hubungan pola asuh orangtua dengan perkembangan …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34099.pdf ·...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN
MOTORIK ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD AISYIYAH NUR’AINI
NGAMPILAN YOGYAKARTA
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
M. IHYA’ ULUMUDDIN
20100320085
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Naskah Publikasi
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN
MOTORIK ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD AISYIYAH NUR’AINI
NGAMPILAN YOGYAKARTA
Telah diseminarkan dan diujikan pada:
15 Juli 2014
Oleh:
M. IHYA’ ULUMUDDIN
NIM 20100320085
Penguji
Romdzati, S.Kep., Ns., MNS (.…...……….………….)
Ferika Indarwati, S.Kep., Ns., M.Ng (.…...……….………….)
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Mat., HNC)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku pembimbing karya tulis ilmiah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta:
Nama : M. IHYA’ ULUMUDDIN
No Mahasiswa : 20100320085
Judul : Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan
Perkembangan Motorik Anak Usia 3-5 Tahun di
PAUD Aisyiyah Nur’aini Ngampilan Yogyakarta
Setuju/tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang
bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama pembimbing
sebagai co-author.
Demikian harap maklum
Yogyakarta, 15 Juli 2014
Pembimbing Mahasiswa
Romdzati, S.Kep., Ns., MNS M. Ihya’ ulumuddin
*) Coret yang tidak perlu
Ulumuddin, M Ihya. (2014). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan
Perkembangan Motorik Anak Usia 3-5 Tahun di PAUD Aisyiyah Nur’aini
Ngampilan Yogyakarta.
Pembimbing:
Romdzati, S.Kep., Ns., MNS
INTISARI
Pola asuh dan peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak sangat
diperlukan terutama pada saat mereka masih usia lima tahun (balita). Dengan
lebih mengetahui tentang perkembang anak, diharapkan perkembangan anak
lebih maksimal sehingga kedepannya akan menghasilkan penerus generasi yang
lebih baik. Perkembangan tersebut meliputi perkembangan motoriknya, yaitu
motorik halus maupun motorik kasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan perkembangan motorik anak
usia 3-5 tahun di PAUD Aisyiyah Nur’aini Ngampilan Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 anak usia 3-5 tahun dan
orangtua di PAUD Aisyiyah Nur’aini Ngampilan Yogyakarta. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner dan observasi DDST.
Hasil penelitian menunjukkan signifikansi ρ = 0,001, artinya Ho ditolak,
sehingga ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan motorik
anak usia 3-5 tahun. Kategori pola asuh permisif sebanyak 95,5%, pola asuh
demokratis 2,3% dan pola asuh otoriter 2,3%. Perkembangan motorik anak yang
berhasil adalah 95,5%, dan perkembangan dalam kategori peringatan adalah 4,5%.
Pola asuh permisif adalah pola asuh yang paling banyak digunakan daripada pola
asuh yang lain, dengan perkembangan motorik anak dalam kategori berhasil
sebanyak 93,2%.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang pola
asuh yang benar pada anak untuk keberhasilan perkembangannya, sehingga
menciptakan generasi yang bermanfaat dimasa yang akan datang.
Kata Kunci: Pola asuh orangtua, perkembangan motorik, anak usia 3-5 tahun.
Ulumuddin, M Ihya. (2014). The Relationship between Parenting Patterns to the
Motor Development of the children at the age of 3-5 years old at PAUD
Aisyiyah Nur’aini, Ngampilan, Yogyakarta.
Supervisor:
Romdzati, S.Kep., Ns., MNS
ABSTRACT
The parenting pattern and active role of parents toward the development of
children are quite important to the children’s early development especially their
early ages. By knowing about the development of the children, it is expected that
the development of the children will be maximum so that they will be more
reliable next generation. One of the required developments is motor development
including small and harsh motor. The objective of the research is to know the
relationship between parenting patterns to the development of children motor at
the age of 3-5 years old at PAUD Aisyiyah Nur’aini, Ngampilan, Yogyakarta.
The research was a descriptive correlation qualitative research by applying
cross sectional technique. There are 44 children at the age of 3-5 years old
including their parents at PAUD Aisyiyah Nur’aini, Ngampilan, Yogyakarta as
the sample. The research instruments are questionnaire and DDST observation.
The research shows that ρ=0.001. It means that Ho is being rejected. As the
consequence, there is a relationship between parenting pattern to the motor
development of children at the age of 3-5 years old. The category of permissive
parenting is 95.5%, democratic parenting is 2.3% and authoritarian parenting is
2.3%. The successful children’s motor development is 95.5% and the warning
category development is 4.5%. The permissive parenting pattern is the most
widely used compared to the other patterns. It also shows the successful
children’s motor development as much as 93.2%.
The result of the research is expected to contribute more information about
the right parenting pattern for the development of children. Thus, there will be
beneficial generation in the future.
Key Word: Parenting pattern, motor development, children age 3-5 years old.
1
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan yang sering
terjadi pada masa balita berkaitan
dengan masalah tumbuh kembang.
Hal ini terjadi karena pertumbuhan
dan perkembangan mengalami
peningkatan yang pesat pada usia
dini, yaitu dari 0-5 tahun. Masa ini
sering juga disebut sebagai fase
”golden age”. Golden age
merupakan masa yang sangat penting
untuk memperhatikan tumbuh
kembang anak secara cermat agar
sedini mungkin dapat terdeteksi
apabila terjadi kelainan. Selain itu,
penanganan kelainan yang sesuai
pada masa golden age dapat
meminimalisir kelainan pertumbuhan
dan perkembangan anak sehingga
kelainan yang bersifat permanen
dapat dicegah(1)
.
Pada setiap tahap tumbuh
kembang anak, terdapat tugas
perkembangan yaitu serangkaian
ketrampilan dan kompetensi yang
harus dicapai atau dikuasai pada
setiap tahap perkembangan agar anak
mampu berinteraksi secara efektif
dengan lingkungannya(2)
. Salah
satunya adalah perkembangan
motorik (motorik kasar dan motorik
halus).
Perkembangan motorik kasar
pada anak usia 3 tahun antara lain
melakukan gerakan sederhana seperti
berdiri di atas salah satu kaki selama
3 detik, melompat dari langkah
dasar, berlari kesana kemari. Pada
usia 4 tahun, anak tetap melakukan
gerakan yang sama, tetapi sudah
berani mengambil resiko seperti jika
anak dapat naik tangga dengan satu
kaki lalu dapat turun dengan cara
yang sama dan dapat melompat dan
meloncat pada satu kaki. Kemudian
pada usia 5 tahun, anak dapat
berjalan mundur dengan tumit dan
jari kaki, anak juga lebih percaya diri
dengan mencoba untuk berlomba
dengan teman sebayanya(3)
.
Perkembangan motorik halus
pada anak usia 3 tahun yaitu masih
terkait dengan kemampuan bayi
untuk menempatkan dan memegang
benda-benda dan dapat menggambar
bentuk yang mendekati gambar
lingkaran. Pada usia 4 tahun,
kordinasi motorik halus anak telah
semakin meningkat dan menjadi
lebih tepat seperti bermain balok,
2
kadang sulit menyusun balok sampai
tinggi sebab khawatir tidak akan
sempurna susunannya. Sedangkan
pada usia 5 tahun, mereka sudah
memiliki kordinasi mata yang bagus
dengan memadukan tangan, lengan
dan anggota tubuh lainnya untuk
bergerak(4)
.
Perkembangan motorik yang
terlambat berarti tugas
perkembangan motorik anak yang
seharusnya sudah terlewati tetapi
anak belum mampu melewatinya,
sehingga akan mengalami
keterlambatan(5)
.
Faktor-faktor yang menghambat
perkembangan motorik meliputi
kondisi ibu yang kurang
menyenangkan selama kehamilan,
trauma di kepala akibat kelahiran
yang sulit, IQ di bawah normal,
perlindungan yang berlebihan,
kurangnya rangsangan, dorongan dan
kurangnya kesempatan
menggerakkan semua bagian tubuh
akan dapat memperlambat
perkembangan kemampuan motorik
anak(6)
.
Pola asuh orangtua tentang
tumbuh kembang, sangat membantu
anak mencapai dan melewati
pertumbuhan dan perkembangan
sesuai tingkatan usianya dengan
normal. Dengan lebih mengetahui
tentang tumbuh kembang anak,
diharapkan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya lebih
maksimal sehingga kedepannya akan
menghasilkan penerus generasi yang
lebih baik(7)
.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Teknik
pengambilan sampel menggunakan
total sampel sebanyak 44 orangtua
dan anak yang sekolah di PAUD
Aisyiyah Nur’aini. Instrument yang
digunakan pada variable pola asuh
orang tua menggunakan kuisioner
yang telah dirancang. Sedangkan
variable perkembangan motorik
menggunakan instrument observasi
DDST.
3
HASIL PENELITIAN
Pola asuh orangtua
Tabel 1. Distribusi Frekuensi pola
asuh orangtua di PAUD Nur’aini
Ngampilan Yogyakarta pada bulan
April 2014
N
o
Pola asuh
orangtua
frekuensi Persent
ase (%)
1 Otoriter 1 2,3
2 Permisif 42 95,5
3 Demokratis 1 2,3
Jumlah 44 100
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui gambaran pola asuh
orangtua yang di peroleh dalam
penelitian ini. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas
orangtua responden menerapkan pola
asuh permisif yaitu sebanyak 42
orang (95,5%).
Perkembangan Motorik Anak
Tabel 2. Distribusi frekuensi
perkembangan motorik anak di
PAUD Nur’aini Ngampilan
Yogyakarta pada bulan April 2014
No Aspek Frekuensi Prosentase
(%)
1 Berhasil 42 95,5
2 Peringatan 2 4,5
Jumlah 44 100
Berdasarkan tabel di atas
diketahui bahwa sebagian besar anak
mempunyai perkembangan motorik
adalah berhasil yaitu sebanyak 42
orang (95,5%) sedangkan sisanya
sebanyak 2 anak (4,5%) mempunyai
perkembangan motorik dalam
kategori peringatan.
Hubungan Pola Asuh Orangtua
Dengan Perkembangan Motorik
Anak Usia 3-5 Tahun
Tabel 3. Crosstabs pola asuh
orangtua dengan perkembangan
motorik anak usia 3-5 tahun di
PAUD Aisyiyah Nur’aini Ngampilan
Yogyakarta pada bulan April 2014
Perkembangan motorik anak Total
Berhasil (%) peringata
n
(%)
Otoriter 0 0 1 2,3 1
Permisif 41 93,2 1 2,3 42
Demokra
tis
1 2,3 0 0 1
Total 42 2 44
Berdasarkan tabel di atas
diketahui bahwa mayoritas orangtua
menerapkan pola asuh permisif yaitu
sebanyak 42 orang (95,5%) dan
mempunyai anak dengan
perkembangan motorik yang berhasil
sebanyak 41 anak (93,2%) dan 1
anak (2,3%) dengan perkembangan
4
motorik peringatan. Orangtua yang
menerapkan pola asuh otoriter pada
anaknya sebanyak 1 orang (2,3%)
dengan perkembangan motorik anak
yang dihasilkan yaitu peringatan, dan
sisanya orangtua yang menerapkan
pola asuh demokratis yaitu sebanyak
1 orang (2,3%) dengan
perkembangan motorik anak
berhasil.
PEMBAHASAN
Pola Asuh Orangtua
Berdasarkan analisa dari tabel 1
diperoleh gambaran bahwa sebagian
besar orangtua menggunakan pola
asuh permisif yaitu sebanyak 42
orang dengan prosentase 95,5%.
Orangtua dengan pola asuh permisif
cenderung selalu menuruti keinginan
anaknya. Sikap ini mungkin
disebabkan karena orangtua terlalu
sayang terhadap anak, proteksi yang
berlebihan dan terlalu memanjakan
anak sehingga apapun yang
dilakukan anak akan diterima oleh
orangtua(8)
.
Pola asuh yang diterapkan
orangtua memiliki peranan yang
penting dalam mendidik,
membimbing, mendisiplinkan dan
melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma-
norma yang ada dalam masyarakat.
Hal ini diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan oleh Kurniawati
(2012) kepada 90 orang anak tentang
pola asuh dan perkembangan anak di
Kelurahan Bener kecamatan
Wiradesa kabupaten Pekalongan,
diketahui bahwa terdapat pengaruh
yang besar antara pola asuh orangtua
dengan perkembangan anak.
Pada penelitian ini orangtua yang
mempunyai pola asuh otoriter hanya
1 orang (2,3%). Pola asuh otoriter
adalah pola yang membatasi dan
menghukum, dimana orangtua
mendesak anak untuk mengikuti
arahan mereka. Orangtua yang
berpola asuh otoriter menekankan
adanya kepatuhan seorang anak
terhadap peraturan yang mereka buat
tanpa banyak basa-basi, tanpa
penjelasan kepada anaknya mengenai
sebab dan tujuan diberlakukannya
peraturan tersebut, cenderung
menghukum anaknya yang
melanggar peraturan atau menyalahi
norma yang berlaku(4)
.
Pola asuh seperti ini bisa
disebabkan oleh pengaruh dari usia
5
orangtua yang mengasuh anaknya.
Menurut Hurlock (2010) pasangan
dengan usia yang lebih tua
cenderung lebih keras dan bersikap
otoriter dalam memberikan
pengasuhan kepada anak-anaknya.
Orangtua lebih dominan dalam
mengambil keputusan, karena
orangtua merasa sangat
berpengalaman dalam memberikan
pengasuhan dan pendidikan kepada
anak mereka(8)
.
Selanjutnya dari tabel 1 dapat
dilihat bahwa orangtua yang
menerapkan pola asuh demokratis
hanya 1 orang (2,3%). Pola asuh
demokratis merupakan bentuk
perlakuan orangtua saat berinteraksi
dengan anaknya dengan cara
melibatkan anak dalam mengambil
keputusan yang berkaitan dengan
keluarga dan diri anaknya. Pola asuh
seperti ini akan menjadikan anak
menjadi lebih bertanggung jawab,
sopan dan memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi. Hal tersebut diperkuat
oleh pendapat Baumrind dalam
Yusuf (2012), bahwa anak dengan
pola asuh demokratis akan lebih
cenderung menjadi anak yang
bersahabat, memiliki tujuan dan arah
hidup yang jelas serta berorientasi
pada prestasi yang nantinya akan
mendasari anak untuk menjalani
hidup di masa mendatang(9)
.
Perkembangan Motorik Anak
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas anak
mempunyai perkembangan motorik
yang berhasil yaitu sebanyak 42
orang (95,5%), sedangkan sisanya
sebanyak 2 orang (4,5%) mempunyai
perkembangan motorik peringatan.
Setiap individu berbeda dalam
proses tumbuh kembangnya karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu : pengaruh budaya lingkungan,
status sosial dan ekonomi keluarga,
nutrisi, olahraga/latihan fisik, posisi
anak dalam keluarga dapat
mempengaruhi sikap orang tua dalam
mengasuh dan mendidik anak di
lingkungan keluarga(2)
. Hal ini
diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ariyana dan Rini
(2009) tentang perkembangan
motorik kasar dan motorik halus
pada anak usia pra sekolah
menunjukan bahwa perkembangan
motorik kasar anak normal sebanyak
53 anak (76,8%)(10)
. Dalam penelitian
tersebut dijelaskan pula tentang
6
perkembangan motorik halus anak
yang menunjukan hasil bahwa
perkembangan motorik yang normal
sebanyak 52 anak (75,4%).
Perkembangan motorik ini
disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya stimulasi, lingkungan
pengasuhan, status gizi dan
budaya(11)
.
Hubungan pola asuh orangtua
dengan perkembangan motorik
anak usia 3-5 tahun di PAUD
Aisyiyah Nur’aini Ngampilan
Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hubungan pola asuh orangtua
dengan perkembangan motorik anak
usia 3-5 tahun pada penelitian ini
melalui uji statistik kendall’s tau
diperoleh nilai p = 0,001. Hal ini
berarti nilai p lebih kecil dari α
(0,05) dengan demikian dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan
pola asuh orangtua dengan
perkembangan motorik anak usia 3-5
tahun di PAUD Aisyiyah Nur’aini
Ngampilan Yogyakarta Tahun 2014.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian Wulansari (2009),
dimana dari hasil penelitian tersebut
terdapat hubungan pola asuh orang
tua dengan perkembangan motorik
anak usia prasekolah(7)
.
Perkembangan motorik anak usia
3-5 tahun berdasarkan hasil penelian
yang telah dilakukan diperoleh data
bahwa perkembangan motorik anak
yang berhasil sebanyak 42 orang
(95,5%), sedangkan sisanya
sebanyak 2 orang (4,5%) mempunyai
perkembangan motorik dalam
kategori peringatan. Perkembangan
anak dalam kategori peringatan bisa
disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya lingkungan pengasuhan,
status gizi, posisi anak dalam
keluarga, status kesehatan, stimulasi,
dan budaya(11)
. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa
perkembangan motorik anak
sebagian besar normal (berhasil), Hal
ini karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan motorik anak salah
satunya adalah pola asuh
orangtua(12)
. Jadi, pola asuh orangtua
merupakan hal yang sangat berperan
dalam perkembangan motorik anak
karena anak yang memperoleh pola
asuh yang baik, maka perkembangan
motorik anak tersebut akan sesuai
dengan usianya.
7
Hubungan pola asuh orangtua
dengan perkembangan motorik anak
usia 3-5 tahun Tabel 3 menunjukkan
bahwa dari 44 responden didapatkan
persentase terbesar yaitu 95,5%
sebagian besar responden
menerapkan pola asuh permisif dan
masing-masing 2,3% dengan pola
asuh otoriter dan demokratis. Dan
perkembangan motorik anak yang
berhasil sebanyak 42 anak (95,5%)
dan perkembangan motorik anak
dalam kategori peringatan sebanyak
2 anak (4,5%).
Dari hasil analisa menggunakan
tabulasi silang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pola asuh
orangtua dengan perkembangan
motorik anak usia 3-5 tahun. Hal ini
diketahui dari kategori pola asuh
permisif yang paling dominan
dengan perkembangan anak yang
berhasil yaitu 41 anak (93,2%),
perkembangan anak dalam kategori
peringatan 1 anak (2,3%). Pola asuh
permisif merupakan perlakuan
orangtua saat berinteraksi dengan
anaknya dengan memberikan
kelonggaran atau kebebasan tanpa
kontrol atau pengawasan yang ketat.
Orangtua yang permisif akan
memberikan kebebasan penuh
kepada anak-anaknya untuk
bertindak sesuai dengan keinginan
anaknya. Beberapa orangtua sengaja
membesarkan anak mereka dengan
cara ini karena mereka percaya
bahwa kombinasi antara keterlibatan
yang hangat dan sedikit batasan akan
menghasilkan anak yang kreatif dan
percaya diri(4)
. Meskipun
kenyataannya, dalam pola asuh
permisif masih ada anak yang
mengalami perkembangan dalam
kategori peringatan, kemungkinan
dipengaruhi oleh faktor lain seperti
pengalaman orangtua sebelumnya,
karena orang tua yang telah
mempunyai pengalaman sebelumnya
dalam merawat anak akan lebih siap
menjalankan peran pengasuhan dan
lebih rileks(13)
.
Pola asuh orangtua yang
demokratis sebanyak 1 orang (2,3%)
dan menghasilkan perkembangan
anak dalam kategori berhasil. Pola
asuh demokratis mendorong anak
untuk mandiri namun masih
menerapkan batas dan kendali pada
tindakan mereka. Orangtua
demokratis menunjukan kesenangan
dan dukungan sebagai respon
8
terhadap perilaku konstruktif anak.
Mereka juga mengharapkan perilaku
anak yang mandiri dan sesuai dengan
usianya(4)
.
Pola asuh orang tua yang otoriter
hanya 1 (2,3%) dan menghasilkan
perkembangan anak dalam kategori
peringatan. Pola asuh otoriter yaitu
suatu gaya pengasuhan yang
membatasi dan menetapkan anak
untuk mengikuti perintah-perintah
orang tua, menetapkan batas-batas
yang tegas dan tidak memberi
peluang yang besar bagi anak-anak
untuk mengemukakan pendapat,
cenderung bersikap sewenang-
wenang dan tidak demokratis dalam
membuat keputusan, memaksakan
peran-peran atau pandangan-
pandangan kepada anak atas dasar
kemampuan dan kekuasaan sendiri,
serta kurang menghargai pemikiran
dan perasaan mereka. Meskipun
demikian, para peneliti menemukan
bahwa pada beberapa kelompok
etnis, aspek-aspek gaya pengasuhan
otoriter diasosiasikan dengan hasil
yang lebih positif bila dibandingkan
dengan apa yang diprediksikan oleh
Baumrind.
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil dan
kesimpulan hasil penelitian
pembahasan maka dapat diperoleh
kesimpulan tentang hubungan pola
asuh orangtua dengan perkembangan
motorik anak usia 3-5 tahun di
PAUD Aisyiyah Nur’aini Ngampilan
Yogyakarta.
1. Pola asuh orangtua yang
dominan diterapkan kepada anak
di PAUD Aisyiyah Nur’aini
adalah pola asuh permisif yaitu
sebesar 95,5%.
2. Perkembangan motorik anak di
PAUD Aisyiyah Nur’aini
sebagian besar berhasil yaitu
sebesar 95,5%
3. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pola
asuh orangtua dengan
perkembangan motorik anak di
PAUD Aisyiyah Nur’aini.
SARAN
9
Berdasarkan dari kesimpulan di
atas, maka dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi ilmu keperawatan
Bagi perawat khususnya perawat
anak, dapat dijadikan sebagai
pertimbangan dalam
memberikan pendidikan
kesehatan pada masyarakat
untuk memberikan pola asuh
yang dapat membantu anak
mencapai perkembanagn
motorik yang optimal.
2. Bagi orangtua
Orangtua diharapkan untuk
memberikan pola asuh yang
tepat agar terbentuk tingkat
perkembangan motorik anak
yang baik pada anak. Orangtua
juga diharapkan untuk
mengevaluasi setiap tingkatan
perkembangan anak untuk
mendeteksi adanya
keterlambatan pada anak.
3. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat
mengawali penelitian-penelitian
selanjutnya mengenai pola asuh
orangtua serta perkembangan
motorik anak, dan hendaknya
para peneliti dapat melakukan
penelitian mengenai
perkembangan motorik anak
dengan mencari variabel-
variabel di luar variabel pada
penelitian ini. Disamping itu
dapat pula ditambah cara
penelitian berupa wawancara
yang mendalam untuk
mendukung data yang sudah
diperoleh.
RUJUKAN
1. Nutrisiani, M. (2009). Tahap pertumbuhan dan perkembangan. Diakses 10
januari 2014, dari
http://ibunyakayyisa.blogspot.com/2009/05/tahappertumbuhan-dan-
%20perkembangan.html
2. Wong, D, L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik volume1. Jakarta:
EGC.
3. _________. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik volume 2. Jakarta:
EGC.
4. Santrock, J.W. (2011). Adolesence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
5. Department Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pedoman pelaksanaan
stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang ditingkat pelayanaa
kesehatan dasar. Jakarta.
6. Widyastuti, A., & Widyani, S., (2007). Panduan perkembangan anak usia 0-
1 tahun. Jakarta: Puspa Swara.
7. Wulansari, N, R. (2009). Hubungan pola asuh orang tua dengan
perkembangan motorik anak usia prasekolah. Skripsi strata satu, Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang.
8. Hurlock, Elizabeth B. (2010). Perkembangan anak. jilid 1. Edisi Enam.
Jakarta: Erlingga.
9. Syamsu, Y. (2012). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta:
Remaja Rosdakarya
10. Ariyani & Rini. (2009). Hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan
anak dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak usia 4-5
tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7 Semarang. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah Semarang. 2(2). 11-20
11. Hidayat, A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika.
12. Soetjiningsih. (2010). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.
13. Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta:
EGC.