wsbb

Upload: d61113303

Post on 10-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangSuatu sistem didefinisikan sebagai himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Talcott parsons mengatakan bahwa kehidupan sosial itu harus dipandang sebagai suatu sistem. Sistem sosial dapat didefinisikan sebagai suatu pola interaksi sosial yang terdiri dari komponen-komponen sosial yang teratur dan melembaga. Salah satu karakteristiknya yaitu kumpulan dari beberapa unsur atau komponen yang dapat kita temukan dalam kehidupan bermasyarakat. Sistem budaya melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan seperangkat nilai dan norma yang memotivasi individu dan kelompok untuk bertindak dalam rangka integrasi sosial.1.2 Rumusan MasalahUntuk mengkaji dan mengulas tentang sistem sosial budaya masyarakat pulau Barrang Lompo diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keadaan sosial-budaya masyarakat pulau Barrang Lompo ?2. Bagaimana sistem mata pencaharian masyarakat pulau Barrang Lompo?3. Apakah masalah yang dihadapi masyarakat pulau Barrang Lompo kini?

1.3Tujuan dan Manfaat PenulisanTujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas MKU Wawasan Sosial Budaya Maritim dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca tentang sistem sosial budaya dalam masyarakat pulau Barrang Lompo.

1.4Waktu dan TempatPenelitian dilakukan pada Rabu, 28 Mei 2014 pada Pulau Barang Lompo, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian SistemSuatu sistem didefinisikan sebagai himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Namun tidak semua kumpulan dan gugus dapat disebut suatu sistem kalau tidak memenuhi syarat adanya kesatuan (unity), hubungan fungsional, dan tujuan yang berguna.Secara etimologis istilah Sistem berasal dari bahasa yunani, yaitu sistema yang artinya sehimpunan dari bagian atau komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan satu keseluruhan.Selanjutnya berbagai perbincangan tentang pengertian Sistem terus mengalami perkembangan terutama pada kalangan akademisi, dan menunjuk pada beberapa arti, seperti; pengertian Sistem yang mengarah pada sehimpunan gagasan atau ide, kesatuan (unity), kelompok benda-benda, hingga pengertian Sistem yang dipergunakan dalam arti metode atau tata cara yang tersusun, terorganisir dan membentuk satu kesatuan yang logis dan kemudian dikenal sebagai buah pikiran filsafat tertentu, Sistem teologi tertentu, Sistem demokrasi tertantu, sepeda, motor, mobil, Sistem pengajaran, Sistem pengumpulan data, Sistem monitoring, Sistem evaluasi, dan semacamnya.Pengertian Sistem digunakan untuk menunjuk sehimpunan gagasan/ide yang tersusun dan membentuk suatu kesatuan yang logis dan kemudian sebagai sebuah pikiran filsafat tertentu misalnya agama, bentuk pemerintahan, dan sebagainya.

B. Sistem SosialTalcott Parson mengatakan bahwa kehidupan sosial itu harus dipandang sebagai sebuah Sistem (sosial ). Hal ini dimaksudkan bahwa kehidupan sosial harus dilihat sebagai suatu keseluruhan atau totalitas unsure-unsur atau bagian yang saling berhubungan dan memiliki ketergantungan satu sama lain dan berada dalam satu kesatuan.

Lebih lanjut dikatakan bahwa Sistem sosial juga dapat didefinisikan sebagai suatu pola interaksi sosial yang terdiri darikomponen-komponen sosial yang teratur dan melembaga (institutional). Salah satu karakteristik dari Sistem sosial adalah ia merupakan kumpulan dari beberapa unsure atau komponen yang dapat kita temukan dalam kehidupan bermasyarakat. Kehidupan tersebut terdiri dari beberapa peran sosial , seperti peran dalam bidang politik dan pemerintahan, peran dalam bidang pendidikan, peran dalam bidang agama, peran dalam bidang kesehatan dan semacamnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sistem sosial cenderung bersifat konseptual, yang berarti keberadaannya hanya dapat dimengerti melalui sarana berpikir tetapi bukan melalui sarana panca indera, dan realitasnya hanya dapat diwujudkan melalui bahasa. Premis mayor talcott parson tentang Fungsional imperatives atau yang disejajarkan pengertian oleh para ahli sebagai konsep Fungsional structural ialah, bahwa :1. Masyarakat adalah sebuah sistem.2. Sistem sosial ini eksis karna dibangun oleh sejumlah sub-sistem yang fungsional3. Pengkomplesan Sistem selalu mengarah pada keseimbangan (equilibrium).Karna itu, dalam setiap Sistem sosial , terdapat empat fungsi penting yang dapat direkayasa agar keseimbangan sosial dapat terwujudkan, yaitu apa yang diistilahkan sebagai AGIL. (A) Adaptation, (G) Goal attainment (I) Integration, dan (L) Latensi. Adaptation (adaptasi) : Sebuah Sistem yang harus menjalankan fungsinya untuk menanggulangi situasi eksternal yang gawat, Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kebutuhannya. Goal attainment (pencapaian tujuan) : sebuah Sistem yang harus menjalankan fungsinya untuk mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Integration (interasi) sebuah Sistem yang harus menjalankan fungsinya untuk mengatur hubungan antar bagian-bagian atau sub-sub Sistem yang menjadi komponennya. Latensi (pemeliharaab pola) : Sistem harus menjalankan fungsinya untuk melengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola cultural yang menciptakan dan menopang motivasi.Pada dasarnya rekayasa Sistem yang dilakukan pada empat fungsi (AGIL) yang di pada dipandang penting untuk menciptakan situasi sosial yang seimbang, haruslah mempertimbangkan sub-sub-sistem lainnya yang memiliki keterkaitan langsung dengan Sistem tindakan umum.Empat Sistem tindakan yang diuraikan di atas, pada dasarnya tidak muncul dalam kehidupan nyata, tetapi lebih merupakan Alat Analisis untuk memudahkan kita memahami secara mendalam kehidupan nyata. Agar lebih jelasnya rekayasa Sistem tindakan dalam menjalankan fungsinya masing-masing sesuai spesialisnya dalam rangka menciptakan keteraturan dan keseimbangan, maka dipandang perlu memadukan dengan Sistem Hierarki Sibernetika (strukturn elektrolika pengendali) menurut skema AGIL, yang biasa disebut sebagai struktur sistem tindakan umum (Talcott Parsons).

ORGANISME PERILAKU SISTEM SOSIALLAIG SISTEM BUDAYA SISTEM KEPRIBADIAN STRUKTUR SISTEM TINDAKAN UMUM

Bentuk-bentuk tindakan yang dilakukan dalam menjalankan fungsi dan perannya, adalah harus mampu menyesuaikan dirinya (secara biologik) dalam Sistem organisasi perilaku. Ketika hal itu tidak di capai, maka rekayasa Sistem adaptasi sangat dibutuhkan agar dapat menyesuaikan dirinya dalam Sistem organism perilaku. Dalam proses interaksi antara organisme perilaku dengan lingkungan eksternalnya terutama dalam menjalankan fungsi ekonomi, maka membtuhkan adanya keteraturan internal sebagai dasar untuk terciptanya keseimbangan dinamis dalam Sistem organisme perilaku. Karena itu, semakin tinggi tingkat keteraturan yang ada pada organisme perilaku terhadap dalam melaksanakan atau menjalankan fungsi adaptasinya terhadap lingkungan eksternalnya (Sistem kepribadian), maka akan lebih memungkinkan semakin besarnya energy yang dapat disumbangkan kedalam Sistem kepribadian.Dalam Sistem kehidupan manusia, dimana individu-individu pada kelompok sosial harus dapat melaksanakan fungsi mendifnisikan dan pencapaiantujuan utamanya (Goal Attainment).Sistem sosial tidak lain adalah suatu Sistem yang bersifat konseptual, yang berarti keberadaannya hanya dapat dimengerti melalui sarana berpikir tetapi bukan melalui panca indera, dan realistanya hanya dapat diwujudkan melalui bahasa. Sistem sosial juga dipandang sebagai bahagian dari Sistem kehidupan manusia, yang dalam hal ini terandung unsure-unsur seperti: nilai-nilai, norma-norma, struktur sosial , pranata sosial , peranan-peranan, interaksi-interaksi, kelompok-kelompok, kelompok-kelompok sosial , dan lembaga-lembaga sosial , dimana interaksi sosial yang terjadi ketika individu atau kelompok menjalankan perannya, haruslah patuh terhadap Sistem nilai dan norma dalam kelompoknya.

1. Pokok-pokok Bahasan Dalam Sistem Sosiala. Interaksi SosialHubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial ini didasarkan kepada komunikasi. Karenanya komunikasi merupakan dasar dari eksistensi suatu masyarakat. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial , hubungan satu dengan yang lain warga-warga suatun masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok-kelompok dan antar kelompok manusia sendiri, mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat.Apabila kita lihat komunikasi ataupun hubungan tersebut sebelum mempunyai bentuk-bentuknya yang konkrit, yang sesuai dengan nilai-nilai sosial di dalam suatu masyarakat, ia mengalami suatu proses-proses terlebih dahulu. Proses-proses inilah yang dimaksudkan dan disebut sebagai proses sosial .Sehingga gillin & gillin mengatakan bahwa: proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok manusia saling bertemu dan menentukan Sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Dilihat dari sudut inilah, komunikasi itu dapat di pandang sebagai Sistem dalam suatu masyarakat, maupun sebagai proses sosial . Dalam komunikasi, manusia saling pengaruh mempengaruhi timbale balik sehingga terbentuklah pengalaman ataupn pengetahuan tentang pengalaman masing yang sama. Karenanya komunikasi menjadi dasar daripada kehidupan sosial ia, ataupun proses sosial tersebut.Kesadaran dalam berkomunikasi di antara warga-warga suatu masyarakat, menyebabkan suatu masyarakat dapat dipertahankan sebagai suatu kesatuan. Karenanya pula dalam setiap masyarakat terbentuk apa yang dinamakan dinamakan suatu Sistem komunikasi. Sistem ini terdiri dari lambing-lambang yang diberi arti dan karenanya mempunyai arti-arti khusus oleh setiap masyarakat. Karena kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi itu, setiap masyrakat dapat membentuk kebudayaannya, berdasarkan Sistem komunikasinya masing-masing.Dalam masyarakat yang modern, arti komunikasi menjadi lebih penting lagi karena pada umumnya masyarakat yang modern bentuknya makin bertambah rasionil dan lebih didasarkan pada lambing-lambang yang makin abstrak. Bentuk umum proses-proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi, maka interaksi sosial yang dapat dinamakan proses sosial itu sendiri. Interaksi sosial adalah kunci semua kehidupan sosial , tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial .Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.Manusia sebagai individu dapat mengadakan kontak tanpa menyentuhnya tetapi sebagai makhluk sensoris dapat melakukan dengan berkomunikasi. Komunikasi sosial ataupun face-to face communication, interpersonal communication, juga yang melalui media. Apalagi kemajuan teknologi komunikasi telah demikian pesatnya.1) Faktor-faktor Interaksi Sosiala. Tindakan sosial Tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat. Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 macam:1. Tindakan rasional instrumental yaitu tindakan yang dilakukan dengan memperhitugkan kesesuaian antara cara dan tujuan.2. Tindakan rasional berorientasi nilai yaitu tindakan-tindakan yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar dalam masyarakat.3. Tindakan tradisioanal yaitu tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan rasional.4. Tindakan ofektif yaitu tindakan yang dilakukan oleh seorang kelompok orang berdasarkan perasaan atau emosi.b. Kontak sosial Dalam kehidupan sehari-hari kontak sosial dapat dilakukan dengan cara:1. Kontak sosial yang dilakukan menurut cara pihak-pihak yang berkomunikasi.2. Kontak langsung pihak komunikator menyampaikan pesannya secara kepada pihak komunikasi. Kontak tidak langsung: pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga.c. KomunikasiKomunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Orang yang menyampaikan komunikasi disebut komunikator , orang yang menerima komuikasi disebut komunikan.2) Bentuk Interaksi Sosial Menurut jumlah Pelakunyaa. Interaksi antara individu dan individu yaitu individu yang satumemberikan pengaruh, rangsangan/stimulasi kepada individu lainnya.b. Interaksi antara individu dan kelompok yaitu seorang ustadz sedang berpidato didepan orang banyak.c. Interaksi antara kelompok dan kelompok yaitu berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain.3) Bentuk Interaksi Sosial Menurut Proses Terjadinyaa. Imitasi adalah pembentukan nilai melalui dengan meniru cara-cara orang lain b. Identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya.c. Sugesti dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok. Kelompok kepada kelompok kepada seorang individu.d. Motivasi juga diberikandari seorang individu kepada kelompok.e. Simpati bias juga disampaikan kepada seseorang/kelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus.f. Empati itu dibarengi perasaan organisme tubuh yang sangat dalam.b. Stratifikasi Sosial1) Pengertian Stratifikasi SosialStratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk dan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat yang diwujudkan dengan adanya kelas yang tinggi dan kelas yang lebih rendah.Perbedaan kehidupan masyarakat tradisional dengan modern, maka dapat diketahui perbedaannya, yaitu sebagai berikut :a. Pelapisan Sosial dalam masyarakat dan awalnya didasarkan pada berbedaan tertentu yang menyangkut status diri / turunan.b. Sejalan dengan perkembangan masyarakat yang semakin majemuk, Pelapisan sosial kemudian didasarkan pada sektor ekonomi yaitu pekerjaan yang digeluti (profesi) / kekayaan yang dimili.c. Perkembangan masyarakat yang terus berlanjur menjadikan dasar Pelapisan sosial semakin semakin beragam, sehingga ada banyak kriteria yang bisa dipakai sebagai dasar Pelapisan sosial dalam masyarakat.

2) Proses Terjadinya Stratifikasi Sosiala. Secara tidak sengaja, dengan ciri-ciri sebagai berikut : Pelapisan sosial terbentuk sejalan dengan perkembangan masyarakat Pelapisan sosial terbentuk di luar kontrol masyarakat yang bersangkutan Pelapisan sosial terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi sosial budaya wilayah yang bersangkutan Kedudukan seseorang dalam suatu lapisan (disertai dengan hak dan kewajibannya) berlangsung secara otomatis

b. Secara sengajaSeorang tokoh bernama Joseph Scehum Peler (1883-1950) seseorang sosiologi Amerika Serikat mengatakan bahwa pelapisan sosial diperlukan masyarakat agar mampu menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan yang nyata3) Dimensi Stratifikasi SosialUntuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat dipergunakan yaitu, privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini dapat dipergunakan sendiri-sendiri, namun juga dapat digunakan secara bersama.Karl Marx menggunakan satu dimensi, yaitu privilege atau ekonomi untuk membagi masyarakat industri menjadi dua kelas Borjouis dan Proletar, sedangkan Max Weber, Peter Berger, Jeffries dan Ransford mempergunakan ketiga dimensi tersebut. Dari penggunaan ketiga dimensi tersebut Max Weber memperkenalkan konsep kelas, kelompok, status, dan partai.4) Ukuran Dasar (Kriteria) Stratifikasi SosialAda empat ukuran stratifikasi sosial menurut Soerjono Soekonto, yaitu : Kekayaan Kekuasaan dan wewenang Kehormatan Ilmu pengetahuan / pendidikan5) Macam-macam Pelapisan (stratifikasi) Sosiala. Berdasarkan status diperoleh secara alami1) Stratifikasi berdasarkan perbedaan usia2) Stratifikasi berdasarkan senioritas3) Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin4) Stratifikasi berdasarkan system kekerabatan5) Stratifikasi berdasarkan keanggotaan dalam kelompok tertentub. Berdasarkan status yang diperoleh melalui serangkaian usaha1) Stratifikasi sosial atas dasar pendidikan2) Stratifikasi sosial atas dasar pekerjaan, berdasarkan mata pencaharian stratifikasi sosial dibedakan sebagai berikut :a. Elite : orang-orang kaya yang menempati kedudukan tertinggib. Profesional : orang-orang yang berijazah dan bergelar keserjanaanc. Semi profesional : para pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan menengahd. Tenaga terampil : orang yang mempunyai keterampilan teknik mekanik e. Tenaga tidak terdidik : misalnya pembantu rumah tangga, tukang kebun3) Stratifikasi sosial atas dasar ekonomi4) Stratifikasi sosial atas dasar kriteria sosial5) Stratifikasi sosial atas dasar politik6) Sifat Stratifikasi Sosiala. Stratifikasi sosial terbuka, terjadi karena adanya dorongan beberapa faktor, yaitu sebagai berikut : Perbedaan ras dan sistem nilai budaya (adat istiadat) Kelangkaan hak dan kewajiban Pembagian tugas (spesialisasi)b. Stratifikasi sosial tertutup, kasta memiliki beberapa ciri sebagai berikut: Keanggotaan yang diwariskan berlaku seumur hidup Keunggulan yang diwariskan berlaku seumur hidup Perkawinan bersifat endogami (menikah dengan orang yang kasta sama) Hubungan dengan kelompok sosial lainnya bersifat terbatas Kasta diikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan

c. Lembaga Sosial1.) PengertianSecara umum, lembaga terwujudkan melalui cara-cara berbuat (usage) yang kemudian menjadi suatu kebiasaan (folksway), lalu kebiasaan itu tumbuh menjadi tata-kelakuan (mores), dan bila tata-kelakuan ini mengalami kematangan yang disertai adanya aturan dan kekuatan sanksi yang relatif berat terhadap siapapun pelanggar aturan tersebut, maka ini berarti telah terwujud atau terbentuk apa yang disebut adat- istiadat.

Ballard (1936) mengemukakan bahwa lembaga social adalah perangkat-perangkat hubungan manusia yang telah mapan dengan tujuan tertentu dan kemauan umum. Selanjutnya, Selo mengemukakan bahwa lembaga social adalah semua kaidah social dari segala tingkatan yang berkisar pada satu keperluan pokokdalam kehidupan masyarakat dan merupakan suatu kelompokyang diberikan nama lembaga kemasyarakatan. Lebih jauh lagi, Davis memandang lembaga social sebagai perangkat kebiasaan dan tata-kelakuan yang berkaitan dengan berbagai fungsi yang merupakan bagian dari struktur social.2.) Pelembagaan Sosial ( Social Institutionalization)Menurut Polak, proses pelmbagaan diaksudkan sebagai proses strukturasi antara hubungan melalui en-kulturasi konsep-konsep kebudayaan baru, seperti nilai-nilai dan norma-norma baru. Proses ini berjalan dan berkembang terus menerus dalam kehidupan masyarakat. Dan jika aktivitas-aktivitas sosialnya menyangkt usaha-usaha pemenuhan kebutuhan yang kemudian melahirkan struktur universal, maka struktur ini dapat disebut sebagai lembaga.Pengertian pelembagaan social akan lebih mudah digambarkan jika dimulai dari pengertian (concept) tentang lembaga sosial (Social Institution). Lembaga social yang dijumpai adanya didalam masyarakat, terwujud melalui pelembagaan social. Karena itu, dapat dikatakan pelembagaan social merupakan proses terwujud atau terbentuknya lembaga social.

3.) Struktur dan Fungsi Kelembagaan SosialSosial statik adalah struktur social masyarakat yang meliputi kelompok lembaga-lembaga social, lapisan, golongan serta kekuasaan, sedangakan social dynamics adalah fungsi-fungsi yang terlibat dalam proses social, perubahan social, atau bentuk abstrak interaksi social. Struktur juga dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang menjadi dasar yang baku dari suatu system social.Setiap struktur kelembagaan social dapat befungsi secara maksimal di dalam masyarakat sepanjang hal itu menjadi kebutuhannya. Karena itu, untuk lebih jelasnya funsi pada lembaga-lembaga social yang ada dalam masyarakat maka dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini.

i. Fungsi Lembaga KeluargaMenurut Horton dan Hun (1984: 238-242) ada tujuh fungsi keluarga, antara lain :1. Keluarga berfungsi mengatur prilaku seksual dengan membatasi siapa boleh berhubungan seksual dengan siapa.2. Keluarga berfungsi untuk reproduksi atau pengembangan keturunan.3. Keluarga berfungsi memberikan perlindungan untuk angotanya, baik fisik maupun yang bersifat kejiwaan.4. Keluarga merupakan lembaga sosialisasi utama.5. Keluarga berungsi menjalankan fungsi ekonomi.6. Keluarga berfungsi memberikan status untuk anak-anaknya7. Keluarga mempunyai fungsi afeksi (cinta/kasih sayang) terhadap seorang anak.

ii. Fungsi Lembaga PendidikanMenurut Horton dan Hun, bahwa lembaga pendidikan mempunyai 2 manies pokok, yakni :1. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.2. Membantu individu agar mengembangkan potensinya.

Lebih lanjut, dikatakan bahwa fungsi manifest dari lembaga pendidikan adalah :1. Melestarikan kebudayaan dengan meneruskan satu generasi kegenerasi berikutnya.2. Mendorong partisipasi demokratis.3. Memperkaya kehidupan dengan memperluas cakrawala pemikiran dan rasa keindahan anak didik.4. Memperbaiki penyesuaian diri para siswa melalui konseling pribadi dan beberbagai psikolog terapan.5. Memperbaiki kesehatan generasi muda melalui latihan-latihan fisik.6. Memproduksi warga negara yang patriotik.7. Meningkatkan integrasi antar ras.8. Menyediakan hiburan bersama.9. Pembangunan karakter warga negara.iii. Fungsi Lembaga EkonomiSecara umum ada 2 jenis ekonomi, yaitu :1. Ekonomi kapitalis, yakni bersumber dari liberalisme yang mengutamakan perekonomian swasta, mekanisme pasar, dan perdaangan bebas.2. Ekonomi sosialis yang selama ini memiliki ajaran-ajaran sebagai berikut : Penghapusan dan pembatasan hak milik pribadi atas alat-alat produksi . Pengambilalihan semua atau sebagian alat-alat produksi. Pembagian kembali hak-hak pribadi. Perubahan struktur kekuasaan ekonomi dan politik.iv. Fungsi Lembaga PolitikMenurut Korblum ( dalam Sunarto, 2004: 76) mendefinisikan bahwa lembaga politik sebagai perangkat kekuasaan dan wewenang. Contohnya adalan lembaga eksekutif, lembaga legislative, dan lemabga yudikatif. Dalam sebuah Negara, fungsi-fungsi politik yang harus berjalan seperti :1. Fungsi merumuskan kepentingan2. Fungsi pemaduan kepentingan3. Fungsi pembuatan kebijakan umum4. Fungsi penerapan kebijakan5. Fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan6. Fungsi komunikasi politik7. Fungsi sosialisasi politik8. Fungsi rekruitmen politik

C. SISTEM BUDAYA1. Nilai BudayaNilai budaya adalah konsep mengenai apa yang hidup dalam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga yang memberi arah orientasi pada kehidupannya.2. NormaNorma adalah aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai sesuatu

3. Pengetahuan Sistem pengetahuan manusia berkembang dengan pesat dari waktu ke waktu. Hal ini dikarenakan bahwa manusia memeliki kelebihan dibangdingkan dengan makhluk yang lain, yaitu manusia memiliki daya-daya psikis yang bersumber dari cipta, rasa dan karsa. Dengan tiga daya psikis inilah manusia mencoba memahami diri dari kehidupannya sendiri, kehidupan orang lain, baik sebagai inidividu maupun sebagai masyarakat. Dalam rangka kepentingan itu, manusia senantiasa memikirkan dunia skelilingnya dan memahami eksistensinya.4. Mata PencaharianManusia sebagai makhluk hidup mutlak membutuhkan sejumlah kebutuhan hidup guna kelangsungan hidupnya. Diantara kebutuhan hidup itu adalah kebutuhan akan pangan, sandang dan tempat tinggal yang merupakan kebutuhan utama (primer) untuk kelangsungan hidupnya. Untuk memperoleh kebutuahan tersebut, maka manusia membutuhkan yang namanya mata pencaharian. Mata pencaharian itu sendiri adalah suatu hal yang dilakukan seseorang agar mendapatkan hasil (uang) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.5. KepercayaanWujud dari kepercayaan ini adalah adanya kepecayaan kepada sesuatu kekuatan yang dianggap lebih tinggi dari pada manusia dan manusia melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka ragam nutk mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan itu. Dengan demikian, hal ini bukan saja menyangkut kepercayaan semata, melainkan juga menyangkut kelakuan, pengalaman-pengalaman, ada kalanya juga alat, bahkan juga dengan ungkapan.6. Bahasa (Simbolisasi)Bahasa adalah suatu system bunyi yang kalau digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa tersbut. Meskipun manusia pertama-tama bersandar pada bahasa untuk salin berkomunikasi satu sama lain, tetapi bahasa bukanlah satu-satunya sarana komunikasi. Sarana lainnya yaitu parabahasa (paralanguange) yaitu sitem gerakan tubuh yang digunakan untuk menyampaikan pesan.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Pulau Barrang LompoTidak jelas kapan mulainya pulau ini dihuni orang. Awalnya pulau ini dikenal sebagai tempat transit bagi para nelayan yang sedang mencari ikan (istilah lokalnya gusung) untuk bermalam atau istirahat sebentar sebelum melanjutkan penangkapan ikan. Di masa lalu penduduk mencari ikan di sekitar perairan Pulau Barrang Lompo. Mereka mencari ikan dengan menggunakan perahu kecil yang disebut lepa-lepa atau perahu tradisional sepanjang sekitar 10 meter yang disebut jolloro. Saat itu cuaca menjadi halangan utama bagi nelayan. Pada periode musim barat mereka umumnya menetap dan tinggal menganggur di pulau, tetapi karena perkembangan teknologi alat tangkap memungkinkan nelayan berlayar jauh mencari ikan sampai ke luar Provinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif, Pulau Barrang Lompo termasuk dalam wilayah Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar, disamping beberapa pulau di sekitarnya seperti pulau Lae-Lae, Pulau Kayangan, Pulau Samalona, atau Pulau Barrang Caddi. Luas daratan Pulau Barrang Lompo adalah 0,49 Km2. Secara geografis pulau ini terletak pada posisi 1190 190 480 Bujur Timur dan 050 020 480 Lintang Selatan. Jarak dari Kota Makassar adalah 7 Km laut, dengan jarak tempuh kurang lebih 50 menit menggunakan kapal laut atau Jolloro di dermaga Kayu Bangkoa, yang berada tepat di jantung Kota Makassar.Berdasarkan data administratif pulau yang diperoleh dari kelurahan setempat, diketahui bahwa, jumlah penduduk Pulau Barrang Lompo sebesar 4.046 (2010), dan tergolong padat. Dengan kepadatan jumlah penduduk tersebut, infrastruktur yang tersedia meliputi: 1. Instalasi listrik (PLN) kapasitas 20 Kwh, yang beroperasi mulai pukul 17.30-06.00 WITA2. Pusat Laboratorium Laut Universitas Hasanuddin,3. Puskesman pembantu 1 buah, 4. Taman Kanak-Kanak 1 buah, 5. Sekolah Dasar 2 buah (SDN Barrang Lompo dan SD Inpres Barrang Lompo), 6. SMP 1 buah/SMP Negeri 28,7. Sarana ibadah/masjid 2 buah,8. Dermaga 2 buah, dan9. Sarana air bersih (PDAM). Lazimnya pemukiman komunitas nelayan lain di berbagai wilayah kepulauan nusantara, rumah-rumah penduduk di Pulau Barrang Lompo cukup padat, berjejal, berlantai dua, bentuk rumah panggung khas tradisional Makassar, serta tidak memberi kesan seperti pemukiman kumuh, karena teratur rapi membentuk dan melingkari bentuk pulau secara berlapis. Pada umumnya rumah-rumah penduduk menghadap ke laut, kecuali rumah-rumah yang dibangun setelah lapis pertama menghadap ke dalam, tetapi saling berhadap-hadapan dengan rumah-rumah yang menghadap ke laut yang diantarai oleh jalan, hal ini karena semakin bertambahnya jumlah penduduk pulau yang diperkirakan membludak sepuluh tahun terakhir, dimana pada tahun 2000 kisaran jumlah penduduk pulau hanya sebesar 800-an kepala keluarga, tetapi dalam perkembangannya saat ini meningkat hingga 1500-an kepala keluarga. Hal inilah yang menyebabkan kondisi pemukiman warga semakin padat, bahkan banyak warga menimbun bibir pantai untuk mendirikan bangunan pemukiman. Sedangkan jalan di perkampungan sudah ter-puving block mengitari seluruh pulau, hingga dapat digunakan untuk jenis kendaraan bermotor seperti motor roda dua, dan angkutan dermaga yaitu Bentor (Becak Motor), dengan demikian, tidak ada kendaraan roda empat di pulau ini. Deretan bangunan rumah pemukiman komunitas nelayan di Pulau Barrang Lompo dapat dikatakan sebagai kota kecil di tepi pantai (a little state in the coast), lengkap dengan berbagai aksesoris peralatan rumah tangga modern, berselang-seling dengan rumah- rumah desa khas penduduk kampung nelayan, baik bangunan batu maupun bangunan kayu, juga berbagai perabot rumah tangga modern, seperti TV, VCD/DVD Player, Sound System, hingga penggunaan teknologi informasi handphone (Hp)oleh hampir seluruh warga pulau. Sebagai daerah pemukiman cukup padat, upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya, tampaknya dapat dipenuhi sendiri dari berbagai fasilitas warung atau pertokoan yang ada di pulau oleh warga pulau sendiri, kecuali sebagian kebutuhan sandang dan papan diperoleh langsung dari Kota Makassar yang hanya berjarak 7 KM laut dari pulau dengan jarak tempuh menggunakan kapal motor sekitar kurang lebih 45-50 menit.Dalam kesehariannya, masyarakat pulau Barrang Lompo menggunakan berbagai macam bahasa seperti, Makassar, Bugis, Mandar, Cina dan Boya (bahasa yang berasal dari pedalaman pulau di Bulukumba), yang menandakan bahwa bahasa Cina ada meskipun sudah jarang didengar adalah adanya nama ance dan Bonda yang merupakan salah satu sapaan orang Cina. Untuk melestarikan bahasa daerah, mulai dari SD hingga SMA telah diajarkan pelajaran bahasa daerah atau aksara Lontaraq. Jika sesama suku, mereka akan menggunakan bahasa yang sama, namun ketika bertemu dengan suku yang berbeda, mereka akan menggunakan bahasa Makassar atau bahasa Indonesia. Selain sistem sosial dan bahasa yang digunakan oleh masyarakat pulau Barrang Lompo, terdapat hal unik lainnya di pulau kecil ini, antara lain budaya spiritual masyarakatnya. Tradisi masyarakat yang masih dijumpai di pulau ini adalah upacara Lahir Bathin, yakni mensucikan diri sebelum masuk bulan Ramadhan, upacara Songkabala, yakni upacara untuk menolak bala yang akan datang, upacara Pa'rappo, yakni upacara ritual yang dilaksanakan oleh para nelayan sebelum turun ke laut, dan upacara Karangan, yakni upacara ritual yang dilakukan oleh para nelayan ketika pulang melaut dengan memperoleh hasil yang berlimpah.Pulau Barrang Lompo juga memiliki obyek wisata yang unik, yakni makam-makam tua yang ada sejak abad ke-XIX. Selain makam-makam tua dari abad ke XIX yang terdapat di pulau ini sebagai obyek wisata budaya yang menarik dikunjungi, juga terdapat beberapa kios tempat pembuatan cindera mata dari kerang laut yang berada tepat didepan dermaga utama. Pada beberapa spot di perairan pulau ini, kehidupan karang dan ikan karang umumnya masih baik, walaupun ada sebagian karangnya sudah ikut hancur akibat eksploitasi yang tidak ramah lingkungan.3.2Sistem Mata Pencaharian Masyarakat Pulau Barrang LompoLokasi pulau Barrang Lompo yang berada dipesisir pantai membuat masyarakatnya lebih banyak atau mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan, walaupun beberapa warga diantaranya sudah bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di kota Makassar dan beberapa wilayah lainnya di Sulawesi Selatan, dan berdagang/berniaga serta beberapa aktivitas ekonomi lainnya baik di dalam maupun di luar pulau.Kehidupan komunitas nelayan pulau Barrang Lompo ada yang bersifat individual dan berkelompok. Nelayan yang individual adalah nelayan yang hanya memiliki perahu tradisional tanpa dilengkapi mesin bermotor, atau dalam bahasa tradisional Makassar disebut sebagai Lepa-Lepa, dan hanya dilengkapi alat tangkap sederhana, seperti pancing atau jaring, sedangkan nelayan yang bersifat kelompok adalah nelayan yang terdiri dari: 1. Juragan pemilik kapal/perahu (Jolloro),2. Sawi (anak buah kapal),3. Penyelam, khususnya pada nelayan pencari teripang, artinya nelayan kelompok ini adalah nelayan yang memiliki pola hubungan kerja yang jelas, terikat dalam satu sistem bagi hasil yang sudah disepakati sebelumnya antara pemberi modal dan pemilik perahu.Sebagai sebuah (organisasi) kelompok nelayan, maka pola hubungan kerja baik antara juragan perahu dan nelayan itu sendiri bukan terjadi dalam kerangka hubungan kerja antara atasan dan bawahan yang bersifat hubungan pengabdian, tetapi lebih bersifat kolegialisme dan kekeluargaan, sekalipun terdapat klasifikasi di antara mereka sesuai dengan spesifikasi kerja masing-masing. Hubungan di antara mereka pun sangat longgar, terbuka, dan didasarkan atas kesertaan secara sukarela, tetapi dalam kasus-kasus tertentu bahkan seorang juragan pemilik perahu harus merekrut anggota nelayannya dengan cara membeli. Hal ini menunjukkan betapa faktor-faktor sosial dan budaya bercampur baur dengan faktor-faktor ekonomi. Organisasi dan hubungan kerjasama di antara juragan perahu/kapal, juragan dan sawi tidaklah terlalu ketat, tidak semata-mata didasarkan pada hubungan ekonomi-bisnis, faktor-faktor yang bersifat kekeluargaan juga mewarnai pola relasi kerjasama di antara mereka. Artinya, siapapun orangnya, dia dapat masuk menjadi pengikut atau sawi dari seorang pemilik perahu tertentu dan/atau para pemilik perahu yang lain, secara sukarela, tanpa ada paksaan. Demikian pula, mereka pun dapat keluar dari keanggotaan suatu kelompok nelayan tersebut kapan mereka menghendaki, tanpa harus menunggu habisnya satu musim tangkap, atau apabila menurut mereka kapal/perahu yang mereka ikuti kurang memberikan hasil yang mencukupi atau memuaskan kebutuhan diri dan keluarganya.Longgarnya ikatan keorganisasian dan hubungan kerjasama kemitraan di antara pemilik modal, juragan perahu, dan sawi tampaknya disebabkan oleh pola rekrutmen anggota yang juga tidak terlalu ketat, tidak terlalu prosedural, atau dengan berbagai persyaratan sebagaimana layaknya sebuah usaha profesional. Khusus untuk seorang juragan kapal, mengingat pentingnya peran dan tanggungjwab sebagai pemegang komando dalam suatu operasi penangkapan ikan, maka hanya dipersyaratkan bagi setiap nelayan yang telah memiliki banyak pengalaman di bidang penangkapan ikan di laut serta hubungan dan komunikasi dengan para nelayan yang akan direkrut. Sistem atau pola rekrutmen keanggotaan nelayan dilakukan secara sukarela atau membeli tenaga yang terampil. Cara sukarela, adalah perekrutan seseorang dalam sebuah kelompok nelayan yang terbuka bagi siapa saja, atas dasar kesukarelaan yang bersangkutan untuk menjadi anggota kelompok nelayan. Di lain pihak, sistem membeli adalah perekrutan seseorang dalam sebuah kelompok nelayan dengan cara membeli atau membayar agar yang bersangkutan mau menjadi anggota kelompok perahunya. Sistem membeli ini dilakukan manakala sebuah kapal/perahu tersebut pada setiap hari atau setiap musim melaut dapat dikatakan sedikit atau sama sekali tidak membawa hasil tangkapan ikan yang banyak, atau kurang memadai, sehingga untuk mendapatkan anggota seorang juragan harus membeli orang-orang yang akan dijadikan anggota perahunya. Adanya sistem pembelian anggota kelompok nelayan untuk keperluan pengoperasian perahu/kapal seperti ini, menyebabkan adanya hubungan hutang-piutang yang cukup rumit di antara mereka dan seringkali menyebabkan posisi menawar para juragan berada pada posisi lemah dibandingkan para pemilik perahu, serta merupakan lahan yang sangat potensial bagi keduanya untuk terlibat dalam hutang yang bertumpuk-tumpuk.Bagi komunitas nelayan Pulau Barrang Lompo, terutama nelayan Lepa-Lepa, aktivitas menangkap dilakukan dengan alat sederhana, yaitu pancing dan jaring ukuran kecil. Namun, nelayan Jolloro, alat tangkapnya menggunakan racun ikan (bubuk potas) atau bom ikan. Namun kedua alat ini disembunyikan secara rapi oleh para nelayan agar terhindar dari penangkapan oleh pihak yang berwajib, sehingga hanya alat pancing, dan kompresor yang sengaja di tampakkan. Kedua cara penangkapan ikan ini harus dilakukan untuk memperoleh hasil tangkap yang melimpah sehingga mendatangkan keuntungan yang besar kepada seluruh nelayan. Dalam kaitan bisnis penangkapan ikan di pulau Barrang Lompo, seorang pemilik perahu/kapal tidak menentukan target minimal yang harus dipenuhi atau dicapai oleh para juragan kapal atau awak kapal/perahunya berkenaan dengan hasil tangkapan ikannya. Kendati demikian, banyak atau sedikitnya hasil ikan sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem pembagian hasil ikan di antara juragan kapal/perahu dan nelayan serta anggota nelayan lain yang termasuk anggota kelompok nelayan tersebut, atau orang-orang lain yang terlibat dalam proses persiapan dan pelaksanaan operasi penangkapan ikan. Berapapun hasil perolehan ikan, sistem pembagian hasilnya tetap tidak berubah.Dalam komunitas nelayan di pulau Barrang Lompo, dikenal dua sistem pembagian hasil tangkap, didasarkan pada jenis kepemilikian perahu, yaitu nelayan tradisional dan bersifat individu/pribadi pemilik lepa-lepa dan nelayan yang tergolong modern yaitu pemilik jolloro yang dilengkapi dengan mesin dan alat tangkap modern. Namun, sejalan dengan semakin ketatnya persaingan di antara para juragan pemilik perahu, dewasa ini pemilik perahu hanya mendapat sekitar 20 persen dari hasil tangkap yang diperoleh, dan sisanya dibagi kepada seluruh sawi yang ikut dalam proses penangkapan. Khusus pada nelayan pencari teripang, perbedaan pembagian hasil hanya terjadi pada penyelam. Jika diasumsikan nelayan yang berada di atas kapal mendapat bagian Rp. 500.000, maka penyelam mendapat kurang lebih Rp. 700.000. Hal tersebut dilakukan mengingat konsekuanesi atau resiko yang harus diterima oleh penyelam terhadap keselamatan jiwanya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nelayan yang berada di atas deck kapal.Apabila diperhatikan, dalam sistem pembagian ikan hasil tangkapan di atas, tampaknya pemilik modal dan juragan pemilik kapal umumnya mendapatkan pembagian hasil tangkap rata-rata lebih tinggi dari para sawi dan penyelam. Pada nelayan pemilik lepa-lepa yang hanya digunakan secara perseorangan, tidak ditemui sistem pembagian hasil tangkap karena hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sedangkan pada nelayan kelompok dalam perahu Jolloro, besarnya jumlah penerimaan dari seorang pemilik modal dan juragan pemilik perahu sebanding dengan investasi yang telah di keluarkan untuk pengadaan bahan keperluan melaut. Selain itu, karena dalam hal terjadi kecelakaan atau kerusakan pada perahu, jaring, dan mesin, maka seluruh biaya perawatan, perbaikan atau bahkan penggantiannya yang baru sepenuhnya menjadi tanggungan dan atas modal dari juragan pemilik perahu tersebut.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, terjadi diferensiasi sistem pembagian hasil tangkap antara pemodal, pemilik perahu, sawi yang bertugas di atas deck, dan penyelam, karena penghasilan pemilik modal dan pemilik perahu bersifat tetap sesuai dengan cara yang sudah disepakati. Oleh karena itu, pemilik modal dan pemilik perahu adalah orang yang paling diuntungkan dalam hal sistem pembagian hasil tangkap, sementara sawi dan penyelam memperoleh pendapatan yang harus disesuaikan dengan hasil tangkap yang diperoleh, dengan kata lain sesuai dengan besar kecilnya atau banyak dan sedikitnya hasil tangkap (tidak menetap).Transaksi jual-beli ikan, teripang dan cumi-cumi oleh nelayan Pulau Barrang Lompo pada umumnya dilakukan di kota Makassar, yaitu di pelabuhan Paottere atau di tempat pelelangan ikan (Lelong), tetapi kadang-kadang juga dilakukan di tengah laut, yaitu melalui kapal-kapal PangEs yang telah berlabuh di seputar wilayah perairan Pulau Barrang Lompo. Secara umum, pola distribusi hasil tangkap para nelayan diperantarai oleh orang yang disebut sebagai Balolang (Papalele/Penada). Dari transaksi dengan Balolang inilah diperoleh total pendapatan hasil tangkap. Artinya, hubungan antara nelayan dengan Balolang adalah hubungan transaksional, yaitu hubungan jual beli hasil tangkap. Dalam aktivitas jual-beli tersebut, hasil tangkap (ikan, teripang atau cumi) bagian masing-masing sawi dan juragan kapal, ada yang sebagian langsung dijual atau diserahkan kepada para Balolang atau kapal PangEs yang datang ke tengah laut dengan menggunakan perahu, ada pula yang dibawa ke darat untuk dijual atau diserahkan kepada para Balolang yang ada di darat, dalam hal ini Balolang yang berada di pelabuhan Paottere atau pelelangan ikan (Lelong). Dalam banyak kasus di lapangan, hubungan jual-beli ikan antara para pemilik modal, pemilik kapal dan nelayan di satu pihak dengan para Balolang atau Panges sering bersifat mengikat atas dasar sukarela berdasarkan nilai tawar yang ada. Hal ini terjadi, karena para nelayan dan pemilik perahu tersebut secara rutin dan berkesinambungan mendapatkan uang pengikat dari para Balolang. Uang tersebut merupakan uang muka dari Balolang kepada para nelayan dan juragan kapal dari hasil penjualan ikan yang diterimakan kepada Balolang. Pemberian uang tersebut tujuannya adalah agar para nelayan dan juragan kapal tadi menyerahkan atau menjual ikan atau hasil tangkapnya kepada si Balolang. Menjadi kewajiban atau keharusan bagi para nelayan dan juragan kapal penerima uang tadi untuk menjual atau menyerahkan sebagian atau seluruh ikan-ikan yang menjadi bagiannya sesuai dengan kesepakatan kepada Balolang yang telah memberinya uang. Kebiasaan memberikan uang perangsang ini, dalam banyak hal telah menjadi kesepakatan di antara kedua belah pihak. Relasi dan praktik jual beli yang demikian ini telah menjadi pola umum dalam hampir setiap relasi dan jaringan perdagangan ikan yang berlaku di kalangan nelayan tradisional di Pulau Barrang Lompo.Sistem pemberian penjualan hasil tangkap di bawah harga tersebut berlaku umum atau sama untuk seluruh Balolang yang ada di Pulau Barrang Lompo. Dalam hal ini, tidak ada permainan harga jual antara Balolang yang satu dengan Balolang yang lain, sehingga jumlah uang yang diterima oleh para nelayan dan juragan kapal dari para Balolang siapapun adalah setara, tidak ada perbedaan. Bagi Balolang, dengan adanya uang pengikat ini, selain dapat menjual harga sesuai dengan keadaan pasar dan jenis ikan yang dijual, dari hasil penjualan ikannya itu dia juga masih mendapatkan keuntungan, yang diperoleh dari selisih antara uang yang diberikan kepada para nelayan dan juragan kapal dengan uang yang sebenarnya diperoleh dari hasil penjualan hasil tangkap tadi.3.3Masalah Yang Dihadapi Masyarakat Pulau Barrang LompoMasalah yang dihadapi oleh masyarakat pulau Barrang Lompo sekarang ini adalah masalah kependudukan. Problem utama kependudukan di pulau Barrang Lompo saat kini adalah semakin sesaknya rumah hunian warga. Penduduk mengatasi kebutuhan lahan dengan melakukan reklamasi pantai untuk memperoleh tanah baru. Reklamasi dengan membuat benteng-benteng, sehingga pasir menumpuk. Praktis hampir seputar pulau ini penuh dengan reklamasi pantai, yang terbanyak di daerah utara dan timur. Rata-rata reklamasi adalah 10 meter menutup air laut. Tanah reklamasi umumnya dipersiapkan untuk anak-anaknya, yang akan mendirikan rumah baru setelah menikah.

BAB IVPENUTUP

4.1Kesimpulan1. Keadaan sosial-budaya masyarakat pulau Barrang Lompo adalah mereka masih menggunakan bahasa daerah setempat (Makassar, Bugis, Mandar, Cina dan Boya) ketika bertemu dan berbicara dengan orang yang memiliki suku sama dengan mereka.2. Mata pencaharian utama masyarakat pulau Barrang Lompo adalah sebagai nelayan.3. Masalah kependudukan yang dialami masyarakat pulau Barrang Lompo adalah semakin sesaknya rumah hunian warga akibat dari bertambahnya jumlah penduduk pulau Barrang Lompo dari tahun ke tahun.4.2Saran1. Sejalan dengan kesimpulan ketiga, maka yang dapat disarankan kepada pihak yang bersangkutan adalah sebaiknya lahan di pulau Barrang Lompo ditambah dengan melakukan reklamasi pasir.2. Sebaiknya listrik pada daerah Barrang Lompo lebih diperhatikan oleh pemerintah agar aktivitas masyarakat dan para pendatang lebih terdukung.

31

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhlis. 2011. Penelitian kebudayaan Barrang Lompo. http://catatanmuhlis.blogspot.com/2011/06/penelitian-kebudayaan-barrang-lompo.html. Diakses pada tanggal 30 Mei 2014; pukul 22.00 WITA.

Laode, Deden. 2011. Perubahan Sosial Ekonomi Nelayan Pulau Barrang Lompo. http://www.dedenbinlaode.web.id/2011/05/perubahan-sosial-ekonomi-nelayan-di.html. Diakses pada tanggal 30 Mei 2014; pukul 22.15 WITA.

34

LampiranKeadaan Pulau Barrang Lompo