yoshbjbjbjbkgggbssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss11111111111111111111111111111111111111111111111233333333333333333333333333333335555555555555555555ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss12322222222222222222222222211444444444445555222222222222222225...
DESCRIPTION
ikenzjczgzycyz xyzc zyctbzytcyuzrcztrc5zecrzecrzeczwczc3z14232453564678768978777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777779999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999ssssssssssssssssssssssssTRANSCRIPT
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Titik fokus yang menjadi pusat perhatian suatu teori selalu ada. Ada yang
lebih mementingkan proses belajar, ada yang lebih mementingkan sistem
informasi yang diolah daam proses belajar, dan lain-lain. Namun faktor-faktor
lain diluar titik fokus itu seperti lingkungan juga selalu diperlukan untuk
menjelaskan proses belajar.
Pembelajaran menurut aliran kognitif, yang mana dalam pembelajaran
kognitif menitik beratkan belajar aktif, belajar lewat interaksi social, belajar lewat
pengalaman pribadi ini di kemukakan oleh jean piaget. Aliran kognitif berjalan
dengan baik dan sekerang ini diterapkan seperti pada kurikulum berbasis tujuan
pendidikan yang mana didalamnya mempunyai aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Jadi siswa di tuntut untuk aktif di dalam kelas ini merujuk pada
pembelajaran menurut aliran kognitif yang menjadikan siswa dapat aktif di dalam
proses pembelajaran karena di dalam pembelajarannya guru hanya sebagai
fasilitator, sedangkan siswa di sini tidak menjadi objek pembelajaran akan tetapi
siswa sebagai subjek dari pembelajaran
Pembahasan ini sangat penting karena mengingat proses belajar yang terjadi
didalam kelas berlangsung dalam proses komunikasi yang berisi pesan-pesan
yang berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip dan keterampilan yang sering
digunakan dalam sehari-hari. Proses pembelajaran dituntut untuk secara aktif
berpartisipasi. Keaktifan berpartisipasi ini memberikan kesempatan yang luas
mengembangkan potensi, bakat yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah,
maka dapat diidentifikasikan adanya beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini yang didapatkan hasil teori penelitian oleh para ilmuwan,adapun
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 2
masalah dalam makalah mengenai pembelajaran matematika aliran kognitif
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana teori belajar kognitif memperhatikan aspek siswa dalam
pembelajaran?
2. Bagaimana pendapat para ahli mengenai psikologi pembelajaran matematika
aliran kognitif?
Diantaranya teori piaget, teori brunner, teori gestalt, teori brownell, teori
dienes, teori van hiele
3. Bagimana aliran kognitif dapat diaplikasikan dalam pembelajaran ?
4. Bagaimana siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sekolah terutama pada
guru dan siswa yang laen dalam mengembangankan ranah kognitif ?
C. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi psikologi teori belajar kognitif?
2. Apa macam – macam konsep teori belajar kognitif?
3. Apa definisi teori piaget ?
4. Bagaimana pemberian penggunaan konsep teori piaget dalam pembelajaran
matematika ?
5. Apa definisi teori bruner ?
6. Bagaimana pemberian penggunaan konsep teori bruner dalam pembelajaran
matematika ?
7. Apa definisi teori gestalt ?
8. Bagaimana pemberian penggunaan konsep teori gestalt dalam pembelajaran
matematika ?
9. Apa definisi teori brownell ?
10.Bagaimana pemberian penggunaan konsep teori brownell dalam pembelajaran
matematika?
11. Apa definisi teori dienes ?
12. Bagaimana pemberian penggunaan konsep teori dienes dalam pembelajaran
matematika ?
13. Apa definisi teori van hiele ?
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 3
14.Bagaimana pemberian penggunaan konsep teori van hiele dalam pembelajaran
matematika?
15. Bagaimana hubungan psikologi teori belajar dengan proses pembelajaran?
16. Bagaimana aplikasi teori belajar kognitif?
E. Tujuan Pembahasan
1. Memahami ciri dan konsep teori belajar psikologi kognitif.
2. Mampu mengakplikasikan teori belajar kognitif terhadap pembelajaran
disekolah.
3. Mampu mengakplikasikan teori piaget terhadap pembelajaran disekolah.
4. Mampu mengakplikasikan teori bruner terhadap pembelajaran disekolah.
5. Mampu mengakplikasikan teori gestalt terhadap pembelajaran disekolah.
6. Mampu mengakplikasikan teori brownell terhadap pembelajaran disekolah.
7. Mampu mengakplikasikan teori dienes terhadap pembelajaran disekolah.
8. Mampu mengakplikasikan teori van hiele terhadap pembelajaran disekolah.
9. Mengetahui bagaimana cara menerapkan teori belajar kognitif dalam
pendidikan.
10. Mendeskripsikan implikasi teori belajar kognitif.
F. Manfaat Penulisan
1. Bagi Calon Guru
Untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa sehingga nanti pada saat
menjadi guru dapat menerapkan secara aktif dan menyesuaikan cara / metode
yang digunakan dalam pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang
maksimal.
2. Bagi Guru
Untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa sehingga guru dapat
menerapkan secara aktif dan menyesuaikan cara / metode yang digunakan
dalam pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
3 . Bagi Pembaca (Mahasiswa)
Sebagai bahan referensi.
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling
penting dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Dalam
dunia pendidikan belajar merupakan aktivitas pokok dalam penyelenggaraan
proses belajar-mengajar. Dimana melalui belajar seseorang dapat memahami
sesuatu konsep yang baru atau melalui perubahan tingkah laku, sikap dan
keterampilan.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada cara-cara seseorang
menggunakan pemikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan
pengetahuan yang telah dipeorleh dan disimpan pikirannya secara efektif.
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh
stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya
sendiri. Faktor-faktor intern ini berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi
untuk mengenal dunia luar dan dengan pengenalan itu manusia mampu
memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pandangan tersebut teori
belajar psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses perfungsian kognisi,
terutama unsur pikiran, dengan kata lain bahwa aktivitas belajar pada diri manusia
ditentukan pada proses internal dalam pikiran yakni proses pengolahan informasi.
Ciri – ciri aliran belajar kognitif :
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.
2. Mementingkan peranan kognitif
3. Mementingkangkan kondisi waktu sekarang
4. Mementingkan oembentukan struktur kognitif
5.Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
6.Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 5
Sesuai dengan kriteria matematika maka belajar matematika lebih
cenderung termasuk ke dalam aliran belajar kognitif yang proses dan hasilnya
tidak dapat dilihat langsung dalam konteks perubahan tingkah laku.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu
proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia
sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk
memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah
laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
B. Teori – Teori Belajar Kognitif
1.Teori Piaget
Jean Piaget menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai Skemata
(Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat,
memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena
bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga individu yang lebih dewasa
memliki struktur kognitif yang lebih lengkap dari pada ketika ia masih kecil.
Perkembangan skemata ini terus-menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya.
Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak.
Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran anak tersebut.
Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru
dilakukan dengan dua cara, yaitua similasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
pengintegrasian stimulus baru kedalam skemata yang telah terbentuk secara
langsung. Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru kedalam
skema yang telah terbentuk secara tidak lansung.
Tahap perkembangan kognitif:
• Tahap Sensori Motor (sejak lahir sampai dengan 2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui
perbuatan fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori(koordinasi alat indra).
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 6
• Tahap Pra Operasi (2 tahun sampai dengan 7 tahun)
Ini merupakan tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit.
Operasi konkrit adalah berupa tindakan tindakan kognitif seperti
mengklasifikasikan sekelompok objek, menata letak benda berdasarkan urutan
tertentu dan membilang.
Misal :
Dua utas tali sama panjang diletakan diatas meja, kemudian rentangannya
diubah. Hasilnya, anak akan mengatakan bahwa kedua tali tersebut menjadi
berbeda.
Panjang tali a sama dengan panjang tali b, tetapi panjang tali c tidak sama
panjang dengan tali d.
• Tahap Operasi Konkrit (7 tahun sampai dengan 11 tahun)
Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami konsep kekekalan,
kemampuan mengklasifikasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang
yang berbeda secara objektif, dan mampu berfikir reversible.
Misal :
Seorang anak diberi 20 bola kayu, 15 buah diantaranya berwarna
merah.Apabila ditanyakan manakah yang lebih banyak, bola kayu atau bola
berwarna merah ?
Anak pada tahap pra operasional menjawab bahwa bola merah lebih
banyak, sedangkan anak pada tahap operasi konkret menjawab bahwa bola kayu
lebih banyak dari pada bola berwarna merah.
Eksperimen tersebut menunjukan kepada kita bahwa anak pada tahap
operasi konkrit telah mampu memperhatikan sekaligus dua macam kelompok
yang berbeda. Ia telah dapat mengelompokan benda-benda yang memiliki
beberapa karakteristik ke dalam himpunan dan himpunan bagian dengan
karakteristik khusus, dan dapat melihat beberapa karakteristik suatu benda secara
serentak.
• Tahap Operasi Formal (11 tahun dan seterusnya)
Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara
kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan penalaran dengan
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 7
menggunakan hal-hal yang abstrak. Anak mampu bernalar tanpa harus
berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung, dengan hanya
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi.
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan penggunaan media pembelajaran
matematika ini adalah pada tahap operasi konkrit dimana siswa tidak akan bisa
memahami konsep tanpa benda-benda konkrit.
Misal :
Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “Pak Pendek” dan
untaian klip (penjepit kertas) untuk mengukur tinggi “Pak Pendek” itu. Kemudian
ditambahkan penjelasan dalam bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” itu mempunyai
teman “Pak Tinggi”. Lebih lanjut katakan bahwa apabila diukur dengan batang
korek api tinggi “Pak Pendek” empat batang sedangkan tinggi “Pak Tinggi” enam
batang korek api. Berapakah tinggi “Pak Tinggi” bila diukur dengan klip? Dalam
memecahkan soal tersebut, anak harus melakukan operasi terhadap operasi.
Pemanfaatan Teori Piaget
Lalu bagaimana relevansi teori peaget ini terhadap pembelajaran matematika ?
Pemanfaatan Teori Piaget dalam pembelajaran dapat dilihat pada pernyataan
berikut ini.
1.Mumusatkan pada proses berpikir atau proses mental, dan bukan sekedar pada
hasilnya.
2.Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
3.Memaklumi ada perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
Teori Piaget mengamsusikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan
perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu pada kecepatan berbeda.
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 8
2. Teori Brunner
Jerome Brunner menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil
jika proses pengajaran anak diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur
yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang
terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Bruner menyarankan
keaktifan anak dalam proses belajar secara penuh agar anak dapat mengenal
konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedag dibicarakan, sehingga
anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu.
Dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diberi kesempatan untuk
memanipulasi benda-benda dengan menggunakan media pembelajaran
matematika. Melalui penggunaan media pembelajaran matematika yang ada,
siswa akan melihat langsung keteraturan dan pola strukur yang terdapat dalam
penggunaan media pembelajaran matematika yang diperhatikannya. Tiga tahap
pembelajaran yang akan dilewati oleh siswa adalah sebagai berikut :
1. Model Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara
langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik) objek.
2. Model Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran
internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau
grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan
gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
3. Model Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi
Simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Selain mengembangkan teori perkembangan kognitif ,Bruner
mengemukakan teorema atau dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran
matematika.Berdasarkan hasil-hasil eksperimen dan observasi yang dilakukan
oleh Bruner pada tahun 1963 mengemukakan empat teorema dalil-dalil berkaitan
dengan pengajaran matematika yang masing-masing disebut “teorema atau dalil”
.Keempat dalil tersebut adalah :
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 9
a. Dalil Penyusunan (construction the orem)
Dalil ini menyatakan bahwa jika anak ingin mempunyai kemampuan
menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, anak harus dilatih untuk
melakukan penyusunan representasinya. Ini berarti, jika anak aktif dan terlibat
dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan
representasi tersebut, maka anak akan lebih memahaminya.
Misal :
Anak yang mempelajari konsep perkalian yang didasarkan pada prinsip
penjumlahan berulang, akan lebih memahami konsep tersebut. Jika anak tersebut
mencoba sendiri menggunakan garis bilangan untuk memperlihatakan proses
perkalian tersebut. Sebagai contoh untuk memperlihatkan perkalian, kita ambil 3 x
5, ini berarti pada garis bilangan meloncat 3 kali dengan loncatan sejauh 5 satuan,
hasil loncatan tersebut kita periksa, ternyata hasilnya 15. Dengan mengulangi
hasil percobaan seperti ini, anak akan benar-benar memahami dengan pengertian
yang dalam, bahwa perkalian pada dasarnya merupakan penjumlahan berulang.
b. Dalil Notasi (notation the orem)
Notasi memiliki peranan penting dalam penyajian konsep. Penggunaan
notasi dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan mental anak. Penyajiannya dilakukan dengan pendekatan spiral,
dimana setiap ideide matematika disajikan secara sistematis dengan menggunakan
notasi-notasi yang bertingkat.
c. Dalil Kekontrasan dan Keanekaragaman (contrasand variation the orem)
Pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan
pengubahan konsep dipahami dengan mendalam, diperlukan contoh-contoh yang
banyak, sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut.
Misal :
Untuk menjeaskan segitiga siku-siku, perlu diberi contoh dan gambar –
gambarnya tidak selalu tegak dalam kedudukan miring, tapi perlu juga diberikan
gambar dengan sisi miring dalam keadaan mendatar atau mebujur. Dengan cara
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 10
ini anak terlatih dalam memeriksa, apakah segitiga yang diberikan kepadanya
tergolong segitiga siku - siku atau tidak.
d. Dalil Pengaitan (connectivity the orem)
Dalam matematika itu satu konsep dengan konsep lainnya terdapat
hubungan erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang
digunakan. Materi yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya atau konsep
yang satudi perlukan untuk menjelaskan konsep lainnya.
Misal :
Misalnya konsep dalil phytagoras diperlukan untuk menentukan tripel
phytagoras atau pembuktian rumus kuadratis dalam trigonometri
Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:
1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.
Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat,
sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima
atau lingkaran.
2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah
nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah?
Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?
3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari
jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun
Ubin tersebut?
4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat
berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa,
kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk
berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita W,1995 dalam
Paulina panen, 2003 3.16)
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 11
3. Teori Gestalt
Tokoh aliran ini adalah John Dewey. Ia mengemukakan bahwa pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan
hal-hal berikut ini:
a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian,
b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan
intelektual siswa
c. Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.
Dari ketiga hal diatas, dalam menyajikan pelajaran guru jangan meberikan
konsep yang harus diterima begitu saja, melainkan harus lebih mementingkan
pemahaman terhadap proses terbentuknya konsep tesebut dari pada hasil akhir.
Untuk hal ini guru bertindak sebagai pembimbing dan pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan proses melalui metode indukatif.
Pendekatan dan metode yang digunakan tersebut haruslah disesuaikan pula
dengan kesiapan intelektual siswa. Siswa SMP masih ada pada tahap operasi
konkret, artinya jika ia akan memahami konsep abstrak matematika harus dibantu
dengan menggunakan benda konkret. Oleh karena itu dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar mulailah dengan menyajikan contoh konkret yang beraneka
ragam, kemudian mengarah pada konsep abstrak tersebut. Dengan cara seperti ini
diharapkan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan secara bermakna.
Kita ketahui bahwa faktor eksternal bisa mempengaruhi pelaksanaan dan
hasil belajar siswa. Oleh karena itu, sebelum, selama, dan sesudah mengajar guru
harus pandai – pandai (berusaha) untuik menciptakan kondisi agar siswa siap
untuk belajar dengan perasaan senang, tidak merasa terpaksa.
4. Teori Brownell
W. brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan
belajar bermakna dan pengertian. Dia mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya
merupakan suatu proses yang bermakna. Bila kita perhatikan, teori yang
dikemukakan brownell ini sesuai dengan proses teorin belajar mengajar gestalt,
yang muncul dipertengahan tahun 1930. Menurut teori belajar mengajar gestalt,
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 12
latihan hapal atau yang dikenal dengan sebutan drill adalah sangat penting dalam
kegiatan pengajaran. Cara ini ditetapkan setelah tertanamnya pengertian.
Aritmetika atau berhitung yang diberikan pada anak-anak SD dulu lebih
menitik beratkan hafalan dan mengasah otak. Aplikasi dari bahan yang diajarkan
dan bagaimana kaitannya dengan pelajaran – pelajaran lainnya sedikit sekali
dikupas. Menurut brownell anak – anak yang berhasil dalam mengikuti pelajaran
pada waktu itu memiliki kemampuan berhitung yang jauh melebihi anak – anak
sekarang. Banyaknya latihan yang diterapkan pada anak dan latihan mengasah
otak dengan soal – soal yang panjang dan sangat rumit merupakan pengaruh dari
doktrin displin formal.
Terdapat perkembangan yang menunjukan bahwa doktrin formal itu
memiliki kekeliruan yang cukup mendasar. Dari penelitian yang dilakasanakan
pada abad 19 terdapat hasil yang menunjukan bahwa belajar melalui latihan
hafalan dan mengasah otak, namun diperoleh anak melaui bagaimana anak
berbuat, berpikir, memperoleh persepsi dan lain – lain.
Brownell mengemukakan ada dua unsur utama berkenaan dengan teori drill pada
pengajaran matematika.
a. Teori drill memberikan tugas yang harus dipelajari siswa yang hampir
tidak mungkin dicapai. Menurut hasil penelitian menunjukkan anak yang
tahu 3 + 6 = 9 ternyata tidak tahu dengan baik, bahwa 6 + 3 = 9. Penelitian
lain menunjukkan bahwa penguasaan 3 + 6 = 9 tidak menjamin
dikuasainya 13 + 6 = 19, 23 + 6 = 29 atau 43 + 6 = 49, dan sebagainya.
b. Unsur yang lainnya berkaitan dengan reaksi yang dihasilkan oleh drill.
Pada saat guru memberikan drill pada keterampilan aritmetika, ia
berasumsi bahwa murid akan berlatih sebagai reaksi dari yang telah
ditentukan. Misalkan pada waktu guru memberi tugas 4 + 2 = 6 dan 9 – 5
= 4, ia mengharap semua siswa akan dengan diam berfikir atau
mengucapkan dengan keras, 4 dan 2 sama dengan 6, 9 dikurangi 5 sama
dengan 4. Guru percaya dengan sering mengulanginya akhirnya siswa
selalu menjawab 6 dan 4 untuk ke dua tugas tersebut. Kemudian melalui
penelitian diketahui bahwa hanya 40% dari siswa yang dapat menjawab
dengan benar berdasarkan ingatannya. Kegiatan ini menunjukkan bahwa
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 13
drill tidak menghasilkan respons otomatis untuk siswa-siswa di kelas 1 dan
kelas 2 SD, padahal tugas dan beban belajar mereka relatif lebih sedikit
bila dibandingkan dengan kelas-kelas yang lebih atas.
5. Teori Dienes
Zoltan P.Dienes adalah seorang matematikawan yang memfokuskan
perhatiannya pada cara pengajaran. Dienes menekankan bahwa dalam
pembelajaran sebaiknya dikembangkan suatu proses pembelajaran yang menarik
sehingga bisa meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Dienes
mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran sangatlah penting untuk
menyajikan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dalam bentuk yang
konkrit. Hal ini dilakukan agar konsep dan prinsip tersebut dapat dipahami dengan
baik oleh siswa. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek
dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik
dalam pengajaran matematika.
Konsep Matematika menurut Dienes
Menurut Dienes, ada tiga jenis konsep matematika yaitu konsep murni
matematika, konsep notasi, dan konsep terapan.
1. Konsep murni matematis
Konsep matematis murni berhubungan dengan klasifikasi bilangan-
bilangan dan hubungan-hubungan antar bilangan, dan sepenuhnya bebas
dari cara bagaimana bilangan-bilangan itu disajikan. Sebagai contoh,
enam, 8, XII, 1110 (basis dua), dan Δ Δ Δ Δ, semuanya merupakan contoh
konsep bilangan genap; walaupun masing-masing menunjukkan cara yang
berbeda dalam menyajikan suatu bilangan genap.
2. Konsep notasi
adalah sifat-sifat bilangan yang merupakan akibat langsung dari
cara penyajian bilangan. Fakta bahwa dalam basis sepuluh, 275 berarti 2
ratusan ditambah 7 puluhan ditambah 5 satuan merupakan akibat dari
notasi nilai tempat dalam menyajikan bilangan-bilangan yang didasarkan
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 14
pada sistem pangkat dari sepuluh. Pemilihan sistem notasi yang sesuai
untuk berbagai cabang matematika adalah faktor penting dalam
pengembangan dan perluasan matematika selanjutnya.
3. Konsep terapan
adalah penerapan dari konsep matematika murni dan notasi untuk
penyelesaian masalah dalam matematika dan dalam bidang-bidang yang
berhubungan. Panjang, luas dan volume adalah konsep matematika
terapan. Konsep-konsep terapan hendaknya diberikan kepada siswa setelah
mereka mempelajari konsep matematika murni dan notasi sebagai
prasyarat. Konsep-konsep murni hendaknya dipelajari oleh siswa sebelum
mempelajari konsep notasi, jika dibalik para siswa hanya akan menghafal
pola-pola bagaimana memanipulasi simbol-simbol tanpa pemahaman
konsep matematika murni yang mendasarinya. Siswa yang membuat
kesalahan manipulasi simbol seperti 3x + 2 = 4 maka x + 2 = 4 – 3, = x,
a2 x a3 = a6, dan = x + berusaha menerapkan konsep murni dan konsep
notasi yang tidak cukup mereka kuasai.
6. Teori Van Hiele
Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh
Van Hiele (1954), yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak
dalam geometri. Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang
mengadakan penelitian dalam pengajaran geometri. Menurut Van Hiele ada tiga
unsur dalam pengajaran matematika yaitu waktu, materi pengajaran dan metode
pengajaran, jika ketiganya ditata secara terpadu maka akan terjadi peningkatan
kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir lebih tinggi.
A.Tingkat kognitif menurut Van Hiele
Tahapan berpikir atau tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam
pembelajaran geometri, menurut Van Hiele adalah sebagai berikut:
Level 0. Tingkat Visualisasi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini, siswa
memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan (wholistic).
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 15
Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan komponen-komponen dari
masing-masing bangun. Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini siswa
sudah mengenal nama sesuatu bangun, siswa belum mengamati ciri-ciri dari
bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa tahu suatu bangun bernama
persegi panjang, tetapi ia belum menyadari ciri-ciri bangun persegi panjang
tersebut.
Level 1. Tingkat Analisis
Tingkat ini dikenal sebagai tingkat deskriptif. Pada tingkat ini siswa
sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-ciri dari masing-
masing bangun. Dengan kata lain, pada tingkat ini siswa sudah terbiasa
menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifat-
sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut
Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa sudah bisa mengatakan bahwa
suatu bangun merupakan persegipanjang karena bangun itu “mempunyai
empat sisi, sisi-sisi yang berhadapan sejajar, dan semua sudutnya siku-siku”
Level 2. Tingkat Abstraksi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengurutan atau tingkat relasional.
Pada tingkat ini, siswa sudah bisa memahami hubungan antar ciri yang satu
dengan ciri yang lain pada sesuatu bangun. Sebagai contoh, pada tingkat ini
siswa sudah bisa mengatakan bahwa jika pada suatu segiempat sisi-sisi yang
berhadapan sejajar, maka sisi-sisi yang berhadapan itu sama panjang. Di
samping itu pada tingkat ini siswa sudahmemahami pelunya definisi untuk
tiap-tiap bangun. Pada tahap ini, siswa juga sudah bisa memahami hubungan
antara bangun yang satu dengan bangun yang lain.
Misalnya pada tingkat ini siswa sudah bisa memahami bahwa setiap
persegi adalah juga persegipanjang, karena persegi juga memiliki ciri-ciri
persegipanjang.
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 16
C .Hubungan aliran kognitif dengan pembelajaran
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan
oleh stimulus yang berada dari luar dirinya , melainkan oleh faktor yang ada pada
dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang
berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengalaman itu manusia mampu
memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pandangan itu, teori psikologi
kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi,
terutama unsure pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang
datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan
pada proses internal dalam berfikir, yakni proses pengelolaan informasi.
Kegiatan pengelolaan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu
akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya jumlah
informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula kinerja
seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis dan cara
perberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana sesaeorang
mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk
merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu teori belajar
kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk
belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan
disimpan didalam didalam pikirannya secara efektif.
Teori belajar kognitif menekankan pada kemampuan siswa dan
menganggap bahwa siswa sebagai subjek didik. Jadi siswa harus aktif dalam
proses belajar mengajar, Fungsi guru adalah menyediakan tangga pemahaman
yang puncaknya adalah tangga pemahaman paking tinggi, dan siswa harus
mencari cara sendiri agar dapat menaiki tangga tersebut. Jadi peran guru adalah:
a) Memperlancar proses pangkonstruksian pengetahuan dengan cara membuat
informasi secara bermakna dan relevan dengan siswa,
b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan atau
menerapkan gagasannya sendiri , dan
c) Membimbing siswa untuk menyadari dan secara sadar menggunakan strategi
belajar sendiri.
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 17
D. Aplikasi Teori Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas
belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan
proses internal. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan
strategi dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik sebagaimana pada teori
behavioristik namun dengan memperhitungkan kebebasan dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Karakteristik dari proses belajar ini adalah:
a. Belajar merupakan proses pembentukan makna berdasarkan pengetahuan yang
sudah dimiliki melalui interaksi secara langsung dengan obyek.
b. Belajar merupakan proses pengembangan pemahaman dengan membuat
pemahaman baru.
c. Agar terjadi interaksi antara anak dan obyek pengetahuan, maka guru harus
menyesuaikan obyekdengan tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki anak.
d. Proses belajar harus dihadirkan secara autentik dan alami. Anak dihadirkan
dalam situasi obyek sesungguhnya dan harus sesuai dengan perkembangan
anak.
e. Guru mendorong dan menerima otonomi dan insiatif anak.
f. Memberi kegiatan yang menumbuhkan rasa keingintahuan siswa dan
membantu mereka untuk mengekspresikan ide dan mengkomunikasikannya
dengan orang lain.
g. Guru menyusun tugas dengan menggunakan terminologi kognitif yaitu
meminta anak untuk mengklasifikasi, menganalisa, memprediksi.
h. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk merespon proses
pembelajaran.
i. Guru memberi kesempatan berpikir setelah memberi pertanyaan.
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi pembelajaran matematika aliran kognitif adalah kajian studi
ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi
bagaimana informasi dipeorleh, dipresentasikan dan ditransperkan sebagai
pngetahuan. Pengetahuan itu muncul kembali sebagai petunjuk dalam sikap
dan perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi kognitif juga disebut
psikologi pemproses informasi.
Ciri – ciri aliran belajar kognitif :
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.
2. Mementingkan peranan kognitif
3. Mementingkangkan kondisi waktu sekarang
4. Mementingkan oembentukan struktur kognitif
5.Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
6.Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
Prinsip – prinsip utama pembelajaran kognitif adalah :
1. Pembelajaran yang aktif
2. Prinsip belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran anak
diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok
bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-
konsep dan struktur-struktur tersebut
3. pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru harus
memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian,
b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan
intelektual siswa
c. Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.
.
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 19
4. Adanya guru yang memberikan arahan agar siswa tidak melakukan banyak
kesalahan dalam mengunakan kesempatannya untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman yang positif.
5. belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang bermakna
6. pembelajaran sebaiknya dikembangkan suatu proses pembelajaran yang
menarik sehingga bisa meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran
matematika
7. Pembelajaran dilakukan dari pengenalan umum ke khusus (Ausable) dan
sebaliknya dari khusus ke umum atau dari konkrit ke abstrak (Piaget).
8. Pembelajaran tidak akan berhenti sampai ditemukan unsur-unsur baru lagi
untuk dipelajari.
9. Adanya kesamaan konsep atau istilah dalam suatu konsep biasa sangat
mengganggu dalam pembelajaran karena itulah penyesuaian integrative
dibutuhkan.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas kami memberikan beberapa saran sebagai berikut;
1. Bagi calon guru , supaya dapat mengefektifkan apabila nanti menjadi
seorang guru cara belajar siswa yang aktif , menunjang prestasi siswa , dan
mengembangkan ranah kognitif.
2. Bagi guru , supaya dapat mengefektifkan cara belajar siswa yang aktif ,
menunjang prestasi siswa , dan mengembangkan ranah kognitif
3. Bagi pembaca ,
Makalah ini belum sempurna sebagaimana yang diperlukan maka kami
sangat mengharapkan kritik, saran, ide demi memperbaiki makalah
berikutnya.
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif 20
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Supriono, Widodo. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Biggs, J.B & Collis, K.F. (1982). Evaluating The Quality Of Learning: the SOLO
Taxonomy. New York: Academic Press
Suherman, Erman & Winataputra, Udin S. (1992). Strategi Belajar Mengajar
Matematika. Dipdikbud. Jakarta.
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Hudoyo, Herman.1988.Belajar Mengajar Matematika.Jakarta:Depdikbud
Http://nurrahmanmechy.blogspot.com/2009/05/teori-belajar-matematika-teori-
belajar 9182.html. Diunduh tanggal 1 Oktober 2011.
Karso, dkk. 2000. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas terbuka
http://thabilkharisma.blogspot.com/2012/01/teori-belajar-arthur-william-
brownell.html
http://catatantanti.blogspot.com/2012/08/teori-belajar-piaget-bruner-dan-
gestalt_5.html