mutu fisik dan kimia tomat Sertifikasi Prima 3 kelompok tani

    Aspakusa Makmur Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.