library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2013-2... · web viewbab ii...
TRANSCRIPT
BAB IILANDASAN TEORI
2.1 Kualitas Jasa
2.1.1 Pengertian JasaMenurut Christian Gronross sebagaimana dikutip oleh Tjiptono dan Chandra (2005 : 11),
jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya (namun tidak
harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa atau sumber daya fisik
atau barang dan atau system penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah
pelanggan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelangan seringkali terjadi dalam jasa, sekalipun
pihak-pihak yang terlibat mungkin tidak menyadarinya. Selain itu, dimungkinkan ada situasi
dimana pelanggan sebagai individu tidak berinteraksi langsung dengan perusahaan jasa.
Sejumlah riset empiris menurut Boulding, et al., Edvarson, et al., Olsen, Reichheld dan Saser,
dan Zeithaml et al. Sebagaimana dikutip oleh Tjiptono dan Chandra (2005:109) menyimpulkan
bahwa loyalitas pelanggan berkaitan positif dengan kualitas jasa suatu organisasi.
Dalam bahasa Inggris, jasa atau layanan diwakili oleh satu kata, yaitu service. Dalam
bahasa Indonesia, khususnya yang dipakai dalam pemasaran, belum ada bahasa baku untuk
terjemahan kata itu. Menurut Simamora (2004:171) kata “jasa” menempatkan pemberi jasa
sebagai orang atau pihak yang berjasa, sehingga yang menerima jasa perlu memberi imbalan
untuk itu.
Menurut Kotler (2005:276) jasa adalah segala aktifitas atau manfaat yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud (tidak
terdeteksi panca indera) dan tidak menghasilkan kempemilikan atas apapun.Produksinya
mungkin terikat atau tidak pada produk fisik.
Sedangkan menurut Lovelock (2007:5) jasa adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan
suatu pihak kepada pihak lainnya. Adapun pengertian lain dari jasa adalah kegiatan ekonomi
yang menciptakan dan memberikan manfaat bagi pelangan pada waktu dan tempat tertentu,
sebagai hasil dari tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama
penerimaan jasa tersebut.
8
9
Layanan (Simamora, 2004:171) adalah suatu perbuatan. Layanan hanya dapat
dikonsumsi tapi tidak dapat dimiliki.
Jadi, jasa dan layanan mempunyai arti yang sama, yaitu manfaat yang bisa ditawarkan
seseorang kepada orang lain yang tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki.
Menurut Simamora (2004:175) jasa atau layanan memiliki empat karakter, yaitu :
1. Tak berwujud (Intangibility)
Layanan bersifat intangible iartinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, dan didengar
sebelum dibeli. Seseorang tidak dapat menilai hasil dari layanan sebelum ia menikmatinya
sendiri. Bila pelanggan membeli layanan, maka ia hanya menggunakan, memanfaatkan, atau
menyewa layanan tersebut. Pelanggan tidak lantas memiliki layanan yang dibelinya.
2. Tak terpisahkan (Inseparability)
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan layanan biasanya
dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan.
3. Keanekaragaman (Variability)
Layanan bersifat sangat variable karena merupakan non-standard zed outpout, artinya
banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana layaan
tersebut dihasilkan.
4. Tak tahan lama (Perishability)
Layanan merupakan komoditas yang tidak dapat tahan lama dan tidak dapat disimpan.
Dengan demikian bila suatu layanan tidak digunakan akan berlalu begitu saja.
2.1.2 Kualitas / Mutu (Quality)Menurut Kotler (2005:279) mutu adalah salah satu alat penting bagi pemasar untuk
menetapkan posisi. Ketika mengembangkan suatu produk, pemasar mula-mula harus memilih
tingkat muu yang akan mendukung posisi di pasar sasaran.
10
Masih menurut Kotler (2009:180) mutu adalah keseluruhan fitur dan sifat produk atau
pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau yang tersirat.
Menurut Simamora (2005:179) kualitas adalah ukuran relative kebaikan suatu produk
atau layanan yang terdiri atas kualias desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan
fungsi spesifikasi produk. Sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukura seberapa jauh suatu
produk mampu memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Lovelock (2007:19) kualitas adalah sejauh mana suatu jasa
memuuaskan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan dan harapan mereka.
Dari beberapa pengertian menurut beberapa ahli diatas, maka kualitas adalah suatu
ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja jasa sehingga orang yang mengkonsumsinya
terpuaskan.
2.1.3 Kualitas JasaMenurut Simamora (2003:180) kualitas layanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketetapan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.
Menurut Lovelock (2007:96) kualitas jasa adalah evaluasi kognitif jangka panjang
pelanggan terhadap penyerahan jasa suatu perusahaan.
Menurut Tjiptono (2009:243) kualitas produk baik barang maupun jasa, berkontribusi
besar pada kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, WOM, pembelian ulang, cross buying dan
up buying, loyalitas pelanggan, pangsa pasar dan profitabilitas.
Berdasarkan tiga penertian di atas, kualitas jasa yang paling sesuai adalah menurut
Simamora, yaitu pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan
penyampaiannya untuk menimbangi harapan pelanggan.
Menurut Tjiptono (2009:246) terdapat perbedaan antara kualitas barang dengan kualitas
jasa, yaitu :
11
Tabel 2.3 Perbedaan antara kualitas barang dengan kualitas jasa
Kualitas Jasa Kualitas Barang
1 Kualitas dialami Kualitas dimiliki dan dinikmati
2 Bergantung pada komponen
pheriperals untuk
merealisasikan kualitas
Produk itu sendiri
memproyeksikan kualitas
3 Pemulihan atas jasa yang jelek
sulit dilakukan karena tidak
bisa mengganti jasa yang cacat
Dimungkinkan untuk
melakukan perbaikan pada
produk cacat guna menjamin
kualitas
4 Lebih suli
mengkomunikasikan kualitas
Lebih mudah
mengkomunikasikan kualitas
5 Kualitas sulit distandarisasikan
dan membutuhkan investasi
besar pada pelatihan SDM
Standarisasi kualitas dapat
diwujudkan melalui investasi
pada otomisasi dan teknologi
6 Kriteria pengukuran lebih sulit
disusun dan seringkali sukar
dikendalikan
Kriteria pengukuran lebih
mudah disusun dan seringkali
sukar dikendalikan
7 Diukur secara subyektif dan
acapkali ditentukan oleh
konsumen
Dapat secara objektif diukur
dan ditentukan oleh
pemanufakturan
Menurut Tjiptono (2006, p59), Kualitas adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Sedangkan Menurut Kotler (2005, p310), Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat
suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan nya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
12
Menurut Garvin dalam (Tjiptono,2008) mendefenisikan kualitas ke dalam lima perspektif
yaitu :
a. Transcendental approach
Kualitas dipandang sebagai innate excellence, yaitu sesuatu yang secara bawaan tidak
mungkin dikomunikasikan, contohnya kecantikan atau cinta. Perspektif ini mengatakan bahwa
orang hanya bisa belajar memahami kualitas melalui pengalaman yang didapatkan dari eksposur
berulang kali (repeated exposure).
b. Product-based approach
Perspektif ini mengasumsikan bahwa kualitas adalah karakteristik, komponen atau atribut
obyektif yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam hal kualitas yang
mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk.
c. User-based approach
Perspektif ini didasari oleh pemikiran bahwa kualitas bergantung pada orang yang
menilainya (eyes of the beholder), sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang
(maximum satisfaction) merupakan produk yang berkualitas tinggi.
d. Manufacturing-based approach
Perspektif ini bersifat supply-based dan lebih berfokus pada praktik-praktik perekayasaan
dan pemanufakturan serta mendefenisikan kualitas sebagai kesesuaian atau kecocokan dengan
persyaratan (conformance to requirements). Dalam konteks bisnis jasa, kualitas berdasarkan
perspektif ini cenderung bersifat opertions-driven.
e. Value-based approach
Kualitas dipandang dari aspek nilai (value) dan harga (price). Dengan
mempertimbangkan rade-off antara kinerja dan harga, kualitas didefenisikan sebagai affordable
excellence, yakni tingkat kinerja terbaik atau yang sepandan dengan harga yang dibayarkan.
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah suatu
keseluruhan ciri atau sifat produk yang mempunyai nilai dan kinerja dalam memenuhi harapan
13
pelanggan. Kualitas tidak hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tapi
juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan.
2.1.4 Definisi PelayananMenurut Hasibuan (2007,p152), Pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa dari satu
pihak ke pihak lainnya. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah
tamah,adil, cepat, tepat dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan
bagi yang menerimanya.
Sedangkan Tjiptono (2006,p87) mendefenisikan pelayanan sebagai tindakan atau
perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pelayanan
adalah suatu produk yang ditawarkan dan disampaikan kepada pelanggan yang membutuhkan
secara luas mencakup baik yang kelihatan (tangibles) maupun yang tidak kelihatan (intangibles).
Sedangkan Kotler, Amstrong, Ang,dkk (2005,p220) mendefinisikan pelayanan adalah
aktifitas atau untuk hal yang menguntungkan tetapi merupakan salah satu bagian penting yang
ditawarkan dimana sifatnya tidak terlihat dan hasilnya tidak bersifat kepemilikan siapa pun.
Pelayanan adalah sarana untuk mencapai kepuasan dan ikatan. Gerson (2002). Sedangkan
Rangkuti (2006) mendefinisikan layanan atau service sebagai nilai yang berkaitan dengan
pemberian jasa pelayanan kepada konsumen.
Dari definisi diatas dapat diartikan pelayanan merupakan suatu kegiatan organisasi atau
individu yang memiliki karakteristik jasa yang tidak dapat dirasakan secara fisik tetapi berupaya
untuk memenuhi kepuasan dan permintaan pelanggan.
2.1.4.1 Definisi Kualitas PelayananMenurut Lupioyadi (2008,p181) mendefenisikan kualitas pelayanan sebagai faktor yang
menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan dimana kemampuan perusahaan dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada konsumen dan sebagai strategi untuk
mempertahankan diri dan mencapai kesuksesan dalam menghadapi persaingan.
Sedangkan Nasution (2004,p47) mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan.
14
Berdasarkan definisi diatas, maka disimpulkan Kualitas pelayanan adalah tingkat
keunggulan produk yang berpengaruh dari persepsi kinerja sesuai dengan yang diharapkan
pelanggan. Pelanggan akan bertahan pada produk/jasa suatu perusahaan jika kualitas pelayanan
yang diberikan sesuai dengan ekspektasi mereka.
2.1.4.2 Kesenjangan dalam pelayanan Sebelum konsumen membeli suatu jasa, mereka memiliki harapan mengenai kualitas
pelayanan yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan pribadi, pengalaman sebelumnya,
rekomendasi dari mulut ke mulut dan iklan.( Lovelock & Wright, 2005, p96-98).
Setelah membeli dan menggunakan jasa tersebut, konsumen membandingkan kualitas
yang diharapkan dengan apa yang benar-benar mereka terima. Kinerja yang mengejutkan dan
melebihi apa yang mereka inginkan, akan dipandang memiliki kualitas yang lebih tinggi. Namun
apabila kualitas berada dibawah tingkat yang diharapkan konsumen, perbedaan atau kesenjangan
kualitas akan muncul, yaitu perbedaan antara kinerja pelayanan dan harapan-harapan konsumen.
Kesenjangan pelayanan adalah hal yang penting, karena hal itulah yang merupakan penilaian
konsumen secara keseluruhan terhadap apa yang diharapkan dibandingkan dengan apa yang
diterima. Tujuan utama dalam meningkatkan kualitas pelayanan adalah memperkecil
kesenjangan ini sedapat mungkin. Berikut adalah jenis-jenis kesenjangan yang dapat timbul
dalam kualitas pelayanan (Lovelock & Wright, 2005, p96-98) :
1. Kesenjangan Pengetahuan
Perbedaan anatara apa yang diyakini perusahaan akan diharapkan konsumen dan
kebutuhan dan harapan konsumen yang sesungguhnya.
2. Kesenjangan Standar
Perbedaan antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan standar kualitas
yang ditetapkan untuk penyerahan pelayanan.
3. Kesenjangan Penyerahan
Perbedaan antara standar penyerahan yang ditentukan dan kinerja perusahaan yang
sesungguhnya.
15
4. Kesenjangan Komunikasi Internal
Perbedaan antara apa yang dianggap oleh iklan dan tenaga penjual perusahaan tersebut
sebagai fitur produk, kinerja dan tingkat kualtas pelayanan dan apa yang benar-benar
diinginkan oleh perusahaan.
5. Kesenjangan Persepsi
Perbedaan persepsi antara apa yang benar-benar diserahkan dan apa yang dianggap
konsumen telah mereka terima (karena mereka tidak dapat menilai kualitas pelayanan
secara akurat).
6. Kesenjangan Interpretasi
Perbedaan antara apa yang sesungguhnya dijanjikan perusahaan dalam upaya-upaya
komunikasinya dan apa yang konsumen pikir telah dijanjikan dalam komunikasi tersebut.
7. Kesenjangan Jasa
Perbedaan antara apa yang diharapkan konsumen akan mereka terima dan persepsi
mereka terhadap pelayanan yang benar-benar diserahkan.
8. Kesenjangan Penyerahan
Perbedaan antara standar penyerahan yang ditentukan dan kinerja perusahaan yang
sesungguhnya.
9. Kesenjangan Komunikasi Internal
Perbedaan antara apa yang dianggap oleh iklan dan tenaga penjual perusahaan tersebut
sebagai fitur produk, kinerja dan tingkat kualtas pelayanan dan apa yang benar-benar
diinginkan oleh perusahaan.
10. Kesenjangan Persepsi
Perbedaan persepsi antara apa yang benar-benar diserahkan dan apa yang dianggap
konsumen telah mereka terima (karena mereka tidak dapat menilai kualitas pelayanan
secara akurat).
11. Kesenjangan Interpretasi
Perbedaan antara apa yang sesungguhnya dijanjikan perusahaan dalam upaya-upaya
komunikasinya dan apa yang konsumen pikir telah dijanjikan dalam komunikasi tersebut.
16
12. Kesenjangan Jasa
Perbedaan antara apa yang diharapkan konsumen akan mereka terima dan persepsi
mereka terhadap pelayanan yang benar-benar diserahkan.
2.1.4.3 Dimensi Kualitas PelayananMenurut Parasuraman,Berry dan Zeithaml menerangkan lebih lanjut mengenai konsep
kualitas pelayanan dalam A. James Fitzsimmons (2004, p132), yaitu :
1. Reliability (Kehandalan)
Kemampuan untuk melakukan layanan yang dijanjikan secara baik dan
dengan akurat. kinerja layanan handal adalah harapan pelanggan yang berarti bahwa layanan
yang dilakukan tepat waktu, dengan cara yang sama dan tanpa kesalahan disetiap waktu.
2. Responsiveness (Ketanggapan)
Kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan layanan yang
cepat. pelanggan tetap menunggu, terutama tanpa alasan yang jelas, menciptakan persepsi
negatif yang tidak perlu kualitas.
3. Assurance (Jaminan)
Pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk memyampaikan
kepercayaan dan keyakinan. Dimensi jaminan mencakup beberapa fitur berikut : kompetensi
untuk melakukan pelayanan, kesopanan dan rasa hormat terhadap pelanggan, komunikasi yang
efektif dengan pelanggan dan sikap umum bahwa melayani pelanggan dengan baik hati.
4. Emphaty (Empati)
Penyediaan kepedulian, perhatian individual kepada pelanggan, empati mencakup beberapa
fitur berikut : didekati, sensitivitas, dan usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan.
5. Tangibles (Bukti fisik)
Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan materi komunikasi. Kondisi lingkungan
fisik (misalnya kebersihan) adalah bukti nyata dari perawatan dan perhatian terhadap detail yang
ditunjukkan oleh penyedia layanan.
17
2.1.4.4 Konsep Pelayanan BerkualitasAlbrcht dalam Yamit (2004, p23-24) mengemukakan bahwa terdapat dua konsep yang
dapat digunakan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Dua konsep tersebut adalah :
a. Service Triangle adalah suatu model interaktif manajemen pelayanan yang
menghubungkan antara perusahaan dengan konsumennya. Model tersebut terdiri dari
tiga elemen dengan konsumen sebagai titik fokus, yaitu :
Service Strategy, adalah strategi untuk memberikan pelayanan
kepada konsumen dengan kualitas sebaik mungkin sesuai standar
yang telah ditetapkan perusahaan. Standar pelayanan ditetapkan
sesuai keinginan dan harapan konsumen sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara pelayanan yang diberikan dengan harapan
konsumen. Strategi pelayanan harus juga dirumuskan dan
diimplementasikan seefektif mungkin, sehingga mampu
menciptakan pelayanan yang diberikan kepada konsumen tampil
berbeda dengan para pesaingnya. Untuk merumuskan dan
mengimplementasikan strategi pelayanan yang efektif, perusahaan
harus fokus pada kepuasan konsumen sehingga perusahaan mampu
membuat konsumen melakukan pembelian ulang bahkan meraih
konsumen baru.
Service People atau sumber daya manusia yang memberikan
pelayanan, orang yang berinteraksi secara langsung maupun yang
tidak berinteraksi secara langsung dengan konsumen harus
memberikan pelayanan kepada konsumen secara tulus (emphaty),
responsif, ramahm fokus dan menyadari bahwa kepuasan
konsumen adalah segalanya. Untuk itu perusahaan harus pula
memperhatikan kebutuhan karyawannya dengan cara menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif, rasa aman dalam bekerja,
penghasilan yang wajar dan sistem penilaian kerja yang mampu
menumbuhkan motivasi. Tidak ada gunanya jika perusahaan
membuat strategi pelayanan dan menerapkannya secara aik untuk
memuaskan konsumennya, sementara pada saat yang sama
18
perusahaan gagal memberikan kepuasan kepada karyawannya,
demikian pula sebaliknya.
Service System atau sistem pelayanan adalah proses pelyanan
kepada konsumen yang melibatkan seluruh aktivitas fisik termasuk
sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Sistem pelayanan
harus dibuat secara sederhana, tidak berbelit-belit dan sesuai
standar yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk itu perusahaan
harus mampu mendesain ulang sistem pelayanannya, jika
pelayanan yang diberikan tidak memuaskan konsumen.
b. Total Quality Service adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan
berkualitas kepada orang yang berkepentingan dengan pelayanan (stakeholders), yaitu
konsumen, pegawai dan pemilik. Pelayanan mutu terpadu ini memiliki lima elemen
penting yang saling terkai, yaitu :
Market and Customer research adalah penelitian untuk
mengetahui struktur pasar, segmen pasar, demografis, analisis
pasar potensial, analisis kekuatan pasar, ,mengetahui harapan dan
keinginan konsumen atas pelayanan yang diberikan.
Strategy formulation adalah petunjuk arah dalam memberikan
pelayanan berkualitas kepada konsumen sehingga perusahaan
dapat mempertahankan konsumen bahkan danpat meraih
konsumen baru.
Education, training and communication adalah tindakan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu
memberikan pelayanan berkualtas, mampu memahami keinginan
dan hrapan konsumen.
Assesment, measurement, and feedback adalah penilaian dan pengukuran kinerja yang telah
dicapai oleh karyawan atas pelayanan yang telah diberikan kepada konsumen. Penilaian ini
menjadi dasar informasi baik kepada karyawan mengenai proses pelayanan apa,kapan, dan
dimana yang perlu diperbaiki
19
Tabel 2.1.5 Dimensi dan indicator Service Quality
Dimensi DefinisiTangibles Penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil
dan bahan-bahan tertulis
Reability Kemampuan untuk melakukan layanan yang dijanjikan dependably dan akurat
Responsiviness Kesediaan untuk membantu pelanggan dan memberikan layanan yang cepat
Assurance Pengetahuan karyawan dan kesopanan dan kemampuan mereka untuk menginspirasi kepercayaan dan keyakinan
Empathy Akses mudah, baik / komunikasi, pemahaman pelanggan dan perhatian individual yang diberikan kepada pelanggannya
Source : Adapted from Zeithaml et al. (2006)
2.1.6 Manfaat Service Quality Keberhasilan suatu perusahaan dalam membangun bisnisnya, tidak luput dari peran
pelayanan yang baik dan memuaskan pelanggannya. Kualitas pelayanan akan memberi manfaat
yang cukup besar bagi perusahaan sebagai berikut (Simamora, 2004, p180)
1. Pelayanan yang istimewa ( nilai pelanggan yang benar-benar dialami konsumen
melebihi harapannya) atau sangat memuaskan merupakan suatu basis untuk
penetapan harga premium. Perusahaan yang mampu memberikan kepuasan tinggi
bagi pelanggannya dapat menetapkan suatu harga yang signifikan.
2. Pelayanan istimewa memberikan peluang untuk diversifikasi produk dan harga.
Misalnya pelanyanan dibedakan menurut kecepatan pelayanan yang diminta oleh
pelanggan yaitu tarif lebih mahal dibebankan untuk pelayanan yang membutuhkan
penyelesaian yang cepat.
20
3. Meciptakan loyalitas pelanggan. Pelanggan yang loyal tidak hanya yang potensial
untuk penjualan yang sudah ada tetapi juga untuk produk-produk baru dari
perusahaan
4. Pelanggan yang terpuaskan merupakan sumber informasi positif bagi perusahaan dan
produk-produk kepada pihak luar, bahkan mereka dapat menjadi pembela bagi
perusahaan khususnya dalam menangkal isu-isu negatif
5. Pelanggan merupakan sumber informasi bagi perusahaan dalam hal intelijen
pemasaran dan pengembangan pelayanan atau produk perusahaan pada umumnya
2.2 Kepuasan pelanggan
2.2.1 Definisi Kepuasan PelangganMenurut Kotler dan Keller (2007:177) secara umum kepuasan adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) pproduk yang dipikirkan
terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas.
Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan sangat puas.
Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan sesuai dengan
apa yang diharapkan pelanggan (Amir dalam Tambrin, 2010:64). Sedangkan Supranto dalam
Tambrin (2010:63) mendefinisikan kepuasan pelanggan merupakan label yang digunakan oleh
pelanggan untuk meringkas suatu himpunan aksi atau tindakan yang terlihat, terkait dengan
produk atau jasa.
Kepuasan pelanggan juga dapat di anggap sebagai evaluasi purna beli dimana alternatif
yang dipilih sekurang-kurangnya memberi hasil (outcome) yang sama atau melampaui harapan
pelanggan ( Engel dalam Ardhani,2007:157)
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan adalah hal
yang dirasakan pelanggan setelah mendapatkan hasil yang dicapai dari produk atas harapan
pelanggan pada produk tersebut.
21
2.2.2 Faktor-faktor Pendorong Kepuasan KonsumenMenurut Zeithaml et.all[3] terdapat empat faktor yang mempengaruhi persepsi dan
ekspektasi pelanggan,yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang didengar pelanggan dari pelanggan lainnya (word of mounth
communication).Dimana hal ini merupakan faktor potensial yang menentukan ekspektasi
pelanggan.Sebagai contoh, seorang pelanggan memiliki perusahaan yang di harapkan
dapat memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi berdasarkan rekomendasi teman-
teman atau tetangganya.
2. Ekspektasi pelanggan sangat bergantung dari karakteristik individu dimana kebutuhan
pribadi (personnel needs).
3. Pengalaman masa lalu (past experience) dalam menggunakan pelayanan dapat juga
mempengaruhi tingkat ekspetasi pelanggan.
4. Komunikasi dengan pihak eksternal (external communication) dari pemberi layanan
memainkan peranan kunci dalam membentuk ekspektasi pelanggan.Berdasarkan External
communication,perusahan pemberi layanan dapat memberikan pesan-pesan secara
langsung maupun tidak langsung kepada pelanggannya.Sebagai contoh dari pengaruh
adanya external communication adalah harga di mana biaya pelayanan sangat berperan
penting dalam membentuk ekspektasi pelanggan.
2.2.3 Konsep Kepuasan PelangganMenurut Johnson et. al. dalam Ardhani (2007:157) terdapat dua konsep kepuasaan pelanggan,
seperti :
1.Transaction – specific. Konsep ini adalah konsep kepuasan yang dihasilkan dari proses
penilaian setelah konsumen membeli produk tersebut.Pelanggan pasti segera
mengevaluasi produk yang ia beli setelah melakukan pembelian.
2.Overall satisfaction. Konsep ini disebut juga dengan general – overall merupakan konsep
kepuasan yang dihasilkan dengan evaluasi keseluruhan yang didasarkan pada
pengalaman konsumen. Menjadi lebih penting karena mencerminkan kinerja masa lalu,
saat ini, dan yang akan datang.
22
2.2.4 Dampak Kepuasan PelangganPelanggan dihadapkan pada dua kondise, yaitu puas atau tidak puas. Ketika pelanggan
merasa puas atau tidak puas dapat memberikan dampak bagi perusahaan. Jika pelanggan
mengalami kepuasan, maka akan memberikan manfaat, seperti (Hartini,2011:9) :
1.Hubungan antara pelanggan dan perusahaan akan menjadi harmonis.
2.Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang
3.Dapat mendorong terciptanya loyalitas
4.Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan
perusahaan
5.Reputasi perusahaan akan menjadi baik dimata pelanggan
6.Laba yang di peroleh meningkat.
Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Hartini (2011:8) dalam menyikapi ketidakpuasan
ada beberapa hal yang dilakukan pelanggan, seperti :
1.Berhenti membeli produk atau jasa pada toko yang sama
2.Negative word of mouth
3.Mengeluh ( komplain) pada penjual, agen swasta atau pemerintah
4.Menerima ganti rugi dari penjual
5.Melakukan penuntutan resmi untuk mendapat ganti rugi
2.2.5 Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Sejumlah studi menunjukkan bahwa ada tiga aspek penting yang perlu ditelaah dalam
kerangka pengukuran kepuasan pelanggan (Fornell dalam Tjiptono 2005), yakni (1) kepuasan
general atau keseluruhan ( overall satisfaction); (2) konfirmasi harapan (confirmation of
expectation), yakni tingkat kesesuaian antara kinerja dengan ekspektasi; dan (3) perbandingan
situasi ideal (comparison to ideal ) , yaitu kinerja produk dibandingkan dengan produk ideal
menurut persepsi konsumen.
2.2.6 Manfaat Pengukuran Kepuasan PelangganPerusahaan-perusahaan yang sukses umumnya melakukan analisis kepuasan pelanggan ini
sebagai bagian yang integral dari bisnis mereka. Mereka menggunakan statistik untuk
menerjemahkan respon yang muncul menjadi informasi yang berguna. Dengan intepretasi yang
tepat dari hasil temuan pengukuran kepuasan pelanggan ini, maka perusahaan bisa mendapatkan
23
manfaat dari pengukuran kepuasan pelanggan yang mereka lakukan, seperti (www.spss.com):
a. Meningkatkan loyalitas pelanggan.
b. Bereaksi dengan cepat terhadap perusahaan yang terjadi di pasar.
c. Mengidentifikasi peluang-peluang dan mengambil keuntungan dari peluang-
peluang tersebut.
d. Memenangkan persaingan.
e. Mempertahankan atau memperbesar market share.
f. Meningkatkan pendapatan perusahaan.
Hasil temuan yang didapatkan dalam pengukuran kepuasan pelanggan memberikan suatu
peluang kepada perusahaan untuk (Cravens, 1996):
a. Pengembangan produk baru.
b. Melakukan peningkatan atau perbaikan produk yang sudah ada.
c. Melakukan peningkatan atau perbaikan dalam proses produksi.
d. Melakukan peningkatan atau perbaikan pemberian layanan jasa
tambahan/pendukung.
2.2.7 Indikator Customer SatisfactionFornel, dkk (Tjiptono, 2005) menunjukkan enam konsep inti dalam mengukur kepuasan
pelanggan, yang terdiri atas :
1.Kepuasan pelanggan keseluruhan ( Overall Customer Satisfaction)
Cara yang paling sederhana untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah langsung menanyakan
kepada pelanggan seberapa puas mereka terhadap jasa atau produk. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap jasa atau produk perusahaan
bersangkutan dan membandingkan dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan terhadap
jasa para pesaing
2.Confirmation of axpectations
Dalam konsep ini, kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpuklan berdasarkan kesesuian
atau ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual produk perusahaan pada
sejumah atribut atau dimensi penting.
24
3.Performance versus ideal
konsep ini adalah kepuasan dapat diukur dengan cara menyimpulkan dari pelanggan melalui
performance yang baik dengan para pelanggannya sehingga membuat citra perusahaan dan hidup
perusahaan bisa berkembang dan dapat bersaing dengan para kompetitor mereka.
2.3 Purchase Intention
2.3.1 Definisi Purchase IntentionMinat Beli (Purchase Intention) adalah kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian dan diukur dengan tingkat
kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2004, 291).
Diukur dengan pernyataan ingin membeli-tidak ingin membeli, akan membeli-tidak akan
membeli, akan melakukan pembelian ulang-tidak akan melakukan pembelian ulang.
Menurut Effendy (2004) yang dikutip oleh Herlina (2011: 49-65) purchase intention
adalah sebagai berikut : "Penggunaan atau pembelian kelanjutan dari perhatian yang merupakan
titik tolak bagi timbulnya hasrat(desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan
komunikator".
Sementara itu, purchase intention menurut Irawan, Pane (2011: 66-79) adalah: "Keinginan
yang kuat gairah kecendrungan hati yang sangat tinggi untuk mendapatkan sesuatu dengan cara
pengorbanan, mendapatkan sesuatu dengan membayarkan uang".
Definisi purchase intention menurut Semuel, Wijaya (2008: 41) adalah sebagai berikut :
"Pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk
dengan merek tertentu".
Menurut Bearman (2004) yang ditulis dan diadaptasi oleh Semuel, Wijaya (2008: 35-54),
tumbuhnya purchase intention atau minat beli seseorang diakibatkan oleh unsur-unsur yang
terdiri dari tiga tahapan:
1.Rangsangan
Merupakan suatu syarat ditujukan untuk mendorong atau menyebabkan
seseorang bertindak
25
2.Kesadaran
Merupakan sesuatu yang memasuki pemikiran seseorang dan dipengaruhi oleh produk
dan jasa itu sendiri.
3.Pencarian informasi
Informasi intern yang bersumber dari pribadi konsumen itu sendiri dalam memilih
produk ataupun jasa yang dapat memuaskan dirinya, informasi ekstern yang diperoleh
dari luar konsumen itu,misalnya melalui iklan ataupun sumber social ( teman,keluarga,
dan kolega )
Pengertian purchase intent menurut Howard (1994), (Durianto dan Liana, 2004:44) adalah
sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta
berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.
menurut Simamora (2004:131) minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan
dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau
dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek
tersebut.
Menurut Kotler, Bowen dan Makens (1999:156) mengenai minat beli : minat beli timbul
setelah adanya proses evaluasi alternatif dan di dalam proses evaluasi, seseorang akan membuat
suatu rangkaian pilihan mengenai produk yang hendak dibeli atas dasar merek maupun minat.
Menurut Kotler dan Keller (2005:181), customer buying decision – all their experience in
learning, choosing, using, even disposing of a product. Yang kurang lebih memiliki arti minat
beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana
konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan
pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu
produk.
Menurut Kotler dan Keller (2005:186) the consumer may also form an intention to buy
the most preffered brand yang berarti bahwa konsumen mempunyai keinginan untuk membeli
suatu produk berdasarkan pada sebuah merek.
26
Menurut Boyd, Walker, dan Larreche (2000:6-7), seseorang menginginkan produk,
merek, dan jasa tertentu untuk memuaskan kebutuhan. Selain itu keinginan orang juga dibentuk
oleh pengaruh sosial, sejarah masa lalu, dan pengalaman konsumsi.
2.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi minat beli konsumenSwastha dan Irawan (2004) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat
membeli berhubungan dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam
membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan
biasanya menghilangkan minat.
Super dan Crites (Lidyawatie, 2004) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi minat, yaitu :
a. Perbedaan pekerjaan, artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat
diperkirakan minat terhadap tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya, aktivitas yang
dilakukan, penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain.
b. Perbedaan sosial ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi
akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial
ekonomi rendah.
c. Perbedaan hobi atau kegemaran, artinya bagaimana seseorang menggunakan waktu
senggangnya.
d. Perbedaan jenis kelamin, artinya minat wanita akan berbeda dengan minat pria, misalnya
dalam pola belanja.
e. Perbedaan usia, artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua akan berbeda
minatnya terhadap suatu barang, aktivitas benda dan seseorang.
Sedangkan menurut Kotler, Bowen, dan Makens (1999) terdapat dua faktor yang
mempengaruhi minat beli seseorang dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu
situasi tidak terduga (Unexpected situation) dan sikap terhadap orang lain (Respect to Others)
Untuk memahami proses motivasi yang mendasari dan mengarahkan perilaku konsumen
dalam melakukan pembelian perlu dipahami beberapa konsep antara lain;
27
a. Teori ekonomi mikro
Menurut teori ini keputusan membeli merupakan hasil perhitungan ekonomis rasional
yang sadar. Teori ini didasarkan pada asumsi yaitu:
1. Bahwa konsumen selalu mencoba untuk memaksimumkan kepuasaanya dalam batas-
batas kemampuan finansialnya
2. Bahwa ia mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber untuk
memuaskan kebutuhannya.
3. Bahawa ia selalu bertindak rasional.
b. Teori Psikologis
Ada beberapa teori yang termasuk dalam teori psikologis yang secara garis besar
dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu, teori belajar dan teori psikoanalitis.
Teori psikologis ini mendasarkan pada penerapan teori psikologis yang
berpendapat bahwa pada umumnya manusia selalu didorong untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya.
c. Teori Psikoanalitis
Teori Psikoanalitis didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia dipengaruhi
oleh adanya keinginan yang terpaksa dan adanya motif yang tersembunyi. Perilaku
manusia ini adalah merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek dalam struktur
kepribadian manusiab yaitu, id (das es), ego (das ich) dan super ego (das veber ich).
d. Teori Antopologis
Menurut teori ini bahwa perilaku manusia dipenhgaruhi oleh kultur yang terdiri
dari masyarakat sekitar, kelas sosial yang berlaku serta keluarga
2.3.3 Minat Pembelian Ulang (Future Intention)pembelian ulang (repeat purchase) menurut Peter/Olsen (2004)adalah : Kegiatan pembelian
yang dilakukan lebih dari satu kali atau beberapa kali.
Kepuasan yang diperoleh seorang konsumen, dapat mendorong ia melakukan pembelian
ulang (repeat purchase), menjadi loyal terhadap produk tersebut ataupun loyal terhadap toko
tempat dia membeli barang tersebut sehingga konsumen dapat menceritakan hal-hal yang baik
kepada orang lain.
28
Menurut Schiffman & Kanuk (2005) perilaku pembelian ulang itu sangat berhubungan
dengan konsep dari brand loyalty, dimana kebanyakan perusahaan mendukung karena hal ini
memilki kontribusi yang besar untuk kestabilan yang baik di dalam marketplace.
Zeithalm et al (1996) menekankan bahwa pentingnya mengukur minat beli kembali (future
intention) pelanggan untuk mengetahui keinginan pelanggan yang tetap setia / meninggalkan
suatu barang / jasa. Konsumen yang merasa senang dan puas akan barang / jasa yang telah
dibelinya, akan berpikir untuk membeli ulang kembali barang / jasa tersebut. Pembelian yang
berulang akan membuat konsumen menjadi loyal terhadap suatu barang / jasa (Band, 1991).
2.3.4 . Indikator –indikator Purchase IntentionMenurut jurnal yang dipakai terdapat indikator – indikatornya (W.- LEE AND C.-L. LEE):
Dimensi Definisi operasionalRecommending intention Apakah pelanggan bersedia untuk
merekomendasikan produk atau
jasa
memiliki kata positif dari mulut
ke mulut atau tindakan.
Repurchase intention Apakah pelanggan adalah
pembelian kembali bersedia
membeli barang atau jasa tertentu.
Kategori yang pertama merupakan hasil dari produk dengan keterlibatan tinggi dan penyelesaian
masalah yang luas. Dalam hal ini konsumen akan lebih memiliki keinginan untuk menghabiskan
waktu dan energi dalam berbelanja. Sedangkan kategori kedua lebih pada keputusan akhir
mungkin akan tergantung pada promosi seperti potongan harga, display khusus dan lainnya.
29
2.6 Kerangka pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka jenis variabel yang
digunakan adalah; X yang merupakan variabel indepdent yaitu dalam penelitian ini adalah citra
merek(brand image) (subvariable: kekuatan asosiasi merek,keuntungan asosiasi merek,keunikan
asosiasi merek); Y yang merupakan variabel intervening yaitu dalam penilitian ini adalah
keputusan pembelian; dan Z yang merupakan variabel dependent yaitu dalam penelitian ini
adalah loyalitas konsumen
Dari hubungan antar variabel – variabel yang digambarkan pada kerangka pemikiran
diatas, maka tujuan dari penelitian ini pun dapat secara jelas digambarkan, yaitu untuk:
T-1 : Untuk mengetahui apakah ada pengaruh service quality dengan customer
satisfaction pada PT.Midtou Aryacom Futures di Jakarta Pusat
T-2 :Untuk mengetahui apakah ada pengaruh service quality dengan purchase
intention pada PT.Midtou Aryacom Futures di Jakarta Pusat
Service Quality
Reability
Responsinveness
Assurance
Empathy
Tangible
Purchase Intention
Customer Satisfaction
30
T-3 :Untuk mengetahui apakah ada pengaruh customer satisfaction dengan purchase
intention pada PT.Midtou Aryacom Futures di Jakarta Pusat
T-4 :Untuk mengetahui apakah ada pengaruh service quality terhadap Purchase
Intention melalui Customer Satisfaction pada PT. Midtou Aryacom Future di
Jakarta Pusat
2.7 HipotesisUntuk mencapai tujuan dari penelitian, dibutuhkan dugaan – dugaan sementara dari
masing – masing tujuan. Dugaan sementara atau hipotesis tersebut adalah:
1. Untuk T-1: Untuk mengetahui pengaruh Service Quality terhadap Customer Satisfaction
pada PT. Midtou Aryacom Future
Ho : Tidak ada pengaruh variabel service quality terhadap customer
statisfaction pada PT. Midtou Aryacom Future
Ha : Ada pengaruh variabel service quality terhadap customer statisfaction
pada PT.Midtou Aryacom Future
2. Untuk T-2 :Untuk mengetahui pengaruh service quality terhadap
purchase intention pada PT. Midtou Aryacom Future
Ho : Tidak ada pengaruh variabel service quality terhadap purchase intention
pada PT. Midtou Aryacom Future
Ha : Ada pengaruh variabel service quality terhadap purchase intention pada
PT. Midtou Aryacom Future
3. Untuk T-3 : Untuk mengetahui pengaruh antara customer statisfaction
terhadap purchase intention pada PT. Midtou Aryacom Future
Ho : Tidak ada pengaruh variabel customer statisfaction terhadap purchase
intention pada PT. Midtou Aryacom Future
31
Ha : Ada pengaruh variabel customer statisfaction terhadap purchase
intention pada PT. Midtou Aryacom Future
4. Untuk T-4 : Untuk mengetahui pengaruh service quality terhadap Purchase
Intention melalui Customer Satisfaction pada PT.Midtou
Aryacom Futures
Ho : Tidak ada pengaruh variabel service quality terhadap Purchase Intention
melalui Customer Satisfaction pada PT. Midtou Aryacom Future
Ha : Ada pengaruh variabel service quality terhadap Purchase Intention
melalui Customer Satisfaction pada PT. Midtou Aryacom Future