yesus sebagai imam besar

3
Yesus Sebagai Imam Besar Oleh: Open Heaven Ministry-Jakarta “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu: Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:13-16) Penderitaan demi penderitaan yang Yesus alami sampai pada akhirnya Ia mati di atas kayu salib sebenarnya adalah gambaran dari apa yang sepertinya akan bisa dialami oleh setiap manusia dalam dunia ini. Ketika Alkitab menuliskan tentang korban Kristus, sesungguhnya Yesus bukan hanya mengorbankan tubuh untuk mengalami penyiksaan secar fisik, tetapi secara mental, emosional, dan bahkan roh, Ia pun seperti diremukkan dengan luar biasa. Jika kita membandingkan apa yang Yesus alami dengan apa yang bisa dialami oleh umat manusia di bumi ini, kita pasti akan mendapati bahwa apapun yang bisa dialami oleh manusia, Yesuspun pernah mengalaminya. Itu sebabnya Alkitab memberitahukan bahwa Dia telah menjadi Imam Besar Agung yang telah melintasi semua langit [dalam terjemahan lain: telah melintasi segala peristiwa yang pernah/bisa dialami oleh umat manusia] bagi kita. Karena itu, apapun yang Anda pernah alami, lepas dari seberapa menyakitkan/menghancurkannya peristiwa itu, ketika Anda memandang kepada Yesus, maka Dia akan menjadi Imam Besar Agung bagi kita, sehingga kita akan dapat selalu menikmati kesembuhan dan kasih karunia dari tahta anugerah (baca Bilangan 21:8-9). Ketika kita bisa melihat dan memahami apa yang Yesus alami di bumi ini ketika Ia memasuki masa penderitaan, apapun yang kita alami di masa lampau ataupun pada hari-hari ini tidak akan pernah membekas lagi dalam hidup kita. Saya sering mendapati, ada cukup banyak orang percaya yang masih sering mengalami kelemahan dalam perjalanan rohani mereka. Apa penyebabnya? Penyebabnya adalah karena mereka mengalami beberapa peristiwa yang kemudian mulai mengganggu/merusak kehidupan rohani/emosional mereka. Sebagai akibatnya, hidup mereka bagaikan kirbat yang bocor, dan apapun yang pernah Tuhan berikan kepada mereka seakan-akan hilang begitu saja. Hari ini saya berdoa, apapun yang pernah engkau alami, Tuhan akan memulihkanmu, sehingga apapun yang akan Tuhan berikan kepadamu akan tinggal tetap dalam hidupmu! Apa saja yang sebetulnya Yesus alami? 1. Yesus mengalami pengkhianatan [dari murid sendiri] (Markus 14:10). Jika kita membaca ayat-ayat sebelumnya, kita akan mendapati alasan mengapa Yudas mengkhianati Yesus. Dalam Markus 14:3-6, ada seorang perempuan yang memecahkan buli-buli pualam berisi minyak narwastu, lalu menuangkannya di kaki Yesus. Rupanya, ada seseorang yang menjadi gusar oleh karena hal itu, dan orang itu adalah Yudas. Ketika Yudas mengkonfrontasi tindakan perempuan itu yang dianggapnya sebagai pemborosan, Yesus justru membela perempuan itu; dan tanpa disadari, ternyata hal itu mulai mengganggu hati Yudas. Jika kita mempelajari latar belakang Yudas Iskariot, Yudas berasal dari kaum Iskariot, yaitu: kaum pemberontak/revolusioner yang menghendaki kemerdekaan dari orang-orang Roma atas orang-orang Yahudi. Bisa jadi, salah satu agenda terselubung Yudas menjadi pengikut Yesus adalah karena ia mengharapkan Yesus

Upload: calvin-martin-lee

Post on 07-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

Page 1: Yesus Sebagai Imam Besar

Yesus Sebagai Imam BesarOleh: Open Heaven Ministry-Jakarta

“Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu: Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:13-16)

Penderitaan demi penderitaan yang Yesus alami sampai pada akhirnya Ia mati di atas kayu salib sebenarnya adalah gambaran dari apa yang sepertinya akan bisa dialami oleh setiap manusia dalam dunia ini. Ketika Alkitab menuliskan tentang korban Kristus, sesungguhnya Yesus bukan hanya mengorbankan tubuh untuk mengalami penyiksaan secar fisik, tetapi secara mental, emosional, dan bahkan roh, Ia pun seperti diremukkan dengan luar biasa.

Jika kita membandingkan apa yang Yesus alami dengan apa yang bisa dialami oleh umat manusia di bumi ini, kita pasti akan mendapati bahwa apapun yang bisa dialami oleh manusia, Yesuspun pernah mengalaminya. Itu sebabnya Alkitab memberitahukan bahwa Dia telah menjadi Imam Besar Agung yang telah melintasi semua langit [dalam terjemahan lain: telah melintasi segala peristiwa yang pernah/bisa dialami oleh umat manusia] bagi kita.

Karena itu, apapun yang Anda pernah alami, lepas dari seberapa menyakitkan/menghancurkannya peristiwa itu, ketika Anda memandang kepada Yesus, maka Dia akan menjadi Imam Besar Agung bagi kita, sehingga kita akan dapat selalu menikmati kesembuhan dan kasih karunia dari tahta anugerah (baca Bilangan 21:8-9). Ketika kita bisa melihat dan memahami apa yang Yesus alami di bumi ini ketika Ia memasuki masa penderitaan, apapun yang kita alami di masa lampau ataupun pada hari-hari ini tidak akan pernah membekas lagi dalam hidup kita.

Saya sering mendapati, ada cukup banyak orang percaya yang masih sering mengalami kelemahan dalam perjalanan rohani mereka. Apa penyebabnya? Penyebabnya adalah karena mereka mengalami beberapa peristiwa yang kemudian mulai mengganggu/merusak kehidupan rohani/emosional mereka. Sebagai akibatnya, hidup mereka bagaikan kirbat yang bocor, dan apapun yang pernah Tuhan berikan kepada mereka seakan-akan hilang begitu saja. Hari ini saya berdoa, apapun yang pernah engkau alami, Tuhan akan memulihkanmu, sehingga apapun yang akan Tuhan berikan kepadamu akan tinggal tetap dalam hidupmu!

Apa saja yang sebetulnya Yesus alami? 1. Yesus mengalami pengkhianatan [dari murid sendiri] (Markus 14:10). Jika kita membaca ayat-ayat sebelumnya, kita akan mendapati alasan mengapa Yudas mengkhianati Yesus. Dalam Markus 14:3-6, ada seorang perempuan yang memecahkan buli-buli pualam berisi minyak narwastu, lalu menuangkannya di kaki Yesus. Rupanya, ada seseorang yang menjadi gusar oleh karena hal itu, dan orang itu adalah Yudas. Ketika Yudas mengkonfrontasi tindakan perempuan itu yang dianggapnya sebagai pemborosan, Yesus justru membela perempuan itu; dan tanpa disadari, ternyata hal itu mulai mengganggu hati Yudas.

Jika kita mempelajari latar belakang Yudas Iskariot, Yudas berasal dari kaum Iskariot, yaitu: kaum pemberontak/revolusioner yang menghendaki kemerdekaan dari orang-orang Roma atas orang-orang Yahudi. Bisa jadi, salah satu agenda terselubung Yudas menjadi pengikut Yesus adalah karena ia mengharapkan Yesus naik menjadi raja. Namun ketika apa yang ia harapkan tersebut ternyata tidak terjadi, pada akhirnya Yudas memutuskan untuk mengkhianati Yesus. Dengan kata lain, ada konflik atau agenda pribadi yang mendorong Yudas untuk mengkhianati Yesus.

Bagi seseorang yang sangat menghargai ikatan janji, pengkhianatan dari seseorang yang ia kasihi akan sangat menyakitkan baginya. Jika itu yang sedang Anda alami saat ini, lihatlah kepada Yesus, karena itu akan membuat Anda menjadi sembuh. Karena dengan Anda terus membiarkan konflik batin berkecamuk dalam hidupmu, Anda tidak akan pernah bisa terus bertumbuh di dalam Tuhan; Anda justru akan berhenti pada titik rohani di mana Anda mulai mengalami luka hati akibat pengkhianatan itu.

Saya percaya ketika Yesus mengalami pengkhianatan itu, di dalam hati, Iapun merasa hancur dan sedih, namun lepas dari apa yang ia rasakan, Ia bisa terus melangkah melakukan kehenda Bapa. Ia telah menjadi Imam Besar bagi kita, dengan tujuan agar ketika kita mengalami hal

Page 2: Yesus Sebagai Imam Besar

serupa yang pernah Ia alami, kita akan bisa tetap bertahan dan menerima kasih karunia pada waktu kita membutuhkannya.

2. Yesus mengalami gejolak emosi dan tekanan mental yang sangat berat (Markus 14:32-34). Pernahkah Anda mengalami gejolak emosi, yang saking sedihnya membuat Anda merasa seperti mau mati? Yesus pun pernah mengalami hal itu, sampai-sampai ketika Dia berdoa, malaikat Tuhan harus datang dan menguatkan Dia. Menurut ahli kedokteran, saking beratnya tekanan mental dan emosional yang Yesus alami, pembuluh darah pun pecah; itu sebabnya Alkitab menuliskan bahwa keringat seperti titik-titik darah.

Beberapa dari kita mungkin pernah mengalami peristiwa yang membuat kita tergoncang, namun pada waktu kita melihat kepada Dia, kita akan dikuatkan oleh, karena pengharapan kita datang dari Dia yang telah mengalami semua hal yang dapat dialami oleh semua manusia.

3. Yesus menghadapi berbagai tuduhan, penghakiman, dan penganiayaan yang sangat tidak manusiawi (Markus 14:43-65). Banyak di antara kita mungkin pernah mengalami perlakuan tidak adil dalam hidup ini, dan perlakuan-perlakuan tersebut mulai mengganggu emosi kita dan menghancurkan kehidupan rohani kita, bahkan kadangkala sampai mengganggu kesehatan fisik kita, karena kita masih terus memikirkan peristiwa tersebut.

Tapi hari ini saya tegaskan, ijinkan semua itu berlalu dari hidupmu karena selama kita masih terus menyimpan ingatan akan perlakuan tidak adil yang kita terima tersebut, keadaan hati kita itu akan terus menahan kita untuk bertumbuh di dalam Tuhan. Ketika kita belajar membuka hati dan mengijinkan tahta kasih karunia mengalirkan kesembuhan dan pemulihan, kita tidak akan pernah sama lagi, hidup kita menjadi lebih stabil.

4. Yesus menghadapi penolakan, justru dari orang-orang yang Ia kasihi dan orang-orang yang pernah Ia tolong (Markus 14:66-72). Orang-orang yang pernah ditolong dan disembuhkan oleh Yesus, dan berteriak “Hosanna!” ketika Yesus memasuki Yerusalem dengan menunggang keledai, seketika berubah menjadi sama seperti orang-orang yang berteriak: “Salibkan Dia!”.

Ketika kita mengalami hal yang sama, sadarilah hal ini, selama kita terus mengarahkan perhatian kita kepada Tuhan yang telah memanggil kita, maka meskipun orang-orang yang kita kasihi ataupun yang selama ini telah banyak menerima bantuan dari kita menyakiti kita, kita tidak akan menjadi lemah. Sebaliknya, sebagaimana Yesus telah berkemenangan, kitapun akan dibuat berkemenangan oleh. Dari Dia akan datang kesembuhan dan pemulihan dan dari Dia sendiri roh kita akan dibangkitkan kembali.

5. Yesus menghadapi kesendirian yang paling menyiksa (Markus 15:33-34). Ketika Yesus tergantung di kayu salib untuk memikul dosa umat manusia, bahkan Dia menjadi dosa itu sendiri, Bapa harus memalingkan wajah dari Yesus; hadirat Tuhan seakan-akan tersingkir dari Yesus sehingga Ia harus berseru memanggil Bapa. Belum pernah dalam hidup Yesus mengalami Bapa di Surga menjauh dari padaNYA dan Roh Kudus meninggalkan Dia. Semua itu Dia alami agar kita tidak perlu lagi merasa ditinggalkan Tuhan

Dalam hidup ini, kadangkala kita menghadapi peristiwa yang betul-betul menghancurkan hidup kita, dan ketika kita menceritakannya kepada orang lain, tidak satupun yang dapat memahami kita, dan ketika kita berdoa, kitapun merasa Tuhan jauh dari kita. Satu hal yang saya ingin tegaskan, kalaupun Anda pernah mengalami hal itu, engkau tidak perlu tetap tinggal di sana, karena ketika Yesus berkata, “Bapa, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”, tujuannya adalah agar Bapa tidak akan pernah lagi meninggalkan kita. Dia sendiri juga telah berkata, “Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5b).

Semua peristiwa yang Yesus alami, mulai dari ketika Ia dikhianati oleh murid sendiri, sampai pada saat menjelang kematian, ketika Ia merasa Bapa sendiri telah meninggalkan Dia, memiliki satu tujuan: agar ketika kita harus menghadapi salah satu dari kelima peristiwa ini, kita bisa menatap Dia sebagai Imam Besar Agung dan berkata, “Bapa, Yesus pernah mengalami hal ini agar aku tidak perlu mengalami hal yang sama”. Dan ketika kita membuka hati dan mata kita tertuju kepada Dia, anugerah surga akan dicurahkan dalam hidup kita, membangkitkan, menguatkan, dan memulihkan kita kembali.