08e00810 ghgytyfd

Upload: muhammad-firdauz-kamil

Post on 10-Mar-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

08E00810 ghgytyfd

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN INTERVAL QTc MEMANJANG

    DENGAN DERAJAT DISFUNGSI HATI PADA PENDERITA SIROSIS HATI.

    PENELITIAN POTONG LINTANG DI DEPARTEMEN / SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H ADAM

    MALIK / RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

    Mei 2008 Agustus 2008

    TESIS

    OLEH :

    DELVI NAIBAHO

    DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

    UTARA RSUP.H. ADAM MALIK/ RSUD. DR PIRNGADI

    MEDAN 2008

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, kami dapat

    menyelesaikan tesis ini yang berjudul : Hubungan Pemanjangan Interval QTc

    dengan Derajat Disfungsi Hati pada Penderita Sirosis Hati penelitian ini

    berlangsung sejak bulan Mei 2008 sampai Agustus 2008. Tulisan ini dibuat sebagai

    salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan dokter spesialis di bidang

    Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

    Dengan selesainya karya tulis ini maka kami ingin menyampaikan terima kasih,

    hormat dan penghargaan kepada :

    1. Dr Salli Rossefi Nasution, SpPD-KGH, selaku Kepala Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan, dan Prof. Dr.

    Lukman Hakim Zain SpPD-KGEH, selaku Kepala Departemen Ilmu Penyakit

    Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan periode 1997-2007 dimana

    penulis memulai pendidikan pada Juli 2003, dan Dr. Refli Hasan SpPD-

    SPJP selaku seketaris Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU / RSUP H.

    Adam Malik Medan yang telah memberikan kemudahan dan perhatian yang

    besar terhadap pendidikan penulis.

    2. Dr. Zulhelmi Bustami SpPD-KGH dan Dr. Dharma Lindarto SpPD-KEMD

    Selaku Ketua dan Sekertaris Program Studi Ilmu Penyakit Dalam dengan

    sungguh-sungguh telah membantu dan membentuk penulis menjadi ahli

    penyakit dalam yang berkualitas, handal dan berbudi luhur serta siap untuk

    mengabdi bagi nusa dan bangsa.

    3. Khusus mengenai karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

    besarnya kepada Dr Refli Hasan SpPD, SpJP sebagai pembimbing I

    sekaligus Kepala Divisi Kardiologi dan Prof. Dr. Lukman Hakim Zain, SpPD-

    KGEH selaku pembimbing II sekaligus Kepala Divisi Gatro Enterologi dan

    Hepatologi yang penulis rasakan benar-benar dengan tulus membantu dan

    membimbing penulis menyelesaikan penelitian dan karya tulis ini, hanya doa

    yang dapat penulis berikan kiranya berkat berlimpah dari Allah SWT beserta

    beliau dan keluarga.

    4. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU RSUP H. Adam

    Malik / RSUD Dr. Pirngadi Medan : Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, Prof. Dr.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Bachtiar Fanani Lubis, Prof. Dr. Habibah Hanum Nst, Prof. Dr. Sutomo

    Kasiman, Prof. Dr. OK. Moehad Sjah, Prof. Dr. Azhar Tanjung, Prof. Dr.

    Azmi S. Kar, Prof. Dr. M. Yusuf Nasution, Prof. Dr. Lukman Hakim Zain , Dr.

    Nuraisyah, Dr. A.A.St. Bagindo, Dr. Lufti Latief, Dr. Abiran Nababan, Dr. Sri

    M. Soetadi, Dr. A. Rahim R. Lubis, Dr. B. Marpaung, Prof. Dr. Gontar

    Siregar, Prof. Dr. Harris Hasan, Dr. Refli Hasan, Dr. Alwinsyah A, Dr. Mabel

    Sihombing, Dr. Juwita Sembiring, Dr. Josia Ginting, Dr. Rustam Effendi YS,

    Dr. Armon Rahimi, Dr. P. Siburian, Dr. Umar Zein, Dr. Leonardo B Dairi, Dr.

    R.Tunggul CH, Dr. E. N. Keliat, Dr. Mardianto, Dr. Zuhrial, Dr Zainal, Dr

    Rahmad Isnanta, Dr. Ilham, yang merupakan guru kami dan telah banyak

    memberikan bimbingan kepada kami selama mengikuti pendidikan.

    5. Para senior / dokter Kepala Ruangan, Dr, Haryani Adin, Dr Saut Marpaung,

    Dr. Jerahim Tarigan , Dr. Savita Handayani, Dr. Santi Syafril, Dr. Syafrizal

    Nasution, Dr. Deske Muhadi sebagai dokter senior / kepala ruangan yang

    telah banyak membimbing penulis selama pendidikan.

    6. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan / Direktur RSUP H. Adam Malik Medan

    yang telah memberikan bantuan dan kemudahan serta keizinan dalam

    menggunakan fasilitas dan sarana rumah sakit dalam menunjang pendidikan

    keahlian ini.

    7. Direktur RSU. Langsa, Dr. T. Rajif dan Dr. Azwir Aboet, Dr. Gunardi sebagai

    konsultan Penyakit Dalam yang telah memberikan bantuan dan kemudahan

    serta keizinan dalam menggunakan fasilitas dan sarana rumah sakit

    sewaktu penulis menjalani konsultan penyakit dalam di RSU Langsa dalam

    rangka pendidikan ini.

    8. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran

    Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan menerima

    saya, sehingga dapat mengikuti pendidikan keahlian ini.

    9. Para pasien yang telah dengan ikhlas menjadi guru sehingga

    memungkinkan saya mencapai dokter spesialis dibidang penyakit dalam

    10. Kepada teman-teman : dr. Alwi, dr. Rismauli, dr. Lili Syarif, dr. Erik Nelson,

    dr. Janus, Leli, Denny, dan Rekan Sejawat sesama PPDS, perawat serta

    paramedis lainnya dan karyawan RSUD. Dr. Pirngadi/ RSUP.H.Adam Malik

    yang telah membantu saya selama menjalani pendidikan.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • 11. Teman seperjuangan dr. Bistok, dr. Harris Parhusip, dr. Irwin, dr. Zulfan, dr.

    Lina, dr. Imelda Rey teman berbagi cerita dan pendorong buat penulis

    hingga selesainya tulisan ini. Semoga persahabatan kita tetap abadi.

    12. Drs Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes yang telah membimbing dalam analisa

    data statistik penelitian sejak dari persiapan proposal hingga selesainya

    penelitian ini.

    13. Laboratorium Prodia Wilayah Sumatra Utara dan Laboratorium Prodia Pusat

    Jakarta atas kerjasamanya dalam pengerjaan pemeriksaan terhadap sampel

    dalam penelitian.

    Pada kesempatan ini pula saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga

    kepada Ibunda Hj. Beni dan Ayahanda H. Pohan Naibaho yang telah, mendidik dan

    membesarkan saya, serta senantiasa mendoakan dan tidak henti hentinya

    memberikan dukungan moril dan materi selama saya mengikuti pendidikan dan

    menyelesaikan tulisan ini. Kiranya Allah SWT senantiasa melindungi dan

    memberikan kesehatan dan umur yang panjang.

    Kepada abang, kakak dan adik- adikku yang senantiasa tidak henti

    hentinya memberi semangat dan pengertian selama penulis menjalani pendidikan

    dan menyelesaikan tulisan ini .

    Sebenarnya masih banyak lagi ucapan terima kasih yang selayaknya kami

    sampaikan kepada berbagai pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu

    namanya pada kesempatan ini, dalam hal ini izinkanlah kami mengucapkan terima

    kasih setulusnya-tulusnya secara menyeluruh.

    Medan, Agustus 2008

    Penulis

    Dr. Delvi Naibaho

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR i

    DAFTAR ISI .. viii

    DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .......................................................... x

    ABSTRAK .. xii

    BAB I. PENDAHULUAN . 1

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. SINDROMA QT MEMANJANG...................................................5

    2.2. PATOFISIOLOGI PEMANJANGAN INTERVAL QTc ...................5

    2.3. ETIOLOGI PEMANJANGAN INTERVAL QTc

    2..3.1 KONGENITAL ( PRIMER ) 9

    2.3.2 DIDAPAT ( SEKUNDER ) ........................9

    2.4. MEKANISME PEMANJANGAN INTERVAL QTc PADA SIROSIS HATI

    2.4.1. NEUROPATI OTONOM....11

    2.4.2. PERUBAHAN MEMBRAN MIOKARDIUM..13

    2.4.3 .DEFEK MOLEKULER.13

    2.4.3 .KARDIOTOKSIN..15

    2.5.PENATALAKSANAAN PEMANJANGAN INTERVAL QTc

    PADA SIROSIS HATI..16

    2.6 GAMBARAN EKG PEMANJANGAN INTERVAL QT

    2.6.1. CARA PENGUKURAN19

    2.6.2 . INTERPRETASI PENGUKURAN.19

    2.6.3. GAMBARAN EKG PEMANJANGAN INTERVAL QT DAN

    TORSADE DE POINTES.20

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • BAB III. PENELITIAN SENDIRI

    3.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN 22

    3.2. PERUMUSAN MASALAH .. 24

    3.3. HIPOTESA 24

    3.4. TUJUAN PENELITIAN 24

    3.5. MANFAAT PENELITIAN . 24

    3.6 .KERANGKA KONSEPSIONAL. 25

    3.7. BAHAN DAN CARA.

    3.7.1. Desain penelitian. 25

    3.7.2. Waktu dan tempat penelitian ................... 25

    3.7.3. Populasi terjangkau 26

    3.7.4. Kriteria yang diikutkan dalam penelitian 26

    3.7.5. Kriteria yang dikeluarkan dari penelitian....26

    3.7.6. Besar sampel .. 26

    3.7.7. Cara penelitian.. 27

    3.7.8. Analisa Data. 28

    3.7.9. Definisi operasional..29

    3.7.10.Kerangka operasional.31

    BAB IV. HASIL PENELITIAN

    4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian32

    4.2.Gambaran EKG 34

    4.3.Hubungan antara interval QTc memanjang dengan

    derajat disfungsi hati 36

    4.4. Hubungan antara variable laboratorium dengan

    interval QTc memanjang39

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • BAB V. PEMBAHASAN 41

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN . 44

    6.1. KESIMPULAN .. 44

    6.2. SARAN .. 44

    DAFTAR PUSTAKA .. 45

    LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1. . PERSETUJUAN KOMITE ETIK . 53

    LAMPIRAN 2. MASTER TABEL PENELITIAN 54

    LAMPIRAN 3. PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK

    PENELITIAN ....................................................... 55

    LAMPIRAN 4. SURAT PERSETUJUAN BERSEDIA IKUT

    PENELITIAN. 56

    LAMPIRAN 5. PROFIL PESERTA STUDI............. 57

    LAMPIRAN 6. RIWAYAT HIDUP .. 58

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

    I. GAMBAR

    GAMBAR 1

    Hubungan antara Fase Potensial Aksi Jantung dengan EKG permukaan..8

    GAMBAR 2 Arus ion yang mencetuskan potensial aksi , EADs dan DADs 9 GAMBAR 3 Mekanisme defek molekuler pemanjangan interval QTc pada sirosis hati15 GAMBAR 4 EKG Normal.................................................................................. .18 GAMBAR 5 Gambaran EKG seorang pasien dengan Interval QT memanjang .20 GAMBAR 6 Gambaran EKG Torsade de Pointes.. 21 GAMBAR 1. Sebaran prevalensi pemanjangan interval QTc berdasarkan Derajat Child- Pugh 35 Gambar 2. Korelasi antara pemanjangan interval QTc dengan skor Child Pugh.38 Gambar 3a. Korelasi antara pemanjangan interval QTc dengan Kalsium42 Gambar 3b. Korelasi antara pemanjangan interval QTc dengan Kalium.42 Gambar 3c. Korelasi antara pemanjangan interval QTc dengan Albumin43

    II. TABEL

    TABEL 1.

    Klasifikasi modifikasi skor Child- Pugh 30

    TABEL 2. Hubungan jumlah skor dengan klasifikasi derajat disfungsi hati menurut modifikasi

    Child- Pugh.......................................................................................................31

    TABEL 1 Rerata Umur dan SB Subyek Penelitian ( n= 30 ).............................................32

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • TABEL 2 Karakteristik Demografik dan Klinik Keseluruhan Pasien..................................33

    TABEL 3 Rerata Nilai Variabel Uji Laboratorium dan SB Keseluruhan Pasien................34

    TABEL 4 Interval QTc pada keseluruhan pasien sirosis hati............................................35

    TABEL 5 Rerata Nilai Interval QTc dan SB Berdasarkan Derajat Child-Pugh..................35

    TABEL 6 Perbedaan interval QTc berdasarkan derajat Child- Pugh..............................36

    TABEL 7 Korelasi antara interval QTc dengan Derajat Child Pugh

    pada Keseluruhan Pasien ................................................................................37

    TABEL 8 Rerata Interval QTc berdasarkan etiologi sirosis hati......................................39

    TABEL 9 Rerata nilai Variabel Laboratorium menurut Interval QTc ..............................39

    TABEL 10 Korelasi antara variabel Laboratorium dengan Interval QTc...........................40

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Daftar Singkatan

    SADS : Sudden arrhythmia death syndrome

    TDP :Torsade de Pointes

    CO : Cardiac Out put

    EKG : Elektrokardiografi

    QTc : Interval QT corrected

    Mdet : Millidetik

    EADs : Early afterdepolarizations

    DADs : Delayed afterdepolarizations

    K : Kalium

    Na : Natrium

    Ca : Kalsium

    RYR2 : Reseptor ryanodine

    SH : Sirosis hati

    PJK : Penyakit Jantung Korener

    MCI : Miocard Infarc

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Abstract CORRELATION BETWEEN QTc INTERVAL PROLONGATION AND LIVER

    DYSFUNCTION SEVERITY IN LIVER CIRRHOSIS PATIENTS.

    Delvi Naibaho*, Refli Hasan*, Lukman Hakim Zain**

    Cardiology Division Department of Internal Medicine Faculty of Medicine University

    of Sumatra Utara/ H. Adam Malik General Hospital.

    Background: Abnormalities in cardiac electrophysiology are well documented in patients with liver cirrhosis. The mechanisms underlying their occurrence are not fully understood. One of important electrophysiological abnormality of chirrhosis is interval QTc prolongation can be determined by electrocardiography recording. QTc interval prolongation often associated with increased occurence of malignant ventricular arrhytmia. Tachyarrhytmia episod can be spontaneous relieve but often give high risk to develop of ventricular fibrilation, syncope and sudden death. Aim: To investigate the correlation between QTc interval prolongation and liver dysfunction severity in liver cirrhosis patients. Material and Method: This cross sectional study, in periode of May 2008 until August 2008, included liver cirrhosis patients admitted to Division of Gastroenterohepatology Departement of Internal Medicine/ H. Adam Malik and Dr. Pirngadi General Hospital Medan. Diagnosis was made by history, physical examination, laboratory examination and USG. QTc interval was calculated by Bazett Formula. Result Among 30 liver cirrhosis patients we found 24 (80,0%) patients had QTc interval prolongation. The mean of QTc interval prolongation was significantly longer in Child Pugh C (54163,4; p 0,004 ). There is positive and significant correlation of QTc interval prolongation with Child Pugh score (r = 0,447; p = 0,01) regardless of etiology of disease. Albumin, Potassium and Calsium level were negative significant correlation to QTc interval prolongation. Conclusion: QTc interval prolongation positive and significant correlation with liver disfunction. severity Keyword: QTc interval, liver cirrhosis, Child- Pugh score.

    * Cardiology Division Department of Internal Medicine Medical College University Sumatra Utara / H. Adam Malik General Hospital Medan

    **Gastroenterohepatology Division Department of Internal Medicine Medical College University Sumatra Utara / H. Adam Malik General Hospital Medan

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Abstrak

    HUBUNGAN PEMANJANGAN INTERVAL QTc DENGAN DERAJAT

    DISFUNGSI HATI PADA PENDERITA SIROSIS HATI

    Delvi Naibaho, Refli Hasan*, Lukman Hakim Zain**

    Divisi Kardiolologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU / RSUP H. Adam Malik.

    Latar belakang Abnormalitas elektrofisiologi jantung penderita sirosis hati telah lama diketahui, meskipun demikian mekanisme yang mendasari kelainan ini belum sepenuhnya dipahami. Salah satu gangguan elektrofisiologi jantung yang penting pada penderita sirosis hati adalah pemanjangan interval QTc yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan elektrokardiografi. Pemanjangan interval QTc ini sering sekali dihubungkan dengan peningkatan kejadian aritmia ventrikel maligna. Episode takiaritmia yang timbul dapat membaik secara spontan, tetapi sering sekali mempunyai resiko tinggi terjadinya serangan berulang yang berlanjut menjadi fibrilasi ventrikel, sinkop dan bahkan berakhir dengan kematian mendadak. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pemanjangan interval QTc dengan derajat disfungsi hati pada penderita sirosis hati. Bahan dan Cara: Penelitian ini dilakukan secara potong lintang mulai Mei 2008 Agustus 2008 yang mengikutsertakan penderita sirosis hati rawat jalan poliklinik dan rawat inap di Divisi Gastroenterologihepatologi Departemen Penyakit Dalam RS.H. Adam Malik dan RS. Dr. Pirngadi Medan. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, USG dan pemeriksaan laboratorium. Interval QTc dihitung berdasarkan rumus formula Bazett. Hasil: Dari 30 penderita pasien sirosis hati didapati 24 orang ( 80,0 %) mengalami pemanjangan interval QTc. Rerata interval QTc terpanjang pada Child -Pugh C ( 54163,4; p 0,004). Pemanjangan interval QTc berkorelasi positif bermakna dengan skor Child Pugh ( r= 0,447; p=0,01) tanpa dipengaruhi etiologi sirosis hati tersebut. Kadar albumin, kalium dan Kalsium berkorelasi negatif bermakna dengan pemanjangan interval QTc. Kesimpulan: Pemanjangan interval QTc berkorelasi positif bermakna dengan derajat disfungsi hati. Kata Kunci: Interval QTc, sirosis hati , skor Child- Pugh.

    * Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan

    **Divisi Gastroenterologihepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Di Amerika Serikat sekitar 300.000 orang setiap tahunnya meninggal

    mendadak oleh karena henti jantung. Penyebab utamanya adalah penyakit

    jantung koroner, meskipun demikian sebagian dari penyebab lainnya

    dihubungkan dengan abnormalitas anatomi jantung.1,2 Kadang kadang

    penyakit jantung yang mendasari belum terdiagnosis dan kematian

    mendadak sudah terjadi dan tidak terduga sebelumnya tetapi setelah

    dilkukan pemeriksaan post mortem penyebab dari kematian tersebut dapat

    diketahui. Dari pemeriksaan post mortem yang dilakukan didapatkan sekitar 1

    5% dari kasus kematian tersebut tidak ditemukan kelainan anatomi jantung

    dan ini merupakan unsur yang disebut sebagai sudden arrhytmia death

    sydrome (SADS)2

    Salah satu jenis aritmia yang termasuk dalam SADS ini adalah

    sindroma interval QT memanjang dimana keadaan ini umumnya

    menyebabkan kematian mendadak pada usia 32 tahun keatas. Pemanjangan

    interval QT ini dapat memicu terjadinya torsade de pointes (TDP) yaitu suatu

    bentuk khas takikardi ventrikular polimorfik, dimana aksis elektrikal kompleks

    QRS- nya berada didalam satu sadapan EKG tunggal yang mengitari garis

    isoelektris1 dan ventrikel fibrilasi yang merupakan aritmia yang fatal .

    Kematian mendadak dapat dipicu oleh latihan yang berlebihan, stres

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • emosional dan bahkan kematian dapat terjadi sewaktu tidur. Oleh karena itu

    sindroma interval QT memanjang ini perlu dicurigai pada individu dengan

    riwayat sinkop berulang selama latihan dan adanya riwayat keluarga dengan

    kematian mendadak.2

    Abnormalitas elektrofisiologi jantung penderita sirosis hati telah diketahui

    sejak lama. Meskipun demikian mekanisme yang mendasari kelainan ini

    belum sepenuhnya dipahami, namun diduga beberapa faktor berperan dalam

    perubahan ini antara lain perubahan hemodinamik, autonomik neuropati dan

    bahkan sampai ke tingkat kelainan molekuler 3,4,5. Disamping itu juga

    keadaan sirkulasi hiperdinamik yang merupakan karakteristik pasien sirosis

    hati stadium dekompensata akan menyebabkan peningkatan denyut jantung

    dan cardiac out put (CO) serta penurunan resistensi perifer dan tekanan

    arterial. Keadaan ini akan menyebabkan peningkatan aktivitas saraf

    simpatetik dan peningkatan volume darah 5 .

    Salah satu gangguan elektrofisiologi jantung yang penting pada

    penderita sirosis hati yang telah banyak dilaporkan adalah pemanjangan

    interval QTc yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan elektrokardiografi (

    EKG).4 Pemanjangan Interval-QT sering sekali dihubungkan dengan

    peningkatan kejadian aritmia ventrikel maligna. Episode takiaritmia yang

    timbul dapat membaik secara spontan, tetapi sering sekali mempunyai risiko

    tinggi terjadinya serangan berulang yang berlanjut menjadi fibrilasi ventrikel,

    sinkop, dan bahkan berakhir dengan kematian mendadak.6,7,8,9

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Pada awalnya peningkatan prevalensi pemanjangan interval QT

    dilaporkan hanya pada penderita sirosis alkoholik . Selanjutnya sejumlah

    studi melaporkan bahwa pemanjangan interval QT juga dijumpai pada

    penderita sirosis hati dengan etiologi lainnnya. Beberapa studi juga

    melaporkan bahwa pemanjangan interval QT meningkat dengan semakin

    beratnya penyakit hati tetapi dapat juga terjadi pada penderita sirosis hati

    stadium kompensata. Pada faktanya dijumpai prevalensi pemanjangan

    interval QT sebesar 25% pada Child Pugh A, 51% pada Child Pugh B dan

    60% pada Child Pugh C 3. Stewart dkk (1998) mendapati interval QTc

    memanjang sebesar 83% pada pasien sirosis hati dan berkorelasi dengan

    derajat disfungsi hati, hal ini terbukti setelah transplantasi hati interval QT

    kembali normal.10 Sedangkan Day CP, dkk melaporkan , 14 dari 69 (20,3%)

    pasien sirosis alkoholik meninggal dalam waktu 30 48 bulan, dimana 6

    diantaranya (43,9%) meninggal mendadak dengan rerata interval QTc >490

    mdet : p < 0,02.7 Mohammad R dkk juga melaporkan 7 dari 44 pasien sirosis

    hati yang menjalani transplantasi hati meninggal dan 1 diantaranya

    meninggal mendadak 3 jam setelah menjalani tranplantasi hati dengan

    interval QTc 455 mdet. 11 Kemudian Lustik JS melaporkan terjadinya torsade

    de Pointes pada seorang pasien sirosis hati dengan Child Pugh C yang

    sedang menjalani transplantasi dengan interval QTc 600 mdet.10 Angka rata-

    rata harapan hidup pasien sirosis hati yang mengalami pemanjangan interval

    QTc juga lebih rendah dibanding dengan pasien yang mempunyai interval

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • QTc normal. Tetapi rerata angka harapan hidup tersebut tidak berhubungan

    dengan derajat disfungsi hati.7,12

    Data tentang hubungan pemanjangan interval QTc dengan derajat

    disfungsi hati pada penderita sirosis hati belum pernah dilaporkan di

    Indonesia khususnya di Medan , sedangkan dibeberapa kepustakaan

    menunjukkan mortalitas pasien sirosis hati dengan interval QTc memanjang

    cukup tinggi dan angka rata- rata harapan hidupnya yang rendah.

    Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti hubungan

    pemanjangan interval QTc dengan derajat disfungsi hati pada penderita

    sirosis hati.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    2.1. SINDROMA QT MEMANJANG

    Merupakan gangguan kanal ion jantung yang mempengaruhi

    repolarisasi, ditandai adanya pemanjangan interval QTc pada EKG

    permukaan dengan gelombang T abnormal, bradikardi relatif dan takiaritmia

    ventrikel, termasuk takikardi ventrikel, ventrikel polimorfik serta Torsades de

    Pointes (TdP).13,14

    Pemanjangan interval QT disebabkan oleh peningkatan durasi salah

    satu atau lebih komponen kompleks QRS, segmen ST dan gelombang T.

    Interval QTc memanjang juga merupakan petanda non-invasif substrat

    aritmogenik elektrofisiologis yang berkorelasi dengan risiko tinggi terhadap

    kejadian aritmia ventrikel, sinkop dan kematian mendadak. Pemanjangan

    interval QTc terjadi karena sel- sel miokard lebih bermuatan positif selama

    masa repolarisasi15, 16,17

    2.2. Patofisiologi Pemanjangan Interval QTc

    Gelombang depolarisasi (fase 0) jaringan ventrikel disebabkan oleh

    pergerakan cepat ion natrium dari ruang ekstrasel ke intrasel, suatu proses

    yang dikenal sebagai arus natrium cepat. Aliran keluar ion K dan masuknya

    ion ca 2+ bertanggungjawab terhadap awal repolarisasi (fase1). Kemudian

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • diikuti fase plato (fase 2), yang merupakan penentu utama durasi potensial

    aksi. Durasi fase plato ditentukan melalui keseimbangan aliran kation ke

    dalam dan keluar secara kompetitif di kanal- kanal ion. Termasuk inaktivasi

    lambat kanal natrium, kanal kalsium tipeL, dan kanal kalium. Repolarisasi (

    fase 3) dihasilkan dari inaktivasi arus kalsium bersamaan dengan

    peningkatan arus keluar kalium. Aliran masuk dari kanal kalium selanjutnya

    bertanggungjawab terhadap pemeliharaan potensial membran istrahat (fase

    4, gambar 2.1)15,16,17

    Kanal ion kalium tertutup, terjadi penundaan pembukaan atau

    membuka dalam waktu singkat, menyebabkan penurunan arus kalium ke luar

    sel. Akibatnya, repolarisasi menjadi memanjang. Menetapnya arus ion Na+

    masuk ke dalam sel, juga berakibat repolarisasi memanjang.16,17 Hal inilah

    yang menyebabkan interval OT memanjang dan early afterdepolarizations

    (EADs) Pemanjangan repolarisasi ini selanjutnya juga akan memperlambat

    inaktivasi kanal Ca2+ dan selanjutnya akan menyebabkan early

    afterdepolarizations (EADs) yang akan memicu terjadinya aritmia

    ventrikel)15,16,17

    Aritmia pada sindrom QT memanjang ditandai potensial aksi yang

    memanjang, sebab interval QT pada EKG merupakan manifestasi masa

    potensial aksi. In vitro maupun in vivo menunjukkan terdapatnya hubungan

    antara potensial aksi memanjang dengan terjadinya depolarisasi ikutan

    (afterdepolarizations) pada sistem konduksi (jaras Purkinje). EADs (early

    afterdepolarizations) di fase awal dan DADs (delayed afterdepolarizations)

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • yang timbul pada fase akhir sering mencetuskan denyutan prematur bila

    meliputi seluruh bagian jantung, selanjutnya akan menginisiasi Torsade de

    Pointes. EADs terjadi bila ada penurunan arus keluar K+ dan atau

    peningkatan arus masuk Ca2+ atau Na+. DADs lebih merupakan refleksi

    abnormalitas kalsium intraselular yang dapat menginisiasi potensial aksi

    sekunder, menyebabkan ekstrasistol ventrikel atau depolarisasi ikutan

    sekunder,dan takikardia ventrikel polimorfik (gambar 2.1 dan 2.2 )15,16,17

    Pendapat lain mengatakan, Ca2+ intrasel yang berlebihan dapat

    berakibat terjadinya EADs dan TdP. Hal ini dibuktikan pada percobaan

    reduksi Ca2+ intrasel yang berlebihan dengan flunarizin dapat menekan TdP

    yang diinduksi sotalol. Meskipun demikian hipotesis ini masih kontroversial.16

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Gambar 2.1.Hubungan antara Fase Potensial Aksi Jantung dan EKG

    Permukaan dikutip dari 16

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Gambar 2.2. Arus ion yang mencetuskan potensial aksi, EADs dan DADs.dikutip 15

    2.3. Etiologi interval QTc memanjang

    Interval QTC memanjang secara etiologis diklasifikasikan ke dalam bentuk

    primer dan sekunder, sebagai berikut :1,6,18,19

    2.3.1. Kongenital (primer) :

    - Sindrom Jervell Lange-Nielsen

    - Sindrom Romano Ward

    2.3.2. Didapat (sekunder) :

    1. Induksi obat : antiaritmia,antibiotik, antidepresan, antijamur, dan

    sebagainya.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • 2. Abnormalitas metabolik/ elektrolit : hipokalsemia, hipokalemia.

    3. Hipertensi sistemik

    4. Sirosis hati

    5. Gangguan sistem saraf pusat dan atau otonom

    6. Lain lain : iskemia dan infark miokard, prolaps katup mitral (MVP),

    penyakit jantung koroner (PJK), kardiomiopati, dan sebagainya.

    Berbagai obat- obatan telah diketahui dapat menyebabkan

    pemanjangan interval QTc. Umumnya obat obatan tersebut mempengaruhi

    kanal ion kalium dengan menurunkan arus keluar kalium dan selanjutnya

    akan menyebabkan pemanjangan potensial aksi ,early afterdepolarisasi dan

    reentry .20 Obat obat yang dapat menyebabkan pemanjangan interval QTc

    dan atau menginduksi Torsade de Pointes (TDP), sebagai berikut: 1,6,18,19,20

    Antiaritmia : amiodaron, disopiramid, prokainamid, protriptilin, ibutilid, flekainid, moricizin, kuinidin, sotalol,tokainid.

    Antidepresan dan obat-obat gangguan jiwa lain : amitriptilin, amoksapin, desipramin, litium, maprotilin doksepin, imipramin,

    nortriptilin, klorpromazin, klomipramin, flufenazin, haloperidol,

    perfenazin, tiotiksen, trifluoperazin, tioridazin, ipekak, risperidon,

    Zimeldine.

    Antibiotik/antijamur : klaritromisin, pentamidin, eritromisin, ampisilin, kotrimoksazol, ketokonazol, itrakonazol.

    Antihistamin : astemizol, klemastin, difenhidramin, terfenadin.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Antihipertensi/ antiangina : bepridil, lipoflazin, ketanserin. Lain lain : sisaprid, fludrokortison, indapamid, pimozid,

    proklorperazin, probukol, tamoksifen, vasopresin.

    2.4. MEKANISME PEMANJANGAN INTERVAL QTc PADA SIROSIS HATI

    Mekanisme yang mendasari pemanjangan interval QT pada sirosis

    hati belum sepenuhnya dipahami. Namun berdasarkan studi analisa

    multivariat menyimpulkan beberapa faktor mungkin berperan dalam

    pemanjangan interval QT pada penderita sirosis hati antara lain:3

    2.4.1. NEUROPATI OTONOM

    Neuropati otonom didefenisikan sebagai gangguan fungsi dan atau

    struktur susunan saraf otonom (simpatis dan parasimpatis) karena berbagai

    sebab.21 Reseptor adrenergik dan post reseptor jantung merupakan signal

    transduser yang penting dalam memodulasi kontraksi miokard. Pada pasien

    sirosis hati terjadi peningkatan kadar plasma norepinefrin sebagai marker

    peningkatan aktivitas sistim saraf simpatis akan menyebabkan perlukaan

    pada miokard jantung dan desensitisasi reseptor dan post reseptor

    adrenergik jantung yang akan mengganggu kontraksi jantung selanjutnya

    akan menyebabkan pemanjangan interval QT3,4.

    Meskipun demikian korelasi antara pemanjangan interval QTc dengan

    neuropati otonom yang sering terjadi pada penyakit hati kronik masih

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • merupakan spekulasi.22 Pada model percobaan denervasi simpatetik kardiak

    menyebabkan pemanjangan interval QTc. Hal ini didukung oleh studi pada

    pasien diabetes dan alkoholik bahwa pemanjangan interval QT berhubungan

    dengan autonomik kardiak. Namun Bernardi dkk (1998) melaporkan,

    pemanjangan interval QTc mempunyai korelasi dengan derajat Child-Pugh

    dan kadar nor-epinefrin plasma. Dalam hal ini hipereaktivitas

    simpatoadrenergik dianggap paling bertanggungjawab terhadap patogenesis

    pemanjangan interval QTc tersebut.12 Kosar F dkk juga menyimpulkan bahwa

    pemanjangan interval QTc pada penyakit hati kronis merupakan prediktor

    yang paling baik dalam menentukan prognosis perjalanan penyakit hati

    tersebut .23 Sedangkan Katalin dkk (2004) melaporkan pemanjangan interval

    QT pada penyakit hati stadium lanjut dengan neuropati otonom akan

    memperburuk prognosis dan meningkatkan mortalitas sebesar 5 kalil lipat.24

    Puthumana dkk (2001) mendapati peningkatan mortalitas dan penurunan rata

    rata angka harapan hidup pasien sirosis hati yang mengalami neuropati

    otonom.22 Oliver dkk menemukan neuropati vagus pada 30% pasien penyakit

    hati non-alkoholik yang non sirosis bilier primer.25 Frekuensi tersebut masih

    lebih rendah dibandingkan dengan temuan Thuluvath dkk 26 dan Hendrickse

    dkk 27 yang mendapati kerusakan sistem saraf parasimpatis pada pasien

    penyakit hati kronik non alkoholik, masing- masing sebesar 43% dan 44%.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • 2.4.2. PERUBAHAN MEMBRAN MIOKARDIUM

    Cairan membran sel miokardium mengalami perubahan pada

    penderita sirosis hati khususnya kanal K+ dan kalsium ( Ca 2+ ) pada

    miokardium dan dinding sel pembuluh darah. Hal inilah yang selanjutnya

    menyebabkan perubahan tonus pembuluh darah sistemik. Dan selanjutnya

    perubahan kanal ion pada membran jantung ini akan menyebabkan

    perubahan elektrofisiologi sejumlah sel yang berkontribusi dalam peningkatan

    rangsangan miokardium.4

    2.4.3. DEFEK MOLEKULAR

    Perangsangan simpatis akan mempengaruhi denyut dan rangkaian

    elektromekanikal jantung. Jalur yang berperan dalam peningkatan denyut

    jantung dan kontraksi serta depolarisasi miosit ini terjadi melalui beberapa

    step ( Gambar 2.3 ). Ikatan norepineprin dengan reseptor beta bloker akan

    mensitumulasi protein G, adenilsiklase, aktivasi cAMP- dependent

    phosphokinase A dan kanal phosphorylase Na+ akan meningkatkan

    pemasukan arus Na+ kedalam sel yang selanjutnya akan meningkatkan

    depolararisasi potensial aksi ( fase 4 ) dan selanjutnya akan meningkatkan

    denyut jantung. Phosphorilasi dari kanal Ca2+ dan reseptor ryanodine (RyR2)

    akan memudahkan arus masuk kalsium dari ektrasel ke intrasel dan

    pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasma yang akan mengubah Troponin C

    menjadi komplek C- Ca2+. Kompleks Troponin C- Ca2+ ini akan menginisiasi

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • cross- bridge cycling antara aktin dan miosin yang melatarbelakangi kontraksi

    molekuler.3

    Beberapa defek reseptor dan post reseptor ini dijumpai pada penderita

    sirosis hati antara lain menurunnya densitas dan sensitivitas adrenoreseptor

    , perubahan fungsi protein G dan adenilsiklase, dan perubahan sifat fisik

    dari miosit membran plasma yang mungkin berperan dalam abnormalitas

    reseptor dan aliran ion, serta menurunnya densitas dan menurunnya fungsi

    kanal Ca2+ tipe-L. Pada akhirnya semua defek ini dilaporkan dapat

    mempengaruhi respon kronotropik dan rangkaian elektromekanikal

    jantung.3,4,5,28

    Disamping itu perangsangan simpatis juga mempengaruhi durasi

    potensial aksi miosit dan serabut Purkinje. Mekanisme molekuler yang

    mendasari efek sistem adrenergik terhadap durasi potensial aksi bersifat

    kompleks dan tidak sepenuhnya dipahami. Aktivasi adrenoreseptor 1 pada

    miosit ventrikel merupakan peranan dari phosphokinase A dependent

    phosphorilasi dari kanal Ca2+ tipe L dan kanal K+ . Peningkatan ini akan

    memperlambat pemasukan arus Ca2+ ke dalam sel dan mengakibatkan

    pemanjangan fase plato potensial aksi (fase 2) selanjutnya peningkatan arus

    keluar kalium dan inaktivasi arus kalsium menyebabkan terjadinya fase

    repolarisasi (fase 3) yang akan memperpendek durasi potensial aksi.

    Sepertinya abnormalitas kanal ion inilah yang mendasari pemanjangan

    interval QT pada penderita sirosis hati 3,.5,

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Gambar 2.3. Mekanisme defek molekuler pemanjangan interval QTc pada

    sirosis hati.dikutip 3

    2.4.4. KARDIOTOKSIN

    Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa perangsangan menahun

    reseptor adrenergik dapat menurunkan densitas dan sensitivitas reseptor

    tersebut. Defek ini sepertinya terjadi oleh karena miosit terekspos zat- zat

    kardioaktif yang beberapa diantaranya berasal dari sirkulasi hiperdinamik

    splanik yang berkontribusi terhadap terjadinya hipertensi portal . Zat zat

    tersebut adalah endotoksin, sitokin (interleukin 1, interleukin 6 dan tumor

    nekrosis alfa . Endotoksin ini menurunkan pemasukan arus pemasukan Ca2+

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • melalui kanal Ca2+ tipe- L yang akan menyebabkan pelebaran kompleks QRS

    pada pemeriksaan EKG. Sitokin ini juga mempengaruhi elektrofisiologi

    elektromekanikal jantung yang berperan dalam depresi miokardium dan

    desensitisasi reseptor adrenergik. Disamping itu plasma darah penderita

    sirosis hepatis kaya akan garam garam empedu yang mungkin

    berkontribusi dalam perubahan cairan membran miosit. Perubahan cairan

    membran plasma ini akan mempengaruhi fungsi reseptor adrenergik,

    protein G dan kanal kanal ion, dan khususnya kanal kalsium dan pada

    akhirnya semua defek ini akan menyebabkan pemanjangan interval QT.3

    Hal ini didukung laporan dari Jacob dkk, bahwa kelinci yang

    diinjeksikan garam empedu, tiga hari kemudian kontraktilitas jantung kelinci

    tersebut berkurang dibanding sebelumnya. Begitu juga laporan dari

    Lumlergot dkk, bahwa pasien pasien jaundice kontraktilitas jantungnya

    mengalami perubahan. Studi in vitro juga menunjukkan bahwa kontraksi otot

    papilari jantung memberikan respon yang tumpul ketika ditambahkan garam

    garam empedu kedalam jaringan tersebut. 28

    2.5. Penatalaksanaan pemanjangan interval QTc pada sirosis hati

    Meskipun patogenesis pemanjangan interval QTc pada sirosis hati

    masih belum jelas namun oleh karena pemanjangan interval QTc merupakan

    hal yang sangat serius dan dapat berakhir dengan kematian mendadak maka

    diperlukan penanganan yang tepat, guna menurunkan angka mortalitas

    pasien sirosis hati.22

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Dalam penanganan pemanjangan interval QTc pada pasien SH hal

    yang harus diperhatikan adalah menghindari pemakaian obat obatan dan

    dengan segera mengoreksi gangguan elektrolit yang dapat mencetuskan

    pemanjangan interval QTc dan mengiduksi TdP.22

    Penggunaan penyekat dalam jangka panjang dapat memperbaiki

    angka harapan hidup pasien SH dengan pemanjangan interval QTc. Hal ini

    didukung laporan dari Trevesani dkk (2007) yang memberikan nadolol

    sebagai terapi profilaksis selama 1-3 bulan dapat menurunkan pemanjangan

    interval QTc dari nilai awal 458,4 6,5- 473,3 5,5 mdet menjadi 429,8 3,1

    439,3 2,9 mdet ; p = 0,01. Efek menguntungkan dari penyekat tersebut

    adalah kemampuannya menurunkan tekanan vena porta.7,29 Walaupun

    penyekat dapat meningkatkan angka harapan hidup pasien SH dengan

    pemanjangan interval QTc tetapi pilihan terapi satu- satunya masih

    merupakan transplantasi hati. Hal ini telah terbukti dari laporan laporan

    sebelumnya bahwa pasien SH dengan pemanjangan interval QTc normal

    kembali setelah tranplantasi hati. Seperti yang dilaporkan oleh Mohammed R

    dkk 32 orang dari 44 pasien sirosis hati dengan interval QTc memanjang

    yang menjalani transplantasi hati mengalami perbaikan 11

    2.6. Gambaran EKG Interval QT Memanjang

    Interval QT memanjang sering berhubungan dengan perubahan

    morfologi gelombang T, menjadi cekung, bifasik dan terdapat komponen lain

    yang menampilkan distribusi heterogen repolarisasi ventrikel. Interval QT

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • merupakan ukuran tidak langsung durasi potensial aksi ventrikel

    (depolarisasi) dan repolarisasi. Pada EKG, interval QT terdiri dari 2

    komponen: kompleks QRS yang menggambarkan depolarisasi dalam sistem

    His Purkinje dan ventrikel, dan interval - JT, yakni suatu pengukuran durasi

    repolarisasi ventrikel (gambar 2.1 dan 2.4). Gelombang T terbentuk oleh

    repolarisasi pada lapisan selain miokard (epikard, endokard, miokard).

    Proses repolarisasi ini meluas dari apeks hingga basis ventrikel terutama

    diatur oleh pergerakan arus keluar kalium.30,31

    Gambar 2.4. EKG Normal dikutip dari 31

    2.6.1. Cara Pengukuran

    Rekaman EKG dibuat pada posisi berbaring terlentang menggunakan

    elektroda lekat dengan mesin EKG 12 hantaran, berkecepatan standar 25

    mm/detik, tegangan 10 mV dan frekuensi 50 Hz.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Interval QT ialah jarak yang diukur pada rekaman EKG permukaan, mulai dari

    defleksi pertama kompleks QRS sampai dengan bagian terminal gelombang

    T (mm), yakni titik potong gelombang T dengan garis isoelektrik. Bila akhir

    gelombang T sulit ditentukan, pengukuran dilakukan pada titik potong antara

    garis tangensial dengan isoelektrik yang membentuk sudut paling besar.

    Adanya gelombang U semakin mempersulit pengukuran. 32,33 Dalam hal ini

    letak akhir gelombang T ditentukan pada titik nadir antara gelombang T dan

    gelombang U (mm). Untuk itu disarankan pengukuran interval QT sebaiknya

    dilakukan pada sadapan II, karena gelombang U pada sadapan II tidak

    dominan. Dapat juga dilakukan pada sadapan aVL atau V2-V3, karena pada

    sadapan aVL gelombang U cenderung isoelektrik, sedang pada sadapan V2-

    V3 interval QT mempunyai ukuran terpanjang.32,33

    2.6.2. Interpretasi Pengukuran

    Interpretasi pengukuran interval QT mempunyai keterbatasan

    disebabkan nilainya yang tidak konstan. Karena variasinya berbanding

    terbalik dengan frekuensi denyut jantung maka untuk keperluan klinik dipakai

    ukuran interval QT yang dikoreksi terhadap frekuensi rata- rata denyut

    jantung (= QTc). Yang populer ialah dengan menggunakan formula Bazett,

    sebagai berikut: 1,7

    =RR

    QTiQTc

    Interval QTc memanjang jika nilai interval QTc lebih dari 440 mdetik17

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • 2.6.3. Gambaran EKG Interval QT memanjang dan Torsade de Pointes

    Gambar 2.5. Gambaran EKG seorang pasien dengan Interval QT memanjang

    pada semua lead yang diukur dari permulaan gelombang QRS sampai

    akhir gelombang T, Interval QT 560 mdet.disadur dari 2

    Gambar 2.6. Gambaran EKG Torsade de Pointes dikutip dari 2

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • BAB III

    PENELITIAN SENDIRI

    3. 1. Latar Belakang

    Pemanjangan interval QT secara etiologis dikategorikan dalam bentuk

    primer dan sekunder karena berbagai penyebab antara lain penggunaan

    obat- obat tertentu, penyakit jantung korener (PJK), miokard infark (MCI) ,

    hipertensi, gagal jantung kongestif dan diabetes melitus maupun penyakit

    non kardiovaskuler termasuk sirosis hati (SH)1,34. Disamping itu bentuk

    sekunder juga dapat disebabkan gangguan metabolik, gangguan

    keseimbangan elektrolit serta penyakit penyakit tertentu lainnya juga dapat

    mengakibatkan pemanjangan interval QT dan atau menginduksi timbulnya

    Torsade de pointes (TdP), yaitu suatu bentuk khas takikardi ventrikular

    polimorfik, dimana aksis elektrikal kompleks QRS- nya berada didalam satu

    sadapan EKG tunggal yang mengitari garis isoelektris.1,34,35

    Studi LIFE (The Losartan Intervention for Endpoint Reduction in

    Hipertension) melaporkan kasus kematian 214 dari 5429 pasien hipertensi

    dengan hipertropi ventrikel kiri yang mengalami pemanjangan interval QT 7.

    Studi Roterdam juga melaporkan bahwa pasien- pasien post MCI yang

    disertai dengan interval QT memanjang memiliki resiko kematian mendadak

    sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien post MCI tanpa

    pemanjangan interval QT.8

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Bernardi dkk menemukan pemanjangan interval QT bermakna pada

    pasien sirosis hati karena berbagai penyebab, yang dihubungkan dengan

    hiperreaktivitas simpato-adrenergik, prevalensinya berbanding lurus dengan

    derajat disfungsi hati. Pada pemantauan antara 2 33 bulan, Bernardi dkk

    mendapati kematian 21 orang diantara 44 orang ( 47,7% ) pasien sirosis

    hepatis dengan interval QTc memanjang (rerata interval QTc : 463,9 7

    mdet; p < 0,001).11 Mohamed R dkk juga melaporkan pemanjangan interval

    QTc pada 44 (83%) dari 53 orang pasien sirosis hati dan disfungsi otonom

    yang kemudian menjadi normal kembali setelah menjalani transplantasi hati12

    Perbaikan interval QTc paska transplantasi hati juga dilaporkan oleh

    Trevisani dkk, yang menemukan pemanjangan interval QTc pada 22 (68,8%)

    dari 32 pasien sirosis hati yang kemudian menjadi normal setelah menjalani

    transplantasi hati.36

    Mekanisme pemanjangan interval QTc pada sirosis hati masih belum

    dapat dijelaskan, hubungannya dengan neuropati otonom masih dalam

    spekulasi tetapi perbaikan interval QTc dengan resolusi disfungsi hati

    mendukung penjelasan bahwa interval QTc memanjang berkorelasi dengan

    derajat disfungsi hati. Dan dikatakan pula bahwa etiologi penyakit hati tidak

    berpengaruh terhadap prevalensi interval QT memanjang.22

    Data tentang hubungan interval QTc memanjang dengan derajat

    disfungsi hati pada sirosis hati belum pernah dilaporkan di Indonesia dan

    khususnya di Medan, sedangkan pada beberapa kepustakaan menunjukkan

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • mortalitas pasien sirosis hati dengan interval QTc memanjang cukup tinggi

    dan angka rata- rata harapan hidupnya yang rendah.

    3.2. PERMASALAHAN

    Apakah ada hubungan antara pemanjangan interval QTc dengan

    derajat disfungsi hati pada penderita sirosis hati ?

    3.3. HIPOTESIS

    Ada hubungan antara pemanjangan interval QTc dengan derajat

    disfungsi hati pada penderita sirosis hati.

    3.4. TUJUAN PENELITIAN

    Untuk mengetahui hubungan interval QTc memanjang dengan derajat

    disfungsi hati pada penderita sirosis hati.

    3.5. MANFAAT PENELITIAN

    Dengan melakukan pemeriksaan EKG pada pasien sirosis hati, dapat

    diketahui adanya interval QTc memanjang, guna menghindari

    penggunaan obat obatan yang dapat menyebabkan interval QTc

    memanjang atau menginduksi timbulnya Torsade de Pointes (TdP),

    serta dengan segera mengoreksi gangguan elektrolit sehingga

    diharapkan dapat menurunkan mortalitas pasien sirosis hati dengan

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • interval QTc memanjang dan juga meningkatkan rerata angka harapan

    hidupnya.

    3.6. KERANGKA KONSEPSIONAL

    ??

    Derajat Disfungsi hati (Skor Child-Pugh : A B C

    Pemeriksaan EKG

    SIROSIS HATI INTERVAL QTc MEMANJANG

    Pemeriksaan: Bilirubin, SPE,MasaProtrombin ,Asites, Ensepalopati

    3.7. BAHAN DAN CARA

    3.7.1 Desain penelitian

    Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang.

    3.7.2 Waktu dan tempat penelitian

    Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2008 s/d Agustus 2008 di RS

    Umum Daerah; Rs. Dr. Pirngadi Medan, RS. H. Adam Malik-Medan

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • 3.7.3 Populasi terjangkau

    Penderita SH yang rawat jalan poliklinik ataupun rawat inap di

    Departemen Penyakit Dalam RS H.Adam malik/RS Dr. Pirngadi

    Medan .

    3.7.4 Kriteria yang diikutkan dalam penelitian

    o Bersedia ikut dalam penelitian

    o Pasien sirosis hati yang ditegakkan berdasarkan

    anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan USG hati

    o Usia 18 tahun keatas

    3.7.5 Kriteria yang dikeluarkan dari penelitian

    Terdapat penyakit penyerta: riwayat sakit jantung sebelumnya, hipertensi, diabetes melitus, kelainan

    neurologis, hipokalemia , hipokalsemia.

    Mengkonsumsi alkohol atau obat yang dapat mempengaruhi interval QT tujuh hari sebelum penelitian.

    Pada rekaman EKG terdapat blok cabang berkas, fibrilasi atrium, Blok AV, ekstrasistol ventrikel/supraventrikel.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • 3.7.6 Besar Sampel 37

    Untuk memperkirakan besar sampel dipergunakan rumus:

    2

    =d

    SxZN

    Dimana : Z = deviat baku alpha ditetapkan oleh peneliti

    S = simpang baku variabel yang diteliti berasal dari

    kepustakaan sebelumnya

    D = presisi yang ditetapkan oleh peneliti

    Berdasarkan penelitian sebelumnya, rerata interval QTc

    memanjang pada sirosis = 463,9 7 mdet 12 sehingga nilai

    S= 7

    Peneliti menetapkan tingkat kepercayaan yang dikehendaki

    sebesar 95% sehingga nilai Z = 1,96, dengan nilai presisi (d) =

    2,5, maka besar sampel yang diperlukan adalah:

    2

    =d

    SxZN =

    5,2

    796,1 x 2 = 30 orang

    Jadi jumlah pasien yang ikut dalam penelitian minimal sebanyak

    30 orang.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • 3.7.7 Cara penelitian

    Setiap pasien sirosis hati yang datang berobat jalan di

    poliklinik gastroenterohepatologi Penyakit Dalam, maupun yang

    dirawat inap, dianamnesis serta dilakukan pemeriksaan fisis,

    pemeriksaan laboratorium (SPE, Bilirubin, masa protrombin,

    Natrium, Kalium dan Kalsium) dan ultrasonografi abdomen atas.

    Setelah memenuhi kriteria penelitian dan diberikan penjelasan

    kepada pasien ataupun keluarga dekat yang mewakilinya mengisi

    formulir (informed consent) kemudian dilakukan pemeriksaan

    EKG.

    Perekaman EKG dilakukan pada subjek dalam posisi

    berbaring terlentang menggunakan elektroda lekat dengan mesin

    standar EKG 12 hantaran, berkecepatan 25 mm/detik, tegangan

    1 0mV ,dan frekuensi 50 Hz (MAC 500). Interval RR : Jarak yang

    diukur antara dua puncak gelombang R berurutan (mm) . Interval

    QT : Jarak yang diukur mulai dari defleksi pertama kompleks

    QRS sampai dengan bagian terminal gelombang T (mm). Bila

    ada gelombang U, maka akhir gelombang T adalah titik nadir

    antara gelombang T dan gelombang U (mm). Untuk menentukan

    titik pengukuran secara akurat digunakan bantuan kaca

    pembesar. Seluruh hasil pengukuran interval QT dan RR (mm)

    dikalikan dengan 0,04 detik. Selanjutnya untuk menentukan

    besarnya interval QTc, semua hasil perkalian interval QT

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • dikoreksi terhadap hasil perkalian interval RR menggunakan

    formula Bazett dengan bantuan mesin hitung dalam satuan

    milidetik (mdet)

    3.7.8 Analisa Data

    Pengukuran rekaman EKG dilakukan secara manual oleh

    peneliti dan penilai lain menggunakan mistar yang diukur pada

    normogram untuk koreksi nilai interval QT( lampiran 1) . Untuk

    menentukan titik pengukuran secara akurat digunakan bantuan

    kaca pembesar. Seluruh hasil pengukuran interval QT dan RR

    (mm) dikalikan dengan 0,04 detik. Selanjutnya untuk menentukan

    besarnya interval QTc, semua hasil perkalian interval QT

    dikoreksi terhadap hasil perkalian interval RR menggunakan

    formula Bazett dengan bantuan mesin hitung dalam satuan

    milidetik (mdet). Kemudian dihitung semua rerata interval QTc

    untuk masing masing subyek penelitian. Sebelum dipergunakan

    untuk keperluan analisis statistik, rerata interval QTc sudah

    disimpulkan memanjang atau normal.

    Data dari kuesioner dan simpulan hasil perhitungan rerata

    interval QTc dimasukkan kedalam tabel induk dengan

    menggunakan bantuan program komputer. Kemudian data diolah

    dan dianalisis dengan bantuan program SPSS 11,5. Data

    deskriptif disajikan dalam bentuk teks , tabel dan gambar untuk

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • dianalisis. Hasil penelitian dituangkan berupa rerata, simpang

    baku.

    Untuk mengetahui korelasi antara pemanjangan interval

    QTc dengan derajat disfungsi hati dan variabel lainnya kami

    pakai uji korelasi Pearson jika data terdistribusi normal dan uji

    korelasi Spearman jika data tidak terdistribusi normal. Untuk

    mengetahui perbedaan rata- rata interval QTc berdasarkan

    derajat Child- Pugh dilakukan uji Anova. Hasil analisis dianggap

    bermakna apabila p < 0,05

    3.7.9 Definisi Operasional

    1. Sirosis hati : diagnosis penyakit hati yang ditegakkan dengan

    anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta

    pemeriksaan ultrasonografi abdomen atas.

    2. Derajat disfungsi hati menggambarkan kerusakan hati pasien

    sirosis hati dinilai berdasarkan modifikasi skor Child- Pugh (

    tabel 3.1).

    3. Interval QTc adalah interval QT yang dikoreksi terhadap

    frekuensi denyut jantung, menggunakan formula Bazett yang

    dilakukan pada pasien yang menjalani rekaman EKG: minimal

    2 sadapan dapat diukur interval-QT-nya, salah satu

    diantaranya adalah sadapan II/aVL/V2/V3

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Tabel 3.1 . Klasifikasi modifikasi skor Child- Pugh disadur dari 38

    VARIABEL SKOR

    1 2 3

    Albumin (g%) >3,5 3,0-3,5

  • 3.7.10 KERANGKA OPERASIONAL

    CHILD- A Skor = 5-6

    CHILD- C Skor =10-15

    CHILD- B Skor = 7-9

    Subjek penelitian (Pasien Sirosis Hati)

    EKG (Interval QTc memanjang = > 440 mdet

    NORMAL MEMANJANG

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1 Karakteristik dasar subyek penelitian

    Penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang subyek di Unit Rawat Jalan

    dan Rawat Inap di RS H. Adam Malik dan Rawat Inap RS. Dr. Pirngadi

    Medan, Departemen Penyakit Dalam FK USU. Subyek penelitian adalah

    pasien sirosis hati yang diambil datanya pada Mei 2008 Agustus 2008.

    Kisaran usia subyek penelitian berada diantara 28 71 tahun. Dari

    seluruh subyek penelitian yang berusia kurang dari 50 tahun berjumlah 12

    orang ( 40,0%), dan merupakan sebaran kelompok usia terbanyak, dan

    yang berusia 50 59 tahun berjumlah 8 orang ( 26,6%), sedang yang berusia

    60 tahun berjumlah 10 orang ( 33,3%) ( tabel 1).

    Etiologi sirosis hati terbanyak pasien dengan petanda virus HbsAg ( +)

    ( 73,3% ). Sedangkan gangguan fungsi hati yang paling banyak ditemukan

    ialah klasifikasi modifikasi Child Pugh C ( 43,3% ) ( tabel 1).

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Tabel 1. Karakteristik Demografik dan Klinik Keseluruhan Pasien

    Variabel Jumlah Persentase (%)

    Jenis Kelamin Laki laki

    Perempuan Kelompok Usia

    < 50 tahun 50 59 tahun 60 tahun

    Etiologi sirosis hati Alkohol

    HbsAg (+) Anti HCV (+)

    Klasifikasi Child Pugh Derajat A Derajat B Derajat C

    Asites Sedang Ringan

    Tidak ada Ensepalopati

    Ada Tidak ada

    22

    8

    12 8 10

    6 22 2

    7 10 13

    6 10 14

    1 29

    73,3

    26,7

    40,0 26,6 33,3

    20,0 73,3 6,0

    23,3 33,3 43,3

    20,0 33,3 46,7

    3,3 96,6

    Sebaran rerata nilai variabel uji laboratorium dan simpang baku

    seluruh subyek penelitian diperlihatkan pada tabel 2, sebagai berikut:

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Tabel 2. Rerata Nilai Variabel Uji Laboratorium dan SB Keseluruhan

    Pasien

    Variabel Uji Laboratorium Rerata SB

    Albumin (g/dL)

    Bilirubin (mg/dL)

    Masa Protrombin (detik)

    Na (mmol/L)

    K (mmol/L)

    Ca (mg/dL)

    3,2 0,9

    3,5 4,5

    5,0 6,6

    137,5 1,8

    4,1 0,5

    8,8 0,4

    4.2. Gambaran EKG

    Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus Bazzet, dihitung

    reratanya dan diambil simpulan, maka didapatkan interval QTc memanjang

    pada penelitian ini sebesar 24 orang (80,0%) sedangkan 6 orang (20,0%)

    sisanya dalam batas normal (tabel 3). Rerata interval QTc berdasarkan

    derajat Child Pugh seperti yang terlihat pada tabel 4. Sebaran prevalensi

    interval QTc memanjang menurut klasifikasi modifikasi Child- Pugh adalah (

    gambar 1) : Child Pugh A : 1 dari 7 orang (14,3 %), Child - Pugh B : 10 dari

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • 10 orang (100 %), Child Pugh C: 13 dari 13 orang (100%) subyek yang

    mengalami interval QTc memanjang.

    Tabel 3. Interval QTc pada keseluruhan pasien sirosis hati

    Interval QTc( mdet) Jumlah Persentase (%)

    Memanjang 24 80,0

    Normal 6 20,0

    Gambar 1. Sebaran prevalensi pemanjangan interval QTc berdasarkan derajat

    Child- Pugh.

    Dari gambar ini terlihat bahwa semua pasien sirosis hati Child

    Pugh B dan C mengalami pemanjangan interval QTc.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Tabel 4. Rerata Nilai Interval QTc dan SB Berdasarkan Derajat Child-

    Pugh

    Variabel n Rerata Interval QTcSB p

    Child Pugh A 7 442,3 34,4 Child Pugh B 10 520,9 63,9 0,004 Child Pugh C 13 541,5 63,4

    Total 30 511,5 69,1

    Ket: SB= simpang baku, p = nilai kemaknaan, n = jumlah. Dari tabel 4 dapat dilihat rerata interval QTc 511,5 mdet 69,1

    ,dimana rerata interval QTc paling panjang pada child Pugh C ( 541,5

    63,4) dan perbedaan rerata interval QTc diantara derajat Child- Pugh

    bermakna secara statistik (p = 0,004), artinya ada rerata interval QTc yang

    berbeda. Rerata interval QTc yang berbeda tersebut adalah: Interval QTc CP

    A dengan interval QTc CP B (p = 0,011), interval QTc CP A dengan interval

    QTc CP C (p= 0,001) yang bermakna secara statistik.

    Tabe 5. Rerata Interval QTc berdasarkan etiologi sirosis hati

    Variabel n interval Qtc Rerata SB

    p

    HbsAg (+)

    22 505,162,1

    Anti HCV (+)

    2 476,084,8 0,333

    Alkohol

    6 511,55,0

    Ket: SB= simpang baku, p= nilai kemaknaan

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Pada tabel 5 ini terlihat rerata interval QTc lebih panjang pada pasien

    sirosis hati dengan etiologi alkohol ( 511,5 5,0 ) tetapi setelah dilakukan uji

    Anova tidak ada perbedaan bermakna secara statistik terhadap pemanjangan

    intreval QTc berdasarkan etiologi siorosis hati (p=0,333). Artinya bahwa

    pemanjangan interval QTc tidak dipengaruhi oleh etiologi sirosis hati tersebut.

    4.3. Hubungan antara variabel laboratorium dengan Interval QTc

    memanjang

    Variabel laboratorium yang berpengaruh terhadap pemanjangan interval QTc

    dapat dilihat pada tabel 6.

    Tabel 6. Rerata nilai Variabel Laboratorium menurut Interval QTc

    Variabel QTc memanjang ( n=24)

    Rerata SB

    QTc N (n= 6)

    Rerata SB

    p

    Bilirubin (mg/dL) 4,14,8 1,10,3

    0,006

    Albumin (g/dL) 2,90,7 4,50,4 0,01

    Masa Protrombin (detik)

    5,67,2 2,52,1 0,08

    K (mmol/L) 3,90,4 4,60,4 0,003 Na ( mmol/L) 137,01,5 139,71,4 0,003 Ca (mg/dL) 8,70,3 9,10,6 0,011

    N= Normal

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Dari tabel 6 ini dapat dilihat bahwa variabel laboratorium yang

    berpengaruh terhadap interval QTc adalah bilirubin, albumin, K, dan Na ,

    Kalsium yang bermakna secara statistik. Untuk melihat seberapa kuat

    korelasi antara variabel laboratorium tersebut dengan interval QTc dilakukan

    uji korelasi ( tabel 7).

    Tabel 7. Korelasi antara variabel Laboratorium dengan Interval QTc

    Variabel Interval QTc Signifikan

    r p

    Bilirubina ( mg/dL) -0,033 0,9 N S

    Albumina (g/dL) -0,417 0,02 S

    Masa Protrombinb (detik) 0, 26 0,16 NS

    Naa (mmol/L) -0,32 0,089 NS

    Ka (mmol/L) -0,57 0,002 S

    Caa (mg/dL) -0,46 0,01 S

    r= koefisien korelasi, p = tingkat kemaknaan, NS= Non signifikan, S= signifikan

    a = uji korelasi Pearson, b = uji korelasi Spearman

    Setelah dilakukan uji korelasi terhadap variabel laboratorium di

    dapatkan bahwa hanya albumin, kalsium dan kalium yang berkorelasi negatif

    bermakna secara statistik dengan interval QTc.( gambar 2a,b,c) sedangkan

    kadar bilirubin dan natrium tidak berkorelasi bermakna dengan interval QTc

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Ca 2+

    10.09.89.69.49.29.08.88.68.48.2

    QTc

    700

    600

    500

    400

    r = - 0,46 p = 0,01

    Gambar 2a. Korelasi antara Kalsium dengan Interval QTc.

    K

    5.25.04.84.64.44.24.03.83.63.4

    QTc

    700

    600

    500

    400

    r = - 0,57 p= 0,002

    Gambar 2b. Korelasi antara Kalium dengan Interval QTc

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Albumin

    654321

    QTc

    700

    600

    500

    400

    Ga

    mbar 2c.Korelasi antara Albumin dengan Interval QTc.

    r = - 0,417 p= 0,02

    Dari gambar 2a,b,c dapat disimpulkan semakin tinggi kadar kalsium,

    kalium dan albumin maka semakin memendeklah interval QTc.

    4.4.Hubungan antara pemanjangan interval QTc dengan derajat

    disfungsi hati.

    Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa derajat Child- Pugh secara

    keseluruhan berkorelasi positif bermakna dengan pemanjangan interval QTc

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Tabel 8. Korelasi antara pemanjangan interval QTc dengan derajat Child- Pugh

    pada keseluruhan pasien.

    Variabel Interval QTc ( r : p) Derajat Child Pugh 0,447 ; 0,01 * r = koefisien korelasi, p= tingkat kemaknaan.

    Skor CP

    141210864

    QTc

    700

    600

    500

    400r = 0,447

    Gambar 3. Korelasi antara interval QTc memanjang dengan skor Child Pugh

    Pada gambar 3 ini terlihat semakin tinggi skor Child- Pugh maka

    semakin memanjanglah interval QTc pada penderita sirosis hati.

    .

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • BAB V

    PEMBAHASAN

    Pada penelitian ini didapatkan pemanjangan interval QTc pada pasien

    sirosis hati sebesar 80,0%. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian

    Mohammad R dkk (1996)11 yang mendapati pemanjangan interval QTc pada

    penderita sirosis hati sebesar 83,0% dengan rerata 478 mdet maka penelitian

    ini tidak jauh berbeda yakni 80,0% dengan rerata interval QTc 511,5 mdet.

    Sebaran etiologi pada penelitian ini kurang lebih sama dengan yang

    didapatkan oleh Puthumana dkk,22 Bernardi dkk,12 Mohammad R dkk11

    Trevasani dkk,36 dimana jumlah sirosis non- alkoholik jauh lebih besar

    daripada sirosis alkoholik, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digunakan

    untuk membandingkan prevalensi interval QTc memanjang antara pasien

    sirosis alkoholik dengan sirosis non alkoholik. Meskipun demikian hasil

    penelitian ini mendukung hasil- hasil penelitian sebelumnya bahwa etiologi

    sirosis hati tidak berhubungan dengan interval QTc memanjang.

    Penelitian ini juga mendukung simpulan hasil penelitian Puthumana

    dkk22 dan Bernardi dkk12 yang menjelaskan bahwa derajat disfungsi hati

    mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemanjangan interval QTc.

    Berbagai keadaan yang mungkin mendasari hal ini, selain kriteria dan

    metoda yang hampir sama , rerata usia, sebaran etiologi sirosis hati , serta

    klasifikasi modifikasi Child Pugh juga kurang lebih sama, meskipun berbeda

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • dalam hal jumlah sampel, masing masing: Puthumana22, Bernardi12 dan

    Peneliti: 130, 94 dan 30 orang.

    Interval QTc > 440 mdet mengindikasikan sel sel otot jantung yang

    bekerja atas rangsang sinyal listrik tidak mampu lagi menimbulkan denyutan

    normal39 . Tetapi interval QTc memanjang tidak harus selalu berhubungan

    dengan timbulnya gejala gejala klinis10. Rerata interval QTc yang dilaporkan

    berkembang menjadi Torsade de Pointes adalah 470 510 mdet.

    Kepustakaan lain menjelaskan , interval QTc memanjang 600 mdet sering

    mencetuskan Torsade de Pointes, yang dapat berlanjut menjadi fibrilasi

    ventrikel, bahkan berakhir dengan kematian mendadak14. Sehingga meskipun

    interval QTc terpanjang pada penelitian ini 689 mdet dengan rerata 511,5

    69,1 tidak dijumpai terjadinya Torsade de Pointes, tetapi tingginya prevalensi

    pemanjangan interval QTc pada beberapa penelitian terhadap pasien sirosis

    hati dan adanya bukti prognosis yang buruk pasien sirosis hati dengan

    interval QTc memanjang diharapkan dapat menambah kewaspadaan untuk

    melakukan tindakan preventif seperti menghindari penggunaan obat obat

    yang dapat menyebabkan pemanjangan interval QTc dan atau mencetuskan

    timbulnya Torsade de Pointes. Pada kenyataannya kecenderungan

    hubungan derajat beratnya disfungsi hati dengan pemanjangan interval QTc

    pada penelitian ini menunjukkan kemaknaan. Semakin berat disfungsi hati

    semakin besar kecenderungan timbulnya ancaman kegawatan kardiak akibat

    pemanjangan interval QTc tersebut.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Selain klasifikasi modikasi Child Pugh, variabel lain seperti kadar

    albumin, kalium dan kalsium menunjukkan hubungan yang bermakna dengan

    pemanjangan interval QTc. Dalam hal ini terdapat kesamaan dengan

    penelitian Bernardi dkk, dimana seluruh variabel diatas juga menunjukkan

    adanya hubungan bermakna dengan pemanjangan interval QTc. Demikian

    pula pada analisis bivariat hanya skor Child- Pugh yang menunjukkan

    korelasi positif bermakna dengan pemanjangan interval QTc. Bedanya pada

    penelitian Bernardi dkk diperiksa juga kadar nor efinefrin plasma yang

    menunjukkan adanya hubungan bermakna dengan pemanjangan interval

    QTc.12

    Interval QTc merupakan waktu yang diperlukan mulai awal aktivasi

    miokard ventrikel sampai akhir repolarisasi. Sehingga interval QTc dapat

    memanjang akibat aktivasi ventrikel yang melambat atau repolarisasi yang

    memanjang. Salah satu penyebab proses elektrodinamik saat repolarisasi

    dan potensial aksi menjadi panjang yang akan menghasilkan pembentukan

    EADs dan memicu terjadinya aritmia ialah gangguan elektrolit khususnya

    Kalium dan Kalsium dan penyakit jantung 15,22. Pada penelitian kami ini

    semua pasien mempunyai kadar Kalium dan Kalsium dalam batas normal

    serta tidak ada pasien secara klinis maupun pada pemeriksaan EKG

    menunjukkan tanda tanda iskemik.

    Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan pengukuran

    variabel hanya dilakukan satu kali, sehingga hasilnya tidak dapat dipakai

    untuk menilai perkembangan dan mortalitas subyek selanjutnya. Untuk

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • melengkapi penelitian ini perlu dilakukan penelitian serupa yang

    menggunakan rancangan kohort untuk menilai hal tersebut.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    5.1.1. Pemanjangan interval QTc berkorelasi positif bermakna dengan

    derajat disfungsi hati yang dinilai berdasarkan skor Child Pugh.

    5.2.2. Albumin, Kalsium, Kalium berkorelasi negatif bermakna dengan

    pemanjangan interval QTc

    5.2.Saran

    5.2.1. Hasil penelitian ini mendukung perlunya pemeriksaan EKG secara

    rutin pada pasien sirosis hati , khususnya derajat Child Pugh B

    dan C.

    5.2.2 . Perlu dilakukan penelitian yang melibatkan subyek lebih banyak dan

    dengan rancangan serta cara yang lebih baik untuk memperoleh bukti

    adanya hubungan pemanjangan interval QTc dengan derajat disfungsi

    hati.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • KEPUSTAKAAN

    1. Dimarco JP. Sudden Cardiac Death . In Crawford MH,Eds. Current

    Diagnostic and Treatment in Cardiology, 2nd edition.New York: The McGraw-

    Hill Companies 2003;p.352-6.

    2. Meyer J,Mehdirad A,Salem B,Kulikowska A, Kulikowska P. Sudden

    Arrhytmia Death Syndrome : Importance of the Long QT Syndrome.

    American Family Physician 2003;68:483-486.

    3. Zambruni A, Trevisani F, Careceni P, Bernardi M. Cardiac

    Electrophysiological Abnormalities in Patients with Cirrhosis. Journal of

    Hepatology 2006;44:994-1002.

    4. Karasu Z, Mindikoglu AL, Van Thiel DH. Cardiovasculer Problems in

    Cirrhotic Patients. Turk J Gastroenterol 2004;15:126-132.

    5. Moller S, Hendriksen JH. Cardiopulmonary Complications in Chronic Liver

    Disease. World J Gastroenterol 2006;12:526-538.

    6. Camm AJ, Janse MJ, Roden DM et al. Congenital and Acquired long QT

    syndrome.Eur Heart J 2000;21:1232-1237.

    7. Day CP, James OFW, Butler TJ, Campbell RWF. QT prolongation and

    sudden cardiac death in patients with alcoholic liver disease. The Lancet

    1993;341:1423-1427.

    8. Montanez A, Ruskin J, Herbert P, Lamas GA, Hennekens CH. Prolonged

    QTc Interval and Risks of Total and Cardiovascular Mortality and Sudden

    Death in the General Population. Arch Interen Med 2004;164:943-947.

    9. Furushima H, Chinushi M, Washizuka T, Aizawa Y. Role of Beta-Blockade in

    Congenital Long QT Syndrome Investigation by Exercise Stress Test. Jpn

    Circ J 2001;65:654-8.

    10. Lustik SJ, Eichelberger JP, Chhibber AK, Bronsther O. Torsade de Pointes

    During Orthotopic Liver Transplantation. Anesth Analg 1998;87:300-303.

    11. Mohamed R, Forsey PR, Davies MK, Neuberger JM. Effect of Liver

    Transplantation on QT Interval Prolongation and Autonomic Dysfunction in

    End-stage Liver disease. Hepatology 1996;23:1128-34.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • 12. Bernardi M, Calandra S, Colantoni A, et al. Q-T Interval Prolongation in

    Cirrhosis: Prevalence, Relationship with Severity, and Etiology of the

    Disease and Possible Pathogenetic Factors. Hepatology 1998;27:28-34.

    13. Sherif NE, Edward B, Yin H, Restivo M. The Electrophysiological Mechanism

    of Ventricular Arrhytmias in The Long QT Syndrome.Circulation

    1996;79:474-492.

    14. Viskin S. Long QT Syndrome and Torsade de Pointes. Lancet

    1999;354:1625-1633.

    15. Ramaswamy K, Hamdan MA. Ischemia, Metabolic Disturbances, and

    Arrhythmogenesis: Mechanisms and Management. Crit Care Med 2000;28

    (Suppl):151-157.

    16. Tan HL, Hou CJY, Lauer MR, Sung RJ. Electrophysiologic Mechanisms of

    The Long QT Interval Syndromes and Torsade de Pointes. Ann Intern Med

    1995;122:701-14

    17. Rubart M, Zipes DP. Genesis of Cardiac Arrhytmias: Electrophysiological

    Considerations. In:Braunwald E,Ed. Heart Disease: Textbook of

    Cardiovascular Medicine, 6thedition. Philadelphia: W.B. Saunders Company

    2001:p. 659-95

    18. Victor WR, Wood MA. Tricyclic Antidepressants, QT Interval Prolongation,

    and Torsade de Pointes. Psychosomatics 2004;45;371-7.

    19. Stivia G, Schwart PJ, Napolitarto C, et al. Risk Stratification in Long QT

    Syndrome. N engl J Med 2003;348:866-74

    20. Haverkamp W, Camm MJ, Rosen MR. The potential for QT Prolongation and

    Proarrhythmia by Non- Antiarrhythmic Drugs: Clinical and regulatory

    Implications.Report on a PolicyConference of The European Society of

    Cardiology. European Heart Journal 2000;21:1216-1231.

    21. Hendrickse MT, Thuluvath PJ, Triger DR. Natural History of Autonomic

    Neuropathy in Chronic Liver Disease. Lancet 1992;339:1462-64

    22. Puthumana L, Chaudhry V, Thuluvath PJ. Prolonged QTc Interval and Its

    Relationship to Autonomic Cardiovascular Reflexes in Patients with Cirrosis.

    Journal of Hepatology 2001;35:733-8.

    23. Kosar F, Ates F, Sahin I. QT interval Analysis in Patients with Chronic Liver

    Disease: a prospectif study.Angiology 2007;58 (2):218-224.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • 24. Keresztes K, Istenes I, Hovarth A,et al. Autonomic and Sensory nerve

    Dysfunction in Primary Biliary Cirrosis. Word J Gastroenterol 2004;10:3039-

    43.

    25. Oliver MI, Miralles R, Rubies PJ, et al. Autonomic Dysfunction in Patients

    with Non- Alcoholic Chronic Liver Disease.J Hepatol 1997;26:1242-8.

    26. Thuluvath PJ, Triger DR. Autonomic Neuropathy and Chronic Liver Disease.

    Q J Med 1989;72:737-47

    27. Hendrickse MT, Thuluvath PJ, Triger DR. Natural History of Autonomic

    Neuropathy in Chronic Liver Disease. Lancet 1992;339:1462-64

    28. Meller S, Hendriksen JH. Cirrhotic Cardiomyopathy: a Pathophysiological

    Review of Circulatory Dysfunction in Liver Disease. Heart 2002;87:9-15.

    29. Zambruni A, Trevisani A, Bernardi M, et al. Effect of chronic beta- blockade

    on QT Interval in patients with liver cirrhosis. J. Hepatol 2007: 181948821.

    30. Crow RS, Hannan PJ, Folsom AR. Prognostic Significance of Corrected QT

    and Corrected JT Interval for Incident Coronary Heart Disease in General

    Population Sample Stratified by Presence or Absence of Wide QRS

    Complex. The ARIC Study With 13 Years of Follw-Up. Circ 2003;108:1985-

    1989.

    31. Mirvis DM, Goldberger AL. Electrocardiography. In:Braunwald E,Ed. Heart

    Disease: Textbook of Cardiovascular Medicine, 6thedition. Philadelphia: W.B.

    Saunders Company 2001:p. 82-122.

    32. Puljevic D, Smalcelj A, Durakovic Z, Goldner V. QT Dispersion, Daily

    Variations, QT Interval Adaptation and Late Potentials as Risk Markers for

    Ventricular Tachycardia. Eur Heart J 1997;18:1343:1349

    33. Okin PM, Devereux RB, Howard BV, Fabsitz RR, Lee ET, Welty TK.

    Assessment of QT Interval and QT Dispersion for Prediction of All- Cause

    and Cardiovascular Mortality in American Indians . The Strong Heart Study.

    Circ 2000;101:61-66

    34. Darrof RB, Carlson MD. Syncop, Faintness, Dizziness and Vertigo In: B.

    Kasper, Fauci H, Kasfar DL et al, editors. Harrison,s Principles of Internal

    Medicine vol I 16th edition, McGraw Hill Medical Publishing Division

    2005:p.127-8.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • 35. Oikarinen L, Nieminen M, Viitasalo M, et al. QRS Duration and QT Interval

    Predict Mortality in Hypertensive Patients with Left Ventricular Hypertrophy.

    The Losartan Intervention for Endpoint Reduction in Hypertension Study.

    Hyper 2004;43:1029-34

    36. Trevisani F, Sica G, Mainqua P, Caraceni P et al. Normalization of

    Prolonged QT Interval after Liver Transplantation in Cirrhosis. Hepatology

    1996;24:179A.

    37. Dahlan MS. Menghitung Besar Sampel. Dalam: Dahlan MS. Besar Sampel

    Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Seri 2 Jakarta:PT. Arkanas

    2006: hal.19-74.

    38. Sherlock S, Dooley J. The Portal Venous System and Portal Hypertension.

    In: Sherlock S, Dooley J. Diseases of the Liver and Biliary System, 7th

    edition.London:Blackwell Science 2002:p.147,171.

    39. Olgyn JE, Zippes DP. Spesific Arrhytmias: Diagnosis and Treatment .

    In:Braunwald E,Ed. Heart Disease: Textbook of Cardiovascular Medicine,

    6thedition. Philadelphia: W.B. Saunders Company 2001:p. 869.

    40. Widjaja S. Segi Praktis EKG. Jakarta:Binarupa Aksara 1990: hal 33.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Lampiran 1.

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

    Lampiran 2.

  • Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

    LAMPIRAN 3. MASTER TABEL PENELITIAN

    NO URUT

    UMUR SEX HB LEUCO TROMBO SGOT SGPT BIL TOT

    ALBUMIN PT SELISIH INR K Na Ca 2+ HEPATITIS QTc SKOR C.P DERJT CP V.ESOP ASITES HE

    1 66 L 7.9 5700 74000 42 52 0.37 1.52 17 2.6 1.46 3,5 137 8.5 HBV 598 12 CP C 0 1 0 2 58 L 7 4100 193 84 48 1.58 3.08 16.3 1.9 1.38 4,1 136 8,5 Alkohol 584 12 CP C 0 1 0 3 64 P 11.5 7860 94000 70 45 1.82 3.5 18.8 4.4 1.66 3.5 138 8.4 HBV 571 9 CP B 1 2 0 4 45 L 8.5 4500 64000 185 60 8.04 2.47 36.1 21.7 3.77 5 137 8,5 Alkohol 517 11 CP C 0 2 0 5 46 L 6.75 11400 63700 53 33 0.39 2.02 17.9 3.5 1.53 4.2 139 8,6 Alkohol 519 11 CP C 1 2 0 6 69 L 11.8 5500 151000 23 22 0.83 3.06 12.8 -1.6 1.02 3,5 136 8.8 HBV 470 7 CP B 0 1 0 7 62 P 8 14500 345000 404 223 5.47 2.3 16.8 4.1 1.36 3.5 137 8,7 HBV 467 12 CP C 0 1 0 8 40 L 10.9 13200 68000 32 54 4.51 2.04 46.8 32.4 4.96 4,2 138 9 HBV 629 10 CP C 0 0 0 9 52 L 4.1 9900 169000 25 21 0.85 1.65 21.6 7.2 1.97 4.1 135 8,5 HBV 500 11 CP C 1 0 0

    10 59 P 9.6 7000 116000 108 32 3.88 3.33 15.3 0.9 1.27 ,3,6 137 8,9 HBV 536 9 CP B 0 1 0 11 48 P 7.84 2180 67500 33 17 1.06 3.16 18.3 3.9 1.58 3,7 136 8,6 HBV 494 7 CP B 0 0 0 12 45 L 11.3 3910 57900 26 319 2.58 3.83 20.6 6.2 1.82 3,6 137 8,4 Alkohol 689 11 CP C 1 1 0 13 60 P 9.8 6100 174000 51 27 7.44 2.7 17 4.1 1.53 4,0 138 8,8 HBV 519 12 CP B 0 1 0 14 28 L 13 10 304000 75 124 19.98 3.65 20 5.6 1.76 4,0 135 8.5 HBV 470 8 CP B 0 0 0 15 30 L 11.4 4000 390000 33 15 1.26 2.92 17.3 2.9 1.49 3.3 135 8.8 HBV 564 9 CP B 0 1 0 16 35 L 11 7900 107000 147 74 16.38 2.97 25 0.6 2.37 3,9 136 8,8 HBV 468 13 CP C 1 2 0 17 58 L 11.4 4550 500000 65 43 6.92 3.26 20.2 5.8 1.78 3,5 140 8.3 HBV 629 11 CP C 1 2 1 18 71 P 10.2 6000 112000 176 102 3.8 2.42 19.5 5.1 1.7 4.9 141 8,7 HBV 470 12 CP C 0 2 0 19 63 L 5.9 9300 139000 24 54 0.55 2.68 16 1.6 1.34 4.1 134 9.2 HBV 551 12 CP C 0 0 0 20 56 L 9.5 3800 150000 25 57 1.63 2.46 24.1 9.7 2.26 4,2 134 9,6 HBV 459 11 CP C 1 0 0 21 58 L 11.6 6530 144000 82 115 2.57 3.99 14.7 0.3 1.21 3,8 137 8.6 HBV 517 6 CP A 0 0 0 22 46 L 9.68 9490 99600 48.4 20 2.77 3.73 22.9 8.5 2.07 3.4 135 8.5 Alkohol 551 8 CP B 0 1 0 23 69 L 4.7 9900 147000 45 33 1.23 2.84 16 1.6 1.34 3,9 136 9,2 HCV 536 7 CP B 0 1 0 24 60 P 5.3 4130 64000 31 19 0.85 4.25 18.2 4.4 1.58 3.4 138 8,6 HBV 439 6 CP A 0 0 0 25 46 L 13.6 6090 91000 95 115 1.7 4 16.2 2.7 1.37 4.2 139 8,4 HBV 425 5 CP A 1 0 0 26 47 L 13.8 6600 174000 20 12 0.82 4.32 13.6 0.1 1.1 5 140 9.2 Alkohol 420 5 CP A 0 0 0 27 55 L 12.7 8400 62000 22 18 1.24 5.24 14.2 2 1.16 5 142 9.6 HBV 416 5 CP A 0 0 0 28 43 L 9.23 3890 54400 25 11 3.09 4.34 16.9 2.5 1.43 3.7 138 9.1 HBV 458 7 CP B 1 0 0 29 43 L 16.6 7920 76000 103 188 0.95 4.95 12 0.8 0.94 4.3 140 9.8 HBV 439 5 CP A 0 0 0 30 51 P 15.5 5750 106000 38 26 1 4.81 17.9 5.5 1.55 4.5 139 9.5 HBV 440 6 CP A 0 0 0

  • Lampiran 4. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

    Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini, saya, Dr Delvi Naibaho, akan melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Pemanjangan Interval QTc dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada pasien pasien sirosis hati dengan melakukan pemeriksaan rekam jantung ( Electrocardiografi). Bila terjadi gangguan irama jantung hal tersebut dapat menyebabkan kematian mendadak pada pasien pasien sirosis hati terutama pada derajat disfungsi hati yang berat, sehingga dengan melakukan perekaman jantung hal hal yang dapat memperberat gangguan irama jantung tersebut dapat dihindarkan. Bapak/Ibu sebelum dilakukan pemeriksaan rekam jantung (Electrocardiography) terlebih didahulu diambil darah untuk menentukan derajat disfungsi hati bapak/ ibu dan untuk menyingkirkan adanya gangguan elektrolit yang dapat menyebabkan gangguan irama jantung dimana darah diambil oleh petugas laboratorium pada daerah pembuluh darah lengan atas ( V Mediana Cubiti) sebanyak 13 cc, dimana sebelumnya dilakukan sterilisasi pada daerah yang akan diambil darahnya. Kemudian sampel darah Bapak/Ibu akan dikirim ke laboratorium dan akan dinilai berapa kadarnya. Pengambilan darah ini dilakukan seaman mungkin oleh tenaga yang ahli, sehingga tidak menimbulkan resiko saat pengambilannya. Setelah hasil didapat maka dapat diambil suatu kesimpulan Hubungan Pemanjangan Interval QTc dengan Derajat Disfungsi Hati Bapak/ Ibu. Bila masih terdapat pertanyaan, maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya . Nama : Dr Delvi Naibaho. Alamat : Jl Brigjend. Katamso Gg. Salam No 25 Kp. Baru Medan. No Telp : 061-7876741 (Rumah) 061- 77437706 (Hp) Peneliti ( Dr . Delvi Naibaho)

    Delvi Naibaho : Hubungan Pemanjangan Interval QTc Dengan Derajat Disfungsi Hati Pada Penderita Sirosis Hati, 2008 USU e-Repository 2008

  • Lampiran 5. SURAT PERSETUJUAN BERSEDIA IKUT PENELITIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : ....................................................................................

    Alamat : ....................................................................................

    Umur : ....................................................................................

    Jenis Kelamin :

    ....................................................................................

    Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang kebaikan dan keburukan

    prosedur penelitian ini, menyatakan bersedia untuk ikut dalam penelitian

    tentang Hubungan