xantelasma

8

Click here to load reader

Upload: bryan-de-hope

Post on 27-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Xantelasma

Xanthelasma

Definisi

Xanthelasma merupakan bentuk xantoma yang paling sering dijumpai. Bentuk lainnya

adalah xanthelasma palpebrarum, tuberosum, tendinosum, noduler, eruptif, planum, dan

plantar. Xanthelasma berasal dari kata xanthos (yellow) dan elasma (a beaten metal plate).

Xanthelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan histiosit dengan deposit

lemak intraselular terutama dalam retikuler dermis atas. Biasanya muncul berbentuk plak

yang berwarna kuning di kelopak mata atas dekat canthus, dengan diameter bervariasi dari

1-30 mm. Biasanya soft, semisolid, dan calcareous.

Xanthoma biasanya berhubungan dengan gangguan metabolik lemak. Keadaan ini

disertai dengan hiperlipoproteinemia. Tetapi dapat juga ditemukan pada keadaan di mana

kadar lemak plasma dalam batas normal. Hiperlipoproteinemia ini dapat terjadi primer

Hiperlipoproteinemia akibat gangguan metabolisme lemak dan bersifat genetik (familial)

dan juga dapat terjadi secara sekunder di mana timbul akibat penyakit lain yang

menyebabkan Hiperlipoproteinemia.

Prevalensi pada perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki, dan perkembangannya

seiring dengan pertambahan usia. Timbulnya xanthelasma merupakan salah satu dari

indikasi peningkatan kadar kolesterol terutamanya di kalangan golongan muda. Karena itu,

pemeriksaan darah akan dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol meningkat atau pada

batas normal.

Gejala klinis xanthelasma biasanya khas. Lesi permulaan berupa papula kemudian secara

bertahap membesar membentuk plak berwarna kuning. Pada perabaan konsistensinya lunak.

Terletak pada kelopak mata bagian atas dekat kantus, akan tetapi dapat juga dijumpai pada

kelopak mata bagian bawah. Xanthelasma cenderung untuk berkembang, koalesen dan

permanen.

Page 2: Xantelasma

Penggunaan chloracetic acid efektif untuk menghilangkan xanthelasma. Agen ini

mengendapkan dan mengkoagulasikan protein dan lipid larut. Monochloroacetica acid,

dischloroacetic acid, dan trichloroacetic acid juga dilaporkan memberi hasil yang baik

dengan hasil akhir yang sempurna dan skar minimal.

Epidemiologi

Xanthelasma palpebrum merupakan xantomas yang paling sering ditemui, bersifat

asimptomatik ditandai dengan bentuk simetri, soft, serta kekuningan di area dekat kelopak

mata. Xanthelasma dapat terjadi pada berbagai tingkat umur. Onset timbulnya xanthelasma

berkisar antara 15-73 tahun dengan puncak tertingi pada dekade 40-an dan 50-an. Menurut

Marcelo, xanthelasma biasanya terjadi pada golongan tua yang berusia lebih dari 50 tahun.

Berdasarkan studi yang dijalankan di India, mayoritas pasien adalah berusia dalam

lingkungan 31-50 tahun.

Jumlah insiden yang terjadi pada pria dan wanita yang didiagnosa xanthelasma masih

diperdebatkan. Gangopadhya dan penulis lain mengatakan bahwa kasus ini lebih sering

terjadi pada wanita. Ini disebabkan wanita lebih memperhatikan perubahan dirinya dari

sudut kosmetik. Walaupun begitu, Chhetri melaporkan bahwa pada pria insiden xanthelasma

lebih banyak, berdasarkan jumlah pasien pria yang datang ke klinik rumah sakit luar.

Marcelo pula mengatakan bahwa insiden xanthelasma sama banyak pada pria dan wanita.

Etiologi

Pada umumnya penyebab xantelasma sama dengan penyebab xantoma yaitu:

1. Hiperlipoproteinemia

Primer Hiperproteinemia

Menurut Fredeickson dan Less, hiperlipoproteinemia diklasifikasikan berdasarkan

pola elektrophoretic, yaitu:

a. Tipe I: Kelebihan chlymicron

b. Tipe IIA: Kelebihan betalipoprotein (LDL)

c. Tipe IIB: Kelebihan betalipoprotein (LDL) disertai VLDL sedikit meningkat

d. Tipe III: Lipoprotein intermedia meningkat

Page 3: Xantelasma

e. Tipe IV: Prebetalipoprotein (VLDL) meningkat

f. Tipe V: VLDL dan chylomicron meningkat. Terjadi akibat gangguan

metabolisme lemak dan bersifat genetik

Sekunder

Hipoproteinemia sekunder timbul akibat penyakit seperti DM, sirosis bilier, gagal

ginjal kronik, sindrome nefrotik, hipotiroid, multipelmioloma, limfoma,

hemokromatosis, pancreatitis, obat-obat yang menginduksi hiperproteinemia,

misalnya estrogen, prednisone, isotretinoin, dan eretinat.

2. Lipoproteinemia normal

Konsentrasi lemak plasma normal (200mg/dl). Keadaan ini dijumpai pada xantoma

diseminata, xantoma generalisata, cerebrotendinous xanthomatosis, phytostrerolemia,

verruciform xanthoma.

Patogenesis

Hepar mensekresi lipoprotein, partikel yang terbuat dari kombinasi cholesterol dan

trigycerides. Partikel ini bersifat larut air untuk memfasilitasi transport pada jaringan perifer.

Oleh polar phospolipids dan 12 protein spesifik yang berbeda yang dinamakan

apolipoproteins. Apolipoproteins berfungsi sebagbai kofaktor untuk enzime plasma dan

berinteraksi dengan reseptor permukaan sel. Lipoprotein dibagi menjadi lima komponen,

yaitu chylomicrons, VLDL, intermediate-density lipoproteins (IDL), LDL, dan HDL.

Dyslipoproteinemia dikategorikan sebagai primer atau sekunder. Kondisi primer ditentukan

secara genetik dan dikelompokkan oleh Fredrickson menjadi lima atau enam komponen

berdasarkan peningkatan lipoprotein spesifik. Hiperprotein sekunder muncul akibat penyakit

lain yang dapat memunculkan gejala, perubahan lipoprotein, dan xanthomas yang dapat

menyerupai sindrome primer.

Meskipun telah diteliti mengenai hubungan antara xanthelasma dan

hyperlipoproteinemia, hanya sekitar setengah pasien yang memperlihatkan adanya

Page 4: Xantelasma

peningkatan lipid serum. Pada penelitian Gangopadhya didapatkan hanya 52,5% pasien

xanthelasma yang mempunyai profil lipid abnormal.

Pada xanthelasma terjadinya akumulasi kolesterol yang berawal dari darah, dimana

jumlah kolesterol yang paling banyak berasal dari LDL yang masuk melalui dinding

vaskular. Dikatakan bahwa trauma dan inflamasi itu dapat merubah permeabilitas vaskuler

sehingga lipoprotein dapat masuk ke dalam kulit dan kemudian difagositosis oleh sel

dermal. Normalnya LDL mempunyai nilai kebocoran kapiler yang lambat.

Panas lokal meningkatkan nilai kebocoran. Dapat dilihat secara eksperimen bahwa nilai

kebocoran kapiler dari LDL itu dua kali lebih besar pada daerah yang lebih sering terekspose

oleh gerakan fisik atau gesekan, dibandingkan daerah pada kulit yang immobilisasi. Kelopak

mata lebih sering mengalami pergerakan yang konstan dan gesekan, dan hal ini mungkin

alasan mengapa xanthelasma berkembang pada daerah ini.

Gambaran klinis

Xanthelasma secara klinis terlihat sebagai plak kekuningan berbentuk oval yang berlokasi

pada regio periorbital. Seringkali pada canthus medikal kelopak mata bagian atas, meskipun

dapat juga terlihat pada kelopak mata bagian bawah, dan juga biasanya bersifat bilateral.

Inspeksi dan palpasi memperlihatkan tekstur yang lunak, semisolid, atau kalsifikasi.

Pasien xanthelesma biasanya datang karena pertimbangan kosmetik, atau dideteksi pada

pemeriksaan rutin mata. Lesi ini tidak menyebabkan peradangan maupun nyeri, meskipun

lesi ini cenderung malignansi. Pada kasus yang sangat jarang, xanthelasma yang berukuran

besar dapat mengganggu fungsi kelopak mata, menyebabkan ptosis atau lagopthalmus.

Page 5: Xantelasma

Gambaran Histologis

1. Pada dermis dan subkutan terlihat banyak xanthoma (foam cell) yaitu histiosit dengan

plasma banyak mengandung partikel lemak, dengan banyak inti sel,

2. Sel raksasa (giant cell touton) histiosit yang membesar dengan inti yang tersusun

melingkar. Plasma mengandung banyak lemak,

3. Proliferasi fibroblast di sekitar pembuluh darah dermis dan subkutan.

Daftar pustaka

Page 6: Xantelasma

1. Dianawaty A, Adam AM. Xantelasma dam Milia. Dalam: Amiruddin MD, editor. Tumor

dan Bedah Kulit. Makassar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUH; 2003.

2. Habif TP. Xanthoma and Dislipoproteinemia. In: Clinical Dermatology: A Color Guide

to Diagnosis and Therapy. U.S: Mosby; 2004. p. 902-3.

3. Roy H. Xanthelasma.[online] 2008. [cited 2010 juny 1]: [1-2]. Available from URL:

http://www. emedicine.medscape.com.

4. Siregar RS. Gangguan Metabolisme, Kekuranagn gizi, Autoimun,dan Miliaria. Dalam:

Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 2003.

5. Pereira FJ, Velasco AA, Guimarães HP, et all. Extensive Xanthelasma - a Surgical

Solution: Case Report. Arq. Bras. Bra. Oftalmol. 2008:7;1-6.

6. Dua A, Dogra A, Sood N, et all. Normolipemic Papular Xanthoma with Xanthelasma.

Pakistan J dermatol. 2006; 16:116-9.

7. Raulin C, Matthias P, Werner S, et all. Xanthelasma Palpebrarum: Treatment With the

Ultrapulsed CO2 Laser. [online]. 2009. [cited 2010 May 18]: 1-6. Available from URL:

http://www. Ncbi.nlm.nih.