ypac cp

26
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI Disusun Oleh: MUHAMMAD AKBAR ALIF HILMAN NIM: 021111014 Praktek: Yayasan Pembinaan Anak a!at BINAWAN INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE PROGRAM FISIOTERAPI

Upload: bobby-yandhika

Post on 04-Nov-2015

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Celebral palsy for child

TRANSCRIPT

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUSCEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI

Disusun Oleh:MUHAMMAD AKBAR ALIF HILMANNIM: 021111014Praktek:Yayasan Pembinaan Anak Cacat

BINAWAN INSTITUTE OF HEALTH SCIENCEPROGRAM FISIOTERAPIKATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi laporan kasus ini disusun sebagai tugas akhir dalam menjalankan praktek lapangan di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta.

Daftar Isi

Kata Pengantar.Daftar IsiBAB I Pendahuluan..A. Latar belakang.B. Identifikasi masalah.C. Tujuan penulisan..D. Manfaat penulisan

BAB II Kajian Teori..A. AnatomiB. Cerebral Palsy..C. Cerebral Palsy diplegi..

BAB III Laporan Kasus..BAB IV Pembahasan.

Daftra Pustaka..

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangCerebral palsy adalah suatu gangguan yang terjadi dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis.

Etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan. Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi - disiplin dalam penanganan penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Di samping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.

Dengan meningkatnya pelayanan obstetric dan perinatologi dan rendahnya angka kelahiran di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat angka kejadian cerebral palsy akan menurun. Namun dinegara-negara berkembang, kemajuan teknologi kedokteran selain menurunkan angka kematian bayi risiko tinggi, juga meningkatkan jumlah anak-anak dengan gangguan perkembangan.

Angka kejadian penyakit cerebral palsy di Eropa (1950) sebanyak 2,5 per 1000 kelahiran hidup, Gilory memperoleh 5 dan 1000 anak memperlihatkan deficit motorik yang sesuai dengan cerebral palsy, 50 % kasus termasuk ringan sedangkan 10% termasuk berat. Yang dimaksud ringan ialah penderita yang dapat mengurus dirinya sendiri, sedangkan yang tergolong berat ialah penderita yang memerlukan perawatan khusus, 25 % mempunyai intelegensi rata-rata (normal), sedangkan 30 % kasus menunjukkn IQ di bawah 70, 35 % disertai kejang, sedangkan 50 % menunjukan gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak dari pada wanita ( 1,4 : 1,0).

B. Identifikasi MasalahPada kondisi Cerebral Palsy dengan spastic diplegi masalah yang timbul berupa:1. Adanya tingkat spastisitas ( gangguan distribusi tonus postural ).2. Adanya gangguan koordinasi dan keseimbangan.3. Adanya tonus otot yang meningkat.4. Adanya gangguan aktifitas fungsional.

C. Tujuan penulisan1. Tujuan umumUntuk mengetahui proses fisioterapi pada pasien anak denfan kasus cerebral palsy spastic diplegi.2. Tujuan khususa. Untuk mengetahui anatomi dari otak.b. Untuk mengetahui apa itu Cerebral Palsyc. Untuk menhetahui penyebab terjadinya Cerebral Palsy.d. Untuk mengetahui proses fisioterapi pada pasien anak dengan kasus CPe. Untuk mengetahui hasil dari intervensi yang diberikan pada kasus CP

D. Manfaat penulisanUntuk mengetahui dan memahami mekanisme penyakit Cerebral Palsy. Memberikan wawasan dan pemahaman pada penulis dalam memberikan dan menyusun proses terapi latihan pada pasien dengan kondisi Cerebral Palsy. Dan manfaat dari pembaca memberikan informasi berupa pendidikan dan pengetahuan kepada masyarakat tentang memelihara dan memberikan terapi pada kondisi Cerebral Palsy dengan spastik diplegi.

BAB IIKajian teori

A. Anatomi dan fungsional otakOtak merupakan bagian sangat penting bagi kehidupan manusia. Semua informasi, tindakan, sikap, pikiran, dan emosi diolah di otak. Walaupun massa otak tidak lebih dari sepersepuluh keseluruhan berat manusia, tapi otak mengkonsumsi energi lebih dari dua per tiga dari keseluruhan konsumsi eneri manusia. Dengan kata lain, otak bekerja lebih aktif jika dibandingkan dengan organ-organ lain.

Bagian utama otak adalah korteks yang memiliki berat tiga per empat dari berat otak. Korteks terdiri dari enam lapis sel, dendrit, dan beberapa akson. Ahli neurologi membagi korteks menjadi daerah-daerah (lobe) yang memiliki fungsi tersendiri (Wolfe: 22). Berdasarkan fungsinya, Luria (dalam Dharmaperwira-Prins, 2004) membedakan bagian otak menjadi tiga tingkatan fungsional.Tingkatan fungsional pertama adalah fermatio reticularis yang bertanggung jawab atas kesiagaan dan kewaspadaan. Bagian ini terletak pada balok otak. Semua informasi yang masuk melalui pancaindra (baik informasi visual, auditif, dan taktil) melewati fermatio reticularis yang akan mengaktifkan korteks sehingga informasi dapat dianalisis. Dengan kata lain, bagian ini berperan dalam perhatian dan konsentrasi. (Dharmaperwira-Prins, 2004: 9)Tingkatan fungsional kedua meliputi korteks posterior yang berfungsi menganalisis, mengintegrasikan, dan mengumpulkan informasi dari pancaindra. Bagian ini terdiri dari lobus oksipital yang berfungsi menerima dan mengolah informasi visual, lobus parietal yang berfungsi menerima dan mengolah informasi taktil, dan lobus temporal yang berfungsi menerima dan mengolah informasi auditif. Pada setiap lobus, bagian otak dibagi menjadi tiga zona. Bagian pertama adalah zona korteks primer yang merupakan bagian yang pertama kali mendapat rangsangan. Pada bagian inilah informasi dari pancaindra disusun. Bagian kedua adalah zona korteks sekunder yang berfungsi mengintegrasikan informasi yang masuk sehingga dapat mengenali informasi tersebut. Cedera pada zona ini menyebabkan penderitanya tidak dapat mengenali informasi yang diterima dari pancaindranya. Bagian ketiga adalah zona tersier yang berfungsi mengintegrasikan informasi dari ketiga pancaindera dan informasi dari daerah otak yang lain sehingga meghasilkan bentuk yang lebih abstrak. Misalnya, ketika mendengar sisir, kita tahu bagaimana bentuknya, bagaimana rasanya, dan apa fungsinya. (Dharmaperwira-Prins, 2004: 10)Tingkatan fungsional ketiga adalah korteks frontal yang berfungsi dalam inisiasi dan koordinasi sadar. Bagian ini berperan dalam organisasi gerakan-gerakan otot. Lobus frontal menerima dan menginregrasikan rangsangan dari luar, memformulasikan aktivitas motorik dan mental, serta merkam reaksi sensoris dari hasil aktivitas (Dharmaperwira-Prins, 2004: 11). Dengan kata lain, daerah ini berperan dalam mengatur perbuatan kita.Selain bagian tersebut, terdapat juga bagian-bagian penunjang. Hypothalamus yang berada di atas balok otak berperan dalam proses biokimia badan, terutama dalam mengatur kelenjar endokrin dan sistem imun. Di atasnya terdapat thalamus yang mengandung banyak nukleus yang merupakan persinggahan informasi pancaindra dari dan ke otak. Di dekat thalamus dan hypothalamus terdapat amygdala yang berfungsi sebagai pengontrol emosi. Tepat di samping amygdala terdapat Hippcampus yang berfungsi menyimpan memori langsung (immediate past memory). Selain itu organ ini juga berperan mendistribusikan informasi ke kortek, yang bertanggung jawab terhadap memori jangka panjang. Dengan kata lain, hippocampus memiliki peranan penting dalam membangun memori jangka panjang. (Dharmaperwira-Prins, 2004: 12)Otak kecil (Cerebellum) berfungsi sebagai kontrol ketepatan, keseimbangan serta integrasi gerakan. Aksi atau gerakan yang dilakukan berulang-ulang akan tersimpan di otak kecil, sehingga ketika aksi atau gerakan tersebut berulang, maka otak kecil mengambil alih fungsi pikiran sadar (Wolfe, 2010: 26). Dengan kata lain, otak kecil juga berperan dalam koordinasi aksi atau gerakan refleks. Bagian yang tidak kalah penting adalah batang otak (Brainstem) yang berfungsi sebagai kendali aksi atau gerakan bawah sadar, seperti bernafas, detak jantung, tekanan darah, gerakan bola mata, gerakan pulil, dan expresi wajah. Di dalam batang otak terdapat jaringan saraf dan serat yang disebut Reticular Formation (RF) yang berfungsi menerima informasi dari seluruh tubuh. Setiap kali tubuh bergerak, maka batang otak menyesuaikan fungsi pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah (Wolfe, 2010: 24).

B. Cerebral PalsyAdalah gangguan otak yang bersifat non progresif yang disebabkan karena adanya lesi atau perkembangan yang abnormal dan terjadi pada saat otak belum matang. Yang melibatkan kerusakan pada neuromuscular pada postur dan pola gerak.

EtiologiCerebral Palsy dapat disebabkan faktor genetic maupun faktor lainnya. Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini, maka kemungkinan besar disebabkan oleh faktor genetic. (Soetjiningsih, 1995). Menurut Soetjiningsih, kerusakan pada otak dapat terjadi pada masa prenatal, natal dan postnatal.

Riwayat Prenatala. Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor genetic, kelainan kromosomb. Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun.c. Infeksi intrauterine : TORCH d. Radiasi saat masih dalam kandungane. Rokok dan Alkohol.

Riwayat Natala. Anoksia/hipoksiab. Perdarahan Otakc. Prematuritasd. Ikterus neonatorume. Bayi kembar

Riwayat Postnatala. Trauma kepalab. Meningitisc. Racun berupa logam beratd. Luka pada otak paska bedah

Klasifikasi Cerebral PalsyKlasifikasi CP bermacam-macam, tergatung berdasarkan apa klasifikasi tersebut dibuat. , CP dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu:1. SpastikSpastik berarti kekakuan pada otot. Hal ini terjadi ketika kerusakan otak terjadi pada bagian korteks cerebral atau pada traktus piramidalis. Tipe ini merupakan tipe CP yang paling sering ditemukan yaitu sekitar 70 80 % dari penderita. Pada penderita tipe spastik terjadi peningkatan tonus otot (hipertonus), hiperefleks dan keterbatasan ROM sendi akibat adanya kekakuan. Selain itu juga dapat mempengaruhi lidah, mulut dan faring sehingga menyebabkan gangguan berbicara, makan, bernapas dan menelan. Jika terus dibiarkan pederita CP dapat mengalami dislokasi hip, skoliosis dan deformitas anggota badan. Tipe spastik dapat diklasifikasikan berdasarkan topografinya, yaitu :a. MonoplegiaPada monoplegia, hanya satu ekstremitas saja yang mengalami spastik. Umumnya hal ini terjadi pada lengan / ekstremitas atas. b. DiplegiaSpastik diplegia atau uncomplicated diplegia pada prematuritas. Hal ini disebabkan oleh spastik yang menyerang traktus kortikospinal bilateral atau lengan pada kedua sisi tubuh saja. Sedangkan sistemsistem lain normal.c. HemiplegiaSpastis yang melibatkan traktus kortikospinal unilateral yang biasanya menyerang ekstremitas atas/lengan atau menyerang lengan pada salah satu sisi tubuh.d. TriplegiaSpastik pada triplegia menyerang tiga buah ekstremitas. Umumnya menyerang lengan pada kedua sisi tubuh dan salah satu kaki pada salah salah satu sisi tubuh.e. QuadriplegiaSpastis yang tidak hanya menyerang ekstremitas atas, tetapi juga ekstremitas bawah dan juga terjadi keterbatasan pada tungkai.

2. DiskinetikMerupakan tipe CP dengan otot lengan, tungkai dan badan secara spontan bergerak perlahan, menggeliat dan tak terkendali, tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan mengejang. Luapan emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk, gerakan akan menghilang jika anak tidur. Tipe ini dapat ditemukan pada 10 15 % kasus CP. Terdiri atas 2 tipe, yaitu :a. DistonikGerakan yang dihasilkan lambat dan berulangulang sehingga menyebabkan gerakan melilit atau meliuk-liuk dan postur yang abnormalb. AtetosisMenghasilkan gerakan tambahan yang tidak dapat dikontrol, khususnya pada lengan, tangan dan kaki serta disekitar mulut.3. AtaksiaPada tipe ini terjadi kerusakan pada cerebellum sehingga mempengaruhi koordinasi gerakan, keseimbangan dan gangguan postur . Tipe ini merupakan tipe CP yang paling sedikit ditemukan yaitu sekitar 5 10 % dari penderita. Pada penderita tipe ataxia terjadi penurunan tonus otot (hipotonus), tremor, cara berjalan yang lebar akibat gangguan keseimbangan serta kontrol gerak motorik halus yang buruk karena lemahnya koordinasi.4. CampuranMerupakan tipe CP yang merupakan gabungan dari dua tipe CP. Gabungan yang paling sering terjadi adalah antara spastic dan athetoid.

Cerebral Palsy Spastik DiplegiSpastik diplegi adalah tipe cerebral palsy dimana daerah yang terkena kelumpuhan berupa spastik di eksteremitas atas dan bawah tetapi lebih berat di ekstremitas bawah. Biasanya anak dengan tipe ini cenderung lebih banyak menggunakan tangannya untuk meraih sesuatu. Mereka sulit sekali bergeser dari satu tempat ke tempat lain, karena berat badanya dan keterbatasankekuatan pada ekstremitas atas untuk membantu ekstremitas bawah. Pada kasus ini anak mengalami gangguan cerebral palsy dengan pola spastik diplegi yang gejalanya kakunya otot pada anggota tubuh bagian atas dan bawah, namun pada bagian bawahnya lebih berat.

Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Cerebral Palsy Spastik DiplegiUntuk menentukan problem terlebih dahulu kita melakukan pemeriksaan yang tercantum dalam asuhan pelayanan fisioterapi yang terdiri dari:a. Assesment FisioterapiMenurut WCPT Assesment fisioterapi termasuk pemeriksaan pada perorangan atau kelompok, nyata atau yang berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidak mampuan atau kondisi kesehatan lain dengan cara pengambilan perjalanan penyakit, screening, test khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisa dan sintesa dalam sebuah proses pertimbangan klinis.Assesment meliputi:Pemeriksaan adalah langkah awal yang dilakukan sebelum dilakukan suatu pelaksanaan intervensi dan dilakukan pada semua pasien atau klien, yang terdiri dari:1) Anamnesa yang meliputi:Anamnesa adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara Tanya jawab antara terapis dengan sumber data. Anamnesa dapat dilakukan secara langsung pada pasien atau kepada orang lain yang mengetahui keadaan pasien tersebut. Pada anamnesa berisi tentang:

a) Identitas pasienBerisi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, dan diagnosa medis. Pada pasien anak-anak dapat ditambah dengan pertanyaan anak ke berapa, jumlah anak dalam keluarga atau sodara, nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b) Riwayat penyakitDiperoleh dengan cara autoanamnesis atau heteroanamnesis, meliputi:1) Keluhan utamaMerupakan keluhan yang mendorong penderita mencari pertolongan.

2) Riwayat penyakit sekarangBerisikan perjalanan penyakit pasien dan riwayat pengobatan penderia.

3) Riwayat penyakit dahuluPada kasus anak riwayat penyakit dahulu dibagi menjadi tiga bagian yaitu:a) PrenatalPada riwayat prenatal berisikan tentang umur waktu hamil, kehamilan yang ke berapa, kehamilan yang diinginkan atau tidak dan perawatan kehamilan. Perawatan kehamilan ini meliputi rutin control atau tidak, control ke dokter atau bidan pada saat hamil apakah ibu mengkonsumsi obat tertentu dan ada tidaknya kelainan pada saat hamil.

b) Natalpada riwayat natal berisikan tentang apakah anak lahir cukup bulan, lahir spontan atau tidak, adakah kesulitan sewaktu melahirkan, berat badan lahir dan pada saat lahir apakah anak langsung menangis atau tidak.

c) PostnatalPada riwayat postnatal berisikan tentang adakah trauma setelah anak ini lahir, dan apakah anak menderita penyakit setelah lahir atau tidak.

2) General impression- Inspeksi adalah pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan gerak dan fungsinya secara keseluruhan. Dilakukan pada saat pasien datang pertama kali. Dan dapat dilakukan secara static dan dinamik.

3) Ability adalah apa saja yang dapat dilakukan oleh pasien atau kemampuan pasien sesuai dengan tingkat usianya.

4) Disability adalah keterbatasan pasien atau ketidakmampuan pasien melakukan aktifitas ditinjau dari tingkat usianya.

5) Postural tone untuk memeriksa tonus postural pada anggota gerak bagian atas atau bawah.

6) Postural Pattern untuk menentukan tipe gangguan pola dan sikap pada tubuh penyandang cerebral palsy.

7) Associated Reaction merupakan reaksi asosiasi yang direspon oleh seseorang pada penyandang cderebral palsy.

8) Deformitas merupakan komplikasi lanjutan terkait dengan adanya tightnrss, kontraktur, subluxatio, atau dislokasi, scoliosis, dsb.

9) Pemeriksaan a. Motorik kasar, dalam hal ini yang diperiksa adalah terlentang, berguling, tengkurap/telungkup, duduk, merangkak, berlutut, berdiri dan berjalan.b. pemeriksaan fungsi ADL adalahmelihat bagaimana pasien melakukan aktifita fungsional secara mandiri seperti makan, berpakaian, toileting, selfcare, dsbc. Pemeriksaan khusus, seperti palpasi dapat dilakukan untuk mengetahui suhu, tonus otot dan struktur jaringan terkait.d. Pemeriksaan penunjang, seperti untuk mengetahui hasil lab, MRI, rontgen, dll.

10) Tes dan PengukuranAdalah suatu proses pengumpulan data tentang pasien dank lien, berdasarkan hasil identifikasi menyeluruh dan proses bertanya pada saat pengambilan dan riwayat penyakit pasein.Tes pengukuran dapat dipakai dalam proses assessment untuk menegakan diagnose sebagai berikut : pengukuran kapsaitas aerobic/ endurance, antropometri, alat bantu dan alat adaptasi, sirkulasi (vena, arteri, limfe) ergonomic dan body mekanik, gait locomotion dan balance, integritas integumentary, mobilisasi sendi, motor function, kekuatan otot, nyeri, postur, range of motion, integritas reflek, kemampuan ADL dan IADL.B. Problem FisioterapiAsuhan pelayanan fisioterapi yang diberikan pada penderita cerebral palsy dilakukan secara bertahap sesuai dengan problem yang ditemukan pada saat dilakukan assessment.1. Adanya tingkat spastisitas ( gangguan distribusi tonus postural )2. adanya gangguan koordinasi dan keseimbangan3. Adanya tonus otot yang meningkat.4. Adanya gangguan aktifitas fungsional (ex. Keduduk, berdiri dan berjalan).C. Diagnosa fisioterapiDiagnosa fisioterapi ditegakan dari pemeriksaan dan evaluasi yang menyatakan hasil dari proses pemikiran klinis yang dapat menunjukan adanya problem fisioterapi misalnya tonus otot yang meningkat, keterbatasan gerak, dan gangguan aktifitas sehari-hari.

D. Perencanaan FisioterapiMenurut WCPT perencanaan adalah pertimbangan kebutuhan dan pengembangan rencana intervensi termasuk hasil terukur sesuai dengan tujuan dan disetujui pasien/ klien, family atau pelayan kesehatan lainnya. Perencanaan dapat menjadi alternative untuk dirujuk kepihak lain bila dipandang kasus tidak tepat untuk fisioterapi.

Langkah- langkah perencanaan: Menentukan tingkat kesembuhan yang optimal, waktu yang tepat untuk mencapai tujuan, tingkat-tingkat kesembuhan dan rencana tahapan, jenis intervensi setiap tahapan, rencana evaluasi akhir.

Planning dan program:1. Jangka pendeka. Keadaan yang mengancamb. Menunjang jangka panjang

2. Jangka panjangHasil and Goal

E. Intervensi FisioterapiMenurut KEPMENKES 1363 intervensi adalah untuk mencapai tujuan yang disepakati termasuk penanganan secara manual, meningkatkan gerakan, peralatan fisis, peralatan electroterapeutis, dan peralatan mekanis, pelatihan fungsional, peralatan bantu, instruksi dan konseling, koordinasi dan keseimbangan.Prosedur intervensi terdiri dari:1. Berdasarkan hasil assessment serta diagnose2. Pelaksanaan fisioterapi, misalnya intensitas, frekuensi, durasi3. Mempertimbangkan komplesitas berat ringannya kondisi klinis4. Mempertimbangkan kemampuan pasien5. Harapan pasien/klien, family

F. EvaluasiDilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami peningkatan setelah diberikan terapi atau terapi yang diberikan berguna bagi penyembuhan pasien ataukah harus di ubah. Meliputi analisa dan sintesa.

G. Home ProgramAdapun pemberian home program yang diberikan pada orang tua maupun keluarga anak cenderung berupa edukasi dalam pola pengasuhan yang diberikan dengan tujuan agar anak selalu diposisikan pada pola yang normal. Dalam memberikan latihan perlu diperhatikan keadaan dan kemampuan dari anak serta diusahakan untuk tidak memberikan latihan yang berlebih yang dapat mengurangi spastisitas dari tonus postural anak.

BAB IIILAPORAN KASUS

Nama Mahasiswa: Muhammad Akbar Alif HilmanNIM: 021111014

A. Data medis Rumah sakit1. Diagnosa medis: CP Spastik Diplegi2. Catatan Klinis:

B. Assesment Fisioterapia. Anamnesa1. Identitas AnakNama: An. RTempat/ tanggal lahir: Jakarta, 6 Maret 2003Usia: 11 tahun Jenis kelamin: PerempuanAgama: IslamAnak ke : 1 dari 1Alamat: Jl. Swadaya 1 RT 10/ 009 Jakarta timur

2. Identitas Orang tua INama Ayah: RinaldiUmur:Jenis Kelamin: Laki-lakiAgama: IslamStatus Perkawinan: Sudah menikahPekerjaan: WiraswastaAlamat: Jl. Swadaya 1 RT 10/ 009 Jakarta timur

3. Identitas Orang tua IINama Ibu: ErlinaUmur:Jenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamStatus perkawinan: Sudah menikahPekerjaan:Alamat: Jl. Swadaya 1 RT 10/ 009 Jakarta timur

b. Riwayat penyakit1. Keluhan Utama: Belum bisa berdiri, berjalan2. Riwayat Kandungan3. Riwayat KelahiranUsia Kandungan saat lahir: 7 bulan ( premature)Berat badan/ Panjang badan lahir: 1,42 kg/ 37 cmLingkar Kepala:29Upaya Persalinan: caesarKeterangan lain:Saat melahirkan anak di inkobator selama 22 hari, diarebenjolan di kepala40 hari dan dilakukan operasi pada usia 11 bulan, akupuntur pada usia 3,5 tahun.

C. Riwayat tumbuh kembang Usia 3 bulan, berguling Usia 2 tahun, duduk Usia 5 tahun merangkak Berdiri (-)

C. Pemeriksaan1. Pemeriksaan fisika) Tanda vital dan keadaan umumTekanan darah:Denyut nadi: 76 x/ menitPernafasan: 18 x/ menitTemperatur:Tinggi badan:Berat badan:Tingkat Kesadaran: Composmentis

2. Riwayat Penyakit sekarang:Saat ini pasien melakukan terapi di YPAC pada saat usia 9 tahun mulai dilakukan fisioterapi di bagian anak.

3. General ImpressionInspeksi: Anak datang dengan kursi roda dengandiantar oleh ibunya dan pasien tampak membungkuk.

4. Ability: Merangkak, berguling, duduk5. Disability: Duduk stabil, berlutu, berdiri, berjalan6. Tonus postural:Bagian anggota gerak bawah lebih spastic dari pada anggota gerak atas.7. Gambaran Tonus PosturalHead control kurang baik, trunk cenderung membungkuk ketika duduk, jari-jari menggenggam.8. Deformitas:9. Gambaran Kemampuan Kognitif:Sosialisasi anak kurang baik, murung

10. Pemeriksaan fungsi ADL: Makan : dibantu Berpakaian: dibantu Toileting: dibantu11. Problematik: Adanya ganggua postural pattern Adanya ketidak mampuan anak duduk stabil, berlutut, berdiri sendiri, dan berjalan Adanya gangguan ADL

II. Diagnosa FisioterapiAdanya gangguan aktifitas fungsional berjalan karena adanya tonus otot yang tinggi pada anggota gerak bawah akibat Cerebral Palsy Spastik diplegi.

III. Rencana Program Fisioterapia. Tujuan jangka pendek Menurunkan spatisitas Mengajarkan fungsi lengan dan tungkaib. Tujuan jangka panjang Mengoptimalkan gerak dan fungsi tungkai agar dapat berdiri dan berjalan secara mandiri. Mempertahankan dan memelihara kondisi pasien agar tidak memburuk.c. Rencana Intervensi Fisioterapi1. Modalitas Alternatif Massage Pasif exercise Aktif exercise Streatching hamstring dan achiles

IV. Home Program Memberikan edukasi kepada orang tua untuk selalu memperhatikan pola gerak anak di rumahnya misalnya, posisi anak saat duduk menonton tv. Lakukan komunikasi sesering mungkin agar lebih lancer saat pengucapan, pengejaan perkata lebih terdengar jelas, dan penggunaan kalimat bahasa yang mudah dimengerti. Tunjukan kepada anak bahwa orang tua senang dengan kehadirannya.

BAB IVPEMBAHASAN

Cerebral palsy spastic merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan tonus otot, menyebabkan postur menjadi spastic kaku pada satu ayau lebih anggota tubuh lengan atau tungkai. Selain tonus otot yang meningkat ada juga reflex tendon yang meningkat, kordinasi motor yang halus dan kasar terganggu. Sehingga dalam penanganan anak dengan kondisi cerebral palsy memerlukan suatu tindakan deteksi dini dan penanganan secara dini agar tidak terjadi suatu kelainan dan berkembangnya pola gerakan yang abnormal.

Pada kasus R, menderita cerebral palsy diplegi sehingga mengganggu aktifitas fungsionalnya yang membuat anak belum dapat melakukan ADL dengan baik, karena adanya cerebral palsy spastic diplegi yang menyebabkan anak belum mampu untuk berdiri dan berjalan dalam pola yang benar.

Sehingga intervensi yang diberikan berupa massage, streatching pada hamstring dan tendon Achilles. ;atihan koordinasi dan keseimbangan, latihan berdiri stabil dan berjalan.dengan total waktu latihan di YPAC 45mnt diharapkan menjadi tolak ukurdalam memberikan edukasi terhadap anak untuk dapat lebih sering mengulangnya di rumah.

Setelah dilakukan treatment maka hasil yang diharapkan anak lebih baik dari sebelimnya, mencegah terjadinya hal hal yang lebih buruk seperti terjadi tightness atau kontraktur dan kondisi tubuh mengalami peningkatan. Oleh karenaa itu latihan yang diberikan sebagai maintenance agar tidak menambah parah kondisi.

Daftar Pustaka

1. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2. Kurniadi, Adi. 2012. Cerebral Palsy. Makalah tidak diterbitkan. Departemen Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera3. Wahyudi, Nurma. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Cerebral Palsy Spastic Diplegi Dengan Terapi Latihan Metode Bobath Di YPAC Surakarta. KTI tidak diterbitkan. Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.4. Adnyana, I Made Oka. 1995. Tinjauan Kepustakaan: Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologis. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No 104.5. Buranda, Theopilus. dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.6. Pratiwi, Gusti. 2011. Karakteristik Penderita Cerebral Palsy yang mendapatkan pelayanan Fisioterapi di Makassar.Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.7. Tim Penyusun. 2002. Modul1 :Tumbuh Kembang Anak Normal Sebagai Tolok Ukur Kemampuan Gerak Anak CP. Pemda Provinsi Sul-Sel Dinas Kesehatan.