aldinosuprima.blog.uns.ac.id · web viewkegunaan dari alat perencanaan lain dan teknik seperti...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN NILAI TAMBAH PELAKU BISNIS DENGAN
PENDEKATAN VALUE CHAIN ANALYSIS; USULAN PENGEMBANGAN
USAHA TAHU SERASI DI BANDUNGAN,
KABUPATEN SEMARANG
Oleh:
KETUA: EKO ANDIYANTO (F0206008)
ANGGOTA: M. ARIF WIBOWO (F0206135)
ALDINO SUPRIMA F. (F0107003)
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
PENELITIAN
PROPOSAL PENELITIAN
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian : Peningkatan Nilai Tambah Pelaku Bisnis Dengan Pendekatan Value Chain Analysis; Usulan Pengembangan Usaha Tahu Serasi di Bandungan, Kabupaten Semarang
2. Ketua Pelaksanaan Kegiatan a. Nama Lengkap : Eko Andiyantob. NIM : F0206008c. Fakultas/prodi : Ekonimi/Manajemend. Universitas : Sebelas Maret Surakarta
3. Anggota Pelaksanaan Kegiatan : 2 orang4. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap : Ahmad Ikhwan Setiawan,SE.MTb. Gol. Pangkat/NIP : IIIB/ 197208162001121001c. Jab. Fungsional : Ahli Madyad. Fakultas/prodi : Ekonomi/Manajemene. Universitas : Sebelas Maret Surakartaf. Waktu untuk Penelitian : 10 jam perminggu
5. Lokasi Penelitian : Bandungan, Kabupaten Semarang6. Jangka Waktu Pelaksanaan : 6 bulan7. Biaya Kegiatan Total : Rp 10.000.000,-
Menyetujui: Surakarta, 24 September 2009
Ketua Jurusan Manajemen
Endang Suhari, SE.MSi.NIP 196103171986012002
Pembantu Rektor IIIBidang Kemahasiswaan UNS
Drs. H. Dwi Tiyanto, S.U.NIP 195404141980031007
Ketua Pelaksana Kegiatan
Eko AndiyantoNIP F0206008
Dosen Pendamping
Ahmad Ikhwan S, SE.M T . NIP 1972081620011201001
A. JUDUL
Peningkaan Nilai Tambah Pelaku Bisnis Dengan Pendekatan Value Chain
Analysis; Usulan Pengembangan Usaha Tahu Serasi di Bandungan,
Kabupaten Semarang
B. LATAR BELAKANG
Kegiatan bisnis bagi pelaku usaha baik yang dilakukan secara personal
atau oleh organisasi merupakan salah satu indikator sejauh mana keberadaan atau
eksistensi seseorang atau suatu lembaga. Semakin banyak kegiatan bisnis maka
pelaku usaha tersebut semakin diakui perannya dalam lingkungan bisnis.
Intensitas bisnis juga menunjukkan sejauh mana pelaku usaha mampu tetap
bertahan (survive) serta mengembangkan bisnisnya. Suatu perusahaan yang
mempunyai berbagai usaha atau sistem businees unit (SBU) dan usaha-usaha
tersebut memberikan keuntungan maka perusahaan mempunyai kekuatan bisnis
baik secara kuantitif yaitu jaringan usaha maupun secara kualitatif yakni
kemampuan menghasilkan laba. Kemampuan memperoleh laba dalam kegiatan
bisnis akan memberikan nilai tambah bagi pelaku usaha (Senada, 2007).
Nilai tambah menjadi parameter penting dalam transaksi bisnis. Transaksi
bisnis sebagai interaksi antar pelaku usaha diukur dari sejauh mana pelaku usaha
memperoleh nilai tambah (keuntungan) dari kegiatan bisnis yang dilakukan
(Tarigan, 2007). Transaksi bisnis yang sederhana melibatkan minimal dua pelaku
yang saling mempertukarkan dua nilai yang berbeda yaitu barang dengan barang
atau barang dengan uang. Perdagangan konvensional yang biasanya terjadi dalam
pasar tradisional akan memunculkan transaksi bisnis yang ideal jika dua pelaku
usaha tersebut mempersepsikan nilai yang sepadan terhadap hal yang
dipertukarkan. Sebagai contoh dalam transaksi produk tahu seorang pembeli tahu
memperoleh kualitas tahu yang sepadan harganya dengan apa yang sudah
dipersepsikan oleh penjual atau pembuat tahu.
Suatu usaha muncul karena berbagai transaksi bisnis antar beberapa
pelaku usaha yang disebut rantai bisnis. Oleh karena itu dalam suatu rantai bisnis
terdiri dari beberapa pelaku usaha yang saling berkaitan. Sebagai gambaran
pelaku usaha pertama selain melakukan transaksi bisnis dengan pelaku usaha
kedua juga melakukan transaksi bisnis dengan pelaku usaha ketiga. Demikian
juga pelaku usaha kedua dan pelaku usaha ketiga ternyata membuat transaksi
bisnis untuk produk yang masih berkaitan dengan pelaku pertama. Keterkaitan
antar pelaku satu dengan pelaku usaha yang lain sehingga membentuk jaringan
usaha akan memunculkan rantai bisnis suatu produk yang utuh.
Permasalahan yang dihadapi usaha mikro dan kecil seringkali melibatkan
banyak pihak atau pelaku sehingga perlu pendekatan menyeluruh. Suatu usaha
paling tidak melibatkan tiga pelaku usaha yang berperan sebagai pemasok,
pengolah dan pemasar. Masalah yang dihadapi usaha mikro dan kecil juga
bervariasi meliputi ketersediaan bahan baku, penentuan harga, inovasi produksi
sampai masalah pemasaran produk. Oleh karena itu untuk mengembangkan usaha
mikro dan kecil memerlukan informasi yang menyeluruh (holistic) dan serba
cakup (integratif) sebagai acuan (referensi) untuk melihat secara mendalam
kondisi dan perilaku dari suatu sektor sehingga dapat ditentukan langkah
kebijakan atau pembinaan yang akan diterapkan terhadap sektor tersebut (Zabidi,
2001).
Informasi mengenai pengembangan usaha mikro dan kecil suatu usaha
tidak selalu tersedia secara mencukupi di lembaga terkait baik pada intansi
pemerintah teknis maupun organisasi yang menaunginya seperti asosiasi atau
koperasi. Kalaupun terdapat Informasi pengembangan, hal tersebut masih bersifat
terpisah (parsial) yang masih perlu dikaitkan dengan pihak lain. Informasi
seringkali hanya bersifat selentingan atau issue yang masih perlu diverifikasi
dengan data dan fakta. Hal yang penting lagi adalah menjadikan informasi
menjadi data yang bisa dianalisis sehingga memberikan masukan untuk penentuan
kesimpulan (Supriyadi, 2006).
Untuk mendapatkan informasi guna mencapai tujuan di atas, maka
pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatana analisis value chain.
Analisis value chain merupakan metode penelitian yang sering digunakan dalam
upaya melihat secara lebih mendalam objek-objek pembangunan atau sektor
ekonomi sehingga dapat memberikan dasar yang kuat untuk strategi
pengembangannya. Pada umumnya analisis value chain digunakan dalam proyek
pengembangan ekonomi lokal dan regional (Kaplinsky and Moris, 2000). Upaya
penanggulangan kemiskinan di Srilanka menggunakan pendekatan value chain
untuk mengetahui elemen/instansi apa saja perlu dilibatkan untuk mengurangi
kemiskinan. (Richter, 2006). Selain itu beberapa penelitian kerjasama
mendasarkan pada value chain dalam pengembangan suatu komoditas untuk
memberikan masukan kebijakan pemerintah (Supriyadi dkk,2006 ; Tarigan,2007 ;
Reichert, 2005). Analisis value chain bukan hanya menghasilkan konsep desain
pengembangan kerjasama antar pelaku usaha dalam rantai aliran barang/jasa,
tetapi lebih jauh lagi menghasilkan analisis dalam rangka peningkatan kompetitif
advantage dari produk/jasa yang dipasarkan terutama di pasar global.
Dalam analisis rantai nilai, setidaknya ada 3 (tiga) aliran yang dapat
ditangkap yaitu aliran produk/jasa, aliran pendapatan (income), dan aliran
informasi (Kaplinsky and Moris, 2000). Pada aliran produk/jasa akan dapat
diketahui siapa saja dan dimana pelaku usaha yang terlibat dalam rantai aliran
barang/jasa tersebut sekaligus rantai nilai apa saja yang terjadi selama barang/jasa
tersebut mengalami perubahan nilai dari bahan mentah (produsen) hingga menjadi
barang/jasa siap untuk dikonsumsi (konsumen). Pada aliran income akan dapat
diketahui distribusi keuntungan yang dinikmati oleh para pelaku pada masing-
masing tahapan serta kalau terjadi distribusi keuntungan yang tidak proporsional
kenapa hal itu bisa terjadi dan bagaimana solusinya. Pada aliran informasi akan
dapat diketahui bagaimana penerima barang/jasa (buyer) mengatur perilaku dan
kriteria produk yang dikirim pemasok (supplier) sehingga akan dapat diketahui
kriteria barang/jasa agar dapat diminati oleh pasar (buyer). Dengan demikian
secara keseluruhan dengan analisis value chain tersebut akan dapat diketahui
langkah-langkah apa saja yang diperlukan terhadap aliran barang/jasa tersebut
agar dapat bersaing di pasar dan memberikan kesejahteraan secara merata bagi
para pelaku yang terlibat di dalamnya.
Salah satu usaha kecil yang berkembang di kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang adalah tahu serasi. Tahu tersebut mempunyai karakteristik
berbeda dengan tahu yang diproduksi dari daerah lain yaitu tanpa bahan
pengawer, rasanya lezat, bentuk fisiknya pulen (padat) dan warnanya putih. Tahu
serasi telah menjadi icon (pertanda) bagi kota Bandungan karena diproduksi di
beberapa desa di Bandungan meliputi desa Ampelgading dan Kenteng . Hal ini
ditunjang peran strategis Bandungan sebagai tujuan wisata sehingga tahu serasi
menjadi produk wisata kuliner dengan berdirinya beberapa kios dipinggir jalan
yang menjual tahu serasi dalam bentuk matang (digoreng). Tahu serasi juga dijual
mentah di beberapa kios sekitar Pasar Bandungan. Selain itu tahu serasi sudah
merambah di pasar modern di kota-kota besar seperti Semarang, Yogjakarta, Solo
dan Purwokerto. Dengan demikian keberadaan usaha tahu serasi telah
menghidupkan perekonomian lokal khususnya bagi masyarakat kota Bandungan.
Perkembangan usaha tahu serasi mengalami penurunan dalam beberapa
bulan ini. Pengrajin tahu serasi yang berjumlah sekitar 10 pengusaha saat ini
menurunkan kapasitas produksinya (Suara Merdeka, 19 Januari 2008). Setiap
pengrajin dahulu mampu mengolah 90 kg kedelai untuk diolah menjadi tahu
sebanyak kurang lebih 2.100 potong tahu dan produk sampingan yaitu susu
kedelai sebanyak 140 liter. Besaran tersebut bervariasi tergantung penekanan
setiap pengrajin terhadap produksi tahu dan susu kedelai. Namun saat ini mereka
hanya mampu mengolah 50 kg kedelai atau turun hampir 40 persen. Penurunan
produksi tahu serasi sebagai respon terhadap permintaan yang juga cenderung
turun disebabkan beberapa hal yaitu 1) kenaikan harga jual tahu akibat harga
bahan baku yang meningkat (harga kedelai dari 3500/kg menjadi 7500/kg, 2)
penurunan pengunjung wisata Bandungan akibat penurunan pendapatan
masyarakat dan 3) munculnya produk pesaing yaitu tahu sejenis yang berkategori
tanpa pengawet.
Tabel (1) Perkembangan Pengrajin Tahu Serasi Bandungan
No Keterangan Th.2007 Th.2008
1 Bahan Baku kedelai yang dapat
diolah (kilogram)
90 50
2 Tingkat Produksi Tahu perhari
(potong)
2.100 1.200
3 Harga Kedelai (kilogram) 3.500 7.500
Sumber: Berbagai surat kabar yang diolah
Permasalahan pengembangan usaha tahu serasi perlu pendalaman lebih
lanjut. Melalui pendekatan value chain diharapkan memperoleh informasi yang
detail mengenai pelaku-pelaku yang berperan dalam usaha ini termasuk
identifikasi pelaku yang dominan. Selain itu perlu dikumpulkan informasi sejauh
mana intervensi intansi terkait seperti peran kelompok tani, perangkat kecamatan
dan Disperindag Kabupaten Semarang. Peran yang sangat penting lainnya adalah
dukungan pendanaan baik yang dilakukan lembaga keuangan bank maupun non-
bank. Untuk tujuan inilah maka diperlukan pelaksanaan penelitian yang dapat
memenuhi kebutuhan dimaksud. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi serta rekomendasi kepada pemerintah daerah mengenai
road map pengembangan komoditas unggulan/potensial di daerahnya. Sedangkan
tujuan jangka panjangnya adalah untuk memperkuat struktur ekonomi lokal dan
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di wilayah Bandungan.
C. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan secara umum usaha tahu Serasi di Bandungan
meliputi prospek usaha, kekuatan dan kelemahan bisnis.
2. Bagaimana mengidentifikasi penggiat usaha tahu serasi meliputi : pelaku
usaha dan lembaga terkait (Pemerintah dan LSM) serta menentukan pelaku
usaha yang dominan.
3. Bagaimana menganalisa hubungan antar pelaku usaha meliputi aliran produk
dan pelaku, aliran informasi serta alira uang.
4. Bagaimana memberikan rekomendasi bagi instansi terkait untuk
mengembangkan usaha tahu serasi.
D. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengkonfirmasi permasalahan di atas, penelitian dilakukan dengan
tujuan untuk:
1. Memberikan informasi mengenai perkembangan usaha tahu serasi serta
kekuatan dan kelemahannya bagi pengembangan ekonomi daerah.
2. Mengidentifikasi penggiat usaha tahu serasi, keterkaiatan satu sama lain serta
pelaku usaha yang dominan.
3. Menganalisis hubungan dan transaksi antar pelaku yang melingkupi aliran
produk dan pelaku, aliran informasi serta alira uang.
4. Memberikan informasi dan rekomendasi kepada Pemerintah Derah mengenai
strategi pengembangan komoditas yang unggulan dan permasalahan yang
mengikuti.
E. MANFAAT
Usaha tahu serasi memberikan kontribusi terhadap perekembangan
perekonomian lokal yaitu kota Bandungan. Sebanyak 10 pengrajin yang
tergabung dalam dua kelompok tani telah mengolah kurang lebih 900 kg kedelai
perhari atau sekitar 21.000 potong tahu perhari. Apabila satu potong tahu dijual
dengan harga Rp. 850 maka omset mereka sekitar Rp. 17.850.000 setiap hari.
Suatu nilai yang besar bagi usaha kecil. Apalagi usaha tahu serasi telah bersinergi
dengan sektor wisata yaitu wisata kuliner (makanan) dan pertanian yang juga
menjadi unggulan bagi kota Bandungan. Seperti diketahui bahwa Bandungan
dikenal sebagai tujuan wisata karena terdapat dua wisata yaitu tempat hiburan
alam PJKA dan Candi Gedong Songo. Selain itu Bandungan juga dikenal sebagai
penghasil produk pertanian terutama sayur mayur dan buah-buahan (Kompas, 15
Juni 2007).
Oleh karena itu penelitian dengan topik ini sangat penting agar
permasalahan yang dihadapi tahu Serasi yaitu penurunan penjualan dapat teratasi.
Secara detail manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada pemerintah mengenai permasalahan yang
dihadapi usaha tahu serasi dan rekomendasi untuk menyelesaikannya.
Rekomendasi yang diberikan selain menyangkut masalah teknis seperti
pengadaan bahan baku atau bantuan manajemen juga bisa terkait masalah
pendanaan. Oleh karena iu pemerintah dalam hal ini birokrat di level
Kabupaten, aparat di Kecamatan serta lembaga yang bergerak di bidang
pendanaan dapat bekerjasama menentukan strategi pengembangan usaha kecil.
2. Memberikan penjelasan kepada pengrajin usaha tahu Serasi mengenai
permasalahan yang dihadapinya sehingga mereka dapat melakukan langkah-
langkah antisipasi dan proaktif untuk mengembangkan usahanya.
Berdasarkan analisis dan rekomendasi yang dilakukan dalam penelitian ini
pengrajin dapat melakukan inisiatif sendiri untuk menyelesaikan kendala-
kendalanya yang setiap pengrajin bisa jadi berbeda seperti masalah teknis
pengajuan pendanaan maupun peningkaan kualitas proses produksi.
3. Meningkatkan nilai tambah pelaku usaha/pengrajin tahu serasi sehingga
mereka mempunyai keuntungan yang lebih baik. Kelancaran aliran barang,
informasi dan uang akan meningkatkan kuantitas dan kualitas transaksi antar
pelaku yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan keuntungan
pengarajin.
F. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan adalah dibuatnya sebuah artikel mengenai bisnis
tahu serasi Bandungan beserta analisis tentang masalah-masalah yang dihadapi
agar pembaca baik dari praktisi, akademisi atau masyarakat awam dapat
menggunakan artikel ini sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bisnis atau
sebagai pembanding dalam penelitian lain yang serupa.
G. LANDASAN TEORI
1. Pendekatan Pemberdayaan Usaha Kecil
Permasalah yang dihadapi usaha kecil sangat bervariasi. Pelaku bisnis di
bidang tertentu bisa merasakan hambatan pada berbagai hal seperti bahan baku,
produksi, pemasaran, tenaga kerja maupun permodalan. Situasi menjadi semakin
kompleks jika pelaku bisnis satu dengan pelaku bisnis yang lain merupakan mata
rantai yang saling berkaitan. Oleh karena itu sebelum pihak terkait (Pemerintah,
PT, Pemerhati Usaha Kecil) melakukan intervensi perlu dilakukan pendekatan
yang menyeluruh terhadap pelaku bisnis tersebut.
Berbagai upaya dilakukan Pemerintah dan Pemerhati usaha kecil untuk
memperdayakan usaha kecil dengan berbagai pendekatan antara lain pendekatan
cluster dan pendekatan value chain. Pendekatan cluster lebih menekankan pada
intervensi pada sekelompok industri yang memproduksi barang/jasa sejenis agar
memperoleh keunggulan produk (competitiveness of product). Sedangkan analisis
value chain lebih memperhatikan transaksi bisnis yang mempunyai tambahan nilai
tinggi pada suatu rantai bisnis untuk tujuan keunggulan produk. Kedua
pendekatan mempunyai tujuan sama yaitu keunggulan bersaing melalui kualitas
produk namun penekanan yang berbeda.
Dalam situasi bisnis yang kompleks penelitian tentang revitalisasi bisnis
menggunakan kedua pendekatan yaitu analisis value chain dan analisis cluster
(Supriyadi, 2006; Reichert, 2005). Pendekatan value chain digunakan terlebih
dahulu untuk menganalisis masalah kemudian dilakukan pendekatan cluster yaitu
melakukan intervensi kepada sentra industri terkait agar pemberdayaan
mempunyai daya manfaat.
2. Tahapan Analisis Value chain
Value chain atau rantai nilai adalah keseluruhan aktifitas yang diperlukan
untuk membawa produk/jasa dari titik awal, melalui berbagai tahap produksi
(melibatkan berbagai kegiatan transformasi secara fisik dan berbagai input jasa),
kemudian menyampaikan produk/jasa tersebut kepada konsumen akhir. Value
chain yang sederhana terjadi dalam perusahaan meliputi kegiatan desain, produksi
dan pemasaran. Sedangkan value chain yang kompleks melibatkan kegiatan
tersebut yang terjadi antar perusahaan satu dengan perusahaan lain sehingga
terjadi transformsi input menjadi output.
Adapun batasan dari value chain analysis menurut Dr. Kedar Karki adalah
bahwa value chain analysis digunakan untuk industri yang kegiatan usahanya
ditopang oleh pembelian bahan baku dan mengubahnya menjadi produk jadi.
Akademisi dan praktisi sering mengkritisi model tersebut dan kemampuannya
dalam kontek industri jasa. Kerjasama, aliansi dan kolaborasi yang menggunakan
diferensiasi dan low cost adalah pendorong utama dalam nilai perusahaan dewasa
ini. Batasan dari value chain analysis termasuk fakta bahwa nilai untuk konsumen
final adalah nilai dalam kontek teoritikalnya (Svensson, 2003), dan bukan dalam
kontek praktikal. Nilai sebenarnya dari produk tersebut dinilai saat produk sampai
pada konsumen final, dan banyak penilaian tentang nilai yang terjadi sebelum
momen tersebut hanyalah sesuatu yang hanya benar dalam kontek teori. Terlepas
dari batasan ini, analisis dapat secara efektif menggunakan model value chain
untuk mengukur nilai dari konsumen final dalam kontek teori. Kegunaan dari alat
perencanaan lain dan teknik seperti Porter’s Generic Strategies, analysis of
critical success factor dll, direkomendasikan dalam konjungsi dengan bidang
value chain untuk analisis perencanaan dan strategi perusahaan yang lebih
komprehensif.
Metodologi penelitian dengan menggunakan analisis value chain
mempunyai tujuh tahapan yang dilakukan secara berkesinambungan (Kaplinsky
and Morris, 2000) sebagai berikut:
1. Identifikasi Pelaku Sebagai Titik Awal Analisis Value Chain (The Point of
Entry for Value Chain Analysis).
Rantai nilai menyertakan banyak pelaku yang dalam beberapa kasus
terhubung secara kompleks. Beberapa pelaku di suatu rantai bahkan terkait
dengan rantai nilai lain. Oleh karena itu rantai nilai mana yang akan diteliti
tergantung titik awal (the point of entry) penelitian dilakukan. Permasalahan
maupun pelaku sebagai titik awal sebagai berikut:
a. Distribusi pendapatan
b. Pengecer
c. Pembeli independen
d. Produsen kunci
e. Produsen komoditas
f. Pemasok produk pertanian
g. Pelaku ekonomi/pedagang informal
h. Wanita, anak-anak dan kelompok yang tereksploitasi
Titik awal ini berupa permasalahan maupun pelaku yang menjadi
pembahasan utama yang kemudian dapat dirunut ke pelaku yang ada di belakang
(hulu) dan atau ke depan (hilir). Sebagai contoh apabila permasalahan utama
adalah masalah desain dan aktifitas yang berkaitan dengan merek maka titik awal
terdapat pada pelaku yang bertugas mendesain atau pelaku yang mengurusi
masalah merek di suatu perusahaan. Berdasarkan titik awal tersebut dapat dirunut
ke belakang pemasok apa saja yang mempengaruhi keberadaan desain maupun
merek.
Pada kasus-kasus tertentu, dimana penekanan penelitian pada banyak
perusahaan kecil dan besar serta pada beberapa rantai nilai maka memerlukan
telaah yang lebih komprehensif meliputi pasar akhir yaitu mereka yang berperan
sebagai pemasar distributor, agen dan pengecer serta pemasok berbagai pemasok
input.
2. Pemetaan rantai nilai ( mapping value chain )
Setelah teridentifikasi pelaku utama rantai nilai dan pelaku-pelaku lain
yang diperoleh dengan merunut ke belakang (go backward) maupun ke depan ( go
forward) maka ditentukan pendapatan (gain) setiap pelaku yang diperoleh melalui
hubungan input-output.
Pada tahap ini kualitas interaksi antar pelaku meliputi beberapa hal sebagai
berikut:
a. Nilai output kotor (gross output values)
b. Nilai output bersih (net output value= output – input)
c. Aliran komoditas sepanjang rantai
d. Aliran jasa, konsultan dan ketrampilan sepanjang rantai
e. Karyawan yang dibedakan antara karyawan tetap dan karyawan tidak tetap
f. Arah dan konsentrasi penjualan, sebagai misal apakah pembeli hanya
beberapa atau banyak pembeli.
g. Area pelaku apakah meluputi impor atau ekspor
3. Penentuan Segmen Produk Dan Faktor Kunci Keberhasilan Pasar Tujuan
( Product Segment And Critical Success Factor’s In Final Markets )
Perkembangan sistem produksi saat ini cenderung bergeser dari pola
tarikan pemasok (supplier push) ke arah dorongan pasar (market-pulled). Hal ini
berarti orientasi keberhasilan suatu produk bukan ditentukan oleh kekuatan
perusahaan untuk memasok sejumlah produknya namun ditentukan oleh
kemampuan perusahaan (jaringan, teknologi, produksi dsb) untuk memenuhi
kebutuhan pasar baik dalam kuantitas maupun kualitas yang sesuai. Dengan
demikian perusahaan yang berkinerja baik dapat memasuki pasar yang terbuka
bagi pelaku baru. Sebagai akibatnya rantai nilai lebih terbuka untuk masuknya
pemain baru yang mengakibatkan persaingan semakin tinggi. Agar memenangkan
persaingan perusahaan perlu menentukan segmen produk yang dituju. Oleh karena
itu studi tentang rantai nilai sangat memerhatikan karakteristik pasar produk akhir
di setiap rantai.
Perkembangan pasar yang dinamis mengakibatkan terdapat berbagai
karakteristik pasar produk akhir seperti ukuran pasar, pertumbuhan pasar dan
segmen pasar. Karakteristik pasar produk akhir secara detail dapat dilihat dari
beberapa komponen sebagai berikut:
a. Pasar terbagi dalam beberapa segmen (segmented).
Sebagai contoh dalam industri makanan ringan pasar dapat dipisahkan dalam
berbagai segmen seperti makanan dengan harga murah, makanan organik, produk
etnik dan sebagainya. Setiap pasar mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Kemudian sejumlah segmen pasar tersebut akan memunculkan ukuran dan
pertumbuhan pasar.
b. Karakteristik pasar mencirikan Critical Success Factor (CSF)
Pada umumnya segmen pasar berpenghasilan rendah sangat sensitif terhadap
harga. Sedangkan pada segmen dengan penghasilan tinggi faktor pemilihan atau
preferensi yang dominan bukan harga melainkan kualitas produk dan merek.
Perusahaan dapat memfokuskan pada satu segmen saja atau banyak segmen. Jika
perhatian pada banyak segmen maka perusaaan perlu memproduksi barang sesuai
dengan karakteristik setiap segmen dengan mempertimbangkan jumlah konsumen
pada segmen tersebut, tingkat kualitas produk yang diharapkan dan level harga
yang sesuai.
4. Analisis Metode Produsen Untuk Mengakses Pasar ( How producers access
final markets)
Value chain memungkinkan berbagai perusahaan dalam sistem terhubung
dengan pasar melalui banyak cara baik secara langsung maupun lewat perantara.
Kondisi ini juga menunjukkan apakah karakteristik value chain didorong oleh
konsumen (buyer-driven) atau produsen (producer-driven).
Analisis pada tahap ini secara detail bertujuan sebagai berikut:
a. Identifikasi konsumen utama. Konsumen suatu produk dapat merupakan
pembeli di pasar akhir ataupun pembeli perantara seperti pembeli retail
dalam jumlah besar, pedagang besar ataupun perusahaan besar yang
membeli produk dalam jumlah besar kemudian langsung dijual kepada
pasar akhir.
b. Penentuan kualitas hubungan pembeli dan pemasok dengan teknik
manajemen rantai pasokan (supply chain management). Hubungan dalam
jangka panjang dan saling percaya terjadi jika terdapat sedikit pemasok
terpilih yang mampu menjamin pasokan bahan baku.
5. Melakukan Bencmarking dengan Kompetitor Atau Bisnis Yang Sejenis
(Bencmarking Production Effeciency )
Kemampuan pelaku dalam suatu rantai untuk menghasilkan produk perlu
dibandingkan dengan mata rantai lain sehingga suatu rantai dapat diketahui
efesiensi produktifitasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan benchmark yaitu
membandingkan kinerja bisnis rantai nilai obyek dengan obyek yang sejenis yang
mempunya kinerja lebih baik atau dianggap pesaing. Bencnmarking adalah acuan
yang diperlukan untuk menganalisis effesiensi produksi pihak-pihak yang terlibat
dalam value chain.
Beberap hal produktifitas yang dapat dibandingkan sebagai berikut:
1) Daya saing harga
2) Kualitas
3) Waktu tunggu untuk memuaskan kebutuhan konsumen
4) Kemampuan melakukan perubahan baik pada produk maupun proses
6. Mengkoordinasi Rantai Nilai dengan Jejaring yang Terkait ( Governance Of
Value Chain )
Setelah pelaku dan peta rantai nilai diketahui maka perlu diidentifikasi
pihak mana saja yang dapat dilibatkan untuk perbaikan rantai nilai. Mereka yang
terlibat baik LSM, perguruan tinggi maupun lembaga pemerintah perlu
dikoordinasi sehingga tindakan intervensi mata rantai dapat tercapai
kemanfaatannya. Pihak-pihak yang mempunyai kekuatan dapat menyertakan
pelaku-pelaku usaha kecil yang potensial untuk melakukan peran perbaikan yang
mempunyai kemampuan lebih dalam beberapa hal sebagai berikut:
a. Penyebaran penjualan rantai (share of chain sales)
b. Penyebaran nilai tambah rantai (share of chain value added)
c. Penyebaran keuntungan rantai (share of chain profit)
d. Penyebaran kekuatan pembelian rantai
e. Pengendalian atas teknologi utama dan kompetensi pembeda
f. Penanganan pelaku pasar
Selain itu tindakan intervensi memerlukan koordinasi dengan pihak-pihak yang
tidak langsung berhubungan dengan pasar yang dibutuhkan buyer dengan tujuan
untuk mendefinisikan standar produk agar kualitas bahan-baku dapat dipenuhi.
7. Perbaikan Rantai Nilai ( Upgrading Rantai Nilai)
Perbaikan rantai nilai ditujukan pada perspektif tentang kompetensi inti
dan kemampuan pelaku yang bersifat dinamis meliputi perbaikan produk, proses,
pasar maupun perbaikan dalam rantai berikutnya.
a. Perbaikan dalam proses dapat terjadi dalam perusahaan (pelaku) maupun
antar pelaku karena proses interaksi.
b. Perbaikan produk baik dalam perusahaan maupun antar pelaku.
c. Perubahan posisi melalui penyesuaian aktifitas dalam hubungan (link)
antar pelaku atau menggeser hubungan untuk mengkaitkan dengan pelaku
lain.
d. Penarikan suatu rantai nilai kemudian mengkaitkan dengan rantai nilai
baru.
3. Pelaku Usaha
Pada dasarnya pelaku usaha dapat dipisahkan menjadi tiga pelaku utama
yaitu pemasok input, pengolah input menjadi output (barang/jasa) dan pemasar
(Porter, 1980). Ketiga pelaku merupakan serangkaian aktifitas yang juga dapat
dilihat sebagai aktifitas dari hulu ke hilir (Zabidi, 2001). Pelaku pada bagian
pemasok input meliputi pemasok bahan baku, penyedia bahan penolong, penyedia
teknologi dan penyedia jasa. Sedangkan pelaku pada bagian pengolah terdiri dari
mereka yang melakukan aktifitas dalam proses produksi utama, perakitan,
pengemasan dan kegiatan yang berkaitan dengan manajemen mutu. Adapun
pelaku pemasar yaitu mereka yang menyampaikan produk secara lansung maupun
melalui pihak ketiga kepada konsumen yaitu berkatifitas dalam penanganan
lanjutan, penyimpanan, distribusi dan transportasi dan pemasaran.
Gambar 1. Pelaku Usaha Kecil
Pelaku dianggap dominan apabila mempunyai kekuatan untuk mengatur
aliran produk baik dalam harga, kualitas maupun jumlah produk. Pelaku yang
dominan perlu lebih diperhatikan dalam kelancaran distribusi produk. Suatu
peristiwa yang mengganggu aktifitas pelaku dominan akan mempengaruhi pelaku
lainnya.
Dalam konteks pemberdayaan komoditas maka analisis value chain dapat
ditujukan baik untuk pengembangan benda tidak bernyawa seperti barang kaca
dan tumbuhan maupun juga dapat ditujukan untuk benda bernyawa seperti hewan.
Oleh karena itu pengertian input atau bahan baku bisa digunakan untuk barang
seperti barang cor maupun hewan piaraan seperti sapi.
Seringkali pelaku tersebut merangkap juga sebagai pelaku lain. Sebagai misal
pelaku berperan sebagai pemasok input dan pengolah. Seiring dengan
perkembangan usaha pelaku akan mengembangkan usaha ke aktifitas hulu atau ke
aktivitas hilir. Pelaku mengembangkan bisnis ke hulu dengan tujuan menguasai
pasokan bahan baku. Sedangkan pelaku mengembangkan usaha ke hilir dengan
tujuan untuk menguasai pemasaran produk. Keduanya digunakan untuk
memperpendek mata rantai komoditas.
PEMASOK INPUT
Pemasok Bahan BakuPenyedia Bahan PenolongPenyedia TeknologiPenyedia Jasa
PENGOLAH
Proses Produksi UtamaPerakitan PengemasanManajemen Mutu
PEMASAR
Penanganan LanjutanPenyimpanganDistribusi dan Transportasi Pemasaran
H. PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian yang menggunakan value chain analysis antara lain
adalah penelitian yang dilakukan oleh Asian Foundation mengenai peternakan
ayam di Kamboja dengan menggunakan Value Chain Analysis, melalui model
Value Chain Analysis diperoleh rekomendasi untuk para peternak ayam yaitu
pasar dari ayam ternak harus punya mekanisme mediasi yang dapat membantu
peternak-peternak kecil. Selain itu Kamboja harus memperkuat produsen ayam
melalui dukungan teknis dan peraturan yang kooperatif. Inisiatif ini dilakukan
untuk membantu peternak kecil dalam akses pasar, kekuatan daya tawar harga,
dan skala ekonomis. Penelitian lainnya yaitu peneltian Value Chain Analysis
untuk produk the di Vietnam diperoleh beberapa rekomendasi antara lain
pentingnya untuk memperoleh pelatihan teknis untuk produsen sehingga mereka
dapat mengembangkan hasil panen mereka dan kualitas produksi, mendukung
mereka dengan modalm informasi pasar, membantu pekerja rumahan untuk
ekspansi dan pemgembangkan teknologi pemrosesan. Selain itu ada penelitian
dari David H. Taylor tentang pendekatan untuk pengembangan supply chain pada
rantai makanan agri dengan menggunakan Value Chain Analysis, dari sini
diperoleh hasil bahwa Valua Chain Analysis sangat berpengaruh pada kesempatan
untuk mengembangkan kinerja rantai, keuntungan dan hubungan.
I. METODOLOGI PENELITIAN
1. Responden
Responden adalah pelaku usaha yang secara umum pada suatu mata rantai
berperan sebagai berikut:
a. Pemasok Bahan baku & Bahan penolong
b. Petani
c. Pengepul
d. Pedagang
e. Pengusaha Pengolahan
f. Pemasar Produk
g. Distributor
h. Agen
i. Toko
j. Konsumen
2. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dapat diperoleh melalui:
1. Pengumpulan Data Primer :
a. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion merupakan suatu diskusi intensif antara peneliti dengan
pelaku dan instansi terkait dengan pengembangan suatu komoditas seperti
koperasi, dinas peternakan, dinas pertanian, dinas perindustrian dan koperasi dsb.
Tujuan FGD secara detail adalah:
1) Memperoleh informasi mengenai rantai pemasaran produk
2) Memperoleh informasi umum tentang permasalahan yang dihadapi
dalam setiap mata rantai;
3) Memperoleh informasi perihal preferensi pengusaha untuk mengatasi
permasalahan dalam masing-masing mata rantai.
b. Survei kepada pengusaha usaha secara langsung (indepth interview).
Wawancara mendalam dengan responden bermanfaat untuk verifikasi atas
data informasi yang ditemukan dari FGD.
2. Pengumpulan Data Sekunder :
Pengambilan data sekunder diperlukan untuk memperkuat dan mendukung
penelitian, yakni berupa:
a. Hasil-hasil penelitian atau studi lainnya mengenai analisis value chain
b. Data profil komoditas di masing-masing daerah pengembangan
c. Data perkembangan demografi (kependudukan)
d. Data lainnya yang mendukung penelitian seperti kebijakan pemerintah,
program-program pembangunan daerah, peranan institusi dan data/
informasi lainnya.
Pengumpulan data sekunder dalam pelaksanaan penelitian berlangsung
cukup lama yaitu sejak awal Juni 2008 sampai dengan oktober 2008. Bahkan
ketika laporan penelitian ini dibuat seringkali masih terdapat data sekunder yang
perlu diverifikasi kepada narasumber.
3. Variabel Penelitian
Pelaku usaha kecil sebagai responden diverifikasi melalui sejumlah
pertanyaan yang menyangkut beberapa varibel yaitu:
a. Aliran Produk dan Pelaku
1) Jenis produk yang dihasilkan
2) Kemudahan memperoleh barang
3) Ketergantungan waktu
4) Kemudahan menjual barang
b. Aliran uang
1) Harga jual produk
2) Sebaran profit margin
3) Sistem pembayaran (tunai, tempo, ijon)
4) Metode pembayaran (konvensional, bank)
c. Aliran informasi
Keinginan/standar produk yang disukai konsumen atau keinginan/standar produk
yang ditetapkan pedagang terakhir yang langsung berhubungan dengan
konsumen.
d. Lembaga Pendukung
Keterlibatan berbagai lembaga dalam pengembangan komoditas seperti LSM,
dinas terkait dan perguruan tinggi dalam bentuk penelitian, bantuan teknis
maupun permodalan.
4. Penentuan Sampel
Responden sebagai sampel ditentukan dengan teknik nonprobability
judgement sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel dimana responden
yang menjadi sampel ditentukan melalui justifikasi dari peneliti dan instansi di
daerah yang terkait bahwa responden tersebut mempunyai cukup informasi untuk
menjelaskan perkembangan suatu komoditas sesuai dengan lingkup posisinya
dalam suatu mata rantai (Suparmoko, 1999, Singarimbun, 1995). Adapun jumlah
responden disesuaikan dengan banyak sedikitnya pelaku dalam suatu mata rantai.
Untuk mata rantai pemasok diperoleh populasi sebanyak 5 pemasok,
sampel yang akan diteliti diperkirakan 3 sampel. Untuk mata rantai pengrajin
diperoleh populasi sebanyak 20 pengrajin, sampel yang akan diteliti 10 sampel,
untuk mata rantai pemasar, toko, dan sales masing-masing mempunyai populasi 5
dan diambil sampel sebanyak 3 sampel setiap mata rantainnya.
5. Alat Analisis
Analisis value chain mengukur nilai transaksi antar pelaku melalui nilai
tambah yang diperoleh. Nilai tambah adalah besarnya peningkatan kegunaan dan
kepentingan akibat dilakukannya satu atau lebih proses pada suatu produk
(Christopher dalam Wahyuningsih, 2004). Nilai tambah dapat diukur secara
kualitatif maupun kuantitatif.
a. Analisis Kualitatif
Menjelaskan secara deskriptif keterkaitan antar pelaku dalam mata rantai melalui
identifikasi adanya transaksi barang, uang dan informasi.
b. Analisis Kuantitatif
Menentukan nilai tambah setiap antar pelaku dalam mata rantai melalaui
pendekatan output-input. Nilai tambah ini juga merupakan keuntungan yang
diperoleh dari nilai penjualan dikurangi harga pokok produksi. Secara sederhana
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Konsep Analisis Kuantitatif
J. TAHAPAN PENELITIAN
Jenis penelitian ini deskriptif eksploratif yaitu suatu penelitian yang
menggambarkan obyek dan masalah secara detail dan berusaha menggali
fenomena secara menyeluruh terhadap informasi yang belum dipaparkan secara
tertulis. Riset ini mempunyai delapan tahapan dimana tahapan yang pertama
Nilai Tambah = Output – Input
Nilai Tabah = Keuntungan
Keuntungan = Penjualan – Harga Pokok penjualan
menjadi masukan tahapan berikutnya (Kaplinsky and Moris, 2000; Reichert,
2005).
Tahap pertama adalah menjelaskan profil usaha yaitu menggambarkan
potensi usaha di suatu daerah. Bagian ini mendeskripsikan perkembangan suatu
komoditas dalam tiga tahun terakhir,batasan dan komoditas, variasi olahan produk
akhir.
Tahapan kedua adalah penentuan entry point. Setiap usaha mempunyai
masalah yang unik yang mendorong dilakukan pengkajian lebih lanjut. Oleh
karena itu berbagai pelaku dan instansi terkait menjadi pintu masuk (gateway)
untuk menggali informasi lebih lanjut.
Tahap ketiga adalah pemetaan value chain yang merupakan inti dari
analisis rantai nilai. Tahapan ketiga ini terdiri dari tiga analisis yaitu penentukan
aliran produk, aliran income dan aliran informasi. Aliran produk menjelaskan
pelaku yang berperan dalam pengadaan bahan baku, pengolahan sampai dengan
pemasaran produk akhir serta menentukan kualitas produk yang dipersyaratkan
konsumen akhir. Aliran income menggambarkan transaksi dalam bentuk uang
yang terjadi antar pelaku, keuntungan yang diperoleh setiap pelaku, sistem
pembayaran dan peran lembaga keuangan dan non keuangan dalam membantu
pengembangan komoditas. Aliran informasi menjelaskan kemampuan setiap
pelaku serta lembaga yang langsung maupun tidak langsung terlibat dalam mata
rantai untuk memberikan dan memperoleh informasi baik mengenai harga, jumlah
dan kualitas produk dalam upaya memperlancar pasokan bahan baku/produk.
Tahapan keempat adalah analisis struktur dominansi (governance
structure) yang menjelaskan kekuatan setiap pelaku dalam mengendalikan aliran
produk baik melalui pengendalikan harga maupun informasi.
Tahapan kelima adalah penentuan critical succes factor (CSF) yaitu
menguraikan faktor keberhasilan suatu komoditas agar bisa berkembang. CSF
menjadi perhatian berbagai pihak karena menjadi pengarah berbagai kebijakan
yang berkaitan dengan revitalisasi komoditas tertentu.
Tahap keenam yaitu perbandingan antar usaha (bencmarking).
Benchmarking sangat penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan
komoditas dengan melakukan perbandingan terhadap kemajuan-kemajuan usaha
tersebut di daerah lain. Elemen yang dibandingkan berkaitan masalah kualitas
produk, proses pengerjaan, peran instansi terkait maupun tingkat kekuatan pelaku
di setiap mata rantai.
Tahap ketujuh yaitu pembahasan hasil penelitian. Tahap ini menguraikan
tentang permasalahan yang dihadapi, karena permasalahan setiap usaha sangat
unik atau berbeda antara satu usaha dengan usaha yang lain. Setiap usaha
mempunyai kekuatan dan kelemahan sehingga perlu pemahaman mendalam
tentang potensi yang bisa dikembangkan. Selain itu suatu usaha juga mempunyai
tantangan-tantangan sendiri yang perlu dicermati sebagai masukan upaya
perbaikan. Keterkaitan tahapan tersebut dijelaskan dalam gambar 3.
Profil Komoditas
Entry Point
Pemetaan Value Chain
Analisis Struktur Dominansi
Benchmarking
Critical Success Factor
Pembahasan Hasil Penelitian
Rekomendasi
Gambar 3. Tahap Penelitian
Berdasarkan analisis sebelumnya yaitu diawali pemetaan value chain
sampai dengan pembahasan masalah setiap komoditas maka upaya perbaikan
dituangkan dalam tahapan terakhir yaitu melalui rekomendasi kepada para pelaku,
asosiasi, pemerintah setempat maupun lembaga keuangan bank/nonbank. Upaya
perbaikan rantai nilai dapat dilakukan baik pada bahan baku, proses, pasar
maupun perbaikan pada rantai berikutnya. Langkah perbaikan juga dapat melalui
sinergi antar pelaku, peningkatan kualitas barang pasokan dan pemberdayaan
dalam bentuk tambahan modal.
J. GAMBARAN USAHA TAHU SERASI
Tahu Serasi merupakan usaha kecil yang diproduksi di Bandungan yang
tersebar di desa Kenteng dan Ampel Gading. Saat ini terdapat 10 pengrajin tahu
serasi yang tergabung dalam 2 kelompok tani yaitu Kelompok Tani Damai, desa
Kenteng yang dipimpin Ibu Subijati Sutrisno dan Kelompok Tani Ampel Gading
(saat ini peneliti belum mengetahui nama ketua kelompok taninya). Setiap hari
diproduksi kurang lebih 900 kg kedelai atau sekitar 21.000 potong tahu dengan
nilai penjualan sekitar Rp. 17.850.000 perhari.
Tahu serasi terkenal keunikannya yaitu warnanya putih bersih dan sangat
padat. Rasanya sangat enak dan gurih. Keistimewaannya tahu serasi buatan
Bandungan tidak mengunakan pengawet sama sekali. Proses pembuatan tahu
serasi membutuhkan waktu pengepresan yang relatif lama sehingga diperoleh sari
kedelai yang hampir tidak ada kadar airnya. Oleh karena itu tahu Serasi
Bandungan itu bertekstur padat, kenyal, dan lembut. Sedangkan untuk
minumannya, tersedia sari kedelai. Pembuatan tahu tersebut menggunakan bahan
baku kedelai jenis impor dan air mayon (bibit air tahu yang sudah diendapkan
selama semalam).
Pemasaran tahu Serasi mencakup area di sekitar Bandungan dan diluar
kota Bandungan. Tahu serasi dijual kepada agen yang kemudian mendistribusikan
ke kios-kios di sekitar pasar Bandungan. Terdapat juga kedai-kedai yang menjual
tahu serasi dalam bentuk matang (digoreng) yang biasanya dekat dengan hotel
atau tempat wisata Bandungan. Pemasaran di luar kota Bandungan lebih banyak
dijumpai di beberapa supermarket kota besar antara lain Semarang, Yogjakarta,
Solo dan Purwokerto.
Tahu Serasi pernah mengalami penurunan penjualan yang signifikan. Isu
formalin sekitar tahun 2005 pernah mengguncang usaha tahu serasi sehingga
omset tahu turun sampai 50%. Masalah ini diatasi dengan mencamtumkan label
tanpa formalin di bungkusnya. Selain itu kenaikan bahan baku akibat kenaikan
BBM tahun 2008 juga menurunkan penjualan tahu Serasi sampai 45% persen.
Masalah tersebut diatas dengan menurunkan kuantitas tahu agar harga tetap
terjangkau.
Gambar 4. Gambaran Usaha Tahu Serasi
Pemasok Pengrajin
Agen
Sales
Warung/Toko
Pasar-pasar
supermarket
K. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
N
o
Kegiatan
Bulan
I II III IV V VI
1 Penelusauran Pustaka
lanjutan
2 Observasi di Sentra Usaha
Tahu Serasi
3 Penyusunan Kuesioner
4 Pertemuan FGD
5 Wawancara Lanjutan
dengan Pengrajin
6 Pemasukan Data
Penelitian (Entry Data)
7 Pengolahan dan Data
Analisis
L. PERINCIAN ANGGARAN
Pemasukan
Dana Hibah Penelitian Kerjasama Rp 10.000.000
Pengeluaran
Keterangan Uraian Total
Subtotal
1. Bahan dan Peralatan Penelitian
Kertas HVS 7 rim x Rp.30.000 Rp.210.000
Tinta refill 6 bh x Rp.25.000 Rp.150.000
Cartride BC-20 3 bh x Rp.250.000 Rp.750.000
Potocopi kuesioner 20 eks x 20 lbr x RP.100 Rp. 40.000
USB 1 Gb (flas disk) 3 buah x Rp.100.000 Rp.300.000
CD 3 x Rp.50.000 Rp. 150.000
Alat tulis 1 paket x Rp.200.000 Rp.200.000
Sewa computer 6bln x Rp. 450.000 Rp.2.700.000
jumlah Rp.4.500.000
2. Biaya Perjalanan
Transportasi survei lapangan
sentra industry tahu serasi 6 frek x Rp.50.000 Rp.300.000
Transportasi penyebaran kuesioner
ke pengrajin Tahu Serasi 30 renponden x Rp.30.000 Rp.900.000
jumlah Rp.1.200.000
3. Konsumsi Selama Penelitian Konsumsi FGD 30 orang x Rp.20.000 Rp.600.000
Konsumsi untuk tim peneliti
dan tenaga teknis operasional 6 bln x Rp.500.000 Rp.3.000.000
jumlah Rp.3.600.000
4. Laporan Penelitian
Pengadaan laporan penelitian 10 eks x 200 lbr x Rp.100 Rp.200.000
Dokumentasi Usaha Tahu Serasi
dan laporan penelitian dalam
bentuk multi media 1eks x Rp.500.000 Rp.500.000
jumlah Rp.700.000
Total Pengeluaran Rp.10.000.000
M. DAFTAR PUSTAKA
_____ (2006). Pemetaan (Mapping) Keragaan UMKM di Wilayah Eks-
Karesidenan Surakarta, Bank Indonesia Solo-Pusat Pengembangan
Ekonomi Pembangunan, FE UNS.
______, Dampak Kenaikan Harga Kedelai (3-Habis) Stres, Ingin Sekadar
Bertahan atau Banting Setir?, Harian Suara Merdeka Sabtu, 19 Januari
2008.
______, Pengembangan Komoditas Unggulan UMKM Di Wilayah Eks
Karesidenan Surakarta Melalui Pendekatan Value Chain Analysis, Bank
Indonesia Surakarta-Pusat Pengembangan Manajemen UNS, 2008.
______, Penjualan Tahu Bandungan Turun 50%, Harian Suara Merdeka, Jumat,
30 Desember 2005.
______, Surga Wisata Jawa Tengah yang Kaya Sumber Daya Alam, Harian
Kompas, Jumat, 15 Juni 2007.
AsiaDHHRA (2008). Value Chain Analysis Report: Cambodia, Philippines,
Vietnam.
______, Tahu Bandungan dan Silaturahim yang Tertunda, Harian Kompas,
Kamis, 26 Maret 2009.
Elloumi, Fathi (2001). Value Chain Analysis: A Strategic Approach to Online
Learning, Athabasca University.
Kaplinsky, Raphael and Morris, Mike (2000). A Handbook For Value Chain
Research Centre for Research in Innovation Management, University of
Brighton.
Karki, Kedar (…..). Concept of Value chain approaches.
Porter, Michael (1980). Competitive Strategy, MacMillan.
Pudjiatmoko, (2008). Budi Daya Jambu Mete.
http://atanitokyo.blogspot.com/2008/07/jambu-mete-anacardium-
occidentale-.html. Download tanggal 5 Oktober 2008.
Reichert, Chistoph (2005). Pendekatan Rantai Nilai Bagi Pengembangan UKM
pada Sektor Potensial di Wilayah Surakarta dan sekitarnya, ASMINDO-
GTZ, Solo.
Richter, Peter (2006). Value chain Promotion and Business Environtment Reform
–Experinces from Sri Lanka, Asia Regional Consultative Conference,
Donor Committee for Enterprise Development, December 2006.
Senada (2007). Tinjauan Rantai Nilai Industri (RNI) Pakain Jadi: Mekanisme
Operasi dan Antarhubungan Perusahaan dalam RNI Pakaian Jadi.
Singarimbun, Masri (1995). Metode Penelitian Survai, LP3ES.
Suparmoko (1999). Metode Penelitian Praktis, BPFE.
Supriyadi dkk (2006). Analisis Peningkatan Nilai Tambah Melalui
Pengembangan Agroindustri, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian, badan penelitian dan pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian.
Tarigan, Herlina (2007). Peningkatan Nilai Tambah Melalui Pengembangan
Agroindustri Pisang di Kabupaten Lumajang, Pusat Analisa Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Taylor, David H (2005). Value chain analysis: an approach to supply chain
improvement in agri-food chains. University of Wales, Cardiff, UK.
Widarsono, Agus (…….). Strategis Value Chain Analysis (Analisis Stratejik
Rantai Nilai) : Suatu pendekatan Manajemen Biaya. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Zabidi, Yasrin (2001). Supply Chain Management : Teknik Terbaru dalam
Mengelola Aliran Material/Produk dan Informasi dalam Memenangkan
Persaingan. Usahawan No.02 Th. XXX Februari 2001.
PERSONALIA PENELITIAN
1. Ketua Pelaksanaan Kegiatan
a. Nama Lengkap : Eko Andiyanto
b. NIM : F 0206008
c. Fakultas/prodi : Ekonomi/Manajemen
d. Universitas : Sebelas Maret Surakarta
e. Alamat Rumah : Jl Aru 27 Kepatihan Wetan Jebres
Surakarta 57129
f. No. Telp/Hp : 085647263633
g. Alamat email : [email protected]
2. Anggota Pelaksanaan Kegiatan
1) Anggota Pelaksana 1
a. Nama lengkap : Muhammad Arif Wibowo
b. NIM : F 0206135
c. Fakultas/prodi : Ekonomi/Manajemen
d. Universitas : Sebelas Maret Surakarta
e. Alamat Rumah : Dsn.Mesu Suruh RT 02 RW 07,
Kab.Semarang
f. No. Hp : 085640812543
g. Alamat email : [email protected]
2) Anggota Pelaksana 2
a. Nama Lengkap : Aldino Surima F.
b. NIM : F 0106003
c. Fakultas/prodi : Ekonomi/Pembangunan
d. Tempat Tanggal Lahir :
e. Jenis Kelamin : Laki-laki
f. Alamat Rumah :
g. No. Hp :
h. Alamat email :
3. Dosen Pendamping
a. Nama : Ahmad Ikhwan Setiawan, SE.MT
b. NIP : 132 282 732
c. Tempat tanggal lahir : Semarang, 16 Agustus 1972
d. Jenis kelamin : Laki-laki
e. Pekerjaan : Dosen FE UNS
f. Pangkat/golongan : IIIB
g. Jabatan fungsional : Ahli madya
h. Bidang keahlian : Manajemen Operasi
i. Alamat rumah : jl.Kutilang Gang I/44 Cinderejo
Kidul Solo 57134
j. No. Telp rumah : (0271) 743349
k. No. Handpone : 08121507475
l. Email : [email protected]
RIWAYAT HIDUP KETUA
a. Nama Lengkap : Eko Andiyanto
b. NIM : F 0206008
c. Fakultas/prodi : Ekonomi/Manajemen
d. Universitas : Sebelas Maret Surakarta
e. Tempat Tanggal lahir : Surakarta, 16 Mei 1988
f. Jenis Kelamin : Laki-laki
g. Alamat Rumah : Jl Aru 27 Kepatihan Wetan Jebres
Surakarta 57129
h. No. Telp/Hp : 085647263633
i. Alamat email : [email protected]
PENGALAMAN KERJA
2008 – saat ini Lembaga Studi Desain (Le Stude) Surakarta, Jawa Tengah
Panitia Inti pada event “Seminar dan Workshop Digital Magazine” kerjasama antara Lembaga Studi Desain (Le Stude), Telkom Solo dan The Warholl pada tanggal 2 Agustus 2009 di Aula Telkom Solo
Panitia Inti pada event Parade Band “Gebyar Speedy Peduli Merdeka” kerjasama Telkom Solo dan Lembaga Studi Desain pada tanggal 13-15 Agustus 2009
Penggunaan media event sebagai salah satu promosi Le Stude dalam bentuk Road Show Workshop desain ke sekolah-sekolah di kota Solo
2009 – saat ini Sign Magz Digital Magazine Surakarta, Jawa Tengah
Sebagai Editor dan Account Executive dalam pembuatan Sign Magz digital Magazine
PENDIDIKAN
1994 – 2000 SD N WIDURAN 116 SKA2000 – 2003 SMP N 3 SKA2003 - 2006 SMA N 3 SKA2006 – saat ini FE UNS SurakartaMahasiswa Ekonomi, jurusan Management , IPK 3,04. PELATIHAN
2009 (BMT) Business Motivation Training FE UNS Surakarta2009 Pre Job Training (PJT) FE UNS Surakarta2009 Pelatihan Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001 ; 2008) Surakarta
HOBY
Basket, Capoeira, Traveling, membaca, badminton
RIWAYAT HIDUP ANGGOTA PELAKSANA 1
a. Nama lengkap (1) : Muhammad Arif Wibowo
b. NIM : F 0206135
c. Fakultas/prodi : Ekonomi/Manajemen
d. Universitas : Sebelas Maret Surakarta
e. Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 5 Januari 1988
f. Jenis Kelamin : Laki-laki
g. Alamat Rumah : Dsn.Mesu Suruh RT 02
RW 07,
1. Kab.Semarang
h. No. Hp : 085640812543
i. Alamat email : [email protected]
PENGALAMAN ORGANISASI
-
KARYA TULIS
-
PENGALAMAN KERJA
-
RIWAYAT HIDUP ANGGOTA 2
a. Nama Lengkap (2) : Aldino Surima F.
b. NIM : F 0106003
c. Fakultas/prodi : Ekonomi/Pembangunan
d. Tempat Tanggal Lahir :
e. Jenis Kelamin : Laki-laki
f. Alamat Rumah :
g. No. Hp :
h. Alamat email :
PENGALAMAN ORGANISASI
KARYA TULIS
PENGALAMAN KERJA
RIWAYAT HIDUP DOSEN PENDAMPING
a. Nama : Ahmad Ikhwan Setiawan, SE.MT
b. NIP : 132 282 732
c. Tempat tanggal lahir : Semarang, 16 Agustus 1972
d. Jenis kelamin : Laki-laki
e. Pekerjaan : Dosen FE UNS
f. Pangkat/golongan : IIIB
g. Jabatan fungsional : Ahli madya
h. Bidang keahlian : Manajemen Operasi
i. Alamat rumah : jl.Kutilang Gang I/44 Cinderejo
Kidul Solo 57134
j. No. Telp rumah : (0271) 743349
k. No. Handpone : 08121507475
l. Email : [email protected]
Pendidikan
No Nama universitas Jenjang Kota Tanggal Lulus
Bidang
1 Universitas Sebelas Maret
S1 Solo 10 oktober 1997
Ekonomi Manajemen
2 Institute Teknologi Bandung
S2 Bandung 20 Agustus 2001
Teknik Manajemen Industri
3 - S3 - - -
Karya Ilmiah
No Jenis Karya Ilmiah
Judul Karya Ilmiah
1 Makalah Untuk Surat Kabar dan Majalah
Sudahkan Zakat Gerakan Ekonomi Umat, Harian Solopos, Kolom Gagasan, Jumat, 19 Oktober 2007
Mendongkrak Ekspor Mebel Solo, Harian Solopos, Kolom Gagasan, Rabu, 6 Juni 2007
Environtmental Governance vs Eksploitasi Alam, Harian Solopos, Kolom Gagasan, Kamis 8 Februari 2007
Revitalisasi Perbankan Syariah, Harian Solopos, Kolom Gagasan, Sabtu, 9 Desember 2006
Gonjang-ganjing Ekspor Furniture Solo, Harian Solopos, Kolom Gagasan, Sabtu, 3 September 2005
2 Makalah Seminar
Pelatihan Manajemen Usaha Kecil dan Koperasi, Pusat Pengembangan Manajemen (PPM) Fakulas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan PT Angkasa Pura Adi Sumarmo, Surakarta, Desember 2006
Pelatihan Statistic Mulitvariat, Pelatihan bagi Staf Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sebelas Maret, Juli 2005
Pelatihan Manajemen Usaha Kecil dan Koperasi, Pusat Pengembangan Manajemen (PPM) Fakulas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan PT Angkasa Pura Adi Sumarmo, Surakarta, Juni 2005
Pelatihan Fasilitator Untuk Konsultan Mitra-Mitra, Business Development Services (BDS) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan Bank Indonesia, Cabang Surakarta, Oktober 2004
Technical Assistance and Training of AMOS/LISREL Software, Planning – Arraging of Program and Buggeting System, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas
Sebelas Maret, Juli 2004
Pelatihan Manajemen Usaha Kecil dan Koperasi, Pusat Pengembangan Manajemen (PPM) Fakulas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan PT Angkasa Pura Adi Sumarmo, Surakarta, Juni 2004
Pelatihan Untuk Instruktur (Training for Trainer) bagi Konsultan Keuangan Mitra Bank, Business Development Services (BDS) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan Bank Indonesia, Cabang Sragen, Juni 2004
Pelatihan Fasilitator Untuk Konsultan Mitra-Mitra, Business Development Services (BDS) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan Bank Indonesia, Cabang Kediri, Jawa Timur, Mei 2004
Pendidikan dan Pelatihan Untuk Staf Karyawan Perum Pegadaian Pusat Pengembangan Manajemen (PPM), Pusat Pengembangann Manajemen (PPM), Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan Perum Pegadaian, Maret 2004
3 Jurnal Analisis Anteseden dan Konsekensi Conigtive Absorbtion dalam Memprediksi Penerimaan Teknologi Informasi, Focus Manajerial, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, (4:2), September 2006
Dampak Faktor-Faktor Persepsi pada Adopsi Teknologi System Akademik Terkomputerisasi, Karisma – Kajian dan Riset Manajemen, Jurusan Manajemen UPN Yogyakarta, (I:2), April 2007
Peran Persepsi Resiko dalam Teknologi Aceeptace Model Pada Teknologi System Akademik Terkomputerisasi, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Magister Manajemen, Universitas Sebelas Maret (6:2), November 2006
Manfaat Produktfitas Berdasarkan Pola Integrasi Suplly Chain (enelitian pada Perusahaan Manufaktur di Kotamadya Surakarta), Focus Manajerial, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, (4:2), September 2006
Integrasi Supply Chain pada Industry Tekstil: Survey pada Retailer dan Grosir di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Emprika, (19:1), Juni 2006
Pengembangan Model Adopsi Teknologi Studentself Access Terminal (SSAT) di Fakultas Ekonomi, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Magister Manajemen, Universitas Sebelas Maret, (6:1), Mei 2006
Analisis Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Internal BMT (Survey BMT – BMT se-Kabupaten Banyumas), Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, (5:1), April 2006
Pengaruh Pola Integrasi Suppy Chain Terhadap Kinerja Perusahaan – Spesialisasi Pada Struktur Industry sebagai Variable Moderator, dipublikasikan di Jurnal Bisnis dan Manajemen, Magister Manajemen, Universitas Sebelas Maret, (6:1), Juni 2005, Jurnal Terakreditasi
Keadilan Procedural dan Distribusi Sebagai Anteseden Hubunga antara Komitmen Organisasi dan Kinerja, dipublikasikan di Perspektif, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Managemen and Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, (10:1), Juni 2005, Jurnal Terakreditasi
Integrasi Supply Chain dan Dampaknya Terhadap Kinerja; Survey pada Perusahaan Penyedia Jasa Makanan di Surakarta, Jurnal Benefit, Universitas Muhammadiyah Surakarta, (3:1), Juni 2005, Jurnal Terakreditasi
Analisis Kualitas Jasa dengan Quality Function Develoyment, (QFD); Studi Kasus pada Konsumen Bank Pemerintah di Surakarta, Jurnal Focus Manajerial, Jurnal Manajemen, dan Kewirausahaan,
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, (2:1), Maret 2004
4 Buku yang di Cetak Penerbit
Buku Praktikum Perencanaan and Perancangan Pabrik, Program Diploma 3 Manajemen Industry, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Buku Praktikum Manajemen Operasi, Program Diploma 3 Manajemen Industry, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Agustus 2002
Buku Praktikum Total Quality Managemen (TQM), Program Diploma 3 Manajemen Industry, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2001
PELATIHAN (3 tahun terakhir)
No Nama Pelatihan Tempat Penyelenggara Lama Pelatihan
1 Pelatihan Analisis Dampak Lingkungan
PPLH LPPM Surakarta
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH),UNS
Desember 2006
2 Pelatihan “ Cara Pembimbingan Mahasiswa Untuk Dosen Muda”
UNS PBKPK UNS 3 Agustus 2005
3 Seminar Jurusan “Obligasi Sebagai Alternative Investasi Berpendapaan Tetap”
Ruang Sidang UNS
Jurusan Manajemen FE UNS
16 April 2005
4 Seminar Nasional Dies Natalis UNS XXIX “The Evil of Neoliberalism and Indonesia’s Future” BEM FE UNS
Aula FE UNS
BEM FE UNS 9 April 2005
5 Pelatihan PDPP – Kaderisasi Fasilitator Mitra Strategis
Hotel Sahit Raya, Surakarta
P5-FT UNDIP, LPM-UNS, FKIP-UKSW, Surakarta
8 September 2004
6 Pelatihan Penciptaan Kompetensi Untuk Mengahadapi Persaingan (Creation of Competence for Competition)
Hotel Quality, Surakarta
Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit Gmbh (GTZ) bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
3 hari Februari 2004
Penelitian (3 tahun terakhir)
No Pembiayaan Judul Penelitian Biaya Penelitian
1 Pembiayaan Senidiri oleh Peneliti
2 Pembiayaan oleh Jurusan / Fakultas / Universitas
Optimalisasi Kualitas Anyaman Berbahan Enceng Gondok untuk Meningkatkan Desain Kursi Rotan Berorientasi Ekspor pada Sentra Industry Mebel Rotan di Wilayah Surakarta
3 Pembiayaan oleh Depdiknas
Keadilan Procedural dan Dristibutif sebagai Anteseden Hubungan antara Komitmen Organisasional dan Kinerja, Hibah Penelitian Lembaga Penelitian dan Pengabdian masyarakat (LPMM), Universitas Sebelas Maret, Tahun 2004
Integrasi Supply Chain dan Dampaknya Terhadap Kinerja, Survey pada Perusahaan Penyedia Jasa Makanan di Surakarta, Hibah Penelitian Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPMM) Tahun 2004
4 Pembiayaan oleh Institusi Diluar Depdiknas
5 Pembiayaan oleh Instusi Luar Negeri
Pengabdian Lasyarakat (3 tahun terakhir)
No Pembiayaan Judul Pengabdian Biaya Pengabdian Masyarakat
1 Pembiayaan Sendiri oleh ybs
2 Pembiayaan oleh Jurusan / Fakultas / Universitas
Pelatihan Statistic Multivariat, Pelatihan Bagi Staf Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sebelas Maret, Juli 2005
FKIP UNS
Pelatihan Manajemen dan Konsultasi Usaha Kecil, Jurusan Manajemen, FE UNS, 18 Januari 2005
Jurusan Manajemen FE UNS
Pelatihan program pendidikan kecakapan hidup (life skill), lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM), UNS, 28 oktober s.d 24 desember 2004
LPPM UNS
3 Pembiayaan oleh Depdiknas
Teknik Asistensi dan Pelatihan AMOS/LISREL, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, UNS, 16-17 Juli 2004
SP-4 Depdiknas
4 Pembiayaan oleh Institusi di luar Dediknas
Pelatihan Manajemen Usaha Kecil dan Koperasi, diadakan Pusat Pengembangan Manajemen (PMM)
PT. Angkasa Pura Adisumarmo,
Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan PT. Angkasa Pura Adisumarmo, Surakarta, Desember 2005
Surakarta
Pelatihan Manajemen Usaha Kecildan Koperasi, diadakan Pusat Pengembangan Manajemen (PMM) Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret bekerja sama dengan PT. Angkasa Pura Adisumarmo, Surakarta, Juni 2005
PT. Angkasa Pura Adisumarmo, Surakarta
Pelatihan Fasilitator Untuk Konsultan Mitra-Mitra, Business Development Service (BDS) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Universitas Sebelas Maret bekerjasama dengan Bank Indonesia, Cabang Kediri, Jawa Timur, 9-12 Juni 2004
Bank Indonesia, Cabang Kediri, Jawa Timur
Pelatihan Fasilitator dalam Rangka Pemberdayaan Konsultan keuangan UMKM Mitra Bank (KKMB) Kabupaten Sragen, kerjasama Development Service (BDS) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNS, Pemda Sragen dan Bank Indonesia, Cabang Solo, Jawa Tengah 17-19 Mei 2004
Bank Indonesia, Cabang Solo, Jawa Tengah
Training Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah, Pusat Pengembangan Manajemen (PPM), Fakultas Ekonomi UNS bekerja sama dengan PT. Angkasa Pura, Surakarta, Maret 2004
PT. Angkasa Pura Adisumarmo, Surakarta
5 Pembiayaan oleh Institusi Luar Negeri
PENELITIAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH PELAKU BISNIS USULAN
PENGEMBANGAN USAHA TAHU SERASI DI BANDUNGAN, KABUPATEN
SEMARANG MELALUI PENDEKATAN VALUE CHAIN ANALYSIS
I. Data Pengusaha
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pendidikan Terakhir :
Jenis Usaha :
Lama Usaha Berjalan :
Bentuk Usaha :
Posisi Pekerjaan :
II. Data Karyawan
Jumlah karyawan :
Pendidikan Masing-masing karyawan :
Jenis Kelamin Masing-masing Karyawan :
Alamat Masing-masing karyawan : (RW/kelurahan/kec/kab)
III.Daftar Pertanyaan
A. Biaya
Biaya Bahan Baku
Biaya Bahan Baku Produsen langsung Pihak Kedua
Harga Bahan Baku Utama Rp. Rp.
DRAFT KUESIONER INDEPTH
Harga Bahan Baku
Pembantu
Rp. Rp.
Biaya Pengolahan (perbulan)
Biaya Biaya Pengolahan
Biaya Tenaga Kerja Rp.
Biaya Listrik Rp.
Biaya BBM Rp.
Biaya Lain-lain Rp.
Biaya Pemasaran
Biaya Biaya Pemasaran
Biaya Pengemasan Rp.
Biaya Tenga Kerja Pemasaran Rp.
Biaya Transportasi Pengiriman Rp.
-
Biaya Administrasi
Biaya Administrasi Biaya
Biaya Tenaga Kerja Administrasi Rp.
Biaya lain-lain Rp.
Biaya Lain-lain
Biaya Lain-lain Biaya
Biaya Lain-lain Rp.
-
B. Harga Jual Produk (Persepsi konsumen)
Harga Harga Produk
Biaya Pengemasan Rp.
Biaya Tenaga Kerja Pengemasan Rp.
Biaya Transportasi Pengiriman Rp.
C. Aliran Barang
Bahan Baku Utama
Bahan Baku Utama
Asal Bahan Baku Utama Langsung dari produsen
Pihak kedua
……………………………………...
………………………………………
Lainnya
……………………………………....
…………………………………........
Apakah Bahan Baku Utama Ya
tersedia setiap saat?? Tidak
Kapan?? …………………………….
Bahan Baku Pembantu
Bahan Baku Pembantu
Jenis Bahan Baku Pembantu ………………………………………
………………………………………
Asal Bahan Baku Pembantu Langsung dari produsen
Pihak kedua
………………………………………
………………………………………
Lainnya
………………………………………
Apakah bahan baku pembantu Ya
Tersedia setiap saat?? Tidak
Kapan?................................................
Barang jadi
Barang Jadi
Jenis produk yang dihasilkan ……………………………………...
………………………………………
Konsumen masing-masing ………………………………………
produk jadi ………………………………………
Apakah produk jadi dipasok Ya
sendiri oleh konsumen berikutnya? Tidak
Apakah produk jadi diambil Ya
sendiri oleh konsumen berikutnya? Tidak
Apakah produk jadi harus Ya
memenuhi standar tertentu? Tidak
Penentuan standar produk jadi Produsen
Konsumen
Asosiasi
Koperasi
Lainnya
………………………………………
……………………………………....
D. Aliran Uang
Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran bahan baku Cash
Kredit
Tempo
lainnya
………………………………………
Sistem pembayaran Cash
bahan baku pembantu Kredit
Tempo
Lainnya
………………………………………
Sistem pembayaran Cash
masing-masing produk jadi Kredit
Tempo
lainnya
………………………………………
Apakah pembayaran Ya
dilakukan melalui Tidak
lembaga keuangan?
Lembaga keuangan Bank Umum
yang digunakan BPR
Koperasi
Lainnya
………………………………………
Mucul biaya dalam Ya
menggunakan sistem Tidak
pembayaran
Jenis biaya yang muncul Biaya broker
Jasa bank
Lainnya
………………………………………
Jumlah biaya yang muncul Rp…………………………………...
E. Aliran Informasi
Aliran Informasi
Penyedia sumber informasi ………………………………………
untuk perolehan bahan baku ………………………………………
utama
Penyedia sumber informasi ………………………………………
untuk perolehan bahan baku ………………………………………
pembantu
Penyedia sumber informasi ………………………………………
untuk memasarkan produk ………………………………………
jadi
Apakah muncul biaya dalam Ya
mendapatkan informasi Tidak
diatas?
Biaya dalam mendapatkan Rp………………………….
informasi
Terdapat koperasi/asosiasi Ya
sebagai wadah kerjasama Tidak
Fungsi lembaga/ ………………………………………
wadah kerjasama ………………………………………
………………………………………
Frekuensi pertemuan dengan 1 kali
lembaga/wadah kerjasama 2 kali
dalam sebulan lebih dari 2 kali
Terjadi pertukaran informasi Ya
antar anggota lembaga Tidak
Terjadi pertukaran informasi Ya
antar sesama penghasil Tidak
produk sejenis
Informasi yang diperoleh ………………………………………
antar sesama penghasil ………………………………………
produk sejenis
Pelaku dalam bisnis 1……………………………………..
2……………………………………..
3……………………………………..
Kiat sukses ………………………………………
sebagai pelaku tunggal ………………………………………
Apakah terdapat kesulitan Ya
dalam mendapatkan informasi Tidak
terkait dengan pemasok, harga BB,
konsumen dll?
Kesulitan apa saja yang dialami? ………………………………………
………………………………………
Pengaruh kesulitan dalam bisnis? ………………………………………
………………………………………
F. Lembaga Pendukung
Apakah anda pernah mendengar Ya
lembaga penelitian yang telah Tidak
berusaha mengembangkan produk penjelasan informasi yang diterima
anda…………………………………
……………………………………...
Apakah and pernah memperoleh Ya
bantuan pengembangan produk dari Tidak
suatu lembaga penelitian penjelasan bentuk, metode, waktu
bantuan yang diterima
………………………………………
………………………………………
Apakah anda pernah memperoleh Ya
bantuan modal Tidak
penjelasan bantuan yang anda terima
………………………………………
………………………………………
Lembaga apa yang pernah membantu Bank
Permodalan anda koperasi
Lainnya
Persyaratan memperoleh bantuan
………………………………………
………………………………………
Anda pernah memperoleh bantuan Ya
batuan teknis dari pemerintah? Tidak
penjelasan bantuan yang anda terima
………………………………………
………………………………………
Apakah anda mengetahui kebijakan Ya
pemerintah mengenai pemberdayaan Tidak
usaha anda? pejelasan kebijakan pengembangan
pemerintah yang anda ketahui
……………………………………....
………………………………………
PENELITIAN PENINGKATAN NILAI TAMBAH PELAKU BISNIS
USULAN PENGEMBANGAN USAHA TAHU SERASI DI BANDUNGAN,
KABUPATEN SEMARANG MELALUI PENDEKATAN VALUE CHAIN
ANALYSIS
A. Profil komoditas
- Kontribusi komoditas terhadap perekonomian daerah (Pajak, Penyerapan
& Penciptaan Tenaga Kerja)
- Pengembangan komoditas (jumlah pelaku setiap rantai, omzet untuk tiap
pelaku)
- Hambatan/permasalahan untuk setiap komoditas.
B. Keterkaitan dengan wilayah lain
- Keterkaitan pelaku dengan pelaku (antar mata rantai) di wilayah lain
Contoh: pengolaha tembakau di Klaten, menjula di Boyolali
- Keterkaitan antara komoditas satu dengan komoditas yang lain
Contoh: batik digunakan sebagai bahan baku untuk konveksi.
C. Intervensi instansi yang sudah dilakukan
Instansi yang terlibat: Disperindagkop, lembaga Keuangan (perbankan dan
non bank), Dinas Pertanian dan Hortikultura, Dinas Peternakan
DRAFT KUESIONER FOCUS GROUP DISCUSSION
- Batuan berupa dana, teknologi, informasi (pemasaran dan bahan baku),
fasilitas pameran.
D. Peran Asosiasi/Koperasi
- Kerjasama penyedia bahan baku, pemasaran, representasi respon terhadap
kebijakan Pemerintah.
E. Siapa saja pelakunya (UMKM)
- Pelaku dalam mata rantai: Pemasok bahan baku/petani, pemasok bahan
pembantu, pengumpul, pengolah, pedagang besar, pengecer
- Identifikasi jenis rantai distribusi komoditas (konvensional, melompat)
Contoh: produk mete: Rantai petani – pengolah – konsumen
(konvensional)
- Identifikasi jenis pengembangan produk akhir
Contoh: batik untuk konveksi, sprei, taplak meja
- Identifikasi transaksi antar pelaku yang dominan dan tidak dominan
Transaksi dominan masuk dalam rantai, transaksi yang tidak dominan
cukup dideskripsikan.