06 pengantar penulis

28
*) Ch. Robin Simanullang, jurnalis yang telah menulis biografi singkat 1001 tokoh di Website TokohIndonesia.com. Pemimpin Redaksi situs web yang tengah dikembangkan menjadi ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA (ENSIKONESIA) online, ini berobsesi menjadi pengukir prestasi orang lain (tokoh) di ‘batu maya’. Berprinsip, menulis dengan mengosongkan diri, sebagai abdi dalem , yang berkreasi menerjemahkan dan mengapresiasi visi dan jejak rekam sang tokoh. Pemimpin Umum Majalah Tokoh Indonesia, kelahiran Doloksanggul, Sumatera Utara, 18 Desember 1952, ini menganut jurnalisme ‘garam dan obor’, (journalism salt and torches), memberi rasa/mengawetkan dan menerangi, untuk menjadi rahmat bagi sesama manusia dan semesta alam. Pencinta perdamaian dan keberagaman ini adalah putera seorang guru dan pelayan gereja. Dia memahami ajaran agamanya untuk berguna bagi (mengasihi) semua orang, tanpa batas agama. Alumni (sarjana) FKIS, IKIP Negeri Medan (Universitas Negeri Medan) dan SMA Kristen 2, Medan, ini sempat menjadi guru (pegawai negeri) SMA 3 Pematangsiantar vilial Serbelawan, Sumatera Utara (1977-1981). Namun, pria yang merasa teduh pada ‘disiplin kebebasan’ dan sudah gemar menulis di koran dan majalah sejak SMA, ini memilih memusatkan pengabdian sebagai jurnalis. Menjadi wartawan di Harian Sinar Indonesia Baru, Medan, terakhir selain bertugas sebagai penulis tajuk juga menjabat Kepala Biro Redaksi di Jakarta (1981-1992). Pernah pula membantu Majalah Berita Fokus terbitan Jakarta di Sumatera Utara. Kemudian, menerbitkan Majalah Horas Indonesia, Jakarta, sebagai Pemimpin Redaksi (1992- 1994). Pada waktu yang sama, juga mendirikan PT.CPPI (sebagai Dirut), bergerak di bidang penerbitan, periklanan dan percetakan (1992-2007). Lalu, ikut mendirikan Majalah Berita GARDA dan menjabat sebagai Dewan Redaksi juga menjabat Wakil Pemimpin Perusahaan (1998-2004). Bertepatan Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 20 Mei 2002, meluncurkan Website TokohIndonesia.com. Pada April 2003 menerbitkan Majalah Tokoh Indonesia, yang sejak 2007 diambilalih pengelolaannya oleh PT. Asasira, di mana dia menjabat direktur utama.Sejak Juli 2005 menerbitkan Majalah Berita Indonesia (PT Berita Satria Wiratama, yang didirikan bersama Syaykh AS Panji Gumilang), yang lalu dikelola PT.Asasira bekerjasama dengan Yayasan Pesantren Indonesia (Al-Zaytun). Menikah setelah menjalin hubungan enam tahun dengan gadis yang sudah dicintainya sejak SMA, Adur Nursinta Purba, seorang perempuan (boru ni raja) yang amat bangga sebagai ibu rumah tangga. Dikaruniai tiga putera, yang ketiganya alumni Universitas Indonesia: Mangatur L. Paniroy (menikah dengan Dian Gina Rahayu), Christian Natamado (menikah dengan Marlina Simarmata) dan Doan Adikara Pudan. Baru memiliki dua cucu cantik: Asasira dan Sofiana. PENGANTAR PENULIS Fragmentasi Biografi Humaniora Oleh Ch. Robin Simanullang*) xxxiii BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

Upload: fardi-pasdi

Post on 05-Jul-2015

202 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: 06 Pengantar Penulis

*) Ch. Robin Simanullang, jurnalis yang telah menulis biografi singkat 1001 tokoh di Website

TokohIndonesia.com. Pemimpin Redaksi situs web yang tengah dikembangkan

menjadi ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA (ENSIKONESIA) online, ini berobsesi menjadi

pengukir prestasi orang lain (tokoh) di ‘batu maya’. Berprinsip, menulis

dengan mengosongkan diri, sebagai abdi dalem , yang berkreasi

menerjemahkan dan mengapresiasi visi dan jejak rekam sang tokoh.

Pemimpin Umum Majalah Tokoh Indonesia, kelahiran Doloksanggul,

Sumatera Utara, 18 Desember 1952, ini menganut jurnalisme ‘garam dan

obor’, (journalism salt and torches), memberi rasa/mengawetkan dan

menerangi, untuk menjadi rahmat bagi sesama manusia dan semesta alam.

Pencinta perdamaian dan keberagaman ini adalah putera seorang guru dan pelayan gereja. Dia

memahami ajaran agamanya untuk berguna bagi (mengasihi) semua orang, tanpa batas agama.

Alumni (sarjana) FKIS, IKIP Negeri Medan (Universitas Negeri Medan) dan SMA Kristen 2,

Medan, ini sempat menjadi guru (pegawai negeri) SMA 3 Pematangsiantar vilial Serbelawan,

Sumatera Utara (1977-1981). Namun, pria yang merasa teduh pada ‘disiplin kebebasan’ dan

sudah gemar menulis di koran dan majalah sejak SMA, ini memilih memusatkan pengabdian

sebagai jurnalis. Menjadi wartawan di Harian Sinar Indonesia Baru, Medan, terakhir selain bertugas

sebagai penulis tajuk juga menjabat Kepala Biro Redaksi di Jakarta (1981-1992). Pernah pula

membantu Majalah Berita Fokus terbitan Jakarta di Sumatera Utara.

Kemudian, menerbitkan Majalah Horas Indonesia, Jakarta, sebagai Pemimpin Redaksi (1992-

1994). Pada waktu yang sama, juga mendirikan PT.CPPI (sebagai Dirut), bergerak di bidang

penerbitan, periklanan dan percetakan (1992-2007). Lalu, ikut mendirikan Majalah Berita GARDA

dan menjabat sebagai Dewan Redaksi juga menjabat Wakil Pemimpin Perusahaan (1998-2004).

Bertepatan Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 20 Mei 2002, meluncurkan Website

TokohIndonesia.com. Pada April 2003 menerbitkan Majalah Tokoh Indonesia, yang sejak 2007

diambilalih pengelolaannya oleh PT. Asasira, di mana dia menjabat direktur utama.Sejak Juli

2005 menerbitkan Majalah Berita Indonesia (PT Berita Satria Wiratama, yang didirikan bersama

Syaykh AS Panji Gumilang), yang lalu dikelola PT.Asasira bekerjasama dengan Yayasan Pesantren

Indonesia (Al-Zaytun).

Menikah setelah menjalin hubungan enam tahun dengan gadis yang sudah dicintainya sejak

SMA, Adur Nursinta Purba, seorang perempuan (boru ni raja) yang amat bangga sebagai ibu

rumah tangga. Dikaruniai tiga putera, yang ketiganya alumni Universitas Indonesia: Mangatur L.

Paniroy (menikah dengan Dian Gina Rahayu), Christian Natamado (menikah dengan Marlina

Simarmata) dan Doan Adikara Pudan. Baru memiliki dua cucu cantik: Asasira dan Sofiana.

PENGANTAR PENULISFragmentasi Biografi Humaniora

Oleh Ch. Robin Simanullang*)

xxxiiiBERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

Page 2: 06 Pengantar Penulis

Dzikir membuatnya mampu menikmati rida Allah, membuka semua pintukebaikan, ilmu, karir (jabatan), keluarga dan rezeki.

Dalam diri Subrata tercermin kuat proses berpikir sebagai sebuah keutamaaneksistensinya.

Sebagai seorang muslim, Subrata selalu berupaya memaknai hidupnya denganbercinta, mendekati gambaran dalam Kitab Suci sebagai “ruhama’u bayna hum”

(saling cinta kasih antarsesamanya).

xxxiv SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

Page 3: 06 Pengantar Penulis

PENGANTAR PENULIS

Fragmentasi Biografi Humaniora

Kisah perjalanan hidup Dr. H. Subrata, Drs, MH, inihanyalah ibarat sebuah noktah biografi dalamhamparan luas kisah manusia. Berupa ‘catatan

simbolik’ yang jauh dari sempurna, tentang kisahjejak pengalaman empirisnya hingga usia 70 tahun

yang dirangkum dalam tajuk: Berdzikir, Berfikir danBercinta. Namun, betapapun kecil dan betapapuntidak sempurnanya sebuah catatan fragmen kehi-

dupan, pastilah berguna sebagai cermin dan sekolahkehidupan bagi dirinya sendiri dan orang lain.

BIOGRAFI HUMANIORA (Biography Humanities): Kamimenamai dan mengelompokkan biografi tokoh yang mengawalikarir sebagai jurnalis ini sebagai biografi humaniora.1 Sebuah kisahhidup yang diharapkan bermakna pencerahan, sebagai sekolahkehidupan (pengalaman adalah guru yang terbaik), danmenjadikan manusia lebih manusiawi, atau lebih berbudaya.Sebuah biografi yang bila dikategorikan amat dekat dengan ilmupengetahuan dalam lingkup humaniora: Teologi (agama), filsafat,hukum, pendidikan, komunikasi, sosiologi, sejarah, filologi,linguistik (bahasa), kesusastraan, budaya, kesenian, psikologi, danlain-lain.

1 Biografi Humaniora, penulisan biografi yang amat melekat dan mengandung persamaan linear (benang

merah) dengan berbagai bidang atau lingkup humaniora.

xxxvBERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

Page 4: 06 Pengantar Penulis

xxxvi

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

TokohIndonesia.com, yang tengah dibangun menjadi Ensiklope-di Tokoh Indonesia online, telah menulis biografi ringkas Subrata,pada tahun 2003.2 Karya biografi jurnalistik (The JournalisticBiography)3 inilah yang dianut dan dikembangkan dalampenulisan buku Bografi Humaniora: 70 Tahun Subrata, Berdzikir,Berfikir dan Bercinta’ ini.

Penamaan biografi humaniora (biography humanities) telahmenjadi pilihan dalam penulisan biografi ini. Kisah hidup Subrataamat melekat dalam lingkup humaniora. Kendati dia pernahmenjadi seorang birokrat, dalam jabatan Direktur Jenderal Ra-dio, Televisi dan Film (1983-1987) serta Direktur JenderalPembinaan Pers dan Grafika (1990-1997), DepartemenPenerangan, yang pada era itu amat berkuasa menentukankelangsungan penerbitan pers, radio, televisi dan film.

Tetapi sosok penerima Bintang Jasa Utama dari PemerintahRI (1995), Bintang Satya Lencana Karya Satya dari PemerintahRI (1996), Bintang Maheswara dari Lembaga Ketahanan Nasional(Lemhannas) tahun 2003, ini bukanlah ‘sosok penguasa’melainkan lebih menonjol dalam sosok pelayan, pembelajar,cendekiawan, seniman dan budayawan.

Dr. Subrata, dalam perspektif teologis, adalah seorang insanrelijius yang selalu berdzikir.4 Selalu mengedepankan keutamaanibadah, doa dan dzikir dan mengagungkan Allah swt, dalammengarungi gelombang samudera kehidupan. Dzikir (ibadah) dankuasa keagungan Allah SWT adalah perisai kokoh baginya dalamseluruh gerak laju kehidupan guna lebih memanusiawikan diri(berfikir) dan lebih berguna bagi orang lain, alam semesta dan

2 Subrata, Buku Hidup Si Anak Desa, www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/subrata/

3 Biografi jurnalistik disebut juga biografi sastra, yang penulisannya (apresiasi) didasarkan (berbasis)

dari hasil wawancara dengan tokoh yang ditulis dan nara sumber lainnya serta didukung hasil observasi,

latar belakang dan berbagai refrensi.

4 Dzikir setelah shalat. Termasuk sunnah apabila seorang muslim setiap selesai shalat memohon ampun

kepada Allah, mengucap segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, dan aku

bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan

tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.

Page 5: 06 Pengantar Penulis

xxxvii

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

harapan cinta serta kasih sayang dari Allah swt (bercinta).

Dzikir merupakan media yang membuat kehidupannya dankeluarganya benar-benar hidup. Dzikir membuatnya mampumenikmati rida Allah, membuka semua pintu kebaikan, ilmu, karir(jabatan), keluarga dan rezeki. Dzikir adalah medianya untukmenguatkan hati, jiwa, pikiran dan raganya. Menghadirkan cinta,ketenangan, melembutkan hati dan membahagiakan keluarganya.Dzikir meneguhkannya untuk hidup bersahaja apa adanya.

Dzikir menolongnya memalingkan diri dari membincangkankebathilan dan membersihkan diri dari sifat munafik dankesombongan. Menghilangkan sakit hati, kecewa, sedih, gelisahdan takut. Dzikir menolongnya untuk dapat berbuat amal,mencintai, mengasihi, menghibur, meringankan rasa berat danmempermudah yang susah. Dzikir membuatnya yakin akanberoleh kehidupan sorgawi kelak.

Rekam jejak hidupnya penuh warna kisah ritual-relijius(berdzikir), dan prinsip-prinsip logika dan filsofis (berpikir),pendalaman pengetahuan dan ketaatan hukum, norma dan etika,pengutamaan pendidikan (long life education), serta mendalamidan mengaplikasikan kepemimpinan dengan bijak.

Dalam dirinya tercermin kuat proses berpikir sebagai sebuahkeutamaan eksistensinya. Berfikir merupakan ciri utama bagimanusia, yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnyadi dunia. Berfikir adalah proses bekerjanya akal, baik secaraalamiah maupun ilmiah (sistematis). Filsuf Rene Descartes5

mengatakan Cogito ergo sum (Latin), Je pense donc je suis(Perancis), I think, therefore I am (Inggris), dan Aku berfikir,maka aku ada (Indonesia). Dia mengatakan bahwa semuanya

5 Rene Descartes, seorang filsuf dan matematikawan Perancis yang dinobatkan sebagai Penemu Filsafat

Modern dan Bapak Matematika Modern. Lahir di La Haye, Perancis, 31 Maret 1596 dan meninggal pada usia

53 tahun di Stockholm, Swedia, 11 Februari 1650. Dalam literatur berbahasa Latin, dia dikenal dengan

nama Renatus Cartesius. Dua karya terpentingnya ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de

prima Philosophia (1641). Dia juga dikenal sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang memengaruhi

perkembangan kalkulus modern. (www.en.wikipedia.org/wiki/Rene_Descartes/)

Page 6: 06 Pengantar Penulis

xxxviii

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisaberfikir.

Berfikir merupakan suatu proses bekerjanya akal untukmencerna, memahami dan memecahkan sebab-akibat segalasesuatu secara logis, yang tidak pernah berujung. Semuanya tidakada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berfikir.Dalam kaitan ini, terlihat jelas hubungan dzikir dan fikir, berdzikirdan berfikir. Hubungan ini menyatu dalam diri Subrata,sebagaimana juga manusia beriman dan berakal lainnya.

Dalam Islam, Watni Marpaung, Dosen Fakultas Syariah IAINSumatera Utara menulis, seni berfikir sangat dihargai dan bahkanmenjadi anjuran dari Allah agar seorang hamba dapat mengopti-malkan daya fikir dalam mencerna seluruh obyek di alam untukmengetahui dan memahami pencipta itu sendiri.

Tim Tafsir al-Quran al-Karim Ulama Tiga Serangkai, ituberkesimpulan bahwa fikir dan dzikir adalah dua potensi sangatbesar yang hanya dimiliki seorang muslim yang serius menfungsi-kannya. Dengan kedua potensi ini menjadikan seseorangmerasakan betapa besar dan agungnya Allah, serta merasa hinadan lemahnya manusia di hadapan-Nya.6 Hal ini, akan berdampakpositif (bermanfaat) tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagimasyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan bagi alam semesta.

Dalam kaitan bermanfaat dan bermakna bagi semua orang,Subrata memaknainya dalam proses bercinta. Pemaknaanbercinta, yang berasal dari kata Cinta7 dalam hal ini tentulahdalam pemahaman yang berdimensi luas.

Cinta sebagai ungkapan perasaan memiliki dimensi yang amat

6 Watni Marpaung, Sinergitas antara Fikir dan Zikir, Mimbar Jumat, Harian Waspada, Medan, Jumat 9

April 2010.

7 Cinta adalah perasaan afeksi (kasih sayang), yang dilambangkan dengan hati. Sulit didefenisikan, tetapi

semua makhluk hidup merasakannya. Sebuah perasaan (internal) yang ingin membagi kasih terhadap

seseorang atau pihak lain (eksternal). Suatu affection atau suatu status kejiwaan (perasaan) yang lebih dari

sekadar rasa simpati atau persahabatan dalam hubungan antarsesama (dua orang atau lebih), tetapi juga

melingkupi perasaan terhadap keagungan Tuhan.

Page 7: 06 Pengantar Penulis

xxxix

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

luas. Ada dimensi cinta (perasaan) terhadap diri sendiri(narsisisme), perasaan romantis berlainan jenis kelamin (asmara),perasaan terhadap keluarga dan terhadap teman-teman (philia),perasaan terhadap sesama manusia, terhadap semua makhluk,perasaan pada suatu visi, ajaran, faham, ideologi dan dogma,perasaan terhadap bangsa (nasionalisme) terhadap negara(patriotisme), perasaan terhadap seluruh bangsa (universal) danperasaan terhadap keagungan Tuhan.

Namun, cinta tak bermakna (mati suri) tanpa adanya aksi atauperbuatan, karya dan pengabdian. Dalam konteks ini cinta adalahsebuah aksi atau kegiatan aktif atau perbuatan nyata yangdilakukan seseorang terhadap objek lain, berupa empati,perhatian, kepedulian, kasih sayang, bantuan, dukungan,kesetiaan, pengabdian, pengorbanan dan lain-lain. Dalam kaitanini pulalah, makna bercinta dalam biografi ini merupakan bagiantak terpisahkan, satu kesatuan, bahkan sebagai aksi aplikasi dariberdzikir dan berfikir.

Sebagai seorang muslim, Subrata selalu berupaya memaknaihidupnya dengan bercinta, berbagi cinta kasih antarsesama.Sebagai masyarakat Islam yang mendekati gambaran dalam KitabSuci sebagai “ruhama’u bayna hum” (saling cinta kasihantarsesamanya).8

Kemampuan dan kemauan mencintai antarsesama (bercinta)itu, tentulah selain memerlukan kedewasaan berfikir jugamemerlukan, sekaligus membuktikan, kedewasaan dalam sikapkeberagaamaan (dzikir), termasuk sikap atas keberagamaan or-ang lain yang mungkin berbeda dengan sikap dan keyakinankeberagamaannya sendiri.

Biografi ini, pastilah tidak sempurna menguraikan pengalaman-pengalaman empiris Subrata, baik dalam berdizir dan berfikirmaupun bercinta. Tapi setidaknya, biografi ini berguna sebagai

8 Budhy Munawar-Rachman, Ensiklopedi Nurcholis Madjid, 1 A-G, Penerbit Yayasan Pesantren Indonesia

Al-Zaytun, Indramayu, 2008, hlm.420.

Page 8: 06 Pengantar Penulis

xl

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

suatu catatan simbolik fragmen kisah kehidupnya hingga genapberusia 70 tahun. Sekurangnya berguna ibarat sebuah cerminjalan hidupnya sendiri, yang berguna bagi keluarga danketurunannya. Juga bagi setiap orang yang berniat menggunakan-nya sebagai cermin dan refrensi sekolah kehidupan.

Kisah kehidupan yang juga merekam pentingnya komunikasi,tata krama pergaulan, persahabatan (sosiologis), dan memaknaisejarah dan peninggalan nenek-moyang, juga mencintaikesusastraan, budaya dan kesenian sebagai bagian daripengabdiannya (bercinta).

Bahkan berkaitan kecintaaannya pada budaya dan kesenian,jejak dinamika kehidupan Subrata bisa pula ditamsilkan bagai senitarian, seni olah gerak tubuh (kepala, tangan, kaki, pinggul, matadan sebagainya) yang seirama dengan musik. Bahkan saat tubuhdalam posisi diam pun harus selalu seirama gamelan (musik).Secara empiris, hidup Subrata pun sejak kecil menyatu (berdzikir,berfikir dan bercinta) dengan gerak seni tari.

Seni gerak (jejak rekam) Subrata merupakan sebutir penegasanbahwa setiap tahapan kehidupan itu adalah merupakan tahapansekolah yang sesungguhnya. Pengalaman hidup adalah sekolahkehidupan. Tempat kita belajar sepanjang hayat. Sekolahkehidupan yang mengajarkan setiap orang tentang arti dan tujuanhakiki kehidupan itu sendiri.

Kesadaran atas makna sekolah kehidupan itulah yang menjadiesensi biografi ini. Bahwa setiap langkah keseharian dalamkehidupan itulah induk semua sekolah, dimana setiap orang pastimenjalaninya (sekolah universal). Dalam konteks ini, setiap or-ang selalu belajar dari pengalamannya sendiri, juga belajar daripengalaman orang lain. Inilah esensi penulisan biografi, sekolahkehidupan, agar setiap orang bisa belajar, selain dari pengalaman-nya sendiri, juga dari pengalaman orang lain.

Sebab, pengalaman adalah guru yang terbaik. Guru yangmeresap masuk tersirat dalam diri (pikiran, jiwa, hati, rasa dan

Page 9: 06 Pengantar Penulis

xli

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

tenaga) tanpa sepatah kata. Pengalaman (guru terbaik) tanpasepatah kata (tersirat) itulah yang ditulis menjadi rangkaian kata-kata (tersurat) dalam biografi. Sesuatu yang amat sulit, bahkanmustahil, dapat dilukiskan atau terungkapkan dalam kata-katasecara utuh sepenuhnya (sempurna) dalam biografi yang tersurat.

Namun, hal ini pulalah menjadi kekuatan tersembunyi darisebuah biografi. Sebab dia (biografi) memiliki selaksa kata tersiratyang tak terungkapkan tetapi memancarkan daya (sumber)inspirasi luar biasa bagi diri sendiri dan/atau orang lain. Biografi(pengalaman tersurat) adalah sebuah buku (tulisan) sekolahkehidupan yang punya daya menginspirasi setiap orang yangberkenan (mau belajar agar) menjadi lebih baik.

Kendati biografi ini pastilah tidak sempurna, juga tentusubjektif.9 Hal ini tak terlepas dari ketidaksempurnaan manusiawiSubrata sendiri dan penulis biografi ini. Sebab, sesungguhnyapenulis biografi manusia yang paling objektif dan sempurna adalahpara malaikat yang ditugaskan Sang Pencipta mencatat setiapgerak manusia ciptaan-Nya. Namun, biografi yang sekalipun jauhdari sempurna, pastilah berguna paling tidak sebagai sebuahnoktah dalam rangkaian catatan panjang kisah manusia.

Kisah hidup Subrata, yang betapapun jauh dari sempurna,pantas dicatat sebagai sebuah buku (biografi) sekolah kehidupanyang memancarkan pembelajaran dan semangat bagi dirinya danbagi banyak orang yang mau belajar dari pengalaman orang lain.Dia Si Anak Desa, putera dari K.Mukahar (ayah) dan Hj.Fasini(ibu), tinggal di desa Mayung, Kecamatan Gunung Jati, sebuahdesa kecil yang berjarak kurang lebih 14 Km dari kota Cirebon.Di desa itu, Subrata lahir, 4 Juli 1940. Seorang anak manusia dariudik, yang memiliki tekad belajar setinggi-tingginya. Dia salah

9 Biografi, dalam bentuk apa pun, baik yang ditulis atas sepengetahuan atau tidak sepengetahuan si

pemilik biografi, pastilah tidak lepas dari unsur subjektif. Sebab demikianlah manusia yang sulit bahkan

tidak mungkin melepaskan diri sepenuhnya dari kepentingan subjektifnya.

Page 10: 06 Pengantar Penulis

xlii

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

seorang ikon prinsip belajar seumur hidup (long life education).Hingga usia emasnya masih terus belajar, bahkan sekolah formalmeraih gelar doktor pada usia 65 tahun.

Berangkat dari keluarga yang sangat sederhana dimana orangtuanya hanya buruh tani, Subrata mengawali pendidikan di desakelahirannya sendiri hanya sampai kelas tiga Sekolah Rakyat(Sekolah Dasar). Karena kelas 4 sampai kelas 6 belum ada didesanya, maka dia harus berjalan kaki ke kota kecamatan GunungJati yang berjarak kira-kira 3 km dari desanya setiap hari.Sedangkan setelah SMP hingga SMA kelas dua, dia bersekolahke Cirebon karena di kecamatan belum ada.

Setelah kelas 3 SMA, dia sengaja pindah ke Yogyakarta denganmaksud mengambil rayon agar bisa masuk ke Universitas GajahMada (UGM), Yogyakarta. Pada tahun 1965, Subrata berhasilmenggondol gelar Doktorandus (Drs) Ilmu Hubungan Internasio-nal dari Fakultas Ilmu Sosial Politik, UGM. Dia menjadi sarjanapertama dari desanya.

Selama sekolah, dari tingkat SD sampai UGM, Subrata sudahaktif dalam dunia seni. Ketika masih kelas tiga SR, dia sudahmasuk dalam satu perkumpulan sandiwara yang namanyaPurwowidodo. Dia menjadi seorang penari dan pemain yangterkecil di sana. Sandiwara itu sendiri merupakan sandiwarakeliling dari desa ke desa sampai ke kecamatan lain. Bahkan ketikamasih SMP kelas tiga, dia sudah mendirikan satu kelompoksandiwara yang diberi nama Putra Harapan, yang juga ditekuni-nya hingga SMA kelas dua di Cirebon. Subrata yang piawai menaritidak pernah belajar pada seseorang yang profesional. Tapi mutlakdari bakat dan kesadaran seni yang tumbuh dalam dirinya.

Ketika melanjutkan kelas tiga SMA di Yogyakarta dan kuliahdi UGM, kegiatan seni-budaya itu pun terus ditekuninya.Mengamen dari satu kantor ke kantor lain dan di Malioboro, untukmembutuhi biaya hidup dan kuliahnya. Bahkan, dia sanggupmengajak adiknya sekolah di Yogyakarta.

Page 11: 06 Pengantar Penulis

xliii

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

Berbekal gelar sarjana, yang kala itu masih terbilang langka,dia merantau ke Jakarta, dengan bekal uang yang tidak seberapadan tanpa ada alamat yang dituju pula. Diberangkatkan dariStasiun Kereta Api di Cirebon oleh orang tua dan kerabat, laksanaorang naik haji. Setiba di stasiun Gambir, Jakarta, dia menjinjingkoper kaleng bergerak ke mana kaki melangkah. Hinggamenjelang tengah malam, ketemu sebuah warung yang dijagaiseorang ibu di Pejambon, dekat Departemen Luar Negeri.Beruntung, di situ dia diizinkan menitip koper kaleng, bahkan bisarehat meletakkan kepala di sudut warung itu.

Dua pekan, dia tidur di warung itu. Sampai seorang sopir, PakYanto, pelanggan warung, mengajaknya tinggal di rumahnya,yang ternyata hanya berupa bedeng dan tak punya nomor. Tanpamengaku seorang sarjana, bahkan pura-pura hanya bisamembaca mengeja, dia menjadi ‘pembantu’ si sopir yang baik hatiitu. Dari situlah Subrata melayangkan surat lamaran ke berbagaiinstansi, dengan meminjam alamat rumah tetangga yangkemudian dikenalnya. Fragmen awal perantauannya cukup tegasmenunjukkan integritas dan kepribadiannya yang kuat.

Inilah sinopsis kisah masa kecil, masa sekolah, hingga awalperantauannya, yang kemudian diuraikan lebih lanjut dalam bukubiografi ini pada bagian Pendahuluan, Dari Mayung MenembusSenayan dan Bagian 1 bertajuk: Sekolah dan Fragmen Perantauan,diawali Prolog ‘Buku Hidup’ Si Anak Desa dan terdiri daribeberapa subbagian. Subbagian 1.01 tentang Sekolah danPetualangan Masa Kecil; 1.02 tentang Sekolah Kesenian Alamiah;1.03 tentang Sekolah Komunikasi Alamiah; 1.04 Ngamen danKuliah di UGM; dan 1.05 Merantau Fragmen Hidup yang TakTerlupakan.

Pada Bagian 2 buku biografi humaniora ini, di bawah judul JejakHidup yang Bermakna, diawali Prolog Berfikir Menjelajah Ruang,dan beberapa subbagian yang memaparkan bagaimana Si Anak

Page 12: 06 Pengantar Penulis

xliv

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

Desa, yang meniti karir mulai dari reporter sampai menjadiDirektur TVRI, Dirjen Radio Televisi dan Film dan DirjenPembinaan Pers dan Grafika, Deppen serta Direktur UtamaPerum Percetakan Negara Republik Indonesia. Dia adalahpencetus ide Dunia Dalam Berita TVRI yang amat diminatipemirsa hingga saat ini.

Kisah hidupnya menjadi suatu ‘buku sekolah kehidupan’ yangmelukiskan bagaimana kiprah gemilang seorang anak desa menitikarir dan memaknai hidupnya. Dia memulai karirnya sebagai re-porter TVRI tahun 1966. Selain berjuang menapaki jenjang karir,dia juga memaknai perjalanan hidupnya sebagai seniman, pekerjasosial dan pencari ilmu sepanjang hayat.

Dalam perjalanan meniti karier, banyak sekali dia memetikpengalaman yang unik dan menyenangkan. Datang ke Jakartasetelah menyelesaikan kuliahnya di Universitas Gajah Mada, diasempat menjadi kenek omprengan sambil melamar ke beberapainstansi pemerintah maupun kantor swasta. Lamarannya diterimadi beberapa instansi, tapi terasa tidak memenuhi keinginannya.Akhirnya, dia memilih menjadi wartawan, bidang jurnalis yangselalu menarik perhatiannya. Dia menjadi reporter sekaliguskameramen TVRI tahun 1966.

Di TVRI, dia tidak langsung sebagai pegawai tetap. Baru setelahsembilan tahun (1975) dia diangkat menjadi pegawai tetap denganjabatan Kepala Subdirektorat. Maka di awal perjuangannya diTVRI, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, dia terpaksabekerja serabutan. Selain menulis berita, dia juga merangkapsebagai juru kamera dan reporter, serta menekuni bisnis koperasi.

Kegigihan tersebut membuahkan hasil yang menggembirakan.Tanpa diduga sebelumnya, dia terpilih menjadi salah seorang dari27 peserta dari 27 negara untuk mengikuti pendidikan di TheThomson Foundation College, Glasgow, Skotlandia-Inggris padatahun 1968/1969 dengan spesialisasi studi “Television News Pro-duction and Broadcast Satellite System.”

Page 13: 06 Pengantar Penulis

xlv

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

Saat mengikuti pendidikan tersebut ada beberapa pengalamanyang sangat menarik sehingga dianggap menjadi bagian yang takterlupakan dalam sejarah perjalanan hidupnya. Pertama, ketikabaru turun di Heathraw — lapangan terbang London — dia harusmengangkat sendiri koper kalengnya, karena penjemput merasarisih, barangkali, mengira berisi ular.

Kedua, tentang mantel pinjaman berkancing kayu ukuran tujuh7 cm. Ketiga, saat tetangga asramanya asal Filipina kehilangan100 dolar. Sebab, dialah siswa termiskin, yang hanya dibekali $10oleh Yayasan TVRI yang memberangkatkannya untuk hidup duatahun.

Namun ada juga beberapa kenangan indah. Salah satunya adalahketika dia pulang dari Edinburg dalam rangka KKN (Kuliah KerjaNyata), dia menemukan selembar cek di atas meja dalam kamarasramanya. Juga ketika mengikuti praktikum dan studi lapangandi Norwich, dari pesawat helikopter polisi, dia memotretkebakaran yang kebetulan terjadi di laut. Anglia Televisionmenyiarkan dan memberinya honor 50 Poundsterling, ditambahlagi 50 Poundsterling karena Visnews tertarik membeli filmnya.

Pengalamannya saat menjalani profesi wartawan dan jurukamera TVRI juga tak kalah menarik. Dialah wartawan televisiIndonesia yang pertama kali siaran langsung dari luar negeri.Yakni pada 8 Juli 1976, membawakan program TVRI siaranlangsung peluncuran Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD)Palapa A-1 dari Cape Canaveral Florida, Amerika Serikat.

Yang unik, dia pernah menggantikan posisi Dirjen PerhubunganLaut, Departemen Perhubungan, Laksamana Madya HarjonoNimpoeno (Alm) untuk meresmikan salah satu proyek pelabuhanNunukan, Kalimantan Timur.

Sepuluh tahun kemudian, Subrata benar-benar menjadiDirektur Jenderal Radio, Televisi dan Film, DepartemenPenerangan RI. Sebelumnya, dia menjadi siswa termuda (38tahun) Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Kursus

Page 14: 06 Pengantar Penulis

xlvi

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

Reguler Angkatan XII tahun 1979/1980. Ketika itu, Subratamasih belum menjabat direktur, masih eselon tiga, golongan masihIII/d, belum mengikuti Sespa. Padahal syarat untuk bisa menjadipeserta waktu itu harus minimal golongan IV/ b dan umur 48-52tahun. Sehingga golongannya dikatrol menjadi IVa, dan beberapabulan kemudian menjadi IV /b. Terakhir dia mencapai pangkat/golongan Pembina Utama IV/e.

Di tengah masa pendidikan di Lemhannas, dia diangkat sebagaiKetua KRA XII dan selanjutnya menjabat Direktur TVRI (1980-1983). Lalu karena keuletan, kegigihan dan keenceran otaknyadia bisa bertahan sebagai pejabat eselon I di DepatemenPenerangan selama 14 tahun. Dia memegang posisi Dirjen Radio,Televisi dan Film (1983-1987), Staf Ahli Menteri Penerangan RIBidang Pengembangan Pers, Pendapat Umum dan Luar Negeri(1987-1989), Kepala Badan Litbang Deppen (1989-1990), danDirjen Pembinaan Pers dan Grafika (1990-1997).

Setelah itu, dia memegang posisi puncak selaku Direktur Utama(CEO) di sebuah perusahaan negara yang pernah dibinanya,Perum Percetakan Negara RI (1977-2010). Sebagai CEO, Subratamemosisikan diri sebagai kapten kesebelasan merangkapplaymaker. Dia melakukan perubahan berarti di PerumPercetakan Negara RI.

Kendati dari segi jenjang jabatan, posisi Dirut Perum PercetakanNegara RI ini merupakan penurunan, atau degradasi dalam istilahsepakbola, tetapi dia menerima dan menyukurinya. Ternyata,itulah jalan Tuhan baginya. Sebab, tak disangka, beberapa saatkemudian, reformasi bergulir dan Departemen Penerangansempat dibubarkan (Presiden Abdurrahman Wahid, 1999-2001).Sementara, Subrata terus memimpin Perum PNRI selama hampir12 tahun dari tahun 1997 sampai 2009. Di Perum PNRI, yangmemiliki 12 cabang di beberapa daerah, Subrata melakukanbanyak perubahan dan kemajuan yang berarti.

Inilah uraian singkat, fragmen dari Bagian 2 Jejak Hidup yang

Page 15: 06 Pengantar Penulis

xlvii

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

Bermakna, diawali Prolog Berfikir Menjelajah Ruang. Bagian 2.01Sang Juru Kamera dan Bisnismen, berkisah tentang bagaimanaSubrata mengawali karirnya. Bagian 2.02 Etika dan LiputanHumanis, memaparkan kiprahnya sebagai jurnalis denganmemegang teguh etika dan melakukan liputan-liputan humanis.2.03 Mereka Yang Akan Datang, sebuah program acara TVRIyang digagas dan dilaksanakannya, menampilkan para aktivisAngkatan ’66 sebagai mereka yang akan menjadi orang pentingpada hari yang akan datang.

2.04 Koper Kaleng dan Beasiswa ke Skotlandia, kisahmenariknya ketika mendapat beasiswa ke Skotlandia-Inggris.Dilanjutkan 2.05 Reporter Wakili Dirjen Perla; 2.06 SiswaTermuda KRA XII Lemhannas; 2.07 Kisah Ketika Jadi DirekturTVRI; 2.08 Dirjen Termuda dan Fenomena Dirjen PPG; 2.09Dikira Ada Saham di Hotel Puri Santika; dan 2.10 Hikmah TurunJabatan.

Selain selalu berdzikir dan berpikir, sepenuhnya hidup Subrataadalah bercinta dalam kearifan politik seni sebagai seniman,budayawan, pekerja sosial dan musafir ilmu sepanjang hayat. Halini, terurai dalam Bagian 3 bertajuk Kala Cinta Bersemi danBerseni. Diawali Prolog: Bercinta dalam Kearifan Politik Seni.

Bagi Subrata, salah satu dimensi cinta (bercinta) adalah sebuahkegiatan aktif dan nyata dalam dunia seni-budaya, berupa empati,perhatian, kepedulian, gagasan, apresiasi, bantuan, dukungan,perbuatan, pengabdian, dan pengorbanan.

Politik seni, yang dimaksud adalah: 1) seni kearifan untukberkesenian (mengatur, mengembangkan dan melestarikankesenian dan kebudayaan); dan 2) Seni berkesenian untukmenumbuhkan dan mendorong seni kearifan berpolitik. Seni(tradisional), yang merupakan bagian dari kearifan lokal, dijadikanlandasan dari tindakan politik yang bermuara pada ketahanannasional.

Page 16: 06 Pengantar Penulis

xlviii

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

Antara Subrata dan seni seperti bulat pembuluh air. Manunggaldan tidak bisa dipisahkan. Dalam kaitan ini, baginya, maknabercinta merupakan bagian tak terpisahkan, satu kesatuan,bahkan sebagai aksi aplikasi dari berdzikir dan berfikir.

Sejak usia dini, bahkan sampai dia menginjak usia 70 tahun,seni adalah bahagian nafas kesehariannya. Dalam sosok Subrataterdapat multi citraan yang saling kuat dan menguatkan dalamikatan kearifan seni-budaya. Dia bukan hanya seorang jurnalis,atau birokrat, atau CEO, atau cendekiawan, tetapi juga senimandan budayawan tulen.

Dr. Subrata adalah sosok yang melancarkan gerakan politik seni,di ranah mana pun dia berkiprah. Sejak masa kecil, masa sekolahdan kuliah, lalu menjadi jurnalis hingga jadi Direktur TVRI, DirjenRTF dan Dirjen PPG, dan kegiatan di berbagai organisasi, bahkansetelah dalam usia pensiun masih dipercaya menjabat DirutPerum Percetakan Negara RI, baik dalam lingkungan kerjanya,terutama di lingkungan masyarakat yang lebih luas, Subrata selalumenggelorakan politik seninya.

Salah satu wujud jelajah politik seninya yang terstruktur danstrategis adalah ketika bersama-sama dengan beberapa tokohlainnya, mendirikan Yayasan Budaya Sunyaragi, Cirebon, tahun1986, dimana Subrata sebagai ketuanya.

Nama Sunyaragi diambil dari nama sebuah Goa Sunyaragi,peninggalan sejarah Sunan Gunung Jati (salah satu dari sembilanwali - Walisongo) berlokasi di atas areal seluas 17,8 ha di Cirebon,Jawa Barat, tak begitu jauh dari Desa Mayung tempat kelahiranSubrata.

Di Yayasan Budaya Sunyaragi (YBS) itulah dia bersama teman-temannya membina ribuan seniman tari dan kesenian tradisional,kerajinan tangan (handicraft), dan lukis. Serta telah melaksanakantidak kurang dari 20 kali pagelaran kolosal. Di antaranya,Pagelaran Sendraswatacana Tandhange Sinatria Pamayung(1991), Pagelaran Sendraswatacana “Tandhange Ki Bagus Rangin”

Page 17: 06 Pengantar Penulis

xlix

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

(1993), Festival Seni Cirebon (1995), Pagelaran Budaya di Cirebon(2001) dan Sendratari “Palagan Putri Selapandan”. Dan banyaklagi, tak kurang dari 20 pagelaran seni-budaya.

Penerima Penghargaan Bintang Jasa Utama dari PemerintahRI (1995), Bintang Satya Lencana Karya Satya dari PemerintahRI (1996), Bintang Maheswara dari Lembaga Ketahanan Nasional(Lemhannas) tahun 2003 dan 10 Pria Berbusana Terbaik (1980)ini selalu menyematkan jiwa seni di setiap langkahnya. Seni ,baginya, menjadi kebutuhan yang hakiki dan punya fungsi yangfilosofis.

Keinginannya untuk terus melestarikan seni budaya warisanleluhur, terpacu sejak kecil, lahir dan dibesarkan, di kampung. Ditempat di mana dia melihat begitu banyak kearifan lokal yangsangat tinggi nilainya. Sebuah identitas diri yang dia pegang sampaikapan pun. Sidik jari Subrata tercetak gurat-gurat seni. Seayunselangkah, di mana pun dan kapan pun Subrata berada, dia selalumemperlihatkan sikap seninya yang kuat.

Pengalaman inilah yang dikisahkan dalam Bagian 3 bertajukKala Cinta Bersemi dan Berseni. Diawali Prolog: Bercinta dalamKearifan Politik Seni. Dilanjutkan Bagian 3.01 bertajuk PenariPantura itu, mengisahkan dan memaknai kecintaan dankepiawaian Subrata atas kesenian sejak kecil hingga usia emasnya.3.02 Sendraswatacana Tandhange Sinatria Pamayung, Salah satukegiatan ‘politik seni’ berupa pagelaran kolosal yang digagas dandigelar Subrata bersama Yayasan Budaya Sunyaragi (YBS) yangdiketuainya sendiri..

3.03 Sendraswatacana Tandhange Ki Bagus Rangin, jugasendratari kolosal mengisahkan Ki Bagus Rangin yang didukungpara santri ketika melawan penjajah Belanda. Sejarah danperjuangan dengan latar belakang Islam, sebagai rangkaian kisahmelegenda Sunan Gunung Jati, salah seorang dari sembilan wali(wali songo) yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.

3.04 Festival dan Pagelaran Kesenian, 1995 & 2001, memaknai

Page 18: 06 Pengantar Penulis

l

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

Festival Kesenian Cirebon yang diselenggarakan di BentaraBudaya, Jakarta dari 27 Oktober sampai 5 November 1995 dansejumlah pagelaran seni lainnya yang diselenggarakan diTamansari Budaya Sunyaragi, Cirebon dan di berbagai tempatlainnya, termasuk di luar negeri.

3.05 Sendratari Palagan Putri Selapandan, sebuah sendratariKolosal yang digelar di Panggung Budaya Sunyaragi, Cirebon,Sabtu 27 Agustus 2005, malam, dalam rangkaian acara perayaan60 Tahun Indonesia Merdeka, sekaligus menyambut kehadiranPresiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta ibu Hj AniYudhoyono di Cirebon. Mengisahkan putri yang cantik jelitabernama Ni Mas Gandasari, putri angkat Ki Ageng Selapandan(Pangeran Cakrabuana) yang bermukim di daerah Selapandan,sebelah barat Astana Gunung Djati.

Pada masa itu, Ni Mas Gandasari (Putri Selapandan) sangatdikagumi banyak pria ksatria karena selain wajahnya cantik jelita,juga memahami nilai-nilai Islam, serta memiliki kehebatan dalamilmu bela diri. Namun, hal itu membuat sang putri sulitdipersunting para ksatria. Kemudian diadakanlah pertarunganterbuka (palagan) antara sang putri dengan siapa saja yang inginmempersunting dirinya. Tetapi, semua petarung berhasildikalahkannya.

3.06 Taman Budaya “Wong Cerbon”, bagaimana YayasanBudaya Sunyaragi , pimpinan Subrata, mendorong berbagai pihakuntuk memelihara cagar budaya Gua Sunyaragi yang dibangunpada tahun 1703 M oleh Pangeran Kararangen (Arya Carbon)dan dikelola sebagai tamansari budaya ‘Wong Cerbon’.

3.07 Partisipasi Membangun Budaya Cirebon. Bab inimerupakan butir pikiran Subrata tentang seni-budaya Cirebonsebagai bagian dari kearifan politik seninya. Disadur darimakalahnya berjudul ‘Menumbuhkan Partisipasi Masyarakatdalam Membangun Budaya Cirebon’, dalam sebuah SarasehanIkatan Alumni Lemhannas (IKAL).

Page 19: 06 Pengantar Penulis

li

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

Bagian 4 bertajuk: Taman Sari Lastari, Taman Cinta. DiawaliProlog: Bercinta Sepenuh Hidup. Memaparkan bagaimanaSubrata menempatkan keluarga dalam cinta sepenuh hidup,sebagaimana juga berfikir dan berkarya meniti karir sertabercinta dalam kearifan politik seni. Bercinta dalam keluarga,disimbolkannya dalam Taman Sari Lastari. Sebuah taman cintayang menegaskan bahwa baginya pernikahan (keluarga) adalahsebuah ikatan seumur hidup, yang disahkan oleh Tuhan.

Bagi Subrata, cinta memiliki dimensi yang amat luas. Sebagaiseorang muslim, Subrata selalu berupaya memaknai hidupnyadengan bercinta, berbagi cinta kasih antarsesama. Dalam elemencinta, dia menempatkan diri sebagai mahluk yang selalumenyeimbangkan urusan hablum minlallah dan hablummenannas. Hubungan vertikal dan horisontal yang disimpul titikharmoni.

Dalam lingkup khusus, yang teramat dekat, Subrata mengarti-kan cinta sebagai bentuk kecintaannya terhadap keluarga,kerabat dan masyarakat lingkungnnya. Dia menunjukkankeseharian bahwa setiap orang harus berawal dari diri sendiri,kemudian keluarga, kerabat dekat, sahabat, masyarakat, bangsadan negara. Sangat sulit kiranya seseorang mencintai orang laintanpa mencintai lebih dulu diri dan keluarga sendiri.

Subrata sangat menyadari bahwa cinta dalam keluarga,terutama suami-isteri, adalah fitrah. Baginya, tujuan berkeluargaadalah untuk mencapai kualitas hidup sakinah yang berawal daricinta kasih yang tulus antara dua pribadi dari dua jenis dandisahkan oleh Tuhan.

Perkawinan menuntut agar masing-masing jujur kepada dirisendiri, dan kepada jodoh masing-masing, serta kepada Tuhan.Jujur kepada pasangan hidup, karena pasangan hidup atau jodoh(suami istri) adalah ‘pakaian’ dan ‘perhiasan’ satu untuk lainnya.Isteri adalah menjadi sebaik-baiknya perhiasan untuk suami,

Page 20: 06 Pengantar Penulis

lii

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

dan suami adalah pakaian untuk isteri. Suami dan istri harus salingmemerlukan, saling membantu, saling mendukung, salingmelindungi, dan saling mencocoki sebagaimana pakaianmencocoki tubuh.

Subrata menikah dengan Lastari di Cirebon pada tanggal 9Februari 1967. Keduanya berasal dari keluarga tradisional,keluarga yang sangat menanamkan nilai-nilai kearifan lokal,memegang prinsip bahwa hanya orang yang bisa memimpinkeluarga yang bisa memimpin orang lain. Subrata dan Ibu Lastarimelakoni kedua peran tersebut dengan sangat baik.

Demikianlah, Subrata bersama Ibu Lastari Wardiningsih, isteriyang amat dicintainya, saling mengisi dalam segala dinamikanya,yang mereka simbolkan dalam sebuah Taman Sari Lastari dibahagian sudut belakang rumah kediamannya. Sebagai TamanCinta bagi suami-isteri, bagi 5 anak dan cucu-cucunya, juga bagikerabat dan masyarakat sekitar, serta Taman Cinta ataskeagungan Tuhan Maha Pengasih. Taman Cinta Kasih yangmenjadi ciri penting bagi orang beriman.

Semua itu dikisahkan dalam Bagian 4 bertajuk: Taman SariLastari, Taman Cinta. Diawali Prolog: Bercinta Sepenuh Hidup.Kemudian Bagian 4.01 Pernikahan Sebagai Fitrah, berkisahtentang perkenalan, pernikahan dan kelahiran anak-anaknyaserta makna pernikahan. 4.02 Dinamika Cinta Taman Sari Lastari,mengisahkan bagaimana keluarga mengarungi bahtera kehidupanberkeluarga, saling mencintai dengan segala dinamikanya. 4.03Pengasuhan Kearifan Lokal, difokuskan pada proses pengasuhananak-anaknya.

Kemudian, 4.04 Idealis dan Tak Punya Apa-apa, berupapaparan puterinya Gitawati Setianingrum. 4.05 Ingat Asal-Usul,kesan putera bungsunya Hira Laksamana tentang pengasuhankedua orang tuanya. 4.06 Punya Energi Besar, paparanMarcapada Sukardi, menantunya. 4.07 Opa Hebat, paparancucunya Ramya Hayasrestha Sukardi, Raras Dwiajna Sukardi dan

Page 21: 06 Pengantar Penulis

liii

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

Rafa Paramajna Sukardi, mewakili 12 orang cucunya.

Lalu, 4.08 Perhatiannya Tidak Berubah, paparan kakanya Hj.Nursari dan adiknya Dra. Hj. Indahyati, MSi. 4.09 Olahraga danOlahrasa, kisah tentang bagaimana Subrata menjaga kesehatansehingga masih tetap fit hingga usia emasnya. 4.10 Lebaran, PakaiSafari Semua, mengisahkan perhatian Subrata kepada kampunghalaman, kerabat dan teman-teman masa kecilnya.

Juga dilengkapi kesaksian dan apresiasi beberapa sahabat dikampung halamannya, dalam bagian 4.11 Peduli KampungHalaman, penuturan H. Ahmad Lanya, tentang peranan Subratadalam ‘Listrik Masuk Desa’; H. Kasmina, teman sepermainanSubrata ketika masih anak-anak, berkisah tentang ‘Dia MauBerkorban’; Begitu pula Pandi, mewakili generasi muda,mengagumi Subrata karena ‘Peduli Pemuda Desa dan Koperasi’;Sukiman, SE, Pengurus Majlis Taklim “Nurul Yakin” DesaMayung, menyebut Subrata ‘Ramah dan Rendah Hati’; Serta, Drs.H. Abu Malik, M.Pd, Kepala SMA Al Azhar 5 Cirebon, menuturkanbagaimana peranan Subrata mendirikan Lembaga PendidikanSMA Al-Azhar di Cirebon.

Dalam Bagian 5 bertajuk: Butir Pemikiran Subrata. DiawaliProlog: Cendekia Humaniora. Menguraikan bagaimana Subratamemaknai berpikir dalam hidup. Hidup adalah berpikir. Sebabhidup selalu berhadapan dengan masalah. Namun bagi seorangcendekia, selain berpikir mengatasi masalah, juga berkemampuanmengelolanya jadi peluang. Subrata, bahkan sering berpikir jauhmelebihi posisi (jabatan dan pendidikan formal), menembus batasruang dan waktu jauh ke depan.

Dalam bagian enam ini dipaparkan butir-butir pemikirannyayang juga melintasi spesialisasi akademik formalnya, melingkupiberbagai bidang. Dia, anak petani yang berasal dari pelosok desa,berhasil meraih gelar Doktor dan berkiprah sebagai cendekiawanhumaniora, dalam dunia tanpa batas (global).

Page 22: 06 Pengantar Penulis

liv

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

Dia seorang cendekiawan yang berkecerdasan menyatakan danmengenali kebenaran serta berkeberanian memperjuangkankebenaran itu demi kepentingan umum, meskipun menghadapitekanan dan ancaman. Dia juga berkemampuan menyampaikanide-ide dan gagasan-gagasan baru tentang berbagai masalah sertamempublikasikan dan mendiskusikannya dengan khalayak ramai(publik).

Dalam konteks ini, pengertian tentang orang cendekia, ataucendekiawan atau intelektual adalah orang yang memilikiketajaman berpikir secara sistematis (pemikir) dan bersikapterus-menerus meningkatkan kemampuan berpikirnya (intelek-tualisasi) untuk menggagas, mengkaji, menganalisis, merumuskan(solusi) suatu atau berbagai masalah dan menyumbangkannyauntuk kepentingan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas.

Dalam pemahaman ini pulalah kita memandang, Dr. Subratasebagai seorang cendekia (cendekiawan). Dari berbagai sudutpandang, dia adalah seorang cendekiawan (intelektual). Diaseorang jurnalis yang kaya ide dan gagasan. Juga seorang birokratyang mempunyai ketajaman (berpikir) jauh melampaui tingkatanjabatan yang pernah dipercayakan padanya.

Bahkan, sebagai contoh, perihal gagasan atau kecenderungantentang lahirnya televisi swasta di Indonesia, telah dilontarkannyasaat menjabat Direktur Televisi RI (1980-1983) dan DirekturJenderal Radio, Televisi dan Film (1983-1987), sebagai Dirjentermuda kala itu. Sebagaimana juga dikemukakan mantan atasan(menteri)-nya di Departemen Penerangan, H. Harmoko, selainmampu memperjuangkan sebuah gagasan, Pak Brata ini juga lebihcepat berpikir dari yang lainnya. Subrata juga selalu mampumemberi pandangan-pandangan, tidak sekadar yes-man.

Kecerdasan menyampaikan ide dan gagasan itu pulalah yangmendorong Letnan Jenderal TNI (Purn) Ali Moertopo, selakuMenteri Penerangan, memberi kesempatan lebih dini bagiSubrata mengikuti pendidikan di Lembaga Ketahanan Nasional

Page 23: 06 Pengantar Penulis

lv

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

(KRA-XII Lemhannas) tahun 1979/1980, tatkala Subrata masihberusia 38 tahun, golongan III/d, dan belum pernah Sespa.Padahal, persyaratan kala itu, harus berusia 48-52 tahun, mini-mal golongan IV/b dan sudah selesai Sespa dan berpangkatKolonel senior atau Brigjen bagi TNI dan Kepolisian RI.

Apalagi, bila ditinjau dari segi pecapaian jenjang pendidikannya.Dia sarjana (S1) Ilmu Hubungan Internasional dari UGM. Pernahstudi di The Thomson Foundation College, Glasgow Skotlandia(1968/1969) dengan spesialisasi studi “Television News Produc-tion and Broadcast Satellite System.” Meraih gelar MagisterHukum (S2) bidang Hukum Bisnis, Program PascasarjanaFakultas Hukum, Universitas Padjadjaran (FH-Unpad), Bandung(2002). Dan, meraih gelar Doktor (S3) Ilmu Hukum ProgramPascasarjana, FH-Unpad (2005), spesialisasi Cyber Crime dengandisertasi: “Kejahatan Siber Transnasional dalam PerspektifHukum Nasional dan Hukum Internasional.”

Belum lagi bila dipandang dari sisi kecerdasannya dalam bidangkesenian dan kebudayaan, dia sungguh pantas dimeteraikansebagai maestro dan cendekiawan seni-budaya. Dia bukansekadar sebagai seorang aktor, penari, atau musisi, tetapi lebihlagi sebagai intelektual kesenian dan kebudayaan.

Maka, lengkaplah eksistensinya sebagai seorang intelektual ataucendekiaawan, yang, selain juga memiliki keahlian khusus sesuairaihan terukur jenjang pendidikannya — S1 Ilmu HubunganInternasional, Television News Production and Broadcast Satel-lite System, S2 Hukum Bisnis dan S3 Cyber Crime – dia jugapunya kecerdasan dan intelektualisasi diri dalam berbagai bidanghumaniora.10

Semua ini diuraikan dan dimaknai dalam Bagian 5 bertajuk Butir

10 Humaniora adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi,

dalam arti membuat manusia lebih berbudaya. Kategori yang tergolong dalam ilmu ini antara lain teologi,

filsafat, hukum, sejarah, filologi, bahasa, budaya & linguistik (kajian bahasa), kesusastraan, kesenian dan

psikologi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen P dan K, Balai Pustaka 1988; dan Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Depdiknas, PT GramediaPustaka Utama, 2008, hlm.512.

Page 24: 06 Pengantar Penulis

lvi

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

Pemikiran Subrata. Diawali Prolog Cendekia Humaniora.Dilanjutkan Bagian 5.01 berjudul Doktor dari Desa Mayung. Bagianini memaknai perjalanan hidup Subrata, yang memegang prinsip‘kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dalam mencari ilmu , diabenar-benar seperti musafir yang kehausan di padang pasir. Diatak mengenal lelah, apalagi kata cukup. Hingga pada usianya yangsudah 65 tahun pun, dia masih kuliah mengambil Program DoktorIlmu Hukum - Program Pasca Sarjana, Fakultas Hukum Univer-sitas Padjadjaran, Bandung.

Setelah mempertanggungjawabkan disertasi doktornyaberjudul: “Kejahatan Siber Transnasional dalam PerspektifHukum Nasional dan Hukum Internasional,” pada tanggal 23 Sep-tember 2006, dia meraih gelar Doktor Ilmu Hukum, spesialisasikejahatan siber transnasional, dengan penghargaan kelulusan cumlaude.

Sebagian (cuplikan) disertasi itu disajikan pada bagian 5.02Antisipasi Kejahatan Siber Transnasional. Bagaimana antisipasisistem hukum pidana terhadap kejahatan siber transnasional.

Kemudian dalam bagian selanjutnya disarikan berbagaipemikiran Dr. Subrata. Bagian 5.03 berjudul Tembus Batas Ruangdan Waktu, dicuplik dari makalah yang disampaikannya dalamforum Lokakarya Penyusunan, Perlindungan Data dan InformasiPribadi di Jakarta, 4 September 2007, serta sebagai narasumberdi Lemhannas dan tim ahli BPHN, berjudul: Teknologi InformasiMenembus Batas Ruang dan Waktu.

Bagian 5.04 Terorisme Negara dan Global, pemikirannyatentang masalah teroris global dilihat dari sudut pandang kulturaldan rasional, dan upaya melawan dan pencegahannya. Diambildari makalahnya berjudul: ‘Konsepsi Teroris Global: Kultural danRasional’ yang disampaikan sebagai narasumber dalam kegiatanIkatan Alumni Lemhannas (IKAL) dan BPHN.

Bagian 5.05 tentang Kontrol Masyarakat Terhadap Korupsi.Butir pemikiran dan paparannya tentang partisipasi dan kontrol

Page 25: 06 Pengantar Penulis

lvii

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

masyarakat dalam mengatasi masalah korupsi di Indonesia. Mulaipemaparannya tentang masalah yang dihadapi, implementasigerakan nasional pencegahan korupsi, bagaimana supaya budayamalu korupsi memasyarakat, korupsi sebagai tindak kejahatanluar biasa (Extra Ordinary Crimes), dan pencegahaan korupsidalam analisis SWOT. Butir pemikiran ini dicuplik dari makalah-nya berjudul: ‘Kontrol Masyarakat dalam Intensifikasi PencegahanKorupsi,’ yang juga disampaikannya sebagai narasumberLemhannas dan BPHN.

Bagian 5.06 Penanggulangan Kejahatan Data Pribadi. PemikiranDr. Subrata tentang upaya penanggulangan kejahatan terhadapdata dan informasi pribadi. Dia menyarankan agar Undang-undangtentang Privasi atas Data dan Informasi Pribadi segeradirumuskan RUU-nya.

Bagian 5.07 TVRI, Lembaga Penyiaran Publik, berisi pemikir-annya tentang eksistensi TVRI sebagai lembaga penyiaran publik.Subrata menyarankan agar TVRI mengikuti perkembanganteknologi TV masa depan, dimulai dari yang ada saat ini dikenaldengan analog broadcast, secara bertahap memasuki era digitalbroadcast murni, tahap selanjutnya adalah digital broadcastembedded data dengan model interaktif terbatas.

Bagian 6, yang merupakan bagian terakhir, memaparkan kata-kata sahabat, dalam judul: Percik Kata Sahabat. Memaknai kata-kata sebagai suatu keabadian, melintasi ruang dan waktu. Apalagikata-kata yang terucap dari para sahabat, sebagai cermin yangjujur dan setia. Sahabat sebagai ladang hati bertabur kasih yangmenghangati jiwa saat suka atau duka.

Dalam Prolog bertajuk Cermin dari Sahabat, dimaknai artisahabat dan persahabatan bagi Subrata. Tidak hanya sekadarkeindahan kata, tetapi sebuah keniscayaan dan kepentinganpemenuhan kebutuhan jiwa sebagai insan yang berdzikir, berfikirdan bercinta.

Page 26: 06 Pengantar Penulis

lviii

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

Kendati tak bisa dipungkiri, dalam keseharian sering kalidihadapkan pada realitas (politik) yang beranggapan bahwa tidakada sahabat sejati yang ada hanya kepentingan. Tetapi bagiSubrata, tidak hanya memaknai persahabatan sebagai kepenting-an, melainkan juga sekaligus sebagai kewajiban insani yangberiman. Sebagai suatu implementasi keimanan dan ketaqwaankepada Sang Khalik Alam Semesta. Persahabatan (ketaqwaan)kepada Allah, harus teraplikasikan dalam persahabatan dengansesama manusia. Bagi Subrata, satu musuh sudah terlalu banyakdan seribu sahabat masih terlalu sedikit.

Dalam konteks persahabatan demikianlah Subrata menjalanihidupnya, sekaligus memaknai persahabatan (sahabat) sebagaicermin. Cermin yang bening, jujur dan setia menampakkan dirinyadi hadapannya sendiri. Cermin di mana dia bisa melihat dirinyasendiri, baik dalam hubungan horisontalnya dengan sesama (parasahabat) maupun dalam hubungan vertikalnya dengan Illahi.

Bagian 6 ini mencatat percik kata sahabat, setelah Subratamenjalani hidup 70 tahun. Walaupun disadari apa yang tercatatdalam bagian ini hanyalah ibarat sebuah noktah yang terpantuldari hamparan cermin kehidupannya. Sebab, masih ada selaksakata yang tidak terucapkan dari para sahabat yang bisamemantulkan gambaran diri Subrata, lebih lengkap. Apalagi,cermin diri yang sempurpa hanyalah mungkin diucapkan dandicatat oleh malaikat yang memang ditugaskan Tuhan untukmencatat jejak rekam manusia.

Namun, catatan percik kata sahabat, ini sepantasnya disyukuridan dicatat dengan menyadari akan keabadian kata dan maknanya.Terimakasih para sahabat! Kata pujian para sahabat yang tidakmembuatnya lupa diri, tetapi mendorong dan memberinyakearifan hidup, untuk lebih arif dan bijaksana sekali pun (tatkala)menerima fitnah dan cercaan.

Percik kata dari 22 sahabat yang tercatat dalam buku inidimulai dari H. Subagdja Prawata yang menyebut Subrata ‘Cepat

Page 27: 06 Pengantar Penulis

lix

FRAGMENTASI BIOGRAFI HUMANIORA |

BERDZIKIR, BERFIKIR DAN BERCINTA

Menguasai Masalah’ dan Ir. H. Imam Taufik mengapresiasiSubrata sebagai seorang yang ‘Kental Darah Seni’. Dr. ZaenalSoedjais melihat diri Subrata sebagai ‘Representasi Wong Cirebon’.Prof. Dr. H. Djakaria Machmud menyebut Subrata ‘Generalis Oke,Lex Spesialis Oke.’ Sedangkan Marsma TNI (Pur) dr. H. RamanR. Saman memantulkan cermin dengan menyebut ‘DedikasinyaTinggi’.

Subrata dinilai ‘Independen dan Profesional’ oleh Theo L.Sambuaga. Bagi pengacara senior Dr. Tommy Sihotang, SH, LLMada 10 alasan menguatkan pandangannya tentang Subrata sebagai‘Sosok Lengkap dan Mumpuni’. Ajip Rosidi mengenalnya sebagai‘Penari yang Jadi Birokrat.’

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Prof. Dr. RokhminDahuri mengungkap kata ‘Soldier Never Dies’ untuk menggam-barkan diri Subrata. Drs. H. Tarman Azzam, Ketua DewanKehormatan PWI menyebut ‘Dia Orang Hebat Serepublik.’Wartawan senior Drs. Djafar Husin Assegaf menyebut Subrata‘Sahabat Tak Terlupakan’. Dr. Ir. Suharyadi MS, Rektor Univer-sitas Mercu Buana, meyakini Subrata sebagai ‘Manusia yangKomplit.’ Sedangkan, Prof. Dr. HE. Saefullah Wiradipradja, SH,LL.M mengenal Subrata sebagai ‘Birokrat, Ilmuwan danBudayawan’.

Kepala BPHN Prof. Dr. Ahmad M. Ramli, SH, MH, FCBArbmengenal Subrata orang yang ‘Supel dan Sistematis.’ MantanDirjen Imigrasi yang kini menjabat Deputi Sekretaris KabinetBidang Hukum Dr. Iman Santoso mengingat Subrata Baca ‘Beritadi Teras Rumah’. Dr. Mohammad Indra, SH, MH, Plt DirjenImigrasi, merasakan Subrata sangat ‘Peduli dan Kebapakan’. CEOPT. Baja Putih Ir. Gideon Sulistio, sangat menghargai Subratasebagai seorang yang ‘Selalu Pegang Komitmen’.

Ir. Brandan Sembiring, mantan Sekretaris Ditjen RTF,memandang Subrata dengan ‘Visinya Jauh ke Depan’. Ir. IsnuEdhi Wijaya, MH, Dirut Perum PNRI yang menggantikan Subrata

Page 28: 06 Pengantar Penulis

lx

| PENGANTAR PENULIS

SUBRATA | BIOGRAFI HUMANIORA

memandangnya sangat ‘Agamis dan Peduli Pendidikan’.Sedangkan Pantur Silaban, SE, mantan Direktur OperasionalPerum PNRI menganggap Subrata sebagai ‘Guru, Bapak danPembimbing.’ Subrata dikagumi sebagai orang yang ‘SelaluBerhati-Hati’ oleh Drs. Sutadji Musdi MBA, mantan DirekturKeuangan Perum PNRI. Sementara Drs. Jansius Siahaan MSc,mantan Direktur Pemasaran Perum PNRI sangat menghormatiSubrata yang ‘Pandang Semua Orang Sama’

Ibu Roostien M. Ilyas, yang sudah lama mengenal Subratamenilai Subrata ‘Tak Bisa Ambil Muka dan Pura-Pura’. Ir. ArifinPranoto, Brands Operation I PT Astra Graphia Tbk mengapresiasiSubrata sebagai ‘Guru Mirip Teman’.

Demikianlah adanya penulisan biografi humaniora Subrata ini.Tentu masih banyak kisah hidupnya yang belum tercatat dalambuku ini. Sebagaimana dikemukakan pada bagian awal pengantarini, bahwa biografi ini pastilah tidak sempurna, juga tentu subjektif,karena tidak terlepas dari ketidaksempurnaan manusiawi Subratasendiri dan terutama penulis biografi ini. Sebab, sesungguhnyapenulis biografi manusia yang paling objektif dan sempurna adalahpara malaikat yang ditugaskan Sang Pencipta mencatat setiapgerak manusia ciptaan-Nya. Namun, biografi yang sekalipun jauhdari sempurna, pastilah berguna paling tidak sebagai sebuahnoktah dalam rangkaian catatan panjang kisah manusia.