01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
1/47
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
2/47
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
NN. A DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR
DEXTRA DI RUANG MAWAR 2 RSUD
DR. MOEWARDI
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
DWI CAHYONO
NIM. P. 09072
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
3/47
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
NN. A DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR
DEXTRA DI RUANG MAWAR 2 RSUD
DR. MOEWARDI
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
DWI CAHYONO
NIM. P. 09072
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
4/47
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dwi Cahyono
NIM : P. 09072
Program Studi : D III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT
PADA NN. A DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR DEXTRA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 25 April 2012
Yang Membuat Pernyataan
DWI CAHYONO
NIM. P. 09072
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
5/47
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Dwi Cahyono
NIM : P. 09072
Program Studi : D III Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NN. A
DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR DEXTRA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : 26 April 2012
Pembimbing : Joko Kismanto, S. Kep, Ns (.)
NIK. 200670020
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
6/47
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat,
rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NN. A
DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR DEXTRA
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Setiyawan, S. Kep, Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
yang telah menjadi motivator dan pemimpin yang senantiasa memberikan
teladan serta bimbingan kepada semua mahasiswa STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S. Kep, Ns, selaku penguji dan Sekretaris Ketua
Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan
menimba ilmu dan selalu memberikan fasilitas untuk menunjang
pengajaran di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Joko Kismanto, S. Kep, Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi kesempurnaannya studi kasus ini.
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
7/47
4. Fakhrudin Nasrul Sani, S. Kep, Ns selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
kesempurnaannya studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sebar dan wawasanya
serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orangtuaku, Bp. Sularjo Thrisno Mulyono dan Ibu Sunarti yang
selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan
pendidikan.
7. Sahabat terbaik saya yang telah memberikan motivasi dan selalu berjuang
bersama dalam satu tekad, satu tujuan dan selalu memberikan motivasi dan
semangat, serta selalu memberikan saya informasi yang handal dan akurat
dalam segala hal.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan, Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
8/47
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Tujuan penulisan ............................................................ 5
C. Manfaat penulisan .......................................................... 6
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ...................................................................... 8
B. Perumusan Masalah Keperawatan ..................................12
C. Perencanaan Keperawatan ..............................................13
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
9/47
D. Implementasi Keperawatan..............................................14
E. Evaluasi Keperawatan......................................................19
BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A.
Pembahasan.......................................................................22
B.
Simpulan dan Saran...........................................................31
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
10/47
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Daftar Riwayat Hidup.
2.
Surat Pengantar Pra Penelitian RSUD Dr. Moewardi.
3.
Log Book (3 hari 3 lembar).
4.
Format Pendelegasian.
5. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data.
6.
Lembar Konsultasi.
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
11/47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit yang dianggap tidak berbahaya tetapi abila tidak segera
ditangani akan berakibat fatal seperti halnya daging tumbuh pada bagian
otot yang sering disebut uci-uci. Uci-uci merupakan kata dalam Bahasa
Jawa yang artinya adalah benjolan pada bagian tubuh tertentu terutama
pada bagian anggota gerak, yang lebih sering adalah pada bagian tubuh
yang dilewati aliran getah bening, seperti : leher, ketiak dan lipat paha.
Gejala tersebut terkadang dikesampingkan dan dianggap tidak penting,
tetapi tidak sedikit bahwa penyakit yang terutama adalah tumor pada awal
mulanya ditandai dengan munculnya uci-uci. Salah satu tanda dan gejala
yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah dengan munculnya nyeri yang
spesifik dan adanya massa yang abnormal. Uci-ucimerupakan salah satu
golongan tumor yang apabila dibiarkan akan terjadi mutagenesis yang
menimbulkan kanker dan keganasan pada jaringan lunak (Journal of
Indian Association of Pediatric Surgeons, 2012).
Prevalensi tumor/kanker menurut diagnosis tenaga kesehatan
(RISKESDAS) 2007 di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,8%, Prevalensi
tertinggi di Kabupaten Magelang (1,6%), Cilacap (1,5%), Kebumen
(1,3%), Banyumas, Wonogiri, Surakarta, Tegal Kota (masing-masing
1,2%). Menurut Dokter Spesialis Bedah RS Panti Waluyo, uci-uci
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
12/47
termasuk dalam salah satu golongan tumor, tanda dan gejala yang paling
sering ditemui adalah dengan munculnya massa yang mendesak jaringan
kulit yang tampak dari luar seperti bengkak yang disertai dengan nyeri
maupun tanpa nyeri, dan apabila bermutasi dan tidak segera ditangani
secara dini maka akan berubah menjadi kanker ganas yang biasa disebut
Rabdomiosarkoma (Kanker yang menyerang jaringan otot lurik)
(Joglosemar Edisi 4/10/2011)
Rabdomiosarkoma (RMS) adalah suatu penyakit keganasan pada
jaringan lunak yang menyerang otot seran lintang. Merupakan 10% -15%
dari sarcoma jaringan lunak dan 5% - 8% dari semua kasus keganasan
pada anak. Sejak Januari 1988 Desember 1992 di bagian Anak RSUD
Dr. Sutomo/FK Unair Surabaya ditemukan 2 kasus Rabdomiosarkoma dari
28 kasus tumor abdomen. Sedangkan di Sub bagian Hematologi/Onkologi
BIKA FK USU / SRPM Medan sejak Januari 1987- Desember 1993
didapatkan 4 kasus Rabdomiosarkoma dari 11 kasus sarcoma tulang dan
jaringan lunak. Rabdomiosarkoma dapat terjadi pada semua usia, dengan
insiden terbanyak pada usia 2 - 6 tahun dan 15 - 19 tahun. Laki - laki dan
perempuan dengan perbandingan 1 : 1,1 & 1,5 : 1. Lokasi umumnyan
terdapat pada kepala dan leher (3 -65%) menyusul anggota gerak (24%),
sistem urogenital (18 %), badan (8%), retropertoneal (7%) dan tempat
lain(2-3%) (Michael Walta, World Journal of Medical Sciences, 2008).
Pada anak usia dibawah 10 tahun, RMS paling banyak dijumpai pada
kepala,leher dan sistem urogenital (B .Lubis, Delyuzar, 2011). Tumor
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
13/47
ganas masenkim bukan berasal dari tulang, parenkim atau visceral.
Mempunyai kemampuan infiltrasi cepat ke jaringan sekitar dan sering
rekuren setelah tindakan bedah dilakukan. Jarang ditemukan, 1% dari
semua tumor ganas. Semua umur, terutama 20-40 tahun. Indonesia, salah
satu dari 10 kanker terbanyak. Urutan ke-6 dari semua tumor ganas pada
anak (terutama rabdomiosarkoma di leher-kepala). Lokasi : Ekstrimitas
inferior 40%, Ekstrimitas superior 15%, Tubuh, kepala-leher 35%, Lain-
lain : retroperitoneal10% (Artikel Bedah, 2011).
Rhabdomyosarcoma adalah sebuah tumor yang tumbuh pada
jaringan lunak, biasanya menyerang anak-anak (Joel Adams, 2007 : 264).
Penyebab dari penyakit ini masih belum diketahui. Beberapa penelitian
menyebutkan kemungkinan karena faktor genetik, radiasi, danan kimia,
rokok dan virus. Secara histopatologis rabdomiosarkoma dibagi atas 3
bentuk menurut Horn dan Enterline, yaitu: Embrional, alveolar dan
pleomorfik, tipe alveolar RMSadalah paling banyak dijumpai pada badan,
anggota gerak danperineum (Smeltzer, 2005 : 321-323).
Tumor ini jarang memberikan keluhan bila ukurannya kecil, dan
merupakan tumor lunak tanpa rasa sakit (Cullen ,1769). Penderita
mengeluh bila tumor telah membesar dan memberikan tanda-tanda
penekanan jaringan sekitar tumor seperti neuralgia, paralisis, iskemia,
sedangkan penekanan pada sistem digestif akan mengakibatkan gejala
obstruksi(Reksoprodjo S, 2005 : 402-405).
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
14/47
Kanker ini dapat menyerang otot dimana saja, biasanya pada anak
di daerah kepala, leher, kandung kemih, prostat (kelenjar kelamin pria),
dan vagina. Gejala yang ditimbulkan tergantung letaknya. Pada rongga
mata, dapat menyebabkan mata menonjol keluar dan benjolan di mata. Di
telinga menyebabkan nyeri atau keluarnya darah dari lubang telinga. Di
tenggorokan menyebabkan sumbatan jalan napas, radang sinus (rongga-
rongga di sekitar hidung), keluar darah dari hidung (mimisan) atau sulit
menelan. Di saluran kemih menyebabkan gangguan berkemih. Apabila
menyerang otot anggota gerak, akan menimbulkan pembengkakan dan
perasaan tidak nyaman seperti nyeri (Timothy P. C : 2011)
Nyeri adalah keluhan yang paling utama pada kasus tumor dan
keganasan, nyeri menunjukkan adanya ekspansi tumor yang cepat dan
penekanan jaringan sekitarnya (Arif Muttaqin, 2008 : 424). Nyeri adalah
perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang yang
mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan
tersebut (Long, 1996). Secara umum, nyeri dapat dipersepsikan sebagai
perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Priharjo, 1992).
Penyebab nyeri yang dapat dijadikan diagnosis adalah nyeri akut dan nyeri
kronis, tetapi yang dominan pada nyeri akut umumnya mempunyai batasan
karakteristik sebagai faktor pencetus penyebab nyeri salah satunya adalah
efek dari proses penyakit (NANDA, 2003). Dari berbagai jenis nyeri yang
paling sering ditemukan pada pasien dengan uci-uci adalah nyeri jenis
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
15/47
nyeri perifer superfisial yaitu nyeri yang muncul akibat rangsangan pada
kulit dan mukosa(Mubarak, 2007 : 204-209).
Berdasarkan berbagai data dan informasi di atas maka penulis
tertarik untuk melakukan studi kasus tentang Rabdomiosarkoma dan
penatalaksanaannya, termasuk menangani Rabdomiosarkoma berdasarkan
manifestasi klinis yang dilihat secara mendasar melalui konsep kebutuhan
dasar manusia. Dengan adanya berbagai data dan pertimbangan maka
penulis melakukan Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Nyeri Akut
Pada Nn. A Dengan Rabdomiosarkoma Femur Dextra Di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan Studi Kasus tentang Nyeri Akut Pada Nn. A dengan
Rabdomiosarkoma Femur Dextra di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a) Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien Nn. A
dengan nyeri rabdomiosarkoma.
b)
Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada
pasien Nn. A dengan nyeri rabdomiosarkoma.
c) Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan
pada pasien Nn. A dengan nyeri rabdomiosarkoma.
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
16/47
d) Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien
Nn. A dengan nyeri rabdomiosarkoma.
e) Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien Nn. A
dengan nyeri rabdomiosarkoma.
f) Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi
pada pasien Nn. A dengan rabdomiosarkoma.
C.
Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Untuk memperoleh dan memperluas wawasan serta pengetahuan
tentang Penyakit Rabdomiosarkoma beserta penatalaksanaan
secara medis dan konsep keperawatannya, sehingga dapat
dijadikan sumber ilmu dan wawasan oleh penulis.
2. Bagi Profesi Keperawatan
a. Bagi Institusi
Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan
bahan pustaka tentang asuhan keperawatan nyeri pada
rabdomiosarkoma.
c. Bagi Rumah sakit
Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktik pelayanan keperawatan khususnya keperawatan nyeri
pada rabdomiosarkoma.
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
17/47
BAB II
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang laporan studi kasus Asuhan
Keperawatan yang dilakukan pada Nn. A dengan diagnosa medis
Rabdomiosarkoma Femur Dextra, dilaksanakan pada tanggal 3 April 2012.
Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
A.
Identitas Pasien.
Dari pengkajian tanggal 3 April 2012 jam 07.30 WIB, pada kasus
ini diperoleh dengan metode Auto dan Allo Anamnese, pengamatan,
observasi langsung, pemeriksaan fisik menelaah catatan medis, dan catatan
perawat, dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas pasien, bahwa
pasien bernama Nn. A, umur 21 tahun, agama Islam, alamat Mundu,
Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar, Pendidikan SMA, pekerjaan
wiraswasta, nomor register 01118503, dirawat di Bangsal Mawar II kamar
5B RS Dr. Moewardi, sudah sejak tanggal 19 Maret 2012 pasien menjalani
perawatan dengan diagnosa oleh dokter Spesialis Bedah Onkologi sebagai
Rabdomiosarkoma Femur Dextra. Yang bertanggung jawab kepada pasien
adalah Tn. B, umur 34 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta,
yang beralamat di Welar, Pandeyan, Ngemplak, Boyolali, dan hubungan
dengan pasien adalah kakak.
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
18/47
B.
Pengkajian.
Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan
utama yang dirasakan oleh pasien adalah nyeri seperti terbakar pada
bagian paha kanan merambat hingga pinggang dan punggung nyerinya
semakin berat saat bergerak/mobilisasi dan tidak hilang dengan istirahat.
Riwayat penyakit sekarang Nn. A nyeri dirasakan sejak 3 minggu yang
lalu, Nn. A mempunyai benjolan massa pada paha kanan sebelah atas sejak
2 bulan yang lalu nyeri dirasakan semakin berat, rasa seperti terbakar
dengan skala nyeri 7 yang akhirnya pada tanggal 16 Maret 2012 pasien
dibawa oleh keluarga untuk periksa ke RS Brayat Minulyo Surakarta,
Setelah dilakukan perawatan dan pemeriksaan selama beberapa hari pasien
akhirnya dirujuk ke RS Dr. Moewardi Surakarta guna pemeriksaan dan
penanganan lebih lanjut.
Selama dirawat di RS Dr. Moewardi Surakarta pasien telah
menjalani berbagai macam pemeriksaan dan penanganan secara
komperenhensif dan didiagnosa oleh dokter pasien menderita
Rabdomiosarkoma yang penanganannnya harus dilakukan tindakan
pembedahan. Sebelum dilakukan tindakan pembedahan pasien mengalami
terapi transfusi untuk penanganan Hb yang mengalami penurunan dari
angka normal sekitar 9,8 g/dL yaitu pada tanggal 29 Maret 2012, selama
perawatan di bangsal pasien mendapatkan pemantauan dan terapi
simtomatik (sesuai gejala yang dirasakan pasien). Pada saat pengkajian
kondisi pasien lemah dengan kondisi gelisah karena menahan nyeri dengan
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
19/47
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatakan hasil tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 86 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, suhu badan
37 C, pasien dalam mobilisasi untuk ke kamar mandi selalu memerlukan
bantuan orang lain dan sewaktu melakukan ambulasi di tempat tidur
pasien meringis menahan nyeri. Mendapatkan terapi infus KaEN 3B 20
tetes per menit, Ceftriaxone3X 1 gram, Dulcolac Supp (analgetik) 1X 1
(25 mg).
Pengkajian riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan belum
pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama, pasien tidak
mempunyai riwayat pemakaian /penggunaan obat-obatan kosmetik yang
mengandung merkuri, pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat
alergi terhadap makanan, minuman, maupun kondisi lingkungan/cuaca.
Pasien mengatakan pernah menderita penyakit demam, tetapi dapat
sembuh dengan periksa ke dokter dan berobat jalan. Untuk riwayat
penyakit keluarga, pasien mengatakan dalam keluarganya tidak terdapat
anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti kanker,
hipertensi, dan diabetes melitus. Pasien mengatakan kakaknya pernah
menjalani operasi pembedahan akibat amandel.
Pada pengkajian riwayat kesehatan lingkungan, pasien saat ini
tinggal dan diasuh oleh buliknya di daerah Mundu, Selokaton, daerahnya
termasuk dalam lingkungan perumahan yang jauh dari tempat
pembuangan sampah akhir, pabrik yang memproduksi limbah industri,
maupun saluran pembuangan. Pasien mengatakan lingkungan sekitarnya
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
20/47
bersih dan selalu dilakukan kerja bakti, dan dalam lingkungannya tidak
banyak terdapat vektor(lalat/nyamuk).
Pada pengkajian fungsi kesehatan menurut Gordon, pada pola
nutrisi dan metabolik pasien mengatakan selama sakit pasien makan
dengan porsi menu seperti biasanya hanya saja dalam mengkonsumsi
makanan dengan porsi sedikit-sedikit, karena terhalang nyeri yang
terkadang mengurangi rasa nafsu makan. Pada pola istirahat dan tidur,
pasien mengatakan mengalami gangguan yaitu kualitas tidur yang kurang
nyenyak dan jam tidur yang kurang karena terganggu akibat nyeri yang
dideritannya, yang sebelumnya sewaktu sehat pasien mampu
mengoptimalkan waktu tidur dan kualitas tidur yang baik.
Pengkajian yang terjadi kesenjangan adalah pola kognitif dan
perseptual, sebelum sakit pasien mengatakan dapat bekomunikasi dengan
lancar, mampu berorientasi penuh pada lingkungan, mengidentifikasi
keadaan, orang, dan situasi dengan kesadaran penuh dan dapat
mempersepsikan tingkat kenyamanan. Selama sakit pasien mengatakan
nyeri pada daerah yang mengalami pembesaran massa, yaitu paha kanan
merambat hingga pinggang dan punggung, dengan rasa seperti terbakar,
skala nyeri 7, nyeri dirasakan setiap saat, bertambah berat saat
bergerak/mobilisasi dan tidak hilang dengan istirahat. Sedangkan untuk
pola aktivitas dan latihan pasien mengatakan masih dapat melakukan
kegiatan seperti berpindah, mobilisasi di tempat tidur, dan ADL secara
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
21/47
mandiri meskipun terkadang dibantu oleh keluarga karena intoleran
terhadap nyeri yang dideritanya.
Pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum pasien adalah sedang
dengan kesan sedikit lemah, kesadaran komposmentis, untuk pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 86
kali per menit, pernapasan 20 kali per menit, suhu 37C. Hasil dari semua
pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki umumnya tidak ditemukan
adanya abnormalitas, dengan hasil bentuk kepala mesosepal keadaan
rambut bersih, tidak mengeluh terjadi penurunan lapang pandang maupun
pendengaran. Pada pemeriksaan fisik dada pada bagian jantung dan paru-
paru tidak mengalami permasalahan, tetapi pada pemeriksaan abdomen
ditemukan hasil : Perut datar terkesan sedikit kembung, pada bagian
ekstermitas bawak/kaki kanan hingga pinggang terdapat massa tumor
sejumlah 3 buah yang sedikit menonjol dengan diameter 2cm dan
sewaktu ditekan terdapat rangsangan nyeri yang dipersepsikan pasien,
sementara hasil pengkajian fisik abdomentidak ditemukan kelainan organ
intra abdomen.
Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh pasien adalah radiologi
dan pemeriksaan darah rutin. Data penunjang dari pemeriksaan radiologi
tanggal 24 Maret 2012, yaitu pemeriksaan Multi Slice CT-Scan pada
AbdomenAtas/AbdomenBawah/Pelvisdidapatkan hasil pemeriksaan yang
menyatakan tidak terdapat kelainan pada organ intra abdomen, tidak
ditemukan pertumbuhan abnormal pada jaringan tulang dan pembuluh
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
22/47
darah, tetapi pada gambaran otot terdapat kesan :Multiple Abses mengarah
Cold Abses pada daerah paha, pinggang hingga punggung, yang dapat
ditarik kesimpulan bahwa terjadi pertumbuhan abnormal pada jaringan
otot rangka/serat lintang/otot lurik pada daerah paha kanan, pinggang
hingga punggung. Pada pemeriksaan darah rutin tanggal 31 Maret 2012
didapatkan hasil yang menunjukkan semua parameter pemeriksaan darah
dalam ambang batas normal. Dari hasil pengkajian dan observasi di atas,
penulis melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa
keperawatan yang utama sesuai dengan prioritas, menyusun intervensi
keperawatan, melakukan implementasi, dan evaluasi tindakan.
C. Perumusan Masalah.
Diagnosa keperawatan yang utama adalah nyeri akut berhubungan
dengan proses penyakit (onkogen/massa tumor yang menekan rangsang
saraf nyeri), ditandai dengan pasien mempersepsikan nyeri, melakukan
tindakan distraksi dan relaksasi untuk membuat nyeri tidak dirasakan
semakin berat, dan mengeluh jika nyeri yang dirasakan semakin berat.
Dari data pasien dikaji tentang karakteristik nyeri ditemukan
Provocate (pencetus) adalah proses penyakit, Q (quality) rasa seperti
terbakar, R (regio) adalah pada daerah yang mengalami pengembangan
massa/pada paha kanan hingga punggung, S (skala) nyeri dirasakan
sedang yaitu 7, T (time) nyeri dirasakan setiap saat dan bertambah jika
untuk bergerak. Faktor yang berhubungan ditarik kesimpulan dari
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
23/47
pemeriksaan fisik, terdapat massa pada bagian lumbal pinggang dan paha
kanan, tidak terdapat kelainan patologis pada organ intra abdomen, dan
data penunjang yang menunjukkan adanya tumor yang menekan saraf
sehingga dipersepsikan sebagai nyeri.
D.
Perencanaan.
Tujuan dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,
diharapkan nyeri pada Nn. A berkurang, dengan kriteria hasil yaitu
melaporkan penurunan nyeri menjadi skala 3-4, ekspresi wajah rilex dan
ceria, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, mampu
melakukan aktivitas yang toleran terhadap nyeri.
Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis untuk mencapai
tujuan tindakan keperawatan adalah mengkaji keluhan utama, tanda-tanda
vital, dan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan posisi
nyaman (head up 30)dan rileks untuk meminimalkan perasaan nyeri yang
diderita oleh pasien, memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi
nafas dalam dan teknik distraksi, kolaborasi dengan medis untuk tindakan
lanjut dalam rangka mengurangi/menghilangkan perasaan nyeri pasien,
yaitu : melaporkan kondisi terakhir untuk persiapan pembedahan yaitu
pengangkatan tumor dengan reseksi radikal serta memberikan terapi
farmakologis untuk menghilangkan perasaan nyeri dengan medika
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
24/47
mentosa, mengkolaborasikan dengan pasien dan keluarga untuk persiapan
prosedur pembedahan.
E.
Implementasi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012
jam 08.00 WIB, yaitu mengkaji keluhan utama, didapatkan respon pasien
secara subyektif, pasien mengatakan nyeri seperti terbakar pada daerah
tubuh yang terdapat massa tumor yaitu bagian paha kanan merambat ke
pinggang hingga punggung dengan skala nyeri 7 bertambah berat saat
aktivitas dan tidak hilang untuk istirahat, dan mengidentifikasi
karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), Q (kualitas) pasien mengatakan nyeri
seperti terbakar, R (daerah) pada daerah tubuh yang terdapat massa tumor
yaitu bagian paha kanan merambat ke pinggang hingga punggung, S
(skala) skala nyeri 7, T (waktu) dirasakan setiap saat, bertambah berat saat
aktivitas dan tidak hilang untuk istirahat, respon secara obyektifnya, pasien
tampak meringis menahan nyeri, tampak gelisah dan tidak rileks, dari data
obyektif memonitor tanda-tanda vital didapatkan data, pemeriksaan tanda-
tanda vital, tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 82 kali per menit,
pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 37 C.
Pada jam 08.30 WIB, memberikan posisi nyaman untuk klien
dengan tidur kepala sedikit ditinggikan (diganjal bantal) dan memodifikasi
lingkungan yang panas dan pengap dengan membuka jendela dan
menghidupkan kipas angin, didapatkan respon pasien adalah pasien
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
25/47
mengatakan nyeri masih dirasakan tetapi sedikit nyaman dengan posisi
tidur dengan kepala sedikit di tinggikan serta kondisi lingkungan yang
sejuk. Jam 09.00 WIB, memberikan motivasi kepada pasien untuk
melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi untuk
mengurangi perasaan nyeri, pasien mengatakan sudah pernah diajarkan
teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi yang dipraktikan oleh
perawat sebelumnya.
Jam 10.00 WIB, berkolaborasi dengan medis dalam pelaporan
kondisi terakhir pasien untuk persiapan pembedahan sebagai prosedur
pengangkatan massa tumor, dari hasil koordinasi dan pelaporan maka
pasien akan menjalani pembedahan di ruangan IBS maka tindakan yang
dilakukan adalah manajemen sebelum pembedahan sesuai protokol, yaitu
memberikan motivasi pada pasien dan keluarga untuk menandatangani
inform cocent, melakukan skin testuntuk uji alergi antibiotik profilaksis,
mengganti baju pasien dengan baju operasi.
Prosedur pembedahan pasien dilakukan oleh Spesialis Bedah
Onkologidan residen bedah dari jam 11.10 13.00 WIB. Pada jam 13.00
WIB, melakukan observasi sesuai protokol selesai pembedahan, yaitu
memonitor tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 100/80 mmHg,
pernafasan 22 kali per menit, nadi 90 kali per menit, suhu 36,8 C,
mengawasi respon pasien dengan reaksi anestesidengan hasil subyektif,
pasien mengatakan merasa kedinginan dan kaki tidak dapat digerakkan.
Tindakan keperawatan selanjutnya adalah pendelegasian kepada perawat
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
26/47
jaga sore untuk pemantauan koreksi prosedur operasi dan penanganan
gejala yang timbul secara simtomatis.
Tindakan keperawatan pada hari kedua, tanggal 4 April 2012, jam
08.00 WIB, mengobservasi keadaan pasien, mengkaji nyeri (P,Q,R,S,T),
memonitor tanda-tanda vital, dan mengoreksi kondisi setelah operasi,
didapatkan hasil yaitu, secara subyektif pasien mengatakan nyeri masih
dirasakan tetapi tidak seberat hari sebelumnya skala nyeri 5-6, nyaman
dengan posisi tidur terlentang sudah dapat tidur dengan nyenyak dan
pulas, nafsu makan mulai kembali, sudah dapat BAB dan BAK,
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 37 C,
dan dari koreksi prosedur bedah didapatkan hasil, drainase masih
produktif dengan jumlah 100 CC warna merah tua, kondisi balutan
kering dan bersih.
Jam 09.00 WIB, memberikan terapi sesuai dengan advis dari
dokter, yaitu injeksi Ceftriaxone1 gram, Ketorolac2 gram,Metronidazole
500 ml, Metamizol50 mg dengan respon pasien menunjukkan tidak ada
reaksi abnormal dan tidak anafilaksis. Jam 09.30 WIB, menyarankan
pasien untuk melakukan ambulasi di tempat tidur denagn miring ke kanan
dan ke kiri, di dapatkan respon, pasien mengatakan merasa pegal dan dapat
diatasi dengan tidur posisi miring.
Jam 10.00 WIB, menganjurkan pasien untuk menghabiskan menu
diet dari rumah sakit dan memotivasi pasien untuk istirahat, pasien
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
27/47
mengatakan menghabiskan semua porsi diet RS tanpa rasa mual dan
muntah. Jam 12.00 WIB, melakukan kolaborasi pemeriksaan PA dan
kultur pusuntuk menentukan terapi yang tepat dalam mengatasi penyakit
pasien, pemeriksaan PAdan kultur pusdiambil dan dianalisa oleh residen
bedah berkolaborasi dengan instalasi laboratorium histopatologi dan
mikrobiologi, Pendelagasian kepada perawat sore adalah untuk
melanjutkan terapi lanjutan diantaranya, injeksiCeftriaxone1 gram pada
pukul 18.00 WIB, Ketorolak 2 gram pada pukul 20.00 WIB. Pada
pendelegasian juga disertakan untuk pelaporan hasil kultur pus dan PA
yang akan digunakan untuk menentukan jenis antibiotik yang sesuai,
pemantauan terhadap produksifitas draintetap harus dilakukan.
Tindakan keperawatan pada hari ketiga tanggal 5 April 2012, yaitu
jam 08.00 WIB, mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, kondisi
balutan luka, dan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), mendapatkan
hasil subyektif, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan intensitasnya
semakin berkurang dan terkadang hilang, dapat tidur dengan nyenyak,
mampu melakuakn aktivitas ADL secara mandiri, mampu melakukan
mobilisasi di tempat tidur, kodisi balutan kering dan bersih, produksi drain
masih tetapi sudah tidak sebanyak hari sebelumnya 200 cc jumlah total,
pasien tampak sedikit rileks dan kondisi segar, dari pemeriksaan tanda-
tanda vital tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 kali per menit,
pernafasan 19 kali per menit, suhu 36,5 C. Jam 08.30 WIB, memberikan
terapi injeksi sesuai program yaitu, Ceftriaxone 1 garam, Metronidazol
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
28/47
500 ml, dengan respon pasien tanpa reaksi abnormal. Jam 09.00 WIB,
melaporkan keadaan drain dan balutan operasi untuk dilakukan medikasi,
hasil koordinasi adalah medikasidan pencabutan drainasedilakukan oleh
residen bedah dan koas. Jam 10.00 WIB, memotivasi pasien untuk
mobilasasi secara bertahap, pasien mengatakan sudah mampu duduk dan
pergi ke kamar mandi. Jam 11.30 WIB, memotivasi pasien untuk
menghabiskan diet siang RS dan istirahat untuk mempercepat
penyembuhan, pasien mengatakan porsi diet RS dihabiskan semua dan
dapat istirahat dengan rileks/nyaman.
Jam 12.30 WIB, melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan
medis tentang hasil pemeriksaan PAdan kultur pusuntuk dilakukan terapi
selanjutnya, hasilnya dari pemeriksaan kultur pus dan PA ditemukan
adanya resisten bakteri dengan Sefalosporin yang digunakan untuk
menentukan jenis antibiotik yang paling tepat dan dari hasil diskusi
diputuskan tetap harus dilakukan protokol kemoterapi. Pada pendelegasian
kepada perawat primer yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pasien
dilaporkan bahwa untuk pengelolaan diagnosa nyeri masalah belum
teratasi, dan pengelolaan ditambah untuk pengelolaan yang bertujuan
mencegah resiko infeksi seperti medikasi, pengawasan tanda-tanda infeksi,
dan kolaborasi antibiotik. Pendelegasian juga difokuskan pada kolaborasi
pelaksanaan kemoterapi yang rencananya akan dijadwalkan oleh dokter
spesialis bedah onkologi, untuk pelaksanaan terapi nantinya dilaksanakan
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
29/47
dan merupakan tanggung jawab penuh perawat, sehingga tindakan yang
akan dilakukan adalah pengelolaan persiapan kemoterapi.
F.
Evaluasi.
Evaluasi dari tindakan keperawatan pada hari pertama tanggal
3 April 2012 jam 14.10 WIB, adalah pasien pasien mengatakan merasa
kedinginan, anggota gerak bagian bawah tidak dapat digerakkan, dan tidak
mengatakan nyeri, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah
100/80 mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit, suhu
36,8 C, pasien menggunakan selimut dean keringatnya di keringkan
dengan handuk oleh keluarga. Assessment dari data keperawatan diatas
adalah masalah belum teratasi, karena belum dapat mengkaji nyeri sebab
pasien masih dalam pengaruh reaksi anestesi paska pembedahan.
Perencanaan lanjutanya adalah melanjutkan intervensi yaitu, mengkaji
karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), kolaborasi dalam pemantauan keadaan
pasca bedah dan manajemen nyeri secara farmakologis, ditambahkan
untuk tindakan kolaborasi pengawasan koreksi pasca bedah dengan
pemeriksaan PA dan kultur pus.
Evaluasi hari kedua tanggal 4 April 2012, jam 14.13 WIB adalah
pasien mengatakan nyeri yang dirasakan lebih ringan dari hari
sebelumnya, sudah dapat mentoleransi nyeri dengan kegiatan mobilisasi,
sudah BAB dan BAK tanpa ada gangguan, nafsu makan sudah membaik,
dan nyeri pada bagian yang dibedah terasa nyaman. Pemeriksaan tanda-
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
30/47
tanda vital tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 90 kali per menit,
pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,5 C. Kondisi balutan luka operasi
kering dan bersih, warna kulit sekitar luka normal (tidak ada tanda-tanda
infeksi), produksi drainmasih produktif 100 cc, dengan warna merah tua.
Berdasarkan hasil pemeriksaan PA dan kultur pus ditarik kesimpulan
bahwa untuk kondisi pasien paling tepat adalah menggunakan antibiotok
golongan sefalosporin. Assassemen dari data di atas adalah masalah
keperawatan belum teratasi. Perencanaan selanjutnya yaitu dengan
melanjutkan intervensi, mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T),
pemberian antibiotiksesuai dari advisdokter, monitor drain dan keadaan
luka operasi, menganjurkan pasien untuk mobilisasi bertahap, dan
kolaborasi pemberian analgetik dihentikan karena kondisi nyeri sudah
mengalami perbaikan.
Evaluasi hari ketiga tanggal 5 April 2012 jam 14.00 WIB,
mendapatkan hasil, pasien mengatakan merasa lebih nyaman dan rileks
meski nyeri terkadang muncul dengan skala yang lebih ringan dari skala
saat pengkajian, yaitu skala 4, sudah mampu melakukan mobilisasi secara
mandiri, dapat istirahat, nafsu makan baik tanpa rasa mual/muntah.
Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 87 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,8 C,
observasi dapat dilihat balutan operasi dalam keadaan bersih dan baik,
drainmasih produktif tetapi tidak sebanyak kemarin total yang tertampung
200 cc, medikasidan aff draindilakukan oleh residen bedah. Dari data di
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
31/47
atas dapat ditetapkan Assessment masalah keperawatan belum teratasi,
dilanjutkan dengan intervensi yaitu mengkaji karakteristik nyeri
(P,Q,R,S,T), memberikan antibiotiksesuai advisdokter, memonitor tanda-
tanda infeksi pada luka operasi, dan menganjurkan pasien untuk mobilisasi
bertahap. Sesuai protokol pembedahan onkologi maka pasien harus
melalui tahap kemoterapi, maka intervensi ditambahkan kolaborasi dan
koordinasi dengan medis dalam pengawasan dan persiapan kemoterapi.
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
32/47
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada
Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 -5 April 2012 di
ruang Mawar 2 RS Dr. Moewardi Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini
dengan memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri
dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Penyusunan Asuhan
Keperawatan berdasarkan kaidah dokumentasi keperawatan (Nursalam,
2000). Pengkajian pada Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Nn. A
dengan Rabdomiosarkoma Femur Dextra, pengkajian dilakukan dengan
metode auto dan allo anamnese sesuai dengan kaidah peraturan pengkajian
keperawatan, mencakup biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pola
kesehatan, pengkajian fisik, dan didukung dengan hasil pemeriksaan
penunjang(World Journal of Medical Sciences, 2008).
Pada pemeriksaan fisik terutama saat dilakukan pengkajian keluhan
utama adalah perasaan nyeri seperti terbakar. Nyeri kanker dan tumor
(Cancer and tumor pain / CTP) secara tradisional dideskripsikan sebagai
hasil dari somatik, visceral atau neuropatik.Nyeri somatik diyakini berasal
dari stimulasi nosiseptor perifer oleh invasi tumor secara langsung atau
melalui penekanan (misalnya terjadinya metastasis pada tulang). Nyeri
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
33/47
viseral diperkirakan sebagai hasil dari iskemia, inflamasi, atau stimulasi
mekanis langsung yang diakibatkan invasi tumor; stimulasi nosiseptor
viseral dikaitkan dengan nyeri klasik yang menjalar disertai mual dan
diaforesis. Nyeri neuropatik dihasilkan oleh kompresi dan stimulasi
langsung tumor pada serabut saraf, dengan nyeri yang dirasakan sering
dideskripsikan berupa rasa terbakar atau perih (Walta, 2012).Pada bagian
tubuh yang terdapat massa/tumor yaitu pada bagian paha kanan, pinggang
dan merambat hingga punggung sesuai dengan karakteristik nyeri
umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan adalah nyeri
pada daerah yang mengalami masalah (Arif Mutaqin, 2008).
Nyeri dipersepsikan oleh setiap individu secara bebeda-beda
seperti tertusuk-tusuk, tertindih benda berat, tersayat, terbakar, dll
(Sjaifoeltlan, Noer, 2003:475). Nyeri merupakan keluhan utama pada
tumor ganas. Adanya nyeri menunjukkan ekspansi tumor yang cepat dan
penekanan ke jaringan sekitarnya, perdarahan, atau degenerasi. Riwayat
penyakit terdapat pembengkakan yang timbul secara perlahan-lahan dan
dalam waktu yang lama (Arif Mutaqin, 2008 : 425).
Riwayat penyakit dahulu tidak ditemukan adanya riwayat penyakit
dengan keluhan dan gejala yang sama,serta tidak ditemukan data paparan
radiasi maupun pengguanaan zat karsinogenik, penyebab dari penyakit ini
masih belum diketahui. Beberapa penelitian menyebutkan kemungkinan
karena faktor genetik, radiasi, bahan kimia, rokok dan virus (Smeltzer,
2005 : 321-323). Pada riwayat penyakit keluarga ditemukan adanya
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
34/47
riwayat penyakit keluarga yang mengalami prosedur pembedahan akibat
amandel yaitu pada kakak kandung pasien, hal ini menjadi diagnosa
penegak yang mendukung teori bahwa sarkoma jaringan lunak (Soft Tissue
Sarcoma) dari banyak kasus akibat faktor genetik (Robbins, 2007:198).
Pada riwayat kesehatan lingkungan tidak ditemukan riwayat
paparan radiasi yang mendukung penegakkan diagnosa. Pada intepretasi
pemeriksaan penunjang yang mendukung tegaknya diagnosa adalah pada
pemeriksaan radiologi CT-Scan abdomen karena keluhan utama terletak
pada bagian pinggang dan paha dengan menggunakan pancaran sempit
sinar-X untuk memindai susunan lapisan jaringan untuk memberikan
panadangan potongan melintang, utuk deteksi bagian abdomen, pelvis,
skeletal(Smeltzer, 2005 : 327), dengan hasil ditemukanya multiple abses
yang mengarah ke cold abses (terdapat massa/tumor) yang dapat
memperkuat penegakkan diagnosa. Dari pemeriksaan darah sesuai riwayat
penyakit yaitu kadar hemoglobin pada pasien cenderung mengalami
anemia, akibat peningkatan neovaskularisasi dan peningkatan kebutuhan
darah untuk pembentukan jaringan baru (Arif Mutaqin, 2008 : 427).
Diagnosa keperawatan yang diangkat penulis adalah nyeri yang
berhubungan dengan proses penyakit (onkogen/massa yang tumbuh
dengan mendesak jaringan sekitarnya/saraf yang merangsang nyeri).
Pengertian dari nyeri adalah pengalaman sensori yang tidak
menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang
actual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
35/47
(International Association for the Study of Pain), awitan tiba-tiba atau
perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diramalkan durasinya kurang dari enam bulan (NICNOC,
2006). Oleh penulis diagnosa tersebut diangkat sebagai diagnosa utama
karena merupakan faktor yang utama yang membuat pasien mengalami
berbagai macam gangguan dalam melakukan aktivitas, istirahat, pola
makan, dan melakukan kegiatan mobilisasi, sehingga nyeri merupakan
tersangka utama yang membuat pasien mengalami gangguan tidak dapat
melakukan aktivitas sesuai dengan keadaan normal. Hal ini dibuktikan
dengan adanya keluhan utama yang mengungkapkan secara verbal tentang
nyeri (Wilkinson, 2006 : 345-346).
Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan
kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (Jelas),
Measureable (dapat di ukur), Acepptance, Rasional, dan Timming, yang
dilakukan oleh penulis adalah nyeri berkurang, dengan kriteria hasil
melaporkan penurunan nyeri menjadi skala 3-4, ekspresi wajah rilex dan
ceria, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, mampu
melakukan aktivitas yang mentolelir terhadap nyeri. Perencanaan
keperawatannya sesuai dengan manajemen penatalaksanaan nyeri, yaitu
mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan dan mengajarkan
pengendalian perasaan nyeri secara non farmakologis, dan kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian analgesikdan tindakan terapi lanjutan
untuk penanggulangan nyeri (Wilkinson, 2006 : 341-345).
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
36/47
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis adalah dengan
merujuk pada prosedur manajemen penanganan nyeri sesuai taksonomi
NANDA yaitu dengan mengkaji karakteristik nyeri mulai dari P
(Provoking Incident) hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya, Q
(Quality of Pain)nyeri yang dirasakan seperti panas dan terbakar, tetapi
sesuai dengan subyektif dari klien, R (Region) daerah yang mengalami
nyeri tetapi dapat menjalar/menyebar, S (Severite/Scale of Pain) nyeri
yang dirasakan klien secara subyektif antara 6-9 pada skala 1-10, T (Time)
kapan nyeri dirasakan, apakah saat aktivitas dan hilang saat istirahat atau
terus-menerus (Arif Mutaqin, 2008 : 425). Memberikan posisi nyaman
(head up 30) dakn rileks untuk meminimalkan perasaan nyeri yang
diderita oleh pasien, memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi
nafas dalam dan teknik distraksi, dilakukan agar pasien lebih rileks dan
nyaman sehingga pasien dapat mentoleransi perasaan nyeri yang
dirasakan.
Melaporkan kondisi terakhir untuk persiapan pembedahan :
pengangkatan tumor dengan reseksi radikal serta memberikan terapi
farmakologis untuk menghilangkan perasaan nyeri dengan medika
mentosa, Mengkolaborasikan dengan pasien dan keluarga (inform concent)
untuk persiapan prosedur pembedahan, Terapi yang tepat sesuai indikasi
dan kondisi pada pasien adalah dengan pengangkatan tumor secara reseksi
radikal dengan kombinasi kemoterapi (Jerkin, 2011 ; 46:621-629).
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
37/47
Tindakan keperawatan pada hari kedua adalah untuk mencapai
tujuan keperawatan yang sesuai dengankriteria hasil yang diharapkan oleh
penulis, meliputi tindakan penanganan manajemen nyeri yang sesuai
dengan pengelolaan nyeri dengan tindakan keperawatan mulai dari
mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan lingkungan nyaman
dan rileks, menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi diet dari RS
agar asupan nutrisi adekuat yang digunakan untuk pembentukan sel tubuh
sebagai zat pembangun dan mengganti sel yang rusak paska pembedahan
(Berger, 2001 : 1067).
Memotivasi untuk melakukan teknik relaksasi/distraksi, dan
menghilangkan nyeri secara farmakologi dengan pemberian analgetik, dan
ditambah tindakan keperawatan kolaboratif yang telah diasarankan oleh
dokter yaitu pemantauan prosedur pasca operasi dengan mengobservasi
keadaan pasien, keadaan balutan luka dan produksi drain untuk menilai
dan mengoreksi keadaan dan penanganan pasca dilakukan tindakan
pembedahan dengan anestesi, yaitu dengan pemantauan tanda-tanda vital,
respon klien, dan pemantauan aktivitas traktus gastrointestinal (Lubis
Bidasari, 2012).
Pada pengelolaan nyeri pasien masih ditunjang dengan
menggunakan farmakologi, karena protokol bedah yang mengharuskan
memberikan terapi analgesik non narkotik sebagai terapi paska
pembedahan Terapi injeksi yang disarankan oleh dokter adalah injeksi
antibiotik Ceftriaxone 1 gram dengan IV yang merupakan Antibiotik
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
38/47
glolongan Sefalosporin profilaksis, dan Ketorolac 2 gram sebagai
Analgetik pasca pembedahan, Metronidazole 500 mg merupakan cairan
untuk terapi pencegahan infeksi dan anti inflamasi pasca pembedahan
(Rachadian, 2010). Tidakan kolaboratif lainnya adalah dengan
pemeriksaan PA dan kultur pusuntuk menentukan terapi yang tepat dalam
mengatasi penyakit pasien, pemeriksaan PA dan kultur pus diambil dan
dianalisa oleh residen bedah berkolaborasi dengan instalasi laboratorium
histopatologi dan mikrobiologi untuk selanjutnya diidentifikasi guna
menetukan terapi antibiotik yang sesuai (K. Iyer, 2007).
Tindakan keperawatan hari ketiga adalah dengan pelaksanaan
manajemen nyeri, tetapi terdapat penghentian tindakan yaitu mengurangi
nyeri dengan farmakologi, karena menurut advis dokter rentang nyeri
sudah dapat ditoleransi oleh klien dan terdapat kesan penurunan intensitas
nyeri, sehingga penanganan nyeri secara farmakologis dihentikan untuk
mengembalikan kembali fisiologis fungsi saraf reseptor nyeri agar tidak
terjadi ketergantungan (Tymothy, 2009), tetap melakukan motivasi kepada
pasien untuk menghabiskan porsi diet RS, dan perawatan luka operasi
serta pelepasan drain, yang merupakan tugas dan tanggung jawab perawat.
Evaluasi tindakan keperawatan didasarkan pada respon klien yang
dinilai secara S,O,A,P. Pada hari pertama tanggal 3 April 2012 jam 14.10
WIB, yang dilakukan penulis adalah monitoring dan koreksi paska
pembedahan karena masih dalam pengaruh anestesi sehingga pengawasan
harus secara komperenhensif seperti tanda-tanda vital, keadaan umum,
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
39/47
kesadaran, dan respon tubuh pasien seperti kedinginan berkeringat dan
menggigil (Tymothy, 2009). Assessmentditarik kesimpulan bahwa untuk
penilaian diagnosa yang diangkat yaitu nyeri tidak dapat dikaji dan
dilakukan tindakan, karena masih dalam pengaruh anestesi, sehingga
tujuan dari tindakan belum berhasil. Perencanaan yang paling tepat adalah
dengan melanjutkan intervensi pengelolaan dan manjemen nyeri
diatambah anjuran dari dokter yaitu manajemen koreksi serta penanganan
simtomatispaska pembedahan seperti pengawasan tanda-tanda vital secara
terus-menerus, pemantauan status eliminasi (BAB dan BAK), dan
mencegah kemungkinan terjadinya infeksi, yaitu dengan memonitor
luka/balutan dan produksifitas drain yang digunakan untuk koreksi
sekaligus terapi paska pembedahan.
Pada hari kedua tanggal 4 April 2012 jam 14.10 WIB, ditemukan
adanya perkembangan dari terapi yang dilakukan, yaitu penurunan
intensitas nyeri yang secara verbal disampaikan oleh pasien, tetapi nyeri
terkadang masih dirasakan dengan skala yang relatif lebih ringan dari saat
dilakukan pengkajian (skala 5-6) pada daerah paha kanan merambat ke
pinggang hingga punggung, mobilisasi pasien menunjukkan respon positif
dan tanda-tanda vital dalam batas normal, sehingga untuk prosedur
kolaborasi penanganan nyeri secara farmakologis dihentikan, pada
evaluasi koreksi dari terapi pembedahan tidak ditemukan adanya tanda-
tanda abnormal seperti infeksi (keadaan kulit sekitar insisi normal, tanda-
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
40/47
tanda vital dalam ambang normal) dan terapi drainmasih produktif dan
warna yang normal (merah tua).
Dari analisa yang didapatkan dapat ditarik kesimpulanAssessment
pada hari kedua adalah masalah belum teratasi, sehingga perencanaan
tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan adalah
melanjutkan intervensi. Pasian masih terdapat keluhan nyeri meskipun
intensitas dan skala lebih rendah dari hari sebelumnya, maka intervensi
penatalaksanaan nyeri masih tetap dilakukan, mulai dari mengkaji
karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan tindakan keperawatan untuk
meningkatkan kenyamanan pasien, menganjurkan pasien untuk ambulasi
di tempat tidur, dan motivasi kepada pasien untuk tetap melakukan teknik
relaksasi dan distraksi. Tindakan kolaboratif yang dilakukan adalah
koordinasi dengan bagian laboratorium klinik dan patologi guna
pemeriksaan PA dan kultur pus yang akan digunakan sebagai penunjang
dalam menentukan jenis antibiotikyang paling tepat sesuai kondisi yang
dialami pasien.
Evaluasi tindakan hari ketiga, pada tanggal 5 April 2012, respon
pasien yang semakin toleran terhadap nyeri dengan mengatakan sudah
merasa lebih nyaman dan rileks skla nyeri 4 pada daerah tumbuhnya
kanker (paha kanan, pinggang, dan punggung), pemeriksaan tanda-tanda
vital dalam batas normal, monitor status nutrisi baik, ambulasi serta
mobilisasi pasien dalam respon positif (tanpa mengalami gangguan dan
keluhan), dan kondisi balutan kering dan bersih tidak tampak adanya
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
41/47
tanda-tanda infeksi serta drain sudah tidak seproduktif hari sebelumnya,
tindakan kolaboratif pemberian antibiotik sesuai indikasi belum dapat
dilakukan karena masih diperiksa oleh instalasi laboratorium.
Kesimpulan yang didapatkan adalah Assessment masalah
keperawatan belum teratasi, rencana tindakan keperawatan selanjutnya
adalah manajemen nyeri dengan mengkaji karakteristik nyeri(P,Q,R,S,T),
memberikan keperawatan yang meningkatkan kenyamanan pasien,
memotivasi untuk ambulasi, dan kolaborasi pemberian antibiotik jika
sudah diketahui jenis antibiotik yang sesuai. Pada evaluasi hari ke tiga
dokter spesialis bedah onkologi melalui residen bedah melakukan
koordinasi dengan tim keperawatan untuk persiapan kemoterapi, sesuai
dengan protokol bedah onkologi selesai tindakan reseksi radikal harus
dilakukan tindakan kemoterapi (Darwis, 2003), sehingga tindakan
keperawatan kolaborasi ditambah dengan motivasi pasien untuk persiapan
dilakukan tindakan kemoterapi.
B. Simpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Pengkajian, Analisa Data, Penentuan
Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi tentang Asuhan
Keperawatan Nyeri Akut Pada Nn. A dengan Rabdomiosarkoma
Femur Dextra di RS Dr. Moewardi Surakarta secara metode studi
kasus, disesuaikan dengan tujuan khusus penulisan, maka dapat ditarik
kesimpulan
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
42/47
a. Pengkajian pada Nn. A dengan rabdomiosarkoma femur dextra
adalah nyeri yang diakibatkan proses penyakit yang terdapat pada
jaringan lunak pada daerah paha kanan, merambat ke pinggang
hingga punggung. Karakteristik nyeri yang khas yaitu seperti rasa
terbakar, dan ditunjang dengan pemeriksaan fisik serta data
penunjang dari pemeriksaan CT-Scan.
b. Perumusan masalah diagnosa keperawatan pada Nn. A dengan
rabdomiosarkoma femur dextra adalah nyeri berhubungan dengan
proses penyakit.
c. Perencanaan asuhan keperawatan pada Nn. A dengan
rabdomiosarkoma femur dextra adalah dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, diharapkan
nyeri pada Nn. A berkurang, dengan kriteria hasil yaitu
melaporkan penurunan nyeri menjadi skala 3-4, ekspresi wajah
rilex dan ceria, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas
normal, mampu melakukan aktivitas yang toleran terhadap nyeri.
Intervensinya adalah mengakaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T),
menciptakan lingkungan nyaman dan tenang untuk membuat
pasien dapat beristirahat, memotivasi pasien untuk melakukan
teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi untuk meringankan
nyeri yang dirasakan, kolaborasi dengan medis untuk melakukan
terapi yang tepat dalam menangani penyakit pasien (pembedahan
& kemoterapi).
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
43/47
d. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Nn. A dengan
rabdomiosarkoma femur dextra adalah mengakaji karakteristik
nyeri (P,Q,R,S,T), menciptakan lingkungan nyaman dan tenang
untuk membuat pasien dapat beristirahat (head up 30),
memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
dan distraksi untuk meringankan nyeri yang dirasakan, kolaborasi
dengan medis untuk melakukan terapi yang tepat dalam
menangani penyakit pasien sesuai dengan perencanaan tindakan
asuhan keperawatan, tindakan keperawatan dilakukan modifikasi
sesuai kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan konsep
keperawatan.
e. Evaluasi keperawatan pada Nn. A dengan rabdomiosarkoma
femur dextra adalah menunjukan perbaikan dan peningkatan
kesehatan pasien, meskipun kriteria hasil belum tercapai.
f. Analisa asuhan keperawatan pada Nn. A dengan
rabdomiosarkoma femur dextra adalah berhasil karena
mendapatkan hasil pengurangan rasa nyeri serta telah
melaksanankan semua prosedur medis dan keperawatan dalam
menangani rabdomiosarkoma.
2.
Saran
a. Penulis
Bagi penulis mampu meningkatkan tingkat asuhan keperawatan
yang lebih berkualitas, memberikan tingkat pelayanan
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
44/47
keperawatan yang memperhatikan isu dan etika yang sedang
berkembang dengan memodifikasi tindakan keperawatan tanpa
meninggalkan konsep dan etika keperawatan.
b. Rumah Sakit
Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan Rumah Sakit
khususnya RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat memberikan
pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik
antara tim kesehatan dan klien yang ditujukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal
pada umumnya dan pasien rabdomiosarkoma pada khususnya
diharapkan di rumah sakit mampu memberikan pelayanan optimal
yang dapat mendukung kesembuhan pasien.
c. Profesi Keperawatan
Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang
selanjutnya mampu dikembangkan untuk memberikan pelayanan
pada pasien kanker yang lebih berkualitas dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa
meninggalkan kaidah dan konsep keperawatan.
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
45/47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Rabdomiosarkoma Retroperitoneal. http://www.usu.com, diakses
tanggal 6 April 2012
B. Lubis, Delyuzar Bag Patologi Anatomi Fak. Kedokteran U.S.U. Medan,
dari Venkateswaran K. Iyer. Role of Fine Needle Aspiration
Cytology in the Management of Pediatric Renal Tumors.Journal of
Indian Association of Pediatric Surgeons.
http://www.jiaps.com/article.asp?issn=0971-
9261;year=2007;volume=132;issue=3Diakses 6 April 2012
Couturier. J. Soft tissue tumors: Rhabdomyosarcoma. Atlas Genet Cytogenet
Oncol Haematol. March 1998
Crist WM. (2004), Sarkoma Jaringan Lunak.Dalam: Nelson WE(eds). Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi ke-15. EGC, Jakarta, hal 1786-1789
Darwis I, dkk. (2003), Protokol Penatalaksanaan Sarkoma Jaringan Lunak.
Protokol Peraboi.Onkologi/AskepKanker_NursingBegin.com.htm
http://cancerhelp.cancerresearchuk.org, Diakses 12 April 2012
Dr. Cuneyt Ulutin, Department of Radiation Oncology, A Cohort Study of
Adult Rhabdomyosarcoma: A Single Institution Experience. World
Journal of Medical Sciences 3 (2): 54-59, 2008 ISSN 1817-3055
www.fkunmul.co.ccDiakses 12 April 2012
Ferguson MO. Pathology: Rhabdomyosarcoma. http://www.emedicine.com.
Diakses tanggal 12 april 2012
Jerkin, D; Sonley M. Soft-Tissue Sarcomas in the Young. Medical TreatmentAdvances in Perpective. Cancer. A Jour of Am cancer Society.
2011 ; 46:621-629 Posted on 8 February 2011 by ArtikelBedah,
dari www.ilmubedah.com diakses 6 April 2012
Joel Adams. (2007), Dictionary Of Nursing. Second Editions, A&C Black,
London, hal 264
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
46/47
Joglosemar, edisi: 4/10/2011, Tajuk Isu dan tokoh minggu ini,
http://joglosemar.co.id//tajuk-utama//Diakses 6 April 2012
Khadijeh Arjmandi Rafsanjani, Parvaneh Vossough, Ali Bashardoust,
Mohammad Faranoush. Survival rate of children with
rhabdomyosarcoma and prognostic factors. World J Pediatr, Vol 3
No 1 . February 15, 2007 . www.wjpch.com Diakses tanggal 6
April 2012
Michael Walta Dan Stepen H. Thomas.Refarat Nyeri Kanker dan Tumor.World
Journal of Medical Sciences 3 (2): 54-59, 2008 - ISSN 1817-3055
SKYDRUGZ: Refarat Nyeri Kanker dan Tumor
http://skydrugz.blogspot.com/2012/03/refarat-nyeri-kanker-dan-
tumor.html#ixzz1rk8LIAw1 Diakses tanggal 12 april 2012
Mubarak, Wahit. (2007), Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori dan
aplikasi dalam praktik.EGC, Jakarta
Muttaqin, Arif. (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. EGC, Jakarta
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI,
Jika Tidak Dikendalikan 26 Juta Orang Di Dunia Menderita
Kanker,
[email protected],[email protected],kontak@
puskom.depkes.go.id. Diakses 6 April 2012
Rachadian, Dani (2010).Informasi Spesialite Obat ISO Indonesia. PT ISFI:
Jakarta
Rahmawati, Zahara Nur. Evaluasi Penggunaan Antiemetik Dalam
Penatalaksanaan Mual Muntah Karena Kemoterapi Pada PasienKanker Payudara Di Rsud Dr Moewardi Surakarta Tahun 2008.
Date: 2012-02-18 . http://repository.ums.ac.id/handle/2011/13242
http://etd.eprints.ums.ac.id/7742/, Diakses tanggal 12 april 2012
Reksoprodjo S et al. (2007), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. edisi 5. Binarupa
Aksara : Jakarta, hal 402-405
-
7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i
47/47
Robbins,( 2007 ),Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Vol. 1. EGC : Jakarta : 198
Smeltzer, Suzane C, (2001),Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner& Suddarth / editor, Suzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih
bahasa Agung Waluyo [et. al] ; editor bahasa Indonesia, Monica
Ester, Ellen Pangabean, Edisi 8, EGC : Jakarta
Timothy PC. Rhabdomyosarcoma. http://www.emedicine.com, diakses 6
April 2012
Underwood, J.C.E (2004) Patologi Umum dan Sistematik. Vol 2 / J.C.E
Underwood ; editor edisi bahasa Indonesia, Sarjadi, Edisi 5, EGC :
Jakarta
Virgiawan D.Kanker Otot Lurik.[Online].2007 Oct 18 th .[cited 2008
November1 th]:[10 screens]. Available from:URL:
http://www.medline.com, diakses 12 April 2012)
Willkinson, Judith (2006). Bukusaku Diagnosis Keperawatan dengan
intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Edisi 7. EGC : Jakarta
Wilmore DW, Cheung LY, Harken AH, Holcroft JW, Meakins JL, Soper NJ,
(2002). ACS surgery: principles and practice. New York: WebMD
Wong CH, Khin LW, Heng KS, Tan KC, Low CO. The LRINEC (Laboratory
risk indicator for necrotizing fasciitis) score: a tool for
distinguishing necrotizing fasciitis from other soft tissue infections.
Crit Care Med 2004; 32:153541www.fkunmul.co.cc, Diakses 12
April 2012