04.40.0187 hani elvadentia s

60
Kepercayaan Diri Mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang ditinjau dari Persepsi terhadap Payudara S K R I P S I Disusun Oleh : Hani Elvadentia S 04.40.0187 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2008

Upload: ahmadrifai

Post on 25-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

skripsi mbak hani usu

TRANSCRIPT

  • Kepercayaan Diri Mahasiswa Fakultas Psikologi Unika

    Soegijapranata Semarang ditinjau dari Persepsi terhadap

    Payudara

    S K R I P S I

    Disusun Oleh :

    Hani Elvadentia S

    04.40.0187

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2008

  • viii

    ABSTRAKSI

    Kepercayaan diri merupakan hal yang penting untuk dimiliki setiap individu, termasuk mahasiswi. Karena dengan kepercayaan diri, diharapkan seseorang mampu menghadapi segala situasi dengan tenang tanpa merasa inferior. Diasumsikan, salah satu hambatan yang dialami mahasiswi untuk memiliki kepercayaan diri adalah persepsi yang negatif terhadap payudaranya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan persepsi terhadap payudara dengan kepercayaan diri pada mahasiswi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada korelasi positif antara persepsi terhadap payudara dengan kepercayaan diri pada mahasiswi. Subjek penelitian ini berjumlah 50 orang mahasisiwi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata yang diambil dengan mengguanakan teknik quota sampling. Ciri-ciri yang diberlakukan untuk subjek adalah mahasiswi yang berkuliah di Fakultas Psikologi. Kepercayaan diri pada mahasiswi diukur dengan mengguanakan skala kepercayaan diri dan persepsi terhadap payudara diukur dengan menggunakan skala kepercayaan diri. Seluruh data yang terkumpul dianalisis dengan alat bantu komputer program SPSS 13.0, dengan teknik analisis uji korelasi product moment. Hasil analisis diperoleh rxy = 0,914 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signiflkan antara persepsi terhadap payudara dan kepercayaan diri pada mahasiswi fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Kata kunci : kepercayaan diri, mahasiswi Fakultas Psikologi Unika

    Soegijapranata, persepsi terhadap payudara.

  • 1

    BAB I

    LATAR BELAKANG

    A. Latar Belakang Masalah

    Seperti halnya makhluk lain, manusia juga mengalami proses

    pertumbuhan dan perkembangan di dalam hidupnya. Setiap individu

    berubah baik secara fisik maupun secara psikologis dan mereka

    menghadapi masalah penyesuaian baru sepanjang hidupnya (Atkinson,

    1996, h.148). Anak manusia dilahirkan di dunia dalam keadaan serba

    kurang lengkap. Semua naluri dan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya

    belum berkembang dengan sempurna. Namun karena ketidaklengkapannya

    ini, anak manusia mempunyai keinginan dan kebebasan besar untuk

    berkembang serta berkemampuan untuk menyesuaikan diri dalam

    lingkungan sosialnya. Bahkan anak manusia bisa meningkat pada taraf

    perkembangan tertinggi pada usia kedewasaan, sehingga dia mampu

    mengendalikan alam sekitarnya.

    Perkembangan bukan merupakan suatu proses yang terputus-putus

    dan terpisah-pisah, melainkan satu proses dinamik yang berlangsung terus-

    menerus. Dengan demikian, suatu tahap perkembangan selalu berhubungan

    dengan tahap sebelum dan sesudahnya. Menurut Irwanto (2002, h. 35),

    perkembangan merupakan perubahan-perubahan psikologis atau mental

    yang dialami individu dalam proses menjadi dewasa.

  • 2

    Sedangkan pertumbuhan berarti perubahan-perubahan fisik atau

    biologis ke arah kemasakan atau kematangan fisiologis, yaitu organ-organ

    tubuh dapat berfungsi secara optimal. Pertumbuhan hanya terjadi sekali saja

    dan tidak dapat diulang kembali (Irwanto, 2002, h.35)

    Sejak dalam kandungan hingga akhir usia kehidupan seorang

    manusia, ia menjalani proses perkembangan dan pertumbuhan. Proses

    perkembangan dan pertumbuhan tersebut terbagi menjadi beberapa periode,

    yang berkaitan erat dengan tingkatan usia. Dalam Irwanto (2002, h.39),

    perkembangan manusia dibagi menjadi beberapa periode tingkatan usia.

    Yang pertama yaitu periode dalam kandungan (Prenatal), periode ini

    berlangsung hingga lahir. Yang kedua ialah periode bayi (Infancy), periode

    ini berlangsung sejak lahir hingga berusia dua tahun. Lalu periode kanak-

    kanak awal (Early Childhood), periode ini dihitung sejak anak sudah

    berusia dua tahun sampai berusia enam tahun. Selanjutnya ialah periode

    kanak-kanak akhir (Late Childhood), periode ini dimulai sejak usia 6 tahun

    hingga organ-organ seksualnya masak, untuk wanita pada usia 12-13 tahun,

    sedangkan pada laki-laki pada usia 14-15 tahun. Periode pubertas (Akhil

    Baliq) yang tidak berlangsung lama, kira-kira 12-14 tahun pada wanita dan

    13-15 tahun pada laki-laki. Selanjutnya periode remaja (Adolescence) yang

    berkisar antara usia 13-18 tahun. Lalu periode dewasa awal (Early

    Adulthood) yang secara umum berkisar antar usia 18-40 tahun. Selanjutnya

    periode dewasa madya (Middle Adulthood/Middle Age) yang dihitung sejak

  • 3

    usia 40-60 tahun. Dan periode terakhir ialah periode usia lanjut (Late

    Adulthood/Old Age) yang merupakan periode terakhir manusia, yaitu mulai

    umur 60 tahun ke atas.

    Perkembangan seseorang dari awal hingga akhir kehidupannya

    melibatkan perubahan. Tujuan perubahan perkembangan adalah realisasi

    diri atau pencapaian kemampuan genetik. Maslow menyebutnya dengan

    aktualisasi diri (self actualization), yaitu upaya untuk menjadi orang terbaik

    secara fisik dan mental (Hurlock, 2000, h.23).

    Pencapaian aktualisasi diri (self actualization) tidaklah mudah. Hal

    ini dikarenakan semua orang memulai hidup dalam keadaan kecil, lemah,

    dan adanya perasaan inferiorita (inferior). Menurut Adler (dalam Alwisol,

    2004), inferiorita berarti perasaan lemah dan tidak trampil dalam

    menghadapi tugas yang harus diselesaikan. Inferiorita yang dialami

    seseorang erat kaitannya dengan kekurangan fisik, kelemahan organik atau

    cacat fisik. Selain itu, menurut Adler, kondisi-kondisi khusus seperti

    pemanjaan dan pengabaian memungkinkan seseorang untuk

    mengembangkan kompleks inferiorita (inferiority complex) atau kompleks

    superiorita (superiority complex). Dua kompleks ini berhubungan erat

    (Alwisol, 2004, h. 81).

    Kompleks superior selalu menyembunyikan atau kompensasi diri dari

    perasaan inferior, sebaliknya kompleks inferior sering menyembunyikan

    perasaan superior (Alwisol, 2004, h.81). Sebagai contoh inferiority

  • 4

    complex, seseorang yang memiliki kekurangan fisik menjadi malu dan tidak

    percaya diri, padahal di lain sisi ia mempunyai banyak kelebihan dan

    kemampuan untuk ditonjolkan.

    Oleh karena itu, kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang

    berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh

    seorang individu. Tanpa adanya kepercayaan diri, maka banyak masalah

    yang akan timbul pada manusia dalam kehidupannya.

    Setiap individu memiliki kepercayaan diri yang berbeda-beda,

    sebagian individu ada yang merasa penuh percaya diri, sedangkan individu

    yang lain merasa kurang percaya diri. Rasa percaya diri merupakan

    gabungan dari pandangan positif terhadap diri sendiri, harga diri, dan rasa

    aman (Loekmono, 1983, h.3). Pendapat ini diperkuat oleh Kartono (1985,

    h.3) yang mengemukakan bahwa selain berhubungan dengan keadaan fisik,

    sosial ekonomi, dan lain-lain, pengaruh yang paling merugikan terhadap

    kepercayaan diri adalah self concept atau konsep tentang diri sendiri atau

    pandangan terhadap diri sendiri yang negatif. Self concept merupakan

    bagian dari kepercayaan diri, bagaimana seseorang memandang diri sendiri,

    bagaimana seseorang membentuk konsep tentang dirinya sendiri akan

    sangat mempengaruhi kepercayaan dirinya.

    Pada setiap usia, beberapa perubahan pada diri terjadi selama proses

    perkembangan baru dimulai, beberapa diantaranya berada di titik puncak,

    dan beberapa dalam proses menurun. Perubahan yang saling berkaitan

  • 5

    dapat dilihat dalam perubahan ukuran dan proporsi. Misalnya, peningkatan

    ukuran tubuh disertai dengan perubahan komposisi tubuh. Dalam hal ini

    kepercayaan diri sangat dibutuhkan oleh setiap individu, khususnya bagi

    wanita yang mengalami banyak perubahan dalam tubuhnya. Dengan adanya

    kepercayaan diri, seseorang akan bertindak tegas ketika mengalami

    kegagalan dan selalu optimis dalam menghadapi segala sesuatu.

    Bagi seorang remaja perempuan yang beranjak dewasa, menstruasi

    adalah sebuah tanda primer yang menandai bahwa ia sudah dewasa. Selain

    itu, ada tanda atau ciri-ciri sekunder yang menandai bahwa seorang wanita

    itu sudah dewasa. Contohnya antara lain tumbuhnya bulu-bulu halus di

    tempat-tempat tertentu, suara menjadi lebih halus, dan yang paling tampak

    adalah tumbuhnya payudara.

    Payudara merupakan salah satu bagian tubuh terpenting pada seorang

    wanita dewasa, bahkan aset wanita yang sangat berharga. Hal ini

    dikarenakan payudara dalam konteksnya memiliki banyak sudut pandang,

    mulai dari citra kewanitaan, tingkat kesuburan, kekuatan erotis, sensual,

    sampai perasaan keibuan dan kemampuan seorang wanita untuk menyusui.

    Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

    mudah tergoda secara visual.

    Sejak zaman Roma hingga sekarang, payudara memang bagian tubuh

    yang tetap dikagumi dan menarik perhatian pria. Hal ini didukung oleh

    berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa daya tarik fisik sangat

  • 6

    mempengaruhi kesan pertama yang selanjutnya berhubungan dengan

    kepercayaan diri seorang wanita (Irwanto, 2002, h.266). Bagi seorang

    wanita, organ payudara tidak semata-mata merupakan organ penyusuan

    bagi bayinya, namun terlebih lagi merupakan organ daya tarik fisik

    (attractiveness) bagi kaum pria sebagai pertanda bahwa dirinya adalah

    seorang wanita.

    Payudara bagi seorang wanita adalah lambang sex appeal, oleh

    karenanya setiap kelainan pada payudara tidak semata fenomena biologik,

    melainkan lebih merupakan fenomena psikologis dan psikoseksual serta

    psikososial (Hawari, 2004, h.3).

    Jika dicermati dengan seksama, belakangan ini betapa marak iklan

    produk yang menawarkan untuk memperbesar payudara. Mulai dari

    mengoleskan krim, menggunakan bra khusus, minum pil, hingga

    menggunakan peralatan elektronik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

    banyak wanita yang tidak percaya diri akan bentuk tubuhnya, terutama

    payudaranya.

    Menurut konsultan seksologi, Dr. Ferryal Loetan, ASC&T, MMR,

    Sp.RM., penggunaan berbagai cara untuk memperbesar payudara

    sebetulnya sia-sia belaka. Karena payudara wanita dewasa tidak mungkin

    dapat diperbesar lagi dengan cara apa pun. Sedangkan pertumbuhan yang

    paling pesat dialami oleh remaja putri yang baru mengalami pubertas. Oleh

    karena itu, payudara akan terlihat mengalami pembesaran dan

  • 7

    pengencangan pada umur 10-18 tahun. Pertumbuhan ini akan terhenti saat

    si anak telah tumbuh jadi sosok wanita dewasa. Saat itulah ukuran payudara

    tidak bisa diutak-atik lagi (hanyawanita.com, 20 Maret 2008).

    Seorang wanita dewasa yang merasa tampilan payudaranya kurang

    penuh dan kencang, kepercayaan dirinya akan menurun (Suara Merdeka,

    18 Maret 2007, h. 16). Tidak hanya itu, diva sekelas Ruth Sahanaya pun

    berterus terang tentang operasi payudara yang di jalaninya semata-mata

    untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dan untuk meningkatkan kualitas

    penampilannya di mata para penggemarnya (Kompas.com, 6 Januari,

    2006).

    Jika dilihat dari sisi psikoseksual, banyak juga wanita dewasa yang

    berperan sebagai istri yang tidak percaya diri lagi karena payudaranya

    sudah kendur dan tidak kencang lagi, sehingga gairah pasangannya (suami)

    menurun bahkan tidak mau menyentuh dirinya lagi (kompas.com, 27 Juli,

    2004). Oleh karena itu, banyak juga wanita yang ingin membesarkan

    payudaranya untuk kepuasan pasangannya dalam berhubungan seksual

    (Cita Cinta, IX, h. 127). Menurut British Medical Journal Desember 2003,

    bagi sebagian besar wanita (dan pria), payudara adalah bagian yang sangat

    menyenangkan saat melakukan hubungan seks (Suara Merdeka.com, 8

    Agustus 2004).

    Beberapa tahun belakangan ini, kita sering mendengar tentang

    maraknya pemakaian silikon pada wanita untuk menambah ukuran dan

  • 8

    memperindah bentuk payudaranya. Di Amerika Serikat saja, pada tahun

    2006 sekitar 103.788 wanita menjalaninya (menurut data American Society

    of Plastic Surgeons). Menurut seorang pakar kecantikan, dr. Salma

    (sehatbugar.org, 20 Maret 2008) di Indonesia, operasi pengencangan

    payudara juga banyak ditawarkan oleh klinik-klinik spesialis kecantikan.

    Banyak kalangan selebriti dan kelompok menengah atas yang telah

    menjalaninya walaupun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

    Tetapi, menurut Astaga!.com (6 Mei 2007), payudara besar tidak

    selamanya indah menurut standar estetika. Ternyata, tidak semua wanita

    yang berpayudara besar mempunyai rasa percaya diri terhadap

    penampilannnya. Tak sedikit pula wanita yang malu dan ingin

    menyembunyikan payudaranya yang mereka anggap besar (Cita Cinta, IX,

    h. 122-123).

    Tidak hanya sekedar kesan estetis dan berkurangnya rasa percaya

    diri yang mereka miliki, tetapi secara medis, ada bahaya yang disebabkan

    oleh payudara yang terlalu besar. Menurut dr. Edwin Djuanda dari Jakarta

    Skin Centre (skinjsc.com, 3 Mei 2007), payudara yang terlalu besar akan

    menyebabkan terganggunya pertumbuhan tulang belakang. Selain itu,

    berdasarkan studi yang diadakan oleh University of Vienna di Austria, para

    peneliti menemukan bahwa payudara besar kurang sensitif terhadap

    rangsangan dibandingkan dengan yang kecil. Hal ini kemungkinan karena

    urat syarafnya meregang (ningRoom.com, 24 April 2003). Jadi, belum tentu

  • 9

    benar jika payudara yang besar akan lebih baik dibandingkan dengan

    payudara yang kecil.

    Penilaian satu orang dengan orang lainnya tentang payudara

    memang berbeda-beda, hal ini memang tergantung dari persepsi masing-

    masing individu tentang payudara. Ada orang yang mempersepsikan

    payudaranya kurang bagus atau kurang menarik, tapi di sisi lain, orang lain

    menganggapnya bagus dan menarik.

    Persepsi didefinisikan menjadi dua, yaitu dalam arti sempit dan luas.

    Dalam arti sempit, persepsi adalah penglihatan, yaitu bagaimana cara

    seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, persepsi adalah

    pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau

    mengartikan sesuatu. Artinya, setiap individu memiliki persepsi yang

    berbeda-beda terhadap stimulus yang sama (Leavit, dikutip oleh Christiana,

    2004, h.20). Pendapat ini didukung oleh Nord (dalam Gibson,dkk, 1993,

    h.53) yang menyatakan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti pada

    stimulus sehingga individu yang berbeda akan melihat benda yang sama

    dengan cara yang berbeda.

    Dalam hal ini, stimulusnya adalah payudara. Persepsi tiap-tiap

    individu, baik pria maupun wanita tentang payudara pasti berbeda-beda.

    Seorang wanita dewasa yang mempersepsikan bahwa payudara yang ia

    miliki bagus atau menarik seharusnya ia memiliki kepercayaan diri yang

    tinggi. Sebaliknya, seorang wanita dewasa yang merasa bahwa payudaranya

  • 10

    jelek dan tidak menarik ia cenderung memiliki rasa percaya diri yang

    rendah. Tetapi pada dasarnya, walaupun bentuk payudara berbeda-beda,

    pada dasarnya payudara wanita tetap saja membawa ketertarikan sendiri

    bagi pria.

    Mahasiswi yang pada umumnya berusia mulai dari 18 tahun ke atas,

    termasuk dalam golongan dewasa muda. Oleh karena itu, peran dan

    tanggung jawabnya makin bertambah, secara fisik pun seorang dewasa

    muda menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan

    dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak

    (Dariyo, 2004, h.3). Mereka tak harus selalu bergantung kepada orang

    tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membuktikan dirinya

    sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. Dalam proses

    pembuktiannya, banyak peristiwa-peristiwa yang mereka alami dan

    pengalaman yang mereka dapatkan.

    Berbagai peristiwa dan pengalaman dalam kehidupan yang dialami

    oleh seorang mahasiswi ada yang baik dan ada yang buruk. Dari peristiwa

    yang baik akan memacu pertumbuhan dan pembentukan konsep diri (self-

    concept), harga diri (self-esteem), dan kepercayaan diri (self-confidence)

    yang positif. Peristiwa-peristiwa yang mereka alami berhubungan dengan

    peralihan status mereka yang semula berada pada masa remaja untuk

    memasuki masa tua. Menurut Santrock (dalam Dariyo, 2004, h.4), masa

  • 11

    dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik, transisi

    secara intelektual, serta transisi peran sosial.

    Dari ketiga masa transisi yang dilewati oleh seorang wanita dewasa

    muda, khususnya mahasiswi, boleh jadi transisi fisik yang dirasakan paling

    berat. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan oleh harapan dan pernyataan

    yang mengatakan bahwa secara fisik mereka tampil sempurna. Padahal,

    pada kenyataannya tidak sedikit mahasiswi yang merasa kurang percaya

    diri dengan tampilan fisik yang dimilikinya.

    Tampilan fisik seorang mahasiswi berkaitan dengan persepsi terhadap

    tampilan payudara yang sangat identik dengan citra kewanitaan.

    Sepengetahuan peneliti di Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata

    Semarang, yang juga merupakan tempat penulis menimba ilmu, banyak

    mahasiswi yang mengeluhkan tampilan payudaranya, bahkan

    membandingkan payudara miliknya dengan payudara milik mahasiswi atau

    wanita lain. Keluhan dan pembandingan payudara itu mereka lakukan

    karena semata-mata mereka mempersepsikan bahwa payudara yang mereka

    miliki tidaklah bagus dan menarik.

    Umpan balik dari keluhan dan pembandingan yang terjadi pada para

    mahasiswi yang mempersepsikan payudara yang mereka miliki kurang

    bagus, kurang menarik, dan berukuran kecil ialah pemakaian bra khusus

    atau yang berbusa tebal, memakai krim-krim tertentu, bahkan ada yang

    menggunakan cara-cara tradisional.

  • 12

    Walaupun demikian, dan terlepas dari ukuran dan bentuk payudara

    yang mereka miliki, payudara tetaplah membawa pesona tersendiri bagi

    pria. Dan selain itu, masih banyak kelebihan-kelebihan lain yang bisa

    ditonjolkan dari seorang wanita, khususnya seorang mahasiswi.

    Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

    apakah ada hubungan antara persepsi terhadap payudara dan kepercayaan

    diri pada mahasiswi Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang?

    B. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan empiris

    antara persepsi terhadap payudara dan kepercayaan diri pada mahasiswi

    fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang.

  • 13

    C. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Praktis

    Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

    yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan wanita, khususnya

    mahasiswi Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang,

    mengenai kepercayaan diri yang dipengaruhi oleh persepsi tentang

    payudara.

    2. Manfaat Teoritis

    Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi pembanding

    ataupun bahan acuan dalam penelitian yang sejenis, terutama di

    bidang psikologi sosial yaitu persepsi tentang payudara, dan di bidang

    psikologi perkembangan tentang kepercayaan diri pada wanita

    khususnya mahasiswi.

  • 14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kepercayaan Diri Mahasiswi 1. Pengertian Kepercayaan diri Mahasiswi

    Kepercayaan diri adalah kepercayaan seseorang pada kemampuan

    yang ada dalam dirinya (Branden, dikutip Walgito, 1993, h. 7).

    Kepercayaan diri menurut Breneche dan Amich, merupakan suatu

    perasaan yang dibutuhkan dalam kehidupan individu sehingga tidak perlu

    membandingkan dengan orang lain. Menurut Bandura, kepercayaan diri

    juga diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang untuk mampu

    berperilaku sesuai dengan yang diharapkan atau yang diinginkan (Afiatin

    dan Martaniah, 1991, h. 18).

    Dalam kehidupan manusia, kepercayaan diri merupakan salah satu

    aspek kepribadian yang penting (Lauster dikutip Martani & Adiyanti,

    1991, h. 17). Rasa percaya diri biasanya akan membuat seseorang bertahan

    betapapun buruk situasi yang dihadapi (Loekmono, 1983, h.62), tanpa rasa

    percaya diri akan sulit bagi individu untuk dapat menghadapi dan

    menyelesaikan berbagai permasalahan yang mungkin muncul.

    Rasa percaya diri merupakan milik pribadi yang sangat penting

    bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Rasa percaya diri juga ikut

    menentukan apakah seseorang akan dapat hidup dengan sehat dan bahagia

    di kemudian hari. Seseorang yang mempunyai rasa kepercayaan diri akan

    tumbuh menjadi pribadi yang kuat, sehat, dan tangguh (Loekmono, 1983,

    h.1).

    Hakim (2002, h. 10) menyatakan bahwa rasa percaya diri dapat

    dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek

    kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa

    mampu untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.

  • 15

    Hambly (1989, h.3) mengatakan bahwa dengan kepercayaan diri,

    seseorang memiliki keyakinan diri dalam menangani segala situasi dengan

    tenang tanpa hambatan perasaan inferior apapun.

    Menurut Maslow, kepercayaan diri termasuk dalam basic need atau

    kebutuhan dasar. Kepercayaan diri merupakan bagian dari kebutuhan dasar

    yang ke-empat, yaitu kebutuhan harga diri atau self esteem. Kebutuhan

    seseorang akan harga diri dapat melalui diri sendiri (menghargai diri

    sendiri atau self respect) dan melalui orang lain (mendapat penghargaan dari

    orang lain atau respect from others. Kepuasan kebutuhan harga diri

    menimbulkan perasaan dan sikap percaya diri (Alwisol, 2004, h.245).

    Dengan kata lain, kepercayaan diri bisa didapatkan dengan cara

    menghargai diri sendiri atau dengan dihargai oleh orang lain.

    Kepercayaan diri tumbuh dari proses interaksi yang sehat di

    lingkungan sosial individu dan berlangsung secara kontinu dan

    berkesinambungan (Surya, 2003, h.47). Hal ini sesuai dengan pendapat

    yang menyatakan bahwa lingkungan psikologis dan sosiologis yang

    kondusif akan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri

    seseorang (Afiatin dan Martaniah, 1998, h.68).

    Kepercayaan diri adalah sesuatu hal yang kita butuhkan sepanjang

    hidup kita. Dalam kehidupannya sebagai manusia, saat berakhirnya masa

    adolesensi, tibalah saat seorang anak gadis pada masa kedewasaan.

    Kedewasaan bisa diartikan sebagai satu pertanggungjawaban penuh

    terhadap diri sendiri, bertanggungjawab atas nasib sendiri dan atas

    pembentukan diri sendiri (Kartono, 1992, h.172).

    Setiap individu memiliki kepercayaan diri yang berbeda-beda.

    Kepercayaan diri juga berkaitan dengan usia dan tingkat pendidikan

    seseorang. Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kepercayaan diri

    pada mahasiswi. Mahasiswi adalah sosok individu yang dewasa. Menurut

    Irwanto (1991, h.48), usia dewasa dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

    dewasa awal (early adulthood) yang berkisar antara usia 18-40 tahun,

    dewasa madya (middle adulthood/middle age) yang dihitung mulai usia 40

  • 16

    tahun - 60 tahun, dan yang terakhir adalah periode usia lanjut (Late

    adulthood/old age) yang dimulai sejak usia 60 tahun hingga akhir

    kehidupannya.

    Berdasarkan penggolongan tersebut, maka mahasiswi termasuk

    dalam golongan dewasa muda. Mahasiswi yang tergolong wanita dewasa

    muda adalah sosok individu yang sudah selesai proses pertumbuhannya,

    peran dan tanggung jawabnya juga bertambah besar (Dariyo, 2004, h.3).

    Masa dewasa juga merupakan masa dimana seorang wanita mampu

    melaksanakan macam-macam perannya ( Kartono, 1992, h.8).

    Bagi seorang wanita dewasa muda, khususnya mahasiswi,

    kepercayaan diri sangat penting baginya untuk menjalankan peran-

    perannya yang membutuhkan kedewasaan psikis. Kedewasaan psikis yaitu

    memiliki emosi yang stabil, bisa mandiri, menyadari tanggung jawab,

    terintegrasi segenap komponen kejiwaan, mempunyai tujuan dan arah

    hidup yang jelas, produktif-kreatif, dan etis-religius (Kartono, 1992, h.8).

    Berdasarkan pengertian para ahli mengenai kepercayaan diri di

    atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri pada mahasiswi

    adalah sikap positif yang dimiliki individu untuk mengembangkan

    penilaian positif terhadap dirinya sendiri tanpa perlu membanding-

    bandingkan dirinya dengan orang lain, yang berisi pengenalan dan

    keyakinan terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya, sehingga ia

    merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya tanpa

    hambatan perasaan inferior apapun.

    2. Ciri-ciri Kepercayaan Did Anthony (dikutip lrawati, 2002, h. 10) mengemukakan ciri-ciri

    individu yang memiliki kepercayaan diri adalah :

    a. Bertanggung jawab berarti mau menerima dan menanggung resiko dari

    perbuatannya.

    b. Rasa aman berarti tidak memiliki ketakutan dan kecemasan yang dapat

    menghambat kepercayaan dirinya.

  • 17

    c. Harga diri berarti mampu menyadari segala kekurangan dan kelebihan

    sehingga tidak mempunyai perasaan rendah diri.

    d. Mandiri berarti hidup tidak tergantung pada orang lain dan selalu dapat

    mengembangkan atau mengerjakan sesuatu tanpa menunggu orang

    lain.

    e. Optimis berarti menyadari kemampuan yang dimiliki dan berusaha

    untuk memperoleh yang terbaik dalam kehidupannya, mampu

    (berhasil) mewujudkan rencana-rencananya, tidak ragu-ragu dalam

    bertindak, lebih siap menerima ataupun menghadapi akibat yang

    terjadi.

    f. Tidak mullah putus asa berarti memiliki mental yang kuat untuk dapat

    menghadapi hal-hal yang terburuk dan berani mencoba lagi setelah

    mengalami kegagalan.

    Lindenfield (dalam Surmasari, 2004, h. 20) berpendapat bahwa orang yang

    percaya diri memiliki empat ciri, yaitu:

    a. Cinta diri

    Orang yang percaya diri mencintai diri sendiri. Bagi orang lain cinta

    diri sendiri merupakan perilaku dan gaya hidup seseorang untuk

    memelihara diri sendiri.

    b. Pemahaman diri

    Orang yang percaya diri tidak hanya merenungi, memikirkan perasaan

    dan perilaku diri sendiri. Orang yang percaya diri selalu berusaha ingin

    tahu bagaimana pendapat orang tentang dirinya.

    c. Tujuan hidup yang jelas

    Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. Hal ini

    dikarenakan orang percaya diri memiliki pikiran yang jelas mengapa

    melakukan tindakan tertentu dan tahu hasil apa yang diharapkan.

    d. Berpikir positif

    Orang yang percaya diri biasanya menyenagkan karena bisa melihat

    kehidupan dari sisi yang cerah, mengharap, dan mencari pengalaman

    serta memperoleh hasil yang bagus.

  • 18

    Menurut Lie (2003, h.4), ciri-ciri orang yang percaya diri antara lain :

    a. Yakin kepada diri sendiri.

    b. Tidak tergantung kepada orang lain.

    c. Tidak ragu-ragu

    d. Merasa dirinya berharga.

    e. Tidak menyombongkan diri.

    f. Memiliki keberanian untuk bertindak.

    Sedangkan menurut Guilford dan Lauster (dalam Afiatin dan Martaniah, 1998,

    h.67), seorang individu yang memiliki kepercayaan diri memiliki ciriciri sebagai

    berikut :

    1. Merasa adekuat dengan tindakan yang dilakukan.

    Hal ini didasarkan oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan, kemampuan dan

    keterampilan yang dimiliki. Orang yang percaya diri, merasa optimis, cukup

    ambisius, tidak selalu memerlukan bantuan orang lain, sanggup bekerja keras,

    mampu menghadapi tugas dengan baik dan bekerja secara efektif serta

    bertanggung jawab atas keputusan dan perbuatannya.

    2. Merasa diterima oleh kelompoknya.

    Hal ini disadari oleh karena adanya keyakinan terhadap kemampuannya dalam

    berhubungan sosial. Orang yang percaya diri merasa bahwa kelompoknya atau

    orang lain menyukainya, aktif menghadapi lingkungan, berani mengemukakan

    kehendak atau ideidenya secara bertanggung jawab dan tidak mementingkan

    diri sendiri.

    3. Percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan sikap.

    Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan

    kemampuannya. Orang yang percaya diri akan bersikap tenang, tidak mudah

    gugup, cukup toleran terhadap berbagai macam situasi.

    Berdasarkan penjabaran dari beberapa pendapat diatas, maka dapat

    disimpulkan bahwa ciri-ciri mahasiswi yang percaya diri adalah mahasiswi yang

    mencintai dirinya, memiliki ketenangan sikap, merasa dirinya berharga, optimis,

    dan mandiri. Ciri-ciri kepercayaan diri ini akan dijadikan dasar dalam

    pembentukan alat ukur berupa Skala Kepercayaan Diri.

  • 19

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan diri Menurut Mangunhardjana (dikutip oleh Tjandra, 2003) faktor-

    faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah :

    a. Fisik : Seseorang akan lebih percaya diri jika memiliki fisik yang

    sempuna.

    b. Mental : Seseorang akan lebih percaya diri bila memiliki kemampuan

    atau keahlian yang diakui tinggi.

    c. Sosial : Seseorang akan lebih percaya diri bila mampu berinteraksi

    dan memperoleh hubungan yang baik dengan orang lain atau

    lingkungan sekitar.

    d. Religiusitas : seseorang yang mempunyai religi akan mempunyai

    keyakinan bahwa apa yang dialami saat ini sudah

    diatur oleh Tuhan.

    Fabella (1993, h.59) mengatakan bahwa apabila individu mempunyai

    konsep diri yang baik atau positif semasa kanak-kanak, maka individu tersebut

    akan mampu mengembangkan perasaan mampu dan percaya diri, sebaliknya

    konsep diri yang negatif akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan

    percaya diri.

    Selain itu, secara formal dapat digambarkan bahwa rasa percaya diri

    merupakan gabungan dari pandangan positif terhadap diri sendiri, harga diri, dan

    rasa aman, yang dipengaruhi oleh keseluruhan kepribadian, hubungan dengan

    orang-orang yang dianggap penting, lingkungan, dan kehidupan sehari-hari

    (Loekmono, 1982, h.3).

    Ada banyak unsur yang membentuk atau menghambat perkembangan rasa

    percaya diri seseorang. Kebanyakan unsur-unsur tersebut berasal dari norma

    dalam pribadi individu sendiri yang tercakup dalam faktor internal, tetapi ada jugs

    yang berasal dari norma dan pengalaman keluarga, tradisi, kebiasaan, dan nilai-

    nilai lingkungan dan kelompok yang termasuk faktoe eksternal.

    Faktor internal Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kepercayaan

    diri yaitu :

  • 20

    a. Harga Diri

    Pemenuhan kebutuhan akan penghargaan juga merupakan kontribusi

    dalam masalah kepercayaan diri. Maslow menyatakan ada dua macam

    kebutuhan akan penghargaan yaitu :

    1) Keinginan individu untuk menjadi kuat, untuk berprestasi, mampu

    menyesuaikan diri, berkompeten, mempunyai keyakinan dalam

    menghadapi dunia.

    2) Keinginan untuk memperoleh reputasi atau penghargaan dari prang lain,

    status dan dominasi untuk memperoleh perhatian dan harga diri.

    Terpuaskannya kebutuhan akan rasa harga diri pada individu akan

    menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, rasa mampu,

    dan perasaan berguna. Sebaliknya, frustasi atau terhambatnya pemuasan

    kebutuhan akan rasa harga diri iyu akan menghasilkan sikap rendah diri,

    rasa tidak pantas, rasa lemah, rasa tidak mampu, dan rasa tidak berguna

    (Koswara, 1992, h. 125).

    Maslow (dalam Andayani & Afatin 1996, h.23) juga menyatakan

    bahwa dengan harga diri yang tinggi, individu dapat mengaktualisasikan

    potensi dirinya. Umpan balik yang diperoleh dari pemgaktualisasikan

    potensi ini, bila positif akan menaikkan percaya diri seseorang.

    b. Kondisi Fisik

    Kondisi fisik individu akan berpengaruh terhadap percaya diri keadaan

    fisik sangat kegemukan, ketinggian, cacat anggota tubuh / rusaknya salah satu

    indera merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh orang lain akan

    menimbulkan perasaan tidak berharga terhadap keadaan fisiknya. Karena

    seseorang sangat merasakan kekurangan yang ada pada dirinya jika

    dibandingkan dengan orang lain. Jadi, dari hal tersebut individu tersebut tidak

    dapat bereaksi secara positif dan muncullah rasa minder yang berkembang

    menjadi rasa tidak percaya diri (Lie, 2003, h.12).

    c. Pengalaman

    Menurut Hambly (dikutip Sumarsari, 2004, h.14) Percaya diri

    terbentuk dan berkembang sejalan dengan berjalannya waktu. Semakin

  • 21

    dewasa individu, akan terbiasa dengan penolakan dan kegagalan dan

    kemudian belajar menerima kegagalan sebagai suatu risiko dari sebuah usaha.

    Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi rasa percaya diri yaitu :

    a. Tingkat Pendidikan

    Monks menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh

    dalam menentukan percaya diri semakin tinggi terhadap pendidikan individu

    maka semakin banyak yang telah dipelajari. Hal ini berarti individu semakin

    mengenal diri baik kekurangan maupun kelebihan seseorang individu dapat

    menentukan sendiri standard keberhasilannya (Sumarsari, 2004, h. 14).

    Hakim (2002, h. 16) menambahkan bahwa tingkat pendidikan formal

    harus menjadi salah satu alat utama yang bisa menentukan tinggi rendahnya

    status sosial individu, selain itu adanya gelar-gelar yang bisa diperoleh oleh

    orang yang sudah menamatkan pendidikan tinggi tertentu juga turut

    menentukan tinggi rendahnya status sosial pada diri individu. Pandangan ini

    bisa terjadi jika ada individu yang tidak berpendidikan berada dalam

    lingkungan yang memiliki pendidikan tinggi, dan individu yang tidak

    memiliki gelar tersebut merasa rendah diri. Jika gejala ini dialami setiap hari

    maka rasa rendah diri ini dapat berkembang menjadi rasa tidak percaya diri.

    b. Lingkungan

    Lingkungan mempunyai peranan dalam pembentukan kepercayaan

    diri. Sikap orang lain, pujian dan kritikan dapat mempengaruhi percaya diri

    seseorang individu yang belum mempunyai percaya diri yang kuat akan

    mudah terpengaruh oleh reaksi lingkungannya terhadap setiap yang

    dilakukannya. Terlalu memperhatikan reaksi semacam ini akan menghambat

    sesuatu yang sedang dilakukannya. Lingkungan keluarga juga mempunyai

    kedudukan yang sangat penting dalam pembentukan percaya diri seseorang,

    karena keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam

    perkembangan kepribadian seseorang (Walgito, 1993, h.8).

    c. Kesuksesan

    Daradjat (1990, h.25) mengemukakan bahwa percaya diri timbul

    apabila setiap rintangan atau halangan dapat dihadapi dengan sukses. Sukses

  • 22

    yang dicapai itu akan membawa kegembiraan, dan kegembiraan akan

    menimbulkan percaya diri. Sukses dan masanya yang menggembirakan akan

    menambah percaya diri dan akan mempengaruhi pula kemungkinan sukses di

    tahun-tahun yang akan mendatang.

    Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi kepercayaan diri adalah faktor fisik, faktor mental, dan faktor

    sosial.

    B. Persepsi terhadap Payudara 1. Pengertian Persepsi terhadap Payudara

    Persepsi adalah hasil dari stimulus yang mengenai individu lewat alat

    indera dan kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu

    menyadari tentang apa yang diinderanya itu (Davidoff, 1991). Menurut

    Moskowitz dan Orgel (1969) persepsi adalah proses yang terintegrasi dari

    individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian, persepsi

    merupakan suatu proses yang dimulai dari proses pengorganisasian,

    penginterpretasian terhadap stimulus, yang diterima oleh organisme atau

    individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas

    yang terintegrasi dalam diri individu (dalam Walgito, 2003, h.54).

    Rakhmat (1994) (dalam Sobur, 2003, h.446) menyatakan bahwa

    persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

    hubungan yag diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

    pesan.

    Irwanto, dkk (2002, h.71) mengatakan bahwa persepsi sebagai suatu

    proses diterimanya rangsangan-rangsangan yang berupa obyek, kualitas,

    hubungan antar gejala maupun peristiwa sampai rangsangan-rangsangan itu

    disadari dan dimengerti. Pendapat ini juga didukung oleh Susetyo (2007,

    h.15), menurutnya persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami

    yang mencakup penginderaan dan proses kognisi atau kesadaran.

    Persepsi merupakan suatu aktivitas yang terintegrasi. Oleh karena itu

    pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman, dan kebudayaan membawa

    pengaruh dalam mempersepsi sesuatu (Walgito, 2003, h.57). Persepsi juga

  • 23

    dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna atau proses

    menafsirkan informasi indrawi (dalam Sobur, 2003, h.446)

    Hal yang akan dipersepsikan disini adalah payudara. Secara anatomis,

    Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar. Jumlah

    lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat dari

    ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini. kelenjar ini bersama-

    sama membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat.

    Alveoli (alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan substansi

    lainnya selama masa menyusui. Setiap bola memberikan makanan ke dalam

    pembuluh tunggal lactiferous yang mengalirkannya keluar melalui puting

    susu. Sebagai hasilnya, terdapat 1520 saluran puting susu, mengakibatkan

    banyak lubang pada puting susu. Di belakang puting susu pembuluh

    lactiferous agak membesar sampai membentuk penyimpanan kecil yang

    disebut lubang-lubang lactiferous (lactiferous sinuses). Setiap lubang berdiameter

    2-4 mm (0,08-0,16 inci).

    Lemak dan jaringan penghubung mengelilingi bola-bola jaringan

    kelenjar. Sejumlah jaringan lemak bergantung pada banyaknya faktor

    termasuk usia, persentase lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang Cooper

    menghubungkan dinding dada pada kulit payudara, memberikan bentuk pada

    payudara dan keelastisannya (Atlas Anatomi Manusia, h. 476 ). Menurut

    Wikipedia (3 Maret, 2007) Payudara, atau dalam bahasa latin-nya dikenal

    dengan nama mamma, adalah organ tubuh bagian atas dada dari spesies

    mamalia berjenis kelamin betina, termasuk wanita dari golongan manusia.

    Biasanya organ tubuh ini digunakan untuk menyalurkan air susu bagi bayi

    mamalia atau manusia yang baru lahir. Menurut Dorland (2002, h. 1283),

    payudara merupakan struktur kulit yang di modifikasi, berglandula pada

    bagian anterior toraks, pada perempuan mengandung unsur yang mensekresi

    susu untuk makanan bayi.

    Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa banyak hal yang berpengaruh

    terhadap persepsi, tak terkecuali dengan payudara. Berikut ini adalah hal-hal

    yang berpengaruh dalam persepsi terhadap payudara :

  • 24

    a. Pengalaman

    Bentuk tubuh yang menarik, atau wajah yang cantik pada umumnya

    menimbulkan kesan yang positif bagi orang yang menilai. Sebaliknya, bentuk

    tubuh yang kurang menarik dan wajah yang kurang cantik bisa menimbulkan

    kesan negatif bahkan kebencian pada orang lain. Karena penilaian positif akan

    memberi dampak lebih lanjut pada seseorang, maka semua orang berlomba-

    lomba untuk memiliki daya tarik fisik.

    Hal itulah yang dijadikan pengalaman oleh semua wanita. Seorang

    wanita pastinya pernah memiliki pengalaman dengan payudaranya, baik

    pengalaman yang positif maupun pengalaman yang negatif. Pengalaman yang

    positif mungkin pujian dari orang lain terhadap payudaranya. Dan contoh

    pengalaman yang negatif misalnya karena bentuk payudara yang kurang baik,

    seorang wanita tidak bisa memakai beberapa model pakaian karena jika ia

    menggunakan pakaian tersebut maka payudaranya tidak terlihat indah.

    Berdasarkan pengalaman positif dan negatif yang sudah dilaluinya atau

    dipelajari dari orang lain itulah seorang wanita belajar bertindak dan belajar

    untuk mengartikan dan mempersepsikan payudara yang ia miliki.

    b. Pengetahuan

    Seorang wanita diharuskan untuk mengerti dan memahami cara untuk

    merawat tubuhnya. Tidak bisa dipungkiri, bahwa setiap bagian dari tubuh

    mereka merupakan "aset" baginya kelak. Banyak wanita sekarang yang

    memanfaatkan kemajuan zaman dan teknologi untuk kecantikannya. Tidak

    hanya untuk mempercantik diri tetapi juga untuk merawat tubuhnya.

    Bagi banyak wanita, payudara merupakan aset yang penting untuk

    dijaga dan dirawat keindahannya. Saat ini, para wanita sudah mempunyai

    bekal pengetahuan yang cukup untuk merawat tubuhnya termasuk payudara.

    Pengetahuan-pengetahuan tersebut dapat mereka peroleh dari mana saja, mulai

    dari orang tua, teman, saudara, buku, majalah, koran, tabloid, hingga internet.

    Pengetahuan tentang payudara meliputi banyak hal, misalnya : tentang

    kesehatan payudara, cara merawat payudara, cara memperindah payudara,

    hingga cara memperbesar payudara. Dengan tersedianya berbagai sumber

  • 25

    pengetahuan tersebut, diharapkan seorang wanita dapat memiliki pengetahuan

    yang cukup untuk menjaga kesehatan, dan merawat payudaranya dengan baik.

    c. Situasi

    Kemajuan teknologi dan informasi juga memiliki pengaruh terhadap

    persepsi seseorang tentang payudara. Saat ini, bisa dikatakan hampir semua

    media cetak dan elektronik pernah menjadikan payudara sebagai beritanya.

    Media elektronik misalnya televisi, atau internet kerap kali memunculkan

    gambar atau bentuk payudara seorang wanita. Lama kelamaan, publik atau

    seorang individu bisa menilai payudara yang seperti apa yang menurut mereka

    ideal. Dan tidak hanya itu, iklaniklan untuk memperindah bentuk payudara

    pun juga kerap kali muncul.

    Situasi-situasi yang timbul dari "eksploitasi" media terhadap payudara

    juga menjadi salah satu sebab wanita tidak percaya diri dengan payudara yang

    dimilikinya. Dan persepsi payudara indah atau ideal tidak mempunyai standart

    tertentu. Oleh karena itu, persepsi seorang wanita terhadap payudaranya

    diharapkan positif agar ia juga akan memiliki kepercayaan diri yang positif

    pula. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap payudara

    adalah proses penginderaan terhadap payudara yang kemudian

    diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga individu mengalami persepsi.

    2. Aspek-aspek Persepsi terhadap Payudara Menurut Sobur (2003, h.447), aspek-aspek persepsi adalah :

    a. Penalaran

    Penalaran dalam hal ini berarti interpretasi, yaitu proses

    mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi

    seseorang. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan kognisi

    seseorang untuk mengadakan pengklasifikasian informasi yang

    diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi

    sederhana.

    Interpretasi mahasiswi terhadap payudara yang dimilikinya

    juga dipengaruhi oleh informasi-informasi yang diterimanya dari

    lingkungan sekitar.

  • 26

    b. Perasaan

    Perasaan merupakan bagian dari tanggapan individu

    (mahasiswi) yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau

    terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap

    dipengaruhi oleh akal atau emosi, atau kedua-duanya.

    Berdasarkan uraian di atas, aspek penalaran dan perasaan akan

    digunakan sebagai pengukuran terhadap persepsi karena kedua aspek

    ini dianggap paling relevan untuk mengungkapkan pengukuran

    terhadap persepsi. Ciri-ciri persepsi ini akan dijadikan dasar dalam

    pembentukan alat ukur berupa Skala Persepsi.

    C. Hubungan Kepercayaan Diri ditinjau dari Persepsi terhadap Payudara pada Mahasiswi

    Menjadi cantik adalah suatu obsesi mulia, oleh karena itu setiap wanita

    pasti ingin tampil cantik dan menarik. Semua wanita pun berlombalomba

    membuat dirinya tampil cantik dan menarik. Entah dengan memakai produk-

    produk kecantikan, mengikuti tren mode. Keinginan untuk jadi cantik

    kemungkinan besar hanyalah untuk memuaskan diri, dicampur dengan insting

    kompetitif atau agar tetap menarik di mata lawan jenis.

    Kecantikan dan daya tarik wanita memang ada di penampilan fisiknya.

    Banyak hal-hal di tubuh seorang wanita yang dikatakan menarik oleh lawan

    jenis. Daya tarik secara seks (sex appeal) seorang wanita terletak pada

    payudaranya (Hawari, 2004, h.3). Selain sebagai sex appeal, payudara seorang

    wanita juga merupakan sumber kepercayaan dirinya. Banyak wanita yang

    merasa tidak percaya diri dengan keadaan dan bentuk payudaranya. Salah

    satunya adalah diva pop Indonesia, Ruth Sahanaya. Dia mempersepsikan

    bahwa payudaranya kurang menarik, sehingga ia kurang percaya diri di depan

    penggemar-penggemarnya.

    Semakin banyak wanita yang menganggap payudaranya tidak menarik

    sehingga mereka berani melakukan operasi implant pada payudaranya.

    Beberapa tahun belakangan ini, kita sering mendengar tentang maraknya

    pemakaian silikon pada wanita untuk menambah ukuran dan memperindah

  • 27

    bentuk payudaranya. Di Amerika Serikat pada tahun 2006 sekitar 103.788

    wanita menjalaninya (menurut data American Society of Plastic Surgeons).

    Angka ini menunjukkan banyaknya wanita yang tidak nyaman dengan

    keadaan payudaranya yang dimilikinya.

    Penilaian satu orang dengan orang lainnya tentang payudara memang

    berbeda-beda, hal ini memang tergantung dari persepsi masingmasing individu

    tentang payudara. Ada orang yang mempersepsikan payudaranya kurang

    menarik, tapi di sisi lain, orang lain menganggapnya menarik.

    Persepsi didefinisikan menjadi dua, yaitu dalam arti sempit dan luas.

    Dalam arti sempit, persepsi adalah penglihatan, yaitu bagaimana cara

    seseorang melihat sesuatu. Dan dalam arti luas, persepsi adalah pandangan

    atau pengartian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan

    sesuatu. Artinya, setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda

    terhadap stimulus yang sama. Hal ini didukung oleh Nord (dalam Gibson,dkk,

    1993, h.53) yang menyatakan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti

    pada stimulus sehingga individu yang berbeda akan melihat benda yang sama

    dengan cara yang berbeda.

    Dalam hal ini, stimulusnya adalah payudara. Persepsi tiap-tiap

    individu, baik pria maupun wanita tentang payudara pasti berbeda-beda.

    Persepsi seorang wanita dewasa khususnya mahasiswi terhadap payudaranya

    tentu saja akan berpengaruh terhadap kepercayaan dirinya.

    Kurangnya kepercayaan diri pada wanita, khususnya mahasiswi yang

    merasa payudaranya kecil atau tidak menarik akan sangat mengganggu

    kondisi psikis mahasiswi yang bersangkutan. Seperti yang dikatakan oleh

    Martani dan Adiyanti (1991, h. 18-19) bahwa kepercayaan diri merupakan

    atribut paling berharga bagi individu untuk dapat mengembangkan potensi-

    potensi yang dimilikinya dan menjadi manusia seutuhnya di dalam

    masyarakat.

    Mahasiswi adalah sosok individu yang sudah selesai proses

    pertumbuhannya, peran dan tanggung jawabnya juga bertambah besar

    (Dariyo, 2004, h.3). Masa dewasa juga merupakan masa dimana seorang

  • 28

    wanita mampu melaksanakan macam-macam perannya (Kartono, 1992, h.8).

    Jika seorang mahasiswi tidak atau kurang memiliki rasa percaya diri, maka ia

    kurang mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.

    Seseorang yang memiliki rasa percaya diri biasanya optimis dalam

    menjalani hidup, memiliki keyakinan akan berhasil, selain itu, setiap persoalan

    yang datang akan dihadapi dengan hati yang tenang, dalam hal ini termasuk

    masalah-masalah yang akan dihadapi seorang wanita dewasa yang

    menjalankan macam-macam peranan dalam kehidupannya.

    D. Hipotesis Berdasarkan kesimpulan teoritik diatas, maka hipotesis yang diajukan

    dalam penelitian ini adalah : "Ada hubungan yang positif antara persepsi

    terhadap payudara dengan kepercayaan diri pada mahasiswi". Semakin positif

    persepsi terhadap payudaranya, maka semakin tinggi pula kepercayaan dirinya

    dan sebaliknya, semakin rendah daya persepsi, maka semakin rendah pula

    kepercayaan diri"

  • 36

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hal tersebut

    dikarenakan penelitian ini sesuai dengan karakteristik pendekatan kuantitatif

    yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah

    dengan metode statistika. Selain itu, pendekatan kuantitatif dilakukan pada

    penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyadarkan

    kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis

    nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan

    hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998, h.5-6).

    A. Identifikasi Variabel Penelitian

    Dalam penelitian ini, memakai dua variabel yang terdiri dari satu

    variabel tergantung dan satu variabel bebas, yaitu:

    1. Variabel Tergantung : Kepercayaan diri mahasiswi.

    2. Variabel Bebas : Persepsi terhadap payudara.

    B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

  • 37

    Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai data yang akan

    dikumpulkan dan untuk menghindari kesesatan dalam menentukan alat

    pengumpul data, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai definisi

    operasional variabel penelitian. Definisi operasional variabel penelitian

    merupakan batasan atau spesifikasi dari variabel-variabel penelitian yang

    secara konkrit berhubungan dengan realitas yang akan di ukur dan

    merupakan manifestasi dari hal-hal yang akan diamati dalam penelitian

    (Hadi, 2001, h.26). Adapun defmisi operasional dalam penelitian ini:

    1. Kepercayaan Diri Mahasiswi

    Kepercayaan diri pada mahasiswi adalah sikap positif yang dimiliki

    individu untuk mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya sendiri

    tanpa perlu membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, yang berisi

    pengenalan dan keyakinan terhadap segala aspek kelebihan yang

    dimilikinya, sehingga ia merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan

    dalam hidupnya tanpa hambatan perasaan inferior apapun. Data

    kepercayaan diri wanita dewasa diperoleh dari Skala Kepercayaan Diri

    Mahasiswi yang disusun berdasarkan ciri-ciri wanita yang memiliki

    kepercayaan diri yaitu mahasiswi yang mencintai dirinya, memiliki

    ketenangan sikap, merasa diri berharga, optimis, mandiri.

  • 38

    Tinggi rendahnya kepercayaan diri wanita dewasa akan tampak dari

    tinggi rendahnya skor yang diperoleh dari skala kepercayaan diri

    mahasiswi. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi

    kepercayaan diri mahasiswi dan semakin rendah skor yang diperoleh maka

    semakin rendah kepercayaan diri mahasiswi.

    2. Persepsi terhadap payudara

    Persepsi terhadap payudara adalah proses penginderaan terhadap

    payudara yang kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan, sehingga

    individu mengalami persepsi. Persepsi terhadap payudara disertai

    kecenderungan bereaksi positif atau negatif sebagai bentuk respon terhadap

    payudara. Persepsi terhadap payudara akan diungkap dengan menggunakan

    Skala Persepsi yang disusun berdasarkan penalaran, dan perasaan.

    Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik persepsi

    mahasiswi terhadap payudaranya, dan semakin rendah skor yang diperoleh

    maka semakin buruk persepsi mahasiswi terhadap payudara yang

    dimilikinya.

    C. Populasi, Dan Metode Pengambilan Sampel

    1. Populasi

  • 39

    Salah satu langkah awal yang perlu diambil dalam melaksanakan

    penelitian adalah menentukan populasi penelitian. Populasi adalah

    sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat

    yang sama (Hadi, 2001, h.220). Berdasarkan dari populasi ini diambil

    contoh atau subyek yang diharapkan mampu mewakili populasi. Dalam

    menentukan subyek hedaknya terlebih dahulu menentukan sifat-sifat atau

    karateristik dari populasi yang memberikan batasan-batasan yang tegas

    (Hadi, 1995 h.80).Pada penelitian ini karakteristik populasi penelitiannya

    adalah :

    a. Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

    2. Tehnik Pengambilan Sampel

    Menurut Azwar (1998, h. 51) sampel adalah bagian dari populasi

    yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Sampel juga

    merupakan sejumlah anggota subyek penelitian yang terrdapat diantara

    sejumlah besar subyek penelitian.

    Dalam penelitian ini sampel penelitian diambil dari populasi dengan

    menggunakan teknik quota sampling, yaitu pembatasan sampel yang

    dalam penelitian ini dibatasi untuk 50 individu saja.

    D. Metode Pengumpulan Data

  • 40

    1. Alat Ukur

    Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan

    metode skala. Skala adalah suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan

    untuk mengungkap tingkah laku dan aktivitas-aktivitas sebagai manifestasi

    dari kejiwaan. (Azwar, 1998. h.3).

    Karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi (Azwar, 1998, h.3-4)

    adalah sebagai berikut :

    a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pertanyaan atau pernyataan yang

    tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan

    mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan

    b. Skala psikologi selalu berisi banyak item

    c. Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban "benar" atau

    "salah". Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur

    dan sungguh-sungguh.

    Skala yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

    adalah :

    a. Skala Kepercayaan Diri pada Mahasiswi

    Skala kepercayaan diri ini disusun berdasarkan ciri-ciri dalam

    kepercayaan diri pada mahasiswi yaitu mencintai diri, memiliki

    ketenangan sikap, merasa dirinya berharga, optimis, dan mandiri.

  • 41

    b. Skala Persepsi

    Skala persepsi ini disusun berdasarkan aspek-aspek persepsi

    yaitu penalaran dan perasaan.

    2. Blue Print dan Cara Penilaian

    a. Skala Kepercayaan Diri pada Wanita Dewasa

    Skala ini terdiri dari 40 item. Penulisan item dibedakan

    menjadi dua kelompok yaitu item yang mendukung pernyataan

    (favorable) dan item yang tidak mendukung pemyataan

    (unfavorable), serta terdiri dari empat altematif jawaban, yaitu

    sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak

    sesuai (STS). Adapun cara skoring yang digunakan untuk

    pernyataan favorable adalah skor 4 jika jawaban SS, skor 3 jika

    jawaban S, skor 2 jika menjawab TS, dan skor 1 jika menjawab STS.

    Sedangkan untuk pernyataan unfavorable berlaku sebaliknya.

    Tabel 1

    Blueprint Skala Kepercayaan Diri

    No Aspek Favorable Unfavorable Total 1 Mencintai diri 2 2 4 2 Memiliki ketenangan 2 2 4

  • 42

    sikap 3 Merasa diri berharga 2 2 4 4 Bertanggung jawab 2 2 4 5 Berpikir positif 2 2 4 Jumlah 10 10 20

    b. Skala Persepsi terhadap Payudara

    Skala ini terdiri dari 24 item. Penulisan item dibedakan menjadi

    dua kelompok yaitu item yang mendukung pemyataan (favorable) dan

    item yang tidak mendukung pernyataan (unfavorable), serta terdiri

    dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak

    sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Adapun cara skoring yang

    digunakan untuk pernyataan favorable adalah skor 4 jika jawaban SS,

    skor 3 jika jawaban S, skor 2 jika menjawab TS, dan skor I jika

    menjawab STS. Sedangkan untuk pernyataan unfavorable berlaku

    sebaliknya.

    Tabel 2

    Blueprint Skala Persepsi terhadap Payudara

    No Faktor Persepsi Favorable Unfavorable Jumlah 1 Penalaran 6 6 12 2 Perasaan 6 6 12 Jumlah 12 12 24

    E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

  • 43

    1. Validitas

    Menurut Azwar (1998, h. 5) validitas berasal dari kata validity

    yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

    ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas terhadap alat ukur

    dalam penelitian ini menggunakan tehnik korelasi Product Moment dari

    Pearson.

    Koefisien Korelasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini, masih

    perlu dikoreksi mengingat ada kelebihan bobot pada koefisien korelasi

    tersebut. Kelebihan bobot ini terjadi karena nilai butir soal yang

    dikorelasikan dengan nilai total masih ikut sebagai komponen nilai

    total, sehingga menyebabkan koefiisen menjadi besar. Untuk koreksi

    koefisien yang kelebihan bobot tersebut digunakan teknik korelasi Part

    Whole.

    Penghitungan validitas alat ukur pada penelitian ini menggunakan

    komputer dengan program Statistical Packages for Social Sciences

    (SPSS) for Windows Realease 13.0.

    2. Reliabilitas

    Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran

    dengan alat tersebut dapat dipercaya (Suryabrata, 2000, h.9). Hal ini

    ditunjukkan dengan taraf keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh

  • 44

    oleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama atau diukur dengan

    alat yang setara pada kondisi yang berbeda. Reliabilitas adalah indeks

    yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau

    diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik

    reliabilitas yang dikembangkan oleh Cronbach yang disebut Alpha.

    Penghitungan reliabilitas Statistical Packages for Social Sciences

    (SPSS) for Windows Realease 13.0.

    F. Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang dipergunakan untuk melihat hubungan

    antara variabel persepsi terhadap payudara dengan variabel kepercayaan

    diri pada mahasiswi adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson.

    Penghitungan analisis data pada penelitian ini menggunakan komputer

    dengan program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) for

    Windows Realease 13.0.

  • 44

    BAB IV

    PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Orientasi Kancah Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Psikologi Universitas

    Katolik Soegijapranata yang terletak di gedung Antonius, yang berada

    di lingkungan kampus yang beralamat di JI. Pawiyatan Luhur IV/1

    Bendan Duwur, Semarang Jawa Tengah.

    Fakultas Psikologi mempunyai banyak peminat yang berasal dari

    berbagai daerah yang berbeda. Demikian pula dengan mahasiswi

    Fakultas Psikologi yang berasal dari berbagai etnis, suku, dan ras, yang

    memilki keberagaman cara pandang dan kebudayaan. Hal tersebut

    merupakan salah satu alasan yang menjadikan Fakultas Psikologi cocok

    sebagai tempat penelitian ini.

    Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Biro Administrasi

    Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Unika Soegijapranata, pada

    tanggal 12 Juni 2008; sampai dengan tahun ajaran 2007/2008 terdapat

    1072 mahasiswa yang masih aktif berkuliah, 816 diantaranya adalah

    perempuan (mahasiswi) dan 256 sisanya adalah laki-laki (mahasiswa).

    Dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswinya jauh lebih banyak daripada

    jumlah mahasiswanya. Jumlah mahasiswi untuk tiap angkatan yang

  • 45

    berada pada tahun ajaran 2007/2008 di Fakultas Psikologi dapat dilihat

    pada tabel 3.

    Tabel 3

    Mahasiswi Fakultas Psikologi Tahun Ajaran 2007/2008

    Tahun Angkatan Jumlah Mahasiswi

    1996 1

    1997 1

    1998 6

    1999 12

    2000 23

    2001 35

    2002 111

    2003 183

    2004 177 2005 148 2006 190 2007 185

    Jumlah 816

    Peneliti mengambil mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas

    Katolik Soegijapranata sebagai populasi penelitian dengan karakteristik

    sampel penelitian yaitu mahasisiwi Fakultas Psikologi Unika

    Soegijapranata.

    Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti dalam menentukan

    populasi dan sampel penelitian adalah sebagai berikut :

  • 46

    a. Peneliti berkuliah di Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata

    Semarang. .

    b. Peneliti sudah mengenal situasi di tempat tersebut.

    c. Fenomena yang terjadi di sana, membuat peneliti tertarik untuk

    melakukan penelitian tentang Kepercayaan Diri pada Mahasiswi

    Fakultas Psikologi Ditinjau dari Persepsi Terhadap Payudara.

    d. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis dengan topik yang sama

    sebelumnya.

    B. Persiapan Penelitian

    Persiapan penelitian yang dilakukan, mencakup beberapa tahap sebagai

    berikut :

    1. Penyusunan Alat Ukur

    a. Skala Kepercayaan Diri pada Mahasiswi

    Skala kepercayaan diri ini disusun berdasarkan beberapa ciri

    kepercayaan diri yaitu mencintai diri, memiliki ketenangan

    sikap,merasa diri berharga, bertanggung jawab, berpikir positif.

    Jumlah item secara keseluruhan adalah 20 item, yang terdiri dari 10

    item favorable dan 10 item unfavorable. Sebaran item Skala

    Kepercayaan Diri dapat dilihat dalam tabel 4. Selengkapnya, skala

    kepercayaan diripada mahasiswi dapat dilihat pada lampiran A- 1.

  • 47

    Tabel 4

    Sebaran Item Skala Kepercayaan Diri pada Mahasiswi

    Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Mencintai diri 1,2 3,4 4 Memiliki ketenangan sikap

    5,6 7,8 4

    Merasa diri berharga 9,10 11,12 4 Bertanggung jawab 13,14 15,16 4 Berpikir positif 17,18 19,20 4

    Jumlah 10 10 20

    b. Skala Persepsi terhadap Payudara

    Skala persepsi ini disusun berdasarkan beberapa ciri persepsi

    terhadap payudara yaitu penalaran, dan perasaan. Jumlah item secara

    keseluruhan adalah 24 item, yang terdiri dari 12 item favorable dan

    12 item unfavorable. Sebaran item Skala Persepsi terhadap Payudara

    dapat dilihat dalam tabel 5. Selengkapnya, skala persepsi terhadap

    payudara dapat dilihat pada lampiran A-2.

    Tabel 5

    Sebaran Item Skala Persepsi terhadap Payudara

    Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Penalaran 1, 3, 9, 11, 17, 19 2, 4, 10, 12, 18,

    20 12

    Perasaan 5, 7, 13, 15, 21, 23

    6, 8, 14, 16, 22, 24

    12

    Jumlah 12 12 24

  • 48

    2. Tahap Perijinan Penelitian

    Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

    mengajukan permohonan ijin kepada pihak-pihak yang terkait dalam

    penelitian ini, sehubungan dengan tempat pelaksanaan penelitian dan

    subjek penelitian.

    Permohonan ijin ini melalui beberapa tahap sebagai berikut :

    a. Meminta surat pengantar dari Dekan Fakultas Psikologi Unika

    Soegijapranata, Semarang, untuk memohon ijin melakukan

    penelitian kepada Wakil Rektor I Unika Soegijapranat, Semarang.

    Surat permohonan ijin tersebut bernomor 920/B.7.3/FPNI/2008

    tertanggal 9 Juni 2008.

    b. Mengajukan surat pengantar tersebut kepada Wakil Rektor I Unika

    Soegijapranata, Semarang.

    c. Berdasarkan surat permohonan ijin tersebut, Wakil Rektor I

    memberikan ijin untuk melakukan penelitian di fakultas Psikologi

    Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, dengan surat

    bernomor 1313B.7.3/WRl/VI/2008 tertanggal 12 Juni 2008.

    3. Uji Coba Alat Ukur

    Uji coba alat ukur dilakukan bersamaan dengan penelitian (tryout

    terpakai). Uji coba ini digunakan untuk mencari validitas dan reliabilitas

    skala. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B-I dan B-2.

  • 49

    4. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

    Setelah data diperoleh, peneliti segera melakukan scoring dan

    tabulasi skor. Hasil tabulasi skor digunakan untuk melakukan uji coba

    alat ukur atau skala penelitian. Penghitungan validitas dan reliabilitas

    dalam penelitian ini menggunakan alat bantu komputer dengan program

    Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) for Windows Realease

    13.0. Uji validitas item untuk skala kepercayaan diri pada mahasiswi

    dan persepsi terhadap payudara menggunakan teknik korelasi Product

    Moment, yang selanjutnya dikoreksi dengan korelasi Part Whole. Uji

    reliabilitas item, digunakan teknik Alpha Cronbach. Hasil validitas dan

    reliabilitas uji coba alat ukur atau skala penelitian yang dibuat adalah

    sebagai berikut:

    a. Validitas dan Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri pada

    Mahasiswi

    Menurut Buku Statistika 1 (Priyanto, 2006, h.75), untuk uji

    validitas skala Kepercayaan Diri dengan N = 50, nilai r tabelnya

    adalah 0,231; dengan taraf signifikansi 5%, dapat diketahui bahwa

    dari 20 item yang ada, terdapat 17 item valid dan 3 item gugur.

    Koefisien validitas item bergerak antara 0,315 sampai dengan

    0,610. Koefisen reliabilitas alpha skala kepercayaan diri pada

    mahasiswi adalah sebesar 0,812. Sebaran item yang valid dan gugur

  • 50

    dapat dilihat pada tabel 6. Hasil selengkapnya dari skala kepercayaan

    diri dapat dilihat pada lampiran C-1.

    Tabel 6

    Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Kepercayaan Diri pada

    Mahasiswi

    Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Gugur Valid Mencintai diri 1,2 3,4* 1 3 Memiliki ketenangan sikap 5,6 7,8 0 4

    Merasa diri berharga 9,10 11,12 0 4 Bertanggung jawab 13,14* 15,16 1 3 Berpikir positif 17,18 19,20 1 3 Total 10 10 3 17

    Keterangan :

    Nomor item dengan tanda* : item yang gugur

    b. Validitas dan Reliabilitas Skala Persepsi terhadap Payudara

    Menurut Buku Statistika 1 (Priyanto, 2006, h.75), untuk uji

    validitas skala Persepsi terhadap payudara dengan N = 50, nilai r

    tabelnya adalah 0,231; dengan taraf signifikansi 5% , dapat diketahui

    bahwa dari 24 item yang ada, terdapat 21 item valid dan 3 item

    gugur. Koefisien validitas item bergerak antara 0,243 sampai dengan

    0,560.

    Koefisen reliabilitas alpha skala kepercayaan diri pada

    mahasiswi adalah sebesar 0,838. Sebaran item yang valid dan gugur

  • 51

    dapat dilihat pada tabel 7. Hasil selengkapnya dari skala persepsi

    terhadap payudara dapat dilihat pada lampiran C-2.

    Tabel 7 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Persepsi terhadap Payudara

    Aspek Favorable Unfavorable Jumlah Gugur Valid Penalaran 1, 3, 9, 11, 17, 19 2, 4, 10, 12, 18, 20* 1 11

    Perasaan 5, 7, 13, 15, 21, 23 6, 8, 14*, 16, 22*, 24 2 10

    Total 12 12 3 21 Keterangan:

    Nomor item dengan tanda * : item yang gugur

    5. Penyusunan Kembali Alat Ukur

    Setelah dilakukan uji coba dan diketahui item yang valid dan

    yang gugur, maka item yang valid disusun ulang, hasilnya dijadikan

    skala penelitian yang baru. Sebaran item baru dapat dilihat pada tabel 8

    dan 9. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D-1 dan D-2.

    Tabel 8

    Sebaran Nomer Item Baru Skala Kepercayaan Diri pada Mahasiswi

    Aspek Favorable Unfavorable

    Mencintai diri 1,2 3 Memiliki ketenangan sikap 5,6 7,8

    Merasa diri berharga 9,10 11,12

    Bertanggung jawab 13 15,16

    Berpikir positif 17,18 19

    Jumlah 9 8

  • 52

    Tabel 9

    Sebaran Nomer Item baru Skala Persepsi Terhadap Payudara

    Aspek Favorable Unfavorable

    Penalaran 1, 3, 9, 11, 17, 19 2, 4, 10, 12, 18,

    Perasaan 5, 7, 13, 15, 21, 23 6, 8, 16, 24

    Jumlah 12 9

    C. Pelaksanaan Penelitian

    Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 13 dan 16

    Juni 2008 di Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang.

    Fakultas Psikologi dipilih sebagai tempat pelaksanaan penelitian ini,

    karena kebetulan memiliki jumlah mahasiswi yang paling banyak pada

    tahun ajaran 2007/2008 sebanyak 816 mahasiswi.

    Dalam pengambilan sample, peneliti menggunakan teknik Quota

    Sampling, yaitu dengan memberikan skala kepada jumlah mahasiswi

    yang jumlahnya dibatasi sebanyak 50 mahasiswi Fakultas Psikologi,

    karena dianggap sudah mewakili populasi yang telah ditentukan.

    Selama proses pengumpulan data, peneliti tidak dibantu oleh

    siapapu. Pada hari pertama (13 Juni 2008), penyebaran skala dilakukan

    di Fakultas Psikologi (Gedung Antonius) dari pukul 09.00-13.00 WIB.

  • 53

    Pada hari kedua (16 Juni 2008), penyebaran skala dilakukan di Fakultas

    Psikologi (Gedung Antonius) pada pukul 10.00-13.00 WIB.

    Penyebaran skala dilakukan pada saat mahasiswi menunggu jam

    masuk kuliah, setelah jam perkuliahan, selesai, maupun saat istirahat

    (tidak ada kegiatan). Dalam pembagian skala, peneliti membagi skala

    kepada subjek mahasiswi yang berada jauh dari mahasiswa. Hal ini

    dikarenakan skala penelitian ini bersifat pribadi. Dalam pengerjaan

    skala, ada beberapa mahasiswi yang mengerjakan di dalam kelas dan

    ada yang mengerjakan di luar kelas. Selain itu, sebagian besar

    mahasiswi malu mengisi di dekat mahasiswi lain sehingga menjauh atau

    menutupi jawaban jawaban pada skalanya. Pelaksanaan penelitian ini

    cukup lancar dan peneliti hanya memerlukan waktu dua hari dalam

    pengumpulan data. Setelah pengumpulan data, peneliti segera

    melakukan scoring terhadap jawaban subjek, membuat tabulasi skor,

    dan menganalisis data. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

    E-1 dan E-2.

  • 54

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Setelah diperoleh butir-butir item yang valid dan yang gugur,

    langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan analisis data adalah

    melakukan uji asumsi, dengan tujuan untuk mengetahui apakah data

    penelitian yang diperoleh memenuhi persyaratan untuk dianalisis secara

    statiatik dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Uji

    asumsi ini meliputi uji normalitas distribusi (mengetahui normal atau

    tidaknya sebaran item) dan uji linieritas hubungan (mengetahui ada atau

    tidaknya hubungan antar variabel).

    1. Uji Asumsi

    a. Uji Normalitas Distribusi

    Uji normalitas distribusi ini dilakukan dengan menggunakan

    program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) for Windows

    Realease 13.0. Melalui uji normalitas terhadap Skala Kepercayaan

    Diri pada Mahasiswi, diperoleh nilai K-SZ sebesar 0,964 (p > 0,05),

    yang berarti sebaran itemnya normal.

    Sedangkan perhitungan uji normalitas terhadap Skala Persepsi

    terhadap Payudara, menunjukkan nilai K-SZ sebesar 1,066 (p > 0,05),

  • 55

    yang berarti sebaran itemnya normal. Hasil perhitungan selengkapnya

    dapat dilihat pada lampiran F-1.

    b. Uji Linieritas Hubungan

    Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan program

    Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) for Windows

    Realease 13.0. Berdasarkan perhitungan terhadap hubungan antara

    Persepsi terhadap Payudara dengan Kepercayaan Diri pada

    Mahasiswi, diperoleh F linier sebesar 242,587 dengan nilai p = 0,000

    < 0,01. Hal ini berarti bahwa korelasi kedua variabel tersebut linier.

    Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F-2.

    2. Hasil Analisis

    Setelah diketahui bahwa data yang diperoleh memenuhi syarat uji

    asumsi, maka selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan

    teknik korelasi product moment untuk menguji hipotesis. Analisis data

    dilakukan dengan program Statiatical Packages for Social Sciences

    (SPSS) for Windows Realease 13.0.

    Hasil uji hipotesis menunjukkan adanya koefiaien korelasi rxy =

    0,914 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan

    positif antara persepsi terhadap payudara dengan kepercayaan diri pada

    mahasiswi. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini diterima.

    Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran G.

  • 56

    B. Pembahasan

    Hasil uji hipotesis menunjukkan adanya koefisien korelasi rxy =

    0,914 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hasil ini menunjukkan adanya

    hubungan positif antara persepsi terhadap payudara dengan kepercayaan

    diri mahasiswi Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Hal ini sesuai

    dengan kenyataan yang terjadi, sepengetahuan penulis, banyak

    mahasiswi Fakultas psikologi Unika Soegijapranata yang kurang merasa

    puas dengan keadaan payudara yang dimilikinya. Hal ini berarti bahwa

    semakin positif persepsi seorang mahasiswi terhadap payudaranya maka

    semakin tinggi tingkat kepercayaan dirinya. Hasil penelitian di atas

    sesuai dengan teori Centi (1993, h.36) yang mengatakan bahwa orang

    yang menerima dan puas dengan keadaan dan penampilan fisiknya, pada

    umumnya memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi daripada mereka

    yang tidak.

    Seorang mahasiswi yang mempunyai persepsi terhadap payudara

    yang positif akan melihat payudaranya sebagai sesuatu yang penting,

    berharga, dan bermakna. Sepengetahuan penulis, hal ini sesuai dengan

    apa yang terjadi di kehidupan nyata para mahasiswi yang menganggap

    payudara adalah bagian tubuh seorang wanita yang sangat penting. Hal

    ini dikarenakan payudara merupakan bagian tubuh yang sarat akan

    makna dan sangat berarti bagi setiap wanita, tak terkecuali mahasiswi.

    Mahasiswi yang memiliki persepsi yang baik terhadap payudaranya,

  • 57

    maka ia tidak akan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain,

    mengkritik payudaranya sendiri, ataupun tidak menerima keadaan

    payudaranya saat ini. Dengan demikian ia mampu untuk menerima

    kelebihan dan kekurangan pada dirinya terutama payudara yang ia

    miliki, sehingga ia dapat menemukan dan menentukan identitasnya

    tanpa ragu. Hal ini sesuai dengan pendapat Walgito (1986, h.6) yang

    menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah kepercayaan seseorang pada

    kemampuan yang ada dalam dirinya atau dikatakan lebih lanjut bahwa

    percaya diri (self confidence) adalah suatu perasaan atau sikap yang

    tidak perlu membanding-bandingkan diri dengan orang lain, yang berisi

    kekuatan, kemampuan, dan keterampilan untuk menghasilkan sesutau,

    yang didasarkan pada keyakinan akan keberhasilan dalam

    melaksanakannya. Pendapat ini juga diperkuat oleh Kartono (1992,

    h.51) yang menuliskan bahwa dengan kepercayaan diri muncul

    kesanggupan untuk menilai kembali segala perilaku dan untuk

    melakukan devaluasi terhadap pola tingkah laku yang dianggap tidak

    berguna lagi, sehingga individu dapat mengadakan identifikasi baru

    dengan obyek-substitusi yang baru.

    Mahasiswi yang memiliki kepercayaaan diri akan memiliki ciri-

    ciri seperti yang dikemukakan oleh Lindenfield (dalam Surmasari,

    2004,h. 20) yaitu cinta diri hal ini diaebabkan karena orang yang

    percaya diri mencintai diri sendiri sehingga ia dapat memahami diri dan

  • 58

    menerima dirinya dengan baik. Selain itu, menurut Guilford dan Lauster

    (dalam Afatin dan Martinah, 1998, h.67), orang yang percaya diri akan

    percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan sikap. Hal ini

    didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan kemampuannya.

    Orang yang percaya diri akan bersikap tenang, tidak mudah gugup,

    cukup toleran terhadap berbagai macam situasi. Mahasiswi dengan

    persepsi terhadap payudara yang positif merasa puas dengan keadaan

    payudara yang ia miliki, bahkan ia dapat bersyukur dengan apa yang ia

    miliki. Mahasiswi tersebut dapat tenang dan terbuka menghadapi

    pandangan ataupun kritikan orang tentang payudaranya tanpa rasa takut.

    Hal ini juga didukung oleh Hambly (1989, h.3) yang mengatakan bahwa

    dengan kepercayaan diri, seseorang memiliki keyakinan diri dalam

    menangani segala situasi dengan tenang tanpa hambatan perasaan

    inferior apapun.

    Hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa

    kepercayaan diri pada mahasiawi memiliki mean empiric sebesar 51,6

    dan mean hypothetic sebesar 42,5 dengan nilai standard deviasi sebesar

    6,8. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan diri pada

    mahasiswi Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang tergolong

    baik (di atas rata-rata). Hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan

    bahwa persepsi terhadap payudara memiliki mean empiric sebesar 64,08

    dan mean hypothetic sebesar 52,5 dengan nilai standard deviasi sebesar

  • 59

    10,5. Hasil tersebut menunjukkan bahwa persepsi terhadap payudara

    yang dimiliki oleh mahasiswi Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata

    Semarang tergolong baik (di atas rata-rata).

    Berdasarkan hasil perhitungan mean empiric dan mean hypotetic

    di atas, menunjukkan adanya perbedaan antar hasil penelitian dengan

    asumsi awal penelitian. Perbedaan tersebut dikarenakan peneliti kurang

    cermat dalam melakukan observasi awal. Selain itu, observasi dan

    wawancara yang hanya dilakukan pada 15 orang mahasiswi saja, kurang

    mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

    Observasi awal dan wawancara yang kurang cermat, berpengaruh

    dalam proses identifikasi permasalahan. Padaa identifikasi permasalahan

    di awal, peneliti menemukan bahwa kepercayaan diri pada mahasiawi

    Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang masih cukup rendah

    karena mahasiaiwi tersebut mempunyai persepsi terhadap payudaranya

    yang tergolong negatif. Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian

    yang menunjukkan bahwa kepercayaan diri pada mahasiswi Fakultas

    Psikologi Unika Soegijapranata Semarang tergolong baik (di atas rata-

    rata) karena mahasiawi tersebut memiliki persepsi terhadap payudara

    yang baik (di atas rata-rata).

    Hasil perhitungan pengaruh persepsi terhadap payudara dengan

    kepercayaan diri pada mahasiswi memberikan sumbangan efektif

    sebesar 83,5%. Hal ini dikarenakan payudara merupakan bagian tubuh

  • 60

    yang sangat identik dengan seorang wanita sehingga memiliki makna

    yang sangat berarti bagi seorang mahasiswi dan nantinya akan

    berpengaruh pada kepercayaan diri orang tersebut dalam proses

    interaksi sosial dengan lingkungan sekitamya. Menurut Santrock (dalam

    Dariyo, 2004, h.4) untuk seorang wanita yang akan melewati masa

    transisi dalam hidupnya, yang terdiri dari transisi fisik, transisi

    intelektual, serta taransisi peran sosial. Dari ketiga transisi tersebut,

    maka transisi fisik lah yang paling berat untuk dihadapi. Oleh karena itu

    diharapkan seorang wanita memiliki kepercayaan diri yang baik untuk

    menghadapi masa-masa tersebut.

    Selain itu, mahasiswi merupakan salah satu penilai yang penting

    terhadap tubuhnya sendiri sebagai rangsang sosial. Bila ia mengerti

    bahwa tubuhnya memenuhi syarat, maka hal ini berakibat positif

    terhadap dirinya, namun bila ada penyimpangan-penyimpangan

    timbullah masalah-masalah yang berhubungan dengan penilaian diri dan

    sikap sosialnya (Monks, dkk., 2001, h.268).

    Selain persepsi terhadap payudara, masih terdapat faktor-faktor

    lain yang mempengaruhi kepercayaan diri, diantaranya faktor dari dalam

    individu seperti mental, religiusitas, konsep diri, pengetahuan dan

    penerimaan diri, dan juga faktor dari luar individu yaitu lingkungan

    sosial.

  • 61

    Setelah hasil penelitian diperoleh, peneliti menyadari adanya

    beberapa kelemahan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil

    penelitian, yaitu:

    1. Sebagian kecil subjek terlalu sering mengisi skala sehingga mereka

    sudah jenuh. Hal ini mengakibatkan sebagian kecil dari subjek tampak

    tergesa-gesa dalam mengiai skala (asal coret atau asal pilih), sehingga

    jawaban yang diberikan mungkin kurang menggambarkan kondiai yang

    sebenarnya.

    2. Penggunaan teknik Quota Sampling membuat setiap individu dalam

    populasi tidak mendapatkan peluang yang sama untuk menjadi subjek

    penelitian.

    3. Karena penelitian ini menyangkut hal yang sangat pribadi dan bersifat

    rahasia bagi seorang wanita (mahasiswi), ada kecenderungan beberapa

    subjek yang menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenamya.

    Tetapi hal ini tidak mengganggu penelitian dan tidak menganggu hasil

    dari penelitian ini.

  • 63

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang

    telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

    1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap

    payudara dengan kepercayaan diri pada mahasiswi. Hal ini berarti

    semakin positif persepsi seorang mahasiswi terhadap payudaranya

    maka semakin tinggi tingkat kepercayan dirinya. Sebaliknya, semakin

    negatif persepsi seorang mahasiswi terhadap payudaranya maka

    semakin rendah tingkat kepercayaan dirinya. Dengan demikian, hasil

    analisis data tersebut membuktikan bahwa hipotesis dapat diterima.

    2. Sumbangan yang dihasilkan variabel persepsi terhadap payudara

    terhadap variabel kepercayaan diri pada mahasiswi adalah sebesar

    83,5%. Dengan kata lain, ada variabel-variabel lain yang juga

    berpengaruh terhadap kepercayaan diri pada mahasiswi.

    B. Saran

    1. Mahasiswi disarankan agar tetap mempertahankan rasa percaya diri

    yang telah dimiliki, dengan selalu berusaha untuk tetap menerima

    kekurangan dan kelebihan payudara dan diri sendiri, menghargai dan

    bangga dengan payudara dan tubuhnya sendiri, serta berlatih untuk

    meningkatkan rasa percaya diri dengan mencoba untuk selalu bersikap

  • 64

    positif terhadap diri sendiri, juga berani tampil dan berkarya dengan

    keadaan payudara dan tubuh yang dimiliki saat ini, agar sikap optimis

    yang telah dimiliki dapat berkembang lebih baik.

    2. Bagi peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut,

    disarankan untuk:

    a. Memperhatikan faktor- faktor lain yang mempengaruhi kepercayaan

    diri pada mahasiswi, seperti: faktor dari dalam individu antara lain

    mental, religiusitas, konsep diri, pengetahuan dan penerimaan diri;

    dan faktor dari luar individu yaitu lingkungan sosial.

    b. Melihat kondisi atau situasi subjek yang akan diteliti, tepat atau tidak

    untuk diteliti, karena jawaban subjek sangat berpengaruh untuk

    penelitian.

    c. Melakukan observasi dan wawancara yang lebih teliti dengan jumlah

    responden yang lebih banyak pula, sehingga identifikasi

    permasalahan dapat lebih tepat.

  • Identitasdiri

    Usia :

    Ukuranpakaiandalam :

    No Pernyataan SS S TS STS1 Sayapuaskarenabentukpayudara

    sayabagus.

    2 Bentukpayudarasayalebihbagusdibandingkantemantemansaya.

    3 Sayapuaskarenaukuranpayudarasayapasdenganukurantubuhsaya.

    4 Sayarasasayasudahmemilikipayudarayangideal

    5 Sayamerasanyamandenganpayudarayangsayamiliki.

    6 Sayamerasapayudarasayamenarik. 7 Payudarasayakurangmenarik

    dibandingkandengantemantemansaya.

    8 Sayainginmempunyaipayudarasepertipayudaramilikartisartiswanita.

    9 Berdasarkanpengalamansaya,bentukpayudarasepertimiliksayainilebihmenarik.

    10 Sayasenangdenganpayudarasaya. 11 Sayapikirpayudarasayatidakkalah

    menarikdenganpayudarayangdimilikitemantemansaya.

    12 Sayabanggadenganpayudarasaya. 13 Sayatahubahwapayudarajuga

    menjadidayatarikbagilawanjenis.

    14 Sayamengetahuicarauntukmemperindahpayudaea

    logo: