bab ii tinjauan pustaka -...

13
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah, pengertian dan penalaran konsep diperlukan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan makna konsep yang dipakai sehubungan dengan masalah yang dikaji. Pemilihan konsep yang sesuai bisa digunakan sebagai landasan dalam pengumpulan data, penganalisaan data, dan penginterpretasian data dalam menjawab persoalan penelitian dan menyelesaikan masalah penelitian. Berikut ini ada beberapa defenisi konsep yang mendukung dan relevan dengan topik penelitian. 1.1.Defenisi 1.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan aplikasi dari data dan informasi dan biasanya pengetahuan dipakai untuk menjawab pertanyaan “how”. Dari hasil kombinasi tersebut biasanya digunakan sebagai proses pembelajaran. adapun beberapa defenisi pengetahuan: Secara epistemologis pengetahuan berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu episteme dan logos. Episteme yang artinya pengetahuan dan logos yang artinya kata/pembicaraan/ilmu, jadi episteme logos artinya pengetahuan yang diperbincangkan atau kata-kata yang berpengetahuan.

Upload: dangdung

Post on 06-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah,

pengertian dan penalaran konsep diperlukan untuk

menghindari kesalahan pemahaman dalam

menafsirkan makna konsep yang dipakai sehubungan

dengan masalah yang dikaji. Pemilihan konsep yang

sesuai bisa digunakan sebagai landasan dalam

pengumpulan data, penganalisaan data, dan

penginterpretasian data dalam menjawab persoalan

penelitian dan menyelesaikan masalah penelitian.

Berikut ini ada beberapa defenisi konsep yang

mendukung dan relevan dengan topik penelitian.

1.1. Defenisi

1.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan aplikasi dari data dan

informasi dan biasanya pengetahuan dipakai untuk

menjawab pertanyaan “how”. Dari hasil kombinasi

tersebut biasanya digunakan sebagai proses

pembelajaran. adapun beberapa defenisi pengetahuan:

Secara epistemologis pengetahuan berasal dari

bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu

episteme dan logos. Episteme yang artinya pengetahuan

dan logos yang artinya kata/pembicaraan/ilmu, jadi

episteme logos artinya pengetahuan yang

diperbincangkan atau kata-kata yang berpengetahuan.

2

Meliono (2007), menjelaskan bahwa pengetahuan

adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan

pemahaman dan potensi untuk menindaki. Pada

umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif

terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atau suatu

pola. Manakala informasi dan data berkemampuan

untuk mengarahkan tindakan.

Menurut Teskey (1989), pengetahuan merupakan

model yang digunakan manusia untuk memahami

dunia, dan yang dapat berubah sejalan dengan

perkembangan informasi yang dimiliki dalam

pikirannya.

Mike Powell (2003), berpendapat bahwa

pengetahuan merupakan hasil atau keluaran atau nilai

dari informasi (producing significance or value from

information)

Drucker (1998), berasumsi bahwa pengetahuan

adalah informasi yang mengubah segala atau

seseorang, hal ini terjadi ketika informasi tersebut

menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi

tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk

mengambil tindakan yang berbeda atau tindakan yang

lebih efektif.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Informasi Nomor 14 tahun 2011,

mengatakan bahwa Pengetahuan (knowledge) adalah

pemahaman tentang sesuatu hal berdasarkan

3

interpretasi atas sebuah konteks permasalahan

tertentu. Pengetahuan adalah informasi yang telah

dianalisis dan diorganisasikan sehingga dapat

dimengerti dan digunakan untuk memecahkan

masalah serta mengambil keputusan (Turban, 2004).

Bertitik tolak dari konsep-konsep yang telah

diuraikan, maka untuk konsep pengetahuan dipakai

pendapat Drucker (1998), berasumsi bahwa

pengetahuan adalah informasi yang mengubah segala

atau seseorang, hal ini terjadi ketika informasi tersebut

menjadi dasar untuk bertindak atau ketika informasi

tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk

mengambil tindakan yang berbeda atau tindakan yang

lebih efektif.

2.1.2 Bentuk-Bentuk Pengetahuan

Pengetahuan bagi organisasi merupakan modal

intelektual yang dapat dibeda-bedakan menurut jenis

pengetahuan yang dimiliki seseorang. Dalam wacana

managemen pengetahuan, pengetahuan dapat dibagi

dalam 2 jenis, yaitu tacit dan explicit knowledge.

Berikut ini defenisi menurut para praktisi:

Tacit Knowledge

Polanyi, seorang ahli kimia merupakan tokoh

yang memperkenalkan Knowledge. menurut Polanyi,

Knowledge terdiri dari dua jenis, yaitu Tacit Knowledge

4

(pengetahuan implisit) dan Explicit Knowledge

(pengetahuan explisit).

Polanyi (1967), berasumsi bahwa Tacit Knowledge

merupakan sesuatu yang diam didalam benak manusia

dalam bentuk intuitif, judgements, skill, value dan belief

yang sangat sulit diformalisasikan dan di share kepada

orang lain.

Sangkala (2007), mengungkapkan bahwa Tacit

Knowledge merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh

seseorang dan sangat sulit di formulasikan, sulit

dikomunikasikan atau dibagi dengan orang lain.

Pemahaman yang melekat di dalam pengetahuan

individu tersebut masih bersifat subjektif. Pengetahuan

yang dimiliki oleh individu tersebut masih dapat

dikategorikan sebagai intuisi dan dugaan. Sangkala

(2007), dalam kesempatan yang lain memaparkan

bahwa tacit Knowledge memiliki dua dimensi. pertama,

yang disebut dengan dimensi teknis, yang mencangkup

berbagai macam kentrampilan atau keahlian yang sulit

diformalkan. Dimensi ini sangat subjektif, dan

pemahaman yang dimilki oleh seseorang tersebut

sangat bersifat pribadi, intuitif, dugaan dan inspirasi

yang muncul dari pengalaman. Oleh karena itu,

dimensi ini lebih berdimensi pengalaman. Dimensi

kedua, yaitu dimensi kognitif. dimensi ini terdiri dari

kepercayaan, persepsi, idealisme, nilai-nilai, emosi, dan

5

mental model sehingga dimensi ini tidak mudah

diartikulasikan.

Filemon (2008), berpendapat bahwa Tacit

Knowledge adalah pengetahuan pribadi yang masih

tersimpan dalam otak, yang diakumulasi melalui

pembahasan dan pengalaman. Dikembangkan melalui

proses interaksi dengan orang lain. Tacit Knowledge ini

muncul melalui praktek dan pengalaman.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Informasi Nomor 14 tahun 2011,

mengatakan bahwa Tacit Knowledge adalah

pengetahuan yang masih berada dalam pikiran individu

yang memiliki pengetahuan tersebut. Pengetahuan tacit

terdiri dari komponen kognitif dan komponen teknis.

Komponen kognitif merupakan kerangka berpikir yang

tidak begitu saja diutarakan dalam sebuah representasi

data yang terstruktur, sehingga kerapkali disebut tak

terstruktur. Sementara komponen teknis adalah

konsep konkrit yang bisa diutarakan secara eksplisit,

sehingga seringkali disebut pengetahuan terstruktur.

Bertitik tolak dari konsep-konsep yang telah

diuraikan, maka untuk konsep Tacit Knowledge dipakai

pendapat Filemon (2008), berpendapat bahwa Tacit

Knowledge adalah pengetahuan pribadi yang masih

tersimpan dalam otak, yang diakumulasi melalui

pembahasan dan pengalaman. Dikembangkan melalui

6

proses interaksi dengan orang lain. Tacit Knowledge ini

muncul melalui praktek dan pengalaman.

Explicit Knowledge

Explicit Knowledge dapat diexpresikan dalam

bentuk kata-kata, dapat dijumlah serta dapat dibagi

dalam bentuk data, formula ilmu pengetahuan,

spesifikasi produk. Pengetahuan ini senantiasa dapat

ditransfer kepada orang lain secara formal dan

sistematik (Sangkala, 2007).

Explicit Knowledge adalah Knowledge yang dapat

atau terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk

terwujud lainnya sehingga dapat dengan mudah

ditransfer dan didistribusikan dengan menggunakan

berbagai media (Polanyi, 1967).

Filemon (2008), mengemukakan pendapatnya

bahwa Explicit Knowledge berhubungan dengan

dokumen atau sesuatu yang sudah diimplementasikan

dari hasil pemikiran manusia, tetapi Explicit Knowledge

juga terkait dengan fasilitas, produk, proses, servis dan

sistem.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Informasi Nomor 14 tahun 2011,

mengatakan bahwa Explicit Knowledge adalah

pengetahuan yang secara explicit diutarakan dan

tersedia dalam organisasi. Umumnya explicit knowledge

7

terstruktur dan tercermin dalam berbagai rujukan

peraturan dan standar kerja dalam organisasi.

Bertitik tolak dari konsep-konsep yang telah

diuraikan, maka untuk konsep Explicit Knowledge

dipakai pendapat Filemon (2008), mengemukakan

pendapatnya bahwa Explicit Knowledge berhubungan

dengan dokumen atau sesuatu yang sudah

diimplementasikan dari hasil pemikiran manusia, tetapi

Explicit Knowledge juga terkait dengan fasilitas, produk,

proses, servis dan sistem.

2.1.3 Cara Mengelola Pengetahuan

Apa yang dilakukan oleh setiap organisasi pada

dasarnya dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas KM.

Tidak ada organisasi yang dapat bertahan tanpa

menciptakan, mendapatkan, mengelola serta

mentransfer pengetahuan. Knowledge tersebut setiap

waktu harus di review untuk menjelaskan apakah

knowledge tersebut relevan dan kurat. Beberapa

defenisi dari para praktisi tentang KM:

Robert (2004), berpendapat KM adalah

pendekatan sistem informasi dan pengetahuan yang

dikuti dengan orang-orang yang berkompoten (yang

tepat) dan waktu yang tepat akan menciptakan nilai.

8

Irma (2004), berasumsi KM adalah aktifitas yang

mencangkup berbagi pengetahuan. yang berkaitan

dengan sumber daya, dokumen, dan keahlian manusia.

Sehingga dalam penerapan KM tidak terjadi

pemborosan waktu, pemborosan uang dan dampaknya

adalah tercapainya tujuan.

KM adalah sebuah proses didalam organisasi

yang menghasilkan nilai dari pengetahuan. KM juga

terkait dengan proses identifikasi, berbagi dan

memelihara pengetahuan dari organisasi (Filemon,

2008)

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Informasi Nomor 14 tahun 2011,

mengatakan KM adalah upaya terstruktur dan

sistematis dalam mengembangkan dan menggunakan

pengetahuan yang dimiliki untuk membantu proses

pengambilan keputusan bagi peningkatan kinerja

organisasi. Aktivitas dalam KM meliputi upaya

perolehan, penyimpanan, pengolahan, dan

pengambilan kembali, penggunaan dan penyebaran,

serta evaluasi dan penyempurnaan terhadap

pengetahuan sebagai aset intelektual organisasi.

KM merupakan serangkaian proses mengubah

data dan informasi menjadi pengetahuan bermanfaat

untuk kepentingan organisasi, proses ini meliputi

penciptaan, akuisisi, penyimpanan, berbagi dan

penggunaan pengetahuan (Serrat, Oliver, 2009).

9

KM merupakan suatu cara baru dalam

menangani informasi dan memanfaatkan kembali

pengetahuan bagi setiap orang sesuai dengan pola dan

minat keterkaitan yang diinginkannya (Azhari, 2005).

Bertitik tolak dari konsep-konsep yang telah

diuraikan, maka untuk konsep Knowledge Management

dipakai pendapat Filemon (2008) yang berasumsi KM

adalah sebuah proses didalam organisasi yang

menghasilkan nilai dari pengetahuan. KM juga terkait

dengan proses identifikasi, berbagi dan memelihara

pengetahuan dari organisasi.

2.1.4 Cara Menyimpan Pengetahuan

Proses penerapan pengetahuan biasanya

dikaitkan dengan proses penyimpanan (storage),

penemuan (retrieval), kontribusi (contributions), dan

berbagi (share). Salah satu tantangan utama dalam

sebuah organisasi, institusi, perusahaan maupun RSU

adalah kehilangan pengetahuan yang dimilikinya,

karena pengetahuan untuk konteks sekarang ini

dipandang sebagai aset yang sangat penting, karena itu

ada upaya untuk menyimpan pengetahuan tersebut

sehingga tidak terjadi knowledge loss, terdapat berbagai

jenis penyimpanan pengetahuan sehingga pengetahuan

dapat digunakan kembali. Dalam konteks RSU, rekam

medis (Medical Record) dianggap sebagai salah satu

10

cara dalam penyimpanan pengetahuan dan yang harus

dijaga sistem keamanannya, unit rekam medis

bertanggung jawab terhadap pengelolaan data pasien

menjadi informasi kesehatan yang berguna bagi

pengambilan keputusan. Berikut ini beberapa defenisi

rekam medis menurut para ahli;

Al-Azmi (2009), menguraikan bahwa rekam

medis (Medical Record) adalah teknologi penyimpanan

data pasien yang merupakan gerbang awal untuk

proses perbaikan treatment maupun melakukan proses

penelitian-penelitian lanjutan untuk mendapatkan

solusi terhadap suatu permasalahan penyakit yang

semakin lama semakin berkembang baik dari sisi

prosedur penatalaksanaanya maupun teknologi

pendukung yang mutlak harus digunakan pada saat

melakukan treatment kepada pasien.

Savitri (2011), menjelaskan bahwa rekam medis

(Medical Record) memiliki arti yang cukup luas, tidak

hanya sebatas yang digunakan untuk menuliskan data

pasien tetapi juga dapat berupa rekaman dalam bentuk

sistem informasi yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan segala informasi pasien terkait dengan

pelayanan yang diberikan di fasilitas pelayanan

kesehatan sehingga dapat digunakan untuk berbagai

kepentingan, seperti pengambilan keputusan

pengobatan kepada pasien, terbukti legal pelayanan

yang telah diberikan, dan dapat juga sebagai bukti

11

tentang kinerja sumber daya manusia di fasilitas

pelayanan kesehatan. Dan tujuan utama rekam medis

untuk mencatat fakta tentang riwayat kesehatan pasien

selama berkunjung di RS dan untuk pelayanan pasien

secara berkesinambungan yang mana diperlukan pada

saat kunjungan berikutnya.

Bertitik tolak dari konsep-konsep yang telah

diuraikan, maka untuk konsep rekam medis dipakai

pendapat Savitri (2011), yang menjelaskan bahwa

rekam medis (Medical Record) memiliki arti yang cukup

luas, tidak hanya sebatas yang digunakan untuk

menuliskan data pasien tetapi juga dapat berupa

rekaman dalam bentuk sistem informasi yang dapat

digunakan untuk mengumpulkan segala informasi

pasien terkait dengan pelayanan yang diberikan di

fasilitas pelayanan kesehatan sehingga dapat

digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti

pengambilan keputusan pengobatan kepada pasien,

terbukti legal pelayanan yang telah diberikan, dan

dapat juga sebagai bukti tentang kinerja sumber daya

manusia di fasilitas pelayanan kesehatan. Dan tujuan

utama rekam medis untuk mencatat fakta tentang

riwayat kesehatan pasien selama berkunjung di RS dan

untuk pelayanan pasien secara berkesinambungan

yang mana diperlukan pada saat kunjungan

berikutnya.

12

Pengetahuan yang dimiliki akan lebih berguna

ketika terjadi proses pembelajaran tidak hanya sekedar

disimpan, karena itu organisasi yang menerapkan KM

akan senantiasa mendorong pembelajaran supaya

berlangsung dengan efektif karena organisasi yang

belajar akan senantiasa memiliki kesiapan menghadapi

perubahan, terutama dalam menghadapi kondisi

persaingan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Organisasi pembelajar bisa juga diartikan sebagai

organisasi yang terus menerus mengubah dirinya agar

lebih baik dalam mengelola pengetahuan, disebut

organisasi pembelajar karena didalamnya terjadi proses

knowledge transfer dan knowledge transfer terjadi

ketika ada proses interaksi sosial, Knowledge transfer

pada dasarnya mencakup dua tindakan, yaitu

(pengiriman atau memberikan pengetahuan kepada

penerima yang potensial) dan absorpsi (penyerapan)

oleh seseorang atau kelompok (Sangkala, 2007).

Knowledge transfer adalah sebuah komunikasi

dan dalam membangun komunikasi dapat memperoleh

pengetahuan, pengetahuan tersebut diperoleh ketika

melakukan interaksi baik secara personal maupun

dalam kelompok (Argote, 1999). Terkait dengan

pemikiran Argote, Darr (2000) menjelaskan bahwa

Knowledge transfer adalah pertukaran pengetahuan

antara perorangan di dalam kelompok maupun di

13

setiap organisasi, pertukaran ini mungkin difokuskan

atau berfokus tetapi tidak selalu objektif.

Bertitik tolak dari konsep-konsep yang telah

diuraikan, maka untuk konsep Knowledge Transfer

dipakai pemikiran Darr (2000) menjelaskan bahwa

Knowledge transfer adalah pertukaran pengetahuan

antara perorangan di dalam kelompok maupun di

setiap organisasi, pertukaran ini mungkin difokuskan

atau berfokus tetapi tidak selalu objektif.