(02)riba dalam perspektif agama dan sejarah

Upload: hime-rezty

Post on 08-Jul-2015

278 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI TRANSAKSI YANG DILARANG

IDENTIFIKASI TRANSAKSI YG DILARANG

P E N Y E B A B

Haram Zatnya: li dzatihi

TadlisMelanggar prinsipAn Taraddin Minkum

Tidak didasarkan prinsip kerelaan (ridha); asymetric information

Haram Selain Zatnya

IhtikarMelanggar prinsipLa Tazhlimuna wa la tuzhlamun

Rekayasa Pasar (Supply) Rekayasa Pasar (demand)

Bai Najasy

Gharar Riba

Uncomplete Information; uncertainty to both party

Fadl Nasiah

Rukun tdk terpenuhi

Tidak Sah

Taaluq Jahiliah Two In One

Penyebab Terlarangnya Sebuah Terlarangnya Transaksi Disebabkan Faktor Sebagai Berikut :A.

B.

Haram Zatnya (haram li-dzatihi) Karena obyek (brg/jasa) yg ditransaksikannya haram Misalnya minuman keras, bangkai, daging babi, darah. Walaupun akad jual-belinya sah namun transaksinya haram Haram selain Zatnya (haram li ghairihi) I. Melanggar prinsip An Taraddin Minkum (sama-sama rela), antara lain transaksi tadlis (menipu), dimana salah satu pihak (A) tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain (B), tadlis dapat terjadi dalam 4 hal yaitu : Kuantitas Kualitas Harga (ghaban) Waktu penyerahan

Penyebab Larangan - LanjutanB.

Haram selain Zatnya - lanjutan II. Melanggar prinsip La Tazhlimuna wa la tuzhalamun (jangan menzalimi dan jangan dizalimi), praktek transaksi ini antara lain : 1. Rekayasa supply dalam pasar (ikhtikar-nimbun), antara lain dengan mengupayakan terjadinya kelangkaan, menjual dengan harga tinggi dan mengambil keuntungan lebih tinggi saat terjadinya kelangkaan. 2. Rekayasa demand dalam pasar (bai najasy), antara lain dengan menciptakan permintaan palsu sehingga terjadi sentimen pasar. 3. Taghrir (Gharar) yaitu situasi dimana terjadi ketidaklengkapan informasi karena adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi. Ketidakpastian akad dalam kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan...(berlanjut)

Penyebab Larangan - LanjutanB.

Haram selain Zatnya - lanjutan Gharar (no.3) II. Melanggar prinsip La Tazhlimuna wa la tuzhalamun (jangan menzalimi dan jangan dizalimi), praktek transaksi ini antara lain : 1. Taghrir (Gharar) dalam kuantitas Kasus Ijon, penjual & pembeli sama-sama tidak tahu berapa jumlah buah yg dijual. 2. Gharar dalam kualitas Peternak menjual anak sapi yang masih dalam kandungan induknya. 3. Gharar dalam harga bank memberi pembiayaan murabahah rumah 1 tahun dengan margin 20%, atau 2 tahun dengan margin 40% dan nasabah sepakat. Gharar terjadi karena harga yg disepakati tidak jelas apakah 20% atau 40%. 4. Gharar dalam waktu penyerahan menjual barang yg hilang. Penjual dan pembeli sama-sama tidak tahu kapankah barang yg hilang itu dapat ditemukan kembali.

Penyebab Larangan - LanjutanB.

Haram selain Zatnya lanjutan 4. Maysir (Perjudian) Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (Q.S. Al-Maidah [5]: 90) Suatu permainan/pertandingan dimana salah satu pihak harus menanggung beban pihak yg lain akibat permainan tsb. Misal, dalam sepak bola jika dana partisipasi yg dimintakan dari para peserta dialokasikan utk pembelian thropy atau bonus para juara maka itu termasuk judi. Untuk menghindari judi, maka untuk pembelian thropy atau bonus para juara jangan dari partisipasi para pemain, melainkan dari sponsorship yg tidak ikut bertanding.

Penyebab Larangan - LanjutanB.

Haram selain Zatnya lanjutan 5. Risywah (Suap-Menyuap) Yaitu memberi sesuatu kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Ulama ahli fiqih juga menegaskan bahwa hadiah-hadiah yang diberikan kepada para pejabat adalah bentuk suap, uang haram dan penyalahgunaan wewenang. Allah melaknat orang yang memberi suap, penerima suap, sekaligus perantara suap yang menjadi penghubung antara keduanya (HR. Ahmad)

Penyebab Larangan - LanjutanB.

Haram selain Zatnya lanjutan 6. Riba Secara bahasa, rib artinya az-ziydah yaitu tambahan (Ibn Manzhur, Kamus Lisn al-Arab, 14/304) Secara tradisi/adat/urf, riba adalah pertambahan yang ditetapkan sebagai kompensasi/imbalan penangguhan pembayaran utang. Definisi secara istilah, riba adalah pengambilan tambahan, baik dari transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam. (M. Syafii Antonio, 2009:37)

Penyebab Larangan - LanjutanB.

Haram selain Zatnya - lanjutan 6. Riba Riba adalah penambahan atas harta pokok karena unsur waktu. (Imam an-Nawawi), dalam dunia perbankan, hal itu dikenal dengan bunga kredit sesuai lama waktu pinjaman. Riba adalah seseorang memiliki utang maka dikatakan kepadanya apakah akan melunasi atau membayar lebih, jikalau tidak mampu melunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga pinjam) atas penambahan waktu yang diberikan. (Imam Ahmad bin Hanbal). Riba adalah amalan (tindakan) meminjamkan uang dengan pengenaan bunga. (Prof. Dr. Sudin Haron) Kesimpulan rib adalah pertambahan akibat pertukaran jenis harta tertentu, baik karena kelebihan dalam pertukaran dua harta sejenis (al-fadhl) di tempat pertukaran (majlis tabdul) atau karena adanya penundaan waktu pembayaran/penyerahan harta (nasah).

Larangan Riba dalam Al-Quran Larangan riba yang terdapat dalam Al-quran diturunkan dalam empat tahap : Tahap Pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zahirnya/kelihatannya seolah-olah menolong mereka yang memerlukan, sebagai suatu perbuatan taqarrub kepada Allah SWT. Akan tetapi Allah SWT sendiri berfirman, Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya) (QS. Ar Ruum [30] : 39) Surat Makkiyah

Larangan Riba dalam Al-Quran - Lanjutan Tahap Kedua, riba digambarkan sebagai sesuatu yang buruk, Allah SWT mengancam akan memberi balasan yang keras kepada orang yahudi yang memakan riba. Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih (QS An Nisaa [4 ]: 160-161) Surat Madaniyyah

Larangan Riba dalam Al-Quran - Lanjutan Tahap Ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yg berlipat ganda & dipraktikkan pada masa tsb. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (QS Ali Imran [3] : 130) Surat Madaniyyah, ayat ini turun pada tahun ke-3 Hijriyah (624 M). Tahap Keempat, tahap terakhir Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun jenis tambahan yg diambil dari pinjaman. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS Al Baqarah [2] : 278-279) Surat Madaniyyah, ayat ini turun pada tahun ke-9 Hijriyah (630 M).

Larangan Riba dalam Assunnah Jabir (sahabat Rasulullah) berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda : Mereka semuanya sama (HR. Muslim no 2995) Riba itu mempunyai 73 pintu/tingkatan, dan yang paling rendah dosanya adalah seseorang yg menyetubuhi ibunya (HR. Thabrani,al Hakim) Satu dirham riba yang dimakan seseorang, dan dia mengetahui (bahwa itu adalah riba), maka itu lebih berat daripada enam puluh kali zina. (HR Ahmad dari Abdullah bin Hanzhalah). Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW berkata:Pada malam perjalananku Miraj, aku melihat orang-orang yang perutnya seperti rumah, di dalamnya dipenuhi oleh ular-ular yang kelihatan dari luar. Aku bertanya pada Jibril siapakah mereka itu. Jibril menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang memakan riba.

Pandangan Ulama Indonesia terhadap RibaNahdlatul Ulama Meski berbeda pandangan, lajnah memutuskan bahwa bunga bank adalah haram. Merekomendasikan agar PBNU mendirikan Bank Islam dengan sistem tanpa bunga (Lajnah Bahsul Masail, Munas Bandar Lampung 1982) Muhammadiyah Bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya halal. Menyarankan agar PP Muhammadiyah untuk mengusahkan terwujudnya konsepsi sistem perkonomian khususnya lembaga perbankan yang sesuai dengan kaidah Islam (Lajnah Tarjih, Sidoarjo 1968) Majelis Ulama Indonesia Bunga bank sama dengan riba (Komisi Fatwa MUI Desember 2003) MUI harus mendirikan bank alternatif (Lokakarya alim ulama, Cisarua 1991)

Pandangan Ulama Dunia terhadap Riba Dewan Studi Islam Al Azhar, Cairo :bunga dalam segala bentuk pinjaman adalah riba yang diharamkan (konferensi Al Azhar, Muharram 1385H/Mei 1965) Rabithah al-Alam al-Islami:bunga bank yang berlaku dalam perbankan konvensional adalah riba yang diharamkan (keputusan No 6 Sidang ke 9, Mekkah 12-19 Rajab 1406H) Majma Fiqih Islamy, Organisasi Konferensi Islam (OKI):seluruh tambahan dan bunga atas pinjaman yang jatuh tempo dan nasabah tidak mampu membayarnya, demikian pula tambahan (atau bunga) atas pinjaman dari permulaan perjanjian adalah dua gambaran dari riba yang diharamkan secara syariah (keputusan No 10 Majelis Majma Fiqih Islamy, Konferensi OKI ke II, 22-28 Desember 1985)

Konsep Bunga di Kalangan Yunani dan Romawi Plato (427 - 347 SM) mengecam sistem bunga berdasarkan dua alasan yaitu, pertama: bunga menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas dalam masyarakat, kedua: bunga merupakan alat golongan kaya untuk mengeksploitasi golongan miskin. Aristoteles (384 - 322 SM) berpendapat bahwa fungsi uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange) bukan alat untuk menghasilkan tambahan melalui bunga. Bunga menurutnya adalah uang yang berasal dari uang yang keberadaannya dari sesuatu yang asalnya tidak akan terjadi, oleh karena itu bunga adalah suatu yang tidak adil. Dia menyebut bunga uang dengan istilah "ayam betina yang mandul dan tidak bisa bertelur".

Konsep Bunga di Kalangan Yunani dan Romawi - Lanjutan Para ahli filsafat Romawi, juga mengecam praktek pengambilan bunga dengan alasan yang kurang lebih sama dengan yang dikemukakan ahli filsafat Yunani Cicero memberi nasehat kepada anaknya agar menjauhi dua pekerjaan yaitu memungut cukai dan memberi pinjaman. Cato memberikan dua ilustrasi untuk melukiskan perbedaan antara perniagaan dan memberi pinjaman Perniagaan adalah pekerjaan beresiko tinggi sedangkan memberi pinjaman (dengan bunga) adalah sesuatu yang tidak pantas. Dalam tradisi mereka seorang pencuri akan didenda dua kali lipat sedangkan pemakan bunga akan didenda empat kali lipat

Praktek Bunga Pada Zaman Romawi & Yunani Kuno 3000 - 1900 SM 1900 - 732 SM 732 - 625 SM 625 - 539 SM 539 - 333 SM 500 - 100 SM 100 - 90 SM

Sumerian Babylonia Assyrian Neo Babylonia Parsi Yunani Romawi

Tingkat BungaBarang 33,3% Uang 20%

(Sumber : Homer, 1997)

Pandangan Yahudi Terhadap Bunga Kitab Deuteronomy (Ulangan) pasal 23 ayat 19 20 :

Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan atau apapun yang dapat dibungakan. Dari orang asing boleh engkau memungut bunga, tetapi dari saudaramu janganlah engkau memungut bunga Kitab Eksodus (Keluaran) pasal 22 ayat 25 :

Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umatku, orang yang miskin diantaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia; janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya.

Pandangan Kristen Terhadap Bunga - LanjutanPandangan para pendeta awal Kristen (abad I-XII) Mengharamkan bunga Pandangan Sarjana Kristen Abad XII-XV Robert A Courcon (1152-1218) William A St Raymond of Pennafore (1180-1278) St Bonaventura (1211-1274) St Thomas Aquimas (1225-1274), kesimpulan hasil bahasan : Bunga dibedakan menjadi interest (bunga yg diperbolehkan) dan usury (bunga yg berlebihan) Niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan dengan memberikan pinjaman adalah suatu dosa yang bertentangan dengan konsep keadilan Mengambil bunga dari pinjaman diperbolehkan, namun haram tidaknya tergantung niat si pemberi uang

Pandangan Kristen Terhadap Bunga - LanjutanPandangan Reformis Kristen Abad XVI - IX John Calvin (1509 1564) Martin Luther (1483 - 1546) Melancthon (1497 - 1560) Zwingli (1484 - 1531) Dosa apabila bunga memberatkan Uang dapat membiak (kontra dengan Aristoteles) Tidak menjadikan pengambil bunga sebagai profesi Jangan mengambil bunga dari orang miskin

Jenis-Jenis RibaRiba Fadl (Riba buyu) Riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mitslan bi mitslin), sama kuantitas (sawa-an bi sawa-in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin)/tunai Riba yang diambil dari kelebihan pertukaran barang yang sejenis. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, terdapat 6 jenis barang yang apabila pada saat pertukaran terdapat kelebihan maka dikatakan riba, yaitu emas, perak, gandum, tepung, kurma dan garam Di luar barang tersebut menurut hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Muslim, diperbolehkan beda jumlah & beda kualitasnya asalkan pertukarannya dilakukan pada waktu yang sama/tunai Dalam perbankan konvensional, riba fadl dapat ditemui dalam transaksi jual beli valas yang tidak dilakukan secara tunai/spot (Adiwarman A. Karim, 2004:37)

Jenis-Jenis Riba- LanjutanRiba Fadl (Riba buyu) Kelebihan dalam pertukaran dua harta sejenis tersebut bisa terjadi dalam tiga bentuk. Pertama, dengan kualitas yang sama tetapi berbeda jumlah, semisal sekilo kurma kualitas baik dengan dua kilo kurma yang sama. Kedua, jumlah sama tetapi kualitasnya berbeda, semisal satu gram emas 22 karat dengan satu gram emas 24 karat. Ketiga, jumlah dan kualitas berbeda, seperti sepuluh gram emas 22 karat dengan delapan gram emas 24 karat. Terkait dengan pertukaran mata uang (sharf) bisa terjadi riba fadhl pada praktik penukaran uang receh semisal Rp.1000 ditukar dengan sembilan pecahan Rp.100, ini jelas riba fadhl dan haram Jadi intinya supaya tidak terjadi riba fadl, ketika terjadi pertukaran pada 6 jenis barang (emas dengan emas, perak dengan perak, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, & garam dengan garam maka harus sama jumlahnya, sama kualitasnya dan sama waktu penyerahannya/kontan.

Jenis-Jenis Riba- LanjutanRiba Nasiah (Riba duyun) Riba Nasi`ah adalah tambahan yang diambil karena penundaan pembayaran utang untuk dibayarkan pada tempo yang baru, sama saja apakah tambahan itu merupakan sanksi atas keterlambatan pembayaran utang, atau sebagai tambahan utang baru. Dalam dunia perbankan konvensional riba jenis ini dapat ditemui pada pembayaran bunga kredit, pembayaran bunga deposito/tabungan/giro, dsb. (Adiwarman A.Karim, 2004:38) Rib nasah bisa terjadi pada sharf (pertukaran) maupun pinjammeminjam (al-qardh). Bentuknya bisa meliputi tiga bentuk : Pertama, pada sharf, yaitu tukar-menukar dua mata uang berbeda semisal rupiah dengan dolar, tetapi tidak dilakukan secara kontan.

Jenis-Jenis Riba- LanjutanRiba Nasiah (Riba duyun) Kedua, pinjam-meminjam untuk jangka waktu tertentu dengan syarat ada tambahan pada saat pengembalian. Bunga bank jelas termasuk jenis ini. Kadang-kadang tambahan itu disebut sebagai infak atau biaya administrasi. Ketiga, pinjam-meminjam tanpa syarat tambahan saat pengembalian, namun ketika jatuh tempo belum bisa dibayar, lalu diberi tempo dengan kompensasi ada tambahan. Saat ini, tambahan itu sering disebut denda keterlambatan angsuran, termasuk denda keterlambatan angsuran pada jual beli secara kredit.

Jenis-Jenis Riba- LanjutanRiba Jahilliyah Hutang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktunya Melanggar kaidah Kullu Qardin Jarra Manfaah fahuwa riba (setiap pinjaman yang mengambil manfaat adalah riba). Memberi pinjaman adalah transaksi tabarru (kebajikan) yang tidak boleh diubah menjadi tijarah (bisnis). Dari segi penundaan waktu penyerahannya riba jahilliyah tergolong nasiah, dari kesamaan obyek yg dipertukarkan maka tergolong riba fadl. Dalam dunia perbankan konvensional riba jenis ini dapat ditemui dalam pengenaan bunga pada transaksi kartu kredit yg tidak dibayar penuh tagihannya. (Adiwarman A. Karim, 2004:41)

Prinsip Uang dan Riba Uang hanya alat pembayaran dan alat pengukur Uang hanya dapat menghasilkan keuntungan sesudah berubah menjadi barang. Uang saja tidak bisa menghasilkan uang Permintaan akan uang adalah untuk transaksi dan berjaga-jaga. Uang diminta bukan karena uang, tapi untuk tujuan lain. Permintaan spekulatif akan uang tidak dibenarkan Adalah permintaan dan suplai barang yang menentukan nilai uang. Waktu bukanlah penentu nilai uang. Time value of money tidak dikenal dalam Islam Untuk menjaga agar nilai uang stabil, uang harus dibuat dari barang-barang yang bernilai, seperti emas dan perak atau didasari olehnya.

Perbedaan Bunga Bagi HasilBUNGA1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akaddengan asumsi usaha akan selalu menghasilkan keuntungan.2. Besarnya persentase didasarkan pada

BAGI HASIL1. Penentuan besarnya nisbah bagi hasildisepakati pada waktu akrasio/nad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. 2. Besarnya rasio/nisbah bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. 3. Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama. 4. Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama.

jumlah dana/modal yang dipinjamkan. 3. Bunga dapat mengambang/variabel, dan besarnya naik turun sesuai dengan naik turunnya bunga patokan atau kondisi ekonomi. 4. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankan peminjam untung atau rugi. 5. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun keuntungan naik berlipat ganda. 6. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama.

5. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan. 6. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Penyebab Larangan - LanjutanC.

Transaksi yg tdk termasuk haram secara zatnya maupun haram selain zatnya, belum tentu serta merta halal, masih ada kemungkinan transaksi tersebut menjadi haram bila akad atas transaksi itu Tidak Sah/Tidak Lengkap Aqadnya, Jika : I. Rukun dan Syaratnya Tidak terpenuhi, rukun adalah sesuatu yg wajib ada dlm suatu trx. Rukun dlm muamalah ekonomi ada tiga, Pelaku (penjual-pembeli) Objek (barang/jasa, co Mobil) Ijab-kabul (Kesepakatan bersama antara kedua belah pihak yg bertransaksi) Dalam ijab-qabul/kesepakatan,aqad bisa dibatalkan jika terjadi : Kesalahan obyek (barangnya tidak sesuai/cacat). Paksaan (ikrah) Penipuan (tadlis) Bila ketiga rukun terpenuhi (pelaku, objek, ijab-qabul), maka transaksi yg dilakukan sah, namun jika 1 rukun saja tidak terpenuhi maka transaksi menjadi batal.

Penyebab Larangan - LanjutanI.

Selain rukun, faktor yg harus ada supaya akad menjadi sah/lengkap adalah Syarat, yaitu sesuatu yg keberadaannya melengkapi rukun. Contoh syarat pelaku transaksi muamalah adalah orang cakap hukum/baligh. Bila syarat tidak terpenuhi tapi rukun terpenuhi maka transaksi itu sah tapi fasid/rusak. Keberadaan syarat tidak boleh : Menghalalkan yang haram Mengharamkan yang halal Mengugurkan rukun Bertentangan dengan rukun Mencegah berlakunya rukun

Penyebab Larangan - LanjutanC.

Tidak Sah/Lengkap akadnya II. Taalluq Terjadi apabila ada dua akad yang saling berkaitan Misalnya A menjual mobil seharga Rp 120 juta kepada B dengan syarat B harus kembali menjual barang tersebut kepada A dengan harga Rp 100 juta Penerapan syarat mencegah dipenuhinya rukun dan dalam terminologi fiqih kasus ini disebut bai al inah III. Two in One Suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus sehingga timbul gharar (ketidakpastian) tentang akad mana yang berlaku Dalam terminologi fiqih disebut Shafqatain fi al-shafqah Terjadi bila obyek, pelaku dan jangka waktu sama Contoh transaksi adalah lease and purchase (A. Karim,2004:49)

Penyebab Larangan - LanjutanC.

Tidak Sah/Lengkap akadnya III. Two in One Contoh transaksi adalah leasing (Sewa-beli) Dalilnya

Hadits dari al-Bazzar dan Ahmad, dari Ibnu Masud yang menyatakan: Rasululllah Saw telah melarang dua kesepakatan (aqad) dalam satu transaksi Hadits yang senada dikemukan oleh at-Thabrani dalam kitabnya, al-Awsath, dengan redaksi sebagai berikut: Tidaklah dihalalkan dua kesepakatan (aqad) dalam satu kesepakatan (aqad)