01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

Upload: wistiaridewi

Post on 24-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    1/47

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    2/47

    STUDI KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

    NN. A DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR

    DEXTRA DI RUANG MAWAR 2 RSUD

    DR. MOEWARDI

    SURAKARTA

    Karya Tulis Ilmiah

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

    Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

    DI SUSUN OLEH :

    DWI CAHYONO

    NIM. P. 09072

    PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2012

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    3/47

    STUDI KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

    NN. A DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR

    DEXTRA DI RUANG MAWAR 2 RSUD

    DR. MOEWARDI

    SURAKARTA

    Karya Tulis Ilmiah

    Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

    Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

    DI SUSUN OLEH :

    DWI CAHYONO

    NIM. P. 09072

    PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2012

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    4/47

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Dwi Cahyono

    NIM : P. 09072

    Program Studi : D III Keperawatan

    Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT

    PADA NN. A DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR DEXTRA

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

    benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

    atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

    Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah

    hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

    dengan ketentuan akademik yang berlaku.

    Surakarta, 25 April 2012

    Yang Membuat Pernyataan

    DWI CAHYONO

    NIM. P. 09072

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    5/47

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

    Nama : Dwi Cahyono

    NIM : P. 09072

    Program Studi : D III Keperawatan

    Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NN. A

    DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR DEXTRA

    Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

    Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Ditetapkan di : Surakarta

    Hari/Tanggal : 26 April 2012

    Pembimbing : Joko Kismanto, S. Kep, Ns (.)

    NIK. 200670020

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    6/47

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat,

    rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

    Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NN. A

    DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR DEXTRA

    Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan

    dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

    mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

    terhormat :

    1. Setiyawan, S. Kep, Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

    yang telah menjadi motivator dan pemimpin yang senantiasa memberikan

    teladan serta bimbingan kepada semua mahasiswa STIKes Kusuma

    Husada Surakarta.

    2. Erlina Windyastuti, S. Kep, Ns, selaku penguji dan Sekretaris Ketua

    Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan

    menimba ilmu dan selalu memberikan fasilitas untuk menunjang

    pengajaran di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

    3. Joko Kismanto, S. Kep, Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai

    penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-

    masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

    demi kesempurnaannya studi kasus ini.

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    7/47

    4. Fakhrudin Nasrul Sani, S. Kep, Ns selaku dosen penguji yang telah

    membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

    perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

    kesempurnaannya studi kasus ini.

    5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

    Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sebar dan wawasanya

    serta ilmu yang bermanfaat.

    6. Kedua orangtuaku, Bp. Sularjo Thrisno Mulyono dan Ibu Sunarti yang

    selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan

    pendidikan.

    7. Sahabat terbaik saya yang telah memberikan motivasi dan selalu berjuang

    bersama dalam satu tekad, satu tujuan dan selalu memberikan motivasi dan

    semangat, serta selalu memberikan saya informasi yang handal dan akurat

    dalam segala hal.

    8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes

    Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-

    persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

    Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

    keperawatan dan kesehatan, Amin.

    Surakarta, April 2012

    Penulis

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    8/47

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME................................................. ii

    LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ................................................................................. v

    DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

    DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................... 1

    B. Tujuan penulisan ............................................................ 5

    C. Manfaat penulisan .......................................................... 6

    BAB II LAPORAN KASUS

    A. Pengkajian ...................................................................... 8

    B. Perumusan Masalah Keperawatan ..................................12

    C. Perencanaan Keperawatan ..............................................13

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    9/47

    D. Implementasi Keperawatan..............................................14

    E. Evaluasi Keperawatan......................................................19

    BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

    A.

    Pembahasan.......................................................................22

    B.

    Simpulan dan Saran...........................................................31

    Daftar Pustaka

    Lampiran

    Daftar Riwayat Hidup

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    10/47

    DAFTAR LAMPIRAN

    1.

    Daftar Riwayat Hidup.

    2.

    Surat Pengantar Pra Penelitian RSUD Dr. Moewardi.

    3.

    Log Book (3 hari 3 lembar).

    4.

    Format Pendelegasian.

    5. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data.

    6.

    Lembar Konsultasi.

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    11/47

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyakit yang dianggap tidak berbahaya tetapi abila tidak segera

    ditangani akan berakibat fatal seperti halnya daging tumbuh pada bagian

    otot yang sering disebut uci-uci. Uci-uci merupakan kata dalam Bahasa

    Jawa yang artinya adalah benjolan pada bagian tubuh tertentu terutama

    pada bagian anggota gerak, yang lebih sering adalah pada bagian tubuh

    yang dilewati aliran getah bening, seperti : leher, ketiak dan lipat paha.

    Gejala tersebut terkadang dikesampingkan dan dianggap tidak penting,

    tetapi tidak sedikit bahwa penyakit yang terutama adalah tumor pada awal

    mulanya ditandai dengan munculnya uci-uci. Salah satu tanda dan gejala

    yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah dengan munculnya nyeri yang

    spesifik dan adanya massa yang abnormal. Uci-ucimerupakan salah satu

    golongan tumor yang apabila dibiarkan akan terjadi mutagenesis yang

    menimbulkan kanker dan keganasan pada jaringan lunak (Journal of

    Indian Association of Pediatric Surgeons, 2012).

    Prevalensi tumor/kanker menurut diagnosis tenaga kesehatan

    (RISKESDAS) 2007 di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,8%, Prevalensi

    tertinggi di Kabupaten Magelang (1,6%), Cilacap (1,5%), Kebumen

    (1,3%), Banyumas, Wonogiri, Surakarta, Tegal Kota (masing-masing

    1,2%). Menurut Dokter Spesialis Bedah RS Panti Waluyo, uci-uci

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    12/47

    termasuk dalam salah satu golongan tumor, tanda dan gejala yang paling

    sering ditemui adalah dengan munculnya massa yang mendesak jaringan

    kulit yang tampak dari luar seperti bengkak yang disertai dengan nyeri

    maupun tanpa nyeri, dan apabila bermutasi dan tidak segera ditangani

    secara dini maka akan berubah menjadi kanker ganas yang biasa disebut

    Rabdomiosarkoma (Kanker yang menyerang jaringan otot lurik)

    (Joglosemar Edisi 4/10/2011)

    Rabdomiosarkoma (RMS) adalah suatu penyakit keganasan pada

    jaringan lunak yang menyerang otot seran lintang. Merupakan 10% -15%

    dari sarcoma jaringan lunak dan 5% - 8% dari semua kasus keganasan

    pada anak. Sejak Januari 1988 Desember 1992 di bagian Anak RSUD

    Dr. Sutomo/FK Unair Surabaya ditemukan 2 kasus Rabdomiosarkoma dari

    28 kasus tumor abdomen. Sedangkan di Sub bagian Hematologi/Onkologi

    BIKA FK USU / SRPM Medan sejak Januari 1987- Desember 1993

    didapatkan 4 kasus Rabdomiosarkoma dari 11 kasus sarcoma tulang dan

    jaringan lunak. Rabdomiosarkoma dapat terjadi pada semua usia, dengan

    insiden terbanyak pada usia 2 - 6 tahun dan 15 - 19 tahun. Laki - laki dan

    perempuan dengan perbandingan 1 : 1,1 & 1,5 : 1. Lokasi umumnyan

    terdapat pada kepala dan leher (3 -65%) menyusul anggota gerak (24%),

    sistem urogenital (18 %), badan (8%), retropertoneal (7%) dan tempat

    lain(2-3%) (Michael Walta, World Journal of Medical Sciences, 2008).

    Pada anak usia dibawah 10 tahun, RMS paling banyak dijumpai pada

    kepala,leher dan sistem urogenital (B .Lubis, Delyuzar, 2011). Tumor

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    13/47

    ganas masenkim bukan berasal dari tulang, parenkim atau visceral.

    Mempunyai kemampuan infiltrasi cepat ke jaringan sekitar dan sering

    rekuren setelah tindakan bedah dilakukan. Jarang ditemukan, 1% dari

    semua tumor ganas. Semua umur, terutama 20-40 tahun. Indonesia, salah

    satu dari 10 kanker terbanyak. Urutan ke-6 dari semua tumor ganas pada

    anak (terutama rabdomiosarkoma di leher-kepala). Lokasi : Ekstrimitas

    inferior 40%, Ekstrimitas superior 15%, Tubuh, kepala-leher 35%, Lain-

    lain : retroperitoneal10% (Artikel Bedah, 2011).

    Rhabdomyosarcoma adalah sebuah tumor yang tumbuh pada

    jaringan lunak, biasanya menyerang anak-anak (Joel Adams, 2007 : 264).

    Penyebab dari penyakit ini masih belum diketahui. Beberapa penelitian

    menyebutkan kemungkinan karena faktor genetik, radiasi, danan kimia,

    rokok dan virus. Secara histopatologis rabdomiosarkoma dibagi atas 3

    bentuk menurut Horn dan Enterline, yaitu: Embrional, alveolar dan

    pleomorfik, tipe alveolar RMSadalah paling banyak dijumpai pada badan,

    anggota gerak danperineum (Smeltzer, 2005 : 321-323).

    Tumor ini jarang memberikan keluhan bila ukurannya kecil, dan

    merupakan tumor lunak tanpa rasa sakit (Cullen ,1769). Penderita

    mengeluh bila tumor telah membesar dan memberikan tanda-tanda

    penekanan jaringan sekitar tumor seperti neuralgia, paralisis, iskemia,

    sedangkan penekanan pada sistem digestif akan mengakibatkan gejala

    obstruksi(Reksoprodjo S, 2005 : 402-405).

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    14/47

    Kanker ini dapat menyerang otot dimana saja, biasanya pada anak

    di daerah kepala, leher, kandung kemih, prostat (kelenjar kelamin pria),

    dan vagina. Gejala yang ditimbulkan tergantung letaknya. Pada rongga

    mata, dapat menyebabkan mata menonjol keluar dan benjolan di mata. Di

    telinga menyebabkan nyeri atau keluarnya darah dari lubang telinga. Di

    tenggorokan menyebabkan sumbatan jalan napas, radang sinus (rongga-

    rongga di sekitar hidung), keluar darah dari hidung (mimisan) atau sulit

    menelan. Di saluran kemih menyebabkan gangguan berkemih. Apabila

    menyerang otot anggota gerak, akan menimbulkan pembengkakan dan

    perasaan tidak nyaman seperti nyeri (Timothy P. C : 2011)

    Nyeri adalah keluhan yang paling utama pada kasus tumor dan

    keganasan, nyeri menunjukkan adanya ekspansi tumor yang cepat dan

    penekanan jaringan sekitarnya (Arif Muttaqin, 2008 : 424). Nyeri adalah

    perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang yang

    mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan

    tersebut (Long, 1996). Secara umum, nyeri dapat dipersepsikan sebagai

    perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Priharjo, 1992).

    Penyebab nyeri yang dapat dijadikan diagnosis adalah nyeri akut dan nyeri

    kronis, tetapi yang dominan pada nyeri akut umumnya mempunyai batasan

    karakteristik sebagai faktor pencetus penyebab nyeri salah satunya adalah

    efek dari proses penyakit (NANDA, 2003). Dari berbagai jenis nyeri yang

    paling sering ditemukan pada pasien dengan uci-uci adalah nyeri jenis

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    15/47

    nyeri perifer superfisial yaitu nyeri yang muncul akibat rangsangan pada

    kulit dan mukosa(Mubarak, 2007 : 204-209).

    Berdasarkan berbagai data dan informasi di atas maka penulis

    tertarik untuk melakukan studi kasus tentang Rabdomiosarkoma dan

    penatalaksanaannya, termasuk menangani Rabdomiosarkoma berdasarkan

    manifestasi klinis yang dilihat secara mendasar melalui konsep kebutuhan

    dasar manusia. Dengan adanya berbagai data dan pertimbangan maka

    penulis melakukan Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Nyeri Akut

    Pada Nn. A Dengan Rabdomiosarkoma Femur Dextra Di RSUD

    Dr. Moewardi Surakarta.

    B. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    Melaporkan Studi Kasus tentang Nyeri Akut Pada Nn. A dengan

    Rabdomiosarkoma Femur Dextra di RSUD Dr. Moewardi

    Surakarta.

    2. Tujuan Khusus

    a) Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien Nn. A

    dengan nyeri rabdomiosarkoma.

    b)

    Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada

    pasien Nn. A dengan nyeri rabdomiosarkoma.

    c) Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan

    pada pasien Nn. A dengan nyeri rabdomiosarkoma.

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    16/47

    d) Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien

    Nn. A dengan nyeri rabdomiosarkoma.

    e) Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien Nn. A

    dengan nyeri rabdomiosarkoma.

    f) Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi

    pada pasien Nn. A dengan rabdomiosarkoma.

    C.

    Manfaat Penulisan

    1. Bagi Penulis

    Untuk memperoleh dan memperluas wawasan serta pengetahuan

    tentang Penyakit Rabdomiosarkoma beserta penatalaksanaan

    secara medis dan konsep keperawatannya, sehingga dapat

    dijadikan sumber ilmu dan wawasan oleh penulis.

    2. Bagi Profesi Keperawatan

    a. Bagi Institusi

    Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan

    bahan pustaka tentang asuhan keperawatan nyeri pada

    rabdomiosarkoma.

    c. Bagi Rumah sakit

    Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan

    praktik pelayanan keperawatan khususnya keperawatan nyeri

    pada rabdomiosarkoma.

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    17/47

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    Dalam bab ini menjelaskan tentang laporan studi kasus Asuhan

    Keperawatan yang dilakukan pada Nn. A dengan diagnosa medis

    Rabdomiosarkoma Femur Dextra, dilaksanakan pada tanggal 3 April 2012.

    Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

    intervensi, implementasi, dan evaluasi.

    A.

    Identitas Pasien.

    Dari pengkajian tanggal 3 April 2012 jam 07.30 WIB, pada kasus

    ini diperoleh dengan metode Auto dan Allo Anamnese, pengamatan,

    observasi langsung, pemeriksaan fisik menelaah catatan medis, dan catatan

    perawat, dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas pasien, bahwa

    pasien bernama Nn. A, umur 21 tahun, agama Islam, alamat Mundu,

    Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar, Pendidikan SMA, pekerjaan

    wiraswasta, nomor register 01118503, dirawat di Bangsal Mawar II kamar

    5B RS Dr. Moewardi, sudah sejak tanggal 19 Maret 2012 pasien menjalani

    perawatan dengan diagnosa oleh dokter Spesialis Bedah Onkologi sebagai

    Rabdomiosarkoma Femur Dextra. Yang bertanggung jawab kepada pasien

    adalah Tn. B, umur 34 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta,

    yang beralamat di Welar, Pandeyan, Ngemplak, Boyolali, dan hubungan

    dengan pasien adalah kakak.

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    18/47

    B.

    Pengkajian.

    Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan

    utama yang dirasakan oleh pasien adalah nyeri seperti terbakar pada

    bagian paha kanan merambat hingga pinggang dan punggung nyerinya

    semakin berat saat bergerak/mobilisasi dan tidak hilang dengan istirahat.

    Riwayat penyakit sekarang Nn. A nyeri dirasakan sejak 3 minggu yang

    lalu, Nn. A mempunyai benjolan massa pada paha kanan sebelah atas sejak

    2 bulan yang lalu nyeri dirasakan semakin berat, rasa seperti terbakar

    dengan skala nyeri 7 yang akhirnya pada tanggal 16 Maret 2012 pasien

    dibawa oleh keluarga untuk periksa ke RS Brayat Minulyo Surakarta,

    Setelah dilakukan perawatan dan pemeriksaan selama beberapa hari pasien

    akhirnya dirujuk ke RS Dr. Moewardi Surakarta guna pemeriksaan dan

    penanganan lebih lanjut.

    Selama dirawat di RS Dr. Moewardi Surakarta pasien telah

    menjalani berbagai macam pemeriksaan dan penanganan secara

    komperenhensif dan didiagnosa oleh dokter pasien menderita

    Rabdomiosarkoma yang penanganannnya harus dilakukan tindakan

    pembedahan. Sebelum dilakukan tindakan pembedahan pasien mengalami

    terapi transfusi untuk penanganan Hb yang mengalami penurunan dari

    angka normal sekitar 9,8 g/dL yaitu pada tanggal 29 Maret 2012, selama

    perawatan di bangsal pasien mendapatkan pemantauan dan terapi

    simtomatik (sesuai gejala yang dirasakan pasien). Pada saat pengkajian

    kondisi pasien lemah dengan kondisi gelisah karena menahan nyeri dengan

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    19/47

    pemeriksaan tanda-tanda vital didapatakan hasil tekanan darah 110/80

    mmHg, nadi 86 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, suhu badan

    37 C, pasien dalam mobilisasi untuk ke kamar mandi selalu memerlukan

    bantuan orang lain dan sewaktu melakukan ambulasi di tempat tidur

    pasien meringis menahan nyeri. Mendapatkan terapi infus KaEN 3B 20

    tetes per menit, Ceftriaxone3X 1 gram, Dulcolac Supp (analgetik) 1X 1

    (25 mg).

    Pengkajian riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan belum

    pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama, pasien tidak

    mempunyai riwayat pemakaian /penggunaan obat-obatan kosmetik yang

    mengandung merkuri, pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat

    alergi terhadap makanan, minuman, maupun kondisi lingkungan/cuaca.

    Pasien mengatakan pernah menderita penyakit demam, tetapi dapat

    sembuh dengan periksa ke dokter dan berobat jalan. Untuk riwayat

    penyakit keluarga, pasien mengatakan dalam keluarganya tidak terdapat

    anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti kanker,

    hipertensi, dan diabetes melitus. Pasien mengatakan kakaknya pernah

    menjalani operasi pembedahan akibat amandel.

    Pada pengkajian riwayat kesehatan lingkungan, pasien saat ini

    tinggal dan diasuh oleh buliknya di daerah Mundu, Selokaton, daerahnya

    termasuk dalam lingkungan perumahan yang jauh dari tempat

    pembuangan sampah akhir, pabrik yang memproduksi limbah industri,

    maupun saluran pembuangan. Pasien mengatakan lingkungan sekitarnya

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    20/47

    bersih dan selalu dilakukan kerja bakti, dan dalam lingkungannya tidak

    banyak terdapat vektor(lalat/nyamuk).

    Pada pengkajian fungsi kesehatan menurut Gordon, pada pola

    nutrisi dan metabolik pasien mengatakan selama sakit pasien makan

    dengan porsi menu seperti biasanya hanya saja dalam mengkonsumsi

    makanan dengan porsi sedikit-sedikit, karena terhalang nyeri yang

    terkadang mengurangi rasa nafsu makan. Pada pola istirahat dan tidur,

    pasien mengatakan mengalami gangguan yaitu kualitas tidur yang kurang

    nyenyak dan jam tidur yang kurang karena terganggu akibat nyeri yang

    dideritannya, yang sebelumnya sewaktu sehat pasien mampu

    mengoptimalkan waktu tidur dan kualitas tidur yang baik.

    Pengkajian yang terjadi kesenjangan adalah pola kognitif dan

    perseptual, sebelum sakit pasien mengatakan dapat bekomunikasi dengan

    lancar, mampu berorientasi penuh pada lingkungan, mengidentifikasi

    keadaan, orang, dan situasi dengan kesadaran penuh dan dapat

    mempersepsikan tingkat kenyamanan. Selama sakit pasien mengatakan

    nyeri pada daerah yang mengalami pembesaran massa, yaitu paha kanan

    merambat hingga pinggang dan punggung, dengan rasa seperti terbakar,

    skala nyeri 7, nyeri dirasakan setiap saat, bertambah berat saat

    bergerak/mobilisasi dan tidak hilang dengan istirahat. Sedangkan untuk

    pola aktivitas dan latihan pasien mengatakan masih dapat melakukan

    kegiatan seperti berpindah, mobilisasi di tempat tidur, dan ADL secara

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    21/47

    mandiri meskipun terkadang dibantu oleh keluarga karena intoleran

    terhadap nyeri yang dideritanya.

    Pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum pasien adalah sedang

    dengan kesan sedikit lemah, kesadaran komposmentis, untuk pemeriksaan

    tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 86

    kali per menit, pernapasan 20 kali per menit, suhu 37C. Hasil dari semua

    pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki umumnya tidak ditemukan

    adanya abnormalitas, dengan hasil bentuk kepala mesosepal keadaan

    rambut bersih, tidak mengeluh terjadi penurunan lapang pandang maupun

    pendengaran. Pada pemeriksaan fisik dada pada bagian jantung dan paru-

    paru tidak mengalami permasalahan, tetapi pada pemeriksaan abdomen

    ditemukan hasil : Perut datar terkesan sedikit kembung, pada bagian

    ekstermitas bawak/kaki kanan hingga pinggang terdapat massa tumor

    sejumlah 3 buah yang sedikit menonjol dengan diameter 2cm dan

    sewaktu ditekan terdapat rangsangan nyeri yang dipersepsikan pasien,

    sementara hasil pengkajian fisik abdomentidak ditemukan kelainan organ

    intra abdomen.

    Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh pasien adalah radiologi

    dan pemeriksaan darah rutin. Data penunjang dari pemeriksaan radiologi

    tanggal 24 Maret 2012, yaitu pemeriksaan Multi Slice CT-Scan pada

    AbdomenAtas/AbdomenBawah/Pelvisdidapatkan hasil pemeriksaan yang

    menyatakan tidak terdapat kelainan pada organ intra abdomen, tidak

    ditemukan pertumbuhan abnormal pada jaringan tulang dan pembuluh

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    22/47

    darah, tetapi pada gambaran otot terdapat kesan :Multiple Abses mengarah

    Cold Abses pada daerah paha, pinggang hingga punggung, yang dapat

    ditarik kesimpulan bahwa terjadi pertumbuhan abnormal pada jaringan

    otot rangka/serat lintang/otot lurik pada daerah paha kanan, pinggang

    hingga punggung. Pada pemeriksaan darah rutin tanggal 31 Maret 2012

    didapatkan hasil yang menunjukkan semua parameter pemeriksaan darah

    dalam ambang batas normal. Dari hasil pengkajian dan observasi di atas,

    penulis melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa

    keperawatan yang utama sesuai dengan prioritas, menyusun intervensi

    keperawatan, melakukan implementasi, dan evaluasi tindakan.

    C. Perumusan Masalah.

    Diagnosa keperawatan yang utama adalah nyeri akut berhubungan

    dengan proses penyakit (onkogen/massa tumor yang menekan rangsang

    saraf nyeri), ditandai dengan pasien mempersepsikan nyeri, melakukan

    tindakan distraksi dan relaksasi untuk membuat nyeri tidak dirasakan

    semakin berat, dan mengeluh jika nyeri yang dirasakan semakin berat.

    Dari data pasien dikaji tentang karakteristik nyeri ditemukan

    Provocate (pencetus) adalah proses penyakit, Q (quality) rasa seperti

    terbakar, R (regio) adalah pada daerah yang mengalami pengembangan

    massa/pada paha kanan hingga punggung, S (skala) nyeri dirasakan

    sedang yaitu 7, T (time) nyeri dirasakan setiap saat dan bertambah jika

    untuk bergerak. Faktor yang berhubungan ditarik kesimpulan dari

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    23/47

    pemeriksaan fisik, terdapat massa pada bagian lumbal pinggang dan paha

    kanan, tidak terdapat kelainan patologis pada organ intra abdomen, dan

    data penunjang yang menunjukkan adanya tumor yang menekan saraf

    sehingga dipersepsikan sebagai nyeri.

    D.

    Perencanaan.

    Tujuan dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis

    adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,

    diharapkan nyeri pada Nn. A berkurang, dengan kriteria hasil yaitu

    melaporkan penurunan nyeri menjadi skala 3-4, ekspresi wajah rilex dan

    ceria, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, mampu

    melakukan aktivitas yang toleran terhadap nyeri.

    Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis untuk mencapai

    tujuan tindakan keperawatan adalah mengkaji keluhan utama, tanda-tanda

    vital, dan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan posisi

    nyaman (head up 30)dan rileks untuk meminimalkan perasaan nyeri yang

    diderita oleh pasien, memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi

    nafas dalam dan teknik distraksi, kolaborasi dengan medis untuk tindakan

    lanjut dalam rangka mengurangi/menghilangkan perasaan nyeri pasien,

    yaitu : melaporkan kondisi terakhir untuk persiapan pembedahan yaitu

    pengangkatan tumor dengan reseksi radikal serta memberikan terapi

    farmakologis untuk menghilangkan perasaan nyeri dengan medika

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    24/47

    mentosa, mengkolaborasikan dengan pasien dan keluarga untuk persiapan

    prosedur pembedahan.

    E.

    Implementasi.

    Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012

    jam 08.00 WIB, yaitu mengkaji keluhan utama, didapatkan respon pasien

    secara subyektif, pasien mengatakan nyeri seperti terbakar pada daerah

    tubuh yang terdapat massa tumor yaitu bagian paha kanan merambat ke

    pinggang hingga punggung dengan skala nyeri 7 bertambah berat saat

    aktivitas dan tidak hilang untuk istirahat, dan mengidentifikasi

    karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), Q (kualitas) pasien mengatakan nyeri

    seperti terbakar, R (daerah) pada daerah tubuh yang terdapat massa tumor

    yaitu bagian paha kanan merambat ke pinggang hingga punggung, S

    (skala) skala nyeri 7, T (waktu) dirasakan setiap saat, bertambah berat saat

    aktivitas dan tidak hilang untuk istirahat, respon secara obyektifnya, pasien

    tampak meringis menahan nyeri, tampak gelisah dan tidak rileks, dari data

    obyektif memonitor tanda-tanda vital didapatkan data, pemeriksaan tanda-

    tanda vital, tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 82 kali per menit,

    pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 37 C.

    Pada jam 08.30 WIB, memberikan posisi nyaman untuk klien

    dengan tidur kepala sedikit ditinggikan (diganjal bantal) dan memodifikasi

    lingkungan yang panas dan pengap dengan membuka jendela dan

    menghidupkan kipas angin, didapatkan respon pasien adalah pasien

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    25/47

    mengatakan nyeri masih dirasakan tetapi sedikit nyaman dengan posisi

    tidur dengan kepala sedikit di tinggikan serta kondisi lingkungan yang

    sejuk. Jam 09.00 WIB, memberikan motivasi kepada pasien untuk

    melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi untuk

    mengurangi perasaan nyeri, pasien mengatakan sudah pernah diajarkan

    teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi yang dipraktikan oleh

    perawat sebelumnya.

    Jam 10.00 WIB, berkolaborasi dengan medis dalam pelaporan

    kondisi terakhir pasien untuk persiapan pembedahan sebagai prosedur

    pengangkatan massa tumor, dari hasil koordinasi dan pelaporan maka

    pasien akan menjalani pembedahan di ruangan IBS maka tindakan yang

    dilakukan adalah manajemen sebelum pembedahan sesuai protokol, yaitu

    memberikan motivasi pada pasien dan keluarga untuk menandatangani

    inform cocent, melakukan skin testuntuk uji alergi antibiotik profilaksis,

    mengganti baju pasien dengan baju operasi.

    Prosedur pembedahan pasien dilakukan oleh Spesialis Bedah

    Onkologidan residen bedah dari jam 11.10 13.00 WIB. Pada jam 13.00

    WIB, melakukan observasi sesuai protokol selesai pembedahan, yaitu

    memonitor tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 100/80 mmHg,

    pernafasan 22 kali per menit, nadi 90 kali per menit, suhu 36,8 C,

    mengawasi respon pasien dengan reaksi anestesidengan hasil subyektif,

    pasien mengatakan merasa kedinginan dan kaki tidak dapat digerakkan.

    Tindakan keperawatan selanjutnya adalah pendelegasian kepada perawat

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    26/47

    jaga sore untuk pemantauan koreksi prosedur operasi dan penanganan

    gejala yang timbul secara simtomatis.

    Tindakan keperawatan pada hari kedua, tanggal 4 April 2012, jam

    08.00 WIB, mengobservasi keadaan pasien, mengkaji nyeri (P,Q,R,S,T),

    memonitor tanda-tanda vital, dan mengoreksi kondisi setelah operasi,

    didapatkan hasil yaitu, secara subyektif pasien mengatakan nyeri masih

    dirasakan tetapi tidak seberat hari sebelumnya skala nyeri 5-6, nyaman

    dengan posisi tidur terlentang sudah dapat tidur dengan nyenyak dan

    pulas, nafsu makan mulai kembali, sudah dapat BAB dan BAK,

    pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil, tekanan darah 110/80

    mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 37 C,

    dan dari koreksi prosedur bedah didapatkan hasil, drainase masih

    produktif dengan jumlah 100 CC warna merah tua, kondisi balutan

    kering dan bersih.

    Jam 09.00 WIB, memberikan terapi sesuai dengan advis dari

    dokter, yaitu injeksi Ceftriaxone1 gram, Ketorolac2 gram,Metronidazole

    500 ml, Metamizol50 mg dengan respon pasien menunjukkan tidak ada

    reaksi abnormal dan tidak anafilaksis. Jam 09.30 WIB, menyarankan

    pasien untuk melakukan ambulasi di tempat tidur denagn miring ke kanan

    dan ke kiri, di dapatkan respon, pasien mengatakan merasa pegal dan dapat

    diatasi dengan tidur posisi miring.

    Jam 10.00 WIB, menganjurkan pasien untuk menghabiskan menu

    diet dari rumah sakit dan memotivasi pasien untuk istirahat, pasien

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    27/47

    mengatakan menghabiskan semua porsi diet RS tanpa rasa mual dan

    muntah. Jam 12.00 WIB, melakukan kolaborasi pemeriksaan PA dan

    kultur pusuntuk menentukan terapi yang tepat dalam mengatasi penyakit

    pasien, pemeriksaan PAdan kultur pusdiambil dan dianalisa oleh residen

    bedah berkolaborasi dengan instalasi laboratorium histopatologi dan

    mikrobiologi, Pendelagasian kepada perawat sore adalah untuk

    melanjutkan terapi lanjutan diantaranya, injeksiCeftriaxone1 gram pada

    pukul 18.00 WIB, Ketorolak 2 gram pada pukul 20.00 WIB. Pada

    pendelegasian juga disertakan untuk pelaporan hasil kultur pus dan PA

    yang akan digunakan untuk menentukan jenis antibiotik yang sesuai,

    pemantauan terhadap produksifitas draintetap harus dilakukan.

    Tindakan keperawatan pada hari ketiga tanggal 5 April 2012, yaitu

    jam 08.00 WIB, mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, kondisi

    balutan luka, dan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), mendapatkan

    hasil subyektif, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan intensitasnya

    semakin berkurang dan terkadang hilang, dapat tidur dengan nyenyak,

    mampu melakuakn aktivitas ADL secara mandiri, mampu melakukan

    mobilisasi di tempat tidur, kodisi balutan kering dan bersih, produksi drain

    masih tetapi sudah tidak sebanyak hari sebelumnya 200 cc jumlah total,

    pasien tampak sedikit rileks dan kondisi segar, dari pemeriksaan tanda-

    tanda vital tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 kali per menit,

    pernafasan 19 kali per menit, suhu 36,5 C. Jam 08.30 WIB, memberikan

    terapi injeksi sesuai program yaitu, Ceftriaxone 1 garam, Metronidazol

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    28/47

    500 ml, dengan respon pasien tanpa reaksi abnormal. Jam 09.00 WIB,

    melaporkan keadaan drain dan balutan operasi untuk dilakukan medikasi,

    hasil koordinasi adalah medikasidan pencabutan drainasedilakukan oleh

    residen bedah dan koas. Jam 10.00 WIB, memotivasi pasien untuk

    mobilasasi secara bertahap, pasien mengatakan sudah mampu duduk dan

    pergi ke kamar mandi. Jam 11.30 WIB, memotivasi pasien untuk

    menghabiskan diet siang RS dan istirahat untuk mempercepat

    penyembuhan, pasien mengatakan porsi diet RS dihabiskan semua dan

    dapat istirahat dengan rileks/nyaman.

    Jam 12.30 WIB, melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan

    medis tentang hasil pemeriksaan PAdan kultur pusuntuk dilakukan terapi

    selanjutnya, hasilnya dari pemeriksaan kultur pus dan PA ditemukan

    adanya resisten bakteri dengan Sefalosporin yang digunakan untuk

    menentukan jenis antibiotik yang paling tepat dan dari hasil diskusi

    diputuskan tetap harus dilakukan protokol kemoterapi. Pada pendelegasian

    kepada perawat primer yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pasien

    dilaporkan bahwa untuk pengelolaan diagnosa nyeri masalah belum

    teratasi, dan pengelolaan ditambah untuk pengelolaan yang bertujuan

    mencegah resiko infeksi seperti medikasi, pengawasan tanda-tanda infeksi,

    dan kolaborasi antibiotik. Pendelegasian juga difokuskan pada kolaborasi

    pelaksanaan kemoterapi yang rencananya akan dijadwalkan oleh dokter

    spesialis bedah onkologi, untuk pelaksanaan terapi nantinya dilaksanakan

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    29/47

    dan merupakan tanggung jawab penuh perawat, sehingga tindakan yang

    akan dilakukan adalah pengelolaan persiapan kemoterapi.

    F.

    Evaluasi.

    Evaluasi dari tindakan keperawatan pada hari pertama tanggal

    3 April 2012 jam 14.10 WIB, adalah pasien pasien mengatakan merasa

    kedinginan, anggota gerak bagian bawah tidak dapat digerakkan, dan tidak

    mengatakan nyeri, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah

    100/80 mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit, suhu

    36,8 C, pasien menggunakan selimut dean keringatnya di keringkan

    dengan handuk oleh keluarga. Assessment dari data keperawatan diatas

    adalah masalah belum teratasi, karena belum dapat mengkaji nyeri sebab

    pasien masih dalam pengaruh reaksi anestesi paska pembedahan.

    Perencanaan lanjutanya adalah melanjutkan intervensi yaitu, mengkaji

    karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), kolaborasi dalam pemantauan keadaan

    pasca bedah dan manajemen nyeri secara farmakologis, ditambahkan

    untuk tindakan kolaborasi pengawasan koreksi pasca bedah dengan

    pemeriksaan PA dan kultur pus.

    Evaluasi hari kedua tanggal 4 April 2012, jam 14.13 WIB adalah

    pasien mengatakan nyeri yang dirasakan lebih ringan dari hari

    sebelumnya, sudah dapat mentoleransi nyeri dengan kegiatan mobilisasi,

    sudah BAB dan BAK tanpa ada gangguan, nafsu makan sudah membaik,

    dan nyeri pada bagian yang dibedah terasa nyaman. Pemeriksaan tanda-

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    30/47

    tanda vital tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 90 kali per menit,

    pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,5 C. Kondisi balutan luka operasi

    kering dan bersih, warna kulit sekitar luka normal (tidak ada tanda-tanda

    infeksi), produksi drainmasih produktif 100 cc, dengan warna merah tua.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan PA dan kultur pus ditarik kesimpulan

    bahwa untuk kondisi pasien paling tepat adalah menggunakan antibiotok

    golongan sefalosporin. Assassemen dari data di atas adalah masalah

    keperawatan belum teratasi. Perencanaan selanjutnya yaitu dengan

    melanjutkan intervensi, mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T),

    pemberian antibiotiksesuai dari advisdokter, monitor drain dan keadaan

    luka operasi, menganjurkan pasien untuk mobilisasi bertahap, dan

    kolaborasi pemberian analgetik dihentikan karena kondisi nyeri sudah

    mengalami perbaikan.

    Evaluasi hari ketiga tanggal 5 April 2012 jam 14.00 WIB,

    mendapatkan hasil, pasien mengatakan merasa lebih nyaman dan rileks

    meski nyeri terkadang muncul dengan skala yang lebih ringan dari skala

    saat pengkajian, yaitu skala 4, sudah mampu melakukan mobilisasi secara

    mandiri, dapat istirahat, nafsu makan baik tanpa rasa mual/muntah.

    Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/80

    mmHg, nadi 87 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,8 C,

    observasi dapat dilihat balutan operasi dalam keadaan bersih dan baik,

    drainmasih produktif tetapi tidak sebanyak kemarin total yang tertampung

    200 cc, medikasidan aff draindilakukan oleh residen bedah. Dari data di

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    31/47

    atas dapat ditetapkan Assessment masalah keperawatan belum teratasi,

    dilanjutkan dengan intervensi yaitu mengkaji karakteristik nyeri

    (P,Q,R,S,T), memberikan antibiotiksesuai advisdokter, memonitor tanda-

    tanda infeksi pada luka operasi, dan menganjurkan pasien untuk mobilisasi

    bertahap. Sesuai protokol pembedahan onkologi maka pasien harus

    melalui tahap kemoterapi, maka intervensi ditambahkan kolaborasi dan

    koordinasi dengan medis dalam pengawasan dan persiapan kemoterapi.

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    32/47

    BAB III

    PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

    A. Pembahasan

    Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada

    Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 -5 April 2012 di

    ruang Mawar 2 RS Dr. Moewardi Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini

    dengan memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri

    dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan

    tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Penyusunan Asuhan

    Keperawatan berdasarkan kaidah dokumentasi keperawatan (Nursalam,

    2000). Pengkajian pada Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Nn. A

    dengan Rabdomiosarkoma Femur Dextra, pengkajian dilakukan dengan

    metode auto dan allo anamnese sesuai dengan kaidah peraturan pengkajian

    keperawatan, mencakup biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pola

    kesehatan, pengkajian fisik, dan didukung dengan hasil pemeriksaan

    penunjang(World Journal of Medical Sciences, 2008).

    Pada pemeriksaan fisik terutama saat dilakukan pengkajian keluhan

    utama adalah perasaan nyeri seperti terbakar. Nyeri kanker dan tumor

    (Cancer and tumor pain / CTP) secara tradisional dideskripsikan sebagai

    hasil dari somatik, visceral atau neuropatik.Nyeri somatik diyakini berasal

    dari stimulasi nosiseptor perifer oleh invasi tumor secara langsung atau

    melalui penekanan (misalnya terjadinya metastasis pada tulang). Nyeri

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    33/47

    viseral diperkirakan sebagai hasil dari iskemia, inflamasi, atau stimulasi

    mekanis langsung yang diakibatkan invasi tumor; stimulasi nosiseptor

    viseral dikaitkan dengan nyeri klasik yang menjalar disertai mual dan

    diaforesis. Nyeri neuropatik dihasilkan oleh kompresi dan stimulasi

    langsung tumor pada serabut saraf, dengan nyeri yang dirasakan sering

    dideskripsikan berupa rasa terbakar atau perih (Walta, 2012).Pada bagian

    tubuh yang terdapat massa/tumor yaitu pada bagian paha kanan, pinggang

    dan merambat hingga punggung sesuai dengan karakteristik nyeri

    umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan adalah nyeri

    pada daerah yang mengalami masalah (Arif Mutaqin, 2008).

    Nyeri dipersepsikan oleh setiap individu secara bebeda-beda

    seperti tertusuk-tusuk, tertindih benda berat, tersayat, terbakar, dll

    (Sjaifoeltlan, Noer, 2003:475). Nyeri merupakan keluhan utama pada

    tumor ganas. Adanya nyeri menunjukkan ekspansi tumor yang cepat dan

    penekanan ke jaringan sekitarnya, perdarahan, atau degenerasi. Riwayat

    penyakit terdapat pembengkakan yang timbul secara perlahan-lahan dan

    dalam waktu yang lama (Arif Mutaqin, 2008 : 425).

    Riwayat penyakit dahulu tidak ditemukan adanya riwayat penyakit

    dengan keluhan dan gejala yang sama,serta tidak ditemukan data paparan

    radiasi maupun pengguanaan zat karsinogenik, penyebab dari penyakit ini

    masih belum diketahui. Beberapa penelitian menyebutkan kemungkinan

    karena faktor genetik, radiasi, bahan kimia, rokok dan virus (Smeltzer,

    2005 : 321-323). Pada riwayat penyakit keluarga ditemukan adanya

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    34/47

    riwayat penyakit keluarga yang mengalami prosedur pembedahan akibat

    amandel yaitu pada kakak kandung pasien, hal ini menjadi diagnosa

    penegak yang mendukung teori bahwa sarkoma jaringan lunak (Soft Tissue

    Sarcoma) dari banyak kasus akibat faktor genetik (Robbins, 2007:198).

    Pada riwayat kesehatan lingkungan tidak ditemukan riwayat

    paparan radiasi yang mendukung penegakkan diagnosa. Pada intepretasi

    pemeriksaan penunjang yang mendukung tegaknya diagnosa adalah pada

    pemeriksaan radiologi CT-Scan abdomen karena keluhan utama terletak

    pada bagian pinggang dan paha dengan menggunakan pancaran sempit

    sinar-X untuk memindai susunan lapisan jaringan untuk memberikan

    panadangan potongan melintang, utuk deteksi bagian abdomen, pelvis,

    skeletal(Smeltzer, 2005 : 327), dengan hasil ditemukanya multiple abses

    yang mengarah ke cold abses (terdapat massa/tumor) yang dapat

    memperkuat penegakkan diagnosa. Dari pemeriksaan darah sesuai riwayat

    penyakit yaitu kadar hemoglobin pada pasien cenderung mengalami

    anemia, akibat peningkatan neovaskularisasi dan peningkatan kebutuhan

    darah untuk pembentukan jaringan baru (Arif Mutaqin, 2008 : 427).

    Diagnosa keperawatan yang diangkat penulis adalah nyeri yang

    berhubungan dengan proses penyakit (onkogen/massa yang tumbuh

    dengan mendesak jaringan sekitarnya/saraf yang merangsang nyeri).

    Pengertian dari nyeri adalah pengalaman sensori yang tidak

    menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang

    actual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    35/47

    (International Association for the Study of Pain), awitan tiba-tiba atau

    perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat

    diantisipasi atau diramalkan durasinya kurang dari enam bulan (NICNOC,

    2006). Oleh penulis diagnosa tersebut diangkat sebagai diagnosa utama

    karena merupakan faktor yang utama yang membuat pasien mengalami

    berbagai macam gangguan dalam melakukan aktivitas, istirahat, pola

    makan, dan melakukan kegiatan mobilisasi, sehingga nyeri merupakan

    tersangka utama yang membuat pasien mengalami gangguan tidak dapat

    melakukan aktivitas sesuai dengan keadaan normal. Hal ini dibuktikan

    dengan adanya keluhan utama yang mengungkapkan secara verbal tentang

    nyeri (Wilkinson, 2006 : 345-346).

    Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan

    kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (Jelas),

    Measureable (dapat di ukur), Acepptance, Rasional, dan Timming, yang

    dilakukan oleh penulis adalah nyeri berkurang, dengan kriteria hasil

    melaporkan penurunan nyeri menjadi skala 3-4, ekspresi wajah rilex dan

    ceria, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, mampu

    melakukan aktivitas yang mentolelir terhadap nyeri. Perencanaan

    keperawatannya sesuai dengan manajemen penatalaksanaan nyeri, yaitu

    mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan dan mengajarkan

    pengendalian perasaan nyeri secara non farmakologis, dan kolaborasi

    dengan tim medis dalam pemberian analgesikdan tindakan terapi lanjutan

    untuk penanggulangan nyeri (Wilkinson, 2006 : 341-345).

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    36/47

    Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis adalah dengan

    merujuk pada prosedur manajemen penanganan nyeri sesuai taksonomi

    NANDA yaitu dengan mengkaji karakteristik nyeri mulai dari P

    (Provoking Incident) hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah

    ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya, Q

    (Quality of Pain)nyeri yang dirasakan seperti panas dan terbakar, tetapi

    sesuai dengan subyektif dari klien, R (Region) daerah yang mengalami

    nyeri tetapi dapat menjalar/menyebar, S (Severite/Scale of Pain) nyeri

    yang dirasakan klien secara subyektif antara 6-9 pada skala 1-10, T (Time)

    kapan nyeri dirasakan, apakah saat aktivitas dan hilang saat istirahat atau

    terus-menerus (Arif Mutaqin, 2008 : 425). Memberikan posisi nyaman

    (head up 30) dakn rileks untuk meminimalkan perasaan nyeri yang

    diderita oleh pasien, memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi

    nafas dalam dan teknik distraksi, dilakukan agar pasien lebih rileks dan

    nyaman sehingga pasien dapat mentoleransi perasaan nyeri yang

    dirasakan.

    Melaporkan kondisi terakhir untuk persiapan pembedahan :

    pengangkatan tumor dengan reseksi radikal serta memberikan terapi

    farmakologis untuk menghilangkan perasaan nyeri dengan medika

    mentosa, Mengkolaborasikan dengan pasien dan keluarga (inform concent)

    untuk persiapan prosedur pembedahan, Terapi yang tepat sesuai indikasi

    dan kondisi pada pasien adalah dengan pengangkatan tumor secara reseksi

    radikal dengan kombinasi kemoterapi (Jerkin, 2011 ; 46:621-629).

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    37/47

    Tindakan keperawatan pada hari kedua adalah untuk mencapai

    tujuan keperawatan yang sesuai dengankriteria hasil yang diharapkan oleh

    penulis, meliputi tindakan penanganan manajemen nyeri yang sesuai

    dengan pengelolaan nyeri dengan tindakan keperawatan mulai dari

    mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan lingkungan nyaman

    dan rileks, menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi diet dari RS

    agar asupan nutrisi adekuat yang digunakan untuk pembentukan sel tubuh

    sebagai zat pembangun dan mengganti sel yang rusak paska pembedahan

    (Berger, 2001 : 1067).

    Memotivasi untuk melakukan teknik relaksasi/distraksi, dan

    menghilangkan nyeri secara farmakologi dengan pemberian analgetik, dan

    ditambah tindakan keperawatan kolaboratif yang telah diasarankan oleh

    dokter yaitu pemantauan prosedur pasca operasi dengan mengobservasi

    keadaan pasien, keadaan balutan luka dan produksi drain untuk menilai

    dan mengoreksi keadaan dan penanganan pasca dilakukan tindakan

    pembedahan dengan anestesi, yaitu dengan pemantauan tanda-tanda vital,

    respon klien, dan pemantauan aktivitas traktus gastrointestinal (Lubis

    Bidasari, 2012).

    Pada pengelolaan nyeri pasien masih ditunjang dengan

    menggunakan farmakologi, karena protokol bedah yang mengharuskan

    memberikan terapi analgesik non narkotik sebagai terapi paska

    pembedahan Terapi injeksi yang disarankan oleh dokter adalah injeksi

    antibiotik Ceftriaxone 1 gram dengan IV yang merupakan Antibiotik

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    38/47

    glolongan Sefalosporin profilaksis, dan Ketorolac 2 gram sebagai

    Analgetik pasca pembedahan, Metronidazole 500 mg merupakan cairan

    untuk terapi pencegahan infeksi dan anti inflamasi pasca pembedahan

    (Rachadian, 2010). Tidakan kolaboratif lainnya adalah dengan

    pemeriksaan PA dan kultur pusuntuk menentukan terapi yang tepat dalam

    mengatasi penyakit pasien, pemeriksaan PA dan kultur pus diambil dan

    dianalisa oleh residen bedah berkolaborasi dengan instalasi laboratorium

    histopatologi dan mikrobiologi untuk selanjutnya diidentifikasi guna

    menetukan terapi antibiotik yang sesuai (K. Iyer, 2007).

    Tindakan keperawatan hari ketiga adalah dengan pelaksanaan

    manajemen nyeri, tetapi terdapat penghentian tindakan yaitu mengurangi

    nyeri dengan farmakologi, karena menurut advis dokter rentang nyeri

    sudah dapat ditoleransi oleh klien dan terdapat kesan penurunan intensitas

    nyeri, sehingga penanganan nyeri secara farmakologis dihentikan untuk

    mengembalikan kembali fisiologis fungsi saraf reseptor nyeri agar tidak

    terjadi ketergantungan (Tymothy, 2009), tetap melakukan motivasi kepada

    pasien untuk menghabiskan porsi diet RS, dan perawatan luka operasi

    serta pelepasan drain, yang merupakan tugas dan tanggung jawab perawat.

    Evaluasi tindakan keperawatan didasarkan pada respon klien yang

    dinilai secara S,O,A,P. Pada hari pertama tanggal 3 April 2012 jam 14.10

    WIB, yang dilakukan penulis adalah monitoring dan koreksi paska

    pembedahan karena masih dalam pengaruh anestesi sehingga pengawasan

    harus secara komperenhensif seperti tanda-tanda vital, keadaan umum,

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    39/47

    kesadaran, dan respon tubuh pasien seperti kedinginan berkeringat dan

    menggigil (Tymothy, 2009). Assessmentditarik kesimpulan bahwa untuk

    penilaian diagnosa yang diangkat yaitu nyeri tidak dapat dikaji dan

    dilakukan tindakan, karena masih dalam pengaruh anestesi, sehingga

    tujuan dari tindakan belum berhasil. Perencanaan yang paling tepat adalah

    dengan melanjutkan intervensi pengelolaan dan manjemen nyeri

    diatambah anjuran dari dokter yaitu manajemen koreksi serta penanganan

    simtomatispaska pembedahan seperti pengawasan tanda-tanda vital secara

    terus-menerus, pemantauan status eliminasi (BAB dan BAK), dan

    mencegah kemungkinan terjadinya infeksi, yaitu dengan memonitor

    luka/balutan dan produksifitas drain yang digunakan untuk koreksi

    sekaligus terapi paska pembedahan.

    Pada hari kedua tanggal 4 April 2012 jam 14.10 WIB, ditemukan

    adanya perkembangan dari terapi yang dilakukan, yaitu penurunan

    intensitas nyeri yang secara verbal disampaikan oleh pasien, tetapi nyeri

    terkadang masih dirasakan dengan skala yang relatif lebih ringan dari saat

    dilakukan pengkajian (skala 5-6) pada daerah paha kanan merambat ke

    pinggang hingga punggung, mobilisasi pasien menunjukkan respon positif

    dan tanda-tanda vital dalam batas normal, sehingga untuk prosedur

    kolaborasi penanganan nyeri secara farmakologis dihentikan, pada

    evaluasi koreksi dari terapi pembedahan tidak ditemukan adanya tanda-

    tanda abnormal seperti infeksi (keadaan kulit sekitar insisi normal, tanda-

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    40/47

    tanda vital dalam ambang normal) dan terapi drainmasih produktif dan

    warna yang normal (merah tua).

    Dari analisa yang didapatkan dapat ditarik kesimpulanAssessment

    pada hari kedua adalah masalah belum teratasi, sehingga perencanaan

    tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan adalah

    melanjutkan intervensi. Pasian masih terdapat keluhan nyeri meskipun

    intensitas dan skala lebih rendah dari hari sebelumnya, maka intervensi

    penatalaksanaan nyeri masih tetap dilakukan, mulai dari mengkaji

    karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan tindakan keperawatan untuk

    meningkatkan kenyamanan pasien, menganjurkan pasien untuk ambulasi

    di tempat tidur, dan motivasi kepada pasien untuk tetap melakukan teknik

    relaksasi dan distraksi. Tindakan kolaboratif yang dilakukan adalah

    koordinasi dengan bagian laboratorium klinik dan patologi guna

    pemeriksaan PA dan kultur pus yang akan digunakan sebagai penunjang

    dalam menentukan jenis antibiotikyang paling tepat sesuai kondisi yang

    dialami pasien.

    Evaluasi tindakan hari ketiga, pada tanggal 5 April 2012, respon

    pasien yang semakin toleran terhadap nyeri dengan mengatakan sudah

    merasa lebih nyaman dan rileks skla nyeri 4 pada daerah tumbuhnya

    kanker (paha kanan, pinggang, dan punggung), pemeriksaan tanda-tanda

    vital dalam batas normal, monitor status nutrisi baik, ambulasi serta

    mobilisasi pasien dalam respon positif (tanpa mengalami gangguan dan

    keluhan), dan kondisi balutan kering dan bersih tidak tampak adanya

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    41/47

    tanda-tanda infeksi serta drain sudah tidak seproduktif hari sebelumnya,

    tindakan kolaboratif pemberian antibiotik sesuai indikasi belum dapat

    dilakukan karena masih diperiksa oleh instalasi laboratorium.

    Kesimpulan yang didapatkan adalah Assessment masalah

    keperawatan belum teratasi, rencana tindakan keperawatan selanjutnya

    adalah manajemen nyeri dengan mengkaji karakteristik nyeri(P,Q,R,S,T),

    memberikan keperawatan yang meningkatkan kenyamanan pasien,

    memotivasi untuk ambulasi, dan kolaborasi pemberian antibiotik jika

    sudah diketahui jenis antibiotik yang sesuai. Pada evaluasi hari ke tiga

    dokter spesialis bedah onkologi melalui residen bedah melakukan

    koordinasi dengan tim keperawatan untuk persiapan kemoterapi, sesuai

    dengan protokol bedah onkologi selesai tindakan reseksi radikal harus

    dilakukan tindakan kemoterapi (Darwis, 2003), sehingga tindakan

    keperawatan kolaborasi ditambah dengan motivasi pasien untuk persiapan

    dilakukan tindakan kemoterapi.

    B. Simpulan dan Saran

    1. Kesimpulan

    Setelah penulis melakukan Pengkajian, Analisa Data, Penentuan

    Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi tentang Asuhan

    Keperawatan Nyeri Akut Pada Nn. A dengan Rabdomiosarkoma

    Femur Dextra di RS Dr. Moewardi Surakarta secara metode studi

    kasus, disesuaikan dengan tujuan khusus penulisan, maka dapat ditarik

    kesimpulan

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    42/47

    a. Pengkajian pada Nn. A dengan rabdomiosarkoma femur dextra

    adalah nyeri yang diakibatkan proses penyakit yang terdapat pada

    jaringan lunak pada daerah paha kanan, merambat ke pinggang

    hingga punggung. Karakteristik nyeri yang khas yaitu seperti rasa

    terbakar, dan ditunjang dengan pemeriksaan fisik serta data

    penunjang dari pemeriksaan CT-Scan.

    b. Perumusan masalah diagnosa keperawatan pada Nn. A dengan

    rabdomiosarkoma femur dextra adalah nyeri berhubungan dengan

    proses penyakit.

    c. Perencanaan asuhan keperawatan pada Nn. A dengan

    rabdomiosarkoma femur dextra adalah dengan tujuan setelah

    dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, diharapkan

    nyeri pada Nn. A berkurang, dengan kriteria hasil yaitu

    melaporkan penurunan nyeri menjadi skala 3-4, ekspresi wajah

    rilex dan ceria, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas

    normal, mampu melakukan aktivitas yang toleran terhadap nyeri.

    Intervensinya adalah mengakaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T),

    menciptakan lingkungan nyaman dan tenang untuk membuat

    pasien dapat beristirahat, memotivasi pasien untuk melakukan

    teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi untuk meringankan

    nyeri yang dirasakan, kolaborasi dengan medis untuk melakukan

    terapi yang tepat dalam menangani penyakit pasien (pembedahan

    & kemoterapi).

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    43/47

    d. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Nn. A dengan

    rabdomiosarkoma femur dextra adalah mengakaji karakteristik

    nyeri (P,Q,R,S,T), menciptakan lingkungan nyaman dan tenang

    untuk membuat pasien dapat beristirahat (head up 30),

    memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam

    dan distraksi untuk meringankan nyeri yang dirasakan, kolaborasi

    dengan medis untuk melakukan terapi yang tepat dalam

    menangani penyakit pasien sesuai dengan perencanaan tindakan

    asuhan keperawatan, tindakan keperawatan dilakukan modifikasi

    sesuai kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan konsep

    keperawatan.

    e. Evaluasi keperawatan pada Nn. A dengan rabdomiosarkoma

    femur dextra adalah menunjukan perbaikan dan peningkatan

    kesehatan pasien, meskipun kriteria hasil belum tercapai.

    f. Analisa asuhan keperawatan pada Nn. A dengan

    rabdomiosarkoma femur dextra adalah berhasil karena

    mendapatkan hasil pengurangan rasa nyeri serta telah

    melaksanankan semua prosedur medis dan keperawatan dalam

    menangani rabdomiosarkoma.

    2.

    Saran

    a. Penulis

    Bagi penulis mampu meningkatkan tingkat asuhan keperawatan

    yang lebih berkualitas, memberikan tingkat pelayanan

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    44/47

    keperawatan yang memperhatikan isu dan etika yang sedang

    berkembang dengan memodifikasi tindakan keperawatan tanpa

    meninggalkan konsep dan etika keperawatan.

    b. Rumah Sakit

    Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan Rumah Sakit

    khususnya RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat memberikan

    pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik

    antara tim kesehatan dan klien yang ditujukan untuk

    meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal

    pada umumnya dan pasien rabdomiosarkoma pada khususnya

    diharapkan di rumah sakit mampu memberikan pelayanan optimal

    yang dapat mendukung kesembuhan pasien.

    c. Profesi Keperawatan

    Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang

    selanjutnya mampu dikembangkan untuk memberikan pelayanan

    pada pasien kanker yang lebih berkualitas dengan mengikuti

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa

    meninggalkan kaidah dan konsep keperawatan.

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    45/47

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. Rabdomiosarkoma Retroperitoneal. http://www.usu.com, diakses

    tanggal 6 April 2012

    B. Lubis, Delyuzar Bag Patologi Anatomi Fak. Kedokteran U.S.U. Medan,

    dari Venkateswaran K. Iyer. Role of Fine Needle Aspiration

    Cytology in the Management of Pediatric Renal Tumors.Journal of

    Indian Association of Pediatric Surgeons.

    http://www.jiaps.com/article.asp?issn=0971-

    9261;year=2007;volume=132;issue=3Diakses 6 April 2012

    Couturier. J. Soft tissue tumors: Rhabdomyosarcoma. Atlas Genet Cytogenet

    Oncol Haematol. March 1998

    Crist WM. (2004), Sarkoma Jaringan Lunak.Dalam: Nelson WE(eds). Ilmu

    Kesehatan Anak. Edisi ke-15. EGC, Jakarta, hal 1786-1789

    Darwis I, dkk. (2003), Protokol Penatalaksanaan Sarkoma Jaringan Lunak.

    Protokol Peraboi.Onkologi/AskepKanker_NursingBegin.com.htm

    http://cancerhelp.cancerresearchuk.org, Diakses 12 April 2012

    Dr. Cuneyt Ulutin, Department of Radiation Oncology, A Cohort Study of

    Adult Rhabdomyosarcoma: A Single Institution Experience. World

    Journal of Medical Sciences 3 (2): 54-59, 2008 ISSN 1817-3055

    www.fkunmul.co.ccDiakses 12 April 2012

    Ferguson MO. Pathology: Rhabdomyosarcoma. http://www.emedicine.com.

    Diakses tanggal 12 april 2012

    Jerkin, D; Sonley M. Soft-Tissue Sarcomas in the Young. Medical TreatmentAdvances in Perpective. Cancer. A Jour of Am cancer Society.

    2011 ; 46:621-629 Posted on 8 February 2011 by ArtikelBedah,

    dari www.ilmubedah.com diakses 6 April 2012

    Joel Adams. (2007), Dictionary Of Nursing. Second Editions, A&C Black,

    London, hal 264

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    46/47

    Joglosemar, edisi: 4/10/2011, Tajuk Isu dan tokoh minggu ini,

    http://joglosemar.co.id//tajuk-utama//Diakses 6 April 2012

    Khadijeh Arjmandi Rafsanjani, Parvaneh Vossough, Ali Bashardoust,

    Mohammad Faranoush. Survival rate of children with

    rhabdomyosarcoma and prognostic factors. World J Pediatr, Vol 3

    No 1 . February 15, 2007 . www.wjpch.com Diakses tanggal 6

    April 2012

    Michael Walta Dan Stepen H. Thomas.Refarat Nyeri Kanker dan Tumor.World

    Journal of Medical Sciences 3 (2): 54-59, 2008 - ISSN 1817-3055

    SKYDRUGZ: Refarat Nyeri Kanker dan Tumor

    http://skydrugz.blogspot.com/2012/03/refarat-nyeri-kanker-dan-

    tumor.html#ixzz1rk8LIAw1 Diakses tanggal 12 april 2012

    Mubarak, Wahit. (2007), Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori dan

    aplikasi dalam praktik.EGC, Jakarta

    Muttaqin, Arif. (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan

    Gangguan Sistem Muskuloskeletal. EGC, Jakarta

    Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI,

    Jika Tidak Dikendalikan 26 Juta Orang Di Dunia Menderita

    Kanker,

    [email protected],[email protected],kontak@

    puskom.depkes.go.id. Diakses 6 April 2012

    Rachadian, Dani (2010).Informasi Spesialite Obat ISO Indonesia. PT ISFI:

    Jakarta

    Rahmawati, Zahara Nur. Evaluasi Penggunaan Antiemetik Dalam

    Penatalaksanaan Mual Muntah Karena Kemoterapi Pada PasienKanker Payudara Di Rsud Dr Moewardi Surakarta Tahun 2008.

    Date: 2012-02-18 . http://repository.ums.ac.id/handle/2011/13242

    http://etd.eprints.ums.ac.id/7742/, Diakses tanggal 12 april 2012

    Reksoprodjo S et al. (2007), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. edisi 5. Binarupa

    Aksara : Jakarta, hal 402-405

  • 7/24/2019 01-gdl-dwicahyono-230-1-dwicahy-i

    47/47

    Robbins,( 2007 ),Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Vol. 1. EGC : Jakarta : 198

    Smeltzer, Suzane C, (2001),Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner& Suddarth / editor, Suzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih

    bahasa Agung Waluyo [et. al] ; editor bahasa Indonesia, Monica

    Ester, Ellen Pangabean, Edisi 8, EGC : Jakarta

    Timothy PC. Rhabdomyosarcoma. http://www.emedicine.com, diakses 6

    April 2012

    Underwood, J.C.E (2004) Patologi Umum dan Sistematik. Vol 2 / J.C.E

    Underwood ; editor edisi bahasa Indonesia, Sarjadi, Edisi 5, EGC :

    Jakarta

    Virgiawan D.Kanker Otot Lurik.[Online].2007 Oct 18 th .[cited 2008

    November1 th]:[10 screens]. Available from:URL:

    http://www.medline.com, diakses 12 April 2012)

    Willkinson, Judith (2006). Bukusaku Diagnosis Keperawatan dengan

    intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Edisi 7. EGC : Jakarta

    Wilmore DW, Cheung LY, Harken AH, Holcroft JW, Meakins JL, Soper NJ,

    (2002). ACS surgery: principles and practice. New York: WebMD

    Wong CH, Khin LW, Heng KS, Tan KC, Low CO. The LRINEC (Laboratory

    risk indicator for necrotizing fasciitis) score: a tool for

    distinguishing necrotizing fasciitis from other soft tissue infections.

    Crit Care Med 2004; 32:153541www.fkunmul.co.cc, Diakses 12

    April 2012