muhlis.files.wordpress.com · web viewnamun tanggung jawab keluarga untuk mendidik anaknya sebagian...
TRANSCRIPT
BAB 1
LANDASAN ILMU DASAR SOSIAL
A. Latar Belakang Pengajaran ISD
Dari beberapa buku yang ditulis tahun 1980-an dan 1990-an tentang Ilmu
Sosial Dasar (selanjutnya disingkat ISD) ditemukan bahwa latar belakang mata
kuliah ini disajikan diperguruan tinggi karena adanya berbagai kritik dari para
cendekiawan terhadap sistem pendidikan yang berlangsung di Indonesia, bahwa
perguruan tinggi itu seperti menara gading yang para sarjana yang dihasilkanny
tidak lebih dari sekedar “tukang-tukang” yang kompeten di bidang yang
ditekuninya, tetapi mereka kurang peka, sensitif dan tak acuh terhadap masalah
sosial yang ada di sekitarnya. Untuk mengatasi kekur angpekaan itu disajikanlah
mata kuliah ISD bagi para mahasiswa agar mereka memiliki “sence of crisis”
terhadap lingkungan sekitarnya.
B. ISD sebagai Mata kuliah Berkehidupan Masyarakat
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tanggal 20
Desember 2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menetapkan bahwa kurikulum yang menjadi
dasar penyelenggaraan program studi di perguruan tinggi terdiri atas kurikulum inti
dan kurikulum institusional (pasal 7 ayat 1). Dengan demikian, kompetensi yang
diharapkan dapat dikuasai oleh para mahasiswa setelah belajar ISD ini adalah
menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman dan kesedarajatan manusia
sebagai individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
C. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup ISD
Pada dasarnya, ilmu pengetahuan dapat dikelompokkanmenjadi 3
cabang,yaitu:
1. Natural science (ilmu-ilmu alamiah) seperti fisika, kimia, astronomi, biologi,
botani, dan lain-lain;
2. Sosial science (ilmu-ilmu sosial) terdiri dari sosiologi, ekonomi, politik,
antropologi, sejarah, psikologi, geografi, dan sebagainya;
3. Humanities (ilmu-ilmu budaya), seperti bahasa, agama, kesusastraan, kesenian,
dan lain-lain.
Sasaran ilmu-ilmu alamiah adalah gejala-gejala perilaku manusia,
sedangkan sasaran pengkajian ilmu-ilmu budaya adalah gejala rohaniah atau aspek-
aspek normatif dalam kehidupan manusia. ISD adalah pengetahuan yang menelaah
masalah-masalah sosial, khususnya yang terjadi dalam konteks keindonesiaan dan
pengetahuan tentang keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu
dan makhluk sosial dengan menggunakan konsep-konsep yang berasal dari
berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan-lapangan ilmu-ilmu sosial,
seperti sejarah, sosiologi, ekonomi’ geografi, antropologi dan sebagainya.
ISD merupakan suatu bahan studi yang khusus dirancang untuk
kepentingan pendidikan/pengajaran yang di Indonesia diberikan di perguruan
tinggi. Tegasnya, ISD adalah mata kuliah yang diberikan dalam rangka
memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji fakta sosial dan tindakan sosial agar mahasiswa
memiliki kepedulian terhadap lingkungan sosialnya.
Konsep-konsep ilmu sosial yang dipelajari dalam ISD untuk membedah
masalah-masalah sosial digunakan sebagai alat bagi pendekatan dan pemecahan
masalah yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. Khusus mengenai
masalah sosial yang menjadi sasaran ISD merupakan masalah-masalah yang selalu
berkaitan dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial serta selalu berkaitan
dengan hubungan manusia dan dengan konteks normatif dimana hubungan
manusia itu terwujud. Masalah sosial, memiliki dua pengertian, yaitu:
1. Menurut umum atau warga masyarakat bahwa segala sesuatu yang
menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial;
2. Menurut para ahli, masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan
dalam masyarakat yang berdasarkan studi mereka mempunyai sifat yang dapat
menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara
keseluruhan. Misalnya, masalah pedagang kaki lima di kota-kota besar di
Indonesia, masalah sampah,masalah pengangguran dan sebagainya.
Disamping masalah sosial sebagai problem oriented dalam ISD, orientasi
lain dalam buku ini dari mata kuliah ISD adalah mampu menguasai pengetahuan
tentang keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu dan makhluk
sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran ISD ini, diarahkan pada dua
sasaran, yaitu kemampuan mahasiswa dalam mengenali, memahami, dan
menyelesaikan masalah sosial serta mengembangkan kesadaran akan adanya
realitas sosial masyarakat berupa keanekaragaman dan kesederajatan manusia
dengan tetap memandang kenyataan itu secara kritis dan arif.
BAB 2
DASAR-DASAR TEORI ILMU SOSIAL TENTANG
KAJIAN MASYARAKAT
Untuk menelaah sesuatu (masyarakat), kita harus mulai dengan membuat
beberapa asumsi tentang sifat-sifat yang akan dipelajari. Seperangkat asumsi kerja
tersebut dinamakan perspektif, pendekatan, atau kadang-kadang juga disebut
paradigma.
A. Tori Fungsional Struktural
Tokoh-tokoh utama penganut teori fungsionalisme diawali dari August
Comte (1798-1857), Herbert Spencer (1820-1930), Emile Durkheim (1858-1917),
A.R Radcliffe-Brown (1881-1955), Bronislaw Malinowski (1884-1942), Talcott
Parsons (1902-1979), Robert K. Merton (1911-2003).
Fungsionalisme struktural mula-mula sekali tumbuh dari cara melihat
masyarakat yang dianalogikan dengan organisme biologis, suatu pendekatan yang
sering kita kenal sebagai organismic approach. Plato misalnya membandingkan tiga
kelas sosial, yakni penguasa, militer, dan kaum pekerja tangan, dengan daya pikir,
perasaan atau semangat, dan nafsu.
B. Teori Konflik
Karl Marx (1818-1883) sangat pantas disebut tokoh utama penggegas teori
konflik. Meskipun kemudian banyak sarjana yang mengembangkan teori ini, tokoh
klasik teori ini adalah marx.
Thomas Hobes (1588-1679) Ia adalah orang yang paling berpengaruh
dalam mengembangkan paham materialisme. Menurut Hobes, makhluk hidup itu
tersusun oleh materi. Dan untuk memenuhi ego (materi) manusia berkompetensi
dengan manusia lainnya, bahkan dengan menggunakan berbagai macam cara.
Demikian pula, dalam pemikiran Charles Darwin bahwa manusia dalam
berkompetensi dengan sesamanya cendrung menyelamatkan atau melanggengkan
kelompoknya.
Kemudian Karl Marx melengkapinya yang dasar-dasarnya diperoleh dari
cara berpikir materialisme. Menurut Marx basis kehidupan sosial manusia diwarnai
oleh pola relasi ekonomi. Ia mengembangkannya dalam teori konflik dengan
konsep pertentangan kelas, dialektika materialisme, dan sebagainya.
C. Teori Pertukaran Sosial
Penulusuran teori pertukaran sosial (sosial axchange) dapat dilacak dalam
pemikiran ahli filsafat sosial abad 18. Tokoh-tokoh penting teori ini, yaitu
Bronislaw Malinowski (1884-1942), kemudian dilanjutkan oleh Marcel Mauss dan
Claude Levi Strauss, George C. Homans (1910-1989), dan Peter Blau.
Inti dari teori ini ialah bahwa manusia adalah yang mencari keuntungan
(benefit) dan menghindari biaya (cost). Dengan kata lain, menurut teori pertukaran ,
manusia adalah reward seeking animal (makhluk pencari imbalan).
Homans mengajukan tiga konsep yang berbeda untuk menjelaskan
pertukaran sosial, yaitu:
1. Aktivitas, sebagai perilaku aktual yang digambarkan secara konkret;
2. Interaksi, sebagai kegiatan yang mendorong atau didorong oleh kegiatan orang
lain;
3. Sentimen, sebagai kegiatan yang dilakukan atas prakiraan yang subjektif dan
akal sehat Individu.
D. Teori Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik dalam sosiologi pada mulanya dicetuskan
oleh G.H. Mead (1863-1929) dan C.H.(1962) dikembangkan oleh Herbert Blumer.
Asumsi-asumsi dalam teori interaksionisme simbolik sejak awal dicetuskan terus
berkembang.
Herbert Blumer, salah seorang penganut pemikiran Mead, berusaha
menjabarkan pemikiran Mead mengenai interaksionisme simbolik. Menurut
Blumer, pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga, yaitu manusia bertindak
(act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu
tersebut baginya.
Dengan demikian, teori interaksionisme simbolik memandang bahwa
interaksi antara individu dan kelompok terjadi dengan men ggunakan simbol-
simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar.
E. Teori Perubahan Sosial Barat dan Wacana Teori Perubahan Sosial Islam
Salah satu kepentingan terbesar Islam sebagai sebuah ideologi sosial adalah
mengubah masyarakat sesuai dengan cita-cita dan visinya. Semua ideologi atau
filsafat sosial menghadapi suatu pertanyaan pokok, yakni bagaimana mengubah
masyarakat dari kondisinya yang sekarang menuju keadan yang lebih dekat dengan
tatanan idealnya. Elaborasi terhadap pertanyaan pokok semacam itu biasanya
menuntut lahirnya teori-teori perubahan sosial yang berfungsi untuk menjelaskan
kondisi masyarakat yang empiris pada masa kini dan sekaligus memberikan
“insight” mengenai perubahan masyarakat.
F. Teori Perubahan Sosial dalam Perspektif Weber dan Ogburn
Tokoh terpenting pemikiran ini ialah William F. Ogburn. Menurut Weber
tentang terjadinya perubahan sosial melalui Kapitalisme dan Etika Protestan.
Sedangkan menurut Ogburn tentang terjadinya perubahan sosial melalui
Tekhnologi dan Kebudayaan.
BAB 3
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
A. Pengertian Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Manusia sebagai individu bukan berarti sebagai keseluruhan yang tidak
dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yakni manusia perorangan,
sebagaimana pengertian individu yang berasal dari bahasa latin, individuum yang
artinya tak terbagi. Kita sering mendengar sebuah ungkapan bahwa manusia itu
individualis. Artinya manusia itu hanya mementingkan diri sendiri dan tidak mau
berbagi dengan yang lain. Kemudian, individu itu mengalami pertumbuhan menuju
dewasa.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, yaitu: Aliran nativistik
yang berpendapat bahwa perkembangan individu itu sebenarnya sangat ditentukan
oleh faktor dari dalam yang berarti pembawaan sejak lahir, ini berarti faktor
keturunan. Aliran empirisme yang berpendapat behwa perkembangan individu
itu adalah faktor lingkungan dan bukan faktor bawaan sejak lahir. Oleh karena itu,
aliran empursme membantah aliran nativistik.
Berdasarkan pertentangan dua faktor tersebut, muncullah teori yang
menengahinya, yaitu teori konvergensi. Menurut teori ini, yang menentukan
perkembangan individu itu bukan hanya dari faktor bawaan sejak llahir dan
lingkungan tetapi yang mempengaruhi itu adalah kedua-duanya dengan melihat
sejauh mana pengaruh salah satu dari keduanya yang lebih dominan.
Terdapat beragam istilah yang bisa dipergunakan untuk menyebut
“keluarga”. Keluarga itu berarti ibu, bapak, dengan anak-anaknya atau seisi rumah,
bisa juga disebut batih, yaitu orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, dan
dapat pula berarti kaum, yaitu sanak saudara serta kaum kerabat.
Definisi lain mengatakan bahwa keluarga alah suatu kelompok yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi
serta tinggal bersama.
Dalam Islam, asal-usul keluarga itu terbentuk dari perkawinan (laki-laki
dan perempuan) dan kelahiran manusia (laki-laki dan perempuan) Q.S. An-Nisa
ayat 1) Adapun untuk mengetahui makna masyarakat dapat dilihat beberapa
kriterianya, yaitu (1) kemampuan bertahan melebuhi masa hidup seorang individu,
(2) rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi (3) keseetiaan pada
suatu sistem tindakan utama bersama (4) adanya sistem tindakan utama yang
bersifat “swasembada”.
B. FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
Fungsi adalah pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga.
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam
atau di luar keluarga.
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi biologis, fungsi pendidikan, fungsi
keagamaan, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi anak, fungsi rekreatif dan fungsi
ekonomis. Sementara itu, dalam tulisan Horton and Hurt, fungsi keluarga meliputi
fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi,
fungsi penentuan status, fungsi perlindungan dan fungsi ekonomi. Diantara fungsi-
fungsi tersebut, ada tiga pokok fungsi yang sulit diubah dan digantikan orang lain
yaitu fungsi biologis, fungsi sosialisasi anak, dan fungsi afeksi. Fungsi lainnya yang
telah bergeser dan diambil oleh lambaga masyarakat lain, yaitu fungsi pendidikan,
fungsi keagamaan, fungsi perlindungan, fungsi rekreatif, fungsi ekonomi, dan
fungsi penentuan status.
Fungsi Biologis
Fungsi biologis itu berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan seksual
suami istri. Selain itu, fungsi biologis berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan
biologis berupa kebutuhan makan dan minum guna kelangsungan hidup anggota
keluarga, perlindungan, kesehatan, dan sebagainya.
Fungsi Sosialisasi Anak
Fungsi sosialisasi ini menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui fungsi ini, kelurga berusaha mempersiapkan bekal
selengkap-lengkapnya kepada anak-anak dengan memperkenalkan pola tingkah
laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta
mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka kelak.
Fungsi Afeksi
Fugnsi afeksi adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
kasih sayang atau rasa dicintai. Fungsi afeksi ini belum bisa dianbil alih oleh
kelompok lain. Kecenderungan dewasa ini menunjukkan bahwa fungsi afeksi ini
telah bergeser kepada orang lain. Konsekuwensinya adalah longgarnya nilai kontrol
orang tua terhadap anak dan perbuatan anak yang melanggar etika akan ditoleransi.
Fungsi Edukatif
Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik manusia. Namun
tanggung jawab keluarga untuk mendidik anaknya sebagian besar atau bahkan
mungkin seluruhnya telah diambil oleh lembaga pendidikan formal maupun
nonformal. Oleh karena itu akan muncul fungsi laten pendidikan terhadap anak,
yaitu melemahnya pengawasan dari orang tua.
Fungsi Religius
Fungsi ini mendorong dikembangkannya keluarga dan seluruh anggotanya
menjadi insan-insan agamis yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Fungsii religius dalam keluarga merupakan salah satu indikator keluarga
sebagaimana dusebutkan dalam UU No. 10 tahun 1992 dan PP No. 21 tahun 1994.
Fungsi Protetif
Keluarga merupakan tempat yang nyaman bagi para anggotanya. Fungsi ini
bertujuan agar para anggota keluarga dapat terhindar dari hal-hal yang negatif.
Dalam setiap masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan
psikologis bagi seluruh anggotanya.
Fungsi Rekreatif
Fungsi ini bertujuan nutuk memberikan suasana yang segar dan gembira
dalam lingkungan keluarga. Fungsi rekreatif ini adalah fungsi yang dijalankan oleh
keluarga untuk melakukan hiburan.
Fungsi Ekonomis
Maksudnya para anggota keluarga bekerja menjalankan fungsi ekonominya
dalam rangka mempertahankan hidupnya sebagai tim tangguh untuk menghidupi
keluarganya.
Fungsi Penentuan Status
Dalam sebuah keluarga, seseorang menerima serangkaian status, baik
ditentukan berdasarkan umur, urutan kelahiran dan sebagainya. Status/kedudukan
ialah suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi
kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Status tidak bisa
dipisahkan dari peran. Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
mempunyai status. Adapun status dan peran itu terdiri atas dua macam, yaitu status
dan peran yang ditentukan oleh masyarakat serta status dan peran yang
diperjuangkan oleh usaha-usaha manusia.
Bentuk-bentuk Keluarga
Bentuk-bentuk keluarga sangat berbeda antara satu masyarakat dan
masyarakat lainnya. Bentuk-bentuk di sini dilihat dari jumlah anggota keluarga,
yaitu keluarga batih dan keluarga luas, dilihat dari sistem yang digunakan dalam
pengaturan keluarga, yaitu keluarga pangkal (stem family) dan keluarga gabungan
(joint family) dan dilihat dari segi status individu dalam keluarga, yaitu keluarga
prokreasi dan keluarga orientasi.
Keluarga Batih (Nuclear Family)
Keluaraga batih ialah kelompok manusia yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak-anaknya yang belum memisahkan diri membentuk keluarga sendiri.
Keluarga Luas (Extended Family)
Keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang
berketurunan dari kakek, nenek yang sama termasuk keturunan masing-masing istri
dan suami. Keluarga luas tentu saja memiliki keuntungan tersendiri. Pertama,
keluarga luas banyak ditemukan di desa-desa dan bukan pada daerah-daerah
industri. Kedua, keluarga luas mampu mengumpulkan modal ekonomi secara
besar.
Keluarga Pangkal (Stem Family)
Keluarga pangkal, yaitu sejenis keluarga yang menggunakan sistem
pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua.
Keluarga Gabungan (joint Family)
Keluarga gabungan, yaitu sabuah keluarga yang terdiri atas orang-orang
yang berhak atas hasil milik keluarga.
Keluarga Prokreasi dan Keluarga Orientasi
Keluarga prokreasi adalah sebuah keluarga di mana individu merupakan
orang tua. Ikatan perkawinan merupakan dasar bagi terbentuknya suatu keluarga
baru (keluarga prokreasi) sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Namun demikian,
sebuah perkawinan tidak dengan sendirinya menjadi sarana bagi penerimaan
anggota dalam keluarga asal (orientasi). Hubungan suami dan istri dengan keluarga
orientasinya sangat erat dan kuat. Otonomi dalam mengatur keluarga kadang-
kadang berbenturan dengan kepentingan keluarga orientasi, bahkan dalam batas-
batas tertentu, keluarga orientasi bisa ikut campur dalam mengatur rumah tangga
yang bisa mengakibatkan putusnya ikatan perkawinan.
C. Hak dan Kewajiban Individu dalam Masyarakat
Hak di sini ialah suatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh
seseorang sebagai manusia. Sedangkan kewajiban ialah hal-hal yang wajib
dilakukan atau diadakan oleh salah seorang dari luar dirinya untuk memenuhi hak
dari pihak lain. Setidaknya, ada dua bentuk hak yang sangat mendasar, yang
dapat dimiliki oleh individu, yaitu:
a) Hak asasi yang bersifat natural, yaitu hak yang menyebabkan manusia
memperoleh kebebasan pada kurun waktu yang panjang.
b) Hak-hak sipil (umum) adalah hak-hak yang diperlukan seseorang dalam
kedudukannya sebagai individu dalam suatu masyarakat.
Adapun kewajiban individu di dalam masyarakat adalah melaksanakan apa
yang menjadi kewajibannya dengan cara menghormati hak-hak masyarakat.
D. Modal Masyarakat
Dewasa ini, berkembang berbagai sebutan untuk model masyarakat, yaitu
masyarakat madani dan civil society. Dalam perpekstif Islam, civil society atau
masyarakat madani mengacu pada penciptaan peradaban. Kata al-din (agama),
terkait dengan kata al-tamaddun (peradaban). Kedua kata menyatu dalam
pengertian al-madinah yang arti harfiahnya adalah kota. Dengan demikian,
masyarakat madani mengandung tiga unsur pokok, yaitu agama, peradaban, dan
perkotaan. Di sini agama merupakan sumber, peradaban adalah prosesnya, dan
masyarakaat kota adalah hasilnya.
Konsep masyarakat madani dalam Islam merujuk pada tumbuh dan
berkembangnya masyarakat etis (ethical society) (Q.S. 3:110), yaitu masyarakat
yang mempunyai kesadaran etis sehingga mempynyai tanggug jawab yangf tinggi
terhadap berlakunya nillai-nilai peradaban yang bersumber dari ajaran agama.
Dalam merealisasikan wacana civil society diperlukan prasyarat yang
menjadi nilai universal dalam penegakan civil society. Prasyarat ini tidak bisa
dipisahkan satu sama lain atu hanya diambil satu saja, melainkan merupakan satu
kesatuan yang integral yang menjadi dasa dan nilai bagi eksistensi civil society.
Karakteristik tersebut ialah:
a. Free public sphere, yaitu adanya ruang publik yang bebas sebagai media dalam
menyampaikan pendapat;
b. Demokratis, yaitu masyarakat memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan
aktivitas kesehariannya tanpa mempertimbangkan suku, ras, dan agama;
c. Toleran, yaitu menghormati dan menghargai aktivitas yang dilakukan oleh
orang lain;
d. Pluralisme, yaitu masyarakat memahami adanya keragaman (budaya, ras, dan
agama) disekitarnya untuk saling menghargai dan menerima kemajemukan
itu dalam kehidupan sehari-hari;
e. Keadilan sosial, yaitu keseimbangan yang proporsional antara hak dan
kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
Secara semantik, istlah masyarakat madani agak kurang tepat jika
disepadankan dengan istilah civil society. Meskipun kedua istilah tersebut secara
parsial substantif memiliki kesamaan dan keduanya sangat relevan sebagai bahan
kajian dalam upaya mencari paradigma masyarakat baru, bila ditilik dari locus
sejarah berkembangnya, kedua istilah tersebut secara paradigmatik berbeda.
Natural society bertitik tolak dari perpekstif masyarakat dimana orang-
orang yang ada didalamnya masih bertabiat alamiah. Eksistensa masyarakat
ditentukan oleh natural law yang sudah mengalami derifasi kultural sehingaa secara
superficial, ciri-ciri keprimitifannya sudah hilang.
Di muka sudah dikatakan bahwa tidak adanya kesamaan persis antara civil
society danganmasyarakat madani. Konsep tentang masayrakat madani – sudah
tentu dalam perspektif Islam – lahir seiring saat muhammad melakukan hijrah dari
Mekah ke Yatsrib.
E. Hubungan Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Individu barulah dikatakan sebagai individu apabila pola perilakunya yang
khas dirinya itu diproyeksikan pada suatu lingkungan sosial yang disebut
masyarakat. Kekhasan atau penyimpangan dari pola perilaku kolektif
menjadikannya individu, menurut relasi dengan lingkungan sosialnya yang bersifat
majenuk dan simultan. Relasinya bersifat kompleks dan menjadi sasaran bagi
disiplin ilmu.
1. Relasi Individu dengan Dirinya
Dalam diri seseorang terdapat tiga sistem kepribadian. Pertama, id atau
es adalah wadah dalam jiwa seseorang, bereisi dorongan primitif dengan sifat
temporer yang selalu menghendaki agar segera dapenuhi atau dilaksanakan
demi kepuasan. Kedua, Ego bertugas melaksanakan dorongan-dorongan id,
tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan dari superego. Ketiga, berisi
kata hati atau conscience, berhubungan dengan lingkungan sosial, dan
mempunyai nilai-nilai moral sehingga merupakan kontrol terhadap dorongan
yang datang dari id.
2. Relasi Individu dengan Keluarga
Individu memiliki hubungan erat dengan keluarga. Hubungan ini dapat
dilandasi dengan nilai, norma, dan aturan yang melekat pada keluarga yang
bersangkutan. Dan pada akhirnya individu memiliki hak dan kewajiban yang
melekat pada dirinya dalam keluarga.
3. Relasi Individu dengan Lembaga
Lembaga diartikan sebagai sekumpulan norma yang secara terus-
menerus dilakukan oleh manusia karena norma-norma itumemberi keuntungan
bagi mereka. Individu memiliki hubungan yang saling memengaruhi dengan
lembaga yang di sekelilingnya. Oleh karena itulah, perubahan dalam suatu
lembaga, menyebabkan perubahan dalam individu.
Tumbuhnya individu ke dalam lembaga-lembaga berlangsung melalui
proses sosialisasi karena lembaga disadari mempunyai arti sebagai realitas yang
objek tifyang dapat mengantarkan individu menjadi manusia yang mengerti
hak dan kewajibannya.
4. Relasi Individu dengan Komunitas
Dalam sosiologi, komunitas diartikan sebagai satuaan kebersamaan
hidup sejumlah orang banyak yang memiliki ciri teritorialitas yang terbatas,
keorganisasian tata kehidupan bersama dan berlakunya nilai-nilai dan orientasi
nilai yang kolektif. Posisi dan peranan individu di dalam komunitas tidsak lagi
bersifat langsung, sebab perilakunya sudah tertampung oleh keluarga dan
kebudayaan yang mencakup dirinya. Sebaliknya pengaruh komunitas terhadap
individu tersalur melalui keluarganya dengan melalui lembaga yang ada.
5. Relasi Individu dengan Masyarakat
Masyarakat merupakan satuan lingkungan sosial yang bersifat makro.
Relasi individu dengan masyarakat terletak dalam sikap saling menjunjung hak
dan kewajiban manusia sebagai individu dan manusia sebagai makhluk sosial.
BAB 4
PEMUDA DAN SOSIALISASI
A. Pengertian Pemuda dan Sosialisasi
Pemuda dan remaja didefinisikan secara berbeda. Pemuda sering disebut
generasi muda. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemuda adalah mereka
yang berumur 10-35 tahun atau lebih, dengan catatan mereka yang lebih dari umur
35 tahun secara psikologis mempunyai jiwa kepemudaan. Adapun remaja adalah
generasi yang berumur 15-20 tahun.
Sosialisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang dilakukan
oleh seseorang dalam menghayati (mendarahdagingkan) norma-norma kelompok
tempat ia hidup sehingga menjadi bagian dari kelompoknya. Proses sosialisasi
biasanya disertai dengan enkulturasi atau proses pembudayaan, yakni mempelajari
kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok, seperti mempelajari adat istiadat, bahasa,
kesenian, kepercayaan, sistem, kemasyarakatan dan sebagainya. Proses sosialisasi
dan enkulturasi yang dialami oleh seseorang mempunyai peranan yang sangat
penting karena sangat membantu dalam pembentukan kepribadian.
B. Peranan Pemuda dalam Masyarkat
Ada beberapa peran yang bisa dilakukan oleh kaum muda di Indonesia
dengan melihat asejarah pergerakan mereka, yakni berperan memberi semangat
kepeloporan. Semangat ini adalah “virus psikologis” sebagai energi dan daya
dorong bagi pembaruan. Dengan berperan sebagai pelopor dan semangat
kepeloporan sesuai dengan bangunan psikologis yang kritis, skeptis, kaum muda
senantiasa berjalan di garda depan untuk mengambil prakarsa bagi perubahan dan
pembaruan menuju masyarakat yang lebih segar, yakni masyarakat yang dapat
menempatkan manusia sebagai subjek yang bebas untuk mengaktualisasikan
potensi diri dan kemanusiannya secara maksimal dan bukan masyarakat yang
dibelenggu oleh struktur yang menindas dan dominatif. Semangat sejarah
kepeloporan kaum muda pada hakikatnya adalah etik perjuangan untuk
menegakkan kebenaran dan fitrah kemanusiaan. Semangat kepeloporan yang
disentuhkan dengan problem-problem real yang diadaptasi masyarakat hari ini
akan melahirkan kesadaran sosial baru. Kesadaran sosial baru ini yang akan
memunculkan etik perjuangan baru untuk mengkritisi situasi melawan segala
bentuk pelecehan kemanusiaan dan memperjuangkan efektifnya nilai-nilai
kemanusiaan.
C. Peran Pemuda dalam Pergerakan Nasional
Kalau ditengok sejarah bangsa ini, tampak jelas betapa anak-anak muda
acapkali mempunyai keberanian mencetuskan gagasan-gagasan baru dan orisinal
yang bermanfaat bagi bangsanya. Kaum muda juga sering tampil ke depan,
mengambil inisiatif baru, dan menjadi aktivis yang dinamis dan militan. Seperti
Nasionalisme Gelombang Pertama: Kebangkitan Nasional 1908, Nasionalisme
Gelombang Kedua: Soempah Pemoeda 1928, Nasionalisme Gelombang Ketiga:
Kemerdekaan 1945, Nasionalisme Gelombang keempat: Lahirnya Orde Baru 1966,
Nasionalisme Gelombang Kelima: Lahirnya Orde Reformasi 1998, dan
Nasionalisme Gelombang Keenam: 2008? Atau 2018?
D. Kebijakan Pembinaan Pemuda sebagai Generasi Bangsa
Sesuai dengan visi dan arah kebijakan pembinaan dan pembangunan
pemuda, pembangunan pemuda dimaksudkan untuk: (1) menyamakan visi, misi,
dan persepsi tentang pembangunan dan pemberdayaan pemuda dalam menyikapi
perubahan dinamika perkembangan yang terjadi di masa depan; (2) memadukan
langkah serta implementasi kebijakan pembangunan dan upaya pemberdayaan
pemuda mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pengandalian, baik
yang dilakukan pemerintah yang terkait di tingkat pusat dan daerah maupun yang
dilakukan masyarakat dan kalangan dunia usaha; (sebagai pedoman bagi instansi
terkait dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembangunan kepemudaan
agar sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang harus dicapai untk menghadapi
tantangan perubahan di era peresaingan internasional.
E. Masalah-masalah Generasi Muda
Masalah yang dihadapi pera kaum muda secara internal adalah cara
perbedaan pandang dengan orang tua dan secara eksternal kurang lebih tantangan
itu adalah globalisasi, terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal
penyalahgunaan Naza (narkoba dan zat adiktif lainnya), HAM, demokratisasi, dan
budaya asing. Permasalahan lainnya adalah ketahanan budaya dan kepribadian
nasional di kalangan pemuda yang semakin luntur, yang disebabkan cepatnya
perkembangan dan kemajuan tekhnologi komunikasi. Permasalahan yang tidak
kalah pentingnya adalah era global yang terjadi di berbagai aspek kehidupan yang
sangat memengaruhi daya saing pemuda sehingga pemuda baik langsung maupun
tidak langsung, dituntut untuk mempunyai keterampilan, baik bersifat praktis
maupun keterampilan yang menggunakan tekhnologi tinggi untu mampu bersaing
dalam menciptakan lapangan kerja/mengembangkan jenis pekerjaan yang sedang
dijalaninya.
Apabila masalah ini tidak memperoleh perhatian atau penanganan yanag
bijaksana, akan terjadi dampak yang luas dan mengganggu kesinambungan,
kestabilan dalam pembangunan nasional, bahkan mungkin akan mengancam
integrasi bangsa.
F. Media dan Tujuan Sosialisasi
Media yang biasa dipakai untuk sosialisasi ialah:
a. Keluarga, Untuk mengajarkan hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan
kemajuan hidup manusia adalah anggota keluarga;
b. Teman sepermainan dan sekolah, di sini snak mulai mengenal harga diri, citra
diri dan hasrat pribadi serta akan menemukan nilai dan kaidah lain yang akan
diperoleh selain di sekolahnya;
c. Lingkungan kerja, untuk melakukan sosialisasi lanjutan;
d. Media massa, untuk memberikan banyak informasi yang dapat menambah
wawasan tentang permasalahan yang ada di sekitarnya.
G. Tahap-tahap Sosialisasi
Menurut tahapnya sosialisasi dibagi dua, yaitu:
1. Sosialisasi Primer, yaitu sosialisasi yang pertama dijalankan individu semasa
kecil, yang harus dijalaninqya apabila dia akan menjadi anggota masyarakat.
2. Sosialisasi Sekunder, yaitu suatu proses yang dialami individu yang telah
disosialisasikan ke dalam sektor baru dari duia objektif masyarakatnya. Dalam
tahap ini, individu diarahkan untuk lebih bersikap profesional.
Berikut ini adalah tahap-tahapnya, yaitu: Sosialisasi Pada Masa Kanak-
kanak, Sosialisasi Pada Masa Remaja/Pemuda, Sosialisasi Pada Masa Dewasa, dan
Sosialisasi Pada Masa Tua.
H. Peran Orang Tua dalam Sosialisasi
Peran orang tua dalam sosialisasi adalah mengawasi dan mengendalikan
anak-anaknya agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. Sifat pengendalian
itu ada dua, yaitu: Pertama: preventif (pencegahan) terhadap terjadinya gangguan
pada keserasian antara kepastian dan keadilan. Kedua: Represif bertujuan
mengembalikan keserasian yang pernah mangalami gangguan. Proses
pengendalian yang dilakukan orang tu dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain dengan cara-cara tanpa kekerasan (persuasif) ataupun dengan paksaan
(coorcive).
I. Sosialisasi sebagai Suatu Proses
Menurut Charles Horton Cooley sebagaimana dikutip oleh Horton and
Hunt memperkenalkan konsep “looking glllass self”, yaitu dalam benak individu
terjadi suatu proses yang ditandai dengan tiga tahap, yaitu:
a. Persepsi, dalam tahap ini seseorang membayangkan bagaimana orang lain
melihat dirinya;
b. Interpretasi dan definisi, di sini seseorang
membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilannya;
c. Respons, berdasarkan persepsi dan interpretasi individu tersebut menyusun
respon. Proses sosialisasi akan melahirkan kadirian dan kepribadian
seseorang. Kedu\irian (self) sebagai produk sosialisasi, merupakan
kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain
di luar dirinya. Oleh karena itu, paling tidak ada tiga faktor penting yang
mempengaruhi kepribadian, yaitu: Keturunan, Lingkungan, dan Tempat
Tinggal.
J. Sosialisasi Pemuda
Faktor lingkungan (keluarga, tempat tinggal, tempat bekerja) merupakan
faktor pengaruh pertama dalam membentuk kepribadian para pemuda. Pembinaan
terhadap generasi muda ditujukan untuk menyalurkan aktivitasnya pada arah yang
positif, baik melalui jalur formal pendidikan seperti perguruan tinggi dan
sebagainya, maupun melalui jalur informal seperti organisasi kepemudaan dan
sebagainya.
BAB 5
PEMERINTAH, NEGARA, DAN WARGA NEGARA
A. Asal-Usul Pemerintah
Pemerintah awalnya timbul dari kebutuhan terhadap adanya penegakan
main bermasyarakat. Pada awal-awal masyarakat tumbuh, pola hidup manusia
berpindah-pindah. Kekuatan manusia diukura oleh kekuatan otot. Perampokan,
pemerkosaan, dan perampasan hak manusia serta ekploitasi hanya dilakukan oleh
mereka yang secara fisik memiliki kekuatan. Untuk menghentikan semua itu,
masyarakat melakukan kesepakatan untuk mengatur hidupnya. Berdasarkan
kasepakatan itu, dibuatlah prinsip nilai yang dianggap sebagai aturan hukum
dengan pemberian sanksi kepada pelanggarnya.
B. Definisi Pemerintah
Makna pemerintahan ada dua, pemerintahan negara dalam arti sempit
terdiri dari presiden, wakil presidan, dan kabinet (dewan menteri). Pemerintahan
negara dalam arti kuas adalah gabungan alat-alat kelengkapan negara, baik
legislatif (DPR), eksekutif (Presiden) maupun yudikatif (MA).
C. Tugas-Tugas Pemerintah
Menurut Ryaas Rasyid ada 7 bagian antara lain, yaitu:
a. Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya bentrokan antarwarga;
b. Melakukan pekerjaan umum dengan cara membangun fasilitas jalan,
pendidikan, dan sebagainya;
c. Membuat dan menerapkan kebijakan pemeliharaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup; dan lain sebagainya.
D. Lembaga-Lembaga Pemerintahan
1. Pemerintah Pusat dan Kewenangannya
Dalam UU No. 22 tahun 1999 jo. UU No. 32 tahun 2004 Pemerintahan
Daerah dan PP No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom disebutkan bahwa aemerintah
pusat ialah “perangkat negara kesatuan RI yang terdiri dari presiden beserta
para menteria”. Adapun pemerintah pusat berwenang antara lain, untuk:
1. Menetapkan kebijakan pembangunan dalam skala makro;
2. Menetapkan pedoman tentang standar pelayanan minimal dalam bidang
yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota;
3. Menetapkan persyaratan kualifikasi usaha jasa; dan lain sebagainya.
2. Pemerintah Daerah dan Kewenangannya
Dalam UU No. 22 tahun 1999 jo. UU No. 32 tahun 2004 dijelaskan
bahwa pemerintah daerah adalah otonomi daerah yang diarahkan kepada
terciptanya kemandirian daerah dengan meletakkan suatu prinsip otonomi yang
luas dan utuh pada daerah kabupaten/kota. Adapun pemerintah daerah
berwenang antara lain, yaitu:
1. Kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten
dan kota serta serta kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu
lainnya;
2. Kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten
dan daerah kota; dan lain sebagainy
3. Lembaga Penyelenggara Pemerintah Tingkat Pusat
Lembaga-lembaganya, yaitu: Department, Menteri Koordinator,
Menteri Negara, dan LPND (Lembaga Pemerintah Non Departmen).
4. Lembaga Penyelenggara Tingkat Daerah
Lembaga-lembaganya, yaitu: DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah), Gubernur, Bupati, atau wali kota dan Perangkat Daerah.
E. Asal-usul Pembentukan Negara
Negara merupakan organisasi diantara kelompok atau beberapa kelompok
manusia yang sama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui
adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok
atau beberapa kelompok manusia. Asal-usul negara dapat ditelusuri dari beberapa
teori, yaitu:
1. Teori Kontrak Sosial
Menurut teori ini, negara dibentuk berdasarkan atas kesepakatan
masyarakat melalui suatu perjanjian.
2. Teori Ketuhanan
Teori ini menyebutkan bahwa dalam keadaan alamiah yang serba
anarkis itu, manusia memohon kepada Tuhan agar diciptakan seorang raja yang
dapat menolong mereka dari ancaman yang mereka hadapi.
3. Teori Kekuatan
Negara dibentuk atas dominasi kekuatan dari golongan kuat atas
golongan lemah.
4. Teori Organis
Teori ini mencoba menganalogikan negara dengan organisme hidup dalam
ilmu biologi.
5. Teori Alamiah
Negara merupakan ciptaan alam. Intinya negara (harus) ada karena alam
menghendaki adanya.
6. Teori Historis
Menurut teori ini, negara disamakan dengan lembaga sosial yang tumbuh dan
berkembang secara evolusioner dengan kebutuhan manusia.
F. Definisi Negara
Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup bekerjasama
untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu tujuuannya ialah menciptakan
kebahagiaan bagi rakyat secara keseluruhan. Jadi negara dapat dirumuskan sebagai
suatu daerah yang rakyatnya diperintah oleh pejabat negara untuk mengurusi
kepentingan rakyat guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
G. Pengertian Warga Negara
Warga negara adalah anggota negara. Pasal 26 ayat 1 UUD 1945
menyebutkan bahwa “Yang menjaadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara”. Penduduk menurut Pasal 26 ayat 2 1945 adalah “WNI dan orang asing
yangbertempat tinggal di Indonesia” atau orang yang menetap di wilayah negara.
H. Hak dan Kewajiban Warga Negara
Tugas, kewajiban dan kewenangan WNI, yaitu:
1. Setiap warga negara memiliki kebebasan, tetapi dalam setiap kebebasan itu
melekat juga kewajiban ;
2. Di dalam hubungan dengan sesama manusia, kita wajib menghormati,
menghormati orang lain, sedangkan hubungannya dengan negara, kita wajib
taat menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan; danlain sebagainya.
I. Undang-Undang Kewarganegaraan di Indonesia
Dalam bagian ini sebagian dari isi undang-undang kewarganeraan tersebut
disajikan:
a. Warga Negara Indonesia
Yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga negara.
b. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganeraan RI
Syarat-syaratnya antara lain, yaitu:
a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Bisa berbahasa indonesia dan mengakui uud;
d. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.
c. Kehilangan Kewarganegaraan RI
Tidak menjadi WNI, jika:
1. Memperoleh kewarganegaraan lain;
2. Secara suka rela menyatakan janji setia kepada negara asing;
3. Tidak melepaskan kewarganegaraan lain;
4. dan bertempat tinggal di luar wilayah RI selama 5 tahun terus-menerus
tanpa alasan yang sah.
d. Ketentuan Pidana
Contoh pejabat yang lalai melaksanakan tugas sehingga mengakibatkan
seseorang kehilangan kewarganegaraan RI dipidana penjara paling lama
menurut undang-undang.
e. Ketentuan Peralihan
Contoh WNI yang bertempat tinggal di luar wilayah RI selama 5 tahun
jika ingin memperoleh kembali kewarganegaraannya maka harus mendaftarkan
diri di perwakilan RI paling lambat tiga tahun.
BAB 6
PELAPISAN SOSIAL, KERAGAMAN, DAN KESEDERAJATAN
A. Pengertian Pelapisan Sosial
Pelapisan sosial (stratifikasi sosial) adalah pembedaan penduduk ke dalam
kelas-kelas sosial secara bertingkat.
B. Perbedaan Stratifikasi Sosial dengan Status Sosial
Status sosial yaitu posisi seseorang dalam masyarakat yang didasarkan
pada hak dankewajiban tertentu. Sehingga dapat disimpulkan status sosial
merupakan suatu unsur yang membentuk stratifikasi sosial.
C. Tiga Lapisan Sosial dengan Dasar Kualitas Pribadi
a) Jenis Kelamin
b) Senioritas (usia)
c) Keturunan
D. Sebab timbulnya Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat memiliki sesuatu yang dihargai seperti kekayaan,
kepandaian, profesi, dan sebagainya. Selama manusia membedakan penghargaan
tersebut, akan timbul lapisan-lapisan masyarakat. Contoh: Kalangan guru, petani,
dokter, dan lain-lain.
E. Proses Terjadinya Stratifikasi Sodial
Terjadi melalui proses sebagai berikut:
a. Secara otomatis (sejak lahir) seperti kepandaian, jenis kelamin, usia.
b. Secara sengaja seperti partai politik, perusahaan, pemerintahan.
F. Kriteria Dasar Penentuan Stratifikasi Sosial
a. Kekayaan
b. Kekuasaan
c. Keturunan
d. Kepandaian
G. Sifat Stratifikasi Sosial
a) Tertutup
Stratifilasi di mana anggota strata sulit mengadakan mobilitas vertikal.
Contoh: Sistem kasta, rasialis, feodal.
b) Terbuka
Stratifikasi ini bersifat dinamis/anggota strata bebas melakukan
mobilitas sosial. Contoh: seorang miskin kerana usahanya bisa menjadi kaya,
seorang bodoh karena belajar bisa menjadi pintar.
H. Fungsi Stratifikasi Sosal
a) Distribusi hak istimewa seperti tingkat kekayaan, menentukan penghasilan.
b) Sistem pertanggangan seperti menerima penghargaan.
c) Penentu lambang-lambang seperti keduduakan.
d) Alat solidaritas.
I. Dampak Stratifikasi Sosial
Dengan adanya strtifikasi sosial maka bisa timbul seperti kekerasan,
kesungkanan, kerana adanya sifat iri dan malu pada anggota strata.
BAB 7
MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN
A. Pengertian Masyarakat Desa dan Karakteristiknya
Masyarakat desa adalah masyarakat yang berada dalam kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul adat-istiadat
setempat yang diakui dalam pemerintaha RI.
Karakteristik:
a. Menyelenggarakan urusan pemerintah yang ada di desa.
b. Meyoritas berprofesi sebagai petani.
c. Dipimpin kepala desa.
d. Cenderung terbelakang.
e. Kekurangan SDM (tenaga kerja) yang ahli.
f. Kurang mampu mengelola SDA yang ada di desanya.
g. Bersifat ramah dan suka bergotong royong.
B. Pengertian Masyarakat Kota dan Karakteristiknya
Masyarakat kota adalah masyarakat yang tinggal di perkotaan
(tempat/pusat keramaian).
Karakteristik:
a. Dipimpin wali kota.
b. Maju (mudah bergaul, mengikuti zaman).
c. Memiliki SDM yang ahli.
d. Mampu mengelola SDA tang ada di tempatnya.
e. Berpengetahuan luas.
f. Banyak terjadi kriminalitas.
Dari pengertian dan katarestik di atas dapat di simpulkan sendiri perbedaannya.
BAB 8
HUKUM
A. Kebiasaan, Norma, Nilai dan Hukum
Kebiasaan adalah cara yang lazim diterima oleh kelompok masyarakat dan
dilakukan berulang-ulang. Contoh: berjabat tangan, makan dengan tangan.
Norma adalah aturan yang di dalamnya terdapat sanksi untuk mendorong,
bahkan menekankan orang secara keseluruhan.contoh , seorang anak harus hormat
kepada orangtua.
Norma di bedakan dalam 4 macam, yaitu:
1. Norma agama, yaitu norma yang berasal dari tuhan.
2. Norma kesusilaan, yaitu norma yang berasal dari hati nurani manusia sesuai
dengan keyakinan terhadap agama.
3. Norma kesopanan, yaitu norma yang berasal dari pergaualan masyarakat
Hukum adalah aturan yang dibuat pemerintah demi menegakkan kesejahteraan
rakyat.