yha
DESCRIPTION
tepung TT1TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PASCA PANEN 1
Pengecilan Ukuran
Oleh :
Nama : Laraswati Dwi Nugrahani
NPM : 240110140008
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 20 Nopember 2015
Waktu : 08.00-10.00 WIB
Co. Ass : 1. Aditya Ramadhan
2. Cindy Almas Ramadha
3. Jeremia Kristian
4. Prisilia Ratna
5. Shayana Junita
LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Nilai :
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam tahapan pasca panen pada bidang industri pertanian merupakan hal
yang sangat penting selain tahapan-tahapan sebelumnya. Pada tahapan ini
diharapkan pelaku pertanian mampu mengolah hasil pertanian yang berupa bahan
baku utama bahan pangan sehingga memiliki nilai jual yang tinggi dan
meningkatkan mutu dari kualitas bahan pangan tersebut.
Seperti yang kita ketahui bahwa bahan pertanian merupakan bahan hidup
yang apabila tidak mengalami perlakuan yang sesuai akan mengalami kerusakan
baik pada saat penyimpanan ataupun pada saat penanganan hasil pertanian
tersebut. Pada umumnya produk percobaan berada dalam bentuk padat dan
umumnya sulit untuk ditangani dibandingkan dengan cairan atau gas. Pada saat
proses, bentuk padat bisa berupa benda dengan ukuran yang besar dan tidak
beraturan. Sehingga sangat penting untuk menemukan cara untuk memanipulasi
kesuatu bentuk akhir produk yang lebih mudah untuk ditangani.
Pada praktikum kali ini mahasiswa dituntut untuk dapat melakukan proses
pengecilan ukuran bahan pertanian baik secara manual (daya manusia) ataupun
dengan bantuan alat mesin pertanian yang berupa mesin pemotong dan pemarut.
Hal ini pada akhirnya akan memperoleh bentuk dari produk hasil pertanian yang
lebih simple dan mudah untuk disimpan ataupun dilakukan proses TPHP lainnya
seperti pembuatan produk baru dengan nilai ekonomi yang lebih besar pula.
Dengan demikian kita dapat memperoleh hasil yang lebih besar dari nilai jual
yang kita dapatkan.
1.2 Tujuan Praktikum
Mengukur dan mengamati pengecilan ukuran bahan hasil peranian dengan
mengkaji performasi mesin, kapasitas throughout, kapasitas output dan rendemen
hasil pengecilan ukuran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengecilan Ukuran
Pengecilan ukuran merupakan salah satu dari satuan operasi dimana bahan
hasil pertanian dikecilkan ukurannya dengan mengaplikasikan gaya tumbuk, gaya
gesek dan tekan. Salah satu contoh pengecilan ukuran diantaranya adalah
pemotongan buah dan sayur untuk pengalengan, pengirisan kentang untuk keripik
kentang, penggilingan jagung untuk pakan ternak, penepungan gandum dalam
pembuatan tepung terigu untuk bahan baku pembuatan roti. Pengecilan ukuran
dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanis pengecil ukuran dengan
prasyarat pada bahan yang dikecilkan tidak terjadi perubahan sifat-sifat kimianya,
keseragaman dalam bentuk dan ukuran bahan setelah dikecilkan merupakan
tujuan yang diharapkan. Akan tetapi hal-hal tersebut sulit untuk dicapai.
Pengecilan ukuran memiliki manfaat dalam pengolahan pangan :
1. Terjadi peningkatan dalam luas permukaan bahan terhadap rasio volume
bahan sehingga menaikkan kapasitas laju pengeringan, pemanasan, dan
pendinginan, serta meningkatkan efisiensi dan laju ekstraksi komponen yang
dapat larut.
2. Apabila pengecilan ukuran dikombinasikan dengan pengayakan, pengecilan
ukuran dapat menentukan ukuran bahan pertikel yang dihasilkan, sehingga
memudahkan dalam pengklasifikasian ukuran.
3. Ukuran pertikel yang seragam memungkinkan lebih menyempurnakan
pencampuran bahan baku, contoh pencampuran tepung kue siap olah.
Pengecilan ukuran dan emulsifikasi memiliki sedikit atau tidak memiliki
pengaruh terhadap pengawetan. Tapi pengecilan ukuran dan emulsifikasi
diterapkan untuk meningkatkan kualitas pangan untuk tahap proses lebih lanjut.
Dalam beberapa produk pangan pengecilan ukuran dan emulsifikasi
memungkinkan meningkatkan kerusakan dengan terjadinya pelepasan enzim-
enzim secara alami dari jaringan yang rusak atau akibat aktivitas mikrobiologi dan
oksidasi yang terjadi pada setiap luas permukaan yang terkena proses pengecilan,
kecuali jika perlakuan pengawetan diterapkan.
Bahan hasil pertanian sebelum diproses umumnya memiliki ukuran butiran
yang terlalu besar untuk digunakan, maka untuk itu perlu diperkecil melalui
proses pengecilan ukuran. Operasi pengecilan ukran dapat dibagi menjadi dua
kategori utama, yaitu :
1. Pengecilan ukuran untuk bahan padat
Pengecilan ukuran untuk bahan padat dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :
a. Pemotongan (cutting)
b. Penghacuran/ penggilingan (crushing)
c. Pengikisan/ penyosohan (grinding)
d. Penggilingan (milling)
2. Pengecilan ukuran untuk bahan cair
Pada bahan cair dilakukan dengan cara emulsifikasi dan atomisasi. (Zein
Nasution, 1982)
Proses pengecilan ukuran biasanya dilakukan scara mekanik, dan tanpa
menimbulkan terjadinya perubahan sifat-sifat kimiawi pada bahan. Keseragaman
ukuran dan bentuk dari setiap individu butiran produk akhir dari hasil pengecilan
ukuran diharapkan dan diinginkan, akan tetapi sulit dicapai. Setiap proses
pengecilan ukuran seperti proses pengirisan buah-buahan atau sayuran untuk
dikalengkan, penyawutan ubi-ubian untuk pengeringan, merajang tongkol jagung
untuk pakan ternak, penggilingan mineraluntuk pembuatan pupuk , penggilingan
biji-bijian untuk pakan ternak dan penggilingan dalam pembuatan tepung,
merupakan contoh-contoh proses pengecilan ukuran pada bahan-bahan hasil
pertanian. Ada beberapa peranan atau fungsi dari pengecilan ukuran antara lain:
1. Untuk memperluas luas permukaan bahan hasil pertanian. Misalnya pada
proses pengeringan bahan pertanian. Proses pengeringan akan berjalan efektif
jika luas permukaan bahan diperluas. Karena bahan pertanian segar umumnya
memiliki kandungan air yang tinggi, sehingga untuk mencegah timbulnya
kerusakan terhadap bahan pertanian tersebut perlu dilakukan pengeringan.
2. Voluminous atau untuk mempermudah pengemasan bahan hasil pertanian.
3. Untuk mempermudah penanganan bahan hasil pertanian berikutnya.
Ada beberapa rumus untuk menghitung dalam pengcilan ukuran
1.Rendemen pengupasan = b kg
a kgx 100%
2.2
2.Rendemen penyerutan = c kg
b kgx 100%
3.Kapasitas output teoritis = π .D . Np
60. p .1 . n. ρ
Np = d 1d2
x Nm
Keterangan : Np = RPM silinder penyerut
Terdapat tiga tipe gaya yang bisa diterapkan untuk mengecilkan ukuran bahan
hasil pertanian, yaitu :
1. Gaya tekan
2. Gaya tumbuk
3. Gaya geser
Ketika semua gaya bekerja pada sebuah bahan, maka akan menghasilkan
regangan internal yang menyebabkan perubahan bentuk jaringan di dalam bahan.
Pada beberapa kejadian, regangan tak melebihi dari suatu batasan kritis tertentu
yang dinamai batas tegangan elastis (E). Apabila tegangan pada bahan tersebut
dilepas, jaringan tersebut akan kembali pada bentuk semula dan melepaskan
energi yang terkandung dalam bentuk energi panas. Apabila ditelaah lebih jauh
lagi, hanya 1% energi digunakan untuk pengecilan ukuran. Bagaimanapun, ketika
bahan hasil pertanian diregangkan di atas tegangan elastis, maka bahan hasil
pertanian tersebut akan mengalami perubahan bentuk secara permanen.
Apabila tegangan diteruskan, regangan akan mencapai suatu batas regang
(Y), jika tegangan dilanjutkan di atas batas regangan maka bahan tersebut akan
melentur (dikenal sebagai daerah duktilitas). Jika tegangan diberi lebih lanjut di
atas titiknya maka bahan hasil pertanian akan patah sepanjang garis kelemahannya
(a line of weakness). Sebagian dari energi yang terjkandung di dalam bahan
kemudian dilepaskan sebagai bunyi dan energi panas.
Energi yang terserap oleh suatu bahan hasil pertanian sebelum patah
ditentukan oleh kekasaran bahan dan kecenderungan untuk retak (kerapuhan)
yang terkandung pada struktur bahan hasil pertanian tersebut. Bahan hasil
pertanian yang keras akan menyerap energi lebih besar dan memerlukan energi
input lebih besar untuk menghasilkan retakan. Gaya tekan digunakan untuk
mermatahkan bahan hasil pertanian yang bersifat rapuh dan bahan hasil pertanian
yang bersifat kristal.
Gabungan gaya tumbuk dan gaya geser diterapkan pada bahan pangan
berserat, dan gaya geser digunakan untuk penggilingan/penepungan. Diasumsikan
bahan hasil pertanian mengalami retakan pada tingkat tegangan yang lebih rendah
jika gaya yang digunakan pada jangka waktu yang lebih lama. Tingkat pengecilan
ukuran, energi yang diperlukan dan jumlah energi panas yang dihasilkan dalam
bahan hasil pertanian tergantung pada gaya dan waktu yang digunakan
Faktor lain yang mempengaruhi energi input adalah kadar air dan sensitivitas
bahan terhadap energi panas. Kadar air bahan mempengaruhi tingkat pengecilan
ukuran dan mekanisme kerusakan pada beberapa bahan hasil peranian. Msialnya
pada gandum, kadar air gandum dikondisikan sebelum ditepungkan,. Menurut
kent (1983) kandungan air dalam bahan kering dapat mempengaruhi bahan
tersebut untuk menggumpal, dan hal ini dapat menganggu proses penepungan.
Jumlah energi panas yang dihasilkan dalam penepung berkecepatan tinggi.
Sensitivitas erergi panas bahan menentukan batas suhu bahan yang diijinkan dan
keperluan untuk mendinginkan alat penepung. Mislanya rempah-rempah sebelum
ditepungkan, terlebih dahulu dicampurkan dengan nitrogen cair atau
karbondioksida padat, hal ini bertujuan agar bahan tetap dingin selama proses
penepungan berlangsung dan komponen bahan yang mudah menguap dapat
dikendalikan.
2.2 Karakteristik Ukuran
Perfomansi dari mesin pengecil uikuran ditinjau dari kapasitas, daya yang
diperlukan per satuan bahan yang dikecilkan ukuran dan bentuk bahan sebelum
dan sesudah dikecilkan. Maka dari itu, ukuran dan bentuk bahan yang dikecilkan
berkaitan erat dengan sifat-sifat fisik bahan, cara penanganan dan pengecilan
bahan yang digunakan. Secara umum sulit menyatakan ukuran dan bentuk suatu
bahan pertanian. Secara teoritis, untuk memudahkan perhitungan, maka bahan
hasil pertanian dianggap memiliki bentuk geometris tertentu, diantaranya bentuk
kubus, bulat, atau bentuk geometris lainnya. Tujuan lain mempelajari sifat fisik
bahan adalah memudahlan dalam propses pengecilan ukuran.
Setelah mengalami pengecilan ukuran, partikel yang dihasilkan dapat dibagi
ke dalam tiga tingkatan ukuran.
1. Partikel ukuran kasar
Partikel bahan hasil pengecilan dapat diukur dengn musdah dan musdah
dilihat dengan mata telanjang. Tingklatan ukuran partikel ini lebih dari 1/8 invhi.
Contohnya potongan buah kalengan.
2. Partikel ukuran saringan/ayakan
Partikel bahan hasil pengeciln ukiuran berukuran berkisr 0,125 – 0,0029 inchi
dapat dikatakan sebaha bahan pangan ini berukuran saringan/ayakan. Contohnya
gula pasir
3. Partikel ukuran mikroskopis
Partikel dikatakan mikroskopis jika partikel berukuran lebih kecil dari 0,0029
inchi. Misal debu, teping, dan lain-lain.
2.3 Peralatan Pengecil Ukuran
Pada umumnya daging, buah, dan sayur tergolong bahan berserat. Daging
dibekukan dan dikondisikan di bawah titik beku, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi pemotongan. Buah-buahan dan sayur-sayuran memiliki
matriks serta lebih padat dan dipotong pada suhu lingkungan atau suhu dingin.
Secara umum, terdapat lima peralatan yang digunakan untuk bahan berserat,
yaitu :
1. Peralatan Pengiris (Slicing)
Peralatan pengiris terdiri atas mata pisau yang berputar yang berfungsi untuk
mengiris bahan lewat di bawahnya. Contoh penggunaan peralatan ini adalah pada
pengirisan daging. Daging diletakkan di atas suatu conveyor, kemudian
dihantarkan untuk diiris berlawanan terhadap mata pisau.
2. Peralatan Pengkubus/pendadu (Dicing)
Prinsip kerja peralatan pengkubus adalah sebagai berikut, pertama-tama bahan
diiris kemdian dipotong sehingga berbentuk kubus atau dadu dengan
menggunakan mata pisau yang berputar. Potongan yang telah dihasilkan
diumpankan kembali pada pisau bagian kedua yang beroperasi pada bagian
sebelah kanan sudut dari pisau yang pertama sehingga memotong bahan menjadi
berbentuk kubus.
3. Peralatan Penyeprih (Flaking)
Peralatan ini cocok untuk ikan, kacang-kacangan atau daging. Potongan dapat
berbentuk pipih, diatur berdasarkan penyesuaian bentuk mata pisau dan jarak
potong.
4. Peralatan Pencabik (Shearing)
Bila diperhatikan bentuk potongan daging yang terdapat pada kemasan mie
instan, awalnya bentuk ini dihasilkan dari peralatan yang dimodifikasi dengan alat
penumbuk berbentuk palu. Bagian kedua dari alat ini disebut juga dengan
disintegrator. Disintegrator terdapat dua piringan yang masing-masing memiliki
mata pisau. Dua piringan ini saling berputar berlawanan arah dan bahan hasil
pertanian yang diumpankan akan terpotong berdasarkan gaya geser dan gaya
potong.
5. Peralatan Pengekstrak(Pulping)
Peralatan ini digunakan untuk mengekstrak buah dan sayur serta melumatkan
daging, buah dan sayur. Cara kerja merupakan kombinasi antara gaya kompresi
dan gaya geser.
2.4 Pengupasan
Langkah pertama dalam penanganan adalah pengupasan, di mana ini langkah
ini mampu menurunkan potensi keracunan asam sianida dari bahan mentah karena
kulit yang sekitar 15% dari berat total mengandung 5 sampai 10 kali lebih banyak
bahan-bahan yang berpotensi menimbulkan keracunan. Namun demikian,
pengupasan juga membuang enzim linamarin, yang berguna untuk netralisasi
racun dalam proses pengolahan, dalam jumlah besar yang terdapat pada kulit.
Misalnya, pemarutan ubikayu dengan kulitnya seperti yang dilakukan di Brazil
dlam pembuatan farinha, dapat menghilangkan potensi asam sianida dalam
pengolahan selanjutnya.
Pengupasan biasanya dilakukan secara manual menggunakan pisau.
Kapasitasnya tidak terlalu besar, sekitar 25 kg/jam/orang, tetapi memberikan hasil
terbaik. Alat pengupas mekanis telah dibuat dengan desain yang sederhana
sehingga dapat diproduksi oleh bengkel kecil dengan performa yang cukup baik
dan susut yang minimum, namun pada umumnya pengupas mekanis tingkat
efisiensinya rendah. Untuk beberapa tahun ke depan, pengupasan manual masih
merupakan pilihan utama.
2.5 Pengecilan ukuran dengan pemarutan
Ukuran ubikayu kadangkala terlalu besar untuk diolah langsung sehingga
perlu dikecilkan ukurannya sebelum diolah. Dalam pembuatan gaplek atau tepung
ubikayu, di tingkat rumah tangga, ubikayu dirajang secara manual menggunakan
pisau. Pekerjaan berlangsung lambat dan menghasilkan irisan yang tidak seragam,
memerlukan 3 sampai 7 hari penjemuran untuk pengeringannya sehingga
menimbukan bau asam. Perajangan manual mempunyai kelebihan dalam
menghasilkan rajangan yang ebih tipis dan seragam sehingga dapat dikeringkan
dengan lebih cepat melalui penjemuran. Irisan ubikayu berbentuk jari tangan lebih
menguntungkan dalam penjemuran, karena irisan yang tipis cenderung menempel
satu sama lain sehingga harus selalu diurai dalam penjemuran, bila tidak hasil
pengeringan tidak seragam. Irisan ubikayu sebesar jari kelingking dapat
dikeringkan melalui penjemuran selama 6 sampai 8 jam. Bila dikerjakan secara
manual, perajangan berkapasitas 60 sampai 70 kg/jam, sedangkan perajang
mekanis berkapasitas hingga 1 ton/jam.
Langkah pertma dalam persiapan pengolahan ubikayu menjadi bahan
pangan adalah pengecilan ukuran, bisa dilakukan dengan pemarutan atau
penumbukan. Contoh pengolahan seperti ini dijumpai pada pembuatan gari di
nigeria, farinha di Brazil, roti ubikayu di beberapa negara di Amerika Selatan dan
Kepulauan Karibia. Ekstraksi pati ubikayu juga dilakukan setelah pemarutan.
Proses pemarutan biasanya dapat menurunkan bahkan menghilangkan potensi
keracunan akibat aktifitas enzim linamarase yang dibebaskan melalui pemarutan.
Dalam pembuatan pati, hasil parutan biasanya dicuci dan pati dipisahkan melalui
pengendapan.
Di Nigeria, pemarutan dilakukan secara mekanis menggunakan mesin
pemarut yang dapat dioperasikan secara manual maupun digerakkan dengan
motor bakar. Tipe manual berkapasitas 30 kg/jam, sedangkan tipe penggerak
motor bakar berkapasitas hingga 800 kg/jam. Ubikayu yang dipanen muda
biasanya lebih mudah diparut dibandingkan ubikayu yang dipanen pada umur
yang tua karena banyak mengandung serat kayu.
2.6 Perajangan (slicing)
Perajangan (slicing) adalah proses pengecilan ukuran bahan dengan
menggunakan pisau untuk mendapatkan ukuran panjang potongan yang lebih
kecil dan tipis dengan arah melintang, miring, atau sejajar panjang bahan yang
dipotong. Tujuan utama dari perajangan yaitu untuk memperkecil ukuran bahan
sehingga dapat mempercepat proses pengeringan karena permukaan yang
diperbesar dan pada akhirnya penurunan kadar air lebih cepat selama masa
pengeringan. Walaupun pada dasarnya mengiris, merajang, atau memotongadalah
sama, tetapi perajangan yang dilakukan baik di atas landasan maupun tidak,
biasanya menggunakan pisau atau alat-alat lain yang sesuai dengan keperluannya.
Perajangan juga dilakukan untuk mendapatkan produk yang tipis dan beragam.
Pada dasarnya dalam perajangan diperlukan pisau pengiris yang tipis dan tajam,
arah perajangannya dapat ke segala arah, ukuran lebar irisan relatif besar bila
dibandingkan dengan tebalnya. Pada umumnya produk yang diperoleh diharapkan
mempunyai struktur dan bentuk yang baik serta beragam (Darji, 1986).
Mesin perajang dengan satu jenis pisau menghasilkan irisan tipis dengan
dua permukaan irisan. Untuk kebutuhan pemakaiannya baisanya akan disesuaikan
dengan keperluan pangan maupun keperluan lain, dimana dilakukan dengan
alat/mesin perajang yang menggunakan pisau pada landasan. Masing-masing
mesin perajang akan memberikan hasil irisan yang berbeda. Mesin perajang
dengan satu jenis pisau akan memberikan hasil irisan yang mempunyai dua
permukaan irisan. Mesin perajang yang menggunakan dua jenis pisau akan
menghasilkan irisan dengan empat permukaan irisan, mesin dengan tiga jenis
pisau akan menghasilkan irisan dengan enam permukaan irisan dan dapat
beebentuk kubus. Ketiga jenis mesin tersebut banyak digunakan di industri-
industri makanan, saperti kerupuk singkong, potato chips, dan beberapa jenis
makanan yang berbentuk kubus (Pearson, 1990).
Mesin perajang dengan pisau bergerak, baik yang bergerak secara
horisontal maupun vertikal, bahan yang akan dirajang didorong dengan arah tegak
lurus atau membuat sudut tertentu terhadap bidang lintasan pisau. Akan tetapi,
pada mesin yang pisaunya diam, bahan yang dirajang akan mendapat dua doronan
yang arahnya tegak lurus terhadap bidang rajangan dan sejajar bidang rajangan
(anonim, 2002).
Gambar 1. Mesin pemarut ubikayu bertenaga motor bakar
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
pisau
tampan
stopwatch
wadah plastik
timbanga
mesin penyerut.
3.1.2 Bahan
singkong.
3.2 Prosedur Percobaan
1. Timbang vahan yang kana diproses dengan mesin pengecilukuran (a).
2. Kupas vahan dan timbang (b).
3. Jalankan mesin dan masukkan vahan ke dalam mesin.
4. Hitung waktu yang dibutuhkan selama proses penyerutan (x menit).
5. Timbang vahan sesudah diserut (c kg).
6. Amati performansi mesin dan mekanisme kerja selama proses.
7. Hitung kapasitas throughout (a kg/x menit)
8. Hitung kapasitas output (c kg/x menit)
9. Hitung rendemen :
a. Rendemen pengupasan =
b kga kg
x 100 %
b. Rendemen penyerutan =
c kgb kg
x 100 %
10. Mengeringkan bahan dalam oven untuk praktikum minggu depan.
11. Menghitung efisiensi proses pengecilan ukuran :
a. Efisiensi =
kapasitas output aktualkapasitas output teoritis
x 100 %
12. Hitung luas permukaan bahan meliputi luas permukaan awal (utuh) dan
luas permukaan akhir (setelah diiris).
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1.Hasil Penyerutan dengan Mesin Kelompok 1
No. Keterangan Penyerutan Satuan
1. Massa awal bahan (a) 0,3569 Kg
2. Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0,2789 Kg
3. Massa bahan stelah diserut (c) 0,1774 Kg
4. Waktu penyerutan (x) 1,25 Menit
Sumber (Hasil Praktikum, 2015)
Perhitungan Penyerutan dengan Mesin Kelompok 1 1. Kapasitas throughout mesin
ax=0,3569
1,41=0,253120 kg
menit
2. Kapasitas outputcx=0,1774
1,41=0,125815 kg
menit
3. Rendemen Pengupasanba
x 100 %=0,27890,3569
x100 %=78,14 %
4. Rendemen Penyerutancb
x 100 %=0,17740,2789
x100 %=63,60 %
5. Kapasitas aktualKapasitas output x 60 menit = 125,81560 x 60 menit
= 7548,936 kg
6.−N mesin=N x d1
l=1420 x 0,128
0,069=2634,202899 RPM
−N silinder= N mesin x ld2
¿ 2634,202899 x 0,0690,118
¿1540,338983 RPM
−N penyerut=N silinder x d2
D
¿ 1540,338983 x 0,1180,11
¿1652,363636 RPM
−V=ω xr=2 π60
x N x D2
¿ 2 π60
x 1652,363636 x 0,112
¿9,516931343 ms
7. Kapasitas teoritis = V penyerut x 60 x n x A x ρ singkong` = 9,516931343 x 60 x 1 x ( p x l ) x 1044 = 9,516931343 x 60 x 1 x ( 0,2 x 0,093 ) x 1044 = 11088,21478 kg8. Efisiensi penyerut
μ= kapasitasaktualkapasitas teoritis
x 100 %
μ= 7548,93611088,21478
x100 %
μ=65,80807 %
No Keterangan Satuan
1 Massa awal (a) 0,5777 kg
2 Massa awal setelah dikupas (b) 0,2977 kg
3 Massa setelah penyerutan (c) 0,2317 kg
4 Waktu penyerutan (x) 2 menit 40 detik
Tabel 1. Data Hasil Penyerutan Dengan Mesin (Kelompok 2)
Sumber (Hasil Praktikum, 2015)
Perhitungan Kelompok 2
a.Kapasitas throughout =a kg
x menit=0,3777 kg
2,66= 0,141992 kg/menit
b.Kapasitas output =c kg
x menit=0,2317 kg
2,66= 0,0871052 kg/menit
c.Rendemen pengupasan = b
ax100% =0,2977 kg
0,3777 kgx100%=78,81 %
d.Rendemen penyerutan = c
bx100% =0,2317 kg
0,2977 kgx100%= 77,83%
e. Kaktual = Koutput /menit x 60 menit/jam
= 87,1052 kg/menit x 60
= 5226,312 kg/jam
f.¿Nmesin=
(N x d1 )(dmesin 1)
=1420 x 0,1280,069
=2634 ,2028
¿Nsilinder=(N mesin 1 x dmesin 1)(d2)
=2634,2028 x 0,0690,118
=1540 , 3389
g. Menghitng Kteoritis
Kteoritis = ( Vpenyerut/pengiris x 60 x π x A ρsingkong)
= 9,5169 x 60 x 1 x 0,0186 x 1044
= 11088,1782 kg/jam
h. Efisiensi kerja (ne )=K aktual
K teoritis=5226,312
11088,1782×100 %=47 , 13%
Tabel. 1 Spesifikasi Mesin Penyerut dan Pengiris
No Spesifikasi Mesin
Penyerut
Mesin
Pengiris
Satuan
1. Daya Motor (P) 0,5 0,5 HP
2. RPM Motor (N) 1420 1420 RPM
3. Diameter Puli motor (d1) 0,128 0,128 m
4. Diameter silinder puli (d2) 0,118 0,182 m
5. Diameter silinder (D) 0,11 0,3 m
6. Panjang pisau (P) 0,2 0,085 m
7. Lebar pisau ( L) 0,093 0,05 m
8. Jumlah pisau (n) 1 2 Bilah
9. Diameter mesin 1 0,069 0,069 m
Sumber (Hasil Praktikum, 2015)
Tabel 2.Hasil Pengirisan dengan Mesin kelompok 3
No. Keterangan Pengirisan Satuan
1 Massa awal bahan (a) 383,3 x 10-3 kg
2 Massa bahan setelah dikupas (b) 306,6 x 10-3 kg
3 Massa bahan setelah diiris (c) 161,2 x 10-3 kg
4 Waktu pengirisan (x) 10 menit 25 menit
5 Jumlah potongan yang diiris (n) 76 potong
Sumber (Hasil Praktikum, 2015)
Penghitungan Pengirisan dengan Mesin kelompok 3
1. Kapasitas Throughout Mesin
¿ ax=383,3 x10−3 kg
10,383menit=0,03691611288kg /menit
2. Kapasitas Output
¿ cx=161,2 x 10−3 kg
10,383 menit=0.01552537802kg /menit
3. Rendemen Pengupasan
¿ ba
× 100 %=306,6 x10−3 kg383,3 x10−3 kg
× 100 %=79,98956431%
4. Rendemen Pengirisan
¿ cb
× 100 %=161,2 x10−3kg383,3 x10−3kg
×100 %=52,5766471 %
5. Kapasitas Aktual
¿ Kapasitas Output ×60 menit=0,01552537802 ×60 menit=0,9315226812 kg
6. Perhitungan Kecepatan Mesin Pengiris
Nmesin=N × d1
dmesin1=1420 ×0,128
0,069=2634,202899 RPM
N pengirisan=N Silinder × d2
d1= 998,6812 ×0,182
0,3=605,8666667 RPM
N silinder=Nmesin 1× dmesin1
d2=2634,2028× 0,069
0,182=998,6813187 RPM
V mesin=( 2 π× N pengiris
60 )×( D2 )=2 π × 605,8666
60×( 0,3
2 )=9,516931346 m /s
7. Kapasitas Teoritis
Kapasitas Teoritis = V pengiris ×60 ×n× A × ρ singkong
= 9,516931346 m /s× 60 ×2×(p × l)m2×1044 kg/m3
¿9,516931346 m /s× 60 ×2 ×(0.085× 0.05)m2 ×1044 kg /m3
¿5067.194926 kg
8. Efisiensi Penyerut
η= Kapasitas AktualKapastias Teoritis
×100 %
η=0,9315226812 kg5067.194926 kg
×100 %=0.01838 %
Tabel 1. Hasil Pengirisan dengan Mesin Kelompok 4
No. Keterangan Pengirisan Satuan
1. Massa awal bahan (a) 0.2346 kg
2. Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0.1835 kg
3. Massa bahan setelah diiris (c) 0.1223 kg
4. Waktu pengirisan (x) 0.5073 menit
5. Jumlah potongan yang diiris 120 potongan
Sumber (Hasil Praktikum, 2015)
Perhitungan kelompok 4 (pengiris)
1. Kapasitas troughout mesin (kg/menit) = ax
= 0.23460.5073
= 0.46245 kg/menit
2. Kapasitas output (kg/menit) =cx
= 0.12230.5073
= 0.24108 kg/menit
3. Rendemen pengupasa (%) = ba
x 100 %
= 0.18350.2346
x 100 %
= 78.21 %
4. Rendemen pengirisan (%) = cb
x 100 %
= 0.12230.1835
x100 %
= 66.65 %
5. Kapasitas aktual = Koutput x 60 menit
= 0.24108 x 60 menit
= 14.4648 kg/jam
6. - N Mesin =N x d1
dimensi1=
(1420 x0.128 )0.069
=2634.2028 RPM
- N Silinder =N mesinx dmesin1
d2=
(1420 x 0.069)0.182
=538.35 RPM
- N Pengiris =N silinder x d2
D=
(538.35 x 0.182)0.3
=326.599 RPM
- V=w D2
= 2 π60
xNpengiris x D2
= 2 π60
x 22.305 x 0.32
= 3.3458
7. Kapasitas Teoritis = Vpengiris x 60 x n x A x ρ singkong
= 3.3458 x 60 x 2 x 4.25x10-3 x 1044
= 1781.4377 kg/jam
8. Efisiensi Pengiris
η = kapasitas aktualkapasitas teoritis x 100%
= 14.4648
1781.4377x 100%
= 0.81197339 %
Tabel 1. Spesifikasi Mesin Penyerut dan Pengiris
No Spesifikasi Mesin Pemarut Mesin Pengiris Satuan
1. Daya Motor (P) 0.5 0.5 HP
2. RPM Motor (N) 1420 1420 RPM
3. Diameter Puli Motor 0.128 0.128 m
4. Diameter Silinder Puli 0.118 0.182 m
5. Diameter Silinder 0.11 0.3 m
6. Panjang Pisau 0.2 0.085 m
7. Lebar Pisau 0.093 0.05 m
8. Jumlah Pisau 1 2 Bilah
9. Diameter Mesin 0.069 0.069 m
Sumber (Data Praktikum, 2015)
Tabel 5. Hasil Pengirisan Dengan Pisau
No Keterangan Pengirisan Satuan
1 Massa awal bahan (a) 0.1918 Kg
2 Massa awal bahan setelah dikupas (b) 0.1457 Kg
3 Massa bahan setelah diiris (c) 0.1442 Kg
4 Waktu pengirisan (x) 9.40 Menit
5 Jumlah potongan 256 Potong
Sumber (Hasil Praktikum, 2015)
Perhitungan pengirisan manual
1. Keliling pisau
Keliling pisau=a+t+l+2 p+sisi miring
Keliling pisau=7.8+2.3+2.5+(2× 7 )+8.13
Keliling pisau=34.73 cm=0.3473m
2. Luas penampang pisau
Luas penampang pisau=L 1+L 2
Luas penampang pisau=( 7.8 ×2.32 )+(7 ×2.5 )
Luas penampang pisau=8.97+17.5
Luas penampang pisau=26.47 cm2=2.647 × 10−3 m2
3. Kapasitas teoritis
Kapasitas Teoritis=keliling pisau x ( nx
× 60)× A × ρsingkong
Kapasitas Teoritis=0.3473( 2560.16111 )× 2.647 ×10−3 ×1044
Kapasitas Teoritis=0.3473( 2560.16111 )× 2.647 ×10−3 ×1044
Kapasitas Teoritis=1525.024044 kg / jam
4. Kapasitas output
Kapasitas Output=(Cx )
Kapasitas Output=( 0.14429.40 )
Kapasitas Output=0.015340 kg/ jam
5. Kapasitas aktual
Kapasitas Aktual=Kapasitas Output=0.015340 kg/ jam
6. Efesiensi (%)
Efisiensi=Kapasita s AKtualKapasitas Teoritis
×100 %
Efisiensi= 0.0153401525.024044
×100 %
Efisiensi= 0.0153401525.024044
×100 %
Efisiensi=0.0010 %
7. Rendemen pengupasan
Rendemen Pengupasan=ba
×100 %
Rendemen Pengupasan=0.14570.1918
×100 %
Rendemen Pengupasan=75.964 %
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam praktikum ke 8 kali ini membahas dan mempelajari mengenai
pengecilan ukuran pada bahan hasil pertanian ada beberapa metode yang diambil
yakni pemotongn dengan mesin, pngirisan manual, dan penyerutan dengn mesin.
Pada pengirisan singkong dengan menggunakan mesin, dapat dilihat bahwa berat
awal singkong sebelum dikupas adalah sebesar 383,3 x 10-3 pada kelompok 3 dan
234,6x10-3 kg pada kelompok 4. setelah dikupas, berat nya menjadi 306,6 x 10-3kg
dan 183,5x10-3 kg, terdapat banyak perbedaan antara singkong kelompok 3 dan 4
dari beratnya, jadi bisa dilihat bahwa semakin besar singkong, maka bobot
kulitnya pun semakin besar. sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mengiris
singkong tersebut adalah pada kelompok 3 selama 10 menit 25 detik dan 0.5073
menit pada kelompok 4. Untuk kapasitas output teoritis dapat dilihat bahwa nilai
nya lebih besar daripada output aktual, hal ini karena koefisien antara kedua nya
sangat mempengaruhi hasil dari nilai masing-masing, sedangkan untuk efisiensi,
nilai yang didapat yaitu sebesar 0.01552537802 kg/menit dan 0.24108 kg/menit
hal ini lebih baik bila dibandingkan dengan parutan manual maupun mesin
penyerut.
Rendemen pengupasan memiliki nilai yang lebih besar yakni sebesar 79,9%
dan 78.21 %, tetapi perbedaan pun tidak terlalu jauh, hal ini berarti dalam proses
pengupasan maupun pengirisan, singkong yang terbuang tidak terlalu banyak, dan
dalam proses praktikum kali ini praktikan harus teliti dalam melakukan praktikum
karena bila terjadi kesalahan maka akan terjadi kesalahanakan mempengaruhi
pada hasil pengamatan yang telah dilakukan.
Pengirisan dengan menggunakan mesin sangatah efektif karena melalui mesin
pengecilan ukuran ini mberikan ukuran yang sergam, cepat, serta efisien. Hasil
yang didapatkan pun tidak seperti hasil pengirisan secara manual, teknologi ini
sangat dibutuhkan oleh kalangan masayarakat UKM untuk memajukan usaha
mereka yang bergerak dibidang tesebut.
Selanjutya dapat dibandingkan pada pengirisan manual. Dari bahan hasil
praktikum yaitu singkong dengan pengecilan ukuran dengan cara manual, dapat
dilihat bahwa berat awal singkong sebelum dikupas adalah sebesar 0.1918 kg
setelah dikupas beratnya menjadi 0.1457 kg, jadi bila dihitung maka berat kulit
singkong adalah sebesar 0.0461 kg, untuk kecepatan (RPM) dapat dilihat bahwa
waktu yang dibutuhkan 9.40 menit dengan jumlah potongan sebanyak 256 irisan,
jumlah pengirisan dan lamanya waktu untuk menghabiskan singkong tergantung
dari si pengiris yaitu praktikan, jadi nilai ini bisa berbeda-beda secara signifikan.
Hasil yang diperoleh dari irisan ini setelah kembali ditimbang adalah sebesar
0.1442 kg, perbedaan yang ada bisa dihitung dari singkong setelah dikupas dan
setelah diiris adalah sebesar 0.0015. Selisih ini mungkin dikarenakan singkong
tidak teriris semuanya, ada satu dan dua bagian yang masih menempel pada pisau
pengirisnya secara manual, faktor lain yang menyebabkan bobot berkurang adalah
singkong yang diiris secara manual, singkong ada yang tidak masuk dalam
timbangan karena praktikan kurang teliti dalam memasukan kedalam cawan
sehingga berat menjadi sedikit berkurang.
Untuk kapasitas output teoritis dapat dilihat bahwa nilai nya lebih besar
daripada output aktual. Kapasitas output teoritis didapatkan 1525.024044 kg / jam,
sedangkan Kapasitas output aktual didapatkan 0.015340 kg / jam. Hal ini karena
koefisien antara kedua nya sangat mempengaruhi hasil dari nilai masing-masing.
Pada rendemen, rendemen yang mempunyai nilai lebih besar adalah rendemen
pengupasan, karena nilai koefisien yaitu berat b dan berat a nya tidak terlalu jauh,
rendemen pengirisan mempunyai persentase lebih kecil karena banyak dari
singkong yang diiris terbuang karena praktikan pun belum ahli dalam melakukan
pengirisan manual. Untuk nilai efisiensi, didapatkan hasil yaitu hanya sebesar
0.0010 % hasil ini menunjukkan bahwa dengan mengiris secara manual
menyebabkan hasil yang diperoleh tidak efisien.
Pada penyerutan dengan menggunakan mesin, dapat ditinjau bahwa berat
awal singkong sebelum dikupas adalah sebesar 0,3569 kg dan 0,5777 kg , setelah
dikupas berat nya menjadi 0,2789 kg dan 0,2977 kg, perbedaan ini dikarenakan
oleh berat singkong awal yang berbeda. Untuk kapasitas output teoritis dapat
dilihat bahwa nilai nya jauh lebih besar daripada output aktual, hal ini karena
koefisien antara kedua nya sangat mempengaruhi hasil dari nilai masing-masing,
sedangkan untuk efisiensi, nilai yang didapat relatif sangat kecil yaitu sebesar
0,125815 kg /menit dan 0,0871052 kg/menit , hal ini lebih baik bila dibandingkan
dengan serutan manual, tapi dengan menggunakan mesin hasil yang diperoleh bisa
lebih efisien baik dari segi waktu maupun biaya.
Penyerutan dengan menggunakan mesin ini membutuhkan waktu
1,25menit dan 2,40 menit, waktu yang sangat berbeda jauh bila dibandingkan
dengan pemarutan manual yaitu selama 10 menit. Pada rendemen, yang
mempunyai nilai lebih besar adalah rendemen pengupasan yakni kelompok 1 dan
2 memiliki nilai rendemen penguasan tidak lebih dari 79%, karena seharusnya bila
penyerutan dilakukan nilai maksimal c sama dengan b, nilai ini didapatkan dapat
karenakan berat c yaitu singkong setelah diserut, hasilnya tercampur dengan sisa
penyerutan yang sebelumnya dilakukan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1 Pengecilan ukuran adalah suatu proses yang mencakup proses pemotongan
(cutting), penghancuran/pengilasan ( crushing ), Pencacahan/pencincangan
(chopping ), pengikisan/penyosohan ( grinding ), penggilingan ( milling ),
pengkubusan ( dicing ), pengirisan ( slicing ). Sedangkan pada bahan cair
dilakukan dengan emulsifikasi ( emulsifikation ), dan atomisasi ( atomizing ).
Proses pengecilan ukuran pada bahan pertanian dilakukkan dengan cara
mengiris ( cutting ), menggerus/menggilas/menghancurkan ( crushing ), dan
mengunting /penggeseran ( shearing ).
2 Dalam pengecilan ukuran selalu ada nilai rendemen yang diakibatkan
kehilangan sebagian kecil massa bahan, baik yang tersipan didalam alat mesin
ataupun yang tidak masuk ke tempat penampungan
3 Rendemen merupakan proses pengupasan bahan lebih kecil bila dibandingkan
dengan proses pengecilan ukuran karena pada proses pengupasan, massa yang
hilang lebih besar dibandingkan dengan proses pengecilan ukuran pada tahap
selanjutnya.
4 Dari ketiga metode yang ada, yang paling baik digunakan adalah metode
pengirisan dengan menggunakan mesin, karena memiliki nilai effisiensi paling
besar.
5 Nilai effisiensi pada proses pengecilan ukuran berbeda-beda hal ini
disebabkan oleh beberapa hal,antara lain praktikan yang tidak cermat dalam
mencatat waktu, mengukur dimensi mesin dan banyak faktor lainnya.
6 Pengirisan dengan menggunakan mesin sangat efektif, karena membuat
ukuran seragamcepat, serta efisien. Hasil yang didapatkan pun tidak seperti
hasil pengirisan secara manual, teknologi ini sangat dibutuhkan untuk UKM
7 Penyerutuan dengan cara manual memakan waktu banyak
6.2 Saran
1. Praktikan harus lebih teliti dan berhati-hati dalam menimbang dan
menempatkan bahan hasil pertanian, agar bahan hasil pertanian tidak terjatuh
atau tercecer.
2. Berhati-hati menggunakan alat dan menggunakan benda berbahaya seperti
pisau
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dan cermat dalam melakukan pengukuruan
pada dimensi alat dan mesin karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil
perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
Earle, R.L.1983., Unit Operation in Food Processing 2 nd Edition. Pergamon Press. New York. United States
Mohsenin, N.N. 1980. Physical Properties of Plant and Animal Materials. Gordon and breach Science Publishers, New York.
Nasution,Zein.1982. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. PT. Sastra Hudaya, Jakarta
Singh, R.P. and R. Heldman.1984. Introduction to Food Engineering. Academic Press. Inc., San Diego, California.
Sudaryanto. dkk. 2015. Penuntun Praktikum Mata Kuliah Teknik Pasca Panen 1. Jurusan Tekik dan Manajemen Industri Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
LAMPIRAN
Gambar 1. Bahan praktikum (singkong)
Gambar 2. Proses pengupasan kulit singkong Gambar 2. Mesin penyerutan
sumber (dokumentasi pribadi, 2015)