slimsmetadata.files.wordpress.com€¦ · web viewmenyimpan data penting dan kritikal untuk...
TRANSCRIPT
Senayan atau lengkapnya Senayan Library Management System (SLiMS) adalah
perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library management system) sumber
terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3. Aplikasi web yang dikembangkan oleh tim dari
Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia ini
dibangun dengan menggunakan PHP, basis data MySQL, dan pengontrol versi Git. Pada
tahun 2009, Senayan memenangi INAICTA 2009 untuk kategori open source. Situs resmi
SLiMS, saat ini ada di http://slims.web.id.
A. Sejarah
Setelah beroperasi 50 tahun lebih, karena beberapa alasan Perpustakaan BC Indonesia
yang telah selama bertahun-tahun menjadi andalan layanan BC di Indonesia harus ditutup.
Pengelola BC Indonesia kemudian berinisiatif untuk menghibahkan pengelolaan aset
perpustakaanya ke tangan institusi pemerintah. Dalam hal ini, institusi pemerintah yang
dianggap sesuai bidangnya dan strategis tempatnya, adalah Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas). Yang dihibahkan tidak hanya koleksi, tetapi juga rak koleksi, hardware (server
dan workstation) serta sistem termasuk untuk aplikasi manajemen administrasi perpustakaan
(Alice).
Seiring dengan berjalannya waktu, manajemen Perpustakaan Depdiknas mulai
menghadapi beberapa kendala dalam penggunaan sistem Alice. Pertama, keterbatasan dalam
menambahkan fitur-fitur baru. Antara lain: kebutuhan manajemen serial, meng-online-kan
katalog di web dan kustomisasi report yang sering berubah-ubah kebutuhannya. Penambahan
fitur jika harus meminta modul resmi dari developer Alice, berarti membutuhkan dana
tambahan yang tidak kecil. Apalagi tidak ada distributor resminya di Indonesia sehingga
harus mengharapkan support dari Inggris. Ditambah lagi beberapa persyaratan yang
membutuhkan infrastruktur biaya mahal seperti dedicated public IP agar bisa meng-online-
kan Alice di web.
Saat itu untuk mengatasi sebagian kebutuhan (utamanya kustomisasi report), dilakukan
dengan ujicoba mengakses langsung database yang disimpan dalam format DBase.
Terkadang berhasil terkadang tidak karena struktur datanya proprietary dan kompleks serta
jumlah rekodnya banyak. Untuk mempelajari struktur database, dicoba melakukan kontak via
email ke developer Alice. Tetapi tidak ada respon sama sekali. Disini muncul masalah kedua.
Sulitnya mempelajari lebih mendalam cara kerja perangkat lunak Alice. Karena Alice
merupakan sistem proprietary yang serba tertutup, segala sesuatunya sangat tergantung
vendor. Dibutuhkan sejumlah uang untuk mendapatkan layanan resmi untuk kustomisasi.
Perpustakaan Depdiknas salah satu tupoksinya adalah melakukan koordinasi pengelolaan
perpustakaan unit kerja dibawah lingkungan Depdiknas. Dalam implementasinya, seringkali
muncul kebutuhan untuk bisa mendistribusikan perangkat lunak sistem perpustakaan ke
berbagai unit kerja tersebut. Disini masalah ketiga: sulit (atau tidak mungkin) untuk
melakukan redistribusi sistem Alice. Alice merupakan perangkat lunak yang secara lisensi
tidak memungkinkan diredistribusi oleh pengelola Perpustakaan Depdiknas secara bebas.
Semuanya harus ijin dan membutuhkan biaya.
November 2006, perpustakaan dihadapkan oleh sebuah masalah mendasar. Sistem Alice
tiba-tiba tidak bisa digunakan. Ternyata Alice yang digunakan selama ini diimplementasikan
dengan sistem sewa. Pantas saja biayanya relatif murah. Tiap tahun pengguna harus
membayar kembali untuk memperpanjang masa sewa pakainya. Tetapi yang
mengkhawatirkan adalah fakta bahwa perpustakaan harus menyimpan semua informasi
penting dan kritikal di sebuah sistem yang tidak pernah dimiliki. Yang kalau lupa atau tidak
mau membayar sewa lagi, hilanglah akses terhadap data kita sendiri. Konyol sekali. Itu sama
saja dengan bunuh diri kalau masih tergantung dengan sistem berlisensi seperti itu.
Akhirnya pengelola Perpustakaan Depdiknas me-review kembali penggunaan sistem
Alice di perpustakaan Depdiknas. Beberapa poin pentingnya antara lain:
Alice memang handal (reliable), tapi punya banyak keterbatasan. Biaya sewanya
memang relatif murah, tetapi kalau membutuhkan support tambahan, baik sederhana
ataupun kompleks, sangat tergantung dengan developer Alice yang berpusat di
Inggris. Butuh biaya yang kalau di total juga tidak murah.
Model lisensi proprietary yang digunakan developer Alice tidak cocok dengan kondisi
kebanyakan perpustakaan di Indonesia. Padahal pengelola Perpustakaan Depdiknas
sebagai koordinator banyak perpustakaan di lingkungan Depdiknas, punya
kepentingan untuk bisa dengan bebas melakukan banyak hal terhadap software yang
digunakan.
Menyimpan data penting dan kritikal untuk operasional perpustakaan di suatu
software yang proprietary dan menggunakan sistem sewa, dianggap sesuatu yang
konyol dan mengancam independensi dan keberlangsungan perpustakaan itu sendiri.
Alice berjalan diatas sistem operasi Windows yang juga proprietary padahal pengelola
Perpustakaan Depdiknas ingin beralih menggunakan Sistem Operasi open source
(seperti GNU/Linux dan FreeBSD).
Masalah devisa negara yang terbuang untuk membayar software yang tidak pernah
dimiliki.
Intinya: pengelola Perpustakaan Depdiknas ingin menggunakan software yang memberikan
dan menjamin kebebasan untuk menggunakan, mempelajari, memodifikasi dan melakukan
redistribusi. Lisensi Alice tidak memungkinkan untuk itu. Setelah itu, memutuskan untuk
hijrah menggunakan sistem yang lain, maka langkah berikutnya adalah mencari sistem yang
ada untuk digunakan atau mengembangkan sendiri sistem yang dibutuhkan.
Karena tidak menemukan sistem yang dibutuhkan, maka diputuskan untuk
mengembangkan sendiri aplikasi sistem perpustakaan yang dibutuhkan. Dalam dunia
pengembangan software, salah satu best practice-nya adalah memberikan nama kode
(codename) pengembangan. Nama kode berbeda dengan nama aplikasinya itu sendiri. Nama
kode biasanya berbeda-beda tiap versi. Misalnya kode nama “Hardy Heron” untuk Ubuntu
Linux 8.04 dan “Jaunty Jackalope” untuk Ubuntu Linux 9.04. Pengelola perpustakaan
Depdiknas Untuk versi awal (1.0) aplikasi yang akan dikembangkan, memberikan nama kode
“Senayan”.
Senayan pertama kali digunakan di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional.
Pengembangan Senayan dilakukan oleh SDC (Senayan Developers Community). Di koordinir
oleh Hendro Wicaksono, dengan Programmer Arie Nugraha dan Wardiyono. Sementara
dokumentasi dikerjakan oleh Purwoko, Sulfan Zayd, M Rasyid Ridho, dan Arif Syamsudin.
Pada Januari 2012, developer SLiMS bertambah 2 orang, yaitu: Indra Sutriadi Pipi
(Gorontalo) dan Eddy Subratha (Jogjakarta). Selain itu, ada pula programmer Tobias Zeumer
dan Jhon Urrego Felipe Mejia.
Menurut Hendro Wicaksono dan Arie Nugraha, anggota tim pengembang Senayan,
program manajemen perpustakaan ini pertama kali dikembangkan pada November 2006.
Waktu itu, para pengelola Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta tengah
kebingungan karena program manajemen perpustakaan Alice habis masa pakainya. Alice
adalah perangkat lunak bikinan Softlink sumbangan Pusat Kebudayaan Inggris, British
Council. Departemen tak memiliki anggaran untuk memperpanjang masa pakai Alice. Selain
itu, Alice adalah produk tidak bebas (proprietary) yang serba tertutup. Staf perpustakaan sulit
mempelajari program tersebut. Alice bahkan tak dapat dipasang di server atau komputer lain,
sehingga tidak dapat didistribusikan ke perpustakaan di lingkungan departemen tersebut.
Hendro lantas mengusulkan ke Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, yang
memayungi perpustakaan di departemen itu, untuk membuat program baru sebagai pengganti
Alice. Software baru itu kemudian dikembangkan dengan General Public License, sistem
perizinan yang lazim digunakan dalam perangkat lunak berbasis sumber terbuka. Perizinan
ini mensyaratkan agar software tersebut harus dapat digunakan, dipelajari, diubah, dan
didistribusikan ke pihak lain secara bebas.
Pada awalnya Hendro dan Arie Nugraha, pustakawan lain di sana, mencari perangkat
lunak yang sudah jadi, tapi terbentur sejumlah masalah. Beberapa peranti lunak, seperti PHP
MyLibrary dan OpenBiblio, ternyata kurang serius menerapkan prinsip pengembangan
aplikasi dan basis data. Dalam basis data yang bagus, misalnya, tabel pengarang dan buku
harus terpisah. Teknologi yang digunakan dalam software itu pun umumnya memakai bahasa
pemrograman Perl dan C++ yang relatif lebih sulit dipelajari oleh para pustakawan
departemen yang tak punya latar belakang ilmu teknologi informasi. Selain itu, beberapa
perangkat lunak tersebut sudah tidak aktif atau lama sekali tidak muncul versi terbarunya.
Dengan berbagai pertimbangan itu, mereka memutuskan membuat perangkat lunak yang baru
sama sekali dengan memanfaatkan bahasa pemrograman PHP dan basis data MySQL, yang
mereka pelajari secara otodidak. SLiMS lahir dan dikembangkan di perpustakaan yang
berlokasi di kawasan Senayan dan nama itu dirasa cocok dan punya nilai pasar yang bagus,
aplikasi sistem perpustakaan itu pun dinamai seperti tempat kelahirannya. Senayan berukuran
kecil dan sangat mudah dipasang di komputer, baik yang memakai sistem operasi Linux
maupun Windows.
Meski dibangun di atas platform GNU/Linux, Senayan bisa berjalan hampir di semua
sistem operasi komputer, termasuk Windows dan Unix. Untuk memudahkan interaktivitas
pengguna, aplikasi ini juga memakai teknologi AJAX (Asynchronous JavaScript and XML)
untuk tampilannya di peramban. Beberapa software bersumber terbuka lain juga dipasang di
Senayan untuk memperkaya fiturnya, seperti genbarcode untuk pembuatan barcode,
PhpThumb untuk menampilkan gambar, dan tinyMCE untuk penyuntingan teks berbasis web.
Yang terpenting, Senayan dirancang sesuai dengan standar pengelolaan koleksi perpustakaan,
misalkan standar pendeskripsian katalog berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan aturan
pengatalogan Anglo-American Cataloging Rules. Standar ini umum dipakai di seluruh dunia.
B. Spesifikasi Teknis
1. Mengembangkan Senayan
Sebelum mulai mengembangkan Senayan, ada beberapa keputusan desain
aplikasi yang harus dibuat. Aspek desain ini penting diantaranya untuk
pengambilankeputusan dari berbagai masukan yang datang dari komunitas. Antara
lain:
Senayan adalah aplikasi untuk kebutuhan administrasi dan konten
perpustakaan (Library Automation System). Senayan didesain untuk kebutuhan
skala menengah maupun besar. Cocok untuk perpustakaan yang memiliki
koleksi, anggota dan staf banyak di lingkungan jaringan, baik itu lokal
(intranet) dan internet.
Senayan dibangun dengan memperhatikan best practice dalam pengembangan
software seperti dalam hal penulisan source code, dokumentasi, dan desain
database.
Senayan dirancang untuk compliant dengan standar pengelolaan koleksi di
perpustakaan. Untuk standar pengatalogan minimal memenuhi syarat AACR 2
level 2 (Anglo-American Cataloging Rules). Kebutuhan untuk kesesuaian
dengan standar di perpustakaan terus berkembang dan pengelola perpustakaan
Depdiknas dan developer Senayan berkomitmen untuk terus mengembangkan
Senayan agar mengikuti standar-standar tersebut.
Senayan didesain agar bisa juga menjadi middleware bagi aplikasi lain untuk
menggunakan data yang ada didalam Senayan. Untuk itu Senayan akan
menyediakan API (application programming Interface) yang berbasis web
service.
Senayan merupakan aplikasi yang cross-platform, baik dari sisi aplikasinya itu
sendiri dan akses terhadap aplikasi. Untuk itu basis yang paling tepat ada basis
web.
Teknologi yang digunakan untuk membangun Senayan, haruslah terbukti bisa
diinstall di banyak platform sistem operasi, berlisensi open source dan mudah
dipelajari oleh pengelola perpustakaan Depdiknas. Diputuskan untuk
menggunakan PHP (www.php.net) untuk web scripting languange dan
MySQL (www.mysql.com) untuk server database.
Diputuskan untuk mengembangkan library PHP sendiri yang didesain spesifik
untuk kebutuhan membangun library automation system. Tidak menggunakan
library PHP yang sudah terkenal seperti PEAR (pear.php.net) karena alasan
penguasaan terhadap teknologi dan kesederhanaan. Library tersebut
diberinama “simbio”.
Untuk mempercepat proses pengembangan, beberapa modul atau fungsi yang
dibutuhkan yang dirasa terlalu lama dan rumit untuk dikembangkan sendiri,
akan menggunakan software open source yang berlisensi open source juga.
Misalnya: flowplayer untuk dukungan multimedia, prototype.js untuk
dukungan AJAX (Asynchronous Javascript and XML), genbarcode untuk
dukungan pembuatan barcode, PHPThumb untuk dukungan generate image
on-the-fly, tinyMCE untuk web-based text editor, dan lain-lain.
Untuk menjaga spirit open source, proses pengembangan Senayan dilakukan
dengan infrastruktur yang berbasis open source. Misalnya: server web
menggunakan Apache, server produksi menggunakan OS Linux Centos dan
OpenSuse, para developer melakukan pengembangan dengan OS Ubuntu
Linux, manajemen source code menggunakan software git, dan lain-lain.
Senayan dirilis ke masyarakat umum dengan lisensi GNU/GPL versi 3 yang
menjamin kebebasan penggunanya untuk mempelajari, menggunakan,
memodifikasi dan redistribusi Senayan.
Para developer dan pengelola perpustakaan Depdiknas berkomitmen untuk
terus mengembangkan Senayan dan menjadikannya salah satu contoh software
perpustakaan yang open source, berbasis di indonesia dan menjadi salah satu
contoh bagi model pengembangan open source yang terbukti berjalan dengan
baik.
Model pengembangan Senayan adalah open source yang artinya setiap orang
dipersilahkan memberikan kontribusinya. Baik dari sisi pemrogaman,
template, dokumentasi, dan lain-lain. Tentu saja ada mekanisme mana
kontribusi yang bagus untuk dimasukkan dalam rilis resmi, mana yang tidak.
2. Model pengembangan senayan
Pengembangan Senayan awalnya diinisiasi oleh pengelola Perpustakaan
Depdiknas. Tetapi sekarang komunitas pengembang Senayan (Senayan Developer
Community) yang lebih banyak mengambil peran dalam mengembangkan Senayan.
Beberapa hal dibawah ini merupakan kultur yang dibangun dalam mengembangkan
Senayan:
Meritokrasi. Siapa saja bisa berkontribusi. Mereka yang banyak memberikan
kontribusi, akan mendapatkan privilege lebih dibandingkan yang lain.
Minimal punya concern terhadap pengembangan perpustakaan. Contoh lain:
berlatar belakang pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi, bekerja di
perpustakaan, mengelola perpustakaan, dan lain-lain. Diharapkan dengan
kondisi ini, sense of librarianship melekat di tiap developer/ pengguna
Senayan. Sejauh ini, semua developer senayan merupakan pustakawan atau
berlatarbelakang pendidikan kepustakawanan (Information and
Librarianship).
Release early, release often, and listen to your customer. Release early artinya
setiap perbaikan dan penambahan fitur, secepat mungkin dirilis ke publik.
Diharapkan bugs yang ada, bisa cepat ditemukan oleh komunitas, dilaporkan
ke developer, untuk kemudian dirilis perbaikannya. Release often, artinya
sesering mungkin memberikan update perbaikan bugs dan penambahan fitur.
Ini “memaksa” developer Senayan untuk terus kreatif menambahkan fitur
Senayan. Release often juga membuat pengguna berkeyakinan bahwa Senayan
punya sustainability yang baik dan terus aktif dikembangkan. Selain itu,
release often juga mempunyai dampak pemasaran. Pengguna dan calon
pengguna, selalu diingatkan tentang keberadaan Senayan. Tentunya dengan
cara yang elegan, yaitu rilis-rilis Senayan. Sejak dirilis ke publik pertama kali
November 2007 sampai Juli 2009 (kurang lebih 20 bulan) telah dirilis 18 rilis
resmi Senayan. Listen to your customer. Developer Senayan selalu berusaha
mengakomodasi kebutuhan pengguna baik yang masuk melalui report di
mailing list, ataupun melalui bugs tracking system. Tentu tidak semua
masukan diakomodasi, harus disesuaikan dengan desain dan roadmap
pengembangan Senayan.
Dokumentasi. Developer Senayan meyakini pentingnya dokumentasi yang
baik dalam mensukseskan implementasi Senayan dibanyak tempat. Karena itu
pengembang Senayan mempunyai tim khusus yang bertanggungjawab yang
mengembangkan dokumentasi Senayan agar terus up-to-date mengikuti rilis
terbaru.
Agar ada percepatan dalam pengembangan dan untuk mengakrabkan antar pengembang
Senayan, minimal setahun sekali diadakan Senayan Developers Day yang mengumpulkan
para developer Senayan dari berbagai kota, dan melakukan coding bersama-sama.
3. Fitur Senayan
Sebagai sebuah Sistem Automasi Perpustakaan yang terintergrasi, modul-modul yang
telah terdapat di SENAYAN adalah sebagai berikut:
Modul Pengatalogan (Cataloging Module)
o Compliance dengan standar AACR2 (Anglo-American Cataloging Rules).
o Fitur untuk membuat, mengedit, dan menghapus data bibliografi sesuai
dengan standar deskripsi bibliografi AACR2 level ke dua.
o Mendukung pengelolaan koleksi dalam berbagai macam format seperti
monograph, terbitan berseri, audio visual, dsb.
o Mendukung penyimpanan data bibliografi dari situs di Internet.
o Mendukung penggunaan Barcode.
o Manajemen item koleksi untuk dokumen dengan banyak kopi dan format yang
berbeda.
o Mendukung format XML untuk pertukaran data dengan menggunakan standar
metadata MODS (Metadata Object Description Schema).
o Pencetakan Barcode item/kopi koleksi Built-in.
o Pencetakan Label Punggung koleksi Built-in.
o Pengambilan data katalog melalui protokol Z3950 ke database koleksi Library
of Congress.
o Pengelolaan koleksi yang hilang, dalam perbaikan, dan rusak serta pencatatan
statusnya untuk dilakukan pergantian/ perbaikan terhadap koleksi.
o Daftar kendali untuk pengarang (baik pengarang orang, badan/lembaga, dan
pertemuan) sebagai standar konsistensi penuliasn
o Pengaturan hak akses pengelolaan data bibliografi hanya untuk staf yang
berhak.
Modul Penelusuran (OPAC/Online Public Access catalog Module)
o Pencarian sederhana.
o Pencarian tingkat lanjut (Advanced).
o Dukungan penggunaan Boolean’s Logic dan implementasi CQL (Common
Query Language).
o OPAC Web Services berbasis XML.
o Mendukung akses OPAC melalui peralatan portabel (mobile device)
o Menampilkan informasi lengkap tetang status koleksi di perpustakaan, tanggal
pengembalian, dan pemesanan item/koleksi
o Detil informasi juga menampilkan gambar sampul buku, lampiran dalam
format elektronik yang tersedia (jika ada) serta fasilitas menampilkan koleksi
audio dan visual.
o Menyediakan hyperlink tambahan untuk pencarian lanjutan berdasarkan
penulis, dan subjek.
Modul Sirkulasi (Circulation Module)
o Mampu memproses peminjaman dan pengembalian koleksi secara efisien,
efektif dan aman.
o Mendukung fitur reservasi koleksi yang sedang dipinjam, termasuk
reminder/pemberitahuan-nya.
o Mendukung fitur manajemen denda. Dilengkapi fleksibilitas untuk pemakai
membayar denda secara cicilan.
o Mendukung fitur reminder untuk berbagai keperluan seperti melakukan black
list terhadap pemakai yang bermasalah atau habis keanggotaannya.
o Mendukung fitur pengkalenderan (calendaring) untuk diintegrasikan dengan
penghitungan masa peminjaman, denda, dan lain-lain.
o Memungkinkan penentuan hari-hari libur non-standar yang spesifik.
o Dukungan terhadap ragam jenis tipe pemakai dengan masa pinjam beragam
untuk berbagai jenis keanggotaan.
o Menyimpan histori peminjaman anggota.
o Mendukung pembuatan peraturan peminjaman yang sangat rinci dengan
mengkombinasikan parameter keanggotaan, jenis koleksi, dan gmd selain
aturan peminjaman standar berdasarkan jenis keanggotaan
Modul Manajemen Keanggotaan (Membership Management Module)
o Memungkinkan beragam tipe pemakai dengan ragam jenis kategori
peminjaman, ragam jenis keanggotaan dan pembedaan setiap layanan sirkulasi
dalam jumlah koleksi serta lama peminjaman untuk jenis koleksi untuk setiap
jenis/kategori.
o Dukungan terhadap input menggunakan barcode reader
o Memungkinkan untuk menyimpan informasi preferensi pemakai atau subject
interest.
o Memungkinkan untuk menyimpan informasi tambahan untuk keperluan
reminder pada saat transaksi.
o Memungkinkan menyimpan informasi detail pemakai yang lebih lengkap.
o Pencarian informasi anggota minimal berdasarkan nomor dan nama anggota.
o Pembuatan kartu anggota yang dilengkapi dengan barcode untuk transaksi
peminjaman.
Modul Inventarisasi Koleksi (Stocktaking Module)
o Proses inventarisasi koleksi bisa dilakukan secara bertahap dan parsial tanpa
harus menutup layanan perpustakaan secara keseluruhan.
o Proses inventarisasi bisa dilakukan secara efisien dan efektif.
o Terdapat pilihan untuk menghapus data secara otomatis pada saat akhir proses
inventarisasi terhadap koleksi yang dianggap hilang.
Modul Statistik/ Pelaporan (Report Module)
o Meliputi pelaporan untuk semua modul-modul yang tersedia di Senayan.
Laporan Judul.
Laporan Items/ Kopi koleksi.
Laporan Keanggotaan.
Laporan jumlah koleksi berdasarkan klasifikasi.
Laporan Keterlambatan.
o Berbagai macam statistik seperti statistik koleksi, peminjaman, keanggotaan,
keterpakaian koleksi.
o Tampilan laporan yang sudah didesain printer-friendly, sehingga memudahkan
untuk dicetak.
o Filter data yang lengkap untuk setiap laporan.
o API untuk pelaporan yang relatif mudah dipelajari untuk membuat custom
report baru.
Modul Manajemen Terbitan Berseri (Serial Control)
o Manajemen data langganan.
o Manajemen data Kardex.
o Manajemen tracking data terbitan yang akan terbit dan yang sudah ada.
o Memungkinkan tracking data terbitan berseri yang jadwal terbitnya tidak
teratur (pengaturan yang fleksibel).
Modul Lain-lain
o Dukungan antar muka yang multi bahasa (internasionalisasi) dengan Gettext.
o Dukungan terhadap penggunaan huruf bukan latin untuk pengisian data dan
pencarian.
4. Roadmap Pengembangan Senayan
SENAYAN akan terus dikembangkan oleh para pengembangnya beserta komunitas
pengguna SENAYAN lainnya. Berikut adalah Roadmap pengembangan SENAYAN ke
depannya:
Pengembangan aplikasi:
o Kompatibilitas dengan MARC dan standar pertukaran data yang komplit.
o Katalog induk/ bersama (union catalog)
o Implementasi Thesaurus.
o Implementasi Library 2.0.
o Peningkatan dukungan manajemen konten digital dan entri analitikal
Pengembangan basis komunitas pengguna:
o Membangun komunitas pengguna di berbagai kota
o Mengadakan Senayan Developers Day untuk silaturahmi antar developer
Senayan, update dokumentasi, penambahan fitur baru dan bug fixing dan
mencari bibit pengembang yang baru.
o Workshop/Seminar Nasional Tahunan
o Jam Sessions rutin setiap 3 bulan
C. Model Bisnis Senayan
Yang dimaksud dengan model bisnis adalah bagaimana pengembangan Senayan bisa terus
survive dengan segala keterbatasan yang ada. Tidak hanya terkait uang, tetapi manfaat lain
yang didapat baik secara institusi dan personal. Aplikasi perpustakaan ini mulai
dikembangkan pada awal Maret 2007. Saat itu tim pengembangnya ada dua orang, yaitu:
penulis sendiri sebagai Application & Database Designer juga programmer serta Arie
Nugraha sebagai programmer utama. Nama kode pengembangan saat itu adalah “Senayan”,
karena dikembangkan di perpustakaan Depdiknas yang berlokasi di Senayan. Belakangan
karena nama itu dianggap mudah diterima banyak orang, nama “Senayan Library
Automation” (atau biasa disebut Senayan) dipilih sebagai nama resmi aplikasi manajemen
perpustakaan yang dikembangkan di Perpustakaan Depdiknas.
Masa awal pengembangan Senayan, komunitas belumlah dilibatkan. Praktis hanya dua
orang yang melakukan pengembangan. Ulangtahun library@senayan yang kedua tanggal 29
November 2007 dijadikan momen untuk rilis Senayan pertama kali ke publik. Versi yang
dirilis senayan3-rc4. Saat itu Senayan masih belum diimplementasikan di library@senayan.
Pengumuman dirilisnya aplikasi Senayan juga diumumkan ke berbagai milis terkait
perpustakaan dan kepustakawanan, seperti [email protected], ics-
[email protected], dan lain-lain. Sejak itu mulailah pengembangan Senayan melibatkan
banyak orang. Distribusi Senayan dilakukan melalui web http://senayan.diknas.go.id dan
diskusi teknis dilakukan di milis [email protected].
Mulai pengembangan Senayan masuk ke tahap berikutnya: membentuk komunitas
pengguna serta berusaha melibatkan banyak orang sebagai developer. Model pengembangan
yang dianut adalah Open Source. Dimana tiap orang mempunyai akses ke source code dan
didorong untuk aktif dalam desain, pengembangan, dan distribusi Senayan. Tapi berbagai
pengambilan keputusan penting tetap ditangan penulis sebagai lead developer Senayan.
Senayan rilis awal masih menyimpan banyak bugs. Ini terbukti dari banyaknya laporan yang
masuk melalui milis dan bugs report system serta melalui ujicoba lapangan di beberapa
tempat. Untuk mengatasi berbagai bugs tersebut, dirilis senayan3-rc5 sampai senayan3-rc10.
Februari 2008 dirilislah senayan3-stable1 yang dianggap sudah stabil untuk produksi.
Pada 22 maret 2008 dirilis senayan3-stable2. Awal April 2008 library@senayan mulai
resmi mengimplementasikan Senayan menggantikan Alice. Sampai proposal ini dibuat, rilis
terakhir Senayan adalah senayan3-stable9. Untuk mempercepat pengembangan Senayan,
beberapa hal yang dilakukan antara lain: Mengadakan Senayan Developers Day (SDD). Yaitu
para developer inti Senayan, dikumpulkan selama kurang lebih 2-3 hari di library@senayan
dan berkonsentrasi melakukan penambahan fitur, perbaikan dan update dokumentasi. Output
dari kegiatan adalah rilis baru dan update dokumentasi.
Dalam setiap rilis Senayan, saat ini didistribusikan dalam dua versi.
Pertama, Senayan Source. Yaitu hanya aplikasi Senayan, yang ditujukan untuk
pemakai tingkat lanjut, atau mereka yang sudah memiliki komputer dimana web
server (biasanya Apache), PHP dan MySQL sudah terinstall sebelumnya. Pengguna
sistem operasi selain Windows juga menggunakan distribusi ini.
Kedua adalah distribusi Portable Senayan (psenayan). Yaitu Senayan yang sudah
dipaketkan dengan Apache, PHP dan MySQL. Sehingga pengguna tinggal copy,
ekstrak, dan gunakan. Ditujukan untuk pengguna Windows yang biasanya masih
awam dengan persyaratan software yang harus tersedia untuk menjalankan Senayan.
Dalam melakukan pengembangan Senayan, kira-kira 95% dilakukan pada platform
GNU/Linux. Penggunaan Windows dalam pengembangan hanya sebatas pembuatan
distribusi Portable Senayan dan ujicoba. Pengembangan Bisnis Komersial berupa: dukungan
layanan korporasi dan terdedikasi, web hosting Senayan, sponsorship modul. Dana
pengembangan Senayan didapat dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pengembang
Senayan. Antara lain:
Dedicated support dari institusi yang meminta dukungan implementasi Senayan
secara khusus.
Training/ Pelatihan yang diadakan oleh tim pengembang Senayan
Dari institusi yang mempunyai concern/ perhatian dalam pengembangan Senayan
atau software Open Source pada umumnya.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari software Senayan sebagai perangkat lunak otomasi perpustakaan berbasis
free open source software adalah :
1. Senayan dapat diperoleh dan digunakan secara gratis.
Perangkat lunak merupakan salah satu komponen penting dalam implementasi
otomasi perpustakaan. Sayangnya tidak semua perpustakaan mampu menyediakan
perangkat lunak untuk otomasi perpustakaan. Hal ini disebabkan karena harga
perangkat lunak otomasi sulit dijangkau oleh banyak perpustakaan di Tanah Air.
Kehadiran Senayan sebagai salah satu perangkat lunak otomasi berbasis FOSS
menjadi solusi terkait sulitnya dengan pengadaan perangkat lunak otomasi karena
perangkat lunak ini dapat diperoleh secara gratis.
2. Mampu memenuhi kebutuhan otomasi perpustakaan.
Menurut Saffady, sebuah perangkat lunak otomasi perpustakaan minimal
memiliki fasilitas layanan sirkulasi, katalogisasi serta on-line public access
catalog atau OPAC. Senayan tidak hanya menyediakan fasilitas layanan sirkulasi,
katalogisasi dan OPAC. Senayan menyediakan fasilitas lain seperti manajemen
keanggotaan, fasilitas untuk pengaturan perangkat lunak, cetak barcode (baik
barcode anggota maupun barcode buku), penyiangan serta fasilitas laporan dan
unggah koleksi digital.
3. Senayan dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman interpreter
Senayan dibangun dengan menggunakan PHP sebagai bahasa pemrograman.
PHP merupakan bahasa pemrograman interpreter yang memungkinkan untuk
dimodifikasi. Dengan demikian maka perpustakaan memungkinkan memodifikasi
Senayan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.
4. Senayan dikembangankan oleh sumber daya manusia local.
Senayan dikembangan oleh sumber daya manusia lokal, atau dikembangkan
oleh SDM bangsa Indonesia. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi
perpustakaan dan pengguna Senayan. Keuntungan tersebut adalah Senayan sesuai
dengan kebutuhan perpustakaan di Tanah Air dan pengguna Senayan dapat
berkomunikasi dengan mudah dengan para pengembang Senayan jika mengalami
masalah dalam pemanfaatan Senayan.
5. Instalasi Mudah dilakukan.
Sebagai perangkat lunak yang tergolong dalam jenis perangkat lunak berbasis
web instalasi Senayan mudah dilakukan, baik itu untuk system operasi windows
maupun system operasi linux.
6. Mampu berjalan di sistem operasi linux maupun windows.
Windows ataupun linux merupakan dua sistem operasi yang familiar digunakan
oleh perpustakaan di Indonesia. Senayan mampu berjalan stabil di dua sistem
operasi tersebut. Dengan demikian maka perpustakaan pengguna sistem operasi
windows maupun linux tidak perlu khawatir tidak dapat menggunakan Senayan
karena tidak mampu berjalan disalah satu sistem operasi.
7. Memiliki dokumentasi yang lengkap.
Dokumentasi (modul dan manual) memiliki peranan penting dalam
pengembangan sebuah perangkat lunak, termasuk FOSS. Eksistensi dokumentasi
akan memudahkan pengguna atau calon pengguna dalam memperlajari sebuah
perangkat lunak. Dengan dokumentasi yang lengkap pengguna atau calon
pengguna Senayan dapat dengan mudah mempelajari Senayan.
8. Memiliki prospek pengembangan yang jelas.
Perkembangan Senayan terjadi sangat cepat dalam kurun waktu 2 tahun
perangkat lunak it uterus memperbaiki diri. Perbaikan ini terlihat dari banyaknya
versi yang telah dirilis ke publik. Kondisi ini mencerminkan bahwa perangkat
lunak ini memiliki prospek pengembangan. Apabila perangkat lunak ini terus
diperbaharui maka pengguna Senayan yang akan memperoleh manfaatnya dari
perbaikan terhadap kelemahan serta fasilitas tambahan yang disediakan dalam
versi Senayan terbaru.
9. Memiliki forum komunikasi antara pengguna dan pengembang.
Senayan menggunakan [email protected]. Email ini sebagai forum
komunikasi antar sesama pengguna Senayan atau pengembang Senayan.
Keberadaan forum pengguna ini memungkinkan pengguna saling bertukar
pengalaman terkait dengan pemanfaatan Senayan atau berkomunikasi dengan
pengembangan jika mengalami kesulitan dalam pemanfaatan Senayan. Dengan
demikian calon pengguna tidak perlu bingung kemana harus berkonsultasi jika
mengalami masalah dalam pemanfaatan Senayan, pengguna dapat berkonsultasi
melalui milist ini.
Sedangkan kekurangan dari Senayan sebagai perangkat lunak otomasi perpustakaan
berbasis free open source software adalah :
1) Kompatibilitas web browser.
Untuk mengakses Senayan diperlukan web browser. Sayangnya tidak semua
web browser mampu menjalankan aplikasi ini dengan sempurna. perangkat lunak
ini merekomendasikan mozilla firefox sebagai web browser. Sehingga jika
penggunaan web browser selain mozilla firefox mampu tampilan Senayan tidak
akan muncul secara sempurna. Misalnya ada beberapa menu yang akan tertutupi
oleh banner jika pengguna menggunakan internet eksplorer sebagai web browser.
Namun jika hanya digunakan untuk mengakses OPAC (online public access
catalog) semua web browser dapat digunakan.
2) Otoritas akses file.
Senayan menyediakan fasilitas upload (unggah) file. Dengan fasilitas ini
pengelola perpustakaan dapat menyajikan koleksi digital yang dimiliki
perpustakaan, seperti e-book, e-journal, skripsi digital, tesis digital dan koleksi
digital lainnya. Namun fasilitas upload file ini tidak dilengkapi dengan pembagian
otoritas akses file. Akibatnya setiap koleksi digital yang telah di upload ke dalam
Senayan berarti dapat diakses oleh semua orang. Kondisi ini tentu sedikit
mengkhawatirkan jika koleksi digital yang diupload adalah skripsi, tesis atau
laporan penelitian digital. Skripsi digital, tesis atau laporan penelitian digital
dibatasi aksesnya karena koleksi digital jenis rentan dengan masalah plagiasi.
E. Arahan Ke depan
Adanya Senayan Library Management System (SLiMS) sudah memudahkan
tugas pustakawan dalam mengelolah dan melayani pemustaka dan pengguna
informasi. Baik dalam hal pendaftaran anggota, entri buku baru, temu kembali
informasi dan bahan perpustakaan, hingga sirkulasi peminjaman-pengembalian.
SliMS yang open source memudahkan kami untuk belajar sistem automasi
perpustakaan yang mudah dan praktis. Terlebih dengan standardisasi nasional. Yang
banyak digunakan oleh perpustakaan di Indonesia. Harapannya ke depan, SliMS
mampu melebarkan sayapnya sehingga SliMS dapat digunakan oleh banyak
perpustakaan di dunia, tidak hanya di Indonesia saja. Hal tersebut tentunya didukung
oleh sumber daya manusia yang mampu memodifikasi dan memperbaiki kekurangan
SliMS tersebut.
Daftar Bibliografi
Perpustakaan Nasional RI. 2008. Dokumentasi SliMS berdasar Meranti. Jakarta :
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Perpustakaan Nasional RI. 2008.Tips and Trik SLiMS. Jakarta : Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia
Wicaksono, Hendra. 2009. Indonesia Go Open Source.
(http://hendrowicaksono.multiply.com/photos/album/42/) diakses pada tanggal 4 Juni 2013
REVIEW APLIKASI OSS PERPUSTAKAAN
Untuk memenuhi Final Project Mata Kuliah Metadata dan Teknik Hypertext
Disusun Oleh :
Fidan Safira 115030700111013
Bagus Pradana Erlangga 115030706111002
Iramila Firda A 115030707111006
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013