004

2757

Click here to load reader

Upload: m-tajudin-fatah-

Post on 01-Sep-2014

335 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan (Rasyid, 2011). Secara histografi, Indonesia merupakan wilayah langganan gempabumi dan tsunami. Paska meletusnya gunung Krakatau yang menimbulkan tsunami besar di tahun 1883, setidaknya telah terjadi 17 bencana tsunami besar di Indonesia selama hamper satu abad ( 1900-1996 ). Bencana gempa dan tsunami besar yang terahir terjadi pada akhir 2004 di Aceh dan sebagian sumatera utara. Lebih dari 150.000 orang meninggal dunia. Tapi gempabumi terjadi hampir setiap tahun di Indonesia. Setelah gempa aceh di akhir 2004, pada tahun 2005 Pulau Nias dan sekitarnya juga dilanda gempa. Sekitar 1000 orang menjadi korban. Akhir Mei 2006 giliran Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah diporakporandakan dengan gempabumi. Korban meninggal mencapai 5.000 orang lebih.(Rapi, 2008) Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.(Rasyid 2011) Titik sumber gempa tersebut disebut hiposenter dan proyeksinya terhadap permukaan bumi disebut episenter.(Gadi, 2011) Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi. (Rasyid 2011) Penelitian mengenai gempa bumi sangat penting, karena kerusakan suatu daerah diakibatkan gempa sangat merugikan masyarakat. Untuk itu perlu dikaji penelitian mengenai titik sumber gempa bumi, sehingga dari gempa bumi yang dirasakan masyarakat dapat di keahui sumber dan kedalaman terjadinya gempa bumi tersebut. Sebagai salah satu wujud tindakan pemerintah akan musibah tersebut, pemerintah membentuk lembaga pemerintah non department (LPND) mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah dibidang Meteorologi, Klimatologi, Kualias udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku. Lembaga tersebut dinamai Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika (BMKG). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana maksud diatas, BMKG

menyelenggarakan fungsinya yaitu menyampaikan informasi dan peringatan dini kepada instansi atau pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor meteorology, klimatologi dan geofisika. Oleh karena itu, BMKG diharapkan dapat menyampaikan informasi cepet, akurat dan tepat guna. Khususnya informasi dibidang geofisika yang meliputi gempa bumi dan tsunami sangat diharapkan dapat mengurangi dampak yang diakibatkan dari bencana tersebut. Dari seluruh Indonesia, terdapat lima balai besar, masing masing adalah Balai Besar Wilayah I berada di medan, Balai Besar Wilayah II berada di ciputat, Balai Besar Wilayah III berada di denpasar, Balai Besar Wilayah IV berada di Makassar dan Balai Besar Wilayah V berada di jayapura. Masing masing Balai Besar Wilayah mamiliki beberapa stasiun pamantau yang berad di setiap pengawasannhya. Untuk Balai Besar Wilayah II sendiri tepatnya bertlokasi di Jl. KP Bulak Raya Cempaka Putih Ciputat. Di BMKG ini terdapat 32 stasiun yang berada dibawah pengawasaanya. Salah satu program computer yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah dengan program WinITDB. WinITDB merupakan software integrasi data gempabumi dan tsunami, yang memuat tampilan katalog gempa, katalog tsunami, analisis gempa/ tsunami dan pemodelan tsunami. Bahkan pada aplikasi ini dapat ditampilkan plate/lempeng yang akan sangat membantu dalam plot gempa.(Joker, 2011) Warga negara Indonesia sangat minim dalam memahami kondisi dan letak terjadinya gempa bumi sehingga sering kali mereka membiarkan suatu musibah gempabumi berlalu dengan begitu saja tanpa adanya antisipasi adanya gempa susulan. Mereka juga jarang yang mengerti dimanakah titik gempabumi itu berasal. Oleh karena itu, dibutuhkannya suatu metode untuk memetakan letak letak terjadinya gempabumi. Oleh karena itu, kami mengangkat judul Analisis Hipocenter Gempa Wilayah Balai II dengan Menggunakan Software Win ITDB.

Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan pada pembahasn sebelumnya terdapat beberapa permasalahan yaitu: Gempa bumi dapat mengakibatkan kerusakan suatu daerah dengan tingkat kerusakan yang tinggi sehingga merugikan masyarakat. Gempa bumi mempunyai ukuran yang bermacam-macam sehingga banyak yag tidak terasa oleh manusia. Batasan Masalah Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah penelitian, yaitu hiposenter gempa bumi yang dianalisis hanya yang terjadi di Balai Besar Wilayah II pada bulan Agustus 2011. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan Bagaimana cara menganalisis hiposenter gempa diwilayah balai 2 dengan menggunakan software Win ITDB?. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hiposenter gempa bumi yang terjadi di Balai Besar Wilayah II pada bulan Agustus 2011 dengan menggunakan program software WinITDB.

Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang kami lakukan adalah: Untuk memberi informasi terhadap masyarakat akan hiposenter titik pusat gempa bumi dan memberikan informasi daerah yang terkena gempa bumi dan kemungkinan adanya gempa bumi susulan dengan menggunakan program software WinITDB. Meningkatkan kewaspadaan lebih dini terhadap bencana alam (gempa), agar dapat meminimalisir kerusakan yang diakibatkan oleh gempa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bumi Bentuk dan Ukuran Bumi berbentuk bulat seperti bola, namun rata di kutub-kutubnya.jari-jari Khatulistiwa = 6.378 km, jari-jari kutub=6.356 km. Lebih dari 70 % permukaan bumi diliputi oleh lautan. Gambar 2.1 Sketsa Bentuk Bumi Struktur Dalam Bumi Bumi memiliki struktur dalam yang hampir sama dengan telur. Kuning telurnya adalah inti, putih telurnya adalah selubung, dan cangkang telurnya adalah kerak

Gambar 2.2 Struktur Lapisan Bumi Berdasarkan penyusunnya lapisan bumi terbagi atas litosfer, astenosfer, dan mesosfer. Litosfer adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira 100 km) dan terdiri dari kerak bumi dan bagianatas selubung. Litosfer memiliki kemampuan menahan beban permukaan yang luas misalkangunungapi. Litosfer bersuhu dingin dan kaku. Di bawah litosfer pada kedalaman kira-kira 700 km terdapat astenosfer. Astenosfer hampir berada dalam titik leburnya dan karena itubersifatseperti fluida. Astenosfer mengalir akibat tekanan yang terjadi sepanjang waktu. Lapisanberikutnya mesosfer. Mesosfer lebih kaku dibandingkan astenosfer namun lebih kental dibandingkan litosfer. Mesosfer terdiri dari sebagian besar selubung hingga inti bumi.

Teori Tektonik Lempeng Menurut teori tektonik lempeng, permukaan bumi ini terbagi atas kira-kira 20 pecahan besaryang disebut lempeng. Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan lempeng kira-kira hampir sama dengan litosfer yang merupakan kulit terluar bumi yang padat. Litosfer terdiri dari kerak dan selubung atas. Lempengnya kaku dan lempeng-lempeng itu bergerak diatas astenosfer yang lebih cair. Gambar 2.3 Pergerakan Lempengan Batas - Batas Lempeng Daerah tempat lempeng-lempeng itu bertemu disebut batas lempeng. Pada batas lempeng kita dapat mengetahui cara bergerak lempeng-lempeng itu. Lempeng bisa saling menjauh, saling bertumbukan, atau saling menggeser ke samping. Gambar 2.4 Batas-batas lempeng Penyebab Gerakan Lempeng Arus konveksi memindahkan panas melalui zat cair atau gas.Gambar poci kopi menunjukkan dua arus konveksi dalam zat cair. Perhatikan, air yang dekat dengan api akan naik, saat dingin dipermukaan air kembali turun. Para ilmuwan menduga arus konveksidalam selubung itulah yang membuat lempeng-lempeng bergerak. Karena suhu selubung amat panas, bagian-bagian di selubung bisa mengalir seperti cairan yang tipis. Lempeng-lempeng itu bergerak seperti ban berjalan berukuran besar. Gambar 2.4 Ilustrasi Pemanasan Bumi Gempa Bumi Gempa bumi merupakan getaran lapisan batuan yang patah yang energinya terakumulasi dan menjalar melalui badan dan permukaan bumi yang berupa gelombang seismic. Gempa bumi itu sendiri terjadi pada daerah yang mengalami deformasi (perubahan kedudukan). Energy yang tersimpan dalam deformasi itu berbentuk elastic strain dan stress yang terakumulasi sampai daya dukung batuan mencapai batas maksimum, hingga akhirnya menimbulkan rekahan dan patahan. Terkadang gempa seismic yang menjalar hingga permukaan bumi dapat mengakibatkan

perubahan struktur lapisan maupun bangunan di daerah tersebut. Sehingga pergerakan tanah yang terjadi akibat gempa bumi itu dapat kita gambarkan sebagai gerakan vertical, gerak horizontal atau pergeseran. Sehingga pada umumnya suatu tempat yang semakin dekat dengan pusat gempa, maka semakin memiliki potensi tanah yang semakin besar. Pembangkit utama gempa bumi adalah pergerakan lempeng tektonik. Akibat pergerakan lempeng maka disekitar perbatasan perbatasan lempeng akan terakumulasi energi, jika lapisan batuan telah tidak mampu menahannya maka energy akan terlepas yang menyebabkan terjadinya deformasi pada lapisan kerak bumi yang disebut gempa bumi tektonik. Bentuk energi yang dilepaskan saat terjadi gempa bumi antara lain adalah energi deformasi gelombang. Energi deformasi dapat dilihat pada perubahan bentuk volume sesudah terjadinya gempa bumi, seperti misalnya tanah naik, tanah turun, pergeseran batuan, dan lain-lain. Sedangkan energi gelombang akan menggetarkan medium elastis disekitarnya dan akan mejalar ke segala arah. Terdapat tiga jalur utama gempa bumi yang merupakan batas pertemuan dari beberapa lempeng tektonik aktif yaitu:

1. Jalur Gempa Bumi Sirkum Pasifik Jalur ini dimulai dari Cardilleras de Los Andes (Chili, Ecuador dan Caribia), Amerika Tengah, Mexico, California British Columbia, Alaska, Alautian Islands, Kamchatka, Jepang, Taiwan, Philipina, Indonesia, Polynesia dan berakhir di New Zealand. 2. Jalur Gempa Bumi Mediteran atau Trans Asiatik Jalur ini dimulai dari Azores, Mediteran (Maroko, Portugal, Italia, Balkan, Rumania), Turki, Kaukakus, Irak, Iran, Afganistan, Himalaya, Burma, Indonesia (Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Laut Banda) dan akhirnya bertemu dengan jalur Sirkum Pasifik di daerah Maluku. 3. Jalur Gempa Bumi Mid-Atlantic Jalur ini mengikuti Mid Atlantic ridge yaitu Spitsbergen, Iceland, dan Atlantik Selatan. Sebanyak 80% dari gempa didunia, terjadi di jalur Sirkum Pasifik yang sering disebut sebagai Ring of Fire karena juga merupakan jalur vulkanik. Sedangkan pada jalur Mediteran terdapat 15% gempa dan sisanya sebanyak 5% tersebar di Mid Atlantic serta tempat-tempat lainnya. Mekanisme gempa bumi pada umumnya diakibatkan oleh deformasi batuan yan mengakibatkan sesar. Sesar adalah suatu patahan di kerak bumi yang terjadi akibat akumulasi gaya yang terjadi pada proses pergerakan lempeng. Proses terjadinya gempa bumi adalah sebagai berikut. Lempeng samudra yang rapat massanya lebih basar, ketika bertumbukan dengan lempengan benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah. Gerakan lempeng tersebut akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi. Perlambatan gerak itu mengakibatkan penumpukan energy di zona subduksi dan zona patahan. Akibat zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan dan gesekan. Pada saat batas elastic lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti dengan lepasnya energy secara tiba-tiba. Proses ini megakibatkan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang gempa bumi. Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terhadap gempa bumi karena letak Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Australia, Eurasia dan Pasifik. Lempeng

Australia dan lempeng kontinen Eurasia bertemu di sepanjang barat Sumatera-Selatan Jawa-Nusa Tenggara dan berakhir di laut Banda sebagian belok ke utara di Sulawesi, kemudian dari Nusa Tenggara sebagian terus ke timur Maluku dan Papua. Hanya pulau Kalimantan yang relative tidak ada sumber gempa kecuali sedikit bagian timur. Tektonik Indo-Australia dan Eurasia berada di laut merupakan sumber gempa dangkal dan menyusup ke arah utara sehingga di bagian barat berturut-turut ke utara dan di sekitar JawaNusa Tenggara merupakan sumber gempa menengah dan dalam. Gempa-gempa dangkal di bagian timur Indonesia selain berasosiasi dengan pertemuan lempeng juga disebabkan oleh patahan-patahan aktif, seperti patahan Palu- Koro, patahan Gorontalo, patahan Sorong dan patahan Seram. Beberapa tempat di pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Papua rentan terhadap bencana gempa bumi baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung seperti tsunami dan longsor. Gambar 2.5 Lempeng Tektonik Dunia Pergerakan lempeng tektonik terbagi atas: Divergensi yaitu daerah dimana lempeng-lempeng bergerak saling menjauhi. Konvergensi yaitu daerah dimana lempeng-lempeng bergerak saling bertemu. Transformasi yaitu daerah dimana lempeng-lempeng bergerak saling bergeser satu sama lain dan arah gerakannya berbalikan. Gambar 2.6 Pergerakan Lempeng-Lempeng Tektonik Jenis- jenis patahan sebagai mekanisme sumber gempa bumi sebagai berikut: Patahan turun / normal atau gravity fault. Patahan naik / thrust atau reverse fault. Patahan mendatar atau strike-slipe fault. Patahan kombinasi atau oblique fault. Gambar 2.7. Jenis-Jenis Patahan Sebagai Mekanisme Sumber Gempa Bumi Karakteristik gempa bumi adalah: Berlangsung dalam waktu sangat singkat, Lokasi kejadian tertentu, Akibatnya dapat menimbulkan bencana, Berpotensi terulang lagi, Belum dapat diprediksi, Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi. Faktor-faktor kegagalan/kerusakan bangunan akibat gempa adalah: Besaran gempa Kedalaman gempa Jarak episentrum gempa Lama getaran gempa Kondisi tanah setempat Kondisi bangunan itu sendiri

Jenis Gempa Bumi

Menurut R. Hoernest (1978), gempa bumi yang merupakan fenomena alam yang bersifat merusak dan menimbulkan bencana dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu: 1. Gempa Bumi Vulkanik Proses terjadinya gempa bumi vulkanik Gempa bumi gunung berapi terjadi berdekatan dengan gunung berapi dan mempunyai bentuk keretakan memanjang yang sama dengan gempa bumi tektonik. Gempa bumi gunung berapi disebabkan oleh pergerakan magma ke atas dalam gunung berapi, di mana geseran pada batu-batuan menghasilkan gempa bumi. Ketika magma bergerak ke permukaan gunung berapi, ia bergerak dan memecahkan batu-batuan serta mengakibatkan getaran berkepanjangan yang dapat bertahan dari beberapa jam hingga beberapa hari. Gempa bumi gunung berapi terjadi di kawasan yang berdekatan dengan gunung berapi, seperti Pegunungan Cascade di barat Laut Pasifik, Jepang, Dataran Tinggi Islandia, and titik merah gunung berapi seperti Hawaii. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan terjadinya ledakan yang juga akan menimbulkan gelombang seismik. Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan karena terjadinya aktivitas magma yang menyebabkan erupsi gunung berapi. Ini dapat diketahui karena banyak gunung berapi umumnya ditemukan di mana lempeng tektonik yang divergen atau konvergen, terutama dalam kawasan Ring of Fire. Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan mematikan. Gambar 2.8. Letak Gunung Merapi di Indonesia. Bahaya letusan gunung merapi Bahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu : Bahaya Utama (Primer) Awan Panas, merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara 300 700 Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi, > 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng). Lontaran Material (pijar),terjadi ketika letusan ( ea rah ) berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya ea ra letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi (>200C), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai bom vulkanik. Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-tumbuhan dan mengandung ea ra-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.

Lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 1200C. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ea ra batu. Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunung Api Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Api Papandayan, dan terakhir meletus adalah Gunung Merapi di Jawah Tengah-Yogyakarta. Tsunami, umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan ea ra yang besar untuk mendorong air laut ea rah pantai sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Bahaya Ikutan (Sekunder) Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut banjir lahar dingin.

Gambar 2.9. Dampak Gempa Bumi Vulkanik. 2. Gempa bumi tektonik Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Pergeseran lempeng-lempeng tektonik yang mempunyai kekuatan sangat bervariasi. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di permukaan bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruhan bagian bumi. 3. Gempa bumi runtuhan Gempa runtuhan atau terban merupakan gempa bumi yang terjadi karena adanya runtuhan tanah atau batuan. Lereng gunung atau pantai yang curam memiliki energi potensial yang besar untuk runtuh, juga terjadi di kawasan tambang akibat runtuhnya dinding atau terowongan pada tambang-tambang bawah tanah sehingga dapat menimbulkan getaran di sekitar daerah runtuhan, namun dampaknya tidak begitu membahayakan. Justru dampak yang berbahaya adalah akibat

timbunan batuan atau tanah longsor itu sendiri. Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, jenis gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal. 4. Gempa bumi buatan Suatu percobaan peledakan nuklir bawah tanah atau laut dapat menimbulkan getaran bumi yang dapat tercatat oleh seismograph seluruh permukaan bumi tergantung dengan kekuatan ledakan, sedangkan ledakan dinamit di bawah permukaan bumi juga dapat menimbulkan getaran namun efek getarannya sangat lokal. Gempa bumi buatan adalah getaran pada bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi untuk kegiatan eksplorasi. Berdasarkan kekuatannya atau magnitude, gempa bumi dapat dibedakan atas: Gempa bumi sangat besar, dengan magnitude lebih besar dari 8 SR. Gempa bumi besar, magnitude antara 7 hingga 8 SR. Gempa bumi merusak, magnitude antara 5 hingga 6 SR. Gempa bumi sedang, magnitude antara 4 hingga 5 SR. Gempa bumi kecil, dengan magnitude antara 3 hingga 4 SR. Gempa bumi mikro, magnitude antara 1 hingga 3 SR. Gempa bumi ultra mikro, dengan magnitude lebih kecil dari 1 SR. Berdasarkan kedalaman sumber (h), gempa bumi digolongkan atas: Gempa bumi dalam h >300 Km. Gempa bumi meneng ah 80 < h d300 Km. Gempa bumi dangkal h d80 Km. Berdasarkan tipenya, Mogi membedakan gempa bumi atas: Type I: Pada tipe ini gempa bumi utama diikuti gempa susulan tanpa didahului oleh gempa pendahuluan (fore shock). Type II: Sebelum terjadi gempa bumi ut tama, diawali dengan adanya gempa pendahuluan dan selanjutnya diikuti oleh gempa susulan yang cukup banyak. Type III: Tidak terdapat gempa bumi utama. Magnitude dan jumlah gempa bumi yang terjadi besar pada periode awal dan berkurang pada periode akhir dan biasanya dapat berlangsung cukup lama dan bisa mencapai 3 bulan. Tipe gempa ini disebut tipe swarm dan biasanya terjadi pada daerah vulkanik seperti gempa gunung Lawu pada tahun 1979.

Lempeng Tektonik Gambar 2.10. lempeng tektonik

Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan (tenaga) yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa tektonik ialah seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB. Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra. Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earths mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik). Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik. Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu. Batas Divergen Divergen terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut. Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika. Batas Konvergen

konvergenTerjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini. Batas Transform Transform terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault). Indonesia berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-Australia adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu di bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina, Pasifik, dan Indo-Australia. Peta Tektonik dan Gunung Berapi di Indonesia. Garis biru melambangkan batas antar lempeng tektonik, dan segitiga merah melambangkan kumpulan gunung berapi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda). Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut meningkat. Parameter Gempa Bumi Episenter Episenter (bahasa Inggris: Epicenter) adalah titik di permukaan bumi yang berada tepat di atas atau di bawah kejadian lokal yang mempengaruhi permukaan bumi. Dia terletak di atas dimana gempa terjadi. Dia berlawanan dengan hiposenter, lokasi sebenarnya gempa yang terjadi di dalam bumi. Dia terletak tepat di bawah titik peledakan udara senjata nuklir dan tepat di atas titik peledakan bawah tanah. Istilah ini juga dapat digunakan untuk bencana lainnya seperti tabrakan meteor atau dengan benda astronomik lainnya. Episenter adalah suatu daerah atau kawasan di permukaan bumi yang menjadi pusat gempa bumi. Di peta biasanya digambar dengan sebuah titik koordinat, tetapi sebenarnya adalah suatu kawasan yang cukup luas. Episenter terletak vertical di atas hyposenter. Hyposenter Hyposenter adalah daerah di dalam lapisan kulit bumi, dimana deformasi/patahan terjadi. Seismometer Seismometer (bahasa Yunani: seismos: gempa bumi dan metero: mengukur) adalah alat atau sensor getaran, yang biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada

permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram. Prototip dari alat ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada masa tersebut bisa menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi. Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti ini disebut seismometer broadband. Seismogram Seismogram atau rekaman gerakan tanah, atau grafik aktifitas gempa bumi sebagai fungsi waktu yang dihasilkan oleh seismometer. Rekaman ini dapat dipergunakan salah satunya untuk menentukan magnitudo gempa tersebut. Selain itu dari beberapa seismogram yang direkam di tempat lain, kita dapat menentukan pusat gempa atau posisi dimana gempa tersebut terjadi. Cincin Api Pasifik Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (56% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika. Berikutnya adalah Mid-Atlantic Ridge. Skala Richter Skala Richter yang diusulkan oleh Charles Richter didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter. Untuk memudahkan orang dalam menentukan skala Richter ini, tanpa melakukan perhitungan matematis yang rumit, dibuatlah tabel sederhana seperti gambar di samping ini. Parameter yang harus diketahui adalah amplitudo maksimum yang terekam oleh seismometer (dalam milimeter) dan beda waktu tempuh antara gelombang-P dan gelombang-S (dalam detik) atau jarak antara seismometer dengan pusat gempa (dalam kilometer). Dalam gambar di samping ini dicontohkan sebuah seismogram mempunyai amplitudo maksimum sebesar 23 milimeter dan selisih antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik maka dengan menarik garis dari titik 24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di sebelah kanan maka garis tersebut akan memotong skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut sebesar 5,0 skala Richter. Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya. Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi tidak representatif lagi. Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik Richter seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media tentang

magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang lainnya mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama. Origin time (OT) Waktu kejadian gempa bumi (Origin Time) adalah waktu terlepasnya akumulasi tegangan (stress) yang berbentuk penjalaran gelombang seismik. Kedalaman Sumber Gempa (h) Kedalaman sumber gempa adalah jarak hyposenter dihitung tegak lurus dari permukaan bumi. Kedalamn dinyatakan oleh besaran jarak dalam satuan km. Jarak Episenter ( Jarak Episenter () Jarak episenter () dihitung dengan selisih S P dalam table waktu jalar IASPEI 91 untuk kedalaman pusat gempa diasumsikan Brustle W (1986) memperkirakan (km) ~ 8 (ts-tp) detik. Magnitude Gempa Magnitude gempa adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan gempa di sumbernya. Jadi pengukuran magnitudo yang dilakukan di tempat yang berbeda, harus menghasilkan harga yang sama walaupun gempa yang dirasakan di tempat-tempat tersebut tentu berbeda. Richter pada tahun 30-an memperkenalkan konsep magnitudo untuk ukuran kekuatan gempa di sumbernya. Satuan yang dipakai adalah skala Richter (Richter Scale), yang bersifat logaritmik. Pada umumnya magnitudo diukur berdasarkan amplitudo dan periode fase gelombang tertentu. Magnitude dinyatakan dalam skala Richter (SR) dan dilambangkan dengan M. Kekuatan gempa bumi dinyatakan dengan besaran magnitude dalam skala logaritma basis 10. Suatu harga magnitude diperoleh sebagai hasil analisis tipe gelombang seismik tertentu (berupa rekaman getaran tanah yang tercatat paling besar) dengan memperhitungkan koreksi jarak stasiun pencatat ke episenter. Dewasa ini terdapat empat jenis magnitude yang umum digunakan (Lay. T and wallace. T.C,1995) yaitu : Magnitude Lokal (ML) Magnitude Bodi (mb) Magnitude Permukaan (Ms) Magnitude Momen ( Mw ) Peristiwa Gempa Bumi Besar Sepanjang Sejarah Gempa bumi merupakan hal yang mengerikan bagi manusia karena datangnya bisa suatu waktu. Selain memakan korban jiwa, gempa bumi juga menghancurkan bangunan dan infrastruktur. Beberapa peristiwa yang dikatagorikan besar antara lain : 6 Maret 2007 - Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas. 27 Mei 2006 - Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2

pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal. 8 Oktober 2005 - Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia Selatan, berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas. 26 Desember 2004 - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,3 skala Richter mengguncang Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami di samudera Hindia. 26 Desember 2003 - Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas. 21 Mei 2002 - Di utara Afghanistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 1.000 orang mati. 26 Januari 2001 - India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500 ada juga yang mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang. 21 September 1999 - Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan 2.400 korban tewas. 17 Agustus 1999 - barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut 17.000 nyawa. 25 Januari 1999 - Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa. 30 Mei 1998 - Di utara Afghanistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala Richter menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas. 17 Januari 1995 - Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan merenggut 6.000 nyawa. 30 September 1993 - Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan menewaskan 1.000 orang. 21 Juni 1990 - Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut 50.000 nyawa. 7 Desember 1988 - Barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian. 19 September 1985 - Di Mexico Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter, meragut lebih dari 9.500 nyawa. 16 September 1978 - Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian. 28 Juli 1976 - Tangshan, China, berukuran 7,8 pada skala Richter dan menyebabkan 240.000 orang terbunuh. 4 Februari 1976 - Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan menyebabkan 22.778 terbunuh. 29 Februari 1960 - Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran 5,7 skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan seluruh kota Agadir. 26 Desember 1939 - Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan 33.000 orang tewas. 24 Januari 1939 - Di Chillan, Chile dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000 kematian. 31 Mei 1935 - Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan 50.000 orang. 1 September 1923 - Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan merenggut sedikitnya 140.000 nyawa. WinITDB. WinITDB merupakan software integrasi data gempabumi dan tsunami, yang memuat tampilan katalog gempa, katalog tsunami, analisis gempa/ tsunami dan pemodelan tsunami. Peta atau Map yang ada pada aplikasi ini cukup bagus karena map pada aplikasi ini sudah disesuaikan dengan ketinggian daerah. Bahkan pada aplikasi ini dapat ditampilkan plate/lempeng yang akan sangat

membantu dalam plot gempa. Petunjuk teknis dan penggunaan software WinITDB WinITDB merupakan software integrasi data gempa bumi dan tsunami, yang memuat tampilan catalog gempa, catalog tsunami, analisis gempa/tsunami dan pemodelan tsunami. Pada versi ini, terdapat tambahan aplikasi yaitu paket software untuk membuat pemodelan tsunami. Software ini juga digubakan sebagai aplikasi pendukung system peringatan dini tsunami. Diharapkan software ini menjadi system database sederhana yang mendukung operasional di daerah dalam mendukung proses peringatan dini tsunami. Instalasi WinITDB Berikut ini langkah langkah instalansi WinITDB dengan system operasi Windows 2000, XP atau 2003: Jalankan setup exe yang ada pada Installer Gambar 2.11. file-file pada installer software Win ITDB Pada saat proses akhir instalasi WinITDB, terdapat beberapa komponen yang tidak ada dalam installer. Pilih countinue untuk melanjutkan proses instalasi software WinITDB. Penggunaan WinITDB Untuk memulai aplikasi WinITDB, dapat dilakukan sebagai berikut : Klik ikon WinITDB yang terdapat pada desktop atau Klik star program WinITDB

Gambar 2.12. Memulai Software Win ITDB Kemudian akan tampil pada layar desktop

Gambar 2.13 . Tampilan Saat Memulai Software Win ITDB Pilih acknowledge untuk memulai software WinITDB Menu earthquake Menu ini digunakan untuk Menganalisis gempa bumi. Didalam menu ini menyediakan fasilitas menampilkan, menyeleksi, melist dan menganalisis data gempa bumi. Gambar 2Gambar 2.14. Fasilitas Pada Menu Earthquake EARTHQUAKE selection setting Digunakan untuk menyeleksi data gempa bumi berdsarkan pada area tampilan peta atau menggunakan list data gempa.

EARTHQUAKE selection Digunakan untuk menyeleksi data gempa berdasarkan parameter yan tertentu, seperti parameter area (circle), parameter waktu, parameter kedalaman ataupun parameter magnitude gempa. Gambar 2.15 . Window Untuk Mengatur Seleksi Data Gempa EARTHQUAKE setting Digunakan untuk mengatur tampilan data gempa yang didasarkan atas warna, ukuran symbol gempa dan bentuk tampilan. Gambar 2.16 . Window Untuk Mengatur Symbol Data Gempa EARTHQUAKE List Digunakan untuk menampilkan catalog data gempa yang berisi parameter-parameter gempa

Gambar2.17. Window Untuk Menampilkan List Data Gempa EARTHQUAKE Analisis ms(t) Digunakan untuk manganalisis data gempa, yaitu hubungan antara Ms (Magnitude) dalam interval waktu. Gambar 2.18 . Contoh Grafik Analisis Data Gempa Hubungan Antara Magnitude Dan Interval Waktu EARTHQUAKE Analisis N(t) Digunakan untuk menganalisis data gempa, yaitu jumlah/frekuensi kejadian gempa terhadap dan interval waktu. Tampilan dalam bentuk grafik histogram tiap interval waktu terdapat dua kolom jumlah kejadian gempa, warna biru total jumlah kejadian dalam interval waktu, warna merah jumlah kejadian gempa skala 7 (default) dalam interval waktu. Gambar 2.19. contoh grafik analisis data gempa bumi hubungan antara jumlah kejadian gempa dan interval waktu. EARTHQUAKE Analisis N(Ms) Digunakan untuk menganalisis hubungan antara magnitude terhadap frekuensi kejadian gempanya. Gambar2.20. contoh grafik analisis data gempa hubungab antara Magnitude dan jumlah kejadian gempa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 4 Juli30 Juli 2011 di Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geogisika Wilayah II Ciputat berlokasi di Jl. H. Abdulgani No. 5 Kp. Bulak Cempaka Putih Ciputat Tangerang 15412.

B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah: SeiscomP3, berfungsi sebagai alat digital pengganti seismogram (pencatat gempa secara manual). Program WinITDB untuk memplotkan data sekaligus menganalisis gempa dalam bentuk gambaran peta. Bahan yang digunakan adalah lembar table pengamatan yang dibuat untuk mencatat gempa-gempa yang terjadi selama agustus 2011.

C. Langkah Kerja Adapun prosedur kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengumpulkan data kejadian gempa bumi di daerah yang berada dibawah pengawasan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geogisika Wilayah II Ciputat. Data gempa bumi tersebut untuk dianalisis dengan menggunakan software Win ITDB. Mengolah data hasil pengelompokan data menggunkan software (microsoft excel). Menganalisis data yang telah diplot sesuai dengan kriteria-kriteria penelitian. E. Analisis Data Dalam menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu Mengumpulkan data kejadian gempa di daerah Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geogisika Wilayah II Ciputat. Menyortir data gempa yang terjadi di Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geogisika Wilayah II Ciputat, memilih wilayah yang terjadi selama bulan Agustus 2011

Menganalisis data dengan menggunakan software WinITDB.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gempa Analisa Seiscomp3 Wilayah Ii merupakan keseluruhan data gempa yang dikeluarkan oleh TEWS Wilayah II sebagai output informasi publik yang kekuatannya Ka. BMG No. 005 Tahun 2004 tanggal . tentang organisasi dan tata kerja balai meteorology dan geofisika wilayah, stasiun meteorology, klimatologi dan geofisika

Masa kepemimpinan : Kabal kesatu Bapak Soedjono periode 1981 1987 Kabal kedua Bapak Sandjoto periode 1987 1991 Kabal ketiga Bapak M. Ilyas Martowidjoyo periode 1991 1993 Kabal keempat Bapak soekamso periode 1993 1996 Kabal kelima Bapak Drs. S. Budiman periode 1996 2000 Kabal keenam Bapak Drs. T. Mulyono periode 2000 2004 Kabal ketujuh Bapak Soepriyo. Dipl AIT, SSi periode 2004 2005 Kabal kedelapan Ibu Dra. Rosliany periode 2005 2007 Kabal kesembilan Drs. Suhardjono, Dipl. Seis periode 2007 2009 Kabal kesepuluh , I Wayan Swardana SE, MM. periode 2009 2011 Kabal kesebelas Drs. Subardjo, Dipl. Seis periode 2011 sekarang 2.2.Wilayah yang dikoordinasi Sampai dengan tahun 2011 stasiun yang dikoordinasi oleh kantor balai wilayah ll adalah 45 stasiun dalam 11 propinsi di antaranya: Propinsi jawa barat Propinsi DKI Jakarta Propinsi Jawa Tengah Propinsi Lampung Propinsi Bengkulu Propinsi Sumatera Selatan Propinsi Bangka Belitung Propinsi Jambi Propinsi Kalimantan Barat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Propinsi Banten. Kegiatan yang dikoordinasikan adalah pengamatan, pengumpulan dan penyebaran data, pengolahan, analisa dan prakiraan serta riset dan kerjasama di bidang meteorology, klimatologi, kualitas udara dan geofisika. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor : 007/PKBMG.01/2006 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Nomor : KEP.005

Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Meteorologi dan Stasiun Geofisika Stasiun Meteorologi, Stasiun Klimatologi dan Stasiun Geofisika, maka Balai Besar Meteorologi Wilayah ll detetapkan sebagai RSC ll yang meliputi Propins Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Lampung. 2.3. Produk produk dari waktu ke waktu Tahun 1985 1986 terbit majalah ilmiah popular Media Komunikasi Bawil ll (majalah ilmiah yang diterbitkan ke semua stasiun, berfungsi sebagai media informasi ilmiah, kepegawaian dan social se wilayah ll ) Tahun 1986 mulai terbit bulletin data klimatologi BW2 dan bulletin agroklimatologi dengan stasiun yang sangat terbatas. Tahun 1988 bertambah jumlah stasiun dan mulai mengolah data angin (windrose). Periode 1989 1991 BW2 tidak lagi menerbitkan bulletin data, baik data iklim maupun meteorology. Tahun 1996 dibentuk Tim Informasi Cuaca Iklim dan Gempa (TICIG) Wilayah DKI dan Jawa Barat tetapi hanya berjalan beberapa bulan.

2.4.Teknis Operasional BBMGW2 dari waktu ke waktu Sebelum tahun 1990 Sebelu tahun 1990 tahpan yang dilakukan untuk melakukan pengamatan sampai dengan mengirimkan data meteorology atau cuaca di antaranya membaca, mengukur, menulis, menyandi, mengoreksi data dan sandi serta melakukan analisa awal atau sementara dengan ara membaca tael analog dari hasil pembacaan dan pengukuran suhu. Bola kering dan bola basah. Data yang di terima oleh Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah ll diperoleh melalui SSB (Single Size Band). Kemudian data yang erkumpul dikirimkan ke Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pusat menggunakan saluran list chanel Telkom (protocol X.25 Telex). Peralatan yang digunakan dalam pengamatan MKG merupakan alat konvensional di mana pengamatan dan pelaporan serta pengiriman data secara analog. Periode 1990 2004 Sejak tahun 1993 kantor BBW2 melakukan pembinaan stasiun khususnya dalam pemeriksaan data yang diterima di Bawil ll berupa data Me 45 dan Me 48 dan inventarisasi dan publikasi data seismo. Pada tahun 1992 1995 kantor Bawil melakukan pengamatan sinoptik memanfaatkan taman alat yang pada awalnya digunakan untuk media kalibrasi peralatan meteorologi dan klimatologi. Sejak tahun 1995 tidak lagi melakukan pengamatan sinoptik karena kebijakan Kepala Balai Wilayah ll bahwa Bawil ll bukan sebagai jaringan sinoptik. Untuk kegiatan seismologi di tahun 1990 dilakukan instalasi pemasangan seismograph telemetri dengan 6 sensor dan 1 relay dan instalasi dilakukan oleh expert prancis didampingi oleh masing-masing Balai yang telah mengikuti pelatihan di prancis. Jaringan telekomunikasi sebagai pendukung teknis operasional di kantor Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah ll yang berfungsi untuk pengumpulan dan pengiriman data sinop, pilot, temp, ship dan seismo dan nota dinas maupun informasi lainnya. Pada tahun 1994 sesuai dengan surat Kepala pusat Bina Operasional tanggal 5 februari 1994 tentang alur pengiriman data dalam hal ini Bawil 2 bertindak sebagai RCC (Regional Collecting Center) yang

mengumpulkan data ditingkat kedua setelah staiun coordinator sebagai SCC (Sub Collecting Center) sebagai tempat pengumpul pertama dari beberapa stasiun. Selanjutnya data dari RCC diteruskan ke BMG Pusat sebagai NCC-AMSC (Nasional Collecting Center Automatic Message Swicthing Center). Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah ll saat itu memiliki empat SCC yaitu : SCC Halim Perdana Kusuma, Kantor BW2, SCC Palembang dan SCC A.Yani semarang. Khusus untuk stasiun Meteorologi Cilacap, Meteorologi Cengkareng, dan Meteorologi Maritim Tanjung Priok menggunakan LC ke NCC-AMSC. Pasca Tsunami Aceh sampai dengan Sekarang Tahun 2007 di kantor BBW2 telah terpasang perangkat Tsunami Early Warning System (TEWS) yang berfungsi sebagai Pusat Gempa Regional. Sedangkan perangkat Meteorologi Climatologi Early Warning System (MCEWS) baru bias beroperasi pada tahun 2010. Kedua perangkat di atas digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka peringatan dini bencana alam. 2.5.Kedudukan dan Fungsi Kedudukan, tugas, dan fungsi Balai Besar Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah ll yaitu : Balai Besar meteorologi dan Geofisika adalah unit pelaksanaan teknis di lingkungan BMG yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala BMG. Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari BBMG secara adminidtrasi dibina oleh sekretaris utama dan secara teknis operasional dibina oleh masing-masing Deputi sesuai dengan bidang tugasnya. BBMG dipimpin oleh seorang kepala. 2.6.Struktur organisasi Organisasi BBMGW2 adalah unit pelaksanaan teknis lingkungan BMG mempunyai struktur organisasi yang mempunyai kedudukan dan fungsi yang berbeda. Struktur organisasi tersebut dibagi dalam berbagai bidang di antaranya adalah bidang data, bidang informasi dan bidang observasi yang mempunyai subbidang masing-masing sesuai dengan fungsinya. 2.7.Unit Pelaksana Yang Dikoordinasi oleh BBW2 PROPINSI STASIUN BANTEN 1.Stasiun Meteorologi Serang

2.Stasiun Meteorologi Curug

3.Stasiun Meteorologi Cengkareng

4.stasiun Klimatologi pondok Betung

JAWA BARAT 1.Stasiun Meteorologi Citeko

2.Stasiun Meteorologi Jatiwangi

3.Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

4.Stasiun Geofisika Bandung

5.Stasiun Geofisika Lembang DKI JAKARTA 1.Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok

2.Stasiun Meteorologi Kemayoran Jakarta

3.Stasiun Geofisika Jakarta JAWA TENGAH 1.Stasiun Meteorologi A.Yani Semarang

2.Stasiun Meteorologi Maritim Semarang

3.Stasiun Meteorologi Tegal

4.Stasiun Meteorologi Cilacap

5.Stasiun Klimatologi Semarang

6.Stasiun Geofisika Banjarnegara D.Y YOGYAKARTA 1.Stasiun Geofisika Yogyakarta

LAMPUNG 1.Stasiun Meteorologi Raden Inten Lampung

2.Stasiun Klimatologi Masgar Lampung

3.Stasiun Gofisika Kota Bumi Lampung

4.Stasiun Meteorologi Maritim Lampung BENGKULU 1.Stasiun Meteorologi Fatmawati Soekarno Bengkulu

2.Stasiun Klimatologi Pulau Baai Bengkulu

3.Stasiun Geofisika Kepahyang Bengkulu SUMATRA SELATAN 1.stasiun Meteorologi SMB II Palembang

2.Stasiun Klimatologi Kenten Palembang BANGKA BELITUNG 1.Stasiun Meteorologi Pangkal Pinang

2.Stasiun Meteorologi Buluh Tumbang tanjung Pandan

3.Stasiun Geofisika Tanjung Pandan JAMBI 1.Stasiun Meteorologi St.Thaha Jambi

2.Stasiun Meteorologi Depati Parbo Kerinci

3.Stasiun Klimatologi Sei Dunan Jambi KALIMANTAN BARAT

1.Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak

2.Stasiun Meteorologi Nanga Pinoh

3.Stasiun Meteorologi Susilo Sintang

4.Stasiun Meteorologi Rahadi Oman Ketapang

5.Stasiun Meteorologi Nepah Paloh

6.Stasiun Meteorologi Putussibau

7.Stasiun Klimatologi Siantan Pontianak

8.Stasiun Meteorologi Pontianak Curriculum Vitae (Daftar Riwayat Hidup) Data Pribadi Nama : Muhamad Tajudin Fatah Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 28 Januari 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Alamat Rumah: : Desa Layansari RT 06 RW 02, Kec. Gandrungmangu Kab. Cilacap Jawa tengah Telpon : 0856 92516341 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan Formal TK. Imam Bonjol Ciputat 1994-1996 MI. Al-Hikmah 01 Layansari 1996-2002 MTs. Maarif 01 Kec. Gandrungmangu Kab. Cilacap 2002-2005 MAN Majenang Kab. Cilacap

2005-2008 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2008 sekarang Non - formal Madrasah Diniyah Al-hikmah Layansari Madrasah Diniyah Pon.Pes. Miftahul Huda Majenang Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat.

Kegiatan Ekstra kurikuler 2004-2005 : - Pramuka MTs Maarif 01. 2005-2008 : - Pramuka Ambalan Sufyan Tsauri. - Kelompok Ilmiah Remaja MAN Majenang. 2008 sekarang : - Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Pend. IPA UIN. - Lingkar Studi Mahasiswa (LISUMA) Jakarta. - Keluarga Mah zgXIXz: nbSB3' {{gXLXLXLXLXLX ~q[K;( pp^N^9*9 }}}}j[jOC sasR?R zj[j[j[j[j[j[L sdsKs> |l\|L|2 |m^R^9^ }qbSA2A2bA ~~oo~]N]N~ ~n^nNn8 n[L[E>E> asantri Pesantren Luhur Sabilussalam. - PMII. Hobi Bersepeda Traveling Pengalaman organisasi Ketua Penggalang MTs Maarif 01 Gandrungmangu (2003 - 2004) Teks. Pram. Ambalan Sufyan Tsauri MAN Majenang (2005 - 2006) Pemangku Adat Ambalan Sufyan Tsauri MAN Majenang (2006 - 2007)

Tim Inti Kelompok Ilmiah Remaja MAN Majenang (2006 - 2008) Sekertaris mentri kerohanian BEM Jurusan Pend. IPA UIN Jakarta (2010 - sekarang) Wakil sekretaris umum PMII Komisariat Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (2010-2011) PAGE \* MERGEFORMAT IDATx^ ?|'77Tj.- IC# #dGcUdQIkW`cm H&L_U+{#:$4k;TJ{;4:w6Y! En eo/y1#`9\Oa1`@LU{FBQBTT z:hX4ful_'P " &S0!74UT2y79 =0 OH2.+W~b

; w4dad8D A 60dH_nTQ q0r|8:I }xo-]{/_km%Y cY~5NHu 9}E@{YjT ,;Q$08*D YDij#b" E"+D(~ ld&CO$ZRnyjDX _ N,)R@!e IM @ .>FsFC; R^3{)tD7lAfyq2k zH!E#] jb6 Exo_Fw> mIqbhe* z mX [ q F q_p2 /.221X)dESv z!,sSqfGB +SE Q^hXy.Q@:u

h_x6V`Nmltuq |N|RN?;;9v'. Zb-1w,7O\socEs0gRc% fKJA{Cw "5mpj72h}}vu-`6D X|@cckFWJ4z3* w)%w`{{{ws LVn Y-R At*'P!fVs pU3gP8l,n6 hpsX^D[y6 b fM'wR|F U$- 7"3I^t[: C#TyeeA' GGS(e%SIF &'$p8[G T 1"\hB_CHwuL

*|vh!}kF}%\{$ aMv(tI)$i&-,[7,6 +q!l>r oC9/bKdlWh! YLD9^/Q+ ^1I uxJV#4 8{Q fuv 9 9Sg-" t+g`ytE< $R 7[af-g)vu y1.Mc?:| 8 a "tL*& 7RuVi/W`*$TkPra 9 O, \([;LXAn crMj^X8N *BpX :l7 8 C( k|jF n O$L [Qg J V]}5gaU$ n"_fX:lq Cl-l.JI7g

A,^@ 7Y']X"8f %A~3X>x' r(N?k`` |y]w!-j`0>k KPdMFL x8-JL&`N 2ozu{=Qtx2A u 2?&@z $cP8QW"9>ozd BP@V_M;xf 1 P$dO Np g#] DQ"6^ /#&" =E1!DAL\ vP6ESI 2Ks-q{" xeET[Fi B > ?~ k{h#! (';m!Yd -Qcek v& ha}\e1b F=v|V1\c2V OQOTN5{ W{ )>65XV o;)7RY fPLa 63$GsE*809c' J4/-()dE #L O Y^gi"}=p [%UWEBq"M6lx TSN} K@Fl?x}}&_!i"-l 5 5b8Ci@T4QDz? Ro= #:LcJz9#B |%7^@m`/["j?AAy !-W*aR FHE 4bKnMk;dhX L |XPrj[}jG% s-I+W-U}/og;e_jh U(xCUG 0+"rr19~ p}zN 2 z WJN F je]-.0^B?JKq -B*U"L,0d& F>0 ;zlppD.]BJHg8o{]t m `tXCRiB giu CFi:%# r Y0`v]E@XDU)jAQ MWJB9 O|-:"o 8>U33v, #pe8Bs 3 3 IYz- Bb$aw$k*] sw 3?$BzPE9 VJ6em G}jJ$c D \4J4NZ !v---XO3KyL*U4o-9I82 s-{SShz@ \ HuuZAsBBL>/ & ( ) (cQ6L f )Q c$~[wJ.W*w @P`t51RCQ} \& `Pglnm;

5B.XzpVuJs% k;;jr' y -nIAE[g x C6R"OV% \ v7w(:?=E ^7_c']'d[P[ _=)-+srg F;o:1s*dQU?_ e\^Zm6?QUC

"1|@5? 2fs4 xKp t+R&4< S \qMx$Z A!:?2G\@P? 8} SO ]y C2/Dxk'S j( dL6r8V"6 #JWxcC YkW|dmK.q6[&}x/"AQ[T"_n4Fx 1T1NT@5 hxxch5 1R*"&EHMz /Ji"OLh_tT( l$lebs @@\uSyr az*-,* x7@$'Or ] : |gI,T+'~ b $4(~P e_h3:Y>ef`2 d: )'#| j}{c}gmeGmL j->'PH@&;w %% R CXWi| ^ O)NC} h=Cm2+k2Yf+vuN g" gYt 3 ]CXj03Rl 9"pt [ "Z("MyPK,Y}tJM Of0 q#K `% Fk 2(TY 1 :G;7UuO N;_YRfoXn;Ek bWX$` '6 @8~ 7\O6y k +dMUv60[M>[@ XsG %9l&wTcPVb9k$ U^( bAji*n0jsM45+# V7p B4)f'Upum Yj kA 8 %%sK PoD,&.@ gjEnV5k[V ?+YeErwR41" !BD? SL6 m=W J [D E*0x&n x t 9 3 JntdE)ug qY+ Vr'>-T si $*hsw @ php`]c6P I4eRPr. ~) biZcy*z @ RdlaI5].ZpWG ln&Y2; 8U[y{;Jc} qxL=pp~

\

BRbYemb| +^b* yxivQg. @Yw9ESM"9Q~bbmb '$}vk-T3 PQa;JoEo'] ` _cGfCsUI |.{;;;#(# tyecfn TTWeqY8-=@ p `)Itk89-; A]rFSgS YMCQ5?uI0ra6U LET2'n_0~QtH 3 !dZ+'/%L>A"U0SHq 9`XQ]&_HH *G D :=bHFYM\ S'IU&UIaNh N UiF2M|eTRq+ TR/{ P* VqoEUlo ltu&JosS ho]t,_fzzQnb \ZN ESksMR -i74Wz&i6_+ j3dH

>#7;_gUYUMW>XLY&>saQ LBfT @' #Y eDSi\'?I$Fgf\: =}hDZqrp RWI?+T"VsSz_z2ev6 R%$d:@ L *M456[[ cC Qem7hE`` R@ s])% |t"JB+~ ^IA1$i Gzz17MMM]45uE`=.O A+oj"jN@ln=N*z 5kd KNpQ*Z W]sis9 3) 3^F\h& osB#FnFvsLx' Bk*H

5?v9jJ u TMm69;e9^LW8LX5 ?B}pnGttC K!toN3;feI'SC 0*kLG# vr4Bl Hmkr $ lO>7#LKR6i G:pkv| t"S/{dDg0 Vw03Q(>jC' 0=S|?e>z 0 81!'" 1 As ih_gUP(/BU p AExU{ 3At ybQW"\)3#*GiwQ hX#"[=EGT-.T b %a J.)JbU6s} FG:FtdsV>eY]B /xe.s`sp wNQn=Me6 fv=hE \XH C`rb-z8*F @|Iq\J pR?l&1;q6*) mu#%H L rv65-v> v$p;Bol? 3:uMn1 .#'L^[_QlB5f 3 ~lxCAAQ b}#~-D,R!&L :V#n4:\< F V"i**BTPW hQHlbv\J% .\IS{/ J F R4XzN_]j+"-i 7nQ95T/ .D[, P dv~BF))2 KerU. 5vL84d6E 1"Lje-+Tek3` "o *kI?P$T&zz*@,D .d Rw@*P 44 &_`cmu>=* a /4'4P*e'y32Z^W , b4nVbT r}+YEqH[ 'K7M.{n( 6 uhEb12(m(*9 6#P\\ + 4)62IEi^Ja(V 7mx%]XxwyS

#H8;;i5q` QhX m`Bv n}I X !y $Z~eLZ l*C+C0 6MfMY-zktmdk a?zy{a0Z,^(=N E /V&lv.ed: > d oYnFW!RY !_COKVKS3 E * T^]Z ; L4+f6x_P/4Z) ?-'FwQEwx~avhp k fe"%5:sbFa3h*q(!sH =(Hx42pHk

*T i,bn[F>33 Hs+KsO\*) O_ 56 _"*lW] i]WZ1H{ Q]G4 cp|s8_,N W _h DW9(j( J Z @QIIBgPjZ4 |SI$$g :Ta% +8pe:^KzT/&MIqU` b.q`w~M Ha%6=1iXc +I-`8 _0m dZ@ YJgaH>}~`yh Qab|*/]z c lL5]suwO' #ZcT`U(njY- $9- -i8Hr9s@8d$S7op} od%EN_SG6v 6ya-)vk~jh'C " t {N`wi_ T([Q2,R GRD8zY'}*Q3 'M33Iy' 9n Pq~P!"D;u Lz_'!r} 1>~ 74v@3^J V

S*Rqau?F{v;+` Ae6h8W6 Q/ KFj5dlQ oI'jxBgY c2,7Y6pb) aHyvIuGkxL 8[(/{3Sp .(OFJ ;( S+ &0=\'yah3 4;!{m*\;)93 3I i%Nd y w7+}1# h_(,)j'#5RL Yc6^g`E# Kr%PJ2qs.@P$` P B` z%nRRckYuZqa6 l = dY% eQ*0 e'`Ra.AnH Ao{^e}y@u]23NB_.8^s| >C(>8.SuV E-Intb$zd {[k* ^49M'B^|M\HA{ (^"yfdc 5G@p")/ 6t5 5 l [/,&,?yF s ]_kl|X8I-mow"X))9AJ . &STPEp 6 ZBX"N1E O 0aaxdQ uv_{c2@av=_yc s TR9y@L'?NL= 57A\- 0, ZFR\ 9bqorh"!--mF e@_ EYH%@Z( v pF BdruGxX B+%'KPBM

~h+`!F ?)PzYS ) 3 /Y;:Met*R=Q }| +_x6x{8mG*c0 I'b58].\ n*pK St~jL[x ( ^b^{ JA Qw>KGVC~H 3%dwt)AH ]rZ b Z!9;nA `2keXnqG,# +gUjp 7L *): b GXlIYDJ2 { iX,o=w{.E)(#\

n;Maq~Q %4MY1+>2 v:9 )9-+oEok1 lMtCKjU Z6 r{exzi-NKT{a ^1>Dw_3o"Up"J ? f-4rOtD'@fN u amlTQ yp{}2]R]9d

4`CcGS)V" rVEnmRQ4 %-@-iBTJ *V1b'" G U rI.$?@eT gxB#X+ISMj HBiV|:0UEII BZZRL x dJjE#pwt#d d:|\EdXK\g}t B\"atY03JY d |.U7mcL3" E; Z$ _)k7h)DNAVzG59 V7. Y-_`@J%B8[ k!90+AR) P; TCai41v J$EG'u&l0 _6J\lM1 r 3 YR LNd7a!2l4@5:L < XfI>XH=|! zc 0"&GEWJg#dq y BZUH y KzCy:Y sMMV[,B arehpY;ka #< $iE1?V!SO|0mq olP=U_o h ( [(%r7 4]4v>K` 6O%rRLr~ ClT=|+QUG :iF"$] - `tZG_8 OJ i .k[,F[w< Y WIIcCu 5A}Z;j`2% K1 jpfybl a ?Lx

J {qcE4YA >m 4*UA#Kqsq` 6 d _.e # d d[w)k2k H_e l+$sXc*LAxHmwG DPmIdy ;q/.`tA !7 8 |sw n,MS+AQ Y)M$ns*( 8Im1 c $Ot4)xo YXDto1YpS}X ~ X|o!H;1 ZV9_X' ZifdeI' ~s ( 2 84k14Cd ?#WP22K3fd1d( o qp}[kCf(~2KE}zvJ9? n2wWo{qCtD? k_[ %O g+}X/Z'@umBXQCY fMK{X$l FpBD'#Q 27mcu`{q.a#Q>;6\ z:*\6 I[5*fKH kiG. ~Jh2D^Q&yO-=SfkDYR ,Uy% { )UN?Qxrm f L( OiM o|tHP\=mGzoj8r-;3;F`m; 9| H@gZqZF \_aq$^v"^ P;H 31 "LHo V I [)DVO3[o o|',XzhpWo*Tm A(09t{!}G} 1{ztzG 6.g.zu,J! /Cjj c -3,* {5\' ^q;~bzi !>0$r!-f'kHV jV}^'I{wBxp f$#s[;` kUca)W 4 Y7zN Fuo4@hOFux K{b"[PXA[[x&E EWxpV[#Qlr= 1~Xif 31B7YIG>\pJ N ? Q Cr2.Gq!=]_-uv (Z UhW0&K7`$47[xk 3h@ b#cD DyX [3@AkWq2*\$+NXwG 1=U~6\\.7R }ksu*,\ 0?wnK/kEMFT}z_}h@ -LK,n&c#J4lO"Yliv!g`,u2 =;cQe-2W . ,M)6F9KF W )"oeG|) KX 5k(:xo( 0 7OxeR#$j7 pVSo+o~O54cl8 t 4 GqTX67Mtk X)QY g/G6;^] E`=%!C}4 A)f{D9 g F= ~":^'z\~iGH0D T49mp;:Z M$2eG:4MQ+B VM;m(EW929:Zyio"> o CKReiLhXe=+wuF r{@pkGf7 _Yln}B1@b >W`"[g WAX2_3g7,_XXz~1 B "z]CX5_ C^ |S z _{ !FH(bgT'5 =Nl d # m'+[bttGL cL N} ^]XPx^ T6]_.6!I&z"9cWPw )xi&jyK^yq- r.x45Yd Xh /rrSDVt0 d|

s VZAwsa(nRVu%5=#E i;?}S rjhs7-|Aq4S np"4 GV#$8 ~K x N>%V} YY)R7a/(L2sxbf67G4 x"z'^U WE;wzVl,. * q^ }D gc9R8\7 m i 0\s+AbL6 _GN e^,VIf E|I S*0=|"6> ._iNEszn~" +_xe],MY+&( R A wC;&BeP %M&aB! Y=]:vkMY4A j8`e-mhRa(g,51W I Z "RydM $9 }9-V-Cf3sE+X @ciO!: pbzu~j{lUp_h; I'|iBS&l ka

o!@1LiA 6g6_& [Rr=?k`WmOO K-Wy5@%XBO{FvP Tjm}+e Z 2m)pnm>pETz*% ?=3 Zd ua;I"d)+GGe drs/charts/chart1.xmlYio6 v=?e=NI /XZb* `2pIs5p) ^ $u-_lr^sC0 6 B=Cez",9G s]}D ()q3N i 9rI5Zk &AE) CIFcDYt [Content_Types].xmlPK _rels/.relsPK drs/downrev.xmlPK drs/e2oDoc.xmlPK drs/_rels/e2oDoc.xml.relsPK drs/charts/_rels/chart1.xml.relsPK drs/charts/chart1.xmlPK N'IDATx^;vHne Snag|>.;R$ ^G XV|-*Oe!Aa85$ ~1s^mc$ mbIlkJRS0r FK[/[#}%AYR C w MOk i|6E@;fJGH|n @)3+(R g pGjgXW :bg-3 q,O$c=q f i -ANnCQJ .e*H mkNXF vpy kNWfa+/[g v :zPjHpX[uh= 8&Hr;Hv I >|^u3HF%ASN*=w{2} Z' ,eJ}>V'MB@ Chart 4 Chart 4 [Content_Types].xmlj0 o:M'H95 _rels/.relsj0

ZfLV:*f"N .]m@= T;GI4Ew =} 3 b9`5YCk drs/downrev.xmlLN0 DH k+qvR)D!NU@r "^G }Jc%el{& )L$S'd\ +UHo drs/e2oDoc.xmlMN0 =PY!e7? 7 9 6xYBw[K: X ( QAS=6 " drs/_rels/e2oDoc.xml.rels 0 drs/charts/_rels/chart1.xml.rels1k0 J d(nY.Yv+KB' >I"d)+GGe drs/charts/chart1.xmlY[o P9F|TRnbSitKs# [SaHbJt\ ,Ekr[s :B6!w?4kw]`$eJ;K[WC \wLZj~Bdx->qkP $ qK=p1/Z# |#`_| ]x'H-ojRC 5SS(O{uTZ^.+g R[ h^zy6{ itVjHW.?;nv ? oi}sm.%/7J{7DJ^\;[*-{IA s56vzYWAx Q_MtKEkG y`W{l%@cg xeB91_U3c3t*QYF) X M/O2biP> \ t9e#pm G:~~m?g= x4Li?@ v rLE,_J_ }{NKib9 `lcmzIWw K M9}Qle] Z>Vn i->WKoGDmi]zQk ve%@-]G Mo $U}Qn|cZ5_*|| e(Pn>k HQDbTtz!H,mr!|@" 1r5k5S?=>q w_ [?~~

9fH>6rN%B\0R G:?###E2/L!8zPjdCbh]rp b?1iyV\i h< C=.\+[ 4 N 7| |&s3$ct(U]$0{Xqd3 8/199!1{}1}:`03s SRKn { 3Yr_w- %YBpBpItKo wP#y@f ` 8 ]GvbA] T%iCH8 \!o!-&'&qx.G,a% $`Gl?:? EiMAHkzM z iZW6dV> |'2Mn& I x{B@t SjIdPx% nm[H N A ufO&)Z'; s 2_,A,9y~z>W@tQy $%%/#6X/ SWd[ Do CZjR1 }mF}Sm1-.C{%+f{d ?!P&,0dg HP ?r7P5O6Fvvi g ] V&U -Xia 0Et qL!}9 x9f" %)|5r E66q{J{khtE_YK= ES m&*stKHyCB Q&; {S$4d WZ"W-+%HHIHJ}V zUFe #+Ej.u WEuc0`1 #RL; 7Q"/-A Xv-hPQET >\&L'y|'E^,IOU H{@>A^c7 i Fr PX]pD5 [ bhi)-Y dBBET{S=l% $a_8>=F3z2P $ r"C]}B 6H aaHP.M9Nf@ZRFxSTD1x ~0"t=,^kA fuGK8M2:Q #+Ng&'s !6a. F"-#vojlzvRv*Y ~K=J5 w^?f" hH 4T(bC$ !532/l7 RxtHXJy. _ k~}GW.!a."[ Y-@` oRhq!R! QlA6O\k[U _nmGn t~I3aya6;^_$CR~ ~?u8& iXY\i#O-UomuYagtA{|

i,.fIO

gc`T>r4 s]ukE "h(V@j) 2tn; >%Km]2`~vzhb *6&C!G=n 8O"?4;Ds"8H L(CqV#zs^Bp^R- 6JOC&f 1[Xy=R-z rL D ?%I\as.!k$\* X# t\+D 10xy! '[.E >y+%@. $p V=7 ).." 5)YE]@=`] g=3-]NMO2)mv[.uB > ~Yi9-{ 6bg o3=_ ^EC= ` mo KV B H(',j@4Rn kDlEOo{[jm] U ViA-4%'=$ )'yT0 {zej:|nY

7rGtVoh| ; C[G`Gnyz4FoGQ 8 YQf@riVH5 IDAT2m n -#k$_^S/VO\UVcMj:eI'US#qI?CS} >HA4LY g =Y*;CnN6i4 2^ek ?$" !.Kz0 BnsllE9 ,=@\,^r t$9JP"v L0zL{1F0Wnp/RR GHJf%eZ>c[zS kZybXmfF{r4r9 BN.E.ny 1l J = [5q#SF R ZX]cC#0:r#P4 A%!5r{tx7O I>vj[UWh D g@f_~=TV[u$bk~mRs C 0-"BC^O6~ `~K0/k y` 4? , nB['Z2l:_' %8 6>wYu; th|synO}TcZ-Y+-wcrKmE"[ -`+*#a >pBLkbt4(-.zL !A1n&w#5 9ZV*@^w

q {6b{sWO/#rr5!DvT28A c^huO_. ?6 L .0%F;L1i Vrj5Q9 d,:qSkg` F1H p-o]m,?'Dq-q9 r Pkh*22 M &y,i@Jehl^8; .~ >WMoTAjC b TN,EW uCrd:r^o >3O 5fGc/#`HI/-xU8~ = Qtu8I[&6x oc$GHn,>} :6 jfrjh^Hjt)ZH #&xdL3-Q3` cl4 M+'Fim# kV[W +&N@VfBazMk` rlFcSA:tWlz_tx" CI'2BvXgFB RZi^:Y;| -|Smvog1"'v-^==( -WC -~c3O56V @4$6>C 2D(|TCf

m7TP5PrW qb~Co' HrHf6@V ![ w!6>vX G [ wu,D7%k# Q h smw8Oi#b hmydle 27W!e]BsYG Nf@7&=)J y M@;' ]f(:< *(B4(Pc:>9 )XrA+^3m2@`%G~XP} Dp `kjf x>egwkC6 \ > /< 80 sI,=h+:Da kEKW?zCjvH6O^W? Eulodxdd4@P)!sg9 7 F Y.XMb>&E &LG'FcS!z1?^a mjs4$ h#;+56

DE^wF)$oH }(%7h-qq 3?oS\0 H\*DnT?p _P.@Dih v]^{{=,%%t} i(UYh$Uv ? >E]?b (HL/k7)YY%p ZSB p qk LR*..n ] oC6d^.Mun{d1 '/*| QW_4kvrre x4>h+!BB D:}bhx' V34 S f }-Mv0D0 :4B} !L U)EQ`"E +/eh@9g_ xYdh3 "0geHI& vhYC az4=#-e%yZ7hK,'|OH5 goQp! O KlGxGq8 q&{7nuC W M5?QzOG` yLxYu7k+ I6*f2JzR IvD15|M4#n L ' "~HVBr< ef0 8z?xkt 77LPvc{8sj# 1:D

o^knW!-!1a *|GkMASrU $("7G#HP& Kz@ k# }.9u w {q_6mF9b dwK${y4 I8"H&v, 8#E13xS~2qj S[[dr4# cU x0t7dGX0|TEn6 qD C dW9S| S/8qH34 08A1[j~dR7!^ ]4\ND$ 767k `AWRuf[g @ /@=e* @l| SeC nwS:uB[ZV M o>PbJ8]) S Gox L_ {x\ , ` "-m8:f3fw6 33O+!~Y#= V~/q)^3H3 #jHE~":Uw-PYn 9FVtGlY9&4e{Q0 q,PFd@O$I_EW)@Z+- QDYLO5#j vl`$> &Zao oEkQHtMTq] ^](V=wTu/ acU(#0N:!I >Z{]^d82"U/ x.DthCXk |V}"/-&`MP S@,3O*|k5|oVk

T* H~ #6vm| MAt|ux ]Tl8"n.Cak-7k C,F>b? - 0W!|tkc >"?}vd*>< PY&tU x[L~0&5^XX -OgO>+ WQ&FHE@|88 \ #M3XX r([%X, 8V=u6?W"}(YP ##FR@p0|y| 2NAZkO \EUP*d (W;KS>t m ( X0_n!H nb}~-1\;:_=R $&X:YS 'SyF |#

j]5h+Y k$vHX]z2 veaczWj 3";@zu$ A H q/ ;UP1g "j [ y?RXxq MS@\::cw mUmK7{ sxc e uHk f [mwX[MpSaB{ y8y]1"x s~5-2x(~O z; jy^p*r8xRm} aE) b Tr@"#}2_7'dV.N _?WPToo( 7 pJFe&\] [WSR rSaW'O7dO }Y$51ASE?O|, lwqa0;Y A) ZU XX/-/cA&n ]@"?'g^yy C{ ?B$ k^[Y C2= M=7}{Sf8$xV!2I { :41/ez]C1 s6/z_DS TE~40G Q wg 5> o[]+^h vmeuVGu s1W* @`,5 [xeje7bF v1n;mPaK_q ,"Q J`1I1gV@%HPg JK*.-,csj|}|lsjrElC \)|9|[.V!bxV\WW WM/

F{9o0^ &xKN_I PhkG},JW RO>g67S(N{/dRV m 92)zLJ vq2; neCwa5Wbiq9Nv=z3^e> gI 73 "O[Kg^Q+DnEV6%wre$B*A5! \ f6 @gtg/>d$ l'R1J/ o~pc@:5, W YtQ`^x~sfz EczXBdNa ;(7>s3H=z [ a 8 =RMtvx ZAKcD9` MV76;bp!w% H9 9ssPX(Y /E;{bhZ_r Vlq] o0] >

X+C8mzG4Z;d;2 [Hhi&rNl,Z f$(a2'CKG 9'9 wa `l7*#/ 8G d:@+#X1Z*i2[ uXxI4vLw (?+evar0mDWob`0I PQ1Y =Hg?;=u3B *42AzD^*n z 0 Y (I5(F6`KA4u dmBmrm}, n,N$ X Jua:{#H {OuBSHXFBC w . tF3# 4+#2&l S wTSlr`YlMTz*$T05U:VZPnNW.^L@ {O:Id@ H> F8 / 4-R|b+C \maah+m{r Y "/IHPBT " T^ O8' ltB9U,b 2tF7-R ux p tH$3zr:] IO= 0H}.ls^ai |@sRt~)~nL_@ U\ u v'725|u uVP!Z^&TWIXW6

\r}:5N G&1YnFYDH# AfATj4B0l3- "Sg5Z)%nw/Clsxj6iTQEzA } d2(--_WP_1\en J4 >h't+&)M\ ")+h&:M!ivc&~aNh DNTVrf:!1UO ^*e|3uhAib dR(lf &