web viewkebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa...

124
DUA PENDEKATAN DALAM MENGKAJI “TERENCANA, TERKOORDINASI, TERUJI, DAN TERBUKTI” Renungan atas motto juang PRODI P IPS FKIP UNIBBA RANCANG PANDANG ORANG PINGGIRAN Sepi yang sekarang, Adalah sepi yang kemarin juga di kamarku, Adalah keterasinganku. Mengundang tarikan nafas Hilang dalam detak waktu yang terasa kian panjang. Ku bulatkan langkah satu-satu menembus kesunyian Tetapi hati yang lebih jemu Terlalu letih untuk dibicarakan Tentang sepi kali ini Keheningan bukanlah sesuatu yang pasif Ia tidak berdiam diri Tetapi ia hidup Dan inti hidup itu sendiri Tanpa keheningan dan kesunyian Semua dapat dirasa dangkal Tak satupun yang sungguh mendalam Kesunyian menghadirkan ketenangan Ketenangan memancarkan kematangan Dalam menyatakan kedalamanan Tergambar disini, Sunyi-Mu yang anggun dan suci Berkias dalam alam melintas perbukitan hati terangadah menjadi kelu menjadi bisu, terbalut rindu ...................... ............. ... Setiap detik adalah ujian………………………………………………. Supaya kita dapat mengkaji dan berpikir Supaya kita dapat berdoa dan berdzikir Supaya kita dapat berdiri dan berikhtiar PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 1

Upload: trinhcong

Post on 01-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

DUA PENDEKATAN DALAM MENGKAJI

“TERENCANA, TERKOORDINASI, TERUJI, DAN TERBUKTI”

Renungan atas motto juang PRODI P IPS FKIP UNIBBA

RANCANG PANDANG ORANG PINGGIRANSepi yang sekarang,Adalah sepi yang kemarin juga di kamarku,Adalah keterasinganku.Mengundang tarikan nafasHilang dalam detak waktu yang terasa kian panjang.Ku bulatkan langkah satu-satu menembus kesunyianTetapi hati yang lebih jemuTerlalu letih untuk dibicarakan Tentang sepi kali ini

Keheningan bukanlah sesuatu yang pasifIa tidak berdiam diriTetapi ia hidupDan inti hidup itu sendiri

Tanpa keheningan dan kesunyianSemua dapat dirasa dangkalTak satupun yang sungguh mendalamKesunyian menghadirkan ketenanganKetenangan memancarkan kematanganDalam menyatakan kedalamanan

Tergambar disini,Sunyi-Mu yang anggun dan suciBerkias dalam alam melintas perbukitan hati terangadah menjadi kelumenjadi bisu, terbalut rindu......................................

Setiap detik adalah ujian……………………………………………….Supaya kita dapat mengkaji dan berpikirSupaya kita dapat berdoa dan berdzikir

Supaya kita dapat berdiri dan berikhtiar

PENDEKATAN PERTAMA

MENINGKATKAN KEBIASAAN PRODUKTIF DALAM KEDEWASAAN INTELEKTUAL

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 1

Page 2: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

PENDAHULUAN

Kebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah sejalan dengan kecenderungan hawa nafsu, maka dengan kemampuan intelektualnya ia harus dapat membuat reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman-pengalaman baru itu sehingga dengan kedewasaan intlektual dapat melaksanakan kekuatan 7M sebagai suatu pendekatan dalam mencari jawaban tidak ada gunanya menangisi yang telah berlalu, maka disitulah terletak wujud dari kedewasaan intelektualnya.

Dengan pondasi kedewasaan rohaniah yang kokoh, yang menopang kedewasaan dalam sosial dan emosional, maka kekuatan daya kemauan akan menuntun kemampuan manusia untuk mengungkit potensi dan bakat kedalam kebiasaan pikiran dalam mengamalkan firah manusia.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka kekuatan kebiasaan pikiran dibentuk oleh kemampuan kekuatan berpikir, oleh karena itu gunakan pikiran positif untuk mengubah hidup anda sehingga hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri. Jadi untuk mengungkit potensi dan bakat yang ada pada diri sangat bergantung atas memperkuat daya kemauan untuk mengungkit daya ingat melalui pemahaman atas intelektual.

Intelektual adalah kekuatan berpikir dari mengetahui sesuatu yang belum diketahui. Sesuatu yang belum diketahui adalah apa yang disebut dengan kebenaran. Jadi kedewasaan inteletual menjadi satu kekuatan pikiran yang menggambarkan potensi dan bakat manusia yang dapat digerakkan oleh kemampuan berpikir baik yang disadari maupun tidak disadari.

Berpikir disadari artinya berpikir secara metodis (disadari) yang digerakkan oleh dua kekuatan yaitu otak dan hati, sedangkan tidak metodis (tidak disadari) digerakkan oleh kekuatan hati artinya disebut juga intuisi.

Jadi dengan tingkat kedewasaan intelektual akan mampu menggerakkan kekuatan kebiasaan pikiran kedalam sifat berpikir biasa, logis, ilmiah, filsafat dan theologis. Dengan demikian, usaha menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual akan terletak dari kebiasaan yang produktif dari kemampuan manusia untuk mengungkit potensi dan bakat yang tersembunyi sehingga diperlukan kemampuan untuk mendalami hal-hal yang terkait dalam kebiasaan pikiran.

KEBIASAAN PIKIRAN YANG PRODUKTIF

Kebiasaan pikiran yang produktif hanya dapat tumbuh dan meningkat akan bergantung pemahaman yang mendalami mengenai ilmu pengetahuan dan daya kemauan.

Ilmu dapat dipahami secara mendalam dari informasi yang bersendi akan pengetahuan, sehingga pengetahuan adalah tangga pertama bagi ilmu untuk mencari keterangan lebih lanjut. Orang ketahui dahulu sesuatu masalah, barulah orang memikirkan hubungan sebab dan akibatnya, dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „apa yang harus dilakukan dan mengapa ?“

Sebaliknya pengetahuan yang didapat dari pada pengalaman disebut pengetahuan pengalaman atau disingkat dengan pengetahuan artinya bersendikan dari pengalaman

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 2

Page 3: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

yang biasanya disebut dengan „keterampilan“, dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „bagaimana melakukannya ?“

Daya kemauan disebut keinginan yang bersendikan dari niat yang akan menentukan dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „mau melakukannya ?“

Jadi kekuatan pikiran menjadi kebiasaan yang produktif merupakan prinsip dan pola sikap serta perilaku yang dihayati, bila setiap orang mampu mendalami dan mengintergrasikan dalam prosen berpikir dengan kekuatan untuk memanfaatkan informasi (ilmu), pengalaman (keterampilan) dan niat (daya kemauan menjadi keinginan), akan menjadi suatu kekuatan untuk mampu mengungkit potensi dan bakat yang tersembunyi, sehingga apa yang disebut kebiasaan pikiran adalah kehidupan hati dan jiwa yang mampu untuk memahami, menghayati dan mengamalkan sebagai kekuatan pikiran yang memimpin amal perbuatan.

KEBIASAAN PIKIRAN DALAM PEMBERDAYAAN OTAK

Mendalami perberdayaan otak berarti anda ingin belajar mengenai keterkaitannya dalam memori, naluri, emosi, berpikir, sikap, perilaku, kepribadian, dengan perencanaan, mengorganisir, menggerakkan, kontrol dan aplikasi manajemen pemberdayaan otak, sebagai suatu usaha-usaha dalam meningkatkan kedewasaan intelektual.

Sejalan dengan ungkapan diatas, maka berpikir berarti ada niat untuk menggali tambang emas yang ada pada dirinya sebagai manusia ciptaan Allah SWT, disatu sisi ia harus merencanakan, menggerakkan, memimpin dan mengawasi terhadap unsur memori, emosi dan naluri yang ada dalam otak dan disisi lain bagaimana ia memberdayakan alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk mencari masalah dalam berpikir.

Jadi bila anda berpikir ingin mendapatkan barokah yang bersumber dan merupakan karunia dari sifat Rahman-Rahim (Rahmat)Nya semata berarti anda berpikir memanfaatkan otak mencari jawaban bagaimana syariat lahir adalah untuk diamalkan oleh jasad batin. Oleh karena itu lahir batin anda yang berpadu erat tanpa terpisah-pisah, maka amalan lahir dan batin wajib dilaksanaksanakan serentak dalam satu masa di semua waktu dan keadaan.

Dengan demikian hikmah berpikir harus dapat diaktualisasikan untuk kebaikan dirinya dan orang lain, maka disitulah anda akan menemukan tentang diri anda dengan mengkoordinasi-kan, mengintegrasikan dan mengsinkronisasikan dari proses pemberdayaan otak untuk melakukan perubahan dalam bersikap dan berperilaku di dunia dan di akhirat

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran. Setiap hari dalam kehidupan anda akan berpikir, sudah tentu bila anda menghadapi suatu masalah, maka anda akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan pikiran, memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persoalan dan memecahkannya.

Manusia dalam kehidupan kesehariannya tidak pernah melepaskan diri dari berpikir dan karenanya, kita harus memahami alat berpikir yang kita sebut dengan KESADARAN, KECERDASAN DAN AKAL. Ketiga alat berpikir itu bergerak

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 3

Page 4: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

sesuai dengan dorongan dari berpikir untuk mengetahui dari sesuatu yang tidak ketahui menjadi suatu kebenaran.

Untuk dapat menggerakkan kemampuan berpikir dengan memanfaatkan otak atas sebagai alat pikir dan otak bawah sebagai alat menghayati, maka berpikir disini terwujud dari proses mental yang sadar.

Oleh karena itu diperlukan pula pemahamam tahapan berpikir, yang menurut J.Kafie mengungkapkan lima bentuk yaitu:

(1)  BERPIKIR BIASA yaitu bergaul dengan pengalaman-pengalaman inderawiah untuk membentuk ketahuan-ketahuan kita.

(2)  BERPIKIR LOGIS yaitu suatu teknik penalaran untuk dapat menarik kesimpulan yang korek (sah).

(3)  BERPIKIR ILMIAH yaitu berpikir secara sistematis, metodis, dan objektif, dalam rangka mencapai kebenaran dalam ilmu pengetahuan.

(4)  BERPIKIR FILSAFAT yaitu berpikir dialektis yang terarah untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, integral dan universal.

(5)  BERPIKIR THEOLOGIS yaitu corak berpikir Qur’ani yang bertujuan untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah SWT adalah wujud Al Haq.

Bentuk berpikir tersebut memberikan arti kita dalam bersikap dan berperilaku untuk mengaktualisasikan berpikir dengan ketiga unsur jiwa itu (KESADARAN, KECERDASAN, DAN AKAL) bertindak dengan serentak saling mengisi dan saling membantu.

Dengan ketiga jiwa tersebut kita mampu menempatkan berpikir untuk apa kita hidup, maka dalam kita berpikir kita patuh kepada pesan-pesan Rasullullah SAW seperti”:

“Rebutlah lima peluang sebelum terjadi lima perkara: masa mudamu sebelum tiba masa tua, masa sehatmu sebelum tiba masa sakit, masa lapangmu sebelum tiba masa sibuk, masa kayamu sebelum tiba masa papa dan masa hidupmu sebelum tiba ajalmu.”

“Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanyai tentang empat perkara: (1) Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan, (2) Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan, (3) Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan, (4) Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. “

Jadi dengan memahami tahapan berpikir tersebut serta dapat menangkap makna dibalik ungkapan pesan-pesan diatas, maka kita dapat memahami untuk mengaktualisasikan sebagai awal kita berpikir dengan menggerakkan KESADARAN artinya dengan kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita.

Dengan kesadaran itu kita dapat meletakkan perhatian pada barang sesuatu sehingga dapat memusatkan kesadaran pada apa-apa itu dan menyadarkannya. Jadi kesadaran yang dipusatkan dapat mempertajam panca indera kita ke satu arah pusat perhatian, yang kita sebut dengan fokus. Kesadaran akan berpusat di otak atas sebelah kanan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 4

Page 5: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir, bila tidak dibantu oleh KECERDASAN karena kesadaran menyadarkan tentang apa-apa, namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya. Jadi melalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk mengingatkan masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa besar resiko yang dihadapinya, tapi laporan itu akan menjadi penting bila kita dapat mencari jawaban untuk menghindarkan atau menumpasnya. Kecerdasan akan berpusat di otak atas sebelah kiri.

Kecerdasan menjadi bermakna, bila AKAL menunjukkan untuk mencari jalan untuk memenuhi maksud dan tujuan kita. Dengan akal, akan mempersoalkan dimana letaknya bahaya, apakah macam bahaya yang akan dihadapi, apakah akan segera datang atau berlangsungnya tetap sebagai bahaya, bagaimana ia dapat dihindarinya. Kemudian menunjukkan cara-cara penyelesaiannya, disitulah letak pekerjaan akal.

Tidak heran pula muncul dalam kita berpikir untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan tertentu, sehingga lahir ungkapan seperti apakah barang sesuatu masuk diakal atau tidak.

Dengan demikian akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampuan berpikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami, sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelengensi. Akal berpusat di otak bawah sadar yang disebut hati.

Walaupun kita menyadari bahwa akal, kadang kala diartikan hati jasmani, roh penggerak badan jasmani, nafsu syahwat dan ilmu. Dalam Al-qur’an dan hadits menyebutkan “hati” maka yang dimaksud ialah benda halus lagi indah yang terdapat dalam diri manusia yang mengenal hakikat segala sesuatu.

Jadi dengan ketiga jiwa tersebut kita tidak dapat menyebutkan yang satu dengan meninggalkan dua yang lainnya, sehingga setiap kita mengaktualisasikan jiwa tersebut dalam berpikir, ia akan bertindak dengan serentak, saling mengisi dan membantu.

Agar anda menggunakan otak anda dan daya kekuatan yang didalamnya, berusaha untuk mengembangkan dan meluaskan pikiran anda. Gunakanlah kesemua itu untuk berpikir secara dinamis dan maju. Untuk berpikir secara luas, maka kita menyadari betapa pentingnya kita mengembangkan daya ingatan dalam kerangka kita berpikir dengan menghayati situasi dibawah ini:

(1) Senantiasa menyadari bahwa otak tidak mengenal pembatasan dalam penggunaannya;

(2)  Rentangkanlah pemikiran anda dengan mencakup pemikiran orang lain;

(3)  Kembangkanlah kecakapan anda bagi suatu pengawasan mental;

(4)  Berikanlah tugas yang terus-menerus kepada komputer pikiran bawah sadar anda dan mempercayai jawaban yang diberikannya;

(5)  Kembangkanlah kemampuan anda untuk mengingat dan mengembalikan ingatan akan hal-hal yang sudah terjadi.

LANGKAH MENINGKATKAN KEDEWASAAN INTELEKTUAL

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 5

Page 6: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Bertitik tolak dari pemikiran-pemikiran yang dikemukakan diatas, maka usaha-usaha menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual terletak pada pemahaman atas pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang mampu mendorong untuk memberikan ruang gerak untuk belajar dalam usaha untuk meningkatkan kapasitas penalaran kita dan  sekaligus memanfaatkan dengan lebih baik intelegesi kita, kebijakan intuisi dan kekuatan yang ada dalam menggali potensi otak yang sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian, maka kebiasaan pikiran haruslah kita tuangkan dalam satu kerangka kerja seperti yang diuraikan dibawah ini :

A. PERTAMA MILIKI SUATU RENCANA TERPADU :

Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.

Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :

VISI Kedewasaan Inteletual menggambarkan suatu pernyataan :

“Membangun CITRA dalam kemampuan kebiasaan pikiran yang produktif dan pemberdayaan otak dengan  BUDAYA yang mampu mendorong kesalehan intelektual dengan ARAH memperkuat daya kemauan dengan  TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan kekuatan-kekuatan dalam kebersihan jiwa dan hati“

Jadi pada pernyataan visi diatas, terdapat empat unsur yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.

MISI Kedewasaan Intelektual menggambarkan suatu pernyataan :

Sebaliknya  dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang  menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :

„MEMPERHATIKAN kekuatan kebiasaan pikiran sebagai jalan keselamatan perjalanan hidup dalam usaha untuk  MEMBIMBING kemungkinan pikiran menuju kebahagian , maka kekuatan ANALITIS STRATEGIS memberikan sesuatu yang sangat menentukan dalam usaha menjaga hati nurani secara EKSPRESIF  mendorong kekuatan kebiasaan dengan tafakur“

Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kreteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 6

Page 7: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Tujuan-tujuan dalam meningkatkan kedewasaan intelektal adalah:

Rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan intelektual dalam pemikiran jangka panjang adalah :

Meningkatkan kedewasaan intelktual berarti menjalankan ibadah. Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti takut kepada Allah Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti menghidupkan hati Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti amal perbuatan Meningkatkan kdewasaan inteletual berarti kebaikan di dunia Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti keyakinan Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti kepercayaan Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti membuka hakikat

Sasaran-sasaran dalam meningkatkan kedewasaan intelektual adalah :

Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan  dan dituangkan secara kuantitatif baik dalam pemikiran jangka panjang maupun pendek, oleh karena itu sasaran  tersebut dirumuskan kembali secara berurut dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

Misalkan sasaran yang hendak dicapai dari tujuan „Meningkatkan kedewasaan intelktual berarti menjalankan ibadah“ maka rumusannya haruslah dibuat secara kuantitatif sebagai sasaran yang hendak direalisir,

Misalkan gambaran kuantitatifnya dapat dituangkan kedalam target waktu, kegiatan mendalami makna ibadah (agama islam, syahadat, iman, hukum, istinja’, najis, air, mandi wajib, wudhu dsb)

Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :

Sebagai kerangka pikir untuk merealisasikan sasaran yang hendak dicapai, maka diperlukan strategi untuk melaksanakan kebiasaan pikiran yang dapat menuntun pelaksanaannya sebagai berikut :

Kemampuan mengungkit kekuatan daya ingat Kemampuan mengetuk dinding jiwa Kemampuan meningkatkan wawasan menuju kesalehan intelektual

Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :

Sebagai ilustrasi, maka rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan mengungkit kekuatan daya ingat“, maka langkah-langkah dalam usaha-usaha menggerak kebiasaan pikiran apa yang disebut dengan kebijakan :

Kemampuan mendalami makna otak atas dan bawah sadar. Kemampuan mendalami makna dan kapasitas ingatan Kemampuan meningkatkan daya ingat.

B. KEDUA MENULISKAN KEMBALI DARI RENCANA

Merumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niat yang hendak dicapai dalam kedewasaan sosial, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 7

Page 8: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya, yang kita sebutkan kedalam pemikiran :

Memberikan arah pemikiran jangka menengah antara 2 sampai 3 tahun dalam rangka untuk mengenal posisi kedepan yaitu seberapa jauh makna kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk mewujudkan rencana persfektif yang telah digambarkan.

Menuangkan kembali agar anda selalu ingat untuk memberikan prioritas dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan tahapan pencapaian dengan memberikan fokus dalam kebiasaan pikiran.

Bertolak dari pemikiran yang difokuskan tersebut lebih lanjut dituangkan kedalam arah pemikiran jangka pendek untuk jangka 1 tahun dengan menilai kinerja diri sendiri yang dapat diungkapkan pemikiran secara kuantitatif dan kualitatif

C. KETIGA MENGUNGKAPKAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Bertitik tolak dari langkah B diatas, maka renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalam perubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.

Tantangan yang dihadapi sejalan dengan pemikiran untuk mencapai sasaran yang digariskan dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan, maka tantangan yang terbesar terletak dari daya kemauan yang kuat untuk merubah kebiasaan yang negatif sebagai akibat :

Ketidak mampuan untuk menggerakan kekuatan berpikir positif.

Kebiasaan pikiran negatif berlangsung terus menerus sehingga mendorong sikap dan perilaku sulit melakukan perubahan kekuatan kesadaran yang bersifat inderawi.

Kebiasaan pikiran negatif  karena kecenderungan manusia yang jauh dari Allah, pengalaman masa lalu yang mendorongnya, tidak memiliki hidup dengan orientasi yang jelas, dampak dari kebiasaan yang membelenggu pikiran mereka, dampak dari pikiran kemauan diri sendiri, dampak dari pengaruh faktor eksternal, kemauan dan kebiasan dari gaya hidupnya, tidak memiliki wawasan dan imajinasi karena terbatasnya penguasan ilmu dari informasi, pengetahuan yang dapat dari pengalaman atas keterampilan dan keinginan yang tidak jelas niat sehingga mendorong kebiasan hidup yang tidak memiliki inspirasi dalam hidup.

D. KEEMPAT MERUMUSKAN SISTEM KEBIASAAN PIKIRAN

Dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang diungkap diatas, maka dalam merumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 8

Page 9: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini sehingga konsepsi sistem yang dibangun terdiri dari :

Pemahaman atas pelaksanaan sistem input yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang ditentukan oleh 1) paradigma berpikir dari kemampuan apa dan bagaimana berpikir (berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat, theologis yang bertolak dari berpikir sadar dan atau tidak disadari) ; 2) dampak dari paradigma berpikir (konsepsi, tindakan, kesehatan, perasaan, jatidiri, kepercayaan diri, kondisi phisiologis, membentuk kebiasaan)

Pemahaman atas pelaksanaan sistem proses yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran inderawi ke rasional, ke rohaniah, bila kesadaran inderawi yang dominan dan mendorong manusia berpikir materialistik akan menjadi kebiasaan berpikir negatif yang membentuk pikiran melalui proses 1) perekaman, 2) pengulangan, 3) akumulasi, 4) pengulangan, 5) pembiasaan, sehingga mempengaruhi terbentuknya kelemahan daya kemauan.

Pemahaman atas pelaksanaan sistem output yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan hasil dari kemauan dan kebiasaan yang mendorong berpikir positif dengan kejelasan output dari kebiasaan pikiran kedalam motif, prinsip yang dianut, sifat kepribadian, tanggung jawab, strategi, dan kebijaksanaan.

E. KELIMA MEMBANGUN KETELADANAN

Bertolak dari pemikiran sistem kebiasaan pikiran ang diungkapkan diatas, maka rumusan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.

Oleh karena itu, kunci keberhasilan dari peningkatan kedewasaan sosial ditentukan oleh wujud meraih cinta ilahi dengan meraih hidup bahagia dunia dan akhirat dari kekuatan berpikir positif sehingga mampu menyesuaikan pikiran dari keteladanan kepribadian Muhammad Rasulullah dalam rangka melaksanakan 7 M menjadi kenyataan untuk membangun kekuatan pikiran untuk tidak mendorong kiblat kepada manusia melainkan kiblat kepada sang pecipta.

F. KEENAM  MELAKUKAN PENYESUAIAN ATAS RENCANA

Langkah keenam dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam merentas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu, maka menjadi pribadi yang dicintai diperlukan penyesuaian atas suatu rencana karena kekuatan pikiran mampu menembus batas waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan), batas ruang (jawa, sumatera, kalaimatan dsb), tak kenal batas waktu (pagi, siang, sore, petang, malam) dan meningkatkan serta menurunkan energi dalam kemampuan proses berpikir. Jadi melakukan penyesuaian atas rencana merupakan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 9

Page 10: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

kebutuhan dalam proses yang terkait dalam pikiran membentuk kebiasaan sehingga perlu terfokuskan kedalam kebiasaan pikiran dan pengaruhnya terhadap pengaturan yang terkait dengan optimisme, ideology, mental, konsentrasi, kausalitas dan sebagainya.

PENDEKATAN KEDUA

MENINGKATKAN KEBIASAAN PRODUKTIF DALAM KEDEWASAAN SOSIAL

PENDAHULUAN

Menjadi pribadi yang dicinta diperlukan tingkat kedewasaan berpikir sehingga merasakan kedamaian dengan ruhani yang hidup, oleh karena itu kedewasaan sosial hanya dapat tumbuh dan berkembang kedalam kehidupan manusia sebagai suatu keluarga besar dalam kehidupan kebersamaan yang harus didukung oleh kekuatan dari kedewasaan rohaniah sebagai pondasi.

Dengan pemikiran tersebut diatas, marilah kita memulai dari sudut kekuatan kedewasaan sosial dalam keluarga, yang ditunjukkan oleh sikap dan perilaku dalam usaha mewujudkan apa yang disebut dengan keharmonisan.

Jadi keharmonisan menjadi sumber kekuatan dalam kehiduan sosial dan keluarga, oleh karena itu sebagai wujud dari keharmonisan ditunjukkan oleh sikap dan perilaku kasih sayang, oleh karena itu dengan prinsip kasih sayang maka akan melahirkan sifat hubungan keluarga antara suami isteri, ayah dan anak, anak dan orang tua, kemenakan, paman dsb, begitu juga usaha-usaha manusia hidup di tengah masyarakat.

Dengan demikian dalam meningkatkan kedewasaan sosial, juga berarti untuk mengangkat kekuatan berpikir berdasarkan kedewasaan rohaniah, maka setiap situasi hadapilah manusia itu sesuai dengan keadaan mereka. Maklumi apa yang tidak sengaja mereka lakukan. Ketahuilah, bahwa ini merupakan sunnatullah pada manusia dan kehidupan itu sendiri.

Oleh karena itu, bangkitkan kekuatan kebiasaan pikiran bahwa ilmu sebagai informasi, pengetahuan sebagai pengalaman, keinginan sebagai niat jauh lebih baik daripada tumpukan harta, karena mencintai harta benda adalah sifat binatang dan senang dengan kebiasaan pikiran adalah sifat manusia.

Jadi dengan meningkat kedewasaan sosial diharapkan menjadi wujud, jadilah seorang pemberani, berhati teguh dan berjiwa kuat serta memiliki semangat dan tekad. Janganlah anda sampai tertipu dengan cerita bohong, sehingga belajarlah dari pengalaman yang menggambarkan „adakah surga di rumahmu ?, maka disitu terletak gambaran mengenai tingkat kedewasaan sehingga renungkan pula makna „ ibu engkau begitu mulia“, dengan demikian ia dapat menjadi daya dorong dalam perjalanan hidup ini untuk menghindari kebisingan dan hiruk pikuk di dalam rumah dan tempat kerja anda, sehingga di antara tanda kebahagian adalah ketenangan, ketentraman dan keteraturan yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan anda.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 10

Page 11: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

MELAKSANAKAN PENINGKATAN KEDEWASAAN SOSIAL

MILIKI SUATU RENCANA TERPADU :

Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.

Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :

VISI Kedewasaan Sosial  menggambarkan suatu pernyataan :

“Membangun CITRA dalam usaha menumbuh kembangkan keharmonisan dalam lingkungan sosial dengan BUDAYA yang berlandaskan dengan akhlak beragama dengan ARAH membentuk kasih sayang sebagai kekuatan untuk menggerakkan kebiasaan pikiran dengan TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan kekuatan-kekuatan keteladanan dalam hidup“

Jadi pada pernyataan visi diatas, terdapat empat unsur yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.

MISI Kedewasaan Sosial menggambarkan suatu pernyataan :

Sebaliknya  dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang  menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :

„MEMPERHATIKAN kekuatan keharmonisan dalam menuntun sikap dalam mengkomunikasikan suara hati untuk MEMBIMBING dalam berperilaku yang sejalan dengan wujud kasih sayang, maka kekuatan ANALITIS STRATEGIS sangat menentukan makna kebersamaan dalam pola pikir akan menjadi pendorong agar EKSPRESIF menjadi sudut pandangan dalam kehidupan lingkungan soisal“

Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kriteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mngetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :

Tujuan-tujuan dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb. :

Rumusan sebagai rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan sosial dalam pemikiran jangka panjang dengan mengungkit dan mengetuk jiwa dalam :

Mendalami arti penting kedewasaan sosial di sisi Allah Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam hubungan manusia Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam hubungan keluarga

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 11

Page 12: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam mewujudkan usaha mengkomunikasikan kebersamaan dalam pandangan.

Meningkatkan kemampuan sabda ilmu dengan 7M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan) dalam meningkatan kedewasaan sosial.

Meningkatkan kemampuan berpikir yang antisifatif bukan sekedar karekater yang bersifat reaktif dalam amalan lahir.

Sasaran-sasaran dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb. :

Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan  dan dituangkan secara kuantitatif, oleh karena itu sasaran  tersebut disini dinyatakan dari kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan dari setiap kata yang harus dapat dituangkan kedalam unsur kata menjadi kata bermakna yang mencakup kata-kata tersebut dibawah ini :

Keharmonisan Keluwesan Kasih sayang Kebersamaan Kecintaan Kesilaturahmi

Jadi dengan kemampuan kebiasaan pikiran, dengan memanfaatkan kekuatan 7M dimana kebiasaan dan keinginan untuk meningkatkan kedewasaan sosial hanya dapat dicapai bila manusia mau belajar agama dengan memanfaatkan alat pikir akan menjadi daya dorong bagi yang bersangkutan untuk dapat menghayati, memahami dan mengamalkan sebaik-baik dalam rangka untuk meningkatkan akhlak/moral yang menuntun kehidupannya.

Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :

Untuk membangun kebiasaan yang produktif diatas, maka dengan kebiasaan dapat menuntun manusia ke jalan yang lurus dan benar yang sejalan dengan tuntunan agama. Sejalan dengan pikiran tersebut, maka untuk mengungkit kekuatan ingatan dalam menghayati, maka diperlukan satu kerangka strategi dalam kebiasaan pikiran untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sebagai berikut :

Kemampuan melaksanakan hikmah berpikir

Kemampuan melaksanakan hikmah kejujuran

Kemampuan melaksanakan komitmen

Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan melaksanakan hikmah berpikir“, maka langkah-langkah dalam usaha-usaha menggerak kebiasaan pikiran apa yang disebut dengan kebijakan :

Meletakkan landasan berpikir yang bersifat konsisten.

Meletakkan landasan berpikir yang bersifat berkesinambungan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 12

Page 13: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan melaksanakan hikmah kejujuran“, merupakan langkah-langkah kebiasaan pikiran yang dapat mendukung pelaksanaan kebijaksaan, apa yang disebut :

Melaksanakan kekuatan makna mempunyai rasa malu.

Melaksanakan kekuatan makna memupuk rasa beryukur

Sebagai rincian kebijaksanaan atas pelaksanaan strategi “Kemampuan melaksanakan komitmen“ maka haruslah di dorong dari dalam diri sendiri untuk terus merenungkan kembali dalam usaha mengungkit daya ingatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan apa yang disebut :

Renungan tentang umur manusia masa kanak-kanak, masa muda, masa dewasa, masa tua dan masa usia lanjut.

Renungkan pesan-pesan Rasulullah tentang keutamaan Tauhid, Asma’ul Husna, Rahmat Allah, Keutamaan majelis dzikir, Kewajiban berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah, Ikhlas dalam beramal, Nadzar, Penyerahan diri kepada Allah, Tanda-tanda orang beriman, Jalan Keselamatan, Menjaga hubungan dengan Allah, Taubat, Keadaan mu’min dalam Kubur, Tanda-tanda datangnya Kiamat, Keadaan manusia waktu dibangkitkan di alam Kubur, Tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah di hari Akhirat, Keadaan manusia waktu di hisab sampai menuju tempat kembali yang abadi, Ni’mat bagi Ahli surga, Siksa bagi ahli neraka, dan sebagainya.

Renungkan kepribadian Muhammad Rasulullah sebagai seorang yang benar, penyabar, dermawan, pemberani, zuhud, rendah diri, penyantun, penyayang, banyak berdzikir, banyak berdo’a, mempunyai ambisi, dan sebagainya.

Renungkan kembali untuk memahami agama dengan akal sehat yang sejalan dengan kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan kekuatan-kekuatan dari hikmah berpikir.

PENUTUP

Menumbuhkan dan meningkatkan kedewasaan intelektual bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha dengan ketekunan untuk secara berkelanjutan untuk berusaha memberikan daya kemauan yang kuat dalam mewujudkan kebiasaan pikiran sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam mendorong inspirasi dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.

Dengan mengungkapkan pikiran diatas serta memperhatikan usaha-usaha meningkatkan kedewasaan rohaniah sebagai pondasi yang kuat untuk menopang kedewasaan sosial dan emosional, maka akan membuka suatu kekuatan untuk mengetuk dinding jiwa dalam usaha meningkatkan kedewasaan intelektual.

Oleh karena itu, maka kekuatan dari daya  kemauan bukanlah sesuatu yang mustahil tidak dapat direalisasikan kecuali yang bersangkutan tidak ada usaha memanfaatkan kekuatan pikiran untuk menuntun kesiapan menemukan jati diri sendiri, sebaliknya bagi anda yang membayangkan adanya daya kemauan untuk meningkatnkan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 13

Page 14: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

kedewasaan intelektual akan mampu bersikap dan berperilaku bahwa masa yang anda miliki adalah hari ini sebagai wujud dari kekuatan pikiran anda sendiri.

Jadi pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih untuk menumbuhkan hati yang bersih yang di topang oleh pondasi roh sebagai pelindung dalam kehidupan manusia, karena disitu terletak keyakinan dan kepercayaan anda bahwa hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri.

Jadi ingatlah bahwa fitrah dan bakat manusia akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan yang produktif yang didorong oleh kekuatan energi-energi yang dimilikinya yaitu ilmu, pengetahuan dan keinginan yang dilandasi oleh niat yang kuat sebagai manusia dengan sikap dan berperilaku menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri dalam meningkatkan kedewasaan intlektual yang anda impikan untuk diwujudkan.

Bertitik tolak apa yang telah kita utarakan diatas, maka pilihlah keyakinan dan kepercayaan bukan suatu keraguan yang diciptakan oleh pikiran anda sendiri, oleh karena itu kuatkan dalam kebiasaan pikiran untuk hidup dari kebiasaan jiwa tanpa topeng kepalsuan, maka jalan menjadi terang sejalan dengan kemampuan anda dalam pemanfaatan pemberdayaan otak menuju kesolehan intelektual dengan kebiasaan pikiran yang produktif.

Menumbuhkan dan meningkatkan kedewasaan sosial bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha dengan ketekunan untuk secara berkelanjutan untuk berusaha memberikan daya kemauan yang kuat dalam mewujudkan kebiasaan pikiran sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam yang mampu mendorong inspirasi dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.

Dengan mengungkapkan pikiran diatas buatlah impian untuk menumbuh kembangkan kedewasaan sosial melalui kekuatan pikiran yang menyangkut :

Merajut ikatan keluarga dan sosial dalam suatu keharmonisan Doronglah kedamaian dan kehangatan kedalam kekuatan silaturahmi. Wujudkan usaha dalam kesamaan pandangan,

bahwa impian bukanlah sesuatu yang mustahil, oleh karena itu pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih untuk menumbuhkan hati yang bersih yang di topang oleh pondasi roh sebagai pelindung dalam kehidupan manusia.

Fitrah dan bakat manusia akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan yang produktif yang didorong oleh kekuatan energi-energi yang dimilikinya yaitu ilmu, pengetahuan dan keinginan yang dilandasi oleh niat yang kuat sebagai manusia dengan sikap dan berperilaku menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri.

RANCANG PANDANG ORANG PINGGIRAN

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 14

Page 15: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

A. VISI :

Sebagai pusat pengembangan Budaya nasional yang mengembangkangkan karakter bangsa melalui pendidikan ilmu pengetahuan sosial dengan menyiapkan lulusan yang berkompentensi sebagai agen perubahan budaya dan karakter bangsa menuju masyarakat yang harmonis, demokratis, sejahtera dan agamis, serta edukatif melalui perannya menjadi dosen yang professional.

visi ini menunjukkan keyakinan Prodi P IPS bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya haruslah dikembangkan dalam ke rangka budaya, bukan sebaliknya. Pengembangan budaya secara implisit berarti menciptakan ruang bagi pengembangan ipteks yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dianut. Ini perlu digarisbawahi, karena pada dasarnya dan telah dibuktikan dengan pengalaman, bahwa iptek tidaklah bebas nilai sebagaimana dipercaya oleh banyak kalangan. Dengan kata lain, pemilihan rumusan ini untuk menegaskan bahwa Prodi P IPS tidak menganut doktrin positivisme ilmu pengetahuan. Pemilihan “budaya nasional yang mengembangkan karakter bangsa” sebagai visi semestinya tidak dipandang dari sisi yang sempit, bahwa Prodi P IPS hanya akan memberikan perhatian kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengan budaya dan karakter bangsa, tetapi melihatnya dari sisi yang lebih luas, yaitu berupa keinginan Prodi P IPS untuk mengembangkan budaya nasional melalui penggalian dan pengembangan nilai-nilai budaya yang pernah membawa bangsa ini di perhitungkan pada tataran global pada beberapa abad yang lalu. Melalui visi ini Prodi P IPS memberitahu lingkungannya, bahwa Prodi P IPS ingin berperan sebagai "agent of change" dalam melakukan reaktualisasi nilai- nilai budaya. Wawasan karakter bangsa yang tumbuh dari karakteristik lokal yang tidak bertepi dan menyelimuti seluruh permukaan bumi, akan membuat pengembangan ipteks tidak lagi dilakukan dalam kerangka disiplin ilmu yang ter kotak-kotak seperti yang dipraktikkan selama ini. Nilai dan wawasan itulah yang akan menjadi titik tolak perwujudan baru budaya nasional dan karakter bangsa yang sesuai dengan spirit zaman (zeit geist). Dalam kerangka budaya seperti itu lah, Prodi P IPS ingin mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun dan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni dalam bidang pendidikan.

B. MISI :

1. Menghasilkan alumni yang mandiri, berahlak dan berwawasan global.

Untuk memelihara momentum pertumbuhan dan keberlanjutan Prodi P IPS dituntut untuk senantiasa mengembangkan kebermaknaan keberadaannya melalui bentangan jaringan kemitrasejajaran dalam naungan wawasan holistik-sinergetik dengan: (i) memberdayakan potensi budaya lokal, (ii) bertanggungjawab terhadap pembangunan daerah, (iii) memiliki jati diri, kemandirian dan kompetensi, serta (iv) dapat menghasilkan pemikiran yang bermanfaat dalam kerangka global maupun untuk tindakan lokal. Makna ini menggambarkan bahwa tantangan terhadap globalisasi bukan hanya dijawab melalui kompetisi semata-mata tetapi juga melalui kebermaknaan dalam kemitraan. Oleh karena itu, pengembangan jaringan kemitraan merupakan prioritas utama bagi profil alumni Prodi P IPS, agar keberadaannya menjadi lebih bermakna secara interkonektif dalam pergaulan nasional dan internasional. Dipandang dari makna interkoneksitas diri dan lingkungan, alumni Prodi P IPS merupakan insan berkepribadian sebagai makhluk

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 15

Page 16: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

sosio-ekologis, berakhlak dan hanya bermakna jika mampu berinteraksi dengan pihak-pihak di luar dirinya sendiri.

2. Mengembangkan Ipteks yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya Manusia.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi, Prodi P IPS dalam mengemban dharma penelitian senantiasa bertolak dari dan memanfaatkan keluhuran budaya beserta sumberdaya alam lokal untuk berkembang ke arah peran global. Ciri pengembangan Ipteks seperti ini ditunjukkan pula oleh kenyataan bahwa aspek- aspek sumberdaya manusia, melalui pendidikan. Sehingga titik tolak dan arah pengembangan Ipteks di Prodi P IPS diharapkan akan bermanfaat bagi peningkatan taraf kehidupan masyarakat sekitar sekaligus turut serta dalam perkembangan global bagi ke bermanfaatan dalam pergaulan internasional. Titik tolak dan arah pengembangan Ipteks dari masalah lokal ke masalah global, dan dari sekitar diri (individualita) ke arah masyarakat luas (kolektivita) merupakan pemupukan kemampuan diri menuju pada kemandiriannya. Dengan berbasis pada kesadaran dan keterbatasan diri, pengetahuan tentang diri dan lingkungannya (mikrokosmos) dikembangkan lebih dulu yang kemudian akan menjadi dorongan bagi keingintahuan tentang diri dan tata hubungan kesemestaannya (makrokosmos) dalam wawasan keserba-utuhan. Basis perkembangan seperti ini diharapkan dapat memperkuat keberartian hidup bagi diri dengan diri-diri lainnya melalui proses adaptasi-kreatif.

3. Mempromosikan dan mendorong terwujudnya nilai-nilai Budaya Nasional dan Karakter bangsa dalam ma syarakat.

Sebagai entitas yang menjadi bagian dari suatu masyarakat, alasan kehadiran Prodi P IPS juga terkait dengan tanggung jawab untuk mewarnai dan terlibat langsung dalam dinamika lingkungan masyarakatnya. Diperhadapkan pada kebuntuan transisi perkembangan masyarakat Indonesia, Prodi P IPS mengemban misi pencerahan (enlightenment) untuk keluar dari transisi tersebut, dan di tengah realitas kelemahdayaan masyarakat dan bangsa kita, Prodi P IPS mengemban misi pemberdayaan (empowerment) untuk keluar dari kelemah dayaan tersebut. Dengan makna kehadiran yang demikian, Prodi P IPS melebur ke dalam dan di dalam masyarakat lingkungannya, Prodi P IPS menjelmakan diri sebagai sebuah communiversity. Diperhadapkan pada kebuntuan transisi dan realitas kelemahdayaan di satu sisi, sementara dinamika perubahan demikian cepat dan permasalahan masyarakat demikian kompleks di sisi lainnya, promosi dan perwujudan nilai-nilai budaya menuntut pendekatan serta metode yang tepat dan antisipatif. Prodi P IPS menanggapi tantangan ini dengan mengoptimalkan keterlibatannya dalam setiap permasalahan masyarakat yang muncul, baik melalui manifestasi pembelajaran berkesinambungan (continuing education) dan community college, maupun melalui aksi-aksi yang sifatnya langsung dalam pemberdayaan masyarakat, yang kesemuanya berbasis pada spirit untuk mempromosikan dan mewujudkan nilai-nilai karakter bangsa dalam masyarakat.

C. NILAI

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 16

Page 17: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Prodi P IPS menganut sistem nilai penjamin kebebasan pengembangan diri yang kreatif dan adaptif terhadap keserba-utuhan wawasannya, terhadap kebermanfaatan perannya, dan terhadap perilaku keberbagian keberadaannya. Sistem nilai tersebut merupakan pilar-pilar proses sekaligus komitmen terhadap orientasi pengembangan budaya kualitas (Quality Culture) dalam semua bentuk gerak langkah kemajuannya. Budaya kualitas yang dimaksudkan disini adalah keinginan atau dorongan hati untuk senantiasa mengupayakan perbaikan dan penyempurnakan dalam melaksanakan misi. Mengacu pada sistem nilai yang dianut, untuk menyelenggarakan program pendidikan dalam rangka menumbuh-kembangkan wawasan keserbautuhan dalam menghadapi fenomena sosial, dan dalam mengembangkan dan menyebarluaskan Ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, dan / atau kesenian), maka diperlukan pengembangan sejumlah sikap budaya kualitas yang meliputi:

Berwawasan holistik dalam memandang setiap permasalahan; Mengutamakan kecermatan (taat azas, telaah kritis, teguh – tekun - ulet) dan

kejujuran (sistematik - objektif dan bertanggungjawab); serta Menjunjung tinggi 4 (empat) dimensi keunggulan manusia, yaitu : kebenaran,

kebaikan, keindahan, dan keutuhan.

Upaya pengembangan Ipteks diarahkan untuk memperluas kebermanfaatan peran kemajuannya bagi pemikiran dan perilaku manusia dalam budaya kualitas, sehingga diperlukan pengembangan tindakan yang:

Menghargai keanekaragaman (diversity) dan keanekarupaan (plurality); Apresiatif terhadap kompleksitas; Mengedepankan kreatifitas sebagai awal dari inovasi;

Kemajuan Ipteks dalam budaya kualitas senantiasa digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional, sehingga diperlukan untuk menumbuh kembangkan perilaku keberbagian, sehingga mampu :

Berkehidupan dalam kebersandingan; Bekerjasama dalam kemitraan (interconnectivity); Responsif dan partisipatif dalam proses pembaharuan.

D. TUJUAN

Berdasarkan visi dan misi tersebut maka tujuan (strategic goals) Prodi P IPS dirumuskan sebagai berikut :

a. Mampu berperan sebagai pusat konservasi dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang unggul;

b. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat akademik yang handal, yang didukung oleh budaya ilmiah yang mengacu kepada nilai-nilai Prodi P IPS;

c. Mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan dengan tujuan pembangunan nasional dan daerah melalui penyelenggaraan program-program studi, penelitian, pembinaan kelembagaan, serta pengembangan sumberdaya manusia akademik yang berdayaguna dan hasil guna;

d. Mewujudkan Prodi P IPS sebagai universitas penelitian (research university);

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 17

Page 18: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

e. Meningkatkan mutu fasilitas, prasarana, sarana dan teknologi serta mewujudkan suasana akademik yang kondusif serta bermanfaat bagi masyarakat untuk mendukung terwujudnya misi Prodi P IPS;

f. Meningkatkan produktivitas dan kualitas keluaran, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan pembangunan dan dunia usaha;

g. Memupuk dan mengembangkan kerjasama kemitraan dengan sektor eksternal khususnya pemerintah, dunia usaha dan industri serta dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga Ipteks lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri.

a. Sasaran dan Strategi Pencapaiannya1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki wawasan dan kepedulian yang

tinggi terhadap pendidikan dalam arti luas dengan segala aspeknya. 2. Menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu

pengetahuan sosial.3. Menghasilkan lulusan yang mampu meniliti, merencanakan, mengembangkan, dan

mengimplementasikan serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan.dan teknologi di bidang pendidikan.

4. Menghasilkan lulusan yang mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang memiliki integritas tinggi, terbuka dan tanggap terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan IPS.

5. Menghasilkan lulusan yang mampu menjalin kerjasama dengan pihak terkait dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia yang professional, berkualitas, dan berdaya saing tinggi dalam bidang pendidikan dan pengajaran IPS.

b. Sasaran Program studi Pendidikan IPS adalah lulusan yang memiliki: 1. Wawasan dan kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan dalam arti luas dengan

segala aspeknya. 2. Keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan sosial . 3. Kemampuan meneliti, merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan

serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan.dan teknologi di bidang pendidikan.. 4. Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang memiliki integritas tinggi, terbuka

dan tanggap terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan IPS.

5. Terjalinnya kerjasama dengan pihak terkait dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia yang professional, berkualitas, dan berdaya saing tinggi dalam bidang pendidikan dan pengajaran IPS.

Berbagai strategi digunakan oleh program studi untuk mencapai sasaran tersebut, di antaranya: a) secara berkala melakukan peninjauan kurikulum untuk menyesuaikan dan mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja dalam bidang IPS, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, b) melakukan penataan struktur organisasi dan pemanfaatan program kerja yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran mahapeserta didik, kualitas sumberdaya manusia, kelengkapan dan kesesuaian sarana/prasarana penunjang, serta penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif bagi pelaksanaan berbagai kegiatan akademis.

E. Situasi Internal atau Kondisi Akademik

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 18

Page 19: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

a. Peserta DidikAnalisis terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik dapat dilihat dari

input awal dan saat pembelajaran. Analisi ini meliputi rata-rata kemampuan akademik peserta didik, minat, dan bakat peserta didik. Jadi, analisis peserta didik meliputi analisis kemampuan akademik dan non-akademik.

b. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Analisis terhadap pendidik dan tenaga kependidikan dimaksudkan untuk

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sumber daya manusia yang dimiliki oleh akademik. Analisis ini perlu dilakukan agar PRODI P IPS yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan akademik dan dapat dilaksanakan secara maksimal. Dalam melakukan identifikasi, setidaknya perlu diperoleh informasi mengenai: 1) jumlah pendidik dan rinciannya,2) memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME, 3) latar belakang pendidikan dan/atau sertifikat keahlian, 4) kompetensi pendidik (pedagogik, kepribadian, profesional, sosial),5) rata-rata beban mengajar pendidik, 6) rasio pendidik dan peserta didik, 7) minat pendidik dalam pengembangan profesi,

c. Sarana dan PrasaranaAnalisis atas sarana yang dimiliki akademik meliputi perabot, peralatan

pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Perabot di antaranya meliputi meja, kursi, papan tulis yang ada di setiap kelas. Peralatan meliputi peralatan laboratorium ilmu pengetahuan Sosial, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain. Media pendidikan di antaranya alat peraga, OHP, LCD, slide, gambar yang mendukung ketercapaian pembelajaran.

Buku dan sumber belajar di antaranya adalah bahan cetakan baik jurnal, buku teks, maupun referensi; lingkungan; media cetak maupun elektronik; narasumber. Adapun bahan habis pakai meliputi bahan-bahan yang digunakan dalam praktik pembelajaran. Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan semua sarana itu meliputi kepemilikan, kelayakan, jumlah, dan kondisi sarana yang ada.

Analisis atas prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan akademik, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan prasarana di akademik meliputi keberadaannya, rasio banyaknya, kelayakannya, dan kebersihannya.

d. BiayaAnalisis biaya sesuai mencakup:

1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.

2) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

3) Biaya operasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 19

Page 20: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

a) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,

b) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa

telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

Analisis terhadap pembiayaan di akademik mengarah pada kelemahan dan kekuatan pembiayaan di akademik tersebut terhadap pengembangan dan pelaksanaan PRODI P IPS

e. Program-programPRODI P IPS disusun oleh akademik untuk memungkinkan penyesuaian

program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan program-program meliputi: program pendidikan (antara lain: pemilihan mata pelajaran muatan nasional dan muatan lokal, pemilihan kegiatan pengembangan diri, penentuan pendidikan kecakapan hidup, penentuan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global), program pembelajaran, program remedial, dan program pengayaan.

Ada atau tidaknya program, keterlaksanaan, serta kesesuaian program dengan kebutuhan dan potensi yang ada di akademik/daerah merupakan analisis yang sangat diperlukan untuk mengembangkan PRODI P IPS.

F. Kondisi Masyarakat dan Lingkungan Akademik

a. Dunia Industri dan Dunia KerjaSalah satu prinsip pengembangan PRODI P IPS adalah relevan dengan

kebutuhan kehidupan masyakat masa kini dan mendatang. Dalam hal ini, pengembangan PRODI P IPS dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

Selain itu, PRODI P IPS disusun dengan memperhatikan berbagai hal, di antaranya adalah dunia industri dan dunia kerja serta perkembangan ipteks. Dalam PRODI P IPS, rencana kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Dalam hal ini, dunia indsutri di sekitar akademik dapat diberdayakan untuk menunjang program pendidikan akademik yang bersangkutan. Contoh: di dekat akademik ada industri kerajinan, peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai kompetensi dasar sesuai konteks industri kerajinan tersebut. Berdasarkan hal-hal itulah, analisis terhadap peluang dan tantangan dunia industri dan dunia kerja di lingkungan akademik perlu dilakukan untuk pengembangan PRODI P IPS.

b. Sumber Daya Alam dan Sosial BudayaPRODI P IPS disusun dengan memperhatikan berbagai hal, di antaranya

adalah keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan; kondisi sosial budaya masyarakat setempat; kesetaraan gender. Pada dasarnya, setiap daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, PRODI P IPS harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 20

Page 21: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

pengembangan daerah. Sumber daya alam yang ada di lingkungan serta aspek sosial budaya yang berlaku di tempat akademik tersebut berada, dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaksanaan penyusunan PRODI P IPS.

Selain itu, PRODI P IPS harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain. Agar peluang dan tantangan yang tersedia di alam sekitar dan ada di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat dapat dimanfaatkan secara maksimal serta dapat memberikan nilai tambah bagi perkembangan peserta didik, maka diperlukan upaya identifikasi dengan memperhatikan berbagai hal, antara lain: keterjangkauan jarak, waktu, dan biaya; kesesuaian dengan visi, misi, dan tujuan akademik; ketersediaan dan kemampuan SDM dalam mengelola akademik; kebermanfaatan aspek sosial budaya bagi peserta didik di masa kini dan yang akan datang. Pada sisi lain, PRODI P IPS juga harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan gender.

Berdasarkan hal itulah, analisis terhadap peluang dan tantangan sumber daya alam dan sosial budaya lingkungan akademik perlu dilakukan untuk mengembangkan PRODI P IPS.

G. Prinsip1. Berpusat pada potensi, perkembangan, dan kepentingan peserta didik dan

lingkungannya.2. Beragam dan terpadu.3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.4. Relevan dengan kebutuhan jaman.5. Menyeluruh dan berkesinambungan.6. Belajar sepanjang hayat.7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

H. Landasan Pengembangan 1. Berlandaskan pada pengembangan konsep idealisme yang bersumber dari

falsafah kehidupan bangsa yakni Pancasila dan UUD 1945 yang berorientasi pada kajian teori pendidikan klasik (perrennialisme = pelestarian temuan-temuan para ahli dan essensialisme = menyampaikan hal-hal yang sangat pokok/penting/perlu)

2. Berlandaskan pada pengembangan konsep psikologis dengan mengutamakan kepentingan perkembangan peserta didik (student oriented). Yaitu dengan pengembangan konsep-konsep dan teori pendidikan pribadi (romantik = sentuhan-sentuhan perasaan dan progresif = banyak memberikan tantangan atau belajar bagaimana hidup)

3. Berlandaskan pada pengembangan konsep sosiologis dengan kajian teaori pendidikan interaksional (interpersonal = menjalin hubungan dengan alam, lingkungan, sesama dan intrapersonal = kemampuan menyelami diri sendiri)

4. Berlandaskan pada pengembangan konsep teknologi, yakni (hardware = kemampuan mengoperasikan alat/media dan software = kemampuan untuk menyusun program perencanaan)

5. Berlandaskan pada pengembangan konsep religi, yakni iman dan taqwa serta ahlakulkarimah dalam pembentukan karakter pribadi.

I. Pendekatan Pengembangan 1. Kognitivisme

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 21

Page 22: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Definisi Cognitivisme : Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang meliputi perubahan dalam persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat diamati yaitu proses penyimpanan memory.Proses belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi yang meliputi tiga tahap, yaitu perhatian (attention), penulisan dalam bentuk simbol (encoding), penyimpanan memori (strorage) dan mendapatkan kembali informasi (retrieval). Mengajar merupakan upaya dalam rangka mendorong (menuntun dan mendukung) peserta didik untuk melakukan kegiatan mengorganisir, menyimpan, dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada.

Menurut pandangan kognitivis, belajar bukan hanya sekedar perubahan perilaku yang dapat diukur, melainkan bagaimana pengetahuan tersebut diproses. Dengan kata lain, menurut kognitivis belajar bukan hanya sekedar keterkaitan antara stimulus dan respons, melainkan apa yang terjadi didalam fikiran atau mental orang yang belajar. Menurut pandangan kognitivis, seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri individu tersebut terjadi proses pengolahan informasi dari saat menerima informasi baru, mengolah, menyimpan dan mengulang kembali. Dalam proses berfikirnya, dapat menganut pola fikir deduktif, maupun induktif.

2. Behaviorisme

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 22

Page 23: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Konsep dasar Behaviorisme : Yaitu penomena perubahan pada diri seseorang yang didasarkan pada prilaku yang berulang-ulang menjadi kebiasaan yang otomatis dan sebagai pengetahuan yang permanent.Belajar dipandang sebagai sesuatu yang tidak menyeluruh, tetapi diuraikan dalam langkah-langkah yang konkrit dan dapat diamati. Mengajar, tidak lebih dari mengusahakan terjadinya perbuatan dalam perilaku peserta didik, dan perubahan tersebut haruslah teramati. (Schuman, 1996).

Pendekatan Pembelajaran yang dapat dikembangkan diantaranya adalah model Pembelajaran mastery, model Pembelajaran langsung, model Pembelajaran simulasi, model Pembelajaran sosial, dan model Pembelajaran berprogram.

3. Konstruktivisme Constructivisme : Pada dasarnya pengetahuan dibentuk pada diri manusia berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya dan hasil interaksi lingkungan social disekilingnya. Pengetahuan yang mereka peroleh itu adalah hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam pikirannya. Jadi peserta didik belajar bukan berasal dari apa yang diberikan oleh dosen, melainkan merupakan hasil usahanya sendiri berdasarkan hubungannya dengan dunia sekitar. Dosen berusaha membantu peserta didik dalam mekonstruksi pengetahuannya berdasarkan pengalamannya masing-masing. Jadi mengajar bukan menyampikan sejumlah informasi secara utuh kepada murid. (Laura Henriques, 1997)

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan diantaranya: Inkuiri, Kontekstual, Interaktif, Kooperatif, Eksperimen, Simulasi, Projek, dan Kajian lapangan (Saettler, 1990).

Pendekatan Operasional Kooperatif :Pembelajaran koperatif mengacu kepada kaidah pembelajaran yang melibatkan peserta didik dengan berbagai kemampuan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil guna mencapai satu tujuan yang sama. Pembelajaran koperatif menggalakkan murid berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Hal ini akan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 23

Page 24: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

memungkinkan terjadinya penggabungan dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak tertekan,. Hal ini sesuai dengan falsafah dari konstruktivisme. (Slavin,1982, Johnson&Johnson, Kag). Sasarannya adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan saja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk rekan-rekan lain dalam kelompok. Aspek-aspek esensial yang terdapat dalam pembelajaran koperatif adalah: a) saling bergantung antara satu sama lain secara positif (Positif interdependence), b) saling berinteraksi langsung antar anggota dalam kelompok (face-to-face Interaction), c) akuntabilitas individu atas pembelajaran diri sendiri (individual accountability), d) keterampilan social (cooveratif social skills), dan e) pemprosesan kelompok (group processing).

Implikasi pada Pembelajaran di ruang belajar :a. Pengetahuan dibentuk melalui pengalaman b. Pembelajaran adalah intepretasi seseorang terhadap lingkungan sekitarnya.c. Pembelajaran merupakan satu proses aktif yang dibina dari pengalaman

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 24

Page 25: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

d. Konsep terhadap sesuatu pengalaman dibina dari penyatuan konstruktivisme kognitif dan konstruktivisme sosial

e. Pembelajaran dibina didalam situasi nyata.f. Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi

kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.

g. Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya.

Untuk memutuskan (menilai) keputusannya, peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik yang lain.

J. Pengembangan Instrumen

Pada hakikatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan dan menentukan seperangkat keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi dan sebagainya). Rangkaian proses kegiatan itu dilaksanakan agar harapan tersebut dapat terwujud menjadi kenyataan di masa yang akan datang, yaitu dalam jangka waktu 1, 3, 5, 10, 15, 25, 40, atau 50 tahun yang akan datang.

Gambaran tentang harapan (das sollen) masa depan itu mungkin baru merupakan impian atau sekedar cita-cita saja, atau mungkin pula sudah ada ancar-ancar jangka panjang (10, 15, 25, 40 tahun) ukuran waktunya, yang biasa disebut dengan visi. Sedangkan tugas yang akan dilakukannya disebut dengan misi, yaitu untuk menghasilkan bidang hasil pokok (key result areas) dengan ukuran standar normatif tertentu (values) dan dengan jalan tertentu (strategy) yang dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Jarak dan jurang kesenjangan (gaps) atau perbedaan (differences) dan ketimpangan (disparities) antara harapan dan kenyataan itulah yang lazimnya diidentifikasi sebagai permasalahan strategis (strategic issue), yang membutuhkan pemecahan melalui program-program pembangunan yang terarah sasaran bidang garapannya. Tugas dan tenaga pendidik dan kependidikanan untuk mendeteksi seberapa besar atau seberapa jauh sebenarnya kemungkinan terdapatnya kesenjangan antara kebutuhan-kebutuhan ideal (masa depan) dengan kebutuhan yang ada saat ini pada dasarnya merupakan esensi dari perencanaan pendidikan.

Beberapa unsur penting yang terkandung di dalam perencanaan pendidikan, yaitu:1. Penggunaan analisa yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan

pendidikan, hal ini menyangkut metodologi dalam perencanaan. Perencanaan pendidikan dewasa ini telah berkembang dengan berbagai pendekatan dan metodologinya yang cukup kompleks dan sulit.

2. Proses perkembangan pendidikan, artinya bahwa perencanaan pendidikan itu dilakukan dalam rangka reform pendidikan, yaitu suatu proses dari status sekarang menuju ke status perkembangan pendidikan yang dicita-citakan. Perencanaan merupakan suatu momen dalam proses yang kontinyu.

3. Prinsip efektivitas dan efisiensi, artinya dalam perencanaan pendidikan itu pemikiran secara ekonomis sangat menonjol, misalnya dalam hal penggalian sumber-sumber pembiayaan pendidikan, alokasi biaya, hubungan pendidikan dengan tenaga pendidik dan kependidikan, hubungan pengembangan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi.

4. Kebutuhan dan tujuan murid-murid dan masyarakat, artinya perencanaan pendidikan itu mencakup aspek internal dan eksternal daripada akademik sistem pendidikan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 25

Page 26: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

5. Secara konseptual Transactional Planning terdiri dari tiga bagian, yaitu: Pertama, komponen environment yang juga terdiri dari remote environment, proximate environment, operating environment. Kedua, plan formulation yang mencakup process dan contents. Dan Ketiga, plan implementation yang mencakup facilitating conditiond dan impeding conditions. Keterkaitan antara ketiga komponen atau bagian ini disajikan dalam gambar seperti berikut ini:

6.7.8.9.10.

Gambar : Transactional Planning

Proses perencanaan terdiri beberapa komponen utama yang esensial yang secara prinsipil tidak dapat ditinggalkan. Komponen-komponen itu adalah sebagai berikut:

1. Kajian terhadap hasil perencanaan pembangunan pendidikan periode sebelumnya sebagai titik berangkat perencanaan.

2. Rumusan tentang tujuan umum perencanaan pendidikan yang merupakan arah yang harus dapat dijadikan titik tumpu kegiatan perencanaan.

3. Rumusan kebijakan atau posisi yang kemudian dapat dijabarkan ke dalam strategi dasar perencanaan yang merupakan respon terhadap cara mewujudkan tujuan yang ditentukan.

4. Pengembangan program dan proyek sebagai operasionalisasi prioritas yang ditetapkan.

5. Schedulling dalam arti mengatur menemukan dua aspek yaitu keseluruhan program dan prioritas secara teratur dan cermat karena penjadwalan ini secara makro mempunyai arti tersendiri yang amat strategik bagi keseluruhan pelaksanaan perencanaan.

6. Implementasi rencana termasuk didalamnya proses legalisasi dan persiapan aparat pelaksana rencana, pengesahan dimulainya suatu kegiatan, monitoring dan controlling untuk membatasi kemungkinan tindakan yang tidak terpuji yang dapat merupakan hambatan dalam proses pelaksanaan rencana.

7. Evaluasi dan revisi yang merupakan kegiatan evaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilan dan kegiatan untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap tuntutan baru yang berkembang.

Perencanaan pada intinya merupakan upaya penentuan kemana sebuah organisasi akan menuju di masa depan dan bagaimana sampai pada tujuan itu. Dengan kata lain, perencanaan berarti pendefinisian tujuan yang akan dicapai oleh organisasi dan pembuatan keputuan mengenai tugas-tugas dan penggunaan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan itu. Sedangkan rencana (plan) adalah hasil dari proses perencenaan yang berupa sebuah cetak biru (blueprint) mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan, jadwal, dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan.

Tujuan dan alokasi sumber daya merupakan dua kata kunci dalam sebuah rencana. Tujuan (goal) dapat diartikan sebagai kondisi masa depan yang ingin

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 26

Plan Environment

a. Remote Environment

b. Proximate Environment

c. Operating Environment

Plan Evaluation

a. Monitoringb. Reportingc. Evaluation

Plan Implementation

a. Fasilitating Conditions

b. Impeding Conditions

Plan Formulation

a. Processb. Contents

Page 27: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Dasar

(Premis Prodi)

Manajemen Puncak(Tingkat Prodi)

Tujuan Strategis

Rencana Strategis

Manajemen Menengah(Bidang Kurikulum, Dosen wali, dsb.)

Tujuan Taktis

Rencana Taktis

Manajemen Bawah(MaKul, Individu Dosen)

Tujuan Operasional

Rencana Operasional

Tujuan (hasil)

Rencana (alat)

diwujudkan oleh organisasi. Dalam organisasi, tujuan ini terdiri dari beberapa jenis dan tingkatan. Tujuan pada tingkat yang tertinggi disebut dengan tujuan strategis (strategic goal), kemudian berturut-turut di bawahnya dijabarkan menjadi tujuan taktis (tactical objective) kemudian tujuan operasional (operational objective). Tujuan strategis merupakan tujuan yang akan dicapai dalam jangka panjang, sedangkan tujuan taktis dan tujuan operasional adalah tujuan jangka pendek yang berupa sasaran-sasaran yang terukur.

Tujuan strategis merupakan tujuan tertinggi yang akan dicapai pada tingkat akademik. Tujuan ini bersifat umum dan biasanya tidak dapat diukur secara langsung. Tujuan-tujuan taktis merupakan tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh bagian-bagian utama organisasi akademik, misalnya bidang kurikulum, kepeserta didikan, atau kerja sama dengan masyarakat. Sedangkan tujuan operasional merupakan tujuan yang harus dicapai pada bagian-bagian yang secara struktur yang lebih rendah dari bagian-bagian utama akademik tersebut. Tujuan mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, misalnya, dapat dikategorikan sebagai tujuan operasional.

Masing-masing tingkatan tujuan tersebut terkait dengan proses perencanaan. Tujuan strategis merupakan tujuan yang harus dicapai pada tingkat rencana strategis (strategic plan). Tujuan taktis dan tujuan operasional masing-masing merupakan tujuan-tujuan yang harus dicapai pada rencana taktis (tactical plan) dan rencana operasional (operational plan).

Model perencanaan strategis (strategis planning) hingga saat ini dipandang sebagai proses perencanaan yang demikian itu. Dengan menerapkan pendekatan perencanaan strategis, diharapkan akademik akan terdorong untuk melakukan perencanaan secara sistematis. Akademik diharapkan akan menyediakan waktu untuk mentelaah dan menganalisis dirinya sendiri dan lingkungannya, mengidentifikasi kebutuhannya untuk mendapatkan keunggulan terhadap yang lain, dan melakukan komunikasi dan konsultasi secara terus-menerus dengan berbagai pihak baik dari

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 27

Page 28: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

dalam maupun luar lingkungan lembaga selama berlangsungnya proses perencanaan. Di samping itu perencanaan strategis juga diharapkan akan mendorong akademik untuk menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan strategis, secara terus-menerus memantau pelaksanaan rencana itu, dan secara teratur melakukan pengkajian dan perbaikan untuk menjaga agar perencanaan yang dibuat tetap relevan terhadap berbagai kondisi yang terus berkembang (Nickols dan Thirunamachandran, 2000).

Perencanaan pengembangan akademik pada dasarnya merupakan proses yang berlangsung terus-menerus, bukan merupakan kegiatan “sekali jadi”. Agar perencanaan pengembangan itu efektif dalam memampukan (enabling) akademik untuk menghadapi tantangan ganda yang berkaitan dengan peningkatan kualitas dan pengelolaan perubahan, perencanaan pengembangan harus menjadi “modus operandi” normal bagi setiap akademik. Bagi akademik pada umumnya, perencanaan pengembangan yang sistematis akan memerlukan perubahan mendasar dari kondisi yang ada sekarang. Bab ini memaparkan inovasi tantangan yang harus diatasi dengan cermat untuk menjamin keberhasilan pengintegrasian perencanaan pengembangan ke dalam kehidupan akademik, sehingga perencanaan akan menjadi budaya dalam manajemen akademik.

Berdasarkan penelitian internasional terhadap perubahan pendidikan pada umumnya, penumbuhan budaya perencanaan pengembangan akademik dibagi menjadi tiga tahap:

Pemulaan (Inisiation): tahapan ini meliputi penetapan keputusan untuk memulai perencanaan pengembangan akademik, menumbuhkan komitmen terhadap proses perencanaan, dan penyiapan partisipan.

Pembiasaan (Familirialisation): tahap ini mencakup siklus awal dari perencanaan pengembangan akademik, dimana masyarakat akademik belajar bagaimana melaksanakan proses perencanaan pengembangan itu.

Penyatuan (Embedding): tahap ini terjadi ketika perencanaan pengembangan akademik telah menjadi bagian pola kehidupan akademik sehari-hari dalam melaksanakan segala sesuatu.

Perencanaan pengembangan akademik pada dasarnya merupakan proses yang berlangsung terus-menerus, bukan merupakan kegiatan “sekali jadi”. Agar perencanaan pengembangan itu efektif dalam memampukan (enabling) akademik untuk menghadapi tantangan ganda yang berkaitan dengan peningkatan kualitas dan pengelolaan perubahan, perencanaan pengembangan harus menjadi “modus operandi” normal bagi setiap akademik. Bagi akademik pada umumnya, perencanaan pengembangan yang sistematis akan memerlukan perubahan mendasar dari kondisi yang ada sekarang. Memaparkan inovasi tantangan yang harus diatasi dengan cermat untuk menjamin keberhasilan pengintegrasian perencanaan pengembangan ke dalam kehidupan akademik, sehingga perencanaan akan menjadi budaya dalam manajemen akademik.

Berdasarkan penelitian internasional terhadap perubahan pendidikan pada umumnya, penumbuhan budaya perencanaan pengembangan akademik dibagi menjadi tiga tahap:

Pemulaan (Inisiation): tahapan ini meliputi penetapan keputusan untuk memulai perencanaan pengembangan akademik, menumbuhkan komitmen terhadap proses perencanaan, dan penyiapan partisipan.

Pembiasaan (Familirialisation): tahap ini mencakup siklus awal dari perencanaan pengembangan akademik, dimana masyarakat akademik belajar bagaimana melaksanakan proses perencanaan pengembangan itu.

Penyatuan (Embedding): tahap ini terjadi ketika perencanaan pengembangan akademik telah menjadi bagian pola kehidupan akademik sehari-hari dalam melaksanakan segala sesuatu.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 28

Page 29: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

1. Tahap Pemulaan (Inisiation)Secara formal semua pengelola akademik bertanggung jawab atas inisiatif

perencanaan pengembangan akademik untuk menjamin bahwa keputusan untuk menyusun rencana pengembangan akademik benar-benar terlaksana dan terwujud. Akan tetapi, pada praktiknya, inisiatif itu pada umumnya diambil oleh kepala akademik atau komite akademik.

Apabila diinginkan keberhasilan dalam inovasi akademik, pengembangan komitmen dosen terhadap inovasi itu menjadi hal yang esensial. Mereka harus benar-benar memahami hal-hal pokok berkaitan dengan apa, mengapa, dan bagaimana perencanaan pengembangan akademik dilakukan. Dosen-dosen harus disadarkan tentang peran yang harus mereka ambil dalam proses perencanaan dan manfaat apa yang dapat mereka peroleh dari proses itu. Pemahaman mereka harus difokuskan pada keterkaitan antara proses dengan isu-isu yang penting bagi dosen pada umumnya, sehingga relevansi proses perencanaan dan kebutuhan akademik dapat disampaikan dengan jelas. Penjelasan serupa juga harus dilakukan kepada semua mitra kerja yang ada di lingkungan akademik agar proses perencanaan pengembangan akademik memperoleh dukungan dari mereka.

Kegiatan-kegiatan berikut merupakan cara-cara yang dapat membantu warga akademik untuk mempersiapkan partisipasinya dalam proses perencanaan pengembangan akademik.

a. Membaca berbagai panduan, buku-buku pegangan dan laporan-laporan hasil penelitian mengenai perencanaan pengembangan akademik.

b. Mencari saran-saran, masukan dan dukungan dari lembaga-lembaga yang peduli terhadap pendidikan yang ada di sekitar akademik.

c. Menghadiri seminar-seminar atau pelatihan-pelatihan yang relevan dengan perencanaan pengembangan akademik.

d. Menghubungi akademik-akademik lain yang dipandang lebih maju dibidang perencanaan pengembangan akademik untuk menggali dan belajar dari pengalaman yang mereka miliki.

e. Mengundang pembicara dari luar untuk menyajikan paparan tentang perencanaan pengembangan akademik di hadapan dosen, pengelola akademik, komite akademik, dan orang tua, baik secara bersama-sama atau terpisah.

f. Mengundang tokoh-tokoh kunci di lingkungan akademik untuk memaparkan pentingnya perencanaan pengembangan akademik dan mendorong partisipasi semua pihak.

g. Memanfaatkan fasilitator dari luar untuk membantu memulai dan mengimplementasikan perencanaan pengembangan akademik.

h. Keluaran yang dicapai dari tahap pemulaan meliputi: 1) Telah dibuatnya keputusan untuk mengawali (mengintroduksi)

perencanaan pengembangan akademik.2) Semua dosen memiliki pemahaman yang benar mengenai

perencanaan pengembangan akademik dan memiliki komitmen terhadap proses itu.

3) Semua mitra akademik telah diberi penjelasan pada tahap awal proses tersebut.

4) Terpilihnya fasilitator untuk membantu melaksanakan proses tersebut.

2. Tahap Pembiasaan (Familirialisation)Pada tahap pembiasaan, biasanya merupakan langkah pertama dari siklus

perencanaan pengembangan akademik secara utuh, masyarakat akademik berada dalam proses belajar dari pengalaman bagaimana melaksanakan proses

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 29

Page 30: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

perencanaan tersebut. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan tumbuh berdasarkan pengalaman dan struktur kolaborasi yang berkembang. Hasil dari tahapan ini adalah terkonsolidasikannya dan menguatnya komitmen terhadap proses perencanaan.

Selama berlangsungnya tahap ini, fasilitator yang terampil, koordinasi yang cermat, dan dukungan yang cukup dan berkelanjutan, termasuk di dalamnya pelatihan dalam jabatan, akan sangat membantu keberhasilan proses perencanaan. Perhatian khusus harus diberikan agar timbul penguatan yang positif di kalangan dosen. 3. Penyatuan (Embedding)

Tahap penyatuan terjadi ketika perencanaan pengembangan telah menjadi bagian dari cara-cara yang biasa dilakukan akademik dalam melaksanakan segala sesuatu. Tatanan manajemen akademik telah berkembang menjadi pendukung yang baik terhadap pengembangan maupun pemeliharaan akademik yang bersangkutan, dan menjadi bagian dari pola prilaku yang berterima (acceptable) bagi semua pihak. Terdapat begitu luas ragam penggunaan rencana tindakan oleh dosen. Dalam hal ini rencana pengembangan akademik harus berfungsi sebagai kerangka acuan bagi perencanaan-perencanaan yang terkoordinasi yang dilakukan oleh dosen secara individual, unit-unit yang ada akademik, tim-tim lintas kurikulum, dan dampaknya akan tampak pada praktik-praktik pembelajaran dalam kelas. Seluruh proses tersebut pada saat itu telah menjadi “cara kita melakukan segala sesuatu di akademik ini” atau "the way we do things around here."

K. Langkah-Langkah Perencanaan Pengembangan Akademik

Terdapat berbagai model yang dapat digunakan untuk diadopsi untuk menyusun rencana Pengembangan Akademik. Dalam bahan Bintek ini hanya diberikan satu contoh struktur rencana pengembangan akademik. Namun demikian, bukan berarti langkah-langkah yang diberikan di sini merupakan yang paling efektif bagi semua memiliki kebebasan untuk mengembangkan sendiri struktur rencana pengembangan yang dipandang paling sesuai dengan kondisi masing-masing akademik. Proses perencanaan pengembangan akademik yang dimaksud setidak-tidaknya harus mencakup lanngkah-langkah sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar tersebut di bawah ini :

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 30

Page 31: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

MenyusunRencana Pendapatan dan Belanja Akademik

Merumuskan:Visi, Misi,

Tujuan

Telaah Diri(Self Review)

Memilih Prioritas dan Strategi,Pengembangan

Menyusun:Program Pengembangan

MenyusunRencana Operasional Tahunan

Gambar : Proses Perencanaan Pengembangan Akademik

Tujuan strategis dapat dibedakan menjadi delapan tipe. Akademik dapat menggabungkan dua atau lebih dari tipe-tipe tujuan itu sesuai dengan rumusan visi dan misinya serta nilai-nilai dasar yang dianut.

1. Pangsa Pasar Pendidikan: Tujuan yang mengindikasikan dimana posisi yang diinginkan akademik di masa depan relatif terhadap akademik lain yang sejenis terkait dengan keberterimaan lulusan dan juga kualitas dan kuantitas calon peserta didik yang berminat menjadi peserta didik di akademik tersebut.

2. Inovasi Pendidikan: Tujuan yang mengindikasikan komitmen pihak pengelola akademik terhadap pengembangan layanan pendidikan baru dan pendekatan, strategi, atau metode baru dalam penyelenggaraan pendidikan.

3. Produktivitas Pendidikan: Tujuan yang mengarah pada level efisiensi, produktivitas dan kualitas pendidikan.

4. Sumberdaya fisik dan keuangan: Tujuan yang berkaitan dengan penggunaan, perolehan, dan pemeliharaan sumber-sumber investasi dan keuangan.

5. Keuntungan: Tujuan yang memfokus pada tingkat keuntungan dan indikator-indikator yang berkaitan dengan kinerja keuangan akademik.

6. Kinerja dan Pengembangan Manajemen: Tujuan yang menekankan pada tingkat produktivitas dan pertumbuhan manajemen

7. Kinerja dan Sikap Pendidik dan Tenaga Kependidikan: Tujuan yang berkaitan dengan tingkat produktivitas dan prilaku positif yang diharapkan dari kalangan staf akademik.

8. Tanggung Jawab Sosial: Tujuan yang mengindikasikan tanggung jawab sosial akademik terhadap para pihak yang berkepentingan di luar akademik dan masyarakat.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 31

Page 32: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Tujuh kriteria tujuan yang efektif tersebut dapat diringkas menjadi lima kriteria yang disingkat SMART. Kelima kriteria itu meliputi: spesifik (specific), dapat dikelola pencapaiannya (manageable), disepakati (agreed upon) oleh semua warga akademik, didukung sumber daya yang memadai (resources supported), dan terdapat batasan waktu (time-bound). Grant strategy dibedakan menjadi tiga kategori: pertumbuhan, stabilitas, dan penghematan atau retrenchment.

Pertumbuhan. Pertumbuhan atau growth dapat didorong dari dalam dengan cara meningkatkan investasi dalam bentuk peningkatan kesempatan akses masyarakat atau meningkatkan diversifikasi layanan pendidikan atau meningkatkan standar kualitas layanan di atas standar yang berlaku umum, standar nasional misalnya.

Stabilitas. Stabilitas, kadang-kadang disebut strategi berhenti sesaat (pause strategy), berarti bahwa akademik ingin tetap berada pada kondisinya sekarang atau tumbuh perlahan-lahan dan tetap terkendali. Ketika sebuah SD atau MI telah mengalami pertumbuhan yang pesat dan berhasil mencapai puncak visi yang diinginkan, akademik itu biasanya memfokuskan diri pada strategi stabilitas untuk mengintegrasikan semua unit yang ada agar tetap berada pada kondisi puncak itu dengan terus meningkatkan efisiensi.

Penghematan. Penghematan berarti bahwa akademik melakukan pengurangan layanan pendidikan dengan mempersempit jenis program pendidikan yang diberikan. Cara ini dapat dilakukan dengan menghentikan sejumlah program kurikuler yang bersifat pengayaan atau menghentikan sejumlah kegiatan ekstra kurikuler tidak diminati peserta didik atau mengurangi jumlah peserta didik yang diterima. Hal ini tentu akan berdampak pada pengurangan sumber daya yang diinvestasikan, baik SDM maupun sumberdaya lainnya. a. Tipologi Strategi Adaptif dari Miles dan Snow

Terdapat empat tipologi organisasi yang digunakan dasar dalam mengelompokkan strategi pengembangan oleh Miles dan Snow, yaitu prospector, defendor, analyzer, dan reactor. Hubungan antara masing-masing tipologi ini dengan strategi, kondisi lingkungan eksternal, dan karakteristik organisasi dirangkum pada Tabel di bawah ini :

Tabel : Tipologi Strategi Adaptif Menurut Miles dan Snow

Tipologi Organisasi Strategi Lingkungan Karakteristik

Organisasi

Prospector Inovasi, Mencari Peluang Pasar Baru, TumbuhAmbil Resiko

DinamisTumbuh

KreatifInovatifFleksibleDesentralisasi

Defendor Melindungi teritorialnyaPenghematanMempertahankan pangsa pasar yang dimiliki

Stabil Kontrol ketatSentralisasiEfisiensi produksiOverhead rendah

Analyser Mempertahankan Perubahan Kontrol dan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 32

Page 33: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Tipologi Organisasi Strategi Lingkungan Karakteristik

Organisasi

pasar yang ada disertai inovasi sekedarnya

tingkat menengah

fleksibilitas ketatProduksi yang efisienKreativitas

Reactor Tidak memiliki strategi yang jelasBereaksi terhadap kondisi-kondisi spesifikMengambang, mengalir mengikuti arus

Kondisi apapun Pendekatan organisasional tidak jelasBergantung pada kebutuhan sesaat

b. Strategi Kompetitif dari PorterMichael E. Porter meneliti sejumlah strategi pada organisasi bisnis

dan menganjurkan tiga strategi yang efektif pada tingkat manajemen menengah: diferensiasi (differebtiation), kepemimpinan berbiaya (cost leadreship), dan fokus.

Diferensiasi. Strategi ini mencakup usaha-usaha untuk membuat semua proses dan hasil pendidikan berbeda dari yang lain. Akademik dapat memanfaatkan promosi, program-program pendidikan yang unik, standar kualitas yang lebih unggul, piranti teknologi yang khusus sehingga dihasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang bersifat khas, unik dan memiliki keunggulan kompetitif. Tentu saja keunikan dan kekhasan itu harus tetap pada kerangka visi, misi, tujuan, dan kebijakan-kebijakan pendidikan yang berlaku secara nasional, regional, lokal, maupun PRODI itu sendiri.

Kepemimpinan Pembiayaan (Cost Leadership). Dengan strategi ini berarti akademik sacara agresif menggunakan sumber daya yang efisien, berusaha mengurangi anggaran, dan memperketat pengendalian anggaran agar pelaksanaan pendidikan lebih efisien dibandingkan lembaga lain yang sejenis.

Fokus. Dalam strategi ini, akademik berkonsentrasi pada kebutuhan masyarakat tertentu atau pada program-program khusus yang dijadikan unggulan. Sebuah akademik yang melayani khusus peserta didik-peserta didik yang akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri, misalnya, dapat menggunakan strategi ini dengan memberikan layanan pendidikan khusus kepada mereka yang berkemampuan dan berkemauan memperoleh pendidikan di luar negeri. Kurikulum, pendekatan pendidikan, dan sumber daya pendukung yang digunakan disesuaikan dengan usaha pembiasaan peserta didik untuk belajar di luar negeri. Konsentrasi pada satu program keahlian khusus untuk memenuhi standar kompetensi industri tertentu dari penggunakan strategi terfokus ini.c. Strategi Berbasis Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan sebuah metode untuk menguji strategi-strategi yang potensial yang dikembangkan atas dasar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Melalui pengombinasian masing-masing unsur dan data yang luas yang telah trekumpul sebagai hasil analisis dapat berfungsi sebagai pemicu diskusi dan perbaikan strategi yang selama ini telah digunakan atau mengembangkan strategi-strategi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 33

Page 34: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

baru. Matrik SWOT dapat membantu pengembangan strategi dengan menggunakan alat SWOT Analysis ini.

Matrik SWOT pada dasarnya merupakan daftar dari kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, serta kombinasi dari Strengths (S) dan Opportunities (O), Strengths (S) dan Threats (T), Weaknesses (W) dan Opportunities (O), Weaknesses (W) dan Threats (T). Terdapat empat pilihan strategi dalam matrik SWOT: competition, mobilization, investment/divestemen, dan damage control.

1) Strategi competition diterapkan apabila akademik berada dalam posisi yang kuat dan banyak peluang yang teridentifikasi (S-O). Strategi ini merupakan pemanfaatan peluang berdasarkan kekuatan yang dimiliki.

2) Strategi mobilization dipilih apabila organisasi memiliki kekuatan yang cukup, tetapi diluar sana banyak ancaman yang harus dihadapi (S-T). Dengan kata lain, organisasi harus menanggulangi ancaman dengan memanfaatkan kekuatan yang ada.

3) Strategi investment/divestment diambil apabila organisasi dalam kondisi yang lemah akan tetapi banyak peluang yang tersedia (W-O). Dengan strategi ini organisasi memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan kekuatannya.

4) Strategi damage control dipakai apabila organsasi berada pada kondisi lemah dan harus banyak menghadapi ancaman (W-T). Dengan strategi ini organisasi harus menekan kelemahan dan ancaman secara bersama-sama.

Program pengembangan merupakan rencana yang harus disusun oleh setiap unit atau individu yang ada dalam struktur organisasi akademik. Masalah yang sering ditemukan dalam penyusunan program pengembangan adalah kesulitan dalam memadukan rencana yang dibuat oleh masing-masing unit tersebut baik dari sisi substansial maupun format dan tata-tulis. Oleh karena itu sejak awal, harus terdapat kesepahaman di kalangan unit-unit itu bahwa:

1. Sasaran dan kegiatan masing-masing program pengembangan harus mengacu pada pengembangan menyeluruh pada tingkat akademik yang menggambarkan bagaimana masing-masing tujuan strategis akan dicapai.

2. Masing-masing unit harus memiliki kegiatan yang memberi kontribusi terhadap program pengembangan akademik.

3. Masing-masing program pengembangan, secara bersama-sama, harus menunjukkan bagaimana kesemuanya akan mengarah pada implementasi program pengembangan akademik secara keseluruhan.

4. Masing-masing program pengembangan dari unit-unit harus menunjukkan hubungannya dengan program pengembangan akademik secara keseluruhan baik dengan program pengembangan yang lain maupun dengan program pengembangan di tingkat manajemen puncak akademik

Tujuan dari tahapan merancang program pengembangan ini adalah untuk memampukan masyarakat akademik menyusun rencana bagaimana menterjemahkan keputusan-keputusan strategis kedalam tindakan. Tahapan penyusunan program pengembangan meliputi:

1. Perencanaan Program: membangun program pengembanganan yang rinci yang menentukan apa yang sesungguhnya akan dilaksanakan untuk mencapai masing-masing tujuan.

2. Menuliskan Program: merancang struktur program pengembangan yang bersifat menyeluruh serta menyusun draft dan mengkompilasikan semua bagian-bagiannya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 34

Page 35: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala akademik harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama yang kooparatif, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program akademik.

Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui persaingan sehat yang membuahkan kerjasama (coopetition). Maksudnya ialah dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di akademik, kepala akademik harus mementingkan kerjasama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer kepala akademik harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya akademik dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuannya. Kepala akademik harus mampu menghadapi berbagai persoalan di akademik, berpikir secara analitik dan konseptual dan harus senantiasa berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua stakeholders akademik.

Kedua, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Sebagai manajer kepala akademik harus mampu meningkatkan profesi tenaga kependidikan secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, kepala akademik harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya, memberi kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan. Kepala akademik harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di akademik (partisipatif). Dalam hal ini kepala akademik bisa berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan, asas mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas keakraban dan asas integritas.

Azas tujuan, bertolak dari anggapan bahwa kebutuhan dasar tenaga kependidikan akan harga dirinya mungkin dicapai dengan turut menyumbang pada suatu tujuan yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan kesempatan bagi kepala akademik selaku pemimpin untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan tersebut. Kemampuan untuk menyampaikan dan menanamkan tujuan merupakan seni yang harus dimiliki oleh kepala akademik dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya.

Asas keunggulan, bertolak dari anggapan bahwa setiap tenaga kependidikan membutuhkan kenyamanan dan harus memperoleh kenyamanan serta harus memperoleh kepuasan dan penghargaan pribadi. Kepuasan mengandung makna penerimaan keadaan seperti apa adanya, sehingga ketidakpuasan merupakan sumber motivasi yang dapat menggerakkan tenaga kependidikan untuk menutupi ketidakpuasan tersebut dan mencapai kepuasan yang diinginkan. Oleh karena itu, kepala akademik harus berusaha untuk mengembangkan budaya kerja dan ketidakpuasan kreatif.

Azas mufakat, dalam hal ini kepala akademik harus mampu menghimpun gagasan bersama dan membangkitkan tenaga kependidikan untuk berpikir kreatif dan bertindak inovatif dalam melaksanakan tugasnya.

Azas kesatuan, dalam hal ini kepala akademik harus menyadari bahwa tenaga kependidikan tidak ingin dipisahkan dari tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kepala akademik harus berusaha untuk menjadikan tenaga kependidikan sebagai pendosens upaya-upaya pengembangan akademik. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa kepemilikan pada tenaga kependidikan terhadap akademik tempatnya melaksanakan tugas.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 35

Page 36: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

KEBIJAKAN & PROSEDUR

STRUKTURSTRUKTUR

IKLIM KERJAIKLIM KERJA

BUDAYA ORGANISASI

LEADERSHIPLEADERSHIP

PRAKTEK MANAJEMEN

MISI & STRATEGI

Azas persatuan, kepala akademik harus mendorong tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi akademik. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, dengan sistem imbalan terhadap setiap kegiatan yang dilakukan oleh bawahan. Dalam konsep kontemporer dikenal dengan istilah kompensasi berbasis kinerja.

Azas empirisme, kepala akademik harus mampu bertindak berdasarkan atas nilai dan angka yang menunjukkan prestasi para tenaga kependidikan. Oleh karena itu, data dan informasi yang memuat semua komponen akademik memegang peranan yang sangat penting.

Azas keakraban, kepala akademik harus berupaya menjaga keakraban dengan para tenaga kependidikan, agar tugas-tugas dapat dilaksnakan dengan lancar. Hal ini dimungkinkan karena keakraban mendorong berkembangnya saling percaya dan kesediaan untuk berkorban di antara para tenaga kependidikan.

Azas integritas, kepala akademik harus memandang bahwa peran kepemimpinannya merupakan suatu komponen kekuasaan untuk menciptakan dan memobilisasi energi seluruh tenaga kependidikan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Integritas merupakan kejujuran dan upaya mencapai suatu langkah tindakan yang telah ditetapkan secara bertanggung jawab dan konsisten.

Organisasi sebagaimana layaknya tubuh manusia, terdiri dari organ dan struktur vital yang memberi kekuatan dan rigiditas, bentuk dan fungsi sebagai komponen penting bagi kehidupan organisasi. Menurut Gilley dan Maycunich (2000), sistem organisasi terdiri dari atas tujuh unsur, yakni: struktur, kepemimpinan, budaya organisasi, praktek manajerial, misi dan strategi, kebijakan dan prosedur, serta iklim kerja (lihat Gambar).

Gambar : Kepemimpinan dan Komponen Sistem Organisasi

Pada gambar tersebut terlihat bahwa kepemimpinan merupakan pusat sistem organisasi. Hal ini sesuai dengan pemahaman bahwa pemimpin merupakan jantung organisasi. Kepemimpinan merupakan pusat dari setiap interaksi, keputusan, komunikasi dan tindakan dalam organisasi. Kepemimpinan diumpamakan seperti jantung manusia dan sistem sirkulasi yang menentukan hidup manusia. Elemen kunci kepemimpinan meliputi pemimpin-pengikut, pengaruh, orang, perubahan dan tujuan organisasi).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 36

Page 37: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

PENGARUH

TUJUAN ORGANISASI

KEPEMIMPINANPEMIMPIN-PENGIKUT

ORANGPERUBAHAN

Gambar : Elemen Utama Definisi Kepemimpinan

Organisasi mepunyai dua klasifikasi pekerja, yakni manajer dan pekerja. Manajer memiliki bawahan dan kewenangan formal untuk menyatakan kepada bawahan mengenai apa yang dikerjakan, sedangkan para pekerja tidak memiliki kedua hal yang dimiliki oleh manajer. Semua manajer memerankan empat fungsi utama, yakni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Kepemimpinan merupakan bagian tugas manajer yang menjalankan fungsi kepemimpinan secara efektif. Di sisi lain, ada juga sejumlah orang yang bukan manajer, namun mempunyai pengaruh besar terhadap karyawan. Fenomena inilah yang menyebabkan mengapa Lussier dan Achua (2001) tidak mempertukarkan pemakaian kata manajer dan pemimpin. Kata manajer dipakai untuk menunjukkan orang yang memiliki titel dan kewenangan formal. Sedangkan kata pemimpin dipakai untuk menunjukkan orang yang dianggap sebagai manajer atau bukan manajer. Pemimpin selalu memliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, sebaliknya manajer mungkin saja tidak memiliki kemampuan itu. Pemimpin tidak perlu orang yang memegang sejumlah posisi formal seperti manajer.

Pengembangan organisasi disingkat PO merupakan suatu strategi perbaikan organisasi yang menggunakan prinsip-prinsip dan praktek ilmu keperilakuan untuk meningkatkan efektivitas individu, kelompok dan organisasi. PO diaplikasikan dalam konteks yang luas dan ditetapkan sebagai strategi untuk memfasilitasi perubahan dalam organisasi (French et al, 2000: v). PO mengacu pada organisasi dan pengembangannya.

Menurut Schein (1992), organisasi adalah koordinasi kegiatan sejumlah orang yang direncanakan untuk mencapai maksud atau tujuan umum. Kegiatan ini dilakukan melalui pembagian tugas dan fungsi serta melalui hirarki kewenangan dan tanggung jawab. Organisasi merupakan sistem sosial yang memiliki sejumlah karakteristik. Sedangkan pengembangan adalah aksi atau tindakan, proses, hasil atau pernyataan mengenai sesuatu yang dikembangkan yang juga berarti memajukan, mempromosikan pertumbuhan, mengembangkan kemungkinan dari, mengarah ke masa depan, memperbaiki, atau memperluas sesuatu. Dua elemen penting dari definisi ini adalah pertama, pengembangan dapat diartikan sebagai tindakan, proses atau keadaan akhir. Kedua, pengembangan diartikan sebagai perbaikan sesuatu. Menurut French et al (2000:3), PO merupakan perubahan sistem yang direncanakan untuk lebih memungkinkan organisasi mencapai tujuan dan sasarannya dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang. Organisasi (di sini) diartikan sebagai sistem sosio-teknikal. PO dicapai dengan cara mengajar anggota organisasi untuk memanajemeni perubahan proses, struktur dan kultur organisasi secara lebih efektif.

Beberapa hal yang dapat diidentifikasi dalam PO yang membedakan dengan pengembangan lainnya menurut para pakar adalah:1. PO digunakan untuk seluruh sistem organisasi secara keseluruhan, misalnya

untuk seluruh bagian dalam suatu departemen sebagai suatu sistem atau suatu unit sebagai suatu sistem.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 37

Page 38: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

2. PO diterapkan berdasarkan ilmu pengetahuan perilaku, termasuk di dalamnya konsep mikro seperti kepemimpinan, dinamika kelompok dan perencanaan kerja serta konsep makro seperti strategi organisasi, struktur organisasi dan hubungan antara organisasi dengan lingkungannya.

3. Pembaruan, perubahan dan penyempurnaan yang dikenalkan oleh PO secara normal bukan hanya diterapkan pada perencanaan bisnis, melainkan pula PO merupakan strategi yang adaptif bagi organisasi.

4. PO merupakan kreasi dan konsekuensi penguatan perubahan itu sendiri.5. PO meliputi strategi, struktur dan proses pembaruan serta perubahan dan

penyempurnaan.6. PO berorientasi untuk menyempurnakan efektivitas organisasi.

French dan rekannya merumuskan sifat dan karaktristik PO yang paling menonjol yaitu: 1. Lebih menekankan walaupun tidak eksklusif pada proses kelompok dan

organisasi dibandingkan dengan isi yang substantif.2. Menekankan kerja tim.3. Menekankan manajemen kolaboratif dari budaya kerja tim.4. Menekankan manajemen yang berbudaya sistem keseluruhan.5. Mempergunakan model penelitian kaji tindak (action research).6. Mempergunakan ahli-ahli perilaku sebagai agen pembaharuan atau katalisator.7. Suatu pemikiran dari usaha perubahan tersebut ditujukan bagi proses-proses

yang sedang berlangsung.Hal yang perlu dipahami dari uraian di atas adalah konsep pengembangan

organisasi merupakan isi dan konteks yang mewadahi perubahan struktur organisasi yang berpengaruh terhadap kapabilitas organisasi.

Collin Bainbridge (1996) mengemukakan langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mendesain perubahan terhadap organisasi antara lain pertama, menganalisis situasi secara lebih teliti, faktor atau tekanan apa yang mendorong terjadinya perubahan, apakah faktor internal atau faktor eksternal. Hal ini memerlukan respon dalam bentuk desain yang mencakup proses untuk menanggulangi kendala yang ditimbulkan. Langkah kedua adalah membahas konsep desain tersebut, kemudian menunjukkan bagaimana desain disusun. Upaya ini tidak hanya mencakup cara kerja baru, melainkan pula kemampuan mengidentifikasi setiap segi perubahan yang terjadi di dalamnya. Ketiga, membahas pengembangan desain tersebut dengan mempergunakan kemampuan sistem informasi berbasis teknologi, memodifikasi budaya kerja, mengembangkan keahlian dan teknologi melalui pendekatan yang terintegrasi. Keempat, membahas keahlian dan pendekatan yang dapat mendeteksi proses perubahan. Hal ini mencakup pemanfaatan secara nyata proses perubahan dan kapabilitas pendukungnya yang mencakup pengelolaan program dan komunikasi, sehingga organisasi terhindar dari penyimpangan pola rancangan dan dari program pengembangan ke arah pelaksanaan.

Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Baindbridge, David A. Nadler dkk (1994) mengemukakan pula pendekatan manajemen perubahan melalui lima tahap, yaitu dimulai dengan mendiagnosis keadaan, baik yang menyangkut kekuatan, kelemahan, ancaman maupun peluang dan keunggulannya. Fokus kegiatan ini adalah pada aspek kepemimpinan, identitas organisasi dan arsitektur organisasi. Kedua, menjelaskan dan membangunan koalisi dengan cara menyeleksi dan mengklarifikasi visi keadaan ke depan, menciptakan agen perubahan dan mengoptimalkan rencana perubahan organisasi serta intervensi yang dilakukan. Ketiga, tindakan yaitu melakukan aktivitas organisasi yang merupakan penyelesaian dari serangkaian isu yang harus dipecahkan melalui tindakan nyata. Keempat, konsolidasi dan perbaikan. Kelima, tindakan untuk mempertahankan (sisi positif dan kemanfaatan) dari perubahan yang telah dilakukan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 38

Page 39: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Pendekatan manajemen perubahan lainnya yang dapat diadopsi adalah apa yang dikemukakan oleh Lance A. Berger dkk (1994). Kegiatan pertama yang dilakukan menurut Berger dkk adalah mengidentifikasi sumber pemicu perubahan (change trigger), menilai dampak dari pemicu perubahan, menilai kesesuaian organisasi dengan situasi eksternal, memutuskan perubahan yang diambil, menetapkan rencana perubahan dan melakukan penyesuaian dengan elemen-elemen manajemen. Sementara itu, pendekatan manajemen perubahan yang dikemukakan oleh Kotler (1996) dikenal dengan proses delapan tahap yang meliputi tahap: (1) Menetapkan rasa urgensi, (2) membentuk koalisi pengaruh, (3) Mengembangkan visi dan strategi, (4) Mengkomunikasikan visi perubahan, (5) Memberdayakan banyak orang untuk melakukan tindakan, (6) Menghasilkan keuntungan atau kemanfaatan jangka pendek, (7) Mengkonsolidasikan hasil yang dicapai dan menghasilkan lebih banyak perubahan, dan (8) Merencanakan pendekatan baru ke dalam kultur.

Adapun elemen yang dapat diungkit untuk mendukung manajemen perubahan adalah apa yang dikemukakan – misalnya – oleh Robert H. Miles (1997) dan dikembangkan oleh Walton (2000). Elemen yang diungkit menurut Miles adalah: (1) visi, (2) strategi, (3) struktur organisasi (4) infrastruktur, (5) Sumber daya manusia, (6) kompetensi, dan (7) kultur.

Sistem OperasiKegiatan organisasi harus disesuaikan dengan faktor perubahan.

Oleh karena itu, struktur organisasi yang dirancang dan diharapkan adalah struktur yang adaptif. Menurut Certo dan Peter (dalam Purnomo & Zulkieflimansyah, 1996) setidaknya dua alasan utama mengapa perubahan dalam strategi biasa memerlukan bahkan mengharuskan perubahan dalam struktur organisasi karena: (1) struktur organisasi menjelaskan bagaimana kebijakan akan disusun dan (2) struktur organisasi menjelaskan bagaimana sumberdaya akan dialokasikan. Oleh karena itu, apabila perubahan struktur organisasi dilakukan maka harus dapat digunakan dalam konteks formal dan informal serta dalam bentuk organisasi yang cocok. Struktur organisasi formal adalah struktur organisasi yang mewakili hubungan antara sumber daya yang dirancang oleh pihak manajemen dan biasanya disampaikan dalam bentuk bagan. Sedangkan struktur organisasi informal adalah struktur yang mewakili hubungan sosial berdasarkan persahabatan atau kepentingan bersama di antara anggota organisasi.

Struktur yang adaptif terlihat dari adanya saling keterkaitan antara proses kerja, pelayanan dan informasi yang bertumpu kepada nilai obyek yang dilayani. Organisasi yang memiliki nilai seperti itu dapat dibangun di atas lima pilar, yakni: (1) Focus pada klien, (2) Keterlibatan penuh, (3) Memiliki ukuran, (4) Dukungan yang sistematik, dan (5) Perbaikan yang kontinyu (Weintraub, 1994).

Sementara itu, mengaitkan seluruh komponen organisasi agar proses operasi dapat berjalan dengan haromoni bukanlah hal yang sederhana. Oleh karena itu, untuk mengaitkan seluruh komponen organisasi agar harmoni memerlukan suatu konsep yang multi-dimensi yang mencakup hal-hal berikut:

1) Kejelasan visi, misi, nilai dan sasaran yang akan dicapai;2) Rangkaian proses penyebaran yang baik dari visi, misi dan

nilai untuk membantu percapaian sasaran;3) Metode kunci untuk mengukur kemajuan yang dicapai,

termasuk proses, hasil dan keputusan klien;4) Komitmen seluruh komponen organisasi baik dari atas ke

bawah, dari bawah ke atas dan ke samping terhadap apa yang menjadi sasaran kritik, bagaimana sasaran tersebut dicapai dan bagaimana pegawai dilibatkan, dinilai dan dihargai;

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 39

Page 40: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

5) Pengakuan dari luar organisasi termasuk dari para klien yang dilayani (Weintraub, 1994).

Oleh karena operasi harus diselaraskan dengan strategi perubahan, maka menurut Gunn (1994) ada delapan langkah yang dapat ditempuh:

1) Menentukan kerangka referensi perencanaan2) Perencanaan3) Mendapatkan pengalaman dan komitmen4) Mendorong program perbaikan kinerja bersama-sama5) Pemahaman terhadap hirarki kebutuhan organisasi6) Rasionalisasi rencana perbaikan operasi7) Pembuatan rencana yang terkait dengan jelas8) Menempatkan orang-orang di belakang program perbaikan

operasi.Sistem Pelatihan

Orang membutuhkan pelatihan agar dapat belajar, berkembang dan meningkat. Tanpa pendidikan dan pelatihan perubahan akan terjadi dengan semborono, bahkan stagnan. Ketika individu, tim atau organisasi berhenti belajar maka ketika itu pula peningkatan kinerja akan terhenti. Pendidikan dan pelatihan memungkinkan orang dapat menyesuaikan usahanya dengan baik melalui penentuan sasaran perubahan.

Menurut Stewart (1997), pelatihan memiliki konstribusi dalam mengelola perubahan. Pertama, menjamin supaya isu dan implikasi pelatihan diterima dan dimengerti oleh para pembuat keputusan organisasi. Kedua, membantu individu, khususnya pimpinan dalam mengembangkan kemampuannya untuk berhadapan dengan perubahan itu sendiri. Ketiga, memberikan kemampuan pada pimpinan untuk memenuhi tugas dan tanggung jawabnya dalam mengembangkan kemampuan para staf yang dipimpin. Keempat, memberikan kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan proses perubahan. Kelima, seringkali perubahan tertentu akan menciptakan kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan baru yang harus tersedia dalam organisasi. Untuk memberikan kemampuan kepada individu supaya dapat bekerja secara efektif, maka pelatihan di sini memberikan konstribusi melalui diagnosis kebutuhan pelatihan dan pelaksanaan strategi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Keenam, fungsi yang tepat dan bermanfaat dari pelatihan dalam mendukung dan memberikan kemampuan pada individu, kelompok dan organisasi untuk secara teratur mengevaluasi kinerjanya dan membuka mata supaya dapat mengamati apa yang terjadi dalam lingkungannya.

Agar program pelatihan menjadi lebih efektif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: (1) Sebelum melatih seseorang terlebih dahulu tentukan bentuk pelatihan yang akan diterapkan kepada setiap orang; (2) Buatlah pelatihan tepat pada waktunya, (3) Laksanakan sebaik mungkin untuk membuat orang merasa cukup senang melakukan pelatihan; (4) Jangan mencela/mengancam, (5) Pelihara pelatihan secara sederhana dan informal; (6) Pilih waktu dan salah satu lokasi yang cocok tanpa mendapat gangguan; (7) Tema pelatihan agar lebih spesifik; (8) Pelihara keseimbangan pelatihan; (9) Lebih empati; (10) Mendorong anggota tim untuk saling melatih tentang perubahan yang dibuat (Galpin, 1996).

Menurut J. E. Ross (dalam Tjiptono dan Diana, 1998) dalam mengembangkan suatu sistem pelatihan akan dihadapkan pada pertanyaan sebagai berikut:

1) Pelatihan macam apa yang akan dibutuhkan? (Penentuan kebutuhan pelatihan).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 40

Page 41: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

2) Siapa yang harus dilatih? (Peserta pelatihan).3) Di mana lokasi pelatihan? (Tempat pelatihan).4) Bagaimana cara pemberian pelatihan itu? (materi dan isi

pelatihan serta pemberian pelatihan)5) Bagaimana cara mengetahui efektivitas pelatihan yang telah

dilakukan? (Evaluasi pelatihan).Sistem Informasi

Dalam lingkungan organisasi yang gradual, informasi merupakan sumber daya yang sangat berharga bagi organisasi. Pemilikan atas informasi yang akurat dan tepat waktu menjadi syarat utama dalam menghasilkan keputusan yang efektif. Oleh karena itu, pengembangan sistem informasi menjadi hal yang amat penting.

Inti pengembangan sistem informasi itu sendiri sebenarnya tidak bergeser dari sebelumnya karena yang paling penting adalah keteraturan pengelolaan informasi sebagai sumberdaya organisasi yang diandalkan untuk meningkatkan kinerja organisasi. Untuk menjembatani maksud tersebut, pengembangan sistem informasi tidak terlepas dari kemampuan teknologi informasi yang dirancang atau digunakan.

Satu hal yang perlu dicatat bahwa pengembangan kemampuan sistem informasi yang dikembangkan benar-benar merupakan refleksi dari kebutuhan suatu kegiatan sebagai suatu cara yang ditempuh dalam proses desain perubahan (Bainbridge, 1996). Pengembangan sistem informasi ditujukan untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dalam setiap operasi organisasi serta menentukan bagaimana informasi dikumpulkan, disalurkan, diproses dan disimpan. Sistem yang baru dibangun hendaknya dispesifikasi dan dikembangkan secara bersama dengan komponen lainnya sehingga bermanfaat secara keseluruhan bagi suatu proses perubahan dan juga sesuai dengan orang yang menggunakannya, kemampuannya serta dapat direalisasikan.

Menurut Bainbridege (1996), langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam merancang kemampuan suatu teknologi informasi kaitannya dengan proses perubahan adalah:

1) Desain, yaitu merancang keseluruhan arsitektur dan aplikasi sistem informasi yang diperlukan;

2) Definisi, yaitu melakukan perincian kebutuhan untuk proses informasi dan gabungan aplikasi dan database;

3) Mengembangkan kemampuan yang baru dan cocok dengan program datebase dan aplikasinya;

4) Membongkar sistem lama, termasuk mengumpulkan data baru yang dibutuhkan, menggabungkan dan memindahkan data sistem informasi yang baru;

5) Distribusi sistem informasi yang baru ke dalam lingkungan organisasi sebagai bagian dari kemampuan proses yang baru.

Dalam merancang sebuah sistem informasi yang baik tidak dapat dipisahkan dari bagaimana cara penggunaan teknologi. Penggunaan aplikasi komputer dan teknologi tambahan diperlukan untuk mendukung seluruh aktivitas seperti dalam berkomunikasi, jaringan kerja, percetakan, gambar, dan sebagainya.

Pengembangan kemampuan teknologi informasi untuk mendukung sistem informasi organisasi akan tergantung kepada kemampuan para pemimpin dan ahli teknologi dalam merancang dan mengimplementasikan rancangan tersebut. Menurut McKennedy dan Ducan (1995), tantangan pimpinan untuk menformulasi suatu teknologi informasi yang efektif serta membangun suatu kompetensi untuk menemukan dan mengeksploitasi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 41

Page 42: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

sistem yang dapat meningkatkan kemampuan suatu organisasi, rahasianya terletak pada adanya keterlibatan pemimpin.

Seiring dengan berlangsungnya revolusi informasi maka kehidupan berubah secara pesat menembus sekat dan batas negara. Hal ini membawa konsekuensi pentingnya kesadaran setiap organisasi bahwa perubahan adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Organisasi dengan seluruh anggotanya yang tidak memiliki kesadaran kolektif bisa dipastikan akan ketinggalan, tidak mampu memberikan kepuasan kepada konsumen dan akhirnya akan mati ditinggalkan oleh pelanggannya. transformasi menyiratkan perubahan. Menurut Walton (2000), terdapat dua belas heuristik transformasi organisasi yang dapat dijadikan sebagai refleksi untuk memahami transformasi organisasi pada umumnya dan organisasi akademik pada khususnya. Keduabelas heuristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Heuristik 1 : Energi TransformasiSemua transformasi memerlukan stimulus awal untuk menciptakan urgensi

perubahan. Stimulus ini muncul ketika pemimpin atau kepala akademik memahami realitas kondisi keunggulan daya saing organisasi akademik. Misalnya, kekurangan dana, studi patok duga, analisis kecenderungan industri pendidikan atau diagnosis kekuatan dan kelemahan organisasi akademik yang memotivasi perubahan. Apapun bentuk stimulusnya harus cukup kuat untuk mempengaruhi kepala akademik dan warga akademik agar mengakui urgensi dan signifikansi melakukan perubahan.

Untuk membangkitkan energi perubahan, kepala akademik perlu melihat dan mensponsori perubahan tersebut. Kepala akademik harus siap membuktikan apa yang dikatakan (walk the talk) dan memerankan model perilaku yang diharapkan. Kepala akademik juga harus aktif mengarahkan proses perubahan, memberi penghargaan kepada orang yang menunjukkan perilaku baru dan mendorong para dosen dan staf untuk melakukan perubahan yang diharapkan.

Keinginan kepala akademik secara personal untuk mendorong refleksi dan perubahan dalam dirinya merupakan motivator dan signal keamanan bagi orang lain. Untuk membangkitkan energi yang diperlukan bagi perubahan maka kepala akademik selaku pemimpin transformasional perlu memahami dinamika perubahan personal baik untuk dirinya sendiri maupun untuk semua orang dalam organisasi.Heuristik 2 : Fokus Pelanggan

Sebagian besar praktisi organisasi sepakat bahwa kepuasan pelanggan perlu dijadikan sebagai motivasi utama bagi perubahan organisasi (Senge et al, 1999; Tapscott, 1996); Trahant & Koonce, 1997). Bentuk transformasi yang lebih terfokus pada pengendalian biaya atau peningkatan profitabilitas mungkin akan mengalienasi pelanggan dan pada akhirnya mengurangi keuntungan. Berdasarkan kenyataan tersebut Champy & Hammer (1993) mengklaim bahwa fokus pengendalian biaya disamping fokus pelanggan merupakan salah dua penyebab utama kegagalan usaha rekayasa ulang. Dalam tulisan ini pelanggan organisasi akademik meliputi pelanggan internal (para dosen dan staf dan para peserta didik) dan pelanggan eksternal (orang tua peserta didik, dunia usaha dan industri serta masyarakat).Heuristik 3 : Komitmen Eksekutif

Komitmen kepemimpinan kepala akademik dalam proses perubahan secara umum dianggap mendasar, meskipun inisiatif perubahan yang berasal dari bawahan dan pekerja pada umumnya juga sangat penting. Dalam banyak hal, sejumlah perubahan signifikan mensyaratkan sumber daya yang sesuai dan komitmen kepala akademik untuk menyediakannya secara berkelanjutan. Selain

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 42

Page 43: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

itu, pengaruh dan kekuatan yang dimiliki kepala akademik perlu ditunjukkan sebagai pemimpin program.Heuristik 4 : Rencana Transformasi yang Komprehensif

Langkah transformasi yang berhasil dapat mengubah sistem organisasi akademik dari kondisi saat ini ke kondisi yang diharapkan yakni akademik efektif atau akademik unggulan. Upaya ini menuntut orkestrasi dan penyelarasan perubahan organisasi akademik dengan cara mendorong kritik dari warga akademik pada umumnya dalam proses tersebut. Implementasinya bukan hanya menuntut keahlian manajemen proyek, melainkan pula keahlian dalam memanajemeni kompleksitas, reaksi emosional, politik dan menanamkan perilaku baru.

Hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa tanpa perhatian terhadap dinamika perubahan maka transformasi yang dilakukan akan gagal dan tersesat ke dalam berbagai jalan yang tidak jelas (Miles, 1997; Senge et al, 1999; Wilbur, 1999). Untuk menjamin perhatian yang cukup besar terhadap dinamika perubahan maka rencana transformasi yang komprehensif perlu ditunjukkan melalui empat tingkatan yang berbeda (Anderson et al, 1995), yakni:

a. Transformasional: pengembangan dan pemeliharaan visi, strategi, nilai-nilai dan arah yang akan dituju.

b. Kependidikan: memasangkan keahlian manajemen perubahan, termasuk perubahan model, keahlian, metodologi dan alat-alat untuk mengkoordinir upaya yang kompleks.

c. Tim: pengembangan kemampuan pemimpin dalam memperkenalkan keahlian ke dalam tim dan membangun tim untuk menangani perubahan secara efektif.

d. Personal: pelatihan individu untuk menggunakan keahlian baru dan menyelaraskan dengan visi dan strategi.

Sekiranya semua tingkatan tersebut terpenuhi maka tiga proses pendukung diciptakan untuk menumbuhkan satu sama lain, yakni: (1) meningkatkan hasil yang dicapai individu, (2) jaringan kerja orang yang tertarik dan (3) meningkatkan hasil usaha (Senge et al, 1999: 43). Untuk mencapainya ada beberapa elemen kunci yang terlihat dalam implementasi yang berhasil, yakni:

a. Metode untuk menanamkan visi dan inisiatif dalam organisasi dilakukan dengan cara menyediakan warga akademik: kesempatan mendengar perubahan dan memahami alasannya dan menyediakan peluang umpan balik dan membantu menajamkan implementasi visi serta inisiatif perubahan pada.

b. Mekanisme untuk mengatasi konflik kepentingan. Proses perubahan harus dapat menghilangkan potensi konflik dan menyediakan arena yang aman dan memuaskan dalam mengatasi konflik. Arena tersebut dapat bersifat formal atau informal melalui tim (Bolman & Deal, 1999; Senge et al, 1994).

c. Sarana mengatasi umpan-balik dan menyatukannya ke dalam rencana transformasi, inisiatif perubahan atau desain baru organisasi.

d. Perhatian pada siklus pembelajaran (Senge et al, 1994). Rencana perubahan perlu mengantisipasi revisi, eksperimentasi, trial and error dan menyediakan waktu luang untuk berefleksi.

e. Sarana untuk menanamkan perubahan dalam budaya organisasi akademik. Perilaku perubahan tidak akan terpatri dalam budaya akademik sekiranya tidak ditanamkan melalui beberapa sarana, seperti penyepadanan sistem ganjaran dan kompensasi atau tujuan kinerja personal.

f. Akhirnya, rencana transformasi perlu diarahkan melalui rangkaian teori, metode dan alat-alat yang terkoordinasi. Menurut Senge et al

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 43

Page 44: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

(1994), teori tersebut harus didasarkan pada teori-teori perubahan organisasi yang tangguh. Tanpa teori maka pembelajaran tidak akan terjadi.

Heuristik 5 : Infrastuktur Perubahan yang HandalPerancangan dan implementasi rencana transformasi yang komprehensif

memerlukan kecakapan dan infrastruktur. Biasanya infrastruktur perubahan terdiri dari beberapa tim dimana satu sama lain memiliki tanggung jawab dan komposisi yang berbeda untuk mengkoordinir transformasi melalui sarana yang beragam dan terkait dengan berbagai tingkatan.

Kotter (1997) mendukung bahwa perubahan harus diarahkan dengan arahan koalisi yang terdiri dari lima sampai sepuluh orang individu yang terpilih untuk: (a) mengatur kekuasaan, (b) keahlian perusahaan yang berbasis luas, (c) kredibilitas dan (d) kepemimpinan. Namun, jika diperhatikan berbagai dinamika kelompok yang diperlukan bagi perubahan maka hal ini terlihat agak sederhana bagi organisasi besar.

Para pakar seperti Anderson et al (1995), Miles (1997), Jaffe & Scott (1999), Kotnour, Matkovick & Ellison (1999), semuanya merekomendasikan struktur yang mengaitkan tim dan individu. Tim tersebut pada konteks perakademikan secara umum dapat meliputi beberapa variasi berikut:

a. Panitia pengarah kepala akademik – terdiri dari individu-individu kelas atas yang memegang fungsi utama, yakni memiliki kekuasaan dan kewenangan mengalokasikan sumber daya dan menentukan prioritas.

b. Dewan perubahan–satu atau lebih individu yang memiliki kecakapan dalam merancang transformasi berskala besar. Individu ini melakukan aktivitas seperti menilai kesediaan melakukan perubahan, mengembangkan seminar bagi eksekutif bersama para staf dan merancang ulang transformasi seperlunya untuk mengakomodasi permasalahan yang muncul.

c. Tim inisiator perubahan – tim yang secara khusus terfokus untuk menentukan bagaimana cara mengimplementasikan inisiatif dan mendidik organisasi. Tim ini terlihat dalam beberapa bentuk, komposisi dan ukuran.

d. Tim lintas fungsional dan lintas kegiatan – tim yang menggambarkan kebersamaan individu, karena mungkin berasal dari berbagai komunitas praktis (community of practice). Tujuannya adalah untuk membantu mengatasi isu, mengarahkan perubahan dan mengatasi potensi pertentangan politik.

e. Tim penasehat – kelompok individu yang berasal dari level organisasi berbeda ini berperan memberikan umpan-balik reguler mengenai kemajuan perubahan.

Heuristik 6 : Komitmen Sumber daya yang CukupPada skala besar transformasi memerlukan aplikasi sumber daya yang

besar secara berkelanjutan dalam waktu tertentu. Menurut Senge (1999: 43), perubahan yang dicanangkan memerlukan investasi – waktu, energi dan sumber daya. Suatu kesalahan umum jika meyakini bahwa sumber daya yang dibutuhkan dapat menekan operasi yang berlangsung. Secara pasti sejumlah sumber daya mungkin saja tersedia melalui peningkatan ukuran kinerja, namun organisasi masih perlu mengeluarkan cadangan atau meminjam uang untuk membiaya inisiatif perubahan (Miles, 1997: 21). Agar kredibel maka sumber daya harus tersedia dan terlihat. Miles lebih jauh mengakui, individu yang resisten pada perubahan menyandarkan pemahamannya pada proporsi langsung terhadap besarnya kesenjangan yang dipersepsikan antara tingkat upaya yang diperlukan dengan sumber daya yang tersedia.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 44

Page 45: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Heuristik 7 : Penilaian Kesiapan melakukan PerubahanPenilaian kesediaan kepala akademik bersama warga akademik melakukan

perubahan perlu ditunjukkan sebelum melakukan perubahan. Menurut Jaffe & Scott (1999), Trahant, Burke dan Koonce (1997), penilaian kesediaan melakukan perubahan digunakan sebelum meluncurkan inisiatif perubahan untuk menentukan keluwesan dan hakekat persiapan serta tipe dan jumlah arahan yang diperlukan di sepanjang upaya tersebut. Proses perubahan akan kandas jika kurang kapabilitas dalam sistem (lihat tabel).

Tabel : Pertanyaan Penilaian Kesediaan Melakukan Perubahan

no Pertanyaan-pertanyaan

1 Tingkat keahlian manajemen perubahan apa yang melekat di akademik

2 Seberapa baik warga akademik memahami misi dan strategi organisasi akademik?

3

Bagaimana persepsi warga akademik terhadap manajemen? Apakah warga akademik mempercayai pimpinan akademik? Apakah warga akademik menganggap pimpinan akademik sebagai motivator yang berhasil?

4Apa yang dipikirkan oleh warga akademik mengenai budaya organisasi akademik? Apakah budaya tersebut mendukung atau memberdayakan/

5 Seberapa besar hubungan dan alur pelaporan kegiatan mempengaruhi efektivitas akademik?

6 Apakah akademik mendukung otonomi dan kerjasama tim?

7

Apa yang dipikirkan warga akademik mengenai sistem yang mendukung cara orang melakukan tugasnya? Apakah teknologi perkantoran saat ini mendukung cara baru orang sebagaimana yang ditekankan oleh pimpinan akademik atau tidak?

8

Apa yang dipikirkan oleh warga akademik mengenai praktek manajemen, iklim akademik dan isu kinerja: apakah manajemen mendukung penekanan baru akademik terhadap akuntabilitas individu dan kepemilikan tugas?

9

Apakah keahlian staf sesuai dengan bidang tugasnya? Apakah akademik memiliki keunggulan dan produktif? Apa tuntutan lingkungan eksternal akademik, lingkungan persaingan dan operasi? Apakah pimpinan akademik berkeinginan menyediakan sumber daya dan menunjukkan upaya yang esensial?

Heuristik 8 : Visi yang Diformulasi secara JelasVisi merupakan pernyataan (gambaran) keadaan sesuatu yang ideal atau

terlihat di masa kini dan di masa depan yang menginspirasi dan memberdayakan stakeholders akademik. Visi memberikan kejelasan dan motivasi kepada stakeholders dan mengarahkannya dalam pembuatan keputusan. Visi membantu mengidentifikasi keinginan dan energi anggota organisasi (Miles, 1997; Trahant, Burke dan Koonce, 1997). Menurut Kotter (1996: 73), rekayasa ulang, rekstrukturisasi dan program perubahan lainnya tidak berjalan baik dalam jangka panjang jika tidak diarahkan dengan visi yang menjelaskan siapa orang yang berkepentingan: staf, pelanggan, pemegang saham, pemasok, masyarakat (di perusahaan), atau dosen dan sfaf, peserta didik, orang tua peserta didik, dunia usaha dan industri dan masyarakat (di akademik). Penuntun visi yang dibuat

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 45

Page 46: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

VISI

VISIStrategi

Struktur

Budaya

Budaya

Infrastruktur

Infrastruktur

Strategi

Kondisi Saat Ini

Orang

Kompetensi

Orang

Struktur

Kompetensi

Kondisi yang Diharapkan

dengan baik digambarkan dari pendapat Kotter (1996) dan Cowley bersama Domb (1997).

Tabel : Elemen Visi Akademik yang Baik

ELEMEN DESKRIPSIDapat

diramalkanMenyajikan gambaran seperti apa akademik masa depan yang

diinginkan.

Dapat diraih

Mewakili kepentingan jangka panjang warga akademik dan pihak lain yang berkepntingan dengan akademik. Visi harus

dapat mengundang dan menginspirasi orang agar terarah pada pencapaian hasil yang diharapkan.

LayakTerdiri dari tujuan-tujuan yang realistis dan dapat dicapai.

Warga akademik harus dapat melihatnya sendiri dan kepentingannya terwakili dalam visi.

Terfokus Cukup jelas memberikan petunjuk dalam pembuatan keputusan.

Fleksibel Cukup memungkinkan bagi inisiatif individu dan tanggapan alternatif dalam perubahan kondisi yang jelas.

Komunikatif Mudah disampaikan kepada pihak lain – dapat dijelaskan secara tepat dalam waktu lima menit.

Menantang Dapat menciptakan sejumlah masalah baru bagi organisasi

Terintegrasi Harus lebih merupakan hasil pemikiran terintegrasi dari tim manajemen akademik daripada kumpulan visi individu

Heuristik 9 : Definisi Kondisi Masa Depan Keseluruhan Elemen SistemTransformasi berskala besar mempengaruhi keseluruhan elemen sistem

organisasi dan beranjak dari kondisi saat ini ke kondisi masa depan dengan mengubah semua elemen dasar dari sistem (Miles, 1997). Transformasi tersebut secara konseptual ditunjukkan pada gambar

Gambar : Transformasi dari Kondisi Sekarang ke Kondisi Ideal

Setiap elemen dalam sistem organisasi akademik saling terkait satu sama lain. tanpa perhatian pada semua elemen sistem, maka kekayaan homeostatik sistem organisasi mungkin akan menghalangi perubahan yang diinginkan. Kemudian, kondisi masa depan (ideal, diharapkan) harus mencakup

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 46

Page 47: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

kesepahaman dan perubahan yang diperlukan oleh semua elemen, karena pada akhirnya akan mendukung sistem pada titik stabilitas (keseimbangan) baru. Inisiatif perubahan yang hanya terfokus pada satu atau dua elemen mungkin akan “ditolak.”

Berkaitan dengan maksud heuristik ini, akan disajikan transformasi sistem secara menyeluruh dalam bentuk model enam elemen dari Miles (1997) yang mencakup strategi, infrastruktur, budaya, kompetensi dan orang. Definisi keenam elemen tersebut ditunjukkan dalam tabel 3. Konsepsi lain mungkin juga bisa digunakan namun model elemen sistem organisasi ini dianggap sederhana, efektif dan sesuai dengan model populer dari McKinsey tentang Model 7-S’s (style, strategy, structure, system, skill, shared value, staff) yang diajarkan dalam akademik bisnis.

Heuristik 10 : Analisis Dampak Keseluruhan SistemSistem ada yang perlu dipahami minimal pada tingkat tinggi, sebelum

mencoba mengubahnya. Begitu pula intrik inefisiensi penampilan sistem yang rendah masih diperlukan agar sistem tetap berjalan dan memutuskan interaksi tersebut secara sewenang wenang dapat merusak sistem. Selanjutnya, memutuskan bagian-bagiannya mungkin lebih sukar daripada yang terlihat sekaligus pada mulanya, karena menyebabkan sistem terjebak ke dalam masalah kompleks dan tidak dapat dipecahkan. Miles (1997: 34) menyatakan bahwa perubahan besar dalam satu atau beberapa elemen organisasi yang tidak dikaitkan dengan perubahan elemen lain cenderung menciptakan kekacauan (chaos), karena elemen desain penting mulai menekan organisasi dari arah yang berbeda.

Heuristik 11 : Inisiatif dibuat secara BaikSistem yang diubah perlu menggunakan inisiatif perubahan yang terpilih

secara baik. Inisiatif perubahan yang dibentuk secara baik akan mengarahkan keseluruhan sistem dengan cara yang terkonsentrasi secara cermat melalui perubahan bagian-bagian organisasi yang mendukung dan menguatkan perubahan. Mengingat sistem organisasi dibentuk dari sejumlah sub-sistem yang terkait satu sama lain, maka inisiatif harus memiliki fokus yang luas dan mampu mengubah banyak aspek organisasi secara bersamaan.

Target perubahan harus mencakup beberapa sub-sistem dan berusaha menghindari hambatan yang resisten atau menghalangi perubahan. Jika inisiatif perubahan melalui cara ini tidak didesain untuk mendukung orang dalam pekerjaannya maka inisiatif tersebut membantu menciptakan suasana kesepadanan (climate of alignment) yang dibutuhkan bagi keberhasilan yang akan dicapai (Trahant, Burke dan Koonce, 1997). Tabel 4 menyajikan petunjuk untuk membuat inisiatif yang baik.

Tabel : Petunjuk Membuat Inisiatif yang Baik di Akademik

No Petunjuk

1Masukkan inisiatif perbaikan kegiatan dan perubahan budaya: Berikan perhatian pada perubahan fundamental mengenai keahlian dan orientasi orang, gaya manajemen, nilai dan kompetensi akademik.

2 Masukkan beberapa inisiatif yang terfokus pada aspek eksternal dan internal.

3 Buat rancangan yang mencakup transformasi organisasi akademik yang membentang dari satu tahap ke tahap selanjutnya.

4 Adakan enam atau lebih inisiatif utama dalam keseluruhan, meskipun

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 47

Page 48: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

setiap tahap memiliki sub-inisiatif.

5 Lakukan perubahan secara simultan yang mencakup seluruh dimensi organisasi.

6 Struktur yang dibuat secara unik bukan hanya sejajar dengan visi melainkan pula saling menguatkan satu sama lain.

Heuristik 12 : Meletakkan Basis sebagai Organisasi AdaptifInisiatif perubahan yang berhasil harus diarahkan pada realitas perubahan

yang berkelanjutan. Inisiatif yang dibuat bukan hanya memuaskan organisasi dalam bentuk sederhana berupa tujuan akhir yang diharapkan dan transisi dari keadaan tersebut, melainkan pula karena seketika terjadi transisi maka keadaan akan menjadi usang. Oleh karena itu, organisasi (akademik) yang ingin bersaing dalam lingkungan e-learning (electronic learning) pada akhirnya harus berencana menjadi organisasi pembelajar dengan cara terus-menerus beradaptasi terhadap lingkungan. Hal ini menuntut penerapan praktek manajemen baru yang mendorong pembelajaran. Praktek ini harus mencakup kepercayaan lingkungan, penekanan pada pemikiran sistem, berbasis pada pengambilan risiko, pemberdayaan dan kolaborasi (Jaffe & Merron, 1995; Senge et al, 1994).

Tabel : Pertanyaan Pemenuhan Heuristik Transformasi Organisasi

KRITERIA PERTANYAAN DIAGNOSTIK

Energi transformasi

Apakah rasa urgen melakukan perubahan telah dikembangkan?

Apakah akademik memahami posisinya ketika disandingkan dengan kompetitor/akademik lain?

Apakah kekuatan dan kelemahan organisasi akademik dipahami?

Apakah patokan kinerja telah dinaikkan? Apakah keharusan (pemaksaan) melakukan perubahan

telah tercipta? Apakah pemaksaan itu tertulis? Dapatkah pemaksaan itu dikomunikasikan secara jelas dan efektif?

Fokus pelanggan Apakah transformasi terfokus pada pelayanan yang lebih baik terhadap pelanggan (warga akademik)?

Komitmen eksekutif

Apakah pimpinan akademik memiliki komitmen? Apakah pemimpin transformasional berada pada tingkat

eksekutif? Apakah model kepemimpinan transformasional

mengarahkan perilaku warga akademik?Rencana implementasi yang komprehensif

Apakah empat dimensi perubahan sudah menjadi sasaran?

Apakah rancangan yang disusun mencakup perencanaan pembelajaran, revisi, eksperimentasi dan trial and error?

Adakah rencana komunikasi yang komprehensif? Adakah rencana kemenangan jangka pendek? Adakah rencana untuk merayakan kemenangan? Apakah ada metode pelatihan untuk dosen dan staf yang

sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan bagi perubahan dan mengarahkan keahlian tersebut dalam proses perubahan?

Adakah rencana komprehensif untuk menanamkan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 48

Page 49: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

perilaku baru dalam budaya? Apakah proses perubahan berdasarkan teori yang tepat?

Infrastruktur perubahan yang handal

Adakah komite pengarah eksekutif? Apakah dewan dan tim perubahan ditempati oleh para

(dosen dan staf) profesional? Apakah ada bauran tim? Apakah tim perubahan sesuai dalam menjalankan

transformasi?

Komitmen sumber daya yang cukup

Apakah pemimpin dipersiapkan untuk menangani sumber daya penting dalam jangka waktu yang lama?

Apakah sumber daya telah tersedia? Apakah komitmen tersebut layak bagi para dosen dan

staf?

Penilaian kesiapan melakukan perubahan

Apakah kesiapan kepemimpinan dan organisasi sudah diakses secara tepat?

Apakah penilaian kesiapan organisasi telah dilakukan? Apakah pelatihan dan kebutuhan mempersiapkan

organisasi dipahami secara baik? Apakah rencana yang ada ditujukan untuk mengatasi

kekurangan? Apakah peninjauan pentingan telah dilakukan?

Visi perubahan dibuat secara baik

Apakah visi dipahami secara baik? Apakah visi itu jelas dan mengikat?

Apakah visi memenuhi kriteria sebagai visi yang diformulasi secara baik (tabel 2)?

Apakah visi mengalir ke bawah mata rantai manajemen sehingga nyata dan dimiliki oleh sebagian besar dosen dan staf/

Definisi kondisi masa depan keseluruhan sistem

Apakah kondisi masa depan keseluruhan sistem telah diidentifikasi?

Apakah kondisi masa depan yang diharapkan telah dipahami?

Apakah semua elemen sistem organisasi akademik dipertimbangkan?

Analisis dampak keseluruhan sistem

Apakah dampak sistem telah dianalisis? Apakah dampak tersebut dipahami secara baik?

Inisiatif dibuat secara baik

Apakah inisiatif dibuat secara baik? Apakah inisiatif dirangkai dan disusun secara baik? Apakah perubahan ditujukan pada keseluruhan sistem?

Rencana pembelajaran organisasi

Apakah rencana diimplementasikan bagi pembelajaran organisasi?

Apakah kebutuhan pembelajaran organisasi dipahami oleh para pimpinan akademik?

Komponen Karakteristik keefektifan Akademik

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 49

Page 50: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

KOMPONEN KARAKTERISTIK

Manajemen

Fokus manajemen didasarkan pada lembaga pendidikan yang bersangkutan yaitu prosesnya menekankan pada prosedur pengembangan organisasi yang akurat dan penggunaan waktu yang efektif, berpusat pada hasil dan tujuan yang jelas dan terukur, semua warga akademik memiliki komitmen dan harapan yang tinggi terhadap akademiknya.

Kepemimpin-an

Berfungsinya komponen organisasi secara optimal dan keefektifan manajerial ditandai dengan kepemimpinan instruksional yang lugas dan kuat oleh kepala akademik, performansi dosen dan tenaga kependidikan yang profesional ditopang oleh kemampuan teknologi, perkembangan lingkungan, peluang yang baik, kecakapan individu dan motivasi yang kuat dengan penuh kreativitas dan inovasi.

Komitmen

Kepala akademik, dosen dan tenaga kependidikan menggambarkan sikap: (1) konsisten, (2) memiliki komitmen, (3) memiliki integritas yang tinggi, (4) berpikir luas dan terbuka, (5) bersikap jujur, (6) percaya diri, (7) kreatif, dan sebagainya, yang ditandai dengan hubungan perencanaan dan sikap kolegialitas dan didukung dengan aturan yang baik, kuat dan memadai serta dipahami secara luas.

Lingkungan Strategis

Keterlibatan secara sinergis kelompok informal, kebutuhan individu dan tujuan birokrasi yang secara bersama-sama berperan optimal sehingga terwujud stabilitas staf ditandai dengan suasana hubungan antar manusia yang harmonis dan teratur.

Harapan

Harapan yang tinggi dan keefektifan pengajaran oleh para pengajar dengan penggunaan waktu secara efisien dan pengembangan staf lembaga pendidikan yang memadai serta perhatian terhadap kondisi fasilitas fisik untuk pembelajaran.

Iklim Akademik

Suasana yang teratur dan berorientasi kerja, tenang, berorientasi pendidikan, terpelihara dan tercapai hasil akademik serta pemantauan secara rutin terhadap kemajuan aktivitas personal maupun kemajuan belajar peserta didik.

Peran Pemerintah

Adanya dukungan pemerintah pusat terhadap standarisasi dan dukungan pemerintah daerah (kabupaten, kota) terhadap pelayanan anggaran dan fasilitas akademik serta adanya dukungan orang tua dan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami karakteristik akademik efektif yang pada dasarnya meliputi aspek-aspek proses perakademikan yang berkontribusi terhadap peningkatan kualitas dan nilai tambah hasil belajar peserta didik. Organisasi akademik yang efektif didukung dengan manajemen akademik yang efektif.

Fungsi dan Tujuan Pengambilan KeputusanPengambilan keputusan sebagai kelanjutan dari cara pemecahan masalah

memiliki fungsi antara lain, sebagai pangkal atau permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah secara individual dan secara kelompok baik secara institusional maupun secara organisasional. Disamping itu, fungsi pengambilan keputusan merupakan sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana efek atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

Terkait dengan fungsi tersebut, maka tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan atas dua, yaitu:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 50

Page 51: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

1. Tujuan yang bersifat tunggal. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain.

2. Tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua (atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.

Unsur-unsur Pengambilan KeputusanAgar pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu diketahui unsur

atau komponen pengambilan keputusan. Unsur pengambilan keputusan itu adalah sebagai berikut:

1. Tujuan dari pengambilan keputusan;2. Identifikasi alternatif keputusan yang memecahkan masalah;3. Perhitungan tentang faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya

atau di luar jangkauan manusia;4. Sarana dan perlengkapan untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari

suatu pengambilan keputusan.Berikut ini contoh berupa ilustrasi dari unsur pengambilan keputusan. Untuk

mengembangkan suatu model pengambilan keputusan yang bersifat umum, kita perlu mengadakan identifikasi dan mengambil kategori dari berbagai unsur yang merupakan bagian dari masalah beserta pemecahannya.

Unsur pertama, mengetahui lebih dahulu apa tujuan dari pengambilan keputusan itu. Misalnya, jika anda akan membeli mobil baru, maka anda harus mengetahui lebih dahulu tujuannya, biasanya yang paling umum adalah tujuan yang bersifat ekonomis.

Unsur kedua, mengadakan identifikasi sejumlah alternatif yang akan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk itu, perlu kiranya membuat daftar macam-macam tindakan yang memungkinkan untuk mengadakan pilihan.

Unsur ketiga, perhitungan mengenai faktor-faktor di luar jangkauan manusia. Keberhasilan setiap alternatif keputusan dikaitkan dengan tujuan yang dikehendaki ini sangat tergantung pada keadaan yang mungkin berada di luar jangkaun manusia. Keadaan seperti ini disebut peristiwa di luar jangkauan manusia. Peristiwa di luar jangkuan manusia adalah peristiwa yang dapat dibayangkan sebelumnya, namun manusia tidak sanggup atau kurang berdaya untuk mengatasinya. Keputusan untuk membeli mobil baru itu perlu dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan, misalnya biaya pembelian bensin, karena hal ini berpengaruh terhadap penghematan dalam pemakaian kendaraan tersebut. Untuk ini, anda dapat mengidentifikasi kemungkinan harga bensin nantinya akan naik sebagai peristiwa di luar jangkauan individu manusia.

Unsur keempat adalah adanya sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari pengambilan keputusan. Selanjutnya alternatif keputusan dan peristiwa di luar jangkauan manusia itu perlu dirinci dengan menggunakan alat untuk mengukur apa yang akan diperoleh atau pengeluaran yang perlu dilakukan dari setiap kombinasi alternatif keputusan dan peristiwa di luar jangkauan manusia itu. Jadi, misalkan, apabila kita perlu menetapkan 12 hasil di mana setiap alternatif dapat menghasilkan suatu hasil yang berkaitan dengan 4 kemungkinan peristiwa di luar jangkauan manusia.

Basis Pengambilan Keputusan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 51

Page 52: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Dasar-dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan bermacam-macam, tergantung dari permasalahannya. George R. Terry memperkenalkan dasar-dasar pengambilan keputusan yang berlaku sebagai berikut:

1. Intuisi. Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat yang subyektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan.Kebaikannya antara lain sebagai berikut:a. Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif pendekb. Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan

akan memberikan kepuasan pada umumnya.c. Kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan sangat

berperan dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.Kelemahannya antara lain sebagai berikut:a. Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baikb. Sulit mencari alat pembandingnya sehingga sulit diukur kebenaran

dan keabsahannyac. Dasar-dasar pertimbangan lain dalam pengambilan keputusan

seringkali diabaikan.2. Pengalaman. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki

manfaat bagi pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman seseorang maka dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan. Begitu pula karena pengalaman seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin sudah dapat memperkirakan cara penyelesaiannya.

3. Fakta. Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.

4. Wewenang. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.Kelebihannya antara lain sebagai berikut:a. Kebanyakan (pihak) penerimaannya adalah bawahan, terlepas

apakah penerimaan tersebut secara sukarela ataukah secara sukar rela (terpaksa).

b. Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lamac. Memiliki otentisitas (otentik)Kelemahannya antara lain sebagai berikut:a. Dapat menimbulkan sifat rutinitasb. Mengasosiasikan dengan praktek diktatorialc. Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan

sehingga dapat menimbulkan kekaburan5. Rasional. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan

yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal. Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 52

Page 53: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

a. Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.b. Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.c. Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan

konsekuensinya.d. Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.e. Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil

ekonomis yang maksimal.

Faktor Determinan Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan keputusan, ada beberapa hal atau faktor yang mempengaruhinya antara lain sebagai berikut:

1. Posisi/kedudukan. Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi atau kedudukan seseorang dapat dilihat dalam hal berikut:a. Letak posisi: dalam hal ini apakah dia sebagai pembuat keputusan

(decision maker), penentu keputusan (decision taker), ataukah staf (staffer).

b. Tingkatan posisi: dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan organisasional, operasional atau teknis.

2. Masalah. Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan yang merupakan penyimpangan dari apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus diselesaikan. Masalah tidak selalu dapat dikenali dengan segera, ada yang memerlukan analisis, ada pula yang bukan memerlukan riset sendiri.Masalah dapat dibagi ke dalam dua jenis, yakni: a. Masalah terstruktur yaitu masalah yang logis, dikenal dan mudah

diidentifikasi;b. Masalah tidak terstruktur yaitu masalah yang masih baru, tidak biasa

dan informasinya tidak lengkap.Selain pembagian masalah tersebut, masalah dapat pula dibagi menjadi sebagai berikut:a. Masalah rutin yaitu masalah yang sifatnya sudah tetap, selalu

dijumpai dalam hidup sehari-hari.b. Masalah insidental yaitu masalah yang sifatnya tidak tetap, tidak

selalu dijumpai dalam hidup sehari-hari. 3. Situasi. Situasi adalah keseluruhan faktor dalam keadaan yang berkaitan

satu sama lain dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat. Faktor-faktor dimaksud dapat dibedakan atas dua, yakni:a. Faktor-faktor yang konstan ( K ), yaitu faktor-faktor yang sifatnya

tidak berubah-ubah atau tetap keadaannya;b. Faktor-faktor yang tidak konstan, atau variabel ( V ), yaitu faktor-

faktor yang sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.Di antara variabel-variabel ini ada yang dapat diperhitungkan bahkan dapat dikendalikan, namun ada pula yang sama sekali di luar jangkauan manusia.

4. Kondisi. Kondisi adalah keseluruhan faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor tersebut merupakan sumber daya-sumber daya.

5. Tujuan. Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah ditentukan. Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara (objective).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 53

Page 54: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Pendapat lain yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah:

1. Keadaan intern organisasi. Keadaan intern organisasi bersangkut paut dengan apa yang ada di dalam oragnisasi tersebut. Keadaan intern organisasi antara lain meliputi dana yang tersedia, keadaan sumber daya manusia, kemampuan karyawan, kelengkapan dan peralatan organisasi dan struktur organisasi.

2. Keadaan ekstern organisasi. Keadaan ekstern organisasi bersangkut paut dengan apa yang ada di luar organisasi tersebut. Keadaan ekstern organisasi antara lain meliputi keadaan ekonomi, sosial, politik, hukum, budaya, dan sebagainya. Keputusan yang diambil tidak boleh bertentangan dengan norma, undang-undang, hukum dan peraturan yang berlaku. Keputusan yang diambil jika ada kaitannya, baik langsung maupun tidak langsung dengan bidang politik, jangan sekali-kali bertentangan dengan pola kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan pengusaha. Jika keputusan yang diambil ada kaitannya dengan budaya sebaiknya memperhatikan keadaan budaya setempat dan sebagainya.

3. Tersedianya informasi yang diperlukan. Dalam pengambilan keputusan, informasi yang diperlukan harus lengkap dan memiliki sifat-sifat tertentu, sehingga keputusan yang dihasilkan berkualitas dan baik.Sifat-sifat informasi itu antara lain sebagai berikut:a. Akurat, artinya informasi harus mencerminkan atau sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya;b. Up-to-date, artinya informasi tersebut tepat waktu, tidak ketinggalan

zaman;c. Komprehensif, artinya informasi harus dapat mewakili semua

elemen dari realitas yang ada;d. Relevan, artinya informasi harus ada hubungannya dengan masalah

yang akan diselesaikan;e. Memiliki kesalahan baku kecil, artinya informasi itu memiliki

tingkat ketepatan yang tinggi.4. Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan. Kepribadian dan

kecakapan dari pengambil keputusan meliputi penilainnya, kebutuhannya, intelegensinya, keterampilannya, kapasitasnya, dan sebagainya. Nilai-nilai kepribadian dan kecakapan tersebut turut pula mewarnai tepat-tidaknya keputusan yang diambil. Jika pengambil keputusan memiliki kepribadian dan kecakapan yang kurang, maka keputusan yang diambil juga akan kurang, demikian pula sebaliknya.Sebagai bahan komparasi, dikemukakan pula pendapat George R. Terry mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan sebagai berikut:a. Hal-hal yang berwujud dan tidak berwujud, yang emosional maupun

yang rasional.b. Tujuan organisasi. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan

sebagai bahan dalam pencapaian tujuan dari organisasi.c. Orientasi. Keputusan yang diambil tidak boleh memiliki orientasi

kepada diri pribadi, tetapi harus lebih berorientasi kepada kepentingan organisasi.

d. Alternatif-alternatif tandingan. Jarang sekali ada satu pilihan yang betul-betul memuaskan, karenanya harus disediakan alternatif tandingan.

e. Tindakan. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental, karenanya harus diubah menjadi tindakan fisik.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 54

Page 55: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

f. Waktu. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan waktu dan proses yang lebih lama.

g. Kepraktisan. Dalam pengambilan keputusan diperlukan pengambil keputusan yang (berpikir) praktis untuk memperoleh hasil yang optimal.

h. Pelembagaan. Setiap keputusan yang diambil harus dilembagakan, agar dapat diketahui tingkat kebenarannya.

i. Kegiatan berkelanjutan. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian mata rantai (valu chain) kegiatan berikutnya.

Keputusan dalam membuat kurikulum didasarkan pada apakah secara jelas atau tidak didasarkan pada asumsi dan nilai. Kompleksitas pengambilan keputusan dan kurikulum dalam pendidikan berarti manajer menyimpan perspektif ganda atau kerangka ketika mengumpulkan data, menilai gagasan dan memutuskan apa yang dikerjakan berikutnya. Keterlibatan pihak terkait atau stakeholders (pemerintah, orang tua, kelompok, minat, industri) menambah kompleksitas pembuatan keputusan kurikulum yang menantang para manajer pendidikan, khususnya dalam rangka perluasan informasi dan pengetahuan tentang ideologi yang diperlukan. Bahkan, secara historis kurikulum memiliki kebebasan secara re1atif dari pengawasan pusat, dimana inisiatif kebijakan bagi kita baru tiga tahun terakhir. Hal itu pun baru memberikan kebebasan menyusun kurikulum muatan lokal bagi daerah. Kedua, peningkatan bentuk tantangan kurikulum meskipun ada kurikulum nasional.

Dalam otonomi daerah yang di dalamnya Pemda diberikan kewenangan mendosensi pendidikan di daerah kabupaten dan kota, kemampuan mengambil keputusan dalam kurikulum pendidikan merupakan hal yang perlu diketahui dan ditingkatkan. Sejalan dengan itu, Law dan Glover (2000) menjelaskan bahwa meskipun sentralisasi mulai dikurangi dan beralih pada desentralisasi namun biasanya masih menyisakan berbagai hal dalam sistem, melalui:

1. Level tinggi dari otonomi dosen dan lembaga atas materi pedagogik2. Fleksibilitas atas aspek khusus dari isi kurikulum3. Penyebaran pembuatan keputusan melalui penggunaan pemerintah otonom

pada semua level sistem pendidikan4. Mendelegasikan pembuatan keputusan berdasarkan sumber daya finansial.

Upaya lain yang perlu dilakukan adalah penelitian yang menjadi dasar bagi reformasi kurikulum akademik untuk pengambilan keputusan. Hal itu akan dijadikan bahan masukan dan konsolidasi pemikiran untuk mengambil keputusan rancangan kurikulum baru. Rancangan kurikulum yang akan diputuskan berasal dari pengalaman pembelajaran, baik pembe1ajaran efektif, mengajar efektif dan implikasinya yang berhubungan dengan karakteristik masyarakat dalam hal persamaan dan akses kurikulum berdasarkan suku, gender, agama, latar belakang sosial dan fisik.

Lawton (1990) yang dikutip Law dan Glover (2000) berpendapat bahwa ada lima tingkatan pengambilan keputusan kurikulum, yaitu nasional, daerah, institusional, bagian (unit) dan individu. Keputusan secara berjenjang tersebut menyarankan bahwa keputusan pada setiap tingkatan berhubungan satu sama lain. Jika pengawasan kurikulum dilakukan dari atas ke bawah (top-down) maka inovasi kurikulum dalam institusi dapat dikembangkan dari bawah ke atas (bottom-up), bahkan pengembangan kurikulum dan keputusannya perlu diberikan kewenangan kepada institusi yang paling bawah dalam pengawasan level atas.

Model RasionalModel ini secara esensial bersifat linier dan gerakan pendekatannya

melalui empat langkah, yaitu mengkhususkan tujuan, perencanaan isi, susunan metode dan model pembelajaran, serta pengukuran dan evaluasi keberhasilan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 55

Page 56: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Penilaian hasil ini akan memberikan umpan balik bagi pengembangan dinamika akademik karena terkait dengan mutu lulusan. Model Perilaku dan Model Budaya

Berkaitan dengan tujuan perilaku tentang perilaku pelajar dijelaskan dalam istilah yang terukur. Rasionalitas berdasarkan atas prestasi yang penting dari keterampilan pembelajaran. Biasanya hal itu dilihat dari domain kognitif, afektif dan psikomotorik dari pembelajaran peserta didik dimana akan diketahui hasil perubahan perilaku.

Gagasan dari kurikulum berdasarkan lingkungan budaya umum telah ditingkatkan. Tujuannya adalah untuk pembelajaran budaya. Dalam hal ini nilai-nilai budaya dipertahankan dalam perencanaan model kurikulum sesuai konteks masyarakat dan analisis situasional yang akan dipelajari dalam akademik sebagai institusi sosial.

Model budaya dalam keputusan rancangan kurikulum biasanya menawarkan urutan perencanaan sebagai berikut:

a. Analisis situasi berdasarkan atas pengaruh internal dan eksternal (harapan masyarakat, orang tua, mata pelajaran yang diajarkan, sistem dukungan dosen, aliran sumber daya) dan pengaruh internal (murid, dosen, sumber daya material dan masalah) atas lembaga/akademik;

b. Formulasi tujuan bagi lembaga di dalam masyarakat; c. Pengembangan program; d. Interpretasi dan implementasi berdasarkan pada kebutuhan murid; e. Pemantauan, umpan balik, penilaian dan rekonstruksi. Untuk mengembangkan model budaya ini, hal yang penting diperhatikan

adalah sebagai berikut: a. Perencanaan kurikulum berdasarkan institusional; b. Peranan dosen dan pertimbangan profesional (ahli) dalam

menafsirkan kurikulum;c. Kebutuhan pada fokus atas kebulatan kurikulum daripada

fragmentasi pendekatan mata pelajaran;d. Negosiasi kurikulum dengan mengakomodasi berbagai perspektif

berbeda di antara kelompok dosen dan pendekatan demokratis kepada manajemen kurikulum.

Pandangan ini menempatkan pelajar sebagai partner yang aktif dan proses pembelajaran lebih bersifat pertemanan. Oleh karena itu, hal ini lebih bersifat pendekatan demokratis pada manajemen kurikulum.

Dua orang pakar lainnya yang pernah mengemukakan secara lengkap dengan mengkombinasikan model tujuan dan model sistem tentang indikator akademik yang baik adalah Postman dan Weingartner (1979). Menurut mereka akademik sebagai institusi memiliki seperangkat fungsi esensial, yang harus dimiliki oleh setiap akademik. Fungsi-fungsi esensial tersebut meliputi: (1) penstrukturan waktu; (2) penstrukturan aktivitas yang harus diikuti peserta didik; (3) pendefinisian kecerdasan, kemampuan intelektual, prestasi, dan perilaku yang baik; (4) penilaian; (5) pemisahan peran dan tanggung jawab antara dosen dan peserta didik; (6) supervisi dan pengawasan terhadap peserta didik; dan (7) pertanggung-jawaban. Di samping fungsi-fungsi esensial, menurut Postman & Weingartner, ada juga konvensi, yaitu prosedur-prosedur yang diikuti akademik untuk memenuhi ketujuh fungsi esensialnya. Konvensi ini pada dasarnya melayani fungsi-fungsi esensial sehingga fungsi-fungsi esensial tersebut betul-betul membuat akademik mampu memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi peserta didik. Sebagai contoh adalah penstrukturan waktu yang merupakan fungsi esensial pertama. Setiap akademik memiliki waktu kapan akademik mulai dan berakhir. Akademik juga memiliki waktu kapan aktivitas-aktivitas tertentu

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 56

Page 57: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

dilaksanakan dan waktunya pasti berbeda antara satu aktivitas dengan aktivitas lainnya. Tanpa pengaturan waktu kita tidak memiliki akademik. Sedangkan konvensi adalah cara-cara khusus di akademik untuk mengatur waktu sepuluh bulan dalam setahun, enam hari dalam seminggu, enam jam dalam sehari, dan empat puluh menit dalam satu jam pelajaran.

Lebih lanjut, menurut Postman dan Weingartner, konvensilah yang sebenarnya merupakan obyek perubahan organisasional akademik. Menurut mereka sebuah akademik dinilai baik apabila konvensinya secara aktual meningkatkan pengalaman belajar yang berharga bagi peserta didik. Akhirnya berdasarkan semua inilah Postman dan Weingartner mendeskripsikan ciri-ciri akademik yang baik sebagai berikut.

1. Ditinjau dari penstrukturan waktunya akademik dapat dikatakan baik apabila:a. sekuensi waktu sehari di akademik itu tidak sewenang-wenang (45

menit untuk ini, 45 menit untuk itu, dan seterusnya), melainkan didasarkan pada apa yang perlu dilakukan peserta didik;

b. antara satu orang peserta didik dan peserta didik lainnya di akademik tidak diharuskan mengerjakan hal yang sama dalam jangka waktu yang sama;

c. peserta didik tidak dituntut semata-mata untuk mematuhi waktu dalam pelajaran, melainkan menguasai keterampilan;

d. peserta didik diarahkan untuk mengorganisasi waktunya sendiri.2. Ditinjau dari penstrukturan aktivitasnya, akademik dapat dikatakan baik

apabila:a. aktivitas-aktivitasnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik

secara perorangan;b. antara satu orang peserta didik dan peserta didik lainnya tidak

dituntut untuk mengikuti aktivitas yang sama;c. akademik mengakui bahwa proses belajar mengajar hampir tidak

bernilai bagi peserta didik apabila dirinya kurang dilibatkan di dalamnya;

d. aktivitasnya merupakan aktivitas peserta didik;e. aktivitasnya tidak terbatas pada sebuah gedung, melainkan juga

mencakup semua sumber pada masyarakat;f. aktivitas-aktivitasnya memenuhi semua perbedaan latar belakang dan

kemampuan peserta didik.3. Ditinjau dari pendefinisian kecerdasan, pengetahuan, atau perilaku,

akademik dapat dikatakan baik apabila:a. proses belajar mengajar yang dikelolanya lebih menekankan pada

proses inkuiri, pemecahan masalah, dan penelitian daripada memorisasi;

b. peserta didiknya dijauhkan dari kebiasaan menerima pelajaran secara pasif;

c. berbagai keterampilan berkomunikasi dilatihkan kepada peserta didik;

d. kepada peserta didiknya selalu ditekankan untuk menggunakan ilmu dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar memperoleh ilmu demi ilmu;

e. personilnya mengakui adanya perkembangan pengetahuan di berbagai bidang dan mencoba mempertimbangkannya dalam mendefinisikan pengetahuan;

f. pengetahuan diri sendiri merupakan bagian dari definisi pengetahuannya.

4. Ditinjau dari evaluasi, akademik dapat dikatakan baik apabila dalam proses evaluasinya:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 57

Page 58: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

a. lebih menekankan pada upaya memberikan balikan yang mendorong;b. digunakan pendekatan yang humanistik dan perorangan;c. mencakup aspek yang komprehensif;d. terlebih dahulu dibuatkan seeskplisit mungkin jenis perilaku yang

diinginkan akademik;e. kurang digunakan tes terstandar;f. khusus dalam mengevaluasi dosen dan administrator digunakan

prosedur-prosedur yang konstruktif.5. Ditinjau dari supervisi dan pengawasan peserta didik, akademik dapat

dikatakan baik apabila:a. dosen dan peserta didiknya melakukan upaya-upaya yang

kolaboratif;b. peserta didiknya diberi kesempatan untuk mensupervisi dirinya

sendiri;c. jumlah peserta didik yang ditangani seorang supervisor tidak banyak,

sehingga masalah personalnya bisa ditangani.6. Ditinjau dari perbedaan peran akademik dapat dikatakan baik apabila:

a. semua dosennya selalu mengembangkan ide mengenai masyarakat belajar dimana fungsi dosen lebih sebagai seorang koordinator dan fasilitator;

b. berbagai peran mengajar didalamnya tidak dimainkan hanya oleh dosen;

c. berbagai peran mengajar diorganisasikan dan kemudian ditugaskan sesuai dengan kemampuan dosen;

d. peserta didiknya dianggap bukan sebagai obyek pada setiap aktivitas, melainkan didorong untuk aktif membentuk pengalamannya sendiri;

e. peserta didik tidak secara konstan ditempatkan dalam peran-peran konpetitif, melainkan juga kolaboratif.

7. Di tinjau dari pertanggungjawaban terhadap masyarakat, akademik dapat dikatakan baik apabila personelnya:a. lebih menekankan pada partisipasi masyarakat daripada paternalistik

birokratik;b. tidak takut mempertanggungjawabkan performansinya.

8. Ditinjau dari pertanggungjawaban terhadap masa depan, akademik dapat dikatakan baik apabila personelnya:a. memiliki konsep tentang pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang

diorientasikan pada masa depan;b. menginterpretasikan tanggung jawabnya pada masa depan sebagai

tanggung jawab kepada peserta didik, baru kemudian kepada institusi sosial.

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. Perencanaan merupakan  langkah pertama dalam proses manajemen yang harus dilakukan oleh orang-orang  yang mengetahui semua unsur organisasi. Keberhasilan  perencanaan sangat menunjang keberhasilan kegiatan manajemen secara keseluruhan. Oleh karena itu, perencanaan harus dilakukan  dengan sebaik-baiknya.

Menurut banyak pakar manajemen, perencanaan yang baik sebagai berikut.a. Dibuat bersama-sama oleh orang-orang yang memahami organisasi

dan perencanaan.b. Disertai dengan rincian yang teliti;c. Tidak terlepas dari pemikiran pelaksanaan;d. Terdapat tempat pengambilan resiko;

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 58

Page 59: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

e. Sederhana, luwes, dan praktis;f. Didasarkan pada keadaan nyata masa kini dan masa depan;g. Direkomendasi oleh penguasa tertinggi.Telah ditegaskan bahwa perencanaan merupakan sebuah proses yang

memikirkan dan menetapkan kegiatan untuk masa yang akan datang. Oleh karena perencanaan merupakan sebuah proses, maka ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam membuat perencanaan, yaitu:

a. meramalkan masa depan;b. menganalisis kondisi lembaga;c. merumuskan tujuan secara operasional;d. mengumpulkan data atau informasi;e. menganalisis data atau informasi;f. merumuskan dan menetapkan alternatif program;g. menetapkan perkiraan pelaksanaan program;h. menyusun jadwal pelaksanaan program.

PengorganisasianPengorganisasian  merupakan keseluruhan proses pengelompokan  semua

tugas, tanggung jawab, wewenang,  dan  komponen dalam proses kerjasama sehingga tercipta suatu sistem  kerja yang baik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian dilakukan berdasarkan tujuan  dan program kerja sebagaimana dihasilkan dalam perencanaan. Menurut Siagian (1981) pengorganisasian  suatu program dapat dilakukan melalui prosedur sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi pekerjaan atau tugas yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan.

b. Mengelompokkan  pekerjaan atau tugas yang sama dan memiliki fungsi yang sama.

c. Memberikan  nama tertentu bagi setiap kelompok pekerjaan atau tugas  dengan nama yang kurang  lebih menggambarkan fungsinya masing-masing.

d. Menentukan  orang-orang yang akan ditunjuk menyelesaikan setiap kelompok kerja atau tugas. Apabila ada kelompok kerja  atau tugas tertentu harus dikerjakan oleh lebih dari satu orang, maka salah satu di antara mereka perlu ditunjuk sebagai penanggung jawabnya (pendistribusian tugas dan tanggung jawab).

e. Mendistribusikan fasilitas atau peralatan yang  diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan

f. Menetapkan aturan kerjag. Menetapkan hubungan kerja

Manajemen peserta didik adalah manajemen peserta didik yang memberikan tekanan pada empat pilar manajemen berbasis akademik, ialah: mutu, kemandirian, partisipasi masyarakat dan transparansi. Jadi, seluruh aktivitas manajemen peserta didik, haruslah diaksentuasikan pada penonjolan empat pilar manajemen berbasis akademik tersebut.

Tujuan umum manajemen peserta didik adalah: mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di akademik; lebih lanjut, proses belajar mengajar di akademik dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan akademik dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Tujuan khusus manajemen peserta didik, yaitu (1) meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik; (2) menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 59

Page 60: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

didik; (3) menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik; (4) dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.

Fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut.

a. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, bertujuan agar dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.

b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik yang bertujuan agar mereka dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial akademiknya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.

c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, yang bertujuan agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.

d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik yang bertujuan agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa manajemen peserta didik adalah suatu pengaturan terhadap peserta didik di akademik, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus. Ruang lingkup manajemen peserta didik, sebenarnya meliputi pengaturan aktivitas-aktivitas peserta didik sejak yang bersangkutan masuk ke akademik hingga yang bersangkutan lulus, baik yang berkenaan dengan peserta didik secara langsung, maupun yang berkenaan dengan peserta didik secara tidak langsung: kepada tenaga kependidikan, sumber-sumber pendidikan, prasarana dan sarananya.

Secara rinci, ruang lingkup peserta didik adalah sebagai berikut.a. Perencanaan peserta didik, termasuk di dalamnya adalah: school

census, school size, class size dan efektive class.b. Koordinasi kegiatan peserta didik, yang meliputi: komunikasi ,

integrasi dan singkronisasi. c. Penerimaan peserta didik, meliputi penentuan: kebijaksanaan,

sistem, kriteria, prosedur, dan pemecahan problema-problema penerimaan peserta didik.

d. Orientasi peserta didik baru, meliputi pengaturan: hari-hari pertama peserta didik di akademik, pekan orientasi peserta didik, pendekatan yang dipergunakan dalam orientasi peserta didik, dan teknik-teknik orientasi peserta didik.

e. Mengatur kehadiran, ketidak-hadiran peserta didik di akademik. Termasuk di dalamnya adalah: peserta didik yang membolos, terlambat datang dan meninggalkan akademik sebelum waktunya.

f. Mengatur kenaikan tingkat peserta didik.g. Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan disiplin peserta

didik.Dalam versi lain, manajemen peserta didik meliputi:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 60

Page 61: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

a. perencanaan daya tampungb. perencanaan penerimaan peserta didik baruc. penerimaan peserta didik barud. pengelompokan peserta didik berdasarkan pola tertentue. pembinaan disiplin belajar peserta didikf. pencatatan kehadiran peserta didikg. pengaturan perpindahan peserta didikh. pengaturan kelulusan peserta didiki. pemantauan peserta didikj. penilaian peserta didik

Manajemen KepegawaianDalam lembaga apapun keberadaan pegawai menempati kedudukan yang

paling vital. Memang diakui bahwa biaya itu penting, demikian pula sarana, prasarana dan teknologi. Namun ketersediaan sumber daya itu menjadi sia-sia apabila ditangani oleh pegawai yang tidak kompeten dan kurang komitmen. Upaya-upaya untuk merencanakan kebutuhan pegawai (SDM), mengadakan, menyeleksi, menempatkan dan memberi penugasan secara tepat telah menjadi perhatian penting pada setiap organisasi yang kompetitif. Demikian pula kebijakan kompensasi (penggajian dan kesejahteraan) dan penilaian kinerja yang dilakukan dengan adil dan tepat dapat melahirkan motivasi berprestasi pada para pegawai. Fungsi-fungsi manajemen kepegawaian seperti itu masih belum cukup, apabila tidak disertai dengan kebijakan pengembangan dan pemberdayaan pegawai yang dilakukan secara sistematik.

Dalam arti yang tradisional, konsep pengelolaan pegawai terbatas pada urusan-urusan manajemen operatif, seperti mengelola data pegawai (record keeping), penilaian kinerja yang bersifat mekanistik (mechanical job evaluation), kenaikan pangkat dan gaji secara otomatis (automatic merit increase). Perhatian terhadap SDM pada masa kini mencakup aspek-aspek yang berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan pegawai (fisik, emosional dan sosial), yang akan berpengaruh secara signifikan terhadap cara-cara mereka bekerja, dan dengan sendirinya berpengaruh terhadap produktivitas mereka. Manajemen Sumber Saya Manusia (MSDM) adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan pengakuan pada pentingnya tenaga kerja pada organisasi sebagai sumber daya manusia yang vital, yang memberikan sumbangan terhadap tujuan organisasi, dan memanfaatkan fungsi dan kegiatan yang menjamin bahwa sumber daya manusia dimanfaatkan secara efektif dan adil demi kemaslahatan individu, organisasi, dan masyarakat.

Pegawai pada masa kini memfasilitasi aktualisasi dan pengembangan kompetensi para pegawai melalui program-program pengembangan dan pemberdayaan yang dilakukan secara sistematik. Pengembangan dan pemberdayaan pegawai merupakan bagian dari MSDM yang memiliki fungsi untuk memperbaiki kompetensi, adaptabilitas dan komitmen para pegawai. Dengan cara demikian organisasi memiliki kekuatan bukan saja sekedar bertahan (survival), melainkan tumbuh (growth), produktif (productive), dan kompetitif (competitive). Dan dalam proses demikian, dukungan pegawai yang kuat melahirkan organisasi yang memiliki adaptabilitas dan kapasitas memperbaharui dirinya (adaptability and self-renewal capacity).

Ada lima aspek kajian manajemen kepegawaian, yaitu (1) perencanaan kebutuhan, (2) rekrutmen dan seleksi, (3) pembinaan dan pengembangan, (4) mutasi dan promosi, dan (5) kesejahteraan. Namun demikian, dipertimbangkan akan lebih bermanfaat apabila para peserta diklat memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai manajemen sumber daya manusia (MSDM).

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 61

Page 62: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Manajemen SDM merupakan proses sistematik yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan organisasi, memperlakukan pegawai secara adil dan bermartabat, serta menciptakan kondisi yang memungkinkan pegawai memberikan sumbangan optimal terhadap organisasi. Manajemen SDM mencakup kegiatan sebagai berikut. (1) Perencanaan SDM, (2) analisis pekerjaan, (3) pengadaan pegawai, (4) seleksi pegawai, (5) orientasi, penempatan dan penugasan, (6) konpensasi, (7) penilaian kinerja, (8) pengembangan karir, (9) pelatihan dan pengembangan pegawai, (10) penciptaan mutu kehidupan kerja, (11) perundingan kepegawaian, (12) riset pegawai, dan (13) pensiun dan pemberhentian pegawai.

Manajemen Sarana dan PrasaranaKeberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di akademik, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Dewasa ini masih sering ditemukan banyak sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh akademik yang diterima sebagai bantuan, baik dari pemerintah maupun masyarakat yang tidak optimal penggunaannya dan bahkan tidak dapat lagi digunakan sesuai dengan fungsinya. Hal itu disebabkan antara lain oleh kurangnya kepedulian terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki serta tidak adanya pengelolaan yang memadai.

Seiring dengan perubahan pola pemerintahan setelah diberlakukannya otonomi daerah, maka pola pendekatan manajemen akademik saat ini berbeda pula dengan sebelumnya, yakni lebih bernuansa otonomi. Untuk mengoptimalkan penyediaan, pendayagunaan, perawatan dan pengendalian sarana dan prasarana pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, diperlukan penyesuaian manajemen sarana dan prasarana. Akademik dituntut memiliki kemandirian untuk mengatur dan mendosens kepentingan akademik menurut kebutuhan dan kemampuan sendiri serta berdasarkan pada aspirasi dan partisipasi warga akademik dengan tetap mengacu pada peraturan dan perundangan-undangan pendidikan nasional yang berlaku.

a. Rincian manajemen sarana prasarana di akademik dasar meliputi berikut ini.1) Analisis kebutuhan sarana dan prasarana akademik2) Perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana akademik3) Pendistribusian sarana dan prasarana akademik4) Penataan sarana dan prasarana akademik5) Pemanfaat sarana dan prasarana akademik secara efektif dan

efisien6) Pemeliharaan sarana dan prasarana akademik7) Inventarisasi sarana dan prasarana akademik8) Penghapusan sarana dan prasarana akademik9) Pemantauan kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana akademik10) Penilaian kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana akademikb. Manajemen sarana prasarana dapat juga difokuskan pada:

1) merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan, peralatan, perabot, lahan, infrastruktur) akademik sesuai dengan rencana pengembangan akademik;

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 62

Page 63: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

2) mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan yang berlaku;

3) mengelola pemeliharaan fasilitas, baik perawatan preventif maupun perawatan terhadap kerusakan fasilitas akademik;

4) mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana akademik sesuai dengan sistem pembukuan yang berlaku.

Hubungan akademik dengan masyarakat yang lengkap diungkapkan oleh Bernays seperti dikutip oleh Suriansyah (2000), yang menyatakan bahwa hubungan akademik dengan masyarakat adalah:

a. information given to the public (memberikan informasi secara jelas dan lengkap kepada masyarakat)

b. persuasion directed at the public, to modify attitude and action (melakukan persuasi kepada masyarakat dalam rangka merubah sikap dan tindakan yang perlu mereka lakukan terhadap akademik)

c. effort to integrated attitudes and action of institution with its public and of public with the institution (suatu upaya untuk menyatukan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh akademik dengan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat secara timbal balik, yaitu dari akademik ke masyarakat dan dari masyarakat ke akademik.

Secara lebih lengkap Elsbree dan Mc Nally seperti dikutip oleh Suriansyah (2001) menyatakan bahwa kegiatan hubungan akademik dengan masyarakat bertujuan untuk:

a. to improve the quality of children’s learning and growing.b. to rise community goals and improve the quality of community livingc. to develop understanding, enthusiasm and support for community

program of public educationsSedangkan kegiatan-kegiatan manajemen hubungan akademik dan

masyarakat adalah sebagai berikut.a. Analisis kebutuhan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan

akademikb. Penyusunan program hubungan akademik dengan masyarakatc. Pembagian tugas melaksanakan program hubungan akademik dengan

masya-rakat d. Menciptakan hubungan akademik dengan orang tua peserta didike. Mendorong orang tua menyediakan lingkungan belajar yang efektiff. Mengadakan komunikasi dengan tokoh masyarakatg. Mengadakan kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta h. Mengadakan kerjasama dengan organisasi sosial keagamaani. Pemantauan hubungan akademik dengan masyarakatj. Penilaian kinerja hubungan akademik dengan masyarakat

Tujuan Manajemen Keuangan AkademikMelalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan

akademik dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program akademik secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan akademik2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan akademik.3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran akademik.Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala akademik

dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 63

Page 64: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

A

D

C

BHasil terkecil

Hasil besar

Penggunaan waktu, biaya, dan tenaga tertentu

D

C

B

A

Hasil Tertentu

Banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya

Penggunaan waktu, tenaga, dan biaya lebih sedikit

Paling sedikit menggunakan waktu, tenaga, dan biaya

Perencanaan SDM adalah kegiatan menaksir/menghitung kebutuhan SDM akademik dan selanjutnya merumuskan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Upaya tersebut mencakup kegiatan menyusun dan melaksanakan rencana agar jumlah dan kualifikasi personil yang diperlukan itu tersedia pada saat dan posisi yang tepat sesuai dengan tuntutan akademik.

1. Analisis Tenaga pendidik dan kependidikananAnalisis tenaga pendidik dan kependidikanan adalah suatu proses menjelaskan

dan mencatat tujuan-tujuan tenaga pendidik dan kependidikanan, kewajiban dan tanggung jawab utama tenaga pendidik dan kependidikanan tersebut dan kondisi di mana tenaga pendidik dan kependidikanan itu harus dikerjakan. Analisis tenaga pendidik dan kependidikanan merupakan bagian dari perencanaan SDM yang membentuk menjelaskan spesifikasi tenaga pendidik dan kependidikanan dan spesifikasi kompetensi serta karakteristik kepribadian yang tepat untuk mengerjakan tenaga pendidik dan kependidikanan itu.

2. Rekrutmen (pengadaan) Tenaga pendidik dan kependidikanRekrutmen (pengadaan) tenaga pendidik dan kependidikan adalah seperangkat

kegiatan dan proses yang dipergunakan untuk memperoleh sejumlah orang yang bermutu pada tempat dan waktu yang tepat sesuai dengan ketentuan hukum sehingga orang dan akademik dapat saling menyeleksi berdasarkan kepentingan terbaik masing-masing dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

3. Seleksi Tenaga pendidik dan kependidikan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 64

Hasil sedang

Page 65: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Seleksi tenaga pendidik dan kependidikan adalah suatu proses mengeumpulkan informasi untuk menilai dan memutuskan siapa yang diangkat, dengan berpedoman pada hukum, demi kepentingan jangka panjang dan pendek, perorangan dan akademik.

4. Orientasi, Penempatan dan PenugasanOrientasi, penempatan, dan penugasan merupakan kegiatan yang dilakukan

serempak. Orientasi ditujukan untuk mempercepat sosialisasi tenaga pendidik dan kependidikan dan penerimaan lingkungan kerja sehingga tenaga pendidik dan kependidikan tersebut dapat segera beradaptasi dalam sistem, prosedur, serta budaya kerja. Penempatan dan penugasan adalah keputusan ketenaga pendidik dan kependidikanan yang berazaskan “the right men on the right job”.

5. Kompensasi (termasuk kesejahteraan)Kompensasi adalah apa yang diterima tenaga pendidik dan kependidikan karena

ia telah memberikan kontribusi pikiran, perhatian, kemampuan, dan kinerjanya terhadap akademik. Kompensasi terdiri dari hal berupa uang dan bukan uang. Kompensasi sangat penting untuk memperoleh, memelihara, dan mempertahankan angkatan kerja yang produktif.

6. Penilaian KinerjaPenilaian kinerja yaitu suatu proses mempertimbangkan kinerja tenaga pendidik

dan kependidikan pada masa lalu dan sekarang yang dikaitkan dengan latar belakang lingkungan kerjanya serta memperhatikan potensi yang dimiliki tenaga pendidik dan kependidikan tersebut bagi kepentingan akademik di masa yang akan datang. Penilaian bertujuan membantu tenaga pendidik dan kependidikan yang bersangkutan mencapai hasil bagi dirinya sendiri dan akademik.

7. Pengembangan KarirPengembangan karir adalah proses mencermati potensi, kemampuan, kinerja dan

komitmen tenaga pendidik dan kependidikan untuk diposisikan dalam struktur akademik secara tepat, sehingga tenaga pendidik dan kependidikan dan akademik memperoleh maslahat dan nilai tambah optimal.

8. Pelatihan dan Pengembangan Tenaga pendidik dan kependidikanPelatihan dan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan adalah upaya

memperbaiki kinerja tenaga pendidik dan kependidikan di masa kini maupun di masa depan dengan meningkatkan kemampuan tenaga pendidik dan kependidikan untuk bertugas, melalui pembelajaran, biasanya dengan meningkatkan pengetahuan, mutu sikap dan keterampilan. Pelatihan berbeda dengan pengembangan. Pelatihan adalah segala kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kinerja tenaga pendidik dan kependidikan dalam suatu tenaga pendidik dan kependidikanan di mana tenaga pendidik dan kependidikan tersebut sedang atau akan diangkat menjabat tenaga pendidik dan kependidikanan yang bersangkutan. Pengembangan adalah upaya membantu tenaga pendidik dan kependidikan secara individual menangani tanggung jawabnya di masa depan.

9. Penciptaan Mutu Lingkungan KerjaMenciptakan lingkungan kerja adalah upaya yang berkaitan dengan mewujudkan

pengawasan yang suportif, kondisi kerja yang baik, gaji dan penghargaan yang merangsang, serta menjadikan tenaga pendidik dan kependidikanan sebagai sesuatu yang menantang dan memberikan kepuasan.

10. Perundingan Ketenaga pendidik dan kependidikanan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 65

Page 66: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Perundingan tenaga pendidik dan kependidikan adalah kegiatan yang berkaitan dengan menempatkan hak dan kewajiban tenaga pendidik dan kependidikan dan akademik menjadi jelas, merumuskan kesepakatan-kesepakatan menangani perselisihan ketenaga pendidik dan kependidikanan, dan menyepakati konsekuensi yang akan diperoleh tenaga pendidik dan kependidikan sebagai akibat pelanggaran hubungan kerja.

11. Riset Tenaga pendidik dan kependidikanRiset atau penelitian sumber daya manusia adalah upaya untuk menemukan

tindakan-tindakan ketenaga pendidik dan kependidikanan secara empirik yang dimaksudkan untuk memperbaiki tindakan-tindakan ketenaga pendidik dan kependidikanan pada masa kini, dan pengembangannya di masa depan. Riset SDM dapat dilakukan dalam lingkungan internal akademik maupun di luar akademik. Riset SDM dapat dilakukan oleh unit yang ada dalam akademik itu atau dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus yang menaruh perhatian pada pengembangan dan pemberdayaan SDM atau MSDM pada umumnya.

12. Pensiun dan Pemberhentian Tenaga pendidik dan kependidikanPensiun merupakan hak tenaga pendidik dan kependidikan. Fungsi MSDM ini

berkaitan dengan merumuskan syarat-syarat dan kondisi-kondisi yang memberikan kejelasan/pedoman bagi pemenuhan hak pensiun. Pemberhentian tenaga pendidik dan kependidikan terjadi atas permohonan sendiri atau karena diberhentikan organisassi akibat sangsi tertentu yang berkaitan dengan keswepakatan hubungan kerja. Pemberhentian tenaga pendidik dan kependidikan dalam arti ini biasanya dilakukan dalam periode kontrak kerja (work service)

13. Profesionalisme SDM PendidikanTenaga kependidikan adalah profesional. Kata profesi berasal dari Bahasa

Inggeris “to profess” yang berarti ikrar atau pernyataan diri bahwa seseorang akan mengabdi sepenuh hati terhadap tenaga pendidik dan kependidikanan yang telah dipilihnya sebagai karir dan sumber kehidupan sepanjang hayat. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk membangun kinerja profesional adalah:

a. Praktek yang didasari oleh pemahaman dan penguasaan konsep dan teori yang divalidasi secara empirik secara terus-menerus. Awal penguasaan ini dibina dan dikembangkan melalui preservice education.

b. Pengakuan klien bahwa keahlian tersebut menjamin kebutuhannya melalui pelayanan yang benar dan bertanggung jawab.

c. Perlindungan hukum yang ditunjukkan oleh sertifikasi keahlian yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan.

d. Adanya sangsi sosial dari masyarakat yang merasa dirugikan atas pelayanan yang keliru (male-practice).

e. Pengaturan perilaku anggotanya melalui kode etika yang regulatif.f. Dimilikinya persatuan profesi yang didukung oleh anggota-anggotanya, yang

membuat akademik tersebut memiliki posisi tawar-menawar yang kuat dan berpengaruh.

Core competencies Tenaga Pendidik (dalam hal ini dosen) sebagai profesional meliputi:

a. Memahami prinsip-prinsip pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak didik (paedagogi dan andragogi)

b. Menguasai bahan ajar (peta/struktur kajian keilmuan)c. Mampu merancang disain instruksionald. Mampu mengimplementasikan disain Instruksionale. Memahami prinsip-prinsip reinforcement dalam proses pembelajaran.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 66

Page 67: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

f. Mampu menilai efektivitas implementasi pembelajaran.

Mutu proses dan penyelenggaraan pendidikan ditentukan oleh banyak faktor, seperti dirumuskan dalam formula berikut:

Keterangan:MP = Mutu PendidikanPPD = Potensi Peserta Didik PTK = Profesionalisme Tenaga KependidikanFP = Fasilitas Pendidikan/BelajarBL = Budaya Lembaga Pendidikan

Potensi peserta didik mencakup kondisi kecerdasan intelektual, emosional, sosial,

moral-spiritual, dan fisikal. Potensi tersebut dipengaruhi oleh pola asuh dan status sosial ekonomi keluarga. Profesionalisme tenaga kependidikan berkaitan dengan kompetensi untuk melakukan tugas dan layanan profesi. Kapasitas profesional terutama dibentuk dalam proses pendidikan pra-jabatan (pre-service education). Fasilitas pendidikan mencakup sarana, pra-saranan, dan peralatan lainnya yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, seperti laboratorium, perpustakaan, dukungan fasilitas praktek. Budaya lembaga pendidikan dicerminkan oleh respon psikologis penghuni kampus terhadap kebijakan lembaga, pola hubungan sosial, serta kondisi penataan kampus yang melahirkan keamanan, kebersihan, keindahan, dan kenyamanan.

Ciri profesional utama tenaga kependidikan adalah kapasitas otonomi profesional, yaitu kapasitas menentukan tindakan terbaik untuk melayani peserta didik. Ciri utama lainnya adalah kemampuan adaptabilitas melalui belajar terus menerus, sehingga tenaga kependidikan itu memiliki kapasitas memperbaharui dirinya sendiri (self-renewal capacity)

Berdasarkan Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pada Bagian Kedua tentang Hak dan Kewajiban, Pasal 14 disebutkan bahwa:Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berhak:

a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;

b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;

d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;e. memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk

menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan

kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik seuai dengan kaidah pendidikan, kode etik dosen, dan peraturan perundang-undangan;

g. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;h. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam akademik profesi;i. memiliki kesmepatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;j. memperoleh kesmepatan untuk mengembangkan dan meningkatkan

kualifikasi akademik dan kompetensi, dan/atauk. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 ayat (1) huruf a, meliputi:a. gaji pokok;b. tunjangan yang melekat pada gaji;

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 67

MP = F (PPD. PTK. FP, BL)

Page 68: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

BUDAYA PEMBERDAYAAN AKADEMIK

LINGKUNGAN FISIK AKADEMIK

PEMBERDAYAAN AKADEMIK

a. Berbasis mutub. Kepemimpinanc. Disiplin dan tata tertibd. Penghargaan dan insentife. Harapan berprestasif. Akses informasig. Evaluasih. Komunikasi formal dan informal

a. Nilai b. Normac. Perilaku

a. Indahb. Amanc. Nyamand. Tentrame. Bersih

BUDAYA DAN IKLIM AKADEMIK

c. penghasilan lain berupa:- tunjangan fungsional- tunjangan khusus- maslahat tambahan

Komponen pengembangan budaya dan iklim akademik secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori dengan beberapa aspek sebagai berikut:

1. Budaya akademik meliputi aspek-aspek:a. Nilai b. Normac. Perilaku

2. Lingkungan fisik akademik meliputi: a. Keindahanb. Keamananc. Kenyamanand. Ketentramane. Kebersihan

3. Lingkungan sistem akademik meliputi:a. Berbasis mutub. Kepemimpinan kepala akademikc. Disiplin dan tata tertibd. Penghargaan dan insentife. Harapan untuk berprestasif. Akses informasig. Evaluasih. Komunikasi yang intensif dan terbuka

Akademik merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif terus-menerus untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran akademik.

Gambar : Model dalam Membangun Budaya dan iklim Akademik

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 68

Page 69: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Budaya dan iklim akademik yang efektif akan memberikan efek positif bagi semua unsur dan personil akademik seperti kepala akademik, dosen, staf, peserta didik dan masyarakat. Prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam pengembangan budaya dan iklim akademik adalah sebagai berikut.

1. Berfokus Pada Visi, Misi dan Tujuan AkademikPengembangan budaya dan iklim akademik harus senantiasa sejalan

dengan visi, misi dan tujuan akademik. Fungsi visi, misi, dan tujuan akademik adalah mengarahkan pengembangan budaya dan iklim akademik. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya dan iklim akademik. 2. Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal

Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam akademik, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan pentingnya budaya dan iklim akademik. Komunikasi informal sama pentingnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.3. Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko

Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya akademik menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.

4. Memiliki Strategi yang JelasPengembangan budaya dan iklim akademik perlu ditopang oleh strategi

dan program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.5. Berorientasi Kinerja

Pengembangan budaya dan iklim akademik perlu diarahkan pada sasaran yang sedapat mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu akademik. 6. Sistem Evaluasi yang Jelas

Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya dan iklim akademik perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.7. Memiliki Komitmen yang Kuat

Komitemen dari pimpinan dan warga akademik sangat menentukan implementasi program-program pengembangan budaya dan iklim akademik. Banyak bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik.8. Keputusan Berdasarkan Konsensus

Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengembilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan secara konsensus. Meskipun hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun pada umumnya konsensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.9. Sistem Imbalan yang Jelas

Pengembangan budaya dan iklim akademik hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi peserta didik yang

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 69

Page 70: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

menunjukkan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya dan iklim akademik. 10. Evaluasi Diri

Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di akademik. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala akademik dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya dan iklim akademik. Halaman berikut ini dikemukakan satu contoh untuk mengukur budaya dan iklim akademik.

E. Asas-Asas Pengembangan Budaya dan Iklim Akademik

Definisi budaya dan iklim akademik sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan sebuah pola asumsi dasar dalam mengembangkan budaya dan iklim akademik efektif, sehingga unsur dan prinsip-prinsipnya dianggap valid untuk dilaksanakan secara terus menerus serta diterapkan bukan hanya dianggap sebagai strategi tetapi lebih condong dipandang sebagai budaya. Oleh karena itu peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di akademik harus senantiasa dibarengi dengan pengembangan budaya dan iklim akademik yang kondusif dengan menerapkan nilai-nilai dasar sebagai asas kehidupan akademik.

Secara umum asas-asas pengembangan budaya dan iklim akademik dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kerjasama tim (team work)Pada dasarnya sebuah komunitas akademik merupakan sebuah

tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimilki oleh personil akademik. 2. Kemampuan

Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau akademik. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional dosen bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik. 3. Keinginan

Keinginan di sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap peserta didik dan masyarakat. Semua nilai di atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri pribadi baik sebagai kepala akademik, dosen, dan staf dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik dan masyarakat.4. Kegembiraan (happiness)

Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil akademik dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim akademik yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil akademik. Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman akademik ditata dengan baik dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.5. Hormat (respect)

Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa saja baik dalam lingkungan akademik maupun dengan stakeholders

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 70

Page 71: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

pendidikan lainnya. Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan wajar akan menjadikan akademik kurang dipercaya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik. Atau mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas prestasi yang diperoleh dan sebagaianya.6. Jujur (honesty)

Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan akademik, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya dan iklim akademik yang baik.7. Disiplin (discipline)

Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan akademik. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada. Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim lingkungan akademik yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di akademik tetapi untuk semua personil akademik tidak kecuali kepala akademik, dosen dan staf.8. Empati (empathy)

Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil akademik agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan sifat empati warga akademik dapat menumbuhkan budaya dan iklim akademik yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.9. Pengetahuan dan Kesopanan

Pengetahuan dan kesopanan para personil akademik yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para dosen, staf dan kepala akademik tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik, orang tua dan masyarakat.

Pengembangan budaya mutu antara lain dapat dilakukan melalui penciptaan harapan yang tinggi untuk berprestasi di kalangan warga akademik. Yang dimaksud dengan budaya mutu adalah terciptanya kebiasaan-kebiasaan di akademik yang positif terutama dalam aspek sikap dan perilaku yang berorientasi pada kinerja akademik yang tinggi.

Akademik yang memiliki budaya mutu, menyusun standar kinerja yang tinggi bagi dosen, staf dan peserta didik. Dosen yang berorientasi budaya mutu memiliki motivasi kerja, komitmen, dan kinerja yang tinggi dan sebaliknya

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 71

Page 72: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

menolak cara-cara yang menodai komitmen terhadap mutu. Peserta didik yang memiliki budaya mutu memiliki motivasi belajar, komitmen dan kerajinan yang tinggi dan sebaliknya menolak cara-cara yang tidak fair seperti menyontek, dan sebagainya.

DINAMIKA LINGKUNGAN STRATEGIS

Beberapa kecenderungan yang menjadi “drive” (pendorong) dinamika lingkungan global yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perkembangan, posisi dan peran lembaga pendidikan tinggi, antara lain :

1. Pergeseran Paradigma Ilmu Pengetahuan

Pergeseran paradigma keilmuan dari reduksionisme-deterministik ke arah holismesinergetik cenderung menyemangati fusi keilmuan. Sementara terdapat perkembangan berbagai disiplin ilmu untuk melihat hal-hal yang lebih khusus, tetapi banyak realitas masalah yang ditemui memiliki keterkaitan dengan berbagai unsur yang satu dengan yang lainnya, sehingga diperlukan kajian yang multi, inter atau trans disiplin. Dewasa ini, di pandang bahwa berbagai kajian keilmuan seperti ini tidak dapat dihindarkan lagi dalam meng hadapi kompleksitas kehidupan sehubungan dengan keberadaan dan kedudukan satu unsur merupakan komponen penting bagi unsur lain dalam jaringan keserbautuhan. Dengan kata lain, disadari sepenuhnya bahwa bahwa pengembangan ilmu secara terpisah-pisah dalam bilik-bilik disiplin yang ketat tidak akan mampu lagi memberikan jawaban tuntas tentang realitas semesta.

Pergeseran paradigma ilmu pengetahuan memicu berkembangnya kesadaran kosmologis yang antara lain meyakini bahwa planet bumi merupakan suatu organisme tunggal, dimana manusia, seperti komponen alam lainnya, merupakan elemen-elemen pembentuknya yang saling berinterkoneksi satu dengan lainnya (hipotesis Gaia). Kesadaran ini menimbulkan banyak pergeseran dalam tataran konseptual, di mana paham-pahan berbasis individualisme (yang diturunkan dari konsep atomisme Newtonian) bergeser digantikan oleh paham yang bernuansa kolektivisme dan kebersamaan. Sebagai contoh adalah pergeseran konsep persaingan menjadi konsep kemitraaan. Di samping itu, pergeseran paradigma ini dapat dianggap sebagai awal bertemu kembalinya filsafat dengan ilmu pengetahuan, serta perkembangan “spiritualisme” sebagai pelengkap dan atau komplementaris dari “scientism”. Pergeseran paradigma ini menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap “format” pengembangan ilmu di lembaga-lembaga perguruan tinggi, termasuk di Prodi P IPS. Pada umumnya, pengembangan dan pengajaran ilmu di lingkungan perguruan tinggi diselenggarakan dalam kelompok-kelompok disiplin ilmu yang memiliki dinding pemisah yang kokoh yang membatasi dengan disiplin ilmu lainnya. Format ini menghasilkan keluaran yang memiliki kemampuan yang relatif tinggi dalam bidang atau disiplin ilmu tertentu tanpa atau sangat sedikit memiliki pengetahuan di bidang ilmu yang lain. Perubahan format pendidikan dan pengembangan ilmu ke format “holistik”, dalam arti mampu menghasilkan keluaran yang memiliki wawasan ke ilmuan yang luas, tetapi tetap memiliki kompetensi yang memadai pada satu cabang keilmuan atau ketrampilan tertentu merupakan peluang sekaligus tantangan bagi lembaga-lembaga perguruan tinggi. Khusus bagi Prodi P IPS, kondisi ini seyogyanya dilihat sebagai peluang untuk mensejajarkan diri dengan universitas lain di Indonesia atau bahkan di mancanegara, karena pergeseran ini membuka peluang pengembangan diri yang relatif sama bagi setiap perguruan tinggi.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 72

Page 73: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

2. Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi telah menyebabkan posisi negara berkembang menjadi semakin termarginalisasi. Pada beberapa dasawarsa yang lalu, perdagangan komoditas dunia masih didominasi oleh produk primer. Oleh karena itu, negara - negara berkem bang yang umumnya merupakan penghasil komoditas primer masih memiliki sumber pendapatan yang memadai. Kondisi ini telah bergeser dengan cepat yang ditandai dengan semakin meningkatnya pangsa komoditas yang memiliki muatan teknologi tinggi dan menengah dalam perdagangan dunia. Dengan kata lain, perkembangan iptek telah menggeser “resource based economy” ke “knowledge based economy”. Fakta ini merupakan tantangan bagi lembaga pendidikan tinggi agar lebih berperan dalam meningkatkan kualitas sektor ekonomi masyarakatnya, sehingga tidak terjebak dalam proses marginalisasi itu.

Perubahan teknologi terjadi dengan laju yang semakin tinggi. Sebagai contoh dapat dilihat dari perkembangan mikro-prosesor sebagai elemen utama sebuah komputer. Komputer pribadi yang pada awal tahun 1980-an hanya memiliki kecepatan sekitar 4 MHz, meningkat dengan laju yang sangat fantastis. Pada tahun ini, personal komputer yang dilengkapi dengan mikro prosesor dengan kecepatan 3 GHz (ini merupakan peningkatan sebesar hampir 750 kali lipat dalam kurun waktu kurang dari seperempat abad) telah menjadi pajangan setiap toko elektronik. Laju perubahan yang semakin tinggi ini menyebabkan teknologi dan juga ilmu pengetahuan menjadi cepat usang. Hal ini menimbulkan implikasi yang tidak kecil dalam pola kehidupan manusia secara umum, khususnya dalam format pendidikan yang dianut. Format konvensional yang berbasis pada pendekatan pengajaran (teaching approach) sulit dipertahankan. Karena format ini tidak mungkin lagi menghasilkan luaran yang mampu menyesuaikan diri dengan laju perubahan yang semakin cepat. Oleh karena itu, seyogyanya diganti dengan format baru yang berbasis pada learning approach, dimana peserta didik dibekali dengan teknik atau metoda learning, unlearning dan relearning, bukan hanya pada pembelajaran substansi pengetahuannya saja. Ada tantangan bagi lembaga pendidikan pada semua strata untuk melengkapi atau mempersandingkan metoda "maintenace learning" yang menjadi landasan utama sistem pembelajaran pada saat ini dengan metoda "evolutionary learning" yang memberikan kemampuan beradaptasi dan berubah (transformasi diri) kepada peserta didik.

Dampak lain dari laju perkembangan teknologi ini adalah terciptanya masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) yang salah satu cirinya adalah proses pembelajaran yang berlangsung secara berkelanjutan (constant learning) bagi setiap anggota masyarakat. Pembelajaran 3 Dimensi : lifelong, lifedeep dan lifewidth learning, akan menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan dari setiap anggota masyarakat untuk mempertahankan dan atau memperbaiki posisinya di lingkungan pekerjaannya, atau bahkan menciptakan lapangan atau jenis pekerjaan baru. Kebutuhan ini merupakan pasar yang cukup besar di masa datang bagi lembaga-lembaga perguruan tinggi, walaupun akan menghadapi pesaing yang cukup berat dari berbagai perusahaan besar yang memperlihatkan kecenderungan untuk melaksanakan sendiri pelatihan bagi karyawannya.

Perkembangan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi (Information and Communication Technology - ICT) telah mengubah cara kita menyimpan, mengakses, mendistribusikan, menganalis serta mempresentasikan ilmu pengetahuan. ICT menghadirkan tantangan baru terhadap berbagai asumsi yang berkaitan dengan ide tradisional mengenai perguruan tinggi dan sekaligus akan mentransformasikan format pendidikan tinggi. Pendidikan jarak jauh (distance learning atau online learning) diproyeksikan akan menjadi alternatif yang sepadan dengan format pendidikan tradisional yang berbasis kampus (campus based universities). Hal ini terutama disebabkan oleh karena online learning menawarkan substansi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan personal (just for you

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 73

Page 74: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

learning), menawarkan lingkungan pembelajaran yang didukung oleh simulasi dan multimedia yang semakin mampu mewakili kondisi yang sebenarnya, keleluasaan akses terhadap basis data pengetahuan, interaksi yang baik dengan instruktur yang mumpuni, serta tidak terikat pada waktu dan ruang. Karakteristik seperti ini membuat pembelajaran online menjadi alternatif menarik bagi banyak orang. Hal ini menciptakan tantangan terhadap perguruan tinggi tradisional yang berbasis kam pus, khususnya dilihat dari sisi biaya dan juga kualitas pendidikannya. Beroperasi dengan berbasis internet akan memungkinkan sistem ini menjangkau khalayak yang relatif luas sehingga memiliki skala ekonomi yang sulit dicapai oleh perguruan tinggi tradisional berbasis kam pus. Kampus tradisional hanya akan mampu bertahan terhadap ancaman ini jika ikut memanfaatkan ICT untuk meningkatkan pengalaman belajar di kampus. Tanpa menjadi lebih inovatif dalam pemanfaatan teknologi ini, perguruan tinggi berbasis kampus tidak akan mampu memanfaatkan keunggulan dari lingkungan pendidikannya dan kemungkinan besar akan kehilangan daya tariknya.

Perkembangan teknologi juga telah membawa spirit zaman baru. Kombinasi antara teknologi informasi, robotik dan kemajuan dari ilmu-ilmu hayati (life sciences) telah membuka kemungkinan bagi berbagai penemuan baru. Kecenderungan ini merupakan tantangan bagi setiap perguruan tinggi untuk diantisipasi sedini mungkin. Kegagalan dalam proses antisipasi dimaksud akan membuat perguruan tinggi bersangkutan akan terpuruk ke dalam jurang keterasingan dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang justru merupakan lingkungan bisnis utama (core bussiness) mereka

Keberadaan berbagai perusahaan, khususnya yang berskala menengah dan besar, merupakan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan tinggi, khususnya dalam kegiatan penelitian. Data menunjukkan bahwa sebahagian besar kelompok perusahaan ini melakukan sendiri penelitian yang dibutuhkannya, sehingga pangsa penelitian perguruan tinggi hanya yang berkaitan dengan penelitian dasar saja. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjalin kemitraan dengan dunia usaha dalam melakukan penelitian, sebagaimana yang ditempuh oleh perguruan tinggi di mancanegara. Bagi lembaga perguruan tinggi di Indonesia, khususnya bagi Prodi P IPS, alternatif ini juga menghadapi kendala akibat terbatasnya jumlah perusahaan yang termasuk ke dalam kategori yang dimaksudkan di atas.

3. Globalisasi

Globalisasi adalah fakta, bukan pilihan. Globalisasi merupakan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi, khususnya teknologi komunikasi, informasi dan transportasi, yang menyentuh hampir semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, mulai dari kegiatan bisnis, politik, kultur dan kesadaran lingkungan, termasuk restrukturisasi ekonomi nasional untuk mengakomodasikan kompetisi internasional, serta transisi secara gradual dari dominasi militer ke dominasi ekonomi dalam pergaulan global. Walaupun kesadaran interkoneksitas / kosmologis sebagaimana disinggung sebelumnya sudah mulai menggejala, tetapi tumbuh dan berkembangnya persaingan global yang justru memiliki potensi untuk meningkatkan hegemoni negara-negara adidaya dan ketidakadilan terhadap bangsa-bangsa yang sedang membangun, masih merupakan kecenderungan yang umum. Dominasi dari ekonomi post industri yang berbasis pada informasi, pengetahuan, pendidikan dan pelayanan, menyebabkan posisi tawar negara berkem bang dalam banyak aspek menjadi sangat lemah, khususnya dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk pendidikan/pengembangan sumberdaya manusia. Hal ini menimbulkan tantangan dan kesenjangan di berbagai bidang yang semakin berkembang dari waktu ke waktu yang menyebabkan terjadinya berbagai ekses negatif seperti disparitas pendapatan, baik pada level internasional maupun nasional, kerusakan lingkungan,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 74

Page 75: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

ancaman terorisme nuklir yang mampu memusnahkan peradaban manusia, dan sebagainya.

Menghadapi pelaksanaan AFTA, terdapat peluang sekaligus tantangan bagi perguruan tinggi di Indonesia untuk menyiapkan luaran yang mampu bersaing (dan sekaligus bermitra) dengan tenaga kerja ASEAN, baik di lingkungan negara-negara ASEAN maupun di dalam negeri sendiri. Tantangan sekaligus peluang ini mengharuskan perguruan tinggi Indonesia, termasuk Prodi P IPS tentunya, untuk melakukan pembenahan mendasar pada tubuhnya agar mampu menghasilkan keluaran dengan kualitas yang memenuhi persyaratan internasional atau minimal persyaratan regional/kawasan. Pendidikan berskala internasional bukan lagi merupakan kemewahan, tetapi semestinya diposisikan sebagai elemen utama dalam setiap program studi pada perguruan tinggi yang ingin mempertahankan keberadaanya.

Perkembangan pembelajaran online yang disinggung sebelumnya, yang di selenggarakan oleh perguruan tinggi ternama di luar negeri, dapat berkembang menjadi ancaman bagi perguruan tinggi nasional, khususnya perguruan tinggi yang pada saat ini masih menghadapi kendala dalam pengembangan diri, utamnya di bidang pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran. Benteng terakhir perguruan tinggi nasional menghadapi serbuan online learning dari mancanegara adalah "pengakuan" terhadap diploma yang masih diterbitkan oleh pemerintah. Tetapi benteng ini tidak akan lama bertahan, karena dunia kerja di masa depan akan memberikan apresiasi yang lebih besar kepada keakhlian dan kemampuan ketimbang diploma yang disyahkan oleh negara.

Dampak globalisasi juga mempengaruhi substansi program pendidikan yang pada semua tataran mesti memberikan porsi yang sepadan terhadap perspektif ini. Kajian tentang seni, sejarah, literatur, bahasa, politik, agama dan budaya dari berbagai bangsa perlu dikaitkan dengan pengertian dan kemampuan yang memadai tentang dinamika internasional merupakan topik penting untuk menjamin kesuksesan bagi setiap profesi.

Globalisasi membawa perubahan, sedangkan perubahan senantiasa bersifat kontraversial, bahkan di lingkungan perguruan tinggipun. Ini merupakan tugas berat bagi manajemen perguruan tinggi karena globalisasi membawa isu - isu baru yang harus dipertimbangkan dengan baik. Protes akan senantiasa ada, khususnya dari kalangan yang berseberangan dengan globalisasi tanpa alasan yang jelas dan dari kalangan yang merasa tertinggal dari kesuksesan ekonomi baru yang dibawa oleh globalisasi. Di kalangan kampus, perlawanan terhadap globalisasi senantiasa memenangkan simpati, tidak hanya dari kalangan staf dan mahapeserta didik radikal, tetapi juga oleh kalangan yang terusik oleh isu amoralitas dari kapitalisme internasional, kecenderungan struktur kekuasaan global, jaringan media dan tekanan kultural terhadap nilai-nilai, tradisi dan perbedaan yang justru merupakan kekayaan daerah, agama, etnik dan budaya nasional.

Perubahan penting lainnya yang dibawa oleh globalisasi adalah pergeseran "idea" dasar perguruan tinggi. Perdebatan antara ide "pendidikan untuk semua" atau demokratisasi pendidikan dengan pertimbangan kualitas yang dalam banyak kasus akan terimplementasi dalam bentuk akses masuk ke perguruan tinggi yang semakin terbatas serta biaya pendidikan yang semakin tinggi, akan menjadi topik perdebatan dalam satu atau dua dekade mendatang. Bagaimanapun, komersialisasi dan korporasi pendidikan tinggi merupakan isu yang sangat sensitif, karena hal ini dikhawatirkan akan menggeser atau mempengaruhi kualitas dan integritas dari nilai-nilai dan idealisme tradisional pendidikan tinggi.

4. Pergeseran Aspirasi

Pada tataran global maupun nasional, telah dan sedang terjadi pergeseran aspirasi yang cukup mendasar berupa berkembangnya tuntutan demokratisasi dan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 75

Page 76: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

transparansi pada semua aspek kehidupan, hak asasi manusia, serta keadilan (sosial) dan jender.

Salah satu dampak utama dari pergeseran ini adalah terjadinya erosi kepercayaan terhadap semua bentuk kelembagaan, termasuk pemerintah, keluarga dan agama, serta pencarian kemandirian (self sufficiency) dan makna (meaning) dalam pekerjaan pada semua aktivitas akar rumput (grass - roots). Proses pencarian format kelembagaan yang sesuai dengan tuntutan aspirasi masyarakat dalam banyak kasus menimbulkan chaos dan berbagai ekses negatif. Di Indonesia, masalah ini menjelma dalam bentuk krisis multi dimensi dan bahkan memiliki potensi untuk bermuara pada disintegrasi bangsa. Pergeseran aspirasi dalam dunia sosial politik yang diwujudkan dalam bentuk reformasi di segala bidang di Indonesia pasca Krisis Moneter membawa bangsa ini ke gerbang chaotic. Hampir semua pranata sosial mengalami masalah sehingga tidak mampu berperan optimal dalam proses reorganisasi diri yang sedang kita alami sekarang. Kondisi ini jika tidak dicermati dengan baik, dapat saja membawa bangsa ini ke kancah chaotic yang sebenarnya yang dapat bermuara pada leburnya bangsa dan NKRI. Pada kondisi sekarang, perguruan tinggi mungkin merupakan satu-satunya kelembagaan yang dapat difungsikan sebagai perekat persatuan bangsa, karena kelembagaan lainnya, baik sosial maupun politik, termasuk lembaga pemerintah sendiri, sedang dalam proses mencari bentuk barunya. Peran ini cukup berat untuk dilakonkan mengingat lembaga perguruan tinggi sendiri menghadapi tantangan internal untuk segera melakukan penataan diri agar mampu menghadapi dinamika lingkungan strategisnya.

Seiring dengan mencuatnya wawasan "kompetisi untuk berbagi manfaat", menuntut gagasan berikut realisasi kemitraan dari pihak perguruan tinggi dalam pemaknaan kompetisi sebagai upaya keberbagian (sharing) demi keberlanjutan kehidupan dan penghidupan bersama. Dalam keberbagian itu, semua pihak dituntut untuk saling memberikan manfaat yang apresiatif satu sama lain. Agar lulusan perguruan tinggi yang akan dihasilkan secara efisien itu dapat memiliki nilai-nilai apresiatif bagi masyarakat mitra, maka perguruan tinggi dengan segala daya harus mampu membangun atmosfir akademik yang menumbuhkan budaya kualitas.

Hal ini sejalan pula dengan berkembangnya tuntutan global agar perguruan tinggi dengan jiwa dan roh keuniversalannya dapat berperan sebagai pilar utama dalam tumbuhnya budaya perdamaian dunia yang dijiwai oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi seluruh umat manusia, sesuai dengan kesadaran kosmologis yang berbasis pada semangat interkoneksitas sebagai mana disebutkan sebelumnya.

5. Minat dan Kebutuhan Belajar

Perkembangan masyarakat yang menjurus kepada "knowledge-based society" sebagai telah disinggung sebelumnya, telah dan akan terus memicu minat belajar yang semakin tinggi. Terlihat adanya kecenderungan masyarakat untuk mencari sekolah berkualitas bagi putra-putri mereka. Keinginan ini diwujudkan dengan mengirimkan putra-putri mereka ke berbagai perguruan tinggi ternama di luar negeri. Tindakan ini setidaknya telah menguras devisa dalam jumlah yang tidak kecil. Diperkirakan devisa sejumlah ± Rp.100 milyar mengalir ke luar negeri setiap tahunnya. Jumlah ini sangat signifikan jika di bandingkan dengan anggaran pendidikan tinggi yang dialokasikan oleh pemerintah. Kecenderungan ini menunjukkan adanya pangsa pasar yang cukup berarti bagi perguruan tinggi yang mampu meningkatkan kualitasnya secara berkesinambanungan. Hal ini dapat diwujudkan jika perguruan tinggi mampu memanfaatkan otonomi yang dimilikinya dalam menetapkan kebijakan tarif SPP mereka. Walaupun harus digaris bawahi bahwa peraturan perundangan yang berlaku saat ini, belum sepenuhnya sejalan dengan semangat otonomi itu, bahkan terasa masih sangat mengekang upaya pengembangan kekuatan finansial berbasis dana masyarakat yang merupakan salah satu kiat utama untuk menopang otonomi perguruan tinggi.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 76

Page 77: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

6. Pembangunan Regional dan Otonomi Daerah

Hal ini merupakan tantangan bagi perguruan tinggi di kawasan ini, termasuk Prodi P IPS, untuk lebih meningkatkan perannya, dalam bentuk hasil hasil penelitian dan tenaga-tenaga terampil yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan kawasan.

Desentralisasi pemerintahan (otonomi daerah) yang walaupun sampai saat ini masing sementara mencari bentuknya yang ideal, setidaknya memberikan peluang sekaligus tanggung jawab baru kepada perguruan tinggi untuk lebih aktif membantu memajukan daerah tempatnya berdomisili. Perguruan tinggi merupakan satu - satunya sumber yang dapat diandalkan dalam penyediaan sumberdaya manusia dan teknologi yang dibutuhkan bagi pembangunan daerah. Masalah yang dihadapi adalah kesiapan perguruan tinggi itu sendiri, karena pada satu sisi harus mengkonsentrasikan diri untuk mengembangkan dirinya agar tidak larut dalam proses marginalisasi yang telah disinggung sebelumnya, sedangkan pada sisi lain, diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan daerahnya. Walaupun harus digaris bawahi bahwa pelibatan perguruan tinggi lokal dalam pembangunan daerahnya masing-masing akan membuka peluang bagi perguruan tinggi bersangkutan untuk mendapatkan sumber pembiayaan baru yang dibutuhkannya bagi peningkatan kualitasnya.

Pelaksanaan otonomi daerah membutuhkan peningkatan kualitas aparat pemerintah daerah. Ini dilakukan melalui pelatihan-pelatihan yang terstruktur dan terencana dengan baik. Kebutuhan akan adanya media pelatihan yang baik merupakan pangsa baru bagi perguruan tinggi. Keterbatasan jumlah staf memaksa pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pelatihan dimaksud dalam bentuk "in-house training". Format pelatihan ini jelas hanya mampu diselenggarakan oleh perguruan tinggi setempat. Tetapi jika tuntutan kualitas menjadi pertimbangan utama, kemungkinan tidak semua perguruan tinggi "lokal" mampu memenuhinya. Untuk kondisi seperti ini, maka pelatihan online yang ditawarkan oleh perguruan tinggi "besar" dan bahkan oleh perguruan tinggi mancanegara akan menjadi alternatif yang menarik. Alternatif ini jelas merupakan ancaman bagi berkurangnya pangsa pasar perguruan tinggi "lokal".

PERATURAN PERUNDANGAN

Prodi P IPS sebagai suatu perguruan tinggi negeri dalam mengemban misinya senantiasa berpedoman kepada peraturan perundangan serta kebijakan pemerintah lainnya, khususnya kebijakan pengembangan pendidikan tinggi. Kebijakan dimaksud antara lain :

1. Paradigma Baru Pendidikan Tinggi

Paradigma Baru Pengelolaan Pendidikan Tinggi dikenalkan oleh DIKTI sebagai bagian dari tema utama KPPT-JP III [1996-2005]. Paradigma ini menghendaki agar seluruh kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan tinggi harus menjadikan kualitas berkelanjutan sebagai ‘icon’- nya. Untuk mewujudkan ‘icon’ ini, terdapat empat pilar utama yang harus di bangun dalam suatu institusi pendidikan tinggi, yaitu : sistem evaluasi (termasuk evaluasi diri), otonomi, akuntabilitas, dan akreditasi.

Keterkaitan antara keempat pilar itu menyuratkan pesan bahwa hasil dan kinerja perguruan tinggi harus selalu mengacu pada kualitas yang berkelanjutan. Sementara itu, Kualitas yang berkelanjutan hanya dapat diwujudkan jika dilandasi kreativitas, ingenuitas dan produktivitas pribadi civitas akademika, yang hanya dapat terjadi jika dirangsang dengan pola manajemen yang berasaskan otonomi.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 77

Page 78: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Agar efektif, otonomi perguruan tinggi harus senafas dengan akuntabilitas / pertanggungjawaban. Namun demikian, akuntabilitas internal belum dianggap memadai kecuali hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang handal dan syahih mengenai penyelenggaraan, kinerja dan hasil perguruan tinggi, diaktualisasi melalui proses akreditasi baik oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) maupun lembaga eksternal lainnya yang relevan. Selanjutnya, tindakan manajerial utama yang melandasi pengambilan keputusan dan perencanaan di Perguruan Tinggi adalah proses evaluasi termasuk di dalamnya Evaluasi Diri.

Paling tidak terdapat tiga konsekuensi utama dari penerapan Paradigma Baru di atas, yaitu perubahan sistem akreditasi yang dilakukan BAN, pola penganggaraan pendidikan tinggi negeri, dan perubahan pola perencanaan kerja pada institusi pendidikan tinggi. Jika sebelumnya di dalam proses akreditasi, BAN hanya mendasarkan penilaiannya pada Borang Akreditasi selain hasil verifikasi dengan kunjungan lapangan, kini program studi yang akan diakreditasi diwajibkan untuk menyampaikan laporan hasil evaluasi diri dan portfolio lembaga sebagai prasyarat untuk dapat dinyatakan layak untuk dievaluasi dalam rangka proses akreditasi.Dalam hal penganggaran, pola lama yang nuansanya lebih banyak ke pola alokasi berangsur - angsur digeser oleh pola kompetisi. Contoh pola penganggaran kompetisi semacam ini adalah QUE, DUE, TPSDP, DUE-Like, Semi-QUE, SP4, Pro gram A1, Program A2, dan Program B. Pola penganggaran semacam ini semuanya menempatkan Laporan Hasil Evaluasi Diri sebagai landasan program-program yang akan diajukan untuk didanai. Sistem akuntabilatasnyapun berubah dari sekedar pertanggungjawaban legal formal keuangan menjadi pertanggungjawaban kinerja. Tujuan akhir dari program penganggaran semacam ini adalah pendanaan dengan sistem ‘block grant’ kepada institusi pendidikan tinggi. Walaupun demikian, sampai saat ini sistem ‘block grant’ ini belum sepenuhnya dapat diwujudkan oleh DIKTI karena masih dibutuhkan perangkat peraturan perundang-undangan tambahan.

Kaitannya dengan perencanaan pengelolaan instistusi pendidikan tinggi, pergeseran yang terjadi mulai dirasakan tiga tahun terakhir ini terutama untuk institusi- institusi negeri dimana sistem pelaporan mulai dituntut dengan sistem LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemerintah). Laporan semacam ini hanya dapat diwujudkan jika kegiatan atau program-program yang dibangun pada institusi itu merupakan program yang direncanakan dengan baik yang didasarkan pada Hasil Evaluasi Diri.

Inti dari perubahan-perubahan di atas adalah, institusi pendidikan tinggi tidak mungkin lagi melepaskan diri dari proses-proses evaluasi diri yang berkelanjutan demi proses akreditasi, kepentingan penganggaran, dan sistem perencanaan berbasis kinerja. Diharapkan dengan pola ini perubahan penyelenggaraan suatu institusi pendidikan tinggi akan semakin menuju ke arah terwujudnya kualitas yang lebih baik dan memiliki akuntabilitas yang tinggi.

2. HELTS 2003 – 2010

Masih sejalan dengan prinsip-prinsip Paradigma Baru, HELTS (2003-2010) menformulasikan visi pendidikan tinggi di Indonesia pada tahun 2010 sebagai suatu sistem pendidikan tinggi yang : (i) berkualitas tinggi; (ii) menjamin akses bagi semua calon peserta didik yang memenuhi persyaratan mutu akademik; dan (iii) memiliki otonomi yang dapat menjamin terselenggaranya kegiatan akademik yang efisien dan berkualitas.

Visi ini didasarkan pada fenomena bahwa paradigma pengembangan pendidikan tinggi di masa depan perlu direorientasikan agar mampu menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan internal maupun eksternal. Di antara tuntutan internal adalah pemerataan dan kesamaan akses menikmati pendidikan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 78

Page 79: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

tinggi, otonomi dan akuntabilitas penyelenggaran, serta peningkatan mutu dan relevansi hasil pendidikan. Sedangkan tuntutan eksternal berasal dari adanya perubahan lingkungan global yang menghendaki pergeseran peran institusi pendidikan tinggi dari lembaga pembelajaran tradisional ke pencipta pengetahuan (knowledge creator) yang dikembangkan berdasar perencaan strategis dengan mengedepankan pendekatan kompetitif (competitive approach).

Untuk itu, dalam HELTS 2003-2010, pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia akan diarahkan pada 3 (tiga) isu utama, yakni peningkatan daya saing bangsa (nation’s competitiveness), otonomi (authonomy) pengelolaan pendidikan, dan peningkatan kesehatan organisasi (organizational health) penyelenggara pendidikan tinggi. Ketiga issue ini secara singkat diuraikan sebagai berikut:

Daya Saing Bangsa

Dewasa ini dunia sedang menghadapi tantangan berat yang merupakan konvergensi dari berbagai dampak globalisasi. Tantangan yang belum pernah dialami oleh umat manusia sebelumnya ini adalah semakin pentingnya pengetahuan (knowledge) sebagai pendorong utama pertumbuhan suatu bangsa. Daya saing suatu bangsa didefinisikan oleh Porter sebagai a country’s share of world markets for its products (Porter,2002). Daya saing tersebut semakin tidak bergantung lagi pada kekayaan sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah, akan tetapi semakin bergantung pada pengetahuan yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu bangsa.

Ketidakbergantungan pada sumberdaya alam diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dalam memanfaatkan dan memproses sumberdaya alam tersebut sebelum dilemparkan ke pasar global. Demikian pula halnya sumberdaya manusia yang banyak hanya akan dapat mendukung pertumbuhan bila disertai dengan penguasaan pengetahuan yang memadai. Artinya, daya saing bangsa akan banyak ditentukan oleh kemampuan memperoleh pangsa di pasar global yang saat ini lebih banyak bertumpu dan ditentukan oleh inovasi dan kreatifitas pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge based economy).

Daya saing semacam ini harus dilandasi dengan karakter kebangsaan yang kuat agar sejalan dengan jatidiri bangsa ini. Untuk itu, institusi pendidikan tinggi harus dapat memegang peran untuk secara efektif mendidik dan membangun kapasitas intelektual para mahapeserta didik sesuai dengan kebutuhannya untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan yang dapat berkontribusi pada peningkatan daya saing bangsa.

Dari uraian di atas, paling tidak terdapat tiga hal yang harus diperhatikan oleh pendidikan tinggi untuk berkontribusi terhadap peningkatan daya saing bangsa. Pertama, pendidikan tinggi harus mampu menghasilkan luaran (termasuk hasil - hasil penelitian dan lulusan) yang inovatif dan kreatif dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, pendidikan tinggi harus mendidik mahapeserta didiknya agar mampu memilih dan mengadopsi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk selanjutnya dikonversi ke dalam bentuk produk yang memiliki daya saing ekonomi. Ketiga, pendidikan tinggi juga harus mampu membentuk lulusan yang memiliki karakter kebangsaan yang kuat sebagai wujud dari warga negara yang bertanggung jawab Demikian pentingnya peran penguasaan pengetahuan dalam menentukan daya saing suatu bangsa, sehingga peningkatan daya saing bangsa dijadikan sebagai kebijakan dasar utama dalam strategi jangka panjang pengembangan pendidikan tinggi ke depan. Seluruh upaya nasional pada subsektor pendidikan tinggi harus dapat diarahkan untuk memberikan kontribusinya kepada peningkatan daya saing bangsa ini.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 79

Page 80: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Otonomi

Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang sangat beragam dan pluralistik dalam tingkat perkembangan ekonomi, kekayaan sumberdaya alam, sosial, penduduk, ketersediaan infrastruktur, dan sebagainya. Pendekatan yang terlalu sentralistik tidak akan mampu mengakomodasi keragaman tersebut. Oleh karena itu desentralisasi otoritas dan pemberian otonomi yang lebih luas kepada setiap institusi merupakan pilihan yang paling tepat bagi negara kita. Hanya dengan pemberian otonomi yang lebih luaslah setiap institusi akan mampu mengembangkan diri sesuai dengan konteksnya, dan berkontribusi untuk meningkatkan daya saing bangsa kita.

Berdasarkan pemikiran tersebut desentralisasi otoritas dan pemberian otonomi yang lebih luas kepada institusi pendidikan tinggi menjadi kebijakan dasar kedua dalam strategi jangka panjang pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia. Rencana pembangunan akan secara sistematis dan terprogram dikembangkan berdasarkan prinsip memberikan otonomi yang lebih luas kepada setiap institusi pendidikan tinggi.Berbagai hal harus dapat diantisipasi dalam penerapan sistem otonomi / desentralisasi, utamanya bagi perguruan tinggi negeri, diantaranya adalah:

Perubahan peran DIKTI dari regulator menjadi fasilitator. DIKTI dalam hal ini akan lebih banyak bertindak untuk mendukung institusi pendidikan tinggi dalam hal kebijakan dan perangkat peraturan yang dibutuhkan. Namun demikian pada sisi lain DIKTI masih memiliki kewenangan untuk memberikan tindakan korektif pada institusi terkait jika diperlukan.

Restrukturisasi pendanaan pemerintah sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya yang akan diarahkan ke sistem ‘block grant’.

Restrukturisasi status kepegawaian di mana pada saatnya nanti status Pegawai Negeri Sipil akan ditinjau kembali.

Perubahan status hukum institusi pendidikan tinggi termasuk sistem - sistem perpajakan yang akan diberlakukan terhadapnya.

Didalam keotonomian ini, institusi pendidikan tinggi tetap akan dituntut untuk tidak mengurangi tanggung jawab sosialnya termasuk diantaranya menjamin akses dan equity bagi mereka yang memenuhi persyaratan mutu akademik.

Kesehatan Organisasi

Desentralisasi otoritas dengan memberikan otonomi yang lebih luas kepada institusi pendidikan tinggi hanya dapat dilaksanakan apabila setiap institusi memiliki organisasi serta manajemen internal yang sehat. Tanpa kesehatan organisasi yang memenuhi syarat, pemberian otonomi akan menimbulkan anarki dan kebingungan pada tingkat pelaksanaan. Oleh karena itu kesehatan organisasi dipilih sebagai kebijakan ketiga dalam strategi jangka panjang pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia.

Disadari benar bahwa sentralisasi berlebihan yang diterapkan selama beberapa dekade terakhir tidak memberikan peluang untuk berkembangnya inisiatif dan kreativitas pada tingkat institusi pelaksana. Tidak mengherankan bila tingkat kesehatan organisasi di perguruan tinggi di Indonesia pada umumnya belum memadai. Karena kemampuan untuk berkontribusi kepada peningkatan daya saing bangsa hanya dapat dilakukan oleh suatu organisasi yang sehat, maka program-program pembangunan harus dirancang untuk memberikan dorongan bagi tumbuhnya kapasitas organisasi dalam kerangka otonomi dan desentralisasi.

Kesehatan organisasi diartikan sebagai suatu keadaaan di mana suatu organisasi berfungsi secara optimal mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkannya. Dalam konteks institusi pendidikan tinggi, organisasi yang sehat diharapkan memiliki karakteristik, antara lain:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 80

Page 81: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

Menjunjung tinggi kebebasan akademik; Menghargai inovasi dan kreatifitas; Menstimulasi individu untuk berbagi ilmu pengetahuan; Mendorong dedikasi untuk bekerja demi kesuksesan organisasi; Memfasilitasi semua elemen yang berada dalam organisasi sehingga mampu

beradaptasi terhadap situasi yang sulit dan kompleks; Memberikan ruang yang cukup dan otonomi untuk mengantisipasi hal-hal yang

tidak terduga; Memiliki kesadaran internal tentang perlunya mekanisme penjaminan mutu

yang didasarkan pada evaluasi internal maupun eksternal. Karakteristik organisasi seperti ini merupakan prasyaratan bagi suatu institusi pendidikan tinggi untuk dapat menjalankan otonomi secara optimal. Tanpa organisasi semacam ini, pemberian otonomi hanya akan menimbulkan anarki dan kebingungan pada tingkat pelaksanaan seperti diuraikan sebelumnya.

ISU STRATEGIS

Uraian pada dua sub bab di atas mengantar kita kepada beberapa isu strategis yang secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama telah menciptakan batasan atau wawasan baru bagi perkembangan dan penyempurnaan sektor pendidikan tinggi dalam pengamalan Tri Darmanya.

Isu strategis dimaksud dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Peningkatan Kualitas Peran Perguruan Tinggi

Peran yang dimaksudkan berupa partisipasi perguruan tinggi dalam pembangunan bangsa dan negara, serta masyarakat dunia, yang meliputi beberapa aspek, yaitu :

peningkatan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi; mendukung penyelenggaraan otonomi daerah; perekat persatuan bangsa; memperkenalkan dan menyebarluaskan wawasan holistik dan ide tentang

"kompetisi untuk berbagi manfaat" yang merupakan landasan bagi perdamaian dunia.

2. Transformasi metoda dan substansi pembelajaran

Setiap perguruan tinggi diperhadapkan pada tantangan untuk melakukan transformasi, baik dalam metoda maupun substansi pembelajaran demi untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan misinya atau minimal mempertahankan keberlangsungan keberadaannya dalam tatanan global yang sedang dan terus berubah.

Transformasi dimaksud meliputi :

substansi pembelajaran, yaitu memperkenalkan wawasan holisme dan inter koneksitas sebagai pelengkap dari pendekatan reduksionisme deterministik yang menjadi acuan pembelajaran pada saat ini. Di samping itu, di perlukan adanya pembelajaran yang berkaitan dengan budaya, termasuk budaya bangsa lain yang akan menjadi "soft skill" untuk menunjang keberhasilan setiap profesi;

metoda pembelajaran, dengan memperkenalkan pemanfaatan ICT secara inovatif di dalam kampus (campus-based university), serta mengembang kan sistem pembelajaran online. Metoda pembelajaran berbasis instruksi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 81

Page 82: Web viewKebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah

(instructional-based teaching) perlu pula digantikan dengan metoda pembelajaran yang berorientasi kepada kebutuhan pelajar (student-centered learning). Pada dasarnya, transformasi yang diperlukan adalah melengkapi metoda "maintenance learning" yang cenderung mempertahankan status quo dengan metoda "evolutionary learning" yang memberikan kemampuan bukan hanya untuk menghadapi tetapi bahkan merancang perubahan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 82