repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/egi delliana bab ii.pdf · 2017-07-10 · author: u...

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Prospek Prospect Theory (teori prospek) pertama kali dikembangkan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky pada awal tahun 1980-an dimana pada dasarnya teori ini mencakup dua disiplin ilmu, yaitu psikologi dan ekonomi (psikoekonomi) yang merupakan suatu analisis perilaku seseorang dalam mengambil keputusan ekonomi di antara dua pilihan. Teori Prospek berfokus pada bagaimana keputusan nyata diambil (decriptive approach). Teori prospek sebenarnya sangat sederhana. Dimulai dengan penelitian Kahneman dan Tversky terhadap perilaku manusia yang dianggap aneh dan kontradiktif dalam mengambil suatu keputusan. Subyek penelitian yang sama diberikan pilihan yang sama namun diformulasikan secara berbeda, dan mereka menunjukkan dua perilaku yang berbeda. Oleh Kahneman dan Tversky, hal ini disebut sebagai risk-aversion dan risk-seeking behavior. Teori prospek ini dapat dipakai untuk melihat banyak sekali fenomena perilaku manusia di berbagai bidang kehidupan, khususnya pada proses pengambilan keputusan yang kadangkala ‘tidak masuk akal’. Teori ini dipakai untuk mengukur (melakukan measurement perspective) terhadap perilaku orang atau organisasi dalam mengambil keputusan Mahastanti dan 8 Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Upload: others

Post on 07-May-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Prospek

Prospect Theory (teori prospek) pertama kali dikembangkan oleh

Daniel Kahneman dan Amos Tversky pada awal tahun 1980-an dimana pada

dasarnya teori ini mencakup dua disiplin ilmu, yaitu psikologi dan ekonomi

(psikoekonomi) yang merupakan suatu analisis perilaku seseorang dalam

mengambil keputusan ekonomi di antara dua pilihan. Teori Prospek berfokus

pada bagaimana keputusan nyata diambil (decriptive approach). Teori

prospek sebenarnya sangat sederhana. Dimulai dengan penelitian Kahneman

dan Tversky terhadap perilaku manusia yang dianggap aneh dan kontradiktif

dalam mengambil suatu keputusan. Subyek penelitian yang sama diberikan

pilihan yang sama namun diformulasikan secara berbeda, dan mereka

menunjukkan dua perilaku yang berbeda. Oleh Kahneman dan Tversky, hal

ini disebut sebagai risk-aversion dan risk-seeking behavior.

Teori prospek ini dapat dipakai untuk melihat banyak sekali fenomena

perilaku manusia di berbagai bidang kehidupan, khususnya pada proses

pengambilan keputusan yang kadangkala ‘tidak masuk akal’. Teori ini

dipakai untuk mengukur (melakukan measurement perspective) terhadap

perilaku orang atau organisasi dalam mengambil keputusan Mahastanti dan

8

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 2: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

9

Wiharjo (2012). Teori prospek tersebut sejalan dengan Mindset financial

yang berfokus untuk membuat keputusan keuangan yang tepat sasaran.

Prinsip-prinsip yang diajukan oleh teori prospek meliputi:

a. Fungsi Nilai (value function)

Teori prospek mendefinisikan nilai di dalam kerangka kerja bipolar

diantara perolehan (gains) kehilangan (losses).keduanya bergerak dari titik

tengah yang merupakan referensi netral. Fungsi nilai bagi suatu perolehan

(mendapatkan sesuatu) akan berbeda dengan kehilangan sesuatu. Value

bagi suatu kehilangan dibobot lebih tinggi, sedangkan value bagi suatu

perolehan dibobot lebih rendah.

b. Pembingkaian (framing)

Teori prospek memprediksi bahwa prefensi (kecenderungan

memilih) akan tergantung pada bagaimana suatu persoalan dibingkai atau

di formulasikan.

c. Perhitungan Psikologis (psychological accounting)

Psychological accounting atau perhitungan mental atau psikologis

adalah orang yang membuat keputusan tidak hanya membingkai pilihan-

pilihan yang ditawarkan, tetapi juga membingkai hasil serta akibat dari

pilihan-pilihan itu.

d. Probabilitas (probability)

Teori prospek berpandangan kecenderungan orang dalam membuat

keputusan merupakan fungsi dari bobot keputusan (decision weight).

Bobot keputusan ini tidak selalu dihubungkan dengan besar kecilnya

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 3: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

10

peluang atau frekuensi kejadian. Fenomena ini berlaku pada kejadian yang

menimbulkan kerugian berskala besar. Seperti bencana alam, wabah

penyakit, kelaparan dan bom nuklir.

e. Efek kepastian (certainty effect)

Teori prospek memprediksi bahwa pilihan yang dipastikan tanpa

risiko sama sekali akan lebih disukai dari pada pilihan yang masih

mengandung risiko meski kemungkinannya sangat kecil. Sebab, orang-

orang cenderung menghilangkan sama sekali adanya risiko (eliminate) dari

pada hanya mengurangi (reduce).

2.1.2. Mindset Financial

Mindset financial merupakan sikap mental atau keyakinan yang

menjadi dasar menginterpretsai informasi keuangan untuk membuat

keputusan keuangan yang tepat sasaran (Sina, 2012). (Maller, 2011) dalam

(Sina, 2012) membuktikan dalam penelitiannya bahwa mindset investor

sangat signifikan mempengaruhi keputusan yang dibuat, selain itu (Bef,

2007) dalam (Sina, 2012) mengungkapkan mindset adalah keyakinan teguh

atau sikap mental yang menjadi dasar atas respon-respon dan interpretasi

seseorang, bahkan (Sina, 2012) menyebutkan bahwa mindset merupakan

faktor penentu kesuksesan di tengah era ketidakpastian. Mindset financial

merupakan hal yang sangat penting untuk dipakai dalam menghadapi era

yang penuh dengan informasi keuangan, mindset financial memiliki peran

untuk meminimalisir kesalahan dalam pengambilan keputusan keuangan

selain itu mindset financial juga sangat membantu dalam pengelolaan uang.

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 4: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

11

Pola pikir keuangan seseorang sangat mempengaruhi bagaimana

prilaku dan bertindak dalam kehidupannya sehari-hari terkait dengan

keuangan. Bagaimana dia memperoleh uangnya, bagaimana dia

meningkatkan penghasilannya, dan bagaimana dia mengelola serta

mengembangkan uang tersebut. Pola pikir ini terbentuk dari pengalaman-

pengalaman yang terjadi pembelajaran dan pengajaran-pengajaran yang

diterima pada masa lalu (Pieloor, 2015

2.1.3. Literasi Keuangan

Lusardi dan Mitchell (2007) dalam Sina (2012) mendefinisikan literasi

keuangan merupakan pengetahuan keuangan dan kemampuan untutk

mengaplikasikanya (knowledge and ability), selain itu (Sina, 2012)

mengungkapkan literasi ekonomi merupakan alat yang berguna untuk

merubah perilaku dari tidak cerdas menjadi cerdas, seperti bagaimana

memanfaatkan pendapatan untuk menabung, berinvestasi, proteksi dan

memenuhi kebutuhan hidup. Literasi keuangan merupakan suatu pengetahuan

mengenai keuangan yang di dapatkan dari hasil pembelajaran, kemudian di

pahami untuk bisa mengelola keuangan dengan tepat,. Pengetahuan keuangan

itu penting, tidak hanya bagi kepentingan individu saja. Pengetahuan

keuangan tidak hanya mampu membuat masyarakat menggunakan keuangan

dengan bijak, namun juga dapat memberi manfaat pada ekonomi. Literasi

keuangan sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dalam menjalankan

kehidupan ekonominya karena hampir semua keputusan keuangan yang

diambil perlu pengetahuan sebagai pertimbangannya, contohnya dalam

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 5: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

12

pengambilan keputusan investasi, membeli atau menjual saham maupun

obligasi, seperti menurut Hailwood (2007) dalam Yulianti dan Silvy (2013)

menyatakan financial literacy akan mempengaruhi bagaimana orang

menabung, meminjam, berinvestasi dan mengelola keuangan lebih jauh,

kecakapan financial disini juga lebih menekankan pada kemampuan untuk

memahami konsep dasar dari ilmu ekonomi dan keuangan, hingga bagaimana

menerapkannya secara tepat, pada era globalisasi ini masyarkat sebenarnya

bisa dengan mudah mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan

keuangan.

Mendari dan Kewal (2013) menyebutkan Literacy financial

merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang agar terhindar dari masalah

keuangan. Literasi keuangan dalam bentuk pemahaman terhadap semua

aspek keuangan pribadi bukan ditujukan untuk mempersulit atau mengekang

orang dalam menikmati hidup, tetapi justru dengan literasi keuangan,

individu atau keluarga dapat menikmati hidup dengan mendayagunakan

sumberdaya keuangannya dengan tepat dalam rangka mencapai tujuan

keuangan pribadinya. Dalam kehidupan orang yang mengendalikan uang

bukan sebaliknya kehidupan seseorang dikendalikan oleh uang, oleh karena

itu kurangnya literasi keuangan akan mengakibatkan adanya sifat konsumtif

pada seseorang, dan indikasi lain dari rendahnya literasi keuangan akan

banyaknya korban penipuan dalam kasus investasi. Mendari dan Kewal

(2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa konsumen yang

berpenghasilan rendah dan responden dengan pendidikan kurang cenderung

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 6: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

13

memiliki bawah rata-rata literasi keuangan sedangkan oang yang memiliki

pengetahuan keuangan yang baik akan cenderung memiliki literasi keuangan

yang tinggi dengan ciri memiliki pembukuan pengeluaran setiap bulan,

membayar tagihan tepat waktu dan memiliki dana darurat.

Di Indonesia literasi keuangan menjadi tantangan yang sangat berat,

tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih jauh dari harapan menunjukan

masyarakat Indonesia mempunyai masalah terhadap literasi keuangan,

penelitian yang dilakukan Cole, Sampson ,dan Zia (2009) dalam Mendari dan

Kewal (2013) menemukan rendahnya tingkat literasi financial pada

keluarga-keluarga di India dan Indonesia, dan penelitian yang

diselenggarakan VISA awal tahun 2012 dalam Mendari dan Kewal (2013)

Indonesia dengan skor 27,7 menempati peringkat ke-27 dari 28 negara yang

diteliti, tepat di atas Pakistan, oleh karena itu dunia pendidikan harus

berperan aktif untuk membentuk literasi financial baik itu dalam lingkungan

formal maupun informal dengan cara memberikan edukasi financial yang

mengarah pada kesejahteraan sesuai dengan pola dan gaya hidup yang

dijalani, meskipun pada prinspnya bahwa literasi keuangan hanya menjadikan

seseorang mampu mengambil keputusan berdsarkan informasi yang relevan.

Hal tersebut di sebabkan karena tidak semua keputusan diambil berdasarkan

rasio ekonomi, dan literasi keuangan hanya merupakan alat bukan sebagai

tujuan.

Dalam perspektif lain menurut Rohrke & Robinson (2000) dalam

Mendari dan Kewal (2013), literasi keuangan adalah cara yang baik untuk

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 7: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

14

mengajarkan konsumen tentang manfaat memiliki hubungan dengan

lembaga keuangan. Diantaranya adalah pendanaan dan kredit, kemampuan

untuk membangun keuangan yang positif. Memberikan pelatihan literasi

keuangan bukanlah satu ukuran cocok untuk semua usaha. Literasi Keuangan

dibagi menjadi empat kategori: awal intervensi, dasar literasi, rehabilitasi

kredit dan perencanaan jangka panjangatau aset bangunan. Pengenalan pada

tahap awal seringkali dapat menghilangkan kebutuhan untuk intervensi

korektif pada tahap-tahap selanjutnya. Mengingat luasnya dan berbagai bahan

yang tersedia, mungkin berguna untuk pertama menentukan tujuan institusi

dan untuk melakukan pelatihan literasi keuangan.

2.1.4. Efikasi Diri

Bandura (1997) dalam Zulkaida, dkk (2007) menyatakan self efikasi

sebagai keyakinan akan kemampuannya untuk mengorganisasi dan

melakukan tindakan-tindakan yang perlu dalam mencapai tingkat kinerja

tertentu. Efikasi diri keuangan menjadi salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi keputusan keuangan, efikasi diri merupakan suatu sikap yang

ada pada diri sendiri dan melekat, tentunya orang yang satu dengan orang lain

akan memiliki perbedaan. Bandura (dalam Smet, 1994) dalam Rahma (2011)

untuk mengatur perilaku akan dibentuk atau tidak, individu tidak hanya

mempertimbangkan informasi dan keyakinan tentang keuntungan dan

kerugian, tetapi juga mempertimbangkan sampai sejauh mana individu

mampu mengatur perilaku tersebut. Kemampuan ini disebut dengan efikasi

diri. Individu dapat saja mempercayai bahwa sebuah perilaku tertentu

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 8: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

15

membuahkan konsekuensi tertentu, akan tetapi apabila individu tersebut

mempunyai keraguan yang besar terhadap kemampuannya maka informasi

tentang konsekuensi itu akan berpengaruh pada perilakunya. Hal ini pula

menjadi alasan mengapa efikasi diri merupakan prediktor perilaku yang lebih

baik dari pada outcome expectancy Keyakinan individu bahwa individu dapat

menyelesaikan tugas dengan baik akan menentukan perilaku atau tindakan

yang benar-benar dilakukan individu tersebut, seberapa besar usaha yang

dilakukan dan seberapa besar ketahanan perilaku tersebut untuk mencapai

tujuan akhir.

Bandura (1997) dalam Zulkaida, dkk (2007) mengemukakan beberapa

dimensi dari efikasi diri diantaranya:

a. Magnitude (tingkat kesulitan)

Magnitude berkaitan dengan tingkat kesulitan suatu tugas yang

dibebankan pada individu. Jika seseorang dihadapkan pada suatu tugas-

tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan, maka pengharapan efficacy-

nya akan mudah jatuh pada tugas-tugas yang mudah, sedang dan sulit

sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan

perilaku yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkat.

b. Strength (tingkat kekuatan)

Strenght berkaitan dengan kekuatan penilaian tentang kecakapan

individu. Dimensi Strenght mengacu pada derajat kemantapan individu

terhadap keyakinan atau harapan yang dibuatnya. Tingkat efikasi diri yang

rendah lebih mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 9: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

16

memperlemahkannya. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan

tekun meningkatkan usahanya meskipun banyak pengalaman yang

memperlemahkannya.

c. Generality (generalisasi)

Generality adalah derajat kemantapan individu terhadap keyakinan

akan kemampuannya, yakni berkaitan dengan bidang tugas atau tingkah

laku, seberapa luas individu mempunyai keyakinan dalam melaksanakan

tugas-tugas. Pengalaman yang berangsur-angsur menimbulkan penguasaan

terhadap pengharapan terbatas pada bidang tingkah laku khusus,

sedangkan pengalaman lain membangkitkan keyakinan yang meliputi

berbagai bidang tugas. Ada individu yang merasa yakin pada bidang-

bidang tugas tertentu, ada individu yang merasa yakin pada banyak bidang

tugas.

Setiap individu yang mampu memandang dan mengevaluasi ketiga

dimensi efikasi diri tersebut secara positif maka akan mempengaruhi

pemaknaan hidupnya dan menjadikan kebermaknaan hidupnya menjadi

lebih baik, oleh karena itu sikap positif sangat diperlukan dalam keyakinan

diri individu, karena akan merangsang agar individu bisa melakukan suatu

kinerja yang lebih baik lagi dan akan membantu individu dengan

sendirinya melupakan pengalaman buruk yang lalu dalam menjalankan

kegiatan barunya.

Dalam konteks keuangan efikasi diri diartikan sebagai suatu

keyakinan positif terhadap kemampuan untuk berhasil mengelola

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 10: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

17

keuangan Brandon dan Smith (2009) dalam Sina (2012), kegagalan atau

keberhasilan seseorang dalam melakukan keputusan keuangannya akan

tergantung pada efikasi dirinya, keputusan keuangan yang baik biasanya

akan di pengaruhi oleh efikasi diri keuangan yang tinggi, hal ini di dasari

bahwa ketika efikasi yang tinggi sudah ada pada diri individu, maka akan

dengan sendirinya individu tersebut berjuang atau bahkan memotivasi

dirinya untuk terus-menerus memperbaiki pengelolaan keuangannya selain

itu efikasi juga akan menumbuhkan semangat, dan semangat itulah yang

kemudian akan mempengaruhi keputusan keuangan. Remund (2010)

dalam Sina (2012) menyebutkan bahwa efikasi diri menjadi sorotan karena

berkaitan dengan keyakinan. Dalam artian orang yang memiliki keyakinan

poositif akan lebih mungkin mengelola uang dengan tepat.

Efikasi diri juga mempunyai hubungan yang saling terikat dengan

literasi keuangan, literasi keuangan merupakan pengetahuan individu

mengenai keuangan dan mengaplikasikannya dalam pengambilan

keputusan sedangakan efikasi diri keuangan merupakan keyakinan positif

yang dimiliki individu dalam menglola keuangan, hubungannya adalah

besar kecilnya efikasi diri individu akan ditentukaan oleh seberapa tinggi

tingkat literasi keuangan yang yang dimiliki individu tersebut, karena

secara tidak langsung keyakinan akan sesuatu akan di pengaruhi oleh

pemahamannya.

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 11: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

18

2.1.5. Gaya Kognitif

Gaya kognitif merupakan dimensi psikologis yang merepresentasi

konsistensi individual dalam mengumpulkan dan memproses informasi

(Allison & Hayes 1996) dalam (Sina, 2012). Chen dan Macreadie (2002:3)

dalam (Suryanti, 2014) menyatakan bahwa gaya kognitif sebagai sebuah

pilihan individu dan habitual approach terhadap pengorganisasian dan

penyajian informasi. Oleh karena itu gaya kognitif (cognitive style)

merupakan gaya seseorang dalam berfikir yang melibatkan kemampuan

kognitif dalam kaitannya dengan bagaimana individu menerima, menyimpan,

mengolah dan menyajikan informasi dimana gaya tersebut akan terus melekat

dengan tingkat konsistensi yang tinggi yang akan mempengaruhi perilaku dan

aktivitas individu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Witkin, dkk. (1976) dalam (Rati, 2013), gaya kognitif bersifat

bipolar, yaitu gaya kognitif field dependent (FD) dan field indefendent (FI),

namun kedua kutub tidak menunjukkan adanya keunggulan salah satu kutub

terhadap kutub lainnya. Masing-masing kutub cenderung memiliki nilai atau

dampak yang positif pada situasi tertentu atau sebaliknya memiliki nilai atau

dampak negative pada kondisi yang lain. Gaya kognitif FI adalah gaya

kognitif seseorang dengan tingkat kemandirian yang tinggi dalam

mencermati suatu rangsangan tanpa ketergantungan dari faktor-faktor luar

dan kurang dapat bekerja sama. Sedangkan gaya kognitif FD adalah gaya

kognitif seseorang yang cenderung dan sangat bergantung pada sumber

informasi dari luar dan bekerja sama lebih baik dengan orang lain. Witkin

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 12: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

19

(1977) dalam (Suryanti, 2014) Field Dependent memiliki karakteristik

diantaranya: (1) cenderung memiliki pemikiran global; (2) kecenderungan

untuk menerima struktur yang sudah ada, disebabkan kurang memiliki

kemampuan restrukturisasi; (3) memiliki orientasi sosial sehingga nampak

baik, ramah, bijaksana, baik budi dan penuh kasih yang terhadap yang lain;

(4) cenderung memilih profesi yang menekankan pada keterampilan sosial;

(5) cenderung mengikuti tujuan yang sudah ada; (6) cenderung bekerja

dengan mementingkan motivasi eksternal dan lebih tertarik pada penguatan

eksternal seperti pujian, hadiah, atau mativasi eksternal dari orang lain.

Dimensi Field Independent umumnya dominan condong kepada independent,

kompetitif, dan percaya diri. Sedangkan individu dengan Field Dependent

lebih condong bersosialisasi, menyatukan diri dengan orang-orang di sekitar

mereka, dan biasanya lebih berempati dan memahami perasaan dan

pemikiran orang lain.

O‟ Brien et al (2001:90) dalam (Suryanti, 2014) menunjukkan bahwa

perbedaan diantara subjek field dependent and field independen adalah sebagai

berikut:

a. Field independent memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Memiliki analisis yang lebih tinggi dalam penerimaan dan pemrosesan

informasi, sehingga sering disebut sebagai “analytical thinkers”.

Mereka menunjukkan kecenderungan untuk mengorganisasikan

informasi menjadi unit-unit yang dapat dikelola dan memiliki kapasitas

yang lebih besar untuk penyimpanan informasi. Orang-orang ini suka

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 13: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

20

dan terbiasa menggunakan teknik pemecahan masalah, organisasi,

analisis dan penataan ketika terlibat dalam situasi belajar dan bekerja.

b. Field Dependent memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Peserta didik dengan field dependent lebih global dan holistik dalam

pengolahan persepsi dan informasi sehingga sering disebut sebagai

"global thinkers".

Mereka cenderung untuk menerima informasi seperti yang disajikan

atau dijumpai dan mengandalkan sebagian besar pada cara menghafal.

Mereka juga mewujudkan kecenderungan yang jelas untuk

menggunakan acuan kerangka sosial untuk menentukan sikap,

perasaan dan keyakinan.

2.1.6. Personal Income

Baridwan (1992:30) dalam Mahastanti dan Wiharjo (2012)

mendefinisikan pendapatan sebagai aliran masuk atau kenaikan lain aktiva

suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya)

selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang,

penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama

badan usaha. Personal income adalah total pendapatan kotor seorang individu

tahunan yang berasal dari upah, perusahaan bisnis dan berbagai investasi.

Dalam istopedia menjelaskan Personal income merupakan penghasilan

pribadi laba sebelum pajak yang digunakan dalam perhitungan laba kotor

sesuai individu untuk tujuan pajak penghasilan. Personal income di ukur dari

semua pendapatan di berbagai sumber, komponen terbesar pendapatan

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 14: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

21

berasal dari gaji dan upah. Selain itu masih banyak aspek yang bisa dihitung

seperti pendapatan sewa, pemberian subsidi dari pemerintah, pendapatan

deviden.

Terdapat kemungkinan yang besar jika individu yang memiliki income

yang tersedia akan menunjukan prilaku lebih bertanggung jawab dalam

pengelolaan keuangannya, karena income yang tersedia memberikan

kesempatan kepada individu unuk bertanggungjawab (Hilgert, et al 2003)

dalam Ida dan Dwinta (2010). Seseorang yang mempunyai Financial

management behaviour cenderung akan membuat anggaran, menghemat

pengeluaran dan mengotrol belanja.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian Sina (2012) yang meneliti tentang pengaruh literasi

keuangan (literacy financial), efikasi diri keuangan (self efficacy financial),

dan gaya cognitif (cognitive style) terhadap mindset financial mahasiswa

jurusan bahasa inggris UKAW-Kupang dengan metode Convenience

sampling pada tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel

independen literasi keuangan, efikasi diri keuangan, dan gaya cognitif

memiliki pengaruh terhadap mindset financial dan merupakan faktor

prediktor bagi individu untuk mengiginkan keputusan keuangan yang tepat.

Ida dan Dwinta (2010) meneliti pengaruh locus of control, financial

knowledge, personal income, terhadap financial management behaviour

tahun 2010. Hasilnya tidak ada pengaruh locus of control dan personal

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 15: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

22

incom, dan terdapat pengaruh financial knowledge terhadap finacial

management Behaviour.

Peneltian Zenika (2013) meneliti pengaruh Locus of Control,

Financial Knowledge, dan Personal Income terhadap Financial Management

Behavior pada Karyawan KPP Pratama Blitar. Hasilnya disimpulkan bahwa

locus of control internal, locus of control eksternal, financial knowledge, dan

personal income memiliki pengaruh yang positif terhadap financial

management behavior.

2.3. Kerangka Pemikiran

Hubungan logis antar variabel independen dengan variabel dependen

akan dijelaskan dan divisualisasikan pada sub bab kerangka pemikiran.

Pembahasan alasan dan penyajian gambar akan tertera pada sub bab ini.

Penelitian ini mengunakan variabel Independen literasi keuangan

(literacy financial), efikasi diri keuangan (self efficacy financial), dan

Personal income, sedangkan variabel dependenya adalah minsdet financial.

Mindset financial berfungsi untuk membantu untuk individu mengambil

keputusan keuangan yang tepat sasaran dan membantu mengurangi resiko

kegagalan dalam setiap keputusan, seperti yang di ungkapkan Widayanti et al

(2002) dalam Sina (2012) mengartikan mindset financial sebagai sikap

mental atau keyakinan yang menjadi dasar menginterpretasikan informasi

keuangan untuk membuat keputusan keuangan yang tepat sasaran. Mindset

financial perlu dibangun dalam diri individu dengan tujuan untuk mencapai

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 16: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

23

kesejahteraan, karena di era modern ini pola pikir keuangan sangat

menentukan kesejahteraan individu.

Literasi keuangan menjadi faktor mindset financial, Sina (2012) dalam

penelitiannya bependapat peningkatan literasi keuangan melalui belajar akan

merubah cakrawala berfikir dan akan berefek pada perubahan sikap mental

atau keyakinan ketika mengevaluasi dan membuat keputusan keuangan.

Seperti tersusunnya rencana pensiun yang tepat dan tidak berperilaku boros

yang menjadi cikal bakal kebangkrutan keuangan pada individu, literasi

keuangan hanya menjadi alat namun tidak menentukan akhir, semakin tinggi

tingkat literasi keuangan yang di miliki individu, maka kemungkinan mindset

financial yang dimiliki juga akan tinggi yang berujung pada tepatnya

pengambilan keputusan, den begitu juga sebaliknya.

Efikasi diri juga di indikasikan mempunyai pengaruh terhadap mindset

financial, keyakinan terhadap kemampuan diri menjadi faktor psikologis

individu dalam menumbuhkan semangat yang mengarah pasa situasi yang

positif, efikasi diri merupakan faktor penentu perilaku seseorang dalam

mengerjakan suatu tugas (Sina, 2012). Di kaitkan pada efikasi diri keuangan

(self efficacy financial) diartikan sebagai suatu keyakinan positif terhadap

kemampuan untuk berhasil mengelola keuangan (Brandon dan Smith, 2009)

dalam Sina (2012). Berpijak pada efikasi keuangan akan memotivasi individu

untuk selalu berusaha memahami mengenai keuangan maka akan terciptanya

mindset financial, oleh sebab itu efikasi diri keuangan merupakan salah satu

faktor penentu mindset financial.

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 17: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

24

Gaya kognitif di indikasikan mempengaruhi mindset financial, gaya

kognitif (cognitive style) merupakan gaya seseorang dalam berfikir yang

melibatkan kemampuan kognitif dalam kaitannya dengan bagaimana individu

menerima, menyimpan, mengolah dan menyajikan informasi dimana gaya

tersebut akan terus melekat dengan tingkat konsistensi yang tinggi yang akan

mempengaruhi perilaku dan aktivitas individu baik secara langsung maupun

tidak langsung (Suryanti, 2013), semakin seseorang melibatkan atau

menggunakan kemampuan kognitifnya dalam menentukan keputusan

keuangan, maka keputusan yang diambil akan semakin mengarah pada

ketepatan, seperti yang di tegaskan oleh Prochaska-Cue (1993) dalam (Sina,

2012) melalui riset yang dilakukan bahwa berpikir analisis mutlak

dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan dan ketepatan mengelola uang

(personal finance) karena melalui analisis yang tepat akan memperkecil

peluang mengalami kesalahan sehingga keputusan pun menjadi tepat, oleh

sebab itu gaya kognitif merupakan salah satu faktor penentu mindset

financial.

Mindset financial bukan hanya di pengaruhi oleh pengetahuan

mengenai keuangan dan keyakinan terhadap diri saja, Terdapat kemungkinan

yang besar jika individu yang memiliki income yang tersedia akan

menunjukan prilaku lebih bertanggung jawab dalam pengelolaan

keuangannya, karena income yang tersedia memberikan kesempatan kepada

individu unuk bertanggungjawab (Hilgert, et al 2003) dalam Ida dan Dwinta

(2010). Seseorang yang mempunyai Financial management behaviour

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 18: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

25

cenderung akan membuat anggaran, menghemat pengeluaran dan mengontrol

belanja. Dalam Behavioral Life-Cycle Theory yang terkait dengan hipotesis

pendapatan permanen (Friedman, 1957) dalam Mahastanti dan Wiharjo

(2012) menunjukkan bahwa seseorang akan mengambil pinjaman (kredit)

ketika pendapatan mereka lebih rendah dari yang diharapkan dan menyimpan

ketika pendapatan mereka lebih tinggi dari yang diharapkan. Keputusan

untuk mengambil pinjaman ketika pendapatan mereka lebih rendah dari yang

diharapkan adalah untuk tetap dapat memenuhi konsumsi, Oleh karena itu

terdapat perbedaan dalam perilaku keuangan antara individu yang memiliki

tingkat pendapatan tinggi dengan yang memiliki pendapatan rendah.

Kelompok berpendapatan rendah lebih cenderung untuk menggunakan kredit

dalam memenuhi kebutuhannya untuk dapat mengimbangi gaya hidup

kelompok berpenghasilan tinggi, perbedaan perilaku keuangan ini merupakan

dampak dari berbedanya pola pikir keuangan yang terjadi pada masyarakat

yang disebabkan karena faktor pendapatan/income, hal ini diduga akan

mengakibatkan adanya perbedaan keputusan keuangan yang dilakukan oleh

seseorang dalam menginterpretasikan sebuah informasi keuangan., oleh

karena itu personal income di indikasikan berpengruh terhadap mindset

financial.

Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai

berikut:

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016

Page 19: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2488/3/EGI DELLIANA BAB II.pdf · 2017-07-10 · Author: u Created Date: 7/23/2016 9:21:40 AM

26

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis

Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka pemikirantersebut di atas,

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Literasi keuangan berpengaruh terhadap mindset financial.

H2 : Efikasi diri keuangan berpenganruh terhadap mindset financial.

H3 : Gaya kognitif berpengaruh terhadap mindset financial.

H4 : Personal Income berpengaruh terhadap mindset financial.

Literasi Keuangan

(literacy financial)

Mindset

Financial

Efikasi Diri Keuangan

(self efficacy financial)

Personal Income

Gaya Kogniitif

( Cognitive Style)

Analisis Faktor-Faktor..., Egi Delliana, FEB UMP, 2016