02_19b.alsin_
DESCRIPTION
alat dan mesinTRANSCRIPT
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1186
STUDI HACCP PADA PROSES PRODUKSI BUBUR BUAH
(PUREE) MANGGA SKALA PILOT
Widaningrum, Ira Mulyawanti dan Setyadjit
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen pertanian
ABSTRAK
Salah satu agroindustri pengolahan pascapanen pertanian adalah agroindustri jus buah-buahan. Jus
buah-buahan merupakan buah-buahan yang diproses sedemikian rupa sehingga sangat baik
dikonsumsi untuk kesehatan tubuh. Saat ini industri minuman di Indonesia telah berkembang
demikian pesat, salah satu faktor yang mendukung hal tersebut yaitu ketersediaan bahan baku
buah-buahan, salah satu diantaranya yaitu buah mangga. Penelitian ini bertujuan untuk merancang
sistem panduan HACCP yang sesuai untuk pengolahan bubur buah (puree) mangga skala pilot
sebagaimana direkomendasikan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Penyusunan rancangan
HACCP ini berdasarkan pada 7 Prinsip dan 12 Langkah dalam sistem panduan HACCP. Hasil
memperlihatkan bahwa produksi puree mangga skala pilot memiliki bahaya fisik (busuk pangkal,
buah seperti berkapang dan kontaminasi benda asing), bahaya kimia (residu pestisida), dan bahaya
mikrobia (infestasi serangga dan patogen dari operator seperti Streptococcus serta dari sumber air
seperti Koliform dan Shigella). Oleh karena itu, penerapan sistem HACCP pada pengolahan puree
mangga skala pilot sangat penting dalam tujuannya meningkatkan mutu dan menjamin keamanan
puree mangga untuk langsung dikonsumsi oleh konsumen atau diolah lebih lanjut menjadi
bermacam-macam produk olahannya.
Kata kunci: puree mangga, HACCP, proses produksi
ABSTRACT
One of agriculture postharvest processing agroindustry is fruit juice agroindustry. Fruit juice is
processed fruits which good to be consumed for body healthy. Nowadays beverage industry in
Indonesia has growth in a large number. Particular factor which support it is ingredients readiness
especially many kinds of fruits, one among them are mangoes. The aim of this study is to assess
the HACCP system guidelines which is suitable for pilot-scale mangoes puree processing for its
application which is recommended by Indonesian National Standard (SNI). The arranging of
HACCP plan in pilot-scale mangoes puree processing based on 7 principles and 12 steps of
HACCP system guidelines. Results of the study has shown that both ingredients and lines
production of mangoes puree processing have physical hazard (scab, sooty mold and others filth),
chemical hazard (pesticides residue) and microbiological hazard (insect infestation and pathogens
from operators and water source like Streptococcus, Coliform and Shigella). Therefore, applying
HACCP system in pilot-scale mangoes puree processing is quite necessary to improve its quality
and guarantee the safety of mangoes puree both for direct consumption and to be processed into
several processed products.
Key words: mangoes puree, HACCP, process
PENDAHULUAN
Produksi buah-buahan di Indonesia melimpah pada saat panen raya. Demikian
pula produksi buah mangga. Setiap panen terdapat buah mangga yang masuk kategori
berkualitas rendah apabila dipasarkan sebagai buah segar. Karena tingginya suplai pada
musim panen maka harganya pun murah. Industri pengolahan buah diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambahnya. Industri pengolahan buah-buahan dengan teknologi
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1187
praktis, ekonomis, dan dapat diterapkan diharapkan dapat memberi peluang kepada petani
dan pelaku agribisnis lainnya dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.
Teknologi proses yang dilakukan merupakan teknologi praktis, ekonomis, dan
dapat diterapkan di industri kecil dan menengah. Kegiatan guna mendapatkan teknologi
pengolahan buah, penyediaan alat, dan peluang penempatan industri pengolahan buah di
sentra produksi mangga diharapkan menjadi sumbangan bidang iptek dalam mendorong
timbulnya industri kecil dan menengah sebagai lapangan kerja yang dapat memberikan
penghasilan tambahan bagi petani dan pelaku agribisnis. Salah satu pemanfaatan buah
mangga yang jumlahnya melimpah saat panen raya adalah dengan mengolahnya menjadi
bubur buah (puree) sebagai produk antara dan selanjutnya dapat diteruskan melalui
proses pengolahan lebih lanjut sebagai bahan pembuatan kue, puding, atau diminum
langsung dengan menambahkan air sehingga manfaat buah tersebut dapat dirasakan oleh
konsumen/penggunanya.
Buah mangga merupakan salah satu jenis buah-buahan populer di Indonesia
yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman mangga tumbuh dengan baik hampir di seluruh
daerah di Indonesia, yang sebagian besar (70%) berada di pulau Jawa. Kabupaten
Indramayu merupakan salah satu sentra produksi di Jawa Barat disamping Cirebon dan
Ciamis. Daerah lain yang merupakan sentra produksi mangga adalah Jawa Timur
(Purbolinggo, Pasuruan dan Kediri), Jawa Tengah (Blora, Gunung Kidul, dan Kudus).
Ketersediaan buah mangga untuk bahan industri dapat dipenuhi terutama pada bulan-
bulan musim panen. Produksi buah mangga dibagi dalam 4 (empat) triwulan dengan
jumlah produksi paling besar sekitar bulan September, Oktober, November dan Desember.
Jenis-jenis mangga yang terdapat di Indonesia diantaranya adalah mangga Golek,
Arumanis, Gedong, Cengkir, Kweni, dan lain-lain. Semua jenis mangga tersebut dapat
diolah menjadi puree mangga dengan memperhatikan keseragaman dalam kematangan
atau umur petiknya agar dapat dihasilkan puree dengan kualitas yang optimal.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian pada tahun
2002-2003 telah melakukan penelitian untuk membantu petani buah-buahan
meningkatkan nilai tambah produk olahan dari buah mangga pada saat panen raya dengan
mengubah bentuk buah mangga tersebut menjadi puree sehingga dapat memperpanjang
umur simpannya. Penelitian ini telah berlanjut kepada hubungan kemitraan dengan CV.
Promindo Utama di Cirebon sebagai UKM yang melakukan pengolahan buah mangga.
Berbagai terobosan telah dilakukan oleh kedua belah pihak, namun peluang puree
mangga untuk menjadi komoditas nasional masih mengalami hambatan; antara lain
kualitas yang beragam, umur simpan yang relatif singkat, dan pemasaran yang masih
terbatas. Hal ini terjadi karena sampai saat ini UKM puree mangga belum mempunyai
sistem jaminan mutu dan keamanan pangan. Padahal sebagai minuman yang
menyehatkan, sudah seharusnya puree mangga yang dapat diolah menjadi bermacam-
macam produk olahan terjamin keamanannya sehingga tidak membahayakan bagi
kesehatan manusia.
Sistem HACCP adalah alat yang tepat untuk menetapkan sistem pengendalian
karena berfokus pada pencegahan daripada pengujian produk akhir. Sistem HACCP
adalah suatu piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang
memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian besar pengujian produk
akhir (end product testing) atau suatu sistem pencegahan untuk keamanan pangan.
HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer sampai pada
konsumsi akhir dan penerapannya harus dipandu oleh bukti secara ilmiah terhadap resiko
kesehatan manusia (SNI 01-4852-1998). Namun demikian diperlukan kajian sistem
HACCP yang sesuai dengan kondisi usaha pengolahan puree mangga, sehingga sistem ini
dapat dilaksanakan oleh industri puree mangga skala UKM.
BAHAN DAN METODE
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1188
Studi HACCP pada proses produksi puree mangga skala pilot ini menggunakan Panduan
Penyusunan Rancana HACCP (BSN-Pedoman 1004-1999). Alat bantu lain yang
digunakan adalah daftar bahan baku dan bahan penunjang, bagan alir proses produksi,
tabel penentuan tingkat resiko dan CCP decision tree (pohon keputusan CCP).
Sedangkan proses penyusunannya sendiri, mengikuti 7 prinsip sistem HACCP yang
direkomendasikan oleh Standar Nasional Indonesia (1998) yang dikeluarkan oleh BSN
(1999), meliputi:
1. Prinsip 1: Analisis bahaya dan pencegahannya 2. Prinsip 2: Identifikasi Critical Control Points (CCPs) di dalam proses 3. Prinsip 3: Menetapkan batas kritis untuk setiap CCP 4. Prinsip 4: Menetapkan cara pemantauan CCP 5. Prinsip 5: Menetapkan tindakan koreksi 6. Prinsip 6: Menyusun prosedur verifikasi 7. Prinsip 7: Menetapkan prosedur pencatatan (dokumentasi)
Analisis bahaya dilakukan dengan cara mendaftarkan semua bahaya yang
mungkin terdapat dalam bahan baku dan tahap proses. Bahaya-bahaya yang
teridentifikasi kemudian ditabulasikan ke dalam sebuah tabel disertai sumber bahaya,
tingkat resiko dan tindakan pencegahannya. Tingkat resiko ditentukan berdasarkan
seberapa besar akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu bahaya dan seberapa sering
bahaya tersebut kemungkinan terjadi.
Setiap bahan baku dan tahap proses ditentukan termasuk CCP atau tidak
melalui pertimbangan tingkat resiko dan berdasarkan jawaban atas pertanyaan dari CCP
decision tree. Bahan baku dan tahap proses yang termasuk CCP berarti harus
dikendalikan dengan baik supaya tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Tahap proses
yang tidak termasuk CCP, dapat termasuk control point (CP) yang berarti tahapan
tersebut apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan kecacatan dari segi
kualitas.
Semua komponen yang mencakup tujuh prinsip sistem HACCP disajikan dalam
bentuk matrik/tabel, yaitu:
1. Tabel analisa bahaya bahan baku dan tahap proses, serta penetapan tingkat resiko 2. Tabel penentuan Critical Control Point (CCP) 3. Matriks Critical Control Point (CCP), memuat proses yang termasuk CCP
beserta titik kritis dan prosedur yang harus ditempuh untuk mengendalikannya
4. Matriks Control Point (CP), memuat proses yang termasuk CP beserta titik kritis dan prosedur yang harus ditempuh untuk mengendalikannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis bahaya dan penetapan CCP bahan baku
Ada lima bahan yang dianalisis bahayanya, yaitu buah mangga, jenis buah mangga,
vitamin C (asam askorbat), pengawet (potassium sorbat) dan air (Tabel 1). Buah mangga
mengandung bahaya kimia yaitu dari pestisida yang dipakai pada saat penanaman, dan
bahaya mikrobia seperti Aspergillus niger dan Salmonella sp. yang cukup besar
(Mendoza dan Wills, 1984). Oleh karena itu tindakan pencegahan sangat penting
dilakukan yaitu penyortiran buah mangga dari yang busuk atau rusak dan pencucian buah
mangga dari tanah, ranting, ataupun kotoran lain sampai bersih. Jika ada bagian yang
busuk/rusak segera dibuang dan kulit dibuang semua pada saat hendak memasuki proses
pembuburan.
Jenis mangga di Indonesia beragam diantaranya adalah mangga Golek,
Arumanis, Gedong, Cengkir, Kweni, dan lain-lain. Keseragaman buah mangga sangat
penting dalam proses pengolahan karena masing-masing jenis mempunyai karakteristik
yang berbeda. Selain itu tingkat ketuaan petik juga penting, karena bila kurang tua maka
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1189
flavor dan TSS (Total Soluble Solid)-nya kurang memenuhi syarat sehingga
menghasilkan puree mangga yang inferior.
Asam askorbat (vitamin C) yang ditambahkan apabila sudah kadaluarsa telah
hilang efek preservasinya. Oleh karena itu penting bagi operator pencampur bahan baku
untuk memeriksa tanggal kadaluarsa setiap bahan kimia yang ditambahkan, terutama
dalam dalam hal ini asam askorbat. Kadar vitamin C juga harus diperhatikan supaya
sesuai dengan rekomendasi. Begitu pula pengawet (dalam hal ini digunakan potassium
sorbat); bila jumlah yang digunakan berlebihan maka akan membahayakan bagi
kesehatan orang yang mengkonsumsinya (bahaya kimia). Operator harus jeli menimbang
bahan pengawet agar jumlahnya dalam puree mangga masih dalam ambang batas yang
diperbolehkan, sesuai dengan rekomendasi dari Dinas Kesehatan.
Air di dalam memproduksi puree digunakan untuk pencucian baik bahan baku
maupun peralatan proses. Air dapat menjadi sumber bahaya bila air yang digunakan
tidak bersih, sudah tercemar, terutama bahaya mikrobia seperti bakteri Coliform, Vibrio
Cholerae dan Shigella sp. Air yang digunakan dalam proses pembuatan puree mangga
berasal dari air tanah/sumur atau PAM. Dalam proses produksi pengolahan makanan
tidak diperbolehkan menggunakan air permukaan, tetapi harus air sumur/PAM. Air
sumur/PAM lebih sedikit mengandung mikroba daripada air permukaan dan dalam
penggunaannya air ini selalu mengalami perebusan terlebih dahulu sehingga aman
dikonsumsi (Waryat et al., 2004). Untuk peralatan, setiap kali selesai proses harus
dilakukan pencucian. Sebelum memulai proses pada hari berikutnya, peralatan harus
dicuci dengan air masak panas, untuk meminimalkan jumlah mikroba dalam produk
puree.
Dengan kondisi seperti di atas, dan dengan mempertimbangkan tingkat resiko
serta dibantu dengan dua pertanyaan dalam CCP decision tree untuk bahan baku, maka
ditetapkan hanya buah mangga yang termasuk CCP
Analisis bahaya dan penetapan CCP pada proses produksi
Analisis bahaya pada proses produksi dilakukan berurutan sesuai diagram alir proses
produksi puree mangga (Gambar 1). Tahapan proses produksi puree mangga yaitu
pemeraman, penyortiran buah mangga, pencucian, pengupasan, penghancuran dan
ekstraksi (pembuburan), penyaringan (opsional), pencampuran, pasteurisasi, pembotolan,
pendinginan dan penyimpanan. Selengkapnya bagan alir proses produksi puree mangga
dapat dilihat pada Gambar 1.
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1190
Buah mangga
Pemeraman...............................CP1
Penyortiran...................CP2
Pencucian.....CP3
Pengupasan...CP4
Pembuburan dengan pulper
Penyaringan dengan sentrifugal separator
(opsional)
Pencampuran
Pasteurisasi ..CCP2
Pembotolan ....CCP3
Pendinginan
Penyimpanan...CP5
Gambar 1. Bagan alir proses produksi bubur buah (puree) mangga
Berdasarkan pertimbangan tingkat resiko dan jawaban atas empat pertanyaan
CCP decision tree, pada tahap proses produksi ini ditetapkan 3 tahap yang termasuk CCP
dan 5 tahap yang termasuk CP. Ketiga tahap yang termasuk CCP yaitu sterilisasi botol
dan tutup, pasteurisasi puree dan pembotolan (Tabel 2).
Sterilisasi botol dan tutup menjadi CCP (Tabel 2) karena tahap ini penting
dilakukan untuk menghilangkan mikroba pada botol yang masih baru (diambil dari
gudang penyimpanan). Batas kritis pada tahap ini adalah tercapainya suhu dan waktu
sterilisasi, yaitu 20 menit pada suhu 121C (atau air mendidih) untuk memastikan bahwa
semua mikroba patogen mati (Tabel 3).
Pasteurisasi puree mangga sebelum dibotolkan menjadi CCP (Tabel 2) karena
bila suhu dan waktunya kurang maka masih memungkinkan mikroba patogen dan perusak
masih hidup. Batas kritis adalah suhu 90C yang harus dicukupi selama 5 menit.
Monitoring yang dilakukan yaitu pengukuran suhu dan waktu pasteurisasi setiap proses
(Tabel 3).
Tahap pembotolan menjadi CCP (Tabel 2) karena apabila dilakukan tidak
benar (misalnya terjadi kebocoran), maka akan berbahaya bagi produk karena
memungkinkan terjadinya kontaminasi silang dari lingkungan sekitar. Sebelum
penutupan, harus dipastikan botol mempunyai head space 10% dari volume botol. Ini
penting untuk menciptakan kondisi hampa parsial di dalam botol sehingga dapat
mencegah pertumbuhan mikroba yang memerlukan udara untuk pertumbuhannya (Tabel
3).
Tahapan yang termasuk CP ialah pemeraman, penyortiran, pencucian,
pengupasan, dan penyimpanan (Gambar 1). Penyortiran buah mangga menjadi penting
Bahan-bahan lain: Asam
askorbat, potassium sorbat
Sterilisasi botol dan tutup ............CCP1
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1191
untuk memisahkan buah yang busuk/rusak atau tidak layak digunakan dengan buah yang
berkualitas prima. Karena dilakukan dengan secara manual (menggunakan tenaga
manusia), tangan operator harus bersih dan monitoring dilakukan dengan pemeriksaan
buah secara visual setiap proses (Tabel 4).
Pemeraman menjadi CP karena buah mangga yang diproses harus sudah benar-
benar matang dan cukup ketuaan umur petiknya. Jika buah mangga yang diproses tidak
seragam, baik kematangannya yang kurang maupun jenisnya yang berbeda-beda, maka
hanya akan dihasilkan puree mangga yang inferior kualitasnya.
Pengupasan menjadi CP karena dilakukan dengan menggunakan tenaga
manusia. Proses ini juga mensyaratkan tangan operator harus selalu bersih dan harus
selalu dicuci menggunakan sabun cuci tangan setiap kali proses pengolahan dilakukan.
Selain itu juga operator pengupas buah mangga harus menggunakan sarung tangan serta
penutup kepala dan hidung (masker) (Tabel 4).
Pencucian menjadi CP karena pada tahap ini harus digunakan air yang bersih
dan bebas dari kuman penyebab penyakit. Pencucian dimonitor dengan selalu memeriksa
sumber air apakah air yang digunakan merupakan air sumur/PAM atau air permukaan.
Frekuensinya dilakukan setiap proses. Jika didapati air kurang bersih maka harus segera
diganti dengan air yang benar-benar bersih.
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1192
Tabel 1. Analisis bahaya bahan baku bubur buah (puree) mangga
No. Bahan baku Bahaya
Bahaya terhadap
Penyebab bahaya
Penting tidaknya
Tindakan pengendalian Keselamatan Mutu Peluang
(T/S/R)
Keparahan
(T/S/R)
Penting/Ti
dak
(T/S/R)
1 Buah mangga
- Jenis mangga
- Kimia: pestisida
- Mikrobiologi: Salmonella
sp., Aspergillus, serta
kapang
-Kimia:
ketidakseragaman
jenis atau tingkat
kematangan,
kelebihan dosis
-Mikroba:
Kontaminasi pada
saat penanaman dan
distribusi
pemasokan bahan
Tinggi Tinggi Tinggi
-Penerapan HACCP/GAP On
Farm
-Penanganan buah dilakukan
dengan hati-hati
-Penyortiran buah mangga dari
yang busuk dan rusak
-Pencucian buah mangga
sampai bersih dari tanah,
ranting, dan kotoran lain
-Pembuangan bagian yang
busuk/rusak
-Pembuangan kulit
2 Asam Askorbat - Kimia: dosis tidak
tepat/berlebihan -
Ketidakjelian
operator di bagian
pembelian dan
penimbangan
Rendah Rendah Rendah
-Memeriksa tanggal
kadaluarsa
-Menimbang dengan benar
3 Potassium
Sorbat
- Kimia: dosis tidak
tepat/berlebihan -
Ketidakjelian
operator di bagian
pembelian dan
penimbangan
Rendah Rendah Rendah -Menimbang jumlah yang
akan digunakan
4 Air - Mikrobiologi: bakteri
koliform; Shigella sp., V.
cholerae -
Sumber air yang
tidak bersih,
pencucian tidak
dilakukan operator,
air tidak direbus
sampai matang
Sedang Sedang Sedang
-Tidak menggunakan air kotor
-Tidak menggunakan air
permukaan
-Merebus air sampai matang
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1193
Tabel 2. Analisis bahaya proses produksi bubur buah (puree) mangga skala pilot
No. Bahan baku Bahaya
Bahaya terhadap
Penyebab
bahaya
Penting tidaknya
Tindakan pengendalian Keselamatan Mutu Peluang
(T/S/R)
Keparahan
(T/S/R)
Penting/Ti
dak
(T/S/R)
1 Pemeraman -Kimia: Kurang matang,
ketuaan petik kurang -
Kurang matang,
keseragaman
rendah
Rendah Rendah Rendah
Buah mangga yang diproses
harus yang sejenis, seragam
kematangannya/umur
petiknya
2 Sortasi
-Mikroba: patogen
(Salmonella, Aspergillus,
infestasi serangga)
-Fisik: busuk pangkal
-
Kontaminasi
pada saat
penanganan dan
distribusi
pemasokan
bahan
Tinggi Rendah Sedang Meminta sertifikat
HACCP/sertifikat mutu
3 Pencucian -Mikroba:serangga,
Streptococcus - Kurang bersih Sedang Sedang Sedang
- Peraturan yang ketat pada operator untuk
mencuci dengan sanitasi
yang baik, memakai
penutup hidung & mulut
(masker), penutup
kepala, mencuci tangan
terlebih dulu
- Suhu AC harus hidup
4 Pengupasan -Mikroba: infestasi serangga -
Operator tidak
memakai sarung
tangan
Tinggi Tinggi Tinggi
Pembersihan tangan
operator dengan
sabun/deterjen pencuci
tangan
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1194
Lanjutan Tabel 2. Analisis bahaya proses produksi bubur buah (puree) mangga skala pilot
No. Bahan baku Bahaya
Bahaya terhadap
Penyebab bahaya
Penting tidaknya
Tindakan pengendalian Keselamatan Mutu Peluang
(T/S/R)
Keparahan
(T/S/R)
Penting/
Tidak
(T/S/R)
5 Pembuburan
dengan pulper Tidak teridentifikasi bahaya
6 Penyaringan
(Opsional) Tidak teridentifikasi bahaya
7 Pencampuran -Kimia:pencampuran
bahan-bahan
Bahan-bahan yang
dicampurkan:
Asam askorbat: -Kimia:
Dosis tidak
tepat/berlebihan
Potassium Sorbat: -Kimia:
Dosis tidak
tepat/berlebihan
Tinggi Tinggi Tinggi
Dilakukan oleh seorang
operator yang
berpengalaman dan
dibantu asisten yang
mencatat dan mengamati
dengan detail, ada
catatannya
8 Sterilisasi botol
dan tutup -Mikrobiologi: patogen -
Suhu yang kurang
cukup Tinggi Tinggi Tinggi
Kontrol suhu terus-
menerus, ada record
(catatan)-nya
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1195
Lanjutan Tabel 2. Analisis bahaya proses produksi bubur buah (puree) mangga skala pilot
No. Bahan baku Bahaya
Bahaya terhadap
Penyebab bahaya
Penting tidaknya
Tindakan pengendalian Keselamatan Mutu Peluang
(T/S/R)
Keparahan
(T/S/R)
Penting/
Tidak
(T/S/R)
9 Pasteurisasi -Mikrobiologi: patogen
dan perusak
Suhu yang kurang
cukup Tinggi Tinggi Tinggi
Kontrol suhu terus-
menerus, ada catatannya
10 Pembotolan
-Fisik: udara luar, debu
-Kondisi vakum dalam
botol jam tidak tecapai
- Tutup botol belum
disterilisasi Tinggi Sedang Rendah
-Pastikan tutup botol jam
sudah disterilisasi
-Pengisian botol dilakkan
segera setelah pengisian
-Pengisian harus ada head
space
11 Pendinginan -Tenggang waktu yang
kurang cepat -
Tidak dilakukan
pencelupan produk
dalam air es
Rendah Rendah Rendah Pendinginan harus
dilakukan segera
12 Penyimpanan -Puree mangga
berbahaya -
Penyimpanan
melewati 6 bulan di
suhu ruang pada suhu
< 26C
Tinggi Tinggi Tinggi Puree mangga kadaluarsa
tidak dikonsumsi
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1196
Critical Point (CP) yang terakhir yaitu penyimpanan. Pada saat sebelum disimpan
di suhu dingin, produk harus dicelupkan dulu di dalam air dingin untuk mempercepat proses
produk menjadi dingin dan mengurangi waktu kemungkinan mikroba patogen dapat
berkembang biak.
Puree mangga yang sudah dibotolkan tahan disimpan di suhu kamar selama 6
(enam) bulan. Namun apabila sudah dibuka, botol harus disimpan dalam elmari es
(refrigerator suhu 4-5C) dan hanya tahan disimpan selama 3 bulan.
Dokumentasi dan verifikasi
Setelah analisis bahaya dan penetapan CCP selesai dilakukan dan telah didokumentasikan
dalam Rencana HACCP, maka tahap selanjutnya dilakukan penetapan prosedur dokumentasi
dan verifikasi. Namun demikian, untuk saat ini proses dokumentasi masih belum
memungkinkan dilakukan oleh para perajin/pengolah puree mangga skala UKM. Untuk itu,
proses dokumentasi hendaknya dilakukan oleh penyuluh dari Dinas Pertanian Kab. Cirebon.
Demikian juga dengan proses verifikasi akan dilakukan oleh penyukuh dari Dinas Pertanian
Kab. Cirebon. Sekaligus menjadi proses audit. Selain itu, untuk meyakinkan bermanfaatnya
penerapan sistem HACCP ini maka uji laboratorium terhadap kandungan mikroba puree
mangga hendaknya dilakukan setiap 4 bulan sekali dengan pengambilan sampel oleh
penyuluh Dinas Pertanian Kab. Cirebon.
KESIMPULAN
Pada studi HACCP puree mangga ini ditetapkan satu bahan baku yang termasuk CCP yaitu
buah mangga. Pada proses produksi terdapat 4 tahap yang termasuk CCP dan 4 tahap yang
termasuk CP. Keempat tahap yang termasuk CCP yaitu penyaringan, sterilisasi botol,
pemanasan (pasteurisasi) dan pembotolan, sedangkan tahapan yang termasuk CP ialah
penerimaan dan sortasi, pengupasan, pencucian, dan pembuburan.
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1197
Tabel 3. Matriks CCP pada proses produksi bubur buah (puree) mangga
Tahap CCP No. Jenis bahaya Batas kritis Monitoring
Tindakan koreksi Metode Frekuensi
Sterilisasi botol dan tutup 1 Biologi Suhu: 121 C (air
mendidih) selama 20
menit
- Head space 10% dari
volume botol
- Tidak bocor/tertutup rapat
- Pengukuran waktu
sterilisasi
Setiap proses
- Lanjutkan proses bila
masih kurang waktunya
- Langsung angkat dan
tiriskan segera dengan
kondisi botol dibalik
Pasteurisasi 2
Biologi
Fisik
Suhu 90-100 C selama 1-
5 menit
Pengukuran suhu dan
waktu pasteurisasi Setiap proses
Lanjutkan proses bila masih
kurang waktunya, sesuaikan
suhunya
Pembotolan 3 Biologi
- Head space 10% dari
volume botol
- Tidak bocor/tertutup
rapat
Balikkan botol setelah
ditutup, dilihat apakah
bocor/tidak
Setiap proses
- Kurangi isi botol apabila head space masih kurang
- Ganti tutupnya
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1198
Tabel 4. Matriks CP pada proses produksi puree mangga
Tahap CP No. Jenis bahaya Batas kritis Monitoring
Tindakan koreksi Metode Frekuensi
Pemeraman 1 Kimia Buah mangga seragam,
baik jenis maupun
kematangannya
Cek secara visual Setiap proses
Puree mangga yang
inferior tidak
dijual/diekspor
Sortasi 2
Biologi
Fisik
Penanganan dan distribusi
pemasokan yang higienis
Cek buah mangga
secara visual Setiap proses
Buang buah yang
busuk/rusak, ganti dengan
yang berkualitas prima
Pencucian 3 Biologi Sumber air yang digunakan
bersih, bebas dari mikroba Cek sumber air Setiap proses
Ganti air dengan air yang
benar-benar besih
Pengupasan 4
Biologi
Fisik
Tangan operator bersih,
buah mangga bersih dan
bebas dan bebas dari bagian
busuk/rusak
Pencucian tangan
operator dengan sabun
cuci tangan, memakai
sarung tangan, penutup
kepala dan hidung
(masker), pemeriksaan
visual
Setiap proses
Lakukan kembali
pengupasan dengan benar,
buang semua kulit pada
mangga
Pendinginan 5 Biologi
Tenggang waktu yang
cukup cepat dari
pembotolan sampai
pencelupan produk di air
dingin
Cek kesigapan
operator Setiap proses
Lakukan kembali proses
yang benar, produk puree
mangga harus cepat
dicelupkan ke dalam air
dingin sebelum disimpan
-
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1199
DAFTAR PUSTAKA
BSN. 1999. Pedoman Penyusunan Rencana Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik
Kritis (HACCP). Badan Standardisasi Nasional. Pedoman 1004-1999.
Mendoza, D.B. and R.B.H. Wilis. 1984. Mango Fruit Development, Postharvest Physiology and Marketing in ASEAN. ASEAN Food Handling Burau. 8
th Floor, Syed
Kechik Foundation Building Bangsar, Kuala Lumpur, Malaysia.
SNI. 1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis. Departemen Perindustrian
Indonesia. SNI 01-4852-1998.
Waryat, Tessar Ramdhan dan Syarifah Aminah. 2004. Studi HACCP pada Proses
Pembuatan Minuman Tradisional Betawi Bir Pletok Cair. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian. Hal: 98-108.