muhlis.files.wordpress.com · web viewnamun tanggung jawab keluarga untuk mendidik anaknya sebagian...

50
BAB 1 LANDASAN ILMU DASAR SOSIAL A. Latar Belakang Pengajaran ISD Dari beberapa buku yang ditulis tahun 1980-an dan 1990-an tentang Ilmu Sosial Dasar (selanjutnya disingkat ISD) ditemukan bahwa latar belakang mata kuliah ini disajikan diperguruan tinggi karena adanya berbagai kritik dari para cendekiawan terhadap sistem pendidikan yang berlangsung di Indonesia, bahwa perguruan tinggi itu seperti menara gading yang para sarjana yang dihasilkanny tidak lebih dari sekedar “tukang-tukang” yang kompeten di bidang yang ditekuninya, tetapi mereka kurang peka, sensitif dan tak acuh terhadap masalah sosial yang ada di sekitarnya. Untuk mengatasi kekur angpekaan itu disajikanlah mata kuliah ISD bagi para mahasiswa agar mereka memiliki “sence of crisis” terhadap lingkungan sekitarnya. B. ISD sebagai Mata kuliah Berkehidupan Masyarakat

Upload: phungnga

Post on 08-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1

LANDASAN ILMU DASAR SOSIAL

A. Latar Belakang Pengajaran ISD

Dari beberapa buku yang ditulis tahun 1980-an dan 1990-an tentang Ilmu

Sosial Dasar (selanjutnya disingkat ISD) ditemukan bahwa latar belakang mata

kuliah ini disajikan diperguruan tinggi karena adanya berbagai kritik dari para

cendekiawan terhadap sistem pendidikan yang berlangsung di Indonesia, bahwa

perguruan tinggi itu seperti menara gading yang para sarjana yang dihasilkanny

tidak lebih dari sekedar “tukang-tukang” yang kompeten di bidang yang

ditekuninya, tetapi mereka kurang peka, sensitif dan tak acuh terhadap masalah

sosial yang ada di sekitarnya. Untuk mengatasi kekur angpekaan itu disajikanlah

mata kuliah ISD bagi para mahasiswa agar mereka memiliki “sence of crisis”

terhadap lingkungan sekitarnya.

B. ISD sebagai Mata kuliah Berkehidupan Masyarakat

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tanggal 20

Desember 2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi

Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menetapkan bahwa kurikulum yang menjadi

dasar penyelenggaraan program studi di perguruan tinggi terdiri atas kurikulum inti

dan kurikulum institusional (pasal 7 ayat 1). Dengan demikian, kompetensi yang

diharapkan dapat dikuasai oleh para mahasiswa setelah belajar ISD ini adalah

menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman dan kesedarajatan manusia

sebagai individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup ISD

Pada dasarnya, ilmu pengetahuan dapat dikelompokkanmenjadi 3

cabang,yaitu:

1. Natural science (ilmu-ilmu alamiah) seperti fisika, kimia, astronomi, biologi,

botani, dan lain-lain;

2. Sosial science (ilmu-ilmu sosial) terdiri dari sosiologi, ekonomi, politik,

antropologi, sejarah, psikologi, geografi, dan sebagainya;

3. Humanities (ilmu-ilmu budaya), seperti bahasa, agama, kesusastraan, kesenian,

dan lain-lain.

Sasaran ilmu-ilmu alamiah adalah gejala-gejala perilaku manusia,

sedangkan sasaran pengkajian ilmu-ilmu budaya adalah gejala rohaniah atau aspek-

aspek normatif dalam kehidupan manusia. ISD adalah pengetahuan yang menelaah

masalah-masalah sosial, khususnya yang terjadi dalam konteks keindonesiaan dan

pengetahuan tentang keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu

dan makhluk sosial dengan menggunakan konsep-konsep yang berasal dari

berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan-lapangan ilmu-ilmu sosial,

seperti sejarah, sosiologi, ekonomi’ geografi, antropologi dan sebagainya.

ISD merupakan suatu bahan studi yang khusus dirancang untuk

kepentingan pendidikan/pengajaran yang di Indonesia diberikan di perguruan

tinggi. Tegasnya, ISD adalah mata kuliah yang diberikan dalam rangka

memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep yang

dikembangkan untuk mengkaji fakta sosial dan tindakan sosial agar mahasiswa

memiliki kepedulian terhadap lingkungan sosialnya.

Konsep-konsep ilmu sosial yang dipelajari dalam ISD untuk membedah

masalah-masalah sosial digunakan sebagai alat bagi pendekatan dan pemecahan

masalah yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. Khusus mengenai

masalah sosial yang menjadi sasaran ISD merupakan masalah-masalah yang selalu

berkaitan dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial serta selalu berkaitan

dengan hubungan manusia dan dengan konteks normatif dimana hubungan

manusia itu terwujud. Masalah sosial, memiliki dua pengertian, yaitu:

1. Menurut umum atau warga masyarakat bahwa segala sesuatu yang

menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial;

2. Menurut para ahli, masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan

dalam masyarakat yang berdasarkan studi mereka mempunyai sifat yang dapat

menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara

keseluruhan. Misalnya, masalah pedagang kaki lima di kota-kota besar di

Indonesia, masalah sampah,masalah pengangguran dan sebagainya.

Disamping masalah sosial sebagai problem oriented dalam ISD, orientasi

lain dalam buku ini dari mata kuliah ISD adalah mampu menguasai pengetahuan

tentang keanekaragaman dan kesederajatan manusia sebagai individu dan makhluk

sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran ISD ini, diarahkan pada dua

sasaran, yaitu kemampuan mahasiswa dalam mengenali, memahami, dan

menyelesaikan masalah sosial serta mengembangkan kesadaran akan adanya

realitas sosial masyarakat berupa keanekaragaman dan kesederajatan manusia

dengan tetap memandang kenyataan itu secara kritis dan arif.

BAB 2

DASAR-DASAR TEORI ILMU SOSIAL TENTANG

KAJIAN MASYARAKAT

Untuk menelaah sesuatu (masyarakat), kita harus mulai dengan membuat

beberapa asumsi tentang sifat-sifat yang akan dipelajari. Seperangkat asumsi kerja

tersebut dinamakan perspektif, pendekatan, atau kadang-kadang juga disebut

paradigma.

A. Tori Fungsional Struktural

Tokoh-tokoh utama penganut teori fungsionalisme diawali dari August

Comte (1798-1857), Herbert Spencer (1820-1930), Emile Durkheim (1858-1917),

A.R Radcliffe-Brown (1881-1955), Bronislaw Malinowski (1884-1942), Talcott

Parsons (1902-1979), Robert K. Merton (1911-2003).

Fungsionalisme struktural mula-mula sekali tumbuh dari cara melihat

masyarakat yang dianalogikan dengan organisme biologis, suatu pendekatan yang

sering kita kenal sebagai organismic approach. Plato misalnya membandingkan tiga

kelas sosial, yakni penguasa, militer, dan kaum pekerja tangan, dengan daya pikir,

perasaan atau semangat, dan nafsu.

B. Teori Konflik

Karl Marx (1818-1883) sangat pantas disebut tokoh utama penggegas teori

konflik. Meskipun kemudian banyak sarjana yang mengembangkan teori ini, tokoh

klasik teori ini adalah marx.

Thomas Hobes (1588-1679) Ia adalah orang yang paling berpengaruh

dalam mengembangkan paham materialisme. Menurut Hobes, makhluk hidup itu

tersusun oleh materi. Dan untuk memenuhi ego (materi) manusia berkompetensi

dengan manusia lainnya, bahkan dengan menggunakan berbagai macam cara.

Demikian pula, dalam pemikiran Charles Darwin bahwa manusia dalam

berkompetensi dengan sesamanya cendrung menyelamatkan atau melanggengkan

kelompoknya.

Kemudian Karl Marx melengkapinya yang dasar-dasarnya diperoleh dari

cara berpikir materialisme. Menurut Marx basis kehidupan sosial manusia diwarnai

oleh pola relasi ekonomi. Ia mengembangkannya dalam teori konflik dengan

konsep pertentangan kelas, dialektika materialisme, dan sebagainya.

C. Teori Pertukaran Sosial

Penulusuran teori pertukaran sosial (sosial axchange) dapat dilacak dalam

pemikiran ahli filsafat sosial abad 18. Tokoh-tokoh penting teori ini, yaitu

Bronislaw Malinowski (1884-1942), kemudian dilanjutkan oleh Marcel Mauss dan

Claude Levi Strauss, George C. Homans (1910-1989), dan Peter Blau.

Inti dari teori ini ialah bahwa manusia adalah yang mencari keuntungan

(benefit) dan menghindari biaya (cost). Dengan kata lain, menurut teori pertukaran ,

manusia adalah reward seeking animal (makhluk pencari imbalan).

Homans mengajukan tiga konsep yang berbeda untuk menjelaskan

pertukaran sosial, yaitu:

1. Aktivitas, sebagai perilaku aktual yang digambarkan secara konkret;

2. Interaksi, sebagai kegiatan yang mendorong atau didorong oleh kegiatan orang

lain;

3. Sentimen, sebagai kegiatan yang dilakukan atas prakiraan yang subjektif dan

akal sehat Individu.

D. Teori Interaksionisme Simbolik

Teori interaksionisme simbolik dalam sosiologi pada mulanya dicetuskan

oleh G.H. Mead (1863-1929) dan C.H.(1962) dikembangkan oleh Herbert Blumer.

Asumsi-asumsi dalam teori interaksionisme simbolik sejak awal dicetuskan terus

berkembang.

Herbert Blumer, salah seorang penganut pemikiran Mead, berusaha

menjabarkan pemikiran Mead mengenai interaksionisme simbolik. Menurut

Blumer, pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga, yaitu manusia bertindak

(act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu

tersebut baginya.

Dengan demikian, teori interaksionisme simbolik memandang bahwa

interaksi antara individu dan kelompok terjadi dengan men ggunakan simbol-

simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar.

E. Teori Perubahan Sosial Barat dan Wacana Teori Perubahan Sosial Islam

Salah satu kepentingan terbesar Islam sebagai sebuah ideologi sosial adalah

mengubah masyarakat sesuai dengan cita-cita dan visinya. Semua ideologi atau

filsafat sosial menghadapi suatu pertanyaan pokok, yakni bagaimana mengubah

masyarakat dari kondisinya yang sekarang menuju keadan yang lebih dekat dengan

tatanan idealnya. Elaborasi terhadap pertanyaan pokok semacam itu biasanya

menuntut lahirnya teori-teori perubahan sosial yang berfungsi untuk menjelaskan

kondisi masyarakat yang empiris pada masa kini dan sekaligus memberikan

“insight” mengenai perubahan masyarakat.

F. Teori Perubahan Sosial dalam Perspektif Weber dan Ogburn

Tokoh terpenting pemikiran ini ialah William F. Ogburn. Menurut Weber

tentang terjadinya perubahan sosial melalui Kapitalisme dan Etika Protestan.

Sedangkan menurut Ogburn tentang terjadinya perubahan sosial melalui

Tekhnologi dan Kebudayaan.

BAB 3

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

A. Pengertian Individu, Keluarga, dan Masyarakat

Manusia sebagai individu bukan berarti sebagai keseluruhan yang tidak

dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yakni manusia perorangan,

sebagaimana pengertian individu yang berasal dari bahasa latin, individuum yang

artinya tak terbagi. Kita sering mendengar sebuah ungkapan bahwa manusia itu

individualis. Artinya manusia itu hanya mementingkan diri sendiri dan tidak mau

berbagi dengan yang lain. Kemudian, individu itu mengalami pertumbuhan menuju

dewasa.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, yaitu: Aliran nativistik

yang berpendapat bahwa perkembangan individu itu sebenarnya sangat ditentukan

oleh faktor dari dalam yang berarti pembawaan sejak lahir, ini berarti faktor

keturunan. Aliran empirisme yang berpendapat behwa perkembangan individu

itu adalah faktor lingkungan dan bukan faktor bawaan sejak lahir. Oleh karena itu,

aliran empursme membantah aliran nativistik.

Berdasarkan pertentangan dua faktor tersebut, muncullah teori yang

menengahinya, yaitu teori konvergensi. Menurut teori ini, yang menentukan

perkembangan individu itu bukan hanya dari faktor bawaan sejak llahir dan

lingkungan tetapi yang mempengaruhi itu adalah kedua-duanya dengan melihat

sejauh mana pengaruh salah satu dari keduanya yang lebih dominan.

Terdapat beragam istilah yang bisa dipergunakan untuk menyebut

“keluarga”. Keluarga itu berarti ibu, bapak, dengan anak-anaknya atau seisi rumah,

bisa juga disebut batih, yaitu orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, dan

dapat pula berarti kaum, yaitu sanak saudara serta kaum kerabat.

Definisi lain mengatakan bahwa keluarga alah suatu kelompok yang terdiri

dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi

serta tinggal bersama.

Dalam Islam, asal-usul keluarga itu terbentuk dari perkawinan (laki-laki

dan perempuan) dan kelahiran manusia (laki-laki dan perempuan) Q.S. An-Nisa

ayat 1) Adapun untuk mengetahui makna masyarakat dapat dilihat beberapa

kriterianya, yaitu (1) kemampuan bertahan melebuhi masa hidup seorang individu,

(2) rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi (3) keseetiaan pada

suatu sistem tindakan utama bersama (4) adanya sistem tindakan utama yang

bersifat “swasembada”.

B. FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

Fungsi adalah pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga.

Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam

atau di luar keluarga.

Fungsi keluarga terdiri dari fungsi biologis, fungsi pendidikan, fungsi

keagamaan, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi anak, fungsi rekreatif dan fungsi

ekonomis. Sementara itu, dalam tulisan Horton and Hurt, fungsi keluarga meliputi

fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi,

fungsi penentuan status, fungsi perlindungan dan fungsi ekonomi. Diantara fungsi-

fungsi tersebut, ada tiga pokok fungsi yang sulit diubah dan digantikan orang lain

yaitu fungsi biologis, fungsi sosialisasi anak, dan fungsi afeksi. Fungsi lainnya yang

telah bergeser dan diambil oleh lambaga masyarakat lain, yaitu fungsi pendidikan,

fungsi keagamaan, fungsi perlindungan, fungsi rekreatif, fungsi ekonomi, dan

fungsi penentuan status.

Fungsi Biologis

Fungsi biologis itu berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan seksual

suami istri. Selain itu, fungsi biologis berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan

biologis berupa kebutuhan makan dan minum guna kelangsungan hidup anggota

keluarga, perlindungan, kesehatan, dan sebagainya.

Fungsi Sosialisasi Anak

Fungsi sosialisasi ini menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk

kepribadian anak. Melalui fungsi ini, kelurga berusaha mempersiapkan bekal

selengkap-lengkapnya kepada anak-anak dengan memperkenalkan pola tingkah

laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta

mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka kelak.

Fungsi Afeksi

Fugnsi afeksi adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan

kasih sayang atau rasa dicintai. Fungsi afeksi ini belum bisa dianbil alih oleh

kelompok lain. Kecenderungan dewasa ini menunjukkan bahwa fungsi afeksi ini

telah bergeser kepada orang lain. Konsekuwensinya adalah longgarnya nilai kontrol

orang tua terhadap anak dan perbuatan anak yang melanggar etika akan ditoleransi.

Fungsi Edukatif

Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik manusia. Namun

tanggung jawab keluarga untuk mendidik anaknya sebagian besar atau bahkan

mungkin seluruhnya telah diambil oleh lembaga pendidikan formal maupun

nonformal. Oleh karena itu akan muncul fungsi laten pendidikan terhadap anak,

yaitu melemahnya pengawasan dari orang tua.

Fungsi Religius

Fungsi ini mendorong dikembangkannya keluarga dan seluruh anggotanya

menjadi insan-insan agamis yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Fungsii religius dalam keluarga merupakan salah satu indikator keluarga

sebagaimana dusebutkan dalam UU No. 10 tahun 1992 dan PP No. 21 tahun 1994.

Fungsi Protetif

Keluarga merupakan tempat yang nyaman bagi para anggotanya. Fungsi ini

bertujuan agar para anggota keluarga dapat terhindar dari hal-hal yang negatif.

Dalam setiap masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan

psikologis bagi seluruh anggotanya.

Fungsi Rekreatif

Fungsi ini bertujuan nutuk memberikan suasana yang segar dan gembira

dalam lingkungan keluarga. Fungsi rekreatif ini adalah fungsi yang dijalankan oleh

keluarga untuk melakukan hiburan.

Fungsi Ekonomis

Maksudnya para anggota keluarga bekerja menjalankan fungsi ekonominya

dalam rangka mempertahankan hidupnya sebagai tim tangguh untuk menghidupi

keluarganya.

Fungsi Penentuan Status

Dalam sebuah keluarga, seseorang menerima serangkaian status, baik

ditentukan berdasarkan umur, urutan kelahiran dan sebagainya. Status/kedudukan

ialah suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi

kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya. Status tidak bisa

dipisahkan dari peran. Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang

mempunyai status. Adapun status dan peran itu terdiri atas dua macam, yaitu status

dan peran yang ditentukan oleh masyarakat serta status dan peran yang

diperjuangkan oleh usaha-usaha manusia.

Bentuk-bentuk Keluarga

Bentuk-bentuk keluarga sangat berbeda antara satu masyarakat dan

masyarakat lainnya. Bentuk-bentuk di sini dilihat dari jumlah anggota keluarga,

yaitu keluarga batih dan keluarga luas, dilihat dari sistem yang digunakan dalam

pengaturan keluarga, yaitu keluarga pangkal (stem family) dan keluarga gabungan

(joint family) dan dilihat dari segi status individu dalam keluarga, yaitu keluarga

prokreasi dan keluarga orientasi.

Keluarga Batih (Nuclear Family)

Keluaraga batih ialah kelompok manusia yang terdiri dari ayah, ibu, dan

anak-anaknya yang belum memisahkan diri membentuk keluarga sendiri.

Keluarga Luas (Extended Family)

Keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang

berketurunan dari kakek, nenek yang sama termasuk keturunan masing-masing istri

dan suami. Keluarga luas tentu saja memiliki keuntungan tersendiri. Pertama,

keluarga luas banyak ditemukan di desa-desa dan bukan pada daerah-daerah

industri. Kedua, keluarga luas mampu mengumpulkan modal ekonomi secara

besar.

Keluarga Pangkal (Stem Family)

Keluarga pangkal, yaitu sejenis keluarga yang menggunakan sistem

pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua.

Keluarga Gabungan (joint Family)

Keluarga gabungan, yaitu sabuah keluarga yang terdiri atas orang-orang

yang berhak atas hasil milik keluarga.

Keluarga Prokreasi dan Keluarga Orientasi

Keluarga prokreasi adalah sebuah keluarga di mana individu merupakan

orang tua. Ikatan perkawinan merupakan dasar bagi terbentuknya suatu keluarga

baru (keluarga prokreasi) sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Namun demikian,

sebuah perkawinan tidak dengan sendirinya menjadi sarana bagi penerimaan

anggota dalam keluarga asal (orientasi). Hubungan suami dan istri dengan keluarga

orientasinya sangat erat dan kuat. Otonomi dalam mengatur keluarga kadang-

kadang berbenturan dengan kepentingan keluarga orientasi, bahkan dalam batas-

batas tertentu, keluarga orientasi bisa ikut campur dalam mengatur rumah tangga

yang bisa mengakibatkan putusnya ikatan perkawinan.

C. Hak dan Kewajiban Individu dalam Masyarakat

Hak di sini ialah suatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh

seseorang sebagai manusia. Sedangkan kewajiban ialah hal-hal yang wajib

dilakukan atau diadakan oleh salah seorang dari luar dirinya untuk memenuhi hak

dari pihak lain. Setidaknya, ada dua bentuk hak yang sangat mendasar, yang

dapat dimiliki oleh individu, yaitu:

a) Hak asasi yang bersifat natural, yaitu hak yang menyebabkan manusia

memperoleh kebebasan pada kurun waktu yang panjang.

b) Hak-hak sipil (umum) adalah hak-hak yang diperlukan seseorang dalam

kedudukannya sebagai individu dalam suatu masyarakat.

Adapun kewajiban individu di dalam masyarakat adalah melaksanakan apa

yang menjadi kewajibannya dengan cara menghormati hak-hak masyarakat.

D. Modal Masyarakat

Dewasa ini, berkembang berbagai sebutan untuk model masyarakat, yaitu

masyarakat madani dan civil society. Dalam perpekstif Islam, civil society atau

masyarakat madani mengacu pada penciptaan peradaban. Kata al-din (agama),

terkait dengan kata al-tamaddun (peradaban). Kedua kata menyatu dalam

pengertian al-madinah yang arti harfiahnya adalah kota. Dengan demikian,

masyarakat madani mengandung tiga unsur pokok, yaitu agama, peradaban, dan

perkotaan. Di sini agama merupakan sumber, peradaban adalah prosesnya, dan

masyarakaat kota adalah hasilnya.

Konsep masyarakat madani dalam Islam merujuk pada tumbuh dan

berkembangnya masyarakat etis (ethical society) (Q.S. 3:110), yaitu masyarakat

yang mempunyai kesadaran etis sehingga mempynyai tanggug jawab yangf tinggi

terhadap berlakunya nillai-nilai peradaban yang bersumber dari ajaran agama.

Dalam merealisasikan wacana civil society diperlukan prasyarat yang

menjadi nilai universal dalam penegakan civil society. Prasyarat ini tidak bisa

dipisahkan satu sama lain atu hanya diambil satu saja, melainkan merupakan satu

kesatuan yang integral yang menjadi dasa dan nilai bagi eksistensi civil society.

Karakteristik tersebut ialah:

a. Free public sphere, yaitu adanya ruang publik yang bebas sebagai media dalam

menyampaikan pendapat;

b. Demokratis, yaitu masyarakat memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan

aktivitas kesehariannya tanpa mempertimbangkan suku, ras, dan agama;

c. Toleran, yaitu menghormati dan menghargai aktivitas yang dilakukan oleh

orang lain;

d. Pluralisme, yaitu masyarakat memahami adanya keragaman (budaya, ras, dan

agama) disekitarnya untuk saling menghargai dan menerima kemajemukan

itu dalam kehidupan sehari-hari;

e. Keadilan sosial, yaitu keseimbangan yang proporsional antara hak dan

kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.

Secara semantik, istlah masyarakat madani agak kurang tepat jika

disepadankan dengan istilah civil society. Meskipun kedua istilah tersebut secara

parsial substantif memiliki kesamaan dan keduanya sangat relevan sebagai bahan

kajian dalam upaya mencari paradigma masyarakat baru, bila ditilik dari locus

sejarah berkembangnya, kedua istilah tersebut secara paradigmatik berbeda.

Natural society bertitik tolak dari perpekstif masyarakat dimana orang-

orang yang ada didalamnya masih bertabiat alamiah. Eksistensa masyarakat

ditentukan oleh natural law yang sudah mengalami derifasi kultural sehingaa secara

superficial, ciri-ciri keprimitifannya sudah hilang.

Di muka sudah dikatakan bahwa tidak adanya kesamaan persis antara civil

society danganmasyarakat madani. Konsep tentang masayrakat madani – sudah

tentu dalam perspektif Islam – lahir seiring saat muhammad melakukan hijrah dari

Mekah ke Yatsrib.

E. Hubungan Individu, Keluarga, dan Masyarakat

Individu barulah dikatakan sebagai individu apabila pola perilakunya yang

khas dirinya itu diproyeksikan pada suatu lingkungan sosial yang disebut

masyarakat. Kekhasan atau penyimpangan dari pola perilaku kolektif

menjadikannya individu, menurut relasi dengan lingkungan sosialnya yang bersifat

majenuk dan simultan. Relasinya bersifat kompleks dan menjadi sasaran bagi

disiplin ilmu.

1. Relasi Individu dengan Dirinya

Dalam diri seseorang terdapat tiga sistem kepribadian. Pertama, id atau

es adalah wadah dalam jiwa seseorang, bereisi dorongan primitif dengan sifat

temporer yang selalu menghendaki agar segera dapenuhi atau dilaksanakan

demi kepuasan. Kedua, Ego bertugas melaksanakan dorongan-dorongan id,

tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan dari superego. Ketiga, berisi

kata hati atau conscience, berhubungan dengan lingkungan sosial, dan

mempunyai nilai-nilai moral sehingga merupakan kontrol terhadap dorongan

yang datang dari id.

2. Relasi Individu dengan Keluarga

Individu memiliki hubungan erat dengan keluarga. Hubungan ini dapat

dilandasi dengan nilai, norma, dan aturan yang melekat pada keluarga yang

bersangkutan. Dan pada akhirnya individu memiliki hak dan kewajiban yang

melekat pada dirinya dalam keluarga.

3. Relasi Individu dengan Lembaga

Lembaga diartikan sebagai sekumpulan norma yang secara terus-

menerus dilakukan oleh manusia karena norma-norma itumemberi keuntungan

bagi mereka. Individu memiliki hubungan yang saling memengaruhi dengan

lembaga yang di sekelilingnya. Oleh karena itulah, perubahan dalam suatu

lembaga, menyebabkan perubahan dalam individu.

Tumbuhnya individu ke dalam lembaga-lembaga berlangsung melalui

proses sosialisasi karena lembaga disadari mempunyai arti sebagai realitas yang

objek tifyang dapat mengantarkan individu menjadi manusia yang mengerti

hak dan kewajibannya.

4. Relasi Individu dengan Komunitas

Dalam sosiologi, komunitas diartikan sebagai satuaan kebersamaan

hidup sejumlah orang banyak yang memiliki ciri teritorialitas yang terbatas,

keorganisasian tata kehidupan bersama dan berlakunya nilai-nilai dan orientasi

nilai yang kolektif. Posisi dan peranan individu di dalam komunitas tidsak lagi

bersifat langsung, sebab perilakunya sudah tertampung oleh keluarga dan

kebudayaan yang mencakup dirinya. Sebaliknya pengaruh komunitas terhadap

individu tersalur melalui keluarganya dengan melalui lembaga yang ada.

5. Relasi Individu dengan Masyarakat

Masyarakat merupakan satuan lingkungan sosial yang bersifat makro.

Relasi individu dengan masyarakat terletak dalam sikap saling menjunjung hak

dan kewajiban manusia sebagai individu dan manusia sebagai makhluk sosial.

BAB 4

PEMUDA DAN SOSIALISASI

A. Pengertian Pemuda dan Sosialisasi

Pemuda dan remaja didefinisikan secara berbeda. Pemuda sering disebut

generasi muda. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemuda adalah mereka

yang berumur 10-35 tahun atau lebih, dengan catatan mereka yang lebih dari umur

35 tahun secara psikologis mempunyai jiwa kepemudaan. Adapun remaja adalah

generasi yang berumur 15-20 tahun.

Sosialisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang dilakukan

oleh seseorang dalam menghayati (mendarahdagingkan) norma-norma kelompok

tempat ia hidup sehingga menjadi bagian dari kelompoknya. Proses sosialisasi

biasanya disertai dengan enkulturasi atau proses pembudayaan, yakni mempelajari

kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok, seperti mempelajari adat istiadat, bahasa,

kesenian, kepercayaan, sistem, kemasyarakatan dan sebagainya. Proses sosialisasi

dan enkulturasi yang dialami oleh seseorang mempunyai peranan yang sangat

penting karena sangat membantu dalam pembentukan kepribadian.

B. Peranan Pemuda dalam Masyarkat

Ada beberapa peran yang bisa dilakukan oleh kaum muda di Indonesia

dengan melihat asejarah pergerakan mereka, yakni berperan memberi semangat

kepeloporan. Semangat ini adalah “virus psikologis” sebagai energi dan daya

dorong bagi pembaruan. Dengan berperan sebagai pelopor dan semangat

kepeloporan sesuai dengan bangunan psikologis yang kritis, skeptis, kaum muda

senantiasa berjalan di garda depan untuk mengambil prakarsa bagi perubahan dan

pembaruan menuju masyarakat yang lebih segar, yakni masyarakat yang dapat

menempatkan manusia sebagai subjek yang bebas untuk mengaktualisasikan

potensi diri dan kemanusiannya secara maksimal dan bukan masyarakat yang

dibelenggu oleh struktur yang menindas dan dominatif. Semangat sejarah

kepeloporan kaum muda pada hakikatnya adalah etik perjuangan untuk

menegakkan kebenaran dan fitrah kemanusiaan. Semangat kepeloporan yang

disentuhkan dengan problem-problem real yang diadaptasi masyarakat hari ini

akan melahirkan kesadaran sosial baru. Kesadaran sosial baru ini yang akan

memunculkan etik perjuangan baru untuk mengkritisi situasi melawan segala

bentuk pelecehan kemanusiaan dan memperjuangkan efektifnya nilai-nilai

kemanusiaan.

C. Peran Pemuda dalam Pergerakan Nasional

Kalau ditengok sejarah bangsa ini, tampak jelas betapa anak-anak muda

acapkali mempunyai keberanian mencetuskan gagasan-gagasan baru dan orisinal

yang bermanfaat bagi bangsanya. Kaum muda juga sering tampil ke depan,

mengambil inisiatif baru, dan menjadi aktivis yang dinamis dan militan. Seperti

Nasionalisme Gelombang Pertama: Kebangkitan Nasional 1908, Nasionalisme

Gelombang Kedua: Soempah Pemoeda 1928, Nasionalisme Gelombang Ketiga:

Kemerdekaan 1945, Nasionalisme Gelombang keempat: Lahirnya Orde Baru 1966,

Nasionalisme Gelombang Kelima: Lahirnya Orde Reformasi 1998, dan

Nasionalisme Gelombang Keenam: 2008? Atau 2018?

D. Kebijakan Pembinaan Pemuda sebagai Generasi Bangsa

Sesuai dengan visi dan arah kebijakan pembinaan dan pembangunan

pemuda, pembangunan pemuda dimaksudkan untuk: (1) menyamakan visi, misi,

dan persepsi tentang pembangunan dan pemberdayaan pemuda dalam menyikapi

perubahan dinamika perkembangan yang terjadi di masa depan; (2) memadukan

langkah serta implementasi kebijakan pembangunan dan upaya pemberdayaan

pemuda mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pengandalian, baik

yang dilakukan pemerintah yang terkait di tingkat pusat dan daerah maupun yang

dilakukan masyarakat dan kalangan dunia usaha; (sebagai pedoman bagi instansi

terkait dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembangunan kepemudaan

agar sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang harus dicapai untk menghadapi

tantangan perubahan di era peresaingan internasional.

E. Masalah-masalah Generasi Muda

Masalah yang dihadapi pera kaum muda secara internal adalah cara

perbedaan pandang dengan orang tua dan secara eksternal kurang lebih tantangan

itu adalah globalisasi, terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal

penyalahgunaan Naza (narkoba dan zat adiktif lainnya), HAM, demokratisasi, dan

budaya asing. Permasalahan lainnya adalah ketahanan budaya dan kepribadian

nasional di kalangan pemuda yang semakin luntur, yang disebabkan cepatnya

perkembangan dan kemajuan tekhnologi komunikasi. Permasalahan yang tidak

kalah pentingnya adalah era global yang terjadi di berbagai aspek kehidupan yang

sangat memengaruhi daya saing pemuda sehingga pemuda baik langsung maupun

tidak langsung, dituntut untuk mempunyai keterampilan, baik bersifat praktis

maupun keterampilan yang menggunakan tekhnologi tinggi untu mampu bersaing

dalam menciptakan lapangan kerja/mengembangkan jenis pekerjaan yang sedang

dijalaninya.

Apabila masalah ini tidak memperoleh perhatian atau penanganan yanag

bijaksana, akan terjadi dampak yang luas dan mengganggu kesinambungan,

kestabilan dalam pembangunan nasional, bahkan mungkin akan mengancam

integrasi bangsa.

F. Media dan Tujuan Sosialisasi

Media yang biasa dipakai untuk sosialisasi ialah:

a. Keluarga, Untuk mengajarkan hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan

kemajuan hidup manusia adalah anggota keluarga;

b. Teman sepermainan dan sekolah, di sini snak mulai mengenal harga diri, citra

diri dan hasrat pribadi serta akan menemukan nilai dan kaidah lain yang akan

diperoleh selain di sekolahnya;

c. Lingkungan kerja, untuk melakukan sosialisasi lanjutan;

d. Media massa, untuk memberikan banyak informasi yang dapat menambah

wawasan tentang permasalahan yang ada di sekitarnya.

G. Tahap-tahap Sosialisasi

Menurut tahapnya sosialisasi dibagi dua, yaitu:

1. Sosialisasi Primer, yaitu sosialisasi yang pertama dijalankan individu semasa

kecil, yang harus dijalaninqya apabila dia akan menjadi anggota masyarakat.

2. Sosialisasi Sekunder, yaitu suatu proses yang dialami individu yang telah

disosialisasikan ke dalam sektor baru dari duia objektif masyarakatnya. Dalam

tahap ini, individu diarahkan untuk lebih bersikap profesional.

Berikut ini adalah tahap-tahapnya, yaitu: Sosialisasi Pada Masa Kanak-

kanak, Sosialisasi Pada Masa Remaja/Pemuda, Sosialisasi Pada Masa Dewasa, dan

Sosialisasi Pada Masa Tua.

H. Peran Orang Tua dalam Sosialisasi

Peran orang tua dalam sosialisasi adalah mengawasi dan mengendalikan

anak-anaknya agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. Sifat pengendalian

itu ada dua, yaitu: Pertama: preventif (pencegahan) terhadap terjadinya gangguan

pada keserasian antara kepastian dan keadilan. Kedua: Represif bertujuan

mengembalikan keserasian yang pernah mangalami gangguan. Proses

pengendalian yang dilakukan orang tu dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara

lain dengan cara-cara tanpa kekerasan (persuasif) ataupun dengan paksaan

(coorcive).

I. Sosialisasi sebagai Suatu Proses

Menurut Charles Horton Cooley sebagaimana dikutip oleh Horton and

Hunt memperkenalkan konsep “looking glllass self”, yaitu dalam benak individu

terjadi suatu proses yang ditandai dengan tiga tahap, yaitu:

a. Persepsi, dalam tahap ini seseorang membayangkan bagaimana orang lain

melihat dirinya;

b. Interpretasi dan definisi, di sini seseorang

membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilannya;

c. Respons, berdasarkan persepsi dan interpretasi individu tersebut menyusun

respon. Proses sosialisasi akan melahirkan kadirian dan kepribadian

seseorang. Kedu\irian (self) sebagai produk sosialisasi, merupakan

kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain

di luar dirinya. Oleh karena itu, paling tidak ada tiga faktor penting yang

mempengaruhi kepribadian, yaitu: Keturunan, Lingkungan, dan Tempat

Tinggal.

J. Sosialisasi Pemuda

Faktor lingkungan (keluarga, tempat tinggal, tempat bekerja) merupakan

faktor pengaruh pertama dalam membentuk kepribadian para pemuda. Pembinaan

terhadap generasi muda ditujukan untuk menyalurkan aktivitasnya pada arah yang

positif, baik melalui jalur formal pendidikan seperti perguruan tinggi dan

sebagainya, maupun melalui jalur informal seperti organisasi kepemudaan dan

sebagainya.

BAB 5

PEMERINTAH, NEGARA, DAN WARGA NEGARA

A. Asal-Usul Pemerintah

Pemerintah awalnya timbul dari kebutuhan terhadap adanya penegakan

main bermasyarakat. Pada awal-awal masyarakat tumbuh, pola hidup manusia

berpindah-pindah. Kekuatan manusia diukura oleh kekuatan otot. Perampokan,

pemerkosaan, dan perampasan hak manusia serta ekploitasi hanya dilakukan oleh

mereka yang secara fisik memiliki kekuatan. Untuk menghentikan semua itu,

masyarakat melakukan kesepakatan untuk mengatur hidupnya. Berdasarkan

kasepakatan itu, dibuatlah prinsip nilai yang dianggap sebagai aturan hukum

dengan pemberian sanksi kepada pelanggarnya.

B. Definisi Pemerintah

Makna pemerintahan ada dua, pemerintahan negara dalam arti sempit

terdiri dari presiden, wakil presidan, dan kabinet (dewan menteri). Pemerintahan

negara dalam arti kuas adalah gabungan alat-alat kelengkapan negara, baik

legislatif (DPR), eksekutif (Presiden) maupun yudikatif (MA).

C. Tugas-Tugas Pemerintah

Menurut Ryaas Rasyid ada 7 bagian antara lain, yaitu:

a. Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya bentrokan antarwarga;

b. Melakukan pekerjaan umum dengan cara membangun fasilitas jalan,

pendidikan, dan sebagainya;

c. Membuat dan menerapkan kebijakan pemeliharaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup; dan lain sebagainya.

D. Lembaga-Lembaga Pemerintahan

1. Pemerintah Pusat dan Kewenangannya

Dalam UU No. 22 tahun 1999 jo. UU No. 32 tahun 2004 Pemerintahan

Daerah dan PP No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan

kewenangan provinsi sebagai daerah otonom disebutkan bahwa aemerintah

pusat ialah “perangkat negara kesatuan RI yang terdiri dari presiden beserta

para menteria”. Adapun pemerintah pusat berwenang antara lain, untuk:

1. Menetapkan kebijakan pembangunan dalam skala makro;

2. Menetapkan pedoman tentang standar pelayanan minimal dalam bidang

yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota;

3. Menetapkan persyaratan kualifikasi usaha jasa; dan lain sebagainya.

2. Pemerintah Daerah dan Kewenangannya

Dalam UU No. 22 tahun 1999 jo. UU No. 32 tahun 2004 dijelaskan

bahwa pemerintah daerah adalah otonomi daerah yang diarahkan kepada

terciptanya kemandirian daerah dengan meletakkan suatu prinsip otonomi yang

luas dan utuh pada daerah kabupaten/kota. Adapun pemerintah daerah

berwenang antara lain, yaitu:

1. Kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten

dan kota serta serta kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu

lainnya;

2. Kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten

dan daerah kota; dan lain sebagainy

3. Lembaga Penyelenggara Pemerintah Tingkat Pusat

Lembaga-lembaganya, yaitu: Department, Menteri Koordinator,

Menteri Negara, dan LPND (Lembaga Pemerintah Non Departmen).

4. Lembaga Penyelenggara Tingkat Daerah

Lembaga-lembaganya, yaitu: DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah), Gubernur, Bupati, atau wali kota dan Perangkat Daerah.

E. Asal-usul Pembentukan Negara

Negara merupakan organisasi diantara kelompok atau beberapa kelompok

manusia yang sama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui

adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok

atau beberapa kelompok manusia. Asal-usul negara dapat ditelusuri dari beberapa

teori, yaitu:

1. Teori Kontrak Sosial

Menurut teori ini, negara dibentuk berdasarkan atas kesepakatan

masyarakat melalui suatu perjanjian.

2. Teori Ketuhanan

Teori ini menyebutkan bahwa dalam keadaan alamiah yang serba

anarkis itu, manusia memohon kepada Tuhan agar diciptakan seorang raja yang

dapat menolong mereka dari ancaman yang mereka hadapi.

3. Teori Kekuatan

Negara dibentuk atas dominasi kekuatan dari golongan kuat atas

golongan lemah.

4. Teori Organis

Teori ini mencoba menganalogikan negara dengan organisme hidup dalam

ilmu biologi.

5. Teori Alamiah

Negara merupakan ciptaan alam. Intinya negara (harus) ada karena alam

menghendaki adanya.

6. Teori Historis

Menurut teori ini, negara disamakan dengan lembaga sosial yang tumbuh dan

berkembang secara evolusioner dengan kebutuhan manusia.

F. Definisi Negara

Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup bekerjasama

untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu tujuuannya ialah menciptakan

kebahagiaan bagi rakyat secara keseluruhan. Jadi negara dapat dirumuskan sebagai

suatu daerah yang rakyatnya diperintah oleh pejabat negara untuk mengurusi

kepentingan rakyat guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

G. Pengertian Warga Negara

Warga negara adalah anggota negara. Pasal 26 ayat 1 UUD 1945

menyebutkan bahwa “Yang menjaadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli

dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga

negara”. Penduduk menurut Pasal 26 ayat 2 1945 adalah “WNI dan orang asing

yangbertempat tinggal di Indonesia” atau orang yang menetap di wilayah negara.

H. Hak dan Kewajiban Warga Negara

Tugas, kewajiban dan kewenangan WNI, yaitu:

1. Setiap warga negara memiliki kebebasan, tetapi dalam setiap kebebasan itu

melekat juga kewajiban ;

2. Di dalam hubungan dengan sesama manusia, kita wajib menghormati,

menghormati orang lain, sedangkan hubungannya dengan negara, kita wajib

taat menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan; danlain sebagainya.

I. Undang-Undang Kewarganegaraan di Indonesia

Dalam bagian ini sebagian dari isi undang-undang kewarganeraan tersebut

disajikan:

a. Warga Negara Indonesia

Yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa

Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-

undang sebagai warga negara.

b. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganeraan RI

Syarat-syaratnya antara lain, yaitu:

a. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;

b. Sehat jasmani dan rohani;

c. Bisa berbahasa indonesia dan mengakui uud;

d. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.

c. Kehilangan Kewarganegaraan RI

Tidak menjadi WNI, jika:

1. Memperoleh kewarganegaraan lain;

2. Secara suka rela menyatakan janji setia kepada negara asing;

3. Tidak melepaskan kewarganegaraan lain;

4. dan bertempat tinggal di luar wilayah RI selama 5 tahun terus-menerus

tanpa alasan yang sah.

d. Ketentuan Pidana

Contoh pejabat yang lalai melaksanakan tugas sehingga mengakibatkan

seseorang kehilangan kewarganegaraan RI dipidana penjara paling lama

menurut undang-undang.

e. Ketentuan Peralihan

Contoh WNI yang bertempat tinggal di luar wilayah RI selama 5 tahun

jika ingin memperoleh kembali kewarganegaraannya maka harus mendaftarkan

diri di perwakilan RI paling lambat tiga tahun.

BAB 6

PELAPISAN SOSIAL, KERAGAMAN, DAN KESEDERAJATAN

A. Pengertian Pelapisan Sosial

Pelapisan sosial (stratifikasi sosial) adalah pembedaan penduduk ke dalam

kelas-kelas sosial secara bertingkat.

B. Perbedaan Stratifikasi Sosial dengan Status Sosial

Status sosial yaitu posisi seseorang dalam masyarakat yang didasarkan

pada hak dankewajiban tertentu. Sehingga dapat disimpulkan status sosial

merupakan suatu unsur yang membentuk stratifikasi sosial.

C. Tiga Lapisan Sosial dengan Dasar Kualitas Pribadi

a) Jenis Kelamin

b) Senioritas (usia)

c) Keturunan

D. Sebab timbulnya Stratifikasi Sosial

Setiap masyarakat memiliki sesuatu yang dihargai seperti kekayaan,

kepandaian, profesi, dan sebagainya. Selama manusia membedakan penghargaan

tersebut, akan timbul lapisan-lapisan masyarakat. Contoh: Kalangan guru, petani,

dokter, dan lain-lain.

E. Proses Terjadinya Stratifikasi Sodial

Terjadi melalui proses sebagai berikut:

a. Secara otomatis (sejak lahir) seperti kepandaian, jenis kelamin, usia.

b. Secara sengaja seperti partai politik, perusahaan, pemerintahan.

F. Kriteria Dasar Penentuan Stratifikasi Sosial

a. Kekayaan

b. Kekuasaan

c. Keturunan

d. Kepandaian

G. Sifat Stratifikasi Sosial

a) Tertutup

Stratifilasi di mana anggota strata sulit mengadakan mobilitas vertikal.

Contoh: Sistem kasta, rasialis, feodal.

b) Terbuka

Stratifikasi ini bersifat dinamis/anggota strata bebas melakukan

mobilitas sosial. Contoh: seorang miskin kerana usahanya bisa menjadi kaya,

seorang bodoh karena belajar bisa menjadi pintar.

H. Fungsi Stratifikasi Sosal

a) Distribusi hak istimewa seperti tingkat kekayaan, menentukan penghasilan.

b) Sistem pertanggangan seperti menerima penghargaan.

c) Penentu lambang-lambang seperti keduduakan.

d) Alat solidaritas.

I. Dampak Stratifikasi Sosial

Dengan adanya strtifikasi sosial maka bisa timbul seperti kekerasan,

kesungkanan, kerana adanya sifat iri dan malu pada anggota strata.

BAB 7

MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN

A. Pengertian Masyarakat Desa dan Karakteristiknya

Masyarakat desa adalah masyarakat yang berada dalam kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul adat-istiadat

setempat yang diakui dalam pemerintaha RI.

Karakteristik:

a. Menyelenggarakan urusan pemerintah yang ada di desa.

b. Meyoritas berprofesi sebagai petani.

c. Dipimpin kepala desa.

d. Cenderung terbelakang.

e. Kekurangan SDM (tenaga kerja) yang ahli.

f. Kurang mampu mengelola SDA yang ada di desanya.

g. Bersifat ramah dan suka bergotong royong.

B. Pengertian Masyarakat Kota dan Karakteristiknya

Masyarakat kota adalah masyarakat yang tinggal di perkotaan

(tempat/pusat keramaian).

Karakteristik:

a. Dipimpin wali kota.

b. Maju (mudah bergaul, mengikuti zaman).

c. Memiliki SDM yang ahli.

d. Mampu mengelola SDA tang ada di tempatnya.

e. Berpengetahuan luas.

f. Banyak terjadi kriminalitas.

Dari pengertian dan katarestik di atas dapat di simpulkan sendiri perbedaannya.

BAB 8

HUKUM

A. Kebiasaan, Norma, Nilai dan Hukum

Kebiasaan adalah cara yang lazim diterima oleh kelompok masyarakat dan

dilakukan berulang-ulang. Contoh: berjabat tangan, makan dengan tangan.

Norma adalah aturan yang di dalamnya terdapat sanksi untuk mendorong,

bahkan menekankan orang secara keseluruhan.contoh , seorang anak harus hormat

kepada orangtua.

Norma di bedakan dalam 4 macam, yaitu:

1. Norma agama, yaitu norma yang berasal dari tuhan.

2. Norma kesusilaan, yaitu norma yang berasal dari hati nurani manusia sesuai

dengan keyakinan terhadap agama.

3. Norma kesopanan, yaitu norma yang berasal dari pergaualan masyarakat

Hukum adalah aturan yang dibuat pemerintah demi menegakkan kesejahteraan

rakyat.