065-arif

15
lm MAKALAH DAMPAK LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI MINERAL DI INDONESIA Tugas Teknologi Manajemen Kewirausahaan Oleh Nama : Muhammad Arif NPM : 270110130065 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI 2014 UNPAD SUMEDANG

Upload: muhammad-arif

Post on 03-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Tugas Kuliah

TRANSCRIPT

  • lm

    MAKALAH DAMPAK LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI

    MINERAL DI INDONESIA

    Tugas Teknologi Manajemen Kewirausahaan

    Oleh

    Nama : Muhammad Arif

    NPM : 270110130065

    FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

    2014

    UNPAD

    SUMEDANG

  • Kata Pengantar

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Alhamdulilah hirabilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah

    swt, shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Ucapan

    terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam

    menyelesaikan makalah yang berjudul Indonesia sebagai penghasil bahan mentah dan upaya

    memberikan nilai tambah.

    Dengan dibuatnya makalah ini semoga memberikan pengetahuan mengenai salah satu

    mitos di daerah Sumedang. Akhir kata penulis ucapkan wa sallam.

    Sumedang, 17 November 2014

    Muhammad Arif Syaripuddin

  • BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Indonesia memiliki potensi Sumber Daya Alam yang melimpah khususnya untuk sumber

    daya industri mineral. Kekayaan alam yang melimpah ini telah diolah secara intensif dari

    tahun ke tahun baik oleh perusahaan dalam negeri maupun perusahaan asing. Proses

    eksplorasi dan eksploitasi tersebut terdapat efek samping yang cukup signifikan terhadap

    lingkungan. Maka dari itu dampak indsutri mineral terhadap lingkungan harus dikaji secara

    lebih baik.

    1.2 Manfaat

    Manfaat dibuatnya makalah ini agar mengetahui dampak lingkungan perusahaan industri

    mineral.

    1.3 Tujuan

    Mahasiswa mengetahui dampak negatif perusahaan tambang terhadap lingkungan

    Mahasiswa mengetahui konsep pengelolaan lingkungan

    Mahasiswa mengetahui apa itu Asam Air Tambang

    1.4 Rumusan Masalah

    a. Dampak negatif perusahaan tambang terhadap lingkungan

    b. Contoh pengelolaan dampak lingkungan oleh perusahaan tambang

    c. Apa itu Asam Air Tambang

    d. Bagaimana solusi Asam Air Tambang

  • BAB II ISI PEMBAHASAN

    1. Dampak Negatif Industri Mineral Terhadap Lingkungan

    Tidak bisa ditampikkan bahwa kehadiran perusahaan pada suatu daerah akan

    membawa angin segar bagi perkembangan daerah tersebut. Harapan akan peningkatan taraf

    hidup menjadi harapan penduduk sebagai dampak kehadiran perusahaan. Baik terkena

    dampaknya secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga peran perusahaan dirasa

    memiliki peranan yang cukup tinggi terhadap perkembangan daerah dalam segi ekonomi dan

    sosial. Tapi juga tidak dapat dipungkiri dampak negatifnya terhadap daerah.

    Contohnya perusahaan-perusahaan tambang yang melakukan eksploitasi seperti di

    Kalimantan, Sumatra, Irian Jaya dan lainnya. Tidak terbayangkan oleh kita dampak ke depan

    yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut jika sudah tidak beroperasi lagi. Dampak

    ekonomi, sosial maupun lingkungan yang terkena imbasnya secara langsung akibat

    operasional pertambangan.

    Entah bagaimana bentuk medan hasil operasional pertambangan mereka. Kawasan

    yang dulunya dipenuhi pepohonan kini musnah, hanya tinggal hamparan tanah kosong yang

    tandus. Gunung-gunung yang pernah berdiri dengan kokoh kini hanya sebuah lubang laksana

    lautan yang kering tak terisi air, tunduk di bawah alat-alat berat yang menggerogoti tubuhnya

    dengan cakarnya yang besar dan tajam, diinjak-injak mobil-mobil pengangkut mineral-

    mineral hasil bumi.

    Mungkin bayangan seperti itu jarang terlintas dalam benak mereka yang merasakan

    dampak kehadiran perusahaan, atau lebih sedihnya lagi jika tidak pernah terpikirkan oleh

    mereka walau sedetik pun. Karena dibungkam uang yang mengisi kocek mereka setiap bulan,

    barang-barang mewah yang kini mengisi rumah mereka dan pakaian yang menghiasi tubuh

    mereka yang dulunya lusuh.

    Sesungguhnya, hal-hal negatif yang akan terjadi akibat operasional pertambangan

    dapat diminimalisir sedini mungkin jika ada antisipasi dari awal. Hendaknya pemerintah

    daerah maupun organisasi masyarakat dapat menekan perusahaan agar melaksanakan

    pengelolaan dan pengendalian lingkungan yang baik dan ikut melakukan pengawasan serta

    evaluasi. Sehingga ada lingkungan baru sebagai pengganti lingkungan yang terkena dampak

    eksploitasi. Walaupun hal ini tidak dapat menggantikan kondisi awal, tapi setidaknya hal

  • yang nampak kecil ini dapat menjadi awal terbentuknya kesadaran terhadap lingkungan demi

    masa depan kita.

    Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem

    hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan

    lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.

    Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi

    tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan

    kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda

    asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat

    perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti

    semula.

    Kasus Teluk Buyat (Sulawesi Utara) dan Minamata (Jepang) adalah contoh kasus

    keracunan logam berat. Logam berat yang berasal dari limbah tailing perusahaan tambang

    serta limbah penambang tradisional merupakan sebagian besar sumber limbah B3 (bahan

    berbahaya dan beracun) yang mencemari lingkungan.

    Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, pengolahan bijih

    dilakukan dengan proses amalgamasi di mana merkuri (Hg) digunakan sebagai media untuk

    mengikat emas. Mengingat sifat merkuri yang berbahaya, maka penyebaran logam ini perlu

    diawasi agar penanggulangannya dapat dilakukan sedini mungkin secara terarah. Selain itu,

    untuk menekan jumlah limbah merkuri, maka perlu dilakukan perbaikan sistem pengolahan

    yang dapat menekan jumlah limbah yang dihasilkan akibat pengolahan dan pemurnian emas.

    Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi.

    Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena

    jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah

    konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai

    dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu tempat

    agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan. Tahapan selanjutnya

    adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke

    processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah

    sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.

  • Limbah tailing merupakan produk samping, reagen sisa, serta hasil pengolahan

    pertambangan yang tidak diperlukan. Tailing hasil penambangan emas biasanya mengandung

    mineral inert (tidak aktif). Mineral tersebut antara lain: kwarsa, kalsit dan berbagai jenis

    aluminosilikat. Tailing hasil penambangan emas mengandung salah satu atau lebih bahan

    berbahaya beracun seperti Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Sianida

    (CN) dan lainnya. Sebagian logam-logam yang berada dalam tailing adalah logam berat yang

    masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

    Misalnya, Merkuri adalah unsur kimia sangat beracun (toxic). Unsur ini bila

    bercampur dengan enzime di dalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan

    enzime untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting. Logam Hg ini

    dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Karena sifatnya beracun

    dan cukup volatil, maka uap merkuri sangat berbahaya jika terhisap oleh manusia, meskipun

    dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah

    kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan

    bahaya. Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri di antaranya kerusakan

    rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf.

    Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka diperlukan upaya pendekatan melalui

    penanganan tailing atau limbah B3 yang berwawasan lingkungan dan sekaligus peningkatan

    efisiensi penggunaan merkuri untuk meningkatkan perolehan (recovery) logam emas.

    Alternatif Solusi

    Pencegahan pencemaran adalah tindakan mencegah masuknya atau dimasukkannya

    makhluk hidup, zat energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan

    manusia agar kualitasnya tidak turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

    lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Dalam bentuk,

    pertama, remediasi, yaitu kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar.

    Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).

    Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih

    mudah, terdiri atas pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

    Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa

    ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat

    pencemar. Caranya, tanah tersebut disimpan di bak/tangki yang kedap, kemudian zat

  • pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya, zat pencemar dipompakan keluar

    dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini

    jauh lebih mahal dan rumit.

    Kedua, bioremediasi, yaitu proses pembersihan pencemaran tanah dengan

    menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau

    mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon

    dioksida dan air). Ketiga, penggunaan alat (retort-amalgam) dalam pemijaran emas perlu

    dilakukan agar dapat mengurangi pencemaran Hg.

    Keempat, perlu adanya kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

    Pemantauan Lingkungan atau kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

    dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sebelum

    dilaksanakannya, kegiatan penambangan sudah dapat diperkirakan dahulu dampaknya

    terhadap lingkungan. Kajian ini harus dilaksanakan, diawasi dan dipantau dengan baik dan

    terus-menerus implementasinya, bukan sekedar formalitas kebutuhan administrasi.

    Kelima, penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayanya Hg dan B3 lainnya perlu

    dilakukan. Bagi tenaga kesehatan perlu ada pelatihan surveilans risiko kesehatan masyarakat

    akibat pencemaran B3 di wilayah penambangan.

    2. Contoh Pengelolaan Lingkungan Beberapa Perusahaan Tambang

    A. PT Timah

    Salah satu pijakan penting di Indonesia dalam upaya membangun kepedulian terhadap

    lingkungan adalah pemberlakuan ketentuan tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    (AMDAL), sebagai syarat bagi para pelakuk usaha dalam upaya menciptakan kegiatan

    ekonomi dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Para pelaku usaha

    dituntut untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan dan standar dibidang lingkungan.

    Untuk memastikan pengelolaan lingkungan yang dijalankan benar-benar berlangsung

    efektif, kami menyadari perlunya tindakan pengawasan secara internal maupun pengawasan

    dengan melibatkan pihak independen, mengacu pada Sistem Manajemen Lingkungan ISO

    14001, yang sejak tahun 1997 telah kami raih. Dalam melakukan praktek penambangan, kami

    mengacu pada pedoman good mining practices serta melakukan reklamasi lahan pasca

    tambang secara efektif dan bertanggung jawab.

  • Strategi utama

    Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis karyawan dalam menjaga kualitas

    lingkungan.

    Menjadikan etika dan ketentuan mengenai kepedulian pelestarian lingkungan sebagai

    materi pokok dalam buku pedoman tata kelola perusahaan yang baik.

    Mewajibkan mitra usaha tambang untuk mematuhi ketentuan praktek penambangan yang

    baik dan menjaga keselamatan saat bekerja.

    Kegiatan menambang berpotensi mengubah bentang alam dan mengganggu ekosistem.

    Oleh sebab itu, sejak kegiatan operasi penambangan direncanakan, kami memberikan

    perhatian khusus bagi perbaikan kembali kualitas lingkungan. Terutama pada masa pasca

    tambang sehingga kondisi lingkungan diupayakan bisa kembali seperti sedia kala. Kami juga

    secara tegas mengatur bahwa kegiatan penambangan hanya boleh dilakukan pada lokasi -

    lokasi yang merupakan kuasa pertambangan (KP) Perseroan dan di kawasan yang bukan

    termasuk hutan lindung.

    Kami juga mengembangkan konsep hutan tanaman industri (HTI) dengan memilih jenis

    tanaman produktif seperti karet unggul untuk ditanam masyarakat, dan diharapkan dengan

    konsep HTI maka masyarakat lebih menjadi peduli untuk melakukan perawatan dengan

    bantuan penyediaan pupuk maupun perangkat lain dari Perseroan. Jenis dari tanaman dalam

    pelaksanaan reklamasi adalah tanaman unggul yang dapat dinikmati hasilnya dalam kurun

    waktu tidak terlalu lama, antara 5-6 tahun setelah tanam.

    B. Newmont

    Newmont berkeyakinan bahwa pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab dan

    kinerja lingkungan terdepan merupakan bagian yang tak terpisahkan untuk menjadi

    perusahaan yang efektif dan sukses.Hal ini dapat dicapai melalui kepemimpinan dan

    penerapan sistem manajemen formal yang andal, yang mendukung pengambilan keputusan

    secara efektif, mengelola risiko perusahaan dan mendorong peningkatan yang berkelanjutan.

    Saat ini PTNNT telah menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001.

    Salah satu komponen penting yang menjadi pusat dari penerapan SML adalah Kebijakan

    Lingkungan. Kebijakan Lingkungan yang ditandatangani Senior Vice President dan General

    Manager Operations adalah merupakan komitment terhadap setiap operasi dan fasilitas

    tambang Newmont Asia Pasifik (APAC) untuk:

  • Mematuhi semua ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku yang menjadi kewajiban

    kita sebagai standar minimum

    Menerapkan dan menjalankan Sistem Manajemen Terpadu (IMS) APAC dan Standar

    Spesifik Disiplin guna meminimalkan risiko bahaya terhadap masyarakat dan

    lingkungan. IMS menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan mengkaji tujuan

    dan sasaran guna memastikan peningkatan yang berkelanjutan

    Mengidentifikasi dan menilai risiko dan peluang peningkatan serta mengembangkan dan

    menerapkan rencana---Welcome to Newmont--- peningkatan berkelanjutan guna

    mengelola risiko yang signifikan, termasuk pertimbangan strategi untuk penanganan:

    Air, meminimalkan penipisan persediaan serta penurunan kualitas sumber air melalui

    maksimalisasi daur ulang air serta efisiensi penggunaan dan pencegahan pencemaran air

    Energi dan Efek Rumah Kaca meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi melalui

    identifikasi, penilaian dan penerapan proyek efisiensi energi guna mengurangi emisi gas

    rumah kaca serta biaya operasi

    Penutupan Tambang, memastikan agar kegiatan penutupan tambang terencana dengan

    baik dan dilakukan sebanyak mungkin selama tahap operasi dan proses ini

    dikomunikasikan dengan seluruh pemangku kepentingan terkait guna memastikan

    pendekatan terpadu terhadap rencana akhir penggunaan tanah

    Pengelolaan Tailing, merancang, mengoperasikan dan menonaktifkan fasilitas

    penyimpanan tailing guna meminimalkan risiko terhadap lingkungan dan pemangku

    kepentingan

    Batuan Sisa, mengelola batuan sisa guna memastikan agar potensi permasalahan yang

    berkenaan dengan drainase dapat diidentifikasi dan dikelola, dan strategi rehabilitasi

    dapat mendukung struktur yang stabil dan aman

    Memadukan, pertimbangan lingkungan ke dalam semua aspek keputusan bisnis dan

    kegiatan perusahaan, guna meminimalkan dampak terhadap lingkungan, mencegah

    pencemaran, meminimalkan kewajiban finansial jangka panjang dan meningkatkan

    manfaat di bidang sosial

    Menyeleksi, personel yang kompeten, berkualifikasi dan tepat, serta memberikan

    pelatihan dan menetapkan standar yang memungkinkan karyawan, kontraktor dan

    pemasok dapat mengenali potensi dan dampak sosial aktual atas kegiatan mereka

    sehingga mereka dapat berupaya untuk memenuhi ketentuan dalam Kebijakan ini

  • Melaksanakan program inspeksi, audit dan penilaian rutin serta menindaklanjuti

    rekomendasi untuk peningkatan dengan segera mengambil keputusan dan langkah tindak

    lanjut

    Melibatkan, para pemangku kepentingan atas perhatian, aspirasi dan nilai mereka yang

    berkaitan dengan aspek pengembangan, operasional dan penutupan tambang, dan

    mengakui adanya kaitan yang erat antara masalah lingkungan, ekonomi, sosial dan

    budaya

    Mengkomunikasikan, kinerja kita secara terbuka, akurat, transparan dan tepat waktu.

    SML adalah merupakan bagian dari kegiatan operasi, hal ini ditunjukkan antara lain

    melalui keberadaan standar kinerja bidang pengelolaan lingkungan. Standar kinerja tersebut

    antara lain pengelolaan hidrokarbon, pengelolaan bahan kimia, pengelolaan tailing,

    pengelolaan batuan sisa, pengelolaan limbah, pengelolaan air, pengelolaan kualitas udara, dan

    rencana penutupan dan reklamasi tambang. Pemenuhan persyaratan yang tercantum dalam

    standar kinerja tersebut akan dan telah membantu PTNNT dalam mewujudkan komitmennya.

    C. Air Asam Tambang dan Pengolahannya

    Air asam tambang AAT (acid mine drainage - AMD atau air asam batuan acid

    rock drainage - ARD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang tinggi dan sering

    ditandai dengan nilai pH yang rendah di bawah 5) sebagai hasil dari oksidasi mineral sulfida

    yang terpajan atau terdedah (exposed) di udara dengan kehadiran air. Kegiatan penambangan,

    yang kegiatan utamanya adalah penggalian, mempercepat proses pembentukan AAT karena

    mengakibatkan terpajannya mineral sulfida ke udara, air dan mikroorganisme.

    Dampak yang dapat ditimbulkan dari AAT adalah terhadap biota perairan, baik secara

    langsung karena tingkat keasaman yang tinggi maupun karena peningkatan kandungan logam

    di dalam air (air yang bersifat asam mudah melarutkan logam-logam).

    AAT menjadi salah satu dampak penting dari kegiatan pertambangan yang harus

    dikelola tidak saja karena dampaknya terhadap lingkungan perairan atau air tanah, tetapi juga

    karena:

    Sekali telah terbentuk akan sulit untuk menghentikannya (kecuali salah satu komponennya

    habis)

  • Bisa berdampak sangat lama, melampaui umur tambang; pengalaman menunjukkan bisa

    berlangsung sampai ratusan tahun

    Jika mengacu pada Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral

    dan batubara serta Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan

    lingkungan hidup, pelaku usaha pertambangan harus bertanggungjawab terhadap berbagai

    dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Bila terjadi kasus AAT pada pascatambang, bisa

    membuat pelaku usaha pertambangan bertanggungjawab selamanya atau harus mengeluarkan

    biaya yang sangat besar untuk melakukan penggalian & penimbunan kembali (re-mining)g

    lalu, karena pengelolaannya menjadi tanggung jawab pemerintah.

    D. Prinsip Pengelolaan AAT

    Pencegahan terbentuknya AAT lebih baik dari pada mengolahnya (prevention is

    better than treatment) karena:

    Lebih andal untuk jangka panjang

    Meminimalkan risiko

    Langkah pertama dari pencegahan identifikasi batuan yang berpotensi membentuk

    asam dan yang tidak berpotensi membentuk asam karakterisasi. Dengan mengetahui

    sebaran jenis-jenis batuan berdasarkan karakteristiknya dalam pembentukan AAT dapat

    disusun perencanaan pencegahan yang baik. Hal ini perlu dilakukan sejak tahap eksplorasi,

    perencanaan & perancangan, konstruksi, penambangan, dan pascatambang.

    Seperti yang telah disampaikan di bagian awal, bahwa sekali AAT sudah terbangkitkan akan

    sangat sulit untuk menghentikannya. Prinsip utama pengelolaan AAT sedapat mungkin

    mencegah terbentuknya AAT = upaya preventif. Tetapi pada kenyataannya pada kegiatan

    penambangan terbuka hal tersebut tidak dapat mencegah secara total terjadinya AAT AAT

    yang terbentuk di dalam pit (baik di dinding atau pit wall maupun di dasar atau pit floor)

    tidak akan mungkin dicegah perlu ditangani (mitigasi). .Upaya yang dapat dilakukan adalah

    mencegah terbentuknya AAT di daerah penimbunan batuan penutup rencana pengelolaan

    overburden (overburden management plan).

    Prinsip dasar pencegahan pencemaran adalah menerapkan suatu proses perencanaan

    dan perancangan untuk :

  • mencegah, menahan, atau menghentikan proses-proses hidrologi, kimia, mikrobiologi, atau

    termodinamika yang menyebabkan pencemaran pada lingkungan perairan, pada atau sedekat

    mungkin dengan lokasi dimana terjadinya penurunan kualitas air (reduksi pada sumber) atau

    menerapkan upaya-upaya fisik untuk mencegah atau menahan transpor dari kontaminan ke

    badan air (antara lain dengan recycling, pengolahan/treatment dan/atau mengamankan

    timbunan).

    Gambar 1. Metode Segregasi

    Gambar 2. Metode Encapsolution

  • Pengolahan AAT diperlukan untuk agar memenuhi baku mutu lingkungan sebelum

    dilepaskan ke badan perairan alami. Walaupun metode pencegahan telah dilakukan dengan

    baik, tetap saja ada AAT yang terbangkitkan dan perlu diolah. AAT yang tak dapat dicegah

    pembentukannya, misalnya:

    Dari mine pit

    Pengotor hasil dari pencucian batubara

    Stockpile batubara

    Pengolahan AAT dapat digolongkan menjadi:

    Pengolahan aktif (active treatment)

    Pengolahan pasif (passive treatment)

    Pengolahan ditempat (in situ treatment)

  • BAB III PENUTUP

    Kesimpulan

    Permasalahan lingkungan seolah tidak ada habisnya. Setiap kegiatan eksploraasi

    maupun eksploitasi selalu memiliki dampak positif dan negatif. Tetapi dengan manajemen

    dan pengelolaan yang benar dan intensif, dampak negatif lingkungan tersebut dapat

    terselesaikan dengan metode win-win solution.

  • III. DAFTAR PUSTAKA

    http://www.marluganababan-electrical.blogspot.com (Diakses 16 November 2014 pukul

    19.20 WIB)

    www.timah.com/v2/ina/dampak-lingkungan (Diakses 16 November 2014 pukul 19.21 WIB)

    www.ptnnt.co.id/id/pengelolaan-lingkungan.aspx (Diakses 16 November 2014 pukul 19.24

    WIB)

    www.wedaran.com/dampak-negatif-pertambangan (Diakses 16 November 2014 pukul 19.24

    WIB)

    Sayudi, Yoga. 2014. Jurnal Online. Tersedia di :

    http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/view/566/368