peran pola asuh orang tua dalam perkembangan …
TRANSCRIPT
PERAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM
PERKEMBANGAN EMOSI ANAK DI TK SAKINAH II
SUKABUMI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Dinda Tiara
11140184000019
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Peran pola asuh orang tua dalam perkembangan emosi anak di TK
sakinah II, sukabumi disusun oleh Dinda Tiara, Nomor Induk Mahasiswa
11140184000019, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan Lulus dalam Ujian Munaqasah
pada tanggal 25 Juli 2019 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dan bidang Pendidikan Islam Anak Usia Dini
(PIAUD).
Jakarta, 25 Juli 2019
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Kajur PIAUD)
Siti Khadijah, MA
NIP. 19700727 199703 2 004 ................. ............................
Sekretaris (Sekjur PIAUD)
Miratul Hayati, M.Pd
NIP. 19870524 201801 2001 ................. .. ..........................
Penguji I
Dr. Yayah Nurmaliyah , MA ................. ............................
Penguji II
Dewi Salistina, MA
NIP. 19800524 201403 2001 ................. ............................
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
i
ABSTRAK
Dinda Tiara (11140184000019). Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi “Peran Pola Asuh Orang Tua dalam
Perkembangan Emosi Anak di TK Sakinah II Sukabumi”.
Orang tua yang kurang memberikan perhatian pada perkembangan emosi
anak menyebabkan anak menjadi kesepian, pemurung, mudah cemas, gugup,
impulsif dan agresif. Penelitian ini mendeskripsikan peran pola asuh orang tua
dalam perkembangan emosi anak di TK Sakinah II, Sukabumi. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan
data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data
dilakukan menggunakan analisis Miles dan Huberman dengan langkah-langkah
reduksi data, penyajian data dan verifikasi atau kesimpulan. Temuan dari
penelitian ini adalah bahwa pola asuh orang tua yang berperan dalam
perkembangan emosi anak adalah bagaimana mereka membimbing dan
mengarahkan anak agar dapat mematuhi aturan orang tua; memberikan
kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaannya; memberikan reward
dan pujian ketika anak berbuat baik atau berprestasi; memberikan kesempatan
pada anak untuk mengekspresikan emosi ketika marah, senang ataupun sedih;
orang tua memberikan aturan, batasan dan berdiskusi untuk segala keinginan
anak; dan juga orang tua mengajarkan untuk lebih bersabar.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan pola asuh yang diberikan
oleh orang tua dan guru berpengaruh besar terhadap perkembangan emosi anak.
Oleh karena itu orang tua dan guru harus menjalin kerja sama yang baik.
Penelitian ini memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian lanjutan mengenai penerapan pola asuh yang lebih tepat terhadap
perkembangan emosi anak yang dapat dilakukan dengan cara membimbing dan
mengarahkan anak sesuai tahapan usianya.
Kata Kunci: Pola Asuh, Orang Tua, Perkembangan Emosi Anak
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul: “Peran Pola Asuh Orang Tua dalam
Perkembangan Emosi Anak di TK Sakinah II, Sukabumi”, sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, sebagai suri tauladan terrbaik, beserta keluarga, para sahabat
dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Beliau orang yang begitu mencintai
kita sehingga diakhir hayatnya yang beliau sebut dan kenang hanyalah kita
umatnya.
Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat do’a, perjuangan,
kesungguhan hati dan dorongan serta nasehat-nasehat yang positif dari berbagai
pihak untuk penyelasaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Siti Khadijah, MA., Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Miratul Hayati, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Maila Dinia Husni Rahiem, MA, Ph.D., selaku dosen pembimbing I yang
telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
iii
6. Mas Roro Diah Wahyu Lestari, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang
telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu namun
tidak sedikit pun mengurangi rasa hormat dan takzim penulis, yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat dan membimbing juga memberikan
banyak motivasi kepada penulis selama kuliah di Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan
keberkahan dari Allah Swt.
8. Kepala TK Sakinah II yaitu ibu Cicah, S.Pd beserta pendidik dan anak didik
yang telah membantu pengambilan data salama penyusunan skripsi ini.
9. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan dan
kasih sayang kepada penulis. Tanpa kasih sayang dan perjuangan mereka
selama ini, mungkin penulis tidak berhasil menyelesaikan studi S1 di kampus
ini. Semoga Allah memberikan surga Firdaus dan memberikan balasan
kebaikan dan keberkahan yang berlipat ganda untuk Ibunda dan Ayahdah
tercinta, serta senantiasa Allah berikan kesehatan untuknya.
10. 언니 , 오빠들 , 동생 selaku kakak dan adik saya yang telah banyak
membantu penulis hingga menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah ini,
yang telah memberikan nasehat, arahan serta motivasi kepada penulis
sekaligus menjadi insipirasi bagi penulis yang ingin sukses seperti mereka.
11. 조카딸 & 조카아들 yang telah mewarnai hari-hari penulis dalam proses
penulisan skripsi ini dan juga menjadi moodbooster bagi penulis.
12. Dwikipati Utami & Muna Fauzia Wijaya yang selalu menemani dan
membantu penulis yang selama ini selalu setia memberikan nasehat,
motivasi, perhatian, canda dan tawa kepada penulis hingga saat ini penulis
mampu menyelesaikan skirpsi ini dengan baik. Semoga Allah memberikan
keberkahan atas kebaikan kalian.
iv
13. Sahabat sepermainan yakni “CKD”; Chocomalteu, YoonA, The8, Sabyan,
Nobi, Jiba, dan Theis yang senantiasa memberikan nasihat, semangat dan
motivasi kepada penulis hingga saat ini penulis mampu menyelesaikan
skirpsi ini dengan baik.
14. Sahabat seperjuangan yakni “OHANA”; Nur Arsyiah, Nabighoh
Khoirunnisa, Meilinda Azizah, Aina Fauziah dan teman-teman yang
namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa
kasih sayang di dalam persahabatan kami.
15. Grup utama tercinta yakni “SEVENTEEN”; Seungchol, Jeonghan, Jisoo,
Junhui, Soonyoung, Wonwoo, Jihoon, Minghao, Seokmin, Mingyu,
Seungkwan, Hansol, Chan! Bitnaejulghe SEVENTEEN! Yang telah
menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi.
16. Fandom tercinta “CARAT”! yang telah bersama dalam suka maupun duka.
Walaupun ada musical tapi kami tetap teguh bersama sehingga penulis
mendapat kekuatan dan semangat dari caratdeul!
17. Berbagai VS; OFD, BT, GOSE ’17, Spin Off, GOSE ’19, IR, WI, Pdx101 dan
VS lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun mampu membuat
penulis lebih bersemangat dan termotivasi untuk menyelesaikan skripsi.
Demikianlah skripsi ini dibuat. Penulis menyadari dan mengakui bahwa
masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik berkaitan dari segi
penulisan, susunan kalimat ataupun yang lainnya. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama, lebih khusus
bagi penulis sendiri, dan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Jakarta, Juli 2019
Penulis,
Dinda Tiara
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
UJI REFERENSI
SURAT PENYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah........................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ........................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN LITERATUR
A. Landasan Teori .................................................................................. 9
B. Kajian Literatur ................................................................................ 10
1. Definisi Peran Pola Asuh Orang Tua ........................................... 10
a. Pengertian Peran Pola Asuh Orang Tua ................................ 10
b. Jenis Pola Asuh Orang Tua ................................................... 12
c. Kelebihan dan Kekurangan dari Masing-masing Pola Asuh .. 13
d. Proses Pembentukan Pola Asuh Orang Tua .......................... 14
e. Gambaran Pola Asuh Kebanyakan Orang Tua ...................... 16
2. Definisi Perkembangan Emosi Anak .......................................... 17
vi
a) Pengertian Perkembangan Emosi Anak ................................. 17
b) Faktor-faktor Perkembangan Emosi Anak ............................ 19
c) Aspek-aspek Perkembangan Emosi Anak ............................. 20
d) Tahap Perkembangan Emosi Anak ....................................... 21
e) Unsur-unsur yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak22
f) Masalah Perkembangan Emosi Anak .................................... 23
3. Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Perkembangan Emosi Anak . 24
C. Hasil Penelitian yang Relevam .................................................................. 27
D. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 29
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 31
B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................... 32
C. Sampel ............................................................................................. 33
D. Sumber Data Penelitian .............................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 35
F. Instrumen Penelitian ........................................................................ 37
G. Teknik Analisis Data .........................................................................43
H. Uji Validitas dan Rehabilitas ........................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data .................................................................................... 48
1. Karakteristik Subjek Penelitian ....................................................... 48
a) Profil Sekolah ................................................................................ 48
b) Visi dan Misi ........................................................................ 48
c) Data Guru dan Siswa ..................................................................... 49
d) Keadaan Sarana dan Prasarana ....................................................... 49
e) Informasi Partisipan ....................................................................... 51
2. Paparan Data Hasil Penelitian ............................................................... 53
1. Pola Asuh Orang Tua dalam Membimbing dan Mengarahkan Anak
Mematuhi Aturan Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak ...... 54
vii
2. Pola Asuh Orang Tua yang memberikan kesempatan anak
mengungkapkan perasaannya mempengaruhi perkembangan emosi
anak .............................................................................................. 57
3. Pola asuh orang tua yang memberikann reward dan pujian ketika
anak berbuat baik atau berprestasi mempengaruhi perkembangan
anak .............................................................................................. 59
4. Pola asuh orang tua mempengaruhi perkembangan emosi anak
dalam hal mengekspresikan emosi ketika marah, senang ataupun
sedih ............................................................................................. 61
5. Pola asuh orang tua mempengaruhi perkembangan emosi anak
dalam hal kesabaran anak .............................................................. 64
B. Pembahasan .............................................................................................. 66
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................................... 70
B. Implikasi .......................................................................................... 70
C. Saran ................................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73
LAMPIRAN .................................................................................................... 77
viii
DAFTAR GAMBAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 31
Tabel 3.2 Sumber Data Penelitian Peran Pola Asuh Orang Tua dalam
Perkembangan Emosi Anak ............................................................................... 34
Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara dengan Orang tua dalam Perkembangan Emosi
Anak ................................................................................................................. 38
Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara dengan Guru Kelas ............................................ 40
Tabel 3.5 Kisi-kisi observasi terhadap orang tua dalam perkembangan emosi anak
di TK Sakinah II ................................................................................................ 41
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Pedoman Observasi dengan anak ......................... 42
Tabel 4.1 Prasarana ........................................................................................... 50
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir ................................................................ 30
Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data Menurut Miles dan Huberman ...... 44
Gambar 4.1 Partisipan HS Membimbing Anak Mengambil Makan dengan Tangan
Kanan ................................................................................................................ 55
Gambar 4.2 Partisipan ES Mengarahan dan memberikan kepercayaan kepada anak
untuk bermain .................................................................................................... 56
Gambar 4.3 Partisipan NH Menanggapi anak saat bercerita ............................... 58
Gambar 4.4 Partisipan L menerima surat yang sudah dibuat anak tentang isi
hatinya ............................................................................................................... 59
Gambar 4.5 Partisipan HS memberikan reward berupa pujian pada anak ........... 60
Gambar 4.6 Partisipan ES memberikan reward pada anak saat lomba ................ 61
Gambar 4.7 Partisipan SA mendengarkan anak bercerita karena lelah dan senang
setelah bermain .................................................................................................. 63
Gambar 4.8 Partisipan SA memberikan kesempatan pada anak untuk
mengungkapkan perasaannya ............................................................................. 64
Gambar 4.9 Partisipan NH meminta anak sabar menunggu giliran ..................... 65
Gambar 4.10 Partisipan L meminta anak untuk sabar berbaris menunggu giliran
berpamitan ......................................................................................................... 66
Gambar 1 Foto anak-anak saat maulid nabi ...................................................... 142
Gambar 2 Foto para guru saat maulid nabi ...................................................... 142
Gambar 3 Para orang tua mempersiapkan makanan .......................................... 142
Gambar 4 Anak-anak makan bersama di kelas masing-masing ......................... 142
Gambar 5 Anak mendengarkan informasi yang disampaikan petugas ............... 143
Gambar 6 Di depan mobil damkar .................................................................... 143
Gambar 7 Saat menaiki mobil damkar ............................................................. 143
Gambar 8 Saat menyemprot bunga dengan selang damkar ............................... 143
Gambar 9 Foto bersama petugas damkar .......................................................... 143
Gambar 10 Guru merapikan barisan anak-anak ................................................ 144
Gambar 11 Guru memulai membuat pizza ....................................................... 144
x
Gambar 12 Guru mempraktekan membuat pizza .............................................. 144
Gambar 13 Anak mencoba membuat adonan pizza .......................................... 144
Gambar 14 Guru memberitahu cara memasak pizza ......................................... 144
Gambar 15 Foto saat selesai membuat pizza..................................................... 144
Gambar 16 Guru mengarahkan anak untuk berbaris ......................................... 145
Gambar 17 Berfoto dengan pak polisi .............................................................. 145
Gambar 18 Anak maju kedepan untuk mendemonstrasikan arahan pak polisi .. 145
Gambar 19 Berfoto saat beristirahat ................................................................. 145
Gambar 20 Saat didepan kantor polisi .............................................................. 145
Gambar 21 Foto dengan pak polisi saat pulang................................................. 145
Gambar 22 Berfoto dengan guru biologi dan pertanian ..................................... 146
Gambar 23 Saat masuk kerumah kaca yang berisi banyak tanaman .................. 146
Gambar 24 Saat mengamati berbagai bunga ..................................................... 146
Gambar 25 Guru mendampingi anak memetik sayur ........................................ 146
Gambar 26 Berfoto saat memetik sayur ............................................................ 146
Gambar 27 Anak-anak beristirahat di aula smk pertanian ................................. 146
Gambar 28 Anak-anak lomba membaca doa di ekals masing-masing ............... 147
Gambar 29 Pengumuman pemenang lomba dan ceramah guru ......................... 147
Gambar 30 Anak-anak bersalaman dengan orang tua dan guru ......................... 147
Gambar 31 Saat anak makan bersama .............................................................. 147
Gambar 32 Berfoto bersama............................................................................. 147
Gambar 33 Persiapan sebelum naik ke panggung ............................................. 148
Gambar 34 Ketika berada di panggung............................................................. 148
Gambar 35 Ketika maju lomba fashion show ................................................... 148
Gambar 36 Sebelum dimulai lomba mewarnai ................................................. 148
Gambar 37 Ketika dimulai lomba mewarnai .................................................... 148
Gambar 38 Menonton atraksi harimau ............................................................. 149
Gambar 39 Menaiki berbagai macam wahana permainan ................................. 149
Gambar 40 Pemberian raport kepada anak ....................................................... 150
Gambar 41 Bersalaman antara orang tua, anak dan guru .................................. 150
Gambar 42 Berpamitan .................................................................................... 150
xi
Gambar 43 Guru menjelaskan pentingnya menghormati ibu ............................. 151
Gambar 44 Anak sungkeman kepada orang tua ................................................ 151
Gambar 45 Anak bersiap memberikan bunga untuk ibu.................................... 151
Gambar 46 Orang tua dan anak berpamitan dengan guru .................................. 151
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Surat ............................................................................................................ 77
1.1 Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................................... 77
1.2 Surat Keterangan Penelitian.................................................................... 78
2. Hasil Pengumpulan Data .............................................................................. 79
2.1 Catatan Wawancara (CW) ..................................................................... 79
2.1.1 CW 1 .......................................................................................... 79
2.1.2 CW 2 .......................................................................................... 82
2.1.3 CW 3 .......................................................................................... 84
2.1.4 CW 4 .......................................................................................... 87
2.1.5 CW 5 .......................................................................................... 91
2.1.6 CW 6 .......................................................................................... 95
2.1.7 CW 7 .......................................................................................... 99
2.1.8 CW 8 ........................................................................................ 102
2.2 Hasil Observasi .................................................................................... 107
2.3 Hasil Observasi dengan anak ............................................................... 108
2.4 Catatan Lapangan (CL) ....................................................................... 113
2.4.1 CL 1 ......................................................................................... 113
2.4.2 CL 2 ......................................................................................... 116
2.4.3 CL 3 ......................................................................................... 119
2.4.4 CL 4 ......................................................................................... 123
2.4.5 CL 5 ......................................................................................... 127
2.4.6 CL 6 ......................................................................................... 129
2.4.7 CL 7 ......................................................................................... 132
2.4.8 CL 8 ......................................................................................... 134
2.4.9 CL 9 ......................................................................................... 137
2.4.10 CL 10 ....................................................................................... 139
2.5 Reduksi Instrumen................................................................................ 141
3. Dokumentasi .............................................................................................. 142
4. Lembar Uji Referensi ................................................................................. 152
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pola asuh memiliki peran penting dalam interaksi antara anak
dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti
makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman,
kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di
masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.1 Dengan
kata lain, orang tua memegang peranan dalam membentuk sistem interaksi
yang intim dan berlangsung lama yang ditandai oleh loyalitas pribadi,
cinta kasih dan hubungan yang penuh kasih sayang. Masa emas tumbuh
kembang seorang anak, bukan hanya jasmani, tetapi juga jiwa dan
kehidupan sosialnya.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 7 ayat 1 berbunyi:
“Orang tua mempunyai kewajiban untuk mengasuh putra-putrinya, yang
dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungan hidupnya, serta diwarnai
oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing dan
mengarahkan putra-putrinya”. Sikap tersebut tercermin dalam pola
pengasuhan kepada anak-anaknya, karena setiap orangtua memiliki pola
asuh yang berbeda. Pola asuh disebut juga gaya pengasuhan orang tua
yang diterapkan kepada anak dan biasanya bersifat relatif konsisten.2 Pola
asuh dikatakan efektif bila diterapkan dalam kondisi yang tepat dan sesuai
dengan situasi yang ada.3 Disinilah letak terjadi beberapa perbedaan dalam
posa asuh. Disatu sisi orang tua harus bisa menentukan pola asuh yang
1 Nasrun Faisal, Pola Asuh Orang Tua Dalam Mendidik Anak Di Era Digital, An-Nisa’
Volume Ix Nomor 2 Desember 2016, h. 127 2https://www.motherandbaby.co.id/article/2015/12/40/5489/Pola-Asuh-yang-Paling-
Banyak-Dianut-Orangtua diakses pada hari minggu, 08 April 2018 pukul 09.46. 3Ibid.
2
tepat dalam mempertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi lain
orang tua juga mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk anak.
Terdapat beberapa tipe pola asuh, yaitu otoriter yang memaksa,
memerintah, menghukum; demokratis yang memprioritaskan kepentingan
anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka; serta permisif,
yaitu orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar dan
memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup dari orang tua.4 Sementara itu pola asuh yang
diterapkan di Indonesia cenderung memilih pola asuh seperti yang orang
tua terima di masa lalu saat menjadi anak. Hal ini berdasarkan temuan
survei nasional Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2015 tentang
"Pemenuhan Hak Pengasuhan Anak" ditemukan bahwa hanya 27,9% ayah
dan 36,6% ibu yang mencari informasi pengasuhan berkualitas sebelum
menikah.5
Ketua Divisi Telaah dan Kajian Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI), Rita Pranawati mengatakan persiapan dari sisi
pengetahuan orang tua masih sangat jauh dari ideal. Sebanyak 66,4% ayah
dan 71% ibu hanya menjiplak pengasuhan yang dilakukan kedua orang tua
mereka dahulu. Penelitian tersebut menemukan bahwa orang tua masih
mengedepankan perkembangan akademis semata, padahal kebutuhan
tumbuh kembang anak bukanlah kognisi semata. 6
Lebih lanjut, survei nasional yang melibatkan 800 responden keluarga,
menemukan fakta bahwa urusan anak yang menyangkut tumbuh kembang
anak seperti pengembangan hobi masih menjadi pertanyaan sampingan
yang disampaikan orang tua kepada anak. Padahal urusan non akademis
4Eli Rohaeli Badria, Wedi Fitriana, Pola Asuh Orang Tua Dalam Mengembangkan
Potensi Anak Melalui Homeschooling Di Kancil Cendikia, Jurnal Comm-Edu, Volume 1 Nomor 1,
Januari 2018, h. 4. 5http://lifestyle.bisnis.com/read/20150922/236/474930/kpai-anak-indonesia-butuh-
pengasuhan-berkualitas diakses pada hari minggu, 08 April 2018 pukul 10:01. 6Ibid.
3
inilah yang merupakan dinamika tumbuh kembang anak yang perlu
penyikapan dari orang tua secara menyeluruh.7
Anak sebagai generasi penerus perlu dibekali kemampuan untuk
mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki dan meminimalkan
kelemahan-kelemahan yang ada. Orang tua sebagai orang dewasa di
sekitar anak, memegang peranan penting dalam mengoptimalkan potensi
anak, baik fisik, kognitif, spiritual, maupun emosional.
Perkembangan dan pertumbuhan anak akan berkembang secara
maksimal apabila distimulasi dengan cara yang tepat sesuai tingkat
perkembangannya. Pengasuhan yang tepat oleh orangtua menjadi dasar
perkembangan anak yang akan menjadikannya pribadi yang berkarakter
baik bagi dirinya dan lingkungannya. Menurut Sunarti (2004: 18)
pengasuhan merupakan serangkaian interaksi dalam mengarahkan anak
untuk memiliki kecakapan hidup. Dalam mengasuh anak orangtua harus
memilih pola asuh yang tepat, karena pola asuh yang salah akan
menghambat perkembangan anak.8
Pola asuh terdiri dari beberapa macam yaitu pola asuh otoriter
(Authoritariant Parenting), pola asuh permisif (Permissive Parenting), dan
pola asuh demokrasi (Autoritative Parenting). Ketika melaksanakan
pengasuhan, orang tua seharusnya tidak memaksakan kehendaknya.
Orangtua harus tahu apa yang dibutuhkan oleh anak pada tiap-tiap
perkembangannya. Pengasuhan anak perlu disesuaikan dengan tahapan
perkembangan anak itu sendiri. Pengasuhan tidak selalu memberikan
pengaruh yang positif terhadap perkembangan anak, penerapan
pengasuhan yang tidak tepat dapat berdampak buruk terhadap
perkembangan anak. Sehingga disini dibutuhkan pengetahuan dan
pemahaman orang tua akan pentingnya pengasuhan yang tepat bagi anak.9
7http://www.intipesan.com/sp-2687/ diakses pada hari minggu, 08 April 2018 pukul
10:01. 8 Miftahul Jannah, Identifikasi Pola Asuh Orangtua Di Taman Kanak-Kanak Aba
Jogokaryan Yogyakarta, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 6 Tahun ke-6 2017, h. 546. 9 http://parent.binus.ac.id/2018/08/pola-asuh-orangtua-dan-pengaruhnya-pada-anak/
4
Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mendorong potensi anak
berbakat, terlebih lagi apabila anak memiliki bakat yang unik sehingga
anak membutuhkan penanganan yang khusus dalam merawat, mendidik,
dan memberikan pengarahan agar bakatnya dapat berkembang secara
optimal. Menurut pendapat psikolog yang aktif di klinik tumbuh kembang
anak Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta dalam Tim Pustaka Familia (2006:
96) berpendapat bahwa model pendidikan dan pengasuhan yang diterapkan
pada anak mempunyai pengaruh dalam pengembangan bakat dan talenta
anak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa untuk mendorong potensi
anak tidak lepas hubungannya dengan pola pengasuhan yang diberikan
oleh orangtua pada anak.10
Bimbingan pola asuh orang tua menentukan perkembangan anak
terutama perkembangan emosionalnya. Kedekatan orang tua sangat
mempengaruhi bagaimana anak bersosialisai dengan orang lain, berakhlak,
mengendalikan emosi, bagaimana anak bertindak dan bertingkah laku,
menyelesaikan masalah, bertanggung jawab, mandiri, serta menumbuhkan
percaya diri yang sangat berguna untuk kehidupannya di masyarakat.
Peran keluarga juga sangat penting dalam pembentukan kepribadian anak,
oleh sebab itu bimbingan dari orang tua sangat dibutuhkan untuk
menuntun anak dalam berbuat dan bersikap. Disini orang tua hendaknya
menjadi teladan yang baik untuk anaknya, tentu juga perlu didasari
komitmen yang kuat.
Lebih lanjut, Pencapaian perkembangan yang optimal pada anak
sangat dibutuhkan pengasuh yang berkualitas. Kualitas pengasuh sangat
mempengaruhi segala macam aspek perkembangan anak dan akan seperti
apa karakter anak di masa yang akan datang. Menurut Sunarti (2004: 278)
pengasuhan yang kompeten menurut prasyarat utama yaitu pengasuh yang
berkualitas. Kualitas pengasuh berkaitan dengan pengetahuan dan
pemahaman menganai karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak,
10 Jannah, loc. cit.
5
serta kemampuan mengelola sumber daya keluarga untuk menempatkan
anak sebagai prioritas perhatian.11
Dengan demikian sangatlah penting pengetahuan dan wawasan
orang tua dalam upaya pengasuhan. Kualitas orang tua juga sangat perlu
memperhatikan kuantitas pengasuhan. Jika orangtua sering menghabiskan
waktu bersama anak, orang tua akan memiliki lebih banyak waktu untuk
mengembangkan segala aspek perkembangan anak dengan lebih maksimal
dan optimal. Antara kuantitas pengasuhan dan kualitas pengasuhan saling
mempengaruhi, karena percuma apabila orangtua yang memiliki kualitas
pengasuhan yang baik tetapi dalam mengasuh anak kuantitasnya masih
kurang.
Dengan Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak mengenal
waktu, diperlukan rangsangan terus-menerus untuk mengoptimalkannya.
Padahal menurut suatu penelitian yang dilakukan tim ahli (White, dkk)
menyatakan bahwa cara-cara orang tua mendidik anaknya dalam hal ini
pola asuh yang diterapkan cenderung mempengaruhi keterampilan sosial
emosional anak (wahyuning, 2003: 126). Secara umum pemahaman orang
tua akan pentingnya peran mereka dalam pengasuhan masih sangat kurang.
Selain itu banyak orang tua yang tidak mengetahui dampak baik dan
buruknya pengasuhan yang diterapkan kepada anaknya, orang tua
cenderung menerapkan pola asuh dari generasi sebelumnya. Hal ini
dilakukan karena menurut mereka pola asuh yang pernah diterapkan
sebelumnya berhasil membentuk karakter anak dengan baik.12
Berdasarkan dari hasil observasi pra-penelitian yang telah peneliti
lakukan pada bulan Maret 2018 selama 2 minggu dan berlangsung setiap
hari yakni senin sampai jumat di TK SAKINAH II Sukabumi yaitu anak-
anak di TK Sakinah II Sukabumi memiliki karakter yang baik yaitu anak
mandiri, disiplin, bertingkah laku baik, dan dapat menyelesaikan masalah
11 https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/perkembangan-anak-usia-dini-9 12 https://www.suaramerdeka.com/kesehatan/baca/96896/pentingnya-pola-asuh-dan-
stimulasi-dini-pada-anak
6
dengan baik. Hal ini mendorong peneliti untuk menggali pola asuh orang
tua yang diterapkan pada anak di TK Sakinah II Sukabumi.13
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka
akan dilakukan penelitian dengan judul “PERAN POLA ASUH ORANG
TUA DALAM PERKEMBANGAN EMOSI ANAK DI TK SAKINAH II
SUKABUMI”. Untuk pengukuran pola asuh dan perkembangan
menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan
terhadap perubahan fisiologis anak.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Orang tua yang sibuk bekerja menyebabkan kurangnya perhatian
yang diberikan kepada anak.
2. Bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua berbeda-beda
sehingga pencapaian aspek perkembangan emosi anak berbeda.
3. Orang tua yang masih belum sadar akan pentingnya pola asuh yang
tepat untuk anak.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi
masalah hanya pada beberapa hal sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan untuk melihat bagaimanakah peran pola
asuh orang tua dalam perkembangan emosi anak.
2. Pola pengasuhan yang diteliti difokuskan pada 3 macam yaitu pola
asuh otoriter, demokratis dan permisif.
13 Taman Kanak-kanak Sakinah II Sukabumi.
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka secara
umum rumusan masalah yang akan dibahas adalah “bagaimanakah peran
pola asuh orang tua dalam perkembangan emosi anak di TK Sakinah II
Sukabumi?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui bagaimanakah peran pola asuh orang tua dalam
perkembangan emosi anak di TK Sakinah II Sukabumi.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki manfaat antara lain:
1. Secara Teoritis
a. Sebagai bahan kajian dan bahan pertimbangan akan pentingnya
memahami karakteristik siswa dalam proses pembelajaran di TK.
b. Sebagai bahan kajian, dalam usaha meningkatkan kualitas
pembelajaran di TK dengan memperhatikan lingkungan keluarga
terhadap emosi anak.
2. Secara Praktis
a. Bagi orang tua, sebagai pedoman pola asuh untuk anak supaya
dapat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan emosi
anak yang baik dan wajar serta membantu anak dalam
pembentukan emosinya.
b. Bagi guru, sebagai bahan informasi untuk mengetahui pola asuh
orang tua siswa, dan emosi anak, sehingga dapat dirumuskan
metode belajar yang dapat membantu siswa untuk mencapai
pembentukan emosi yang optimal.
8
c. Bagi peneliti, dengan melakukan penelitian ini peneliti tentunya
mendapat pengetahuan baru mengenai pola asuh orang tua dan
pembentukan emosi anak untuk lebih mampu mengendalikan
emosi.
9
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN LITERATUR
A. Landasan Teori
Teori yang mendasari penelitian ini adalah Teori Psikososial dan Teori
Pola Asuh. Berikut adalah penjelasan mengenai kedua teori tersebut:
a. Teori Psikososial (Theory of Psychosocial Development)
Teori Psikososial (Theory of Psychosocial Development)
dikemukakan oleh Erik Erikson. Isi dari teori tersebut menyatakan
bahwa konflik emosional terjadi karena suatu perjalanan
perkembangan, yang diungkapkan seputar tugas-tugas perkembangan
yang membentuk sejarah kepribadian individu sehingga menjadi
potensi utama yang memengaruhi krisis pada fase-fase berikutnya.
Teori ini menjelaskan bahwa pentingnya pengalaman awal dengan
pengasuh untuk perkembangan emosi dalam kepribadian dan
perspektif perkembangan.14
b. Teori Pola Asuh (Theory of Parenting)
Teori Pola Asuh (Theory of Parenting) dikemukakan oleh
Baumrind. Isi dari teori tersebut yakni bagaimana orang tua (pengasuh)
mengontrol, membimbing dan mendampingi anak-anaknya untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan menuju proses kedewasaan.
Teori ini menjelaskan bagaimana suatu kegiatan kompleks yang dapat
mencakup banyak perilaku secara spesifik yang dilakukan oleh orang
tua dan anak dalam mempengaruhi perkembangan anak.15
Kedua teori ini menjadi landasan penelitian karena kedua teori
tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan yaitu
bagaimana peran orang tua dalam memberikan pola asuh kepada anak
dalam perkembangan anak terutama emosi sebagaimana Teori Pola
14 Mashar, op. cit., h. 50. 15http://artikelpokjajogja.blogspot.com/2016/10/pola-pengasuhan-anak.html diakses pada
tanggal 28 Juli 2018 pada pukul 05:20.
10
Asuh dan Teori Psikososial. Teori Pola Asuh menunjukkan bahwa
bagaimana orang tua mendidik, membimbing, dan mendampingi anak
dalam mempengaruhi perkembangannya. Hal itu bertujuan sebagai
bekal anak untuk menghadapi lingkungan sosialnya sendiri, serta
menentukan kemampuan berjuang dalam menghadapi masalahnya
sendiri juga sikap anak dalam mengontrol emosinya. Maka dari itu,
pembentukan pribadi anak menjadi hal yang sangat penting untuk
dipelajari. Sebagaimana Teori Psikososial yang dikemukakan oleh
Erikson, bahwa pentingnya pengalaman awal dengan pengasuh untuk
perkembangan emosi dalam kepribadian dan perspektif perkembangan
anak. Dengan pengasuhan yang diberikan dapat melihat tiap perubahan
sikap yang ditunjukkan anak, apakah hal itu memang sesuai tahapan
usianya atau malah ada hambatan dan masalah dari perkembangan
yang ditunjukkan anak. Dengan mengetahui sejak dini, dapat
membantu orang tua untuk mencegah penyimpangan perilaku pada
anak.
B. Kajian Literatur
1. Defini Peran Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian Peran Pola Asuh Orang Tua
Setiap manusia dalam kehidupannya memiliki peran dan
dalam melaksanakan peran tersebut dilakukan dengan cara yang
berbeda pula. Mengenai peranan ini, Poerwadarminta
mendefnisikan peranan yaitu suatu yang menjadi bagian atau
pegangan pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau
peristiwa. Selain itu, menurut Soerjono Soekanto, peran
merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Maksudnya adalah
11
apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, m aka ia menjalankan suatu peran.16
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang
dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua
itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu ibu dan bapak.
Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani anak, maka
setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudia adalah
hasil dari ajaran orang tuanya tersebut. Sehingga orang tua
memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas
pendidikan anak-anak.17
Pola asuh merupakan sistem yang diterapkan oleh orang tua
dalam mendidik, merawat, dan melindungi seorang anak yang
bersifat konsisten dari waktu ke waktu.18 Pola asuh orang tua di
lingkungan keluarga merupakan suatu usaha orang tua dalam
membina anak dan membimbing anak baik jiwa maupu1n
raganya sejak lahir sampai dewasa.19
Sementara Kohn, menyatakan bahwa pola asuh merupakan
sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap
orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan,
hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan
otoritasnya dan juga cara orang tua memberikan perhatian serta
tanggapan terhadap anak.20
Lebih lanjut, definisi lain dari pola asuh yaitu sebagai pola
interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan
kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis, serta sosialisasi dan
16 Florentinus Christian Imanuel, Peran Kepala Desa dalam Pembangunan di Desa
Budaya Sungai Bawang Kecamatan Muara Badak Kab. Kutai Kartanegara, eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 3, Nomor 2, 2015, h. 1184-1185.
17 Abdul Wahid, Konsep Orang Tua dalam Membangun Kepribadian Anak, Jurnal
Paradigma, Volume 2, Nomor 1, 2015, h. 2 18 Muslima, Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Finansial Anak, International
Journal of Child and Gender Studies 2015, Vol. 1, No. 1,h. 86. 19 Ibid. 20 Ahmad Susanto, Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-kanak (Yogyakarta:
Prenada Media, 2015) h. 26.
12
aturan yang berlaku di masyarakat agar anak dapat diterima oleh
lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola
interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan anak.21
Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan
keseluruhan interaksi antara orang tua dan anak, di mana orang
tua menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku,
pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap baik oleh orang tua,
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal
juga mandiri.
b. Jenis Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh memiliki perbedaan dalam penerapan dan
pengaruhnya untuk perkembangan. Menurut Baumrind terdapat
beberapa tipe pola asuh yaitu sebagai berikut: 22
1) Pola Asuh Permisif, yaitu pola asuh yang memiliki tipe
dimana orang tua memberikan pengawasan yang sangat
longgar dan cenderung tidak menegur anak apabila anak
sedang dalam keadaan bahaya, dan sangat sedikit bimbingan
yang diberikan oleh mereka.
2) Pola Asuh Otoriter, yaitu pola asuh dimana orang tua bersifat
sangat menuntut dan tidak suka mendengarkan pendapat
anaknya. Orang tua hanya ingin apapun yang diperintahkan
harus dipatuhi tanpa alasan apapun.
3) Pola Asuh Demokratis, yaitu pola asuh orang tua yang
bersifat mau mendengarkan pendapat anaknya namun tidak
lepas tangan membimbing anaknya.
Lebih lanjut, menurut Hurlock pola asuh dikategorikan
menjadi tiga jenis, yaitu:
21 Nasrun Faisal, op. cit., h. 127. 22 Badria, Fitriana, loc. cit.
13
1) Pola asuh otoriter, yaitu kekuasaan orang tua dominan segala
keputusan bersifat mutlak, anak yang tidak mematuhi orang
tua akan mendapatkan hukuman yang keras, pendapat anak
tidak didengarkan dan tingkah laku anak dikontrol dengan
sangat ketat.
2) Pola asuh demokratis, yaitu pola asuh yang memberikan
kebebasan terhadap anak tetapi kebebasan yang bisa
dipertanggungjawabkan. Anak dibiarkan mandiri namun
tetap dipantau. Adanya diskusi antara anak dan orang tua.
Kebebasan berekspresi diberikan pada anak dengan tetap
berada di bawah pengawasan orang tua.
3) Pola asuh permisif, yaitu orangtua yang memiliki pola asuh
yang berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif
terhadap dorongan emosi, keinginan dan perilaku anaknya,
membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri dan
tidak mengontrol, serta berusaha mencapai sasaran tertentu
dengan memberikan alasan tetapi tanpa menunjukkan
kekuasaan. 23
c. Kelebihan dan Kekurangan dari Masing-masing Pola Asuh
Setiap pola asuh memiliki kelebihan dan kekurangan.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dari beberapa tipe pola asuh
orang tua, yaitu:24
1) Permisif
Kelebihan dari pola asuh permisif yaitu menjadikan anak
sebagai individu yang mandiri, kreatif, inisiatif, dan mampu
mewujudkan aktualisasinya. Sementara kekurangan dari pola
23 Nilam Widyarini, Relasi Orangtua & Anak, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2013),
h. 11. 24 Listia Fitriyani, Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosi Anak, Lentera Vol. Xviii, No. 1, Juni 2015, h. 105
14
asuh ini adalah menjadikan anak kurang dalam harga diri,
kendali diri dan kecenderungan untuk bereksplorasi. .
2) Otoriter
Kelebihan dari pola asuh ini adalah anak yang dididik akan
menjadi disiplin yakni menaati peraturan. Meskipun, anak
cenderung disiplin hanya di hadapan orang tua. Sementara
kekurangan dari pola asuh ini yaitu menjadikan seorang anak
menarik diri dari pergaulan serta tidak puas dan tidak percaya
terhadap orang lain.
3) Demokratis
Kelebihan dari pola asuh ini yaitu menjadikan anak sebagai
seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung
jawab terhadap tindakannya, tidak munafik, dan jujur.
Kekurangan dari pola asuh ini adalah menjadikan anak
cenderung mendorong kewibawaan otoritas orang tua, bahwa
segala sesuatu harus dipertimbangkan antara anak dan orang
tua.
d. Proses Pembentukan Pola Asuh Orang Tua
Proses pembentukan pola asuh orang tua dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Kepribadian orang tua. Setiap orang berbeda dalam tingkat
energi, kesabaran, intelegensi, sikap dan kematangannya.
Karakteristik tersebut akan mempengaruhi kemampuan orang
tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang tua dan
bagaimana tingkat sensitifitas orang tua terhadap kebutuhan
anak-anaknya.
2) Keyakinan. Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai
pengasuhan akan mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan
mempengaruhi tingkah lakunya dalam mengasuh anak-
anaknya.
15
3) Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua. Bila
orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu berhasil
menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik, maka
mereka akan menggunakan teknik serupa dalam mengasuh
anak bila mereka merasa pola asuh yang digunakan orang tua
mereka tidak tepat, maka orang tua akan beralih ke teknik pola
asuh yang lain:
a) Penyesuaian dengan cara disetujui kelompok. Orang tua
yang baru memiliki anak atau yang lebih muda dan
kurang berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang
dianggap anggota kelompok (bisa berupa keluarga besar,
masyarakat) merupakan cara terbaik dalam mendidik
anak.
b) Usia orang tua. Orang tua yang berusia muda cenderung
lebih demokratis dan permisif bila dibandingkan dengan
orang tua yang berusia tua.
c) Pendidikan orang tua. Orang tua yang telah mendapatkan
pendidikan yang tinggi, dan mengikuti kursus dalam
mengasuh anak lebih menggunakan teknik pengasuhan
demokratis dibandingkan dengan orang tua yang tidak
mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam mengasuh
anak.
d) Jenis kelamin. Ibu pada umumnya lebih mengerti anak
dan mereka cenderung kurang otoriter bila dibandingkan
dengan bapak.
e) Status sosial ekonomi. Orang tua dari kelas menengah
dan rendah cenderung lebih keras, memaksa dan kurang
toleran dibandingkan dengan orang tua dari kelas atas.
f) Konsep mengenai peran orang tua dewasa. Orang tua
yang mempertahankan konsep tradisional cenderung
16
lebih otoriter dibanding orang tua yang menganut konsep
modern.
g) Jenis kelamin anak. Orang tua umumnya lebih keras
terhadap anak perempuan daripada anak laki-laki.
h) Usia anak. Usia anak dapat mempengaruhi tugas-tugas
pengasuhan dan harapan orang tua.
i) Temperamen. Pola asuh yang diterapkan orang tua akan
sangat mempengaruhi temperamen seorang anak. Anak
yang menarik dan dapat beradaptasi akan berbeda
pengasuhannya dibandingkan dengan anak yang cerewet
dan kaku.
j) Kemampuan anak. Orang tua akan membedakan
perlakuan yang akan diberikan untuk anak yang berbakat
dengan anak yang memiliki masalah dalam
perkembangannya.
k) Situasi. Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan
biasanya tidak diberi hukuman oleh orang tua. Tetapi
sebaliknya, jika anak menentang dan berperilaku agresif
kemungkinan orang tua akan mengasuh dengan pola
otoriter.25
e. Gambaran Pola Asuh Kebanyakan Orang Tua
Berikut merupakan beberapa pola pengasuhan yang banyak
berkembang di masyarakat Indonesia saat ini, yaitu:
1) Pola asuh anak agamis. Pola asuh anak ini menitikberatkan
pada nilai-nilai moral dan berpegang teguh pada agama. Pola
asuh anak ‘agamis’ cenderung banyak berkembang di negara
‘Timur’. Landasan agama menjadi sangat penting untuk
memperkuat keimanan anak-anak agar tidak sampai
25 Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak:
Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten Balangan, Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1, Mei 2017, h. 36-37.
17
terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif seperti narkoba,
pergaulan bebas.
2) Pola asuh anak aktif progresif. Pola asuh anak ini
menitikberatkan toleransi dan nilai-nilai yang diterapkan
dalam keluarga. Biasanya pola asuh ini dijalankan secara
turun temurun dalam lingkup keluarga ‘ningrat’. Disini anak-
anak diajarkan untuk lebih menghormati yang lebih tua.
3) Pola asuh anak bebas. Pola asuh anak yang memberikan
kebebasan dan kemandirian anak dalam menemukan dan
menentukan jati diri. Pola asuh ini bisa dikategorikan dalam pola
asuh ‘Barat’ atau ‘modern’. Di sini anak-anak dibiarkan bebas
berekspresi, namun kadangkala jadi kebablasan karena
orangtua tidak bisa mengontrol anak-anak. Jika pola asuh
anak yang diterapkan pas, pola asuh ini bagus untuk
mengembangkan kepribadian anak.
4) Pola asuh anak idaman. Pola asuh anak dimana orangtua
mendidik anak-anak agar bisa lebih sukses dari orangtuanya.
Pola asuh ini biasanya berkembang dikalangan menengah ke
bawah. Karena orang tua tidak menginginkan anak-anak
mereka merasakan susah seperti apa yang dialami orangtua.
Namun pola asuh ini juga kadang membuat orangtua terlalu
mengekang anak untuk bisa menuruti keinginan mereka.
Dengan takaran yang pas, pola asuh ini bisa menghasilkan
anak-anak yang sukses di kemudian hari.26
2. Definisi Perkembangan Emosi Anak
a. Pengertian Perkembangan Emosi Anak
Definisi perkembangan menurut Chaplin adalah sebagai
berikut: (1) perubahan yang berkesinambungan dan progresif, dari
26 https://id.theasianparent.com/tipe-pola-asuh-anak/ diakses pada tanggal 22 april 2018
pada pukul 19:03.
18
lahir sampai mati, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk
dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-
bagian fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola
asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.27
Sementara itu, James-Lange mengemukakan bahwa emosi
identik dengan perubahan-perubahan dalam sistem peredaran
darah. Maksudnya adalah emosi merupakan hasil persepsi
seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh
sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari
luar.28 Kebalikan dengan pendapat James-Lange, Cannon-Bard
menyatakan bahwa emosi yang dirasakan dan reaksi tubuh dalam
emosi tidak tergantung satu sama lain, keduanya dicetuskan secara
bergantian.29
Lebih lanjut, emosi adalah perasaan yang banyak
berdampak terhadap perilaku. Selain itu, emosi merupakan reaksi
terhadap dorongan dari luar dan dalam diri individu. Emosi
berkaitan pula dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran
karena emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
manusia. Emosi juga dapat diartikan sebagai suatu reaksi kompleks
yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-
perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan yang kuat,
atau disertai keadaan afektif.30
Dengan demikian, perkembangan emosional merupakan
perkembangan dari relasi yang terorganisasi dan muncul terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan, tujuan, ketertarikan,
dan minat individu. Perkembangan emosional pada anak juga
menekankan pemahaman pada reaksi emosional orang lain dan
mulai belajar untuk mengendalikan emosinya sendiri. Menurut
27 Desmita, Psikologi perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 4 28 M. Darwis Hude, Emosi, (Penerbit Erlangga, 2006), h. 54-55 29 Kris H. Timotius, Otak dan Perilaku, (Yogyakarta: ANDI, 2018), h. 158. 30 Desmita, Op. cit., h. 116
19
Cole, dkk pada tahap ini anak belajar untuk memahami beberapa
hal antara lain keadaan tertentu dapat membangkitkan emosi
tertentu, ekspresi wajah mengindikasikan emosi tertentu, emosi
memengaruhi perilaku, dan emosi juga dapat memengaruhi emosi
orang lain.31
b. Faktor-faktor Perkembangan Emosi Anak
Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi perkembangan
emosi anak. Menurut Setiawan, faktor yang dapat memengaruhi
emosi berasal dari dalam diri individu, konflik-konflik dalam
proses perkembangan, dan sebab yang bersumber dari lingkungan.
1) Pengaruh Keadaan Individu
Beberapa hal yang dapat memengaruhi perkembangan
emosi yaitu keadaan diri individu seperti usia, keadaan fisik,
inteligensi, peran seks, dan keadaan yang cukup menonjol
berupa cacat tubuh. Dampaknya anak akan menjadi anti sosial,
bahkan ingin menghancurkan diri dan lingkunganya akibat
frustasi yang kuat.
2) Konflik-Konflik Dalam Proses Perkembangan
Setiap anak harus melalui beberapa macam konflik yang
pada umumnya dapat dilalui dengan sukses, tetapi ada juga
anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam
menghadapi konflik-konflik ini. Anak yang tidak dapat
mengatasi konflik-konflik tersebut biasanya mengalami
gangguan-gangguan emosi.
3) Sebab-Sebab Lingkungan
Terdapat beberapa sebab yang dipengaruhi oleh lingkungan
terkait perkembangan emosi anak, yaitu; pertama, lingkungan
keluarga karena keluarga merupakan pendidikan pertama yang
31 Putu Yudari Pratiwi dan I.G.A.P. Wulan Budisetyani, Emosi dan Penggunaan Warna
Dominan Pada Kegiatan Mewarnai Anak Usia Dini, Jurnal Psikologi Udayana 2013, Vol. 1, No.
1, h. 161.
20
diterima anak. Kedua, lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan
dapat mempengaruhi emosi anak seperti daerah yang padat,
angka kejahatan yang tinggi, dan kurangnya fasilitas rekreasi.
Ketiga, lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah dapat
menimbulkan gangguan emosi yang menyebabkan terjadinya
gangguan tingkah laku pada anak, yaitu hubungan yang kurang
harmonis antara guru dan anak. 32
c. Aspek-aspek Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi memiliki beberapa aspek, menurut
Cooper dan Sawaf menyebutkan bahwa terdapat empat aspek
emosi, yaitu:33
1) Kesadaran Emosi (Emotional Literacy)
Kesadaran emosi bertujuan untuk membangun rasa percaya
diri pribadi melalui pengenalan emosi yang dialami dan
kejujuran terhadap emosi yang dirasakan. Kesadaran emosi
akan mempengaruhi penyaluran energi emosi ke arah yang
konstruktif jika seseorang dapat mengelola emosi yang telah
dikenalnya.
2) Kebugaran Emosi (Emotional Fitness)
Kebugaran emosi bertujuan mempertegas antusiasme dan
ketangguhan untuk menghadapi tantangan dan perubahan.
Pada kebugaran emosi terdapat kemampuan untuk
mempercayai orang lain, mengelola konflik serta mengatasi
kekecewaan dengan cara yang membangun.
3) Kedalaman Emosi (Emotional Depth)
Kedalaman emosi yaitu mencakup komitmen untuk
menyelaraskan hidup dan kerja dengan potensi serta bakat unik
32Ali Nugraha, Metode Pengembangan Sosial Emosional, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), h. 8.4 33 Fitriyani, Op. cit., h. 99-100.
21
yang dimiliki. Dengan adanya kedalaman emosi, seseorang
dapat melakukan kerja dengan senang hati.
4) Alkimia Emosi (Emotional Alchemy)
Alkimia emosi yaitu kemampuan kreatif untuk mengalir
bersama masalah-masalah dan tekanan-tekanan tanpa larut di
dalamnya. Hal ini mencakup keterampilan bersaing dengan
lebih peka terhadap kemungkinan solusi yang masih
tersembunyi dan peluang yang masih terbuka untuk
memperbaiki hidup.
d. Tahap Perkembangan Emosi Anak
Emosi tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa, tetapi bisa
dirasakan juga oleh anak-anak. Bahkan anak lebih merasakan
emosional daripada orang dewasa. Berikut ini adalah tahap
perkembangan emosi anak, yaitu:34
1) Tahap usia 0-2 tahun. Pada usia ini merupakan tahap
perkembangan emosi anak dimulai. Pada usia 3-4 minggu,
anak mulai menunjukkan senyumnya ketika merasa nyaman.
Ketika di minggu ke-8, mereka akan tersenyum pada orang-
orang disekitarnya. Pada bulan ke 4-8, anak belajar untuk
mengekspresikan emosi seperti marah, takut, gembira, hingga
takut. Lebih lanjut pada usia 12-15 bulan, anak merasakan
ketergantungan pada orang-orang yang merawatnya. Anak
akan merasa tidak nyaman bila ada orang asing yang
menghampirinya. Dan pada usia mencapai 2 tahun, anak mulai
pandai meniru reaksi emosi yang diperlihatkan oleh orang-
orang di sekitarnya.
2) Tahap usia 2-3 tahun. Pada usia ini anak belum mampu
menggunakan kata-kata sebagai bentuk ekspresi emosi nya,
34 https://dosenpsikologi.com/tahap-perkembangan-emosi-anak di akses pada hari senin
18 Juni 2018 pukul 19:27
22
namun mereka akan menggunakan ekspresi wajah untuk
memperlihatkan emosi dan perasaan di dalam diri mereka.
3) Tahap usia 4-5 Tahun. Pada usia ini, anak-anak memiliki
naluri untuk berinisatif melakukan sesuatu hal, inilah yang
akan membuat anak belajar mengenai arti ditanggapi dengan
baik atau diabaikan (ditolak atau diterima). Bila mereka
mendapatkan sambutan yang baik, maka anak dapat belajar
beberapa hal yaitu mereka akan mampu berimajinasi serta
mengembangkan keterampilan diri melalui aktif dalam
bermain, dapat bekerja sama dengan teman, serta memiliki
kemampuan menjadi pemimpin (dalam permainan). Namun
bila inisiatif yang mereka miliki mengalami penolakan, maka
hal ini akan membuat anak merasa takut sehingga selalu
bergantung pada kelompok dan tidak berani mengeluarkan
pendapatnya.
4) Tahap usia 6 Tahun. Pada usia ini, emosi anak akan semakin
matang. Anak akan semakin mudah mengerti hal-hal apa saja
yang bisa mereka dapatkan dari emosi yang mereka miliki.
Emosi anak-anak pada usia ini akan mudah sekali berubah.
Bisa saja yang tadinya bahagia menjadi sedih hanya dalam
beberapa waktu saja. Kondisi ini sangat mudah ditemukan
pada anak di usia 6 tahun.
e. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Anak
Terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi perkembangan
emosi, yaitu.
1) Keadaan fisik anak. Anak yang sehat cenderung kurang
emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat.
2) Reaksi sosial terhadap perilaku emosional. Reaksi sosial yang
tidak menyenangkan akan mengakibatkan reaksi emosi anak
23
jarang tampak dan terwujud dibandingkan dengan reaksi sosial
yang diterima anak menyenangkan.
3) Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan dengan jenis kelamin
sejenis berakibat semakin seringnya pelampiasan emosi dan
lebih kuat.
4) Jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga besar
cenderung berpotensi besar menimbulkan emosi dibandingkan
keluarga kecil.
5) Cara mendidik anak. Cara mendidik otoriter mendorong rasa
cemas dan takut. Adapun cara mendidik permisif (serba boleh)
dan demokratis mendorong berkembangnya semangat dan rasa
kasih sayang.
6) Status sosial-ekonomi keluarga. Anak dengan status sosial
ekonomi yang rendah cenderung lebih mengembangkan rasa
takut dibandingkan dengan anak yang memiliki keluarga
dengan status sosial ekonomi yang tinggi.35
f. Masalah Perkembangan Emosi Anak
Beberapa karakteristik emosi anak yang cenderung negatif
dapat diamati dari hasil survei yang dilakukan Izzaty di Taman
Kanak-kanak di Yogyakarta. Hal ini menunjukkan adanya
permasalahan umum yang sering ditemui yaitu:
Pertama, agresivitas berupa perasaan marah atau
permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan
tindakan kekerasan secara fisik, verbal, maupun menggunakan
ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang mengancam atau
merendahkan.
Kedua, kecemasan yaitu rasa takut pada sesuatu tanpa
sebab yang jelas, yang seringkali berlangsung lama. Biasanya rasa
takut ini juga dibarengi oleh kegelisahan dan dugaan-dugaan akan
35Mashar, op. cit., h. 26
24
terjadinya hal-hal buruk. Selain itu, kecemasan yang terjadi
berupa rasa cemas kehilangan kasih sayang orang tua, cemas akan
mengalami rasa sakit, cemas karena merasa berbeda dengan orang
lain, cemas karena mengalami kejadian yang tidak menyenangkan
juga rasa cemas.
Ketiga, temper tantrum yaitu suatu letupan kemarahan anak
yang sering terjadi pada saat anak menunjukkan sikap negativistik
atau penolakan. Perilaku ini sering diikuti dengan tingkah seperti
menangis dengan keras, berguling-guling di lantai, melempar
barang, memukul-mukul, dan menendang. Tantrum sendiri terjadi
biasanya karena beberapa hal, yaitu kelelahan, frustrasi, lapar,
sakit, kemarahan, kecemburuan, perubahan dalam rutinitas, serta
tekanan di rumah dan sekolah.
Keempat, menarik diri merupakan permasalahan emosi
yang diarahkan ke dalam diri dengan kecenderungan menarik diri
dari interaksi sosial. Anak yang menarik diri anak sulit bergaul,
cenderung bermain sendiri, tidak dapat bersosialisasi, dan berbagi
dengan teman sekolahnya.
Kelima, takut berlebihan berupa perasaan tidak senang
yang diikuti dengan tanda-tanda fisik seperti berkeringat, detak
jantung yang meningkat, dan gemetar. Ketakutan pada anak
seringkali dikaitkan dengan hal-hal yang tidak nyata, seperti takut
pada monster dan binatang-binatang buas.36
3. Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Perkembangan Emosi Anak
Orang tua merupakan cermin bagi anak-anak di dalam keluarga.
Anak-anak cenderung meniru apa yang ia lihat dan temukan dalam
keluarga sebab anak diibaratkan radar yang akan menangkap segala
macam bentuk sikap dan tingkah laku yang terdapat dalam keluarga.
Jika orang tua tidak memberikan dan mengarahkan pendidikan anak
36 Nugraha, op. cit., h. 11.2-11.6.
25
pada aspek sopan santun dan akhlak yang baik, maka perilaku anak
akan cenderung menentang kepada orang tua. Oleh karena itu
diperlukan pemberian kasih sayang untuk anak pada awal-awal
pertumbuhan dan perkembangannya. Tidak bisa dipungkiri bahwa
anak belum bisa mengekspresikan dengan kata-kata apa yang ia
rasakan. Akan tetapi, Ia merefleksikan kasih sayang yang ia rasakan
dengan senyuman. Dengan kasih sayang, aspek kejiwaan anak
berkembang dengan baik karena ia merasa diterima di dalam
komunitasnya, baik itu di lingkungan keluarga maupun masyarakat
sehingga ia pun bisa memberikan kasih sayang kepada orang lain
berdasarkan pengalaman hidup yang ia jalani.37
Selain itu menurut Gottman dan De Claire, terdapat 5 prinsip dasar
bagi orang tua dalam perkembangan emosi anak yaitu:38
1) Menyadari emosi anak dengan memahami emosi diri sendiri.
Secara tidak langsung orang tua akan memahami emosi anak dan
belajar untuk menyelaraskannya dalam berinteraksi.
2) Mengakui emosi anak dan memanfaatkannya sebagai peluang
untuk membangun kedekatan dengan anak. orang tua harus mampu
berempati dan bersikap bijaksana dengan menasehati anak untuk
bersikap bijak dalam menghadapi masalah dan memupuk semangat
untuk bangkit serta belajar dari kesalahan untuk perbaikan ke
depannya.
3) Mendengarkan dengan empati dan meneguhkan perasaan anak.
orang tua berusaha mendengarkan dan mencerna yang disampaikan
menggunakan mata dalam mengamati bahasa tubuh anak, berusaha
memahaminya dengan menggunakan imajinasi untuk dapat melihat
dari sudut pandang anak sehingga tidak hanya mengedepankan
sudut pandang orang tua saja. Dengan demikian, anak dapat
37
38 https://abiummi.com/5-peran-pola-asuh-orang-tua-terhadap-kecerdasan-emosi-anak/
diakses pada tanggal 25 September 2018 pada pukul 07.33.
26
merasakan bahwa orang tua bisa mendengarkan dan memahami
mereka dengan sangat baik.
4) Menolong anak memberi nama emosi dengan kata-kata. Dalam
masa pertumbuhan dan perkembangannya, anak seringkali tidak
dapat menamai perasaan yang sedang mereka alami. Di sinilah
peran orang tua dalam memberi nama untuk emosi dan perasaan
anak penting dilakukan. Pahami situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi anak untuk dapat memahami yang sedang mereka
rasakan, kemudian jelaskan kepada mereka nama dan penyebab
perasaan itu muncul. Selanjutnya, bimbing mereka untuk mengatasi
emosi tersebut.
5) Menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan
masalahnya. Orang tua harus dapat mengenalkan batas-batas emosi
anak dan membantu mereka memecahkan masalah yang dialami
anak. Dengan begitu, anak akan belajar tentang batas-batas emosi
dan cara memecahkan masalah dengan baik. Anak dengan
perkembangan emosi yang baik dapat mengontrol diri dalam
lingkungan serta dapat membawa diri dalam pergaulan.
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa peran pola asuh
orang tua dalam perkembangan emosi anak sangat penting. Peran
orang tua yang harus dilakukan dalam perkembangan emosi anak
yaitu; 1) orang tua harus dapat menunjukkan kasih sayang kepada
anak; 2) orang tua harus memberikan batasan dan aturan pada anak; 3)
orang tua harus memberikan contoh yang konkrit dalam mendidik
anak; 4) orang tua harus memberikan pujian kepada anak; 5) orang tua
harus dapat memahami perasaan anak.
27
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian
yang relevan dengan penelitian penulis. Ada beberapa penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya diantaranya sebagai berikut:
1) Penelitian yang berjudul Pengaruh Pola Asuh Ibu Terhadap Prestasi
Anak di SDN 03 Buana Bakti Kecamatan Kerinci Kanan
Kabupaten Siak, disusun oleh Satriyana. Isi dari penelitian tersebut
yaitu hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pola
asuh terhadap tingkat prestasi anak. Hasil ini dapat dilihat dari nilai
p= 0,970 (p>0,05), dengan nilai koefisiensi korelasi sebesar 0,003.
Tingkat pendidikan orangtua dan tingkat pendapatan orang tua
mempunyai kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan pola
asuh orangtua dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil
penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh pola asuh terhadap
tingkat prestasi anak.
Persamaan peneliti dengan penelitian ini adalah topik
penelitian yang sama yaitu meneliti tentang pola asuh. Sementara
perbedaannya yaitu lokasi penelitian, metode penelitian yang
dilakukan berupa deskriptif kuantitatif, dan subjek/sampelnya yaitu
anak SD.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Khamim Zarkasih Putro. Judul
penelitian Pengaruh pola asuh dan interaksi teman sebaya terhadap
kecerdasan emosional anak di Ra arif rahman hakim Yogyakarta.
Isi dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh yang positif dari pola
asuh orang tua terhadap kecerdasan emosional anak, terdapat
pengaruh yang positif dari interaksi antar teman sebaya terhadap
kecerdasan emosional anak, dan terdapat pengaruh yang positif dari
pola asuh orang tua dan interaksi antar teman sebaya secara
bersama-sama (simultan) terhadap kecerdasan emosional anak
dengan tingkat pengaruh nyata sebesar 47,8%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari pola asuh
28
orang tua dan interaksi antar teman sebaya secara bersama-sama
terhadap kecerdasan emosional anak.
Persamaan peneliti dengan penelitian ini yaitu topik
penelitian yang sama karena membahas pola asuh dan emosi anak
juga subjek/sampel yang sama yaitu anak usia dini. Sementara
perbedaannya yaitu lokasi yang berbeda dan metode penelitian
kuantitaif dengan dua variabel bebas.
3) Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Nur Rizki dengan judul
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Akhlak Anak Kelas 5
Sekolah Dasar Unggulan Aisyiyah Bantu. Isi dari penelitian ini
yaitu 36,7% anak mempunyai sikap kurang tentang akhlak,
sedangkan 43,3% anak mempunyai sikap cukup tentang akhlak dan
20% anak mempunyai sikap baik tentang akhlak. Sebanyak 23,4%
orang tua mengasuh anak dengan tipe demokratis. Sebesar 63,3%
orangtua mengasuh anaknya dengan tipe otoriter, sedangkan 13,3%
orang tua menggunakan tipe permisif dalam melakukan
pengasuhan kepada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh yang
diterapkan orang tua terhadap akhlak anak.
Persamaan peneliti dengan penelitian ini yaitu Topik
penelitian penelitian berupa pola asuh orang tua. Sementara
perbedaannya berupa Lokasi yang berbeda, metode penelitian
berupa deskriptif kuantitatif model korelasional dan subjek/sampel
yaitu anak kelas 5 SD.
4) Penelitian disusun oleh Winarti dengan judul Pengaruh pola asuh
orangtua terhadap akhlak anak usia 7-12 tahun di Ketapang
Tangerang. Isi dari penelitian ini yaitu pola asuh orang tua
berpengaruh terhadap pembentukkan akhlak sebesar 38,5%
sedangkan sisanya sebesar 61,5% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar model yang diteliti oleh penulis. Hasil yang didapat yaitu
R=0,621 menunjukan R hampir mendekati angka 1, artinya antara
29
variabel pola asuhorang tua (demokratis, permisif, otoriter,
penelantar) terhadap pembentukkan akhlak mempunyai pengaruh.
Sementara hasil penelitian berupa pola asuh orang tua berpengaruh
positif terhadap pembentukkan akhlak.
Persamaan peneliti dengan penelitian ini yaitu topik
penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang pola asuh orang tua.
Sementara perbedaan penelitian yaitu subjek/sampel yaitu anak
usia 7-12 tahun, metode penelitian kuantitatif dan lokasi.
D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan jembatan untuk menyusun hipotesis.
Kerangka berpikir adalah argumentasi-argumentasi logis, rasional dan
kritis mengenai hubungan atau keterkaitan antar variabel penelitian yang
disusun peneliti berdasarkan hasil komparasi, analisis dan sintesis teori.
Kerangka berpikir tidak disusun berdasarkan pada akal sehat (common
sense) si-peneliti, tetapi berdasarkan hasil kajian teori yang handal.39
Dalam kerangka berfikir ini saya sebagai peneliti ingin
menggambarkan bagan yang menjadi suatu fondasi dalam penelitian ini.
Peranan orang tua sangat dibutuhkan dalam tiap tumbuh kembang anak.
Hal ini dikarenakan orang tua merupakan pendidik pertama dan utama
yang mengisi kehidupan anak semenjak dilahirkan. Cara orang tua dalam
mengasuh dan mendidik anak merupakan aspek yang penting untuk
menentukan kepribadian anak di masa depan. Jika orang tua menerapkan
pola asuh yang kurang tepat kepada anak, maka akan berdampak kepada
tumbuh kembang anak kelak.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi
perkembagan emosi anak-anak usia sekolah. Disanalah pengalaman-
pengalaman pertama didapatkan oleh anak. Keluarga sangat berfungsi
dalam menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi. Bahkan secara lebih
39Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, h. 43-44.
30
khusus, keluarga dapat menjadi emotional security pada tahap awal
perkembangan anak, keluarga juga dapat mengantarkanya kepada
lingkungan yang lebih luas.
Untuk beberapa kasus, sering kali guru atau orang tua merasa
terlambat dalam melakukan pencegahan terhadap perilaku emosi yang
negatif, mereka sering mendapatkan anaknya sudah cukup kronis pada
perilaku emosi tertentu, misalkan sudah menjadi temper-tantrum atau
senang melukai temannya. Guru atau orang tua tidak perlu cemas. Hal
yang perlu dilakukan adalah mengenali secara teliti perbuatan yang
menyimpang, serta melakukan pencatatan dan rekaman tertulis yang
memadai. Setiap pola asuh yang diterapkan kepada anak akan memiliki
dampak yang berbeda. Perkembangan emosi yang terbentuk juga akan
berbeda. Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat bahwa keluarga yang di
dalamnya terdapat pola asuh orang tua turut berdampak terhadap
perkembangan emosi anak.
Dengan demikian, setelah mengkaji uraian teori pola asuh orang
tua dan perkembangan emosi anak, maka dapat diduga terdapat peran pola
asuh orang tua dalam perkembangan emosi anak. Berikut ini ialah bagan
kerangka berpikir yang dirancang oleh penulis
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
demokrasi
pola asuh orang tua
permisif
perkembangan emosi anak
otoriter
Peran pola asuh orang tua dalam perkembangan emosi anak
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan berlangsung di TK Sakinah II yang beralamat di
Jalan Surya Kencana kp. Bojong Setra rt/rw 001/001, kelurahan Cibadak,
kabupaten Sukabumi. TK Sakinah II berdiri pada tahun 2003. Kurikulum
yang digunakan adalah KTSP, dengan metode pembelajaran berbentuk
klasikal. Jumlah siswa di TK Sakinah II sebanyak 77 orang terdiri dari 43
perempuan dan 34 laki-laki. Sementara rombongan belajar terdiri dari 2
jenis yaitu TK B sebanyak 3 kelas dengan jumlah siswa masing-masing 20
orang dan TK A 2 kelas dengan jumlah siswa masing-masing 16 orang.
Rasio jumlah guru dan murid dari tiap kelas yaitu TK B 1:15 dan TK A
1:16. Jumlah guru dan kepala sekolah sebanyak 6 orang terdiri dari 3
orang S1 PAUD dan 3 orang S1 PAI.40
Adapun waktu penelitian sebagai berikut:
Deskripsi 2018
Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
Des
Merumuskan Masalah
Merencanakan
Penelitian
Mengumpulkan Bahan
Pustaka
Menyelesaikan Bab I
dan Bab II
Membuat Desain
Pendidikan
Merumuskan Instrumen
Penelitian
Mengumpulkan Data
Deskripsi 2019
40
32
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt
Menganalisis Data
Membuat Kesimpulan
Penelitian
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok.41 Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J.
Moleong, metode kualitatif adalah “prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari objek yang
diamati”.42
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research).
Adapun jenis pendekatan yang digunakan bersifat kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.43 Penelitian kualitatif deskriptif,
yaitu bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi,
berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di
masyarakat yang menjadi objek penilaian, dan berupaya menarik realitas
itu ke permukaan sebagai ciri, karakter sifat, model, tanda atau gambaran
tentang kondisi ataupun fenomena tertentu.44
Alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskritif
dengan tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
41Nana Syaodih Sukmadinata.Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rosda, 2011), h. 60 42Lexy J. Moelong.Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 4 43 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 140. 44Pedoman Penulisan skripsi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2015), h. 46
33
Metode deskriptif dalam penelitian ini menggunakan dengan
teknik wawancara dan observasi yaitu dengan mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya. Metode kualitatif deskritif dengan penelitian
lapangan pada penelitian ini peneliti gunakan untuk mengungkapkan peran
pola asuh orang tua dalam perkembangan emosi anak di TK Sakinah II
Sukabumi.
C. Sampel
Sampel merupakan suatu proses pemilihan data penentuan jenis
sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau
objek penelitian.45 Dalam penelitian ini sampel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah orang tua dan siswa Taman Kanak-Kanak Sakinah II
Sukabumi. Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu, “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya ketika melakukan penelitian
tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang
ahli makanan”.46 Pertimbangan tertentu pada penelitian ini yaitu siswa
yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan, seperti
memiliki perkembangan emosi yang baik.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 (tiga belas)
orang. Terdiri dari 5 (lima) orang tua, 3 (tiga) guru kelas dan 5 (lima)
orang siswa di TK Sakinah II Sukabumi.
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Spradley
sebagaimana yang dikutip Sugiyono dinamakan “social situation” atau
situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku
(actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergi. Situasi
45Nana Syaodih Sukmadinata.Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rosda, 2011), h.
252 46 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 85
34
sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin
diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau objek
penelitian ini dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-
orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.47
Dalam proses pengumpulan data, peneliti mewawancarai beberapa
orang dalam lembaga terkait dengan penelitian yang lakukan secara
berkala. Sumber data dalam penelitian ini adalah seseorang yang
memberikan informasi dan keterangan yang berkaitan dengan peran pola
asuh orang tua dalam perkembangan emosi anak. Pada penelitian ini
peneliti membutuhkan sumber data primer dan sekunder. Sumber data
primer adalah hasil dari pengumpulan informasi-informasi yang dilakukan
secara langsung melalui wawancara dengan berbagai pihak yang
dibutuhkan untuk meneliti. Sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh untuk mendukung informasi yang dibutuhkan peneliti. Data
sekunder berupa foto saat penelitian dan juga surat-surat pendukung
penelitian. Dapat disimpulkan bahwa sumber data yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian ini meliputi:
1. Hasil observasi selama proses penelitian.
2. Wawancara dengan orang tua dan guru kelas.
3. Dokumentasi yang diperoleh selama proses pembelajaran.
Tabel 3.2
Sumber Data Penelitian Peran Pola Asuh Orang tua dalam Perkembangan
Emosi Anak
No Sumber data Teknik Instrumen
1 Guru Wawancara Pedoman
wawancara
guru
47Ibid.,h. 215.
35
2 Orang tua Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Panduan
observasi
Pedoman
wawancara
orang tua
Form pencatat
dokumen
3 Anak Observasi
Dokumentasi
Form pencatat
observasi dan
dokumentasi
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian
ini yaitu menggunakan teknik wawancara dan observasi. Jika peneliti
merasa belum cukup dengan data yang diperoleh, peneliti memerlukan
data tambahan seperti sumber data tertulis dan foto.
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data
yang banyak digunakan dalam penelitian deskritif kualitatif dan
deskritif kuantitatif.48 Wawancara dilakukan dengan adanya
percakapan. Percakapan yang dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu
“pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu”.49
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan dua
cara, yaitu wawancara terstuktur dan tidak struktur.
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
48Nana Syaodih Sukmadinata.Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rosda, 2011), h.
216
49Lexy J. Moelong.Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 186
36
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,
pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
telah disiapkan.50 Pada wawancara terstruktur dibuat pertanyaan
tertulis yang ditujukan kepada para orang tua di TK Sakinah II
Sukabumi. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat dan
mengetahui lebih jauh tentang peran pola asuh orang tua dalam
perkembangan emosi anak di TK Sakinah II Sukabumi.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.51 Dengan demikian,
peneliti dapat langsung mengetahui reaksi yang ada pada
responden dalam waktu yang relatif singkat. (Lihat lampiran
Instrumen Wawancara pada lampiran 2.1 Kisi-Kisi Instrumen
Wawancara)
2. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan
tertentu.52
Menurut Sutrisno Hadi dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D mengatakan, “observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
50Ibid, h. 233.
51Ibid, h. 233-234.
52Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 231
37
biologis dan psikologis; dua diantara yang terpenting adalah proses-
proses pengamatan dan ingatan.”53
3. Dokumentasi
Dokumentasi (documentation study) merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.54
Dalam penelitian kualitatif dokumentasi sangat diperlukan untuk
melengkapi pengumpulan data. Dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan baik bersifat tertulis, gambar maupun elektronik.55
Dokumentasi yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data
di lapangan yaitu dokumen Observasi dan domukentasi gambar.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah sebuah cara mereduksi peristiwa, orang
dan tempat yang baru diamati ke dalam catatan-catatan tertulis.56 Jadi,
catatan lapangan ini adalah bentuk lengkap dari catatan-catatan mentah
yang dilakukan ketika berada di lapangan dalam rangka melakukan
kegiatan wawancara dan pengamatan.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum
jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri.
Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat
dikembangkan suatu instrumen.57 Menurut Nasution dalam Sugiyono,
menyatakan “bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain
daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama”.
Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang
53 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 145
54Ibid.,h. 138.
55Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rosda, 2011), h.
221 56Christine Daymon, Immy Holloway, Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public
Relations dan Marketing Communications, (Yogyakarta: Penerbit Bentang, 2008), h, 210. 57Ibid, h. 223.
38
pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat
ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu
dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak
pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri
sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.58
Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti
sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang
telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke
lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and
selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan kesimpulan.59
Agar mendapat instrumen penelitian yang lebih baik, maka
sebelum instrumen disusun, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi
instrumen. Selanjutnya akan dijadikan acuan dalam menyusun instrumen
penelitian. Kisi-kisi instrumen yang disusun peneliti dibuat dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kisi-kisi Wawancara dengan Orang Tua dalam
Perkembangan Emosi Anak di TK Sakinah II
No. Fokus
Penelitian
Pertanyaan Jawaban
1. Peran Pola
Asuh Orang
Tua
1. Bagaimana sikap ibu jika anak
membantah dan tidak mematuhi
perintah ibu?
2. Bagaimana respon ibu/bapak saat
anak meminta sesuatu seperti
mainan atau hal lainnya?
58Ibid, h. 223. 59Ibid, h. 223-224.
39
3. Jika ibu/bapak mengetahui anak
berperilaku buruk, bagaimana
sikap ibu/bapak?
4. Jika ibu/bapak mengetahui anak
berprestasi dan berbuat hal yang
baik, bagaimana sikap ibu/bapak?
5. Bagaimana sikap ibu/bapak jika
anak sedang menghadapi suatu
masalah?
6. Bagaimana tanggapan ibu/bapak
jika anak mengadukan masalah
yang dihadapinya kepada
ibu/bapak?
7. Bagaimana cara ibu/bapak
memberikan waktu untuk anak
agar dapat berkomunikasi dengan
baik?
8. Bagaimana tanggapan ibu/bapak
jika orang tua memberikan
kebebasan penuh kepada anak
untuk berbuat semaunya?
9. Bagaimana cara mendidik anak di
rumah?
10. Bagaimana sikap ibu/bapak jika
anak berperilaku tidak sesuai
dengan keinginan ibu/bapak?
11. Bagaimana pendapat ibu/bapak,
jika orang tua mendidik anak
dengan acuh tak acuh dan
bersikap masa bodo?
2. Perkembangan 1. Menurut ibu, seberapa penting
40
Emosi Anak mengembangkan emosi anak?
2. Bagaimana perkembangan emosi
anak di rumah?
3. Apakah emosi anak sering tidak
stabil? Seperti apa contohnya?
Tabel 3.4. Kisi-kisi Wawancara dengan Guru TK Sakinah II
No. Fokus
Penelitian
Pertanyaan Jawaban
1. Peran Pola
Asuh Orang
Tua
1. Bagaimanakah interaksi antara
anak dan orang tua yang anda
ketahui?
2. Bagaimana sikap orang tua jika
anak berperilaku tidak sesuai
dengan keinginan orang tua?
3. Mengetahui anak tidak patuh
dengan peraturan yang
diberikan, bagaimana sikap
yang diambil orang tua?
4. Bagaimana tanggapan orang
tua jika anda mengadukan
masalah yang sedang dihadapi
anak kepada mereka?
2. Perkembangan
Emosi Anak
1. Bagaimana perkembangan
emosi awal anak?
2. Apakah perkembangan emosi
anak berkembang dengan baik?
Jika ya, bagaimana bentuk
perkembangannya?
41
3. Apakah ada permasalahan
emosi yang ditimbulkan oleh
anak? jika ya, bagaimana
bentuk permasalahan tersebut?
Tabel 3.5. Kisi-kisi Observasi Terhadap Orang Tua dalam Perkembangan
Emosi Anak di TK Sakinah II Sukabumi
No. Peran Pola Asuh Orang Tua
dalam Perkembangan Emosi
Anak
Dilakukan Deskripsi
Ya Tidak
1. Orang tua harus dapat
menunjukkan kasih sayang
kepada anak
2. Orang tua harus dapat memahami
perasaan anak
3. Orang tua harus memberikan
batasan dan aturan pada anak
4. Orang tua harus memberikan
pujian kepada anak
5. Orang tua harus memberikan
contoh yang konkrit dalam
mendidik anak.
42
Tabel 3.6. Kisi-kisi Instrumen Pedoman Observasi dengan Anak di TK
Sakinah II Sukabumi
Variabel Dimensi Indikator Teknik
Pengumpulan
Data
Keterangan
Emosi Kesadaran
emosi
Anak berani maju
untuk mencoba setiap
kegiatan yang
ditawarkan oleh guru.
Anak berani
mengacungkan tangan
saat guru memberikan
pertanyaan
Kedalaman
emosi
Anak dapat
menunjukkan kasih
sayang kepada orang
tua, teman dan guru.
Anak mau berbagi
dengan temannya.
Kebugaran
emosi
Anak tidak mudah
marah atau menangis
saat bermain dengan
teman.
Anak mulai sabar
menunggu giliran.
Anak mulai dapat
menahan tangisan dan
kecewa.
Alkimia
emosi
Anak memperlihatkan
kehati-hatian kepada
43
orang yang belum
dikenal.
Anak dapat
mengekspresikan
perasaannya (misalnya:
marah, sedih, gembira,
kaget).
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif di TK Sakinah II
Sukabumi dilakukan sejak sebelum terjun ke lapangan, observasi, selama
pelaksanaan penelitian di lapangan dan setelah selesai penelitian di
lapangan. Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi
dan dokumentasi. Analisis data yang bersifat kualitatif yang dimaksud
adalah menghubungkan antara kerangka teori dengan kenyataan yang ada.
Kenyataan tersebut dapat dipahami melalui bermacam-macam kegiatan
yang ada hubungannya dengan peran pola asuh orang tua dalam
perkembangan emosi anak dalam bentuk laporan dan membuat
kesimpulan agar mudah untuk dipahami.
Sesuai dengan jenis penelitian di atas, maka peneliti menggunakan
model interaktif dari Miles dan Huberman untuk menganalisis data hasil
penelitian. Miles dan Huberman dalam Sugiyono mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction (reduksi data),
data display (penyajian data), dan conclustion drawing/verification
(kesimpulan, penarikan atau verifikasi).60
Menurut Miles dan Huberman, ketiga langkah tersebut dilakukan
atau diulangi terus setiap atau setelah melakukan pengumpulan data
60Ibid, h. 246.
44
dengan teknik apapun. Dengan demikian, ketiga tahap itu, harus dilakukan
terus sampai penelitian berakhir. Kaitan antara analisis data dengan
pengumpulan data disajikan oleh Miles dan Huberman dalam diagram
berikut.61
Gambar 3.1.Komponen dalam Analisis Data Menurut Miles dan
Huberman
Komponen-komponen analisis data model interaktif dijelaskan
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara, dan
dokumentasi. Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung,
bahkan langkah pengumpulan data ini dilakukan sebelum data benar-
benar dikumpulkan. Peneliti sudah mengetahui data-data apa saja yang
dibutuhkan terkait penelitian tentang peningkatan kompetensi guru.62
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
61Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 247
62Pedoman Penulisan skripsi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2015), h. 53
Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Kesimpulan-
kesimpulan,
Penarikan/Verifikasi
Penyajian Data
45
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman
dalam Sugiyono menyatakan “the most frequent form of display data
for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.63 Display data ini
dilakukan dengan memaparkan data dengan memilah inti informasi
terkait dengan fokus penelitian, data yang didapat berupa kalimat,
kata-kata yang berhubungan dengan fokus penelitian, sehingga sajian
data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun secara sistematis
yang memberikan kemungkinan untuk ditarik kesimpulan.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dikemukakan
pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.64
H. Uji Validitas Dan Reliabilitas
Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik-teknik tersebut :
1. Credibility dan transferability
Credibility dan transferbility atau validitas desain menunjukkan
tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian dengan kenyataan. Dalam
penelitian, kualitatif validitas desain menunjukkan sejauhmana tingkat
63 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitbatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 249. 64Ibid., h. 252
46
interprestasi dan konsep-konsep yang diperoleh memiliki makna yang
sesuai antara partisipan dengan peneliti.65
Baik peneliti maupun partisipan memiliki kesesuaian dalam
mendeskripsikan dan menggambarkan peristiwa terutama dalam
menarik makna dalam suatu peristiwa. Guna mendapatkan data
penelitian yang kredibel, penulis melakukan cara–cara, sebagai
berikut:
a. Perpanjangan Pengamatan
Dalam perpanjang pengamatan untuk menguji kredibilitas
data penelitian ini, peneliti difokuskan pada pengujian terhadap
data yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah
dicek kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila
setelah dicek kembali kelapangan data sudah benar berarti kredibel,
maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.66
b. Triangulasi
Untuk memperoleh keabsahan data penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber yang telah ada.67 Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan triangulasi teknik. Menguji keabsahan data dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda.68 Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Peneliti
meneliti tidak hanya melalui wawancara tetapi peneliti juga
meneliti melalui observasi dan dokumentasi.
2. Confirmability (objektivitas)
65Nana Syaodih sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosda, 2007)
Cet. III, h. 104 66Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 271
67Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h, 273.
68Ibid., h, 274.
47
Data yang ditemukan dianalisis secara cermat dan teliti, disusun,
dikatagorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan
pengalaman, kerangka berpikir dan persepsi peneliti tanpa prasangka
dan kecenderungan-kecenderungan tertentu. Objektivitas dalam
penelitian kualitatif berarti jujur, peneliti mencatat apa yang dilihat,
didengar, ditangkap, dan dirasakan berdasarkan persepsi dan
keyakinan dia, tidak dibuat-buat atau direka-reka.69
69Pedoman Penulisan skripsi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2015), h. 76
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Karakteristik Subjek Penelitian
a) Profil Sekolah
Taman Kanak-kanak Sakinah II berdiri sejak tahun 2003. TK
Sakinah II berlokasi di Jalan Surya Kencana, Kp. Bojongsetra, RT/RW
001/001, Cibadak Sukabumi. Kurikulum yang digunakan di TK
Sakinah II adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dengan metode pembelajaran berbentuk klasikal.
Beberapa guru di TK Sakinah II memiliki basis pendidikan yang
sesuai dengan bidang ilmu yang dibutuhkan, yaitu S1 PAUD dan
sebagian lainnya adalah S1 PAI. Rata-rata guru di TK tersebut
mempunyai pengalaman mengajar lebih dari 5 tahun. Jumlah guru dan
kepala sekolah sebanyak 6 orang terdiri dari 3 orang S1 PAUD, dan 3
orang S1 PAI. Jumlah siswa di TK Sakinah II sebanyak 77 orang.
Sementara rombongan belajar terdiri dari 2 jenis yaitu TK A sebanyak
2 kelas dengan jumlah kelas masing-masing siswa 16 orang, dan TK B
sebanyak 3 kelas yang masing-masing kelasnya berjumlah 15 orang.
Dari jumlah guru dan siswa tersebut, maka rasio jumlah guru dan
muridnya adalah 1:15, satu orang guru kurang lebih membimbing 15
siswa (77/5).
b) Visi dan Misi TK Sakinah II
1) Visi
Mampu membina dan meluluskan generasi yang siap hidup
dengan memiliki pikir yang cerdas, tindakan yang bijak, terampil
49
dan berakhlak mulia yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan
Sunah Rosul.70
2) Misi
Adapun misi sekolah ini yaitu pertama, terciptanya suasana
sekolah yang menyenangkan dan kondusif dengan didasari prestasi
dan berakhlak mulia, disiplin dan menjadi kebanggaan masyarakat;
kedua, memberikan wawasan yang islami sejak dini sehingga
terwujudnya generasi penerus yang beriman kepada Allah SWT;
ketiga, terlaksananya pembelajaran dan bimbingan secara efektif
sehingga setiap siswa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan
potensi yang dimiliki; dan terakhir, mengedepankan pendidikan
sejak dini Insya Allah akan menghasilkan generasi bangsa yang
berinisiatif, kreatif, inovatif, mandiri, harapan nusa, bangsa, negara
dan agama.71
c) Data Guru dan Siswa
Tenaga pendidik TK Sakinah II berjumlah 6 orang, terdiri dari
seorang kepala sekolah yaitu lulusan S1 PAUD, dan 5 orang guru.
Guru lulusan S1 PAUD berjumlah dua orang dan lulusan S1 PAI
berjumlah 3 orang. Guru yang sudah mengajar lebih dari 10 tahun
berjumlah empat orang, sedangkan guru yang sudah mengajar 5-10
tahun berjumlah satu orang.
Jumlah siswa TK Sakinah II sebanyak 77 orang yang terdiri dari 34
orang laki-laki dan 43 orang perempuan. Siswa TK A berjumlah 32
orang dengan perbandingan gender, siswa laki-laki 11 orang dan
perempuan 21 orang. Siswa TK B berjumlah 45 orang dengan
perbandingan gender, siswa laki-laki 23 orang dan perempuan 22
orang.
70KurikulumTK Sakinah II Sukabumi, (Sukabumi: Dokumen 1, 2017). 71Ibid.
50
d) Keadaan Sarana dan Prasarana
TK Sakinah II memiliki sarana dan prasarana yang memadai dalam
hal ini memiliki ruang kelas sebanyak 5 dengan kondisi yang masih
fungsionil, sarana bermain yang memadai, dan alat permainan yang
masih berfungsi. Kemudian ada ruang perpustakaan, ruang ibadah,
aula, UKS, komputer, printer, ruang guru, gudang, toilet, washtafel,
dan dapur. Dengan jumlah fasilitas yang lengkap menjadi daya tarik
bagi orang tua karena dalam pembelajaran sarana dan prasarana
merupakan hal terpenting sesuai dengan tabel di bawah ini.
Table 4.1 Prasarana TK Sakinah II
No.
Jenis
Kondisi
Jumlah
Total Baik Rusak
Ringan
Rusak
Sedang
Rusak
Berat
1. Kelas 5 - - - 5
2. Ruang
Bermain
3 - - - 3
3. Ruang
gugus
(guru)
1 - - - 1
4. Ruang
Ibadah
1 - - - 1
5. Toilet 3 - - - 3
6. Washtafel 3 - - - 3
7. Gudang 1 - - - 1
8. Kolam
Ikan
- 1 - - 1
9. Sarana
Bermain
14 1 - - 15
10. Komputer
Kantor
1 - - - 1
51
11. Dapur 1 - - - 1
12. Ruang
Perpustak
aan
1 - - - 1
13 Printer 1 - - - 1
14 Aula 1 - - - 1
e) Informasi Partisipan
Dalam penelitian ini partisipan sebanyak 8 orang yang terdiri dari
orang tua dan guru. Informasi partisipan penelitian dijabarkan pada
bab ini agar pembaca dan penguji dapat memahami situasi dan hasil
penelitian.
Pada penelitian kualitatif hasil dari kesimpulan tidak bisa
disamakan dari penelitian manapun. Oleh karena itu, siapa yang
diwawancarai dan kapan diwawancarai itu sangat penting karena
kesimpulan dari penelitian ini akan berbeda dari setiap orang yang
diwawancarai walaupun dilakukan dengan waktu yang berbeda dan
mewawancarai orang yang berbeda.
Partisipan SS berjenis kelamin perempuan beliau adalah guru
kelompok B1, partisipan SS berusia 39 tahun berjenis kelamin
perempuan, bertempat tinggal di Parung Kuda Sukabumi. Beliau
berstatus sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, partisipan SS
menjadi seorang guru selama 15 tahun dan menjabat menjadi guru
kelompok B1 kurang lebih 10 tahun, serta status kepegawaiannya
sudah bersertifikasi PNS.
Partisipan SN berjenis kelamin perempuan beliau adalah guru
kelompok B2, partisipan SN berusia 44 tahun berjenis kelamin
perempuan, bertempat tinggal di Jalan Cagak. Beliau berstatus sudah
menikah dan memiliki 3 orang anak, partisipan SN menjadi seorang
guru sudah selama 13 tahun dan menjabat menjadi guru kelompok B2
52
kurang lebih 3 tahun, selain menjabat sebagai guru kelompok B2,
partisipan juga adalah sekretaris sekolah, serta status kepegawaiannya
belum bersertifikasi.
Partisipan KK berjenis kelamin perempuan beliau adalah guru
kelompok B3, partisipan KK berusia 39 tahun berjenis kelamin
perempuan, bertempat tinggal di Parung Kuda. Beliau berstatus sudah
menikah dan memiliki 2 orang anak, partisipan KK menjadi seorang
guru sudah selama 13 tahun dan menjabat menjadi guru kelompok B3
kurang lebih 7 tahun, selain menjabat sebagai guru kelompok B3,
partisipan juga adalah bendahara sekolah, serta status kepegawaiannya
sudah bersertifikasi PNS.
Partisipan SA adalah orang tua dari AZ, partisipan SA berusia 30
tahun berjenis kelamin perempuan, bertempat tinggal di Sekarwangi.
Beliau berstatus sudah menikah dan memilik 3 anak, partisipan adalah
seorang ibu rumah tangga.
Partisipan NH berjenis kelamin perempuan beliau adalah orang tua
dari F, partisipan NH berusia 34 tahun berjenis kelamin perempuan,
bertempat tinggal di Cibadak. Beliau berstatus sudah menikah dan
memiliki 2 anak, partisipan NH adalah seorang ibu rumah tangga.
Partisipan L adalah orang tua dari Z, partisipan L berusia 41 tahun
berjenis kelamin perempuan, bertempat tinggal di Bojong Talang.
Beliau berstatus sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, partisipan
adalah seorang wirausaha.
Partisipan ES adalah orang tua dari S, partisipan ES berusia 44
tahun berjenis kelamin perempuan, bertempat tinggal di Warnajati.
Beliau berstatus sudah menikah dan memiliki 2 anak, partisipan adalah
seorang ibu rumah tangga.
Partisipan HS adalah orang tua dari AR, partisipan HS berusia 41
tahun berjenis kelamin perempuan, bertempat tinggal di Cipanas.
Beliau berstatus sudah menikah dan memiliki 2 anak, partisipan adalah
seorang ibu rumah tangga.
53
2. Paparan Data Hasil Penelitian\
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan jawaban partisipan pada
saat diwawancarai, catatan hasil pengamatan serta dokumentasi yang
didapat dari observasi dan mendisikusikan data tersebut dengan teori dan
kajian pustaka yang menjelaskan tentang bagaimana peran pola asuh
dalam perkembangan emosi anak. Pada wawancara terdapat 17 pertanyaan
yang diajukan untuk partisipan orang tua yang terdiri 3 pertanyaan
identitas dan 14 pertanyaan ekplorasi dan 10 pertanyaan untuk partisipan
guru, yang terdiri 3 pertanyaan identitas dan 7 pertanyaan ekplorasi. Hasil
wawancara lalu peneliti buatkan transkip, kemudian transkip tersebut
peneliti olah dengan cara mereduksi data, menyajikan data, dan
menyimpulkan data. Data yang direduksi adalah informasi yang tidak
berhubungan dengan penelitian. Data yang disajikan dibuat dalam bentuk-
bentuk poin, berdasarkan pertanyaan wawancara. Baru setelah itu peneliti
dapat menyimpulkan secara deskriptif dan juga peneliti ini menjawab
pertanyaan penelitian, dan bagaimana data tersebut menjawab penelitian
ini.
Untuk membuat paparan hasil penelitian mudah dibaca dan
dimengerti, maka peneliti membagi pembahasan menjadi 5 bagian, sesuai
dengan tema yang muncul dari data hasil wawancara, yaitu: (a) Pola asuh
orang tua dalam membimbing dan mengarahkan anak mematuhi aturan
mempengaruhi perkembangan emosi anak; (b) Pola asuh orang tua yang
memberikan kesempatan anak mengungkapkan perasaaanya
mempengaruhi perkembangan emosi anak; (c) Pola asuh orang tua yang
memberikan reward dan pujian ketika anak berbuat baik atau berprestasi
mempengaruhi perkembangan emosi anak; (d) Pola asuh orang tua
mempengaruhi perkembangan emosi anak dalam hal mengekspresikan
emosi ketika marah, senang ataupun sedih; (e) Pola asuh orang tua
mempengaruhi perkembangan emosi anak dalam hal melatih kesabaran
anak.
54
a) Pola Asuh Orang Tua dalam Membimbing dan Mengarahkan
Anak Mematuhi Aturan Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Anak.
Di dalam pelaksanaannya, orang tua di TK Sakinah II menerapkan
pola asuh orang tua dengan cara membimbing, dan mengarahkan anak
agar dapat mematuhi aturan yang bertujuan dalam perkembangkan
emosi anak.
Informasi tersebut didapatkan oleh peneliti berdasarkan wawancara
yang dilakukan oleh guru dan orang tua sebagaimana yang
dikemukakan oleh SA, NH, L, ES, HS, SS, SI, dan KK sebagai
berikut:
Cara orang tua membimbing anak dalam perkembangan emosinya
seperti yang diungkapkan oleh KK sebagai berikut:
Saya lihat orang tua sepertinya mengambil sikap dengan cara berdiskusi dan
menasehati anak ya. Saya juga suka sharing ya sama orang tua, dan kalau dirumah sih anaknya penurut terus jarang sih melanggar peraturan yang dat
orang tuanya. [KK/CW 3]
SS juga menambahkan keterangannya dengan mengatakan :
Alhamdulillah orang tua mendidik anak dengan baik sepengetahuan kami (euh..)
dari hasil diskusi, dari hasil wa-an sama sms (euh..) orang tuanya kontinyu
menanyakan tentang perkembangan anak. Lalu orang tua juga mempunyai sikap
(euh..) selalu menasehati anak dengan cara yang santun ya, jadi dengan tutur
kata yang baik dan sikap yang lembut. [SS/CW 1]
Pernyataan lain diungkapkan oleh ES:
Anak itu (sshhh) harus melihat suatu teladan yang baik. Harus mendengarkan
nasihat, harus mengetahui yang benar yang salah, baik buruk, hitam putih,
karena mereka anak-anak bukan orang nggg.... dewasa yang sudah mengerti
apapun. [ES/CW 8]
HS juga menambahkan keterangan:
Kalau saya sih (euhh) kalau anak berperilaku buruk misalnya langsung saya
kasih tahu sih bahwa itu jelek gak boleh (euhh) langsung saya nasehati tapi
pelan-pelan biar anak juga mau nerima dan nurut. [HS/CW 5]
Pola asuh orang tua dalam perkembangan emosi anak dengan cara
membimbing yaitu pada saat kegiatan Maulid Nabi yang diadakan
sekolah, guru memberikan izin kepada orang tua untuk membimbing
anaknya dengan menemani dan memberikan bantuan terlebih dahulu
55
dalam melakukan kegiatan. Setelah anak paham, orang tua hanya
bertugas mengawasi anak dan membiarkan anak mengerjakan sesuai
kemampuannya sehingga orang tua membantu sekolah melakukan
kegiatan dengan tertib dan baik. [HS/CL 1]
Kemudian penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti yaitu pada gambar ini orang tua mendampingi
anaknya sambil membimbing anak untuk mengambil makan dengan
tangan kanan. Gambar 4.1
Gambar 4.1. Partisipan HS Membimbing Anak
Mengambil Makan dengan Tangan Kanan
Selanjutnya, cara orang tua mengarahkan anak dalam
perkembangan emosinya seperti pernyataan NH sebagai berikut:
Selama ini ketika anak saya berperilaku tidak sesuai dengan keinginan saya
kayak misalnya ngambek gamau sekolah atau gak mau ngalah sama adiknya
saya marah. Nah pas saya marah saya langsung arahin anak saya untuk mau
mengalah, gak cepet ngambek, terus mau dengerin omongan saya. [NH/CW 4]
Penjelasan di atas ditambahkan kembali oleh SI sebagai berikut :
Setahu saya orang tua memarahi anak apabila anak tidak nurut gitu tapi mereka
menjelaskan bahwa yang dilakukan anak tidak baik. Euh seperti pas orang tua
mengantar anak sekolah kan kadang ada anak yang euh pengennya ditemani
terus oleh orang tuanya sampai jam pelajaran dimulai sampai nangis. Nah orang
tua biasanya marah tapi sambil dijelaskan kalau di kelas anak harus belajar
sendiri ada guru. [SI/CW 2]
Pernyataan lain diungkapkan juga oleh L sebagai berikut:
56
Saya mendidik anak dirumah untuk mampu bertanggung jawab dari hal yang
gampang. (Euuhh) Saya arahin anak jangan berantakin rumah terus kalau
misalnya (euh) waktunya tidur jam berapa, waktunya bangun, waktunya makan
gitu aja sih. [L/CW 7]
Hal serupa diungkapkan juga oleh SA:
Cara saya mendidik anak dirumah seperti anak-anak lain pada umumnya, karena
saya sebagai rumah tangga jelas waktu saya banyak di rumah. (Euhh) saya
memberikan pengajaran yang baik terus saya mengarahkan anak agar tau hal
yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan di rumah. [SA/CW 6]
Pada waktu kegiatan rekreasi sekolah ke Taman Safari, orang tua
ikut rekreasi bersama anak-anaknya. Ketika sampai di Taman Safari,
guru menginstruksikan orang tua untuk menemani anaknya karena
guru mengalami kesulitan mengatur seluruh anak pada saat di luar
sekolah. Disana anak melihat berbagai macam permainan dan guru
mengizinkan anak untuk bermain namun orang tua wajib menemani
anak dikarenakan permainan yang ada tidak semuanya aman
dimainkan oleh anak-anak, sehingga membutuhkan pengawasan orang
tua agar anak bisa berhati-hati dalam bermain. Selanjutnya orang tua
memberikan pengertian dan arahan kepada anak untuk memilih
permainan yang aman dinaiki oleh anak. [ES/CL 8]
Kemudian penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti. Pada gambar ini orang tua mengarahkan
terlebih dahulu aturan sebelum anak bermain di Taman Safari. Setelah
mengarahkan, orang tua memberi kepercayaan dengan memeluk anak.
Gambar 4.2
Gambar 4.2. Partisipan ES mengarahkan
dan memberikan kepercayaan kepada anak untuk bermain
57
b) Pola Asuh Orang Tua yang Memberikan Kesempatan Anak
Mengungkapkan Perasaannya Mempengaruhi Perkembangan
Emosi Anak
Ketika orang tua mendengarkan cerita dan membiarkan anak
mengungkapkan perasaannya akan memberikan keuntungan
kedekatan emosional yang kuat, karena anak akan merasa aman dan
bisa mengandalkan orang tuanya. Dalam penelitian yang dilakukan
peneliti di TK Sakinah II, bahwa orang tua menerapkan pola asuh
dengan cara memberi kesempatan pada anak untuk mengungkapkan
perasaan agar dapat mengembangkan emosi anak. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh HS sebagai berikut:
Saya sih suka ngebebasin anak mau apa ya, jadi saya gak maksain apa mau saya. Takutnya anak ngerasa terbebani jadi gamau ngungkapin apa maunya gitu, jadi
minder. [HS/CW 5]
Pernyataan di atas ditambahkan oleh KK yaitu:
Dari yang saya lihat selama ini sih orang tua selalu mengajak anaknya untuk
selalu berkomunikasi yah. Jadi kalau anaknya berperilaku (euh...) berperilaku
aneh suka langsung ditanya sama orang tuanya apa sebabnya. [KK/CW 3]
Contoh kesempatan yang diberikan orang tua lainnya juga
diungkapkan NH sebagai berikut:
Saya biasanya sebelum tidur memberikan kesempatan kepada anak buat cerita,
biasanya saya pancing anak dengan saya cerita duluan karena saya mengetahui
bahwa anak saya sulit untuk berkomunikasi. [NH/CW 4]
Pernyataan di atas ditambahkan oleh SA:
(euh..) Menurut kami itu suatu keterbukaa n buat kami saat anak mau
mengungkapkan perasaannya. Biasanya kami dengarkan terlebih dahulu apa yang diungkapkan oleh anak. Setelah kami pahami lalu kami (euh..) uraikan
pendapat kami juga, tapi dengan bahasa dia dan diajak diskusi kembali anaknya.
[SA/CW 6]
Pernyataan serupa diungkapkan oleh L sebagai berikut:
Ketika saya mendengar pengaduan dari anak, saya meresponnya dengan baik
anak saya dan saya mencari jalan keluar untuk masalahnya. Jadi anak gak hanya
mengadukan masalahnya tapi ada jalan keluarnya. [L/CW 7]
58
Orang tua ES menambahkan keterangannya dengan mengatakan:
Kalau anak saya keliatan murung atau diem aja, saya akan dekati anak saya.
Saya ajak bicara, saya bujuk anak tersebut supaya dia (euh...) mau berbicara
kenapa gitu, ada apa gitu apakah dengan temannya atau dengan siapa saja.
[ES/CW 8]
Setelah menaiki wahana permainan di Taman Safari, anak
menghampiri orang tua lalu anak bercerita sambil berjalan dan anak
mengatakan perasaannya sungguh senang. Selain itu anak merasa
tidak takut dengan wahana tersebut dan orang tua menanggapi cerita
anak sambil memujinya bahwa anak hebat dan berani. [NH/CL 8]
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi dan catatan
observasi yang diperoleh peneliti pada saat di Taman Safari, anak
bercerita tentang pengalamannya menaiki wahana permainan. Gambar
4.3.
Gambar 4.3. partisipan NH
menanggapi anak saat bercerita.
Pada saat perayaan Hari Ibu, ada kegiatan memberikan surat dan
bunga untuk orang tua. Anak memberikan surat yang sudah ditulis
sebelumnya dengan menggunakan tulisan dan gambar sesuai isi
hatinya serta bunga kepada orang tua.[L/CL 10]
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi dan catatan
lapangan lainnya yaitu saat perayaan Hari Ibu anak memberikan
bunga dan surat yang sudah ditulis dari isi hati anak kepada orang tua.
Gambar 4.4.
59
Gambar 4.4. partisipan L menerima surat
yang sudah dibuat anak tentang isi hatinya.
c) Pola Asuh Orang Tua yang Memberikan Reward dan Pujian
Ketika Anak Berbuat Baik atau Berprestasi Mempengaruhi
Perkembangan Emosi Anak.
Dalam mendidik anak, orang tua harus membiasakan memberian
reward dan pujian kepada anak, agar anak terus termotivasi dalam
melakukan hal-hal yang positif. Oleh karena itu, orang tua di TK
Sakinah II menerapkan beberapa pola asuh dengan cara memberikan
reward dan pujian ketika anak berbuat atau berprestasi yang bertujuan
dalam perkembangan emosi anak.
Informasi tersebut didapatkan peneliti berdasarkan wawancara
yang dilakukan dengan orang tua sebagaimana yang dikemukakan
oleh NH sebagai berikut:
Ketika saya mengetahui anak saya berprestasi, saya memberikan pujian atau
memberikan reward dan mengucapkan hal yg positif misalnya kamu hebat nak.
[NH/CW 4]
Pernyataan serupa diungkapkan oleh L:
Memberikan respon positif dan me... memberikan pujian bahwa hal yang
dilakukan anak saya itu sangat membanggakan orang tuanya. [L/CW 7]
Pernyataan lainnya diungkapkan oleh ES:
Wah alhamdulillah sangat senang sekali kalau itu ya. Anak berprestasi (euh)
selalu saya kasih pujian ya kalo anak saya berprestasi gitu, tapi (euh) yang saya
lihat alhamdulillah juga sih kalau anak saya itu (euh) memang anaknya memang
agak-agak berprestasi juga. Kemarin juga waktu kelompok A alhamdulillah dia
dapet bintang kelas dikelasnya. [ES/CW 8]
60
Pernyataan lainnya ditambahkan oleh HS yaitu:
Saya sangat-sangat senang sekali kalau anak saya berprestasi. Pasti saya puji
anak saya. Mau apapun saya belikan deh. [HS/CW 5]
Guru SS mengungkapkan:
Karena orang tua selalu melakukan diskusi dengan anak, (euh...) maka mereka
sudah memiliki reward dan punisment untuk konsekuensi. [SS/CW 1]
Kemudian SA mengungkapkan juga:
(Euhhh...) Karena dikeluarga kami selalu melakukan diskusi dalam memutuskan
segala hal, jadi mereka itu sudah mempunyai (euh...) tanggung jawab masing-
masing Jadi mereka itu akan mendapatkan punish, reward and punishment Jadi
kalau yang melenceng dari peraturan jadi punishmen mereka dapatkan. Tapi
kalau berprestasi tentunya mendapatkan reward. [SA/CW 6]
Pada saat TK Sakinah II melakukan kegiatan pembagian raport,
orang tua satu persatu menghampiri guru untuk mengambil raport
sambil berdiskusi perihal perkembangan anak di sekolah. Peneliti
melihat orang tua memberikan reward kepada anaknya. [HS/CL 9]
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi dan catatan
lapangan yang dilakukan oleh peneliti pada saat pembagian raport,
anak mendapat peringkat di kelas dan diberi reward pujian oleh orang
tuanya. Gambar 4.5.
Gambar 4.5. partisipan HS memberikan reward
berupa pujian pada anak
61
Pada perayaan tahun baru Islam, guru mengadakan perlombaan,
adapun kegiatan lomba yang diadakan adalah menghafal doa sehari-
hari. Seluruh anak mengikuti kegiatan lomba tersebut. Setelah selesai
lomba, guru memberikan pengumuman bagi anak yang juara dalam
perlombaan. Setelah memberikan pengumuman, guru memberikan
hadiah kepada anak yang juara berupa bingkisan. Orang tua langsung
menghampiri anak memberikan semangat serta pujian pada anaknya.
[ES/CL 6]
Penjelasan di atas juga dikuatkan dengan dokumentasi dan catatan
lapangan yang dilakukan oleh peneliti yaitu orang tua memberikan
reward pada saat lomba. Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Partisipan ES
memberikan reward pada anak saat lomba
d) Pola Asuh Orang Tua Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Anak dalam hal Mengekspresikan Emosi Ketika Marah, Senang
ataupun Sedih.
Anak dibiasakan untuk mengembangkan emosinya sejak dini agar
kedepannya mampu mengekspresikan emosi dengan baik sesuai
dengan perasaannya. Mengekspresikan emosi membuat anak mudah
untuk dipahami dan dimengerti perasaannya oleh orang lain. Dalam
hal ini, orang tua melakukan kontak dengan menunjukkan ekspresi
mereka dihadapan anak selama proses pengasuhan maka orang tua
membina keterikatan emosi dengan anak. Dalam pelaksanaannya,
62
orang tua di TK Sakinah II menerapkan pola asuh untuk
mengekspresikan emosi ketika marah, senang ataupun sedih yang
bertujuan dalam perkembangan emosi anak.
Pernyataan di atas ditambahkan oleh NH:
Saya sih kasih waktu buat berkomunikasi dengan anak karena saya ngakuin
kalau anak saya susah ngomong butuh perhatian, agak sulit begitu lah. Jadi saya
harus pelan-pelan kalau ngomong sama anak. Sebelum saya ngomong, saya
minta anak buat natap mata saya terus fokus dengarin omongan saya jadi (euh...)
anak saya bisa paham sama omongan saya. Terus pas anak saya cerita, saya
selalu minta sama anak buat natap mata saya terus saya minta sama anak pelan-
pelan aja kalau ngomong atau cerita biar saya gak salah nanggepin ucapannya.
[NH/CW 4]
Pernyataan ditambahkan kembali oleh SA:
Saya berusaha untuk mendengarkan dan menghargai tiap pendapat anak, saya
tanggapi perkataan anak, saya juga sering mengajak anak untuk ngobrol ya...
saya juga berusaha untuk selalu mengajak anak melakukan aktivitas sama-sama
biar makin deket. [SA/CW 6]
Hal ini diungkapkan juga oleh SS:
Anak-anak itu (euh..) biasanya kalau pulang sekolah suka dijemput orang tuanya.
Terus saya lihat anak kadang suka mengadukan sesuatu sama orang tua sih, terus
tanggapan orang tua juga saya lihat baik dan mau menerima mau mendengar gitu. Jadi komunikasinya baik antara orang tua dan anak. [SS/CW 1]
Hal ini juga ditambahkan oleh L:
Saya selalu minta sama anak saya kalau dia mau sesuatu atau kalau dia marah
dia harus bilang, saya kan gatau dia mau apa kalau tiba-tiba nangis atau tiba-tiba
narik baju saya. Kadang saya marahi tapi saya langsung tegasin (euh...) “kamu
maunya apa, bilang. jangan bikin mama bingung”. [L/CW 7]
Hal serupa diungkapkan oleh ES:
Saya sih suka ngasih tahu anak saya gitu ya neng, kalau mau apapun ngomong langsung sama saya, pas lapar atau pengen ditemenin atau pas pengen ditemenin
main. Jadi saya tahu apa maunya dia. [ES/CW 8]
HS juga menambahkan keterangannya dengan mengatakan:
(Euh...) Saya sering ya ngajak anak saya ikut saya kemana-mana. Arisan atau
kumpul teman-teman saya, atau main ditempat umum. Jadinya anak terbiasa buat
bersosialisasi sama orang, jadi anak terbiasa gitu buat berkomunikasi. [HS/CW
5]
Setelah selesai bermain di Taman Safari, anak-anak beristirahat
untuk bersiap pulang ke rumah sambil menunggu di mushola.
Sebelum pulang, orang tua berbincang bersama anak tentang kegiatan
63
hari ini bahwa anak sangat lelah dan senang karena menyukai
permainan yang ada disana dan orang tua menanggapi cerita anak
dengan baik. [SA/CL 8]
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi dan catatan
lapangan yang dilakukan oleh peneliti pada saat beristirahat di Taman
Safari, anak merasa lelah dan senang setelah menaiki wahana
permainan disana. Gambar 4.7
Gambar 4.7. Partisipan SA mendengarkan anak berbicara
karena lelah dan senang setelah bermain.
Ketika perayaan Hari Ibu yang berlangsung 22 Desember, ada
beberapa kegiatan yang dilakukan salah satunya yaitu sungkeman
kepada orang tua. Anak menghampiri orang tua dan mengungkapkan
perasaannya dan orang tua mendengarkan perasaan yang diungkapkan
anak. kegiatan seperti ini bertujuan untuk menstimulus anak supaya
mau berbicara. Dengan begitu akan mudah untuk anak berkomunikasi
dan mengungkapkan apa yang dirasakannya. [SA/CL 10]
Kemudian penjelasan diatas dikuatkan dengan dokumentasi dan
catatan observasi yang diperoleh peneliti yaitu pada saat anak
sungkeman dihadapan orang tua. Pada gambar ini orang tua
memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan
perasaannya. Gambar 4.8
64
Gambar 4.8. partisipan SA memberikan kesempatan
pada anak untuk mengungkapkan perasaannya
e) Pola Asuh Orang Tua Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Anak dalam hal Kesabaran Anak
Sangat penting memberikan semangat pada anak untuk bersikap
sabar dalam menghadapi persoalan apapun dan beri pujian bila ia
mampu lebih bersabar. Dalam pelaksanaannya, orang tua di TK
Sakinah II menerapkan pola asuh orang tua yang melatih kesabaran
anak yang bertujuan dalam perkembangan emosinya. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh L sebagai berikut:
Saya selalu mengajarkan anak saya untuk sabar dan mengalah sama adiknya.
Awalnya anak saya gak terima, dia pernah tanya kenapa harus ngalah? Terus
saya kasih tahu kalau kakak itu harus sayang sama adiknya harus ngalah harus
sabar. Dikasih tahu pelan-pelan akhirnya anaknya paham juga sih. [L/CW 7]
Kemudian ditambahkan oleh SS sebagai berikut:
Saya sering diskusi, sering sharing sama orang tua. Kalau dirumah orang tua
selalu ngajarin sikap sabar sama anak ya seperti ngabulin keinginan anak pas
anaknya berprestasi. Menurut saya itu bagus ya, jadi anak termotivasi, terus anak
jadi mau sabar dan berusaha buat mendapatkan yang diinginkan. [SS/CW 1]
Pernyataan serupa diungkapkan oleh SI:
Saya lihat orang tua seperti membatasi tiap keinginan anaknya ya. Jadi tidak selalu keinginan anaknya dipenuhi. Kadang anak ada yang menangis tapi orang
tua membiarkannya, terus abis anaknya nangis baru orang tua menjelaskan kalau
keinginan anaknya gak bisa dikabulkan sekarang gitu, jadi anaknya disuruh
nunggu dan gak ngerengek. [SI/CW 2]
ES juga mengungkapkan sebagai berikut:
Kalau saya yah misal anak meminta sesuatu kayak mainan. Mainannya mainan
apa dulu yang dia minta. Kalau kira-kiranya mainannya (euh..) masuk akal dan
mungkin dari harganya juga yah kalau misalnya saya kebetulan ada milik
rejekinya saya belikan. Tapi mainan apa dulu yg dia mau. kalau saya gak ada
65
uangnya, saya minta anak saya buat nunggu sampai saya ada uangnya. [ES/CW
8]
Pernyataan di atas dipertegas oleh SA:
Kembali lagi kepada (euh..) pola asuh kami, jadi karena diawalnya kita sudah
memiliki diskusi dengan anak-anak kembali lagi kalau misalnya anak-anak ingin
sesuatu mungkin reward ya. Jadi mereka harus bisa melakukan hal yang baik
atau yang bisa dicontoh oleh adiknya atau seperti hal-hal yang baik lainnya lah.
ikut lomba atau apapun. Jadi saya tidak langsung mengabulkan keinginan anak
saya. [SA/CW 6]
Selain itu, HS juga mengungkapkan:
Saya sih suka ngajak anak bantuin saya masak gitu. Masak kan lama ya neng,
butuh waktu, butuh proses nah anak saya, saya biarin gitu biar dianya mau sabar
bantuin sampai beres. Kadang kesel tuh hahaha namanya anak-anak ya bosenan
tapi lama kelamaan jadi terbiasa anaknya. [HS/CW 5]
Pada saat di Taman Safari, orang tua terus pendampingi anak.
Ketika anak akan menaiki salah satu wahana permainan, orang tua
meminta anak untuk antri dengan sabar bersama teman-teman lainnya.
Akhirnya anak menuruti orang tua untuk antri menunggu giliran
bersama teman-temannya.[NH/CL 8]
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi dan catatan
lapangan yang dilakukan oleh peneliti pada saat berada di Taman
Safari, anak sabar menunggu giliran untuk menaiki wahana
permainan. Gambar 4.9.
Gambar 4.9. partisipan NH
meminta anak sabar menunggu giliran
Ketika acara pembagian raport, orang tua dan anak berpamitan
dengan guru dengan mengantri menunggu giliran bersalaman. Namun
karena terlalu lama bersalaman beberapa anak merasa bosan dan ingin
66
langsung pulang namun orang tua membujuk anak untuk lebih
bersabar. [L/CL 9]
Penjelasan di atas dikuatkan dengan dokumentasi dan catatan
lapangan yang dilakukan oleh peneliti pada saat orang tua dan anak
berpamitan dengan guru. Anak bersabar menunggu giliran. Gambar
4.10.
Gambar 4.10. Partisipan L meminta anak untuk sabar berbaris
menunggu giliran berpamitan.
B. Pembahasan
Berdasarkan deskripsi di atas serta hasil observasi dan wawancara
peneliti terhadap pola asuh orang tua di TK Sakinah II, Sukabumi. Dapat
peneliti ungkapkan bahwa pola asuh orang tua juga sangat diperlukan
dalam perkembangan emosi anak. Orang tua berperan sebagai pembimbing
dalam perkembangan emosi anak, yaitu membimbing anak ketika anak
belum mampu melakukan kegiatan sendiri ataupun membimbing dalam hal
bersikap yang baik, dengan cara menjelaskan dan memberi arahan dengan
memberi contoh terlebih dahulu, memberikan pengertian kepada anak
ketika anak bersikap kurang baik dan memberikan kesempatan kepada anak
untuk mencoba segala sesuatu setelah orang tua membimbing mereka.
Dalam penelitian ini peran yang dilakukan orang tua dalam
perkembangan emosi anak yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara bahwa orang tua sudah memberikan bimbingan, arahan dan
pengertian serta memberikan kasih sayang kepada anak dengan baik. Orang
tua membimbing dan mengarahkan anak dengan cara seperti; a) ketika
67
anak tidak bisa mengambil makanannya sendiri, orang tua membimbing
dan mengarahkan anak untuk mengambil makanannya dengan hati-hati,
setelah anak paham lalu orang tua membiarkan anak mengambil
makanannya, b) pada saat kegiatan rekreasi, karena orang tua tidak
mungkin menjaga anaknya terus menerus, orang tua membimbing dan
mengarahkan anak untuk berhati-hati saat menaiki wahana permainan, anak
diberi pengertian jika tidak berhati-hati akan membahayakan diri mereka
dan juga orang tua memberi kepercayaan kepada anak setelah membimbing
mereka.
Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Ki Hajar Dewantara bahwa
lingkungan keluarga merupakan pendidikan awal bagi anak. Orang tua
memiliki tugas untuk menuntun, mengajarkan, mendidik, dan membimbing
anak karena orang tua adalah pengajar yang utama diperoleh anak. 72 Selain
itu, menurut Bandura seorang individu belajar melalui pengamatan perilaku
orang lain, sikap, dan hasil dari perilaku tersebut termasuk seorang anak.
Anak belajar dari melihat perilaku orang terdekatnya, terutama orang tua.
Oleh karena itu, orang tua harus bisa memberikan contoh yang baik untuk
anak karena kebanyakan perilaku anak dipelajari melalui pemodelan yaitu
dari mengamati orang lain terutama orang tuanya karena lingkungan
keluarga merupakan salah satu faktor pembentuk perilaku anak.73
Lebih lanjut, orang tua adalah model bagi anak dan apa yang
dicontohkan orang tua pada anak itulah yang akan dilakukan anak.74 Oleh
karena itu, baik sikap maupun ekspresi emosi yang orang tua timbulkan,
membentuk persepsi emosi pada seorang anak.75 Karena ekspresi seseorang
terbentuk dari emosi, begitupun ekspresi emosi yang anak tunjukkan.
Karena emosi terbentuk dari berbagai faktor salah satunya adalah pola asuh
yang diterapkan oleh orang tua. Normalnya ketika orang tua melakukan
72 Jailani, Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam
Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Islam 2014, Vol. 8, No. 2, h. 256. 73 https://lenterakecil.com/teori-belajar-sosial-menurut-bandura/ di akses pada tanggal 18
Februari 2019 pada pukul 18:42. 74 Rini Utami Aziz, Anak Berbohong, (Solo: Tiga Serangkai, 2006), h. 9. 75Amaryllia Puspasari, loc. cit.
68
kontak dengan anaknya selama proses pengasuhan maka ia membina
keterikatan emosi. Anak menyadari bahwa apabila ia menangis maka sang
ibu akan mendekatinya dan menanyakan apa yang terjadi dengan wajah
berusaha melindungi anaknya. Terbentuklah adanya persepsi emosi pada
sang anak, bahwa ibunya menyayangi dan melindunginya apabila ia merasa
terancam ataupun tidak nyaman. 76
Selain memberi contoh yang baik, orang tua juga harus memberi
kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan perasaannya karena anak
akan merasa didengarkan dan diperhatikan ketika orang tua mendengarkan
mereka ketika mengungkapkan perasaannya. Selain itu anak akan
merasakan kasih sayang dan perhatian orangtuanya dan anak tidak perlu
merasa khawatir, takut dimarahi, ketika mengungkapkan perasaannya.
Dengan demikian, mendengar melahirkan perasaan diperhatikan dan
disayangi. Hal ini akan mempunyai dampak positif, yaitu anak-anak akan
lebih mendengarkan pesan orang tua mereka bila orang tua bersedia lebih
dahulu mendengarkan mereka.77
Lebih lanjut, dengan memberi kesempatan pada anak untuk
mengungkapkan perasaannya dapat meningkatkan ikatan emosional antara
ibu dan anak. Selain itu, menambah kedekatan dengan anak dan
membentuk anak menjadi pribadi yang lebih positif, percaya diri, dan
memiliki konsep diri yang positif juga dapat membantu anak untuk
memiliki kematangan emosi yang lebih baik.78
Selain memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan
perasaannya, hal lain yang penting adalah mengajarkan anak untuk
bersabar, karena anak perlu diberi pengertian bahwa untuk mendapatkan
76Amaryllia Puspasari, Emotional Intelligent Parenting & Relationships, (Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2009), h. 14. 77 Ani Widjaja, Setoples PERMEN: Bunga Rampai Konseling Keluarga (CV sarana
gracia: 2016), h. 39. 78http://nova.grid.id/read/07655865/banyak-manfaatnya-ini-cara-mudah-ajari-anak-
tunjukkan-rasa-sayang-pada-orangtua?page=all di akses pada tanggal 18 Februari 2019 pada pukul
12:33.
69
apa yang ia inginkan perlu waktu dan usaha.79 Selain itu ada beberapa cara
untuk membuat anak lebih sabar yaitu: pertama, beri anak kesempatan
latihan menunggu; kedua, percayalah bahwa anak bisa mengendalikan
sikapnya; ketiga, menanggapi anak dengan penuh kesabaran. Dengan
menanggapi perilaku anak secara tenang, orang tua sedang mengajarkan
anak bahwa ia bukan satu-satunya pusat perhatian. Dengan begitu anak
memahami bahwa ada hal lain di luar dirinya yang juga harus diperhatikan.
Anak pun terlatih untuk tidak memaksakan keinginannya, belajar
menunggu saat meminta sesuatu kepada orang tuanya yang sedang
melakukan hal lain.80
Setelah mengajarkan anak untuk bersabar, orang tua juga bisa
membantu anak untuk memiliki kematangan emosi yang sesuai dengan
tahapan usianya yaitu dengan cara memberikan reward atau pujian kepada
anak karena reward memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses
pendidikan anak usia dini. Sebagaimana reward atau pujian merupakan
bentuk penghargaan bagi anak yang akan membuat anak gembira dan
senang sehingga di dalam diri anak akan menjadi pendorong untuk
mengulang perbuatan baiknya dalam kehidupan sehari-hari.81 Oleh karena
itu, dalam mendidik anak, orang tua harus membiasakan memberian
reward atau pujian kepada anak, agar anak terus termotivasi dalam
melakukan hal-hal yang positif. 82
79 Seto Mulyadi, Cerdas Emosi: Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya,
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h. 35. 80 https://hellosehat.com/parenting/perkembangan-balita/cara-melatih-kesabaran-anak/ di
akses pada tanggal 20 Februari 2019 pada pukul 05:20. 81 Amirulloh Syarbini, Mencetak Anak HEBAT, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2014), h. 190.
82http://www.jurnalasia.com/opini/membudayakan-memberikan-penghargaan-
dalam-mendidik/ di akses pada tanggal 19 Februari 2019 pada pukul 06:40.
70
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Peran Pola Asuh Orang Tua dalam
Perkembangan Emosi Anak di TK Sakinah II” dapat disimpulkan sebagai
berikut, ada 5 hal ataupun cara pola asuh orangtua yang berperan dalam
perkembangan emosi anak, yaitu: (1) Membimbing dan mengarahkan agar
anak dapat mematuhi aturan orang tua memberikan pengertian dan
menggunakan komunikasi yang mudah dipahami bagi anak; (2) Memberi
kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaannya. Orang tua
senantiasa berkomunikasi yang baik dengan anak dan menanggapi segala
cerita anak; (3) Memberikan reward dan pujian ketika anak berbuat baik atau
berprestasi. Orang tua memberikan reward dan pujian pada anak saat anak
berprestasi dan melakukan hal yang baik; (4) Memberikan kesempatan pada
anak untuk mengekspresikan emosi ketika marah, senang ataupun sedih.
Orang tua melibatkan anak dalam kegiatan diluar rumah dan bersosialisasi
dengan orang lain, selain itu orang tua menjaga komunikasi yang baik dengan
anak; (5) Orang tua melatih kesabaran anak. Orang tua memberikan aturan,
batasan dan berdiskusi untuk segala keinginan anak, dan orang tua
mengajarkan untuk lebih bersabar.
B. Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian mencakup empat hal, yaitu berimplikasi
atas bidang keilmuan, implikasi pada penelitian selanjutnya, implikasi pada
kebijakan yang ada, dan implikasi pada praktek. Implikasi atas bidang
keilmuan berhubungan dengan manfaat pada bidang pendidikan anak usia dini
yaitu tentang peran pola asuh orang tua dalam perkembangan emosi anak,
bahwa bimbingan, arahan, latihan dan kesempatan yang diberikan orangtua
71
dapat mengembangkan emosi anak menjadi lebih baik. Implikasi pada
penelitian selanjutnya, pentingnya mengkaji lebih dalam tentang pola asuh
yang tepat digunakan untuk perkembangan emosi anak pada era digital seperti
sekarang ini. Sehingga nantinya penelitian mengenai pola asuh orang tua lebih
banyak dan berguna bagi orang tua dan perkembangan anak.
Implikasi pada kebijakan bahwa selain guru, orang tua sangat berperan
penting dalam perkembangan emosi anak. Oleh karena itu, diharapkan pihak
sekolah memberikan wawasan pengetahuan tentang pentingnya pola asuh
orang tua dalam perkembangan anak dengan cara menjalin kerjasama melalui
komunikasi dan pertemuan yang intensif antar sekolah dan orangtua, dan
penyelenggaraan program parenting education bagi orangtua agar mereka
dapat mendapatkan pengetahuan bagaimana pola asuh yang baik. Implikasi
pada praktek menunjukkan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran penting
dalam perkembangan emosi anak, oleh karena itu pentingnya penyebaran
informasi dan kampanye agar orang tua senantiasa menstimulus
perkembangan anak yang dapat dilakukan dengan cara membimbing,
mengarahkan dan melatih anak sesuai tahapan usianya.
C. Saran
Berdasarkan penelitian ini mengenai “Peran Pola Asuh Orang Tua dalam
Perkembangan Emosi Anak di TK Sakinah II”, maka saran yang dapat
diberikan sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk
mengetahui pola asuh orang tua siswa dan emosi anak, sehingga dapat
dirumuskan metode belajar yang dapat membantu siswa untuk mencapai
pembentukan emosi yang optimal.
2. Bagi Orang Tua
Dapat dijadikan input berharga bagi orang tua sebagai pedoman
pola asuh untuk anak supaya dapat bermanfaat bagi pertumbuhan dan
72
perkembangan emosi yang baik dan wajar serta membantu anak dalam
pembentukan emosinya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan melakukan penelitian ini, diharapkan peneliti selanjutnya
mendapatkan pengetahuan baru dan dapat melakukan penelitian lanjutan
mengenai pola asuh orang tua dalam pembentukan emosi anak.
73
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahmad Susanto, Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-kanak, Yogyakarta:
PrenadaMedia, 2015.
Ali Nugraha, Metode Pengembangan Sosial Emosional, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008.
Amaryllia Puspasari, Emotional Intelligent Parenting & Relationships, Jakarta:
Elex Media Komputindo, 2009.
Amirulloh Syarbini, Mencetak Anak HEBAT, Jakarta: Elex Media Komputindo,
2014.
Christine Daymon, Immy Holloway, Metode-metode Riset Kualitatif dalam
Public Relations dan Marketing Communications, Yogyakarta: Penerbit
Bentang, 2008.
Desmita, Psikologi perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan, Jakarta: Penerbit Erlangga.
John W. Santrock, Perkebangan Anak, Edisi Ketujuh, Jilid Dua, Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2007.
Kris H. Timotius, Otak dan Perilaku, Yogyakarta: ANDI, 2018.
Lexy J. Moelong.Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
M. Darwis Hude, Emosi, Penerbit Erlangga, 2006.
Nana Syaodih Sukmadinata.Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rosda, 2011
Nilam Widyarini, Relasi Orangtua & Anak, Jakarta: Elex Media Komputindo,
2013.
Seto Mulyadi, Cerdas Emosi: Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya,
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.
74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2012.
Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, Jakarta:
Kencana, 2011.
Rini Utami Aziz, Anak Berbohong, Solo: Tiga Serangkai, 2006.
Tim penyusun, Kurikulum Taman Kanak-kanak Sakinah II, Sukabumi.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
JURNAL
Abdul Wahib, Konsep Orang Tua dalam Membangun Kepribadian Anak, Jurnal
Paradigma, Volume 2, Nomor 1, 2015.
Eli Rohaeli Badria, Wedi Fitriana, Pola Asuh Orang Tua Dalam Mengembangkan
Potensi Anak Melalui Homeschooling Di Kancil Cendikia, Jurnal Comm-
Edu, Volume 1 Nomor 1, Januari 2018.
Florentinus Christian Imanuel, Peran Kepala Desa dalam Pembangunan di Desa
Budaya Sungai Bawang Kecamatan Muara Badak Kab. Kutai Kartanegara,
eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 3, Nomor 2, 2015.
Jailani, Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam
Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8, No. 2, 2014.
Listia Fitriyani, Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan
Emosi Anak, Jurnal Lentera Vol. Xviii, No. 1, Juni 2015.
Muslima, Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan Finansial Anak,
International Journal of Child and Gender Studies, Vol. 1, No. 1, 2015.
Nasrun Faisal, Pola Asuh Orang Tua Dalam Mendidik Anak Di Era Digital,
Jurnal An-Nisa’. Volume Ix Nomor 2, Desember 2016.
Putu Yudari Pratiwi dan I.G.A.P. Wulan Budisetyani, Emosi dan Penggunaan
Warna Dominan Pada Kegiatan Mewarnai Anak Usia Dini, Jurnal
Psikologi Udayana, Vol. 1, No. 1, 2013.
75
Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan
Anak: Studi pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten
Balangan, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1,
Mei 2017.
INTERNET
Aulia. “Pola Asuh yang Paling Banyak di Anut Orang Tua”.
https://www.motherandbaby.co.id/article/2015/12/40/5489/Pola-Asuh-
yang-Paling-Banyak-Dianut-Orangtua diakses pada hari minggu, 08 April
2018 pukul 09.46.
Berita Satu. “Komnas PA: Tahun 2011, 6 Balita Meninggal Akibat Upaya Bunuh
Diri”. http://www.beritasatu.com/anak-bunuh-diri/42559-komnas-pa-
tahun-2011-6-balita-meninggal-akibat-upaya-bunuh-diri.html. Diakses
pada tanggal 07 Februari 2018 pukul 08.14 WIB
Desi Mandasari. “5 Peran Pola Asuh Orang Tua terhadap Kecerdasan Emosi
Anak”. https://abiummi.com/5-peran-pola-asuh-orang-tua-terhadap-
kecerdasan-emosi-anak/ diakses pada tanggal 25 September 2018 pada
pukul 07.33 WIB.
Hasrian Rudi Setiawan. “Membudayakan Memberikan Penghargaan dalam
Mendidik”. http://www.jurnalasia.com/opini/membudayakan-
memberikan-penghargaan-dalam-mendidik/ di akses pada tanggal 19
Februari 2019 pada pukul 06:40.
Hilman Hilmansyah. “Banyak Manfaatnya, Ini Cara Mudah Ajari Anak
Tunjukkan Rasa Sayang pada Orang Tua”.
http://nova.grid.id/read/07655865/banyak-manfaatnya-ini-cara-mudah-
ajari-anak-tunjukkan-rasa-sayang-pada-orangtua?page=all di akses pada
tanggal 18 Februari 2019 pada pukul 12:33.
Inti Pesan. “Anak Butuh Pengasuh Berkualitas”. http://www.intipesan.com/sp-
2687/ diakses pada hari minggu, 08 April 2018 pukul 10:01.
Ipak Ayu H Nurcaya. “KPAI: Anak Indonesia Butuh Pengasuhan Berkualitas”.
http://lifestyle.bisnis.com/read/20150922/236/474930/kpai-anak-
indonesia-butuh-pengasuhan-berkualitas diakses pada hari minggu, 08
April 2018 pukul 10:01.
76
Karmin. “Pola Pengasuhan Anak”.
http://artikelpokjajogja.blogspot.com/2016/10/pola-pengasuhan-anak.html
diakses pada tanggal 28 Juli 2018 pada pukul 05:20.
Khanza Savitra. “6 Tahap Perkembangan Emosi Anak”.
https://dosenpsikologi.com/tahap-perkembangan-emosi-anak di akses pada
hari senin 18 Juni 2018 pukul 19:27 WIB.
Lentera Kecil. “Teori Belajar Sosial menurut Bandura”.
https://lenterakecil.com/teori-belajar-sosial-menurut-bandura/ di akses
pada tanggal 18 Februari 2019 pada pukul 18:42.
Ririn Indriani. “Kasus Anak Bunuh Diri, Akibat Tayangan TV”.
http://www.beritasatu.com/anak-bunuh-diri/42564-kasus-anak-bunuh-diri-
akibat-tayangan-tv.html Diakses pada tanggal 07 Februari 2018 pukul
08.14 WIB
Tyas. “4 Jenis Pola Asuh Anak yang Poluper di Kalangan Keluarga Indonesia”.
https://id.theasianparent.com/tipe-pola-asuh-anak/ diakses pada tanggal 22
april 2018 pada pukul 19:03.
Yuliati Iswandiari. “Melatih Kesabaran Anak itu tidak Sulit, ini 3 Kunci
Utamanya”. https://hellosehat.com/parenting/perkembangan-balita/cara-
melatih-kesabaran-anak/ di akses pada tanggal 20 Februari 2019 pada
pukul 05:20.
77
1. LAMPIRAN SURAT
1.1. Surat Permohonan Izin Penelitian
Jakarta, 22 Oktober 2018
78
1.2. Surat Keterangan Penelitian
No : 018/TK-SII/VIII/2018
79
2. LAMPIRAN HASIL PENGUMPULAN DATA
2.1. Catatan Wawancara (CW)
2.1.1. Catatan Wawancara 1
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA GURU KELAS
Nama Guru : Santy Susanti, S.Pd.I
Kelompok : B1
Hari/Tanggal : Kamis, 01 November 2018
Lokasi Wawancara : Kelas B1
Pukul : 11.00 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimanakah interaksi antara
anak dan orang tua yang anda
ketahui?
Anak-anak itu (euh..) biasanya kalau
pulang sekolah suka dijemput orang
tuanya. Terus saya lihat anak kadang suka
mengadukan sesuatu sama orang tua sih,
terus tanggapan orang tua juga saya lihat
baik dan mau menerima mau mendengar
gitu. Jadi komunikasinya baik antara orang
tua dan anak. Terus saya juga sering
diskusi, sering sharing sama orang tua.
Kalau dirumah orang tua selalu ngajarin
sikap sabar sama anak ya seperti ngabulin
keinginan anak pas anaknya berprestasi.
Menurut saya itu bagus ya, jadi anak
termotivasi, terus anak jadi mau sabar dan
berusaha buat mendapatkan yang
diinginkan.
2. Bagaimana sikap orang tua jika
anak berperilaku tidak sesuai
Orang tua selalu melakukan diskusi
dengan anak-anaknya dalam memutuskan
80
dengan keinginan orang tua? suatu hal.
3. Mengetahui anak tidak patuh
dengan peraturan yang
diberikan, bagaimana sikap
yang diambil orang tua?
Karena orang tua selalu melakukan diskusi
dengan anak, (euh...) maka mereka sudah
memiliki reward dan punisment untuk
konsekuensi
4. Bagaimana tanggapan orang
tua jika anda mengadukan
masalah yang sedang dihadapi
anak kepada mereka?
Alhamdulillah orang tua mendidik anak
dengan baik sepengetahuan kami (euh..)
dari hasil diskusi, dari hasil wa-an sama
sms (euh..) orang tuanya kontinyu
menanyakan tentang perkembangan anak.
Lalu orang tua juga mempunyai sikap
(euh..) selalu menasehati anak dengan cara
yang santun ya, jadi dengan tutur kata yang
baik dan sikap yang lembut.
5. Bagaimana perkembangan
emosi awal anak?
Saya lihat dari awal anak termasuk anak
yang baik yah sampai sekarang gitu. (euh..
) Menurut saya, emosi anak berkembang
dengan baik. Anak juga ceria, tidak suka
bertengkar dengan kawan-kawannya.
Kalau menurut penilaian berkembang
sesuai harapan, bisa menuju berkembang
sangat baik.
6. Apakah perkembangan emosi
anak berkembang dengan baik?
Jika ya, bagaimana bentuk
perkembangannya?
Alhamdulillah anak memiliki perilaku
yang mencerminkan sikap sabar. Mengenal
emosi diri dari orang lain dan reaksi emosi
diri secara wajar. Seperti mampu
mengekspresikan emosi yang sesuai
dengan kondisi yang ada, sedih, senang,
antusias, marah, kecewa dan lain-lain
81
sangat baik.
7. Apakah ada permasalahan
emosi yang ditimbulkan oleh
anak? jika ya, bagaimana
bentuk permasalahan tersebut?
Tidak yah. Seperti dijelaskan tadi, anak
memiliki emosi yang baik dan tidak
bermasalah.
Mengetahui,
Santy Susantai
82
2.1.2. Catatan Wawancara 2
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA GURU KELAS
Nama Guru : Kokom Komariah, S.Pd.AUD
Kelompok : B3
Hari/Tanggal : Kamis, 01 November 2018
Lokasi Wawancara : Kelas B3
Pukul : 12.00 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimanakah interaksi
antara anak dan orang tua
yang anda ketahui?
Setahu saya interaksi anak dengan orang
tua sangat baik ya. Bisa dilihat dari ibunya
yang sering mengantar jemput anak ke
sekolah. Lalu apapun informasi yang saya
umumkan di kelas pasti anak sampaikan
pada ibunya
2. Bagaimana sikap orang tua
jika anak berperilaku tidak
sesuai dengan keinginan
orang tua?
Dari yang saya lihat selama ini sih orang
tua selalu mengajak anaknya untuk selalu
berkomunikasi yah. Jadi kalau anaknya
berperilaku (euh...) berperilaku aneh suka
langsung ditanya sama orang tuanya apa
sebabnya
3. Mengetahui anak tidak
patuh dengan peraturan
yang diberikan, bagaimana
sikap yang diambil orang
tua?
Saya lihat orang tua sepertinya mengambil
sikap dengan cara berdiskusi dan
menasehati anak ya. Saya juga suka
sharing ya sama orang tua, dan kalau
dirumah sih anaknya penurut terus jarang
sih melanggar peraturan yang dat orang
tuanya.
4. Bagaimana tanggapan orang Orang tua dapat menerimanya dan selalu
83
tua jika anda mengadukan
masalah yang sedang
dihadapi anak kepada
mereka?
mencari solusi agar permasalahan tersebut
ada jalan keluarnya
5. Bagaimana perkembangan
emosi awal anak?
Rata-rata anak dari awal memang
emosinya baik ya. Disini sih pada ceria
tapi kadang suka kebawa emosi kalau ada
temannya mukul duluan.
6. Apakah perkembangan
emosi anak berkembang
dengan baik? Jika ya,
bagaimana bentuk
perkembangannya?
iya tentu. Anak bisa menahan emosinya
saat bermain dengan teman. Tidak mudah
marah. Terus ga pemalu lagi anaknya. anak
yang ceria juga. Mengikuti aturan dengan
baik lagi.
7. Apakah ada permasalahan
emosi yang ditimbulkan
oleh anak? jika ya,
bagaimana bentuk
permasalahan tersebut?
tidak ada ya saya lihat sih, cuma ya ada
saja yang suka mengganggu teman, mudah
marah apabila terganggu, terkadang suka
memukul. Apabila melakukan kesalahan
tidak mudah untuk meminta maaf. Kalau
dipaksa baru mau meminta maaf.
Mengetahui,
Kokom Komariah
84
2.1.3. Catatan Wawancara 3
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA GURU KELAS
Nama Guru : Sylvia Irani, S.Pd.I
Kelompok : B2
Hari/Tanggal : Kamis, 01 November 2018
Lokasi Wawancara : Kelas B2
Pukul : 13.00 WIB
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimanakah interaksi
antara anak dan orang tua
yang anda ketahui?
Interaksi antara anak dan orang tua sangat
baik. Ada komunikasi dua arah antara anak
dan orang tua.
2. Bagaimana sikap orang tua
jika anak berperilaku tidak
sesuai dengan keinginan
orang tua?
Setahu saya orang tua memarahi anak
apabila anak tidak nurut gitu tapi mereka
menjelaskan bahwa yang dilakukan anak
tidak baik. Euh seperti pas orang tua
mengantar anak sekolah kan kadang ada
anak yang euh pengennya ditemani terus
oleh orang tuanya sampai jam pelajaran
dimulai sampai nangis. Nah orang tua
biasanya marah tapi sambil dijelaskan
kalau di kelas anak harus belajar sendiri
ada guru
3. Mengetahui anak tidak
patuh dengan peraturan
yang diberikan, bagaimana
Setau saya orang tua akan bertanya
mengapa anaknya berbuat demikian, tapi
karena orang tua masih suka mendikte
85
sikap yang diambil orang
tua?
anak, jadi setiap peraturan yang dibuat
orang tua harus dilaksanakan dengan baik
oleh anak. kayak waktu itu saya lihat orang
tua seperti membatasi tiap keinginan
anaknya. Jadi tidak selalu keinginan anak
dipenuhi. Kadang anak ada yang menangis
tapi orang tua membiarkannya, terus abis
anaknya nangis baru orang tua
menjelaskan kalau keinginan anaknya gak
bisa dikabulkan sekarang gitu, jadi
anaknya disuruh nunggu dan gak
ngerengek.
4. Bagaimana tanggapan orang
tua jika anda mengadukan
masalah yang sedang
dihadapi anak kepada
mereka?
Tanggapan orangtua sangat positif dan
menerima dengan baik setiap
permasalahan yg disampaikan oleh ibu
guru. Namun untuk penyelesaian
masalahnya selalu diselesaikan oleh orang
tuanya sendiri tanpa meminta bantuan
guru.
5. Bagaimana perkembangan
emosi awal anak?
Perkembangan emosi anak sangat baik
sampai saat ini.
6. Apakah perkembangan
emosi anak berkembang
dengan baik? Jika ya,
bagaimana bentuk
perkembangannya?
Iya tentu saja. Anak bisa membaur dengan
teman. Penyabar dalam hal apapun ya.
Ketika bermain dengan teman, menunggu
giliran saat berbaris atau ketika dijahili
temannya pun tidak cepat marah.
7. Apakah ada permasalahan
emosi yang ditimbulkan
oleh anak? jika ya,
bagaimana bentuk
Sejauh ini permasalahannya beberapa anak
selalu cepat marah dan terkadang
emosinya suka meledak-ledak kadang suka
nangis juga.
86
permasalahan tersebut?
Mengetahui,
Sylvia Irani
87
2.1.4. Catatan Wawancara 4
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA ORANG TUA
Nama : Noy Hikma Nasser
Umur : 34 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA/Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal wawancara : 02 November 2018
Tempat : Warung depan sekolah
No. Pertanyaan Jawaban
3. Bagaimana sikap ibu jika
anak membantah dan tidak
mematuhi perintah ibu?
Ketika anak saya membantah dan tidak
mematuhi peraturan saya. Otomatis saya
bertindak tegas. Misalnya memberitahu
bahwa hal tersebut tidak baik untuk
dilakukan.
4. Bagaimana respon
ibu/bapak saat anak
meminta sesuatu seperti
mainan atau hal lainnya?
Kalau anak saya meminta mainan tentu saya
menjelaskan dulu apakah mainan itu
bermanfaat atau tidak.
5. Jika ibu/bapak mengetahui
anak berperilaku buruk,
bagaimana sikap
ibu/bapak?
Saya mengetahui dari gurunya bahwa anak
berperilaku buruk sih Saya menerima dengan
baik masukan dari ibu guru karena emang
saya menyadari bahwa anak saya di rumah
pun suka bersikap hal yang bersikap atau
berperilaku buruk.
6. Jika ibu/bapak mengetahui
anak berprestasi dan
berbuat hal yang baik,
Ketika saya mengetahui anak saya
berprestasi, saya memberikan pujian atau
memberikan reward dan mengucapkan hal yg
88
bagaimana sikap
ibu/bapak?
positif misalnya kamu hebat nak.
7. Bagaimana sikap ibu/bapak
jika anak sedang
menghadapi suatu masalah?
Saya biasanya sebelum tidur memberikan
kesempatan kepada anak buat cerita, biasanya
saya pancing anak dengan saya cerita duluan
karena saya mengetahui bahwa anak saya
sulit untuk berkomunikasi.
8. Bagaimana tanggapan
ibu/bapak jika anak
mengadukan masalah yang
dihadapinya kepada
ibu/bapak?
Ketika anak mengadukan masalah yang
dihadapi ke saya, saya selalu cek ke ibu
gurunya karena saya menyadari bahwa anak
saya ada masalah dalam komunikasi takutnya
apa yang disampaikan anak saya itu tidak
benar.
9. Bagaimana cara ibu/bapak
memberikan waktu untuk
anak agar dapat
berkomunikasi dengan
baik?
Saya sih kasih waktu buat berkomunikasi
dengan anak karena saya ngakuin kalau anak
saya susah ngomong butuh perhatian, agak
sulit begitu lah. Jadi saya harus pelan-pelan
kalau ngomong sama anak. Sebelum saya
ngomong, saya minta anak buat natap mata
saya terus fokus dengarin omongan saya jadi
(euh...) anak saya bisa paham sama omongan
saya. Terus pas anak saya cerita, saya selalu
minta sama anak buat natap mata saya terus
saya minta sama anak pelan-pelan aja kalau
ngomong atau cerita biar saya gak salah
nanggepin ucapannya.
10. Bagaimana tanggapan
ibu/bapak jika orang tua
memberikan kebebasan
penuh kepada anak untuk
Menurut pendapat saya apabila ada orang tua
yang memberikan kebebasan penuh kepada
anaknya ketika dewasa nanti anak itu akan
berbuat semaunya.
89
berbuat semaunya?
11. Bagaimana cara mendidik
anak di rumah?
Cara mendidik anak. Jujur saya keras karena
anak saya anak pertama dan saya sangat
menyadari kekurangan anak saya dalam hal
komunikasi jadi selalu diprioritaskan cara
mendidik anak saya dengan sangat telaten.
12. Bagaimana sikap ibu/bapak
jika anak berperilaku tidak
sesuai dengan keinginan
ibu/bapak?
Selama ini ketika anak saya berperilaku tidak
sesuai dengan keinginan saya kayak misalnya
ngambek gamau sekolah atau gak mau ngalah
sama adiknya saya marah. Nah pas saya
marah saya langsung arahin anak saya untuk
mau mengalah, gak cepet ngambek, terus mau
dengerin omongan saya.
13. Bagaimana pendapat
ibu/bapak, jika orang tua
mendidik anak dengan acuh
tak acuh dan bersikap masa
bodo?
Ketika kita melihat ada orang tua mendidik
dengan acuh tak acuh dan masa bodo saya sangat
kasihan kepada anak itu apa jadinya nanti anak itu
ketika besar kalau orang tuanya seperti itu nanti
anak itu ketika besar dia tidak akan memiliki rasa
empati atau peduli terhadap lingkungan sekitar
ataupun terhadap orang lain.
14. Menurut ibu, seberapa
penting mengembangkan
emosi anak?
Menurut saya penting.
15. Bagaimana perkembangan
emosi anak di rumah?
Perkembangan emosi anak saya mengacu kepada
komunikasinya yang belum lancar jadi dia itu
belum bisa membedakan mana hal yang bercanda
dan mana yg nyata. Dia juga terkadang emosinya
tidak terkendali yah. Suka meledak-ledak.
16. Apakah emosi anak sering
tidak stabil? Seperti apa
Iya. Emosi anak saya sering tidak stabil.
Kadang kalau marah emosinya sering
90
contohnya? meledak-ledak. Tapi kadang saya suka ga
paham apa maunya anak itu. Karena anaknya
belum lancar berbicara mungkin jadi kurang
jelas saat menjelaskan sesuatu.
Mengetahui,
Noy Hikma Nasser
91
2.1.5. Catatan Wawancara 5
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA ORANG TUA
Nama : Heti Sophia Listiadewi
Umur : 41 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal wawancara : 05 November 2018
Tempat : Warung depan sekolah
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sikap ibu jika
anak membantah dan tidak
mematuhi perintah ibu?
(euh...) Kadang saya suka emosian yah. Jadi
terkadang ada (euh...) suka dimarahi gitu.
Tapi kadang-kadang juga engga gimana
moodnya saya.
2. Bagaimana respon
ibu/bapak saat anak
meminta sesuatu seperti
mainan atau hal lainnya?
Saya kalau melihat arkaan, arkaan itu ya
biasanya kalau untuk mainan emang (euh...)
ayahnya sih bu yang suka itu (euh...) kadang-
kadang anak ga minta juga suka dibeliin gitu.
Jadi kalo (sshh..) kalau minta mainan emang
saya suka nanya dulu ya mainan yang gimana
tapi dikembalikan lagi kalau untuk minta
mainan biasanya harus minta ke ayahnya.
3. Jika ibu/bapak mengetahui
anak berperilaku buruk,
bagaimana sikap
ibu/bapak?
Kalau saya sih (euhh) kalau anak berperilaku
buruk misalnya langsung saya kasih tahu sih
bahwa itu jelek gak boleh (euhh) langsung
saya nasehati tapi pelan-pelan biar anak juga
mau nerima dan nurut.
4. Jika ibu/bapak mengetahui
anak berprestasi dan
Saya sangat-sangat senang sekali kalau anak
saya berprestasi. Pasti saya puji anak saya.
92
berbuat hal yang baik,
bagaimana sikap
ibu/bapak?
Mau apapun saya belikan deh.
5. Bagaimana sikap ibu/bapak
jika anak sedang
menghadapi suatu
masalah?
Kalau anak saya ada masalah, akan saya
dekati lalu akan saya tanya dan akan saya cek
dari mana permasalahan itu.
6. Bagaimana tanggapan
ibu/bapak jika anak
mengadukan masalah yang
dihadapinya kepada
ibu/bapak?
Saya akan menanggapinya dengan baik dan
akan saya tanyakan (euh..) apa yang dihadapi
oleh anak saya dan saya akan melihat dari
mana permasalahan itu.
7. Bagaimana cara ibu/bapak
memberikan waktu untuk
anak agar dapat
berkomunikasi dengan
baik?
(Euh...) Saya sering ya ngajak anak saya ikut
saya kemana-mana. Arisan atau kumpul
teman-teman saya, atau main ditempat umum.
Jadinya anak terbiasa buat bersosialisasi sama
orang, jadi anak terbiasa gitu buat
berkomunikasi.
8. Bagaimana tanggapan
ibu/bapak jika orang tua
memberikan kebebasan
penuh kepada anak untuk
berbuat semaunya?
Saya sih suka ngebebasin anak mau apa ya,
jadi saya gak maksain apa mau saya.
Takutnya anak ngerasa terbebani jadi gamau
ngungkapin apa maunya gitu, jadi minder.
Tapi saya gak sepenuhnya ngebebasin anak
sih.
9. Bagaimana cara mendidik
anak di rumah?
Saya sih suka ngajak anak bantuin saya masak
gitu. Masak kan lama ya neng, butuh waktu,
butuh proses nah anak saya, saya biarin gitu
biar dianya mau sabar bantuin sampai beres.
Kadang kesel tuh hahaha namanya anak-anak
93
ya bosenan tapi lama kelamaan jadi terbiasa
anaknya.
10. Bagaimana sikap ibu/bapak
jika anak berperilaku tidak
sesuai dengan keinginan
ibu/bapak?
Saya ga suka yah kalau misalnya anak saya
(euh...) berperilaku ga sesuai dengan
keinginan saya. Kadang-kadang saya suka
emosi sama Arkaan.
11. Bagaimana pendapat
ibu/bapak, jika orang tua
mendidik anak dengan acuh
tak acuh dan bersikap masa
bodo?
Saya ga suka yah sama (euh...) sikap orang
tua mendidik anak dengan acuh tak acuh dan
masa bodo.
12. Menurut ibu, seberapa
penting mengembangkan
emosi anak?
(euuhh) penting yah kayaknya soalnya kalau
emosinya ga berkembang nanti ada masalah
atuh di anak saya (hehehe).
13. Bagaimana perkembangan
emosi anak di rumah?
(sshhhh) Aduuuh neng emosi anak saya mah
ya Allaaaah (sshhh) masih gitu dia. Dia teh
semaunya kadang ya suka kadang-kadang
(euh) dia kan punya adik, adiknya itu suka
dijailin kadang. Pernah (euh) sekali itu waktu
adiknya didorongan bayi, dorongannya
didorong sampai adiknya jatuh. Pernah
melakukan seperti itu. Menangis iya. Yang
pasti sering marah suka mengganggu adiknya.
14. Apakah emosi anak sering
tidak stabil? Seperti apa
contohnya?
Iya neeeng. Emosinya ga stabil banget. Saya
juga bingung kenapa ya anak saya teh (euh)
gitu emosinya. Kayak gini aja, lagi asik-asik
main sama adiknya nih, terus tiba-tiba dia
jahilin adiknya dan adiknya nangis. Pasti saya
marah kan, nah anaknya teh bukannya minta
94
maaf atau apa malah marah balik. Jadi
bingung gitu (hahaha).
Mengetahui,
Heti Sophia Listiadewi
95
2.1.6. Catatan Wawancara 6
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA ORANG TUA
Nama : Siti Aisyah
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA/Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal wawancara : 07 November 2018
Tempat : ruang UKS sekolah
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sikap ibu jika
anak membantah dan tidak
mematuhi perintah ibu?
(Euhhh...) Karena dikeluarga kami selalu
melakukan diskusi dalam memutuskan segala
hal, jadi mereka itu sudah mempunyai (euh...)
tanggung jawab masing-masing Jadi mereka
itu akan mendapatkan punish, reward and
punishment Jadi kalau yang melenceng dari
peraturan jadi punishmen mereka dapatkan.
Tapi kalau berprestasi tentunya mendapatkan
reward.
2. Bagaimana respon
ibu/bapak saat anak
meminta sesuatu seperti
mainan atau hal lainnya?
Kembali lagi kepada (euh..) pola asuh kami,
jadi karena diawalnya kita sudah memiliki
diskusi dengan anak-anak kembali lagi kalau
misalnya anak-anak ingin sesuatu mungkin
reward ya. Jadi mereka harus bisa melakukan
hal yang baik atau yang bisa dicontoh oleh
adiknya atau seperti hal-hal yang baik lainnya
lah. ikut lomba atau apapun. Jadi saya tidak
langsung mengabulkan keinginan anak saya.
3. Jika ibu/bapak mengetahui Kembali lagi ke punishment ya (hahahaha)
96
anak berperilaku buruk,
bagaimana sikap
ibu/bapak?
ya.. kembali lagi ke awal jadi ke diskusi itu.
4. Jika ibu/bapak mengetahui
anak berprestasi dan
berbuat hal yang baik,
bagaimana sikap
ibu/bapak?
Selalu didukung diberikan motivasi dan
pastinya ada reward untuk anak kami.
5. Bagaimana sikap ibu/bapak
jika anak sedang
menghadapi suatu
masalah?
(euh..) dikarenakan saya ibu rumah tangga
jadi insya allah mungkin terlihat ya dari anak-
anak kami bila mereka mempunyai masalah
atau apa pasti kami ajak berdiskusi, diajak
ngobrol, ditanya ya pelan-pelan tapi pasti.
Cari cara pemecahannya harus bagaimana.
Nanti ngobrol lagi dengan anak-anak, seperti
itu.
6. Bagaimana tanggapan
ibu/bapak jika anak
mengadukan masalah yang
dihadapinya kepada
ibu/bapak?
(euh..) Menurut kami itu suatu keterbukaan
buat kami saat anak mau mengungkapkan
perasaannya. Biasanya kami dengarkan
terlebih dahulu apa yang diungkapkan oleh
anak. Setelah kami pahami lalu kami (euh..)
uraikan pendapat kami juga, tapi dengan
bahasa dia dan diajak diskusi kembali
anaknya.
7. Bagaimana cara ibu/bapak
memberikan waktu untuk
anak agar dapat
berkomunikasi dengan
baik?
Saya berusaha untuk mendengarkan dan
menghargai tiap pendapat anak, saya tanggapi
perkataan anak, saya juga sering mengajak
anak untuk ngobrol ya... saya juga berusaha
untuk selalu mengajak anak melakukan
97
aktivitas sama-sama biar makin deket.
8. Bagaimana tanggapan
ibu/bapak jika orang tua
memberikan kebebasan
penuh kepada anak untuk
berbuat semaunya?
Tidak setuju (hahahaha) jadi bagaimanapun
anak, anak itu (sshhh) harus melihat suatu
teladan yang baik. Harus mendengarkan
nasihat, harus mengetahui yang benar yang
salah, baik buruk, hitam Putih, karena mereka
anak-anak bukan orang nggg.... dewasa yang
sudah mengerti apapun.
9. Bagaimana cara mendidik
anak di rumah?
Cara saya mendidik anak dirumah seperti
anak-anak lain pada umumnya, karena saya
sebagai rumah tangga jelas waktu saya
banyak di rumah. (Euhh) saya memberikan
pengajaran yang baik terus saya mengarahkan
anak agar tau hal yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan di rumah.
10. Bagaimana sikap ibu/bapak
jika anak berperilaku tidak
sesuai dengan keinginan
ibu/bapak?
Kembali lagi, keinginan saya yang seperti apa
yang mendikte anak atau tidak. Kalau
misalnya yang baik untuk anak kembali lagi
kediskusi yang awal gitu.. Kalau tetep
melenceng tetep istilahnya lagi ego mungkin
kslau misalnya dia di bujuk dulu pertama ya,
tapi kalau misalnya dia masih tetap tidak bisa
untuk dibujuk tidak bisa diajak berbicara
(euh..) ada, ada hukuman yang akan
menunggu. Ada punisment itu.
11. Bagaimana pendapat
ibu/bapak, jika orang tua
mendidik anak dengan
acuh tak acuh dan bersikap
masa bodo?
Jangan ya kasihan anak-anak (hehehe) mereka
itu dilahirkan oleh kita dikasih ma Allah
berarti titipan ya buat kita. Ya untuk semua
orang tua mudah-mudahan tidak seperti itu
sama anak-anak, tidak setuju sekali buat saya.
98
12. Menurut ibu, seberapa
penting mengembangkan
emosi anak?
Sangat penting yah. Karena menurut saya
kalau anak emosinya berkembang dengan
baik insya Allah mereka bisa mengontrol
emosinya dengan baik juga. Jadi ga gampang
marah pundungan gitu.
13. Bagaimana perkembangan
emosi anak di rumah?
Alhamdulillah anak saya perkembangannya
cukup baik. Anak saja juga anaknya Periang
yah. Sangat periang anaknya mudah cair,
mudah kenal dengan orang, walaupun
memang (euh..) agak-agak kaya yang
pendiam padahal rame anaknya.
14. Apakah emosi anak sering
tidak stabil? Seperti apa
contohnya?
Alhamdulillah dia anak yang penurut yah
penurut. Memang ada kalanya ya kalau
misalnya ogo-ogo gitu kayak dibangunin
untuk salat subuh agak sulit ya mungkin
karena anak-anak masih banyak yang harus
dibiasakan pembiasaan yang baik, kita harus
dari kitanya juga yah keteladanan.
Mengetahui,
Siti Aisyah
99
2.1.7. Catatan Wawancara 7
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA ORANG TUA
Nama : Lisnawati
Umur : 41 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal wawancara : 08 November 2018
Tempat : Perpustakaan Sekolah
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sikap ibu jika
anak membantah dan tidak
mematuhi perintah ibu?
Alhamdulillah Zaskia sampai saat ini
termasuk anak yg patuh dan tidak pernah
membantah perintah saya ataupun bapaknya.
2. Bagaimana respon
ibu/bapak saat anak
meminta sesuatu seperti
mainan atau hal lainnya?
Saya selalu minta sama anak saya kalau dia
mau sesuatu atau kalau dia marah dia harus
bilang, saya kan gatau dia mau apa kalau tiba-
tiba nangis atau tiba-tiba narik baju saya.
Kadang saya marahi tapi saya langsung
tegasin (euh...) “kamu maunya apa, bilang.
jangan bikin mama bingung”.
3. Jika ibu/bapak mengetahui
anak berperilaku buruk,
bagaimana sikap
ibu/bapak?
Alhamdulillah Zaskia selama ini tidak pernah
berperilaku buruk dan suka bersikap baik
terhadap siapapun.
4. Jika ibu/bapak mengetahui
anak berprestasi dan
berbuat hal yang baik,
bagaimana sikap
ibu/bapak?
Memberikan respon positif dan me...
memberikan pujian bahwa hal yang dilakukan
anak saya itu sangat membanggakan orang
tuanya.
100
5. Bagaimana sikap ibu/bapak
jika anak sedang
menghadapi suatu
masalah?
Saya selalu mengajarkan anak saya untuk
sabar terus masalahnya selalu sama adiknya
ya dan saya ajarkan harus mengalah sama
adik. Awalnya anak saya gak terima, dia
pernah tanya kenapa harus ngalah? Terus saya
kasih tahu kalau kakak itu harus sayang sama
adiknya harus ngalah harus sabar. Dikasih
tahu pelan-pelan akhirnya anaknya paham
juga sih.
6. Bagaimana tanggapan
ibu/bapak jika anak
mengadukan masalah yang
dihadapinya kepada
ibu/bapak?
Ketika saya mendengar pengaduan dari anak,
saya meresponnya dengan baik anak saya dan
saya mencari jalan keluar untuk masalahnya.
Jadi anak gak hanya mengadukan masalahnya
tapi ada jalan keluarnya.
7. Bagaimana cara ibu/bapak
memberikan waktu untuk
anak agar dapat
berkomunikasi dengan
baik?
Saya memberikan waktu kepada Zaskia disaat
anak sedang makan. Saya mengajak
berkomunikasi ketika anak menjelang tidur,
mengajaknya berkomunikasi dan ketika
berangkat sekolah pun ketika sedang di jalan
sambil berkomunikasi dengan anak.
8. Bagaimana tanggapan
ibu/bapak jika orang tua
memberikan kebebasan
penuh kepada anak untuk
berbuat semaunya?
Menurut pendapat saya memberi kebebasan
anak itu perlu tetapi tentu harus ada
batasannya karena kalau kebebasan penuh dan
berbuat semaunya anak jadi tidak mengetahui
peraturan yang sebenarnya atau apa yang
tidak boleh atau yang boleh dilakukan
9. Bagaimana cara mendidik
anak di rumah?
Saya mendidik anak dirumah untuk mampu
bertanggung jawab dari hal yang gampang.
(Euuhh) Saya arahin anak jangan berantakin
rumah terus kalau misalnya (euh) waktunya
101
tidur jam berapa, waktunya bangun, waktunya
makan gitu aja sih.
10. Bagaimana sikap ibu/bapak
jika anak berperilaku tidak
sesuai dengan keinginan
ibu/bapak?
Alhamdulillah selalma ini anak saya tidak
pernah berperilaku yang tidak sesuai dengan
keinginan saya atau bapaknya.
11. Bagaimana pendapat
ibu/bapak, jika orang tua
mendidik anak dengan
acuh tak acuh dan bersikap
masa bodo?
Menurut pendapat saya orang tua yang
mendidik anak yang sikap acuh tak acuh dan
masa bodo menurut saya tidak bagus karena
anak itu harus diberikan perhatian dan
pengasuhan yang baik.
12. Menurut ibu, seberapa
penting mengembangkan
emosi anak?
Sangat penting. Tiap anak harus
mengembangkan tiap perkembangannya mau
itu emosi atau apapun. Kalau emosinya
terhambat nantinya ditakutkan akan buruk
untuk kedepannya.
13. Bagaimana perkembangan
emosi anak di rumah?
Alhamdulillah perkembangan anak saya
selama ini tidak pernah ada hal yang kurang
baik, marah ya marah sewajarnya tidak marah
sampai emosi meledak-ledak seperti itu. Anak
saya termasuk anak yg ceria.
14. Apakah emosi anak sering
tidak stabil? Seperti apa
contohnya?
Emosi anak saya sangat stabil yah. Tidak
pernah ada kasus dimana dia memiliki emosi
yang tidak stabil. Mungkin ketika masih kecil
iya. Tapi sekarang anaknya sudah bisa
meredam emosi dan ga mood-moodan.
Mengetahui,
Lisnawati
102
2.1.8. Catatan Wawancara 8
CATATAN WAWANCARA
HASIL WAWANCARA ORANG TUA
Nama : Eneng Sri Kusumawati
Umur : 44 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA/Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal wawancara : 07 November 2018
Tempat : Warung depan sekolah
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sikap ibu jika
anak membantah dan tidak
mematuhi perintah ibu?
Kalau saya yah anak (euh) kalau (euh) di
(euh) membantah saya suka, suka kasih tau
anaknya gitu kalau itu tidak baik
2. Bagaimana respon
ibu/bapak saat anak
meminta sesuatu seperti
mainan atau hal lainnya?
Saya sih suka ngasih tahu anak saya gitu ya
neng, kalau mau apapun ngomong langsung
sama saya, pas lapar atau pengen ditemenin
atau pas pengen ditemenin main. Jadi saya
tahu apa maunya dia. Teru kalau saya yah
misal anak meminta sesuatu kayak mainan.
Mainannya mainan apa dulu yang dia minta.
Kalau kira-kiranya mainannya (euh..) masuk
akal dan mungkin dari harganya juga yah
kalau misalnya saya kebetulan ada milik
rejekinya saya belikan. Tapi mainan apa dulu
yg dia mau. kalau saya gak ada uangnya, saya
minta anak saya buat nunggu sampai saya ada
uangnya.
3. Jika ibu/bapak mengetahui Saya akan langsung memberitahunya kepada
103
anak berperilaku buruk,
bagaimana sikap
ibu/bapak?
anak bahwa itu jelek gaboleh saya akan
nasehati kepada anak tersebut dan
alhamdulillah kalau Syahril itu anaknya dia
mau menerima, dia nurut sama saya.
4. Jika ibu/bapak mengetahui
anak berprestasi dan
berbuat hal yang baik,
bagaimana sikap
ibu/bapak?
Wah alhamdulillah sangat senang sekali kalau
itu ya. Anak berprestasi (euh) selalu saya
kasih pujian ya kalo anak saya berprestasi
gitu, tapi (euh) yang saya lihat alhamdulillah
juga sih kalau anak saya itu (euh) memang
anaknya memang agak-agak berprestasi juga.
Kemarin juga waktu kelompok A
alhamdulillah dia dapet bintang kelas
dikelasnya.
5. Bagaimana sikap ibu/bapak
jika anak sedang
menghadapi suatu
masalah?
Kalau anak saya keliatan murung atau diem
aja, saya akan dekati anak saya. Saya ajak
bicara, saya bujuk anak tersebut supaya dia
(euh...) mau berbicara kenapa gitu, ada apa
gitu apakah dengan temannya atau dengan
siapa saja.
6. Bagaimana tanggapan
ibu/bapak jika anak
mengadukan masalah yang
dihadapinya kepada
ibu/bapak?
Tanggapan saya saya akan menanggapinya
dengan baik dan saya akan (euh) merespon
anak saya (euh) (emmm) apa permasalahan
yang dia hadapi.
7. Bagaimana cara ibu/bapak
memberikan waktu untuk
anak agar dapat
berkomunikasi dengan
baik?
Biasanya saya akan meluangkan waktu di sore
hari kalau engga (euh) habis magrib ya untuk
(euh) bisa berkomunikasi jadi waktunya lebih
banyak disitu.
8. Bagaimana tanggapan Kalau menurut saya, kurang baik juga yah
104
ibu/bapak jika orang tua
memberikan kebebasan
penuh kepada anak untuk
berbuat semaunya?
kalau memberikan kebebasan penuh takutnya
anak tidak bisa memilah atau memilih mana
yang baik dan mana yang benar.
9. Bagaimana cara mendidik
anak di rumah?
Saya mendidik anak dirumah saya
memberikan aturan-aturan yang (euh) yang
anak bisa gitu, yang anak mampu jadi tidak
terlalu berat misalnya. Kalau misalnya (euh)
waktunya tidur jam berapa, waktunya bangun,
waktunya makan gitu jadi memberikan
aturan-aturan.
10. Bagaimana sikap ibu/bapak
jika anak berperilaku tidak
sesuai dengan keinginan
ibu/bapak?
Sikap saya (euh) terkadang saya juga ada
emosinya juga yah kalo misalnya anak ga
nurut (euh) mungkin ada sedikit yaa dimarahi
juga tapi nanti anak itu kalau misalnya itu
langsung saya raih juga.
11. Bagaimana pendapat
ibu/bapak, jika orang tua
mendidik anak dengan
acuh tak acuh dan bersikap
masa bodo?
Anak itu (sshhh) harus melihat suatu teladan
yang baik. Harus mendengarkan nasihat,
harus mengetahui yang benar yang salah, baik
buruk, hitam putih, karena mereka anak-anak
bukan orang nggg.... dewasa yang sudah
mengerti apapun.
12. Menurut ibu, seberapa
penting mengembangkan
emosi anak?
Sangat penting yah. Karena biar ga emosian
gitu kayaknya (hahaha).
13. Bagaimana perkembangan
emosi anak di rumah?
Perkembangan emosi anak saya di rumah
(euh) alhamdulillah berkembang dengan baik
yah. Anak saya mah gasuka marah-marah. Di
rumah juga nurut sama saya. Ga bikin pusing
gitu anaknya teh alhamdulillahnya.
105
14. Apakah emosi anak sering
tidak stabil? Seperti apa
contohnya?
Alhamdulillah anak saya emosinya baik (euh)
dia tidak suka marah dan anaknya biasa-biasa
saja. Emosinya juga stabil yah.
Mengetahui,
Eneng Sri Kusumawati
106
2.2. Hasil Observasi
INSTRUMEN PENELITIAN
OBSERVASI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DALAM
PERKEMBANGAN EMOSI ANAK DI TK SAKINAH II
No. Peran Pola Asuh Orang
Tua dalam
Perkembangan Emosi
Anak
Dilakukan Deskripsi
Ya Tidak
1. Orang tua harus dapat
menunjukkan kasih
sayang kepada anak
√ - Dalam observasi yang peneliti
lakukan selama penelitian,
peneliti melihat orang tua
dapat menunjukkan kasih
sayang kepada anak seperti
memanggil dengan panggilan
sayang, membelai rambut
anak, menggandeng tangan
anak, memeluk anak saat
menjemput pulang atau pada
saat mengantarkan anak ke
sekolah.
2. Orang tua harus dapat
memahami perasaan
anak
√ - Dalam observasi yang peneliti
lakukan selama penelitian,
peneliti melihat orang tua
langsung paham ketika anak
merasa tidak semangat saat
berangkat sekolah, biasanya
orang tua menyemangati anak
saat sampai di sekolah dan
kadang akan membelikan
sesuatu nanti saat pulang
sekolah.
3. Orang tua harus
memberikan batasan
dan aturan pada anak
√ - Dalaam observasi yang
peneliti lakukan selama
penelitian, peneliti melihat
orang tua sangat memberi
batasan dan aturan pada anak.
Seperti tidak menuruti
keinginan anak saat meminta
jajanan dipagi hari atau minta
ditemani saat di kelas.
107
4. Orang tua harus
memberikan pujian
kepada anak
√ - Dalam observasi yang peneliti
lakukan selama penelitian,
orang tua selalu memberikan
pujian kepada anaknya.
Ketika anak memenangkan
lomba atau ketika pulang
sekolah saat menjemput anak
atau bahkan ketika anak
memakai sepatunya sendiri
dan menghabiskan bekalnya.
5. Orang tua harus
mengajarkan kesabaran
kepada anak
√ - Dalam obervasi yang peneliti
lakukan selama penelitian,
orang tua sering mengajarkan
kesabaran kepada anak seperti
menunggu giliran saat
berpamitan dengan guru,
menahan keinginan saat
membeli sesuatu atau
bersabar saat orang tua hanya
mengantarkan anak tanpa
menemani anak di sekolah.
108
2.3. Hasil Observasi dengan Anak
INSTRUMEN PENELITIAN
HASIL PEDOMAN OBSERVASI TERHADAP ANAK
Nama Sekolah : TK Sakinah II Sukabumi
Alamat Sekolah : Jl. Surya Kencana, Kp. Bojongsetra, Cibadak-Sukabumi
Kelompok : B
Variabel Dimensi Indikator Teknik
Pengumpulan
data
Keterangan
Emosi Kesadaran
emosi
1. Anak
berani
maju untuk
mencoba
setiap
kegiatan
yang
ditawarkan
oleh guru.
2. Anak
berani
mengacung
kan tangan
saat guru
memberika
n
pertanyaan
Observasi
Berdasarkan
pengamatan selama
penelitian, Guru
memberikan
pembelajaran yang
berbeda-beda setiap
harinya dengan tujuan
untuk menarik minat
anak dalam belajar.
Bermacam-macam
kreativitas guru
berikan kepada anak
untuk menumbuhkan
rasa tertarik dan
penasaran. Beberapa
anak masih asik
dengan dirinya sendiri
sehingga ketika guru
memberikan
pembelajaran mereka
masih asik bermain,
dan tidak fokus. Hal
ini membuat guru
untuk memberikan
sesuatu hal yang baru
dengan berbagai
macam kegiatan
permainan yang dapat
disukai. Setelah
terbiasa dengan
kegiatan-kegiatan
yang berbeda, anak
109
mulai tertarik
menyukai kegiatan
yang diberikan. Ketika
guru memberikan
bimbingan dan arahan
semua anak langsung
antusias memegang
dan penasaran untuk
ikut mencoba. Guru
memberikan
kepercayaan kepada
anak untuk terlibat
dalam semua kegiatan
yang ada. Dengan
memberikan
kepercayaan kepada
anak, membuat anak
merasa mampu
melakukan kegiatan
itu sendiri. Sehingga
anak-anak melakukan
segala sesuatu atas
kemauan diri sendiri
hal itu membuat anak
tidak merasa tertekan
dan terpaksa dalam
belajar. Juga hal itu
membuat anak
menjadi lebih percaya
diri ketika mencoba
kegiatan maupun
ketika menjawab
pertanyaan dari guru.
Biasanya anak akan
berlomba untuk
mengacungkan tangan
lebih dulu ketika
menjawab pertanyaan
guru saat evaluasi
diakhir kegiatan,
ketika akan pulang
sekolah.
Kedalaman
emosi
1. Anak dapat
menunjukk
an kasih
sayang
Observasi Berdasarkan
pengamatan selama
penelitian, anak sangat
sering menunjukkan
110
kepada
orang tua,
teman dan
guru.
kasih sayangnya
kepada orang tua,
guru maupun
temannya. Seperti
ketika di sekolah saat
orang tua hanya
mengantarkan anak
lalu pulang kembali ke
rumah, anak akan
memeluk atau bahkan
mencium pipi orang
tuanya begitupun
kepada guru, saat
bersalaman dipagi hari
ataupun ketika pulang
sekolah anak akan
memeluk gurunya.
Ketika bersama
temanpun seperti itu,
anak menunjukkan
rasa sayangnya
dengan mencubit pipi
temannya karena
gemas atau mereka
saling menunggu saat
makan siang atau
saling membela saat
anak lain mengganggu
temannya atau ketika
makan anak akan
berbagi makanan
dengan temannya jika
temannya tidak
membawa bekal dari
rumah. Kebiasaan
berbagi sudah sering
dilakukan anak, tidak
hanya kepada teman
tetapi kepada guru.
Biasanya kebiasaan
ini diterapkan di kelas
A oleh guru. Guru
mengajarkan untuk
berbagi kepada teman
dan orang lain saat
kita memiliki
2. Anak mau
berbagi
dengan
temannya.
111
makanan lebih dan itu
menjadi kebiasaan
yang diterapkan terus
menerus.
Kebugaran
emosi
Anak tidak
mudah marah
atau menangis
saat bermain
dengan teman.
Observasi Berdasarkna
pengamatan selama
penelitian, ketika anak
bermain dengan
teman, anak tidak
mudah marah ataupun
cepat menangis tapi
itu bisa terjadi jika ada
temannya yang
memukul atau
menjahili baru anak
akan menangis.
Namun beberapa anak
memang sulit untuk
menahan amarahnya
bahkan ketika bermain
sekalipun, biasanya
ketika marah akan
langsung memukul
temannya. Tapi
sebagian besar sudah
bisa menahan amarah
ataupun tangisnya
ketika bermain
misalnya ada teman
yang memukul tiba-
tiba, anak akan diam
sejenak lalu bermain
kembali sambil
tertawa dengan
temannya. Beberapa
anak juga sudah mulai
sabar menunggu
giliran baik itu ketika
menunggu saat
bercuci tangan
ataupun melakukan
kegiatan yang
ditawarkan guru atau
saat memakai sepatu
sepulang sekolah.
Anak mulai
dapat menahan
tangisan dan
kecewa.
Observasi
Anak mulai
sabar
menunggu
giliran.
Observasi
112
Alkimia
emosi
Anak
memperlihatka
n kehati-hatian
kepada orang
yang belum
dikenal.
Observasi Berdasarkna
pengamatan selama
penelitian, ketika anak
bertemu dengan orang
yang belum dikenal,
anak akan ketakutan
dan tidak langsung
akrab tapi beberapa
anak tidak merasa
ketakutan dan malah
langsung merasa
akrab dengan orang
baru tanpa
memperlihatkan
kehati-hatian.
Sementara itu untuk
mengekspresikan
perasaannya, anak
sangat mudah
melakukannya. Ketika
anak kecewa ditinggal
orang tua saat
diantarkan dipagi hari
atau saat bertengkar
dnegan kawannya atau
ketika anak kalah
dalam lomba. Anak
dengan mudah
mengekspresikan
perasaannya. Ada juga
anak yang langsung
berbicara ketika ia
merasa kesal dan
mengadu pada guru
dan orang tuanya
begitu pula saat
merasa senang
langsung
mengungkapkan
dengan kata-kata.
Anak dapat
mengekspresik
an perasaannya
(misalnya:
marah, sedih,
gembira,
kaget).
Observasi
113
2.4. Catatan Lapangan (CL)
2.4.1. Catatan Lapangan 1
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK SAKINAH II SUKABUMI
Hari/ Tanggal : Kamis, 01 November 2018
Tempat : Aula Sekolah
Waktu : 07.30-10.30 WIB
DESKRIPSI
PUKUL KETERANGAN
07.30- 08.00 WIB Anak-anak satu persatu datang bersama orang tua dan
mengucapkan salam serta bersalaman dengan guru. Hari ini
tidak ada kegiatan belajar mengajar karena hari ini sekolah
menyelenggarakan kegiatan Maulid Nabi. Seluruh anak yang
sudah datang ke sekolah langsung naik ke aula yang berada
di lantai 2.
Ketika semua anak sudah hadir dan berkumpul di aula.
Akhirnya guru kelas dan kepala sekolah pun maju kedepan
dan bersiap-siap untuk menyampaikan pembukaan acara
“assalamualaikum warrahmatullahi wabarokaatuh” seluruh
anak dan orang tua menjawab “waalaikumsalam
warrahmatullahi wabarokaatuh” “alhamdulillah hari ini kita
melakukan, memperingati, merayakan maulid nabi. Sebelum
memulai acara mari kita berdoa dulu yuk”.
08.00-09.30 WIB Setelah berdoa, kepala sekolah mengajak anak untuk
bernyanyi dan bertepuk. Lalu setelah acara pembukaan
selesai akhirnya kepala sekolah pun mempersilahkan guru
satu persatu bercerita tentang kisah Nabi Muhammad SAW
dan apa arti perayaan maulid.
Ketika guru bercerita, anak-anak mendengarkan
114
dengan seksama. Disaat bercerita, guru meminta anak
bernyanyi bersama guru agar anak tidak mudah bosan.
setelah bernyanyi, guru melanjutkan ceritanya. Setelah
selesai bercerita, guru mulai bertanya pada anak tentang
cerita yang sudah disampaikan dan anak bersemangat untuk
menjawabnya. Setelah tanya jawab akhirnya guru
mengakhiri kegiatan dengan mempersilahkan orang tua dan
anak untuk turun dan menikmati makanan yang sudah
disiapkan di lantai 1 tepatnya di depan kelas A1.
Orang tua dan anak pun satu persatu keluar aula dan
berbaris mengambil makanan. Karena makanannya
berbentuk prasmanan jadi beberapa anak kesulitan untuk
mengambil makanan dan orang tua langsung membantu
anak mengambil makanannya tapi dengan cara mengarahkan
agar anak paham. Setelah mengambil makan, anak diminta
makan bersama teman-temannya dan memisahkan diri
dengan orang tua. Anak pun makan bersama teman-teman di
kelas masing-masing didampingi guru kelas. Sebelum
makan, anak diminta berdoa oleh ibu guru. Setelah doa
selesai anak dipersilahkan makan. Lalu setelah selesai
makan, anak diminta menyimpan piring yang sudah dipakai
ke dapur sekolah. setelah selesai semuanya anak kembali ke
aula untuk penutupan acara.
09.30.10.00 Sebelum menutup acara guru bertanya pada anak
“bagaimana kegiatan hari ini seneng semua?” anak
menjawab “seneng bu guru” guru berkata “alhamdulillah
kalau anak-anak seneng. Sebelum kita pulang ibu mau kasih
jempol buat anak-anak karena sudah rapih duduknya pas tadi
ibu guru bercerita, sudah hebat makannya dihabiskan, sudah
mantap karena membereskan piring kotornya dan sudah
semangat untuk kembali lagi ke aula” lalu salah satu anak
115
berkata “bu tadi si agak abis makannya” dan a pun
menjawab “ih kamu juga tadi sama” akhirnya guru
menghentikan perdebatan dengan berkata “sudah sudah nanti
kalau makan-makan lagi a harus habiskan makanannya ya.
Yang lain juga harus habiskan makananya. Bisa semuanya?”
anak-anak menjawab “bisa bu guru!”. Akhirnya guru pun
mengakhiri acara dan meminta anak berdoa sebelum pulang
sekolah. selesai berdoa guru meminta anak bernyanyi dna
bertepuk dan terakhir bersholawat bersama.
10.00-10.30 WIB Setelah bersholawat, anak diminta duduk dengan rapih
dan satu persatu dibolehkan pulang lalu anak bersalaman
dengan guru tidak lupa guru meminta anak berhati-hati saat
turun tangga. Orang tua sudah menunggu anak di bawah dan
anak memakai sepatunya lalu berjalan pulang bersama orang
tua.
116
2.4.2. Catatan Lapangan 2
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK SAKINAH II SUKABUMI
Hari/ Tanggal : Selasa, 05 November 2018
Tempat : Kantor pemadam kebakaran
Waktu : 07.30-10.30 WIB
DESKRIPSI
PUKUL KETERANGAN
07.30-08.00
WIB
Bel berbunyi tanda masuk kelas, peserta didik segera
berkumpul di lapangan sekolah untuk segera berbaris sesuai
dengan kelompoknya untuk berkunjung ke kantor pemadam
kebakaran. Kunjungan tersebut dalam rangka tema yang
sedang dipelajari yaitu “profesi”. Ketika berbaris kepala
sekolah bertanya “ada yang tahu hari ini kita mau kemana?”
anak menjawab “ke tempat pemadam kebakaraaaan” lalu
kepala sekolah mengatakan “iya betul! 100 buat anak-anak.
tapi sebelum berangkat kita berdoa dulu ya”. Peserta didik
berdoa sebelum belajar dan doa naik kendaraan.
Selesai berdoa kepala sekolah memberikan informasi
dengan berkata “anak-anak nanti di tempat pemadam
kebakaran tidak boleh bercanda, tidak boleh lari-larian, harus
ikutin terus bu guru ya” anak-anak menjawab “iya ibu guru”
lalu kepala sekolah mempersilahkan guru kelas untuk
mendampingi anak didiknya masing-masing menuju mobil
yang sudah disiapkan.
08.00-10.30
WIB
Peserta didik telah sampai di kantor pemadam
kebakaran, karena tempatnya yang cukup dekat dari sekolah
jadi tidak memakan waktu lama untuk sampai disana. Guru
langsung meminta peserta didik untuk segera berbaris disalah
satu lapangan yang sudah disediakan. Setelah berbaris
117
dengan rapi peserta didik disambut oleh salah satu petugas
pemadam kebakaran. Petugas pemadam kebakaran menyapa
anak “halo anak-anak, selamat pagi. Nama bapak pak
bambang. Hari ini kita akan belajar bagaimana pemadam
kebakaran bertugas. Sudah siap?” anak-anak menjawab “siap
pak”.
Petugas damkar meminta guru membawa peserta
didik menuju suatu ruangan untuk menonton film kartun
fabel tentang edukasi kebakaran. Guru mendampingi peserta
didik masuk ruangan tersebut sambil berkata “anak-anak ayo
berbaris yang rapi sesuai kelompoknya, kita akan menonton
film. Yang gak baris dengan rapi gak boleh masuk kata bapak
petugasnya egiatan diawali dengan menonton film kartun
fabel tentang edukasi kebakaran. Setelah itu petugas
pemadam kebakaran menjelaskan tentang kebakaran dan
memberikan nasihat kepada anak-anak penyebab kebakaran.
Lalu petugas berkata “anak-anak kalian tidak boleh main-
main dengan api seperti main kembang api tanpa diawasi
oleh orang tua nanti akibatnya bisa terjadi kebakaran. Paham
ya”.
Setelah mendengar edukasi tentang kebakaran, anak-
anak kemudian berbaris lagi dan mengantri untuk merasakan
semprotan air pemadam kebakaran. Kemudian anak-anak
secara bergantian menyiram tanaman dengan semprotan
pemadam. Setelah selesai menyemprot air, anak-anak
kembali mengantri untuk naik mobil pemadam kebakaran.
Setelah bergantian menaiki mobil damkar, akhirnya selesai
juga kunjungan di kantor pemadam kebakaran. Guru
meminta anak-anak untuk kembali berkumpul di lapangan
dan segera berbaris sesuai kelompok masing-masing. Guru
bertanya kepada anak-anak “tadi kita sudah belajar apa saja
118
ya? Ada yang masih ingat?” salah satu anak menjawab
“nonton bu terus nyiram tanaman terus naik mobil pemadam”
lalu guru bertanya kembali “iya betul. Ada yang inget gak
tadi bapak pemadamnya bilang kita gak boleh main-main
sama apa ya?” anak-anak menjawab “api soalnya ntar
kebakaran”.
Setelah tanya jawab tentang kegiatan yang sudah
dilakukan guru meminta anak-anak untuk tenang dan berdoa
sesudah belajar dan naik kendaraan, tidak lupa guru meminta
anak untuk berterima kasih dan mencium tangan petugas
pemadam kebakaran. Lalu guru membantu anak-anak untuk
menaiki mobil kembali ke sekolah dan langsung pulang ke
rumah masing-masing.
119
2.4.3. Catatan Lapangan 3
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK SAKINAH II SUKABUMI
Hari/ Tanggal : Kamis, 08 November 2018
Tempat : Dapur Sekolah
Waktu : 07.30-10.30 WIB
DESKRIPSI
PUKUL KETERANGAN
07.30- 08.00
WIB
Anak-anak satu persatu datang dan mengucapkan
salam serta bersalaman dengan guru. Sebelum pembelajaran
dimulai anak-anak satu persatu membaca Iqra kepada guru
kelas. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 WIB,
bel pun berbunyi tanda pembelajaran dimulai. Hari ini anak-
anak mengawali pembelajaran dengan melakukan latihan
baris berbaris di kelas masing-masing yang dipimpin oleh tiap
wali kelas. Sebelum memulai latihan baris berbaris, guru
meminta anak untuk duduk rapi ditempat masing-masing.
Guru mengajak anak untuk bernyanyi dan bertepuk lalu
setelah itu guru mengajak anak untuk berdoa sebelum belajar.
Setelah berdoa guru meminta anak untuk berdiri dan berkata
“hari ini kita akan latihan baris berbaris, ayo semuanya
berdiri” anak menjawab “iya bu”.
08.00-08.30
WIB
Setelah latihan baris berbaris guru mengajak anak
untuk minum dan duduk kembali ditempatnya masing-
masing. Selanjutnya guru memulai pembelajaran dengan
menanyakan kabar kepada anak-anak. Setelah itu guru
menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
memasak karena sesuai tema pembelajaran profesi sub tema
koki.
120
Sebelum memasak, guru kelas bertanya pada anak
“siapa yang suka makan pizza?” anak menjawab “aku bu.
Aku suka makan pizza kalau ada ayah.” Lalu ada anak
menjawab “aku suka pizza suka beli di Pusat kota” dan
temannya menimpali “ih kan di depan mesjid juga ada. Aku
mah sukanya beli disitu da sama embu” dan banyak anak
berceloteh tentang pengalamannya dan guru menanggapi
celotehan anak. setelah tanya jawab tentang pizza guru
berkata hari ini akan memasak pizza dan anak-anak terlihat
senang dan semangat. lalu guru meminta anak untuk pergi ke
dapur sekolah, disana sudah disiapkan alat dan bahan untuk
membuat pizza. Sebelum membuat pizza, guru meminta anak
untuk memakai apron yang sudah diberikan sebelumnya lalu
duduk ditempat masing-masing. Di atas meja, adonan pizza
seperti terigu, telur dan mentega, lalu guru
mendemonstrasikan cara membuat pizza. walaupun dengan
cara yang sederhana dan alat juga bahan yang sederhana
namun anak tetap semangat dan fokus mendengarkan guru
yang sedang memasak.
Setelah membuat adonan yang sudah jadi, guru
mengelompokkan sesuai kelas. Pertama yang maju kedepan
adalah kelas B1, anak-anak pun mengantri untuk
mendapatkan adonan pizza. Ada anak yang terlihat canggung,
ada juga yang terlihat tidak sabar, ada juga yang terlihat
begitu semangat mengadon. Setelah diadon, guru mengambil
alih untuk memanggang pizza yang telah dibuat anak-anak.
Sebenarnya cara memanggang pizza yang dilakukan disini
hanya menggunakan panci dan api kecil. Itu dilakukan karena
tidak ada oven disekolah. Setelah itu, anak melihat proses
memasak pizza lalu guru memberi topping pada pizza di
depan anak-anak. Setelah itu dilanjutkan oleh kelompok
121
selanjutnya yaitu kelas B2 dan anak-anak yang telah
membuat pizza terlebih dahulu bergantian mengerjakan
lembar kerja siswa yaitu mewarnai. Setelah B2
menyelesaikan pembuatan pizza, B2 pun mengerjakan lembar
kerja siswa seperti yg dilakukan B1. Dan yang terakhir adalah
B3 untuk membuat pizza dan kegiatan serupa dilakukan B3
setelah selesai membuat pizza.
08.30.09.00 Akhirnya bel bunyi istirahat, tiap guru kelas meminta
anak untuk mencuci tangan dengan mengantri dan tidak
menyerobot. Namun ada saja anak yang tidak sabaran untuk
mencuci tangan duluan tapi untungnya beberapa anak
membiarkan temannya yang menyerobot tapi ada juga yang
berkata “ih kamu mah gabisa ngantri”. Setelah mencuci
tangan, anak duduk ditempat masing-masing dan
mengeluarkan bekal makanan yang dibawanya. Sebelum
makan, guru mengajak anak untuk berdoa sebelum makan.
Setelah selesai berdoa, guru mempersilahkan anak untuk
makan. Ketika makan, beberapa anak yang tiba-tiba
menghampiri guru untuk memberikan makanannya sambil
berkata “bu cobain bu” dan guru pun mencicipi makanan
anak-anak dan berterima kasih. Setelah makan, anak diminta
untuk berdoa selesai makan baru habis itu boleh bermain
diluar. Anak pun bermain diluar, ada yang bermain ayunan,
lari-larian, mandi bola, bermain balok, perosotan, jembatan,
jungkat-jungkit dan lain sebagainya.
09.30-10.00
WIB
Bel masuk pun berbunyi, anak-anak masuk ke kelas
masing-masing. Setelah lelah bermain guru meminta anak
untuk minum sebelum berdoa pulang. Anak-anak bergegas
untuk minum. Setelah minum, anak kembali duduk ditempat
masing-masing. Ketika sudah rapi guru mengevaluasi
122
kegiatan hari ini dengan bertanya tadi sudah melakukan
kegiatan apa saja, lalu topping yang digunakan apa,
adonannya terbuat dari apa dan anak menjawab dengan
bersemangat. Lalu guru bertanya apakah senang dengan
kegiatan hari ini dan semua anak merasa senang sambil
berkata ingin membuat pizza lagi.
Setelah tanya jawab, guru mengajak anak untuk
bernyanyi sebelum pulang, lalu bertepuk dan yang terakhir
membaca doa sebelum pulang dilanjutkan doa naik
kendaraan. Setelah berdoa, guru berkata akan memulangkan
anak yang duduknya paling rapih. Semua anak langsung
duduk dengan rapih setelah mendengar instruksi dari guru,
akhirnya guru mempersilahkan satu persatu anak untuk
pulang sambil mencium tangan guru dan mengucapkan
salam.
123
2.4.4. Catatan Lapangan 4
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK SAKINAH II SUKABUMI
Hari/ Tanggal : Kamis, 15 November 2018
Tempat : SMK Pertanian Cibadak
Waktu : 07.30-10.30 WIB
DESKRIPSI
PUKUL KETERANGAN
07.30- 08.00
WIB
Anak-anak datang ke sekolah diantar oleh orang
tuanya dan masuk kelas masing-masing. Hari ini sekolah akan
berkunjung ke SMK Pertanian seperti minggu lalu saat anak
berkunjung ke kantor pemadam kebakaran karena tema yang
dipelajari masih sama yaitu “profesi” namun sub temanya
“petani”. Setelah seluruh anak berkumpul di kelas masing-
masing, guru kelas meminta anak untuk berbaris sebelum
keluar kelas. Satu persatu anak keluar dimulai dari kelas A1
sampai kelas B3. Lalu guru kelas mendampingi anak menuju
mobil yang sudah disiapkan didepan sekolah. Setelah
semuanya menaiki mobil, guru mengajak anak untuk berdoa
naik kendaraan. Setelah berdoa, mobil pun berjalan.
Diperjalanan anak-anak bernyanyi dan bertepuk dengan
gembira.
08.00-09.30
WIB
Sekitar 30 menit berlalu, akhirnya anak-anak sampai ke
tempat tujuan. Setelah sampai, guru langsung meminta anak
untuk berbaris menuju lapangan SMK Pertanian. Dilapangan
anak-anak di sambut oleh guru biologi dan tanaman. Guru
tersebut menyapa anak-anak “Assalamualaikum adik-adik.
Seneng gak bisa dateng kesini?” lalu anak-anak menjawab
“seneng” dan guru SMK pertanian berkata lagi “alhamdulillah
124
kalau adik-adik seneng. Hari ini adik-adik akan belajar cara
menanam tanaman ya. Nanti dibantu sama kakak-kakak yang
disebelah sana” sambil menunjuk anak-anak SMK Pertanian
yang berada dibelakang anak-anak TK. Guru SMK Pertanian
berkata lagi “baik terima kasih atas perhatian adik-adik
semua, semoga dapat pembelajaran yang berguna ya untuk
hari ini”.
Setelah itu, guru kelas meminta anak untuk berdoa
sebelum belajar. Selesai berdoa, tiap kelas pergi untuk
menanam tanaman dibantu oleh kakak-kakak dari SMK
Pertanian dimulai dari kelas B3. Tempat yang dikunjungi
pertama adalah rumah kaca yang berisi berbagai macam buah,
dan anak satu persatu menanam buah yaitu buah semangka.
Kakak-kakak SMK Pertanian memberikan bibit semangka dan
satu pot tanah yang sudah disiapkan agar anak dapat menanam
dengan mudah. Setelah dibantu oleh kakak-kakak, akhirnya
selesai menanam buah oleh anak kelas B3, lalu dilanjut oleh
kelas B2 sampai A1.
Lalu tempat selanjutnya adalah rumah kaca yang berisi
bunga-bunga. Disana sudah ada kakak-kakak yang
menyiapkan beberapa bunga. Setelah anak masuk ke ruangan,
kakak-kakak langsung menjelaskan bunga apa yang dipegang
oleh mereka dan memberitahu nama bunga tersebut lalu anak
mengikuti menyebutkan nama bunganya. Lalu tempat
selanjutnya adalah kandang sapi, banyak anak yang ketakutan
ketika mengunjungi kandang sapi, ada yang menolak dan
menangis tapi banyak juga anak yang berani masuk kandang
sapi. Setelah mengunjungi kandang sapi, guru mengajak anak
untuk beristirahat di aula SMK pertanian. Di aula sudah
disiapkan makan siang. Sebelum makan guru meminta anak
mencuci tangan mereka. Setelah mencuci tangan guru
125
meminta anak berdoa sebelum makan. Setelah selesai makan,
guru meminta anak-anak untuk berterima kasih kepada kakak-
kakak yang telah mendampingi selama kegiatan berlangsung.
Setelah berterima kasih, guru pun berpamitan kepada kakak-
kakak SMK Pertanian. Lalu guru mengajak anak untuk
langsung berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan
didepan aula SMK Pertanian. Sebelum berangkat, guru
meminta anak untuk berdoa naik kendaraan. Dan tidak lama
setelah itu mobil pun berjalan menuju sekolah.
10.00-10.30
WIB
Setelah sampai di TK Sakinah, anak langsung
dijemput oleh orang tua yang sudah menunggu di sekolah.
anak-anak turun dari mobil satu persatu sambil mencium
tangan ibu guru lalu pulang bersama orang tuanya.
126
2.4.5. Catatan Lapangan 5
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK SAKINAH II SUKABUMI
Hari/ Tanggal : Kamis, 22 November 2018
Tempat : Kantor Polisi
Waktu : 07.30-10.30 WIB
DESKRIPSI
PUKUL KETERANGAN
07.30- 08.00
WIB
Bel berbunyi tanda masuk kelas, peserta didik segera
berkumpul di lapangan sekolah untuk segera berbaris sesuai
dengan kelompoknya untuk berkunjung ke kantor pemadam
kebakaran. Kunjungan tersebut dalam rangka tema yang
sedang dipelajari yaitu “profesi”. Ketika berbaris kepala
sekolah bertanya “ada yang tahu hari ini kita mau kemana?”
anak menjawab “ke kantor polisi” lalu kepala sekolah
mengatakan “iya betul! Tapi sebelum berangkat kita berdoa
dulu ya”. Peserta didik berdoa sebelum belajar dan doa naik
kendaraan.
Selesai berdoa kepala sekolah memberikan informasi dengan
berkata “anak-anak nanti di kantor polisi tidak boleh
bercanda, tidak boleh lari-larian, harus ikutin terus bu guru
ya” anak-anak menjawab “iya ibu guru” lalu kepala sekolah
mempersilahkan guru kelas untuk mendampingi anak
didiknya masing-masing menuju mobil yang sudah disiapkan.
08.00-09.30
WIB
Sekitar pukul 08:15 peserta didik sudah tiba di Kantor
Polisi dan sudah siap untuk mengikuti kegiatan apel pagi
bersama jajaran bapak Polisi dan ibu Polisi Wanita. Walaupun
sedikit panas tapi peserta didik bersemangat dan berdiri tegak
mengikuti sikap polisi yang sedang apel.
127
Setelah apel pagi selesai, peserta didik pun disambut
oleh Bapak Kapolsek Cibadak yang memberikan nasihat-
nasihat kepada semua peserta didik dan juga tanya jawab
seputar Pekerjaan Polisi, kemudian Bapak Kapolsek pun
bertanya siapa yang ingin menjadi Polisi? Serentak semua
peserta didik hampir semua mengacungkan tangannya.
“Alasannya apa dek ingin menjadi Polisi? Ayoo siapa yang
punya alasan dan bisa jawab silahkan maju kedepan” kata
Bapak Kapolsek. Tak lama kemudian, salah satu peserta didik
dari Kelompok B3 langsung maju kedepan dan langsung
mengutarakan alasannya ingin menjadi polisi adalah karena
ingin menangkap penjahat. Setelah tanya jawab, bapak
kapolsek melanjutkan pembicaraan mengenai pengetahuan
tentang kegiatan polisi dan tugas-tugas yang diembannya
yakni penyampaikan tugas dan pakaian polisi, menjelaskan
rambu - rambu lalu lintas dan cara menggunakan helm yang
baik dan benar, Melaksanakan patroli dengan menggunakan
patroli KR R4 (Roda empat).
Kemudian kami diajak berkeliling mengenal
lingkungan di kantor Polisi yang dipandu oleh bapak
kapolsek, semua peserta didik bergantian melihat sel tahanan,
melihat banyak motor yang ditilang karena tidak lengkap
peralatannya dan terakhir yang paling seru yaitu semua
peserta didik diajak berkeliling di jalan raya dengan
menggunakan mobil polisi. Semua merasa bahagia dan
bangga karena bisa mencoba menjadi polisi cilik yang siap
memberantas kejahatan.
10.00-10.30
WIB
Setelah selesai berkeliling dan mendapat ilmu baru dari
kantor polisi, akhirnya guru dan anak-anak berpamitan dengan
bapak kapolsek dan berterima kasih karena telah memberikan
informasi untuk anak-anak. lalu anak-anak pun bersalaman
128
dengan bapak kapolsek dan langsung menaiki mobil menuju
sekolah lalu pulang ke rumah masing-masing.
129
2.4.6. Catatan Lapangan 6
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK SAKINAH II SUKABUMI
Hari/ Tanggal : jum’at, 30 November 2018
Tempat : Aula Sekolah
Waktu : 07.30-10.30 WIB
DESKRIPSI
PUKUL KETERANGAN
07.30-08.00
WIB
Anak-anak satu persatu datang bersama orang tua dan
mengucapkan salam serta bersalaman dengan guru. Hari ini
tidak ada kegiatan belajar mengajar karena hari ini sekolah
menyelenggarakan kegiatan perayaan gebyar muharam.
Seluruh anak yang sudah datang ke sekolah langsung naik ke
aula yang berada di lantai 2.
Ketika semua anak sudah hadir dan berkumpul di aula.
Akhirnya guru kelas dan kepala sekolah pun maju kedepan
dan bersiap-siap untuk menyampaikan pembukaan acara
“assalamualaikum warrahmatullahi wabarokaatuh” seluruh
anak dan orang tua menjawab “waalaikumsalam
warrahmatullahi wabarokaatuh” lalu guru melanjutkan
“sebelum memulai acara mari kita bernyanyi sama-sama biar
anak-anak semangat!” akhirnya anak bernyanyi kalau kau
senang hati dan bertepuk. Setelah bernyanyi guru meminta
anak untuk berdoa sebelum belajar dan membaca surat al-
fatihah.
08.00-10.00
WIB
Setelah berdoa, kepala sekolah mempersilahkan guru
untuk berceramah tentang tema gebyar kali ini yaitu peduli
pada sesama. Guru pun maju ke depan anak-anak dan
memulai berceramah. Setelah selesai berceramah guru
berkata pada anak-anak “anak-anak masih semangat ga?”
130
anak-anak menjawab “masiiiihh” lalu guru melanjutkan
“coba ibu liat semangatnya, sakinah II?” lalu anak menjawab
“YES!” guru melanjutkan “sakinah II?” dan anak menjawab
“SEMANGAT!”. setelah memastikan anak masih semangat,
guru berkata pada anak-anak sebentar lagi akan ada kegiatan
lomba menghafal surah yang diikuti oleh kelas A dan B.
Masing-masing kelas menghafalkan beberapa Surah dalam
Juz 30.
Kegiatan lomba dilakukan dibeda tempat. Untuk kelas
A diadakan di kelas A1 dan untuk kelas B dilakukan di kelas
B1. Untuk juri yang menilai penampilan kelas A adalah
kepala sekolah dan kelas B adalah guru kelas A2. Acara
berlangsung dengan meriah, anak-anak menghafal surah
dengan pelafalan yang cukup baik. Setelah semuanya maju
kedepan untuk menghafal surah waktunya sekarang untuk
menentukan pemenang lomba. Tapi pengumuman dilakukan
di aula sekolah. anak-anak diminta kembali ke aula untuk
mengumumkan pemenang. Setelah anak berkumpul di aula,
guru mengumumkan pemenang untuk lomba menghafal
surah kelas B adalah S dan kelas A adalah N.
Setelah mengumumkan pemenang lomba, guru
memberikan hadiah pada anak dan orang tua maju kedepan
untuk memberikan hadiah tersebut pada anak sambil memuji
anak karena telah berhasil memenangkan lomba. Setelah itu
guru mempersilahkan orang tua dan anak untuk makan di
lantai 1.
10.00-10.30
WIB
Orang tua dan anak pun mengambil makanan di lantai
1 lalu makan di kelas masing-masing. Setelah makan, seperti
biasa piring yang sudah digunakan disimpan di dapur
sekolah. sesudah itu anak dan orang tua kembali ke aula
untuk penutupan. Setelah berkumpul semuanya kepala
131
sekolah menutup acara dan meminta anak berdoa pulang
sekolah dan naik kendaraan. Lalu setelah berdoa kepala
sekolah mengajak anak bernyanyi dan bertepuk. Setelah itu,
kepala sekolah mempersilahkan anak dan orang tua pulang ke
rumah. Lalu anak bersalaman dengan guru sambil
mengucapkan salam dan pulang bersama orang tua.
132
2.4.7. Catatan Lapangan 7
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK SAKINAH II SUKABUMI
Hari/ Tanggal : Rabu, 05 Desember 2018
Tempat : Gedung Juang Cibadak
Waktu : 07.30-13.00WIB
DESKRIPSI
PUKUL KETERANGAN
07.30-08.00
WIB
Bel berbunyi tanda masuk kelas, peserta didik segera
berkumpul di lapangan sekolah untuk segera berbaris sesuai
dengan kelompoknya untuk mengikuti lomba yang berada di
gedung juang cibadak. Lomba ini diselenggarkaan oleh
pemerintah kelurahan cibadak yang disponsori oleh
Morinaga. Ketika berbaris kepala sekolah bertanya “ada yang
tahu hari ini kita mau kemana?” anak menjawab “lomba bu
lomba” lalu kepala sekolah mengatakan “pintar. tapi sebelum
berangkat kita berdoa dulu ya supaya nanti diperjalanan
selamat dan lombanya menang”. Peserta didik berdoa
sebelum belajar dan doa naik kendaraan.
Selesai berdoa kepala sekolah memberikan informasi
dengan berkata “anak-anak nanti di tempat lomba tidak boleh
bercanda, tidak boleh lari-larian, harus ikutin terus bu guru
ya” anak-anak menjawab “iya ibu guru” lalu kepala sekolah
mempersilahkan guru kelas untuk mendampingi anak
didiknya masing-masing menuju mobil yang sudah disiapkan.
08.00-13.00
WIB
Peserta didik telah sampai di gedung juang cibadak,
karena tempatnya yang cukup dekat dari sekolah jadi tidak
memakan waktu lama untuk sampai disana. Guru langsung
meminta peserta didik untuk segera masuk ruangan yang
sudah dipersiapkan oleh panitia. Sebelum dimulai acara,
133
ketua panitia acara menyampaikan sambutan sambil
meresmika acara lomba yang akan diadakan. Setelah acara
pembukaan, panitia meminta guru untuk mendampingi anak-
anak yang mengikuti lomba supaya masuk ke ruang masing-
masing. Anak-anak yang mengikuti lomba fashion show
masuk ke ruang rias bersama guru kelas A dengan membawa
alat make up dan pakaian yang sudah dibawa dari sekolah.
sementara anak-anak yang mengikuti lomba mewarnai
didampingi oleh guru kelompok B sambil membawa meja
dan pensil warna yang dibawa masing-masing anak.
Tidak lama, acarapun dimulai. Untuk mewarnai sudah
dimulai beberapa saat yang lalu, sementara lomba fashion
show baru akan dimulai. Acara fashion show pun dimulai
dengan anak-anak yang mengikuti lomba berputar
mengelilingi panggung. Setelah itu mereka dipanggil sesuai
dengan nomor peserta yang sudah didapatkan sejak awal
mendaftar. Untuk TK Sakinah II mendapat nomor urut 17.
Setelah beberapa nomor dipanggil dan tampil, akhirnya
giliran TK Sakinah II maju untuk tampil. Anak tampil dengan
baik diiringi lagu sunda walaupun sedikit bingung tapi anak
menyelesaikan penampilan dengan baik.
Setelah lomba fashion show selesai, tidak lama lomba
mewarnai pun juga selesai. Guru mengumpulkan anak-anak
diruangan utama untuk makan siang. Setelah makan siang,
guru mengajak anak untuk pulang kerumah karena
pengumuman pemenang baru akan diumumkan beberapa hari
kemudian. Anak-anak akhirnya naik mobil dan pulang
kerumah masing-masing diantarkan oleh guru.
134
2.4.8. Catatan Lapangan 8
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK SAKINAH II SUKABUMI
Hari/ Tanggal : Rabu, 12 Desember 2018
Tempat : Taman Safari
Waktu : 07.30-10.30 WIB
DESKRIPSI
PUKUL KETERANGAN
05.00-08.00
WIB
Hari ini TK Sakinah II akan melaksanakan study tour
ke Taman Safari. Kegiatan ini merupakan momen istimewa
yang sudah ditunggu-tunggu oleh anak-anak. Hampir sebulan
sebelumnya anak-anak sudah bolak-balik menyebut tentang
rencana tur tersebut kepada guru. Sekitar pukul 05.00 subuh
rombongan TK sakinah II pun berangkat ke taman safari.
Perjalanan subuh ini ditempuh karena ingin menghindari
macet dan jarak yang jauh dari cibadak. Setiap murid
bepergian dengan didampingi satu atau dua orang anggota
keluarganya. Sementara itu guru-guru sibuk mengecek
kembali semua perlengkapan yang diperlukan selama
darmawisata. Bus dibagi menjadi 2 dan masing-masing bus
dipandu oleh 3 guru. Selama diperjalanan guru mengajak
anak dan orang tua berdoa terlebih dahulu. Setelah itu acara
diisi dengan sumbangan lagu dari anak-anak. Ibu guru
memanggil murid-murid secara acak dan bergantian. Ada
yang malu-malu tidak mau maju, ada yang berani dan
langsung ke depan tanpa beban, ada juga yang tidak berhenti
bernyanyi.
08.00-10.00
WIB
Bus melaju dengan lancar. Pintu masuk lokasi wisata
sudah terlihat, papan besar bertuliskan Taman Safari serta
135
patung-patung satwa terpampang jelas ketika sudah berada di
mulut objek wisata. Sontak anak-anak bersorak, "horee udah
mau sampe".
Jarak dari gerbang masuk sampai loket pembelian tiket
cukup jauh dan jalurnya sempit. Proses registrasi rombongan
ternyata memakan waktu lama. Rombongan dipersilahkan
berhenti menunggu di halaman parkir yang sangat luas.
Anak-anak mengira sudah sampai dan ingin cepat-cepat
turun.
Tiket sudah beres, kami pun sampai di wahana
permainan di taman safari lalu guru menginstruksikan orang
tua untuk menemani anaknya karena guru mengalami
kesulitan mengatur seluruh anak pada saat di luar sekolah.
Disana anak melihat berbagai macam permainan dan guru
mengizinkan anak untuk bermain namun orang tua wajib
menemani anak dikarenakan permainan yang ada tidak
semuanya aman dimainkan oleh anak-anak, sehingga
membutuhkan pengawasan orang tua agar anak bisa berhati-
hati dalam bermain.
10.00.13.00
WIB
Anak-anak bermain permainan yang disukainya.
Beberapa anak bermain sendiri tapi orang tua tetap
mengawasi hanya tidak ikut menaiki wahana permainan. Tapi
banyak orang tua yang ikut menaiki wahana permainan
bersama anak untuk menjaga anak. anak-anak terlihat senang
saat menaiki wahana permainan. beberapa saat kemudian,
guru memberitahukan orang tua untuk mengambil makanan
di mushola. Setelah menerima makanan, orang tua pun makan
bersama anak-anak. setelah makan, anak pun melanjutkan
bermain permainan yang ada di taman safari tapi sebagian
anak beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan
menaiki permainan.
136
13.00-16.00
WIB
Ketika waktu sudah sore, guru memberitahukan orang
tua untuk segera bergegas bersiap-siap untuk pulang.
Ditakutkan ada barang bawaan yang tertinggal jadi dimohon
untuk mengecek kembali barangnya. Setelah orang tua
memeriksa barangnya lalu rombongan pun menaiki bus
masing-masing. Didalam bus guru menginstruksikan untuk
membaca doa naik kendaraan. Setelah berdoa, bus pun
berlaju untuk pulang ke sukabumi. Karena anak sudah
kelelahan di dalam bus semuanya tertidur pulas sampai
tujuan.
137
2.4.9. Catatan Lapangan 9
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK SAKINAH II SUKABUMI
Hari/ Tanggal : Jum’at, 15 Desember 2019
Tempat : Aula Sekolah
Waktu : 09.30-10.00 WIB
DESKRIPSI
PUKUL KETERANGAN
07.30-
08.00 WIB
Sekitar pukul 09.30 orang tua dan anak sudah datang ke
sekolah untuk pembagian raport. Hari ini anak bebas
menggunakan pakaian apapun. Anak dan orang tua langsung naik
menuju ruang aula yang berada di lantai 2 sekolah. setelah masuk,
anak bersalaman dengan guru lalu duduk sesuai kelompoknya
masing-masing. Setelah semua anak berkumpul, kepala sekolah
pun memulai acara dengan mengucapkan salam dan
menyampaikan ucapan syukurnya karena kegiatan sekolah telah
selesai selama 1 semester ini. Kepala sekolah juga menjelaskan
perkembangan yang terjadi pada anak dari mulai awal masuk
apalagi perubahan jelas terjadi pada anak kelas A. Anak kelas A
yang awalnya tidak bisa ditinggal orang tua kini sedikit demi
sedikit bisa ditinggal. Anak juga mulai tertib menjalankan tata
tertib sekolah. setelah ucapan syukur, kepala sekolah akhirnya
mempersilahkan guru kelas untuk membagikan raport kepada
orang tua. Tiap guru kelas memanggil nama anak dan orang tua
yang maju untuk mengambil raport. Ketika berbincang dengan
orang tua, guru menjelaskan perkembangan yang terjadi pada
anak. apa saja yang harus ditingkatkan nanti disemester
selanjutnya.
Setelah orang tua mendapatkan raport anaknya, lalu kepala
138
sekolah meminta orang tua dan anak untuk bersalaman bersama
guru-guru. Sambil mengantri, orang tua dan anak bersalaman
dengan guru dan kepala sekolah, walaupun beberapa anak merasa
tidak sabar untuk menunggu saat bersalaman tapi orang tua
membujuk anak untuk sabar menunggu sambil terus mengajak
anak mengobrol agar melupakan rasa bosannya. Setelah semua
bersalaman, orang tua dan anak pun pulang. Kegiatan semester
ganjil ini selesai dengan baik.
139
2.4.10. Catatan Lapangan 10
CATATAN LAPANGAN
PROSES PEMBELAJARAN DI TK SAKINAH II SUKABUMI
Hari/ Tanggal : Sabtu, 22 Desember 2018
Tempat : Perpustakaan Sekolah
Waktu : 08.30-10.00 WIB
DESKRIPSI
PUKUL KETERANGAN
08.30-09.00
WIB
Walaupun kegiatan sekolah sudah ditutup minggu lalu
dengan pembagian raport, namun pihak sekolah ingin
merayakan hari ibu yang bertepatan hari ini dengan
mengundang orang tua dan anak ke sekolah. undangan sudah
disampaikan kemarin lewat chat di Grup Whatsapp oleh
masing-masing guru kelas. Pagi-pagi anak-anak sudah datang
bersama orang tua. Satu persatu anak dan orang tua masuk
ruang aula sekolah yang berada di lantai 2. Setelah masuk
mereka duduk sambil menunggu yang belum hadir.
09.00-10.00
WIB
Sekitar pukul 08:00, seluruh anak dan orang tua sudah
berkumpul. Lalu kepala sekolah berdiri di depan orang tua dan
anak yang duduk dihadapannya. Pertama-tama kepala sekolah
mengucapkan salam “Assalamualaikum, alhamdulillah hari ini
mama-mama dan anak-anak bisa hadir di acara hari ibu yang
diadakan sekolah. maaf yaaa mama-mama dan anak-anak
mengganggu waktu liburannya. Tapi kami dari TK Sakinah II
ingin mama dan anak punya lebih banyak kenangan manis
lewat kegiatan ini. Hari ini Insya Allah akan ada beberapa
kegiatan seperti yang sudah disampaikan kemarin yaitu akan
ada kegiatan pemberian bunga oleh anak kepada orang tua.
Lalu sungkeman kepada orang tua dan euh... memberikan
140
surat untuk mama, mari kita mulai acara ini dengan
mengucapkan basmallah”. Semua mengucapkan
“bismillahirrahmaanirrahiim”.
Setelah mengucapkan basmallah, dimulailah acara
sukmenan. Acara sungkeman dipimpin oleh guru kelas B3 dan
anak sungkeman pada orang tua. Karena terlalu terbawa
suasana banyak orang tua yang menangis terharu dan anak
juga ikut menangis. Beberapa anak memeluk orang tua sambil
menangis. Suasana haru menyelimuti sekolah sakinah II.
Setelah acara sungkeman selesai, lalu anak diberikan bunga
oleh guru dan anak dipersilahkan memberikan bunga kepada
orang tua dan sepucuk surat yang sudah dibuat seminggu yang
lalu oleh anak. orang tua pun membuka isi surat tersebut dan
merasa terharu. Setelah rangkaian acara dilaksanakan
waktunya untuk menutup acara. Kepala sekolah menutup
acara dengan mengucapkan terima kasih kepada anak dan
orang tua yang mau meluangkan waktunya dalam perayaan
ini. Kepala sekolah mempersilahkan orang tua dan anak untuk
pulang. Lalu anak dan orang tua pun pulang dan tidak lupa
berpamitan dahulu kepada guru dan kepala sekolah.
141
2.5. Reduksi Instrumen
REDUKSI INSTRUMEN PENELITIAN
OBSERVASI TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DALAM
PERKEMBANGAN EMOSI ANAK DI TK SAKINAH II SUKABUMI
No. Peran Pola Asuh Orang Tua dalam
Perkembangan Emosi Anak
Kode
1. Orang tua mampu membimbing dan
mengarahkan agar anak dapat
mematuhi aturan orang tua.
KK/CW 3, SS/CW 1, ES/CW
8, HS/CW 5, NH/CW 4,
SI/CW 2, L/CW 7, SA/CW 6,
HS/CL 1, ES/CL 8, Gambar
4.1, Gambar 4.2.
2. Orang tua memberi kesempatan pada
anak untuk mengungkapkan
perasaannya
HS/CW 5, KK/CW 3,
NH/CW 4, SA/CW 6, L/CW
7, ES/CW 8, NH/CL 8, L/CL
10, Gambar 4.3, Gambar 4.4.
3. Orang tua memberikan reward dan
pujian ketika anak berbuat baik atau
berprestasi.
NH/CW 4, L/CW 7, ES/CW
8, HS/CW 5, SS/CW 1,
SA/CW 6, HS/CL 9, ES/CL
6, Gambar 4.5, Gambar 4.6.
4. Orang tua memberikan kesempatan
pada anak untuk mengekspresikan
emosi ketika marah, senang ataupun
sedih.
NH/CW 4, SA/CW 6, SS/CW
1, L/CW 7, ES/CW 8,
HS/CW 5, SA/CL 8, SA/10,
Gambar 4.7, Gambar 4.8.
5. Orang tua mampu melatih kesabaran
anak
L/CW 7, SS/CW 1, SI/CW 2,
ES/CW 8, SA/CW 6, HS/CW
5, NH/CL 8, L/CL 10 Gambar
4.9, Gambar 4.10.
142
DOKUMENTASI 3
CATATAN DOKUMENTASI
Dokumentasi Kegiatan Maulid Nabi SAW
Gambar 1. Foto anak-anak saat maulid nabi Gambar 2. Foto para guru saat maulid
nabi
Gambar 3. Para orang tua mempersiapkan
makanan
Gambar 4.1 Membimbing Anak
Mengambil Makan dengan Tangan
Kanan
Gambar 4. Anak-anak makan bersama di
kelas masing-masing.
143
CATATAN DOKUMENTASI
Dokumentasi Kegiatan Mengunjungi Kantor Pemadam Kebakaran
Gambar 5. Anak mendengar informasi
yang disampaikan petugas
Gambar 6. di depan mobil damkar
Gambar 7. saat menaiki mobil damkar Gambar 8. saat menyemprot bunga
dengan selang damkar
Gambar 9. foto bersama petugas
pemadam kebakaran
144
CATATAN DOKUMENTASI
Dokumentasi Kegiatan Memasak
Gambar 10. Guru merapikan barisan
anak-anak
Gambar 11. Guru memulai membuat
pizza
Gambar 12. Guru mempraktekkan
membuat pizza
Gambar 13. Anak mencoba membuat
adonan pizza
Gambar 14. Guru memberitahu cara
memasak pizza
Gambar 15. Foto saat selesai membuat
pizza
145
CATATAN DOKUMENTASI
Dokumentasi Kegiatan Mengunjungi Kantor Polisi
Gambar 16. Guru mengarahkan anak
untuk berbaris
Gambar 17. Berfoto dengan pak
polisi
Gambar 18. Saat anak maju kedepan
untuk mendemonstrasikan arahan pak
polisi
Gambar 19. Berfoto saat beristirahat
Gambar 20. Saat didepan kantor polisi Gambar 21. Foto dengan pak polisi
saat pulang
146
CATATAN DOKUMENTASI
Dokumentasi Kegiatan Mengunjungi SMK Pertanian Cibadak
Gambar 22. Berfoto dengan guru
biologi dan pertanian.
Gambar 23. Saat masuk rumah kaca
yang berisi banyak tanaman.
Gambar 24. Saat mengamati berbagai
bunga.
Gambar 25. Guru mendampingi anak
memetik sayur.
Gambar 26. Berfoto setelah memetik
sayur.
Gambar 27. Anak-anak beristirahat di
Aula SMK Pertanian.
147
CATATAN DOKUMENTASI
Dokumentasi Perayaan Tahun Baru Islam
Gambar 28. Anak-anak lomba
membaca do’a di kelas masing-masing
Gambar 29. Pengumuman pemenang
lomba dan ceramah guru.
Gambar 4.6 Memberikan reward pada
anak saat lomba.
Gambar 30. Anak-anak bersalaman
dengan orang tua dan guru.
Gambar 31. Saat akan makan bersama Gambar 32. Berfoto bersama
148
CATATAN DOKUMENTASI
Dokumentasi Kegiatan Lomba bersama Morinaga
Gambar 33. Persiapan
sebelum naik ke panggung
Gambar 34. Ketika berada di panggung
Gambar 35. Ketika maju
lomba fashion show
Gambar 36. Sebelum dimulai lomba mewarnai
Gambar 37. Ketika dimulai
lomba mewarnai
149
CATATAN DOKUMENTASI
Dokumentasi Tamasya ke Taman Safari
Gambar 38. Menonton atraksi harimau Gambar 39. Menaiki berbagai macam
wahana permainan
Gambar 4.2 mengarahkan dan
memberikan kepercayaan kepada anak
untuk bermain.
Gambar 4.3 menanggapi anak saat
bercerita.
Gambar 4.7 mendengarkan anak
berbicara karena lelah dan senang
setelah bermain.
Gambar 4.9 meminta anak sabar
menunggu giliran
150
CATATAN DOKUMENTASI
Dokumentasi Kegiatan Pembagian Raport
Gambar 40. Pemberian raport kepada
anak
Gambar 41. Bersalaman antara orang
tua anak dan guru
Gambar 4.5. memberikan reward berupa pujian pada anak
Gambar 42. Berpamitan
Gambar 4.10. meminta anak untuk
sabar berbaris menunggu giliran
berpamitan.
151
CATATAN DOKUMENTASI
Dokumentasi Kegiatan Hari Ibu
Gambar 43. Guru menjelaskan
pentingnya menghormati Ibu
Gambar 44. Anak sungkeman kepada
orang tua
Gambar 4.8. memberikan kesempatan
pada anak untuk mengungkapkan
perasaannya
Gambar 45. Anak bersiap memberikan
bunga untuk Ibu
Gambar 4.4. menerima surat yang sudah
dibuat anak tentang isi hatinya.
Gambar 46. Orang tua dan anak
berpamitan dengan guru
152
LEMBAR REFERENSI
Nama : Dinda Tiara
NIM : 11140184000019
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul Skripsi : Peran Pola Asuh Orang Tua dalam Perkembangan Emosi Anak di
TK Sakinah II Sukabumi
No
Judul dan Halaman Buku
Paraf
Pembimbing
I
Pembimbing
II
BAB I
1. Nasrun Faisal, Pola Asuh Orang Tua
Dalam Mendidik Anak Di Era Digital,
An-Nisa’ Volume Ix Nomor 2 Desember
2016, h. 127
2. https://www.motherandbaby.co.id/articl
e/2015/12/40/5489/Pola-Asuh-yang-
Paling-Banyak-Dianut-Orangtua diakses
pada hari minggu, 08 April 2018 pukul
09.46.
3. Ibid.
4. Eli Rohaeli Badria, Wedi Fitriana, Pola
Asuh Orang Tua Dalam
Mengembangkan Potensi Anak Melalui
Homeschooling Di Kancil Cendikia,
Jurnal Comm-Edu, Volume 1 Nomor 1,
Januari 2018, h. 4.
5. http://lifestyle.bisnis.com/read/2015092
2/236/474930/kpai-anak-indonesia-
butuh-pengasuhan-berkualitas diakses
pada hari minggu, 08 April 2018 pukul
10:01.
6. Ibid.
7. http://www.intipesan.com/sp-2687/
diakses pada hari minggu, 08 April 2018
pukul 10:01.
8. http://www.beritasatu.com/anak-bunuh-
diri/42559-komnas-pa-tahun-2011-6-
153
balita-meninggal-akibat-upaya-bunuh-
diri.html. Diakses pada tanggal 07
Februari 2018 pukul 08.14 WIB
9. Ibid.
10. http://www.beritasatu.com/anak-bunuh-
diri/42564-kasus-anak-bunuh-diri-
akibat-tayangan-tv.html Diakses pada
tanggal 07 Februari 2018 pukul 08.14
WIB
11. Ibid.
12. Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini
dan Strategi Pengembangannya,
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 4.
13. Elizabeth B. Hurlock, Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta:
Penerbit Erlangga), h. 118.
14. John W. Santrock, Perkebangan Anak,
Edisi Ketujuh, Jilid Dua, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2007), h. 20.
15. Ibid.
16. Taman Kanak-kanak Sakinah II
BAB II
1. Mashar, op. cit., h. 50.
2. http://artikelpokjajogja.blogspot.com/20
16/10/pola-pengasuhan-anak.html
diakses pada tanggal 28 Juli 2018 pada
pukul 05:20.
3. Florentinus Christian Imanuel, Peran
Kepala Desa dalam Pembangunan di
Desa Budaya Sungai Bawang
Kecamatan Muara Badak Kab. Kutai
Kartanegara, eJournal Ilmu
Pemerintahan, Volume 3, Nomor 2,
2015, h. 1184-1185.
4. Abdul Wahib, Konsep Orang Tua dalam
Membangun Kepribadian Anak, Jurnal
Paradigma, Volume 2, Nomor 1, 2015, h.
2
154
5. Muslima, Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Kecerdasan Finansial Anak,
International Journal of Child and
Gender Studies 2015, Vol. 1, No. 1,h. 86.
6. Ibid.
7. Ahmad Susanto, Bimbingan &
Konseling di Taman Kanak-kanak
(Yogyakarta: PrenadaMedia, 2015) h.
26.
8. Nasrun Faisal, op. cit., h. 127.
9. Badria, Fitriana, loc. cit.
10. Nilam Widyarini, Relasi Orangtua &
Anak, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2013), h. 11.
11. Listia Fitriyani, Peran Pola Asuh Orang
Tua dalam Mengembangkan
Kecerdasan Emosi Anak, Lentera Vol.
Xviii, No. 1, Juni 2015, h. 105
12. Rabiatul Adawiah, Pola Asuh Orang
Tua dan Implikasinya terhadap
Pendidikan Anak: Studi pada
Masyarakat Dayak di Kecamatan
Halong Kabupaten Balangan, Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan: Volume
7, Nomor 1, Mei 2017, h. 36-37.
13. https://id.theasianparent.com/tipe-pola-
asuh-anak/ diakses pada tanggal 22 april
2018 pada pukul 19:03.
14. Desmita, Psikologi perkembangan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), h. 4
15. M. Darwis Hude, Emosi, (Penerbit
Erlangga, 2006), h. 54-55
16. Kris H. Timotius, Otak dan Perilaku,
(Yogyakarta: ANDI, 2018), h. 158.
17. Desmita, Op. cit., h. 116
18. Putu Yudari Pratiwi dan I.G.A.P. Wulan
Budisetyani, Emosi dan Penggunaan
Warna Dominan Pada Kegiatan
Mewarnai Anak Usia Dini, Jurnal
155
Psikologi Udayana 2013, Vol. 1, No. 1,
h. 161.
19. Ali Nugraha, Metode Pengembangan
Sosial Emosional, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), h. 8.4
20. Fitriyani, Op. cit., h. 99-100.
21. https://dosenpsikologi.com/tahap-
perkembangan-emosi-anak di akses pada
hari senin 18 Juni 2018 pukul 19:27
22. Mashar, op. cit., h. 26
23. Nugraha, op. cit., h. 11.2-11.6.
24. https://abiummi.com/5-peran-pola-asuh-
orang-tua-terhadap-kecerdasan-emosi-
anak/ diakses pada tanggal 25 September
2018 pada pukul 07.33.
25. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, h. 43-44
BAB III
1. Nana Syaodih Sukmadinata.Metode
Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rosda,
2011), h. 60
2. Lexy J. Moelong.Penelitian Kualitatif
Edisi Revisi. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 4
3. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 140.
4. Pedoman Penulisan skripsi, (Jakarta:
UIN Jakarta, 2015), h. 46
5. Nana Syaodih Sukmadinata.Metode
Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rosda,
2011), h. 252
6. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 85
7. Ibid.,h. 215.
156
8. Nana Syaodih Sukmadinata.Metode
Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rosda,
2011), h. 216
9. Lexy J. Moelong.Penelitian Kualitatif
Edisi Revisi. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 186
10. Ibid, h. 233.
11. Ibid, h. 233-234.
12. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 231
13. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 145
14. Ibid.,h. 138.
15. Nana Syaodih Sukmadinata. Metode
Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rosda,
2011), h. 221
16. Christine Daymon, Immy Holloway,
Metode-metode Riset Kualitatif dalam
Public Relations dan Marketing
Communications, (Yogyakarta: Penerbit
Bentang, 2008), h, 210.
17. Ibid, h. 223.
18. Ibid, h. 223.
19. Ibid, h. 223-224.
20. Ibid, h. 246.
21. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 247
22. Pedoman Penulisan skripsi, (Jakarta:
UIN Jakarta, 2015), h. 53
23. Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitbatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 249.
24. Ibid., h. 252
25. Nana Syaodih sukmadinata, Metode
Penelitian Pendidikan, (Bandung:
Rosda, 2007) Cet. III, h. 104
157
BAB IV
1. KurikulumTK Sakinah II Sukabumi,
(Sukabumi: Dokumen 1, 2017).
2. Ibid.
3. Jailani, Teori Pendidikan Keluarga dan
Tanggung Jawab Orang Tua dalam
Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal
Pendidikan Islam 2014, Vol. 8, No. 2, h.
256.
4. https://lenterakecil.com/teori-belajar-
sosial-menurut-bandura/ di akses pada
tanggal 18 Februari 2019 pada pukul
18:42.
5. http://nova.grid.id/read/07655865/banya
k-manfaatnya-ini-cara-mudah-ajari-
anak-tunjukkan-rasa-sayang-pada-
orangtua?page=all di akses pada tanggal
18 Februari 2019 pada pukul 12:33.
6. Amirulloh Syarbini, Mencetak Anak
HEBAT, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2014), h. 190.
7. http://www.jurnalasia.com/opini/memb
udayakan-memberikan-penghargaan-
dalam-mendidik/ di akses pada tanggal
19 Februari 2019 pada pukul 06:40.
8. Amaryllia Puspasari, Emotional
Intelligent Parenting & Relationships,
(Jakarta: Elex Media Komputindo,
2009), h. 14.
9. Rini Utami Aziz, Anak Berbohong,
(Solo: Tiga Serangkai, 2006), h. 9.
10. Amaryllia Puspasari, loc. cit.
11. Seto Mulyadi, Cerdas Emosi: Membantu
Anak Balita Mengelola Amarahnya,
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h. 35.
12. https://hellosehat.com/parenting/perkem
bangan-balita/cara-melatih-kesabaran-
anak/ di akses pada tanggal 20 Februari
2019 pada pukul 05:20.
158
Yang Mengesahkan
Pembimbing 1
Maila Dinia Husni Rahiem, Ph.D.,M.A
NIP. 19780314200604 2 002