#02# riba dan jenis jenisnya

19

Click here to load reader

Upload: buya-dicky-natamihardja

Post on 12-Apr-2017

93 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: #02# riba dan jenis jenisnya

[1]

Chapter 2

Riba dan Jenis-Jenisnya

Page 2: #02# riba dan jenis jenisnya

[2]

Page 3: #02# riba dan jenis jenisnya

[3]

Riba dan

Jenis-Jenisnya

Sahabat shariapreneur yang baik hatinya,

pembahasan kita kali ini sangat penting untuk dicermati.

Karena persoalan ini sangat terkait langsung dengan

aktivitas bisnis. Sangat penting juga karena Allah dan

rasul-Nya menyatakan perang terhadap para pelaku riba

ini. Dosanya sangat besar, jauh lebih besar daripada

dosa pelaku Zina. Naudzubillah.

Mari sama-sama kita simak dan pahami semoga

setelah memahaminya kita akan mudah untuk menjauhi

perbuatan riba tersebut.

Secara bahasa riba bermakna tambahan (al-

ziyadah). Secara istilah riba memiliki definisi yang

diambil berdasarkan dalil-dalil syari’at yang

membicarakan tentang transaksi-transaksi riba.

Page 4: #02# riba dan jenis jenisnya

[4]

Para ulama telah banyak mengemukakan definisi

riba, dimana satu dengan yang lainnya saling

melengkapi. Menurut Syaikh Muhammad Ahmad ad-

Daur riba adalah pertambahan akibat pertukaran jenis

tertentu, baik yang disebabkan oleh kelebihan dalam

pertukaran dua harta yang sejenis di tempat pertukaran

(majlis at-tabâdul), seperti yang terjadi dalam ribâ al-

fadhl, ataupun disebabkan oleh kelebihan tenggang

waktu (al-ajal), sebagaimana yang terjadi dalam ribâ

an-nasî’ah.

Kita akan dapat mengerti lebih jelas lagi tentang

riba dengan memahami secara konkrit tentang jenis-

jenis aktivitas ribawi berdasarkan nash-nash syari’ah

yang akan disampaikan sebentar lagi.

Hukum RibaHukum RibaHukum RibaHukum Riba

Seluruh ‘ulama bersepakat mengenai keharaman

riba, baik yang dipungut sedikit maupun banyak. Al-

Quran dan Sunnah dengan sharih (jelas) telah

menerangkan keharaman riba dalam berbagai

bentuknya; dan seberapapun ia dipungut. Allah swt

berfirman;

Page 5: #02# riba dan jenis jenisnya

[5]

šÏ% ©!$# tβθè= à2ù' tƒ (#4θt/ Ìh�9 $# Ÿω tβθãΒθà) tƒ āωÎ) $yϑ x. ãΠθà) tƒ ”Ï% ©!$#

çµäÜ ¬6y‚tFtƒ ß≈ sÜ ø‹¤±9 $# zÏΒ Äb§yϑ ø9 $# 4 y7 Ï9≡sŒ öΝ ßγ‾Ρ r' Î/ (# þθä9$s% $yϑ ‾Ρ Î) ßìø‹ t7ø9 $#

ã≅ ÷WÏΒ (#4θt/ Ìh�9$# 3 ¨≅ ymr&uρ ª! $# yìø‹t7 ø9 $# tΠ§� ymuρ (# 4θt/ Ìh�9$# 4 yϑ sù …çνu !% y ×πsà Ïã öθtΒ

ÏiΒ ÏµÎn/ §‘ 4‘yγtFΡ $$sù …ã&s# sù $tΒ y# n= y™ ÿ…çνã� øΒ r&uρ ’ n< Î) «! $# ( ï∅tΒ uρ yŠ$tã

y7 Í×‾≈ s9 'ρé' sù Ü=≈ysô¹r& Í‘$Ζ9$# ( öΝèδ $pκ� Ïù šχρà$ Î#≈ yz

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak

dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang

kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila

keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan

mereka Berkata (berpendapat), “Sesungguhnya jual beli

itu sama dengan riba,” padahal Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-

orang yang telah sampai kepadanya larangan dari

Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),

maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu

(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)

kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),

maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;

mereka kekal di dalamnya”. [TQS Al Baqarah (2): 275].

Page 6: #02# riba dan jenis jenisnya

[6]

βÎ* sù öΝ©9 (#θè= yèø" s? (#θçΡsŒù' sù 5> ö� ysÎ/ zÏiΒ «!$# Ï&Î!θß™u‘ uρ ( βÎ) uρ óΟçFö6è?

öΝ à6n= sù â¨ρâ â‘ öΝ à6Ï9≡uθøΒ r& Ÿω šχθßϑ Î= ôàs? Ÿωuρ šχθßϑ n= ôà è? ∩⊄∠∪

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah

kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum

dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka

jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),

maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan

memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari

pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu

tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (TQS Al

Baqarah [2]: 279).

Di dalam Sunnah, Rasulullah Muhammad saw

جل وھو يعلم أشد من ست وث!ثين درھم ربا يأكله الر

زنية

“Satu dirham riba yang dimakan seseorang, dan

dia mengetahui (bahwa itu adalah riba), maka itu lebih

berat daripada 60 (enam puluh kali) zina”. (HR. Ahmad

dari Abdullah bin Hanzhalah).

ه الربا ث!ثة وسبعون بابا جل أم , أيسرھا مثل أن ينكح الر

جل المسلم با عرض الر وإن أربى الر

Page 7: #02# riba dan jenis jenisnya

[7]

“Riba itu mempunyai 73 pintu, sedang yang paling

ringan seperti seorang laki-laki yang menzinai ibunya,

dan sejahat-jahatnya riba adalah mengganggu

kehormatan seorang muslim”. (HR. Ibn Majah).

با وموكله لعن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم آكل الر

ھم سواء : وقال , وكاتبه وشاھديه

“Rasulullah saw melaknat orang yang memakan

riba, yang memberi makan dengan riba, penulisnya, dan

dua orang saksinya. Beliau bersabda; Mereka semua

sama”. (HR. Muslim)

Di dalam Kitab al-Mughniy, Ibnu Qudamah

mengatakan, “Riba diharamkan berdasarkan Kitab,

Sunnah, dan Ijma’. Adapun Kitab, pengharamannya

didasarkan pada firman Allah swt, ”Wa harrama al-

riba” (dan Allah swt telah mengharamkan riba) (Al-

Baqarah:275) dan ayat-ayat berikutnya. Sedangkan

Sunnah; telah diriwayatkan dari Nabi saw bahwasanya

beliau bersabda, “Jauhilah oleh kalian 7 perkara yang

membinasakan”. Para shahabat bertanya, “Apa itu, Ya

Rasulullah?”. Rasulullah saw menjawab,

“Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang

diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan riba,

memakan harta anak yatim, lari dari peperangan,

menuduh wanita-wanita Mukmin yang baik-baik

Page 8: #02# riba dan jenis jenisnya

[8]

berbuat zina”. Juga didasarkan pada sebuah riwayat,

bahwa Nabi saw telah melaknat orang yang memakan

riba, wakil, saksi, dan penulisnya”. (HR. Imam Bukhari

dan Muslim)… Dan umat Islam telah bersepakat

mengenai keharaman riba.”

Imam al-Syiraaziy di dalam Kitab al-Muhadzdzab

menyatakan; riba merupakan perkara yang

diharamkan. Keharamannya didasarkan pada firman

Allah swt, “Wa ahall al-Allahu al-bai` wa harrama al-

riba” (Allah swt telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba) (Al-Baqarah:275), dan juga

firmanNya, “al-ladziina ya`kuluuna al-riba laa

yaquumuuna illa yaquumu al-ladziy yatakhabbathuhu

al-syaithaan min al-mass” (orang yang memakan riba

tidak bisa berdiri, kecuali seperti berdirinya orang yang

kerasukan setan)”. (al-Baqarah:275)….. Ibnu Mas’ud

meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah

saw melaknat orang yang memakan riba, wakil, saksi,

dan penulisnya”. (HR. Imam Bukhari dan Muslim)

Page 9: #02# riba dan jenis jenisnya

[9]

JenisJenisJenisJenis----Jenis Transaksi RibaJenis Transaksi RibaJenis Transaksi RibaJenis Transaksi Riba

Untuk memperoleh pemahaman yang utuh

tentang riba maka kita dapat memperolehnya langsung

melalui berbagai macam jenis praktek transaksi riba

yang telah dijelaskan melalui nash.

(1) Riba al-Fadhl

Riba al-Fadhl adalah tambahan harta yang terjadi

karena pertukaran barang tertentu yang sejenis. Riba ini

hanya terjadi dalam enam jenis harta. Ubadah bin

Shamit menuturkan bahwa Rasul saw. pernah bersabda:

ة والبر ب ة بالفض عير الذھب بالذھب والفض البر والشعير والتمر بالتمر والملح بالملح مث! بمثل سواء . بالش

بسواء يدا بيد فإذ اختلفت ھذه اIصناف فبيعوا كيف شئتم اذاكان يدا بيد

”Emas dengan emas, perak dengan perak,

gandum dengan gandum, sya‘ir dengan sya‘ir, kurma

dengan kurma, dan garam dengan garam; sama,

seimbang, dan kontan. Jika berbeda jenis barangnya,

maka perjualbelikanlah sesuai dengan cara yang kalian

suka apabila dilakukan secara kontan" (HR. Muslim).

Kelebihan (riba) dalam pertukaran dua harta

sejenis tersebut bisa terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:

Page 10: #02# riba dan jenis jenisnya

[10]

Pertama, dengan kualitas yang sama tetapi

berbeda jumlah, misalnya sekilo kurma baik dengan

satu setengah kilo kurma yang sama.

Kedua, jumlah sama tetapi kualitasnya berbeda,

semisal satu gram emas 22 karat dengan satu gram

emas 24 karat.

Ketiga, jumlah dan kualitas berbeda, seperti

sepuluh gram emas 22 karat dengan delapan gram emas

24 karat. Atau kita juga tidak boleh menukar 10 kg

kurma kualitas jelek dengan 5 kg kurma kualitas bagus,

karena pertukaran kurma dengan kurma harus setakar

atau setimbang.

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim

telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya

dari Abu Salamah dari Abu Sa'id radliallahu 'anhu

berkata: Kami diberikan kurma yang bercampur (antara

yang baik dan yang jelek) dan kami menjual dua sha'

dengan satu sha'. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda:

O صاعين بصاع وO درھمين بدرھم

“Tidak boleh menjual dua sha' dibayar satu sha'

dan dua dirham dengan satu dirham.” (HR. Bukhari)

Dalam banyak hadis, emas dan perak disebutkan

selain dalam konteks zatnya juga dalam konteks

Page 11: #02# riba dan jenis jenisnya

[11]

pertukaran atau sebagai alat tukar dan alat pembayaran.

Karena itu, uang yang ada saat ini, sekalipun esensinya

berbeda, konteksnya sebagai alat tukar dan alat

pembayaran sama dengan emas dan perak itu.

Karena itu pula, terkait dengan pertukaran mata

uang (sharf) bisa terjadi riba di dalamnya. Misalnya

praktik penukaran uang receh yang marak terjadi

menjelang hari raya idul fitri, dimana pecahan Rp.

100.000,- ditukar dengan sembilan pecahan Rp. 10.000,-,

hal ini masuk dalam kategori ribâ al-fadhl ini dan haram

dilakukan.

(2) Riba an-Nasi’ah

Riba an-nasi’ah adalah tambahan harta yang

terjadi karena adanya tenggang waktu. Riba ini bisa

terjadi pada sharf (pertukaran) maupun pinjam-

meminjam (al-qardh). Bentuknya bisa meliputi tiga

bentuk. Yaitu:

Pertama, pada sharf, yaitu pertukaran (jual beli)

dua mata uang berbeda. Semisal rupiah dengan dolar,

tetapi tidak dilakukan secara tunai. Dalilnya adalah

hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Hadis riwayat Barra' bin Azib ra.: ia berkata: Dari

Abul Minhal ia berkata: Seorang kawan berserikatku

menjual perak dengan cara kredit sampai musim haji

lalu ia datang menemuiku dan memberitahukan hal itu.

Page 12: #02# riba dan jenis jenisnya

[12]

Aku berkata: Itu adalah perkara yang tidak baik. Ia

berkata: Tetapi aku telah menjualnya di pasar dan tidak

ada seorang pun yang mengingkarinya. Maka aku (Abul

Minhal) mendatangi Barra' bin 'Azib dan menanyakan

hal itu. Ia berkata: Nabi SAW tiba di Madinah sementara

kami biasa melakukan jual beli seperti itu, lalu beliau

bersabda:

كان يدا بيد ف! بأس به وما كان نسيئة فھو ربا

“Selama dengan serah-terima secara tunai, maka

tidak apa-apa. Adapun yang dengan cara kredit maka

termasuk riba”. (HR. Muslim)

فخذوه وماكان نسيئة فذروه ماكن يدابيد

”Apa yang dilakukan secara tunai maka ambillah.

Apa yang dilakukan secara tempo (kredit) maka

tinggalkanlah." (HR. Bukhari).

Kedua, pinjam-meminjam untuk jangka waktu

tertentu dengan syarat ada tambahan pada saat

pengembalian. Bunga bank dan aktivitas rentenir di

tengah-tengah masyarakat saat ini jelas termasuk riba

jenis ini. Meski kadang-kadang ada juga yang menyebut

tambahan tersebut sebagai infak atau biaya

administrasi (dipaksakan banget ☺). Intinya ada

tambahan pada pinjaman (qard) yang disyaratkan, dan

itu adalah riba nasi’ah.

Page 13: #02# riba dan jenis jenisnya

[13]

Ketiga, pinjam-meminjam tanpa syarat tambahan

saat pengembalian, namun ketika jatuh tempo belum

bisa dibayar, lalu diberi tempo dengan kompensasi ada

tambahan. Saat ini, tambahan itu sering disebut denda

keterlambatan angsuran, termasuk denda

keterlambatan angsuran pada jual beli secara kredit.

Ada yang berpendapat, jika tidak disyaratkan sejak

awal, yaitu karena inisiatif peminjam sendiri, apalagi

dalam bentuk selain uang, hal itu boleh karena

merupakan hadiah. Pendapat ini keliru. Tambahan yang

termasuk ribâ itu tidak mesti tambahan berupa uang.

Semua bentuk tambahan berupa manfaat lain yang

muncul dari pinjam-meminjam itu, termasuk riba.

Fadhalah bin ‘Ubayd menuturkan, Rasulullah saw.

pernah bersabda:

با كل قرض جر منفعة فھو وجه من وجوه الر

"Setiap pinjaman yang menarik suatu manfaat

maka itu termasuk salah satu bentuk riba." (HR. al-

Bayhaqi).

Yahya bin Abi Ishaq al-Huna’i menuturkan: Aku

pernah bertanya kepada Anas bin Malik tentang

seseorang yang meminjami saudaranya harta, lalu

saudaranya itu memberinya hadiah. Anas berkata,

Rasulullah saw. pernah bersabda:

Page 14: #02# riba dan jenis jenisnya

[14]

ابة إذا أقرض أحدكم قرضا فأھدى له أو حمله على الد

ف! يركبھا وO يقبله إO أن يكون جرى بينه وبينه قبل

ك ذل

”Jika salah seorang di antara kalian meminjamkan

suatu pinjaman (utang), lalu peminjam memberinya

hadiah atau membawanya di atas hewan tunggangan

maka jangan ia menaikinya dan jangan menerima

hadiah itu, kecuali yang demikian itu biasa terjadi di

antara keduanya sebelum pinjam-meminjam itu". (HR.

Ibn Majah).

Anas juga menuturkan bahwa Rasul saw. pernah

bersabda:

إذا أقرض ف! يأخذ ھدية Jika seseorang memberikan pinjaman maka

janganlah ia mengambil hadiah. (HR. Al-Bukhari).

Berdasarkan nash-nash tersebut, Imam

Taqiyuddin an-Nabhani menyatakan, bahwa pinjaman

yang memunculkan suatu manfaat, jika hal itu telah

disyaratkan, maka tanpa ada perbedaan sedikitpun,

haram. Demikian juga jika seseorang meminjami tanpa

ada syarat, lalu peminjam mengembalikan dengan ada

tambahan uang atas uang yang ia pinjam. Adapun jika

peminjam memberi hadiah (selain uang) sebagai

Page 15: #02# riba dan jenis jenisnya

[15]

tambahan atas apa yang ia pinjam maka perlu dilihat,

jika kebiasaannya (tanpa ada pinjaman) adalah suka

memberi hadiah terhadap orang itu, maka tidak apa-apa

dan orang itu (pemberi pinjaman) boleh menerimanya;

jika tidak, sesuai dengan hadis Anas di atas, maka

pemberi pinjaman itu tidak boleh menerimanya.

Untuk mempertajam pemahaman tentang

transaksi-transaski riba kami sampaikan beberapa

contoh transaksi riba sebagai berikut:

Misalnya, jika si A mengajukan utang sebesar Rp.

20 juta kepada si B dengan tempo satu tahun. Sejak

awal keduanya telah menyepakati bahwa si A wajib

mengembalikan utang ditambah bunga 15%, maka

tambahan 15% tersebut merupakan riba yang

diharamkan, ini riba nasi’ah.

Termasuk riba qardh (hutang piutang) adalah, jika

kedua belah pihak menyepakati ketentuan apabila pihak

yang berutang mengembalikan utangnya tepat waktu

maka dia tidak dikenai tambahan, namun jika dia tidak

mampu mengembalikan utangnya tepat waktu maka

temponya diperpanjang dan dikenakan tambahan atau

denda atas utangnya tersebut. Contoh yang kedua inilah

yang biasa disebut riba jahiliyah karena banyak

dipraktekkan pada zaman pra-Islam.

Page 16: #02# riba dan jenis jenisnya

[16]

Sementara riba utang yang muncul dalam jual-beli

yang tidak tunai contohnya adalah apabila si X membeli

motor kepada Y secara tidak tunai dengan ketentuan

harus lunas dalam tiga tahun. Jika dalam tiga tahun

tidak berhasil dilunasi maka tempo akan diperpanjang

dan si X dikenai denda berupa tambahan sebesar 5%,

misalnya.

Perlu diketahui bahwa dalam konteks utang, riba

atau tambahan diharamkan secara mutlak tanpa

melihat jenis barang yang diutang. Maka, riba jenis ini

bisa terjadi pada segala macam barang. Jika si A

berutang dua liter bensin kepada si B, kemudian

disyaratkan adanya penambahan satu liter dalam

pengembaliannya, maka tambahan tersebut adalah riba

yang diharamkan. Demikian pula jika si A berutang 10 kg

buah apel kepada si B, jika disyaratkan adanya

tambahan pengembalian sebesar 1kg, maka tambahan

tersebut merupakan riba yang diharamkan.

Kesimpulan

Dapat kita simpulkan bahwa riba biasanya terjadi

dalam utang-piutang dan transaksi penukaran barang

atau jual-beli.

Riba dalam utang adalah tambahan atas utang,

baik yang disepakati sejak awal ataupun yang

ditambahkan sebagai denda atas pelunasan yang

Page 17: #02# riba dan jenis jenisnya

[17]

tertunda. Riba utang ini bisa terjadi dalam qardh (utang-

piutang) ataupun jual-beli secara tempo/kredit. Semua

bentuk riba dalam utang tergolong riba nasi’ah karena

muncul akibat tempo (penundaan).

Riba dalam jual beli terjadi karena pertukaran

tidak seimbang di antara barang ribawi yang sejenis

(seperti emas 5 gram ditukar dengan emas 5,5 gram).

Jenis ini yang disebut sebagai riba fadhl. Riba dalam

jual-beli juga terjadi karena pertukaran antar barang

ribawi yang tidak kontan, seperti emas ditukar dengan

perak secara kredit. Praktek ini digolongkan ke dalam

riba nasi’ah atau secara khusus disebut dengan istilah

riba yad.

1) Besarnya Dosa Riba

Sebagaimana telah disebutkan dalam nash-nash di

atas. Mereka yang melakukan riba yaitu pemakan riba,

pemberi makan riba, penulis dan dua orang saksi riba

menanggung dosa yang sangat besar di sisi Allah.

Bahkan dosa tersebut jauh lebih besar dari dosa

berzina, mencuri dan minum khamr. Jika kita merasa

‘jijik’ melihat pelacur, pencuri, peminum khamr karena

dosanya maka harusnya kita jauh merasa lebih ‘jijik’ lagi

terhadap para pelaku riba tersebut. Sebab dosa mereka

jauh lebih besar lagi.

Page 18: #02# riba dan jenis jenisnya

[18]

Bahkan satu dirham yang mereka peroleh dari

transaksi riba dosanya lebih besar dari 60 kali zina

sesuai hadits riwayat Ahmad di atas.

Ilustrasinya:

Apabila ada seorang pebisnis yang melakukan

pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya atau

dari individu untuk menjalankan aktivitas bisnisnya,

sebesar Rp. 10 M misalnya. Maka kita dapat mengetahui

seberapa besar dosa riba yang harus ditanggungnya.

Jika Rp. 10 M itu menghasilkan riba 12%/tahun atau

1%/bulan maka jumlah bunga atau riba yang harus

dibayar oleh seorang pebisnis adalah Rp. 100 Jt/bln.

Berapa banyak dosa riba yang diterimanya dalam

sebulan:

1 dirham = 2,975 gram perak, senilai kurang lebih

Rp 70.000,- (harga saat tulisan ini dibuat oktober 2013).

Riba yang harus di bayar oleh pengusaha tersebut setiap

bulan adalah sebesar 100 Jt. maka dosanya = (Rp 100

jt/Rp. 70.000) x 60 zina = 85.715 kali/bulan berzina.

Dosa yang harus ditanggungnya setiap hari adalah

sebanyak 2.857 kali berzina atau rata-rata 2 kali berzina

dalam 1 menit. Dapat anda bayangkan besarnya dosa

riba bagi mereka yang melakukannya. Setiap menit

mengalir dosa besar yaitu 2 kali dosa zina kepada

dirinya. Naudzubillah tsumma naudzubillah.

Page 19: #02# riba dan jenis jenisnya

[19]

Selama ia tidak bertobat dan meninggalkan

aktivitas riba, maka selama itu pula ia terus menerus

menerima dosa ribanya. Hal paling besar dari dosa Riba

adalah tidak selamatnya seorang muslim dari siksa

neraka selama-lamanya jika mereka berpaling (ingkar

atau kufur) terhadap dosa besar riba dan tetap

mengambil riba padahal mereka mengetahui hal itu

adalah dosa besar. Kekufurannya terhadap larangan

riba sama saja kekufurannya terhadap Allah yang

menjatuhkan dirinya kepada kemurtadan. Oleh karena

kekufuranya itulah Allah akan mengazab mereka

selama-lamanya di Neraka. Mereka kekal di dalamnya.

Meski mereka sholat, puasa, zakat, shadaqah dan

amalan lainnya. Karena tidak ada gunanya amal-amal

tersebut jika ia sudah berstatus murtad (keluar dari

Islam karena kekufurannya). Sebagaimana difirmankan

pada akhir ayat al-Baqarah 275:

ï∅tΒ uρ yŠ$tã y7 Í× ‾≈ s9'ρé' sù Ü=≈ ysô¹r& Í‘$Ζ9$# ( öΝ èδ $pκ� Ïù šχρà$ Î#≈ yz

Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu

adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya. (TQS. Al-Baqarah [2]: 275)

Naudzubillah, semoga kita terjauhkan sejauh-

jauhnya dari melakukan riba. Amin.

***