0510920017_dadan sutrisno.doc

18
TUGAS AKHIR SEMESTER Sebagai syarat ujian akhir mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh Bapak Sony Sukmawan, MPd. oleh: DADAN SUTRISNO 0510920017-92 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: yeshy-stuawrhey

Post on 26-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM ALBUM COKELAT,

TUGAS AKHIR SEMESTER

Sebagai syarat ujian akhir mata kuliah Bahasa Indonesia

yang diampu oleh Bapak Sony Sukmawan, MPd.

oleh:

DADAN SUTRISNO

0510920017-92

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2008

CONTOH 2 ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN

NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM ALBUM COKELAT,

UNTUKMU INDONESIAKU

Dadan Sutrisno

ABSTRAK

Salah satu kecenderungan yang cukup memprihatinkan dewasa ini ialah sudah tak terlihatnya jiwa nasionalisme di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda. Sementara itu generasi muda adalah tulang punggung bangsa dimana masa depan bangsa dipertaruhkan. Oleh karena itu krisis nasionalisme yang terjadi harus segera diatasi dengan cara menggugah dan menumbuhkan kembali semangat nasionalisme masyarakat bangsa ini dimulai dari generasi mudanya. Untuk dapat menyentuh generasi muda, lagu atau musik merupakan media yang cocok untuk menyuarakan semangat nasionalisme, karena lagu dan musik mudah diterima oleh siapa saja, terlebih oleh kalangan generasi muda dimana dunia musik berkembang pesat. Melalui musik, nilai-nilai nasionalisme dalam lagu-lagu nasional patut diangkat kembali sebagai salah satu upaya untuk menumbuhkan kembali semangat dan jiwa nasionalisme generasi muda yang dinilai sudah memudar. Untuk tujuan itu, memanfaatkan momentum hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-61, grup musik Cokelat mengeluarkan album yang berisi lagu-lagu nasional dengan aransemen yang disesuaikan dengan selera pasar saat ini, dengan harapan dapat diterima oleh penikmat musik dan menumbuhkan kembali jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda.

Kata kunci:nasionalisme, cokelat, untukmu indonesiaku, lagu nasional

PENDAHULUAN

Lagu adalah suatu karya seni yang merupakan media penyampai pesan maupun perasaan penulisnya. Lagu memiliki makna lebih jika dibandingkan dengan media bahasa yang lain seperti artikel atau puisi. Suatu artikel hanya dapat dipahami maksudnya apabila artikel tersebut dibaca dengan seksama, disamping itu, artikel tidak dapat menampilkan emosi penulis sebaik pada lagu. Lagu, yang merupakan bahasa verbal, memiliki kemampuan lebih baik dalam hal pengungkapan emosi dan pesan yang ingin disampaikan, sehingga lagu dapat dengan mudah memengaruhi emosi pendengarnya. Berbeda dengan puisi yang pada umumnya menggunakan bahasa sastra yang kental sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menikmati dan menangkap makna tersirat didalamnya, lagu biasanya menggunakan bahasa yang relatif lebih mudah dipahami sehingga orang yang mendengarnya lebih mudah untuk menangkap maksud yang ingin disampaikan.

Kelebihan lagu yang lain ialah bahwa hampir semua orang menyukai lagu minimal dari satu jenis aliran musik, dimana peran musik dalam lagu juga tidak dapat dikesampingkan karena erat kaitannya dengan efektivitas penyampaian maksud dari suatu lagu. Secara umum, karakter suatu lagu seperti ungkapan sedih, marah, gembira dan sebagainya dapat dikenali dari irama dan karakter musiknya. Lagu juga bersifat universal, tidak hanya dari segi geografis, melainkan dari segi tingkatan usia, sehingga umumnya untuk dapat mengerti isi suatu lagu, pendengarnya tidak harus orang yang paham akan seni.

Terkait dengan peran lagu sebagai media penyampai pesan yang efektif, sudah sejak dulu lagu dimanfaatkan untuk mengobarkan semangat kebangsaan atau nasionalisme di masa perjuangan sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Hal ini ditunjukkan dengan lahirnya lagu-lagu nasional seperti Indonesia Pusaka dan Halo-halo Bandung karya ismail marzuki, Satu Nusa Satu Bangsa karya L. Manik, Bagimu Negeri karya Kusbini, Hari Merdeka dan Syukur karya H. Mutahar Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih dan Tanah Airku karya Ibu Sud, Bangun Pemuda Pemudi karya A. Simanjuntak dan masih banyak lagi lagu-lagu nasional yang lain. Lagu-lagu tersebut mencerminkan sikap nasionalisme dan kecintaan penulis lagu tersebut pada Tanah Air Indonesia sekaligus untuk memupuk dan membangkitkan nasionalisme generasi-generasi pengisi kemerdekaan yang telah direbut dengan tetes keringat dan darah para pahlawan agar kecintaan dan sikap bela negara terhadap negeri tumpah darah tercinta tetap terjaga.

Latar belakang cinta Tanah Air dan hasrat untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang jaya dan berkedaulatan begitu terasa di balik penulisan lagu-lagu tersebut. Para seniman dan komponis masa itu tidak takut menyuarakan harapan dan perjuangan merebut kemerdekaan walaupun nyawa mereka terancam akibat sikap vokal-nya itu.

Akan tetapi menarik untuk dikaji bahwa nasionalisme generasi muda masa kini tidak begitu tampak, bahkan layak untuk dipertanyakan. Nasionalisme generasi muda masa kini sudah tidak lagi tercermin dari sikap dan perbuatannya. Hal ini terlihat dari sikap konsumtif, lebih bangga dengan produk luar negeri dan bahkan merasa malu menggunakan produk negeri sendiri. Dalam Industri musik pun demikian, selain lebih mengedepankan keuntungan dan popularitas, banyak musisi muda yang berkiblat pada musik asing. Saat ini musik komersil lebih mendominasi karena musik sudah menjadi industri, dimana ideologi dalam lirik maupun nada tidak menjadi persoalan penting dibandingkan dengan selera pasar.

Menurut Andriana (2008), contoh paling nyata dari dominannya musik komersil adalah anak-anak SD pada umumnya lebih hafal melantunkan lirik lagu Surga-Mu-nya Ungu daripada lagu Syukur, lebih bisa memainkan nada lagu Jujur-nya Radja daripada memainkan kord Bagimu Negeri. Dan lebih bersemangat dengan lagu Jengah-nya Pass Band daripada Maju Tak Gentar.

Namun dari sekian banyak fakta yang menunjukan rendahnya nasionalisme di kalangan generasi muda dan industri musik, masih ada sebagian musisi yang menyuarakan tentang sosial, politik dan ketidakadilan seperti Iwan Fals dan Franky Sahilatua, dan Gombloh. Meski tentu saja tidak dapat dibandingkan dengan lagu-lagu nasional, tetapi itu merupakan usaha dan bentuk kepedulian mereka untuk menanamkan rasa cinta terhadap bangsa dan negara sebagai cikal bakal sikap nasionalisme.

Adalah sebuah modal penting untuk proses pembangunan, bahwa masyarakat terlebih dahulu harus dibangunkan pada wilayah emosinya, sebelum bergerak secara fisik. Dapat dilihat begitu hebatnya lagu Indonesia Raya berkumandang di Stadion Gelora Bung Karno Senayan ketika Timnas Indonesia bermain di ajang Piala Asia. Ditempat lain dapat pula disimak bagaimana gairah penonton band-band underground berjingkrak penuh semangat. Slankers atau OI-nya Iwan Fals rela berdesak-desakan dan bersama-sama idolanya bernyanyi bahkan berteriak Piss! Itu merupakan salah satu bukti bahwa lagu membangunkan spirit dan roh persatuan dan kesatuan bangsa (Andriana, 2008).

ALBUM UNTUKMU INDONESIAKU

Menjelang peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-61, grup musik Cokelat membuat sebuah album yang berisi lagu-lagu nasional dengan judul Untukmu Indonesiaku. Melalui album tersebut, Cokelat ingin memberikan kado istimewa yang sesuai dengan kemampuan Cokelat, yaitu dalam bermain musik.

Menurut Cokelat dalam Pesona Muda (2006), alasan hingga timbul gagasan untuk mengangkat lagu-lagu nasional dalam album tersebut yaitu bahwa selama ini lagu-lagu nasional hanya dikumandangkan ketika peringatan hari kemerdekaan. Disamping itu lagu-lagu nasional juga kurang dikenal oleh pelajar zaman sekarang, sedangkan untuk dapat mencintai lagu tersebut dan menanamkan jiwa nasionalisme yang terkandung didalamnya, lagu tersebut harus sering didengarkan. Menurut Cokelat, Agar dapat diterima oleh generasi muda, sebuah lagu nasional tidak harus dibawakan secara resmi, dan tidak harus identik dengan iringan orkestra besar, tetapi tetap tidak menghilangkan jiwa dan nilainya. Cokelat mendambakan, lagu-lagu nasional dapat didengarkan melalui radio-radio generasi muda, bersanding dengan lagu-lagu pop modern. Alasan lainnya ialah untuk mengajak masyarakat agar bangkit setelah bangsa Indonesia banyak ditimpa bencana.

Album tersebut terdiri atas 10 lagu bertema nasionalisme dan patriotisme, dua diantaranya merupakan lagu baru yakni Cinta Damai ciptaan Edwin-Cokelat dan Ikrar Kami diciptakan Ernest-Cokelat. Disertakan juga satu lagu yang pernah dipopulerkan oleh Cokelat tetapi di aransemen ulang berjudul Bendera ciptaan Eros-Sheila on 7 dan Lagu Ciptaan Gombloh di era 90-an, yaitu Kebyar-Kebyar. Sisanya merupakan lagu nasional yang diaransemen ulang oleh Cokelat tanpa menghilangkan makna dan kesan asli dari lagu-lagu tersebut. Enam lagu nasional yang diaransemen ulang oleh Cokelat yaitu: Satu Nusa Satu Bangsa ciptaan L Manik, Tanah Air ciptaan Ibu Sud, Syukur ciptaan H. Mutahar, Bangun Pemudi Pemuda ciptaan A. Simanjuntak, Halo-Halo Bandung ciptaan Ismail Marzuki, dan Hari Merdeka ciptaan H Mutahar.

Mengenai lagu Kebyar Kebyar, menurut Cokelat dalam Kompas (2006), mereka telah menganggap lagu tersebut seperti lagu nasional, mengingat bahwa lagu tersebut memiliki tema yang sama dengan lagu-lagu nasional dan lagu tersebut sudah dikumandangkan di banyak acara bertaraf nasional. Sementara itu, lagu Bendera merupakan lagu tema film dengan judul yang sama. Untuk film tersebut, lagu itu memang diaransemen dan dibawakan oleh Cokelat. Dua lagu baru, yaitu Cinta Damai, dan Ikrar Kami merupakan karya asli dari Cokelat, dimana kedua lagu tersebut juga mengandung pesan perjuangan, cinta Tanah Air, dan perdamaian.

Sebagian besar lagu dalam album tersebut di-aransemen ulang dengan cita rasa musik rock khas Cokelat. Sebagai variasi, Cokelat memberikan sentuhan nuansa etnik yang cukup terasa pada lagu Tanah Air serta sentuhan techno yang dominan pada lagu Bangun Pemudi Pemuda. Kesan khidmat pada lagu Syukur tetap dipertahankan, sehingga membuat lagu ini tetap sakral namun mampu menampilkan ciri khas Cokelat.

LAGU-LAGU DALAM ALBUM UNTUKMU INDONESIAKU

Satu Nusa Satu Bangsa

Tema patriotik sangat terasa dalam Lagu karya L. Manik ini, lagu ini diaransemen kembali oleh Cokelat dengan irama ballad-rock dengan dukungan orkestrasi dari Saunine Strings (Gendel, 2007).

Tanah Airku

Lirik lagu karya Ibu Sud ini menceritakan tentang kecintaan pada Tanah Air. Pada lagu ini dimasukkan unsur irama Minang yang dimainkan oleh pemain jazz handal, Riza Arsyad (Gendel, 2007).

Kebyar Kebyar

Nuansa rock yang hadir di lagu ini sangat kental, sehingga berhasil membuat lagu karya Gombloh ini semakin menghentak. Melalui lagu ini, Cokelat ingin mengobarkan kembali semangat pemuda Indonesia untuk berani berkorban demi Indonesia.

Cinta Damai

Ini adalah lagu yang diciptakan oleh Edwin-Cokelat. Lagu ini mencoba mengangkat tema patriotik sesuai dengan keadaan saat ini. Dalam tempo ballad, Cokelat mencoba membangkitkan semangat untuk tetap menjaga perdamaian di Indonesia.

Syukur

Meskipun dibawakan dengan gaya rock khas Cokelat, kesan khidmat lagu ini tetap terjaga. Lagu ini adalah karya H. Mutahar yang diperkenalkan pada Januari 1945. Biasanya lagu ini dinyanyikan hanya lirik versi pertamanya saja yaitu lirik yang berisi gita puja terhadap Tuhan. Namun disini Cokelat membawakan juga dua versi lainnya yang bercerita tentang rasa terima kasih pada pahlawan bangsa dan apresiasi terhadap kegiatan Pramuka Indonesia. Cokelat berhasil menjadikan lagu ini menjadi sebuah lagu rock modern.

Bangun Pemudi Pemuda

Lagu ini dibuka dengan pembacaan Sumpah Pemuda oleh para personil Cokelat. Khusus lagu ini, Cokelat menunjukkan kreatifitasnya dalam mengaransemen suatu lagu. Dengan bekerja sama dengan DJ T3ORY, lagu karya A. Simanjuntak ini menjadi lagu bernuansa elektronika yang menampilkan kesan futuristik (Gendel, 2007).

Ikrar Kami

Merupakan lagu baru kedua dari Cokelat yang hadir di album ini. Lirik dan lagunya sarat akan melodi pop yang riang dan ditulis oleh Ernest-Cokelat. Ini adalah salah satu karya Cokelat yang didedikasikan untuk semangat nasionalis.

Halo-Halo Bandung

Sebagai band yang berasal dari kota Bandung, Cokelat sengaja memilih lagu karya Ismail Marzuki ini untuk dimasukkan ke dalam album Untukmu Indonesiaku.

Bendera (versi baru)

Hadirnya album Untukmu Indonesiaku ini tak dapat dipungkiri dipengaruhi oleh kesuksesan lagu Bendera. Cokelat menghadirkan kembali lagu karya Eross Sheila on 7 yang dikenal tahun 2002 ini dalam versi yang berbeda. Kali ini, lagu yang sempat menjadi lagu tema film nasional berjudul Bendera tersebut dihadirkan dengan raungan gitar yang lebih padat. Melodi dan distorsi dari gitar yang berbeda dari aslinya semakin membakar semangat untuk tetap menjunjung tinggi nasionalisme.

Hari Merdeka

Lagu-lagu nasional bertema perjuangan biasanya kental akan orkestrasi. Cokelat tidak ingin menghilangkan elemen penting tersebut dari lagu ini. Cokelat menggabungkan musik rock Cokelat dengan orkestrasi alat musik gesek dalam lagu ini. Lagu bertempo mars ini memang hadir dalam nuansa rock yang kuat ditambah cita rasa suara alat musik gesek dari orkestrasi Saunine. Hal ini semakin memantapkan lagu karya H. Mutahar ini menjadi lagu dengan irama rock modern.

Sebetulnya, Cokelat memiliki keinginan kuat untuk menyertakan lagu kebangsaan Indonesia Raya karya W. R. Supratman dalam album tersebut sebagai hadiah istimewa ulang tahun Republik Indonesia ke-61. Akan tetapi pihak Sekretariat Negara mengimbau sebaiknya lagu Indonesia Raya tidak digubah, karena sangat mungkin akan menimbulkan kontroversi, mengingat lagu kebangsaan itu bersifat sakral. Pihak Sekretariat Negara menjelaskan pula bahwa ada aturan-aturan khusus yang diberlakukan untuk membawakan lagu Indonesia Raya (Kompas, 2006).

NASIONALISME DALAM ALBUM UNTUKMU INDONESIAKU

Nilai-nilai nasionalisme dalam lagu nasional dapat dikaji dari latar belakang ketika lagu tersebut diciptakan. Dengan melihat dan mengkaji kembali latar belakang penulisan lagu tersebut, akan lebih mudah untuk dipahami pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulis lagu tersebut. Berikut adalah ulasan mengenai latar belakang penulis, penulisan dan makna nasionalisme dari lagu-lagu nasional dalam album Untukmu Indonesiaku:

Alfred Simanjuntak, penulis lagu Bangun Pemudi Pemuda menulis lagu tersebut pada tahun 1943 ketika dia berusia 23 tahun. Obsesi meraih kemerdekaan dan membangun pemuda-pemudi Indonesia terus memenuhi benaknya. Lagu Bangun Pemudi Pemuda itu digubahnya dalam suasana batin seorang anak muda yang gundah di negeri yang sedang terjajah (Silaban, 2006). Rasa ingin merdeka kuat sekali memenuhi batinnya sehingga terciptalah lagu Bangun Pemudi Pemuda.

Pada bait pertama, lagu tersebut menekankan bahwa masa depan bangsa dan negara berada di tangan pemuda dan pemudi, sedangkan pada bait kedua menceritakan bahwa untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut diperlukan kerja keras dan kegigihan serta perilaku yang terpuji. Secara keseluruhan, lagu ini mengandung seruan untuk kaum muda agar bangkit dan menjunjung budi pekerti luhur, karena di tangan generasi mudalah tanggung jawab untuk menjaga tegaknya kedaulatan bangsa ini dibebankan. Lagu Bangun Pemudi Pemuda nyaris mengancam jiwa beliau, karena lagu tersebut dinilai sangat patriotik oleh tentara Jepang (Silaban, 2006). Hal ini sungguh mencerminkan bahwa anak muda pada masa tersebut memiliki tekad yang membara untuk meraih kemerdekaan walau nyawa menjadi taruhannya.

Ibu Sud, atau yang bernama lengkap Saridjah Niung Bintang Soedibio pada tahun 1920-an merasa sangat tergerak melihat anak-anak Indonesia kurang berbahagia. Beliau membayangkan alangkah indahnya kalau anak-anak Indonesia dapat menyanyikan lagu berbahasa Indonesia. Ia merasa kesal karena harus mengajarkan murid-murid Indonesia, lagu berbahasa Belanda. Kemudian terlintaslah gagasan untuk membuat lagu-lagu untuk mereka. Tujuannya tidak lain ialah untuk memberikan kegembiraan dan kemampuan berimajinasi kepada anak-anak, sehingga pada akhirnya dapat mencipta dan bekerja (Anonim2, 2007).

Lagu Tanah Airku merupakan salah satu karya Ibu Sud yang mengandung kecintaan terhadap negeri yang begitu dalam. Dimana beliau bercerita bahwa kemanapun beliau pergi, dan seindah apapun negeri yang dikunjungi, beliau tidak akan melupakan negeri sendiri dan selalu bangga dengan Tanah Airnya.

Husein Mutahar atau yang lebih akrab dipanggil H. Mutahar merupakan tokoh kepanduan Indonesia era 1945-1961 dan sosok pejabat negara yang tetap menjunjung nasionalisme. Beliau bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta, kemudian menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Yogyakarta (1947). Jabatan terakhirnya adalah sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974), setelah dipercaya sebagai Duta Besar RI di Vatikan (1969-1973) (Kompas, 2004). Melalui lagu syukur dan Hari Merdeka ciptaannya, beliau menunjukkan bahwa beliau sangat menghormati perjuangan merebut kemerdekaan dan semua itu tidak mungkin tercapai tanpa rahmat Tuhan YME.

Dalam lagu syukur terdapat bait yang menunjukan rasa syukur pada Tuhan dan ungkapan terimakasih pada para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Pada bait pertama, beliau mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kemerdekaan bagi Indonesia. Sedangkan pada bait kedua menunjukan bahwa seorang warga negara sudah seharusnya menghargai dan menghormati perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. Dengan latar belakang Pramuka, beliau menyisipkan rasa terima kasih pada tokoh-tokoh kepramukaan yang telah berperan dalam perjuangan bangsa dalam bait ketiga lagu ini.

Melalui lagu Hari Merdeka, beliau ingin menyampaikan pesan untuk terus menjaga dan mempertahankan kemerdekaan. Patut direnungi bahwa kemerdekaan bukan hanya untuk diperingati setiap tahun semata, melainkan untuk dihayati makna dan tanggung jawab yang besar yang diwariskan dari generasi ke generasi untuk selalu memajukan Indonesia sesuai dengan peran dan kemampuan.

Ismail Marzuki menciptakan lagu Halo-halo Bandung sebagai bentuk apresiasi pada peristiwa Bandung Lautan Api dimana pengorbanan rakyat dan pejuang Republik Indonesia begitu besar demi terjaganya keutuhan negara dari ancaman pendudukan tentara sekutu (Anonim3, 2008). Peristiwa bandung lautan api merupakan peristiwa penuh heroik yang dirangkum lewat lagu Halo-Halo Bandung oleh Ismail Marzuki. Cokelat mengumandangkan kembali lagu tersebut selain sebagai bentuk cinta tanah kelahiran juga untuk menyuarakan nafas patriotisme dari lagu tersebut.

Liberty Manik, komponis besar Indonesia sekaligus pengajar seni di Institut Seni Indonesia Yogyakarta menciptakan lagu Satu Nusa Satu Bangsa sebagai wujud ungkapan sikap menjaga persatuan dan kesatuan untuk kejayaan Indonesia (Anonim4, 2008). Lagu Satu Nusa Satu Bangsa menyerukan nafas persatuan yang sejalan dengan isi dari Sumpah Pemuda. Sebagai satu kesatuan Indonesia, nusa, bangsa, dan bahasa yang menjadi wadah dan sarana persatuan haruslah dibela dan dipertahankan. Lagu ini layak diserukan pada generasi sekarang, dimana kecintaan terhadap nusa dan bangsa sudah menurun dibanding pada era kemerdekaan dan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sudah tidak lagi dijunjung tinggi.

Gombloh mewujudkan sikap nasionalismenya melalui lagu-lagu seperti Dewa Ruci, Gugur Bunga, Gaung Mojokerto-Surabaya, Indonesia Kami, Indonesiaku, Indonesiamu, Pesan Buat Negeriku, dan BK, lagu yang bertutur tentang Bung Karno, sang proklamator. Lagu Kebyar Kebyar banyak dinyanyikan di masa perjuangan menuntut Reformasi (Anonim1, 2008). Lagu Kebyar-Kebyar menyatakan kecintaan dan kesetiaan terhadap Indonesia dan siap membela negara dari ancaman apapun. Nuansa heroik dan patriotis tercermin dari bait-bait lirik yang menuliskan bahwa Indonesia sudah menyatu dalam darah dan jiwa.

Sebagai generasi muda, Cokelat mewujudkan sikap nasionalismenya tidak hanya menggubah lagu nasional, tetapi juga membuat lagu sendiri yang tidak kalah kental nuansa nasionalismenya. Melalui lagu bendera Cokelat ingin menunjukan sikap rela berkorban demi Tanah Air. Sedangkan lagu Ikrar Kami dan Cinta Damai merupakan wujud kecintaan Cokelat pada Tanah Air. Lagu-lagu nasional yang sarat akan jiwa patriotisme berhasil dikemas dengan baik oleh Cokelat sehingga menjadi suatu karya seni yang berbeda tetapi tetap mengandung makna dan tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis lagu-lagu tersebut.

Apa yang telah dilakukan oleh Cokelat merupakan sikap musisi muda yang berusaha membangkitkan kembali nasionalisme generasi muda saat ini yang mulai memudar. Cokelat menyadari, sebagai musisi, mereka hanya dapat mengungkapkan rasa nasionalisme lewat lagu. Karena untuk mewujudkan rasa cinta terhadap bangsa tidak harus berpolitik, melainkan sesuai dengan kemampuan dan bidang yang ditekuni.

PENUTUP

Untuk dapat menumbuhkan semangat nasionalisme tidak harus melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat politis. Di kalangan generasi muda, musik merupakan media yang tepat untuk menyuarakan seruan-seruan penggugah nasionalisme. Lagu-lagu nasional mengandung semangat nasionalisme yang patut diteladani dan direnungkan. Di dalamnya terkandung pesan-pesan kebangsaan yang mendalam sehingga layak dipopulerkan kembali sebagai salah satu upaya untuk menumbuhkan kembali semangat dan jiwa nasionalisme generasi muda yang dinilai sudah memudar. Memanfaatkan momentum hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-61, grup musik Cokelat mengeluarkan album yang berisi lagu-lagu nasional era kemerdekaan yang mereka aransemen ulang sehingga sesuai dengan selera generasi muda saat ini, tetapi tetap tidak mengurangi esensi dan pesan-pesan nasionalisme di dalamnya. Diharapkan album ini dapat diterima dengan baik dan lagu-lagu nasional yang sarat akan pesan patriotik yang telah terlupakan dapat kembali bergema di benak generasi muda sehingga dapat menumbuhkan kembali jiwa nasionalisme yang mulai pudar.

DAFTAR RUJUKAN

Andriana, 2008, Mengkaji Ulang Lagu Nasional, http://deniborin.multiply.com/ journal/item/93/Mengkaji_Ulang_Lagu_Nasional, diakses tanggal 18 Juni 2008

Anonim1, 2008, Gombloh, http://id.wikipedia.org/wiki/Gombloh, diakses tanggal 18 Juni 2008

Anonim2, 2007, Ibu Sud, http://udane1.blogspot.com/2005/08/ibu-sud.html, diakses tanggal 18 Juni 2008

Anonim3, 2008, Ismail Marzuki, http://id.wikipedia.org/wiki/Ismail_Marzuki, diakses tanggal 18 Juni 2008

Anonim4, 2008, Liberty Manik, http://id.wikipedia.org/wiki/L._Manik, diakses tangal 18 Juni 2008

Gendel, 2007, Cokelat - Untukmu Indonesiaku, http://forum.indowebster.com/ Cokelat-untukmu-indonesiaku-full-album-t-695.html diakses tanggal 15 Juni 2008

Kompas, 2004, H. Mutahar Telah Pergi, http://64.203.71.11/kompas-cetak/0406/ 10/humaniora/1074490.htm, diakses tanggal 18 Juni 2008

Kompas, 2006, Indonesia Raya Versi Cokelat Tak Jadi Dirilis, http:// www2. kompas.com/ver1/Hiburan/0608/03/154544.htm, diakses tanggal 14 Juni 2008

Pesona Muda Online, 2006, Lewat Album Untukmu Indonesiaku Coklat Coba Bangkitkan Semangat Pemuda Indonesia http://www.pesonamuda.com/ musik/idxnews.php?news_number=22, diakses tanggal 14 Juni 2008

Silaban, S. P., 2006, Alfred Simanjuntak: Bangun Pemudi Pemuda, http://www. silaban.net/2006/10/14/alfred-simanjuntak-bangun-pemudi-pemuda/, diakses tanggal 18 Juni 2008

N=75