wawacara dan observasi pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan psikis dan sosial anak

20
WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK LAPORAN Diajukan Sebagai Tugas Pengganti UTS Mata Kuliah Penilaian dan Pengukuran Layanan BK Dosen: Latifatul Masruroh, S.Psi., M.Pd Oleh: Riska Nur’Akhidah Sari 050311.1011

Upload: riska-nurakhidah-sari

Post on 08-Aug-2015

91 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

WAWACARA DAN OBSERVASI

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA

TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

LAPORAN

Diajukan Sebagai Tugas Pengganti UTS

Mata Kuliah Penilaian dan Pengukuran Layanan BK

Dosen: Latifatul Masruroh, S.Psi., M.Pd

Oleh:

Riska Nur’Akhidah Sari 050311.1011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON

2013/ 2014

Page 2: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah member

nikmat dan kemampuan kepada penulis sehingga laporan wawancara dan

observasi ini dapat terselesaikan.

Laporan yang berjudul “Wawacara Dan Observasi Pengaruh Pola Asuh Orang

Tua Terhadap Perkembangan Psikis Dan Sosial Anak”ini ditulis sebagai

pemenuhan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan nilai ujian

tengah semester. Dalam penulisan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Latifatul Masruroh, S.Psi., M.Pd, selaku Dosen mata kuliah penilaian dan

pengukuran BK

2. Bapak Irfanul Firdaus S.Pd, selaku wali kelas 3 SD Negeri 1 Karangsembung

3. Ibu siti Nuryani, selaku kakak sepupu Agung

4. Agung Arief Rosidin, selaku intervee sekaligus observe

Besar harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita dan

semua masyarakat

Cirebon, November 2013

Penulis

Page 3: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Responden............................................... 1

B Teori Topik yang Diambil ................................................................. 3

BAB II ISI LAPORAN

A. Hasil Wawancara ............................................................................... 4

B. Hasil Observasi .................................................................................. 5

C. Draft Kuesioner ................................................................................. 6

BAB III ANALISIS HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI ................... 7

BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10

Page 4: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Responden

Hastuti (2012:44) mengemukakan bahwa Anak yang berada di kelas awal

SD adalah anak yang berada pada rentang usia dini. Masa usia dini merupakan

masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat

penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi

yang dimiliki anak perlu di dorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Lebih lanjut Hastuti (2012:119) menjelaskan bahwa karakteristik

perkembangan anak usia 7-8 tahun diantaranya adalah perkembangan sosial

anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya, dan anak mulai

menyukai permainan sosial, serta mulai terjadinya pekembangan emosi.

Pendapat tersebut yang mendasari narasumber untuk memilih Agung Arief

Rosidin, siswa kelas 3 SD di SDN 1 Karangsembung yang rumahnya

bertetanggaan langsung sebagai responden sekaligus observee.

Berdasarkan pengamatan, Agung adalah anak yang tergolong pintar hal ini

terbukti dari hasil belajarnya yang di atas teman-temannya. Namun Agung

termasuk anak yang mendapatkan pola asuh otoriter dari mamahnya. Seperti

yang diungkapkan Hastuti S.Psi bahwa anak usia 7-8 tahun mulai menyukai

permainan sosial, begitupun yang terjadi dengan Agung. Setiap hari sepulang

sekolah ia selalu mencari teman bermain, hanya mamah Agung termasuk ibu

yang selalu melarang anaknya untuk bermain dengan teman sebayanya. Setiap

kali agung bermain dengan teman sebayanya, ia akan diperintahkan untuk

pulang dengan alasan belajar dan mengerjakan PR. Jika diamati lebih jauh,

mamah Agung lebih nyaman anaknya bermain seorang diri dengan mainannya,

hal ini terlihat dari sikapnya yang lebih memilih membelikan mainan

dibandingkan mengizinkan anaknya bermain dengan teman-teman sebayanya.

Dikhawatirkan jika hal ini terus menerus dilakukan bukan tidak mungkin

Agung akan tumbuh menjadi anak yang egois karena tidak terbiasa

bersosialisasi dengan lingkungannya, atau jika tidak dikhawatirkan Agung

Page 5: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

akan takut terhadap lingkungannya. Sebaga contoh dari cerita sebelumnya yang

saya dapatkan dari ibunya, pada saat kelas 2 saat diadakan acara Maulid Nabi,

yang pada saat itu seluruh kelas 1-6 digabungkan dalam satu kelas, Agung

justru menangis dan meminta pulang. Berdasarkan kejadian tersebut kita dapat

menyimpulkan bahwa ada ketidaknyamanan pada diri Agung saat harus

bersama orang banyak. Tidak hanya protektif dalam mengawasi anaknya

bermain, mamah Agung juga termasuk mamah yang keras dalam mendidik

anaknya, sering jika Agung tidak menuruti perintahnya ia akan dimarahi.

Bahkan jika diperhatikan terkadang ketika mamahnya sedang memiliki

masalah, pada saat itu jugalah ia akan memarahi Agung tanpa alasan yang

jelas. Hal ini juga sangat mengkhawatirkan jika terus dilakukan dalam jangka

waktu yang lama bukan tidak mungkin jika sudah dewasa nanti Agung akan

tumbuh menjadi anak yang penakut, pendiam atau bahkan pembangkang, hal

ini tidak lain disebabkan oleh perlakuan orangtuanya dimasa kecil.

Responden selanjutnya adalah wali kelas Agung dan kakak sepupu Agung.

Memilih wali kelas sebagai responden selanjutnya bertujuan untuk mengetahui

bagaimana perkembangan prestasi belajar agung dan perilaku serta

kesehariannya dalam berosialisasi dengan teman-teman sebayanya, karena saat

di sekolah adalah saatnya Agung tidak bersama mamahnya. Dan memilih

kakak sepupu Agung karena ia dianggap sebagai salah seorang yang banyak

tahu mengenai Agung, hal ini terlihat dari rumahnya yang berhadapan

langsung dengan rumah Agung dan setiap harinya Agung selalu bermain di

rumah kakak sepupunya tersebut. Melalui wawancara dengan kakak sepupu

Agung ini akan ditanyakan lebih jauh pola asuh yang diterapkan ibunya

terhadap Agung, serta sebagai kerabat terdekat solusi apa yang diterapkan agar

perkembangan Agung khususnya dalam perkembangan psikologi tidak

menemui hambatan. Tidak lupa Agung sebagai objek penelitian pun dijadikan

Responden. Hal ini bertujuan untuk mencocokan dan membuktikan keterangan

yang didapatkan dari kedua responden lainnya, apakah sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya atau tidak.

Page 6: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

B. Teori Topik yang Diambil

Berdasarkan latar belakang di atas topik yang diambil dalam wawancara

dan observasi ini adalah pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan

psikis dan sosial anak.

Sebagaimana yang diungkapkan Hastuti (2012:122) bahwa salah satu

faktor ekstrinsik yang mempengaruhi perkembangan anak adalah faktor psikis

dan sosial, seperti tekanan emosional akibat penolakan atau kekerasan dari

orang tua. Juga pendapat Wijanarko (2012:10) yang mengemukakan bahwa

untuk mambangun sebuah generasi baru yang berhasil dalam Emotional

Quotient (EQ), Spiritual Quetient (SQ), pendidikan karakter, budi pekerti,

moral dan integritas, maka jelas sekali bahwa peran orang tua sangatlah besar

dan jauh lebih dominan dari pada peran sekolah. Selanjutnya Wijanarko

(2012:27) berpendapat mengenai satu konsep hukuman yaitu adanya satuan

waktu. Jika kita menghajar setiap waktu itu bukan mendidik, mendisiplinkan

anak, tetapi mengamuk dan amarah, itu hoby atau kebiasaan, bahkan perilaku

yang keluar dari hati yang jahat. Dan dampaknya jika orang tua menghajar

setiap waktu, anak tidak akan hormat tetapi takut. Dan saat marah, jangan

sampai marah tersebut berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang

lama, karena akibatnya bukan anak menyadari kesalahannya, tetapi justru

membenci dan merasa diperlakukan tidak adil atau seperti anak kecil. Jadi

boleh saja memarahi anak karena marah adalah bagian dari mendidik, yang

terpenting marah itu dilakukan secara sadar dan terkendali, ada satuan waktu

dan ukurannya.

Page 7: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

BAB II

ISI LAPORAN

A. Hasil Wawancara

Wawancara terhadap ketiga responden dilakukan secara terstruktur dan

tatap muka.Wawancara pertama dilakukan dengan kakak sepupu Agung yang

bernama Siti Nuryani, sebut saja teh Yani. Dari hasil wawancara dengan teh

Yani diperoleh hasil bahwa pola asuh yang diterapkan mamah Agung keras,

dalam arti memang baik, tetapi hanya kerasnya saja, tapi tidak disiplin, yang

akhirnya anak merasa terkekang dan seolah-olah apa yang dia lakukan karena

keterpaksaan, dan bukan menjadi dirinya sendiri. Bisa dibilang Agung seperti

memiliki dua kepribadian yang berbeda. Perilaku agung jika dirumah itu diam

dan seperti takut, dia mau menurut kepada mamahnya, tapi ketika di luar

rumah dia berperilaku seperti diluar nalar, seolah-olah mencari perhatian,

mungkin karena ia merasa menemukan kebebasan. Teh yani berpendapat

bahwa sebagai orang tua, memang harus disiplin. Contohnya kewajiban anak

memang belajar, tapi ada saatnya agung ini bermain dengan teman-temannya

untuk mengeluarkan bakat dan jati dirinya. Pagi waktunya sekolah, tetapi

pulang sekolah diizinkan untuk bermain. Saat ditanya pernah atau tidak

mengingatkan mamahnya Agung bahwa pola asuh yang diterapkannya salah

teh Yani menjelaskan bahwa mamahnya Agung adalah orang tua yang keras,

sehingga jika diingatkan susah. Ia tidak mau menerima masukan dari orang

lain. Jadi ketika memberikan solusi hanya pada Agungnya. Seperti coba bilang

sama mamah, marahnya jangan terlalu keras.

Responden selanjutnya yang diwawancara adalah Agung, tujuannya

untuk mencari informasi apa yang dirasakan oleh Agung langsung. Dari

wawancara yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa Ketika mamahnya marah,

Agung merasa takut, dan untuk menghindar biasanya dia akan pergi atau keluar

rumah. Disekolah Agung boleh bermain dengan teman-temannya, dan

mamahnya pun membolehkannya untuk bermain apa saja. Dan menurut Agung

juga mamahnya tidak suka marah-marah tanpa alasan. Setelah pulang sekolah,

Page 8: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

inginnya Agung bermain dengan teman-teman sebayanya, namun mamahnya

selalu melarangnya dengan alasan belajar dan mengerjakan PR.

Responden yang terakhir diwawancara adalah wali kelasnya Agung,

yaitu Bapak Irfanul Firdaus S.Pd. Berdasarkan keterangan yang didapatkan

dari hasil wawancara diperoleh hasil bahwa perilaku Agung sama seperti

teman-temannya. Namun ada perbedaan ketika di dampingi mamahnya, seperti

ada permasalahan psikologi antara Agung dan mamahnya. Di kelas Agung

tergolong anak yang lumayan pintar, hal ini terlihat dari hasil belajar dan

rangkingnya. Lebih jauh Pa Irfan menjelaskan bahwa jika memang benar Pola

asuh yang diterapkan oleh orangtuanya keras atau otoriter sudah pasti jika

dilakukan dalam waktu yang lama dapat berpengaruh terhadap prestasi dan

perkembangan Agung. Oleh karena itu ada baiknya pola asuh yang diterapkan

lebih fleksibel, karena dijaman modern ini sudah seharusnya pola asuh

otoriterpun tidak diterapkan dalam mendidik anak.

B. Hasil Observasi

Berdasarkan keterangan Teh Yani sebagai kakak sepupu Agung yang

setiap harinya melihat perilaku Agung dirumah diperoleh hasil bahwa saat

dirumah Agung itu lebih pendiam, dan seperti menunjukan rasa takut. Agung

juga selalu bermain sendiri. Karena setiap kali ia bermain dengan teman

sebayanya akan disuruh pulang dengan alasan mengerjakan PR dan belajar.

Selanjutnya berdasarkan keterangan dari Bapak Irfanul Firdaus S.Pd,

beliau melihat perilaku Agung khususnya dalam bersosialisasi sama seperti

siswa lainnya. Hanya saja ketika didampingi mamahnya, perilaku Agung yang

awalnya aktif berubah menjadi pasif, seolah-olah seperti menemui batasan.

Sedangkan ketika saya melakukan wawancara kepada Agung, mimik

wajahnya itu seperti menyembunyikan sesuatu, dan setiap kali menjawab pun

arah matanya ke segala arah. Yang membuat saya tertarik pada saat saya

menanyakan apakah mamahnya suka marah-marah tidak jelas? Jawaban Agung

itu seperti ragu-ragu, meskipun pada akhirnya dia menjawab dengan volume

suara yang kecil.

Page 9: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

C. Draf Kuisoner

Pertanyaan yang digunakan dalam draft kuesioner ini merupakan

pertanyaan terbuka karena jawaban sudah disediakan langsung, sehingga

responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan.

Adapun draft kuesioner yang diberikan kepada Agung adalah sebagai

berikut:

ANGKET/ KUISONER

KEADAAN SEHARI-HARI SISWA

1. Nama : Agung Arief Rosidin

2. Kelas : III (Tiga) SD

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan teliti

3. Isilah dengan sejujur-jujurnya

4. Berilah tanda (√) pada jawaban yang anda anggap sesuai menurut pendapat

anda

A. DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI

KEADAAN

SEHARI-HARI SISWA

1. Mamah suka marah-marah?

2. Agung takut kalau lagi dimarahin mamah?

3. Pengen maen sama temen-temen enggak

kalau pulang sekolah?

4. Diizinan enggak sama mamah kalau pulang

sekolah main sama temen-temen?

YA TIDAK

Page 10: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

BAB III

ANALISIS HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dari ketiga

responden tersebut terlihat bahwa keterangan yang diberikan saling berkaitan.

Dan membuktikan apa yang diamati selama ini. Jika teh yani menjelaskan bahwa

terjadi dua kepribadian yang berbeda pada dIri Agung mungkin benar adanya. Teh

yani mengungkapkan bahwa saat dirumah Agung itu pendiam dan jarang bahkan

hampir tidak pernah bersosialisasi dengan teman sebayanya. Keterangan tersebut

sangat bertolak belakang dengan keterangan pa irfan, menurut pa Irfan perilaku

agung dalam bersosialisasi itu sama seperti siswa lainnya, hanya memang ketika

mamahnya mendampinginya seharian disekolah, terlihat perilaku Agung yang

berbeda. Jika biasanya aktif, tiba-tiba menjadi pasif. Mungkin hal ini disebabkan

seperti apa yang disampaikan oleh teh yani, yang mengatakan bahwa pola asuh

mamah Agung itu keras, jadi saat Agung bersama mamahnya dia seperti merasa

takut.

Hal ini diperkuat juga dengan hasil wawancara dengan Agung mengenai

mamahnya. Agung menjelaskan ketika bermain dengan teman sebayanya Agung

selalu dimarahi dan disuruh pulang. Jika tidak menurut, bukan tidak mungkin ia

akan dimarahi bahkan mungkin dipukul. Mungkin hal ini yang menyebabkan

Agung berperilaku berbeda. Karena ketika saat didampingi mamahnya bukan

tidak mungkin yang ada dipikirannya saat itu adalah takut. Takut jika bermain

dengan teman-teman pasti dilarang dan dimarahi mamah bahkan mungkin

dipukul.

Sehingga dengan hasil wawancara dan observasi yang didapatkan dari

ketiga responden tersebut dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan

orangtua dapat berdampak terhadap perkembangan anak, khususnya psikis dan

sosialnya. Dikhawatirkan jika hal ini diterapkan sampai anak tumbuh dewasa

bukan tidak mungkin dewasa nanti anak tumbuh menjadi seseorang yang penakut,

pembangkang, egosi dan sulit bersosialisasi.

Page 11: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

Solusi yang dapat diterapkan untuk meminimalisir dampak dari pola asuh

yang keras tersebut mungkin dapat dengan memberi masukan kepada Agung

seperti yang dijelaskan oleh teh Yani, karena jika memberi masukan langsung

kepada mamahnya dihawatirkan ia akan lebih memarahi yang mengingatkan.

Mungkin ada baiknya untuk mamahnya, bisa langsung dengan

mempertemukannya dengan guru atau wali kelas Agung, untuk mengingatkan

dan menyadarkan mamahnya dengan pola asuh yang diterapkannya dapat

berdampak buruk terhadap perkembangan anak, khususnya perkembangan psiskis

dan sosialnya.

Page 12: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

BAB IV

KESIMPULAN

Orang tua sebagai lingkungan terdekat anak hendaknya dapat memberikan

kenyamanan pada anak untuk melewati fase-fase perkembangannya denga baik,

dengan tidak membatasi apa yang dia lakukan sebagai tahapan fase

perkembangannya. Karena jika perkembangan anak terbatasi, maka fase-fase

perkembangannya tidak dapat berjalan dengan sempurna dan dikhawatirkan dapat

berdampak terhadap pada kepribadiannya dewasa nanti, sebagaimana yang

dikatakan oleh Hastuti (2012:122) yang mengungkapkan bahwa salah satu faktor

ekstrinsik yang mempengaruhi perkembangan anak adalah faktor psikis dan

sosial, seperti tekanan emosional akibat penolakan atau kekerasan dari orang tua.

Oleh karena itu sebagai orang tua hendaknya dapat menerapkan pola asuh yang

tidak mengekang dan otoriter. Terapkanlah pola asuh yang demokrasi sehingga

perkembangan anak pun tidak terhambat karena seluruh potensi, bakat dan

minatnya dapat tersampaikan.

Page 13: WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKIS DAN SOSIAL ANAK

DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, S.Psi (2012). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Tugu Publisher

Wijanarko, J (2012). Mendidik Anak dengan Hati. Banten: PT. Happy Holy Kids