07-panduan teknis peranan orangtua dan masyarakat
DESCRIPTION
SD MARDI WALUYATRANSCRIPT
1
PANDUAN TEKNIS
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR
JAKARTA 2013
PERANAN ORANGTUA DAN MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN PROSES
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
Tim Penulis:
1. Prof. Dr. Udin S. Winata Putra, M.A
2. Dr. Dewi Utama Faizah
3. Drs. Agus Mulyadi. M.Pd
2
Kata Pengantar
Merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum, bahwa Kurikulum 2013 dilakukan secara bertahap
mulai tahun 2013/2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalukan berbagai
upaya untuk mendukung implementasi Kurikulum 2013. Dalam rangka mendukung
keberhasilan implementasi Kurikulum 2013, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
melaksanakan program pendampingan bagi sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013,
untuk itu Direktorat Pembinaan SD menyusun bahan-bahan pedampingan, yaitu:
1. Panduan Teknis Peran dan Fungsi Buku Teks Pelajaran dan Buku Guru dalam Pembelajaran.
2. Panduan Teknis Penyusunan RPP. 3. Panduan Teknis Penerapan RPP dalam Pembelajaran. 4. Panduan Teknis Penilaian di SD. 5. Panduan Teknis Program Remedial dan Pengayaan 6. Panduan Teknis Peranan Orang tua dan Masyarakat dalam Peningkatan Proses
Pembelajaran di sekolah Dasar.
Panduan-panduan tersebut disusun sebagai panduan teknis atau acuan bagi guru,
kepala sekolah, pengawas, dan pejabat dinas pendidikan serta orangtua dan masyarakat
dalam melaksanakan, mengawal, dan memfasilitasi implementasi Kurikulum 2013 di
Sekolah Dasar.
Sebagai langkah awal tentu panduan teknis ini masih perlu penyempurnaan secara
berkelanjutan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan naskah ini kami sampaikan
terima kasih. Demikian, semoga panduan-panduan tersebut dapat bermanfaat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
a.n. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
Direktur Pembinaan SD
Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd.
NIP. 19641228 198701 1 001
3
DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Landasan Hukum C. Tujuan Pedoman D. Pengguna Pedoman E. Cakupan Pedoman
BAB II. KEBUTUHAN KERJASAMA ORANG TUA DENGAN SEKOLAH
A. Kebutuhan Orang Tua terhadap Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Dasar
B. Kebutuhan Guru terhadap Orang Tua Peserta Didik
BAB III. BAGAIMANA WUJUD TANGGUNGJAWAB BERSAMA KELUARGA DAN MASYARAKAT DI SEKOLAH DASAR
A. Wujud Filosofis B. Wujud Terjalinnya Hubungan Sosial Kultural
BAB IV. BENTUK KERJASAMA ANTARA ORANG TUA DENGAN SEKOLAH
A. Kerjasama dalam kegiatan Pembelajaran B. Kerjasama dalam Forum Orang Tua/Wali
BAB V. PERAN ORANG TUA DALAM PELAKSANA PENIDIDIKAN
A. Orang Tua sebagai Pengasuh B. Orang Tua sebagai Pekerja C. Orang Tua sebagai Anggota Masyarakat D. Orang Tua sebagai Pendidik
BAB VI. CONTOH-CONTOH PARTISIPASI KELUARGA DAN MASYARAKAT
A. Contoh Partisipasi Keluarga dalam Pembelajaran B. Contoh Partisipasi Masyarakat dalam Pembelajaran
PENUTUP DAFTAR PUSTAKA
4
“Untuk mendidik seorang anak seluruh kampung
turut terlibat”
Turkey Proverb
5
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran Kurikulum 2013, yang di sekolah dasar dilaksanakan dengan proses
pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif dan penilaian otentik, menuntut
kerjasama yang harmonis antara orang tua dengan guru. Dalam hal ini kehadiran
orang tua sebagai ‘partner’ sekolah menjadi sebuah keharusan. Keterlibatan orang
tua, secara efektif dan proporsional, akan memberi dampak yang positif dalam
memperkuat proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dasar. Partisipasi
orang tua sebagai keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended family)
sebagai ciri khas bangsa Indonesia akan mampu memainkan perannya dengan baik
serta turut bertanggung jawab terhadap keberadaan sekolah yang ada di
lingkungannya.
Untuk dapat berpartisipasi secara efektif, orang tua perlu memahami kebutuhan dan
program pembelajaran yang dilaksanakan sekolah. Termasuk prinsip-prinsip
pelaksanaan pembelajaran. Melalui pemahaman ini orang tua diharapkan mampu
menempatkan posisinya secara tepat dalam membantu pencapaian keberhasilan
pendidikan di sekolah. Orang tua juga diharapkan dapat memberikan informasi yang
benar berkenaan dengan kondisi anaknya, seperti minat, motivasi, sikap, dan
perilaku anak yang terjadi di lingkungan rumahnya. Informasi ini akan menjadi
masukan yang berharga bagi guru dalam mengokohkan fondasi belajar yang mereka
lakukan terhadap peserta didiknya. Pemahaman guru tentang keunikan masing-
masing peserta didik, akan sangat bermanfaat dalam merancang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat dan mendukung tercapainya tujuan
pendidikan, serta tentu saja dalam pelaksanaan pembelajarannya itu sendiri.
Terjalinnya interaksi dan komunikasi antara orang tua dengan guru dalam
memperkuat proses pembelajaran di sekolah, pada hakekatnya merupakan upaya
menyelaraskan nilai-nilai inti yang berlaku di rumah dan sekolah (value of genuine
home-school partnership). Melalui langkah ini diharapkan terbangun persepsi yang
sama antara
sekolah dan orangtua dalam mendukung proses pembelajaran yang akan diberikan.
Yang pada gilirannya kegiatan belajar anak di sekolah sesuai dengan harapannya
sebagai anak, harapan orangtua, dan harapan gurunya. Hubungan yang terjalin baik
antara orangtua dan sekolah, akan mengajak orangtua turut memahami lebih awal
6
tentang kehidupan pendidikan anaknya bersekolah. Orangtua akan menemukan cara
bagaimana membantu sekolah sesuai dengan pemahaman mereka antar-orangtua
dan sekolah. Semua kemajuan-kemajuan dan kendala yang ada akan dapat
Jika kita memimpikan
pendidikan di sekolah dasar
yang berkualitas,
maka inilah saatnya.
Saat Anda sebagai Orang Tua,
Guru, dan Masyarakat
berhimpun untuk membantu
kemajuan di Sekolah Dasar
untuk terlibat secara aktif.
7
dipecahkan bersama secara aktif dan efektif.
Untuk dapat membangun kerjasama yang harmonis antara orang tua dengan guru,
perlu disusun satu pedoman yang akan memberikan rambu-rambu pelaksanaan
kerjasama orang tua, masyarakat, dan sekolah dalam pelaksanaan pendidikan.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam membangun kerjasama orang
tua, masyarakat, dengan sekolah, demi tercapainya tujuan pendidikan yang
sesungguhnya.
B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab IV, Bagian Kedua, Pasal 7 ayat (1) Orang tua berhak
berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi
tentang perkembangan pendidikan anaknya, (2) Orang tua dari anak usia wajib
belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Amanat
yang tertuang dalam undang-undang ini menunjukkan bahwa penyelenggara
pendidikan, termasuk guru, berkewajiban untuk memberikan informasi kepada
orang tua tentang perkembangan yang telah dicapai anaknya. Hal ini juga
sekaligus, menunjukkan bahwa orang tua pun berkewajiban untuk memberikan
informasi berkenaan dengan kondisi anak kepada guru, agar guru dapat
merancang program pembelajaran yang tepat bagi perkembangan peserta
didiknya. Di samping itu, untuk memperkuat peran orang tua dalam mendidik
anak-anaknya, antar-orang tua dapat juga melakukan komunikasi, baik tentang
cara-cara efektif mendidik anak, maupun bagaimana berperanserta dalam
mendukung pendidikan anak di sekolahnya.
2. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan
Menengah,
khususnya berkenaan dengan prinsip pembelajaran, di mana (9) pembelajaran
yang digunakan pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10).
pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodo),
8
membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11).
Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12).
pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
Siapa yang
membantu
membuka pintu
sekolah, maka ia
telah menutup
sebuah penjara.
9
saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas, (13). Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran; dan (14). Pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik. Merujuk pada kutipan terhadap prinsip
pembelajaran pada Standar Proses di atas, maka pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat serta
menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan, akan sulit dilakukan tanpa
peran aktif orang tua. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan prinsip pembelajaran di
mana pembelajaran dapat berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat,
yang tentu saja menuntut partisipasi dan kontrol orang tua, karena orang tua
adalah guru pertama dan guru utama bagi anak-anaknya.
3. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, khususnya
berkenaan dengan Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian, dimana (1d) Hasil
penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan dan
kesulitan belajar, dikembalikan kepada peserta didik disertai balikan (feedback)
berupa komentar yang mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada pihak
terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran, dan (1f). Laporan hasil
penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala sekolah/madrasah dan pihak
lain yang terkait (misal: wali kelas, guru Bimbingan dan Konseling, dan orang
tua/wali) pada periode yang ditentukan. Berdasarkan Permendikbud di atas,
pemahaman orang tua tentang buku laporan pendidikan yang disampaikan guru,
yang memuat perkembangan yang telah dicapai anaknya sangat penting dan
strategis. Pemahaman yang benar yang dimiliki orang tua akan mendorong
orang tua untuk memberikan motivasi yang efektif kepada anaknya. Untuk dapat
memahami dengan baik, orang tua dituntut aktif membangun komunikasi dengan
guru khususnya untuk hal-hal yang tidak dipahaminya.
10
4. Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran, khususnya pedoman “proses pembelajaran (1) berpusat pada
peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan
kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika,
logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam
melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Hal ini mengandung
makna bahwa upaya-upaya menciptakan kondisi yang menyenangkan dan
Satu-satunya cara untuk menyongsong seabad
kemerdekaan Indonesia adalah dengan menyiapkan
pendidikan di Sekolah Dasar secara Holistik.
Holistik secara etimologi berasal dari kata:
Holly = Suci
Healthy = Sehat
Kurikulum 2013 menyongsongnya dengan menyiapkan
Proses Pembelajaran yang holistik, memuat
Kompetensi Inti yang terkait dengan nilai-nilai
Spiritual, nilai-nilai Sosial, nilai-nilai Ketrampilan, dan
nilai-nilai Pengetahuan.
Kurikulum 2013 di SD menggunakan Tematik Terpadu
mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Sebuah cara belajar
yang Inovatif Konstruktif sesuai dengan tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak secara utuh.
11
menantang, bermuatan nilai, etika,estetika, logika, dan kinestetika, serta
pengalaman belajar yang beragam, akan dapat dicapai jika orang tua aktif
berpartisipasi dalam aktvitas pembelajaran anaknya, khususnya di lingkungan
rumah.
C. Tujuan Pedoman
Secara umum Pedoman ini bertujuan untuk memfasilitasi kerjasama orang tua
dengan sekolah dalam upaya mendukung pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Secara khusus, pedoman ini bertujuan untuk :
1. Membangun pemahaman pentingnya kerjasama antara orang tua dengan
sekolah.
2. Memberikan panduan tentang peran keluarga untuk mendukung kesuksesan
anak dalam pendidikan, baik di sekolah maupun di rumah sebagai bentuk
tanggung jawab bersama.
3. Memberikan panduan contoh partisipasi keluarga dan masyarakat dalam
mendukung keberhasilan anak dalam proses pembelajaran di sekolah
D. Pengguna Pedoman
Pengguna pedoman ini mencakup pihak-pihak sebagai berikut.
1. Guru secara individual atau kelompok guru (guru mata pelajaran, guru kelas, dan
guru pembina kegiatan ekstrakurikuler);
2. Pimpinan satuan pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas);
3. Orang tua; dan
4. Tenaga kependidikan (pengawas, pustakawan sekolah, pembina pramuka).
Satu-satunya cara untuk meramalkan dan
meraih masa depan Indonesia nan Gemilang
itu adalah dengan Menciptakan Sekolah di
mana memberi anak peluang untuk
menentukan masa depan mereka sendiri.
12
E. Cakupan Pedoman
Pedoman ini mencakup substansi sebagai berikut :
1. Kebutuhan kerjasama orang tua dengan sekolah
2. Wujud tanggungjawab bersama keluarga, sekolah, dan masyarakat
3. Bentuk kerjasama antara orang tua dengan sekolah
4. Peran orang tua dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah
5. Pentingnya membangun semangat kebersamaan (we spirit)
6. Pemberdayaan potensi masyarakat sebagai sumber belajar
13
50% kemampuan belajar aktif anak
berkembang di rumah tangga dalam periode
4 tahun pertama. Hal ini membuat orang tua
menjadi pendidik terpenting dan utama yang
akan membantu guru untuk pendidikan
anaknya di jenjang pendidikan formal di SD.
14
II. KEBUTUHAN KERJASAMA ORANG TUA DENGAN SEKOLAH
Kebutuhan kerjasama orang tua dengan guru, dapat dilihat dari masing-masing pihak.
Membongkar kembali persepsi inderawi
dalam poses pembelajaran adalah
sebuah wujud pemuliaan dari kehidupan
anak manusia.....
Model-model pribadi dalam dunia
pembelajaran baru bahwa
Seseorang anak belajar melalui.....
Apa yang ia lihat
Apa yang ia dengar
Apa yang ia kecap
Apa yang ia baui
Apa yang ia sentuh
Apa yang ia lakukan
Apa yang ia bayangkan
Apa yang ia intuisikan
Apa yang ia rasakan
15
A. Kebutuhan orang tua terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah di
antaranya :
1. Mendapatkan informasi yang tepat tentang Kurikulum 2013 yang diterpakan di sekolah.
2. Mendapatkan informasi tentang program pendidikan yang dilaksanakan di sekolah, seperti agenda kegiatan yang akan dilaksanakan di sekolah selama 1 (satu) tahun pelajaran.
3. Mendapatkan informasi tentang kemampuan minimal yang harus dicapai anak untuk masing-masing tingkatan kelas.
4. Mendapatkan informasi tentang nama-nama guru dan petugas tenaga kependidikan lainnya yang bertugas di sekolah.
5. Mendapatkan informasi dan layanan konsultasi, pengayaan, atau kegiatan remedial bagi anak.
6. Mendapatkan informasi tentang kemajuan belajar yang dicapai anaknya. 7. Mendapatkan informasi tentang kewajiban pembiayaan dan administrasi yang
diperlukan. 8. Mendapatkan layanan pengembangan diri anak, baik dalam bentuk
konsultasi, kompetisi, maupun apresiasi, sesuai dengan minat dan bakatnya.
B. Kebutuhan guru terhadap orang tua peserta didik, diantaranya :
1. Mendapatkan informasi yang benar tentang perkembangan anak, termasuk sikap, keterampilan, minat, bakat, riwayat kesehatan, serta informasi lain yang relevan (seperti diasuh orang tua tunggal, nenek, lembaga sosial, dll).
2. Keterlibatan orang tua sesuai kebutuhan dan potensi yang dimiliki. 3. Melakukan pendampingan belajar di rumah dan melanjutkan nilai-nilai yang
diajarkan di sekolah untuk dibiasakan di rumah, atau sebaliknya. 4. Memaknai latar sosial kultural masing-masing peserta didik untuk
mengembangkan keragaman budaya Indonesia yang sangat kaya dalam melaksanakan diversifikasi pendidikan melalui pendidikan multikultural.
5. Mengembangkan proses pembelajaran yang mencirikan keragaman Indonesia dengan aneka budayanya yang unik dan menarik secara kontekstual.
16
III. BAGAIMANA WUJUD TANGGUNGJAWAB BERSAMA KELUARGA, SEKOLAH DAN MASYARAKAT?
“Fungsi keluarga, sekolah, dan masyarakat bagaikan “tiga tungku sejarangan”, yang
Berbagai budaya yang dianut berbagai suku
yang ada di Indonesia sangat mendukung
pendidikan anak seutuhnya. Sebagai
warisan budaya nenek moyang tiada tara
yang diturun-temurunkan. Mari kita
hadirkan dan kembangkan kembali dalam
membantu mendukung program yang ada
di sekolah dasar. Sebagai latar sosial-
historis-kultural yang mencirikan kekayaan
budaya Indonesia yang tumpah ruah.
17
merupakan tiga pilar budaya yang luluh dan padu menjadi satu untuk saling saling menguatkan”.
Peran serta aktif antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat membantu
perubahan perilaku anak dalam belajar untuk meraih berbagai kemajuan di sekolah.
Melibatkan orang tua, dan masyarakat secara aktif dalam berbagai kegiatan yang
ada di sekolah memiliki berbagai aspek filosofis, antara lain:
A. Wujud Filosofis
1. Saling belajar. Ilmu menjadi orang tua mesti selalu digali secara terus-menerus. Agar fungsi-fungsi dan manfaat ilmu menjadi orang tua (parenting) senantiasa dapat ditingkatkan dan dikuatkan. Dengan melibatkan peran serta aktif orang tua, sekolah, dan masyarakat maka akan terjadi proses pembelajaran antar orang tua di sekolah di mana anak-anak mereka berada. Orang tua akan semakin peduli dengan anak-anak mereka. Selalu ingin belajar bagaimana menjadi orang tua yang berpikiran terbuka, hangat, peduli, dan penuh persahabatan.
2. Memahami struktur pengetahuan yang efektif tentang ‘Parenting’. Pentingnya keberadaan orang tua dalam mendampingi proses pembelajaran di sekolah tidak diragukan lagi. Banyak kajian dan penelitian yang menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku orang tua akan terkait erat dengan reaksi-reaksi anak secara khusus dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jika anak mendapat perlakuan yang penuh perhatian dan kelembutan di rumah, maka sikap anak terhadap orang lain pun akan mencerminkan hal yang serupa. Demikian sebaliknya.
3. Pengetahuan orang tua semakin luas. Menjadi orang tua yang baik untuk mendampingi tumbuh kembang anaknya harus selalu disegarkan dalam forum pertemuan di sekolah. Berbagai hal yang dapat dibahas di forum orang tua bukan hanya terkait aktivitas anak. Namun juga aktivitas mereka sebagai orang tua agar menjadi orang tua yang memiliki nilai tambah dan panutan. Sehingga kontrol sosial dari orang tua terhadap kemajuan sekolah juga akan meningkat.
B. Wujud Terjalinnya Hubungan Sosial Kultural
Kebhinnekaan Indonesia dalam ragam ‘Sosial-Kultural’ sangat penting
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah melalui proses pembelajaran.
Oleh karena kontribusi sosial budaya dalam perkembangan mental individual
sangat mempengaruhi anak. Khususnya dalam perkembangan bahasa,
membaca, dan menulis. Proses pembelajaran yang mengakar pada sosial
kultural akan berdampak
18
pada perkembangan kecakapan berpikir tinggi (Higher Order Thinking Skill-
HOTS) seperti yang diharapkan dalam perubahan kurikulum 2013.
Kehadiran orangtua, masyarakat, dan sekolah sebagai ‘Tiga Tungku Sejarangan’
akan memainkan perannya sebagai sarana -‘tools’- proses pembelajaran sosio,
historis, kultural yang akan berdampak pada persepsi, memori, dan berpikir anak.
Budaya Jawa yang kaya dengan
menerapkan nilai-nilai dengan
memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan
(ing madyo mangun karso),
dan mengembangkan
kreativitas anak dalam proses
pembelajaran ....
(tut wuri handayani)
Ki Hadjar Dewantoro
19
Semua kekayaan warisan sosial kultural akan berhimpun di sekolah sebagai
kekuatan budaya yang sangat luar biasa. Aneka pengalaman anak yang datang
dari beragam rumah tangga akan bertemu di dalam kelas dan sekolah. Seperti
ajaran dan pandangan hidup yang diturunkan nenek moyang dengan pilar-pilar
kehidupan yang kaya dengan nilai-nilai spiritual, sosial, ketrampilan, dan
pengetahuan. Semua akan melebur dan berinteraksi dalam proses
pembelajaran. Keikutsertaan orang tua, masyarakat di sekolah akan mewujudkan
kerjasama yang kreatif inovatif dalam merancang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
IV. BENTUK KERJASAMA ANTARA ORANG TUA DENGAN SEKOLAH
Kerjasama orang tua dengan sekolah dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, di
antaranya :
A. Kerjasama dalam kegiatan Pembelajaran
1. Menjadi narasumber dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sesuai dengan spesialisasinya.
2. Terlibat dalam aktivitas bersama guru dan peserta didik sesuai kebutuhan dan keahliannya masing-masing.
3. Menghadiri undangan sekolah secara langsung bagi kepentingan anaknya. 4. Mengambil inisiatif menyelenggarakan kegiatan yang relevan dengan upaya-
upaya peningkatan kemampuan peserta didik, seperti mengadakan pameran, atau panggung kreativitas dan seni.
B. Kerjasama dalam Forum Orang tua/wali
1. Bersama orang tua lain menyelenggarakan pertemuan untuk menyegarkan pengetahuan menjadi orang tua efektif.
2. Memberikan dukungan terhadap program pendidikan di sekolah bersama orang tua peserta didik lain.
3. Menyelenggarakan kegiatan antarkeluarga (family gathering) 4. Memberi nilai tambah hubungan antarpribadi orang tua, baik berkenaan
dengan cara-cara mendidik dan membantu anak, maupun keterampilan orang tua dalam mengelola rumah tangga (memasak dengan menu sehat, perawatan kesehatan anak dan keluarga, hidup hemat, dll), sebagai cikal bakal lahirnya Komunitas Orang tua yang Berpendidikan (Mother of Universe).
Cupak Usali
(Minangkabau)
Gantang nan pepat Bungkal nan piawai
Teraju yang tak berpaling Berjenjang naik bertangga turun
20
V. PERAN ORANG TUA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN
“Anak-anak harus selalu dekat dengan orang tuanya. Orang tua harus selalu dekat dengan sekolah anak-anaknya. Orang tua dan guru harus mampu berkerja sama dan bekerja erat demi kebaikan hidup anak-anak. Inilah kunci untuk membawa anak-anak Indonesia dapat berjalan mandiri menuju masa depannya”
A. Orang tua sebagai Pengasuh
Meski anak sudah memasuki pendidikan formal di SD, namun fungsi orang tua
yang bertanggung jawab dalam mendampingi aspek pisik dan emosi anak-
anaknya masih harus diutamakan. Aspek fisik terkait dengan tumbuh kembang
anak, dengan memperhatikan asupan gizi seimbang, kebersihan anak, dan
21
kesehatannya. Sementara aspek emosi sosial terkait dengan tumbuh
kembangnya nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai sosial dalam menjalani
kebersamaan dengan teman, guru, dan orang lain. Dengan berkembangan
pengetahuan orang tua sebagai pengasuh dengan memperhatikan gizi,
kebersihan, kesehatan dan aspek sosial emosi anaknya, maka akan berdampak
baik pada perolehan pembelajaran di sekolah.
Seandainya saja... Saya bisa kembali membesarkan ulang anak saya!
Seandainya saja saya bisa kembali membesarkan ulang anak saya, Saya akan lebih banyak bermain dengan cat, dan mengurangi main perintah. Saya akan lebih sedikit mengoreksi, dan lebih banyak mengait-ngaitkan. Saya akan sedikit menghitung-hitung waktu, dan lebih banyak memperhatikannya. Saya akan mengurangi main selidik, dan lebih banyak memperhatikannya. Saya akan lebih sering berjalan-jalan, dan lebih sering bermain layang-layang. Saya akan mengurangi bersikap serius, dan lebih serius bermain-main dengannya. Saya akan lebih sering bermain-main di lapangan, dan lebih banyak mengamati bintang-bintang. Saya akan lebih banyak memeluk, dan lebih sedikit membentak. Saya akan tidak banyak melarang-larang, dan lebih banyak meng-iya-kan. Saya akan lebih banyak membangun harga dirinya, sebelum membangun rumah. Saya akan lebih sedikit mengajarkan cinta akan kekuatan, dan lebih banyak mengajarkan kekuatan cinta
(Full Esteem Ahead-Diane Loomans)
Setiap anak ada fatwanya.............
Nan buta penghembus lesung
Nan pekak pelepas bedil
Nan lumpuh penunggu rumah
Nan bingung untuk disuruh-suruh
Nan pendek penyeruduk
Nan tinggi jadi penggalah
22
B. Orang tua sebagai Pekerja
Umumnya peserta didik sekarang berasal dari keluarga yang kedua orang tuanya
bekerja. Namun ada pula ibu berada di rumah dan hanya ayah saja yang
bekerja.
Dalam hal ini guru, maupun sekolah mesti pandai merancang mencari alternatif
cara melibatkan orang tua dalam pengalaman yang diperoleh anak dalam proses
pembelajaran di sekolah. Pihak sekolah juga memberi bantuan pemahaman
kepada orang tua yang merasa cemas, dan merasa bersalah jika terjadi sesuatu
pada anak-anaknya. Atau menginformasikan kepada orangtua yang sibuk
tersebut prinsip-prinsip pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
C. Orang tua sebagai Anggota Masyarakat
Orang tua sebagai anggota masyarakat dengan berbagai ciri latar sosial ekonomi
kultural mereka, misalnya kelompok orang tua yang muncul dari komunitas
23
petani, komunitas nelayan, komunitas buruh, komunitas intelektual merupakan
modal sekolah untuk melaksanakan diversifikasi pendidikan. Sehingga
memperluas aspirasi pendidikan masyarakat. Misalnya orang tua murid dari
komunitas nelayan tentu selain memperluas wawasan kehidupan mereka
sebagai masyarakat pesisir, mereka juga membutuhkan materi pembelajaran
yang memberikan nilai tambah terhadap pengetahuan fungsional anak-anak
mereka. Pembelajaran kontekstual bisa diperluas dengan pengetahuan di bidang
teknologi informasi lain terkait seperti kedirgantaraan, perkebunan, daan
sebagainya.
D. Orang tua sebagai Pendidik
Orang tua adalah pendidik utama dan pendidik pertama bagi anak-anaknya.
Mereka bertangung jawab dunia akhirat terhadap nilai-nilai spiritual, nilai sosial,
ketrampilan, dan pengetahuan yang diwariskan kepada anak-anaknya.
Tegasnya, orang tua pun wajib mengetahui nilai-nilai yang diperoleh anak-
anaknya di sekolah terkait dengan nilai-nilai yang diajarkan di rumah tangga
mereka. Pengawasan orang tua untuk melakukan kontrol terhadap proses
pembelajaran yang diterima di sekolah merupakan cara terbaik dalam
memajukan pendidikan yang diperoleh secara bersama-sama. Keterikatan emosi
orang tua kepada anaknya akan berlanjut pada keterikatan emosi orang tua
kepada sekolah anaknya. Sehingga dengan mudah beban pendidikan secara
kognitif/akademik,sosial emosi, dan spiritual akan dihadapi dengan ringan dan
mudah.
ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANNYA
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia akan belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah Jika anak dibesaarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar belajar
24
BAB VI. CONTOH-CONTOH PARTISIPASI KELUARGA DAN MASYARAKAT
25
A. CONTOH PARTISIPASI KELUARGA DALAM PEMBELAJARAN
Keluarga dapat mendukung proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah
melalui berbagai aktivitas, antara lain;
1. Memfasilitasi menyiapkan alat peraga, media pendukung pembelajaran di kelas.
2. Mendampingi anaknya secara individu dalam melaksanakan aktifitas sekolah di rumah agar mereka disiplin, bertanggung jawab, dan ulet menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan secara tepat waktu.
3. Berpartisipasi langsung sebagai narasumber di kelas sesuai dengan profesi dan materi yang dibahas dalam proses pembelajaran. Misalnya sebagai ahli kebun, ahli masak, pendongeng, pelukis, ahli melipat kertas (origami), atau ketrampilan lain yang disukai oleh anak dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
4. Menjadi relawan (volunteers) dalam membacakan buku cerita kepada anak SD kelas 1, relawan mengurus perpustakaan, menjaga kebersihan kelas dan menghiasnya, serta bergotong royong bersama anak merindangkan sekolah dengan berbagai tanaman hijau.
5. Menjadi relawan membantu menyeberangkan anak di jalan raya bagi kehidupan sekolah di perkotaan. Bersama orang tua lainnya piket bergantian dan menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk menyebrangkan anak-anak, seperti alat stopan terbuat dari kayu. Alat stopan ini sangat bermanfaat, karena lalu lalang kendaraan di jalan raya yang sibuk. Kayu yang dibuat seperti tongkat masinis kereta api itu, di beri bertangkai panjang untuk memberi tanda kepada kendaraan untuk berhenti dan berjalan hati-hati di
Mama-Mama Pendidik yang dipimpin ibu bidan tengah berkumpul di sekolah. Mereka menerobos sekolah dengan program untuk meningkatkan proses pembelajaran. Mereka berkerjasama membantu membuat alat peraga IPA. Bukan hanya itu bersama kaum bapak mereka bersama-sama mendirikan TK-SD Satu Atap. Pendidikan terpadu erat dengan struktur sosial-kultural yang ada dari SD GMIT KIE Timor Tengah Selatan di provinsi NTT. Sebuah bentuk peran serta masyarakat yang sangat peduli akan masa depan generasi mudanya.
26
lokasi penyeberangan anak sekolah.
Contoh Kerjasama Guru dan Orang tua membangun perikehidupan dalam bentuk Chart di
kelas 1 SD.
Keterampilan Anak Membersihkan Diri
Nama Anak: ..................................... Kelas : .............................................
No Kegiatan
Bulan
Minggu ke 1
Minggu ke 2
Minggu ke 3
Minggu ke 4
1. Anak dapat mencuci tangan dengan cara benar
2. Anak dapat melap tangan dengan handuk sampai kering
3.
Anak dapat pipis dengan cara duduk/jongkok di atas lubang wc dengan cara benar
4. Anak dapat cebok setelah pipis dengan tangan kirinya dengan cara benar
5.
Anak dapat buang air besar dengan duduk/jongkok di atas lubang wc dengan cara benar
Seorang anak dengan semangat belajar yang menyala-nyala.
Usai sekolah segera mengerjakan tugas-tugas menulis yang ia
suka..... (SD GMIT Alor).
27
6. Anak dapat cebok setelah buang air besar dengan tangan kirinya dengan cara benar
7.
Anak dapat menyiram hajatnya dengan air hingga bersih
8.
Anak dapat menjaga kebersihan wc yang digunakannya untuk digunakan pengguna selanjutnya.
Depok, tanggal ................ Orangtua murid/wali Tanda tangan (Nama Jelas) Catatan: Chart ini sangat penting dilakukan antara rumah dan sekolah, dalam rangka membangun
lingkungan kesbersihan dan kesehatan sekolah.
Contoh penghargaan yang disiapkan guru kepada anak sebagai bentuk laporan kepada orang tua di rumah.
Dinyatakan sebagai
28
Sumur dan sekolah bentuk kemewahan dari negeri yang miskin air. Anak-anak ke sekolah sambil membawa air di dalam dirijen plastik. Sebuah pemandangan yang sangat mengharukan. Alangkah baiknya jika orang tua bersama masyarakat turut memperhatikan sumber air untuk mudah diakses di sekolah. Seperti foto di atas. Dibuat bersama masyarakat. Karena anak adalah mata air hayat kita yang akan mengaliri bumi Indonesia.
29
6. Menjadi relawan membukukan portfolio sehingga terdokumentasi dan menjadi menarik. 7. Menjadi fasilitator dalam berbagai kegiatan terkait dengan studi di luar kelas
(outing), seperti mengunjungi museum, panti asuhan, ke tempat-tempat yang terkait dengan kegiatan mini projek sesuai dengan tema yang ada.
8. Turut melakukan tinjauan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan memberi masukan untuk memperkayanya sesuai dengan potensi dan kapasitasnya.
9. Menggalang dukungan dalam berbagai perayaan hari besar dan berbagai kegiatan sekolah yang relevan.
B. CONTOH PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBELAJARAN
Masyarakat memiliki akses dalam membantu proses pembelajaran di sekolah
melalui berbagai aktifitas, antara lain:
1. Berbagai kantor, lembaga pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, bersedia didatangi anak-anak yang berkunjung ke lokasi tersebut sesuai dengan konteks tema yang sedang dilaksanakan di sekolah. Misalnya jika masyarakat perkotaan anak-anak dapat diajak ke tempat pemadam kebakaran, kantor pos, bank, kantor polisi, pabrik makanan, dan sebagainya. Jika masyarakat pesisir anak-anak dapat dibawa ke lokasi pelelangan ikan, pemukiman nelayan, dan naik ke kapal pencari ikan. Jika masyarakat perkebunan anak-anak dapat dibawa ke lokasi pengggilingan padi, kopi dan sebagainya. Jika masyarakat desa anak-anak dapat dibawa ke kantor kelurahan dan bertemu pak Lurah, atau diajak ke PUSKESMAS bertemu para dokter dan perawat kesehatan.
2. Memberdayakan fungsi Ibu PKK dan Posyandu dalam menguatkan peran ibu-ibu dalam membantu proses pembelajaran anaknya di rumah. Misalnya kampanye melarang menonton teve bagi anak-anak yang menayangkan sinetron orang dewasa. Mengajak Ibu PKK dan Posyandu memantau kebersihan dan kesehatan sekolah.
3. Mendekatkan komunitas tertentu yang berada di lingkungan sekolah agar
turut berpartispasi membantu berbagai kegiatan pembelajaran. Misalnya SD di Bali dengan sistem Banjar bisa membantu mengatasi proses pembelajaran di sekolah melalui bantuan kakak-kakak kelasnya sambil mereka melakukan kegiatan berkesnian dan menari. Juga sekolah yang berada di lokasi
30
kompleks ABRI dapat menjalin kerjasama dengan melibatkan Pak tentara mengajarkan disiplin dalam baris berbaris. Atau jika sekolah berada di lokasi komunitas budayawan, maka dapat dijalin kerjasama dalam meningkatkan seni teater, musik tradisi seperti angklung, seruling, rebab, pencak silat, saluang sesuai dengan wilayah di mana mereka berada.
Sanggar yang ada di setiap Banjar di Bali bisa melakukan pendampingan belajar dari kakak kelas kepada adik-adiknya. Sambil belajar menari mereka juga bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah yang ada. Oleh
karena pikiran yang terbuka dan bahagia akan membangkitkan gairah belajar yang tinggi. Kemampuan memadukan pengetahuan dengan
ketrampilan berkesenian adalah kunci-kunci belajar yang menyenangkan. Oleh karena kesuksesan demi kesuksesan yang diperoleh anak selalu
melewati hati mereka yang bahagia.
31
4. Masyarakat bekerjasama dengan berbagai perguruan tinggi untuk mengirim
mahasiswa melakukan kuliah kerja nyata di berbagai wilayah yang perlu mendapat bantuan pendampingan proses pembelajaran di SD.
****************************************** Berpasang-pasang mata menyeka air mata ketika bus yang membawa rombongan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata UGM di dua desa di Kabupaten Belu NTT itu perlahan-lahan beranjak meninggalkan kecamatan Tasifeto Barat menuju Kupang. Seorang Ibu guru bahkan berulang-ulang membujuk beberapa muridnya untuk segera kembali ke desa mereka seusai melepas kepergian ‘kaka guru’ mereka. Hari itu sekolah terpaksa diliburkan, karena bocah-bocah itu memaksa Ibu guru ‘lama’ mereka pergi ke desa Rinbesihat sekedar memupus galau orang yang akan ditinggalkan. Atau mengantarkan oleh-oleh sederhana yang mereka beli patungan dengan mengumpulkan uang jajan mereka yang tak seberapa. Mereka tak menghiraukan lelah berjalan kaki berkilo-kilo meter sebelum menumpang bus. Apalagi jika hanya sekedar hirau dengan sandal jepit atau sepatu bolong mereka yang berulang-ulang terantuk bebatuan di jalan panjang desa yang bergerigi. Terkadang menginjak kotoran sapi di padang savana setelah bersusah payah menyeberang sungai berair keruh itu. Bagi mereka pagi itu tiada agenda yang lebih penting selain bertemu ‘kaka guru’ tersayang seraya memeluknya dan mengucapkan selamat jalan. Anak-anak itu pun tak pernah tahu, kakak-kakak tercinta mereka betapa sulit memejamkan mata melepas kantuk, meski perjalanan Atambua-Kupang yang hampir 10 jam di jalanan berliku menyisir tebing dan gunung berlapis itu teramat melelahkan. Tak ada yang ingat lagi aneka ragam penyakit kulit, typhus, malaria, radang ini itu hingga ‘cantengan’ yang mereka derita selama 2 bulan hidup di pedalaman yang jauh dari fasilitas standar kesehatan. Gadis-gadis manja itu tak lagi mengeluhkan muka hitam dekil dan kuku-kuku yang terkelupas akibat berjalan kaki setiap hari berkilo-kilo meter menuju tempat-tempat pengabdian mereka. Lupa sudah perut kembung akibat teramat sering menahan buang air. Bahkan ada yang sampai hati menahan 10 hari pertama akibat tak mampu melawan rasa ‘horor’ memandang WC umum darurat ala desa tertinggal. Wajah-wajah bocah Atambua silih berganti menari-nari di pelupuk mata. Suara gaduh mereka berebut mainan, makanan dan perhatian, masih terdengar merdu di telinga. Dan wajah lugu berlumur rasa ingin tahu itu tak bisa lekang dari mata. Belum 24 jam meninggalkan
Merekam Jejak Cinta untuk Adik-Adik SD di Atambua Oleh Tatty Elmir
“Kakaaaa… kasih sa satu ‘ale-ale’ kaka..” “Aaa sa su tahu kaka bae” “Kaka kembali ke sini lagi tohh??” “Kakaaa, kalau kaka ke Jawa, sa belajar sama sapa lagi, sa tidak mau sekola, keluar saja” “Kakaaaa, apa masih mau datang lagi ke sini?” “Kakaaaa sa mau ikut kaka ke Jawa, eee bole dong kaka?”
32
desa, mereka silih berganti menelepon sekedar ingin mendengar suara sang kakak. Entah telepon siapa yang mereka bajak. Satu persatu wajah itu hadir membawa awan sendu. Tak heran….bermacam ungkapan cinta dengan segenap kesentimentilannya mendadak sontak berhamburan di dunia maya. //”KKN memang melatih kita untuk berani melakukan banyak hal. Termasuk berani mencabut kuku yang bengkak karena cantengan”// Terimakasih banyak, Atambua. Terlalu banyak cerita yang bikin susah move on. Semoga bisa berjumpa lagi lain waktu ☺ //”Pagi-pagi di telpon anak-anak SDK Buitasik dari sekolah, katanya mau denger suara meskipun cuma sebentar. Aaaaaak!! :”) // “Parah. Bangun-bangun gue linglung setengah jam berusaha mencerna ini ada dimana :”// “Pngalaman KKN 2 bulan di Atambua ini akan jd slh 1 kisah pjlnan hidup yg paling berarti dan susah di move-on in. Hati saya msh ttinggal dsna// “Ak menulis ini dg air mata…. Erik!!! Henra!!! Paraaaahhhh kangennnn bgt”// ”meninggalkan sepotong hati dan jejak pengabdian”// “Desa Rinbesihat,hati saya masih tertinggal disana”// “isak tangis haru…. Mengiringi perjalan pulang kami…… Daaa rinbesi hat….. Daaa semuanya…. Sampai jumpa lagi “// “belom bs move on dr atambua, … Msh kebayang biasanya jam sgini siap2 ke sklh brg sm bocah2 desa”. Sama seperti mereka, kakak-kakak mahasiswa itu juga tak pernah tahu, bagaimana adik-adik sepeninggal mereka. Mungkin Lesu dan kawan-kawan di pagi pertama sepeninggal kakak-kakak tercinta, tak lagi hirau dengan ingus meleleh yang biasanya harus diseka dulu sebelum ketemu ee ‘kaka’. Mereka berhamburan ke balai desa begitu bangun tidur. Mereka berharap akan ada keajaiban, rombongan kakak-kakak tercinta masih ada di sana. Mereka membayangkan anak-anak muda berlimpah energi yang mereka kagumi itu masih saja tengah menjalankan ritual pagi nan heboh seperti biasa. Ada yang tengah piket bersih-bersih, memasak, mencuci piring, dan ada pula yang berebut berlarian ke kakus beratap langit di MCK umum desa. Tapi keajaiban itu rupanya tak pernah ada. Balai desa itu telah sunyi sepi tak berpenghuni. Yang ada hanya kicauan burung, desauan angin pagi yang memainkan gelayutan akar-akar beringin di halaman samping balai desa. Dan bertiup mengitari teras yang tak seberapa luas, tempat mereka biasa duduk-duduk bernyanyi, belajar dan bermain. Yang tertinggal hanya sumur batu becek yang dulu pernah mereka tebar deterjen untuk mengusili kakak-kakak mahasiswa.
Pohon beringin itu (Pic by Tatty Elmir)
33
Sumur Batu di belakang balai desa Rinbesihat
(Pic by Tatty Elmir)
Tentulah kakak-kakak mahasiswa itu tak tahu, bagaimana senyap dan lesu… selesu-lesunya suasana sekolah SD-SMP sekitar Bakustulama dan Rinbesihat yang pernah mendapat perhatian mahasiswa KKN UGM tersebut. Pagi setelah keberangkatan banyak yang tak masuk sekolah tanpa kabar yang jelas. Alasan klasik tentulah sakit. Padahal tak ada badan yang sakit. Hanya malas sekolah karena kesedihan yang dalam ditinggalkan sang kakak. Kalaupun ada yang sekolah, guru-guru tak bisa mengajar, bersebab anak-anak itu masih saja pada menangis. Persis seperti yang dikabarkan kepala sekolah SDK Buitasik kepada Nabiyla Risfa Izzati, salah seorang mahasiswa yang mengabdikan diri di SDK Buitasik.
Saya ikut menyeka air mata membayangkan kepiluan hati anak-anak Atambua itu. Sudah dikira hal ini akan terjadi. Dan ini pula nasehat pertama saya kepada Dira putri saya salah
Sources : Twitter Nabiyla Risfa
34
seorang di antara mahasiswa yang KKN di Atambua itu. Saya sudah menduga, duka akibat jejak cinta itu pasti akan terjadi, begitu melihat sekelompok anak-anak berwajah ceria bergelantungan ke badan Dira menyambut kami di gerbang desa di pinggir jalan raya Kefamenanu-Atambua. Suatu siang nan terik bulan puasa kemaren saya berkunjung ke sana. Menyaksikan sendiri kelekatan di antara mereka. Berulang-ulang saya menasehati. “Kalian harus mengantisipasi keadaan yang akan terjadi jika kalian pulang nanti. Janganlah pasca kehadiran kalian justru membuat mereka trauma. Karena setiap jejak cinta akan menorehkan luka”.
“Jadi kita ga boleh sayang sama mereka? Ga boleh menampakkan kepedulian? Ato mereka semua kita bawa aja ke Jakarta? atau kitanya yang ga pulang lagi? Tetap di sana biar tidak ada jejak orang yang pergi?”
“Bukan begitu sayaaang….cinta itu janganlah hilang. Jangan hanya meninggalkan jejak yang dapat tertiup debu sekilas dengan kepergian raga kalian kembali ke Jawa…. Tetaplah mengulur cinta di sana. Kan bisa lewat surat-surat yang diposkan. Atau lewat program-program sederhana yang masih bisa berjalan mendayagunakan teknologi canggih. Tetaplah bersenang-senang, mengobarkan semangat, dan mendidik mereka lewat aksara yang sarat makna. Hidupkan lagi kebiasaan korespondensi lewat pos. Selain tetap menjaga cinta, kalian sekaligus tanpa disadari juga mengajari mereka terampil menulis, sebagai modal dasar seorang calon intelektual”.
“Tapi kalau kita ada kesempatan, boleh balik ke situ lagi kan Ma?”
“Tentu boleh InsyaAllah. Tapi sebaiknya sebelum kembali ke sana pikirkan dulu, apa kira-kira yang bisa kita berikan yang paling mereka butuhkan”.
“Kapan?”
Naaaah…kapan ya? Tiba-tiba saya teringat dialog setiap mahasiswa yang akan pergi meninggalkan desa binaan. Rata-rata mereka minta didoakan kelak menjadi orang penting agar bisa berbuat banyak untuk warga desa. Padahal untuk berbuat sesuatu…tidak perlu menunggu waktu lama atau harus menjadi sesuatu, seperti menjadi presiden atau mentri ini itu dulu. Biasanya kita begitu kan?
Jika saja setiap mahasiswa yang Ber-KKN berkenan bahu membahu mengumpulkan daya untuk melakukan hal-hal yang paling penting dilakukan di desa KKN mereka. Jika cinta tak berlalu begitu saja. Jika kelekatan tidak hanya sekedar cerita pemanis citra di dunia maya, tentu mereka masih setia membangun desa walau sudah kembali ke kota. Tentang apa yang akan dibangun, tentulah mereka sudah paham betul kebutuhan masyarakat desa, setelah 2 bulan bergelimang suka dan duka di sana.
“Seberat apapun beban itu akan terasa ringan jika kita bergandeng tangan. Bukan begitu anak-anakku?”
Yuuuk kembali bersama-sama kita lakukan sesuatu, agar tak ada lagi jejak cinta yang menggores luka.
***
35
Papan Sistim Siaga yang selama ini menjadi acuan bakti mahasiswa untuk membantu penyelamatan upaya meregenerasi warga desa. Pemandangan dinding yang pertama nampak ketika mahasiswa itu bangun tidur (pic by JetC Elmir).
Mahasiswa dan kepala desa bahu membahu mengupayakan lapangan bola voli/badminton.Dengan latar belakang perbukitan Belu dan savana sejauh-jauh mata memandang (Pic by Tatty Elmir)
36
Kami di teras balai desa. Di teras ini pula anak-anak biasa belajar sepulang sekolah. Terkadang mereka duduk manis di lantai, tapi ada pula yang jongkok di bandul bahkan menggelantung bak ‘spiderman’ di tatakan tiang. Pemandangan yang takkan lekang dari ingatan. (Pic by JetC Elmir)
Dira, gitar dan anak-anak Atambua. Kata Dira; “Paling terharu kalo adik-adik Atambua ini nyanyi lagu-lagu nasional. Nasionalisme mereka bahkan bisa melebihi dari yang tidak tinggal di perbatasan loh :”) Pic: dok Mandira
37
Belajar dengan cara bermain di alam terbentang luas dengan kurikulum ‘langit’
membuat anak-anak lebih merdeka dan kreatif
Berlatih bahasa Inggris eh bahasa Indonesia dengan “Scrabble”. Bagi bocah SD yang belum bisa berbahasa Inggris, mereka cukup menulis nama-nama
kakak mahasiswa Pic: by Tatty Elmir.
38
Kehebohan 17 Agustusan, panjat pinang dan tarian massal Indang dari Sumatera Barat
(Pic by Mandira)
39
Ini anak yang namanya “Lesu”.
Mascot Rinbesihat. Meski terkadang nakal, tapi Lesu tersayang mendapat tempat istimewa di hati kakak-kakak mahasiswa. Semua memberi cinta lebih kepadanya. Mungkin riwayat hidup bocah kurus dengan perut buncit inilah yang mendulang simpati. Catatan posyandu setempat menuturkan bahwa ia dulu adalah bagian dari kelompok balita dengan gizi buruk.
Lesu sekarang lebih rajin mandi, dan sikat gigi. Selama ini Lesu selalu lari ke pangkuan kakak-kakak mahasiswa kalau lagi ngambek habis dibully kawan-kawannya. Lesu yang sejak kecil ditinggal sang bunda merantau ke Kalimantan dan ayahnya yang pergi entah kemana, siang malam selalu bermain bersama kakak, bahkan kerap tertidur di pangkuan kakak-kakak mahasiswa yang kini telah menghilang. Semoga Ibu kecil yang kini mengasuh Lesu, siap mengantarkan Lesu kelak menjadi generasi yang berlimpah energi positif untuk NKRI esok yang lebih baik. Ayo Lesuuuuu kamu bisa !.
40
Tulisan ini didedikasikan untuk segenap warga Rinbesihat, Bakustulama dan ananda yang kami banggakan, Mahasiswa-i UGM yang KKN di Atambua, kabupaten Belu NTT.
Terimakasih kepada para pimpinan UGM yang telah memberikan kesempatan kepada para pemimpin masa depan, untuk mengenali negerinya lebih dalam. Beruntunglah mahasiswa UGM yang hingga kini masih mempertahankan tradisi KKNnya di pedalaman. Paling tidak mereka akan lebih paham dan dapat merasakan derita masyarakat tertinggal, sehingga kelak mereka dapat menjadi pemimpin Bangsa yang lebih bijak dan sensitif. “Pastikan nak, bahwa kalian TIDAK AKAN SAMPAI HATI melakukan tindak korupsi dan segala laku pengkhianatan terhadap negeri ini”.
Masa KKN yang hanya 2 bulan ini, mudah-mudahan dapat membuat kalian lebih bersyukur, atas segala karunia Ilahi yang melimpah ruah selama ini, terutama akan keberadaan air sebagai sumber utama kehidupan. Jika kalian ikhlas, tentulah begitu banyak manfaat yang bisa dituai dan rasakan. Semua akan memperkaya pengalaman hidup dan menggenapkan hati. Tidak hanya beroleh muka hitam dekil, kaki korengan atau
kuku-kuku yang tercerabut itu
Tatty Elmir Jakarta, 1 September 2013
5. Menggalang kesepakatan bersama antarwarga masyarakat tentang jam
belajar masyarakat. Misalnya jam 6 sampai dengan jam 8 malam setiap
Kepada kalian yang setiap harinya berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk pergi ke sekolah. Selamat Hari Anak Nasional! Semoga nanti akan tiba saatnya kalian memiliki jaket tersebut sendiri (Foto dan teks dari FB Mandira di hari anak 23 Juli yang lalu) Mari kita Aamiinkan bersama-sama doa indah tersebut.
41
orang tua menjaga anaknya usia SD berada di rumah untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti mengaji, membaca buku, berdiskusi dengan orang tua, bermain dengan adik, mengerjakan tugas-tugas sekolah. Orang tua juga mematikan tayangan televisi yang tidak mendidik untuk ditonton oleh anak-anaknya. Terutama yang berbau sinetron remaja yang tidak pantas dikomsumsi oleh anak-anak usia SD. Kepedulian jam belajar ini pernah terjadi di berbagai kota di Indonesia, seperti di daerah istimewa Jogjakarta, Aceh, Padang, Manado, Bali, dan Kupang. Semua warga masyarakat yang sudah dewasa memiliki tugas untuk melakukan pengawasan terpadu di desa/wilayah mereka. Jika di jam wajib belajar tersebut (seperti saat menjelang Magrib) masih terlihat ada anak yang berkeliaran bermain di luar rumah, maka warga masyarakat akan membawa mereka ke rumah orang tua anak tersebut untuk dikembalikan.
PENUTUP
“Masa depan bangsa Indonesia ditentukan rumah dan sekolah. Seorang anak akan menjadi apa yang diajarkan kepadanya oleh orang tua, guru, dan
42
masyarakatnya. Itu sebabnya kita harus melakukan interaksi kerjasama antara rumah dan sekolah serta masyarakat melalui cara memfungsikan peran orang tua dan peran masyarakat di dalam proses pembelajaran di sekolah melalui guru-gurunya”.
Sekolah merupakan miniatur masyarakat, harus mampu menjadi ajang kegiatan yang
mempertemukan anak dengan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena setiap peserta
didik datang dari rumah tangga dengan beragam latar sosial kultural yang unik dan khas.
Kebhinekaan Indonesia mestinya sangat disyukuri sebagai rahmat. Karena memunculkan
interaksi sosio-kultural yang memperkaya pendidikan yang dilakukan (berdiversifikasi).
Kandungan nilai-nilai kebajikan untuk membentuk individu peserta didik dengan beragam
latar sosial kultural itu akan mempercepat peserta didik dalam meraih perolehan belajar
yang memuat aspek nilai-nilai spiritual, nilai-nilai sosial, nilai-nilai ketrampilan yang
inovatif kreatif
dan nilai-nilai pengetahuan. Partisipasi dan kerjasama orang tua, masyarakat, dan
sekolah
sangat dibutuhkan dalam melepas dan mengendalikan energi anak dan bermanfaat
sebagai
modal mereka dalam proses pembelajaran itu. Sehingga masalah anak di sekolah tidak
menjadi beban masalah anak dan gurunya semata yang mesti mereka pikul sendiri,
melainkan dapat dipikul bersama dalam kerjasama yang erat antara orang tua, dan
masyarakat. Itulah esensi makna dari kerjasama orang tua, masyarakat, dan sekolah.
Dunia yang akan didiami anak-
anak kita akan berubah empat
kali lebih cepat daripada sekolah-
sekolah kita. Kita mesti
menggerakkan seluruh
komunitas sebagai lingkungan
belajarnya.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Kemdiknas: 2003.
Sayap Untuk Terbang
Mari kita renungi kehidupan manusia Apa yang mereka kerjakan
Dari mana saja mereka Berhentilah sejenak untuk bertanya
Bertanya mengapa Ada orang berjalan Yang lain terbang
Ada orang bergelimang harta benda
Menjalani hidup dengan jadwal hari-harinya Jalan tak menanjak, juga tak menurun Tapi mengajak mereka berputar-putar
Harapan tinggal harapan bagi yang setengah hati Dan bergerak maju bagi yang berkeras hati
Mengelak kematian
Namun kematian hadir juga Sekali lagi perlu kita bertanya
Bertanya mengapa Ada orang berjalan Yang lain terbang
Mari kita tumbuhkan sayap-sayap pembaharuan
Di semua sekolah dasar kita Agar anak-anak dibawa terbang pemikirannya
Tinggi melambung ke langit berlapis-lapis Tidak diam atau berjalan pelan kemudian diam Kuatkan sayapnya yang tumbuh di sekolah kita
Melalui kerjasama semua orang yang memiliki cinta
Inspirasi dari Steven E. Garner
44
2. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, khususnya berkenaan dengan prinsip pembelajaran, Kemdikbud: 2013.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, khususnya berkenaan dengan Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian, Kemdikbud: 2013.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a
Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, Kemdikbud: 2013.
5. Gordon dryden, Jeannette Vos, The Learning Revolution: to Change the Way the
World Learns, New Zealand: The Learning Web, 1999.
6. Carolyn Warner, The Words of Extraordinary Women, New York: New Market Press, 2010.