wsbb

12
  Pengelolaan Sumber Daya Laut Secara Berkelanjutan Secara umum, sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah mulai membaiknya sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan kelautan adalah: 1. Menurunnya kegiatan ilegal dan merusak di wilayah laut dan pesisir; 2. Meningkatnya kualitas pengelolaan eksosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil secara terpadu, lestari, dan berbasis masyarakat; 3. Meningkat dan berkembangnya kawasan konservasi laut, antara lain melalui pengembangan daerah perlindungan laut; 4. Terwujudnya ekosistem laut dan pesisir yang bersih, sehat, dan produktif; 5. Terintegrasinya pembangunan laut, pesisir, dan daratan dalam satu kesatuan pengembangan wilayah; 6. Berkembangnya riset dan teknologi di bidang kelautan; 7. Percepatan penyelesaian batas laut dengan negara tetangga, terutama Singapura, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea, dan Filipina; dan 8. Meningkatnya upaya mitigasi bencana alam laut dalam rangka melindungi keselamatan masyarakat yang bekerja di laut dan penduduk yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil. Untuk mencapai sasaran sebagaimana disebutkan di atas, arah kebijakan pembangunan diutamakan untuk mengarusutamakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke seluruh bidang pembangunan. Pembangunan kelautan diarahkan untuk : 1. Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara lestari berbasis masyarakat; 2. Memperkuat pengendalian dan pengawasan dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan; 3. Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta merehabilitasi ekosistem yang rusak, seperti terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan estuaria; 4. Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah pesisir, laut, perairan tawar (danau, situ, perairan umum), dan pulau-pulau kecil;

Upload: mesyia-sari

Post on 12-Jul-2015

197 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 1/12

 Pengelolaan Sumber Daya Laut Secara Berkelanjutan

Secara umum, sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah mulai membaiknya sistem

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sasaran yang akan dicapai dalam

pembangunan kelautan adalah:

1.  Menurunnya kegiatan ilegal dan merusak di wilayah laut dan pesisir;

2.  Meningkatnya kualitas pengelolaan eksosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil secara

terpadu, lestari, dan berbasis masyarakat;

3.  Meningkat dan berkembangnya kawasan konservasi laut, antara lain melalui pengembangan

daerah perlindungan laut;

4.  Terwujudnya ekosistem laut dan pesisir yang bersih, sehat, dan produktif;

5.  Terintegrasinya pembangunan laut, pesisir, dan daratan dalam satu kesatuan pengembangan

wilayah;

6.  Berkembangnya riset dan teknologi di bidang kelautan;

7.  Percepatan penyelesaian batas laut dengan negara tetangga, terutama Singapura, Malaysia,

Timor Leste, Papua New Guinea, dan Filipina; dan

8.  Meningkatnya upaya mitigasi bencana alam laut dalam rangka melindungi keselamatan

masyarakat yang bekerja di laut dan penduduk yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil.

Untuk mencapai sasaran sebagaimana disebutkan di atas, arah kebijakan pembangunan

diutamakan untuk mengarusutamakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke seluruh

bidang pembangunan. Pembangunan kelautan diarahkan untuk :

1.  Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil

secara lestari berbasis masyarakat;

2.  Memperkuat pengendalian dan pengawasan dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan

perikanan;

3.  Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta merehabilitasi

ekosistem yang rusak, seperti terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan estuaria;

4.  Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah pesisir, laut,

perairan tawar (danau, situ, perairan umum), dan pulau-pulau kecil;

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 2/12

 5.  Menjalin kerjasama regional dan internasional dalam rangka penyelesaian batas laut dengan

negara tetangga;

6.  Mengembangkan upaya mitigasi lingkungan laut dan pesisir dalam rangka peningkatkan

perlindungan keselamatan bekerja dan meminimalkan resiko terhadap bencana alam laut bagi

masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

7.  Mendorong kemitraan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam

pengelolaan sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil; dan

8.  Memperkuat kapasitas instrumen pendukung pembangunan kelautan yang meliputi iptek,

sumber daya manusia, kelembagaan, dan peraturan perundangan.

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 3/12

 Sejarah Kerajaan, Hukum Laut Maritim

Sejarah menunjukkan bahwa pada masa lalu, Indonesia memiliki pengaruh yang sangat

dominan di wilayah Asia Tenggara, terutama melalui kekuatan maritim besar di bawah Kerajaan

Sriwijaya dan kemudian Majapahit. Wilayah laut Indonesia yang merupakan dua pertiga wilayah

Nusantara mengakibatkan sejak masa lampau, Nusantara diwarnai dengan berbagai pergumulan

kehidupan di laut. Dalam catatan sejarah terekam bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa

Indonesia menguasai lautan Nusantara, bahkan mampu mengarungi samudera luas hingga ke

pesisir Madagaskar, Afrika Selatan.

Penguasaan lautan oleh nenek moyang kita, baik di masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya,

Majapahit maupun kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar, lebih merupakan penguasaan de facto

daripada penguasaan atas suatu konsepsi kewilayahan dan hukum. Namun, sejarah telah

menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai laut sejak dahulu merupakan masyarakat

bahari. Akan tetapi, oleh penjajah kolonial, bangsa Indonesia didesak ke darat, yang

mengakibatkan menurunnya jiwa bahari. Nenek moyang bangsa Indonesia telah memahami dan

menghayati arti dan kegunaan laut sebagai sarana untuk menjamin berbagai kepentingan

antarbangsa, seperti perdagangan dan komunikasi. Pada sekitar abad ke-14 dan permulaan abad

ke-15 terdapat lima jaringan perdagangan (commercial zones). Pertama, jaringan perdagangan

Teluk Bengal, yang meliputi pesisir Koromandel di India Selatan, Sri Lanka, Burma (Myanmar),

serta pesisir utara dan barat Sumatera. Kedua, jaringan perdagangan Selat Malaka. Ketiga, jaringan perdagangan yang meliputi pesisir timur Semenanjung Malaka, Thailand, dan Vietnam

Selatan. Jaringan ini juga dikenal sebagai jaringan perdagangan Laut Cina Selatan. Keempat,

 jaringan perdagangan Laut Sulu, yang meliputi pesisir barat Luzon, Mindoro, Cebu, Mindanao,

dan pesisir utara Kalimantan (Brunei Darussalam). Kelima, jaringan Laut Jawa, yang meliputi

kepulauan Nusa Tenggara, kepulauan Maluku, pesisir barat Kalimantan, Jawa, dan bagian

selatan Sumatera. Jaringan perdagangan iniberada di bawah hegemoni Kerajaan Majapahit.

Selain itu, banyak bukti prasejarah di pulau Muna, Seram dan Arguni yang diperkirakan

merupakan hasil budaya manusia sekitar tahun 10.000 SM. Bukti sejarah tersebut berupa gua

yang dipenuhi lukisan perahu layar. Ada pula peninggalan sejarah sebelum masehi berupa bekas

kerajaan Marina yang didirikan perantau dari Nusantara yang ditemukan di wilayah Madagaskar.

Tentu pengaruh dan kekuasaan tersebut dapat diperoleh bangsa Indonesia waktu itu karena

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 4/12

 kemampuan membangun kapal dan armada yang layak laut, bahkan mampu berlayar sampai

lebih dari 4.000 mil.

Selain Sriwijaya dan bahkan sebelum Majapahit, Kerajaan Singosari juga memiliki armada

laut yang kuat dan mengadakan hubungan dagang secara intensif dengan wilayah sekitarnya.

Kita mengetahui strategi besar Majapahit mempersatukan wilayah Indonesia melalui Sumpah

Amukti Palapa dari Mahapatih Gajah Mada. Kerajaan Majapahit telah banyak mengilhami

pengembangan dan perkembangan nilai-nilai luhur kebudayaan Bangsa Indonesia sebagai

manifestasi sebuah bangsa bahari yang besar. Sayangnya, setelah mencapai kejayaan budaya

bahari, Indonesia terus mengalami kemunduran, terutama setelah masuknya VOC dan kekuasaan

kolonial Belanda ke Indonesia. Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 antara Belanda dengan Raja

Surakarta dan Yogyakarta mengakibatkan kedua raja tersebut harus menyerahkan perdagangan

hasil wilayahnya kepada Belanda. Sejak itu, terjadi penurunan semangat dan jiwa bahari bangsa

Indonesia, dan pergeseran nilai budaya, dari budaya bahari ke budaya daratan. Namun demikian,

budaya bahari Indonesia tidak boleh hilang karena alamiah Indonesia sebagai negara kepulauan

terus menginduksi, membentuk budaya bahari bangsa Indonesia.

Catatan penting sejarah maritim ini menunjukkan bahwa dibandingkan dengan negara-

negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki keunggulan aspek budaya bahari

bentukan secara alamiah oleh aspek-aspek alamiah Indonesia. Berkurangnya budaya bahari lebih

disebabkan berkurangnya perhatian Pemerintah terhadap pembangunan maritim.

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 5/12

 Masyarakat Maritim

Masyarakat maritim dimaksudkan sebagai, mereka yang mendiami wilayah pesisir atau

pulau-pulau dan memanfaatkan sumberdaya kelautan atau sumberdaya bahari dalam rangka

interaksi sosialnya dalam jangka waktu lama dan telah membentuk kehidupan bersama yang

serasi dan telah mewujudkan ”rasa kita” (we-feeling) diantara mereka. ”rasa kita” (we-feeling)

itu, terwujud dalam interaksi mereka dalam mengambil peranan (role-taking) secara teratur dan

rasa saling bergantung (defendency-feeling) satu sama lain (Sallatang, et.al, 1999).

Dalam sistem budaya bahari terdiri dari unsur-unsur sistem seperti; pengetahuan,

gagasan, keyakinan/kepercayaan, nilai, dan norma/aturan dan pengenalan lingkungan sosialnya

berkenaan dengan pemanfaatan sumberdaya dan jasa-jasa laut. Unsur-unsur sistem tersebut

menjadi regulator masyarakat bahari dan dilain pihak, masyarakat bahari mendukung dan

memberikan energi kepada budaya bahari. Keterhubungan antara informasi budaya bahari dan

penguatan energi dalam sistem sosial masyarakat, akan menyebabkan masyarakat bahari di satu

pihak membentuk kepribadian, watak atau jiwa bahari individu angggota-anggotanya dan dilain

pihak, individu anggota masyarakat bahari mendukung dan memberikan energi kepada

masyarakat bahari (Sallatang, 2000).

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 6/12

 Kelembagaan Masyarakat Maritim

Indonesia adalah Negara Maritim dengan garis pantai terpanjang di dunia (80.791 km)

disertai potensi sumberdaya alam yang kaya dan beragam dengan kemungkinan pemanfaatan

yang masih terbuka luas. Namun kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat

pesisir masih terjerat kemiskinan dan tanpa daya. Miskin pendidikan, miskin sosial-ekonomi

menjadi penyebab terlupakannya kearifan lokal dalam pemanfaatan pesisir dan lautan yang

bermuara pada perusakan yang mengancam keberlanjutan tersedianya sumberdaya alam dan

tentu saja eksistensi ummat manusia dalam wahana bumi.

Menyadari pentingnya kawasan pesisir dan lautan dalam kehidupan ummat manusia di

masa datang maka para aktivis Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan Universitas Hasanuddin

pada tahun 1994 berkumpul dan mendirikan Lembaga Maritim Nusantara (LEMSA) sebagai

wahana untuk menjawab tantangan tersebut. Lembaga Maritim Nusantara (LEMSA) didirikan di

Makassar pada 10 Januari 1994, dan secara resmi baru berdiri sejak tanggal 3 Desember 1998

(berdasarkan Akta Notaris), dengan status LSM.

LEMSA dalam peran sertanya dalam pembangunan kelautan baik dalam level lokal,

nasional, regional maupun internasional mengusung beberapa agenda besar sekaligus merupakan

misi bersama melalui penguatan kelembagaan yang menunjang perekonomian masyarakat pesisir,

Membangun lembaga ekonomi yang berkeadilan dan berbasis masyarakat, Mendorong gerakan

pelestarian lingkungan pesisir, Melakukan upaya advokasi di wilayah pesisir, Menyusun danmenyajikan data base wilayah pesisir. Visinya adalah ”Terciptanya Kemandirian Masyarakat

Pesisir”.

Peran strategis LEMSA :

1.  Membangun Keberdayaan Masyarakat Pesisir 

-  Menfasilitasi pembentukan dan penguatan kelompok masyarakat secara partisipati 

-  Memfasilitasi Pembentukan Kelembagaan Masyarakat Pesisir 

-  Penguatan Kelembagaan Masyarakat Pesisir 

2.  Melakukan Advokasi Kebijakan di Wilayah Pesisir 

-  Membangun konsepsi stakeholder 

-  Mengembangkan crime laboratory 

-  Advokasi kebijakan ekonomi masyarakat pesisir 

3.  Penyusunan dan Penyajian Database Wilayah Pesisir 

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 7/12

 Lembaga Maritim Nusantara memiliki misi-misi sebagai berikut:

1.  Memfasilitasi penguatan kelembagaan yang menunjang perekonomian masyarakat pesisir

2.  Membangun lembaga ekonomi yang berkeadilan dan berbasis masyarakat

3.  Mendorong gerakan pelestarian lingkungan pesisir

4.  Melakukan upaya advokasi di wilayah pesisir

5.  Menyusun dan menyajikan data base wilayah pesisir

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 8/12

 Dinamika Kehidupan Sosial Budaya Maritim

Salah satu bukti sejarah dari jiwa bahari nelayan suku Bugis dan Makassar adalah adanya

mobilitas yang tinggi sebagai spirit untuk berusaha. Konteks itu terekam dalam pengaruh

kebudayaan Bugis-Makassar di pantai utara Australia. Disebutkan bahwa para nelayan Bugis dan

Makassar secara teratur berlayar ke perairan tersebut (Pantai Marege), setidaknya sejak tahun

1650 (masa Kerajaan Gowa di Makasar). Mereka berlayar dalam bentuk armada perahu

berjumlah 30 sampai 60 perahu, dan masing-masing memuat sampai 30 orang untuk mencari

ikan teripang. Para nelayan suku Bugis- Makassar diyakini senang berpetualang mencari daerah-

daerah baru penangkapan, para nelayan ikan teripang itu membangun rumah-rumah sementara,

menggali sumur dan menanam pohon-pohon asam di sana. Banyak orang-orang Aborijin yang

bekerja untuk para nelayan teripang tersebut, mempelajari bahasa mereka, menggunakankebiasaan menghisap tembakau, membuat gambar perahu, mempelajari tarian mereka dan

'meminjam' beberapa kisah yang mereka ceritakan. Beberapa orang Aborijin ikut berlayar pada

saat mereka pulang ke Sulawesi, dan kembali ke Australia pada musim monsun berikutnya,

bahkan beberapa di antaranya ada yang menetap di Sulawesi. Sampai saat ini, pengaruh orang

Bugis dan Makasar dapat dilihat dalam bahasa dan kebiasaan yang digunakan oleh orang-orang

suku Aborijin di Australia (Heeren, 1972).

Oleh karena itu, aspek nilai budaya bahari nelayan Bugis-Makassar menjadi salah satu

aspek yang akan dilihat dalam konteks budaya lokal, sehubungan dengan tejadinya dualisme

yang mentrasisi dinamika perubahan sosial masyarakat nelayan melalui pengetahuan dan

teknologi tradisional di satu pihak dan pengetahuan dan teknologi modern pada pihak yang lain,

sehingga konteks nilai budaya lokal ini diduga akan mempunyai pengaruh tehadap formasi sosial

baru masyarakat nelayan yang terbentuk akibat modernisasi. Asumsi ini lahir dari pemikiran

kalangan Neo-Marx tentang kapitalisasi dengan teori artikulasinya bahwa, kapitalisasi di negara

berkembang diyakini tidak akan sama ”modelnya” dengan kapitalisasi yang telah terjadi dinegara Eropa, hal ini disebabkan karena adanya resistensi tatanan lokal yang ikut mewarnai

proses tersebut, sehingga kapitalisme yang terbentuk akan memiliki karakter dan ciri tersendiri

berdasarkan pengaruh kontekstual tingkat lokal (Taylor, 1979; Mellassoux dan Rey, 1984). Oleh

karena itu struktur sosial masyarakat itu terdiri dari elemen-elemen yang tidak masif, sehingga

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 9/12

 kombinasi modes of production dalam suatu social formation itulah yang menentukan

karakteristik masyarakat, yang berkembang dalam waktu dan tempat.

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 10/12

 Pembangunan Budaya Maritim (IPTEKS BAHARI)

Bidang kelautan mencakup tujuh sub-bidang yaitu: perikanan, pertambangan dan migas,

industri maritim, angkutan laut, pariwisata bahari, bangunan kelautan, jasa laut lainnya,

diarahkan untuk lebih dimanfaatkan dan dikelola secara optimal untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Setiap subbidang mempunyai kebijakan dan

strategi yang spesifik sebagai acuan operasional bagi semua pihak. Strategi yang ditenpuh untuk 

setiap sub-bidang yang akan dikembangkan sedikitnya harus mencakup 3 hal, yaitu strategi

investasi, strategi pemanfaatan, dan strategi pengelolaannya.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi bidang kelautan perlu dilakukan upaya yang

memperluas diversifikasi pemanfaatan sumber daya kelautan, meningkatkan efisiensi yang

mencakup alokasi usaha yang optimum, dan memperbesar investasi dengan memberi dorongan

kepada sub-bidang yang mempunyai ICOR yang relative rendah.

Sub-bidang pariwisata bahari dan perikanan mempunyai nilai ICOR yang rendah

dibanding dengan bidang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa berarti bidang pariwisata dan

perikanan merupakan bidang yang efisien dan memiliki tingkat resiko investasi yang paling

rendah dan paling efisien.

Untuk perikanan tangkap, strategi yang diterapkan adalah mengembangkan usaha

perikanan tangkap secara lestari dan efisien, termasuk pengembangan pemanfaatan sumber daya

ikan pada wilayah laut di atas 12 mil (ZEEI); dan menggalakkan perikanan budidaya, yangdiarahkan kepada budidaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan peningkatan nilai tambah

produk perikanan.

Strategi pengembangan pariwisata bahari dilakukan melalui pengembangan investasi untuk 

sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung lainnya yang berwawasan lingkungan; melibatkan

masyarakat lokal dalam pengelolaan, dan meningkatkan promosi dan pemasaran.

Arah kebijakan makro pembangunan kelautan dan perikanan ditekankan pada : (1)

Menyatukan komitmen politik dari para penentu kebijakan, mengkaji dan menyusun Undang-

Undang Kelautan Nasional yang sinergi dan terintegrasi sebagai payung hukum pembangunan

kelautan dan perikanan Indonesia; (2) Menentukan dan menetapkan batas-batas wilayah perairan

pedalaman, zona tambahan, dan landas kontinen; (3) Meningkatkan pemahaman geopolitik dan

geostrategis kepada seluruh komponen; (4) Mengembangkan armada laut baik secara kualitas

maupun kuantitasnya dalam konteks menjaga keutuhan NKRI dan kekayaan sumber daya alam;

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 11/12

 dan (5) Meningkatkan penanganan kerusakan lingkungan dan rehabilitasi wilayah pesisir yang

terdegradasi, mengembangkan daerah perlindungan, dan menindak tegas bagi para perusak 

lingkungan.

5/12/2018 WSBB - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wsbb5571fdf649795991699a56cd 12/12

 Tugas Individu

Kesimpulan Materi Panel

OLEH :

Nama : Mesyia SariNIM : J111 11 126

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin

2011