hubungan antara pola asuh orangtua dan kreativitas … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua...

87
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS ANAK Studi pada Siswa Kelas II SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2004/2005 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Disusun oleh: Rumei Endri Yani NIM: 001114011 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2005

Upload: others

Post on 09-Sep-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS ANAK

Studi pada Siswa Kelas II SMP Kanisius Kalasan

Tahun Ajaran 2004/2005

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Rumei Endri Yani NIM: 001114011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2005

Page 2: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………….. . ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………. iv

ABSTRAK……………………………………………………….. v

ABSTRACT……………………………………………………… vii

KATA PENGANTAR……………………………………………. ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………….. xiii

DAFTAR ISI……………………………………………………… xiv

DAFTAR TABEL………………………………………………… xviii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………… xix

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………. 1

B. Rumusan Masalah……………………………………….. 4

C. Tujuan Penelitian………………………………………… 4

D. Manfaat Hasil Penelitian…………………………………. 5

E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel… 6

Page 3: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

BAB II. KAJIAN PUSTAKA………………………………………… 7

A. Hakikat Pola Asuh Orangtua…………………………….. 7

1. Pengertian Pola Asuh Orangtua……………………….. 7

2. Macam-macam Pola Asuh Orangtua………………….. 8

a. Pola Demokrasi (Authoritative)……………………. 9

b. Pola Otoriter (Authoritarian)……………………….. 11

c. Pola Permisif (Indulgent)…………………………… 13

d. Pola Laissez Faire (Indifferent)…………………….. 14

B. Hakikat Kreativitas Anak………………………………… 15

1. Pengertian Kreativitas…………………………………. 16

2. Ciri-ciri Pribadi yang Kreatif………………………….. 16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Kreativitas…………………………………………….. 18

a. Faktor-faktor yang Mendukung Perkembangan

Kreativitas………………………………………….. 18

b. Faktor-faktor yang Menghambat Perkembangan

Kreativitas………………………………………….. 21

4. Peran Kreativitas dalam Hidup Manusia……………… 22

C. Hubungan antara Pola Asuh Orangtua dan Kreativitas Anak 24

D. Sikap Orangtua yang Memupuk dan Menghambat

Pengembangan Kreativitas Anak………………………… 29

E. Hipotesis Penelitian………………………………………. 31

Page 4: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………… 32

A. Jenis Penelitian……………………………………………. 32

B. Populasi dan Sampel Penelitian…………………………. 33

1. Populasi Penelitian……………………………………. 33

2. Sampel Penelitian……………………………………... 34

C. Penentuan Variabel………………………………………. 34

D. Instrumen Pengumpulan Data…………………………… 35

E. Prosedur Pengumpulan Data…………………………….. 42

1. Uji Coba Instrumen…………………………………… 42

a. Validitas (Kesahihan)………………………………. 42

b. Reliabilitas (Keandalan)……………………………. 45

2. Tahap Pengumpulan Data……………………………... 48

F. Teknik Analisis Data…………………………………….. 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………… 51

A. Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis……………….. 51

1. Hasil Penelitian .........…………………………………. 51

2. Pengujian Hipotesis …………………………………… 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………….. 59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………… 69

A. Kesimpulan………………………………………………. 69

B. Saran……………………………………………………… 71

Page 5: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 74

LAMPIRAN…………………………………………………………….. 76

Page 6: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Data Siswa-siswi Kelas II SMP Kanisius Kalasan Tahun

Ajaran 2004/2005……………………………………….. 33

Tabel 2 : Kisi-kisi Alat Ukur Uji Coba……………………………. 40

Tabel 3 : Kisi-kisi Alat Ukur Penelitian…………………………… 41

Tabel 4 : Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas dan Validitas

Suatu Alat Tes…………………………………………. 46

Tabel 5 : Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas 47

Tabel 6 : Jadwal Pengumpulan Data Penelitian…………………… 48

Tabel 7 : Tabulasi Data penelitian Pola Asuh Orangtua................... 52

Tabel 8 : Hasil Penelitian Hubungan Pola Asuh Orangtua dan

Kreativitas Anak………………………………………… 53

Page 7: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1a : Kuesioner Uji Coba……………………………… 76

Lampiran 1b : Kuesioner Penelitian…………………………….. 84

Lampiran 2a : Hasil Analisis Uji Validitas Uji Coba Kuesioner 91

Pola Asuh Orangtua………………………………

Lampiran 2b : Hasil Analisis Uji Validitas Uji Coba Kuesioner 97

Kreativitas………………………………………..

Lampiran 3a : Hasil Analisis Uji Validitas Penelitian Kuesioner 102

Pola Asuh Orangtua………………………………

Lampiran 3b : Hasil Analisis Uji Validitas Penelitian Kuesioner 104

Kreativitas………………………………………..

Lampiran 4 : Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Hasil Uji Coba 106

Lampiran 5 : Perhitungan Reliabilitas dan Validitas Hasil Penelitian 110

Lampiran 6a : Tabel Jumlah Skor-skor Hasil Uji Coba Kuesioner

Pola Asuh Orangtua………………………………… 114

Lampiran 6b : Tabel Jumlah Skor-skor Hasil Uji Coba Kuesioner

Kreativitas………….………………………………… 115

Lampiran 7a : Tabel Jumlah Skor-skor Hasil Penelitian Kuesioner

Pola Asuh Orangtua………………………………….. 116

Lampiran 7b : Tabel Jumlah Skor-skor Hasil Penelitian Kuesioner

Kreativitas………….………………………………… 118

Lampiran 8 : Data Hasil Penelitian Pola Asuh Orangtua.................. 120

Page 8: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Lampiran 9 : Data Hasil Penelitian Kuesioner Kreativitas................ 130

Lampiran 10a: Korelasi Pola Asuh Demokratis dengan Kreativitas… 133

Lampiran 10b: Korelasi Pola Asuh Otoriter dengan Kreativitas…..… 134

Lampiran 10c: Korelasi Pola Asuh Permisif dengan Kreativitas…..… 135

Lampiran 11 : Ijin Penelitian................................................................ 136

Lampiran 12 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian............... 137

Page 9: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS ANAK

Studi pada Siswa Kelas II SMP Kanisius Kalasan

Tahun Ajaran 2004/2005

RUMEI ENDRI YANI Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2005

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah (1) Pola asuh demokratis/authoritative berhubungan secara signifikan dengan kreativitas anak. (2) Pola asuh otoriter/authoritarian berhubungan secara signifikan dengan kreativitas anak. (3) Pola asuh permisif/indulgent berhubungan secara signifikan dengan kreativitas anak. (4) Pola asuh laissez faire/indifferent berhubungan secara signifikan dengan kreativitas anak. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto. Pada penelitian ini, peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung dan kesimpulan dibuat tentang hubungan di antara variabel-variabel dilakukan tanpa ada intervensi langsung dari peneliti. Peneliti mencoba menghimpun keterangan-keterangan berdasarkan kejadian atau pengalaman yang telah berlangsung di masa lalu menyangkut pola pengasuhan orangtua sebagaimana dialami anak maupun kreativitas yang dimiliki anak. Sampel penelitian adalah sebagian dari siswa-siswi kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 yang sampai saat ini tinggal bersama dengan orangtua mereka. Jumlah sampel adalah 47 orang. Variabel penelitian ada dua yaitu: (1). variabel bebas (X) adalah pola asuh orangtua (demokrasi/authoritative, otoriter/authoritarian, permisif/indulgent dan laissez faire/indifferent), dan (2). variabel terikat (Y) adalah kreativitas anak. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Kuesioner Pola Asuh Orangtua yang diadopsi dari alat penelitian Barus yang direvisi oleh Alibata dan dikembangkan oleh peneliti, yang terdiri dari pola asuh orangtua demokratis 32 item, pola asuh orangtua otoriter 15 item, pola asuh orangtua permisif 11 item dan pola asuh orangtua laissez faire 18 item, dan Kuesioner Kreativitas yang diadopsi dari alat penelitian Mujiyana yang dikembangkan oleh peneliti, yang terdiri dari kemampuan berpikir kreatif 20 item, dan ciri afektif 40 item. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi Product-Moment dari Pearson. Hasil analisis data penelitian menunjukkan (1) Pola asuh orangtua demokratis/authoritative berhubungan positif secara signifikan dengan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 dengan koefisien korelasi (r = 0,443). (2) Pola asuh orangtua otoriter/authoritarian

Page 10: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

berhubungan positif tetapi tidak signifikan dengan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 dengan koefisien korelasi (r = 0,467). (3) Pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif secara signifikan dengan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 dengan koefisien korelasi (r = 0,322). (4) Pola asuh orangtua laissez faire/indifferent menghambat perkembangan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua demokratis/authoritative berhubungan positif secara signifikan dengan kreativitas anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif tetapi tidak signifikan dengan kreativitas anak, sedangkan pola asuh orangtua laissez faire/indifferent menghambat perkembangan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENTAL REARING PATTERN AND KIDS CREATIVITY

A Case Study at Second Grade Students of SMP Kanisius Kalasan

In 2004/2005 Learning Year

RUMEI ENDRI YANI Sanata Dharma University

Yogyakarta 2005

This research aimed at understanding whether (1) rearing patterns of

democratic or authoritative relate significantly to kids creativity, (2) rearing pattern of authoritary or authoritarian relate significantly to kids creativity, (3) rearing pattern of permissive or indulgent relate significantly to kids creativity, and (4) rearing pattern of laissez faire or indifferent relate significantly to kids creativity. The research was performed on second grade students of SMP Kanisius Kalasan, in learning year of 2004/2005.

The type of this research was ex-post facto one. Upon this research, the researcher did not control independent variable directly and conclusion made about which relationship among variables was conducted with no direct intervention of researcher. Researcher tried to collect information based on events or experience during which had already taken place in the past concerning parental rearing patterns as experienced by children and creativity owned by kids.

Research sample largely was second grade students of SMP Kanisius Kalasan in 2004/2005 learning year as up to now still living together with their parents. The amount of sample was 47 people. Two research’s variables observed; are: (1). independent variable (X), i.e. parental rearing pattern (democracy or authoritative, authoritary or authoritarian, permissive or indulgent, and laissez faire or indifferent) and (2). dependent variable (Y), i.e. kids creativity. Data collection means that was used were Parental Rearing Pattern Questioner adopted from Barus investigation tool revised by Alibata and forther developed by researcher, consisting of 32 items of democratic parental rearing pattern, 15 items of authoritary parental rearing pattern, 11 items permissive parental rearing pattern, and 18 items laissez faire parental rearing pattern, and Creativity Questioner adopted from Mujiyana’s research tool that was forther developed by researcher, consisting of 20 items of creative thinking ability, and 40 items of affective characteristic. Data analysis technique used was Product-Moment correlation technique of Pearson.

The results of research data analysis, showed that (1) democratic or authoritative parental rearing pattern relate not significantly positive to kids creativity on second grade students of SMP Kanisius Kalasan in 2004/2005

Page 12: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

learning year with correlation coefficient (r = 0,443). (2) Authoritary or authoritarian parental rearing pattern relate not significantly positive to kids creativity on second grade students of SMP Kanisius Kalasan in 2004/2005 learning year with correlation coefficient (r = 0,467). (3) Permissive or indulgent parental rearing pattern relate not significantly positive to kids creativity on second grade students of SMP Kanisius Kalasan in 2004/2005 learning year with correlation coefficient (r = 0,322). (4) Laissez faire or indifferent parental rearing pattern relate negative to kids creativity on second grade students of SMP Kanisius Kalasan in 2004/2005 learning year. Thus, in general it could be concluded that democratic or authoritative relate significantly positive to kids creativity, authoritary or authoritarian and permissive or indulgent parental rearing patterns relate not significantly positive to kids creativity, whereas laissez faire or indifferent parental rearing pattern delay the development of kids creativity on second grade students of SMP Kanisius Kalasan in 2004/2005 learning year.

Page 13: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan memaparkan latar belakang masalah,

perumusan masalah, hipotesis penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

definisi operasional variabel.

A. Latar Belakang Masalah

Munandar Utami (1999: 14) mengemukakan bahwa sebagai negara

berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang

mampu memberi sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi,

dan kebudayaan, termasuk kesenian, demi kesejahteraan bangsa pada

umumnya. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan

kreativitas peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi serta

kebutuhan masyarakat dan negara.

Keluarga sebagai media pendidikan pertama bagi anak merupakan

media yang paling efektif bagi terciptanya daya kreativitas dalam diri anak,

karena di dalam keluarga anak pertama kali mendapatkan pengalaman hidup

dan keluarga merupakan lingkungan yang paling kuat pengaruhnya dalam

membesarkan dan mendidik anak. Bila ditinjau dari segi waktu, keluarga

memperoleh lebih banyak jam tatap muka bersama anak dibandingkan dengan

sekolah formal, sehingga kebersamaan dengan orangtua memungkinkan

berkembangnya daya kreativitas anak dengan baik.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Dalam GBHN 1993 (dalam Munandar, 1999) dinyatakan bahwa

pengembangan kreativitas hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu di

lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam

pendidikan prasekolah. Perkembangan kreativitas anak sangatlah penting,

tidak hanya demi pengembangan intelektualitasnya, atau untuk meningkatkan

kebudayaannya, tetapi juga bagi kesejahteraan jiwanya. Renzulli, 1981 (dalam

Munandar, 1999) mengemukakan bahwa kreativitas atau daya cipta

memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi,

serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.

Dewasa ini kreativitas anak-anak dapat dikatakan belum

berkembang dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh orangtua, cara

orangtua dalam mendidik dan memberi pemahaman kepada anak-anak. Masih

banyak orangtua yang mendidik anak dengan cara-cara yang kurang

mendukung terciptanya daya kreativitas dalam diri anak. Banyak orangtua

yang kurang memberikan kesempatan kepada anak dalam mengembangkan

daya kreativitas mereka. Orangtua mempunyai harapan tertentu tentang

bagaimana anak mereka harus berperilaku dan setiap orangtua akan senang

bila harapan ini terpenuhi, akan tetapi kebanyakan orangtua kurang bisa

menyampaikan apa yang diinginkannya untuk dilakukan oleh anak mereka

dengan cara yang tepat dan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan

oleh anak. Jika anak sejak kecil terlalu dikekang, selalu diberi contoh

bagaimana seharusnya bertingkah laku dan tidak dirangsang untuk berpikir

sendiri, maka kelak ia hanya dapat menjadi orang yang “imitatif”, yang kurang

Page 15: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

mempunyai daya kreasi. Hal-hal tersebut di atas menyebabkan anak,

khususnya pada usia remaja kurang bisa memunculkan ide-ide maupun

pikiran-pikiran baru yang mendorong daya kreativitasnya.

Bermacam-macam kondisi rumah tangga, misalnya: keadaan

sosial-ekonomi keluarga, hubungan ayah dan ibu, hubungan orangtua dan

anak, kesibukan orangtua di luar rumah, perhatian dan kasih sayang dalam

kehidupan keluarga, jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendidikan

orangtua, dan sebagainya mempunyai hubungan yang erat dengan

perkembangan kreativitas anak dalam keluarga.

Keadaan ideal yang diharapkan adalah orangtua menyadari

besarnya peran mereka terhadap perkembangan remaja, khususnya terhadap

perkembangan kreativitasnya. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh para

orangtua untuk merangsang perkembangan kreativitas anaknya, misalnya

dengan mengusahakan suatu lingkungan yang kaya akan rangsangan mental

dan suasana di mana anak merasa tertarik dan tertantang untuk mewujudkan

kreativitasnya. Orangtua seharusnya memberi kebebasan kepada anak untuk

melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang merangsang dan menumbuhkan

kreativitas anak.

Orangtua hendaknya juga menyadari bahwa setiap anak merupakan

pribadi yang unik, setiap anak mempunyai bakat dan minat yang berbeda-

beda. Tanggungjawab orangtua ialah mengenal potensi setiap anak dan

menciptakan suatu iklim dan suasana di dalam keluarga yang memupuk dan

mendorong perwujudan potensi kreatif ini.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah:

“Apakah ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dan

kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan?” Secara lebih

rinci permasalahan utama tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara pola asuh

demokratis/authoritative dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Kanisius Kalasan?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara pola asuh

otoriter/authoritarian dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Kanisius Kalasan?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif/indulgent

dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan?

4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara pola asuh laissez

faire/indifferent dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius

Kalasan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji hubungan antara pola

asuh orangtua dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan.

Secara terinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis/authoritative dan

kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

2. Mengetahui hubungan antara pola asuh otoriter/authoritarian dan

kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan.

3. Mengetahui hubungan antara pola asuh permisif/indulgent dan kreativitas

anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan.

4. Mengetahui hubungan antara pola asuh laissez faire/indifferent dan

kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dimanfaatkan oleh para

pendidik, baik guru pembimbing maupun orangtua, agar dapat merancang

kegiatan yang bermanfaat dan menarik bagi remaja sehingga remaja dapat

tumbuh sebagai pribadi yang kreatif.

2. Memberikan tambahan informasi bagi penelitian ilmiah, khususnya di

bidang Pendidikan, Bimbingan dan Konseling tentang kreativitas ditinjau

dari pola asuh orangtua.

3. Hasil penelitian ini diharapkan digunakan oleh guru pembimbing untuk

mengembangkan program bimbingan, baik bimbingan pribadi, bimbingan

sosial, bimbingan belajar, maupun bimbingan karier, untuk siswa-siswi

SMP Kanisius Kalasan.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini. Variabel pertama

adalah pola asuh orangtua (demokratis, otoriter, permisif dan laissez faire)

sebagai variabel bebas (X) dan variabel kedua adalah kreativitas anak,

sebagai variabel terikat (Y).

2. Definisi Operasional Variabel

a. Pola asuh orangtua adalah perlakuan orangtua dalam rangka dalam

rangka merawat, mendidik, melatih, memimpin, memberikan

perlindungan, dan memenuhi kebutuhan anak dalam kehidupan sehari-

hari. Bentuk perlakuan itu diekspresikan secara nyata dan langsung,

serta dilakukan secara berulang-ulang.

b. Kreativitas adalah kemampuan mental dan berbagai jenis keterampilan

khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik,

berbeda, orisinal, sama sekali baru, tepat sasaran dan tepat guna

(Chandra Julius, 1994: 15). Menurut Olson (1989: 14) kreativitas

mengacu pada kemampuan individu yang mengandalkan keunikan dan

kemahirannya untuk menghasilkan gagasan baru dan wawasan yang

segar yang sangat bernilai bagi individu tersebut.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini secara singkat akan dijelaskan kajian teoritis yang

menjadi dasar perumusan hipotesis yang memberi arahan bagi penelitian ini.

Kajian teoritis yang dimaksud mencakup: Pola asuh orangtua, kreativitas anak,

hubungan pola asuh orangtua dengan kreativitas anak, dan sikap orangtua yang

memupuk dan menghambat kemampuan kreativitas remaja.

A. Hakikat Pola Asuh Orangtua

1. Pengertian Pola Asuh Orangtua

Pola dapat diartikan sebagai sebuah sistem, cara kerja, bentuk yang

tetap, bentuk pengorganisasian program kegiatan. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1990) pola bisa diartikan sebagai bentuk (yang

dipraktekkan secara berulang-ulang) atau struktur yang tetap. Sedangkan

asuh berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak, membimbing

(membantu dan melatih), memimpin (mengepalai, menyelenggarakan) dan

menjaga supaya orang (anak) dapat berdiri sendiri. Jadi pola asuh dapat

dimaknai sebagai suatu sistem yang diterima dan dipakai sebagai pedoman

oleh orangtua dalam merawat, mendidik, melatih dan memimpin anak.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

2. Macam-macam Pola Asuh Orangtua.

Menurut Diana Baumrind (dalam Alibata, 2000) ada dua aspek dari

tingkah laku pengasuhan orangtua, yaitu: parental responsiveness dan

parental demandingness. Parental responsiveness menunjuk pada sejauh

mana orangtua menanggapi atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak

dalam suatu sikap yang menerima dan mendukung, sedangkan parental

demandingness menunjuk pada sejauh mana orangtua mengharapkan dan

menuntut perilaku yang bertanggungjawab dan matang dari anak-anak

mereka.

Menurut Steinberg (dalam Alibata, 2000) perpaduan antara aspek

parental responsiveness dan parental demandingness melahirkan empat

pola pengasuhan orangtua terhadap anak, sebagaimana divisualisasikan

pada gambar sebagai berikut:

Demandingness

High Low

High

Responsiveness

Low

Authoritative Indulgent Authoritarian Indifferent

Gambar 1. Pola Pengasuhan Orangtua (dalam Alibata, 2000)

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa: pertama, pola

asuh authoritative yang bercirikan orangtua sangat responsif atau sangat

Page 21: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

tanggap terhadap pemenuhan kebutuhan-kebutuhan anak-anak mereka,

namun juga sangat menuntut anak-anak mereka. Kedua pola asuh

authoritarian yang bercirikan orangtua yang sangat menuntut ketaatan dan

kepatuhan dari anak-anak mereka, tetapi kurang responsif atau kurang

tanggap terhadap pemenuhan kebutuhan-kebutuhan anak-anak mereka.

Ketiga, pola asuh indulgent yang bercirikan orangtua yang sangat

responsif, tetapi tidak menuntut kedisiplinan dari anak-anak mereka,

bahkan tidak menuntut sama sekali sehingga memanjakan anak. Keempat,

pola asuh indifferent yang bercirikan orangtua yang tidak menuntut,

namun juga tidak responsif atau tidak tanggap terhadap kebutuhan-

kebutuhan anak-anaknya. Bahkan sering acuh tak acuh kepada anak.

Prasetya (2003: 27) mengkualifikasikan pola pengasuhan dalam

empat kategori, yaitu pola asuh demokratis (authoritative), pola asuh

otoriter (authoritarian), pola asuh permisif/penyabar/pemanja (indulgent),

dan pola asuh laissez faire/penelantar (indifferent).

Masing-masing pola pengasuhan itu diidentifikasi sebagai berikut:

a. Pola Demokratis ( Authoritative )

Menurut Prasetya (2003: 27) pola pengasuhan demokratis

diterapkan oleh orangtua yang menerima kehadiran anak dengan

sepenuh hati serta memiliki pandangan atau wawasan kehidupan masa

depan dengan jelas. Mereka tidak hanya memikirkan masa kini, tetapi

memahami bahwa masa depan harus dilandasi oleh tindakan-tindakan

masa kini. Mereka menyadari dan menghayati adanya kesinambungan

Page 22: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

perkembangan kepribadian anak sepanjang hidup. Orangtua

demokratis lebih memprioritaskan kepentingan anak dibandingkan

dengan kepentingan dirinya.

Orangtua demokratis mengajarkan kepada anaknya tentang

bagaimana berperilaku dan bertanggungjawab, mereka menghadiahkan

sesuatu benda kepada anaknya jika anaknya melaksanakan apa yang

diajarkan dan ada beberapa konsekuensi bila anak melanggar

peraturan, namun tingkah laku anak lebih sering dihargai daripada

dihukum (Lighter, 1999: 19). Perlakuan orangtua penuh cinta kasih

tetapi tegas. Hurlock (1999) dan Lighter (1999) mengatakan bahwa

orangtua demokratis menggunakan seperangkat standar untuk

mengatur anak-anaknya sesuai dengan perkembangan dan kemampuan

anak. Kepada anak yang masih kecil dibiasakan dan diberitahukan

mengenai peraturan yang harus dipatuhi dalam kata-kata yang

dimengertinya. Dengan bertambahnya usia, anak tidak saja dibiasakan

dan diberi penjelasan tentang peraturan, melainkan juga diberi

kesempatan untuk menyatakan pendapat mereka tentang peraturan.

Menurut Prasetya (2003: 27) “orangtua demokratis tidak ragu-

ragu dalam mengendalikan anak. Berani menegur anak bila anak

berperilaku buruk. Mereka mengarahkan perilaku anak sesuai dengan

kebutuhan anak agar memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan-

keterampilan yang akan mendasari anak untuk mengarungi hidup dan

kehidupan di masa mendatang. Mereka menghargai anak tidak hanya

Page 23: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

sebagai makhluk biologis semata, tetapi merupakan manusia utuh yang

juga memiliki pikiran dan emosi”.

Pola asuh demokratis memungkinkan anak tumbuh dengan

keunikan rasa sebagai pribadi dan dengan kecakapan untuk menjadi

mandiri (Lighter, 1999; Prasetya, 2003). Gunarsa dan Gunarsa (1986:

84) mengatakan bahwa orangtua demokratis memperhatikan dan

menghargai kebebasan anak, namun kebebasan yang tidak mutlak dan

dengan bimbingan yang penuh pengertian antara kedua belah pihak,

anak dan orangtua. Keinginan dan pendapat anak diperhatikan. Dengan

cara demokratis ini pada anak akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk

memperlihatkan sesuatu tingkah laku dan selanjutnya memupuk

kepercayaan dirinya.

Para peneliti (dalam Prasetya, 2003: 29) menemukan bahwa

anak-anak dengan pola pengasuhan authoritative cenderung lebih

mandiri, tegas terhadap diri sendiri, memiliki kemampuan introspeksi

dan mengendalikan diri, mudah bekerja sama dengan orang lain serta

ramah terhadap orang lain yang menyebabkan mereka mudah bergaul

dengan teman-teman sebaya maupun dengan orang-orang yang lebih

dewasa.

b. Pola Otoriter ( Authoritarian )

Menurut Prasetya (2003: 29) orangtua otoriter menilai dan

menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan

Page 24: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

sepihak oleh orangtua, memutlakkan kepatuhan dan rasa hormat atau

sopan santun. Orangtua merasa tidak pernah berbuat salah. Lighter

(1999: 18) mengatakan bahwa “orangtua yang bertipe authoritarian

pasti akan sangat keras kepada anak dan mungkin tampak sangat kuat

dan mengancam dalam beberapa hal. Anak dipaksa untuk menerima

nilai-nilai yang mereka ajarkan dan mematuhi cara mereka melakukan

segala sesuatu pada setiap saat. Orangtua menetapkan peraturan rumah

yang keras”.

Orangtua otoriter membuat pembatasan dan peraturan untuk

mengontrol perilaku anak. Apabila anak melanggar peraturan, norma,

atau ketentuan yang telah ditetapkan, maka anak akan mendapat

hukuman, namun jika anak melaksanakan apa yang telah ditetapkan

orangtua, anak jarang sekali mendapat pujian/penghargaan (Hurlock

1999: 93). Kebanyakan anak dari pola pengasuhan otoriter melakukan

tugas-tugasnya karena takut memperoleh hukuman (Prasetya, 2003:

29). Meskipun orangtua mencintai anaknya, mereka kurang

memperlihatkan afeksi mereka secara fisik kepada anak-anaknya

(Hurlock, 1999; Lighter, 1999).

Menurut Prasetya (2003: 29) pola asuh otoriter cenderung tidak

memikirkan apa yang akan terjadi di masa kemudian hari, fokusnya

lebih pada masa kini. Orangtua mengendalikan anak lebih karena

kepentingan orangtua untuk kemudahan kepengasuhan. Orangtua tidak

menyadari bahwa di kemudian hari anak-anak dengan pola asuh

Page 25: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

otoriter mungkin akan menimbulkan masalah yang lebih rumit dan

memusingkan.

Orangtua yang bersikap otoriter, yang selalu memberi kecaman

terhadap anak membuat anak berperilaku agresif (Shochib, 1998).

Prasetya (2003: 30) mengatakan bahwa anak laki-laki dengan pola

pengasuhan otoriter sangat mungkin memiliki resiko berperilaku

antisosial, agresif, impulsif dan perilaku-perilaku maladaptif lainnya.

Anak perempuan cenderung menjadi tergantung pada orangtuanya.

Anak-anak yang dibesarkan dalam pola otoriter ditambah dengan

siksaan-siksaan atau deraan-deraan fisik dikemudian hari dapat

menjadi kriminal atau melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang

dari norma-norma yang wajar.

c. Pola Permisif ( Indulgent )

Orangtua permisif cenderung lebih bersikap membiarkan

remaja mereka, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam

tingkah laku mereka. Remaja mendapatkan kesempatan sebebas-

bebasnya untuk menentukan keinginannya sesuai dengan pola

pikirnya, dipacu untuk mandiri, sehingga kontrol orangtua tidak terlalu

berperan (Gunarsa dan Gunarsa, 1986: 83; Lighter, 1999: 19).

Orangtua permisif terlalu cepat mengalihkan tanggungjawab kepada

anak-anaknya, apabila mereka melakukan kesalahan, anak tidak pernah

Page 26: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

dihukum dan tidak pernah diberi hadiah bila melakukan hal-hal yang

umum (Lighter, 1999: 19).

Orangtua permisif sangat mencintai anak-anaknya, namun

mereka sama sekali tidak menetapkan aturan dan disiplin. Orangtua

permisif mengabaikan peluang yang penting untuk melatih dan

membimbing anak-anaknya dengan berbagai kecakapan yang

diperlukan anak-anak untuk mandiri (Lighter 1999: 19). Prasetya

(2003: 31) mengatakan bahwa anak-anak yang terlantar karena

orangtua yang kurang bahkan sama sekali tidak mempedulikan

perkembangan psikis anak merupakan anak-anak yang paling potensial

terlibat penggunaan obat-obatan terlarang (narkoba) dan tindakan-

tindakan kriminal lainnya. Orangtua lebih memprioritaskan

kepentingan sendiri daripada kepentingan anak. Kepentingan

perkembangan kepribadian anak terabaikan karena orangtua terlalu

sibuk dengan kegiatannya sendiri. Orangtua sering tidak peduli atau

tidak tahu dimana anak-anaknya berada, dengan siapa saja mereka

bergaul, sedang apa anak tersebut dan sebagainya.

d. Pola Laissez Faire ( Indifferent )

Orangtua laissez faire cenderung membiarkan anak-anak

mereka untuk meraba-raba dalam situasi yang terlalu sulit untuk

ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian

(Hurlock, 1999: 93). Menurut Steinberg, 1993; Berk, 1994; Rice, 1996

Page 27: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

(dalam Alibata 2000) orangtua indifferent cenderung

menolak/mengabaikan/menelantarkan anak. Bagi orangtua indifferent

tidak ada kesempatan untuk memperhatikan anak. Mereka tidak peduli

terhadap kebutuhan, aktivitas, kegiatan belajar maupun pergaulan

anak-anak dengan teman-temannya. Orangtua indifferent hampir tidak

pernah berbincang-bincang atau berkomunikasi dengan anak. Mereka

mengabaikan pendapat atau masukan anak dalam membuat keputusan.

Mereka bahkan menjauh dari anak baik secara fisik maupun psikis.

B. Hakikat Kreativitas Anak

1. Pengertian Kreativitas

Menurut Munandar (1988: 1) kreativitas merupakan ungkapan

unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi individu dengan

lingkungannya, dan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap atau

perilakunya. Olson (1989) mengatakan bahwa :

“Kreativitas mengacu pada kemampuan individu yang mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk menghasilkan gagasan baru dan wawasan yang segar yang sangat bernilai bagi individu tersebut. Kreativitas merupakan suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang tidak berkembang secara alamiah atau tidak dibuat dengan cara yang biasa”.

Menurut Semiawan. dkk (1984: 8) kreativitas adalah

kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru; atau melihat

hubungan-hubungan baru antar unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada

sebelumnya. Kreativitas terletak pada kemampuan untuk melihat asosiasi

Page 28: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

antara hal-hal atau obyek-obyek yang sebelumnya tidak ada atau tidak

tampak hubungannya. Sedangkan Hurlock (1999: 4) mengemukakan

bahwa:

“Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman. Ia mungkin mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Ia harus mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata, walaupun merupakan hasil yang sempurna dan lengkap. Ia mungkin dapat berbentuk produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin bersifat prosedural atau metodologis”.

2. Ciri-ciri Pribadi yang Kreatif

Pribadi yang kreatif adalah orang-orang yang terbuka sepenuhnya

kepada semua pengalaman, yang memiliki kepercayaan diri, yang fleksibel

dalam keputusan serta tindakan mereka dan yang akan mengungkapkan

diri mereka dalam produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif

dalam semua bidang kehidupan mereka (Rogers; dalam Schultz, 1991: 54).

Munandar, 1977 (dalam Semiawan. dkk, 1984: 10) mengemukakan bahwa

pribadi kreatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: mempunyai daya

imajinasi yang kuat, mempunyai inisiatif, mempunyai minat yang luas,

bebas dalam berpikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapat

pengalaman-pengalaman baru, percaya pada diri sendiri, penuh semangat

(energetic), berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan),

dan berani dalam pendapat dan keyakinan (tidak ragu-ragu dalam

Page 29: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

menyatakan pendapat meskipun mendapat kritik dan berani

mempertahankan pendapat yang menjadi keyakinannya).

Menurut Chandra (1994) ciri-ciri orang yang kreatif adalah sebagai

berikut:

a. Memiliki hasrat untuk mengubah hal-hal di sekelilingnya menjadi

lebih baik.

b. Memiliki kepekaan, yaitu bersikap terbuka dan tanggap terhadap

segala sesuatu.

c. Memiliki minat untuk menggali lebih dalam dari yang tampak di

permukaan.

d. Memiliki rasa ingin tahu yaitu semangat yang tak pernah berhenti

untuk mempertanyakan.

e. Mendalam dalam berpikir yaitu sikap yang mengarahkan untuk

pemahaman yang mendalam pula.

f. Memiliki konsentrasi yaitu mampu menekuni suatu permasalahan

hingga menguasai seluruhnya.

g. Memiliki sikap mencoba dan melaksanakan yaitu bersedia

mencurahkan tenaga dan waktu untuk mencari dan mengembangkan.

h. Memiliki kesabaran untuk memecahkan permasalahan dalam

detailnya.

i. Memiliki optimisme yaitu memadukan antusiasme (kegairahan) dan

rasa percaya diri.

j. Mampu bekerja sama bersama orang lain.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Torrance (dalam Munandar, 1999) mengatakan bahwa pribadi yang

kreatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berani dalam pendirian dan

keyakinan, melit (ingin tahu), mandiri dalam berpikir dan dalam memberi

pertimbangan, bersibuk diri terus-menerus dengan kerjanya atau apa yang

menarik perhatiannya, intuitif, ulet, dan tidak bersedia menerima pendapat

orang lain (termasuk otoritas) begitu saja jika tidak sesuai dengan

keyakinannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas.

a. Faktor-faktor yang Mendukung Perkembangan Kreativitas.

Menurut Munandar, Utami (1988: 17) sikap-sikap dan kondisi-

kondisi yang perlu dipupuk untuk menumbuhkan dan meningkatkan

kreativitas individu, yang berlaku baik bagi remaja dan orang dewasa

muda maupun bagi masa-masa usia selanjutnya yaitu:

1). Kesendirian (aloneness).

Kesendirian memungkinkan orang lebih mendengarkan (peka

terhadap) sumber-sumber dalam dirinya, dan tidak terlalu

diungkapkan terhadap rangsangan-rangsangan konvensional atau

klik-klik di dalam masyarakat. Biasanya orang memperoleh

inspirasi dalam kesendirian, bukan di dalam massa. Dalam hal ini

kesendirian bukan sebagai suatu penarikan diri atau suatu

ketidakmampuan untuk bergaul dengan orang lain, tetapi

kesendirian maksudnya seseorang mampu berada sendiri untuk

Page 31: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

jangka waktu tertentu dan tidak selalu berada bersama orang lain

atau hanya senang melakukan kegiatan kelompok. Individu harus

mampu berselang-seling antara kegiatan kelompok dan kegiatan

sendiri, dalam situasi inilah kreativitas lebih dimungkinkan

berkembang.

2). Mengambil waktu untuk berpikir dan ber-rasa.

Mengembangkan alam perasaan sangat penting untuk pertumbuhan

kreativitas. Individu membutuhkan waktu untuk berpikir dan ber-

rasa. Jika seseorang selalu terlibat dalam salah satu kegiatan atau

pekerjaan di luar, ia membatasi kemungkinan untuk

mengembangkan sumber-sumber dalam dirinya. Bekerja memang

baik bagi remaja untuk membentuk rasa tanggungjawab dan

kewarganegaraan yang baik, tetapi terlalu banyak kegiatan rutin

tanpa waktu untuk berpikir dan ber-rasa akan menghambat

kegiatan/pertumbuhan mental dan kreativitas.

3). Merenung dan melamun.

Dalam merenung dan melamun individu tidak pasif, tetapi

dapat melihat kemungkinan-kemungkinan baru, gagasan-gagasan

yang sampai saat ini belum pernah terpikirkan. Melamun dan

merenung, seperti kesendirian, perlu untuk melakukan introspeksi

atau tinjauan ke dalam.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

4). Berpikir bebas.

Bebas dari hambatan, dari praduga atau stereotip, yang

memungkinkan individu menelusuri macam-macam arah,

menjajaki macam-macam alternatif, yang akan menghasilkan ide-

ide baru.

5). Kesiapan untuk melihat kesamaan atau analogi

Kemampuan untuk membentuk sesuatu yang baru dengan

menggabung unsur-unsur yang beragam atau yang pada kesan

pertama nampaknya tidak relevan.

6). Kesediaan untuk menunda pemberian kritik, pertimbangan atau

penilaian untuk kala waktu tertentu.

Kecenderungan untuk langsung memberikan kritik terhadap suatu

gagasan baru, dapat mematikan spontanitas dan keberanian untuk

menyampaikan sesuatu pendapat, apalagi jika pendapat itu

menyimpang dari yang konvensional.

7). Konflik sebagai motivasi

Konflik dapat menjadi motivasi untuk berkreasi.

8). Kesiagaan dan disiplin

Untuk menghasilkan karya kreatif yang bermakna, yang diperlukan

tidak hanya kualitas-kualitas seperti; imajinasi, inspirasi, firasat

dan talenta/bakat, tetapi juga disiplin, kesiagaan, belajar dan

bekerja keras, pengikatan diri terhadap apa yang menjadi

tujuannya.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

b. Faktor-faktor yang Menghambat Perkembangan Kreativitas.

Lingkungan yang menghambat perkembangan kreativitas dapat

merusak motivasi anak dan dapat mematikan kreativitas (Amabile,

1989; dalam Munandar, 1999). Menurut Munandar (1999: 316) dalam

upaya membantu anak merealisasikan potensinya, seringkali orangtua

menggunakan cara paksaan agar anak belajar. Penggunaan paksaan

atau kekerasan tidak saja berarti bahwa orangtua mengancam dengan

hukuman atau memaksakan aturan, tetapi juga bila orangtua

memberikan hadiah atau pujian secara berlebihan.

Amabile (dalam Munandar, 1999) mengemukakan empat cara

yang mematikan kreativitas, yaitu: evaluasi, hadiah, persaingan

(competitive) dan lingkungan yang membatasi.

1). Evaluasi.

Menurut Rogers (dalam Munandar, 1999) salah satu syarat

untuk memupuk kreatifitas konstruktif adalah bahwa pendidik

tidak memberikan evaluasi, atau setidak-tidaknya menunda

pemberian evaluasi sewaktu anak sedang berkreasi.

2). Hadiah.

Munandar (1999: 318) mengatakan bahwa pemberian

hadiah dapat merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.

3). Persaingan (Kompetisi).

Kompetisi terjadi apabila siswa merasa bahwa

pekerjaannya akan dibandingkan dengan pekerjaan siswa lain dan

Page 34: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

yang terbaik akan mendapatkan hadiah. Kompetisi terjadi dalam

kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.

(Munandar, 1999: 318).

4). Lingkungan yang membatasi.

Menurut Albert Einstein (dalam Munandar 1999) belajar

dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan.

4. Peran Kreativitas dalam Kehidupan Manusia

Manfaat dari kreativitas yang dapat dikembangkan dan dimiliki

seseorang bagi kehidupannya di dunia ini besar sekali. Menurut Ruth

Richards (dalam Gie; 2003: 22) kreativitas merupakan dasar bagi

kelangsungan di dunia ini, karena kemampuan itu adalah kemampuan kita

untuk menyesuaikan diri pada perubahan, ini menjadi inti bagi

kelangsungan hidup manusia. Ellen McGrath (dalam Gie; 2003: 22)

berpendapat bahwa untuk menghadapi ketidakstabilan dalam hidup, setiap

orang perlu menemukan berbagai pemecahan yang baru dan kreatif

terhadap berbagai tantangan dari kehidupan sehari-hari, oleh karenanya

kreativitas akan menjadi keterampilan untuk kelangsungan hidup.

Menurut Munandar (1999: 43) kreativitas begitu bermakna

dalam kehidupan manusia karena:

a. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan

diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup

manusia (Maslow, 1967 dalam Munandar 1999).

Page 35: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

b. Pemikiran kreatif (disebut juga berpikir divergen) perlu dilatih, karena

membuat anak lancar dan luwes (fleksibel) dalam berpikir, mampu

melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu

melahirkan banyak gagasan.

c. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi

dan lingkungan, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.

d. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas

hidupnya.

Olson (1989: 20) mengatakan bahwa kreativitas bermanfaat

bagi manusia, yaitu dengan kreativitas: a. Manusia menjadi lebih kreatif menjadi lebih terbuka pikirannya

terhadap gagasan sendiri (kepercayaan terhadap diri sendiri menjadi

lebih besar dan gagasan orang lain.

b. Manusia mempelajari bagaimana menunda keputusan.

c. Inisiatif dan sumber daya manusia meningkat. Permasalahan umumnya

diketahui lebih awal dan ditangani pada saat itu juga. Demikian juga,

peluang pada umumnya diketahui lebih awal dan dapat memperoleh

keuntungan daripadanya selekas mungkin. Penundaan, yang sering

diakibatkan oleh masalah yang muncul secara luar biasa, telah

menurun.

d. Membantu manusia dalam mengembangkan sumber daya mental.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

e. Manusia memperoleh kepercayaan dan penerimaan diri yang lebih

besar yang juga menghasilkan penerimaan tanggung jawab yang lebih

antusias.

f. Membantu manusia dalam pemecahan masalah secara kreatif serta

dapat membangkitkan gagasan.

g. Manusia memperoleh kesenangan yang dapat memberi motivasi dan

energi untuk mendekati kehidupan secara kreatif, yang pada gilirannya

meningkatkan kesenangan dan kegembiraan hidup.

C. Hubungan antara Pola Asuh Orangtua dan Kreativitas Anak

Pola asuh orangtua mempengaruhi kemampuan kreativitas remaja.

Menurut Munandar (1999) kreativitas adalah hasil dari proses interaksi antara

individu dan lingkungan. Kemampuan kreatif seseorang dipengaruhi oleh

lingkungan di mana seseorang berada, dengan demikian berarti lingkungan

dapat menunjang dan atau menghambat kreativitas seseorang.

Sikap-sikap orangtua terhadap anak dapat memupuk dan

memperkembangkan kreativitas anak, tetapi dapat pula menghambat atau

tidak memupuk kreativitas anak. Memupuk kreativitas anak maksudnya

menciptakan suatu iklim di dalam keluarga dan di rumah yang merangsang

dan mendorong anak untuk berkreasi. Ada orangtua yang cenderung menuntut

terlalu banyak dari anaknya dengan maksud mengembangkan kreativitas

anaknya semaksimal mungkin, padahal anak di dalam mengembangkan

Page 37: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

kreativitasnya memerlukan waktu untuk bermain-main, untuk bergaul dengan

temannya, untuk membaca buku-buku biasa dan tidak semata-mata buku

pelajaran.

Kebanyakan orangtua sering mengungkapkan bahwa mereka ingin

memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, akan tetapi memberikan yang

terbaik hanya akan mudah diucapkan, tidak mudah dilaksanakan. Sering kali

maksudnya demikian, tetapi hasilnya adalah memanjakan, dan pada

hakikatnya orangtua yang memanjakan akan melemahkan anak-anaknya. Di

lain pihak ada orangtua yang ambisius, lalu memberi anak-anaknya banyak

bekal dan target. Tetapi hasilnya malahan semacam penjejalan, sehingga

timbul rasa rendah diri dalam diri anak kalau ia gagal dalam memenuhi

harapan.

Menurut Munandar (1999) dalam suasana non-otoriter, ketika anak

belajar atas prakarsa sendiri maka anak dapat berkembang karena orangtua

menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani

mengemukakan gagasan baru, dan ketika anak diberi kesempatan untuk

bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya, maka kemampuan kreatif

dapat tumbuh subur.

Menurut Indrawati (dalam Kartono: 1985) anak yang dibesarkan di

rumah yang bersuasana otoriter akan menjadi kurang kreatif karena orangtua

selalu melarang segala tindakan anak yang sedikit menyimpang dari yang

seharusnya dilakukan. Dengan larangan dan hukuman, orangtua menekan

daya kreativitas anak yang sedang berkembang, anak tidak akan berani

Page 38: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

mencoba dan ia tidak akan mengembangkan kemampuan untuk melakukan

sesuatu karena tidak mendapat kesempatan untuk mencoba. Anak juga akan

kehilangan spontanitas, dan tidak dapat mencatuskan ide-ide baru. Dapat juga

anak menjadi takut mengemukakan pendapatnya.

Orangtua yang memberikan kebebasan kepada remaja untuk bebas

mengekspresikan secara simbolis pikiran atau perasaannya, permissiveness ini

memberi remaja kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa

yang ada dalam dirinya. Dengan adanya kebebasan psikologis dan kesempatan

sebebas-bebasnya untuk menentukan keinginannya sesuai dengan pola

pikirnya, dipacu untuk mandiri, maka akan memungkinkan timbulnya

kreativitas yang konstruktif dalam diri remaja (Rogers, dalam Munandar,

1999; Gunarsa dan Gunarsa, 1986: 83; Lighter, 1999: 19).

Perilaku orangtua laissez faire/indifferent, yang mengabaikan

kebutuhan-kebutuhan materi dan psikis anak, baik secara langsung maupun

tidak langsung merupakan penelantaran anak oleh orangtuanya sendiri.

Penelantaran ini sangat mengganggu perkembangan anak, terutama

perkembangan kreativitasnya. Prasetya (2003), mengatakan bahwa anak yang

dibesarkan oleh orangtua yang menganut pola asuh laissez faire cenderung

lebih agresif, impulsif, pemurung dan kurang mampu berkonsentrasi pada

suatu kegiatan.

Kreativitas diperlukan dalam mewarnai cinta dalam keluarga.

Orangtua modern sesungguhnya tidak layak bersikap pasif dalam pendidikan

anak-anaknya di luar jam-jam sekolahnya. Kehidupan dalam rumah itu sendiri

Page 39: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

penting sekali untuk membekali mereka. Kalau suasana dalam rumah

mencerminkan kreativitas yang tak putus-putus, di mana ayah, ibu, anak-anak

sendiri terlibat, maka langsung atau tak langsung dalam keluarga itu

dibenihkan kecerdasan yang lebih komplit. Rumah adalah arena pendidikan

untuk kreativitas yang terpenting untuk kemajuan bangsa. Untuk mendorong

berkembangnya kreativitas dalam diri anak, perlu diusahakan suatu suasana

terbuka terhadap gagasan-gagasan baru yaitu dengan menciptakan iklim yang

kreatif dimana anak dan orangtua saling menerima dan saling menghargai.

Dukungan dan sikap positif dari orangtua akan menimbulkan

dorongan dalam diri anak untuk mengungkapkan kreativitas mereka. Oleh

karena itu hendaknya orangtua:

1. Bersikap terbuka terhadap minat dan gagasan anak.

2. Memberikan waktu kepada anak untuk mengembangkan kreativitas

mereka.

3. Menciptakan suasana saling menghargai dan saling menerima antara anak,

dan antara anak dan orangtua sehingga anak dapat bekerja sama dengan

orang lain maupun bekerja secara mandiri.

4. Memberi kesempatan kepada anak untuk berperan serta dalam mengambil

keputusan.

5. Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh anak dalam

kegiatan-kegiatan positif yang mereka lakukan.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Adapun kondisi-kondisi lingkungan yang bersifat memupuk

kreativitas anak, pertama adalah keamanan psikologis dan kedua kebebasan

psikologis (Rogers; dalam Munandar, 1999).

1. Anak akan merasa aman secara psikologis apabila:

a. Orangtua dapat menerimanya sebagaimana adanya, tanpa syarat,

dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi

kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya ia baik dan mampu.

b. Orangtua mengusahakan suasana di mana anak tidak merasa “dinilai”

oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan

sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan

diri.

c. Orangtua memberikan pengertian dalam arti dapat memahami

pemikiran, perasaan, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam

situasi anak dan dalam melihat dari sudut pandang anak. Dalam

suasana ini anak merasa aman untuk mengungkapkan kreativitasnya.

Mengenal dan ikut menghayati perasaan anak, pemikiran-

pemikirannya, tindakan-tindakannya, dapat melihat dari sudut pandang

anak dan tetap menerimanya, betul-betul memberi rasa aman. Dalam

suasana seperti ini, diri yang sebenarnya (real self) dimungkinkan untuk

timbul, untuk diekspresikan dalam bentuk-bentuk baru dalam

hubungannya dengan lingkungan. Inilah pada dasarnya memupuk

kreativitas.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

2. Anak akan merasakan kebebasan psikologis apabila:

Orangtua mengijinkan atau memberi kesempatan kepada anak untuk bebas

mengekspresikan/mengungkapkan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan

anaknya secara simbolis misalnya dengan mengekspresikannya melalui

sajak atau gambar, mengungkapkan perasaan-perasaannya dalam buku

harian, atau ia dapat menyatakan emosinya yang meluap dengan bermain

musik atau dengan “bermain tinju”. Dengan demikian maka akan

memberikan anak kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan

apa yang ada dalam dirinya bahkan dapat menimbulkan karya-karya

kreatif.

D. Sikap Orangtua yang Memupuk dan Menghambat Kemampuan

Kreativitas Anak.

Menurut Munandar (1999: 137) sikap orangtua terhadap anak dapat

memupuk dan menghambat pengembangan kreativitas anak. Sikap orangtua

yang memupuk kreativitas anak adalah:

1. Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya,

2. Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal,

3. Membolehkan anak mengambil keputusan sendiri,

4. Mendorong kemelitan anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan hal-hal,

5. Meyakinkan anak bahwa orangtua menghargai apa yang ingin dicoba

dilakukan, dan apa yang dihasilkan,

6. Menunjang dan mendorong kegiatan anak,

Page 42: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

7. Menikmati keberadaannya bersama anak,

8. Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak,

9. Mendorong kemandirian anak dalam bekerja,

10. Menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan anak,

Adapun sikap orangtua yang menghambat pengembangan

kreativitas anak, adalah:

1. Orangtua yang selalu khawatir atau takut-takut, sehingga anak terlalu

dibatasi dalam kegiatan-kegiatannya,

2. Orangtua yang terlalu mengawasi gerak-gerik anak,

3. Orangtua yang menekankan pada kebersihan dan keteraturan secara

berlebihan,

4. Orangtua yang menuntut kepatuhan mutlak dari anak tanpa

mempertimbangkan alasan-alasan anak,

5. Orangtua yang mempunyai pandangan bahwa berkhayal itu tidak baik,

tidak berguna,

6. Orangtua yang selalu mengkritik perilaku atau pekerjaan anak,

7. Orangtua yang memberikan saran-saran spesifik tentang penyelesaian

tugas,

8. Orangtua yang tidak sabar dengan anak,

9. Orangtua dan anak adu kekuasaan,

10. Orangtua menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas,

11. Orangtua yang jarang memberi pujian atau penghargaan terhadap usaha

atau hasil karya anak.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas rumusan masalah dalam

suatu penelitian, yang kebenarannya masih harus dibuktikan. Dalam penelitian

ini peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Ada hubungan yang

signifikan antara pola asuh orangtua dan kreativitas anak pada siswa kelas II

SMP Kanisius Kalasan”. Secara lebih rinci hipotesis penelitian tersebut

dijabarkan sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang positif secara signifikan antara pola asuh

demokratis/authoritative dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Kanisius Kalasan.

2. Ada hubungan yang negatif secara signifikan antara pola asuh

otoriter/authoritarian dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Kanisius Kalasan.

3. Ada hubungan yang positif secara signifikan antara pola asuh

permisif/indulgent dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius

Kalasan.

4. Ada hubungan yang negatif secara signifikan dan antara pola asuh laissez

faire/indifferent dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius

Kalasan.

Page 44: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penggunaan metode penelitian yang tepat akan mempengaruhi ketepatan

suatu hasil penelitian. Sehingga dalam suatu penelitian perlu dipilih suatu metode

yang baik, agar dapat menjawab permasalahan yang diajukan peneliti. Bab ini

membahas tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, instrumen pengumpulan

data, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini termasuk penelitian ex post facto karena penelitian

ini tidak mengendalikan variabel secara langsung. Kerlinger (Furchan, 1982:

382) menjelaskan:

Penelitian ex-post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena perwujudan variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi.

Jadi dalam penelitian ini, peneliti menghimpun keterangan

berdasarkan kejadian atau pengalaman yang telah berlangsung di masa lalu

menyangkut pola pengasuhan orangtua maupun kreativitas sebagaimana

dialami anak selama ini dan/atau pada saat ini.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

B. Populasi dan Sampel Penelitian.

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi penelitian

ini adalah siswa-siswi kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran

2004/2005. Populasi ini terdiri dari para siswa yang sampai saat ini tinggal

bersama dengan orangtua mereka. Siswa kelas II SMP dipilih sebagai

populasi penelitian karena mereka berada pada awal masa remaja atau

sering disebut sebagai remaja awal dengan rentang usia 13 sampai dengan

16 tahun (Hurlock, 1992). Pada usia tersebut pola pengasuhan orangtua

masih mewarnai kehidupan pribadi mereka, khususnya dalam

perkembangan kreativitas mereka.

Berikut ini disajikan data populasi penelitian.

Tabel 1. Data Siswa-siswi Kelas II SMP Kanisius Kalasan Tahun Ajaran 2004/2005

Kelas II A II B II C Jumlah Total

Jumlah Siswa 31 31 30 92 Jumlah siswa yang tinggal dengan orangtua

29 27 28 84

Berdasarkan data yang diperoleh dari SMP Kanisius Kalasan,

jumlah siswa kelas II yang tinggal bersama dengan orangtua tahun ajaran

2004/2005 sebanyak 84 orang. Ke 84 orang tersebut berada pada usia 13-

16 tahun. Dengan demikian, 84 orang tersebut telah memenuhi kriteria

untuk dijadikan populasi subyek.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi. Sampel penelitian

diambil dari populasi penelitian yang berjumlah 84 siswa, untuk itu

peneliti mengambil 50 siswa sebagai sampel dan diharapkan dapat

mewakili populasi. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik simple

random sampling (penarikan acak sederhana), dengan alasan semua

anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai

anggota sampel penelitian (Furchan, 1982: 192). Teknik random sampling

ditempuh dengan cara undian, yaitu kertas kecil ditulisi nomor subyek,

satu nomor untuk satu kertas, kertas digulung sebanyak 84, kemudian

diambil sebanyak 50 gulungan kertas dengan nomor berbeda, setiap

gulungan kertas diambil dan nomornya menjadi anggota sampel. Langkah

ini digunakan dengan pertimbangan bahwa sampel yang semakin

mendekati populasi berarti semakin representatif bagi populasi (Arikunto,

1989).

C. Penentuan Variabel

Variabel merupakan gejala yang diamati yang menggambarkan

konstruk. Konstruk adalah konsep yang mempunyai makna (arti khusus)

dalam ilmu yang diteliti (Furchan, 1982). Ada dua variabel utama dalam

penelitian ini, yaitu pola asuh orangtua sebagai variabel bebas (X) dan

kreativitas anak sebagai variabel terikat (Y).

Page 47: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Pola asuh orangtua adalah suatu cara, pedoman, sistem yang

diterima dan digunakan oleh orangtua dalam merawat, mendidik, melatih dan

memimpin anak.

Sementara itu kreativitas menekankan pada suatu kemampuan yang

dimiliki remaja didalam mengungkapkan ide, gagasan, maupun dalam

menciptakan sesuatu secara kreatif.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode instrumentasi yaitu

menggunakan suatu alat di dalam melakukan penelitian. Instrumen

pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner (angket) yang

terdiri dari dua bagian yaitu pertama, kuesioner pola asuh orangtua (meliputi

empat bagian yaitu pola asuh demokratis/authoritative, pola asuh

otoriter/authoritarian, pola asuh permisif/indulgent dan pola asuh laissez

faire/indifferent) dan kedua, kuesioner kreativitas. Penjelasan secara terperinci

mengenai kedua alat ukur (kuesioner) tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner Pola Asuh Orangtua

Kuesioner pola asuh orangtua dalam penelitian ini diambil dan

dikembangkan dari alat yang disusun oleh Barus (1999) dan telah direvisi

oleh Alibata (2000). Kuesioner pola asuh diolah dan disusun berdasarkan

indikator sebagai berikut:

A. Aspek Authoritative, dengan indikator:

1). Hangat tetapi tegas,

Page 48: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

2). Menggunakan seperangkat standar untuk mengatur anak-anaknya

yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak-anaknya,

3). Menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian

dan pengaturan diri sendiri,

4). Menanamkan kebiasaan-kebiasaan rasional, berorientasi pada

permasalahan, sering melibatkan diri dalam perbincangan dan

penjelasan dengan anak-anak mereka di seputar persoalan-

persoalan disiplin,

5). Mendorong tumbuhnya interaksi saling memberi dan menerima,

6). Mendukung, menerima, dan bertanggung jawab dalam

mempertimbangkan berbagai alternatif, tetapi tidak mendominasi

dari sudut pendirian mereka sendiri,

7). Menggunakan wewenang, tetapi terapannya lebih bersifat

membimbing,

8). Melibatkan/mengijinkan remaja dalam membuat keputusan-

keputusannya sendiri dan mengekspresikan pandangan-

pandangannya sendiri serta menghargai individualitas remaja,

sementara orangtua ikut memberikan penjelasan-panjelasan yang

masuk akal (bekerja sama dalam membuat keputusan).

B. Aspek Authoritarian, dengan indikator:

1). Menuntut kepatuhan dan konformitas yang tinggi,

Page 49: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

2). Cenderung lebih suka menghukum, mutlak dan kaku dalam

tindakan disiplin,

3). Tidak mengenal “give and take” karena menurut keyakinan

mereka, anak harus menerima aturan-aturan dan standar yang

ditetapkan orangtuanya tanpa mempersoalkannya,

4). Cenderung untuk tidak mendukung perilaku bebas dan melarang

otonomi anak,

5). Membuat pembatasan-pembatasan dan peraturan-peraturan untuk

mengontrol perilaku anak,

6). Cenderung kurang hangat, kurang menerima, kurang mendukung

anak-anak mereka dan lebih suka melarang atau membatasi

otonomi, self-expression, dan keterlibatan remaja dalam membuat

keputusan,

7). Berusaha membentuk, mengontrol, dan mengevaluasi perilaku dan

sikap-sikap anak sesuai dengan standar (biasanya absolut, (sering)

dengan motivasi teologis (dengan menyetir ajaran agama atau ayat-

ayat kitab suci), dan dirumuskan dengan kewenangan atau

kekuasaan yang lebih tinggi yang dibuat oleh orangtua sendiri,

8). Mendesak anak-anak untuk mematuhi arahan atau perintah-

perintahnya, sangat mengutamakan atau mementingkan kerja dan

usaha (work oriented).

Page 50: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

C. Aspek Indulgent, dengan indikator:

1). Serba menerima, lunak, dan pasif dalam pembiasaan disiplin,

2). Memberi kebebasan sepenuhnya kepada anak-anak untuk berbuat

semaunya sendiri tanpa sedikitpun mengendalikan perilaku anak,

3). Melayani atau membantu anak sepenuhnya dalam hampir setiap

kegiatannya dan cenderung memanjakan anak,

4). Menuruti kemauan anak dan menghindari konflik dengan mereka,

5). Melindungi dan menyayangi anak secara berlebihan dan low

standard.

D. Aspek Indifferent, dengan indikator:

1). Tidak ada kesempatan untuk memperhatikan anak,

2). Cenderung menolak/mengabaikan/menelantarkan anak,

3). Tidak peduli terhadap kebutuhan, aktivitas, kegiatan belajar,

maupun pertemanan anaknya,

4). Hampir tidak pernah berbincang-bincang atau berkomunikasi

dengan anak,

5). Mengabaikan pendapat atau masukan anak dalam membuat

keputusan,

6). Menjauh dari anak secara fisik dan psikis.

2. Kuesioner Kreativitas

Kuesioner kreativitas dalam penelitian ini, diambil dan

dikembangkan dari alat yang disusun oleh Mujiyana (2001) untuk

Page 51: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

melakukan penelitian Hubungan Kecenderungan Pola Asuh Demokratis

Dengan Kemampuan Kreativitas Anak. Kuesioner kreativitas diolah dan

disusun berdasarkan indikator sebagai berikut:

A. Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif, dengan indikator :

1). Keterampilan berpikir lancar

2). Keterampilan berpikir luwes

3). Keterampilan berpikir orisinal

4). Keterampilan memperinci (mengelaborasi)

5). Keterampilan menilai

6). Keterampilan bekerja sama

B. Aspek Ciri Afektif, dengan indikator :

1). Rasa ingin tahu

2). Bersifat imajinatif

3). Merasa tertantang oleh kemajemukan

4). Sifat berani mengambil resiko

5). Sifat menghargai

6). Sikap mencoba

7). Rasa optimis

8). Sifat mandiri

9). Sikap yang terbuka

10).Kepercayaan diri

11).Kebebasan

Page 52: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Kedua alat tersebut disusun dalam bentuk skala bertingkat

berdasarkan prinsip Likert’s Summated Ratings. Peneliti menyajikan

pertanyaan-pertanyaan (item) yang memungkinkan responden untuk

menentukan sikap apakah ia “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, “jarang”,

atau “tidak pernah”. Untuk item positif diberi skor yang bergerak dari 5

sampai 1 untuk pilihan berturut-turut dari “selalu” sampai “tidak pernah”,

demikian sebaliknya item-item negatif diberi skor yang bergerak dari 1 sampai

5 untuk pilihan berturut-turut dari “selalu” sampai “tidak pernah”. Variabel

diukur dari tinggi rendahnya total skor yang diperoleh siswa yang

bersangkutan. Jumlah skor ini dijadikan sebagai data olahan statistik. Kedua

jenis alat di atas akan diuji coba untuk mengetahui taraf validitas dan

reliabilitasnya.

Tabel 2. Kisi-kisi Alat Ukur Uji Coba Nomor butir item Kuesioner Aspek

Positif Negatif Total

Authoritative (Demokratis)

1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 29, 32, 33, 34, 35, 36

4, 10, 12, 13, 16, 19, 22, 23, 28, 30, 31,

36

Authoritarian (Otoriter)

38, 39, 40, 42, 43, 44, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 58, 59, 60, 62

37, 41, 45, 47, 57, 61,

26

Indulgent (Permisif)

63, 64, 65, 67, 69, 71, 74, 75, 76, 77, 80

66, 68, 70, 72, 73, 78, 79, 81

19

Pola Asuh Orangtua

Indifferent (Laissez Faire)

83, 84, 86, 88, 91, 92, 94, 95, 97, 98, 99

82, 85, 87, 89, 90, 93, 96, 100

19

Kreativitas Kemampuan Berpikir Kreatif

1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 26, 27

4, 6, 11, 13, 17, 20, 24, 25, 28, 29

29

Page 53: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Ciri Afektif 30, 31, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 43, 44, 46, 47, 48, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 58, 60, 61, 63, 64, 66, 67, 69, 71, 72, 73, 74, 75, 77, 82, 84, 85

32, 33, 36, 41, 42, 45, 49, 57, 59, 62, 65, 68, 70, 76, 78, 79, 80, 81, 83

56

Kuesioner pola pengasuhan orangtua menggunakan alat yang

diadopsi dari alat penelitian Barus yang direvisi oleh Alibata dan

dikembangkan oleh peneliti, sedangkan kuesioner kreativitas

menggunakan alat yang diadopsi dari alat penelitian Mujiyana yang

dikembangkan oleh peneliti. Kuesioner pola asuh orangtua dan kuesioner

kreativitas diuji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

berdasarkan norma tertentu.

Berdasarkan perhitungan validitas dan reliabilitas, peneliti

melakukan rekonstruksi terhadap alat yang telah diuji coba. Rekonstruksi

alat ukur dilakukan dengan memperbaiki item-item yang koefisien

korelasinya mendekati 0,30 dan dengan menghilangkan item yang

koefisien korelasinya < 0,30. Maka tersusunlah alat yang siap digunakan

untuk penelitian, yaitu kuesioner kemampuan berpikir kreatif 20 item, ciri

afektif 40 item, kuesioner pola asuh orangtua demokratis 32 item, pola

asuh orangtua otoriter 15 item, pola asuh orangtua permisif 11 item dan

pola asuh orangtua laissez faire 18 item.

Tabel 3. Kisi-kisi Alat Ukur Penelitian Nomor Butir Item Kuesioner Aspek

Positif Negatif Total

Pola Asuh Orangtua

Authoritative (Demokratis)

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 15, 16, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 29, 30, 31, 32

9, 11, 14, 17, 20, 21, 27, 28,

32

Page 54: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Authoritarian (Otoriter)

34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47

33 15

Indulgent (Permisif)

48, 49, 50, 53, 54, 55, 56, 51, 52, 57, 58

11

Indifferent (Laissez Faire)

59, 60, 62, 64, 67, 68, 70, 71, 73, 74, 75

61, 63, 65, 66, 69, 72, 76

18

Kreativitas Kemampuan Berpikir Kreatif

1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,

5, 11, 20, 20

Ciri Afektif 21, 22, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 60

23, 24, 27, 36, 45, 48, 56

40

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data meliputi uji coba instrumen (validitas

dan reliabilitas dan tahap pangumpulan data).

1. Uji Coba Instrumen

Uji coba alat ukur penelitian dilaksanakan untuk mengetahui taraf

validitas dan reliabilitasnya. Uji coba alat ukur penelitian dilaksanakan

pada tanggal 9 September 2004. Subyek yang dijadikan responden ujicoba

alat ukur penelitian adalah siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan yang

tinggal bersama dengan orangtua mereka yang berjumlah 34 orang yang

diambil secara acak. Ke 34 subyek tersebut dinilai representatif dan

memiliki karakteristik yang sama dengan subyek penelitian.

a. Validitas (Kesahihan)

Validitas atau kesahihan adalah seberapa cermat, tepat dan teliti

alat ukur mampu malakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997: 176).

Menurut Masidjo (1995: 242) validitas adalah taraf sampai di mana

Page 55: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk

mengetahui tingkat validitas alat ukur pada penelitian ini, ditempuh uji

analisis validitas konstruk (construct validity) secara internal. Prosedur

pengujiannya dilakukan dengan cara menganalisis setiap item (item

analysis) masing-masing kuesioner dengan mengkorelasikan skor

setiap item (X) dengan skor total (Y). Dalam penelitian ini

dipergunakan teknik korelasi Product Moment Pearson (Masidjo,

1995: 142) dengan rumus sebagai berikut:

) )(()({ } )({ }∑ ∑∑∑

∑∑∑−−

−=

2222 YYNXXN

YXYXNrxy

Keterangan: Keterangan rumus:

xyr = Koefisien validitas item

∑X = Jumlah skor dalam sebaran X ( Item Gasal )

∑Y = Jumlah skor dalam sebaran Y ( Item Genap )

∑XY = Jumlah hasil kali skor X dan skor Y yang berpasangan

∑X2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑Y 2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

N = Banyaknya subyek

Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan

memberi skor pada setiap item dan mentabulasikan ke dalam data uji

coba. Selanjutnya dilakukan penghitungan dengan menggunakan

komputer program SPSS For Window seri 12.

Page 56: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Penetapan validitas (kesahihan) item menggunakan kriteria

Azwar dan Friedenberg (dalam Sulistiya, 2003) yang menyatakan

bahwa untuk skala psikologi sebaiknya digunakan harga koefisien

korelasi minimal 0,30. Dengan demikian, item yang koefisien korelasi

minimal < 0,30 dinyatakan gugur atau tidak valid, sedangkan item

yang dianggap valid adalah item dengan koefisien korelasi ≥ 0,30.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap 100

item kuesioner pola asuh orangtua diperoleh 67 item valid, 9 item yang

koefisien korelasinya mendekati 0,30 sehingga diperbaiki dan 24 item

tidak valid atau digugurkan. Sehingga jumlah item keseluruhan

kuesioner pola asuh orangtua yang akan digunakan dalam penelitian

adalah 76 item.

Sedangkan perhitungan yang dilakukan terhadap 85 item

kuesioner kreativitas ditemukan 53 item valid, 7 item yang koefisien

korelasinya mendekati 0,30 sehingga diperbaiki dan 25 item tidak

valid atau digugurkan. Sehingga jumlah item keseluruhan kuesioner

kreativitas yang akan digunakan dalam penelitian adalah 60 item.

Rekapitulasi hasil uji validitas kuesioner pola asuh orangtua dan

kuesioner kreativitas dapat dilihat pada lampiran 2.

Setelah mengadakan penelitian, peneliti melihat kembali

validitas kuesioner penelitian dengan tujuan untuk menjadi acuan bila

ada peneliti lain yang akan menggunakan kuesioner dalam penelitian

Page 57: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

ini. Proses penghitungan validitas sama dengan proses penghitungan

validitas uji coba.

Atas dasar kriteria Azwar dan Friedenberg (dalam Sulistiya,

2003) yang menyatakan bahwa untuk skala psikologi sebaiknya

digunakan harga koefisien korelasi minimal 0,30. Dengan demikian,

item yang koefisien korelasi minimal < 0,30 dinyatakan gugur atau

tidak valid, sedangkan item yang dianggap valid adalah item dengan

koefisien korelasi ≥ 0,30. Akhirnya setelah dilakukan perhitungan

terhadap 76 item kuesioner pola asuh orangtua diperoleh 43 item valid,

33 item yang gugur. Sedangkan perhitungan yang dilakukan terhadap

60 item kuesioner kreativitas ditemukan 43 item yang valid dan 17

item yang gugur. Rekapitulasi hasil validitas setelah penelitian pada

kuesioner pola asuh orangtua dan kuesioner kreativitas dapat dilihat

pada lampiran 3.

Untuk melihat koefisien validitas keseluruhan digunakan rumus

ttt rr =∞

Keterangan rumus:

∞tr = Koefisien validitas

ttr = Koefisien reliabilitas (Garrett, 1967: 349)

b. Reliabilitas (Keandalan)

Reliabilitas suatu alat ukur merupakan taraf sampai di mana

suatu alat ukur mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya

Page 58: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil dalam

satu atau berbagai pengukuran (Masidjo, 1995: 209). Menurut Azwar

(1997: 176) reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana

pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif konsisten jika

dilakukan pengukuran ulang pada subyek yang sama. Suatu angket

yang reliabel akan menunjukkan ketelitian dan keajegan hasil dalam

berbagai pengukurannya.

Koefisien reliabilitas dinyatakan dalam suatu koefisien

reliabilitas yang dinyatakan dengan bilangan koefisien antara −1,00

sampai 1,00 yang dikelompokkan ke dalam beberapa klasifikasi dari

sangat rendah sampai sangat tinggi. Garrett (1976: 176)

mengemukakan suatu deskripsi tentang penafsiran koefisien korelasi

seperti pada tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu alat tes

Koefisien Korelasi Klasifikasi ± 0,70 – ± 1,00 Tinggi – Sangat tinggi ± 0,40 – ± 0,70 Cukup ± 0,20 – ± 0,40 Rendah 0,00 – ± 0,20 Tidak ada – sangat rendah

Dalam penelitian ini pengujian tingkat reliabilitas yang

digunakan adalah metode belah dua yang sering disebut juga metode

genap dan gasal. Metode belah dua merupakan metode yang lebih

efisien, karena dalam menentukan taraf reliabilitas hanya

mempergunakan satu alat ukur untuk satu pengukuran. Hasil dari tes

tersebut dibagi dua, yaitu pertama, skor yang berasal dari item

Page 59: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

bernomor gasal, dan kedua, skor yang berasal dari item bernomor

genap. Kedua belah dikorelasikan dengan formula korelasi Product

Moment Pearson dan hasilnya dikoreksi dengan formulasi Spearman-

Brown. Formula Spearman-Brown merupakan sebuah formula

komputasi yang sangat popular untuk reliabilitas alat ukur yang

dibelah menjadi dua bagian yang relatif paralel (Azwar, 1997: 68).

Taraf reliabilitas suatu alat ukur diperoleh dengan menggunakan

formula koreksi dengan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

(Garrett, 1967: 339)

xy

xytt r

xrr

+=

12

Keterangan rumus:

=ttr Koefisien reliabilitas alat ukur

xyr = Koefisien korelasi item-item gasal dan genap

Rekapitulasi hasil perhitungan taraf reliabilitas dan taraf

validitas instrumen dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sedangkan

proses penghitungan dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas

Koefisien Validitas Koefisien Reliabilitas Kuesioner Uji coba Penelitian Uji coba Penelitian

Pola Asuh Orangtua 0,73 0,73 0,53 0,53 Kreativitas 0,97 0,97 0,94 0,94

Dengan membandingkan hasil uji coba dan penelitian

disimpulkan bahwa reliabilitas dan validitas kuesioner ini konsisten.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Hasil uji coba dan hasil penelitian menunjukkan bahwa kuesioner pola

asuh orangtua menunjukkan koefisien validitas pada kualifikasi tinggi

dan reliabilitas cukup, sedangkan kuesioner kreativitas menunjukkan

koefisien validitas dan reliabilitas pada kualifikasi sangat tinggi

(Garrett, 1967: 176).

2. Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dilaksanakan pada hari Kamis tanggal

14 Oktober 2004. Sebelumnya peneliti bertemu dengan kepala sekolah dan

guru yang menangani urusan kurikulum untuk menentukan jadwal.

Pengisian kuesioner dilaksanakan pada jam pelajaran komputer. Siswa

yang diminta untuk menjawab kuesioner tetap berada di kelas sedangkan

siswa yang lain mengikuti pelajaran komputer. Pada saat pelaksanaan

pengumpulan data penelitian peneliti tidak didampingi oleh guru. Adapun

jadwal penelitian sebagai berikut:

Tabel 6. Jadwal Pengumpulan Data Penelitian

Kelas Waktu Hadir Tidak hadir Jumlah II B 08.20 – 09.00 15 1 16 II A 09.55 – 10.35 16 1 17 II C 11.30 – 12.10 16 1 17

Pengerjaan kuesioner memakan waktu kurang lebih 45 menit.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan angka kasar. Teknik ini

digunakan karena data penelitian adalah data interval. Data interval adalah

Page 61: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

data yang tidak mengenal titik nol mutlak dan yang mempunyai jarak yang

sama (Arikunto, 2001). Rumus korelasi Product Moment dari Pearson:

) )(()({ } )({ }∑ ∑∑∑

∑∑∑−−

−=

2222 YYNXXN

YXYXNrxy

Keterangan rumus:

xyr = Koefisien korelasi

∑X = Jumlah skor dalam sebaran X ( Item Gasal )

∑Y = Jumlah skor dalam sebaran Y ( Item Genap )

∑XY = Jumlah hasil kali skor X dan skor Y yang berpasangan

∑X2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑Y 2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

N = Banyaknya subyek

Analisis data merupakan pengolahan data hasil penelitian. Tujuan dari

pengolahan data adalah untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian.

Pengolahan data dilaksanakan secara statistik. Uji statistik dalam rangka

menguji hipotesis diselesaikan dengan menggunakan rumus korelasi Product

Moment dari Pearson. Tahap-tahap analisis dilaksanakan dengan cara:

1. Melakukan skoring dan tabulasi data yang berasal dari kuesioner

kreativitas dan kuesioner pola asuh orangtua (demokratis, otoriter,

permisif, dan laissez faire) dengan bantuan komputer program Microsoft

Excel 2000 for window. Skor total yang diperoleh setiap siswa dari

Page 62: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

kuesioner pola asuh orangtua menjadi variabel (X) dan skor total yang

diperoleh dari kuesioner kreativitas menjadi variabel (Y).

2. Menentukan koefisien korelasi antara skor total kuesioner pola asuh

orangtua (variabel X) dengan kuesioner kreativitas (variabel Y) dengan

menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson.

3. Menentukan taraf signifikansi dari hubungan yang ada pada taraf

signifikansi 5% dan 1%.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi hasil penelitian yaitu pengujian atas hipotesis dan

pembahasan hasil penelitian. Hipotesis yang diajukan yakni:

1. Ada hubungan yang positif secara signifikan antara pola asuh demokratis dan

kreativitas pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan.

2. Ada hubungan yang negatif secara signifikan antara pola asuh

otoriter/authoritarian pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan.

3. Ada hubungan yang positif secara signifikan antara pola asuh

permisif/indulgent dan kreativitas pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan.

4. Ada hubungan yang negatif secara signifikan antara pola asuh laissez

faire/indifferent dan kreativitas pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan.

A. Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis

1. Hasil Penelitian

Peneliti telah melaksanakan pengumpulan data dan diolah

menurut prosedur yang telah dijabarkan dalam teknik analisis data.

Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola asuh

demokratis sebanyak 28 siswa, yaitu subyek no. 3, 4, 7, 8, 10, 11, 13,

16, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 43, 45,

46, 47.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

b. Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola asuh

otoriter sebanyak 7 siswa, yaitu subyek no. 12, 14, 28, 38, 40, 41, 42.

c. Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola asuh

permisif sebanyak 12 siswa, yaitu subyek no. 1, 2, 5, 6, 9, 15, 17, 20,

21, 29, 36, 44.

d. Tidak ada siswa yang diasuh oleh orangtua yang menganut pola asuh

laissez faire.

e. Kreativitas rata-rata yang dimiliki oleh siswa kelas II SMP Kanisius

Kalasan Tahun Ajaran 2004/2005 menunjukkan tingkatan Cukup.

Berikut ini disajikan tabulasi data penelitian pola asuh

orangtua. Secara lebih terperinci data hasil penelitian pola asuh orangtua

dapat dilihat pada lampiran 8, sedangkan data hasil penelitian kreativitas

anak dapat dilihat pada lampiran 9.

Tabel 7. Tabulasi Data Penelitian Pola Asuh Orangtua Pola Asuh Jumlah siswa No. Subyek % Demokratis 28 3, 4, 7, 8, 10, 11, 13, 16, 18, 19, 22,

23, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 43, 45, 46, 47

59,6

Otoriter 7 12, 14, 28, 38, 40, 41, 42 14,9 Permisif 12 1, 2, 5, 6, 9, 15, 17, 20, 21, 29, 36, 44 25,5

Laissez Faire 0 - 0 Jumlah 47 100

Hasil korelasi antar variabel yang diteliti, meliputi pola

asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif dengan

kreativitas anak. Karena tidak ada siswa yang diasuh oleh pola asuh laissez

faire maka tidak dilakukan korelasi antara pola asuh laissez faire dengan

kreativitas. Proses perhitungan menggunakan bantuan komputer program

Page 65: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Microsoft Excel 2000 for Window. Hasil penelitian dan data penelitian

dapat dilihat pada lampiran 10 a, 10b dan 10c.

Tabel 8. Hasil Penelitian Hubungan Pola Asuh Orangtua dan Kreativitas Anak Pola asuh demokratis Pola asuh otoriter Pola asuh permisif

Kreativitas 0, 443 0, 467 0, 322

2. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

a. Hipotesis yang diajukan yakni ada hubungan yang positif secara

signifikan antara pola asuh demokratis/authoritative dan kreativitas

anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran

2004/2005. Berdasarkan fakta yang ditemukan menunjukkan:

1). Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola

asuh demokratis sebanyak 28 siswa, yaitu subyek no. 3, 4, 7, 8, 10,

11, 13, 16, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37,

39, 43, 45, 46, 47.

2). Koefisien korelasi sebesar 0,443 menunjukkan adanya hubungan

yang positif antara pola asuh orangtua demokratis/authoritative dan

kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun

ajaran 2004/2005. Menurut Garrett (1967: 176) koefisien korelasi

sebesar ± 0,40 sampai dengan ± 0,70 memiliki tingkat korelasi

yang cukup.

Page 66: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

3). Hubungan pola asuh demokratis/authoritative dan kreativitas anak

pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005

adalah positif, artinya semakin sering siswa mengalami pola asuh

demokratis, maka mereka mempunyai kreativitas yang tinggi. Hal

ini berarti pola asuh demokratis mendukung perkembangan

kreativitas.

4). Koefisien korelasi sebesar 0,443 menunjukkan hubungan yang

signifikan. Hal ini dapat diketahui pada taraf signifikansi 5%

dengan N= 28 tertera koefisien korelasi sebesar 0,374 untuk taraf

5% (tabel nilai r Product-Moment dari Pearson (dalam Hadi, 1981:

359). Jadi hubungan kreativitas dengan pola asuh demokratis pada

siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005

adalah positif dan signifikan pada taraf 5%.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan yakni ada

hubungan yang positif secara signifikan antara pola asuh

demokratis/authoritative dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 diterima. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif secara signifikan

antara pola asuh demokratis/authoritative dan kreativitas anak pada

siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005.

b. Hipotesis yang diajukan yakni ada hubungan yang negatif secara

signifikan antara pola asuh otoriter/authoritarian dan kreativitas anak

Page 67: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005.

Berdasarkan fakta yang ditemukan menunjukkan:

1). Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola

asuh otoriter sebanyak 7 siswa, yaitu subyek no. 12, 14, 28, 38, 40,

41, 42.

2). Koefisien korelasi sebesar 0,467 menunjukkan terdapat hubungan

yang positif antara pola asuh otoriter/authoritarian dan kreativitas

anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran

2004/2005. Menurut Garrett (1976: 176) koefisien korelasi sebesar

± 0,40 sampai dengan ± 0,70 memiliki tingkat korelasi yang

cukup.

3). Hubungan kreativitas anak dan pola asuh otoriter/authoritarian

pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005

adalah positif, artinya semakin sering siswa mengalami pola asuh

otoriter, maka mereka mempunyai kreativitas yang tinggi. Hal ini

berarti pola asuh otoriter mendukung perkembangan kreativitas.

4). Koefisien korelasi sebesar 0,467 menunjukkan hubungan yang

tidak signifikan . Hal ini dapat diketahui pada taraf signifikansi 5%

dan 1% dengan N= 7 tertera koefisien korelasi sebesar 0,754 untuk

5% dan 0,874 untuk 1% (tabel nilai r Product-Moment dari Pearson

(dalam Hadi, 1981: 359). Jadi hubungan pola asuh

otoriter/authoritarian dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Page 68: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 adalah positif tetapi

tidak signifikan pada taraf 5% dan 1%.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan yakni ada

hubungan yang negatif secara signifikan antara pola asuh

otoriter/authoritarian dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 ditolak. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada hubungan positif tetapi tidak signifikan dan

antara pola asuh otoriter/authoritarian dan kreativitas anak pada siswa

kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005.

c. Hipotesis yang diajukan yakni ada hubungan yang positif secara

signifikan antara pola asuh permisif/indulgent dan kreativitas anak

pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005.

Berdasarkan fakta yang ditemukan menunjukkan:

1). Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola

asuh otoriter sebanyak 12 siswa, yaitu subyek no. 1, 2, 5, 6, 9, 15,

17, 20, 21, 29, 36, 44.

2). Koefisien korelasi sebesar 0,322 menunjukkan terdapat hubungan

yang positif antara pola asuh permisif/indulgent dan kreativitas

anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran

2004/2005. Menurut Garrett (1976: 176) koefisien korelasi sebesar

± 0,20 sampai dengan ± 0,40 memiliki tingkat korelasi yang

rendah.

Page 69: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

3). Hubungan antara pola asuh permisif/indulgent dan kreativitas anak

pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005

adalah positif, artinya semakin sering siswa mengalami pola asuh

permisif/indulgent, maka mereka mempunyai kreativitas yang

tinggi. Hal ini berarti pola asuh permisif mendukung

perkembangan kreativitas.

4). Koefisien korelasi sebesar 0,322 menunjukkan hubungan yang

tidak signifikan. Hal ini dapat diketahui pada taraf signifikansi 5%

dan 1% dengan N= 12 tertera koefisien korelasi sebesar 0,576

untuk 5% dan 0,708 untuk 1% (tabel nilai r Product-Moment dari

Pearson (dalam Hadi, 1981: 359). Jadi hubungan antara pola asuh

permisif/indulgent dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 adalah positif tetapi

tidak signifikan pada taraf 5% dan 1%.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan yakni ada

hubungan yang positif secara signifikan antara pola asuh

permisif/indulgent dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 ditolak. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif tetapi tidak signifikan

antara pola asuh permisif/indulgent dan kreativitas anak pada siswa

kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005.

Page 70: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

d. Hipotesis yang diajukan yakni ada hubungan yang negatif secara

signifikan antara pola asuh laissez faire/indifferent dan kreativitas anak

pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005.

Berdasarkan fakta yang ditemukan menunjukkan:

1). Tidak ada siswa yang diasuh oleh orangtua yang menganut pola

asuh laissez faire.

2). Menurut Prasetya (2003) bahwa anak yang dibesarkan oleh

orangtua yang menganut pola asuh laissez faire cenderung lebih

agresif, impulsif, pemurung dan kurang mampu berkonsentrasi

pada suatu kegiatan.

3). Menurut Steinberg, 1993; Berk, 1994; Rice, 1996 (dalam Alibata

2000) orangtua indifferent cenderung

menolak/mengabaikan/menelantarkan anak. Bagi orangtua

indifferent tidak ada kesempatan untuk memperhatikan anak.

Mereka tidak peduli terhadap kebutuhan, aktivitas, kegiatan belajar

maupun pergaulan anak-anak dengan teman-temannya. Orangtua

indifferent hampir tidak pernah berbincang-bincang atau

berkomunikasi dengan anak. Mereka mengabaikan pendapat atau

masukan anak dalam membuat keputusan. Mereka bahkan menjauh

dari anak baik secara fisik maupun psikis.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan yakni ada

hubungan yang negatif secara signifikan antara pola asuh dan

kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun

Page 71: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

ajaran 2004/2005 diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pola asuh laissez faire dapat menghambat perkembangan kreativitas

anak pada pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran

2004/2005.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini bertitik tolak dari fokus penelitian,

yaitu untuk menemukan hubungan antara pola asuh orangtua (yang berpola

demokratis, otoriter, permisif dan laissez faire) dan kreativitas anak pada

siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Berdasarkan

hasil uji hipotesis terdapat dua hipotesis yang diterima dan dua hipotesis yang

ditolak.

Hipotesis pertama yang diajukan yakni ada hubungan yang positif

secara signifikan antara pola asuh demokratis/authoritative dan kreativitas

anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005

diterima.

Temuan empiris menunjukkan fakta bahwa ada hubungan yang

positif secara signifikan antara pola asuh demokratis/authoritative dan

kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran

2004/2005.

Hasil temuan diatas menunjukkan bahwa semakin sering siswa

mengalami pola asuh demokratis, maka mereka mempunyai kreativitas yang

tinggi. Berdasarkan kajian dan temuan empiris yang meyakinkan maka dapat

Page 72: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

disimpulkan bahwa pola asuh demokratis memegang peranan penting bagi

perkembangan kreativitas siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan.

Keunggulan pola asuh orangtua demokratis dalam mendukung

perkembangan kreativitas siswa terletak pada kualitas pola asuh orangtua

secara demokratis, di mana orangtua memperlakukan anak-anaknya dengan

penuh cinta kasih tetapi tegas. Orangtua demokratis menggunakan seperangkat

standar untuk mengatur anak-anaknya sesuai dengan perkembangan dan

kemampuan anak. Orangtua memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka

untuk menyumbang ide atau gagasan aktif dalam diskusi mengenai masalah

yang berkaitan dengan kegiatan atau perilakunya, namun kebebasan yang

tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara kedua belah

pihak, anak dan orangtua. Dengan kata lain orangtua memperhatikan

keinginan dan pendapat anak. Dengan demikian anak diberi kesempatan untuk

memberikan pendapatnya, berfikir secara kreatif dan dapat mengusulkan

sesuatu sesuai dengan keadaan dirinya sehingga anak dapat tumbuh dan

bertindak secara lebih dewasa berdasarkan kreativitas pikiran yang mereka

miliki.

Secara lebih mendalam, siswa yang diasuh oleh orangtua yang

menganut pola asuh demokratis akan:

1. Memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan yang akan

mendasari anak untuk mengarungi hidup dan kehidupan di masa

mendatang.

2. Memiliki rasa tanggungjawab dan percaya diri dalam berperilaku.

Page 73: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

3. Tumbuh dengan keunikan rasa sebagai pribadi dan dengan kecakapan

untuk menjadi mandiri, tegas terhadap diri sendiri, memiliki kemampuan

introspeksi dan mengendalikan diri, mudah bekerja sama dengan orang

lain serta ramah terhadap orang lain yang menyebabkan mereka mudah

bergaul dengan teman-teman sebaya maupun dengan orang-orang yang

lebih dewasa.

4. Mempunyai daya imajinasi yang kuat, mempunyai inisiatif, mempunyai

minat yang luas, bebas dalam berpikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin

mendapat pengalaman-pengalaman baru, percaya pada diri sendiri, penuh

semangat, berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan), dan

berani dalam pendapat dan keyakinan (tidak ragu-ragu dalam menyatakan

pendapat meskipun mendapat kritik dan berani mempertahankan pendapat

yang menjadi keyakinannya), yang merupakan ciri-ciri dari kreativitas.

Hasil temuan ini sejalan dengan pendapat para ahli yang

mengatakan bahwa remaja yang mendapat pola pengasuhan orangtua

demokratis akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri; mempunyai inisiatif

dalam tindakan dan konsep diri yang sehat; penuh percaya diri yang

direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan, tegas terhadap

diri sendiri; memiliki kemampuan instropeksi dan pengendalian diri yang

baik; mudah bekerja sama dengan orang lain; mempunyai ketekunan yang

lebih besar dalam menghadapi hambatan; memiliki kreativitas yang lebih

besar; dan mempunyai sikap yang ramah terhadap orang lain ( Hurlock, 1999;

Prasetya, 2003). Temuan empiris ini sejalan dengan kajian teori dan dapat

Page 74: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

diterima serta berlaku bagi siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran

2004/2005.

Hipotesis kedua yang diajukan yakni ada hubungan yang negatif

secara signifikan antara pola asuh otoriter/authoritarian dan kreativitas anak

pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 ditolak.

Temuan empiris menunjukkan fakta bahwa ada hubungan yang

positif tetapi tidak signifikan antara pola asuh otoriter/authoritarian dan

kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran

2004/2005, artinya semakin sering siswa mengalami pola asuh otoriter maka

mereka memiliki kreativitas yang tinggi. Hubungan yang tidak signifikan

tersebut dapat terjadi kiranya disebabkan karena jumlah subyek yang sedikit.

Hasil temuan di atas menggambarkan keadaan sesungguhnya yang

dialami oleh siswa yang orangtuanya menggunakan pola asuh orangtua

otoriter dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka. Hal ini

menggambarkan bahwa orangtua otoriter mengakibatkan siswa merasa patuh

dan taat terhadap aturan/norma yang ditetapkan oleh orangtua dan memegang

teguh standar nilai yang diberikan oleh orangtua mereka.

Orangtua otoriter beranggapan bahwa anak harus menerima aturan-

aturan, norma dan standar yang telah ditentukan olehnya tanpa harus

mempersoalkannya. Apabila anak melakukan kesalahan dan melanggar aturan,

norma atau standar yang telah ditetapkan oleh orangtua maka anak akan

dihukum. Adanya hukuman tersebut oleh kebanyakan siswa dianggap sebagai

hal yang positif artinya anak merasa lebih diperhatikan dan disayangi oleh

Page 75: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

orangtua. Perilaku orangtua yang mendidik anak mereka untuk menerima dan

mematuhi aturan, norma dan standar nilai yang telah ditetapkan ditanggapi

oleh siswa sebagai suatu pedoman dalam bertingkah laku dan bergaul

sehingga anak dapat mengendalikan diri dengan baik dan bertingkah laku

sesuai dengan norma yang ada, baik di dalam lingkungan keluarga, sekolah,

maupun di masyarakat. Dengan memiliki kemampuan mengendalikan diri

dengan baik maka siswa akan dapat mengembangkan kreativitasnya.

Prasetya (2003) mengatakan bahwa anak dengan pola pengasuhan

otoriter akan memiliki kompetensi dan tanggungjawab yang cukupan.

Menurut Soesilo (dalam Kartono, 1985: 23) hukuman kadang-kadang

diperlukan untuk mendidik anak dan menyalurkan tingkah laku anak, tetapi

hukuman yang diberikan secara obyektif dan disertai pengertian akan

maksudnya, bukan untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap

anak. Hukuman akan membantu anak mengembangkan pengendalian diri.

Anak akan mengikuti cara orangtua mereka mengatur diri dan mengikuti

tingkah laku mereka. Adanya hukuman dapat menjadi pertanda bahwa

orangtua mempunyai perhatian yang serius terhadap perkembangan anak,

termasuk perkembangan kreativitasnya.

Hasil temuan di atas tidak sejalan dengan konsep teori dan

hipotesis yang diajukan yakni pola asuh otoriter/authoritarian mempunyai

hubungan yang negatif dan signifikan dengan kreativitas anak pada siswa

kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Berdasarkan hasil

penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa teori tersebut tidak

Page 76: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

relevan/tidak berlaku bagi penelitian ini artinya pada kelompok yang berbeda

tidak menutup kemungkinan hasil yang berbeda pula.

Hasil temuan ini menunjukkan pentingnya peranan orangtua yang

menganut pola asuh otoriter dalam membantu perkembangan kreativitas anak

pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan. Orangtua otoriter telah membantu

siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan untuk hidup secara mandiri sesuai

dengan norma, aturan, dan standar yang telah ditetapkan oleh orangtua dan

siswa menanggapi dengan menunjukkan rasa tanggungjawab, memiliki

komitmen dalam memilih dan melakukan kegiatan-kegiatannya.

Hipotesis ketiga yang diajukan yakni ada hubungan yang positif

secara signifikan antara pola asuh permisif/indulgent dan kreativitas anak pada

siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 ditolak.

Temuan empiris ini menunjukkan fakta bahwa ada hubungan yang

positif tetapi tidak signifikan antara pola asuh permisif/indulgent dan

kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran

2004/2005, artinya semakin sering siswa mengalami pola asuh permisif maka

mereka memiliki kreativitas yang tinggi. Hubungan yang tidak signifikan

tersebut dapat terjadi kiranya disebabkan karena jumlah subyek yang sedikit.

Hubungan yang positif tersebut menyatakan bahwa orangtua yang

memberikan kebebasan kepada anaknya akan menjadikan anak tumbuh dan

belajar lebih mandiri dan lebih berani dalam menghadapi persoalan-persoalan

yang dialaminya. Kebebasan yang diberikan oleh orangtua juga dapat

Page 77: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

menjadikan remaja semakin berani dalam mengaktualisasi kemampuan yang

mereka miliki sehingga mereka akan semakin kreatif.

Orangtua permisif cenderung memberikan kebebasan kepada anak-

anaknya berarti bahwa anak boleh melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan

apa yang dikehendakinya. Siswa menanggapi secara positif perilaku orangtua

mereka sehingga mendorong siswa untuk menggunakan kebebasannya untuk

mengemukakan pendapat, ide, kebutuhan, perasaan; kebebasan untuk memilih

teman; dan kebebasan untuk melakukan kegiatan yang dapat mendorong

perkembangan kreativitas dalam diri mereka.

Hasil temuan ini sejalan dengan pendapat ahli yang mengatakan

bahwa orangtua yang memberikan kebebasan kepada remaja untuk bebas

mengekspresikan secara simbolis pikiran atau perasaannya, permissiveness ini

memberi remaja kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa

yang ada dalam dirinya. Dengan adanya kebebasan psikologis dan kesempatan

sebebas-bebasnya untuk menentukan keinginannya sesuai dengan pola

pikirnya, dipacu untuk mandiri, maka akan memungkinkan timbulnya

kreativitas yang konstruktif dalam diri remaja (Rogers, dalam Munandar,

1999; Gunarsa dan Gunarsa, 1986: 83; Lighter, 1999: 19). Temuan empiris ini

sejalan dengan kajian teori dan dapat diterima serta berlaku bagi siswa kelas II

SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005.

Hipotesis keempat yang diajukan yakni ada hubungan yang negatif

secara signifikan antara pola asuh laissez faire/indifferent dan kreativitas anak

pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 diterima.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Temuan teoritis ini menunjukkan fakta bahwa ada hubungan yang

negatif, hubungan yang negatif tersebut menyatakan bahwa pola asuh laissez

faire dapat menghambat kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius

Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Hal ini berarti bahwa semakin sering siswa

mengalami pola asuh laissez faire maka mereka memiliki kreativitas yang

rendah. Demikian sebaliknya, semakin jarang mereka mengalami pola asuh

laissez faire, maka semakin tinggi kreativitas mereka.

Hasil temuan ini menunjukkan bahwa pola asuh laissez faire dapat

menghambat berkembangnya kreativitas pada siswa kelas II SMP Kanisius

Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Hal ini dapat dipahami dari kualitas-kualitas

pola asuh laissez faire itu sendiri. Orangtua laissez faire cenderung tidak

peduli dengan anak, tidak mempedulikan perkembangan psikis anak dan

menjauhi anak baik secara fisik maupun psikis. Anak dibiarkan berkembang

sendiri. Orangtua lebih memprioritaskan kepentingan sendiri, sibuk dengan

kegiatannya sendiri daripada kepentingan anak. Kepentingan kepribadian anak

terabaikan. Orangtua laissez faire cenderung mengabaikan kebutuhan-

kebutuhan materi dan psikis anak, yang secara langsung maupun tidak

langsung merupakan penelantaran anak oleh orangtuanya sendiri.

Penelantaran ini mengganggu perkembangan anak, termasuk dalam

perkembangan kreativitasnya.

Hasil temuan ini sejalan dengan pendapat ahli yang mengatakan bahwa

orangtua laissez faire mengabaikan kebutuhan anak, tidak menanggapi

perasaan positif dan negatif anak. Mereka tidak mencari tahu keberadaan

Page 79: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

anaknya dan tidak memberi bimbingan kepada anaknya tentang aktivitas

anaknya itu. Mereka hampir tidak pernah berbincang-bincang dengan anak

dan hampir tidak pernah mempedulikan anak dalam membuat suatu keputusan

(Steinberg, Berk, dan Rice, dalam Estu, 2003). Menurut Steinberg, 1993

(dalam Alibata, 2000), pola asuh indifferent tidak sehat karena sifatnya

menelantarkan anak.

Hasil temuan di atas tidak sejalan dengan hipotesis yang diajukan

yakni tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh laissez

faire/indifferent dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius

Kalasan tahun ajaran 2004/2005.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti dapat

menemukan jawaban atas masalah yang diajukan. Penelitian ini diarahkan

untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dan kreativitas anak

pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Temuan

ini menunjukkan; pertama: adanya hubungan yang positif secara signifikan

antara pola asuh orangtua demokratis/authoritative dan kreativitas anak; kedua

adanya hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara pola asuh

otoriter/authoritarian dan permisif/indulgent dengan kreativitas anak; dan

ketiga: adanya hubungan yang negatif antara pola asuh orangtua laissez

faire/indifferent dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius

Kalasan tahun ajaran 2004/2005.

Berdasarkan hal di atas dan pendapat para ahli, pola asuh orangtua

yang membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya yang disarankan

Page 80: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

dalam penelitian ini adalah pola asuh demokratis. Keunggulan pola asuh

demokratis terletak pada kualitas pola pengasuhannya bagi perkembangan

kreativitas anak.

Page 81: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini akan disajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan

yang disajikan pada bagian ini berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan,

dalam penelitian ini kesimpulan yang diambil hanya berlaku sebatas populasi

yang diambil pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMP Kanisius

Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Sedangkan saran yang diberikan dalam

penelitian ini berdasarkan hasil penelitian yang ditujukan kepada lembaga/pihak

yang terkait dan usulan untuk penelitian lain.

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan

masing-masing masalah penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Ada hubungan yang positif secara signifikan antara pola asuh orangtua

demokratis/authoritative dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 yang cukup meyakinkan (r =

0,443), artinya semakin siswa mengalami pola asuh orangtua demokratis,

maka mereka semakin memiliki kreativitas yang tinggi. Dengan demikian

hipotesis yang diajukan yakni “Ada hubungan yang positif secara

signifikan antara pola asuh demokratis/authoritative dan kreativitas anak

Page 82: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005”

diterima.

2. Ada hubungan positif tetapi tidak signifikan antara pola asuh orangtua

otoriter/authoritarian dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 yang cukup meyakinkan (r =

0,467), artinya semakin siswa mengalami pola asuh orangtua otoriter,

maka mereka semakin memiliki kreativitas yang tinggi. Dengan demikian

hipotesis yang diajukan yakni “Ada hubungan yang negatif secara

signifikan antara pola asuh otoriter/authoritarian dan kreativitas anak pada

siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005” ditolak.

3. Ada hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara pola asuh

orangtua permisif/indulgent dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP

Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 yang kurang meyakinkan (r =

0,322), artinya semakin siswa mengalami pola asuh orangtua permisif,

maka mereka semakin memiliki kreativitas yang tinggi. Dengan demikian

hipotesis yang diajukan yakni “Ada hubungan yang positif secara

signifikan antara pola asuh permisif/indulgent dan kreativitas anak pada

siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005” ditolak.

4. Ada hubungan yang negatif/hubungan yang menghambat antara pola asuh

orangtua laissez faire/indifferent dan kreativitas anak pada siswa kelas II

SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 berdasarkan temuan

teoritis. Hal ini berarti semakin siswa mengalami pola asuh orangtua

laissez faire, maka mereka semakin memiliki kreativitas yang rendah.

Page 83: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Dengan demikian hipotesis yang diajukan yakni “Ada hubungan yang

negatif secara signifikan antara pola asuh laissez faire/indifferent dan

kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran

2004/2005” diterima.

Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan; ada hubungan yang

positif secara signifikan antara pola asuh orangtua demokratis/authoritative

dan kreativitas anak; ada hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara

pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan permisif/indulgent dengan

kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran

2004/2005; dan ada hubungan yang negatif antara pola asuh orangtua laissez

faire/indifferent dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius

Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian

pola asuh orangtua demokratis, otoriter dan permisif cocok dan dapat

digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi dalam membantu siswa untuk

mengembangkan kreativitasnya, sedangkan pola asuh orangtua laissez

faire/indifferent dapat menghambat kreativitas siswa kelas II SMP Kanisius

Kalasan tahun ajaran 2004/2005.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran

kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteiliti, antara lain:

1. Orangtua, orangtua perlu menyadari bahwa sikap dan perlakuan yang

mereka ekspresikan secara nyata dan langsung kepada anak dalam rangka

Page 84: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

merawat, memelihara, melindungi, mengajar, membimbing dan melatih

anak-anak mereka akan memberikan pengaruh pada perkembangan

kepribadian anak-anak mereka, khususnya perkembangan kreativitas anak.

Orangtua hendaknya menerapkan pola asuh demokratis di dalam

mengasuh, merawat, dan membimbing anak sesering mungkin; dan jika

ingin menerapkan pola asuh orangtua otoriter dan permisif, maka orangtua

perlu memperhatikan usia dan tingkat perkembangan anak, serta

memperhatikan situasi dan kondisi.

2. Para guru pembimbing, para pembimbing di sekolah perlu memahami

bahwa antara siswa yang satu dan siswa yang lain memiliki perbedaan-

perbedaan, diantaranya perbedaan pola asuh orangtua. Perbedaan pola

asuh orangtua ini menyebabkan siswa memiliki perbedaan kreativitas.

Peranan orangtua dalam mengembangkan kreativitas anaknya (siswa kelas

II) agar memiliki kreativitas yang tinggi akan berjalan dengan baik jika

ada upaya dari pihak sekolah (guru pembimbing) untuk bekerja sama

dengan orangtua dalam menerapkan pola asuh yang dapat membantu

dalam mengembangkan kreativitas anak (siswa kelas II). Dalam rangka

membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya maka guru

pembimbing dapat memberikan bimbingan pribadi, bimbingan klasikal,

bimbingan akademik maupun bimbingan karir dengan menggunakan

topik-topik tentang kreativitas kepada semua siswa.

3. Peneliti lain, pada penelitian ini peneliti menyadari bahwa pola asuh

orangtua hanyalah merupakan salah satu faktor yang peneliti ungkapkan

Page 85: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

sebagai variabel penentu kreativitas. Peneliti berkeyakinan bahwa masih

banyak faktor yang menjadi variabel penentu kreativitas anak, diantaranya

pengaruh kecerdasan (inteligensi), pengaruh motivasi, pengaruh disiplin,

pengaruh sikap dan perlakuan guru.

Page 86: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

DAFTAR PUSTAKA

Alibata, A. 2000. Hubungan Pola Pengasuhan Orangtua dengan Perilaku Asertif Remaja Awal. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Manajemen Penelitian. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

_________________ . 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Zaifuddin. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chandra, Julius. 1994. Kreativitas. Bagaimana Menanam, Membangun dan

Mengembangkannya. Yogyakarta: Kanisius. Depdikbud. 1979. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Depdikbud. _________. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Estu, Markus. S.W. 2003. Korelasi Pola Pengasuhan Orangtua dan Motivasi

Berprestasi Siswa dalam Belajar. Skripsi. Yogyakarta: USD. Feinberg, Mortinger. 1979. Psikologi yang Efektif untuk Pemimpin, Pejabat dan

Usahawan (Terjemahan). N.J: Englewood Cliffs. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional. Garret, Henry E. 1976. Statistic in Psychology and Education. London:

Longmans, Green and Co. Gie, The Liang. 2003. Tehnik Berpikir Kreatif. Yogyakarta: Sabda Persada dan

PBUBIB. Gunarsa, Singgih dan Gunarsa, Yulia Singgih. 1986. Psikologi Kematangan Anak

dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Hadi, Sutrisno. 1981. Statistika Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas

Psikologi UGM. Hurlock, Elizabeth. 1992. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta:Erlangga. _______________. 1999. Perkembangan Anak jilid 2. Jakarta:Erlangga.

Page 87: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DAN KREATIVITAS … · 2018. 2. 26. · anak, pola asuh orangtua otoriter/authoritarian dan pola asuh orangtua permisif/indulgent berhubungan positif

Kartono, Kartini. 1985. Peranan keluarga Memandu Anak. Jakarta: Rajawali. Lighter, Dawn. 1999. 50 Cara Efektif Menanamkan Tingkah Laku Positif pada

Anak. Yogyakarta: Kanisius. Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.

Yogyakarta: Kanisius. Mujiyana, Nobertus. 2001. Hubungan Kecenderungan Pola Asuh Demokratis

Dengan Kemampuan Kreativitas Anak. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Munandar, Utami. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Petunjuk Bagi Para Guru dan Orangtua. Jakarta : Gramedia. _______________. 1988. Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Sinar Harapan. _______________. 1999. Kreativitas & Keberbakatan. Strategi Mewujudkan

Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: Gramedia. Nadeak, Wilson. 1991. Memahami Anak Remaja. Yogyakarta: Kanisius. Olson, Robert. 1989. Seni Berpikir Kreatif. Alih bahasa: Alfonsus Samosir

Jakarta: Erlangga. Prasetya, Tembong. 2003. Pola Pengasuhan Ideal. Jakarta: Elex Media

Komputindo. Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Model-model Kepribadian Sehat.

(terjemahan). Yogyakarta: Kanisius. Semiawan, Conny. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah

Menengah. Petunjuk bagi guru dan Orangtua. Jakarta: Gramedia. Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orangtua Dalam Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta. Sulistiya, Prima. 2003. Hubungan Antara Pola Pengasuhan orangtua dengan

Kesiapan Pemilihan Karier Perempuan. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.