046_faried_widji_unj_351-360

10
Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014 ISBN: 978-602-72004-0-1 351 Desain Pendidikan Profesional Guru Pendidikan Vokasional (Pengembangan Laboratorium Micro Teaching) Faried Wadjdi Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta [email protected] Abstrak Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana (UU 20/2003 tentang Sisdiknas). Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan - Pendidikan Tenaga Kejuruan (LPTK-FT) yang berfungsi untuk menghasilkan tenaga pendidik vokasi untuk Pendidikan Kejuruan - khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) - seyogianya memiliki program pendidikan yang mencakup Kompetensi Guru secara terpadu. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen). Kompetensi Guru dimaksud dimaksud meliputi 1) Kompetensi Pedagogik, 2) Kompetensi Kepribadian, 3) Kompetensi Sosial, dan 4) Kompetensi Profesional yang bersifat holistik (PP 14/2005 tentang Guru). Secara garis besar Kurikulum Pendidikan Tinggi telah memiliki acuan pengembangan Kurikulum yakni Kepmendiknas 47/U/2002 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang merupakan perbaikan dari Kepmendiknas 232/U/2000. Bila Kepmendiknas 232/U/2000 menekankan adanya Kelompok Mata Kuliah sejenis maka Kepmendiknas 47/U/2002 menekankan pada adanya pengelompokan Elemen Kompetensi. Namun, dalam pelaksanaan perkuliahan, konsep dasar yang terdapat pada Kepmendiknas 47/U/2002 belum terlihat secara nyata, terutama pada perkuliahan yang bersifat vokasi. Kompetensi Profesional sangat menonjol sehingga Ketiga Kompetensi lainya tidak terlihat, terutama Kompetdensi Pedagogik. Hal ini banyak terjadi karena umumnya pengampu mata kuliah berbasis vokasi berasal dari perguruan tinggi yang bukan berbasis pedagogik. Guna memperbaiki kendala tersebut di atas, salah satu model yang dikemukakan adalah adanya kegiatan perkuliahan yang antara lain adanya kegiatan Pembelajaran Terbatas (micro teaching) untuk setiap mata kuliah berbasis vokasi terkait. Hal ini selaras dengan tugas Dosen sebagai Pendidik sebagaimana tercantum pada UU No. 23/2005 dan UU No. 14/2005. Secara garis besar, kegitan Pembelajaran Terbatas meliputi 1) Perencanaan Pembelajaran, 2) Pelaksanaan Pembelajaran dan 3) Evaluasi Pembelajaran. Semua kegiatan perlu direkam (recorded) agar pada saat diadakan kegiatan tinjau ulang atau refleksi, setiap Peserta Didik (dalam hal ini mahasiswa) dapat melihat sendiri kegiatannya pada saat melaksanakan latihan pembelajaran. Sebagai dampak dari model ini, maka setiap jurusan, sekurang-kurangnya tingkat fakultas, harus memiliki ruangan dan fasilitas perekaman guna pelaksanaan dan perekaman (recording) Pembelajaran Terbatas dimaksud. Penggunaan Model ini tentunya akan berdampak pula bagi peningkatan kualifikasi Dosen. Sampai saat ini FT-UNJ telah memiliki sebuah laboratorium Micro Teaching yang digunakan untuk praktik pembelajaran bagi mahasiswa. PENDAHULUAN Pendidikan Vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan Program Sarjana (Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional- UU 20/2003). Fakultas Teknik (FT) UNJ merupakan salah satu lembaga Pendidikan Vokasi yang berfungsi untuk menghasilkan Lulusan yang akan menjadi Guru di lembaga Pendidikan Dasar

Upload: benny-apriyanto

Post on 11-Jan-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

enjoy it...

TRANSCRIPT

Page 1: 046_Faried_Widji_UNJ_351-360

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

ISBN: 978-602-72004-0-1 351

Desain Pendidikan Profesional Guru Pendidikan Vokasional (Pengembangan Laboratorium Micro Teaching)

Faried Wadjdi

Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta [email protected]

Abstrak Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana (UU 20/2003 tentang Sisdiknas). Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan - Pendidikan Tenaga Kejuruan (LPTK-FT) yang berfungsi untuk menghasilkan tenaga pendidik vokasi untuk Pendidikan Kejuruan - khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) - seyogianya memiliki program pendidikan yang mencakup Kompetensi Guru secara terpadu. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen). Kompetensi Guru dimaksud dimaksud meliputi 1) Kompetensi Pedagogik, 2) Kompetensi Kepribadian, 3) Kompetensi Sosial, dan 4) Kompetensi Profesional yang bersifat holistik (PP 14/2005 tentang Guru). Secara garis besar Kurikulum Pendidikan Tinggi telah memiliki acuan pengembangan Kurikulum yakni Kepmendiknas 47/U/2002 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang merupakan perbaikan dari Kepmendiknas 232/U/2000. Bila Kepmendiknas 232/U/2000 menekankan adanya Kelompok Mata Kuliah sejenis maka Kepmendiknas 47/U/2002 menekankan pada adanya pengelompokan Elemen Kompetensi. Namun, dalam pelaksanaan perkuliahan, konsep dasar yang terdapat pada Kepmendiknas 47/U/2002 belum terlihat secara nyata, terutama pada perkuliahan yang bersifat vokasi. Kompetensi Profesional sangat menonjol sehingga Ketiga Kompetensi lainya tidak terlihat, terutama Kompetdensi Pedagogik. Hal ini banyak terjadi karena umumnya pengampu mata kuliah berbasis vokasi berasal dari perguruan tinggi yang bukan berbasis pedagogik. Guna memperbaiki kendala tersebut di atas, salah satu model yang dikemukakan adalah adanya kegiatan perkuliahan yang antara lain adanya kegiatan Pembelajaran Terbatas (micro teaching) untuk setiap mata kuliah berbasis vokasi terkait. Hal ini selaras dengan tugas Dosen sebagai Pendidik sebagaimana tercantum pada UU No. 23/2005 dan UU No. 14/2005. Secara garis besar, kegitan Pembelajaran Terbatas meliputi 1) Perencanaan Pembelajaran, 2) Pelaksanaan Pembelajaran dan 3) Evaluasi Pembelajaran. Semua kegiatan perlu direkam (recorded) agar pada saat diadakan kegiatan tinjau ulang atau refleksi, setiap Peserta Didik (dalam hal ini mahasiswa) dapat melihat sendiri kegiatannya pada saat melaksanakan latihan pembelajaran. Sebagai dampak dari model ini, maka setiap jurusan, sekurang-kurangnya tingkat fakultas, harus memiliki ruangan dan fasilitas perekaman guna pelaksanaan dan perekaman (recording) Pembelajaran Terbatas dimaksud. Penggunaan Model ini tentunya akan berdampak pula bagi peningkatan kualifikasi Dosen. Sampai saat ini FT-UNJ telah memiliki sebuah laboratorium Micro Teaching yang digunakan untuk praktik pembelajaran bagi mahasiswa.

PENDAHULUAN

Pendidikan Vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan Program Sarjana (Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional- UU 20/2003). Fakultas Teknik (FT) UNJ merupakan salah satu lembaga Pendidikan Vokasi yang berfungsi untuk menghasilkan Lulusan yang akan menjadi Guru di lembaga Pendidikan Dasar

Page 2: 046_Faried_Widji_UNJ_351-360

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

ISBN: 978-602-72004-0-1 352

dan Menengah, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik sesuai dengan yang diamanatkan dalam UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Lebih rinci, PP 14/2005 tentang Guru, antara lain menyatakan bahwa Guru harus memiliki beberapa persyaratan, antara lain memiliki Kompetensi Guru. Kompetensi Guru dimaksud terdiri atas 4 (empat) Kompetensi yang bersifat holistik, yakni 1) Kompetensi Pedagogik, 2) Kompetensi Kepribadian, 3) Kompetensi Sosial, dan 4) Kompetensi Profesional.

Sebagai Lembaga Pendidikan sebagai penghasil Guru, tentu saja program pendidikan di FT sekurang-kurangnya harus mencakup keempat Kompetensi Guru yang telah disebutkan di muka. Program Pendidikan dimaksud diharapkan tergambar dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum FT. FT UNJ sebagai bagian dari Pendidikan Tinggi telah memiliki acuan pengembangan Kurikulum yakni Kepmendiknas 47/U/2002 tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi, dimana Kepmendiknas 47/U/2002 merupakan perbaikan dari Kepmendiknas 232/U/2000. Bila Kepmendiknas 232/U/2000 menekankan adanya Kelompok Mata Kuliah sejenis maka Kepmendiknas 47/U/2002 menekankan pada adanya pengelompokan Elemen Kompetensi. Selanjutnya, pada tahun 2008, Direktorat Akademik Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi telah mengeluarkan Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi. Selanjutnya, pada tahun 2012 Kemendiknas mengeluarkan lagi sejenis kurikulum dengan pendekatan yang lain yaitu Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). KKNI merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara Bidang Pendidikan dan Bidang Pelatihan Kerja serta Pengalaman Kerja dalam rangka pemberian pengakuan Kompetensi Kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Tahun 2013 Fakultas Teknik telah menyesuaikan kurikulum KKNI, dengan harapan akan menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mencapainya, perguruan tinggi harus mempersiapkan Sarana dan Prasarana Pembelajaran yang termuat dalam Permen No. 49 Tahun 2014. Semua yang dijelaskan di atas dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas Guru.

Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta (FT-UNJ) meningkatkan kompetensi guru, terutama dalam bidang pedagogik melalui beberapa mata kuliah kependidikan. Pada pelaksanaannya dapat dikelompokan atas 2 (dua) kelompok Mata Kuliah yang berkaitan Kompetensi Pendidik yakni 1) Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK) sebanyak 12 SKS dan 2) Mata Kuliah Kerampilan Proses Pembelajaran (MKKPP) sebanyak 8 SKS. MKKPP mencakup Perencanaan Pembelajaran, Evaluasi Pembelajaran, Kompetensi Pembelajaran, dan Praktik Keterampilan Mengajar (PKM). Praktik Keterampilan Mengajar (PKM) dengan bobot 2 SKS dahulunya bernama PPL (Program Pengalaman Lapangan) dengan bobot 4 SKS yang diarahkan untuk menjawab tantangan yang harus dimiliki oleh guru.

Pada tahun Akademik 2010-2011 sampai saat ini, di lingkungan FT-UNJ telah diadakan perubahan sistem program pendidikan, dimana Lulusan Program Sarjana S-1 tidak lagi secara langsung memperoleh Akta Mengajar. Untuk memperoleh Akta Mengajar tersebut, para Lulusan S-1 harus mengikuti program pendidikan lebih lanjut yang disebut program Pendidikan Profesi Guru ( PPG). Artinya, secara praktis Kompetensi Pendidik bukan lagi merupakan bagian Program Pendidikan pada jenjang S-1. Tentunya kondisi ini berdampak kurang baik pada pelaksanaan perkuliahan di mana aspek pembelajaran berbasis Vokasi terpisah dengan aspek pembelajaran berbasis Pedagogik sehingga timbul kesan adanya pemilahan secara tegas antara perkuliahan berbasis Vokasi dengan perkuliahan berbasis Pedagogik. Apa lagi pelaksanaannya di bawah Lembaga Pengembangan Propesi (LPP). Kondisi ini tentunya tidak dikehendaki karena lulusan FT berfungsi menghasilkan Lulusan Guru berbasis Teknologi dan Kejuruan yang akan mengajar di SMK/MAK. Permasalahan dibahas dalam seminar Kepala Unit

Page 3: 046_Faried_Widji_UNJ_351-360

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

ISBN: 978-602-72004-0-1 353

Pelaksana Teknis Program Pengalaman Lapangan (UPT PPL) se indonesia yang dilaksanakan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tahun 2014 yang mengahasilkan sebuah rekomendasi terhadap pelaksanaan PPL untuk program S-1 dalam rangka peningkatan kualitas lulusan .

Untuk meningkatkan dan memperbaiki kemampuan pembelajaran bagi mahasiswa yang akan mengikuti praktik mengajar di sekolah, perlu ditingkatkan dan dikembangkan model kegiatan perkuliahan Micro Teaching untuk setiap mata kuliah berbasis Vokasi terkait. Hal ini selaras dengan tugas Dosen sebagai Pendidik sebagaimana tercantum pada UU No. 23/2005 dan UU No. 14/2005. Secara garis besar, kegiatan Micro Teaching meliputi 1) Perencanaan Pembelajaran, 2) Pelaksanaan Pembelajaran dan 3) Evaluasi Pembelajaran. Salah satu dari kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan adalah “perekam” (recorded) agar pada saat diadakan kegiatan tinjau ulang atau refleksi, setiap Peserta Didik (dalam hal ini mahasiswa) dapat melihat sendiri kegiatannya pada saat melaksanakan latihan pembelajaran.

Sejak tahun 2010 FT-UNJ telah memiliki laboratorium micro teaching, dan tidak lagi menggunakan laboratorium tingkat universitas yang dikelola oleh UPT PPL dan sekarang di bawah LPP. Pengadaan laboratorium ini dilakukan oleh fakultas, karena FT memiliki karaktek yang berbeda dengan laboratorium yang dimiliki oleh universitas. Kelengkapan peralatan yang dimiliki oleh FT-UNJ Laboratorium dimaksud dapat dilihat pada lampiran 1.

Laboratorium Micro Teaching dapat sebagai sarana Pelatihan Pembelajaran bagi mahasiswa, dosen pengampu mata kuliah maupun dosen pembimbing pada pelaksanaan PPL. Perubahan yang terjadi pada ketiga bagian di atas tentu akan berdampak pada peningkatan mutu pada pelaksanaan PPL di sekolah.

Model kegiatan Pembelajaran Micro Teaching yang dilaksanakan FT-UNJ mencakup dua kegiatan utama secara terpadu, yakni: 1) pelatihan pembelajaran, dan 2) pembuatan rekaman pembelajaran. Penandaan keberhasilan seorang mahasiswa dalam pelatihan Microteaching, FT-UNJ mengeluarkan Sertifikat khusus “Sertifikat Microteaching”, yang merupakan persyaratan akademik yang harus diperoleh oleh mahasiswa sebelum pelaksanaan PPL. Hasil Perekaman dari kegiatan micro teaching tersebut akan merupakan bagian dari Media Pembelajaran bagi mahasiswa.

Pada Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 terdapat 4 (empat) Materi Pelatihan dan salah satu Materi Pelatihan berkaitan dengan micro teaching. Keempat Materi Pelatihan tersebut adalah:

Materi Pelatihan 1: Konsep Kurikulum 2013.

Materi Pelatihan 2: Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa

Materi Pelatihan 3: Perancangan Pembelajaran dan Penilaian

Materi Pelatihan 4: Praktik Pembelajaran Terbimbing, yang mencakup:

4.1 Analisis Video Pembelajaran

4.2 Penyusunan RPP

4.3 Peer Teaching

Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 disiapkan oleh Pusat Pengembangan Profesi Pendidik - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. – tahun 2014 .

Page 4: 046_Faried_Widji_UNJ_351-360

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

ISBN: 978-602-72004-0-1 354

TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan Pengembangan Laboratorium Micro Teaching adalah sebagai sarana Pelatihan Pembelajaran dan sekaligus sebagai sarana Pembuatan Rekaman Pembelajaran (sebagai bagian dari Media Pembelajaran).

Adanya Laboratorium Micro Teaching ini diharapkan bermanfaat terutama untuk meningkatkan Kompetensi Pedagogik secara menyeluruh sebelum melaksanakan Praktik Keterampilan Mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan.

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Kegiatan Micro Teaching dimaksud disini adalah kegiatan latihan pembelajaran di depan teman sejawat yang dilaksanakan di Laboratorium Micro Teaching.

2. Penyusunan Rencana Persiapan Pembelajaran

Dalam permen 65 tahun 2013 dijelaskan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka “yang harus disusun oleh mahasiswa untuk” satu pertemuan atau lebih. RPP tersebut harus selesai dan sudah di kaoreksi oleh dosen pengampu, sebelum dilaksanakan di depan teman sejawat pada kegiatan micro teaching. Berkaitan dengan Kurikulum yang digunakan di SMK, maka penyusunan RPP seharusnya mengikuti pola penyusunan RPP yang ada di SMK. 1) Pada Kurikulum 2006, pengembangan RPP mengacu pada Permen No.41 tahun 2007 tentang Satandar 2) berlaku Kurikulum 2013 mengacu pada permen No. 81A tahun 2013, sedangkan pada Implementasi Kurikulum Lampran-IV: Pedoman Pembelajaran, sedangkan pengembangan RPP mengacu pada permen No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Sasar Menengah.

RPP yang disiapkan untuk pelaksanaan kegiatan micro teaching di FT UNJ selama 15 (lima) belas menit. Proses Pembelajaran meliputi 3 (tiga) kegiatan, yakni 1) kegiatan Pendahuluan, 2) kegiatan Inti, dan 3) kegiatan Penutup. RPP yang disusun tersebut dilengkapi dengan perangkat pembelajaran lainnya dalam hal ini Media Pembelajaran.

3. Konsultasi dengan Dosen Pengampu.

Setiap mahasiswa mempraktikan micro teaching sesuai dengan RPP yang disusun. Sebelum pelaksanaan praktikan micro teaching, setiap mahasiswa harus mengkonsultasikan dan memperoleh persetujuah dari dosen pengampu. Pola ini yang terus dilakukan oleh FT-UNJ.

Harapan kami ke depan, sebelum mahasiswa melakukan kegiatan micro teaching mereka telah mendapatkan persetujuan dari beberapa dosen ahli. Dosen ahli terdiri dari; 1) propesional, 2) Pedagogik dan 3) Media pembelajaran. Dosen ahli, adalah dosen yang memiliki kompetensi dibidang tersebut dan sudah di SK-kan oleh dekan.

Setelah RPP disusun, mahasiswa mengkonsultasikan dengan dosen ahli sesuai dengan urutan di atas. RPP yang sudah mendapat persetujuan dari dosen pertama (Keahlian profesional), mahasiswa diperbolehkan melakukan konsultasi dengan dosen yang memiliki keahlian kedua. Apabila dosen keahlian Pedagogik telah memberikan persetujuan, mahasiswa baru dapat melangkah kepada dosen keahlian tiga yaitu media pembelajaran.

Setelah mendapat keabsahan RPP yang disusun oleh mahasiswa oleh ketiga dosen ahli, mahasiswa dapat melanjutkan pada kegiatan praktik pembelajaran dan perekaman.

Pelaksanakan penyusunan RPP dan perekaman pada kegitanan micro teaching dapat dilakukan setelah mahasiswa melalui latihan 8 (delapan) Kopetensi Pembelajaran, yaitu a)

Page 5: 046_Faried_Widji_UNJ_351-360

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

ISBN: 978-602-72004-0-1 355

keterampilan bertanya, b) keterampilan memberikan penguatan, c) keterampilan mengadakan variasi, d) keterampilan menjelaskan, e) keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, f) ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil, g) keterampilan mengelola kelas, dan h) ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.

Masing-masing mahasiswa mencobakan di depan kelas salah satu dari delapan kompetensi ini di depan kelas. Latihan ini dari masing-masing kompetensi ini menggunakan waktu 5 menit.

4. Kerangka Proses Perekaman

Kerangka Proses Perekaman micro teaching menggunakan Kerangka Dasar Proses Perekaman pada pembuatan film. Namun, tentu saja kerumitan proses perekaman pada micro teaching tentu saja tidak sama kerumitan dengan proses perekaman pada pembuatan sebuah film. Proses Perekaman dapat dikelompokkan atas 3 (tiga) Tahap Kegiatan, yakni 1) Tahap Perencanaan, 2) Tahap Produksi, dan 3) Tahap Penyelesaian Akhir. Masing-masing Tahap Kegiatan terdiri dari beberapa Langkah Kegiatan Utama. Setiap Langkah Kegiatan Utama mencakup langkah kegiatan yang lebih rinci.

a. Tahap Perencanaan

Tahap ini adalah tahap perumusan Ide Cerita berdasarkan RPP yang telah dikonsultasikan dengan Dosen Pengampu. Kemudian Ide Cerita disusun dalam bentuk Penulisan Naskah. Hasil dari naskah cerita ini kemudian dibuatkan story-board nya.

b. Tahap Produksi

Tahap ini dapat dilakukan setelah seluruh aktivitas pada tahap perencanaan selesai dan disetujui oleh dosen pengampu mata kuliah Kompetensi Pembelajaran. Pada tahap produksi atau perekaman ada beberapa hal yang harus diperhatikan berdasarkan buku pedoman pelaksnaan micro teaching UNJ;

1) Persiapan Pengambilan Gambar

Sebelum pengambilan gambar ada beberapa hal yang harus dipersiapakan baik oleh mahasiswa maupun oleh teknisi sehingga pelaksanaan pengambilan gambar berjalan sesuai dengan yang diharapakan. Beberapa langkah dalam persiapan pengembilan gambar antara lain;

(a) Identitas peserta perekaman

Sebelum perekaman, masing-masing peserta menyiapkan identitas (name take). Pada awal perekaman name take dipengang setinggi dada, yang kemudian direkam oleh operator sebagai identitas (kode) penyimpanan berkas (file) perekaman.

(b) Urututan perekaman

Agar waktu perekaman dapat berjalan lebih efesien, maka sebelum pelaksanaan perekaman operator mendapatkan urutan mahasiswa yang maju melakukan pembelajaran untuk dilakukan perekaman.

(c) Penyiapan perangkat pendudukung pembelajaran

Sebelum pelaksanaan perekaman mahaiswa diberikan 3 s/d 5 menit untuk menyiapakan peralatan yang diperlukan untuk proses pembelajaran.

2) Pengambilan Gambar

Page 6: 046_Faried_Widji_UNJ_351-360

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

ISBN: 978-602-72004-0-1 356

(a) Pengaturan waktu

Pengaturan waktu agar kegiatan microteaching ini dapat berlangsung dengan baik, dan mahasiswa dapat melakukan sesuai waktu yang tertera dalam RPP yang sudah mendapat persetujuan dosen pengampu. Maka simbol pengaturan waktu mempergunakan tiga lampu indikator yang masing-masing mempunyai warna berbeda. Warna yang digunakan yaitu; 1) lapmpu warna hijau menandakan pelaksanaan pada kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti, 2) lampu warna kuning menandakan bahwa pelaksanaan kegiatan inti sudah harus berakhir dan masuk pada pelaksanaan kegiatan penutup, dan 3) lampu berwarna merah menandakan bahwa palaksanaan praktik pembelajaran sudah selesai.

(b) Waktu Perekaman

Waktu perekaman lebih kurang 15 menit dengan durasi; 1) Kegiatan Pembukaan 3 menit, 2) Kegiatan Inti 10 menit dan 3) Kegiatan Penutup 2 menit. Untuk penanda waktu perekaman setiap kegiatan pembelajaran, digunakan lampu Indikator.

(c) Peralatan Perekaman

Peralatan utama pada kegiatan micro teaching ini adalah Kamera (camera) yang dilengkapi dengan Lampu Sorot, dan Perekam Suara serta beberapa peralatan pendukung lainnya. Peralatan Perekaman digunakan untuk meyorot 3 (tiga) objek utama yakni untuk (1) menyoroti guru, (2) meyoroti layar monitor (LCD)/papan tulis, dan (3) meyoroti peserta lainnnya sebagai siswa. Peralatan perekaman yang digunakan di FT-UNJ dapat dilihat pada lampiran 1.

Peralatan perekaman masa mendatang perlu ditingkatkan;

(1) pamasangan tiga kamera yang diarahkan untuk , (a) menyoroti guru, (b) meyoroti layar monitor (LCD)/papan tulis, dan (c) meyoroti peserta lainnya sebagai siswa.

(2) peralatan yang dapat memasukan teks ke dalam rekaman (gambar) saat perekaman sedang dilakukan. Dengan peralatan ini, teks langsung menyatu dengan gambar yang direkam. Dengan peralatan ini Teknisi tidak perlu lagi melakukan pengeditan, karena pengeditan membutuhkan waktu yang sangat lama.

(3) Peralatan pengaturan yang terdiri dari; (2) Digital Video Switcher yang berfungsi memilih ata memadukan beberapa gambar untuk dimaksukan kedalam rekaman. Dan (2) System Control Unit yang berfungsi untuk memfokuskan gambar, sehingga gambar yang masuk ke dalam rekaman sesuai dengan gambar yang nantinya dapat dijadikan sebegai media pembelajaran bagi mahasiswa yang dilakukan perekaman.

c. Tahap Penyelesaian Akhir

Setelah pengambilan gambar dilakukan penyuntingan, penggabungan gambar dan diakhiri dengan pembakaran CD.

5. Operator Perekaman

Berkaitan dengan kegiatan perekaman, selama berlangsungnya kegiatan micro teachingterdapat 3 (tiga) kegiatan yang menjadi fokus perekaman oleh operator, yakni 1)

Page 7: 046_Faried_Widji_UNJ_351-360

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

ISBN: 978-602-72004-0-1 357

gerakan guru, 2) kegiatan Siswa, 3)pergantian Media/Slide Pembelajaran. Pada saat perekaman, ketiga bagian tersebut menjadi fokus bagi operator dalam pengambilan gambar. Gerakan guru yang cepat, merepotkan bagi operator untuk pengaturan dan pengambilan gambar. Selain pemantauan gerakan guru, operator juga harus memperhatikan aktifitas siswa, perobahan atau pergantian media permbelajaran. Ketika kegiatan tersebut dilakukan oleh seorang operator. Akibatnya dalam pengambilan gambar selalu mencari titik aman dengan cara membuka lensa selebar mungkin, sehingga gerakan guru yang cepat selalu terekam.

Tujuan perekaman bukan hanya untuk memasukan ketiga hal di atasan menghasilkan sebuah rekaman , namun dapat dijadikan bagian pembelajaran bagi mahasiswa untuk menjadi acuan perbaikkan pada kegiatan pembelajaran berikutnya.

Kedepan, untuk mengoptimalkan hasil perekaman perlu ditambah seorang tenaga opreator yang memahami kontek pembalajaran yang bertugas sebagai; 1) pengaturan dan pemokusan gambar, dan 2) pengambil keputusan gambar yang akan masuk kedalam rekaman. Pemahaman kontek pembelajaran yang dimaksud disini, adalah operator mengetahui betul gerak-gerik yang dilakukan oleh guru yang dapat menganggu proses pembelajaran. Selain itu operator mengetahui mana yang harus difokuskan, dan mana gambar yang akan dimasukan ke dalam rekaman dan teks yang akan diselipkan setiap detik dari untaian gambar yang terekam.

Di Laboratorium Micro Teaching FT-UNJ memiliki seorang Operator (karyawan) yang ditugasi oleh Dekan dan dibantu oleh beberapa mahasiswa senior yang sudah menyelesaikan PPL.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dalam rangka meningkatkan kualitas calon guru, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan bahwa LPTK (FT) tetap berkomitmen;

1. mempersipakan guru propesional melalui latihan praktik di depan teman sejawat.

2. meningkatkan sarana pembelajaran yang dibutuhkan dalam laboratorium microteaching uantuk meningkatkan kualitas hasil rekaman.

3. menyiapkan dosen yang propesional pengampu praktik micro taching, sehingga pemahaman mahasiwa terhadap penyususn RPP benar-benar tepat.

4. Mahasiswa dapat mengikuti PPL, sesuai dengan standar yang ditetapkan (aturan) dan memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh fakultas.

5. Memperbaiki terus menerus tertutama sarana, dan prasarana pembelajaran yang terkait dengan pelaksanaan micro teaching.

REFERENSI

Kepustakaan Seminar APTEKINDO

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tanggal

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa tanggal 20 Desember 2000.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi tanggal 2 April 2002

Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi oleh Direktorat Akademik Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi - 2008

Page 8: 046_Faried_Widji_UNJ_351-360

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

ISBN: 978-602-72004-0-1 358

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 (PP 32/2013) tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, yang dikeluarkan pada tanggal 7 Mei 2013;

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 (Permendikbud No. 54/2013) tentang Standar Kompetensi Lulusan;.

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 (Permendikbud No. 64/2013) tentang Standar Isi;.

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 (Permendikbud No. 65/2013) tentang Standar Proses;.

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 (Permendikbud No. 66/2013) tentang Standar Penilaian;.

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 (Permendikbud No. 67/2013) tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 (Permendikbud No. 68/2013) tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 (Permendikbud No. 69/2013) tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 (Permendikbud No. 70/2013) tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 (Permendikbud No. 71/2013) tentang Buku Teks Pelajaran;.

Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 (Permendikbud No. 81A/2013) tentang Pedoman Implementasi Kurikulum;.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 (Permendikbud) tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaanrepublik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 (permendikbud) tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;

Faried wadjdi dkk, Buku Pedoman PPL UNJ. Jakarta: UNJ, 2008

Page 9: 046_Faried_Widji_UNJ_351-360

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

ISBN: 978-602-72004-0-1 359

Lampiran 1. Peralatan Microteaching

1. Kamera perekam

2. Audio Mixer

3. Digital Video Switcher

4. Komputer penyimpan data dan monitor

5. TV Monitor

6. Micriphon

7. Amplifire

8. Lampu indikator

Page 10: 046_Faried_Widji_UNJ_351-360

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

ISBN: 978-602-72004-0-1 360

Lampiran 2

Gambar-1 : Diagram Blok Perekaman

Gambar 2. 5 Diagram Blok Perekaman

1. Tahap Perencanaan

RPP Penulisan Naskah

Perumusan Ide Cerita

Pembuatan

Storyboard

3 Tahap Penyelesaian Akhir

Pemindahan Data Penggabungan Penyuntingan Pembakaran

2. Tahap Produksi

Persiapan Pengambilan Gambar Pengambilan Gambar