02.perancsisinf-peranc.sistem.informasi
TRANSCRIPT
8/2/2019 02.PerancSisInf-Peranc.sistem.informasi
http://slidepdf.com/reader/full/02perancsisinf-perancsisteminformasi 1/8
Perancangan Sistem Informasi
Copyleft©tsetiaji halaman 1
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI
Pada materi ini akan disampaikan mengenai Konsep Perancangan dengan Pendekatan/
Metodologi Terstruktur dan Berorientasi Objek dan dapat membedakan keduanya serta dapatmemhami alat bantu perancangan sistem pada masing-masing pendekatan/metodologi.
SDLC (System Development Life Cycle)
SDLC (Systems Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan Sistem) adalah suatu proses
pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk
mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer
atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem
perangkat lunak, yang terdiri dari beberapa tahapan : rencana(planning), analisa (analysis),
desain (design), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan pengelolaan(maintenance). Konsep SDLC mendasari berbagai jenis metodologi pengembangan perangkat
lunak. Metodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan
pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan perangkat lunak.
Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang paling banyak digunakan, yakitu : siklus hidup
sistem tradisional (traditional system life cycle), siklus hidup menggunakan protoyping (life cycle
using prototyping), dan siklus hidup sistem orientasi objek (object-oriented system life cycle).
System Development Life Cycle (SDLC) adalah tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh
analis sistem dan programmer dalam membangun sistem informasi. Langkah yang digunakan
meliputi :
1. Melakukan survei dan menilai kelayakan proyek pengembangan sistem informasi
2. Mempelajari dan menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan
3. Menentukan permintaan pemakai sistem informasi
4. Memilih solusi atau pemecahan masalah yang paling baik
5. Menentukan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
6. Merancang sistem informasi baru
7. Membangun sistem informasi baru
8. Mengkomunikasikan dan mengimplementasikan sistem informasi baru
9. Memelihara dan melakukan perbaikan/peningkatan sistem informasi baru bila
diperlukan
Secara global definisi System Development Life Cycle (SDLC) dapat dikatakan sebagai suatu
proses berkesinambungan untuk menciptakan atau merubah sebuah sistem, merupakan sebuah
model atau metodologi yang digunakan untuk melakukan pengembangan sistem. Dapat
8/2/2019 02.PerancSisInf-Peranc.sistem.informasi
http://slidepdf.com/reader/full/02perancsisinf-perancsisteminformasi 2/8
8/2/2019 02.PerancSisInf-Peranc.sistem.informasi
http://slidepdf.com/reader/full/02perancsisinf-perancsisteminformasi 3/8
Perancangan Sistem Informasi
Copyleft©tsetiaji halaman 3
metodologi ini memungkinkan
sesedikit mungkin perubahan
dilakukan pada saat proyek
berlangsung. Namun,
metodologi ini juga mempunyai
beberapa kelemahan,
diantaranya desain harus
komplit sebelum programming
dimulai, serta jika terjadi fase
yang terlewati, maka biaya yang
akan ditimbulkan akan lumayan
besar.
Bagian dari metodologi ini antara lain Waterfall Modeling dan Parallel Development . Berbeda
dengan Waterfall Modeling, Parallel Development memungkinkan beberapa fase dilakukan
secara bersama-sama untuk mempersingkat waktu.
Rapid Application Development (RAD)
Metodologi ini
melakukan beberapa
penyesuaian
terhadap SDLC pada
beberapa bagian
sehingga lebih cepat
untuk sampai ke
tangan pengguna.
metodologi ini
biasanya
mensyaratkan
beberapa teknik dan
alat2 khusus agar
proses bisa cepat,
misalnya melakukan sesi joint application development (JAD), penggunaan alat-alat computer
aided software engineering (CASE Tools), kode generator dan lain-lain.
Beberapa kategori RAD misalnya Phased Development , Prototyping dan Throw-away
Prototyping. Phased Development membagi sistem secara keseluruhan menjadi beberapa versi
sistem. Setelah desain untuk versi pertama selesai maka akan dilanjutkan ke implementasi.
Setelah versi pertama terselesaikan, maka pengembang akan memulai lagi ke versi selanjutnya.
8/2/2019 02.PerancSisInf-Peranc.sistem.informasi
http://slidepdf.com/reader/full/02perancsisinf-perancsisteminformasi 4/8
Perancangan Sistem Informasi
Copyleft©tsetiaji halaman 4
Metodologi prototyping
melakukan analisis,
desain dan implementasi
secara bersamaan,
kemudian dilakukan
secara berulang-ulang
untuk mendapat review
dari pengguna. Sebuah
prototiping adalah
sebuah sistem dalam
fungsi yang sangat
minimal.
Sedangkan metodologi Throwaway Prototyping hampir sama dengan metodologi Prototyping.
Perbedaannya bahwa pada metodologi ini, analisis dilakukan lebih mendalam lagi.
Agile Development
Bisa dikatakan ini merupakan metodologi yang lebih cepat dalam pengembangan sebuah sistem
informasi. Metodologi ini melakukan perampingan pada proses pemodelan dan pembuatan
dokumentasi. Pengembangan metodologi ini adalah eXtreme Programming dan Scrum.
Keuntungan menggunakan teknik extreme programming.
a) Menjalin Komunikasi yang Baik dengan Klien.
b) Meningkatkan Komunikasi dan Sifat Saling Menghargai antar Developer.
8/2/2019 02.PerancSisInf-Peranc.sistem.informasi
http://slidepdf.com/reader/full/02perancsisinf-perancsisteminformasi 5/8
Perancangan Sistem Informasi
Copyleft©tsetiaji halaman 5
Kelemahan menggunakan teknik extreme programming:
a) Developer harus selalu siap dengan perubahan karena perubahan selalu diterima.
b) Tidak bisa membuat kode yang detail di awal (prinsip simplicity dan juga anjuran untuk
melakukan apa yang diperlukan hari itu juga).
Perancangan Terstruktur (Structured Analisys and Design / SSAD)
Metode ini diperkenalkan pada tahun 1970, yang merupakan hasil turunan dari pemrograman
terstruktur. Metode pengembangan dengan metode terstruktur ini terus diperbaiki sampai
akhirnya dapat digunakan dalam dunia nyata.
Perancangan ini bertujuan untuk membuat model SOLUSI terhadap PROBLEM yang sudah
dimodelkan secara lengkap pada tahap analisis terstruktur. Ada empat kegiatan perancangan
yang harus dilakukan, yaitu:
1. Perancangan arsitektural; kita merancang struktur modul P/L dengam mengacu pada model
analisis yang sesuai (DFD). Langkahnya adalah: mengidentifikasi jenis aliran (transform flow
atau transaction flow), menemukan batas-batas aliran (incoming flow dan outgoing flow),
kemudian memetakannya menjadi striktur hirarki modul. Selanjutnya, kita alokasikan fungsi-
fungsi yang harus ada pada modul-modul yang tepat.
2. Perancangan data; kita merancang struktur data yang dibutuhkan, serta merancang skema
basisdata dengan mengacu pada model analisis yang sesuai (ERD).
3. Perancangan antarmuka; kita merancang antarmuka P/L dengan pengguna, antarmuka
dengan sistem lain, dan antarmuka antar-modul.
4. Perancangan prosedural; kita merancang detil dari setiap fungsi pada modul. Notasi yang
digunakan bisa berupa flow chart, algoritma, dan lain-lain
Pastikan bahwa model perancangan yang dibuat sudah mengakomodasi kebutuhan non
fungsional.
Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan metode perancangan terstruktur :
Kelebihan
a) Milestone diperlihatkan dengan jelas yang memudahkan dalam manajemen proyek
b) SSAD merupakan pendekatan visual, ini membuat metode ini mudah dimengerti oleh
pengguna atau programmer.c) Penggunaan analisis grafis dan tool seperti DFD menjadikan SSAD menjadikan bagus
untuk digunakan.
d) SSAD merupakan metode yang diketahui secara umum pada berbagai industry.
e) SSAD sudah diterapkan begitu lama sehingga metode ini sudah matang dan layak untuk
digunakan.
f) SSAD memungkinkan untuk melakukan validasi antara berbagai kebutuhan
8/2/2019 02.PerancSisInf-Peranc.sistem.informasi
http://slidepdf.com/reader/full/02perancsisinf-perancsisteminformasi 6/8
Perancangan Sistem Informasi
Copyleft©tsetiaji halaman 6
g) SSAD relatif simpel dan mudah dimengerti.
Kekurangan
a) SSAD berorientasi utama pada proses, sehingga mengabaikan kebutuhan non-
fungsional.
b) Sedikit sekali manajemen langsung terkait dengan SSAD
c) Prinsip dasar SSAD merupakan pengembangan non-iterative (waterfall), akan tetapi
kebutuhan akan berubah pada setiap proses.
d) Interaksi antara analisis atau pengguna tidak komprehensif, karena sistem telah
didefinisikan dari awal, sehingga tidak adaptif terhadap perubahan (kebutuhan-
kebutuhan baru).
e) Selain dengan menggunakan desain logic dan DFD, tidak cukup tool yang digunakan
untuk mengkomunikasikan dengan pengguna, sehingga sangat sulit bagi pengguna untuk
melakukan evaluasi.
f) Pada SAAD sulit sekali untuk memutuskan ketika ingin menghentikan dekomposisi dan
mliai membuat sistem.
g) SSAD tidak selalu memenuhi kebutuhan pengguna.
h) SSAD tidak dapat memenuhi kebutuhan terkait bahasa pemrograman berorientasi
obyek, karena metode ini memang didesain untuk mendukung bahasa pemrograman
terstruktur, tidak berorientasi pada obyek (Jadalowen, 2002).
Perancangan Berbasis Objek (Object-oriented Analysis and Design / OOAD)
Metode OOAD melakukan pendekatan terhadap masalah dari perspektif obyek, tidak pada
perspektif fungsional seperti pada pemrograman terstruktur. Akhir-akhir ini penggunakan OOAD
meningkat dibandingkan dengan pengunaan metode pengembangan software dengan metode
tradisional. Sebagai metode baru dan sophisticated bahasa pemrograman berorientasi obyek
diciptakan, hal tersebut untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pendekatan berorientasi
obyek pada aplikasi bisnis.
Metode pengembangan perangkat lunak berorientasi objek yang sudah dikenal, dan
diantaranya adalah :
Object Oriented Analysis (OOA) dan Object Oriented Design (OOD) dari Peter Coad dan
Edward Yourdon [1990]. Object Modeling Technique (OMT) dan James Rumbaugh, Michael Blaha, William
Premerlan, Frederick Eddy dan William Lorensen [1991].
Object Oriented Software Engineering (OOSE) dan Ivar Jacobson [1992].
Booch Method dan Grady Booch [1994].
Sritrop dan Steve Cook dan John Daniels [1994].
8/2/2019 02.PerancSisInf-Peranc.sistem.informasi
http://slidepdf.com/reader/full/02perancsisinf-perancsisteminformasi 7/8
Perancangan Sistem Informasi
Copyleft©tsetiaji halaman 7
UML (Unified Modeling Language) dari James Rumbaugh. Grady Booch dan Ivar Jacobson
[1997].
Metodologi pengembangan sistem berorientasi objek mempunyai tiga karakteristik utama,
yaitu:
1. Encapsulation
Encapsulation merupakan dasar untuk pembatasan ruang lingkup program terhadap
data yang diproses.
Data dan prosedur atau fungsi dikemas bersama-sama dalam suatu objek, sehingga
prosedur atau fungsi lain dari luar tidak dapat mengaksesnya.
Data terlindung dari prosedur atau objek lain, kecuali prosedur yang berada dalam objek
itu sendiri.
2. Inheritance
Inheritance adalah teknik yangmenyatakan bahwa anak dari objek
akan mewarisi data/atribut dan
metode dari induknya langsung. Atribut
dan metode dari objek dari objek induk
diturunkan kepada anak objek,
demikian seterusnya.
Inheritance mempunyai arti bahwa
atribut dan operasi yang dimiliki
bersama di antara kelas yangmempunyai hubungan secara hirarki.
Inheritance menggambarkan generalisasi sebuah kelas.
3. Polymorphism
Polimorfisme yaitu konsep yang menyatakan bahwa sesuatu yang sama dapat
mempunyai bentuk dan perilaku berbeda.
Kemampuan objek-objek yang berbeda untuk melakukan metode yang pantas dalam
merespon message yang sama.
Seleksi dari metode yang sesuai bergantung pada kelas yang seharusnya menciptakan
objek.
Kelebihan dan kekurangan dari metode perancangan ini adalah sebagai berikut :
Kelebihan
o Dibandingkan dengan metode SSAD, OOAD lebih mudah digunakan dalam pembangunan
sistem
8/2/2019 02.PerancSisInf-Peranc.sistem.informasi
http://slidepdf.com/reader/full/02perancsisinf-perancsisteminformasi 8/8
Perancangan Sistem Informasi
Copyleft©tsetiaji halaman 8
o Dibandingkan dengan SSAD, waktu pengembangan, level organisasi, ketangguhan,dan
penggunaan kembali (reuse) kode program lebih tinggi dibandingkan dengan metode
OOAD (Sommerville, 2000).
o Tidak ada pemisahan antara fase desain dan analisis, sehingga meningkatkan komunikasi
antara user dan developer dari awal hingga akhir pembangunan sistem.
o Analis dan programmer tidak dibatasi dengan batasan implementasi sistem, jadi desain
dapat diformliasikan yang dapat dikonfirmasi dengan berbagai lingkungan eksekusi.
o Relasi obyek dengan entitas (thing) umumnya dapat di mapping dengan baik seperti
kondisi pada dunia nyata dan keterkaitan dalam sistem. Hal ini memudahkan dalam
mehami desain (Sommerville, 2000).
o Memungkinkan adanya perubahan dan kepercayaan diri yang tinggi terhadap
kebernaran software yang membantu untuk mengurangi resiko pada pembangunan
sistem yang kompleks (Booch, 2007).
o Encapsliation data dan method, memungkinkan penggunaan kembali pada proyek lain,
hal ini akan memperingan proses desain, pemrograman dan reduksi harga.
o OOAD memungkinkan adanya standarisasi obyek yang akan memudahkan memahami
desain dan mengurangi resiko pelaksanaan proyek.
o Dekomposisi obyek, memungkinkan seorang analis untuk memcah masalah menjadi
pecahan-pecahan masalah dan bagian-bagian yang dimanage secara terpisah. Kode
program dapat dikerjakan bersama-sama. Metode ini memungkinkan pembangunan
software dengan cepat, sehingga dapat segera masuk ke pasaran dan kompetitif. Sistem
yang dihasilkan sangat fleksibel dan mudah dalam memelihara.
Kekurangano Pada awal desain OOAD, sistem mungkin akan sangat simple.
o Pada OOAD lebih fockus pada coding dibandingkan dengan SSAD.
o Pada OOAD tidak menekankan pada kinerja team seperti pada SSAD.
o Pada OOAD tidak mudah untuk mendefinisikan class dan obyek yang dibutuhkan sistem.
o Sering kali pemrogramam berorientasi obyek digunakan untuk melakukan anlisisis
terhadap fungsional siste, sementara metode OOAD tidak berbasis pada fungsional
sistem.
o OOAD merupakan jenis manajemen proyek yang tergolong baru, yang berbeda dengan
metode analisis dengan metode terstruktur. Konsekuensinya adalah, team developerbutuh waktu yang lebih lama untuk berpindah ke OOAD, karena mereka sudah
menggunakan SSAD dalam waktu yang lama ( Hantos, 2005).
o Metodologi pengembangan sistem dengan OOAD menggunakan konsep reuse. Reuse
merupakan salah satu keuntungan utama yang menjadi alasan digunakannya OOAD.
Namun demikian, tanpa prosedur yang emplisit terhadap reuse, akan sangat sliit untuk
menerapkan konsep ini pada skala besar (Hantos, 2005).