005dca3cd85c8f938118ae17300a0177_2
DESCRIPTION
SAFASFASDGASEGEASGETRANSCRIPT
-
POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN
POLEWALI MANDAR
THE POTENTIAL OF FOOD CROPS WASTE AS LIVESTOCK FEED RESOURCES IN THE DEVELOPMENT OF BEEF CATTLE IN REGENCY OF
POLEWALI MANDAR
Juliawati Rauf1, Jasmal A. Syamsu2, Ambo Ako3
1Ilmu dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, 2Bagian Nutrisi dan makanan ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, 3Bagian Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,Makassar Alamat Koresponden: Juliawati Rauf, S.Pt Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp: 081355773909 Email: [email protected]
-
Abstrak Kabupaten Polewali Mandar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang berpotensi sebagai penghasil produk peternakan dan pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi limbah tanaman pangan dan wilayah yang dapat dijadikan sebagai wilayah pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Polewali Mandar. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian tipe deskriptif untuk menggambarkan potensi limbah tanaman pangan dan penentuan wilayah pengembangan ternak sapi potong menggunakan metode LQ yang di kombinasikan dengan kepadatan wilayah ternak dan kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong (KPPTS) limbah tanaman pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah pengembangan ternak sapi potong berdasarkan potensi limbah tanaman pangan dibagi menjadi kelompok wilayah penyebaran (WS) yaitu Kecamatan Matangnga, Bulo, Luyo, Tapango, Matakali dan Tubbi Taramanu. Kelompok wilayah pemantapan (WM) yaitu Kecamatan Mapilli, Wonomulyo dan Campalagian. Kelompok wilayah pengembangan (WP) yakni Kecamatan Anreapi, Balanipa dan Binuang. Kelompok wilayah penunjang (WT) yaitu Kecamatan Polewali. Disimpulkan bahwa dari 16 kecamatan, 3 wilayah kecamatan yang tidak berpotensi dan 13 kecamatan yang berpotensi sebagai wilayah pengembangan ternak sapi potong. Diharapkan untuk pembentukan kawasan usaha peternakan sapi potong sebaiknya dilakukan pada wilayah yang berpotensi dari segi kesesuaian wilayah, ternak dan daya dukung pakan berupa limbah tanaman pangan.
Kata Kunci : Potensi pakan, limbah tanaman pangan, sapi potong, wilayah pengembangan.
Abstract Polewali Mandar is a regency of West Sulawesi Province that potential as producers of agricultural and livestock products.The research aims to find outthe capability of each region in that regency the utilization of food crops waste to develop livestock beef cattle, as well as alternative development strategies of beef cattle development through the utilization of food crops waste.The kind of research used are descriptive type to determination of the region of growth and the status of livestock beef cattle by using LQ method combined with density of beef cattle region and the capacity of increasing population of beef cattle (KPPTS) and food crops waste. The research outcomes showed that the area the area of development of livestock beef cattle based on potential of food crops waste is divided into group of distribution area (WS), namely sub-districts Matangnga, Bulo, Luyo, Tapango, Matakali, danTubbiTaramanu. The areas of consolidation group (WM) are sub-districts Mapilli, Wonomulyo, and Campalagian.The areas of development group (WP) are sub-districts Anreapi, Balanipa, and Binuang.The area of supporting group (WT) is Sub-district Polewali. It is able to conclude that of the 16 sub, 3 districts are not potentially and 13 districts as a potential as the area of development of livestock beef cattle. Expected for the establishment of the beef cattle farm business should be conducted in areas potentiality in terms of area, in cattle and power support for feed as food crop waste.
Keywords: Potential of feed, food crop waste, beef cattle, development area
-
PENDAHULUAN
Kabupaten Polewali Mandar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang
berpotensi sebagai penghasil produk peternakan dan pertanian. Kabupaten Polewali Mandar ini
merupakan wilayah yang memiliki populasi ternak sapi yang jumlahnya lebih besar
dibandingkan dengan kabupaten lain di Sulawesi Barat yakni untuk tahun 2011 berkisar 28.074
ekor (Dinas Pertanian dan Peternakan, 2012). Adapun luas wilayah Kabupaten Polewali Mandar
tahun 2011 yaitu 2.022,30 Km2/ 202.230 Ha dan sekitar 18,24% (36.893 Ha) dari luas wilayah
tersebut merupakan lahan tanaman pangan (Badan Pusat Statistik, 2012). Dengan demikian
terdapat limbah tanaman pangan berupa jerami padi, jerami jagung, jerami ubi jalar, jerami
kacang tanah, jerami kedelai dan jerami kacang hijau, dan pucuk ubi kayu yang dapat dijadikan
sebagai pakan ternak sapi potong.
Melihat potensi dan daya dukung limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan,
nampaknya dapat memenuhi kebutuhan dalam penyediaan pakan bagi sejumlah populasi ternak
sapi potong. Berdasarkan hasil kajian bahwa Kabupaten Polewali Mandar ini mempunyai daya
tampung ternak ruminansia dengan nilai Kapasitas Penambahan Populasi Ternak Ruminansia
(KPPTR) sebanyak 33.719,53 ST (Dinas Pertanian dan Peternakan, 2011a)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi limbah tanaman pangan sebagai sumber
pakan ternak sapi potong disetiap kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar serta kemampuan
masing-masing wilayah di Kabupaten Polewali Mandar untuk pengembangan ternak sapi potong.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan rancangan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Jenis
penelitian yang digunakan merupakan penelitian tipe deskriptif yang dilakukan untuk mengkaji
kenyataan-kenyataan kehidupan masyarakat peternak di Kabupaten Polewali Mandar.
Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Survey dilakukan
untuk mengetahui potensi ternak sapi potong dan hijauan pakan berupa hijauan makanan ternak
dan limbah tanaman pangan (jerami padi, jerami jagung, jerami ubi jalar, pucuk ubi kayu, jerami
kacang tanah, jerami kedelai, dan jerami kacang hijau) yang dianalisis berdasarkan kajian hasil
studi dan data sekunder yang ada. Maka sampel terkait dengan wilayah adalah wilayah
Kabupaten Polewali Mandar.
-
Metode pengumpulan data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan
melakukan survey serta observasi dan wawancara langsung kelapangan, sedangkan data
sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian sebelumnya terkait dengan angka konversi populasi
ternak sapi potong, dan produksi limbah tanaman pangan.
Analisis data
Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data yakni menghitung daya dukung
limbah tanaman (DDLTP) dengan menggunakan rumus dari (Syamsu dkk., 2006). yaitu sebagai
berikut :
Produksi BK (ton/thn) DDLTP berdasarkan BK = Kebutuhan BK 1 ST (ton/thn) Produksi PK (ton/thn) DDLTP berdasarkan PK = Kebutuhan PK 1 ST (ton/thn) Produksi TDN (ton/thn) DDLTP berdasarkan TDN = Kebutuhan TDN 1 ST (ton/thn)
Analisis Location Quotien (LQ) dengan rumus menurut Budiharsono (2001) yaitu:
pi / pt LQ :
Pi/ Pt Keterangan :
pi : populasi ternak ke-i tingkat kecamatan
pt : populasi total kelompok ternak pada tingkat kecamatan
Pi : populasi ternak ke-i pada tingkat kabupaten
Pt : populasi total kelompok ternak pada tingkat kabupaten
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Sapi (KPPTS) dihitung sebagai selisih antara daya
dukung pakan baik dari limbah tanaman pangan dengan jumlah ternak sapi yang ada, (Syamsu
dkk., 2006).
Populasi Sapi Potong (ST) Kepadatan Wilayah =
Luas Wilayah (Km2)
Kriteria yang digunakan yaitu kategori sangat padat > 50, padat > 20 - 50, sedang 10 - 20 dan
jarang < 10.
-
HASIL
Wilayah basis pengembangan ternak sapi potong
Tabel 1 menunjukkan wilayah basis pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten
Polewali Mandar adalah yang memiliki nilai LQ > 1 diantaranya Kecamatan Mapilli,
Wonomulyo, Campalagian, Matangnga, Bulo, Luyo, Tapango, Alu, Matakali dan Tubbi
Taramanu.
Kecamatan selain yang terlihat pada Tabel 1 yaitu sebanyak 6 kecamatan dikatakan sebagai
wilayah non basis pengembangan ternak sapi potong dengan nilai LQ < 1 diantaranya
Kecamatan Anreapi, Binuang, Tinambung, Limboro, Polewali dan Balanipa (Tabel 2).
Daya dukung limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan
Tabel 3 Menunjukkan bahwa daya dukung limbah tanaman pangan di Kabupaten Polewali
Mandar dapat menampung dan menyediakan pakan untuk kebutuhan ternak sapi potong
berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bahan kering (BK) yaitu sebesar 96.111,84 ST.
Adapun Kecamatan yang memiliki nilai daya dukung tertinggi adalah Kecamatan Wonomulyo
sebesar 16.947,52 ST.
BerdasarkanJumlah daya dukung bahan kering limbah tanaman pangan sebesar 96.111,84
ST dihubungkan dengan populasi ternak sapi sebanyak 20.950,08 ST, maka di Kabupaten
Polewali Mandar masih memungkinkan untuk penambahan populasi ternak sapi potong atau
kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong potensial sebanyak 75.161,76 ST.
Adapun nilai KPPTS yang dapat kita lihat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dari ke 16
kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar, 13 kecamatan memiliki nilai KPPTS positif dan 3
kecamatan bernilai KPPTS negatif.
Kepadatan Wilayah Ternak
Tabel 4 Menunjukkan bahwa Kecamatan Tinambung adalah satu-satunya wilayah yang
memiliki kriteria kepadatan wilayah yang sangat padat yaitu memiliki nilai kepadatan ternak >
50 yakni 55,57. Wilayah memiliki nilai kriteria kepadatan wilayah yang padat yaitu Kecamatan
Limboro, Wonomulyo dan Mapilli karena memiliki nilai kepadatan ternak 20 - 50 yakni berkisar
20 - 41. Wilayah dengan kriteria sedang adalah Kecamatan Balanipa, Luyo, Matakali dan
Polewali. Wilayah kriteria jarang adalah Kecamatan Alu, Tapango, Binuang, Anreapi,
Matangnga dan Bulo.
Kelompok wilayah pengembangan ternak sapi potong
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan wilayah-wilayah pertumbuhan ternak dan status
pengembangan di Kabupaten Polewali Mandar yakni kelompok wilayah pengembangan ternak
sapi potong diantaranya kelompok wilayah penyebaran (WS) yaitu Kecamatan Matangnga, Bulo,
-
Luyo, Tapango, Matakali dan Tubbi Taramanu. Kelompok wilayah pemantapan (WM) yaitu
Kecamatan Mapilli, Wonomulyo dan Campalagian. Kelompok wilayah pengembangan (WP)
yakni Kecamatan Anreapi, Balanipa dan Binuang. Kelompok wilayah penunjang (WT) yaitu
Kecamatan Polewali.
PEMBAHASAN
Untuk meningkatan usaha peternakan upaya yang dilakukan pertama kali dalam
pengembangan ternak sapi potong adalah peningkatan populasi ternak, sehingga dipilih daerah-
daerah yang bernilai KPPTS limbah tanaman pangan yang positif karena berpotensi untuk
peningkatan populasi ternak dan masih mempunyai persediaan hijauan berupa limbah tanaman
pangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dinas Pertanian dan Peternakan (2011b) yang
mengemukakan bahwa Nilai kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansi yang positif
berarti ketersediaan limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak ruminansia sangat
mencukupi dan dapat dilakukan penambahan sejumlah populasi ternak sapi potong.
Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 16 kecamatan, terdapat 13 kecamatan
yang memiliki nilai kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong (KPPTS) limbah tanaman
pangan yang positif dan berpotensi sebagai wilayah pengembangan, sedang 3 kecamatan lainnya
memiliki nilai KPPTS negatif. Nilai KPPTS negatif berarti terjadi kelebihan populasi ternak
sapi potong ditinjau dari ketersediaan limbah pertanian sebagai sumber pakan, sehingga harus
menggunakan sumber pakan lain selain limbah tanaman pangan untuk mencukupi kebutuhan
ternak seperti penanaman rumput. Hal ini sesuai dengan pendapat Matitaputti (2008) bahwa
wilayah dalam kondisi KPPTS negatif dapat memanfaatkan sumber pakan lain selain limbah
tanaman pangan untuk mencukupi kebutuhan ternak di wilayah tersebut.
Adapun wilayah dengan status pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Polewali
Mandar berdasarkan potensi wilayah yakni kelompok wilayah penyebaran (WS) dimana LQ > 1,
kepadatan wilayah ternak rendah dan KPPTS positif yaitu Kecamatan Matangnga, Bulo, Luyo,
Tapango, Matakali dan Tubbi Taramanu. Wilayah ini memberikan makna bahwa wilayah
tersebut selama ini merupakan daerah produksi ternak sapi potong yang mempunyai tingkat
populasi ternak sapi potong relatif lebih banyak di banding kecamatan lain. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hendayana (2003) yang menyatakan bahwa LQ>1 artinya suatu wilayah telah
memiliki keunggulan komparatif, dimana populasinya melebihi kebutuhan didaerahnya sehingga
bisa dijual atau diekspor ke luar wilayah. Selain itu, wilayah ini masih mempunyai kemampuan
untuk penambahan populasi ternak sapi melihat dari dukungan luas wilayah yang besar untuk
-
melakukan pengembangan peternakan sapi potong, dan nilai KPPTS limbah tanaman pangan
yang positif menunjukkan jumlah pakan dari limbah tanaman pangan masih cukup tersedia.
Kelompok wilayah pemantapan (WM) yakni nilai LQ > 1, kepadatan wilayah ternak tinggi
dan KPPTS limbah tanaman pangan yang positif terdiri dari Kecamatan Mapilli, Wonomulyo
dan Campalagian. Jika dilihat dari nilai LQ dan KPPTSnya maka masih mendukung untuk
dilakukan penambahan populasi, namun nilai kepadatan wilayah ternaknya tinggi yang berarti
bahwa produktifitas ternak sapi potong tetap dipertahankan, tidak dilakukan penambahan
populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumanto dan Juarini (2004) bahwa wilayah
pemantapan adalah wilayah kecamatan yang pengembangan ternaknya tidak dapat ditambah atau
hanya dapat dipertahankan pada kondisi yang sudah ada.
Kelompok wilayah pengembangan (WP) yakni nilai LQ < 1, KPPTR positif dan kepadatan
ternak wilayah rendah yakni Kecamatan Anreapi, Balanipa dan Binuang. Ini berarti bahwa
wilayah ini bukan wilayah basis dengan populasi ternak sapi potong yang masih rendah,
sehingga perlu dilakukan penambahan populasi sapi potong karena wilayah dan daya dukung
limbah tanaman pangan masih mampu untuk dilakukan penambahan populasi ternak sapi.
Kelompok wilayah penunjang (WT) yakni nilai LQ < 1, KPPTR positif dan kepadatan
ternak wilayah tinggi yaitu Kecamatan Polewali. Ini berarti bahwa wilayah ini bukan wilayah
basis dan kepadatan wilayah ternaknyapun tinggi, sehingga sudah tidak berpotensi untuk
dilakukan penambahan ternak sapi potong, walaupun daya dukung limbah tanaman pangannya
masih tersedia. Hal ini sesuai dengan pendapat Rajab (2009) yang mengemukakan bahwa
Rencana pengembangan populasi sapi potong tidak terlepas dari daya dukung wilayah yang
meliputi dua hal ketersediaan ruang tempat ternak dan ketersediaan pakan ternak untuk
kelangsungan hidupnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulannya bahwa berdasarkan daya dukung limbah tanaman pangan di Kabupaten
Polewali Mandar menghasilkan wilayah yang berpotensi untuk pengembangan ternak sapi
potong yang dibagi menjadi kelompok wilayah penyebaran (WS) yaitu Kecamatan Matangnga,
Bulo, Luyo, Tapango, Matakali dan Tubbi Taramanu. Kelompok wilayah pemantapan (WM)
yaitu Kecamatan Mapilli, Wonomulyo dan Campalagian. Kelompok wilayah pengembangan
(WP) yakni Kecamatan Anreapi, Balanipa dan Binuang. Kelompok wilayah penunjang (WT)
yaitu Kecamatan Polewali. Diharapkan untuk pembentukan kawasan usaha peternakan sapi
potong sebaiknya dilakukan pada wilayah-wilayah yang berpotensi dari segi wilayah, ternak dan
daya dukung pakan berupa limbah tanaman pangan.
-
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2012). Data Statistik Polewali Mandar Dalam Angka 2012. Polewali: Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar.
Budiharsono, S. (2001). Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: Penerbit PT. Pradinya Paramita.
Dinas Pertanian dan Peternakan. (2011a). Penyusunan Sumber Bahan Baku Pakan Lokal Di Sulawesi Barat. Mamuju: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat.
Dinas Pertanian dan Peternakan. (2011b). Analisis Potensi Sumber Daya Pakan Lokal Limbah Tanaman Pangan Untuk Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Provinsi Sulawesi Barat. Mamuju: Dinas Pertanian danPeternakan Provinsi Sulawesi Barat.
Dinas Pertanian dan Peternakan. (2012). Data Statistik Peternakan. Mamuju: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat.
Hendayana, R. (2003). Aplikasi Metode Location Quotien (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian, volume 12 : 658-675.
Matitaputty. (2008). Kajian Potensi Limbah Tanaman Pangan Sebagai Sumber Pakan Alternatif Ternak Kerbau MOA di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB). Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau. Maluku: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Rajab. (2009). Kajian Pengembangan Pembibitan Sapi Bali Di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat (Tesis). Bogor: Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sumanto, dan Juarini E. (2004). Pedoman Identifikasi Potensi Wilayah. Bogor : Balai Penelitian Ternak Ciawi.
Syamsu, J.A. (2006). Analisis Potensi Limbah Tanaman Pangan Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia Di Sulawesi Selatan (Disertasi). Bogor: Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
-
Tabel 1. Wilayah basis ternak sapi potong dengan nilai LQ > 1 di Kabupaten Polewali Mandar
No Kecamatan Nilai LQ 1 Tubbi Taramanu 1,07 2 Alu 1,34 3 Campalagian 1,81 4 Luyo 1,49 5 Wonomulyo 1,88 6 Mapilli 1,93 7 Tapango 1,47 8 Matakali 1,18 9 Matangnga 1,73 10 Bulo 1,55
Sumber : hasil pengolahan data primer (2013)
Tabel 2. Wilayah Non Basis ternak sapi potong dengan nilai LQ < 1 di Kabupaten Polewali Mandar
No Kecamatan Nilai LQ 1 Tinambung 0,47 2 Balanipa 0,16 3 Limboro 0,46 4 Polewali 0,30 5 Binuang 0,55 6 Anreapi 0,89
Sumber : hasil pengolahan data primer (2013)
-
Tabel 3. Daya dukung limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak sapi potong di Kabupaten Polewali Mandar
Kecamatan Produksi (Ton) Daya dukung (ST) KPPTS
BK TDN PK BK TDN PK BK PK TDN Tinambung 3.017,03 208,90 1.466,30 1.323,26 870,43 933,95 137,48 (315,35) (251,83) Balanipa 4.585,47 315,99 2.432,74 2.011,17 1.316,64 1.549,52 1.530,59 836,06 1.068,93 Limboro 782,00 42,20 348,74 342,98 175,82 222,13 (630,12) (797,28) (750,97) Tubbi Taramanu 18.100,90 1.118,27 8.013,29 7.938,99 4.659,48 5.104,00 7.168,12 3,888,60 4.333,13 Alu 5.583,94 366,32 2.656,14 2.449,10 1.526,34 1.691,81 324,54 (598,22) (432,75) Campalagian 24.929,61 1.286,29 10.688,91 10.934,04 5.359,56 6.808,22 7.423,70 1.849,22 3.297,89 Luyo 19.464,72 1.006,63 8.314,45 8.537,16 4.194,30 5.295,83 6.490,21 2.147,35 3.248,88 Wonomulyo 38.640,34 1.990,24 16.540,.29 16.947,52 8.292,68 10.535,21 13.920,00 5.265,16 7.507,70 Mapilli 34.554,64 1.762,00 14.743,67 15.155,54 7.341,66 9.390,87 11.684,01 3.870,13 5.919,34 Tapango 12.016,92 814,83 5.251,67 5.270,58 3.395,12 3.345,01 4.383,29 2.507,83 2.457,73 Matakali 15.360,58 783,61 6.551,58 6.737,10 3.265,02 4.172,98 6.115,47 2.643,40 3.551,36 Polewali 11.992,21 613,72 5.129,67 5.259,74 2.557,17 3.267,31 4.770,95 2.068,37 2.778,51 Binuang 12.418,79 655,77 5.339,45 5.446,84 2.732,38 3.400,93 5.036,40 2.321,94 2.990,49 Anreapi 5.734,08 294,36 2.460,21 2.514,95 1.226,50 1.567,01 2.209,73 921,29 1.261,80 Matangnga 9.628,77 532,51 4.385,44 4.223,14 2.218,78 2.793,27 3.811,96 1.807,60 2.382,09 Bulo 2.325,00 131,13 1.077,84 1.019,74 546,38 686,52 785,42 312,05 452,20
Jumlah 219.135,00 11.922,78 95.400,38 96.111,84 49.678,25 60.764,57 75.161,76 28.728,17 39.814,49 Sumber : hasil pengolahan data primer (2013)
-
Tabel 4. Kepadatan Wilayah Ternak Sapi Potong di Kabupaten Polewali Mandar
Kecamatan Populasi (ST) Luas Wilayah
(Ha) Kepadatan Wilayah
Nilai Status Tinambung 1.186 21,34 55,57 Sangat Padat Balanipa 481 37,42 12,84 Sedang Limboro 973 47,55 20,46 Padat Tubbi Taramanu 771 356,95 2,16 Jarang Alu 2.125 228,30 9,31 Jarang Campalagian 3.510 87,84 39,96 Padat Luyo 2.047 156,60 13,07 Sedang Wonomulyo 3.028 72,82 41,58 Padat Mapilli 3.472 91,75 37,84 Padat Tapango 887 125,81 7,05 Jarang Matakali 622 57,62 10,79 Sedang Polewali 489 26,27 18,61 Sedang Binuang 410 123,34 3,33 Jarang Anreapi 305 124,62 2,45 Jarang Matangnga 411 234,92 1,75 Jarang Bulo 234 229,50 1,02 Jarang
Total 20.951 2.022,30 10,36 Sedang Sumber : hasil pengolahan data primer (2013)
Gambar 1. Pemetaan wilayah pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten
Polewali Mandar berdasarkan nilai LQ, kepadatan wilayah ternak dan KPPTS limbah tanaman pangan