03520025-mufid-khunaifi daun binahong-pa.pdf

133
1 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa. SKRIPSI Oleh : MUFID KHUNAIFI NIM. 03520025 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010

Upload: mufqifitra160491

Post on 26-Dec-2015

237 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

1

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa.

SKRIPSI

Oleh :

MUFID KHUNAIFI NIM. 03520025

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAH IM MALANG

2010

Page 2: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa.

SKRIPSI

Diajukan kepada: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahi m Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh : MUFID KHUNAIFI

NIM. 03520025

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHI M MALANG

2010

Page 3: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mufid Khunaifi

NIM : 03520025

Fakultas/Jurusan : Sains dan Teknologi/Biologi

Judul Penelitian :Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong

(Anredera cordifolia (Ten) Steenis) Terhadap Bakteri

Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa hasil penelitian saya ini

tidak terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang

pernah dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip

dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-unsur jiplakan,

maka saya bersedia untuk mempertanggung jawabkan, serta diproses sesuai

peraturan yang berlaku.

Malang, 29 April 2010

Yang Membuat Pernyataan,

Mufid Khunaifi

NIM: 03520025

Page 4: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa.

SKRIPSI

Oleh :

MUFID KHUNAIFI NIM. 03520025

Telah Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I

Dr.Ulfah Utami,.M.Si NIP. 196 50509 199903 2 002

Dosen Pembimbing II

Ach. Nashichuddin, MA NIP.197 30705 200003 1 002

Tanggal, 14 April 2010

Mengetahui Ketua Jurusan Biologi

Dr. Eko Budi Minarno, M.Pd NIP. 196 30114 199903 1 001

Page 5: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa.

SKRIPSI

Oleh :

MUFID KHUNAIFI NIM. 03520025

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Tanggal 22 April 2010 Susunan Dewan Penguji : Tanda Tangan 1. Penguji Utama : Ir. Lilik Hariani, MP ( ……… ..…………)

NIP.196 20901 199803 2 001 2. Ketua : Evika Sandi Savitri.M.Si (…………...………)

NIP.197 41018 200312 2 002 3. Sekretaris : Dr. Ulfah Utami, M.Si (……………...……)

NIP.196 50509 199903 2 002 4. Penguji Agama : Ach. Nashichuddin, MA. (…………………...)

NIP.197 30705 200003 1 002

Mengetahui dan Mengesahkan Ketua Jurusan Biologi

Dr. Eko Budi Minarno, M.Pd NIP. 196 30114 199903 1 001

Page 6: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

MOTTO

يوم زيادة من العلم واسبح في بحور الفوائدكل ...

“Setiap hari bertambah ilmu dan bergelimang dengan lautan yang berfaedah”

(Ta’lim Muta’alim)

نمه بالعلم ولية فعاألخر ادأر نمه بالعلم وليا فعينالد ادأر نم

أراد هما فعليه بالعلم

“Barang siapa ingin eksis dalam kehidupan global (dunia) maka

kuasailah ilmu pengetahuan, dan barang siapa ingin eksis dalam

kehidupan akhirat maka kuasailah ilmu pengetahuan, dan barang siapa

ingin eksis di dunia dan akhirat maka kuasailah ilmu pengetahuan”

(Sayyidina Ali Bin Abi Thalib)

My Society Is My My Society Is My My Society Is My My Society Is My University University University University

(Prof. Dr. KH. Ahmad Mudlor, SH)

Page 7: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT. Kerena atas Rahmat, Taufiq dan Hidayah-

Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana sains (S.Si). penulis menyadari bahwa banyak pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu,

iringan do’a dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan

kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN MALIKI Malang.

2. Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumitro, SU, Dsc selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi UIN MALIKI Malang.

3. Dr. Eko Budi Minarno, M.Pd selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Teknologi UIN MALIKI Malang

4. Dr. Ulfah Utami, M.Si karena atas bimbingan, pengarahan dan kesabaranya

sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Ach.Nasichuddin, MA. selaku dosen pembimbing agama yang telah

menyempatkan waku untuk membimbing dan mengarahkan sehingga

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Ayah dan Ibunda tercinta yang dengan sepenuh hati senantiasa mendo’akan

dan memberikan dukungan moril maupun spirituil sehingga penulisan skripsi

Page 8: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

ini dapat terselesaikan. Adiku (Anik Fitrotin) tersayang yang selalu

memberikan dukungan untuk dapat menyelesaikan skripsi.

7. Prof. Dr. KH. Ahmad Muhdlor, SH. Pengasuh Lembaga Tinggi Pesantren

Luhur Malang yang dengan kesabaran dan keikhlasanya telah memberikan

samudra ilmunya. Semoga Allah SWT selalu memberikan nikmat kesehatan.

8. Seluruh Dosen Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi yang telah

membimbing dan memberikan ilmunya dengan penuh kesabaran dan

keihlasan.

9. Laboran Kimia Fakultas Sains dan Teknologi (Abi, Taufik dan Kumala Dewi)

10. Laboran Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (bapak

Selamet Riyanto)

11. Teman-Teman Biologi terutama angkatan 2003, Saudara-saudaraku di KSR

PMI unit UIN MALIKI Malang. Teman-teman di Lembaga Tinggi Pesantren

Luhur Malang dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah memberikan arahan, motivasi dan bantuan dalam

menyelesaikan skripsi ini,

Semoga Alla SWT menerima amal baik dan memberikan balasan yang

setimpal. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menambah khazanah

ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, April 2010

Penulis

Page 9: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 7 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7 1.4. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 8 1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8 1.6. Batasan Masalah ........................................................................................ 9 1.7. Penegasan Istilah........................................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis .............................. 11 2.1.1. Deskripsi Tanaman Binahong ................................................................. 11 2.1.2. Klasifikasi Tanaman Binahong ................................................................ 13 2.1.3. Kandungan Dan Kegunaan Tanaman Binahong ....................................... 13 2.1.4. Zat Antimikroba Tanaman Binahong Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis ....................................................................................................... 15 2.2. Ekstraksi Daun Binahong dengan Metode Maserasi ................................... 19 2.3. Tinjauan Tentang Bakteri Uji ..................................................................... 22 2.3.1. Bakteri Staphylococcus aureus................................................................ 23 2.3.1.1 Morfologi bakteri Staphylococcus aureus............................................. 23 2.3.1.2 Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus........................................ 24 2.3.1.3 Patogenistas Dan Gambaran Klinis Bakteri Staphylococcus aureus...... 25 2.3.1.4 Pengobatan .......................................................................................... 26 2.3.2 Bakteri Pseudomonas aeruginosa............................................................. 26 2.3.2.1 Morfologi Bakteri Pseudomonas aeruginosa......................................... 26 2.3.2.2 Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa.................................... 26 2.3.2.3 Patogenitas Dan Gambaran Klinis Bakteri Pseudomonas aeruginosa.... 27 2.3.2.4 Pengobatan............................................................................................ 28 2.4. Tinjauan Bahan Antimikroba ..................................................................... 28 2.5. Cara Kerja Zat Antimikroba....................................................................... 30 2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Zat Antimikroba.............................. 32 2.7. Mekanisme Resistensi ............................................................................... 34 2.8. Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba ........................................................ 34 2.9. Herbal Dalam Perspektif Islam................................................................... 36

Page 10: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................................. 43 3.2. Waktu Dan Tempat Penelitian.................................................................... 43 3.3. Variabel Penelitian..................................................................................... 44 3.4. Obyek Penelitian........................................................................................ 44 3.5. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................... 45 3.5.1.Alat Penelitian.......................................................................................... 45 3.5.2 Bahan Penelitian ...................................................................................... 45 3.6. Prosedur Penelitian .................................................................................... 45 3.6.1 Preparasi Sampel...................................................................................... 45 3.6.2 Ekstraksi Daun Binahong Dengan Metode Maserasi ................................ 46 3.6.3 Identifikasi Senyawa Aktif Pada Daun Binahong .................................... 46 3.7. Uji Aktivitas Antibakteri ............................................................................ 49 3.7.1 Sterilisasi Alat ......................................................................................... 49 3.7.2 Pembuatan Media .................................................................................... 49 3.7.2.1 MediA Nutrient Broth (NB) .................................................................. 49 3.7.2.2.Media Nutrient Agar (NA) ................................................................... 49 3.7.3. Peremajaan Biakan Bakteri ..................................................................... 50 3.7.4. Pembuatan Suspensi Bakteri.................................................................... 50 3.8. Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong ...................................... 51 3.8.1.Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Dan Konsentrasi Bunuh

Minimum (KBM)................................................................................... 51 3.8.2. Penghitungan Data .................................................................................. 54 3.9. Analisa data ............................................................................................... 55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Ekstraksi Sampel ....................................................................................... 56 4.2. Identifikasi Golongan Senyawa Aktif......................................................... 57 4.3. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong ...................................... 59 4.3.1.Uji KHM Ekstrak Daun Binahong Terhadap Bakteri Staphylococcus

aureus dan Pseudomonas aureginosa....................................................... 59 4.3.2.Uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Binahong

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus................................................. 62 4.3.3.Uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Binahong

Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa............................................. 66 4.4.Daya Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordiflia (Ten)

Steenis Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.................................................................................................. 70

4.5.Lingkungan Hidup Bakteri .......................................................................... 76 4.6 Pemanfaatan Daun Binahong Sebagai Antibakteri Dalam Persepektif

Islam........................................................................................................... 76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan................................................................................................ 80 5.2. Saran – saran.............................................................................................. 81 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ 87

Page 11: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Uji Fitokimia Ekstrak Daun Binahong Secara Kualitatif ................ 58 Tabel 4.2 : Uji Fitokimia Ekstrak Daun Binahong Secara Kuantitatif .............. 59 Tabel 4.3 : Tingkat Kekeruhan Yang Dihasilkan Pada Media Nutrient Agar

Oleh Koloni Bakteri Staphylococcus aureus Dalam Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) ......... 60

Tabel 4.4 : Tingkat Kekeruhan Yang Dihasilkan Pada Media Nutrient Agar Oleh Koloni Bakteri Pseudomonas Aureginosa Dalam Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) ......................................................................................... 61

Tabel 4.5 : Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus Per ml (106)............................................... 63

Tabel 4.6 : Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Pseudomonas aeruginosa Per ml (106 ) ........................................ 67

Page 12: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.................. 12 Gambar 2.2 : Batang,Akar dan Daun Anredera cordifolia (Ten.) Steenis ...... 12 Gambar 2.3 : Morfologi Bakkteri Staphylococcus aureus ............................ 23 Gambar 2.4 : Morfologi Bakkteri Pseudomonas aeruginosa ......................... 26

Gambar 4.1 : Grafik Rerata Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus Per ml (106) Dengan Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis).......................... 63

Gambar 4.2 : Grafik Rerata Jumlah Koloni Bakteri Pseudomonas aeruginosa Per ml (106) Dengan Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis).... 67

Page 13: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Diagram alir kerja penelitian.................................................. 87 Lampiran 2 : Skema Kerja ......................................................................... 88 2.1. Preparasi Sampel............................................................. 88 2.2. Ekstraksi Daun Binahong Dengan Metode Maserasi ....... 89 2.3. Identifikasi Senyawa Kimia............................................. 90 2.4. Pengenceran Larutan Ekstrak Daun Binahong ................ 91 Lampiran 3 : Uji Aktivitas Antibakteri ....................................................... 92 3.1. Pembuatan Media............................................................ 92 3.2. Peremajaan Biakan Bakteri Murni................................... 93 3.3. Pembuatan Suspensi Bakteri............................................ 93 3.4. Uji Aktivitas Antibakteri Dengan Metode Dilusi Tabung 94

Lampiran 4 :1. Data pengaruh pemberian Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis Terhadap penurunan Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus Per ml (106 sel/ml)................................................................ 95

2.Data pengaruh pemberian Konsentrasi Ekstrak Daun

Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis Terhadap penurunan Jumlah Koloni Bakteri Pseudomonas aeruginosa Per ml (106 sel/ml) .............................................................. 95

Lampiran 5 : Data Penghitungan Analisa Variansi Dalam RAL ................. 96 Lampiran 6 : Analisis Data Dengan one way ANOVA............................... 100 Lampiran 7 : Perhitungan ANOVA Dengan Menggunakan Spss Versi 15.. 101 Lampiran 8 : Uji Korelasi Dan Regresi Linear .......................................... 107

Lampiran 9 : Kadar Bunuh Minimum per ml (106 sel/ml) di kurangi 99,9% asal sub biakan 0%..................................... 111

Lampiran 10 : Gambar Alat Dan Bahan Penelitian ...................................... 112 Lampiran 11 : Ekstraksi Dengan Metode Maserasi ...................................... 114 Lampiran 12 : : A. Hasil Uji Pendahuluan KHM ............................................. 115 : B. Hasil Uji KBM Terhadap Bakteri Staphylococus aureus.... 116 : C.Hasil Uji KBM Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa 117

Page 14: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

ABSTRAK

Khunaifi, Mufid. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong

(Anredera cordifolia (Ten) Steenis Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa. Pembimbing Dr Ulfah Utami, M.Si. dan Ach. Nashichuddin, MA

Kata Kunci : Antibakteri, Ekstrak Daun Binahong, Staphylococcus aureus,

Pseudomonas aureginosa.

Penyakit Infeksi merupakan penyebab utama kematian di dunia terutama di daerah tropis, seperti Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Pengobatan penyakit akibat infeksi bakteri menggunakan antibiotik banyak menimbulkan resistensi, sehingga hal ini memerlukan produk baru yang memiliki potensi tinggi sebagai antibiotik. Salah satu tanaman yang secara empiris banyak digunakan untuk pengobatan adalah Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas daun Binahong sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang multi resisten obat. dengan mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM), serta untuk mengetahui senyawa kimia apa saja yang terkandung di dalam daun binahong

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan metode tube dilution test. Rancangan penelitian yang di gunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 kali ulangan. Ekstrak daun binahong didapat dengan cara ekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut Etil asetat. Konsentrasi ekstrak daun binahong yang digunakan adalah kontrol (0%), 25%, 30%, 35%, 40%, 45% dan 50% untuk bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa menggunakan konsentrasi kontrol (0%), 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%. Data yang diperoleh di analisis dengan uji one way ANOVA, Korelasi dan Regresi linear.

Hasil penelitian didapatkan KHM ekstrak daun binahong terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25%, sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa konsentrasi 50%. Pada uji KBM ekstrak daun binahong terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 50%, sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 100%. Hasil uji one way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar perlakuan sig (0,000)<p(0,05). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong yang diberikan, semakin besar kemampuan menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus (r-0,860) Pseudomonas aureginosa (r-0,860) Pemberian konsentrasi ekstrak daun binahong berpengaruh terhadap penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) (R2=0,740) pada bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106) (R2=0,739). Hasil Uji Fitokimia ekstrak daun Binahong ditemukan senyawa Polifenol, Alkaloid dan Flavanoid.

Page 15: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

ABSTRACT

Khunaifi, Mufid. 2010. Antibacterials Activity Test Binahong Leaf Extract (Anredera cordifolia (Ten) Steenis Against Bacteria Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa. Advisors: Dr. Ulfah Utami., M.Si and Ach. Nashichuddin, MA

Keywords: Antibacterials, Binahong Leaf Extract, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aureginosa.

Infectious diseases are the main cause of death in the world, especially in the tropics, such as Indonesia. One cause of disease is a bacterial infection. Treatment of diseases caused by bacterial infection using antibiotics cause a lot of resistance, so this requires a new product that has great potential as antibiotics. One of the many plants that are empirically used for treatment is Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis. The purpose of this study is to determine the antibacterial activity of leaf Binahong against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa which is multi-drug resistant. To know the Minimum Inhibitory Concentration (MIC ) and the Minimum Kill Concentration (MBC), and to detect any chemical compounds contained in the leaves Binahong

This research is an experimental research laboratory using the dilution test tube method. The research design used was completely randomized design (CRD) with a seven treatments and three replicates. Binahong leaf extract obtained by maceration by extraction using ethyl acetate solvent. Binahong leaf extract concentration used were control (0%), 25%, 30%, 35%, 40%, 45% and 50% for Staphylococcus aureus, whereas, for Pseudomonas aeruginosa using the control concentration (0%), 50%, 60%, 70%, 80%, 90% and 100%. The data obtained were analyzed by one way ANOVA test, correlation and linear regression.

The results obtained MIC Binahong leaf extract against Staphylococcus aureus at concentrations of 25%, while the Pseudomonas aeruginosa bacteria concentration of 50%. In the MBC test Binahong leaf extract against Staphylococcus aureus at concentrations of 50%, while the Pseudomonas aeruginosa at a concentration of 100%. Results of one way ANOVA test showed significant difference among the treatments sig (0.000) <p (0.05). The higher concentration of leaf extract Binahong given, the greater the ability to inhibit and kill bacteria Staphylococcus aureus (r-0, 860) Pseudomonas aeruginosa (r-0, 860) The concentration of leaf extract Binahong effect on decreasing the number of

colonies of Staphylococcus aureus per ml (10 6) ( R 2 = 0.740) in Pseudomonas

aeruginosa per ml (10 6) (R 2 = 0.739). Phytochemical test results Binahong leaf extract polyphenol compounds found, alkaloids and Flavanoid.

Page 16: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

berbagai upaya pembangunan dibidang kesehatan. Upaya tersebut bertujuan untuk

mendukung visi Indonesia sehat 2010. Banyak tantangan dan kendala yang

dihadapi dalam mencapai visi tersebut, salah satu kendalanya adalah masih

tingginya angka penyakit infeksi di masyarakat, lebih dari 4,5% kematian di

Negara ASEAN adalah penyakit infeksi (WHO 1998)

Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab penyakit dan

kematian di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita selain

menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan

produktifitas, yang pada giliranya akan mengakibatkan kerugian materiil yang

berlipat-lipat. Bagi negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan

menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain

pihak menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya

pengobatanya (Wahyono, 2007)

Gibson (1991), menjelaskan bahwa Infeksi karena bakteri masih

mendominasi potensi terjadinya infeksi berat, sepsis, syok septic, dan disfungsi

multiorgan. Kematian di ruang perawatan intensif di Amerika sebanyak 40%

disebabkan oleh bakteri gram positif dan 60% oleh bakteri gram negatif.

(Nasronuddin, 2007)

Page 17: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Nasronudin (2007) menambahkan, bahwa untuk mengatasi infeksi karena

bakteri, antibiotika mempunyai peranan penting, antibiotika diharapkan mampu

mengeliminasi bakteri penyebab infeksi. Tetapi perlu disadari bahwa upaya

mengeliminasi bakteri penyebab saja ternyata tidak cukup memadai, hal tersebut

antara lain dimungkinkan akibat kurang tepatnya pemilihan antibiotika,

munculnya resistensi, efek dari berbagai mediator, sitokin, yang ikut

mempengaruhi laju perjalanan infeksi. Pemilihan antibiotika untuk mengatasi

infeksi perlu mempertimbangkan beberapa hal termasuk antibiotika yang

mempunyai spectrum luas, mampu bekerja lebih awal, potensi menginduksi

resistensi minimal dan dapat dikombinasikan dengan antibiotika lain.

Lisa (2007) menyatakan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

aeruginosa merupakan patogen terpenting dan berbahaya di antara marga

Staphylococcus dan Pseudomonas. Keduanya sering resisten terhadap berbagai

jenis obat, sehingga mempersulit pemilihan antimikroba yang sesuai untuk terapi.

Resistensi terhadap beberapa antimikroba umumnya terjadi di rumah sakit, tempat

yang paling banyak menggunakan antimikroba. Hasil uji kepekaan terhadap

antimikroba yang digunakan di RSU Dr. Soetomo Surabaya selama bulan Agustus

2005 sampai dengan Februari 2006 menunjukan bahwa sebesar 74,1 % isolat

Staphylococcus aureus mengalami resistensi multiobat dan sebanyak 95,9% isolat

Pseudomonas aeruginosa mengalami resistensi multiobat. Dalam hal ini,

resistensi multiobat didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua atau lebih jenis

antimikroba yang berbeda.

Page 18: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Timbulnya strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik pada penyakit

infeksi merupakan masalah penting. Kekebalan bakteri terhadap antibiotik

menyebabkan angka kematian semakin meningkat. Sedangkan penurunan infeksi

oleh bakteri-bakteri yang patogen dapat menurunkan angka kematian. Selain itu

cara pengobatan dengan menggunakan kombinasi berbagai antibiotik juga dapat

menimbulkan masalah resistensi (Jawetz et al.,1991)

Pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten

terhadap antibiotik memerlukan produk baru yang memiliki potensi tinggi.

Penelitian zat yang berkhasiat sebagai antibakteri perlu dilakukan untuk

menemukan produk antibiotik baru yang berpotensi untuk menghambat atau

membunuh bakteri yang resisten antibiotik dengan harga yang terjangkau. Salah

satu alternatif yang dapat ditempuh adalah memanfaatkan zat aktif pembunuh

bakteri yang terkandung dalam tanaman obat .Widjayanti (1999) dalam Nur Iman

(2009) menjelaskan salah satu tanaman yang secara empiris digunakan sebagai

obat antibakteri adalah tanaman binahong.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat ini, ternyata memang

banyak tumbuhan yang terbukti secara ilmiah bisa mengobati berbagai penyakit.

Dalam kisah nabi Yunus AS, juga dikisahkan bahwasannya Nabi Yunus pada

waktu dalam keadaan sakit (setelah ditelan ikan) diperintahkan oleh Allah SWT

untuk memulihkan kondisi tubuhnya dengan memakan tumbuhan dari sejenis

labu. Kisah ini terdapat dalam surat Ash-Shaaffat ayat 145-146 yang berbunyi:

Page 19: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

çµ≈tΡ õ‹ t6 uΖsù Ï!#t�yè ø9 $$ Î/ uθèδ uρ ÒΟŠÉ)y™ ∩⊇⊆∈∪ $ uΖ÷F u;/Ρr& uρ ϵø‹n=tã Zοt�yfx© ÏiΒ &ÏÜø) tƒ ∩⊇⊆∉∪ “Kemudian kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu”. (QS. Ash-

Shaaffat [37]: 145-146)

Dari ayat tersebut, manusia bisa mengambil suatu pelajaran bahwasanya di

dalam suatu tumbuhan selain mengandung sifat estetika juga terdapat manfaat

tertentu. Selain itu, antara tumbuhan yang satu dengan yang lainya tidaklah

mempunyai manfaat yang sama (Jauhari,1984).

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah tanaman

obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal

dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, dikenal dengan

sebutan Madeira Vine. (Manoi, 2009)

Bagian tanaman binahong yang bermanfaat sebagai obat pada umumnya

adalah rhizome, akar dan daun. Penelitian mengenai aktivitas antibakteri daun

binahong dan kandungan metabolit sekundernya pernah dilakukan, bahwa dalam

simplisia daun binahong terkandung senyawa alkaloid, polifenol, dan saponin

(Annisa dan nurul, 2007)

Menurut Tshikalange et al., (2005) ekstrak air akar binahong dengan dosis

50 mg/ml memiliki daya hambat terhadap bakteri Gram-positif

(B.pumilus,B.subtilis dan S.aureus) serta bakteri Gram-negatif (Enterobacter

cloacae, E.coli, Klebsiella pneumonia, Serratia marcescens, dan Enterobacter

aerogenes) pada dosis 60 mg/ml, tetapi tidak pada bakteri B.sereus.

Page 20: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Rachmawati (2007) telah melakukan skrining fitokimia daun Binahong

(Anredera Cordifolia (Ten ) Steenis dengan melakukan maserasi terhadap serbuk

kering daun dengan menggunakan pelarut n-heksana dan metanol didapatkan

kandungan kimia berupa Saponin triterpenoid, flavanoid dan minyak atsiri.

Rochani (2009), melakukan ekstraksi dengan cara maserasi daun binahong dengan

menggunakan pelarut petroleum eter, etil asetat dan etanol, setelah dilakukan uji

tabung ditemukan kandungan alkaloid, saponin dan flavanoid, sedangkan pada

analisis secara KLT ditemukan senyawa alkaloid, saponin dan flavanoid. Setiaji

(2009) telah melakukan ekstraksi pada rhizome binahong dengan pelarut etil

asetat, petroleum eter, dan etanol 70% di dapatkan senyawa alkaloid, saponin

flavonoid dan polifenol

Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa

semipolar pada dinding sel seperti aglikon flavanoid (Harbone, 1987) etil asetat

sering digunakan sebagai pelarut karena etil asetat dapat menyari

senyawa-senyawa yang dapat memberikan aktivitas antibakteri diantaranya

flavonoid pilohidroksi dan fenol yang lain (Anonymous,2005). Telah diujikan

bahwa ekstrak etil asetat daun ceremai mempunyai aktivitas sebagai antibakteri

terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dan mempunyai aktivitas

antijamur terhadap Candida albicans dengan zona hambatan 20 mm, 15 mm dan

18 mm (Jagessar et al., 2008).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan untuk

menguji aktivitas antibakteri dengan berbagai konsentrasi ektsrak daun binahong

Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dengan menggunakan pelarut etil asetat dan

Page 21: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

konsentrasi efektif ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

terhadap bakteri Staphylococcus aureus multiresisten antiboitik yang mewakili

gram positif dan Pseudomonas aeruginosa multiresisten antibiotik yang mewakili

gram negatif. dengan demikian penelitian ini kami beri judul "Uji Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa”

Page 22: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa?

2. Berapa konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh

minimum (KBM) ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa?

3. Senyawa kimia apa yang terkandung di dalam ekstrak daun Binahong

(Anredera cordifolia (Ten) Steenis yang memiliki aktivitas sebagai

antibakteri?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa

2. Mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh

minimum (KBM) ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

3. Mengetahui senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak daun

binahong yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri.

Page 23: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

1.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang melandasi penelitian ini adalah:

1. Adanya aktivitas antibakteri ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia

(Ten.) Steenis terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

aeruginosa

2. Terdapat konsentrasi tertentu dari ekstrak daun Binahong Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis yang mampu menghambat dan membunuh

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

3. Ada senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak daun binahong

yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan adanya

daya antibakteri suatu tanaman.

2. Memberikan informasi bahwa ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia

(Ten.) Steenis dapat digunakan sebagai zat antibakteri.

3. Memberikan motivasi pada masyarakat untuk menggunakan zat antibakteri

dari bahan alam.

Page 24: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

1.6. Batasan Masalah

1. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa multi resisten antibiotik yang di dapatkan dari

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang

2. Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah daun binahong campuran tua dan muda yang sudah

dikeringkan dan tidak terserang penyakit didapatkan dari Balai Materia

Medika Batu Malang

3. Penelitian ini hanya dilakukan pada konsentrasi hambat minimum dan

konsentrasi bunuh minimum ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia

(Ten.) Steenis yang ditunjukkan dengan adanya penghambatan

pertumbuhan bakteri ditunjukan dengan kejernihan media uji dan

penurunan jumlah koloni bakteri setelah pemberian konsentrasi ekstrak

daun binahong.

4. Konsentrasi ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak daun binahong

yang telah diencerkan sesuai dengan konsentrasi untuk masing-masing

bakteri.

Page 25: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

1.7. Penegasan Istilah

1. Daya antibakteri adalah kemampuan suatu zat untuk mencegah

pertumbuhan atau aktivitas metabolisme mikroba.

2. Daya hambat adalah kemampuan suatu substansi untuk menghambat

pertumbuhan suatu mikroorganisme.

4. Konsentrasi efektif adalah konsentrasi terkecil yang mempunyai daya

hambat terbesar.

5. KHM (kadar hambat minimum) adalah konsentrasi ekstrak daun binahong

terendah yang mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa yang ditandai dengan kejernihan dalam media

tabung atau cawan agar.

6. KBM (Kadar bunuh minimum) adalah konsentrasi ekstrak daun binahong

terendah yang mampu membunuh bakteri yang dibiakkan pada media

Natrium Agar atau kadar agen antibakteri terendah yang tidak

menunjukkan pertumbuhan atau ada penurunan 99,9% dari inokulum asal

sub kultur (Shulman et al.,1994) setelah dilakukan penggoresan 1 ml

biakan bakteri dengan ekstrak daun binahong konsentrasi tertentu dan

diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam.

7. Pengamatan kuantitatif digunakan untuk menentukan pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa secara kuantitatif

dengan cara menghitung koloni bakteri dengan menggunakan colony

counter.

Page 26: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tanaman Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

2.1.1. Deskripsi Tanaman Binahong

Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah tanaman

obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal

dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, di Inggris disebut

madeira vine. Sinonim Boussingaulatia gracilis Miers. Boussingaultia cordifolia

Boussingaultia basselloides. Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis) termasuk dalam famili Basellaceae merupakan salah satu tanaman obat

yang mempunyai potensi besar ke depan untuk diteliti, karena dari tanaman ini

masih banyak yang perlu digali sebagai bahan fitofarmaka. Tanaman ini berasal

dari Cina dan menyebar ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini dikenal

sebagai gendola yang sering digunakan sebagai gapura yang melingkar di atas

jalan taman. Tanaman merambat ini perlu dikembangkan dan diteliti lebih jauh.

Terutama untuk mengungkapkan khasiat dari bahan aktif yang dikandungnya.

Berbagai pengalaman yang ditemui di masyarakat, binahong dapat dimanfaatkan

untuk membantu proses penyembuhan penyakit-penyakit berat (Manoi, 2009)

Tanaman binahong berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang

(perenial), bisa mencapai panjang +/- 5 m. Akar berbentuk rimpang, berdaging

lunak. Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam

solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di

Page 27: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal,

bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk

jantung (cordata), panjang 5 - 10 cm, lebar 3 - 7 cm, helaian daun tipis lemas,

ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, bisa

dimakan. (Gambar 2.1) Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang,

muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima

helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum.

Perbanyakan generatif (biji), namun lebih sering berkembang atau

dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar rimpangnya (Gambar 2.2)

(Mus, 2009)

Gambar 2.1. Daun Binahong Anredera cordifolia(Ten.) Steenis.

Gambar 2.2. Batang,Akar dan Daun Anredera cordifolia(Ten.) Steenis (Mus 2008) http://www.plantamor.com.

Page 28: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

2.1.2. Klasifikasi Tanaman Binahong

Klasifikasi tanaman binahong Anredera cordifolia(Ten.) Steenis. Menurut

situs http://www.plantamor.com.adalah :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Hamamelidae

Ordo : Caryophyllales

Famili : Basellaceae

Genus : Anredera

Spesies : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

2.1.3. Kandungan Dan Kegunaan Tanaman Binahong

Manfaat tanaman ini sangat besar dalam dunia pengobatan, secara empiris

binahong dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Dalam pengobatan,

bagian tanaman yang digunakan dapat berasal dari akar, batang, daun, dan bunga

maupun umbi yang menempel pada ketiak daun. Tanaman ini dikenal dengan

sebutan Madeira Vine dipercaya memiliki kandungan antioksidan tinggi dan

antivirus. Tanaman ini masih diteliti meski dalam lingkup terbatas. Percobaan

pada tikus yang disuntik dengan bahan ekstrak dari binahong dapat meningkatkan

daya tahan tubuh, peningkatan agresivitas tikus dan tidak mudah sakit. Beberapa

Page 29: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

penyakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan tanaman ini adalah:

kerusakan ginjal, diabetes, pembengkakan jantung, muntah darah, tifus, stroke,

wasir, rhematik, pemulihan pasca operasi, pemulihan pasca melahirkan,

menyembuhkan segala luka dalam dan khitanan, radang usus, melancarkan dan

menormalkan peredaran dan tekanan darah, sembelit, sesak napas, sariawan berat,

pusing-pusing, sakit perut, menurunkan panas tinggi, menyuburkan kandungan,

maag, asam urat, keputihan, pembengkakan hati, meningkatkan vitalitas dan daya

tahan tubuh, (Manoi, 2009)

Menurut Tshikalange et al., (2005). ekstrak air akar binahong dengan

dosis 50 mg/ml memiliki daya hambat terhadap bakteri Gram-positif

(B.pumilus,B.subtilis dan S.aureus) serta pada bakteri Gram-negatif (Enterobacter

cloacae, E.coli, Klebsiella pneumonia, Serratia marcescens, dan Enterobacter

aerogenes) pada dosis 60 mg/ml, tetapi tidak pada bakteri B.sereus.

Rachmawati (2007) telah melakukan skrining fitokimia daun Binahong

(Anredera Cordifolia (Ten ) Steenis dengan melakukan maserasi terhadap serbuk

kering daun dengan menggunakan pelarut n-heksana dan metanol didapatkan

kandungan kimia berupa saponin triterpenoid, flavanoiod dan minyak atsiri.

Rochani (2009). melakukan ekstraksi dengan cara maserasi daun binahong dengan

menggunakan pelarut petroleum eter, etil asetat dan etanol, setelah dilakukan uji

tabung ditemukan kandungan alkaloid, saponin dan flavanoid, sedangkan pada

analisisa secara KLT ditemukan senyawa alkaloid, saponin dan flavanoid. Setiaji

(2009) telah melakukan ekstraksi pada rhizome binahong dengan pelarut etil

asetat, petroleum eter, dan etanol 70% di dapatkan senyawa alkaloid, saponin,

Page 30: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

flavonoid dan polifenol. Pada ekstrak dengan pelarut etil asetat pada konsentrasi 2

% dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus. Selain itu juga dijelaskan

(Uchida, et al.,2003) bahwa di dalam daun binahong terdapat aktifitas

antioksidan, asam askorbat dan total fenol yang cukup tinggi.

2.1.4. Zat Antimikroba Tanaman Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

2.1.4.1. Flavanoid

Flavanoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam

pelarut polar seperti etanol, menthanol, butanol, aseton, dan lain-lain.

(Markham,1988). Flavanoid dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida

dan aglikon flavanoid, Gula yang terikat pada flavanoid mudah larut dalam air

(Harbone,1996). Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol,

senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri

dan jamur. Nurachman (2002) menambahkan bahwa senyawa-senyawa flavanoid

umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang telah digunakan sebagai salah

satu komponen bahan baku obat-obatan. bahwa Senyawa flavanoid dan turunanya

memilki dua fungsi fisiologi tertentu, yaitu sebagai bahan kimia untuk mengatasi

serangan penyakit (sebagai antimikroba) dan anti virus bagi tanaman.

Ditambahkan oleh De Padua, et al., (1999) bahwa flavanoid mempunyai

bermacam-macam efek yaitu, efek anti tumor, anti HIV, immunostimulant,

analgesik, antiradang, antifungal, antidiare, antihepatotoksik, antihiperglikemik

dan sebagai vasolidator.

Page 31: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

2.1.4.2. Saponin

Saponin dibedakan sebagai saponin triterpenoid dan saponin steroid.

Saponin triterpenoid umumnya tersusun dari sistem cincin oleanana atau ursana.

Glikosidanya mengandung 1-6 unit monosakarida (Glukosa, Galaktosa, Ramnosa)

dan aglikonnya disebut sapogenin, mengandung satu atau dua gugus karboksil.

(Louis, 2004). Robinson (1995) menyatakan saponin merupakan senyawa aktif

permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada

konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah.

Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba dan saponin tertentu menjadi

penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik

dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan

dalam bidang kesehatan. Saponin merupakan glukosida yang larut dalam air dan

etanol, tetapi tidak larut dalam eter.

2.1.4.3. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.

Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom

nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid

sering bersifat racun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi

yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid

biasanya terwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal

tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar

(Harbone,1987)

Page 32: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang

diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada

sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1995)

2.1.4.4. Terpenoid

Terpenoid atau isoprenoid merupakan salah satu senyawa organik yang

hanya tersebar di alam, yang terbentuk dari satuan isoprena ( CH3=C(CH3)-

CH=CH2). Senyawa terpenoid merupakan senyawa hidrokarbon yang dibedakan

berdasarkan jumlah satuan isoprena penyusunnya, group metil dan atom oksigen

yang diikatnya (Robinson, 1995)

Terpenoid banyak ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi sebagai

minyak atsiri yang memberi bau harum dan bau khas pada tumbuhan dan bunga.

Selain itu terpenoid juga terdapat dalam jamur, invertebrata laut dan feromon

serangga. Sebagian besar terpenoid ditemukan dalam bentuk glikosida atau

glikosil ester (Thomson,1993)

Terpenoid dari tumbuhan biasanya digunakan sebagai senyawa aromatik

yang menyebabkan bau pada eucalyptus, pemberi rasa pada kayu manis, cengkeh,

jahe dan pemberi warna kuning pada bunga. Terpenoid tumbuhan mempunyai

manfaat penting sebagai obat tradisional, anti bakteri, anti jamur dan gangguan

kesehatan (Thomson, 2004)

2.1.4.5. Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan senyawa volatil yang dihasilkan oleh jaringan

tertentu suatu tanaman, baik berasal dari akar, batang, daun, kulit, bunga, biji-

Page 33: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

bijian. bahkan putik bunga (Rahmawati, 2000). Pada umumnya minyak atsiri

mempunyai ciri-ciri mudah menguap pada suhu kamar, mudah mengalami

dekomposisi, memiliki bau harum sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, larut

dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Guenther, 1987). Sedangkan

menurut Nurhayati (2004) minyak atsiri merupakan komponen campuran dari

bahan-bahan yang wangi atau campuran dari bahan wangi dengan bahan yang

tidak berbau. Komponen yang wangi merupakan senyawa kimia murni yang

menguap pada kondisi normal.

Ajizah (2004) menjelaskan, minyak atsiri berperan sebagai antibakteri

dengan cara menggangu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga

tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna. Minyak atsiri yang aktif sebagai

antibakteri pada umumnya mengandung gugus fungsi hidroksil (-OH) dan

karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi

yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein

fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami penguraian, diikuti

penetrasi fenol kedalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein.

Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran

mengalami lisis.(Parwata, et al., 2008).

2.1.4.6. Tanin

Tanin adalah senyawa polifenol yang memiliki berat molekul antara 500-

3000 dalton yang diduga berperan sebagai antibakteri, karena dapat membentuk

kompleks dengan protein dan interaksi hidrofobik (Makkar,1991)

Page 34: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Tanin merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol,

mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Secara

kimia tanin dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi atau tanin

katekin dan tanin terhidrolisis (Robinson,1995). Tanin terkondensasi terdapat

dalam paku-pakuan, gimnospermae dan angiospermae, terutama pada jenis

tumbuh-tumbuhan berkayu. Tanin terhidrolisis penyebaranya terbatas pada

tumbuhan berkeping dua (Harbone, 1984)

Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanismenya

adalah dengan merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat

menginduksi pembentukan ikatan senyawa kompleks terhadap enzim atau substrat

mikroba dan pembentukan suatu ikatan kompleks tanin terhadap ion logam yang

dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri. (Akiyama, et al., 2001).

Ajizah, (2004) menjelaskan, aktivitas antibakteri senyawa tanin adalah dengan

cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel, sehingga mengganggu

permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat

melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhanya terhambat atau bahkan mati.

2.2. Ekstraksi Daun Binahong Dengan Metode Maserasi

Ekstraksi merupakan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang akan

diinginkan larut (Ansel, 2005). Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi

adalah jangka waktu sampel kontak dengan cairan pengekstraksi (waktu

ekstraksi), perbandingan antara jumlah sampel terhadap jumlah cairan

Page 35: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

pengekstraksi (jumlah bahan pengekstraksi), ukuran bahan dan suhu ekstraksi.

Semakin lama waktu ekstraksi, kesempatan untuk bersentuhan makin besar

sehingga hasilnya juga bertambah sampai titik jenuh larutan. Perbandingan jumlah

pelarut dengan jumlah bahan berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi, jumlah

pelarut yang berlebihan tidak akan mengekstrak lebih banyak, namun dalam

jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal. Ekstraksi akan lebih cepat

dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa

komponen mengalami kerusakan. Penggunaan suhu 50° C menghasilkan ekstrak

yang optimum dibandingkan suhu 40°C dan 60° C. (Voight, 1994)

Salah satu metode ekstraksi bahan alam, yaitu metode maserasi. Maserasi

adalah metode perendaman. Penekanan utama pada maserasi adalah tersedianya

waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diektraksi (Guenter,

1987). Maserasi merupakan cara yang sederhana, maserasi dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel

dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat-zat aktif sehingga zat aktif

akan larut. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam

sel, maka larutan yang pekat didesak keluar. Pelarut yang digunakan dapat berupa

air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. (Ahmad, 2006) dan untuk mendapatkan

ekstrak dalam waktu yang relatif cepat dapat dilakukan pengadukan dengan

menggunakan shaker berkekuatan 120 rpm selama 24 jam (Yustina, et al., 2008)

Pelarut merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam proses

ekstraksi, sehingga banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan

pelarut (Guenther, 2006). Terdapat dua pertimbangan utama dalam memilih jenis

Page 36: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

pelarut, yaitu pelarut harus mempunyai daya larut yang tinggi dan pelarut tidak

berbahaya atau tidak beracun. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dapat

melarutkan ekstrak yang diinginkan saja, mempunyai kelarutan yang besar, tidak

menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen ekstrak, dan titik didih

kedua bahan tidak boleh terlalu dekat (Bernasconi, 1995).

Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tingkat

kepolaranya yaitu pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan

dapat melarutkan senyawa semipolar pada dinding sel seperti aglikon flavanoid

(Harbone, 1987) Etil asetat adalah senyawa organik yang merupakan ester dari

etanol dan asam asetat. Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil,

tidak beracun, dan tidak higroskokopis. Etil asetat sering digunakan sebagai

pelarut karena etil asetat dapat menyaring senyawa-senyawa yang dapat

memberikan aktivitas antibakteri diantaranya flavonoid polyhidroksi dan fenol

yang lain (Anonymous, 2005). Telah diujikan bahwa ekstrak etil asetat daun

ceremai mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus dan mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida

albicans dengan zona hambatan 20 mm, 15 mm dan 18 mm (Jagessar et al.,

2008). (Pambayun, et al., 2007) telah melakukan maserasi pada bubuk gambir

dengan menggunakan berbagai pelarut didapatkan senyawa fenolat total yang

tertinggi dengan menggunakan pelarut etil asetat. Setiaji (2009) telah melakukan

ekstraksi pada rhizome binahong dengan pelarut etil asetat di dapatkan senyawa

alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol.

Page 37: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

2.3.Tinjauan Tentang Bakteri Uji

Bakteri uji dapat dibedakan antara bakteri gram positif dan gram negatif.

Atas dasar teknik pewarnaan diferensiasial yang disebut pewarnaan gram, kedua

kelompok bakteri ini di bedakan terutama mengenai dinding selnya (Volk dan

weller,1993). Perbedaan nyata dalam komposisi dan struktur di dinding sel antara

bakteri gram positif dan bakteri gram negatif penting untuk dipahami karena

diyakini bahwa dinding sel itulah yang menyebabkan perbedaan kedua kelompok

bakteri ini memberikan respons. Bakteri gram negatif mengandung lipid, lemak

atau substansi seperti lemak dalam persentase lebih tinggi daripada yang

dikandung bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif juga lebih tipis

daripada dinding sel bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif

mengandung peptidoglikan jauh lebih sedikit, dan peptidoglikan ini mempunyai

ikatan silang yang kurang efektif dibandingkan dengan yang dijumpai pada

dinding bakteri gram positif. Pada saat pewarnaan dengan ungu kristal

pertumbuhan bakteri gram positif lebih dihambat dengan nyata daripada bakteri

gram negatif , demikian juga dengan kerentanan terhadap antibiotik, bakteri gram

positif lebih rentan terhadap penisilin daripada bakteri gram negatif (Pelczar dan

Chan,1986)

Page 38: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

2.3.1. Bakteri Staphylococcus aureus

Gambar 2.3. Morfologi Bakkteri Staphylococcus aureus (Wikipedia,2008)

2.3.1.1. Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus

Nama Staphylococcus aureus berasal dari kata ”Staphele” yang berarti

kumpulan dari anggur dan kata ”Aureus” dalam bahasa latin yang berarti emas.

Nama tersebut berdasarkan bentuk dari sel-sel bakteri yang berwarna keemasan.

Ciri-ciri bakteri ini adalah merupakan bakteri gram positif yang berbentuk

bulat (cocus) dengan ukuran diameter sekitar 1 µm dan tersusun dalam kelompok

yang tidak beraturan, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Sel-selnya

terdapat dalam kelompok seperti buah anggur, akan tetapi pada biakkan cair

mungkin terdapat secara terpisah (tunggal), berpasangan berbentuk tetrad

(jumlahnya 4 sel) dan berbentuk rantai dan koloninya berwarna abu-abu sampai

kuning emas tua (Jawetz, 1996). Sedangkan menurut Bonang (1982) metabolisme

bakteri ini adalah aerob dan anaerob, katabolisme positif membentuk asam dari

hidrat arang tanpa gas, fakultatif anaerob dan koloninya berwarna abu-abu sampai

kuning emas tua.

Page 39: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

2.3.1.2. Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus

Bakteri Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada berbagai pembenihan

dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat, serta menghasilkan

pigmen yang berfariasi dari putih sampai kuning tua. Bakteri ini dapat tumbuh

dengan baik pada suhu 37°C, tapi membentuk pigmen yang paling baik pada suhu

kamar (20°C). Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol

dan berkilau-kilauan, membentuk barbagai pigmen. Staphylococcus aureus

berwarna kuning emas. (Jawetz, 1996). Beberapa media yang dapat digunakan

untuk penanaman Staphylococcus aureus antara lain Mueller Hinton Agar,

Gliseril Monostearat Agar, Msa, dan Nutrient Agar (Jawetz, 1989)

Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada kisaran pH 4,0-9,8 dengan pH

optimum sekitar 7,0-7,5. Pertumbuhan pada pH 9,8 hanya mungkin bila

substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini

membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhanya

dengan adanya tiamin. Untuk pertumbuhan optimum diperlukan 11 asam amino.

Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam

amino atau protein (Supardi,1999). Menurut Jawetz (1996) Staphylococcus aureus

relatif resisten terhadap pengeringan panas (bakteri ini tahan terhadap suhu 50°C

selama 30 menit), dan terhadap natrium klorida 9% tetapi dengan mudah

dihambat oleh zat-zat kimia tertentu seperti heksaklorofen 3%.

Page 40: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

2.3.1.3. Patogenitas Dan Gambaran Klinis Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus menginfeksi manusia terutama pada membran

mukosa daerah nasal, saluran pernafasan bagian atas dan saluran pencernaan. Sifat

khas infeksi Staphylococcus aureus yang bersifat patogen adalah penahanan lokal.

Infeksi ini antara lain, meningitis, endokarditis, perikarditis dan bisul. Infeksi

yang disertai penanahan akan sembuh dengan cepat bila nanah dikeluarkan.

Staphylococcus aureus membentuk enterotoksin yang stabil pada pemanasan.

Enterotiksin dapat menyebabkan gejala keracunan makanan seperti mual, diare,

dan muntah-muntah (Jawetz, 1996)

Sebagai penyebab penting keracunan makanan, enterotoksin khususnya

dihasilkan bila bakteri ini tumbuh pada makanan karbohidrat dan protein.

Enterotoksin mengakibatkan muntah-muntah dan diare pada manusia. Keracunan

makanan yang disebabkan oleh enterotoksin Staphylococcus aureus ditandai oleh

masa inkubasi yang pendek (1-8) jam, nausea hebat, muntah-muntah, diare dan

konvalesen yang cepat (Jawetz,1986)

Infeksi lokal Staphylococcus auereus muncul sebagai suatu pimple, infeksi

folikel rambut, atau abses. Biasanya reaksi peradangan berlangsung hebat,

terlokalisasi, dan nyeri yang mengalami pernanahan sentral. Infeksi

Staphylococcus aureus juga dapat disebabkan oleh kontaminasi langsung pada

luka, misalnya pada infeksi luka pasca bedah atau infeksi setelah trauma.(fraktur

terbuka, meningitis setelah fraktur tengkorak). Bila Staphylococcus aureus

menyebar dan terjadi bakterimia, dapat terjadi endokarditis, osteomielitis akut

hematogen, meningitis, atau infeksi paru-paru (Jawetz dkk,1996)

Page 41: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

2.3.1.4. Pengobatan

Untuk terapi infeksi Staphylococcus aureus digunakan antibiotika. Selama

pengobatan umumnya cepat terjadi resistensi, sehingga menimbulkan kesulitan

untuk memberantasnya. Antibiotika yang sering digunakan yaitu sefalosporin,

vankomisin dan tetrasiklin (Jawetz, 2001)

2.3.2. Bakteri Pseudomonas aeruginosa

2.3.2.1. Morfologi Bakteri Pseudomonas aeruginosa.

Gambar 2.4. Morfologi Bakkteri Pseudomonas aeruginosa (Wikipedia, 2008)

2.3.2.2. Pertumbuhan Baksteri Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aureginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di

lingkungan yang lembab di rumah sakit. Ciri khas Pseudomons aeruginosa

bergerak dan berbentuk batang, berukuran 0,6 x 2 µm. Bakteri ini gram negatif

dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang membentuk

rantai yang pendek. Tumbuh baik pada suhu 37°C-42°C. Pertumbuhan pada suhu

Page 42: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

42° C membedakan spesies ini dari jenis lain. Bakteri ini adalah aerob obligat

yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis pembenihan biakan, kadang-

kadang menghasilkan bau yang manis menyerupai anggur membentuk koloni

halus bulat dengan warna berfluoresensi kehijauan. Semua spesies Pseudomonas

dapat tumbuh baik dalam sample nutrient agar dan dalam kebanyakan media

selektif seperti Eosin Methylen Blue (EMB) dan Mc Conkey Agar (Jawetz, 1996).

2.3.2.3. Patogenesis Dan Gambaran Klinis Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Bakteri Pseudomonas aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka

bakar, menimbulkan nanah hijau kebiruan, meningitis, bila masuk bersama funksi

lumbal, dan infeksi saluran kemih, bila masuk bersama kateter dan instrumen lain

atau dalam larutan untuk irigasi. Keterlibatan saluran nafas karena larutan irigasi.

Penyerangan pada saluran nafas, khususnya respirator yang tercemar,

mengakibatkan Pneumonia netrotika, menyebakna infeksi mada mata, yang

mengakibatkan kerusakan mata secara cepat, biasanya terjadi setelah luka atau

operasi mata. Jawetz, et al., (2001) Anasrullah (2002) menyatakan bahwa bakteri

Pseudomonas aureginosa merupakan mikroorganisme etiologi infeksi luka bakar

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang selama periode 1998-2001.

Menurut Yuke (2002) infeksi dari kuman Pseudomonas aeruginosa dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti Endokarditis, dimana

Pseudomonas aeruginosa menyerang katup jantung terutama pada pemakai obat-

obatan per intravena dan pengguna katup jantung buatan. Kuman ini dapat

Page 43: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

menyebabkan Endokarditis melalui penyebaran secara langsung dalam aliran

darah.

2.3.2.4. Pengobatan

Infeksi Pseudomonas aureginosa yang penting dalam klinik tidak boleh

diobati dengan terapi obat tunggal, karena keberhasilan terapi semacam itu rendah

dan bakteri dapat dengan cepat menjadi resisten. Penisilin yang bekerja aktif

terhadap bakteri Pseudomonas aureginosa, tikarsilin, mezlosilin, dan piperasilin

digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida, biasanya gentamisin,

tobramisin atau amikasin. Obat lain yang aktif terhadap Pseudomonas aureginosa

antara lain azreonam, imipenem, kuinolon baru, termasuk siprofloksasin.

Sefalosporin generasi baru, seftazidim dan sefeperakson aktif melawan

Pseudomonas aeruginosa, seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi

Pseudomonas aureginosa. Pola kepekaan Pseudomonas aureginosa bervariasi

secara geografik, dan tes kepekaan harus dilakukan sebagai pedoman untuk

pemilihan terapi antimikroba (Jawetz,1996)

2.4. Tinjauan Bahan Antimikroba

Bahan antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat

mengganggu pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya mikroba yang

merugikan manusia.

Antimikroba merupakan komponen kimia yang mempunyai kemampuan

dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme. Antimikroba yang

Page 44: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

mempunyai kemampuan membunuh mikroba misalnya bakterisidal, fungisidial.

Sedangkan antimikroba yang mempunyai kemampuan hanya menghambat

pertumbuhan mikroba misalnya bakteristatik, fungistatik (Volk and Welher,1998).

Pemakaian bahan antimikroba merupakan suatu usaha untuk

mengendalikan mikroorganisme. Pengendalian adalah segala kegiatan yang dapat

menghambat. membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme. Menurut Pelczar

(1988) tujuan utama pengendalian adalah:

1. Mencegah penyakit dan infeksi.

2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi

3. Mencegah pembusukan dan kerusakan bahan oleh mikroorganisme.

Menurut Pelczar (1986). Obat antimikroba sebaiknya mempunyai sifat-

sifat sebagai berikut:

1. Menghambat atau membunuh pathogen tanpa merusak hospes.

2. Bersifat bakterisidal dan bukan bakteriostatik.

3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman

4. Berspektrum luas

5. Tidak bersifat alergenik atau tidak menimbulkan efek samping bila

digunakan dalam jangka waktu yang lama

6. Tetap aktif dalam plasma,cairan tubuh

7. Larut di dalam air dan stabil

8. Kadar bakterisidal di dalam tubuh cepat tercapai dan bertahan dalam

waktu lama.

Page 45: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

2.5. Cara Kerja Zat Antimikroba .

Zat antimikroba dalam melakukan efeknya, harus dapat mempengaruhi

bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural.

Pelczar (1988) menyatakan bahwa mekanisme kerja zat antimikroba dalam

melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut:

1. Merusak Dinding Sel

Pada umumnya bakteri memiliki suatu lapisan luar yang kaku disebut

dinding sel (peptidoglikan). Sintesis dinding sel ini melibatkan sejumlah

langkah enzimatik yang banyak diantaranya dihalangi oleh antimikroba.

Rusaknya dinding sel bakteri misalnya karena pemberian enzimlisosim

atau hambatan pembentukanya oleh karena obat antimikroba, dapat

menyebabkan sel bakteri lisis. Kerusakan dinding sel akan berakibat

terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian sel karena

dinding sel berfungsi sebagai pengatur pertukaran zat-zat dari luar dan

kedalam sel, serta memberi bentuk sel.

2. Mengubah Permeabilitas Membran sel.

Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput yang disebut membrane

sel yang mempunyai permeabilitas selektif, membran ini tersusun atas

fosfolipid dan protein. Membran sel berfungsi untuk mengatur keluar

masuknya zat antar sel dengan lingkungan luar, melakukan pengangkutan

zat-zat yang diperlukan aktif dan mengendalikan susunan dalam diri sel.

Proses pengangkutan zat-zat yang diperlukan baik kedalam maupun keluar

Page 46: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

sel dimungkinkan karena didalam membran sel terdapat enzim protein

untuk mensintesis peptidoglikan komponen membran luar.

Dengan rusaknya dinding sel, bakteri secara otomatis akan berpengaruh

pada membrane sitoplasma, beberapa bahan antimikroba seperti fenol,

kresol, detergen dan beberapa antibiotik dapat menyebabkan kerusakan

pada membrane sel, bahan-bahan ini akan menyerang dan merusak

membran sel sehingga fungsi semi permeabilitas membran mengalami

kerusakan. Kerusakan pada membran sel ini akan mengakibatkan

terhambatnya sel atau matinya sel.

3. Kerusakan Sitoplasma.

Sitoplasma atau cairan sel terdiri atas 80% air, asam nukleat, protein,

karbohidrat, lipid, ion anorganik dan berbagai senyawa dengan bobot

molekul rendah. kehidupan suatu sel tergantung pada terpeliharanya

molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya.

Konsentrasi tinggi beberapa zat kimia dapat mengakibatkan kuagulasi dan

denaturasi komponen-komponen seluler yang vital.

4. Menghambat Kerja Enzim.

Didalam sel terdapat enzim dan protein yang membantu kelangsungan

proses-proses metabolisme, banyak zat kimia telah diketahui dapat

mengganggu reaksi biokimia misalnya logam-logam berat, golongan

tembaga, perak, air raksa dan senyawa logam berat lainnya umumnya

efektif sebagai bahan antimikroba pada konsentrasi relatif rendah. Logam-

logam ini akan mengikat gugus enzim sulfihidril yang berakibat terhadap

Page 47: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

perubahan protein yang terbentuk. penghambatan ini dapat mengakibatkan

terganggunya metabolisme atau matinya sel.

5. Menghambat Sintesis Asam Nukleat Dan Protein

DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting dalam sel,

beberapa bahan antimikroba dalam bentuk antibiotik misalnya

cloramfenikol, tetrasiline, prumysin menghambat sintesis protein.

Sedangkan sintesis asam nukleat dapat dihambat oleh senyawa antibiotik

misalnya mitosimin. Bila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada

fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.

2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Zat Antimik roba

Banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja zat antimikroba

dalam menghambat atau membasmi organisme pathogen. Semuanya harus

dipertimbangkan agar zat antimikroba tersebut dapat bekerja secara efektif.

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kerja zat antimikroba menurut Pelczar

(1988), adalah sebagai berikut:

1. Konsentrasi Atau Intensitas Zat Antimikroba.

Semakin tinggi konsentrasi suatu zat antimikroba semakin tinggi daya

antimikrobanya, artinya banyak bakteri akan terbunuh lebih cepat bila

konsentrasi zat tersebut lebih tinggi.

2. Jumlah Organisme

Semakin banyak jumlah organisme yang ada maka makin banyak pula waktu

yang diperlukan untuk membunuhnya.

Page 48: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

3.Suhu

Kenaikkan suhu dapat meningkatkan keefektifan suatu disinfektan atau

bahan microbial. Hal ini disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme

melalui reaksi kimia. Reaksi kimia bisa dipercepat dengan meninggikan

suhu.

4. Spesies Mikroorganisme.

Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda

terhadap suatu bahan kimia tertentu.

5. Adanya Bahan Organik.

Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia

antimicrobial dengan cara menonaktifkan bahan kimia tersebut. Adanya

bahan organik dalam campuran zat antimikrobial dapat mengakibatkan:

a. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik membentuk

produk yang tidak bersifat antimikrobial.

b. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik menghasilkan

suatu endapan sehingga antimikrobial tidak mungkin lagi mengikat

mikroorganisme.

c. Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi suatu

pelindung yang akan menganggu kontak antar zat antimikrobial

dengan sel.

Page 49: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

6. Keasaman (pH) Atau Kebasaan (pOH).

Mikroorgasnisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi pada

suhu rendah dan dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan

mikroorganisme yang hidup pada pH basa.

2.7. Mekanisme Resistensi

Pemakaian antibakteri yang berlebihan menyebabkan mikroba yang

semula sensitif terhadap antibiotik menjadi resisten. Oleh karena itu, senyawa

antibakteri diperlukan untuk mengatasi bakteri resisten tersebut (Lenny, 2006)

Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba

oleh antimikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan

hidup. Resistensi dibagi dalam kelompok resistensi genetik, resistensi nongenetik

dan resistensi silang. Mekanisme resistensi terhadap antimikroba antara lain:

perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba; mikroba menurunkan

permeabilitasnya hingga obat sulit masuk kedalam sel; inaktivasi obat oleh

mikroba; mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang

dihambat oleh antimikroba; dan meningkatkan produksi enzim yang dihambat

oleh antimikroba (Ganiswara, 2003)

2.8. Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba

Sebelum zat antimikroba digunakan untuk keperluan pengobatan maka

perlu diuji dahulu efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Aktifitas antijasad

renik diukur secara in vitro agar dapat ditentukan potensinya suatu zat sebagai anti

Page 50: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

jasad renik dalam larutan, konsentrasi zat terhadap jasad renik serta kepekaan

suatu jasad renik terhadap konsentrasi-konsentrasi bahan antimikroba yang

diberikan (Jawetz,1986)

Menurut Lay (1994) Bahan antimikroba bersifat menghambat bila

digunakan dalam konsentrasi kecil, namun bila digunakan dalam konsentrasi

tinggi dapat mematikan, untuk itu perlu diketahui MIC (Minimum Inhibitori

Consentration) dan MKC (Minimum Killing Concentration) bahan antimicrobial

terhadap mikroorganisme.

1. Metode Dilusi Tabung

Cara ini digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimum

(KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) dari obat antimikroba. Prinsip

dari metode dilusi yaitu menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media

cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang di uji. Kemudian masing-masing

tabung diisi dengan obat yang telah diencerkan secara serial. Selanjutnya, seri

tabung diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18-24 jam dan diamati kekeruhanya

pada tabung. Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan

hasil biakan yang mulai nampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah

KHM dari obat. Selanjutnya biakan dari semua tabung yang jernih diinokulasikan

pada media agar padat, diinkubasikan dan keesokan harinya diamati ada tidaknya

koloni mikroba yang tumbuh. Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang

ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri adalah KBM dari

obat terhadap bakteri uji (Dzen dkk, 2003)

Page 51: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Menurut Bonang dan Koeswandoro (1982) konsentrasi ekstrak terkecil

yang menunjukan hambatan pertumbuhan mikroskopis disebut konsentrasi

penghambat minimum/MIC. Uji ini dilakukan dengan mengamati kekeruhan

campuran Nutrient broth yang sudah diinokulasi bakteri dengan konsentrasi

ekstrak sesuai dengan perlakuan, lalu diinkubasi selama 24 jam dan diamati

pertumbuhan bakterinya.

2.9. Herbal Dalam Perspektif Islam.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 190-191:

āχÎ) ’ Îû È, ù=yz ÏN≡ uθ≈yϑ ¡¡9 $# ÇÚ ö‘ F{$#uρ É#≈ n=ÏF ÷z$#uρ È≅øŠ ©9 $# Í‘$pκ ¨]9$# uρ ;M≈tƒUψ ’ Í< 'ρT[{ É=≈t6 ø9 F{$#

∩⊇⊃∪ tÏ% ©!$# tβρ ã�ä. õ‹ tƒ ©! $# $Vϑ≈ uŠ Ï% # YŠθ ãè è%uρ 4’n? tã uρ öΝÎγÎ/θ ãΖã_ tβρã�¤6 x� tG tƒuρ ’ Îû È,ù= yz ÏN≡uθ≈ uΚ¡¡9 $# ÇÚö‘ F{$#uρ $uΖ −/u‘ $ tΒ |Mø) n=yz # x‹≈yδ WξÏÜ≈t/ y7 oΨ≈ysö6 ß™ $ oΨ É)sù z>#x‹ tã Í‘$Ζ9$# ∩⊇⊇∪

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali-Imran [3]: 190-191:)

Dari firman Allah ini, terdapat perintah Allah SWT kepada manusia yang

telah diberi kelebihan akal untuk meneliti dan mengkaji segala sesuatu yang ada

di langit dan bumi, karena tidak ada hasil ciptaan Allah SWT yang sia-sia. Semua

ciptaan Allah memiliki manfaat dan harus dimanfaatkan. Allah menciptakan

manusia dan memuliakannya sebagai makhluk yang paling istimewa. Oleh karena

itu dengan akal dan pikiran diharapkan manusia dapat hidup seimbang dunia dan

Page 52: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

akhirat, sehat jasmani dan rohani dengan cara memanfaatkan apa yang ada (bahan

alam) dan mencari rahasia yang terkandung di dalamnya.

Allah SWT menciptakan suatu penyakit, dan Allah pula telah memberikan

obatnya. Dalam sabda Nabi yang diriwayatkan jabir R.A.menyebutkan:

ع هناهللا ع ضيابر رج نع ل اهللا صلى اهللا عليه وسلنوسلكل داء : أنه قالمر لفإذا أصيب دواء الداء برأ بـإذن اهللا عز وج, دواء

”Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat suatu penyakit telah tepat, sembuhlah dia dengan izin Allah ’Azza wa jalla” )

Hadist diatas merupakan hadist riwayat Jabir. R.A yang terdapat dalam

kitab Shahih Imam Bukhari (Al-Din, 2002). Oleh karena itu, jika ada penyakit,

manusia hendaknya berobat. Apabila penyakit tersebut belum ada obatnya, maka

manusia hendaknya mencari sesuatu yang bisa mengobati penyakitnya. Manusia

haruslah yakin bahwa semua penyakit pasti ada obatnya.

Sesungguhnya Nabi SAW merupakan contoh teladan yang baik dalam

memberikan petunjuk menuju kedokteran yang benar yang berdiri diatas ilmu dan

uji coba, bukan diatas khayalan dan omong kosong (Qordhawi,1998). Oleh karena

itu, hendaknya manusia selalu berusaha mencari obat suatu penyakit dengan ilmu

yang dia miliki, dalam hal ini ilmu yang di maksud adalah ilmu yang berkaitan

dengan kesehatan

Tanaman obat dalam sunnah Nabi sangat banyak, diantaranya adalah

jinten hitam, biji seladri, lidah buaya, bidara, biji sawi, seladri air dan masih

banyak yang lainnya. Beberapa tanaman yang telah digunakan Rasulullah sebagai

tanaman obat adalah (Faroqi, 2005):

Page 53: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

a. Jinten Hitam

Jinten hitam (al-habbat as-auda) merupakan obat untuk banyak penyakit.

Nabi Muhammad SAW bersabda ”Jinten hitam adalah obat bagi segala penyakit

kecuali sam, dan sam adalah kematian” (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah dan

Ahmad). Jinten hitam juga digunakan sebagai bumbu makanan, sedangkan pada

pengobatan digunakan sebagai peluruh kentut, peluruh kencing, panas, demam,

batuk, asma, antibakteri dan masih banyak khasiat lain. Kandungan senyawa

dalam jinten hitam adalah saponin, minyak esensial dan lemak jenuh yang

memiliki fungsi obat yang sangat tinggi.

b. Lidah Buaya

Lidah buaya dapat dimanfaatkan sebagai penutup (bagian yang

terluka/terjangkit). Nabi Muhammad SAW bersabda kepada orang yang mengeluh

kondisi matanya ketika melaksanakan ibadah haji, ”Tutupi dengan lidah buaya”

(HR As-Suyuthi). Istilah medis lidah buaya digunakan untuk saripati yang keluar

dari potongan melingkar daunya yang banyak mengandung air. Beberapa lidah

buaya yang berbau harum penuh digunakan untuk mengurapi mayat (mumi) orang

mesir. Lidah buaya dapat berfungsi sebagai obat pencahar, obat kuat, peningkat

gairah seks, pembunuh cacing parasit, radang mata, tumor dan beberapa penyakit

lain. Kandungan senyawa dalam lidah buaya berupa minyak esensial.

c. Bidara

Beberapa hadist yang disampaikan oleh Imam Ja’far Shadiq dalam Syarai’

al-Islam dan buku lainya mengindasikan bahwa daun sidr adalah dedaunan yang

mengandung zat antibakteri dan zat pembersih. Hadist Shahih Bukhari, Sunan

Page 54: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Tirmidzi dan kitab hadist lainya memberikan saran untuk mencampurkan duan

bidara (sidr) dengan air hangat yang dipakai untuk memandikan jenazah. Daunya

paling cocok untuk desinfektan karena mengandung minyak esensial yang sangat

manjur sebagai deodoran dan desinfektan.

Pada kenyataanya beliau juga memberikan nasihat serupa mengenai

beberapa obat lainya. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menegaskan

pentingnya penggunaan tanaman obat, sehingga suri teladan Rasulullah ini perlu

diteladani oleh umat-umatnya (Faroqi, 2005)

Pada saat ini, para ilmuwan banyak yang meneliti berbagai bahan alam

untuk dijadikan obat untuk suatu penyakit, salah satu bahan alam yang digunakan

tersebut adalah tumbuhan.Tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah

kebawah terutama dalam upaya pencegahan dan pengobatan suatu penyakit. Hal

ini dikarenakan, banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat

relatif lebih aman dibandingkan obat sintetis (Maheswari, 2002)

Menurut pengertian umum obat dapat didefenesikan sebagai bahan yang

menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia

(Katzung, 1990). Dalam perkembanganya terdapat obat kimia (sintetis) dan obat

alami yang dewasa ini lebih dikenal sebagai obat alternatif. Kita tahu cikal bakal

obat kimia (sintetis) berawal dari obat alami. Dari obat alam dilakukan isolasi

untuk mengetahui senyawa akttif yang terkandung di dalamnya, kemudian

dilakukan sintetis dengan menggunakan bahan kimia untuk menghasilkan

senyawa yang sama dalam jumlah yang lebih besar, sehingga lebih

Page 55: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

menguntungkan dari segi ekonomi. Akan tetapi obat kimia ini kadang

menghasilkan dampak yang negatif bagi kesehatan.(Hayati, 2007)

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan seperti saat ini, ternyata memang

banyak tumbuhan yang terbukti secara ilmiah bisa mengobati berbagai penyakit

Dalam kisah nabi Yunus AS, juga dikisahkan bahwasannya Nabi Yunus pada

waktu dalam keadaan sakit (setelah ditelan ikan) diperintahkan oleh Allah untuk

memulihkan kondisi tubuhnya dengan memakan tumbuhan dari sejenis labu. kisah

ini terdapat dalam surat Ash-Shaaffat ayat 145-146 yang berbunyi:

çµ≈tΡ õ‹ t6 uΖsù Ï!#t�yè ø9 $$ Î/ uθèδ uρ ÒΟŠÉ)y™ ∩⊇⊆∈∪ $ uΖ÷F u;/Ρr& uρ ϵø‹n=tã Zοt�yfx© ÏiΒ &ÏÜø) tƒ ∩⊇⊆∉∪

“Kemudian kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu” (QS. Ash-Shaaffat [37]: 145-146)

Dari ayat tersebut, manusia bisa mengambil suatu pelajaran bahwasanya di

dalam suatu tumbuhan selain mengandung sifat estetika juga terdapat manfaat

tertentu. selain itu, antara tumbuhan yang satu dengan yang lainya tidaklah

mempunyai manfaat yang sama (Jauhari,1984). Hal ini sebagaimana firman Allah

SWT yang terdapat dalam surat Ar-Ra’du ayat 4 yang berbunyi :

’Îû uρ ÇÚ ö‘ F{$# Óì sÜÏ% ÔN≡ u‘ Èθ≈yftG •Β ×M≈Ζy_ uρ ôÏiΒ 5=≈uΖôã r& ×í ö‘y— uρ ×≅ŠÏƒwΥuρ ×β#uθ ÷ΖϹ ç�ö�xî uρ

5β#uθ ÷ΖϹ 4’s+ ó¡ ç„ & !$ yϑ Î/ 7‰ Ïn≡uρ ã≅ ÅeÒx�çΡ uρ $ pκ |Õ÷è t/ 4† n? tã <Ù÷è t/ ’Îû È≅à2W{$# 4 ¨β Î) ’ Îû š� Ï9≡ sŒ ;M≈tƒ Uψ 5Θöθ s) Ïj9 šχθè=É) ÷è tƒ ∩⊆∪

Page 56: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya (dan bentuknya).Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. Ar-Ra’du [13]: 4)

Menurut Shihab (2002) sebagai insan Ulul Albab harus mampu

mengejewantahkan semua yang telah diperoleh di bangku pendidikan dalam

kehidupan sehari-hari, mau berfikir dan memikirkan bahwa semua yang

diciptakan Allah SWT tidak akan sia-sia. Berkaitan dengan hal tersebut muncul

kebutuhan melakukan penelitian tentang manfaat suatu tanaman untuk digunakan

sebagai alternatif alami pengobatan sebuah penyakit.

Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan tumbuhan yang sangat bermanfaat;

uθ èδ uρ ü“ Ï% ©!$# r' t±Σr& ;M≈Ψ y_ ;M≈x©ρá� ÷è ¨Β u�ö�xîuρ ;M≈x©ρâ÷÷êtΒ Ÿ≅ ÷‚Ζ9$#uρ tíö‘“9$#uρ $ ¸� Î=tFøƒ èΧ

…ã& é# à2é& šχθçG ÷ƒ“9$#uρ šχ$Β”�9 $#uρ $ \κÈ:≈t± tF ãΒ u�ö�xî uρ 7µ Î7≈ t± tF ãΒ 4 (#θè= à2 ÏΒ ÿ ÍνÌ�yϑrO !#sŒ Î) t�yϑ øO r& (#θ è?# u uρ … çµ ¤)ym uΘ öθ tƒ ÍνÏŠ$ |Áym ( Ÿω uρ (#þθ èùÎ� ô£è@ 4 … çµ ‾ΡÎ) Ÿω �= Ïtä† šÏùÎ� ô£ßϑø9 $# ∩⊇⊆⊇∪

’’Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan“ (QS Al-An’am [6]:141) Selain itu firman Allah yang menyebutkan tumbuhan atau hewan sebagai obat;

§ΝèO ’ Í?ä. ÏΒ Èe≅ä. ÏN≡ t�yϑ ¨W9$# ’ Å5è=ó™$$ sù Ÿ≅ ç7ß™ Å7În/ u‘ Wξ ä9èŒ 4 ßl ã�øƒ s† .ÏΒ $ yγÏΡθ äÜç/ Ò>#u�Ÿ°

ì# Î=tF øƒ’Χ … çµ çΡ≡ uθ ø9 r& ϵŠÏù Ö !$ x�Ï© Ĩ$Ζ=Ïj9 3 ¨βÎ) ’ Îû y7Ï9≡ sŒ Zπ tƒUψ 5Θ öθ s) Ïj9 tβρã�©3x� tGtƒ ∩∉∪

Page 57: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

"Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang Telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”. (QS. An-Nahl [16]: 69)

Ayat – ayat tersebut, membuktikan sesungguhnya pada zaman para nabi

pun telah Dikenal obat-obatan alami dengan penggunaan ukuran yang sesuai, hal

ini membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang didalamnya berisi berita dan

informasi yang semuanya terbukti kebenarannya. Al-Qura’an dijadikan petunjuk

bagi manusia, sebagai sumber yang hakiki agar manusia selamat dunia dan

akhirat.

Seiring dengan perkembangan zaman, obat-obatan alami ini mengalami

kemunduran dan diganti dengan obat-obatan kimia. Akan tetapi seruan untuk back

to nature kembali bergaung guna mengurangi dampak negatif yang disebabkan

oleh obat-obatan kimia. Supriadi (2001) menyatakan Pemanfaatan tumbuhan dan

hewan sebagi alternatif pengobatan alami dewasa ini berkembang cukup pesat.

Sekitar 25 obat-obatan yang diresepkan negara industri maju mengandung bahan

senyawa aktif hasil ekstraksi tanaman obat.

Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Adalah salah satu bahan

alam yang sangat banyak sekali manfaatnya dan sebagai bahan alternatif alami

sebagai bahan Anti Mikroba. Dengan terungkapnya rahasia-rahasia alam melalui

hasil penelitian, selain mempertebal kayakinan akan kebesaran Allah sebagai

pencipta-Nya, juga menambah khasanah pengetahuan tentang alam untuk

dimanfaatkan bagi kesejahteraan umat manusia.

Page 58: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperiment.

Rancangan penelitian ini yaitu menguji konsentrasi ekstrak daun Binahong

Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, dengan variasi konsentrasi terhadap

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Untuk

mengetahui daya antibakteri. semua kondisi perlakuan dibuat sama, kecuali

pemberian konsentrasi ekstrak daun Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

yang dibuat berbeda. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan 7 perlakuan konsentrasi ekstrak

daun binahong konsentrasi (0%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45% dan 50%) untuk

bakteri Staphylococcus aureus, dan konsentrasi (0%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%

dan 100%) untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa, dan 3 ulangan pada masing-

masing bakteri.

3.2. Waktu Dan Tempat Penelitian.

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan

Kimia UIN MALIKI Malang dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran UNIBRAW Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-

April 2010.

Page 59: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

3.3. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi:

1. Variabel Bebas.

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun

Binahong Anredera cordifolia (Ten.) steenis dengan berbagai konsentrasi

2. Variabel Terikat.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kekeruhan yang

dihasilkan pada media nutrient broth (KHM) dan jumlah koloni bakteri

yang dihasilkan pada media agar (KBM)

3. Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah variabel yang diusahakan

sama untuk setiap perlakuan meliputi, suhu inkubasi, waktu, pH dan

media.

3.4. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

aeruginosa Multiresisten obat biakan murni yang diperoleh dari Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan Daun

Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis yang didapat dari Balai Materia

Medika Batu Malang

Page 60: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

3.5. Alat Dan Bahan Penelitian

3.5.1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat untuk

ekstraksi maserasi dan uji fitokimia: Timbangan analitik, oven, blender, shaker,

rotary evaporator vakum, penyaring buchner, gelas ukur 10 ml, erlenmeyer 500

ml, erlenmeyer 1 L, beacker glas 100 ml, tabung reaksi, mikro pipet, pengaduk

kaca, kertas saring/whatman, aluminium foil.

Alat-alat untuk uji antibakteri: Autoklaf, incubator, lampu bunsen, labu

erlenmeyer 250 ml, cawan petri, tabung reaksi, paper disk, gelas ukur, mikro

pipet, pinset, ent-kas, jangka sorong, koloni counter, jarum ose, stirer, kertas label,

kertas cakram, kapas dan kertas coklat, mikroskop, colony counter

3.5.2. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Binahong

Anredera cordifolia (Ten.) Steenis dan biakkan murni bakteri Staphylococcus

aureus dan Pseudomonas aeruginosa, media Nutrien Agar (NA), media cair

Nutrient Broth (NB), aquades, tween 80, Etil asetat dan Alkohol 70%.

3.6. Prosedur Penelitian

3.6.1. Preparasi Sampel

Daun binahong sebanyak 2 kg dicuci bersih dan ditiriskan, kemudian

dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara

langsung. Pengeringan dilanjutkan dengan cara menjemur daun binahong di

Page 61: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

dalam screen house selama 5 hari tidak terkena sinar matahari secara langsung

dengan suhu di ruangan 35°-37°C, kemudian dihaluskan menggunakan blender

sampai terbentuk serbuk. Serbuk daun binahong ini disebut dengan sampel.

3.6.2. Ekstraksi Daun Binahong Dengan Metode Maserasi

Sebanyak 200 gram serbuk daun binahong yang telah dihaluskan

dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan pelarut etil asetat sebanyak

500 ml, kemudian digoyang selama satu jam untuk mencapai kondisi homogen

dalam shaker water bath dengan kecepatan 120 rpm (rotation per minutes) selama

1 jam. Selanjutnya larutan dimaserasi selama 24 jam pada suhu kamar, setelah 24

jam, larutan difiltrasi atau dipisahkan dengan menggunakan penyaring Buchner.

Kemudian residu penyaringan di angin-anginkan dan dilakukan remaserasi ulang

selama 24 jam, maserasi di ulang sampai 3 kali. Hasil saringan 1-3 dicampur dan

dipekatkan dengan Rotary vakum evaporator dengan suhu 50°C sampai

didapatkan ekstrak pekat. Ekstrak pekat yang diperoleh digunakan untuk

identifikasi golongan senyawa aktif dalam daun binahong dan untuk uji

antibakteri.

3.6.3. Identifikasi Senyawa Aktif Pada Daun Binahong

Uji fitokimia kandungan senyawa aktif secara kualitatif dan kuantitatif. Uji

kualitatif dengan uji reagen dari ekstrak etil asetat daun binahong dilarutkan

dengan sedikit pelarut. Kemudian dilakukan uji alkaloid, flavonoid dan polifenol.

Untuk uji secara kuantitatif menggunakan Spektrofotometer dengan

Page 62: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

membandingkan pada senyawa standar. Pengujian dilakukan di Laboratorium

Kimia Universitas Muhammadiyah Malang

a. Uji Alkaloid

Ekstrak pekat sebanyak 0.5 gram ditambahkan 0,5 HCL 2%. Larutan

dibagi dalam 2 tabung. Tabung 1 ditambahkan 2-3 tetes reagen Dragendrof,

tabung 2 ditambahkan 2-3 tetes reagen Mayer. Terbentuknya endapan jingga pada

tabung 1 dan endapan putih pada tabung 2 menunjukkan adanya alkaloid.

b. Uji Flavanoid

Ekstrak tanaman binahong dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian

dilarutkan dalam 1-2 ml methanol panas 50%. Setelah itu ditambah logam Mg dan

4-5 tetes HCL pekat. Larutan berwarna merah atau jingga yang terbentuk,

menunjukkan adanya flavanoid.

c. Uji Senyawa Polifenol

Dua ratus mg ekstrak dilarutkan dalam 10 mL air lalu dipanaskan selama

10 menit, larutan didinginkan, setelah dingin larutan disaring. Filtrate ditetesi

dengan FeCl3 sebanyak 3 tetes. Lalu diamati perubahan warnanya. Hasil positif

polifenol adalah terbentuknya larutan berwarna hijau kehitaman atau biru tua,

naka bahan tersebut mengandung polifenol.

d. Penentuan Flavonoid (Metode Spektrofotometer)

Ambil 0,2 – 0,5 g sampel ekstrak, lakukan hidrolisis dengan 25% HCl

dalam aseton selama 30 menit dengan suhu 100°C dengan menggunakan

pendingin balik. Setelah itu tambahkan dengan larutan AlCl3 1% dalam metanol

gojog dengan vortex untuk melarutkan aglikon hasil hidrolisis. Ukur absorbansi

Page 63: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 425 nm. Gunakan quercetin

sebagai standar.

Absorbansi standar :0,233

Konsentrasi standar: 5,6 mg/10ml

Fp= 20 (0,2 g dilarutkan dalam 4 ml etanol)

e. Penentuan Polifenol (Metode Spektrofotometer)

Untuk bahan padat, terlebih dahulu dilarutkan dengan etanol lalu

disentrifuge pada kecepatan 6000 rpm selama 10 menit kemudian diambil

supernatannya. Untuk bahan cair dapat langsung diproses. Ambil 1 ml larutan

supernatan atau cairan sampel. Tambahkan 5 ml aquades dan 2 ml Folin C lalu di

homogenkan dan tunggu selama 5 menit. Tambahkan 2 ml Na2CO3 jenuh lalu

biarkan 1 jam. Amati absorbansi larutan pada panjang gelombang 646 nm. Untuk

standar gunakan asam galat.

Konsentrasi standar = 0,5 ppm

Absorbansi standar = 0.247

Fp = 25 (0,2 g dilarutkan dalam 5 ml metanol)

Page 64: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

3.7. Uji Aktivitas Antibakteri

3.7.1. Sterilisasi Alat

Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu

dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas coklat

kemudian dimasukan dalam Autoklaf pada suhu 121° C dengan tekanan 15 Psi

(Per Square Inchi) selama 15 menit.Alat yang tidak tahan panas tinngi disterilisasi

dengan alkohol 70 %.

3.7.2. Pembuatan Media.

3.7.2.1. Media Nutrient Broth (NB)

Pembuatan media cair nutrient broth (NB) dengan cara menyiapkan bahan-

bahan yaitu menimbang media NB sebanyak 6,5 gram kemudian dilarutkan

dilarutkan dengan aquadest sebanyak 500 mL dalam Erlenmeyer kemudian

ditutup dengan alumunium foil. Suspensi dipanaskan hingga mendidih lalu

dimasukkan kedalam tabung reaksi, masing-masing 5 ml kemudian ditutup

dengan kapas. Proses ini dilakukan secara aseptik,kemudian di sterilkan dalam

autoklaf pada suhu 121°C dengan tekanan 15 psi selama 15 menit. Kemudian

diletakkan dalam posisi miring selama 1x 24 jam pada suhu ruang.

3.7.2.2. Media Nutrient Agar (NA)

Pembuatan media dilakukan dengan cara menyiapkan bahan-bahan untuk

medium yaitu dengan menimbang media Nutrient Agar (NA) sebanyak 14,5 gram

kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyak 500 mL dalam erlenmeyer

Page 65: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

kemudian ditutup dengan alumunium foil. Suspensi dipanaskan hingga mendidih

lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi, masing-masing 10 ml dan 5 ml kemudian

ditutup dengan kapas. Proses ini dilakukan secara aseptik, kemudian di sterilkan

Dalam utoklaf pada suhu 121°C dengan tekanan 15 psi selama 15 menit.

Kemudian diletakkan dalam posisi miring selama 1 x 24 jam pada suhu ruang.

3.7.2.3. Peremajaan Biakan Bakteri

Biakan murni bakteri diremajakan pada media agar padat dengan cara

bakteri diambil 1 ose lalu jarum ose yang mengandung bakteri Staphylococcus

aureus dan Pseudomonas aeruginosa digoreskan secara aseptis pada media

nutrient agar pada cawan yaitu dengan mendekatkan cawan pada nyala api saat

menggoreskan jarum ose. Kemudian cawan petri ditutup kembali dan diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 27°C dalam inkubator, kemudian diambil 1 koloni dan

di tanam pada media NB, kemudian divortek supaya homogen, kemudian

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27°C dalam inkubator, ada pertumbuhan

bakteri jika media keruh, kemudian dibandingkan dengan media NB tanpa

bakteri.

3.7.2.4. Pembuatan Suspensi Bakteri

Diambil 1 ml dari hasil peremajaan biakan murni bakteri Staphylococcus

aureus dan Pseudomonas aeruginosa dimasukkan tabung reaksi yang berisi 5 ml

NaCl fisiologis 0,9% Kemudian di vortek supaya homogen, kemudian

dibandingkan dengan standart Mc Farland dengan kepadatan bakteri sebanyak

Page 66: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

108 sel/ml. Kemudian diencerkan 100x pada media NaCl fisiologis 0,9% dan

media NB. didapatkan suspensi bakteri sebanyak 106 bakteri sel/ml, bakteri siap

diujikan (Murray, et al., 1999)

3.8. Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahon g.

Uji kepekaan kuman terhadap antimikroba dilakukan dengan

menggunakan metode dilusi tabung (tube dilution test) untuk mengetahui

konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM)

dengan melakukan penanaman bakteri pada media Nutrient Broht (NB) dan media

Nutrient Agar (NA) pada cawan petri dengan pemberian konsentrasi ekstrak daun

Binahong sesuai dengan perlakuan perhitungan konsentrasi ekstrak daun

Binahong pada (Lampiran 2.2.4).

3.8.1.Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Dan Konsentrasi Bunuh Minimu (KBM)

Uji KHM adalah konsentrasi terkecil obat yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri secara makroskopik (Edberg, 1983). langkah-langkah uji

KHM adalah:

1. Menyiapkan larutan ekstrak sebanyak 1 gram kemudian diencerkan dengan

aquades 10 ml dan ditambahkan larutan tween 80 sebanyak 100 µL.(b/v)

2. Menyiapkan tabung reaksi sebanyak 8 tabung. 6 untuk perlakuan dan 2

kontrol.

Page 67: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

3. Tabung reaksi 1 diisi dengan 1 ml bakteri uji dengan konsentrasi 106

bakteri/ml tanpa pencampuran dengan ekstrak daun binahong, tabung ini

sebagai kontrol bakteri (original inoculum)

4. Memasukkan media NB sebanyak 1 ml kedalam tabung 2 s/d 8, kemudian

larutan ekstrak dimasukkan pada tabung 2 dan 3 sebanyak 1 ml,

5. Pada tabung 3 di campur hingga rata, kemudian dipindahkan sebanyak 1 ml

kedalam tabung 4 dan diencerkan secara berseri sampai tabung ke-7

6. Pada tabung ke-7 setelah tercampur rata , larutan dibuang sebanyak 1 ml.

7. Pada tabung 3-7 ditambahkan perbenihan bakteri sebanyak 1 ml dari 108

bakteri/ml yang diencerkan 100 kali. Sehingga konsentrasinya menjadi 106

bakteri/ml. Maka didapat pengenceran dengan konsentrasi 100%,50%, 25%,

12,5%, 6,25% dan 3,125% .proses pengenceran sebagai berikut:

K(+) . 100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,125% K (-)

- Pada konsentrasi 100% bakteri yang disuspensikan adalah bakteri dari

media yang nutrisinya diperbanyak 2 kali

- Kontrol positif Tabung ke-1 berisi larutan NB dan inokulum

- Kontrol Negatif Tabung ke-8 yang berisi NB dan ekstrak.

KK

2

3

4

5

6

7

8

Page 68: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

- Seluruh tabung reaksi tersebut dinkubasi dalam inkubator pada suhu 37°C

selama18-24 jam. Kemudian dilakukan pengamatan keseluruhan tabung

terhadap kejernihan tabung dengan melihat kontrol positif dan negatif.

Dari hasil pengamatan kemudian dilakukan pengujian ulang untuk

mengetahui KHM dan KBM dengan melakukan penurunan konsentrasi ekstrak

(untuk merapatkan dosis) diambil dari konsentrasi hasil uji dilusi tabung yang

menampakkan kejernihan. Pada bakteri Staphylococcus aureus diambil

konsentrasi 25%-50% (25%,30%,35%,40%,45% dan 50%) Pada bakteri

Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 50%-100% (50%,60%,70%,80%,90%

dan 100%) dengan cara:

1. Menyiapkan tabung reaksi, kemudian diisi dengan media NB sebanyak 1 ml,

ditambahkan ekstrak sesuai dengan konsentrasi 1 ml, kemudian ditambahkan

suspensi bakteri sebanyak 1 ml, dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24

jam.

2. Uji konsentrasi hambat minimum (KHM). adalah konsentrasi antimikroba

terendah yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. ditandai dengan

adanya kejernihan (tidak ada bakteri yang tumbuh) pada media tabung setelah

pemberian ektrak pada masing-masing bakteri.

3. Uji konsentrasi bunuh minimum (KBM) sampel di Streak pada media nutrient

agar plate (NAP), sebelum di Streaking atau digores, sampel diencerkan.

Pengenceran di lakukan dengan melihat terlebih dahulu kepadatan sel bakteri

pada kamar hitung (Haemocytometer) dan diamati dengan menggunakan

Mikroskop.

Page 69: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

4. Sampel diencerkan sebanyak 101 102 103 sampai 105 dengan cara mengambil 1

ml sampel kemudian dicampur kedalam larutan NaCL fisiologis 09% sebanyak

9 ml, kemudian divortek.

5. Hasil pengenceran kemudian di Streaking (penggoresan) pada media NAP dan

diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam.

6. Diamati ada tidaknya pertumbuhan (koloni) bakteri dan dilakukan

penghitungan koloni bakteri dengan menggunakan colony counter

3.8.2. Penghitungan Data

Setelah biakan di inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37°C lalu

dilakukan pengamatan biakan bakteri dan dihitung dengan menggunakan Colony

Counter. Biakan yang dihitung Diambil koloni yang tumbuh sesuai dengan

standar plat count yaitu 30-300 koloni per cawan.Adapun cara menghitung koloni

adalah sebagai berikut:

a. Satu koloni dihitung 1 koloni

b. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni

c. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni

d. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2

koloni.

e. Satu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan,

dihitung sebagai 1 koloni

f. Satu koloni yang membentuk satu deretan atau rantai dan terlihat sebagai

satu garis tebal dihitung sebagai 1 koloni

Page 70: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

g. Dari hasil penghitungan yang dilakukan, kemudian dihitung jumlah koloni

per ml dengan cara sebagai berikut:

Faktor pengenceran= pengenceran× jumlah yang diencerkan.

3.9 Analisa data

Data yang diperoleh yaitu data konsentrasi ekstrak daun Binahong dan

jumlah koloni bakteri. Analisis yang digunakan adalah uji statistik one way

ANOVA, Uji Korelasi dan Uji Regresi Linear sederhana. Uji one way ANOVA

digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian berbagai konsentrasi

ekstrak daun Binahong terhadap pertumbuhan jumlah koloni bakteri

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Jika ada pengaruh, maka

dilanjutkan dengan menggunakan uji lanjut LSD (Least Significant Differences).

Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak

daun Binahong terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa maka digunakan uji Korelasi. Sedangkan untuk

mencari kekuatan hubungan yang ada antara peningkatan konsentrasi ekstrak daun

Binahong dengan penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa digunakn uji Regresi linear. Analisis data dilakukan

dengan menggunakan program SPSS for windows versi15.

Page 71: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ekstraksi Sampel

Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen aktif menggunakan

pelarut tertentu. Komponen aktif yang diambil adalah senyawa aktif dalam daun

binahong Anredera cordifolia (Ten) steenis. Metode ekstraksi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah maserasi. Maserasi adalah metode perendaman,

dilakukan dengan cara merendam serbuk sampel dalam pelarut. Pemilihan metode

maserasi dikarenakan senyawa polifenol rentan terhadap panas sehingga tidak

bagus menggunakan metode soxhlet. Penggunaan ekstraksi dengan metode

soxhlet dapat merusak senyawa polifenol dalam daun binahong.

Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etil asetat, kerena

etil asetat merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa semipolar

pada dinding sel seperti aglikon flavanoid (Harbone, 1987). Etil asetat juga adalah

pelarut polar menengah yang volatil, tidak beracun, dan tidak higroskokopis. Etil

asetat dapat menyaring senyawa-senyawa yang dapat memberikan aktivitas

antibakteri diantaranya flavonoid pilohidroksi dan fenol yang lain, (Anonymous,

2005) berdasarkan penelitian Setiaji (2009) telah melakukan ekstraksi pada

rhizome binahong dengan pelarut etil asetat di dapatkan senyawa alkaloid,

saponin, flavonoid dan polifenol.

Masersi dilakukan selama 1x24 jam dan di ulang 3 kali dengan

pengadukan menggunakan Shaker water bath pada kecepatan 120 rpm (rotation

Page 72: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

per minutes). Pengadukan ini bertujuan untuk mempercepat kontak antara sampel

dengan pelarut. Larutan kemudian di saring menggunakan penyaring buchner dan

diperoleh filtrat dengan warna hijau tua kehitaman. Filtrat hasil penyaringan

dipekatkan dengan menggunakan rotary vakum evaporator. Tujuanya adalah

untuk memekatkan ekstrak dan memisahkan antara pelarut dengan senyawa aktif

dalam daun binahong. Hasil dari pemekatan adalah ekstrak pekat yang berbau

seperti jamu, dengan warna hijau kehitaman sebagaimana pada (lampiran 9)

4.2 Identifikasi Golongan Senyawa Aktif.

Uji fitokimia adalah uji kualitatif kandungan senyawa aktif dalam suatu

sampel. Analisis kandungan kimia daun binahong dilakukan Laboratorium Kimia

Universitas Muhammadiyah Malang, dengan melihat ada tidaknya reaksi

pengendapan dan perubahan warna yang terjadi pada uji tabung. Uji fitokimia

dengan metode tabung serta pendeteksian dengan menggunakan

Spectrofotometer, dari hasil uji didapatkan hasil bahwa ekstrak etil asetat daun

binahong mengandung senyawa Flavanoid, Alkaloid dan Polifenol.

Tabel 4.1. Hasil Uji Fitokimia Secara Kualitatif Pereaksi

Golongan senyawa Mayer Dragendrof Mg HCL pekat feCl3 1%. Alkaloid + + flavonoid + + Polifenol +

Keterangan: (+) Menunjukkan Positif

Page 73: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Hasil uji kualitatif alkaloid dilakukan dengan menggunakan reagen mayer

memberikan hasil positif. Ekstrak yang mengandung alkaloid menurut Harbone

(1995) akan membentuk endapan jingga dengan reagen dragendroff membentuk

endapan putih dengan reagen mayer. Endapan terbentuk karena terjadi

pembentukan kompleks antara ion logam dari reagen dengan senyawa alkaloid.

Hasil uji kualitatif golongan senyawa flavanoid dilakukan dengan menggunakan

reagen atau pereaksi. Terjadinya perubahan warna berarti ekstrak positif

mengandung senyawa yang termasuk dalam golongan flavanoid. Reduksi dengan

Mg dan HCL pekat ini menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah

atau jingga pada flavonol, flavanon, flavanonol dan xanton (Robinson, 1985)

sedangkan uji fitokimia positif menunjukkan adanya senyawa polifenol

ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna hijau kehitaman ketika

ditambahkan FeCl3 1 %.

Tabel 4.2 Uji Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong secara Kuantitatif

a. Uji Flavanoid Sampel Ul m smpl abs Flavonoid (ppm) Flavonoid (%) Ekstrak Daun binahong 1 0,213 0,426 96137,33906 9,614

2 0,211 0,422 96137,33906 9,614

b. Alkaloid

Sampel Ul m smpl abs Alkaloid (ppm) Alkaloid (%) Ekstrak Daun

Binahong 1 0,203 0,362 31283,000 3,128

2 0,205 0,357 30501,614 3,050

Page 74: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

c. Uji Polifenol

Sampel Ul m smpl abs Total Polifenolat (ppm)

Total Polifenolat (%)

Ekstrak Daun Binahong

1 0,213 0,463 110005,512 11,001

2 0,207 0,466 113927,517 11,393

4.3. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahon g

4.3.1 Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Daun Binahong Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

Hasil uji pendahuluan penentuan konsentrasi hambat minimum (KHM)

ekstrak daun binahong metode dilusi tabung secara serial dengan perlakuan

konsentrasi yang telah ditambahkan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa dan ekstrak daun binahong setelah diinkubasikan pada

suhu 37°C selama 18-24 jam dan dibandingkan dengan kontrol bakteri dan

kontrol media dengan melihat kekeruhan sampel uji, setelah dilakukan

pengamatan secara kualitatif didapatkan hasil (lihat lampiran 12A) sebagai

berikut:

Tabel. 4.3. Tingkat kekeruhan yang dihasilkan pada media Nutrient Agar oleh koloni bakteri Staphylococcus aureus dalam konsentrasi ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

Konsentrasi Tingkat Kekeruhan Media Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus aureus 100% Bening/ Tidak ada bakteri yang tumbuh 50% Bening/ Tidak ada bakteri yang tumbuh 25% Bening/ Tidak ada bakteri yang tumbuh

12.5% Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh 6,25% Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh 3,125% Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh

Page 75: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Tabel 4.4 Tingkat kekeruhan yang dihasilkan pada media Nutrient Agar oleh koloni bakteri Pseudomonas aureginosa dalam konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

Konsentrasi Tingkat Kekeruhan Media Pertumbuhan Bakteri

Pseudomonas aureginosa 100% Bening/ Tidak ada bakteri yang tumbuh 50% Bening/ Tidak ada bakteri yang tumbuh 25% Agak keruh/ Ada bakteri yang tumbuh

12.5% Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh 6,25% Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh 3,125% Keruh/ Ada bakteri yang tumbuh

Hasil pengamatan ini sulit untuk dievaluasi, karena hasil dari

pengenceran secara dilusi tabung pada konsentrasi 100% sampai dengan 3,125%,

menunjukkan tingkat kekeruhan yang sama pada semua tabung, hal ini

dikarenakan warna dasar dari ekstrak daun binahong adalah hijau kehitaman.

Maka Untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi ekstrak daun binahong

terhadap bakteri Staphylocoocus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dilakukan

Streaking (penggoresan) pada media Nutrient Agar dengan menanamkan I Ose

dari hasil uji dilusi tabung. Setelah dilakukan Streaking didapatkan konsentrasi

hambat minimum (KHM) ekstrak daun binahong Anredera cordifolia (Ten)

Steenis terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi

25%(250mg/ml), sedangkan konsentrasi hambat minimum (KHM) pada bakteri

Pseudomonas aureginosa pada konsentrasi 50% (500mg/ml) yang ditandai

dengan tidak adanya kekeruhan pada cawan. Menurut Taslihan (1986) bahwa

pada medium yang keruh berarti bakteri masih dapat tumbuh, berarti antibiotik

tidak efektif, sedangkan bila medium jernih berarti antibiotik efektif dalam

menghambat pertumbuhan bakteri.

Page 76: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Dari hasil uji pendahuluan kemudian dilakukan uji lanjut untuk

mengetahui konsentrasi bunuh minimum (KBM). Dengan menggunakan

Konsentrasi ekstrak daun binahong dari hasil uji KHM yaitu pada konsentrasi

25% (250 mg/ml) sampai dengan 50% (500mg/ml) untuk bakteri Staphylococcus

aureus. Sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dimulai dari

konsentrasi 50%(500mg/ml) sampai dengan konsentrasi 100% (1000mg/ml).

Untuk pengenceran konsentrasi ekstrak daun binahong (lihat lampiran 2.2.4).

Shulman, et al.,(1994) menjelaskan konsentrasi bunuh minimum (KBM)

ditentukan jika pada plate didapatkan penurunan jumlah koloni bakteri sampai

99,9% dari bakteri asal sub-biakan

Pada uji konsentrasi bunuh minimum (KBM) perlakuan konsentrasi

ekstrak diberi suspensi bakteri sebanyak 1 ml (106) dan diinkubasi pada suhu

37°C selama 18-24 jam. Kemudian diencerkan, Pengenceran di lakukan dengan

melihat terlebih dahulu kepadatan sel bakteri pada kamar hitung

(Haemocytometer) dan diamati dengan menggunakan Mikroskop. Sampel

diencerkan sebanyak 101 102 103 sampai 105 dengan cara mengambil 1 ml sampel

kemudian dicampur kedalam larutan NaCL fisiologis 09% sebanyak 9 ml,

kemudian divortek. Hasil pengenceran di Streaking (gores) pada media NAP dan

diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam, kemudian dihitung jumlah koloniya

dengan menggunakan colony counter.

Page 77: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

4.3.2.Uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak D aun Binahong Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi ekstrak daun Binahong terhadap

pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus pada media Nutrien Agar

plate (NAP) pada tiap perlakuan konsentrasi ekstrak daun binahong (lihat

lampiran 12B). Sedangkan pengaruh konsentrasi ekstrak daun Binahong terhadap

jumlah koloni bakteri Staphylococcus auereus per ml (106) ditunjukkan pada

tabel 4.5. sebagai berikut:

Tabel 4.5 Pengaruh konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106)

Replikasi/Ulangan Rerata Cfu/ml

Konsentrasi Ekstrak Daun

Binahong I II III Kontrol Positif(0%) 301.105 311.105 305.105 305.7717 3,0.107

25% 300.103 303.103 294.103 299.103 3,0.105 30% 297.102 285.102 290.102 290.7687 2,9.104 35% 186.101 179.101 155.101 173.4343 1,7.103 40% 144 129 138 137 1,4.102 45% 37 51 43 43.66667 4,4.101 50% 0 0 0 0 0

Kontrol Negatif 0 0 0 0 0

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah koloni bakteri

Staphylococcus aureus per ml (106) yang dihasilkan pada media NAP berbeda

pada tiap perlakuan konsentrasi. Pada konsentrasi 0% rata-rata jumlah koloni

bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) adalah sebesar 305.7717. jumlah rata-

rata koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) terus mengalami

penurunan. Mulai dari konsentrasi 25%, 30%, 35%, 40%, 45% sampai pada

konsentrasi 50%. Pada konsentrasi 50% tidak didapatkan pertumbuhan bakteri

Page 78: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Staphylococcus aureus per ml (106), ditunjukkan pada media NAP tidak ada

bakteri yang tumbuh.. Pada penelitian ini KBM ekstrak daun Binahong terhadap

bakteri Staphylococcus aureus ditentukan pada konsentrasi 50%. Shulman, et al.,

(1994) menyatakan bahwa konsentrasi bunuh minimum (KBM) ditentukan jika

pada plate tidak menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri atau ada penurunan

99,9% dari inokulum asal pada sub-biakan.

Gambar 4.1 Grafik rerata jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus Per ml (106) dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

Gambar 4.1 menunjukkan variasi konsentrasi ekstrak daun binahong

terhadap jumlah koloni bakteri yang terbunuh memberikan pengaruh yang

berbeda. Pada konsentrasi 30%(300 mg/ml) sampai dengan konsentrasi 50%

(500mg/ml) terjadi penurunan jumlah koloni, dengan rata-rata 29066,670

CFU/ml sampai dengan 0,000 CFU/ml. Sedangkan pada konsentrasi 25% (250

mg/ml) terjadi perbedaan dengan konsentrasi 30% sampai dengan konsentrasi

Page 79: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

50%, jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada konsentrasi 25% rata-rata 299.103

CFU/ml, mendekati jumlah koloni pada kontrol (0%).

Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun

binahong terhadap penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus maka

digunakan uji satatistik parametric one way ANOVA, tetapi sebelum dilakukan

analisa data dengan uji one way ANOVA, maka data terlebih dahulu harus di

lakukan uji kenormalan data dan homogenitas data. Dari hasil uji normalitas

menggunakan uji Kolmogorov-Sminornov (lampiran7A) didapatkan nilai

signifikansi 0,901>p(0,05) yang artinya data berdistribusi normal, setelah itu

dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Lavene (lampiran 7A) didapatkan

nilai signifikansi (0,076>p(0,05) yang artinya bahwa varian data homogen,

dengan hasil tersebut maka dapat dilakukan pengujian lebih lanjut dengan

menggunakan uji one way ANOVA, Kerelasi dan Regresi.

Berdasarkan uji one way ANOVA (lampiran 7A) diketahui bahwa pada

variabel terikat jumlah koloni per ml (106) nilai sig (0,000)<p(0,05) yang berarti

terdapat perbedaan yang bermakna atau ada pengaruh perlakuan konsentrasi

ekstrak daun binahong terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per

(106) yang dihasilkan pada media agar plate (NAP)

Setelah mengetahui bahwa ada perbedaan yang bermakna pada jumlah

koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) yang dihasilkan pada media

nutrient agar plate (NAP) akibat pengaruh perlakuan dari ke-7 variasi konsentrasi

ekstrak daun binahong yang diberikan, kemudian untuk mengetahui konsentrasi

ekstrak daun binahong mana saja yang berbeda dan tidak berbeda pengaruhnya

Page 80: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

terhadap pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus tersebut maka

dilakukan uji LSD/BNT (Lampiran7A) dari hasil uji LSD/BNT didapatkan hasil

bahwa ekstrak daun binahong dengan perlakuan kontrol konsentrasi (0%)

berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 30%, 35%, 40%, 45% dan 50%.

Sedangkan pada konsentrasi 25% berbeda nyata dengan konsentrasi perlakuan

yang lain tetapi tidak berbeda dengan konsentrasi kontrol (0%)

Untuk mengetahui adanya arah, kuat, dan pola hubungan antara pemberian

konsentrasi ekstrak daun binahong dengan jumlah koloni bakteri per ml (106),

maka dilakukan uji Korelasi-Regresi. Dari hasil uji Korelasi-Regresi didaptakan

(r = -0,860) yang artinya terdapat hubungan/korelasi negatif yang kuat antara ke-7

konsentrasi ekstrak daun binahong dengan pertumbuhan koloni bakteri

Staphylococcus aureus per ml (106). Artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak

daun binahong maka jumlah koloni bakteri akan semakin rendah. Besarnya

pengaruh konsentrasi ekstrak daun binahong terhadap jumlah koloni bakteri

Staphylococcus aureus per ml (106) didapat nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,740 artinya kontribusi pemberian ekstrak daun binahong dalam

menurunkan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus adalah sebesar 74%

sedangkan 26% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

hasil penelitian, kemungkinan dapat berasal dari jumlah mikroorganisme, suhu,

keasaman (pH) dan bahan-bahan organik lain.

Page 81: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

4.3.3.Hasil Uji Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Ekstrak Daun Binahong Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Hasil pengamatan pengaruh konsentrasi ekstrak daun Binahong terhadap

pertumbuhan koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa pada media Nutrien Agar

plate (NAP) pada tiap perlakuan konsentrasi ekstrak daun binahong (lihat

lampiran 12C). Sedangkan pengaruh konsentrasi ekstrak daun Binahong terhadap

jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106) ditunjukkan pada

tabel 4.6. sebagai berikut:

Tabel 4.6.Pengaruh konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis terhadap jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106 )

REPLIKASI/ ULANGAN RERATA CFU/ml

Konsentrasi Ekstrak Daun

Binahong I II III

Kontrol Positif(0%) 308.105 333.105 301.105 314.105 3,1.107

50% 295.103 273.103 257.103 275.103 2,8.105

60% 253.102 257.102 283.102 264.435 2,6.104

70% 162.101 169.101 176.101 169.101 1,7.103

80% 121.101 118.101 135.101 124.7677 1,2.103

90% 56 61 77 64.66667 6,5.101 100% 0 0 0 0 0

Kontrol Negatif 0 0 0 0 0

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah koloni bakteri Pseudomonas

aeruginosa per ml (106) yang dihasilkan pada media NAP berbeda pada tiap

perlakuan konsentrasi. Pada konsentrasi 0% rata-rata jumlah koloni bakteri

Pseudomonas aeruginosa per ml (106) adalah sebesar 314.105 CFU/ml. jumlah

rata-rata koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106) terus mengalami

penurunan. Mulai dari konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90% sampai dengan

konsentrasi 100%. Pada konsentrasi 100% tidak didapatkan pertumbuhan koloni

bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106) pada media NAP. ditunjukkan

Page 82: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

dengan jumlah bakteri yang tumbuh adalah (0). Pada penelitian ini KBM ekstrak

daun Binahong terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ditentukan pada

konsentrasi 100%, dimana pada konsentrasi ini jumlah koloni bakteri sebanyak 0

(tidak ada bakteri yang tumbuh). KBM ditentukan jika pada media nutrient agar

plate tidak menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri atau ada penurunan 99,9%

dari inokulum asal pada sub-biakan (Shulman et al, 1994)

Gambar 4.2 Grafik rerata jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa Per ml (106) dengan perlakuan konsentrasi ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

Gambar 4.2 menunjukkan variasi konsentrasi ekstrak daun binahong

terhadap jumlah koloni bakteri yang terbunuh memberikan pengaruh yang

berbeda . Pada konsentrasi 60%(600 mg/ml) sampai dengan konsentrasi 100%

(1000mg/ml) terjadi penurunan jumlah koloni, dengan rata-rata 264.435 CFU/ml

sampai dengan 0 CFU/ml. Sedangkan pada konsentrasi 50% (500mg/ml) rata-rata

jumlah koloninya adalah 275.103 CFU/ml. mendekati jumlah koloni pada kontrol

(0%).

Page 83: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun

Binahong terhadap penurunan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa

maka digunakan uji satatistik parametric one way ANOVA, tetapi sebelum

dilakukan analisa data dengan uji one way ANOVA, maka data terlebih dahulu

harus di lakukan uji kenormalan data dan homogenitas data. Dari hasil uji

normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Sminornov (lampiran7B) didapatkan

nilai signifikansi 0,904>p(0,05) yang artinya data berdistribusi normal, setelah itu

dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Lavene (lampiran7B) didapatkan

nilai sig (0,096>p(0,05) yang artinya bahwa varian data homogen, dengan hasil

tersebut maka data jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa tersebut dapat

dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan uji one way ANOVA,

Korelasi dan Regresi.

Berdasarkan uji one way ANOVA (lampiran 7B) diketahui bahwa pada

variabel terikat jumlah koloni per ml (106) nilai signifikansi (0,000)<p(0,05) dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada jumlah koloni bakteri

Pseudomonas aeruginosa per (106) yang dihasilkan pada media agar plate (NAP)

akibat pengaruh perlakuan dari beberapa konsentrasi ekstrak daun Binahong yang

diberikan.

Setelah mengetahui bahwa ada perbedaan yang bermakna pada jumlah

koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106) yang dihasilkan pada media

Nutrient Agar Plate (NAP) akibat pengaruh perlakuan dari ke-7 variasi

konsentrasi ekstrak daun Binahong yang diberikan, kemudian untuk mengetahui

konsentrasi ekstrak daun Binahong mana saja yang berbeda dan tidak berbeda

Page 84: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

pengaruhnya terhadap pertumbuhan koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa

tersebut maka dilakukan uji LSD/BNT (Lampiran 7) dari hasil uji LSD/BNT,

didapatkan bahwa ekstrak daun Binahong dengan perlakuan kontrol (0%) berbeda

nyata dengan perlakuan konsentrasi 60%, 70%, 80%, 90% dan 100% Sedangkan

pada konsentrasi 50% berbeda nyata dengan konsentrasi perlakuan yang lain

tetapi tidak berbeda nyata dengan konsentrasi kontrol (0%)

Untuk mengetahui adanya arah, kuat, dan pola hubungan antara pemberian

konsentrasi ekstrak daun binahong dengan jumlah koloni bakteri per ml (106),

maka dilakukan uji Korelasi-Regresi. Dari hasil uji Korelasi-Regresi didaptakan

(r = -0,860) yang artinya terdapat hubungan/korelasi negatif yang kuat antara ke-7

konsentrasi ekstrak daun binahong dengan pertumbuhan koloni bakteri

Pseudomonas aeruginosa per ml (106). artinya semakin tinggi konsentrasi ekstrak

daun binahong maka jumlah koloni bakteri akan semakin rendah. Besarnya

pengaruh konsentrasi ekstrak daun binahong terhadap jumlah koloni bakteri

Pseudomonas aeruginosa per ml (106) didapat nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,739 artinya kontribusi pemberian ekstrak daun Binahong dalam

menurunkan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah sebesar 73%

sedangkan 27% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

hasil penelitian, kemungkinan dapat berasal dari jumlah mikroorganisme, suhu,

keasaman (pH) dan bahan-bahan organik lain.

Page 85: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

4.4 Daya Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordiflia (Ten) Steenis Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data diketahui bahwa

ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) sangat berpengaruh

sebagai zat antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

aeruginosa hal ini dapat dilihat dengan adanya tingkat kekeruhan (KHM) dan

jumlah koloni (KBM) sehubungan dengan adanya peningkatan konsentrasi

ekstrak daun binahong. KHM pada bakteri Staphylococcus aureus pada

konsentrasi 25% sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa pada

konsentrasi 50%. Untuk KBM pada bakteri Staphylococcus aureus pada

konsentrasi 50% sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa pada

konsentrasi 100% yang ditunjukkan dengan adanya penurunan pertumbuhan

koloni bakteri 99,9% dari inokulum asal sub biakan.

Hasil analisa data menggunakan oneway ANOVA pada bakteri

Staphylococcus aureus didapatkan hasil yang signifikan sebesar 0,000 (p<0,05)

yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak daun

binahong terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106).

Sedangkan dari hasil uji dengan LSD/BNT dapat diketahui bahwa pada

perbandingan perlakuan ekstrak antara konsentrasi 0% (kontrol) dengan semua

konsentrasi lain didapatkan nilai signifikansi <0,05 yang berarti terdapat

perbedaan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan dan analisa data, maka dapat

disimpulkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong maka jumlah

Page 86: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

koloni bakteri Staphylococcus aureus makin berkurang. Hasil uji Korelasi-

Regresi diperoleh r sebesar -0,860 yang ditandai dengan semakin sedikitnya

jumlah koloni bakteri Staphylococcus aures pada media NAP, artinya terdapat

hubungan/korelasi negatif yang kuat antara ke-7 konsentrasi ekstrak daun

binahong dengan pertumbuhan koloni bakter per ml (106). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera

cordifolia (Ten) Steenis) yang diberikan, maka semakin besar kemampuan

menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus.

Hasil uji Korelasi-Regresi juga didapatkan (R2) sebesar 0,740 artinya

kontribusi pemberian ekstrak daun binahong dalam menurunkan jumlah koloni

bakteri Staphylococcus aureus adalah sebesar 74% sedangkan 26% disebabkan

oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, kemungkinan

dapat berasal dari jumlah mikroorganisme, suhu, keasaman (pH) dan bahan-bahan

organik lain (Pelczar,1998)

Sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa Hasil analisa data

menggunakan oneway ANOVA pada bakteri didapatkan hasil yang signifikan

sebesar 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perlakuan

konsentrasi ekstrak daun binahong terhadap jumlah koloni bakteri Pseudomonas

aeruginosa per ml (106). Sedangkan hasil dari uji LSD/BNT dapat diketahui

bahwa pada perbandingan perlakuan ekstrak antara konsentrasi 0% (kontrol)

dengan semua konsentrasi lain didapatkan nilai signifikansi <0,05 yang berarti

terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan dan analisa data,

maka dapat disimpulkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong maka

Page 87: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa semakin berkurang. Hasil uji

Korelasi- Regresi diperoleh r sebesar (r = -0,860) yang ditandai dengan semakin

sedikitnya jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa pada media NAP,

artinya terdapat hubungan/korelasi negatif yang kuat antara ke-7 konsentrasi

ekstrak daun binahong dengan pertumbuhan koloni bakter per ml (106). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong

(Anredera cordifolia (Ten) Steenis) yang diberikan, maka semakin besar

kemampuan menghambat dan membunuh bakteri Pseudomonas aeruginosa

Hasil uji Korelasi-Regresi juga didapatkan (R2) sebesar 0,739 artinya

kontribusi pemberian ekstrak daun binahong dalam menurunkan jumlah koloni

bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah sebesar 73% sedangkan 27% disebabkan

oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, kemungkinan

dapat berasal dari jumlah mikroorganisme, suhu, keasaman (pH) dan bahan-bahan

organik lain (Pelczar,1998)

Dari hasil pengamatan dan analisa data pada kedua bakteri menunjukkan

bahwa ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) mampu

menghambat dan membunuh kedua bakteri ditunjukkan dengan adanya kekeruhan

dan penurunan jumlah koloni bakteri per ml (106) setelah pemberian konsentrasi

ekstrak daun binahong. Hal ini diduga karena adanya senyawa kimia yang

terkandung dalam ekstrak daun binahong yaitu flavanoid, alkaloid, dan senyawa

polifenol. Berdasarkan hasil uji fitokimia yang dilakukan dengan metode uji

tabung dengan pemberian reagen dan uji kuantitatif dengan spectrophotometer

ditemukan senyawa flavanoid, alkaloid dan flavanoid. Rachmawati (2007) Telah

Page 88: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

melakukan skrining fitokimia daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten ) Steenis

didapatkan kandungan kimia berupa Saponin Triterpenoid, Flavanoid Dan

Minyak Atsiri. Setiaji (2009) juga telah melakukan ekstraksi pada rhizome

binahong dengan pelarut Etil asetat, petroleum eter, dan etanol 70% di dapatkan

senyawa alkaloid, saponin flavonoid dan polifenol.

Dzen dkk, (2003) menjelaskan bahwa mekanisme ketiga bahan aktif ini

adalah bekerja pada bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma. Membran

sitoplasma bakteri sendiri berfungsi mengatur masuknya bahan-bahan makanan

atau nutrisi, apabila membran sitoplasma rusak maka metabolit penting dalam

bakteri akan keluar dan bahan makanan untuk menghasilkan energi tidak dapat

masuk sehingga terjadi ketidakmampuan sel bakteri untuk tumbuh dan pada

akhirnya terjadi kematian. Challem,(1995) juga menjelaskan bahwa senyawa

flavanoid bekerja dengan cara merusak membran sitoplasma kuman dan

mencegah pembelahan sel kuman.

Setiaji (2009) Menjelaskan bahwa ekstrak Etil asetat rhizoma binahong

memiliki aktivitas membunuh terhadap bakteri Staphylococus aureus. aktivitas

antibakteri diduga karena adanya senyawa fenol dalam rhizoma. Fenol merupakan

suatu alkohol yang bersifat asam sehingga disebut juga asam karbolat.

Pertumbuhan kedua bakteri dapat terganggu disebabkan adanya suatu senyawa

fenol yang terkandung dalam ekstrak daun binahong. Kondisi asam oleh senyawa

fenol dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri. Senyawa fenol bekerja

dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak dinding sel bakteri tanpa

dapat diperbaiki lagi sehingga pertumbuhan bakteri terhambat. Senyawa fenol

Page 89: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

juga dapat mempresipitasikan protein secara aktif dan merusak membran sel

melalui mekanisme penurunan tegangan permukaan membran sel (Pelzhar dan

chan,1998) adanya senyawa alkaloid dalam ekstrak daun binahong ini diduga

yang menyebabkan memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang

diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada

sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut.(Robinson, 1991)

Berdarsarkan uji fitokimia ditemukan senyawa polifenol, yang salah

satunya adalah tanin. Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar

mekanisme toksisitas tanin adalah dapat merusak membran sel bakteri, senyawa

astringent tanin dapat menginduksi pembentukan suatu ikatan kompleks terhadap

enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu iktan kompleks tanin

terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri

(Akiyama, et al., 2001) sementara Ajizah, (2004) menjelaskan, aktivitas

antibakteri senyawa tanin adalah dengan cara mengkerutkan dinding sel atau

membran sel, sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat

terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga

pertumbuhanya terhambat atau bahkan mati. Masduki (1996) menyatakan bahwa

tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi proten, karena

diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek

antibakteri tanin antara lain: reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan

destruksi atau inaktivasi fungsi genetik.

Page 90: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi hambat

minimum (KHM) pada bakteri Staphylococcus aureus lebih kecil dari pada

bakteri Pseudomonas aureginosa yaitu pada kadar 25% (250mg/ml) dan

50%(500mg/ml). Begitu juga pada konsentrasi bunuh minimum (KBM)

konsentrasi yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri Staphylococcus aureus

yaitu pada kadar 50%(500mg/ml) lebih rendah dari pada pada bakteri

Pseudomonas aureginosa yaitu pada kadar 100%(1000mg/ml) perbedaan daya

hambat dan daya bunuh ekstrak daun binahong terhadap pertumbuhan koloni

bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aureginosa diduga disebabkan

karena perbedaan komponen dinding selnya. Bakteri Pseudomonas aureginosa

merupakan bakteri gram negatif yang mempunyai struktur dinding sel yang lebih

kompleks dan mengandung komponen lipid yang lebih banyak (11-12%)

dibandingkan dengan struktur dinding sel pada bakteri Staphylococcus aureus

(Gram-positif) dengan demikian, dinding sel bakteri Staphylococcus aureus lebih

mudah dirusak oleh senyawa bioaktif yang terdapat pada ekstrak daun Binahong.

Penghambatan sintesis dinding sel akan menyebabkan dinding sel bakteri

diperlemah dan menjadi lisis, lisisnya sel tersebut dikarenakan tidak berfungsinya

lagi dinding sel yang mempertahankan bentuk dan melindungi bakteri yang

memiliki tekanan osmotik dalam sel yang tinggi. Selain itu, bakteri

Staphylococcus aureus memiliki tekanan osmotik dalam sel 3-5 kali lebih besar

daripada bakteri gram negtif, sehingga lebih mudah mengalami lisis

(Jawetz, et al., 2005) bakteri Pseudomonas aureginosa merupakan bakteri gram

negatif tahan hidup dalam media yang kekurangan zat gizi (Rahayu, 2009).

Page 91: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Selain itu bakteri Pseudomonas aureginosa yang dipakai dalam penelitian ini

adalah bakteri Isolate Pseudomonas aeruginosa Multiresisten. Dalam hal ini,

resistensi multiobat didefinisikan sebagai resistensi terhadap dua atau lebih jenis

antimikroba yang berbeda. Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak

terganggunya sel mikroba oleh antimikroba (Setiabudy dan Gan, 1995) Bakteri

multiresisten obat lebih kuat daripada bakteri yang lain, bakteri multiresten obat

memerlukan produk baru dan memilki potensi antibiotik yang tinggi (Nur Iman,

2009)

4.5. Lingkungan Hidup Bakteri

Dari hasil pengukuran menggunakan kertas lakmus, pH media padat cairan

adalah 7,4. Hal ini berarti pH masih dalam kisaran yang baik untuk pertumbuhan

bakteri. Dwijoseputro (1990), Pada umumnya bakteri dapat tumbuh pada PH

media 5,00- 8,00 dengan ph optimum sekitar 7,00. untuk bakteri pathogen akan

tumbuh baik pada ph netral (Ph7,00). Apabila bakteri itu berada pada kondisi

yang asam, maka pertumbuhanya akan terhambat. Bakteri juga peka terhadap pH

basa tetapi efek secara umum tidak terlalu merusak dibandingkan dengan PH

asam.

4.6. Pemanfaatan Daun Binahong Sebagai Antibakteri Dalam Persepektif Islam

Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang indah, hijau dan banyak

memberi manfaat serta kenikmatan kepada manusia. Banyak ayat al-Qur’an yang

mengajak manusia untuk berfikir dan menyelidiki tumbuh-tumbuhan agar

Page 92: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

mendapat manfaat yang lebih banyak. Allah berfirman dalam surat

An-Nahl ayat 11:

àà ààMMMM ÎÎ ÎÎ6666 // //ΖΖΖΖ ãã ãッƒƒ //// ää ää3333 ss ss9999 ÏÏ Ïϵµµµ ÎÎ ÎÎ//// tt ttíííí öö öö‘‘‘‘ ¨¨ ¨¨““““9999 $$ $$#### šš ššχχχχθθθθ çç ççGGGG ÷÷ ÷÷ƒƒƒƒ ¨¨ ¨¨““““9999 $$ $$#### uu uuρρρρ ŸŸ ŸŸ≅≅≅≅‹‹‹‹ ÏÏ ÏÏ‚‚‚‚ ¨¨ ¨¨ΖΖΖΖ9999 $$ $$#### uu uuρρρρ || ||====≈≈≈≈ uu uuΖΖΖΖ ôô ôôãããã FF FF{{{{ $$ $$#### uu uuρρρρ ÏÏ ÏÏΒΒΒΒ uu uuρρρρ ÈÈ ÈÈ ee ee≅≅≅≅ àà àà2222 ÏÏ ÏÏNNNN≡≡≡≡ tt tt���� yy yyϑϑϑϑ ¨¨ ¨¨VVVV9999 $$ $$#### 33 33 ¨¨ ¨¨ββββ ÎÎ ÎÎ)))) ’’’’ ÎÎ ÎÎûûûû šš šš���� ÏÏ ÏÏ9999≡≡≡≡ ss ssŒŒŒŒ ZZ ZZππππ tt ttƒƒƒƒ UU UUψψψψ 55 55ΘΘΘΘ öö ööθθθθ ss ss)))) ÏÏ ÏÏ jj jj9999 šš ššχχχχρρρρ ãã ãã���� ¤¤ ¤¤6666 xx xx���� tt ttGGGG tt ttƒƒƒƒ ∩∩∩∩⊇⊇⊇⊇⊇⊇⊇⊇∪∪∪∪

“dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam-macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memikirkan”(Q.S. An-Nahl: Ayat 11)

Ayat ini menyebutkan beberapa tanaman yang ditumbuhkan Allah dari

yang paling cepat layu, yang paling panjang usianya dan yang paling banyak

manfaatnya seperti zaitun, kurma dan anggur (Shihab, 2002). Kaum yang

memikirkan akan tanda-tanda kekuasaan-Nya tentu akan dapat mengambil

pelajaran dan manfaat terhadap segala ciptaan-Nya tentu akan dapat mengambil

pelajaran dan manfaat terhadap segala ciptaan-Nya. Sebagaimana memanfaatkan

tanaman Binahong sebagai tanaman obat.

Manusia sebagai makhluk yang berakal mempunyai tugas, kewajiban dan

tanggung jawab terhadap alam sekitarnya. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah

surat Az-zumar ayat 9:

....ö≅è% ö≅yδ “ ÈθtG ó¡ o„ tÏ% ©!$# tβθ çΗs>ôè tƒ tÏ% ©!$# uρ Ÿω tβθ ßϑn= ôètƒ 3 $ yϑ‾Ρ Î) ã�©. x‹ tG tƒ (#θä9 'ρé& É=≈t7 ø9F{$# ∩∪

“....Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39]: 9)

Page 93: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Al-Qur’an memerintahkan kepada manusia untuk memanfaatkan kekayaan

alam dengan cara tidak boleh melakukan pemborosan dan dilarang merusak

sumber alam dan lingkungan hidup. Kekayaan alam ini sebagai sumber kehidupan

bagi kesejahteraan manusia.

Penjelasan lain dalam Al-Qur’an surat Asy-Syu’ara ayat 7:

öΝs9 uρr& (#÷ρt�tƒ ’ n<Î) ÇÚ ö‘ F{$# ö/x. $oΨ ÷Gu;/Ρ r& $pκ�Ïù ÏΒ Èe≅ä. 8l÷ρ y— AΟƒÍ�x. ∩∠∪

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”. (QS Asy-Syu’ara [26]: 7)

Rasulullah SAW telah memberikan petunjuk tentang tata cara mengobati

diri beliau sendiri, keluarga dan para sahabat yaitu dengan menggunakan jenis

obat yang tidak ada campuran bahan kimia. Pengobatan nabi menggunakan tiga

jenis obat yaitu obat alamiah, obat ilahiyah dan kombinasi obat alamiah dan

ilahiyah. Pengobatanya berdasarkan wahyu Allah tentang apa yang bermanfaat

dan yang tidak berbahaya, misalnya melakukan pengobatan dengan tumbuh-

tumbuhan. Pemanfaatan tanaman sebagai obat merupakan salah satu sarana untuk

mengambil pelajaran dan memikirkan tentang kekuasaan Allah dan meneladani

cara pengobatan Nabi (Al-Jauziah, 2008)

Hasil penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong (Anredera

cordifolia (ten) Steenis) menunjukkan bahwa ekstrak daun binahong mempunyai

aktivitas menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aureginosa. Dari hasil penelitian didapatkan konsentrasi hambat

minimum (KHM) ekstrak daun binahong pada bakteri Staphylococcus aureus

Page 94: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

pada konsentrasi 25%(250mg/ml). Sedangkan pada bakteri Pseudomonas

aeruginosa konsentrasi hambat minimum (KHM) pada konsentrasi 50%(500

mg/ml). Pada konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak daun binahong

terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 50%

(500mg/ml) sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa konsentrasi bunuh

minimum (KBM) pada konsentrasi 100%(1000 mg/ml). Ini menjelaskan bahwa

bagian daun tanaman binahong mampu digunakan sebagai bahan alternatif untuk

pengobatan penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

Pemanfaatan tanaman binahong sebagai obat merupakan suatu upaya

untuk mengikuti sunnah Nabi. Kita dianjurkan untuk mengamalkan pengobatan,

sesuai sabda Rasulullah SAW: Dari Usamah Bin Syarik berkata, “ Bahwa saya

pernah berada di sisi Rasulullah SAW, lalu datang sekelompok Arab Badui.

Mereka berkata “Wahai Rasullullah, apakah kami bisa berobat? ”Nabi

menjawab. “Wahai para hamba Allah carilah obat karena sesungguhnya Allah

tidak menciptakan sutu penyakit tanpa menciptakan obatnya, selain satu penyakit

saja ” Mereka bertanya; “Penyakit apakah itu? “ jawab beliau; “ Penyakit usia

tua” (HR. Ahmad) (Mahmud, 2007)

Rasulullah telah bersabda;“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu

penyakit, kecuali Dia menurunkan obat penyembuhnya; obat penyakit diketahui

bagi yang mengetahuinya dan tidak diketahui bagi orang jahil”

Hadist-hadist tersebut menunjukkan bahwa untuk mendapatkan obat suatu

penyakit maka kita harus selalu berusaha dengan memikirkan apa yang telah

diwahyukan oleh Allah sebagai petunjuk bagi kehidupan.

Page 95: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun Binahong terhadap

bakteri Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 25 % yang setara

dengan 250 mg/ml. Sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa KHM

pada konsentrasi 50% setara dengan 500 mg/ml.

2. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun Binahong terhadap bakteri

Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 50% setara dengan 500

mg/ml, sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi

100% setara dengan 1000 mg/ml.

3. Ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis memiliki daya

antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas

aureginosa (p=0.000). semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong,

semakin menekan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (r-0,860) dan

Pseudomonas aureginosa (r-0,860) hal ini menunjukkan bahwa pemberian

konsentrasi ekstrak daun binahong berpengaruh terhadap penurunan jumlah

koloni bakteri Staphylococcus aureus per ml (106) (R2=0,740) dan pada

bakteri Pseudomonas aeruginosa (R2 = 0,739)

Page 96: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

4. Hasil Uji Fitokimia ekstrak etil asetat daun binahong ditemukan senyawa

Polifenol, Alkaloid dan Flavanoid.

5.2. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa saran sebagai berikut:

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan aktif yang terdapat dalam

ekstrak daun binahong untuk pengujian terhadap bakteri lain yang

menyebabkan infeksi.

2. Perlu dilakukan isolasi senyawa yang lebih spesifik yang terkandung dalam

ekstrak daun binahong dengan menggunakan pelarut selain Etil asetat dan

diujikan pada bakteri lain yang Multiresisten selain bakteri Staphylococcus

aureus dan Pseudomonas aureginosa

3. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut secara klinis pada hewan coba untuk

mengetahui lebih luas tentang khasiat daun Binahong.

Page 97: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

DAFTAR PUSTAKA Aulia, I.A 2008.Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanolik

Daun Arbenan (Duchesnea indica (Andr.) Focke) Terhadap Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten Antibiotic Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surakarta : Fakultas Farmasi UMS Surakarta.

Annisa, N. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Daun Binahong (Anredera

scandens (L) Mor) Terhadap Bakteri Klebsiella pneumonia Dan Bacillus substilis ATCC 6633 Beserta Skrining Fitokimia Dengan Uji Tabung. Skripsi Tidak Diterbitkan Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta.

Anasrullah, 2002.Aspek Mikrobiologi Klinik Pada Infeksi Luka Bakar Di RSUD

Dr.Saiful Anwar Malang Periode 1998 -2001.Brawijaya .Fakultas Kedokteran : Skripsi

Anief, M. 1984. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Ansel, C.H.1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. UI Press Arafah, M. 2008. Pengaruh Ekstrak Buah Adas Pahit (Foeniculum Vulgare Mill

Varian Vulgare) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Hemolitik Group A Dengan Metode Broth Dilution Test. Skripsi Tidak Diterbitkan Fakultas Kedokteran UMM Malang.

Akiyama, H. F., K. Iwatsuki, T. 2001. Antibacterial Action Of Several Tennis

Agains Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemoterapy. Vol. 48: 487-91.

Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun

Psidium Guajava L. Bioscientie, VOL 1 NO.1: 31-8 Bernasconi,G.1995. Teknologi kimia I. Penerjemah; Handojo.L,Jakarta:

PT.Prandya Paramitha. Buchanan, R. E. And Gibson, E.E., 1974. Bergey’s manual of determinative of

bacteriology, 8th edition, william and wilkins, baltimore USA. Bonang, G dan koeswardono, E, S. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk

Laboratorium Dan Klinik. Jakarta: PT.Gramedia.

Page 98: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

De padua. 1999. Senyawa Kimia. Http://www.tempo.co.id/medica/arsip/122002/art-3.htm diakses 30 Mei 2009.

Dwidjoseputro, D.1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan: Jakarta. Dzen, M.R. 2003. Bakteriologi Medik edisi pertama. Bayumedia Publishing:

Malang Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan PT. Raja Grafindo Persada:

Jakarta. Faroqi, M.I.H. 2005. Terapi Herbal Cara Islam; Manfaat Tumbuhan Menurut Al-

Qur’an Dan Sunah Nabi. Terjemahan Ahmad Y. Samantho, Jakarta: Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika)

Guenther, E.1987. Minyak Atsiri. Jakarta: penerbit UI. Guenther, E.2006. Minyak Atsiri. Jakarta: penerbit UI. Harborne, J.B.1996. Metode Fitokimia.Bandung:Institut Teknologi Bandung. Hayati, E.K. 2007.Tumbuhan dan Hewan: Alternatif Pengobatan Warisan Budaya

Islam.Al-Harakah.Vol.9.No 1.:1-12. Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A.199I. Mikrobiologi Kedokteran

(Medical Microbiologi) Alih bahasa, Edi Nugroho, R.F.maulani. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta.

Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A. 1996. Mikrobiologi Kedokteran.

Surabaya: Salemba. Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi

Kesehatan.Jakarta :EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jawetz, E. Melnick, J.L dan Adelberg, E.A. 2001. Medical Microbiology Twenty

Second Ed. Buku 1. Terjemahan Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta :Salemba Medika.

Jauhari, T. 1984. Qur’an Dan Ilmu Pengetahuan Modern.Surabaya: Al-Ikhlas. Lisa, N. 2008. Uji Aktivitas In Vitro Levofloksasin Terhadap Isolat

Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa Resisten Multiobat Di RSU Dr. Soetomo Surabaya: Isolat Dari Pasien Infeksi Kulit Dan Infeksi Saluran Kemih. Skripsi Tidak Diterbitkan Surabaya: Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.

Page 99: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Louis, F.G. 2004. Saponin Glicosides .Georges luis @friedli.com,http:www.friedli.com.herbsphytochem.glycosides.html. diakses tanggal 7 Juni 2008.

Lutony, R. 2000. Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh.

Http://www.bi.go.id./sipuk/im/ind/atsiri/pendahuluan.htm. diakses pada tanggal 7 juni 2008.

Lenny, S. 2006. Senyawa flavonoida, fenilflavonoida dan alkaloida. Karya Ilmiah

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara Medan. Mazni, R. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bidara Upas

(Merremia mammosa chois) Terhadap Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli Serta Brine Shrimp Lethality Test. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surakarta: Fakultas Farmasi UMS Surakarta.

Manoi, F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia)(Ten) Steenis Sebagai Obat.

Jurnal Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri.Volume 15 Nomor 1:3.

Mus. 2008. Informasi Spesies Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.

http://www.plantamor.com/spcdtail.php?recid=1387. diakses tanggal 20 April 2009)

Markham, K.R.1998. Cara mengidentifikasi flavanoid. Bandung: penerbit ITB. Maheswari, H. 2002. Pemanfaatan Obat Alami;Potensi Dan Prospek

Pengembangan.http://rudact.tripod.com./sem2_012/hera_maheswari.htm, diakses 20 Februari 2008.

Masduki, I. 1996. Efek Antibakterial Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu)

Terhadap Staphylococcus aureus dan Echerichia coli. Cermin Dunia Kedokteran 109: 21-4.

Nasronuddin. 2007. Penyakit Infeksi Di Indonesia. Solusi Kini Dan Mendatang.

Airlangga University Press: Surabaya. Nur Iman, M. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Bunga Pepaya Jantan

(Carica Papaya L) Terhadap Echerichia coli Dan Staphylococcus aureus Multiresisten Antibiotik. Skripsi Tidak Diterbitkan Surakarta: Fakultas Farmasi UMS Surakarta.

Nurachman, Z. 2002. Artoindonesianin Untuk Antitumor.http.www.chem-istrri.

diakses pada tanggal 1 april 2009.

Page 100: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Pelzhar, M dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta:Universitas Indonesia (UI-Press).

Pelczar, M dan Chan.1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi (Jilid1) Jakarta:UI Press. Suntoyo, W. 1990. Percobaan Perancangan Analisis Dan Interpretasinya. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama Qardhawi, Y.1998. Al-Qur’an Berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuan.

Jakarta: Gema Insani Press. Rachmawati, S. 2007. Studi Makroskopi, Dan Skrining Fitokimia Daun Anredera

Cordifolia (Ten.) Steenis. Skripsi Tidak Diterbitkan Surabaya: Fakultas Farmasi UNAIR Surabaya.

Rochani, N. 2009.Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Daun Binahong (Anredera

cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Candida albicans Serta Skrining Fitokimianya. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surabaya :Fakultas Farmasi UMS Surakarta.

Robinson, T. 1991.Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, diterjemahkan

oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB: Bandung. Setiaji, A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil Asetat Dan

Etanol 70% Rhizoma Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 Dan Escherichia coli ATCC 11229 Serta Skrining Fitokimianya. Skripsi Tidak Diterbitkan. Surakarta : Fakultas Farmasi UMS Surakarta.

Schmid, K. H.1985.Vitamin C Dan Penggunaanya Dewasa Ini.Jakarta:Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Supardi, I. dan Sukamto.1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan Keamanan

Pangan.Bandung: Penerbit Alami. Shihab, M.Q. 2002. Tafsir Al-Misbah; pesan dan keserasian Al-Qur’an volume

11 Dan 15. Jakarta: Lentera Hati. Tshikalange, T.E. 2007. In Vitro Anti-HIV-1 Properties Of Ethnobotanically

Selected South African Plants Used In The Treatment Of Sexually Transmitted Diseases. University Of Pretoria. Journal Of Ethnopharmacology, 96,515-519.

Shulman, P. dan Sommers. 1994. Dasar Biologi & Klinis Penyakit Infeksi Edisi

IV. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 582.

Page 101: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Thomson, R.H. 1993. The Chemistri Of Natural Producst.2 Edition,chapman and hall ltd.glasgow,UK.

Uchida, S. 2003. Production of a digital map of the hazardous conditions of soil

erosion for the sloping lands of West Java, Indonesia using geographic information systems (GIS). JIRCAS. Indonesia. Diakses Tanggal 31 Mei 2009.

Voight, R.. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Soendari, N.S.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Volk and Wheeler. 1993. Mikrobilogi Dasar. Jakarta: Erlangga. Volk and Wheeler. 1998. Mikrobiologi Dasar. Terjemahan .Soenarto

Adisoemarno. Surabaya: Penerbit Erlangga. Wahyono, H. 2007. Peran Mikrobiologi Klinik Pada Penanganan Penyakit

Infeksi.Makalah Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Ilmu Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 28 juli 2007.

Wicaksono, H. 2001. Efek Pemberian Kombinasi Klorokuin dan Asam Askorbat

Terhadap Aktifitas Radikal Bebas Jaringan Hepar Mencit Yang Diinduksi Plasmodium Berghei. Fakultas Kedokteran UB.Tugas Akhir

Wardani, A. K. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Residu Ekstrak Etanolik

Daun Arbenan (Duchesnea indica (Andr) Focke.) Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aureginosa Multiresisten Antibiotik Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi Tidak Diterbitkan Surakarta : Fakultas Farmasi UMS Surakarta.

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum.UMM Press: Malang Yustina, S.H. 2008. Daya Antibacteria Campuran Ekstrak Etanol Buah Adas

(Foeniculum vulgare.Mill) Dan Kulit Batang Pulasari (Alyxia reindwartii BL).Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Yuke, E.Y.S. 2002.Uji Efek Madu Sebagai Antimikroba Terhadap Pseudomonas

Aureginosa Secara In Vitro .Tugas Akhir Tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Kedokteran Unibraw.

Page 102: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram Alir Kerja

Membuat konsentrasi ekstrak daun binahong : 1 Gram ekstrak ditambah aquades 10 ml kemudian di tambah larutan Twen 80 sebanyak 0,001

- Pengenceran serial larutan ekstrak daun binahong - Penanaman biakan bakteri pada tabung reaksi

Di Inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC

mengamati kekeruhan sampel dan dibandingkan dengan kontrol positif, kemudian tentukan KHM (sampel di streak pada media NA)

Uji KBM, sampel di encerkan pada media NaCl 0,9 % sebanyak 9 ml. pengenceran sesuai kepadatan sel

bakteri (106) pada kamar hitung (Haemocytometer) pengamatan menggunakan Mikroskop.

Inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC

Hitung Koloni dengan colony counter dan menentukan KBM

Preparasi sampel daun binahong

Ekstraksi Daun Binahong

Page 103: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Lampiran 2.Skema kerja 2.1 Preparasi Sampel

- Dicuci bersih dan ditiriskan - Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan - Dikeringkan di dalam green house selam 5 hari tidak

terkena sinar matahari secara langsung pada suhu 350C - Dihaluskan menggunakan blender sampai berbentuk

serbuk

Daun Binahong Segar

Sampel

Page 104: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

2.2 .Ekstraksi Daun Binahong Dengan Metode Maserasi

- Sampel dimasukkan Erlenmeyer - Ditambahkan pelarut Etil asetat sebanyak 500 ml - Direndam sambil di Shaker selama 1 jam - Dimaserasi selama 24 jam pada suhu 50º C - Difiltrasi/dipisahkan dengan kertas saring

- Direndam sambil dishaker selama 1 jam

- Dimaserasi selama 24 jam seperti langkah - Difiltrasi/dipisahkan dengan kertas saring

- Direndam sambil dishaker selama 1 jam

- Dimaserasi selama 24 jam - Difiltrasi/dipisahkan dengan

kertas saring

Dibuang

- Filtrat 1,2,3 digabung kemudian di evaporasi dengan Rotary Evaporator Vakum pada suhu 500C

- Ekstrak siap diujikan

200 gr Sampel

Filtrat 1 Residu

Filtrat 2 Residu

Filtrat 3 Residu

Ekstrak Pekat

Page 105: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

2.3. Identifikasi Senyawa Kimia 2.3.1 Uji Alkaloid

- ditambahkan 0,5 mL HCL 2% - ditambahkan 2-3 tetes reagen dragendrof dan 2-3 tetes

mayer 2.3.2 Uji Flavanoid

-ditambah serbuk Mg. 1 ml HCL pekat dan 2 ml amil alkohol

- di kocok kuat-kuat - terjadi perubahan warna, ditunjukkan dengan

imbulnya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amilalkohol

2.3.3 Uji Polifenol

-dilarukan dalam 10 ml air -dipanaskan selama 10 menit - laruan didinginkan dan disaring - filtrate di tetesi dengan FeCl3 sebanyak 3 tetes. - lalu diamati perubahan warnanya. - hasil positif polifenol terbentuk warna hijau kehitaman

Uji Fitokimia secara kualitatatif dan kuantitatif Dilakukan di Lab Kimia UIN MALIKI Malang dan Lab Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.

0,5 gram ekstrak sampel

Hasil

5 ml filtrate

Hasil

0,2 Mg Ekstrak Pekat

Hasil

Page 106: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

2.4 Pengenceran Larutan Ekstrak Daun Binahong 1. Uji Konsentrasi Hambat Minimum (Pendahuluan)

- 1 gram ekstrak pekat daun binahong - diencerkan dengan menggunakan pelarut aquades 10 ml, - kemudian ditambahkan larutan tween 80 sebanyak 100 µL - kemudian divortek sampai homogeny - Kemudian di ujikan dengan pengenceran berseri dari konsentrasi 100%,

50%, 25%, 12,5%, 6,25% dan 3,125% pada masing-masing bakteri.

2. Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Dan Konsentras i Bunuh

Minimum (KBM) • Untuk Uji Pada Bakteri Staphylococcus aureus

- 50% : 0,5 gram ektrak pekat + 9,5 ml aquades

- 45% : 0,45 gram ekstrak pekat + 9,55 ml aquades

- 40% : 0,4 gram ekstrak pekat + 9,6 ml aquades

- 35% : 0,35 gram ektrak pekat + 9,65 ml aquades

- 30% : 0,3 gram ektrak pekat + 9,7 ml aquades

- 25% : 0,25 gram ektrak pekat + 9,75 ml aquades

• Untuk Uji Pada Bakteri Pseudomonas aeruginosa

- 100% : 1 Gram ekstrak pekat + 9 ml aquades

- 90% : 0,9 gram ekstrak pekat+ 9,1 ml aquades

- 80% : 0,8 gram ekstrak pekat + 9,2 ml aquades

- 70% : 0,7 gram ekstrak pekat + 9,3 ml aquades

- 60% : 0,6 gram ekstrak pekat + 9,4 ml aquades

- 50% : 0,5 gram ekstrak pekat + 9,5 ml aquades.

Untuk Seluruh Pengenceran ditambahkan 1 ml larutan dari (campuran aquades 10 ml dan larutan tween 80 sebanyak 100 µL.)

Page 107: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Lampiran 3. Uji Aktivitas Antibakteri 3.1 Pembuatan Media 1. Media Nutrient Agar

- dilarutkan dengan aquades 500 mL dalam Erlenmeyer

- dipanaskan sampai mendidih - dimasukkan dalam beberapa tabung reaksi dan ditutup dg

kapas - disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121° C selama 15

menit. - Diletakkan dalam posisi miring selama 24 jam pada suhu - 37° C

2. Media Nutrient Broth

- dilarutkan dengan aquades 500 mL dalam Erlenmeyer

- dipanaskan sampai mendidih - dimasukkan dalam beberapa tabung reaksi dan ditutup dg

kapas - disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121° C selama 15

menit. - Diletakkan dalam posisi miring selama 24 jam pada suhu - 37° C

Media agar miring

Media agar miring

6 gram nutrient agar

14,5 gram nutrient broth

Page 108: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

3.2 Peremajaan Biakan Bakteri Murni - di goreskan pada media agar padat pada cawan secara aseptis

- Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37° C dalam incubator. - diambil satu koloni, ditumbuhkan dimedia NB dinkubasi selama 24 Pada suhu 37°C kemudian,

-kekeruhan bakteri pada media dibandingka dengan NB tanpa bakteri 3.3 Pembuatan Suspensi Bakteri

- diambil 1 ose, kemudian dilarutkan pada media NaCL fisiologis 0,9% sebanyak 5 ml.

- di vortek biar homogen - dibandingkan dengan standar Mc Farland 108 sel/ml. - diencerkan 100x pada media NaCl fisiologis 0,9% dan

media NB - didapatkan suspensi bakteri sebanyak 106 bakteri sel/ml,

Biakan Murni Bakteri

Peremajaan Bakteri

Hasil peremajaan bakteri

Bakteri siap di ujikan

Page 109: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

3.4 Uji Aktivistas Bakteri Dengan Metode Dilusi Tabung

- Menyiapkan tabung sebanyak 8, 2 kontrol 6 perlakuan - ditambahkan 4 ml media Nutrient Broth - ditambahkan larutan ekstrak dg konsenrasi 100% sebanyak 1 ml - kemudian di encerkan dengam mengambil 1 ml ke setiap tabung - ditambahkan suspensi bakteri sebanya 1 ml pada tiap tabung - diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370 C - diamati kejernihan pada media tabung - di streaking/ di gores pada media NA pada cawan petri - di inkubasikan pada suhu 37° C selama 18-24 jam - diamati pertumhan bakteri untuk hasil KHM

- Menyiapkan tabung sebanyak 8, 2 kontrol 6 perlakuan - ditambahkan 1 ml suspensi biakan bakteri aktif dan dihomogenkan - ditambahkan larutan ekstrak sesuai konsenrasi sebanyak 1 ml - diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370 C - diamati kejernihan pada media tabung - diambil suspensi bakteri sebanyak 1 ml (106) - diencerkan pada media FeCL 0,9% sebanyak 9 ml - di streaking/ di gores pada media NAP pada cawan petri - di inkubasikan pada suhu 37° C selama 18-24 jam - dihitung jumlah koloni menggunakan colony counter

Uji (KHM)

HASIL

Hasil dari KHM

HASIL

Page 110: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Lampiran : 4

Tabel 1. Data pengaruh pemberian konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera cordifoilia (Ten) Steenis) Terhadap Penurunan Jumlah Koloni bakteri Staphylococcus aureus Per ml (106 sel/ml)

Ulangan Konsentrasi

I II III Total Rerata

Kontrol Positif

30100000 31100000 30500000 91700000 30566667

250 mg 300000 303000 294000 897000 299000 300 mg 29700 28500 29000 87200 29066.667 350 mg 1860 1790 1550 5200 1733.3333 400 mg 144 129 138 411 137 450 mg 37 51 43 131 43.666667 500 mg 0 0 0 0 0 Total 30431741 31433470 30824731 92689942 30896647

Tabel 2. Data pengaruh pemberian konsentrasi ekstrak daun binahong (Anredera

cordifoilia (Ten) Steenis) Terhadap Penurunan Jumlah Koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa Per ml (106 sel/ml)

Ulangan Konsentrasi

I II III Total Rerata

Kontrol Positif

30800000 33300000 30100000 94200000 31400000

500 mg 295000 273000 257000 825000 275000 600 mg 25300 25700 28300 79300 26433.33333 700 mg 1620 1690 1760 5070 1690 800 mg 1210 1180 1350 3740 1246.666667 900 mg 56 61 77 194 64.66666667 1000 mg 0 0 0 0 0

Total 31123186 33601631 30388487 95113304 31704434.67

Page 111: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Lampiran 5. Data Penghitungan Analisis Variansi dalam RAL a. Bakteri Staphylococcus aureus 1. Faktor Koreksi (FK) =

=

=

= 4,091 x 1014

2. Menghitung JK

a. JK Total = = (301000002 + 311000002 + ... + 02) – FK

= 2,804 x 1015 - 4,091 x 1014 = 2,395 x 1015

b. JK Perlakuan =

=

= 2,803 x 1015 - 4,091 x 1014

= 2,394 x 1015

c. JK Galat = JK Total – JK Perlakuan = 2,395 x 1015- 2,394 x 1015 = 5,067 x 1011

3. Menghitung db a. db Total = N -1 = 21 -1= 20 b. db Perlakuan = n – 1= 7 – 1 = 6 c. db Galat = db Total – db Perlakuan = 20 – 6 = 14

Page 112: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

4. Menghitung KT

a. KT Perlakuan = = = 3,999 x 1014

b. KT Galat = = = 3,619 x 1010

5. Mencari F hitung = = = 11024,615

6. Mencari BNT

BNT 5% = t (α)(db galat) x

= t (0,05)(14) x

= 2,145 x (155335,19) = 333.160,847

BNT 1% = t (α)(db galat) x

= t (0,01)(14) x

= 2,977 x (155335,19) = 462.408,432

Page 113: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

b. Bakteri Pseudomonas aeruginosa 1. Faktor Koreksi (FK) =

=

=

= 4,308 x 1014

2. Menghitung JK

a. JK Total = = (308000002 + 333000002 + ... + 02) – FK

= 2,964 x 1015 - 4,308 x 1014

= 2,533 x 1015

b. JK Perlakuan =

=

= 2,958 x 1015 - 4,308 x 1014

= 2,527 x 1015

c. JK Galat = JK Total – JK Perlakuan = 2,533 x 1015- 2,527 x 1015

= 5,661 x 1011

3. Menghitung db

a. db Total = N -1 = 21 -1= 20 b. db Perlakuan = n – 1= 7 – 1 = 6 c. db Galat = db Total – db Perlakuan = 20 – 6 = 14

Page 114: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

4. Menghitung KT

a. KT Perlakuan = = =

b. KT Galat = = =

5. Mencari F hitung = = = 1041,753

6. Mencari BNT

BNT 5% = t (α)(db galat) x

= t (0,05)(16) x

= 2,145 x (519190,46) = 1113552,776

BNT 1% = t (α)(db galat) x

= t (0,01)(16) x

= 2,977 x (519190,46) = 1545548,338

Page 115: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Lampiran 6. Analisisa Data Dengan One Wey ANOVA

• Ringkasan ANOVA Pengaruh Ekstrak Daun Binahong terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

SK db JK KT F hit F 5% F 1% Sig Perlakuan 5 2,394 x 1015 3,9902 x 1014 11.024 2,958 4,694 0,000

Galat 12 5,067 x 1011 3,6194 x 1010

Total 17 2,395 x 1015

• Ringkasan ANOVA Pengaruh Ekstrak Daun Binahong Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

SK db JK KT F hit F 5% F 1% Sig Perlakuan 5 2,52732 x 1015 4,2122 x 1014 1041,7525 2,958 4,694 0,000

Galat 12 5,660732 x 1012 4,0434 x 1011

Total 17 2,53298 x 1015

Page 116: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Lampiran 7: Perhitungan Analisa Varian dengan menggunakan SPSS versi 15 A. Bakteri Staphylococcus aureus

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

21

.0000000

.97467943

.124

.124

-.110

.570

.901

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

StandardizedResidual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Test of Homogeneity of Variances

Aktivitas_penghambatan

5.932 6 14 .076

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Oneway

Descriptives

Aktivitas_penghambatan

3 3E+007 503322.29568 290593.3 29316344.77 31816988.56 30100000 31100000

3 299000.0 4582.57569 2645.751 287616.2509 310383.7491 294000.0 303000.0

3 29066.67 602.77138 348.01022 27569.2996 30564.0338 28500.00 29700.00

3 1733.3333 162.58331 93.86752 1329.4540 2137.2127 1550.00 1860.00

3 137.0000 7.54983 4.35890 118.2452 155.7548 129.00 144.00

3 43.6667 7.02377 4.05518 26.2187 61.1147 37.00 51.00

3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

21 4413807 10942178.25 2387779 -567013.0609 9394626.585 .00 31100000

Kontrol Positif

250 mg

300 mg

350 mg

400 mg

450 mg

500 mg

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

ANOVA

Aktivitas_penghambatan

2.4E+015 6 3.990E+014 11024.615 .000

5.1E+011 14 3.619E+010

2.4E+015 20

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 117: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Aktivitas_penghambatan

LSD

30267667* 155335.2 .000 29934505.82 30600827.51

30537600* 155335.2 .000 30204439.15 30870760.85

30564933* 155335.2 .000 30231772.49 30898094.18

30566530* 155335.2 .000 30233368.82 30899690.51

30566623* 155335.2 .000 30233462.15 30899783.85

30566667* 155335.2 .000 30233505.82 30899827.51

-30267667* 155335.2 .000 -30600827.5 -29934505.8

269933.33 155335.2 .104 -63227.5144 603094.1810

297266.67 155335.2 .076 -35894.1810 630427.5144

298863.00 155335.2 .075 -34297.8477 632023.8477

298956.33 155335.2 .075 -34204.5144 632117.1810

299000.00 155335.2 .075 -34160.8477 632160.8477

-30537600* 155335.2 .000 -30870760.8 -30204439.2

-269933.33 155335.2 .104 -603094.1810 63227.5144

27333.333 155335.2 .863 -305827.5144 360494.1810

28929.667 155335.2 .855 -304231.1810 362090.5144

29023.000 155335.2 .854 -304137.8477 362183.8477

29066.667 155335.2 .854 -304094.1810 362227.5144

-30564933* 155335.2 .000 -30898094.2 -30231772.5

-297266.67 155335.2 .076 -630427.5144 35894.1810

-27333.333 155335.2 .863 -360494.1810 305827.5144

1596.33333 155335.2 .992 -331564.5144 334757.1810

1689.66667 155335.2 .991 -331471.1810 334850.5144

1733.33333 155335.2 .991 -331427.5144 334894.1810

-30566530* 155335.2 .000 -30899690.5 -30233368.8

-298863.00 155335.2 .075 -632023.8477 34297.8477

-28929.667 155335.2 .855 -362090.5144 304231.1810

-1596.3333 155335.2 .992 -334757.1810 331564.5144

93.33333 155335.2 1.000 -333067.5144 333254.1810

137.00000 155335.2 .999 -333023.8477 333297.8477

-30566623* 155335.2 .000 -30899783.8 -30233462.2

-298956.33 155335.2 .075 -632117.1810 34204.5144

-29023.000 155335.2 .854 -362183.8477 304137.8477

-1689.6667 155335.2 .991 -334850.5144 331471.1810

-93.33333 155335.2 1.000 -333254.1810 333067.5144

43.66667 155335.2 1.000 -333117.1810 333204.5144

-30566667* 155335.2 .000 -30899827.5 -30233505.8

-299000.00 155335.2 .075 -632160.8477 34160.8477

-29066.667 155335.2 .854 -362227.5144 304094.1810

-1733.3333 155335.2 .991 -334894.1810 331427.5144

-137.00000 155335.2 .999 -333297.8477 333023.8477

-43.66667 155335.2 1.000 -333204.5144 333117.1810

(J) Konsentrasi250 mg

300 mg

350 mg

400 mg

450 mg

500 mg

Kontrol Positif

300 mg

350 mg

400 mg

450 mg

500 mg

Kontrol Positif

250 mg

350 mg

400 mg

450 mg

500 mg

Kontrol Positif

250 mg

300 mg

400 mg

450 mg

500 mg

Kontrol Positif

250 mg

300 mg

350 mg

450 mg

500 mg

Kontrol Positif

250 mg

300 mg

350 mg

400 mg

500 mg

Kontrol Positif

250 mg

300 mg

350 mg

400 mg

450 mg

(I) KonsentrasiKontrol Positif

250 mg

300 mg

350 mg

400 mg

450 mg

500 mg

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level.*.

Page 118: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Aktivitas_penghambatan

Tukey HSD a

3 .0000

3 43.6667

3 137.0000

3 1733.3333

3 29066.67

3 299000.0

3 3E+007

.497 1.000

Konsentrasi500 mg

450 mg

400 mg

350 mg

300 mg

250 mg

Kontrol Positif

Sig.

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

• Notasi LSD/BNT Pengaruh Ekstrak Daun Binahong Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Konsentrasi ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

Rerata Rerata jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per

ml (106) 50 %(500 mg/ml)

45% (450 mg/ml)

40%(400 mg/ml)

35% (350 mg/ml)

30% (300 mg/ml)

25%(250 mg/ml)

Kontrol positif

0,000 a

43,667 a

137,000 a

1733,333 a

29066,670 a

299000,000 b

30566667 b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji LSD/BNT

Page 119: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

B. Bakteri Pseudomonas aeruginosa

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

21

.0000000

.97467943

.124

.124

-.106

.568

.904

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

StandardizedResidual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Test of Homogeneity of Variances

Aktivitas_penghambatan

11.325 6 14 .096

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

Oneway

Descriptives

Aktivitas_penghambatan

3 3E+007 1682260.384 971253.5 27221033.54 35578966.46 30100000 33300000

3 275000.0 19078.78403 11015.14 227605.6731 322394.3269 257000.0 295000.0

3 26433.33 1628.90556 940.44907 22386.9076 30479.7591 25300.00 28300.00

3 1690.0000 70.00000 40.41452 1516.1104 1863.8896 1620.00 1760.00

3 1246.6667 90.73772 52.38745 1021.2617 1472.0717 1180.00 1350.00

3 64.6667 10.96966 6.33333 37.4165 91.9168 56.00 77.00

3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

21 4529205 11253848.39 2455791 -593485.4162 9651895.321 .00 33300000

Kontrol Positif

500 mg

600 mg

700 mg

800 mg

900 mg

1000 mg

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

ANOVA

Aktivitas_penghambatan

2.5E+015 6 4.212E+014 1041.753 .000

5.7E+012 14 4.043E+011

2.5E+015 20

Between Groups

Within Groups

Total

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Page 120: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Post Hoc Tests Multiple Comparisons

Dependent Variable: Aktivitas_penghambatan

LSD

31125000* 519190.5 .000 30011447.22 32238552.78

31373567* 519190.5 .000 30260013.89 32487119.45

31398310* 519190.5 .000 30284757.22 32511862.78

31398753* 519190.5 .000 30285200.55 32512306.11

31399935* 519190.5 .000 30286382.55 32513488.11

31400000* 519190.5 .000 30286447.22 32513552.78

-31125000* 519190.5 .000 -32238552.8 -30011447.2

248566.67 519190.5 .640 -864986.1130 1362119.446

273310.00 519190.5 .607 -840242.7797 1386862.780

273753.33 519190.5 .606 -839799.4463 1387306.113

274935.33 519190.5 .605 -838617.4463 1388488.113

275000.00 519190.5 .605 -838552.7797 1388552.780

-31373567* 519190.5 .000 -32487119.4 -30260013.9

-248566.67 519190.5 .640 -1362119.45 864986.1130

24743.333 519190.5 .963 -1088809.45 1138296.113

25186.667 519190.5 .962 -1088366.11 1138739.446

26368.667 519190.5 .960 -1087184.11 1139921.446

26433.333 519190.5 .960 -1087119.45 1139986.113

-31398310* 519190.5 .000 -32511862.8 -30284757.2

-273310.00 519190.5 .607 -1386862.78 840242.7797

-24743.333 519190.5 .963 -1138296.11 1088809.446

443.33333 519190.5 .999 -1113109.45 1113996.113

1625.33333 519190.5 .998 -1111927.45 1115178.113

1690.00000 519190.5 .997 -1111862.78 1115242.780

-31398753* 519190.5 .000 -32512306.1 -30285200.6

-273753.33 519190.5 .606 -1387306.11 839799.4463

-25186.667 519190.5 .962 -1138739.45 1088366.113

-443.33333 519190.5 .999 -1113996.11 1113109.446

1182.00000 519190.5 .998 -1112370.78 1114734.780

1246.66667 519190.5 .998 -1112306.11 1114799.446

-31399935* 519190.5 .000 -32513488.1 -30286382.6

-274935.33 519190.5 .605 -1388488.11 838617.4463

-26368.667 519190.5 .960 -1139921.45 1087184.113

-1625.3333 519190.5 .998 -1115178.11 1111927.446

-1182.0000 519190.5 .998 -1114734.78 1112370.780

64.66667 519190.5 1.000 -1113488.11 1113617.446

-31400000* 519190.5 .000 -32513552.8 -30286447.2

-275000.00 519190.5 .605 -1388552.78 838552.7797

-26433.333 519190.5 .960 -1139986.11 1087119.446

-1690.0000 519190.5 .997 -1115242.78 1111862.780

-1246.6667 519190.5 .998 -1114799.45 1112306.113

-64.66667 519190.5 1.000 -1113617.45 1113488.113

(J) Konsentrasi500 mg

600 mg

700 mg

800 mg

900 mg

1000 mg

Kontrol Positif

600 mg

700 mg

800 mg

900 mg

1000 mg

Kontrol Positif

500 mg

700 mg

800 mg

900 mg

1000 mg

Kontrol Positif

500 mg

600 mg

800 mg

900 mg

1000 mg

Kontrol Positif

500 mg

600 mg

700 mg

900 mg

1000 mg

Kontrol Positif

500 mg

600 mg

700 mg

800 mg

1000 mg

Kontrol Positif

500 mg

600 mg

700 mg

800 mg

900 mg

(I) KonsentrasiKontrol Positif

500 mg

600 mg

700 mg

800 mg

900 mg

1000 mg

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level.*.

Page 121: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Aktivitas_penghambatan

Tukey HSD a

3 .0000

3 64.6667

3 1246.6667

3 1690.0000

3 26433.33

3 275000.0

3 3E+007

.998 1.000

Konsentrasi1000 mg

900 mg

800 mg

700 mg

600 mg

500 mg

Kontrol Positif

Sig.

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

• Notasi LSD/BNT Pengaruh Ekstrak Daun Binahong Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Konsentrasi ekstrak daun

Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

Rerata jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa

per ml (106) 100% (1000 mg/ml)

90% (900 mg/ml)

80% (800 mg/ml)

70% (700 mg/ml)

60% (600 mg/ml)

50% (500 mg/ml)

Kontrol positif (0%)

0,000 a

64,667 a

1246,667 a

1690,000 a

26433,333 a

275000,000 b

30100000 b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji LSD/BNT

Page 122: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Lampiran 8: Uji Korelasi dan Regresi Linear • Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus per ml (106 sel/ml) Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N jumlah koloni per ml 4413806.8096 11532848.35098 7

konsentrasi ekstrak 321.43 165.472 7

Correlations

jumlah koloni

per ml konsentrasi

ekstrak Jumlah koloni per ml 1.000 -.860 Pearson Correlation

Konsentrasi ekstrak -.860 1.000

Jumlah koloni per ml . .007 Sig. (1-tailed)

Konsentrasi ekstrak .007 .

Jumlah koloni per ml 7 7 N

Konsentrasi ekstrak 7 7

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 konsentrasi

ekstrak(a) . Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: jumlah koloni per ml

Page 123: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate 1 .860(a) .740 .687 6447290.53985

a Predictors: (Constant), konsentrasi ekstrak

b Dependent Variable: jumlah koloni per ml

ANOVA(b)

Model

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 590201769993654.000

1 590201769993654.000

14.199 .013(a)

Residual 207837776526242.700 5 41567555305248.

540

Total 798039546519896.000 6

a Predictors: (Constant), konsentrasi ekstrak

b Dependent Variable: jumlah koloni per ml

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) 23679508.515 5663859.902 4.181 .009 konsentra

si ekstrak -59937.739 15906.599 -.860 -3.768 .013

a Dependent Variable: jumlah koloni per ml

Page 124: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

• Jumlah Koloni Bakteri Pseudomonas aeruginosa per ml (106 sel/ml) Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml 4529204.9524 11849335.04204 7

konsentrasi ekstrak daun binahong 642.86 330.944 7

Correlations

jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml

konsentrasi ekstrak daun

binahong Pearson Correlation jumlah koloni bakteri

Pseudomonas per ml 1.000 -.860

konsentrasi ekstrak daun binahong -.860 1.000

Sig. (1-tailed) jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml . .007

konsentrasi ekstrak daun binahong .007 .

N jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml 7 7

konsentrasi ekstrak daun binahong 7 7

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables Removed Method

1 konsentrasi ekstrak daun binahong(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml

Page 125: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate 1 .860(a) .739 .687 6632064.48501

a Predictors: (Constant), konsentrasi ekstrak daun binahong

b Dependent Variable: jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml

ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean

Square F Sig. 1 Regression 62251904896

4475.000 1 6225190489

64475.000 14.153 .013(a)

Residual 219921396666417.400 5 4398427933

3283.490

Total 842440445630892.000 6

a Predictors: (Constant), konsentrasi ekstrak daun binahong

b Dependent Variable: jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) 24315336.884 5826181.381 4.173 .009 konsentrasi

ekstrak daun binahong

-30778.427 8181.235 -.860 -3.762 .013

a Dependent Variable: jumlah koloni bakteri Pseudomonas per ml

Page 126: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Lampiran 9

• Pengaruh Konsentrasi Ekstrak daun Binahong dengan Penurunan 99,9%

Asal Sub Biakan (0%) Pada Kedua Bakteri Uji

1. Kadar Bunuh Minimum Ekstrak Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten) Steenis pada bakteri Staphylococcus aureus per ml (106 sel/ml) dengan penurunan 99,9% asal sub biakan 0% (kontrol)

Ulangan Konsentrasi

I II III Total Rerata % KBM

Kontrol Positif

30100000 31100000 30500000 91700000 30566667 100 0

250 mg 300000 303000 294000 897000 299000 0.974277 99.02572

300 mg 29700 28500 29000 87200 29066.67 0.09164 99.90836

350 mg 1860 1790 1550 5200 1733.333 0.005756 99.99424

400 mg 144 129 138 411 137 0.000415 99.99959

450 mg 37 51 43 131 43.66667 0.000164 99.99984

500 mg 0 0 0 0 0 0 100

Total 30431741 31433470 30824731 92689942 30896647 0 0

2. Kadar Bunuh Minimum Ekstrak Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten) Steenis pada bakteri Pseudomonas aureginosa per ml (106 sel/ml) dengan penurunan 99,9% asal sub biakan 0% (kontrol)

Ulangan Konsentrasi

I II III Total Rerata % KBM

Kontrol Positif

30800000 33300000 30100000 94200000 31400000 100 0

500 mg 295000 273000 257000 825000 275000 0.875796 99.1242

600 mg 25300 25700 28300 79300 26433.33 0.084183 99.91582

700 mg 1620 1690 1760 5070 1690 0.005382 99.99462

800 mg 1210 1180 1350 3740 1246.667 0.00397 99.99603

900 mg 56 61 77 194 64.66667 0.000206 99.99979

1000 mg 0 0 0 0 0 0 100

Total 31123186 33601631 30388487 95113304 31704435 0 0

Page 127: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Lampiran 10: Alat Dan Bahan Penelitian

Timbangan Analitik

Blender

Penyaring Buchner

Rotary Evaporator Vakum

Sheker

oven

Bahan-Bahan Penelitian

Alat-Alat Gelas Penelitian

Page 128: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Inkubator

Autoklaf

Colony Counter

Vortek

Hotplate/Stirrer

Alat Uji Antibakteri

Page 129: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Lampiran 11. Ekstraksi Secara Maserasi Daun Binahong Anredera cordifolia (Ten) Steenis.

Serbuk Daun Binahong

Maserasi Ekstrak etil Asetat

Ekstrak Daun Binahong di Shaker

Penyaringan Ekstrak Daun Binahong

Ekstrak di Rotary Evaporator vakum

Ekstrak Pekat Etil Asetat Daun Binahong

Page 130: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

Lampiran 12 : A. Hasil Uji KHM (Konsentrasi hambat minimum)

Uji dilusi bakteri S.aureus

Uji dilusi bakteri P.aureginosa

Penanaman bakteri pada media NA

Penanaman bakteri pada media NA

Uji tween pada bakteri S.aureus

Uji tween pada bakteri P.aureginosa

Page 131: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

B. Hasil Uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) Bakteri Staphylococcus aureus

Uji Dilusi Tabung

Kontrol positif

Page 132: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf

C.Hasil Uji Kadar bunuh minimum (KBM) Bakteri Pseudomonas aureginosa

Page 133: 03520025-mufid-khunaifi Daun binahong-PA.pdf