005dca3cd85c8f938118ae17300a0177_2

11
POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR THE POTENTIAL OF FOOD CROPS WASTE AS LIVESTOCK FEED RESOURCES IN THE DEVELOPMENT OF BEEF CATTLE IN REGENCY OF POLEWALI MANDAR Juliawati Rauf 1 , Jasmal A. Syamsu 2 , Ambo Ako 3 1 Ilmu dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, 2 Bagian Nutrisi dan makanan ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, 3 Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,Makassar Alamat Koresponden: Juliawati Rauf, S.Pt Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp: 081355773909 Email: [email protected]

Upload: sudarsono

Post on 24-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SAFASFASDGASEGEASGE

TRANSCRIPT

  • POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN

    POLEWALI MANDAR

    THE POTENTIAL OF FOOD CROPS WASTE AS LIVESTOCK FEED RESOURCES IN THE DEVELOPMENT OF BEEF CATTLE IN REGENCY OF

    POLEWALI MANDAR

    Juliawati Rauf1, Jasmal A. Syamsu2, Ambo Ako3

    1Ilmu dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, 2Bagian Nutrisi dan makanan ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, 3Bagian Produksi Ternak,

    Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,Makassar Alamat Koresponden: Juliawati Rauf, S.Pt Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp: 081355773909 Email: [email protected]

  • Abstrak Kabupaten Polewali Mandar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang berpotensi sebagai penghasil produk peternakan dan pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi limbah tanaman pangan dan wilayah yang dapat dijadikan sebagai wilayah pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Polewali Mandar. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian tipe deskriptif untuk menggambarkan potensi limbah tanaman pangan dan penentuan wilayah pengembangan ternak sapi potong menggunakan metode LQ yang di kombinasikan dengan kepadatan wilayah ternak dan kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong (KPPTS) limbah tanaman pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah pengembangan ternak sapi potong berdasarkan potensi limbah tanaman pangan dibagi menjadi kelompok wilayah penyebaran (WS) yaitu Kecamatan Matangnga, Bulo, Luyo, Tapango, Matakali dan Tubbi Taramanu. Kelompok wilayah pemantapan (WM) yaitu Kecamatan Mapilli, Wonomulyo dan Campalagian. Kelompok wilayah pengembangan (WP) yakni Kecamatan Anreapi, Balanipa dan Binuang. Kelompok wilayah penunjang (WT) yaitu Kecamatan Polewali. Disimpulkan bahwa dari 16 kecamatan, 3 wilayah kecamatan yang tidak berpotensi dan 13 kecamatan yang berpotensi sebagai wilayah pengembangan ternak sapi potong. Diharapkan untuk pembentukan kawasan usaha peternakan sapi potong sebaiknya dilakukan pada wilayah yang berpotensi dari segi kesesuaian wilayah, ternak dan daya dukung pakan berupa limbah tanaman pangan.

    Kata Kunci : Potensi pakan, limbah tanaman pangan, sapi potong, wilayah pengembangan.

    Abstract Polewali Mandar is a regency of West Sulawesi Province that potential as producers of agricultural and livestock products.The research aims to find outthe capability of each region in that regency the utilization of food crops waste to develop livestock beef cattle, as well as alternative development strategies of beef cattle development through the utilization of food crops waste.The kind of research used are descriptive type to determination of the region of growth and the status of livestock beef cattle by using LQ method combined with density of beef cattle region and the capacity of increasing population of beef cattle (KPPTS) and food crops waste. The research outcomes showed that the area the area of development of livestock beef cattle based on potential of food crops waste is divided into group of distribution area (WS), namely sub-districts Matangnga, Bulo, Luyo, Tapango, Matakali, danTubbiTaramanu. The areas of consolidation group (WM) are sub-districts Mapilli, Wonomulyo, and Campalagian.The areas of development group (WP) are sub-districts Anreapi, Balanipa, and Binuang.The area of supporting group (WT) is Sub-district Polewali. It is able to conclude that of the 16 sub, 3 districts are not potentially and 13 districts as a potential as the area of development of livestock beef cattle. Expected for the establishment of the beef cattle farm business should be conducted in areas potentiality in terms of area, in cattle and power support for feed as food crop waste.

    Keywords: Potential of feed, food crop waste, beef cattle, development area

  • PENDAHULUAN

    Kabupaten Polewali Mandar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang

    berpotensi sebagai penghasil produk peternakan dan pertanian. Kabupaten Polewali Mandar ini

    merupakan wilayah yang memiliki populasi ternak sapi yang jumlahnya lebih besar

    dibandingkan dengan kabupaten lain di Sulawesi Barat yakni untuk tahun 2011 berkisar 28.074

    ekor (Dinas Pertanian dan Peternakan, 2012). Adapun luas wilayah Kabupaten Polewali Mandar

    tahun 2011 yaitu 2.022,30 Km2/ 202.230 Ha dan sekitar 18,24% (36.893 Ha) dari luas wilayah

    tersebut merupakan lahan tanaman pangan (Badan Pusat Statistik, 2012). Dengan demikian

    terdapat limbah tanaman pangan berupa jerami padi, jerami jagung, jerami ubi jalar, jerami

    kacang tanah, jerami kedelai dan jerami kacang hijau, dan pucuk ubi kayu yang dapat dijadikan

    sebagai pakan ternak sapi potong.

    Melihat potensi dan daya dukung limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan,

    nampaknya dapat memenuhi kebutuhan dalam penyediaan pakan bagi sejumlah populasi ternak

    sapi potong. Berdasarkan hasil kajian bahwa Kabupaten Polewali Mandar ini mempunyai daya

    tampung ternak ruminansia dengan nilai Kapasitas Penambahan Populasi Ternak Ruminansia

    (KPPTR) sebanyak 33.719,53 ST (Dinas Pertanian dan Peternakan, 2011a)

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi limbah tanaman pangan sebagai sumber

    pakan ternak sapi potong disetiap kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar serta kemampuan

    masing-masing wilayah di Kabupaten Polewali Mandar untuk pengembangan ternak sapi potong.

    BAHAN DAN METODE

    Lokasi dan rancangan penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Jenis

    penelitian yang digunakan merupakan penelitian tipe deskriptif yang dilakukan untuk mengkaji

    kenyataan-kenyataan kehidupan masyarakat peternak di Kabupaten Polewali Mandar.

    Populasi dan sampel

    Populasi pada penelitian ini adalah wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Survey dilakukan

    untuk mengetahui potensi ternak sapi potong dan hijauan pakan berupa hijauan makanan ternak

    dan limbah tanaman pangan (jerami padi, jerami jagung, jerami ubi jalar, pucuk ubi kayu, jerami

    kacang tanah, jerami kedelai, dan jerami kacang hijau) yang dianalisis berdasarkan kajian hasil

    studi dan data sekunder yang ada. Maka sampel terkait dengan wilayah adalah wilayah

    Kabupaten Polewali Mandar.

  • Metode pengumpulan data

    Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan

    melakukan survey serta observasi dan wawancara langsung kelapangan, sedangkan data

    sekunder diperoleh dari hasil-hasil penelitian sebelumnya terkait dengan angka konversi populasi

    ternak sapi potong, dan produksi limbah tanaman pangan.

    Analisis data

    Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data yakni menghitung daya dukung

    limbah tanaman (DDLTP) dengan menggunakan rumus dari (Syamsu dkk., 2006). yaitu sebagai

    berikut :

    Produksi BK (ton/thn) DDLTP berdasarkan BK = Kebutuhan BK 1 ST (ton/thn) Produksi PK (ton/thn) DDLTP berdasarkan PK = Kebutuhan PK 1 ST (ton/thn) Produksi TDN (ton/thn) DDLTP berdasarkan TDN = Kebutuhan TDN 1 ST (ton/thn)

    Analisis Location Quotien (LQ) dengan rumus menurut Budiharsono (2001) yaitu:

    pi / pt LQ :

    Pi/ Pt Keterangan :

    pi : populasi ternak ke-i tingkat kecamatan

    pt : populasi total kelompok ternak pada tingkat kecamatan

    Pi : populasi ternak ke-i pada tingkat kabupaten

    Pt : populasi total kelompok ternak pada tingkat kabupaten

    Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Sapi (KPPTS) dihitung sebagai selisih antara daya

    dukung pakan baik dari limbah tanaman pangan dengan jumlah ternak sapi yang ada, (Syamsu

    dkk., 2006).

    Populasi Sapi Potong (ST) Kepadatan Wilayah =

    Luas Wilayah (Km2)

    Kriteria yang digunakan yaitu kategori sangat padat > 50, padat > 20 - 50, sedang 10 - 20 dan

    jarang < 10.

  • HASIL

    Wilayah basis pengembangan ternak sapi potong

    Tabel 1 menunjukkan wilayah basis pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten

    Polewali Mandar adalah yang memiliki nilai LQ > 1 diantaranya Kecamatan Mapilli,

    Wonomulyo, Campalagian, Matangnga, Bulo, Luyo, Tapango, Alu, Matakali dan Tubbi

    Taramanu.

    Kecamatan selain yang terlihat pada Tabel 1 yaitu sebanyak 6 kecamatan dikatakan sebagai

    wilayah non basis pengembangan ternak sapi potong dengan nilai LQ < 1 diantaranya

    Kecamatan Anreapi, Binuang, Tinambung, Limboro, Polewali dan Balanipa (Tabel 2).

    Daya dukung limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan

    Tabel 3 Menunjukkan bahwa daya dukung limbah tanaman pangan di Kabupaten Polewali

    Mandar dapat menampung dan menyediakan pakan untuk kebutuhan ternak sapi potong

    berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bahan kering (BK) yaitu sebesar 96.111,84 ST.

    Adapun Kecamatan yang memiliki nilai daya dukung tertinggi adalah Kecamatan Wonomulyo

    sebesar 16.947,52 ST.

    BerdasarkanJumlah daya dukung bahan kering limbah tanaman pangan sebesar 96.111,84

    ST dihubungkan dengan populasi ternak sapi sebanyak 20.950,08 ST, maka di Kabupaten

    Polewali Mandar masih memungkinkan untuk penambahan populasi ternak sapi potong atau

    kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong potensial sebanyak 75.161,76 ST.

    Adapun nilai KPPTS yang dapat kita lihat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dari ke 16

    kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar, 13 kecamatan memiliki nilai KPPTS positif dan 3

    kecamatan bernilai KPPTS negatif.

    Kepadatan Wilayah Ternak

    Tabel 4 Menunjukkan bahwa Kecamatan Tinambung adalah satu-satunya wilayah yang

    memiliki kriteria kepadatan wilayah yang sangat padat yaitu memiliki nilai kepadatan ternak >

    50 yakni 55,57. Wilayah memiliki nilai kriteria kepadatan wilayah yang padat yaitu Kecamatan

    Limboro, Wonomulyo dan Mapilli karena memiliki nilai kepadatan ternak 20 - 50 yakni berkisar

    20 - 41. Wilayah dengan kriteria sedang adalah Kecamatan Balanipa, Luyo, Matakali dan

    Polewali. Wilayah kriteria jarang adalah Kecamatan Alu, Tapango, Binuang, Anreapi,

    Matangnga dan Bulo.

    Kelompok wilayah pengembangan ternak sapi potong

    Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan wilayah-wilayah pertumbuhan ternak dan status

    pengembangan di Kabupaten Polewali Mandar yakni kelompok wilayah pengembangan ternak

    sapi potong diantaranya kelompok wilayah penyebaran (WS) yaitu Kecamatan Matangnga, Bulo,

  • Luyo, Tapango, Matakali dan Tubbi Taramanu. Kelompok wilayah pemantapan (WM) yaitu

    Kecamatan Mapilli, Wonomulyo dan Campalagian. Kelompok wilayah pengembangan (WP)

    yakni Kecamatan Anreapi, Balanipa dan Binuang. Kelompok wilayah penunjang (WT) yaitu

    Kecamatan Polewali.

    PEMBAHASAN

    Untuk meningkatan usaha peternakan upaya yang dilakukan pertama kali dalam

    pengembangan ternak sapi potong adalah peningkatan populasi ternak, sehingga dipilih daerah-

    daerah yang bernilai KPPTS limbah tanaman pangan yang positif karena berpotensi untuk

    peningkatan populasi ternak dan masih mempunyai persediaan hijauan berupa limbah tanaman

    pangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dinas Pertanian dan Peternakan (2011b) yang

    mengemukakan bahwa Nilai kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansi yang positif

    berarti ketersediaan limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak ruminansia sangat

    mencukupi dan dapat dilakukan penambahan sejumlah populasi ternak sapi potong.

    Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 16 kecamatan, terdapat 13 kecamatan

    yang memiliki nilai kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong (KPPTS) limbah tanaman

    pangan yang positif dan berpotensi sebagai wilayah pengembangan, sedang 3 kecamatan lainnya

    memiliki nilai KPPTS negatif. Nilai KPPTS negatif berarti terjadi kelebihan populasi ternak

    sapi potong ditinjau dari ketersediaan limbah pertanian sebagai sumber pakan, sehingga harus

    menggunakan sumber pakan lain selain limbah tanaman pangan untuk mencukupi kebutuhan

    ternak seperti penanaman rumput. Hal ini sesuai dengan pendapat Matitaputti (2008) bahwa

    wilayah dalam kondisi KPPTS negatif dapat memanfaatkan sumber pakan lain selain limbah

    tanaman pangan untuk mencukupi kebutuhan ternak di wilayah tersebut.

    Adapun wilayah dengan status pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Polewali

    Mandar berdasarkan potensi wilayah yakni kelompok wilayah penyebaran (WS) dimana LQ > 1,

    kepadatan wilayah ternak rendah dan KPPTS positif yaitu Kecamatan Matangnga, Bulo, Luyo,

    Tapango, Matakali dan Tubbi Taramanu. Wilayah ini memberikan makna bahwa wilayah

    tersebut selama ini merupakan daerah produksi ternak sapi potong yang mempunyai tingkat

    populasi ternak sapi potong relatif lebih banyak di banding kecamatan lain. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Hendayana (2003) yang menyatakan bahwa LQ>1 artinya suatu wilayah telah

    memiliki keunggulan komparatif, dimana populasinya melebihi kebutuhan didaerahnya sehingga

    bisa dijual atau diekspor ke luar wilayah. Selain itu, wilayah ini masih mempunyai kemampuan

    untuk penambahan populasi ternak sapi melihat dari dukungan luas wilayah yang besar untuk

  • melakukan pengembangan peternakan sapi potong, dan nilai KPPTS limbah tanaman pangan

    yang positif menunjukkan jumlah pakan dari limbah tanaman pangan masih cukup tersedia.

    Kelompok wilayah pemantapan (WM) yakni nilai LQ > 1, kepadatan wilayah ternak tinggi

    dan KPPTS limbah tanaman pangan yang positif terdiri dari Kecamatan Mapilli, Wonomulyo

    dan Campalagian. Jika dilihat dari nilai LQ dan KPPTSnya maka masih mendukung untuk

    dilakukan penambahan populasi, namun nilai kepadatan wilayah ternaknya tinggi yang berarti

    bahwa produktifitas ternak sapi potong tetap dipertahankan, tidak dilakukan penambahan

    populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumanto dan Juarini (2004) bahwa wilayah

    pemantapan adalah wilayah kecamatan yang pengembangan ternaknya tidak dapat ditambah atau

    hanya dapat dipertahankan pada kondisi yang sudah ada.

    Kelompok wilayah pengembangan (WP) yakni nilai LQ < 1, KPPTR positif dan kepadatan

    ternak wilayah rendah yakni Kecamatan Anreapi, Balanipa dan Binuang. Ini berarti bahwa

    wilayah ini bukan wilayah basis dengan populasi ternak sapi potong yang masih rendah,

    sehingga perlu dilakukan penambahan populasi sapi potong karena wilayah dan daya dukung

    limbah tanaman pangan masih mampu untuk dilakukan penambahan populasi ternak sapi.

    Kelompok wilayah penunjang (WT) yakni nilai LQ < 1, KPPTR positif dan kepadatan

    ternak wilayah tinggi yaitu Kecamatan Polewali. Ini berarti bahwa wilayah ini bukan wilayah

    basis dan kepadatan wilayah ternaknyapun tinggi, sehingga sudah tidak berpotensi untuk

    dilakukan penambahan ternak sapi potong, walaupun daya dukung limbah tanaman pangannya

    masih tersedia. Hal ini sesuai dengan pendapat Rajab (2009) yang mengemukakan bahwa

    Rencana pengembangan populasi sapi potong tidak terlepas dari daya dukung wilayah yang

    meliputi dua hal ketersediaan ruang tempat ternak dan ketersediaan pakan ternak untuk

    kelangsungan hidupnya.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulannya bahwa berdasarkan daya dukung limbah tanaman pangan di Kabupaten

    Polewali Mandar menghasilkan wilayah yang berpotensi untuk pengembangan ternak sapi

    potong yang dibagi menjadi kelompok wilayah penyebaran (WS) yaitu Kecamatan Matangnga,

    Bulo, Luyo, Tapango, Matakali dan Tubbi Taramanu. Kelompok wilayah pemantapan (WM)

    yaitu Kecamatan Mapilli, Wonomulyo dan Campalagian. Kelompok wilayah pengembangan

    (WP) yakni Kecamatan Anreapi, Balanipa dan Binuang. Kelompok wilayah penunjang (WT)

    yaitu Kecamatan Polewali. Diharapkan untuk pembentukan kawasan usaha peternakan sapi

    potong sebaiknya dilakukan pada wilayah-wilayah yang berpotensi dari segi wilayah, ternak dan

    daya dukung pakan berupa limbah tanaman pangan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik. (2012). Data Statistik Polewali Mandar Dalam Angka 2012. Polewali: Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar.

    Budiharsono, S. (2001). Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: Penerbit PT. Pradinya Paramita.

    Dinas Pertanian dan Peternakan. (2011a). Penyusunan Sumber Bahan Baku Pakan Lokal Di Sulawesi Barat. Mamuju: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat.

    Dinas Pertanian dan Peternakan. (2011b). Analisis Potensi Sumber Daya Pakan Lokal Limbah Tanaman Pangan Untuk Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Provinsi Sulawesi Barat. Mamuju: Dinas Pertanian danPeternakan Provinsi Sulawesi Barat.

    Dinas Pertanian dan Peternakan. (2012). Data Statistik Peternakan. Mamuju: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat.

    Hendayana, R. (2003). Aplikasi Metode Location Quotien (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian, volume 12 : 658-675.

    Matitaputty. (2008). Kajian Potensi Limbah Tanaman Pangan Sebagai Sumber Pakan Alternatif Ternak Kerbau MOA di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB). Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau. Maluku: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

    Rajab. (2009). Kajian Pengembangan Pembibitan Sapi Bali Di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat (Tesis). Bogor: Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

    Sumanto, dan Juarini E. (2004). Pedoman Identifikasi Potensi Wilayah. Bogor : Balai Penelitian Ternak Ciawi.

    Syamsu, J.A. (2006). Analisis Potensi Limbah Tanaman Pangan Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia Di Sulawesi Selatan (Disertasi). Bogor: Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

  • Tabel 1. Wilayah basis ternak sapi potong dengan nilai LQ > 1 di Kabupaten Polewali Mandar

    No Kecamatan Nilai LQ 1 Tubbi Taramanu 1,07 2 Alu 1,34 3 Campalagian 1,81 4 Luyo 1,49 5 Wonomulyo 1,88 6 Mapilli 1,93 7 Tapango 1,47 8 Matakali 1,18 9 Matangnga 1,73 10 Bulo 1,55

    Sumber : hasil pengolahan data primer (2013)

    Tabel 2. Wilayah Non Basis ternak sapi potong dengan nilai LQ < 1 di Kabupaten Polewali Mandar

    No Kecamatan Nilai LQ 1 Tinambung 0,47 2 Balanipa 0,16 3 Limboro 0,46 4 Polewali 0,30 5 Binuang 0,55 6 Anreapi 0,89

    Sumber : hasil pengolahan data primer (2013)

  • Tabel 3. Daya dukung limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak sapi potong di Kabupaten Polewali Mandar

    Kecamatan Produksi (Ton) Daya dukung (ST) KPPTS

    BK TDN PK BK TDN PK BK PK TDN Tinambung 3.017,03 208,90 1.466,30 1.323,26 870,43 933,95 137,48 (315,35) (251,83) Balanipa 4.585,47 315,99 2.432,74 2.011,17 1.316,64 1.549,52 1.530,59 836,06 1.068,93 Limboro 782,00 42,20 348,74 342,98 175,82 222,13 (630,12) (797,28) (750,97) Tubbi Taramanu 18.100,90 1.118,27 8.013,29 7.938,99 4.659,48 5.104,00 7.168,12 3,888,60 4.333,13 Alu 5.583,94 366,32 2.656,14 2.449,10 1.526,34 1.691,81 324,54 (598,22) (432,75) Campalagian 24.929,61 1.286,29 10.688,91 10.934,04 5.359,56 6.808,22 7.423,70 1.849,22 3.297,89 Luyo 19.464,72 1.006,63 8.314,45 8.537,16 4.194,30 5.295,83 6.490,21 2.147,35 3.248,88 Wonomulyo 38.640,34 1.990,24 16.540,.29 16.947,52 8.292,68 10.535,21 13.920,00 5.265,16 7.507,70 Mapilli 34.554,64 1.762,00 14.743,67 15.155,54 7.341,66 9.390,87 11.684,01 3.870,13 5.919,34 Tapango 12.016,92 814,83 5.251,67 5.270,58 3.395,12 3.345,01 4.383,29 2.507,83 2.457,73 Matakali 15.360,58 783,61 6.551,58 6.737,10 3.265,02 4.172,98 6.115,47 2.643,40 3.551,36 Polewali 11.992,21 613,72 5.129,67 5.259,74 2.557,17 3.267,31 4.770,95 2.068,37 2.778,51 Binuang 12.418,79 655,77 5.339,45 5.446,84 2.732,38 3.400,93 5.036,40 2.321,94 2.990,49 Anreapi 5.734,08 294,36 2.460,21 2.514,95 1.226,50 1.567,01 2.209,73 921,29 1.261,80 Matangnga 9.628,77 532,51 4.385,44 4.223,14 2.218,78 2.793,27 3.811,96 1.807,60 2.382,09 Bulo 2.325,00 131,13 1.077,84 1.019,74 546,38 686,52 785,42 312,05 452,20

    Jumlah 219.135,00 11.922,78 95.400,38 96.111,84 49.678,25 60.764,57 75.161,76 28.728,17 39.814,49 Sumber : hasil pengolahan data primer (2013)

  • Tabel 4. Kepadatan Wilayah Ternak Sapi Potong di Kabupaten Polewali Mandar

    Kecamatan Populasi (ST) Luas Wilayah

    (Ha) Kepadatan Wilayah

    Nilai Status Tinambung 1.186 21,34 55,57 Sangat Padat Balanipa 481 37,42 12,84 Sedang Limboro 973 47,55 20,46 Padat Tubbi Taramanu 771 356,95 2,16 Jarang Alu 2.125 228,30 9,31 Jarang Campalagian 3.510 87,84 39,96 Padat Luyo 2.047 156,60 13,07 Sedang Wonomulyo 3.028 72,82 41,58 Padat Mapilli 3.472 91,75 37,84 Padat Tapango 887 125,81 7,05 Jarang Matakali 622 57,62 10,79 Sedang Polewali 489 26,27 18,61 Sedang Binuang 410 123,34 3,33 Jarang Anreapi 305 124,62 2,45 Jarang Matangnga 411 234,92 1,75 Jarang Bulo 234 229,50 1,02 Jarang

    Total 20.951 2.022,30 10,36 Sedang Sumber : hasil pengolahan data primer (2013)

    Gambar 1. Pemetaan wilayah pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten

    Polewali Mandar berdasarkan nilai LQ, kepadatan wilayah ternak dan KPPTS limbah tanaman pangan