02_19b.alsin_

14
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1186 STUDI HACCP PADA PROSES PRODUKSI BUBUR BUAH (PUREE) MANGGA SKALA PILOT Widaningrum, Ira Mulyawanti dan Setyadjit Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen pertanian ABSTRAK Salah satu agroindustri pengolahan pascapanen pertanian adalah agroindustri jus buah-buahan. Jus buah-buahan merupakan buah-buahan yang diproses sedemikian rupa sehingga sangat baik dikonsumsi untuk kesehatan tubuh. Saat ini industri minuman di Indonesia telah berkembang demikian pesat, salah satu faktor yang mendukung hal tersebut yaitu ketersediaan bahan baku buah-buahan, salah satu diantaranya yaitu buah mangga. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem panduan HACCP yang sesuai untuk pengolahan bubur buah (puree) mangga skala pilot sebagaimana direkomendasikan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Penyusunan rancangan HACCP ini berdasarkan pada 7 Prinsip dan 12 Langkah dalam sistem panduan HACCP. Hasil memperlihatkan bahwa produksi puree mangga skala pilot memiliki bahaya fisik (busuk pangkal, buah seperti berkapang dan kontaminasi benda asing), bahaya kimia (residu pestisida), dan bahaya mikrobia (infestasi serangga dan patogen dari operator seperti Streptococcus serta dari sumber air seperti Koliform dan Shigella). Oleh karena itu, penerapan sistem HACCP pada pengolahan puree mangga skala pilot sangat penting dalam tujuannya meningkatkan mutu dan menjamin keamanan puree mangga untuk langsung dikonsumsi oleh konsumen atau diolah lebih lanjut menjadi bermacam-macam produk olahannya. Kata kunci: puree mangga, HACCP, proses produksi ABSTRACT One of agriculture postharvest processing agroindustry is fruit juice agroindustry. Fruit juice is processed fruits which good to be consumed for body healthy. Nowadays beverage industry in Indonesia has growth in a large number. Particular factor which support it is ingredients readiness especially many kinds of fruits, one among them are mangoes. The aim of this study is to assess the HACCP system guidelines which is suitable for pilot-scale mangoes puree processing for its application which is recommended by Indonesian National Standard (SNI). The arranging of HACCP plan in pilot-scale mangoes puree processing based on 7 principles and 12 steps of HACCP system guidelines. Results of the study has shown that both ingredients and lines production of mangoes puree processing have physical hazard (scab, sooty mold and others filth), chemical hazard (pesticides residue) and microbiological hazard (insect infestation and pathogens from operators and water source like Streptococcus, Coliform and Shigella). Therefore, applying HACCP system in pilot-scale mangoes puree processing is quite necessary to improve its quality and guarantee the safety of mangoes puree both for direct consumption and to be processed into several processed products. Key words: mangoes puree, HACCP, process PENDAHULUAN Produksi buah-buahan di Indonesia melimpah pada saat panen raya. Demikian pula produksi buah mangga. Setiap panen terdapat buah mangga yang masuk kategori berkualitas rendah apabila dipasarkan sebagai buah segar. Karena tingginya suplai pada musim panen maka harganya pun murah. Industri pengolahan buah diharapkan dapat meningkatkan nilai tambahnya. Industri pengolahan buah-buahan dengan teknologi

Upload: dindarachma

Post on 04-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

alat dan mesin

TRANSCRIPT

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1186

    STUDI HACCP PADA PROSES PRODUKSI BUBUR BUAH

    (PUREE) MANGGA SKALA PILOT

    Widaningrum, Ira Mulyawanti dan Setyadjit

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen pertanian

    ABSTRAK

    Salah satu agroindustri pengolahan pascapanen pertanian adalah agroindustri jus buah-buahan. Jus

    buah-buahan merupakan buah-buahan yang diproses sedemikian rupa sehingga sangat baik

    dikonsumsi untuk kesehatan tubuh. Saat ini industri minuman di Indonesia telah berkembang

    demikian pesat, salah satu faktor yang mendukung hal tersebut yaitu ketersediaan bahan baku

    buah-buahan, salah satu diantaranya yaitu buah mangga. Penelitian ini bertujuan untuk merancang

    sistem panduan HACCP yang sesuai untuk pengolahan bubur buah (puree) mangga skala pilot

    sebagaimana direkomendasikan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Penyusunan rancangan

    HACCP ini berdasarkan pada 7 Prinsip dan 12 Langkah dalam sistem panduan HACCP. Hasil

    memperlihatkan bahwa produksi puree mangga skala pilot memiliki bahaya fisik (busuk pangkal,

    buah seperti berkapang dan kontaminasi benda asing), bahaya kimia (residu pestisida), dan bahaya

    mikrobia (infestasi serangga dan patogen dari operator seperti Streptococcus serta dari sumber air

    seperti Koliform dan Shigella). Oleh karena itu, penerapan sistem HACCP pada pengolahan puree

    mangga skala pilot sangat penting dalam tujuannya meningkatkan mutu dan menjamin keamanan

    puree mangga untuk langsung dikonsumsi oleh konsumen atau diolah lebih lanjut menjadi

    bermacam-macam produk olahannya.

    Kata kunci: puree mangga, HACCP, proses produksi

    ABSTRACT

    One of agriculture postharvest processing agroindustry is fruit juice agroindustry. Fruit juice is

    processed fruits which good to be consumed for body healthy. Nowadays beverage industry in

    Indonesia has growth in a large number. Particular factor which support it is ingredients readiness

    especially many kinds of fruits, one among them are mangoes. The aim of this study is to assess

    the HACCP system guidelines which is suitable for pilot-scale mangoes puree processing for its

    application which is recommended by Indonesian National Standard (SNI). The arranging of

    HACCP plan in pilot-scale mangoes puree processing based on 7 principles and 12 steps of

    HACCP system guidelines. Results of the study has shown that both ingredients and lines

    production of mangoes puree processing have physical hazard (scab, sooty mold and others filth),

    chemical hazard (pesticides residue) and microbiological hazard (insect infestation and pathogens

    from operators and water source like Streptococcus, Coliform and Shigella). Therefore, applying

    HACCP system in pilot-scale mangoes puree processing is quite necessary to improve its quality

    and guarantee the safety of mangoes puree both for direct consumption and to be processed into

    several processed products.

    Key words: mangoes puree, HACCP, process

    PENDAHULUAN

    Produksi buah-buahan di Indonesia melimpah pada saat panen raya. Demikian

    pula produksi buah mangga. Setiap panen terdapat buah mangga yang masuk kategori

    berkualitas rendah apabila dipasarkan sebagai buah segar. Karena tingginya suplai pada

    musim panen maka harganya pun murah. Industri pengolahan buah diharapkan dapat

    meningkatkan nilai tambahnya. Industri pengolahan buah-buahan dengan teknologi

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1187

    praktis, ekonomis, dan dapat diterapkan diharapkan dapat memberi peluang kepada petani

    dan pelaku agribisnis lainnya dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.

    Teknologi proses yang dilakukan merupakan teknologi praktis, ekonomis, dan

    dapat diterapkan di industri kecil dan menengah. Kegiatan guna mendapatkan teknologi

    pengolahan buah, penyediaan alat, dan peluang penempatan industri pengolahan buah di

    sentra produksi mangga diharapkan menjadi sumbangan bidang iptek dalam mendorong

    timbulnya industri kecil dan menengah sebagai lapangan kerja yang dapat memberikan

    penghasilan tambahan bagi petani dan pelaku agribisnis. Salah satu pemanfaatan buah

    mangga yang jumlahnya melimpah saat panen raya adalah dengan mengolahnya menjadi

    bubur buah (puree) sebagai produk antara dan selanjutnya dapat diteruskan melalui

    proses pengolahan lebih lanjut sebagai bahan pembuatan kue, puding, atau diminum

    langsung dengan menambahkan air sehingga manfaat buah tersebut dapat dirasakan oleh

    konsumen/penggunanya.

    Buah mangga merupakan salah satu jenis buah-buahan populer di Indonesia

    yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman mangga tumbuh dengan baik hampir di seluruh

    daerah di Indonesia, yang sebagian besar (70%) berada di pulau Jawa. Kabupaten

    Indramayu merupakan salah satu sentra produksi di Jawa Barat disamping Cirebon dan

    Ciamis. Daerah lain yang merupakan sentra produksi mangga adalah Jawa Timur

    (Purbolinggo, Pasuruan dan Kediri), Jawa Tengah (Blora, Gunung Kidul, dan Kudus).

    Ketersediaan buah mangga untuk bahan industri dapat dipenuhi terutama pada bulan-

    bulan musim panen. Produksi buah mangga dibagi dalam 4 (empat) triwulan dengan

    jumlah produksi paling besar sekitar bulan September, Oktober, November dan Desember.

    Jenis-jenis mangga yang terdapat di Indonesia diantaranya adalah mangga Golek,

    Arumanis, Gedong, Cengkir, Kweni, dan lain-lain. Semua jenis mangga tersebut dapat

    diolah menjadi puree mangga dengan memperhatikan keseragaman dalam kematangan

    atau umur petiknya agar dapat dihasilkan puree dengan kualitas yang optimal.

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian pada tahun

    2002-2003 telah melakukan penelitian untuk membantu petani buah-buahan

    meningkatkan nilai tambah produk olahan dari buah mangga pada saat panen raya dengan

    mengubah bentuk buah mangga tersebut menjadi puree sehingga dapat memperpanjang

    umur simpannya. Penelitian ini telah berlanjut kepada hubungan kemitraan dengan CV.

    Promindo Utama di Cirebon sebagai UKM yang melakukan pengolahan buah mangga.

    Berbagai terobosan telah dilakukan oleh kedua belah pihak, namun peluang puree

    mangga untuk menjadi komoditas nasional masih mengalami hambatan; antara lain

    kualitas yang beragam, umur simpan yang relatif singkat, dan pemasaran yang masih

    terbatas. Hal ini terjadi karena sampai saat ini UKM puree mangga belum mempunyai

    sistem jaminan mutu dan keamanan pangan. Padahal sebagai minuman yang

    menyehatkan, sudah seharusnya puree mangga yang dapat diolah menjadi bermacam-

    macam produk olahan terjamin keamanannya sehingga tidak membahayakan bagi

    kesehatan manusia.

    Sistem HACCP adalah alat yang tepat untuk menetapkan sistem pengendalian

    karena berfokus pada pencegahan daripada pengujian produk akhir. Sistem HACCP

    adalah suatu piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang

    memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian besar pengujian produk

    akhir (end product testing) atau suatu sistem pencegahan untuk keamanan pangan.

    HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer sampai pada

    konsumsi akhir dan penerapannya harus dipandu oleh bukti secara ilmiah terhadap resiko

    kesehatan manusia (SNI 01-4852-1998). Namun demikian diperlukan kajian sistem

    HACCP yang sesuai dengan kondisi usaha pengolahan puree mangga, sehingga sistem ini

    dapat dilaksanakan oleh industri puree mangga skala UKM.

    BAHAN DAN METODE

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1188

    Studi HACCP pada proses produksi puree mangga skala pilot ini menggunakan Panduan

    Penyusunan Rancana HACCP (BSN-Pedoman 1004-1999). Alat bantu lain yang

    digunakan adalah daftar bahan baku dan bahan penunjang, bagan alir proses produksi,

    tabel penentuan tingkat resiko dan CCP decision tree (pohon keputusan CCP).

    Sedangkan proses penyusunannya sendiri, mengikuti 7 prinsip sistem HACCP yang

    direkomendasikan oleh Standar Nasional Indonesia (1998) yang dikeluarkan oleh BSN

    (1999), meliputi:

    1. Prinsip 1: Analisis bahaya dan pencegahannya 2. Prinsip 2: Identifikasi Critical Control Points (CCPs) di dalam proses 3. Prinsip 3: Menetapkan batas kritis untuk setiap CCP 4. Prinsip 4: Menetapkan cara pemantauan CCP 5. Prinsip 5: Menetapkan tindakan koreksi 6. Prinsip 6: Menyusun prosedur verifikasi 7. Prinsip 7: Menetapkan prosedur pencatatan (dokumentasi)

    Analisis bahaya dilakukan dengan cara mendaftarkan semua bahaya yang

    mungkin terdapat dalam bahan baku dan tahap proses. Bahaya-bahaya yang

    teridentifikasi kemudian ditabulasikan ke dalam sebuah tabel disertai sumber bahaya,

    tingkat resiko dan tindakan pencegahannya. Tingkat resiko ditentukan berdasarkan

    seberapa besar akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu bahaya dan seberapa sering

    bahaya tersebut kemungkinan terjadi.

    Setiap bahan baku dan tahap proses ditentukan termasuk CCP atau tidak

    melalui pertimbangan tingkat resiko dan berdasarkan jawaban atas pertanyaan dari CCP

    decision tree. Bahan baku dan tahap proses yang termasuk CCP berarti harus

    dikendalikan dengan baik supaya tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Tahap proses

    yang tidak termasuk CCP, dapat termasuk control point (CP) yang berarti tahapan

    tersebut apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan kecacatan dari segi

    kualitas.

    Semua komponen yang mencakup tujuh prinsip sistem HACCP disajikan dalam

    bentuk matrik/tabel, yaitu:

    1. Tabel analisa bahaya bahan baku dan tahap proses, serta penetapan tingkat resiko 2. Tabel penentuan Critical Control Point (CCP) 3. Matriks Critical Control Point (CCP), memuat proses yang termasuk CCP

    beserta titik kritis dan prosedur yang harus ditempuh untuk mengendalikannya

    4. Matriks Control Point (CP), memuat proses yang termasuk CP beserta titik kritis dan prosedur yang harus ditempuh untuk mengendalikannya.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Analisis bahaya dan penetapan CCP bahan baku

    Ada lima bahan yang dianalisis bahayanya, yaitu buah mangga, jenis buah mangga,

    vitamin C (asam askorbat), pengawet (potassium sorbat) dan air (Tabel 1). Buah mangga

    mengandung bahaya kimia yaitu dari pestisida yang dipakai pada saat penanaman, dan

    bahaya mikrobia seperti Aspergillus niger dan Salmonella sp. yang cukup besar

    (Mendoza dan Wills, 1984). Oleh karena itu tindakan pencegahan sangat penting

    dilakukan yaitu penyortiran buah mangga dari yang busuk atau rusak dan pencucian buah

    mangga dari tanah, ranting, ataupun kotoran lain sampai bersih. Jika ada bagian yang

    busuk/rusak segera dibuang dan kulit dibuang semua pada saat hendak memasuki proses

    pembuburan.

    Jenis mangga di Indonesia beragam diantaranya adalah mangga Golek,

    Arumanis, Gedong, Cengkir, Kweni, dan lain-lain. Keseragaman buah mangga sangat

    penting dalam proses pengolahan karena masing-masing jenis mempunyai karakteristik

    yang berbeda. Selain itu tingkat ketuaan petik juga penting, karena bila kurang tua maka

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1189

    flavor dan TSS (Total Soluble Solid)-nya kurang memenuhi syarat sehingga

    menghasilkan puree mangga yang inferior.

    Asam askorbat (vitamin C) yang ditambahkan apabila sudah kadaluarsa telah

    hilang efek preservasinya. Oleh karena itu penting bagi operator pencampur bahan baku

    untuk memeriksa tanggal kadaluarsa setiap bahan kimia yang ditambahkan, terutama

    dalam dalam hal ini asam askorbat. Kadar vitamin C juga harus diperhatikan supaya

    sesuai dengan rekomendasi. Begitu pula pengawet (dalam hal ini digunakan potassium

    sorbat); bila jumlah yang digunakan berlebihan maka akan membahayakan bagi

    kesehatan orang yang mengkonsumsinya (bahaya kimia). Operator harus jeli menimbang

    bahan pengawet agar jumlahnya dalam puree mangga masih dalam ambang batas yang

    diperbolehkan, sesuai dengan rekomendasi dari Dinas Kesehatan.

    Air di dalam memproduksi puree digunakan untuk pencucian baik bahan baku

    maupun peralatan proses. Air dapat menjadi sumber bahaya bila air yang digunakan

    tidak bersih, sudah tercemar, terutama bahaya mikrobia seperti bakteri Coliform, Vibrio

    Cholerae dan Shigella sp. Air yang digunakan dalam proses pembuatan puree mangga

    berasal dari air tanah/sumur atau PAM. Dalam proses produksi pengolahan makanan

    tidak diperbolehkan menggunakan air permukaan, tetapi harus air sumur/PAM. Air

    sumur/PAM lebih sedikit mengandung mikroba daripada air permukaan dan dalam

    penggunaannya air ini selalu mengalami perebusan terlebih dahulu sehingga aman

    dikonsumsi (Waryat et al., 2004). Untuk peralatan, setiap kali selesai proses harus

    dilakukan pencucian. Sebelum memulai proses pada hari berikutnya, peralatan harus

    dicuci dengan air masak panas, untuk meminimalkan jumlah mikroba dalam produk

    puree.

    Dengan kondisi seperti di atas, dan dengan mempertimbangkan tingkat resiko

    serta dibantu dengan dua pertanyaan dalam CCP decision tree untuk bahan baku, maka

    ditetapkan hanya buah mangga yang termasuk CCP

    Analisis bahaya dan penetapan CCP pada proses produksi

    Analisis bahaya pada proses produksi dilakukan berurutan sesuai diagram alir proses

    produksi puree mangga (Gambar 1). Tahapan proses produksi puree mangga yaitu

    pemeraman, penyortiran buah mangga, pencucian, pengupasan, penghancuran dan

    ekstraksi (pembuburan), penyaringan (opsional), pencampuran, pasteurisasi, pembotolan,

    pendinginan dan penyimpanan. Selengkapnya bagan alir proses produksi puree mangga

    dapat dilihat pada Gambar 1.

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1190

    Buah mangga

    Pemeraman...............................CP1

    Penyortiran...................CP2

    Pencucian.....CP3

    Pengupasan...CP4

    Pembuburan dengan pulper

    Penyaringan dengan sentrifugal separator

    (opsional)

    Pencampuran

    Pasteurisasi ..CCP2

    Pembotolan ....CCP3

    Pendinginan

    Penyimpanan...CP5

    Gambar 1. Bagan alir proses produksi bubur buah (puree) mangga

    Berdasarkan pertimbangan tingkat resiko dan jawaban atas empat pertanyaan

    CCP decision tree, pada tahap proses produksi ini ditetapkan 3 tahap yang termasuk CCP

    dan 5 tahap yang termasuk CP. Ketiga tahap yang termasuk CCP yaitu sterilisasi botol

    dan tutup, pasteurisasi puree dan pembotolan (Tabel 2).

    Sterilisasi botol dan tutup menjadi CCP (Tabel 2) karena tahap ini penting

    dilakukan untuk menghilangkan mikroba pada botol yang masih baru (diambil dari

    gudang penyimpanan). Batas kritis pada tahap ini adalah tercapainya suhu dan waktu

    sterilisasi, yaitu 20 menit pada suhu 121C (atau air mendidih) untuk memastikan bahwa

    semua mikroba patogen mati (Tabel 3).

    Pasteurisasi puree mangga sebelum dibotolkan menjadi CCP (Tabel 2) karena

    bila suhu dan waktunya kurang maka masih memungkinkan mikroba patogen dan perusak

    masih hidup. Batas kritis adalah suhu 90C yang harus dicukupi selama 5 menit.

    Monitoring yang dilakukan yaitu pengukuran suhu dan waktu pasteurisasi setiap proses

    (Tabel 3).

    Tahap pembotolan menjadi CCP (Tabel 2) karena apabila dilakukan tidak

    benar (misalnya terjadi kebocoran), maka akan berbahaya bagi produk karena

    memungkinkan terjadinya kontaminasi silang dari lingkungan sekitar. Sebelum

    penutupan, harus dipastikan botol mempunyai head space 10% dari volume botol. Ini

    penting untuk menciptakan kondisi hampa parsial di dalam botol sehingga dapat

    mencegah pertumbuhan mikroba yang memerlukan udara untuk pertumbuhannya (Tabel

    3).

    Tahapan yang termasuk CP ialah pemeraman, penyortiran, pencucian,

    pengupasan, dan penyimpanan (Gambar 1). Penyortiran buah mangga menjadi penting

    Bahan-bahan lain: Asam

    askorbat, potassium sorbat

    Sterilisasi botol dan tutup ............CCP1

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1191

    untuk memisahkan buah yang busuk/rusak atau tidak layak digunakan dengan buah yang

    berkualitas prima. Karena dilakukan dengan secara manual (menggunakan tenaga

    manusia), tangan operator harus bersih dan monitoring dilakukan dengan pemeriksaan

    buah secara visual setiap proses (Tabel 4).

    Pemeraman menjadi CP karena buah mangga yang diproses harus sudah benar-

    benar matang dan cukup ketuaan umur petiknya. Jika buah mangga yang diproses tidak

    seragam, baik kematangannya yang kurang maupun jenisnya yang berbeda-beda, maka

    hanya akan dihasilkan puree mangga yang inferior kualitasnya.

    Pengupasan menjadi CP karena dilakukan dengan menggunakan tenaga

    manusia. Proses ini juga mensyaratkan tangan operator harus selalu bersih dan harus

    selalu dicuci menggunakan sabun cuci tangan setiap kali proses pengolahan dilakukan.

    Selain itu juga operator pengupas buah mangga harus menggunakan sarung tangan serta

    penutup kepala dan hidung (masker) (Tabel 4).

    Pencucian menjadi CP karena pada tahap ini harus digunakan air yang bersih

    dan bebas dari kuman penyebab penyakit. Pencucian dimonitor dengan selalu memeriksa

    sumber air apakah air yang digunakan merupakan air sumur/PAM atau air permukaan.

    Frekuensinya dilakukan setiap proses. Jika didapati air kurang bersih maka harus segera

    diganti dengan air yang benar-benar bersih.

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1192

    Tabel 1. Analisis bahaya bahan baku bubur buah (puree) mangga

    No. Bahan baku Bahaya

    Bahaya terhadap

    Penyebab bahaya

    Penting tidaknya

    Tindakan pengendalian Keselamatan Mutu Peluang

    (T/S/R)

    Keparahan

    (T/S/R)

    Penting/Ti

    dak

    (T/S/R)

    1 Buah mangga

    - Jenis mangga

    - Kimia: pestisida

    - Mikrobiologi: Salmonella

    sp., Aspergillus, serta

    kapang

    -Kimia:

    ketidakseragaman

    jenis atau tingkat

    kematangan,

    kelebihan dosis

    -Mikroba:

    Kontaminasi pada

    saat penanaman dan

    distribusi

    pemasokan bahan

    Tinggi Tinggi Tinggi

    -Penerapan HACCP/GAP On

    Farm

    -Penanganan buah dilakukan

    dengan hati-hati

    -Penyortiran buah mangga dari

    yang busuk dan rusak

    -Pencucian buah mangga

    sampai bersih dari tanah,

    ranting, dan kotoran lain

    -Pembuangan bagian yang

    busuk/rusak

    -Pembuangan kulit

    2 Asam Askorbat - Kimia: dosis tidak

    tepat/berlebihan -

    Ketidakjelian

    operator di bagian

    pembelian dan

    penimbangan

    Rendah Rendah Rendah

    -Memeriksa tanggal

    kadaluarsa

    -Menimbang dengan benar

    3 Potassium

    Sorbat

    - Kimia: dosis tidak

    tepat/berlebihan -

    Ketidakjelian

    operator di bagian

    pembelian dan

    penimbangan

    Rendah Rendah Rendah -Menimbang jumlah yang

    akan digunakan

    4 Air - Mikrobiologi: bakteri

    koliform; Shigella sp., V.

    cholerae -

    Sumber air yang

    tidak bersih,

    pencucian tidak

    dilakukan operator,

    air tidak direbus

    sampai matang

    Sedang Sedang Sedang

    -Tidak menggunakan air kotor

    -Tidak menggunakan air

    permukaan

    -Merebus air sampai matang

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1193

    Tabel 2. Analisis bahaya proses produksi bubur buah (puree) mangga skala pilot

    No. Bahan baku Bahaya

    Bahaya terhadap

    Penyebab

    bahaya

    Penting tidaknya

    Tindakan pengendalian Keselamatan Mutu Peluang

    (T/S/R)

    Keparahan

    (T/S/R)

    Penting/Ti

    dak

    (T/S/R)

    1 Pemeraman -Kimia: Kurang matang,

    ketuaan petik kurang -

    Kurang matang,

    keseragaman

    rendah

    Rendah Rendah Rendah

    Buah mangga yang diproses

    harus yang sejenis, seragam

    kematangannya/umur

    petiknya

    2 Sortasi

    -Mikroba: patogen

    (Salmonella, Aspergillus,

    infestasi serangga)

    -Fisik: busuk pangkal

    -

    Kontaminasi

    pada saat

    penanganan dan

    distribusi

    pemasokan

    bahan

    Tinggi Rendah Sedang Meminta sertifikat

    HACCP/sertifikat mutu

    3 Pencucian -Mikroba:serangga,

    Streptococcus - Kurang bersih Sedang Sedang Sedang

    - Peraturan yang ketat pada operator untuk

    mencuci dengan sanitasi

    yang baik, memakai

    penutup hidung & mulut

    (masker), penutup

    kepala, mencuci tangan

    terlebih dulu

    - Suhu AC harus hidup

    4 Pengupasan -Mikroba: infestasi serangga -

    Operator tidak

    memakai sarung

    tangan

    Tinggi Tinggi Tinggi

    Pembersihan tangan

    operator dengan

    sabun/deterjen pencuci

    tangan

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1194

    Lanjutan Tabel 2. Analisis bahaya proses produksi bubur buah (puree) mangga skala pilot

    No. Bahan baku Bahaya

    Bahaya terhadap

    Penyebab bahaya

    Penting tidaknya

    Tindakan pengendalian Keselamatan Mutu Peluang

    (T/S/R)

    Keparahan

    (T/S/R)

    Penting/

    Tidak

    (T/S/R)

    5 Pembuburan

    dengan pulper Tidak teridentifikasi bahaya

    6 Penyaringan

    (Opsional) Tidak teridentifikasi bahaya

    7 Pencampuran -Kimia:pencampuran

    bahan-bahan

    Bahan-bahan yang

    dicampurkan:

    Asam askorbat: -Kimia:

    Dosis tidak

    tepat/berlebihan

    Potassium Sorbat: -Kimia:

    Dosis tidak

    tepat/berlebihan

    Tinggi Tinggi Tinggi

    Dilakukan oleh seorang

    operator yang

    berpengalaman dan

    dibantu asisten yang

    mencatat dan mengamati

    dengan detail, ada

    catatannya

    8 Sterilisasi botol

    dan tutup -Mikrobiologi: patogen -

    Suhu yang kurang

    cukup Tinggi Tinggi Tinggi

    Kontrol suhu terus-

    menerus, ada record

    (catatan)-nya

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1195

    Lanjutan Tabel 2. Analisis bahaya proses produksi bubur buah (puree) mangga skala pilot

    No. Bahan baku Bahaya

    Bahaya terhadap

    Penyebab bahaya

    Penting tidaknya

    Tindakan pengendalian Keselamatan Mutu Peluang

    (T/S/R)

    Keparahan

    (T/S/R)

    Penting/

    Tidak

    (T/S/R)

    9 Pasteurisasi -Mikrobiologi: patogen

    dan perusak

    Suhu yang kurang

    cukup Tinggi Tinggi Tinggi

    Kontrol suhu terus-

    menerus, ada catatannya

    10 Pembotolan

    -Fisik: udara luar, debu

    -Kondisi vakum dalam

    botol jam tidak tecapai

    - Tutup botol belum

    disterilisasi Tinggi Sedang Rendah

    -Pastikan tutup botol jam

    sudah disterilisasi

    -Pengisian botol dilakkan

    segera setelah pengisian

    -Pengisian harus ada head

    space

    11 Pendinginan -Tenggang waktu yang

    kurang cepat -

    Tidak dilakukan

    pencelupan produk

    dalam air es

    Rendah Rendah Rendah Pendinginan harus

    dilakukan segera

    12 Penyimpanan -Puree mangga

    berbahaya -

    Penyimpanan

    melewati 6 bulan di

    suhu ruang pada suhu

    < 26C

    Tinggi Tinggi Tinggi Puree mangga kadaluarsa

    tidak dikonsumsi

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1196

    Critical Point (CP) yang terakhir yaitu penyimpanan. Pada saat sebelum disimpan

    di suhu dingin, produk harus dicelupkan dulu di dalam air dingin untuk mempercepat proses

    produk menjadi dingin dan mengurangi waktu kemungkinan mikroba patogen dapat

    berkembang biak.

    Puree mangga yang sudah dibotolkan tahan disimpan di suhu kamar selama 6

    (enam) bulan. Namun apabila sudah dibuka, botol harus disimpan dalam elmari es

    (refrigerator suhu 4-5C) dan hanya tahan disimpan selama 3 bulan.

    Dokumentasi dan verifikasi

    Setelah analisis bahaya dan penetapan CCP selesai dilakukan dan telah didokumentasikan

    dalam Rencana HACCP, maka tahap selanjutnya dilakukan penetapan prosedur dokumentasi

    dan verifikasi. Namun demikian, untuk saat ini proses dokumentasi masih belum

    memungkinkan dilakukan oleh para perajin/pengolah puree mangga skala UKM. Untuk itu,

    proses dokumentasi hendaknya dilakukan oleh penyuluh dari Dinas Pertanian Kab. Cirebon.

    Demikian juga dengan proses verifikasi akan dilakukan oleh penyukuh dari Dinas Pertanian

    Kab. Cirebon. Sekaligus menjadi proses audit. Selain itu, untuk meyakinkan bermanfaatnya

    penerapan sistem HACCP ini maka uji laboratorium terhadap kandungan mikroba puree

    mangga hendaknya dilakukan setiap 4 bulan sekali dengan pengambilan sampel oleh

    penyuluh Dinas Pertanian Kab. Cirebon.

    KESIMPULAN

    Pada studi HACCP puree mangga ini ditetapkan satu bahan baku yang termasuk CCP yaitu

    buah mangga. Pada proses produksi terdapat 4 tahap yang termasuk CCP dan 4 tahap yang

    termasuk CP. Keempat tahap yang termasuk CCP yaitu penyaringan, sterilisasi botol,

    pemanasan (pasteurisasi) dan pembotolan, sedangkan tahapan yang termasuk CP ialah

    penerimaan dan sortasi, pengupasan, pencucian, dan pembuburan.

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1197

    Tabel 3. Matriks CCP pada proses produksi bubur buah (puree) mangga

    Tahap CCP No. Jenis bahaya Batas kritis Monitoring

    Tindakan koreksi Metode Frekuensi

    Sterilisasi botol dan tutup 1 Biologi Suhu: 121 C (air

    mendidih) selama 20

    menit

    - Head space 10% dari

    volume botol

    - Tidak bocor/tertutup rapat

    - Pengukuran waktu

    sterilisasi

    Setiap proses

    - Lanjutkan proses bila

    masih kurang waktunya

    - Langsung angkat dan

    tiriskan segera dengan

    kondisi botol dibalik

    Pasteurisasi 2

    Biologi

    Fisik

    Suhu 90-100 C selama 1-

    5 menit

    Pengukuran suhu dan

    waktu pasteurisasi Setiap proses

    Lanjutkan proses bila masih

    kurang waktunya, sesuaikan

    suhunya

    Pembotolan 3 Biologi

    - Head space 10% dari

    volume botol

    - Tidak bocor/tertutup

    rapat

    Balikkan botol setelah

    ditutup, dilihat apakah

    bocor/tidak

    Setiap proses

    - Kurangi isi botol apabila head space masih kurang

    - Ganti tutupnya

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1198

    Tabel 4. Matriks CP pada proses produksi puree mangga

    Tahap CP No. Jenis bahaya Batas kritis Monitoring

    Tindakan koreksi Metode Frekuensi

    Pemeraman 1 Kimia Buah mangga seragam,

    baik jenis maupun

    kematangannya

    Cek secara visual Setiap proses

    Puree mangga yang

    inferior tidak

    dijual/diekspor

    Sortasi 2

    Biologi

    Fisik

    Penanganan dan distribusi

    pemasokan yang higienis

    Cek buah mangga

    secara visual Setiap proses

    Buang buah yang

    busuk/rusak, ganti dengan

    yang berkualitas prima

    Pencucian 3 Biologi Sumber air yang digunakan

    bersih, bebas dari mikroba Cek sumber air Setiap proses

    Ganti air dengan air yang

    benar-benar besih

    Pengupasan 4

    Biologi

    Fisik

    Tangan operator bersih,

    buah mangga bersih dan

    bebas dan bebas dari bagian

    busuk/rusak

    Pencucian tangan

    operator dengan sabun

    cuci tangan, memakai

    sarung tangan, penutup

    kepala dan hidung

    (masker), pemeriksaan

    visual

    Setiap proses

    Lakukan kembali

    pengupasan dengan benar,

    buang semua kulit pada

    mangga

    Pendinginan 5 Biologi

    Tenggang waktu yang

    cukup cepat dari

    pembotolan sampai

    pencelupan produk di air

    dingin

    Cek kesigapan

    operator Setiap proses

    Lakukan kembali proses

    yang benar, produk puree

    mangga harus cepat

    dicelupkan ke dalam air

    dingin sebelum disimpan

  • Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1199

    DAFTAR PUSTAKA

    BSN. 1999. Pedoman Penyusunan Rencana Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik

    Kritis (HACCP). Badan Standardisasi Nasional. Pedoman 1004-1999.

    Mendoza, D.B. and R.B.H. Wilis. 1984. Mango Fruit Development, Postharvest Physiology and Marketing in ASEAN. ASEAN Food Handling Burau. 8

    th Floor, Syed

    Kechik Foundation Building Bangsar, Kuala Lumpur, Malaysia.

    SNI. 1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis. Departemen Perindustrian

    Indonesia. SNI 01-4852-1998.

    Waryat, Tessar Ramdhan dan Syarifah Aminah. 2004. Studi HACCP pada Proses

    Pembuatan Minuman Tradisional Betawi Bir Pletok Cair. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional, Balai Besar Penelitian dan

    Pengembangan Pascapanen Pertanian. Hal: 98-108.