xenobiotik alami

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini makin banyak makanan mengandung zat kimia yang asing (=xenos ) untuk tubuh; semua zat kimia ini disebut xenobiotik. Ia dapat dengan sengaja dipakai dalam proses membuat makanan, tetapi juga mungkin berada dalam makanan tanpa dikehendaki. Xenobiotik yang sering terdapat dalam makanan antara lain zat tambahan makanan (pengawet, zat warna, penyedap rasa, dsb.), pestisida, logam berat, obat, atau zat kimia lain, yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan kita. Strategi diversifikasi makanan juga mendorong adanya berbagai jenis xenobiotik baru karena berkembangnya berbagai teknologi pembuatan makanan. Jenis zat kimia tersebut berjumlah puluhan ribu. Karena zat kimia sudah demikian erat hubungannya dengan hidup kita sehari-hari, perlu kita mengetahui bagaimana hidup berdampingan dengannya secara aman. Bila sebelum tahun 1950-an Toksikologi terutama bertujuan untuk menyelidiki dan mengetahui sifat toksik suatu produk zat kimia, maka sekarang ini mempelajari Toksikologi dimaksudkan untuk menilai keamanan suatu xenobiotik. "Keamanan" merupakan lawan "toksikologi"; "keamanan" menentukan berapa banyak suatu zat kimia dapat dimakan (setiap hari), dengan sengaja atau tidak, tanpa menimbulkan efek buruk pada manusia. 1

Upload: tukangcolong

Post on 18-Jun-2015

2.442 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: XENObiotik alami

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini makin banyak makanan mengandung zat kimia yang asing (=xenos )

untuk tubuh; semua zat kimia ini disebut xenobiotik. Ia dapat dengan sengaja dipakai dalam

proses membuat makanan, tetapi juga mungkin berada dalam makanan tanpa dikehendaki.

Xenobiotik yang sering terdapat dalam makanan antara lain zat tambahan makanan

(pengawet, zat warna, penyedap rasa, dsb.), pestisida, logam berat, obat, atau zat kimia lain,

yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan kita. Strategi diversifikasi makanan juga

mendorong adanya berbagai jenis xenobiotik baru karena berkembangnya berbagai

teknologi pembuatan makanan. Jenis zat kimia tersebut berjumlah puluhan ribu. Karena zat

kimia sudah demikian erat hubungannya dengan hidup kita sehari-hari, perlu kita

mengetahui bagaimana hidup berdampingan dengannya secara aman.

Bila sebelum tahun 1950-an Toksikologi terutama bertujuan untuk menyelidiki dan

mengetahui sifat toksik suatu produk zat kimia, maka sekarang ini mempelajari Toksikologi

dimaksudkan untuk menilai keamanan suatu xenobiotik. "Keamanan" merupakan lawan

"toksikologi"; "keamanan" menentukan berapa banyak suatu zat kimia dapat dimakan

(setiap hari), dengan sengaja atau tidak, tanpa menimbulkan efek buruk pada manusia.

Penilaian keamanan xenobiotik merupakan kesibukan di berbagai laboratorium

Toksikologi. Aktivitas ini dipacu oleh adanya undang-undang dan peraturan di negara maju

yang mengharuskan semua xenobiotik, termasuk obat, dipelajari sifat-sifat toksik dan

keamanannya bagi manusia. Karena itu negara berkembang perlu juga memberlakukan

undang-undang atau yang setara guna melindungi masyarakat dari pengaruh buruk

xenobiotik. Ketidakmampuan mengenali kebutuhan ini dapat berakhir dengan kecelakaan

masal.

Untuk mempelajari toksisitas dan keamanan biasanya pertama kali dilakukan pada

hewan percobaan, terutama tikus dan mencit. Namun karena keamanan harus diartikan

"untuk manusia", maka data hewan ini perlu di-extrapolasikan ke manusia. Untuk zat kimia

jenis obat yang memang diperuntukkan manusia, maka penilaian akhir dapat dan harus

dilakukan pada manusia sendiri. Hal ini dapat dikerjakan melalui uji klinik pada manusia 1

Page 2: XENObiotik alami

yang sehat dan yang sakit, dan dibenarkan sesuai dengan bioetika ilmu kedokteran. Namun

penelitian pada manusia tidak boleh dilakukan bila membahayakannya. Zat tambahan

makanan yang dengan sengaja dimasukkan dalam makanan kita, misalnya dalam proses

pembuatan makanan, juga dapat dinilai secara langsung pada manusia, setelah mengalami

uji pendahuluan pada hewan coba dan dinyatakan cukup aman. Perlu dipahami bahwa

menjamin keamanan suatu xenobiotik secara tuntas tidaklah mungkin, karena pembuktian

hal yang negatif tidaklah mudah. Karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa semua tes

telah dilakukan. Sebaliknya menunggu hingga "semua" tes telah dilakukan akan

membutuhkan waktu yang tidak terhingga lamanya. Hal ini menyebabkan bahwa kita harus

dapat membuat kesimpulan dengan data yang terbatas, sehingga "aman" berarti reasonably

safe, dengan pengetahuan yang ada pada waktu itu. Perubahan penilaian tentu dapat

terjadi bila ditemukan fakta atau data lain di kemudian hari.

Untuk berbagai zat kimia yang memang dengan sengaja akan diberikan pada

manusia harus dilakukan pengujian pada manusia. Namun penggunaan manusia sebagai

"kelinci percobaan" baru dapat dilakukan setelah penilaian yang seksama pada hewan dan

dinyatakan "cukup aman". Dalam kenyataan, hampir tidak pernah terjadi kecelakaan dalam

percobaan-percobaan manusia seperti itu, karena dilakukan melalui protokol dan

pengawasan yang ketat. Bila percobaan-percobaan ini menunjukkan keamanan yang dapat

diperhitungkan untuk seluruh masyarakat, barulah ijin beredar dapat diberikan oleh Badan

Pengawas yang lazimnya dikenal dengan Food and Drug Agency. Setelah dipasarkan masih

dilakukan berbagai penelitian untuk mengkonfirmasi keamanan xenobiotik tersebut.

Untuk jenis xenobiotik yang seharusnya tidak boleh ada dalam makanan, tetapi

karena keadaan terpaksa harus kita terima, tidak dapat dilakukan penelitian prospektif

dengan memberikannya kepada sukarelawan sehat. Hal ini dianggap tidak etis. Contoh

xenobiotik seperti itu ialah : insektisida yang digunakan dalam agraria sehingga tercampur

dengan bahan makanan kita, kadmium, timah hitam, merkuri, aflatoxin, dsb. Untuk zat

sejenis ini perlu dilakukan penilaian melalui hasil percobaan pada hewan. Hal ini dikenal

dengan "extrapolasi". Kadang-kadang memang diperoleh data yang berasal dari manusia,

yaitu bila terjadi keracunan pada manusia seperti pada kasus merkuri yang terkandung dalam

ikan di Jepang, keracunan insektisida, polychlorinated biphenyls, dsb. Pada setiap musibah

2

Page 3: XENObiotik alami

seperti ini dapat dilakukan verifikasi terhadap asumsi berdasarkan extrapolasi dari data

hewan yang telah diperoleh sebelumnya.

Toksisitas dan keamanan xenobiotik, keduanya ditentukan oleh besarnya dosis. Jika

semakin besar dosis yang diberikan maka makin besar pula respons toksiknya. Karena itu

untuk setiap xenobiotik dan zat kimia selalu dapat ditemukan dosis yang aman dan dosis

yang toksik. Penilaian keamanan berdasarkan prinsip sederhana ini kadang-kadang sulit

ditafsirkan karena batas dosisnya tidak selalu jelas. Selain itu setiap individu mempunyai

kepekaan yang berbeda, sehingga dosis toksik individual bervariasi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan xenobiotik alami?

2. Apa jenis xenobiotik alami beserta sumber dan efek toksisitasnya?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian xenobiotik alami.

2. Mengetahui jenis xenobiotik alami beserta sumber dan efek toksisitasnya.

1.4. Manfaat

Memberikan informasi serta pemahaman yang lebih mengenai xenobiotik khususnya

xenobiotik alami.

1.5 Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya cakupan dari xenobiotik alami maka dalam paper ini tidak

dibahas terlalu dalam mengenai perjalanan toksikologi baik farmakokinetika serta

farmakodinamika dari racun-racun yang dihasilkan dari sumber-sumber xenobiotik alami. Tidak

juga dijelaskan mengenai spesifikasi, klasifikasi, dan detail dari jenis racun yang dikandung agar

paper tidak terlalu jauh dari topik awal. Sehingga disini hanya akan disebutkan jenis racunnya

serta beberapa hal yang mendukung topic secara garis besar.

3

Page 4: XENObiotik alami

BAB II

ISI

2.1. Pengertian

Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya asing. Jadi xenobiotik adalah

zat asing yang masuk dalam tubuh manusia. Contohnya adalah obat-obatan, insektisida, zat

kimia tambahan pada makanan (pemanis, pewarna, pengawet) dan zat karsinogen lainya.

Selain itu xenobiotik dapat berarti suatu bahan kimia yang ditemukan dalam suatu

organisme tetapi biasanya tidak diproduksi atau diharapkan untuk hadir di dalamnya. Xenobiotik

juga dapat diartikan sebagai zat yang hadir dalam konsentrasi jauh lebih tinggi daripada yang

biasanya. Secara spesifik, obat-obatan seperti antibiotik dapat menjadi xenobiotik pada manusia

karena tubuh manusia tidak menghasilkan mereka sendiri, bukan pula bagian dari diet normal.

Xenobiotic Istilah ini juga digunakan untuk merujuk kepada organ dicangkokkan dari satu

spesies yang lain. Sebagai contoh, beberapa peneliti berharap bahwa hati dan organ lainnya dapat

ditransplantasikan dari babi ke manusia.

Berdasarkan sumbernya xenobiotik dapat dibagi menjadi dua macam yaitu xenobiotik

alami dan buatan. Xenobiotik alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan dan

hewan, dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan dan hewan tersebut

untuk melawan serangan dari predatornya. Sedangkan xenobiotik buatan adalah xenobiotik yang

dibuat oleh manusia secara sintetis ataupun sampah dari suatu produksi yang dibuang

kelingkungan.

2.2 Jenis, Sumber, Dan Efek Toksisitas Xenobiotika Alami

Berdasarkan sumbernya xenobiotik alami dibagi menjadi 2 yakni:

A) Xenobiotik Dari Flora

1. Kacang merah (Phaseolus vulgaris).

Racun alami yang dikandung oleh kacang merah disebut fitohemaglutinin

(phytohaemagglutinin), yang termasuk golongan lektin. Keracunan makanan oleh

racun ini biasanya disebabkan karena konsumsi kacang merah dalam keadaan mentah

atau yang dimasak kurang sempurna. Gejala keracunan yang ditimbulkan antara lain

adalah mual,muntah, dan nyeri perut yang diikuti oleh diare. Telah dilaporkan bahwa 4

Page 5: XENObiotik alami

pemasakan yang kurang sempurna dapat meningkatkan toksisitas sehingga jenis

pangan ini menjadi lebih toksik daripada jika dimakan mentah. Untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya keracunan akibat konsumsi kacang merah, sebaiknya kacang

merah mentah direndam dalam air bersih selama minimal 5 jam, air rendamannya

dibuang, lalu direbus dalam air bersih sampai mendidih selama 10 menit, lalu

didiamkan selama 45-60 menit sampai teksturnya lembut.

2. Singkong

Singkong mengandung senyawa yang berpotensi racun yaitu linamarin dan

lotaustralin.Keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat

pada semua bagian tanaman, terutama terakumulasi pada akar dan daun. Singkong

dibedakan atas dua tipe, yaitu pahit dan manis. Singkong tipe pahit mengandung kadar

racun yang lebih tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau yang dimasak

kurang sempurna dikonsumsi, maka racun tersebut akan berubah menjadi senyawa

kimia yang dinamakan hidrogen sianida yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan. Singkong manis mengandung sianida kurang dari 50 mg per kilogram,

sedangkan yang pahit mengandung sianida lebih dari 50 mg perkilogram. Meskipun

sejumlah kecil sianida masih dapat ditoleransi oleh tubuh, jumlah sianida yang masuk

ke tubuh tidak boleh melebihi 1 mg per kilogram berat badan per hari.Gejala

keracunan sianida antara lain meliputi penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit

kepala, bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan kematian. Untuk mencegah

keracunan singkong, sebelum dikonsumsi sebaiknya singkong dicuci untuk

menghilangkan tanah yang menempel, kulitnya dikupas, dipotong-potong, direndam

dalam air bersih yang hangat selama beberapa hari, dicuci, lalu dimasak sempurna,

baik itu dibakar atau direbus. Singkong tipe manis hanya memerlukan pengupasan dan

pemasakan untuk mengurangi kadar sianidake tingkat non toksik. Singkong yang

umum dijual di pasaran adalah singkong tipe manis.

3. Pucuk bambu (rebung)

Racun alami pada pucuk bambu termasuk dalam golongan glikosida sianogenik.

Untuk mencegah keracunan akibat mengkonsumsi pucuk bambu, maka sebaiknya

pucuk bambu yang akan dimasak terlebih dahulu dibuang daun terluarnya, diiris tipis,

lalu direbus dalam air mendidih dengan penambahan sedikit garam selama 8-10 menit.

5

Page 6: XENObiotik alami

Gejala keracunannya mirip dengan gejala keracunan singkong, antara lain meliputi

penyempitan saluran nafas,mual, muntah, dan sakit kepala.

4. Biji buah-buahan

Contoh biji buah-buahan yang mengandung racun glikosida sianogenik adalah

apel, aprikot,pir, plum, ceri, dan peach. Walaupun bijinya mengandung racun, tetapi

daging buahnya tidak beracun. Secara normal, kehadiran glikosida sianogenik itu

sendiri tidak membahayakan.Namun, ketika biji segar buah-buahan tersebut

terkunyah, maka zat tersebut dapat berubah menjadi hidrogen sianida, yang bersifat

racun. Gejala keracunannya mirip dengan gejala keracunan singkong dan pucuk

bambu. Dosis letal sianida berkisar antara 0,5-3,0 mg perkilogram berat badan.

Sebaiknya tidak dibiasakan mengkonsumsi biji dari buah-buahan tersebut di atas. Bila

anak-anak menelan sejumlah kecil saja biji buah-buahan tersebut, maka dapat timbul

gejala keracunan dan pada sejumlah kasus dapat berakibat fatal.

5. Kentang

Racun alami yang dikandung oleh kentang termasuk dalam golongan

glikoalkaloid, dengan dua macam racun utamanya, yaitu solanin dan chaconine.

Biasanya racun yang dikandungoleh kentang berkadar rendah dan tidak menimbulkan

efek yang merugikan bagi manusia.Meskipun demikian, kentang yang berwarna hijau,

bertunas, dan secara fisik telah rusak atau membusuk dapat mengandung kadar

glikoalkaloid dalam kadar yang tinggi. Racun tersebut terutama terdapat pada daerah

yang berwarna hijau, kulit, atau daerah di bawah kulit. Kadar glikoalkaloid yang tinggi

dapat menimbulkan rasa pahit dan gejala keracunan berupa rasa seperti terbakar di

mulut, sakit perut, mual, dan muntah. Sebaiknya kentang disimpan di tempat yang

sejuk, gelap, dan kering, serta dihindarkan dari paparan sinar matahari atau sinar

lampu. Untuk mencegah terjadinya keracunan, sebaiknya kentang dikupas kulitnya

dan dimasak sebelum dikonsumsi.

6. Tomat hijau

Tomat mengandung racun alami yang termasuk golongan glikoalkaloid. Racun ini

menyebabkan tomat hijau berasa pahit saat dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya

keracunan, sebaiknya hindari mengkonsumsi tomat hijau dan jangan pernah

mengkonsumsi daun dan batang tanaman tomat.

6

Page 7: XENObiotik alami

7. Parsnip (semacam wortel)

Parsnip mengandung racun alami yang disebut furokumarin (furocoumarin).

Senyawa ini dihasilkan sebagai salah satu cara tanaman mempertahankan diri dari

hama serangga. Kadar racun tertinggi biasanya terdapat pada kulit atau lapisan

permukaan tanaman atau di sekitar area yang rusak. Racun tersebut antara lain dapat

menyebabkan sakit perut dan nyeri pada kulit jika terkena sinar matahari. Kadar racun

dapat berkurang karena proses pemanggangan atau perebusan. Lebih baik bila sebelum

dimasak, parsnip dikupas terlebih dahulu.

8. Seledri

Seledri mengandung senyawa psoralen, yang termasuk ke dalam golongan

kumarin. Senyawa ini dapat menimbulkan sensitivitas pada kulit jika terkena sinar

matahari. Untuk menghindari efek toksik psoralen, sebaiknya hindari terlalu banyak

mengkonsumsi seledri mentah, dan akan lebih aman jika seledri dimasak sebelum

dikonsumsi karena psoralen dapat terurai melalui proses pemasakan.

9. Zucchini (semacam ketimun)

Zucchini mengandung racun alami yang disebut kukurbitasin (cucurbitacin).

Racun ini menyebabkan zucchini berasa pahit. Namun, zucchini yang telah

dibudidayakan (bukan wild type) jarang yang berasa pahit. Gejala keracunan zucchini

meliputi muntah, kram perut, diare, dan pingsan. Sebaiknya hindari mengkonsumsi

zucchini yang berbau tajam dan berasa pahit.

10. Bayam

Asam oksalat secara alami terkandung dalam kebanyakan tumbuhan, termasuk

bayam. Namun, karena asam oksalat dapat mengikat nutrien yang penting bagi tubuh,

maka konsumsi makanan yang banyak mengandung asam oksalat dalam jumlah besar

dapat mengakibatkan defisiensi nutrien, terutama kalsium. Asam oksalat merupakan

asam kuat sehingga dapat mengiritasi saluran pencernaan, terutama lambung. Asam

oksalat juga berperan dalam pembentukan batu ginjal. Untuk menghindari pengaruh

buruk akibat asam oksalat, sebaiknya kita tidak mengkonsumsi makanan yang

mengandung senyawa ini terlalu banyak.

7

Page 8: XENObiotik alami

11. Oleander

Oleander adalah salah satu tanaman yang paling beracun di dunia dan

mengandung sejumlah komponen racun yang banyak di antaranya yang bisa

menimbulkan kematian, khususnya pada anak-anak. Racun paling penting dalam

bunga oleander adalah oleandrin dan nerrine yang berhubungan dengan glikosid

jantung. Racun-racun tersebut terdapat pada semua bagian tanaman, namun umumnya

terkonsentrasi pada bagian getah yang tampilannya berwarna putih seperti susu. Jika

memapar kulit manusia, getah ini bisa menghalangi reseptor luar kulit manusia

sehingga menyebabkan kulit jadi kebas atau mati rasa. Ada keyakinan bahwa oleander

mengandung beberapa senyawa berbahaya yang belum diketahui atau belum diteliti.

Kulit kayu oleander mengandung rosagenin yang diketahui memiliki efek mirip

strychnine. Keseluruhan bagian tanaman yang mengandung racun tersebut

menyebabkan reaksi merugikan, baik bagi manusia maupun hewan. Oleander juga

diketahui dapat menyimpan racunnya meski dikeringkan. Diyakini bahwa 10-20 helai

daun yang dikonsumsi oleh orang dewasa dapat menyebabkan reaksi merugikan, dan

satu helai daun cukup untuk dijadikan senjata mematikan jika dimakan oleh anak kecil

atau bayi. Di Amerika Serikat, menurut Toxic Exposure Surveillance System (TESS),

pada 2002 diketahui ada 847 orang yang keracunan akibat berhubungan dengan

oleander.

B). Xenobiotik Dari Fauna

1. The Lazy Clown

Binatang ini hidup di hutan amazon, selatan Brazil. Binatang ini adalah anggota

dari serangga “Lonomia”. Nama asli dari hewan ini adalah Taturana Tatarana.

Binatang sejenis ini banyak kita jumpai di pohon-pohon tetapi ini berbeda dari ulat

8

Page 9: XENObiotik alami

pohon biasa. Duri di tubuhnya sebanyak ratusan dimana didalam duri tersebut

menyimpan racun “ANTICOAGULANT”. Racun ini bisa memecah belah dan

menghancurkan susunan sel darah kita.

2. Box “COFFIN” Jellyfish

Nama latin dari binatang ini yaitu Chironex Fleckeri. Binatang ini adalah

merupakan ubur-ubur kecil yang berukuran sekitar 40cm. Binatang unik ini

mempunyai 24 pasang mata dan pada tentaclenya membawa ribuan dosis Nematocyst.

Apabila terkena racun ini korban akan merasakan seperti ditusuk-tusuk

ribuan jarum kecil, yang akan sangat menyiksa tubuh. Racun hewan ini bisa

membunuh dalam hitungan menit atau detik.

3. The Cone Snail

Dilihat dari bentuknya, memang tidak keliatan berbahaya. Tetapi

sebenarnya binatang ini sangat beracun. Sumber racunnya berada di ujung pangkal

mulutnya dan racunnya lebih dari cukup untuk membunuh hanya dalam waktu 4 menit

saja. Racun tersebut ditembakkan seperti panah yang bahkan mampu menembus baju

selam yang cukup tebal.

9

Page 10: XENObiotik alami

Efeknya apabila korban terkena racun ini adalah syaraf-syaraf didalam tubuh

akan menjadi malfungsi, sang korban akan menjadi beku seketika dimana tidak ada

satupun otot yang akan bisa digerakkan.

4. Stone Fish

Binatang ini bisa dibilang sangat tidak agresif, tidak seperti hewan pembunuh

pada umumnya. Dia biasanya hanya berdiam diri saja, tidak melakukan apa-apa

selain berenang. Tetapi racun pada duri yang hampir ada pada seluruh tubuhnya

juga cukup mematikan.

Efek yang timbul dari racun pada ikan ini juga mengerikan. Apabila sang

korban terkena racunnya, korban tersebut akan sangat tersiksa dan korban akan

berpikir lebih baik mengamputasi bagian tubuhnya yang terkena racun tersebut

daripada tersiksa.

10

Page 11: XENObiotik alami

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Xenobiotik Alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan dan hewan, dan

sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk melawan

serangan dari predatornya.

2. Berdasarkan sumbernya xenobiotik alami dibagi menjadi 2 yakni: xenobiotik alami dari

flora dan fauna.

Xenobiotik Alami dari Flora

Contoh Racun Efek Toksisitas1. Kacang merah

(Phaseolus vulgaris).fitohemaglutinin (phytohaemagglutinin), yang termasuk golongan lektin.

mual,muntah, dan nyeri perut yang diikuti oleh diare

2. Singkong linamarin dan lotaustralin.Keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik.

penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala, bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan kematian.

3. Pucuk bambu (rebung) golongan glikosida sianogenik.

penyempitan saluran nafas,mual, muntah, dan sakit kepala

4. Apel, aprikot,pir, plum, ceri, dan peach

glikosida sianogenik penyempitan saluran nafas,mual, muntah, dan sakit kepala

5. Kentang golongan glikoalkaloid, yaitu solanin dan chaconine.

berasa pahit saat dikonsumsi dan rasa seperti terbakar di mulut, sakit perut, mual, dan muntah.

6. Tomat hijau glikoalkaloid berasa pahit saat dikonsumsi

7. Parsnip (semacamwortel)

furokumarin (furocoumarin) sakit perut dan nyeri pada kulit jika terkena sinar matahari

8. Seledri psoralen, termasuk golongan kumarin.

sensitivitas pada kulit jika terkena sinar matahari

9. Zucchini (semacam ketimun)

kukurbitasin (cucurbitacin) muntah, kram perut, diare, dan pingsan

10. Bayam Asam oksalat defisiensi nutrien terutama

11

Page 12: XENObiotik alami

kalsium, mengiritasi saluran pencernaan, batu ginjal.

11. Oleander oleandrin dan nerrine yang berhubungan dengan glikosid jantung.

kulit jadi kebas atau mati rasa, menimbulkan kematian.

Xenobiotik Alami dari Flora

Contoh Racun Efek Toksisitas1. The Lazy Clown Anticoagulant memecah belah dan

menghancurkan susunan sel darah

2. Box “COFFIN”

Jellyfish

Nematocyst seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum kecil, yang akan sangat menyiksa tubuh dan mem-bunuh dalam hitungan menit atau detik

3. The Cone Snail Sumber racunnya berada di ujung pangkal mulut

syaraf-syaraf didalam tubuh menjadi malfungsi, korban akan beku seketika dimana tidak ada satupun otot yang akan bisa digerakkan

4. Stone Fish duri yang hampir ada pada seluruh tubuh

Merasa sangat tersiksa.

3.2 Saran

Harus diadakan sosialisasi tentang keberadaan xenobiotik alami ini oleh semua pihak

karena masih ada yang belum mengetahuinya dan akhirnya terkena dampaknya.

12

Page 13: XENObiotik alami

DAFTAR PUSTAKA

New Zealand Food Safety Authority, http://www.nzfsa.govt.nz/consumers/chemicals-nutrients-

additives-and-toxins/natural-toxins/index.htm. 23 Maret 2010

Novak, W. K., and Haslberger, A. G., 2000, Substantial Equivalence of Antinutrients and

Inherent Plant Toxins In Genetically Modified Novel Foods, Food and Chemical Toxicology,

Volume 38 (6) p.473-483

Canadian Food Inspection Agency, July 7, 2009,< http://www.inspection.gc.ca/english/fssa/

concen/specif/fruvegtoxe.shtml>. 23 Maret 2010

Venom,J., 1996,  Linamarin - The Toxic Compound of Cassava, Journal of Venomous Animals

and Toxins, vol. 2 n. 1

Haxims,March 13,2010,< http://haxims.blogspot.com/2010/03/hewan-hewan-yang-terlihat-tidak.html>. 23 Maret 2010

 

13